Anda di halaman 1dari 84

KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DALAM

MENGEMBANGKAN
KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK HARAPAN IBU
SUKARAME BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI
Di Ajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
ROBIYATI
NPM: 1611070210
Jurusan: Pendidikan Islam Anak Usia Dini

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/ 2021 M

i
KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DALAM
MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI
TK HARAPAN IBU
SUKARAME BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI
Di Ajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Untuk Memenuhi
Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
ROBIYATI
NPM: 1611070210

Jurusan: Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Pembimbing I : Dr. Imam Syafe’I, M.Ag


Pembimbing II : Dr. Heny Wulandari, M,Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/ 2021 M

ii
ABSTRAK

Kerjasama orang tua dengan guru merupakan suatu usaha atau


kegiatan bersama antara orang tua dengan guru dalam mencapai
tujuan bersama yaitu untuk mengembangkan kemandirian anak usia
dini di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung, kemampuan
kemandirian anak merupakan kemampuan anak untuk melakukan
kegiatan dan tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan,
sesuai dengan tahap perkembangannya. Kemampuan kemandirian
anak dalam tahap berkembang sesuai harapan. Dikarenakan adanya
kerjasama yang baik antara kedua belah pihak yaitu orang tua anak
dengan guru di sekolah hal ini menyebabkan perkembangan
kemandirian anak bisa dikatakan maksimal.

Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang


bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemandirian anak melalui
kerjasama antara guru dan orang tua. Peneliti ini menggunakan subjek
guru dan orang tua serta 12 peserta didik. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, display data, dan
menarik kesimpulan Uji keabsahan menggunakan triangulasi.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat peneliti simpulkan


bahwa kerjasama orang tua dan guru dalam mengembangkan
kemandirian anak usia dini di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung sudah dilaksanakan dengan optimal. Dari pengamatan
tersebut terdapat 0 anak belum berkembang dengan persentase 0%, 4
anak mulai berkembang dengan persentase 33,3%, 5 anak
berkembang sesuai harapan dengan persentase 41,7%, dan 3 anak
berkembang sangat baik dengan persentase 25%. Adapun kerjasama
yang dilakukan orang tua dan guru dalam mengembangkan
kemandirian anak yaitu bekerjasama berupaya dengan cara (1)
mendorong anak untuk melakukan kehuatan sehari-hari sendiri, (2)
memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil keputusan
sendiri, (3) memberi kesempatan kepada anak untuk bermain sendiri,
(4) mendorong anak untuk mengatur jadwal sendiri, (5) memberi
tanggung jawab kepada anak dan konsekuensinya apabila tidak
mematuhi.

Kata Kunci : Kerjasama Orang Tua dan Guru, Kemandirian


anak

ii
ABSTRACT

The collaboration between parents and teachers is a joint


effort or activity between parents and teachers in achieving a common
goal, namely to develop the independence of early childhood in in
Kindergarten Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung, the ability of
children’s independence is the child’s ability to carry out daily
activities and tasks on their own. or with a little guidance, according
to the stage of development. The ability of children’s independence in
the stage of developing according to expectations. due to good
cooperation between the two parties, namely the child’s parents and
teachers at the school, this causes the development of children’s
independence to be said to be maximal.

This research method is descriptive qualitative which aims to


determine the development of children’s independence through
collaboration between teachers and parents. this researcher used the
subject of teacher and parents as well as 12 students. Data collection
techniques using observation, interview, and documentation. The data
analysis techniques used is data reduction, data display, and drawing
conclusions. The validity test uses triangulation.

Based on the results of the study, the researcher can conclude


that the cooperation of parents and teachers in developing the
independence of early childhood in kindergarten Harapan Ibu
Sakarame Bandar Lampung has been carried out optimally. From
observations, there were 0 children who had not developed with a
percentage 0%, 4 children began to develop with a percentage 0f
33,3%, 5 children developed as expected with a percentage of 41,7%,
and 3 children developed very well with a percentage of 25%. The
cooperation carried out by parents and teachers in developing
children’s independence is working together by (1) encouraging
children to do their own daily activities, (2) providing opportunities
for children to make their own decisions, (3) providing opportunities
for children to make decisions on their own, playing alone, (4)
encouraging children to set their own schedule, (5) giving
responsibility to children and the consequences if they do not comply.

Keywords:Parentand Teacher Cooperation, Children’s


Independence

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Robiyati
NPM : 1611070210
Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kerjasama Orang Tua


Dan Guru Dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini
Di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung”, adalah benar-
benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan duplikasi
ataupun karya orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan
disebutkan dalam footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu
terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab
sepenuhnya ada pada penyusun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, Desember 2021


Penulis

Robiyati
NPM. 1611070210

iv
MOTTO

               

  


Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya.(Q.S,Al-Maidah ayat 2)1

1
Kementerian Agama Republik Iindonesia, Al-Quran Dan Terjemahnya,
(Bandung: Diponogoro, 2018), 106.
vii
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas


rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan, kesehatan
dan kesabaran untuk penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Skripsi ini
penulis persembahkan sebagai tanda cinta, sayang dan hormat tak
terhingga kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Robidin dan Ibunda Sarnaini


yang tidak pernah lelah untuk senantiasa membesarkanku,
membimbing dan memberikan dukungan baik moril, maupun
materil, nasehat, mendoakan serta memberikan motivasi dan
dukungan demi terwujudnya sebuah amanah dan cita-cita yang
diinginkan. Terima kasih ayah dan ibu atas jasa, pengorbanan, dan
keikhlasan membesarkan aku dengan tulus dan penuh kasih
sayang.
2. Kakak ku tercinta Sri Aprida, Mat Rudini.S dan adik-adik tercinta
Laila Rehatul Jannah dan Junia Wantiabela yang telah
mendoakan, memberi dukungan serta semangat untuk kesuksesan
dan keberhasilan kakak. Semoga kelak kita semua mampu
membahagiakan mereka karena berkat dirinyalah kita bisa seperti
ini.
3. Kepada Kakek dan Nenek yang telah memberikan semangat
kepada saya dalam menempuh pendidikan di bangku perkuliahan.
4. Almamaterku tercinta serta Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tempatku
menimba ilmu pengetahuan yang selalu saya banggakan.

viii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 02 Desember 1998 di Pagar


Bukit, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat. Anak ketiga
dari lima bersaudara, buah pasangan dari Bapak Robidin dan Ibu
Sarnaini. Orang tua penulis tinggal di pekon Bandar Jaya, tepatnya
dipekon Penyandingan, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir
Barat. Disitulah penulis dibesarkan oleh orang tua.

Pendidikan Dasar di SDN 1 Sumber Rejo, Bangkunat,


Kabupaten Pesisir Barat lulus pada Tahun 2010. Kemudian
melanjutkan ke SMPN I Bangkunat dan sekarang telah menjadi
SMPN 4 Krui Kecamatan Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat. lulus
pada tahun 2013. Kemudian, dilanjutkan kejenjang Pendidikan
Menengah Atas di SMAN 1 Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat lulus
pada tahun 2016.

Kemudian pada tahun 2016 penulis melanjutkan kejenjang


perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung, sampai saat ini penulis terdaftar sebagai Mahasiswi
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Program
Strata Saty (S1) Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Islam Anak Usia Dini.

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa
Allah SWT limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang kita
harapkan syafa’atnya nnati dihari akhir. Dalam proses penyelesaian
skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan berbagai pihak baik berupa
moril maupun bantuan materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian Skripsi ini dengan segala kerendahan hati penulis
ucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Moh Mukri, M.Ag, selaku Rektor UIN Raden Intan
Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
3. Ketua jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Bapak
Dr. H. Agus Jatmiko dan Ibu Dr. Heny Wulandari selaku
Sekertaris jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)
UIN Raden Intan Lampung.
4. Pembimbing I Bapak Dr. Imam Syafe’i, M.Ag dan Ibu Dr. Heny
Wulandari, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan pengetahuan, masukan dan membimbing dengan
penuh kesabaran, kesungguhan serta keikhlasan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang selama ini
telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik.
6. Para Staf Akademik dan Kemahasiswaan yang telah membantu
kelancaran administrasi selama penulis menjadi mahasiswa.
7. Kepala sekolah TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung,
yang telah memberikan waktu serta izin kepada peneliti untuk
mengumpulkan bahan serata data penelitian.
8. Untuk kakak dan adik ku satu kontrakan terkhusus untuk
Nurhidayah, Muhammad Martin Berlian Lambara dan Yunia Sari
yang telah mensuport dan selalu direpotkan baik tenaga maupun
pikiran serta tak lupa pula kepada Rahmatullah, M. Hirwandi,
Hernani, Riya Susnita Sari , Ozi Perdana dan M. Samsal Falah.
9. Teman-teman angkatan 2016 terutama Jurusan Pendidikan Islam
Anak Usia Dini (PIAUD) yang telah ikut membantu serta
x
memberikan dukungannya. Serta untuk adik-adik Pendidikan
Islam Anak Usia Dini yang tengah berjuang.
10. Teman-teman KKN di Lampung Selatan yang selalu saling
menyemangati satu sama lain.
11. Teman-teman PPL di TK Islam Bina Balita Bandar Lampung
yang saling memberi motivasi.
12. Almamater tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Demikianlah mudah-mudahan skripsi ini dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
dan peneliti akhiri dengan memanjatkan do’a semoga segala amal baik
kita diterima sebagai ibadah dan senantiasa menunjukan jalan yang
benar serta dapat menambah wawasan bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, Desember 2021


Penulis

ROBIYATI
1611070210

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................... i
ABSTRAK................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................... iv
PERSETUJUAN ......................................................................... v
PENGESAHAN .......................................................................... vi
MOTTO....................................................................................... vii
PESEMBAHAN .......................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP .................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ....................................................... 1
B. Latar Belakang ........................................................ 2
C. Fokus Penelitian....................................................... 13
D. Rumusan Masalah .................................................... 13
E. Tujuan Penelitaian ................................................... 13
F. Manfaat Penelitian .................................................. 13
G. Kajian Penelitian Terdahulu Yang Relevan ............ 14
H. Metode Penelitian .................................................... 17
1. Pendekatan Dan Desain Penelitian ..................... 17
2. Subjek Dan Objek Penelitian .............................. 17
3. Prosedur Pengumpulan Data............................... 18
4. Uji Keabsahan Data ............................................ 19
5. Prosedur Analisis Data ....................................... 20
I. Sistematika Pembahasan .......................................... 22
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Kerjasama Orang Tua Dan Guru ................ 25
1. Pengertian Kerjasama Orang Tua Dan Guru ...... 25
2. Hubungan Antara Orang Tua Dan Guru ............. 28
3. Upaya Kerjasama Orang Tua Dan Guru ............. 30
4. Tujuan Kerjasama Orang Tua Dan Guru ............ 33
5. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat
Kerjasama Orang Tua Dan Guru ........................ 35
6. Manfaat Kerjasama Orang Tua Dan Guru .......... 36
B. Kemandirian Anak ................................................... 37
1. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini ........... 37

xii
2.
Aspek-Aspek Kemandirian Anak Usia Dini....... 42
3.
Ciri-Ciri Kemandirian Anak Usia Dini............... 43
4.
Indikator Kemandirian Anak Usia Dini .............. 48
5.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kemandirian Anak Usia Dini ............................. 50
6. Manfaat Kemandirian Bagi Anak Usia Dini....... 51
C. Konsep Tentang Anak Usia Dini ............................. 53
1. Pengertian Anak Usia Dini ................................. 53
2. Karaktristik Anak Usia dini ................................ 54
3. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini ..... 56
4. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini .................... 58
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek .......................................... 61
1. Gambaran Umum TK Harapan Ibu Sukarame
Bandar Lampung ................................................ 61
a. Sejarah Berdirinya TK Harapan Ibu
Sukarame Bandar Lampung ......................... 61
b. Profil Satuan Lembanga Tahun Ajaran
2020-2021 ...................................................... 62
c. Visi TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung ........................................................ 63
d. Misi TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung ....................................................... 63
e. Tujuan TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung ....................................................... 63
f. Sarana-Prasarana ........................................... 64
g. Data Peserta Didik Tahun Ajaran 2020-2021 64
h. Data Pendidik ................................................ 65
B. Penyajian Fakta Dan Data Penelitian....................... 66
1. Reduksi Data....................................................... 67
2. Penyajian Data .................................................... 76
3. Verifikasi Atau Penarik Kesimpulan .................. 77
BAB IV ANALISIS PENELITIAN
A. Analisis Data Penelitian ........................................... 79
B. Temuan Penelitian ................................................... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 91
B. Rekomendasi............................................................ 91
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data Awal Perkembangan Kemandirian Anak Usia


Dini Di TK Harapan Ibu ............................................ 10
Tabel 1.2 : Hasil Persentase Pra Survey Perkembangan
Kemandirian Anak ..................................................... 12
Tabel 3.1 : Data Yayasan ............................................................. 62
Tabel 3.2 : Identitas Lembaga ...................................................... 63
Tabel 3.3 : Jumlah Sarana Prasarana TK Harapan Ibu ................ 64
Tabel 3.4 : Rincian Jumlah Peserta Didik Berdasarkan Jenis
Kelamain TK Harapan Ibu ......................................... 65
Tabel 3.5 : Jumlah Tenaga Pendidik TK Harapan Ibu ................. 66
Tabel 4.1 : Data Akhir Perkembangan Kemandirian Anak Usia
Dini Di TK Harapan Ibu ........................................... 87
Tabel 4.2 : Hasil Persentase Pra Survey Perkembangan
Kemandirian Anak .................................................... 88

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Observasi Kemandirian Anak Usia Dini
Lampiran 4 : Lembara Observasi Kerjasama Orang Tua Dan Guru
Lampiran 5 : Lembar Kisi-kisi Wawancara
Lampiran 6 : Hasil Wawancara
Lampiran 7 : Foto Dokumentasi

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Sebelum penulis mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang
penulisan skripsi ini untuk menghindari kesalah pahaman dan
memudahkan dalam memahami penelitian yang berjudul
“Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Mengembangkan
Kemandirian Anak Usia Dini Di TK Harapan Ibu Sukarame
Bandar Lampung” maka penulis paparkan penjelasan dan uraian
secara singkat mengenai judul yang diteliti:
1. Kerjasama Orang Tua Dan Guru yaitu: Poerwono menyatakan
bahwa kerjasama merupakan dimana ada sekelompok orang
melakukan kerjasama secara bersama-sama untuk
mendapatkan hasil yang baik untuk kepentingan bersama.
Dengan adanya kerjasama dapat memberikan sebuah hubungan
yang baik antar sesama individu dan juga kelompok , serta
menghasilakan sebuah hasil yang baik.1 Jadi dapat disimpulkan
bahwa kerjasama orang tua dan guru adalah sebuah hubungan
antara orang tua dengan guru dalam mendidik, memantau serta
mengajarkan kepada anak guna meningkatkan kemampuan
anak dalam bidang akademik maupun akhlaknya.
2. Kemandirian anak yaitu: Kemandirian adalah kemampuan
seorang anak untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain
dalam bentuk material ataupun moral. Sedangkan pada anak
pengertian atau istilah kemandirian sering kali dikaitkan
dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu
berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa. 2
Menurut Bacrhruddin Musofa dan Wiyani kemandirian
merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan dan
menerima konsekunsi yang menyertainnya. Kemandirain pada

1
Yusni Sari, Meningkatkan Kerja Sama Sekolah Dasar, Jurnal Administrasi
Pendidikan, Vol.1, No.1, (Oktober 2017), 310.
2
Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, (Universitas Terbuka, 2020), 47.
2
Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, (Universitas Terbuka, 2020), 47.

1
2
anak dilihat ketika ia menggunakan pikirannya sendiri dalam
mengambil sebuah keputusan3
3. Taman Kanak-kanak TK Harapan Ibu yaitu : TK Harapan Ibu
adalah suatu lembaga pendidikan formal sebelum jenjang
pendidikan dasar yang berada di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Anida yang beramat di Jl. P. Sebesi No. A6-A7
Perum Pransanty 2 Sukarame Bandar Lampung yang dimana
merupakan tempat penulis melakukan penelitian karena
memudahkan penulis dalam mendapat informasi tentang Peran
Orang Tua Dan Guru Dalam Mengembangkan Kemandirian
Anak Usia Dini.4

B. Latar Belakang Masalah


Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan
pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan
manusia, perkembangan seluruh aspek keperibadian manusia,
pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya. 5
Pendidikan khususnya di Indonesia merupakan sebuah hal yang
penting, dimana keterlibatan semua pihak salah satunya yakni dari
orang tua dan guru. Pendidikan anak usia dini merupakan upaya
untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan memberikan
kegiatan pembelajaran yang dapat menghasilkan kemampuan dan
keterampilan anak.
Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasan (daya fikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan prilaku serta
agama), bahasa dan komunikasi yang disesuaikan dengan keunikan
dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

3
Novan Ardi Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2018), 28.
4
Profil Tk Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung Tahun Ajaran 2020-
2021.
5
Nana Syaodih Sukmadinata, “Pengembangan Kurikulum Teori dan
Praktik”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), 38
3
Pendidikan anak usia dini hendakya dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman
yang nyata, dengan pengalaman nyatalah yang memungkinkan
anak menunjukan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal, dan
menempatkan posisi pendidik sebagai pendamping, pembimbing,
serta fasilitator bagi anak. Anak usia dini merupakan generasai
penerus bangsa yang memiliki potensi untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal maka pendidikan yang diberikan
haruslah layak dan sesuai dengan keberbedaan individu. 6
Menurut undang-undang No 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 1
menyatakan bahwa rentang anak usia dini adalah 0-6 tahun. Pada
jenjang inilah semua aspek pendukung disekeliling anak perlu
diperhatikan, orang tua dan guru merupakan salah satu Pembina
dan pemerhati bagi anak, yang dapat stimulus dan menyaksikan
perkembangan karakter anak salah satunya adalah kemandirian
anak, karena orang tua dan guru merupakan orang dewasa yang
berada di lingkungan perkembangan anak. 7
Dalam pendidikannya, anak usia dini akan berkembang sesuai
dengan potensi yang dimiliki, tentunya potensi setiap anak
berbeda-beda. Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling
penting disepanjang usianya, sebab masa kanak-kanak adalah masa
pembentukan pondasi dan dasar kepribadian yang akan
menentukan pengalaman anak selanjutnya. Orang tua merupakan
kunci utama keberhasilan bagi anak. orang tualah yang pertama
kali dipahami oleh anak sebagai sosok yang mempunyai
kemampuan luar biasa di luar dirinya. disitulah orang tua
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendampingi
perkembangan anak baik secara mental maupun fisiknya untuk
menumbuhkan insan yang mandiri. orang tua harus mampu
menciptakan suasana masa kecil yang menyenangkan bagi anak,
dan senantiasa mendorong anak untuk menjadi orang yang suka
belajar disepanjang hidupnya.

6
Yulianai Nurani Sujiyono, dkk, “Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak”, (Jakarta: PT. Indeks, 2015), 2.
7
Fatimah Rizkyani, Vina Andriany, Ernawulan Syaodih, Kemandirian Anak
Usia Dini Menurut Pandangan Guru dan Orang Tua, Jurnal Pertumbuhan,
Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini, Edukids Voleme 16 No 2, 2019, 122.
4
Pendidikan anak usia dini dapat diberikan melalui pengalaman
dan rangsangan yang maksimal dengan lingkungan belajar yang
kondusif.8 Rendahnya kemandirian pada anak usia dini merupakan
kendala bagi anak untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
Oleh sebab itu, pentingnya dikembangkan atau ditanamkan
kemandirian pada anak sejak dini karena dengan melatih anak,
maka anak tidak akan mudah bergantung pada orang lain dan dapat
tumbuh menjadi anak yang memiliki jiwa yang kuat serta
membentuk kepribadian yang unggul. Dengan ditanamkanya
kemandirian sejak dini, maka ketika dewasa anak akan lebih
mudah dalam mengambil keputusan, bertanggung jawab, tidak
mudah bergantung pada orang lain, dan mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. 9
Menurut Bathi kemandirian merupakan prilaku yang
aktivitasnya diarahkan pada diri sendiri, tidak banyak
mengharapakan bantuan dari orang lain, dan bahkan mencoba
memecahkan masalahnya sendiri. 10 Selain itu menurut Hurlock
dalam Riski Fitriani Rohita kemandirian adalah individu yang
memiliki sikap mandiri baik dalam cara berfikir dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
serta menyesuaikan diri sesuai dengan norma yag berlaku di
lingkungan. 11 sedangkan menurut Einon kemandirian anak usia
dini ialah kemapuan anak untuk melakukan perawatan terhadap
diri sendiri seperti, makan, berpakaian, ke toilet dan mandi. 12
Kemandirian anak merupakan kemampuan anak untuk melakukan
kegiatan dan tugas sehari-hari sendiri atau dengan sedikit
bimbingan, sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan

8
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, “Model Penyelengaraan
Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Denganperpustakaan Mainan”, (Medan: Balai
Pengembangan Pendidikan Nonformal Dan Informal Regional 1, 2021), 1.
9
Naili Sa’ida, Kemandirian Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak
Mandiri Desa Sumber Asri Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar, Jurnal Pedagogi
Vo. 2 No 3, ( 20160 , h. 88-89
10
Bathi H.K, Education Psychology (New Delhi: The Macimillen Company
Or India Limited, 2020). 28.
11
Riski Fitriani Rohita, Penanama Kemandirian Anak Melalui
Pembelajaran Di Sentra Balok, Al-Azhar Indonesia Seri Humanioro, Vol. 5, No. 1,
Maret 2019, 2.
12
Dorothy Einon, Learning Early (Jakarta: Grasindo, 2016). 204.
5
anak. Kemandirian berarti bahwa anak telah mampu bukan hanya
mengenal mana yang benar dan mana yang salah, tetapi juga
mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 13
Kemandirian perlu diajarkan dan dilatihkan sedini mungkin,
dimana anak sudah mulai berintarksi dengan orang lain, tidak
hanya dengan orang terdekatnya (ibu dan ayah) tapi juga sudah
mulai berintraksi dengan guru dan orang-orang yang baru
dikenalnya, disinilah waktu yang tepat untuk bersosialisasi
sekaligus mengembangkan kemandirian anak. Dalam hal ini orang
tua dan guru sangatlah berperan penting untuk mengoptimalkan
aspek perkembangan kemandirin anak yaitu kemampuan fisik,
percaya diri, bertanggung jawab, disiplin, pandai bergaul, saling
berbagi dan mengendalikan emosi. Pendidikan anak usia dini
dalam kaitanya dengan perkembangan kemandirian yaitu
merupakan kemampuan penting dalam hidup seseorang yang perlu
dilatih sejak dini. Anak dapat dikatakan mandiri jika dalam
menjalani kehidupan tidak tergantung pada orang lain khusunya
dalam melakukan kegiatan dan tugas sehari-hari sendiri. Seperti
firman Allah dalam surat Al-Mukminuun ayat 62 yang
menjelaskan tentang kemandirian, yang berbunyi:14

            

 
Artinya: “ Dan kami tidak membebani seseorang melainkan
menurut kesanggupannya, dan kami ada suatu catatan
yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak
didzolimi (dirugikan)” (Al- Mukminuun:62).
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap individu (anak)
tidak akan mendapatkan suatu beban diatas kemampuannya sendiri
tetapi Allah Maha Tahu dengan tidak memberikan beban kepada
individu melebihi batas kemampuan yang dimiliki oleh setiap

13
Wawancara Kepada Ibu Meilana dan Tri
14
Kementerian Agama Republik Iindonesia, Al-Quran Dan Terjemahnya,
(Bandung: Diponogoro, 2018), 346.
6
individu. Oleh karena itu, anak dituntut untuk mandiri dalam
menyelesaikan persoalan dan pekerjaanya tanpa banyak
bergantung pada orang lain.
Beberapa faktor penyebab kurangnya kemandirian anak,
antara lain adalah:
1) Kurangnya pengenalan, stimulus dan pembiasaan aktivitas
yang berkaitan dengan kemandirian perlu di terapkan dan
dikembangkan sejak dini pada anak yang mulai dari
lingkungan rumah sebagai lingkungan pertama bagi anak dan
sikap orang tua yang selalu membantu dan melayani anak.
2) Strategi pembelajaran yang digunakan guru masih kurang tepat
sehingga dapat menghambat kemandirian anak. Karena guru
lebih menekankan pada kemampuan akademika anak dan
kurang mengembangkan kepribadian yang ada pada diri anak
khususnya kemandirian dan anak kurang mendapat kebebasan
dalam menentukan pilihan sehingga anak menjadi kurang
mandiri.15
kemandirian pada anak tidak terlepas dari peran orang tua
sebagai pendidik di rumah dan peran guru sebagai pendidik
dilingkungan sekolah. sebagaimana yang dijelaskan oleh Crow
dalam Ahmad Susanto tentang keterlibatan orang tua dalam
bimbingan dan pendidikan anak sangat diperlukan. peran orang tua
yang dapat diberikan pada anak sejak dini yaitu melitih,
membiasakan diri berprilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan
acuan moral, dan perlu kontrol orang tua untuk
mengembangkannya. 16 begitupun keterlibatan guru menurut Yamin
dan Senam peran guru bagi anak sangat penting karena guru
sebagai penanggung jawab kegiatan pembelajaran tetang

15
Yulaikah, Meningkatkan Kemampuan Sosial Dalam Kemandirian
Melalui Metode Proyek Pada Anak Kelompok B TK Dharma Wanita Kromasan
Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, FKIP, PGPAUD.h.5.
16
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Bumi Aksara,
2018), 55.
7
kemandirian pada anak yang diharapkan dapat melatih dan
membiasakan anak berprilaku mandiri dalam setiap aktivitas. 17
Keterlibatan orang tua dan guru dalam diri anak sangat
diperlukan, maka dari itu sangat penting untuk disikapi bersama-
sama terutama oleh orang tua dan guru untuk saling bekerjasama
dalam upaya memberikan contoh prilaku yang mencerminkan
kemandirian seorang anak, dan mengajari anak untuk dapat
melakukan kegiatan yang dikehendaki serta melatih anak untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan dari
orang lain
Untuk membantu mewujudkan cita-cita orang tua agar
anaknya di masa yang akan datang lebih baik, maka orang tua
menyekolah kan anaknya di lembaga pendidikan untuk anak usia
dini yaitu paud atau biasa disebut TK. pada hakekatnya pendidikan
anak pra sekolah yaitu sebagai pusat pengembangan kepribadian
anak, dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta memberikan
bimbingan agar anak memiliki sifat-sifat, nilai-nilai dan kebiasaan
yang berlaku di masyarakat. hal ini sangat membantu orang tua
terutama sang ibu, karena seperti era sekarang ini banyak ibu yang
tidak sempat secara penuh mengasuh anaknya dikarenakan
kesibukan dalam bekerja. untuk itu dalam kondisi orang tua seperti
inilah, maka mengembangkan kemandirian anak dilakukan denga
cara mengikutsertakan anak pada lembaga pendidikan anak, agar
anak tersebut mampu bersosialisasi dengan teman-teman
sebayanya.
dengan memasukan anak di TK diharapkan kepribadian dan
bakat-bakatnya dapat bekembang secara baik dan optimal, sehigga
terhindar dari pengaruh negatif lingkungan sekitar yang dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak pada masa
selanjutnya. maka, peran orang tua sebagai pendidik beralih pada
guru yang ada di TK tersebut. Dengan demikian peran guru
sebagai pengganti orang tua harus betul-betul menjiwai dan

17
Brigita Ellsa Parahu, Dkk, Peran Guru Dalam Melatih Kemandirian Anak
Usia 5-6 Tahun Di TK Kristen Immanuel II Sunagai Raya, Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran, Vol. 5, No. 6, 2016, 2.
8
memahami karakter anak yang beragam latar belakang
keluarganya. disamping itu komunikasi antara orang tua dan guru
perlu terjalin dengan baik agar sinergisitas pembinaan dapat terjaga
dengan baik. adanya saling kontrol bersama akan perkembangan
anak baik dari guru ke orang tua dan juga sebaliknya, kerjasama ini
sangat penting untuk memantau perkembangan anak.
Kerjasama menurut Poerwono merupakan dimana ada
sekelompok orang melakukan kerjasama bersama-sama untuk
mendapatkan hasil yang baik untuk kepentingan bersama. 18
Kemudian menurut Arikunto berpendapat bahwa kerjasama dapat
membuahkan keuntungan bagi sekelompok orang yang melakukan
kerjasama dibandingkan jika pekerjaan tersebut dilakukan secara
individu.19 Jadi kerjasama orang tua dan guru merupakan adanya
sebuah hubungan dalam mendidik, memantau, melatih, serta
mengajarkan kepada anak agar berkembangnya kemampuan baik
dalam bidang akademik maupun akhlaknya. karena anak usia dini
merupakan peniru yang luar biasa dimana mereka masih awam
dalam membedakan perbuatan baik dan buruk, sehingga mereka
meniru orang lain yang ada disekitarnya.
mengingat betapa pentingnya pendidikan anak, memegang
peranan yag sangat peting dalam membentuk sejarah
perkembangan anak selanjutnya. anak yang yang mendapatkan
pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan fisik serta mental yang akan berdampak pada
peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktifitas sehingga
anak akan lebih mampu untuk mandiri dalam mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.
Berdasarkan prasurvei awal peneliti diperoleh informasi
bahwa di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung
perkembangan kemandirian anak belum berkembang secara
keseluruhan, dari hasil observasi peneliti bahwasannya peneliti
menemukan masih ada anak yang kemandiriannya belum
berkembang hal ini terlihat dari sikap anak yang belum

18
Yusni Sari, Meningkatkan Kerjasama Sekolah Dasar, Jurnal Administrasi
Pendidikan, Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 310.
19
Ibid, 310.
9
menunjukan sikap kemandirian, dari sapek kemampuna fisik (anak
belum mampu memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, anak belum
mampu makan sendiri), percaya diri (anak belum mampu ditinggal
ketika sekolah, belum mampu maju di depan kelas), bertanggung
jawab (anak belum mampu merapikan mainannya setelah selesai
bermain), disiplin (anak belum mampu membuang sampah pada
tempatnya, belum mampu berbaris sesuai aturan), pandai bergaul
(anak belum mampu bermain dengan semua temannya), saling
berbagi (anak belum mampu berbagi makanan dengan temannya,
anak tidak mau mengalah ketika temannya menginginkan benda
yang sedang ia pegang) dan mengendalikan emosi (anak belum
mampu meminta maaf ketika melakukan kesalahan). dari
pengamatan yag peneliti lakukan kurang lebih selama kurun waktu
1 semester masih ada orang tua peserta didik yang masih
menunggu anaknya, serta sikap ketergantungan anak kepada orang
tua dan guru kelasnya. 20
Hasil wawancara dengan beberapa orang tua peserta didik di
TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung pada januari 2021
mengenai kemandirian anak, wawancara dengan ibu Evi beliau
menyatakan bahwa anakya belum mampu melakukan
kebutuhannya sendiri sepeti makan makan harus disupi dan mandi
masih dibantu, dikarenakan sejak kecil beliau terlalu memanjakan
anaknya sehingga kemandirinnya kurang berkembang dengam
baik.21 selanjutnya dengan ibu Meilani beliau menyatakan bahwa
anaknya pada saat di rumah sudah bisa melakukan aktivitas sehari-
hari sendiri akan tetapi pada saat di luar rumah atau di sekolah dia
masih takut dan tidak mau ditinggal sendiri. 22 kemudian degan ibu
Tri menyatakan bahwa anaknya belum bisa belum bisa memakai
pakaian dengan benar seperti pada saat memakai baju kameja dia
belum bisa mengancingkannya dengan benar, tetapi untuk hal
seperti makan, mandi, membereskan mainan dia sudah bisa
malakukanya sendiri. 23 sedangkan ibu Nur menyatakan bahwa
anaknya saat di rumah sudah mulai mandiri akan tetapi harus

20
Observasi Di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung, 2021.
21
Evi, Sikap Kemandirian Anak, Wawancara, Januari 2021.
22
Meilani, Sikap Kemandirian Anak, Wawancara, Januari 2021.
23
Tri, Sikap Kemandirian Anak, Wawancara, Januari 2021.
10
diingat terlebih dahulu dan terkadang dia tidak mau melakukannya
seperti disaat disuruh untuk berbagi makanan dengan temannya dia
tidak mau dan suka sekali merebut mainan milik temannya. 24
Dalam menangani masalah kemadirian anak ini guru di TK
Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung melakukan upaya untuk
mengembangkan kemandirian anak dengan melakukan/menjalin
kerjasama dengan orang tua peserta didik, selain untuk mengetahui
perkembangan anak khususya kemandirian anak yang dititipkan
orang tua pada lembaganya, hal ini juga dapat untuk memperkuat
hubungan dan kepercayaan masyarakat. Berikut ini peneliti
paparkan hasil observasi data awal perkambangan kemandirian
anak:

Tabel 1.1
Data Awal Perkembangan Kemandirian Anak Di Tk
Harapan Ibu
Sukarame Bandar Lampung
N NAM TINGKAT PENCAPAIAN
O A 1 2 3 4 5 6 7 KE
T
1 AK BB BB BB BB BB MB BB BB
2 AGH BS BS MB MB BS BS M BS
H H H H B H
3 DK MB BB BB BB BB BB BB BB
4 FRB MB MB MB MB MB MB BB MB
5 FAF MB MB MB MB MB MB M MB
B
6 GSR BS BS MB MB MB MB M MB
H H B
7 IKA BS BS BS BS MB MB M BS
H H H H B H
8 KAP MB BB BB MB BB BB BB BB

24
Nur, Sikap Kemandirian Anak, Wawancara, Januari 2021.
11
9 KN BS MB BS BS MB MB M BS
H H H B H
10 NOM BS MB BS MB MB MB M MB
H H B
11 QTA BS MB MB MB MB MB M MB
H B
12 ZAR BB BB BB BB MB BB BB BB
Sumber: data hasil observasi kemandirian anak usia dini di TK Harapan
Ibu Sukarame Bandar Lampung

Berikut ini adalah indikator perkembangan kemandirian anak,


hal ini dapat dilihat dari:
1. Melakukan aktivitas sederhana sehari-hari sendiri
2. Berani tampil didepan umum dan menunjukan inisiatifnya
3. Menyelsaikan masalahnya sendiri
4. Memahami peraturan dan nilai yang berlaku
5. Bisa menempatkan diri dalam berinteraksi dengan teman
sebaya
6. Mampu berbagi
7. Mengekspresikan dan mengendalikan emosi sesuai
dengan kondisi yang ada
Keterangan pencapaian perkembangan:
1. (BB) artinya Belum Berkembang: bila anak melakukan
harus dengan bimbingan guru atau dicontohkan dengan
score 1 dengan cirri (*)
2. (MB) artinya Mulai Berkembang: bila anak sudah dapat
melakukannya masih diingatkan atau dibantu oleh guru
dengan score 2 atau dengan cirri (**)
3. (BSH) artinya Berkembang Sesuai Harapan: bila anak
sudah dapat melakukan secara mandiri dan konsisten
tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru
dengan score 3 dengan cirri (***)
4. (BSB) artinya Berkembang Sangat Baik: bila anak sudah
dapat melakukannya secara mandiri dan sudah dapat
membantu temannya yang belum mencapai kemampuan
12
sesuai indikator yang diharapkan dengan score 4 dengan
ciri (****)
Tabel 1.2
Hasil Persentase Perkembangan Kemandirian Anak
Di TK Harapan Ibu Sukareme Bandar Lampung
No Keriteria Jumlah Persentase
1 BB (Belum Berkembang) 4 33.3%
2 MB (Mulai Berkembang) 5 41.7%
3 BSH (Berkembang Sesuai 3 25%
Harapan)
4 BSB (Berkembang Sangat 0 0%
Baik)
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa peserta didik


di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung berjumlah 12
peserta dengan kriteria BB sebanyak 4 (33.3%) peserta didik, MB
5 (41.7%) peserta didik, BSH 3 (25%) peserta didik dan BSB 0
(0%) peserta didik. Hasil observasi di atas memperlihatkan bahwa
perkembangan kemandirian anak belum berkembang dengan
maksimal, maka dari itu peneliti tertarik ingin mengetahui lebih
dalam kerjsama orang tua dan guru dalam mengembangkan
kemandirian anak usia dini di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung.
penelitian tentang kemandiran anak usia dini telah banyak
diteliti oleh peneliti sebelumnya seperti, Ana khusnul khotimah
dkk, Anggun Kumayang Sari dkk, Komala, Melani Aprianti dkk,
yang mengembangkan kemandirian anak melibatkan orang tua dan
guru. bagaimanapun penelitian megenai kemandirian anak usia dini
dengan kerjasama orang tua dan guru masih relatif sedikit sehigga
peneliti ingin mengetahui perkembangan kemandirian anak dengan
adanya kerjasama orang tua dan guru.
13
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti
memfokuskan pada masalah Kerjasama Orang Tua Dan Guru
Dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini Di TK
Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka dapat rumusan
permasalahan yang akan diteliti yaitu:“Bagaimana Kerjasama
Orang Tua Dan Guru Dalam Mengembangkan Kemandirian Pada
Anak Usia Dini Di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung?”.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
yaitu mengetahui kerjasama yang diterapkan orang tua dan guru
dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini di TK Harapan
Ibu Sukarame Bandar Lampung.

F. Manfaat Penelitian
Terdapat dua manfaat yang didapat dari penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya tentang
kerjasama orang tua dan guru untuk mengembangkan
kemandirian anak usia dini.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan
referensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan
dengan pengembangan kemandirian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua : dapat digunakan sebagai panduan bagi
orang tua dalam mendidik dan mengarahkan anak untuk
bisa bersikap mandiri, dengan melakukan kerjasama yang
baik dengan guru atau pihak sekolah.
14
b. Bagi Guru: dapat menjadi acuan, sumber inspirasi, bahan
masukan dalam bekerjasama dengan orang tua peserta
didik dalam mengembangkan kemandirian pada anak
didiknya, sehingga perkembangan kemandirian anak
dapat berjalan sesuai dengan tahap perkembangannya.
c. Bagi Sekolah: dapat menjadi panduan sekolah dalam
kegiatan bekerjasama dengan orang tua peserta didik dan
dapat memberikan saran dan anjuran kepada guru dan
pihak-pihak yang terkait dalam mengembangkan
kemandirian pada anak usia dini.
d. Bagi Anak : dapat membantu dalam meningkatkan
kecerdasan dan untuk mengembangkan kemandirian
mereka.

G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian yang relevan merupakan uraian singkat mengenai
hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah-
masalah sejenisnya. Penelitian ini berfungsi sebagai data otentik
orisnilitas/keahlian penelitian. Diantaranya penelitian sejenis yang
telah dilakukan sebagai berikut:
1. Tia Husnul Khotimah Dkk, jurnal yang berjudul “Kerjasama
Antara Guru Dan Orang Tua Dalam Mengembangkan Perilaku
Mandiri Anak Di TK” penelitian memiliki tujuan untuk
mendapatkan informasi tentang kerjasama antara guru dan
orang tua untuk mengembangkan prilaku mandiri dalam upaya
membiasakan anak untuk berprilaku di rumah seperti yang
dibiasakan oleh guru di sekolah telah berjalan dengan baik.25
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan
bahwa kerjasama antara orang tua dan guru anakn berdampak
baik bagi keberlangsungan pembelajaran anak, karena untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak tidak dapat dilakukan
oleh satu pihak saja tetapi memerlukan kalaborasi dari
keduanyya. Jika pihak sekolah dapat terus mengembangkan

25
Tia Husnul Khotimah, Dkk, Jurnal Kerjasama Orang Tua Dan Guru
Dalam Mengembangkan Prilaku Mandirian Anak Di TK, Program Study PG-PAUD
FKIP Untan Pontianak, 2016.
15
dan menjalankan program kerjasama antara orang tua dan guru
dengan baik dan rutin, maka manfaat dari kerjasama itu bagi
anak adalah meningkatkan pencapaian belajar dan mendorong
dalam mengembangkan sikap mandiri pada anak.
2. Ana Khusnul Khotimah Dkk, Jurnal yang berjudul “ Hubungan
Peran Orang Tua Dirumah dengan Kemandirain Anak
Disekolah Pada PAUD Sahabat Ananda Puncak Permata
Sengkaling Kabupaten Malang. Dalam pembahasan ini
mengkaji tentang peranan orang tua dirumah dengan sekolah
dalam membentuk kemandirian pada anak. 26 Dimana peran
orang tua dirumah ini dapat membantu anak dalam
melaksanakan tugas perkembangannya secara optimal
khususnya dalam pembentukan karakter mandiri.
3. Anggun Kumayang Sari Dkk, Jurnal yang berjudul “Upaya
Guru Untuk Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini Di
Gugus Hiporbia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara peran orang tua dirumah dengan
kemandirian anak disekolah. Dalam penelitian ini dimana guru
berupaya untuk mengembangkan kemandirian anak melalui
tiga aspek yakni upaya pencegahan, pengembangan dan upaya
penyembuhan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa
keberhasilan pembentukan kemandirian ditunjukkan dengan
terbentuknya kemandirian anak-anak dengan baik. 27
keberhasilan pembentukan kemandirian ditunjukkan dengan
terbentuknya kemandirian anak-anak dengan baik. Hal ini
tergantung bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk
membentuk kemandirian anak tersebut. Banyaknya larangan
atau perhatian yang berlebihan untuk anak dalam melakukan
kegiatannya akan menghambat kemandirian anak, dan juga
terlalu memberikan kebebasan untuk anak juga akan
mengakibatkan anak bertindak semaunya tanpa

26
Ana Khusnul Khotomah, Dkk, Jurnal Hubungan Peran Orang Tua
Dirumah Dengan Kemandirain Anak Disekolah Pada PAUD Sahabat Ananda Puncak
Permata Sengkaling Kabupaten Malang, 2017.
27
Anggun Kumayang Sari, Dkk, Upaya Guru Dalam Mengembangkan
Kemandirian Anak Usia Dini Di Gugus Hiporbia, Jurnal Ilmiah Potensia, Vol. 1 No.
1, 2016.
16
memperdulikan orang lain. Dengan memberikan pemahaman
menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak, bimbingan
yang berkelanjutan dan motivasi serta kesempatan untuk
melakukan keinginannya perlu diberikan kepada anak untuk
membentuk kemandiriannya.
4. Hj. Komala, Jurnal yang berjudul “Mengenal dan
Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini Melalui Pola
Asuh Orang Tua dan Guru”. Dalam penelitian ini dapat dilihat
bahwa orang-orang yang berperan penting dalam menumbuh
kembangkan kemandirian anak adalah keluarga, lingkungan
sosial dan teman sebaya. Dengan adanya kerjasama dan
dukungan yang baik mengenai pola asuh yang diterapkan
orang tua dirumah dengan guru disekolah maka pencapaian
kemandirian anak dapat meningkat, sehingga anak-anak yang
memiliki kemandirian dengan baik akan cenderung lebih
positif di masa depannya. 28
5. Melani Aprianti Dkk, Jurnal yang berjudul “Dukungan Sosial
Orang Tua dan Guru Dalam Mengembangkan Kemandirian
Anak Autisme”. Dalam penelitian ini baik orang tua maupun
guru saling bekerjasama dalam upaya mengembangkan
kemandirian pada anak autisme dengan cara melakukan
bimbingan dalam aspek emosi, intelektual dan sosial supaya
dalam mengarahkan anak yang berkebutuhan khusus dapat
memberikan respon positif terhadap anak didik. 29
Dari beberapa penelitian diatas dapat simpulkan bahwa ada
berbagai macam kegiatan yang dapat mengembangkan
kemandirian anak. Persamaan dari penelitian diatas yaitu sama-
sama mengembangkan kemandirian pada anak yang
membedakanya adalah cara yang digunakan untuk
mengembangkan kemnadiriannya, anak usia dini yang dijadikan
sasaran penelitian ada di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung.

28
Hj. Komala, Mengenal dan Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini
Melalui Pola Asuh Orang Tua dan Guru, Jurnal Tunas Siliwangi, Vol. 1, No. 1, 2015.
29
Melani Aprianti, Dkk, Dukungan Sosial Orang Tua dan Guru Dalam
Mengembangkan Kemandirian Anak Autisme, Jurnal Psikologi Pendidikan, Vol. 11,
No 2, 2018.
17
H. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 30
Metode peneltian adalah cara atau teknik utama yang digunakan
dalam melakukan suatu penelitian dengan melalui metode-metode
ilmiah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian deskripstif, yaitu bentuk penelitian yang
memberikan gambaran mengenai objek yang diamati atau fokus
penelitian. Penelitian deskriptif dipilih karena peneitian yang
akan dilakukan adalah berkaitan dengan peristiwa-peristiwa
yang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa
sekarang. Menurut Sukardi, metode deskriptif adalah metode
yang secara umum dilakukan dengan tujuan utama untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karaktristik objek
atau subjek yang diteliti secara tepat. 31 Penelitian lapangan yaitu
penelitian yang dilaksanakan dalam lingkup kehidupan yang
sebenarnya, dimana penelitian ini dilakukan di TK Harapan Ibu
Sukarame Bandar Lampung dan penelitian ini dengan melihat
hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah subjek yang dituju untuk
diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi
subjek adalah anak usia dini di TK Harapan Ibu Sukarame
Bandar Lampung.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah objek yang dijadikan
peneliti atau yang menjadikan pokok persoalan yang hendak
diteliti untuk mendapatkan data secara terarah. Dalam objek

30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, kuantitaif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), 3.
31
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), 157.
18
penelitian ini adalah masalah yang diteliti yaitu kerjasam
orang tua dan guru dalam mengembangkan kemandirian
anak di TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
Dalam penelitian kualitatif peneliti menggubakan
teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode
observasi (pengamatan), wawancara, dan dokumentasi. yaitu
sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Metode observasi yaitu merupakan teknik
pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan , atau juga
dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematis untuk memperoleh gambaran yang lebih
nyata sesuai dengan kondisi lapangan. 32 Metode
observasi terdiri dari dua macam, yaitu observasi
partisipan dan non-partisipan. Dalam penelitian ini
hanyamenggunakan obsevasi partisipan yaitu dimana
peneliti terlibat mengobservasi secara langsung aktivitas
dan proses belajar mengajar di TK Harapan Ibu
Sukarame Bandar Lampung.
b. Metode Wawancara
Metode wawacara meliputi suatu metode bertenya
jawab antara dua orang atau lebih berhadapan secara
fisik. Wawancara yaitu sebuah metode pengumpulan
data dengan melakukan tanya jawab dalam penelitian
yang sedang berlangsung secara lisan dimana dua orang

32
Ibid, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 145.
19
atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
mengenai informasi-informasi atau keterangan-
keterangan. 33 Dalam penelitian ini orang yang
diwawancarai adalah orang tua dan guru peserta didik di
TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung.
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data
mengenai kerjasama orang tua dan guru dalam
mengembangkan kemandirian anak.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu teknik
pengumpulan data yang tidak langsung dilihatkan kepada
subjek penelitian, dengan melalui dokumentasi.34 Metode
ini digunakan sebagai metode tambahan yang berasal dari
sumber-sumber bahan tertulis. Metode ini untuk
menggali data tentang sejarah singkat berdirinya TK
Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung, visi dan misi,
jumlah pendidik, jumlah peserta didik, sarana dan
prasarana serta dokumentasi lainnya yang berkaitan
dengan kerjasama orang tua dan guru dalam
mengembangkan kemandirian anak usia dini di TK
Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung.
4. Uji Keabsahan Data
Agar memperoleh konsistensi ini dan arah terhadap aspek
yang diteliti, penulis melakukan triangulasi sebagai cara
meningkatkan validitas data dengan memanfaatkan sesuatu
diluar data tersebut untuk kepentingan pengecekan serta
perbandingan terhadap data yang sudah peneliti kumpulkan.
Untuk menentukan keabsahan data memerlukan teknik
pemeriksaan data yang berdasarkan atas jumlah pilihan tertentu,
sedangkan dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang
dilakukan adalah triangulasi sumber. Berikut ini macam-macam
triangulasi tersebut sebagai berikut:

33
Cholid Naruko, Abu Achmadi, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2017), 63.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, kuantitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), 222.
20
a. Tringulasi Sumber
Triangulasi sumber akan membuktikan integritas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data sesuatu
informasi yang sudah didapatkan melalui keadaan serta alat
yang berbeda pada metode kulitatif. Sumber
dibandingkankan dengan hasil yang sudah diperoleh dari
informasi yang berbeda dengan data dari beberapa informasi
kunci yang berupa catatan laporan. 35
b. Tringulasi Teknik
Triangulasi teknik adalah suatu teknik memandingkan
hasil wawancara mendalam dengan hasil observasi didukung
dengan metode observasi pada saat wawancara serta
melakukan survey langsung di lapangan.
c. Teknik Pemeriksaan dengan memanfaatkan berbagai macam
teori
Teknik pemeriksaan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber dan menggunakan
metode. Untuk meningkatkan kredibilitas data penulis
melakukan langkah sebagai berikut:
1. Penulis mengikuti langsung melaksanakan tahap
pengumpulan data di lapangan.
2. Melakukan pengamatan pada proses wawancara
mendalam berlangsung.
5. Prosedur Analisis Data
Selanjutnya data yang diperoleh diedit, disusun seacara
sistematis, maka selanjutnya adalah menganalisis pada hasil
yang sudah didapatkan. Menurut Mudjirahadji dalam buku
Wiratan Sujarweni analisis data adalah proses mencari dan
menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan bahan yang lain sehingga dapat mudah
dipahami. 36 Data yang telah didapatkan diolah dan

35
Ibid, Sugiyono, 224.
36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2014), 204.
21
menggunakan penelitian kualitatif (deskriptif) serta dianalisis
domain agar mendapatkan gambaran umum serta menyeluruh
pada objek dengan menerangkan teknik analisis selama
dilapangan dan dilakukan secara aktif melalui proses data
reduksi, data display, dan verivicaton.
a. Reduksi Data
Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi memberikan gambaran
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan. 37 Data yang didapatkan di lapangan langsung
ditulis dengan rapi, terperinci serta sistematis setiap selesai
mengumpulkan data.

b. Display data
Jika data yang didapatkan masih kurang memberikan
gambaran secara menyeluruh, maka diperlukan display data.
Display data merupakan penyajian suatu data dalam bentuk
matrik, network, cahrt, atau grafik dan sebaginya..
c. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi (verivication)
Penarikan kesimpulan adalah upaya pemahaman dan
menafsirkan data untuk menggambarakan secara mendalam
dan untuk mengenai masalah yang diteliti. 38 Data yang
terdapat dalam penelitian ini berbentuk data kualitatif yang
dihasilkan melalui proses observasi, wawancara serta
dokumentasi. Selanjutnya data-data tersebut ditulis dalam
bentuk narasi deskriptif untuk menggambarkan peristiwa-
peristiwavyang dialami oleh objek. Dengan menggunakan

37
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015), 338.
38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, kuantitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), 249.
22
cara ini akan diperoleh kseimpulan yang nyata serta dapat
dipertanggung jawabkan.

I. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan ditampilkan sebagai upaya untuk
memudahkan para pembaca dalam memahami alur pembahasan
yang disajikan dari penelitian tersebut. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
Bab pertama adalah pendahuluan, bab I merupakan kerangka
dasar dari sebuah penelitian. Dalam bab ini akan dibahas tentang
langkah-langkah yang ditempuh dalam penulisan skripsi yang
meliputi penegasan judul, latar belakang masalah, fokus penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian
penelitian terdahulu yang relevan, metodelogi penelitian yang
mencakup (waktu dan tempat penelitian, pendekatan dan jenis
penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian,
pengujian keabsahan data, teknik analisis data dan dirangkai
dengan sistematika penulisan.
Bab kedua adalah menjelaskan landasan teori yang meliputi
kerjasama orang tua dan guru, (pengertian kerjasama orang tua dan
guru, hubungan kerjasama orang tua dan guru, bentuk kerjasama
orang tua dan guru dan tujuan kerjasama orang tua dan guru),
kemandirian anak usia dini (pengertian kemandirian, aspek
kemandirian, ciri-ciri kemandirian, upaya orang tua dan guru
dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini, indikator
kemandirian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi), dan tinjauan
anak usia dini (pengertian, karakteristik anak usia dini).
Bab ketiga adalah menjelaskan deskripsi objek penelitian
yang terdiri dari gambaran umum TK Harapan Ibu Sukarame
Bandar Lampung yang berupa sejarah berdirinya TK Harapan Ibu,
profil satuan lembaga tahun ajaran 2020/2021, sarana dan
prasarana, keadaan siswa tahun ajaran 2020/2021, data pendidik
serta visi, misa dan tujuan TK Harapan Ibu Sukarame Bandar
Lampung
Bab keempat adalah menjelaskan analisis penelitian yang
terdiri dari temuan penelitian dan pembahasan mengenai kerjasama
23
orang tua dan guru dalam mengembangkan kemandirian anak usia
dini di TK Harapan ibu sukarame Bandar lampung sekaligus
jawaban atas permasalahan yang sedang di bahas dalam skripsi ini
yaitu: bagaimana kerjasama orang tua dan guru dalam
mengembangkan kemandirian anak di TK Harapan Ibu Sukarame
Bandar Lampung.
Bab kelima adalah menjelaskan penutup dalam bab ini
berisikan kesimpulan dan rekomendasi mengenai kerjasama orang
tua dan guru dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini di
TK Harapan Ibu Sukarame Bandar Lampung.
24
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep kerjasama Orang Tua Dan Guru


1. Pengertian kerjasama orang tua dan guru
Kerjasama merupakan interaksi yang paling penting
dalam kehidupan manusia. Mereka tidak dapat hidup sendiri
tanpa orang lain sehingga mereka senantiasa membutuhkan
kerjasama. Kerjasama dapat berlangsung apabila suatu
individu atau kelompok memiliki kepentingan yang sama
dan memiliki kesadaran untuk mencapai suatu tujuan.
Kerjasama adalah hubungan dua orang atau lebih untuk
melakukan aktifitas bersama ang dilakukan secara terpadu
untuk mencapai suatu target atau tujuan tertentu. 39
Pada fitrahnya manusia adalah makhluk sosial
membutuhkan hubungan kerjasama untuk berbagai tujuan,
baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun pendidikan.
sesuai dengan firman Allah swt., dalam surat Al-Maidah
ayat 2:

         

        

         

      

         

39
Rizal dan Muhammad Arsyad DKK, Adapatasi Sosial Mahasiswa
Program Beasiswa Afimasi Dikti (Adik) Papua Dilingkungan Sosial Di Kampus
Universitas Halu Oleo Kendari, Vol. 10, No. 2, (2019), 183, dikases pada tanggal 07
November 2021 http://ojs.uho.ac.id/index.php/publika/article/viewFile/10970/7799

25
26

          

 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram,
jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula)
mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan
keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-
halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah:2)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah swt,
memerintahkan bekerjasama dalam segala bentuk perbuatan
yang dicintai dan diridhaiNya, baik perbuatan lahir maupun
batin, perbuatan yang terkait dengan hak-hak Allah
swt.,maupun dengan sesame manusia. 40 Begitu juga manusia
dalam memenuhi kebutuhanya mereka membutuhkan satu
sama lain, seperti dalam dunia pendidikan antara orang tua
dan guru saling membutuhkan. Mereka saling membutuhkan
untuk mendukung tercapainya pembelajaran pada anak usia
dini. Sebagai pemimpin suatu keluarga orang tua
mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan anak-

40
Ishaq Alu Syaikh Abdullah bin Abdurahman bin Muhammad bin
Abdurahman, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pusaka Imam Syafi’i) 2016, 21
27
anaknya dan tidak boleh diwakilkan kepada orang lain,
kecuali orang tua tidak mampu untuk mendidiknya.
Sedangkan sekolah merupakan tempat mencari ilmu dan
belajar berbagai pengetahuan dan guru bertanggung jawab
dalam pendidikan peserta didik. Keterlibatan orang tua
dalam mendidik dan menjaga anak-anaknya sangat besar.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
kerjasama memiliki kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh
beberapa orang (lembaga, pemerintah, dan sebagainya)
untuk mencapai tujuan bersama. 41 Kerjasama adalah suatu
bentuk partisipasi untuk memperoleh pengertian, dukungan
kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat umum.
Partisipasi tersebut antara lain berwujud bantuan
administrasi secara langsung dan tidak langsung mendukung
penyelenggaraan pendidikan disekolah. 42
Poerwono menyatakan kerjasama merupakan dimana
ada sekelompok orang melakukan kerjasama bersama-sama
untuk mendapat hasil yang baik untuk kepentingan
bersama.43 Kemudian menurut Arikunto berpendapat bahwa
kerjasama dapat membuahkan keuntungan bagi sekelompok
orang yang melakukan kerjasama dibandingkan jika
pekerjaan tersebut dilakukan secara individu. Dengan
adanya kerjasama dapat memberikan sebuah hubungan yang
antar sesama individu dan juga kelompok, serta
menghasilkan sebuah hasil yang baik. 44 Menurut Basrowi
mengemukakan bahwa kerjasama berasal dari dua kata yakni
kerja dan sama. Kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu,
sedangkan sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan

41
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, Kegiatan Atau Usaha
Yang Dilakukan Oleh Beberapa Orang Untuk Mencapai Tujuan Bersama, Diakses
Melalui Https://Kbbi.Kemdikbud.Go.Id/Entri/Kerja%20sama, Pada 21 Mei 2021,
10.47 WIB.
42
Safitri Yosita Ratri, Kerjasama Sekolah Dengan Masyarakat Dalam
Manajemen Meningkatkan Mutu Disekolah Dasar Se Kecamatan Pakualaman
(Yogyakarta: 2018).
43
Yusni Sari, Meningkatkan Kerjasamaa Sekolah Dasar, Jurnal
Administrasi Pendidikan, Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 310.
44
Ibid, 310.
28
oleh beberapa orang (lembaga dan pemerintah) untuk
mencapai tujuan bersama.dengan demikian kerjasama
merupakan suatu usaha bersama antara perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.45
Dalam menjalankan pendidikan di sekolah guru tidak
bisa berjalan sendiri, melainkan ada faktor eksternal yag
membantu guru, salah satunya yakni dibantu oleh orang tua
anak, yang dimana keduanya sama-sama memiliki peran
penting dalam mengembangkan kemandirian anak. Orang
tua dan guru disekolah sudah saatnya selalu bekerjasama
untuk membimbing anak dalam meningkatkan aktivitas
belajar anak baik dirumah dan disekolah. Tanpa kerjasama
yang baik proses pendidikan tidak akan dapat membuahkan
hasil sesuai harapan yaitu memberikan bekal kemampuan
dasar anak untuk mengembangkan kehidupannya dan
mempersiapkan anak sehingga menjadi pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan umat manusia untuk
mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.46
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa kerjasama orang tua dan guru adalah upaya dalam
mendukung tercapainya pembelajaran anak supaya
mendapatkan hasil yang baik. Kerjasama tersebut melalui
komunikasi antara orang tua dan guru tentang kendala-
kendala yang dihadapi anak dengan tujuan memperbaikinya.
Dengan adanya kerjasama ini dapat menjadi faktor
pendukung terlaksananya pembelajaran, dalam sebuah
penelitian menunjukkan bahwa hasil pembelajaran yang baik
dipengaruhi oleh dukungan orang tua melalui kerjasama.
2. Hubungan Antara Orang Tua Dengan Guru
Manusia sebagai makhluk hidup sosial tidak mampu
melakukam segala aktivitas didalam kehidupannya tanpa
adanya interaksi atau bantuan dari pihak lain. Disisi lain

45
Busrowi, Pengantar Sosiolagi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2015), 12.
46
Mohammad Roesli ddk, Kajian Islam Tentang Partisipasi Orang Tua
Dalam Pendidikan Anak, Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan
Pemikiran Islam, Vol. IX, No. 2, (2018), 334, diakses pada 07 November 2021,
http://Ejournal.Iaida.AC.Id/Index.Php/Darussalam/Article/View/234/207
29
karena manusia adalah makhluk sosial maka pada dasarnya
manusia tidak dapat hidup sendiri dalam konteks fisik
maupun konteks sosial budaya. 47 Demikian pula dalam dunia
pendidikan sekolah/guru tidak mampu berdiri sendiri dalam
menjalankan semua aktivitasnya. Sekolah/guru sangat
membutuhkan bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
dalam mensukseskan program yang telah disusun dan
direncanakan. Oleh karena itu guru perlu menjalin kerjasama
dengan orang tua dan masyarakat.
Pendidikan disekolah merupakan pendidikan yang
sudah direncanakan dan dijalankan sesuai dengan prosedur
belajar mengajar yang ada. disini seorang guru menjalin
komunikasi yang baik antara dirinya dengan orang tua
peserta didik. Dimana guru menyampikan perkembangan
anak keapada orang tuanya secara jujur tanpa ada yang
ditutup-tutupi. Apabila guru gagal dalam menjalin
komunikasi yang baik dengan orang tua peserta didik , maka
tidak akan terjadi hubungan komunikasi yang baik dengan
orang tua peserta didik. Kerjasama yang baik antara guru
dan orang tua akan menghasilkan pembelajaran yang
maksimal bagi peserta didik.48
Dalam hal ini ada tujuh poin yang harus diperhatikan
oleh guru dalam menjalin hubungan yang baik dengan orang
tua peserta didik, yaitu sebagai berikut:
a. Guru wajib melakukan kerjasama yang efisien dengan
orang tua dalam melaksanakan pendidikan anak.
b. Dalam memberikan informasi perkembangan peserta
didik, guru harus berbicara apa adanya kepada orang
tua tanpa ada satupun yang disembunyikan.

47
M. Burhan Bunging, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradikma,Dan
Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2016), 25.
48
Jemi Karter, Hber Yaspin Tandi, Yusdin Gagaramusu, Hubungan
Komunikasi Orang Tua Dan Guru Dengan Perestasi Belajar Siswa Sdn Inpres 2 Lolu,
Elementary Scool Of Education E-Journal, Vol. 2, No. 1 (Maret 2014), 2-3.
30
c. Apapun yang bersangkutan dengan peserta didik guru
harus bisa merahasiakan dari orang lain yang bukan
wali murid dari peserta didik.
d. Seorang guru mampu memberikan sebuah keyakinan
kepada orang tua peserta didik supaya ikut serta dalam
kemajuan pendidikan.
e. Guru selalu menyampaikan informasi perkembangan
peserta didik kepada orang tuanya.
f. Seorang guru memberikan kesempatan kepada orang
tua peserta didik jika ingin berkonsultasi mengenai
anaknya mulai dari pembelajarannya sampai dengan
cita-cita yang diinginkan anaknya.
g. Tidak boleh seorang guru mengambil keuntungan
pribadi dari peserta didik.49
Dalam diatas menunjukan bahwa pendidikan seorang
anak adalah tanggung jawab bersama antara guru dan juga
orang tua, jika hubungan keduanya tidak relevan maka yang
akan menerima dampaknya adalah anak karena merasa ada
ketidak nyamanan yang dialami oleh seorang anak. Tidak
boleh seorang guru ingkar atau melanggar hubungan yang
telah dibentuk dengan orang tua peserta didik. 50
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
hubungan kerjasama orang tua dengan guru merupakan
hubungan yang sangat penting dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan khususnya mengembangkan kemandirian anak
usia dini. Suatu bentuk partisipasi untuk memperoleh suatu
dukungan dalam proses pendidikan dan menanamkan nilai-
nilai dari orang tua terhadap anak.
3. Upaya Kerjasama Guru Dengan Orang Tua
Kerjasama yang dilakukan oleh orang tua dan guru
tercantum dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan republik Indonesian nomor 23 tahun 2015

49
Ambros Leonanggung Edu, Florianus Dus Arfian, Mikael Nardi, Etika
Dan Tantangan Professional Guru, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2017) ,98-99.
50
Ambros Leonanggung Edu, Florianus Dus Arfian, Mikael Nardi, Etika
Dan Tantangan Professional Guru, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2017), 100.
31
tentang pertumbuhan budi pekerti dimana diadakan wajib
pertemuan antara guru dan orang tua siswa pada saat tahun
ajaran baru untuk membicarakan tentang visi, aturan, materi
serta perencanaan yang akan dicapai supaya mendapat
dukungan dari orang tua perserta didik yang bersangkutan.
Lickona menyebutkan ada dua hal yang perlu diperhatikan
oleh guru dan orang tua sebagai orang tua yang berperan
penting dalam perkembangan anak yakni: (1) membantu
orang tua sebagai pendidik utama bagi anak, (2) memberi
ajakan kepada orang tua dalam medukung sekolah untuk
memajukan kemandirian dan moral anak sehngga bernilai
positif.51
Kerjasama antara guru dan orang tua dalam
terwujudnya kemandirian anak usia dini, guru dan orang tua
melakukan upaya dalam mengembangkan kemandirian pada
anak dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam
berbagai aktivitas. Semakin banyak kesempatan yang
diberikan pada anak maka anak akan semakin terampil
mengembangkan skilnya sehingga lebih percaya diri. Upaya
yang dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan
kemandirian anak usia dini sebagaimana yang dikemukakan
oleh Astuti yaitu sebagai beriku:52
a. Anak didorong agar mau melakukan kegiatan sehari-
hari tanpa ditemani, seperti mandi sendiri, gosok gigi,
makan sendiri, bersisir dan berpakaian segera seteleh
mereka mampu melakukan sendiri.
b. Anak diberi kesempatan sesekali mengambil
keputusan sendiri, seperti memilih baju yang akan
dipakai.
c. Anak diberi kesempatan untuk bermain sendiri tanpa
ditemain sehingga terlatih untuk mengembangkan ide
dan berpikir untuk dirinya. Agar anak tidak terjadi

51
Ibid, 100.
52
Desi Relita Sari, Amelia Zainur Rasyidah, Peran Orang Tua Pada
Kemandirian Anak Usia Dini, Early Childhood Vol. 3 No. 01 Mei 2019, 8-9.
32
kecelakaan maka atur ruang tempat bermain sehingga
tidak ada barang yang membahayakan.
d. Biarkan anak mengerjakan segala sesuatu sendiri
walaupun sering melakukan kesalahan.
e. Ketika bermain bersama, bermainlah sesuai keinginan
anak. Akan tetapi, apabila anak tergantung pada kita
maka beri dorongan untuk berinisitaif dan dukung
keputusannya. Dorong anak untuk mengungkapkan
perasaan dan idenya.
f. Melatih anak untuk mensosialisasi diri sehingga anak
mampu belajar mengahadapi problem sosial yang
lebih kompleks. Apabila anak masih ragu-ragu atau
takut cobalah menemaninya terlebih dahulu agar anak
tidak terpaksa.
g. Anak yang lebih besar, mulai ajak anak untuk
merawat rumah, seperti menyiram tanaman,
membersihkan meja dan menyapu halamam.
h. Ketika anak mulai memahami konsep waktu dorong
mereka untuk mengatur jadwal pribadinya, seperti
akan belajar dan bermian. Orang tua bisa
mendampingi dengan menyanyakan alasan-alasan
pengaturan waktunya.
i. Anak-anak juga perlu diberi tanggung jawab dan
konsekunsinya apabila tidak memenuhi tanggung
jawabnya. Hal ini akan membantu anak
mengembangkan rasa keberatian sekaligus disiplin.
j. Kesehatan dan kekuatan biasanya berkaitan juga
dengan kemandirian sehingga orang tua perlu
memberikan menu yang sehat pada anak dan ajak
untuk berolahraga atau melakukan aktivitas fisik.
Dari beberapa uraian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa upaya yang dapat dilakukan oleh orag
tua dan guru untuk mengembangkan kemandirian anak
yaitu anak selalu didorong untuk melakukan suatu kegiatan
dengan sendiri, memberi kesempatan kepada anak untuk
bermain dan memilih apa yang ia inginkan sendiri,
33
mengambil keputusan sendiri, bertanggung jawab,
mengambil keputusan sendiri dan mendorong anak untuk
mengungkapkan perasaanya serta melatih anak untuk
bersosialisasi. Kerjasama dalam hal ini sangatlah penting,
karenakan pada anak usia dini tingkat kemandirian masih
rendah, oleh sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama
yang baik antara orang tua dan guru. 53
4. Tujuan Kerjama Guru Dan Orang Tua
Secara umum kerjasama yang dijalin antara guru
dengan orang tua memiliki tujuan yang ingin dicapai yakni
berkaitan dengan kesuksesan program dan meningkatkan
pendidikan itu sendiri, sehingga orang tua dapat merasakan
dampak langsung dari kemajuan tersebut. Rohiat
mengatakan bahwa hubungan sekolah dan masyarakat
dilakukan untuk menjabatani kebutuhan yang dibutuhkan
oleh sekolah dengan masyarakat itu sndiri. 54
Kerjasama guru dan orang tua disekolah memeliki
beberapa tujuan antara lain: Pertama, saling membantu dan
saling mengisi yaitu guru selalu memberikan informasi
kepada orang tua peserta didik mengenai kelemahan dan
kelebihan anak, informasi disampaikan secara tertulis atau
kunjungan guru kepada orang tua peserta didik. Kedua,
mencegah perbuatan yang kurang baik yaitu guru dan orang
tua saling bekerjasama untuk mengantisipasi adanya
perbuatan peserta didik yang menggangu lingkungan
sekolah. Ketiga, membuat rencana yang baik untuk anak
yaitu guru mencari bakat dan kelebihan peserta didiknya
kemudian membuat rencana untuk pengembangan lebih
lanjut, misalnya mengembangkan bakat olahraga, menari,
seni musik, dan seni lukis. 55 Keempat, untuk meningkatkan

53
Khadijah Dan Media Gusman, Pola Kerjasama Guru Dan Orang Tua
Mengelola Bermain Aud Selama Masa Pandemic Covid-19, Jurnal Kumara Cendekia,
No 2, Vol 8, (Juni, 2020), 160.
54
Rohiat, Manajemen Sekolah Teori Dan Praktik, (Bandung: Rafika
Aditama, 2020), 28.
55
Siti mawaddah Huda, Kerjasama Guru dan Orang Tua Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, (Skripsi Universitas Negeri Sumatera Selatan,
2018), diakses http://repository.uinsu.ac.id/5378/1/Skripsi%20FIX.pdf
34
kualitas orang tua dan guru untuk mendidik anak khususnya
dalam mengembangkan kemandiriannya. 56
Dengan adanya kerjasama antara guru dan orang tua
maka kebutuhan masing-masing pihak akan sangat mudah
untuk dipenuhi seperti kebutuhan guru akan latar belakang
peserta didik. Guru membutuhkan informasi latar belakang
peserta didik untuk memudahkan proses belajar mengajar
disekolah. Disisi lain orang tua juga akan sangat mudah
mendapatkan informasi tentang perkembangan anaknya
disekolah. Oleh karena itu kerjasama yang dijalin akan
memudahkan kedua belah pihak untuk melakukan
komunikasi dan konsultasi mengenai perkembangan anak
didik. Selain itu hubungan yang terjalin antara sekolah
(guru) dan orang tua juga dapat dijadikan sarana silaturahmi
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Ra’d
ayat 21:57

         

   


Artinya: “dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan
mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada
hisab yang buruk”.(Q.S Al-Ra’d: 21)
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang
yang selalu mengadakan hubungan silaturahmi dan tali
persaudaraan berbuat baik dengan menafkahkan hartanya
kepada orang-orang fakir, miskin yang membutuhkan
pertolongan, dan mereka takut kepada tuhannya dalam
segala tindakan yang mereka lakukan atau tinggalkan. Oleh

56
Nine Febrie Novitasari, Menyamakan Pola Pikir Orang Tua, Guru dan
Siswa: Sebuah Usaha Memperkenalkan Gawai Al Secara Bijak, Jurnal Pengabdian,
Vol. 4, No. 1, 92020) 142, diakses 07 Novemer 2021,
https://unars.ac.id/ojs/index.php/integritas/article/view/567
57
Depertemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemah, (Bandung: Cordoba
Internasional Indonesia, 2018)
35
karena itu dapat dipahami bahwa silaturahmi merupakan hal
yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. 58
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan
kerjasama guru dan orang tua adalah untuk meningkatkan
usaha dan memahami kebutuhan peserta didik.
Mengembangkan kemandirian anak dan meningkatkan
kepercayaan orang tua kepada guru dalam proses
pendidikan. untuk mempermudah komunikasi guru dengan
orang tua peserta didik dan untuk mempererat tali
silaturahmi antara guru dengan orang tua peserta didik.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Kerjasama
a. Faktor Pendukung
a) Keterlibatan orang tua upaya guru dalam membina
kerjasama
Keterlibatan orang tua mendukung upaya
guru dalam membina kerjasama, misalnya orang
tua memantau perkembangan peserta didik di
sekolah. Selain memantau perkembangan anak
orang tua juga selalu menyempatkan hadir dalam
setiap pertemuan yang diadakan sekolah maupun
guru, seperti pengambilan laport, pertemuan wali
murid, dan rapat komite sekolah.
b) Tersedianya sarana dan prasarana disekolah
Sarana dan prasarana adalah faktor
pendukung terjalinya kerjasama guru dan orang tua
untuk membentuk hubungan atau informasi,
misalnya telepon, surat atau undangan, raport,
kotak saran, papan informasi, dan ruang pertemuan.
b. Faktor Penghambat
Faktor yang menghambat kerjasama guru dan
orang tua adalah kurangnya kesadaran orang tua akan
pendidikan dan perkembangan peserta didik. Kurangnya
komunikasi antara guru dan orang tua, dan sebagian

58
Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 4, (Surabaya: Bina Ilmu,
2018), 422.
36
masih ada orang tua yang belum bisa meluangkan
waktunya untuk menghadiri pertemuan, 59 kesibukan
orang tua, kurangnya kerjasama, kurangnya pengawasan
dan perbaikan, kurangnya partisipasi dalam program
sekolah, kurangnya pembiayaan pendidikan, kurangnya
pelatihan pendidikan.
6. Manfaat Kerjasama Guru dan Orang Tua
Kerjasama adalah hubungan antara dua orang atau
lebih untuk mencapai sebuah tujuan. Adapun manfaat
kerjasama guru dan orang tua sebagai berikut:
a) Peserta didik memiliki kualitas keagamaan dan
kemandirian yang kuat
b) Peserta didik memiliki kualitas pengetahuan yang luas
c) Peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan
yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain
d) Dapat mendorong perkembangan peserta didik dan
kemajuan kualitas pembelajaran di rumah dan di sekoah
e) Dapat memantau dan membina proses pendidikan
peserta didik menjadi seorang yang produktif
f) Akan memunculkan motivasi bagi orang tua dari melihat
pendidikan peserta didik.60
g) Dapat meningkatkan kualitas sekolah dang mengurangi
masalah kedisiplinan
h) Sekolah dapat pandangan baik dari pihak orang tua
i) Dapat meningkatkan prestasi peserta didik, membuat
peserta didik semangat datang ke sekolah, dapat
menumbuhkan kesadaran hidup sehat dan berprilakuan
baik.61

59
Apriliana Krisnawati, Kerjasama Guru Dan Orang Tua Membentuk
Karakter Disiplin Siswa Kelas V SD Negeri Gembongan, Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Edisi 18 Tahun Ke-5, (2016), 7.
60
Nanat Fatah Nastsir Dkk, Mutu Pendidikan, Kerjasama Guru Dan Orang
Tua, Jurnal Mudarrisuna, Vol. 8, No. 2, (2018), 324-325, diakses pada 07 November
2021 https://www.eadcube.com/articles/10.22373%2Fjm.v8i2.3315
61
Resi Novela Dan Yulsyofriend, Pelaksanaaan Kalaborasi Guru Dan
Orang Tua Dalam Perkembangan Anak Di Taman Kanak-Kanak Alam Minagkabau
37
j) Menimbulkan dampak yang biak secara langsung
maupun tidak langsung
k) Membantu dan membimbing perkembangan sikap
peserta didik dan kesulitan yang dihadapi serta
berpengaruhi baik terhadap psikologi, jiwa dan motivasi
peserta didik.62

B. Konsep Kemandirian Anak


1. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini
Kemandirian harus mulai diperkenalkan kepada anak
sedini mungkin dengan menanamkan kemandirian akan
menghindarkan anak dari sifat ketergantungan pada orang
lain. Sebagaimana Muhammad Asrori menjelaskan bahwa
kata mandiri berasal dari kata diri yang mendapatkan awalan
ke dan akhiran an yang kemudian membuat membentuk
suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian
berasal dari kata diri maka pembahasan menenai
perkembangan diri itu sendiri, yamg dalam konsep Carl
Rogerts disebut dengan istilah “self” karena “diri” itu
menerapkan inti dari kemandirian.63
Kemandirian merupakan sikap individu yang
diperoleh kumulatif selama masa perkembangan, dimana
individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam
menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga
individu tersebut pada akhirnya akan mampu berfikir dan
bertindak sendiri. Kemandirian adalah satu pribadi yang tidak
mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas. 64 Kemandirian juga dapat diartikan sebagai

Padang, Jurnal Program Studi PGRA, Vol. 5, No. 2, (2019), 187-188, diakses pada 07
November 2021 hhtps://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/seling/article/view/443
62
Lailatus Syifa’ Dkk, Implementasi Program Home Visit Dalam
Mengatasi Problem Belajar Siswa Di SD Muhammadiyah 1Pucangnom Sidorajo,
Procedding Of The Icecrs, Vol. 6, (2020), 2, diakses pada 07 November 2021
https://Press.Umsida.Ac.Id?Index.Php/Icecrs/Article/View/385/259?Download+Pdf
63
Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajran, (Bandung: Cv Wacana
Prima, 2013), 128.
64
Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2012), h. xi
38
keterampilan untuk membantu diri sendiri baik kemandirian
secara fisik adalah kemampuan untuk mengurus dirinya
sendiri, sedangkan kemampuan kemandirian secara
psikologis adalah kemampuan untuk membuat keputusan dan
memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Bachrudin Musofa dan Wiyani kemandirian
adalah kemampuan anak untuk mengambil pilihan menerima
konsekuensi yang menyertainya. Kemandirian pada anak
akan berwujud jika menggunakan pikiran sendiri dalam
mengambil berbagai keputusan. Dalam hal ini anak mampu
memilih perlengkapan belajar yang ingin digunakan serta
memilih teman bermain. 65 Sejalan dengan pendapat Sumantri
pengertian kemandirian adalah kemampan seorang anak
untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain dalam bentuk
material ataupun moral. Sedangkan pada anak pengertian
atau istilah kemandirian sering kali dikaitkan dengan
kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu
berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa. 66
Misalnya makan sendiri, mandi, memakai sepatu sendiri dan
sebagainya. Kemudian kemandirian yang dikutif oleh Megan
Northup dalam Susanto diartikan sebagai kemampuan
seorang anak untuk menentukan pilihan yang ia anggap
benar. Selain itu anak berani memutuskan pilihanya
tersebut67
Menurut Poerwodarmito kemandirian berasal dari
kata mandiri arinya berdiri sendiri. Dalam melakukan apa
saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak lagi
memerlukan banuan dariorang lain, atau mampu
menyelsaikan pekerjaanya sendiri, mampu mengatasi
kesulitan dirinya sendiri.68 Mandiri adalah sikap dan prilaku

65
Novan Ardi Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), 28.
66
Sumantri, Perkembangan Peserta Didik, (Universitas Terbuka, 2010), 47.
67
Muhammad Sumanto, Pendidikan Anak Usia Dini, Konsep Dan Teori
(Jakarta: Bima Aksara, 2017), 36.
68
Poerwadarminto, Wjs, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2018).
39
yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam
menyelsaikan tugas-tugas. Mandiri bagi anak sangatlah
penting, dengan mempunyai sifat mandiri, maka tidak akan
mudah bergantung kepada orang lain. Banyak yang
menyebutkan bahwa anak sulit mengalami kemandirian
karena seringnya di manja dan dilarang dalam megerjakan
sesuatu.
Menurut kanisius anak mandiri pada dasarnya adalah
anak yang mampu berfikir dan berbuat untuk dirinya sendiri.
Seorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif, kompeten,
tidak tergantung pada orang lain dan yampak spontan. 69
Menurut kanisus banyak pengamatan menunjukan bahwa
anak-anak, khususnya di Indonesia sering mengalami
keterlambatan dalam kemandirian. Hal ini disebabkan sejak
kecil anak tidak diajarkan kemandirian oleh orang tuanya.
Berikut beberapa sebab mengapa anak sering mengalami
keterlambatan kemandirian:
a. Anak terlalu dimanjakan
Banyak orang tua yang selalu memanjakan
anaknya. Segala sesuatu yang diinginkan anak pasti
dituruti oleh orang tuanya. Padala yang demikian ini
secara tidak langsung dapat menghambat kemandirian
anak, sebab seorang anak tidak perlu berusaha untuk
memenuhi kebutuha dirinya karena sudah dicukupi dan
dipenuhi oleh kedua orag tuanya. Sebagai contohdalam
hal makan, anak tidak perlu repot-repot mengambil
makanan sendiri kedapur, karena orag tua sudah
mengambilkan dan menyiapkannya. Hal ini disebabkan
jika anak makan sendiri dikhawatirkan anak mengotori
dirinya dan makananya terbuang dengan sia-sia.
b. Membatasi aktivitas dan kreatifitas anak
Anak usia dini merupakan masa ketika anak
memiliki berbagai kekhasan dalam bertingkah laku,
bentuk tubuhnya yang mungil dan tingkah lakunya yang
69
Kanisius, Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri, (Yogyakarta:
Familia, 2016).
40
lucu membuat orang dewasa merasa senang, gemas dan
terkesan. Namun terkadang juga membuat orang dewasa
merasa kesal jika tingkah laku anak berlebihan dan tidak
bisa dikendalikan. Segala bentuk aktivitas dan
kreativitas yang ditunjukan seorang anak pada dasarnya
merupakan fitrah. Disebabkan memang masa usia dini
adalah masaperkembangan dan pertumbuhan yang akan
membentuk kepribadiannya ketika dewasa. Seorang
anak belum mengerti apakah yang ia lakukan tersebut
berbahaya atau tidak, bermanfaat atau merugikan serta
benar maupun salah. Bagi mereka yang terpenting
adalah merasa senang dan nyaman dalam
melakukannya. Maka susah menjadi tugas orang tua
untuk mendidik dan membembing serta mengarahkan
anak dalam beraktivitas dan berkreativitas, supaya yang
dilakukan oleh anak dapat bermanfaat bagi dirinya
sehingga nanti mampu membanuk kepribadian yang
baik. Memupuk kemandirian pada anak harus dilakukan
sejak dini, tetapi tetap harus dalam proses tahap
perkembanannya. Artinyaorang tua tidak boleh
melupakan bahwa seorang anak bukanlah miniatur orang
dewasa, sehingga anak tidak bisa dituntut menjadi
dewasa sebelum waktunya. Orang tua harus memiliki
kepekaan terhadap setiap proses perkembangan anak dan
menjadi fasilitator bagi perkembangannya. Oleh sebab
itu orang tua jangan terlalu membatasi aktivitas dan
kreativitas seorang anak. Sebab dengan membatasi
aktivitas dan kreativitas anak seacara tidak langsung
orang tua telah meghambat atau memperlambat
kemandirian anak.
Ayat Al-qur’an maupun hadist memerintahkan
seorang muslim harus memiliki sifat mandiri, tidak
boleh meminta-minta bahkan mengandalkan balas
kasihan orang lain seperti yang dijelskan pada surat dan
hadist dibawah ini:
41
1) Dalam Al-qur’an juga dijelaskan dalam firman
Allah surat Al-Mudasir ayat 38:70

     

Artinya: “ tiap-tiap diri bertanggung jawab atas


apa yang telah diperbuatnya”
2) Rasullallah bersabda bahwa tangan dibatas lebih
baik dari tangan dibawah (diriwayatkan oleh
Albukhori dan Almuslim)
3) Seperti sabda Rasullaloh yang diriwayatkan oleh
Bukhori, “Bermain-mainlah dengan anakmu selama
seminggu, didiklah ia selama seminggu, temanilah
ia selama seminggu pula, setelah itu suruhlah ia
mandiri”. (HR. Bukhori)
Ayat Al- Quran dan hadist tersebut menjelaskan
bahwa setiap individu memiliki pertanggung jawaban
dalam setiap perbuatanya. Aritinya perbuatan selama
hidup harus dilakukan dengan mandiri dan tidak semua
dilakukan harus dengan bantuan orang lain,. Demikian
ini merupakan bukti bahwa peran orang tua dalam
mendidik anak khususnya kemandirian, memiliki andil
sangat besar. Upaya-upaya pun harus dilakukam orang
tua setahap demi setahap untuk mewujudkan
kemandirian anak dapat terwujud dengan baik. 71
Berdasarkan pendapat para pakar diatas dapat
disimpulkan bahwa kemandirian merupakan
kemampuan seseorang untuk tidak bergantung atau
tidak selalu mengandalkan bantuan dari orang lain.
Kemandirian juga merupakan suatu kemampuan untuk
berfikir dan melakukan sesuatu atas dorongan diri
sendiri sesuai dengan kewajibannya dalam kehidipan
70
Depertemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemah, (Bandung: Cordoba
Internasional Indonesia, 2018).
71
Cahniyo Wijaya, Menumnuhkan Kemandirian Anak Usia Dini Melalui
Bermain Darul Ilmi, Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol. 1, No. 2,
ISSN 2086-6909 (2016), 22.
42
sehari-hari tanpa dibantu orang lain. Kemandirian pada
anak sangat diperlukan kerena dengan kemandirian,
anak bisa menjadi lebih bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhannya. Dengan begitu anak akan
tumbuh menjadi orang yang mampu untuk berfikir
serius dan berusaha untuk menyelesaikan sesuatu yang
menjadi targetnya. Demikian juga di lingkungan
kelaurga dan sosial , anak yang mandiri akan mudah
menyesuaikan diri, ia akan mudah untuk diterima oleh
anak-anak dan teman-teman sekitarnya. Anak yang
sudah mandiri juga dapat memanfaatkan lingkungan
untuk belajar dan mampu membantu temannya untuk
mandiri.
2. Aspek-Aspek Kemandirian Anak Usia Dini
Kemandirian adalah prilaku mampu berinisiatif,
mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa
percaya diri, dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa
bantuan orang lain. Dalam kemandiria ada beberapa aspek-
aspek kemdirian menurut Havigrust dalam Yamin bahwa
kemandirian terdiri dari beberpa aspek, yaitu:
a. Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan
mengontrol emasi dan tidak tergantungya kebutuhan
emosi dari orang lain.
b. Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan
mengatur ekonomi dan tidak bergantungnya
kebutuhan ekonomi pada orang lain.
c. Intelektual, aspek ini ditujukan dengan kemampuan
dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
d. Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak
bergantung atau menunggu aksi dengan orang lain. 72

72
Martinis Yamin & Jamilah Sobri, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini,
(Jakarta: Ikapi, 2013), 86.
43
Menurut Steiberg dalam Nurhayati dalam
kemandirian ada beberapa aspek pokok kemdirian yang
secara psikodional tersusun dari tiga aspek pokok yaitu:
a. Mandiri emosi, adalah aspek kemandirian yang
berhubungan dengan perubahan kedekatan atau
ketertarikan hubungan emosional individu, terutama
sekali dengan orang tua atau orang dewasa lainnya
yang banyak melakukan interaksi dengannya.
b. Mandiri bertindak adalah kemampuan untyk membuat
keputusan secara bebas dan menindak lanjutinya.
c. Mandiri berfikir, adalah kebebasan untuk memaknai
seperangkat prinsip benar-salah, baik-buru, apa yang
berguna dan apa yang sia-sia baginya.73
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa bentuk kemandirian terdiri dari dari beberapa aspek
yaitu, emosi, ekonomi, intelektual, dan sosial, dan tidak
hanya mandiri dalam emosi tetapi juga mandiri dalam
bertidak dan berfikir, yang masing dari aspek tersebut
sangat mempengaruhi kemandirian seseorang dan harus
diterapkan sedini mungkin kepada anak-anak oleh orang
tua agar anak tidak selalu bergantung kepada orang lain.
3. Ciri-Ciri Kemandirian Anak Usia Dini
Setiap anak memiliki kemampuan yang unik untuk
memahami sesuatu, tidak hanya menerima saja, tetapi
punya inisiatif untuk mandiri, dalam memahami dan
mengambil keputusan sendiri dalam indaknnya. Anak yang
mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan
motivasi yang tinggi. Sehingga setiap tingkah lakuknya
tidak banyak menguntungkan diri pada orang lain. Anak
yang kurang mandiri selain ingin ditemani oleh orang tua
atau orang terdekatnya, baik pada saat sekolah maupun
pada saat bermain.

73
Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011).
44
Menurut Yamin dan Sabri anak yang mandiri untuk
ukuran anak usia dini terlihat dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Dapat melakukan segala aktifitasnya secara mandiri
Anak mulai mengembangkan kemandirian
ditandai dengan kebebasan melakukan sesuatu
dengan sendiri. Kebebasan disini yaitu anak
melakukan segala aktivitas yang dilakukan dengan
sendirinya, namun tetap pada pengawasan orang
dewasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak pada
kelas rendah bisa untuk berlatih mandiri dimulai dari
melakukan kegiatan-kegiatan kecil (mandi sendiri,
memakai pakaian sendiri, makan sendiri, memakai
sepatu sendiri dan lain sebagainya) yang biasa
dilakukan dengan kemampuan sendiri namun orang
tua tetap mengawasi terhadap apa yang dilakukan
anak.
b. Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan
pandangan
Pandangan itu sendiri diperoleh dari melihat
prilaku atau perbuatan orang-orang disekitarnya.
Dalam hal ini, anak dapat mengambil contoh dari apa
yang mereka lihat atau pandang. Oleh karena itu,
perlulah anak dilatih kemandiriannya sejak dini, agar
anak mampu mengambil keputusan yang positif
untuk diri anak. Misalnya, (memilih sepatu yang
akan dibeli oleh anak untuk keperluan sekolah,
ataupun memilih jajan untuk dibagikan pada
temannya), dari contoh tersebut anak bisa belajar
membuat atau menentukan pilihan sendiri agar dapat
membantu anak menjadi lebih mandiri, bertanggung
jawab dan memiliki rasa percaya diri. pandangan itu
diperoleh dari melihat prilaku atau perbuatan-
perbuatan orang sekitar. Jadi dapat disimpulkan
bahwa anak dapat membuat keputusan sendiri dengan
cepat dalam mencontoh perbuatan orang lain
45
disekitarnya, oleh karna itu lingkungan yang baik
dapat memberi dampak yang baik pula bagi anak.
c. Dapat bersosialisasi dengan orang lain
Bersosialisasi ditunjukkan dengan
kemampuan untuk mengadakan intraksi dengan
orang lain dan tidak tergantung atau menunggu orang
lain untuk melakukan tindakan. Bersosialisasi sangat
berpengaruh pada perkembangan kemandirian anak,
anak yang mudah bersosialisasi akan mudah mencari
teman dan berintraksi kepada orang lain dengan baik.
Jadi disimpulkan bahwa cara anak berinteraksi
dengan baik dilingkungan sekitarnya sehingga anak
dapat memiliki banyak teman seusianya.
d. Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati
terhadap orang lain
Emosi yang baik akan membuat teman-teman
dan orang lain di lingkungan sekitar anak akan
merasa nyaman sehingga anak pun akan merasakan
hal yang sama. Denga anak merasa nyaman terhadap
orang lain, anak akan mudah untuk berempati dengan
orang disekitarnya. Namun, jika hal tersebut tidak
terjadi maka anak mungkin mengalami masa sulit
dan terbelakang karean minder. Oleh karena itu peran
orang dewasa (guru dan orang tua) perlu dalam
membantu untuk melatih kemandirian anak.
Misalnya: (ajarkan anak menenangkan diri,
mengungkapkan perasaan, berikan pujian dan
terapkan contoh yang baik bagi anak). Jika emosi
mampu dikendalikan dengan cara yang baik, maka
dapat membantu anak menghindari ledakan-ledakan
kemarahan yang bisa menyakiti diinya atau orang
disekitarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa anak
dapat menerima sesuatu apabila terjadi tidak sesuai
dengan dengan harapannya.74

74
Ibid, 63.
46
Ciri merupakan tanda khas yang membedakan
sesuatu hal dari hal yang lainnya. Orang yang
mandiri pun memiliki ciri tertentu yang membedakan
dirinya dengan orang yang tidak mandiri. Adapun
menurut Susanto ciri-ciri kemandirian adalah sebagai
berikut:
1) Kepercayaan kepada diri sendiri (percaya
pada kemampuan sendiri dan merasa
dapat diterima oleh teman sepermainnya
atau kelompoknya), anak yang memiliki
rasa percaya diri memiliki keberanian
untuk melakukan sesuatu dengan
menentukan pilihan sesuai dengan
kehendaknya.
2) Motivasi intrinsik yang tinggi
(keingintahuan untuk membuktikan diri,
kebutuhan untuk dipuji, dan minat besar
untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan), dengan adanya motivasi
tersebut, anak dapat melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan. Hal ini timbul karena adanya
dorongan yang berasal dari dalam diri
anak untuk melakukan sesuatu dan
menentukan pilihan sesuai dengan
kehendaknya.
3) Mampu dan berani menentukan
pilihannya sendiri (memiliki antisipasi
terhadap dirinya sendiri) , anak yang
mandiri sudah pasti memiliki karakter
kemampuan dan keberanian dalam
menentukan pilihannya sendiri.
4) Kreatif dan inovatif (penuh rasa ingin
tahu, memiliki daya imajinasi yang kuat,
tidak merasacepat puas, dan menyenangi
aktivitas yang menantangnya), dengan
47
demikian, jiwa yang kreatif merupakan
prasyarat untuk menghadirkan inovasi-
inovasi yang cerdas dan dapat
menemukan cara dalam menyelesaikan
masalah. Maka dari itu, perlu dorongan
orang tua dalam mengembangkan
kemampuannya dalam melakukan sesuatu
hal yang hendak dicapai.
5) Bertanggung jawab (membereskan
mainan setelah bermain, membuang
plastik jajan pada tempatnya dan berani
mengambil resiko). Anak yang mandiri
akan bertanggung jawab atas
keputusannya yang diambil apapun yang
terjadi.
6) Mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, anak yang memiliki karakter
mandiri, dia akan 75 cepat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya yang baru dan
belajar walaupun tidak diawasi oleh orang
tuanya.
7) Tidak bergantung pada orang lain
(melakukan aktivitas yang bisa dilakukan
dengan sendirinya seperti makan,
menggambar, mewarnai, dll), anak yang
memiliki karakter yang mandiri selalu
ingin mencoba sendiri dalam melakukan
segala sesuatunya.
Dari beberapa ciri diatas, dapat dipahami
bahwa kemandirian anak adalah keadaan dapat
berdiri sendiri tanpa ketergantungan pada orang lain,
mampu bersosilaisasi, dapat melakukan aktivitasnya
sendiri, dapat membuat keputusannya sendiri dalam
tindakannya, dan dapat berempati dengan orang lain.

75
Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, Konsep Dasar Dan Teori
(Jakarta, Bumi Aksara, 2017), 39.
48
Oleh karean itu, mendidik anak untuk mandiri
dibutuhkan kesabaran dan pengetahuan yang cukup.
Orang tua maupun guru tidak boleh melupakan
bahasa anak, maka anak boleh dituntut menjadi
seperti orang dewasa.
4. Indikator Kemandirian Anak Usia Dini
Menurut Brewer dalam Yamin menyatakan bahwa
indikator kemandirian anak diantaranya sebagai berikut:76
a. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik mencangkup kemampuan anak
dalam hal memenuhi kebutuhannya sendiri. Jadi pada
kemampuan fisik yaitu jika anak butuh makan maka
secara mandiri anak harus bisa makan sendiri, anak
belajar untuk mengenakan pakaian sendiri dan
membiasakan membersikan diri seperti mandi atau
buang air sendiri.
b. Percaya diri
Kepercayaan diri merupakan sikap individu yang
menunjukan keyakinan bahwa dirinya dapat
mengemangkan rasa dihargai, perwujudan
kemandirian anak dapat dilihat dalam kemampuan
untuk berani memilih, percaya akan kemampuanya
dalam mengorganisasikan diri dan menghasilkan
sesuatu yang bauk. Jadi percaya diri merupakan dasar
dari kemandirian, anak yang ingin memiliki sikap
mandiri harus memiliki sikap percaya diri.
c. Bertanggung jawab
Dalam hal ini ditunjukan dengan kemampuan
seseorang untuk berani menanggug resiko dan
konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, jadi
dapat disimpulkan bahwa ketika anak memilih sebuah
pilihan anak harus dapat menerima baik atau

76
Yamin & Jamilah Sobri, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta:
Ikapi, 2013), 77.
49
buruknya resiko tersebut dengan penuh rasa tanggung
jawab.
d. Disiplin
Kemampuan untuk mengendalikan diri, karakter
dan keadaan secara tertib serta efesien. Jadi dapat
disimpulkan bahwa disiplin merupakan kemampuan
diri seseorang untuk mentatati peraturan yang ada
misalnya datang kesekolah tepat waktu.
e. Pandai bergaul
Dalam hal ini ditunjukan dengan kemampuan
menempatkan diri dalam berinteraksi dengan sesama
dimana pun ia berada. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ketika anak dapat memiliki banyak teman karena
adanya sikap muda bergaul dan dapat memposisikan
diri pada teman-tamanya.
f. Saling berbagi
Dalam hal ini ditunjukan dengan kemampuan
memahami kebutuhan orang lain dan bersedia
memberikan apa yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. Jadi saling berbagi contohnya
jika anak memiliki sesuatu mau memberikan sebagian
yang ia miliki.
g. Mengendalikan emosi
Kemampuan anak mengatasi rasa tidak puas pada
saat mengalami kejadian yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Jadi kesimpulannya adalah anak dapat
mengendalikan emosi ketika ketika anak mengalami
sesuatu yang buruk maka anak dapat menerimanya
dan tidak memiliki rasa tidak terima terhadap sesuatu
yang terjadi.77
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa seorang anak yang mandiri dapat dilihat dari
pembiasaan-pembiasaan prilaku yang dapat menjadikan
anak untuk maju, menumbuhkan kemandirian pada dirinya,

77
Ibid, 77.
50
mampu mengambil keputusan, dapat menghadapi masalah
yang dihadapi tanpa bantuan orang lain, memiliki
kepercayaan diri dalam mengerjakan sesuatu, serta
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
Anak Usia Dini
Kemandirian merupakan salah satu karakter mandiri
atau kepribadian seorang manusia yang tidak dapat berdiri
sendiri. Menurut Wiyani ada dua faktor mempengaruhi
kemandirian anak usia dini, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a) Kondisi fisiologis dapat berpengaruh pada
keadaan tubuh, kesehatan jasmani, dan jenis
kelamin.
b) Kondisi psikologis kemampuan bertindak dan
mengambil keputusan yang dilakukan seorang
anak hanya mungkin dimiliki oleh anak yang
mampu berfikir dengan seksama tentang
tindakanya.
2. Faktor Eksternal
a) Lingkungan merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam pembentukan kemandirian
anak usia dini. Lingkungan yang baik dapat
menjadikan cepat tercapainya kemandirian anak.
b) Rasa cinta dan kasih sayang orang tua hendaknya
diberikan sewajarnya karena hal itu dapat
memberikan mutu kemandirian anak.
c) Pola asuh orang tua dalam keluarga pola asuh
ayah dan ibu mempunyai peran nyata dalam
membentuk karakter mandiri anak usia dini.
d) Pengalaman dan kehidupan anak meliputi
pengalaman dilingkungan sekolah dan
78
masyarakat.

78
Novan Ardi Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), 37.
51
Berdasarkan pendapat diatas faktor internal merupakan
faktor yang berasal dari anak itu sendiri yang meliputi emosi
dan intelektual. Faktor ini ditunjukan deangan kemampuan anak
mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi
orang tua. sementara faktor eksternal yaitu faktor yang datang
dari luar. Faktor ini meliputi lungkungan, karakteristik, sosial,
stimilasi, pola asuh, cinta dan kasih sayang.
6. Manfaat Kemandirian Bagi Anak Usia Dini
Anak-anak yang berkembang dengan kemandirian
secara normal akan memiliki kecenderungan yang positif dalam
menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Anak yang
mandiri akan cenderung berprestasi karena anak mandiri dalam
menyelesaikan tugas tidak tergantung pada orang lain yang
pada akhirnya anak mampu menyelesaikannya dengan baik.
Melalui kemandirian anak dapat tumbuh menjadi orang yang
mampu berfikir serius serta mampu merealisasikan apa yang
diingkannya.
Tidak hanya memudahkan dalam menjalankan tugas sehari-
hari, menurut Fatim 79 ah kemandirian memiliki manfaat yang
penting bagi anak diantaranya yaitu:
a. kemampuan berfikir objektif
seseorang anak yang mandiri akan dapat membedakan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama.
Dalam melakukan penilaian terhadap sesuatu, anak yang
mandiri akan berfikir menurut objek yang ia temui. Dengan
demikian, kemandirian akan membawa anak pada sikap
professional ketika kelak tumbuh dewasa dan menghadapi
dunia yang lebih luas.
b. Tidak mudah dipengaruhi
Pendirian yang kuat jga akan dimiliki oleh seorang anak
apabila anak tersebut telah memiliki sifat mandiri. Seorang
yang mandiri , akan mempunyai penilaian da pandangan
terhadap sesuatu hal sesuai dengan aa yang mereka fikirkan,

79
Fatimah. E, Psikologi Perkembangan, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2006),
h. 14
52
bukan atas dasar dari pemikiran orang lain. Pendirian yang
kuat pada anak yang mandiri mendorong anak untuk
berfikir dan berpendapat sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat dan tepat menurut mereka, sehingga dalam
pengambilan keputusan tidak mudah dipengaruhi dan
dibodohi oleh orang lain.
c. Berani mengambil keputusan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan dihadapkan
dengan berbagai pilihan. Salah satu fungsi kemandirian
yaitu untuk membantu seseorang dalam mengambil
keputusan. Seseorang yang tidak mandiri tidak akan berani
mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas
pilihannya tersebut.
d. Tumbuh rasa percaya diri
Seseorang yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari
sendiri akan mempunyai rasa percaya diri yang lebih tinggi
daripada seseorang yang selalu dibantu dalam hidupnya.
Kepuasan terhadap sesuatu yang berhasil dilakukan atau
diselesaikan oleh seseorang akan meningkatkan tumbuhnya
percaya diri. Rasa percaya diri sangat penting dan
berpengaruh terhadap prilaku dan kesuksesan seseorang
untuk diri sendiri maupun orang lain.
e. Tidak bergantung pada orang lain
Segala sesuatu yang dilakukan sendiri akan memberikan
rasa bangga terhadap diri sendiri. Seseorang yang memiliki
keperibadian mandiri tidak akan bergantung terhadap orang
lain selama ia mampu mengerjakan kegiatan dan
tanggungjawabnya sendiri. Melalui kemandirian anak akan
belajar bagaimana cara menghargai orang lain, karena
setiap orang memiliki kebutuhannya masing-masing.
Sejalan dengan pendapat Parker 80 bahwa kemandirian
memberikan manfaat yang sangat positif bagi anak,
diantaranya sebagai berikut:

80
Parker. D. K, Menumbuhkan Kemandirian Dan Harga Diri Anak,
(Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2005), h. 30
53
a) Membantu anak dalam mengembangkan rasa
bangga terhadap pencapaian kompotensi anak.
b) Membantu anak dalam menghadapi tantangan dan
kemampuan bertahan hidup
c) Meningkatkan rasa ingin tahu dan melakukan
percobaan dengan berbagai resiko serta
menemukan alternatif-alternatif baru dalam
menghadapi sesuatu.
d) Meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan
emosi
e) Belajar menetapkan batas-batas untuk diri sendiri
dalam segala hal
f) Melatih anak menjadi pribadi yang otonom
g) Serta melatih anak menjadi pribadi yang
bertanggung jawab.

C. Konsep Tentang Anak Usia Dini


1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya. 81 Usia dini merupakan
usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan
kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi
pengembangan intekegensi permanen dirinya, mereka juga
mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. 82 Anak usia
dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki
karakteristik tersendiri dengan tahapan sesuai dengan usianya.
Pada masa ini stimulasi seluruh aspek perkembangan memiliki
peran penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. 83

81
Yuliani Nuraini Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
(Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 6
82
Nilawati Tadjuddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Bandar Lampung,
2009), h. 3
83
Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),
h. 20
54
Anak usia dini disebut sebagai usia menjelajah atau usia
bertanya. Sebutan ini dikenakan pada mereka dalam tahap ingin
tahu keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya,
bagaimana persaanya, serta bagaimana supaya anak dapat
menjadi bagian dari lingkungan.84 Anak usia dini disebut anak
prasekolah, yang memiliki rasa peka dan perkembangan serta
terjadi pematangan-pematangan fungsi fisik dan psikik yang
siap merespon berbagai rangsangan dan lingkunganya. Pada
usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakan
dasar pertama dan utama dalam mengembangkan berbagai
potensi dan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, emosional,
spiritual, konsep diri, disiplin diri dan kemandirian. 85
Dengan demikian, dapat peneliti simpulkan bahwa anak
usia dini adalah manusia yang masih kecil, dan belum dapat
dikatakan dewasa. Anak usia dini adalah individu yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Anak usia dini memiliki retan usia yang sangat berharga
dibandingkan usia-usia selanjutnya karena perkembangan
kecerdasan sangat luar biasa. Karena, menurut peneliti usia
tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, dan berada pada
masa proses perubahan berupa pertumbuhan, pematangan dan
penyempurnaan,baik pada aspek jasmani maupun rohaninya
yang berlangsung seumur hidup, bertahap dan berkesinambung.

2. Karakteristik Anak Usia Dini


Anak usia dini memiliki karakteristik yang unik karena
mereka berada pada proses tumbuh kembang yang sangat pesat
dan fundamental bagi kehidupan berikutnya. Masa usia dini
merupakan masa ketika anak memiliki kekhasan dalam
bertingkah laku. Bentuk tubuhnya yang mungil dan tingkah
lakunya yang lucu, membuat orang dewasa merasa senag,
gemas, dan terkesan. Namun terkadang juga membuat orang

84
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Perkembangannya,
(Jakarta: Kencana, 2011), 8.
85
Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2014),
16.
55
tua/ orang dewasa merasa kesal, jika tingkah laku anak
berlebihan dan tidak bisa dikendalikan.
Menurut Elisabeth B. Hurlock, pada masa ini seorang
anak mulai memusatkan dirinnya untuk berlatih bersosialisasi.
Pada fase ini pula pusat perhatian anak berubah dari benda
kepada manusia, ini ditunjukan dengan adanya perubahan pola
bermain yang tadinya sendiri beralih menjadi bermain bersama.
Pada usia ini, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap
proses perkembangan baik mental maupun fisik sang anak. 86
Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak usia dini
menurut berbagai pendapat, diantaranya;87
a. Anak Bersifat Egosentris
Pada umumnya anak masih bersifat egosentris, ia
melihat dunia dari sudut pandang dan kepentingannya
sendiri. Hal itu bisa diamati ketika anak saling berebut
mainan, atau menagis ketika menginginkan sesuatu
namun tidak dipenuhi oleh orang tuanya.
b. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu
Anak berpandangan bahwa dunia ini dipenuhi hal-hal
yang menarik dan menakjubkan. Hal ini mendorong
rasa ingin tahu tinggi. Rasa ingin tahu anak sangat
bervariasi, tergantung apa yang menarik perhatiannya.
Sebagai contoh anak akan tertarik dengan warna,
perubahan yang terjadi dalam benda itu sendiri. Rasa
ingin tahu ini sangat baik dikembangkan untuk
memberikan pengetahuan yang baru bagi anak dalam
rangka mengembangkan kognitifnya. Semakin banyak
pengetahuan yang didapat berdasar kepada rasa ingin
tahu yang tinggi, semakin kaya daya piker anak.
c. Anak Bersifat Unik
Anak memiliki keunikan sendiri seperti dalam gaya
belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan
yang dimiliki oleh masing-masing anak sesuai dengan
86
Ibid, 56.
87
Muhammad Fadillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2-12, 57-58.
56
bawaan, minat, kemampuan dan latar belakang budaya
serta kehidupan yang berbeda satu sama lain. Meskipun
terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak
yang diprediksi, namun pola perkembangan dan
belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
d. Anak Memiliki Imanjinasi dan Fantasi
Anak memiliki dunia sendiri, berbeda dengan orang di
atas usianya. Mereka tertarik dengan hal-hal yang
bersifat imajinatif sehingga mereka kaya dengan
fantasi. Terkadang mereka bertanya tentang sesuatu
yang tidak dapat ditebak oleh orang dewasa, hal itu
disebabkan mereka memiliki fantasi yang luar biasa dan
berkembang melebihi dari apa yang dilihatnya. Untuk
memperkaya imajinasi dan fantasi ank, perlu diberikan
pengalaman-pengalaman yang merangsang
kemampuannya untuk berkembang.
e. Anak Memiliki Daya Konsentrasi Pendek
Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentasi pada
suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu
cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali
memang kegiatan tersebut, selain menyenagkan juga
bervariasi dan tidak membosankan. Daya perhatian
yang pendek membuat anak masih sangat sulit untuk
duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu
yang lama, keculai terhadap hal-hal yang menarik dan
menyenagkan bagi mereka. Pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang
bervariasi dan menyenangkan, sehingga tidak membuat
anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka
waktu lama.
3. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini
Pada anak usia prasekolah menurut Kartono, potensi
yang harus dikembangkan adalah kemandirian, karena pada
usia ini anak sudah mulai belajar memisahkan diri dari
keluarga dan orang tua untuk memasuki suatu lingkungan
yang lebih luas yaitu lingkungan taman kanak-kanak atau
57
taman bermain. 88 Pada umumnya anak mulai memasuki taman
kanak-kanak dan mulai dituntut mengatasi ketergantungan
pada orang tua. anak mulai menolong dirinya sendiri seperti
memakai baju, dan sepatu sendiri. Ketidak mandirian seorang
anak akan identik dengan sikap bergantung yang terlalu
berlebihan pada orang-orang disekitarnya.
Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi
(lahir sampai usia 4 tahun) yang ditandai dengan terjadinya
perkembangan fisik, motorik, dan kognitif (perubahan dalam
sikap, nilai dan prilaku) dan psikososial serta diikuti oleh
perubahan-perubahan yang lain. 89 Perkembangan pada anak
usia dini dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Perkembangan fisik dan motorik
Pertumbuhan fisik pada masa ini (kurang lebih usia 4
tahun) lambat dan relative seimbang. Peningkatan berat
badan anak lebih banyak daripada panjang badannya.
Peningkatan berat badan terjadi karena tambanya ukuran
sistem rangka, otot, dan ukuran beberapa orang tubuh
lainya.
b. Perkembangan kognitif
Pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur pada
periode ini. Daya piker anak yang masih bersifat
imajinatif dan egosentris pada masa sebelumnya maka
pada periode ini daya piker anak sudah berkembang
kearah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya
ingat anak menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-
benar berada pada stadium belajar.
c. Perkembangan bahasa
Hal yang penting dalam perkembangan bahasa adalah
persepsi, pengertian adaptasi, imitasi dan ekspresi. Anak
harus mampu belajar mengerti semua proses ini,
berusaha meniru dan kemudian baru mencoba

88
Kartono, Psikologis Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung:Mandar
Maju, 2005), h. 27
89
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jilid 2 edisi keenam),
Jakarta: Erlangga, 1999, h. 32
58
mengekpresikan keingan dan perasaaanya.
Perkembangan bahasa pada anak meliputi
perkembangan fonologis, perkembangan kosakata,
perkembangan makna kata, perkembangan penyusunan
kalimat dan perkembangan pragmatik.
d. Perkembangan sosial
Anak-anak mulai mendekatkan diri pada orang lain
disamping anggota keluarganya. Meluasnya lingkungan
sosial anak menyebabkan mereka berhadapan dengan
pengaruh-pengaruh dari luar. Anak juga akan
menemukan guru sebagai sosok yang berpengaruh.
e. Perkembangan moral
Perkembangan moral berlangsung secara berangsur-
angsur, tahap demi tahap, terdapat tiga tahap utama
dalam pertumbuhan ini, tahap moral (tidak memiliki rasa
benar atau salah), tahap konvensional (anak menerima
nilai dan moral dari orang tua dan masyarakat), tahap
otonomi (anak membuat pilihan sendiri secara bebas).90
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kemandirian pada anak dapat dilihat sejak anak
masih kecil dan akan berkembang terus melalui tahapan-
tahapan tertentu sampai akhirnya akan menjadi sifat-sifat yang
relative tetap yang tentu saja harus didukung oleh kerjasama
antara guru dan orang tua untuk memberikan latihan-latihan
kemandirian sedini mungkin sehingga anak mendapat
kesempatan untuk memilih jalan sendiri untuk berkembang,
memilih lingkungan dimana ia berada, dan adanya tuntutan
dari diri anak untuk menjalankan peran-peran baru yang
disertai dengan tanggung jawab baik dalam tingkah laku atau
perbuatannya.
4. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan program pendidikan anak usia dini
adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak

90
Tadkiroatun, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Dapartemen
Pendidikan Nasional, 2005, h. 6
59
secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma
dan nilai kehidupan yang ffinaut. Melalui program pendidikan
yang dirancang dengan baik, anak akan mampu
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, dari aspek
fisik, sosial, moral, emosi, keperibadian dan lain-lain.91 Secara
rinci tujuan diselengarakannya pendidikan anak usia dini,
yaitu sebagai berikut:
a. Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang
optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan dimasa dewasa.
b. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah
c. Menanamkan dan memgembangkan keimanan dan
ketakwaan (ketuhanan) anak
d. Menanamkan sikap disiplin
e. Anak ammpu mengola keterampilan tubuh termasuk
gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan
halus dan gerakan kasar serta menerima rangsangan
sensorik (pancaindra)
f. Meningkan kemandirian/kecakapan anak yang
merupakan kesanggupan anak untuk menunjukan sesuatu
yang berkaitan dengan penggunaan fisik dan mental. 92

91
Hibana, Konsep Dsar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: PGTWI
Press, 2016), h. 37
92
Wijana, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2017), h. 24
60
DAFTAR RUJUKAN

Sumber Buku

Abdul Majid, “Pendidikan Karakter”, Bandung: PT. Rosdakarya,


2017.

Ahmad Susanto, “Pendidikan Anak Usia Dini, Konsep Dasar Dan


Teori”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017).

Ambros Leonanggung Edu, Florianus Dus Arfian, Mikael Nardi,


“Etika Dan Tantangan Professional Guru”, Bandung:
Alfabeta Bandung, 2017.

Ariasto Hadi Sutomo Dan Adrianus Ariel,” Keterampilam Mengelola


Data Kualitatif Dengan Nvivo”, Jakarta: Kencana 2010.

Asep Kurniawan, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2018.

Bathi H.K, “Education Psychology”, New Delhi: The Macimillen


Company Or India Limited, 2020.

Busrowi, “Pengantar Sosiolagi”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2015.

Cholid Naruko, Abu Achmadi, “Metodelogi Penelitian”, Jakarta: PT


Bumi Aksara, 2017.

Depertemen Agama, “Al-Qur’an Dan Terjemah”, Bandung: Cordoba


Internasional Indonesia, 2018.

Dorothy Einon,” Learning Early”, Jakarta: Grasindo, 2016.

Eka Prihatin, “Manajemen Peserta Didik”, Bandung: Alfabeta, 2019.

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jilid 2 edisi keenam),


Jakarta: Erlangga, 2017.
Fatimah. E, Psikologi Perkembangan, (Bandung:CV Pustaka Setia,
2016).

Hibana, Konsep Dsar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:


PGTWI Press, 2016).

Husaini Usman, Purnomo Setiadi Akbar, “Metodelogi Penelitian


Sosial”, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Irawan Soehartono, “Metodelogi Penelitian Sosial (suatu teknik


penelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial
lainnya)”, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.

Ishaq Alu Syaikh Abdullah bin Abdurahman bin Muhammad bin


Abdurahman, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pusaka Imam
Syafi’i) 2016.

Kartono, Psikologis Anak (Psikologi Perkembangan),


Bandung:Mandar Maju, 2005).

Kementerian Agama Republik Iindonesia, “Al-Quran Dan


Terjemahnya”, Bandung: Diponogoro, 2018.

Kompri,” Manajemen Pendidikan-2”, Bandung: Alfabeta, 2018.

Lexy J Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, 2020.

M. Burhan Bunging, “Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradikma,Dan


Diskursus Teknologi Komunikasi Di Masyarakat”, Jakarta:
Kencana, 2016.

M. Ngalim Purwanto, “Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis”.


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018.

Mardalis, “Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal”, Jakarta:


Bumi Aksara, 2014.
Marion Dowling, Young Children’s Personal, “Social and Emotional
Development, Second Edition”, London: Paul Chapman
Publishing, 2015.

Martinis Yamin & Jamilah Sobri, “Panduan Pendidikan Anak Usia


Dini”, Jakarta: Ikapi, 2013.

Muhammad Asrori, “Psikologi Pembelajran”, Bandung: Cv Wacana


Prima, 2013.

Muhammad Fadillah, “Desain Pembelajaran PAUD”, Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media, 2017.

Muhammad Sumanto, “Pendidikan Anak Usia Dini, Konsep Dan


Teori”, Jakarta: Bima Aksara, 2017.

Mukhtamar Latif, Dkk, “Orientasi Bari Pendidikan Anak Usia Dini”,


Jakarta: Kencana, 2018.

Mulyasa, “Manajemen PAUD”, Bandung: PT Remaja Rosydakarya,


2014.

,Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2014).

,Manajemen PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosydakarya,


2014).

Nana Sujana, Et.Al. “Penelitian Dan Penilaian Pendidikan”,


Bandung: Sinar Biru Algesindo, 2014.

Nana Syaodih Sukmadinata, “Pengembangan Kurikulum Teori dan


Praktik”, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019.

Nilawati Tadjuddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Bandar Lampung,


2009).
Novan Ardi Wiyani, “Bina Karakter Anak Usia Dini”, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2018.

, “Pendidikan Karakter Berbasis Ilmu Dan Taqwa”,


Yogyakarta: Teras, 2017.

Nurhanifah, “Teknik Dan Instrument Penilaian Perkembangan


Bahasa Anak Usia 4-5 Tahun”, Di Tk Nusa Putra Dan Ninin
Dwi Lestari, “Penelitian Kualitatif Paud”, Jakarta: Pt
Rajagrafindo Persada, 2012.

Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2011).

Parker. D. K, Menumbuhkan Kemandirian Dan Harga Diri Anak,


(Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2005).

Riana Mashar, “Emosi Anak Usia Dini dan Strategi


Perkembangannya”, Jakarta: Kencana, 2011.

Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Perkembangannya,


(Jakarta: Kencana, 2011).

Robert K. Yin, “Applicatios Of Case Stady Research’, 2011.

Rohiat,” Manajemen Sekolah Teori Dan Praktik”, Bandung: Rafika


Aditama, 2020.

Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”,


Bandung: Alfabeta, 2015.

Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik”, Jakarta : Rineka Cipta, 2014.

Sumantri, “Perkembangan Peserta Didik”, Universitas Terbuka,


2010.
Tadkiroatun, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta: Dapartemen
Pendidikan Nasional, 2005.

Wijana, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas


Terbuka, 2017).

Yamin & Jamilah Sobri, “Panduan Pendidikan Anak Usia Dini”,


Jakarta: Ikapi, 2013.

Yulianai Nurani Sujiyono, dkk, “Bermain Kreatif Berbasis


Kecerdasan Jamak”, Jakarta: PT. Indeks, 2015.

Yuliani Nuraini Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,


(Jakarta: PT. Indeks, 2009).

Sumber Jurnal Dan Hasil Penelitian

Ana Khusnul Khotomah, Dkk, “Jurnal Hubungan Peran Orang Tua


Dirumah Dengan Kemandirain Anak Disekolah Pada PAUD
Sahabat Ananda Puncak Permata Sengkaling Kabupaten
Malang”, 2017.

Anggun Kumayang Sari, Dkk, Upaya Guru Dalam Mengembangkan


Kemandirian Anak Usia Dini Di Gugus Hiporbia”, Jurnal
Ilmiah Potensia, Vol. 1 No. 1, 2016.

Cahniyo Wijaya, “Menumbuhkan Kemandirian Anak Usia Dini


Melalui Bermain Darul Ilmu”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Islam Anak Usia Dini, Vol. 1, No. 2, ISSN 2086-6909, 2016.

Desi Relita Sari, Amelia Zainur Rasyidah,” Peran Orang Tua Pada
Kemandirian Anak Usia Dini”, Early Childhood Vol. 3 No.
01 Mei 2019.

Fatimah Rizkyani, Vina Andriany, Ernawulan Syaodih,” Kemandirian


Anak Usia Dini Menurut Pandangan Guru dan Orang Tua”,
Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak
Usia Dini, Edukids Voleme 16 No 2, 2019.
Hang Tuah Kotabumi Lampung Utara, Jurusan: PAUD, Bandar
Lampung, Uin Raden Intan Lampung, 2019.

Heny Wulandari, Etihadiati, Dea Ismi Yeni, “Pelasksanaan Program


Pemberian Makanan Sehat Anak Usia Dini”: Studi Evaluasi
Program CIPP, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, E.ISSN:
2723-6390, Vol. 1 No 2, Desember 2020.

Hj. Komala, “Mengenal dan Mengembangkan Kemandirian Anak


Usia Dini Melalui Pola Asuh Orang Tua dan Guru”, Jurnal
Tunas Siliwangi, Vol. 1, No. 1, 2015.

Jemi Karter, Hber Yaspin Tandi, Yusdin Gagaramusu, “Hubungan


Komunikasi Orang Tua Dan Guru Dengan Perestasi Belajar
Siswa Sdn Inpres 2 Lolu”, Elementary Scool Of Education
E-Journal, Vol. 2, No. 1. Maret 2014.

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, “Model Penyelengaraan


Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu Denganperpustakaan
Mainan”, Medan: Balai Pengembangan Pendidikan
Nonformal Dan Informal Regional 1, 2021.

Khadijah Dan Media Gusman, Pola Kerjasama Guru Dan Orang Tua
Mengelola Bermain Aud Selama Masa Pandemic Covid-19,
Jurnal Kumara Cendekia, No 2, Vol 8, (Juni, 2020), 160.

M. Fahmi Arifin, Model Kerjasama Tripusat Dalam Pendidikan


Karakter Siswa, Jurnal Muallimuna 3, No.1(2017):81-
83,diakseshttps://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna/article/view/956

Melani Aprianti, Dkk, “Dukungan Sosial Orang Tua dan Guru Dalam
Mengembangkan Kemandirian Anak Autisme”, Jurnal
Psikologi Pendidikan, Vol. 11, No 2, 2018.

Mohammad Roesli ddk, Kajian Islam Tentang Partisipasi Orang Tua


Dalam Pendidikan Anak, Jurnal Darussalam: Jurnal
Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Islam, Vol. IX, No.
2, (2018), 334, diaksespada 07 november
http://Ejournal.Iaida.AC.Id/Index.Php/Darussalam/Article/V
iew/234/207

Naili Sa’ida, Kemandirian Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak


Mandiri Desa Sumber Asri Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar, Jurnal Pedagogi Vo. 2 No 3, ( 20160).

Rahminur Diadha, “Keterlibatan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak


Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak”, Jurnal Ilmu Pendidikan
Dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 1, Maret 2015.

Resi Novelia, Dkk “Pelaksanaan Kolaborasi Guru Dan Orang Tua


Dalam Perkembangan Anak Di Taman Kanak-Kanak Alam
Minangkabau Padang, Jurnal Program Studi PGRA, Vol. 5,
No. 2, Juli 2019.
Riski Fitriani Rohita, Penanama Kemandirian Anak Melalui
Pembelajaran Di Sentra Balok, Al-Azhar Indonesia Seri
Humanioro, Vol. 5, No. 1, Maret 2019.

Rizal dan Muhammad Arsyad DKK, Adapatasi Sosial Mahasiswa


Program Beasiswa Afimasi Dikti (Adik) Papua
Dilingkungan Sosial Di Kampus Universitas Halu Oleo
Kendari, Vol. 10, No. 2,
(2019),183,dikasespadatanggal07November2021http://ojs.uh
o.ac.id/index.php/publika/article/viewFile/10970/7799.

Safitri Yosita Ratri, “Kerjasama Sekolah Dengan Masyarakat Dalam


Manajemen Meningkatkan Mutu Disekolah Dasar Se
Kecamatan Pakualaman”, Yogyakarta: 2018.

Tia Husnul Khotimah, Dkk, Jurnal Kerjasama Orang Tua Dan Guru
Dalam Mengembangkan Prilaku Mandirian Anak Di TK,
Program Study PG-PAUD FKIP Untan Pontianak, 2016.

Yayan Mulyana, “Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam


Meningkatkan Kemandirian Anak Di TK ABA Pendekan
Galur”, Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi (SIMNASIPTEK), ISBN: 978-602-61268-3-2,
2013.
Yusni Sari, “Meningkatkan Kerja Sama Sekolah Dasar, Jurnal
Administrasi Pendidikan”, Vol.1, No.1, Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai