Anda di halaman 1dari 75

GAMBARAN KESESUAIAN PENERAPAN PERMIT TO WORK SYSTEM

PADA PLANT FIBERS PT ASIA PACIFIC FIBERS, TBK TAHUN2018

SKRIPSI

Lala Liesmayanti Solihat


NIM. 031411031

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2018
GAMBARAN KESESUAIAN PENERAPAN PERMIT TO WORK SYSTEM
PADA PLANT FIBERS PT ASIA PACIFIC FIBER, TBK TAHUN2018

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Oleh :
Lala Liesmayanti Solihat
NIM. 031411031

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lala Liesmayanti Solihat


NIM : 031411031

Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :
Gambaran Kesesuaian Penerapan Permit to Work System Pada Plant
Fibers PT.Asia Pacific Fibers, Tbk.

Adalah benar – benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
dari skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut
predikat kelulusan dan gelar kesarjanaannya).

Jakarta, Juni 2018

Lala Liesmayanti Solihat

i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademis Sekolah Tinggi Kesehatan Binawan, saya yang


bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Lala Liesmayanti Solihat

NIM : 031411031
Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jenis Karya : Skripsi


Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan Hak Bebas Royalti Non –
Ekslusif (Non – Exclusive Royalti Free Right) atas karya ilmiah saya yang
berjudul : Gambaran Kesesuaian Penerapan Permit To Work System Pada
Plant Fibers PT Asia Pacific Fibers, Tbk. Tahun 2018. Beserta perangkat yang
ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non – Ekslusif ini
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja STIKes Binawan berhak
menyimpan, mengalih media / formatkan, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan /
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Sebagai bentuk
tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah ini
menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Jakarta
Pada Juni 2018
Yang menyatakan :

(Lala Liesmayanti Solihat)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Lala Liesmayanti Solihat
NIM : 031411031
Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Skripsi : Gambaran Kesesuaian Penerapan Permit To Work
System pada Plant Fibers PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
Tahun 2018.

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program


Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja STIKes Binawan Jakarta pada Juli
2018 dan telah diperbaiki sesuai masukan Dewan Penguji.

Jakarta, Juni 2018


Penguji I

(Dr. M. Toris Z, MPH., SpKL)

Penguji II

(Lulus Suci H, S.Kom, M.Si)

Pembimbing

(Yunita Sari Purba, SST.K3, M.A)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lala Liesmayanti Solihat


Tempat/Tanggal Lahir : Karawang, 23 April 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Dusun Pagadungan, Desa Pagadungan
RT/RW 03/02 Kec. Tempuran, Kab.
Karawang.
Telepon : 087782686772
Email : lalalesmayanti@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2002 – 2008 : SD Negeri Pancakarya 1 Karawang
2. Tahun 2008 – 2011 : SMP Negeri 1 Tempuran Karawang
3. Tahun 2011 – 2014 : SMA Negeri 1 Tempuran Karawang
4. Tahun 2014 – 2018 : STIKes Binawan Jakarta

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan


hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga selalu tercuran kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan umatnya.
Sehingga skripsi yang berjudul “Gambaran Penerapan Permit to Work
Pada Plant Fibers di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk” dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyelesaian skripsi ini untuk
melengkapi persyaratan akademik agar memperoleh gelar Sarjana.

Keberhasilan dalam penelitian sampai dengan tersusunnya


skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
penulis sampaikan terimakasih kepada :

1. Kedua orangtuaku yang selalu saya sayangi dan saya cintai dan tak
pernah lelah selalu memberikan motivasi, semangat dan
dukungannya.
2. Bapak Dr. M. Toris., MPH., SpKL., selaku Kepala Program Studi K3
STIKes Binawan.
3. Ibu Yunita Sari Purba, SST.K3, MA selaku pembimbing akademik.
4. Bapak Thomas Silahoy, selaku pembimbing lapangan dan staff HSE
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
5. Seluruh dosen, staff dan karyawan STIKes Binawan yang telah
memberikan ilmu, wawasan dan pengalaman kepada penulis
selama ini.
6. Dan seluruh rekan-rekan K3 STIKes Binawan angkatan 2014.
7. Untuk grup bimbingan Ibu Yunita Sari Purba, SST.K3, MA yang
sudah berjuang bersama untuk menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih banyak


terdapat kekurangan baik dilihat dari segi menyajikan data maupun

v
penulisannya. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi penulisan selanjutnya yang lebih baik.Semoga skripsi ini
menjadi tulisan yang bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan siapapun yang membaca.

Jakarta, Juni 2018

Lala Liesmayanti Solihat

vi
ABSTRAK

Nama : Lala Liesmayanti Solihat


Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul : Gambaran Kesesuainn Penerapan Permit To Work
System Pada Plant Fibers PT Asia Pacific Fiberr, Tbk
Tahun 2018

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan salah satu


perusahaan penghasil polyester terkemuka di indonesia.
Untuk menjaga kelancaran dalam melakukan pekerjaan
diperlukan suatu aturan, Plant Fibers PT. Asia Pacific
Fibers, Tbk sudah menerapkan permit to work system
sejak tahun 2010 yang dilakukan sebelum melakukan
pekerjaan. Namun kecelakaan masih terjadi. Untuk itu
peneliti ingin mengetahui kesesuain penerapan permit to
work dengan Standart Operation Procedure PT. Asia
Pacific Fibers, Tbk.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
komparatif yaitu dengan menyesuaika permit to work
system dengan Standart Operation Procedure. Hasil yang
di dapat melalui observasi, wawancara dan penyebaran
checklist kepada pekerja sebanyak 35 orang pekerja yang
menjadi objek penelitian.
Hasil penelitian ini menggambarkan kesesuaian
penerapan permit to work dengan Standrat Operation
Procedure PT Asia Pacific Fibers, Tbk. Dengan
menggunakan checklist yang hasilnya adalah sesuai dan
tidak sesuai.
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk melakukan berbagai
upaya untuk meminimalisir kecelakaan kerja dan bahaya
kesehatan. Salah satu upaya yang di lakukan oleh
PT.Asia Pacific Fibers, Tbk pada Plant Fibers dengan
menerapkan permit to work system. Hal ini telah sesuai
dengan Standart Operation Procedure yang berlaku.

Kata Kunci : Permit To Work System.

vii
ABSTRAC

Name : Lala Liesmayanti Solihat


Program Study : Occupational Safety and Healt
Judul : Implementation of Permit To Work System at Plant
Fibers PT Asia Pacific Fiberr, Tbk Year 2018

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk is one of the leading


polyester producer company in indonesia. To keep
smooth in doing the job required a rule, Plant Fibers PT.
Asia Pacific Fibers, Tbk has applied permit to work system
since 2010 done before doing the work. But accidents still
happen. For that researcher want to know kesesuain
application of permit to work with Standard Operation
Procedure PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
The research method used is descriptive
comparative that is by menyesuaika permit to work system
with Standard Operation Procedure. The results can be
through observation, interview and the spread of checklist
to the workers as many as 35 workers who become the
object of research.
The results of this study illustrate the suitability of the
application of permit to work with Standard Operation
Procedure of PT Asia Pacific Fibers, Tbk. By using a
checklist whose results are appropriate and not
appropriate.
PT. Asia Pacific Fibers, Tbk made various efforts to
minimize work accidents and health hazards. One of the
efforts made by PT.Asia Pacific Fibers, Tbk at Plant Fibers
by applying a permit to work system. This has been in
accordance with the applicable Standart Operation
Procedure.

Keywords : Permit To Work System.

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

ABSTRAK .............................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

1.3.1 Tujuan umum .................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 4

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

1.4.1 Manfaat Bagi Perusahaan ................................................. 5

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi ........................................................ 5

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa ................................................. 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1. Sumber Bahaya ............................................................................... 6

ix
2.1.1 Manusia .............................................................................. 6

2.1.2 Peralatan ............................................................................ 6

2.1.3 Material............................................................................... 6

2.1.4 Proses ................................................................................ 7

2.1.5 Sistem dan Prosedur .......................................................... 7

2.2 Jenis Bahaya .................................................................................... 7

2.2.1 Bahaya Mekanis ................................................................ 8

2.2.2 Bahaya Listrik .................................................................... 8

2.2.3 Bahaya Kimia .................................................................... 8

2.2.4 Bahaya Fisis ...................................................................... 9

2.2.4.1 Bising...................................................................... 9

2.2.4.2 Getaran .................................................................. 9

2.2.4.3 Suhu Panas atau Dingin ......................................... 9

2.2.4.4 Cahaya atau Penerangan....................................... 9

2.2.4.5 Radiasi Dari Bahan Radioaktif/Ultraviolet ............... 10

2.2.4.6 Bahaya Biologis ..................................................... 10

2.3 Potensi Bahaya .................................................................................. 10

2.3.1 Potensi Bahaya Fisik .......................................................... 10

2.3.2 Potensi Bahaya Kimia ........................................................ 11

2.3.3 Potensi Bahaya Biologis ..................................................... 11

2.3.4 Potensi Bahaya Fisiologis .................................................. 11

2.3.5 Potensi Bahaya Psiko-Sosial.............................................. 12

2.3.6 Potensi Bahaya Proses Produksi ....................................... 12

2.3.7 Potensi Bahaya Mekanik.................................................... 12

2.4 Identifikasi Bahaya ............................................................................. 12

2.4.1 Manfaat Identifikasi Bahaya ............................................... 13

x
2.4.2 Persyaratan Identifikasi Bahaya ......................................... 14

2.5 Permit To Work System (Sistem Izin Kerja) ....................................... 14

2.5.1 Yang Berwenang Mengeluarkan Izin .................................. 16

2.5.2 Izin Diperlukan Pada Saat .................................................. 16

2.5.3 Jenis-Jenis Izin Kerja ......................................................... 17

2.5.3.1 Izin Pekerjaan Panas ............................................. 18

2.5.3.2 Izin Pekerjaan Dingin.............................................. 18

2.5.3.3 Izin Memasuki Ruang Terbatas .............................. 18

2.5.3.4 Izin Kerja Pekerjaan Listrik ..................................... 18

2.5.3.5 Izin Kerja Khusus.................................................... 19

2.5.4 Tujuan Diberlakukannya Permit To Work ........................... 19

2.5.5 Tampilan Permit To Work ................................................... 19

2.5.6 Standart Operation Procedure Izin Keja PT. Asia Pacific

Fibers, Tbk ......................................................................... 20

2.5.6.1 No izin .................................................................... 20

2.5.6.2 Uraian Pekerjaan .................................................... 20

2.5.6.3 Bahaya Yang Mungkin Timbul ................................ 20

2.5.6.4 Tindakan Pencegahan Yang Dilakukan .................. 20

2.5.6.5 Serah Terima Izin Kerja .......................................... 21

2.5.6.6 Perpanjangan Izin Kerja ......................................... 21

2.5.6.7 Penyelesaian dan Penyerahan Pekerjaan .............. 22

2.6 Kerangka Teori .................................................................................. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 24

3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 24

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 24

3.3 Objek Penelitian ................................................................................. 24

xi
3.4 Definisi Operasional ........................................................................... 25

3.5 Sumber Data Penelitian ..................................................................... 27

3.5.1 Data Primer ........................................................................ 27

3.5.2 Data Sekunder ................................................................... 27

3.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 27

3.7 Pengumpulan Data ............................................................................ 28

3.7.1 Observasi ........................................................................... 28

3.7.2 Wawancara ........................................................................ 28

3.7.3 Checklist ............................................................................. 28

3.8 Pengolahan dan Analisa Data............................................................ 29

3.8.1 Pengolahan Data ................................................................ 29

3.8.2 Analisa Data ....................................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 30


4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 30
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 30
4.1.2 Pengaturan Shift................................................................. 30
4.1.3 Proses Prodeksi Plant Fibers ............................................. 31
4.1.4 Hazard Point Drwa Line Section ......................................... 31
4.1.4.1 Potensi Bahaya Draw Line Section ........................ 31
4.1.5 Hazard Point Spinning Section ........................................... 31
4.1.5.1 Potensi Bahaya Spinning Section .......................... 31
1) Spinning Area .................................................... 31
2) Take Up ............................................................ 32
3) Traversing ......................................................... 32

4) Waste Removal and Handling ........................... 32

5) Finish Oil ........................................................... 33

4.1.6 Hasil Penelitian Checklist .................................................. 33

4.1.6.1 Tabel 2. No Izin...................................................... 33

xii
4.1.6.2 Tabel 3. Bahaya Yang Mungkin Timbul .................. 33

4.1.6.3 Tabel 4. Tindakan Pencegahan Yang Dilakukan .... 34

4.1.6.4 Tabel 5. Serah Terima Izin Kerja ............................ 36

4.1.6.5 Tabel 6. Perpanjangan Izin Kerja............................ 36

4.1.6.6 Tabel 7. Penyelesaian dan Penyerahan Pekerjaan 37

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 38

4.2.1 Pembahasan Hasil Checklist.............................................. 38

4.2.1.1 Checklist 1.............................................................. 38

4.2.1.2 Checklist 2.............................................................. 39

4.2.1.3 Checklist 3.............................................................. 41

4.2.1.4 Checklist 4.............................................................. 42

4.2.1.5 Checklist 5.............................................................. 44

4.2.1.6 Checklist 6.............................................................. 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 47

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 47

5.2 Saran ................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 49

LAMPIRAN .............................................................................................. 50

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional ................................................................... 25

Tabel 2. No. izin ....................................................................................... 33

Tabel 3. Bahaya Yang Mungkin Timbul ................................................... 33

Tabel 4. Tindakan Pencegahan Yang Dilakukan ..................................... 34

Tabel 5. Serah Terima Izin Kerja ............................................................. 36

Tabel 6. Perpanjangan Izin Kerja ............................................................. 36

Tabel 7. Penyelesaian dan Penyerahan Pekerjaan ................................. 37

Tabel 8. Checklist 1 ................................................................................. 38

Tabel 9. Checklist 2 ................................................................................. 39

Tabel 10. Checklist 3 ............................................................................... 41

Tabel 11. Checklist 4 ............................................................................... 42

Tabel 12. Checklist 5 ............................................................................... 44

Tabel 13. Checklist 6 ............................................................................... 45

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori....................................................................... 23

Gambar 2. Kerangka Konsep................................................................... 24

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Checklist Penelitian .............................................................. 51

Lampiran 2 Standart Operational Procedure Perusahaan ...................... 54

Lampiran 3. Formulir Izin Kerja ................................................................ 56

Lampiran 4. Struktur Organisasi Plant Fibers .......................................... 57

Lampiran 5. Surat Permohonan Magang ................................................. 58

Lampiran 6. Surat Keterangan Magang ................................................... 59

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Limbah merupakan suatu barang/benda sisa dari sebuah kegiatan


produksi tidak bermanfaat serta tidak mempunyai nilai ekonomi lagi. Limbah
telah menjadi persoalan penting dalam setiap perusahaan khususnya pada
industri. Perkembangan industri yang pesat tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik.
Namun di sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan
kelangsungan hidup manusia.

Limbah cair merupakan air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil
dari berbagai kegiatan produksi. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci
dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan
air limbah industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara.

Wujud kepedulian PT. Asia Pacific Fibers, Tbk dalam melaksanakan


sistem manajemen lingkungan yaitu dengan menyediakan fasilitas Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL). Hal ini merupakan kewajiban dari setiap kawasan
industri berdasarkan Kepres No. 53/1989. Dengan adanya IPAL, maka target
akan terpenuhi, sehingga aman dibuang ke sungai.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui gambaran pengolahan limbah cair plant fibers PT Asia


Pacific Fibers, Tbk.

1.3. Manfaat Magang


1.3.1. Manfaat Bagi perusahaan

1
Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses
pengolahan air limbah dan mengembangkan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja untuk mencegah terjadinya kerusakaan lingkunagn di PT
Asia Pacific Fibers, Tbk.

1.3.2. Manfaat Bagi Prodi K3


1) Sebagai sarana pengembangan ilmu k3.
2) dapat menambah referensi bagi program K3 khususnya pengolahan
air limbah pada industri petrokimia.
1.3.3. Manfaat Bagi Mahasiswa
1) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengolahan air
limbah.
2) Dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan khusus nya
aspek
K3.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Pelaksanaan magang yang dilakukan pada bulan Februari – April 2018


merupakan kegiatan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan K3 pada
suatu perusahaan dan merupakan program untuk mengenalkan mahasiswa
dengan dunia kerja.

1.5. Waktu Magang

Pelaksanaan magang di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk pada periode


Februari – April 2018

1.6. Profil Perusahaan


PT. Asia Pacific Fibers, Tbk mulai berdiri pada tahun 1994 yang pada
saat itu bernama PT. Polysindo Eka Perkasa. Perusahaan yang bergerak di
bidang industri petrokimia ini diresmikan pada tanggal 25 April 1997 oleh
mantan Presiden Republik Indonesia, Bapak Soeharto. PT. Polysindo Eka

2
Perkasa telah berkomitmen untuk berdiri sendiri (terlepas dari texmaco
group) dan memutuskan untuk berganti nama menjadi PT. Asia

Pacific Fibers, Tbk efektif sejak November 2009. Nama perusahaan ini sesuai
dengan persetujuan dari BKPM dan Menteri Hukum dan HAM – RI dengan
tujuan untuk mencerminkan posisi perusahaan pada pasar global.
Produk yang dihasilkan PT. Asia Pacific Fibers, Tbk saat ini meliputi
purified Terephthalic Acid (PTA), polyester chips, staple fibers, filament yarn
dan performance fabrics. Hasil produk PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
dipasarkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. PT. Asia Pacific
Fibers, Tbk terletak di Karawang dan Semarang dengan konsentrasi
pembuatan produk yang berbeda.

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan satu-satunya produsen


polyester yang terintegrasi di Indonesia, dengan fasilitas pabrik PTA, polymer
dan Fibers yang terletak di Karawang, Jawa Barat, dan fasilitas pabrik
benang polyester yang terbesar di Indonesia terletak di Semarang, Jawa
Tengah. Anak perusahaa PT. Texmaco Jaya, Tbk yang bergerak dalam
bidang pertenunan dan penyempurnaan tekstil yang berada di Karawang
Jawa Barat dan Semarang Jawa Tengah.

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan salah satu perusahaan


penghasil polyester terkemuka di Indonesia. Perseroan menjalankan
rangkaian proses produksi polyesternya mulai dari bahan baku sampai
dengan barang jadi dengan mengutamakan mutu dan konsentrasi sebagai
pelopor industri di Indonesia.
Adapun jenis produksi PT. Asia Pacific Fibers, Tbk adalah sebagai
berikut :

1.6.1. PTA PLANT (Purified Terephthalic Acid) terdiri dari :

1) Proses CTA (Crude Terephtalic Acid)

2) Proses PTA (Purified Terephthalic Acid)

3
3) Filtrate Purge Acid Distillation

1.6.2. POLYEMER PLANT terdiri dari :


1) Tahap Esterifikasi
2) Tahap Distribusi Polymer
3) Granulator Unit
4) Chips Conveying Unit
5) Poly Batch
1.6.3. FIBERS PLANT terdiri dari :
1) Spinning Line Proses
2) Drawline Proses
3) Extruder

Kegiatan pabrik beroperasi sehari 24 jam dengan pembagian waktu


3 shift yaitu :

a. Shift 1 : pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB


b. Shift 2 : pukul 15.00 sampai dengan pukul 23.00 WIB
c. Shift 3 : pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 WIB

Selain itu, ada karyawan non shift (general shift) yaitu mereka yang
bekerja di office dan sebagai penunjang karyawan shift pada masing-
masing plant dengan jadwal kerja dimulai dari Senin – Jum’at mulai pukul
08.00 sampai dengan 17.00 WIB, sedangkan pada hari sabtu dan minggu
libur.

1.7. Visi dan Misi Perusahaan


1.7.1. Visi

Menjadi salah satu perseroan kelas dunia dengan penciptaan


produk yang terbik dengan secara konsisten menyediakan produk-
produk yang senantiasa memuaskan pelanggan.

4
1.7.2. Misi

Untuk menciptakan keunggulan bersaing berupa penciptaan


produk yang berkualitas prima dengan biaya yang berkompetitif dan
upaya penyerahan tepat waktu serta inovasi produk yang
berkesinambungan.

5
BAB II

PELAKSANAAN MAGANG

2.1. Sistem Manajemen K3 di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk

2.1.1. Komitmen K3

Menurut Frank Bird menyebutkan bahwa komitmen adalah niat


untuk menjelaskan sesuatu yang menjadi daya dorong yang sangat kuat
untuk mencapai tujuan. Tanpa komitmen dari semua unsur dalam
organisasi, khususnya para pemimpin, pelaksanaan K3 tidak akan
berjalan dengan baik. Sebagai bentuk adanya komitmen yang telah di
lakukan oleh PT. Asia Pacific Fibers, Tbk dalam pelaksanaannya
mengenai SMK3 sebagai berikut.

2.1.2. Kepemimpinan dan Komitmen

Kepemimpinan dan komitmen tertinggi PT. Asia Pacific Fibers, Tbk


berbeda pada pimpinan tertinggi yaitu CEO (Chief Executive Officer),
yang menyadari bahwa penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ditempat kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu sehingga
pimpinan tertinggi PT. Asia Pacific Fibers, Tbk menetapkan komitmen
untuk menetapkan SMK3 sebagai bagaian yang mempunyai tujuan akhir
dalam Sistem Manajemen terpadu.

Kebijakan yang telah dilakukan pimpinan perusahaan dalam


mewujudkan pelaksanaan K3 :

1) Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan


keputusan perusahaan.
2) Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-
sarana lain yang diperlukan di bidang K3.

6
3) Menempatkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang
dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.
4) Perencanaan K3 yang terkoordinasi
5) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan

Dalam hal ini Chief officer PT. Asia Pacific Fibers, Tbk selaku
pimpinan tertinggi perusahaan telah mewujudkan komitmennya terlihat
dari adanya unit kerja yang bertanggung jawab dan mengkoordinir
serta menilai kinerja K3 yaitu departemen Health, Safety &
Environmental (HSE) dan dibantu oleh Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3), dimana P2K3 secara tidak langsung
berada dibawah pengawasan departemen HSE. Setiap unit kerja
harus melaksanakan K3 sesuai dengan keperluan masing-masing dan
penyediaan alat pelindung diri (APD).

Departemen HSE sendiri dalam menjalankan kinerja K3 dibantu


oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3),
P2K3 merupakan organisasi independen yang dibentuk untuk
meningkatkan dan mengembangkan upaya-upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di perusahaan dengan dilakukannya pembinaan terus
menerus dan terarah serta meningkatkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pembentukan P2K3 di PT.
Asia Pacific Fibers, Tbk disahkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Karawang.

2.2. Kebijakan K3

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk telah membuat kebijakan K3 yang


merupakan upaya untuk mendukung penerapan SMK3 di perusahaan.
Kebijakan tersebut ditandatangani oleh top management yang bertugas.
Kebijakan tersebut kemudian dipublikasikan keseluruh karyawan untuk
diketahui dan dilaksanakan di setiap tempat kerja.

7
Kebijakan-kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kesehatan dan Keselamatan tenaga kerja dan perlindungan


lingkungan adalah prioritas utama perusahaan.
2) Perusahaan memberikan peraturan yang perlu, prosedur peraturan
dan perlengkapan kepada tenaga kerja.
3) Perusahaan memberikan pendidikan pelatihan berkelanjutan pada
tenaga kerja.
4) Semua kecelakaan tidak normal dianalisa dengan tindakan korektif
dan preventif
5) Perusahaan memonitor kinerja melalui “plant safety commite”

2.2.1. Pengesahan Kebijakan K3

Kebijakan ke disahkan langsung oleh Top Management yaitu


Bapak Peter Merkle dan diketahui oleh seluruh karyawan PT. Asia Pacific
Fibers, Tbk.

2.2.2. Program-Program K3

Program-program yang menyangkut K3 di PT. Asia Pacific


Fibers, Tbk dilaksanakan untuk menciptakan tempat kerja yang nihil
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

HSE membuat program kerja secara rutin dibidang Keselamatan


dan Kesehatan Kerja serta menyampaikan rencana tersebut kepada
CEO untuk mendapatkan persetujuan yang mengacu pada tujuan dan
sasaran SMK3.

Indikator kinerja di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk merupakan suatu


usaha yang dilakukan sehingga dapat menunjukan bahwa sasaran dan
tujuan dapat dicapai dengan baik melalui :

8
1) Pengukuran faktor fisik di tempat kerja secara rutin 3 bulan sekali.
2) Pelatihan P3K untuk perwakilan karyawan dari setiap unit kerja 1
(satu) kali dalam setahun oleh HSE
3) Pelatihan K3 untuk seluruh karyawan secara bergiliran rutin
dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun oleh bagaian HSE yang
meliputi pelatihan
a. Plant Safety Commite Meeting
b. Safety Inspection
c. Inspection & Testing Fire Fighting Equipment
d. Miscellanous Equipment
e. Training Program
4) Mengadakan inspeksi K3 dan audit K3 oleh bagian HSE dan
departemen terkait.
5) Memperingati bulan gerakan membudayakan K3 dengan
mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan K3 oleh semua
departemen.
6) Pemeriksaan peralatan dan fasilitas penanggulangan kebakaran
oleh bagian HSE, agar selalu siap digunakan.
7) Melakukan pagging setiap sebelum mulai bekerja, isi pagging
tersebut merupakan pesan safety yang ditujukan untuk seluruh
karyawan, unruk mengingatkan karyawan agar bekerja dengan
baik dan mencegah kecelakaan kerja. Isi pegging tersebut yaitu :

“selamat pagi, kami dari HSE ingin menyampaikan pesan-pesan


safety untuk rekan-rekan kerja sekalian, pesan tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Berdoalah sebelum dan sesudah bekerja


b. Ikutilah prosedur kerja yang aman
c. Pakailah alat pelindung diri atau APD yang telah disediakan
d. Rekan-rekan dilarang merokok di area kerja

9
e. Ingatlah selalu keluarga menanti kepulangan anda dengan
selamat.

Demikian pesan safety, kami ucapkan selamat bekerja dan


terimakasih.”

8) Mengadakan Medical Check Up untuk seluruh karyawan setiap


setahun sekali. Direncanakan akan di adakan Medical Chech Up
khusus untuk karyawan yang memiliki pekerjaan khusus seperti
memeriksa filament benang di sinar UV.
2.2.3. Pogram-Program P2K3 PT.Asia Pacific Fibers, Tbk
1) Safety meeting
2) Inventarisasi permasalahan K3
3) Identifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
4) Penerapan norma K3
5) Inspeksi secara rutin dan teratur
6) Penyelidikan dan analisa kecelakaan
7) Pendidikan dan latihan
8) Prosedur dan tata cara evakuasi
9) Catatan dan data K3
10) Laporan pertanggungjawaban
2.3. Aktivitas Magang

Pada kesempatan magang yang dilakukan di PT. Asia Pacific Fibers,


Tbk pada bagian OHS yang berada di bawah pengawasan departemen
safety, penulis memiliki tujuan untuk membantu kegiatan yang ada,
mengetahui gambaran tugas dari OHS dan melakukan penelitian guna
menyelesaikan tugas akhir yang diberikan oleh prodi K3 STIKes BINAWAN
yang merupakan salah satu dari syarat kelulusan.

Kegiatan yang dilakukan penulis di bagian departemen safety antara


lain adalah membantu memberikan safety induction kepada pekerja baru dan
kontraktor, melakukan penyuluhan FIRST AID bersama dokter perusahaan,

10
melakukan observasi bagaimana proses produksi di plant fibers, melakukan
observasi tentang bagaimana proses PTA Plant, observasi bagaimana
proses IPAL dan melakukan penelitian mengenai gambaran penerapan Alat
Pelindung Diri (APD) pada plant fibers di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.

2.3.1 Safety Induction

Safety Induction merupakan pengenalan dasar mengenai


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang ada di perusahaan kepada
karyawan baru, kontraktor dan tamu. Yang dilakukan oleh karyawan
dengan jabatan supervisor (dari safety) dan bisa juga dilakukan oleh
orang yang memahami tentang K3 dengan jabatan level minimum seperti
foreman. Tujuan dari safety induction adalah untuk memberikan
pemahaman tentang K3 di dalam perusahaan, memberikan informasi
terbaru tentang kondisi perusahaan yang bisa berubah setiap hari,
memberikan pemahaman tentang peraturan yang berlaku dan sanksi jika
melanggar peraturan tersebut.

2.3.2 First Aid

First aid adalah pemberian pertolongan pertama kepada korban


yang mengalami sakit atau cedera (kecelakaan yang memerlukan
pertolongan medis dasar). Tindakan pertolongan pertama ini bukanlah
tindakan pengobatan sesungguhnya. Pertolongan pertama biasanya
diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan
menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan
secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat
buruk, cacat tubuh bahkan kematian.

Prinsip dalam memeberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan


:

1) Jangan panik

11
2) Kumpulkan keterangan kejadian
3) Perhatikan pernafasan korban dan berikan pertolongan bila perlu
4) Hentikan pendarahan bila ada
5) Tenangkan korban dan hindarkan shock
6) Pertolongan dilakukan di tempat kejadian dan tidak tergesa-gesa jika
memindahkan korban.
2.3.3. Proses Produksi Plant Fibers

Fibers plant adalah kelanjutan dari proses polymer plant, fungsi


dari fibers plant adalah memproduksi serat kapas sintetis (syntetic staple
Fibers), produk Fibers plant adalah serat kapas yang mengandung 100%
polyester. Fibers plant dibagi menjadi dua, yaitu spinning line proses dan
drawline proses.

2.3.3.1 Spinning Line Proses


1) Spinning Manifold
Pada bagian ini lelehan polymer yang
diumpankan ke manifold yang berfungsi untuk
mengubah polymer menjadi filament-filamen dengan
ukuran tertentu.
2) Quenching Air
Proses pendinginan filament-filamen dengan
menggunakan udara hembus dengan temperature
20◦C dengan kecepatan 1,4 m/s agar filament tidak
saling menempel dan mendapatkan daya elastis
tertentu.
3) Take Up

Filament yang sudah dingin mengalami proses


penyatuan menjadi subtow dengan jumlah filamen
tertentu.

4) Travesing

12
Subtow yang dihasilkan dari proses take up
selanjutnya dikirim ke dalam suatu can/box (kaleng
ukuran besar) selama satu jam dan hasilnya disebut
tow yang dikirim ke proses selanjutnya.

2.3.3.2. Draw Line Proses


1) Perendaman
Pada proses ini tow yang terdapat pada beberapa
can dijadikan satu, kemudian dikirim ke bak pencuci
(direndam) untuk mengembalikan kelenturan agar
pada proses peregangan tow tidak putus.
2) Penarikan/Peregangan
Selanjutnya tow yang sudah direndam ditarik oleh
mesin draw line, penarikan berdasarkan perbedaan
kecepatan roll untuk mendapatkan kualitas yang
diinginkan.
3) Pengesetan/Pemanasan
Pada proses ini tow dipanasi dengan suhu sekitar
200◦C agar tow yang sudah di renggangkan tidak
kembali lagi.
4) Pemberian Oil
Tow yang sudah dipanasi dilumasi dengan oil agar
lentur pada saat proses pengeritingan
5) Pengeritingan/Crimper
Adalah proses mengubah tow menjadi crimp tow agar
serat tersebut bisa dipintal dalam proses spinning
mills (pemintalan benang)
6) Drying
Proses pengeringan tow untuk mendapatkan
kandungan dengan standar 0,4%

13
7) Cutting
Pemotongan crimp tow sesuai dengan panjang yang
diinginkan, misalnya untuk campuran cotton 38 cm
8) Balling
Proses packing serat pendek (staple packing) dengan
berat 350 kg per bagging agar lebih efisien dalam
proses penyimpanan dan transportasi.
2.3.3.3. Extruder

Extruder berfungsi untuk memproses ulang chips


polyester grade B atau C yang bernilai rendah untuk
dijadikan bahan baku spinning dengan kualitas yang
lebih baik, proses tersebut dapat juga disebut proses
memproduksi ulang (recycle) chips. Dari despatch chips
grade B/C (RCC) ditransfer ke silo ½ sebagai tempat
penampungan sebelum di proses lebih lanjut dengan
udara bertekanan, melalui hopper yang diatur oleh rotary
valve diteruskan ke crytalyzes secara gravitasi.

Di dalam Crystalyzer chips tersebut dipanaskan


165◦C dengan menggunakan pemanas steam 600 psi
agar chips tersebut mulai meleleh mendekati ketentuan
tertentu, kemudian teruskan ke dryer coloum dengan
waktu pengumpanan (dozing time) selama 4 jam yaitu
pemanasan yang dihembuskan udara kering dengan
temperatur 170◦C.

Setelah dari dryer dipanaskan lebih tinggi lagi di


extruder yang di dalamnya terdapat 4 buah zona yaitu
zona 1 dengan temperatur 265◦C, zona 2 dengan
temperatur 270◦C, zona 3 dengan temperatur 275◦C dan
zona 4 dengan temperatur 280◦C. Dalam pemanasan di

14
dalam extruder itu agar polymer tersebut lebih encer
sehingga dapat melalui filter CPF dengan spinneret yang
terdapat di dalam spinning block yang di panaskan
dengan Heat Media Liquid dengan temperatur 285◦C dan
polymer tersebut dapat diproses lanjut pada Fibers Plant
(Spinning Machine).

2.3.4. Proses PTA Plant

PTA Plant adalah plant yang memproduksi tepung PTA (Purified


Terephtalic Acid). Teknologi yang digunakan adalah “Eastman Chemical
Company”, dari California, USA. PTA digunakan sebagai serat sintetis
untuk bahan pakaian, plastik dan film.

PTA merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan polymer


PET (Poly Ethylene Terephtalic) yang dipasarkan dalam bentuk fibers. PET
digunakan sebagai serat sintetis untuk bahan pakaian, plastik dan film.
Dalam dunia perdagangan PET lebih dikenal dengan nama Tetoron,
Dacron, Teryle dan sebagainya.

Sejak bulan Oktober 2015, PTA plant total shutdown untuk


melakukan perbaikan peralatan dan penghematan energy. Untuk saat ini
suplai PTA ke Poly Plant melalui pembelian PTA dari luar (Brought Out
PTA) yaitu lokal dan import. Ada dua macam B/O PTA yaitu kemasan bag
dan kemasan bulk container (curah). Peralatan yang digunakan untuk
transfer ke silo yaitu kemasan bag (Debagging Machine) dan kemasan
bulk container (Unloading System).

15
Gambar 1. Bulk Unloading

Gambar 2. Debagging Machine

16
Gambar 3. Day Silo

Gambar 4. Product Silo

17
2.3.5. Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri yang digunakan antara lain Plant Fibers :

2.3.5.1. Pelindung Kepala / Safety Helmet

Gambar 5. Safety Helmet

Safety helmet ini digunakan untuk mengurangi


dampak bahaya dari arah atas, misalnya jatuhan
benda tajam dan berat dari atas.

2.3.5.2. Ear Plug

18
Gambar 6. Ear Plug

Ear plug ini digunakan sebagai alat pelindung


telinga yang berfungsi untuk mengurangi tingkat
kebisingan atau untuk memperkecil suara yang keras
yang dapat mengakibatkan kerusakan telinga diluar
ruangan maupun di dalam ruangan pabrik. Intensitas
cahaya dapat dikurangi hingga 10 – 15 Db. Ear plug
digunakan oleh pekerja dibagian produksi.

2.3.5.3. Ear Muff

Gambar 7. Ear Muff

Ear muff adalah alat yang digunakan untuk


melindungi pendengaran dari intensitas suara yang
tinggi. Ear muff dapat mengurangi intensitas suara
hingga 20 – 30 Db. Ear muff digunakan oleh teknisi
mesin dan generator.

2.3.5.4. Sarung Tangan (Rubber Gloves)

19
Gambar 8. Sarung Tangan

Sarung tangan adalah perlengkapan yang


digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat
sentuhan dengan benda runcing dan tajam. Sarung
tangan yang digunakan adalah jenis sarung tangan
karet (rubber gloves) yang digunakan untuk
melindungi tangan dari kontak bahan kimia.

2.3.5.5. Alat Pelindung Pernafasan (Masker)

Gambar 9. Masker

Masker pernafasan ini berfungsi untuk


melindungi organ pernafasan dari bahan kimia,
partikel debu, uap, asap ataupun gas.

20
2.3.5.6. Kacamata Pelindung

Gambar 10. Kacamata Pelindung

Kacamata ini merupakan kacamata pelindung


yang menutupi area disekitar mata yang dapat
melindungi mata dari debu dan percikan bahan kimia.

2.3.5.7. Safety Shoes

Gambar 11. Safety Shoes

Sepatu safety ini adalah salah satu Alat


Pelindung Diri (APD) yang harus dipakai oleh pekerja
ketika bekerja untuk menghindari risiko kecelakaan.
Bukan sekedar melindungi bagian tubuh pekerja

21
tetapi dengan memakai sepatu safety pekerja akan
lebih leluasa bergerak hingga dapat meningkatkan
efektivitas dan hasil produksi yang diharapkan.

2.3.6. Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL)

2.3.6.1. Limbah Cair

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang memiliki


Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang digunakan
untuk mengolah air limbah dari :

1. Unit Penghasil Polyesre Chips (PET)


2. Unit Penghasil Purified Terephtalic Acid (PTA)
3. Unit Penghasil Fibers

Gambar 12. Skema IPAL

22
Gambar 13. Dump Tank

Gambar 14. Anoxic

Gambar 15. Aeration

Gambar 16. Clarifier

23
Gambar 17. Monitoring Box

Gambar 18. Monitoring Box Ke Sungai Citarum

24
BAB III

PEMBAHASAN HASIL MAGANG

3.1. Proses Pengolahan Limbah Cair

Proses pengolahan limbah cair di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang
sudah menggunakan sistem terpadu yaitu sistem dimana limbah yang dihasilkan
dari proses produksi langsung disalurkan ke tempat pengolahan secara continue
dan termasuk bagian dari PTA Plant dengan nama Waste Water Treatment
Plant. Proses pengolahan yang dilakukan di IPAL PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
Karawang ialah pengolahan kedua (secondary treatment) yaitu dengan
menggunakan proses aerasi dan lumpur aktif. IPAL PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
Karawang telah memiliki izin dari pemerintah Kabupaten Karawang yaitu Surat
Keputusan Bupati Karawang nomor 658.31/Kep/66/Wasdal tentang Izin
Pembuangan Limbah Cair.

Baku mutu yang digunakan oleh PT. Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang
ialah PermenLH No. 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, karena
PERUM JASA TIRTA II SUB UNIT LABORATORIUM sebagai pihak yang
menguji sampel air limbah mengacu pada Permen LH No. 5 tahun 2014 Lamp.
47 Gol 1.

3.2. Sampah Yang Dihasilkan Oleh Fibers Plant

3.2.1. Waste Produk Fibers

Adalah jenis limbah padat Non B3 yang di hasilkan dari prose


Fibers Plant, limbah yang dihasilkan yaitu 375.000 kg/bln (2,5%),
penanggung jawab limbah padat ini oleh Recycle Plant berbentuk benang
panjang diolah menjadi seperti popcorn, setelah itu masuk proses
extruder untuk menjadi polyester.

3.2.2. Drum Kosong

25
Adalah jenis limbah padat B3 yang di hasilkan dari proses Fibers
Plant, limbah yang di hasilkan yaitu 390 drum/bln, penanggung jawab
limbah padat ini oleh Store, perlakuan terhadap limbah ini yaitu di jual.

3.2.3. Oil Mix Spin Finish

Adalah jenis limbah B3 yang di hasilakan dari proses Fibers Plant,


merupakan ceceran oli yang masuk pada system lalu dipisahkan sesuai
berat jenis, limbah yang dihasilkan yaitu 100 drum/bln, penanggung jawab
limbah ini oleh Fibers/HSE, perlakuan terhadap limbah ini yaitu di bakar.

3.2.4. Botol Spinkote

Adalah jenis limbah B3 yang dihasilkan dari proses Fibers Plant,


limbah yang di hasilkan yaitu 5.428 botol/bln, penanggung jawab limbah
ini oleh Fibers/HSE, perlakuan terhadap limbah ini yaitu dikumpulkan.

Limbah padat dari PT. Asia Pacific Fibers, Tbk, Fibers Plant diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Waste Product Fibers &
Waste Product Spinning di olah di gedung Recycle Plant, dengan tujuan
bisa digunakan kembali sebagai bahan proses produksi. Sampah yang
akan di bakar disimpan di tempat penyimpanan sementara yang berada
diluar gedung Fibers Plant, yang selanjutnya di angkut untuk dibakar di
Incinerator.

3.3. Limbah Fibers Plant

Limbah dari Fibers Plant yang berbentuk oil yaitu spin finish oil kita
olah melalui alat yang bernama spin finish oil treatment. Peralatan spin
finish oil treatment terdiri dari :

1. Dozing Tank, kapasitas 200 Liter + pompa


2. Flash Mizing Tank
3. Lamella clarifier + pompa underflow
4. Intermediate tank + pompa overflow

26
Gambar 19. Finish Oil Tank

Gambar 20. Tanki Dozing

27
Gambar 21. Flash Mixing Tank & Lamella

Gambar 22. Intermediate Tank

28
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, maka ditarik kesimpulan mengenai


pengelolaan K3 di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk, yaitu :

1. Komitmen manajemen dalam menerapkan K3 sudah terlihat dari bentuk


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menerapkan
kepemimpinan terhadap komitmen K3. Serta melaksanakan kebijakan K3
dengan membentuk berbagai macam program K3 diantaranya adalah P2K3.
2. Berdasarkan hasil observasi selama melaksanakan magang, Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) terhadap Limbah Plant Fibers yang telah
diterapkan oleh PT. Asia Pacific Fibers, Tbk sudah sesuai dengan peraturan
pemerintah dan perundangan yang berlaku. Perusahaan menyediakan IPAL
untuk kepentingan lingkungan dan keperdulian perusahaan terhadap
lingkungan yang harus tetap dijaga sesuai dengan kebutuhan.
4.2. Saran
Penulis memberikan saran untuk lebih meningkatkan pengelolaan limbah
cair di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Karena dari cara PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
mengelola limbah cair sudah sangat baik dan limbah cair sudah bisa dialirkan ke
sungai citarum dengan keadaan air yang jernih dan dapat dipergunakan kembali

29
30
31
32
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT. Asia Pacific Fibers, Tbk mulai berdiri pada tahun


1994 yang pada saat itu bernama PT. Polysindo Eka Perkasa II,
Perusahaan yang bergerak di bidang industri petrokimia ini
diresmikan pada tanggal 25 April 1997 oleh mantan Presiden
Republik Indonesia, Bapak Soeharto. PT. Asia Pacific Fibers,
Tbk merupakan satu-satunya produsen polyester yang
terintegrasi di Indonesia, dengan fasilitas pabrik PTA, polymer
dan Fibers yang terletak di Karawang, Jawa Barat. Perseroan
menjalankan rangkaian proses produksi polyesternya mulai dari
bahan baku sampai dengan barang jadi dengan mengutamakan
mutu dan konsentrasi sebagai pelopor industri di Indonesia.

4.1.2. Pengaturan Shift

Kegiatan pabrik beroperasi sehari 24 jam dengan


pembagian waktu 3 shift yaitu :

a. Shift 1 : pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB


b. Shift 2 : pukul 15.00 sampai dengan pukul 23.00 WIB
c. Shift 3 : pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 WIB

Selain itu, ada karyawan non shift (general shift) yaitu


mereka yang bekerja di office dan sebagai penunjang karyawan
shift pada masing-masing plant dengan jadwal kerja dimulai dari
Senin – Jum’at mulai pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB,
sedangkan pada hari sabtu dan minggu libur.

30
4.1.3. Proses Produksi Plant Fibers

Plant Fibers adalah kelanjutan dari proses polymer plant,


fungsi dari Plant Fibers adalah memproduksi serat kapas
sintetis (syntetic staple Fibers), produk Plant Fibers adalah
serat kapas yang mengandung 100% polyester. Plant Fibers
dibagi menjadi dua, yaitu spinning line proses dan drawline
proses.

4.1.4. Hazard Point Draw Line Section

Untuk mengetahui penerapan sistem izin kerja yang


dilakukan, terlebih dahulu harus memastikan potensi-potensi
bahaya yang ada di Plant Fibers PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.

4.1.4.1. Potensi Bahaya Draw Line Proses


a. Jatuh dari ketinggian
b. Terbentur
c. Terperosok
d. Terjepit
e. Tersangkut tow
f. Tertabrak dolly
g. Tertabrak forklift
h. Terkena valve steam panas
i. Terkena gunting
j. Terkena pisau cutter
4.1.5. Hazard Point Spinning Section
4.1.5.1. Potensi Bahaya Spinning Section
1) Spinning Area
a. Kebakaran
b. Tertimpa benda dari atas
c. Tergelincir

31
d. Terkena larutan NaOH
e. Terkena polymer panas
f. Terkena silicon spray
g. Terkena benda berputar
h. Terjatuh dari geeting
i. Mata terkena debu monomer
2) Take Up
a. Terkena benda berputar
b. Tergelincir
c. Terjepit sun flower
d. Terkena dripped
e. Terkena benda tajam
f. Kemasukan finish oil
3) Traversing
a. Terjepit pilar traversing
b. Tergelincir
c. Terkena benda berputar
d. Terlindas
e. Terjatuh dari cat wakl
f. Terjatuh dari tow can
g. Tertabrak tow can
h. Terjepit tow can
4) Waste Removal and Handling
a. Terkena gunting
b. Terjepit kereta dorong
c. Tergelincir
d. Terjatuh

32
5) Finish Oil
a. Tergelincir
b. Terjatuh dari greeting
c. Mata terknena finish oil
4.1.6. Hasil Penelitian Checklist
4.1.6.1. Tabel 2. No Izin
No. No izin Ya Tidak
1. Apakah no. izin selalu
diisi sesuai 35 0
department / area
masing – masing
2. Apakah uraian
pekerjaan selalu 35 0
diterangkan dengan
jelas terhadap
pekerjaan yang akan
dilakukan

Dari hasil tebel 2 tentang no. izin sebanyak 2 point


pertanyaan dengan hasil 100% sesuai.

1. Point 1 : 35/35 x 100% = 100% (Sesuai)


2. Point 2 : 35/35 x 100% = 100% (Sesuai)

4.1.6.2. Tabel 3. Bahaya Yang Mungkin Timbul


No. Bahaya yang mungkin timbul Ya Tidak
1. Apakah sudah mengetahui
bahaya yang mungkin timbul 35 0
ketika pekerjaan
berlangsung.

33
Dari hasil tabel 3 tentang bahaya yang mungkin
timbul sebanyak 1 point dengan hasil 100% sesuai dan
pekerja selalu mengisi checklist pada kolom bahaya
yang mungkin timbul.

1. Point 1 : 35/35 x 100% = 100% (Sesuai)

4.1.6.3. Tabel 4. Tindakan Pencegahan Yang Dilakukan


No. Tindakan Pencegahan Yang Ya Tidak
Dilakukan
1. Apakah sudah mengetahui
tindakan pencegahan pada 30 5
point A yaitu isolasi peralatan,
dan memberi tanda √ pada
kolom □ untuk tindakan yang
dilakukan
2. Apakah tindakan pencegahan
pada point B yaitu isolasi listrik 28 7
/ system pemanas selalu diisi
oleh pihak electric dan
mencoret yang tidak perlu,
mengisi tag no, menulis nama
pelaksana dan tandatangan
3. Apakah tindakan pada point C
yaitu radio aktif diisolasi / 28 7
dimatikan selalu dilakukan oleh
instrument dan mencoret yang
tidak perlu, mengisi tag no,
menulis nama jelas dan

34
tandatangan
4. Apakah tindakan pencegahan
pada point D yaitu izin 35 0
penggunaan api / masuk
vessel / listrik / penggalian
selalu diisi oleh pihak process,
dan mencoret yang tidak perlu
serta memberi no. izin. (jika
point D diperlukan maka
diperlukannya izin kerja
terpisah)
5. Apakah selalu dilakukan
pencegahan terhadap point E 26 9
yaitu memakai alat pelindung
diri (APD) selama pekerjaan
berlangsung

Dari hasil tabel 4 tentang tindakan pencegahan


yang dilakukan sebanyak 5 point pertanyaan dengan
hasil :

1. Point A : 30/35 x 100% = 85,71% (sesuai), dan 5/35 x


100% = 14,28% (Tidak sesuai)
2. Point B : 28/35 x 100% = 80% (Sesuai), dan 7/35 x
100% = 20% (Tidak sesuai)
3. Point C : 28/35 x 100% = 80% (Sesuai), dan 7/35 x
100% = 20% (Tidak sesuai)
4. Point D : 35/35 x 100% = 100% (Sesuai)
5. Point E : 26/35 x 100% = 74,28% (Sesuai), dan 9/35 x
100% = 25,71% (Tidak sesuai)

35
4.1.6.4. Tabel 5. Serah Terima Izin Kerja
No. Serah terima izin kerja Ya Tidak
1. Apakah pihak yang 35 0
menyerahkan pekerjaan telah
memeriksa semua kondisi
pekerjaan / peralatan yang ada
dalam izin ini dan memastikan
bahwa pekerjaan sudah siap
dilaksanakan dengan aman
2. Apakah pihak yang menerima 35 0
pekerjaan telah memastikan
bahwa kondisi peralatan dan
area pekerjaan sudah aman

Dari hasil tabel 5 tentang serah terima izin kerja


sebanyak 2 point dengan hasil 100% sesuai.

1. Point 1 : 35/35 x 100% = 100% (Sesuai)


2. Point 2 : 35/35 x 100% = 100% (Sesuai)

4.1.6.5. Tabel 6. Perpanjangan Izin Kerja


No. Pepanjangan Izin Kerja Ya Tidak
Perpanjangan izin kerja 30 5
1.
(berlaku 2x shift)
Apakah jika ada
perpanjangan izin kerja
selalu dilakukan
pemeriksaan ulang dan

36
pencegahan dievaluasi

Dari hasil tabel 6 tentang perpanjangan izin kerja


sebanyak 1 point dengan hasil :

1. Point 1 : 30/35 x 100% = 85,71% (Sesuai), dan 5/35 x


100% = 14,28% (Tidak sesuai)

4.1.6.6. Tabel 7. Penyelesaian dan Penyerahan Pekerjaan


No. Penyelesaian dan Penyerahan Ya Tidak
Pekerjaan
Apakah maintenance / yang 29 6
1.
melakukan pekerjaan selalu
menandatangani izin kerja jika
pekerjaan telah diselesaikan dan
izin kerja diserahkan kepada
pihak process dengan
menandatangani izin kerja

Dari hasil tabel 7 tentang penyelesaian dan


penyerahan pekerjaan sebanyak 1 point dengan hasil :

3. Point 1 : 29/35 x 100% = 82,85% (Sesuai), dan 6/35 x


100% = 17,14% (Tidak sesuai)

37
4.2. Pembahasan

4.2.1. Pembahasan Hasil Checklist

Hasil penelitian yang dilakukan dari penyebaran checklist


kepada pekerja Plant Fibre PT.Asia Pacific Fibers, Tbk bahwa
semua pekerja yang menjadi sampel penelitian sebanyak 35
responden memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK dan semua
pekerja pada Plant Fibers dengan 35 responden berjenis
kelamin laki – laki dengan rata – rata berumur 20 – 40 tahun.

Dari hasil penyebaran checklist kepada pekerja Plant


Fibers PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Masih ditemukannya
pekerja yang menjawab “Tidak” pada form checklist tentang izin
kerja (permit to work system) yang disesuaikan dengan
prosedur izin kerja yang berlaku di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.

4.2.1.1. Checklist 1
Tabel 8. Checklist 1
Uraian 4 Tidak Sesuai Fresentase
Apakah sudah Dari 35 orang 14,28%
mengetahui pekerja yang
tindakan menjawab
pencegahan pada “Tidak”
point A yaitu sebanyak 5
isolasi peralatan, orang pekerja.
dan memberi √
pada kolom □
untuk tindakan
yang dilakukan

38
Dari hasil pembahasan uraian 4 pada checklist izin
kerja ditemukan 5 orang pekerja yang menjawab “Tidak”
dengan fresentase 14,28% dari 35 orang pekerja yang
menjadi objek penelitian. Maka dari uraian 4 masih
terdapat 5 orang pekerja yang tidak sesuai dengan
Standart Opretaion Procedure (SOP) yang sudah
ditetapkan sebagai syarat standar perusahaan seblum
melakukan pekerjaan. Dengan keterangan sebagai berikut
:

1. Responden 1
“Tidak memperhatikan, karena tidak mau pusing”
2. Responden 2
“Tidak memperhatikan”
3. Responden 3
“Kurang memperhatikan”
4. Responden 4
“Tidak memperhatikan lebih jelas.”
5. Responden 5
“Kurang begitu memperhatikan.”

4.2.1.2. Checklist 2
Tabel 9. Checklist 2
Uraian 5 Tidak Sesuai Fresentase
Apakah tindakan Dari 35 orang 20%
pada point B yaitu pekerja yang
isolasi listrik / menjawab
system pemanas “Tidak” sebanyak
selalu diisi oleh 7 orang pekerja
pihak electric dan

39
mencoret yang
tidak perlu, mengisi
tag no, menulis
nama pelaksana
dan tandatangan

Dari hasil pembahasan uraian 5 pada checklist izin


kerja ditemukan 7 orang pekerja yang menjawab “Tidak”
dengan fresentase 20% dari 35 orang pekerja yang menjadi
objek penelitian. Maka dari uraian 5 masih terdapat 7 orang
pekerja yang tidak sesuai dengan Standart Operation
Procedure (SOP) yang sudah ditetapkan sebagai syarat
standar perusahaan sebelum melakukan pekerjaan. Dengan
keterangan sebagai berikut :

1. Responden 1
“ketika saya melihat lembaran izin kerja ada yang diisi
ada yang tidak.”
2. Responden 2
“diisi tapi tidak rutin, jadi saya tidak begitu ngerti.”
3. Responden 3
“Tidak memperhatikan kertas izin kerja dengan jelas”
4. Responden 4
“Tidak memperhatikan kertas izin kerja dengan jelas”
5. Responden 5
“Tidak memperhatikan ketika orang departemen
mengisi formulir.”
6. Responden 6
“Tidak mengerti”

40
7. Responden 7
“Tidak mengerti”

4.2.1.3. Checklist 3
Tabel 10. Checklist 3
Uraian 6 Tidak Sesuai Fresentase
Apakah tindakan Dari 35 orang 20%
pada point C yaitu pekerja yang
radio aktif diisolasi / menjawab
dimatikan selalu “Tidak”
dilakukan oleh sebanyak 7
instrument dan orang pekerja
mencoret yang
tidak perlu, mengisi
tag no, menulis
nama jelas dan
tandatangan,

Dari hasil pembahasan uraian 6 pada checklist


izin kerja ditemukan 7 orang pekerja yang menjawab
“Tidak” dengan fresentase 20% dari 35 orang pekerja
yang menjadi objek penelitian. Maka dari uraian 6 masih
terdapat 7 orang pekerja yang tidak sesuai dengan
Standart Operation Procedure (SOP) yang sudah
ditetapkan sebagai syarat standar perusahaan sebelum
melakukan pekerjaan. Dengan keterangan sebagai
berikut :

1. Responden 1
“Tidak selalu diisi”

41
2. Responden 2
“Tidak selalu diisi”
3. Responden 3
“Tidak mengerti dengan jelas”
4. Responden 4
“Tidak memperhatikan jadi tidak tahu”
5. Responden 5
“Tidak memperhatikan dengan jelas”
6. Responden 6
“Kurang begitu paham”
7. Responden 7
“Kurang memperhatikan”
4.2.1.4. Checklist 4
Tabel 11. Checklist 4
Uraian 8 Tidak Sesuai Fresentase
Apakah selalu Dari 35 orang 25,71%
dilakukan pekerja yang
pencegahan menjawab
terhadap point E “Tidak” sebanyak
yaitu memakai Alat 9 orang pekerja
Pelindung Diri
(APD) selama
pekerjaan
berlangsung.

Dari hasil pembahasan uraian 8 pada checklist


izin kerja ditemukan 9 orang pekerja yang menjadi
“Tidak” dengan fresentase 25,71% dari 35 orang pekerja
yang menjadi objek penelitian. Maka dari uraian 8 masih

42
terdapat 9 orang pekerja yang tidak sesuai dengan
Standart Operation Procedure (SOP) yang sudah
ditetapkan sebagai syarat standar perusahaan sebelum
melakukan pekerjaan. Dengan keterangan sebagai
berikut :

1. Responden 1
“Tidak pakai jika sedang tidak ada pengawas”
2. Responden 2
“Tidak pakai jika sedang tidak ada pengawas”
3. Responden 3
“Tidak pakai jika sedang tidak ada pengawas”
4. Responden 4
“Tidak nyaman”
5. Responden 5
“Tidak nyaman”
6. Responden 6
“Lebih nyaman kalau tidak pakai alat pelindung
diri”
7. Responden 7
“Lebih nyaman kalau tidak pakai alat pelindung
diri”
8. Responden 8
“Lebih bebas bergerak ketika bekerja”
9. Responden 9
“Lebih bebas gerak ketika bekerja”

43
4.2.1.5. Checklist 5
Tabel 12. Checklist 5
Uraian 11 Tidak Sesuai Fresentase
Perpanjangan izin Dari 35 orang 14,28%
kerja : pekerja yang
(berlaku 2x shift) menjawab
Apakah jika ada “Tidak” sebanyak
perpanjangan izin 5 orang pekerja.
kerja selalu
dilakukan
pemeriksaan ulang
dan pencegahan
dievaluasi.

Dari hasil pembahasan uraian 11 pada checklist


izin kerja ditemukan 5 orang pekerja yang menjawab
“Tidak” dengan fresentase 14,28% dari 35 orang pekerja
yang menjadi objek penelitian. Maka dari uraian 11
masih terdapat 5 orang pekerja yang tidak sesuai
dengan Standart Operation Procedure (SOP) yang
sudah ditetapkan sebagai syarat standar perusahaan
sebelum melakukan pekerjaan. Dengan keterangan
sebagai berikut :

1. Responden 1
“Tidak selalu dilakukan”
2. Responden 2
“Tidak selalu dilakukan”
3. Responden 3
“Tidak memperhatikan dengan jelas”

44
4. Responden 4
“Kurang memperhatikan”
5. Responden 5
“Tidak memperhatikan”
4.2.1.6. Checklist 6
Tabel 13. Checklist 6
Uraian 12 Tidak Sesuai Fresentase
Penyelesaian dan Dari 35 orang 17,14%
penyerahan pekerja yang
pekerjaan : menjawab
Apakah “Tidak” sebanyak
maintenance / 6 orang pekerja.
yang melakukan
pekerjaan selalu
menandatangani
izin kerja jika
pekerjaan telah
diselesaikan dan
izin kerja
diserahkan kepada
pihak process
dengan
menandatangani
izin kerja.

Dari hasil pembahasan uraian 12 pada checklist


izin kerja ditemukan 6 orang pekerja yang menjawab
“Tidak” dengan fresentase 17,14% dari 35 orang pekerja
yang menjadi objek penelitian. Maka dari uraian 12

45
masih terdapat 6 orang pekerja yang tidak sesuai
dengan Standart Operation Procedure (SOP) yang
sudah ditetapkan sebagai syarat standar perusahaan
sebelum melakukan pekerjaan. Dengan keterangan
sebagai berikut :

1. Responden 1
“Tidak memperhatikan dengan jelas”
2. Responden 2
“Tidak memperhatikan dengan jelas”
3. Responden 3
“Tidak memperhatikan dengan jelas”
4. Responden 4
“Tidak memperhatikan dengan jelas”
5. Responden 5
“Tidak tahu”
6. Responden 6
“Tidak tahu”

46
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pada point no.izin 100% sudah sesuai dengan Standart Operation


Procedure (SOP). Karena setiap pekerja mendapatkan daftar nomor
izin kerja menurut departemen / area masing – masing
2. Pada point potensi bahaya yang mungkin timbul 100% sudah sesuai
dengan Standart Operation Procedure (SOP). Karena setiap pekerja
sudah mengetahui potensi bahaya pada setiap tugas pekerjaannya.
3. Pada point tindakan pencegahan yang dilakukan pada point A
85,71% sesuai, point B 80% sesuai, point C 80% sesuai, point D
100%, point E 74,28% sesuai dan dari semua point dengan jumlah
sebanyak 79,99% tidak sesuai dengan Standart Operation
Procedure (SOP) karena masih adanya pekerja yang belum
memahami dengan jelas isi dari formulir izin kerja.
4. Pada point penerimaan izin kerja 100% sudah sesuai dengan
Standart Operation Procedure (SOP). Karena staff yang bertugas
sebagai penanggung jawab selalu menerima formulir izin kerja dari
para pekerjanya.
5. Pada point perpanjangan izin kerja terdapat 85,71% sesuai dan
14,28% tidak sesuai dengan Standart Operation Procedure (SOP)
karena masih adanya sebagaian pekerja yang tidak mengisi
perpanjangan izin kerja dan masih adanya pekerja yang belum
mengerti.
6. Pada point penyelesaian dan penyerahan pekerjaan terdapat
82,85% sesuai dan 17,14% tidak sesuai dengan Standart Operation
Procedure (SOP) karena masih adanya pekerja yang belum
memahami isi formulir izin kerja dengan jelas.

47
5.2. Saran
1. Dari hasil kesesuaian permit to work dengan Standart Operation
Procedure (SOP) tentang pencegahan bahaya perlu dilakukannya
pemberian pelatihan yang dijadwalkan dengan rutin mengenai
permit to work (izin kerja), memberikan penjelasan dengan detail
terhadap pont – point yang ada pada formulir izin kerja serta
memberikan pemahaman tentang pentingnya menggunakan alat
pelindung diri atau pekerjaannya diberhentikan sementara waktu
dan dilakukannya pengawasan lebih maksimal dari departemen
masing – masing dan dari departemen safety.
2. Dari hasil checklist point 4 tentang perpanjangan pekerjaan. Perlu
dilakukan pelatihan yang diijadwalkan dengan rutin mengenai permit
to work (izin kerja) agar pekerja lebih mengerti isi dari formulir izin
kerja.
3. Dari hasil checklist point 5 perlu dilakukan pelatihan yang
dijadwalkan rutin tentang permit to work (izin kerja) agar pekerja
bisa lebih mengerti dengan jelas isi dari formulir izin kerja.

48
DAFTAR PUSTAKA

(1)
Drs.Irzal. (2016). Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Kencana.

(2)
Zamani, W. (2014). Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning 1 Menggunakan
Metode HIRARC di PT.SINAR PANTJA DJAJA. Unnes Journal of Public Health,
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.

(3)
BPJS Ketenagakerjaan. (2016, januari). Retrieved from
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaan-kerja-di-
Indonesiamasih-tinggi.html.

(4)
Ramli, S. (2010). Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

(5)
Ada, Y. R. (2011). Tempat Kerja dan Potensi Bahaya.
http://mia.staff.uns.ac.id/2011/07/11/tempat-kerja-potensi-bahaya/.

(6)
Djatmiko, R. D. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA.

(7)
Sudrajat, A. (2007). Analisa Bahaya dengan Metode Checklist dan What-If Analisys
Pada Saat Commissioning Plant N83 di PT. Gas Industri. Journal.ppns.ac.id.

(8)
Zamani, W. (2014). Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning 1 Menggunakan
Metode HIRARC di PT.SINAR PANTJA DJAJA. Unnes Journal of Public Health,
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.

(9)
Sahab, S. (1997). Teknik Manajemen Keelamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Bina Sumber Daya Manusia.

(10)
7 Point Penting Tetang Izin Kerja (Work Permit) Yang Harus Di Ketahui Pekerja dan
Supervisor. (2017, Januari). Retrieved from https://www.safetysign.co.id/news/282/7-
Poin-Penting-Tentang-Izin-Kerja-Work-Permit-yang-Harus-Diketahui-Pekerja-dan-
Supervisor.

95
96

Anda mungkin juga menyukai