Anda di halaman 1dari 33

PIDATO

PERTANGGUNGJAWABAN

PRESIDEN / MANDATARIS
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANG UMUM


MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
1 MARET 1998

REPUBLIK INDONESIA
SOEHARTO
Presiden Republik Indonesia
l
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Majelis


Permusyawaratan Rakyat yang saya hormati;
Para undangan dan hadirin yang terhormat;
Saat ini, dengan hati yang setulus-tulusnya, saya akan
melaksanakan tugas konstitusional Presiden Republik Indonesia,
menyampaikan pertanggungjawaban kepada Majelis.
Lima tahun yang lalu saya berdiri di sini mengucapkan
sumpah jabatan Presiden. Saya berjanji dengan sungguh-sungguh
untuk memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia dengan
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.
Saya berjanji untuk memegang teguh Undang-Undang Dasar
dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya. Saya berjanji untuk berbakti kepada Nusa dan
Bangsa.
Sumpah itu secara konstitusional saya ucapkan di depan
Sidang Majelis. Saya merasa lega, karena hari ini saya dapat

5
melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Presiden itu
kepada Majelis.
Sumpah itu melalui radio dan televisi di dengar oleh rakyat
Indonesia. Presiden diangkat oleh Majelis yang merupakan hasil
pemilihan umum, yang mengumandangkan suara rakyat. Karena
itu, Saudara Ketua yang terhormat, izin kan saya menggunakan
kesempatan ini melaporkan pertanggungjawaban ini kepada seluruh
rakyat Indonesia.
Dengan keimanan yang dalam, sumpah jabatan lima tahun
yang lalu itu saya ucapkan di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa,
Yang Maha Tahu. Semoga dalam menyampaikan pertanggung-
jawaban ini saya diberi-Nya kesadaran untuk melaporkan yang
kurang itu memang kurang. Dan semoga saya diberi-Nya keyakinan
untuk melaporkan yang baik itu memang baik.
Kalau saya pelajari semua ketetapan MPR tahun '93, khususnya
GBHN, maka tugas utama yang diletakkan di pundak saya adalah
memimpin bangsa ini dalam melanjutkan, meningkatkan, memperluas,
memperbaharui dan memperdalam pembangunan; demi kemajuan
dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Saya menyadari bahwa tugas itu bukan tugas yang ringan.
Sebagai hasil kemajuan sebelumnya, rakyat kita mempunyai
banyak harapan baru. Di hadapan kita terbentang kesempatan-
kesempatan baru. Di depan kita terhampar tantangan-tantangan
baru.
Harapan-harapan baru itu lebih tinggi dari harapan-harapan
sebelumnya. Kesempatan-kesempatan baru itu lebih luas dari
kesempatan-kesempatan sebelumnya. Tantangan-tantangan baru itu
lebih berat dan lebih rumit dari tantangan-tantangan sebelumnya.
Kita hidup pada jaman umat manusia ber siap-siap memasuki
abad baru, abad ke-21. Selama lima tahun terakhir saya sering
mengingatkan, bahwa kita hidup di tengah-tengah perubahan besar
yang hakekatnya, sifatnya dan jangkauannya acap kali belum dapat
kita fahami sepenuhnya. Malahan, belum pernah kita bayang kan
sebelumnya.

6
Menyadari beratnya tugas itu, saya memperhatikan sungguh-
sungguh pesan penting dalam kalimat-kalimat terakhir GBHN '93.
Di sana kita semua diingatkan bahwa berhasilnya pembangunan
bangsa kita sangat tergantung pada ikut sertanya segenap kekuatan
bangsa. Itulah sebabnya, dalam memimpin pemerintahan saya
melanjutkan kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi yang telah
ditempuh sebelumnya. Tujuannya adalah untuk membangkitkan
prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam membangun dirinya
menuju kemandirian yang tangguh.
Dalam menjalankan pemerintahan negara saya menyampaikan
terima kasih kepada Dewan Perwakilan Rakyat yang selalu mengawasi
pemerintah, khususnya melalui rapat kerja Komisi-komisi Dewan
dengan para Menteri sebagai pembantu Presiden. Melalui kesempatan
ini, izin kan saya Saudara Ketua yang terhormat, menyampaikan
terima kasih pula kepada Dewan Pertimbangan Agung yang banyak
memberi pandangan dan pertimbangan kepada Presiden dalam
berbagai bidang kehidupan bangsa dan negara. Terima kasih juga
saya ucapkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan yang --sesuai
kehendak UUD-- selalu memeriksa tanggung jawab pemerintah
dalam membelanjakan uang negara yang telah disetujui Dewan
Perwakilan Rakyat melalui undang-undang APBN. Penghargaan
dan terima kasih yang sama saya tujukan pula kepada Mahkamah
Agung, yang telah melaksanakan kekuasaan kehakiman yang merdeka,
dalam arti terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
Lembaga-lembaga tinggi negara itu telah bekerjasama dengan
baik, dengan masing-masing tetap memegang teguh wewenangnya
yang ditentukan oleh UUD. Praktik penyelenggaraan negara yang
demikian itu memberi sumbangan yang penting bagi terpeliharanya
stabilitas nasional yang dinamis dan memperkaya pengalaman
kehidupan konstitusional kita.
Ketetapan hati kita untuk terus meningkatkan kehidupan yang
demokratis dan konstitusional kita wujudkan melalui pemilihan
umum tahun lalu. Suhu politik cukup tinggi menjelang pemilihan
umum yang lalu. Sebagian disebabkan karena ada di antara kita

7
yang belum dewasa dalam menerapkan demokrasi, menggunakan
secara keliru kebebasan dan keterbukaan. Ada pula yang ingin
memaksakan kehendaknya dengan cara-cara yang justru merusak
citra demokrasi dan malah melanggar hukum. Kita prihatin dan
berduka cita atas jatuhnya korban jiwa. Dengan menyadari
kekurangan-kekurangan yang harus kita perbaiki di masa datang,
kita berbesar hati karena 9 dari 10 mereka yang berhak telah
menggunakan hak pilihnya. Ini menunjukkan tingginya kesadaran
politik rakyat kita. Penggunaan hak pilih rakyat kita itu jauh lebih
besar dari negara-negara lain yang telah mempunyai tradisi politik
ratusan tahun.
Pelaksanaan Dwifungsi ABRI yang tepat dan disesuaikan
dengan perkembangan zaman memberi sumbangan besar terhadap
stabilitas nasional yang dinamis, kesegaran kehidupan demokrasi,
kematangan kehidupan politik serta terjaganya keselamatan negara
dan keutuhan wilayah nasional. Dibanding dengan luasnya wilayah
negara, Tanah Air kita yang terdiri dari belasan ribu pulau besar
dan kecil serta besamya jumlah penduduk, maka jumlah personil
dan anggaran yang tersedia untuk ABRI sangatlah kecil. Ini jelas
menunjukkan tradisi ABRI sebagai prajurit pejuang, yang
mendahulukan pembangunan demi kesejahteraan rakyat daripada
pembangunan untuk dirinya sendiri.
Di samping stabilitas nasional, pembangunan memerlukan
situasi regional dan global yang mendukung. Sikap dasar politik
luar negeri kita yang bebas aktif adalah, di satu pihak, memper-
kuat setiap perkembangan yang mendukung pembangunan bangsa-
bangsa; dan di lain pihak, mencegah meluasnya perkembangan
yang menghambat pembangunan. Itulah sebabnya kita terus
memperkukuh ASEAN. Kita mengambil peranan aktif dalam Gerakan
Non Blok, dalam Kelompok 15, dalam Kelompok 8, dalam APEC,
dalam PBB dan organisasi-organisasi internasional lainnya.

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;


Demikian lah, sampai pertengahan tahun lalu suasana umum
di dalam negeri serta suasana regional dan internasional memberi

8
dukungan yang baik bagi kelancaran dan kelanjutan pembangunan
kita.
Tetapi, ternyata tahun '97 adalah tahun keprihatinan bagi
kita.
Tahun lalu kita mengalami kecelakaan di darat, di laut dan
di udara yang datang silih berganti. Urat nadi perekonomian kita
mulai terganggu.
Kita juga dilanda musim kering yang panjang. Lahan dan
hutan kita yang terbakar sangat luas. Akibatnya adalah menurunnya
produktivitas tanaman, terutama tanaman pangan dan perkebunan.
Pada tahun '97 produksi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah dan kacang hijau diperkirakan turun antara 1,3%
sampai 5,6%. Bencana alam ini mengganggu angkutan dan
ketersediaan pangan di sejumlah daerah.
Tetapi, kita mendapat cobaan yang jauh lebih berat lagi.
Seperti tiba-tiba saja datangnya, sejak pertengahan tahun lalu
gelombang gejolak moneter datang menghantam.
Kawasan ini dilanda krisis keuangan. Kemudian ternyata krisis
itu lebih dalam, lebih luas dan lebih lama dari perkiraan siapapun
juga. Padahal, waktu itu fundamental ekonomi kita cukup kuat.
Malahan, banyak kalangan ahli yang menganggap merosotnya nilai
rupiah kita sangat tidak wajar.
Krisis itu lalu menyebar di kawasan Asia Timur. Beberapa
negara di luar Asia mulai merasakan akibat tidak langsung dari
krisis ini.
Dunia internasional sadar, bahwa jika tidak benar cara
menanganinya, maka krisis ini dapat berkembang menjadi krisis
yang berskala global.
Langkah-langkah regional dan internasional telah dilakukan.
Tetapi pada akhirnya, pemecahannya terletak di tangan masing-
masing negara.
Tekad kita sudah bulat untuk mengatasi masalah yang kita
hadapi ini. Kita akan berjuang habis-habisan untuk melepaskan
diri dari krisis.

9
Dengan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kita terima bantuan dari lembaga-lembaga internasional
dan dari negara-negara sahabat. Semuanya itu jelas membantu
upaya kita.
Namun, di pundak kita sendirilah terletak beban tanggung
jawabnya. Langkah-langkah kita sendirilah yang menentukan
keberhasilan atau ketidak-berhasilan kita mengatasi krisis ini.
Kita sadar bahwa langkah-langkah itu pasti berat. Mungkin
sangat berat dan menyakitkan.
Kita harus yakin akan kemampuan kita sendiri. Kita harus
memusatkan seluruh kekuatan kita untuk memecahkan masalah
yang kita hadapi. Kita harus ikhlas ber bagi beban seadil-adilnya di
antara kita sendiri.
Untuk menanggulangi krisis moneter ini, pada tanggal 15
Januari '98 yang lalu saya telah menulis Surat kepada Direktur
Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) disertai dengan program
reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan keuangan. Program ini
mendapat dukungan IMF. Dukungan keuangan juga datang dari
Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan sejumlah negara lainnya.
Tujuan pokok program reformasi dan restrukturisasi ekonomi
dan keuangan kita itu adalah untuk memulihkan kepercayaan terhadap
mata uang kita, terhadap lembaga-lembaga keuangan kita dan
terhadap masa depan perekonomian kita.
Memulihkan kepercayaan ini sangatlah penting.
Hilangnya kepercayaan itulah sumber utama berbagai masalah
berat yang kita hadapi sekarang ini. Dengan melaksanakan sungguh-
sungguh program-program itu diharapkan pulih pula kepercayaan
pelaku-pelaku ekonomi di negeri sendiri maupun di luar negeri.
Untuk menjamin pelaksanaan yang sebaik-baiknya dari
program itu saya telah membentuk dan memimpin sendiri Dewan
Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan.
Sesuai dengan jadwal waktunya, sebagian program telah kita
laksanakan dan sebagian lainnya menyusul kemudian.

10
Kita berbulat hati melaksanakan sepenuhnya program ini.

Langkah segera yang telah kita ambil adalah merevisi Rancangan


APBN 1998/99, yang sekarang telah disetujui Dewan Perwakilan
Rakyat. Langkah berikutnya adalah melaksanakan program rehabilitasi
perbankan dalam rangka membangun kembali sistem perbankan
yang sehat. Program ini meliputi dua unsur utama. Yang pertama
adalah penyediaan jaminan penuh oleh Pemerintah kepada seluruh
nasabah deposan dan kreditor bank-bank umum nasional. Yang
kedua adalah pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional,
yang bertanggung jawab untuk memperbaiki bank-bank yang pada
saat ini dalam kondisi tidak sehat dan tidak memiliki prospek
yang baik untuk dipulihkan tingkat kesehatannya. Beberapa hari
yang lalu saya telah menyetujui penggabungan 4 buah bank milik
negara; yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Pembangunan Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Bank
baru sebagai hasil penggabungan itu diberi nama Bank Catur.
Untuk menyehatkan dan memperkuat daya saing bank-bank swasta,
Pemerintah telah menetapkan jumlah modal minimal dan mendorong
penggabungan di antara mereka.
Langkah-langkah penting lainnya adalah memperlancar
perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri, memperlancar
penanaman modal, menghapuskan monopoli serta menghapus
kemudahan-kemudahan khusus untuk Mobil Nasional dan Industri
Pesawat Terbang Nusantara.
Walaupun kita telah mempunyai dan mulai melaksanakan
program-program reformasi dan restrukturisasi yang jelas dan
mendasar, namun belum ada tanda-tanda bahwa keadaan bertambah
baik. Malahan, keadaan kehidupan rakyat bertambah berat.
Secara menyeluruh, nilai tukar rupiah kita tetap saja lemah.
Sebentar saja menguat, kemudian melemah lagi. Hari-hari terakhir
ini nilai tukar satu dolar Amerika berkisar antara Rp 9.000,-
sampai Rp 10.000,-. Akibatnya, perusahaan-perusahaan mengalami
kesulitan besar dan menurunkan kegiatannya. Bahaya pengangguran
mulai tampak. Harga barang impor atau barang produksi dalam

11
negeri dengan komponen impor yang tinggi menjadi sangat mahal,
termasuk harga obat-obatan. Harga barang kebutuhan hidup sehari-
hari terdorong bertambah mahal pula.
Saya merasakan betapa sedihnya hati ibu-ibu rumah tangga
dan keluarga-keluarga yang berpenghasilan rendah menghadapi
harga-harga yang membubung tinggi ini. Masyarakat gelisah.
Kesalahpahaman sedikit saja telah menyulut kerusuhan yang
lebih besar. Keadaan bertambah buruk karena ada saja mereka
yang mengail di air yang sedang keruh.
Keadaan perekonomian kita bertambah berat, karena L/C kita
tidak diterima oleh kalangan perbankan di luar negeri.
Keadaan perekonomian kita mengundang keprihatinan sejumlah
kepala pemerintahan negara lain. Mereka berdatangan menemui
saya. Beberapa lainnya lagi mengadakan pembicaraan telepon dengan
saya. Mereka memberi pandangan mengenai cara yang mereka
anggap baik untuk mengatasi keadaan kita. Mereka juga memberi
uluran tangan. Semuanya itu kita terima dengan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya.
Saya tidak akan ragu sedikit pun melakukan apa saja untuk
mengatasi keadaan, untuk meringankan beban kehidupan rakyat
yang bertambah berat.
Saya telah mulai melaksanakan dan akan terus melaksanakan
program-program reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan keuangan
yang mendapat dukungan IMF.
Tetapi, tanda-tanda perbaikan belum juga tampak.
Kunci utamanya adalah stabilisasi nilai tukar rupiah kita pada
tingkat yang wajar. Selama ini belum tercapai, saya tidak dapat
melihat perbaikan keadaan dalam waktu dekat ini.
Itulah sebabnya saya meminta IMF dan para kepala
pemerintahan lainnya kiranya dapat membantu kita menemukan
altematif yang lebih tepat.
Saya namakan konsep yang lebih tepat itu sebagai konsep
IMF Plus.

12
Saya sendiri sedang menimbang-nimbang dengan penuh
ketelitian dan kehati-hatian kemungkinan menerapkan Sistem Dewan
Mata Uang.
Langkah apapun yang akan kita ambil, kita memerlukan
dukungan IMF sebagai lembaga keuangan dunia yang berwibawa
dan mempunyai reputasi tinggi.
Sangat jelas, pada akhirnya, nasib kita berada di tangan kita
sendiri.
Mencari jalan keluar yang terbaik itu telah menjadi perbincangan
yang luas di kalangan masyarakat kita. Dengan niat baik, saya
menilai positif perbincangan itu. Ini adalah bagian yang dinamis
dari proses demokrasi kita. Artinya, sebagai sikap melu handarbeni,
rasa ikut memiliki masa depan bersama. Dengan minat yang
penuh saya perhatikan semua pandangan yang dikemukakan. Saya
mengajak kita semua agar jangan membesar-besarkan perbedaan
pandangan, apalagi yang malah membingungkan masyarakat awam.
Perbedaan pendapat jangan menjadi benih perpecahan di antara
kita. Lebih-lebih, pada saat kita memerlukan persatuan yang sekuat-
kuatnya di antara kita agar dapat bersama-sama keluar dengan
selamat dari kemelut sekarang ini.

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;

Untuk mengatasi keadaan, kita telah mengambil berbagai


langkah pemulihan ekonomi. Langkah itu ada yang berjangka
pendek, ada pula yang berjangka lebih panjang.
Langkah jangka pendek adalah mencukupi keperluan pangan
dan obat-obatan, serta menampung tenaga kerja yang kehilangan
pekerjaan. Dalam jangka yang lebih panjang, kita menyusun
program-program reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan
keuangan seperti yang tadi saya jelaskan.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan, kita mengurangi kehilangan
hasil panen, meningkatkan mutu intensifikasi, memperluas areal
tanam melalui pemanfaatan lahan tidur, meningkatkan pemanfaatan

13
lahan-lahan irigasi dan pasang surut, serta memanfaatkan lahan
HTI untuk tanaman sela secara tumpangsari.
Upaya khusus meningkatkan produksi ini mencakup 2,3 juta
hektar lahan padi, 540 ribu hektar lahan jagung, 527 ribu hektar
lahan kedelai dan 14 ribu hektar lahan ubi kayu. Upaya ini akan
kita lanjutkan dan kita perluas untuk memantapkan ketahanan
pangan. Sementara upaya itu belum menghasilkan, untuk memenuhi
kebutuhan dan menjaga stabilitas harga kita mengimpor bahan-
bahan pangan yang pokok itu.
Kebutuhan sangat penting lainnya bagi masyarakat adalah
obat-obatan. Meskipun kita sudah memproduksi berbagai macam
obat-obatan, namun bahan bakunya sebagian besar masih diimpor.
Perubahan kurs mengakibatkan berkurangnya persediaan obat-obatan
dan harganya bertambah mahal. Keadaan ini dapat menurunkan
derajat kesehatan masyarakat. Guna memenuhi keperluan obat-
obatan, maka impornya dipercepat dan kegiatan produksinya
dipulihkan.
Untuk menjamin kelancaran distribusi, untuk memberikan
kepastian dan untuk menjaga stabilitas harga yang wajar, maka
Pemerintah memberi subsidi untuk pangan maupun obat-obatan
yang diimpor. Subsidi ini dibebankan pada anggaran negara.
Masalah pengangguran kita atasi dengan program padat
karya. Program ini menciptakan lapangan kerja produktif bagi
tenaga kerja musiman dan yang berketerampilan rendah, baik di
perdesaan maupun perkotaan. Kegiatannya meliputi rehabilitasi
atau pembangunan jalan kampung dan jalan desa, saluran irigasi,
penyediaan air bersih, penghijauan dan penghutanan kembali,
serta usaha-usaha produktif lainnya sesuai dengan keadaan dan
keperluan masyarakat setempat. Pembukaan lapangan kerja
selanjutnya diutamakan untuk mengembangkan kegiatan produksi
dan agroindustri pangan. Kegiatan ekonomi di bidang pertanian ini
tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan nilai tukar mata uang,
karena mengandalkan sumber-sumber yang kita miliki secara
melimpah. Selain itu, sifat kegiatannya padat karya. Kita juga

14
mengembangkan program untuk menampung tenaga kerja yang
berketerampilan, terutama untuk kawasan perkotaan. Titik beratnya
pada pengembangan wirausaha, karena perusahaan-perusahaan
diperkirakan belum bisa segera memperluas kesempatan kerja.
Bahkan ada kemungkinan, perusahaan-perusahaan itu belum dapat
segera menampung kembali tenaga kerja sebanyak yang di-PHK.
Berbagai langkah itu terns diikuti, di kaji, disempurnakan dan
dimantapkan agar hasilnya segera dirasakan.

Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;


Kita harus memulihkan keadaan ekonomi dan moneter kita.
Kita harus membangkitkan lagi ketahanan ekonomi kita. Tugas ini
sangat berat.
Tetapi kita tidak berkecil hati. Kita memiliki kekuatan,
pengalaman dan semangat. Kita telah membangun prasarana maupun
sumber daya manusia yang menjadi andalan kita untuk kembali
tegak berdiri dan melanjutkan pembangunan.
Pelaksanaan REPELITA VI masih tersisa satu tahun lagi.
Tetapi, banyak sasaran akhir REPELITA VI yang telah kita lampaui.
Tentu saja, ada sasaran-sasaran yang belum dapat kita wujudkan.
Pada tahun-tahun terakhir REPELITA V dan tahun pertama
REPELITA VI kita mencapai pertumbuhan ekonomi yang sedemikian
tinggi sehingga dipandang perlu merevisi sasaran laju pertumbuhan
ekonomi menjadi rata-rata 7,1% per tahun. Perkiraan jumlah investasi
dan sumber-sumber pembiayaannya juga perlu disesuaikan.
Pembangunan dalam REPELITA VI tetap bertumpu pada
Trilogi Pembangunan. Ini berarti kita harus setepat-tepatnya
memadukan stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan.
Stabilitas ekonomi antara lain diupayakan melalui pengendalian
laju inflasi dan defisit transaksi berjalan.
Laju inflasi diperkirakan akan membaik dari 8,6% turun
menjadi 5% pada akhir REPELITA VI. Defisit transaksi berjalan
akan berada pada tingkat 1,9% pada akhir REPELITA VI dibanding

15
1,8% pada akhir REPELITA V. Sedangkan salah satu sasaran
pemerataan yang penting adalah mengurangi jumlah penduduk
miskin menjadi sekitar 6% dari seluruh penduduk.
Demikian lah, Saudara Ketua yang terhormat, sampai dengan
tahun ketiga REPELITA VI perekonomian nasional kita
memperlihatkan perkembangan yang mantap sesuai dengan yang
diharapkan. Laju pertumbuhan ekonomi selama periode '93-'96
berturut-turut adalah 7,3%, 7,5%, 8,2% dan 8%.
Tetapi, pada paruh kedua tahun '97 gejolak moneter tiba-tiba
datang menerjang.
Pertumbuhan ekonomi kita lalu melambat. Angka sementara
pertumbuhan ekonomi tahun '97 hanya 4,7%. Padahal, selama
empat tahun REPELITA VI pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai
7,1% per tahun, yang berarti sama dengan sasaran tahunan
REPELITA VI yang telah di revisi.
Perkembangan ekonomi tadi didukung oleh meningkatnya
penanaman modal langsung sebagai sumber penggerak yang
penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dibanding dengan seluruh
nilai persetujuan selama REPELITA V, maka selama empat
tahun REPELITA VI nilai persetujuan PMDN naik satu setengah
kali dan PMA naik tiga kali lipat.
Laju pertumbuhan penduduk berhasil terus ditekan, sehingga
mencapai 1,54% dalam tahun '97. Angka ini mendekati sasaran
akhir REPELITA VI sebesar 1,51%.
Dengan laju pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan
penduduk tadi, maka pendapatan per kapita Indonesia meningkat.
Dalam rupiah nilainya meningkat dari Rp 2,7 juta pada tahun '96
menjadi Rp 3,1 juta pada tahun '97. Dengan demikian, realisasi
pendapatan per kapita dalam nilai rupiah tahun '97 telah melampaui
sasaran pendapatan per kapita tahun keempat REPELITA VI sebesar
Rp 3 juta per kapita. Dalam dolar Amerika, pada tahun '93
pendapatan per kapita adalah 842 dolar Amerika, kemudian naik
mencapai 1.155 dolar Amerika pada tahun '96, yang berarti
melampaui sasarannya sebesar 1.118 dolar Amerika. Dengan

16
merosotnya nilai rupiah, pendapatan per kapita tahun '97 turun
lagi menjadi 1.089 dolar Amerika.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sampai dengan tahun
ketiga REPELITA VI, diikuti pula dengan kestabilan internal yang
terkendali. Laju inflasi pada periode itu masing-masing adalah
8,6%, 8,9% dan 5,2%, mendekati sasaran akhir REPELITA VI
sebesar 5%.
Seperti saya jelaskan, sejak pertengahan tahun '97 terjadi
kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Gejala ini mulai terasa
pada bulan September tahun lalu dengan laju inflasi sebesar 1,3%.
Inflasi terus tetap tinggi hingga pada bulan Januari '98 mencapai
6,9%. Laju inflasi seluruh tahun '97 menjadi 11,1%; dan dalam
10 bulan pertama tahun anggaran 1997/98 telah mencapai 16%.
Laju kenaikan harga ini juga dipacu oleh kekeringan yang panjang,
yang menyebabkan turunnya produksi pertanian dan terjadinya
kenaikan harga-harga kelompok makanan.
Di sisi kestabilan ekstemal, pertumbuhan ekspor sejak tahun
1993/94 secara umum lebih lambat dari pertumbuhan impor. Laju
ekspor yang tidak terlalu cepat ini disebabkan oleh bertambah-
ketatnya persaingan, terutama untuk produk-produk industri padat
karya yang telah mulai banyak dihasilkan oleh negara-negara
pengekspor baru; dan juga karena meningkatnya permintaan dalam
negeri. Di lain pihak, kegiatan ekonomi yang terus meningkat
--termasuk investasi-- telah mendorong lajunya pertumbuhan
impor.
Akibat kecenderungan tadi adalah terus meningkatnya defisit
transaksi berjalan; yaitu dari 2,9 miliar dolar Amerika pada tahun
1993/94 atau 2,1% dari PDB menjadi 8,1 miliar dolar Amerika
pada tahun 1996/97 atau 3,5% dari PDB. Namun, depresiasi rupiah
yang besar pada pertengahan tahun 1997/98 telah menyebabkan
melambatnya impor. Bersamaan dengan itu, ekspor terdorong
meningkat, terutama produk-produk yang komponen impornya kecil.
Sebagai hasilnya, maka defisit transaksi berjalan membaik; hampir
separuh dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi 4,3 miliar dolar

17
Amerika atau 2,2% terhadap PDB. Angka ini makin mendekati
sasaran pada tahun terakhir REPELITA VI, yaitu sebesar 1,9%
terhadap PDB.
Sementara itu stok hutang Indonesia yang secara keseluruhan
adalah 83,3 miliar dolar Amerika pada akhir Maret '94, telah
meningkat menjadi 101,3 miliar dolar Amerika pada akhir Maret
'95, dan meningkat lagi menjadi 136,1 miliar dolar Amerika pada
akhir Desember '97.
Hutang pemerintah menurun dari 55 miliar dolar Amerika
pada akhir Maret '94 menjadi 54,1 miliar dolar Amerika pada
akhir Desember '97, atau menurun dari 66,1% menjadi 39,8% dari
keseluruhan hutang. Sebaliknya, hutang dunia usaha swasta meningkat
dari 28,3 miliar dolar Amerika menjadi 82 miliar dolar Amerika,
atau meningkat dari 33,9% menjadi 60,2% dari seluruh hutang.
Selanjutnya, Debt Service Ratio (DSR) sektor swasta meningkat
dari 12,8% pada tahun 1993/94 menjadi 27,4% pada tahun 1997/
98. Sebaliknya DSR sektor pemerintah menurun dari 19,1% pada
tahun 1993/94 menjadi 11,8% pada tahun 1997/98. Secara keseluruhan
DSR swasta dan pemerintah mengalami peningkatan dari 31,9%
pada tahun 1993/94 menjadi 39,2% pada tahun 1997/98. Dengan
meningkatnya kewajiban pelunasan pinjaman swasta pada tahun-
tahun terakhir REPELITA VI, maka sukar mencapai sasaran DSR
keseluruhan sebesar 24% pada akhir REPELITA VI.
Beban pembayaran kembali hutang luar negeri kita memang
berat. Tetapi, Pemerintah mempunyai dana dan devisa yang cukup
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Kita memang sedang mengalami kesulitan ekonomi yang
berat. Tetapi, kita percaya bahwa dengan bekerja keras dan
melaksanakan program-program yang telah kita susun, kita pasti
berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan itu.
Saya perlu menegaskan kembali, bahwa Pemerintah Indonesia
akan tetap memenuhi seluruh kewajiban pembayaran kembali pokok
dan bunga hutang luar negerinya secara tepat waktu.

18
Sidang Majelis yang terhormat;

Indikator ekonomi makro yang saya kemukakan tadi memang


penting untuk mengukur apakah kita mencapai kemajuan atau
kemunduran dalam melaksanakan pembangunan.
Tetapi, yang tidak kalah penting adalah, apakah tingkat
kesejahteraan masyarakat kita bertambah baik ataukah malah merosot.
Salah satu ukuran penting mengenai keadaan kesejahteraan
rakyat adalah jumlah penduduk miskin. Gambaran keadaan masyarakat
kita dewasa ini adalah seperti yang berikut ini. Pada tahun '70 di
antara kita terdapat 70 juta orang yang hidup miskin. Atau, sekitar
60% dari seluruh penduduk tergolong miskin. Jumlah penduduk
miskin itu berkurang menjadi 27,2 juta orang atau 15,1% pada
tahun '90. Kemudian, menurun lagi menjadi 25,9 juta orang atau
13,7% pada tahun '93.
Sejak awal REPELITA VI dikembangkan upaya tambahan
yang khusus tertuju hanya bagi kelompok penduduk miskin.
Program penanggulangan kemiskinan ini yang paling utama adalah
Inpres Desa Tertinggal. Hasilnya cukup menggembirakan. Pada
tahun '96 jumlah penduduk miskin telah turun menjadi 22,5
juta orang atau sekitar 11,3%. Ini berarti bahwa selama 3 tahun
telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 3,4
juta orang, atau penurunan sebesar 2,3%.
Program penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari
gerakan nasional penanggulangan kemiskinan untuk membantu yang
lemah dengan semangat kebersamaan, kepedulian dan kesetiakawanan.
Dalam rangka itu program ini telah diperluas dengan program
Takesra/Kukesra, yang menghimpun dana dari anggota masyarakat
yang lebih mampu.
Dalam waktu satu setengah tahun saja hampir seluruh 10,7
juta keluarga Pra-Sejahtera dan Sejahtera I telah berhasil didorong
untuk menabung. Sementara itu, sebanyak 10,5 juta keluarga sudah
mendapatkan kredit untuk usaha (Kukesra). Kelompok usaha bersama
(KUBE) yang dibentuk melalui Program Kesejahteraan Sosial juga

19
telah mengembangkan usaha, meningkatkan pendapatan dan mem-
pertinggi kesetiakawanan sosial.
Pengembangan usaha bagi kelompok-kelompok penduduk miskin
di desa tertinggal tambah terdorong karena telah terbuka pasar
lokal melalui Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-
AS) yang menyerap hasil produksi Pokmas. Desa-desa tertinggal
yang terisolasi juga mulai membuka hubungan dengan masyarakat
yang lebih luas dengan adanya pembangunan prasarana desa
tertinggal. Pembangunan prasarana perdesaan ini sekaligus
menciptakan lapangan kerja dan alih teknologi bagi masyarakat
desa tertinggal.
Erat kaitannya dengan upaya meningkatkan kesejahteraan dan
menanggulangi kemiskinan adalah penciptaan lapangan kerja. Sejalan
dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi selama tahun
'93-'96, maka pertambahan angkatan kerja telah dapat diikuti oleh
perluasan kesempatan kerja. Angkatan kerja meningkat dari 81
juta orang pada tahun '93 menjadi 88,2 juta orang pada tahun '96,
atau bertambah 7,2 juta orang. Pada waktu yang sama, jumlah
pekerja meningkat dari 77 juta orang menjadi 83,9 juta orang,
atau bertambah 6,9 juta orang. Yang sangat membesarkan hati
adalah meningkatnya kemampuan tenaga kerja kita, yang berpengaruh
pula pada meningkatnya produktivitas. Sementara itu kesejahteraan
tenaga kerja diperbaiki dengan ditetapkannya upah minimum
regional (UMR). Pada tahun '97, UMR telah mencapai 95,3%
dari nilai kebutuhan fisik minimum (KFM). Perbaikan kesejahteraan
pekerja juga ditempuh melalui penerapan sistem jaminan sosial
tenaga kerja (Jamsostek).
Ukuran perbaikan kesejahteraan masyarakat lainnya adalah
ketersediaan energi dan protein, yang pada tahun '96 mencapai
3.208 kilo kalori dan 73,1 gram protein. Ini berarti tingkat kecukupan
yang dianjurkan dalam REPELITA VI telah kita lewati, yaitu
2.500 kilo kalori dan 55 gram protein per kapita per hari. Demikian
pula, dewasa ini konsumsi energi makin mendekati angka yang
dianjurkan dalam REPELITA VI, sedangkan konsumsi protein

20
bahkan telah melampauinya. Kondisi gizi masyarakat juga terus
meningkat.
Masyarakat kita yang bertambah sehat tampak dari kenyataan-
kenyataan yang berikut. Angka kematian bayi menurun dari 58
per seribu kelahiran hidup pada tahun '93 menjadi 52 per seribu
pada tahun '97. Angka ini mendekati sasaran akhir REPELITA
VI, yaitu 50 per seribu kelahiran hidup. Selanjutnya, angka kematian
ibu melahirkan menurun dari 425 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun '93 menjadi 390 per 100.000 pada tahun '94. Angka
kematian kasar menurun dari 7,9 per seribu penduduk pada tahun
'93 menjadi 7,5 per seribu penduduk pada tahun '97, yang berarti
telah mencapai sasaran akhir REPELITA VI. Sejalan dengan itu,
angka harapan hidup meningkat dari 62,7 tahun pada tahun '93
menjadi 64,2 tahun pada tahun '97, mendekati sasaran akhir
REPELITA VI yaitu 64,6 tahun.
Untuk terus meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, telah
dilaksanakan penyuluhan gizi masyarakat perdesaan di seluruh
posyandu yang berjumlah sekitar 257 ribu posyandu.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
secara lebih meluas dan merata, maka sejak PJP I telah dibangun
jaringan puskesmas dan rumah sakit. Pada tahun 1997/98 kita
telah memiliki 7.106 puskesmas dan 1.890 rumah sakit yang
tersebar merata di seluruh Tanah Air. Peningkatan sarana pelayanan
kesehatan tadi didukung oleh tenaga kesehatan dalam jumlah yang
terus bertambah banyak dan penyebaran yang makin merata; yang
terdiri dari belasan ribu dokter, 62 ribu bidan desa dan tenaga
paramedis lainnya.
Pembangunan kesehatan dan kesejahteraan keluarga tidak dapat
lepas dari pelayanan keluarga berencana. Sampai dengan tahun
1997/98 secara keseluruhan jumlah peserta KB aktif telah mencapai
sekitar 26,8 juta pasangan usia subur. Jumlah ini melebihi sasaran
dalam REPELITA VI yaitu 26,2 juta pasangan. Itulah sebabnya,
kita berhasil mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Perbaikan kesejahteraan rakyat jelas harus disertai dengan
penyediaan perumahan. Pembangunan rumah sederhana dan rumah

21
sangat sederhana telah mencapai lebih dari 550.000 buah, yang
berarti telah melampaui sasaran REPELITA VI sebanyak 500.000
buah. Di samping itu terns bertambah banyak pembangunan drainase,
pengelolaan persampahan, pengelolaan air limbah serta pengelolaan
air bersih yang menjangkau ratusan kota. Demikian pula, makin
banyak jumlah desa yang memperoleh pelayanan air bersih. Langkah-
langkah itu berarti perbaikan lingkungan hidup yang sangat penting.
Kemajuan besar lainnya adalah di bidang pendidikan. Memasuki
PJP II, Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Enam Tahun
ditingkatkan menjadi Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun. Langkah ini sangat penting untuk membangun
landasan yang kukuh bagi pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas pada tahap pembangunan berikutnya.
Dalam REPELITA VI kesempatan memperoleh pendidikan
telah bertambah luas. Mutu pendidikan telah meningkat pada semua
jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan makin jelas kaitannya
dengan dunia usaha dan kebutuhan lapangan kerja.
Ringkasnya, kesejahteraan rakyat secara keseluruhan telah
bertambah baik. Hal ini bisa terwujud karena kita berhasil mencapai
banyak kemajuan dalam pembangunan di bidang-bidang ekonomi
lainnya.
Pembangunan industri telah memperkukuh struktur ekonomi
nasional. Kaitannya dengan sektor lainnya bertambah erat serta
telah memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Perkembangan sektor industri ikut mendorong berkembangnya
kegiatan berbagai sektor pembangunan lainnya.
Dalam REPELITA VI telah berkembang industri yang
menghasilkan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan kehidupan rakyat, industri yang berorientasi ekspor,
industri yang menggunakan sumber daya nasional, industri yang
memiliki nilai strategis serta berdampak pada pengembangan industri
lainnya, dan industri yang dapat mengembangkan kegiatan ekonomi
di daerah-daerah di luar Jawa.
Berdasarkan harga konstan tahun '93, industri pengolahan
selama empat tahun pelaksanaan REPELITA VI telah tumbuh

22
rata-rata sekitar 10,3% per tahun, sedangkan industri pengolahan
non-migas tumbuh sekitar 11,4% per tahun. Laju pertumbuhan itu
melampaui sasaran pertumbuhan rata-rata per tahun yang ditetapkan
dalam REPELITA VI, yakni 10,2% untuk industri pengolahan dan
11,3% untuk industri pengolahan non-migas.
Proses industrialisasi telah menghasilkan perubahan pada
struktur ekonomi nasional: dari titik berat pada pertanian ke industri.
Pada tahun '93 peranan sektor industri dalam Produk Domestik
Bruto (PDB) sebesar 22,5%. Pada tahun '96 peranannya meningkat
menjadi 25,5%. Angka ini telah mendekati sasaran yang ditetapkan
dalam REPELITA VI, yaitu 25,9%.
Sampai tahun '96 sektor industri telah menyerap 2,3 juta
tenaga kerja. Industri kecil menyerap paling banyak tenaga kerja.
Industri kita menghasilkan produk yang makin banyak jumlahnya,
makin beraneka ragam jenisnya dan makin tinggi mutunya.
Ekspor hasil industri pengolahan non-migas cenderung
meningkat. Pada tahun '93 nilai ekspornya 23,3 miliar dolar Amerika.
Pada tahun '97 diperkirakan mencapai lebih dari 34 miliar dolar
Amerika. Pada tahun '97 peranan ekspor industri pengolahan non
migas terhadap keseluruhan ekspor nasional telah mencapai sekitar
65%.
Pertumbuhan ekspor hasil industri terutama berasal dari kenaikan
yang cukup tinggi pada komoditi unggulan seperti tekstil, kayu
olahan, produk kulit dan sepatu serta alas kaki, besi baja, permesinan
dan otomotif, elektronika, produk karet olahan, produk kimia dasar,
emas, perak dan logam mulia perhiasan lainnya.
Industri kecil makin besar peranannya dalam perluasan
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja, pengembangan ekonomi
perdesaan, penanggulangan kemiskinan, bahkan juga pada ekspor.
Selama tahun '93 - '96, ekspor industri kecil meningkat dengan
rata-rata sekitar 4,4%. Pada tahun '96 nilai ekspornya mencapai
2,5 miliar dolar Amerika.
Meskipun peranan sektor industri makin penting, namun
tidak berarti bahwa sektor pertanian tidak penting. Sebaliknya,

23
pembangunan nasional tetap akan bertumpu pada pertanian. Yang
perlu dilakukan adalah meningkatkan produktivitas dan nilai
tambahnya.
Produksi pertanian telah meningkat dan nilai tambah komoditas
pertanian juga bertambah besar. Antara tahun '93-'96, PDB sektor
pertanian tumbuh rata-rata 2,9% per tahun. Pertumbuhan ini masih
di bawah sasaran pertumbuhan REPELITA VI sebesar 3,3%. Namun,
dalam tahun-tahun itu pertumbuhan perikanan mencapai 5,1%,
perkebunan mencapai 4,7%, peternakan mencapai 4%, dan tanaman
pangan mencapai 1,6% per tahun. Pertumbuhan perikanan telah
mendekati sasaran REPELITA VI sebesar 5,2%. Pertumbuhan
perkebunan telah melampaui sasaran REPELITA VI sebesar 4,2%.
Pertumbuhan tanaman pangan di bawah sasaran REPELITA VI
sebesar 2,5%, karena musim kemarau berkepanjangan pada tahun
'94 dan terjadi lagi pada tahun '97. Perkembangan itu menunjukkan
bahwa perikanan dan perkebunan telah menjadi sumber pertumbuhan
baru dalam sektor pertanian.
Selama REPELITA VI jumlah tenaga kerja yang diserap
sektor pertanian cenderung menurun. Pada tahun '93 sektor pertanian
menyerap sekitar 40,1 juta orang atau 50,6% dari jumlah tenaga
kerja. Pada tahun '96 jumlahnya menurun menjadi 37,7 juta orang
atau 44% dari seluruh tenaga kerja. Namun, dalam waktu yang
bersamaan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian meningkat
dari Rp 1,5 juta per orang pada tahun '93 menjadi Rp 1,7 juta per
orang pada tahun '96 atau naik dengan rata-rata 4,9% per tahun.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian ini telah melampaui
sasaran REPELITA VI sebesar 2,4%.
Menurunnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dan
meningkatnya produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian, yang
disertai dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor
industri dan jasa, menunjukkan sedang terjadinya proses perubahan
struktur perekonomian nasional. Perubahan struktur itu baik dan
benar arahnya.
Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari pembangunan
prasarana pengairan. Pembangunan pengairan telah meningkatkan

24
luas areal sawah beririgasi dari 5,5 juta hektar pada akhir REPELITA
V menjadi 5,9 juta hektar pada tahun keempat REPELITA VI.
Sasaran akhir REPELITA VI seluas 6,3 juta hektar.
Untuk mempertahankan swasembada pangan, telah dibangun
jaringan irigasi baru dan pencetakan sawah, yang seluruhnya seluas
161 ribu hektar, berada di luar Pulau Jawa. Untuk mengatasi
dampak kekeringan dan sekaligus menunjang peningkatan pendapatan
penduduk di perdesaan telah dilaksanakan rehabilitasi jaringan
irigasi perdesaan yang selama REPELITA VI mencapai 1,4 juta
hektar. Selain itu, telah diperluas pembangunan jaringan rawa,
serta pengembangan lahan gambut sebagai lahan produksi baru di
Kalimantan Tengah.
Kemajuan pembangunan pengairan dan irigasi erat kaitannya
'
dengan kegiatan di bidang kehutanan, terutama dalam penyediaan
sumber daya air secara lestari serta terkendalinya erosi dan
sedimentasi. Sampai dengan tahun keempat REPELITA VI telah
direhabilitasi hutan-hutan yang rusak dan lahan hutan kritis seluas
2,6 juta hektar. Pembangunan hutan tanaman industri (HTI) meliputi
lahan seluas 1,2 juta hektar atau mencapai sekitar 94% dari
sasaran akhir REPELITA VI. Pembangunan hutan rakyat mencapai
luas 474,4 ribu hektar, melebihi sasaran akhir REPELITA VI
seluas 250 ribu hektar.
Selanjutnya, Saudara Ketua yang terhormat, pembangunan
transportasi darat diperkirakan dapat mencapai sasaran REPELITA
VI. Sebagian besar pembangunan transportasi darat ini adalah
program pembangunan prasarana jalan.
Angkutan sungai, danau dan penyeberangan bertambah baik
dengan bertambahnya jumlah dermaga dan kapal penyeberangan.
Angkutan sungai dan danau penting sekali sebagai alat transportasi
di daerah pedalaman dan daerah terpencil.
Kemajuan-kemajuan berarti juga tercapai dalam pembangunan
transportasi laut dan udara.
Sementara itu, sektor pertambangan mengalami pertumbuhan
rata-rata 6% per tahun selama empat tahun REPELITA VI.

25
Pertumbuhan ini melampaui sasaran pertumbuhan REPELITA VI,
yaitu rata-rata 4% per tahun. Yang menonjol peningkatannya adalah
produksi batubara, baik untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri
maupun untuk ekspor. Produksinya meningkat dari 28,6 juta ton
pada akhir REPELITA V menjadi 54 juta ton pada tahun 1997/98.
Peningkatan ini telah mengangkat Indonesia menjadi produsen
batubara terbesar ke-3 di kawasan Asia Pasifik dan pengekspor
terbesar ke-3 di dunia. Ekspor batubara pada tahun keempat
REPELITA VI yang berjumlah 39,3 juta ton telah melampaui
sasaran akhir REPELITA VI, sebesar 39,1 juta ton. Produksi dan
ekspor bahan tambang lainnya pada umumnya juga menunjukkan
peningkatan, meskipun harga di pasar internasional tidak selalu
menggembirakan.
Produksi minyak dan gas bumi dapat dipertahankan sesuai
dengan sasaran REPELITA VI. Selain karena penemuan lapangan
baru, hal itu juga dari pemanfaatan teknologi maju seperti enhanced
oil recovery.
Dalam REPELITA VI kita mengupayakan turunnya pangsa
minyak bumi dalam penyediaan energi dan meningkatnya pangsa
energi non-minyak bumi. Sasaran pangsa minyak bumi dalam
penyediaan energi primer pada tahun 1997/98 adalah 53,2%. Sasaran
ini telah tercapai, karena pada tahun itu pangsa minyak bumi telah
turun menjadi 53,1%.
Pembangunan tenaga listrik diperkirakan dapat memenuhi
keperluan pertumbuhan ekonomi. Keperluan listrik untuk daerah
perdesaan ditunjang oleh penggunaan tenaga mikrohidro dan energi
surya.

Sidang Majelis yang terhormat;


Salah satu sektor unggulan dalam perekonomian nasional
adalah pariwisata. Kemajuan kepariwisataan tampak dari meningkatnya
jumlah penerimaan devisa dan dari jumlah kunjungan wisatawan
dari luar negeri. Selanjutnya, selama 4 tahun terakhir kegiatan
kepariwisataan telah membuka hampir 700 ribu lapangan kerja
baru.

26
Kemajuan-kemajuan pesat juga tercapai dalam bidang pos
dan telekomunikasi, yang besar sumbangannya bagi kemajuan
pembangunan di sektor-sektor lainnya.
Peningkatan pembangunan di segala bidang memerlukan
penguasaan dan pengetrapan; ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
terlebih lagi dalam memasuki era globalisasi dan persaingan yang
makin ketat. Pembangunan iptek memerlukan biaya yang besar.
Karena itu pelaksanaannya kita sesuai kan dengan kemampuan
pembiayaannya.
Penguasaan iptek ini mencapai kemajuan yang sangat besar,
yang dibuktikan oleh kemampuan putera-puteri Indonesia untuk
merancang dan membuat sendiri pesawat terbang canggih dalam
kelasnya, yaitu N-250.

Sidang Majelis yang terhormat;


Pemerataan merupakan segi penting dari pembangunan kita
yang harus kita wujudkan.
Karena itu kebijakan dan dorongan pembangunan perlu sekali
memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi regional. Selama tiga
tahun pertama REPELITA VI rata-rata kinerja pembangunan daerah
untuk semua propinsi telah mencapai sasaran REPELITA VI.
Propinsi-propinsi di kawasan Indonesia sebelah timur ternyata tumbuh
lebih tinggi dibanding dengan yang berada di kawasan sebelah
barat. Selain itu, penurunan angka kemiskinan di kawasan sebelah
timur ternyata juga lebih besar dibanding di kawasan sebelah
barat.
Dalam pada itu, program transmigrasi dalam REPELITA VI
telah memberi sumbangan yang penting terhadap penyebaran
penduduk, pengentasan kemiskinan, peningkatan pemerataan
pembangunan antar daerah, serta pengintegrasian masyarakat.
Untuk mewujudkan pemerataan, lebih-lebih untuk melaksanakan
amanat Pasal 33 UUD '45, maka peran koperasi bertambah penting
sebagai badan usaha dan wadah ekonomi rakyat. Bidang usahanya
meluas di berbagai sektor produksi dan jasa, terutama dalam

27
bidang usaha simpan pinjam. Di wilayah perdesaan koperasi telah
berkembang menjadi lembaga ekonomi masyarakat yang utama.
Sampai dengan tahun keempat REPELITA VI telah terbentuk
lebih dari 52.000 koperasi dengan nilai usaha Rp 13,6 triliun dan
jumlah anggota lebih dari 28 juta orang. Di antaranya, lebih dari
12.000 koperasi telah berkembang menjadi koperasi mandiri. Sekitar
4.700 koperasi --termasuk sejumlah koperasi simpan pinjam-- telah
berkembang menjadi usaha berskala menengah dan besar, dengan
nilai usaha lebih dari Rp 1 miliar setiap tahun.
Pembangunan tidak mungkin membawa kemajuan, bila tidak
didukung oleh kemampuan aparatur negara yang memadai. Dengan
segala kekurangannya, kemampuan aparatur negara kita jelas
meningkat dalam bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
tugas-tugas pemerintahan umum maupun tugas-tugas pembangunan.

Sidang Majelis yang saya hormati;


Demikian lah secara menyeluruh pelaksanaan tugas Presiden
selama lima tahun yang lalu, yang telah di percayakan oleh Majelis
kepada saya. Di dalamnya termasuk pelaksanaan pembangunan
yang diamanatkan oleh GBHN '93. Laporan pertanggungjawaban
yang lengkap dan rinci mengenai pelaksanaan pembangunan itu
termuat dalam buku tebal, yang menjadi lampiran dari laporan
pertanggungjawaban ini.
Sampai pertengahan tahun lalu semuanya berjalan lancar.
Pembangunan kita berjalan mulus. Ada sejumlah sasaran REPELITA
VI yang tercapai. Malahan ada pula yang berhasil kita lampaui.
Sejak pertengahan kedua tahun lalu gelombang gejolak moneter
datang menghantam. Seakan-akan semua yang. kita bangun dengan
susah payah, kadang-kadang dengan kepedihan dan pengorbanan,
tiba-tiba saja tergoyang-goyang. Kita bukannya tidak tahu akan
kemungkinan yang temyata datang itu.
Di waktu-waktu yang lalu saya beberapa kali mengatakan
bahwa mau tidak mau, suka tidak suka, slap tidak siap, kita pasti
merasakan pengaruh menjadi satunya perekonomian dunia. Pengaruh

28
itu datang lebih cepat dari yang kita perkirakan. Akibat-akibat
buruknya jauh lebih besar dari yang dapat kita bayang kan.
Ternyata ketahanan ekonomi kita tidak cukup kuat menghadapi
pukulan dari luar. Lagi pula, di samping pengaruh dari luar,
sebagian dari kesulitan yang kita derita hari ini adalah juga karena
kelemahan dalam tubuh kita sendiri.
Kita tidak perlu mencari kambing hitam. Juga tidak ada
gunanya mencari kambing hitam.
Jauh lebih berguna kita mawas diri. Kita mencari hikmah
dari musibah ini.
Dengan penuh kesadaran kita harus berani melihat kelemahan
dan kekurangan kita sendiri. Dari kelemahan itu kita cari kekuatan.
Jika kita berhasil keluar dari kesulitan ini, maka tubuh kita
sebagai bangsa akan lebih kuat. Sebab, kelemahan-kelemahan yang
ada selama ini akan terkikis.
Kita hams bersedia melakukan apa saja yang harus kita
lakukan untuk membebaskan bangsa kita dari krisis ini. Dengan
penuh kesadaran kita harus mengutamakan kepentingan nasional
dan kepentingan bersama di atas kepentingan kita masing-masing.
Dengan hati mantap seperti itu, bangsa kita pasti dapat mengatasi
semua ujian berat yang sedang kita hadapi. Selanjutnya, kita dapat
meneruskan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Sidang Majelis yang saya hormati;
UUD menegaskan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat,
dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Penjelasan UUD mengingatkan bahwa Presiden yang diangkat oleh
Majelis, bertunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis.
Saya telah mengakhiri laporan pertanggungjawaban saya kepada
Majelis, yang mengangkat saya selaku Presiden. Sekarang, saya
bertunduk kepada Majelis yang akan menilai pertanggungjawaban
saya.
Izinkan saya mengakhiri kata-kata saya, dengan mengajak
segenap bangsa kita untuk bersama-sama memohon kepada Tuhan

29
Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Pemurah kiranya memberi
kekuatan lahir batin kepada kita semua dalam menghadapi cobaan
berat yang sedang kita hadapi ini.
Terima kasih.

Jakarta, 1 Maret 1998

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO

30

Anda mungkin juga menyukai