Anda di halaman 1dari 3

DIAGRAM PARETO

Wilfried Fritz Pareto merupakan ahli ekonomi, insinyur, ahli sosiologi, pengamat politik,
sekaligus seorang filsuf kebangsaan Italia. Dalam bidang sosiologi Pareto dikenal karena
teorinya tentang interaksi elit dalam masyarakat. Sementara pada bidang ekonomi, Pareto
menekankan analisis ekonomi melalui pendekatan matematis. Pendekatannya ini menghasilkan
banyak teori atau prinsip yang bahkan tidak hanya dipakai dibidang ekonomi namun juga
bidang keteknikan atau aplikasi lainnya
Diagram Pareto merupakan salah satu tools (alat) dari QC 7 Tools yang sering digunakan dalam
hal pengendalian Mutu. Pada dasarnya, Diagram Pareto adalah grafik batang yang
menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya jumlah kejadian. Urutannya mulai dari
jumlah permasalahan yang paling banyak terjadi sampai yang paling sedikit terjadi. Dalam
Grafik, ditunjukkan dengan batang grafik tertinggi (paling kiri) hingga grafik terendah (paling
kanan)
Dalam aplikasinya, Diagram Pareto sangat bermanfaat dalam menentukan dan
mengidentifikasikan prioritas permasalahan yang akan diselesaikan. Permasalahan yang paling
banyak dan sering terjadi adalah prioritas utama kita untuk melakukan tindakan.
Sebelum membuat sebuah Diagram Pareto, data yang berhubungan dengan masalah atau
kejadian yang ingin kita analisis harus dikumpulkan terlebih dahulu. Pada umumnya, alat yang
sering digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan menggunakan Check Sheet atau
Lembaran Periksa.
Konsep Pareto
1. Prinsip Pareto Mengenai Fenomena
Pada jenis ini, keberadaan prinsip pareto akan digunakan untuk analisis yang berkaitan dengan
hasil-hasil yang tidak diinginkan dan dapat digunakan untuk mengetahui masalah utama yang
ada.
Misalnya dalam perusahaan, prinsip pareto dapat digunakan untuk menganalisis hal-hal yang
berkaitan dengan kualitas, biaya, delivery, hingga keamanan.
 Kualitas :dapat berkaitan dengan kerusakan, kegagalan, keluhan,
 perbaikan, dan lain-lain.
 Biaya : dapat berkaitan dengan jumlah kerugian yang didapatkan, ongkos pengeluaran,
dan lain-lain.
 Delivery (pengiriman) : dapat berkaitan dengan penundaan pengiriman, keterlambatan
pembayaran, dan lain-lain.
 Keamanan : dapat berkaitan dengan kecelakaan, kesalahan, gangguan dari berbagai hal,
dan lain-lain.
2. Prinsip Pareto Mengenai Penyebab
Pada prinsip jenis ini, prinsip pareto digunakan untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan
dengan penyebab dalam suatu proses dan digunakan untuk mengetahui apa penyebab dari
masalah tersebut.
Misalnya, dalam perusahaan, prinsip pareto digunakan untuk menganalisis hal-hal yang
berhubungan operator, mesin, bahan baku, hingga metode operasi.
 Operator : dapat berkaitan dengan umur, pengalaman, keterampilan, sifat individual
(Sumber Daya Manusia)
 Mesin : dapat berkaitan dengan peralatan dan instrumen.
 Bahan baku : dapat berkaitan dengan pembuatan bahan baku.
 Metode operasi : dapat berkaitan dengan kondisi operasi, metode kerja, sistem
pengaturan, dan lain-lain.
Contoh:
Kegiatan perencanaan kebutuhan dan pengadaan merupakan salah satu tahapan terpenting
dalam siklus pengelolaan Barang Milik Negara (BMN). Pada tahap perencanaan kebutuhan
BMN, Pemerintah melakukan penelitian dan penelaahan mengenai BMN yang dibutuhkan
sesuai dengan standar barang dan standar kebutuhan, baik pengadaan baru maupun
pemeliharaan. Selanjutnya, eksekusi atas rencana kebutuhan tersebut dilakukan melalui
kegiatan pengadaan BMN. Dalam artikel ini, kita akan lebih melihat BMN berupa tanah yang
diadakan untuk kepentingan umum dan berkaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat.
