Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
Moesley and Chen (1984) menjelaskan, dalam teori klasik tentang determinan
kematian bayi dan anak bahwa faktor sosial ekonomi secara tidak langsung turut
mempengaruhi melalui 5 faktor utama, yaitu : faktor material, kontaminasi
lingkungan, defisiensi nutrisi, kecelakaan, dan faktor pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit. Faktor meterial disini mencakup ibu, jarak kelahiran, paritas
dan berbagai kondisi kesehatan ibu yang mempengaruhi kesehatan anaknya.
1.2 Tujuan
3. Perekonomian keluarga
Ibu yang sehat akan melahirkan bayi yang sehat pula. Selain Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) juga merupakan salah satu
indikator utama dalam peningkatan mutu atau status derajat kesehatan masyarakat
di suatu daerah. Menurut Sukarni (1995:9) tingkat kematian bayi disebabkan
karena bayi sangat rentandengan keadaan kesehatan ataupun kesejahteraan yang
buruk sehingga dari angka kematiannya dapat diketahui angka derajat kesehatan
atau kesejahteraan masyarakat atau penduduk.
Pengertian Angka Kematian Bayi (AKB) (Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 2015:2) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama
kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Dijelaskan pada jurnal ini penyebab
kematian bayi, ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi
endogen atau kematian neonatal disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa bayi
sejak dilahirkan, yang dapat diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi.
Sedangkan kematian bayi eksogen atau kematian postneonataldisebabkan oleh
faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar. Menurut
Prasetyawati (Jurnal Biomerika dan Kependudukan, 2012:13) mengungkapkan
pendapat lain tentang penyebab kematian pada bayi. Tingginya angka kematian
bayi disebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran
pernapasan atas (ispa), penyakit infeksi lain seperti campak (morbili), kurang gizi
dan lain-lain. Adanya penyakit tersebut disebabkan karena lingkungan dan
sanitasi yang buruk, pendidikan yang rendah serta kemiskinan.
2.2 Tingkat Pendidikan Ibu
3.930,855
S=
14,5025+0,6775
3.930,855
S= =258,95
15,18
Karena data sampel yang diperoleh lebih dari 30, maka peneliti hanya
menggunakan 30 sampel untuk mengambil data dari observasi yang dilakukan.
1. Nama :
2. Umur :
3. Alamat :
I. Pendidikan Ibu
a. Iya
b. Tidak
a. Tidak tamat SD
b. SD
c. SMP
d. SMA
a. Iya
b. Tidak
b. Pegawai Swasta
c. Wirausaha
d. Petani / Buruh
a. ≤300.000
b. 300.000-700.000
c. 700.000-1.000.000
d. 1.000.000-1.500.000
e. ≥1.500.000
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2 Kependudukan
Tidak Tamat
18 6,666 = 7%
SD
SMP 26 10%
SMA 78 30%
Perguruan
18 6,666=7%
Tinggi
13,333=
Petani/Buruh 38
13%
33,333 =
Wirausaha/wiraswasta 85
33%
Lain-lain 30 10%
36,666 =
≤ Rp. 200.000 96
37%
13,333=
>Rp. 200.000 34
13%
23.333 =
Lain-lain 60
23%
26,666 =
Rp. 1.000.000 70
27%
16,666 =
Lain-lain 44
16%
Dari tabel diatas rata-rata total penghasilan keluarga dari responden rata-
rata sebesar ≤ Rp. 500.000 dengan jumlah responden 123 orang dan persentase
50%.
4.3 Pembahasan
Menurut hasil observasi dan survei yang telah kami lakukan di wilayah
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan
Arjasa memiliki tingkat mortalitas bayi yang tinggi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi mortalitas bayi salah satunya yaitu, tingkat pendidikan dan
ekonomi keluarga. Dari teori-teori yang kami dapatkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu faktor yang menuntukan tingkat pengetahuan sesorang,
semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang makan semakin tinggi pula tingkat
pengetahuanny, sedangkan ekonomi menentukan pendapatan yang dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Berikut penjelasan data menurut variable
yang telah peneliti tentukan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran