Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Majene


Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk
Kabupaten Majene sementara adalah 151.107 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki
sebesar 73.673 jiwa atau 48,76 % dan penduduk

perempuan sebesar 77.473

atau 51,24 %. Dari hasil sensus tersebut

tampak

kabupaten Majene masih bertumpu di

Kecamatan Banggae yakni sebesar 24,71

persen atau 37.333 jiwa kemudian


persen atau 28.550 jiwa
sampai 14 persen

bahwa

penyebaran

jiwa

penduduk

diikuti Kecamatan Banggae Timur sebesar 18,89

sedangkan kecamatan lainnya berkisar antara 5 persen

dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Tubo yang

berpenduduk sebesar 8.214 jiwa.


Dengan luas wilayah Kabupaten Majene 947.84 Km2 dan didiami sebanyak 151.107
jiwa, maka tingkat kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Majene adalah 160 jiwa per
Km2, dengan tingkat kepadatan teringgi berada di wilayah Kecamatan Banggae yaitu
1.485 jiwa per Km2 dan terendah adalah

Kecamatan Ulumanda yaitu Kecamatan

Ulumanda sebanyak 19 jiwa per Km2,

dimana laju pertumbuhan penduduk dalam

kurun waktu sepuluh tahun terakhir yaitu antara tahun 2000 sampai tahun 2010 adalah
sebesar 1,97 %.

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

35

Gambar 4.1. Piramida Penduduk Majene Tahun 2010

Sumber : BPS

Gambar 4.2. Piramida Penduduk Majene Tahun 2015

Sumber : BPS
KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

36

Gambar 4.3. Piramida Penduduk Majene Tahun 2020

Sumber : BPS

Gambar 4.4. Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin di Majene


Sumber : BPS

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

37

Fertilitas ( Kelahiran )
Fertilitas merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya dari penduduk (actual

reproduction performance). Atau jumlah kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang atau
sekelompok perempuan.
Kelahiran yang dimaksud disini hanya mencakup kelahiran hidup, jadi bayi yang
dilahirkan menunjukan tanda-tanda hidup meskipun hanya sebentar dan terlepas dari
lamanya bayi itu dikandung.
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti
sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Fertilitas = CBR ( Crude Birth Rate ) yaitu jumlah bayi yang lahir setiap 1000 penduduk
dalam satu tahun.
Fertilitas ada tiga golongan
a. golongan tinggi, fertilitas lebih lebih dari 30
b. golongan sedang, fertilitas antara 20 30
c. golongan rendah , fertilitas kurang dari 20
rumus tingkat kelahiran ( CBR )
CBR = L/P X 1000
L = Jumlah kelahiran selama setahun
p = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