BMN yang dimaksud antara lain jalan, jembatan dan irigasi, kemudian terminal, pelabuhan dan
bandar udara, serta rumah sakit dan sarana olahraga. Untuk perencanaan kebutuhan dan
pengadaan tanah tersebut, ada prinsip yang perlu dipertimbangkan, yaitu efisiensi pareto
(pareto efficiency).
Efisiensi pareto dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai kondisi dimana sudah tidak mungkin
lagi mengubah alokasi sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi (better
off) tanpa mengorbankan pelaku ekonomi yang lain (worse off) (Stiglitz, 2000). Menilik
sejarahnya, pareto merujuk pada nama ekonom yang berasal dari Italia, Vilfredo Pareto pada
tahun 1906 yang menggunakan konsep efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan. Prinsip
pareto, dalam ekonomi, muncul karena adanya masalah kelangkaan sumber daya.
Kelangkaan (scarcity) terjadi karena sumber daya terbatas sedangkan kebutuhan manusia tidak
terbatas. Kelangkaan sumber daya terjadi apabila barang tersebut menjadi berharga pada suatu
waktu dan tempat tertentu, terlepas dari jumlahnya banyak atau sedikit. Barang menjadi
berharga artinya diperlukan biaya tertentu untuk mendapatkannya Contoh, oksigen yang
diperlukan untuk bernapas, pada umumnya tidak termasuk barang langka karena tidak
memerlukan biaya untuk memperolehnya. Namun, pada waktu dan tempat tertentu, seperti di
India beberapa waktu yang lalu ketika jumlah kasus Covid-19 melonjak, oksigen dalam tabung
menjadi barang langka karena memiliki harga tertentu, akibat permintaan yang meningkat
tajam. Untuk mengatasi masalah kelangkaan, diperlukan alokasi sumber daya yang terbatas
secara efisien, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Untuk mencapai efisiensi ini, muncullah konsep efisiensi pareto atau juga biasa disebut pareto
optimal. Pada kondisi pareto, semua pelaku ekonomi sudah mencapai kesejahteraan yang
optimum. Sumber daya sudah dialokasikan secara efisien, sehingga apabila dilakukan
perubahan alokasi sumber daya akan berdampak pada perubahan kesejahteraan pelaku
ekonomi. Dalam kondisi pareto optimal, terjadinya peningkatan kesejahteraan seseorang atau
kelompok pasti akan mengurangi kesejahteraan orang lain atau kelompok lain.
Dikaitkan kembali dengan kegiatan perencanaan kebutuhan dan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum, secara sederhana efisiensi pareto melibatkan Pemerintah dan masyarakat
sebagai dua pelaku ekonomi. Sebagai contoh, ada rencana pembangunan jalan tol di daerah A
untuk mengurai masalah kemacetan. Dalam penyediaan tanah dan pembangunan jalan tol
tersebut, Pemerintah perlu mengalokasikan sumber daya dengan tepat agar tercapai efisiensi.
Selanjutnya dalam penentuan besaran tarif tol, di samping pertimbangan keekonomian proyek,
perlu dipertimbangkan pula kepentingan masyarakat yang akan menggunakan jalan tol agar
tarif tol yang dibayarkan setara dengan manfaat yang diperoleh. Alokasi tarif tol harus efisien
agar kepentingan Pemerintah dan kepentingan masyarakat bisa terpenuhi.
Sebagai penutup, dalam setiap kebijakan perencanaan kebutuhan dan pengadaan tanah untuk
kepentingan umum, perlu alokasi sumber daya secara efisien, agar kesejahteraan Pemerintah
dan kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. Tujuan akhir dari kebijakan perencanaan
kebutuhan dan pengadaan yang dilakukan adalah meningkatkan kondisi pareto yang belum
efisien, sampai ke titik pareto optimum, baik dari sisi Pemerintah maupun dari sisi masyakarat.
Dalam tahapan tersebut, perlu dipertimbangkan bukan hanya kepentingan Pemerintah sebagai
penyedia tanah, tetapi juga kepentingan masyarakat terdampak, sehingga tambahan
kesejahteraan bagi Pemerintah tidak mengakibatkan penurunan kesejahteraan bagi
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai