Anda di halaman 1dari 20

PIDATO 1

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam


Damai Sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,
Namo
Buddhaya

Yang saya hormati, para Pimpinan dan seluruh anggota MPR, Yang
saya hormati, Wakil Presiden Republik Indonesia,
Yang saya hormati, Bapak Prof Dr. BJ Habibie, Presiden Republik Indonesia ke 3, Ibu Megawati
Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia ke-5, Bapak Try Sutrisno, Wakil Presiden Republik
Indonesia ke-6, Bapak Hamzah Haz, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-9,
Yang saya hormati, Bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik Indonesia ke-6,
Bapak Prof Dr Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia ke-11,
Yang saya hormati, para pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara,
Yang saya hormati dan saya muliakan, kepala negara dan pemerintahan serta utusan khusus dari
negara-negara sahabat,
Para tamu, undangan yang saya hormati,
Saudara-saudara sebangsa, setanah air,
Hadirin yang saya muliakan,

Baru saja kami mengucapkan sumpah, sumpah itu memiliki makna spritual yang dalam, yang
menegaskan komitmen untuk bekerja keras mencapai kehendak kita bersama sebagai bangsa yang
besar.

Kini saatnya, kita menyatukan hati dan tangan. Kini saatnya, bersama-sama melanjutkan ujian sejarah
berikutnya yang maha berat, yakni mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang
politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Saya yakin tugas sejarah yang berat itu akan bisa kita pikul bersama dengan persatuan, gotong royong
dan kerja keras. Persatuan dan gotong royong adalah syarat bagi kita untuk menjadi bangsa besar. Kita
tidak akan pernah besar jika terjebak dalam keterbelahan dan keterpecahan. Dan, kita tidak pernah
betul-betul merdeka tanpa kerja keras.

Pemerintahan yang saya pimpin akan bekerja untuk memastikan setiap rakyat di seluruh pelosok
tanah air, merasakan kehadiran pelayanan pemerintahan. Saya juga mengajak seluruh lembaga
Negara untuk bekerja dengan semangat yang sama dalam menjalankan tugas dan fungsinya
masing-masing. Saya yakin, Negara ini akan semakin kuat dan berwibawa jika semua lembaga
negara bekerja memanggul mandat yang telah diberikan oleh Konstitusi.

Kepada para nelayan, buruh, petani, pedagang bakso, pedagang asongan, sopir, akademisi, guru, TNI,
POLRI, pengusaha dan kalangan profesional, saya menyerukan untuk bekerja keras, bahu membahu,
bergotong rotong. Inilah, momen sejarah bagi kita semua untuk bergerak bersama untuk bekerja…
bekerja… dan bekerja

Hadirin yang Mulia,


Kita juga ingin hadir di antara bangsa-bangsa dengan kehormatan, dengan martabat, dengan harga
diri. Kita ingin menjadi bangsa yang bisa menyusun peradabannya sendiri. Bangsa besar yang kreatif
yang bisa ikut menyumbangkan keluhuran bagi peradaban global.

Kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim.
Samudra, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama
memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk.

Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di Laut justru kita jaya,
sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Kerja besar membangun bangsa tidak mungkin dilakukan sendiri oleh Presiden, Wakil Presiden ataupun
jajaran Pemerintahan yang saya pimpin, tetapi membutuhkan topangan kekuatan kolektif yang
merupakan kesatuan seluruh bangsa.

Lima tahun ke depan menjadi momentum pertaruhan kita sebagai bangsa merdeka. Oleh sebab itu,
kerja, kerja, dan kerja adalah yang utama. Saya yakin, dengan kerja keras dan gotong royong, kita akan
akan mampu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada Yang Mulia kepala negara dan pemerintahan serta utusan khusus
dari negara-negara sahabat.

Saya ingin menegaskan, di bawah pemerintahan saya, Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar
ketiga dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, sebagai negara kepulauan, dan sebagai negara
terbesar di Asia Tenggara, akan terus menjalankan politik luar negeri bebas-aktif, yang diabdikan untuk
kepentingan nasional, dan ikut serta dalam menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya, atas nama pribadi, atas nama Wakil Presiden
Muhammad Jusuf Kalla dan atas nama bangsa Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada Bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Prof. Dr. Boediono yang telah memimpin
penyelenggaraan pemerintahan selama lima tahun terakhir.

Hadirian yang saya muliakan,

Mengakhiri pidato ini, saya mengajak saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk mengingat satu
hal yang pernah disampaikan oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Bung Karno, bahwa untuk
membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai, kita harus
memiliki jiwa cakrawarti samudera; jiwa pelaut yang berani mengarungi gelombang dan
hempasan ombak yang menggulung.

Sebagai nahkoda yang dipercaya oleh rakyat, saya mengajak semua warga bangsa untuk naik ke atas
kapal Republik Indonesia dan berlayar bersama menuju Indonesia Raya. Kita akan kembangkan layar
yang kuat. Kita akan hadapi semua badai dan gelombang samudera dengan kekuatan kita sendiri. Saya
akan berdiri di bawah kehendak rakyat dan Konstitusi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
merestui upaya kita bersama.

Merdeka !!!, Merdeka !!! Merdeka !!! Wassalamu’alaikum


Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Tuhan
memberkati,
Om Shanti Shanti Shanti
Om, Namo Buddhaya
Joko Widodo

ANALISIS:
Dipidato ini, bapak presiden Jokowi Dodo mengajak seluruh kalangan masyarakat Indonesia untuk
bersatu dalam membangun bangsa agar bangsa ini bisa menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan sila
ketiga dari pancasila yaitu persatuan Indonesia. ya, menurut saya hal itu sangat penting dalam
berkebangsaan dan bernegara. Kita harus bersatu dalam membangun bangsa kita agar menjadi bangsa
yang lebih baik, bangsa yang maju, dan bangsa yang terdepan.

PIDATO 2
Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan
para Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang saya hormati;
Para undangan dan hadirin yang berbahagia;
Saat ini, dengan hati yang setulus-tulusnya saya berdiri di hadapan Majelis yang
agung ini untuk melaksanakan kewajiban konstitusional Presiden Republik Indonesia, ialah
menyampaikan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas Presiden/Mandataris Majelis.
Praktek penyelenggaraan negara seperti ini telah ber- langsung lima kali
berturut-turut dalam sejarah kita.
Lima tahun yang lalu MPR bersidang untuk menetapkan GBHN '88. Lima tahun
yang lalu, MPR mengangkat Presiden sebagai Mandataris MPR untuk melaksanakan
GBHN itu. Selama lima tahun kemudian, Presiden melaksanakan GBHN dan keputusan-
keputusan MPR lainnya. Dan hari ini, Presiden mempertanggungjawabkan kepada
Majelis segala kebijakan, langkah dan tindakannya dalam menjalankan GBHN dan
memimpin bangsa dan negara ini. Selanjutnya, dalam beberapa
hari persidangan ini Majelis akan menilai pertanggungjawaban Mandatarisnya. Dengan itu
bulatlah putaran lima tahunan mekanisme kepemimpinan nasional seperti yang
dikehendaki oleh UUD.
Saya merasa sangat berbahagia, karena saya memperoleh kesempatan sejarah
sebagai salah seorang yang ikut memberi sumbangan pada penyelenggaraan negara yang
demikian penting itu. Saya merasa mendapat kehormatan besar dari rakyat dan
bangsa Indonesia. Untuk karunia itu, saya menengadahkan tangan dan memanjatkan
rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Sidang Umum Majelis ini akan menentukan garis-garis besar daripada haluan negara
untuk jangka waktu lima tahun yang akan datang. Setiap sidang Majelis jelas merupakan
peristiwa kenegaraan yang sangat penting; karena Majelis adalah penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia, pemegang kedaulatan rakyat. Tetapi kali ini persidangan Majelis
mempunyai makna yang sangat khusus dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan
bangsa kita selanjutnya. Garis-garis besar daripada haluan negara yang akan ditetapkan
oleh Majelis nanti akan merupakan pancangan tonggak sejarah bagi bangsa kita, akan
menandai zaman tinggal landas bagi bangsa kita, akan merupakan pintu gerbang dari
tahapan lebih lanjut dari perjuangan besar bangsa kita.
Telah menjadi tekad nasional kita bahwa setelah merampungkan tugas besar
pelaksanaan lima kali REPELITA, setelah kita menyelesaikan Pembangunan Jangka
Panjang 25 Tahun Pertama, kita berketetapan hati untuk memasuki era tinggal landas.
Dalam tahap tinggal landas itu kita bertekad untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Dalam tahap tinggal landas itu kita berbulat hati untuk
berusaha membangun dengan kemandirian. Dalam era tinggal landas itu kita harus
mengejar ketinggalan kita dari bangsa-bangsa lain yang telah lebih maju dari kita.
Dalam era tinggal landas itu kita akan duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi
dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih maju.
Tugas-tugas besar itulah yang berada di hadapan kita semua. Cita-cita besar itu,
kita semua yakin dihayati sepenuhnya oleh wakil seluruh bangsa kita dalam
persidangan Majelis ini.
Dalam menjalankan kepemimpinan bangsa selama lima tahun yang lalu, Saudara
Ketua yang terhormat, saya selalu berpedoman pada sikap realisme yang
berpengharapan. Artinya, kenyataan kita lihat sesuai dengan apa adanya. Yang baik
kita lihat dengan penuh keyakinan, untuk bekal pendorong kemajuan selanjutnya.
Yang buruk kita terima dengan penuh kesadaran, untuk bekal perbaikan dan agar
tidak terulang kembali. Dengan begitu sebagai bangsa kita membuat yang sudah baik
menjadi lebih baik lagi dan membuat yang kurang baik menjadi baik. Semangat itulah
yang ikut mewarnai laporan pertanggungjawaban saya hari ini.
Secara konstitusional, saya menyadari sedalam-dalamnya, bahwa
pertanggungjawaban ini adalah tanggung jawab tunggal yang tidak terbagi dengan
siapapun juga dalam kedudukan saya selaku Mandataris Majelis. Tetapi, dalam
pertanggungjawaban itu terkandung pengalaman bersama kita sebagai bangsa dalam
kurun waktu lima tahun yang terakhir.

Kurun waktu lima tahun terakhir merupakan pelaksanaan REPELITA V. Kurun


waktu itu sekaligus merupakan penutup Pembangunan Jangka Panjang 25 Tabun
Pertama. Dalam GBHN '88 ditegaskan bahwa sasaran utama pembangunan 25
tahun pertama adalah meletakkan landasan yang kuat bagi bangsa kita, agar dalam
pembangunan 25 tahun kedua kita benar-benar sanggup memasuki era tinggal
landas. Karena itulah, Saudara Ketua yang terhormat, dalam laporan
pertanggungjawaban saya kali ini saya merasa wajib merangkum semua
pengalaman bersama kita dalam kurun waktu 25 tahun yang lalu. Tidak lain harapan
saya, mudah-mudahan, rangkuman pengalaman bersama itu dapat menjadi bahan
bagi Majelis dalam merancang masa depan bangsa kita dalam kurun waktu
seperempat abad yang akan datang.
Saya juga menyadari sepenuhnya, bahwa pembangunan adalah karya besar
bersama kita sebagai bangsa. Karena itu izinkan saya, Saudara Ketua yang
terhormat, menggunakan kesempatan ini untuk berbicara langsung kepada seluruh
bangsa Indonesia yang menjadi satu-satunya tujuan pengabdian tugas kenegaraan
saya sebagai Presiden Republik ini.
Sidang Majelis yang saya muliakan;

Dari GBHN '88 saya menangkap tugas utama kita sebagai bangsa dalam kurun
waktu lima tahun yang lalu adalah mencapai dua tujuan kembar dari pembangunan
kita pada umumnya dan tujuan REPELITA V khususnya. Yang pertama adalah, mening-
katkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata
dan adil. Yang kedua adalah, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap
pembangunan berikutnya. Kedua tujuan kembar itulah yang menjadi pedoman saya
dalam memimpin bangsa ini.
Pedoman penting lainnya yang saya pegang teguh dalam memimpin bangsa ini
adalah Trilogi Pembangunan. Dari GBHN '88 saya memahami Trilogi Pembangunan
itu dalam pengertian yang dinamis. Saya selalu mengingat pesan Penjelasan UUD,
agar kita selalu memperhatikan dinamika yang ada dalam masyarakat. Saya juga
memahami, bahwa dinamika masyarakat kita itu merupakan bagian dari dinamika
yang berkembang pesat di dunia dewasa ini. Dengan semangat itulah saya laksanakan
GBHN '88. Saya selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencari perpaduan yang terbaik
dari upaya-upaya mewujudkan pemerataan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan
menjaga stabilitas nasional yang dinamis.
Dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawab Presiden, saya selalu
diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Saya telah berusaha sekuat tenaga untuk
melaksanakan pesan UUD agar dalam melaksanakan tugasnya Presiden selalu
memperhatikan sungguh-sungguh suara Dewan. Saya berusaha dengan pikiran
jernih memahami suara Dewan itu, baik yang
lantang maupun yang diungkapkan secara halus dan tersamar. Para Menteri selalu
melaporkan kepada saya suasana rapat kerja dengan Komisi-komisi Dewan. Dengar
pendapat Komisi-komisi Dewan dengan pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen maupun dengan berbagai kalangan dalam masyarakat selalu saya ikuti
dengan penuh perhatian.
Sesuai dengan kehendak UUD, Dewan Pertimbangan Agung banyak memberi
pertimbangan kepada saya dalam pelaksanaan tugas-tugas kepresidenan.
Badan Pemeriksa Keuangan secara teratur dan berkala telah melakukan
pemeriksaan terhadap tanggung jawab tentang keuangan negara. Ini merupakan
pelaksanaan dari ketentuan UUD dan undang-undang yang berlaku. Hasil temuan
Badan Pemeriksa Keuangan ini telah digunakan oleh Pemerintah untuk mengambil
tindakan yang diperlukan dan memperbaiki pengelolaan keuangan negara.
Seperti yang dikehendaki oleh UUD dan undang-undang, kekuasaan kehakiman
secara keseluruhan telah menjalankan kekuasaannya yang merdeka. Mahkamah Agung
makin mantap menjalankan fungsinya dalam menegakkan hukum dan keadilan di
negeri ini. Dengan segala kekurangannya yang masih ada, kekuasaan kehakiman
bertambah kewibawaannya sebagai benteng terakhir penjaga keadilan. Adanya
Peradilan Tata Usaha Negara merupakan tonggak sejarah keadilan yang penting di
negara kita yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan ini. Tidak jarang, pejabat-
pejabat negara dan aparatur pemerintahan umumnya dituntut oleh pihak-pihak yang
merasa dirugikan di hadapan Peradilan Tata Usaha Negara.
Secara ringkas, kita telah berusaha memantapkan kedudukan, tugas, fungsi dan
saling berhubungannya lembaga tertinggi negara dan lembaga-lembaga tinggi negara
menurut ketentuan dan semangat UUD. Ini merupakan sumbangan yang besar
artinya dalam pembangunan politik dan pemeliharaan stabilitas nasional yang
dinamis.
Sejak semula kita menyadari pentingnya pembangunan politik bagi suksesnya
pembangunan. Kita juga menyadari bahwa pembangunan politik itu merupakan bagian
yang tidak mudah dari keseluruhan pembangunan bangsa.
Itulah sebabnya, sejak tahun '66 dahulu kita mencapai kesepakatan nasional
untuk mengadakan pembaharuan dan penyederhanaan kehidupan politik untuk
menjamin stabilitas nasional yang dinamis dan sekaligus untuk menjamin kelancaran
pembangunan.
Kita telah berhasil menata kembali lembaga-lembaga politik kita. Tugas bersama
kita selanjutnya adalah terus memantapkan lembaga-lembaga politik itu agar terus
menerus memberi kesegaran dan dinamika kehidupan politik kita.
Dalam membangun kehidupan politik tadi kita jelas tidak akan kembali ke
belakang. Pengalaman kita menunjukkan kegagalan demokrasi liberal maupun
demokrasi terpimpin untuk mendukung pembangunan bangsa kita. Sebaliknya, kita
harus memandang ke depan untuk meningkatkan penerapan demokrasi berdasarkan
Pancasila sejalan dengan kemajuan yang kita capai dalam pembangunan pada
umumnya. Di samping kemajuan di bidang ekonomi, tahap yang lebih maju dari
pembangunan politik juga merupakan tolok ukur dari kemajuan pembangunan bangsa
kita.
Penegasan kita bahwa Pancasila adalah satu-satunya asas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta penegasan kita bahwa Pancasila adalah
ideologi terbuka, merupakan kesepakatan bersama kita yang sangat mendasar untuk
menjaga kemantapan stabilitas nasional yang dinamis. Penegasan kita bahwa
pembangunan adalah pengamalan Pancasila memberi kesegaran dalam kehidupan
politik kita dan membuat kehidupan politik itu ada kaitannya langsung dengan
pembangunan.
Jika kita menengok sekitar kita, maka kita sangat bersyukur bahwa pembaharuan
politik yang kita lakukan itu berjalan dengan selamat. Dengan rasa prihatin kita
menyaksikan bangsa-bangsa lain yang masih bergumul untuk menata sistem
politik mereka.
Tidak sedikit bangsa-bangsa yang dalam menata kembali kehidupan politiknya itu
justru tergelincir pada kemelut yang berkepanjangan karena munculnya sukuisme yang
sempit, pertentangan agama dan kepicikan wawasan. Beberapa di- antaranya, malahan,
mengalami pergolakan dan perpecahan dari dalam.

Itulah sebabnya pengembangan kehidupan demokrasi kita lakukan dengan sangat


hati-hati, dengan menjaga iramanya yang pas dengan kemajuan pembangunan dan
dengan menjaga arah yang tetap pada pengamalan Pancasila.
Penyegaran kehidupan politik terus berlangsung. Wujudnya yang paling nyata
adalah pelaksanaan pemilihan umum. Telah lima kali kita menjalankan pemilihan
umum di bawah naungan UUD '45. Dari waktu ke waktu pelaksanaannya lebih baik,
lebih segar dan lebih semarak. Dalam setiap kali pemilihan umum selama ini, rata-
rata sembilan dari sepuluh mereka yang berhak memilih telah ikut memberikan
suaranya. Jumlah ini sangat tinggi; jauh lebih tinggi dari negara-negara lain yang
kehidupan demokrasi dan kenegaraannya sudah sangat lama. Semuanya ini
menunjukkan bahwa kesadaran politik rakyat Indonesia sangat tinggi. Semuanya tadi
juga menunjukkan bahwa kehidupan demokrasi dan kehidupan politik kita terus
berkembang, ber- tambah segar.
Tema-tema kampanye pemilihan umum yang terakhir menonjolkan program-
program yang ditawarkan oleh kekuatan- kekuatan sosial politik kepada bangsanya.
Kampanye pemilihan umum yang terakhir menyadarkan kita semua bahwa program-
program untuk masa depan tidak kalah menarik dibanding dengan kampanye yang
berbau ideologi golongan atau asas ciri golongan, yang hanya meninggalkan
ketegangan, keretakan dan luka-luka bangsa. Kita bersama-sama telah membuktikan
bahwa Pancasila sebagai satu-satunya asas, tetap memberi ruang gerak bagi
kehidupan politik dan demokrasi kita, memperkaya gagasan- gagasan kita,
menggairahkan kehidupan keagamaan kita, menjamin
hak mengeluarkan pendapat dan suara, mendewasakan pelaksanaan hak-hak asasi
manusia.
ABRI telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan demokrasi
kita yang berdasarkan Pancasila itu. Sejarah telah melahirkan ABRI sebagai
kekuatan perjuangan bangsa yang ikut melahirkan, mempertahankan dan
menegakkan kemerdekaan nasional. Karena itu ABRI ikut memikul tanggung jawab
atas keselamatan perjalanan bangsa dan negara kita menuju tercapainya cita-cita
kemerdekaan bangsa. Itulah hakiki dari peranan ABRI sebagai kekuatan sosial politik.
Sebagai kekuatan pertahanan keamanan, ABRI telah berhasil melindungi kedaulatan
bangsa kita, menjaga keutuhan wilayah nasional kita, menciptakan keamanan dan
ketertiban kita. Dengan terus melaksanakan doktrin pertahanan keamanan rakyat
semesta, dengan terus manunggal dengan rakyat yang diabdinya, dengan tetap
mengembangkan kekuatan yang kecil tetapi efektif, peranan dwi fungsi ABRI itu
memberi sumbangan yang besar bagi terciptanya stabilitas nasional yang dinamis.
Dinamika terhadap stabilitas nasional terasa pula pada kehidupan pers kita.
Jumlah dan jenis penerbitan bertambah banyak serta bertambah mutunya. Isinya
menampilkan kenyataan dan perkembangan masyarakat kita, menampilkan
pandangan dan aspirasi berbagai kalangan masyarakat, menampilkan masalah-
masalah yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat luas. Dengan segala
kekurangan yang masih ada, pers kita tumbuh makin bebas dan makin bertanggung
jawab. Pers telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa kita, memperluas
wawasannya dan memperkaya informasi yang diperlukan oleh masyarakat yang
makin terbuka.

Dalam rangka pembangunan hukum, sejak tahun '66 sampai sekarang,


Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat telah melahirkan 295 buah
undang-undang. Selama kita memasuki REPELITA V sampai hari ini telah dihasilkan 54
buah undang- undang.
Keterbukaan, kegairahan dan dinamika masyarakat kita perlu dijaga agar
berlangsung secara tertib dan berkeadilan. Itulah sebabnya selama ini kita terus
melakukan pembangunan dan penerapan hukum. Salah satu hasil karya hukum kita
yang sangat penting adalah Undang-undang No. 8 tahun '81 yang berupa kodifikasi di
bidang hukum acara pidana. Di sini antara lain diberi jaminan yang jelas mengenai
perlindungan terhadap hak- hak asasi manusia. Dalam banyak undang-undang kita
yang lain tersebar jaminan terhadap hak-hak asasi manusia itu. Sejumlah pasal
berbagai undang-undang kita malahan memberi jaminan perlindungan hak-hak asasi
manusia yang lebih baik dari negara- negara maju.

Bangsa Indonesia lahir dari perjuangan untuk menegakkan hak asasi manusia
yang paling utama, ialah hak untuk merdeka. Bangsa Indonesia pernah dirampas hak-
hak asasinya oleh kekuasaan penjajahan asing lebih dari 350 tahun lamanya. Karena
itu, kita adalah bangsa yang sangat memahami makna dan hakikat hak asasi manusia
itu. Kalimat pertama Pembukaan UUD kita menegaskan bahwa sesungguhnya
kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dasar negara kita dan pandangan hidup kita, Pancasila, menjunjung tinggi
kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam pasal-pasal UUD kita tercantum jaminan
terhadap berbagai hak-hak asasi manusia yang paling pokok. Penjabaran dan
pengembangannya lebih lanjut dituangkan dalam berbagai undang-undang. UUD kita
yang memuat jaminan terhadap hak- hak asasi manusia itu lahir tiga tahun lebih
dahulu dari Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia dalam tahun '48.

Seluruh bangsa dan negara di dunia dewasa ini menjunjung tinggi cita-cita luhur
mengenai hak-hak asasi manusia. Namun jelas terdapat perbedaan regional dan
nasional mengenai pemahaman, pelembagaan dan pelaksanaan dari hak-hak itu. Ini
wajar-wajar saja. Karena itu tidak perlu dihindari.
Negara-negara di dunia dewasa ini tidak hanya berbeda latar belakang sejarah dan
kebudayaannya. Mereka juga berbeda dalam taraf kemajuannya. Sebagian kecil telah
sangat tinggi taraf hidupnya. Sebagian lainnya sedang mengejar taraf hidup yang
tinggi tadi. Tetapi, bagian terbesar bangsa-bangsa masih bergumul dalam perjuangan
berat melawan keterbelakangan, kelaparan, penyakit dan kebodohan. Perbedaan taraf
hidup itu mempunyai pengaruh besar terhadap penerapan hak-hak asasi manusia.
Persoalan terbesar yang kita hadapi, bukanlah sekedar memberi jaminan mengenai
hak-hak asasi manusia. Melainkan, membangun kehidupan sosial ekonomi untuk
menjamin tumbuh dan berkembangnya kemanusiaan itu sendiri. Sejak semula kita
telah menegaskan bahwa hakikat pembangunan kita adalah membangun manusia
Indonesia yang utuh dan membangun seluruh masyarakat Indonesia.
Demikianlah , Saudara Ketua yang terhormat, perkembangan pembangunan politik
kita yang bergerak dengan kegairahan dan kesegaran sehingga mengantarkan bangsa ini
pada taraf kemajuannya sampai hari ini.
Karena stabilitas nasional kita bertambah mantap, karena ketahanan nasional kita
bertambah kuat, maka saya tidak pernah menggunakan wewenang yang dilimpahkan
kepada Presiden/ Mandataris berdasar Ketetapan MPR No. VI/MPR/1988.

Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;


Kita telah menikmati stabilitas nasional yang dinamis selama lebih dari
seperempat abad. Stabilitas demikian tidak mungkin dijaga dengan tangan besi,
betapapun kuatnya tangan itu. Stabilitas yang demikian tidak mungkin ditegakkan
oleh satu kekuatan, betapapun besarnya kekuatan itu. Stabilitas dinamis yang
demikian lama, hanya dapat tumbuh dengan kesegaran. Stabilitas yang panjang hanya
dapat ditopang oleh sistem kenegaraan dan sistem politik yang demokratis, yang
tanggap terhadap perubahan dan penyegaran yang terus menerus.
Pengalaman pembangunan semua bangsa membuktikan mutlaknya stabilitas
nasional yang dinamis. Demikian pula pentingnya stabilitas kawasan.
Dengan mengembangkan semangat ASEAN dan dengan mengembangkan saling
percaya dengan negara-negara Pasifik Barat Daya kita menikmati stabilitas kawasan
itu. Suasana kawasan yang demikian tadi besar artinya bagi kelancaran
pembangunan nasional.
GBHN memberi pedoman yang jelas agar politik luar negeri kita yang bebas aktif
diabdikan kepada kepentingan nasional, khususnya kepentingan pembangunan di
segala bidang. Dalam mengemudikan jalannya politik itu saya selalu berpegang teguh
pada amanat Pembukaan UUD agar kita ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam lima tahun terakhir dunia sedang berubah dengan cepat dan mendasar.
Berakhirnya Perang Dingin telah meredakan suasana pertentangan ideologi dan
pertentangan kekuatan militer di antara negara-negara besar. Dunia mempunyai
peluang menuju kehidupan bersama yang lebih tenteram dan damai. Namun,
bersamaan dengan itu muncul pula berbagai tantangan dan masalah baru bagi
umat manusia. Di berbagai kawasan timbul kerusuhan dan konflik bersenjata, agresi
dan campur tangan asing, pertikaian yang bersumber pada pertentangan etnis dan
intoleransi agama, bentuk-bentuk rasisme baru dan bangkitnya kembali
nasionalisme yang sempit.
Kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian ling- kungan hidup
bertambah besar; yang antara lain tercermin dengan berlangsungnya KTT Bumi di
Rio de Janeiro tahun lalu. Saya memimpin sendiri delegasi Indonesia ke KTT itu.
Kesadaran kita akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup ini tidak bisa
diragukan lagi.
Secara umum, semua bangsa makin percaya untuk menyelesaikan konflik melalui
dialog dan meja perundingan.
Semua bangsa bertambah sadar bahwa mereka hidup dalam dunia yang satu dan
saling membutuhkan. Namun, perkembangan positif di bidang politik
internasional tadi belum ada tanda- tandanya diikuti oleh perkembangan di bidang
ekonomi yang sepadan. Di satu pihak, tingkat kemakmuran yang tinggi dinikmati oleh
masyarakat negara-negara industri maju. Di lain pihak, bahagian terbesar umat
manusia masih bergumul melawan keterbelakangan, kelaparan, penyakit,
kemiskinan dan kebodohan. Kesenjangan, ketimpangan dan ketidakadilan ini masih
jauh dari teratasi. Keadaan bertambah buruk, karena suasana perekonomian dunia
tidak menentu dan tidak stabil.

Indonesia selalu mendorong unsur-unsur positif yang memperkuat


perdamaian, kerja sama, kemajuan, kesejahteraan dan keadilan dunia. Di lain pihak,
ikut berusaha mengurangi unsur negatif yang menghalangi arah yang positif tadi.
Itulah tujuan utama lawatan saya ke banyak negara selama ini dan keikutsertaan
Indonesia dalam banyak forum di dunia. Sejalan dengan kemajuan pembangunan di
dalam negeri, says memandang perlu hadir secara pribadi dalam konperensi
internasional seperti KTT ke-9 Gerakan Non Blok di Beograd, KTT Kelompok-15,
KTT Organisasi Konperensi Islam, KTT Bumi yang telah saya singgung tadi, ke Sidang
Umum PBB tahun lalu.

Dari sekian banyak langkah pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif,
saya perlu menyinggung normalisasi hubungan kita dengan RRC setelah mengalami
pembekuan selama 23 tahun. Ini merupakan manifestasi nyata dari politik luar negeri
kita yang bebas aktif. Normalisasi hubungan itu membuktikan, betapapun besarnya
perbedaan antara dua negara, namun persahabatan dapat dijalin atas dasar saling
menghormati kedaulatan, saling tidak mencampuri urusan dalam negeri dan saling
kerja sama. Normalisasi hubungan ini juga memberi sumbangan yang berarti bagi
stabilitas di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, yang selanjutnya juga melicinkan
jalan bagi berbagai pendekatan regional lainnya.
Tiga puluh tujuh tahun setelah Konperensi Asia-Afrika di Bandung, Indonesia
kembali menjadi tuan rumah dari pertemuan besar, yakni KTT ke-10 Negara-negara
Non Blok. KTT ini mewakili lebih dari setengah umat manusia. Juga adalah KTT
Negara-negara Non Blok terbesar yang pernah diadakan. Pesan Jakarta, Dokumen
Akhir serta sejumlah Deklarasi dan Keputusan yang dihasilkan KTT dengan jelas
mencerminkan arah dan strategi baru serta vitalitas Gerakan Non Blok dalam suasana
rujuknya kekuatan-kekuatan besar dunia. KTT ini telah menghapus keraguan mengenai
relevansi Gerakan Non Blok setelah berakhirnya Perang Dingin. KTT ini malahan
berhasil menentukan arah selanjutnya dari Gerakan Non Blok, yaitu memusatkan
segala daya upaya pada bidang ekonomi dan pembangunan guna mengisi kemerdekaan
nasional masing-masing negara anggotanya. Gerakan Non Blok memandang penting
sekali menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan dan meningkatkan kerja sama
Selatan-Selatan untuk dapat menumbuhkan ekonomi negara- negara yang sedang
membangun.
Kepercayaan dunia terhadap Indonesia telah membuka peluang yang lebih besar
bagi kelancaran pelaksanaan tugas nasional kita yang paling utama, ialah
melaksanakan pembangunan.

Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;

Kita sangat bersyukur karena sebagai bangsa kita telah berhasil melaksanakan
pembangunan yang terus-menerus, sambung- menyambung, makin meluas, makin
mendalam dan makin merata. Pembangunan itu berjalan berkesinambungan sepanjang
25 tahun, selama 5 kali REPELITA.
Semua itu bisa berlangsung karena kita berhasil menjaga dan memantapkan
stabilitas ekonomi. Juga karena kita menciptakan dan mengembangkan lembaga-
lembaga ekonomi yang mampu mendukung pembangunan itu.
Kita telah belajar dari pengalaman kita sendiri dan peng- alaman bangsa-bangsa
lain.
Pada awal masa Orde Baru kita menyadari bahwa pembangunan tidak mungkin
dimulai tanpa pemulihan ekonomi lebih dahulu. Inflasi yang parah dan tidak
terkendali pada waktu itu harus kita hentikan. Dan lembaga-lembaga ekonomi yang
tidak berfungsi semestinya harus kita tata kembali, agar roda ekonomi kita dapat
berputar lagi.
Demikianlah maka mulai tahun '66 kita melaksanakan program stabilisasi yang
menyeluruh.
Di bidang keuangan negara kita tegakkan disiplin anggaran belanja berimbang.
Di bidang moneter kita mulai mengendalikan dengan cermat uang beredar, dan tingkat
bunga simpanan kita sesuaikan agar menarik bagi masyarakat untuk memegang
uangnya. Sistem kurs devisa kita sederhanakan dan kita arahkan agar mencerminkan
tingkat kurs yang realistis sehingga dapat mendorong ekspor dan melancarkan impor.
Di sektor rill kita juga mengambil langkah-langkah mendasar. Impor bahan baku dan
suku cadang diprioritaskan agar pabrik-pabrik dapat segera meningkatkan
produksinya kembali dengan memanfaatkan kapasitasnya yang ada. Sistem distribusi
secara bertahap diganti dengan sistem yang lebih bebas dan lebih efektif. Persediaan
kebutuhan pokok rakyat diamankan, khususnya beras, yang mendapatkan prioritas
tinggi.
Dengan langkah-langkah itu inflasi akhirnya dapat kita kendalikan dan roda
ekonomi mulai bergerak kembali. Apa yang kita lakukan pada waktu itu bukan
sekedar program stabilisasi moneter; tetapi lebih luas lagi, yaitu penataan dan
pembaharuan kelembagaan ekonomi secara luas. Kita melakukan peralihan. Kita
tinggalkan ekonomi yang serba diatur dan serba lamban. Kita bangun ekonomi yang
lebih lincah, lebih mampu menampung prakarsa dan kreativitas masyarakat, lebih
terbuka, lebih siap memanfaatkan peluang-peluang dari perkembangan ekonomi
dunia dan lebih mampu memenuhi kebutuhan rakyat.
Pengalaman selama masa stabilisasi dan peralihan tadi menyadarkan kita bahwa
semua itu bukan pekerjaan yang mudah.
Dan, semua itu menuntut ketekunan, tekad yang teguh serta pengorbanan dari kita
semua. Apabila kita melihat tantangan- tantangan yang dihadapi oleh negara-negara
yang sedang melakukan hal serupa saat ini di sejumlah kawasan di dunia, maka
tidak dapat tidak kita harus merasa bersyukur bahwa kita telah dapat melewatinya
dengan baik dan selamat.
Pengalaman itu membuktikan bahwa bangsa kita mampu memecahkan
masalah-masalah besar. Mampu mengatasi masalah- masalah besar.
Pengalaman pahit dalam dasawarsa 60-an berupa ketidakstabilan dan kemandegan
ekonomi telah menjadi bagian dari sejarah kita.
Pengalaman itu memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua,
tidak terkecuali generasi yang pada waktu itu belum mengalaminya. Pelajaran yang
berharga itu adalah bahwa gejala-gejala ketidakstabilan ekonomi sama sekali tidak
boleh diabaikan. Apalagi dibiarkan. Apabila tidak ditangani sungguh- sungguh, maka
ketidakstabilan ekonomi dengan cepat akan menjadi tidak lagi terkendali.
Selanjutnya, ketidakstabilan ekonomi yang tidak terkendali akan melumpuhkan
kemampuan produktif bangsa dan hanya akan menyengsarakan rakyat. Keadaan
seperti itu tidak boleh terulang lagi buat selama- lamanya. Demi kelangsungan
pembangunan, demi kesejahteraan rakyat, kita harus senantiasa menjaga baik-baik
stabilitas ekonomi kita. Di samping itu perlu kita sadari pula bahwa stabilitas
ekonomi bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Tetapi, merupakan
konsekuensi dari cara kita mengelola ekonomi kita. Stabilitas ekonomi adalah hasil
dari disiplin kita dalam mengelola anggaran negara dan sikap hati-hati kita dalam
melaksanakan kebijaksanaan moneter.
Pengalaman seperti itu bukan khas pengalaman kita sendiri. Juga merupakan
pengalaman negara-negara lain dalam sejarah perkembangan mereka. Sejarah
perkembangan ekonomi bangsa- bangsa menunjukkan bagaimana ketidakstabilan
ekonomi yang berlarut-larut dapat menghambat upaya-upaya pembangunan,

19
malahan meniadakan hasil-hasil pembangunan yang sudah mereka capai. Kita
melihat dalam sejarah bangsa-bangsa, bagaimana ekonomi mereka kembali
mundur, bahkan hancur, karena membiarkan ketidakstabilan ekonomi lepas kendali.
Sebaliknya, kita juga menyaksikan bagaimana negara-negara yang ekonominya
stabil, yang mata uangnya kuat karena melaksanakan kebijaksanaan fiskal dan
moneternya secara hati-hati dan dengan disiplin tinggi, justru berkembang pesat di
bidang ekonomi dan maju pesat di bidang teknologi. Kita harus dapat menarik
pelajaran dari pengalaman-pengalaman ini.
Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;
Tadi saya katakan bahwa sejalan dengan stabilisasi ekonomi dan moneter kita
melakukan penataan kelembagaan ekonomi secara luas. Penataan kelembagaan yang
kita laksanakan itu merupakan titik awal dari kebijakan-kebijakan kelembagaan yang
kita laksanakan sejak itu sampai sekarang, termasuk kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi yang kita lancarkan dewasa ini. Bahkan, dapat saya katakan, bahwa
langkah-langkah penataan dan pembaharuan kelembagaan yang kita ambil dalam
masa stabilisasi dahulu itu dapat dianggap sebagai langkah-langkah deregulasi dan
debirokratisasi gelombang pertama dalam masa Orde Baru. Setelah melewati masa
pemantapan dalam tahun '70-an, langkah itu kemudian dilanjutkan dengan
rangkaian deregulasi dan debirokratisasi gelombang kedua sejak awal tahun '80-an.
Jadi, deregulasi dan debirokratisasi yang kita laksanakan sekarang bukanlah
kebijakan Baru, melainkan merupakan kelanjutan dari kebijakan kelembagaan yang
telah lama dirintis. Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi merupakan bagian dari
kebijakan pembaharuan dan penyegaran kelembagaan jangka panjang, yang
merupakan bagian dari kebijakan pembangunan nasional kita. Sasaran dari
kebijakan kelembagaan itu adalah untuk secara terus- menerus mengembangkan dan
memperbaharui kelembagaan- kelembagaan ekonomi dan sosial agar selalu mampu
mendukung pembangunan; dan bukan justru menghambat pembangunan. Sesuai
dengan asas-asas Demokrasi Ekonomi yang diamanatkan
oleh UUD 1945 dan GBHN, lembaga-lembaga itu harus mampu menampung
kreativitas, prakarsa dan menggairahkan partisipasi rakyat secara luas dalam
pembangunan. Sekaligus, juga menjadi wahana yang efektif bagi negara dalam
memberi bimbingan, arahan dan dorongan dalam mengelola seluruh sumber daya
yang ada bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Demikianlah kilas balik dari pengalaman kita sewaktu kita mempersiapkan diri untuk
memulai pembangunan.
Dengan makin pulihnya situasi ekonomi maka pada tahun '69 kita mulai
melaksanakan pembangunan lima tahun yang pertama. Prasarana-prasarana
penting kita rehabilitasi. Iklim yang mendukung kegiatan usaha dan investasi kita
kembangkan. Pembangunan sektor pertanian kita beri prioritas yang sangat tinggi
karena menjadi kunci bagi pemenuhan kebutuhan pangan rakyat dan sekaligus
merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar rakyat kita. REPELITA I dapat kita
selesaikan dengan baik. Bahkan, berbagai kegiatan pembangunan dapat kita percepat.
REPELITA I kemudian diikuti oleh REPELITA-REPELITA selanjutnya.
Dalam memulai pembangunan, maka strategi pembangunan yang kita anut
cukup khas. Dengan kondisi ekonomi dan sosial yang ada di masyarakat kita,
perhatian khusus harus pertama-tama kita berikan pada sektor terbesar yang
menghidupi bagian terbesar dari rakyat kita, yaitu sektor pertanian. Sektor
pertanian harus kita bangun lebih dahulu. Sektor ini harus kita tingkatkan
produktivitasnya. Bertumpu pada sektor pertanian yang makin tangguh itulah kita
bangun sektor-sektor lain. Demikianlah maka pada tahap-tahap awal pembangunan,
secara sadar kita memberikan prioritas yang sangat tinggi pada pembangunan
pertanian. Dalam rangka itu kita membangun berbagai prasarana pertanian seperti
irigasi dan perhubungan, cara-cara bertani dan teknologi pertanian yang baru kita
ajarkan dan kita sebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan yang tidak kenal lelah, penyediaan sarana-sarana penunjang utama
seperti pupuk kita amankan dengan membangun pabrik-pabrik pupuk,
kebutuhan
pembiayaan para petani kita sediakan melalui kredit perbankan dan pemasaran
hasil-hasil produksi mereka kita berikan kepastian melalui kebijakan harga dasar dan
kebijakan stok beras.
Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian tadi telah berhasil
mengantar kita berswasembada beras, menyebarkan pembangunan secara luas kepada
rakyat dan mengurangi kemiskinan di negara kita.
Berkat ketekunan dan kerja keras kita semua, khususnya para petani kita, maka
produksi pangan dapat terus kita tingkatkan. Dan akhirnya, pada tahun '84 kita
berhasil mencapai swasembada beras. Ini merupakan titik balik yang sangat penting,
sebab dalam tahun '70-an kita adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia.
Bersamaan dengan itu tercipta pula lapangan kerja dan sumber mata pencaharian
bagi jutaan petani. Swasembada beras itu sekaligus memperkuat ketahanan nasional
kita di bidang ekonomi, khususnya pangan.
Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian kita sertai dengan
pemerataan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat; yang antara lain meliputi
penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan,
keluarga berencana, pendidikan dasar, air bersih, perumahan sederhana dan
sebagainya. Strategi ini kita laksanakan secara konsekuen setiap REPELITA. Dengan
strategi inilah kita kurangi kemiskinan di Tanah Air.
Hasilnya adalah sangat menurunnya jumlah penduduk miskin di negara kita.
Pada tahun '70 ada 60 orang di antara kita yang hidup miskin dari setiap 100 orang
penduduk. Jumlah penduduk yang miskin ini sangat besar, yaitu sekitar 70 juta
orang. Saudara-saudara kita yang miskin ini terus bertambah kecil jumlahnya dari
tahun ke tahun. Pada tahun '90 tinggal 15 orang yang masih hidup miskin dari setiap
100 orang. Namun, karena penduduk kita besar jumlahnya, maka jumlah penduduk
yang hidup miskin itu masih besar juga. Jumlahnya sekitar 27 juta orang. Hanya
sedikit negara yang berhasil menurunkan tingkat
kemiskinan penduduknya secepat kita. Prestasi ini membuat rasa percaya diri kita
bertambah tebal.
Kita sadar masih panjang jalan yang harus kita tempuh bersama untuk
mengangkat Saudara-saudara kita itu dari garis kemiskinan. Di masa yang akan datang
gejala kemiskinan makin terpusat di kantong-kantong kemiskinan, daerah-daerah
terpencil di berbagai wilayah di Tanah Air. Ini memerlukan penanganan yang lebih
terarah, dengan sasaran yang lebih jelas dan pelaksanaan yang lebih terdesentralisasi.
Program-program khusus semacam itu telah kita laksanakan dalam beberapa tahun
terakhir ini. Pelaksanaannya di masa datang perlu terus disempurnakan dan
dikembangkan. Dalam hubungan ini pemerintah daerah harus mengambil peranan
yang lebih besar lagi karena mereka yang paling mengetahui mengenai kondisi dan
keperluan penduduk di kantong-kantong kemiskinan di daerahnya. Penanggulangan
kantong-kantong kemiskinan ini perlu memperoleh prioritas setinggi-tingginya dalam
strategi pembangunan daerah masing- masing.

Sidang Majelis yang saya muliakan;


Sejalan dengan keberhasilan kita dalam membangun sektor pertanian, kita juga
mulai membangun sektor-sektor lain. Hasilnya membesarkan hati. Produksi nasional
dan penghasilan nasional kita meningkat pesat.
Pada waktu kita mulai membangun dahulu, penghasilan rata- rata per jiwa rakyat
Indonesia hanya sekitar 70 dolar Amerika setahun. Sekarang, penghasilannya sudah di
atas 600 dolar Amerika. Diukur dengan produksi nasional pada harga konstan, selama
25 tahun terakhir ini perekonomian kita telah tumbuh dengan rata-rata lebih dari 6%
setiap tahun. Tidak banyak negara yang berhasil mencapai pertumbuhan rata-rata
setinggi itu dan yang berhasil mempertahankannya dalam jangka waktu yang
cukup panjang. Selama seperempat abad ini hanya ada sekitar 10 negara di dunia
yang mengalami pertumbuhan berkesinambungan secepat itu.
Di waktu-waktu yang akan datang prestasi pertumbuhan ekonomi ini harus tetap
kita pertahankan. Hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi itulah kita
akan dapat mengatasi masalah-masalah sosial ekonomi yang berat; yaitu pengurangan
kemiskinan, perluasan kesempatan kerja, pemerataan dan peningkatan taraf hidup
rakyat.
Tanpa pertumbuhan ekonomi, tidak akan ada kegiatan ekonomi baru. Tanpa
kegiatan ekonomi baru, tidak akan ada lapangan kerja baru dan tidak akan ada sumber
penghasilan baru bagi rakyat.
Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tadi perlu
dilanjutkan kebijakan-kebijakan yang mendukung; seperti deregulasi dan
debirokratisasi. Di masa yang akan datang pertumbuhan ekonomi kita akan makin
tergantung pada keberhasilan kita dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Pertumbuhan ekonomi akan makin kurang tergantung kepada tersedianya sumber alam
yang melimpah atau kepada tenaga kerja murah. Pertumbuhan ekonomi di masa
datang akan makin ditentukan oleh kreativitas sumber daya manusia, keterampilan
mereka, kemampuan manajemen dan kemampuan teknologi mereka. Ini berarti
kunci utama keberhasilan pembangunan kita di masa datang adalah peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Dan kita memang sudah memulainya.
Dalam pada itu kita tidak boleh lupa bahwa setiap pertumbuhan ekonomi
perlu didukung oleh pembiayaan yang cukup memadai bagi investasi yang
diperlukan. Dari segi ekonomi nasional, menyediakan pembiayaan yang cukup
memadai untuk investasi tidak sekedar berarti memperluas kredit atau
melonggarkan kebijakan moneter. Investasi itu hanya dapat dibiayai dari sumber
daya ekonomi rill yang kita sisihkan untuk itu. Sumber ekonomi riil yang disisihkan
itu tidak lain adalah tabungan nasional, yang digali dari masyarakat sendiri.
Perluasan kredit dan pelonggaran moneter tanpa didukung oleh pemupukan
tabungan nasional yang cukup besar akan menimbulkan inflasi, bukan investasi.
Keadaan yang buruk ini akan bertambah
buruk lagi dengan defisit neraca pembayaran yang membesar. Kedua gejala
ketidakstabilan ekonomi ini, yakni inflasi dan membesarnya defisit neraca
pembayaran, adalah dua hal yang justru harus sungguh-sungguh dihindari.
Sesuai dengan tekad kita untuk meningkatkan kemandirian bangsa, maka kita
harus mengerahkan segenap kemampuan kita untuk meningkatkan tabungan nasional.
Di sektor pemerintah hal ini berarti bahwa sumber-sumber perpajakan harus
ditingkatkan, pengeluaran-pengeluaran pemerintah harus lebih hemat, efisien dan
efektif. Termasuk di dalamnya penghapusan subsidi-subsidi yang tidak mendesak atau
tidak perlu. Di sektor dunia usaha peningkatan tabungan nasional berarti bahwa dunia
usaha kita harus makin efisien, mampu menekan biaya-biaya yang tidak perlu dan
meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian dapat dipupuk surplus usaha yang
makin besar, yang nanti harus menjadi sumber pembiayaan andalan bagi
pengembangan usahanya. Yang tidak kalah penting adalah, surplus usaha itu sejauh
mungkin dimanfaatkan untuk membiayai investasi di dalam negeri. Semua hal yang
diperlukan untuk meningkatkan tabungan nasional tadi bukanlah perkara yang mudah.
Namun semua itu harus kita laksanakan demi kemandirian bangsa dalam pembiayaan
pembangunan nasional.
Para Anggota Majelis yang saya hormati;
Kita menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan satu segi
dari kemajuan. Pertumbuhan ekonomi yang kita capai hanya mempunyai arti apabila
ada kemajuan pada segi-segi kehidupan lainnya. Untuk itu marilah kita lihat
perkembangan kehidupan kita di bidang ketenagakerjaan, penurunan kemiskinan dan
peningkatan kesejahteraan rakyat pada umumnya.
Berdasarkan hasil sensus penduduk maka selama hampir dua dasawarsa
--antara tahun '71 dan tahun '90-- telah tercipta tidak kurang dari 34 juta lapangan
kerja baru. Jumlah ini lebih besar dari pertambahan angkatan kerja secara
keseluruhan selama kurun waktu yang sama, yang jumlahnya sekitar 32 juta orang.
Dengan
mengingat bahwa tidak seluruh lapangan kerja baru yang tercipta tadi berupa
pekerjaan dengan jam kerja penuh, maka jumlah kesempatan kerja yang telah tercipta
selama hampir dua dasawarsa tadi sangatlah berarti. Perkembangan
ketenagakerjaan ini menunjukkan adanya pemerataan dari pertumbuhan ekonomi
kita. Namun, tantangan yang berada di hadapan kita masih saja sangat besar. Di waktu-
waktu yang akan datang kita harus membuka lapangan kerja baru bagi angkatan kerja
kita. Mereka yang memerlukan pekerjaan itu bertambah lebih dari 2,1 juta orang
setiap tahun. Di samping itu, kita juga harus mengatasi masalah pengangguran
terselubung atau mereka yang setengah menganggur yang jumlahnya juga tidak
sedikit.
Seperti sudah saya kemukakan tadi, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
kita telah mengurangi jumlah penduduk yang miskin. Di samping itu, pertumbuhan
ekonomi itu juga telah berhasil memperbaiki kesejahteraan rakyat pada umumnya.
Jika pada awal tahun '70-an penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-
rata sekitar 50 tahun, maka dalam tahun '90 harapan hidup itu telah meningkat
menjadi lebih dari 61 tahun'. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi
menurun dari
142 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap
1.000 kelahiran hidup. Sementara itu pertumbuhan penduduk juga dapat kita
kendalikan. Selama dasawarsa '70-an laju pertumbuhan penduduk kita mencapai
sekitar 2,3% setiap tahun. Dalam tahun-tahun awal '90-an angka tadi sudah dapat kita
turunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun.
Penyediaan pangan dan sandang pun mengalami kemajuan- kemajuan. Antara
tahun '68 dan '91 produksi beras telah meningkat dari 105,8 kg per jiwa menjadi
159,9 kg per jiwa, produksi ikan meningkat dari 10,3 kg per jiwa menjadi 18,6 kg
per jiwa. Selanjutnya produksi daging per jiwa telah melipat menjadi lebih dari 2
kalinya: dari 2,7 kg menjadi 6,4 kg, produksi telur per jiwa melipat hampir 6 kalinya:
dari 0,5 kg menjadi 2,9 kg, produksi tekstil per jiwa melipat hampir 10 kalinya:
dari 2 , 8 m me n j a d i 28 ,5 m . P e r s e n t a s e ru m a h t a n g g a y a ng
memperoleh aliran listrik telah meningkat dari hanya 6,1% dari seluruh rumah tangga
dalam tahun '71 menjadi 46,8% dalam tahun '90.
Di bidang pendidikan, fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata. Pada
tahun '68 fasilitas sekolah dasar yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari
seluruh anak berumur sekolah dasar. Saat ini fasilitas-fasilitas sekolah dasar yang
telah kita bangun di seluruh pelosok Tanah Air praktis mampu menampung
seluruh anak Indonesia yang berusia sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan
kuat menuju pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan datang ini.
Sementara itu, jumlah rakyat kita yang masih buta huruf telah menurun dari 39%
dalam tahun '71 menjadi sekitar 16% dalam tahun '90. Dam- pak dari pemerataan
pendidikan juga terlihat dari meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja kita.
Dalam tahun '71 hampir 43% dari seluruh angkatan kerja kita tidak atau belum
pernah sekolah. Pada tahun '90 jumlah mereka yang tidak atau belum pernah sekolah
itu sudah menurun menjadi sekitar 17%. Dalam kurun waktu yang sama angkatan
kerja yang berpendidikan SMTA ke atas telah meningkat dari 2,8% dari seluruh
angkatan kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu angkatan kerja kita akan
mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan kita di waktu-waktu yang
akan datang.
Penanggulangan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, pemenuhan
kebutuhan dasar manusia adalah bagian dari upaya besar kita untuk memeratakan
pembangunan dan hasil-hasilnya. Yang kita kehendaki adalah pemerataan yang
bersifat lestari. Ini berarti kita mengandalkan pada pemerataan kesempatan dan
pemerataan kemampuan memanfaatkan kesempatan itu. Ini adalah sasaran jangka
panjang yang harus terus menerus kita upayakan.
Sementara kita terus mengusahakan tercapainya sasaran jangkapanjang itu,
berbagai langkah penting telah kita laksanakan.
Anggaran negara setiap tahun selalu diarahkan untuk menunjang pemerataan.
Pada penerimaan negara kita selalu

27
melaksanakan perpajakan secara efisien dan adil. Pada pengeluaran negara kita selalu
memberikan prioritas yang sangat tinggi pada program-program pemerataan, termasuk
program-program pemenuhan kebutuhan dasar rakyat seperti yang saya uraikan tadi.
Di bidang pemerataan usaha, kita telah mendorong keterkaitan dan hubungan saling
membantu dan saling menguntungkan antara yang besar dan yang kecil, antara yang
kuat dan yang lemah; melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Bapak Angkat
dan sebagainya. Sementara itu juga sedang digarap undang- undang untuk
melindungi usaha kecil. Pemerataan antardaerah kita laksanakan dengan terus
meningkatkan program-program Inpres bantuan daerah. Dalam hal pembangunan
prasarana, maka daerah-daerah yang terbelakang memperoleh perhatian khusus. Ini
semua adalah upaya-upaya untuk memperluas pemerataan.
Demikianlah berbagai kemajuan yang berhasil kita capai dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan -pemerataan.
Sidang Majelis yang terhormat;

Pembangunan yang kita laksanakan juga berhasil memperkuat struktur ekonomi


kita. Pembangunan telah menjadikan struktur ekonomi kita makin seimbang dan
makin kukuh. Seperti yang saya kemukakan tadi, bertumpu pada sektor pertanian
yang berhasil kita bangun, maka sektor industri dan sektor-sektor lain telah dapat
berkembang pesat. Selama lebih dari dua dasawarsa terakhir, sektor industri telah
tumbuh lebih cepat dari sektor- sektor lain; yaitu dengan rata-rata lebih dari 12%
per tahun. Dengan perkembangan yang pesat itu peranan sektor industri dalam
'
produksi nasional telah meningkat dari 9,2% dalam tahun 69 menjadi 21,3% dalam
tahun '91. Dewasa ini sumbangan sektor industri dalam produksi nasional lebih besar
dibandingkan sumbangan sektor pertanian. Ini berarti kita berhasil mewujudkan
makin seimbangnya sektor pertanian dan sektor industri. Yang juga penting adalah,
adanya perubahan dalam sektor industri itu sendiri. Macam barang yang dihasilkan
oleh industri dalam negeri makin banyak dan makin beragam. Secara bertahap,
tetapi pasti,
nilai tambah hasil-hasil industri tadi juga makin meningkat. Berkat meningkatnya
kemampuan teknologi serta kemampuan rancang bangun dan rekayasa nasional,
industri kita sekarang sudah mampu menghasilkan barang-barang dengan teknologi
canggih; seperti produk-produk rekayasa, elektronika, hasil-hasil kimia, pesawat
terbang, kapal samudra, mesin pabrik sampai pabrik yang utuh. Yang sangat
membesarkan hati adalah, makin banyak produk industri kita yang mampu bersaing
dan menembus pasaran dunia. Hasil-hasil industri sekarang menjadi tumpuan dan
andalan utama ekspor non migas kita.
Akhir-akhir ini kegiatan agroindustri juga berkembang pesat. Perkembangan
kegiatan agroindustri ini tidak saja meningkatkan nilai tambah hasil-hasil pertanian,
tetapi juga mempererat keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri.
Secara keseluruhan, perkembangan industri selama hampir seperempat abad ini
menunjukkan bahwa industri kita makin maju dengan basis komoditi yang
makinluas, struktur yang makin mendalam, daya saing yang makin tinggi dan
keterkaitan dengan sektor lain yang makin erat.
Itu semua menunjukkan bahwa proses industrialisasi telah mulai berjalan di
negara kita. Indonesia sudah siap untuk melangkah maju ke tahap-tahap
industrialisasi selanjutnya.
Proses industrialisasi yang akan kita lalui nanti akan merupakan lintasan yang
panjang dan penuh tantangan.
Tetapi, jalur itulah jalan satu-satunya bagi bangsa kita untuk maju. Dalam
menelusuri lintasan industrialisasi itu nanti kita perlu berhati-hati dan
merencanakan langkah kita dengan cermat. Pengalaman menunjukkan, ada bangsa-
bangsa yang berhasil melaju terus dalam upaya industrialisasinya. Ada pula bangsa-
bangsa yang tidak berhasil dalam upaya itu; dan industrialisasinya berhenti di tengah
jalan. Bahkan, juga ada bangsa-bangsa yang kemudian mengalami kemunduran
kembali dan kemerosotan. Kita tidak ingin masuk dalam kelompok yang tidak
berhasil. Karena itu kita harus belajar sungguh-sungguh dari pengalaman dan
menyiapkan diri sebaik-baiknya.
Industrialisasi bukan sekedar mendirikan pabrik sebanyak- banyaknya. Atau,
sekedar membangun industri secanggih- canggihnya. Industrialisasi berarti
membangun suatu sistem yang mempunyai daya hidup dan berkembang secara
mandiri dan mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat bangsa itu.
Pabrik-pabrik dan industri-industri canggih dapat kita bangun sepanjang semua itu
mengarah pada terciptanya sistem yang saya maksud tadi. Industri adalah tempat
berpadunya unsur teknologi dengan unsur ekonomi. Industri yang kuat adalah industri
yang berpijak pada landasan teknologi yang kuat dan landasan ekonomi yang kuat
pula. Industri yang tidak didukung oleh kemampuan teknologi yang memadai akan
segera menjadi industri yang usang dan ketinggalan zaman. Demikian pula, industri
yang tidak mempunyai landasan ekonomi yang mantap hanya akan menjadi industri
yang rapuh, yang terus-menerus perlu proteksi dan subsidi.

Bagi negara yang sedang membangun, seperti negara kita, industri-industri yang
dikembangkan harus pula memperhatikan hal-hal lain; yaitu dampaknya terhadap
masalah-masalah sosial ekonomi yang mendesak seperti kesempatan kerja,
kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Industrialisasi harus dapat
memberi sumbangan kepada pemecahan masalah-masalah mendesak tadi.

Di samping itu dalam melaksanakan industrialisasi kendala- kendala ekonomi


makro dan moneter perlu senantiasa diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sehingga
kestabilan ekonomi tidak terganggu. Gangguan terhadap kestabilan ekonomi pada
akhirnya akan menghancurkan proses industrialisasi itu sendiri dan mengakibatkan
proses pembangunan nasional merosot dengan cepat. Dan yang terakhir, demi
tercapainya pembangunan yang berkelanjutan, maka industri-industri yang kita
bangun harus industri-industri yang tidak boros dalam pemanfaatan sumber alam
dan energi, industri yang menggunakan teknologi yang bersih dan tidak
membahayakan kelestarian lingkungan hidup.
Wawasan ke depan yang demikian itulah yang perlu kita perhatikan dalam
melanjutkan proses industrialisasi di masa yang akan datang. Apa yang sudah kita
capai sampai saat ini dalam pembangunan industri merupakan landasan kuat bagi kita
untuk melangkah maju dengan penuh kewaspadaan.
Kemajuan penting lainnya dalam memantapkan struktur ekonomi kita adalah
makin kurangnya ketergantungan kita pada sektor migas. Dalam satu dasawarsa
terakhir ini penurunan peranan migas itu tampak dalam produksi nasional, dalam
ekspor dan dalam penerimaan dalam negeri untuk anggaran negara. Dalam
produksi nasional peranan migas telah menurun dari 24% dari seluruh produksi
nasional dalam tahun '81 menjadi 15,6% pada tahun '91. Dalam ekspor perannya
menurun lebih cepat lagi, yaitu dari 82% dari seluruh penerimaan ekspor kita dalam
tahun '81/82 menjadi sekitar 32% dalam tahun '92/93. Sebaliknya peranan ekspor
non migas dalam ekspor Indonesia secara keseluruhan telah meningkat dari 18%
dalam tahun '81/82 menjadi 68% dalam tahun '92/93. Ekspor non migas kita naik
dengan tajam setelah diadakan serangkaian deregulasi dan debirokratisasi sejak awal
tahun '80-an. Peningkatan ekspor non migas sungguh sangat pesat. Dalam tahun '68
nilai ekspor non migas baru sekitar 570 juta dolar Amerika untuk seluruh tahun.
Dewasa ini, ekspor non migas itu sudah mencapai lebih dari 2 milyar dolar Amerika
untuk setiap bulan.
Dalam pada itu penerimaan negara dari sumber non migas juga meningkat
pesat, terutama setelah dimulainya pembaharuan sistem perpajakan dalam tahun '84.
Dalam tahun '81/82 penerimaan dalam negeri dari sumber non migas hanya sekitar
29% dari seluruh penerimaan dalam negeri. Dalam tahun '92/93 penerimaan negara
dari sumber non migas telah meningkat menjadi lebih dari 70%.
Upaya-upaya kita untuk memacu kegiatan sektor-sektor non migas telah
menambah mantapnya struktur produksi nasional, struktur neraca pembayaran
internasional dan struktur anggaran negara.
Salah satu unsur penting dari struktur ekonomi yang telah mengalami
perkembangan pesat adalah jaringan prasarana dasar. Sewaktu kita mulai
membangun, negara kita termasuk negara yang paling tertinggal di bidang
penyediaan prasarana-prasarana dasar seperti prasarana listrik, jalan, pelabuhan dan
telekomunikasi.
Semenjak REPELITA I sampai sekarang, pembangunan prasarana mendapatkan
prioritas tinggi. Kita menyadari, hanya dengan dukungan jaringan prasarana dasar
yang memadai maka kegiatan ekonomi dapat tumbuh dan berkembang. Sekarang,
dengan segala kekurangannya, jaringan prasarana yang ada telah mampu mendukung
kegiatan ekonomi yang terus meningkat dan mampu menunjang daya saing kita di
pasar dunia. Pembangunan prasarana itu telah mengubah perekonomian Indonesia,
yang sebelumnya mempunyai jaringan infrastruktur yang serba kurang dan serba
tertinggal menjadi suatu perekonomian yang memiliki jaringan prasarana moderen
dan makin luas. Akhir-akhir ini kita memang merasakan berbagai kekurangan di
bidang prasarana. Keadaan ini merupakan akibat dari peningkatan kegiatan ekonomi
yang sangat pesat. Walaupun demikian, hasil pembangunan di bidang prasarana
sangatlah besar. Perkenankan saya menyebut beberapa fakta mengenai hal ini.
Apabila daya tersambung listrik pada tahun '68 baru mencapai 1,2 juta
kilowatt, maka pada tahun '91/92 angkanya melompat 26 kali lipat menjadi 31,5 juta
kilowatt. Jaringan jalan juga makin meluas jangkauannya ke berbagai penjuru Tanah
Air dan kondisinya pun makin mantap sehingga mampu menampung arus lalu lintas
yang sangat meningkat. Jumlah bis, truk dan mobil penumpang yang memanfaatkan
jaringan jalan tadi telah meningkat 11 kali lipat dari tahun '68 sampai sekarang;
yaitu dari
314 ribu buah menjadi lebih dari 3,6 juta. Kemajuan sangat penting juga terjadi di
bidang telekomunikasi. Sejak tahun '76 Indonesia masuk ke era telekomunikasi
canggih, dengan diorbitkannya satelit Palapa yang pertama untuk menjangkau
pelosok-pelosok Tanah Air dan untuk menjangkau semua penjuru dunia. Sambungan
telepon sentral otomat meningkat 20 kalinya
dari 77,7 ribu satuan sambungan dalam tahun '68 menjadi hampir 1,6 juta dalam tahun
'91/92.
Tidak dapat diragukan bahwa kemajuan di bidang pembangunan prasarana ini telah
mendukung perkembangan ekonomi di daerah- daerah, telah memperkuat Indonesia
sebagai satu kesatuan ekonomi dan telah ikut memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa kita. Pembangunan berbagai prasarana ini telah memperluas pemerataan,
memantapkan stabilitas nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yang berhasil kita capai selama 25 tahun ini
disebabkan oleh adanya investasi yang terus meningkat, baik yang dilakukan oleh
Pemerintah maupun oleh dunia usaha dan masyarakat. Dari tahun ke tahun
penanaman modal oleh dunia usaha terus berkembang pesat. Namun, perkembangan
penanaman modal yang sangat pesat terjadi dalam
5 tahun terakhir, sebagai hasil dari langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi.
Dalam tahun '88, nilai penanaman modal dalam negeri yang disetujui adalah Rp.
14,2 trilyun, sedangkan nilai penanaman modal asing yang disetujui 4,5 juta dolar
Amerika. Selama 2 tahun berikutnya gairah investasi sangat kuat. Dalam. tahun '90 nilai
penanaman modal dalam negeri yang mendapatkan persetujuan sudah mencapai Rp. 55,3
trilyun, sedangkan nilai penanaman modal asing mencapai 8,7 milyar dolar Amerika.
Bersamaan dengan peningkatan penanaman modal yang sangat cepat itu suhu
perekonomian meningkat. Karena itu, untuk mendinginkannya, diambilah langkah-
langkah yang tepat di bidang moneter, fiskal dan pinjaman komersial luar negeri.
Sebagai akibat dari langkah-langkah tadi nilai penanaman modal dalam negeri yang
disetujui dalam tahun '92 menurun menjadi Rp.29,3 trilyun, sedangkan untuk
penanaman modal asing masih meningkat dan mencapai 10,3 milyar dolar Amerika.
Meskipun ada penurunan akhir-akhir ini, namun secara umum minat penanaman
modal dalam negeri masih tetap tinggi. Secara kumulatif selama 5 tahun --dari tahun
'88 sampai dengan tahun ' 92- - ni la i p e n a n a m a n moda l da la m n e ge ri ya ng
d i s e t uj u i
mencapai Rp.159,4 trilyun, sedangkan nilai penanaman modal asing yang disetujui
sekitar 37 milyar dolar Amerika. Karena berbagai sebab, memang tidak seluruh
persetujuan tersebut akan menjadi kenyataan. Jumlah keseluruhan rencana
penanaman modal ini sangat besar. Karena itu, meskipun baru sebagian dari
rencana-rencana tadi yang telah dilaksanakan, namun sudah dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat selama beberapa tahun terakhir ini.
Mengingat keterbatasan keuangan negara yang masih akan kita rasakan di tahun-
tahun yang akan datang, maka untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi kita harus terus memacu penanaman modal oleh dunia usaha dan
masyarakat pada umumnya.

Para Anggota Majelis yang terhormat;


Sejak awal pelaksanaan pembangunan sasaran-sasaran dan kebijakan-kebijakan
yang kita ambil selalu dilandasi oleh tekad kemandirian; yaitu tekad untuk
mewujudkan cita-cita kita sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dan sejajar
dengan bangsa- bangsa lain. Seluruh upaya pembangunan kit untuk memajukan
bangsa di segala bidang, untuk melepaskan diri dari keterbelakangan dan kemiskinan,
tidak lain adalah upaya kita untuk menuju ke arah kemandirian bangsa dalam arti
yang saya sebutkan tadi.
Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini, telah menambah mantapnya
kemandirian kita itu.
Tercapainya dan dapat dipertahankannya swasembada beras menambah
mantapnya kemandirian kita dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Kita tidak lagi
harus menjadi sandera dari pasang surutnya pasar beras dunia, seperti sewaktu kita
masih menjadi pengimpor beras terbesar di dunia di waktu yang lalu.
Pesatnya kemajuan industri dalam negeri telah menghasilkan barang kebutuhan
konsumsi dan kebutuhan produksi yang kita perlukan. Bahkan, makin banyak pula
hasil-hasil industri kita yang berhasil menerobos pasar dunia dan mampu bersaing
serta menandingi produk-produk bangsa lain di negara lain. Ini merupakan bukti
nyata meningkatnya kemandirian kita; tidak
hanya dalam arti pasif, tetapi kemandirian dalam arti aktif. Kemampuan dan
penguasaan bangsa kita di bidang rekayasa dan rancang bangun juga sangat
berkembang dibanding sewaktu kita mulai melaksanakan pembangunan. Kita akan
terus meningkatkan upaya kita di bidang ini. Kita menyadari sepenuhnya bahwa
penguasaan teknologi yang relevan bagi pembangunan adalah kunci bagi kemajuan
dan kemandirian bangsa di masa datang.
Di bidang pembiayaan pembangunan secara bertahap kita juga terus
melangkah maju ke arah kemandirian yang makin mantap. Dalam tahun '68, sebelum
kita memulai pembangunan, penerimaan dalam negeri pemerintah hanya cukup
untuk membiayai kegiatan-kegiatan rutinnya yang sangat terbatas. Dalam tahun-
tahun selanjutnya penerimaan dalam negeri ini dapat kita tingkatkan. Dengan
peningkatan penerimaan dalam negeri kita memupuk tabungan pemerintah. Ini
merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari kekuatan sendiri, yang secara
bertahap menggeser peranan bantuan luar negeri. Karena ketergantungan kita pada
minyak di waktu lalu, tabungan pemerintah mengalami pasang surut seiring
dengan pasang surutnya harga pasar minyak dunia. Kemerosotan harga minyak yang
terjadi terutama dalam tahun-tahun pertengahan dasawarsa '80-an telah
mengakibatkan tabungan pemerintah merosot. Pada tahun terakhir REPELITA IV
tabungan pemerintah hanya mencapai kurang dari Rp. 2,3 trilyun. Dalam masa sulit itu,
demi kelangsungan dan kesinambungan pembangunan, kita memanfaatkan bantuan luar
negeri yang cukup besar untuk melanjutkan proyek- proyek pembangunan. Namun,
dengan , tekad kemandirian yang teguh dan dengan kerja keras, dalam tahun-tahun
selanjutnya kita berhasil meningkatkan lagi tabungan pemerintah. Dalam tahun
'92/93 tabungan pemerintah itu diperkirakan mencapai Rp. 13,3 trilyun. Ini berarti
bahwa tabungan pemerintah meningkat hampir
6 kali dalam kurun 5 tahun terakhir ini. Dengan tekad kemandirian yang sama dan
dengan kerja keras, kita akan terus berusaha untuk meningkatkan tabungan
pemerintah sehingga peranannya sebagai sumber pembiayaan pembangunan
terus
meningkat. Dengan makin berkurangnya ketergantungan kita pada minyak bumi,
makin berkurang pula pengaruh gejolak harga minyak bumi terhadap pemupukan
tabungan pemerintah dan terhadap penerimaan devisa kita dari ekspor. Dengan
demikian landasan kemandirian kita bertambah luas dan kukuh.
Kita semua menyadari bahwa kemajuan apapun yang ingin kita capai maka
pembangunan lahir batin manusia Indonesia adalah yang utama. GBHN '88
menyatakan bahwa semua golongan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa secara terus-menerus dan bersama-sama supaya meletakkan
landasan moral, etik dan spiritual yang kukuh bagi pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila. Dalam rangka itu, kehidupan keagamaan umat beragama
kita terus bertambah semarak. Rumah-rumah peribadatan dari semua pemeluk
agama bertambah banyak jumlahnya dari tahun ke tahun. Pengunjung masjid-masjid,
gereja-gereja dan rumah-rumah peribadatan lainnya terus bertambah besar
jumlahnya, terutama dari kalangan generasi muda. Secara keseluruhan telah
berkembang sikap hidup lebih rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama
yang berbeda dan antara sesama pemeluk agama.
Kerukunan kehidupan beragama yang dalam itu sangat diperlukan untuk
memberi kekuatan batin kepada kita sebagai bangsa dalam menghadapi berbagai
cobaan dan rintangan dalam melaksanakan pembangunan selama ini.

Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air;


Lima tahun yang lalu, tatkala saya bersedia diangkat sebagai Presiden saya
menyadari sedalam-dalamnya betapa berat tugas yang akan saya pikul.
Bangsa ini berketetapan hati merampungkan pekerjaan besar. Bangsa ini telah
membulatkan tekad untuk meletakkan landasan pembangunan yang kuat, agar bisa
memasuki era tinggal landas. Saya telah melaksanakan tugas memimpin Saudara-
saudara semua, Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air, untuk merampungkan
pekerjaan besar itu.
Setiap karya manusia tidak pernah tanpa cela. Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang
memiliki kesempurnaan. Sebagai karya manusia, pembangunan kita pun mengandung
kekurangan. Kekurangan ini kita terima dengan penuh kesadaran. Tetapi, pembangunan
kita juga banyak mencapai kemajuan. Kemajuan itu kita rasakan dengan penuh keyakinan.
Kemajuan dan keberhasilan kita itu diakui dan dihargai oleh badan-badan
internasional dan kalangan dunia yang berwibawa. Pengakuan serta penghargaan
keberhasilan tadi meliputi berbagai bidang: swasembada beras, keluarga berencana,
peningkatan peranan wanita dalam pembangunan, pendidikan, pengelolaan pinjaman
luar negeri, pengelolaan ekonomi dan pembangunan, pemerataan dan pengurangan
kemiskinan. Pengakuan serta penghargaan itu membuat kita berbesar hati.
Tetapi kita menyadari bahwa tantangan-tantangan besar masih saja berada di
hadapan kita. Dinamika pembangunan mengajarkan kepada kita bahwa pembangunan
adalah proses yang tidak pernah berhenti. Masalah-masalah lama yang kita selesaikan
mendatangkan masalah baru yang menunggu penyelesaiannya pula.
Keberhasilan telah kita capai melewati ujian demi ujian, tantangan demi
tantangan. Tidak jarang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berat. Kadangkala
langkah yang harus kita ambil terasa berat dan pedih. Kita telah memikul beban berat
dan menahan rasa pedih itu, karena kita percaya langkah tadi adalah untuk kebaikan
kita sebagai bangsa, untuk kebaikan generasi- generasi yang akan datang, untuk
kebaikan anak cucu kita di masa datang.
Ibarat perjalanan panjang, saya telah memimpin bangsa ini mendaki gunung-gunung,
menuruni lembah-lembah dan mengarungi lautan-lautan. Kadang-kadang cuacanya cerah.
Tidak jarang badai menyerang.
Kepada seluruh bangsa Indonesia saya sampaikan rasa terima kasih yang
dalam dan rasa hormat saya yang tinggi atas
kesediaan mengikuti kepemimpinan saya selama lima tahun terakhir.
Keberhasilan kepemimpinan saya adalah berkat dukungan, kepercayaan dan kerja
keras dari semua kalangan, golongan dan generasi bangsa ini. Segala kekurangannya adalah
karena keterbatasan saya sebagai manusia.
Atas segala dukungan terhadap kepemimpinan saya, saya sampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya. Dukungan itu memberi kekuatan batin bagi saya. Rasa
terima kasih yang sama saya sampaikan kepada kritik dan koreksi terhadap saya
selama masa kepresidenan lima tahun yang lalu. Kritik dan koreksi itu saya
gunakan untuk mawas diri. Juga saya fahami sebagai wujud tanggung jawab untuk ikut
memperbaiki kebijakan yang saya jalankan.
Menjelang hari-hari akhir tugas kepresidenan saya, untuk semuanya tadi, juga
atas nama Saudara Wakil Presiden Sudharmono, S.H., saya sampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari sedalam-dalamnya bahwa setiap kekuasaan dan kepercayaan
yang diberikan haruslah dipertanggungjawabkan.
Lima tahun yang lalu saya diberi kekuasaan dan kepercayaan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat untuk melaksanakan GBHN.
Hari ini, dengan rasa lega dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Tahu,
pelaksanaan kekuasaan dan kepercayaan itu saya pertanggungjawabkan kepada
Majelis, penyelenggara negara tertinggi, penjelmaan rakyat yang memegang
kedaulatan negara. Laporan pertanggungjawaban saya ini disertai dengan Lampiran,
yang memuat secara lengkap dan rinci pelaksanaan pembangunan selama ini. Dengan
izin Saudara Ketua yang terhormat, naskah Pidato Pertanggungjawaban beserta
Lampirannya itu segera saya serahkan secara resmi kepada Saudara Ketua yang
terhormat, setelah saya akhiri laporan pertanggungjawaban ini.
Secara ikhlas saya ingin menyatakan, bahwa sebagai Mandatarisnya, saya
menjunjung tinggi penilaian Majelis terhadap pelaksanaan tugas saya.
Dengan ini, Saudara Ketua yang terhormat, saya akhiri pertanggungjawaban
saya ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua. Terima kasih.

Jakarta, 1 Maret 1993


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHAR T O

ANALISIS:

Sekilas yang saya baca pada pidato ini, bapak presiden Soeharto kebanyakan membahas
mengenai pembangunan. Dimana, beliau ingin agar pembangunan di Indonesia bisa merata.
Beliau juga menghimbau kepada pejabat-pejabat dan aparatur pemerintahan agar mereka bisa
lebih meningkatkan kinerjanya pada bidang mereka masing-masing. Menurut saya, hal ini
lumayan sesuai dengan sila ke empat. Dimana, pemimpin sebagai wakil rakyat harus melayani
rakyat dengan baik karena negara kita adalah negara demokrasi “dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat”. Mengapa saya mengatakan hal ini lumayan sesuai degan sia ke 4 karena
menurut saya beliau sudah berusaha agar pembangunan di Indonesia bisa merata demi
kesejahteraan masyarakat.

PIDATO 3

Anda mungkin juga menyukai