38

Tabel 4.1. Anak Lahir HidupSatuan: persen


Kelompok
Umur

9 10+

Tidak
Ditanyakan

Jumlah

10-14

14,55 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,02

14,57

15-19

11,09 0,88 0,14 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,03

12,15

20-24

5,59 3,11 1,63 0,46 0,12 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00

0,00

10,95

25-29

2,99 2,60 2,99 1,70 0,71 0,26 0,09 0,03 0,01 0,00 0,00

0,00

11,38

30-34

1,64 1,28 2,43 2,20 1,44 0,75 0,37 0,17 0,06 0,02 0,03

0,00

10,39

35-39

1,19 0,76 1,63 1,96 1,63 1,07 0,63 0,36 0,20 0,10 0,09

0,00

9,61

40-44

0,92 0,55 1,03 1,34 1,24 0,96 0,71 0,44 0,27 0,16 0,19

0,00

7,83

45-49

0,64 0,39 0,68 0,88 0,89 0,73 0,56 0,39 0,28 0,17 0,23

0,00

5,85

50-54

0,56 0,33 0,50 0,66 0,68 0,64 0,52 0,38 0,29 0,18 0,25

0,00

4,98

55-59

0,35 0,24 0,30 0,41 0,43 0,43 0,38 0,27 0,20 0,13 0,21

0,00

3,36

60-64

0,34 0,25 0,27 0,33 0,36 0,39 0,34 0,27 0,21 0,16 0,21

0,00

3,15

65-69

0,22 0,19 0,17 0,20 0,22 0,24 0,23 0,20 0,16 0,11 0,17

0,00

2,11

70-74

0,18 0,16 0,13 0,16 0,19 0,19 0,17 0,14 0,12 0,09 0,14

0,00

1,69

75-79

0,09 0,08 0,06 0,08 0,09 0,09 0,08 0,08 0,06 0,04 0,08

0,00

0,82

80-84

0,07 0,07 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,04 0,03 0,05

0,00

0,65

85-89

0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 0,02

0,00

0,24

90-94

0,02 0,02 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

0,00

0,15

95+

0,01 0,02 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

0,00

0,13

Jumlah

40,46 10,95 12,05 10,50 8,14 5,91 4,20 2,85 1,95 1,24 1,70

0,05

Sumber http://sp2010.bps.go.id

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

39

jadi,
L

: Jumlah Kelahiran selama setahun

: Jumlah penduduk pada pertengahan tahun (2014)

CBR

: Crude Birth Rate ( bayi lahir setiap 1000 penduduk dalam satu tahun )

=L

: 3 (( 14,57 / 5(10-14th) ))

: 161,132 ( 2014 )

CBR = L X 1000
P
CBR =

X 1000 = 16,6= 17 jiwa /tahun (setiap 1000 penduduk dalam satu

tahun
161,132

jumlah kelahiran ada 17 jiwa)

Mortalitas ( Kematian )
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda

kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still
birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah
kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam
faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau
indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah.
Mortalitas = CDR ( Crude Death Rate ), yaitu jumlah kematian setiap 1000 penduduk
dalam satu tahun .
Mortalitas ada tiga golongan / kriteria

golongan rendah, mortalitas antara 9-13

golongan sedang, mortalitas nya antara 14-18

golongan tinggi, mortalitasnya lebih dari 18

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

40

Rumus tingkat kematian ( CDR )


CDR = M/P X 1000
M = Jumlah kematian
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Kelompok
Umur

Tabel 4.2. Jumlah Anak yang MeninggalSatuan: persen


0

9 10+

Tidak
Jumlah
Ditanyakan

10-14

14,55 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,02

14,57

15-19

12,07 0,05 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,03

12,15

20-24

10,60 0,30 0,05 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,00

10,95

25-29

10,57 0,64 0,13 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,00

11,38

30-34

9,17 0,88 0,23 0,07 0,03 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,00

10,39

35-39

8,09 0,98 0,33 0,12 0,05 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00

0,00

9,61

40-44

6,17 0,98 0,39 0,16 0,07 0,03 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00

0,00

7,83

45-49

4,32 0,85 0,35 0,16 0,08 0,04 0,02 0,01 0,00 0,00 0,01

0,00

5,85

50-54

3,45 0,79 0,37 0,19 0,10 0,04 0,02 0,01 0,00 0,00 0,01

0,00

4,98

55-59

2,24 0,56 0,27 0,15 0,07 0,03 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00

0,00

3,36

60-64

1,93 0,57 0,30 0,16 0,09 0,05 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00

0,00

3,15

65-69

1,23 0,39 0,23 0,12 0,07 0,04 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00

0,00

2,11

70-74

0,94 0,32 0,18 0,11 0,06 0,04 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00

0,00

1,69

75-79

0,42 0,17 0,10 0,06 0,04 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00

0,00

0,82

80-84

0,34 0,13 0,07 0,05 0,03 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00

0,00

0,65

85-89

0,13 0,05 0,03 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,00

0,24

90-94

0,08 0,03 0,02 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

0,00

0,15

95+
Jumlah

0,06 0,03 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
86,34 7,71 3,06 1,41 0,71 0,35 0,18 0,09 0,04 0,02 0,04

0,00
0,05

0,13
100,00

Sumber : http://sp2010.bps.go.id

4.2 Geografis Kabupaten Majene


Kabupaten Majene terletak 146 km sebelah selatan Mamuju, Ibukota Provinsi
Sulawesi Barat atau 300 km sebelah utara Kota Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan. Kabupaten Majene terletak pada posisi 2o 38 45 Lintang Selatan (LS) sampai
dengan 3o 3815 Lintang Selatan (LS) dan 118o 45 00 Bujur Timur ( BT) sampai
dengan 119o 445 Bujur Timur (BT).
KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

41

Kabupaten Bebatasan Dengan :


Sebelah Utara

: Kabupaten Mamuju

Sebelah Timur

: Kabupaten Polman, Kabupaten Mamasa

Sebelah Selatan

: Teluk Mandar

Sebelah Barat

: Selat Makassar

Luas wilayah Kabupaten Majene adalah 947,84 Km2. Secara administrasi Pemerintah
Daerah Kabupaten Majene terbagi menjadi delapan kecamatan, yang terdiri dari 82
desa/kelurahan.
4.3 Topografi Kabupaten Majene
Kabupaten Majene dibangun oleh wilayah yang topografinya bervariasi dari datar
sampai berbukit dan bergunung, dengan kemiringan lereng kurang dari 3 % sampai lebih
dari 100 %. Hamparan daerah dengan topografi datar ditemukan di sepanjang wilayah
paralel dengan garis pantai kabupaten ini. Hamparan wilayah datar terutama ditemukan
mulai dari pantai barat Kecamatan Sendana menuju ke selatan sampai ke Kecamatan
Banggae dan Banggae Timur (Ibukota Kabupaten). Sebagian besar wilayah Kabupaten
Majene dengan topografi berbukit dan bergunung.
Klasifikasi ketinggian wilayah Kabupaten Majene dari permukaan air laut mulai dari
0-25 m sampai diatas 1.000 meter. Berdasarkan kelas ketinggian muka laut yang tersebar
di wilayah Kabupaten Majene pada umumnya tergolong kelas ketinggian 100-500 meter
yakni 38,69% dan ketinggian 500-1000 meter yakni 35,98% dari total keseluruhan
wilayah kabupaten. Kecamatan Malunda merupakan Wilayah dengan luas wilayah terluas
pada umumnya merupakan wilayah pegunungan dengan ketinggian muka 500-1000

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

42

meter sebesar 30.219 Ha. Untuk lebih jelasnya klasifikasi ketinggian dari permukaan laut
menurut wilayah kecamatan, sebagaimana pada tabel dan peta dibawah ini.

Gambar 4.5. Peta Topografi dan Kemiringan Lereng Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

43

Tabel 4.3. Klasifikasi ketinggian dari permukaan laut Menurut Kecamatan

No

Kecamatan

Luas
Wilayah
(Ha)

(2)

(3)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8

Klasifikasi Ketinggian (Ha)


0 - 25 M

(4)

25 100 M

100 -500 M 500-1000 M

(5)

(6)

>1000 M

(7)

5.519
2.122
1.750
1.647
Banggae
*
*
*
*
*
Banggae
Timur
7.019
584
952
4.833
550
Pamboang
17.881
2.466
1.091 10.466
3.007
Sendana
*
*
*
*
*
Tammerodo
*
*
*
*
*
Tubo
64.365
3.160
3.391 19.310
30.219
Malunda
*
*
*
*
*
Ulumanda
94.784
8.332
7.184 36.256 33.776
Jumlah
Sumber : Kabupaten Majene Dalam Angka, 2010

4.4

Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Majene

4.4.1

Tata Ruang Eksisting

(8)

*
50
*
*
8.277
*
8.327

Pola penggunaan lahan di Kabupaten Majene pada tahun 2010, terdiri dari lahan sawah
yang meliputi irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa dan tadah hujan.
Untuk lahan kering meliputi prkarangan, tegal/kebun, ladang/ huma, padang rumput,
hutan rakyat, hutan negara, perkebunan, dan lain-lain. Sedangkan lahan lainnya meliputi
tambak dan kolam/empang/tebat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dan Peta Pola
Penggunaan Lahan Kabupaten Majene sebagai berikut.
Tabel 4.4. Klasifikasi ketinggian dari permukaan laut Menurut Kecamatan
No
1

Jenis Penggunaan

Luas (Ha)

Persentase (%)

Lahan Sawah

861

100,00

1. Irigasi Setengah Teknis

135

15,68

2. Irigasi Sederhana

133

15,45

3. Irigasi Desa

68

7,90

4. Tadah Hujan

525

60,98

Lahan Kering

92.834

100,00

1. Pekarangan

984

1,06

2. Tegal/Kebun

6.470

6,97

3. Ladang/Huma

5.482

5,91

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

44

4. Padang Rumput

4.334

4,67

5. Hutan Rakyat

16.671

17,96

6. Hutan Negara

46.466

50,05

7. Perkebunan

9.240

9,95

8. Lain-lain

3.187

3,43

236

100,00

3.39

2. Kolam/Empang/Tebat

228

96,61

Jumlah

93.070

100,00

Lahan Lainnya
1. Tambak

Sumber : Kantor BPN Kabupaten Majene, 2012

Gambar 4.6. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030
KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

45

4.4.2

Rencana Tata Ruang Wilayah di Kabupaten Majene


Prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan sistem kota-kota atau pusat

permukiman di Kabupaten Majene meliputi :


a.

Pembatasan limpahan perkembangan perkotaan dari daerah hinterland;

b.

Pengembangan sistem transportasi yang mendukung struktur ruang pada


sistem perkotaan;

c.

Menjaga keberadaan kawasan lindung;

d.

Pengintegrasian fungsi dan sistem kota-kota atau pusat permukiman; dan

e.

Antisipasi terhadap perkembangan kegiatan di masa mendatang.

Rencana pengembangan kawasan prioritas. Pengembangan sistem kota-kota


bertujuan untuk mewujudkan keseimbangan dan keselarasan pembangunan antarwilayah
sesuai fungsi yang diembannya, daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Berdasarkan kelengkapan fasilitas, prosentase luas lahan terbangun, kepadatan bersih
penduduk dan kepadatan bangunan, terdapat 4 (empat) orde pelayanan di Kabupaten
Majene sebagai berikut :
1.

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) : Kecamatan Banggae dan Banggae Timur


a. Fungsi utama :

Sub Pusat Pengembangan Sulbar (Pusat Kegiatan Lokal, PKL)

Pusat Pendidikan Sulbar

Pusat Pemerintahan Regional

Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi

Pusat Pelayanan Kepelabuhanan

Pusat Industri Perikanan

b. Fungsi Penunjang:

Perdagangan Regional

Sistem Transportasi Regional

Perikanan Terpadu

Industri Jasa Kemaritiman

Jasa Kepariwisataan

Permukiman

Jasa Kepelabuhanan
KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

46

Agroindustri dan Agrobisnis

PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) mempunyai skala pelayanan seluruh Kabupaten Majene
diarahkan pada:

Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di Propinsi Sulbar


terutama kota-kota dengan hirarki yang sama dan yang ada diatasnya, dengan
meningkatkan sarana dan prasarana perhubungannya.

Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan pendekatan Program
Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT), yang mencakup penyediaan bagi
kecukupan air bersih, jalan kota, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah
buangan, persampahan, serta perbaikan kawasan pemukiman.

Peningkatan peran serta investasi swasta dalam pengadaan dan pembangunan sarana
dan prasarana kota.

Pengembangan kegiatan ekonomi kota (jasa dan perdagangan) dalam rangka


memacu pertumbuhan dan perkembangan daerah serta memperluas kesempatan
kerja.

Penataan ruang kota melalui perencanaan detail tata ruang kota (RDTRK dan
RTRK), pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang kota secara
terpadu.

2.

PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) : Kecamatan Malunda, Kecamatan

Pamboang, dan Somba Kecamatan Sendana


a. Fungsi utama:

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kecamatan

Pusat Pelayanan Kepelabuhan

Pusat pengembangan industri perahu Sandeq serta pengembangan seni.

Pusat pengembangan wisata agro (pertanian dan perkebunan) dan religi.

b. Fungsi Penunjang:

Perdagangan Lokal

Transportasi Lokal
KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

47

Jasa Kepariwisataan

Perikanan Laut

Jasa Kepelabuhanan

Permukiman

Penghasil Pertanian

PKLp (Pusat Kegiatan Lokal Promosi) mempunyai skala pelayanan sebagian wilayah
Kabupaten Majene dalam klaster ruang di sekitarnya dan diarahkan pada:

Penyediaan sarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota, serta peningkataan


ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan pertambangan, pertanian,
perkebunan, dan industri.

Peningkatan sarana komunikasi antar wilayah pengembangan yang ada di Kabupaten


Majene.

Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui


pengembangan sistem transportasi yang memadai.

3.

Peningkatan fungsi kota sebagai penyangga fungsi ibukota kabupaten.

PPK (Pusat Pelayanan Kawasan): Kecamatan Tammerodo, Tubo Sendana dan

Kecamatan Ulumanda:
a. Fungsi utama:

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi kecamatan

Pusat Industri Rakyat

b. Fungsi Penunjang:

Industri Kecil Rakyat

Hasil-hasil Pertanian

Hasil-hasil perkebunan

Jasa Kepariwisataan

Permukiman

Penghasil perikanan darat dan laut.


KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

48

PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : Kecamatan Tammerodo, Tubo Sendana dan


Kecamatan Ulumanda.

4.

PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) mempunyai skala pelayanan di tingkat

pelayanan lingkungan dan wilayah sekitarnya, serta diarahkan pada :

Peningkatan aksesibilitas ke wilayah PPL dan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


wilayah Kecamatan serta Ibukota Kabupaten

Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui


pengembangan jaringan jalan untuk melayani kegiatan skala antar perdesaan

Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi

Peningkataan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi kawasan


pertambangan, pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Peningkatan fungsi perdesaan sebagai penyangga fungsi Pusat Pelayanan Kawasan


(PPK) di wilayah Kecamatan.

Tabel 4.3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Majene


Sumber : BPS

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

49

Menurut RTRW Provinsi Sulawesi Barat, khususnya dalam Rencana Kawasan


Strategis, Kabupaten Majene diarahkan untuk kegiatan Pusat Kota Pendidikan dan
Kawasan Pusat Pelabuhan Perikanan (PPI) Palipi yang berada di Kecamatan Sendana
sedangkan dalam pola pengembangan pemanfaatan ruang kawasan budidaya diarahkan
untuk kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata, pertanian holtikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan, pendidikan dan pengetahuan. Selama ini Kabupaten Majene
merupakan salah satu kawasan yang penting dalam memberikan kontribusi terhadap
Provinsi Sulawesi Barat dan dalam hal kegiatan sektor pendidikan dan pertanian serta
sektor perikanan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Kota Majene termasuk dalam tahapan pengembangan Baru
untuk Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan
Nasional serta Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.
Sedangkan posisi Kabupaten Majene dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau
Sulawesi, baik dalam kebijakan struktur maupun pola ruang adalah sebagai berikut :

Pembangunan jaringan Jalan Lintas Barat dengan prioritas sedang yang

menghubungkan kota-kota : Kwandang Tolinggula - Buol Tolitoli Ogotua


Pantoloan Palu Donggala Pasangkayu Mamuju Majene Polewali Pinrang
Parepare Barru Pangkajene Maros Makassar Sungguminasa Takalar
Jeneponto Bantaeng Bulukumba.

Pelabuhan Regional di Majene dengan prioritas sedang

Pengendalian perkembangan kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari

bencana gempa bumi terutama di wilayah tengah Pulau Sulawesi

Pengendalian perkembangan kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari

bencana alam Tsunami terutama di daerah pesisir barat Sulawesi Selatan dan Barat,
dan

Pengendalian perkembangan kota-kota dan kawasan-kawasan budidaya dari

bencana gerakan tanah atau longsor terutama di lereng kaki gunung.

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

50

Gambar 4.7. Peta Struktur Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

51

Gambar 4.8. Peta Jaringan Sarana Prasarana Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030
KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

52

Gambar 4.9. Rencana Pola Ruang Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

53

Gambar 4.10. Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Majene


Sumber : Dokumen RTRW Kab. Majene Tahun 2010-2030

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

54

4.4.3

Peran Kabupaten Majene


Mengenai peranan Kabupaten Majene ditinjau dari kontribusi perekonomiannya

terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Barat, selama periode 2009-2010 Kabupaten


Majene memberikan sumbangan di sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor
pertanian dan perikanan. Ini dilihat dari pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha
Kabupaten Majene pada Tahun 2010 berdasarkan sumber dari BPS Kabupaten Majene.
Ditinjau dari segi geografis, Kabupaten Majene memiliki kedudukan yang cukup
strategis ditinjau dari skala regional, dimana Kabupaten Majene berada berdampingan
dengan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Majene memiliki sejumla potensi
yang dapat menunjang percepatan pertumbuhan dan perkembangan di Kabupaten
Majene, diantaranya :
a. Kabupaten Majene merupakan Kabupaten yang diarahkan untuk pengembangan
kawasan pusat Pendidikan dan kawasan perikanan nusantara.
b. Kabupaten Majene berada pada jalur jalan lintas regional Sulawesi, yang
menghubungkan Provinsi Sulawesi Barat dengan Propinsi-propinsi lain di Pulau
Sulawesi.
c. Dalam rencana sistem prasarana transportasi juga dilakukan pada tingkat nasional
untuk Jaringan Rel Kereta Api. Dalam Rute Pengembangan Jaringan Rel Kereta
Api di arahkan melalui jalur pesisir pantai barat Pulau Sulawesi yaitu mulai dari
perbatasan dengan Kabupaten Pinrang (Sulsel) Polewali Majene Mamuju
Kaluku Karosa Baras Pasangkayu perbatasan dengan Kabupaten
Dongggala (Sulteng) dengan prioritas utama adalah jalur perbatasan dengan
Kabupaten Pinrang (Sulsel) Polewali Majene Mamuju.
d.

Ini merupakan bagian dari rencana jaringan rel kereta api lintas barat Pulau
Sulawesi yang melintang mulai dari Kota Makassar sampai dengan Manado
dengan rute Makassar Pare-pare Mamuju Palu Gorontalo Manado.

Faktor-faktor tersebut memberikan keuntungan lokasional bagi Kabupaten Majene dalam


pengembangan perdagangan, jasa dan industri. Selain itu, hal tersebut memberikan akses
yang tinggi terhadap faktor-faktor perdangan dan industri ser ta pengembangan
pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh Kabupaten Majene. Hal lain yang
KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

55

memberikan keuntungan adalah bahwa kedekatan Kabupaten Majene dengan Provinsi


Sulawesi Selatan Pinrang sampai ke Kota Makassar) dan Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Tengah (Kota Palu) yang merupakan wilayah dengan konsentrasi penduduk yang cukup
tinggi, sehingga merupakan pangsa pasar yang sangat besar bagi produk industri maupun
perdagangan.
Kabupaten Majene berfungsi sebagai daerah Pusat Pendidikan Provinsi Sulawesi
Barat yang berpusat di Kota Majene (Kecamatan Bangae dan Kecamatan Banggae Timur.
Berdasarkan kebijakan makro di atas, Kabupaten Majene diarahkan pengembangannya
sebagai berikut :
a. Mengembangan Kota Majene sebagai pusat WP Kabupaten Majene yang
didukung dengan pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan wilayah ini
dengan pusat-pusat WP lainnya serta penyediaan infrastruktur lainnya yang
memadai.
b. Membagi wilayah kabupaten menjadi 4 (empat) wilayah pengembangan.
c. Mengembangkan sistem kota-kota dengan hirarki yang sesuai dengan pembagian
jenjang pelayanannya.
d. Penciptaan fungsi-fungsi baru di kawasan yang potensial untuk dikembangkan di
sekitar kota Majene. Kota Majene sebagai pusat WP dengan hirarki I yang
merupakan pusat pengembangan Kabupaten Majene, yang didukung oleh kota
dengan hirarki yang lebih kecil.
e. Pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk menata fungsi dan struktur
jaringan jalan yang sesuai dengan sebaran fungsi kegiatan primer dan sekunder.
f. Perkembangan wilayah terbangun diarahkan dan diprioritaskan ke arah utara Kota
Majene, serta pada pusat masing-masing dari delapan kecamatan.
g. Penataan kawasan di sekitar kota kecamatan selain Kecamatan Banggae dan
Banggae sebagai kawasan penyangga.
h. Peningkatan keterkaitan pengembangan kawasan konservasi dengan kawasan
budidaya pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan serta dengan
pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dalam suatu keterpaduan kawasan.

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

56

4.5 Diagram

KOTA MAJENE SULAWESI BARAT

57

Anda mungkin juga menyukai