Anda di halaman 1dari 6

Nama : Irawati Manan

Nim : 220111008
TUGAS INDIVIDU KMB I
TUGAS KESEIMBANGAN ASAM BASA
1. pH: 7.50
PaCO2: 29
HCO3-: 24 (normal)
JAWABAN : Alkalosis Repiratorik Tidak Terkompensasi

2. pH: 7.38 (normal)


PaCO2: 38 (normal)
HCO3-: 24 (normal)
JAWABAN : Normal

3. pH: 7.21
PaCO2: 60
HCO3-: 24 (Normal)
JAWABAN : Asidosis Respiratorik Tidak Terkompensasi

4. pH: 7.48
PaCO2: 42 (normal)
HCO3-: 30
JAWABAN : Alkalosis Metabolik idak terkompensasi

5. pH: 7.35 (Normal)


PaCO2: 45 (Normal )
HCO3-: 22 (Normal )
JAWABAN : Normal

B. TUGAS PERI OPERATIF


1) Ny Surty, 37 th , penjual soto , mengalami luka bakar derajat
III 26% di bagian tangan dan dada,akibat tersiram air panas,
dokter merencanakan untuk melakukan operasi skin graft pada
klien dan telah ditentukan operasi akan dilakukan 3 hari
lagi.Ny. Surty dirawat di ruang klas 3 yang berisi 4 pasien.
Sehari sebelum operasi , suaminya menolak menandatangani
surat persetujuan operasi dan mengatakan pada perawat
bahwa istrinya mau dirawat dirumah saja.
 
Pertanyaan :
Menurut anda apa penyebab penolakan keluarga klien untuk
dilakukannya operasi?
JAWABAN :

Ada beberapa kemungkinan penyebab penolakaan


keluarga pasien untuk dilakukannya operasi skin graft
yaitu kurangnya pemahaman atau kurangnya informasi
kepada pasien dan keluarga tentang tujuan, manfaat
dari tindakan operasi tersebut, kemudian kemungkinan
kedua penyebab nya adalah adanya trauma fisik atau
psikis terhadap tindakan medis/ tindakan operasi
sebelumnya, kemudian penyebab lainnya adanya
kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi
proses pembedahan sera efek sampingnya, dan
kemungkinan lain penyebabnya adalah biaya, kita
sebagai perawat dapat memberi masukan kepada pasien
dan keluarga apabila operasi tersebut tidak tercover oleh
jaminan kesehatan (BPJS Kesehatan) maka bisa
mengajukan bantuan kepada dinas terkait yang
menangani bantuan kesehatan masyarakat.

2) Bp. Darso , 53 th mengalami kecelakaan lalulintas dan telah


menjalani amputasi kaki kirinya sebatas lutut. 3 hari pasca
operasi, luka jahitan operasi tampak kemerahan dan ada pus
dibagian tengah luka. Klien hanya tidur 3 jam dan hanya mau
makan beberapa sendok saja makan . Istrinya mengatakan
suaminya tidak berani makan ikan dan telur karena takut luka
amputasinya tidak sembuh-sembuh.
 
Pertanyaan :
Menurut anda, informasi apa yang diperlukan oleh keluarga
Bp. Darso?

JAWABAN :
Pasien dan Keluarga membutuhkan informasi atau
edukasi mengenai kebutuhan nutrisi yang harus di
konsumsi pasca tindakan pembedahan, dan kebutuhan
istirahat/tidur yang cukup, kita sebagai perawat dapat
memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa
makanan seperti ikan dan telur sangat baik untuk
membantu proses penyembuhan luka pasca operasi
karena mengandung protein yang tinggi, jadi pasien tidak
takut lagi untuk makan ikan dan telur, serta keluarga
pasien juga dapat memberi dukungan kepada pasien
untuk makan dan minum yang tinggi protein untuk
membantu proses penyembuhan luka, selain itu kita juga
berkolaborasi dengan peugas gizi untuk mengatur dan
memberikan makanan yang sesuai dengan proses
penyembuhan luka pasien, dan untuk luka yang infeksi
disarankan kepada pasien dan keluarga untuk dapat
bersedia dilakukan perawatan luka setiap hari.

3) Nn.Ls(18 th) mengeluh nyeri pd perut kanan bawah sejak pagi


dan berdasarkan pemeriksaan appendicogram Nn.Ls
dinyatakan mengalami appendicitis akut dan harus segera
dioperasi.

Pertanyaan :
Jelaskan persiapan operasi yg harus dijalani Nn.Ls ( persiapan
fisik, mental & penunjang)

JAWABAN :
a. Persiapan fisik :
 Status kesehatan fisik umum (alergi, tanda-tanda vital
yang normal)
 Status nutrisi (puasa kurang lebih 6 jam sebelum
Tindakan operasi, biasanya diberikan makan 6-7 jam
sebelum tindakan, untuk selanjutnya puasa total)
 Keseimbangan cairan dan elektrolit (pemasangan infus,
dan tidakan lainnya jika diperlukan , misal : koreksi
elektrolit atau transfusi darah sebelum operasi sesuai
dengan instruksi dari dokter bedah dan anastesi).
 Personal hygiene (Mengganti baju dengan pakaian
khusus dari RS. Menanggalkan perhiasan dan aksesoris
yang melekat di tubuh, , tidak boleh memakai make up,
tidak boleh memakai kutek/cat kuku, melepas gigi palsu
jika ada)
 Pencukuran daerah operasi – dualisme (mencukur
rambut di area yang akan menjadi tempat pembedahan)
 Pengosongan kandung kemih (diminta untuk kencing
terlebih dahulu, tapi jika tidak bisa kencing, maka
dilakukan pemasangan kateter, untuk mengosongkan
kandung kemih)

b. Persiapan Mental :
Sebelum tindakan pembedahan kita sebagai perawat dapat
membantu pasien untuk menghadapi kecemasannya dengan
memberikan edukasi atau informasi bahwa istirahat yang
cukup dan berkualitas, karena tubuh yang beristirahat cukup
juga dapat membeantu proses pemulihan pasca operasi lebih
cepat, kemudian kita akan mendampingi pasien pada saat
dokter menjelaskan tentang tindakan yang akan di lakukaan,
memberi dukungan kepada pasien dan memberitahu kepada
keluarga untuk selalu memberikan dukungan kepada psien
dan setia mendampingi pasien selama perawatan, kemudian
kita bisa mengajarkan teknik relaksasi agar kecemasan pasien
dapat berkurang,serta mendampingi secra spiritual sesuai
agamanya, dan memberikan suport serta keyakinan pada
pasien akan kembali ke ruang perawatan tanpa ada hambatan.
ada beberapa yang bisa menyebabkan kecemasan pada pasien:
 Penyebab kecemasan pasien menghadapi pembedahan,
yaitu:
 takut terhadap nyeri yang akan dialami (kita
jelaskan bahwa perawat dan dokter siap
memberikan perawatan dan pengobatan untuk
mengurangi rasa nyeri yang akan dialami ,
misalnya : dokter akan memberikan obat
pengurang rasa sakit yang akan diberikan rutin
sesuai dengan jam pemberian obat, perawat akan
membantu dalam proses mobilisasi untuk
mengurangi rasa nyeri dan mengajarkan teknik
relaksasi maupun memberikan rasa nyaman dan
membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien
selama post operatif hingga diperbolehkan
mobilisasi dini.)
 takut akan keganasan (menjelaskan kepada pasien
dengan baik bahwa tidak akan terjadi dari hasil
pemeriksaan penunjang, dan kalaupun terjadi
keganasan, tenaga medis siap untuk melakukan
tindakan yang terbaik demi keselamatan pasien)
 takut menghadapi ruang operasi dan alat bedah
(menjelaskan bahwa didalam ruang operasi
terdapat dokter dan perawat yang profesional dan
siap melayani dan menjaga privasi pasien denngan
baik, didalam pasien akan ditidurkan dan
dibius/anastesi sehingga tidak merasakan sakit )
 takut operasi gagal – cacat(memberikan penjelasan
bahwa usus yang di potong adalah usus buntu,
atau appendic, dimana bagian usus yang akan
diambil ini merupakan bagian usus yang tidak
terlalu penting dalam sistem pencernaan, dan
setelah itu maka dokter dan perawat juga akan
memeberikan perawatan dan pada luka post
operasi)
 takut meninggal di meja operasi (memberikan
dukungan peuh kepada pasien dan kepercayaan
diri pasien serta memberikan pikiran yang positif.
Agar pasien mampu mengendalikan kecemasannya)
 pengalaman operasi pasien (jika pernah mengalami
operasi sebelumnya, jelaskan bahwa yang saat ini
dioperasi itu beda, dan bantu pasien
mengungkapkan pengalaman operasi sebelumnya,
supaya kita mampu memberikan pengertian untuk
operasi yang akan di jalani saat ini)
 pengertian pasien tentang tujuan operasi (tujuan
tindakan operasi biasanya dijelaskan pada dokter
yang akan melakukan tindakan pembedahan,
namun kita sebagai perawat juga dapat
memberikan tambahan informasi serta mengulangi
informasi yang dijelaskan sudah dijelaskan dokter
dengan bahasa yang mudah dipahami yaitu bahwa
tindakan ini untuk mengurasi infeksi di usus,
sehingga mengurangi nyeri perut yang terus-
menerus di hadapi, dan membantu pasien untuk
lebih produktif lagi.)
 pengetahuan pasien tentang persiapan operasi
(jelaskan secra detail mengenai persiapan dari
mulai di ruangan hingga menuju ke ruang operasi,
dari mulai pemeriksaan, persiapan kondisi pasien,
hingga obat-obat serta tindakan apa saja yang akan
dilakukan selama persiapan)
 pengetahuan pasien tentang prosedur peri-operatif
(mengulangi kembali penjelasan dokter mengenai
cara operasi yang akan dilakukan dengan bahasa
yang mudah di pahami)
 pengertian yang salah/keliru tentang pembedahan
(menjelaskan tentang tindakan operasi dengan
referensi terpercaya sehingga pasien dapat
menerima dan mematahkan stigma negatif dan
salah)
 faktor pendukung/support system (mendampingi
hingga ke ruang persiapan operasi, memberikan
dukungan penuh, memberikan semangat,
mendampingi dalam doa sesuai agama pasien).
c. Persiapan Penunjang (untuk operasi appendicitis)
1. pemeriksaan Penunjang:
* Pemeriksaan Laboratorium (pemeriksaan darah rutin
untuk Mengetahui apakah terjadi peningkatan leukosit
pada darah , dan mengetahui terutama melihat adanya
ketidaknormalan dalam darah sehingga bisa
mengantisipasi perburukan sebelum tindakan operasi,
sera untuk mengetahui ada tidaknya penyakit menular
misal : HIV, Hepatitis).
* USG (sebelum operasi perlu dilakukan USG untuk
mengetahui secara pasti posisi dan kondisi bagian yang
akan di operasi )
* EKG (Diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kelainan irama jantung sehingga dapat membantu
tindakan pemberian anastesi)
*Foto Thorax (Untuk mengetahui ada tidak nya kelainan
di paru dan jantung, sehingga membantu tindakan
pemberian anastesi pada pasien)
* Pemeriksaan Laboratorium (untuk Mengetahui kelainan
darah sebelum dilakukan tindakan operasi, terutama
melihat adanya ketidaknormalan dalam darah sehingga
bisa mengantisipasi perburukan sebelum tindakan
operasi, untuk mengetahui ada tidaknya penyakit
menular misal : HIV, Hepatitis).
2. Informed Consent yang harus ditandatangi oleh pasien yang
usianya sudah dewasa dan mampu mengambil keputusan
secara mandiri, atau keluarga pasien yang bertanggung jawab
atas pasien ,dan petugas medis (dokter dan perawat) yang
menjelaskan tentang proses pembedahannya, hal ini juga
sebagai kekuatan hukum bagi petugas medis yang berugas saat
itu apabila ada tuntutan darri pasien atau pihak keluarga.

Anda mungkin juga menyukai