Anda di halaman 1dari 1283

1

2
Disajikan buat
Para pembaca di manapun Anda berada !

- 00000 -

*
*
*
*
*
*
*
CETAKAN PERTAMA
1978

*
*
*
*

3
PENDEKAR GURUN NERAKA

Karya BATARA
Pelukis YANES
Penerbit/Pencetak C. V. "G E M A”
Jln. Mertokusuman 761 RT. 14 RK IIl
Telepon No. 5801 SOLO
Tahun 1978

Credit Ebook:
Sumber buku : Aditya Indra Jaya &
Gunawan Aj
Djvu : Mukhdan & Oz
Editor : Hendradinata Sugiyanto &
Yudi Tan Ertanto
Finishing Pdf. : Team Kolektor EBook

4
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid I

BADAI yang mengerikan di Lautan Tung-hai !

Langit gelap pekat. Mendung hitam memenuhi


seluruh angkasa. Udara terasa dingin, namun angin
belum mulai bertiup. Permukaan air laut tenang,
bahkan terlalu tenang pada saat itu. Hampir tidak
tampak bergerak, hanya sedikit keriput di sana-sini.
Akan tetapi bagi para nelayan di pantai yang telah
mengenal baik lautan ini, saat-saat seperti itu justeru
merupakan saat yang membuat jantung mereka
berdebar kencang.

Bahaya akan datang! Inilah kesimpulan mereka. Dan


oleh sebab itulah maka meskipun laut tampak tenang
dan diam namun di atas permukaannya tidak tampak
seorangpun nelayan. Mereka sudah lama menyingkir
ke darat, bahkan perahu-perahu penangkap ikan

5
merekapun telah mereka sembunyikan jauh -jauh di
darat, di antara semak-semak belukar yang rimbun.

Dan bahaya yang dikhawatirkan oleh para nelayan


inipun mulailah. Terdengar suara bergemu ruh di
sebelah utara. Suara ini amat tiba -tiba datangnya,
seperti geram naga laut. Dan menurut kepercayaan
para nelayan, itulah suara dari Hai-liong-ong atau
Dewa Laut yang muncul dari dasar samudera! Laut
di bagian utara tiba-tiba bergelombang, seakan-akan
muncul kepala raksasa yang amat dahsyat di bagian
itu. Dan mendung tebal yang memenuhi seluruh
langit di bagian utara juga mendadak berger ak ke
tengah. Angin tiba-tiba bertiup kencang dan
bersamaan dengan suara bergemuruh disusul oleh
gerakan mendung dari utara ini terdengarlah suara
dahsyat dari angkasa.

"Klap...... daarrrr......!"

Halilintar berkelebat dan guruh menggelegar.


Tampak kilauan panjang membelah kehitaman
mendung, terus menukik turun dengan kecepatan
luar biasa dan akhirnya amblas ke dasar samudera.
Bagi para nelayan yang melihat hal ini, itulah per -
tanda bahwa telah terjadi kontak langsung antara
sang dewa lautan dengan sang ra ja angkasa !

6
Dan mulailah segala sesuatunya menjadi gaduh.
Suara gemuruh disusul oleh ledakan petir tadi
seakan-akan merupakan komando bagi segala
mahluk-mahluk hitam di atas dan di bawah bumi
untuk membuat keributan, iblis-iblis dan siluman laut
bergerak, muncul di atas permukaan air sehingga laut
tiba-tiba menggelegak, ombak membuih dan
terjadilah gelombang besar !

Lautan Tung hai mulai mengamuk ! Apalag i setelah


angin ribut muncul di situ, menderu dan membuat
ombak setinggi pohon kelapa. Terjadilah
pemandangan yang amat mengerikan kini. Kalau
tadinya laut tampak begitu tenang dan penuh
kesabaran, sekarang berbalik seratus delapanpuluh
derajat. Ombak bergulung-gulung seperti lidah naga
siluman, putih keperakan dan panjang. Angkasa
hitam yang menggantung di atas juga kini telah
pecah. Petir berkelebat menyambar -nyambar dan
halilintar menggelegar.

Hujan lebat seperti dicurahkan dari langit di atas


permukaan laut. Dan ini membuat Lautan Tung -hai
cepat pasang. Angin dan hujan ribut terciptalah di
atas lautan itu dan gelombang semakin membukit.
Saling terjang, saling hantam dan percikan
gelombang panjang ini melecut batu -batu karang
yang menonjol di permukaan laut.

7
Badai! Badai di Lautan Tung -hai!!

Inilah yang terjadi dan dari sinilah segala se suatunya


dimulai. Dan menurut para nelayan, badai yang
terjadi kali ini bukan sekedar badai biasa. Tidak.
Akan tetapi merupakan suatu per tanda bagi manusia,
merupakan suatu alamat buruk bagi kehidupan di
bumi!

Badai yang terjadi kali ini terlampau dahsyat. Ombak


bergulung-gulung, membuih dan menghempas-
hempaskan dirinya dengan kemarahan luar biasa.
Langit tertutup awan menghitam dan terdengar
pekik-pekik dahsyat berkali-kali dari sang raja
angkasa ditambah dengan derunya angin taufan di
atas permukaan laut. Segalanya kacau dan ribut.
Belum pernah Lautan Tung-hai mengalami badai
yang seperti itu. Dan ini semuanya bisa terjadi karena
Hai-liong-ong, itu Dewa Laut yang digambarkan
orang seperti manusia berkepala naga den gan
misainya yang panjang menjuntai ke bawah, sedang
marah besar!

Bumi dan laut sebenarnya adalah satu. Oleh sebab itu


apabila di daratan terjadi keguncangan, lautpun
terkena pengaruhnya. Dan kemurkaan Hai -liong-ong
kali inipun dikarenakan guncangan bumi yang terlalu
hebat, guncangan yang membuat semua penghuni
dasar laut dilanda kegelisahan dan kecemasan.

8
Akibatnya, terjadi kekacauan di dasar samudera.
Kegelisahan dan kecemasan yang men cekam seluruh
mahluk hidup di dalam lautan ini semakin
memuncak. Mereka merasakan hawa panas yang luar
biasa di dalam laut, hawa panas yang menjalar dari
bumi ke dasar samudera. Karena tak tertahankan
lagi, akhirnya penghuni lautan menjadi buas dan
mereka saling terjang dan saling bunuh!
Keguncangan di bumi membawa akibat yang amat
fatal sekali terhadap lautan. Laksaan jiwa melaya ng
kabur akibat baku bunuh di dasar laut dan hal inilah
yang membuat Hai-liong-ong marah besar!

Akibatnya, Hai-liong-ong kini muncul dan dibuatnya


lautan mendidih. Diciptakannya ombak-ombak
membukit sebesar gunung, dan diserangnya pantai
daratan! Ombak mengamuk, badai mengamuk dan
dihajarnya bumi habis-habisan !

Tentu saja para nelayan kelabakan. Mereka sama


sekali tidak menyangka akan sedemikian hebat
kemurkaan Dewa Laut itu. Badai yang tadi berada di
tengah samudera kini melanda pantai! Gelombang air
pasang dan angin topan membuat gubuk-gubuk
bobrok milik para nelayan ha ncur berantakan.
Robohnya gubuk gubuk ini diikuti oleh pekik
kekagetan pemiliknya, akan tetapi pekik ini segera
lenyap bersama orangnya karena gelombang dahsyat
yang datang itu menyeret segala sesuatunya ke
tengah laut!

9
Menurut catatan yang diperoleh, badai kali ini akibat
amukan Dewa Naga itu telah menelan seratus tiga
buah perkampungan nelayan di pinggir pantai dan
limaratus enampuluh tujuh jiwa manu sia dinyatakan
hilang!

Sungguh amat dahsyat dan mengerikan. Akan tetapi


memang demikianlah kenyataannya kalau badai
mengamuk di tengah laut. Dan mengenai
keguncangan bumi yang membuat kemarahan Hai -
liong-ong karena di dasar laut lalu terjadi saling
bunuh sesama penghuni seperti menurut kepe rcayaan
para nelayan, benar dan tidaknya pandangan mereka
itu adalah terserah para pembaca masing -masing.

Yang jelas, pada waktu itu memang bumi Tiongkok


dilanda keguncangan. Dan inilah mungkin yang
membuat hawa panas dari bumi menjalar ke tempat
tinggal Sang Dewa Laut itu. Bagaimana awal
kejadiannya? Bukan lain karena perginya Yap -
goanswe (Jenderal Yap) dari istana Kerajaan Yueh!

Inilah yang membuat Tiongkok terguncang.


Kepergian jenderal yang gagah perkasa itu membuat
kedudukan istana menjadi lemah dan ketika bala
tentara Kerajaan Wu datang menyerbu, hancurlah
Kerajaan Yueh! Dan inilah yang mengejutkan
kerajaan-kerajaan lain yang pada waktu itu memang
banyak terdapat di daratan Tiongkok.

10
Bagi para pembaca yang telah membaca cerita
"Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu mengetahui
betapa Jenderal Yap adalah seorang pemuda yang
gagah perkasa, seorang pemuda yang memiliki
kepandaian tinggi karena jenderal itu bukan lain
adalah murid tunggal dari Malaikat Gurun Takla
atau ada juga yang menyebutnya Malaika t Gurun
Neraka.

Kepandaian jenderal muda itu amat dahsyat. Apalagi


setelah gurunya menurunkan sebuah ilmu silat yang
baru saja diciptakan oleh tokoh besar itu, ilmu silat
yang dinamakan Lui-kong Ciang hoat (Ilmu Silat
Petir)!

Jenderal Yap adalah seorang yang amat ditakuti


lawan dan banyak datuk-datuk sesat roboh binasa di
tangan jenderal yang gagah perkasa ini. Di antaranya
adalah Ang-i Lo-mo (Iblis Jubah Merah), seorang
datuk sesat yang memiliki kepandaian seperti iblis
sendiri dan yang juga menguasai ilmu sihir.

Ang-i Lo-mo adalah seorang tokoh luar biasa. Dalam


pertandingan yang menegangkan di antara datuk
sesat itu melawan Yap-goanswe, hampir-hampir saja
pemuda ini kalah. Akan tetapi setelah jenderal itu
mengeluarkan ilmunya yang mujijat, yaitu Lui -kong
Ciang-hoat, manusia iblis itu berhasil dibi nasakan.
Semuanya ini telah diceritakan dengan jelas di dalam

11
"Hancurnya Sebuah Kerajaan", dan bagi para
pembaca yang mungkin belum sempat memba canya,
kami persilahkan untuk menikmatinya.

Memang jenderal muda itu hebat. Ini diakui oleh


semua orang. Dan bukan hanya kepandaian jenderal
ini saja yang dikagumi orang, akan tetapi juga
ketampanannya terkenal dimana -mana, terutama di
Kerajaan Yueh sendiri di mana jenderal itu berada.

Hampir semua wanita cantik memuja nya. Hampir


semua wanita cantik merindukannya. Akan tetapi,
jenderal muda itu dingin-dingin saja. Dan ini
membuat para wanita menjadi gemas. Mereka
bersaing dan berlomba dalam cara mereka sendiri,
akan tetapi selama itu belum juga ada seorangpun
wanita yang berhasil merobohkan hati jenderal muda
yang diumpamakan seperti batu es di gunung salju
ini!

Bahkan, walaupun hal ini diketahui secara diam -


diam dan dirahasiakan, banyak di antara selir sang
baginda sendiri jatuh cinta! Mereka tergila -gila
terhadap jenderal muda itu dan banyak di antaranya
mencoba memikat dan merayu pemuda itu dengan
sikap dan cara mereka, akan tetapi tidak ada satupun
yang berhasil. Hati pemuda itu benar -benar seperti
sebalok es saja, dingin dan acuh tak acuh ! Dan
seperti yang telah diceritakan di dalam "Hancurnya

12
Sebuah Kerajaan", ada seorang wanita cantik,
seorang gadis jelita bernama Lie Lan keponakan dari
Lie-thaikam telah merayu jenderal muda itu
sedemikian hebatnya, yaitu sampai membuka semua
pakaian yang menempel di tubuhnya untu k
menjatuhkan hati jenderal muda itu, namun sama
sekali gagal! Bahkan terjadi percekcokan yang sengit
di antara mereka dan diawali dengan peristiwa inilah
maka diam-diam Lie-thaikam lalu bersekutu dengan
musuh, merobohkan Kerajaan Yueh untuk membalas
dendam sakit hatinya !

Semuanya ini telah diceritakan di dalam kisah yang


lalu dan agaknya kami tidak perlu lagi mem -
perpanjangnya. Akan tetapi yang perlu diperpanjang
di sini adalah ekor dari semua sebab-sebab itu.

Yap-goanswe adalah seorang jenderal muda yang


mendapat nama harum. Baik di kalangan pem besar
sipil, pembesar militer maupun di kalangan
wanitanya. Terkenal sebagai pemuda gagah perkasa
dan luar biasa beraninya. Jenderal ini berani
menentang apa saja asal dia merasa bahwa dia berada
di pihak yang benar. Dan keberaniannya yang luar
biasa ini malah membuat suatu kejutan di antara para
perwira dan pembesar istana karena pemuda itu pada
suatu hari berani menentang dan memprotes
keputusan raja junjungan mereka sendiri!

13
Seperti diketahui, selain merupakan jenderal muda
yang gagah perkasa, juga pemuda ini terkenal sebagai
laki-laki yang dingin terhadap wanita, alim dalam
arti kata jarang bergaul dengan wanita. Oleh sebab
itu, betapa menggemparkan kalangan istana dan
rakyat ketika terdengar berita bahwa jender al muda
itu ternyata tertangkap basah ketika sedang bermain
cinta dengan salah seorang selir tersayang sri baginda
yang bernama Bwee Li !

Tentu saja kejadian ini amat menghebohkan. Istana


menjadi gempar dan rakyat terkejut bukan main .
Mula-mula mereka tidak percaya dan menganggap
bahwa berita itu hanya kabar bohong dan fitnah
belaka. Banyak di antara mereka bahkan diam -diam
mencari siapa biang keladi pelempar fitnah ini untuk
ditangkap dan dihajar. Akan tetapi mereka kembali
terkejut bukan main ketika meng etahui bahwa biang
keladi yang mereka anggap pelempar fitnah itu bukan
lain malah sri baginda sendiri !

Bagaimana mereka berani menangkap dan menghajar


Raja Muda Yun Chang ? Dan mulailah terjadi
kegoncangan di sana sini. Terjadi tanda tanya besar
di kalangan pembesar istana dan penduduk. Mereka
sudah cukup mengenal akan watak jenderal muda itu.
Tahu akan sepak terjangnya yang gagah perkasa dan
jujur. Kalau saja bukan sri baginda sendiri yang
melontarkan tuduhan itu, yang mengatakan bahwa
beliau melihat dengan mata kepala sendiri betapa

14
jenderal mudanya yang dihormati dan dikagumi itu
berada di atas pembaringan bersama selirnya dalam
keadaan telanjang bulat, tentu orang -orang ini akan
mengamuk dan mungkin juga membunuh si pelempar
berita angin.

Akan tetapi yang bilang begitu adalah justeru sri


baginda! Orang yang bersangkutan sendiri! Apa yang
harus mereka katakan? Paling -paling mereka hanya
bisa menanti kelanjutan peristiwa itu dengan hati
tegang. Menurut sri baginda, ketika kepergok raja,
jenderal muda itu lalu melarikan diri, hanya tinggal
selir itu sendiri yang menggigil di atas pembaringan.

Dan sementara orang-orang menunggu kejadian


berikutnya dengan hati was-was, eh........ tiba-tiba
saja Yap-goanswe yang tadinya menghilang itu
datang kembali ke istana! Langkahnya tenang-tenang
saja, wajahnya juga biasa saja, seperti seseorang yang
merasa tidak berdosa !

Dan begitu jenderal muda itu berhadapan dengan sri


baginda, hal yang menegangkan hatipun terjadilah.
Raja Muda Yun Chang kontan memerintahkan
jenderal muda itu ditangkap dan dijatuhi hukuman
mati!

Tentu saja pemuda itu terkejut. Dia mohon


penjelasan akan sikap raja, akan tetapi sri baginda

15
yang murka memberondongnya dengan maki -makian
dan tuduhan. Yap-goanswe mulai naik darah, apalagi
ketika tuduhan yang dilontarkan ke mukanya itu
dilemparkan oleh raja dengan amat kejam, juga di
hadapan banyak hadirin. Terasa seperti kotoran
busuk yang mengenai mukanya, meresap dan
memasuki hidung dan urat-urat syarafnya!

Namun jenderal muda ini masih berusaha menekan


kemarahannya. Dia tetap bersikap hormat sampai
akhirnya kesabaran pemuda ini habis dan lenyap.
Raja terlalu keji dan dia tidak diberi kesempatan
membela diri. Raja hanya mau menangnya sendiri
saja. Pangkatnya dinyatakan dicabut dan pemuda ini
yang sebenarnya juga bukan seorang pemuda yang
gila kedudukan, dengan rela meletakkan jabatannya
sebagai jenderal. Akan tetapi ketika raja hendak
menghukumnya mati dan tetap dengan keputusannya
itu, mulailah jenderal muda ini berontak !

Dia memprotes sikap raja, menent ang dan


mengemukakan alasan-alasan kuat. Antara lain
bahwa jika dia benar-benar telah melakukan per-
buatan terkutuk itu, tidak mungkin pada hari itu dia
berani menghadap raja dan memasuki istana! Tentu
ada rahasia tersembunyi di dalam peristiwa ini. Dia
berjanji untuk mencari siapa pelempar pangkal celaka
ini. Akan tetapi raja tetap ngotot. Sri baginda
terlampau dikuasai emosi dan mata gelap. Dia tetap
hendak menghukum mati jenderal muda itu dan

16
perintahnya tidak dapat ditarik kembali. Keputusan
tetap keputusan !

Marahlah Yap-goanswe. Keberanian yang sudah


menjadi dasar wataknya, keadilan yang sudah
menjadi dasar kebenarannya, meledaklah keluar.
Istana dibuatnya heboh, bukan dengan amukannya
melainkan dengan keputusan yang keluar dari
mulutnya akibat kekecewaan yang sangat melihat
sikap raja. Melihat betapa sri baginda tetap ber kepala
batu dan tidak dapat dilunakkan dengan cara apapun,
bangkitlah kemarahan pemuda gagah per kasa ini.
Dia berontak terhadap keputusan raja, tidak sudi
dihukum mati tanpa dosa. Da n ucapan yang
menghebohkan dari mulut pemuda itu adalah bahwa
sejak detik itu juga dia menyatakan diri bukan lagi
sebagai rakyat atau hamba raja, melain kan sebagai
seorang manusia yang bebas merdeka di alam yang
bebas pula!

Keputusan dibalas keputusan !

Inilah yang hebat dan luar biasa sekali. Jen deral itu
memang amat terkenal, baik kegagahan maupun
keberaniannya. Akan tetapi sungguh mereka tidak
mengira seujung rambutpun bahwa jenderal muda itu
berani mengeluarkan kata-kata yang seperti itu!

17
Istana geger. Semua hadirin tertegun, wajah mereka
pucat dan semua mata memandang terbelalak ke arah
pemuda itu. Belum pernah mereka mendengar dan
melihat peristiwa yang seperti ini. Aka n tetapi
semuanya telah terjadi dan mereka perca ya bahwa
apa yang dikatakan oleh pemuda itu akan di-
pegangnya teguh sampai mati. Mereka tahu dengan
baik akan hal ini. Namun, apa yang dapat mereka
lakukan? Nasi telah menjadi bubur, tidak dapat
dirobah lagi.

Sri baginda sendiri yang melihat kekerasan dan


kemarahan jenderal mudanya juga tertegun. Raja
dapat melihat kesungguhan yang meyakinkan di
wajah pemuda itu. Hatinya berdetak kencang.
Mulailah terdapat keragu-raguan dalam sikapnya.
Dia juga mengenal baik watak jenderal mudanya ini.
Seorang yang jujur, gagah perkasa dan panta ng
membohong untuk tindakan-tindakan yang dirasanya
benar. Akan tetapi, masa matanya sendiri dapat
membohonginya ? Sri baginda terhenyak di atas
singgasananya, tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Dia dan orang-orang lainnya hanya dapat
memandang dengan bengong ketika tiba-tiba tubuh
Yap goanswe bergerak. Cepat sekali gerakannya,
seperti burung terbang dan tahu-tahu Bwee Li yang
berada di sisi raja disambar dan dibawa lari.

Karena di dalam hati para hadirin telah ter dapat


kebimbangan setelah melihat sika p dan men-

18
dengarkan alasan-alasan yang tadi dikemukakan oleh
pemuda itu, maka tiada seorangpun yang mencegah
kepergian bekas jenderal muda ini. Mereka seperti
orang kena sihir, berdiri mematung dan hanya mata
mereka saja yang mengikuti gerakan pemuda itu
tanpa berkedip.

Seorang jenderal yang gagah perkasa dan dapat


diandalkan telah pergi meninggalkan mereka semua,
pergi dengan membawa noda hitam yang melekat di
tubuhnya, noda berupa tuduhan berjina yang amat
menusuk jiwa dan hati sanubarinya. Dan merekapun
gelisahlah. Kepergian pemuda itu sebenarnya amat
mengguncangkan kedudukan mereka. Musuh dari
Kerajaan Wu sedang menantikan kesempatannya,
dan hanya Yap-goanswe seoranglah yang dapat
menanggulangi mereka. Akan tetapi kini orang yang
amat mereka gantungi itu pergi dan telah
memutuskan hubungannya dengan istana!

Kepada siapa lagi mereka berharap? Tidak ada!

Dan kegelisahan mereka menjadi kenyataan. Apa


yang mereka cemaskan terjadilah. Begitu Yap -
goanswe pergi, datanglah gelombang serangan
musuh dari Negara Wu yang dipimpin oleh Wu-sam-
tai-ciangkun. Istana gempar dan seluruh penduduk
kalut. Yueh terpaksa mengakui kekuatan lawan dan
jatuhlah istana di tangan musuh. Kerajaan Yueh

19
hancur dan Wu yang menang dalam peperangan ini,
menduduki kerajaan mereka, bahkan l alu me-
mindahkan kota rajanya di Socouw.

Semuanya ini telah diceritakan dalam jilid terakhir d i


dalam kisah "Hancurnya Sebuah Kerajaan". Penulis
memaparkannya secara ringkas di sini untuk
mengikuti ceritera selanjutnya yang berekor panjang ,
jatuhnya Yueh sungguh amat menggemparkan. Akan
tetapi yang lebih menggemparkan lagi adalah berita
di luaran bahwa Yap-goanswe telah bermain gila
dengan seorang selir sri baginda!

Sungguh berita yang mereka dengar ini amat


mengejutkan. Di luar dugaan dan perkiraan. Dan
seperti biasa kehidupan manusia, ada yang me -
nyambut berita ini dengan ketawa bergelak dan ada
pula yang menyambut dengan alis dikerutkan.
Manusia hidup pasti mempunyai musuh di samping
sahabat. Maka tidaklah mengherankan bahwa fitnah
yang menimpa diri pemuda itu disambut dengan dua
tanggapan. Ada yang senang dan ada yang sedih.

Akan tetapi, benarkah berita ini? Benarkah bahwa


pemuda yang gagah perkasa itu melakukan perbuatan
yang demikian hina dan memalukan ? Tidak! Inilah
jawabannya yang pasti.

20
Seperti kita ketahui dalam cerita yang lalu, pemuda
itu sekarang terkena fitnah. Fitnah keji yang timbul
dari siasat licik musuh-musuhnya, yaitu Wu-sam-tai-
ciangkun dan Pouw Kwi, itu iblis kecil murid Ang -i
Lomo. Sebenarnya Pouw Kwi-lah yang melakukan
hal itu, bukan Yap-goanswe. Pemuda ini telah
mewarisi hampir semua kepandaian gurunya,
termasuk ilmu sihirnya. Dan dengan ilmu sihirnya
inilah pemuda ini merobah dirinya menjadi Yap -
goanswe ketika merayu Bwee Li. Inilah pangkal
celaka bagi Yap Bu Kong. Inilah pangkal celaka pula
bagi Kerajaan Yueh yang termakan siasat busuk itu.
Raja terkecoh, Bwee Li terkecoh, da n semua orang
juga terkecoh.

Siasat yang dikerjakan oleh orang -orang ini memang


hebat sekali. Akibatnya luar biasa kejinya. Selain
membuat bentrokan langsung antara Raja Muda Yun
Chang dengan pemuda itu, juga seluruh dunia telah
mempunyai gambaran buruk terhadap Bu Kong,
gambaran berupa pemuda hidung belang dan
pemogoran ! Sungguh tepat kalau dikatakan orang
bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan !

Akan tetapi semuanya telah terjadi dan tidak ada


seorangpun yang mengetahui rahasia jahat ini selain
Wu-sam-tai-ciangkun bersama Pouw Kwi. Dan
dendam mereka sedikit banyak telah terbalas kan
dengan melihat penderitaan batin bekas jende ral
muda itu.

21
Akan tetapi empat orang ini lupa akan kekuasaan
Yang Maha Agung. Mereka mengira bahwa tidak ada
orang lain yang mengetahui rahasia itu. Tidak ada
orang lain yang tahu selain mereka berempat.
Benarkah? Sesungguhnya tidaklah demikian!

Kekuasaan dan kehebatan Yang Maha Agung adalah


diluar jangkauan otak manusia, apalagi manusia
yang batinnya dipenuhi oleh hawa nafsu duniawi dan
kotor. Masih ada seorang manusia lain yang dapat
mengetahui itu. Masih ada seorang manusia lain
yang akan dapat memecahkan kejahatan ini dengan
pengetahuannya! Dan orang itu adalah...... anda
ikuti saja jalannya cerita!

Yang jelas, hawa busuk berupa fitnah keji yang


dilemparkan ke muka Yap Bu Kong memba wa hal-
hal hebat bagi pemuda itu sendiri. Guru nya, manusia
sakti dari Gurun Neraka kini kel uar dari tempat
tinggalnya untuk mencari murid tunggalnya ini. Dia
hendak mencari pemuda itu untuk diambil
keputusannya yaitu : dibunuh atau dibebaskan!

Betapa hebat dan mengerikan kalau hal ini terjadi.


Malaikat dari Gurun Neraka ini memang marah
sekali ketika dia mendengar berita itu. Mukanya
serasa ditampar dan hampir -hampir dia tidak
mempercayai telinganya sendiri. Akan tetapi tokoh

22
besar ini bukanlah seorang manusia yang mudah
menurutkan hawa nafsu.

Dia hendak menemui dulu muridnya itu, dimintai


keterangan sejelas-jelasnya. Baru setelah itu dia tahu
harus bersikap bagaimana. Perbuatan murid akan
melengket di kulit guru, demikian peribahasa kuno
mengatakan. Oleh sebab itu, per buatan yang baik
akan mengangkat nama guru sebaliknya perbuatan
buruk sama dengan menempelkan tahi di kulit guru,
menempelkan kotoran-kotoran yang menjijikkan
yang dapat membuat nama guru cemar!

Di samping itu semua, hawa busuk berupa fitnah keji


ini juga mempengaruhi getaran-getaran bumi.
Pikiran-pikiran suci yang keluar dari ora ng-orang
berbatin bersih dan yang biasanya mencari sasaran
untuk hinggap di dasar batin manusia lain yang tepat,
ikut terganggu. Dan inilah agaknya yang menurut
ketahyulan para nelayan di pantai Laut Tung hai,
mengapa Dewa Hai-liong-ong marah besar. Getaran-
getaran bumi yang menjadi kacau membuat pula
getaran gelombang di dalam laut tidak teratur.
Terjadi benturan dan gesekan antar gelombang-
gelombang radiasi ini, gesekan-gesekan yang semakin
menghebat sehingga menim bulkan panas.

Dan hawa panas akibat fitnah keji itulah yang


membuat segala mahluk hidup di dasar laut menjadi

23
gerah dan terjadi saling bunuh di antara mereka
untuk melepaskan kegelisahan yang tanpa dasar ini.
Akibatnya, Dewa Hai-liong-ong yang melihat anak
buahnya saling bunuh gara-gara hawa busuk yang
menjalar dari bumi, bangkit kemarahannya. Dewa ini
murka dan dibuatnya seluruh Lautan Tung -hai
bergerak. Diciptakannya badai yang paling dahsyat.
Diamuknya bumi dan seluruh isinya.
Dihancurleburkannya mereka semua itu untuk
membalas kejahatan manusia yang ekornya mem-
pengaruhi isi samudera.

Dan seperti telah diceritakan di bagian depan, betapa


badai yang amat hebat sedang terjadi di seluruh
pantai

Tung-hai. Dusun Kee-li-bun yang merupakan


perkampungan nelayan miskin, dihajar habis -habisan
oleh bala tentara Hai-liong-ong ini. Ombak
bergulung-gulung, panjang dan mengerikan sekali,
seperti lidah siluman laut yang hendak mencaplok
semua benda-benda yang ada di depannya.

24
Seorang kakek tua menjerit-jerit ketakutan.
Rumahnya yang ringkih disambar ombak membukit
dan ketika ombak itu kembali ke tengah, dilihatnya
rumahnya yang bobrok itu lenyap di dasar samudera .

Kakek ini terbelalak, matanya tidak berkedip dan


tiba-tiba dia meraung panjang.

"Swee-ji........Swee-ji......... ke sini kau.........!”

dan kakek itu menjerit sambil berlari ke tengah laut.


Dia melihat betapa kepala seorang anak laki -laki
berumur kurang lebih sepuluh tahun muncul di

25
tengah-tengah gelombang dahsyat, tangannya meng -
gapai-gapai dan terdengar teriakan sayup sampai dari
anak laki-laki itu. Dia adalah cucu kakek ini, akan
tetapi, bagaimana orang tua ini hendak menolong
cucunya yang berada dalam bahaya? Begitu dia
berlari ke tengah laut sambil berteriak-teriak, ombak
menggunung menyambarnya.

"Slapp.......!" seketika kakek itu lenyap ke dalam


gulungan ombak, terbawa ke tengah dan ketika dia
mencoba berenang melawan kekuatan arus alam ini,
usaha kakek malang itu sia-sia. Ombak
menggulungnya dan setiap kali kakek ini mencoba
untuk munculkan kepalanya dari permukaan air,
gelombang lautan yang mengganas menelannya
kembali. Kakek dan cucunya ini saling berteriak,
hilang timbul di tengah-tengah ombak sampai
akhirnya mereka terpaksa menghentikan jeritan
mereka ketika ombak memukulkan kakek dan
cucunya ini ke tebing karang.

"Prassss....!"

"Prokk.....!"

Dua orang anak-beranak ini tidak sempat menjerit


lagi. Kepala si kakek hancur ketika membentur batu
karang, sedangkan cucunya yang dipanggil Swee-ji
juga tewas dengan tengkorak pecah!

26
Akan tetapi Dewa Hai-liong-ong masih murka.
Walaupun telah mendapatkan dua orang korban,
dewa itu masih belum puas. Lima buah gubuk
nelayan yang berada di timur juga disambarnya.

Karena para nelayan tadinya sama sekali tidak


mengira bahwa akan terjadi badai sehebat itu, mereka
sama sekali tidak bersiap sedia. Tahu -tahu lima buah
keluarga nelayan ini berteriak dan men jerit kalang-
kabut ketika ombak laut menghantam roboh gubuk -
gubuk itu. "Byarrrr........!"

Ombak menghantam dahsyat dan lima buah gubuk


itu ambyar berantakan. Para penghuninya terlempar
dan terseret gelombang. Seorang ibu muda yang
kebetulan sedang menyusui bayinya melolong
panjang. Dia berikut bayinya hanyut cepat ke tenga h
ombak. Wanita muda ini menjerit -jerit dengan muka
pucat dan mencoba berenang dengan satu tangan
karena tangan yang lain mendekap bayinya erat-erat.

Namun, bagaimana ia berhasil ? Sedangkan yang


mencoba menyelamatkan diri dengan kedua tangan
saja sukar, apalagi hanya mengandalkan sebelah
tangan. Maka begitu ombak datang kembali
menyambar, wanita ini tertahan jeritannya di tengah
jalan. Tubuhnya tertutup gelombang sebesar bukit
dan bayi di pelukannya meronta -ronta tak dapat
bernapas.

27
"Isteriku, tahan napas, selamatkan anak kita.....!"
seorang laki-laki berteriak. Dia adalah suami wanita
muda itu, ayah si bayi yang kini berada d i
cengkeraman elmaut. Nelayan muda ini pun tadi juga
terlempar dan terseret hanyut dan dia melihat
bencana yang menimpa isterinya. Akan tetapi
teriakannya hilang lenyap digulung oleh
bergemuruhnya badai dan suara berg eloranya ombak
yang mengganas.

Melihat betapa isterinya lenyap di sebelah kanannya,


laki-laki ini pucat mukanya. Hasrat yang kuat untuk
menolong isteri terutama menyelamatkan nyawa
anaknya timbul. Dia adalah nelayan muda yang
pandai berenang. Oleh sebab itu nelayan ini tidak
mau membuang-buang waktu. Ketika ombak kembali
membelitnya, laki-laki ini berteriak marah.

"Ombak keparat, jangan ganggu isteri dan anakku !"


dan ditamparnya ombak berbuih itu.

"Pratt!" ombak yang tertampar telapak tangannya


pecah dan laki-laki ini tiba-tiba memutar
pinggangnya. Dengan gerakan yang luar biasa sekali
nelayan ini berpusing di dalam air, maju berenang
dengan cara berputaran menuju ke tempat di mana
isteri dan anaknya tadi lenyap. Inilah gaya renang
yang disebut telentang seperti kitiran memanjang!

28
Dengan gerakan luar biasa sekali nelayan muda ini
berhasil menyusup-nyusup di tengah-tengah
hantaman ombak dan tak lama kemudian, dia sampai
di tempat itu. Dilihatnya benda hitam panjang
bergerak-gerak. Rambut isterinya! Cepat nelayan ini
meraih dan ditariknya rambut itu, sebuah kepala
terangkat dan benar saja, isterinya memandangnya
dengan mata terbelalak dan wajah sepucat mayat.

"lsteriku.......!"

"Suamiku......!"

Dua orang ini saling berteriak d engan suara parau


dan keduanya saling sambar. Ketika ombak kembali
menggulung mereka, ibu muda itu mengeluh
panjang.

"Hai-liong-ong, selamatkan anakku......ah,


selamatkan anakku.......!"

"lsteriku, diamlah...... diamlah..... aku akan


menyelamatkan kalian......hupp......!" sang suami
tiba-tiba menghilang. Wanita itu terkejut, akan tetapi
dia menjadi girang ketika merasa tubuhnya terangkat
naik dan bayinya juga ikut terangkat, namun dia
tidak boleh berayal-ayal lagi. Merasa betapa dari
bawah suaminya melakukan dorongan ke arah
pantai, ibu muda ini lalu mengerahkan kekuatan nya

29
yang hampir habis untuk berenang dengan sebelah
tangan, menuju ke pantai berpasir . Terjadilah
pemandangan yang mengharukan di sini,
pemandangan dari perjuangan anak manusia untuk
menyelamatkan nyawa mereka.

Dengan susah payah, disertai bantuan ombak ya ng


menghempas ke daratan, suami ini berhasil menolong
isteri dan anaknya. Ibu muda itu terengah -engah,
cepat berlari sambil mendekap anaknya. Dia tidak
merasa kelainan pada bayinya. Tidak merasa betapa
bayinya kini sudah tidak bergerak-gerak lagi. Dan
baru wanita ini terpekik kaget ketika dia hendak
menyusui bayinya, dia melihat betapa wajah bayinya
menjadi hijau kebiruan dan sudah tidak bernapas
lagi. Gulungan ombak yang tadi menutup tubuh
mereka ternyata juga telah menutup napas anaknya !

"Suamiku...........!" wanita ini berteriak dan tiba-tiba


matanya terbelalak. Suaminya, yang tadi dilihatnya
berada di pantai dalam keadaan lemas lunglai, kini
kembali terbawa dan disambar ombak menuju ke
tengah lautan !

"Suamiku.......!” wanita ini kembali menjerit histeris


dan matanya tiba-tiba meliar. Kematian bayinya
membuat shock di dalam batinnya, dan kini melihat
betapa suaminya tak berdaya dan hanyut ditelan
ombak, hanya tampak sepuluh buah jari -jari tangan

30
yang terbuka kaku seperti melambai atau
mengucapkan salam perpisahan terakhir padanya,
wanita ini tiba-tiba menjadi seperti gila.

Dia berteriak-teriak, menjerit-jerit dan sambil masih


memondong bayinya yang mati, wanita ini
menyongsong gulungan ombak laut seperti orang
tidak waras.

Sekali gelombang datang, wanita ini lenyap. Dan


karena kali ini wanita itu tidak melawan, tubuhnya
tergulung ombak dan tidak muncul lagi untuk kedua
kalinya! Dewa Hai liong-ong kembali telah menelan
sebuah keluarga yang terdiri dari suami isteri muda
belia berikut bayi mereka! Siapa yan g dapat
menolong? Tidak ada. Semuanya dalam keadaan
panik, semuanya dalam keadaan bingung dan
ketakutan. Siapa yang akan memper hatikan nasib
suami isteri atau kakek beserta cucunya tadi? Juga
tidak ada.

Badai terlampau hebat kali ini. Belum pernah Laut


Tung-hai diamuk badai seperti itu. Dan ini semua
adalah karena ulah manusia -manusia juga! Ulah
manusia-manusia sesat dan biadab yang membuat
kemarahan Hai-liong-ong timbul. Demikian menurut
kepercayaan penduduk pantai. Mereka tidak tahu
sebab apa Hai-liong-ong mengamuk sedemikian
dahsyatnya, sedemikian buasnya sehingga dalam

31
marahnya Dewa Laut itu tidak kenal ampun. Mereka
tidak tahu bahwa di bumi telah terjadi sebuah
kejahatan besar dan kekotoran pikiran yang luar
biasa, yaitu fitnahan yang dijatuhkan terhadap Yap-
goanswe!

Semua orang berlari-lari menyelamatkan diri.


Mereka meninggalkan gubuk dan harta -harta benda
mereka yang sebenarnya tidaklah begitu berharga.

Juga karena sebagian besar gubuk para nelayan yang


berada di dusun Kee-li-bun dan dusun-dusun lainnya
sudah tidak dapat ditemukan lagi karena lenyap
ditelan anak buah Hai liong -ong. Untuk apa kembali
? Mencari mati ? Tentu saja mereka tidak mau.

Ombak masih bergulung-gulung dengan amat


buasnya dan Laut Tung-hai mendidih. Gelombang
lautan setinggi bukit anakan dan seperti telah di-
sebutkan di muka, badai yang luar biasa ini telah
melenyapkan seratus tiga buah perkampungan
nelayan. Sungguh luar biasa! Dan hujan lebat
sementara itu masih turun dengan amat derasnya.
Petir saling sambar, merupa kan lidah-lidah api yang
panjang di angkasa dan mereka ini seakan -akan
berlumba dengan lidah-lidah ombak di atas Laut
Tung-hai. Siapa tidak akan merasa seram berada
dalam keadaan seperti ini?

32
Maka amatlah mengherankan bahwa ketika semua
orang berlari-larian menyelamatkan diri dari
terjangan ombak membukit yang datang menyambar
perkampungan kaum nelayan ini, dari dalam sebuah
hutan kecil muncul dua orang laki-laki dan wanita
menuju ke tempat kegaduhan itu! Pakaian mere ka
basah kuyup tersiram hujan, begitu pula wajah
mereka, bahkan rambut si wanita terlepas dari
sanggulnya dan awut-awutan seperti orang gila.

Siapakah dua orang yang aneh itu? Inilah dia orang -


orang yang tadi namanya telah kita singgung
sebelumnya, orang yang menjadi pangkal dari cerita
ini karena mereka itu bukan lain adalah Yap-goanswe
dan Bwee Li, itu jenderal muda yang membawa noda
hitam di tubuhnya akibat fitnah keji dari musuh -
musuhnya!

Inilah dia orangnya! inilah dia pemuda gagah perkasa


yang terkenal dan menggegerkan itu!

Seperti tadi telah disebutkan, pemuda luar biasa ini


membawa lari Bwee Li dari istana dengan kemarahan
yang menggelegak di dalam dada. Wanita itu telah
membuat wajahnya tercoreng, namanya rusak binasa
dan dia harus membalas kekejian dan kejahatan
wanita siluman ini. Tekadnya telah bulat, yaitu dia
hendak "mengompres" wanita ini untuk mengakui

33
semua kejahatannya, mengakui semua kekejamannya
yang dijatuhkan terhadap dirinya.

Akan tetapi Bu Kong menghadapi rasa pena saran


yang semakin menghebat. Betapapun dia
mengancam, betapapun dia menyiksa, Bwee Li tetap
tidak menyangkal akan apa yang telah terjadi di
antara mereka berdua. Wanita itu sambil menangis
tersedu-sedu bahkan memakinya pengecut,
memakinya sebagai pemuda yang berani berbuat
tetapi tidak berani bertanggung jawab !

Tentu saja bekas jenderal muda itu menjadi semakin


naik darah. Mukanya menjadi gelap dan hampir saja
tangannya bergerak melayang ke arah kepala Bwee
Li. Matanya mendelik dan sinarnya mencorong
menakutkan ketika dia memandang wanita itu. Akan
tetapi pemuda ini sungguh terkejut melihat sikap
yang diperlihatkan oleh Bwee Li. Wanita itu dengan
sinar mata berapi bangkit ber diri dan bahkan
menudingkan telunjuknya yang runcing ke
hidungnya, berkata dengan suara tajam menantang,
air matanya mengucur deras dan kata-katanya
terdengar jelas satu persatu.

"Yap-goanswe, mengapa tanganmu tidak jadi


kaugerakkan? Bukankah kau hendak memukul pecah
kepalaku ? Nih, pukullah, apakah kaukira aku takut?
Aku rela mati di dalam tanganmu, pemuda perayu

34
yang tidak bertanggung jawa b ! Aku rela
meninggalkan dunia yang kotor ini sebagai penebus
dosaku. Kalau dulu-dulu aku tahu watakmu yang
demikian pengecut, tentu aku tidak sudi kaurayu !
Cihh, kau pemuda yang tidak mempunyai harga diri,
tidak memiliki kejantanan seperti apa yang tadi nya
kukira. Mau bunuh ? Bunuhlah! Siapa takut mati ?"
dan wanita cantik ini melangkah maju sambil
menyodorkan kepalanya untuk dipukul pecah !

Sejenak pemuda itu tertegun. Wanita ini ber kali-kali


mengatakan dia pengecut tidak tahu malu . Dia
dikatakan pemuda yang berani berbuat namun tak
berani bertanggung jawab, tidak punya nyali untuk
mengakui atas apa yang telah mereka perbuat malam
itu. Walau Yap bu kong telah menotoknya untuk
memaksa Bwee Li mengakui bahwa wanita itu telah
berbohong untuk merusak namanya, namun wanita
itu tetap bersikukuh bahwa hal itu benar terjadi dan
bahkan memaki-makinya sebagai lelaki yang tidak
punya nyali dan tidak bertanggung jawab.

Walau Yap bu kong telah mencoba segala cara untuk


memaksa wanita itu mengakui bahwa hal itu bohon g,
namun hebatnya, belum pernah satu kalipun juga
Bwee Li mengeluh ! Wanita ini menepati janjinya,
yaitu tidak akan minta-minta ampun dan
membiarkan dirinya disiksa oleh pemuda itu yang
menghendakinya mati tidak hiduppun juga tidak.

35
Tentu saja apa yang diperlihatkan oleh wanita ini
mulai menyentuh kesadaran pemuda itu. Bu Kong
seakan-akan mulai sadar dari nafsu dendamnya,
perlahan-lahan membangkitkannya dari alam nafsu
yang menenggelamkannya. Melihat kesungguh an
yang meyakinkan dari wanita itu, mulailah Bu Kong
dilanda tanda tanya besar.

Tidak mungkin wanita itu berbohong. Ini jelas seka li


baginya dengan melihat sinar mata dan wajah wanita
itu setiap kali mereka beradu pandang. Dan diam -
diam jantung pemuda ini tergetar kalau dia melihat
tatapan mata Bwee Li. Sinar mata wanita cantik yang
disiksanya itu seperti bola api kecil yang tajam dan
panas, penuh nafsu dendam dan sakit hati yang
ditujukan kepadanya! Hemm, sungguh celaka.
Menurut patut, dialah yang seha rusnya mendendam
dan sakit hati terhadap wanita itu, bukannya wanita
itu yang sakit hati dan dendam terhadapnya.

Maka, setelah berhari-hari dia menyiksa wanita itu


tanpa hasil dan kini bahkan di dalam diri nya mulai
terdapat kepercayaan akan kebenaran ucapan wa nita
itu, kepercayaan bahwa wanita itu memang tidak
membohong dengan pengakuannya walaupun dia
sendiripun juga merasa yakin bahwa dia tidaklah
melakukan perjinaan dengan wanita ini, kesadaran
akan sesuatu yang tidak beres dan ganjil mulai
membuka pikiran pemuda itu. Dia mulai merasakan
bahwa ada apa-apa di balik semua ini. Dia merasa

36
bahwa dia tidak bohong, dan kini diapun percaya
bahwa Bwee Li pun juga tidak bohong. Kalau
begitu....... tentu ada pihak ketiga yang mendalangi
peristiwa ini! Pihak ketiga yang membohong!

Dan begitu pikiran atau dugaan ini datang, Bu Kong


melompat bangun. Sepasang matanya bersinar -sinar
dan jantungnya berdetak kencang. Kalau benar
seperti apa yang direkanya ini, betapa besar dosanya
terhadap Bwee Li. Dia telah menyiksa dan
mengancam wanita itu sehingga Bwee Li me ngalami
penderitaan yang tidak sedikit! Akan tetapi,
bagaimana dia dapat membongkar rahasia ini? Bagai-
mana dia tahu siapakah pihak ketiga yang mungkin
mendalangi peristiwa ini?

Pikiran pemuda ini merenung jauh dan tiba-tiba dia


tersentak kaget.

"Kakek Phoa....! Benar, dialah yang dapat


diharapkan......!" Bu Kong berteriak girang dan
menggaplok dahinya sendiri. Terbayanglah di
depannya wajah seorang kakek tua yang halus
sikapnya dan amat ramah, murah senyum dan tawa
itu. Dan begitu teringat akan kakek ini, tubuhnya
bergerak ke atas cabang dan sekali tangannya
merenggut, tubuh Bwee Li telah dilepaskannya dari
atas cabang itu. Tergesa -gesa pemuda ini mengurut

37
dan menotok sana-sini dan diam-diam hatinya
khawatir juga melihat keadaan Bwee Li.

Wanita cantik ini telah berhari-hari mengalami


siksaan dan penderitaan. Tubuhnya kini kurus dan
mukanya pucat. Bu Kong merasa cemas melihat
betapa setelah dia menotok sana-sini, belum juga
wanita itu bergerak. Membayangkan betapa wanita
ini tenyata tidak bersalah, diam-diam hati pemuda ini
tergetar dan timbul keharuan mendalam terhadap
Bwee Li. Oleh sebab itu pemuda ini lalu memper -
lunak sikapnya, tidak sekasar dan sekejam biasanya.

Setengah jam kemudian, setelah menanti dengan hati


tegang, Bwee Li bergerak dan mengeluh. Gir ang hati
pemuda itu. Girang karena wanita ini tidak sampai
mati.

"Bwee Li, kalau kau merasa lapar, makan lah,” dia


berkata dan meletakkan satu sisir pisang harum yang
tadi dicarinya dalam hutan di muka wanita itu.

Bwee Li terbelalak, merintih dan bangkit d uduk, ia


melihat bahwa pemuda itu sudah membalikkan
tubuhnya dan melangkah pergi menjau hinya. Tubuh-
nya terasa sakit-sakit semua dan teringat akan keke-
jaman pemuda itu, bangkitlah kemarahan wanita ini.

38
"Kau hendak membunuhku, kenapa sekarang
menyuruhku makan? Biarkanlah aku mati dan tak
usah kauperdulikan aku !" wanita ini menjawab ketus
dan pisang di depannya itu disambar lalu dilempar -
kan ke arah pemuda itu dengan gerakan kasar.

"Plok-plak-plokk......!” pisang-pisang itu


berhamburan dan mengenai tubuh jenderal muda itu.
Bu Kong membalikkan tubuhnya dan Bwee Li
tertegun. Biasanya, selama berhari-hari ini ia melihat
betapa sepasang mata pemuda itu menyorot ganas
dan kejam, bahkan sikapnya juga kasar. Akan tetapi
kini ia melihat kelainan pada pemuda itu. Ia melihat
betapa sinar mata pemuda itu tampak redup dan
wajahnya meskipun tetap muram akan tetapi tidak
ada tanda-tanda kemarahan terhadap dirinya.
Bahkan pemuda itu menghela napas dan berkata,
"Bwee Li, kalau kau tidak mau makan, ter serah.
Akan tetapi jangan kau membuang-buang makanan.
Aku mencarinya dengan susah payah, mengapa
kaubuang begitu mudah ?"

Suara pemuda itu terdengar penuh sesal, akan tetapi


kata-katanya diucapkan dengan nada halus.
Tercenganglah wanita ini. Tidak biasanya pemuda
itu bersikap seganjil ini. Ada apa gerangan ? Apa
yang tersembunyi di pikiran pemuda yang amat
dibencinya ini?

39
"Hemm, Yap-goanswe. Tidak perlu kau berpura-
pura, tidak perlu kau bersikap manis dibuat -buat
seperti ini. Kau telah menyiksaku selama beberapa
hari, hanya untuk mendengarkan sangkalanku
belaka. Kini setelah kau merasa tidak ber hasil, ada
siasat apalagi yang hendak kaujalankan?" katanya
dengan suara dingin dan Bwee Li memandang penuh
kemarahan terhadap pemuda itu.

Bu Kong tidak menjawab, hanya matanya menatap


sepasang mata wanita itu dengan tajam penuh
selidik. Dua pasang mata beradu pandang, keduanya
berbeda arti. Kalau pandangan Bu Kong adalah
pandangan mata untuk meyakinkan diri bahwa
wanita itu benar-benar tidak berdosa dalam arti kata
tidak memfitnahnya dengan fitnahan yang bukan-
bukan, adalah sepasang mata wanita cantik itu penuh
api kemarahan dan dendam yang ditahan-tahan.

Akhirnya pemuda itu yang mengalihkan pan -


dangannya, tidak kuat melihat balasan mata yang
demikian galak dan penuh kebencian. Dia kini dapat
merasakan dan mulai yakin bahwa memang telah
terjadi sesuatu yang tidak beres di antara mereka,
bahwa ada suatu rahasia tersembunyi di antara
peristiwa yang dituduhkan orang kepadanya itu.

"Yap-goanswe, kalau kau mau bunuh aku, lekas


bunuhlah ! Atau kalau kau mau menyiksaku lagi

40
dengan lain cara. Lekas lakukanlah ! Siapa takuti
segala macam ancamanmu ? Atau mungkin kau ingin
melihat aku membunuh diri sendiri ?"

Kata-kata terakhir dari wanita itu membuat Bu Kong


kaget. Serentak dia mengangkat kepala dan berseru,
"Jangan.......!" dan pemuda ini secepat kilat
melompat maju. Tangannya bergerak cepat dan
sebelum Bwee Li sadar, tubuh wanita itu telah lemas
tertotok!

Bwee Li kembali terbelalak. Pancaran mata nya


membayangkan keheranan besa r yang tak dapat
disembunyikan. "Heran, Yap-goanswe, apa maumu?
Apa maksudmu dengan mengatakan jangan tadi ?"
wanita ini mengejek. "Apakah kaukira bahwa
sekarang juga aku tidak dapat membunuh diri? Sekali
aku menggigit lidahku sampai putus, nyawaku akan
melayang."

Wajah pemuda ini pucat mendengar kata -kata itu dan


dia malah seperti diingatkan. Benar juga. Dia
memang hanya menotok lemas wanita ini, dan Bwee
Li masih dapat membuktikan ancamannya tadi
dengan menggigit putus lidahnya sendiri. Oleh sebab
itu, sebelum wanita itu melakukan ancaman nya,
pemuda ini menggerakkan jari tangannya dan
menotok urat gagu di leher Bwee Li.

41
"Tukk.......!" Wanita itu mendelik marah dan hendak
memaki, akan tetapi lidahnya kelu, tak dapat
digerakkan! Dia mencoba meronta, akan tetapi
tubuhnya lemas tak dapat digerakkan juga.

Dia hanya mendengar kata-kata pemuda itu yang


diucapkan di dekat telinganya .

"Bwee Li, jangan kau berpikiran gila. Aku tidak akan


menyiksamu sampai kita menjumpai seseorang.
Hanya dialah yang dapat menjelaskan semua
keanehan ini. Ketahuilah, bahwa di samping kau
berkeras kepala dengan pengakuanmu itu, akupun
juga dapat berkeras kepala dengan pen dirianku
bahwa apa yang ditimpakan orang kepadaku adalah
fitnah! Aku sama sekali tidak pernah datang ke
kamarmu. Pada waktu itu aku sedang dirawat suhu
karena........ sakit. Oleh sebab itu, melihat
kesungguhan sikapmu, dan melihat pula kenyataan
bahwa bukanlah aku orangnya yang dulu datang ke
kamarmu walaupun mungkin saja orang itu mirip
wajahnya dengan aku, timbul dugaa nku bahwa kau
salah melihat orang. Yang jelas aku sama sekali tidak
melakukan hal itu. Pasti ada seseorang lain yang
mungkin sengaja menyamar seperti aku untuk
menimpakan kebusukan ini kepadaku !"

Mendengar kata-kata yang panjang lebar ini sepasang


mata indah itu terbelalak. Wajah yang sudah agak

42
pucat itu kini menjadi semakin pucat dan Bwee Li
juga diam-diam terkejut sekali. Dia dapat juga
menerima alasan pemuda ini. Dan iapun juga melihat
betapa pemuda itu berkali-kali memaksanya
mengaku, melihat betapa rasa penasaran yang hebat
membayang di wajah bekas jenderal muda ini. Akan
tetapi.........ahh, tidak mungkin ! Masa ia salah
melihat orang?

Pada saat itu Bu Kong memondong tubuh Bwee Li


karena ketika menotok tadi Bwee Li roboh lemas.
Dan Bwee Li yang dipondong oleh pemuda itu
sedang mendongak ke atas, ke arah wajah pemuda
itu. Wanita ini dapat melihat jelas wajah tampan
yang muram ini dari bawah dan tiba -tiba wanita ini
terlonjak kaget.

"Uhh.....ughh.....ughhh....." ia mengeluarkan suara


aneh dan tubuhnya menggelinjang kuat. Bu Kong
terkejut, memandang wanita itu.

Pemuda ini melihat betapa sepasang mata Bwee Li


terbuka lebar memandang wajahnya, menatap di
bagian dagu sebelah bawah sambil meronta -ronta.
Tentu saja dia terkejut. Apa yang hendak dilakukan
wanita ini? Karena tidak bisa bicara akibat
totokannya tadi, Bu Kong cepat menggerak kan jari
tangannya. Dibebaskannya jalan darah toan -gu-hiat
dan seketika wanita itu dapat bicara.

43
"Goanswe, lepaskan aku.......ah ,
lepaskan......lepaskan....." wanita itu ber teriak dan
meronta-ronta.

"Mau apa kau? Apa yang hendak kau lakukan?"


bentaknya.

"Jangan banyak tanya, nanti kujelaskan. Sekarang


lepaskan aku untuk melihat buktinya !" suara Bwee
Li terdengar gugup dan wanita ini terisak.

Berdebar jantung pemuda itu. Dia tidak mengerti


akan maksud kata-kata Bwee Li namun mendengar
betapa wanita ini agaknya memperoleh suatu "bukti",
maka diapun tidak mau banyak cakap.
Dibebaskannya wanita itu dari totokan dan begitu
merasa tubuhnya bebas, Bwee Li meloncat turun dan
tergesa-gesa melangkah maju mendekati pemuda itu.
Dan pemuda itu karena tidak tahu apa yang akan
dilakukan oleh wanita ini, tentu saja mundur -mundur
ke belakang dengan sikap waspada.

Akan tetapi wanita ini terus mengejar dan Bu Kong


terpaksa membentak dengan sua ra berpengaruh,
"Bwee Li, mau apa kau?"

"Aku hendak melihat dagumu!"

44
Jawaban singkat ini mengejutkan jenderal muda itu.
"Daguku?" tanyanya tanpa sadar.

"Ya, dagumu.....!" Bwee Li mengangguk dan tanpa


banyak sungkan-sungkan lagi wanita ini memegang
dagu pemuda itu dan mendongakkan wajahnya
dengan sentakan kasar.

Karena tercengang dengan ucapan wanita itu, Bu


Kong membiarkan saja. Dia terkejut ketika kepala nya
disentakkan secara kasar dan hampir dia marah. Tapi
dia semakin terkejut karena mendengar Bwee Li
menjerit kecil dan memekik, "Goanswe, di mana luka
itu? Dimana kausembunyikan......?"

Bu Kong tercengang. "Luka? Luka apa? Dan kalau


memangnya ada, mengapa mesti kusembunyi kan?
Bwee Li, apa maksud kata-katamu ini?"

Mendengar kata-kata yang penuh keheranan ini Bwee


Li malah pucat wajahnya. Ia memandang wajah yang
tampan dari jenderal yang gagah perkasa ini dan
mulutnya berbisik, "Luka itu.....! Ahh, luka
memanjang di dagu itu! Bagaimana sekarang tidak
kujumpai ?" suaranya terdengar menggigil dan
sepasang mata wanita ini terbelalak seperti mata
kelinci yang bertemu dengan seekor harimau buas.

45
Berdebar tegang hati pemuda itu. Agaknya dari
sinilah dia akan dapat membongkar fitnah ini! Maka
dengan muka tegang diapun mencengkeram pundak
Bwee Li, lupa betapa tenaganya yang dikerahkan
membuat wanita itu meringis sakit.

"Bwee Li, sungguh mati, aku tidak mengerti akan


sikapmu ini. Kau menyebut-nyebut luka, luka
bagaimanakah yang kaumaksudkan? Coba
kaujelaskan dan barangkali saja kita dapat me -
mecahkannya........."

Sepasang mata indah akan tetapi basah itu menatap


tajam. Mula-mula sinarnya keras, akan tetapi melihat
keheranan di wajah itu, juga melihat betapa luka di
dagu yang merupakan bukti satu-satunya yang kini
diingatnya untuk membuka kebusukan pemuda ini
ternyata tidak ada sama sekali, sinar mata Bwee Li
melunak dan akhirnya wanita ini mengeluh panjang.

"Thian Yang Maha Agung.......iblis manakah yang


menggodaku kali ini ?" wanita itu lalu menangis
terisak-isak dan menjatuhkan dirinya berlutut.
Kenyataan ini sungguh di luar dugaan. Kini ter -
ingatlah wanita ini akan segala -galanya. Betapa
dahulu ketika "Yap-goanswe" merayu dan men-
cumbunya, pada saat mereka kepulasan karena lelah,
ia kebetulan terbangun dan melihat bahwa di dagu
pria itu ada bekas-bekas luka memanjang. Kalau saja

46
ia tidak tidur bersama, sukar untuk melihatnya
karena luka itu terdapat di bawah dagu.

Dan kini Yap-goanswe yang berada di dekatnya ini


sama sekali tidak mempunyai luka itu! Jadi, den gan
kenyataan ini dapatlah d itarik kesimpulan bahwa
orang yang dulu datang ke kamarnya itu jelas
bukanlah Yap-goanswe yang ini ! Mungkin orang lain
yang wajahnya mirip dengan jenderal muda itu,
seperti yang tadi telah disinggung-singgung oleh
pemuda ini.

Sampai di sini wajah Bwee Li menjadi pucat akan


tetapi akhirnya berobah merah padam. Terjadi
konflik batin di dalam diri wanita ini. Mula-mula,
mengingat betapa dia telah berkasih mesra dengan
jenderal muda yang luar biasa itu, hatinya diliputi
kebanggaan bahwa ia telah berhasil merobohkan hati
pemuda ini. Meskipun ia telah disiksa dan diancam
oleh jenderal muda itu untuk mengatakan bahwa itu
semuanya adalah bohong dan fitnah belaka, ia tidak
merasa sesakit seperti sekarang ini. Memang ia
akhirnya marah dan sakit hati terhadap perlakua n
pemuda yang dianggapnya tidak bertanggung jawab
itu, akan tetapi di dalam lubuk hatinya, rasa cinta
kasih terhadap jenderal muda ini tidaklah lenyap, ia
memang rela mati di tangan pemuda ini, pemuda
yang telah dianggapnya sebagai suami sendiri. Oleh
sebab itu, jika ia mati di tangan Yap-goanswe, sama
artinya dengan mati di tangan suami sendiri,

47
meskipun pemuda itu telah berlaku sewenang -
wenang terhadap dirinya!

Akan tetapi sekarang? Ternyata agaknya bukan


jenderal muda itulah yang melakukannya! Ada
pemuda lain yang mungkin wajahnya kebetulan mirip
dengan pemuda ini saja, apalagi pada waktu pemuda
itu dulu datang merayunya di kamar, penerangan
kamar sebagian telah dipadamkan oleh pemuda itu
sehingga ruangan menjadi redup dan sama r-samar!

"Ohh, Tuhan........!" Bwee Li menjerit dan meraung,


tangisnya meledak dan tubuhnya ter guncang-
guncang. Hancur hatinya, kehancuran yang
mengobarkan api dendam terhadap si pemuda laknat.
Akan tetapi di samping kehancuran hati ini, terdapat
kepedihan besar bahwa ternyata jend eral muda yang
gagah perkasa itu bukanlah orangnya yang
melakukan perbuatan itu. Kenyataan ini membuat
hatinya tertusuk. Kalau benar jenderal muda itu yang
melakukannya, ia rela, rela sampai ke lubuk jiwa,
bahkan rela pula apabila jenderal muda itu hendak
merenggut nyawanya! Akan tetapi kalau orang lain?

"Aku tidak sudi........!" tiba -tiba Bwee Li memekik


dan wanita ini meloncat bangun.

48
Bu Kong terperanjat dan tubuhnya siap me lakukan
penjagaan. Dia melihat betapa wajah wanita cantik
itu beringas, matanya m embendul merah oleh tangis.

"Bwee Li, apanya yang tidak sudi? Apa maksudmu?"


pemuda itu bertanya.

Bwee Li memandang, pandang matanya kosong, air


matanya mengucur deras membasahi pipinya yang
pucat.

"Goanswe.......” wanita ini mengeluh panjang dan


tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut. “Goanswe,
ampunkan aku......wanita hina yang malang
ini......ampunkan aku, goanswe, ampunkan aku
bahwa aku telah membuat nama harummu hancur
berantakan........agaknya apa yang menjadi
dugaanmu tadi benar. Telah ada seseorang yan g
wajahnya mirip denganmu berusaha menodai diriku,
memakai namamu untuk maksud-maksud
tertentu....... ahh, goanswe, ampunkan aku.......
ampunkan............huh-huh-huhhhh.........."

Wanita itu menangis tersedu-sedu dan hati pemuda


itu berdetak kencang. Kiranya wanita ini korban
kekejian seseorang yang menyamar sebagai dirinya!
Pantas saja ketika dahulu di hadapan raja, Bwee Li
tidak menyangkal dan mengakui perbuatannya terus

49
terang. Hanya celakanya, dia yang dipakai namanya
oleh orang lain itu kini menerima getahnya!

Berkilat sepasang mata jenderal muda ini. Dia dapat


membayangkan betapa kejinya orang itu. Betapa
jahatnya. Dan dia harus mencari orang itu, harus
menemuinya untuk membuat perhitungan! Pemuda
ini menggeram, giginya berkerot dan sepasang
matanya berapi-api penuh kemarahan dan tiba -tiba
tangannya mengepal tinju dan dipukulkannya ke
telapak tangan satunya.

"Plakkkk!"

Terdengar suara keras seperti batu karang dihantam


palu godam dan Bwee Li tersentak kaget. Wanita ini
mengangkat mukanya dan melihat betapa wajah
pemuda itu membayangkan hawa mengerikan.

"Bwee Li, setelah persoalan di antara kita kini mulai


terbuka pemecahannya, simpanlah tangis mu itu dan
mari kita berdua mencari siapa jahanam busuk yang
telah memfitnah kita ini. Percayalah, aku tidak a kan
tinggal diam dan kelak akan kubunuh manusia biadab
itu !"

"Goanswe........." Bwee Li mengeluh panjang dan


wanita cantik ini kembali menangis terisak -isak.
Hatinya sakit bukan main, sakit dan perih. Ia telah

50
dipermainkan seseorang yang tadinya disangkan ya
bahwa orang itu adalah Yap-goanswe, pemuda yang
sudah lama menjadi pujaan hatinya. Akan tetapi
ternyata dugaannya keliru. Bukan Yap Bu Kong
orang itu, melainkan orang lain yang sama sekali
tidak dikenalnya. Dan Yap goanswe ternyata tetap
bersih dari segala tuduhan yang telah dilontarkan
raja kepada pemuda itu. Teringat beta pa akibat
perbuatannya telah menyeret bekas jenderal muda itu
ke dalam lumpur kehinaan, Bwee Li merasa menyesal
bukan main.

"Goanswe........goanswe, ampunkan aku.......huh-


huh-huhhh..........bunuhlah aku,
goanswe........bunuhlah.........aku rela mati di
tanganmu untuk menebus semua kesalahanku
kepadamu...........aku wanita hina.....aku orang yang
tidak berharga...... goanswe, bunuhlah
aku......bunuhlah.......!”

Bwee Li tiba-tiba menjerit histeris dan wanita ini


meloncat ke depan, menubruk pemuda itu dan
merangkul kakinya sambil menangis tersedu -sedu.
Perasaan menyesal dan sakit hati ditambah lagi
dengan kecewa yang amat luar biasa membuat wanita
ini seakan-akan dirobek hatinya. Ia merasa sungguh-
sungguh amat menyesal dan berdosa bahwa secara
tidak disengajanya ia telah membuat pemuda itu
menderita sengsara, mendapat aib dan rusak binasa
keharuman namanya akibat perbuatannya. Dan Bwee

51
Li merasa betapa hatinya sakit bukan main terhadap
orang yang telah menodai dirinya. Akan tetapi, di
samping ini semua, wanita itu merasakan
kekecewaan yang amat sangat ketika mendapat
kenyataan betapa cintanya terhadap jenderal muda
yang telah dipecat dari jabatannya ini ternyata
bertepuk sebelah tangan!

Tiada kekecewaan yang amat sangat agaknya bagi


seorang wanita selain cinta sepihak. Demikian pula
halnya bagi selir ini. Hatinya hancur berantakan dan
berdarah. Rasa penyesalan dan sakit hati yang amat
mendalam membuat batinnya terpukul hebat sekali.
Bwee Li menjerit-jerit dan meraung di depan pemuda
itu, minta dibunuh dan agar supaya nyawanya
dihabiskan saja. Akan tetapi sepasang kaki yang
kokoh itu tidak bergeming, tidak bergerak. Wanita ini
mengguncang-guncang kaki pemuda itu, lalu
mendongak ke atas dan ia melihat betapa wajah
pemuda itu sedang mendongak ke langit.

"Dukkk.......!"

Bwee Li tiba-tiba membenturkan kepalanya di atas


tanah berbatu dan Bu Kong tersentak kaget. Wanita
itu mengeluh panjang dan roboh terguling, dahinya
pecah berdarah. Tentu saja dia terkejut.

52
"Bwee Li.......!" pemuda ini berseru da n cepat
berlutut. Tadi hatinya tidak kuat mendengarkan
ratapan wanita itu, merasakan betapa hebat ke -
sengsaraan batinnya. Tak terasa lagi, sepasang
matanya menjadi basah karena terharu dan agar tidak
tampak oleh wanita itu, maka dia mendongak kan
mukanya ke langit. Siapa kira, Bwee Li tiba-tiba
bermaksud hendak membunuh diri dengan cara
membenturkan kepalanya di atas tanah berbatu.

Pemuda ini melihat betapa wajah yang cantik itu


sepucat kertas dan ketika dia meraba nadi di
pergelangan tangan, Bu Kong terkejut mendapat
kenyataan betapa denyut jantung wanita ini lemah
sekali. Agaknya guncangan yang terlampau hebat
membuat Bwee Li terpukul jantungnya. Maka cepat
pemuda ini menolong. Dia menotok sana -sini dan
setelah tujuh jalan darah ditotoknya, denyut jantung
itupun normal kembali. Hanya napasnya saja yang
kini terengah-engah karena guncangan batin yang
hebat telah memukul wanita ini di bagian dalam
tubuhnya.

Setengah jam kemudian, Bwee Li sadar kembali.


Sepasang mata itu perlahan-lahan terbuka
kelopaknya dan tampak oleh Bu Kong beta pa se-
pasang mata indah itu kini amat redup dan sayu,
kehilangan gairah hidup.

53
"Di manakah aku kini ? Di nerakakah......?" ia
berbisik lemah. Namun, ketika melihat wajah Bu
Kong, Bwee Li terkejut dan wanita ini bangkit duduk.
Kini pikirannya telah sepenuhn ya bekerja dan tahu
bahwa ia masih belum mati.

"Goanswe......!" Bwee Li berteriak. "Kenapa tidak


kaubunuh aku? Kenapa tidak kaubiarkan aku mati
saja? Apakah kau tega membiarkan aku menderita
sengsara lebih panjang lagi di atas dunia ini?
Goanswe, bunuhlah aku....... bunuhlah.......!"

Bu Kong memegang pundak wanita yang kembali


hendak kalap itu. "Bwee Li, tenanglah dan
diamkanlah perasaan hatimu yang bergolak ini.
Pandanglah aku dan lihat....!"

Pemuda ini mengangkat wajah yang basah air mata


itu, mengajaknya beradu pandang dan kemu dian
melanjutkan kata-katanya, "Apakah benar-benar
bahwa engkau minta mati, Bwee Li? Tidak adakah
sedikit hasrat di hatimu untuk menolongku ? Tidak
adakah niat di pikiranmu untuk membantuku kelak
untuk menemukan manusia jahanam itu? Engkau
adalah satu-satunya saksi hidup. Kalau engkau minta
mati, siapakah kelak yang akan dapat mem bantuku
apabila di kemudian hari aku berhasil menangkap
orang itu? Akibat perbuatanmula h maka sekarang
aku menerima aib ini. Dan setelah aku ta hu bahwa

54
engkaupun terkecoh oleh seseorang, aku telah dapat
menghilangkan rasa marahku kepadamu. Tinggal
manusia terkutuk itu yang harus kucari dan kubunuh.
Kalau kelak dia kutangkap dan kau dapat
mengenalnya, tentu dia tidak akan dapat berkutik dan
terpaksa mengakuinya. Dengan demikian, akupun
dapat membersihkan diri dari semua noda -noda yang
melekat itu. Nah, apakah kaupun masih saja minta
mati ?"

Satu demi satu kata-kata pemuda ini menembus


hatinya dan Bwee Li tertegun. Ia telah melakukan
kesalahan yang tidak disengaja terhadap pemuda itu.
Gara-gara perbuatannyalah maka pemuda ini sampai
dipecat dari kedudukannya sebagai jenderal yang
berkuasa. Dan yang lebih hebat lagi, gara -gara
perbuatannyalah maka bekas jenderal muda itu kini
menerima aib karena tuduhan perjinaan! Padahal,
pemuda yang gagah perkasa ini ternyata merupakan
pemuda yang bersih dan tidak berdosa!

Wanita itu mengangguk-angguk dan suara tangisnya


berhenti, hanya air matanya saja yang masih deras
mengalir. Ia menggigit bibir kuat -kuat untuk
menekan hatinya sendiri. Memang, apa yang telah
dikatakan oleh pemuda itu adalah benar. Dan untuk
penebus dosanya terhadap pemuda ini, ia harus
membantu untuk menjadi saksi hidup dan kalau bisa
iapun harus berusaha dengan cara apa pun untuk

55
membersihkan kembali nama jenderal muda itu di
depan umum.

"Goanswe, kau benar........ baiklah, aku akan


membantumu untuk menjadi saksi hidup dan setelah
itu........... setelah itu.........." Bwee Li tidak sanggup
melanjutkan kata-katanya sendiri karena
tenggorokannya terasa kering dan tangisnya hampir
meledak lagi.

"Setelah itu apa yang henda k kaulakukan, Bwee Li?"

Wanita itu menunduk. "Tidak ada apa -apa lagi,


goanswe......." katanya lirih. Hampir saja ter loncat
tadi kata-kata "hendak membunuh diri" dari
mulutnya. Untung ia bisa menahannya. Memang,
kalau ia berhasil membersihkan kembali nama
pemuda itu dan pemuda laknat biang keladi dan
pangkal celaka itu dibunuh, untuk apa lagi ia
melanjutkan sisa hidupnya di atas bumi ini? Nama -
nya sendiri sudah cemar da n aib yang menjijikkan
telah melekat di tubuhnya. Biarlah, biar ia selesai kan
dulu tugasnya yang terakhir dalam membantu
pemuda itu dan setelah selesai semuanya, iapun
hendak menyelesaikan sisa hidupnya yang sudah
tidak berharga ini.

Demikianlah peristiwa yang terjadi di antara dua


orang ini. Bwee Li telah dapat menekan perasaannya,

56
hanya kini wanita itu menjadi lebih pendiam dan
wajah yang cantik itu diliputi kegelapan awan hitam.
Ia menurut saja ke mana pemuda itu hendak
membawanya pergi, dan setelah seminggu mereka
melakukan perjalanan cepat karena pemuda itu
tampaknya tergesa-gesa dan mengatakan bahwa dia
ingin menemui seseorang terlebih dahulu, sam pailah
mereka di Lautan Tung-hai ini.

Sialnya, ketika mereka berada di tengah hutan, hujan


lebat tiba-tiba turun. Tidak ada tempat berteduh di
situ, dan Bu Kong yang tahu bahwa di luar hutan
terdapat perkampungan kaum nelayan, bermaksud
untuk melanjutkan perjalanan dan nanti saja mereka
berteduh di rumah salah seorang nelayan itu. Akan
tetapi, ketika mereka telah tiba di mulut hutan,
keduanya terkejut mendengar suara gemuruh di
tengah-tengah laut dan mata mereka terbelalak lebar
menyaksikan betapa Laut Tung-hai seakan-akan
mendidih dan bergelombang.

Hujan deras dan angin ribut menyerang Laut Tung -


hai. Petir dan halilintar meledak-ledak di atas
permukaan laut yang warnanya membiru gelap.
Ombak membukit dan menerjang pantai daratan
seperti lakunya binatang-binatang buas yang haus
darah. Hal ini sama sekali di luar dugaan Bu Kong
dan pemuda ini menjadi lebih terk ejut lagi ketika
melihat betapa dusun Kee-li-bun amblas disapu
ombak yang membuih!

57
Pemandangan terakhir yang mereka lihat ialah
berteriak-teriaknya seorang wanita muda yang
mendekap seorang bayi di dadanya, wanita yang
agaknya tidak waras lagi pikirannya karena wanita
itu berlari menyongsong ombak dan akhir nya lenyap
digulung gelombang yang dahsyat. Bu Kong hendak
bergerak menolong, akan tetapi karena jaraknya pada
saat itu jauh, maka dia tidak sempat lagi.

"Goanswe, aku ngeri........... aku takut......... " Bwee


Li merintih dan menerkam lengan kanan pemuda itu.

Pada saat itu, terdengar ledakan petir di angkasa dan


dua orang ini melihat betapa sinar menyilaukan turun
dari atas langit dan menyentuh permukaan laut.

"Blarrr.....!" air laut terpukul dan muncrat tinggi.

"Oohhh.......!" Bwee Li berteriak kaget dan tubuhnya


menggigil. Wanita ini melihat sesuatu yang membuat
hatinya ketakutan. Sinar panjang tadi seakan -akan
cambuk Dewa Thian-ong yang hendak ditujukan
kepada dirinya. Seperti kepercayaan rakyat di masa
itu, cambuk Dewa Thian-ong dikenal sebagai
"cambuk pemukul dosa". Konon menurut dongeng
nenek moyang, cambuk dewa itu hanya
diperuntukkan bagi orang-orang berdosa saja.
Sentuhan cambuk itu akan membuat bagian tubuh
yang terkena menjadi hangus ter bakar dan sedikit

58
demi sedikit, setiap kali cambuk itu dilecutkan, kulit
tubuh akan melepuh dan bernanah dan dari luka -luka
di nanah itulah akan timbul ulat -ulat menjijikkan
dengan seribu satu macam warna, ulat -ulat berbulu
yang akan menggeleser di kulit seseorang dan
menggigiti daging orang itu sedikit demi sedikit pula!
Tentu saja bayangan ini membuat Bwee Li merasa
ngeri dan gemetar seluruh tubuhnya, wajahnya pucat
dan matanya terbelalak ketakutan.

Akan tetapi lain lagi yang dirasakan oleh Bu Kong.


Melihat cahaya petir yang turun dari atas dan
memukul permukaan air laut, seketika pemuda ini
teringat akan ilmunya yang mujijat luar biasa, yakni
Lui-kong Ciang-hoat. Pada detik itu pula teringatlah
pemuda ini akan wejangan gurunya ketika beberapa
bulan yang lalu dia baru saja menerima warisan ilmu
sakti ini.

"Tiada saat-saat yang lebih baik untuk me-


nyempurnakan Lui-kong Ciang-hoat dari pada di-
waktu musim hujan, muridku," demikian kata
gurunya.

"Akan tetapi, yang terbaik dan yang amat sempurna


melatihnya adalah jika di bumi sedang terjadi badai
dan hujan deras. Mengapa? Karena hanya pada saat-
saat itulah Sang Dewa Petir menunjukkan
kekuasaannya di bumi dan kita yang kini sedang

59
mempelajari ilmu ini, akan menerima berkah
kesaktian yang luar biasa dari dewa itu. Get aran dan
ledakan halilintar yang maha dahsyat akan
mempengaruhi tubuh kita, mengguncang urat-urat
syaraf tertentu yang akan menimbulkan tenaga yang
amat dahsyat. Kejutan yang diterima urat -urat saraf
kita pada saat ledakan petir, guncangan yang
diterima batin kita pada saat cahaya petir berkelebat,
ini semuanya akan mempengaruhi daerah tan-tian
atau pusat mendekamnya Sang Kundalini Shakti dan
akibat rangsangan atau keka getan tiba-tiba inilah
Sang Kundalini Shakti akan bangun! Kalau hal ini
sudah terjadi, maka kau akan merasa betapa urat-urat
saraf di tubuhmu menggetar-getar dahsyat, aliran
darah menjadi lebih cepat dan terdapat suatu
dorongan yang amat kuat di dalam tubuh kita untuk
segera menyalurkan kekuatan dahsyat itu.
Bangkitnya Sang Kundalini menciptakan gelembung-
gelembung hawa di dalam tubuh, semuanya akan
berkumpul di daerah pusar dan kalau kita dapat
menguasai hawa mujijat ini, tenaga s inkang kita akan
menjadi semakin kuat dan luar biasa."

Itulah kata-kata yang pernah diucapkan gur unya


dahulu. Dan kini, melihat sinar petir memukul pecah
permukaan air laut, pemuda ini tiba-tiba tersentak.
Betul kata gurunya itu. Batinnya ter guncang kaget
menyaksikan peristiwa tadi. Ada suatu sentakan tiba -
tiba yang dirasakannya, ada suatu getaran aneh di
daerah tan-tiannya.

60
Pada saat dia mulai dipengaruhi ini, tiba -tiba saja
kembali halilintar menyambar dari angkasa. Bwee Li
sampai terpekik dan menjerit ketakutan. Cahaya kilat
kali ini membentuk sinar berkilauan tidak begitu
panjang akan tetapi di bagian bawah, sinar ini tiba-
tiba memecah diri tiga bagian, masing -masing
meledak di tiga arah.

"Blar-blar-blarrr......!"

Luar biasa sekali. Pecahan halilintar ini menyambar


turun di atas permukaan laut dan tiba -tiba tampak
sebuah benda di tengah-tengah gelombang dahsyat
mencelat ke atas. Dua orang ini tidak tahu, apakah
benda itu berupa sepotong papan yang tadinya
terapung-apung ataukah mungkin seekor ikan besar.
Yang jelas, benda itu tiba -tiba saja terpukul dan
terpental ke atas. Dan ledakan halilintar kali ini
terdengar lebih dahsyat daripada yang tadi. Bwee Li
tak dapat menahan dirinya dan wanita ini
terpelanting jatuh!

"Hyaaaattttttt...........!”

Pemuda itu tiba-tiba mengeluarkan bentakan keras,


tubuhnya mencelat ke atas dan di udara pemuda ini
melakukan salto berturut-turut enam kali dan
akhirnya tubuhnya turun di tengah-tengah laut yang
bergelombang!

61
62
"Slapp....!" ombak membukit seketika mene lannya
dan tubuh pemuda itu lenyap. Akan tetapi, ketika
ombak menyurut, ternyata pemuda itu sama sekali
tidak hanyut bersama ombak ganas tadi. Tubuhnya
tampak berdiri kokoh dan tidak bergeming, sepasang
matanya bersinar-sinar aneh dan menyorot tajam
seperti mata seekor naga.

Dan ketika kembali gelombang datang untuk kedua


kalinya, Bu Kong bergerak cepat. Kaki kanannya
dibanting dan amblas sampai di mata kaki, dan sekali
mulutnya mengeluarkan seruan mengguntur, kedua
tangannya didorongkan ke depan dan serangkum
angin yang amat dahsyat meluncur keluar.

"Byarrr........!" Gelombang laut yang mener jangnya


tertahan oleh hawa pukulan mujijat yang keluar dari
sepasang lengan pemuda itu. Sedetik dua kekuatan
raksasa beradu dan saling dorong, akan tetapi
akhirnya ombak laut menyerah kalah, puncaknya
membalik dan ambyar berantakan!

Pada saat itu, Bwee Li telah bangkit berdiri. Sepasang


mata wanita ini terbelalak penuh keka guman
menyaksikan pemandangan yang amat luar biasa itu.
Kalau saja ia tidak melihat dengan mata kepala
sendiri, kejadian itu dirasanya seperti dongeng saja.
Betapa mungkin bahwa seorang manusia dapat

63
melawan kedahsyatan alam? Akan tetapi ternyata
Yap-goanswe mampu melakukan hal itu!

Pemuda itu sendiri kini sedang dilanda oleh


semangat yang berkobar. Begitu dia diserang oleh
gelombang setinggi gunung bertubi-tubi, dia seakan-
akan merasa bahwa pada saat itu dia sedang diserang
oleh musuh tangguh! Meluaplah semangat nya dan
mukanya menjadi merah. Hawa sakti berg olak cepat
di dalam tubuhnya, terutama di bagian pusar. Terasa
menggetar-getar dan membuat tubuhnya menggigil
seperti orang kedinginan.

(Bersambung Jilid II)

Pendekar Gurun Neraka-Jilid 1

64
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 2

65
MAKA, ketika untuk ke sekian kalinya kembali dia
disambar ombak yang bergulung -gulung seakan tiada
habisnya karena mereka ini saling susul-menyusul
dari belakang, pemuda itu mengeluarkan bentakan
menggeledek. "Haaaiiiitttt....!!"

Tubuhnya melesat ke depan dengan sepuluh jari


tangan terbuka. Hebat sikapnya ini, seperti sikap
seekor rajawali jantan yang siap mencengkeram
domba. Sepuluh jari-jari tangannya berkerotokan dan
dari ujung jari-jari tangan ini meluncur ke luar
sepuluh sinar kebiruan yang berkeredepan me -
nyambar ke depan.

"Cus-cus-cus..... blar-blarr!"

Luar biasa sekali. Sepuluh cahaya ber keredepan yang


meluncur dari ujung jari-jari tangan bekas jenderal
muda itu tiba-tiba menyentuh sepuluh titik di
permukaan laut, masing-masing mencuit tajam ke
bawah dan terdengarlah suara seperti api yang
disiram air dingin. Sepuluh tempat yang tersentuh
sambaran sinar-sinar biru itu tiba-tiba mendidih dan
berputaran cepat, membentuk pusaran air yang
berbuih dalam beberapa detik lamanya. Kemudian,
begitu pusaran-pusaran air ini lenyap, air laut di
sepuluh tempat itu meledak se perti ditepuk telapak
tangan raksasa !

66
Belum habis kejadian ini, Bwee Li yang sejak tadi
menonton dengan hati tegang, mendada k melihat
bayangan yang berkelebatan di atas permuka an laut.
Wanita ini melihat betapa Yap-goanswe melengking
nyaring dan tubuhnya meloncat-loncat dengan amat
cepat dan ringannya di atas permukaan air, kaki
tangannya bergerak-gerak cepat dengan kedua lengan
terkembang, dari jauh seakan-akan merupakan
sepasang sayap burung rajawali. Dan yang membuat
wanita ini sampai terbelalak penuh takjub adalah
pemandangan yang amat luar biasa itu. la me lihat
betapa kini tubuh Yap-goanswe beterbangan di atas
laut yang bergelombang, melompat-lompat dan selalu
hinggap di puncak gelombang yang tertinggi,
sedangkan kedua lengannya yang bergerak-gerak
cepat seperti sepasang sayap burung besar itu
mengibas dan menepuk bertubi-tubi ke bawah
sehingga gelombang laut yang membuih ganas itu
terpental dan muncrat-muncrat berhamburan!

"Oohhh......!" tak terasa lagi wanita cantik ini


mengeluarkan seruan takjub, sepasang matanya ter -
belalak ke depan dengan air muka bengong. Belum
pernah selama hidupnya ia menyaksikan ha l se-
macam itu. Maka, tentu saja apa yang dilihatnya kini
sungguh merupakan hal yang hampir tak ma suk di
akal. Betapa mungkin seorang manusia da pat
beterbangan di atas permukaan laut tanpa memiliki
sayap, hanya mengandalkan kedua lengan yang

67
terkembang dan bergerak-gerak cepat seperti sayap
tiruan?

Bwee Li tidak tahu apa yang sebenarnya ter jadi dan


memang pemandangan itu terlalu hebat dan amat
mencengangkan baginya. Ia tidak mengerti bahwa
dengan ginkangnya yang tinggi, yang disebut Jouw-
sang-hui-teng (Terbang Di Atas Rumput), sanggup
membuat tubuh pemuda itu seringan kapas bobotnya.
Sebetulnya ilmu ginkang yang luar biasa ini
seharusnya dipakai di daratan. Da lam melatih Jouw-
sang-hui-teng, oleh gurunya pemuda ini diharuskan
berloncatan di atas padang luas yang penuh
ditumbuhi alang-alang tinggi. Dan di atas alang-
alang inilah pemuda itu melatih diri. Hebatnya bukan
kepalang karena setelah melalui latihan yang lama
dan tekun, Bu Kong dapat ber lari di atas padang
rumput itu tanpa merobohkan rumput -rumput itu
sendiri! Tubuhnya berkelebat di puncak alang -alang
itu dengan amat cepatnya dan alang -alang itu sendiri
hanya sedikit bergoyang seperti dihembus angin lalu.

Dan kini pemuda itu mempraktekkan latiha nnya di


atas air laut dan hasilnya sungguh amat luar biasa
dan mentakjubkan. Jouw-sang-hui-teng telah
membuat tubuhnya seperti kapas yang amat ringan,
dan gerakan kedua kakinya yang luar biasa cepat nya
itu membuat tubuhnya tidak pernah berhenti
bergerak, selalu berpindah-pindah dan melayang-

68
layang di atas air laut yang sedang bergelombang
seperti terbang!

Inilah yang membuat Bwee-Li terbelalak lebar.


Bahkan, seandainya di situ terdapat manusia lain dari
golongan awam, tentu orang itu akan menyangka
bahwa yang beterbangan di atas permu kaan laut itu
bukanlah seorang manusia, melainkan seekor burung
besar atau bahkan siluman laut yang muncul dari
dasar samudera dan sedang mengamuk di situ!

Memang amat luar biasa dan mentakjubkan apa yang


diperlihatkan oieh pemuda sakti itu, ju ga amat
mengerikan karena dari tempat yang cu kup jauh,
Bwee Li masih dapat menangkap suara mencici t dan
melihat sinar kebiruan yang meluncur dari ujung jari-
jari tangan Bu Kong, melihat betapa setiap kali sinar-
sinar itu menyambar ke bawah, air laut tampak
meledak dan muncrat-muncrat berhamburan!

Itulah ilmu sakti Lui kong Ciang-hoat (Ilmu Silat


Petir) yang sedang dilatih oleh pemuda ini. Dengan
tenaga saktinya yang dinamakan Lui kong Sin-kang,
pemuda ini membuat jari-jari tangannya penuh terisi
hawa sakti yang seperti listrik dan setiap kali
dikeluarkan, tampaklah cahaya kebiruan yang
berkeredepan itu, persis sinar halilintar di celah
mendung.

69
Saking bengong dan kagumnya, Bwee Li tidak merasa
betapa di tempat itu terjadi perobahan. Wanita cantik
ini tidak tahu betapa secara tiba -tiba, seperti
munculnya iblis sendiri, di tempat itu muncul dua
orang manusia yang amat mengerikan. Gerakan
mereka ini tidak terdengar sama sekali dan tahu -tahu
telah muncul begitu saja di dekat Bwee Li.

Yang pertama jelas adalah seorang laki -laki asing.


Kulitnya putih dan tubuhnya tinggi besar, tampak
kuat dan kokoh. Dia mengenakan pakaian longgar
berwarna kuning, hidungnya mancung dan besar,
agak bengkung ke bawah seperti kakatua. Dan yang
amat menyeramkan dari orang asing ini adalah
rambut dan matanya karena rambutn ya berwarna
kemerahan dan sepasang matanya biru kehijauan.
Sungguh laki-laki asing yang amat mengerikan!

Dan temannya, orang kedua itu, warna kulitnya


justeru berlawanan dengan ora ng pertama karena
orang terakhir ini seluruh kulit tubuhnya berwarna
hitam legam seperti arang, bahkan wajahnyapun juga
hitam mengkilat seperti pantat kwali.

Baru melihat orang sehitam ini saja telah sanggup


membuat seseorang lari terbirit -birit karena me-
nyangka bertemu setan, apalagi kalau melihat
sepasang mata yang tampak menyolok putihnya itu

70
di antara warna hitam, sepasang mata yang selalu
mendelik seperti orang marah!

Maka, dapat dibayangkan betapa kagetnya Bwee Li


ketika sekonyong-konyong ia mendengar suara
ketawa bergelak yang amat menyeramkan di sebelah
kirinya. Wanita ini cepat menoleh dan begitu melihat
dua orang manusia luar biasa itu, Bwee Li terpekik
kaget dengan wajah pucat. Sepa sang mata Bwee Li
terpaku dan jelas tampak betapa wanita cantik ini
dicekam rasa kaget dan takut, karena dia menyangka
bahwa ia bertemu dengan dua hantu Laut Tung -hai!

Apa yang dialami Bwee Li agaknya dapat dimaklumi.


Betapa tidak? Seluruh Lautan Tung -hai sedang
bergolak. Dan di tempat itupun juga tidak ada
seorang manusiapun yang masih tinggal. Semua
penghuni-penghuni dusun telah lama menyelamatkan
diri masing-masing, takut dicengkeram kega nasan
Laut Timur yang pada saat itu sedang ma rah besar.
Maka, bertemu secara tiba-tiba dengan seorang
berambut kemerahan dan bermata hijau yang
bertubuh tinggi besar di tempat seperti itu saja sudah
cukup membuat jantung Bwee Li s eakan meloncat
keluar. Apalagi masih ditambah dengan seorang
manusia yang sehitam itu, mahluk yang agaknya
lebih patut dianggap iblis hitam daripada seor ang
manusia!

71
Dan yang membuat Bwee Li menjadi lebih pucat lagi
mukanya adalah suara ketawa itu. Jelas telinganya
mendengar betapa salah seorang di an tara dua
mahluk ini sedang tertawa bergelak dengan suara
parau seperti burung gagak, namun ia sama sekali
tidak melihat salah satu di antara dua manu sia iblis
itu sedang tertawa. Mulut mereka tertutup rapat,
sama sekali tidak terbuka untuk tertawa. Tentu saja
kejadian ini membuat Bwee Li hampir pingsan dan
wanita ini menjerit sambil memutar tubuhnya,
berteriak minta tolong ke arah Yap-goanswe,
"Goanswe, tolong......... ada setannn...........!"

Akan tetapi, belum jauh wanita ini berlari, tiba -tiba


terdengar suara mendengus disusul ben takan,
"Wanita sundal, robohlah ..............!" dan Bwee Li
kembali menjerit ngeri karena tanpa diketahui sebab-
sebabnya, mendadak tubuhnya menabrak suatu
kekuatan yang tidak tampak dan terpelan ting roboh!

Bwee Li mencoba melompat bangun dan hendak lari


lagi, akan tetapi, seperti juga tadi, tanpa ia ketahui
sebab-sebabnya tiba-tiba saja tubuhnya terpelanting
jatuh. Tentu saja wanita ini menjadi ketakutan dan
karena setiap kali berlari tentu terbanting roboh,
akhirnya Bwee Li melengking ngeri dan roboh
pingsan di atas tanah berpasir, roboh betul -betul
tanpa sadarkan diri lagi!

72
Bu Kong yang sedang melatih diri di tengah -tengah
laut tiba-tiba tersentak kaget ketika telinga nya
mendengar jeritan Bwee Li. Dia tadi sedang dilanda
semangat yang berkobar sehing ga membuatnya
seakan lupa terhadap keadaan sekelilingnya. Maka,
begitu mendengar lengking Bwee Li dari pantai
daratan, dia menjadi terkejut sekali dan serentak
menoleh dan menghentikan latihannya.

Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati pem uda ini


ketika matanya yang tajam melihat munculnya dua
orang manusia yang seperti han tu itu. Yang seorang
memiliki rambut kemerahan sedangkan yang lain
sehitam arang dan dari jauh tampak seperti setan
penunggu laut. Hatinya ter cekat dan tanpa
membuang waktu lagi, Bu Kong mengeluarkan pekik
panjang dan tubuhnya membalik, melenting dan
berjungkir balik di atas permukaan gelombang lautan
yang membuih, kembali menuju ke pantai.
Gerakannya hebat dan luar biasa sekali sehingga si
mata hijau sampai berseru kagum.

"Hebat........hebat.......! Orang muda yang he -


bat........." dan sepasang mata yang kehijauan itu
tiba-tiba mencorong lebih tajam dengan sinar aneh.

Tak lama kemudian, berhadapanlah tiga orang ini.


Bu Kong meloncat dengan gerakan lincah dan ringan
di depan dua orang manusia mengerikan itu,

73
memandang penuh selidik tanpa mengeluarkan
sepatah katapun.

Keadaan menjadi sunyi dan menegangkan. Dan dua


orang pendatang baru itupun agaknya merupakan
orang-orang aneh pula. Melihat betapa pemuda itu
memandang mereka silih berganti dengan sinar mata
tajam penuh selidik akan tetapi mulutnya tidak
mengeluarkan teguran, dua orang inipun juga balas
memandang dan mereka juga tidak balas menegur.
Ketiga-tiganya hanya saling pandang dan si hitam
arang tampak semakin mendelik, melotot dengan
sepasang matanya yang besar membelalak!

Terjadilah suasana yang amat lucu di tempat itu. Tiga


orang itu saling pandang dan agaknya sa ling taksir,
persis seperti sikap pedagang kuda yang melihat
dagangan bagus. Akhirnya, melihat betapa Bu Kong
masih belum membuka mulut, si hitam arang yang
tampaknya lebih berangasan daripada temannya si
rambut merah, tiba-tiba memecahkan kesunyian itu
dengan bentakan menggeledek, "Heh, pemuda
hidung belang! Apakah kini kau menjadi gagu dan
tidak dapat bicara? Ataukah lidahmu telah dipotong
sebagai hukuman oleh Raja Muda Yun Chang karena
perjinaanmu dengan wanita sundal ini? Sungguh
patut disayangkan, seorang jenderal muda yang
gagah tampan dan terkenal di seluruh penjuru itu
kiranya bukan lain adalah pemuda pemogoran,
merupakan pagar makan tanaman karena telah

74
melahap daun muda milik majikannya, ha-ha-
ha.......!"

Si hitam legam tertawa bergelak dengan suara parau,


akan tetapi hebatnya, ketika si hitam legam ini
tertawa, mulutnya sama sekali tidak terbuka, hanya
perutnya saja yang bergerak-gerak seakan-akan di
dalam perut orang ini terdapat mahluk hidup yang
hendak meronta-ronta keluar !

Berkilat sepasang mata pemuda itu men dengarkan


kata-kata yang amat menusuk ini. Kira nya fitnah
yang menimpa dirinya telah tersebar luas. Buktinya,
orang yang sama sekali belum dikenalnya siapa ini
ternyata telah mengetahui segala-galanya dan kini
mengeluarkan kata-kata seperti itu. Namun, ketika
dia melihat betapa si hitam arang ini tertawa tanpa
membuka mulut melainkan mengerahkan hawa sakti
dari dalam perutnya sehingga ketawa itu keluar dari
perutnya yang bergerak-gerak penuh tenaga sakti, Bu
Kong menjadi terkejut. Maklumlah dia bahwa dia
sedang menghadapi orang-orang berilmu tinggi!

Sadar akan perkiraan ini, pemuda itu l alu menindas


hawa marah yang sudah mulai membakar kepalanya
dan dia bertanya, suaranya dingin seperti es di
gunung salju, "Siapakah kalian? Ada apa datang ke
sini? Secara kebetulan ataukah sengaja hendak
membawa onar?" dan sepasang matanya yang

75
mencorong seperti mata harimau muda itu
menyambar berganti-ganti ke arah dua orang itu.

Melihat ketenangan jenderal muda ini, hati si rambut


kemerahan bermata hijau semakin kagum. Sebelum
temannya menjawab, orang asing ini melangkah
maju dan berkata, logatnya kaku namun kata -katanya
mudah dimengerti, "Ha, Yap-goanswe benar-benar
pemuda pilihan. Aku Cheng-gan Sian-jin benar-benar
merasa kagum dan ingin berkenal an. Harap goanswe
suka maafkan kekasaran Hek-mo-ko (Iblis Hitam)
tadi karena dimanakah ada manusia yang tidak
membuat kekeliruan?" dan dengan sikap ramah
sambil tersenyum-senyum si mata hijau yang
mengaku berjuluk Cheng-gan Sian-jin (Orang Suci
Bermata hijau) ini lalu memberi hormat dengan
tangan terkepal depan dada dan membungkuk.

Bu Kong terkejut bukan main. Sejenak mata nya


terbelalak lebar ketika orang asing ini mem -
perkenalkan diri dengan nama Cheng-gan Sian-jin.
Memang pernah dahulu gurunya menceritakan nama
ini, nama dari seorang tokoh besar berdarah
campuran antara Bangsa Arya dengan Bangsa Han.

Tokoh ini pada tigapuluh tahun berselang sempat


membuat bumi Tiongkok khususnya dunia ka ng-ouw
terguncang hebat karena pada tigapuluhan tahun
yang lampau Cheng-gan Sian-jin ini menantang dan

76
menjatuhkan semua tokoh-tokoh sakti karena dia
hendak menjadi seorang bengcu (pemimpin) di
kalangan persilatan!

Menurut suhunya, kepandaian orang ini s ungguh


hebat dan tidak boleh dibuat main -main. Tiga puluh
tahun berselang, Malaikat Gurun Takla yang pada
waktu itu masih muda dan bernama Han Liong,
menjadi penasaran dan marah melihat tingkah
Cheng-gan Sian-jin yang menjatuhkan banyak tokoh
atas dan yang dengan sikap congkak hendak
menguasai semua orang-orang gagah di dunia kang-
ouw.

Han Liong lalu bergegas menuju ke puncak Gunung


Beng-san di mana pada waktu itu sedang terjadi pibu
yang amat seru antara Cheng-gan Sian-jin ini dengan
lawan-lawannya. Akan tetapi, ketika pemuda itu
sampai di sana, ternyata tempat yang dijadikan arena
pertandingan sudah bubar. Terdengar berita bahwa
Cheng-gan Sian-jin dirobohkan oieh seorang yang
tidak dikenal karena orang ini mengenakan kedok di
mukanya.

Tentu saja berita ini amat hebat dan meng gegerkan.


Melihat betapa si sombong itu berhasil dirobohkan,
orang-orang kang-ouw yang amat membenci
peranakan Bangsa Arya ini lalu hendak
membunuhnya. Aka n tetapi terjadi hal yang aneh.

77
Lawan Cheng gan Sian-jin yang mengenakan kedok
itu tiba-tiba bertindak. Dengan suara halus tokoh
misterius ini mencegah orang-orang itu membunuh
Cheng -gan Sian-jin, lalu sebelum orang-orang lain itu
ber teria k m empr otes, manusia berkedok itu mengempit
tubuh Cheng-gan Sian-jin dan dalam beberapa kali
lompatan saja, tubuhnya lenyap dari pandang mata!

Demikianlah yang terjadi pada tigapuluh ta hun yang


lampau. Kejadian ini pada waktu itu merupakan hal
yang amat menghebohkan. Teruta ma sekali tentang
si manusia sakti yang memakai kedok di mukanya
itu. Orang ini menjadi bahan percakapan di kalangan
tokoh-tokoh tua, bahkan guru Yap Bu Kong sendiri
diam-diam menaruh heran dan menduga-duga, siapa
gerangan tokoh sakti yang luar biasa itu. Namun,
meskipun orang selalu mempercakapkan tokoh
misterius itu, hingga sekarang tidak ada satu
orangpun yang dapat mengenal orang sakti itu, tidak
ada seorangpun di antara mereka yang mengenal
ilmu silatnya, apalagi mengenal siapa adanya tokoh
itu.

Dan bersamaan dengan robohnya Cheng -gan Sian-jin


di Gunung Beng-san, orang tidak pernah lagi melihat
munculnya tokoh sakti itu. Bahkan bersama
lenyapnya misterius ini, Cheng-gan Sian -jin juga
sudah tidak pernah tampak lagi di dunia kang -ouw.
Orang tidak tahu apakah Cheng -gan Sian-jin dibunuh
oleh lawannya ataukah tidak. Dan karena kejadian

78
ini sudah amat lama, maka akhirnya orang
melupakan peristiwa itu dan banyak di antara mereka
menganggap bahwa Cheng-gan Sian-jin tentu sudah
tewas.

Maka, dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Yap


Bu Kong ketika mendengar bahwa orang bermata
hijau berambut kemerahan itu mengaku sebagai
Cheng-gan Sian-jin! Tentu saja jantungnya
terguncang keras. Dia masih belum dapat menangkap
apakah orang ini sebagai lawan ataukah sebagai
kawan. Akan tetapi, melihat sikap temannya,
perkiraannya lebih condong untuk menebak bahwa
tokoh besar yang sudah lama dikabarkan mati itu
tentu berada di pihak lawan. Dan kalau benar du-
gaannya ini, sungguh dia menghadapi ancaman
berat!

Dugaannya agaknya menjadi kenyataan, yaitu


dimulai dari penghormatan tokoh sakti itu. Begitu
Cheng-gan Sian jin mengepal tangan di depan dada
dan membungkuk dengan mulut tersenyum-senyum,
tiba-tiba menyambar angin bersiutan dari orang sakti
ini ke arah dadanya. Bu Kong menjadi marah dan
cepat dia mengerahkan lweekangnya. Kedua
tangannya diangkat seperti orang menyoja, akan
tetapi dari kedua lengan pemuda ini keluar hawa
yang amat kuat menyambut dorongan dari depan .

79
Dua tenaga yang tidak kelihatan bertemu di tengah -
tengah dan pemuda itu mengeluarkan seruan ter-
tahan.

"Dukkk.....!" tubuhnya mencelat ke belakang tiga


langkah !

Bukan main terkejutnya hati pemuda ini. Tadi dia


merasakan betapa tenaga lweekangnya bertemu
dengan benda selunak kapas dan sebelum dia hilang
kagetnya karena tenaga lweekangnya tersedot o leh
sinkang lawan yang mempergunakan tenaga lembek,
tiba-tiba Cheng-gan Sian-jin tertawa dan membuka
telapak tangannya dan otomatis tenaga lweekang
pemuda itu di "retour" kembali dan memukul balik ke
arah dirinya sendiri. Cepat Bu Kong mengeluar kan
seruan pendek dan membanting tubuh, dan ketika
pemuda ini melompat bangun, wajahnya menjadi
merah dan sepasang matanya berapi-api.

"Hemm, beginikah cara orang berkenalan? Diam -


diam melakukan pukulan secara curang tan pa
memberi tahu? Cheng-gan Sian-jin, walaupun aku
yang muda dan bodoh mungkin belum mampu
menandingi kesaktianmu, namun jangan mengira
bahwa aku gentar menghadapimu. Majulah, aku siap
bertempur mati-matian melawan iblis macammu ini
!" bentaknya keras.

80
Cheng-gan Sian-jin tertawa aneh dan sepasang
matanya yang menyorot kehijauan itu tiba -tiba
memancarkan sinar ganjil. Di dalam hatinya, diam -
diam tokoh besar ini merasa kagum kepada pemuda
itu. Tadi, dalam pertemuan tenaga sakti, dia
mengerahkan tenaga tujuh bagian dan biasa nya
lawan yang paling tangguh sekalipun mencelat
sedikitnya lima meter. Namun, pemuda itu hanya
terdorong tiga langkah saja. Ini membuktikan bahwa
nama besar pemuda itu memang bukan kosong
belaka. Dan kalau pemuda ini saja tela h memiliki
kepandaian tinggi, tentu gurunya yang amat ters ohor
itupun merupakan manusia sakti yang pantas
menjadi lawannya!

"Heh, Yap-goanswe, tidak perlu lagi kiranya aku


berputar-putar dalam memberikan keterangan
kepadamu mengapa aku datang ke sini. Ketahui lah,
aku hendak menangkapmu untuk dihadapkan kepada
yang mulia Sri Baginda Kung Cu Kwang! Nah, kalau
engkau menurut secara baik-baik, aku akan
memperlakukan dirimu dengan cukup hormat. Akan
tetapi kalau kau kepala batu, aku akan menyeretmu
sepanjang jalan sampai tiba di istana sri baginda.
Ketahuilah, Kerajaan Yueh telah hancur dan raja
mudamu, Yun Chang yang tidak becus memerintah
itu telah tewas dalam peperang an melawan kami !"

Kata-kata yang diucapkan oleh Cheng -gan Sian-jin


ini membuat wajah bekas jenderal muda itu berobah.

81
Kaget bukan main hati pemuda ini dan kalau di saat
itu ada petir yang meledak di dekat telinganya belum
tentu dia akan sekaget seperti sekarang ini. Sungguh
sama sekali tidak disangkanya bahwa kepergiannya
yang baru beberapa minggu dari istana Yun Chang
ternyata telah dipergunakan oleh Negara Wu untuk
menyerbu dan menghancurkan Yueh. Dan kalau
musuh menggunakan tenaga-tenaga seperti Cheng-
gan Sian-jin ini, sungguh Kung Cu Kwang amat ber -
untung dan kedudukannya tentu saja menjadi ber -
tambah kuat, seperti seekor harimau yang tumbuh
sayap!

Namun, wajahnya kembali menjadi seperti biasa


ketika pemuda ini teringat betapa Yun Chang telah
menghina dan memperlakukannya sewenang -
wenang. Oleh sebab itu, pemuda ini lalu menjawab
dengan suara dingin.

"Cheng-gan Sian-jin, antara aku dan Yueh telah tidak


ada hubungan lagi. Agaknya tidak perlu kau
membakar-bakar hatiku dengan memberitahukan
berita ini. Begitu pula dengan Kung Cu Kwang, aku
sudah tidak mempunyai urusan apa -apa lagi
dengannya. Untuk apa kau hendak menangkapku ke
sana? Aku tidak mempunyai urusan dengan segala
macam kerajaan dan aku tidak akan mencampuri
semua ambisi orang-orang besar! Kalau kau hendak
menangkapku untuk pamrih pribadimu, cobalah
kaulakukan kalau kau bisa. Nah, tidak perlu kita

82
banyak bicara dan majulah !" pemuda itu lalu
memasang kuda-kuda yang amat kuat dan gagah
bentuknya, bhesi yang disebut Tai -peng-tiam-ci
(Garuda Membuka Sayap), tubuhnya agak merendah
ke bawah dan sepasang matanya memandang lawan
dari bawah ke atas dengan kedua tangannya
terkembung di kanan kiri tubuh dan dari kedua
lengannya terdengar suara berkerotokan.

Hek-mo-ko menggereng seperti seekor bint ang dan


tubuhnya tiba-tiba meloncat ke depan, "Sian-jin,
biarkan aku mencoba kepandaian pemu da hidung
belang ini. Apakah ilmunya sehebat mulutnya,
cuhhh.....!" tiba-tiba saja manusia iblis itu meludah
ke depan.

Bu Kong terkejut. Air ludah Hek-mo-ko bagaikan


sebuah pelor saja, menyambar datang dengan
kecepatan luar biasa. Tentu saja dia tidak sudi
menerima serangan menjijikkan ini dan cepat
mulutnya meniup ke depan.

"Wusssshhhhh..............!"

Tiupan khikang dari Bu Kong melalui mulut nya ini


hebat sekali. Air ludah kental yang tadi diletupkan
oleh Hek-mo-ko tiba-tiba tertahan di udara dan
sedetik kemudian membalik dan menyerang tuannya
sendiri !

83
Tentu saja manusia iblis itu kaget. Dia memang
sudah mendengar tentang kelihaian bekas jenderal
muda ini, namun, melihat betapa pemuda itu masih
muda sekali dan patut menjadi muridnya, maka Hek -
mo-ko memandang rendah. Sama sekali tidak
disangkanya bahwa pemuda itu tern yata memiliki
khikang kuat sekali sehingga serangan air ludahnya
yang menjijikkan itu kini terpukul balik ke arah
keningnya.

"Setan...........!" Hek-mo-ko mengumpat dan tangan


kirinya bergerak dari samping.

"Wuutttt.......... plakk!" ludah kental itu terdorong


oleh hawa pukulannya dan akhirnya amblas ke dalam
tanah.

Bu Kong tercekat. Dari demonstrasi manusia hitam


ini saja sudah dapat diketahuinya bahwa Hek -mo-ko
ternyata merupakan lawan yang berat juga. Dia
belum pernah mendengar nama tokoh ini dan tadinya
kurang menaruh perhatian. Akan tetapi, setelah dia
melihat betapa kuat lweekang iblis hitam itu, maka
dia berlaku waspada.

Hek-mo-ko yang marah karena serangan pertamanya


dipukul balik itu sudah mengeluarkan suara seperti
binatang buas. Tubuhnya tiba-tiba melompat seperti
seekor harimau, yaitu melompat berikut kedua kaki

84
dan tangannya mencengkeram ke depan. Dan ketika
tubuh tokoh hitam ini menerjang, sama sekali tidak
terdengar suara anginnya. Gerakannya tampak
ringan dan kuat sekali, persis seperti tubrukan
harimau tulen.

Pemuda ini yang sudah siap sejak tadi, cepat


miringkan kepalanya ketika sambaran kedua tangan
Hek-mo-ko mencoba untuk mencengkeram rambut -
nya. Tangan kirinya melakukan tangkisan keras dari
luar sedangkan tangan kanannya dengan jari-jari
terbuka membabat kedua kaki Hek-mo-ko dengan
gerakan melingkar dan amat cepat. Dalam gebrakan
ini, keduanya sama-sama sengaja untuk menguji
tenaga lawan masing-masing untuk diukur sampai
dimana tingkatnya. Dan akibatnya sungguh sama-
sama mengejutkan. Tangkisan tangan kiri pemuda itu
ke arah cengkeraman lengan Hek-mo-ko disusul
babatan jari-jari tangannya yang terbuka ke arah
sepasang kaki lawan bertemu dengan amat hebatnya.

"Duk-duk-plakkk!" empat kali berturut-turut kaki dan


tangan mereka bertemu dan tubuh Hek-mo-ko yang
dalam posisi meloncat itu terpen tal ke belakang
sedangkan kuda-k u d a Yap Bu Kong tergempur.
Kedua kakinya terseret satu langkah ke belakang dan
tanah tergurat sedalam tiga inci !

85
"Hayaa.......!" Hek-mo-ko berteriak dan cepat
berjungkir balik untuk mematahkan dorongan lawan,
akan tetapi secepat kilat iblis hitam ini sudah
membalik dan melancarkan serangan bertubi -tubi.
Jari-jari tangannya membentuk cakar harimau dan
mencakar semua bagian depan dari pemuda itu dan
sepasang kakinya mencuat-cuat melakukan ten-
dangan kilat dalam waktu yang tak terduga. Hebat
dan buas sekali sepak terjang Hek-mo-ko ini, persis
terjangan seekor harimau yang haus darah.

Melihat betapa lawannya mulai melakukan serangan


bertubi-tubi, pemuda itu mengeluarkan pekik panjang
dan tubuhnya tiba-tiba berkelebat lenyap. Hek-mo-ko
terkejut ketika mendadak la wannya menghilang.
Tentu saja semua serangannya tidak mengenai
sasaran dan sebelum dia hilang kagetnya, tiba -tiba
dari belakang berdesir angin dingin menuju
tengkuknya. Cepat ia memutar tubuh sambil
menggereng dan kedua tangannya bergerak
menghantam.

"Plak-plakk!"

Kembali kedua lengan mereka beradu dan keduanya


sama-sama tergetar. Bu Kong yang tidak mau
memberi hati kini balas melancarkan serangan.
Dengan ilmunya Jouw-sang-hui-teng, pemuda ini
berkelebatan di sekitar tubuh Hek-mo-ko dan

86
gerakannya sungguh amat luar biasa cepatnya dan
kedua tangannya pulang balik menyambar bertubi-
tubi ke arah tubuh lawan.

Terjadilah kini pertandingan yang sungguh -sungguh


dan amat menarik. Kecepatan ginkang pemuda itu
memang hebat sekali. Hek-mo-ko berusaha mengikuti
gerakan lawannya yang jauh lebih muda itu, namun
ternyata dalam hal ginkang dia harus mengakui
keunggulan lawan. Sebentar saja matanya menjadi
kabur dan pedas dan akibatnya, beberapa kali
hantaman atau tamparan tangan pemuda itu
mengenai tubuhnya.

"Duk.... plak.... desss!" Untuk ke sekian kali nya


pukulan Bu Kong menghantam Hek-mo-ko. Yang
pertama dan kedua dengan tepat mengenai sisi
belakang kiri kanan telinganya, sedangkan hantaman
ketiga menghantam leher.

Hek-mo-ko berteriak marah dan tubuhnya terputar


seperti orang kena penyakit ayan, namun sama sekali
tidak roboh! Tentu saja hal ini amat mengejutkan hati
pemuda itu. Kiranya manusia iblis ini memiliki ilmu
kebal, tentu sejenis Tiat-po-san atau sebangsanya.
Oleh sebab itu, Bu Kong tiba -tiba melengking nyaring
dan merobah serangannya.

87
Tubuhnya berkelebatan semakin cepat dan kini dari
ujung-ujung jari tangannya terdengarlah suara
mencicit panjang dan sinar bir u berkeredepan ke
depan. Hek-mo-ko terkejut setengah mati dan dia
berusaha menghindar dari sinar biru yang mengan -
dung hawa panas ini, namun kecepatan gerak Jouw -
sang-hui-teng yang dimiliki pemuda itu tidak sanggup
dia menandinginya.

"Cas-cess..... blar-blarr!"

Hek-mo-ko memekik ngeri dan membanting tubuh


bergulingan menjauh. Sinar berkeredepan yang
mengenai tubuhnya mengeluarkan suara seperti besi
panas yang direndam dalam air dingin dan kulit
tubuhnya yang dilindungi kekebalan itu ternyata
tidak kuat menahan. Seketika bagian tubuhnya yang
tersentuh menjadi terbakar dan hangus kehitaman!

Tentu saja Hek-mo-ko menjerit-jerit kesakitan dan


menjadi gentar. Dia tidak tahu ilmu silu man apa yang
dipergunakan oleh pemuda itu dan tubuhnya
menggelundung kesana kemari dan akhirnya
melompat bangun dengan muka pucat.

Sebenarnya, sukarlah untuk melihat Hek-mo-ko


dalam keadaan pucat. Warna kulitnya yang sehitam
arang itu menyembunyikan kepucatannya dan hanya
sepasang matanya yang terbelalak semakin lebar

88
dengan sinar mata jerih itu sajalah yang
menunjukkan bahwa manusia iblis ini sedang dilanda
rasa gentar.

Cheng-gan Sian-jin sendiri yang melihat kejadian ini


sampai mengeluarkan seruan kaget. Dan melihat
betapa pemuda itu masih mengejar Hek-mo-ko yang
bergulingan, tokoh besar ini tiba-tiba berkelebat ke
depan.

"Orang muda, tahan........!"

Bentakan ini keluar dari mulut Cheng -gan Sian-jin


dan Bu Kong terkejut ketika tiba-tiba dari samping
kanan serangkum angin pukulan menyambar
lambungnya. Kalau dia terus mengejar Hek -mo-ko,
walaupun mungkin dia berhasil dengan serangannya
itu, akan tetapi lambungnya tentu akan terkena
pukulan sakti dari Cheng -gan Sian-jin. Oleh sebab
itu, begitu merasakan sambaran hawa dingin ini, Bu
Kong terpaksa membatalkan serang annya ke arah
Hek-mo-ko sehingga lawannya dapat bangun dan
bernapas lega, sedangkan dia sendiri karena tidak ada
waktu untuk menangkis, cepat menot ol tanah dan
berjungkir balik jauh ke belakang.

Cheng-gan Sian-jin kini telah berdiri dengan sikap


angker di antara Hek-mo-ko dengan lawannya.
Sepasang mata kehijauan dari tokoh besar ini tiba -

89
tiba mencorong dan memandang ke arah pemuda itu
tanpa berkedip dan terdengarlah suaranya yang amat
berwibawa, suara yang amat aneh dan melingkar -
lingkar seperti ular kesakitan, suara yang penuh
mengandung mujijat karena tokoh besar itu kini
sedang mengeluarkan ilmunya yang disebut Sin -gan-
i hun-to (Mata Sakti Perampas Semangat).

"Orang muda, berlutut dan menyerahlah! Kau sudah


lelah dan seluruh urat-uratmu lemah...........hayo kau
maju dan serahkan diri
kemari.........berlutut.........berlutut dan
menyerahlah..........!"

Hebat bukan main pengaruh suara sakti ini. Bumi


bergetar dan hawa udara di sekitar tempat itu tiba -
tiba mendengung aneh seakan-akan kedatangan iblis-
iblis yang sedang gentayang an. Suasana menjadi
amat menyeramkan dan seluruh daerah itu dilingkupi
pengaruh hitam.

Yap Bu Kong yang diserang oleh Ilmu Sakti Sin -gan-


i-hun-to ini tiba-tiba merasa tubuhnya gemetar keras.
Entah mengapa, sepasang matanya yang tadi
memandang berapi-api ke arah Cheng-gan Sian-jin
itu mendadak tersedot dan terpaku ke depan tanpa
dapat dia lepaskan lagi. Pemuda ini menjadi terkejut
dan teringatlah dia ketika da hulu diapun juga
diserang sihir oleh Ang -i Lo-mo. Hanya yang

90
membuat dia kaget sekali adalah betapa pengaruh
suara dan sinar mata kehijauan dari Cheng-gan Sian-
jin ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan milik
Ang i Lo-mo si datuk iblis dulu. Mungkin saja mata
setan yang berwarna kehijauan itulah yang membuat
ilmu Cheng-gan Sian-jin menjadi jauh lebih kuat
perbawanya. Dan memang harus diakuinya bahwa
sepasang mata dari tokoh besar itu memang amat
mengerikan dan di dalam mata itu seakan -akan
terdapat getaran hawa iblis yang berpijar -pijar.

Maka, tanpa dapat dicegahnya lagi tiba -tiba Bu Kong


jatuh berlutut dan mukanya masih terus tengadah
karena sepasang matanya "terikat" oleh sepasang
mata kehijauan milik Cheng-gan Sian-jin.

Hek-mo-ko yang berada di tempat itu dan yang


merasa amat marah dan malu karena tadi dibuat
jatuh bangun oleh pemuda ini, tiba -tiba
mengeluarkan suara ketawa bergelak dan tahu -tahu
manusia iblis ini telah mencabut senjatanya yang
amat menyeramkan, yakni sepasang sarung tangan
yang ujungnya dipasangi kuku kuku runcing dan
panjang berwarna kehitaman, langsung menubruk
pemuda yang sedang berlutut itu sambil menghun-
jamkan sepasang cakar buatan itu ke tubuh Bu Kong.

Cheng gan Sian-jin terkejut. Bukan maksud nya untuk


membunuh pemuda ini. Maka serangan tiba -tiba dari

91
Hek-mo-ko itu mengejutkan hatinya dan sedetik
konsentrasinya membuyar. Pengar uh Sin-gan-i-hun-
to melemah dan Cheng-gan Sian-jin hanya sempat
berteriak mencegah, "Hek-mo-ko, jangan bunuh dia,
ingat pesan sri baginda, keparat..........!"

Makian dan bentakan ini membuat Hek-mo-ko


terperanjat namun karena serangan itu dilaku kan
dalam keadaan marah, maka tidak dapat ditariknya
kembali dan iblis ini paling-paling hanya berusaha
mengurangi tenaganya.

"Cap-capp...........!" sepasang cakar beracun itu


menancap setengahnya lebih dan pemuda itu
mengeluh panjang. Walaupun Hek-mo-ko sudah
mengurangi tenaganya, tetap saja senjatanya menan -
cap di tubuh pemuda itu, di punggung sebelah atas.
Rasa nyeri yang amat hebat memasuki tubuh Bu
Kong karena sepuluh buah kuku-kuku hitam yang
dipasang di sarung tangan itu mengandung sepu luh
macam racun yang amat berbisa. Pemuda ini
mendelik dan sadar akan kecurangan lawan,
membalik sambil menghantam ke belakang, akan
tetapi Hek-mo-ko sudah melompat jauh.

Tubuh Bu Kong terputar dan roboh, namun dia


berusaha meloncat berdiri. Tubuhnya ber goyang-
goyang dan kepalanya berputar-putar sehingga dia
melihat segala sesuatunya terbalik-balik. Melihat

92
bayangan hitam dari Hek-mo-ko, pemuda ini
mengeluarkan teriakan parau dan tubuhnya
melompat ke depan. Akan tetapi, baru saja kakinya
melompat, pemuda ini berteriak nger i dan roboh
tersungkur dengan darah mengucur deras dari
belakang punggungnya !

Bekas jendral muda ini pingsan akibat racun di


sarung tangan Hek-mo-ko dan suasana kembali
sunyi.

Cheng-gan sian-jin menyumpah-nyumpah, “Mo-ko,


kau sungguh lancang dan bodoh! Dimana otakmu?
Apakah kau tidak ingat akan pesan sri baginda?
Pemuda ini seorang ahli perang yang amat tangguh
dan tinggi ilmu silatnya. Kita hendak
mempergunakan tenaganya untuk kepentingan kita.
Akan tetapi kau hampir saja membunuhnya. Sungguh
kau manusia yang tidak dapat diberi ampun! Hayo
kau bawa dan sembuhkan dia, kalau tidak, hemm,
sebelum cita-citaku terwujud, aku pasti akan
membuatmu menjadi manusia yang tidak berguna!”

Hek-mo-ko gemetar tubuhnya dan tampak ketakutan.


Dia tahu benar kesaktian Cheng-gan sian-jin ini dan
dia tahu pula apa cita-cita tokoh mengerikan itu.
Kalau dia tidak dapat menolong jiwa pemuda itu,
tentu nyawanya juga akan ikut terancam.

93
“Sian-jin, maafkan aku. Aku tidak sengaja karena
kemarahan telah membuat mataku gelap. Percayalah,
aku masih dapat menyembuhkan pemuda ini dan
menyerahkannya kepadamu untuk dibuat menjadi
robot hidup guna kepentingan cita -citamu yang akan
datang….”

Cheng gan Sian-jin mendengus marah akan tetapi


mendengar kesanggupan Hek-mo-ko untuk
memulihkan pemuda itu, sinar matanya yang tadi
bengis memandang menjadi agak lunak.

Tanpa memperdulikan tubuh Bwee Li yang masih


tergolek tak sadarkan diri di tempat itu, dua orang
manusia iblis ini lalu melompat pergi sambil
membawa tubuh Yap Bu Kong yang terluka parah.
Kalau saja ada orang yang kebetulan mendengar
betapa Hek-mo-ko tadi mengatakan hendak
menyerahkan pemuda itu kepada Cheng -gan sian-jin
untuk dibuat menjadi robot hidup, tentu orang itu
akan menjadi ngeri dan berdiri bulu romanya.

Robot hidup ! Inilah yang hendak diperbuat oleh


Cheng-gan sian-jin terhadap pemuda yang gagah
perkasa itu. Tokoh besar peranakan Arya ini memang
mempunyai suatu cita-cita tersembunyi di dalam
batinnya, cita-citanya yang amat membahayakan
kedudukan Tiongkok pada waktu itu. Dia, tokoh
besar yang memiliki ilmu-ilmu tinggi ini kembali

94
hendak mengulang sejarahnya yang lalu, yakni
hendak menjadi bengcu di seluruh kaum persilatan,
bahkan, tokoh besar yang amat ber bahaya ini secara
diam-diam telah mulai mengumpulkan suku
bangsanya untuk pada suatu saat bergerak
menaklukkan semua kerajaan-kerajaan feodal yang
pada waktu itu memang amat banyak di Tiongkok
dan mengangkat diri sendiri sebagai kaisar!

Dan untuk itu, dia amat membutuhkan seorang


pemimpin pasukan yang pandai, seorang jenderal
yang cakap untuk membantu di samping nya
menghadapi pasukan-pasukan kerajaan lain. Cheng
gan Sian-jin adalah manusia iblis yang amat cerdik
dan berbahaya. Dia berpura-pura membantu Raja
Muda Kung Cu Kwang untuk memperoleh
kepercayaan raja muda itu, dan dengan bantuan
pasukan Kerajaan Wu, dia hendak merobohkan
setiap kerajaan lain yang menghalang. Dan apabila
Wu dapat menalukkan kerajaan-kerajaan lain dengan
bantuannya, kelak mudah baginya untuk
menggulingkan Kung Cu Kwang dan singgasananya
dan mengganti kedudukan kaisar dengan dirinya
sendiri!

Dengan demikian berarti bahwa untuk men capai


keberhasilan cita-citanya ini, secara tidak langsung
Wu-lah yang diam-diam diperalat oleh tokoh besar
itu. Dan kelak jika semua cita -citanya terwujud, tidak
sukar baginya untuk menendangi semua tokoh-tokoh

95
penting dari Wu untuk diga nti dengan orang-orang
dari bangsanya sendiri! Sung guh seorang manusia
iblis yang amat cerdik dan berbahaya!

Dengan tertawannya Yap-goanswe, hati Cheng-gan


Sian-jin menjadi lebih mantap dan yakin. Ha nya
pemuda inilah satu-satunya orang yang dapat
memimpin pasukan besar dan merobohkan setiap
kerajaan-kerajaan lain yang menghalang. Dia hen-
dak membuat bekas jenderal muda ya ng gagah
perkasa ini berada di bawah kekuasaannya dan selalu
mematuhi semua perintah-perintahnya. Dia hendak
mempergunakan tenaga dan kepandaian pemuda itu
sebaik-baiknya dan jika kelak dia tidak memerlukan
lagi tenaga pemuda ini, mudah baginya untuk
membunuh Yap-goanswe!

Dunia mengalami ancaman bahaya yang hebat


dengan munculnya raja iblis ini dan dua orang itu
lalu meninggalkan pantai Tung-hai sambil tertawa
menyeramkan. Mereka sama sekali tidak
menghiraukan Bwee Li yang masih menggeletak
pingsan di tepi pantai dan merekapun juga agaknya
sama sekali tidak ambil perduli amukan Dewa Hai-
liong-ong yang kini setelah ditinggal pergi oleh dua
manusia iblis itu menjadi semakin hebat dan ganas
sepak terjangnya.

96
Gelombang menerjang garang dan ombak membuih
dahsyat. Lautan Timur ini mengamuk sampai dua
malam dan akhirnya, pada hari ketiga, angin ribut
dan topan yang melanda daerah itu hilang. Lautan
kembali sunyi seperti sediakala. Hany a bekas-bekas
amukan dewa laut itu sajalah yang meninggalkan
kesan mengerikan. Dusun-dusun hancur, rumah-
rumah nelayan lenyap dan pohon -pohon yang
terdapat di sekitar tempat itu telah roboh dibawa
hanyut oleh badai yang datang.

Hawa maut telah mulai menampakkan diri nya di


pantai Tung-hai ini dan dia masih akan terus
bergerak ke pedalaman untuk mencengkeram jiwa
manusia lain yang belum sempat dijadikan
korbannya!

**”

Hek-tung Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Baju


Hitam) adalah sebuah perkumpulan yang amat
terkenal di kota Hun-kiang yang termasuk di Propinsi
Kiang-si. Perkumpulan ini merupakan sebuah
perkumpulan para pengemis berbaju hitam yang
menguasai semua kaum gelandangan u ntuk daerah
selatan. Ketuanya, yang dijuluki orang dengan ju -
lukan Liong-tung Lo-kai (Pengemis Tua Bertong kat
Naga), adalah seorang kakek yang ditakuti, ba ik oleh

97
p ara anggautanya sendiri maupun o leh para
penduduk Propinsi Kiang -si.

Telah tersohor sampai di seluruh Propinsi Kiang -si


bahwa Liong-tung Lo-kai ini adalah seorang kakek
yang amat sadis dan mudah menurunkan tangan
maut, juga memiliki kepandaian yang amat tinggi. Di
samping itu kakek ini memiliki wajah ya ng
mengerikan. Matanya picak sebelah, hidungnya
pesek dan besar, tubuhnya agak bong kok dan kakinya
pincang, kulit mukanya kasar seperti kulit buaya.

Namun hebatnya, meskipun wajahnya buruk ketua


Hek-tung Kai-pang ini memiliki tigapuluh orang
lebih wanita-wanita yang menjadi isterinya. Tentu
saja dengan jalan paksaan !

Kakek itu memang terkenal mata keranjang dan suka


mengambil gadis-gadis cantik yang diambilnya begitu
saja dari rumah orang tuanya tanpa si orang tua
berani melawan. Selain itu, tidak jarang anak buah
Hek-tung Kai-pang mendatangi rumah-rumah
hartawan ataupun bangsawan untuk meminta
sumbangan. Dan yang membuat orang diam-diam
membenci perkumpulan Hek-tung Kai-pang ini
adalah sepak terjang mereka yang amat sewenang -
wenang.

98
Dalam meminta sumbanganpun mereka selalu
menyebutkan nilainya, yaitu tidak boleh kurang dari
limaratus tail perak untuk setiap hartawan! Tentu
saja permintaan ini amat tinggi dan kurang ajar,
sifatnya sudah bukan lagi merupakan sumbangan,
akan tetapi seperti perampokan yang berjalan te rang-
terangan! Sudah banyak hartawan-hartawan kaya
yang sakit hati dan menentang tindak-tanduk Hek-
tung Kai pang dalam hal meminta sumbangan in i,
namun semuanya itu pasti akan tewas di pa gi harinya
dengan kepala tergantung di muka rumah!

Tentu saja kejadian berdarah ini mengguncang hati


masyarakat. Mereka diam-diam melaporkan hal ini
kepada pejabat pemerintah untuk menindak
kejahatan Hek-tung Kai-pang. Akan tetapi orang-
orang menjadi semakin kecut ketika melihat betapa
setiap orang yang tadinya melapor itu keesokan
harinya sudah tidak diketemukan lagi jejaknya!
Mereka tidak tahu apakah mereka itu dibunuh oleh
Hek-tung Kai-pang ataukah terdapat persekongkolan
antara pihak pemerintah dengan Hek-tung Kai-pang
sendiri. Yang jelas, dengan adanya kejadian itu
berulang-ulang, penduduk dicekam rasa takut dan
akhirnya tidak ada lagi yang berani membuka mulut.
Mereka terpaksa menutup mulut dan mata kalau
melihat kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh
golongan pengemis baju hitam itu, baik kejahatan
berupa pengambilan gadis-gadis cantik ataupun

99
sumbangan-sumbangan paksaan terhadap para
hartawan.

Dan hebatnya, menjelang ulang tahun ketua Hek -


tung Kai-pang itu, kini setiap anggauta pengemis baju
hitam meminta derma terhadap setiap penduduk,
baik dia itu orang kaya ataupun orang miski n!
Kejadian ini tentu saja membuat kebencian penduduk
menjadi semakin berlipat ganda. Kalau dulu hanya
para hartawan saja yang menentang, kini ditambah
lagi dengan golongan orang-orang miskin ini. Mereka
itu memberontak dan mengadakan persatuan sendiri
untuk melawan kejahatan Hek-tung Kai-pang yang
sudah melewati batas ini.

Kampung Loh-chung bersatu padu. Semua pemuda


dikumpulkan dan akhirnya mereka berhasil
menyatukan seratus lima puluh orang. Namun,
belum lagi mereka ini menyerbu markas Hek-tung
Kai-pang, tiba-tiba datang limabelas anggauta
perkumpulan itu mendahului mereka. Para penduduk
yang sudah dipenuhi api dendam segera berteriak -
teriak dan menggerakkan senjata, namun satu-
persatu orang-orang kampung Loh-chung ini disapu
bersih. Seratus limapuluh jiwa roboh malang-
melintang di tengah kampung dan tidak ada satu-pun
dari mereka yang masih hidup!

100
Peristiwa ini amat menggemparkan dan nama Hek -
tung Kai-pang semakin ditakuti orang. Hek-tung Kai-
pang adalah seperti sebuah perkumpulan iblis, bukan
perkumpulan pengemis. Dan anehnya, sebegitu jauh
perkumpulan ini melakukan kejahatannya, pihak
pemerintah tetap saja tidak turun tangan!

Dan pada hari itu, sebulan setelah kejadian yang


mengerikan tadi, markas Hek-tung Kai-pang tampak
sibuk. Markas ini terletak di pinggir kota sebelah
barat dan walaupun namanya saja adalah
perkumpulan pengemis, namun gedung dari para
pengemis itu sendiri sungguh tidak merupakan
gedungnya orang-orang miskin. Bahkan jauh
daripada itu. Markas besar para pengemis baju hitam
ini dibangun seperti istana raja, dindingnya diukir
dan pilar-pilarnya dicat emas sehingga tampak in dah
gemerlapan.

Kota Hun-kiang pada pagi hari itu tampak lebih


ramai daripada biasanya. Hal ini adalah disebabkan
dengan munculnya pendatang -pendatang baru dari
luar kota. Umumnya adalah kaum pengemis juga
karena mereka ini bukan lain adalah wakil-wakil
cabang Hek-tung Kai-pang di lain daerah. Di
samping itu, juga terdapat beberapa orang yang
bukan dari golongan pengemis, rata -rata berwajah
menyeramkan dan agak liar, ta nda bahwa orang-
orang ini tentulah dari golongan hitam.

101
Dari sebuah jalan raya yang membentang panjang di
tengah kota, muncul seorang gadis berpakaian serba
hijau. Cantik jelita dan gagah gadis ini, sungguh amat
jauh bedanya dengan golongan pengemis ataupun
golongan hitam tadi. Pakaiannya terbuat dari sutera
halus, mencetak ketat tubuhnya yang ramping padat,
pinggangnya dilingkari oleh sebuah rantai perak yang
tampak gemerlapan tertimpa cahaya matahari pagi.
Usianya tidak akan lebih dari sembilanbelas tah un
dan langkah kakinya yang ringan gesit ketika
berjalan, menunjukkan bahwa gadis itu tentulah
bukan wanita sembarangan.Karena kota Hun -kiang
kebanyakan adalah kaum lelaki saja yang muncul
setelah adanya penculikan gadis-gadis cantik oleh
Liong-tung Lo-kai, maka tentu saja kehadiran gadis
cantik berpakaian sutera hijau yang cantik jelita dan
amat segar di pagi hari itu segera menarik perhatian
orang.

Ada dua macam pandangan yang dilontarkan orang


terhadap gadis itu. Pertama adalah pandangan cemas
sedangkan yang kedua adalah pandang mata yang
bersinar gembira. Yang pertama adalah pandang
mata penduduk biasa dan yang kedua adalah pandang
mata anggauta Hek-tung Kai-pang yang kebetulan
pada pagi hari itu bertemu dengan gadis yang jelita
ini. Kebetulan sekali, pikir mereka. Hari ini adalah
hari ulang tahun pangcu (ketua). Kalau mereka dapat
mempersembahkan gadis secantik manis ini, tentu
mereka akan mendapatkan hadiah besar!

102
Lima orang penunggang kuda berteriak-teriak dari
ujung jalan raya dan kuda mereka tampa k membalap
kencang. Semua orang menoleh dan gadis baju hijau
itupun juga menengok sambil mengerutkan alisnya
yang hitam panjang. Semalam hujan baru saja turun
dan belum ada debu-debu yang mengepul ketika lima
ekor kuda yang tinggi besar itu datang. Namun
sebaliknya, karena tanah masih becek, tentu saja
larinya kuda-kuda itu membuat lumpur bercipratan
ke sana-sini.

103
"He, minggir...........! Minggir kalian semua kalau
tidak ingin terinjak mampus..........!" tiba -tiba
terdengar bentakan nyaring disusul derap kaki kuda.

Semua orang segera menyibak ketika lima ekor kuda


beserta penunggangnya yang berteriak-teriak itu
meluncur datang. Akan tetapi, begitu lima orang
yang berada di atas kuda ini melihat si gadis berbaju

104
hijau, tiba-tiba orang yang di depan berseru keras dan
menarik kendali kudanya. Gerakan ini dilakukan
mendadak sehingga empat temannya yang lain
terkejut dan mengikuti perbuatannya. Lima ekor
kuda tinggi besar itu meringkik keras dan hampir saja
mereka saling bertumbukan.

"He, kawan-kawan, berhenti, lihat......!" orang


pertama tadi berkata sambil menudingkan telun -
juknya ke arah gadis cantik itu. "Bukankah ini
namanya pucuk dicinta ulam tiba? Kita memang
sedang mencari-cari hadiah apa kiranya yang pantas
disuguhkan kepada pangcu, dan secara tidak kita
sangka ternyata hadiahnya sudah ber ada di depan
mata. Ha-ha-ha, apakah ini bukan tanda nya bahwa
pangcu kita memang sedang diberi rejeki besar?"

Lima orang anggauta Hek-tung Kai-pang yang baru


datang ini tertawa-tawa dan mereka berloncatan
turun lalu menghampiri gadis itu.

"Hemm, kalian mau apa?" gadis itu bertanya dengan


suara dingin, alisnya semakin dikerutkan dan wajah
yang tadinya berseri-seri itu kini mulai lenyap
senyumnya.

Orang-orang Hek-tung Kai-pang sudah biasa


melakukan perbuatan seenak perut mereka sendiri.

105
Kinipun menghadapi gadis itu, orang -orang ini sama
sekali tidak memandang mata dan bersikap kasar.

"Nona, kami minta sukalah kau ikut bersa ma kami


menghadap pangcu. Beliau tentu merasa senang
sekali bertemu denganmu dan kutang gung pasti akan
menarikmu menjadi isteri yang paling disayang, ha -
ha!"

"Benar, dan daripada berjalan kaki, lebih baik


membonceng bersamaku. Ketahuilah, nona, kudaku
sangat kuat dan biar ada dua orang gadis seperti kau
inipun kudaku masih sanggup berlari cepat!"

"Ah, jangan mau, nona. Walaupun kudanya kuat


tetapi berdekatan dengan dia ini yang jarang mandi
sungguh tidak sedap. Lebih baik dengan aku saja.
Lihat, tubuhku lebih bersih dan kalau nona tidak
suka duduk di belakang, boleh di depan saja,
kupangku, ha-ha!"

Bermacam-macam omongan kotor mulai dikeluarkan


dan lima orang pengemis baju hitam ini berebut maju
untuk memegang tubuh dara baju hijau, sikap mereka
seperti seekor kucing yang mendapatkan makanan
lezat.

Gadis itu menjadi merah mukanya dan tampaklah


sekarang betapa sepasang mata jeli itu berapi -api.

106
Begitu lima orang Hek-tung Kai-pang ini hendak
menjamah tubuhnya, tiba-tiba terdengar lengking
nyaring dan gadis itu berkelebat ke depan.

"Plak-plak-plak-des-dess!"

Lima kali berturut-turut pukulan dan tendangan dara


ini mengenai sasarannya dan lima orang anggauta
Hek-tung Kai-pang itu roboh terpelanting sambil
berteriak kaget. Sama sekali mereka ini tidak mengira
bahwa gadis yang mereka ganggu itu ternyata bukan
gadis sembarangan.

"Keparat!"

"Jahanam!"

"Setan betina!"

Mereka memaki dan berlompatan bangun. Wajah


orang-orang ini tampak merah karena marah dan
malu. Tadi mereka amat memandang rendah dan
akibatnya dalam segebrakan saja mereka roboh.
Akan tetapi orang-orang ini tetap tidak memandang
sebelah mata. Sepandai-pandainya seorang wanita,
sampai dimanakah kekuatannya?

107
"Nona, kau gadis yang tidak tahu disayang orang!"
orang pertama yang mukanya kuning membentak.
Tadi pipinya digampar dan kini tampak merah.
"Kalau kau tidak suka dibawa secara bai k-baik,
biarlah aku yang akan membawamu ke depan pangcu
dengan kekerasan!"

Tubuh si muka kuning ini lalu menubruk dengan


kedua lengan terkembang seperti seekor ha rimau
menerkam kambing. Cepat dan kuat tubrukan ini dan
orang-orang yang menyaksikan kejadia n yang
menegangkan hati ini menjadi khawatir sekali.

"Wuuttt.......ehh!"

Si muka kuning berseru heran karena tubrukannya


yang kuat dan cepat tadi ternyata luput. Gadis baju
hijau yang tadi berada di depannya itu tahu -tahu
telah menghilang dan sebelum dia memutar tubuh
untuk mencari, tiba-tiba sebuah bayangan yang
membuat matanya kabur menampar pipinya yang
sebelah. "Plakk !"

Tanpa dapat dihindarinya lagi pipi kanannya


digampar dan tubuhnya terjengkang roboh! Si muka
kuning melompat bangun kembali da n wajahnya
tampak buas. Tahulah dia sekarang bahwa gadis itu
bukanlah gadis sembarangan !

108
"Kawan-kawan, hajar dia!" orang ini membentak dan
empat orang temannya yang lain sambil berteriak lalu
menyerbu berbareng.

Segera gadis baju hijau dikeroyok oleh lima angga uta


Hek-tung Kai-pang dan terjadilah pertandingan yang
seru di tempat itu, ditonton oleh orang-orang banyak.
Gadis itu mengeluarkan suara jengekan dari
hidungnya dan tiba-tiba tubuhnya berkelebat lenyap.
Lima orang lawannya terkejut dan sebelum mereka
tahu di mana nona itu berada, tahu -tahu sepasang
kaki membagi-bagi tendangan hebat.

"Ngek-blukk-dess.........aduhh, mati aku......!"

Lima orang kasar ini menjerit kesakitan dan tubuh


mereka terlempar seperti layang -layang putus. Ada
yang dadanya ampeg, perutnya mulas dan ada pula
yang rahangnya patah karena dagunya tadi terkena
tendangan yang mencuat dari bawah ke atas!

Gegerlah tempat itu dan para penduduk Hun -kiang


yang menyaksikan peristiwa ini, diam-diam merasa
puas dan girang sekali melihat kehebatan seorang
lihiap (pendekar wanita) yang berani menentang
perkumpulan Hek-tung Kai-pang.

109
Akan tetapi, ketika dari jauh berlari-larian anggauta-
anggauta Hek-tung Kai-pang yang lain, para pen-
duduk menjadi cemas dan tegang juga.

Empat orang dari lima orang yang dihajar ini sudah


melompat bangun. Yang satu tidak da pat bangun
kembali karena rahangnya yang patah membuatnya
roboh pingsan. Melihat betapa dalam beberapa
gebrakan saja mereka telah dibuat jatuh bangun,
orang-orang ini lalu mencabut senjata mereka, yaitu
sebatang tongkat yang terbuat kayu besi dan hitam
mengkilat karena sering digosok.

"Setan betina, karena kau berani menentang Hek -


tung Kai-pang, maka jangan sesalkan kami kalau hari
ini kau akan mengalami penghinaan hebat!" si muka
kuning yang marah dan malu itu mengeluarkan
ancamannya. "Kami akan menangkapmu dan kalau
pangcu tidak mau, kami akan menggilirmu berganti -
ganti sampai kau tewas dalam keadaan telanjang
bulat!"

Wajah yang cantik itu berobah merah dan sepasang


mata yang jeli indah itu kini mema ndang si muka
kuning dengan sinar berapi. "Hmm, mulutmu kotor
dan aku akan menyobek mulutmu itu. Kalian orang-
orang yang tidak tahu diri dan pantas dibunuh!"

110
Begitu kata-katanya selesai, tanpa menanti orang-
orang itu menyerang, gadis ini meloncat ke dep an
dan kaki tangannya bergerak cepat.

Empat orang Hek-tung Kai-pang menggerakkan


tongkat-tongkat mereka dan empat sinar kehitaman
menyambar datangnya bayangan gadis itu.

"Plak-plak-dess-krakk..........aughh...........!"

Terdengar jerit mengerikan d an seruan kaget dari


empat orang ini. Empat batang tongkat yang tadi
menyambut tubuh gadis baju hijau itu dengan tepat
mengenai sasarannya, akan tetapi begitu
menghantam tiba-tiba tongkat mereka membalik
seperti memukul karet. Akibatnya, tanpa dapat
mereka cegah lagi senjata mereka itu menghajar
tubuh sendiri dan hidung mereka pecah terpukul
tongkat. Dan yang lebih mengerikan adalah ke adaan
si muka kuning karena seperti apa yang tadi
dikatakan, gadis itu dengan kecepatan luar biasa
telah merobek mulut orang ini s ampai ter kuak lebar
dan si muka kuning menjerit ngeri dan roboh binasa!

Kagetlah yang lain dan mereka menjadi pucat


wajahnya. Gadis baju hijau itu yang sudah menjadi
marah ternyata tidak mau memberi ampun. Begitu si
muka kuning tewas, iapun membalik dan m enghajar
sisanya yang tadi berpelantingan ini. Tentu saja tiga

111
orang yang tadinya amat sombong dan penuh lagak
ini memekik kesakitan. Tubuh mereka ditendang jauh
dan terlempar dengan tulang -tulang patah dan
akhirnya mereka roboh tak sadarkan diri merasakan
nyerinya tulang-tulang yang patah!

Gemparlah kota Hun-kiang. Para penduduk yang


memang amat membenci golongan penjahat ini,
bersorak-sorak girang dan ada beberapa orang di
antaranya sudah melompat maju sambil meng -
ayunkan golok penyembelih babi atau sabit yang
sedianya hendak dipergunakan untuk mencari rum -
put itu ke arah empat anggauta Hek-tung Kai-pang
yang masih pingsan.

Namun, sebelum mereka melaksanakan maksudnya


tiba-tiba dari belakang terdengar teriakan-teriakan
marah dan belasan pengemis-pengemis baju hitam
meluruk ke tempat itu! Dan melihat betapa beberapa
orang di antaranya mengenakan tali merah dan biru
di pinggang, mudah diduga bahwa orang-orang itu
tentulah tokoh-tokoh Hek-tung Kai-pang kelas tiga
atau dua.

Hal ini memang benar. Yang men genakan tali biru


adalah tokoh tingkat tiga dan yang mengenakan tali
merah adalah dari tingkat dua. Ting kat satu hanya
ada tiga orang saja, yakni merupa kan murid-murid

112
kepala Liong-tung Lo-kai dan mengenakan tali
hitam.

Mereka ini tadi mendengar betapa ada seorang gadis


cantik telah merobohkan saudara -saudara mereka,
bahkan yang dua orang agaknya tewas dan yang lain
luka-luka berat. Liong-tung Lo-kai yang dikabari
berita ini tentu saja merasa marah. Hari itu adalah
hari ulang tahunnya, bagaimana ada oran g berani
mengacau di dalam sarangnya? Apalagi ketika
diketahuinya yang mengacau adalah seorang gadis
cantik yang usianya ditaksir tidak lebih dari
sembilanbelas tahun!

Maka diperintahkannya anggauta dari tingkat dua


dan tiga untuk menangkap pengacau itu. T ingkat satu
tetap berada di situ untuk mengurus dan menyambut
datangnya beberapa tokoh penting. Lagi pula Liong -
tung Lo-kai menganggap bahwa dengan majunya
anggauta-anggauta tingkat dua dan tiga yang masih
dibantu oleh beberapa teman mereka tentu gadis itu
akan dapat ditangkap.

Kali ini Liong-tung Lo-kai salah perhitungan. Dia


tidak tahu siapa adanya gadis itu. Kalau saja dia
tahu, tentu agaknya dia sendiri yang akan maju !

Siapakah sebetulnya gadis baju hijau yang amat lihai


itu? Dia bukan lain adalah Kwan Pek Hong, murid

113
tunggal yang amat disayang dari seorang hwesio
Tibet yang berjuluk Ta Bhok Hwesio! Bagi para
pembaca yang telah membaca ceritera "Hancurnya
Sebuah Kerajaan" yang lalu, tentu telah berkenalan
baik dengan gadis ini.

Gara-gara Yap-goanswe-lah maka Pek Hong hari itu


tiba di kota Hun-kiang. Seperti kita ketahui, gadis
yang cantik manis ini telah jatu h hati terhadap
jenderal muda itu. Namun, ketika di ketahuinya
betapa pemuda itu telah mempunyai seorang kekasih
yang ternyata berkhianat, baik berkhianat terhadap
Kerajaan Yueh maupun berkhianat dalam cinta
kasihnya terhadap bekas jenderal muda yang gagah
perkasa itu, gadis ini mengalami pukulan batin yang
hebat.

Diam-diam timbul cemburu dan sakit hati nya


terhadap kekasih Yap-goanswe yang bernama Siu Li
itu, murid seorang nenek iblis yang telah tewas dan
bernama Mo-i Thai-houw. Dia merasa terharu dan
kasihan kepada Yap-goanswe yang diketahuinya
telah dipermainkan oleh Siu Li si iblis cantik berhati
palsu. Perasaan ini bahkan semakin memperdalam
cinta kasihnya terhadap pemuda yang tampan gagah
dan yang amat dikaguminya itu dan diam-diam gadis
ini lalu bertekad untuk mencari Siu Li dan diajak
membuat perhitungan!

114
Rasa cemburu dan sakit hati telah membakar gadis
ini. Dia menganggap bahwa Siu Li telah membuat
dosa besar. Pertama adalah berpura-pura membantu
Yueh yang dipimpin oleh jenderal muda itu dan yang
ternyata akhirnya adalah merupakan seorang mata -
mata dari Wu, dan yang kedua adalah sikap palsunya
terhadap Yap-goanswe, memikat hati jenderal muda
itu dan mempermainkannya!

Dua hal inilah yang menjadi alasan bagi Pek Hong


untuk mencari Siu Li dan dimintai per tanggungan
jawabnya. Dia tidak terima dan akan membuat
perhitungan! Gadis ini dahulu pernah membantu Bu
Kong ketika pemuda itu memimpin pasukan Yueh
dan melawan Wu-sam-tai ciangkun, maka
pengkhianatan Siu Li terhadap Yueh membuatnya
marah sekali. Akan tetapi, yang membuat gadis ini
meluap kemarahannya adalah kenyataan betapa Siu
Li mempermainkan pemuda yang ama t dikaguminya
itu dalam asmara. Hal ini dianggapnya sangat hina
dan memalukan dan pandangannya terhadap Siu Li
berbalik seratus delapanpuluh derajat, ia
menganggap bahwa Siu Li adalah seorang iblis betina
yang tidak tahu malu!

Gadis itu perlu dicari dan dibunuh! Inilah tekadnya


yang sudah bulat. Dan karena Pek Hong tahu betapa
lihainya Siu Li, maka dia lalu memperdalam ilmunya
kepada suhunya dan setelah merasa cukup kuat,
pergilah dia untuk memulai pencariannya. Kota demi

115
kota dimasuki dan iapun telah mencari musuhnya itu
dimana-mana. Namun sama sekali belum juga dia
dapat menemukan Siu Li.

Bahkan, dalam perjalanannya ini gadis itu menerima


berita yang amat mengejutkan hatinya tentang Yap-
goanswe, betapa jenderal muda itu dipecat dari
kedudukannya dan hendak dihukum mati oleh Yun
Chang karena perjinaannya bersama Bwee Li selir
tersayang dari raja muda itu!

Dan, sebagaimana biasanya berita yang tersiar dari


mulut ke mulut, orang suka membumbui cerita itu
supaya menjadi lebih hebat lagi. Dikabarkan oleh
orang-orang ini, yaitu orang-orang yang tidak
menyenangi pemuda itu, betapa sebenarnya bukan
hanya Bwee Li sajalah yang bermain gila dengan
pemuda itu, melainkan hampir semua selir Yun
Chang semuanya sudah pernah ditiduri oleh jenderal
muda itu!

Bukan main kagetnya hati Pek Hong. Wajahnya


sampai menjadi pucat dan bermacam perasaan
mengaduk hatinya. Terdapat kemarahan dan ke -
muakan yang luar biasa di hatinya terhadap pe muda
itu. Siapa kira, pemuda yang dulunya amat sopan dan
alim itu kiranya hanya di luarnya saja, di dalamnya
ternyata merupakan seorang pemuda hidung belang
dan pemogoran !

116
Dan berita hancurnya Kerajaan Yueh yang diserbu
oleh pasukan Wu yang kuat juga cukup
mengguncangkan perasaannya, ia mendengar pula
betapa Yun Chang akhirnya tewas dan banya k
panglima-panglima gagah dari Yueh binasa. Hanya
sedikit saja yang dapat meloloskan diri dan kabar nya
mereka ini dikejar-kejar oleh Wu-sam-tai-ciangkun.

Sejenak gadis ini tertegun. Hancurnya Yueh di


tangan musuh hanya sedikit saja mengguncang
perasaannya. Akan tetapi berita hebat mengenai Yap
Bu Kong benar-benar membuatnya tidak mampu
bicara. Hatinya terlampau sakit, terlampau marah
dan kecewa ketika dia mendengar perbuatan pemuda
itu. Dia sampai melakukan perjalanan kali ini adalah
antara lain untuk membela pemuda itu. Siapa nyana,
pemuda yang dibelanya ternyata seorang pemuda
bejat dan tidak tahu malu. Sekarang ia tidak dapat
membedakan lagi, mana yang lebih tidak tahu malu,
Yap-goanswe ataukah Siu Li?!

Karena dilanda kebingungan inilah akhirnya Pek


Hong termangu-mangu dan ia tidak tahu lagi untuk
apakah dia sekarang melakukan perjalanan. Kakinya
melangkah ke mana dia suka dan akhir nya di pagi
hari itu gadis ini memasuki kota Hun -kiang. Hatinya
sedang tidak senang dan marah teringat perbuatan
pemuda itu, maka gangguan pengemis-pengemis baju
hitam ini membuatnya cepat naik darah .

117
Begitu melihat betapa belasan orang-orang Hek-tung
Kai-pang ini maju sambil berteriak-teriak dan
menyerbu dengan senjata mereka, Pek Hong
melengking nyaring dan sekali tangannya bergerak,
terdengarlah suara "srett!" dan rantai perak yang tadi
menghias pinggangnya yang ramping telah di cabut
dan berputaran di depan tubuhnya.

"Tar-tar-tarr....!" rantai perak itu menjetar nyaring di


udara dan sekali tubuhnya melompat, sinar putih
berkilauan menyambar datangnya belas an orang ini.

"Wuuttt....trak-trak-cringg......!" tiga orang anggauta


Hek-tung Kai -pang yang berada paling depan menjerit
dan r oboh terjungkal, senjata mereka mencelat entah
ke mana begitu bertemu dengan senjata gadis itu. Dan
sebelum mereka hilang kagetnya, tahu-tahu leher
mereka dihantam rantai perak itu dan tanpa
mengeluh lagi tiga orang ini semaput!

Tokoh -tokoh Hek-tung Kai pang tingkat dua dan tiga


ter keju t sekali melihat kehebatan gadis baju hijau ini.
Anggauta yang bertali biru, yaitu sebanyak enam
orang, berteriak memperingat kan yang lain agar hati-
hati dan mereka ini lalu berpencar dan m enger oyok
Pek Hong dari depan dan belakang. Sedangkan
anggauta bertali merah yang berjumlah empat orang
mengepung dari samping kiri dan kanan dan sisanya

118
yang lain membantu dalam saat-saat yang tidak
terduga.

Terjadilah pertempuran yang lebih seru dari pada


tadi. Gadis ini dikeroyok dari segala penjuru dan
tidak diberi kesempatan untuk berhenti ber gerak.
Terpaksa Pek Hong lalu mengerahkan ilmunya
meringankan tubuh dan mulailah bayangan hijau
berkelebatan di antara belasan batang tongkat hitam
itu. Angin sambaran tongkat dari tokoh -tokoh bertali
biru dan merah mendengung kuat, tanda bahwa
tongkat-tongkat di tangan mereka digerakkan oleh
tenaga lweekang yang cukup tinggi dan terhadap
tokoh-tokoh inilah gadis itu lebih mencurahkan
perhatiannya.

Orang-orang di pinggir jalan yang menonton


pertandingan ini menjadi tegang hatinya dan mere ka
tidak melihat betapa di antara mereka s eorang
pemuda menyelinap kesana-sini untuk dapat berada
di depan dan sikapnya sedikit mencurigakan.

Pemuda ini mengenakan pakaian pelajar yang terbuat


dari bahan sederhana. Wajahnya ca kap dan sepasang
matanya tajam membayangkan kecerdikan.
Tubuhnya sedang akan tetapi tegap dan kuat dan hal
ini agak aneh bagi kebanyakan pelajar yang biasanya
bertubuh lemah dan ringkih karena hanya otak

119
mereka sajalah yang diberi makanan berupa buku -
buku filsafat.

Setelah dia dapat menonton dengan enak di muka


sendiri, pemuda ini tampak kagum dan sepasang
matanya bersinar-sinar dan air mukanya me-
nunjukkan bahwa dia sedang gembira . Berkali-kali
mulutnya mengeluarkan seruan kagum dan memuji
kalau melihat Pek Hong mengelak dari belasan
tongkat yang menyambar dan menvaksikan betapa
d engan gerakan yang amat sebat sekali dara baju hijau
itu telah membalas serangan-serangan lawannya.

Suatu ketika, anggauta Hek-tung Kai-pang tingkat


rendahan yang membantu dari luar itu melihat
kesempatan baik. Gadis itu sedang dicecar hebat oleh
sepuluh tokoh-tokoh tingkat dua dan tiga yang
menyerang dari belakang, depan, samping kiri dan
kanan. Sedemikian hebatnya seran gan-serangan ini
karena mereka itu susul-menyusul seperti gelombang
lautan dan gadis itu terpaksa merobohkan diri
bergulingan.

Melihat betapa tubuh gadis itu bergulingan di atas


tanah, orang-orang ini berteriak keras dan senjata
mereka menyambar ke bawah dengan cepat. Mereka
kali ini merasa yakin bahwa gadis itu tentu akan
dapat mereka robohkan. Sama sekali tidak

120
menyangka bahwa perbuatan yang dilakukan oleh
Pek Hong sebenarnya hanyalah siasat belaka.

Gadis baju hijau ini yang melihat betapa tokoh-tokoh


Hek-tung Kai-pang tingkat dua dan tiga itu ternyata
membuatnya repot karena serang an-serangan mereka
cukup berbahaya juga, diam-diam merasa
mendongkol dan gemas terhadap tokoh-tokoh
rendahan yang menyerangnya dari luar seperti
lakunya seorang pencuri. Oleh sebab itu, ia lalu
menggunakan siasat yang disebut "memukul yang
lemah duluan, menghadapi yang kuat belakangan".
Demikianlah, dengan gerakan Trenggiling Berguling
Miring, gadis ini lalu berpura -pura roboh dan terus
melanjutkan gerakan ini dengan gulingan cepat dan
tangan kirinya tidak tinggal diam, secepat kilat
meraup pasir yang segera disawutkan ke arah
pengemis-pengemis bertali biru dan merah,
sementara sepasang kakinya melakukan tendangan
berputar bertubi-tubi ke arah lutut tokoh-tokoh
rendahan dari Hek-tung Kai-pang ini.

Akibatnya sungguh hebat. Pengemis -pengemis bertali


biru dan merah yang tidak menduga sedikitpun juga
akan akal nona itu, berseru kaget ketika melihat
benda-benda hitam bertaburan ke muka mereka.
Orang-orang ini tadinya sudah bersiap-siap untuk
melancarkan serangan penutup apabila gadis itu
melompat bangun dan berhasil lolos dari serangan
saudara-saudara mereka. Siapa kira, dalam keadaan

121
bergulingan itu lawan mereka ini menyambitkan
pasir-pasir tanah yang banyaknya sudah tidak
terhitung lagi. Tentu saja mereka gelagapan dan
beberapa butir pasir masih sempat memasuki mata
mereka yang menjadi pedih dan tak dapat dibuka.

Dan pada saat itulah terdengar teriakan-teriakan


kaget di sana-sini. Orang-orang Hek-tung Kai-pang
tingkat rendahan yang tadinya sudah merasa girang
karena yakin tubuh gadis itu akan terkena senjata
mereka, merasa terkejut sekali karena dengan
gerakan secepat kilat dan indah luar biasa Pek Hong
telah melejit dengan gerakan Lee-hi-ta-teng (Ikan Le
Melompat). Semua tongkat yang tadi menyambar
otomatis tak mengenai sasaran dan sebelum mereka
menarik kembali senjata masing -masing, tahu-tahu
tendangan gadis itu telah mengenai sambungan lutut
mereka.

"Des-des-desss.....aduhhhh!"

Lima orang tertotok oleh ujung sepatu gadis itu dan


segera mereka terpelanting jatuh dengan lutut
terlepas sambungan tulangnya. Dan sementara
tokoh-tokoh tingkat dua dan tiga mema ki-maki
karena mata mereka belum dapat dibuka, gadis itu
sudah meloncat ke depan dan rantai perak di tangan
kanannya bekerja dibantu oleh kakinya yang

122
menendangi sambungan lutut lawan. "Plak-plak,
dess......... aughh!"

Berturut-turut sepuluh orang Hek-tung Kai-pang ini


menjerit kesakitan dan seperti saudara-saudara
mereka yang lain, mereka inipun juga roboh
berpelantingan, tongkat di tangan sudah melayang
entah ke mana disambar rantai perak yang tidak
mengenal ampun!

Tentu saja peristiwa ini amat mengagumkan hati dan


pemuda pelajar yang sejak tadi menonton dengan
mata bersinar-sinar, bertepuk tangan sambil berseru,
"Bagus, lihai sekali!" dan dia lalu tertawa -tawa geli
menyaksikan para pengemis itu merintih-rintih dan
menggeliat-geliat di atas tanah.

Pek Hong menghapus peluhnya dan menoleh setelah


menyimpan rantai perak itu yang kini su dah melibat
lagi pinggangnya yang ramping. Melihat betapa
pemuda pelajar itu tertawa -tawa dan sepasang
matanya memandang penuh kekaguman
terhadapnya, gadis ini tiba -tiba menjadi merah
pipinya.

Entah mengapa, pandang mata dan pujian itu


membuat mukanya terasa panas dan hatinya berdebar
aneh. Ia cepat membuang muka dan tiba -tiba gadis
ini terkejut ketika melihat betapa di dekatnya telah

123
berdiri tiga orang laki-laki yang bersikap angker
dengan mata tajam sedang memandangnya dengan
wajah keruh. Pek Hong terkejut dan ia menjadi heran
ketika melihat betapa para penonton yang tadi berdiri
di sekitar mereka tiba-tiba mengeluarkan suara
ketakutan dan mereka itu semuanya segera mund ur-
mundur menjauhi!

Tentu saja hal ini amat menarik perhatian nya dan


gadis ini lalu memandang tiga orang laki laki itu
penuh perhatian. Mereka adalah tiga orang yang
usianya sekitar empatpuluhan tahun dan yang tertua
bermuka merah. Melihat betapa tiga ora ng ini
mengenakan baju tambal-tambalan, mudah diduga
bahwa orang-orang inipun tentu masih kerabat
dengan belasan anggauta Hek-tung Kai-pang yang
dirobohkannya. Dan melihat tali hitam yang
melingkar di pinggang serta sinar mata yang tajam
menusuk, tahulah gadis ini bahwa dia agaknya
berhadapan dengan lawan-lawan yang memiliki
kepandaian lebih tinggi daripada orang -orang tadi.

Gadis itu tersenyum mengejek dan dengan tenang ia


melangkah maju dua tindak. "Apakah kalian teman
tikus-tikus ini?" tanyanya sambil menuding belasan
orang yang masih merintih-rintih itu. "Jika demikian,
tentu kalian hendak memba las dendam. Nah,
majulah agar aku tidak tanggung-tanggung
membasmi penjahat penjahat rendah macam kalian
ini!"

124
Tiga orang itu memandang dengan sinar berapi
namun mereka agaknya menahan diri dan tidak
melayani tantangan ini. Si muka merah melangkah ke
depan, tangannya menyodorkan sebuah surat dan
berkata dengan suara dingin, "Kalau nona benar -
benar seorang gagah, kami tunggu kedatanganmu di
markas Hek-tung Kai-pang. Pangcu melarang kami
untuk membuat onar di sini dan hanya mengirimkan
surat untuk nona. Terimalah!" dan dia lalu
menyambitkan surat itu yang meluncur ke depan
setelah tadi mengerahkan lweekangnya.

"Wuuttt!" Pek Hong cepat menangkap dan gadis ini


diam-diam terkejut ketika telapak tangannya
tergetar. Tahulah ia bahwa si muka merah itu
memang memiliki tenaga lweekang kuat dan ia harus
berhati-hati. Akan tetapi, seperti yang sudah menjadi
wataknya, dara ini sama sekali tidak mengenal takut.
Kata-kata "berani" tadi bahkan semakin membakar
hatinya. Dia mendengus marah dan berkata kepada
tiga orang itu.

"Sampaikan kepada pangcu kalian bahwa aku pasti


datang. Ingin aku melihat apa yang hendak dilakukan
oleh orang-orang Hek-tung Kai-pang yang agaknya
pandainya hanya mengeroyok orang!"

Tiga orang itu tidak menjawab hanya muka mereka


saja yang menjadi semakin merah karena marah.

125
Mereka membalikkan tubuh dan menolong saudara -
saudara mereka yang roboh di sana -sini itu. Dua
orang yang tewas mereka panggul dan akhir nya
beramai-ramai orang-orang Hek-tung Kai-pang ini
berlompatan pergi setelah melempar pandang mata
penuh ancaman terhadap gadis itu yang masih berdiri
dengan sikap angkuh.

Pek Hong memutar tubuh dan ia sudah tidak melihat


lagi penduduk Hun-kiang yang tadi merubung tempat
itu. Agaknya orang-orang ini ketakutan dan lari
pulang. Apalagi setelah tadi mereka mendengar
betapa gadis itu menerima tantangan Hek tung Kai-
pang dan hendak menemui musuh -musuhnya di
markas pusat. Sungguh kelewat berani . Mana
mungkin hanya seorang diri saja melawan sekian
banyaknya orang-orang Hek-tung Kai-pang?

"Eh, nona, kau sungguh sembrono! Hek-tung Kai-


pang adalah orang-orang jahat dan licik, mengapa
kau hendak ke sana secara berterang? Wah,
celaka...... itu amat berbahaya !”

Pek Hong kaget bukan main. Dia sudah tidak melih at


seorangpun di tempat itu, bagaimana ada orang
bicara demikian dekat dengannya? Cepat dia
membalik dan tahu-tahu si pelajar yang tadi
disangkanya sudah pulang itu tiba -tiba saja berada di
belakangnya dan enak-enak nyerocos bicara !

126
"Ehh, kau........?!?" gadis ini terbelalak dan sejenak
tertegun bingung.

Pemuda itu tertawa. "Kenapa, nona? Kau


kelihatannya seperti orang kaget. Apakah aku
mengejutkanmu?"

Pek Hong sudah dapat menekan hati nya dan


menjawab, "Benar, kau memang mengagetkan
hatiku. Kau seperti iblis saja , tahu-tahu sudah berada
di sini. Bukankah orang-orang lain sudah pergi
semua? Untuk apa kau tingga l di sini dan tidak
pulang seperti yang lain?"

"Pulang?" pemuda itu mengulang kata -kata ini dan


wajah yang tampan itu tampak muram dan alis yang
gagah itu berkerut. Dia menghela napas panjang lalu
berkata, "Nona, pelajar miskin seperti aku ini mana
punya rumah? Aku hidup seperti burung. Langit
adalah atap rumahku dan bumi merupakan tempat
tidurku. Aku berselimutkan angin dan berbantal
lengan, tidak bersanak tidak berkadang. Kawan-
kawanku adalah sepasang kaki dan tangan ini yang
membantuku hidup sampai hari ini. Aku pelajar sial
yang tidak beruntung dan selalu dirundung
malang............."

Ucapan ini terdengar mengharukan dan Pek Hong


merasa kasihan. "Kau......... apakah punya uang?"

127
pertanyaan ini meluncur dari mulutnya seakan -akan
tanpa disadari dan pemuda itu tampak terkejut
mendengar pertanyaan yang aneh ini.

"Uang?" dia terbelalak. "Uang untuk a pa, nona? Tadi


aku sudah bilang bahwa aku adalah pelajar miskin.
Dari mana aku bisa memperoleh uang? Sedang untuk
makanku sehari-hari saja aku harus menjual tenaga
kepada orang yang mau memakai tenagaku. Kalau
tidak ada yang mau paling-paling aku pergi ke hutan
mencari apa adanya yang bisa dimakan. Nona,
pertanyaanmu aneh sekali, dan untuk apakah kau
menanyakan uang kepadaku? Apakah kau
memerlukannya? Ahh, sayang, aku sama sekali tidak
punya dan....."

Pemuda ini menghentikan kata -katanya dan sepasang


matanya semakin terbelalak lebar. Dia melihat gadis
itu merogoh sakunya dan terdengar suara
berkerincingan dan ketika tangan yang halus putih itu
diangkat, tampaklah segenggam uang perak
berkilauan.

"Nih, terimalah untuk bekalmu......." Pek Hong yang


merasa kasihan lalu memberikan uang itu kepada si
pemuda pelajar.

Akan tetapi gadis ini kaget ketika tiba -tiba pemuda


itu melangkah mundur dan wajah yang tampan itu

128
kelihatan merah tanda marah. "Nona!" pemuda itu
membentak. "Kalau tadi aku menceritakan
kemiskinanku, bukanlah maksudku untuk memohon
belas kasihan kepadamu! Siapa sudi menerima uang
dari seorang wanita? Aku tidak butuh kasihan orang
lain dan tidak minta dikasih a n i ! "

( Bersambung jilid ke III.)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 2

129
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 3

DENGAN sikap marah pemuda itu lalu


membalikkan tubuh dan melangkah pergi ! Pek Hong
tertegun dan mukanya menjadi merah. Sama sekali
tidak disangkanya bahwa maksud baiknya diterima
salah oleh pelajar itu. Diam-diam hatinya
mendongkol dan panas.

130
"Hemm, pemuda yang angkuh dan tinggi hati!"
pikirnya marah.

Gadis ini lalu menyimpan uangnya dan sej enak


mengikuti kepergian siucai itu dengan pandang
matanya. Akan tetapi betapa heran dan terkejut
hatinya ketika ia sudah tidak melihat bayangan
pemuda tadi!

"Ehh, ke mana dia?" serunya heran dan ma tanya


berputar ke sekeliling tempat itu, namun siucai yang
dicarinya itu ternyata memang telah lenyap!
Terkejutlah gadis ini dan teringatlah ia akan
kedatangan pemuda tadi yang juga amat tiba -tiba dan
tahu-tahu telah berada di belakang nya tanpa ia
sadari. Kini, seperti datangnya tadi, tanpa
diketahuinya pemuda itupun juga lenyap dengan
amat cepatnya. Berdebarlah hatinya dan mulailah ia
menaruh curiga. Melihat gelagatnya, siucai itu
agaknya bukan sembarang orang!

"Hemm, aku harus berhati-hati," katanya perlahan


dan wajah tampan dari pemuda pelajar itu dengan
keangkuhan sikapnya mulai menarik perhatiannya.

Akan tetapi, teringat urusannya dengan Hek -tung


Kai-pang segera lamunannya tentang pemuda itu
membuyar. Cepat surat yang masih digenggamnya itu
dibaca dan alis yang hitam panjang dari gadis ini

131
berkerut marah. Liong tung Lo-kai, ketua Hek-tung
Kai-pang, mengundangnya datang ke markas sebagai
tamu kehormatan jika ia bernyali naga. Namun,
apabila ia takut, ketua yang sombong itu
menyuruhnya datang untuk minta ampun dan
menerima dosa!

Pek Hong tersenyum mengejek, sama sekali tidak


merasa gentar menerima surat tantangan dari ketua
Hek-tung Kai-pang. Di tengah perjalanannya sedikit
banyak ia memang telah mendengar tentang
kekejaman-kekejaman perkumpulan pengemis ini,
maka kebetulan sekali ia sekarang bertemu dengan
penjahat-penjahat itu. Ia akan datang, dan hendak
diobrak-abriknya sarang penjahat berkedok pengemis
yang sebenarnya merupakan pemeras -pemeras keji
itu!

Demikianlah, dengan sikap tabah dan tenang gadis


ini kemudian meninggalkan tempat itu, pura -pura
tidak tahu betapa beberapa pasang mata meng -
intainya dari jauh, mata orang -orang Hek-tung Kai-
pang !

Pada saat itu, pesta ulang tahun di markas pusat


perkumpulan Hek-tung Kai-pang mengalami sedikit
keguncangan. Datangnya anggauta-anggauta yang
terluka dan dipapah serta dua orang anggauta yang
tewas membuat semua mata terbelalak kaget.

132
Kenyataan ini sungguh mengejutkan bagi mereka,
apalagi setelah mereka mendengar bet apa yang
merobohkan saudara-saudara mereka, itu hanyalah
seorang gadis cantik berusia sembilan belasan tahun!

Liong-tung Lo-kai sendiri menjadi amat marah dan


geram. Mata picaknya berputar liar dan sorot
kekejaman membayang di mata tunggalnya itu.
Diam-diam pikirannya sudah mencari-cari
pembalasan apa yang hendak ditimpakannya kepada
gadis yang berani mati menentang perkumpulan nya.
Akan tetapi di samping ini dia menjadi was pada dan
maklum bahwa lawannya yang masih muda itu tentu
bukan gadis sembarangan. Setidak-tidaknya
merupakan murid dari seorang to koh besar yang
belum diketahuinya dan hal ini membuat kakek itu
bersikap hati-hati.

Laporan dari para penyelidik yang mengata kan


bahwa gadis cantik itu ternyata menerima
"undangan" ketua Hek-tung Kai-pang dan kini
sedang menuju ke tempat itu membuat orang -orang
menjadi berisik dan muncullah ketegangan di situ.
Dua orang tamu kehormatan dan merupa kan teman
lama Liong-tung Lo-kai yang bernama Hwa-tok-
ciang Kim Siang dan Mo -kiam Sie Giam Tun diam-
diam merasa tegang dan berdebar hati mereka.

133
"Gadis itu berani mati sekali," pikir mereka, “Dan ini
semua tentu mengandalkan kelihaiannya, hmm, ingin
kita melihat siapa gerangan dia dan tentu bakal
terjadi keramaian di sini."

Apa yang dipikirkan oleh dua orang itu agak nya


memang akan menjadi kenyataan dan seperti
biasanya sudah menjadi watak orang -orang kang-
ouw yang berkepandaian tinggi, mendengar kelihai an
seseorang membuat tangan mereka gatal -gatal untuk
membuktikan sendiri.

"Pangcu, biarkanlah aku saja yang menang kapnya.


Hitung-hitung sebagai hadiah ulang tahun mu!" Mo-
kiam Sie Giam Tun si ahli pedang ber kata
mendahului yang lain dan sepasang matanya
bersinar-sinar gembira. Membayangkan betapi
lawannya adalah seorang wanita muda yang cantik,
orang ini sudah mengilar dan ingin dia memper -
mainkan gadis itu.

Tokoh ini memang memiliki kepandaian tinggi dan


terkenal sekali dengan permainan ilmu pedangnya
Hek-mo Kiam-sut (Ilmu Pedang Iblis Hitam) dan dia
mempunyai pedang dari besi hitam yang dinamakan
Hek-mo-kiam. Dan seperti biasanya orang-orang
golongan sesat, diapun tidak lupa untuk mengoleskan
racun di batang pedangnya. Hal ini terutama kalau
dia menghadapi lawan-lawan berat dan sukar

134
dikalahkan. Maka dengan bantuan racunnya, sudah
banyak dia merobohkan lawan-lawan kuat. Di
samping itu, Mo-kiam Sie Giam Tun ini juga
tergolong orang yang mata kera njang dan menjadi
buas kalau menghadapi wanita -wanita cantik.

Hwa-tok-ciang tertawa dan orang yang men dengar


suara ketawa tokoh ini pasti akan mengkirik bulu
tengkuknya karena suara tawa itu seperti tawa
perempuan !

"Heh-heh, hi-hi-hikk! Mo-kiam si hidung belang,


jangan kau tergesa-gesa maju dulu. Siapa tahu begitu
maju kau lalu jatuh tunggang -langgang? Ihh, seorang
gadis cantik yang berani menentang Hek-tung Kai-
pang tentulah bukan gadis lemah seperti yang biasa
kaupermainkan, hi-hik!"

Hwa-tok-ciang lalu terkekeh-kekeh dan matanya


mengerling kesana kemari dengan sikap genit.

Bagi yang sudah mengenal baik tokoh ini, tentu tidak


akan merasa heran karena Hwa -tok-ciang ini adalah
seorang tokoh banci yang gemar pemuda-pemuda
ganteng!

Si Pedang Iblis mendengus marah karena diejek dan


dia menepuk pedangnya. "Hwa -tok-ciang, sepandai-
pandainya seorang wanita, apala gi masih muda belia,

135
sampai di manakah tingkatnya? Aku yakin dengan
Hek mo kiam pasti akan dapat merobohkannya. Kau
tahu, berapa banyak lawan-lawanku yang tangguh
roboh di ujung pedang ini? Sudah tidak terhitung
banyaknya! Hek-mo-kiam tidak pernah gagal dalam
melaksanakan tugasnya!" orang ini bersombong.

Tokoh banci itu hanya tertawa -tawa genit dan


sepasang matanya menyambar-nyambar ke sekeliling
dan akhirnya berhenti kepada wajah tampan seorang
pelajar yang duduk dibagian tamu-tamu biasa!
Melihat siucai tampan itu, sepasang mata Hwa-tok-
ciang bersinar penuh nafsu. Sudah seminggu ini dia
tidak sempat mencari korban, dan kini secara tak
disengaja tiba-tiba dia mendapatkan pemuda tampan
di tempat itu. Sungguh kebetulan!

"Eh, pangcu, dia siapakah?" Hwa-tok ciang berbisik


perlahan kepada tuan rumah dan matanya menunjuk
pemuda yang sudah diincarnya itu.

Liong-tung Lo-kai mengerutkan alisnya, diam-diam


merasa mendongkol kepada rekannya ini yang
hendak mencari kesenangan pribadi padahal dia
sedang menghadapi musuh yang akan datang
menyatroni. Namun untuk menghormat tamu ter -
paksa dia mengikuti pandangan tokoh banci ini dan
melihat pelajar tampan yang duduk di bagian tamu
biasa, dia menjawab.

136
"Hwa-tok-ciang, golongan tamu-tamu biasa begitu
mana aku bisa kenal? Paling-paling dia adalah
penduduk Hun-kiang, mungkin mewakili ayahnya
datang ke sini. Mau apa kau tanya -tanya? Huh,
agaknya seleramu bangkit setiap melihat wa jah
ganteng. Dasar banci!"

"Hi-hi-hikk!" Hwa-tok-ciang terkekeh sambil


menutupi mulutnya dengan sikap kemayu, melirik ke
arah Liong-tung Lo-kai dan berkata, "Pangcu,
agaknya kau cemburu melihat kesenanganku, ya ?
Ihh, jangan begitu dong, kan isteri-isterimu banyak?
Apalagi kalau nanti Mo-kiam bisa menangkap dan
mempersembahkan gadis itu, tentu kau dapat me-
muaskan hati. Bukankah seekor kuda betina liar lebih
menggairahkan daripada selir -selirmu yang lemah
itu?"

Kakek ini mendengus tidak menjawab dan tiba -tiba


matanya memandang tajam ke depan. Seorang gadis
cantik berbaju hijau melangkah masuk dengan sikap
tenang dan anggauta-anggauta Hek-tung Kai-pang
yang berdiri di luar pintu ger bang tiba-tiba menyibak
minggir!

Itulah Pek Hong, murid hwesio sakti Ta Bhok Hwesio


yang bernyali naga! Ruangan gedung yang tadi bising
dengan suara berisik, tiba -tiba sirap tanpa suara dan

137
semua mata memandang kedatangan orang yang
ditunggu-tunggu ini.

Gadis itu tersenyum mengejek dan orang-orang Hek-


tung Kai-pang yang mendengar kelihaian dara ini
memandang gentar namun gadis itu terus memasuki
gedung. Walaupun sikapnya seakan -akan tak perduli
terhadap keadaan sekeliling, akan tetapi
sesungguhnya gadis ini bersikap waspada.

Dengan langkah kaki ringan dan tenang gadis


berjalan menuju ke kursi kehormatan dan akhir nya
berhenti. Sepasang matanya yang jeli bening itu
memandang tamu di bagian itu satu persatu dengan
sinar mencorong dan akhirnya beradu pandang
dengan seorang kakek picak sebelah yang duduk
dilindungi sebuah meja kecil penuh hidangan.

Dari pendengarannya tentang Hek-tung Kai-pang,


gadis ini sedikit banyak telah mendenga r ciri-ciri
Liong-tung Lo-kai, yaitu seorang kakek bermuka
buruk dan buta sebelah, kakinya pincang dan agak
bongkok akan tetapi yang dikabarkan orang memiliki
kepandaian tinggi. Maka begitu melihat kakek
berpakaian hitam dari sutera halus dan mahal yang
bajunya disulam dengan gambar sebatang tongkat
berwarna kuning, tahulah ia bahwa inilah ketua Hek-
tung Kai-pang yang dijuluki orang Liong-tung Lo-kai
atau Pengemis Tua Bertongkat Naga! Hanya dia tidak

138
melihat di mana tongkat sang ketua itu, mungkin
disembunyikan di suatu tempat.

"Hek-tung Kai-pangcu (ketua Hek-tung Kai-pang),


beginikah caramu menyambut tamu? Apa kah kau
tidak memberi didikan sopan-santun kepada anak
buahmu yang menyambut tamu dengan mata melotot
seperti kucing kelaparan?" Pek Hong memecahk an
kesunyian dengan suaranya yang halus dan nyaring.

Karena semua orang agaknya sedang menahan napas


melihat keberanian gadis yang luar biasa ini, maka
kata-kata itu terdengar amat lantang dan semua
orang dapat mendengarnya.

Liong-tung Lo-kai sendiri yang diam-diam merasa


marah sejenak tertegun dan silau oleh kecantikan
gadis itu. Sama sekali tidak disangkanya bahwa
lawan yang mengacau Hek-tung Kai-pang ternyata
demikian cantik manisnya! Seketika nafsu berahinya
timbul dan kalau tadinya dia ber niat untuk
membunuh gadis itu, sekarang timbul pikiran lain.
Tidak. Dia tidak hendak membunuh gadi s ini, akan
tetapi hendak menangkapnya hidup-hidup dan kalau
gadis itu mau dijadikan isterinya, tentu akan
merupakan seorang pembantu yang memuaskan.
Selain dapat memperkuat kedudukan Hek-tung Kai-
pang, juga sekaligus merupakan teman bermain cinta
yang hebat! Dia sudah mulai bosan dengan wanita-

139
wanita yang lemah dan yang pandainya hanya
menangis itu, dan dia ingin men dapatkan gadis
seperti ini, kuat dan bernya li naga!

Liong-tung Lo-kai tiba-tiba tertawa karena hatinya


memang gembira setelah dia mendapatkan rencana
itu dan anggauta-anggauta Hek-tung Kai-pang yang
tadinya mengira bahwa ketua mereka tentu akan
menyambut musuh dengan sikap bengis, menjadi
heran dan tidak mengerti mengapa ketua mereka
tertawa seperti itu.

"Bagus, ha-ha-ha! Nona sungguh bernyali besar dan


pantas menjadi tamu kehormatanku. Nona, kalau
kami belum sempat mempersilahkanmu duduk, maaf,
sekarang juga aku mempersilahkan nona duduk dan
menikmati hidangan. Terimalah!" kaki Liong -tung
Lo-kai tiba-tiba menendang meja kecil di depannya
yang penuh hidangan itu dan tangannya menyambar
sebuah kursi dan melemparkannya secepat kilat ke
arah gadis itu.

Semua mata terbelalak. Hebat sekali apa yang


dipertunjukkan oleh ketua Hek-tung Kai-pang ini.
Meja yang penuh hidangan makanan itu terbang
meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa, dan
anehnya, tidak ada satupun mangkok piring yang
terguling! Dan kursi yang dilemparkan terakhir oleh
tangan kakek itu tiba-tiba mengeluarkan suara

140
bercuit dan mendadak mendahului terbangnya meja
berikut hidangannya, menyambar kepala Pek Hong.

Demonstrasi yang dipertunjukkan oleh Liong -tung


Lo-kai memang luar biasa. Hanya orang dengan
lweekang yang sudah mencapai tingkat tinggi

141
sajalah yang bisa mengirim serangan seperti itu, yang
membuat segala benda di atas meja seaka n-akan
lengket dan tidak akan jatuh.

142
Akan tetapi apa yang diperlihatkan oleh gadis itu
ternyata lebih luar biasa lagi. Pek Hong yang melihat
betapa kursi itu terbang ke arahnya mendahului meja
yang penuh makanan, menggerakkan kedua
tangannya dan secepat kilat ia telah menangkap kursi
itu, meletakkan di atas lantai dan.......

berjungkir balik di atas kursi dengan kepala di bawah


kaki di atas, lalu ketika meja kecil itu datang, dengan
kedua kakinya gadis ini menyambut meja itu!

"Tapp........!" Tampaklah pemandangan yang amat


luar biasa sekali. Gadis cantik itu berjungkir balik di
atas kursi dan sepasang kakinya menyangga meja
berikut hidangan yang ada tanpa sediki tpun ada yang
tumpah!

Gemparlah ruangan itu. Semua orang terkejut sekali


melihat kelihaian dara remaja ini dan Liong -tung Lo-
kai sendiri terbelalak kaget dan mata tunggalnya
melotot lebih lebar!

"Ahh.......!" kakek ini berseru terkejut, maklum


bahwa agaknya dalam hal lwekang, dara cantik itu
tidak berada di sebelah bawah tingkatnya!

Sedangkan Mo-kiam Sie Giam Tun dan Hwa-tok-


ciang juga terperanjat di dalam hati mereka. Si
Pedang Iblis ini yang tadi bersombong di depan orang

143
lain, kini setelah menyaksikan kehe batan gadis itu
terpaksa tidak berani memandang rendah. Akan
tetapi teringat akan usulnya sendiri, tokoh ini sudah
melompat dari kursinya dan biar bagaimanapun juga,
dia merasa bahwa dengan ilmu pedangnya Hek -mo
Kiam-sut pasti dia dapat merobohkan gadis itu. Apa
yang baru dipertunjukkan oleh lawan adalah tentang
kecepatan gerak dan tenaga lweekang yang memang
luar biasa, namun tentang kepandaian silat dari gadis
baju hijau ini belum dibuktikannya.

Oleh sebab itu, sambil melompat maju orang ini


berteriak, "Pangcu, biarkan aku yang menang kap
kucing liar ini!" dan sebelum ucapannya habis,
tubuhnya menubruk ke depan untuk menangkap
gadis yang masih berjungkir balik dengan kepala di
bawah itu.

Pek Hong mendengus, "Huhh ....!" dan sepa sang


kakinya yang menyangga meja kecil itu tiba -tiba
digerakkan ke depan. Akibatnya, meja yang tadi
disangganya ini sekonyong -konyong terlempar
menyambut datangnya tubrukan Mo-kiam Sie Giam
Tun dan karena ia melepaskan daya "sedot"-nya,
otomatis segala mangko k piring dan isinya berham-
buran keluar menyambar muka Si Pedang Iblis!

"Keparat......!" Sie Giam Tu n memaki marah namun


dia benar-benar lihai. Karena tubuhnya sedang

144
menubruk ke depan dan tidak ada kesempatan untuk
menangkis dan juga karena dia tidak sud i tersiram
segala macam kuah masakan, laki-laki ini
mengeluarkan seruan keras dan tiba-tiba tubuhnya
membalik, berjungkir balik di udara sebanyak tiga
kali dan tangannya sudah mencabut Hek-mo-kiam
dan membabat kaki dara itu dari atas dengan
serangan ganas!

Pek Hong terkejut akan tetapi sama sekali ia tidak


gugup. Melihat lawannya dapat mengelak dan
bahkan kini menyerangnya dari atas dengan pedang
hitamnya yang mengaung dahsyat, gadis ini
melakukan perbuatan yang amat berani. Sambaran
pedang Hek-mo-kiam di tangan lawan disambut
dengan ujung sepatunya dan kursi yang dipegangnya
tiba-tiba digerakkan, diangkat dan dibawa meloncat
ke depan mendekati lawan dan dari bawah ia lalu
menotok lutut lawan!

"Tring-trinngg......eehh......celaka!"

Mo- kiam Sie Giam Tun berseru kaget dan semua


penonton juga terbelalak heran. Pedang Hek -mo-
kiam yang disambut ujung sepatu gadis itu tiba -tiba
mengeluarkan suara keras seperti ber temu dengan
besi atau baja dan terpental ke belakang, dan
sementara laki-laki itu terkejut setengah mati, tahu-
tahu totokan jari tangan Pek Hong telah tiba di depan

145
lututnya! Tentu saja kejadian ini amat mengagetkan
Giam Tun dan sambil memekik keras dia cepat
menjejakkan kakinya dan berpoksai lima kal i
menjauhi lawan dan selamat dan serangan berbahay a
itu, berdiri dengan muka pucat dan mata terbelalak
lebar.

Dalam gebrakan yang berlangsung amat cepatnya ini


Si Pedang Iblis yang sombong itu hampir saja roboh
dan mukanya menjadi merah saking malu dan
marahnya. Giam Tun hendak menerjang kembali
dengan sinar mata beringas, akan tetapi Liong -tung
Lo-kai tiba-tiba berseru dan menggoyang tangannya.

"Mo-kiam, tahan dulu kemarahanmu! Harap kau


suka duduk sebagai penonton karena dia me rupakan
tamu kehormatanku. Biarlah pesta ulang tahunku
hari ini diramaikan oleh pertunjukan istimewa nona
ini," kakek itu berhenti sebentar dan menoleh ke arah
tiga orang murid kepalanya yang bertali hitam,
memberi isyarat dengan pandang mata dan
melanjutkan, "Kalian majulah dan bentuk Sha-kak-
tin untuk menandinginya!" dan wajah ketua Hek-tung
Kai-pang ini tampak berseri-seri gembira.

Tiga orang murid kepala yang dipimpin oleh si muka


merah yang sebelumnya memang telah bertemu
dengan gadis itu di dalam kota Hun-kian, melompat
maju dengan gerakan cepat dan ringan.

146
Tongkat hitam di tangan mereka menggigil karena
tiga orang ini menahan marah dan amat membenci
gadis yang telah merobohkan dan membunuh sau -
dara-saudara mereka. Sinar mata mereka berapi -api
dan sikap mereka penuh ancaman. Sudah sejak tadi
mereka menahan diri dan tidak ber ani bergerak
karena suhu mereka belum memberikan tanda. Maka,
begitu kini ketua mereka menyuruh mereka maju dan
membentuk Sha-kak-tin (Barisan Segi Tiga) yang
merupakan ilmu gabungan yang dimainkan oleh tiga
orang, mereka menjadi girang dan amat bernafsu
untuk segera merobohkan gadis itu.

Si Pedang Iblis yang disuruh mundur tampak tidak


puas hatinya. Kekalahan yang hampir dialaminya
tadi adalah karena kesalahannya yang memandang
enteng lawan. Juga sama sekali tidak disangkanya
bahwa ujung sepatu gadis itu ternyata dilindungi oleh
sebatang logam sehingga tadi berani dipakai untuk
menangkis pedangnya. Kalau tadi dia bersikap
waspada, tidak mungkin dia akan kalah! Dia masih
merasa penasaran dan ingin mencoba lagi sepuasnya,
namun karena tiga orang murid kepal a Hek-tung Kai-
pang telah berdiri menghadapi gadis yang lihai itu,
terpaksa sambil menggerutu diapun lalu kembali ke
tempat duduknya dengan air muka keruh.

Sementara itu, Pek Hong telah berdiri seperti biasa


dan kursi yang tadi dipegangnya sudah di lempar ke
sudut ruangan. Gadis ini berdiri tegak sambil

147
bertolak pinggang, dadanya membusung ke depan
dan rambutnya agak kusut. Dalam keadaan seperti
ini, ia nampak cantik dan menggairahkan sekali,
membuat Liong tung Lo-kai yang sudah mengilar
untuk menjadikan gadis itu sebagai isterinya diam-
diam menelan ludahnya dan kalamenjingnya naik
turun.

"Liong-tung Lo kai, mengapa kau menyuruh si mata


sipit itu mundur? Aku tidak mau bekerja kepalang
tanggung, suruh saja dia maju sekalian dan boleh
kaukerahkan semua anak buahmu. Bukankah sejak
dahulu Hek-tung Kai-pang adalah sebuah
perkumpulan yang suka main keroyok? Hayo kalian
maju semua, dan kau juga Liong -tung Lo-kai,
turunlah dari kursimu dan majulah ke sini!"

Si Pedang Iblis yang disindir menjadi merah


mukanya dan hendak melompat maju, namun ketu a
Hek-tung Kai-pang menekan tangannya.

Hebat kata-kata ini dan amat tajam sekali, juga


terdengar amat sombong. Akan tetapi sebenarnya ada
maksud tersembunyi di dalam hati Pek Hong. Ia
sengaja mengeluarkan kata-kata itu untuk
menyinggung harga diri tokoh-tokoh Hek-tung Kai-
pang. Bukan kehendaknya untuk menandingi sekian
banyaknya orang. Kalau hal itu sampai terjadi, tentu
saja dia akan kalah kehabisan tenaga. Gadis ini

148
bermaksud untuk membasmi Hek-tung Kai-pang
dengan cara melenyapkan tokoh-tokohnya dan kalau
mereka sampai tersinggung oleh ucapannya dan tidak
main keroyok, ia mempunyai harapan untuk dapat
mengatasi kepandaian orang-orang Hek-tung Kai-
pang.

Si muka merah melotot marah dan dua orang sutenya


juga ikut mendelik.

"Siluman betina!" si muka merah membentak. "Siapa


mau mengeroyokmu? Sha-kak-tin selamanya
dimainkan oleh tiga orang dan kalau kau tidak berani
menghadapinya, lebih baik kau lekas ber lutut dan
menerima dosa!"

Pek Hong melirik dan tersenyum mengejek. "Hem,


kalian ini orang-orang yang besar mulut. Suruh guru
kalian yang maju, aku segan mengotor kan tangan
menyentuh tubuh kalian yang apek."

Tiga orang itu tidak kuat menahan marah dan sambil


berseru keras mereka lalu mulai menerjang. Sesuai
dengan barisan yang mereka pakai, yaitu Barisan Segi
Tiga, mereka ini mengurung Pek Hong di tengah -
tengah dalam kedudukan tiga sudut. Si muka merah
berada di depan dan dua orang sutenya menyerang
dari kiri kanan belakang gadis itu. Tongkat mereka
menyambar susul-menyusul dan kaki merekapun

149
bergerak dengan teratur. Hebat dan ganas permainan
berpasangan yang dimainkan tiga orang murid kepala
Hek-tung Kai pang ini. Mereka adalah tokoh-tokoh
di bawah sang ketua sendiri, jadi tingkat kepandaian
mereka merupakan tokoh-tokoh kelas dua di
perkumpulan itu. Tenaga lweekang mereka kuat dan
gerak kaki mereka juga mantap. Tongkat yang
menghantam lawan sampai mengeluarkan bunyi yang
bersiuran tanda bahwa tenaga mereka hebat sekali,
dan serangan bertubi-tubi yang dilancarkan itu
semuanya menurut irama, tidak ngawur.

Si muka merah yang menjadi pelopor dalam serangan


Barisan Segi Tiga ini selalu mengarah bagian depan
tubuh lawan. Tongkatnya mengemplang, menyodok
dan membabat bertubi-tubi ke arah tubuh Pek Hong
dan sekali mengenai sasarannya, agaknya akan
menimbulkan luka berat bagi musuh. Dua orang
sutenya bergerak di samping kanan kiri lawan dan
tongkat mereka menusuk-nusuk cepat dari sisi kepala
sampai bagian pinggul.

Mula-mula, dalam jurus-jurus pertama Pek Hong


berhasil dibuat kerepotan, ia belum mengenal baik
akan sifat dari Sha-kak-tin yang dimainkan oleh tiga
orang murid Hek-tung Kai-pang ini. Gadis itu tidak
berani bersikap sembrono dan tubuhnya berloncatan
kesana kemari dan beterbangan di antara sambaran
senjata tongkat. Ginkangnya yang tinggi membuat
loncatannya ringan dan gesit dan bayangan hijau

150
berkelebatan cepat di antara gulungan sinar hitam
tongkat-tongkat itu.

Limapuluh jurus berlalu dan tiga orang mu rid Liong-


tung Lo-kai ini diam-diam merasa amat penasaran
dan marah. Selama itu, belum juga sen jata mereka
berhasil menyentuh tubuh lawan. Gadis itu seperti
bayangan saja yang tidak dapat dipukul roboh! Tentu
saja kenyataan ini membuat kemarah an mereka
semakin meledak. Di tempat itu banyak orang dan
mereka yang terkenal sebagai tokoh-tokoh kelas dua
di Hek-tung Kai-pang masa sama sekali tidak dapat
memukul roboh seorang gadis remaja? Sungguh
terlalu dan amat memalukan!

"Hyaaattt.........!" akhirnya si muka merah


membentak keras dan berlaku nekat. Dia tiba-tiba
menjatuhkan diri bergulingan dan kalau tadinya dia
selalu menyerang tubuh bagian depan, sekarang dia
menyerang dari bawah dengan putaran tongkatnya
yang bertubi-tubi. Dengan perbuatannya ini
dimaksudkan agar gadis yang lihai itu tidak ada
kesempatan turun karena dia selalu menghadang kaki
gadis itu dan siap menghantam. Per buatannya ini
otomatis membuyarkan barisan Sha -kak-tin akan
tetapi memberi kesempatan lebih luas bagi dua orang
sutenya untuk melancarkan serang an-serangan
terhadap gadis itu yang selalu berkelebatan seperti
burung. Si muka merah ini memang siap untuk

151
mengorbankan diri asal gadis yang amat dibencinya
itu dapat dirobohkan.

Dua orang sutenya sejenak terkejut karena suheng


mereka membuyarkan Sha-kak-tin. Akaa tetapi,
setelah melihat perbuatan si muka merah yang selalu
menjaga turunnya gadis itu dengan tongkat terputar
seperti kitiran, akhirnya mereka maklum bahwa
suheng mereka sedang menjalankan siasat lain yaitu
dengan menyuruh mereka melancarkan serangan
gencar ke arah bayangan hijau yang bergerak-gerak
seperti burung walet itu. Dengan adanya perbuatan si
muka merah, tentu saja gadis itu tidak akan dapat
turun dan mudahlah bagi mereka untuk menyerang
dan merobohkan lawan yang tidak mempunyai jalan
keluar ini!

Melihat perobahan lawan, Pek Hong terkejut. Selama


ini ia memang sedang mencoba untuk menyelidiki
barisan Sha-kak tin itu dan setelah limapuluh jurus
berlangsung, akhirnya ia mendapat jalan atau
kuncinya untuk melumpuhkan tiga orang lawannya
yang melakukan serangan secara teratur dan
berpasangan itu. Memang tidak mudah bagi nya
untuk cepat-cepat merobohkan mereka tanpa senjata,
akan tetapi tiga orang itupun juga tidak mudah untuk
merobohkannya. Dengan ginkangnya yang disebut
Coan-goat-hui membuat tubuhnya dapat menyelinap
di antara sambaran senjata dengan amat ringan dan
cepatnya dan setelah dia merasa puas dan siap untuk

152
merobohkan tiga orang lawannya, tiba -tiba saja si
muka merah yang malu dan penasaran itu merobah
sikap, yaitu membuntu jalan turunnya.

Apa yang dilakukan oleh si muka merah ini amat


membahayakan kedudukannya. Tidak mung kin
baginya untuk selalu mengerahkan ginkang tanpa
turun sejenak di atas lantai. Oleh sebab itu, melihat
betapa si muka merah menghadang jalan turunnya
dan dua orang yang lain lalu menyerang gencar
dengan serangan-serangan ganas yang mengancam
jiwanya, gadis ini tiba-tiba melengking panjang dan
terpaksa ia mengeluarkan senjata rantainya.

"Wuutt...tar-tarrr!" senjata itu mulai meledak di


tangannya dan ketika dua batang tongkat hita m
menyambar leher dan pinggangnya, Pek Hong
menggerakkan rantai peraknya secepat kilat.

"Syutt..... rrtt - rrtt!"

Dalam gebrakan yang amat cepat ini tahu -tahu dua


batang tongkat itu terlibat rantai dan sebelum dua
orang anggauta Hek-tung Kai-pang ini hilang
kagetnya, gadis itu membetot kuat sehingga tubuh
mereka tertarik ke depan dan…."plak-plakk!" tangan
kiri Pek Hong menampar pipi mereka dengan amat
kerasnya !

153
Dua orang ini berteriak mengaduh dan tong kat
mereka terampas. Pek Hong tidak menghenti kan
gerakannya sampai di situ karena begitu tangan
kirinya menampar, kakinya segera menen dang dua
kali berturut-turut dan akibatnya, dua orang itu
roboh sambil menjerit ngeri. Celakanya, si muka
merah yang pada saat itu menjaga di bagian bawah
dengan putaran tongkatnya, tak sempat men arik
senjatanya yang menghantam ro bohnya dua orang
sutenya itu. "Bluk-blukk !”

Tongkat hitam di tangannya menghantam keras dan


karena si muka merah ini mengerahkan lweekang
pada hantamannya tadi, dua orang sutenya terpukul
hebat dan tulang punggung mereka patah, dalam
waktu yang hampir bersamaan keduanya roboh
binasa dengan mata mendelik !

Tentu saja kejadian ini amat menggemparkan dan


semua orang berseru kaget. Si muka merah sendiri
juga sampai pucat mukanya ketika dia melihat betapa
secara tidak disengaja dia telah membunuh sute-
sutenya sendiri. Peristiwa itu datang terlalu cepat dan
dia hendak melompat bangun. Namun, gerakannya
kalah cepat dan tahu-tahu ujung sepatu gadis itu
telah menghantam dagunya.

"Krakkk......!"

154
Terdengar bunyi tulang patah dan rahang si muka
merah yang bertemu dengan logam yang tersembunyi
di dalam sepatu Pek Hong hancur remuk dan
sekaligus tengkorak kepalanya juga retak-retak. Si
muka merah berteriak ngeri dan tongkat nya
terlempar, berputar-putar sejenak dan akhirnya
roboh, terkapar tanpa nyawa menyusul dua orang
sutenya !

Gegerlah tempat itu dan semua orang bang kit dari


kursi masing-masing. Liong-tung Lo-kai tertegun di
kursinya dan terpukau, seakan -akan dia sedang
mengalami mimpi buruk. Akan tetapi begitu dia
sadar bahwa tiga orang murid utama nya memang
benar-benar telah binasa, ketua Hek-tung Kai-pang
ini mengeluarkan pekik dahsyat dan tubuhnya tiba -
tiba mencelat dari atas kursinya dan terbang ke
depan!

Semua mata terbelalak dan anggauta Hek-tung Kai-


pang yang merasa marah dengan kejadian ini, segera
berlompatan dan maju mengurung dengan sikap
beringas. Sepak terjang gadis itu yang berani
membunuh tiga orang murid kepala Hek-tung Kai-
pang di sarang sendiri adalah benar -benar merupakan
kejadian yang amat hebat!

"Wessss........ darrrr!"

155
Tongkat bergagang naga yang dilapis emas
berkilauan yang tahu-tahu telah berada di tangan
tokoh Hek-tung Kai-pang ini luput mengenai sa-
sarannya dan lantai ruangan itu pecah berhambur an.
Pek Hong telah melompat jauh ketika tadi Liong -tung
Lo-kai mencelat dari kursinya dan menyerang, ia
tidak berani sembarangan menang kis karena dari
suara angin pukulan itu, ia tahu betapa hebat tenaga
yang terkandung di dalamnya, apalagi karena ketua
Hek tung Kai-pang ini dalam kemarahan yang
meluap-luap.

Kali ini Liong-tung Lo-kai memang mencapai puncak


kemarahannya. Tadinya ketika dia mendengar
laporan bahwa anggauta-anggauta Hek-tung Kai-
pang rendahan ada yang tewas di tangan Pek Hong,
dia masih dapat mengampuni ka rena dia berpikir
untuk menundukkan gadis itu dan menjadikannya
sebagai isteri sekaligus pembantu isti mewa. Akan
tetapi, melihat betapa gadis itu telah membunuh tiga
orang murid utama yang amat disayangnya,
maklumlah dia bahwa gadis ini tidak mungkin lagi
dapat diajak bekerja sama, bahkan merupakan musuh
berbahaya yang harus segera dilenyapkan . Hilanglah
sudah semua rencananya tadi seperti awan tipis
ditiup angin, dan menyaksikan kepandaian dara itu,
agaknya hanya dia seoranglah yang dapat
merobohkannya! Tidak ada kompromi lagi baginya
dan dia harus dapat membunuh gadis ini!

156
Begitu serangan pertamanya luput, Tongkat Naga di
tangan kakek picak ini sudah menyambar lagi. Dan
sungguh hebat ilmu silat ketua Hek-tung Kai-pang
itu. Suara angin pukulannya menderu -deru dan
dinding ruangan besar itu dilanda angin kuat
sehingga beberapa orang yang berada di situ segera
berkibar-kibar pakaiannya.

Pek Hong kaget melihat kenyataan ini. Tahu lah ia


bahwa lweekang kakek iblis itu benar -benar amat
dahsyat dan berbahaya. Baru angin pukulan
tongkatnya saja agaknya telah mampu untuk me-
robohkan orang-orang yang berkepandaian lumayan .
Gadis ini tidak berani main-main lagi dan cepat dia
mengerahkan ginkangnya yang disebut Coan-goat-
hui (Terbang Menerjang Bulan) dan memainkan Ilmu
Silat Hong-thian-lo hai-kun (Badai Mengamuk di
Samudra) dan segera tubuhnya berkelebatan kesana -
sini mengelak dari sambaran tongkat dan senjatanya
meledak-ledak membentuk lingkaran ombak yang
bergulung-gulung seakan-akan hendak menelan
tubuh Liong-tung Lo-kai.

Terjadilah pertandingan yang amat luar biasa di


ruangan itu. Liong-tung Lo kai yang amat marah
sudah mainkan ilmu silat simpanannya, yaitu Lo -
thian-liong-tung-hoat atau Ilmu Tongkat Naga
Pengacau Langit. Dan seperti namanya, senjata di
tangan kakek picak ini benar -benar seperti seekor
naga yang sedang mengamuk, berkelebatan

157
menyambar-nyambar di udara dan mengibas,
mematuk atau menyabet dengan serangan maut.

Ketua Hek-tung Kai-pang ini sebenarnya amat jarang


sekali mengeluarkan ilmu silat simpan annya itu
karena ilmu silat ini yang banyaknya ada tujuh puluh
dua jurus, amat memakan banyak tenaga dan kalau
dia tidak sedang menghadapi lawan yang betul-betul
tangguh, tidak mau dia mengeluarkan ilmu silatnya
ini. Sekarang terpaksa dia harus mengeluarkannya
karena lawannya yang masih muda itu ternyata amat
lihai dan telah merobohkan cukup banyak anggauta-
anggauta Hek-tung Kai-pang. Kalau dia tidak dapat
segera merobohkan gadis itu, tentu namanya akan
terancam bahaya kehancuran. Selama Hek-tung Kai-
pang berdiri, belum pernah ada mus uh yang dapat
menahan serangannya.

Maka, dapat dibayangkan betapa kagetnya hati kakek


ini ketika melihat betapa setelah mereka bertempur
dalam gebrakan-gebrakan cepat dan hampir
limapuluh jurus, ternyata dia belum ber hasil
merobohkan lawannya. Jangankan merobohkan,
mendesak saja dia belum sanggup. Ginkang gadis itu
luar biasa sekali cepat dan ringannya. Sebelum
tongkatnya tiba tubuh lawan telah terdorong seperti
kapas dan tentu saja semua serang annya menjadi
tidak ada artinya lagi. Padahal, biasanya ka lau dia
sudah mengeluarkan ilmu silatnya ini, paling banyak
duapertiga bagian saja lawan pasti akan terdesak

158
hebat dan akhirnya roboh oleh tongkatnya. Namun
gadis yang satu ini benar-benar mengejutkan. Sudah
hampir habis ilmu silatnya dimainkan dan napasnya
mulai memburu, tanda-tanda lawan terdesak sama
sekali belum nampak !

Mulailah wajah kakek itu menjadi pucat dan mata


tunggalnya merah berapi-api. Jelas bahwa selama ini,
gadis itu tidak berani menangkis tongkatnya. Selalu
menghindar menjauhi adu tenag a. Hal ini karena Pek
Hong tahu bahwa dalam hal lweekang, dia masih
kalah oleh kakek itu. Akan tetapi mengenai ginkang,
jelas ia menang banyak, apalagi karena Liong -tung
Lo kai sendiri kurang leluasa gerakannya karena
kakinya pincang. Hal ini amat menguntu ngkan
baginya dan mengandaikan ginkangnya itulah, di
samping tenaganya yang masih muda, gadis itu
belum dapat didesak ketua Hek-tung Kai-pang ini.

Akan tetapi pertandingan yang hebat dan


menegangkan ini berjalan dengan luar biasa seru nya.
Liong-tung Lo-kai napasnya semakin memburu dan
keringatnya mengucur deras. Tenaga lweekang yang
dikerahkan untuk melakukan Lo-thian-liong-tung-
hoat benar-benar menguras seluruh tenaga dalamnya.
Apalagi kemarahan yang meluap-luap itu juga
membutuhkan energi besar. Sebentar saja, duapuluh
jurus kembali telah berlalu dan Lo-thian-liong tung-
hoat tinggal dua jurus terakhir saja!

159
Ketua Hek-tung Kai-pang ini benar-benar meledak
kemarahannya dan kalau dia tidak dapat merobohkan
lawan setelah menghabiskan seluruh ilmu silatnya,
benar-benar kenyataan ini akan menampar mukanya.
Oleh sebab itu, kakek ini tiba -tiba mengeluarkan
bentakan menggeledek dan berlaku nekat. Tongkat
Naga yang gagangnya dilapis emas sehingga tampak
berkilauan ini mendadak menyambar tanpa suara dan
angin pukulan yang biasanya mendahului ujung
tongkat, tiba-tiba lenyap!

Inilah dua jurus pamungkas yang berbahaya sekal i.


Kalau tadinya tubuh lawan selalu terdorong mundur
oleh hawa pukulan tongkat, kini sudah tidak ada lagi
angin pukulan itu karena tampaknya seolah-olah
tongkat di tangan ketua Hek-tung Kai-pang itu
menyambar tanpa tenaga. Padahal, begitu ujung
tongkat mendekati lawan, tiba -tiba saja tongkat itu
mengaung dengan suara dahsyat penuh tenaga sakti
tersembunyi yang tadi disimpan oleh kakek ini,
menghantam dua kali berturut-turut dengan gerakan
menyilang dari atas ke bawah disusul tarikan ke
dalam secepat kilat untuk akhirnya dilanjutkan
dengan sodokan maut ke ulu hati ! Dan hebatnya,
kakek ini yang merasa khawatir kalau -kalau
serangannya masih tidak berhasil, tiba-tiba
memencet kepala naga yang berada di pangkal
tongkat dan berhamburanlah jarum-jarum hitam
yang halus dari ujung to ngkat!

160
"Curang..........!"

Tiba-tiba terdengar bentakan ini dari golong an tamu


dan sesosok tubuh melayang ke depan dan sin ar putih
yang banyak jumlahnya berkeredepan menyambar
jarum-jarum hitam yang keluar dari ujung Tongkat
Naga di tangan ketua Hek-tung Kai-pang.

Semua orang terkejut dan cepat memandang siapa


tamu yang berteriak tadi. Kiranya dia adalah pemuda
pelajar yang tadi dibicarakan oleh Hwa-tok-ciang!
Pemuda ini melesat dari tempat duduknya dan tangan
kanannya bergerak melemparkan jarum-jarum halus
berwarna putih sehingga tampak sinar -sinar
berkeredepan tadi, dan sementara itu tangan kirinya
mengebutkan kipas hitam ke muka Liong-tung Lo-
kai.

Tentu saja perbuatan pemuda pelajar ini mengejutkan


semua orang, termasuk Hwa -tok-ciang sendiri yang
tadi mengincar pemuda itu untuk teman bermain
cintanya. Akan tetapi, yang paling kaget adalah
Liong-tung Lo-kai. Sebuah kipas hitam tahu-tahu
telah menutup mukanya dan serangkum hawa panas
menyambar datang. Jarum-jarum hitam mengandung
racun yang tadi dilepaskan, mengeluarkan suara
"tang-ting-tang-ting" nyaring ketika bertemu d engan
hamburan jarum putih milik siucai itu dan semuany a
runtuh ke atas lantai.

161
"Haiiitttt.......!”

"Hayaa.......!”

Dua teriakan terdengar berbareng. Yang pertama


adalah dari gadis itu sedangkan yang kedua adalah
dari mulut Liong-tung Lo-kai. Kedua-duanya sama-
sama terkejut. Pek Hong terkejut melihat kecuranga n
ketua Hek tung Kai-pang, sedangkan kakek picak ini
terkejut melihat kipas hitam mengebut mukanya.

Pek Hong menggerakkan rantainya. Dua serangan


terakhir dari musuhnya amat berbahaya dan ia tidak
sempat lagi untuk mengelak. Terpaksa ia mengadu
tenaga keras lawan keras dan sebisa-bisanya mencoba
untuk melompat ke samping menghindarkan diri dari
sisa-sisa jarum yang menyambar. Namun,
gerakannya kurang cepat dan dua batang jarum hitam
menancap di leher dan pundaknya, dan tangkisannya
terhadap tongkat lawan membuat senjatanya hampir
terlepas.

"Plak-trang-tranggg........!"

"Aduhh........!"

Gadis itu mengeluh dan kalau saja pada saat itu ti dak
ada siucai yang datang mengganggu dengan

162
serangannya ke arah ketua Hek-tung Kai-pang se-
hingga kakek ini terkejut dan tenaganya otomatis
berkurang, tentu rantai perak di tangan nona itu akan
terlepas dari tangannya. Pek Hong marah bu kan main
dan tubuhnya terhuyung-huyung akibat serangan ini
dan dua jarum hitam yang menancap di pundak dan
lehernya menimbulkan rasa gatal-gatal panas.
Terkejutlah dia dan maklum bahwa ia terkena jarum
beracun.

"Keparat Liong-tung Lo-kai manusia curang.......!"


bentaknya dan ia hendak menerjang lagi.

Akan tetapi mendadak rasa gatal -gatal panas itu


menghebat dan kepalanya pusing tujuh keliling.
Lompatannya yang sudah dilakukan terhenti di
tengah jalan dan gadis ini terguling.

"Bunuh dia......!"

"Cincang tubuhnya........!"

"Balaskan kematian saudara -saudara kita....."

Anggauta-anggauta Hek-tung Kai-pang berteriak-


teriak dan orang-orang ini menubruk gadis itu dengan
tongkat di tangan. Namun, mereka salah duga kalau
menganggap bahwa Pek Hong sudah tidak berbahaya

163
lagi. Memang betul bahwa akibat racun yang
memasuki tubuhnya membuat gadis ini seakan -akan
lumpuh, akan tetapi kalau untuk menghadapi orang-
orang Hek-tung Kai-pang tentu saja ia masih bisa.
Begitu empat orang menubruknya dengan tongkat
hitam, gadis ini menjerit keras dan tubuhnya berputar
memakai pinggulnya, sekali babat rantai di
tangannya meledak di atas kepala empat orang itu
yang berteriak ngeri dan tewas disambar rantai perak.

"Mundur kalian semua. Biarkan aku yang menangkap


kucing betina ini !" Mo-kiam Sie giam Tun yang
hendak menebus rasa malunya karena tadi hampir
saja dipecundangi oleh gadis itu, berteriak dan
melompat maju. Pedang Hek-mo-kiam berkelebat ke
arah kaki Pek Hong dan sekali mengenai sasaran,
tentu akan membuntungi gadis cantik itu!

Pek Hong sudah berkunang-kunang matanya dan ia


masih duduk dengan pinggul di atas lantai. Akan
tetapi, melihat sambaran pedang hitam ke arah
kakinya, ia masih sempat menghin dar dan rantainya
balas menyambar.

"Trang......aihhhh!"

Gadis ini menjerit kaget menggulingkan tubuh.


Rantai peraknya yang tadi menangkis pedang Hek -
mo-kiam terpental jauh karena tenaganya menurun

164
banyak akibat gangguan racun jarum hitam. Si
Pedang Iblis terbahak-bahak dan mengejarnya
dengan wajah membayangkan kekejaman, pedangnya
menyambar tak kenal ampun dengan lima kali
bacokan cepat.

Akan tetapi, sungguh patut dipuji sem angat dan


ketabahan gadis itu. Meskipun ia selalu di kejar
pedang hitam, namun ia selalu dapat bergu lingan
menyelamatkan diri. Ia tidak dapat berdiri karena
kepalanya berdenyut-denyut dan terasa berat. Diam-
diam Pek Hong mengeluh di dalam hati bahwa
agaknya hari ini ia akan tewas. Bukan kematiannya
yang memberatkan hati, namun rasa penasarannya
yang masih bertimbun-timbun dan belum ada
penyelesaiannya itulah yang membuat nya tidak akan
dapat mati dengan mata meram. Pada saat -saat yang
amat berbahaya ini, tiba-tiba saja bayangan Yap-
goanswe muncul di depan ma tanya. Gadis ini
mengeluh panjang dan ketika serangan Hek-mo-kiam
menyambar lehernya, ia kurang cepat mengelak.
"Singg.......brett!"

Lehernya selamat akan tetapi sebagai ganti nya


pundak kanannya terbabat pedang dan darah segar
muncrat ke luar. Pek Hong menjerit dan karena rasa
panas akibat jarum hitam semakin menghebat dan
kepalanya berat bukan main, akhirnya gadis ini
roboh pingsan di atas lantai.

165
Mo-kiam Sie Giam Tun tertawa menyeramkan dan
sinar matanya membayangkan kekejian. Melihat
betapa gadis itu berhasil dirobohkannya, ia merasa
sakit hatinya agak berkurang. Namun, dia belum
puas. Dia hendak membalas dendamnya sepuas hati
dulu baru kemudian membunuh gadis ini. Oleh sebab
itu, pedangnya kembali digerakkan , kali ini
menyambar kancing-kancing baju gadis itu untuk
membuatnya terlepas dan telanjang bulat. Hanya
dengan pembalasan seperti itu sajalah dendamnya
dapat dibalas dan dia hendak memperma inkan
korbannya ini sepuas hati!

166
"Ha-ha-ha, kuda liar, nasibmu memang buruk !" laki-
laki ini tertawa dan mengayun pedangnya.

"Singggg - plakk!"

Begitu pedang menyambar, begitu pula Si Pedang


Iblis ini berteriak mengaduh. Seorang pria gagah
perkasa berjubah biru gelap dengan sepasang mata

167
mencorong tajam seperti mata seekor naga sakti tahu-
tahu telah berada di ruangan ini, tangannya
menangkis pedang Hek-mo-kiam begitu saja sehingga
pedang itu terlempar dari tangan pemilik nya dan
Giam Tun sendiri mencelat tiga meter jauhnya
dengan lengan patah !

Terkejutlah semua orang dan Giam Tun melompat


bangun dengan mulut menyeringai dan mata bersinar
marah. Akan tetapi, begitu melihat pria gagah
perkasa yang bersikap angker penuh wibawa ini, tiba -
tiba saja wajah Giam Tun berobah kaget dan pucat.
Matanya terbelalak seperti melihat setan di siang hari
dan tanpa disadarinya meluncurlah teriakan dari
mulutnya.

"Takla Sin-jin (Malaikat Dari Gurun Takla)........!"

Si Pedang Iblis memutar tubuhnya dan.... melarikan


diri tanpa menghiraukan pedangnya !

Gemparlah semua orang ketika mendengar teriakan


ini. Siapa yang belum pernah mendengar na ma
Malaikat Dari Gurun Takla? Tidak ada seorangpun
yang belum mendengar nama besar tokoh dari utara
ini ! Begitu pula halnya dengan orang-orang Hek-
tung Kai-pang yang tadi menonton sepak ter jang Mo-
kiam Sie Giam Tun. Keributan segera terjadi di situ
dan setelah terbelalak sebentar melihat munculnya

168
pendekar besar yang mereka takuti ini, orang -orang
Hek-tung Kai-pang berteriak-teriak dan buyar cerai
berai!

"Takla Sin-jin......! Takla Sin-jin......!”

Berserabutanlah orang-orang ini keluar dari ruangan


itu, mulut mereka berteriak-teriak seperti kedatangan
hantu. Si Pedang Iblis sendiri menjadi pelopornya
dan dia yang pertama kali sudah sampai di pintu
keluar.

Akan tetapi, dari belakang terdeng ar suara


berpengaruh dan pria gagah perkasa itu men -
dorongkan tangan kanannya ke depan sambil
membentak, "Mo-kiam, kembali kau ke sini dan
serahkan dulu obat penawar racunmu !"

Dan.......sungguh aneh, Giam Tun yang tinggal


selangkah lagi untuk sampai di luar pintu itu tiba-tiba
saja berseru kaget. Sebuah tenaga yang tidak nampak
menahan kakinya dan seketika laki-laki ini
terpelanting. Sebelum dia hilang dari kagetnya,
tenaga mujijat itu menyedot lalu menarik
dan....tanpa dapat dicegah lagi tubuh Si Pedang I blis
terseret memasuki ruangan dalam untuk akhirnya
berhenti di depan kaki Malaikat Dari Gurun Takla itu
!

169
"Ampun....... ampun, taihiap...... ampun …!"

Laki-laki yang tadinya amat sombong ini mengeluh


dan merintih-rintih, dengan tangan meng gigil
merogoh saku bajunya sebelah dalam dan cepat
mengeluarkan obat penawar racun akibat pedang
Hek-mo-kiam.

Takla Sin-jin menerima, alisnya berkerut dan


hidungnya mengendus obat itu untu k meneliti
kebenarannya. Setelah dia tahu bahwa obat itu
memang benar, tangannya digerakkan ke bawah dan
menepuk perlahan pundak kiri laki -laki itu sam bil
berkata dingin, "Sekarang pergilah!"

"Krakk ..!"

Si Pedang Iblis berteriak keras dan terguling, tulang


pundaknya patah dan kini kedua lengannya sengkleh
tergantung. Sambil menggigit bibir menahan sakit
laki-laki ini bangkit berdiri dan dengan langkah
terhuyung-huyung cepat melarikan diri, diam-diam
menyumpah diri sendiri yang amat sial bertemu
dengan "hantu" itu.

Sebentar saja ruangan gedung Hek-tung Kai- Pang


yang tadinya gaduh oleh suara pertempuran, menjadi
sunyi kembali. Liong-tung Lo-kai yang tadi
bertanding dengan pelajar bersenjata kipas hitam itu

170
posisinya terdesak terus. Sebelumnya dia telah
mengeluarkan tenaga yang tidak s edikit ketika
menghadapi Pek Hong. Maka, ketika pelajar ini maju
menyerangnya, hati kakek itu terkejut sekali. Siapa
menyangka bahwa siucai yang tadi justeru diincar
oleh Hwa-tok-ciang ini ternyata merupakan seorang
musuh? Liong-tung Lo-kai mengumpat caci dengan
maki-makian kotor dan dia menjadi semakin terkejut
melihat kehebatan siucai ini. Untunglah, pada saat -
saat yang amat gawat ini Hwa-tok-ciang si tokoh
banci tiba-tiba melompat dari kursinya dan
membantu.

Sudah sejak tadi Hwa-tok-ciang mengamati


pertandingan antara ketua Hek-tung Kai-pang ini
dengan pelajar itu. Diam-diam hatinya terperanjat
sekali, tidak menduga bahwa siucai yang duduk di
golongan tamu biasa dan yang diincarnya untuk
dijadikan kekasihnya ini ternyata bukan siucai biasa.
Akan tetapi, bukannya kecewa, sebal iknya tokoh
banci ini menjadi semakin girang. Dia tidak
memperdulikan tentang Pek Hong yang dihadapi
oleh rekannya Si Pedang Iblis dan yang kalau dilihat
sepintas lalu tentu gadis itu akan segera dapat
dirobohkan.

Yang penting baginya adalah menangkap siu cai itu.


Kalau dia berhasil mendapatkan pemuda seperti itu,
tentu dia akan puas sekali. Pemuda tampan itu hebat,
ilmu silatnya juga tinggi dan segera hatinya tertarik.

171
Bila membayangkan bahwa kalau pemuda sehebat ini
dapat dijadikan kekasihnya, tentu akan merupakan
kawan bermain cinta yang “Tar" dan perkasa! Dan
hal inilah yang menggembirakan. Belum pernah dia
mendapatkan pemuda tampan semacam itu, dan
mumpung ada kesempatan, dia hendak menangkap
siucai lihai itu bersama-sama Liong-tung Lo-kai.

Akan tetapi, angan-angan ternyata lebih mudah


dipikirkan daripada dibuktikan. Siucai berkipas
hitam itu kiranya memang betul -betul hebat dan
majunya Hwa-tok-ciang sedikit sekali mempengaruhi
permainannya. Serangan-serangan kipas hitamnya
luar biasa sekali dan setiap kebutan kipas membawa
angin panas. Dan pemuda itu kini menambah
senjatanya dengan sebuah jarum perak yang
panjangnya sekitar lima inci dan melihat senjata ini,
ketua Hek-tung Kai-pang terkejut dan berteriak.

"Gin-ciam Siucai (Pelajar Berjarum Perak)....! "

Seruan ini mengejutkan Hwa -tok ciang yang


terbelalak matanya. Memang sudah lama dia men -
dengar munculnya seorang tokoh muda yang diju luki
orang Gin-ciam Siucai atau Pelajar Berjarum Perak.
Namun, karena tidak pernah bertemu muka, i a belum
mengenalnya. Baru setelah Liong tung Lo -kai
menyebut nama ini dan melihat senjata khas di
tangan kiri siucai itu, tokoh banci ini menjadi kaget.

172
Wah, kalau yang datang ini adalah Gin-ciam Siucai,
tentu saja berat untuk menangkapnya hidup -hidup.
Bersama keroyokan ketua Hek-tung Kai-pang, sukar
baginya untuk memperoleh pemuda tampan ini tanpa
menewaskannya.

Diam-diam Hwa-tok-ciang menyesal di dalam hati.


Pemuda ini hebat, dan dia tertarik sekali. Gairahnya
sudah bangkit melihat ketampanan dan kehebatan
pemuda ini. Akan tetapi agaknya dia hanya akan
mendapatkan mayatnya saja!

"Gin-ciam Siucai, kau menyerahlah saja. Ma rilah


kau ikut bersamaku dan kita berdua membangun
sorga. Percayalah, tampan, bahwa bersaha bat
denganku tidak rugi. Kau akan mendapatkan hal -hal
luar biasa yang belum pernah kaurasakan dalam
hidupmu, heh-heh, hi-hikk!"

Hwa-tok-ciang berusaha membujuk dan ter kekeh


genit dengan kerling menyambar persis wa nita,
senjatanya berupa sebuah selendang sutera dan
sebatang kebutan dari ekor kuda bergerak menari -
nari mengurung pemuda itu.

"Manusia banci! Siapa sudi mendekatimu? Aku


bahkan muak dan ingin membunuhmu karena kau
telah menculik pemuda-pemuda tampan untuk
menjadi barang permainanmu!"

173
Sepasang mata yang penuh nafsu dari si banci ini
tiba-tiba saja berobah penuh kemarahan. Kata-kata
itu membuat semua nafsunya lenyap terganti
kekejaman.

"Hiehh, agaknya kau minta mampus, ya? Hi-hikk,


permintaanmu kuturuti dan pergilah kau menghadap
Giam-lo-ong !" sepasang senjata aneh di tangan Hwa-
tok-ciang ini tiba-tiba berobah gerakannya.
Selendang di tangan kirinya menjetar nyaring di
udara dan tiba-tiba menukik ke mata kanan, siap
mematuk untuk mencokel mata Gin -ciam Siucai,
sedangkan kebutan bulu kudanya yang berwarna
merah itu tiba-tiba menjadi kaku seperti ujung
tombak dan menusuk tenggorokan! Hebat dua
serangan yang dilancarkan sekaligus ini, apalagi
Liong tung Lo-kai juga tidak tinggal diam, tong kat
Liong-tung (Tongkat Naga) di tangann ya juga ikut
menyambar kepala lawan, sekali kena tentu akan
menghancurkan tengkorak Gin-ciam Siucai !

Namun Gin-ciam Siucai betul-betul bukan pemuda


sembarangan. Diapun juga hendak cepat -cepat
menyelesaikan pertempuran ini karena ketika
matanya melirik ke arah Pek Hong, dia melihat be-
tapa gadis itu sudah lemah gerakan -gerakannya dan
sebentar lagi tentu roboh. Hatinya menjadi khawa tir
dan melihat banyaknya orang yang mengurung
dengan sikap mengancam, diam-diam pemuda ini
menjadi cemas. Dia harus dapat merobohkan dua

174
orang lawannya yang tangguh ini dan mengajak gadis
itu melarikan diri.

"Hyaattt.....!"

Pemuda ini berteriak keras dan kepalanya menunduk,


jarum perak di tangan kirinya bergerak ke atas
menangkis selendang yang menusuk mata nya
sedangkan kipas hitam mengebut kebutan ekor kuda
yang menyambar tenggorokannya. Dua gerakan ini
dilakukan hampir berbareng dan ketika Tongkat
Naga di tangan ketua Hek tung Ka y-pang itu
menderu ke batok kepalanya, Gin -ciam Siucai
merobohkan tubuh sejajar lantai dan kaki kanan nya
tiba-tiba mencuat dan menendang tongkat seperti
sikap kalajengking menyengat.

"Brettt wutt-plakk !”

Dalam gebrakan-gebrakan yang amat cepat ini Gin


ciam Siucai menunjukkan kebolehannya. Selendang
Hwa-tok-ciang tertangkis jarum dan robek,
sedangkan kebutan bulu kudanya bertemu dengan
hawa panas dari kipas hitam di tangan pemuda itu
sehingga terpental balik dan dua detik ke mudian,
tongkat di tangan Liong-tung Lo-kai bertemu dengan
telapak kaki pemuda itu yang menjengit seperti
sengat kalajengking.

175
Akibatnya, Hwa-tok-ciang menjerit marah sedangkan
ketua Hek-tung Kai-pang berseru kaget. Namun
sebaliknya, karena tiga buah serangan tadi diker ja kan
dalam waktu yang tidak banyak selisihny a dan
pemuda itu harus memecah perhatiann ya, siucai ini
kurang kuat ketika menangkis tongkat yang berat di
tangan Liong-tung Lo-kai. Kakinya tergetar hebat
dan tubuhnya terlempar tiga langkah jauhnya.

"Mampus kau........!" ketua Hek-tung Kai -pang telah


meloncat ke depan dan kembali meng ayun
senjatanya, mulutnya berteriak geram dan
lompatannya amat cepat.

Pada saat itu, pemuda ini belum sempa t bangun. Dia


masih terguling-guling dan tentu saja serangan
tongkat itu amat membahayakan jiwanya, terpaksa
diapun terus melanjutkan gulingannya dan tongkat di
tangan ketua Hek-tung Kai-pang itu meledak di atas
lantai ruangan yang pecah berhamburan terhantam senjata
maut di tangan kakek picak ini !

Sementara itu, Hwa-tok-ciang melengking tinggi seperti


kuntilanak dan tiba-tiba sambil terkekeh menyeramkan laki-
laki banci ini menyerang bertubi-tubi dengan kebutannya.
Selendangnya yang robek dibuang gemas dan kini tangan
kirinya mengiringi dengan pukulan-pukulan jarak jauh yang
mematikan.

176
Akan tetapi biarpun keadaan Gin-ciam siucai ini sudah jelek
posisinya dan diserang gencar, masih saja dia berhasil
menyelamatkan diri. Dalam keadaan bergulingan itu jarum
dan kipas ditangannya bergerak-gerak menangkis dan selalu
senjata lawan terpental mundur. Sayangnya, karena
kedudukannya yang tidak menguntungkan, setiap kali
menangkis tentu tangannya tergetar dan setengah lumpuh.
Terutama sekali kalau beradu dengan tongkat naga di
tangan kakek iblis itu.

Akhirnya setelah mati-matian mengelak kesana-sini dengan


susah payah, pemuda itu dapat melompat bangun. Peluh
membasahi seluruh mukanya yang kini kotor terkena debu.
Liong-tung Lo-kai yang merasa amat marah kepada
pemuda ini dan penasaran karena walaupun dibantu oleh
Hwa-tok-ciang ternyata belum juga dapat merobohkan
lawannya, memekik keras dan mencelat ke depan. Tongkat
di tangannya menyambar tanpa bunyi dengan gerak silang
dari atas ke bawah dilanjutkan dengan sodokan maut ke
arah ulu hati.

Serangan ini adalah merupakan jurus pamungkas dari ilmu


silatnya yang amat diandalkan, seperti yang pernah
dilakukannya terhadap Pek Hong dan seperti tadi juga,
sekali ibu jarinya memencet sebuah alat rahasia di gagang
tongkat, berhamburanlah jarum-jarum hitam ke arah
pemuda itu !

"Cet-cet-cett........!”

177
Belasan hek-tok-ciam menyambar tubuh Gin-ciam Siucai
dan pemuda ini berseru keras sambil mengebutkan kipasnya
ke depan. Jarum-jarum itu terpukul runtuh akan tetapi
serangan terakhir berupa sodokan maut ke arah ulu hatinya
kurang cepat dielakkan.

“Dukkk….!”

Sebagai gantinya, dadanya terkena tongkat dan Gin-ciam


Siucai menyeringai sambil menggigit bibir. Tubuhnya
terdorong ke belakang dan kakinya tiba-tiba dikait oleh
Hwa-tok-ciang yang tahu-tahu berada di belakangnya.
Tanpa ampun lagi, pemuda ini roboh terjengkang.

“Mati kau, keparat !” Liong-tung Lo-kai berseru girang dan


secepat kilat senjatanya menghantam leher.

“Eh, pangcu, jangan….!” Hwa-tok-ciang tiba-tiba berteriak


dan kebutannya menangkis. Karena si banci ini
mengerahkan lweekang ke dalam kebutannya ini, maka
senjata itu berobah keras dan sanggup menangkis tongkat
naga di tangan ketua Hek-tung Kai-pang.

“Takk !”

“Aiihhh !”

178
Tongkat si kakek picak bertemu dengan gagang kebutan dan
Liong-tung Lo-kai berseru kaget dengan mata melotot.
Namun, karena tenaganya memang lebih besar, tongkat itu
masih terus menyambar ke bawah dan….”bukk !” pinggang
Gin-ciam Siucai terhajar ujung tongkat !

Hwa-tok-ciang terbelalak lebar dan matanya berkedip-


kedip. Diam-diam dia merasa kaget karena telapak
tangannya panas dan tergetar ketika tadi menangkis sebisa-
bisanya serangan maut Liong-tung Lo-kai yang ditujukan
kepada pemuda tampan itu. Dia melihat betapa Gin-ciam
Siucai mengeluh dan sejenak menegang, akan tetapi
pemuda itu sudah cepat bergulingan dan melompat bangun
dengan muka pucat. Untunglah bahwa hantaman tongkat
tadi sudah berkurang banyak karena ditangkis oleh kebutan
Hwa-tok-ciang, kalau tidak, tentu pinggangnya akan patah
dan nyawanya melayang pergi !

"Manusia banci!" Hek-tung Kai-pangcu yang amat


marah itu membentak dan mata tunggalnya berputar
ganas. "Apa yang kaulakukan ini? Kenapa kau tidak
membolehkan aku membunuhnya? Apa kah kau
hendak membelanya? Kalau begitu, kau adalah
musuhku!" dan Liong-tung Lo-kai sudah siap
menerjang.

Tentu saja Hwa-tok-ciang terkejut. "Lo-kai, jangan


salah paham!" dia berteriak dan mengang kat
tangannya. "Bukannya aku membela pemuda itu,

179
akan tetapi kalau dia dibunuh kan sayang? Aku ingin
menangkapnya dan menghibur diri dengan pemuda
seperti itu." Si banci ini berkata cepat-cepat, khawatir
kalau ketua Hek-tung pang itu menyerangnya.

"Cuhh, dasar kau laki-laki tidak normal ! Untuk apa


kau bermain-main dengan api? Dia harus kita
bunuh!" kakek ini berkata gusar dan membalik,
menghadapi Gin ciam Siucai dengan si nar mata
berapi. Halangan rekannya tadi bena r-benar
membuat kakek ini marah dan mendongkol. Si banci
itu benar-benar memualkan perutnya. Masa musuh
yang amat berbahaya seperti ini mau dilindungi?

Akan tetapi, sebelum kakek ini kembali menyerang,


tiba-tiba dia mendengar teriakan Mo -kiam Sie Giam
Tun yang menyebut-nyebut nama Malaikat Dari
Gurun Takla! Tentu saja dia kaget setengah mati dan
ketika kakek iblis ini menoleh, dia melihat seorang
pria setengah baya yang gagah perkasa dan bersikap
angker berdiri di ruangan itu.

Terkejutlah dua orang ini. Nama Takla Sin -jin


merupakan nama yang menakutkan bagi mereka,
melebihi nama-nama hantu yang bagaimanapun juga!
Kehadiran Malaikat Gurun Takla atau Malai kat
Gurun Neraka yang amat tiba -tiba di tempat mereka
adalah sungguh amat mengejutkan. Bagaimana tokoh

180
besar yang tempat tinggalnya jauh di utara ini bisa
muncul di tempat mereka?

Liong-tung Lo-kai dan Hwa tok-ciang sejenak


tertegun dan mereka sempat menyaksikan betapa
hanya dengan sebelah lengan "melambai" saja , rekan
mereka Si Pedang Iblis di "sedot" dan terseret ke
depan kaki pendekar sakti itu. Kejadian ini membuat
muka keduanya pucat dan gentar bukan main.
Malaikat Gurun Neraka itu seperti bukan manusia
saja kepandaiannya. Kesaktiannya luar biasa sekali
dan pendekar sakti itu memang pantas mendapatkan
julukan Malaikat !

Tanpa banyak cakap, ketua Hek-tung Kai-pang yang


sudah pucat mukanya ini lalu memutar tubuh dan
menyelinap pergi dengan tergesa -gesa. Perbuatannya
ditiru oleh Hwa-tok-ciang dan si banci inipun juga
dengan cepat menghilang dari tempat itu. Hanya
sekilas laki-laki berselera wanita itu melirik ke arah
Gin-ciam Siucai dengan air muka kecewa.

Demikianlah, Liong-tung Lo-kai melarikan diri


sambil menyumpah-nyumpah sepanjang jalan,
sedangkan Hwa-tok-ciang menggerutu kesal karena
pemuda tampan yang sudah hampir ditangkapnya itu
terpaksa dilepaskan lagi. Ini semua gara -gara
munculnya Takla Sin-jin. Dengan datangnya
pendekar besar itu, siapa berani bermain kayu?

181
Sedang rekan mereka saja, yaitu Mo -kiam Sie Giam
Tun yang memiliki kepandaian tidak banyak
selisihnya dengan mereka, roboh tanpa berdaya di
depan tokoh besar itu.

Dengan perginya ketua Hek-tung Kai-pang serta


tokoh-tokoh lainnya termasuk anggauta
perkumpulan ini, gedung yang tadinya penuh orang
itu kini menjadi sepi. Meja kursi porak-poranda dan
disana-sini makanan-makanan berhamburan
keterjang orang. Yang tinggal di dalam gedung itu
hanyalah tiga orang saja, yakni Malaikat Gurun
Neraka yang masih berdiri dengan sikap angker serta
Gin-ciam Siucai yang menekan dadanya yang ampeg
tersodok tongkat, dan Pek Hong yang pingsan di
lantai ruangan.

Keadaan sunyi bukan main dan Gin-ciam Siucai


melangkah maju tertatih-tatih dan akhirnya berhenti
di depan pendekar sakti itu, menjura dan memberi
hormat. "Locianpwe, boanpwe Kwa Sun Hok
menghaturkan terima kasih atas pertolongan
locianpwe mengusir orang-orang Hek-tung Kai-
pang......."

Takla Sin-jin memandang tajam dan siucai itu yang


ternyata bernama Kwa Sun Hok tergetar hatinya
melihat tatapan mata yang demikian tajam
mencorong dan berkilauan. Jantungnya berdetak

182
kencang dan diam-diam Sun Hok kagum bukan main.
Tokoh dari Gurun Neraka ini benar -benar hebat,
pikirnya di dalam hati. Perbawanya amat besar dan
sepasang matanya yang seperti mata seekor naga
sakti itu dapat membuat orang lumpuh semangatnya
dan keder nyalinya! Tidak heran bila Yap goanswe,
murid tunggal tokoh besar ini juga memiliki nama
besar dan ditakuti lawan.

"Orang muda, kau siapakah?" pendekar sakti itu


bertanya dan memandang penuh selidik. "Ilmu
silatmu mengingatkan aku akan seseorang. Apakah
kau muridnya ?"

Pertanyaan ini tidak jelas kemana arahnya, namun


Gin-ciam Siucai berseri wajahnya dan men jawab
cepat, "Boanpwe memang muridnya, locian pwe.
Suhu Phoa-lojin memang mengutus boanpwe untuk
mencari Yap-goanswe dan......."

Sun Hok menghentikan kata-katanya karena tiba-tiba


dia melihat betapa alis pendekar sakti itu terangkat
naik dan sepasang matanya berkilat ma rah. "Hemm,
ada apa kau hendak mencarinya? Dan di mana
gurumu itu sekarang? Apakah kalian guru dan murid
hendak mengecam kelakuan murid ku yang kurang
ajar itu ?"

183
Sun Hok terkejut. Dari nada suaranya, dia dapat
menangkap bahwa pendekar sakti ini sedang marah.
Memang berita tentang Yap-goanswe itu amat
menghebohkan seluruh daratan Tiong-goan dan tidak
aneh kalau guru dari jenderal muda ini merasa marah
kepada muridnya itu.

Namun Sun Hok cepat menggelengkan kepalanya


cepat-cepat. "Tidak, tidak demikian, lo cianpwe.
Bahkan sebaliknya, kami hendak membantu Yap-
goanswe yang menurut suhu sedang ditimpa suatu
malapetaka! Suhu mengutus saya untuk cepat
menemui Yap-goanswe karena kata suhu, murid
locianpwe itu berada dalam baha ya besar. Dan apa
yang dikatakan oleh suhu ternyata benar. Baru -baru
ini saya mendengar bahwa Ya p-goanswe ditawan
oleh Cheng-gan Sian-jin yang menjadi koksu dari
Kerajaan Wu !"

Malaikat dari Gurun Neraka itu tampak terkejut,


wajahnya berobah dan terdengar seruan kaget dari
mulutnya, "Ahh! Apa kau bilang, orang muda?
Cheng-gan Sian-jin?"

"Betul, locianpwe. Tertangka pnya Yap-goanswe yang


terjadi beberapa hari yang lalu oleh Cheng-gan Sian-
jin yang katanya dibantu oleh seorang tokoh hitam
lain bernama Hek-mo-ko itu bahkan disiarkan luas
oleh koksu itu. Dia mem punyai maksud tersembunyi

184
yang mengerikan terhadap diri Yap-goanswe. Kami
belum tahu jelas apa maksudnya itu, akan tetapi yang
terang ialah dengan jalan menyiarkan tertangkapnya
murid locianpwe itu, Cheng gan Sian -jin secara
memutar agaknya memang hendak menantang
locianpwe dengan jalan mendatanginya di kota raj a."

Jenggot pendek pendekar sakti itu bergoyang dan Sun


Hok melihat betapa wajah tokoh ini diliputi
kemarahan besar. Pertama-tama berita tentang sepak
terjang muridnya yang melakukan perjinaan dengan
selir Raja Muda Yun Chang telah membuat pendekar
ini marah. Kini ditambah lagi dengan munculnya
Cheng-gan Sian-jin yang menawan muridnya dan
jelas merupakan tantangan secara terbuka!

Dua peristiwa ini membuat pendekar sakti itu


menjadi marah sekali. Dia hendak menghukum
muridnya masih belum terlaksana, kini tib a-tiba dia
mendapatkan berita tentang tertangkapnya Yap-
goanswe di tangan Cheng-gan Sian jin ! Hal ini benar-
benar membuatnya marah disamping terkejut.

"Hemmm......" hanya ini saja yang keluar dari mulut


pendekar besar itu karena sebagai pen dekar sakti,
guru Yap-goanswe ini telah dapat menekan hawa
amarahnya. Dulu ketika Cheng -gan Sian-jin
merobohkan ketua-ketua partai persilatan besar di
Pegunungan Beng-san, dia sudah naik ke atas untuk

185
melawan iblis itu. Namun keburu di dahului oleh
seorang sakti yang mengenakan kedok dan menawan
Cheng-gan Sian-jin. Sejak saat itulah tidak ada lagi
orang yang mendengar kabar tentang gembong iblis
ini dan karena kejadian itu sudah lewat tigapuluhan
tahun, tidak ada lagi orang yang memikirkan
pentolan sesat itu.

"Bagaimana, locianpwe?" Sun Hok bertanya dan


memandang pendekar sakti ini.

Takla Sin-jin menoleh dan menganggukkan


kepalanya, "Aku akan menemuinya dan menghajar
iblis tua itu!" kata-katanya diucapkan tegas dengan
sinar mata berkilat, "Akan tetapi yang penting
sekarang adalah menolong murid Ta Bhok Hwesio
ini. Ia agaknya terkena racun dan aku harus cepat
memberi bantuan, kalau tidak, tentu ia akan tewas."

Sun Hok terkejut dan sejenak terbelalak. "Ah, jadi


nona ini adalah murid hwesio sakti dari Tibet itu?
Pantas saja kepandaiannya demikian lihai !" pemuda
ini memandang gadis yang pingsan itu dengan sinar
mata kagum.

Takla Sin-jin lalu menolong murid dari saha batnya


itu dibantu pula oleh Sun Hok. Diam -diam di dalam
hati pemuda ini terdapat perasaan yang aneh

186
terhadap Pek Hong, suatu perasaan ganjil yang tidak
dimengertinya.

Berkat pertolongan pendekar sakti itu, racun yang


mengeram di dalam tubuh gadis ini dapat
disembuhkan. Obat penawar dari Mo-kiam Sie Giam
Tun ternyata memang manjur. Luka membengkak
yang kehitaman di pundak Pek Hong segera lenyap
dan dua jarum yang hitam memasuki leher dan
pundak kiri, yaitu jarum-jarum beracun yang dilepas
oleh Liong-tung Lo-kai, disedot keluar oleh pendekar
sakti itu dengan tenaga sinkangnya.

Seperempat jam lamanya dua orang ini bekerja, dan


tak lama kemudian sadarlah Pek Hong dari
pingsannya. Gadis ini mengeluh dan membuka
kelopak matanya. Mula-mula dia tertegun heran
melihat wajah pria gagah perkasa itu, akan tetapi
begitu dia teringat, gadis ini memekik girang dan
melompat bangun.

"Locianpwe.....!" Pek Hong menjatuhkan dirinya


berlutut, memberi hormat kepada pendekar besar ini.

"Nona, bangkitlah, bahaya telah lewat. Di mana


suhumu?" Takla Sin-jin berkata halus dan lembut,
mengangkat bangun gadis itu.

187
Pek Hong bangkit berdiri dan baru ia tahu bahwa di
situ masih terdapat manusia lain. Ia ter kejut ketika
melihat Gin-ciam Siucai karena pemuda pelajar
inilah yang ia lihat di dalam kota Hun -kiang dan
bersorak-sorak ketika ia menghajar anggauta-
anggauta Hek-tung Kai-pang!

"Kau............?!" gadis ini menegur kaget dan


mukanya menjadi merah. Teringat akan keangkuhan
pemuda itu membuat kegemasan hatinya tim bul
kembali.

Gin-ciam Siucai melangkah maju dan cepat -cepat


memberi hormat. "Nona, harap maafkan. Aku sendiri
memang mempunyai kepentingan dengan
perkumpulan pengemis-pengemis busuk ini, maka
itulah sebabnya akupun berada di sini dan tadi
melihat betapa nona dicurangi oleh ketua Hek -tung
Kai-pang, terpaksa aku menampakkan diri
menolongmu....."

"Siapa sudi bantuanmu? Aku tidak sud i menerima


pertolongan pemuda angkuh seperti mu ini. Kalau
aku tewas, apa perdulimu ?" Pek Hong membentak
dan hatinya mendongkol.

Gin-ciam Siucai menjadi merah mukanya dan tak


mampu membuka mulut. Gadis ini membalas kata-
katanya sendiri yang dibalik! Akan tetapi melihat

188
betapa sepasang mata yang bening indah itu
terbelalak marah kepadanya, pemuda ini terpe sona
kagum dan menatap mata jeli itu dengan bengong!

"Kau..... mau apa melotot?" Pek Hong marah dan


menudingkan telunjuknya. "Apakah setelah kau
melepas pertolongan lalu kau boleh bersikap kurang
ajar sesuka hatimu?"

Pemuda ini seperti orang baru sadar dan wajahnya


seperti kepiting direbus. Cepat d ia menundukkan
mukanya dan Takla Sin-jin yang melihat kegalakan
gadis ini, menegur.

"Pek Hong, jangan kau bersikap seperti itu.


Bukankah dia telah menolongmu ? Kalau pemuda ini
tidak datang, kau tentu mengalami kesulitan besar.
Sudahlah, harap kaumaafkan kalau orang muda ini
telah membuat suatu kesalahan terhadap mu. Dia
telah menebus kesalahannya dengan membantumu
tadi. Sekarang, di manakah gurumu itu dan apakah
yang kaucari di kota ini?"

Pertanyaan terakhir ini membuat Gin -ciam bernapas


lega dan Pek Hong sendiri juga segera mengalihkan
perhatiannya. Teringatlah semua rencananya semula,
betapa pertama-tama ia hendak mencari Siu Li untuk
diambil perhitungannya. Kemudian menemui Yap Bu
Kong atau Yap-goanswe yang beritanya akhir-akhir

189
ini menggegerkan semua orang. Wajahnya muram
ketika ia mengenang pe muda itu dan hatinya terasa
sakit bukan main.

"Locianpwe, suhu pergi ke utara untuk menemui


locianpwe dan memberitahukan sesuatu yang penting
kepada locianpwe. Siapa kira agaknya locianpwe
keluar dan tentu saja suhu tidak dapat menemui
locianpwe. Sedangkan teecu sendiri, tadi nya mula-
mula hendak mencari musuh teecu dan.......Yap-
goanswe......"

"Hemm............" Takla Sin-jin mengerutkan


keningnya, dan Sun Hok yang mendengar ini se gera
nyeletuk.

"Ah, nona rupanya belum tahu! Yap-goanswe baru-


baru ini ditawan oleh seorang gembong iblis dan
sekarang dibawa ke kota raja!"

Pek Hong terkejut dan memandang siucai itu, tak


terasa mengeluarkan seruan kaget, "Ah h....!" dan
sepasang matanya yang indah itu kembali ter belalak.
Sun Hok hampir saja kembali menjadi bengong.
Entah mengapa, setiap kali mata gadis i tu terbelalak,
tampak demikian indah dan amat mempesona
baginya. Diam-diam Sun Hok memaki diri sendiri
yang kini agaknya menjadi pemuda mata keranjang!

190
Pek Hong menoleh kepada pendekar sa kti itu dan
untuk meyakinkan hatinya, ia bertanya, "Benarkah
itu, locianpwe?"

Takla Sin-jin mengangguk. "Begitulah menu rut


keterangan orang muda ini."

"Aihh, kalau begitu, siapa orangnya yang mampu


merobohkan murid locianpwe itu?"

"Dia adalah Cheng-gan Sian-jin!" Sun Hok menjawab


cepat memberi tahu.

Pek Hong terkejut sampai melompat kaget. "Cheng -


gan Sian-jin??" katanya dengan muka pucat.
"Bukankah dia sudah tewas pada tigapuluh tahun
yang lampau? Menurut suhu, tokoh sesat itu sudah
tidak ada lagi di dunia!"

"Tapi nyatanya kini secara tiba -tiba dia muncul. Ini


berarti bahwa dulu pada tigapuluh tahun yang lalu,
orang berkedok yang merobohkan Cheng -gan Sian-
jin tidak membunuhnya," Malaikat Gurun Neraka
berkata. "Dan bersama lenyapnya manusia iblis itu,
orang berkedok yang penuh rahasia itupun juga tidak
pernah menampakkan dirinya lagi. Tigapuluh tahun
telah berlalu dan agaknya Cheng -gan Sian jin yang
ternyata masih hidup ini kembali menampakkan diri
karena orang yang ditakutinya, yaitu musuh yang

191
telah merobohkannya pada tigapuluh tahun
berselang, mungkin telah tiada lagi di dunia ini."

"Ahh, hal ini amat berbahaya sekali, locianpwe. Dan


agaknya yang dapat merampas kembali Yap-goanswe
hanyalah locianpwe seorang! Akan tetapi,
mendatangi kota raja? Sungguh hal ini ber bahaya
sekali dan Cheng-gan Sian-jin si iblis tua yang licik
itu tentu telah mempersiapkan suatu kecurangan,"
Pek Hong berkata dengan suara kha watir.

Berita tertawannya Yap-goanswe ini memang


mengejutkan hatinya. Betapapun sakit hatinya ter -
hadap pemuda itu, akan tetapi mendengar betapa
pemuda yang dicintanya itu tertangkap musuh yang
demikian hebatnya karena Cheng gan Sian-jin adalah
gembong kaum sesat, diam-diam ia menjadi cemas
dan jantungnya berdebar tegang.

"Akan tetapi, menurut suhu, keadaan diri Yap-


goanswe walaupun amat berbahaya sekali, namun
akhirnya dapat pula diselamatkan. Hanya saja,
agaknya akan terjadi sesuatu yang tidak me -
nyenangkan di kelak kemudian hari yang menimpa
diri Yap-goanswe pribadi, demikian menurut suhu,"
Sun Hok berkata serius dan memandang kepada
pendekar itu.

192
"Locianpwe, dia ini sebenarnya siapakah? Dia bilang
bahwa menurut suhunya akan terjadi begin i atau
begitu. Agaknya gurunya ini tukang gwa-mia
(peramal), ya?" Pek Hong berkata dengan setengah
mengejek dan bibirnya berj ebi.

"Ah, nona, maaf. Aku lupa memperkenalkan diri.


Sekarang perkenalkanlah, aku bernama Sun Hok, s he
Kwa dan guruku adalah Phoa-lojin (kakek Phoa)
yang tinggal di Pulau Cemara di sebelah timur," Sun
Hok menjawab sambil menjura memberi hormat
dengan wajah berseri, kemudian dengan suara penuh
kebanggaan pemuda ini melanjutkan, "Dan guruku
memang tukang ramal nona, bahkan tukang ramal
yang paling jempolan !"

Tentu saja gadis itu terkejut. Sikapnya yang tadinya


main-main dan setengah mengejek itu kiranya mala h
memang demikian kenyataannya! Maka, melihat
betapa Sun Hok memberi hormat kepadanya, mau
tidak mau iapun juga terpaksa membalas
penghormatan pemuda ini namun tidak
memperkenalkan namanya! Hal ini dilakukan karena
ia masih mendongkol teringat akan sikap S un Hok
pertama kalinya dulu.

Sun Hok tahu akan kemendongkolan orang, dan


diapun tidak mendesak. Juga tadi d ia sempat

193
mendengar nama gadis itu ketika Takla Sin -jin
berbicara. Hanya dia tidak ta hu siapa she gadis ini.

"Orang muda, sekarang kau mau kemanakah?" tiba-


tiba pendekar tua itu bertanya dengan si nar mata
tajam. "Dan di manakah gurumu itu?"

"Saya......saya hendak menolong Yap -goanswe,


locianpwe. Suhu menyuruh saya agar pergi ke kota
raja dan bertindak secara hati-hati di sana. Dan
tentang suhu sendiri, teecu tidak mengetahui dimana
dia sekarang berada karena ketika keluar pulau, suhu
dan saya berpisah."

"Hemm, begitukah? Baiklah, terima kasih atas


kesanggupanmu." Takla Sin-jin mengangguk dan
menoleh kepada Pek Hong. "Dan kau, nona Hong?"

"Ah, locianpwe, aku..... aku juga hendak ke kota


raja...." gadis itu tergagap dan mukanya menjadi
merah.

"Kalau begitu berhati-hatilah. Agaknya muridku


yang kurang ajar itu benar-benar bernasib baik, masih
diperhatikan oleh banyak orang. Baiklah, aku pergi
dulu.....!" baru saja kata -katanya selesai, tubuh
Malaikat Gurun Neraka ini sudah berkelebat lenyap!

194
Sun Hok meleletkan lidahnya. "Aihh, bukan main!"
serunya dengan penuh kekaguman. "Pendekar sakti
itu betul-betul hebat, dan tidaklah mengherankan jika
murid tunggalnya juga merupakan pemuda yang luar
biasa!"

Pek Hong tidak menjawab dan tampak ter menung.


Pemuda luar biasa? Memang luar biasa cerdiknya ,
karena dapat mengelabuhi orang lain dengan
sikapnya yang pura-pura sopan dan alim padahal
sebenarnya merupakan pemuda hidung belang! Dan
untuk pemuda seperti itu mengapa ia masih saja
memperhatikan? Mengapa ia hendak ke kota raja
untuk menolong pemuda itu da ri cengkeraman
musuh? Apa perdulinya?

"Yap-koko…” gadis ini mengeluh di dalam hati


dengan perasaan seperti diremas dan tak terasa lagi
air mata berlinang di kelopak matanya. Betapa ia
amat mencinta jenderal muda itu, men cintanya
dengan sepenuh hati. Betapa sekejappun selama ini
ia tidak dapat melupakan pemuda yang gagah
perkasa itu, meskipun ia mendengar hal-hal yang
amat menyakitkan hatinya yang dilakukan oleh Yap-
goanswe di dalam istana.

"Nona.....Hong, kau kenapakah ?" tiba-tiba Sun Hok


bertanya melihat gadis itu menangis tanpa suara dan
panggilannya terdengar agak ragu-ragu karena dia

195
takut gadis galak ini akan marah. Pek Hong terkejut
dan dua butir air mata yang menggantung di bulu
matanya jatuh ke bawah. Cepat ia menggeleng kepala
dan menjawab, "Tidak apa-apa. Untuk apa kau tanya-
tanya segala?" suaranya terdengar ketus dan Sun
Hok tidak berani lagi bertanya macam-macam.

"Nona, musuh telah pergi. Buat apa k ita masih


tinggal di sini? Mari kita bakar saja sar ang pengemis
kotor ini dan kita dapat melaku kan perjalanan
bersama ke kota raja......."

( Bersambung jilid ke IV.)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 3

196
197
PENDEKAR GURUN NERAKA
Jilid 4

Karya BATARA
Pelukis YANES
Penerbit/Pencetak C. V. "G E M A”
Jln. Mertokusuman 761 RT. 14 RK IIl
Telepon No. 5801 SOLO
Tahun 1978

Credit Ebook:
Sumber buku Aditya Indra Jaya
Djvu Mukhdan
Editor Hendradinata Sugiyanto
Finishing Pdf Team Kolektor EBook

PENDEKAR GURUN NERAKA


Karya BATARA

Jilid 4

198
DENGAN sikap marah pemuda itu lalu
membalikkan tubuh dan melangkah pergi ! Pek Hong
tertegun dan mukanya menjadi merah. Sama sekali
tidak disangkanya bahwa maksud baiknya diterima
salah oleh pelajar itu. Diam-diam hatinya
mendongkol dan panas.

"Hemm, pemuda yang angkuh dan tinggi hati!"


pikirnya marah.

Gadis ini lalu menyimpan uangnya dan sej enak


mengikuti kepergian siucai itu dengan pandang
matanya. Akan tetapi betapa heran dan terkejut
hatinya ketika ia sudah tidak melih at bayangan
pemuda tadi!

“CIHH, siapa sudi berjalan bersamamu? Aku punya kaki dan tujuan sendiri. Kalau kau mau pergi, pergilah sendiri !" Pek
Hong menjawab dan tanpa memperdulikan lagi kepada pemuda itu, ia lalu melompat pergi!

Sun Hok tertegun sejenak mengikuti kepergian gadis baju hijau yang manis itu dengan pandang matanya. Akhirnya dia menghela
napas dan sebelum dia meninggalkan tempat itu, pemuda ini membakar gedung Hek-tung Kai-pang. Api segera berkobar hebat dan
tanpa ampun lagi, gedung pusat perkumpulan pengemis-pengemis jahat ini dimakan naga merah! Kayu-kayu roboh dan dindingnya
terjilat api, mengeluarkan suara berkerotokan mengerikan dan tidak sampai satu malam, pusat Hek-tung Kai-pang ini telah menjadi
abu!

Dengan wajah puas Gin-ciam Siucai Sun Hok lalu meninggalkan tempat itu, menuju ke kota raja membantu membebaskan Yap-
goanswe. Sebuah tempat berbahaya akan dimasukinya, akan tetapi karena ini adalah atas perintah suhunya, apalagi mengingat
betapa pendekar dari Gurun Neraka itupun juga sudah berangkat ke kota raja untuk menghadapi Cheng-gan Sian-jin, Sun Hok

199
berbesar hati dan menuju ke kota raja dengan wajah berseri gembira. Diam-diam dia ingin melihat pertandingan besar antara
Malaikat Dari Gurun Neraka itu melawan Cheng-gan Sian-jin, gembong iblis yang sudah amat terkenal sejak tigapuluh tahun yang
lampau!

***

Semenjak Raja Muda Kung Cu Kwang berhasil menghancurkan Yueh dan memindahkan ibukota kerajaan lama ke kota Su-couw
(Seb. Masehi) di timur Tiongkok, bala tentara raja muda ini menjadi semakin kuat. Hal ini adalah disebabkan dengan adanya Cheng-
gan Sian-jin di tempat itu. Memang betul bahwa gembong iblis ini bukanlah seorang yang ahli dalam peperangan, akan tetapi dengan
kesaktiannya yang luar biasa, dengan ilmunya yang tinggi, Cheng-gan Sian-jin merobohkan lawan-lawan tangguh secara perorangan
dan semua musuhnya roboh satu-persatu.

Tidak ada seorangpun yang dapat menandingi tokoh besar yang menggegerkan ini. Bahkan dua orang pendekar tua, yaitu Sin-pang
Lo-jin guru dari panglima muda Tang Bouw dan Hui-to Lo-kai guru dari panglima muda Ong Sin To, tewas ditangan
Cheng-gan Sian-jin ketika gembong iblis ini membantu serbuan Wu-sam-tai-ciangkun ke Kerajaan Yueh!

Dan bersama munculnya datuk besar ini, di dunia kang-ouw muncul pula nama seorang tokoh baru yang mengerikan, berjuluk Tok-
sim Sianli (Dewi Berhati Racun) murid perempuan dari Cheng-gan Sian-jin!

Tentu saja munculnya dua orang dari golongan hitam ini mengejutkan semua orang. Cheng-gan Sian-jin tadinya orang sangka telah
tewas pada tigapuluh tahun yang lalu. Siapa kira, setelah sekian lama menghilang, mendadak saja tokoh yang amat lihai itu muncul
kembali, bahkan bersama murid perempuannya yang tidak kalah menggemparkannya dibandingkan dengan gurunya sendiri.

Kejutan tiba-tiba yang diadakan oleh dua orang sesat ini sebenarnya belumlah seberapa, terutama tentang Tok-sim Sianli sendiri
yang orang hanya tahu bahwa wanita cantik itu adalah murid dari Cheng-gan Sian-jin. Akan tetapi, kalau orang tahu lebih lanjut
siapa gerangan wanita itu sebetulnya, tentu mereka akan menjadi semakin kaget.

200
Siapakah Tok-sim Sianli ini? Dia bukan lain adalah......keponakan Lie-thaikam sendiri! Ya, wanita cantik yang amat ganas ini
bukan lain adalah Lie Lan, itu gadis cantik yang dulu pernah menggoda Yap-goanswe namun yang akhirnya menemui kegagalan
besar bahkan yang menjadi dendam terhadap jenderal muda itu! Bagaimana bisa begini?

Sebenarnya, sudah lama sekali Lie Lan menjadi murid Cheng-gan Sianjin, sejak gadis cantik ini berusia lima tahun! Hanya berkat
kelihaian tokoh besar itu sajalah maka tidak ada seorangpun yang mengetahui betapa gembong iblis ini menyelundup ke Yueh dan
memasuki gedung Lie-thaikam. Rahasia ini memang dipegang keras oleh Cheng-gan Sian-jin yang diam-diam masih merasa gentar
kalau-kalau musuhnya yang dulu telah merobohkannya di puncak Beng-san itu akan muncul. Dia melarang dan menekankan kepada
Lie Lan agar gadis itu tidak mengeluarkan kepandaiannya.

"Belum saatnya kau menonjolkan diri," demikian katanya kepada gadis itu. "Bersabarlah, muridku, kelak kalau aku sudah yakin
benar bahwa musuhku yang amat sakti itu sudah betul-betul mati, barulah kau boleh berbuat sesuka hatimu. Sekarang harap semua
keinginanmu dikendalikan dulu sampai aku memberikan tanda kepadamu. Pada waktu itulah kita harus bergerak dan aku
telah mempunyai rencana bagus untuk memperkenalkan dirimu di dunia kang-ouw dengan cara membuat kegegeran di kalangan
orang-orang sombong yang menyebut dirinya pendekar."

Lie Lan tidak berani membantah dan mematuhi larangan gurunya. Setelah dia menjadi murid suhunya itu, ia tahu
bahwa suhunya adalah seorang yang amat kejam dan mampu melakukan hal-hal mengerikan, bahkan terhadap dirinya
sekalipun. Itulah sebabnya, setelah ia menjelang dewasa dan merupakan seorang gadis cantik yang memiliki tubuh padat
menggairahkan berkat latihan-latihan silat gemblengan gurunya, merupakan seorang dara jelita seperti sekuntum bunga sedang
mekar-mekarnya, gadis inipun tidak berani membantah keinginan gurunya yang ingin melakukan hubungan sex!

"Muridku," demikian mula-mula Cheng-gan Sianjin berkata dengan sinar mata aneh kepada Lie Lan,
"pelajaran ilmu silat sudah hampir semuanya kuwariskan kepadamu. Akan tetapi, ada satu pelajaran
penting lain yang juga harus kauketahui. Tahukah kau?"

Lie Lan menggeleng kepalanya karena ia memang tidak tahu ilmu apa yang satu ini. "Tidak, suhu, teecu
tidak tahu. Dan kalau suhu hendak mewariskan pelajaran yang suhu maksudkan, tentu saja teecu akan menerimanya dengan
girang dan senang hati."

201
"Ha-ha-ha! Ilmu yang satu ini adalah ilmu yang hebat, ilmu pembawa nikmat dan
kau pasti akan girang dan senang hati!" Cheng-gan Sian-jin tertawa bergelak dan tangannya
menangkap lengan muridnya, merayap dari bawah ke atas dan berhenti di pundak muridnya
yang halus, bulu-bulu lengannya membuat Lie Lan agak merinding kegelian.

Lie Lan terbelalak heran dan memandang suhunya. "Eh, suhu, ilmu apa itu? Bagaimana bisa membawa nikmat segala?"

Cheng-gan Sian-jin tersenyum aneh dan sepasang matanya menelusuri wajah muridnya yang jelita ini dari atas ke bawah dan terus
turun sampai ke kaki yang halus dan indah bentuknya. "Hemm, kau memang hebat. Kau adalah gadis titisan Dewi Syor yang amat
dipuja-puja oleh Bangsa Arya. Dan oleh sebab itu, aku harus menurunkan ilmu ini kepadamu secepat mungkin dan membentuk
kau menjadi seorang gadis yang sehebat Dewi Syor, ha-ha!"

Lie Lan tidak tahu bahwa Dewi Syor yang dipuja-puja oleh Bangsa Arya khususnya oleh kaum lelakinya ini adalah dewi lambang
sex. Dewi ini amat dipuja oleh lelaki Bangsa Arya karena konon katanya dapat memberikan "semangat baru" dan "tenaga kuda"
bagi yang mencinta dan memujanya!

"Suhu, kau belum menjelaskannya kepada teecu. Dari tadi suhu hanya tertawa-tawa saja. Apakah ada yang lucu ?" Lie Lan merengut
dan bibirnya yang merah basah itu cemberut.

Cheng-gan Sian-jin tertawa, "Ha, agaknya kau sudah tidak sabar lagi. Baiklah, hayo kita masuk ke dalam kamarmu. Di sanalah
ilmu ini hendak kuajarkan!" dan sekali berkelebat manusia iblis ini lenyap karena dia telah berada di kamar muridnya, kamar yang
bersih dan luas juga berbau harum minyak wangi.

Lie Lan cepat mengikuti gurunya karena hatinya sendiri memang sudah tidak sabar lagi untuk menerima warisan ilmu baru itu.
Gadis ini memang amat haus akan ilmu-ilmu baru, maka begitu tadi suhunya bilang bahwa dia hendak diwarisi ilmu baru, ia
menjadi girang dan siap untuk mempelajari ilmu itu.

202
Dua orang guru dan murid ini telah berada dalam kamar tertutup dan perintah gurunya yang pertama membuat Lie Lan agak
kaget.

"Sekarang, setelah kau siap untuk menerima ilmu baru ini dan menjadi seperti Dewi Syor, maka bukalah bajumu, semua, luar
dalam!" begitu kata kakek tinggi besar ini dan sepasang matanya bersinar-sinar penuh nafsu.

Tentu saja gadis itu terkejut. "Apa...... apa, suhu?" Lie Lan tergagap dan matanya membelalak lebar, indah berkilauan sehingga
membuat Cheng-gan Sian-jin menjadi tidak sabar.

"Aku bilang bahwa bajumu itu harus kau buka. Mengapa masih tanya-tanya lagi ? Apakah kurang jelas? Syarat mempelajari ilmu
ini memang harus demikian, kenapa kau terkejut? Hayo, cepat buka semuanya dan kau akan membuktikan sendiri bahwa ilmu ini
adalah ilmu pembawa nikmat dan kau akan senang!"

Gadis itu tidak dapat membantah lagi dan perlahan-lahan bajunya mulai dibuka dengan jari-jari tangan menggigil dan wajah agak
pucat.

Cheng-gan Sian-jin terbelalak kagum memandang tubuh atas yang telanjang itu dan mulutnya mengeluarkan pujian, "Dewi Syor
Yang Maha Indah ! Aihh, muridku, kau benar-benar titisan Dewi Syor yang hebat. Tubuhmu benar-benar luar biasa sekali!

203
Muridku yang cantik, ke sinilah.......kemarilah, sayang, biar kuajarkan ilmu ini kepadamu......... aihh, mulus....halus.....benar-benar
menandingi kecantikan dewi kami !" napas Cheng-gan Sian-jin mulai memburu dan matanya melotot melihat keindahan luar biasa

dari muridnya itu. Dia menggapai dan Lie Lan dengan kaki gemetar melangkah dekat ke arah suhunya, masih tidak mengerti ilmu
aneh apa yang akan diajarkan oleh gurunya ini.

"Hemm, benar-benar hebat.....benar-benar hebat sekali!" kakek ini berkata berkali-kali dan tangannya mulai menggerayangi seluruh
tubuh muridnya itu dengan nafsu semakin berkobar. Mula-mula Lie Lan takut dan ngeri, namun sinar mata gembong iblis yang
berpengaruh penuh kekuatan sihir ini tak dapat ditahan oleh gadis itu. Semangatnya telah dipenuhi oleh kekuatan sakti gurunya dan
apa yang dilakukan oleh gurunya ini ia tidak mampu mengelak.

204
Cheng-gan Sian-jin tertawa bergelak dan akhirnya menyambar tubuh gadis yang telanjang bagian atasnya ini dan di dalam kamar
itulah Lie Lan mendapatkan ilmu "baru" dari gurunya sendiri ! Dan Cheng-gan Sian-jin peranakan Bangsa Arya ini memang betul-
betul hebat. Lie Lan yang masih hijau berhasil dikobarkan nafsunya dan terjadilah perbuatan menjijikkan antara manusia iblis ini
dengan murid perempuannya itu. Setan dan iblis bersorak-sorak dan hanya kamar itulah yang menjadi saksi bisu atas semua kejadian
yang dilakukan oleh dua orang manusia yang telah diperhamba nafsu berahi ini.

Demikianlah, semenjak peristiwa itu, Lie Lan menjadi seorang gadis yang lebih matang lagi dan agaknya rangsangan
gurunya yang luar biasa itu membuat kelenjar-kelenjar tubuhnya berkembang pesat. Jadilah ia seorang gadis jelita yang bertubuh
menggairahkan, penuh daya tarik memikat dan senyum manis yang sanggup meruntuhkan setiap pria yang gagah perkasa
sekalipun !

Pengalaman pertama bersama gurunya membuat gadis ini matang, akan tetapi karena dibangkitkan secara liar oleh Cheng-gan Sian-
jin, gadis keponakan Lie-thaikam ini menjadi seorang gadis yang binal dan akhirnya menjadi hamba nafsu berahi. Dan karena
Cheng-gan Sian-jin sendiri akhir-akhir itu acapkali pergi meninggalkan muridnya di gedung Lie-thaikam sampai kadang-kadang
sebulan sehingga Lie Lan kesepian seorang diri, gadis ini lalu mulai mencari sasarannya di luar. Digodanyalah pemuda-pemuda
tampan putera para pembesar ataupun para pangeran, dan akhirnya jadilah gadis ini seorang gadis jalang, liar, genit dan cabul.
Semua ini adalah gara-gara didikan Cheng-gan Sian-jin, gembong iblis yang amat jahat itu!

Peristiwa yang dituturkan di atas ini terjadi pada waktu dua tahun lebih yang lalu, dimana Lie Lan masih tinggal di gedung
pamannya, yaitu Lie-thaikam di Kerajaan Yueh. Akan tetapi, semenjak pamannya berkhianat terhadap Yueh dan berbalik kepada
Wu, Lie Lan mengikuti pamannya ini dan mereka mendapatkan sebuah gedung bagus yang tidak kalah indahnya dengan gedung
mereka dahulu di Kerajaan Yueh.

Lie-thaikam adalah seorang pembesar kebiri yang cerdik dan licik. Dia tahu bahwa dia telah berkhianat terhadap Yueh dan
membantu Wu-sam-tai-ciangkun. Akan tetapi semua bantuannya itu sekarang sebenarnya sudah tidak berarti lagi setelah Yueh jatuh
di tangan Wu. Pada suatu hari thaikam yang culas ini pergi ke istana menghadap Kung Cu Kwang untuk meminta balas jasa. Akan
tetapi, pada saat dia hendak memasuki istana dan tiba di sebuah ruangan besar yang ditutup tirai sutera, secara kebetulan pembesar
kebiri ini mendengar rencana Wu-sam-tai-ciangkun tentang dirinya dan Lie-thaikam terkejut.

205
Di dalam ruangan tertutup tirai ini, tiga orang panglima besar dari Wu itu ternyata sedang mengadakan sidang darurat dan pembesar
kebiri ini mendengar bahwa dirinya akan dilenyapkan dan dibunuh !

"Seorang yang telah mampu melakukan perbuatan khianat terhadap junjungan sendiri, merupakan tanda seorang manusia yang
tidak dapat dipercaya !" demikian mula-mula dia mendengar Panglima Kiang tokoh nomor dua dari Wu-sam tai-ciangkun itu mulai
pembicaraannya. Suara panglima ini keras dan lantang, sesuai dengan tubuhnya yang tinggi besar dan matanya yang lebar itu selalu
melotot. "Oleh sebab itu, satu satunya jalan agar kelak dia tidak mengkhianati kita juga, kita harus membunuhnya dan
melenyapkan jejaknya!"

"Memang benar," Panglima Han yang halus suaranya itu menyambung. "Lie-thaikam memang orang yang amat cerdik dan
berbahaya. Aku sendiri mengkhawatirkan bahwa kelak dia akan mengulang pengkhianatannya itu terhadap kita. Siapa tahu,
thaikam yang licik itu banyak akalnya. Bukankah ji-wi taijin sendiri dapat mengingat akan semua kecerdikan siasatnya ketika dia
membantu kita untuk merobohkan Yueh? Dia memang orang yang cerdik dan berbahaya, sebaiknya kita berpura-pura memanggilnya
ke sini dan melenyapkan thai-kam yang licik itu..........."

Baru sampai di sini saja Lie-thaikam sudah pucat mukanya. Dia datang ke istana untuk minta balas jasa, eh, siapa tahu dia malah
mendengarkan rencana tiga orang pembantu Kung Cu Kwang ini yang hendak membunuhnya! Lie-thaikam tidak mau
mendengarkan lebih lanjut lagi dan dengan sikap tergesa-gesa pembesar kebiri ini mengayun langkah ke gedungnya. Dia teringat
akan Lie Lan, keponakan yang amat disayangnya itu dan dia hendak mengajak gadis itu melarikan diri sebelum malapetaka itu
datang.

Begitu sampai di gedungnya, laki-laki gendut ini berlari-lari kecil dengan napas terengah-engah, langsung menuju ke kamar
keponakannya itu.

"Lie Lan! Lie Lan! Hayo cepat keluar, kita berkemas dan ambil semua harta simpanan kita di peti pusaka…!" pembesar ini berseru
dan mendorong pintu kamar gadis itu.

206
Akan tetapi, begitu pintu terbuka lebar, Lie-thaikam terbelalak dengan muka kaget dan mulutnya celangap tak mampu membuka
suara! Apa yang dilihatnya? Lie Lan, keponakannya yang cantik itu tampak bergumul dengan seorang laki-laki dalam keadaan
telanjang di atas pembaringan!

"Ya, Allah.......!" akhirnya Lie-thaikam berseru kaget. "Lie Lan, apa yang kaulakukan ini? Keparat, siapa laki-laki itu? Hee, anjing
busuk, keluar kau!" pembesar ini berteriak gusar dan memaki, tidak tahu jelas siapa laki-laki di atas pembaringan itu karena terhalang
kelambu. Dengan muka merah pembesar gendut ini menuju ke pembaringan, maksudnya hendak menyeret iaki-laki itu dan
melemparnya keluar.

Namun, begitu kelambu disingkap, tiba-tiba Lie thaikam ini menjerit dan tubuhnya terpental.

"Pergi kau, setan busuk! Plak!" sebuah bentakan marah menyambut Lie-thaikam ini dan tangan seorang laki-laki memukul
dadanya. Tanpa ampun lagi, pembesar ini berteriak mengaduh dan kepalanya membentur daun pintu. Terdengar suara "brukk!"
dan Lie-thaikam mengerang kesakitan, kepalanya benjut sebesar telur ayam.

Belum lagi dia mampu bangun, laki-laki di atas pembaringan itu telah melompat sambil mengumpat-caci dan tahu-tahu rambutnya
yang tidak seberapa banyak itu telah dijambak orang!

"Hayo berdiri, babi! Kau berani mengganggu di sini, ya? Jahanam, kau babi yang tidak tahu diri dan patut mampus!" dengan penuh
kemarahan orang ini telah mengangkat tangannya untuk memukul kepala Lie-thaikam. Sekali saja terayun, tentu pembesar itu akan
tewas.

Akan tetapi, untunglah pada saat yang amat berbahaya ini Lie Lan juga sudah melompat bangun dan berteriak, "Suhu, jangan
bunuh dia! Paman tidak tahu kalau suhu berada di sini!" dan dengan tergesa-gesa gadis itu mengenakan pakaiannya kembali dan
meloncat turun.

207
Lie-thaikam terkejut setengah mati mendengar seruan Lie Lan yang menyebut "suhu" kepada laki-laki ini dan ketika dia mengangkat
mukanya memandang, thaikam ini menjadi sepucat kertas mukanya karena yang berdiri di depannya ini bukan lain adalah Cheng-
gan Sian-jin, koksu baru dari Kerajaan Wu !

"Oh...eh.....aku.....aduh....ampun, taijin.....ampunkan aku yang tidak bermata....aku tidak tahu bahwa taijinlah orangnya yang
berada di kamar ini....juga tidak tahu bahwa taijin juga menjadi guru keponakanku itu...ampun, taijin.... ampun....."

Lie-thaikam segera menjatuhkan diri berlutut dan meminta-minta ampun dengan muka ketakutan dan penuh kekagetan
menyaksikan hal yang amat tidak disangka-sangkanya ini. Diam-diam hatinya kecut den waswas melihat kemarahan Cheng-gan
Sian-jin. Kalau saja dia tahu sebelumnya, siapa berani mengusik koksu yang sedang bersenang-senang dengan keponakannya itu?
Sungguh sial dangkalan, pikirnya di dalam hati dan pembesar kebiri yang berwatak pengecut ini sudah menangis sambil mengangguk-
anggukkan kepalanya!

Cheng gan Sian-jin menahan pukulannya dan melihat tubuh muridnya yang setengah telanjang karena tergesa-gesa itu,
kemarahannya berkurang. "Baiklah, kuampuni nyawa babi ini. Akan tetapi, sekali lagi dia berani mengganggu, tentu kepalanya
akan kucopot dari lehernya yang pendek ini. Pergilah........!" kaki koksu bergerak menendang dan Lie-thaikam terlempar keluar
pintu sambil menjerit-jerit seperti babi disembelih!

"Huh, kurang ajar. Kalau saja tidak mengingat bahwa dia pamanmu, tentu sudah kucokel matanya itu!" Cheng-gan Sian-jin
bersungut-sungut dan menghampiri muridnya, merangkul gadis itu dan kembali hendak melanjutkan kesenangannya.

w
Suhu, maaf. Harap suhu menunggu sebentar. Tidak biasanya paman masuk ke kamar ini kalau tidak ada sesuatu. Agaknya terjadi
sesuatu yang sangat penting sehingga dengan tergesa-gesa paman tadi mengganggu kita. Biarlah kita tunda sejenak permainan kita
dan mendengarkan keperluannya." Lie Lan berkata dan membujuk suhunya yang sudah diamuk nafsu berahi itu dan dengan halus
gadis ini melepaskan diri, membetulkan pakaiannya dan melangkah keluar kamar.

Cheng-gan Sian-jin mendengus kesal dan mengikuti muridnya. Di situ tampak Lie-thaikam baru saja bangkit berdiri dan melihat
munculnya Lie Lan bersama koksu, thaikam yang sudah ketakutan ini kembali hendak menjatuhkan diri berlutut. Dia menyangka

208
bahwa kakek itu hendak menghajarnya, maka sebelum kemarahan koksu meluap-luap karena gangguannya, thaikam ini hendak
menyatakan maafnya.

"Paman, sudahlah. Kami tidak akan menyiksamu. Kami menemuimu ini hanyalah karena ingin mendengarkan mengapa tadi
paman memasuki kamar tanpa ijin. Agaknya terjadi sesuatu yang menggelisahkan paman. Benarkah?" Lie Lan bertanya dan
pamannya itu mengangguk-angguk cepat.

"Benar, Lan-ji, benar. Aku mendengar kabar buruk. Wu-sam tai-ciangkun merencanakan untuk membunuhku dan itulah sebabnya
maka aku cepat-cepat kemari untuk melarikan diri. Siapa tahu, koksu ternyata ada di dalam dan sedang bersenang-senang. Maafkan
aku.... taijin, maafkan...." dan Lie-thaikam menjura-jura di depan kakek bermata hijau yang amat mengerikan hatinya itu.

Lie Lan terkejut. "Apa? Wu-sam-tai-ciangkun yang telah paman bantu itu hendak membunuh paman? Keparat, manusia-manusia
yang tidak kenal budi ! Suhu, biar aku menemui dan menghajar mereka!" gadis ini sudah hendak melompat pergi dengan muka
merah akan tetapi gurunya menangkap lengannya mencegah.

"Jangan, urusan sepele begitu saja untuk apa diributkan ? Kesenangan kita tidak boleh terganggu dan biar aku menulis sepucuk surat
untuk mereka."

Cheng-gan Sian-jin lalu membuat surat yang ditujukan kepada Wu-sam-tai ciangkun, lalu melemparkannya kepada Lie-thaikam.
"Nih, berikan kepada mereka dan kau akan selamat. Sekarang pergilah, awas kalau kau kembali mengganggu !"

Lie-thaikam membungkuk-bungkuk dan cepat mengambil surat yang dilemparkan koksu dengan wajah girang. Cheng gan Sian-jin
sendiri bersama murid perempuannya telah memasuki kamar dan Lie thaikam tidak perduli lagi, bahkan kenyataan ini membuat
hatinya gembira bukan main. Koksu ternyata merupakan guru dari keponakannya juga sekaligus merangkap sebagai kekasihnya!
Dengan begitu berarti kedudukannya menjadi amat kuat dan dia tidak usah takut lagi kepada Wu-sam-tai-ciangkun!

209
Dan persis ketika thaikam ini tiba di ambang pintu gedung, dua orang suruhan Wu-sam-tai-ciangkun memanggilnya. Tentu saja
thaikam ini maklum apa sebenarnya yang tersembunyi di balik panggilan itu. Namun Lie-thaikam sama sekali tidak gugup atau
cemas lagi, bahkan dia menyambut maksud tiga orang panglima Wu ini dengan wajah berseri dan kepala tengadah!

"Hendak kulihat, apa yang akan dilakukan oleh tiga orang itu kepada diriku," demikian pembesar kebiri ini berpikir sambil
tersenyum-senyum bangga.

Benar saja. Setelah dia berhadapan dengan Wu-sam-tai-ciangkun yang menyambutnya dengan sikap bengis dan sinar mata penuh
ancaman, Lie-thaikam cepat menyerahkan surat dari koksu kepada tiga orang panglima tua itu. Mula-mula Ok-ciangkun yang
membacanya dan Lie-thaikam melihat jelas betapa Panglima Ok itu tampak kaget dan berobah air mukanya.

"Aihh....!" panglima tua ini mengeluarkan seruan dan matanya terbelalak ke arah Lie-thaikam, memandang dengan penuh
kekagetan dan juga penuh kebingungan.

Ketika dua orang rekannya memandang penuh tuntutan ingin tahu, Ok-ciangkun tidak mengeluarkan kata-kata dan hanya
menyerahkan surat dari koksu itu kepada Panglima Kiang dan Panglima Han.

Dan seperti juga halnya Panglima Ok, Lie-thaikam melihat betapa dua orang panglima inipun tampak terkejut dan berobah air
mukanya. Dia tidak tahu apa isi surat dari Cheng-gan Sian-jin ini, akan tetapi setidak-tidaknya dia dapat menduganya. Tentu
larangan koksu kepada tiga orang panglima itu untuk membunuh Lie-thaikam ! Apa lagi ?

Memang betul dugaan ini. Cheng gan Sian-jin yang menjadi koksu
dan yang amat diandalkan tenaganya oleh raja muda mereka itu
memang menegur rencana Wu-sam-tai-ciangkun, bahkan memaki
tiga orang panglima tua itu sebagai orang-orang bodoh yang amat
gegabah! Tahukah kalian, demikian isi surat itu antara lain, bahwa
Lie Lan keponakan Lie-thaikam ini adalah muridku? Kalau kalian
mengganggu Lie-thaikam berarti mengganggu pula keponakannya

210
yang menjadi muridku. Dan ini berarti juga kalian mengganggu
koksu!

Tentu saja surat koksu ini mengejutkan mereka semua dan sekaligus
rencana mereka berantakan. Tiga orang panglima tua ini saling
pandang dan otomatis sikap mereka terhadap Lie-thaikam berubah
seratus delapanpuluh derajat! Mau tak mau sikap mereka yang tadi
bengis dan penuh ancaman, berbalik menjadi senyum buatan dan
segera tiga orang ini turun dari kursi mereka dan tergesa-gesa minta
maaf kepada Lie thaikam!

Demikianlah, Lie-thaikam selamat dari malapetaka berkat


kedudukan keponakannya dan Wu-sam-tai-ciangkun tidak berani
main gila lagi dengan thaikam ini. Hanya secara diam-diam, di
dalam hati tiga orang panglima tua ini terdapat kewaspadaan sikap
terhadap pembesar kebiri yang berbahaya ini. Sebaliknya, Lie-
thaikam sendiri yang tadinya hendak dibunuh oleh tiga orang
panglima itu, juga menaruh dendam dan secara diam-diam pula
thaikam ini sedang berpikir-pikir rencana apakah yang akan
dijatuhkannya terhadap Wu-sam-tai-ciangkun.

Semuanya berjalan seperti biasa di istana Wu ini dan seolah-olah


tidak terdapat sesuatu ganjalan di antara Lie-thaikam dengan tiga
orang Wu-sam-tai-ciangkun.

Cheng-gan Sian-jin yang selama ini selalu menyelidiki kalau musuh


yang amat ditakutinya itu masih hidup, sekarang dapat bernapas
lega. Sepuluh tahun sudah secara diam-diam dia menyelidiki orang
yang ditakutinya itu, dan selama itu pula orang yang dicarinya tidak

211
tampak. Hal ini hanya berarti bahwa musuhnya itu tentu telah
meninggal dan dia boleh bertindak menurut kata hatinya.

Akan tetapi, hati kakek ini masih belum merasa yakin. Akhirnya
timbul sebuah akal di otakN Y A yang cerdik, yaitu dia hendak
memancing munculnya lawan yang digentarinya itu dengan
muridnya. Dia lalu menyuruh Lie Lan membuat kegegeran di dunia
kang-ouw dengan dia sendiri selalu mengikuti dari tempat
tersembunyi. Diperintahkannya murid perempuannya ini
mendatangi ketua ketua partai dan merobohkan mereka!

Mula-mula disuruhnya gadis itu mendatangi ketua Kong-thong-pai,


yakni Kim-sin Sian-jin untuk ditantang melakukan pibu (adu kepandaian silat).

"Lie Lan, hari ini tanda yang kau nanti-nantikan telah tiba," Cheng-gan Sian-jin berkata kepada muridnya yang cantik itu di suatu
hari. "Sekarang waktunya bagimu untuk menonjolkan diri dan membuat kegemparan baru di dunia persilatan. Pergilah ke barat,
temui Kim-sin San-jin si tua bangka itu dan ajaklah dia bertanding. Kalau dia menolak, bilang saja terus terang bahwa kau adalah
murid Cheng-gan Sian jin dan hendak menjajal kepandaian yang kau warisi dari gurumu. Kalau tua bangka itu masih tetap menolak
untuk melakukan pibu, berarti dia menyatakan kalah dan harus memotong tangan kanannya sebagai tanda takluk !"

Perintah gila-gilaan ini sebagaimana biasa tidak pernah ditolak oleh muridnya. Bahkan Lie Lan merasa gembira menerima tugas
ini, tugas yang sudah lama ia tunggu-tunggu dari dulu.

"Baik, suhu. Akan teecu lakukan semua keinginan suhu dan akan teecu robohkan ketua Kong-thong-pai itu!"

Berangkatlah gadis ini meninggalkan gedung pamannya, melakukan perantauan seorang diri di dunia kang-ouw, menuju ke barat
di mana partai Kong-thong-pai berada. Kecantikannya yang menonjol dan tubuhnya yang padat menggairahkan membuat
perjalanannya banyak terganggu di tengah jalan. Setiap kali ia memasuki daerah rawan

212
yang dikuasai oleh raja-raja kecil berupa perampok-perampok
kejam, setiap kali itu pula ia harus merobohkan mereka.

Akan tetapi, sesuai dengan pesan gurunya, menghadapi orang-orang


dari golongan hitam ini Lie Lan tidak pernah menurunkan tangan
maut.

"Jangan kau membunuh mereka ini karena bagiku, orang-orang itu


adalah orang-orang yang gagah perkasa. Lihatlah, mereka berani
merampok dan berhadapan secara berdepan, penuh tanggung jawab
akan pekerjaan mereka yang dikatakan oleh pendekar-pendekar
sebagai perbuatan hina dan rendah. Akan tetapi sebenarnya justeru
kaum yang menamakan diri pendekar itulah penjahat-penjahat yang
bersembunyi di balik nama golongan bersih. Bahh! Mereka itu
berpalsu sikap, menyembunyikan kejahatan di balik julukan
pendekar! Kalau mereka betul-betul pendekar, tentunya mereka
tidak akan mengganggu orang yang mencari nafkah secara jujur,
meminta barang orang lain secara terang-terangan karena mereka itu
memang membutuhkan! Orang-orang ini, yaitu yang oleh golongan
pendekar disebut sebagai golongan hitam, sudah tidak dapat lagi
bekerja di tengah-tengah kaum bersih itu karena mereka selalu
dimusuhi. Itulah sebabnya maka orang-orang ini lalu bekerja dengan
cara mereka sendiri, mengandalkan tenaga untuk mencari nafkah
sebagai bahan untuk melanjutkan penghidupan mereka dan keluarga mereka. Akan tetapi golongan yang menyebut diri sebagai
pendekar itu betul-betul memuakkan. Mereka dimintai bantuan tidak mau membantu, tapi kalau golongan yang mereka sebut sebagai
golongan hitam tadi melakukan pekerjaannya yang tidak mengganggu dan tidak ada sangkut pautnya dengan para pendekar itu,
mereka selalu diusili dan ditentang. Justeru terhadap orang-orang yang mengaku sebagai pendekar itulah kau boleh menurunkan
tangan maut. Bunuh saja mereka dan jangan diberi ampun !"

213
Inilah pesan Cheng-gan Sian-jin terhadap gadis itu dan Lie Lan-pun mentaatinya. Menghadapi orang-orang dari golongan sesat,
gadis ini cukup merobohkan tanpa membunuh dan karena sikapnya ini, sebentar saja di golongan hitam gadis itu dijuluki orang Cu-
sim Sianli atau Dewi Berhati Welas Asih! Sebentar saja, selama dalam perjalanannya ke Kong-thong-pai, nama Cu-sim Sianli
mendengung hebat di golongan sesat ini dan banyak penjahat-penjahat yang menyatakan takluk kepada gadis cantik jelita yang
memiliki kepandaian seperti dewi itu!

Karena perjalanan ke Kong-thong-pai memang jauh, apalagi dengan adanya gangguan di tengah jalan ini, akhirnya setelah
melakukan perjalanan sebulan lamanya, gadis itu tiba di Pegunungan Kwen-lun san di mana markas pusat Kong-thong-pai berada!

Hawa pegunungan yang amat segar mula-mula menyambutnya dan Lie Lan terpesona oleh pemandangan yang amat indah di
gunung ini. Pohon-pohon tampak hijau dan rimbun dan di lereng bukit sebelah kiri tampak lautan merah dari bunga mawar yang
sedang mekar dan di kanan perut gunung, tampak bunga-bunga cilan berwarna kuning menghampar luas bagaikan beludru yang
dibentangkan di lereng Pegunungan Kwen-lun-san ini.

Bukan main indahnya pemandangan di pegunungan ini dan Lie Lan takjub, penuh kekaguman. Dan jauh di sana, di atas gunung
itu, tampaklah bangunan pusat Kong-thong-pai yang akan didatanginya ! Petak-petak rumah dengan genteng-gentengnya tampak
jelas dari tempatnya berdiri dan di bawah petak-petak rumah itu, tampaklah sebuah jalan setapak yang melingkar-lingkar naik turun
seperti tubuh seekor ular. Inilah jalan naik atau jalan turun dari dan menuju ke markas Kong-thong-pai !

Teringat akan Kong-thong-pai, seketika perhatiannya kepada pemandangan alam di pegunungan ini lenyap. Sepasang mata gadis
ini bersinar-sinar dan sekali menggerakkan kakinya, tubuhnya telah melayang mendekati jalan setapak yang dari jauh seperti seekor
ular melingkar-lingkar itu. Tubuhnya bergerak cepat bagaikan terbang karena Lie Lan mengerahkan ginkangnya yang hebat
gemblengan gurunya, Cheng-gan Sian-jin si manusia sakti.

Tiba-tiba, baru saja dia mendekati jalan setapak itu dengan gerakan cepat seperti bayangan setan, dari kiri terdengar suitan nyaring
tujuh kali dan tahu-tahu di depannya muncul dua orang tosu muda menghadang jalan!

214
"Nona, harap berhenti dulu!" salah seorang di antara dua tosu ini berseru. "Nona hendak kemanakah? Di sini bukan jalan umum
dan kalau tidak seijin kami, tidak boleh sembarang orang naik ke atas!"

Lie Lan menghentikan larinya dan dua orang tosu itu terbelalak takjub. Setelah gadis ini berada di depan mereka dalam jarak
beberapa meter saja, kecantikan gadis itu tampak luar biasa sekali. Sepasang pipinya kemerahan segar seperti tomat masak, bibirnya
yang penuh halus itu merekah membentuk senyum mengejek. Dan sepasang mata itu. Bukan main! Begitu hidup dan terang, gemer-
lapan seperti bintang timur!

"Ehh, nona ini manusia atau bidadarikah?" tosu yang di sebelah kiri dan ada tahi lalat di dekat hidungnya itu bertanya, suara nya
lebih heran daripada kaget dan mereka memandang gadis jelita ini dengan penuh kekaguman.

Memang kehadiran seorang gadis yang demikian cantiknya di pagi hari di Pegunungan Kwen lun-san amatlah mengherankan.
Apalagi tadi mereka lihat betapa gadis seperti bidadari ini mendaki puncak gunung yang demikian tinggi bagaikan terbang atau
melayang saja. Mana ada seorang gadis biasa yang mampu melakukan hal itu? Hanya sebangsa dewi atau siluman sajalah yang
dapat berbuat seperti ini. Namun, melihat keelokan wajah yang demikian luar biasa, mereka lebih condong untuk menduga gadis
itu sebagai seorang dewi daripada siluman. Kalau manusia biasa, mana mungkin? Apalagi para tosu muda ini yang selama hidupnya
berada di kuil, amat jarang sekali melihat wajah cantik seorang wanita. Dan mereka hampir tak percaya bahwa di dunia ini terdapat
seorang gadis yang demikian cantik jelitanya, demikian segar dan menggairahkan tubuhnya!

"Hemm, kalian ini siapakah? Apakah murid-murid Kong-thong-pai?" Lie Lan tidak menggubris pertanyaan orang malah balas
bertanya. "Aku memang sengaja naik ke sini untuk menjumpai Kim-sin San-jin ketua Kong-thong-pai. Adakah dia di atas sana?"

Gadis itu berbicara dengan suara merdu dan sepasang matanya yang memandang dua orang tosu itu berkeredepan indah, bibir yang
merah basah itu bergerak-gerak mengundang berahi dan dua orang tosu ini terbelalak lebar. Mata mereka lekat kepada wajah dan
bibir itu, seperti keadaan orang bengong. Suara gadis ini terdengar seperti nyanyian sorgawi di telinga mereka dan si tahi lalat sampai
menelan ludahnya, tak mampu bersuara!

215
"Ehh, apakah kalian ini telah berobah menjadi arca batu?" Lie Lan tak dapat menahan geli hatinya dan bertanya dengan senyum
lebar, giginya yang putih tampak berkilat seperti mutiara, seperti biasa, setiap kali ada laki-laki mengagumi kecantikannya, gadis ini
merasa bangga dan senang dan ia bahkan ingin mempermainkan orang-orang itu.

Dua orang tosu Kong-thong-pai yang bengong melongong itu seketika sadar dan muka mereka menjadi merah sekali. "Ahh,
maaf.......maaf, nona. Pinto kurang jelas akan pertanyaan nona tadi. Dapatkah nona mengulangnya?" tosu bertahi lalat menjawab
gugup akan tetapi dia telah berhasil menguasai hatinya kembali.

Lie Lan tertawa kecil, "Hi-hikk ! Agaknya tosu-tosu Kong-thong-pai haus akan wajah cantik! Eh, totiang, tidak benarkah kata-kataku
tadi?"

Tosu itu terbelalak. "Kata-kata nona yang mana?" tanyanya.

Lie Lan menjawab dengan senyum mengejek, "Kata-kataku bahwa agaknya tosu-tosu Kong-thong-pai haus akan wajah wanita
cantik! Totiang, kalau kalian memang masih gemar paras cantik, mengapa harus mengeram diri di puncak gunung ini? Lebih baik
kalian turun gunung dan masuk ke kota besar saja, di sana kalian tentu akan dapat bersenang-senang sepuas hati! Untuk apa harus
berpalsu-palsu sikap?"

Hebat kata-kata ini dan wajah dua orang itu menjadi merah sampai ke telinga mereka. Omongan gadis ini terlalu tajam dan amat
menghina! Tosu satunya yang lebih muda dari si tahi lalat maju selangkah dan membentak sambil menudingkan telunjuknya,
"Nona, jangan kau bicara sembarangan saja di tempat ini! Kami adalah tosu-tosu sejati yang hendak menjalani ajaran To, kenapa
kau harus menghina kami berdua seperti itu? Siapakah kau sebenarnya dan apa maksudmu datang ke Kong-thong-pai mencari suhu
Kim-sin Sanjin sepagi ini?"

Lie Lan memandang dengan senyum dingin dan sinar matanya tiba-tiba mengeluarkan cahaya berkilat, mengejutkan dua orang tosu
itu. "Hemm, kalian ingin tahu? Baiklah, biarlah aku berterus terang saja. Kalian dengarlah, aku Cu-sim Sianli hari ini datang ke
Kong-thong-pai karena ingin bertemu dengan Kim-sin San-jin untuk mengajaknya pibu (adu kepandaian silat) !"

216
Dua orang tosu ini mengeluarkan seruan tertahan dan mereka melompat mundur dengan muka kaget.

"Cu-sim Sianli (Dewi Berhati Welas Asih)?" keduanya berteriak hampir berbareng dan mata mereka terbelalak ke arah gadis
itu. Nama ini walaupun baru saja muncul, namun karena telah mendengung hebat di kalangan sungai telaga, maka telah
terdengar pula oleh murid-murid Kong-thong-pai yang kebetulan ada yang turun gunung. Dan ketika mereka kembali ke kuil,
nama Cu sim Sianli ini mereka ceritakan kepada saudara-saudara mereka di situ sehingga rata-rata semua tosu Kong-thong-pai
telah mendengar tentang nama yang baru sebulan muncul di dunia persilatan ini. Siapa sangka, Cu-sim Sianli ternyata hanyalah
merupakan seorang gadis cantik yang masih muda usia dan yang hari ini datang-datang hendak menantang ketua Kong-
thong-pai!

Hampir dua orang tosu ini tertawa geli. Membayangkan betapa seorang gadis yang tampaknya masih hijau begini menantang Kim
sin San jin, benar-benar hal ini amat luar biasa lucunya dan si tahi lalat berkata, "Nona, kau sungguh seperti anak kecil yang tidak
tahu tingginya langit dalamnya lautan! Meskipun kami telah mendengar namamu yang baru saja muncul, akan tetapi menantang
suhu kami adalah bukan perbuatan bijaksana. Lebih baik kami nasehatkan kepada nona agar nona batalkan saja niat itu dan pergi
dari sini. Ketahuilah, kuil kami tidak boleh diinjak oleh wanita dan daripada nona menemui banyak halangan, lebih baik kalau
nona turun gunung saja."

Lie Lan marah sekali mendengar kata-kata ini dan matanya berkilat. "Menemui banyak halangan bagaimana maksudmu? Apakah
kalian kira aku tidak mampu untuk naik ke atas sana seorang diri?"

Kata-kata yang kasar ini membuat dua orang tosu itu juga menjadi marah, akan tetapi karena mereka sedang menghadapi seorang
gadis muda yang cantik, mereka agak segan dan masih mencoba untuk bersikap halus.

"Nona, harap nona tidak membuat keributan di sini. Halangan yang kami maksudkan adalah rintangan-rintangan yang akan
mengganggu nona dari murid-murid Kong-thong-pai kalau nona berkeras untuk pergi ke atas......”

"Termasuk kalian, begitukah?" gadis itu memotong dengan senyum sinis.

217
Si tosu bertahi lalat mengangkat pundak.

"Agaknya demikianlah............"

Baru saja kata-kata ini habis, tiba-tiba Lie Lan berkelebat ke depan dan gadis itu tahu-tahu telah melakukan totokan kilat ke mata
lawan! Tentu saja gerakan tanpa pemberitahuan ini mengejutkan tosu tersebut dan temannya. Yang diserang mengeluarkan teriakan
kaget dan cepat membanting tubuh ke belakang, sedangkan temannya menolong dari samping sambil membentak.

"Gadis curang, pergilah............!"

Akan tetapi inilah kesalahannya. Dia tidak tahu bahwa Lie Lan memang menggunakan siasat yang licik, yaitu mengejutkan si tosu
bertahi lalat dan memberi kesempatan untuk merobohkan tosu satunya ini. Begitu melihat saudaranya diserang secara mendadak,
tosu yang lebih muda ini cepat menolong sedapat mungkin agar gadis itu tidak melanjutkan serangannya. Dan karena dia menyerang
Lie Lan dengan tergesa mengingat keselamatan saudaranya, tosu ini kurang memperhatikan penjagaan tubuh sendiri. Dia baru
terkejut ketika mendengar gadis itu terkekeh kecil dan tiba-tiba gadis ini membalik, menyelinap di antara kedua tangannya yang
memukul ke depan dan tahu-tahu dahinya diketuk perlahan oleh dua jari tangan yang halus.

"Tukkk....!”

Perlahan saja ketukan ini, namun karena tepat mengenai urat besar di atas kening, tosu itu menjerit ngeri dan roboh, uratnya putus
dan dia tewas seketika dalam satu gebrakan saja!

Tentu saja peristiwa ini mengagetkan tosu bertahi lalat yang baru melompat bangun. Karena Lie Lan menyerang saudaranya, maka
dia sendiri mendapat kesempatan untuk bangkit berdiri. Akan tetapi, melihat tewasnya temannya itu, wajah tosu ini menjadi pucat
dan kemudian berobah merah penuh kemarahan. Dia mengeluarkan lengking tinggi dua kali sebagai tanda rahasia kepada murid-
murid Kong-thong-pai, dan tosu ini lalu menerjang ke depan sambil memaki.

"Iblis betina, aku akan membalaskan kematian saudaraku !"

218
Serangannya hebat dan tosu ini sudah mencabut pedangnya. Tampak sinar berkilauan ketika pedangnya menyambar dan suara
bercuit dari pedang ini menandakan bahwa tenaga pemiliknya adalah amat besar dan kuat sekali.

Akan tetapi, Lie Lan bahkan mengeluarkan jengekan dari hidungnya. Gadis ini melihat betapa gerakan tosu itu amat lamban
baginya, sama sekali tidak cepat seperti kelihatannya. Ketika pedang menyambar, ia sama sekali tidak mengelak dan baru pada saat
pedang itu tinggal lima senti jaraknya, gadis ini tiba-tiba merendahkan tubuh ke bawah dengan gerakan cepat dan kakinya menjegal.

"Singggg.......bress!"

Angin pedang mendesing tajam di atas rambutnya dan luput mengenai sasarannya, sebaliknya kakinya yang melakukan sepakan
dari bawah itu menjegal kaki si tosu. Akibatnya, tosu ini berteriak kaget dan karena dia sendiri sedang mengerahkan semua tenaganya
untuk menyerang, maka begitu luput dan kakinya dijegal, tanpa ampun lagi dia tersungkur ke depan mencium tanah. Dan pada saat
itulah Lie Lan melancarkan serangan berikutnya dengan kejam. Si tosu yang roboh tersungkur dengan pedang di tangan itu tiba-tiba
ditendang pergelangan tangannya oleh gadis ini dan otomatis ujung pedang lawan membalik, lalu dengan sedikit dorongan kakinya,
ujung pedang itu menusuk dan amblas di dada si tosu bertahi lalat!

"Creppp.... auugghhh....!"

Tosu itu berteriak ngeri dan pedangnya tembus ke punggung, darah muncrat dari depan dan belakang! Dia melotot memandang
pedangnya yang berlumuran darah, mencoba bangkit namun roboh kembali dan setelah dia mendelik penuh kebencian ke arah gadis
itu, tosu Kong-thong-pai ini terkulai kepalanya dan tewas dengan keadaan mengerikan!

Inilah pembunuhan pertama yang dilakukan oleh Cu-sim Sianli! Gadis itu sama sekali tidak nampak ngeri, bahkan memandang
dua mayat ini dengan senyuman ewah. Kemudian, dengan sikap seenaknya tanpa memperdulikan dua buah mayat itu, gadis ini
melanjutkan langkah kakinya, menuju ke atas untuk menemui Kim-sin San-jin ketua Kong-thong-pai!

"Kalian sendirilah yang mencari penyakit," begitulah gadis ini menggerutu di jalan mendaki puncak.

219
Akan tetapi kalau Lie Lan menyangka bahwa ia akan mudah saja memasuki kuil persilatan ini, pikirannya itu keliru. Tujuh kali
suitan pertama disusul dengan dua kali lengkingan tinggi dari si tosu bertahi lalat sebelum dia menghembuskan napasnya tadi telah
membuat kejutan bagi murid-murid Kong thong-pai yang lain. Dari atas tampak bayangan-bayangan berkelebatan dan duapuluh
tiga orang murid Kong-thong-pai yang ditugaskan menjaga di bawah gunung tahu-tahu telah bermunculan di situ dan Lie Lan
terkurung dari segala penjuru!

"Gadis kejam! Kau siapakah dan mengapa kau membunuh dua orang saudara kami tanpa sebab?" seorang tosu empatpuluhan tahun
dengan jenggotnya yang putih halus namun jarang membentak sambil melangkah maju. Duapuluh dua orang tosu lain juga
memandang kepada gadis cantik ini dengan mata marah dan sikap mengancam.

Lie Lan tenang-tenang saja dan terpaksa menghentikan kakinya, ia tidak segera menjawab, melainkan menatap wajah duapuluh tiga
orang itu satu-persatu. Setelah semua dipandangnya dengan penuh selidik dan dia tidak melihat bahwa seorang di antaranya adalah
Kim-sin San-jin, gadis ini berkata dengan suara dingin.

“Siapa bilang bahwa aku membunuh dua ekor keledai itu tanpa sebab? Ada akibat tentu ada sebab, dan aku membunuh mereka itu
adalah karena kekurangajaran mereka sendiri yang tidak menyambut datangnya seorang tamu dengan sikap pantas. Aku henda k
menemui Kim-sin San-jin, akan tetapi mereka bahkan menyerangku. Aku membela diri dan mereka roboh tewas, apanya lagi yang
harus dibuat penasaran?"

Inilah jawaban seenaknya sendiri belaka dan tosu berjenggot putih ini menjadi amat marah. '"Nona!" dia membentak dengan sikap
bengis. "Harap kau jangan main-main di sini. Tahukah kau bahwa pembunuhan yang kaulakukan ini dapat berakibat maut
kepadamu pribadi? Hutang uang bayar uang, dan hutang nyawa harus dibayar dengan darah! Kau telah melakukan keonaran di
sini dan harus dihukum. Menyerahlah dan jangan melawan, kami akan menghadapkanmu ke depan ketua Kong-thong-pai untuk
diputuskan hukumannya. Kalau kau tidak membantah, ada kemungkinan akan mendapat keringanan, akan tetapi kalau kau
menentang, jangan harap meninggalkan tempat ini dengan masih bernyawa!"

Lie Lan tiba-tiba tertawa nyaring dan duapuluh tiga orang tosu itu terkejut. Hampir mereka menyangka bahwa gadis cantik itu telah
miring otaknya. Mana ada kejadian demikian luar biasa? Dikepung oleh duapuluh tiga murid-murid Kong-thong-pai dari beberapa
tingkatan, gadis itu sama sekali tidak tampak ketakutan ataupun gentar, bahkan mengeluarkan suara tawa mengejek!

220
"Hi-hik-heh-heh-heh! Kalian ini kerbau-kerbau dungu hendak menangkap aku? Mampukah kalian melakukannya? Eh, tosu-tosu
bau, apakah kalian tdak takut kepada singa betina berkepala naga? Lihatlah ini, di depan kalian muncul singa itu!" tiba-tiba Lie
Lan mengeluarkan seruan keras, tubuhnya berputar seperti gasing sebanyak tiga kali ke arah tosu-tosu itu dan......duapuluh tiga
orang tosu Kong-thong-pai ini menjerit kaget sambil melompat mundur.

"Siluman.......!"

"Iblis.....!"

Seruan kaget terdengar di antara para tosu ini dan semua mata terbelalak ngeri dan wajah mereka tampak pucat. Memang apa yang
mereka lihat ini adalah luar biasa sekali karena di depan mereka, hanya dalam jarak tiga meter di mana gadis cantik tadi berdiri,
tampaklah seekor singa betina sedang berdiri dengan kedua kaki depan terangkat siap menerkam, dan yang amat hebat sekali adalah
kepala binatang itu karena singa itu ternyata berkepala naga!

Gemparlah murid-murid Kong-thong pai ini dan otomatis mereka semua melompat mundur menjauhi binatang yang amat dahsyat
itu. Mereka tidak tahu betapa Lie Lan telah mempengaruhi hati dan semangat mereka dengan ilmu sihir warisan gurunya, Cheng
gan Sian-jin si gembong iblis. Inilah akibat ilmu sakti Sin-gan-i-hun-to (Mata Sakti Perampas Semangat) yang dikerahkan oleh gadis
itu.

Akan tetapi, karena Lie Lan belum lama mempelajari ilmu sihir ini, maka tentu saja kekuatannya masih belum dapat menandingi
suhunya sendiri. Apalagi duapuluh tiga orang itu bukanlah orang-orang biasa. Mereka adalah murid-murid Kong-thong-pai yang
telah memiliki dasar-dasar lweekang cukup kuat dan Lie Lan pun maklum pula akan hal ini. Maka, karena dia tidak mau diganggu
oleh orang-orang itu sebelum ia menemukan Kim-sin San-jin memenuhi perintah gurunya, gadis ini tidak mau membuang-buang
waktu.

Dia mengeluarkan suara seperti singa mengaum dan orang-orang itu melihat betapa singa betina berkepala naga itu mendadak
menerkam ke depan, cepat sekali dengan kuku-kukunya yang siap mencakar. Karena mereka masih dilanda kekagetan besar dengan
munculnya singa siluman itu, maka semua tosu melompat mundur dan membiarkan "siluman" itu kabur ke atas puncak!

221
222
Demikianlah, setelah "singa" itu jauh di depan mereka, kekuatan
sihir yang tadi dikeluarkan oleh Lie Lan lenyap pengaruhnya dan
para tosu itu sekarang melihat bnhwa yang mendaki ke atas dengan
cepat itu bukan lain adalah gadis cantik yang tadi juga!

"Keparat, kejar dia!" tosu berjenggot putih dan yang paling tua di
antara mereka membentak marah, maklum bahwa dia dan kawan-
kawannya telah dipermainkan oleh gadis itu. Tentu saja dia menjadi
murka bukan main dan tosu inilah yang melompat duluan, mengejar
Lie Lan sambil berteriak-teriak. Duapuluh orang tosu lainnya juga
ikut mengejar sedang dua sisanya mengurus jenazah tosu bertahi
lalat dan saudaranya yang tewas di tangan gadis iblis itu.

Terjadilah kejar-mengejar di jalan yang naik turun ini, dan tosu-tosu


Kong-thong pai itu terkejut bukan kepalang. Gadis yang mereka
kejar itu benar-benar seperti setan, gerakannya cepat luar biasa dan
dalam beberapa detik saja mereka telah jauh tertinggal dan gadis itu
kini merupakan titik kecil yang berkelebatan di atas jalan kecil
melingkar-lingkar seperti tubuh ular itu.

"Celaka, siapakah gadis iblis itu?" tosu berjenggot putih berkata


dengan hati gelisah, kakinya terus mengejar sampai napasnya
terengah-engah. Akan tetapi karena semakin lama jaraknya semakin
tertinggal jauh, tosu ini lalu memasukkan dua jari tangannya ke
mulut, menekuk lidah dan mengeluarkan suitan nyaring berkali-kali
yang bergema di seluruh lereng gunung.

Sebentar saja Kong-thong pai dibuat geger. Pagi indah yang


seharusnya mereka sambut dengan wajah gembira dan mata berseri

223
itu kini disambut dengan guncangan-guncangan hebat. Lengkingan
dan suitan berkali-kali dari bawah gunung disusul dengan teriakan-
teriakan dan bayangan-bayangan berlari-lari mendaki puncak,
mengejutkan semua penghuni partai persilatan itu.

Lima orang murid kepala dari ketua Kong-thong-pai, yaitu lima


orang tosu berusia limapuluhan tahun yang tadi sedang asyik dalam
samadhinya, segera membuka mata dan berlompatan bangun.
Tidak biasanya sute-sute mereka itu melakukan kegaduhan
semacam ini. Kalau tidak terjadi sesuatu yang hebat, tentu mereka
itu tidak akan berani membuat keributan semacam ini.

San Kok Tojin, yaitu murid tertua dan nomor satu dari lima orang
murid Kim-sin San-jin, mengerutkan alisnya yang putih dan berkata,
"Siancai! Semoga Thian Yang Maha Agung melindungi kita semua
dari kegaduhan yang muncul ini. Sam-sute dan Su-sute, coba kalian
lihat apakah yang terjadi di bawah sana. Suhu sedang khusuk dan
tak boleh diganggu dari samadhinya. Kalau beliau terbangun, tentu
kita semua akan ditegurnya!"

Orang ke tiga dan ke empat yang diperintahkan oleh San Kok Tojin ini mengangguk dan sekali mereka bergerak, dua orang ini telah
berkelebat lenyap dan keluar dari ruangan itu. Dua orang sute San Kok Tojin ini adalah Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin, merupakan
dua orang murid Kong-thong-pai yang berkepandaian tinggi dan yang biasanya mengurus segala persoalan luar. Itulah sebabnya
ketika San Kok Tojin mendengar ribut-ribut di luar kuil, tosu tertua ini memerintahkan dua orang adik seperguruannya (sute) itu
untuk melihat dan membereskan kejadiannya.

Biasanya, jika ada peristiwa-peristiwa semacam itu, Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin akan mampu menyelesaikannya dengan tidak
banyak kesukaran. Dua orang tosu ini adalah tokoh-tokoh nomor dua di Kong-thong-pai dan mereka diberi tugas oleh Kim-sin San-
jin untuk mengatur persoalan-persoalan di luar kuil. Adapun pekerjaan-pekerjaan di dalam kuil, terutama melayani ketua dan rumah

224
tangga partai, diputuskan oleh San Kok Tojin sebagai murid pertama dan Ang I Tojin sebagai murid ke dua. Murid ke lima yang
paling muda di antara mereka dan bernama Yang Ih Tojin ditugaskan untuk menjaga kamar pusaka dan kesejahteraan umum. Jadi
masing-masing telah ada bagian-bagiannya sendiri dan hanya apabila mereka sedang menghadapi suatu kejadian yang luar biasa
sajalah baru kelima orang murid utama Kim-sin San-jin ini maju berbareng untuk mengatasi persoalannya.

Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin yang telah keluar dari kuil dan tiba di pintu gerbang dalam, terkejut melihat betapa sute-sute mereka
berteriak-teriak dan berlarian ke bawah seperti menghadapi bahaya pasukan besar!

"Para sute sekalian, jangan gaduh, jangan panik! Kalian harap tenang seperti biasa dan biarkanlah pinto berdua lihat apa yang
sedang terjadi!" Pek Bin Tojin yang bermuka putih itu berseru dan menenangkan suasana dan diri sendiri bersama Ui Bin Tojin cepat
keluar.

Baru saja kaki mereka sampai di pintu gerbang yang merupakan pintu pertama bagi orang luar untuk memasuki kuil, dua orang tosu
ini berseru perlahan dan memandang takjub kepada seorang gadis cantik yang tahu-tahu telah berada di hadapan mereka tanpa
mengeluarkan suara. Gerakan gadis ini seperti langkah kucing dan tadi ketika dari atas sebuah batu hitam datar melompat ke pintu
gerbang yang jaraknya ada lima tombak lebih itu benar-benar membuktikan kemahiran ginkang-nya (ilmu meringankan tubuh) yang
luar biasa.

"Siancai......siancai......!" Pek Bin Tojin cepat merangkap kedua tangannya di depan dada dan memandang gadis cantik itu dengan
sinar mata tajam namun halus sikapnya. "Nona, siapakah anda dan mengapa sepagi ini dikejar-kejar oleh para sute kami? Apakah
murid-murid Kong-thong-pai telah bersikap kurang ajar dan tidak pantas terhadap nona ?"

Pertanyaan ini diucapkan dengan suara halus dan dua orang tosu tua ini memandang murid-murid Kong thong-pai yang kini telah
berdatangan ke atas dan mengelilingi gadis cantik itu dengan sikap mengurung. Melihat betapa suheng mereka berada di situ, tosu-
tosu yang mengejar gadis ini tidak menyerang, hanya dari sinar mata dan sikap mereka yang penuh kemarahan itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa agaknya gadis cantik ini telah membuat suatu peristiwa yang tidak menyenangkan di kalangan mereka.

225
Lie Lan, gadis itu, tersenyum lebar dan bahkan melangkah dua tindak ke depan. Melihat dua orang tosu tua ini, ia menduga-duga
yang manakah kiranya yang bernama Kim sin San-jin.

"Eh, ji wi totiang, yang manakah di antara ji wi yang bernama Kim-sin San-jin dan menjabat sebagai ketua Kong-thong-pai? Murid-
murid kalian ini memang kurang ajar semua dan mereka telah bersikap tidak pantas terhadap seorang tamu! Masa ada tamu datang
lalu dirubung seperti ini? Cihh, apakah tosu-tosu Kong-thong-pai sekarang memang gemar menikmati paras cantik? Kalau begitu,
lepas saja kehidupan pendeta di sini dan jadilah kalian orang-orang biasa saja. Di kota banyak gadis-gadis cantik dan kutanggung
kalian akan dapat memuaskan nafsu kalian untuk bersenang-senang dengan wanita, hihi-hikk!"

Lie Lan tertawa terkekeh-kekeh dan matanya memandang tosu-tosu itu dengan sikap mengejek. Tentu saja para tosu itu menjadi
merah mukanya dan semakin marah. Gadis ini lidahnya amat tajam dan kurang ajar, membalik-balik omongan sedemikian rupa
sekehendak hatinya sendiri!

“Suheng, harap jangan lepaskan gadis siluman ini! Ia telah membunuh dua orang saudara kita!" si tosu berjenggot putih yang ada
di situ sudah melompat ke depan dan menuding, sikapnya penuh kemarahan dan semua tosu yang tadi bersama tosu pertama ini,
membenarkan kata-katanya dan memandang gadis itu dengan penuh kebencian.

Tentu saja Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin terkejut sekali. Mata mereka terbelalak lebar dan mereka memandang gadis cantik itu
dengan pandang mata marah dan curiga. Di pagi hari seindah ini seorang gadis cantik datang-datang telah melakukan pembunuhan
di Kong-thong-pai. Hal ini bukan main-main lagi!

Ui Bin Tojin kini bersikap keren dan dia mendahului sam-suhengnya menegur dara itu, "Nona, kau siapakah dan mengapa kau
membunuh dua orang murid Kong-thong-pai? Apakah maksud kedatanganmu ini dan untuk apa kau hendak menemui ketua Kong-
thong-pai?"

Suara bengis yang dikeluarkan oleh Ui Bin Tojin ini disambut enteng saja oleh Lie Lan. Gadis ini menoleh dan menjawab, "Totiang
siapakah? Apakah ketua Kong-thong pai sendiri? Aku Cu-sim Sianli jauh-jauh datang kemari adalah atas perintah suhu untuk
menantang ketua Kong-thong-pai dalam sebuah pibu! Siapakah di antara kalian yang menjabat ketua Kong-thong-pai? Kaukah?"

226
gadis itu menuding Ui Bin Tojin dan bertanya dengan sikap seenaknya dan seperti tidak memandang mata. "Kalau benar kau orang-
nya, hanyo cepat layani aku berpibu!"

Sikap gadis yang tampak liar dan kurang ajar ini membuat Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin menjadi merah mukanya. Juga para
tosu yang lain, mereka mengepal tinju dan melotot marah. Akan tetapi, karena Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin adalah tosu-tosu tua
yang sudah cukup banyak pengalaman, mereka dapat menekan hawa amarah mereka dan masih menahan sabar. Apalagi ketika Lie
Lan menyebutkan bahwa ia sebenarnya diutus oleh suhunya yang belum mereka ketahui siapa, maka dua tosu pimpinan ini tidak
mau bersikap sembrono. Keterangan gadis itu menunjukkan bahwa ada orang di belakang layar dan semua tosu
Kong-thong-pai terkejut sekali ketika gadis itu menyebut diri sendiri
sebagai Cu-sim Sianli yang namanya dimalui orang-orang sesat.

Namun tidak demikian halnya dengan si tosu berjenggot putih yang


sejak tadi merasa marah dan benci kepada gadis itu. Walaupun dia
mendengar pengakuan gadis ini yang bernama Cu-sim Sianli dan
ikut terkejut, akan tetapi sama sekali tosu ini tidak merasa takut.
Apalagi saudara-saudara mereka yang lain berada di tempat itu.
Tosu ini sudah melompat ke depan dan berkata dengan suara keras.

"Suheng, gadis ini tidak patut mendapatkan julukkan Cu-sim Sianli.


Sepantasnya dia disebut Tok-sim Sianli (Dewi Berhati Racun)
karena sepak terjang dan kata-katanya memang mengandung racun
busuk! He, Tok-sim Sianli, tidak usah kau menantang suhu, dengan
aku saja sudah cukup. Jaga seranganku......!" begitu habis
ucapannya, tosu yang mudah naik darah ini sudah mencabut
pedangnya dan menyerang ganas.

"Singg-singgg.......!"

227
Dua kali sambaran pedang yang amat cepat dielakkan oleh gadis ini
dengan sikap tenang dan ketika tosu itu sudah menyusuli lagi dengan
serangan-serangan berikutnya, gadis itu berseru kepada Pek Bin
Tojin dan Ui Bin Tojin, "Ji-wi totiang, harap kalian menyuruh
mundur kerbau ini, kalau tidak, terpaksa aku akan merobohkannya dan jangan menyalahkan aku lagi.....!”

Ucapan yang kedengarannya amat tekebur ini membuat tosu lawannya meledak kemarahannya. Gadis itu bicara seolah-olah dia
pasti dapat dirobohkan dengan mudah! Maka dia lalu mengeluarkan gerengan dan serangan-serangan pedangnya diperhebat
sedemikian rupa untuk dapat menjatuhkan gadis besar mulut ini. Lie Lan melompat-lompat mengandalkan ginkangnya dan tidak
membalas, menunggu reaksi dua orang pimpinan tosu itu. Akan tetapi, setelah duapuluh jurus berlalu dan Pek Bin Tojin serta Ui
Bin Tojin masih diam saja, mulailah murid Cheng-gan Sian-jin ini bergerak.

"Baiklah, kalian sendiri yang menghendaki aku turun tangan. Tosu bau, perhatikan baik-baik tiga jurus seranganku ini. Kutanggung
dalam tiga gebrakan saja kau akan roboh terjungkal!" Lie Lan atau yang kini disebut Toksim sianli itu berseru marah.

Lawannya tidak menjawab bahkan semakin menyerang dengan gencar. Diam-diam tosu ini merasa marah dan penasaran sekali.
Sudah duapuluh jurus dia melancarkan serangan-serangan maut yang berantai, namun selama itu lawannya hanya berkelit kesana
sini dan bahkan masih sempat berbicara dengan seenaknya saja. Marahlah tosu ini dan diperhebatlah permainan pedangnya.

"Hyaattt......!" tosu berjenggot putih itu berteriak keras dan dia lalu melakukan jurus ilmu pedang Kong-thong Kiam-sut yang disebut
Thian-liong-siu-goat (Naga Langit Menyambut Bulan). Pedangnya meluncur ke depan dari atas seakan-akan naga yang menukik,
kemudian ketika tiba di depan dada lawan, pedangnya diputar dua kali membentuk gambar bulan dan tiba-tiba menusuk ulu hati
gadis itu dengan kecepatan kilat.

"Satu…!" Tok-sim Sianli berteriak dan pada saat ujung pedang lawan menusuk ulu hatinya, gadis ini tiba-tiba menjengkangkan diri
ke belakang dan pedang si tosu meluncur di atas tubuhnya. Inilah gerakan atau bhesi gemblengan Cheng-gan Sian-jin yang
dinamakan Membangun Jembatan Emas. Bhesi ini dibuat dengan cara mendoyongkan tubuh ke belakang, yaitu sebatas lutut sampai
ke kepala. Tidak gampang melatihnya, akan tetapi kalau sudah berhasil, sanggup membentuk sikap seperti sebuah jembatan dengan
kedua kaki di atas tanah.

228
Dan begitu Tok-sim Sianli membentuk bhesi dengan nama Membangun Jembatan Emas ini, mulutnya sudah melanjutkan teriakan,
"Dua.......!" dan tiba-tiba kaki kanannya bergerak dari bawah, melakukan tendangan kilat ke bawah pusar lawannya yang pada saat
itu bisa dibilang "kosong" karena tusukan pedangnya luput. Dan bersama dengan tendangan maut ini tangan kirinya berputar dan
menabok dada tosu yang terhuyung ke depan itu sambil berseru, "Tiga.........!"

Hebat bukan kepalang akibat balasan Tok-sim Sianli ini. Sebenarnya, apa yang dipertunjukkan oleh gadis itu adalah jurus-jurus
yang amat sederhana, akan tetapi justeru semakin sederhana suatu ilmu, semakin tinggi nilainya kerena mengandung unsur cepat-
tepat-dapat!

Maka, begitu tiga kali teriakan berturut-turut dari gadis itu selesai, terdengarlah suara "Dess-blukk------aughh!" dan tubuh tosu
berjenggot putih ini terlontar ke udara dan pedangnya terlepas, terbanting di atas tanah sambil menjerit ngeri karena anggauta
rahasianya hancur terkena tendangan maut tadi dan tulang iganya patah terpukul tangan kiri Tok-Sim Sianli !

Gemparlah tosu-tosu Kong-thong-pai melihat kejadian ini. Sejenak mata mereka terbelalak kaget, akan tetapi begitu mereka sadar,
orang-orang ini berteriak marah dan serentak mencabut senjata !

"Gadis iblis !”

"Siluman haus darah....!"

"Tangkap dan bunuh dia.....!"

Teriakan-teriakan ramai keluar dari mulut para tosu itu dan mereka sudah menerjang maju dengan muka merah. Akan tetapi baru
saja mereka bergerak, tiba-tiba terdengar bentakan Pek Bin Tojin yang keras dan berpengaruh.

"Para sute semua harap mundur....!" dan tokoh kedua dari partai Kong-thong ini melompat maju sambil mengibaskan tangannya.
Angin yang amat dahsyat menyambar dan lima orang tosu terlempar bergulingan!

229
Semua tosu terkejut dan mereka melompat mundur, melihat betapa muka Pek Bin Tojin yang biasanya putih itu kini merah padam
dan sepasang matanya mengeluarkan sinar berapi-api. Begitu pula halnya dengan Ui Bin Tojin. Murid kepala nomor empat dari
Kim-sin San-jin ini sampai pucat dan kemudian berobah merah sekali saking marahnya melihat keganasan Tok-sim Sianli yang
berani membunuh seorang murid Kong-thong-pai di depan hidung mereka! Inilah perbuatan yang amat luar biasa beraninya dan
mengejutkan.

Dua orang pimpinan para tosu ini melangkah maju dengan tindakan berat dan akhirnya berhenti di depan gadis cantik itu.

Pek Bin Tojin yang sudah dibakar kemarahan berkata dengan suara dingin, "Nona, kau agaknya memang patut mendapat julukan
Tok-sim Sianli karena sepak terjangmu sesuai dengan watakmu. Sekarang, di depan pinto kau telah membunuh lagi seorang murid
Kong-thong-pai. Kalau hari ini pinto tidak dapat merobohkanmu, biarlah pinto membunuh diri !"

Hebat ucapan yang telah dikeluarkan oleh Pek Bin Tojin ini dan semua tosu berseru kaget. Bahkan Ui Bin Tojin sendiri memandang
sam-suhengnya ini dengan muka kaget. Sumpah yang dikeluarkan oleh Pek Bin Tojin adalah sumpah yang amat berat dan dia yakin
bahwa Tok-sim Sianli ini betul-betul seorang wanita iblis yang berkepandaian tinggi, bagaimana kalau suhengnya sampai kalah oleh
kelicikan dan tipu muslihat gadis kejam itu?

"Suheng!" dia menegur. "Menghadapi iblis betina seperti ini tidak perlu bersumpah segala macam!"

Pek Bin Tojin menoleh. "Biarlah, sute. Seorang gagah yang telah mengeluarkan ucapannya tidak nanti ditarik kembali. Mundurlah,
biarkan aku yang membekuknya." dan Pek Bin Tojin bersiap-siap dengan sinar mata berkilat di depan gadis itu.

Ui Bin Tojin tak dapat membantah dan terpaksa diapun mundur dengan hati tegang, menonton pertandingan yang akan terjadi di
antara su-suhengnya melawan Tok-sim Sianli yang dia belum tahu siapa sebenarnya itu dan murid siapa pula.

Melihat majunya tosu bermuka putih ini, Lie Lan sama sekali tidak nampak gentar. Hanya diam-diam hatinya merasa tidak puas
karena lawannya ternyata bukan Kim-sin San-jin. Dia mendengus dan berkata, "Kenapa kalian marah? Bukankah aku tadi sudah

230
bilang agar kerbau dungu itu kalian suruh mundur? Kalau sekarang dia mampus, salah siapakah itu? Dan kau, tosu tua, bukannya
aku yang minta kau bersumpah. Kalau kau nanti roboh dan membunuh diri, jangan kau menyalahkan aku lagi !"

Kata-kata ini amat menyakitkan hati, namun Pek Bin Tojin yang maklum bahwa di balik kata-kata ini gadis itu hendak membakar
kemarahannya, dia cepat menekan perasaan. Adalah pantangan besar bagi seorang ahli silat pandai untuk bertempur dikuasai nafsu
amarah. Akan tetapi, sebelum tosu ini bergerak, Ui Bin Tojin tiba-tiba berseru.

"Suheng, gadis itu masih belum memberikan keterangan lengkap kepada kita tentang siapakah gurunya dan dari partai mana dia.
Siapa tahu ada orang memperalat siluman ini untuk mengadu domba? Hati-hati, kita harus tanya dulu asal-usulnya yang jelas!"

Pek Bin Tojin tertegun dan tangan yang sudah diangkat siap melancarkan serangan itu ditunda. Dia melihat kebenaran dalam
ucapan sute-nya tadi dan dia memandang tajam ke arah gadis itu. "Tok-sim Sianli, kalau kau bukan seorang pengecut, jawablah
pertanyaan suteku tadi !" katanya dengan suara dingin.

Lie Lan tertawa kecil dan gadis ini berkata sambil tersenyum mengejek, "Hemm, siapa yang sebenarnya berwatak pengecut? Aku
ataukah kalian? Aku datang ke sini seorang diri dan kalian mengurung aku untuk siap melakukan pengeroyokan kalau kalian kalah!"

Pek Bin Tojin merah mukanya. "Murid-murid Kong-thong-pai bukanlah manusia-manusia curang! Tidak ada yang akan
mengeroyokmu asalkan kau pun juga tidak melakukan muslihat busuk untuk mencari kemenangan!" tosu ini membentak marah
karena hatinya benar-benar tersinggung.

Lie Lan tidak melayani kemarahan orang dan gadis ini tiba-tiba mencabut sesuatu dari baju dalamnya dan begitu tangannya
dikebutkan ke atas, sehelai bendera kecil segitiga berwarna biru dengan gambar seekor naga bermata hijau dikelebatkan di udara.

"Lihatlah, keledai-keledai dungu. Cukup awaskah mata kalian untuk mengenai pusaka ini?" gadis itu berkata dan Pek Bin Tojin
serta Ui Bin Tojin mengeluarkan teriakan kaget.

"Bendera Iblis!"

231
Dua orang tosu ini berteriak dengan wajah pucat dan Pek Bin Tojin tak terasa memandang bendera di tangan Tok-sim Sianli
itu dengan mata terbelalak gentar. Murid-murid Kong thong-pai yang lain berdiri dengan wajah heran dan mereka itu tampak
tercengang meiihat dua orang tosu pimpinan itu kaget setengah mati. Diam-diam para tosu muda ini menduga-duga apakah
sebenarnya yang dikagetkan oleh suheng mereka itu. Kalau mereka lihat bendera biru di tangan wanita itu tampak biasa saja, tidak
ada keanehannya. Mengapa suheng mereka terkejut setengah mati dan tampak berobah air mukanya?

Sama sekali murid-murid atau sute-sute dari dua orang tosu kepala ini tidak tahu betapa bendera yang dipegang oleh gadis itu adalah
pusaka yang telah menggegerkan dunia kang-ouw pada tigapuluh tahun yang lampau. Itulah bendera sakti milik Cheng-gan Sian-
jin yang dulu pada tigapuluh tahun berselang ditancapkan oleh gembong iblis itu di puncak Pegunungan Beng-san setelah dia
merobohkan ketua-ketua partai persilatan besar! Maka, tidaklah mengherankan kalau Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin sampai
mengeluarkan teriakan kaget ketika melihat munculnya bendera milik Cheng-gan Sian-jin ini di tangan gadis itu, karena dulu pada
tigapuluh tahun yang lalu, Cheng-gan Sian-jin sendiri telah menancapkan sebuah bendera pusakanya di atas puncak Beng-san
setelah merobohkan suhu mereka !

Gembong iblis itu selalu menancapkan sebuah benderanya yang bergambar naga bermata hijau setiap kali merobohkan seorang ketua
partai besar sebagai tanda kemenangan dan kesombongannya! Dan dua orang tosu ini, pada tigapuluh tahun yang lalu mengikuti
suhu mereka ke Gunung Beng-san dan dengan mata kepala sendiri merekapun melihat betapa suhu mereka dirobohkan olah Cheng-
gan Sian-jin yang amat sakti. Itulah sebabnya begitu melihat bendera ini, muka mereka berubah pucat dan hati mereka kaget bukan
main.

Maklumlah Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin bahwa agaknya Tok-sim Sianli ini adalah murid dari pentolan iblis itu, pantas saja
demikian lihai dan ganas! Dan bendera keramat milik Cheng-gan Sian-jin itu disebut oleh kaum pendekar sebagai Bendera Iblis
karena pemiliknya adalah seorang tokoh iblis yang amat jahat dan sombong. Maka, karena maklum bahwa agaknya Tok-sim Sianli
ini sengaja datang ke Kong-thong-pai untuk membuat heboh, Pek Bin Tojin yang melihat ancaman bahaya kepada partainya ini
tiba-tiba sudah menggereng dahsyat dan sekali mengeluarkan bentakan keras, tubuh tosu muka putih ini sudah menerjang ke depan
dengan amat hebatnya.

"Wherrr..... wauttt...... plakk!"

232
Hebat bukan main terjangan Pek Bin Tojin itu. Jubahnya yang lebar mengeluarkan angin besar dan hawa pukulan yang amat kuat
meluncur dari tangan di balik jubah ini. Akan tetapi, Lie Lan yang kini sudah mulai menampakkan diri sebagaimana aslinya, tidak
menghindar. Dia memang merasa gemas dan marah atas gangguan dari murid-murid Kim-sin San-jin ini dan dia hendak menye-
lesaikan setiap perkelahian dengan cepat. Oleh sebab itu, ketika tosu itu sudah mulai menyerangnya dengan pukulan sinkang, diapun
mengangkat lengannya menangkis, mengerahkan tenaga karena maklum bahwa tosu muka putih ini bukanlah seperti murid-murid
Kong-thong-pai yang tadi. Akibatnya, dalam bentrokan tenaga sinkang pada gebrakan pertama ini, Pek Bin Tojin berseru kaget
karena tubuhnya terpental tiga tindak jauhnya, sedangkan gadis itu sama sekali tidak bergoyang kedudukannya, tanda bahwa dia
kalah kuat! Tentu saja Pek Bin Tojin terkejut setengah mati dan merasa penasaran sekali.

Cepat tosu ini menerjang lagi dan mulutnya mengeluarkan lengkingan tinggi dari pusar dan mulailah tubuhnya bergerak-gerak seperti
angin puyuh. Inilah ilmu silat tangan kosong dari Kong-thong-pai yang dinamakan Tong-san-ciang(Pukulan Mengguncang Gunung)
yang dimainkan oleh tosu itu.

Hebat bukan main sepak terjang tosu muka putih yarg merupakan murid ketiga dari Kim-sin San-jin ketua Kong-thong-
pai ini. Tubuhnya berkelebatan cepat dan kedua tangannya melakukan pukulan-pukulan lweekang yang amat dahsyat. Lengan baju
yang gerombyongan itu berkibar-kibar dan angin pukulan dari tosu ini menyambar seperti angin taufan.

Terjadilah pertandingan yang amat seru di antara mereka dan sebentar saja, karena cepatnya gerakan mereka yang bertanding,
murid-murid Kong-thong-pai yang masih kurang kuat ilmunya sudah tidak dapat melihat lagi bayangan dua orang itu. Yang tampak
hanyalah dua gulungan sinar, yang satu putih dan yang lain kuning muda. Itulah warna-warna dari pakaian Pek Bin Tojin dan
Tok-sim Sianli.

Lie Lan vang menghadapi terjangan ganas dari Pek Bin Tojin, tersenyum mengejek dan gadis ini cepat menyimpan kembali bendera
keramat itu dan melayani musuhnya dengan bertangan kosong pula. Dalam gebrakan pertama tadi, gadis ini tahu bahwa dalam hal
tenaga sinkang, dia masih jauh lebih menang dari musuhnya. Angin pukulan yang menyambar-nyambar dari Pek Bin Tojin dapat
dihalaunya mudah dengan kibasan-kibasan atau tangkisan-tangkisan lengannya dan setiap kali mereka beradu lengan, Pek Bin Tojin
menyeringai menahan sakit.

233
Tentu saja kenyataan ini amat mengejutkan dan mengguncang batin tosu muka putih ini. Dia teringat akan sumpahnya sendiri dan
diam-diam dia merasa menyesal bukan main. Kalau saja dia tahu sebelumnya siapa gerangan gadis cantik ini, tentu dia akan berpikir
seribu kali untuk mengeluarkan sumpah-sumpah berat. Akan tetapi, kini semuanya sudah terjadi dan dia tidak dapat melangkah
mundur. Satu-satunya jalan kalau dia ingin menang hanyalah mengerahkan semua tenaga dan kepandaian untuk merobohkan
lawannya. Atau kalau tidak, nyawalah imbalannya!

Pek Bin Tojin menjadi nekat dan dia mengeraskan hatinya, menggigit bibir mengatupkan mulut, bahkan memperhebat serangan-
serangannya dan sebentar saja limapuluh jurus telah berlalu dengan amat cepatnya.

Akan tetapi, kali ini yang dihadapi oleh Pek Bin Tojin adalah murid tersayang Cheng-gan Sian-jin. Meskipun dia melancarkan
serangan-serangan dengan amat hebatnya, lawannya masih jauh di atas tingkat kepandaiannya sendiri. Gadis itu selalu dapat
mengelak serangan-serangan berbahaya kalau tidak sempat menangkis, dan jika Tok-sim Sianli menangkis serangan tosu itu, Pek
Bin Tojin mulai mendesis nyeri karena kalah kuat dan lengan tosu ini mulai bengkak-bengkak kebiruan!

Akhirnya, dua gulungan sinar yang tadi berkelebatan cepat itu tampak mengendur gerakannya. Bayangan putih dari Pek Bin Tojin
mulai jelas dan murid-murid Kong thong-pai melihat betapa peluh membasahi seluruh tubuh suheng mereka ini dan betapa napas
Pek Bin Tojin terengah-engah. Ilmu Silat Tong-san-ciang yang dilakukan oleh tosu ini ternyata sama sekali gagal dan ketika tiba
pada jurus terakhir yang disebut Khai-peng-twi-san (Mementang Tangan Mendorong Bukit), Pek Bin Tojin yang menjadi gelap mata
itu menyerang membabi-buta.

Serangan Khai-peng-twi-san ini sesuai dengan namanya, dilancarkan dengan kedua lengan berkembang, lalu dengan
pengerahan sinkang sekuatnya, tosu itu mendorongkan kedua tangannya ke depan dan serangkum angin yang amat dahsyat meluncur
keluar. "Wirrr........desss!"

Tangkisan Tok-sim Sianli yang dilakukan keras lawan keras ini bukan main hebat kesudahannya. Dorongan kedua lengan Pek Bin
Tojin disambut dengan dorongan kedua lengannya pula dan Pek Bin Tojin merasa betapa dari kedua tangan gadis itu
meluncur hawa panas yang luar biasa. Angin pukulannya tertahan sejenak dan kemudian membalik
dengan amat cepatnya dan menghantam dada tosu ini. Pek Bin Tojin menjerit keras dan tubuhnya terlempar, terbanting di
atas-tanah dan muntah darah!

234
"Suheng....!" Ui Bin Tojin berseru kaget dan melompat, menghampiri sam-suhengnya dengan muka pucat. Namun Pek Bin Tojin
sudah melompat bangun lagi dengan muka merah dan dari mulut tosu ini keluar darah segar!

"Sute, mundurlah, aku belum kalah mutlak! Masih ada pedangku sebagai penentuan terakhir!" kata Pek Bin Tojin dan tahu-tahu
tosu ini telah mencabut sebatang pedang yang putih mengkilap.

Pada saat itu, tosu-tosu lainnya yang melihat kekalahan suheng mereka, menjadi marah dan tiba-tiba mereka meluruk maju
menerjang gadis itu dengan bentakan-bentakan keras.

"Saudara-saudara, bunuh siluman betina ini !” Dan belasan batang pedang menyambar ke arah Tok-sim Sianli bagaikan hujan.
Gadis itu tertawa mengejek dan tubuhnya menyelinap cepat di antara sambaran pedang dan ketika kuku jarinya menyentil berkali-
kali, terdengarlah suara "trang-tring-trang-tring" nyaring dan belasan pedang di tangan tosu-tosu Kong-thong-pai ini terpental balik
menyambar pemiliknya sendiri! Tentu saja para tosu ini terkejut setengah mati dan melompat mundur, memandang gadis cantik itu
dengan muka pucat dan sinar mata gentar.

"Hi-hikk! Apa aku bilang tadi? Tosu-tosu bau dari Kong-thong-pailah yang curang, bukannya aku. Anak murid Kim-sin San-jin
ternyata tidak malu-malu untuk melakukan pengeroyokan dan bersikap pengecut !" ejek gadis itu dengan sikap menghina.

Pek Bin Tojin melompat ke depan dengan pedang menggigil penuh kemarahan. Tosu muka putih ini melotot ke arah para sutenya
dan membentak, "Sute semuanya, harap kalian mundur! Apakah kalian tidak mendengar perintahku ini? Aku masih belum kalah
dan seandainya akupun kalah, tidak selayaknya kalian mengeroyok seorang lawan. Masih ada suheng-suheng kalian yang lain yang
akan maju untuk menghadapi gadis iblis ini. Minggir.........!!"

(Bersambung jilid ke V.)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 4

235
236
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 5

KEMUDIAN dengan kemarahan meluap dia lalu menyerang lawannya yang


tersenyum-senyum mengejek itu dengan pedangnya. "Tok-sim Sianli, pinto belum mengaku
kalah di tanganmu. Masih ada pedangku ini yang akan menjadi penentuan terakhir diantara
kita!"

Pedang di tangan Pek Bin Tojin mendengung dan menyambar dengan serangan ganas,
membacok dan menusuk dengan tujuh kali serangan berantai yang amat hebat. Tosu ini telah
mulai mengeluarkan ilmu pedang Kong-thong-pai ciptaan suhunya yang disebut Kong-thong
Kiam-sut. Hebat bukan main serangan ini karena pedang itu pecah menjadi tujuh sinar putih
yang bertubi-tubi secara cepat dan kuat menyerang tujuh tempat titik-titik berbahaya di
tubuh lawan.

Karena tadi telah berhasil mengalahkan lawan dalam pertandingan silat tangan kosong, maka
kali ini gadis itu bersikap agak gegabah. Dia memandang ringan dan tujuh serangan berturut-

237
turut itu dihindarkan kesana-sini dengan egosan cepat mengandalkan kelincahan ginkangnya,
bahkan untuk serangan ketujuh, Tok-sim Sianli malah berusaha menyampok pedang tosu
muka putih itu. Dan inilah kesalahannya.

Dia tidak tahu akan tipu-tipu Kong-thong Kiam-sut yang dimainkan oleh tosu itu, apalagi dia
menghadapi lawan dengan bertangan kosong saja karena bendera keramatnya telah
disimpan di balik baju. Maka, begitu ia menyampok pedang, tiba-tiba saja pedang yang
terpental itu mendadak bercuit dari atas dan dengan kecepatan kilat tahu-tahu telah menukik
ke ubun-ubun kepalanya! Inilah jurus maut yang dinamakan Pek-liong-tok-thouw atau Naga
Putih Mematuk Kepala, sebuah jurus yang ke delapan dari Ilmu Pedang Kong-thong Kiam-sut!

"Aihhh....!" Lie Lan memekik kaget dan melempar kepala ke belakang sambil merendahkan
tubuh, akan tetapi gerakannya toh masih kurang cepat.

"Swingg-brettt!"

Baju pundaknya robek tertikam pedang dan kulitnya tergores sedikit dan gadis itu cepat mero-
bohkan diri bergulingan ketika Pek Bin Tojin dengan seruan girang sudah mencecar lagi
dengan tusukan-tusukan pedangnya.

Tentu saja kejadian ini membuat kemarahan Tok-sim Sianli memuncak. Karena memandang
rendah, hampir saja ubun-ubun kepalanya tertusuk pedang tosu muka pedang putih itu. Maka

238
gadis ini lalu mengeluarkan seruan panjang, tubuhnya tiba-tiba melenting di udara dan kedua
kakinya bergerak menendang dengan ilmu tendangan Soan-hong-twi. Pedang di tangan Pek
Bin Tojin bertemu dengan kaki gadis itu dan Pek Bin Tojin terkejut ketika pedangnya terpental
balik bertemu dengan kaki halus akan tetapi yang mengandung penuh kekuatan mujijat itu.

Terpaksa tosu ini melompat mundur karena lengannya tergetar hebat, dan pada saat itu Tok
sim Sianli telah berdiri kembali dengan muka merah, tampak betapa sepasang mata yang
indah itu berkilauan penuh hawa amarah dan tosu muka putih ini berdetak jantungnya ketika
beradu pandang. Dalam tatapan mata itu dia dapat merasakan ancaman bahaya maut!

"Tosu jahanam, jangan salahkan aku kalau hari ini nyawamu akan diterbangkan oleh Bendera
Iblis!" gadis itu berkata dengan suara dingin dan tiba-tiba tangannya bergerak, mencabut
bendera kecil berwarna biru bergambar naga itu.

Sedetik wajah Pek Bin Tojin pucat rupanya, akan tetapi cepat dia dapat menekan perasaan
gentarnya. Melihat bendera itu seolah-olah melihat munculnya Cheng-gan Sian-jin sendiri dan
tosu ini teringat akan sepak terjang dari datuk iblis yang amat ganas dan mengerikan itu.

"Tok-sim Sianli, aku akan mempertahankan kehormatanku sampai titik darah terakhir!" Pek
Bin Tojin berseru dan kembali bersiap-siap dengan pedangnya.

239
"Majulah, jangan pentang bacot!" gadis itu membentak dan Pek Bin Tojin menerjang dengan
mata mendelik. Tosu ini menggerakkan pedangnya yang berobah menjadi segulung sinar
putih, dan dari dalam gulungan sinar pedang ini mencuat belasan batang ujung pedang ke
tubuh lawan.

Akan tetapi, Tok-sim Sianli sekarang sudah bersiap-siap. Begitu tosu itu menyerang dengan
pedangnya yang berobah menjadi segulung sinar putih yang berkilauan, dia cepat
mengebutkan benderanya ke depan.

"Wuuttt..... singg-plakk!"

Tosu itu berseru tertahan. Gulungan sinar pedangnya mendadak lenyap karena bendera di
tangan Tok-sim Sianli secara aneh dan luar biasa tahu-tahu telah melibat dan menggubat
pedangnya! Tosu ini terkejut sekali dan cepat menarik pedang dengan maksud untuk merobek
Bendera Iblis itu. Akan tetapi betapa kagetnya hati tosu ini karena pedangnya sama sekali tak
dapat ditarik! Dan pada saat itu, Tok-sim Sianli telab melangkah setindak dan menggerakkan
tangan kirinya, menampar pelipis kanannya dengan serangan kilat. Tak ada jalan lain dalam
pilihan yang amat mendesak ini. Melompat mundur dan melepaskan pedang berarti sama
dengan mengaku kalah. Akan tetapi tetap mempertahankan pedang pada saat tangan lawan
menyerang, adalah amat berbahaya kalau diam saja. Satu-satunya jalan hanyalah
mengangkat tangan kirinya menangkis dan inipun sudah dilakukan oleh tosu itu.

240
"Desss....auhh!"

Tamparan maut Tok-sim Sianli bertemu dengan lengan kiri tosu ini dan akibatnya, Pek Bin
Tojin terpental dua tindak. Namun hebatnya, walaupun tubuhnya terdorong mundur, tosu ini
sama sekali tidak melepaskan pedang yang digubat bendera lawan dan karena dia
mempertahankan senjatanya, maka tubuh gadis itupun mau tak mau terseret ke depan
mengikutinya pula!

"Keparat.......!” Tok-sim Sianli mendesis dan dengan sekuat tenaga gadis ini tiba-tiba
menyendal pedang yang dibelit bendera keramatnya.

Karena baru saja tubuhnya terpental dan kuda-kudanya berantakan, tosu ini tidak sempat lagi
menghimpun tenaganya. Betotan yang amat kuat dan tiba-tiba datangnya selagi tubuh
dalam keadaan sempoyongan ini membuat Pek Bin Tojin harus mengakui keunggulan lawan.
Pedangnya terampas dalam gubatan bendera, dan dia melihat betapa pedangnya diputar
seperti baling-baling atau kinciran angin oleh gadis itu dan sekonyong-konyong terlepas dan
meluncur secepat kilat ke arah dadanya.

"Tua bangka menjemukan, terimalah pedangmu ini !" gadis itu berteriak mengejek.

Pek Bin Tojin memandang pucat. Kecepatan pedang itu luar biasa sekali dan tidak ada waktu
untuk mengelak. Mungkin dia dapat menangkap pedang dengan resiko tangan terluka, akan

241
tetapi tosu ini tidak mau melakukannya. Dia sudah kalah dan dia akan menepati sumpahnya.
Dan gadis itupun memang agaknya sengaja melontarkan pedang ke arah dadanya untuk
membunuhnya! Maka dengan sikap tabah dan tenang Pek Bin Tojin memandang luncuran
pedang itu dengan mata tidak berkedip.

"Suheng, menyingkir.........!" Ui Bin Tojin berteriak kaget dan hendak melompat ke depan,
namun gerakannya kalah cepat.

"Creppp........uhhh!" Pedang milik tosu ini menancap dada tuannya sendiri dan tembus ke
punggung! Darah segar muncrat keluar dan tubuh tosu itu sejenak menegang, akan tetapi
kemudian roboh terkulai di atas lantai dalam keadaan tidak bernyawa lagi!

Marahlah Ui Bin Tojin melihat ketelengasan gadis iblis itu. Setelah terbelalak dan melihat be-
tapa suhengnya benar-benar telah tewas, tosu ini melengking tinggi dan menerjang Tok-sim
Sianli dengan serangan gencar. Sebatang pedang telah berada di tangannya dan tosu ini
menyerang seperti seekor harimau terluka yang haus darah. Bertubi-tubi pedangnya
membacok dan menusuk dengan jurus-jurus dari Kong-thong Kiam-sut, dan kini tangan kirinya
membarengi pula dengan pukulan-pukulan Tong-san-ciang yang mengeluarkan angin
pukulan yang luar biasa kuatnya.

Akan tetapi, murid perempuan Cheng-gan Sian-jin


itu memang benar-benar bukan tandingannya.

242
243
Begitu Ui Bin Tojin menyerang, begitu pula tubuh
gadis ini berkelebatan lenyap. Ui Bin Tojin kaget
bukan main melihat kehebatan ginkang lawannya
ini dan selagi dia tertegun bendera pusaka di tangan
gadis itu mendesir tajam di belakangnya.

Cepat tosu ini membalikkan tubuh dan meng-


gerakkan pedangnya membabat, disusul pula oleh
dorongan lengan kirinya.

"Plakk-dukk!"

Pedang bertemu bendera dan lengan kiri tosu muka


kuning ini bersentuhan dengan tangan kiri gadis itu.
Dan seperti tadi, begitu pedang bertemu bendera,
secepat kilat Tok sim Sianli memutar pergelangan
tangannya sedemikian rupa sehingga pedang Ui Bin
Tojin terlibat kuat!

Kakek ini terkejut, akan tetapi yang membuat


hatinya menjadi lebih terkejut lagi adalah pukulan
tangan kirinya yang bertemu dengan tangan kiri

244
gadis itu. Mengapa? Karena begitu beradu, lengan
kiri tosu ini segera melekat tak dapat ditarik lagi !
Dan hebatnya, dari telapak tangan Tok-sim Sianli
kini keluar hawa panas berapi yang membakar
tangan tosu ini!

"Aahhhhh........!"

Ui Bin Tojin berteriak ngeri dan meronta, namun sia-


sia belaka. Tok-sim Sianli terkekeh-kekeh
menyeramkan dan telapak tangan yang halus dari
gadis ini tiba-tiba berwarna merah panas seperti
darah.

"Tok-hiat-jiu (Tangan Darah Beracun)........!"

mendadak pada saat yang amat berbahaya bagi


tosu muka kuning ini terdengar seruan halus se-
seorang dan sekonyong-konyong sebuah bayangan
tosu tua berkelebat dari dalam kuil.

245
"Nona, lepaskan muridku!" tosu itu berseru
perlahan dan tangan kanannya menepuk di tengah-
tengah dua orang ini.

"Plakkkk !"

Perlahan sa j a sentuhan itu, akan tetapi akibatnya Ui


Bin Tojin terlempar tiga tombak jauhnya dan tangan
tosu ini yang dibakar oleh ilmu iblis bernama Tok-
hiat-jiu tadi terkupas kulitnya dan bengkak! Ui Bin
Tojin melompat bangun sambil menggigit bibirnya
menahan nyeri, dan cepat memandang tosu tua
yang baru muncul ini.

"Suhu, terima kasih…" Ui Bin Tojin berlutut dan


mengucapkan kata-kata ini, akan tetapi segera
tubuhnya roboh menggelimpang karena racun dari
Tok-hiat-jiu mulai bekerja di tubuhnya!

Semua murid Kong-thong-pai terbelalak dan hati


mereka merasa ngeri melihat keganasan Tok-hiat
jiu, akan tetapi ketika melihat betapa ketua Kong

246
thong-pai telah muncul di situ diikuti oleh tiga orang tosu
lainnya yang bukan lain adalah tiga orang murid kepala, para tosu ini segera menjatuhkan diri
berlutut menghadap sang ketua.

Keadaan menjadi sunyi menegangkan. Kim-sin San-jin, ketua Kong-thong pai yang baru
muncul ini, memandang ke arah mayat Pek Bin Tojin yang masih tertancap pedang dan kakek
ini mengerutkan alisnya yang putih panjang, wajahnya tampak muram dan tosu tua ini
berkata perlahan, "Siancai......! Penganut kekerasan akan tewas dalam kekerasan pula. Pek
Bin, pinto harap semoga arwahmu dapat melihat kenyataan ini dan tidak mati penasaran."

Kakek itu lalu menoleh ke arah San kok Tojin, berkata sambil menudingkan telunjuknya ke
arah mayat itu, "San Kok Tojin, bawalah jenazah sutemu ini dan rawatlah dia di ruang
perabuan."

San Kok Tojin melangkah ke depan dan memberi hormat. "Baik, suhu," katanya dan dengan
sikap tenang tosu ini lalu memondong mayat sutenya, pergi ke belakang kuil di mana terdapat
ruang perabuan yang biasanya digunakan untuk merawat jenazah.

Baru setelah itu kakek ini menoleh ke arah Tok-sim Sianli dan gadis itu terkejut melihat
sepasang mata yang mencorong penuh wibawa dari ketua Kong-thong-pai ini. Sejenak
mereka beradu pandang, seakan-akan hendak mengukur kekuatan lawan dengan tenaga

247
batin, dan akhirnya tampak Kim-sin San-jin mengelus jenggotnya sambil tersenyum penuh
kesabaran.

"Nona, betulkah dugaan pinto bahwa kau ada hubungannya dengan Cheng-gan Sian-jin? Kau
membawa-bawa benderanya, dan kaupun mahir Ilmu Tok-hiat jiu milik datuk sesat itu. Ada
membawa maksud apakah kau datang kemari dan membunuh-bunuhi murid-murid Kong-
thong-pai?"

Lie Lan tidak segera menjawab. Gadis ini memandang tosu tua itu penuh selidik dan akhirnya
berkata, "Totiang, sebelum aku menjawab pertanyaanmu, sebaiknya kau dulu yang
menjawab pertanyaanku. Untuk meyakinkan hatiku, apakah kau ini yang disebut Kim-sin San-
jin dan menjadi ketua Kong-thong-pai?"

"Benar, nona. Aku adalah ketua Kong-thong-pai yang kaumaksudkan," tosu itu mengangguk.

"Hemm, kalau begitu kau pula orangnya yang dulu telah dipecundangi oleh suhu di puncak
Beng-san?" gadis itu mengejek dan sedetik wajah ketua Kong-thong-pai ini menjadi merah.

Murid Cheng-gan Sian-jin ini benar-benar kurang ajar dan liar seperti gurunya. Membuka-
buka dan membeberkan kekalahan seorang ketua partai di depan puluhan anak muridnya!
Kalau saja kakek ini tidak memiliki kekuatan batin yang tinggi, tentu dia merasa marah sekali
mendengar kata-kata yang amat menusuk itu. Akan tetapi Kim-sin San-jin segera menarik

248
napas panjang menenangkan gejolak hatinya, dan kakek ini menjawab pertanyaan atau
ejekan itu dengan suara sabar, "Nona, tidak ada gunung yang dapat menandingi tingginya
awan, dan tidak ada awan yang dapat menandingi tingginya langit. Kalah menang dalam
pertandingan adalah sesuatu yang wajar, mengapa harus diherankan atau dibanggakan?
Memang pinto akui bahwa dulu pinto telah roboh di tangan Cheng-gan Sian-jin yang
berkepandaian lebih tinggi daripada pinto. Akan tetapi diapun akhirnya roboh pula di tangan
orang lain. Ada kalah tentu ada menang. Bukankah hal ini biasa saja? Apakah kau muridnya?"

Gadis itu tiba-tiba tertawa geli. "Hi-hi-hikk! Totiang, kau yang sudah kalah di tangan suhu,
ternyata merupakan manusia yang tebal muka !"

"Eh, apa maksudmu, nona ?" Kim-sin San-jin bertanya heran dan tidak mengerti, dan gadis
itupun menjawab.

"Yang kumaksudkan adalah tentang dirimu sendiri itu, totiang. Sudah jelas, pernah
dirobohkan suhu ternyata masih berani memimpin orang-orang tolol ini dan tetap menjabat
sebagai ketua sebuah partai. Kalau seorang ketua hanya seperti ini macammu, bagaimana
sebuah partai dapat maju pesat? Uhh, kalau aku yang jadi kau, tentu aku sudah
mengundurkan diri dari dunia ramai!"

Hebat kata-kata ini dan merupakan penghinaan yang tiada taranya bagi ketua Kong-thong-
pai yang dicaci habis-habisan itu. Wajah Kim-sin San-jin sampai menjadi pucat dan sepasang

249
mata kakek ini berkilat menakutkan, akan tetapi hanya sebentar saja karena begitu
kesadarannya timbul, kakek ini telah mampu mengendalikan perasaannya seperti biasa lagi.

"Nona, lidahmu amat tajam dan agaknya watak liar gurumu benar-benar telah kau warisi
pula. Sekarang, baiklah kau berterus terang saja. Apakah maksud kedatanganmu kemari
menemui pinto?" tosu itu berkata dengan suara penuh wibawa.

Lie Lan melangkah maju dan bertolak pinggang. "Kim-sin San-jin, aku diutus suhu ke sini bukan
lain adalah untuk menjajal ilmu silatmu itu!"

Kakek itu batuk-batuk kecil dan pada saat itu San Kok Tojin muncul dari ruang belakang. Ang
I Tojin dan Yang Ih Tojin yang mendengar tantangan gadis liar ini, sudah dari tadi menahan
amarah mereka. Kini mendengar betapa suhu mereka ditantang seorang bocah sekurang ajar
itu, dua orang ini tak dapat menahan diri dan melompat bangun.

"Suhu, biarlah teecu yang menghajar adat bocah tak tahu diri ini !" Ang I Tojin berseru.

"Tunggu, suheng, biarlah aku saja !" Yang Ih Tojin mendahului dan sudah mencabut pedang-
nya dan tosu ini siap menerjang dengan mata berapi.

Akan tetapi Kim-sin San-jin mengulapkan lengannya ke depan. "Murid-murid Kong-thong-pai,


dengar perintahku. Harap kalian semua masuk ke bangsal agung dan berkumpul di sana!"

250
tosu ini berseru, lalu menoleh ke arah murid Cheng-gan Sian-jin dan melanjutkan, "Nona, tidak
enak bicara di luar. Kalau kau mau mencari onar, ikuti pinto ke ruang belakang di bangsal
agung!"

Tubuh ketua Kong-thong-pai itu berkelebat dan lenyap memasuki kuil. Ang I Tojin dan Yang Ih
Tojin tampak penasaran, namun mereka tidak berani membantah dan bersama San Kok Tojin
mereka lalu menyuruh para sute yang lain untuk memenuhi perintah Kim-sin San-jin.

Sebentar saja, puluhan murid Kong-thong-pai yang berada di luar berbondong-bondong me-
masuki kuil. Gadis ini berdiri sendirian di tengah halaman, akan tetapi tubuhnya segera
berkelebat mengikuti lenyapnya Kim-sin San-jin tadi.

Ternyata bahwa bangsal agung yang disebutkan oleh ketua Kong-thong-pai ini adalah sebuah
ruangan yang amat luas dan bersih, terletak di belakang agak ke samping rumah. Di situ ter-
lihat murid-murid Kong-thong-pai duduk bersila di atas lantai dan di depan sendiri, dekat
dengan sebuah lorong yang tidak berdaun pintu, Kim-sin San-jin bersila di atas sebuah bantal
bersulam merah dikelilingi tiga orang murid kepalanya yang masih tinggal. Jenazah Pek Bin
Tojin dan Ui Bin Tojin yang terluka, sedang dirawat di tempat lain dan tadi Kim-sin San-jin
telah melakukan beberapa totokan sebagai pertolongan darurat.

251
Melihat masuknya gadis itu, semua orang memandang penuh kebencian, akan tetapi karena
di situ terdapat sang ketua, maka mereka diam saja dan menunggu perintah Kim-sim San-jin
lebih lanjut.

Karena perhatian semua orang sedang tercurahkan ke arah gadis itu, maka mereka tidak
melihat betapa sebuah bayangan tinggi besar yang luar biasa cepatnya memasuki bangsal
agung dan bersembunyi di balik pilar raksasa yang melindungi tubuhnya.

Hanya sepasang mata yang luar biasa tajam dan awasnya dari Kim-sin San-jin sajalah yang
sempat melihat berkelebatnya bayangan ini dan sekali lihat, saja ketua Kong-thong-pai ini
telah tahu siapa orang itu. Cheng-gan Sian-jin! Hal itu mudah dikenal dari rambut kemerahan
yang tadi sedikit berkibar tertiup angin ketika tokoh sesat itu bergerak.

Dan inilah sebabnya mengapa Kim-sin San-jin mengundang gadis itu memasuki bangsal
agung.

Memang sebenarnya ketua Kong-thong-pai ini telah bercuriga. Tidak mungkin gadis ini berani
datang seorang diri di partainya kalau tidak ada sesuatu andalan kuat. Dan dia menduga
bahwa jangan-jangan Cheng-gan Sian-jin sendirilah yang diam-diam selalu mengikuti sepak
terjang muridnya itu. Dan tadi, ketika berada di luar, dia melihat sesuatu yang mencurigakan.
Sebuah bayangan yang amat luar biasa gesitnya berkelebat di dekat semak belukar, dan kini
setelah berhasil memancing murid gembong iblis itu, Kim-sin San-jin kembali melihat

252
bayangan yang tadi berada di luar itu sekarang memasuki bangsal agung secara luar biasa
lihainya.

Karena ketua Kong-thong-pai ini sebelumnya memang telah bercuriga, maka ketika bayangan
itu datang ke ruangan luas ini, diapun sempat melihat lebih jelas lagi dan diam-diam hati Kim-
sin San-jin berdetak kencang. Rambut kemerahan itu! Siapa lagi kalau bukan Cheng-gan Sian-
jin si gembong iblis? Kalau saja dia tidak bercuriga sebelumnya, sukar menangkap sebuah
bayangan yang demikian gesit dan cepatnya.

Sebenarnya, di dalam hati kakek ini terdapat suatu rencana yang tidak diketahui oleh
siapapun. Melihat munculnya murid Cheng-gan Sian-jin ini yang diikuti oleh datuk iblis itu, di
dalam hati Kim-sin San-jin telah terdapat sebuah tekad bulat, yaitu dia hendak melenyapkan
ancaman bahaya dari dua orang suhu dan murid yang akan mengguncangkan dunia kang-
ouw ini. Di bangsal agung terdapat beberapa jebakan rahasia, dan kalau toh musuh terlalu
kuat, apa boleh buat, jebakan-jebakan rahasia itulah yang akan membantunya!

Demikianlah, ketika gadis itu melangkah masuk, Kim-sin San-jin bersikap tenang dan wajah
kakek tua ini bahkan sedikit berseri girang. Murid Cheng-gan Sian-jin telah mulai
menginjakkan kakinya di lantai tertentu, tinggai dia menunggu si gembong iblis sendiri!

253
"Nona, setelah kau masuk kemari, tetap bulatkah tekadmu untuk mengadakan pibu dengan
pinto?" Kakek itu bertanya dengan suara halus namun sepasang matanya selalu awas untuk
mengikuti bayangan tinggi besar yang bersembunyi di pilar besar.

Gadis itu tersenyum mengejek. "Kim-sin San-jin, apakah kaukira aku takut setelah memasuki
ruanganmu ini? Walaupun kau nanti melakukan kecurangan sekalipun aku tidak takut!"

"Baiklah, tidak rugi suhumu mengambilmu sebagai murid. Akan tetapi, sebelum pinto sendiri
yang maju, lebih baik kaulayani dulu murid tertua pinto, San Kok Tojin. Dia biasanya mewakili
pinto dalam banyak hal dan baru kalau dia tidak sanggup, pintolah yang akan
menyelesaikannya."

"Hemm, kau licik. Dengan begitu bukankah berarti kau ada kesempatan untuk meneliti ilmu
silat lawan? Hi-hikk, Kim-sin San-jin, jangan kau-kira aku seorang bodoh!"

"Terserah pendapatmu, nona. Akan tetapi itulah syaratnya," Kim-sin San-jin menoleh ke arah
San Kok Tojin dan berkata, "San Kok, layanilah gadis itu main-main. Hati-hati terhadap
benderanya dan pergunakan Silat Empat Pedang yang baru saja pinto ajarkan !"

"Baik, suhu !" San Kok Tojin berkata dan melompat maju dengan sikap tenang. Begitu ber-
hadapan dengan lawan, tosu ini bertanya, "Nona, kita bertangan kosong ataukah bersenjata?
Kalau menghendaki pertandingan senjata, keluarkan bendera keramatmu itu!"

254
Tosu ini berkata demikian namun dia sendiri telah mencabut pedangnya. Terdengar suara ber-
dencing dan tiba-tiba semua murid Kong-thong-pai dibuat silau oleh pedang kembar di tangan
San Kok Tojin. Aneh dan ganjil bentuk pedang itu, dan Lie Lan sendiri baru kali ini melihat
pedang yang sedemikian anehnya. Pedang di tangan San Kok Tojin itu adalah dua batang
jumlahnya, akan tetapi tiap-tiap batang memiliki dua mata pedang! Jadi, dengan dua gagang
pedang, semuanya ada empat buah mata pedang yang putih gemerlapan tertimpa cahaya.

"Siang-po-kiam (sepasang pedang pusaka) yang indah.........!" gadis itu mengeluarkan pujian
dan sinar matanya berkilat. Kalau dia dapat merampas pedang itu, tentu suhunya akan
senang menerima hadiah ini. Maka cepat gadis itu mencabut senjatanya, yakni sebuah
bendera biru bergambar naga!

"Bendera Iblis!" Ang I Tojin dan Yang Ih Tojin berseru perlahan dan mereka teringat akan
peristiwa pada tigapuluh tahun yang lampau ketika Cheng-gan Sian-jin membuat
kegemparan. Dua orang ini memandang suhu mereka, akan tetapi Kim-sin San-jin tampak
tenang sekali sikapnya.

"Kalian diamlah, lihat saja segala kejadian dan berhati-hatilah dengan munculnya seseorang
yang tidak kita duga!" kakek itu berbisik kepada dua orang muridnya ini dan Ang I Tojin serta
Yang Ih Tojin berdebar tegang. Kalau suhu mereka memperingatkan sesuatu, tentu akan
terjadi sebuah peristiwa penting. Maka merekapun cepat memandang ke tengah gelanggang
di mana twa-suheng mereka berhadapan dengan Tok-sim Sianli.

255
"Nona, sebagai penantang, harap kau mulai dulu!" San Kok Tojin berseru dan sepasang
pedang bermata kembar itu diluruskan di depan keningnya. Inilah jurus pembukaan dari Silat
Empat Pedang. Ilmu silat ini baru San Kok Tojin seorang yang diberi pelajaran oleh ketua Kong-
thong pai, karena hanya tosu pertama inilah yang memiliki kepandaian paling tinggi diantara
saudara-saudaranya.

Melihat lawan memasang kuda-kuda pembukaan, Lie Lan yang tidak berani bersikap sem-
brono itupun lalu juga bersikap waspada. Benderanya dikebutkan ke udara dan sekali
mengeluarkan teriakan nyaring, gadis ini telah melompat ke depan dan benderanya
menyambar kepala tosu itu.

"Whirrrrr....!"

Ujung kain bendera berkibar dari atas dan tiba-tiba turun hendak melingkupi kepala San Kok
Tojin. Tosu ini menggerakkan pedang kanannya, dan dua mata pedang membabat bendera
itu.

"Bretttttt!"

Pedang kembar di tangan San Kok Tojin bertemu dengan Bendera Iblis dan tosu ini mengira
bahwa bendera itu tentu akan terobek. Namun, San Kok Tojin merasa heran bahkan kaget

256
karena bendera yang dibabat pedangnya itu sama sekali tidak sobek, malah tiba-tiba telah
menggubat pedang di tangan kanannya!

"Ahhh.....!"

Tosu ini mengeluarkan seruan dan secepat kilat pedang di tangan kirinya bergerak dari
samping, langsung membacok tangan gadis itu dengan kecepatan kilat.

"Singgg.....!”

Lie Lan melepaskan gubatannya dan bacokan pedang di tangan kiri tosu itu mendesing di
dekat tubuhnya. Gadis ini tertawa mengejek dan tubuhnya tiba-tiba berkelebatan seperti
burung walet, menyambar-nyambar dan bendera di tangan kanannya menderu menciptakan
angin puyuh. Mulailah San Kok Tojin diserang oleh gadis itu dan kini tangan kiri Lie Lan
melancarkan pukulan-pukulan Tok-hiat-jiu yang amat ganas dan berbahaya !

Tosu itu mengelak dan balas menyerang dan dalam gebrakan-gebrakan berikutnya, dua
orang ini telah terlibat dalam pertandingan yang amat seru dan mendebarkan. Bendera di
tangan Lie Lan berkibar cepat naik turun, dan tangan kiri gadis itu mengeluarkan hawa panas
yang dapat dirasakan dalam jarak tiga meter. San Kok Tojin terkejut, apalagi ketika melihat
betapa perlahan-lahan tangan kiri lawannya berobah menjadi merah panas dan berkilauan
seperti darah!

257
Maka tosu ini lalu mengeluarkan seruan keras dan sepasang pedang kembarnya diputar
membentuk gulungan segi empat. Aneh dan luar biasa permainan ini, karena pedang di
tangan tosu itu bukannya membentuk gulungan sinar melingkar seperti kebanyakan ahli-ahli
pedang lainnya. San Kok Tojin membuat sepasang pedang di tangannya menggores gores
tajam di udara, menuju ke satu sudut untuk kemudian menarik garis ke kanan atau kiri dan
dilanjutkan dengan goresan tajam ke atas atau ke bawah, dan dari tiap-tiap sudut inilah ujung
pedang di tangan tosu itu mencuat-cuat ke arah lawan secara tiba-tiba dengan serangan kilat.

Itulah Silat Empat Pedang yang baru saja diciptakan oleh Kim-sin San-jin. Jurus-jurus serangan
dari ilmu pedang ini selalu dimulai dari sebuah sudut tertentu dan setiap serangan mempunyai
belasan macam pecahan yang tidak terduga oleh lawan. Ilmu pedang ini banyaknya hanya
delapanbelas jurus saja, akan tetapi karena setiap jurus dapat dipecah menjadi belasan
macam dan merupakan "kembang api" dan letikan jurus ini, maka tentu saja hebatnya bukan
main.

Lie Lan yang mainkan bendera keramatnya, sejenak merasa kebingungan melihat ilmu pedang
yang amat ganjil ini. Berkali-kali sudah, pada saat dia melihat sebuah lowongan dan
menyerang, selalu benderanya tertangkis tepat oleh gerakan pedang yang dilakukan dari
sudut-sudut tertentu di tangan tosu itu.

258
Tentu saja gadis ini menjadi gemas dan mendongkol dan tiba-tiba dia melancarkan sebuah
serangan yang amat berani. Lie Lan memekik nyaring seperti seekor rajawali dan tiba-tiba
tubuhnya melesat ke atas dan secepat kilat menukik turun.

Kain bendera keramat berkibar menutupi pandang mata lawan dan pada saat itulah gagang
benderanya bergerak cepat, menghantam ubun-ubun lawannya dan tangan kirinya
membarengi dengan tamparan Tok-hiat-jiu.

"Trang-cringg desss!"

San Kok Tojin berseru kaget. Sambaran gagang bendera yang mengancam ubun ubunnya
dapat ditangkis tepat oleh pedang di tangan kanan, sedangkan untuk pukulan Tok-hiat-jiu
yang meluncur ke arah dadanya, disambut dengan bacokan pedang di tangan kiri. Akan
tetapi, tosu ini terkejut setengah mati karena ketika pedang di tangan kirinya itu membacok,
ternyata bertemu dengan gelang besi yang entah kapan telah dipakai oleh lawannya dan
tangan gadis itu masih terus meluncur mengenai dadanya!

"Dukkk......!"

Tanpa ampun lagi tubuh tosu ini terlempar ke belakang dan baju di bagian dadanya terdapat
cap lima jari tangan berwarna semerah darah!

259
Kim-sin San-jin terkejut dan melompat bangun dan duduknya, apalagi ketika dia melihat
betapa gadis itu tertawa nyaring dan berkelebat cepat mengejar tubuh San Kok Tojin yang
bergulingan untuk melancarkan susulan Tok-hiat jiu ke arah kepala muridnya!

Ketua Kong-thong-pai ini terbelalak marah melihat keganasan gadis itu dan secepat kilat tu-
buhnya mencelat ke depan.

"Nona, tidak boleh kau membunuh murid pinto!" Kim-sin San-jin membentak dan meng-
hantam punggung gadis itu dari belakang.

Lie Lan dapat mendengar desir angin tajam di belakangnya ini dan karena dia maklum betapa
berbahayanya serangan yang dilancarkan oleh ketua Kong-thong-pai itu, maka secepat kilat
dia memutar tubuh dan mengibaskan lengan kirinya. Pukulan Tok-hiat-jiu yang sedianya
dilakukan untuk menyerang San Kok Tojin kini diputar ke samping dan menangkis pukulan
kakek itu.

"Bresss..........!"

Kim-sin San-jin bergoyang tubuhnya akan tetapi lawannya terpelanting roboh! Lie Lan me-
lengking marah dan tubuhnya berjungkir balik empat kali untuk memunahkan tenaga
tangkisan yang amat dahsyat dari ketua Kong-thong-pai dan gadis ini sudah melompat
bangun dengan sinar mata berapi-api.

260
"Tua bangka curang!" gadis itu mendelik penuh kemarahan dan menudingkan telunjuknya ke
hidung kakek itu, akan tetapi Kim-sin San-jin sudah berdiri dengan sikap keren di depannya.

"Bukan aku yang curang, nona, namun kaulah. Kau sendiri telah mengatakan bahwa per-
tandingan ini sifatnya adalah pibu, akan tetapi mengapa kau tadi hendak membunuh murid
pinto? Kau memang seorang gadis yang kejam dan pinto hendak memberi hukuman
kepadamu. Bersiaplah!"

Kim sin San-jin memang merasa marah terhadap murid Cheng-gan Sian-jin ini dan dia akan
memberi hajaran keras. Juga selain itu, melihat sepak terjangnya dan melihat kenyataan
betapa San Kok Tojin dapat dirobohkan oleh gadis ini, agaknya tidak ada lain jalan kecuali dia
sendiri yang harus membekuknya. Itulah sebabnya mengapa kakek ini lalu maju ke depan dan
menghadapi gadis yang amat ganas itu. Dan sebagai seorang ketua partai yang telah banyak
pengalaman dan selalu bersikap waspada, kekek ini tidak melupakan perhatiannya kepada
bayangan tinggi besar yang bersembunyi di belakang pilar.

Dia hendak memancing agar orang itu semakin masuk ke dalam dan begitu tiba saatnya yang
tepat, dia hendak menginjak sebuah tombol tertentu yang terdapat di ruangan itu untuk men-
jebak musuh!

Lie Lan sama sekali tidak tahu akan maksud ketua Kong-thong-pai ini. Gadis ini yang merasa
marah akibat bantingan tadi, sudah siap menerjang lawan untuk merobohkan Kim-sin San-

261
jin. Dia tahu bahwa kali ini dia harus bekerja berat, bahwa lawannya bukanlah orang
sembarangan karena yang dihadapinya ini adalah seorang ketua partai besar! Akan tetapi,
karena dia tahu bahwa secara diam-diam suhunya berada di belakangnya, maka sama sekali
dia tidak merasa gentar untuk melawan kakek ini.

"Nona, majulah, pinto sudah siap untuk menjajal kepandaian yang kauwarisi dari gurumu itu.
Hendak pinto lihat, apakah kau benar-benar patut menjadi ahli warisnya," Kim-sin San jin
berkata dengan sikap tenang dan sepasang matanya menyorot tajam. Ketua Kong-thong-pai
ini sama sekali tidak mengeluarkan senjatanya, bersikap acuh tak acuh seperti orang tidak
perdulian, namun justeru sikap seperti inilah yang membuat Lie Lan tidak berani memandang
rendah.

"Cabut senjatamu, Kim-sin San-jin!" gadis itu berseru.

"Pinto belum melihat waktunya," kakek itu menjawab dan mengebut-ngebutkan jubah
lebarnya membuat gadis itu panas hatinya.

"Hemm, kau sombong, kalau begitu hati-hatilah !" Lie Lan mendongkol dan cepat mengatur
sikap. Ketenangan kakek ini bahkan membuat hatinya waswas akan tetapi sebelum dia mulai
menyerang, tiba-tiba telinganya mendengar suara peringatan yang dilakukan orang dari jauh.

262
"Lie Lan, jangan tergesa-gesa menyerang dengan ilmu silat. Pergunakan Sin gan-i-hun-to
untuk mempengaruhi lawanmu itu, terutama murid-murid tua bangka yang berada di
ruangan ini. Aku hendak mendekatimu untuk menjaga kelicikan tosu kambing itu. Hayo, cepat
lakukan......!"

Mendengar suara ini, tiba-tiba gadis itu berseri wajahnya dan Kim-sin San-jin merasa heran,
apalagi ketika tiba-tiba gadis itu tertawa!

"Eh, mengapa kau tertawa?" Kim-sin San-jin menegur, namun Lie Lan bahkan tertawa
semakin nyaring dan kakek itu terkejut. Suara ketawa yang dilakukan oleh gadis ini tidak
wajar. Dia dapat merasakan betapa suara tawa itu mengandung getaran khikang tingkat
tinggi, membuat dinding-dinding ruangan tergetar halus dan tiba-tiba semua murid Kong-
thong-pai yang berada di ruangan itu juga ikut tertawa!

Terkejutlah kakek ini dan tahulah dia bahwa gadis itu sebenarnya sudah mulai melancarkan
serangan ! Akan tetapi bukannya serangan berdasarkan ilmu silat, melainkan serangan
berdasarkan kekuatan hitam dan dia teringat akan ilmu hitam Cheng-gan Sian-jin yang
disebut Sin-gan-i-hun-to yang mengandung kekuatan mujijat itu.

Marahlah kakek ini dan karena gadis itu sama sekali tidak menyerangnya, hanya berdiri
sambil mengeluarkan tawa yang penuh kekuatan hawa khikang dan yang telah
mempengaruhi murid-muridnya, tosu ini cepat bertindak. "Diammm.....!”

263
Kim-sin San-jin mengeluarkan bentakan menggeledek dan suaranya ini menggelegar dahsyat.
Suara tawa nyaring gadis itu buyar oleh bentakan mengguntur dari ketua Kong-thong-pai ini
dan seketika murid-murid Kong-thong-pai yang tadinya ikut tertawa, sirap seperti jengkerik
terpijak.

Terkejutlah tosu-tosu Kong-thong pai itu dan mereka ini saling pandang. Mengapa mereka
tadi tertawa seperti orang gila? Tidak ada yang mampu menjawab dan hati mereka mengkirik.
Mereka tadi hanya merasakan betapa suara ketawa gadis itu menggelitik telinga mereka dan
tahu-tahu tanpa disadari merekapun telah ikut-ikut tertawa.

"Gadis siluman.........!" seorang tosu berseru perlahan dengan mata terbelalak dan yang lain-
lain juga menggumam dengan muka pucat.

Pada saat itu, Kim-sin San-jin yang telah membuyarkan pengaruh hitam yang dikeluarkan oleh
gadis ini telah melangkah maju dengan muka merah. Lie Lan bersiap-siap, namun sama sekali
belum mau menyerang. Gadis ini telah menghentikan pengaruh Sin-gan-i-hun-to dan menatap
kakek itu dengan wajah berseri.

"Nona, kalau kau mau menghadapi pinto, cepat gerakkan senjatamu. Mengapa diam saja?
Pinto memberimu kelonggaran sebanyak sepuluh jurus dan kau boleh menyerang pinto sesuka
hatimu. Majulah!" ketua Kong-thong-pai ini membentak marah. Dia menghendaki agar gadis

264
itu cepat menyerangnya dan karena dia sebagai angkatan tua, maka dia sengaja memberi
kesempatan pada gadis itu untuk menyerangnya tanpa membalas.

Kim-sin San-jin hendak merobohkan gadis itu secepat mungkin agar orang yang bersembunyi
di belakang pilar itu maju menolong. Dan kalau hal ini terjadi, berarti Cheng-gan Sian-jin telah
memasuki ruangan semakin dalam dan dia dapat menjalankan rencananya semula. Teringat
kepada bayangan tadi, Kim-sin San-jin segera melirik dengan sudut matanya.

Akan tetapi, betapa kagetnya hati tosu ini karena bayangan tinggi besar yang tadi jelas di-
lihatnya bersembunyi di belakang pilar raksasa itu, sekarang sudah tidak tampak lagi ! Dan
selagi tosu ini secara diam-diam memperhatikan sekeliling, tiba-tiba terdengar suara ketawa
bergelak yang amat dahsyat dan tiba-tiba di pintu bangsal agung telah berdiri seorang
manusia berkulit hitam bermata lebar!

Anak murid Kong-thong-pai terkejut melihat kehadiran orang berkulit hitam yang tahu-tahu
telah muncul bagaikan iblis di depan pintu itu, akan tetapi Kim-sin San-jin lebih terkejut lagi.
Kakek ini mengeluarkan seruan kaget dan wajahnya berobah.

"Hek-mo-ko............!"

265
Teriakan yang keluar tanpa disadari oleh Kim-sin San-jin ini membuat Ang I Tojin dan Yang Ih
Tojin serentak melompat bangun dan dua orang tosu ini terkejut bukan main. Akan tetapi,
belum lagi kejutan pertama ini reda, muncul kejutan kedua yang lebih hebat lagi.

Sementara orang orang sedang terbelalak memandang laki-laki sehitam arang dengan
matanya yang membelalak itu, tiba-tiba saja kembali terdengar suara ketawa bergelak
seperti tadi. Kali ini suara tawa itu lebih dahsyat daripada yang pertama karena suaranya
bergemuruh seperti suara air terjun. Hebatnya, tidak ada seorangpun yang tahu dan mana
asal suara ini. Tadinya mereka menyangka bahwa suara ketawa yang luar biasa itu tentu
berasal dari Hek-mo-ko yang masih tegak di muka pintu, akan tetapi agaknya bukan.

Hek-mo-ko masih berdiri seperti arca di tempatnya dan sedikitpun juga orang itu tidak mem-
buka mulutnya. Suara ketawa ini bergemuruh dan melingkar-lingkar, sambung-menyambung
menggetarkan dinding ruangan dan beberapa orang murid Kong-thong-pai dari tingkat
rendahan satu-persatu mulai roboh terguling sambil menjerit-jerit dan menekan dada.
Agaknya suara ketawa yang amat dahsyat ini mengguncang jantung tosu-tosu itu dan yang
lain-lainpun kini sudah bersila sambil mengerahkan tenaga batin mereka untuk bertahan dari
serangan yang amat dahsyat ini.

Kin-sim San-jin sendiri menjadi pucat mukanya dan kakek ini dapat merasakan betapa hebat
pengaruh tawa yang penuh tenaga sakti itu. Jantungnya terguncang hebat akan tetapi tosu
ketua Kong-thong-pai yang memiliki lweekang kuat ini dapat menahan diri. Hanya dia merasa

266
cemas Ketika melihat betapa anak-anak muridnya yang bersila di atas lantai itu sekarang
sudah mulai mencucurkan keringat. Agaknya, kalau suara tawa itu diteruskan, mesti tosu-tosu
itu akan tewas dengan jantung pecah! Bahkan, Ang I Tojin dan Yang lh Tojin sendiri kini telah
duduk bersila dan memejamkan matanya.

Pada saat Kim-sin San-jin cemas dan marah atas serangan lawan yang tidak diketahuinya
siapa itu karena suara tawa ini melingkar-lingkar sukar ditangkap asalnya, tiba-tiba saja,
seperti datangnya tadi yang amat tiba-tiba, suara ketawa yang dahsyat penuh tenaga sakti
itu lenyap!

Kejadian ini amat mendadak, seperti sebuah kereta kuda yang sedang cepat-cepatnya berlari
mendadak direm sekuat tenaga, maka tentu saja akibatnya fatal sekali. Seperti kuda yang
ditarik sekuat tenaga oleh kusirnya yang sedang berpacu cepat, begitu dihentikan membuat
kuda terkejut dan "stress". Kuda terlonjak dengan bibir terluka, dan sekali kuda itu meronta
kuat, kereta berikut kendalinya dibuat patah. Begitu pula halnya dengan keadaan tosu-tosu
ini. Pada saat mereka sedang sekuat tenaga mempertahankan diri dari guncangan yang
dahsyat itu, tiba-tiba saja guncangan lenyap dan mereka ini seperti dilempar oleh suatu
tenaga yang tak terlawan lagi. Tenaga mereka seketika membalik dan memukul diri sendiri
dan duapuluhan tosu Kong-thong pai yang bersila di atas lantai ini menjerit ngeri dan roboh
sambil muntahkan darah segar!

267
Hebat bukan kepalang peristiwa ini dan Kim-sin San-jin menjadi marah sekali. Wajah yang
biasanya tenang dari tosu tua itu kini merah menyala dan sepasang matanya berapi-api dan
mendelik! Tidak sukar baginya untuk menebak siapa biang keladi perbuatan ini. Tentu Cheng-
gan Sian-jin, siapa lagi?

"Cheng-gan Sian-jin manusia iblis! Keluarlah dari tempat persembunyianmu, jangan berlaku
pengecut! Pinto siap mempertaruhkan nyawa untuk menghadapimu sampai detik

268
terakhir......!" Kim-sin San-jin memekik penuh kemarahan dan memandang ke depan dengan
sinar mata beringas.

Akan tetapi, kakek itu dibuat terkejut ketika dia mendengar suara tawa tepat di atasnya! Tidak
seperti tadi, suara ketawa ini dikeluarkan tanpa pengaruh khikang tingkat tinggi dan
terdengar biasa seperti orang ketawa pada umumnya.

"Ha-ha-ha, tosu jenggot kambing! Untuk apa kau berteriak-teriak tidak karuan? Kalau kau
mencari aku, mengapa harus melotot ke depan? Aku di sini, lihatlah. Ha-ha-ha.....!"

Kim-sin San-jin mendongak ke atas dan......di atas sebuah tiang melintang, duduk seorang
kakek tinggi besar berjubah kuning berambut kemerahan dengan sepasang matanya yang
biru kehijauan. Cheng-gan Sian-jin, si peranakan Bangsa Arya!

Tentu saja tosu ketua Kong-thong-pai itu terperanjat, dan kakek ini sudah siap untuk me-
lompat ke atas menerjang gembong iblis yang entah kapan tahu-tahu telah berada di atas
tiang melintang itu. Akan tetapi, sebelum dia bergerak, Tok-sim Sianli yang sejak tadi diam
saja memandang kejadian yang menimpa anak murid Kong-thong-pai ini dengan mulut
tersenyum-senyum, sudah mengeluarkan bentakan dan menyerangnya dengan bendera di
tangan kanan dan pukulan Tok-hiat-jiu di tangan kiri.

269
"Tosu tua bangka, hayo layani aku dulu....!" gadis itu berteriak dengan wajah berseri dan ben-
dera keramat itu mengebut menghantam dadanya.

"Gadis siluman, kau dan gurumu patut dilenyapkan dari permukaan bumi!'' Kim-sin San-jin
membentak marah dan ujung jubahnya dikebutkan ke depan.

"Plakk!"

Bendera di tangan gadis itu bertemu dengan jubah Kim-sin San-jin dan kedua-duanya merasa
terkejut. Lie Lan kaget karena tubuhnya terdorong satu langkah ke belakang, sedangkan ketua
Kong-thong-pai itu tergeser kudanya-kudanya! Inilah hebat dan Kim-sin San-jin sejenak
terbelalak. Kalau muridnya saja sudah sedemikian kuat, apalagi Cheng-gan Sian jin sendiri!

"Ha-ha, bagus muridku. Lawan dan tandingi tosu jenggot kambing ini! Pukul dadanya, tarik
jenggotnya sampai putus dan jewer telinganya, ha-ha-ha.........!"

Cheng-gan Sian-jin tertawa keras dan terpingkal-pingkal di atas tiang, mengejek ketua Kong-
thong-pai itu sambil bertepuk-tepuk tangan. Tentu saja Kim sin San-jin marah bukan main dan
tosu ini menggereng seperti biruang dan menerjang Toksim Sianli dengan serangan maut.

Lie Lan terkejut dan melompat cepat ke samping kiri dan gadis inipun tidak tinggal diam.
Senjatanya digerakkan dan kini secara bertubi-tubi diapun membalas serangan-serangan

270
ketua Kong-thong-pai itu dengan hebatnya. Terjadilah serang-menyerang dan tangkis-
menangkis diantara dua orang ini, dan Kim-sin San-jin yang merasa lebih tua, menghadapi
gadis itu dengan tangan kosong, mengandalkan kedua jubahnya yang gerombyongan dan
juga kedua tangannya yang bersembunyi di balik lengan jubah yang lebar itu. Seperti tadi
yang dijanjikannya, dalam gebrakan-gebrakan pertama ini Kim-sin San-jin berlaku ringan sela-
ma sepuluh jurus dan setelah itu tosu ini bersikap keras.

Ang I Tojin dan Yang lh Tojin yang merupakan murid-murid paling tinggi tingkatnya, sudah
membuka mata. Dua orang ini yang memiliki kepandaian jauh di atas para sute-sute yang
lain, dapat menyelamatkan diri dari pukulan lweekang yang membalik tadi. Pada saat suara
ketawa yang amat dahsyat itu berhenti secara tiba-tiba, dua orang inipun hampir saja
mengalami celaka. Lweekang yang sudah mereka dorong ke bagian dada untuk melindungi
jantung pada saat mereka diserang oleh suara gembong iblis itu, mendadak membalik seperti
sebuah pegas ketika secara tiba-tiba ketawa itu lenyap. Dan hanya dengan cara mengempos
semangat dan cepat membuka mulut untuk mengeluarkan hawa lweekang sajalah dua orang
tosu ini selamat dari kematian. Sedikit saja terlambat, tentu nyawa mereka telah
meninggalkan tubuh.

Maka, ketika mereka melihat betapa suhu mereka telah bertanding dengan gadis iblis itu, dua
orang tosu ini melompat berdiri dengan sikap beringas. Gara-gara gadis inilah maka Kong-
thong-pai harus menerima nasib buruk. Dan mereka harus membalas sakit hati ini. Yang Ih
Tojin berteriak parau dan hendak menyerang, akan tetapi Kim-sin San-jin membentaknya.

271
"Jangan maju! Biarkan pinto melayaninya! Kalian tolong saudara-saudara yang lain dan ke-
pung iblis hitam di muka pintu itu!"

Teriakan ini menyadarkan dua orang tosu itu bahwa selain gadis ini, di luar masih terdapat
orang lain! Ang I Tojin dan sutenya cepat menengok dan betul saja, laki-laki hitam yang
disebut Hek-mo-ko oleh suhu mereka tadi kini telah melangkah masuk dengan tindakan lebar.
Dua orang tosu ini meloncat dan menolong sute-sute mereka yang roboh bergelimpangan,
dan setelah itu Ang I Tojin dan sute-sutenya menerjang Hek-mo-ko yang memasuki bangsal
agung ini.

"Hehh, kalian kambing-kambing dungu berani menyerangku?" Hek-mo-ko berseru mengejek.


"Kalau begitu, kalian berarti mencari mati. Kim-sin San-jin, saksikanlah roh-roh muridmu ini
terbang ke alam baka, ha ha-ha-hahh!"

Iblis hitam itu tertawa menyeramkan dan tiba-tiba berkelebat ke depan. Cepat bukan main
gerakan laki-laki ini dan Ang I Tojin yang menerjang paling muka, terkejut melihat lawannya
lenyap. Dan baru dia kaget ketika Hek-mo-ko tertawa-tawa sambil menangkap dua orang
sutenya dengan cengkeraman maut di belakang tubuhnya.

Ang I Tojin membalik dan memukul untuk menolong dua orang sutenya dari bahaya, akan
tetapi pertolongannya datang terlambat. Hek-mo-ko yang berhasil menangkap dua orang

272
tosu Kong-thong-pai ini, sambil tertawa-tawa sudah mencengkeram tengkuk mereka dan
sekali tangan setan hitam ini bergerak, dua buah kepala telah saling beradu. "Prokkk!"

Dua orang tosu Kong-thong-pai itu berteriak ngeri dan kepala mereka pecah, otak dan darah
berhamburan dari tulang tengkorak yang hancur itu. Tentu saja Ang I Tojin marah sekali dan
bersama Yang Ih Tojin yang mendelik penuh kebencian terhadap laki-laki hitam itu, mereka
menyerbu dengan pedang di tangan! Tosu-tosu lain yang merasa marah melihat kekejaman
Hek mo-ko yang telah membasahi lantai bangsal agung dengan darah saudara mereka,
meluruk ke depan dan mengeroyok si iblis hitam sambil berteriak-teriak marah!

Terjadilah pertandingan di dua tempat. Satu adalah sang ketua sendiri melawan murid Cheng-
gan Sian-jin, sedang yang ke dua adalah pertempuran tidak seimbang antara Hek-mo-ko
dengan anak-anak murid Kong-thong-pai. Dikatakan tidak seimbang karena disini Hek-mo-ko
yang berkepandaian jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tosu-tosu itu jelas
mempermainkan lawan-lawannya. Hanya Ang I Tojin serta Yang Ih Tojin saja yang
dipandang oleh setan hitam ini. Yang lain-lain dianggapnya seperti rumput belaka.

Hari itu partai besar ini mengalami hal yang amat mengenaskan sekali. Kim sin San jin sendiri
terpukul batinnya. Dia dapat melihat betapa anak-anak muridnya dibuat bulan-bulanan oleh
Hek-mo-ko dan satu demi satu mereka itu roboh binasa. Kakek ini marah bukan main dan ia
mulai memaki-maki Cheng-gan Sian-jin yang masih nongkrong di atas tiang sambil tertawa-
tawa melihat Hek-mo-ko membunuh-bunuhi murid-murid Kong-thong-pai.

273
Ketua Kong-thong-pai ini diam-diam berharap agar gembong iblis itu turun. Kalau hal ini
terjadi, dia telah bertekad untuk mati bersama-sama dengan manusia iblis itu. Dia tahu
bahwa agaknya dia sudah tidak ada harapan lagi. Dan sama sekali tidak diduganya bahwa di
samping Cheng-gan Sian-jin, masih terdapat pula Hek-mo-ko yang agaknya menjadi
pembantu datuk sesat itu. Inilah kejadian di luar perhitungan, akan tetapi yang sebenarnya
bagus pula untuk melaksanakan niatnya, yaitu membunuh musuh-musuhnya ini dengan
bantuan jebakan maut di bangsal agung ini.

Yang diam-diam amat diherankan oleh Kim-sin San-jin adalah kapan beradanya Cheng-gan
Sian-jin di atas tiang melintang itu. Kakek ini tidak tahu bahwa tadi, ketika Lie Lan mem-
pengaruhi murid-murid Kong-thong-pai dengan Sin-gan-i-hun-to dan dia sendiri membentak
gadis itu untuk diam, pada saat itulah Cheng-gan Sian-jin bergerak. Kakek berambut
kemerahan ini dengan kepandaiannya yang luar biasa telah berkelebat dari pilar besar
untuk berpindah ke atas tiang melintang itu. Karena semua orang sedang dipengaruhi Sin-
gan-i-hun-to, maka tentu saja kakek ini dapat bergerak lebih leluasa dan terhindar dari
perhatian ketua Kong-thong-pai.

Dan Cheng-gan Sian-jin sendiri sebetulnya sudah tahu bahwa ketua Kong-thong-pai itu agak-
nya telah mencium kehadirannya. Oleh sebab itu, untuk menjaga murid perempuannya dari
bahaya, maka gembong iblis ini lalu maju mendekati dengan jalan melayang di atas tiang di
dekat dua orang itu.

274
Demikianlah, dengan siasatnya yang cerdik, kakek tinggi besar berambut kemerahan ini dapat
mengawasi semua gerak-gerik Kim-sin San-jin dari dekat. Tentu saja Kim-sin San-jin
mendongkol amat marah sekali, namun rangsekan-rangsekan Tok-sim Sianli membuatnya
tidak berani membagi perhatian.

Ternyata, setelah dia sendiri bertanding dengan gadis itu, diam-diam hati kakek ini terkejut.
Murid Cheng-gan Sian-jin ini benar-benar hebat sekali kepandaiannya, tidak di bawah
tingkatannya sendiri! Baik dalam hal ginkang maupun lweekang, gadis itu benar-benar
mengejutkan. Kecepatan ginkangnya luar biasa, gerakannya seperti burung walet
menyambar, dan pukulan lweekangnya juga betul-betul hebat.

Satu kali, kebutan bendera menyambar dadanya dan tiba-tiba dengan gerakan licik gagang
bendera di tangan gadis itu melakukan "sontekan" cepat ke arah matanya. Serangan ini hebat
dan tak tersangka-sangka karena tertutup oleh kain bendera, dan kalau saja kakek itu tidak
awas, tentu matanya akan tercokel oleh sontekan maut ini. Kim-sin San-jin mendengus dan
menyampok dengan lengan bajunya yang lebar, dan secepat kilat kaki ketua Kong-thong pai
ini menendang pusar lawan.

"Wuttt-dukk!"

275
Gadis itu terkekeh dan Kim-sin San-jin terkejut. Tendangan ke pusar lawan disambut oleh lutut
gadis itu dan tiba-tiba Lie Lan menampar dengan tangan kirinya yang penuh racun darah!
Angin panas menyambar dan hidung kakek ini mencium bau amis.

Kim-sin San-jin yang sudah meledak kemarahannya, melakukan gerakan cepat. Melihat sera-
ngan Tok-hiat-jiu yang telah merobohkan dua orang muridnya ini membuat kakek itu menjadi
panas. Tangan kanannya diangkat dan didorongkan ke depan dan angin tajam bersiut
menyambut telapak tangan kiri gadis itu.

Inilah pukulan Tong-san-ciang yang dilancarkan oleh Kim-sin San-jin. Kehebatannya jauh me-
lampaui Tong san-ciang yang dikeluarkan oleh Pek Bin Tojin ataupun anak murid lainnya. Dari
lengan kakek ini keluar angin dahsyat dan Lie Lan terkejut melihat hebatnya hawa pukulan
ketua Kong-thong-pai itu.

“Plakk....!"

Kedua tangan mereka bertemu dan sejenak tosu itu menyeringai. Kim sin San-jin merasakan
betapa hawa panas dan gatal memasuki telapak tangannya tanda bahwa pukulan lawan
mengandung racun. Akan tetapi karena kakek ini memang telah bertekad untuk segera
menyelesaikan pertempuran maka dia tidak memperdulikan rasa gatal panas ini dan langsung
menangkap jari-jari tangan gadis itu dan meremas sekuat tenaga!

276
"ihhh.....!” Lie Lan berseru kaget dan gadis ini merasa betapa tangan kirinya yang digenggam
oleh tangan kanan kakek itu seperti digencet oleh tenaga raksasa. Dia meronta akan tetapi
Kim-sin Sian-jin mempertahankan. Beberapa detik mereka bersitegang akan tetapi Lie Lan
yang maklum bahwa kakek itu agaknya hendak meremas hancur tangan kirinya, terpaksa
berlaku nekat juga dan gadis ini mengerahkan tenaga Tok-hiat-jiu semakin hebat sehingga
seluruh lengan kirinya berwarna merah berkilauan seperti darah. Tidak berhenti sampai di situ
saja, gadis ini telah menggerakkan benderanya menghantam muka ketua Kong-thong-
pai itu.
"Wh irrrr - bretttt!"

Kim-sin San-jin menggerakkan tangan kirinya dan bendera itupun ditangkapnya! Tosu ini ter-
senyum mengejek dan jari-jari tangan kirinya merayap seperti ular dengan gerakan cepat
dan........diapun telah menangkap tangan kanan gadis itu! Kini, kedua tangan mereka telah
saling tangkap dan masing-masing mengerahkan tenaga untuk saling menghancurkan
tangan lawan.

Terjadilah adu tenaga lweekang diantara dua orang ini dan sebentar saja gadis itu telah
berkeringat dengan wajah pucat. Tok-hiat-jiu memang berhasil mempengaruhi kakek itu,
akan tetapi gencetan yang penuh tenaga sakti dari ketua Kong-thong-pai inipun sebaliknya
juga mempengaruhi keadaan murid Cheng-gan Sian-jin ini.

277
Dan dari adu tenaga lweekang ini, sedikit demi sedikit Lie Lan harus mengakui keunggulan
lawan. Tenaga sakti kakek itu hebat sekali. Tangannya yang dicengkeram oleh Kim-sin San-jin
serasa remuk seperti digencet seekor gajah. Racun Tok-hiat-jiu ysng menjalar sampai di
pergelangan tangan tosu itu, kini perlahan-lahan turun kembali dan ada kemungkinan untuk
memukul gadis itu sendiri. Kalau hal ini terjadi, tentu saja nyawa gadis itu berada di ambang
pintu kematian, apalagi tenaga Kim-sin San-jin akan merupakan pendorong paling cepat
untuk segera membalikkan racun darah itu ke tubuh gadis ini!

Sejenak wajah Lie Lan menjadi pucat dan hampir dia berteriak minta tolong suhunya. Akan
tetapi gadis ini segera teringat kepada kakinya dan secepat kilat iapun lalu menotok lutut tosu
itu dengan ujung sepatunya. Akan tetapi, sungguh sial Kim-sin San-jin yang banyak
pengalaman itu kiranya telah mendahuluinya.

Berbeda dengan lawan yang mulai diliputi kecemasan sehingga pikirannya menjadi kacau,
adalah kakek ini dapat bersikap tenang dan pikirannya bekerja tepat. Sebelum gadis itu
mengangkat kakinya, Kim-sin San-jin telah mendahului menotok lutut lawannya dengan
gerakan cepat!

"Cett........ auhhh!"

Kim-sin San-jin berteriak kesakitan dan tendangan kakinya gagal. Kiranya Cheng-gan Sian-jin
yang melakukan kecurangan itu! Kakek ini tadi telah menyambitkan sekeping kayu kecil ke

278
kaki ketua Kong-thong-pai itu dan menggagalkan serangannya terhadap Lie Lan. Tentu saja
Kim-sin San-jin marah bukan main, akan tetapi pada saat itu, Lie Lan yang melihat
kesempatan bagus, tidak mau menyia-nyiakannya.

"Tosu bau, robohlah..........!"

Gadis ini berteriak dan kakinya bergerak. Terdengar suara "tukk!" dan kaki ketua Kong-thong-
pai itu menjadi lemas dan tanpa dapat ditahan lagi, Kim-sin San jin roboh berlutut!

Hebat kejadian ini, namun lebih hebat lagi perbuatan kakek itu. Begitu tubuhnya jatuh
berlutut, ketua Kong-thong-pai ini menggereng seperti harimau lapar dan secepat kilat
bergulingan menjauhkan diri. Kakinya yang sebelah masih tertotok lemas akan tetapi begitu
dia telah menjauhkan diri dari lawan, ketua Kong-thong-pai ini menggerakkan jarinya dan
menyembuhkan akibat totokan tadi.

Kemudian, sekali kedua tangannya menekan lantai, Kim-sin San-jin telah melompat bangun
dan sebatang pedang kekuningan telah berdesing di tangan kakek ini!

"Cheng-gan Sian-jin, majulah! Jangan berlaku curang......!" Kim-sin San-jin membentak penuh
kemarahan dan mendelik ke arah gembong iblis yang masih tertawa-tawa di atas tiang
melintang itu. Pedang di tangannya menggigil dan sepasang mata ketua Kong-thong-pai ini
berapi-api. Ingin dia melihat Cheng-gan Sian-jin turun menginjakkan kakinya di lantai, namun

279
betapa gemas hatinya karena kakek iblis itu hanya tertawa-tawa mengejek di atas tiang.
Kalau Cheng-gan Sian jin tidak turun, tentu saja sukar baginya untuk menjebak k a k e k i t u .
Lie Lan yang melihat lawannya te lah me meg ang sebatang
pedang, melengking nyaring dan tiba -t iba meloncat ke
d e p an me n e r j an g K im- S in S an- j in . "T o su b au , b agu s b ah w a
kau sekarang memeg ang senjata. Hayo kit a lanjutkan
permainan kit a!"

K im- sin San - j in y an g sud ah marah in i tid ak mau b an y ak


cakap lagi. Me lihat gadis itu kembali menyerangnya, kakek
yang gagah perkasa ini me nge luarkan bentakan dan t iba -
t i b a p e d a n g n y a memb e n t u k c o r e t a n - c o r e t a n s e g i e m p a t d i
udara. Gadii itu terkejut ketika mendengar suara
mendengung tajam dan tiba -tiba pedang di tang an Kim-sin
San-jin mengeluarkan sinar berkilau terang dan pecah
menjadi empat mata pedang yang secara susul -menyusul
melakukan gerak me motong ke tubuhnya !

"Trang-trangg......!"

Pertemuan pedang dengan ga gang bendera menimbulkan


bunga api indah di udara dan tiba -tiba Lie Lan berseru
kaget. Pedang di t angan ketua Kong -thong-pai itu secara
luar bias a mendadak menggeser di gagang pedangnya dan
secepat kilat telah mengancam jari -jari tangannya !

Tentu saja Lie Lan terkejut melihat kecepat an pedang di


tangan ketua Kong -thong-pai ini dan karena dia tidak
sempat me lompat ini tiba-tiba
mundur, gadis

melemparkan bendera di tangan kanannya ke

280
tangan kiri dan tubuhnya mendoyong ke samping.
Dan pada saat itulah Kim-sin San-jin mengeluarkan
suara dari hidung dan pedang yang tadi siap
membabat jari-jari lawan tiba-tiba menyeleweng
arahnya dan membacok leher gadis itu yang sedang
mendoyongkan tubuh !

Perubahan ini amat cepat dan luar biasa sekali, di


luar dugaan orang. Kiranya Kim-sin San-jin telah
mengeluarkan sebuah tipu yang amat lihai, yaitu
dengan serangan pancingan ke jari-jari lawannya
padahal sebenarnya pedang itu berputar
memancung leher. Inilah gerak tipu yang disebut
Memenggal Kepala Iblis Betina, sebuah serangan
maut yang jarang ada tandingannya !

"Aiiihhhhhhhh.............!"

Lie Lan berteriak ngeri dan Cheng-gan Sianjin yang


tadi tertawa-tawa di atas tiang, menghentikan
tawanya dan terkejut setengah mati melihat
bahaya maut mengancam muridnya. Sama sekali

281
dia tidak mengira bahwa ketua kong-thong-pai ini
agaknya telah menciptakan sebuah ilmu pedang
yang hebat luar biasa.

"Lontarkan bendera dan banting tubuh.......!"

Cheng-gan Sian-jin berteriak dan tubuhnya mela-


yang ke bawah dengan kecepatan kilat. Kakek ini
menghantam kepala Kim-sin San-jin dari belakang
dengan telapak tangan terbuka.

Hebat sekali apa yang terjadi dalam gebrakan-gebrakan yang amat cepat ini. Lie Lan telah
melontarkan bendera keramatnya untuk menangkis sambaran kilat pedang tosu itu dan
membanting tubuh ke bawah, sedangkan Cheng-gan Sian-jin membokong Kim-sin San-jin dari
belakang dengan pukulan sinkangnya.

"Brett-plakk!"

Dua suara ini terdengar hampir berbareng dan ketua Kong-thong-pai itu mengeluh tertahan.
Lie Lan masih kurang cepat membanting tubuh dan bendera yang dilontarkanpun ternyata
tidak banyak menolongnya. Kecepatan jurus maut tadi memang amat luar biasa dan bendera
gadis itu terbacok putus, sedangkan pedang terus meluncur ke arah lehernya. Hanya berkat

282
bantingan tubuh sajalah yang membuat lehernya selamat dan masih utuh, akan tetapi tidak
semuanya. Leher bajunya masih sempat dicium pedang Kim-sin San-jin dan menggores kulit
sehingga berdarah, sedangkan ketua Kong-thong-pai sendiri yang dibokong oleh Cheng-gan
Sian-jin dari belakang, juga merasakan akibatnya.

Punggung kakek itu terhantam telapak tangan Cheng-gan Sian-jin dan ketua Kong thong-pai
ini terlempar tubuhnya sambil muntahkan darah segar! Untung tadi Kim-sin San-jin cepat
menundukkan kepalanya, kalau tidak, bukannya punggungnya yang kena pukulan, melainkan
batok kepalanya yang tentu akan hancur berantakan tersentuh telapak tangan datuk sesat
itu!

Cheng-gan Sian jin yang marah menyaksikan betapa muridnya hampir saja celaka di tangan
ketua Kong-thong-pai itu, mengeluarkan pekik menyeramkan dan melompat mengejar Kim-
sin San-jin yang sudah terluka. Namun tosu itu ternyata tidak percuma menjadi ketua Kong-
thong-pai. Pukulan Cheng-gan Sian-jin dihindarkan dengan jalan bergulingan kesana-sini dan
kakek tinggi besar itu menyerang bertubi-tubi tanpa memberi kesempatan lawan untuk
melompat bangun.

"Murid-murid Kong-thong-pai, keluar........!!"

Tiba-tiba Kim-sin San-jin berteriak keras dan ketika Cheng-gan Sian-jin memukulnya, kakek ini
menggelinding ke sebuah pot bunga. Tangannya bergerak cepat menyambar benda itu dan

283
memutarnya sekali lalu menyendal dan terdengarlah ledakan yang amat dahsyat di ruangan
bangsal agung ini.

"Blarrrr...!"

Bumi seperti dilanda gempa dan tiba-tiba lantai ruangan itu terbuka lebar merupakan lubang
sumur yang besar dan dalam! Belum lagi peristiwa ini berhenti, mendadak terdengar suara
bergemuruh dan tiba-tiba saja bangsal agung itu ambruk dengan amat hebatnya.

Tentu saja hal ini amat menggemparkan semua


orang. Teriakan-teriakan ngeri terdengar di sana-
sini dan anak-anak murid Kong thong-pai yang tidak
sempat melompat keluar, terjungkal dalam sumur
maut itu dan kalau toh mereka sempat melompat
ke pinggir, tosu-tosu ini tidak dapat mengelak dari
ambruknya gedung bangsal agung. Akibatnya, tosu-
tosu Kong-thong-pai ini mengalami nasib yang
mengenaskan sekali. Yang jatuh terjungkal di dalam
sumur maut terbanting hancur di dasar sumur yang
berlantai batu dan amat dalam, sedangkan yang
tertimpa ambruknya bangunan juga tidak
mengalami nasib yang lebih baik dari yang tewas di

284
sumur maut. Kepala dan tubuh mereka terhantam
balok-balok besar atau reruntuhan dinding batu dan
tosu-tosu ini terpelanting dengan kepala pecah.
Kim-sin San-jin sendiri yang menggerakkan jebakan
maut ini, terjungkal ke dalam sumur yang amat
dalam itu dan sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Cheng-gan Sian-jin bersama muridnya juga tidak


terluput dari kejadian yang di luar dugaan ini. Begitu
pula halnya Hek-mo-ko. Tiga orang ini sama sekali
tidak mengira seujung rambutpun bahwa Kim-sin
San-jin, seorang ketua partai persilatan yang besar
dan ternama itu ternyata memiliki "kecurangan"
semacam ini yang biasanya hanya dilakukan oleh
orang-orang golongan sesat saja! Kakek tinpgi besar
berambut kemerahan itu telah terperosok ke dalam
lubang sumur, akan tetapi gembong iblis ini
memang benar-benar hebat sekali. Begitu merasa
tubuhnya terjeblos, Cheng-gan Sian-jin menjejak
dinding sumur sekuatnya sehingga tubuhnya
membal seperti bola dan sambil mengeluarkan

285
teriakan mengguntur, tokoh sesat ini berjungkir
balik di udara dan selamat keluar dari sumur maut !

Akan tetapi celakanya, baru saja dia berhasil


meloloskan diri dari sumur itu, gedung bangsal
agung yang ambruk tiba-tiba menimpa tubuhnya
dari atas! Reruntuhan gedung mengebulkan debu
tebal dan kakek ini tidak dapat melihat ke depan
dengan jelas. Tiang melintang yang tadi didudukinya,
tiba-tiba patah ke bawah dan menghantam
kepalanya. Terdengar suara "bluk!" dan kakek tinggi
besar ini menggeram. Kepalanya terpukul balok
sebesar kepala orang, akan tetapi karena dia
sebelumnya telah mengerahkan lweekang me-
lindungi tubuh untuk menjaga segala kemungkinan,
maka hantaman itu tidak melukainya hanya me-
ngejutkannya saja. Kakek yang marah ini meng-
gerakkan lengannya dan sekali tampar, balok itu
hancur berkeping-keping ! Cheng-gan Sian-jin lalu
mengeluarkan pekik menggeledek dan tubuhnya
mencelat ke atas, menyalurkan hawa lweekang
terutama ke arah kepalanya. Hebat perbuatannya

286
ini, tubuhnya terbang ke atas menerjang rumah yang ambruk itu dan
kepalanya membentur-bentur bermacam benda. Batu-kayu-genteng dan lain-lain benda
bertemu dengan kepala kakek tinggi besar itu dan semuanya terpental berhamburan dan
akhirnya kakek ini muncul di atas runtuhan gedung dengan muka penuh debu!

"Suhu, tolong...........!"

Cheng-gan Sian-jin menoleh dan kakek ini terbelalak, kira-kira lima tombak jauhnya,
tampak Lie Lan di antara tumpukan puing-puing rumah, terpendam sebatas leher! Kakek itu
melompat dekat dan sekali tarik, tubuh muridnya terbetot keluar dengan selamat. Sejenak
guru dan murid ini saling pandang, dan akhirnya Cheng gan Sian-jin tertawa bergelak.

"Ha-ha-ha, sungguh lucu permainan Kim-sin San-jin ini. Tua bangka itu agaknya mengira
bahwa kita pasti mampus dalam jebakannya, tidak tahunya kita masih hidup dengan selamat!
Ha-ha-ha, tosu bau, perbuatanmu ini bahkan mencelakakan murid-muridmu sendiri dan
permainanmu ini hanya bisa dilaksanakan untuk menjebak tikus dan binatang hutan!"
Cheng-gan San-jin tertawa bergelak sampai perutnya berguncang, akan tetapi gadis itu tidak
dapat meniru suhunya. Wajahnya masih pucat dan diam-diam ia bergidik ngeri. Teringat
olehnya tadi betapa pedang ketua Kong-thong-pai itu hampir saja membabat putus
lehernya, dan kalau hal itu terjadi, tentu dia hanya tinggal sebagai mayat yang tiada guna!

287
Tiba-tiba Lie Lan memandang ke sebelah kanan. Gadis ini melihat betapa tumpukan puing di
tempat itu bergerak-gerak aneh. Tentu saja penglihatan ini mengejutkan hatinya dan
gadis itu bersiap dengan muka ngeri. Jangan-jangan roh tosu-tosu Kong-thong-pai yang
gentayangan untuk membalas dendam! Kalau hal ini terjadi, dia tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. Bagaimana mungkin melawan arwah penasaran?

"Suhu, lihat itu....." gadis ini berbisik dan Cheng-gan Sian-jin menghentikan
tawanya. Mereka berdua melihat betapa timbunan tanah itu bergerak semakin keras dan
tiba-tiba muncul dua buah tangan berkulit hitam.

"Hek-mo-ko.....!" Cheng-gan Sian-jin berseru dan benar saja, setelah kedua tangan itu
muncul dan menggapai-gapai di udara, menyusullah sebuah kepala yang aneh warnanya
seperti kepala setan. Kiranya itu adalah kepala Hek-mo-ko yang kotor terkena timbunan puing
rumah dan coreng-moreng tidak karuan, dan setelah kepala itu nongol sebatas leher, Lie Lan
menjadi tenang lagi dari ketegangannya.

"Mo-ko, hayo lompat, ha-ha-ha, kau persis iblis yang


bangkit dari kubur!" Cheng-gan Sian-jin tertawa geli
dan melihat betapa dengan susah payah iblis hitam
itu menggerakkan tubuhnya membebaskan diri dari
timbunan gedung. Hek-mo-ko akhirnya berhasil

288
meloloskan diri dan iblis hitam ini mengumpat caci
dengan kata-kata kotor.

"Keparat, anjing hina-dina tua bangka jahanam itu!


Kalau aku tadi tewas, tentu kukejar rohnya dan
kucabik-cabik hatinya yang busuk melebihi tahi
kerbau itu!"

“Ha-ha-ha, kau miring otakmu, Mo-ko. Mana ada


roh punya hati? Jangan-jangan hatimu nanti malam
yang akan diganyang oleh ketua Kong-thong-pai
itu!" Cneng-gan Sian-jin berkata dengan muka geli
dan mengejek setan hitam itu.

Hek-mo-ko tidak menjawab dan Lie Lan yaag


melihat keadaan laki-laki ini, mau tak mau juga ikut
tertawa geli. Cheng-gan Sian-jin yang merasa puas
dengan pekerjaannya yang pertama ini, lalu
mengajak dua orang itu untuk melanjutkan
pekerjaan mereka yang kedua, yakni membuat
kegemparan di Go-bi-pai! Seperti pula halnya di
Kong-thong-pai, Cheng-gan Sian-jin bersama Hek-

289
mo-ko menyembunyikan diri dan menyuruh gadis
cantik itu maju duluan. Gembong iblis ini memang
sengaja hendak memperkenalkan murid
perempuannya itu pada dunia, dan baru jika
muridnya itu mengalami kesukaran, barulah dia
sendiri muncul.

Tentu saja sepak terjang murid Cheng-gan Sian-jin


ini menggegerkan dunia kang-ouw dan sebentar
saja, gadis itu telah mendapatkan dua nama
julukan. Di dunia pendekar dia disebut Tok-sim
Sianli sedangkan di dunia hitam dia bahkan dijuluki
Cu-sim Sianli. Dua nama julukan yang amat kontras
menempel dalam diri gadis itu.

Leng Kong Hosiang, hwesio ketua Go-bi-pai yang


amat sabar dan rendah hati, roboh di tangan Tok-
sim Sianli yang secara diam-diam dibantu gurunya
dari tempat persembunyiannya. Hwesio itu tidak
tewas, akan tetapi mengalami luka-luka yang cukup
parah dan kedua kakinya remuk! Dan seperti juga
ketika meninggalkan Kong-thong-pai, gadis ini

290
menancapkan sebuah bendera keramat bergambar
naga bermata hijau. Itulah Bendera Iblis, tanda
pengenal yang dimiliki Cheng-gan Sian-jin si
pentolan hitam!

Kegemparan demi kegemparan dilakukan gadis ini


atas perintah gurunya, dan sebentar saja nama Tok-
sim Sianli amat dikenal orang. Apalagi ketika orang
tahu bahwa gadis itu adalah murid Cheng-gan Sian-
jin si datuk iblis yang sekarang bahkan menjabat
sebagai koksu di Kerajaan Wu ! Golongan pendekar
benar-benar dicekam kegelisahan hebat dengan
munculnya dua orang manusia jahat ini dan diam-diam diantara
mereka terjadi isyarat rahasia untuk mencari jalan bagaimana mereka dapat mengenyahkan
dua orang itu. Suatu hal yang amat sulit, bahkan agaknya tidak mungkin dilakukan. Dahulu,
pada tigapuluh tahun yang lampau saja tidak ada seorang ketua partai manapun yang
mampu merobohkan Cheng gan Sian-jin. Padahal pada waktu itu manusia iblis itu bisa
dibilang hidup sendiri, tidak terlindung oleh pasukan kerajaan seperti sekarang ini !
Bagaimana mereka bisa memenuhi maksud mereka itu?

Tiba-tiba mereka teringat kepada Yap-goanswe, itu bekas jenderal muda dari Kerajaan Yueh
yang gagah perkasa dan memiliki kepandaian tinggi, akan tetapi betapa kagetnya hati para

291
pendekar ini ketika mendengar berita bahwa pemuda itu telah ditawan Cheng-gan Sian-jin!
Kalau sudah begini, siapa lagi yang akan maju? Dan pada saat mereka kebingungan inilah
muncul berita baru yang menggirangkan hati mereka, yaitu tentang munculnya Malaikat
Gurun Neraka yang kini keluar dari tempat pertapaannya untuk menghadapi Cheng-gan Sian-
jin dan membebaskan murid tunggalnya, Yap-goanswe yang gagah perkasa itul Demikianlah,
dunia kang-ouw kembali mengalami ketegangan dan diam-diam mereka ini lalu satu-persatu
secara menyamar pergi ke kota raja untuk menyaksikan terjadinya peristiwa yang tentu amat
bersejarah itu, dan diam-diam orang-orang inipun juga bersiap-siap untuk menyingsingkan
lengan membantu pendekar besar itu dari ancaman bahaya yang tentu dipasang oleh Cheng-
gan Sian-jin si raja kaum sesat yang terkenal cerdik dan banyak akal itu.

Dan atas keberhasilannya dalam melakukan tugas yang diperintahkan gurunya, Lie Lan gadis
cantik murid Cheng-gan Sian-jin ini lalu meminta semacam "balas jasa" dari gurunya, yakni
untuk merangkapkan Yap-goanswe baginya. Itulah sebabnya mengapa Cheng-gan Sian-jin
lalu mengajak Hek-mo-ko mencari jenderal muda yang gagah perkasa itu dan akhirnya
berhasil menawan pemuda itu akibat kecurangan Hek-mo-ko seperti yang telah diceriterakan
dalam jilid terdahulu.

***

Pemuda itu mengeluh dan membuka mata. Mula-mula matanya silau ketika melihat sorot
lampu yang terang-benderang di kamar besar itu. Pemuda ini tertegun dan mengingat-ingat

292
bagaimana dia bisa tiba-tiba berada di tempat ini. Matanya berputar dan mendadak dia
melompat bangun.

"Uhhh.......!" Bu Kong berseru tertahan dan tubuhnya kembali roboh. Baru sekarang dia tahu
bahwa tubuhnya diikat erat dengan dadung sebesar ibu jari tangan! Pemuda ini terkejut akan
tetapi dia sama sekali tidak merasa cemas. Teringatlah dia sekarang akan semua yang telah
terjadi. Mula-mula dia berada di tepi Laut Tunghai yang sedang bergemuruh dilanda badai,
bersama Bwee Li, wanita cantik selir Yun Chang.

Di mana Bwee Li ? Inilah pertanyaan pertama yang masuk di otaknya. Pemuda ini tidak
memperdulikan diri sendiri dan yang digelisahkannya pada saat itu adalah Bwee Li, wanita
malang yang terkena tipu muslihat musuh.

Sementara matanya meliar ke sekeliling kamar, tiba-tiba dari luar terdengar langkah kaki
yang halus perlahan. Cepat dia memejamkan mata dan berpura-pura masih pingsan, akan
tetapi pendengarannya dipasang tajam dan sedikit bulu matanya bergerak untuk melihat
siapa pendatang ini.

Pintu kamar besar itu terbuka dari luar dan tiga orang wanita berpakaian pelayan memasuki
kamar ini. Mereka tertawa-tawa genit dan membawa penampan yang penuh makanan dan
yang menyiarkan bau harum yang sedap.

293
"Hi-hi-hikk, siocia memang aneh wataknya. Ia menyuruh kita memasak Daging Naga Arak
Merah! Bukankah hidangan begini biasanya baru dikeluarkan kalau ada pengantin baru?
Aihh, agaknya siocia malam ini ingin berpengantin baru dengan Yap-goanswe, hi-hikkk!
Sayang, kalau saja akupun diperkenankan siocia untuk melayani Yap-goanswe, ahhh, betapa
menyenangkan !"

"Huhh, pelayan seperti kita ini mana bisa bersenang-senang dengan pemuda tampan gagah
perkasa seperti Yap-goanswe itu? A-moi, jangan berangan-angan terlalu muluk, pasanganmu
adalah tukang kebun di belakang. Hok Siu telah mengincarmu selama ini dan kaupun harus
tahu diri, hi-hikk !"

"Cihh, siapa suka melayani Hok Siu? Mukanya penuh bopeng bekas dimakan cacar, kalau kau
mau, A-liu, ambil saja dia dan gantikan aku nanti malam!"

Dua pelayan wanita ini saling berolok dan mereka tertawa-tawa genit dan Bu Kong yang
mendengarkan kata-kata itu, menjadi merah mukanya karena jengah. Pelayan-pelayan
wanita ini agaknya bukan pelayan-pelayan yang baik. Mereka lebih pantas disebut wanita-
wanita yang cabul dan tidak tahu malu. Dan kalau pelayannya saja seperti ini macamnya,
tentu "siocia" yang dibicarakan itu akan melebihi para pelayannya ini!

Diam-diam dalam hati pemuda itu timbul rasa tidak enak. Entah mengapa, terdapat firasat
buruk di dalam hatinya, perasaan yang membuat pikirannya tiba-tiba gelisah tidak karuan.

294
Pemuda ini mengerahkan lweekang untuk mematahkan belenggu, namun betapa kagetnya
ketika dia mendapat kenyataan bahwa hawa sakti yang berpusat di pusarnya tidak dapat
digerakkan, lumpuh akibat suatu totokan lihai! Tentu saja kenyataan ini membuatnya kecut
dan terpaksa dia tidak berani banyak bergerak agar tidak me perhatian tiga orang pelayan
NARIK

wanita itu.

"A-moi, A-liu, tepat kalian keluar dan ambil Arak Sorga di dapur dalam !" tiba-tiba pelayan
ketiga yang berpakaian kuning berkata kepada dua orang temannya. "Tinggalkan hidangan
kalian di sini dan biar aku yang mengaturnya. Cepat, sebelum siocia datang."

"Hi-hi-hikk, A-cheng, kau agaknya ingin menikmati wajah ganteng Yap-goanswe seorang diri
di sini, ya? Hemm, siapa tidak tahu akalmu ini? Dengan menyuruh kami berdua pergi, berarti
kau mendapat kesempatan untuk mendekati pemuda itu dan siapa tahu kau
dapat......hmm.....hmm.....dengannya......"

"A-moi, tutup mulutmu! Sekali lagi kau membuka mulut mengejek, jangan salahkan aku untuk
menampar pecah mulutmu yang kurang ajar itu! Hayo kalian keluar dan ambil Arak Sorga
sebelum siocia datang !" Pelayan ketiga yang dipanggil A-cheng ini membentak dengan pipi
merah dan rupanya dia adalah pelayan kepala, buktinya A-moi dan A-liu tidak berani main-
main dengan pelayan yang satu ini.

295
Dua orang pelayan itu bersungut-sungut dan mereka keluar kamar untuk memenuhi perintah
pelayan kepala ini, A cheng berdiri dengan muka merah dan Bu Kong melihat betapa pelayan
ini memiliki tubuh yang ramping menggiurkan. Karena pelayan ini membelakanginya, maka
pemuda itu berani membuka mata lebih lebar dan pada saat itulah tiba-tiba A-cheng
membalikkan tubuh ke arahnya.

"Yap goanswe, kalau kau sudah sadar, harap jangan berpura-pura lagi. Siocia telah
mengetahui keadaanmu ini dan tidak perlu lagi kau menyembunyikan diri. Bersiaplah,
sebentar lagi siocia datang mengunjungimu!"

Bukan main kagetnya pemuda ini mendengarkan kata-kata itu dan tanpa disadarinya lagi dia
telah membelalakkan matanya. Bukan main! Siapakah pelayan wanita ini ? Bagaimana bisa
tahu bahwa dia sebenarnya sudah sadar kembali?

(Bersambung jilid ke VI)

Pendekar Gurun Neraka-Jilid 5

296
Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 5

297
PENDEKAR GURUN NERAKA
Jilid 6

Karya BATARA
Pelukis YANES
Penerbit/Pencetak C. V. "G E M A”
Jln. Mertokusuman 761 RT. 14 RK IIl
Telepon No. 5801 SOLO
Tahun 1978

Credit Ebook:
Sumber buku Aditya Indra Jaya
Djvu Mukhdan
Editor Hendradinata Sugiyanto
Finishing Pdf Team Kolektor EBook

298
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 6

MERASA bahwa tidak ada gunanya lagi berpura-pura, pemuda itu lalu
beringsut duduk dan dengan sukar akhirnya dia berhasil menyandarkan
tubuh di tepi pembaringan. Tubuhnya terikat kuat seperti babi yang siap
dipotong dan diam-diam pemuda ini mendongkol sekali. Kalau saja
lweekangnya dapat dikerahkan, tentu tidak sukar baginya untuk
mematahkan belenggu ini.

"Kau.....siapakah, nona?" Bu Kong bertanya dan memandang tajam penuh


selidik ke arah wanita berpakaian kuning ini. "Mengapa aku bisa berada di
sini dan siapa pula yang mengikatku seperti binatang sembelihan begini?
Sungguh terlalu, di samping melumpuhkan tenaga sinkang, juga masih

299
memperlakukan orang seperti seekor binatang!" pemuda itu bersungut-
sungut dengan muka merah.

A-cheng tersenyum manis akan tetapi juga setengah mengejek. "Yap-


goanswe, lebih baik simpan saja kemarahanmu yang tiada guna itu. Koksu
yang menawanmu dan dialah yang membawamu kemari. Ini gedung siocia
dan hanya berkat siocia sajalah maka Koksu tidak memperlakukan dirimu
dengan perbuatannya yang lebih mengerikan lagi. Kau patut berterima
kasih terhadap siocia kami, kalau saja kau tahu diri..."

Bu Kong memandang wanita itu dengan sinar mata tajam dan diam-diam
dia terkejut. Koksu? Siapakah yang dimaksudkan? Apakah........? Ah, benar,
tentu Cheng-gan Sian-jin yang dimaksudkan oleh wanita ini! Teringatlah
dia sekarang dan diam-diam Bu Kong merasa bergidik. Gembong iblis itu
benar-benar hebat kesaktiannya dan ilmu silatnya jauh lebih kuat dan
berpengaruh dibandingkan dengan Ang-i Lo-mo yang telah tewas di
tangannya. Sedangkan mengenai "siocia" itu sendiri, siapakah yang
dimaksudkan oleh wanita itu?

300
"Nona, siapakah siocia kalian yang baik hati itu?" pemuda ini bertanya
sambil menduga-duga. "Dan kalau siocia kalian benar-benar baik, tentunya
tidak akan membiarkan aku tetap terikat begini......."

"Hi-hikk, harap jangan membujuk aku untuk melepaskan belenggumu,


goanswe. Hanya siocialah yang akan memutuskan keadaanmu ini. Kalau
kau dapat bersikap manis terhadap siocia kami, tentu siociapun akan
melepaskan ikatanmu itu. Akan tetapi kalau kau bersikap keras kepala,
mana ada harapan bagimu untuk melepaskan diri? Sudahlah, jangan kau
bertanya tentang siocia kami. Sebentar lagi dia akan datang dan kaupun
akan segera mengerti dan mengenalnya."

A-cheng tidak memperdulikan pemuda itu lagi dan mengatur semua


hidangan di atas meja dengan rapi dan tak lama kemudian, muncullah A-
moi dan A-liu sambil tertawa-tawa genit ke dalam kamar. Mereka
membawa seguci kecil arak yang luar biasa harumnya dan dua buah sloki
yang terbuat dari emas. Melihat betapa pemuda itu sudah sadar kembali

301
dan menyandarkan tubuh di tepi pembaringan dalam keadaan
terbelenggu, A-moi terkekeh.

"Ihh, Yap-goanswe sudah bangun. Agaknya A-cheng tadi yang


membangunkannya. Hi-hikk, usapan jari-jari yang halus lembut seperti
milik A-cheng mana ada pria yang dapat tahan?" pelayan ini tertawa-tawa
dan A-liu juga terkekeh. Dua orang pelayan ini dengan sikap centil sekali
lalu meletakkan guci kecil itu di atas meja berikut dua buah slokinya yang
kecil mungil.

Tiga orang wanita ini tampak sibuk dan Bu Kong yang tidak mengerti untuk
apa semuanya itu, hanya memandang mereka bergantian. Hanya diam-
diam dia merasa mendongkol sekali kepada pelayan yang dipanggil A-moi
itu dan godaannya tadi membuat mukanya menjadi merah. Sungguh
terlalu pelayan-pelayan ini dan dia ingin sekali melihat siapa gerangan
siocia yang menjadi majikan tiga orang pelayan itu.

302
Akhirnya, kesibukan tiga orang itu berakhir. Mangkok sumpit dan segala
macam hidangan telah mereka atur dengan rapi di atas meja besar itu, bau
masakan yang masih mengebul membuat perut pemuda ini terasa lapar.
Akan tetapi, agaknya yang paling keras baunya adalah arak di guci kecil
itu. Keharuman yang aneh dan khas keluar dari mulut guci yang tidak
tertutup dan A-moi serta A-liu berkali-kali mengembangkempiskan hidung
mereka di dekat bibir guci itu.

"Aihh, benar-benar sedap sekali Arak Sorga ini. Kalau saja aku boleh
mencicipinya, apalagi bersama Yap-goanswe yang ganteng dan gagah
perkasa itu, ahh, badan tentu akan menjadi lebih segar, hi-hikk!" A-moi
berkata sambil tertawa.

"Ihh, A-moi, mana siocia akan memberimu? Sekali diberi tentu kau akan
mabok tidak karuan dan jangan-jangan semua pria akan kautubruk, hi-
hikk!" A-liu terkekeh.

303
Dua orang ini tertawa-tawa dan muka mereka tampak merah dengan pipi
mangar- mangar. Bu Kong yang melihat dari jauh keadaan mereka ini,
diam-diam merasa heran dan terkejut. Agaknya karena tadi berkali-kali
mengendus bau arak di guci kecil itu, dua orang pelayan ini telah kena
pengaruhnya. Hemm, benar-benar arak yang keras, pikirnya. Dan
namanyapun juga benar-benar hebat.

Arak Sorga! Luar biasa sekali dan baru sekarang ini dia mendengar nama
arak yang seperti itu.

Sementara itu, A-cheng yang melihat betapa dua orang temannya ini
tertawa-tawa genit dan melirak-lirik ke arah Yap-goanswe, berkata mem-
peringatkan, "A-moi, A liu, jangan main-main. Pekerjaan kita telah selesai
dan kita harus melapor kepada siocia. Hayo kita pergi dan jangan kalian
membuat siocia marah."

Dua orang itu tampak terkejut dan kecewa akan tetapi mereka tidak berani
banyak membantah. Bersama A-cheng mereka lalu keluar dan A-moi masih

304
sempat menggoda pemuda itu di ambang pintu, "Yap-goanswe, selamat
bermalam pengantin, hi-hikk!" dan pelayan ini melambaikan tangannya
sambil tertawa penuh arti.

Bu Kong kembali menjadi merah mukanya dan dia mengepal tinjunya


dengan gemas. Pelayan yang satu ini sungguh keterlaluan menggodanya,
dan sikapnya juga terlalu genit. Dia merasa marah dan muak melihat
semuanya ini, akan tetapi karena dalam keadaan tidak berdaya, apa yang
bisa dilakukannya? Satu-satunya pekerjaan baginya ialah menunggu dan
setelah tiga orang pelayan itu keluar, tinggallah dia seorang diri di tempat
itu.

Diam-diam dia berpikir dan merenungkan kejadian ini. Apa yang akan
menimpanya? Terbunuh? Dia tidak takut. Akan tetapi kalau diingatnya
betapa fitnah keji masih melekat di tubuhnya dan dia sendiri belum berhasil
mencuci noda ini, penasaran juga rasanya kalau mati di tangan musuh. Dia
mengingat-ingat semuanya dan satu-persatu semua peristiwa pahit manis
bermunculan di benaknya.

305
Teringatlah dia ketika dulu masih menjadi jenderal muda di Kerajaan Yueh.
Betapa Raja Muda Yun Chang amat menghargai dan menghormati dia
sebagai seorang pembantu istana yang cakap dan pandai. Semua orang
amat menyeganinya dan tidak ada satupun yang berani bersikap kurang
ajar. Dia mengalami ketenangan yang menenteramkan hati di tempat itu
sampai pada suatu hari, sebuah peristiwa membuat ketenangannya
terguncang. Kejadian itu diawali dengan datangnya seorang gadis yang
cantik jelita dan membayangkan wajah gadis ini, mukanya seketika
menjadi merah.

Siapakah dara yang dibayangkan oleh bekas jenderal muda ini? Bukan lain
adalah Lie Lan, itu keponakan Lie-thaikam! Semenjak gadis itu meng-
injakkan kakinya di halaman rumahnya, sejak saat itu pulalah guncangan
ini menggoyahkan kesenangannya. Gadis cantik itu datang ke
gedungnya bukan lain hanyalah dengan maksud untuk memikatnya,
merayunya dan menyatakan perasaan hatinya terhadap dirinya. Kalau saja
sebelumnya dia tidak tahu akan watak-watak kotor gadis itu, agaknya

306
kedatangan gadis itu akan membawa kesan baik. Sayang, dia telah
mengetahui sebenarnya bahwa gadis cantik keponakan Lie-thaikam itu
adalah seorang gadis cabul yang tidak tahu malu, mengobral cinta ke sana-
sini seperti orang menjajakan makanan.

Itulah sebabnya mengapa dengan tegas diapun lalu menolak gadis itu,
bahkan mengusirnya pergi setelah gadis cantik itu melakukan perbuatan-
perbuatan yang baginya dianggap tidak tahu malu dan melanggar susila
karena gadis itu berani merayunya sedemikian rupa dengan jalan
menanggalkan semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Gadis cantik
jelita itu pernah berdiri telanjang bulat di depannya untuk merobohkan
keteguhan hatinya!

Bu Kong tersenyum pahit. Kenangan ini sedikit banyak membekas kuat di


hatinya. Belum pernah selama hidupnya dia menyaksikan tubuh seorang
wanita dalam keadaan seperti apa yang pernah dilakukan keponakan Lie-
thaikam itu. Walaupun berkat kekerasan kemauannya dia berhasil
menindas hawa nafsunya, akan tetapi, sedikit banyak peristiwa itu

307
mengguncangkan lingkaran berahi pada jiwa mudanya. Betapa kadang-
kadang timbul hasrat menyala yang menyesakkan dadanya, sebuah
dorongan berahi yang amat kuat untuk mencari jalan pelepasan. Dan ini
terasa amat mengganggunya sekali dan dia kadang-kadang kebingungan
sendiri.

Dalam keadaan seperti itu, apa yang harus dilakukannya? Dia tidak tahu
dan masih belum banyak pengetahuannya tentang ini. Minta pendapat
suhunya? Ah, memalukan sekali. Tidak sanggup rasanya kalau dia
membicarakan masalah sex ini dengan gurunya! Diam-diam dia mengutuk
keponakan Lie-thaikam itu. Gadis itulah awal pengobar nafsu berahinya
dan hanya berkat kekuatan lweekangnya sajalah dia selama ini berhasil
menindas semua pikiran-pikiran buruk ini. Dan sekarang, pusat
lweekangnya dilumpuhkan Cheng-gan Sian-jin! Keparat, pikirnya dengan
hati gelisah. Tanpa bantuan tenaga sakti itu, kedudukannya tentu saja
amat lemah dan diam-diam pemuda ini menjadi cemas.

308
Pikirannya jauh menerawang tidak karuan dan membayangkan keponakan
Lie-thaikam itu, teringatlah dia akan Lie-thaikam sendiri. Pembesar kebiri
ini telah melakukan sebuah dosa tak berampun. Kalau keponakannya yang
cantik itu mengguncang jiwa mudanya, adalah Lie-thaikam sendiri
mengguncang istana Yueh tentang pengkhianatannya! Paman dan
keponakannya itu dua-duanya adalah manusia-manusia setan dan teringat
betapa kini Yueh dikabarkan orang telah roboh di tangan Kerajaan Wu,
sedikit banyak dia merasa marah.

Betapapun Yun Chang telah memperlakukannya tidak pantas, namun jiwa


kesetiaannya terhadap negara tidak dapat dihapuskan begitu saja. Dan kini
Yun Chang telah tewas, Yueh telah roboh dan banyak panglima-panglima
pembantunya binasa. Dan bagaimana dengan Fan Li? Teringat kepada Fan
Li atau Fan-ciangkun yang merupakan wakil dan sekaligus sahabat dekat
baginya ini membuat hati pemuda itu gelisah. Tewaskah Fan Li? Kalau
tidak, di manakah sekarang adanya pemuda itu?

309
Perang memang keji dan melukai jiwa manusia. Dan diapun tidak
terkecuali. Perang membuat para pemimpin-pemimpinnya menemukan
siasat-siasat curang dan amat menyakitkan bagi pihak lawan. Dan inipun
dialaminya. Dalam perang itulah dia terobek hatinya oleh siasat musuh
yang melepaskan ikan segar berupa gadis cantik jelita yang membuatnya
tergila-gila. Dia telah terjebak perangkap musuh. Dia telah jatuh cinta
terhadap seseorang dara jelita berkepandaian tinggi, murid Mo-i Thai-
houw akan tetapi yang juga sekaligus merupakan puteri Ok ciangkun,
tokoh nomor satu dari Wu-sam-tai-ciangkun yang merupakan musuh besar
Kerajaan Yueh!

Bagi para pembaca cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu telah


mengetahui semua pahit getir bekas jenderal muda ini. Betapa hatinya
robek dan berdarah dan betapa dia mengalami pukulan batin yang tidak
sedikit akibat kecurangan lawan itu. Betapa hampir saja pemuda ini
terguncang otaknya, menjadi gila karena pukulan asmara!

310
"Siu Li........" Bu Kong merintih dengan hati perih dan pemuda ini
memejamkan matanya sambil menggigit bibir. Terbayanglah di
depannya wajah seorang gadis yang luar biasa cantiknya, kejelitaan yang
menandingi kecantikan para bidadari dan puteri-puteri istana yang
manapun. Bahkan Lie Lan sendiri masih tidak nempil menandingi
kecantikan Siu Li yang cemerlang, gadis pujaannya yang amat dicinta akan
tetapi yang juga sekaligus amat dibencinya itu!

Gadis itu ternyata mempermainkannya, merobek-robek hatinya setelah


mengibulinya dengan sikap dan kata-kata mesra! Teringat sampai di
sini, Bu Kong mengepal tinjunya dengan hati sakit bukan main.
Betapa hancur perasaannya, betapa tertikam jantungnya dengan adanya
kenyataan ini. Dia memang merasa amat marah dan
benci sekali kepada Siu Li yang telah mempermainkannya, akan tetapi, di
samping itu, diam-diam diapun mengeluh dalam batin karena dia
melihat betapa benih cinta kasihnya terhadap gadis itu tidak dapat
dihilangkan. Sebenci-bencinya dia kepada gadis itu, namun tetap dia tidak

311
dapat merobah bibit cinta kasihnya yang telah ditanam dengan bibit
kebencian! Inilah kenyataan pahit yang amat memukul batinnya dan tak
terasa lagi, teringat keadaan hatinya sendiri ini, pelupuk mata pemuda itu
menjadi basah.

"Siu Li....... Li-moi...... mengapa tidak kau bunuh saja aku? Kau membuat
hatiku berdarah......kau membuat aku seperti orang gila...... aduh, Li-moi,
bisakah aku membencimu dalam arti kata yang sebenarnya......?" pemuda
ini merintih dengan suara pilu dan beberapa tetes air mata turun memba-
sahi pipinya, tanpa dapat diusapnya karena tangannya terikat. Sungguh
hal ini merupakan kejadian yang amat langka. Yap-goanswe, pemuda yang
terkenal gagah perkasa dan keras hati itu, ternyata tidak kuat menahan
himpitan asmara ini dan menangis tanpa suara! Kalau tidak melihat
dengan mata kepala sendiri, mana bisa mempercayai kejadian ini? Akan
tetapi, memang begitulah kenyataannya!

Pada saat murid Malaikat Gurun Neraka ini tenggelam ke dalam


kesedihannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar dan seorang gadis

312
cantik jelita memasuki kamar itu dan tersiarlah keharuman minyak wangi
yang luar biasa. Bu Kong mengangkat muka memandang
dan..........kecamuk di dalam batinnya. Dan melihat betapa gadis itu
dengan jari-jari tangan menggigil melepaskan ikatan belenggunya,
pemuda ini mengeluarkan keluhan panjang.

"Li-moi, kekasihku......... pujaan hatiku........Siu Li........!" pemuda ini


mengeluarkan pekik kaget, terbelalak lebar dan mengejap-ngejapkan
matanya seakan-akan tidak percaya akan pandangan sendiri. Akan tetapi,
melihat betapa gadis itu mengangguk dan tersenyum penuh

313
314
kedukaan, pemuda ini mengeluarkan erangan aneh dari tenggorokannya
dan meronta dari atas pembaringan.

"Siu Li....... Li-moi........ aduh, Li-moi......” murid Takla Sin-jin ini


mengeluarkan suara menyayat hati dan karena dia lupa tubuhnya masih
terikat, maka begitu dia hendak melompat turun, tubuhnya terbanting dari
atas pembaringan dan berdebuk di atas lantai!

"Yap-koko........." gadis itu terisak dan melompat maju, menghampiri


pemuda itu dan menangis mengguguk. "Aduh, Yap-koko, maafkan aku,
koko.........maafkan semua kesalahan-kesalahanku yang telah lalu....... duh,
Thian Yang Maha Agung, mengapa Kau membuat nasib kami menjadi
seperti ini? Yap-koko...aku masih mencintaimu, koko........ mencintaimu
sampai kita mati bersama, huh-huh-hukk......."

Gadis itu mengguguk dengan amat sedihnya dan merangkul pemuda ini
yang menjadi bengong dan terbelalak tak mampu mengeluarkan suara.
Kejutan yang amat tiba-tiba ini membuat pemuda itu dipenuhi bermacam

315
perasaan. Ada rasa girang, haru, sedih, kecewa dan lain-lainnya lagi yang
berkecamuk di kepalanya.

“Tidak salahkah penglihatanku ini? Kau datang kemari dan menolongku?


Ya Thian Yang Maha Kuasa, terima kasih atas kemurahan-Mu ini. Li-
moi.......!" pemuda itu mendekap kekasihnya dengan erat seolah-olah tak
hendak melepaskannya lagi dan setelah mengeluarkan erangan pilu,
pemuda yang dikagetkan oleh peristiwa yang tak disangka-sangkanya ini
roboh pingsan!

"Koko........" Siu Li menjerit kecil dan kembali menangis sedih,


mengguncang-guncang tubuh pemuda itu yang telah roboh tak sadarkan
diri. Guncangan yang amat tiba-tiba ini memang telah mengejutkan hati
pemuda itu, apalagi dalam keadaan tubuh lemah seperti itu. Maka, melihat
munculnya gadis yang baru saja direnungkannya ini, pemuda itu terlalu
kaget dan girang bercampur kecewa susul-menyusul dan akibatnya diapun
roboh tak sadarkan diri.

316
Akhirnya gadis itu reda kembali dari tangisnya dan melihat betapa pemuda
itu pingsan karena terlampau kaget, cepat dia menotok beberapa jalan
darah dan tak lama kemudian Bu Kong siuman kembali.

"Koko, maafkan semua kesalahan-kesalahanku........" bisikan yang penuh


getaran perasaan ini membuat pemuda itu membuka matanya lebih lebar
dan dia melihat betapa Siu Li merebahkan kepalanya di atas dadanya.
Rambut yang hitam halus dan lebat itu mengeluarkan bau harum
memabokkan dan tanpa disadarinya lagi, jari-jari tangannya mengusap
lembut kepala gadis ini. Jantungnya berdegup semakin cepat ketika dia
merasa betapa jari-jari halus mungil dari kekasihnya itu menyelusup ke
balik baju dan mengelus dadanya penuh getaran menggigil.

Sejenak murid Takla Sin-jin ini tak mampu mengeluarkan suara. Kegirangan
yang luar biasa dapat berjumpa kembali dengan sang pujaan hati
membuat pemuda itu dipenuhi kebahagiaan dan matanya memandang
langit-langit kamar tanpa berkedip.

317
"Koko, mengapa kau diam saja? Masihkah kau marah kepadaku?" suara
yang menggetar penuh perasaan ini terdengar amat memelas sekali dan
pemuda itu memejamkan matanya.

"Li-moi, perlukah kau meminta maaf dariku kalau kau memang telah
melakukan perbuatan dengan sengaja? Kau telah sengaja melukai hatiku,
sengaja merobek jantungku, dan sekarang kau hendak memohon maaf
atas semua perbuatan-perbuatanmu yang kau sengaja. Perlukah ini, Li-
moi...perlukah…?" kata-kata yang diucapkan dengan suara pahit ini
membuat gadis itu menangis lagi.

"Koko, kalau begitu......... kalau begitu.........bunuhlah aku, huh-huh-


hukk.......!" Siu Li menangis sedih dan Bu Kong menggigit bibirnya.

Betapa tangis ini amat melumpuhkan kemarahannya, melumpuhkan


semua sendi di tubuhnya dan tanpa terasa lagi dia mencengkeram rambut
yang lebat dan harum itu. Matanya menjadi basah dan hatinya mencair
seketika oleh kekerasan dan kebenciannya semula.

318
Diangkatnya kepala yang indah itu, ditatapnya sepasang mata yang penuh
air mata itu dan terdengarlah bisikan dari mulutnya, "Li-moi, keka-
sihku.....jangan menangis lagi. Marilah kita lupakan semuanya yang telah
terjadi dan kita pergi jauh dari kekotoran dunia ini. Kau telah diperalat
ayahmu dan menjadi korban dari kekejaman watak manusia. Dan aku...
akupun juga menjadi korban fitnahan orang. Li-moi, tidakkah kaudengar
betapa aku dikabarkan orang melakukan perjinaan dengan seorang
wanita.....?"

Gadis itu mengangguk-angguk sambil menangis lagi. "Aku tahu,


koko.....aku tahu.... dan aku tidak percaya akan berita bohong itu. Aku tahu
watakmu yang segigih batu karang yang tak tergoyahkan oleh derunya
ombak samudera dan akupun tahu siapa sebenarnya pelaku kejahatan ini
!"

"Apa......?" Bu Kong terkejut bukan main dan melompat bangun, "Kau tahu,
Li-moi? Kau tahu siapa biang keladi kebusukan ini? Li-moi, katakanlah

319
kepadaku, siapakah gerangan iblis jahanam itu dan akan kuhancurkan
kepalanya!" pemuda ini mengepal tinjunya dan sinar matanya berapi-api.

Akan tetapi Siu Li menggelengkan kepalanya dan gadis ini tersenyum aneh.
“Jangan sekarang, koko. Bersabarlah, tubuhmu masih lemah. Luka akibat
kecurangan Hek-mo-ko baru saja sembuh. Kalau kau banyak gerak,
bukankah akan mengambuhkan luka itu kembali?"

"Eh, kaupun tahu pula bahwa aku pernah dilukai Hek-mo-ko ?!" Bu Kong
berseru heran dan memandang kekasihnya ini dengan mata terbelalak.

Siu Li tersenyum dan jantung pemuda ini berdetak. Bukan main manisnya
senyum itu, mengundang sayang dan berahi. Tak tahan lagi dia dan
diraihnya pinggang yang ramping itu dan dipeluknya kekasihnya ini.

"Li-moi, betapa rinduku kepadamu, sayang..." pemuda itu menundukkan


mukanya dan diciumnya mulut gadis itu dengan sepenuh perasaan hatinya.

320
Siu Li menggelinjang dan tubuh gadis ini menggigil. "Koko.........." gadis itu
terisak dan suaranya tertahan di kerongkongannya terganti sedu sedan
ketika pemuda itu mencium bibirnya. Sejenak mereka saling berciuman
dengan napas terengah dan setelah mereka saling melepaskan diri,
keduanya saling pandang dengan sinar mata penuh kebahagiaan.

"Li-moi, betapa cantiknya wajahmu," Bu Kong mengeluarkan kata pujian


dan menatap wajah jelita itu dengan sinar mata kagum. Ditelusurinya
wajah ini dari atas ke bawah dan tiba-tiba dia sedikit terkejut melihat
betapa tiga buah kancing baju gadis itu terlepas. Karena ini, dia dapat
melihat betapa bukit dada yang putih halus itu tersembul keluar dan
darahnya berdesir. Agaknya karena mereka berciuman tadi yang membuat
kancing baju kekasihnya ini terlepas.

"Li-moi, bajumu....." dia berkata dan wajahnya agak merah,


memperingatkan gadis itu agar menutup bajunya.

321
Akan tetapi Siu Li bahkan tersenyum. "Koko, kenapa dengan bajuku? Ada
apakah? Apakah ada sesuatu yang tidak beres? Kalau benar begitu, kau
harus membetulkannya, koko......!"

Kata-kata ini membuat pemuda itu seperti disengat kalajengking. Dia


terbelalak memandang kekasihnya ini akan tetapi disambut oleh senyum
penuh tantangan dari gadis itu. Tentu saja dia menjadi heran dan kaget.
Tidak biasanya kekasihnya ini bersikap agak "berani" seperti itu dan mau
tak mau jantungnya berdebur tidak karuan.

"Li-moi, jangan begitu..... aku tidak berani...aku takut kalau..... kalau.....”

"Kalau apa, koko? Baik sekarang maupun besok jiwa dan ragaku adalah
milikmu! Apa yang harus kita takutkan? Koko, aku sepenuh hati dan
tubuhku dan aku tidak ingin berpisah lagi denganmu !" gadis itu melangkah
maju dan tiba-tiba merangkul dan bibirnya telah mencium mulut pemuda
itu, jari-jari tangannya menyelusup ke balik baju Bu Kong dan tubuh

322
keduanya sudah menggigil tidak karuan, kali ini condong ke arah
berkobarnya nafsu berahi.

Sejenak bekas jenderal muda itu hanyut dalam gelombang yang


memabokkan ini, akan tetapi ketika tiba-tiba jari tangan kekasihnya
merayap turun, pemuda ini terkejut sekali dan cepat dia menangkap
tangan yang menggigil itu.

"Li-moi, jangan! Aku tidak ingin mengotori cinta kasih kita dengan
perbuatan yang belum waktunya kita lakukan!"

Suara tegas ini membuat gadis itu tertegun dan sedetik wajahnya berobah
merah karena malu. Akan tetapi Siu Li telah dapat menetapkan hatinya lagi
dan mengangguk. "Benar, koko....... kau benar. Maafkan aku, agaknya aku
memang selalu condong untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenang-
kan hatimu......" gadis itu menarik napas panjang dan menunduk.

323
Bu Kong merasa kasihan dan mendekap tubuh yang ramping
menggairahkan ini dengan penuh kasih sayang. "Li-moi, jangan salah
mengerti. Percayalah, aku hanya menginginkan agar kelak kita berdua
dapat mengecap kebahagiaan ini seutuhnya, hati dan jasmani. Kekasihku,
apakah kau marah?"

Siu Li mengangkat mukanya dan pemuda itu melihat betapa wajah yang
cantik ini berlinang air mata. Dia memegang kepala itu dengan kedua
tangannya, lalu perlahan-lahan dan lembut dia mengecup dua butir air
mata yang menggantung di bulu mata yang lentik itu.

"Koko......" Siu Li terisak dan merebahkan kepalanya di atas dada pemuda


itu dan keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Akhirnya, Bu
Kong menarik napas panjang dan merenggangkan tubuh.

"Li moi, kau tadi belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kau bisa tahu
bahwa aku dilukai Hek mo-ko dan di mana sekarang adanya iblis hitam
itu?"

324
Gadis ini mengangkat mukanya dan tersenyum manis. "Bagaimana aku
tidak akan tahu kalau Hek-mo-ko itu adalah anak buah Cheng-gan Sian-jin
yang menjadi koksu di Kerajaan Wu mendampingi ayah? Aku tahu tentang
keadaanmu ini dari ayah, koko. Cheng-gan Sian-jin orang yang amat sakti
dan kejam, aku mengkhawatirkan dirimu di tangan kakek itu. Dan itulah
sebabnya aku lalu minta kepada ayah agar kau disembunyikan di sini,
bukan di tempat koksu........"

"Hmm, disembunyikan ?" Bu Kong berkata dengan suara pahit. "Tidak, Li-
moi, menurut kenyataannya aku adalah ditawan, bukan disembunyikan,
dan koksu itu telah melumpuhkan pusat lweekangku pula, keparat dia itu!"
pemuda ini mengepal tinju dengan hati panas.

"Ah, begitukah?" Siu Li berseru kaget.

Bu Kong mengangguk. "Demikianlah, dan aku membutuhkan waktu paling


tidak dua atau tiga hari untuk menghimpun sinkang."

325
"Ah, dan sementara itu koksu tentu akan mengantarmu ke hadapan sri
baginda!" Siu Li berkata dengan muka pucat. "Koko, kalau begitu, kita
harus cepat bertindak!"

"Hemm, apa maksudmu, Li-moi? Bertindak bagaimana ?" tanya pemuda


itu tidak mengerti.

Siu Li memandang pemuda ini, memegang kedua lengannya yang tegap


lalu mendekatkan mulutnya ke telinga pemuda itu dan berbisik perlahan,
"Koko, meskipun koksu telah menyerahkan dirimu ke tempat ini, namun
secara diam-diam dia selalu memasang kaki tangannya untuk menjagamu.
Dan agaknya diapun telah mengetahui tentang hubungan kita berdua dan
menaruh curiga kepadaku. Sekarang tubuhmu masih lemah dan kaupun
belum dapat mengerahkan tenaga lweekang. Akan tetapi, jangan
khawatir, koko. Aku telah menyiapkan segalanya untukmu. Hari ini aku
menyuruh para pelayan membuatkan masakan Daging Naga Arak Merah
yang akan sanggup memulihkan tenagamu kembali. Juga di samping itu,
akupun telah mencuri Arak Sorga dari gudang sri baginda! Ketahuilah, arak

326
itu akan mampu menembus semua jalan darah yang tersumbat untuk
menjadi lancar kembali."

Bu Kong terbelalak. "Arak Sorga?"

"Ya, Arak Sorga, begitulah namanya menurut apa yang kudengar," Siu Li
menganggukkan kepalanya dan wajah gadis ini berseri girang. "Dan
dengan adanya arak itu, kau tentu akan dapat berbuat banyak, koko,
setidak-tidaknya kau akan mampu melawan Cheng-gan Sian-jin jika koksu
itu menghalangimu."

Pemuda ini tidak menjawab dan diam-diam dia melirik ke guci kecil di atas
meja itu. Tadi dia melihat betapa A-moi dan A-liu mencium-cium bau arak
itu dan tertawa-tawa genit dan sekarang dia hendak disuguhi arak itu!
Kalau bukan kekasihnya yang membujuk, tentu dia tidak akan begitu
mudah menerima. Akan tetapi, karena tidak tega menolak setelah sekian
lama mereka berpisah dan dapat berjumpa kembali, diapun tidak berkata
apa-apa.

327
"Sesukamulah, moi-moi," katanya sambil menarik napas panjang. "Akan
tetapi, tidakkah arak itu mengandung sesuatu yang membahayakan? Tadi
kulihat dua orang pelayanmu itu mencium-cium bau arak dan mereka
seperti orang mabok. Eh ya, bukankah tiga orang yang tadi masuk ke
kamar ini adalah pelayan-pelayanmu?"

Siu Li memandang pemuda itu dan melihat betapa sinar mata kekasihnya
ini menunjukkan rasa tidak senang hati, ia menjawab dengan suara halus,
"Koko, mereka adalah pelayan-pelayan ayah. Kalau mereka itu telah
melakukan perbuatan yang kurang ajar, biarlah nanti aku menghukum
mereka. Kenapakah?"

"Tidak apa-apa, hanya mereka tadi, terutama si A-moi itu.....ia....ia


mengatakan .....ah, sudahlah, aku sebal terhadap para pelayanmu itu!" Bu
Kong bersungut dan tidak melanjutkan kata-katanya. Sebenarnya dia
hendak bertanya kepada gadis ini apa maksud kata-kata A-moi tadi yang
mengatakan "selamat bermalam pengantin" kepadanya. Akan tetapi,

328
karena dia merasa jengah, kata-kata ini tidak jadi diucapkannya dan
mukanya saja yang berobah merah.

Melihat kekasihnya bersikap murung, Siu Li segera mengajak pemuda itu


duduk di meja besar menghadapi hidangan yang masih mengebul. Bau
masakan yang lezat membuat perut Bu Kong terasa lapar dan dia
memandang masakan-masakan yang dihidangkan ini dengan lahap.

"Koko, inilah masakan Daging Naga Arak Merah," gadis itu berkata dan
sumpitnya bergerak menjepit sepotong daging besar yang tampak empuk
dan gurih, "inilah masakan termahal di istana dan hanya apabila sri
baginda sedang mendapat kunjungan tamu agung sajalah masakan
semacam ini disajikan. Cobalah, lihat sausnya yang penuh sari madu dan
tomat jingga, betapa sedapnya. Dan coba kau rasakan daging ini, empuk
bukan main dan lezatnya melebihi semua masakan-masakan yang paling
terkenal di restoran manapun karena inilah daging naga asli yang
didapatkan oleh para pengawal istana di Bukit Kepala Naga!"

329
Gembira oleh sikap kekasihnya yang dengan suara bangga
memperkenalkan masakan istimewa ini, juga karena perutnya memang
terasa lapar, tanpa sungkan-sungkan lagi Bu Kong menggigit sepotong
daging itu yang disodorkan oleh kekasihnya ini dan benar saja, dia
merasakan suatu kelezatan yang luar biasa sekali. Pula, daging itupun
amat empuk dan enak dikunyah sehingga sebentar saja, pemuda ini lalu
makan apa yang disodorkan oleh gadis itu dengan lahap.

Siu Li tampak girang sekali dan gadis inipun lalu makan bersama, sebentar-
sebentar ia menjumput masakan-masakan di sana-sini dan
memberikannya kepada pemuda itu sambil menerangkan nama
masakannya dan Bu Kong merasakan betapa hebatnya hidangan yang
disajikan oleh kekasihnya ini. Akan tetapi, dari semua masakan yang ada,
benar-benar hanya Daging Naga Arak Merah itulah yang paling hebat
rasanya.

330
"Li moi, benar-benar luar biasa sekali masakan istimewa ini!" Bu Kong
berkata memuji. "Belum pernah aku merasakan masakan yang sehebat
dan selezat ini rasanya."

Gadis itu tertawa. "Tentu saja, koko, karena inilah masakan istimewa yang
paling disukai sri baginda. Tidak sembarang koki tahu resepnya, dan hanya
koki-koki istana sajalah yang dapat membuat masakan seperti ini,"
katanya sambil tersenyum gembira.

"Akan tetapi, apakah daging ini benar-benar daging naga? Jangan-jangan


daging ular!" Bu Kong menggoda.

"Ihh, kau tidak tahu, koko, itu betul-betul daging naga!" gadis itu mencela.
"Aku sendiri yang melihat para pengawal membelek kulit naga itu yang
berkaki empat. Tanduknya kuat bukan main dan amat keras. Darahnya
oleh para koki lalu digodok bersama rempah-rempah tertentu kemudian
disaring sehingga terciptalah arak merah yang manis dan harum. Dan
bersama dagingnya yang amat alot luar biasa itu, para koki istana itu lalu

331
membuat masakan baru ini yang dinamakan Daging Naga Arak Merah
yang kini kaucicipi sendiri kehebatannya."

"Ah, begitukah? Akan tetapi, daging ini empuk sekali dan gurih!"

"Tentu saja, karena sebelum dimasak, daging itu telah dicacah selama tiga
hari dan dijemur selama sepuluh hari sehingga menjadi empuk !"

"Ahh, hebat sekali, pantas kalau begitu !" pemuda ini berkata kagum dan
karena masakan itu memang amat luar biasa, sebentar saja separuh lebih
Daging Naga Arak Merah itu telah memasuki perutnya sehingga dia
merasa kenyang.

Bu Kong tampak puas sekali, mukanya berkeringat dan dia mengusap


ujung bibirnya yang berminyak. "Hebat....... hebat....... sungguh belum
pernah seumur hidupku aku menikmati masakan yang seperti ini, moi-moi.
Luar biasa sekali. Lihat, tubuhku berkeringat kepanasan, ha-ha, dan aku
merasakan bahwa tenagaku benar-benar pulih kembali."

332
Siu Li tersenyum manis dan sepasang mata gadis itu bersinar-sinar. Mereka
telah selesai makan dan mangkok piring yang kosong mereka singkirkan ke
pinggir meja.

"Koko, tidakkah kau ingin tidur setelah perutmu kenyang? Kau perlu
istirahat mengumpulkan tenaga agar tubuhmu benar-benar segar
kembali," gadis itu berkata dan memandang pemuda ini dengan sinar mata
tajam yang mengeluarkan pengaruh aneh.

Pemuda itu tampak terkejut, akan tetapi seperti tanpa disadarinya lagi dia
mengangguk dan menjawab, "Benar, moi-moi, aku perlu tidur, aku harus
istirahat, ahh.......aku mengantuk sekali......." dan pemuda ini tiba-tiba
menguap panjang.

Gadis itu bangkit berdiri, merangkul dan berbisik, "Koko, kalau kau ingin
tidur, tidurlah, biar aku menjagamu di sini. Kau perlu istirahat
mengumpulkan tenaga dan agar supaya jalan darahmu yang tertotok
lancar kembali, minumlah Arak Sorga ini satu sloki dulu......"

333
Dengan gerakan cepat Siu Li mengambil guci kecil B erisi arak yang luar
biasa harumnya itu, lalu dengan jari agak gemetar gadis ini menuangkan
arak itu ke dalam sloki emas. Bau yang luar biasa sedap dan kerasnya
segera memenuhi kamar itu dan gadis ini dengan tangan agak menggigil
menyodorkan arak itu ke mulut kekasihnya. "Minumlah, koko....."

Karena dia merasa mengantuk sekali dan tidak ingin diganggu, tanpa
banyak cakap lagi pemuda ini menerima arak itu dengan sekali tenggak,
lenyaplah Arak Sorga ke dalam perutnya. Gadis itu tertawa aneh dan
berkata.

"Tidurlah, koko..... istirahatlah, sayang, dan kumpulkan tenagamu agar


kita nanti dapat bersenang-senang sepuas hati, hi-hikk!"

Suara tawa yang aneh dan amat ganjil ini sejenak membuat Bu Kong
terperanjat dan terbelalak, akan tetapi rasa kantuk yang luar biasa
membuat pemuda ini tidak ingat apa-apa lagi dan akhirnya pulas di atas
meja seperti orang terbius!

334
Dan sesungguhnyalah bahwa murid Malaikat Gurun Neraka ini memang
benar-benar telah dibius dan terjebak oleh sebuah perangkap yang amat
berbahaya dan akan berekor panjang di kelak kemudian hari bagi dirinya
sendiri!

Mungkin para pembaca merasa heran, bagaimana Siu Li sampai membius


kekasihnya sendiri dan di saat pemuda itu sudah di ambang pingsan, gadis
ini mengeluarkan suara ketawa seperti iblis betina. Inilah hal yang
sebenarnya tidak akan aneh lagi kalau kita ketahui bahwa sesungguhnya
gadis yang disangka Siu Li oleh bekas jenderal muda itu bukanlah Siu Li
adanya, melainkan........Lie Lan murid Cheng gan Sian-jin yang telah
mempengaruhi Bu Kong dengan ilmu sihirnya yang disebut Sin gan i-hun-
to itu!

Inilah kenyataan yang tentu akan mengguncang hati pemuda gagah


perkasa itu kalau saja dia tahu. Àkan tetapi, seperti kita ketahui bersama,
pemuda ini sedang menjadi tawanan Cheng-gan Sian-jin dan pusat
lweekangnya dilumpuhkan oleh kakek iblis itu dan Lie Lan yang menaruh

335
dendam dan penasaran terhadap pemuda ini hendak membalas sakit
hatinya yang selama ini belum terlampiaskan.

Seperti yang telah diceritakan dalam cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan"


dalam jilid pertama, betapa gadis ini mengalami kegagalan total ketika ia
mencoba merayu jenderal muda yang tampan dan gagah perkasa itu,
betapa gadis ini mengalami pukulan batin yang amat hebat dan menaruh
dendam besar terhadap Yap Bu Kong karena semua rayuan mautnya yang
sedemikian hebat itu sama sekali tidak mempan terhadap pemuda ini!

Gadis itu benar-benar tertampar mukanya dan api dendam berkobar di


dalam dadanya. Padahal biasanya, hanya dengan senyum memikat dan
kerling mata menyambar setajam gunting saja ia telah sanggup
merobohkan pemuda-pemuda tamoan yang lain. Akan tetapi, Yap-
goanswe yang satu ini ternyata merupakan pemuda istimewa yang tidak
dapat dirobohkannya dengan cara apapun!

336
Wanita adalah mahluk yang amat peka perasaannya. Begitu pula halnya
dengan gadis ini. Peristiwa yang terjadi dan kegagalan mutlak yang
dialaminya ini menggores hatinya dan membuat luka dalam yang parah.
Gadis itu telah bersumpah bahwa pada suatu hari ia akan menaklukkan
pemuda itu di bawah kakinya, dan kalau perlu, segala macam cara akan
ditempuhnya!

Inilah sebabnya mengapa ia lalu minta kepada suhunya untuk


menangkapkan pemuda yang gagah perkasa itu. Gadis ini tahu betapa
lihainya Yap-goanswe, betapa sukar merobohkan murid Malaikat Gurun
Neraka yang memiliki kepandaian tinggi itu. Dia sendiri ragu-ragu untuk
menandingi pemuda luar biasa ini dan khawatir gagal. Maka agar apa yang
dicita-citakan hatinya berhasil, gadis itu minta bantuan gurunya yang ia
tahu pasti akan mampu menundukkan pemuda she Yap itu.

Demikianlah, ketika pada suatu hari Cheng-gan Sian-jin datang membawa


tawanannya, gadis ini merasa girang bukan main. Dia minta kepada

337
suhunya agar pemuda itu diserahkan kepadanya supaya dia dapat
membalas semua sakit hatinya yarg selama ini dipendam.

"Akan tetapi jangan bunuh dia, kita masih memerlukan tenaganya dan aku
hendak membuatnya menjadi boneka hidup, muridku," kakek iblis itu
berkata memperingatkan muridnya ini.

"Aku tahu, suhu, dan aku memang tidak akan membunuhnya. Aku hendak
melihat pemuda ini bertekuk lutut dan hendak kupermainkan dia
sepuasnya dalam permainan cinta dan hendak kubakar tubuhnya dengan
nafsu berahi !" Lie Lan menjawab dengan sinar mata berkilat dan tinjunya
dikepal gemas.

"Ha-ha, bagus! Dan aku hendak menonton pertunjukan yang


menggembirakan ini!" Cheng gan Sian-jin tertawa bergelak, menyambar
tubuh muridnya dan mengambungi wajah cantik itu dengan sikap kasar
sementara jari-jari tangannya menggerayangi tubuh yang menggairahkan
ini.

338
Lie Lan lalu membawa tubuh pemuda yang masih pingsan itu ke dalam
kamarnya, menyuruh para pelayan mempersiapkan masakan Daging Naga
Arak Merah yang telah dicampur obat bius untuk menjalankan rencananya.
Sementara itu, di dalam kamar, gadis ini duduk di tepi pembaringan,
memandang wajah yang tampan dan gagah perkasa itu dengan
bermacam-macam perasaan.

Ada rasa girang dan puas di hatinya melihat betapa pemuda itu telah
berada di bawah kekuasaannya. Sekali ia telah menguasai pemuda ini,
mudah baginya untuk berbuat apa saja yang disenanginya. Diam-diam
cinta kasihnya yang lama timbul kembali dan betapa inginnya ia
bermesraan dengan pemuda ini, betapa nikmatnya kalau ia berhasil
memikat hati jenderal muda itu dan bermain asmara.

Akan tetapi, teringat betapa teguhnya iman pemuda ini yang tidak
gampang dirobohkan dengan segala macam tipu daya, hatinya menjadi
gemas dan penasaran. Belum pernah ia menghadapi peristiwa yang
semacam ini. Bahkan dahulu ketika ia masih berada di Kerajaan Yueh dan

339
menggoda pemuda itu sampai berdiri tanpa sehelai benangpun, pemuda
ini tidak berhasil dirobohkan dan dibujuk untuk menuruti nafsu berahinya!

"Pemuda luar biasa!" bibirnya mendesis dan mau tak mau gadis ini merasa
kagum bukan main. Cinta kasihnya semakin menghebat dan dia betul-betul
tergila-gila kepada pemuda yang gagah perkasa ini, seorang pendekar
muda yang tahan uji dan amat kuat batinnya. Kalau saja dia dapat
menjatuhkan hati pemuda itu, ahhh.....alangkah bahagia hidupnya sebagai
isteri pemuda yang menjadi murid tunggal Malaikat Gurun Neraka ini!

"Lan-moi, apa yang kaulamunkan? Eh, siapa pemuda itu?" tiba-tiba dari
luar kamar muncul seorang pemuda yang langsung menegur gadis ini dan
dia tampak terkejut melihat Bu Kong terikat di atas pembaringan.

Lie Lan menengok dan seketika lamunannya buyar. Ia kaget melihat


kelancangan orang yang berani memasuki kamarnya ini, dan ketika
melihat siapa yang datang, gadis ini menaikkan alisnya.

340
"Kwi-ko, apa kehendakmu masuk ke kamarku tanpa memberi tahu lebih
dulu? Kau lancang sekali!" ia membentak dengan muka merah, merasa ter-
ganggu dan tidak senang.

Pemuda itu menoleh akan tetapi melihat kemarahan gadis itu, agaknya dia
tidak perduli. Bahkan mukanya menunjukkan kekagetan besar setelah dia
mengenal siapa gerangan pemuda yang ditawan ini.

"Dia....... dia Yap goanswe?" serunya dengan mata terbelalak dan


menudingkan jari telunjuknya kearah Bu Kong yang masih belum sadarkan
diri. "Ah, Lan-moi, kau berhasil menangkapnya? Kenapa tidak segera
dibunuh saja? Dia musuh besar kita, musuh besar Kerajaan Wu dan dia
patut dibunuh!"

Tiba-tiba pemuda ini melompat ke pembaringan dan tangan kanannya


menyambar kepala Bu Kong. Angin bersiut tajam dan agaknya sekali saja
tangan pemuda ini menyentuh kepala jenderal muda itu, tentu akan

341
berakibat maut. Akan tetapi ternyata Lie Lan tidak membiarkan peristiwa
ini terjadi.

"Kwi-ko, kau lancang dan harus dihajar!" Lie Lan membentuk marah dan
tangan kiri gadis itu menangkis.

"Plakk!"
Pemuda itu mengeluarkan teriakan kaget dan lengannya terpental, dan kalau dia tidak cepat
melompat ke belakang, tentu tangan gadis itu akan terus meluncur maju menampar telinganya!

Tentu saja pemuda ini terkejut dan sinar matanya berapi-api ketika dia membentak gadis itu, "Lan-
moi, berani kau hendak melindungi musuh negara?" katanya dengan penuh kemarahan.

Akan tetapi Lie Lan mendengus dan berdiri sambil bertolak pinggang. "Huh, baru diangkat menjadi
panglima saja kau sudah bersikap tekebur ! Kwi-ko, tahukah engkau bahwa yang menangkap Yap-
goanswe adalah suhu? Dan suhu pula yang melarang untuk membunuh Yap-goanswe! Nah, berani kau
menentang suhu dan aku?" gadis itu menjawab dengan sikap mengejek.

Mendengar kata-kata ini, pemuda itu tampak terkejut dan mukanya berobah. Sama sekali dia tidak
mengira bahwa koksulah yang menangkap pemuda itu. Tadinya dia menyangka bahwa Lie Lan yang

342
menangkap Yap-goanswe dan menyembunyikan jenderal yang tampan itu di dalam kamarnya. Maka
rasa cemburunya timbul dan kemarahan memenuhi hatinya. Siapa kira justeru Cheng-gan Sian-jin yang
menangkap bekas jenderal muda itu dan kini menyuruh muridnya untuk melakukan sesuatu yang
belum diketahuinya terhadap Yap-goanswe.

Sejenak dia tidak mampu bicara dan gadis itu tertawa dari hidung.

"Nah, apa yang hendak kaubicarakan lagi?" Lie Lan bertanya dengan senyum sinis.

Pemuda itu menarik napas panjang. "Maaf, Lan-moi, aku tidak tahu," katanya dengan suara perlahan
akan tetapi sinar matanya masih memandang ke arah tubuh jenderal muda itu dengan penuh
kebencian.

Siapakah pemuda ini? Mengapa dia nampaknya amat membenci Bu Kong?

Bagi para pembaca yang telah menikmati cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu tidak asing lagi
dengan pemuda yang dipanggil Kwi-ko oleh murid Cheng-gan Sian-jin itu karena pemuda ini bukan lain
adalah Pouw Kwi, itu biang keladi dan pangkal celaka bagi murid Malaikat Gurun Neraka ini!

Ya, inilah pemuda yang melempar fitnah keji terhadap Yap-goanswe, murid mendiang Ang-i Lo-mo
yang tewas di tangan pemuda gagah perkasa itu beberapa waktu berselang. Inilah pemuda yang
menjadi dalang semua peristiwa yang menimpa diri Yap Bu Kong, yang membuat seluruh daratan

343
Tiong-goan guncang dengan tersiarnya kabar perjinaan bekas jenderal muda itu dengan selir Yun
Chang, junjungannya sendiri!

Dan ini semuanya terjadi karena permusuhan dan dendam yang


mencengkeram di hati masing-masing pihak. Hanya bedanya kalau Yap
goanswe membunuh Ang-i Lo-mo adalah karena sudah menjadi
kewajibannya sebagai panglima perang, adalah Pouw Kwi menaruh
dendam yang sifatnya lebih condong ke arah kepentingan pribadi, tidak
ada hubungannya dengan negara.

Permusuhan selalu membumbung di kulit bumi dan agaknya tidak akan


ada habisnya sebelum dunia itu sendiri kiamat. Dari permusuhan
menciptakan berbagai peristiwa-peristiwa keji, kotor dan amat
mengerikan bagi manusia. Akan tetapi walaupun manusia tahu akan
kekotoran-kekotoran ini, akan kekejian-kekejiannya, tetap saja manusia
melangsungkan peristiwa abadi yang selalu berulang dan hanya berbeda
versinya itu!

344
Perang! Perang! Perang!

Semenjak jaman nenek moyang sampai sekarang ini, hawa setan masih
terus melingkari kita, siap mencengkeram kita pada sembarang waktu!
Dan akibat permusuhan yang agaknya tidak pernah ada akhirnya ini, selalu
meninggalkan bekas-bekas luka yang dalam di hati setiap manusia,
termasuk juga diri Yap Bu Kong dengan adanya fitnah jahat itu!

Hawa nafsu menimbulkan kekuatan yang amat dahsyat dalam diri


manusia, sanggup merombak dunia menjadi sesuatu yang berbeda,
membuat mahluk-mahluk hidup pecah berantakan dan rusak binasa,
termasuk…..dirinya sendiri !

Pouw Kwi masih berdiri mematung di tempatnya, akan tetapi dia tidak
berani lagi menyerang pemuda yang pingsan itu. Dia tahu siapa gadis
cantik yang berdiri di depannya ini, akan tetapi dia lebih tahu lagi siapa
Cheng-gan Sian-jin yang menjadi koksu negara itu!

345
Sebagai murid dari seorang datuk sesat seperti Ang-i Lo-mo, pemuda ini
mengetahui kekejaman-kekejaman yang sudah menjadi watak pentolan-
pentolan iblis seperti Cheng-gan Sian jin itu dan tentu saja dia tidak berani
gegabah. Walaupun api dendam berkobar di hatinya dan betapa inginnya
membunuh Yap-goanswe, akan tetapi kecerdikannya mencegahnya untuk
tidak melakukan kebodohan yang tentu akan merugikan dirinya sendiri itu.

Tidak. Pouw Kwi adalah pemuda yang cerdik dan mempunyai pandangan
jauh ke depan. Otaknya encer dan hidup, sanggup menciptakan garis-garis
lurus yang tajam ke depan bagi keuntungan pribadi. Dan berkat
kecerdikannya yang dapat memandang jauh ke depan inilah maka dia
memiliki andil besar terhadap Cheng-gan Sian-jin sehingga gembong iblis
yang amat sakti itu bisa diangkat sebagai koksu Kerajaan Wu oleh sri baginda Kung Cu Kwang.
Pemuda inilah sebenarnya yang mencari Cheng-gan Sian-jin dan membawa kakek iblis itu ke
Kerajaan Wu dan berkat kecerdikannya, Kung Cu Kwang langsung mengangkat gembong iblis ini
sebagai koksu, suatu jabatan yang amat tinggi dan luar biasa karena kekuasaannya hanya setingkat di
bawah raja! Bahkan Wu-sam-tai-ciangkun sendiri kalau dilihat dari pengaruh, masih kalah setingkat
dengan Cheng-gan Sian-jin yang telah memiliki nama besar pada tiga empatpuluh tahun yang lampau!

346
Maka, tidaklah mengherankan jika diam-diam Cheng-gan Sian jin merasa suka kepada pemuda itu dan
mempunyai rencana untuk mengambil Pouw Kwi sebagai muridnya yang kedua. Dan inilah berkat
"pandangan jauh" dari murid Ang-i Lo mo itu sendiri yang diam-diam memang hendak memikat hati
Cheng-gan Sian-jin agar kelak kakek itu mau mewariskan kepandaiannya. Dan satu-satunya jalan
adalah melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi kakek iblis itu, dan dia tahu dengan baik
betapa Cheng-gan Sian-jin sebenarnya adalah seorang kakek yang haus kedudukan dan bahkan

diam-diam pula mengumpulkan suku bangsanya untuk kelak menggantikan Kung Cu Kwang
dan menjadi kaisar yang dipertuan yang memiliki kekuasaan absolut dalam Dinasti
Chou ini!

Kembali kepada dua orang muda itu yang masih berdiri saling pandang.
Pouw Kwi yang telah dapat menekan hatinya, akhirnya menoleh kepada
gadis cantik itu dan bertanya, "Lan-moi, kalau begitu apa yang hendak
kaulakukan dengan pemuda ini?"

Lie Lan tersenyum dan bibirnya merekah, memperlihatkan deretan gigi


yang putih bersih dan gadis ini memang amat manis senyumnya sehingga
hati Pouw Kwi sudah berdebar tidak karuan.

347
"Kalau kau, Kwi-ko, kira-kira apa yang akan kaulakukan jika seandainya
kau adalah aku?" Lie Lan balas bertanya tanpa menjawab dan sepasang
mata gadis ini bersinar-sinar.

Pemuda itu terkejut dan matanya terbelalak, memandang tajam untuk


melihat apa sebenarnya yang tersembunyi dalam kata-kata itu. Akan
tetapi, karena Lie Lan hanya tersenyum-senyum dengan sinar mata aneh,
sukar baginya untuk menebak apa yang dipikirkan oleh gadis ini.

"Hemm, kalau aku adalah kau....?" katanya hati-hati sambil mengerutkan


alisnya. "Tentu pemuda itu akan kusiksa sepuas hati. Bukankah kau pernah
dikecewakan olehnya, Lan-moi? Dan diapun musuh Kerajaan Wu,
sepantasnya dia disiksa saja sepuas hati. Asal kita tidak membunuhnya,
bukankah kita tidak melanggar pesan gurumu?"

Gadis itu tampak merah mukanya. "Hemm, dari mana kau tahu bahwa aku
pernah dikecewakan oleh Yap-goanswe?" Lie Lan bertanya dan me-
mandang penuh selidik dengan sinar mata tajam.

348
Pouw Kwi tiba-tiba tertawa dan pemuda ini berkata, "Lan-moi, untuk
urusan begini saja mengapa aku tidak tahu? Ha-ha, selir Yun Chang yang
mabok itulah yang menceritakan keadaanmu itu dan...... ehh!?!" Pouw Kwi
mendadak menghentikan ucapannya dan dia tampak kaget sendiri.
Kiranya, karena merasa gembira melihat bahwa gadis itu pernah ditolak
oleh Yap-goanswe membuat dia tadi kelepasan bicara dan tentu saja dia
terkejut.

Lie Lan melompat ke depan. "Apa maksudmu? Siapa selir Yun Chang itu?"
gadis ini bertanya dan melihat betapa Pouw Kwi tampak terkejut, ia
melihat suatu "kekosongan" dalam diri pemuda itu dan secepat kilat dia
mengerahkan ilmunya Sin-gan i hun-to untuk mempengaruhi Pouw
Kwi agar meneruskan kata-katanya tadi.

Dan Pouw Kwi yang merasa kaget sendiri itu memang kalah duluan.
Tanpa disadarinya karena Sin-gan-i-hun-to yang dikerahkan gadis itu
melalui pandangan mata telah mempengaruhi pikirannya, pemuda ini

349
berkata terus terang, "Selir itu adalah Bwee Li, wanita cantik yang
menganggap aku sebagai Yap-goanswe dan yang kuajak bermain cinta
sepuas hati dan......aihhhh!"

Pouw Kwi mengeluarkan seruan keras dan sadarlah dia bahwa dia kena
diakali murid Cheng-gan Sian jin ini dan telah membuka rahasia dirinya!
Pemuda ini terkejut dan marah bukan main dan begitu dia membentak,
pengaruh Sin-gan-i-hun to buyar kembali dan pemuda ini memukul ke
depan sambil memaki.

"Lie Lan, kau gadis kurang ajar!" dan angin pukulannya menyambar
dahsyat. Gadis itu mengeluarkan jengekan dari hidungnya dan tidak meng-
hindar, jari telunjuk dan jari tengahnya menyambut telapak tangan Pouw
Kwi untuk melancarkan totokan di urat nadi.

"Plak..... cuss!"

350
Pukulan pemuda itu yang menyambar kepala berhasil diegoskan oleh Lie
Lan dan diterima dengan pundaknya, sedangkan totokan dua buah jarinya
yang mengenai urat nadi di pergelangan tangan Pouw Kwi ternyata
bertemu dengan daging lunak dan seperti memukul karet sehingga mental
kembali. Lie Lan terkejut dan maklum bahwa agaknya pemuda itu memiliki
ilmu memindahkan jalan darah, akan tetapi sebaliknya Pouw Kwi sendiri
juga merasa kaget karena pukulannya yang menghantam pundak gadis itu
seakan-akan bertemu dengan kapas yang amat empuk dan amblas ke
dalam, menghisap tenaga lweekangnya!

"Ahhh.....!" Pouw Kwi berseru dan secepat kilat kakinya menyambar paha
gadis itu dan Lie Lan yang tidak mau ditendang melompat mundur sambil
tertawa mengejek.

"Kwi-ko, kiranya kaukah yang melakukan perbuatan itu? Hi-hi-hikk, dan


kau melontarkan fitnah ke pundak Yap-goanswe, ha-ha, lucu sekali.....”

351
Pouw Kwi merah mukanya dan pemuda ini tampak marah sekali. "Lie Lan,
kau gadis curang dan tidak tahu malu !" bentaknya dan siap menerjang
lagi.

Akan tetapi, gadis itu tiba-tiba bersikap serius. "Tahan, Kwi-ko !" serunya
sambil mengangkat tangan ke atas. "Tidak perlu kiranya saling hantam
sendiri diantara teman. Aku mempunyai urusan pribadi dengan Yap-
goanswe dan kaupun juga mempunyai urusan pribadi dengan.....
kekasihnya! Bukankah demikian?"

"Apa......... apa maksudmu?" Pouw Kwi bertanya dan pemuda ini tampak
terkejut, memandang gadis itu dengan mata terbelalak.

Lie Lan tertawa. "Hemm, untuk urusan begini saja mengapa aku tidak
tahu?" katanya menirukan ucapan pemuda itu. "Kwi-ko, bukankah kau
tergila-gila kepada kekasih pemuda ini dan bertepuk sebelah tangan? Hi-
hikk, jangan menyangkal. Panglima Pouw, kalau kau tahu rahasiaku,
akupun tahu rahasiamu! Nah, bukankah sebenarnya di antara kita

352
terdapat persamaan? Bagaimana kalau kau membantu aku menundukkan
yang jantan ini dan aku membantumu untuk menundukkan yang betina?"

"Lie Lan, apa arti pembicaraanmu ini? Aku tidak mengerti dan......."

"Eh, orang she Pouw, rupanya kau ini memang ingin diajak bicara secara
langsung. Baiklah, kalau aku mengatakan bahwa kau tergila-gila kepada
Siu Li kekasih Jenderal Yap yang cantik jelita itu, beranikah kau
memungkirinya?" gadis itu memotong dan tersenyum mengejek.

Pouw Kwi terperanjat dan sedetik mukanya menjadi merah. Kiranya gadis
ini tahu akan kegagalan cintanya yang bertepuk sebelah tangan! Dan ini
semua adalah lagi-lagi karena gara-gara Jenderal Yap keparat itu. Siu Li
gadis jelita itu ternyata mencintai Yap-goanswe dan tentu saja hatinya
semakin benci kepada Bu Kong. Dia merasa malu dan terhina dan selama
ini dia hanya menyimpan saja rahasia itu. Siapa kira agaknya murid Cheng-
gan Sian-jin yang cerdik ini mengetahui dan dapat menebak tepat isi
hatinya!

353
Tiba-tiba pemuda ini tertawa dan berseru, "Bagus, Lan-moi! Biarlah aku
mengakui kebenaran omonganmu itu. Dan kau mengajak aku bekerja
sama, dalam hal yang bagaimanakah? Bukankah yang jantan itu telah
berada di tanganmu dan tinggal mengerjakan semuanya dengan mudah
seperti orang membalikkan telapak tangan?"

Akan tetapi gadis itu menggeleng kepalanya. "Tidak semudah yang kau
sangka, Kwiko. Dia ini pemuda yang betul-betul luar biasa, aku telah
mencobanya dan tidak berhasil menundukkan keteguhan hatinya. Suhu
telah melumpuhkan pusat lweekangnya, namun biarpun begitu, aku yakin
bahwa pemuda dengan hati sekeras ini tidak dapat kutundukkan dengan
cara-cara biasa. Aku butuh arakmu, maukah kau memberikannya
kepadaku?"

"Ah, Arak Sorga?"

354
"Ya, itulah yang kumaksudkan," Lie Lan mengangguk dan memandang
wajah pemuda itu, "Hanya dengan jalan inilah aku akan berhasil me-
nundukkannya."

Sejenak Pouw Kwi berpikir dan akhirnya menjawab, "Baiklah, boleh


kuberikan arak itu, akan tetapi apa bantuanmu kelak kepadaku?"

"Hemm, itu soal mudah. Bukankah kau tidak tahu di mana adanya calon
kekasihmu itu? Nah, cari dia di Lembah Bambu Kuning, sihir dirinya
sehingga akan menganggapmu sebagai Jenderal Yap dan tentang
kakaknya, serahkan kepadaku dan semuanya akan beres !" gadis itu
berkata dan semua ucapannya ini tampak seenaknya saja.

Pouw Kwi mengerutkan alisnya, "Lie Lan, kau terlalu menganggap enteng!"
katanya. "Apakah kau kira gadis itu sama dengan Bwee Li? Ingat, ia murid
Mo-i Thai-houw dan kepandaiannya tidak di sebelah bawah tingkatku!
Bagaimana mungkin semua kata-katamu itu akan dapat dijalankan
seenaknya saja?"

355
"Ahh, kau ini bodoh seperti kerbau saja!" Lie Lan menggerutu. "Kita datang
ke sana dan bilang bahwa ayahnya sakit keras, minta agar mereka itu
pulang. Dan kita menyertai mereka, beri mereka obat bius dan cekoki
dengan arakmu itu, masa tidak akan berhasil baik?"

Mendengar semua kata-kata gadis itu, wajah Pouw Kwi berseri gembira
dan akhirnya pemuda ini tertawa bergelak sambil menepuk pahanya "Ha-
ha, bagus...... bagus sekali siasat ini ! Baiklah, Lan-moi, aku akan segera
berangkat ke Lembah Bambu Kuning, akan tetapi tentunya bersamamu,
bukan?"

"Aku masih sibuk, kau berangkatlah duluan, besok aku menyusul dan
tunggu aku di sana....."

"Hemm, sibuk dengan Yap goanswe ini?" pemuda itu tampak tidak senang
dan alisnya berkerut.

356
"Hi-hikk, jangan cemburu, Panglima Pouw! Dia nomor dua dan yang
pertama adalah kau dulu!"

Lie Lan terkekeh dan kerlingnya menyambar. "Dan bukankah kaupun akan
mendapatkan dewi jelita itu? Aku tidak cemburu dan mengapa kau harus
cemburu kepadaku?"

Pouw Kwi memandang gadis cantik itu dan tersenyum. "Lan-moi, kau
benar, kenapa aku harus cemburu? Asal kau tidak lupa kepadaku, akupun
akan selalu mencintaimu. Moi-moi, beri aku peluk cium......." pemuda itu
melangkah maju dan merangkul gadis ini, mendekapnya erat dan sebentar
kemudian merekapun telah saling berciuman.

Demikianlah, dengan amat tidak tahu malu sekali dua orang muda-mudi
ini lalu melanjutkan permainan cinta mereka yang menjadi semakin panas
dan akhirnya mereka berdua itupun tenggelam dalam kenikmatan nafsu
berahi. Sebenarnya, bukan baru pertama kali ini saja perbuatan mereka itu,
bahkan sudah berulang kali. Lie Lan yang diajar oleh Cheng-gan Sian-jin

357
yang banyak pengalaman itu sekarang menjadi seorang yang haus akan
petualangan cinta. Gadis ini telah menjadi budak nafsu berahinya sendiri
dan merupakan seorang wanita hypersex yang tidak pernah merasakan
kepuasan sejati daiam mengejar kesenangannya.

Dan Pouw Kwi yang juga merupakan seorang laki-laki mata keranjang itu,
mendapatkan teman bermain cinta yang setanding. Dua orang muda-mudi
ini kadang-kadang seperti bukan manusia lagi. Dalam memenuhi keinginan
mereka yang tidak kunjung putus itu, tidak jarang dua orang ini lalu
mencari pasangan di luar dan mengumpulkannya di kamar itu, bermain
cinta bergantian sambil ditonton oleh yang lain yang sedang menantikan
gilirannya!

Sungguh tidak lumrah manusia, seperti keadaan binatang saja akan tetapi
memang demikianlah kenyataannya. Dan pada hari itu, setelah dua orang
muda-mudi ini selesai bersenang-senang, Pouw Kwi lalu berangkat ke
Lembah Bambu Kuning, tentu saja setelah dia menyerahkan Arak Sorga
seperti yang dijanjikannya kepada Lie Lan.

358
Gadis ini tahu akan khasiat arak yang amat luar biasa itu karena selama
petualangan mereka bersama, di saat mereka menghadapi kekerasan
kepala muda-mudi yang mereka culik dan tidak mau memenuhi hasrat
mereka, Pouw Kwi selalu meminumkan arak itu dan hasilnya memang
sungguh hebat. Belum pernah selama ini mereka gagal dan setiap laki-laki
maupun wanita yang telah dicekoki arak itu, akan menjadi tidak sadar dan
dibakar nafsu berahi yang tidak akan dapat mereka tahan lagi.

Dan arak seperti itulah yang sekarang dipergunakan oleh murid Cheng-gan
Sian-jin yang merasa penasaran ini terhadap Yap Bu Kong untuk membuat
pemuda itu mabok!

Di dalam hatinya, diam-diam Lie Lan merasa gemas bukan main. Setelah
pemuda ini dilumpuhkan pusat lweekangnya oleh suhunya sehingga ia
dengan mudah berhasil melumpuhkan pemuda itu dengan Sin-gan-i-hun-to,
tetap saja pemuda yang gagah perkasa ini tidak berhasil dibujuknya.
Padahal, dalam pandangan Bu Kong ia adalah Siu Li, kekasih pemuda itu
sendiri!

359
Akal yang dilakukannya ini timbul setelah dia berhasil mengorek rahasia
Pouw Kwi, mendengar betapa pemuda itu menyihir Bwee Li sehingga
dianggap sebagai Yap-goanswe oleh selir Yun Chang yang cantik itu. Dan ia
memang berhasil mempengaruhi bekas jenderal muda itu dengan ilmu
sihirnya karena pemuda itu tidak mampu mengerahkan tenaga saktinya.
Kalau tidak demikian, tentu saja ia tidak akan berhasil karena ia tahu betapa
hebatnya kepandaian jenderal muda yang gagah perkasa ini.

Malam itu, lewat tengah malam di mana keadaan istana amat sunyi dan gedung besar yang
menjadi tempat tinggal Lie Lan juga sepi keadaannya, Bu Kong mengeluarkan keluhan dan pemuda
ini sadar kembali dari pengaruh obat bius. Memang Lie Lan membiarkan pemuda itu siuman dan
hatinya berdebar tegang, menunggu reaksi dan hendak melihat apa yang akan dialami pemuda tinggi
besar ini.

Ia duduk di pojok dan setengah menyandarkan diri di dinding, mengamati


gerak-gerik murid Malaikat Gurun Neraka itu dengan pandang mata
hampir tak pernah berkedip.

360
"Li-moi, di mana kau.......? Aduh, panas......tubuhku panas....aku
haus......haus....." pemuda itu mengeluh dan tubuhnya membalik, lalu
bangkit duduk di tepi pembaringan. Sepasang matanya berputar dan
tampak kemerahan, peluh membuat tubuhnya berkilat dan mata itu
bersinar ganjil.

"Koko, aku di sini........!" Lie Lan berseru lirih dan gadis ini berdiri dari
kursinya, lalu perlahan-lahan menghampiri pembaringan di mana pemuda
itu berada.

Jelas tampak betapa pemuda itu kelihatan terkejut dan mulutnya


mengeluarkan gerengan aneh. Sepasang matanya yang kemerahan
terbelalak ke depan, memandang seperti orang kelaparan dan gelisah. Dia
melihat betapa gadis itu mendekatinya dan berjalan seperti orang menari,
kedua pinggulnya yang bulat penuh itu bergoyang naik turun dan tampak
jelas diantara lenggangnya yang mengayun karena tidak nampak pakaian
dalam yang merangkap di balik pakaian sutera yang halus dan tembus
pandang ini!

361
"Li-moi, apa....... apa ini? Mana air.......? Aku haus.......... aduh, tubuhku
panas........ ahhh........!" karena hatinya terguncang dan semakin gelisah,
pemuda itu turun dan berjalan terhuyung-huyung sambil memejamkan
matanya. Penglihatan tadi membuat jantungnya seperti tambur dipukul
bertalu-talu dan dia merasa betapa hawa panas naik ke kepalanya,
membuatnya ringan seolah-olah hendak terbang.

Itulah tanda bekerjanya Arak Sorga dan Lie Lan yang juga mulai diamuk
nafsunya, tubuhnya sudah gemetar. Melihat pemuda itu terhuyung-
huyung dan memejamkan mata mencoba melawan dorongan hasrat
menyala dari dalam, diam-diam wanita ini tersenyum dan bibirnya
menyungging arti kemenangan. Kakinya melangkah cepat ketika ia melihat
betapa pemuda itu hendak menubruk meja.

"Koko, hati-hati, buka matamu itu........." gadis ini merangkul dan


menggesekkan tubuhnya ke tubuh pemuda itu dan tiba-tiba Bu Kong ter-
sentak kaget seperti kena aliran listrik.

362
"Ahhh........!" pemuda ini berseru dan napasnya sesak, membuka matanya
dan terkejut melihat betapa tubuhnya dipeluk gadis ini. Mata yang
kemerahan itu berputar liar, mulutnya mendesis-desis dan bau arak yang
harum keluar dari mulutnya yang setengah terbuka.

"Li-moi, jangan sentuh aku........ pergilah......pergilah........aku tidak


tahan.......aku kepanasan......aku haus...... aduhh, kepalaku ringan dan
tubuhku seperti akan melayang.......!" pemuda itu memegangi kepalanya
dan mengerang.

"Koko, akupun kepanasan............ akupun haus....... haus akan kasih


sayangmu. Koko, lihatlah.......!" suara terakhir yang diucapkan gadis ini
penuh pengaruh mujijat, dibisikkan dengan getaran suara aneh seperti
datang dari atas, dan tanpa dapat ditahan lagi pemuda itupun membuka
matanya dan........

"Aughhh ....!” Bu Kong menggeram dan melotot, mengepal-ngepal tinjunya


dan kakinya menggigil. Apa yang dilihatnya sekarang jauh lebih hebat lagi

363
daripada tadi dan dadanya sesak karena nafsunya seakan-akan hendak
meledak. Dia hendak memejamkan matanya kembali, akan tetapi bahkan
semakin terbelalak lebar. Hebat memang apa yang dilihatnya ini karena
dari jarak yang sedemikian dekatnya itu, dia melihat betapa kekasihnya ini
telah berdiri tanpa sehelai benangpun!

Pemuda ini menggereng dan tiba-tiba menubruk ke depan dengan mata


menyala penuh nafsu, akan tetapi Lie Lan menghindar sambil terkekeh
dengan tubuh gemetar.

"Yap-koko, tidak semudah ini kau akan mendapatkan diriku. Hayo kejar
aku, tangkap kalau bisa, hi-hikk.......!" gadis itu tertawa girang dan hatinya
gembira bukan main. Sekarang tahulah ia bahwa pemuda yang sekeras
baja hatinya itu ternyata berhasil ditundukkannya!

Bu Kong mengeluarkan erangan aneh dan melihat betapa tubuh yang tadi
amat dekat itu ternyata meloncat menjauhinya, dia menjadi penasaran
sekali. Pemuda ini sudah menjadi mabok, bergerak seperti dalam mimpi

364
karena pengaruh arak jahat telah membuat pikirannya gelap dan dia telah
kemasukan hawa iblis. Matanya berputaran semakin liar dan merah seperti
orang mabok tuak dan napasnya memburu seperti dikejar setan. Melihat
betapa gadis itu tertawa-tawa menggodanya, dia tidak kuat lagi dan
sambil merintih pemuda ini melompat dengan kedua lengan terkembang.

Akan tetapi Lie Lan yang menaruh dendam atas kegagalannya yang sudah-
sudah, tidak mau begitu saja menyerahkan diri. Meskipun dia juga sudah
diamuk hawa nafsunya sendiri dan menjadi tegang dengan permainan
baru ini, namun ia tidak mau membiarkan tubuhnya ditangkap mentah-
mentah. Begitu pemuda itu menerkamnya, sambil terkekeh diapun berkelit
dan karena Bu Kong tidak memiliki lagi tenaga sakti, tentu saja sukar
baginya untuk menangkap gadis yang amat licin bagai belut itu.

Demikianlah, setiap kali pemuda itu menerkamnya, setiap kali pula gadis
ini selalu mengelak sambil tertawa-tawa. Duapuluh kali sudah dia
menghindar dan akhirnya, karena merasa bahwa sudah cukup ia
mempermainkan pemuda ini, dia membiarkan tubuhnya ditangkap.

365
"Yap-koko, cium dulu telapak kakiku........!" gadis itu meronta dan berkata
dengan napas terengah. "Kalau tidak, akupun tidak mau melayanimu….!”

Pemuda yang sudah seperti orang mabok ini tidak banyak membantah,
dengan napas mendengus-dengus cepat berlutut dan benar-benar
mencium telapak kaki Lie Lan, disambut ketawa terkekeh oleh gadis iblis
yang amat jahat ini, dan ketika pemuda itu berdiri lagi, iapun masih
memerintahkan yang lain.

"Dan jilat meja itu.....dinding itu.....piring-piring kotor itu........hi-hikk,


bagus...... bagus......!"

Lie Lan tertawa-tawa dan setelah puas menghina dan mempermainkan,


akhirnya gadis inipun menyambut dan segera keduanya hanyut dalam ke-
senangan mereka.

Sungguh keji dan di luar batas perikemanusiaan apa yang dilakukan oleh
murid Cheng-gan Sian-jin ini ! Dan itu semua adalah karena dendam. Untuk

366
dendam yang mengeram di dalam batin manusia, tidak perduli dia seorang
laki-laki ataupun wanita, sekali dapat melampiaskan api dendamnya, tentu
akan melakukan kekejian yang manapun asal dapat memuaskan hatinya!

Dan sungguh amat mengenaskan sekali nasib bekas jenderal muda itu.
Dirinya ditawan, dipermainkan dan dihina secara luar biasa oleh lawan,
bergerak seperti boneka hidup karena semua yang dilakukannya tadi
seakan-akan merupakan mimpi baginya. Arak Sorga yang sebenarnya
merupakan obat perangsang yang amat jahat itu telah membuat
kesadarannya lenyap, apalagi karena tenaga lweekangnya
dilumpuhkan oleh Cheng-gan Sian-jin. Kalau tidak, belum tentu lawan akan
mampu mempermainkannya begitu mudah.

Akan tetapi semuanya sudah terjadi dan tidak dapat ditarik lagi. Kamar itu
menjadi saksi bisu atas kejahatan yang dilakukan oleh manusia dan hanya
kekeh Lie Lan saja yang terdengar disusul erangan-erangannya yang mirip
suara kucing betina.

367
Malam semakin larut dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dua
orang manusia di dalam kamar itu akhirnya roboh kelelahan setelah lebih
tiga jam gadis itu mempermainkan pemuda ini. Senyum yang membayang
di bibir gadis cantik itu menunjukkan kepuasan hati yang luar biasa, akan
tetapi sebaliknya wajah murid Takla Sin-jin tampak berkerut dan gelisah
karena setelah semuanya berakhir, pemuda ini merasa seakan-akan
sebuah mimpi buruk yang amat mengerikan menimpa dirinya.

Sepasang mata yang mencorong bagaikan mata naga sakti mengintai


keadaan dua orang muda-mudi itu dari kaca jendela, dan tampak betapa
sinar mata laki-laki setengah tua yang gagah perkasa dengan jenggotnya
yang pendek ini berapi-api.

Siapakah orang ini? Bukan lain adalah Takla Sin-jin atau Malaikat Dari
Gurun Neraka sendiri! Sudah sejak tadi sebenarnya pendekar sakti itu
mencari muridnya dengan hati-hati, dan baru sekaranglah dia menemukan
pemuda itu. Akan tetapi, bukannya dalam keadaan tertawan seperti apa

368
yang didengarnya, melainkan bebas dan agaknya baru saja bermain gila
dengan gadis cantik yang tidur sepembaringan di sebelahnya itu!

Tentu saja pendekar sakti ini marah bukan main dan giginya berkerot.
Kiranya murid yang amat disayangnya itu benar-benar telah menjadi
seorang pemuda bejat yang rusak moralnya! Kalau tadinya dia masih
merasa ragu-ragu mengingat watak muridnya ini yang sudah dikenalnya
baik, adalah sekarang tidak ada alasan lagi untuk melindunginya. Mata
kepalanya sendiri terang-terangan menyaksikan perbuatan muridnya itu
dan pendekar sakti ini menjadi merah mukanya.

"Murid durhaka!" pendekar ini mendesis dan sekali tangannya bergerak,


jendela itu terbuka dan cepat bagaikan bayangan setan tubuhnya
melayang memasuki kamar itu dan kakinya menginjak lantai tanpa suara.

Sejenak pendekar besar ini berdiri di tengah kamar, sepasang matanya


mencorong berkilat-kilat penuh kemarahan dan diam-diam dia sudah
mengambil keputusan untuk membunuh muridnya sendiri itu. Lebih baik

369
tidak mempunyai murid dari pada mempunyai murid yang sebejat ini
ahklaknya!

Akan tetapi, sebelum pendekar sakti itu mengangkat tangannya, tiba-tiba


terdengar suara ketawa bergelak yang amat dahsyat dan pintu kamar
terbuka lebar secara tiba-tiba dan tahu-tahu seorang kakek tinggi besar
bermata hijau berambut kemerahan telah berdiri di situ!

"Ha-ha-ha, selamat datang Malaikat Gurun Neraka........! Pertemuan kita


sungguh amat sempurna karena kita masing-masing melihat betapa dua
orang murid kita telah bersatu! Ha-ha-ha, bagus sekali........ bagus.......!
Dan mudah-mudahan kitapun dapat mencontoh sikap mereka itu, bersatu
dan mengikat persahabatan yang erat!"

Pendekar sakti itu memutar tubuh dan dua orang tokoh besar ini saling
pandang. Cheng-gan Sian-jin memandang dengan muka berseri gembira,
akan tetapi sebaliknya Malaikat Dari Gurun Neraka itu memandang
dengan sinar mata berkilat.

370
371
Hadirnya Cheng-gan Sian-jin yang amat tiba-tiba dengan suara ketawanya
yang bergemuruh bagaikan air terjun itu mengagetkan Lie Lan dan Bu
Kong yang lelap kelelahan. Gadis itu mencelat kaget dengan gerakan
otomatis dari atas pembaringan, berjungkir balik di udara dan akhirnya
berdiri tegak di atas lantai, sedangkan Bu Kong sendiri juga terkejut dan
membuka mata, bangkit dan duduk di tepi pembaringan dengan mata ter-
belalak.

Dapat dibayangkan betapa pucat wajah pemuda ini ketika dia mendapat
kenyataan dirinya hampir telanjang dan lebih pucat lagi pemuda itu ketika
dia melihat gurunya berada dikamar ini, berdiri tegak dengan sikap angker,
memandang Cheng-gan Sian jin lalu menoleh ke arahnya dengan wajah
membesi!

"Suhu.......!" dia memekik dan seolah-olah sadar dari sebuah mimpi buruk
yang amat mengerikan, dan pada saat itu pula terdengar jerit tertahan Lie
Lan ketika gadis itupun baru menyadari keadaan dirinya sendiri yang masih
polos!

372
"Aihhh........!" gadis cantik ini menjerit lirih dan secepat kilat tubuhnya
meloncat di balik sebuah lemari, melindungi diri dari pandangan orang dan
dengan tergesa-gesa mencari pakaiannya lalu mengenakannya secara
serampangan.

Sungguh kejadian ini seperti petir di siang bolong bagi Yap Bu Kong. Karena
semuanya berjalan dengan tiba-tiba dan pengaruh Arak Sorga juga telah
lenyap, pemuda ini telah sadar sepenuhnya. Apalagi Lie Lan yang juga
terkejut itu tidak sempat lagi mempergunakan Sin-gan-i hun-tonya
terhadap pemuda itu, maka apa yang dialami beberapa jam yang lalu ini
berkelebatan di ingatannya dan seketika tahulah pemuda itu bahwa dia
telah terjebak dalam perangkap musuh!

Wajah pemuda ini menjadi sepucat kertas dan akhirnya berobah merah
padam. Kemarahan yang luar biasa dan rasa malu yang hampir tak
tertahankan lagi teringat akan segala perbuatannya yang tadinya disangka
mimpi itu membuat hati pemuda ini benar-benar terpukul. Sejenak dia me-
noleh ke arah gadis cantik yang kini telah muncul kembali dengan pakaian

373
sembarangan itu, dan karena sekarang pikirannya benar-benar sadar, dia
melihat bahwa gadis yang tadinya dianggap sebagai Siu Li ini ternyata
adalah Lie Lan, keponakan Lie-thaikam yang dulu juga pernah
menggodanya itu!

"Kau..... kau.....? Auhhh.....!" Bu Kong terbelalak lebar, menudingkan


telunjuknya ke arah murid Cheng-gan Sian-jin ini dan saking
hebatnya kemarahan dan sakit hati yang datang saling susul itu, pemuda
ini mengeluh panjang dan roboh tersungkur, pingsan tak sadarkan diri!

Keadaan menjadi sunyi dan Lie Lan tertegun melihat betapa pemuda itu
roboh pingsan, dan baru gadis ini terkejut ketika dia mendengar geraman
perlahan dan laki-laki tua bermata naga itu memutar tubuh
memandangnya dan memandang Cheng-gan Sian jin berganti-ganti.

Berdetak jantung gadis ini ketika dia beradu pandang dengan sepasang
mata yang demikian tajam mencorong itu dan tanpa disadarinya lagi dia

374
menundukkan kepalanya, tidak kuat menentang pengaruh luar biasa yang
terdapat di dalam sepasang mata pria yang gagah perkasa ini.

Dan pada saat itu, bersamaan dengan munculnya gembong iblis ini, di luar
pintu kamar tampak beberapa bayangan berkelebatan dan seorang laki-
laki bertubuh sedang akan tetapi tampak kokoh kuat berkulit hitam berdiri
di belakang Cheng-gan Sian-jin, dan di samping si hitam legam ini berdiri
seorang wanita cantik berambut keemasan serta seorang kakek yang picak
sebelah dan beberapa orang lainnya lagi yang dikenal oleh pendekar sakti
itu sebagai ketua Hek tung Kai-pang dan teman-temannya.

Sedetik Malaikat Gurun Neraka ini terkejut, akan tetapi wajahnya sama
sekali tidak menunjukkan perobahan apa-apa. Sekali lihat saja pendekar ini
tahu bahwa musuh telah menjebak dan mengurungnya. Akan tetapi sesuai
dengan sikapnya sebagai seorang tokoh besar, pendekar itu sama sekali
tidak merasa gentar, bahkan dia menyapu semua orang itu dengan sinar
matanya yang mencorong penuh wibawa.

375
Takla Sin-jin berdiri tegak di tengah ruangan, tak bergerak seperti arca
batu, hanya sepasang matanya itu sajalah yang menyambar orang-orang
ini untuk akhirnya berhenti memandang Cheng-gan Sian-jin.

Dua ekor naga beradu pandang dan masing-masing tampak terkejut.


Cheng-gan Sian-jin terkejut melihat sinar berkilat-kilat di dalam mata
lawan, tanda bahwa Malaikat Dari Gurun Neraka ini benar-benar memiliki
tenaga sakti yang amat hebat, sedangkan Takla Sin-jin sendiri juga terkejut
melihat hawa gaib yang berkilauan di sepasang mata Cheng gan Sian jin
yang berwarna kehijauan itu, sinar mata yang membuat bulu tengkuk
terasa dingin dan seram!

Baru sekarang masing-masing pihak berhadapan secara berdepan, dan


diam-diam di dalam hati mereka terdapat kewaspadaan tinggi karena
mereka maklum sepenuhnya bahwa kali ini mereka benar-benar
berhadapan dengan lawan tangguh!

376
Karena dua orang jago besar ini hanya saling pandang seakan-akan hendak
mengukur kekuatan lawan dari pandang mata mereka, maka keadaan
menjadi sunyi dan amat menegangkan. Anak buah Cheng gan Sian-jin yang
berdiri di belakang kakek iblis itu dapat merasakan ketegangan ini dan
jantung mereka berdebar.

Mereka inipun tahu bahwa kalau dua ekor naga telah saling berhadapan,
tentu akan terjadi pertandingan yang luar biasa hebatnya dan sebagai
orang-orang yang pandai ilmu silat, tentu saja mereka itu haus akan
pertandingan-pertandingan tingkat tinggi.

Akhirnya, Cheng-gan Sian-jin yang membuka suara lebih dulu. Kakek tinggi
besar peranakan Bangsa Arya ini tertawa bergelak dan menepuk kedua
tangannya yang meledak nyaring seperti suara petir sehingga semua orang
terkejut dan kata-katanya yang menggeledek itu membuat dinding kamar
tergetar.
(Bersambung jilid ke VII)

377
378
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 7

“ H A H A H A , sobat dari Gurun Neraka, sungguh kebetulan sekali pertemuan


kita kali ini ! Tidak tahu, ada maksud apakah sahabat jauh-jauh datang kemari secara
sembunyi? Mengapa tidak terus terang saja dari pintu depan? Lihat, kami siap menyambut
siapapun tamu kami yang datang berkunjung dengan tangan terbuka, baik yang membawa
maksud berkawan maupun berlawan. Ha-ha-ha-ha......!!"

Cheng gan Sian-jin tertawa gemuruh sehingga perutnya yang besar keras itu berguncang
guncang, dan karena kakek ini memang sengaja hendak memamerkan kekuatannya, maka di
dalam suara ketawanya ini terkandung tenaga khikang yang amat dahsyat sehingga dinding
kamar tergetar dan beberapa buah genteng di atas rumah mengeluarkan suara berkeresekan
karena melorot turun dari letaknya semula!

379
Hebat memang kakek iblis itu. Hek-mo-ko dan teman temannya yang terguncang isi dadanya,
sudah cepat mengerahkan lweekang untuk melindungi jantung dan beberapa orang di
antaranya yang agak lemah, bahkan telah duduk bersila untuk menyelamatkan diri dari
ancaman bahaya luka dalam.

Akan tetapi, pengaruh suara tawa yang mengandung tenaga khikang dan yang telah mempe-
ngaruhi Hek-mo-ko dan kawan-kawannya itu ternyata sama sekali tidak mempengaruhi diri
Malaikat Gurun Neraka. Pendekar sakti ini tampak tenang-tenang saja, hanya sepasang
alisnya yang putih tebal dan gagah itu berkerut semakin dalam. Pendekar ini melangkah maju
dan berhenti dalam jarak kira-kira tiga langkah di depan Cheng-gan Sian-jin, dan gembong
iblis itu tampak terkejut ketika melihat betapa secara samar-samar sinar kemerahan seperti
api muncul di belakang tubuh pendekar itu!

"Ahh......!" Cheng-gan Sian-jin mengeluarkan seruan pendek dan seketika ketawanya lenyap.
Sepasang matanya terbelalak dan diam-diam hatinya kaget bukan main. Orang yang dapat
mengeluarkan sinar kemerahan seperti yang dimiliki oleh Malaikat Gurun Neraka ini
menandakan seorang yang telah mencapai tingkat tertinggi dalam penguasaan tenaga Yang-
kang ! Dan teringatlah kakek itu bahwa lawan yang berada di depannya ini adalah seorang
yang telah bertahun-tahun lamanya bertapa di gurun pasir yang konon kabarnya memiliki
pasir-pasir berapi seperti neraka sendiri!

380
Itulah sebabnya selain disebut Gurun Takla, padang pasir itupun disebut orang dengan nama
Gurun Neraka. Maka tidaklah mengherankan apabila pendekar sakti ini telah menguasai inti
tenaga Yang-kang yang amat hebat dari dasar gurun itu. Agaknya pria gagah perkasa ini telah
berhasil menyerap inti tenaga api dari gurun pasir yang mengerikan itu!

Apa yang dilihat oleh Cheng-gan Sian-jin ini juga dilihat oleh Hek-mo-ko dan teman-temannya.
Orang-orang itupun juga terbelalak matanya dan tak terasa lagi hati mereka terasa gentar.
Perbawa luar biasa dan sinar kemerahan yang merupakan inti hawa berapi itu membuat
mereka tercekat dan pada saat itu, Malaikat Gurun Neraka yang sudah berhadapan dengan
datuk mereka ini membuka suara.

"Cheng-gan Sian-jin, sudah lama sebetulnya aku ingin bertemu denganmu, terutama pada
tiga-puluh tahun yang lampau dimana engkau mengumbar nafsu angkara murkamu.
Sekarang, dalam saat yang agaknya telah kauatur sebelumnya, kita bertemu muka.
Pertanyaanmu tadi kiranya tidak perlu kujawab karena bukankah engkau sendiri yang
mengundangku kemari? Nah, aku sudah datang. Apa maumu?"

Kata-kata yang diucapkan dengan suara tegas dan tandas ini membuat muka Cheng-gan Sian-
jin menjadi merah. Akan tetapi disamping itu kakek inipun merasa kagum. Tidak percuma
pendekar ini disebut sebagai tokoh besar yang dimalui orang-orang persilatan. Kiranya
memang demikianlah kenyataannya. Sikapnya yang tenang penuh kepercayaan terhadap diri
sendiri itu benar-benar membayangkan watak seorang pendekar besar. Diam-diam dia ingin

381
sekali menjajal kepandaian laki-laki ini, apalagi ucapan terakhir pendekar itu yang
menanyakan apa maunya ! Inilah kata-kata yang mengandung tantangan halus dan hati
Cheng gan Sian-jin menjadi panas terbakar.

"Malaikat Gurun Neraka, jangan kau bersombong!" kakek itu membentak. "Tidak tahukah
engkau bahwa dirimu terkurung dan nyawamu berada dalam telapak tanganku? Setelah
engkau masuk ke tempat ini, hanya ada dua pilihan bagimu, yakni ingin selamat ataukah ingin
ke akhirat! Kalau kau ingin seiamat, berarti kau harus tunduk kepadaku dan kita bersahabat,
akan tetapi, kalau kau ingin......."

Belum habis kalimat ini, pendekar sakti itu mengulapkan tangan ke atas dan memotong,
"Cheng-gan Sian jin, tidak perlu kaulanjutkan kata-katamu itu. Nyawa seseorang berada di
tangan Yang Maha Kuasa, bukan berada di tanganmu. Kalau kau memang hendak ribut-ribut,
majulah!"

Inilah tantangan terbuka dan Cheng-gan Sian-jin mendelik, tak dapat menahan
kemarahannya lagi. Kata-kata pendekar itu telah memutuskan segala kompromi dan kakek
ini menggereng. Sepasang matanya yang kehijauan itu tiba-tiba mengeluarkan sinar berkilat
aneh, berpijar seperti lampu iblis dan sementara anak buahnya memandang dengan jantung
berdegup kencang karena merasa bahwa ketegangan telah sampai di puncaknya, tiba-tiba
kakek tinggi besar ini mengeluarkan bentakan menggeledek yang penuh pengaruh mujijat dan
kedua tangannya bergerak ke depan seperti orang melemparkan sesuatu.

382
"Malaikat Gurun Neraka, kau tak dapat disayang orang! Lihatlah, dua bola Mahadewa me-
masuki kepalamu dan Sang Sakti menghendaki agar kau berlutut dan merangkak kemari.
Hayo, berlutut dan merangkaklah kemari.....!!"

Semua orang terkejut ketika mereka melihat betapa sepasang gundu yang bulat kehijauan
menyambar ke arah pendekar itu. Orang-orang ini terkejut karena mereka mengenal
sepasang benda aneh itu sebagai mata Cheng-gan Sian-jin! Tentu saja mereka ini kaget dan
beberapa orang diantaranya bahkan ada yang mengeluarkan seruan. Bagaimana kakek itu
sampai bisa menyerang dengan gundu matanya sendiri? Apakah Cheng-gan Sian-jin memiliki
mata cadangan sehingga berani mencokel bola matanya dan dipergunakan sebagai am-gi
(senjata rahasia) yang luar biasa itu? Hek-mo-ko yang sebelumnya tahu bahwa Cheng-gan
Sian-jin adalah seorang yang pandai ilmu sihir, juga dapat dibikin terkejut dan terbelalak.

Namun, kalau semua orang dibikin kaget oleh perbuatan kakek iblis itu, adalah Malaikat
Gurun Neraka tenang-tenang saja. Pendekar yang memiliki kepandaian tinggi dan sudah
banyak makan asam garam dunia ini sama sekali tidak tampak terkejut. Dulu, belasan tahun
yang lalu, pernah dia menandingi seorang datuk hitam yang juga pandai sihir berjuluk Ang-i
Lo-mo. Di samping itu, diapun teiah mempunyai banyak pengalaman dalam menghadapi
tokoh-tokoh sesat lainnya. Itulah sebabnya, begitu Cheng-gan Sian-jin menyerangnya dengan
ilmu sihir, pendekar ini tenang-tenang saja karena dia telah memiliki "kunci" untuk
mematahkan semua jenis ilmu sihir yang bercampur ilmu hitam seperti yang dimiliki Cheng-
gan Sian-jin itu.

383
"Cheng gan Sian-jin, bola Mahadewamu tak berguna bagiku. Lihatlah, mereka kutangkap dan
biarlah anak-anak buahmu saja yang mewakiliku merangkak di depan kakimu!"

Malaikat Gurun Neraka mengeluarkan seruan nyaring, kedua tangannya bergerak di udara,
berputar tiga kali menyambut sepasang gundu itu dan.... "whussss!" benda-benda aneh
itupun lenyap ke dalam tangannya. Dan sementara Hek-mo-ko bersama teman-temannya
tercengang keheranan, tiba-tiba pendekar sakti ini membalikkan tubuh ke arah mereka, kedua
tangannya bergerak cepat bergantian dan "wut-wutt", sepasang gundu mata itupun muncul
kembali dan kini "terbang" ke arah mereka dengan kecepatan kilat!

Tentu saja orang-orang ini terkejut sekali. Tadi mereka sedang terbelalak memandang bola
mata Cheng gan Sian-jin yang menyambar pendekar itu. Kini, secara tiba-tiba dan amat
mengejutkan, sepasang gundu mata yang mengerikan itu menyerang mereka semua.

HeK-mo-ko yang menjadi orang pertama dalam serangan ini, mengeluarkan teriakan keras.
Iblis hitam ini kaget bukan main ketika dia disambar sepasang gundu mata yang melotot
kehijauan itu. Dia hendak mengelak, namun kalah cepat. Gundu mata itu tahu-tahu telah
menghantam dahinya, mengeluarkan suara "tak-takk!" dan terpental ke arah si wanita
berambut keemasan. Wanita ini, yang bukan lain adalah Kim-bian atau Si Rase Emas,
mengeluarkan pekik kaget. Akan tetapi, seperti halnya Hek-mo-ko sendiri, iapun tidak sempat
menghindar. Benda aneh ini melesat secepat kilat, dan tadi setelah membentur dahi Hek-mo-

384
ko, kecepatannya seakan-akan berlipat ganda dan tahu-tahu dahinyapun telah disambar
gundu mata itu ! "Takk......!"

Kim-bian menjerit marah karena tulang dahinya terasa nyeri, namun gundu mata itu sendiri
sudah tidak menghiraukannya dan kini menyambar ke arah Liong-tung Lo-kai si kakek
picak. Dan seperti lebah setan saja, begitu berhasil "menyengat" dahi Liong-tung Lo kai,
gundu mata ini sudah menyambar dahi orang-orang lainnya. Berturut-turut, satu persatu
anak buah Cheng-gan Sian-jin "dicium" gundu mata itu dan terdengarlah jeritan di sana-sini.

Cheng-gan Sian-jin terkejut melihat hal yang sama sekali tidak disangkanya ini. Dan kakek itu
menjadi semakin terkejut ketika tiba-tiba Hek-mo-ko dan teman-temannya mengeluh, jatuh
berlutut dengan muka bingung, lalu setelah terbelalak dengan mata liar, orang-orang itupun
merangkak ke depan kakinya!

"Ahhh.......!" kakek itu berseru keras dan memandang anak buahnya yang merangkak seperti
anjing ini, maklum bahwa agaknya ilmu sihirnya yang tadi ditujukan kepada Malaikat Gurun
Neraka, berhasil ditolak oleh pendekar itu dan kini di-"retour" kepada anak buahnya sendiri!

Apa yang diduga oleh Cheng-gan Sian-jin memang benar sebagian. Sebagai orang yang telah
berkali-kali menghadapi ilmu sihir, Malaikat Gurun Neraka itu memang tidak terpengaruh
oleh Sin-gan-i-hun-to yang tadi dikerahkan oleh lawannya. Dengan getaran tenaga saktinya,
pendekar ini berhasil menolak semua ilmu gaib. Getaran tenaga mujijat ini telah

385
ditunjukkannya dengan munculnya cahaya kemerahan di belakang punggungnya. Cahaya
inilah yang melindungi dirinya dari serangan-serangan ilmu hitam.

Malaikat Gurun Neraka yang tahu betapa Cheng-gan Sian-jin kabarnya pandai ilmu sihir tadi
telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, yaitu dengan mengerahkan tenaga sakti di dalam
tubuhnya. Dengan adanya persiapan inilah maka Sin-gan-i-hun-to milik Cheng-gan Sian-jin
tertahan, tidak dapat menembus tubuhnya yang dilindungi cahaya kemerahan yang samar-
samar tampak itu. Inilah sebabnya ketika Cheng-gan Sian-jin menyerang dengan ilmu sihirnya
dan mengatakan bahwa ada bola Mahadewa hendak memasuki kepalanya, pendekar sakti
itu dapat melihat dengan jelas bahwa yang datang menyambar itu bukanlah sepasang gundu
mata asli, melainkan dua buah kancing baju yang tadi secepat kilat direnggut oleh kakek itu
dan dilontarkan ke arahnya.

Demikianlah, dengan sikap tenang pendekar ini lalu menggerakkan tangannya, menangkap
kancing baju itu dan melontarkannya ke arah Hek-mo-ko serta teman-temannya yang lain.
Lontaran bukan sembarang lontaran karena kancing baju itu mengarah pada urat-urat syaraf
tertentu di bagian dahi sehingga melumpuhkan kerjanya otak, merupakan "totokan terbang"
yang tiada bandingannya !

Maka tidaklah heran jika Hek-mo-ko dan teman-temannya tak mampu mengendalikan
kesadaran mereka sendiri setelah terkena totokan lihai pendekar sakti itu, apalagi perintah
yang penuh pengaruh yang tadi dikeluarkan Cheng-gan Sian-jin, gemanya masih melingkar-

386
lingkar di ruangan ini. Otomatis orang-orang itupun berada di bawah pengaruh sihir Sin-gan-
i-hun-to datuk mereka sendiri dan kini bagaikan sekumpulan anjing, merangkak mendekati
tuannya!

Namun peristiwa ini hanya berjalan beberapa waktu saja. Cheng-gan Sian jin yang merasa
terkejut dan marah, sudah berseru keras dan tubuhnya berkelebat, kakinya bergerak
bergantian dan orang-orang itupun ditendangnya sehingga menjerit dan terpental
bergulingan.

"Manusia-manusia tolol, pergi kalian semua........!" kakek itu membentak dengan muka
merah, gemas melihat betapa anak-anak buahnya sendiri menjadi korban ilmunya. "Malaikat
Gurun Neraka, jangan bersikap pengecut ! Kalau kau memang lihai, coba terimalah
seranganku yang kedua secara jantan. Lihatlah, ular berkepala dua ini akan menyerangmu,
haiitttt.......!”

Cheng-gan Sian-jin yang merasa marah dan penasaran itu kembali menggerakkan tangannya
ke depan dan tiba-tiba seekor ular kuning dua kepala terbang menyambar pendekar sakti itu!
Ular ini mengeluarkan suara mendesis nyaring dan dari sepasang lidahnya yang bercabang
itu tampak uap hitam berbau amis.

Takla Sin-jin terkejut karena kali ini dia terpengaruh. Tidak seperti serangan pertama dimana
dia tadi dapat melihat dengan jelas bahwa yang menyerangnya hanyalah kancing-kancing

387
388
baju yang disebut oleh Cheng-gan Sian-jin sebagai bola mata Mahadewa, adalah serangan
yang kedua kalinya ini dia melihat bahwa yang terbang menyambarnya dengan kecepatan
kilat itu adalah betul-betul ular sungguhan. Tentu saja pendekar ini terkejut, padahal
sepengetahuannya gembong iblis itu tidak pernah memiliki ular apapun. Ini berarti bahwa
lawannya itu telah menambah kekuatan sihirnya untuk mempengaruhi dirinya!

Sadar akan kenyataan ini, pendekar itu tiba-tiba mengempos semangatnya, menarik hawa
sakti dari pusar sehingga dadanya berkembang penuh, lalu mengeluarkan hawa sakti ini
melalui bentakan, "Cheng-gan Sian-jin, aku tidak takut akan serangan ularmu, bahkan aku
hendak menangkapnya hancur. Lihat.........!"

Dengan kecepatan luar biasa Malaikat Gurun Neraka menggerakkan tangannya ke depan dan
serangkum hawa yang amat kuat menahan luncuran ular kuning itu. Dan pada detik itulah,
setelah dia menambah kekuatan batinnya untuk menolak pengaruh sihir Chen-gan Sian-jin,
pendekar ini melihat jelas bahwa yang menyerangnya itu ternyata hanyalah sehelai kain
kuning pengikat rambut yang tadi berada di kepala kakek iblis itu!

Muka pendekar ini menjadi merah. Hampir saja dia kena dikecoh lawan. Akan tetapi di
samping itu, diam-diam hatinya terkejut sekali. Terlambat sedikit saja, tentu pengaruh sihir
Cheng-gan Sian-jin akan berhasil menguasainya, padahal tadi dia telah melindungi diri
dengan tenaga sakti setengah bagian! Ini membuktikan bahwa pentolan kaum sesat itu
memang tidak boleh dibuat main-main! Maka, begitu dia berhasil menolak pengaruh lawan

389
setelah dia menambah tenaga saktinya dua bagian lagi sehingga cahaya kemerahan yang
muncul di punggungnya menjadi semakin terang, pendekar ini sudah menggerakkan jari
tangannya dan menjepit "ular" itu, menangkapnya dan meremasnya hancur.

"Kresss........"

Cheng-gan Sian-jin terbelalak melihat betapa "ular"nya hancur di tangan Malaikat Gurun
Neraka. Kakek ini kaget dan marah, juga semakin penasaran. Tadi jelas bahwa dia hampir
berhasil mempengaruhi lawan, tapi kenapa patah di tengah jalan? Dan dia semakin terkejut
melihat betapa sinar merah yang melindungi tubuh pendekar itu tampak semakin terang,
tanda bahwa lawannya itu menambah tenaga saktinya.

Kakek ini penasaran sekali. Masa dia tidak berhasil mempengaruhi lawannya ? Padahal Hek-
mo-ko dan rekan-rekannya yang terkena retouran Sin-gan-i-hun-to tadi sudah dapat dikuasai
dengan mudah. Apakah dia yang terlalu lemah menghadapi pendekar itu sehingga dua kali
serangannya selalu kandas melulu? Cheng-gan Sian-jin menggereng dan saking marahnya,
kakek ini lalu membanting kakinya.

"Dess!" kaki Cheng-gan Sian-jin melesak lima senti dan permukaan lantai hancur. Wajah datuk
ini merah berapi-api dan sepasang matanya mendelik penuh kemarahan. Dia menudingkan
telunjuknya dan membentak.

390
"Malaikat Gurun Neraka, kau memang hebat, akan tetapi jangan kau tekebur! Dua kali sudah
kau berhasil menangkis balik, namun jagalah seranganku yang ketiga kalinya ini. Lihatlah,
lihat baik-baik......" kakek itu lalu berkemak-kemik, mulutnya bergerak-gerak aneh dan
menggigil seperti orang kedinginan atau terserang penyakit malaria.

Sementara itu, Hek-mo-ko dan teman-temannya yang tadi ditendang bergulingan, sudah
bangkit berdiri dengan muka pucat. Pertandingan aneh antara dua jago tua ini hampir saja
melibatkan mereka ke dalam kesulitan. Diam-diam mereka gentar sekali dan Hek-mo-ko yang
teringat betapa dahinya disambar gundu mata Cheng-gan Sian-jin, mengkirik seram. Dia
tadi seakan-akan diserang gundu mata sungguhan sehingga begitu mengenai dahinya, tiba-
tiba gundu mata itu "amblas" ke dalam batok kepalanya. Dan yang amat mengerikan sekali,
begitu gundu mata itu lenyap memasuki kepalanya, tiba-tiba saja dia seperti kemasukan roh
penasaran yang menyuruhnya berlutut dan merangkak ke arah Cheng-gan Sian-jin!

Tentu saja iblis hitam ini meremang bulu kuduknya. Mana ada kejadian yang demikian aneh
dan menyeramkan? Dan hebatnya lagi, dia tadi tahu-tahu tidak dapat menguasai kesadaran
diri sendiri dan roboh berlutut mengikuti perintah yang datang dari dalam kepalanya sendiri!
Mana ada peristiwa yang lebih menyeramkan daripada ini? Hek-mo-ko terguncang batinnya
dan sepasang matanya berputaran, dan ketika dia menoleh ke arah teman-temannya, diapun
melihat betapa keadaan orang-orang itupun agaknya sama dengan dirinya, pucat dan
dicekam rasa ngeri.

391
Cheng-gan Sian-jin yang berdiri sambil berkemak-kemik, tiba-tiba mengeluarkan teriakan
parau. Suara kakek ini seperti suara hantu menjerit, melolong panjang dan sekonyong-
konyong berhenti seperti setan tercekik. Semua mata memandang terbelalak dan Hek-mo ko
melihat betapa kepala Cheng-gan Sian-jin tiba-tiba terbungkus uap hitam.

Mula-mula tipis saja uap ini, akan tetapi semakin lama semakin tebal dan akhirnya lenyaplah
kepala kakek iblis itu. Sama sekali tidak tampak wajahnya, terseiubung kabut hitam dan
suasana di ruangan itu terasa lebih menyeramkan lagi.

Dan sementara orang-orang ini menanti dengan jantung berdebar untuk menyaksikan apa
yang akan dilakukan kakek itu, Cheng-gan Sian-jin tiba-tiba meledakkan kedua tangannya
sambil berseru.

"Malaikat Gurun Neraka, waspadalah terhadap seranganku yang ketiga kalinya ini. Lihatlah,
naga raksasaku ini akan menyambar kepalamu. Hagggggghhhhhhhh.....!"

Raung yang mirip suara binatang buas ini benar-benar hebat bukan main, jauh lebih kuat
daripada yang sudah-sudah karena Cheng-gan Sian-jin mengerahkan semua kekuatannya
untuk mempengaruhi diri Malaikat Gurun Neraka. Hek-mo-ko sendiri yang bisa dibilang
memiliki tingkat paling tinggi di antara teman-temannya, tidak kuat menahan dan
terpelanting! Dan sebelum orang-orang itu mampu bangkit kembali, gerengan Cheng-gan
Sian-jin itu sudah disusul dengan pekik lain yang tidak kalah dahsyatnya dan tiba-tiba dari

392
dalam kabut hitam yang membungkus kepala kakek ini muncul seekor naga raksasa. Hebat
bukan main binatang ini, tubuhnya bersisik emas dan di kepalanya terdapat sebuah tanduk
yang ujungnya bercabang tiga. Dan yang amat mengerikan adalah sepasang mata naga ini.
Matanya mencorong buas dan merah berapi-api, bulat sebesar piring! "Kooaakkkkk......!!"

Bumi bergetar bagaikan dilanda gempa ketika naga raksasa bersisik emas ini membuka
mulutnya, dan tanpa dapat dicegah lagi, kaca jendela di ruangan itu hancur berantakan! Dari
sini saja dapat dibayangkan betapa dahsyatnya naga ciptaan Cheng-gan Sian-jin ini.

Malaikat Gurun Neraka sendiri tampak terkejut. Wajah pendekar sakti itu berobah dan
jantungnya tergetar mendengar dua kali pekik dahsyat berturut-turut ini. Dan yang
membuatnya lebih terkejut lagi adalah karena sekarang dia tidak mampu melihat wajah
kakek iblis yang terselubung dalam kabut hitamnya!

"Ihhh.....!" pendekar sakti itu mengeluarkan seruan lirih. Kalau dia sudah tidak dapat melihat
wajah lawan, tentu saja hal ini amat berbahaya baginya. Itu menandakan bahwa Cheng-gan
Sian-jin telah mengerahkan seluruh kekuatannya dan kakek itu memang betul-betul hebat.
Kekuatan batin Cheng-gan Sian-jin agaknya jauh lebih kuat dibandingkan dengan mendiang
Ang-i Lo-mo. Dan sebelum dia sempat berbuat sesuatu, tiba-tiba saja Cheng-gan Sian-jin telah
mengeluarkan bentakan keras sambil menudingkan tangannya.

393
"Kwi-liong (Naga Setan), hayo serang lawanmu itu. Terkam kepalanya dan banting tubuhnya,
haiittt......!"

Ajaib!

Bagaikan mengerti pembicaraan orang, naga raksasa itu tiba-tiba berkoak panjang dan
tubuhnya terbang menyambar ke arah Malaikat Gurun Neraka. Kecepatannya sungguh luar
biasa, bagaikan sinar halilintar. Terdengar angin bertiup keras dan tahu-tahu binatang
mengerikan ini telah berada di depan hidung pendekar sakti itu.

"Ahhh......!" Malaikat Gurun Neraka mengeluarkan seruan kaget karena tadi dia masih ter-
tegun heran. Melihat betapa naga raksasa ini menyambar sambil membuka mulutnya lebar-
lebar dan lidahnya yang kasar merah itu menjilat buas, hampir saja pendekar ini kehilangan
akal. Tadi dia merasa terkejut menyaksikan kehebatan datuk sesat itu. Belum pernah selama
hidupnya dia menjumpai seorang ahli ilmu hitam yang sesakti Cheng-gan Sian-jin ini sehingga
mampu menyembunyikan wajahnya di balik uap hitam. Maka, diserang secara tiba-tiba oleh
binatang buas itu membuat pendekar ini kaget sekali. Dia melengking tinggi dan ketika naga
itu menyambar datang, Malaikat Gurun Neraka secepat kilat merobohkan tubuh sejajar lantai
dan dari bawah kedua kakinya bergerak ke atas melakukan tendangan kilat. "Plak-duk-dukk!"

Tiga kali tendangan kiri kanan pendekar itu dengan tepat menghantam perut naga, dan
akibatnya binatang itu memekik kesakitan dan tubuhnya terpental jauh. Namun, binatang ini

394
sudah membalik lagi dan karena kesakitan, terjangannya semakin buas dan keempat kakinya
yang pendek-pendek akan tetapi kuat dan kokoh itu menjulurkan kuku-kuku maut yang siap
merobek tubuh lawan.

Namun, Malaikat Gurun Neraka yang sudah hilang kagetnya ini telah melenting berdiri seperti
semula. Pendekar ini melihat betapa tangan kanan Cheng-gan Sian-jin berputar aneh dan
naga itu mengikuti gerakan tangan majikannya, seolah-olah di-"stir" dari jauh oleh gembong
iblis itu. Dan ketika jari Cheng-gan Sian-jin menuding ke arahnya, naga itupun mengikuti
gerakan ini dan meluncur dengan kecepatan kilat menerkam kepalanya.

"Hemm....!" pendekar itu menggeram dan karena dia merasa diganggu oleh binatang ini,
maka begitu naga itu menyambar dekat, Malaikat Gurun Neraka ini menggerakkan tangan
kirinya, mendorong ke depan dan serangkum angin pukulan yang luar biasa kuatnya menahan
binatang itu. Dan sebelum naga ini sempat melanjutkan serangannya, secepat kilat pendekar
itu melangkah maju dan kedua jari tangan kanannya menusuk ke depan.

"Crot-crott! Kooaakkk.....!"

Tusukan kilat ke arah mata naga itu dengan tepat mengenai sasarannya dan terdengarlah
pekik kesakitan yang memekakkan telinga ini. Naga itu menggeliat kaget, keempat kakinya
berusaha mencengkeram ke depan namun Malaikat Gurun Neraka yang tidak mau memberi
hati sudah menyusuli dengan tamparan tangan kirinya yang berhawa panas.

395
"Prakk!"

Kepala naga itu terhantam telapak pendekar ini dan binatang itu tidak sempat menjerit lagi.
Kepalanya hancur lebur dan bersamaan dengan pukulan yang menewaskan naga ini,
lenyaplah tubuhnya terganti dengan sebatang tongkat ular yang hancur menjadi debu !

Cheng-gan Sian-jin berteriak parau saking marahnya melihat betapa tiga kali berturut-turut
semua serangan ilmu hitamnya gagal. Kakek ini murka sekali. Dia meledakkan kedua
tangannya lima kali bertubi-tubi dan tiba-tiba uap hitam yang membungkus kepalanya
melebar, kian lama kian besar dan kalau tadi hanya menyelubungi kepala Cheng-gan Sian jin,
sekarang dalam waktu tidak lebih dari lima detik saja seluruh tubuh kakek itu dari ujung-ujung
jari kakinya sampai ke ubun-ubun sudah tidak tampak lagi, terlindung kabut hitam yang gelap
pekat!

"Malaikat Gurun Neraka, kau memang tidak dapat diajak bersahabat. Baiklah, aku akan
membunuhmu dari dalam kabut ini. Awas, siapkan nyawamu ke hadapan Giam-lo-ong,
harrggghh.......!"

Raung seperti hantu dalam kubur ini membuat bulu roma berdiri. Apalagi ketika tiba-tiba
kabut hitam itu berjalan dan akhirnya melayang di atas permukaan lantai, mengangkat tubuh
Cheng-gan Sian-jin di dalamnya! Sungguh seperti roh penasaran yang muncul di kulit bumi!

396
Malaikat Gurun Neraka yang sudah banyak kali mengalami hal-hal mengerikan, tak terasa
lagi terbelalak matanya. Pendekar ini terkejut setengah mati melihat peristiwa yang amat luar
biasa itu. Dia memang pernah mendengar tentang kekuatan hitam seperti apa yang
ditunjukkan oleh Cheng-gan Sian-jin ini, namun karena seumur hidupnya pendekar ini belum
pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, maka begitu menjumpai hal seperti itu, dia
merasa seram juga. Cheng-gan Sian-jin ini betul-betul seorang kakek iblis yang mengerikan.
Ilmunya aneh-aneh dan rata-rata semuanya berbau ilmu setan.

Melihat betapa kabut hitam yang mengangkat tubuh Cheng-gan Sian-jin itu melayang di atas
permukaan lantai mendekatinya, pendekar ini menahan napas sejenak dan ketika kabut ini
telah berada di depannya dalam jarak dua meter, pendekar itu memukul ke depan dan
mengeluarkan bentakan menggeledek.

"Cheng gan Sian-jin, keluarlah kalau kau tidak ingin kubakar hidup-hidup......!"

Dan sungguh mengejutkan. Begitu kedua tangan Malaikat Gurun Neraka menghantam ke
depan, tampak asap mengepul dari telapak tangan pendekar itu dan ketika asap merah ini
bertemu dengan kabut hitam Cheng-gan Sian-jin, terdengar ledakan nyaring dan kabut hitam
itu terbakar! Kiranya pukulan api yang dilancarkan Malaikat Gurun Neraka ini telah
bersenyawa dengan uap hitam itu, bagaikan bensin bertemu api!

397
Tentu saja Cheng-gan Sian-jin kaget sekali. Kakek ini berseru keras dan dua kali dia mem-
banting kaki, lenyaplah ilmu hitamnya itu. Kabut hitam yang menyelubungi tubuhnya musnah
dalam sekejap, begitu pula pukulan berapi lawannya. Tampaklah sekarang tubuhnya yang
tinggi besar itu berdiri dengan mata mendelik dan berapi-api. Kemarahan dan penasaran
kakek ini benar-benar telah diuji kelewat batas baginya. Sadar bahwa semua ilmu-ilmu
sihirnya tidak akan mampu digunakannya terhadap lawan yang benar-benar luar biasa ini,
kakek ini lalu menggereng dan secepat kilat tubuhnya mencelat ke depan.

"Malaikat Gurun Neraka, terimalah pukulanku !" Cheng-gan Sian-jin berteriak parau dan
kedua tangannya menampar bertubi, cepat bukan main dan dalam satu gebrakan ini saja dia
telah mengarah empat bagian mematikan di tubuh lawan, yakni di kepala, leher, ulu hati dan
pusar. Dan empat serangan yang saling susul-menyusul inipun masih disambungnya lagi
dengan dua kali tendangan berantai, satu menghantam lutut dan yang kedua ke arah
anggauta rahasia lawan. Sungguh serentetan serangan maut !

Akan tetapi, Malaikat Gurun Neraka bukanlah orang biasa. Melihat keganasan kakek itu,
pendekar ini tidak menjadi gugup. Hanya dia berhati-hati sekali, terutama ketika dia melihat
betapa kedua tangan Cheng-gan Sian-jin berwarna merah seperti darah dan angin
pukulannya membawa bau amis. Maka ketika kedua tangan lawannya melancarkan empat
serangan bertubi itu, pendekar ini mengerahkan tenaga sinkangnya, menangkis sekaligus
mencoba untuk melihat sampai dimana kekuatan sinkang kakek itu.

398
"Plak-plak-plak-plakk!" empat serangan susul-menyusul yang dilakukan Cheng-gan Sian jin
bertemu dengan tangkisan pendekar itu. Keduanya terkejut ketika merasa betapa lengan
mereka tergetar, tanda masing-masing pihak memiliki sinkang yang tidak boleh dipandang
enteng. Dan pada waktu itu, susulan tendangan yang dilancarkan Cheng-gan Sian-jin tiba,
Malaikat Gurun Neraka mengeluarkan seruan nyaring, menggerakkan kedua kakinya dan
menyambut dua buah tendangan kilat itu dengan lututnya. "Des-desss!"

Dua pasang kaki saling bertemu dan Cheng-gan Sian-jin mendesis, tubuhnya terpental dua
tindak sedangkan Malaikat Gurun Neraka terdorong ke belakang satu langkah. Kenyataan ini
membuktikan bahwa tenaga sinkang pendekar itu masih unggul satu tingkat di atas Cheng-
gan Sian-jin!

Dan ini membuat kakek itu terkejut. Sama sekali Cheng-gan Sian-jin tidak mengira bahwa dia
akan bertemu dengan seorang lawan yang sanggup menandingi sinkangnya, malah di atas
tenaganya sendiri! Oleh sebab itu, kakek ini mulai merasa gelisah dan dia benar-benar
penasaran sekali. Masa dia akan kalah segala-galanya oleh lawan? Tadi pertama-tama ilmu
hitamnya dilumpuhkan, dan sekarang dalam adu tenaga inipun agaknya dia kembali harus
mengakui kelebihan Malaikat Gurun Neraka. Tidak biasa baginya untuk menerima hal yang
semacam ini dan kakek itu lalu melengking, tubuhnya berkelebat lenyap dan tahu-tahu dia
telah mencelat ke atas lalu menukik turun sambil menghantam ke bawah.

399
Hebat bukan main kecepatan gerak kakek ini. Cheng gan Sian-jin yang merasa agak "minder"
melihat kesaktian pendekar itu, kali ini mencoba untuk merebut kemenangan mengandalkan
ginkangnya. Dan memang ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan Cheng-gan Sian-jin
betul-betul mengagumkan. Dalam sekali gerak saja tubuhnya lenyap bagaikan asap karena
inilah ilmu ginkang andalannya yang disebut Cui-beng Ginkang, Ginkang Pengejar Roh !
Dengan ilmu meringankan tubuhnya itu kakek tinggi besar ini sanggup membuat bobot
tubuhnya seringan roh atau sukma, sebuah kepandaian yang didapatnya dari Pegunungan
Himalaya belasan tahun yang lampau. Dan dengan ilmunya inilah maka tadi dia dapat muncul
di ambang pintu dengan tiba-tiba karena langkah kakinya tidak tertangkap oleh telinga
Malaikat Gurun Neraka. Apalagi karena tadi perhatian pendekar ini tercurah kepada murid
tunggalnya yang tidur sepembaringan dengan murid perempuannya.

Takla Sin-jin sendiri terkejut menyaksikan ginkang Cheng-gan Sian-jin yang sanggup membuat
tubuhnya berkelebat lenyap dari pandangan mata lawan. Diam-diam pendekar ini merasa
kagum juga. Mau tak mau dia harus mengakui kehebatan datuk itu dan kalau bukan dia,
agaknya orang lain memang bukan tandingan kakek iblis itu. Dan dia merasa prihatin melihat
betapa dunia dihuni oleh manusia seperti Cheng-gan Sian-jin ini. Pantas saja ketua-ketua
partai besar dirobohkan oleh kakek itu. Kiranya kakek itu memang bukan orang sembarangan
!

Timbullah niat di dalam hati pendekar sakti ini untuk melenyapkan Cheng-gan Sian jin dari
muka bumi. Dia melihat bahwa kalau kakek itu masih berkeliaran di dunia, ancaman

400
malapetaka akan membubung di atas kepala orang-orang tak berdosa. Oleh sebab itu, setelah
membulatkan tekadnya, pendekar ini lalu memekik dan mulailah dia mainkan ilmu-ilmu
silatnya yang hebat bukan main. Hantaman lawan dari udara itu disambut dorongan kedua
tangannya dan meluncurlah sinar merah menyambut telapak Cheng-gan Sian-jin yang
menukik bagaikan burung terbang itu.

"Plak-dukk....aihhh!"

Cheng-gan Sian-jin menjerit kaget begitu telapak tangannya bertemu dengan kedua tangan
Malaikat Gurun Neraka. Kakek ini kaget karena ketika sepasang tangannya disambut tangan
lawan, tiba-tiba saja dari sepasang tangan pendekar itu timbul getaran mujijat seperti listrik.
Getaran ini menyengat dan sekaligus menghisap tenaga saktinya, seperti orang kena stroom
!

Tentu saja Cheng-gan Sian jin terkejut setengah mati. Dia tidak tahu bahwa pada waktu itu,
Malaikat Gurun Neraka telah mengisi kedua batang lengannya dengan tenaga saktinya yang
amat mujijat, yaitu tenaga Lui-kong-yang Sin-kang atau Tenaga Sakti Inti Petir! Inilah
sebabnya begitu telapak Cheng-gan Sian-jin bertemu dengan kedua lengan Malaikat Gurun
Neraka, tenaga Lui-kong-yang Sin-kang bekerja, menyengat dan sekaligus menghisap pukulan
lawan, tiada ubahnya seperti orang yang disambar petir!

401
Akan tetapi, kalau kakek iblis itu bukan seorang yang memiliki ilmu aneh-aneh dan bermacam-
macam, agaknya gebrakan pertama yang dilakukan oleh pendekar itu dapat menyedot
tenaga lawan dan menghisapnya sampai kehabisan tenaga. Sayang, Cheng gan Sian-jin betul-
betul orang yang memiliki banyak akal dan kepandaiannya sudah terlalu tinggi untuk
dirobohkan dalam segebrakan saja.

Begitu tenaga saktinya disedot "stroom" yang mengalir dari tangan lawan, kakek ini cepat
membuka mulutnya dan mengeluarkan seruan "hahhh........!" yang keras sekali. Malaikat
Gurun Neraka yang berhadapan dalam jarak yang sedekat itu, kaget ketika melihat betapa
dari mulut kakek iblis ini berhamburan jarum-jarum halus yang menyambar seluruh
wajahnya!

"Uhhh.......!" pendekar ini berteriak perlahan dan karena kejadian ini datangnya di luar
dugaan maka satu-satunya jalan adalah melompat mundur dan ini berarti dia harus
melepaskan lawan yang sudah dicengkeramnya. Namun, demi keselamatan diri sendiri
maka pendekar itu terpaksa melakukan satu-satunya jalan ini. Dia melompat mundur dan
jarum-jarum halus itu lewat di sisinya, sementara Cheng-gan Sian-jin menarik kedua
tangannya dan melompat ke belakang sambil menyumpah-nyumpah.

Demikianlah, kedua jago tua itu lalu bertanding lagi, masing-masing amat berhati-hati sekali.
Cheng-gan Sian-jin sudah tidak mau sembrono lagi beradu langsung dan menyentuh tubuh
lawan, sedangkan Malaikat Gurun Neraka harus berhati-hati karena gembong iblis itu dapat

402
saja melakukan serangan tak diduga-duga yang amat licik dan curang, seperti tadi tiba-tiba
saja menghamburkan serangan jarum dari mulutnya. Kalau bukan golongan sesat, mana ada
orang mau melancarkan serangan curang seperti yang dilakukan kakek iblis ini?

Cheng-gan Sian-jin yang mendapat pengalaman mengejutkan dalam adu tenaga itu, kini telah
mengeluarkan senjatanya yang terakhir, yaitu untaian tasbeh hitam yang tadi melingkar di
lehernya. Dia memiliki tiga macam jenis senjata, yaitu yang pertama adalah pengikat
rambutnya, kedua merupakan tongkat ular dan yang ketiga bukan lain adalah untaian tasbeh
hitam yang selalu melilit batang lehernya yang kokoh itu. Dua senjatanya yang pertama telah
dihancurkan oleh pendekar itu, dan kini tinggallah senjatanya yang terakhir, yakni tasbehnya
ini.

Dengan tasbeh di tangan kanan dan pukulan Tok-hiat-jiu di tangan kiri, ditambah dengan
pengerahan tenaga Cui-beng Ginkang yang membuat tubuhnya dapat lenyap dan berpindah-
pindah dalam kecepatan kilat, kakek ini memang benar-benar hebat sekali. Senjata di tangan
kanannya itu mengeluarkan angin bersiutan, menyambar-nyambar di delapan penjuru dan
kadang-kadang dalam sat yang tidak terduga tasbehnya datang tanpa suara, lenyap angin
serangannya. Dan inilah yang berbahaya sekali karena Malaikat Gurun Neraka harus
mengerahkan pendengaran dan ketajaman matanya untuk melihat kemana tasbeh itu
menyambar.

403
Terjadilah pertandingan yang luar biasa serunya. Cheng gan Sian-jin tidak mengira bahwa
selain dia, Malaikat Gurun Neraka juga diam-diam merasa kaget dalam pertemuan adu
tenaga yang pertama kalinya tadi. Hanya pendekar ini dapat menyimpan rasa terkejutnya
sedangkan kakek itu sendiri tidak. Yang dikejutkan oleh pendekar ini bukan lain adalah
pukulan Tok-hiat-jiu. Dalam pertemuan telapak tangan tadi, pendekar ini merasakan betapa
kedua telapak tangannya gatal-gatal dan panas, menimbulkan nyeri tanda pukulan lawannya
mengandung racun. Dan hanya berkat pengerahan tenaga sinkang Lui-kong-yang itu sajalah
maka dia berhasil membakar racun darah yang dimiliki Cheng-gan Sian-jin dan
melenyapkannya pada saat itu juga. Kalau tidak, tentu tubuh pendekar ini sudah keracunan.
Dan inilah yang membuat pendekar itu merasa kaget di dalam hati.

Maka, untuk mengimbangi Cheng-gan Sian-jin, Malaikat Gurun Neraka lalu mengeluarkan
ilmu-ilmu silatnya yang beraneka ragam. Mula-mula sebagai balasan, dia melancarkan
pukulan-pukulan Cap-jiu-kun (Silat Sepuluh Kepalan) dimana semua serangan-serangannya
ini mengandung tenaga Lui-kong-yang Sin-kang. Akan tetapi, melihat betapa gelombang
serangan kakek itu semakin lama semakin dahsyat, maka untuk menahan arus serangan ini
dia mainkan Khong-ji-ciang. Dua ilmu silat ini digabung dan gelombang pukulan Cheng-gan
Sian-jin serta tasbeh hitamnya dapat diatasi.

Akan tetapi, ketika kakek iblis itu merobah ilmu silatnya dan kini mulai bergulingan di lantai
dan melancarkan serangan bertubi-tubi ke bagian bawah tubuh lawan, pendekar ini
kewalahan juga. Gerakan kakek itu luar biasa cepatnya dan sekarang Cheng-gan Sian-jin juga

404
menggabungkan dua macam serangannya. Sedetik bergulingan di lantai sambil menyerang
dengan tasbeh dan tangan kiri, sedetik kemudian kakek inipun telah mencelat bangun dan
terbang berputaran dengan ilmu ginkangnya yang luar biasa itu. Berat tubuhnya seakan-akan
tidak berbobot lagi, melayang ringan di atas permukaan lantai bagaikan seekor burung.

Hal ini membuat Malaikat Gurun Neraka repot juga. Cheng-gan Sian-jin terlalu cerdik untuk
diajak beradu tenaga secara langsung seperti tadi. Setiap kali kedua tangan mereka hendak
bertemu, selalu kakek itu mengelak cepat dan dari samping lalu menyerang secara tiba-tiba.

Tentu saja pertandingan yang seperti ini akan memakan waktu lama. Malaikat Gurun Neraka
menjadi tidak sabar, maka ketika Cheng-gan Sian-jin kembali melancarkan serangan sambil
bergulingan, pendekar itu mengeluarkan bentakan menggeledek dan kedua kakinya tiba-tiba
dibanting keras di atas lantai.

"Duk-dukk!" sepasang kaki pendekar ini melesak empat dim dan lantai itu hancur! Tasbeh di
tangan kanan Cheng-gan Sian-jin yang pada saat itu sedang menyerang dari bawah, dengan
tepat mengenai kaki kiri Malaikat Gurun Neraka dan karena pendekar itu tidak mengelak,
maka tasbeh hitam ini membelit kakinya. Sementara itu, pukulan tangan kiri Tok-hiat-jiu
menyusul sedetik kemudian dan dengan tepat menghantam kaki kanan Malaikat Gurun
Neraka.

"Rrrtttt-desss!"

405
406
Kedua kaki pendekar itu tidak bergeming. Baik tasbeh yang membelit kaki kirinya maupun
pukulan Tok-hiat-jiu yang menghantam kaki kanannya, sama sekali tidak mengguncangkan
sepasang kaki pendekar sakti itu yang menancap kokoh bagaikan tertanam di dasar bumi.
Itulah kuda-kuda Siang-kak-jip-te (Sepasang Kaki Berakar di Bumi) yang dilakukan Malaikat
Gurun Neraka. Dengan pasangan kuda-kuda seperti ini, biar ada gunung ambruk sekalipun
tidak akan sanggup merobohkan tubuh pendekar itu!

Dan sementara gerakan Cheng-gan Sian-jin tertahan, Malaikat Gurun Neraka tiba-tiba me-
ledakkan kedua tangannya dan terdengarlah tepukan bagaikan suara halilintar. Dari telapak
tangan pendekar ini muncrat bunga api yang berkobar ketika meluncur ke arah tubuh Cheng-
gan Sian-jin yang masih berkutetan di bawah!

"Darr! Ciuuutttt..... bushhh!"

Serangan api petir ini menghantam lantai karena Cheng-gan Sian jin sudah berteriak kaget
dan mencelat bangun. Untung gerakan kakek iblis itu cepat sekali dan berkat Cui-beng
Ginkangnya maka dia berhasil menyelamatkan diri dari serangan mujijat pendekar itu. Namun
Malaikat Gurun Neraka yang kini telah mengeluarkan ilmu saktinya yang bernama Lui-kong
Ciang-hoat (Ilmu Silat Halilintar) itu dan sudah tidak mau memberi hati, mencabut kakinya
dan berkelebat menyerang Cheng-gan Sian-jin.

"Dar - darrr!"

407
Dua kali serangan ini kembali luput. Cheng-gan Sian-jin sudah berteriak gentar dan
wajah kakek yang biasanva tidak mengenal takut itu kini tampak pucat. Teringatlah dia ketika
dulu Hek-mo-ko menghadapi murid pendekar sakti itu. Juga Hek-mo-ko diserang gencar oleh
ilmu pukulan sakti ini, namun yang keluar dari tangan bekas jenderal muda itu hanyalah sinar-
sinar kebiruan yang berhawa panas. Sama sekali bukan api sakti seperti yang sekarang
dikeluarkan oleh Malaikat Gurun Neraka ini! Benar-benar guru lebih hebat daripada murid!

“Hek-mo-ko, bantu aku, serang dia! He, Lie Lan, mengapa melenggong saja disitu? Anak
bodoh, hayo maju! Dan kalian semua, hei kerbau-kerbau dungu, cepat bunuh musuh ini.
Serangg ............!!"

Cheng-gan Sian jin berteriak-teriak, bingung dan marah kepada anak buahnya yang
menonton dari jauh. Pukulan-pukulan Lui-kong Ciang-hoat yang dilancarkan pendekar sakti
itu benar-benar membuatnya gelisah, selalu mengejarnya kemanapun dia lari. Dan hanya
berkat Ginkang Pengejar Roh sajalah dia masih dapat menyelamatkan diri. Akan tetapi, ketika
tiba-tiba pendekar itu melengking nyaring dan tubuhnya berkelebat ke depan dan terbang
berputaran mengejarnya, kakek iblis ini benar-benar hampir berhenti denyut jantungnya.

Dia melihat betapa ilmu ginkang yang amat diandalkannya itu kini mendapatkan lawan yang
setimpal. Tubuh Malaikat Gurun Neraka melayang seperti kapas ringannya dan kemanapun
dia pergi, musuhnya itu selalu membuntutinya bagaikan bayangannya sendiri. Akibatnya, dua
orang ini segera lenyap tubuhnya karena masing-masing mengerahkan seluruh ilmu

408
ginkangnya. Cheng-gan Sian-jin mati-matian mengerahkan Cui-beng Ginkang untuk
melarikan diri, sedangkan Malaikat Gurun Neraka mengerahkan Jouw-sang-hui-teng
(Terbang Di Atas Rumput) sambil menyerang bertubi-tubi dengan pukulan-pukulan saktinya
yang meluncurkan api petir!

Sebentar saja, pukulan Lui-kong Ciang-hoat yang luput mengenai Cheng-gan Sian-jin meng-
hantam apa saja. Dan di mana pukulan ini meledak, muncratlah api yang segera berkobar
besar dan tidak lama kemudian kamar besar itupun terbakar!

Kacaulah keadaan di situ. Hek-mo-ko dan teman-temannya yang diteriaki pimpinannya agar
membantu dan mengeroyok Malaikat Gurun Neraka menjadi ragu-ragu dan tidak segera me-
nolong. Akan tetapi, ketika Cheng-gan Sian-jin mulai mengancam untuk kelak membunuh
mereka dengan sekejam-kejamnya, orang-orang inipun merasa serba salah. Maju takut,
mundur gentar! Mana yang harus dipilih? Benar-benar situasi yang amat runyam!

Akhirnya, Hek-mo-ko yang lebih takut terhadap koksu, melompat maju dan tindakannya ini
segera diikuti oleh yang lain. Mereka berada di sarang sendiri, dan musuh mereka hanya
seorang, masa mereka harus terlalu takut? Maka dengan nekat orang-orang inipun lalu
berlarian mengejar. Akan tetapi ternyata maksud mereka inipun juga tidak gampang
dilaksanakan. Dua orang sakti itu bergerak-gerak cepat, tubuh mereka sudah tidak tampak
lagi karena merupakan dua gulung bayangan yang tidak jelas. Apalagi mereka itupun juga
sudah tidak selalu berada di tempat yang sama. Sebentar di atas tanah, sekejap kemudian

409
sudah melayang di atas rumah. Kejar-kejaran yang seru terjadi dan dua orang itu berkelebat-
kelebat cepat seperti setan. Dan hanya tubuh Malaikat Gurun Neraka yang kini diselimuti
cahaya kemerahan yang terang benderang itulah yang memberi tahu kepada Hek-mo-ko dan
teman-temannya bahwa bayangan itu adalah bayangan pendekar sakti yang mengejar
Cheng-gan Sian-jin.

"Ah, kita tangkap muridnya dan jadikan sandera!" tiba tiba Kim-bian berseru. Yang lain seperti
diingatkan dan beramai-ramai mereka menyatakan setuju.

"Benar, dan kita kumpulkan pasukan besar untuk mengurung tempat ini !" Lie Lan
menyambung dan gadis ini lalu memerintahkan beberapa orang perwira yang ada di situ
untuk mengumpulkan seluruh pasukan yang ada di kota raja.

Gegerlah keadaan di situ. Para perwira sudah cepat membunyikan terompet tanduk untuk
membangunkan pasukan yang tidur, sedangkan Hek-mo-ko dan kawan-kawannya berlarian
masuk untuk menawan Bu Kong yang tadi masih pingsan di dalam kamar. Kebakaran yang
terjadi semakin luas dan orang-orang ini semakin panik. Akibat pukulan Lui-kong Ciang-
hoat benar-benar hebat sekali. Wuwungan-wuwungan rumah yang tadi dipakai kejar-kejaran
oleh dua orang sakti itu, juga tidak luput dari pukulan Malaikat Gurun Neraka yang luput
mengenai tubuh Cheng-gan Sian-jin dan apipun membakar rumah-rumah ini!

410
Kota raja benar-benar gempar. Tadinya Cheng-gan Sian-jin memang tidak mempersiapkan
pasukan karena pikirnya untuk menghadapi seorang musuh saja buat apa pasukan segala
harus diikutsertakan? Dengan anak-anak buahnya sendiripun kiranya sudah cukup.
Kepercayaan diri yang terlalu berlebih-lebihan ini ternyata merugikan kakek iblis itu karena
sekarang nyatanya dia diancam pukulan maut yang dilancarkan lawannya yang telah meng-
ambil keputusan bulat untuk mengenyahkan dirinya dari muka bumi.

Sementara itu, Lie Lan dan teman-temannya yang berlarian untuk mengambil murid pendekar
sakti yang masih pingsan itu, kembali mengalami kejutan. Baru saja mereka ini tiba di pintu,
bayangan-bayangan berkelebatan dari dalam kamar dan tampak oleh murid perempuan
Cheng-gan Sian-jin ini betapa tubuh Yap goanswe dipondong dan dilarikan oleh seorang gadis
cantik berbaju hijau!

"Heii, berhenti kalian...!" Lie Lan membentak dan gadis ini melompat, memukul dengan
serangan jarak jauh.

"Plakk!" gadis baju hijau itu menangkis dan tubuhnya terhuyung hampir jatuh. Gadis ini
mengeluarkan seruan kaget dan pada saat itu, Lie Lan yang merasa marah kembali
melancarkan pukulannya.

"Gadis siluman, perlahan dulu.....!" tiba-tiba dari samping menyambar bayangan putih dan
seorang pemuda tampan menangkis pukulan murid Cheng-gan Sian-jin ini.

411
"Dukk!"

Lie Lan tertahan pukulannya dan tergetar tangannya, akan tetapi pemuda itu terpental ke
belakang.

"Aihh, lihai sekali!" pemuda itu berseru kaget. "Hong-moi (adik Hong), cepat pergi, biar aku
menahan gadis siluman ini!" pemuda itu berteriak kepada gadis baju hijau, lalu mengeluarkan
kipas hitam dan jarum perak yang panjangnya lima inci kemudian menerjang Lie Lan yang
hendak menyusul gadis baju hijau yang melarikan tubuh Yap Bu Kong.

Siapakah pemuda tampan berbaju putih itu? Agaknya para pembaca tentu sudah
mengenalnya. Melihat kipas hitam dan jarum peraknya, siapalagi kalau bukan Gin-ciam
Siucai? Benar, pemuda itu memang Hok Sun adanya sedangkan gadis cantik berbaju hijau
yang melarikan Bu Kong bukan lain adalah Pek Hong, itu murid tunggal Ta Bhok Hwesio yang
berkepandaian tinggi.

Dua orang muda ini tidak sendirian saja. Mereka itu dibantu oleh banyak orang teman dan
diantaranya tampak seorang hwesio gemuk pendek yang selalu tersenyum-senyum serta
seorang Kakek berpakaian nelayan. Dan hwesio gemuk yang bermulut ramah itu bukan
lain adalah Ta Bhok Hwesio sendiri, hwesio sakti yang berasal dari Tibet, sedangkan kakek
berpakaian nelayan itu bukan lain Phoa-lojin (kakek Phoa) dari Pulau Cemara di Laut Timur.

412
Kakek inilah yang dulu oleh Yap Bu Kong hendak ditemui karena Phoa-lojin itu adalah seorang
ahli gwamia (tukang ramal) yang ulung!

Hek-mo-ko dan teman-temannya terkejut sekali melihat kehadiran orang-orang tak


diundang ini. Dia memandang terbelalak ke arah Ta Bhok Hwesio yang melangkah
menghampirinya sambil tersenyum-senyum itu.

"Ha, Setan Hitam, apa kabar? Wahh, setelah dekat dengan koksu tubuhmu semakin gemuk
saja. Ha-ha, agaknya kau disuguhi daging-daging empuk, ya? Ehh, kenapa melotot? Oh-ya,
aku lupa, bukankah sepasang matamu itu memang tidak dapat dipejamkan? Kabarnya kalau
kau tidur sekalipun matamu masih mendelik, he-he...."

Ta Bhok Hwesio tertawa geli. Kakek ini memang berwatak periang dan suka bergembira.
Dalam perjalanannya mencari murid perempuannya yang bengal itu, dia mendengar berita di
perjalanan bahwa Yap-goanswe tertawan di kota raja Kerajaan Wu. Dia tahu bahwa muridnya
itu mencinta Yap-goanswe, dan tentu juga sudah mendengar kabar ini. Maka, ke mana lagi
dia harus mencari Pek Hong kalau bukan ke kota raja?

Itulah sebabnya kakek ini lalu melangkahkan kakinya ke sana, dan di tengah perjalanan
hwesio ini melihat kejadian-kejadian yang menarik hatinya. Dia melihat orang-orang kang-
ouw sedang berkumpul di sebuah hutan dekat kota raja, mereka itu melakukan perundingan
rahasia dan ketika dia mencuri dengar, hwesio ini mendapatkan keterangan bahwa orang-

413
orang itu hendak memasuki Sucouw secara diam-diam dan menyamar dengan bermacam-
macam pakaian untuk membantu Malaikat Gurun Neraka yang hendak membebaskan
muridnya dari tangan Cheng-gan Sian jin.

Tentu saja mendengar nama Cheng-gan Sian-jin Ta Bhok Hwesio kaget sekali. Sepasang mata-
nya terbelalak dan kalau dia tidak dapat menekan hatinya, agaknya dia telah mengeluarkan
seruan keras mengejutkan orang-orang itu. Memang betul bahwa dia telah mendengar
berita tentang tertawannya Yap-goanswe di kota raja musuh, akan tetapi tadinya dia
menyangka bahwa yang menawan bekas jenderal muda itu adalah panglima-panglima
Kerajaan Wu. Sama sekali dia tidak mengira bahwa pemuda itu ditangkap Cheng-gan Sian-jin
yang kini menjadi koksu Kerajaan Wu !

"Ahh, bagaimana siluman raksasa itu dapat hidup kembali setelah tigapuiuhan tahun lenyap?
Celaka, aku harus segera ke sana, kalau tidak, tentu nasib pemuda itu berbahaya sekali!"
kakek ini berkata di dalam hatinya dan dia lalu mendahului orang-orang itu, memasuki kota
raja dengan cepat namun secara hati-hati sekali.

Dengan ilmu kepandaiannya yang tinggi, hwesio Tibet ini tidak mengalami banyak kesukaran
dan diapun lalu melakukan penyelidikan. Dan hwesio ini menjadi terheran-heran dan semakin
kaget ketika dia mendengar perbuatan-perbuatan Yap-goanswe yang dikabarkan orang
melakukan perjinaan dengan selir Yun Chang dari Kerajaan Yueh, betapa Yueh hancur di
tangan musuh dan betapa Raja Muda Yun Chang sendiri tewas dalam peperangan itu.

414
"Wahh, luar biasa sekali !" Ta Bhok Hwesio berseru. "Bagaimana mungkin pemuda yang
gagah perkasa seperti itu mampu melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk semacam ini?
Hampir tidak masuk akal...hampir tidak masuk akal, ini tentu fitnah ! Dan kalau gurunya
tergesa-gesa turun tangan menghukum muridnya, hal ini benar-benar berbahaya
sekali...ahh, pinceng harus mencari tahu pokok pangkalnya yang benar......"

Hwesio sakti itu dengan muka tegang lalu cepat mencari keterangan dimana kiranya Yap Bu
Kong ditawan. Dia telah mengenal baik watak jenderal muda yang gagah perkasa itu dan dia
tidak mudah begitu saja untuk mempercayai berita-berita yang mengejutkan tentang diri
pemuda itu. Dia tertarik dan suka kepada murid Malaikat Gurun Neraka ini, kagum akan
kegagahan dan ilmu kepandaiannya yang tinggi. Bahkan diam-diam kakek ini telah berbicara
dengan guru pemuda itu untuk menjodohkan Bu Kong dengan murid perempuannya sendiri.

Akan tetapi malang, sebelum dia menyinggung-nyinggung hal ini dengan yang bersangkutan,
agaknya pemuda itu sudah saling jatuh cinta dengan gadis lain yang cantik jelita, murid Mo-i
Thai-houw yang telah tewas ketika dulu bertempur seru dengannya. Memang nenek itu bukan
tewas di tangannya, melainkan tewas setelah secara nekat dan mati-matian menyerang guru
Yap-goanswe. Sebelumnya Mo-i Thai-houw telah menderita luka dalam ketika bertempur
dengannya, maka ketika nekat menyerang Malaikat Gurun Neraka, luka nenek itu menjadi
semakin parah dan akhirnya ajal menjemput Mo-i Thai-houw yang dulu merupakan bekas
kekasih pendekar sakti itu.

415
Kisah menyedihkan terjadi. Hubungan asmara antara Yap Bu Kong dengan murid Mo-i Thai-
ouw diketahui juga oleh muridnya. Pek Hong terpukul batinnya dan semenjak saat itu, gadis
yang biasanya berwatak lincah jenaka ini sekarang berobah seratus delapanpuluh derajat.
Tidak nampak lagi keriangan itu, tidak nampak lagi kegembiraan wataknya. Wajahnya selalu
murung dan kini, akibat patah hati, gadis itu menjadi lebih kurus da n sinar matanya
tidak menunjukkan gairah hidup, da n hanya sesekali, apabila gadis itu teringat kepada
Siu Li yang menjadi kekasih pemuda itu, sepasang mata gadis ini menyinarkan api kebencian!

Ta Bhok Hwesio adalah seorang sakti yang berkepandaian tinggi. Dia berhasil menggembleng
murid perempuan yang amat disayangnya itu menjadi seorang dara pendekar yang lihai, akan
tetapi dia tidak berhasil menyembuhkan patah hati muridnya itu dengan ilmu kepandaiannya.
Hwesio ini kebingungan dan untung baginya, Pek Hong yang hilang semangat hidupnya itu
tidak sampai kehilangan semangatnya untuk menggembleng diri dalam ilmu silat.

Gadis itu dengan tekun sehingga kadang-kadang lupa makan lupa tidur, memperdalam
ilmunya di bawah bimbingan kakek ini. Ta Bhok Hwesio merasa heran melihat betapa Pek
Hong kian hari kian bersemangat berlatih ilmu silat dan sinar berapi-api di dalam sepasang
mata muridnya nampak semakin hebat.

Kakek ini tidak tahu betapa di dalam hati muridnya itu terdapat kekecewaan dan rasa
penasaran yang hebat. Apakah Siu Li lebih cantik daripada dirinya sehingga Yap goanswe lebih
tertarik kepada gadis itu? Ataukah karena kepandaian Siu Li lebih tinggi daripada

416
kepandaiannya sehingga jenderal muda yang tampan dan gagah perkasa itu lebih terpikat
kepada murid mendiang Mo-i Thai-houw? Dan kekasih pemuda itu bahkan adalah seorang
puteri musuh besar dari Kerajaan Yueh!

Bagaimana Yap-goanswe dapat jatuh hati terhadap gadis seperti itu? Padahal jelas bahwa
disamping sebagai murid nenek iblis yang berjuluk Mo-I Thai-houw, Siu Li adalah puteri
panglima tertua dari Wu-sam-tai-ciangkun ! Pek Hong benar-benar penasaran sekali. Tentu
murid nenek jahat itu mempergunakan ilmu siluman. Dan untuk menghadapi ilmu silumannya
inilah maka sekarang gadis itu berlatih silat dengan giat dan mati-matian tak kenal lelah! Pek
Hong telah bertekad untuk kelak mencari gadis itu dan hendak dihajarnya Siu Li yang telah
mempergunakan “ilmu silumannya” menjatuhkan hati Yap-goanswe !

Dan gadis ini menjadi semakin yakin akan watak kotor Siu Li ketika gadis itu kini meninggalkan
Yap-goanswe setelah membuat jenderal muda itu hampir gila. Kalau memang cinta
sungguhan, mana mungkin meninggalkan kekasih merana dan hancur lebur perasaannya?
Hanya gadis-gadis siluman sajalah yang mampu melakukan kekejian itu, mempermainkan
orang sepuas hati lalu meninggalkannya begitu saja !

Inilah yang mendorong Pek Hong berlatih ilmu silat dengan semangat yang luar biasa sehingga
mengherankan gurunya yang tidak mengerti akan sebab-sebabnya. Dan tentu saja hwesio ini
menjadi gembira. Setidak-tidaknya muridnya itu tidak menenggelamkan diri dalam kedukaan,
dan ini sudah dirasakannya sebagai suatu keuntungan.

417
Demikianlah, setelah dua tahun memperdalam ilmunya, gadis itu lalu meninggalkan
suhunya dan merantau seorang diri. Dia berjanji bahwa tiga bulan lagi akan kembali, akan
tetapi setelah Ta Bhok Hwesio menunggu sampai tiga bulan dan ternyata muridnya itu belum
kembali, kakek ini menjadi gelisah. Hwesio itu menunggu dan bersabar sampai bulan yang ke
empat dan akhirnya, karena Pek Hong belum juga muncul, guru yang amat sayang kepada
murid perempuannya itu lalu mencari dengan hati gelisah dan mulut mengomel panjang
pendek.

"Uhh, dasar bengal, orang tua disuruh tunggu rumah sedang dia sendiri kelayapan sesuka hati
! Awas kau, sekali bertemu tentu kujewer telingamu !” Hwesio ini bersungut-sungut dan kakek
itu lalu turun gunung, sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan mendengar hal-hal
mengejutkan, terutama tentang munculnya Cheng-gan Sian-jin yang orang kira telah tewas
pada tigapuluh tahun yang lampau. Juga tentang tertawannya Yap-goanswe dan hancurnya
Kerajaan Yueh serta angkatan perangnya.

Semuanya ini membuat kakek itu terkejut dan dengan muka khawatir diapun lalu menuju ke
kota raja. Dia merasa yakin bahwa di kota rajalah dia akan bertemu dengan muridnya itu.
Dan apa yang diduga oleh kakek ini ternyata cocok.

Mula-mula sekali, ketika dia menangkap seorang perajurit penjaga dan menotoknya lumpuh
lalu membawanya ke semak-semak belukar yang gelap, dia mendapatkan keterangan yang
jelas sekali tentang di mana beradanya Yap-goanswe yang ditawan koksu. Hwesio ini lalu

418
menggerakkan tangannya sekali lagi dan perajurit itupun pingsan ketika tersentuh jari-jari
tangan kakek ini yang mengenai tengkuknya.

"Hemm, di gedung besar bercat kuning. Begitukah kiranya ?" demikian hwesio ini
mendapatkan keterangan dari mulut penjaga tadi. "Kalau begitu, aku harus segera ke sana."

Ta Bhok Hwesio lalu berkelebat dengan gerakan ringan dan dia mencari-cari dengan matanya
di manakah beradanya gedung bercat kuning itu. Karena kompleks istana yang dimasukinya
ini rata-rata memiliki gedung-gedung yang besar dan tinggi, maka kakek itu lalu melayang di
atas wuwungan sebuah gedung dan dari sinilah dia melayangkan matanya mencari.

Dan tiba-tiba kakek ini terkejut. Baru saja dia menginjakkan kaki di wuwungan paling atas,
kakek ini melihat betapa seorang kakek lain berpakaian nelayan sedang duduk bersila di atas
rumah menghadapi sebidang papan catur sambil tertawa ha-ha-he-he !

“Wah, raja hitam sedang tidur dan ratunya bersembunyi di gedung kuning! Ha-ha, kedudukan
mereka memang kuat, akan tetapi didatangi kuda-kuda putih dan keledai gundul dari barat,
mana mereka bisa tahan? Apalagi raja putih marah-marah dan menyatroni bidang hitam. He-
he, bakal ramai sekali !"

Kakek aneh itu berteriak-teriak seperti anak kecil dan tangannya bergerak-gerak cepat di atas
papan catur, memindahkan biji-biji catur ke sana-sini dengan wajah gembira. Ta Bhok Hwesio

419
merasa terkejut, apalagi ketika mendengar ucapan "keledai gundul dari barat"! Apa yang
dimaksudkan oleh kakek aneh itu? Cepat dia menahan napas karena maklum bahwa agaknya
kakek aneh yang sedang menghadapi papan caturnya itu bukanlah orang sembarangan.
Sayang kakek itu membelakanginya sehingga dia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Dan sementara itu, kakek aneh ini kembali bicara seorang diri seperti orang sinting, "Ha,
keledai putih naik atap, mulutnya menyeringai ketakutan, sikapnya mau menyerang orang.
Tapi sayang, di bawahnya ada anak sapi yang melotot keheranan. Ha-ha ha, hayo keledai
gundul, loncat sini, jangan takut, heiiitttt..............!"

Kakek aneh itu tiba-tiba mengangkat sebuah bidak, yaitu kuda putih yang daun telinganya
sudah dipapas buntung sehingga merupakan "kuda gundul", melemparkan biji catur ini ke
belakang yang tepat menyambar ke arah Ta Bhok Hwesio!

Tentu saja hwesio ini terkejut. Sambitan biji catur itu jelas bukan serampangan atau ngawur
saja, melainkan memang disambitkan karena kakek aneh yang tertawa ha-ha-he-he itu sudah
mengetahui kedatangannya! Oleh sebab itu, hwesio ini lalu melompat dan secepat kilat
tangan kanannya bergerak menangkap biji "kuda gundul" yang sekarang mirip keledai itu,
ejekan yang ditujukan kepada dirinya!

"Wuutti!'

420
Biji catur itu tertangkap dan Ta Bhok Hwesio merasa betapa lengannya tergetar. Kagetlah
kakek ini. Dia belum tahu apakah kakek berpakaian nelayan itu kawan ataukah lawan. Kalau
lawan, benar-benar berat sekali karena dia menghadapi seorang musuh yang memiliki
sinkang kuat. Namun kakek ini tidak takut dan begitu dia berhasil menangkap biji catur itu,
dia melayang sambil menyambitkan kembali bidak itu dan berseru, "Manusia sinting, terima-
lah biji caturmu ini!"

Kakek berpakaian nelayan itu agaknya terkejut, dia memutar tubuh menoleh dan ketika me-
lihat sambaran "kuda gundul"nya, papan caturnya diangkat cepat dan...... "tapp!" biji catur
itupun hinggap di atas papan caturnya tanpa bergoyang!

Kini keduanya telah saling berhadapan dan masing-masing pihak melihat jelas muka lawan.
Ta Bhok Hwesio terbelalak sejenak dan tampak terkejut, akan tetapi segera mukanya berseri
gembira dan kakek ini tertawa bergelak. "Wahh, tidak tahunya Phoa-lojin si tukang pancing
dari Pulau Cemara! Ha-haha, tua bangka kurus kering, apa maumu datang ke tempat ini?
Apakah di sinipun banyak ikan gemuknya sehingga kau kelayapan kemari jauh-jauh
meninggalkan pulaumu? Hati-hati, jangan-jangan kaulah yang terpancing dan dijebloskan
dalam penjara, ha-ha!"

Ta Bhok Hwesio tertawa keras karena hatinya betul-betul gembira sekali bertemu dengan
sahabat lamanya ini. Sama sekali dia tidak menyangka akan dapat melihat Phoa-lojin di
tempat ini dan kejadian ini sungguh kebetulan baginya. Dia tahu bahwa disamping memiliki

421
ilmu silat tinggi, Phoa-lojin adalah seorang tukang gwamia yang ulung, dan dia hendak
mempergunakan kesempatan ini untuk bertanya tentang muridnya! Inilah yang menggem-
birakan hatinya dan kakek itu tertawa dengan muka berseri-seri. Pantas saja kehadirannya
diketahui oleh kakek ini, tidak tahunya yang menebak adalah Phoa-lojin! Dia benar-benar
merasa kagum sekali akan kepandaian meramal sahabatnya itu.

Phoa-lojin yang melihat kegembiraan hwesio itu, cepat meletakkan jarinya di mulut memberi
isyarat, "Sstt, keledai gundul, jangan ribut-ribut ! Malam ini akan terjadi peristiwa luar biasa
dan harap kau tenangkan diri. Jangan terlalu menggelisahkan murid perempuanmu. Anak itu
memang nakal, akan tetapi ia tidak apa-apa. Yang penting adalah menolong Yap-goanswe
dan kau harus mengutamakan hal ini. Bukankah kedatanganmu inipun juga hendak
membebaskan pemuda itu? Nah, sekarang taatilah omonganku ini dan lihat......!"

Phoa iojin menjentrekkan jari tengah dengan ibu jarinya ke atas, dan tiba-tiba dari bawah
melayang sesosok tubuh berpakaian putih. Seorang pemuda tampan berdandan seperti siucai
(pelajar) muncul di situ dan pemuda ini memberi hormat kepada kakek berpakaian nelayan
itu.

"Suhu memanggil teecu?" pemuda itu bertanya.

422
Phoa-lojin mengangguk. "Benar, Hok Sun, aku hendak bertanya apa saja yang telah kau lihat
di bawah dan bukankah gadis baju hijau yang dulu kautemui tidak kurang suatu apa?
Ketahuilah, kakek ini adalah Ta Bhok Hwesio sahabat lamaku dan gadis itu adalah muridnya."

Pemuda baju putih ini tampak terkejut ketika dia mendengar dari suhunya siapa adanya
hwesio gundul itu. Cepat dia memberi hormat dan berkata, "Ah, kiranya lo-suhu adalah guru
dari nona Pek Hong! Locianpwe, memang beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan
murid locianpwe itu di kota Hun-kiang. Dia mengobrak-abrik sarang Hek-tung Kai-pang
seorang diri! Sungguh nona Hong gagah dan berani sekali, saya benar-benar kagum. Akan
tetapi, karena yang dimasukinya itu adalah sarang orang-orang jahat, maka hampir saja
murid locianpwe itu celaka. Untung, pada saat yang berbahaya, muncullah Malaikat Gurun
Neraka yang membuat semua orang lari ketakutan dan nona Hong nyaris dari bahaya ......"

"Dan dimana ia sekarang?" Ta Bhok Hwesio bertanya dengan muka berobah. Mendengar
betapa muridnya itu mengobrak-obrik sarang Hek-tung Kai-pang benar-benar membuat
hatinya terkejut sekali. Dia memang pernah mendengar nama Hek-tung Kai-pang yang
kabarnya diketuai oleh Liong-tung Lo kai dan dia cukup tahu macam apa adanya perkumpulan
kaum pengemis berbaju hitam itu, sekumpulan orang yang tidak segan-segan melakukan
tindakan curang dan licik.

"Menurut perkiraan saya ia akan datang di kota raja juga, locianpwe. Dulu sebelum berpisah,
nona Hong berkata demikian."

423
"Hemm, anak bengal, pergi sesuka hati menggelisahkan orang tua," kakek itu mengomel akan
tetapi hatinya sudah agak lega dan Phoa-lojin tertawa.

"Sudahlah, kujamin muridmu itu selamat, Ta Bhok Hwesio, jangan resah. Eh, Hok Sun, apa lagi
laporanmu?" kakek ini menoleh ke arah muridnya dan bertanya.

"Suhu, orang-orang kangouw belum nampak kedatangannya, begitu pula Malaikat Gurun
Neraka. Agaknya kita terlalu cepat mendahului kedatangan mereka. Sejak tadi teecu belum
melihat sebuah bayangan yang mencurigakan. Apakah tidak lebih baik kita......."

Phoa-lojin tiba-tiba memberi isyarat dan Hok Sun menghentikan ucapannya. "Sst, lihatlah,
orang pertama yang kita nanti-nantikan telah tiba ! Ta Bhok Hwesio, Malaikat Gurun Neraka
datang........!"

Hok Sun memandang ke depan namun dia sama sekali belum melihat apapun. Sementara dia
keheranan, tiba-tiba saja dari jauh tampak sebuah bayangan yang gerakannya cepat bukan
main berkelebatan di atas wuwungan rumah-rumah besar. Hok Sun tidak tahu apakah
bayangan itu adalah betul bayangan Malaikat Gurun Neraka, akan tetapi karena gurunya
telah berkata demikian diapun tinggal percaya saja, apalagi Ta Bhok Hwesio juga
mengangguk-angguk dan menjawab.

424
"Tua bangka, matamu benar-benar tajam sekali. Benar, dia sudah datang dan apa selanjutnya
rencanamu?"

"Kita berpencar menuju ke gedung kuning. Hati-hati, Cheng-gan Sian-jin membawa anak
buahnya dan kalau pertandingan itu tiba, jangan sekali-kali diantara kita ada yang maju
membantu. Hanya setelah suasana mengijinkan sajalah kita menolong Yap-goanswe.
Kasihan, pemuda itu benar-benar menderita sekali lahir batinnya. Hok Sun, pergi dan berhati-
hatilah dan kita bertemu di gedung kuning itu!"

Phoa-lojin menggerakkan tubuhnya dan tanpa banyak bicara kakek ini telah melayang seperti
seekor burung, melompat-lompat di atas gedung-gedung besar itu dan segera lenyap
bayangannya tertelan kegelapan malam.

Ta Bhok Hwesio segera mengikuti gerakan kakek itu dan Hok Sun sendiri juga sudah melompat
berindap-indap menuju ke gedung kuning yang tampak di kejauhan. Sebentar saja, dengan
gerakan mereka yang seperti iblis tiga orang ini sudah lenyap dan ketiga-tiganya sudah
bersembunyi di tempat gelap dan menunggu dengan hati tegang di gedung kuning itu.

Kedatangan Malaikat Gurun Neraka sampai pertandingannya melawan Cheng-gan Sian-jin,


semuanya ini telah disaksikan oleh tiga orang itu. Dan Ta Bhok Hwesio diam-diam kaget bukan
main, terutama menyaksikan Ilmu Sin-gan-i-hun-to yang dilancarkan oleh kakek iblis itu.
Hwesio ini merasa betapa hebatnya kesaktian Cheng-gan Sian-jin, apalagi setelah iblis tua itu

425
mengeluarkan ilmu ginkangnya yang disebut Cui-beng Gin-kang yang membuat tubuhnya
melayang seringan roh!

Penglihatan ini benar-benar membuat hwesio dari Tibet itu terkejut sekali. Diam-diam dia
merasa sangsi apakah sanggup kiranya dia menghadapi Cheng-gan Sian-jin!

"Ah, iblis itu sungguh luar biasa. Pinceng sendiri agaknya tidak akan mampu
menandinginya. Kalau tidak ada Malaikat Gurun Neraka, siapa kelak yang bakal mampu
mengatasi sepak terjang Cheng-gan Sian-jin?" kakek ini berkata seorang diri dan air mukanya
tampak gelisah.

Namun keresahan hwesio ini segera hilang ketika dia melihat betapa perlahan-lahan
akan tetapi pasti, Malaikat Gurun Neraka mulai mendesak kakek iblis itu dan betapa
Cheng-gan Sian-jin mundur-mundur sampai akhirnya keluar rumah berteriak-teriak kepada
anak buahnya agar mau membantu. Pukulan-pukulan petir pendekar ini membuat Ta Bhok
Hwesio dan yang lain-lain terbelalak ngeri disamping kagum. Mereka melihat betapa dari
kedua telapak tangan pendekar sakti itu muncrat tenaga Yang-kang yang amat dahsyat
melebihi api dan betapa kian lama tubuh Malaikat Gurun Neraka terselubung cahaya
kemerahan seperti api unggun.

Ini semua membuktikan betapa Malaikat Gurun Neraka benar-benar telah sempurna sekali
tenaga sinkangnya. Agaknya hawa berapi dari pasir-pasir panas di Gurun Takla telah meresap

426
di dalam tubuhnya, membuat tubuh pendekar ini penuh dengan tenaga api yang terpendam.
Dan kalau sewaktu-waktu pendekar itu memerlukannya, dia tinggal memakainya sesuka hati.

Phoa-lojin sendiri yang menyaksikan dari tempat gelap, menggeleng-geleng kepala dengan
kagum. Belum pernah selama hidupnya dia melihat kepandaian sehebat itu, dan Malaikat
Gurun Neraka itu benar-benar pantas mendapat sebutan pendekar besar yang jarang
tandingannya!

Sementara itu, pada saat semua orang sedang tercurah perhatiannya kepada pertandingan
antara Malaikat Gurun Neraka melawan Cheng gan Sian-jin, dari luar taman tampak
beberapa bayangan berlompatan masuk. Mereka ini bukan lain adalah orang-orang kang-
ouw yang berhasil menyelinap ke tempat itu untuk membebaskan Yap-goanswe yang mereka
dengar tertawan di tangan Cheng gan Sian-jin yang menjadi koksu Kerajaan Wu. Dan diantara
bayangan-bayangan ini, tampak sesosok tubuh yang ramping padat bergerak ringan selincah
kijang, berindap-indap mendekati jendela sebelah utara.

Gin-ciam Siucai Hok Sun yang kebetulan berada di jendela utara ini, hampir saja mengeluar-
kan teriakan girang ketika melihat siapa adanya gadis itu. Bukan lain adalah Pek Hong, murid
hwesio Tibet yang sedang dicari-cari gurunya itu.

"Nona Hong........!" pemuda itu berseru perlahan setengah berbisik dan suaranya itu ternyata
dapat didengar oleh gadis itu. Pek Hong terkejut dan cepat menengadah sambil meraba rantai

427
peraknya, dan sejenak mukanya menjadi merah ketika melihat siapa gerangan pemuda yang
mengaitkan sepasang kakinya di tiang melintang itu.

"Kau........?" gadis ini berkata dengan muka tidak senang.

"Sstt, adik Hong, jangan mengeluarkan suara," Hok Sun memberi isyarat dengan telunjuk di
bibir. "Banyak orang lihai di dalam, hati-hati, jangan sembrono. Gurumu ada di sini dan sejak
tadi bersama kita. Apakah engkau tidak ingin bertemu dengan suhumu itu?"

Wajah cantik yang tadi merah ini segera berseri. Dan memang gadis itu gembira mendengar
betapa suhunya ada di situ. Dengan adanya gurunya di tempat ini, bukankah pekerjaannya
akan menjadi lebih mudah lagi? Oleh sebab itu, sambil berbisik ia lalu bertanya, "Eh, twako,
dimana suhu berada? Kenapa dia tidak keluar membantu? Bukankah kalau kita semua maju,
anak buah kakek iblis itu dapat kita basmi? Mengapa masih takut-takut lagi? Hayo kita keluar
dan bantu Malaikat Gurun Neraka!" dan Pek Hong sudah hendak melompat keluar!

Tentu saja Hok Sun terkejut. Pemuda ini melepaskan kakinya dan tubuhnya melayang ke
bawah. "Adik Hong, jangan tergesa-gesa.......! Suhu sedang merencanakan sesuatu,
tidak boleh kita merusaknya!" pemuda itu berseru perlahan dan cepat memegang lengan
gadis itu.

428
Pek Hong merengut lengannya dan gadis ini memutar tubuh dengan mata berapi.
"Hemm, kau hendak kurang ajar kepadaku, ya? Kaukira aku takut kepadamu? Laki-laki
ceriwis, siapa suruh kau pegang-pegang lenganku?"

Hok Sun tergagap dan mukanya merah bagai udang direbus. Tadi melihat betapa gadis ini
bersikap manis kepadanya dan memanggil "twako", dia kira bahwa nona itu sudah lenyap
marahnya. Siapa tahu, bagaikan angin topan yang dapat muncul sewaktu-waktu,
kegalakannya "kumat" lagi dan kini dia disemprot sebagai laki-laki ceriwis!

"Eh..... ini.....ini.......aku.......ahh, maafkan kelancanganku, nona. Aku tidak bermaksud kurang


ajar, sungguh mati! Aku tidak bermaksud buruk. Apa yang kulakukan adalah atas pesan suhu
dan locianpwe Ta Bhok Hwesio yang menekankan agar kita jangan bertindak sembrono. Kalau
nona tidak percaya, boleh nona buktikan sendiri dan bertanya kepada mereka........"

Pada saat itu, berkesiur angin dingin dan tahu-tahu Ta Bhok Hwesio telah berdiri di situ
dengan kepala tegak. Sinar mata hwesio ini penuh teguran dan dia berkata, "Hong-ji, apa
yang dikatakan oleh pemuda ini memang benar. Kau sembrono sekali dan kelewat berani.
Kalau kita hendak menyerang musuh, itu harus kita lakukan dengan perhitungan masak,
bukannya lalu nyeruduk begitu saja. Sekarang, apa jawabmu setelah berbulan-bulan pergi
menggelisahkan orang tua?"

429
Gadis itu memandang suhunya dan tampak terkejut. Melihat betapa sinar mata gurunya
penuh teguran, dia menjatuhkan diri berlutut. "Suhu, mohon maaf sebesar-besarnya jika aku
telah membuat kau orang tua gelisah. Aku tidak sengaja, suhu, karena di tengah perjalanan
pulang, aku mendengar berita tentang...tentang diri Yap-goanswe..... Inilah yang membuat
aku terlambat pulang dan harap suhu suka mengampuninya......."

"Hemm......." kakek itu mengeluarkan suara dari hidung dan seketika semua kemarahannya
lenyap. Dia tahu betapa muridnya ini mencinta Yap-goanswe, maka mendengar pemuda itu
tertangkap musuh, mana bisa berdiam diri?

"Sudahlah, hayo bangun dan cepat kita tolong pemuda itu. Lihat, Cheng-gan Sian jin dan anak
buahnya telah keluar semua. Kamar terbakar dan kalau kita tidak bertindak, tentu tubuh
jenderal muda itu akan termakan api."

Maka beramai-ramai mereka ini lalu melompat ke dalam ruangan besar itu, menjebol pintu
atau jendela yang tertutup rapat. Pek Hong melihat betapa tubuh Bu Kong menggeletak di
lantai kamar dengan muka sepucat kertas. Betapapun sakit hatinya terhadap pemuda ini
teringat akan kabar diluaran tentang perjinaannya dengan wanita-wanita cantik, gadis itu
tidak dapat melupakan cinta kasihnya sendiri.

Kamar besar itu sudah terbakar hebat. Api menyala-nyala dan dari luar rumah terdengar
suara orang berteriak-teriak dan tindakan kaki berlari-lari. Agaknya para penjaga menjadi

430
gempar dan tiba-tiba terdengarlah suara terompet tanduk ditiup tanda bahaya! Cepat gadis
ini mengangkat tubuh yang pingsan itu, menjadi merah mukanya melihat betapa pakaian
pemuda itu koyak-koyak setengah telanjang.

Namun Pek Hong tidak perdulikan semuanya ini dan karena maklum bahwa ia berada di
sarang harimau, maka begitu dia memondong tubuh Yap-goanswe, gadis inipun segera
melompat keluar. Dan pada saat itulah Lie Lan dan teman-temannya memasuki kamar dan
melihat betapa Yap-goanswe dilarikan orang, murid Cheng-gan Sian-jin ini berseru marah dan
menyerang Pek Hong dengan pukulan jarak jauhnya. Pek Hong menangkis dan karena
posisinya kurang menguntungkan, hampir saja dia terpelanting.

Untunglah ketika Lie Lan menyerang untuk kedua kalinya, Hok Sun yang selalu bersiap sedia
untuk melindungi gadis itu sudah cepat menahan. Pemuda itu terkejut karena dari tangkisan
lengan tadi, dia merasa betapa tenaga lawan amat kuat dan karena dia harus berhati-hati,
maka pemuda ini cepat mengeluarkan sepasang senjatanya, yakni kipas hitam dan jarum
peraknya yang amat lihai itu sehingga dia dijuluki orang Gin-ciam Siucai.

Demikianlah Hok Sun lalu bertanding dengan murid Cheng-gan Sian-jin itu dan semakin lama
pemuda ini menjadi semakin kaget. Dia merasa terkejut karena semua balasannya ditangkis
lengan halus gadis itu dan setiap kali tangkisan, tentu senjatanya yang terpental keras ! tentu
saja pemuda ini kaget sekali, apalagi setelah lawannya mengeluarkan ilmu pukulannya yang

431
dahsyat, pukulan yang membawa serta bau amis dan betapa kedua lengan gadis cantik itu
kini berobah semerah darah dan tampak mengerikan.

“Tok-hiat-jiu….!” Hok Sun berseru kaget dan tahulah dia sekarang dengan siapa dia
berhadapan. Kiranya murid Cheng-gan Sian-jin sendiri ! ini sama sekali tidak diduganya karena
memang sebelumnya dia tidak tahu siapakah murid Cheng-gan Sian-jin itu.

Sementara itu, Hek-mo-ko yang berhadapan dengan Ta Bhok Hwesio dan tidak mengenal
hwesio dari Tibet ini, tidak mengeluarkan banyak kata. Iblis hitam ini menggeram dan sekali
kaki kanannya bergerak, tahu-tahu kaki itu telah mencuat dari bawah menendang anggauta
rahasia lawan dengan kecepatan kilat.

(Bersambung jilid VIII)

Pendekar Gurun Neraka-jilid 7

432
Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 7

433
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 8

“WUUTTT....... plakk!"

Tendangan Hek-mo-ko bertemu dengan telapak tangan


Ta Bhok Hwesio yang cepat menggerakkan lengannya
untuk menangkis serangan lawan, dan iblis hitam itu
berteriak tertahan karena kakinya terpental dan
hampir saja dia terpelanting!

Tentu saja Hek-mo-ko terkejut dan sejenak dia


terbelalak, tidak menyangka bahwa dalam gebrakan
pertama ini dia telah dibuat kaget oleh lawannya,
namun kemudian dengan marah dia menerjang lagi.
Hek-mo-ko melompat dan segera kaki tangannya
melancarkan pukulan-pukulan dahsyat. Dan sepak
terjang pembantu Cheng gan Sian-jin ini memang cukup

434
hebat. Dari kedua lengannya menyambar angin pukulan
yang membuat jubah Ta Bhok Hwesio berkibaran
seperti bendera.

Akan tetapi, Ta Bhok Hwesio yang diserang segencar


dan seganas itu oleh Hek -mo-ko, tampak tenang-
tenang saja, tubuhnya berkelebatan kesana kemari dan
dengan ginkangnya yang disebut Coan -goat-hui
(Terbang Menerjang Bulan), tubuh kakek ini bergerak
lincah diantara sambaran-sambaran serangan kaki
tangan lawannya dan tidak pernah satu kalipun
pukulan Hek-mo ko mengenai kulitnya. Bahkan, sambil
tertawa-tawa kakek yang berwatak gembira ini mulai
memanaskan perut lawan dengan ejekan -ejekannya.

"Ha, Setan Hitam, gerakanmu kurang cepat, terlalu


lamban seperti kerbau hamil. Dengan gerakan semalas
ini, bagaimana kau dapat merobohkan pinceng? Hayo,
empos semangat dan percepat gerakan, kalau tidak,
nanti pinceng sendiri yang akan memberi pelajaran
kepadamu, ha-ha-ha.....!"

Ejekan-ejekan semacam ini membuat muka Hek-mo-ko


menjadi semakin gelap. Dia berteriak keras dan
memperhebat serangan-serangannya sehingga jari-
jarinya sampai mengeluarkan suara berkerotokan,
namun tetap saja dia tidak berhasil menyentuh tubuh
hwesio gendut pendek itu. Lawannya ini seperti

435
kecapung saja ringannya, baru tersambar angin
pukulan lweekangnya saja sudah terdorong mundur!
Bagaimana dia akan mampu merobohkan lawan yang
seperti itu?

Akhirnya, saking marahnya Hek-mo-ko tiba-tiba


menggereng dan mencabut senjatanya yang
mengerikan. yakni sarung tangan berkuku panjang
berwarna hitam. Dengan sepasang senjatanya ini,
serangan Hek-mo-ko tampak lebih ganas dan buas dan
Ta Bhok Hwesio sendiri yang tadi tertawa -tawa
menggoda, sekarang mengerutkan alisnya yang putih
itu dan kakek ini tidak berani main -main lagi. Biar
bagaimanapun juga, lawann ya itu bukan orang
sembarangan. Memang mengandalkan ilmu
meringankan tubuhnya, selama ini dia berhasil
mengelak dan melompat kesana-sini menggemaskan
lawan. Akan tetapi, dengan sarung tangan berkuku
panjang itu, Hek-mo-ko seakan-akan telah
memanjangkan lengannya dan sekali dia kurang cepat
mengelak, tentu akan terkena senjata lawan. Apalagi
ketika hidungnya mencium bau amis yang keluar dari
senjata itu, maklumlah kakek ini b ahwa sarung
tangan yang menyambar-nyambar dari empat
penjuru dengan gerakan menguru ng itu mengandung
racun berbahaya.

436
"Hemm, dasar golongan iblis, bertempurpun masih
harus mempergunakan racun berbau kentut busuk. Eh,
Mo-ko, hati-hati dengan senjatamu itu, pinceng
khawatir senjata makan tuan!"

Seruan hwesio itu disusul dengan bunyi berket rik dan


tiba-tiba saja di tangan Kakek ini tam pak seuntai
tasbeh putih yang biasanya dibuat alat berdoa oleh
para pendeta Buddha. Dan bersamaan dengan
munculnya tasbeh yang sebenarnya merupakan senjata
utama bagi kakek itu, terdengarlah angin bercuit taja m
dan ketika sepasang sarung berkuku panjang milik Hek -
mo-ko menyambar ubun-ubun kepalanya, kakek ini
tidak mengelak seperti biasanya dan menyambut
serangan maut itu dengan putaran tasbehnya yang
melakukan gerak melingkar dari bawah ke atas dengan
kecepatan kilat.

"Triktrikk......wiirrr.......aihhh!"

Hek-mo-ko berteriak keras dan iblis hitam ini kaget


bukan main. Sarung tangannya terpental ketika
bertemu dengan tasbeh lawan dan dia merasa betapa
tenaga tangkisan hwesio itu sedemikian kuatnya
sehingga kedua tangannya sejenak terasa lumpuh. Dan
pada saat itu, dimana posisinya amat buruk karena
lengannya terpental ke atas sehingga bagian dadanya

437
tidak terlindung, tangan kiri hwesio itu menampar dan
kaki kanannya menendang dari samping. Dua buah
serangan in i merupakan serangan kilat yang tidak
sempat lagi dihindarkan oleh Hek -mo ko, dan dia hanya
mampu mengerahkan lweekang untuk melindungi
bagian tubuhnya dari serangan lawan.

"Des-dess!"

Hek-mo ko mengeluarkan keluhan tertahan dan


tubuhnya terlempar ke belakang empat meter jauhnya.
Akan tetapi, iblis ini memang betul-betul lihai.
Walaupun dia terlempar akibat tendangan lawan, dia
dapat berjungkir balik di udara sehingga tidak sampai
terbanting dan dapat jatuh dengan kaki terlebih
dahulu. Kini Hek-mo-ko benar-benar terkejut. Baru
sekali hwesio itu mengeluarkan senjatanya, dan dia
sudah harus menerima dua kali hantaman berturut -
turut!

"Kau..... siapakah, keledai gundul?" Hek -mo-ko


membentak dengan mata mendelik, marah akan tetapi
juga gentar. "Kenapa kau menyatroni kami dan
mencampuri urusan koksu? Tidak tahukah engkau
bahwa dengan melibatkan diri di sini berarti engkau
mengikat permusuhan dengan Cheng -gan Sian-jin
pemimpin kami?"

438
Ucapan yang maksudnya menggertak untuk menakut -
nakuti ini malah diganda ketawa oleh ka kek itu, "Ha,
Setan Hitam, jangan kau coba-coba menggertak
pinceng dengan nama koksu. Apakah yang kauandalkan
dari pemimpinmu itu? Bukankah sekarang dia lari
terkencing-kencing dikejar Malaikat Gurun Neraka?
Apakah engkau pun hendak mencontoh perbuatannya?
Ha-ha-ha, kalau itu yang kaukehendaki, hayo
lakukanlah. Biar pinceng yang mengejar -ngejarmu dari
belakang seperti orang mengejar anjing kudisan!”

Ta Bhok Hwesio terkekeh geli, memandang Hek -mo ko


dengan mata memain. Akan tetapi bagi Hek -mo-ko

439
sendiri, dia menjadi meluap kemarahannya. Ejekan
hwesio itu benar-benar kelewat batas. Belum pernah
selama hidupnya dia dihina orang seperti ini, maka
tentu saja dia naik pitam. Boleh jadi lawannya itu lihai,
akan tetapi masa dia harus takut? Bukankah dia berada
di sarang sendiri dan banyak teman-teman yang akan
membantu? Maka sambil berteriak marah pembantu
Cheng-gan Sian-jin ini menerjang.

"Keparat, keledai gundul bermulut tajam! Aku akan


mencabut lidahmu yang tak bertulang itu dan akan
kuganyang bersama darahmu. Hya atttt...!"

Hek-mo-ko melompat seperti harimau buas dan kuku -


kuku panjang di ujung jarinya mencengkeram mulut
lawan karena dia benar-benar hendak membuktikan
ancamannya, yakni mencabut lidah hwesio yang amat
dibencinya itu!

Akan tetapi Ta Bhok Hwesio sendiri yang diserang


seganas itu, sikapnya masih tenang -tenang saja.
Bahkan hwesio ini mengejek, "Wah, kiranya kau inipun
juga suka minum darah orang? Hihh, mengerikan
sekali. Kalau begitu kau ini benar -benar keturunan
iblis, Mo-ko, bukan keturunan manusia. Padahal ibli s
sendiri tempatnya di neraka, bukan di sini. Bagaimana

440
kau bisa keluyuran di bumi ? Hayo kembali, biar
pinceng antar engkau ke sana. Haittt!"

Hwesio Tibet ini tiba-tiba melengking tinggi dan


tubuhnya bergerak, berputar seperti gasing dan se detik
kemudian lenyaplah dia menjadi bayangan putih yang
berputaran cepat. Hek-mo-ko terkejut melihat
perobahan lawan. Dia tidak tahu bahwa Ta Bhok
Hwesio telah mengeluarkan ilmu silatnya yang hebat,
yakni yang disebut Hong-thian-lo-hai-kun (Badai
Mengamuk di Samudera), sebuah ilmu silat tingkat
tinggi yang mengandung penuh tenaga sinkang. Dengan
ilmunya ini, hwesio sakti itu sanggup menciptakan
pusaran angin puyuh yang dapat menyedot semua
benda yang berada dalam jarak satu meter dengan
dirinya. Juga disamping itu, dengan tubuh berputaran
cepat seperti ini, dia dapat melancarkan serangan tak
terduga dari segala arah.

Maka tidaklah heran apabila iblis hitam itu menjadi


kaget karena begitu cengkeramannya telah mendekati
lawan, tiba-tiba saja angin yang amat kuat menyambar
dan hendak menyedotnya untuk ikut berpusing
bersama hwesio itu!

"Aihhh….!" Hek mo-ko berseru keras dan mukanya


berobah. Dia sudah terlanjur melompat, tidak mungkin
lagi baginya untuk menghentikan gerakannya di tengah

441
jalan. Satu-satunya yang dapat dia lakukan adalah terus
menghantam secara nekat dan untuk mencegah agar
tubuhnya tidak terbawa pusaran angin lawan, Hek -mo-
ko cepat mengerahkan tenaga Jeng kin -kang (Tenaga
Seribu Kati) untuk memberatkan tubuh.

Namun apa yang dikerjakan oleh pembant u Cheng-gan


Sianjin ini terlalu tergesa-gesa. Selain itu juga dalam
hal tenaga sinkang dia masih di bawah lawannya,
apalagi dalam hal ginkang (ilmu meringankan tubuh).
Ta Bhok Hwesio adalah seorang tokoh tingkat atas,
kepandaiannya paling tidak masih dua t ingkat lebih
tinggi dibandingkan dengan Hek-mo-ko. Maka tidaklah
heran kalau hwesio Tibet ini mampu mempermainkan
lawannya. Kalau saja dia mau, tentu sudah dari tadi
kakek ini merobohkan Hek-mo-ko. Akan tetapi, dasar
hwesio ini berwatak periang dan suka main-main, maka
dia sengaja hendak menggoda iblis hitam ini sepuas
hati. Baru setelah Hek-mo-ko mengeluarkan senjata
beracunnya yang berbau amis, Ta Bhok Hwesio tidak
mau main-main lebih lama lagi dan hendak segera
merobohkan pembantu Cheng gan Sian-jin ini.
Apalagi ketika tadi dia mendengar jeritan beberapa
orang kang-ouw yang terdesak oleh keroyokan -
keroyokan Liong tung Lo-kai dan kawan-kawannya
serta melihat betapa di luar kamar yang terbakar ini
datang perwira-perwira istana bersama ratusan
perajurit anak buah mereka.

442
Semuanya ini menggerakkan hati kakek itu agar dia
secepat mungkin menyudahi permainannya. Itulah
sebabnya begitu Hek-mo-ko menerjang maju dengan
sikap buas, kakek ini lalu mengeluarkan ilmu silatnya
Hong-thian-lo-hai-kun untuk menyelesaikan
pertandingan ini. Dan memang hebat kesudahannya.
Dengan tubuh berpusing seperti itu dan memutar
tasbeh di tangannya membentuk sinar perak yang
berkilauan lebar, pandangan Hek-mo-ko menjadi
kabur. Ta Bhok Hwesio mengerahkan tenaga
sinkangnya sembilan bagian sehingga tasbeh di tangan
kanannya mencicit nyaring dan ketika sepuluh kuku
baja itu menyambar, kakek ini menyambut dengan
babatan tajam dan tangan kirinya tiba -tiba bergerak
melakukan pukulan yang disebut Hai-liong-hut-mauw
(Naga Laut Mengebut Bulu).

“Crik-crik-crikk....prasss!"

Gebrakan ini berlangsung dengan luar biasa cepatnya,


hampir-hampir tidak dapat diikuti pandangan mata.
Sepuluh kuku panjang di tangan Hek-mo-ko bertemu
dengan babatan tasbeh putih yang bercuitan seperti
pisau tajam dan..... kuku-kuku beracun itu pu tus
berhamburan! Sarung tangan Hek mo ko dalam sedetik
saja telah menjadi "gundul" dan sementara iblis hitam
ini kaget setengah mati, pukulan Hai-liong hut-mauw

443
dari tangan kiri Ta Bhok Hwesio menghantam
pundaknya.

"Plakk! Aduhh....!" Hek-mo-ko berteriak ngeri, seakan-


akan kejatuhan gunung ambruk dan tanpa dapat
dicegah lagi, mulutnya melontarkan darah segar.

"Uakkk!" Hek-mo-ko menyemburkan darah hidup dan


Ta Bhok Hwesio yang tidak mau memberi hati lagi,
menggerakkan kakinya yang bersarang di perut lawan.

"Blekk!" tubuh iblis hitam itu terlempar jauh,


membentur dinding dan menjerit satu kali lalu diam tak
berkutik lagi, pingsan di atas lantai dengan luka dalam
yang amat parah.

Ta Bhok Hwesio menarik napas panjang, sejenak


memandang ke arah tubuh yang menelungkup diam itu
dan menyimpan tasbehnya. P U K U L A N sinkangnya tadi
tidak dapat dibuat main-main. Sekali lawan terkena,
tentu akan tewas seketika. Akan tetapi Hek -mo-ko
agaknya memiliki kekebalan yang luar biasa sehingga
tidak langsung lewas oleh serangannya dan hanya
pingsan saja. Ini membuktikan bahwa pembantu
Cheng-gan Sian jin itu memang cukup hebat. Namun
biar bagaimana kebalnya sekalipun, pukulan Hai -liong-
hui-mauw itu telah menimbulkan luka dalam yang amat
berat bagi Hek mo ko. Dalam beberapa jam saja,

444
apabila dia tidak mendapat pertolongan, tentu
nyawanya tak dapat dipertahankan lagi.

"Omitohud, semoga pinceng tidak menyalahi jalan Sang


Buddha....." hwesio ini berkata perlahan seperti
menyesali diri sendiri dan cepat dia menengok ketika
mendengar suara gaduh dari luar.

Dan kakek ini terkejut sekali ketika melihat masuknya


para perwira dan perajurit istana yang berlompatan ke
dalam ruangan besar itu, dan di antara orang -orang ini,
Ta Bhok Hwesio melihat seorang panglima tua tinggi
kurus yang membawa sebatang tombak panjang
beronce merah. Inilah Ok-ciangkun (Panglima Ok),
panglima tertua dari Wu-sam tai-ciangkun yang amat
terkenal dengan permainan tombaknya yang konon
dikabarkan orang dapat "terbang" sendiri itu!

"Ahh.....!" Ta Bhok Hwesio berseru perlahan dan cepat


dia berteriak ke arah teman-temannya, "Heiii, para
sobat semua, harap kalian tinggalkan tempat ini! Cari
jalan sendiri-sendiri dan mundur....!"

Seteiah berseru demikian, kakek ini berkelebat ke


depan dan sekali kedua lengannya mengibas, Liong-
tung Lo kai, Hwa-tok-ciang dan teman-temannya yang
mengeroyok orang-orang kang-ouw itu terpental ke
belakang.

445
"Para sicu semua, hayo kalian cepat tinggal kan ruangan
ini. Biar pinceng yang menahan me reka!" kakek itu
kembali berteriak dan tubuhnya bergerak cepat
menyambar-nyambar musuh. Dengan angin pukulan
jubahnya, hwesio sakti ini membuat anak buah Cheng-
gan Sian-jin roboh terguling-guling.

"Hwesio keparat, berani kau mengacau kem bali di


tempat kami?" tiba-tiba terdengar bentakan dan sinar
panjang berekor merah mengaung menyambar
punggung kakek ini.

Ta Bhok Hwesio terkejut akan tetapi dia cukup


waspada. Pada saat itu dia sedang mendorongkan
kedua tangannya ke depan, maka dia tidak sempat
membalikkan tubuh. Namun dasar kakek ini memiliki
kepandaian yang amat tinggi, maka mendapat
bokongan serangan itu dia sama sekali tidak menjadi
gugup. Kaki kanannya tiba-tiba bergerak ke belakang,
mendepak ke atas tinggi sekali seperti sikap seekor
kuda menyepak tonggeret......"traangg!" tomba k
panjang yang diluncurkan panglima Ok itu terpental !

"Ha -ha -ha, Ok ciangkun, tombakmu itu sungguh lihai


sekali. Agaknya dia benar -benar mempunyai sayap dan
dapat terbang sendiri seperti dikabarkan orang, amat

446
patut sekali jika dipakai untuk menyerang ora n g yang
sedang tidur !" kakek ini tertawa bergelak dan
memutar tubuhnya, dan ucapannya yang terakhir itu
jelas merupakan sindiran tajam bagi panglima ini. Dan
memang Ta Bhok Hwesio yang merasa mendongkol
karena dibokong itu sengaja mengejek Panglima Ok
untuk melampiaskan kemendongkolannya. Ok -
ciangkun telah menyerangnya pada saat dia
membelakangi panglima itu, bukankah hal ini hampir
sama dengan menyerang orang yang sedang tidur?

Sindiran ini membuat muka panglima tinggi kurus itu


menjadi merah dan sinar matanya berapi-api k etika
dia memandang si "keledai gundul". Beberapa waktu
yang lalu ketika Yueh belum jatuh dan pasukannya
masih dipimpin oleh Jenderal Yap, dia telah berkali -kali
bertemu dengan hwesio yang amat lihai ini. Kakek itu
bersama murid perempuannya telah membantu musuh
dan tidak sedikit kerugian yang harus dideritanya. Kini,
secara tidak tersangka-sangka kembali dia bertemu
dengan hwesio itu. Bukankah ini suatu kesempatan
yang amat bagus sekali untuk membalas kekalahan -
kekalahannya dahulu?

"Hwesio murtad, kau di mana-mana selalu memusuhi


kami. Dulu kami masih suka mengampunimu dan
membiarkan engkau melarikan diri. Akan tetapi

447
sekarang jangan harap kau akan dapat lolos lagi.
Menyerahlah, atau senjataku akan mengantarmu
menghadap Giam-lo-ong !" panglima ini membentak
dan melangkah maju.

Ta Bhok Hwesio membelalakkan matanya, "Huwaduhh,


bukan main! Kau bilang bahwa pinceng pernah
melarikan diri darimu, Ok ciangkun ? Ha -ha-ha,
sungguh lucu sekali. Dan kau masih menambahinya
dengan mengatakan pernah memb eri ampun
kepadaku. Hebat, sungguh hebat sekali. Lalatpun kalau
mendengar kata-katamu ini tentu akan tertawa
terbahak-bahak, ha-ha-ha !” kakek itu tertawa keras
saking gelinya dan air matanya sampai keluar
bercucuran. Panglima tua ini mendelik saking
marahnya. Sikap hwesio itu dianggapnya terlalu
menghina, apalagi setelah dia melangkah dekat, kakek
itu bahkan tertawa-tawa sedemikian rupa sambil
memegangi perutnya dengan kepala menunduk meng -
hadap lantai. Bukankah ini sama sekali tidak
memandang sebelah mata kepada dirinya? Kalau
hwesio itu berani bersikap seakan -akan tidak menjaga
pertahanan diri sendiri, hal ini hanya dapat diartikan
bahwa kakek ini memang sama sekali tidak
menganggapnya sebagai musuh yang berarti, tiada
ubahnya dengan seorang anak kecil yang masih belum
bisa apa-apa untuk melakukan perbuatan sesuatu!

448
Ini benar-benar menyinggung perasaan panglima itu
dan sekali dia menggetarkan lengannya, tombaknya
menyambar batok kepala hwesio itu dengan kecepatan
kilat.

"Singgg.....!" tombak berdesing nyar ing dan Ta Bhok


Hwesio yang masih tertawa-tawa itu seolah-olah tidak
mengetahui betapa ubun-ubun kepalanya disambar
tombak Panglima Ok Ciat.

Baru setelah senjata itu tinggal satu jari dengan kulit


kepalanya, hwesio yang suka main -main ini
menghentikan ketawanya dan menengadah ke depan.
Pada saat itu tombak terbang milik sang panglima telah
datang dan tiba-tiba kakek ini membuka mulutnya
sambil menggeser tubuh sedikit ke sebelah kiri dan......

"Capp....!" tombak Panglima Ok digigit oleh gigi -giginya


yang masih utuh! Sungguh perbuatan ini amat luar
biasa beraninya karena sedikit saja kurang tepat, tentu
mulut kakek itu akan ditoblos tombak seperti orang
membuat sate kambing!

Panglima tinggi kurus itu terkejut bukan kepalang.


Sama sekaii dia tidak mengira bahwa tombaknya akan
disambut oleh gigi kakek itu yang kini sambil meringis
mempertunjukkan kepadanya bahwa kakek ini masih
belum ompong! Tentu saja demonstrasi hwesio itu

449
mengejutkan semua orang dan Ok-ciangkun sendiri
begitu kagetnya hilang, lalu mengeluarkan teriakan
keras dan menarik tombaknya.

Sendalan tiba-tiba ini dilakukan dengan sekuat tenaga,


dan kalau Ta Bhok Hwesio tetap mempertahankan,
tentu gigi kakek itu akan patah -patah. Namun hwesio
ini memang tidak bermaksud demikian. Begitu
Panglima Ok menarik tombaknya, kakek ini tiba-tiba
tertawa dan membuka mulutnya sehingga senjata
panglima itu terbetot ke belakang. Hal ini
menyebabkan tubuh Ok-ciangkun hampir saja
terjengkang dan kalau panglima itu tidak berseru keras
sambil memutar tubuh untuk mematahkan daya pental,
tentu dia akan jatuh terbanting !

"Keparat! Setan jahanam.....!” Panglima Ok berteriak


gusar dan tombak yang sudah dipegangnya kembali ini
mengaung di udara lalu tiba-tiba menukik dan
menyerang Ta Bhok Hwesio dengan enam kali tusukan
berantai.

"Hayaa.....! Hebat sekali, betul-betul bisa terbang!"


kakek itu berkaok-kaok dan cepat tubuhnya melompat -
lompat seperti katak diserang ular. Memang lucu
melihat sikap hwesio itu. Mulutnya menjerit-jerit
seperti orang ketakutan, akan tetapi kedua t angannya
selalu melakukan tangkisan dengan tenaga lweekang

450
dan setiap kali tombak hendak menikam tubuhnya,
selalu senjata itu terpental balik seolah -olah diusir
angin keras.

Bukan main marahnya panglima tinggi kurus ini. Enam


tikaman berantainya yang susul-menyusul selalu
kandas di tengah jalan akibat tangkisan lweekang
hwesio itu. Dia menjadi marah sekali dan karena tidak
sabar lagi, juga gemas mendengar kakek itu selalu
berkaok-kaok membisingkan telinga, panglima ini tiba -
tiba memberi aba-aba kepada anak buahnya yang tadi
berdiri menonton untuk ikut maju mengeroyok kakek
ini !

“Serang dan bunuh dia! Tidak perlu ditangkap hidup -


hidup !" Panglima Ok berseru marah dan empat orang
perwira yang berdiri paling dekat, menerjang dengan
pedang di tangan. Gerakan mereka serempak, senjata
mereka datang dari empat penjuru mata angin dan
dalam sekejap mata saja hwesio itu terkurung di tengah
tengah.

"Aihh.... aihh... gimana sih kalian ini? Kenapa untuk


menyerang seorang tua bangka macam pinceng harus
maju berdulu-duluan seperti anjing berebut tulang?
Ehh, Ok-ciangkun, anak buahmu ini belum mandi
semua, kenapa disuruh maju ke sini? Lihat, keringat

451
mereka bau sekali, persis seperti tahi anjing. Sorry,
pinceng hendak bersin sebentar...... hwacinggg!"

Dan betul saja, tiba-tiba kakek itu bersin sebanyak


empat kali dengan suara keras ! Akan tetapi hebatnya,
begitu kakek ini bersin, begitu pula dari kedua lubang
hidungnya moncrot ingus setengah kental yang
menyambar muka empat orang anak buah Panglima Ok
ini.

"Tup tup-tup-tupp!" empat kali berturut-turut ingus


kakek itu melesat dan tiga buah diantaranya melekat di
pelupuk mata tiga orang perwira, membuat orang -
orang ini kelabakan karena mata mereka lekat tak
dapat dibuka ! Dan lucunya, yang seorang lagi kena
"stroop" persis di lubang hidungnya, membuat orang
ini tersumbat pernapasannya dan terbatuk -batuk!

Tentu saja keadaan ini luar biasa lucunya dan


menggemparkan. Empat orang perwira itu menyerang
hampir berbareng, dan dalam keadaan yang hampir
berbarengan pula pada saat me reka melompat
setengah jalan, tahu-tahu disembur ingus hwesio yang
memang kadang kadang kumat watak nakalnya itu!
Bagaimana orang tidak akan geli? Akan tetapi Ok-
ciangkun sama sekali tidak merasa geli. Panglima ini
bahkan semakin marah dan dari luar lingka ran,

452
tombaknya menyambar tanpa suara menusuk
punggung kakek itu.

"Wuttt....!" perlahan sekali suara ini, akan tetapi


telinga Ta Bhok Hwesio yang luar biasa tajamnya tidak
dapat dibohongi. Kakek ini sedang tertawa -tawa dan
dua orang perwira di depannya ditu bruk dan diangkat
lehernya, seperti orang memegangi boneka. Dan pada
saat tombak Ok-ciangkun menyambar punggungnya,
tanpa membalikkan tubuh kakek ini melempar dua
orang perwira itu ke belakang, dijadikan perisai untuk
menangkis serangan Panglima Ok.

“Trot-crot!"

Tanpa ampun lagi tombak terbang Ok-ciangkun


mengenai sasaran. Akan tetapi bukannya tu buh si
hwesio yang tertusuk, melainkan dua orang anak
buahnya sendiri. Kontan dua orang perwira itu men jerit
dan mereka roboh mandi darah!

"Lhohh, kenapa kau membunuh bawahanmu sendiri,


Ok-ciangkun? Wahh, celaka, sang panglima agaknya
telah menjadi gila!" kakek ini terbelalak seperti orang
keheranan, akan tetapi Panglima Ok Ciat yang telah
naik darah dan amat marah sekali karena dipermainkan
lawannya itu tidak mau b an yak cakap. Bersama para

453
perwira lain yang masih ada, panglima tinggi kurus ini
menyerang dahsyat dan tombaknya menyambar -
nyambar di udara. Kadangkala menusuk, menikam dan
tidak jarang mematuk-matuk seperti paruh rajawali
menyambar mangsa.

Dan ilmu tombak panglima ini memang cukup hebat.


Diam-diam Ta Bhok Hwesio merasa kagum juga. Berada
di tangan yang gapah seperti Panglima Ok itu, senjata
panjang ini tidak boleh dibuat main -main. Dan
sekarang panglima itu lebih banyak melepaskan
tombaknya daripada dipegang, dan ini bisa terjadi
karena di ujung gagang tombak, terdapat seutas tali
baja yang amat halus sekali sehingga hampir -hampir
tidak kelihatan oleh mata. Dengan adanya penyambung
yang mirip benang kawat inilah maka panglima itu
mampu meluncurkan tombaknya di udara, membuat
tombaknya seolah-olah terbang! Dan inilah sebabnya
mengapa dia disohorkan orang memiliki senjata pusaka
tombak terbang. Kiranya karena adanya tali baja itulah!

Segera kakek ini dibuat sibuk oleh keroyokan musuh.


Dia harus memasang mata dan telinga tajam-tajam
untuk mengetahui sambaran-sambaran senjata lawan,
terutama sekali dia harus waspada terhadap serangan
Panglima Ok yang acapkali meluncurkan tombak
terbangnya tanpa suara. Memang betul bahwa anak -
anak buah panglima itu dibuat bulan -bulanan oleh Ta

454
Bhok Hwesio, namun karena setiap kali roboh satu
muncul yang lain sebagai penggantinya, maka kakek ini
kewalahan juga. Musuh datang membanjir seakan -akan
tiada habisnya, padahal dia tentu saja tidak mungkin
melawan ratusan orang terus-menerus.

Hwesio ini memang sengaja mencari sebanyak -banyak


lawan hanya karena untuk memberi kelonggaran napas
bagi teman-temannya yang lain, agar me reka itu dapat
lolos dengan lebih gampang. Sementara itu,
pertandingan yang terjadi di antara Tok sim Sian-li
dengan Hok Sun juga tidak kalah serunya. Kedua orang
muda ini bertempur dengan sengit, terutama Lie Lan
yang merasa amat ma rah karena Yap-goanswe
dilarikan orang. Gadis ini melancarkan pukulan-
pukulan Tok-hiat-jiu dan angin panas yang amis
memuakkan seperti bau darah membuat Hok Sun
hampir m untah-muntah.

Akan tetapi murid Phoa-lojin itu ternyata bukan


p emuda sembarangan. Dengan kipas hitam dan
jarum peraknya, pemuda ini berhasil menangkis balik
dan juga membalas serangan-serangan lawan dengan
tidak kalah hebatnya. Kebutan kipas hitamnya sedikit
banyak berhasil mengusir bau amis yang keluar dari

455
kedua lengan Tok-sim Sian-li, dan d engan jarum
peraknya dia melakukan serangan bertubi -tubi.

Sebenarnya, kalau dibuat perbandingan, dalam hal ilmu


silat dua orang muda ini tidak berselisih jauh. Phoa -
lojin adalah seorang tokoh tua yang telah lama
menyembunyikan diri di Pulau Cemara. Tukang gwamia
ini memiliki tingkat kepandaian yang sejajar dengan Ta
Bhok Hwesio. Maka muridnya itupun juga bukan
seorang pemuda yang b erk epandaian rendah. Bisa
dibilang semua ilmu silatnya telah diwariskan kepada
pemuda itu, kecuali ilmu ramal tentunya karena ilmu
ini bukanlah ilmu yang bisa dipelajari begitu saja tanpa
pembawaan dari lahir, ilmu meramal tidak mung kin
akan dapat dimiliki orang-orang biasa.

Dan diantara semua kepandaiannya yang diajarkan


kepada Hok Sun, yang paling mahir dimainkan pemuda
itu adalah permainan kipas dan jarum perak. Memang
pemuda ini adalah keturunan seorang siucai (pelajar),
maka agaknya bakat-bakat orang tuanya menurun
kepadanya. Itulah sebabnya maka Phoa lojin yang
memiliki bermacam-macam ilmu, lalu menurunkan dua
ilmu silat khusus yang dinamakan Lo thian Sanhoat
(Ilmu Kipas Pengacau Langit) dan Jing -sin-ciam-hoat
(Ilmu Silat Seribu Jarum Sakti).

456
Dengan dua ilmu silat kipas dan jarum peraknya ini,
Hok Sun telah merobohkan banyak penjahat sehingga
dia dijuluki orang Gin ciam Siucai atau Pelajar Berjarum
Perak. Dan memang hebat pemuda ini, sekali dia
mainkan ilmu silat jarum dan kipasnya, maka senjata
kecil itu akan berobah menjadi cahaya keperakan yang
berkeredepan seakan-akan seribu batang jarum kecil
yang menyambar-nyambar lawan dengan kecepatan
luar biasa. Apalagi kalau dia barengi dengan permain an
kipas hitam, maka senjatanya ini merupakan awan
lebar yang menutupi mata lawan sehingga dengan
mudah dia akan melancarkan serangan tak terduga.

Akan tetapi, menghadapi murid tunggal Cheng gan


Sian-jin si gembong iblis, kali ini Hok Sun benar-benar
ketemu tanding. Lawannya itu memiliki kelebihan
ginkang yang amat luar biasa sekali. Ga dis itu bergerak
seperti burung walet, tubuhnya melesat kesana kemari
dengan gerakan yang luar biasa cepat dan ringannya
sehingga serangan kipas hitam dan jarum peraknya
selalu gagal.

Mengandalkan ilmu ginkangnya yang disebut Cui beng


Ginkang atau Ginkang Pengejar Roh, Lie Lan atau Tok -
sim Sian-li itu benar-benar hebat sekali. Apalagi setelah
gadis ini mengeluarkan pukulan -pukulan Tok-hiat jiu
yang amat dahsyat, perlahan-lahan Hok Sun mulai
terdesak. Dengan mati-matian pemuda ini melindungi

457
diri dari sambaran pukulan lawan karena mencium
baunya, Hok Sun maklum bahwa pukulan gadis itu
mengandung racun darah yang jahat sekali. Pernah
dulu gurunya bercerita tentang ilmu yang amat ganas
ini, dan diam-diam hatinya bergidik ngeri. Konon
kabarnya jika orang terkena Pukulan Darah Beracun ini,
tubuh yang bersangkutan akan terserang gatal -gatal
seperti digigiti semut api dan perlahan -lahan tubuh
orang itu akan pecah pembuluh darahnya dan seluruh
pori-porinya akan dirembesi darah beracun!

Teringat sampai di sini, muka Hok Sun menjadi pucat


dan dengan seluruh kemampuannya dia lalu
mengeluarkan bentakan nyaring dan memutar kipas
hitam serta jarum peraknya.

"Gadis siluman, aku akan mengadu nyawa denganmu !"


pemuda itu berteriak marah dan penasaran sekali.
Masa dia akan k alah oleh gadis cantik berhati iblis
ini? Padahal selamapetualangan nya di dunia kang-
ouw, belum pernah dia bertemu tanding yang
setimpal. Maka kenyataan betapa dia malah terdesak
oleh lawannya itu membuat Hok Sun menjad i marah
dan gemas sekali.

458
Sebaliknya, Lie Lan sendiri yang telah dibakar
kemarahan dan cemburu melihat Bu Kong dilarikan
gadis baju hijau tanpa dia dapat berbuat sesuatu
pemuda ini,
karena dihalang- halangi juga semakin
berk ob ar kemarahannya. Enampuluh jurus sudah
mereka bertanding, dan dia masih juga belum dapat
merobohkan pemuda baju putih ini. Pukulan -pukulan
Tok-hiat-jiu yang dilakukannya belum pernah
mengenai lawan dengan telak, paling -paling angin
pukulannya saja yang menyerempet. Dan walaupun hal
ini telah membuat pemuda itu terhuyung -huyung dan
terdesak akan tetapi lawannya itu masih belum roboh.

Maka saking marah dan penasarannya, gadis ini tiba -


tiba melengking tinggi dan tangan kirinya bergerak.
Sebuah bendera kecil segi tiga tahu-tahu telah berada
di tangannya dan dengan s enjata keramat ini, gadis itu
lalu menerjang k embali dengan lebih hebat lagi.

“Bendera Iblis!" Hok Sun berseru kaget dan sepasang


matanya terbelalak gentar. Sudah lama dia mendengar
tentang bendera pusaka Cheng-gan Sian-jin ini yang
telah merobohkan entah berapa banyak orang lihai,
dan karena hatinya terguncang, hampir saja dia kurang
cepat mengelak.

459
"Wutt-brett!"

"Aihh....!" Hok Sun berteriak kaget dan dia melompat


ke belakang. Baju di pundak kanann ya robek disambar
bendera kecil itu dan sedikit saja dia terlambat, tentu
daging pundaknya akan hancur dibabat Bendera Iblis!

Tentu saja kenyataan ini membuat pemuda itu terkejut


sekali. Tadi sebelum lawan mengeluar kan bendera saja
dia sudah terdesak mundur dan kewalahan. Dan yang
paling membuatnya bingung adalah bau amis yang
menyambar-nyambar dari kedua lengan gadis itu. Hal
ini membuatnya ingin muntah-muntah dan hanya
berkat kebutan kipas serta menahan napas saja dia
berhasil mempertahankan diri. Akan t etapi kalau dia
terus-menerus menahan napas, bagaimana mungkin
dia akan kuat bertahan? Inilah yang membuat Hok Sun
gelisah.

Seperti kita ketahui dalam jilid ke tujuh, Cheng gan


Sian-jin dalam pertandingannya yang amat hebat
melawan Malaikat Gurun Neraka tidak pernah
mengeluarkan bendera keramatnya. Hal ini disebabkan
karena bendera pusaka itu oleh Cheng -gan Sian-jin
diberikan kepada muridnya. Dalam anggapan datuk
sesat ini yang terlalu bersikap jumawa, dia merasa
tidak perlu mengeluarkan bendera pusakanya itu.
Untuk orang seperti dia, benda apa saja dapat

460
dipergunakan sebagai senjata. Misalnya saja seperti
pengikat rambut dan tongkat ular serta tasbeh
hitamnya. Bukankah tiga macam senjata ini sudah lebih
daripada cukup untuk menghadapi Malaikat Gurun
Neraka? Apalagi disampingnya masih terdapat
beberapa anak buahnya yang memiliki kepandaian
tinggi.

Sama sekali Cheng gan Sian-jin tidak mengira bahwa


Malaikat Gurun Neraka ternyata merupakan manusia
luar biasa yang jarang dicari tandingannya. Dia malah
dibuat kalang kabut dan baru sekali ini, selain manusia
berkedok dulu, kakek itu harus mengakui keunggulan
lawan. Dia terpaksa lari terbirit-birit menjauhi pukulan
halilintar yang meledak-ledak di kedua tangan
pendekar sakti itu!

Sekarang, dengan Bendera Iblis di tangan, sepak


terjang Tok-sim Sian-li menjadi jauh lebih ganas dan
mengerikan. Perlu diketahui bahwa sebenarnya
bendera pusaka ini telah diisi mantra -mantra ilmu
hitam oleh Cheng-gan Sian jin, maka tidaklah heran
kalau benda itu memiliki pengaruh yang meng erikan
bagi lawan. Belasan tahun lamanya Cheng -gan Sian-jin
bertapa semenjak kekalahannya dulu dan bendera
keramatnya diisi dengan kekuatan -kekuatan hitam
hasil tapanya yang amat tekun.

461
Bendera Iblis di tangan Lie Lan adalah bendera asli yang
dulu dibawa -bawa gurunya untuk menundukkan
ketua-ketua partai persilatan dan benda ini
mengeluarkan pengaruh yang meng guncang batin
bagi pihak musuh. Ma ka tidaklah heran kalau
perbawa hitam yang ada di bendera itu membuat batin
Hok Sun bergetar. Senjata itu seolah -olah memiliki
pengaruh mengerikan, setiap kali menyambar seakan -
akan mempunyai hawa gaib yang melumpuhkan
semangatnya. Inilah sebabnya mengapa ketika tadi
bende ra itu berkelebat, Hok Sun kurang cepat
mengelak karena kedua kakinya mendadak menggigil
tanpa dikehendaki.

Dengan begini, tentu saj a keadaan pemudaitu semakin


terdesak hebat. Mulailah dia mengeluh d an setiap kali
dia menangkis dengan kebutan kipasnya, lengannya
gemetar setengah lumpuh. Bahkan suatu ketika dalam
pertemuan langsung dimana gadis itu menyerang ganas
dengan bendera keramat menghantam kepalanya,
kipas yang dipakai menangkis tiba-tiba terlepas dari
tangannya dan terpental jauh.

"Ahhh......!" Hok Sun berseru kaget dengan muka pucat


dan pada saat itu, Tok sim Sian-li memutar senjatanya

462
dan dengan gagang bendera gadis ini menusuk dahi Hok
Sun dengan kecepatan kilat !

"Mampuslah....!" murid Cheng-gan Sian-jin itu


berteriak girang dan mulutnya menyeringai seperti
kuntianak haus darah.

Hok Sun yang berada di ambang maut ini ternyata


masih cukup hebat. Melihat betapa serangan itu datang
mengancam dahinya, pemuda ini berteriak dan jarum
perak di tangan kirinya menangkis cepat dan dia
mengerahkan semua kekuatannya untuk
menyelamatkan diri.

"Trakk!" gagang Bendera Iblis berhasil ditangkis, akan


tetapi karena jarum di tangan Gin-ciam Siucai jauh
lebih kecil dan ringan, maka Hok Sun tidak mampu
mempertahankan diri lagi dan kali ini jarum peraknya
juga terlepas karena tangkisan yang amat keras itu
membuat telapaknya pecah berdarah.

"Hi-hi-hikk, pemuda tolol, terimalah kematianmu


dengan mata meram !" Tok-sim Sian-li terkekeh dan
melengking nyaring, berkelebat ke depan dan
menyerang pemuda itu dengan dua pukulan maut.
Bendera Iblis di tangan kanan menyambar ubun -ubun
sedangkan tangan kirinya melancarkan p ukulan Tok-
hiat-jiu ke arah lambung Hok Sun. Murid Phoa -lojin ini

463
terbelalak, dia sedang terhuyung -huyung akibat
menangkis tadi, maka dua buah serangan maut yang
dilakukan oleh gadis itu sudah t idak sempat dielakkan
lagi. Apalagi dua buah senjatanya sudah terlepas
semua, bagaimana akan sanggup melawan murid
Cheng-gan Sian-jin yang seperti siluman betina ini?
Maka dia menerima datangnya maut ini dengan mata
membuka lebar dan sikap tabah.

“Plakk! Desss! Aiihhhh.........!"

Lie Lan menjerit dan tubuhnya terpent al. Sesosok


bayangan kecil kurus tiba-tiba berkelebat menangkis
dua buah serangannya tadi dan gadis ini kaget bukan
main. Dia merasa betapa telapak tangan kanannya
pedas dan hampir saja Bendera yang dipegangnya
terlempar. Tentu saja Lie Lan terkejut dan ga dis ini
berjungkir balik untuk mematahkan tangkisan yang luar
biasa kuatnya itu dan memandang ke depan.

Dan gadis ini berdiri terbelalak ketika dia melihat


seorang laki-laki tua berpakaian nelayan berdiri di
depan pemuda yang menjadi lawannya itu. Kakek in i
kecil kurus, tangan kanannya memegang papan catur
yang tadi dipakai menangkis bendera keramatnya dan
melihat bentuk tubuh serta pakaiannya yang
sederhana, tidak nampak suatu keistimewaan apapun.
Akan tetapi, ternyata kakek kurus sederhana ini telah

464
membuatnya terpental dan dari tangkisan tadi, Lie Lan
maklum bahwa kakek berpakaian nelayan itu memiliki
tenaga sinkang yang amat kuat sekali. Kakek ini bukan
lain adalah Phoa-lojin, guru Gin-ciam Siucai Hok Sun.
Dalam pertandingan kacau-balau di tempat itu, kakek
ini juga tidak tinggal diam. Dia melompat mendekati
wanita berambut keemasan yang dikenalnya sebagai
tokoh dari tujuh propinsi itu, yakni Kim -bian atau Si
Rase Emas. Beberapa tahun yang lalu, pernah dia
bertemu dengan Si Rase Emas ini yang menculik dua
orang pemuda tampan untuk dijadikan mangsa NAFSU
berahinya, akan tetapi dia berhasil menghalangi dan
membebaskan dua orang pemuda itu dari cengkeraman
wanita ganas ini.

Dan sekarang, secara tak terduga-duga kembali dia


melihat munculnya wanita ini sebagai anak buah
Cheng-gan Sian-jin si pentolan kaum sesat. Phoa-lojin
tahu bahwa Si Rase Emas itu adalah seorang wanita
yang memiliki kepandaian tinggi, bahkan agaknya tidak
kalah kalau dibandingkan dengan Hek-mo-ko yang
dilayani Ta Bhok Hwesio yang mempermaink an
lawannya sambil tertawa-tawa. Itulah sebabnya
mengapa kakek ini lalu menghadapi Kim -bian yang
tentu saja amat terkejut melihat hadirnya kakek
berpakaian nelayan yang dulu pernah mengalahkannya
itu.

465
Tanpa banyak c akap Si Rase Emas lalu maju menerjang dan
seperti biasa, dia mempergunakan sepasang sabuk
hitamnya yang mengandung racun masih dibantu pula
dengan permainan rambutnya yang panjang keemasan.
Kim-bian menyerang kakek itu dengan kemarahan
meluap, terutama keti ka d ia teringat betapa kakek ini
dulu berani menghalang-halangi maksudnya,
kebencian wanita ini semakin menjadi-jadi.

Akan tetapi, seperti juga tujuh tahun yang lewat,


sekarangpun dia masih tidak mampu mengalahkan
lawannya. Bahkan dialah yang terdesak hebat oleh
pukulan-pukulan kakek itu yang setiap kali
menggerakkan lengannya, tentu dibarengi oleh hawa
lweekang yang membuat dadanya sesak. Sam baran
angin pukulan Phoa-lojin terlalu berat bagi Si Rase
Emas dan akhirnya, tidak sampai tigapuluh jurus
mereka bertanding, Kim-bian harus mengakui
keunggulan lawannya dan dia muntah darah terkena
pukulan sakti kakek itu. Malah sepasang sabuknya
putus dijambret dan belasan helai rambut emasnya
berodol dicengkeram kakek berpakaian nelayan ini!

Tentu saja wanita itu gentar. Sambil menjerit setengah


menangis, dia lalu memutar tubuh dan meloncat pergi
meninggalkan Phoa-lojin. Sementara itu, Hek-tung Lo-
kai dan teman-temannya yang lain menghadapi orang -

466
or an g kang-ouw
yang datang menyerbu dan karena anak
buah Cheng-gan Sian-jin ini rata-rata memiliki
kepandaian tinggi, maka mereka itu berhasil mendesak
musuh dan beberapa orang kang ouw malah dapat
mereka lukai.

Pertempuran yang kacau balau dan ruangan yang


terbakar itu mengundang datangnya para perajurit dan
perwira-perwira mereka. Dan Phoa-lojin terkejut sekali
melihat betapa tempat itu telah dikurung ratusan
perajurit bersenjata dan tampaklah ribuan obor
menyala terang dipasang di sekeliling gedung milik
Cheng gan Sian-jin ini. Kakek ini terkejut dan wajahnya
berobah. Untunglah pada saat itu si hwesio Tib et telah
berhasil merobohkan Hek-mo ko dan kini menerjang ke
arah Liong-tung Lo-kai untuk menggempur desakan
mereka terhadap orang-orang kang-ouw. Melihat
betapa orang-orang kang-ouw yang menyerbu itu kini
dapat bernapas longgar dan mentaati perintah Ta Bhok
Hwesio untuk keluar dari tempat itu dan beramai -ramai
membuka jalan darah dengan merobohkan perajurit -
perajurit yang berani menghadang, Phoa-lojin menarik
napas lega.

Akan tetapi, ketika kakek ini menoleh dan menyaksikan


betapa muridnya nyaris terancam malapetaka di
tangan gadis lihai yang amat ganas itu, Phoa -lojin
terkejut sekali. Sepak terjang murid perempuan Cheng -

467
gan Sian jin itu sungguh telengas bukan kepalang. Kipas
Hok Sun sudah terlempar dan kini jarum peraknya juga
terpental ketika membentur Bendera Iblis di tangan
Tok-sim Sian li. Maka tanpa ayal lagi kakek ini lalu
berkelebat ke depan dengan kecepatan luar biasa dan
dengan tepat dia berhasil menyelamatkan nyawa murid
tunggalnya itu. Kini kakek itu berdiri melindungi Hok
Sun dan tanpa menoleh Phoa-lojin lalu berka ta.

“Hok Sun, cepat ambil senjatamu yang terlempar itu


dan pergilah ke bagian barat. Biar aku yang
menghadapi nona ini !" kata-kata ini diucapkan dengan
nada tergesa-gesa dan pemuda itu lalu bangkit berdiri
dan melompat bangun. Hok Sun maklum bahwa kalau
gurunya berbicara seperti itu, tentu ada sesuatu yang
agaknya harus dilakukan. Dia tidak banyak membantah
dan segera memungut dua buah senjatanya dan
melompat pergi.

"Baik, suhu," pemuda itu menjawab dan tubuhnya


berkelebat ke bagian barat dan sama sekali tidak
menengok lagi ke arah Lie Lan.

Tentu saja Lie Lan marah sekali. "Mau lari kemana


kau?" gadis ini membentak dan tangannya bergerak.
Belasan sinar kuning berkeredepan ke depan
menyambar punggung Hok Sun. Itulah ui -tok-ci am

468
(jarum racun kuning) yang dimiliki gadis ini sebagai
amgi (senjata gelap).

Akan tetapi Phoa-lojin tidak membiarkan jarum-jarum


halus itu mengganggu perjalanan mu ridnya. Kakek ini
mengeluarkan seruan perlahan dan tangan kanannya
mengebut ke arah jarum-jarum itu dan..... semua jarum
halus ini runtuh di atas lantai.

"Kau...! Keparat tua bangka sialan!" Lie Lan memaki


dan dengan gemas dia lalu menyerang kakek itu.
Gerakannya cepat, loncatannyapun kuat. Bendera Iblis
di tangannya menderu menyambar wajah kakek ini dan
tangan kirinya bergerak menghantam lambung dengan
pukulan Tok-hiat-jiu yang mengeluarkan bau amis
memuakkan itu.

"Hemm, nona yang ganas sekali, juga keji !" Kakek Phoa
berseru dan dia mengangkat papan caturnya,
menangkis sambaran bendera keramat da n tangan
kirinya mendorong ke depan menyambut serangan Tok -
hiat jiu.

"Plak-desss!"

Lie Lan memekik nyaring, Bendera Iblis di tangan


kanannya terpental dan gadis ini merasa betapa

469
telapak tangannya pedas dan ngilu sekali. Dan gadis ini
semakin terkejut keti ka melihat betapa kakek itu
berani menerima pukulan Tok-hiat-jiu yang
dilancarkannya dengan sikap demikian tenang. Sedetik
mukanya berobah karena kalau ada lawan yang berani
menerima pukulannya ini, berarti bahwa kakek itu
betul-betul bukan orang sembarangan.

Dan betul saja, begitu tangan kirinya bertemu dengan


telapak kakek itu, gadis ini merasa betapa pukulannya
yang amat dahsyat itu seakan-akan bertemu dengan
kapas yang amat lunak dan dalam, membuat
pukulannya seperti lenyap ke dalam sebuah samudera
dan sebelum dia hilang kagetnya, tiba-tiba saja dari
telapak tangan lawan muncul tenaga yang amat kuat
mendorong dari dalam!

Inilah sejenis pukulan lweekang yang dinamakan orang


"Melenturkan Karet melentingkan Busur", sebuah ilmu
silat yang amat langka dipunyai orang dan konon
kabarnya telah lenyap ratusan tahun yang lalu. Maka
dapat dibayangkan betapa kagetnya murid Cheng -gan
Sian-jin itu ketika tiba-tiba pukulan Tok-hiat-jiunya
yang amblas ke dalam telapak lawan, mendadak mental
dan menghantam dirinya dengan kekuatan dua kali lipa t
daripada semula!

"Aihhh! Bresss...!"

470
Lie Lan menjerit dengan muka pucat dan tub U H gadis
ini terlempar ke belakang dengan amat kuatnya. Dia
tidak dapat menahan diri karena Tok-hiat-jiu yang
membalik dan menghantam diri sendiri itu sama sekali
di luar dugaannya. Maka, tanpa ampun lagi gadis ini
terbanting di atas lantai dan seluruh tubuhnya
membengkak merah karena racun Tok-hiat-jiu yang
terpukul balik!

Kenyataan ini membuat Lie Lan terbelalak dan gadis itu


mengeluh. Dia tahu apa yang telah terjadi. Pukulan
Darah Beracun telah menyerang dirinya sendiri dan
kalau dia tidak cepat bertindak, dalam waktu sekejap
saja tentu pembuluh-pembuluh darah di tubuhnya akan
pecah! Maka tanpa menghiraukan segala sesuatu di
sekelilingnya gadis in i lalu duduk bersila dan menelan
obat penawar, kemudian memejamkan mata
mengerahkan sinkang untuk mengobati luka dalam
yang amat berbahaya itu.

Phoa-lojin memandang dan kakek ini tidak melanjutkan


serangannya. Dia hanya menarik napas panjang dan
berkata perlahan, "Sungguh sayang seorang gadis
secantik ini harus berjalan di tem pat gelap. Nona, kau
agaknya memang telah ditakdirkan untuk mengalami
banyak penderitaan. Agaknya dosa-dosa orang tuamu
harus kaupikul di dunia ini, hemm...."

471
Dan sejenak kakek ini memejamkan matanya seolah-
olah mengheningkan cipta lalu alisnya berkerut dan
membuka kembali matanya. Dia tadi sedang menarik
ilham untuk mengetahui keadaan sekeliling dan tiba -
tiba wajah kakek ini berseri.

Sementara itu, Ta Bhok Hwesio yang dikeroyok banyak


orang berteriak-teriak dan tubuhnya berkelebatan
cepat diantara sambaran senjata mu suh. Sebenarnya,
kalau hwesio ini mau, tentu saja dia dapat
meninggalkan para pengeroyoknya dan melarikan diri.
Akan tetapi, karena orang-orang kang-ouw tadi belum
semuanya keluar, maka dia sengaja melayani musuh -
musuhnya ini. Mengandalkan kecepatan ginkangnya,
Ta Bhok Hwesio mel ayang- layang seperti burung di
udara dan selama ini belum ada satupun senjata yang
berhasil mengenai dirinya. Bahkan, dengan kebutan
ujung jubahnya kakek ini membuat semua senjata
mental balik dan melukai tubuh pemiliknya.

Hal ini membuat Panglima Ok marah bukan main.


Tombak terbangnya yang biasanya amat diandalkan itu
ternyata sama sekali tidak berdaya terhadap hwesio
Tibet yang amat lihai ini. Maka satu-satunya jalan
baginya ialah mengerahkan semua para pembantunya
agar hwesio itu kehabisan napas dan dikuras
tenaganya. Dan betul saja, setelah kini orang -orang
kang-ouw sudah tidak tampak lagi di situ dan api yang

472
membakar ruangan besar ini berhasil d ipadamkan,
sekarang kakek itu tidak dapat keluar dari kepungan
musuh yang amat tebal ! Hwesio tua ini mulai
mendongkol dan kalau tadi dia hanya merobohkan
tanpa membunuh sehingga orang-orang ini masih
mampu melompat bangun dan menyerangnya kembali,
adalah sekarang dia terpaksa bersikap keras. Dia sudah
mulai lelah, akal licik Ok-ciangkun termakan olehnya
dan kalau dia tidak cepat-cepat keluar dari kepungan,
tentu dia benar-benar terancam bahaya. Apalagi
teriakan-teriakan panglima itu yang berkali-kali
menyuruh agar dia "dibacok mampus" atau "disate
kambing", hwesio ini tidak mau main -main lagi.

"Sialan, kalian ini kerbau-kerbau dungu semua. Kalau


pinceng tidak ditahan oleh perasaan welas asih,
bagaimana kalian akan mampu bangkit lagi? Heii, Ok -
ciangkun, suruh anak buahmu ini mundur, jika tidak,
hooo, pinceng terpaksa melakukan pantangan
membunuh !"

Ta Bhok Hwesio berseru sementara kedua lengannya


mengibas. Sebelas orang musuh terlempar bagaikan
disapu angin puyuh dan kakek ini melompat ke depan.

"Hemm, keledai gundul, muridmu telah mengacau di


perkumpulanku, bagaimana kau minta bebas? Hayo
bayar dulu dengan nyawamu !" Liong -tung Lo-kai yang

473
tadi disambar bergulingan oleh hawa pukulan hwesio
ini, berteriak dari samping dan menyerang dengan
Liong-thouw-tung (Tongkat Kepala Naga) sehingga
tongkat ketuanya itu mengeluarkan angin menderu.
Dan pada saat itu, dari sebelah kanan Mo -kiam Sie
Giam Tun yang juga merasa sakit hati kepada hwesio ini
karena dulu dia dipermainkan gadis baju hijau yang
menjadi murid kakek itu, mengayun pedangnya
membacok pundak dengan kecepatan kilat.

Dua buah serangan ini dilakukan hampir serentak dan


baru saja meluncur setengah jalan, sekonyong -konyong
disusul ledakan selendang sutera dan sambaran
kebutan ekor kuda yang dikerjakan Hwa tok-ciang si
tokoh banci.

Tentu saja tiga macam serangan yang beruntun ini amat


hebat sekali. Ta Bhok Hwesio terkejut dan kakek ini
mengeluarkan seruan keras. Tongkat Kepala Naga yang
menyambar kepalanya dihindarkan dengan cara
menarik leher ke samping dan ketika senjata itu lewat
di sisinya, secepat kilat tangan kanan hwesio ini
menyambar dan tongkat itu dicengkeramnya!
Sementara itu, pada detik berikutnya, pedang Hek -mo-
kiam di tangan Sie Giam Tun tiba dan kakek ini
menyendal Tongkat kepala Naga kuat-kuat untuk
dihantamkan kepada pedang hitam.

474
"Hehh?!"

"Traanggg! Oohhh!" Liong-tung Lo-kai dan Si Pedang


Setan berteriak kaget ketika senjata mereka saling
pukul sehingga menerbitkan suara nyaring dan tiba -
tiba tubuh mereka mencelat didupak kaki si hwesio
yang menyerampang cepat. Gerakan ini dilakukan Ta
Bhok Hwesio dengan kecepatan luar biasa dan
menyusul kemudian, ketika selendang di tangan si
banci meledak dan kebutan ekor kudanya menotok ulu
hati, hwesio ini menggeram marah dan tanpa
menghiraukan dua serangan mematikan itu, dia
melangkah maju dan kedua tangannya mencengkeram
pinggang Hwa-tok-ciang lalu diangkat dan dibanting!

"Heiiiii....??" si banci berseru kaget dan heran, dia


hendak melompat mundur, namun terlambat.
Selendang suteranya mengenai pelipis kakek itu dan
tepat mengenai jalan darah, akan tetapi sama sekali
tidak merobohkan hwesio sakti ini. Malah, totokan
kebutan ekor kudanya yang juga mengenai ulu hati
hwesio itu, hanya mengeluarkan suara "tess" perlahan
seolah-olah bertemu dengan benda kar et yang lunak
dan sama sekali tidak menimbulkan bekas apa -apa
pula. Ta Bhok Hwesio telah menggunakan ilmunya
memindahkan jalan darah, maka itulah sebabnya
mengapa serangan si banci ini tidak mempengaruhinya.

475
Bahkan sekarang Hwa-tok cianglah yang berteriak
ketakutan karena tanpa sempat mengelak lagi,
pinggangnya dicengkeram dan dia dibanting oleh kakek
itu.

"Bresss! Adoouhh.......!" si banci melolong dan


pinggangnya patah, berkelojotan sejenak lalu diam tak
berkutik lagi, tewas dengan mata melotot!

476
Peristiwa ini berlangsung dengan luar biasa cepatnya
dan tidak ada satu orangpun yang sang gu p menolong.
Ta Bhok Hwesio yang sudah mulai gusar karena
diserang terus-menarus, mulai menurunkan tangan
besinya dan para pengeroyoknya m ulai menjadi
gentar.

Panglima Ok terkesiap melihat tewasnya Hwa-tok-ciang


di tangan hwesio kosen itu dan tiba-tiba panglima itu
menangkap seorang perajurit yang berada di dekatnya.
Sementara si perajurit terkejut mengapa dirinya
dicengkeram oleh atasannya ini, Ok-ciangkun
mengeluarkan bentakan perlahan dan tubuh perajurit
itu tahu-tahu dilontarkan ke arah si hwesio.

"Aiihhh..... !" perajurit itu berteriak ngeri dan dia


hanya dapat memandang dengan mata terbelalak dan
muka pucat. Dilemparkan kepada hwesio yang sedang
marah ini sama saja dengan menyerahkannya kepada
seekor singa!

Ta Bhok hwesio sejenak tertegun, tidak mengerti


kenapa Panglima Ok melemparkan anak buahnya ini.
Akan tetapi, tanpa banyak cakap dia menyambut dan
menangkap leher baju orang, lalu melontarkannya jauh
keluar kepungan musuh sehingga perajurit itu memekik
dan terbanting dengan tulang patah -patah.

477
Dan inilah sebenarnya saat yang dinanti -nanti oleh Ok-
ciangkun. Begitu hwesio ini tertarik perhatiannya
kepada si perajurit dan sekejap pandangan matanya
terhalang, tiba-tiba panglima tinggi kurus yang merasa
amat geram dan penasaran itu menggerakkan
lengannya secepat kilat. Tombaknya diluncurkan
mengikuti tubuh perajurit yang sengaja
dikorbankannya itu dan karena terhalang badan anak
buahnya, maka Ta Bhok Hwesio yang sama sek ali tidak
menyangka akal muslihat ini dibuat m encelos
hatinya ketika tiba-tiba mata tombak sudah berada di
depan dadanya !

"Singggg...!”

Tombak terbang sang panglima sekonyong -konyong


mendesing setelah mendekati sasarannya dan muka
hwesio sakti itu berobah. Kagetnya bukan kepalang
karena dia sama sekali sudah tidak ada waktu untuk
meloncat. Satu-satunya jalan hanyalah mengerahkan
kekuatan lweekangnya untuk melindungi diri dari
ancaman mata tombak. Dan inipun cepat dilakukan
oleh kakek ini.

"Crapppp... .!”

478
Ta Bhok Hwesio menggereng dahsyat, tombak terbang
Ok-ciangkun memang berhasil ditahannya sehingga
tidak sampai menembus jantung, akan tetapi toh
senjata itu menancap satu senti di dalam kulit
dagingnya ! Darah mengucur keluar dan kakek ini naik
darah.

"Bagus, kalian semua memang minta mampus! Baiklah,


pinceng akan menuruti kemauan kalian. Haaiiittt......!”
Ta Bhok Hwesio memekik dengan seruan mengguntur,
tangannya meraih dan secepat kilat kakek ini telah
mencabut tombak yang menancap di dadanya itu.
Darah mengucur semakin deras dan hal ini agaknya
membuat hwesio ini menjadi beringas. Sambil
mengeluarkan pekik nyaring, kakek ini lalu menerjang
ke depan dan tombak rampasannya diputar sehingga
mengeluarkan suara mengaung-aung.

Gegerlah keadaan di situ. Para per ajurit dan perwira


yang memang sudah merasa jerih terhadap hwesio
sakti ini, sekarang saling berteriak-teriak ramai dan......
berlompatan mundur melarikan diri !

Ok-ciangkun terkejut. Tadi dia merasa pasti bahwa


lawannya itu akan roboh dan disate oleh tomb ak
terbangnya yang meluncur di balik halangan tubuh
perajurit yang dilemparkannya. Sama sekali dia tidak
menyangka bahwa kakek itu kiranya betul -betul hebat

479
sekali dan tenaga lweekangnya amat kuat sehingga
dapat menahan tikaman senjatanya. Luka yang diderita
oleh hwesio itu meskipun mengeluarkan banyak darah,
akan tetapi sebenarnya hanya merupakan luka kulit
yang kurang berarti. Akan tetapi, kalau darah terus -
menerus keluar, tentu saja keadaan kakek itu bukannya
tidak berbahaya.

Sekarang, melihat betapa Ta Bhok Hwesio menggereng


dan tampak murka sekali, mau tak mau hati panglima
ini menjadi gentar juga. Tadi dilawan oleh sekian
banyak orang, hwesio itu masih dapat bertahan dan
sikapnya penuh main-main. Kini, setelah kakek itu
dikuasai kemarahan yang meluap dan anak-anak
buahnya pada melarikan diri ketakutan, bagaimana dia
berani menghadapi kakek itu seorang diri? Sayang dua
orang rekannya, yakni Panglima Kiang dan Panglima
Han, pada waktu itu sedang menjalankan tugas di luar
memenuhi perintah rahasia sri baginda. Kalau tidak,
dengan adanya dua orang panglima itu dia tentu akan
dapat menundukkan hwesio yang lihai bukan main ini.

Maka yang segera dilakukan oleh Panglima Ok yang


licik ini adalah menyelinap kabur! Dia tidak mau
mengambil resiko terlalu berat, akan tetapi dia akan
melakukan sesuatu untuk meroboh kan kakek itu. Dan
ini mengharuskan dia menjalankan siasat perang, yakni
membiarkan hwesio itu keluar dari ruangan ini dan

480
begitu tiba di luar, dia hendak memerintahkan barisan
pendam yang bersembunyi di sekeliling gedung itu
untuk menyerang dengan anak-anak panah!

Inilah yang paling menguntungkan bagi pihaknya.


Melawan seorang tokoh kang ouw yang kawakan
macam hwesio itu tidak boleh dilakukan dari jarak
dekat, namun harus diserang dari jarak jauh.

"Semua pasukan, mundurrr......!" Ok-ciangkun


memberi aba-aba dan tubuhnya lenyap di balik sebuah
pintu tembusan.

Para perajurit yang mendengar perintah ini, tanpa


diulang dua kali sudah berserabutan seperti anjing
buduk dikejar ular berbisa. Akan tetapi yang dapat
melarikan diri dari amukan Ta Bhok Hwesio hanyalah
orang-orang yang berada di bagian belakang.
Sedangkan yang berada di bagian depan, semuanya
sudah roboh malang-melintang diserampang atau
ditusuk tombak yang menyambar -nyambar dari tangan
kakek sakti itu. Bahkan Liong-tung Lo-kai dan Mo-kiam
Sie Giam Tun sendiri yang menyaksikan tewasnya Hwa
tok ciang dalam segebrakan tadi, sudah lama
menghilang, mendahului Ok-ciangkun ke tempat aman!

Dan pada saat itulah Phoa-lojin juga baru saja berhasil


merobohkan Lie Lan dengan pukulan sinkangnya. Kakek

481
ini sejenak bengong di tempatnya melihat betapa
seperti orang kalap, temannya itu mengejar -ngejar
musuh dan ada empat puluh orang lebih mandi darah
di ruangan ini.

Tentu saja kakek itu terkejut. Bukanlah maksudnya


untuk membunuh-bunuhi orang di kompleks istana ini.
Yang membuatnya datang kemari adalah untuk
menolong Yap-goanswe dan sedikit memberi hajaran
kepada anak buah Cheng-gan Sian-jin. Mengenai para
perajurit? Ah, sekilaspun tidak ada maksudnya untuk
mengamuk dan membunuh-bunuhi orang-orang tak
berdosa itu. Perajurit lawannya perajurit, hal itu bukan
bagian mereka. Akan tetapi mengapa Ta Bhok Hwesio
yang biasanya suka ugal-ugalan ini marah sekali?

"Oohhh.....!” akhirnya kakek ini mengerti ketika dia


melihat darah yang keluar dari luka di dada sahabatnya
itu. Kiranya hwesio Tibet ini terluka dan karena naik
darah, mengamuklah dia sejadi-jadinya di tempat itu.

"Lo-heng, hentikan sepak terjangmu yang salah kaprah


ini !" Phoa lojin berseru dan tubuhnya melayang ringan
mendekati hwesio itu.

Akan tetapi Ta Bhok Hwesio yang sudah murka, begitu


mendengar desir angin di dekatnya, segera mengira
kedatangan musuh baru. Tanpa menghiraukan teriakan

482
si kakek nelayan, hwesio ini membalikkan tubuh dan
tombaknya menusuk dengan kecepatan luar biasa.

"Mampus kau.....!!"

"Ehh..... ?” Phoa-lojin terkejut dan terpaksa dia


mengangkat papan caturnya dan bertemulah dua
macam senjata itu di tengah udara. "Prakk!" terdengar
suara beradunya tombak dan p apancatur, dan Ta
Bhok Hwesio mencelat mundur karena tombaknya
patah-patah sedangkan papan catur di tangan kakek
Phoa hancur berantakan !

Ta Bhok Hwesio terperanjat dan ketika dia melihat


siapa yang diserangnya ini, matanya terbe lalak dan api
kemarahannya padam. "Tua bangka sinting, kenapa kau
menyerang aku?" katanya melotot.

Phoa-lojin tersenyum. "Lo-heng, siapa menyerang


siapa? Bukankah engkau sendiri yang malah menyerang
aku? Sungguh lucu, kau yang menyerang malah aku
yang ditegur !"

Hwesio Tibet itu membelalakkan matanya dan akhirnya


tertawa meringis. "Wah, betul j uga, aku tadi lupa diri,
sorry!"

483
Ucapannya ini membuat Phoa-lojin tertawa geli.
"Sudahlah, kau kakek gendut dimana-mana selalu bikin
onar. Hayo balut lukamu itu dan kita keluar. Menurut
perasaanku, bagian barat akan menguntungkan kita,
cepat, sebelum Ok-ciangkun merepotkan kita lagi."

Ta Bhok Hwesio mengepal tinjunya teringat kepada


panglima licik itu. "Hem, aku bahkan ingin mengetok
batok kepalanya yang curang itu!" kata nya bersungut-
sungut akan tetapi tangannya bekerja merawat luka di
dadanya sehingga darah berhenti mengalir.

Dua orang ini lalu bergerak meninggalkan ruangan itu,


dan seperti petunjuk Phoa lojin, mereka berkelebat ke
arah barat. Dengan kepandaian mereka yang tinggi itu
dalam sekejap telah tiba diluar dan begitu muncul,
tiba-tiba terdengar menjepretnya ratusan anak panah
menuju ke arah mereka !

“Sialan, tua bangka bangkotan, mengapa mematahkan


tombakku tadi,” katanya mengomel. “Kalau tidak khan
bisa untuk membantai tikus-tikus ini !” mulutnya
mengomel namun tubuhnya tidak tinggal diam, bagai
seekor burung rajawali, kakek ini melompat kesana -sini
dan kedua lengannya menyampok runtuh anak -anak
panah yang menyerang.

484
Phoa lojin juga mencontoh perbuatan temannya dan
sambil tertawa kakek ini menyahut, “Loheng, kaupun
juga menghancurkan papan caturku . Kalau tidak,
bukankan aku tidak akan melompat -lompat seperti
katak begini? Lihat kita sekarang dijadikan boneka
sasaran oleh orang-orang itu. Hayo naik ke atas !”

Setelah berseru demikian, kakek itu mengebut runtuh


anak-anak panah yang menyambar dan sekali totol
kakinya, tubuh kakek ini melayang ke atas genteng. Ta
Bhok Hwesio juga tertawa terbahak namun sebelum dia
melayang naik, ia menggerakkan kedua lengannya
untuk menangkap anak panah dengan sekali raup.
Kemudian dengan menggunakan ginkangnya melayan g
ke atas sambil menyambitkan anak panah yang tadi
berhasil ditangkapnya ke arah para pemanah itu.

Terdengarlah pekik-pekik kesakitan disana-sini.


Duapuluh lebih anak panah telah meluncur melesat
tiga empat kali lebih cepat daripada waktu dibidikkan,
maka tidaklah heran para pemiliknya tidak mampu
berkelit dan limabelas orang roboh dengan jantung
tertembus anak panah, sedangkan selebihnya ada yang
menancap di leher, pundak, paha dan seorang yang
pada waktu itu kebetulan sedang menungging untuk
mengambil panah cadangan, menjerit keras karena
pantatnya ditusuk sebatang anak panah yang
disambitkan hwesio itu!

485
Ta Bhok Hwesio bergelak ketawa dan tu buhnya telah
hinggap dengan ringan di atas rumah. Dua orang kakek
ini lalu cepat mengerahkan ginkang mereka
meninggalkan tempat itu. Tubuh mereka merupakan
bayangan hitam yang berkelebatan seperti iblis dan
sebentar saja dua orang kakek ini telah lenyap. Sambil
berlari, hwesio itu tertawa-tawa geli teringat betapa
anak panahnya menancap di pantat perajurit tadi dan
kalau saja Phoa-lojin tidak mengomelinya panjang
pendek, agaknya hwesio ini masih mau banyak main -
main dan menyambitkan anak-anak panah ke pantat
musuh-musuhnya.

"Lo-heng, jangan banyak bergurau. Ingat, kita masih


berada di sarang lawan dan seluruh pasukan kot a raja
telah bangun. Lihatlah, empat pintu gerbangpun
tertutup rapat dan kalau kita tidak cepat bertindak,
bukankah kita tidak akan dapat keluar dengan
selamat?" Phoa-lojin menegur temannya ini.

Ta Bhok Hwesio tidak menjawab dan matanya


memandang ke depan. Tiba-tiba dia teringat kepada
murid perempuannya. Wah, kalau pintu gerbang
ditutup, bagaimana Pek Hong dapat keluar? Seketika
mukanya berobah dan sikapnya menjadi serius sekali.

"Lo-jin, bagaimana dengan muridku itu?" tanyanya


ingin tahu. Sahabatnya ini adalah seorang ahli ramal,

486
dan sudah banyak bukti-bukti yang harus dia akui.
Sekarang, teringat akan nasib muridnya ini dia lalu
bertanya kepada Phoa lojin yang memiliki pengetahuan
gaib akan hal-hal di muka maupun yang di belakang.

"Hemm, muridmu itu kelabakan, dia terkurung di


bagian barat. Itulah sebabnya mengapa aku
mengajakmu ke sana dan jangan banyak bergurau lagi."

Mendengar keterangan ini wajah Ta Bhok Hwesio


menjadi pucat dan hatinya gelisah bukan main. "Wahh,
kalau begitu kita harus segera menolong nya !" serunya
gugup dan seketika kakek ini tancap gas, lari seperti
terbang mendahului temannya! Phoa-lojin
menggeleng-geleng kepala melihat ulah hwesio itu dan
segera diapun menambah ginkangnya dan berkelebat
menyusul Ta Bhok Hwesio yang telah jauh melun cur di
depan seperti anak panah terlepas dari busur.

Ketika mereka sampai di pintu gerbang bagian barat,


betul saja, Ta Bhok Hwesio melihat kegaduhan di
tempat ini. Pek Hong dikeroyok banyak orang dan gadis
itu tampak kewalahan. Hebatnya, meskipun ia
dikeroyok banyak musuh, sama sekali gadis it u tidak
mau melepaskan Bu Kong yang tetap dipanggulnya,
sepak terjangnya persis seekor harimau betina, dengan
rantai perak di tangan kanan gadis itu membabat lawan
yang berani mendekat. Tubuhnya mandi keringat, akan

487
tetapi dengan penuh semangat dia melengking -
lengking dan berkelebatan diantara sambaran senjata
lawan tanpa kenal menyerah!

Sejenak hwesio ini memandang dengan wajah berseri


gembira, girang dan juga kagum. Akan tetapi diam -
diam diapun kembali mengagumi kete patan Phoa-lojin
yang dapat menebak semua kejadian dengan amat jitu
seolah-olah peristiwa itu tadi telah tampak jelas di
depan matanya. Dan ketika kakek ini menoleh ke kiri,
di situpun murid Phoa-lojin juga dikepung banyak
musuh dan pemuda ini dengan tang kas mainkan kipas
hitam dan jarum peraknya. Lalu, sedikit berjauhan dari
tempat dua orang muda ini bertempur, tampak
beberapa orang kang-ouw yang tadi keluar dari gedung
kuning juga mati-matian membuka jalan darah agar
dapat meloloskan diri dari tempat itu .

"Ha-ha-ha, Phoa-lojin, ramalanmu benar-benar jitu


sekali. Sekarang, setelah kita sampai di sini, hayo kita
berlumba, siapa kiranya yang lebih dulu berhasil
menolong murid masing-masing!"

Ta Bhok Hwesio melayang dari atas genteng sambil


tertawa bergelak, tubuhnya menyambar ke bawah
seperti sikap seekor burung besar menerkam domba.
Kedua tangannya mendorong dan serangkum angin
pukulan yang luar biasa hebatnya membuat duapuluh

488
pengeroyok Pek Hong menjerit dan terlempar
bergulingan. Tidak berhenti sampai di sini saja, kakek
itu lalu menggerakkan kedua kaki tangannya berganti -
ganti dan tubuh orang-orang itupun terpental seperti
bola ditendang dan terjungkal dengan tulang -tulang
patah!

"Suhu.......!" Pek Hong menoleh dan ber teriak girang,


seketika semangatnya meluap melihat betapa gurunya
datang pada saat yang tepat. Dia sudah mulai
kebingungan dan gelisah melihat pengeroyokan musuh
yang amat banyak. Jatuh satu maju dua, roboh empat
maju sepuluh. Kalau begini terus-terusan, bukankah
keadaannya runyam sekali?

Syukurlah, pada saat dia dicekam kecemasan dan telah


mengambil tekad untuk bertempur sampai mati,
suhunya tiba-tiba datang menolong. Gadis ini lalu
memekik nyaring dan rantai peraknya menyambar
dahsyat. Lima perajurit roboh terjungkal dihantam
senjatanya dan Pek Hong lalu berkelebatan cepat
mengandalkan ginkangnya yang disebut Coan -goat-hui.

Mulailah gadis ini mengamuk dengan amat hebatnya,


seolah-olah dia memiliki tenaga baru yang masih segar.
Hal ini disebabkan dengan adanya gurunya di situ,
dimana kehadiran Ta Bhok Hwesio menimbulkan
kegembiraan dan semangat tinggi.

489
Di lain tempat, Phoa-lojin juga sudah melayang turun
dan kakek ini mengibas kesana kemari merobohkan
pengeroyok muridnya sehingga Hok Sun dapat
bernapas lega. Akan tetapi seperti tadi telah di katakan,
musuh yang berada di situ terlampau banyak. Roboh
satu maju dua, jatuh sepuluh maju duapuluh. Phoa -
lojin yang tidak mau menurunkan tangan kejam,
kewalahan juga menghadapi perajurit -perajurit yang
nekat ini.

Tiba-tiba, pada saat yang amat gawat itu , mendadak


pintu gerbang yang tertutup rapat meledak dengan
suara keras. Semua orang terkejut karena ledakan yang
terdengar ini menggetarkan tanah di sekelilingnya dan
otomatis semua pertempuran yang terjadi di tempat ini
terhenti. Ratusan pasang mata memandang terbelalak
ketika daun pintu yang amat besar dan berat itu roboh.
Debu mengepul dan suara ambruknya pintu ger bang ini
menimbulkan hiruk-pikuk luar biasa.

Seorang pemuda baju biru muncul tiba-tiba dari luar


pintu gerbang memasuki tempat itu. Dia menunggang
seekor kuda tinggi besar berbulu hitam yang meringkik
nyaring. Gagah dan hebat sekali kuda ini. Bulu surinya
yang panjang itu riap-riapan, tubuhnya kokoh kuat dan
larinya mirip kuda terbang! Tidak tampak keempat
kakinya menginjak bumi, seolah-olah kuda hitam

490
tinggi besar ini melayang di atas permukaan tanah.
Sekali lihat saja orang akan segera tahu bahwa kuda
hitam itu jelas adalah seekor kuda yang amat hebat
dan langka.

"Hek ma......!" tiba-tiba Pek Hong berseru nyaring dan


gadis ini melompat ke depan sehingga rambutnya
berkibar di belakang kepalanya. Saking girangnya
mengenal kuda hitam itu, loncatan gadis ini luar biasa
sekali. Tubuhnya seakan-akan dilontarkan jauh ke
muka dan Hek-ma yang mendengar panggilan ini,
terbang ke arah gadis itu sambil meringkik panjang.

Memang benar, kuda ini bukan lain ada lah Hek-ma (Si
Hitam), milik Jenderal Muda Yap Bu Kong dan yang dulu
menjadi pembantu setia ketika jende ral itu memimpin
pasukan Yueh membasmi musuh. Bagi para pembaca
yang telah menikmati ceritera "Hancurnya Sebuah
Kerajaan", tentu tidak akan melupakan kuda istimewa
ini.

Inilah seekor kuda yang amat langka dicari, keturunan


asli dari Liong kut-ma (Kuda Bertulang Naga) yang dulu
dimiliki oleh Pangeran Yalu Chih dari Tibet seratus
tahun yang lalu! Hek-ma adalah seekor kuda yang
betul-betul hebat. Dalam peperangan antar kerajaan,

491
kuda ini menjadi tunggangan pribadi Yap -goanswe yang
tahan bacokan senjata tajam!

Seperti kita ketahui bersama, sebenarnya kuda ini


adalah hadiah dari Ta Bhok Hwesio yang dulu kalah
bertaruh melawan Malaikat Gurun Neraka. Hek -ma
adalah keturunan langsung dari Liong -kut-ma yang
konon dikabarkan orang mampu terbang ke langit sap
ke tujuh! Dongeng rakyat Tibet tentang kuda ini sudah
tersebar dimana-mana dan menimbulkan bentrokan
antar pangeran yang ingin merebut kuda itu dari
Pangeran Yalu Chih sehingga menimbulkan korban jiwa
yang tidak sedikit.

Ta Bhok Hwesio yang juga ada di situ, terc engang


keheranan melihat munculnya kuda ini. Akan tetapi,
melihat pemuda baju biru di atas punggung Hek -ma,
dia terbelalak kaget. Dia mengenal pemuda tegap
gagah ini karena pemuda itu bukan lain adalah Fan Li,
pembantu setia atau wakil dari Yap -goanswe!

"Ahhh....!" kakek ini berseru keheranan akan tetapi


hatinya menjadi gembira bukan main. Dengan
munculnya pemuda itu, terutama datangnya Hek -ma ke
tempat ini, sungguh amat menguntungkan baginya.
Hanya yang dia herankan, bagaimana pemuda baju biru
itu mampu menjebol pintu gerbang yang kokoh ini?
Sepengetahuannya, Fan Li adalah seorang pemuda

492
yang tidak memiliki kepandaian begitu tinggi. Ilmu
silatnya biasa saja dan hanya dalam ilmu perang dia
memang memiliki kecakapan khusus, agaknya karena
sehari-harinya dia selalu berdekatan dengan Yap-
goanswe.

Sementara semua orang bengong dengan adanya


kejadian tak disangka ini, tiba-tiba muncul kegemparan
baru. Peristiwa berikutnya ini benar -benar
mengguncangkan hati semua orang, bahkan Ta Bhok
Hwesio sendiri sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Apa yang mereka lihat? Bukan lain adalah munculnya
sesosok bayangan yang gerakannya seperti iblis di
belakang pemuda baju biru itu. Bayangan ini melayang
ringan di atas permukaan tanah, tidak nampak kakinya
menginjak bumi dan yang membuat semua orang
memandang dengan muka pucat adalah karena
bayangan ini tidak kelihatan kepalanya!

Tentu saja penglihatan itu membuat semua orang


terpaku. Mereka hendak berteriak, namun mulut
mereka terkancing rapat. Lidah mereka kelu tak dapat
digerakkan. Karena bayangan ini muncul dari tempat
gelap, maka kepalanya yang tidak nampak itu seakan -
akan merupakan sebatang tubuh yang bergerak tanpa
kepala, seperti roh penasaran atau setan jejadian!

493
Akan tetapi, setelah bayangan ini memasuki pintu
gerbang dan lampu-lampu penerangan menimpa
tubuhnya, tahulah semua orang bahwa sosok tubuh itu
sebenarnya mempunyai kepala, hanya saja kepala
orang aneh ini tidak kelihatan karena tertutup
semacam kabut putih yang menyelimuti wajahnya.

"Bu-beng Sian-su......!" tiba-tiba terdengar teriakan ini


yang keluar dari mulut Ta Bhok Hwesio. Kakek inilah
yang pertama-tama berseru keras dan semua orang
yang mendengar seruannya kaget bukan main dan
berdiri dengan mata terbuka lebar.

Memang, siapakah yang belum pernah men dengar


nama Bu-beng Sian-su (Manusia Dewa Tanpa Nama)
atau ada pula yang menyebutnya sebagai Bu beng
Kuncu (Sang Bijaksana Tanpa Nama)? Agaknya di
seluruh daratan Tiong-goan tidak ada orang yang
belum pernah mendengar nama manusia luar biasa itu.

Hanya, karena Bu beng Sian su ini jarang sekali


menampakkan diri di depan orang banyak dan telah
bertahun-tahun tidak ada kabar beritanya, maka lama -
lama orang menganggap bahwa manusia dewa itu
sudah lenyap. Bahkan, berangsur -angsur generasi
berikutnya yang mendengar tentang nama ini dari
cerita orang-orang tua mereka, menganggap bahwa
manusia dewa itu hanya sebagai dongeng belaka.

494
Sungguh tidak dinyana bahwa pada malam hari itu
manusia ajaib ini datang berkunjung di kota raja! Siapa
yang tidak terkejut setengah mati? Ta Bh ok Hwesio
sendiri yang menyaksikan kehadiran Bu -beng Sian-su
secara tiba-tiba ini, tertegun di tempatnya dan tak
terasa lagi hatinya tergetar. Perbawa manusia dewa itu
sungguh luar biasa, hwesio ini saja terpengaruh,
apalagi orang-orang lain yang ada di situ. Mereka ini
tak terasa lagi telah melangkah mundur seakan -akan
gentar didatangi seorang malaikat dari langit yang
hendak memberikan hukumannya kepada orang -orang
bersalah!

Sekarang tahulah Ta Bhok Hwesio siapa kiranya yang


telah merobohkan pintu gerbang sedemikian
mudahnya. Tentu Bu-beng Sian-su! Siapa lagi? Dan
tebakan kakek ini memang tepat. Manusia dewa itulah
yang menyuruh Fan Li datang ke kota raja bersama Hek -
ma untuk menolong Yap Bu Kong yang tertawan musuh.
Perjumpaan kembali antara Fan Li dengan Bu-beng
Sian-su cukup panjang, maka baiklah kiranya kita
uraikan saja di belakang. Pada saat itu, sementara
semua orang terpaku di tempatnya dan keadaan luar
biasa heningnya karena tidak ada seorangpun yang
mengeluarkan suara, tampak manusia dewa itu
mengangkat tangan kirinya ke atas dan terdengarlah
ucapannya yang lirih akan tetapi jelas tertangkap
telinga ribuan manusia di tempat itu.

495
"Para sahabat semua, harap kalian hentikan
pertempuran ini. Tidak ada gunanya bagi diri pribadi
untuk mengumbar nafsu bunuh-membunuh diantara
sesama manusia. Kami datang untuk membawa pergi
pemuda yang malang itu, harap kalian menaruh hati
kasihan dan merelakannya..." Bu -beng Sian-su
menghentikan kata-katanya, kabut yang membungkus
kepalanya bergerak ke kanan, menoleh ke arah Fan
Li dan melanjutkan, "Fan ciangkun, sekarang naikkan
tubuh sahabatmu itu dan pergilah seperti yang telah
kukatakan tadi."

Fan Li mengangguk, menerima tubuh Yap -goanswe dari


panggulan Pek Hong yang telah mendekati mereka dan
berdiri mematung dengan mata terbelalak memandang
semua keajaiban ini, lal u kabur dengan cepat
meninggalkan tempat itu. Hanya saja ketika tadi
menerima tubuh Bu Kong, Fan Li sempat berbisik
perlahan kepada gadis itu, "Nona Hong, susullah kami
tujuhpuluh li di sebelah tenggara kota r aja." dan
pemuda itupun lalu pergi dari tempat itu.

(Bersambung jilid ke IX)

Pendekar Gurun Neraka-jilid 8

496
Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 8

497
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 9

KEJADIAN ini berlangsung dengan tidak tergesa-gesa


dan seandainya ada orang yang hendak menghalangi,
tentu masih bisa. Akan tetapi, nyatanya tidak ada
seorangpun yang melakukan hal itu. Entah mengapa,
semenjak munculnya Bu-beng Siansu di situ, hawa
panas membakar dari semua orang yang bertempur
mendadak lenyap dan suasana di tempat itu menjadi
adem.

Kehadiran manusia dewa ini menimbulkan suatu


kesejukan aneh di dalam hati setiap orang, mengusir
semua api dendam dan ketika Bu -beng Siansu tadi
meminta dengan suara yang begitu halus lembut agar
Yap-goanswe diserahkan kepadanya, tanpa sesadar
mereka sendiri orang-orang itupun manggut-
manggutkan kepalanya!

498
Tentu saja peristiwa ini sungguh luar biasa ganjilnya.
Yap-goanswe yang mereka tawan itu adalah seorang
musuh, mereka dapatkan dengan susah payah.
Sekarang, diminta dengan begitu saja oleh manusia
dewa itu, orang-orang inipun tidak ada yang menolak
dan merelakan permintaan Bu-beng Kuncu itu dengan
ikhlas! Mana ada kejadian yang begitu ajaib?

Ta Bhok Hwesio dan teman-temannya melenggong. Apa


yang mereka saksikan ini hampir -hampir tidak dapat
mereka percayai. Akan tetapi, memang demikianlah
kenyataannya. Yap-goanswe dengan cara yang
demikian mudah, berkat pertolongan manusia dewa
itu, kini telah dibawa oleh wakilnya sendiri. Fa n Li telah
menyelamatkan pemuda itu dan kini bayangan mereka
bersama Hek-ma telah lama lenyap.

Sementara hwesio ini terbelalak dan berdiri menjublak


di tempatnya, tiba-tiba manusia dewa itu menoleh ke
arahnya dan berkata perlahan, "Lo -suhu, tujuan hati
kalian semua telah selesai, mengapa masih berdiri di
sini? Pergilah kalian ke tempat masing-masing dan
agaknya Phoa enghiong akan dapat memberikan petunjuk
berharga bagimu."

Ta Bhok Hwesio terkejut dan segera dia menjadi sadar.


Yap goanswe telah berhasil dibawa pergi, kenapa mereka
melenggong saja di situ? Bukankah ini suatu kesempatan

499
bagus untuk segera pergi sementara pengaruh Bu-beng
Siansu masih mencekam orang-orang dari Kerajaan Wu
ini?

Begitu sadar, hwesio ini cepat bergerak. Bersama


teman-temannya, dia lalu menjura dengan penuh
hormat dan kagum kepada manusia dewa itu dan
berkata, "Sungguh pinceng mendapat penghormatan
besar sekali malam ini dengan kehadiran Siansu.
Mewakili teman-teman, pinceng tak lupa
menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan
Siansu dan semoga kami semua tetap selalu di jalan
terang, Omitohud......!"

Demikianlah, satu-persatu orang-orang itupun lalu


melangkah cepat meninggalkan kota raja melalui pintu
gerbang yang sudah ambruk dan sebentar saja
bayangan mereka lenyap ditelan kegel apan malam.
Hati masing-masing orang diliputi bermacam perasaan
dengan adanya peristiwa luar biasa itu, ada perasaan
gentar, kagum, hormat dan lain -lainnya lagi yang
menjadi satu bercampur aduk di dalam hati mereka.

Para panglima muda dan perwira dari Kera jaan Wu


beserta seluruh pasukan hanya memandang kepergian
Ta Bhok Hwesio dan teman-temannya dengan
pandangan ganjil. Mereka ini sedang dikuasai oleh
pengaruh yang keluar dari tubuh Bu -beng Siansu,

500
pengaruh yang menyatakan bahwa tidak ada gunanya
bagi diri pribadi untuk melanjutkan saling bunuh -
membunuh ini. Entah mengapa, tiba-tiba saja orang-
orang itu seakan-akan kehilangan kesadaran diri
sendiri dan semangat mereka seluruhnya lekat kepada
Bu-beng Kuncu.

Akan tetapi, setelah musuh-musuh mereka pergi, Bu-


beng Siansu yang tadi masih berdiri di situ sekonyong -
konyong juga lenyap! Mereka tidak tahu kapan dan
bagaimana menghilangnya manusia dewa itu dan
bersama lenyapnya sang bijaksana ini, orang orang
itupun menjadi gempar.

"Ehh, kenapa kita melepaskan musuh ?" Panglima Ok


yang berada di tengah-tengah pasukannya, tiba-tiba
membentak gusar. Tadi dia seperti mengalami sebuah
mimpi, maka begitu mimpi itu lenyap dan
kesadarannya pulih, tentu saja panglima ini berteriak -
teriak seperti orang kebakaran jenggot.

Dan semua perwirapun juga terkejut. "Heii, mereka


kabur semua. Hayo kejar, tangkap dan bunuh mereka!"

Terjadilah saling ribut diantara orang -orang ini dan


segera mereka berteriak-teriak mengejar. Semua orang
lalu berlari keluar dan Panglima Ok bersama beberapa

501
orang pembantunya yang berkepandaian tinggi, juga
mengejar sambil mengumpat caci.

Namun, di malam yang segelap itu, bagaimana mereka


dapat melakukan pengejaran dengan baik? Ok ciangkun
yang uring-uringan ini lalu memerintahkan pasukannya
agar membawa obor dan mereka terus mengejar
sampai di dalam hutan yang gelap. Berkat ribuan obor
yang dinyalakan, tiba-tiba saja hutan itu menjadi
terang benderang dan kegaduhan segera terdengar di
tempat ini. Bukannya musuh yang mereka temukan,
melainkan binatang-binatang hutan yang menjerit-jerit
ketakutan diserbu pasukan Wu!

Semua binatang hutan bangun dan tampak kaget.


Kijang, harimau, ular, kera dan lain -lain berserabutan
lari menyelamatkan diri dan para perajurit yang marah
itu kini mengganti arah sasaran mereka. Tidak d apat
membunuh musuh-pun baiklah, asal sebagai gantinya
bisa mendapatkan daging buruan binatang -binatang
hutan itu.

Maka, semalam suntuk mereka menggerebek hutan


dan akhirnya menjelang pagi, orang -orang itupun
kembali dengan tangan hampa. Wajah mereka pucat
kurang tidur, tubuh letih dan beberapa orang
diantaranya ada yang terluka ketika memburu binatang
hutan. Mereka telah mendapatkan empat ekor

502
harimau, tujuh ekor ular sawah dan sebelas ekor kera
yang mereka bunuh untuk melampiaskan kemarahan
karena tidak berhasil menangkap musuh. Dan hasil
buruan inilah yang mereka bawa pulang untuk
dipanggang dagingnya atau dijemur dijadikan dendeng.

**

Agaknya sudah terlalu lama kita meninggalkan


pertempuran yang terjadi antara dua orang jago besar
itu, dimana Cheng-gan Sian-jin kemudian lari jatuh
bangun dikejar pukulan Lui-kong Ciang hoat yang
dilancarkan Malaikat Gurun Neraka. Pendekar sakti ini
memang telah mengambil keputusan bulat bahwa dia
hendak menurunkan tangan maut terhadap lawan yang
amat berbahaya itu.

Akan tetapi, Cheng-gan Sian-jin betul-betul seorang


yang amat luar biasa sekali. Berkali-kali dia berhasil
menyelamatkan diri dan serangan, petir pendekar itu
tidak mengenai tubuhnya secara telak. Namun, karena
harus selalu bergulingan menghindarkan d iri, akhirnya
pakaian kakek ini pecah di sana-sini dan robek tidak
karuan.

Bahkan, satu kali ketika dia kurang ce pat mengelak,


pukulan halilintar Malaikat Gurun Neraka menyambar

503
bajunya dan seketika pakaiannya itu terbakar! Tentu
saja Cheng-gan Sian- jin kelabakan dan karena dia tidak
mau tubuhnya dimakan api, dengan nekat dia lalu
membuangnya dan kini dia berlari setengah telanjang!

Ginkang yang dilakukan oleh dua orang sakti itu


memang benar-benar sudah mencapai tingkat yang
amat tinggi sekali. Gerakan Cheng-gan Sian-jin yang
melesat secepat iblis ini membuat tubuh kakek itu
lenyap sekejap saja, Cui-beng Ginkang atau Ginkang
Pengejar Arwah yang dimiliki Cheng -gan Sian-jin
memang tiada bandingannya. Malaikat Gurun Neraka
sendiri diam-diam merasa kagum di dalam hatinya,
namun diam-diam diapun juga merasa prihatin sekali
mengapa ilmu setinggi itu dimiliki oleh seorang kakek
yang seperti iblis ini.

Untunglah, mengandalkan Jouw -sang-hui(Terbang Di


Atas Rumput) yang dikerahkannya sepenuh tenaga, dia
tidak sampai kehilangan jejak musuhnya. Kejar -kejaran
yang terjadi diantara dua orang tokoh ini berlangsung
sengit samp a i akhirnya Cheng-gan Sian jin tiba di pintu
gerbang utara. Kakek ini berkaok-kaok menyuruh
pasukan mengeroyok pendekar itu dan dia segera
melesat ke atas tembok benteng yang tinggi.

Namun kalau dia saja tidak mampu menghadapi


pendekar sakti itu, bagaimana perajurit -perajurit biasa

504
dapat menahan Malaikat Gurun Neraka? Sekali
mengeluarkan jengekan dari hidungnya pendekar ini
telah melewati perajurit-perajurit itu dan tubuhnya
melayang cepat mengejar Cheng-gan Sian-jin di atas
benteng. Gerakan dua orang ini bukan main pesatnya,
seperti asap yang sebentar tampak dan kemudian
sudah tidak tampak lagi. Bahkan para perajurit itu
mengira bahwa yang baru saja berkelebat di depan
mereka tadi bukanlah bayangan manusia, melainkan
bayangan iblis yang gentayangan di malam hari!

Akhirnya, Cheng-gan Sian-jin yang sudah mulai putus


asa dan tersengal-sengal napasnya itu tiba di luar
sebuah hutan lebat. Kakek ini menjadi girang dan dia
mempercepat larinya. Kalau dia berhasil memasuki
hutan itu, pasti pendekar itu tidak akan mampu
mencari jejaknya.

Malaikat Gurun Neraka juga melihat hal ini, dan


pendekar itu menjadi mendongkol sekali. Kalau Cheng -
gan Sian-jin dapat lebih dulu menyelinap di dalam
hutan itu, tentu dia tidak mungkin dapat meneruskan
pengejarannya. Menghadapi seorang kakek iblis yang
banyak akal seperti Cheng-gan Sian-jin ini sungguh
harus berhati-hati dan tidak boleh lengah.

505
Maka, pendekar ini tiba-tiba mengeluarkan seruan
melengking tinggi menusuk telinga dan kedua kakinya
melompat berbareng, terangkat bersama dan terbang
dengan amat cepatnya. Inilah gerakan melayang yang
disebut "Pentalkan Meteor Lontarkan Tubuh", salah
satu sikap ilmu ginkang Jouw -sang hui-teng. Gerakan
ini menggunakan semua tenaga dan kedua tangan ikut
bekerja dengan jalan menghantam tanah untuk
menimbulkan daya pental. Maka hebatnya bukan
kepalang dan tahu-tahu Cheng-gan Sian-jin merasa
betapa angin dingin berkesiur di sampingnya.

Bagaikan setan yang muncul di siang hari, tiba-tiba saja


tubuh Malaikat Gurun Neraka telah menghadang di
muka si datuk sesat. Kejut Cheng gan Sian -jin bukan
main hebatnya dan kakek ini meraung seperti singa
lapar. Pada saat itu dia sedang mengapung di udara,
maka tubuh lawan yang tahu-tahu menghadang ini
tidak dapat dielakkan lagi dari benturan.

"Blangggg!"

Cheng-gan Sian-jin terpental bergulingan sedangkan


tubuh pendekar itu hanya bergoyang perlahan. Dan
sementara kakek iblis itu ter lempar, Maiaikat Gurun
Neraka mengeluarkan bentakan menggeledek dan
kedua tangannya bergerak. Seleret cahaya berkilau

506
menyambar tubuh Cheng gan Sian -jin yang bergulingan
di atas tanah dan tanpa ampun lagi pukulan petir
pendekar itu menghantam kaki si datuk sesat.

"Darr! Krekkk-auhhh....!"

Cheng-gan Sian-jin menggerung dahsyat sehingga


bumi bergetar seakan diguncang gempa, dan kaki
kiri kakek itu hancur dan remuk tulang-tulangnya!
Pukulan Lui-kong Ciang-hoat kali ini mendapatkan
sasarannya dan kakek itu merasa betapa dia seolah -
olah dijilat kilatan halilintar. Rasa nyeri dan sakit yang
amat sangat membuat Cheng-gan Sian jin meluap
kemarahannya dan kakek ini menjadi mata gelap.

Tiba-tiba dia tertawa bergelak dengan suara yang amat


menyeramkan, lalu melompat bangun! Dengan satu
kaki yang sudah remuk tulang-tulangnya ternyata
masib mampu berdiri dengan baik, hal ini betul -betul
membayangkan bahwa kakek itu memang manusia
yang luar biasa sekali.

"Malaikat Gurun Neraka, aku akan mengadu jiwa


denganmu!" kakek itu memekik buas dan mencelat ke
depan, kedua tangannya dengan jari-jari renggang

507
mencengkeram lawan dan angin pukulan tajam
bersiutan menyambar wajah Malaikat Gurun Neraka.

Sedetik pendekar itu terkejut, akan tetapi lalu


mendengus. Cengkeraman si kakek iblis jelas adalah
merupakan serangan adu jiwa. Cheng-gan Sian-jin
mengerahkan seluruh kekuat annya untuk menyerang,
dan ini membuat bagian depan T U B U H terbuka. Akan
tetapi, kalau dia menyerang bagian yang lowong ini,
tentu serangan lawan itupun akan mengenai dirinya.

Maka pendekar inipun lalu men gelit ke samping dan


kaki kanannya bergerak cepat menendang perut kakek
itu. Akan tetapi, sungguh di lu ar dugaan. Begitu
terkamannya luput, mendadak saja tubuh Cheng -gan
Sian-jin yang telah melompat di tengah udara ini
menggeliat dan membalik lalu menghantam tiba-tiba
dengan telapak tangan miring ke arah tengkuk
pendekar sakti itu!

Inilah perobahan serangan yang sungguh luar biasa


sekali. Dari cengkeraman yang luput diganti dengan
hantaman sisi tangan miring seperti golok di saat tubuh
masih mengapung di udara, benar-benar amatlah
hebat. Dan hanya orang yang telah memiliki
kepandaian yang sudah tinggi tingkatnya saja yang

508
dapat melakukan gerakan yang disebut Hoan-sin-
tiauw-to (Balikkan Tubuh Sabetkan Golok) itu.

Malaikat Gurun Neraka yang sama sekali tidak mengira


kejadian ini, tidak sempat mengelak dan untuk
melindungi diri dari ancaman pukulan maut itu,
pendekar ini mengerahkan sinkangnya menjaga diri.

"Plakk! Dukk!"

Dua kali terdengar suara saling hantam ini dan Cheng -


gan Sian-jin mengeluh tertahan. Perutnya bertemu
dengan kaki pendekar itu dan rasa sakit yang amat
sangat membuatnya seakan kejang. Kakek ini merasa
betapa seolah-olah seluruh isi perutnya hancur
berantakan dan dia mendelik, terlempar dan
terbanting diatas tanah.

Akan tetapi serangan Hoan-sin-tiauw-to itupun juga


tidak sia-sia. Tengkuk pendekar sakti itu terpukul dan
pria yang gagah perkasa ini merasa seakan -akan
dihantam palu godam. Meskipun dia telah melindungi
diri dengan sinkangnya, tetap saja pukulan lawan
terasa amat berat dan tubuhnya terputar dua kali
dengan mata berkunang. Namun biarpun pendekar ini
juga terkena pukulan, keadaannya tidaklah seberat
lawannya. Maka cepat dia menarik napas panjang satu
kali dan rasa sakit di tengkuknya itupun hilang.

509
Kini dia menghampiri tubuh si datuk sesat dengan mata
mencorong. Cheng-gan Sian-jin terbelalak, dia tak
dapat bangun karena tendangan maut itu benar -benar
membuatnya lumpuh.

“Malaikat Gurun Neraka, apakah kau tidak malu siap


menurunkan tangan maut kepada seorang lawan yang
tidak berdaya?” Cheng-gan Sian-jin berteriak dengan
mata mendelik penuh kemarahan.

Akan tetapi pendekar itu tidak menjawab, bahkan sinar


matanya semakin berkilat mengerikan dan hati kakek
iblis itu menjadi gentar. Langkah lambat -lambat dari
pendekar ini membuat jantung Cheng-gan Sian-jin
seolah berhenti berdenyut dan ketika pendekar itu
telah tiba dalam jarak satu meter, Malaikat Gurun
Neraka berhenti.

“Seorang iblis macammu ini tidak layak hidup di bumi


lagi, Cheng gan Sian jin, maka terimalah kematianmu !"
pendekar itu mendesis dan secepat kilat dia
melancarkan pukulan petir yang amat mengerikan itu.

"Darrr…!”

Ledakan nyaring terdengar dan api menyambar dari


kedua telapak tangan Malaikat Gurun Neraka seperti

510
cahaya halilintar di tengah gemuruhnya hujan lebat.
Cheng-gan Sian-jin hendak menggulingkan tubuh
mengelak, akan tetapi tiba-tiba dia menyeringai
kesakitan. Isi perutnya yang serasa hancur itu membuat
dia benar-benar tak berdaya, apalagi kaki kirinya tiba -
tiba terasa nyeri bukan main sampai terasa menusuk
jantung, maka dengan mata melotot penuh kebencian
dia menerima serangan maut itu.

"Desss!"

Debu mengepul dan tampak asap mendidih ketika


pukulan petir ini menghantam tanah. Akan tetapi tubuh
Cheng-gan Sian-jin yang tadi terlentang tak berdaya
dengan mulut menyeringai, tiba-tiba saja lenyap tak
ada bekasnya! Dan sebagai gantinya, tanah dimana
kakek iblis itu tadi berbaring, terhajar pukulan maut ini
dan muncratlah letikan api yang membuat tanah bekas
robohnya Cheng-gan Sian-jin itu hangus seperti
disambar halilintar!

"Ihh.....!” pendekar ini mengeluarkan seruan kaget dan


secepat kilat dia membalikkan tubuh. Tadi ketika
pukulannya tiba, dia melihat berkelebatnya sebuah
bayangan yang luar biasa cepatnya menyambar tempat
itu dan tahu-tahu tubuh si kakek iblis lenyap.

511
Sekarang, setelah dia memutar tubuh menengok,
pendekar ini tertegun dengan mata terbelalak ketika
melihat betapa seorang laki-laki telah berdiri di tempat
itu dengan sikap yang amat tenang, sementara tubuh
Cheng-gan Sian-jin menggeletak tak jauh dari orang in i!

“Ahh...!” Malaikat Gurun Neraka surut setin dak dan


memandang ke depan dengan mata tidak berkedip. Apa
yang dilihatnya itu memang sungguh luar biasa dan tak
terasa lagi pendekar sakti ini berdetak jantungnya.
Baru sekarang ini selama hidupnya dia melihat
se orang manusia yang tubuhnya mengeluarkan
cah aya gemilang sedemikian rupa dan sinar
kesuciannya memancar terang, membuat kepekatan
malam terusir dan tempat itu menjadi terang seperti
disinari cahaya bulan yang sejuk keemasan.

Sementara pendekar itu berdiri terbelalak, laki-laki ini


yang sebenarnya bukan lain adalah Bu -beng Siansu
adanya, melangkah ke depan dengan tindakan perlahan
dan tertawa lirih sambil berkata, "Harap taihiap
maafkan kelancanganku. Sebenarnya, bukanlah atas
kehendakku pribadi aku menyelamatkan Cheng-gan
Sian-jin dari maut, akan tetapi semata-mata kehendak
Tuhan Yang Maha Welas Asih. Taihiap, mengingat
kebesaran hatimu dan watakmu sebagai seorang

512
pendekar besar, bolehkah aku mohonkan ampun bagi
manusia yarg sedang berjalan di dalam keg elapan ini ?"

Malaikat Gurun Neraka tertegun, lalu menarik napas


panjang menenangkan guncangan hatinya berjumpa
dengan manusia suci ini dan dia menjawab, "Bukti
apakah yang dapat anda berikan kepadaku bahwa ini
bukanlah kehendak anda pribadi melainkan kehe ndak
Tuhan Yang Maha Welas Asih ? Kalau saja aku boleh
mendengar, agaknya akupun tidak akan berani
menolak."

Bu-beng Siansu tertawa lembut karena dia maklum apa


sebetulnya makna dari ucapan pendekar itu. Dia tidak
segera menjawab, melainkan menengadah ke a tas dan
seperti orang bernyanyi dia bersyair :

"Duhai langit dan bumi

apa sajakah yang telah kauberikan kepada kami

Kehidupan, kesenangan, kemuliaan..

Agaknya begitulah ....

namun, apakah yang kami berikan kepadamu

513
Belum ada...... belum ada......

Ohh langit dan bumi

dapatkah kaumaafkan kami ?

Kami manusia temaha, kami manusia loba dan agaknya


sampai di ujung kuburpun kami tak mampu membalas
semua pemberianmu ini !"

Malaikat Gurun Neraka mendengarkan syair itu dengan


seksama namun dia tidak mengerti hub ungannya
kalimat-kalimat itu dengan pert anyaannya. Dia
menunggu sampai Bu-beng Siansu selesai bersyair dan
kini manusia dewa itu kembali menghadapinya.

"Taihiap," kakek itu bertanya halus, "dapat kah engkau


menangkap inti jawabanku melalui syair ini?"

Malaikat Gurun Neraka tercengang, tidak mengira


bahwa syair yang dinyanyikan oleh Bu -beng Siansu itu
ternyata mengandung jawaban untuk pertanyaannya
tadi. Tentu saja dia terkejut karena memang dia tidak
tahu, maka dengan terus terang pendekar ini
menjawab, "Maaf, Siansu, aku belum dapat menangkap
inti syair itu....."

514
Bu-beng Siansu menghela napas panjang. "Baiklah,"
katanya, "nantipun jawabannya akan muncul sendiri.
Sekarang, kembali kepada permintaanku tadi, maukah
taihiap membebaskan musuhmu itu? Membunuh
sesama manusia adalah sungguh perbuatan yang amat
ganas sekali, taihiap, dan engkaupun tentu
memakluminya, bukan?"

Diingatkan kepada persoalan Cheng -gan Sian-jin


membuat wajah pendekar ini tiba-tiba menjadi keras.
Dia memandang kakek dewa itu dengan sinar
mencorong dan dengan suara berat dia ber kata, "Apa
yang diucapkan Siansu memang benar. Akan tetapi,
apakah Siansu hendak membutakan mata bahwa
Cheng-gan Sian jin telah banyak melakukan keganasan -
keganasan seperti yang Siansu katakan itu? Dia bukan
lagi merupakan seorang manusia, akan tetapi iblis
sendiri yang merajalela! Siansu mengingatkan aku dan
kini seolah-olah membelanya, apakah tindakan Siansu
ini tidak berat sebelah? Apakah Siansu lupa bahwa
tugas seorang pendekar adalah melenyapkan segala
anasir-anasir jahat di muka bumi? Dengan membela
manusia semacam itu, berarti Siansu menanggung
resiko yang amat berat sekali dan aku telah mengambil
keputusan bulat untuk mengenyahkan iblis ini dari
muka bumi. Terlalu banyak kesalahan -kesalahan yang
dibuatnya dan akhir-akhir ini dia bahkan berani

515
mengganggu muridku ! Nah, apakah semua ini telah
Siansu ketahui ?"

Ucapan penuh semangat yang timbul dari kemarahan


itu membuat wajah Malaikat Gurun Neraka berapi-api
dan sinar matanya yang mencorong seperti mata naga
ini memandang Bu-beng siansu tanpa berkedip.

Mendengar semua kata-kata yang meluncur seperti


berondongan peluru dari mulut pendekar itu, Bu -beng
Siansu bersikap tenang, malah tiba-tiba tertawa. Halus
dan enak ketawanya, empuk dan memiliki pengaruh
menyejukkan sehingga suasana panas yang ditimbulkan
oleh luapan emosi Malaikat Gurun Neraka mendadak
lenyap seperti disapu angin semilir.

“Taihiap, kau betul-betul mengagumkan hatiku.


Pantaslah kalau orang menyebutmu sebagai sang naga
dari utara. Semangatmu tinggi watakm u teguh, tidak
mudah ditekuk oleh segala macam bujukan. Hemm, kau
memang pantas mendapat gelar pendekar sakti......"
Bu-beng Siansu berhenti sejenak, memandang dengan
bersinar-sinar dan mulut tersenyum kearah pendekar
sakti itu dan Malaikat Gurun Neraka terkejut ketika
tiba-tiba tampak sorot cahaya timbul dari dalam kabut
yang melindungi wajah si manusia dewa ini.

516
Tadi dia telah mengerahkan kekuatan batinnya untuk
menjenguk ke balik halimun itu, akan tetapi dia kurang
berhasil dan yang tampak olehnya adalah sebuah wajah
yang samar-samar bentuknya. Sekarang, mendadak dia
dapat melihat jelas wajah di balik kabut itu dan
pendekar sakti ini mengeluarkan seruan tertahan.

Bu-beng Siansu ternyata memiliki wajah yang luar biasa


cerahnya, matanya bersinar gaib, benin g mencorong
akan tetapi mengandung sinar kelembutan yang amat
dalam, tampan dan kulit mukanya tanpa keriput.
Rambutnya hitam, alisnya juga hitam dan wajah pria ini
segar seperti anak muda tujuhbelasan tahun!

Ah, mana mungkin ada kejadian demikian anehnya?


Nama manusia dewa itu telah muncul lama sekali,
puluhan tahun yang lalu, bahkan ketika gurunya sendiri
masih hidup! Kalau ditaksir, usia Bu beng Siansu
tentunya sudah lebih dari seratus tahun. Akan
tetapi...... wajah itu...... wajah yang demikian segar
gemilang itu..... bagaimana orang dapat percaya akan
kenyataan ini? Malaikat Gurun Neraka terpukau di
tempatnya dan dia tidak tahu apakah Bu beng Siansu
ini seorang anak muda ataukah seorang kakek tua!

Namun penglihatan luar biasa itu hanya sekejap saja


karena Bu-beng Siansu memang sengaja "membuka
diri" di depan pendekar sakti ini, di lain kejap kemudian

517
Malaikat Gurun Neraka kembali melihat wajah yang
samar-samar dibalik kabut itu. Manusia dewa ini telah
"menutup diri” kembali dan tidak akan ada seorangpun
yang akan mampu menjenguk wajahnya. Bagi orang -
orang biasa, wajahnya akan sama sekali tidak n a m p a k ,
dan hanya bagi orang-orang yang memil i k i kesaktian
tinggi sajalah yang akan dapat menerobos halimun
gaibnya, dan itupun hanya samar - s a m a r belaka.

Sementara pendekar sakti itu berdiri bengong, tiba -


tiba Bu-beng Siansu mengajukan pertanyaan ganjil,
"Taihiap, siapakah sebenarnya yang memberimu ilmu
kepandaian ini?”

Pertanyaan ini dilancarkan tiba-tiba dan Malaikat


Gurun Neraka terkejut. "Apa..... apa maksud Sian -su?"
pendekar itu tergagap akan tetapi cepat dia telah dapat
menenangkan diri.

Bu-beng Siansu tersenyum. "Aku bertanya, siapakah


yang memberikan semua kepandaian yang taihiap
mili ki sekarang ini?"

“Hemm, tentu saja guruku sendiri. Ada apakah Siansu


menanyakan hal yang terasa aneh ini?”

518
Kakek itu tidak menjawab melainkan meneruskan
dengan pertanyaan berikutnya, "Dan siapakah yang
mengajarkan semua kepandaian yang dimiliki oleh guru
taihiap dulu?”

Kini Malaikat Gurun Neraka yang tidak menjawab,


pendekar ini bahkan mengerutkan alisnya dan dia
memandang penuh keheranan akan pertanyaan sang
bijaksana itu.

Melihat betapa pendekar itu berdiam diri dan kini


memandangnya dengan sinar mata penuh selidik, Bu
beng Sian-su tertawa. "Taihiap, aku akan memulai
untuk memberikan bukti kepadamu bahwa pertolongan
yang kulakukan atas diri Cheng-gan Sian-jin sungguh-
sungguh bukan kehendakku pribadi melainkan
kehendak Yang Maha Welas Asih. Nah, untuk mengerti
lebih lanjut, harap taihiap jawab semua per tanyaan-
pertanyaan yang kuajukan. Jangan ragu-ragu atau
curiga, aku tidak main-main dan tidak membohong."

Merah wajah pendekar ini. Memang dia menaruh


prasangka terhadap manusia dewa itu, akan tetapi
mendengar kesungguhan kalimat orang, dia
menghilangkan semua dugaannya dan me ngangguk.

519
"Baiklah," katanya dengan suara rendah, "coba Sian -su
ulangi sekali lagi pertanyaan Sian -su dari semula."

Kakek itu menarik napas panjang, lalu dengan


pertanyaannya semula, "Taihiap, dari siapakah engkau
mendapatkan ilmu-ilmu kepandaian yang kaumiliki
sekarang ini?”

"Dari guruku sendiri."

"Dan tahukah taihiap dari siapa pula guru taihiap dulu


mendapatkan ilmu-ilmunya?"

"Dari suhu beliau, yakni kakek guruku."

"Dan dari siapa kakek guru taihiap mendapatkan ilmu -


ilmunya?"

“Tentu saja dari guru kakek guruku itu, sucouw yang


hidup kurang lebih duaratus tahun lalu."

"Dan dari siapakah sucouw taihiap menda patkan ilmu-


ilmunya?"

Diserang dengan pertanyaan-pertanyaan yang kian


lama kian meningkat ke atas ini Malaikat Gurun Neraka

520
terbelalak. Kalau saja dia tidak me rasakan bahwa Bu-
beng Sian-su bersungguh-sungguh dalam
pertanyaannya itu, tentu dia menganggap bahwa orang
telah bermain-main dengan dirinya ! Mana ada
pertanyaan yang tiada habis-habisnya semacam ini?

Sejenak pendekar itu tak mampu menjawab d an Bu-


beng Sian-su terkekeh lembut.

"Taihiap," katanya sambil tertawa, "kau telah


menjebak dirimu sendiri dengan jawaban -jawaban
yang kurang tepat. Kalau aku terus bertanya siapakah
guru-guru mbah-buyutmu itu, kutanggung kaupun akan
selalu mengatakan 'guru dari sucouw A' atau ‘guru dari
susiok-couw B’. Jelas tanya-jawab kita akan memakan
waktu yang umurnya sama dengan umur dunia sendiri.
Taihiap telah menjerat diri dengan jawaban yang
kurang jitu dan taihiap tentu akan kebingungan sendiri.
Hemm, baiklah, coba taihiap dengarkan bait pertama
dari syairku ini....."

Bu-beng Sian-su berhenti sebentar dan tiba -tiba saja


Malaikat Gurun Neraka merasa tertarik sekali dengan
tanya-jawab yang pendek-pendek tadi. Entah mengapa,
gerak-gerik dan sikap manusia dewa yang penuh
diselimuti rahasia gaib ini membuatnya terangsang
untuk mengetahui apakah sebenarnya yang menjadi

521
maksud tujuan Bu beng Sian-su itu. Maka pendekar ini
lalu memandang penuh perhatian dan diapun
mendengarkan dengan seksama ketika sang b ijaksana
ini mulai mengulang syairnya.

"Taihiap, coba dengarkan baik-baik," Bu beng Sian-su


berkata perlahan dan kakek ini lalu mulai membacakan
bait pertama dari syairnya seperti orang bernyanyi.

“Duhai langit dan bumi

apa sajakah yang telah kauberikan kepada kami?

Kehidupan, kesenangan, kemuliaan.....?"

Sampai di sini, kakek itu berhenti, tidak melanjutkan ke


bait-bait berikutnya dan memandang ke arah Malaikat
Gurun Neraka yang melihat semua kejadian ini dengan
mata terbelalak. "Taihiap, dapatkah engkau mengerti
atau setidak-tidaknya menyentuh apa yang
kumaksudkan?" tanyanya halus.

Pendekar itu menggeleng kepala. "Kata-kata Siansu


mengandung rahasia rumit, terus terang aku belum
berhasil menebaknya," jawabnya singkat.

522
"Hemm, kalau begitu begini saj a. Taihiap,
bagaimanakah pendapatmu tentang bait pertama ini?
Dapatkah kau merasakan kebenaran yang mencakup di
dalamnya? Tidak benarkah kalau kukatakan betapa
bumi dan langit telah memberikan kehidupan,
kesenangan dan kemuliaan kepada manusia?"

Malaikat Gurun Neraka mengangguk. "Apa yang


dikatakan Sian-su memang benar, akan tetapi agaknya
kurang lengkap. Selain kesenangan dan kemuliaan,
bukankah bumi dan langit juga memberikan kesusahan
dan kehinaan?"

Tiba-tiba Bu-beng Sian-su tertawa. "Ah, taihiap


memiliki batin yang cukup cerdas. Akan tetapi,
bukankah k esenangan, kemuliaan, kesusahan dan
kehinaan itu sudah termasuk dalam kata 'kehidupan'?
Taihiap, sebagai seorang yang telah matang lahir batin,
bukankah taihiap tahu bahwa kehidupan ini adalah
seperti itu? Manusia hidup memang harus mengalami
susah -senang mulia-hina. Bukankah ini semua
adalah hidup? Mengapa taihiap hendak memisah -
misahkannya?"

"Bukan aku yang memisah-misahkannya, Sian-su,


melainkan Sian-su sendirilah! Bait pertama itulah
buktinya. Sian-su melepas kata-kata 'kesenangan' dan

523
'kemuliaan' dari kata 'kehidupan'. Nah, siapakah yang
sengaja memisah-misahkan di sini?"

Mendengar bantahan yang nadanya agak ngotot itu,


Bu-beng Sian-su tak dapat menahan geli hatinya. Kakek
ini tertawa ramah dan berkata, "Ah, ternyata taihiap
sungguh mempunyai kecerdasan batin yang amat teliti.
Memang aku sengaja melakukan hal itu agar lebih
mudah diserap artinya oleh orang lain. Akan tetapi,
h arap taihiap melihatnya, bukankah aku meletakkan
kata 'kehidupan' di depan sendiri? Nah, ini berarti
bahwa kata-kata berikutnya merupakan rangkaian
belaka dari kalimat di muka. Maksudku, dengan
rangkaian kata-kata di belakang, kalimat itu akan
menjadi lebih jelas bagi yang kurang memiliki
kecerdasan batin. Dapa t k a h taihiap mengerti tentang
apa kumaksudkan?"

Pendekar sakti itu menganggukkan kepalanya. “Sampa i


di sini, aku paham, Sian-su."

"Hemm, baiklah. Jadi taihiap mengakui apabila


kukatakan bahwa kehidupan ini pemberian bumi dan
langit?"

"Agaknya begitulah."

524
“Eh, mengapa taihiap masih mengatakan ‘agaknya’?
Taihiap meragukan kenyataan ini? Bukankah hal ini
sudah amat gamblang sekali dan tidak perlu kita
berbimbang hati lagi, taihiap?" Bu -beng Siansu
mencela dan nadanya setengah menegur.

Terpaksa pendekar itu tidak mampu menolak dan


dengan anggukan mantap diapun mengiakan. “Apa
yang diucapkan Siansu tepat adanya, aku
menyetujuinya."

“Nah, sekarang, ingin aku bertanya. Taihiap di d a l a m


kehidupan ataukah kematian pada saat ini?"

"Aku berada di dalam kehidupan."

"Bagus, tanya jawab kita mulai lancar. Dan semua


kepandaian taihiap yang taihiap miliki, tidakkah taihiap
dahulu mengalami susah-senang-mulia-hina ketika
memperolehnya? Apakah sama sekali tidak ada
perjuangan di situ? Ataukah untuk mencapai tingkat
seperti yang telah taihiap punyai, dari dulu sampai
sekarang hanya kesenangan dan kemuliaan melulu
yang taihiap peroleh?"

"Tidak, melainkan keempat-empatnya. Dalam


menggembleng diri, dalam belajar menuntut ilmu

525
dalam hampir segala hal, aku tidak terlepas dari susah -
senang-mulia-hina."

"Dan dimana taihiap belajar?"

"Maksud Siansu ?" Malaikat Gurun Neraka bertanya


heran dan tidak segera menjawab pertanyaan ini.

"Maksudku, dimanakah ketika itu taihiap


mempelajarinya?"

"Ah, tentu saja di tempat tinggal guruku.”

"Dan tempat tinggal gurumu itu dimana, taihiap? Di


tengah udara? Di langit? Ataukah di bumi?”

Pendekar ini terbelalak dan tanya jawab ini tiba -tiba


mulai dapat ditangkap kemana tujuannya. Hanya dia
masih merabanya secara samar -samar dan pertanyaan
itu dengan suara perlahan dijawabnya, "Di bumi...."

"Bagus! Taihiap mulai menyentuh apa yang


kumaksudkan. Di bumi, betapa tepatnya jawaban ini.
Taihiap kini tentu tahu bahwa kalau tidak ada bumi
untuk tempat berpijak pada waktu taihiap melatih
ilmu, agaknya taihiap tidak dapat memiliki kepandai an.
Dan makan-minum taihiap untuk melangsungkan

526
kehidupan ini, bukankah dari bumi juga? Pepohonan
yang menghasilkan buah-buah segar untuk manusia,
diberikan oleh bumi. Pohon-pohon raksasa yang
menghasilkan kayu untuk rumah, juga diberikan oleh
bumi ini, belum termasuk tanaman sayur -mayur, air
untuk mandi dan minum, binatang yang dagingnya
dapat dimakan, semuanya........ semuanya itu
diberikan oleh bumi. Taihiap, dapat anda lihat, betapa
bumi telah memberikan semuanya kepada kita untuk
merasakan kehidupan! Tidak benarkah ini?"

“Apa yang Sian-su katakan memang benar," pendekar


itu menjawab dan sepasang matanya bersinar -sinar
aneh.

"Nah, itu semua baru setengah keterangan, masih


belum lengkap benar. Sekarang aku hendak
melengkapinya, harap taihiap deng arkan baik-baik.
Coba taihiap jawab pertanyaan ini. Di manakah
bintang-bintang menempel? Di manakah matahari dan
bulan berada?"

Tanpa ragu Malaikat Gurun Neraka menjawab, "Di


langit!"

"Aha, jawaban yang amat cepat dan tepat,” Bu -beng


Sian-su tertawa geli melihat jawaban yang meluncur

527
tanpa dipikir lagi itu. "Dan sekarang dimanakah taihiap
pernah menyaksikan berkelebatnya halilintar?"

Pertanyaan ini mengejutkan hati pendekar itu dan


otomatis dia teringat kepada ilmu simpanannya yang
disebut Lui-kong Ciang-hoat (Ilmu Silat Halilintar).
Sejenak dia tertegun kemudian dengan suara perlahan
dia menjawab, "Juga di langit, Sian -su, di cakrawala…”

"Cocok sekali!" manusia dewa itu berseru. "Dan


sekarang taihiap dapat lihat, betapa langitpun telah
membantu kehidupan manusia di bumi. Taihiap,
seandainya — ini seandainya saja — jika langit tidak
ada, mungkinkah taihiap mampu menciptakan Lui -kong
Ciang-hoat yang amat dahsyat dan mengerikan itu? Jika
langit seandainya tidak ada, mungkinkah taihiap dapat
melihat layang-layang yang diciptakan manusia? Jika
seandainya langit tidak ada, mungkinkah taihiap dapat
menyaksikan burung hong dan burung -burung lain di
cakrawala? Dan, jika seandainya langit tidak ada,
mungkinkah terdapat H A W A udara yang setiap saat kita
hirup? Mungkinkah taihiap dapat menyaksikan kelap -
kelipnya bintang? Menyaksikan sinar keemasan
purnama? Dan, yang terakhir sekali, seandainya langit
tidak ada dan tidak mendapat matahari di atas sana,
mungkinkah kehidupan ini masih dapat berlangsung
sampai sekarang?”

528
Kini sepasang mata pendekar sakti itu kian lama kian
terbelalak dan dia memandang bu-beng Sian-su dengan
wajah sedikit pucat. Uraian panjang lebar dari manusia
dewa ini membuatnya semakin mengerti tentang
apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh kakek yang
luar biasa itu dan terasa lagi hatinya tergetar. Dia
melihat sesuatu yang mengerikan di dalam kata -kata
itu, sesuatu yang membuatnya tiba-tiba takut akan
sesuatu dan pendekar ini tidak berani mengeluarkan
suara, dia menunggu kelanjutan ceramah ini.

Bu-beng Sian-su tersenyum, menarik napas panjang


lalu meneruskan, "Nah, taihiap, sekarang kau dapat
melihat dengan jelas sekali bahwa d i s a m p i n g b u m i ,
langitpun juga telah m e m b e r i kan kepada manusia
apa-apa yang dibutuhkannya. Bumi demikian
murah kepada kita, dan langi t pun tiada beda.
Bumi dan langit telah memberikan segala -ga lanya
ke p a d a m a n u s i a , akan t e t a p i a p a k a h y a n g m a n u s i a
b e r i ka n k e p a d a n y a ? ”

M a n u s i a d e w a i t u m e n g h e n t i k a n kata-k a t a n y a ,
lalu tiba- tiba bertanya kepada Ma laikat Gurun
N e r a ka , "T a i h i a p , k a l a u s e k a r a n g bumi d a n l a n g i t
m i n t a s e s u a t u k e p a d a m u , masihkah e n g k a u
hendak menolaknya?"

529
P e n d e ka r i t u t e r c e k a t , t a k t e r a s a d i a m e l a n g k a h
mundur. Bu-beng Sian-su telah berbicara panjang
lebar dan dia tahu, siapakah yang dimaksudkan
dengan bumi dan langit itu. Bukan lai n adalah
Tuhan sendiri! Kakek luar biasa itu mengambil
nama lain d ari Yang Maha Welas Asih,
sebagaimana bangsa -bangsa lain di bumi
mempunyai nama sendiri -sendiri tentang Tuhan
Seru Sekalian Alam.

"A p a . . . . a p a y a n g S i a n - s u m a k s u d k a n ? " dia


bertanya dengan mat a terbelalak.

K a ke k d e w a i t u k e m b a l i t e r s e n y u m , "T a i h i a p ,
seandainya bumi dan langit minta agar kau
membebaskan manusia yang sedang berjalan
dalam kegelapan ini, mau kah engkau
memberikannya?"

"A ka n t e t a p i , y a n g m i n t a b u k a n l a h b u m i d a n
langit, melain kan Siansu!" pendekar itu
membantah.

"A h , t a i h i a p m a s i h d i b u n g k u s e m o s i , k u r a n g
jernih pikirannya. Mala ikat Gurun Neraka,
percayakah eng kau akan adanya suatu kebetulan
di bumi ini? Adakah sebenarnya kebetulan itu
sendiri tanpa adanya kehendak Tuhan Y ang Maha

530
Kuasa? Bisakah 'kebetulan' itu sendiri berjalan
ka l a u Y a n g M a h a K u a s a t i d a k m e n g h e n d a k i n y a ?
M a l a i ka t Gurun Neraka, cob a kaujawab
pertanyaanku ini : Apakah ked atanganku kemari
ini adalah sungguh -sungguh kebetulan a taukah
memang karena kehendak Yang Maha Kuasa?"

B e n t a ka n y a n g d i k e l u a r k a n o l e h B u - b e n g S i a n - s u
ini benar -benar mengejutkan pendekar sakti itu.
T a d i ka k e k i n i s e l a l u b e r b i c a r a h a l u s d a n r a m a h ,
a ka n t e t a p i s e k a r a n g t a m p a k d e m i k i a n g a r a n g
dan dia benar -benar kaget bukan main.

"S i a n - s u . . . . . . . "

"Ja n g a n b a n y a k t a n y a ! " k a k e k i t u m e m b e n t a k .
"K a u j a w a b d u l u p e r t a n y a a n k u t a d i . A p a k a h
ke d a t a n g a n k u k e m a r i a d a l a h k e b e t u l a n a t a u k a h
ka r e n a m e m a n g s u d a h k e h e n d a k Y a n g M a h a
Kuasa?"

M a l a i ka t G u r u n N e r a k a t e r s u d u t , d i a t a k m a m p u
menjawab. Sebagai orang yang per caya penuh
a ka n ke k u a s a a n Y a n g M a h a T i n g g i , m a n a

(halaman 36 – 37 tidak ada eu y…)

531
taihiap su ka, bo leh taih iap pergi ke sebelah
tenggara dari sini yang jaraknya kurang lebih
tujuh puluh li. Murid taihiap ada di sana bersama
orang-orang lain. Dan pesanku, h arap t aihiap
menahan diri dalam perjumpaan taihiap dengan
m u r i d t a i h i a p y a n g g a g a h p e r k a s a i t u . Ja n g a n
terburu nafsu menjatuhkan hukuman. Ingat,
manusia terlalu lemah terhadap nafsu -nafsu yang
a d a d i d a l a m d i r i s e n d i r i , b a i k n a f s u a m a r a h , nafsu
dendam, ambisi, dan lain -lainnya. Nah, selamat
tinggal.......!"

K a ke k i t u b e r g e r a k d a n t i b a - t i b a t u b u h n y a
lenyap. Pendekar ini memandang kagum dan mau
tak mau dia harus mengakui b ahwa manusia dewa
itu memang betul-betul orang luar biasa. Apalagi
ke t i ka d i a m e n e n g o k , t u b u h C h e n g - g a n S i a n jin
yang tadi pingsan di situ, juga sudah dibawa pergi
oleh Bu-beng Sian-su tanpa dia sempat melihat
ka p a n ka h k a k e k i t u m e n y a m b a r t u b u h s i k a k e k
iblis!

Dan percakapan yang tidak begitu lama dengan


Bu-beng Sian-su tadi ternyata membawa
perobahan besar di dalam dirinya. Pendekar ini
menarik napas panjang. Terngiang di telinganya
a ka n w e j a n g a n m a n u s i a d e w a i t u b e t a p a
ke h i d u p a n y a n g d i r a s a k a n d a n d i a l a m i o l e h

532
manusia adalah pemberian bumi langit. Betapa
ke p a n d a i a n y a n g d i p e r o l e h n y a i t u p u n s e b e n a r n y a
adalah at as kemurahan dan bantuan bumi langit.

Tanpa kemurahan bumi langit, manusia tidak


a ka n d a p a t m e r a s a k a n a p a k a h a r t i k e h i d u p a n i n i .
Dan semua yang terjadi di sekitarnya,
sesungguhnya bukan la in juga atas kehendak
bumi langit, termasuk peristiwa yang
menimpa....... muridnya!

Sampai di sini wajah pendekar itu menjadi pucat.


Dia amat mencinta murid tunggalnya itu, amat
menyayang dan semua ilmu -ilmunya telah
d i b e r i ka n n y a k e p a d a p e m u d a i t u . A k a n t e t a p i m u -
rid yang amat dikasihi dan d isayang itu telah
mencoreng mukanya dengan noda kotor berupa
perjinaan keji! Tertusuk perasaan pendekar ini
dan terdapat kenyerian di dalam hatinya.

A p a ka h i n i p u n j u g a a t a s k e h e n d a k b u m i l a n g i t ?
A g a kn y a b e g i t u l a h . B u k a n k a h t i d a k a d a s a t u
ke j a d i a n p u n y a n g b i s a d i k a t a k a n ' k e b e t u l a n ' ?
B u ka n ka h s e b e n a r n y a s e m u a y a n g b e r g e r a k d a n
terjadi ini ad alah kemauan Yang Maha Kuas a?
A ka n t e t a p i , p e m b e r i a n b u m i l a n g i t k a l i i n i t e r a s a
pahit dan tidak meny enangkan. Namun, bukankah
inilah yang d isebut keh idupan? Adakah manusia

533
hidup yang tidak pernah mengalami hal -hal t idak
menyenangkan? Mustahil !

Seperti kata Bu beng Sian -su t adi, hidup adalah


senang-susah-mulia-hina. Dan ini memang benar.
M a n a a d a o r a n g s e n a n g m e l u l u d i d u n i a ini ? Akan
tetapi sebaliknya, mana a d a o r a n g susah melulu di
dunia ini ? Hidup mencakup kesemuanya itu dan dia
harus menerima kenyataan ini. Menentang kenyataan
agaknya sama halnya dengan menentang garis Alam!

Bumi dan langit memberikan segala-galanya kepada


manusia. Akan tetapi di pihak m a n u s i a sendiri, apakah
yang telah diberikannya kepada bumi dan langit?
Belum ada.....belum ada......

demikian menurut syair Bu-beng Siansu tadi. Dan ini


rupanya benar. Kalau toh ada, yang diberikan ke pada
bumi dan langit oleh manusia adalah sampah -sampah
kotor berupa segala macam perbuatan -perbuatan jahat
yang timbul dari akal busuk manusia.

Dan ini semua mungkin karena kelemahan manusia


sendiri terhadap nafsu-nafsunya yang terlalu mengejar
kesenangan. Manusia terlalu temaha, manusia terlalu
loba, demikian Bu-beng Siansu tadi berkata pula. Dan
agaknya semua inipun juga betul. Manusia tidak pernah
mengenal kepuasan, terlalu tamak, serakah dan

534
angkara murka. Akan tetapi, salahkah manusia?
Bukankah semua yang terjadi itupun sebenarnya
adalah kehendak bumi langit?

Sampai di sini tiba-tiba pendekar itu tersentak kaget


dan mukanya berobah. Bukankah kalau bumi langit
menghendaki semuanya baik pasti dapat? Akan tetapi
mengapa bumi langit seolah-olah membiarkan manusia
bebas dan liar semau-maunya dalam mengumbar nafsu
kejahatannya yang tiada kunjung padam? Kalau dilihat
begini, meskipun manusia boleh disalahkan, akan
tetapi tidak bisa disalahkan mutlak! Ahh, agaknya
inilah yang membuat Bu-beng Siansu tadi turun tangan
menyelamatkan Cheng-gan Sian-jin. Seberat-beratnya
dosa manusia, akan tetapi kesalahannya tidak bisa
dibilang mutlak karena bukankah semua perbuatannya
yang terjadi itupun adalah atas kehendak bumi langit?
Tanpa kehendak bumi langit, tidak akan terjad i apapun!

Ingatan ini benar-benar membuat hati pendekar itu


terkejut sekali. Dia tiba-tiba merasa gelisah, juga
bingung tanpa diketahui sebab-sebabnya. Mengapa
bumi langit membiarkan semuanya ini? Mengapa?
Inilah pertanyaan yang menghantui pikirannya.
Mendadak, tanpa disengaja, mata pen dekar yang amat
tajam ini melihat coretan huruf di kulit sebatang
pohon. Sekali lompat dia mendekati tempat itu dan
sekarang tampaklah olehnya lima buah kalimat tertulis

535
rapi dan halus di kulit pohon ini, dan yang mengejutk an
hati pendekar itu adalah kenyataan betapa tulisan ini
merupakan pertanyaan yang sama dengan apa yang
direnungkannya!

Tentu saja Malaikat Gurun Neraka terbelalak dan sekali


pandang dia maklum bahwa ini tentu perbuatan Bu -
beng Siansu. Dia menjadi heran dan takjub bukan main
karena agaknya manusia dewa itu dapat meneropong
isi hatinya dengan jitu. Cepat pendekar ini membaca
dan lima baris kalimat itu berbunyi :

"Sesungguhnyalah bumi langit Maha Pemurah, Membiarkan


manusia berbuat sesukanya, Jahat? Boleh!Baik ? Juga boleh!,
Mengapa .....??

Hanya inilah yang tertulis di situ dan Bu -beng Sian-su


tidak memberikan jawabannya. Diam -diam Malaikat
Gurun Neraka menjadi penasaran sekali. Kalau manusia
dewa itu berani menuliskan pertanyaan ini tentu
diapun mempunyai jawabannya. Akan tetapi, mengapa
tidak dijawab sekalian? Pendekar ini menjadi gemas.
Pertanyaan dalam kalimat itu persis dengan pikirannya
dan dia belum mengetahui jawabannya. Sedangkan Bu -
beng Siansu sudah tahu akan tetapi tidak mau
memberitahunya. Tentu saja dia merasa penasaran
sekali. Kalau saja dia tahu kemana gerangan manusia
dewa itu berada, tentu dia akan mencarinya. Namun,

536
siapa mampu mencari Bu-beng Sian-su kalau kakek
dewa itu sendiri tidak menghendaki dirinya muncul di
depan orang lain? Perjumpaannya dengan kakek suci
tadi saja sudah bisa dibilang merupakan anugerah
baginya. Sesungguhnyalah tidak gampang bertemu
dengan Sang Bijaksana ini, dan kalau tidak ada jodoh
agaknya sukar untuk menjumpai manusia itu.

Memang, apa yang diduga oleh Malaikat Gurun Neraka


tepat adanya. Jawaban dari lima baris kalimat di atas
sebenarnya hanya terdiri dari enam perkataan, dan
kalau saja pendekar itu tahu, tentu dia akan tercengang
keheranan! Apakah enam perkataan yang merupakan
kunci jawaban bagi kalimat-kalimat tersebut? Biarlah di
lain kesempatan dalam ceritera berikutnya penulis
akan memberitahukan hal ini kepada anda semua.
Harap para pembaca bersabar hati.

Dan kalau tiba saatnya anda ketahui, penulis yakin


bahwa anda tentu akan terkejut dan tercenga ng
keheranan membuktikan betapa tepatnya jawaban Bu -
beng Siansu itu. Sekarang baiklah kita ikuti saja
pendekar sakti ini, dimana setelah memeras otaknya
mencoba mencari jawaban dan tulisan Bu -beng Sian-su
itu tidak berhasil, pendekar ini lalu merobek kulit
pohon itu dan menyimpan kalimat misterius itu di
dalam saku bajunya.

537
Kemudian setelah berpikir sejenak, Malaikat Gurun
Neraka lalu berkelebat ke arah tenggara. Tujuhpuluh li
dari tempat ini, demikian Bu-beng Siansu tadi berkata,
dia akan bertemu dengan muridnya itu bersama
beberapa orang lain. Dan pendekar sakti ini
sebelumnya memang sudah tahu bahwa ketika dia
memasuki gedung Cheng-gan Sian-jin dan bertanding
melawan kakek iblis itu, dia melihat berkelebatnya
bayangan beberapa orang dimana diantaranya dia
melihat Ta Bhok Hwesio di situ. Kepala yang gundul dan
bentuk tubuhnya yang pendek ini memang mem buat
hwesio itu mudah dikenal. Itulah sebabnya mengapa
pendekar ini berani meninggalkan murid nya
menggeletak pingsan di ruangan itu karena dia tahu
bahwa hwesio itu pasti tidak akan tinggal diam.

***

Pemuda baju biru itu kabur dengan cepat. Kuda


hitamnya yang tinggi besar terbang seperti anak panah
terlepas dari busur. Malam cukup gelap, akan tetapi
mereka ini dapat meluncur sedemikian mudahnya di
daerah perbukitan itu. Jelas bahwa penunggangnya
telah hapal di luar kepala lika-liku jalanan ini.

Siapakah mereka? Bukan lain adalah Fan Li, wakil dan


sekaligus pembantu setia dari Yap -goanswe. Baru saja
dia memasuki sarang harimau, dan tanpa adanya

538
bantuan Bu beng Siansu, tentu tidak akan dapat dia
membawa pergi bekas jenderal muda yang masih
pingsan itu dengan cara demikian mudah.

Kejadian yang baru saja dialaminya ini diam -diam


membuatnya merasa tegang bukan main. Bayangkan
saja, mendobrak pintu gerbang dan m emasuki sarang
musuh serta melihat ribuan pasukan Wu yang
memandangnya dengan mata beringas sungguh dapat
menciutkan nyali. Kalau saja di belakangnya tidak ada
Bu-beng Siansu, perbuatan yang dilakukannya itu tentu
akan dipikirkannya seribu kali terlebih da hulu sebelum
bertindak.

539
Namun, semuanya itu telah berlalu dan sekarang dia
dapat menarik napas panjang. Kelegaan memenuhi
hatinya bahwa dia dapat membebaskan Yap goanswe
dari tangan musuh. Akan tetapi, melihat betapa
pemuda itu pucat pias seperti mayat dan napasnya
lemah, mau tak mau hati Fan Li gelisah juga. Bu -beng
Sian-su memerintahkan dia kabur ke arah tenggara,
tujuhpuluh li dari kota raja. Dia tidak tahu apakah yang
akan dijumpainya di sana. Namun, kepercayaan yang
sudah bulat terhadap manusia dewa itu tidak membuat
pemuda ini ragu-ragu. Apa yang dikatakan Bu-beng
Siansu tentu membawa kegunaan, maka secara
membuta diapun melaksanakan pekerjaan ini.

Akhirnya, setelah dia melakukan perjalanan yang cukup


jauh itu, sampailah Fan Li ke sebuah hutan kecil.
Sebuah kelenteng kuno berdiri tak jauh di depan hutan
itu, dan ini cocok dengan petunjuk Sian -su. Cepat ia
membalapkan kudanya dan tidak lama kemudian
merekapun telah tiba di halaman kelenteng itu.

"Hek-ma, kita turun di sini dan menanti teman -teman,"


Fan Li melompat turun dan berkata kepada kuda hitam
itu yang meringkik nyaring. Hek-ma memang seekor
kuda yang luar biasa, perkataan manusia dia mampu
mengertinya dengan baik dan Fan Li yang dulu selalu
berdekatan dengan Yap-goanswe, juga dikenal oleh
kuda ini sebagai sahabat tuan mudanya.

540
Sambil memanggul tubuh Bu Kong, Fan Li melangkah
memasuki kelenteng kuno itu. Cepat pemuda ini
membersihkan lantai ruangan yang penuh debu, lalu
dia membentangkan mantelnya dan membaringkan Yap
goanswe di situ.

Sejenak dia memandang wajah tampan yang pucat itu,


menarik napas melihat betapa pakaian jenderal muda
ini setengah telanjang dan di dahinya terdapat garis
garis tekanan batin. Semuda itu Yap goanswe sudah
harus mengalami pukulan batin bertubi-tubi, hal ini
sungguh membuat hatinya ikut prihatin.

Seperti orang-orang lainnya pula, Fan Li pun tahu


betapa tuduhan keji menimpa diri Yap -goanswe.
Bahkan sebagai orang yang paling dekat dengan
pemuda itu, agaknya Fan Li mengerti lebih baik
daripada orang-orang lain yang mendengar berita di
luaran yang tentu saja telah diberi bumbu -bumbu
tambahan. Dan kembali pemuda ini menarik napas
berat.

Diam-diam diapun ikut tertekan batinnya. Yap -


goanswe selain sebagai atasannya, juga merupakan
sahabat yang paling dia cinta dan hormati. Watak yang
gagah perkasa dan jujur penuh keberanian dari
jenderal muda ini membuatnya kagum. Dan diapun
sukar untuk mempercaya kekejian yang telah dilakukan

541
oleh pemuda ini. Fan Li tahu betul siapa Yap -goanswe.
Seorang yang gagah perkasa dan pendekar sejati, yan g
berani mempertanggungjawabkan semua
perbuatannya, bahkan dulu pernah dia melihat betapa
jenderal muda ini berlutut minta maaf kepada seorang
anak kecil yang menangis menggerung -gerung karena
permainannya diinjak kaki Hek-ma yang sedang berlari
cepat !

Bayangkan, seorang jenderal muda sudi melompat


turun dari atas kudanya dan berlutut minta maaf
kepada seorang anak kecil berusia lima enam tahun
hanya karena merasa bahwa dialah yang salah ! Mana
ada kejadian begini rupa dan mengagumkan di dunia
ini?

Kalau benar pemuda itu bersalah, tidak mungkin Yap -


goanswe mengingkarinya. Dia pasti akan mengakui
semua perbuatannya dan kalau memang hukuman yang
akan ditimpakan kepada dirinya, kepalanyapun
jenderal muda itu rela serahkan! Akan tetapi, ketika
dulu sri baginda melemparkan tuduhan, Yap-goanswe
menolaknya tegas. Bahkan pemuda ini dengan mata
berapi-api membalas pandang mata sri baginda dengan
kepala dikedikkan! Mana ada kejadian yang demikian
rupa di dunia ini?

542
Perlu diketahui bahwa pada jaman itu raja adalah
seorang yang tidak bisa dibantah omongannya. Sekali
raja memutuskan, semuanyapun akan dijalankan
dengan patuh, baik tindakan raja ini benar maupun
salah. Namun, Yap goanswe ternyata pemuda yang
betul-betul istimewa. Merasa bahwa dirinya di pihak
benar, dengan keberanian yang luar biasa jenderal
muda ini berani menolak semua tuduhan raja dan adu
pandang dengan sri baginda, persis seperti dua ekor
jago siap tempur!

Sampai di sini sepasang mata Fan Li bersinar -sinar.


Betapa hebat dan mengagumkan murid tunggal
Malaikat Gurun Neraka ini, maka sungguh sayang
bahwa pemuda sehebat itu telah meninggalkan istana
gara-gara tuduhan keji. Teringat betapa Yap -goanswe
masih belum sadarkan diri, Fan Li lalu menggerakkan
jari tangannya menotok beberapa jalan darah di tubuh
pemuda itu agar siuman kembali.

Dan pada saat itulah mendadak Hek-ma yang berada di


luar meringkik panjang. Fan Li terkejut, akan tetapi
mendengar ringkik Hek-ma yang gembira, dia menjadi
tenang kembali. Hal ini hanya menandakan bahwa yang
datang bukanlah lawan melainkan kawan.

Betul saja, belum lenyap suara Hek-ma, tiba-tiba dari


luar melayang masuk seorang gadis berbaju hijau.

543
Pakaiannya basah penuh keringat, rambutnya kusut
dan napasnya agak terengah-engah. Gadis ini bukan
lain adalah Kwan Pek Hong, murid Ta Bhok Hwesio yang
mengerahkan semua kepandaian ginkangnya untuk
mengejar Hek-ma.

Cantik dan menggairahkan gadis ini dalam keadaan


seperti itu, akan tetapi wajahnya membayangkan
kegelisahan. Baru saja dia memasuki ruangan dalam
dan melihat Fan Li berlutut di depan pemuda yang
masih pingsan itu, Pek Hong sudah berseru dari jauh,
"Fan-ciangkun, bagaimana keadaannya?"

Fan Li menoleh dan mencoba untuk tersenyum, "Dia


belum sadar, nona, akan tetapi kukira keadaannya
tidaklah terlalu berbahaya....."

"Hemm, anak muda yang sembrono, pukulan batin yang


dideritanya itu bisa mengguncang syaraf ingatannya,
siapa bilang tidak berbahaya? Boleh jadi tubuhnya
tidak apa-apa, akan tetapi kesehatan jiwanya bisa
terganggu!" tiba-tiba terdengar teguran ini dari luar
r u a n g a n k e l e n t e n g d a n Fan Li terkejut.

Cepat dia m e n o l e h dan tampaklah dua orang


melangkah masuk dengan langkah tenang dan di
belakang dua orang itu berjalan seorang pemuda
berbaju putih. Mereka ini b u k a n lain adalah Ta Bhok

544
Hwesio dan Phoa-lojin, kakek berpakaian nelayan dari
Pulau Cemara bersama Gin-ciam Siucai Hok Sun.

Yang mengeluarkan s e r u a n tadi a d a l a h kakek Phoa dan


tentu saja Fan Li terkejut. "Apa.......apa maksud
locianpwe?" tanyanya. "Terganggu kesehatan jiwanya?
Apakah locianpwe hendak mengartikan bahwa Y ap-
goanswe b i s a miring otaknya dan menjadi gila?"

"Begitulah," Phoa-lojin mengangguk. "Kalau tidak


m e n d a p a t pertolongan secepatnya, pemuda i t u bakal
terkena gangguan jiwa d a n agaknya bantuan pertama
yang paling penting sekarang ini adalah menotok
tigabelas jalan d a r a h di bagian depan tubuhnya. Akan
tetapi......"

Phoa-lojin menghentikan k a t a -katanya dan tidak


melanjutkan. Kakek ini mengerutkan keningnya dan
matanya menjelajahi seluruh ruangan, lalu menarik
napas berat dan menggeleng-gelengkan kepala.

Pek Hong sudah dari tadi b e r o b a h wajahnya dan


menjadi pucat mendengar betapa Yap -goanswe bisa
menjadi gila kalau tidak segera ditolong. Sekarang,
melihat betapa kakek itu menghela napas berulang-
ulang, dia benar-benar merasa gelisah sekali.

545
"Locianpwe, kalau kita tahu bahwa dia harus ditotok
sebanyak tigabelas kali sebagai langkah pengobatan
pertama, mengapa tidak segera kita kerjakan? Jalan -
jalan darah manakah yang harus ditotok? Bi arlah aku
yang melakukannya dan locianpwe yang memberikan
petunjuk," gadis itu berkata dengan muka cemas.

Phoa-lojin menoleh, tersenyum penuh arti dan


menjawab, "Nona, menurut perasaanku memang
agaknya engkaulah yang harus bertugas di sini, akan
tetapi, hawa sakti yang mengalir di dalam tubuh
pemuda itu berbeda dengan orang -orang lain.
Dia mendapat gemblengan tenaga Yang-kang yang luar
biasa dari gurunya sehingga di dalam darahnya
mengalir tenaga panas yang amat hebat. Kita bukan
ahli tenaga Yang, dan selain gurunya sendiri, siapa
mampu memberikan totokan di tigabelas jalan darah
itu? Harap nona bersabar dan mudah -mudahan Thian
mengabulkan maksud nona."

Ucapan terakhir ini mengandung arti yang luas sekali


dan seketika pipi gadis itu bersemu dadu. Mukanya
menjadi merah dan Pek Hong menundukkan kepalanya.
Sungguh kakek Phoa ini dapat mempergunakan kata
"mudah-mudahan Thian mengabulkan maksud nona"
dengan tepat sekali, jitu mengenai sasarannya dan dia
menjadi jengah bukan main.

546
Sementara itu, Fan Li yang mendengarkan keterangan
kakek ini juga tertegun, lalu dia bertanya, "Locianpwe,
kalau tadi dikatakan bahwa totokan di tigabelas jalan
darahnya merupakan langkah pertama, kalau begitu
locianpwe maksudkan bahwa setelah itu Yap -goanswe
masih harus melakukan pengobatan-pengobatan
berikutnya ?"

Phoa-lojin mengangguk. "Begitulah, Fan -ciangkun, dan


orang satu-satunya yang paling tepat dalam
memberikan pertolongan berikutnya ini hanyalah si
Dewa Monyet di Ang-bhok-san (Bukit Kayu Merah).
Akan tetapi orang itu memiliki watak yang aneh bukan
main. Biar Malaikat Gurun Neraka sendiri yang datang,
belum tentu dia mau mengobati muridnya ini. Yap
goanswe selain terguncang oleh pikiran batin yang
berat, juga tubuhnya telah kemasukan racun jahat yang
bekerja lambat. Hemm, Cheng-gan Sian jin memang
manusia iblis, entah racun apa yang dicekokkan ke
dalam mulut pemuda itu. Lihat, di bawah pelupuk
matanya terdapat enam bintik hitam sebesar ujung
jarum. Ini berarti bahwa telah enam hari racun itu
bekerja......"

Fan Li cepat memeriksa dan memang betul, di bawah


pelupuk mata Bu Kong terdapat enam titik kecil yang
kalau tidak dilihat dari dekat sungguh tidak akan
terlihat oleh mata manusia. Bagaimana Phoa -lojin

547
dapat mengetahuinya? Pemuda ini menjadi heran dan
juga kagum.

"Wah, habis kalau begitu apa yang bisa kita kerjakan,


Lojin?" tiba-tiba Ta Bhok Hwesio nyeletuk. "Dan berapa
lama racun jahat itu akan merenggut korbannya?"

Wajah hwesio inipun juga tampak gelisah dan tanpa


sebab dia lalu menggaruk- garuk gundulnya yang
mengkilat itu. Kalau saja keadaan di situ tidak demikian
menegangkan, agaknya orang akan tertawa geli melihat
tingkah laku kakek yang lucu ini. Sudah menjadi
kebiasaan Ta Bhok Hwesio jika dia merasa gelisah tentu
secara tidak sadar akan menggaruk-garuk kepalanya
yang pelontos itu.

Phoa-lojin mengerutkan alisnya. "Kalau rabaanku tidak


salah, racun semacam itu akan bekerja selama tujuh
hari. Dan pada hari ke tujuh, orang yang terkena racun
ini akan mulai merasakan akibatnya dan pada hari ke
delapan dia akan segera binasa dengan tubuh
membusuk."

"Ahhh....!" semua orang berseru kaget dan terkejut


bukan kepalang mendengar keterangan Phoa -lojin.
Yap-goanswe sudah terkena enam hari, berarti hanya
sisa satu hari besok saja dan kalau tidak

548
mendapatkan pertolongan secepatnya, jenderal m uda
itu akan mati!

Pek Hong yang ikut mendengarkan semua nya ini,


tersirap darahnya dan gadis itu men jerit tertahan.
Sepasang matanya terbelalak seperti kelinci ketakutan,
bibirnya menggigil dan mukanya menjadi pucat. Hok
Sun yang melihat keadaan gadis ini, tiba-tiba terasa
nyeri hatinya dan maklumlah dia apa yang sedang
bergolak di dalam hati gadis jelita itu.

Akan tetapi, pemuda ini bukanlah seorang yang


sempit pandangan. Meskipun dia tahu betapa
perasaannya sedikit terluka menyaksikan sikap Pek
Hong terhadap murid Malaikat Gurun Neraka itu, akan
tetapi Hok Sun dapat segera mengendalikan sikap
egoisnya. Dia tahu bahwa Yap-goanswe adalah seorang
pemuda yang gagah perkasa, agaknya jauh lebih patut
menjadi sisihan dara itu daripada dirinya sendiri.
Keselamatan jiwa pemuda itu benar-benar perlu
ditolong, dan dia akan mengesampingkan semua
pikiran negatipnya.

"Suhu, kalau demikian dugaan suhu, lalu a p a yang


harus kita lakukan sekarang?" pemuda ini melangkah
maju dan bertanya kepada gurunya.

549
"Menilik keterangan suhu, keadaan Yap-goanswe
sungguh amatlah gawat, teecu sendiri tidak sampai
mengiranya begitu. Padahal, jarak dari sini ke Ang -
bhok-san juga tidak pendek, apalagi Takla Sin jin belum
kemari. Menurut perhitungan, mestinya Malaikat
Gurun Neraka telah selesai membereskan musuhnya,
namun mengapa beliau tidak datang kemati? Atau
jangan-jangan beliau memang tidak mau kemari,
suhu?"

Phoa-lojin menoleh kepada muridnya ini, tersenyum


dan berkata, "Hal itu tidak perlu terlalu kita cemaskan.
Pendekar besar itu pasti datang, kalau tidak, masa dia
menyatroni gedung Cheng-gan Sian-jin? Bukankah
maksud kedatangannya adalah untuk membebaskan
muridnya ini? Yang lohu cemaskan justeru penerimaan
Si Dewa Monyet di Ang-bhok-san itu. Entah dia mau
menolong orang tidak? Kalau dia m enolak, hal ini
sungguh menyulitkan......"

"Hemm, kalau aku yang mendatangi tempat nya dan


memaksa, masa monyet itu tetap keras kepala?" Ta
Bhok Hwesio menyela dengan suara keras dan sinar
matanya berkilat.

"Ahh, lo-heng belum mengenai wataknya. Biarpun il mu


silatnya tidak setinggi tingkat lo -heng, akan tetapi
keras kepalanya Si Dewa Monyet itu sungguh melebihi

550
batu. Biar dia diancam golok di kulit lehernyapun dia
akan tertawa-tawa dan malah memaki-makimu. Dalam
hal ini hanya ada satu jalan saja, yakni meme gang
kelemahannya dan satu-satunya orang yang dapat
kesana hanya muridmu itu, lo-heng....."

"Hahh? Maksudmu Dewa Monyet itu gampang


dilumpuhkan oleh perempuan?" Ta Bhok Hwesio
mengangkat alisnya yang putih tanda ter cengang.

"Tidak seluruhnya benar, lo-heng, akan tetapi memang


muridmu itulah yang kulihat satu -satunya orang yang
dapat melumpuhkan kakek aneh itu. Sudahlah, urusan
Kauw-sian (Dewa Monyet) kita bicarakan nanti saja.
Yang penting pada saat ini adalah menotok tigabelas
jalan darah di tubuhnya dan biarlah kita tunggu
kedatangan guru pemuda ini."

Baru saja ucapan yang dikeluarkan oleh kakek Phoa


selesai, tiba-tiba terdengar suara yang amat dingin,
"Hemm, biarkan saja dia mampus, untuk apa kita
meributkan jiwanya? Seorang murid durhaka semacam
itu tidak perlu mendapatkan perhatian ji-wi (anda
berdua) yang demikian besar!"

Angin dingin berkesiur dan tiba-tiba Malaikat Gurun


Neraka telah muncul di tempat itu seperti gerakan iblis.
Semua orang terkejut dan cepat menengok, dan

551
mereka melihat betapa wajah pendekar sakti itu
tampak merah dan membesi.

Akan tetapi, kalau semua orang tampak kaget


mendengar ucapan pendekar itu, adalah Phoa -lojin
tenang-tenang saja dan kakek ini tersenyum
menyambut, menjura di depan pendekar sakti itu
sambil berkata, "Aha, selamat berjumpa kembali,
taihiap! Sungguh amat kebetulan sekali, di saat kami
menunggu-nunggu, taihiap muncul pada saat yang
tepat. Sekarang memang m u s i m Yang-hong (angin
panas), dimana-mana kepala orang terasa pusing. Akan
tetapi, seorang pendekar besar seperti taihiap yang
m e m i l i ki Im sim (hati dingin) begini masa juga
terpengaruh oleh adanya musim Yang -hong? Ha-ha-
ha...!"

Malaikat Gurun Neraka melengak h eran, namun


melihat penghormatan orang, diapun cepat membalas.
"Sungguh aku tidak mengira bahwa to -heng telah
mencapaikan diri jauh-jauh keluar dari Pulau Cemara
yang indah hanya untuk ikut memikirkan muridku yang
tersesat. Terima kasih atas perhatian to -heng dan apa
maksud to-heng tadi bahwa sekarang adalah musim
Yang-hong?" pendekar ini bertanya dan sinar matanya
memandang tajam.

552
Phoa-lojin menarik napas dan dengan suara penuh
penyesalan dia menjawab, "Taihiap, kau tahu, betapa
muridmu itu adalah seorang jenderal muda yang amat
ditakuti musuh. Dia terkenal sekali akan
kepandaiannya dalam ilmu perang, juga ilmu silatnya
tinggi. Di samping itu, muridmu inipun tersohor
sebagai pemuda yang jujur dan berani, gagah perkasa.
Masa terhadap berita burung yang ditiupkan oleh Yang-
Hong (angin panas) begitu kau lantas percaya?"

"Memang mula-mula aku tidak percaya dan itulah


sebabnya mengapa aku lalu keluar untuk menyelidiki
kebenaran berita ini. Akan tetapi ketika aku tiba di
gedung Cheng-gan Sian-jin dan melihat dia..... tidur
sepembaringan dengan murid iblis tua itu, apakah to -
heng menyangsikan penglihatanku? Dia murid keparat,
mencoreng muka guru dengan perbuatan laknat! Inilah
jelas aku tidak bisa mengampuninya lagi. Seorang
murid yang telah menyeleweng sede mikian jauh hanya
patut dihukum mati atas semua dosanya!"

Kata-kata yang diucapkan oleh pendekar itu tampak


tegas dan berapi-api dan Pek Hong yang mendengar
betapa pemuda itu tidur sepembaringan dengan murid
Cheng gan Sian-jin, menjadi pucat wajahnya dan
perasaannya tertikam. Kembali jenderal muda yang
dicintanya itu berjina. Terkutuk! Gadis ini mengepal
tinju dan sinar matanya berkilat penuh kemarahan.

553
Memang ketika dia datang kesana, dia sama sekali tidak
melihat apa yang sesungguhnya ter jadi. Pakaian Yap-
goanswe yang robek-robek itu dikiranya karena siksaan
musuh. Sungguh tidak dinyana bahwa robeknya
pakaian yang membuat tubuh pemuda itu setengah
telanjang adalah karena perjinaannya dengan Tok -sim
Sian-li!

Kalau tahu begini, tentu dia tidak akan sudi me nolong!


Seketika gadis ini menangis di dalam hati dan matanya
basah. Betapa Yap-goanswe berulang-ulang menyakiti
hatinya. Mula-mula kenyataan betapa pemuda itu
mempunyai kekasih lain dan dia bertepuk sebelah
tangan. Akan tetapi ketika dia tahu duduknya
persoalan, tahu betapa Siu Li sengaja menjebak
jenderal itu dalam jerat asmaranya karena
menjalankan siasat ayahnya yang menjadi musuh
Kerajaan Yueh, seketika lukanya menjadi sembuh dan
dia kembali mempunyai harapan baru terhadap
pemuda itu.

Dari kejadian ini Pek Hong yakin bahwa Yap-goanswe


tentu akan membenci setan perempuan yang
menipunya itu. Dan ini membangkitkan harapannya.
Akan tetapi, baru saja dia merasa girang karena
kenyataan itu, tiba-tiba saja dia mendengar betapa
Yap-goanswe melarikan diri dari istana karena bermain
gila dengan Bwee Li, itu selir terkasih Yun Chang! Berita

554
ini tentu saja amat mengejutkan dan sekaligus
menyakitkan. Perasaan kecewanya tiba-tiba kambuh
dan rasa marah membuat dadanya seakan meledak.

Namun disamping itu, diam-diam gadis ini masih


menaruh kesangsian akan kebenaran berita itu. Dia
tahu betul watak Yap-goanswe, kejujurannya,
keberaniannya dan tanggung jawabnya yang besar.
Masa pemuda gagah perkasa itu mampu melakukan
perbuatan memalukan ini? Akan tetapi, kalau tidak
benar, kenapa dia meninggalkan istana sambil
membawa Bwee Li, seolah-olah kabur sambil menculik
isteri orang? Sungguh dia tidak mengerti dan itulah
sebabnya mengapa dia lalu mencari pemuda ini untuk
ditanya duduk persoalannya. Sungguh tidak diduga,
belum lagi hal ini menjadi jelas, guru pemuda itu
mengatakan kepada mereka betapa Bu Kong tidur
sepembaringan dengan murid Cheng -gan Sian jin! Hati
siapa tidak akan sakit dan benci setengah mati? Kalau
orang lain yang bilang, mungkin dia menaruh keraguan
hati. Akan tetapi, kalau guru dari orang yang
bersangkutan sendiri sudah berkata demikian, masa dia
harus menyangsikannya lagi?

Pek Hong menjerit di dalam hatinya dan air mata kini


bercucuran membasahi pipinya yang halus. Bibirnya
gemetar, wajahnya pucat dan mulutnya me ngeluarkan

555
caci maki yang tidak bersuara dan akhirnya gadis ini
tidak tahan lagi, terisak dan lari keluar.

"Suhu, aku tidak mau membawanya ke Ang -bhok-san,


aku tidak sudi, huh-huhh hukk….!” gadis itu menjerit
dan tangisnya pecah, berkelebat meninggalkan
ruangan kelenteng. Ta Bh o k Hw e s i o t e r k e j u t , akan
t e t a p i dia t i d a k s e m p a t m e n c e g a h . "Ho n g j i , k a u
b e l u m mend e n g a r k a n s e l e n g k a p n y a , k e n a p a p e r g i
? " ka ke k ini berteriak.

556
N a m u n P e k Ho n g t i d a k m e n j a w a b d a n h a n y a
tangisnya yang mengguguk itulah yang terdengar
d a n a kh i r n y a l e n y a p . G a d i s i t u t e l a h p e r g i , d a n
siapa dapat membujuknya? Totokan di t igabelas
jalan darah saja belum dilakukan. Dan melihat
gelagatnya, agaknya Mala ikat Gurun Neraka
sendiri tidak mau mengerjakan totokan ini. Dan
s e ka r a n g d i s u s u l k e p e r g i a n m u r i d p e r e m p u a n n y a
itu. Andaika ta pemuda itu sudah mendapat
pertolongan pertama, lalu siapa yang mampu
membawanya ke Ang -bhok-s an? Menurut Phoa-
lojin, yang paling tepat membawa tubuh pemuda
ini untuk diobati hanyalah Pek -hong d an sekarang
gadis itu sudah me nyatakan tid ak sudi. Siapa
berani menanggung selesainya pengobatan ini?
Kalau kejadian sudah sampai begini macam,
h a r a p a n h i d u p b a g i Y a p - g o a n s w e s ud a h t i d a k a d a
lagi!

"He m , b i a r k a n l a h d i a p e r g i , l o - h e n g , t o h i n i
memang lebih baik. Muridmu itu jauh lebih
berharga daripada m ur i d k u , tidak perlu
disesalkan, " Ma laikat Gurun Neraka berkata
dingin dan wajahnya sama sekali t idak
menunjukkan penyesalan.

"A h , t a i h i a p t e r l a l u t e r g e s a - g e s a d a n m a s i h
diliputi hawa amarah. Dengan cara begini,

557
bagaimana segala kegelap an d apat dijernihkan?"
T a B h o k Hw e s i o m e m a n d a n g p e n d e k a r i t u d e n g a n
mata marah dan Malaikat Gurun Neraka terkejut
melihat sinar mata orang berkilat-kilat.

"Ehh, apa maksud lo-heng?" pendekar itu bertanya.


Belum pernah selama pergaulannya dengan hwesio
Tibet ini kakek gundul itu memperlihatkan sikap yang
demikian berani dan agak kasar.

Mata hwesio ini melotot dan dengan suara keras dia


menjawab, "Aku mau mengatakan bahwa kali ini sikap
taihiap terburu-buru ! Sudah tahukah taihiap akan
segala duduknya perkara? Sudah tahukah taihiap akan
semua peristiwa-peristiwa tersembunyi yang
melatarbelakangi semua kejadian ini? Tahukah taihiap?
Tahukah? Dan kalau taihiap belum tahu semuanya itu,
mengapa berani bersikap seperti ini? Taihiap terlalu
dibungkus emosi dan datang ke sini dengan bibit
kemarahan, taihiap kali ini terpaksa kukatakan menjadi
seorang manusia lemah karena tidak mampu
mengendalikan hawa amarah!"

(Bersambung jilid ke X)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 9

558
559
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 10

“MANUSIA lemah? Tidak mampu mengendalikan ha w a


amarah.......??" Malaikat Gurun Neraka terkejut sekali
mendengar dampratan hwesio itu dan seketika
mukanya berobah.

Manusia lemah! Nafsu amarah! Ahh, bukankah kata-


kata yang diucapkan Ta Bhok Hwesio ini merupakan
pengulangan pesan Bu-beng Sian-su kepada dirinya
sebelum manusia dewa itu pergi? Mengapa dia sampai
melupakan hal ini? Dan Ta Bhok Hwesio yang merasa
marah itu menjawab dengan suara kasar dan b erapi-
api.

"Ya, engkau manusia lemah taihiap, engkau terlalu


terburu nafsu dan cupat pikiran! Sungguh pinceng amat
menyesalkan sikapmu ini dan heran bukan main.
Bukankah biasanya pinceng lihat engkau adalah

560
seorang yang selalu dapat mengen dalikan diri?
Bukankah engkau biasanya selalu bersikap tenang dan
teliti, tidak ceroboh dalam mengerjakan sesuatu? Akan
tetapi sekarang, sikap taihiap ini seolah -olah
menyatakan bahwa taihiap telah mengetahui segalanya
dengan baik sehingga berani memutuskan persoalan
murid sendiri dengan demikian dingin dan kejam.
Taihiap seakan-akan telah mengetahui segala sesuatu
yang melatarbelakangi kejadian ini. Padahal, kalau saja
taihiap mau berpikir terang dan mengusir semua
kekeruhan-kekeruhan batin yang ada di dalam hati,
pinceng yakin bahwa kesalahan-kesalahan yang
kaulihat dilakukan muridmu ini belum tentu seratus
prosen benar. Dan ini diperkuat oleh kehadiran Phoa -
lojin di sini. Taihiap tentu tahu orang macam apa kakek
Phoa itu. Kalau Yap-goanswe betul-betul melakukan
dosa, kukira Phoa lojin tidak akan mau jauh -jauh
datang kemari dan menolong muridmu itu!"

Sampai di sini Ta Bhok Hwesio berhenti dan sepasang


mata kakek gundul ini seakan-akan mengeluarkan api
ketika dia memandang Malaikat Gurun Neraka dengan
wajah bengis.

Pendekar sakti itu terkejut, perlahan-lahan mukanya


menjadi merah dan sepasang matanya memandang Ta
Bhok Hwesio dengan membelalak seolah-olah dia
hendak menelan hwesio itu bulat -bulat. Sejenak

561
keadaan terasa sunyi mencekam dan menegangkan,
tidak ada orang yang ber suara. Bahkan Fan Li dan Hok
Sun menjadi gelisah dan kebat-kebit hatinya. Ta Bhok
Hwesio mereka anggap terlalu berani. Urusan ini
sebetulnya bisa dibilang merupakan urusan dalam
perguruan pendekar sakti itu, dan kakek ini secara
lancang telah mencampurinya. Kalau Malaikat Gurun
Neraka tersinggung dan marah lalu menyerang hwesio
itu, sungguh keadaan akan menjadi lebih runyam lagi
dan mereka tidak tahu siapakah yang harus mereka
bela!

Akan tetapi, pendekar ini ternyata tidak melakukan


sesuatu. Mukanya yang tadi merah sekarang berobah
pucat kehijauan, lalu merah lagi dan sebentar
kemudian kembali pucat seperti tadi. Hal ini hanya
menandakan bahwa pendekar itu sedang mengalami
pergolakan batin yang hebat. Dan dugaan ini memang
benar. Semprotan hwesio itu yang bertubi-tubi
membuat pendekar ini seperti ditampar dan seketika
dia menjadi terkejut bukan main. Kenyataan demi
kenyataan yang satu-persatu diuraikan sahabatnya ini
membuat matanya seakan-akan terbuka lebar. Apalagi
setelah Ta Bhok Hwesio menyinggung -nyinggung nama
Phoa-lojin di situ. Ah, dia benar -benar melupakan si
tukang ramal itu dari persoalan ini dan tentu saja
Malaikat Gurun Neraka tersentak kaget.

562
Ta Bhok Hwesio yang melihat betapa pen dekar ini
masih belum mengeluarkan suara dan jelas sedang
terkejut mendengar semua ucapannya tadi, lalu
menyambung pula, "Memang tidak pinceng sangkal
bahwa Yap-goanswe adalah muridmu dan urusan ini
merupakan urusan dalam perguruan taihiap sendiri.
Akan tetapi, harap taihiap ingat bahwa sedikit banyak
sikap taihiap itu telah mempengaruhi murid
perempuanku sehingga dia lari meninggalkan kita.
Padahal menurut Phoa-lojin, untuk mendatangi Ang-
bhok-san dan menemui Kauw - s i a n bukanlah suatu hal
yang mudah. Totokan di tigabelas jalan darah belum
dilaksanakan, dan sekarang murid pinceng telah pergi
dan tidak sudi membantu. Kalau keadaan sudah begini,
bagaimana kita dapat menyelamatkan Yap -goanswe?
Bukankah ini berarti bahwa semua jerih payah kita akan
sia-sia belaka?"

Ucapan demi ucapan terasa seperti air dingin


mengguyur kemarahan Malaikat Gurun Neraka. Kalau
orang lain demikian mati-matian menyelamatkan
muridnya, tentu mereka mempunyai suatu keyakinan
kuat. Apalagi kehadiran Phoa lojin yang terkenal
dengan ilmunya melihat jauh ke depan, sungguh hal ini
membuat pendekar itu dilanda kebimbangan dan
penyesalan yang amat besar. Tampaklah kini olehnya
betapa sikapnya memang kurang tepat. Muridnya telah
berhasil diselamatkan dan sekarang diserang racun
jahat. Bukannya dia menolong sang murid, bahkan dia

563
hendak melampiaskan kemarahannya dengan jalan
membiarkan muridnya itu tersiksa lahir batin. Dia
belum menanyai Bu Kong tentang segala perbuat -
a n n y a , bagaimana dia hendak menghukum murid nya
itu tanpa diberi kesempatan membela diri?

Ahh, ini semua adalah disebabkan oleh nafsunya


sendiri. Kemarahan telah menguasai hatinya, dan dia
terjebak dalam lingkaran nafsu pribadinya. Ta Bhok
Hwesio telah menegurnya habis-habisan, dan kakek itu
mengeluarkan k ata-kata yang tajam menusuk, bahkan
mendampratnya. Sebagai manusia lemah yang hanyut
dalam nafsu amarah sehingga semua pikirannya keruh
dan pertimbangannya goncang, apa yang dikatakan
oleh sahabatnya ini memang betul. Akan tetapi
lucunya, Ta Bhok Hwesio yang menyemprotnya habis -
habisan itupun melupakan satu hal, yakni dia sendiri
sekarang diliputi kemarahan yang meluap dan
memandangnya seperti menghadapi seorang musuh
besar! Bagaimana keganjilan ini tidak terasa
menggelikan?

Dua orang tokoh besar ini saling pandang dan wajah


Malaikat Gurun Neraka yang tadi selalu berubah -ubah
itu kini tampak tenang seperti biasa. Sepasang mata
yang tajam mencorong seperti mata seekor naga itu
memandang Ta Bhok Hwesio dan perlahan-lahan wajah
yang tadinya kaku membesi itu berobah. Senyuman

564
tipis pecah di mulut pendekar sakti ini dan tiba -tiba
terdengarlah suara ketawa Malaikat Gurun Neraka
yang tertawa bergelak.

"Ha-ha-ha, lo-heng memang seorang pendeta yang


hebat dan jempolan. Sungguh aku dibuat kagum dan
tunduk! Tidak tahu, apakah nafsu amarah yang tadi
menguasai diriku itu merupakan penyakit menular
tidak? Dapatkah lo-heng menjawabnya?"

Semua orang melengak dan Ta Bhok Hwesio sendiri


juga tercengang. Melihat betapa pendekar ini dalam
waktu sekejap saja sudah hilang kemarahannya dan kini
tertawa bergelak, sungguh perobahan yang amat tiba -
tiba ini sama sekali di luar dugaannya. Menurut
kebiasaan, mestinya Malaikat Gurun Neraka akan
semakin marah karena didamprat habis -habisan di
depan orang lain. Akan tetapi kenyataannya, pendekar
itu malah tertawa-tawa dan kini sedang menanyainya
apakah kemarahan yang tadi hinggap di dalam dirinya
itu merupakan penyakit menular ataukah tidak! Mana
hwesio ini mampu menjawab per tanyaan seaneh itu?

"Apa...... apa maksudmu, taihiap? Penyakit menular


bagaimana?" Ta Bhok Hwesio gelagapan dan dia tidak
mengerti kemana tujuan orang. Tadinya dia menyangka
bahwa Malaikat Gurun Neraka akan membalas semua
dampratannya dengan sikap keras. Tidak tahunya sikap

565
orang berbalik seratus delapanpuluh derajat dan
tampaknya sedang mengalami kegembiraan yang luar
biasa. Melihat perobahan yang menggirangkan ini,
tentu saja hwesio itupun terpengaruh dan otomatis
semua kemarahannya terhadap pendekar itupun
lenyap. Orang bertanya sambil tertawa-tawa kepada
dirinya, bagaimana dia mampu mempertahankan
cemberutnya?

Malaikat Gurun Neraka yang melihat hwe sio itu


kebingungan, menjadi semakin geli hatinya dan dia
mengulang pertanyaannya, "Eh, lo-heng, masa kau
tidak mengerti? Aku bertanya, apakah nafsu amarahku
tadi itu merupakan penyakit menular ataukah tidak?"

"Penyakit menular.....? Penyakit menular bagaimana,


taihiap? Pertanyaanmu amat ganjil, bagaimana pinceng
dapat menjawabnya?"

Pendekar itu semakin keras tertawanya dan tiba -tiba


menoleh ke arah Phoa-lojin. "Ha-ha, kalau Ta Bhok lo-
suhu tidak mampu menjawab, tentu to -heng yang lebih
cerdas ini mampu menjawabnya. To-heng, tolong
kaujawabkan pertanyaanku tadi agar Ta Bhok lo-suhu
mengerti."

Phoa-lojin tersenyum lebar dan memang hanya kakek


Phoa inilah satu-satunya orang yang semenjak tadi

566
tidak menampakkan perasaan cemas ketika melihat
ketegangan di antara Malaikat Gurun Neraka dengan Ta
Bhok Hwesio. Dia adalah seorang yang tajam
pandangan dan waspada, maka sebelumnya diapun
tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan suara
tenang kakek ini lalu berkata.

"Sesungguhnyalah nafsu kemarahan taihiap tadi itu


merupakan penyakit m e n u l a r . Kalau tidak, bagaimana
hwesio Tibet ini dapat m a r a h - marah kepada taihiap?
Dia telah menegur t a i h i a p h a b i s - habisan, mengatakan
taihiap orang y a n g lemah dan dikuasai kemarahan.
Akan tetapi T a Bhok Hwesio sendiri tidak sadar betapa
dia sendiri telah marah-marah kepada taihiap. Kalau
begini, bukankah kejadian ini persis seperti maling
yang berteriak maling?"

"Ha-ha-ha, bagus, tepat sekali !" Malaikat Gurun


Neraka tertawa dan Ta Bhok Hwesio ter kejut setengah
mati. Seketika mukanya menjadi merah, akan tetapi
bukan karena marah, melainkan karena malu. Dia telah
menegur pendekar itu, mengecamnya dengan kata kata
tajam, mengatakan betapa Malaikat Gurun Neraka
orang yang amat lemah terhadap kemarahan. Akan
tetapi, semua kecamannya tadi, semua sikapnya tadi,
jelas juga dilontarkan dengan nafsu amarah. Sungguh
tepat perumpamaan Phoa-lojin yang menyindir dia
seperti maling berteriak maling!

567
"Ahh, ini...... ehh, ini...... wah, sialan! Pin ceng sungguh
tidak menyadarinya. Kake k sinting, kalau kau tidak
menjelaskannya, sungguh mati pinceng tidak mengerti
maksud kata-kata taihiap itu. Wahh, pinceng memang
orang pandir, harap taihiap suka maafkan semua
kesalahanku tadi !" Ta Bhok Hwesio cepat -cepat
menjura di depan pendekar itu me minta maaf.

Malaikat Gurun Neraka tersenyum dan Phoa -lojin ikut


tersenyum. Semua orang tersenyum dan Fan Li serta
Hok Sun juga menjadi lega, ketegangan yang amat
menggelisahkan tadi benar-benar amat
mengkhawatirkan dua orang muda ini. Sungguh tidak
dinyana akan berbalik secepat itu dalam suasana yang
menggirangkan.

"Taihiap, sekarang kuminta baiklah engkau segera


menolong muridmu itu. Sambil menolong, akupun akan
melihat garis tangannya dan mem berikan keterangan
kepada kalian semua akan garis besar semua p eristiwa
yang menimpa diri Yap-goanswe ini," Phoa-lojin tiba-
tiba berkata dan semua orang lalu teringat akan pokok
persoalan yang mereka hadapi.

Malaikat Gurun Neraka menarik napas pan jang.


"Sungguh aku merasa amat bersyukur sekali bahwa to -
heng datang membantu. Kalau tidak, aku tidak berani
membayangkan apa yang akan kulakukan terhadap

568
murid tunggalku yang sebenarnya amat kusayang ini.
Itulah sebabnya begitu aku mendengar berita di luaran
yang amat menyakitkan hati tentang perbuatan
muridku ini, aku tidak tahan lagi. Apalagi setelah
kusaksikan sendiri perbuatannya di gedung Cheng -gan
Sian-jin. Semuanya itu memperkuat kepercayaanku
bahwa apa yang dikabarkan orang ternyata betul
adanya. Akan tetapi, kalau to-heng berani membelanya
dan mengatakan muridku ini tidak bersalah, lalu apa
yang sesungguhnya terjadi?"

"Ya, inilah yang harus kita ketahui ber sama dan awal
dari semua peristiwa ini berasal dari Laut Tung -hai
(Laut Timur)."

"Ehh, bagaimana bisa dimulai dari sana?" Ta Bhok


Hwesio nyeletuk bicara karena me rasa heran
mendengar keterangan itu.

Phoa-lojin menoleh ke arah kakek gundul ini dan


menjawab sambil tersenyum, "Harap kalian ketahui,
bahwa beberapa minggu yang lalu, badai yang amat
dahsyat mengamuk di lautan itu. Bahkan tempat
tinggalku sendiri diserang gelombang pasang yang
amat besar dan air laut meluap sampai ke tengah
pulau. Hampir saja pondokku disambar gulungan
ombak yang membukit itu dan kalau hal ini terjadi,
sungguh akan membuat aku runyam kehilangan tempat

569
tinggal. Tidak biasanya Tung-hai diamuk badai
semacam itu yang luar biasa hebatnya dan aku melihat
tanda-tanda mengkhawatirkan dalam hal ini....."

Kakek itu menarik napas dan berhenti sejenak, lalu


melanjutkan ceritanya, "Untunglah, pada saat aku
sendiri tidak mengira akan datangnya kejadian ini,
mendadak gelombang laut yang amat ganas itu
perlahan-lahan surut kembali, seakan-akan korban
yang mereka harapkan telah terpenuhi. Aku lalu
bersamadhi menarik getaran-getaran gaib dari delapan
penjuru angin, dan pada saat itulah kumelihat
bayangan Yap-goanswe bersama seorang wanita cantik
berlari-lari di tepi daratan seberang. Melihat
gelagatnya, pemuda itu hendak mengunjungi pulauku,
akan tetapi karena badai sedang mengganas, mana
mereka dapat menyeberang? Aku melihat mereka
kebingungan dan tiba-tiba pada saat itulah muncul dua
bayangan di belakang mereka yang bergerak secara
sembunyi-sembunyi. Aku tidak dapat melihat jelas,
hanya yang dapat kutangkap adalah bahwa yang
seorang bertubuh tinggi besar dengan hidung yang
agak bengkung. Orang ini memiliki p erbawa iblis,
tubuhnya penuh hawa hitam sehingga aku terkejut dan
ketika aku mencurahkan semua perhatian kepada
bayangan ini, mendadak aku melihat Yap -goanswe
terpukul roboh dari belakang. Mereka berbuat curang,
akan tetapi persisnya bagaimana aku sendiri kurang

570
jelas. Yang terang, mereka lalu membawa pergi
pemuda itu dan badai di pulauku reda."

"Hemm, tentu akhirnya kauketahui bahwa bayangan


tinggi besar itu adalah Cheng-gan Sian-jin, bukan?”
tanya si hwesio gundul.

"Benar," Phoa-lojin mengangguk. “Aku bar u


mengetahui setelah aku sendiri keluar dari sarang
untuk menyaksikan apa sebenarnya yang terjadi. Ketika
aku menyeberang dan tiba di tempat itu, aku sudah
tidak menemukan siapa-siapa lagi kecuali wanita cantik
yang datang bersama murid taihiap ini. Dia pi ngsan di
tempat itu, untung badai telah reda, kalau tidak, tentu
dia akan celaka digulung ombak ke tengah laut."

"Siapa wanita cantik itu ?" Malaikat Gurun Neraka


bertanya.

"Ah, dia tentu Bwee Li adanya!" Fan Li berseru


mendahului Phoa-lojin dan kakek itu mengangguk
membenarkan.

"Betul, wanita malang itu memang Bwee Li, selir Yun


Chang yang dilarikan oleh Yap -goanswe. Dan dari
wanita inilah aku menemukan rahasia-rahasia
tersembunyi yang menimpa diri pemuda itu. Sungguh

571
Yap-goanswe sedang terjebak siasat mus uh yang amat
keji dan hebat sekali."

“Siasat musuh?" Malaikat Gurun Neraka melengak.


"Bukankah dia sudah meninggalkan istana seperti apa
yang kudengar dari mulut orang? A p a k a h to-heng
hendak maksudkan musuh pribadi ataukah musuh
Kerajaan Yueh yang sudah hancur itu?"

Kakek dari Pulau Cemara ini sekarang memandang


pendekar sakti itu dan menjawab dengan serius,
"Kedua-duanya, taihiap, ya musuh pribadi ya musuh
kerajaan. Ketika aku memeriksa garis tangan wanita
itu, aku melihat betapa seseorang telah memperalat
wanita ini untuk menjatuhkan nama Yap -goanswe. Dan
setelah aku mendengar keterangan yang dituturkan
olehnya, mendengar betapa bukan Yap -goanswe yang
bermain gila dengan Bwee Li karena tanda luka di
bawah dagunya tidak ada, maklumlah aku bahwa ada
pihak ketiga yang menjalankan kekejian ini. Bukti satu -
satunya yang dapat dipegang oleh wanita itu adalah
bekas luka di bawah dagu, dan kalian lihat, betapa dagu
Yap-goanswe ini bersih dari bekas luka......"

Phoa-lojin lalu menengadahkan dagu Bu Kong yang


masih pingsan itu dan semua orang melihat betapa
bekas luka seperti yang dimaksudkan memang tidak
ada. Malaikat Gurun Neraka diam -diam menjadi girang

572
hatinya dengan kebersihan muridnya ini, namun dia
masih belum puas. Dan di samping pendekar itu, Fan Li
pun juga merasa girang dengan adanya kenyataan ini.
Akan tetapi, rahasia baru terkupas amat sedikit dan
tentu saja pemuda inipun belum me rasa puas. Kalau
biang keladinya belum dapat ditemukan, bagaimana
nama jenderal muda itu dapat dibersihkan?

Namun biar bagaimanapun juga titik terang yang kecil


ini sudah melegakan hatinya. Ter nyata dugaannya
terhadap Yap-goanswe tidak keliru, hanya yang perlu
mereka cari sekarang adalah si pelaku kejahatan ini.
Dan agaknya satu-satunya orang yang dapat menyusun
jejak peristiwa jahanam itu hanyalah Phoa-lojin.
Dengan kepandaiannya menangkap "getaran" di
delapan penjuru mata angin, rupanya rahasia
kejahatan itu akan tersingkap dengan lebih jelas lagi.

"Lalu bagaimana kelanjutannya, to -heng? Apakah to-


hengpun tahu siapa gerangan yang melakukan
kejahatan yang sifatnya amat pengecut ini?" Malaikat
Gurun Neraka bertanya kembali dan sinar matanya
berkilat. "Untuk mencari orang yang mempunyai luka
di bawah dagu sungguh seperti mencari jarum di dasar
laut. Hemm, kalau dapat kubekuk, tentu k epalanya
akan kupecahkan!"

573
"Harap taihiap bersabar. Saking asyiknya kalian
mendengar, kita melupakan diri pemuda ini. Taihiap,
kukira lebih baik cepat kau melakukan totokan di
tigabelas jalan darahnya itu dan sambil bekerja akupun
akan meneruskan ceritaku ini."

Kata-kata itu membuat Malaikat Gurun Neraka sadar


dan cepat pendekar ini berjongkok, se jenak memeriksa
pernapasan muridnya dan kemudian duduk bersila.
Ketika tadi dia meraba tigabelas jalan darah di depan
tubuh muridnya, pendekar ini mendapat kenyat aan
yang amat mengejutkan sekali. Denyut urat besar
tampak lemah dan hawa Thai-yang di dalam tubuh
muridnya bergolak hebat sehingga perutnya me -
ngeluarkan suara berkeruyuk. Mula-mula suara
berkeruyukan ini hampir tidak terdengar telinga biasa,
akan tetapi semakin lama semakin keras dan akhirnya
berbunyi seperti air mendidih !

Tentu saja pendekar ini terkejut dan mulutnya


mengeluarkan seruan, "Ahh, benar -benar keji, terkutuk
Cheng-gan Sian-jin itu......!" dan wajah pendekar ini
menjadi merah padam dan sepasang matanya
memancarkan sinar berapi. Sama sekali dia tidak
mengira bahwa keadaan muridnya akan segawat ini.
Pantas sedari tadi belum pernah sadar. Agaknya racun
yang memasuki tubuhnya memang racun jahat yang

574
kerjanya lambat, tepat seperti apa yang dikat akan oleh
Phoa-lojin tadi.

Pendekar ini lalu menggulung lengan bajunya dan


mengerahkan tenaga sinkangnya ke ujung -ujung jari
tangan. Tampak warna kemerahan menjalar di kedua
lengannya yang kokoh itu dan perlahan -lahan
mengepullah uap panas keluar dari pori -pori kulitnya.
Dan sementara semua orang memandang penuh
perhatian, pendekar ini sudah melancarkan totokan
bertubi-tubi dengan gerakan cepat di tigabelas jalan
darah penting.

Terdengar suara "ces-ces" setiap kali ujung jari


Malaikat Gurun Neraka menotok jalan darah di tubuh
muridnya, dan tampaklah cahaya merah keluar dari
ujung jarinya memasuki tigabelas jalan darah yang
tertotok. Inilah tiam-hoat (ilmu menotok) yang disebut
Sin hwee Tiam-hoat ( T o t o k an Api Sakti). Ilmu ini hanya
dimiliki oleh ahli-ahli tenaga Yang-kang belaka, karena
hanya orang-orang yang memiliki tenaga Yang-kang
itulah yang mempunyai simpanan tenaga panas.

Hawa Thai-yang di tubuh Bu Kong bergolak karena


racun jahat, dan ini benar -benar amat berbahaya sekali
bagi pemuda itu. Terlambat sedikit, maka semua jalan
darahnya akan pecah karena tidak kuat menahan
banjirnya hawa Thai-yang di dalam tubuh yang

575
mendidih. Akan tetapi sekarang, setelah gurunya
melakukan totokan Sin-hwee Tiam-hoat, bergolaknya
hawa Thai-yang dapat ditahan dan perlahan -lahan
mukanya yang tadi sepucat mayat itu mulai bersemu
merah.

Sepuluh menit pengobatan pertama ini berlangsung,


dan akhirnya Malaikat Gurun Neraka menarik napas
panjang. Dahinya berkeringat karena biarpun
pekerjaan itu tidak memakan waktu lama, namun
pengerahan tenaga saktinya tujuh bagian ini membuat
napasnya agak terengah juga.

"Hemm, sama sekali tidak kusangka bahwa keadaannya


amatlah berbahaya," pendekar itu mendesis.
"Terlambat setengah jam saja, kukira akupun tidak
akan mampu menolongnya. Sungguh Cheng-gan Sian-
jin iblis tua yang amat jahat. Sayang, Siansu mencegah
aku membunuhnya, kalau tidak, hmm, tentu dia sudah
melayang di akhirat!"

"Ahh, jadi taihiap juga bertemu dengan manusia dewa


itu?'' Ta Bhok Hwesio terbelalak dan yang lainpun
terkejut.

Malaikat Gurun Neraka mengangguk, wajahnya muram.


Dia berdiri sambil berkata, "Benar, pada saat
pukulanku yang terakhir menghantam iblis tua yang

576
remuk kaki kirinya itu, tiba-tiba dia muncul dan
menyelamatkan Cheng-gan Sian-jin.”

"Wah, sungguh aneh!" Ta Bhok Hwesio berseru heran.


"Setelah dia menolong Yap- goanswe sehingga kita
semua dapat keluar dari kota raja dengan selamat,
kukira manusia luar biasa itu berpihak kepada kita.
Akan tetapi, perbuatannya menyelamatkan Cheng -gan
Sian-jin ini bukankah sama saj a seolah-olah menentang
kita? Bu-beng Siansu memang orang yang sukar
dimengerti sikapnya, tadi dia membantu kita namun
sekarang membantu musuh. Bagaimana sikapnya ini?"

Malaikat Gurun Neraka terkejut mendengar ucapan


sahabatnya itu yang mengatakan Bu -beng Sian-su
menyelamatkan muridnya. "Apa katamu, lo -heng? Dia
menyelamatkan muridku? Bukankah kalian yang
membawanya keluar dari kota raja?" tanyanya
terheran-heran.

Akan tetapi sebelum Ta Bhok Hwesio men jawab, Phoa-


lojin mendahului, "Benar, taihiap, dialah y ang
menolong muridmu itu. Bahkan bukan hanya Yap -
goanswe saja yang ditolong, melainkan kita semua.
Kalau manusia dewa itu tidak muncul bersama Fan -
ciangkun ini, entah kita dapat meloloskan diri ataukah
tidak dari kepungan musuh yang ribuan orang
banyaknya itu."

577
"Ahh....!?" hanya seruan ini yang keluar dari mulut
pendekar itu dan dia tidak mengeluarkan suara lagi.
Diam-diam diapun merasa bingung juga oleh sikap
manusia dewa itu. Dan kalau tadinya dia merasa kurang
rela melepaskan Cheng-gan Sian-jin yang diketahuinya
amat jahat itu, akan tetapi setelah sekarang dia
mendengar betapa Bu-beng Sian-su telah menolong
muridnya, perasaan kurang puasnya lenyap seketika.

Kalau begini jadinya, biarlah hitung -hitung dia


membalas budi manusia luar biasa itu.

"Nah, sekarang aku akan melanjutkan ceritaku tadi,"


Phoa-lojin berkata dan kakek ini berlutu t di samping Bu
Kong, memegang telapak tangannya dan melihat garis -
garis tangan pemuda itu. "Meskipun aku telah
mendapatkan ilham tentang kejadian -kejadian ini, akan
tetapi biarlah kuperjelas dengan melihat garis
nasibnya..."

"Tapi, lojin, kalau tadi kaubilang bertemu dengan Bwee


Li yang telah menceritakan semuanya ini kepadamu,
lalu kemana sekarang wanita itu?” tiba -tiba Ta Bhok
Hwesio memotong percakapan dan bertanya.

Kakek Phoa menoleh, tersenyum dan menjawab,


"Sedianya dia hendak kubawa ke Pulau Cemara dan
tinggal di sana, akan tetapi sakit hati dan dendam

578
menghimpit batinnya. Dia wanita keras hati, setelah
bertubi-tubi mengalami peristiwa yang mengejutkan
ini, dia bertekad untuk mencari orang yang amat
dibencinya itu."

"Seorang diri?"

"Ya, dan aku membiarkannya karena kulihat bahwa


jalan hidupnya memang ditakdirkan demikian.”

"Wahh, kau kejam, lojin! Seharusnya kau


mencegahnya, masa seorang wanita lemah kaubiarkan
berkeliaran seorang diri mencari musuh yang masih
gelap baginya?" Ta Bhok Hwesio mendamprat.

“Tidak, tidak gelap baginya karena aku telah


memberikan arah kemana kira-kira dia harus pergi
mencarinya," jawab kakek itu tenang.

"Hahh? Kau tahu......?" Ta Bhok Hwesio terbe lalak.

"Ya, garis-garis tangan wanita itulah yang memberikan


petunjuk-petunjuk kepadaku sehingga aku dapat
menolongnya."

579
"Oo...?!" semua orang tercengang dan diam -diam
mereka amat kagum sekali kepada ahli ramal dari Pulau
Cemara ini.

"Ada lagi yang hendak kautanyakan?" Phoa-lojin


tersenyum kepada hwesio gundul itu dan yang ditanya
menggelengkan kepala.

"Tidak...... tidak ada lagi sementara ini....."

"Sementara ini?"

"Ya, sementara ini. Karena siapa tahu nanti aku akan


bertanya macam-macam lagi kepadamu," Ta Bhok
Hwesio menyengir dan yang lain tersenyum.

Phoa lojin lalu memusatkan perhatiannya kepada


telapak tangan bekas jenderal muda yang gagah
perkasa itu dan alisnya berkerut. "Hemm, muridmu ini
masih akan mengalami kejadian mengejutkan lagi,
taihiap dan dia patut dikasihani. Kulihat di sini bahwa
ada empat orang musuh yang memperdayai dia.
Tiga berada di kota raja W u dan yang seorang berada
di sebelah utara. Benar, yang seorang inilah malah
yang berb ahaya. Dia licik, curang, masih muda dan
ehh.....dia p a n d a i sihir !"

580
Sampai di sini Phoa-lojin terkejut dan wajah semua
orang berobah.

"Pandai sihir? Masih muda.....?" Malaikat Gurun


Neraka berseru perlahan dan otaknya bekerja. "Apakah
dia murid Cheng-gan Sian-jin?”

"Ahh, tidak mungkin. Sepengetahuanku, murid iblis tua


itu adalah seorang anak perempuan berjuluk Tok -sim
Sian-li. Mana ada murid lain lagi?" Ta B hok Hwesio
membantah.

"Akan tetapi, satu-satunya orang yang pandai sihir


pada saat ini adalah Cheng-gan Sian jin. Siapa lagi?
Barangkali pemuda yang dimaksudkan Phoa -lojin itu
murid barunya, bukankah ini masukakal? karena baru
saja diangkat, maka belum banyak orang tahu,"
Malaikat Gurun Neraka menyanggah bantahan hwesio
itu. Apa yang dikatakannya ini beralasan juga, tetapi
Phoa-lojin menggeleng-gelengkan kepala .
“Tidak….tidak....." ucapnya perlahan, “kulih a t
pemuda itu tidak ada hubungan per guruan dengan
Cheng-gan Sian-jin....aneh sekali, lalu siapakah
gerangan dia?”

581
Tidak ada yang mampu menjawab.

Ahli ramal itu mengerutkan alisnya yang putih,


memandang garis tangan B u Kong penuh perhatian dan
sejenak suasana menjadi hening.

Malaikat Gurun Neraka tiba-tiba bertanya, "To-heng,


kalau orang yang ke empat ini adalah seorang pemuda,
lalu siapakah yang tiga orang lainnya itu?"

"Hemm, kulihat mereka berasal dari kota raja. Yang


pertama tinggi kurus, yang kedua tinggi besar dan yang
ketiga bertubuh sedang."

"Apakah yang pertama itu bersenjata tombak


panjang?" mendadak Ta Bhok Hwesio menukas.

Sepasang mata ahli ramal ini bersinar dan tampak


terkejut oleh pertanyaan kakek gundul itu.
Sebenarnya dia sudah tahu siapa adanya tiga orang ini,
akan tetapi dia hendak mengatakannya secara
memutar. Tidak tahunya, Ta Bhok Hwesio bertanya
langsung seperti itu. Apalagi yang dapat dilakukannya?
Maka diapun mengangguk dan menarik napas panjang.

"Benar, ciri-ciri orang pertama ini kulihat demikian,


entah lo-heng dapat mengetahui tidak?"

582
"Mengetahuinya? Ha-ha-ha, kau lucu sekali, lojin !” Ta
Bhok Hwesio tertawa bergelak dan tampak girang
bukan main. "Sekarang tahulah siapa biang
keladinya. Ahh, pantas saja kalau begitu, keparat! Dan
dia telah menghadiahi aku dengan hiasan ini, lihat.... .."

Kake k ini membuka bajunya dan tampak sebuah luka


yang dibalut. Fan Li dan Hok Sun terkejut, mereka tidak
mengira bahwa Ta Bhok Hwesio telah terluka dadanya.

"Ahh, siapa yang melukaimu, lo-heng?" Malaikat Gurun


Neraka bertanya.

"Si Jahanam yang licik itu!"

"Siapa?"

"Yang tadi disebut-sebut oleh Phoa-lojin, orang tertua


dari Wu sam-taiciangkun!" berkata demikian hwesio ini
menyala matanya dan tinjunya dikepal gemas.

Perdekar sakti itu berseru tertahan dan tiba -tiba


sepasang matanya mengeluarkan cahaya ber keredep.
Seketika mukanya menjadi merah beringas dan hawa
dingin keluar dari tubuhnya.

583
"Hmm, jadi mereka itukah biang keladinya? Baik, akan
kuhancurkan kepala mereka!" Malaikat Gur un Neraka
berkata, sinar matanya penuh nafsu membunuh dan
berapi-api.

Akan tetapi, sebelum pendekar ini bergerak, Phoa -lojin


sudah mendahuluinya dengan kata-kata halus,
"Taihiap, harap jangan terburu nafsu. Ingatlah teguran
Ta Bhok lo-suhu tadi, masa kau hendak melupakannya?
Jangan khawatir, tiga orang ini tidak akan lari kemana-
mana dan itu bukanlah bagianmu melainkan bagian
Yap-goanswe sendiri. Dia yang terkena kotoran dan dia
pula yang harus membersihkannya. Kulihat dalam
gambaran alam bahwa semua kejadian ini memang
sudah diatur begitu, jangan taihiap melibatkan diri.
Yap-goanswe masih harus menerima kejadian -kejadian
berikutnya dan biarlah kita melihatnya dari belakang.
Kita hanya perlu menolong kalau dia benar -benar
dalam keadaan berbahaya. Sekarang yang harus kita
perhatikan justeru orang ke empat itu dan aku hendak
menugaskan muridku bersama Fan -ciangkun untuk
menuju ke suatu tempat..."

Malaikat Gurun Neraka menahan langkahnya dan


tertegun. Kembali dia terkejut oleh peringatan ahli
ramal itu. Ahh, mengapa lagi-lagi dia hendak terjebak
dalam kemarahan? Mengapa dia se karang mudah
marah dan menjadi pemberang? Apakah dia sekarang

584
sudah sedemikian lemahnya sehingga mudah dikuasai
nafsu-nafsu pribadi?

Pendekar ini mengepal tinjunya dan dia me nahan diri.


Tidak, tidak boleh dia bersikap begitu. Dimana
ketenangan sikapnya seperti yang sudah-sudah?
Sungguh dia merasa heran terhadap perubahan di
dalam dirinya ini. Semenjak kematian Mo -i Thai-houw
dulu, dia merasa betapa batinnya terhimpit sesuatu,
terluka oleh sesuatu. Agaknya kematian bekas
kekasihnya itulah yang membekas di dalam batinnya
dan segala persoalan yang tidak menyenangkan tentu
akan membuat dia cepat naik darah.

"Hmm, kau benar, lojin, maaf....." pendekar in i berkata


perlahan dan tidak banyak bicara lagi.

Phoa lojin lalu menoleh ke arah dua orang pemuda itu,


menggapai sambil berkata, "Harap kalian ke sini
sebentar, aku hendak mengatakan sesuatu....."

Fan Li melangkah maju dan Hok Sun juga mendekati


suhunya. Kakek ini lalu berbisik-bisik dengan suara lirih
dan dua orang pemuda itu tampak mengangguk -
angguk.

Akhirnya, kakek itu bertanya, "Kalian sudah mengerti?"

585
"Sudah, locianpwe, teecu sudah mengerti," Fan Li
menjawab.

"Sudah, suhu, akupun juga sudah mengerti," Hok S u n


menganggukkan kepala dan dua orang pemuda i n i
saling pandang dan wajah mereka tampak tegang.

“Nah, kalau sudah mengerti, kenapa tidak segera


berangkat?" Phoa-lojin menegur sambil tertawa.

Dua orang muda itu tersipu-sipu dan mereka cepat


memberi hormat kepada tiga orang tokoh itu lalu
melompat keluar kelenteng dan menghilang tak lama
kemudian.

"Hemm, urusan pertama sudah beres, tinggal urusan


kedua. Nona Hong, kalau kau terus mendekam di situ,
bukankah kakimu akan pegal-pegal? Hayo turun, aku
hendak memberi tugas kepadamu!" Phoa-lojin berseru
sambil terkekeh geli dan tiga orang ini memandang ke
atas rumah.

Dari luar terdengar seruan tertahan dan sebuah


bayangan langsung melompat turun, menerobos
jendela yang tanpa daun itu dan Pek Hong dengan muka
merah telah berdiri di depan orang-orang tua ini sambil
menunduk.

586
Ta Bhok Hwesio tertawa bergelak dan me negur murid
perempuannya itu, "Eh, Hong-ji, lain kali kau jangan
bikin kaget orang tua lagi. Kalau kau betul -betul pergi,
bukankah usaha pinceng menyelamatkan pemuda ini
akan sia-sia belaka? Apa kau tega membiarkan jerih
payah gurumu berhenti setengah jalan? Ha-ha, anak
nakal, lain kali kalau berpura-pura harus bilang dulu
sama gurumu, ya?"

Wajah gadis itu menjadi semakin merah dan dia m e l i rik


suhunya dengan mulut cemberut. Tadi dia benar -benar
sudah pergi dan dia memang bertekad untuk pergi
meninggalkan tempat itu.

Akan tetapi seruan gurunya yang berbunyi "kau belum


mendengarkan selengkapnya" ini membuat kakinya
merandek.

Kalimat itu mempengaruhi sikapnya dan biasanya


apa yang diucapkan suhunya tidak pernah mel eset.
Itulah sebabnya dengan hati-hati dia lalu kembali ke
kelenteng, akan tetapi karena malu terhadap semua
orang karena dia tadi sudah bilang untuk pergi, maka
gadis inipun lalu melayang dengan kaki ringan di atas
kelenteng tua itu. Dari sini dapatlah dia mendengarkan
semua kata-kata si tukang gwamia itu dan tentu saja
perasaannya menjadi tidak karuan.

587
Ada perasaan terkejut, terharu dan girang bercampur
aduk. Sama sekali dia tidak menduga bahwa guru Gin -
ciam Siucai itu sedemikian lihai pandangannya dalam
meramal sesuatu kejadian. Hanya dengan melihat garis
tangan orang, kakek ini sudah mengetahui apa yang
sedang terjadi dan apa pula yang bakal terjadi.

Sungguh mengherankan, dan meskipun dia masih ragu -


ragu, akan tetapi ketika tadi Phoa-lojin menyebut
bahwa si pelaku semua kejahatan i n i a d a l a h s e o r a n g
pemuda yang mempunyai bekas luka di bawah
dagu dan melih at betap a dagu Yap -goanswe
sendiri licin bersih, kegembiraan yang aneh
menyelinap di lubuk h atinya.

Kalau demikian halnya, ma klumlah gadis itu


bahwa terdapat pihak lain yang memfitnah
pemuda ini. Dan t adi suhunya menyinggung -
n y i n g g u n g n a m a W u - s a m - t a i c i a n g - k u n . He m m ,
t i g a o r a n g p a n g l i m a d a r i Wu i t u m e m a n g b u k a n
orang baik-baik. In i saja dapat dibukt ikan dari
s i ka p a n a k - a n a k n y a y a n g b e r w a t a k k o t o r ,
terutama si iblis betin a Ok Siu Li itu.

D e m i ki a n l a h , den gan hat i yang dipenuhi


b e r m a c a m - m a c a m p e r a s a a n , P e k Ho n g t e r u s
bersembunyi di atas kelenteng mendengarkan
s e m u a p e r c a k a p a n d i b a w a h . Sungguh dia t i d a k

588
mengira bahwa sebetulnya t iga orang lihai ini
s u d a h men g e t a h u i k e d a t a n g a n n y a . D a n i n i
memang tidak menghe rankan karena dengan
telinga mereka yang tajamnya melebihi telinga
ku c i n g , sedikit g e r a k a n d i a t a s r u m a h s a j a s u d a h
c u ku p m e m b u a t t i g a o r a n g s a k t i i t u c u r i g a .

P h o a - l o j i n y a n g m e l i h a t T a B h o k Hw e s i o
menggoda muridnya sehingga gadis itu menjadi
jengah, s e g e r a b e r k a t a s a m b i l t e r t a w a r a m a h , "L o -
heng, harap kau jangan selalu main -main saja.
T i d a k t a h u k a h k a u b a h w a n o n a Ho n g t e l a h
berbalik sikap dan kin i hendak membantu kit a?
Seharusnya kita berterima kasih, bukan
memperolok - o l o k n y a . N o n a Ho n g , j a n g a n h i r a u k a n
s u h u m u in i . L e b i h b a i k k i t a b e r s i k a p s e r i u s d a n
memperhatikan keadaan Yap -goanswe.
Bagaimana menurut pikiranmu?"

Dara ini mengangkat mukanya dan memandang


ka ke k i t u . P e r t a n y a a n P h o a - l o j i n m e n g u s i r
kecanggungannya d a n m e n d e n g a r p e r t a n y a a n
o r a n g , d i a p u n l a l u m e n j a w a b l i r i h , "A p a l a g i y a n g
d a p a t k u p i k i r k a n , l o c i a n p w e ? A k u k e sini k a l a u
tugas yang hendak locianpwe berikan kepadaku
memang tepat. Akan tetapi kalau aku kurang
c o c o k, t e n t u s a j a a ku p u n t i d a k b e r a n i b a n y a k
pendapat.”

589
"A h h , s i a p a b i l a n g k u r a n g c o c o k ? Ju s t e r u n o n a l a h
satu-satunya orang yang paling tepat !" Phoa -
l o j i n t e r t a w a . "K a l a u n o n a s u d a h meny e d i a k a n
d i r i , h a l i n i s u n g g u h b a g u s s e k a l i . S e karang,
ka r e n a w a k t u s u d a h t e r l a l u m e n d e s a k , m a k a n o n a
harus selekasnya pergi ke Ang -bhok san. N amun,
s e b e l u m n o n a k e s a n a , b a i k l a h no n a i k u t i a k u k e
b e l a ka n g s e b e n t a r , a d a h a l - h a l y a n g t i d a k b o l e h
d i ke t a h u i o r a n g l a i n y a n g h e n d a k k u b e r i k a n
ke p a d a n o n a . "

K a ke k i t u l a l u m e m b e r i k a n i s y a r a t d a n m e m u t a r
tubuh, menuju ke ruangan belakang kelenteng.
P e k Ho n g m e m a n d a n g g u r u n y a s e k e j a p s e o l a h -
o l a h m e r a s a r a g u u n t u k m e n g i k u t i k a k e k itu ke
belakang, akan tetapi Ta Bhok hwesio bahkan
mendampratnya.

"He, kenapa melenggong di situ? Hayo ikuti dia, untuk


apa melototi s u h u m u ? Apa kau mau menagih hutang
kepada pinceng?"

Terpaksa sambil cemberut gadis ini membalikkan


tubuhnya dan menuju ke belakang tanpa banyak bicara.
Suhunya itu memang kadang-kadang mendongkolkan
hati, akan tetapi di balik semua sikapnya itu
tersembunyi kasih sayang yang besar terhadap dirinya.

590
Maka meskipun mendongkol, iapun tersenyum geli
mendengar ucapan suhunya itu.

Ada-ada saja gurunya ini. Dia memandang biasa


katanya melotot, kalau melotot katanya mendelik.
Memang susah dan menjengkelkan, sehingga kadang -
kadang dia sendiripun dibuat gemas. Akan teta pi itulah
suhunya, kakek yang amat sayang dan memperhatikan
segala keperluannya.

-ooo-

Entah apa yang diberikan oleh Phoa-lojin kepada gadis


itu, Ta Bhok Hwesio tidak tahu. Yang jelas adalah ketika
dua orang ini muncul kembali, dia melihat betapa
wajah muridnya berseri gembira dan sinar matanya
menunjukkan kenakalan tersembunyi.

Bertahun-tahun hwesio ini berdekatan dengan


muridnya itu, maka bisa dibilang hampir setiap gerak -
geriknya tentu akan diketahuinya belaka.

Dia sudah hendak menegur, akan tetapi Phoa -lojin


cepat menggerakkan jarinya di depan mulut tanda dia
tidak boleh berbicara.

591
Sementara kakek ini terheran-heran, Phoa-lojin telah
mendekatinya dan berbisik perlahan di pinggir
telinganya. Lalu kakek itupun juga mendekati Malaikat
Gurun Neraka, berbisik-bisik perlahan seperti orang
ketakutan terdengar suaranya oleh telinga lain, lalu
tampak dua orang itu mengangkat alis mereka dan
tercengang.

Demikianlah, gerak-gerik yang aneh dari tiga orang tua


itu disaksikan gadis ini, lalu tanpa banyak cakap dan
tanpa memandang lagi kepadanya, tiga orang tokoh
itupun berkelebat meninggalkan ruangan itu.

Kejadian ini berlangsung cepat dan sebentar saja Pek


Hong ditinggal seorang diri. Gadis ini b e r d i r i mematung
dan matanya terbelalak memandang kepergian tiga
orang tua itu, sejenak tertegun bingung.

Tadi, setelah dia berada di ruang belakang, Phoa -lojin


juga berbisik-bisik kepadanya dan menyerahkan
sebuah bungkusan kain berwarna hijau.

"Mulai sekarang nona tidak boleh membuka suara.


Kalau ingin berhasil menemui Si Dewa Monyet di Ang-
bhok-san, nona harus selalu tutup mulut. Ingat, nona
harus tutup mulut dan menjadi orang bisu biarpun di
depan Kauw-sian. Mengertikah nona?"

592
Dara itu mengangguk dan hendak menjawab, akan
tetapi kakek Phoa buru-buru berkata, "Ahh, jangan
bersuara! Ingat, nona mulai sekarang men jadi orang
bisu dan apapun yang orang katakan, nona hanya
mengangguk atau menggeleng. Kalau tidak pertolongan
terhadap Yap-goanswe akan gagal sama sekali.
Bukankah nona mencintanya?"

Gadis itu menjadi merah mukanya dan d ia memandang


Phoa-lojin dengan mata terbelalak. Dia hendak
mengeluarkan suara, akan tetapi lagi-lagi kakek itu
mendesis, "Sstt, nona, jangan membuka mulut! Masa
baru saja kuperingatkan sudah akan lupa?
Pertanyaanku tidak seberapa, nanti kalau nona
berhadapan dengan Si Dewa Monyet sendiri, mungkin
nona akan lebih terkejut lagi. Nah, coba jawab
sejujurnya pertanyaanku tadi, bukankah nona
mencinta pemuda itu?"

Pertanyaan ini melebihi todongan pedang tajam,


bagaimana Pek Hong dapat menjawabnya? Bahkan
mukanya menjadi semakin merah sampai ke telinganya
dan dia tidak mampu bersuara. Kalau saja bukan kakek
ini yang bertanya, tentu dia menyemprot orang habis -
habisan. Akan tetapi Phoa-lojin malah tampak gembira,
"Bagus, tidak menjawab berarti membenarkan. Dan ini
satu langkah pertama nona menuju ke arah
kebahagiaan. Harap nona ingat pesanku tadi, apapun

593
yang orang katakan, nona tidak boleh membuk a mulut
dan bersikap gagu sampai tiba di tem pat kediaman Si
Dewa Monyet."

Kakek ini lalu mengisiki tentang beberapa hal lag i dan


semuanya itu diucapkan dengan suara amat perlahan.
Mula-mula gadis itu terkejut, akan tetapi akhirnya
tercengang keheranan dan tampak gembira. Wajahnya
berseri seperti anak kecil memperoleh hadiah kembang
gula dan demikianlah, dua orang ini lalu kelu ar dari
ruangan belakang menemui Ta Bhok Hwesio yang
sedang menunggu.

Sekarang, setelah Phoa-lojin dan dua orang kakek itu


pergi tanpa menghiraukan dirinya, Pek Hong
melenggong. Hal ini sama sekali tidak diketahuinya
karena kakek Phoa itu memang tidak memb eri tahu.
Hampir saja mulutnya memanggil suhunya, akan tetapi
segera dia mendekap mulutnya kembali dengan cepat.
Lagi-lagi dia lupa bahwa sekarang dia harus berlagak
menjadi gadis bisu!

Sialan, pikirnya di dalam hati. Syarat menutup mulut ini


walaupun tidak begitu berat, akan tetapi toh amat
menjengkelkan sekali. Mau bicara apa-apa tidak boleh,
bagaimana tidak membuat orang kheki? Apalagi bagi
perempuan yang biasanya jauh lebih cerewet daripada

594
laki-laki, "puasa" ini benar-benar merupakan suatu
siksaan.

"Bukankah nona mencinta pemuda itu?” pertanyaan ini


mengiang di telinganya dan pipi gadis ini bersemu
dadu. Kalau dia tidak mencinta pemuda itu, mana dia
suka membawanya ke Ang-bhok-san menemui Si Dewa
Monyet yang konon berwatak aneh itu?

Demi pemuda pujaan hati dia rela melakukan segala


hal. Jangankan disuruh ke tempat Kauw sian, biar ke
neraka sekalipun dia ikut ! Gadis ini menggreget, lalu
memondong tubuh Bu Kong dan melompat keluar.

Hek-ma meringkik girang melihat munculnya gadis yang


sudah dikenalnya ini, dan Pek Hong tanpa banyak cakap
lagi lalu melompat di punggung kuda hitam itu. Karena
tidak boleh membuka mulut, maka nona ini menepuk
leher Hek-ma sebagai isyarat dan kuda itu bergerak
kaget, kemudian kabur mengikuti kehendak nonanya.

-0O0-

Malam hampir menghilang, dan fajar mulai


menyingsing. Kegelapan terusir dan muncullah cahaya
terang di atas bumi.

595
Perjalanan ke Ang-bhok-san bukanlah suatu perjalanan
mudah. Tempat ini terletak di Pegunung an Ta-pie-san
di sebelah selatan. Akan tetapi, bersama Hek-ma yang
sanggup berlari seribu li dalam sehari, perjalanan
panjang ini dapat dipercepat.

Pegunungan Ta-pie-san adalah pegunungan yang amat


luas dan penuh hutan-hutan lebat. Banyak binatang-
binatang buas di sini yang amat berbahaya. Maka
tidaklah heran kalau pegunungan ini jarang didatangi
manusia.

Ang-bhok-san atau Bukit Kayu Merah ber ada di lereng


timur, dan ke sinilah gadis itu menuju. Pada saat dia
tiba di wilayah ini, mula-mula yang menyambutnya
adalah jalanan yang amat kasar itu berbatu-batu. Dari
tempat ini memandang ke atas, tampaklah sebuah
bukit yang aneh bentuknya.

Tidak seperti bukit-bukit lainnya, Bukit Kayu Merah ini


memang memiliki keistimewaan terse ndiri. Puncaknya
legok, dindingnya terdiri dari karang yang amat tinggi
dan curam. Untuk mendaki sampai di atas sana orang
harus merayap di dinding bukit yang curam itu. Dan di
atas puncak yang berlegok ini, ribuan pohon gundul
tanpa daun berdiri kokoh.

596
Memang aneh melihat seragamnya pohon -pohon itu
yang gundul licin tanpa sehelai daunpu n, dan kulit
pohon yang kemerahan itu bersinar tertimpa cahaya
matahari. Inilah sebabnya mengapa bukit itu
dinamakan Ang-bhok-san (Bukit K a y u Merah), karena
di tempat itu b i s a dibilang tidak ada sebatangpun
pohon yang berdaun. Semuanya gundul dan c a b a n g
serta ranting pohon merah itu mencungat ke sana -sini
seperti c a k a r s etan.

Jalanan berbatu ini amat kasar dan diam -diam Pek


Hong menggerutu di dalam hati. Hek-ma tidak berani
mencongklang karena sekali kakinya terpeleset, tentu
dia akan tergelincir jatuh. Selama dalam perjalanan,
berkali-kali kuda ini meringkik untuk mengajak bicara
nonanya, akan tetapi tidak ada satu katapun yang
keluar dari mulut gadis itu.

Pek Hong hanya menepuk-nepuk leher dan punggung


kuda ini dengan sentuhan mesra dan diam -diam gadis
ini amat berterima kasih sekali kepada Hek-ma. Kalau
kuda biasa yang mengantarkan mereka, agaknya
sekarang belum tentu dia sampai di tempat ini.

Akhirnya jalan yang berbatu itu habis dan sekarang


mereka melalui jalan setapak yang penuh rumput
halus. Enak berjalan kaki di sini dan dapat membuat
orang merasa nyaman. Akan tetapi, semakin dekat

597
dengan bukit yang dindingnya curam intu, Pek Hong
semakin tidak terasa nyaman. K etegangan mulai
dirasakannya.

Dia belum tahu bagaimana rupa Si Dewa Monyet itu.


Akan tetapi, melihat julukannya agakn ya tidak meleset
jauh kalau dia membayangkan bahwa tokoh i n i pasti
mukanya mirip monyet. Kalau tidak, bagaimana dia bisa
mendapatkan nama poyokan itu?

Membayangkan wajah y a n g buruk seperti monyet


membuat g a d i s i n i mengkirik. Masa a d a m anusia y a n g
rupanya betul-betul mirip monyet? Dan kakek itu
disebut orang sebagai "dewa"nya monyet ! Ihh, k a l a u
monyetnya saja sudah cukup membuat dia ngeri,
apalagi kalau bertemu dengan Si Dewa Monyet sendiri
yang berwatak kukoai. Jangan-jangan wataknyapun
juga persis monyet, k a n b e r a b e k a l a u b e g i n i ?

Pikiran tentang bayangan ini membuat gadis itu


meremang bulunya dan tahu-tahu kudanya berhenti.
Hek-ma meringkik nyaring karena dia sudah tidak dapat
berjalan lagi. Di depannya menjulang dinding batu
karang yang tinggi dan Pek Hong terkejut.

Kiranya mereka telah sampai di tempat tujuan.


Perjalanan ke sini ternyata tidak terlalu sukar seperti

598
yang dibayangkannya semula. Akan tetapi perjalanan
berikutnya untuk merayap di puncak bukit itu bukanlah
pekerjaan ringan. Apalagi dia harus membawa tubuh
orang sakit !

Sejenak gadis ini kebingungan. Dengan cara bagaimana


dia akan mendaki ke atas? Dinding bukit ini amat terjal
dan sekali dia tergelincir dari tempat setinggi itu,
alamat jiwanya akan melayang.

Sebagai murid Ta Bhok Hwesio yang gemblengan,


daiam hal menanggung resiko-resiko semacam ini Pek
Hong bukanlah seorang dara penakut. Akan tetapi,
kalau dia harus merayap ke atas sambil membawa Yap -
goanswe serta terpeleset, bukankah nyawa pemuda itu
sukar dipertahankan lagi?

Pada saat dia kebingungan mencari akal itulah tiba -tiba


didengarnya suara ramai di balik dinding sana. Gadis ini
terkejut dan wajahnya berobah. Siapakah yang
bersuara gaduh itu ?

Baru saja dia menengok, hampir saja Pek Hong menjerit


dan seketika mukanya menjadi pucat. Apa yang
dilihatnya? Bukan lain adalah ribuan monyet besar
kecil yang berbondong-bondong lari menghampirinya !

599
Binatang-binatang ini bercecowetan, kakinya yang
kecil-kecil panjang itu melompat-lompat lucu akan
tetapi bagi Pek Hong sendiri, sama sekali dia tidak
merasa geli karena dia melihat betapa monyet -monyet
itu menyeringai ke arahnya dengan sikap marah !

Ujian pertama bagi dirinya telah dat ang! Per sis


seperti apa yang diberitahukan oleh kakek Phoa
ke t i ka m e r e k a b e r a d a d i k e l e n t e n g t u a . S e j e n a k
gadis ini pucat dan dia merasa ngeri, sementara
He k - m a s e n d i r i s u d a h m e r i n g k i k m a r a h d a n k u d a

600
yang biasanya tidak kenal ta kut itu kin i juga
tampak gelisah.

Memang kedatangan binatang -binatang ini cukup


membuat kuncup nyali orang. Kalau se ekor dua
saja tidak apa. A kan tetapi kalau jumlahnya
sampai beribu ekor inilah s atu hal lain lagi.

Dan sementara gadis itu bengong di tempatnya,


beberapa ekor monyet besar yang larinya paling
cepat telah tib a di situ. Monyet -monyet ini
mengeluarkan pekik lantang dan gigi mereka yang
ke c i l t a j a m i t u t a m p a k b u a s . E n a m e k o r m o n y e t
melompat ke depan dan kedua tangan mereka
dengan cakar tajam menyerang gadis ini.

P e k Ho n g t e r k e j u t d a n o t o m a t i s d i a m e n g e l a k .
Sambaran monyet -monyet itu luput, akan tetapi
dasar monyet adalah binatang yang gerak -
g e r i kn y a g e s i t d a n c e k a t a n , b e g i t u s e r a n g a n n y a
menubruk angin, binatang -binatang ini sudah
membalik dan melompat s ambil menggereng,
a g a kn y a m e r e k a i t u m e r a s a m a r a h m e n g a p a
s e r a n g a n b e r b a r e n g d a r i e n a m j ur u s a n i n i l u p u t .

Tentu saja gadis itu merasa gemas dan


mendongkol, juga geli. Maka begitu monyet -
monyet besar ini menyerangnya kembali, dia

601
tidak mau mengelak seperti tadi dan kakinya
berputar, sekali tendang mengenai tubuh enam
e ko r b i n a t a n g it u yang m e n j er i t kaget dan
terpelanting!

Namun monyet-monyet ini sungguh istimewa dan


lain daripada monyet biasa. Begitu kena tendang
dan mencelat jauh, bin atang -binatang itu t idak
j e r a b a h k a n s e m a k i n m a r a h . M e re k a mem e k i k
s e a ka n m e m b e r i k o m a n d o d a n k i n i m e n er j a n g
lagi. Tangan mer eka mencengkeram dan mulut
m e r e ka m e n g g i g i t . S e k a l i k e n a t e n t u a k a n s u k a r
melepaskan diri karena monyet -monyet ini adalah
a n a k - a n a k "m u r i d " K a u w S i a n y a n g m e n j a g a
s e ke l i l i n g g u n u n g .

Dan pada saat itu, monyet -monyet lain yang tadi


ke t i n g g a l a n , k i n i s u d a h b e r d a t a n g a n k e t e m p a t
i t u d a n m e r e k a l a n g s u n g m en g e r u b u t m u r i d T a
B h o k Hw e s i o i n i ! T e n t u s a j a k e a d a a n s e m a k i n
g a d u h dan P e k Ho n g m e l u a p k e m a r a h a n n y a . D i a
masih memanggul Bu Kong, gerakannya ku rang
leluasa. Maka hanya kedua kakin ya saja yang
bergerak bergan tian menghalau binatang -
binatang kurang ajar ini. Akan tetapi, dikeroyok
monyet-monyet celaka yang luar biasa banya knya
itu bagaiman a dia dap at bertahan? L ama -lama

602
tentu dia akan celaka dan ka lau hal ini sampai
t e r j a d i , d i a h a r u s m e n a r u h m u k a n y a di mana?

B u ka n ka h a m a t m e m a l u k a n s e k a l i k a l a u m u r i d T a
B h o k Hw e s i o y a n g s a k t i t e r n y a t a d i k a l a h k a n
m o n y e t ? S e l u r u h d u n i a k a n g - o u w t e n t u a k an
ke t a w a b e r g e l a k m e n d e n g a r b e r i t a i n i ! P e k Ho n g
m e n g g r e g e t d a n d i a b e n a r - be n a r b i n g u n g . K a l a u
saja tidak ingat kepada pesan P hoa-lojin, tentu
dia akan membunuh monyet -monyet ini. Akan
tetapi binat ang -binatang itu ad alah pe liharaan Si
Dewa Monyet, dan dia datang ke sini untuk minta
pertolongan orang, masa dia harus mem bunuh
"p e r a j u r i t - p e r a j ur i t " A n g - b h o k - s a n i n i ?

S a ki n g b i n g u n g d a n m a r a h n y a , g e r a k a n P e k Ho n g
ku r a n g c e p a t . S e e k o r m o n y e t b e s a r y a n g t a d i
ditendangnya sampai terpental bergulingan,
mendadak berhasil mencengkeram kaki
ka n a n n y a . G a d i s i n i m e n j e r i t d a n b i n a t a n g i t u
m e n g g i g i t . P e k Ho n g m e n g i p a t k a n k a k i n y a k e r a s -
ke r a s d a n a k i b a t n y a c e l a n a n y a r o b e k . A k a n t e t a p i
gigitan monyet ini luput dan binat ang itu
t e r l e m p a r b er s a m a s o b e k a n c e l a n a n y a . D a n
belum lagi dia h ilang dari rasa terkejut, tiba -tiba
d i d e n g a r n y a He k - m a m e n j e r i t d a n k u d a h i t a m
tinggi besar itu lari berputaran sambil
m e n e n d a n g - n e n d a n g ka n k a k i n y a .

603
Kiranya seperti juga keadaan non anya itu kuda
i n i p u n j u g a t e l a h d i ke r u b u t i o l e h p u l u h a n e k o r
monyet besar kecil! Ada yang menggelantung di
pahanya, ad a yang merangkul lehernya dan ada
pula yang menarik-narik ekornya. Dan cela kanya,
semua binatang itu menggigit s ana -sini sambil
m e m e ki k - m e k i k s e p e r t i p e r a j u r i t m a j u p e r a n g !

Mana ada kejadian yang demikian


memprihatinkan? Si majikan dikeroyok sampai
p a ka i a n n y a robek-robek, dan kini kuda
tunggangannya ikut -ikutan disikat ! Untung H ek-
ma bukan kuda sembarangan. Seperti kita
ke t a h u i , k u d a i n i a d a l a h s e e k o r k u d a j e m p o l a n .
Tahan bacokan golo k maupun pedang. Maka
gigitan monyet-monyet liar itupun tidak
membuatnya terluka akan tetapi membuatnya
seperti digelitik.

Kalau digelit ik sedetik d ua detik saja tentu t idak


a ka n m e m b u a t o r a n g m a r a h . A k a n t e t a p i k a l a u
g e l i t i ka n i n i t e r u s - m e n e r u s , s i a p a t i d a k a k a n n a i k
pitam? Begitu pula halnya dengan kuda ini.
Melihat monyet-monyet itu menggigitnya dan
s e p e r t i l i n t a h m e l e k a t d i t u b u h n y a , He k - m a
menjadi marah dan kuda ini lalu meringkik
nyaring.

604
K a ki b e l a k a n g n y a m e n y e p a k d a n b e l a s a n e k o r
m o n y e t y a n g t e r k e n a "s o t a n g a n " k u d a i n i ,
m e n j e r i t n g er i d a n t e r b a n t i n g d i a t a s t a n a h , t a k
mampu bangkit lagi. Tubuh mereka remuk dan
monyet-monyet itu tewas se ketika. D a lam dua
ka l i g e b r a k a n s a j a , d u a p u l u h e m p a t e k o r m o n y e t
ini mati dalam sekejap!

P e k Ho n g t e r k e j u t . W a h , k a l a u b i n a t a n g - b i n a t a n g
i n i m a t i s e m u a d i a m u k He k - m a , t e n t u Kauw-sian
akan marah sekali kepadanya. Dia hen dak berteriak,
akan tetapi yang keluar hanya suara yang tertahan di
kerongkongannya. Hal ini disebabkan karena dia
teringat akan pesan Phoa-lojin. Kakek itu berkata
bahwa apapun yang akan dihadapinya, dia harus selalu
tutup mulut dan menjadi gadis bisu!

Inilah yang membuat gadis itu kian lama kian ge lisah.


Dan akhirnya dia melihat Hek-ma mulai bergulingan di
tanah. Kuda yang marah itu tampak buas, monyet -
monyet yang berada di dekatnya sudah ditendangi
semua. Akan tetapi monyet-monyet yang melekat di
punggung dan lehernya, tidak mau turun. Sebelas ekor
monyet melekat di tubuhnya dan tiga ekor malah
menggigit pantatnya. Agaknya Hek-ma kesakitan dan
tiba-tiba kuda itu menggulingkan diri di tanah. Sekali
berguling, tujuh ekor monyet yang tidak sempat
melompat, menjerit dan tergencet mampus!

605
"Oohhh......!" Pek Hong menjerit tertahan dan matanya
terbelalak. Duapuluh ekor monyet yang tewas diamuk
Hek-ma itu kalau ketahuan pemiliknya tentu akan
merunyamkan keadaannya. Akan tetapi apa yang bisa
diperbuatnya? Dia tidak boleh berbicara dan kalau
hendak mencegah kudanya membunuh monyet-
monyet itu, satu-satunya jalan ialah mengajak Hek-ma
kabur dari tempat ini.

Akan tetapi kalau dia melarikan diri, habis apa gunanya


dia jauh-jauh datang kem a r i ? Pergi dari tempat
mengerikan ini berarti g a g a l menolong Yap-goanswe,
namun jika hendak menolong Yap-goanswe berarti
tidak bisa m e n c egah Hek-ma menyerang monyet-
monyet itu.

Keadaan serba rumit, serba susah dan tidak


menyenangkan baginya. Padahal dia harus memilih
satu diantara dua keputusan. Yang mana harus
diambilnya?

Pada saat Pek Hong gelisah inilah tiba- t i b a gadis itu


merasa betapa tubuh B u Kong menggeliat dan pemuda
itu m e n g e l u h . Kiranya suara gaduh dan cecowetan
monyet penghuni Ang bhok-san ini menyadarkan Yap-
goanswe. Tentu saja gadis itu menjadi g i r a n g dan
harapannya timbul. Dia harus m e m b i s u selama di
tempat ini, namun pemuda itu tidak dikenakan syarat

606
demikian. Hal ini berarti ada harapan baginya untuk
mendapat jalan keluar.

Apa yang diduga ternyata benar. B u Kong telah sadar


dari pingsannya dan pemuda ini perlahan-lahan
membuka sepasang matanya, berkedip -kedip sejenak
dan akhirnya terkejut ketika melihat betapa tubuhnya
dipanggul seorang wanita muda.

"Ahh, siapa anda......?" pemuda itu berseru kaget dan


cepat meronta, lalu melompat turun dari pondongan
orang. Begitu kakinya menyentuh tanah, tiba -tiba
pemuda ini kembali mengeluh dan memegangi
kepalanya yang berputar tujuh keliling.

Racun yang diminum melalui Arak Sorga di gedung


Cheng-gan Sian-jin ternyata mulai bereaksi. Begitu dia
sadar, seketika pemuda ini merasa betapa kepalanya
terasa pusing dan dunia berputaran cepat. Dia
merasa seakan- akan di balik, sebentar di atas dan
sebentar kemudian di bawah. Semuanya berputar dan
Bu Kong terhuyung-huyung hampir jatuh.

Tentu saja Pek Hong terkejut, apalagi ketika m elihat


betapa empat ekor monyet besar menge luarkan pekik

607
marah dan menyerang pemuda itu, gadis ini terkesiap
kaget.

"Uhh.....!" Pek Hong berseru tertahan dan tubuhnya


berkelebat. Kaki tangannya bergerak cepat dan sekali
pukul, empat ekor monyet itu menjer it dan roboh
terkapar dengan tulang kaki patah -patah !

Saking gemas dan marah, gadis ini mulai bersikap keras


dan sekarang ia tidak menanti sampai binatang-
binatang itu menyerang, melainkan dialah yang
menerjang monyet-monyet ini. Sebentar SAJA, puluhan
ekor monyet itu menjerit kesakitan dan tubuh mereka
dilontar-lontarkan ke udara dan terbanting di atas
tanah berdebukan.

Bu Kong terkejut mendengar pekik monyet -monyet ini


dan dia menahan napas, mengumpulkan
kekuatannya untuk memandang jelas apa y a n g
sebenarnya s e d a n g terjadi di tempat itu dan siapakah
w a n i t a muda yang menolongnya ini.

D a n b e g i t u pemuda ini melihat g a d i s itu, mulutnya


m e n g e l u arkan teriakan tertahan. "Ho n g - moi, ah,
kaukah ini.......?" dan wajah B u Kong tampak pucat.

608
W a l a u p u n kepalanya berdenyut-denyut, namun
sekarang dia dapat melihat j e l a s a p a yang sedang
terjadi di sekelilingnya itu dan Bu Kong terkejut sekali.
Bagaimana g a d i s ini tahu-tahu berada di sini? Dan
tempat apakah ini? Mengapa banyak terdapat monyet -
monyet liarnya?

Dan, ehh.....! Bukankah dia berada di gedung Cheng gan


Sian-jin? Dimana sekarang iblis tua berhati keji
bersama murid perempuannya itu? Semua pertanyaan
ini bertubi-tubi memenuhi pikirannya dan pemuda itu
menjadi bingung dan rasa pusing semakin menghebat.

"Hong-moi, aduhh.......kepalaku pusing......dan


monyet-monyet ini.....ahh, mengapa kita kemari......?"
Bu Kong mengeluh dan langkahnya terhuyung -huyung,
akhirnya roboh menelungkup.

Monyet yang dihalau oleh gadis itu kocar -kacir, akan


tetapi tiba-tiba binatang-binatang i n i menjerit
kegirangan dan menyerbu ke arah pemuda yang
ambruk di atas tanah itu!

Tentu saja kejadian ini membuat Pek Hong kaget


setengah mati. Dan pada detik yang amat gawat itulah
gadis ini tiba-tiba teringat akan sesuatu. Dia
mengeluarkan seruan "ah-uhh" seperti orang gagu dan
tangan kanannya mengambil sesuatu di balik baju. Lalu,

609
sekali tubuhnya melayang, tangan kanannya telah
mengebutkan sebuah bungkusan kain berwarna hijau
ke arah monyet-monyet itu.

Akibatnya sungguh mengherankan. Dari dalam


bungkusan ini berhamburanlah bubuk-bubuk putih
yang berbau harum dan amat keras, mirip arak Hang
cou dicampur dupa peh-in soat yang amat terkenal dari
kota Se-bun, dan..... puluhan monyet yang tersiram
bubuk ini dan mengendus baunya, tiba-tiba
bercecowetan perlahan lalu roboh di atas tanah seperti
kena bius !

Hal ini menggembirakan hati nona itu dan diapun


segera mengebut-ngebutkan bubukan putih ini ke arah
ribuan ekor monyet itu. Dan sungguh ajaib, bubuk putih
ini begitu tercium oleh monyet-monyet itu, seketika
binatang-binatang ini mengeluh aneh dan lumpuh,
roboh satu-persatu di atas tanah dan jatuh tertidur !

Sebentar saja, dibantu tiupan angin pegunungan,


bubuk pemberian Phoa-lojin ini telah membius seribu
ekor lebih monyet-monyet yang tadi mengerubut gadis
itu dan Hek-ma !

Kejadian ini berlangsung beberapa kejap dan monyet -


monyet lain yang berada di belakang, memekik

610
ketakutan dan mereka itu lari pontang -panting kembali
ke dinding bukit sebelah sana.

Pek Hong menarik napas lega. Karena tadi terkejut dan


merasa ngeri dengan datangnya ribuan ekor monyet
itu, dia melupakan bungkusan kain hijau yang diberikan
oleh kakek Phoa kepadanya. Waktu di kelenteng tua
Phoa-lojin memang telah memberitahunya bahwa
kalau dia tiba di Ang bhok-san, mungkin anak buah Si
Dewa Monyet yang pertama-tama akan
menyambutnya.

Hanya yang dia kurang paham, disangkanya bahwa


"anak buah" yang diartikan oleh kakek itu adalah
pelayan atau sebangsanya. Sama sekali dia tidak
menduga bahwa yang dimaksudkan oleh Phoa-lojin
ternyata adalah monyet-monyet menggelikan itu!
Kalau tahu begini, bagaimana dia tidak akan merasa
jijik?

Dan itulah sebabnya mengapa kakek Phoa lalu


membekalinya dengan bungkusan kain berwarna hijau.
Katanya jika dia kewalahan menghadapi anak bu ah Si
D e w a M o n y e t , harap keluarkan bungkusan ini d a n
kebutkan ke arah mereka, pasti akan jatuh kelenger.

Betul saja, setelah dia mengeluarkan bungkus an itu,


anak buah Kauw-sian i n i memang benar-benar dapat

611
dilumpuhkan. Kini dia b e b a s dari gangguan monyet-
monyet kurang ajar itu dan He k - ma meringkik sambil
mengibas-ngibaskan ekornya.

Keadaan menjadi sunyi kembali seperti sedia kala, akan


tetapi seribu ekor monyet yang malang -melintang di
situ membuat gadis i n i merasa geli dan mengkirik.
Melihat betapa Bu K o n g rebah menelungkup dan di
sekitarnya penuh dengan monyet-monyet yang terbius,
dengan hati-hati gadis ini lalu menghampiri untuk
menolong.

Akan tetapi, baru tiga langkah dia berjalan, mendadak


terdengar pekik mo n y e t yang menggetarkan hati. Pek
Hong terkejut d a n ketika dia menengok, tampaklah
dari atas bukit itu meluncur sesosok bayangan yang
luar biasa cepatnya.

Mengejutkan sekali gerakan bayangan ini. Tubuhnya


seakan-akan terbang menukik dan sete lah sampai di
atas dinding sebelah sana, bayangannya lenyap
terhalang.

Akan tetapi, lenyapnya bayangan yang belum diketahui


apa sebenarnya itu hanya sekejap saja.

612
Pek Hong tahu-tahu telah melihat kembali bayangan ini
yang muncul tiba-tiba dari balik dinding dimana
monyet-monyet tadi melarikan diri.

Dan gadis itu terkejut. Belum sempat dia mengejapkan


mata, bayangan i n i telah meluncur sece pat terbang
dan berhenti mendadak di depannya seperti rem
pakem. Seorang kakek pendek mengerik a n
memandang gadis in i dengan sepasang matanya yang
bulat kecil bersinar-sinar, melotot penuh kemarahan.
Mukanya lonjong kecil seperti monyet, hidungnya
bagian tengah melesak ke dalam, mulutnya a g a k
lebar dan kedua pundaknya berbulu. Sungguh manusia
monyet yang tidak ada c acad c e l a n y a !

"U h h . . . . . . . ! " gadis itu berseru kaget dan mukanya


berobah, otomatis ia melompat mundur dan s e p a s a n g
matanya terbelalak ngeri. Belum pernah selama
hidupnya dia menyaksikan wajah seperti ini. Tubuhnya
memang manusia tulen, akan tetapi mukanya muka
monyet asli ! Siapa tidak akan meremang bulu
tengkuknya

613
"Kerrrr, hieehhhh....! Siapa mencelakai anak -anak
b u a h ku , hah?" kakek mengerikan ini memekik m a r a h
dan jeritannya mirip monyet murka. Dia memandang
Pek Hong dan kedua kakinya mencak-mencak seperti
monyet menari, sikapnya lucu dan kalau dilihat dari
jauh persis lagak seorang badut.

Namun gadis itu sama sekali tidak dapat tertawa


karena dia masih terkesiap menyaksikan bentuk wajah
Si Dewa Monyet itu. Tepat dugaannya, Kauw sian
ternyata sesuai dengan julukannya. Mukanya seperti
monyet bahkan tindak-tanduknya juga persis monyet.

614
Dan dia harus menemui manusia macam ini untuk
minta pertolongan ! Mungkinkah berhasil ?

"Hiehhh, gadis muda bertangan ganas. Kau punya


mulut untuk menjawab tidak? Atau barangkali kau ingin
kupaksa? Hayo cepat mengaku siapa yang mencelak ai
anak-anak buahku, kerrr...!” kakek ini membentak dan
memekik-mekik, kakinya maju mundur tak bisa diam
seakan-akan hendak menyerang orang dan kedua
tangannya diulur ke depan u n t u k m e n g a n c a m .

Menghadapi orang begini, apa yang harus dikatakan?


P e k Hong t i d a k menjawab dan sebagai g a n tinya dia
meng g e l e n g d e n g a n mata terbelalak. Nasehat P h o a
l o j i n agar d i a menutup mulut t i d a k berbicara d i
depan kakek aneh ini dijalankannya. Maka kini hatinya
mulai tenang meskipun jantungnya masih berdegup
kencang. Melihat sikapnya, Dewa Monyet ini amat buas
seperti binatang liar dan sepasang matanya yang bulat
kecil bersinar-sinar seperti monyet itu berputaran.

"Hehh, kenapa menggeleng? Tidak bisa bicara, y a ? Kau


bisu, y a ? Bagaimana kau gagu? Apa ada orang y a n g
mencelakaimu? E h h , nona cantik, kalau begitu sayang
sekali. Tentu tidak ada laki-laki yang m a u
mengawinimu. Siapa suka beristerikan ga dis bisu? Ha
h a h h e - heh, tidak ada orang suka.......tidak ada orang
suka...! Akan tetapi anak buahku tentu suka ! Ya....ya....

615
anak-anak buahku banyak y a n g s u k a . B u k a n k a h t a d i
m e r e ka t e l a h m e n y a m b u t m u d e n g a n g e m b i r a ?
Ha - h a , b a g u s s e k a l i . . . . b a g u s s e k a l i ! S u n g g u h
beruntung tempatku kedatangan gadis manis
sepertimu ini, nona. Dan aku akan memilihkan
p a s a n g a n y a n g p a l i n g c a k a p u n t u k m u . He e , S i a u
ji, hayo ke s ini dan temui calon isterimu ini, ha -
ha-hehheh!"

K a ke k s i n t i n g i t u t e r k e k e h - k e k e h d a n t a n g a n n y a
mengapai ke belakang. Dari balik dinding sana
m u n c u l s e e k o r m o n y e t be s a r b er b u l u c o k l a t
muda. Binatang ini berjalan menghampiri dengan
perlahan, langkahnya takut -ta kut dan dia meman -
d a n g P e k Ho n g d e n g a n s i k a p j e r i h , t a n g a n k i r i n y a
menyeret sobekan kain dan seketika gadis itu
menjadi merah mukanya dan dia memandang
monyet besar ini dengan sinar mata berapi.

Kiranya itulah robekan kain celananya y ang tadi


dijambret oleh monyet yang dipanggil Siau -ji ini!
T e n t u s a j a P e k Ho n g m e nj a d i m a r a h a k a n t e t a p i
Si Dewa Monyet tida k memperdulikannya bahkan
ke t a w a n y a s e m a k i n k e r a s d a n t e r p i n g k a l - p i n g k a l .

"He h - h e h - h e h , S i a u - j i , apa kau b e t u l - b e t u l t e l a h


jatuh cinta kepada calon isterimu ini, hah? Wahh,
bagus, pilihanmu pandai dan tepat sekali, cocok

616
d a n ka u p a t u t b e r s y u k u r k e p a d a s a n g m a h a d e w a
ki t a ! " S i D e w a M o n y e t t e r k e k e h - k e k e h lalu
menoleh ke arah gadis itu, menyambung dengan
s u a r a g i r a n g , "N o n a c a n t i k b u k a n k a h k a u p u n a k a n
menerima pinangan Siau -ji ini? Lihat, dia telah
membawa emas kawinnya yang istimewa!"

A ka n t e t a p i P e k Ho n g m e n d e l i k k e a r a h k a k e k i n i
d a n ke p a l a n y a m e n g g e l e n g t e g a s . K a u w - s i a n
t e r ke j u t , s e k e t i k a s u a r a k e t a w a n y a s i r a p d a n
m u ka n y a b e r o b a h b e n g i s . D i a m e m a n d a n g g a d i s
itu dengan muka ke lam dan bola matanya yang
ke c i l i t u b e r p u t a r a n l i a r . P e k Ho n g m e n j a d i n g e r i
dan tak terasa dia la lu mundur setindak.

"K e r r r! K a u b e r a n i m e n o l a k p i n a n g a n a n a k
m u r i d ku , n o n a ? " D e w a M o n y e t i n i t i b a - t i b a
membentak marah dan melompat, gerakannya
cepat bukan main dan tahu -tahu telah melejit
seperti ikan terbang dan berada di depan Pek
Ho n g d e n g a n s i k a p m e n g a n c a m .

"A p a y a n g k a u a n d a l k a n , h e h ? B e r a n i k a u
m e m b a n t a h p e r i n t a h ku ? K a u t e l a h m e mb u a t o n a r
di sini dan sudah bagus aku tida k mengusutnya
lebih jauh. Mengingat kau ad alah g adis gagu
seperti anakku dulu yang tewas di tangan manusia
jahat, aku suka mengampunimu dan bahkan

617
mencarikan jodoh yang sepadan untukmu. Kenapa
ka u b e r a n i m e n o l a k n y a ? "

B e n t a ka n i n i k e r a s s e k a l i d a n m e m e k a k k a n
t e l i n g a , s e p e r t i s u a r a g e n t a d i p u k u l . P e k Ho n g
s e m a ki n t e r k e j u t s e d a n g k a n S i a u - j i y a n g m e l i h a t
b e t a p a k a k e k i t u m a r a h - m a r a h k e p a d a "c a l o n
isterinya" ini, melompat maju dan bercecowetan
perlahan, memegang ujung baju majik annya
s e a ka n - a k a n hendak mencegah kakek itu
menerjang gadis ini.

T e n t u s a j a p e m a n d a n g a n i n i m e m b u a t P e k Ho n g
merasa mendongkol dan gemas, juga marah
s e ka l i . K u r a n g a j a r b e t u l m o n y e t i t u , t e r a n g -
t e r a n g a n m e n y a t a k a n "c i n t a " k e p a d a n y a d e n g a n
c a r a m e l i n d u n g i n y a . Ha t i n y a m e n j a d i s e b a l d a n
ka l a u t i d a k m e n g i n g a t k e a d a a n B u K o n g y a n g
menelungkup di atas tanah itu, tentu dia tidak
mau banyak bicara dan sudah menerjang kakek
b e r m u ka m o n y e t i n i .

K a r e n a d i a b e r p ur a - p u r a s e b a g a i n o n a b i s u , m a k a
g a d i s i n i p u n l a l u m e n g e l u a r k a n s u a r a "a h - a h - u h -
uh" dan menggerak-gerakkan jari tangan
memberi bahasa isyarat. Dia menuding -nuding
diri sendiri, lalu menunjuk ke arah Yap -goanswe
yang menggeletak di tanah, mengatakan bahwa

618
d i a t i d a k b i s a m e n e r i m a "p i n a n g a n " i n i k a r e n a d i a
telah ter ikat jodoh dengan pemuda itu, dan
m a ks u d k e d a t a n g a n n y a k e m a r i a d a l a h u n t u k
minta obat kepada kake k itu.

Si Dewa Monyet tertegun dan sepasang ma tanya


y a n g t a d i b e r p u t a r l i a r i t u t i b a - t i b a b e r h e n t i . "O ,
ka u m a ks u d k a n b a h w a d i a i t u a d a l a h s u a m i m u ?
Ja d i ka u s u d a h m e n i k a h ? K e n a p a b e n t u k t u b u h m u
masih seperti gadis? Apakah kalian ini pengantin
baru? Atau jangan -jangan kau hendak
m e m b o h o n g i a k u , n o n a c i l i k ? Ha y o j a w a b y a n g
betul semua pertanyaanku ini, ka lau tidak, tentu
a ku t i d a k m a u s u d a h d i h i n a o r a n g d a n s e m u a
perbuatanmu hari ini harus kaubayar lunas!"

K e m b a l i P e k Ho n g m e n g e l u a r k a n s u a r a "A h - a h -
u h - u h " dan m e n g g e r a k - g e r a k k a n j a r i t a n g a n n y a ,
ke p a l a n y a j u g a m e n g a n g g u k - a n g g u k m e n y a t a k a n
b a h w a a p a y a n g d i k a t a k a n o l e h k a k e k itu b e n a r
b e l a ka dan d i a t i d a k m e m b o h o n g .

“ Ja d i d i a b e t u l - b e t u l s u a m i m u , b u k a n p a c a r mu ?"
S i D e w a M o n y e t me m b e l a l a k d a n a i r m u k a n y a
tampak kecewa.

P e k Ho n g mengangguk m e n g i a k a n d a n mukanya
m e n j a d i m e r a h p a d a m . K e a d a a n m e maksa d i a ,

619
m a ka apa b o l e h b u a t . K a l a u p e m u d a i t u t i d a k
pingsan dan m e n d e n g a r s e m u a n y a ini, e n t a h apa
yang akan d i a l a m i n y a . A k a n t e t a p i k a r e n a d i a
memang mencinta pemuda itu, untuk apa lagi
malu-malu? Maka anggukan kepa lanya itupun
t e g a s d a n sungguh-s u n g g u h .

"Wahh, Siau-ji, kau m e m a n g s i a l ! " k a k e k itu


m e n g e l u h dan mukanya s e p e r t i or a n g m e n a n g i s ,
akan tetapi t i b a - t i b a k e m b a l i s e p a s a n g matanya
berkilat aneh. W a l a u p u n otaknya t i d a k sebat, akan
tetapi kakek inipun bukan orang bodoh yang gampang
dikelabuhi orang.

Dia masih ragu-ragu dan tidak percaya penuh, maka


tiba-tiba kakek ini memandang gadis itu dan
membentak, "Kau bohong!”

Pek Hong terkejut dan seketika dia meloncat kaget.


Bentakan kakek gila ini mengguntur dan Siau -ji yang
berada di belakangnya sampai memekik dan mencelat
lima langkah.

Dengan bahasa isyarat gadis ini bertanya, "Apa


maksudmu? Kenapa kau bilang aku b ohong?"

620
Dan kakek itu dengan mata mendelik lalu menjawab,
"Kau tidak bicara jujur. Sikapmu penuh kebimbangan,
matamu berkedip-kedip licik mencari akal ! Hayo betul
tidak kata-kataku ini ?"

Akan tetapi tentu saja Pek Hong menyangkal.


Kepalanya digelengkan berkali-kali dan jari-jari
tangannyapun bergerak-gerak memberi jawaban,
"Tidak, tidak betul apa yang kaukatakan ini. Dia
memang suamiku, kenapa aku harus bimbang dan ragu -
ragu mengakui suami sendiri?"

"Hemm, kalau begitu coba kaubuktikan !" kakek ini


masih membentak penasaran dan Pek Hong berobah
mukanya. Suruh buktikan gimana? Kalau tidak -tidak
yang diminta kakek ini, misalnya saja..... misalnya
saja.......

Sampai di sini muka Pek Hong menjadi semerah


kepiting direbus dan dia memandang kakek itu dengan
mata terbelalak. Kalau kakek itu menyuruhnya yang
tidak pantas, sikap apa yang harus diambilnya ?

Belum habis dia berpikir, Dewa Monyet yang berwatak


aneh ini lalu berkata, "Kalau engkau betul -betul tidak
berdusta, sekarang coba buktikan semua pengakuanmu
itu. Hayo cium suamimu itu sekarang juga!"

621
Pek Hong seperti disengat kalajengking dan alisnya
yang lentik panjang itu terangkat. Walaupun sedikit
banyak sudah menduga bahwa orang akan
memerintahkan dia seperti ini, akan tetapi tak urung
mukanya menjadi merah juga dan sejenak dia berdiri
mematung.

Tiba-tiba terdengar kakek ini tertawa keras. "Ha -hah


heh-heh, terlihat belangmu sekarang, kancil betina!
Kau tidak segera mengerjakan apa yang kuperintahkan,
ini berarti kau telah membongkar kebohonganmu
sendiri. Ha-ha, Siau-ji, nasibmu masih mujur, nona ini
belum ada yang punya !"

Kauw-sian terkekeh-kekeh gembira dan Siau-ji yang


tadi tampak mewek-mewek itu juga melonjak-lonjak
sambil memekik kegirangan. Agaknya monyet ini
mengerti semua percakapan itu dan kini sobekan kain
celana Pek Hong yang berada di tangannya itu dicium -
cium di dekat hidungnya dan matanya memandang
gadis itu dengan mulut menyungging senyum
kemenangan.

"Ha, kau memang harus menjadi milikku, nona cantik !"


demikian monyet ini seakan-akan bicara.

Pek Hong menjadi pucat mukanya dan dia menggigit


bibirnya. Dengan bahasa isyarat dia membantah,

622
"Bukannya aku berdusta, akan tetapi permintaanmu itu
sungguh keterlaluan. Masa kemesraan suami isteri
harus dipertunjukkan di hadapan orang lain?"

Akan tetapi Si Dewa Monyet tidak perduli, kakek ini


menari-nari dan mulutnya terkekeh sam bil berkata,
"Kau bohong, kau tidak berani, kau telah mendustai
kami ! Hanya kalau kau dapat membuktikan
permintaanku sajalah maka aku akan percaya. Dan
kalau engkau tidak mengaku-aku dan dia betul-betul
suamimu, mengapa harus malu? Mencium suami
sendiri baik di dalam kamar maupun di hadapan orang
lain bukan hal memalukan. Kenapa bingung? Kalau kau
tidak mau itulah karena dia bukan suamimu! Ha -hah
heh-heh, S i a u - ji masih beruntung.......Siau-ji masih
beruntung dan sebentar lagi aku akan punya mantu
cantik sebagai pengganti puteriku......!"

Kakek itu terkekeh-kekeh dan Pek Hong melihat betapa


monyet yang dipanggil Siau-ji itu berkedip-kedip
kepadanya seakan hendak bermain mata.

Melihat monyet ini seketika Pek Hong men jadi muak.


Dia mendelik penuh kemarahan kepada monyet itu,
lalu tiba-tiba memutar tubuh menghampiri Bu Kong
yang menggeletak di atas tanah. Tekadnya telah bulat,
daripada dia harus tersiksa lebih lama dengan sikap
gila-gilaan Si Dewa Monyet lebih baik dia membuktikan

623
kepada kakek itu dengan jalan mencium Yap -goanswe.
Bukankah pemuda itu kembali jatuh pingsan?

Akan tetapi, begitu dia berlutut di samping jenderal


muda ini, Pek Hong melihat betapa pemuda sedang
memandang kepadanya dengan mata terbelalak lebar!
Tentu saja gadis ini terkejut bukan main dan mukanya
yang tadi pucat itu seketika menjadi merah padam.

Dari kerongkongannya keluar keluhan ter tahan dan


gadis ini terisak. Kiranya Bu Kong tidak pingsan, hanya
roboh di atas tanah begitu saja karena kalau dia berdiri,
denyut di kepalanya terasa menghebat dan semua
percakapan tadi didengarnya dengan jelas. Tentu saja
pemuda inipun merasa terkejut dan heran. Kenapa
nona itu menjadi gagu dan tidak mampu ber suara? Apa
yang terjadi? Dan dimanakah mereka sekarang ini?

"Hong-moi......" suara Bu Kong terdengar gemetar.


"Apa-apaan ini? Siapakah kakek itu? Mengapa ada
syarat gila-gilaan begini? Kau kenapakah dan mengapa
kau berpura-pura gagu begini? Aku yakin kau sedang
melakukan sandiwara, akan tetapi untuk siapakah? Dan
di mana Cheng-gan Sian-jin si iblis tua berhati keji ber -
sama muridnya itu?"

Akan tetapi Pek Hong tidak menjawab dan isaknya


semakin keras. Dia hendak membuktikan omongannya

624
kepada kakek bermuka monyet itu, yaitu menc ium
pemuda ini. Akan tetapi itupun kalau pemuda ini
pingsan. Sekarang, dalam keadaan sadar begini
bagaimana dia mampu melaksanakan niatnya itu?
Saking bingung dan malu, nona inipun lalu menangis
terisak-isak dan menutupi mukanya.

(Bersambung jilid XI.)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 10

625
626
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 11

BU KONG terhenyak, semua pertanyaannya tadi


sama sekali tida k digubris. Bermacam perasaan
mengaduk hatinya dan melihat betapa g adis itu
menangis sedemikian sedihnya digoda kakek
b e r m u ka m o n y e t , d i a m er a s a k a s i h a n d a n t e r h a r u
t e r h a d a p m u r i d T a Bh o k Hw e s i o i n i , s e b a l i k n y a
merasa marah kepada si kakek sinting yang masih
menari-nari sambil terkekeh gembira itu.

Dengan mengeraskan hatinya pemuda ini lalu


b a n g ki t d u d u k , m e m a n d a n g S i D e w a M o n y e t
untuk mengingat -ingat siap akah gerangan kakek
yang belum dikenalnya itu. Meskipun denyut di
ke p a l a n y a s e m a k i n m e n g h e b a t , a k a n t e t a p i
dengan kemauannya yang ku at serta kekerasan

627
hatinya yang luar bias a, Bu Kong berhasil
menahan segala derita ini.

Mula-mula ketika matanya menyapu seke liling,


murid Malaikat Gurun Neraka ini terkejut
m e n y a ks i k a n r a t u s a n e k o r m o n y e t y a n g m a l a n g -
m e l i n t a n g d i s e k i t a r n y a . Je l a s b i n a t a n g - b i n a t a n g
itu terbius dan kini ngorok dengan berbagai
s i ka p . A d a y a n g t a n g a n n y a s e d a n g m e n j a m b a k
rambut kepala temannya, lalu ad a pula yang
ka ki n y a m e n u m p a n g d i a t a s m u l u t s e e k o r m o n y e t
lain dengan sikap seenaknya . Semuanya pulas
dengan cara yang tidak wajar dan rata -rata
menggelikan hati siapapun juga yang memandang
ke j a d i a n y a n g a m a t g a n j i l i n i .

L a l u ke t i k a s e p a s a n g m a t a n y a m e n d o n g a k k e
b u ki t t e r j a l b e r d i n d i n g c u r a m i t u , t a m p a k l a h
o l e h n y a p o h o n - p o h o n g u n d u l b er k u l i t m e r a h
yang berdiri tegak di atas sana. Melihat dua
ke n y a t a a n i n i , s e k e t i k a B u K o n g t e r s e n t a k
hatinya. Ang-bhok-san (Bukit Kayu Merah) !
D e m i ki a n d e s i s n y a d i d a l a m h a t i .

Karena sekarang sudah dapat menduga dimana


dia berada, maklumlah pemuda ini bahwa kakek
gila yang menari-nari bersama seekor monyet
besar berbulu coklat muda itu tentu lah Kauw sian

628
atau Si Dewa Monyet yang pernah didengar
namanya beberapa tahun yang lalu itu.

Ha n y a k a r e n a k a k e k a n e h i n i t e l a h l a m a t i d a k
t u r u n ke d u n i a r a m a i m a k a n a m a n y a p u n s e k a r a n g
jarang-jarang disebut orang. Sungguh tidak
d i s a n g ka n y a s a m a s e k a l i b a h w a p a d a h a r i i n i
m u r i d T a B h o k Hw e s i o i t u m e m b a w a n y a m e n e m u i
Si Dewa Monyet yang t idak waras ot aknya. Dan
lebih cela ka lagi, menurut pendengarannya tadi,
P e k Ho n g h e n d a k m i n t a k a n o b a t u n t u k n y a k e p a d a
ka ke k i n i !

Tentu saja kenyat aan ini membuat Bu Kong


t e r ke j u t . W a l a u p u n d i a t e l a h m e n d e n g a r n a m a S i
Dewa Monyet yang dikabarkan orang tinggal di
Ang-bhok-san, akan tet api sama sekali dia t idak
mendengar orang menyebut -nyebut kakek itu
sebagai ahli oba t. Apakah gad is ini tid ak keliru
m e n c a r i o r a n g ? A p a k a h P e k Ho n g t i d a k s a l a h
dengar ?

S a ki n g k a g e t d a n h e r a n n y a , s e j e n a k p e m u d a i n i
tertegun. Sedianya dia henda k memaki ka kek g ila
i t u u n t u k m e n g h i b u r P e k Ho n g d a n m e n g a j a k
gadis itu pergi dari tempat ini. Akan tetapi
setelah dia t ahu tentan g hal ini, Bu Kong menjadi
bingung.

629
Je l a s g a d i s i t u b e r u s a h a m e n o l o n g n y a m a t i -
matian. D ia t idak mengerti bagaimana kah dara ini
mampu membawanya dari gedung Cheng gan Sian
jin. Sekilas dia teringat kepada suhunya yang
muncul secara tiba -tib a di da lam kamar besar itu,
dan ingatan ini membuat muka Bu Kong berobah.
Tatapan mata suhunya yang ding in menusuk serta
w a j a h y a n g m e m b e s i d a r i o r a n g tu a i t u m e m b u a t
jantung pemuda ini terasa keder dan gelisah.

Bagaimana dia berhasil lolos dari tawanan


musuh? Ditolong suh unya? Mungkin begitulah.
A ka n t e t a p i b a g a i m a n a g a d i s i n i t a h u - t a h u t e l a h
membawanya kemari ? Dimanakah gurunya
s e ka r a n g ? A p a k a h g u r u n y a y a n g m e n y u r u h P e k
Ho n g ke t e m p a t i n i ?

Merasakan pandangan suhunya di kamar besar


yang penuh ancaman itu membuat pemuda ini
merasa sangsi. Sikap dan watak gurunya dia telah
ke n a l d e n g a n b a i k . M a k a t a t a p a n m a t a y a n g a m a t
dingin serta wajah yang membesi dari guru nya itu
c u ku p m e n g i s y a r a t k a n s u a t u b a h a y a b a g i d i r i n y a .
Kalau suhunya menolongnya terlepas dari tangan
musuh, mustahil gurunya itu mau melepaskan dia
dari hukuman.

630
S i ka p d a r i o r a n g t u a i t u t e l a h m e m b u a t p e m u d a
ini maklum bahwa gurunya tentu telah
mengetahui dan mendengar semua peristiwa -
peristiwa jahanam yang d ilontarkan orang
ke p a d a n y a . D a n s e k a l i o r a n g t u a i t u t e l a h
mencarinya, tida k mungkin dia akan berhasil
lolos dan kejaran suhunya yang amat s akti itu.

Tergetar hati Bu Kong membayangkan ancaman


ini, dan kemarahannya kepad a biang kelad i si
pembuat gara-gara merasuk ke tulang sumsum.
Kalau suhunya sudah marah sepert i itu, d ia t idak
berani membayangkan apa kiranya yang akan
d i l a ku k a n o r a n g t u a y a n g k e r a s h a t i i t u
ke p a d a n y a .

M a ka a d a l a h s u a t u k e a n e h a n l u a r b i a s a k a l a u
t a h u - t a h u m u r i d T a B h o k Hw e s i o i n i d a p a t
meloloskan dirinya dari tangan Mala ikat Gurun
N e r a ka . A p a k a h y a n g s e s u n g g u h n y a t e r j a d i ?

S e g e r a B u K o n g m em a n d a n g g a d i s c a n t i k i n i y a n g
mengguguk di depannya sambil menutupi
m u ka n y a . B e t a p a m e m i l u k a n d a n m e n g h a r u k a n
tangis itu. Kedua pundaknya berguncang -
guncang, air mat a meleleh di sela -sela jarinya
yang halus runcing.

631
Sejenak pemuda yang gagah perkasa ini
mendelong. Ingatannya meluncur sepesat panah
mengenangkan semua pertemuan pertama
m e r e ka d u l u . B e t a p a g a d i s i n i d a t a n g b e r s a m a
suhunya yang pendek berkepala gundul itu ke
ke m a h n y a . B e t a p a T a B h o k Hw e s i o d a t a n g
menemuinya untuk memberikan bantuannya
ke p a d a p a s u k a n Y u e h y a n g d i p i m p i n n y a .

B e r ka t a d a n y a d u a o r a n g g u r u d a n m u r i d i n i l a h
m a ka ke m e n a n g a n - k e m e n a n g a n y a n g d i c a p a i n y a
lebih mudah diraih. Satu -persatu pasukan musuh
digempur mundur sampai akhirnya pertempuran
puncak terjadi diantara mereka ket ika pasukan
Yueh telah berhadapan langsung dengan pasukan
induk dari Kerajaan Wu yang dipimpin oleh Wu -
sam-tai-ciang kun yang dibantu banya k orang -
orang pandai itu.

Dan di dalam hubungan sehari -hari dengan gadis


inilah terjalin keakraban di kedua belah pihak.
P e k Ho n g m e m a n g g a d i s c a n t i k y a n g l i n c a h
j e n a ka . D a l a m b e b e r a p a j a m s a j a s e m e n j a k
p e r t e m u a n p er t a m a m er e k a , g a d i s i t u s u d a h t i d a k
malu-malu lag i dan bergaul dengan sikap terbuka,
bebas dan gembira.

632
Bu Kong adalah seorang p emuda yang jarang
s e ka l i b e r g a u l d e n g a n d a r a - d a r a c a n t i k . M a k a
t i d a kl a h m e n g h e r a n k a n j i k a p e r k e n a l a n d e n g a n
g a d i s l i n c a h d a n l i h a i m u r i d T a B h o k Hw e s i o i n i
benar-benar membuat dia merasa gembira sekali.
W a t a k y a n g p o l o s d a n j u j u r d a r i d ar a i n i m e m b u a t
dia terpikat, dan seandain ya saja dia be lum
bertemu dengan Siu Li, agaknya t idak mustahil
ka l a u d i a j a t u h c i n t a k e p a d a g a d i s i n i .

Sayang, hatinya telah terisi oleh wajah jelita


gadis pujaannya. Mana dia dapat membuka diri ?
Pada waktu itu pemuda ini masih be l um
mengetahui bahwa ke kasihnya itu ternyata
merupakan seorang pengkhianat, puteri musuh
besar pasukan Yueh yang sengaja ditanam
sebagai mata-mata oleh pihak lawan.

Semua peristiwa ini satu -persatu terbayang di


ke l o p a k m a t a n y a . D i a p u n b u k a n l a h s e o r a n g y a n g
buta perasaan, maka pemuda inipun tahu betapa
m u r i d T a B h o k Hw e s i o y a n g t e l a h b a n y a k
membantunya itu diam -diam jatuh cinta
ke p a d a n y a . A k a n t e t a p i , k a r e n a p a d a w a k t u i t u
dia sendiri telah mempunyai calon sebagai teman
hidup, bagaimana mungkin d ia harus mene rima
uluran cinta kas ih gadis ini?

633
Tak terasa dia merasa menyesal sekali. Budi gadis
itu terhadap dirinya sudah cukup bes ar, berkali -
ka l i t e l a h m e n o l o n g n y a d a r i b e r b a g a i k e s u k a r a n .
Namun apa yang dapat dia lakukan untuk
membalas kebaikan orang? Dan sekaran g untuk
m e n o l o n g n y a d a r i r a c u n y a n g m e n g er a m d i
tubuhnya, lagi- lagi g adis itu telah berkorban
tanpa menghiraukan diri sendiri.

Je r i h p a y a h n y a t i d a k k e c i l , m a l a h k a l a u
dibandingkan dengan pertolongan -pertolongan
yang lalu, ag aknya pengorbanan ka li ini t idak
ka l a h b e s a r n y a . M u n g k i n b a h k a n l e b i h h e b a t l a g i
ka r e n a sekarang yang d iancam adalah
martabatnya sebagai gadis ba ik -baik. Teringat
betapa untuk menolongnya dara itu telah
m e n g a ku i d i r i s e n d i r i s e b a g a i i s t e r i d i d e p a n S i
Dewa Monyet yang berwatak konyol in i , jantung
Bu Kong berdetak dan mukanya menjadi merah.

Pemuda ini maklum betapa dengan kata -kata itu


gadis ini dapat terancam hinaan orang. Kalau
ke b e t u l a n a d a o r a n g l u a r y a n g t a h u b a h w a a p a
yang dikata kannya tad i adalah suatu kebohongan
besar, bukankah gad is itu a kan direndahkan
orang dan diejek sebagai gadis yang t idak tahu
malu?

634
Ancaman ini tidak ka lah besarnya dengan
ancaman senjata pedang ataupun golok. Dan
b e ka s j e n d e r a l m u d a y a n g t e l a h b e r k a l i - k a l i
menerima kebaikan gadis itu, mana bisa berdiam
diri membiarkan hal ini terjadi? Dia h arus
memberi muka kepada dara itu, dan sa tu -satunya
jalan yang dapat dia lakukan pada sa at itu
a g a kn y a juga ikut - ikutan berbohong,
m e m b e n a r k a n p e n g a ku a n P e k Hong b a h w a g a d i s i n i
memang betul adalah isterinya dan dia adalah
sang suami !

M e s ki p u n B u K o n g m e r a s a b e r a t d a n t e r t e k a n
perasaannya, akan tetapi demi menolong gadis
i t u ke l u a r d a r i a n c a m a n h i n a a n i n i d i a h a r u s
mampu menindas semua kecanggungannya.

Pada saat itu, Si Dewa Monyet yang menari -nari


gembira bersama Si au-ji sedang berkata kepada
m o n y e t n y a i n i , " Ha - h a , S i a u - j i , n a s i b m u s u n g g u h
mujur. Susah payah mencari isteri, tidak tahunya
malah bakal is terimu itu sendiri yang datang
ke m a r i . B u k a n k a h i n i y a n g d i n a m a k a n p e r i b a h a s a
' p u c u k d i c i n t a u l a m t i b a ’ ? Ha - h a - h e h - h e h , m a l a m
ini juga kit a harus rayakan pernikahanmu secara
besar -besaran di atas bukit. Gadis cantik itu
masih single, dan kaupun perjaka tulen, bu kankah
ini cocok sekali ?"

635
Dengan sikap menggelikan kakek itu lalu
memegang kedua tangan Siau -ji dan menari
b e r p u t a r a n s a m b i l t e r k e k e h g e l i . P e k Ho n g t i d a k
berani menjalankan perintahnya, dan ha l itu
hanya berarti bahwa apa yang te lah dikata kannya
tadi adalah bohong bela ka. Ma ka sudah
sepantasnya kalau gad is itu dihu kum. Tentu saja
h u ku m a n n y a a d a l a h d i a y a n g m e m u t u s k a n . A k a n
tetapi mengingat b ahwa gadis itu gagu t idak
dapat berbicara, dan hal ini mengingat dia
ke p a d a p u t e r i n y a y a n g t e w a s d i t a n g a n p e n j a h a t ,
m a ka h u k u m a n k e j i y a n g s e d i a n y a h e n d a k d i a
b e r i ka n d i g a n t i " a n u g e r a h " i s t i m e w a , y a k n i
mengawinkan nona itu de ngan anak muridnya
yang paling c akap ini.

B u ka n ka h m a k s u d n y a i n i b a g u s s e k a l i ? A p a l a g i
ke d u a b e l a h p i h a k a g a k n y a s u d a h s a m a - s a m a
setuju. Siau -ji bercecowetan riang sedangkan
"c a l o n i s t e r i n y a " m e n a n g i s d i d e p a n s a n a . D a n
justeru inilah yang amat menggembira kan hati Si
Dewa Monyet. Kalau dia melihat gadis itu tidak
menangis, tentu dia akan turun tangan
m e m b u n u h n y a . Ha n y a g a d i s b a i k - b a i k s a j a l a h
yang harus mengeluarkan air mata kalau ditawari
ka w i n k a r e n a a i r m a t a y a n g d i k e l u a r k a n n y a i t u
s e b e n a r n y a a d a l a h a i r m a t a " k e b a h a g i a a n ".

636
Dasar manusia gila, maka jalan pikirannyapun
juga tidak waras. Semenjak puterinya diculik dan
dibunuh orang, kakek ini memang terganggu
o t a kn y a d a n b e l a s a n t a h u n h i d u p d e n g a n c a r a
yang tidak normal. Sepak terjangnya memang
tidak sehat, tampak gila-gilaan. Akan tetapi satu
watak baik yang tidak lenyap di d alam dirinya,
y a kn i t i d a k s u k a m e n g g a n g g u o r a n g l a i n . Ha n y a
ka l a u o r a n g l a i n d a t a n g m e n g g a n g g u n y a s a j a l a h
m a ka ka k e k i n i a k a n m e m b a l a s . Ju g a t e r h a d a p
ka u m w a n i t a , k a k e k i n i t i d a k s u k a s e w e n a n g -
wenang.

P e r n a h b e b er a p a w a k t u y a n g l a l u DEWA M o n y e t i n i
turun gunung, mendatangi sebuah dusun di kaki
Pegunungan Ta pie -san. Maksudnya ada lah untuk
mencari anak-anak gad is yang belum bersuami
untuk dijodohkan dengan beberapa orang anak
m u r i d n y a y a n g d i s a y a n g . DIA s u d a h b o s a n m e l i h a t
betapa ana k buahnya selalu melahirkan jenis
monyet melulu. Kakek ini ingin sesuatu yang lain,
yang aneh dan belum ada.

Dia berpikir bahwa apabila seorang anak buahnya


ka w i n d e n g a n s e o r a n g g a d i s , t e n t u a n a k n y a a k a n
istimewa bentuknya. Monyet bu kan akan tetapi
manusia penuh juga bu kan. D an mahlu k aneh

637
y a n g a ka n d a t a n g i n i l a h y a n g k e l a k d a p a t d i s e r a h i
u n t u k m e m i m p i n "r a k y a t "n y a i t u !

A ka n t e t a p i , d a s a r m a n u s i a g i l a , m a n a a d a g a d i s
yang sudi dikawinkan dengan monyetnya? Dusun
itu malah geger dan p ara penduduknya
m e n g a m u k, k a k e k i n i d i k e r o y o k d a n d i h u j a n i
senjata tajam. Si Dewa Monyet merasa marah dan
mendongkol, lalu menghajar orang-orang itu.
Karena marah maksud baiknya ditentang orang,
kakek i n i
l a l u m e r o b o h k a n para p e n d u d u k d u s u n
itu dan menculik lima dara -dara tanggung dibawa
ke markasnya.

Lima orang gadis dusun itu menangis sepanjang


jalan dan meronta -ronta, dan ket ika merek a
sampai di puncak Ang -bhok-san, gadis-gadis
dusun ini malah roboh pingsan saking jijik dan
ngerinya dirubung monyet -monyet besar kecil
yang bercecowetan sambil mencolek s ana -sini
itu!

Namun kakek ini tida k putus asa. Setelah gadis -


gadis itu sadar kembali, diapun lalu membujuk
m e r e ka . D i k a t a k a n n y a b a h w a a p a b i l a m e r e k a
m a u , ke l a k m e r e k a a k a n d i a n g k a t s e b a g a i i b u s u r i
d a n p u t e r a m e r e k a k e l a k d i j a d i k a n "p u t e r a

638
m a h ko t a " ! A k a n t e t a p i s e m u a b u j u k a n i n i t i d a k
mempan dan lima orang gadis itu menolak,
b a h ka n k e t i k a a n a k - a n a k b u a h n y a d e n g a n s i k a p
tidak sabaran lalu melompat maju memeluk dara -
dara itu, lima orang gadis inipun akhirnya jatuh
pingsan lagi.

Ha l i n i t e r j a d i b e r u l a n g - u l a n g s e h i n g g a k a k e k i t u
menjadi gemas dan penasaran sekali. Karena
gadis-gadis itu t idak mau menerima maksud
b a i kn y a , dengan mendongkol diapun lalu
membawa lima orang gadis dusun ini turun
gunung d a n m e n g e mb a l i k a n m e r e k a k e r u m a h
masing-masing.

"K a l i a n bangsa manusia memang sombong -


s ombong d a n t i d a k t a h u d i r i ! " d e m i k i a n o m e l n y a
d e n g a n m u k a g e l a p . "A p a k a h k a l i a n t i d a k i n g a t
siapa nenek moyang kalian dahulu adalah
monyet-monyet pula? Ciss, setelah menjadi
sempurna lalu membelakangi leluhur dan
merendahkan bangsa monyet. Manusia memang
m a kh l u k t i d a k k e n a l b u d i , s e m o g a k a l i a n d i k u t u k
oleh Kauw-ce-thian (raja moayet d alam cerita Sun
Go Kong) dunia akhirat!"

639
D e m i ki a n l a h , d e n g a n m a r a h - m a r a h k a k e k i n i p u n
l a l u ke m b a l i k e A n g - b h o k - s a n d e n g a n m u k a u r i n g -
uringan. Sudah lama dia memendam hasrat ingin
m e m b o p o n g c u c u j e n i s “ u n g g u l ". D a n s a t u -
satunya jalan ialah mengawinkan sa lah satu anak
b u a h n y a d e n g a n m a n u s i a . Ha n y a d a r i p e r k a w i n a n
inilah a kan muncul jenis baru dan menurut
ke p e r c a y a a n n y a , s i r a j a m o n y e t K a u w - c e - t h i a n
p a s t i a ka n m e n j e l m a d i d a l a m t u b u h j a b a n g b a y i
itu.

Tidak tahunya, sampai sekarangpun belum ada


yang mau d ikawin kan. Bangsa manusia ternyata
bangsa yang betul-betul sombong, angkuh dan
menganggap diri sendiri sebag ai ma khluk
t e r t i n g g i d i d u n i a . T i d a k m a u b e r d i r i "s a m a
tinggi" dengan bangs a la in, bahkan mereka itu
sangat merendahkan mahluk -mahluk lain, tidak
ingat betapa bangsa monyet ad alah leluhur
m e r e ka !

B u ka n ka h k a l a u d i h i t u n g - h i t u n g m o n y e t a d a l a h
nenek moyang manusia se karang? Bagaimana
manusia bisa melupakan dan menghina
leluhurnya sendiri? Sungguh manusia mahluk
menyebalkan! Demikian menur ut pendapat kakek
itu. Dia adalah pemuja Kauw -ce-thian, maka
t i d a kl a h m e n g h e r a n k a n j i k a l a u t e r h a d a p b a n g s a

640
monyet kake k ini menghargai lebih dari
sepantasnya. Bahkan menurut pikirannya,
manusia lebih rendah satu tingkat dibandingkan
bangsa monyet karena m ahluk itulah yang mula -
mula muncul di bumi sebelum manusia menjadi
sempurna ujudnya!

Semua pikiran yang malang melintang tidak


ka r u a n i n i l a h y a n g m e n y e b a b k a n d i a t e r a s i n g d a r i
pergaulan. Dan siapa sudi bersahabat dengan
ka ke k g i l a s e m a c a m i n i ? A p a l a g i s i D e w a M o n y e t
sendiri lebih suka bergaul dengan monyet -
monyet itu yang dianggap jauh lebih
menyenangkan daripada manusia yang penuh a kal
busuk dan tipu muslihat.

Bu Kong yang m e n d e ng a r ucapan kakek ini


t e r h a d a p si m o n y e t b e s a r b e r b u l u c o k l a t y a n g
dipanggil Siau-ji dan yang hendak dijodohkan
ke p a d a P e k Ho n g , t e n t u s a j a m er a s a m a r a h d a n
mendongkol sekali. Kakek itu benar -benar kurang
a j ar d a n t i d a k w a r a s o t a k n y a . S i k a p n y a t e r l a l u
amat merendahkan orang. Masa gadis c antik
seperti ini hendak d inikah kan dengan see k or
monyet?

641
M a ka s e b e l u m S i D e w a M o n y e t s e n d i r i t a m b a h
melantur, pemuda ini lalu membentak sambil
m e l o m p a t b e r d i r i , "K a u w - s i a n , b e r a n i k a u o m o n g
seenak perutmu sendiri? Siapa bilang gadis ini
masih single? Dia adalah isteriku, sekali lagi kau
mengeluarkan kata-kat a tidak patut, jangan
s a i a h ka n a k u k a l a u k e p a l a m u k u p e c a h k a n ! "

Si Dewa Monyet tampak terkejut dan menge -


l u a r ka n j e r i t k e r a s , s e k e t i k a s u a r a t a w a n y a
terhenti. Dia memutar tubuh, memandang
pemuda itu dengan matanya yang bulat kecil
ke m e r a h a n , s e j e n a k t e r b e l a l a k d a n t a m p a k
t e r ke j u t , a k a n t e t a p i k e m u d i a n s e g e r a m u k a n y a
berobah dan kakek in i memekik.

"K e r r r! A n a k m u d a b e r m u l u t b e s a r b er n y a l i n a g a !
Dalam keadaanmu yang sudah sepayah ini masih
b e r a n i m e n g a n c a m a k u ? Ho o o , k a l a u t i d a k i n g a t
bahwa sebentar lag i kau akan masuk kubur, tentu
ka u a k a n k u b i k i n m a t i t i d a k h i d u p p u n t i d a k ! "
ka ke k i n i m e m b e n t a k d a n s e k a l i k a k i n y a
bergerak, tiba-tiba tubuhnya telah melayang ke
depan.

P e k Ho n g j u g a t e r k e j u t m e n d e n g a r k a t a - k a t a
pemuda itu, mulutnya mengeluarkan seruan
tertahan dan seketika dia menghentikan

642
tangisnya. Kedua tangannya diturunkan dan
dengan mata basah gadis ini melihat betap a Bu
Kong melangkah maju menyongsong kakek sinting
itu dengan kaki terhuyung -huyung.

"A p a ka u b i l a n g , k a k e k s e t a n ? S i a p a y a n g a k a n
mati? Kau ataukah aku? Agaknya hal ini masih
h a r u s ki t a b u k t i k a n d u l u . D i a a d a l a h i s t e r i k u d a n
ka u t i d a k b o l e h m e r a m p a s n y a b e g i t u s a j a . L a l u i
dulu mayatku baru kau boleh berbuat sesuka
hatimu !" begitu habis mengucapkan kata -
ka t a n y a i n i , B u K o n g t i b a - t i b a m e n u br u k k e d e p a n
dengan kecepatan kilat.

"W e h h h . . . . ! " K a u w - s i a n t e r k e j u t , s a m a s e k a l i
tidak menyangka bahwa pemuda yang dilihatnya
s u d a h ke m a s u k a n r a c u n j a h a t i n i t e r n y a t a m a s i h
mampu m e l a n c a r k a n serangan hebat. Dari angin
ke s i u r n y a s a j a S i D e w a M o n y e t t a m p a k t e r k e j u t
setengah mati dan berteriak heran.

A ka n t e t a p i k a r e n a p e m u d a i t u d a l a m k e a d a a n
s a ki t , m a n a b i s a m e n g h a d a p i k a k e k s i n t i n g i n i ?
S e ka l i m u l u t n y a m e n g e l u a r k a n s u a r a m e n g e j e k ,
segesit kera Si Dewa Monyet melompat ke
samping dan tanpa membalas Bu Kong dib uatnya
r o b o h t e r s u n g k u r m en c i u m t a n a h !

643
"Ha h a - h e h - h e h , a n a k m u d a b e r o t a k u d a n g , a p a
ku b i l a n g t a d i ? T a n p a m e n y e r a n g s e k a l i p u n k a u
pasti akan mampus. Dan kalau engkau nekat,
tenaga sa ktimu akan menghantam diri sendiri dan
dinding ususmu akan pecah berantaka n! Tidak
tahu dari mana kau bisa menelan racun Jit -coa-
tok (Racun Tujuh Ular) yang amat gan as in i? Kalau
saja engkau tidak ikut -ikutan berdusta, aga knya
masih suka a ku menolongmu. Tapi kau telah
melanggar dosa, mana sudi aku membantumu?
Ha n y a k a l a u e n g k a u m e n y a n g k a l p e n g a k u a n m u
t a d i b a r u a k u m a u m e n g a m p u n i m u . Ha y o , t a r i k
ke m b a l i o m o n g a n m u . . . . . ! "

Kiranya di d alam h atinya diam -diam ka kek gila ini


terpengaruh juga oleh kata -kat a Bu Kong tadi.
S e b a g a i m a n a d i k a t a ka n , k a k e k i n i t i d a k s u k a
mengambil wanita yang su dah menjadi isteri
orang, maka tentu saja pengakuan pemuda itu
mengejutkan hatinya. Dia sudah merasa girang
mendapatkan calon mantu seperti gadis ini,
ka r e n a t e n t u k e l a k a n a k n y a i s t i m e w a s e k a l i . A k a n
tetapi, kalau betul gadis itu isteri dari pemuda
yang sudah hampir mati ini, bagaimana dia dapat
tidur tenteram?

T e n t u p er b u a t a n n y a ini a k a n d i h u k u m o l e h K a u w -
ce-thian, Raja monyet itu pembenci kejahatan,

644
paling t i d a k s u k a melihat sikap s ew e n a n g -
wenang dari orang lain. Itulah seb abnya mengapa
ka ke k i n i p u n t i d a k s u k a m engganggu o r a n g .
M e n u r u t k e p e r c a y a a n n y a , mengganggu or a n g
lain tida k a kan diberkahi o leh Kauw -ce-thian, dan
sekali r a j a monyet i t u m a r a h , t e n t u d i a t i d a k
a ka n d i b e r i t a m b a h a n i l h a m u n t u k i l m u - i l m u n y a .

B u K o n g y a n g r o b o h t e r s u n g k ur , t e r k e j u t s e k a l i
mendengar kata-kata kakek itu. Apa yang
d i u c a p ka n S i D e w a M o n y e t i n i t e r n y a t a b e n a r
b e l a ka . B e g i t u d i a m e n g e r a h k a n t e n a g a m e m u k u l ,
tiba-tiba saja perutnya terasa sakit dan nyeri,
seperti dirobek dari dalam. Agaknya kalau dia
n e ka t , d i n d i n g u s u s n y a a k a n p e c a h b e r a n t a k a n
t e r p u ku l b a l i k o l e h t e n a g a l w e e k a n g n y a .

Sungguh hal ini membuat Bu Kong merasa kaget


s e ka l i . K i r a n y a k a k e k i t u b e t u l - b e t u l a h l i o b a t
yang amat liha i. Sekali pandang sudah tahu
b a h w a d i a d i c e k o k i r a c u n Ji t - c o a - t o k y a n g
bersarang di dalam perutn ya.

Pernah dia mendengar tentang keganasan racun


ini, yang konon bekerja secara lambat selama
tujuh hari penuh. Dan pada hari kedelapan, bila
yang bersangkutan tida k mendapatkan obatnya

645
yang tepat, a kan tewas dengan tubuh mengerikan
ka r e n a u r a t - u r a t d a r a h n y a p e c a h d a n d a r i s e m u a
lubang akan keluar darah dengan tujuh warna !

Dia tidak tahu apakah racun yang diminumkan itu


b e n a r r a c u n Ji t c o a - t o k . A k a n t e t a p i , m e n d e n g a r
ucapan Si Dewa Monyet yang tepat ini, mau tak
mau dia agaknya harus percaya juga dan seket ika
ke m a r a h a n m e n g g e l e g a k d i k e p a l a n y a . B e t a p a
ke j i d a n j a h a t n y a C h e n g - g a n S i a n - j i n ! S e b e l u m
dia menghancurkan ka kek iblis itu, masa dia
harus mati terlebih dahulu?

Dengan mengeraskan hatinya pemuda ini lalu


m e l o m p a t b a n g u n . W a j a h n y a b e rw a r n a h i t a m
ke u n g u - u n g u a n , t a m p a k m e n g e r i k a n s e k a l i d a n
matanya merah buas ket ika memandang kakek
g i l a i t u s a m p a i P e k Ho n g s e n d i r i m e n j e r i t
tertahan.

"K a u w - s i a n , p e r d u l i a k u m a t i a t a u t i d a k t e t a p k a u
tidak boleh mengganggu gadis itu. Sekali kau
menghinanya, aku akan menyerangmu mati-
matian dan ka lau aku tewas, rohku akan
m e n g e j a r - n g ej a r m u s a m p a i k e l i a n g k u b u r ! "

Si Dewa Monyet terbelalak, tak teras a dia


m e n j a d i n g e r i j u g a m e nd e n g a r a n c a m a n i n i d a n

646
ka ki n y a m u n d u r s e t i n d a k . “ K a u . . . . . . p e m u d a
dogol, mengapa hendak berlaku nekat? Dia bukan
isterimu dan kaupun bukan suaminya, mengapa
mati-matian berbohong di depanku?"

Sejenak dua pasang mat a beradu pandang, lalu Bu


Kong mengalihkan p andangannya kepada murid
T a B h o k Hw e s i o i n i . D i a h a m p i r m a t i , r a c u n j a h a t
sudah mengeram sela ma beberapa hari. Dan
melihat sikap permusuhan kakek ini kepadanya,
a g a kn y a t i d a k a d a h a r a p a n b a g i n y a u n t u k h i d u p .
B e r ka l i - k a l i Pek Ho n g menolongnya dari
bermacam kesulitan dan belum pernah dia
memberikan sesuatu imbalan jasa yang
memuaskan dan berarti bag i gadis itu. Maka
s e ka r a n g l a h s a a t n y a d i a h a r u s m e m b e r i k a n
sesuatu yang mengesankan.

D i a m e n g e l u a r k a n j e n g e k a n d a r i h i d u n g . "Hu h ,
s i a p a b e r b o h o n g k e p a d a m u ? K a u pe r c a y a a t a u
tidak tentang penga kuan kami, terserah.
Persetan dengan kepercayaanmu itu!"

Si Dewa Monyet naik p itam, dia mendelik dan


h a m p i r s a j a m e n g g er a k k a n t a n g a n n y a m e m u k u l ,
a ka n t e t a p i b e r a d u p a n d a n g d e n g a n s e p a s a n g
mata yang mencorong kemerahan itu, dia
membatalkan niatnya dan mendengus. Pemuda

647
ini berjalan saja sudah terhuyung -huyung akan
roboh, tanpa dia serang sebentar lagi tentu mati
sendiri, buat apa melayani anak muda itu?

Yang membuat dia mendongkol adalah dusta


m e r e ka , t e r a n g m e r e k a b u k a n s u a m i i s t e r i ,
mengapa harus mengaku -aku demikian?

"He , n o n a g a g u ! " t i b a - t i b a k a k e k i n i b e r p a l i n g
d a n b e r t e r i a k k e a r a h P e k Ho n g , "C o b a k a u j a w a b
yang betul. Apakah pemuda ini b e t u l - betul
suamimu? K a l a u benar harap anggukkan kepala
a ka n tetapi kalau tida k cukup gelengkan
ke p a l a m u . Ji k a e n g k a u gadis y a n g b a i k d a n t i d a k
tahu malu, tentu e n g k a u a k a n m e n j a w a b d e n g a n
jujur ! Ha y o , bagaimana jawabmu?"

M u ka P e k Ho n g m e n j a d i m e r a h s e k a l i d a n d i a
melirik ke arah Bu Kong. Kebetulan pada saat
itupun pemuda ini sedang memandangnya dan
sebelum gadis ini menjawab, Bu Kong telah
m e n d a h u l u i n y a s a m b i l t e r t a w a g e t i r , "K a u w - s i a n ,
ka u s u n g g u h t e r l a l u . D i a m e m a n g i s t e r i k u , k e n a p a
harus diulang-ulang lagi? "

648
K a ke k i t u t a m p a k g e m a s . "T u t u p m u l u t m u , a k u
tidak tan ya kepad amu! Di dunia in i lebih ban yak
l a ki - l a ki y a n g t i d a k t a h u m a l u d a r i p a d a k a u m
p e r e m p u a n ! " b en t a k n y a s a m b i l m e l o t o t . "K a l a u
dia memang isterimu, kenapa kusuruh cium suami
sendiri tidak mau? Ia bohong, dan kaupun
pendusta besar!"

Melihat ka kek itu menc ak -mencak marah,


p e m u d a i n i t i b a - t i b a t e r t a w a b e r g e l a k . "Ho n g -
m o i , ke m a r i l a h ! " s e r u n y a d e n g a n s u a r a s e r a k .
"K a u a d a l a h i s t e r i k u y a n g b a i k , m e s k i p u n
sebentar lagi aku mati, a kan tetapi tida k nanti
a ku a k a n m e n g e c e w a k a n d i r i m u . K e s i n i l a h , a k u
hendak memberikan sesuatu....."

P e k Ho n g y a n g s u d a h d a r i t a d i m e r a s a g e l i s a h d a n
t i d a k ka r u a n h a t i n y a , m e l a n g k a h m a j u d e n g a n
ka ki g e m e t a r . D i a t i d a k t a h u a p a y a n g h e n d a k
dibicarakan oleh pemuda itu. Akan tetapi melihat
ke a d a a n o r a n g semak i n gawat, ia cepat
menghampiri.

Diam-diam gadis ini merasa marah sekali kepada


S i D e w a M o n y e t . Ha n y a k a r e n a s e m a t a - m a t a
mematuhi pesan Phoa lojin sajalah maka dia
mandah mendengar semua kata - kata yang
m e n y a ki t k a n d a r i k a k e k y a n g t i d a k w a r a s o t a k n y a

649
ini. Ia telah mengambil keputusan, bahw a jika
pemuda itu tida k tertolong, d ia akan mengadu
jiwa dengan ka kek monyet ini dan mengobrak -
abrik sarangnya!

Setelah nona itu mendekat, dengan langkah


terhuyung pemuda ini menyambut. Denyut di
ke p a l a n y a m e n g h a n t a m b e r t a l u - t a l u , t u b u h n y a
gemetar, kaki tangannya menggigil. Pada saat itu
d i a s u d a h m i r i p o r a n g m a b o k , s emua p e r i s t i w a
yang akhir -akh ir ini dialami berkelebat silih
berganti.

Pertama-tama teringatlah olehnya akan kekasih


sendiri yang berkhianat, lalu f itnah keji yang
m elekat d i t u b u h n y a , k e m u d i a n p e r j u m p a a n n y a
ke m b a l i d e n g a n k e p o n a k a n L i e - t h a i k a m y a n g
sama seka li t idak disangka -sangkan ya itu. Bahkan
yang lebih hebat lagi, ternyata Lie Lan adalah
m u r i d C h e n g - g a n S i a n -jin y a n g m e n c e k o k i r a c u n
Ji t c o a - t o k ! K e a d a a n n y a s u n g g u h m e n g e n a s k a n ,
juga penuh penasaran.

Semuanya ini membuat hatinya sakit bukan main.


K a l a u ke k a s i h s e n d i r i s u d a h b e r k h i a n a t , k a l a u
namanya sudah dirusak orang seperti itu, dan
ka l a u s u h u n y a s e n d i r i j u g a s u d a h m e n c a r i n y a ,

650
apalagi yang harus dipikirkan? Perutnya
b e r g o l a k , n y e r i d a n p e d i h s e p er t i d i t u s u k p i s a u
dari dalam, keadaann ya sudah mencapa i t itik
bahaya dan dia tidak mempunyai harapan lagi.
Apa yang harus dicemaskan ?

Dia t idak takut mati. Kalau Tuhan menghendaki


dia harus mati dengan c ara demikian, membawa
s a ki t h a t i y a n g t a k t e r l a m p i a s k a n , b i a r l a h d i a
t e r i m a . A k a n t e t a p i g a d i s m u r i d T a B h o k Hw e s i o
inilah yang membuat Bu Kong merasa gelis ah dan
cemas. Dia merasa berdosa terhadap gadis ini dan
penyesalan besar menghimpit batinnya.

Dia tahu betapa besar dan murninya cinta kasih


P e k Ho n g t e r h a d a p d i r i n y a . D a n s e k a r a n g d e n g a n
mati-matian gadis itu telah berusaha
menolongnya dari renggutan maut. Seharusnya,
melihat kenyat aan dan mengingat peristiwa -
peristiwa pahit tentang hubungan cint a ka sihnya
dengan puteri Panglima Ok itu, dia harus bisa
membebaskan diri dari Siu L i yang telah
m e n g kh i a n a t i n y a d a n m e n e r i m a u l u r a n c i n t a
ka s i h m u r i d h w e s i o T i b e t i n i .

A ka n t e t a p i e n t a h m e n g a p a , m e s k i p u n d i a m a r a h
dan benci sekali terhadap Siu Li yang telah
mempermainkannya, tetap saja cinta kasih nya

651
yang tertanam dalam -dalam d i hat inya ter hadap
g a d i s i t u t i d a k d a p a t d i c a b u t b e g i t u s a j a . Ha t i n y a
m e m a n g s a k i t , r o b e k d a n b e r d a r a h o l e h semua
perbuatan kekasihnya itu. Namun dia sendiri toh
tidak mampu mengusir bayangan Siu Li dari lubuk
hatinya.

D a n s e ka r a n g , d a l a m s a a t t e r a k h i r i n i d i a m e l i h a t
betapa dia harus menyia -nyia kan cinta ka sih Pek
Ho n g . M e s k i p u n m u l u t n y a m e m b e r i m u k a , a k a n
tetapi hatinya tertutup rapat. Dia tidak mampu
membukanya dan inilah yang membuat Bu Kong
merasa menyesal dan berdosa sekali.

A ka n t e t a p i , p e m u d a i n i t e l a h b e r t e k a d u n t u k
m e l a ku k a n s e s u a t u b a g i g a d i s i t u , s e s u a t u y a n g
dapat dikenang dan dirasa kan se lama hidup.
Sebentar lagi maut a kan menjemputnya dan
sebelum ajal, dia hendak melindungi nama b aik
dara itu dari ejekan orang.

M a ka b e g i t u g a d i s i n i m e n d e k a t i n y a , c e p a t
d i a m e n y a m b a r l e n g a n P e k Ho n g d a n m e n a r i k
gadis itu di belakang tubuhnya. Kemudian dengan
m u ka m e n g e j e k B u K o n g l a l u m e n g h a d a p i S i D e w a
M o n y e t s a m b i l b e r k a t a , "K a u w - s i a n , i s t e r i k u i n i
adalah wanit a terhormat, mana mungkin engkau
dapat menyuruhnya melakukan perbuatan yang

652
tidak sop an? Dia menangis karena melihat aku
berada di ambang maut, dan ia tidak sudi
menjalankan perintahmu adalah karena ia justeru
seorang wanita yang tahu susila ! Nah, apa
maumu? Kalau engkau ingin se kedar bukti dariku,
lihatlah.......!”

Selesai mengucapkan kata - katan ya ini, t iba-tiba


B u K o n g m er a i h p i n g g a n g m u r i d T a Bh o k Hw e s i o
itu dan dengan lembut mengecup kening si dara.

"N a h , s u d a h p e r c a y a k a h e n g k a u , k a k e k s i n t i n g ? "
Bu Kong mengejek Si Dewa Monye t yang
t e r ke s i m a m e n y a k s i k a n h a l i n i . K a k e k i t u m e l i h a t
b e t a p a gadis c a n t i k i t u d i a m s a j a k e t i k a d i c i u m ,
b a h ka n m u k a n y a m e n j a d i m e r a h l a l u k e m b a l i
terisak-isak sedih dan menyembunyikan mu kanya
d i d a d a p e m u d a i n i . Je l a s , d i l i h a t b e g i n i s a j a
terang bahwa apa yang dika takan oleh mereka
adalah benar.

Namun, perasaannya yang t ajam membisiki kakek


ini bahwa apa yang telah dilaku kan muda -mudi
itu tidak sungguh-sungguh. Terdapat
ke c a n g g u n g a n d a n k e r a g u a n d i a n t a r a m a s i n g -
masing pihak. Mes kipun bukti yang dimint a te lah
dipenuhi, tetap saja ka kek yang mau menang
sendiri ini merasa tidak puas.

653
"K a l i a n . . . . . k e p a r a t s e m u a n y a ! K a l i a n b o h o n g ,
ka l i a n o r a n g - o r a n g m u d a y a n g t i d a k t a h u m a l u .
D a n ka u , p e m u d a y a n g m a u m a m p u s , t er n y a t a
ka u p u n b e r m u k a t e b a l ! C i h h , m a n a b i s a k a u
mengelabuhi orang tua seperti diriku ini? Aku
belum percaya kalian tidak jujur, kalian curang !"
ka ke k i t u m e n c a k - m e n c a k d e n g a n m a t a m e n d e l i k ,
sedangkan Siau -ji sendiri yang berada di dekat Si
Dewa Monyet juga mengeluarkan cecowetan
marah. Agaknya mony et inipun juga bisa
d i h i n g g a p i p e r a s a a n " c e m b u r u ", b u k t i n y a , k e t i k a
d i a m e l i h a t P e k Ho n g d i c i u m p e m u d a i t u , k e r a i n i
tampak beringas d an mengamang -amangkan
tinjunya yang kec il kepad a Bu Kong!

T e n t u s a j a p e m ud a i n i n a i k d a r a h . K a l a u s a j a
ke p a l a n y a t i d a k b e r d e n y u t d e n y u t s e p e r t i i t u ,
ka l a u s a j a p e r u t n y a t i d a k t e r a s a s a k i t d a n n y e r i
seperti dirobek-robek dari dalam, tentu tanpa
banyak ca kap lagi dia sudah menerjang kakek gila
i n i . A ka n t e t a p i , d i a m a s i h m e n c o b a m e n a h a n
diri. Makian Si Dewa Monyet yang tepat me ngenai
sasarannya in i membuat mukanya terasa pedas.
Begitulah banyak orang telah mengecamnya.
Pemuda muka tebal alias pemuda tida k t ahu malu
! B u kankah i n i c o c o k s e k a l i d e n g a n k e a d a a n n y a
s e ka r a n g y a n g d i k a b a r k a n o r a n g m e l a k u k a n

654
perjinaan dan perbuatan ti dak senonoh lainnya
lagi?

"He m m , k a l a u b e g i t u a p a m a u m u , k a k e k s e t a n ? "
Bu Kong membentak dengan sinar mata berapi.
K e m a r a h a n y a n g m e m en u h i d a d a n y a m e m b u a t
ke p a l a n y a s e m a k i n h e b a t d i h a n t a m d e n y u t n a d i
yang bertalu -talu, mat anya berkunang -kunang
a ka n t e t a p i s e k u a t t e n a g a d i a m a s i h m e n c o b a
bertahan.

"A ku m e n g h e n d a k i s a k s i ! Y a , a k u m e n g h e n d a k i
s a ks i u n t u k m e n g u a t k a n p e n g a k u a n k a l i a n
berdua. Tidak boleh kalian mengada -ada di sini
untuk membohongi lohu. Bukankah bis a saja
setiap orang saling mengaku sebagai sua mi isteri
ka l a u m e r e k a t e r g o l o n g m a n u s i a - m a n u s i a t i d a k
tahu malu? Dan ka lian tidak boleh bermain -main
di depan lohu. Sudah banyak aku ditipu orang dan
sudah kenyang aku akan t ipu muslihat busuk
m e r e ka . K a l i a n c u r a n g , l o h u t i d a k t e r i m a , h a r u s
a d a s a ks i d i s i n i . K a l a u t i d a k , j a n g a n h a r a p k a l i a n
d a p a t ka b u r s e t e l a h m e m b u a t o n a r d i A n g - b h o k -
san !"

K a ke k i t u m e n c a k - m e n c a k d a n s e p a s a n g m a t a n y a
tampak buas, agaknya s iap menyerang dua orang
muda-mudi ini.

655
B u K o n g m e n j a d i m ar a h s e k a l i . "K a u w - s i a n , k a u
tahu bahwa di sini t idak ada orang lain yang dapat
d i j a d i ka n s a k s i ! B a g a i m a n a k a u m i n t a k a m i
memanggil seseorang untuk menjadi sa ksi?"
pemuda ini membentak gusar.

"A h a , i t u l a h s a l a h m u s e n d i r i ! " k a k e k i t u
m e n j a w a b s e e n a k n y a . "L o h u t i d a k p e r d u l i k a l i a n
bisa atau tidak m endapat kan saks i. Kalau bisa,
itulah nasib sia l lohu, a kan tet api kalau t idak,
itulah bukti kebohongan ka lian. Kenapa waktu
datang ke sin i tida k membawa teman? Masalah
ka l i a n b i s a m e m e n u h i a t a u k a h t i d a k i n i l a h b u k a n
urusan lohu lagi, heh -heh-heh...."

K a ke k i t u t e r t a w a - t a w a m e n g e j e k d a n m u k a n y a
tampak gembira. Agaknya dia merasa berada di
atas angin, ma ka semua kemendongkolan hat i nya
hendak dia tumpahkan kepada murid Mala ikat
Gurun Neraka ini. Gara -gara pemuda itulah maka
m a ks u d h a t i n y a t e r t u n d a - t u n d a . K a l a u t i d a k ,
b u ka n ka h s e j a k t a d i d i a d a p a t m e m b a w a g a d i s i t u
ke p u n c a k ? K a r e n a s i p e m u d a m e n g a k u s e b a g a i
sang suami sedangkan si gadis sendiri mengaku
sebagai isteri inilah maka terpaksa dia berdebat
mulut dahulu.

656
B u K o n g m e n j a d i n a i k p i t a m . "K e p a r a t , k a u s e t a n
tua yang curang!" makinya penuh kemarahan.

"D a n k a u p e m u d a m u k a t e b a l ! " kake k itu


m e m b a l a s s a m b i l t e r ke k e h - k e k e h .

"Ja d i k a u t e t a p t i d a k p e r c a y a k e p a d a p e n g a k u a n
ka m i ? "

"M e m a n g n y a k a l i a n b i s a m e n g e l a b u i l o h u ? He - h e ,
anakmud a , t u a - t u a l o h u i n i s u d a h b a n y a k m a k an
garam p e n g h i d u p a n . M a n a b i s a k a l i a n b e rdusta di
d e p a n l o h u ? A k u m e n g h e nd a k i s a k s i , s e k a r a n g
juga. Kalau engkau dapat memenuhinya, biarlah
lohu t e r i m a k a l a h . Ha - h a h - h e h - h e h . . . . . . ! "

Jelas i n i l a h " v o n i s " s i h a k i m g i l a . T e r a n g d i t e m pat


yang sunyi itu tidak ada manusia lagi selain
mereka bertiga. Dan Si D ew a Monyet
menghendaki pada saat itu juga. Bukankah dia
s e n g a j a m e n g g e n c e t m u d a -mudi i n i u n t u k m e n c a r i
ke m e n a n g a n d i r i s e n d i r i ? B a g a i m a n a t i d a k
membuat orang melua p k emarahannya?

657
A ka n t e t a p i s u n g g u h aneh b i n ajaib! Sebelum Bu
Kong berteriak g u s ar , t i b a - t i b a t e r d e n g a r
b e n t a ka n h a l u s s e o r a n g w a n i t a , "He m m , D e w a
m onyet yang tak tahu diri, b e r a n ikau menghina
Yap-goanswe? Kalau kau berkeras kepala
m enghendaki s a k s i , akulah s a k s i n y a . . . . . ! M e r e k a
b e r d ua b e t u l s u a m i i s t e r i , b e r a n i k a u t i d a k
percaya kepada o m o n g a n k u ? "

Suara ini merdu dan n yaring, tinggi melengking,


d ikeluarkan di t e m p a t s e s u n y i itu d a p a t d i d e n g a r
sampai belasan lie jauhnya. Si Dewa Monyet
t e r ke j u t , m u k a nya b er o b a h d a n s e k e t i k a d i a
memutar tubuh m emandang k e asal suara.
Mulutnya sudah siap untu k melontarkan c aci-
m a ki , a k a n t e t a p i b e g i t u m e l i h at wanita y a n g
berdiri anggun di atas batu karang di tepi tebing
i t u s e ke t i k a w a j a h k a k e k i n i b e r o b a h p u c a t d a n
tubuhnya menggigil.

"S i o c i a . . . . . . ! " k a k e k i t u b e r s e r u k a g e t d a n c e p a t
maju berlutut, sikapnya t iba -tiba tampak
ke t a ku t a n d a n s e m u a k e g a r a n g a n n y a l e n y a p .
Dengan tubuh gemetar ka kek ini membentur -

658
benturkan dahinya di at as tanah berbatu sampai
ku l i t j i d a t n y a l e c e t .

Peristiwa ini benar -benar luar biasa seka li. Si


Dewa Monyet yang tadinya n ampak galak itu
begitu berjumpa dengan wanita berpakaian putih
di atas batu karang ini t iba -tiba saja berobah
seperti tikus yang bertemu dengan seekor kucing.

659
B u K o n g d a n P e k Ho n g j u g a t e r k e j u t s e k a l i
mendengar bentakan merdu itu. Mereka serasa
mengenal suara ini, maka hampir berbareng
ke d u a n y a s e g e r a m e n o l e h d a n . . . . d u a o r a n g i n i
berteriak kaget seperti disambar petir!

"S i u L i . . . . . ! " s a k i n g k a g e t n y a m e l i h a t g a d i s d i a t a s
b a t u ka r a n g i t u , P e k Ho n g m e m e k i k d a n s e k e t i k a
s i ka p p u r a - p u r a n y a s e b a g a i g a d i s g a g u b u y a r
berantakan.

Memang, siapakah yang t idak a kan terkejut


setengah mati menyaksikan kehadiran yang amat
tiba-tiba dari puteri Panglima Ok atau ke kasih
dari Yap Bu Kong ini? Apalagi gadis itu d atang
sebagai saksi dan membenarkan pengakuan
m e r e ka b a h w a m e r e ka b e t u l s u a m i i s t e r i ! S i a p a
y a n g t i d a k te r k e j u t?

Bu Kong sendiri seperti melihat setan di siang


bolong. Mukanya pucat tak berdarah, matanya
terbelalak t anpa berkedip dan pemuda ini
s e a ka n - a k a n t e l a h b e r u b a h m e n j a d i p a t u n g b a t u .
R a s a ka g e t y a n g a m a t s a n g a t m e n g g u n c a n g
hatinya d an bekas jenderal muda itu berdiri
t e r ke s i m a .

660
Ada perasaan girang, cemas, marah, malu dan se -
bagainya lagi yang bercampur aduk tidak karuan.
Kalau saja kehadiran Siu Li tida k di saa t seperti
i t u , d i m a n a d i a b e r s a m a P e k Ho n g t e l a h s a l i n g
m e n g a ku d i h a d a p a n S i D e w a M o n y e t s e b a g a i
suami isteri, aga knya kekaget an pemuda ini t idak
a ka n s e p a r a h i t u .

A ka n t e t a p i , j u s t e r u d a l a m k e a d a a n s e p e r t i i n i l a h
Siu Li muncul ! Bagaimana di a tid ak a kan terkejut
s e ka l i ?

M e n d e n g a r P e k Ho n g m e n y e b u t n a m a n y a g a d i s d i
a t a s b a t u k a r a n g i tu m e n o l e h d a n s e n y u m p a h i t
membayangi wajahnya, Bu Kong melihat betapa
m e s ki p u n g a d i s i t u t e r s e n y u m , n a m u n w a j a h
jelita ini penuh diselimuti mendung gelap,
sepasang matanya sayu dan redup, dan b ibir yang
basah itu agak d itarik seakan sedang merasakan
s u a t u ke n y e r i a n b a t i n y a n g a m a t h e b a t .

" A d i k Ho n g , t e r i m a k a s i h b a h w a k a u m a s i h s u k a
mengenalku. Sungguh aku merasa menyesal
s e ka l i b a h w a k e d a t a n g a n k u s e d i k i t t e r l a m b a t .
Kalau tidak, bu kankah suamimu itu dapat
s e c e p a t n y a d i t o l o n g ? R a c u n Ji t - c o a - t o k m e m a n g
ganas, sekarang empat diantara tujuh racun telah

661
b e ke r j a , k a l a u k i t a t i d a k c e p a t b e r g e r a k ,
b u ka n ka h n y a w a n y a s u k a r d i p e r t a h a n k a n l a g i ? "

D e m i ki a n g a d i s i n i b e r k a t a p e r l a h a n , l a l u t i b a -
tiba dia menoleh ke arah Si Dewa Monyet, dengan
s u a r a b e n g i s m e m b e n t a k , "K a u w - s i a n , b e r a n i k a u
b e r s i ka p k u r a n g a j a r t e r h a d a p Y a p - g o a n s w e
s u a m i i s t e r i ? Ha y o b a n t u m e r e k a d a n c e p a t
s i a p ka n b a h a n - b a h a n o b a t y a n g d i p e r l u k a n ! "

S i ka p yang diperlihatkan g a d i s terhadap SI D e w a


ini
Monyet sungguh a m a t b erlawanan d e n g a n
s i ka p n y a t e r h a d a p P e k Ho n g . T e r h a d a p k a k e k ini
gadis itu seakan-a kan menganggap Si Dewa
Monyet sebagai p e l a y a n n y a , d a n a n e h n y a , kakek
itu sendiri t e r n y a t a tidak berani banyak o m o n g .

Ha n y a k a r e n a m e r a s a p e n a s a r a n d a n t e r k e j u t
melihat betapa gadis yang tadi b e r p u r a - p u r a gagu
itu ternyata dapat berbicara, kake k ini
memprotes.

"A ka n t e t a p i , s i o c i a , m e r e k a i n i . . . . . . . . m e r e k a i n i
t u ka n g b o h o n g ! Buat apa kita menolongnya?

662
B i a r ka n s a j a m e r e k a m e n er i m a hukuman. L o h u
h e n d a k d i t i p u n y a m entah-mentah, m e r e k a b e r d u a
i n i bu ka n o r a n g b a i k - b a i k d a n . . . . "

“Tutup mulutmu!" tiba -tiba Siu L i membentak


dengan sinar mata berapi. "B e r a n i kau
membantah semua perintahku? Beginikah subo
mengajar adat kepadamu? Aku tidak butuh
alasanmu yang t i a d a gunanya i t u . Sekarang, cepat
b a w a Yap g o a n s w e k e a t a s d a n o b a t i d i a sebelum
terlambat !”

Melihat betapa gadis cant ik ini marah seka li, Si


Dewa Monyet menguncup dan tubuhnya gemetar
ke r a s . Cepat kakek itu menjatuhkan diri berlutut
d a n d e n g a n m u k a p u c a t b e r k a t a , "A m p u n
siocia..... ampunkan lohu yang kelepasan bicara.
K a l a u s i o c i a m e n g h e n d a k i d e m i k i a n , mana l o h u
b e r a n i m e m b a n t a h l a g i ? Ha r a p s i o c i a t i d a k
melaporkan kecerewetan lohu kepada tha i-siang,
dan untuk ini biarlah lohu segera membawa
p e m u d a i t u k e p u n c a k. . . . "

Dengan tergopoh -gopoh kakek yang ketakutan ini


lalu menghampiri Bu Kong, maksudnya hendak
membawa pemuda itu ke atas bu kit untuk d iobati.

663
Dia sudah tidak berani banyak cing -cong lagi
melihat murid Mo -i Thai-houw itu marah
ke p a d a n y a . K a l a u s a m p a i g a d i s i n i m e l a p o r
ke p a d a t h a i - s i a n ( s e b u t a n t e r h a d a p M o - i T h a i -
houw), kakek itu t idak berani membayangkan
h u ku m a n a p a y a n g b a k a l d i t e r i m a n y a . N e n e k i t u
t e r ke n a l k e j a m d a n t e l e n g a s , m e m b u n u h o r a n g
lain seperti membunuh semut saja.

Apa yang diperlihat kan kakek ini sungguh


mengherankan. Mengapa dia tampak ketakutan
dan jerih terhadap Mo -i Thai-how? Memang ada
terselip rahasia di sini mengapa sebabnya kakek
b e r m u ka m o n y e t i t u p a l i n g t a k u t t e r h a d a p M o - i
T h a i - h o u w y a n g m e n j a d i s u b o ( g ur u ) d a r i g a d i s
b e r p a ka i a n p u t i h i n i .

Dulu belasan tahun yang lalu, ketika Kauw sian ini


masih muda, kakek itu pernah melaku kan sebuah
d o s a t e r h a d a p M o - i T h a i - h o u w . Pada waktu itu usia
kakek ini k u r a n g l e b i h h a m p i r e m p a t p u l u h t a h u n .
D a n ko n o n m e n u r u t k a t a o r a n g , u s i a s e k i a n b a g i
ka u m l e l a k i a d a l a h "p a n a s - p a n a s n y a ” g a i r a h
be r a h i y a n g k e m b a l i b e r g e j o l a k .

Orang sekarang bilang bahwa itu adalah masa


“puber k e d u a ". E n t a h b e n a r e n t a h t i d a k , y a n g
jelas si Dewa Monyet ini p ada suatu hari bertemu

664
dengan Mo-i Thai-houw yang pada waktu itu juga
masih merupakan wanita muda yang cantik jelita.

P e r j um p a a n n y a d i m u l a i k e t i k a k a k e k i n i s e d a n g
mengaso di atas sebatang pohon raksasa yang
rindang daunnya d alam sebuah hutan. Dan tak
jauh dari pohon ini, sebuah telaga kecil yang
j e r n i h a i r n y a m e ng a l i r d i s i t u . D e m i k i a n
beningnya air ini sehingga dasar telaga tampak
dengan nyata.

Dihembus angin semilir yang demikian lembut


dan sepoi-sepoi basah, Dewa Monyet yang tadi
d u d u k m e l e n g gut d i a t a s d a h a n i t u a k h i r n y a j a t u h
tertidur. Berapa lama dia pulas ka kek itu t idak
tahu. Yang jelas, tiba -tiba telinganya yang tajam
ini mendengar suara air berkecipak.

Tentu saja kakek itu terkejut dan dia mengira


bahwa ada u lar yang sedang berenang di telaga
ke c i l i t u . C e p a t d i a m e m b u k a m a t a d a n a p a y a n g
dilihatnya ? Seorang bidadari sedang mandi
telanjang bulat di dalam air yang amat jernih itu.

665
Sedemikian jernihnya air telaga ini sehingga
segala sesuatunya tampak dengan demikian
jelas!

Bagaimana ka kek itu t idak m encelos hat inya


melihat pemandangan yang luar biasa in i?
Ja n t u n g n y a s e r a s a b e r h e n t i b e r d e t i k , j a k u n n y a
naik turun dan tanpa dia sadari lagi, sepasang
matanya melotot tak berkedip seperti ikan emas.

Dasar lelaki. Sejelek -jeleknya muka ka kek ini toh


d i a b u ka n g o l o n g a n b e t i n a . M a n a h a t i n y a t i d a k
dag-dig-dug sejak semula? Maka pemandangan
yang amat lang ka ini benar -benar tidak
dilewatkannya begitu saja.

Namun sungguh sial, saking asyiknya mengintai


ka ke k i t u s a m p a i t i d a k m e n y a d a r i b e t a p a d a r i
bawah pohon merayap naik sebarisan semut
merah. Semut ini besar -besar, sungutnya p anjang
d a n s i ka p n y a b u a s . B a r i s a n s e m u t m e r a h i n i me m -
bawa seekor bangkai ce cak yang telah kering.

I r i n g - i r i n g a n s e m u t b e r a p i i n i m e n u ju k e a t a s
pohon, dan yang mereka tuju ada lah markas
pusat berupa sebuah lubang dimana semut -semut

666
itu biasan ya menyimpan bahan makanan
cadangan.

Dan cela kanya, justeru lubang tempat pasu kan


semut merah ini berada di bawah kaki Si Dewa
Monyet. Kakek itu tidak tahu betapa kaki nya
menutup lubang yang merupa kan markas pusat
binatang-binatang kecil ini, maka tidaklah aneh
ka l a u s e m u t - s e m u t b e r a p i i t u m e nj a d i m a r a h
ke p a d a p e n g g a n g g u i n i d a n m e r e k a l a l u m e n y e r b u
ka ke k i t u h a b i s - h a b i s a n !

Mula-mula semut yang d i depan sendiri menggigit


ibu jari kakek ini. Akan t etapi, karena yang
m e n g g i g i t b a r u s e e ko r d a n k a k e k i t u s e n d i r i
sedang asyik melahap pemandangan indah di
bawah sana, ma ka kake k in i sea kan t idak
merasakan apa-apa. D ia hanya sedikit berjengit
dan dengan gemas tangannya memencet mampus
s e m u t ku r a n g a j a r i t u .

A ka n t e t a p i , k a k e k i n i t i d a k t a h u b e t a p a s e t e l a h
s e e ko r s e m u t d i p i j a t n y a m a m p u s , s e m u t - s e m u t
yang lain te lah merubung seluruh ka kinya dan
b a g a i ka n p e r a j u r i t - p e r a j u r i t b e r a n i m a t i , r a t u s a n
s e m u t b e rapi i t u m e n g g i g i t s a n a - s i n i s e h i n g g a S i
Dewa Monyet berte riak kesakit an.

667
Inilah kes alahannya pertama. Saking asyiknya
mengintai gratis, kakek ini sudah terlambat untuk
mengetahui bahwa dirinya sudah d iserang
barisan semut merah yang banyak jumlahnya.
Karena kaget dan kesa kitan, ka kek itu menjerit
dan menggaruk sana memencet s ini membunuh
semut-semut berapi ini. Dan hal ini membuat
wanita muda yang sedang mandi di dalam telaga
ke c i l i t u t e r k e j u t b u k a n m a i n .

Cepat wanita in i mendongak dan seket ika


mulutnya berteriak kaget. Melihat betapa
seorang laki-la ki kurang aj ar telah mengintainya
secara cuma-cuma sambil nongkrong di atas
pohon, wanita itu meluap kemarahannya.

S e ka l i m e l e n g k i n g t u b u h n y a y a n g t e l a n j a n g b u l a t
itu melompat dari dalam air ! Si Dewa Monyet
terpesona dan mulutnya celangap, sejenak dia
m e i u p a k a n s e r a n g a n s e m u t - s e m u t me r a h i t u .
Pemandangan ini terlampau luar biasa b aginya
d a n ka r e n a l e n g a h , k a k e k i t u h a r u s m e m b a y a r
mahal. Belasan ekor semut secara serentak
memasuki pipa celananya dan menerobos ke atas.
A kh i r n y a , s e t e l a h b e r h a s i l m e n e m u k a n y a n g
m e r e ka c a r i , s e m u t - s e m u t i n i m e n g g i g i t d a n
ko n t a n k a k e k i t u m e n j e r i t n g e r i .

668
Dan pada saat itu, wanita cantik yang sebenarnya
b u ka n l a i n a d a l a h M o - i T h a i - h o u w a d a n y a , t e l a h
melayang ke atas pohon dan seka li t angannya
bergerak, angin pukulan yang amat dahsyat
menghantam Si Dewa Monyet.

K a ke k i t u terkesiap, tanpa menghiraukan


barangnya diserbu semut ganas, cepat dia
mumbul lebih tinggi. Dia selamat dari serangan
maut itu, akan tetapi dahan yang tadi d ibuatnya
n o n g kr o n g p a t a h d a n r o b o h b e r d e r a k s a m b i l
mengeluarkan suara hiruk pikuk.

Tentu saja kakek ini tercekat. Saking bingung dan


p a n i kn y a , d i a l u p a b a h w a p a d a s a a t i t u d i a s e d a n g
berada di udara. Disangkan ya bahwa dia berada
di atas tanah maka begitu tubuhnya turun
ke m b a l i , l a n g s u n g d i a h e n d a k m e m a s a n g k u d a -
ku d a .

Sial dangkalan! Baru saja dia mencoba menggeser


k aki u n t u k m e m b u a t b h e s i , t a h u - t a h u . . . . . . "b l e s s "
t u b u h n y a t e r u s m e r o s o t t u r un k e b a w a h t a n p a
ampun!

"Ha i i i i . . . . . ? ! ? " k a k e k i n i b e r s e r u k a g e t n a m u n
semuanya sudah terlambat. Karena t idak
menyangka-nyangka a kan kej adian begini, kontan

669
tubuh kakek itu terbanting di atas tanah keras
dengan pantat terlebih dahulu.

"B l u kk. . . . . ! A d u h h h . . . . . . ! " k a k e k i n i m e n j e r i t


ke s a ki t a n d a n s a k i n g k e r a s n y a d i a j a t u h , d i a t i d a k
dapat melompat bangun dengan seketika. Tulang
e ko r n y a b e r t e m u d e n g a n t a n a h k e r a s d a n k o n t a n
pandangan matanya gelap. Keadaan sungguh
runyam baginya, pantat terasa n yeri dan semut -
semut berapi yang tadi memasuki celananya itu
ternyata agaknya kerasan se kali di dalam.

B u kt i n y a , m e r e k a i n i t e r u s m e n g g i g i t s a n a - s i n i

dan tidak mau keluar. Tentu saja kakek ini


ke l a b a k a n , a p a l a g i M o -i T h a i - h o u w y a n g s u d a h
marah sekali itu juga sudah menerjang tiba.

"He i i , n y o n y a . . . . e h , n o n a , p e r l a h a n d u l u . . . . ! A k u
tidak sengaja, aku tidak bersalah! Eiittt......!"
ka ke k itu berkaok-kaok seperti kambing
ke b a ka r a n j e n g g o t d a n d e n g a n g u g u p m e n c o b a
bergulingan menghindarkan diri.

"T i d a k b e r s a l a h a p a n y a ? T i d a k s e n g a j a a p a n y a ?
Je l a s m a t a m u m e l o t o t s e p e r t i i k a n e m a s m a s i h
berani bilang tidak berdosa kepada nonamu, ya?
Keparat jahan am, kau laki-iaki yang pantas

670
mampus......!" wanita muda ini memekik marah
seperti seekor harimau betina dan menghajar
ka ke k i t u .

Karena kepandaian Mo -i Thai-houw memang jauh


lebih tinggi daripada kakek ini, a k h i r n y a Si Dewa
M o n y e t h a r u s m e n g a k u i k e u n g g u l a n lawa n .
Tubuhnya babak-belur dan kulit mukanya pecah -
pecah ditampar orang.

B a r u ka k e k i n i b e n a r - b e n a r m er a s a k a g e t b u k a n
m a i n . S a m a s e k a l i d i a t i d a k m e n g i r a bahwa
wanita muda yang tubuhnya aduhai itu ternyata
s e d e m i k i a n h e b a t k e p a n d a i a n n y a ! K a l a u tahu
begini, mana berani dia tadi mengintai si bidadari
yang ganas in i ?

M a ka s e g e r a t i m b u l p i k i r a n n y a u n t u k k a b u r .
Lawan terlampau kuat baginya, dan jalan paling
aman sementara ini adalah menjalankan jurus
"l a n g ka h k a k i s e r i b u " a l i a s m e r a t !

Begitu berpikir, begi tu ka kek ini mengerjakannya.


K e t i ka w a n i t a m u d a i t u k e m b a l i m e n y e r a n g
dahsyat, t iba-tiba dia berteriak, "He i ,

671
nona...ular...ular telaga menempel di
dadamu....!"

T e r i a ka n i n i d i l a k u k a n d e n g a n a m a t t i b a - t i b a d a n
m i m i k m u k a kakek i t u p u n j u g a t a m p a k s u n g g u h -
s u n g g u h . M o - i T h a i - h o u w t er k e j u t d a n t a n p a
terasa menjerit kecil, seketika serangannya
merandek setengah jalan. Cepat wanita ini
memandang dadanya sendiri d an...... se ketika itu
juga wajahnya menjadi merah padam. Kiranya
ke m a r a h a n y a n g k e l e w a t s a n g a t t e l a h m e m b u a t
dirinya lupa untuk menutupi tubuhnya. Dengan
telanjang bulat begitu saja d ia menyerang orang
mati-matian!

"I h h . . . . . ! " W a n i t a i n i m e m e k i k t e r t a h a n d a n s e k a l i
tubuhnya berkelebat, ia lenyap d i ba lik
ke r i m b u n a n s e m a k b e l u k a r . D i s i t u i a h d i a t a d i
meletakkan pakaiannya, maka cepat sekali
seperti maling ta kut konang an, wanita ini
mengenakan pakaian seb isanya. Karena terlalu
tergesa-gesa, bajunya dia pa kai secara terbalik
dan dengan model aneh ini Mo -i Thai-houw
segera melompat keluar untuk meneruskan
perhitungannya dengan si ka kek la knat.

Tapi sayang Si Dewa Monyet sudah kabur dari


tempat itu. Tentu saja wanita ini menjadi gemas

672
dan marah. Sekali kakinya menotol tanah,
tubuhnya melayang ke puncak sebatang pohon
yang paling tinggi dan dari tempat inilah ia
melayangkan pandang ke segala penjuru.

Dan..... itu dia! Dengan hati berang wanita ini


melihat betapa laki - laki yang tadi menginta inya
secara kurang ajar itu sedang lari terbirit -birit di
sebelah barat. Ginkang Mo -i Thai-houw memang
luar biasa. Tanpa turun lagi di atas tanah, wanit a
ini lalu mengejar ka kek itu dengan cara terbang
di atas pucuk pucuk pohon yang tinggi menjulang
itu!

G e r a ka n n y a s u n g g u h m e n t a k j u b k a n . K a l a u s a j a d i
tempat itu kebetulan ada orang lain yang melihat
ke j a d i a n i n i , t e n t u d i a a k a n m e n g i r a b a h w a y a n g
dilihatnya melayang -layang secepat burung besar
dan meloncat-loncat dari pohon yang s atu ke
pohon yang lain itu bukanlah manusia n amun
sebangsa siluman. Siluman rimba!

Memang luar biasa wanita ini, juga akal yang


d i g u n a ka n n y a m e n u n j u k k a n k e c e r d i k a n o t a k n y a .
Kalau dia mengejar di atas tanah, kemungkinan
jejak Si Dewa Monyet dapat lenyap dengan jalan
menyelinap di semak-semak belukar. Tapi dengan

673
pengejaran dari atas pohon ini membuat
pandangannya ke depan amat leluas a dan tajam.

M a n a ka k e k i t u m a m p u l o l o s d a r i u b e r a n n y a ?
Ja r a k m e r e k a s e m a k i n d e k a t s a j a d a n k e t i k a S i
Dewa Monyet hampir menarik napas lega, tiba -
t i b a d a r i u d a r a m e n y a m b a r t ur u n s e s o s o k
bayangan disusul benta kan nyaring.

"M o n y e t b u r u k , k e m a n a k a u h e n d a k l a r i ? ”

Sungguh seakan terbang semangat ka kek ini.


Sama sekali tida k dikiranya bahwa wanit a c antik
itu sedemikian lihain ya. Kalau sudah begini, apa
lagi yang d apat dikerjakannya? Satu -satunya
jalan ialah ne kat melawan!

"S i l u m a n b e t i n a , s i a p a t a k u t p a d a m u ? K a l a u
e n g ka u m e m a k s a k u m a k a a k u p u n t i d a k a k a n
segan-segan lagi terhadapmu. Lihat
serangan.....!"

Di mulut mengeluarkan teriakan garang akan


tetapi di da lam hati sebenarnya ka kek ini sudah
hampir roboh pingsan. Tadi dia berkali -kali
menerima tamparan wanita itu tanpa dia sempat
mengelak. Gerakan wanita cantik ini teramat

674
c e p a t , b a r u d i a m e n g g er a k k a n p u n d a k u n t u k
mengangkat lengannya menangkis, tahu -tahu
p u ku l a n o r a n g t e l a h t i b a t e r l e b i h d a h u l u .

Bagaimana kakek ini tid ak menjadi gentar? Dan


sesungguhnya tingkat kepanda iannya juga masih
jauh di bawah kepandaian Mo -i Thai-houw.
Apalagi wanita ini sedang dilanda kejengkelan
dan murung karena ditinggal pergi oleh kekasih
pujaan hatinya.

M a ka b e r t e m u d e n g a n m a n u s i a m u k a m o n y e t
yang telah mengintainya ket ika dia sedang as yik
mandi adalah merupakan jalan keluar b agi semua
ke m a r a h a n n y a . D i a t i d a k m a u m e m b e r i a m p u n ,
a ka n t e t a p i M o - i T h a i - h o u w p u n j u g a t i d a k s e g e r a
membunuh kakek ini. Dia hendak menghajar laki -
l a ki i n i s a m p a i s e t e n g a h m a t i b a r u u r u s a n
gampang untuk menurunkan tangan kejam.

Itulah sebabnya meskipun ka kek ini menyerang


lebih dulu, sambil menjengek hina Mo -i Thai-
h o u w t i d a k m e n g e l a k . S e r a n g a n or a n g d i a k e l i t
s e d i ki t t a n p a s u s a h d a n k e d u a k a k i n y a s u d a h
menggeser ke depan dua tinda k. Tangan kiriny a
bergerak, dan yang kanan menyusu l sedetik
k em u d i a n . K a l a u y a n g k i r i m e n e m p e l e n g p e l i p i s

675
ka ke k i t u , a d a l a h y a n g k a n a n m e n e p u k p e r l a h a n
d i p a n g k a l t e n g g o r o k a n . "P l a k - n g u u k k k k ! "

S u a r a ke d u a i n i k e l u a r d a r i m u l u t S i D e w a M o n y e t
seperti kera terjepit, tubuhnya terputar empat
ka l i d a n a k h i r n y a r o b o h t e r l e m p a r k e t i k a s e b u a h
ka ki m e n e n d a n g t e m p u r u n g l u t u t n y a .

"A d u h h . . . . . a m p u n n o n a . . . . . t o b a a t t t . . . . . . m a t i
a ku … ! " k a k e k i t u m e n j e r i t n g e r i d a n t a k u t d i s u s u l
serangan berikutnya, dia lalu menggelundung
p e r g i . N a m u n s e m u a ge r a k a n n y a i n i s i a - s i a
b e l a ka . K e m a n a p u n d i a m e n g h i n d a r , k e s i t u j u g a
Mo-i Thai-houw mengejarnya sambil melancarkan
p u ku l a n p u k u l a n k e r a s .

"K a u t e l a h b e r s i k a p k u r a n g a j a r t e r h a d a p d i r i k u ,
mana aku mau mengampunimu? Mati di tangan
Mo-i Thai-houw bukanlah kematian yang jelek,
ke n a p a kau berteriak-teria k? Terimalah
ini........plakk! D an rasakan yang ini. .....plokk!"

D e m i ki a n b e r k a l i - k a l i k a k e k i t u d i h a j a r j a t u h
bangun. Akhirnya Si Dewa Monyet ini merintih
panjang. Tubuhnya bengkak -bengkak, mu kanya
bengap dan berdarah, membuat wajahnya yang
s u d a h j e l e k i t u s e m a k i n m e n g er i k a n . D a n k a k e k
ini mengeluarkan seruan tertahan ket ika

676
mendengar siapa gerangan wanita cantik
bertangan ganas itu. Kiranya Mo -i Thai-houw!

Tentu saja kejutnya bukan main dan kakek ini


hampir putus asa. Akan tetapi tiba -tiba melintas
sesuatu di otaknya. Wajah yang sudah pucat itu
mendadak bersinar terang. Sebelum Mo -i Thai-
houw m e n a m b a h i pukulannya, kakek itu berseru
ke r a s , "T h a i - h o u w , t a h a n . . . . . . t a h a n d u l u ! " d a n
b a g a i ka n m e n d a p a t s e m a n g a t b a r u , d i a l a l u m e -
lompat bangun dengan amat sigap.

"A p a y a n g h e n d a k k a u k a t a k a n ? " w a n i t a i n i
membentak, namun pukulannya ditunda juga dan
ia memandang kakek itu dengan sinar mata yang
membuat bulu tengkuk lawannya meremang.

"A ku . . . . e h h . . . . . h e n d a k o m o n g s e d i k i t . . . . . e h h . . . . .
harap engkau tidak m arah.... ."

M e l i h a t o r a n g b i c a r a g a g a p b e g i n i M o -i T h a i -
houw menjadi tidak sabar lagi. Sepasang matanya
m e n d e l i k d a n k e m b a l i d i a m e n g h a r d i k , "M a u
omong lekas omong, memangnya kau tidak punya
l i d a h ? Ha y o c e p a t , s e b e l u m n y a w a m o n y e t m u
ku ki r i m k e a k h i r a t ! "

677
T u b u h k a k e k ini m e n g g i g i l d a n d e n g a n s u a r a
t e r b a t a - b a t a d i a p u n l a l u m e n j a w a b , "T h a i - h o u w ,
b u ka n ka h o r a n g m e n j u n j u n g n a m a m u s e b a g a i
seorang lihiap (pendekar wanita) yang selalu
b e r s i ka p a d i l d a n j u j u r ? T a p i k e n a p a t e r h a d a p a k u
ka u b e r t i n d a k t i d a k a d i l b e g i n i . . . . . ? "

"T i d a k a d i l a p a n y a ? M e m a n g n y a k a u t i d a k p u n y a
d o s a ke p a d a k u ? "

"A ka n t e t a p i . . . . . a k a n t e t a p i s e m u a k e l a k u a n k u
itu tidak kusengaja. A ku sudah lama berada di
atas pohon. Kalau aku baru datang, masa
telingamu yang tajam tidak dapat menangkap
g e r a ka n k a k i k u ? A d a l a h s a l a h m u m a k a e n g k a u
tidak meneliti du lu keada an sekit ar dan....."

"K e p a r a t , b e r a n i k a u m a l a h m e n y a l a h - n y a l a h k a n
a ku ? " b e n t a k a n i n i m e m o t o n g u c a p a n k a k e k i t u
dan Dewa Monyet pucat mukanya.

"E h , t i d a k . . . . t i d a k b e g i t u m a k s u d k u ! A k u h e n d a k
bilang bahwa aku terlebih dulu berada di sana
d a n ka r e n a m e n d e n g a r k e c i p a k a i r , k u k i r a a d a
ular menyeberang di tengah telaga. Aku lantas
terbangun dan karena terkejut, aku tidak dapat
menjaga sepasang matak u yang melotot kagum

678
ini. Siapa suruh nona memiliki tubuh seindah itu
dan.... ehh, maaf..... maaf....." karena kaget men -
d e n g a r o m o n g a n s en d i r i y a n g m e l o n c a t b e g i t u
s a j a , ka k e k i n i m u n d u r - m u n d ur k e t a k u t a n d e n g a n
ka ki g e m e t a r .

M u ka M o - i T h a i - h o u w m e n j a d i m e r a h . M e s k i p u n
rasa malu mengusik hatinya, akan tet api pujian
ka ke k i t u m e m b u a t k e m a r a h a n n y a a g a k d i n g i n .
Namun tentu saja hal ini bukan berarti dia mau
mengampuni orang.

"Hm m , b a i k a k u t e r i m a a l a s a n m u i n i . T a p i k e n a p a
ka u b i l a n g a k u t i d a k a d i l ? A p a k a h k a l a u k u b u n u h
mampus laki- laki kotor sepertimu in i terlalu
murah? Atau mungkin kau mint a ag ar matamu itu
ku c o l o k k e l u a r ? B e g i t u k a h . . . . ? ” M o - i T h a i - h o u w
melangkah maju dan Si Dewa Monyet cepat
menggoyang-goyang tangannya.

"T i d a k. . . . t i d a k . . . . t a h a n d u l u ! E n g k a u t i d a k a d i l ,
Thai-houw, dan aku berani sumpah!"

"T i d a k a d i l d a l a m h a l a p a ? " M o - i T h a i - h o u w
membentak dengan pandangan bengis.

679
Dan Dewa Monyet yang jerih setengah mati itu
l a l u m e n j a w a b c e p a t , "K a u t i d a k a d i l k a l a u
membunuhku. Aku tidak mengambil apa -apamu,
tidak mencuri barangmu, kenapa harus dibunuh?
K a l a u ka u m e r a s a d i r u g i k a n a d a l a h k a r e n a a k u
secara tidak sengaja telah melihat... ....melihat
tubuhmu yang mulus. Nah, kalau aku berhutang
dalam hal ini, bukankah membayarnyapun juga
harus setimpal.....?"

"M a k s u d m u . . . . . ? " m a t a w a n i t a m u d a i n i b e r s i n a r -
sinar.

"M a ks u d k u . . . . . . m a k s u d k u b e g i n i . . . . . . . " d e n g a n
cepat kake k itupun lalu mencopoti semua
p a ka i a n n y a d a n s e j e n a k k e m u d i a n d i a p u n t e l a h
berdiri bugil di depan Mo - i Thai-houw, persis
penari striptease di panggung terbuka!

dan
"S e t a n . . . . . . ! " w a n i t a i n i m e n g u m p a t j e n g a h
mu ka n y a m e l e n g o s m e r a h . S a m a s e k a l i tidak
d i s a n g ka n y a b a h w a l a k i - l a k i i t u a k a n melakukan
perbuatan ini. Dan siapa yang sudi memandang
tubuhnya? Ia bah kan merasa mua k namun juga
tidak mampu be rbuat sesuatu.

680
M e s ki p u n k o n y o l c a r a o r a n g , a k a n t e t a p i k a t a -
ka t a n y a t a d i m a s u k akal juga. K a k e k i t u t e l a h
membayar lunas hutangnya secara adil. Mau apa
lagi? Ha n y a b e d a n y a , k a l a u l a k i -laki k u r a n g ajar i n i
telah melahap tubuhnya dengan pandangan
ke l a p a r a n , a d a l a h d i a y a n g sama s e k a l i t i d a k sudi
memandang tubuh laki laki itu. Dan hal ini
bukanlah k e s a l a h a n Si Dewa Monyet.

"B a g a i m a n a . . . . . . . bagaimana Thai -houw..... .?


B u ka n ka h t u b u h k u j u g a c u k u p s i i p p . . . . . . ? "

"S i p a p a n y a ? S i p h i d u n g m u i t u ! ” w a n i t a ini
membentak akan tetap i suaranya sudah tidak
s e g a l a k t a d i . "S i a p a s u k a m e m a n d a n g tubuh
s e p e r t i t e n g k o rak b e g i n i ? Ha y o c e p a t k e n a k a n
p a ka i a n m u i t u . K a l a u t i d a k , a k u b e n a r - b e n a r
t idak a k a n m e n g a m p u n i m u lagi !"

K a ke k i t u t a m p a k g i r a n g d a n d e n g a n w a j a h
gembira dia lalu mengenakan kembali
p a ka i a n n y a . K i r a n y a a k a l n y a i n i j i t u s e k a l i , a k a n
t e t a p i yang a m a t d i s a y a n g k a n , m e n g a p a b a r u
timbul setelah badannya babak bundas?

681
B u ka n ka h k a l a u s e j a k s e m u l a d i a m e n g g u n a k a n
a ka l n y a i n i t u b u h n y a t i d a k a k a n d i h a j a r o r a n g ?

Namun melihat perobahan in i saja d ia sudah


menjadi girang. Kata -kata wanita itu sudah lunak,
dan harapan hidup bag inya terbuka kembali. Dan
setelah mereka kembali berhadapan, Mo -i Thai-
houw benar -benar tidak membunuh kakek ini.
N a m u n , s e b a g a i "b u n g a "n y a i a m e n g h u k u m k a k e k
itu untuk melayani segala keperluannya selama
lima tahun. Si Dewa Monyet dijadikan jongos!

Tentu saja kakek ini mendongkol sekali. Tapi apa


yang dapat d i l a k u k a n n y a ? M a k a d e n g a n
menyengir pahit diapun mematuhi saja orang
p unya p e r i n t a h . D a n s e l a m a l i m a t a h u n i n i k a k e k
itu mengalami bermacam p er i s t i w a yang
sungguh-sungguh tidak dapat dilupa kannya.

Mo-i Thai-houw ternyata merupakan wanita


galak dan s angat cerewet sekali. Bangun tidur ha -
rus disediakan air hangat yang suam -suam kuku.
Terlalu dingin t idak mau dan kalau terlalu panas
malah disiramkan kepada tubuhnya! Sungguh
c e l a ka . D a n s e p a t u n y a h a r u s t i a p p a g i d i a l a p ,
piring-piring kotor harus dia yang mencuci dan
dalam hal makan saja wanita itu cerewetnya

682
b u ka n m a i n . A d a k a l a n y a b i l a n g t e r l a l u a s i n , d i
lain saat bilang kurang cabe dan di saat lain lagi
bilang terlalu banya k ku ah sehingga seperti
minum air di pecomberan!

Semuanya serba susah, semuanya serba mem buat


kh e ki . S a k i n g t a k t a h a n k a k e k i n i p a d a s u a t u
malam mencoba untuk kabur. Akan tetapi bar u
s a j a dia t i b a d i l u a r p i n t u , b a y a n g a n M o - i T h a i -
houw telah berdiri di bawah sebatang pohon,
mendelik dengan sinar mengancam kepadanya!

Apa lagi yang berani dila kukann ya? Paling -paling


ke m b a l i n g e l o y o r ke k a m a r d a n p ur a -pura n g o r o k
s e p e r t i ayam b i a n g k e t e m u e l a n g . P e nd e k n y a ,
ka ke k i n i b e n a r - b e n a r "d i g e n c e t " o l e h M o - i T h a i -
houw habis-habisan. Sudah sikapnya cerewet
juga selama lima tahun itu sepeserpun wanita ini
tidak pernah keluar duit! Semuanya diurus
"p e l a y a n n y a " y a n g l u g u i n i .

U a n g h a b i s ? C u r i s a j a d i r u m a h s e or a n g
hartawan! Pakaian sudah kumal? Curi saja d i toko
cita seorang juragan kain!

Mo-i Thai-houw benar -benar seperti ratu tanpa


m a h ko t a . S e m u a n y a m i n t a g a m p a n g d a n e n a k .

683
B a g a i m a n a D e w a M o n y e t i n i t i d a k "m a k a n a t i "?
D a n y a n g amat m e n g g a n g g u p e r a s a a n l a k i - l a k i i n i
adalah nafsu berahinya. Semenjak pertama kali
m e n y a ks i k a n t u b u h m u l u s M o - i T h a i - h o u w d i
t e l a g a ke c i l i t u , j a n t u n g kakek i n i s e l a l u b e r d e b a r -
debar.

Pada suatu hari mereka tiba di sebuah kota. Tidak


begitu besar kota ini, a kan tetapi segala
sesuatunya cu kup leng kap. Rumah -rumah makan
ada, losmen-losmen besar kec il juga ad a. Bahkan,
seperti juga kota -kota lainnya, kota inipun
m e m p u n y a i s e b u a h "r u m a h k e m b a n g " y a n g
menyimpan bunga-bunga indah di dalamnya.

Mo-i Thai-houw ternyata paling lama tingga l di


ko t a i n i . K a k e k i t u t i d a k t a h u a p a y a n g s e d a n g
d i ke r j a k a n w a n i t a i t u , a k a n t e t a p i y a n g j e l a s
adalah bahwa dia mempunyai kesempatan bagus
pula di tempat ini.

K e t i ka p a d a s u a t u h a r i M o - i T h a i h o u w
menyuruhnya berbelanja cita di toko ka in, kakek
inipun lalu mempergunakan kesempatan itu
untuk mendatangi s i rumah kembang alias s arang
p e l a c u r ! D i t e m p a t i n i l a h d i a "j a j a n " d a n a k h i r n y a
ke c a n t o l s e k u n t u m k e m b a n g h a r u m y a n g t e r p i k a t

684
oleh duitnya yang banya k. Tentu saja pelacur itu
tidak mengetahui bahwa uang ya ng diperoleh
ka ke k i n i d i d a p a t d a r i m e n c u r i d i s e b u a h r u m a h
gedung hartawan yang tadi siang dibeli kainnya
itu!

Begitulah. Main punya main akhirnya kakek ini


jatuh cinta kepada pelacur itu yang dianggapnya
c u ku p "a s o o y ", t i d a k k a l a h d e n g a n M o - i T h a i -
houw yang galak! Dan dari hubungan in i tanpa
dapat mereka cegah tiba -tiba si wanit a bunting!
Sungguh kejadian ini ada lah peristiwa yang agak
l u a r b i a s a . Ja r a n g a d a p e l a c u r y a n g d a p a t h a m i l
digauli oleh kaum hidung belang. Akan tetapi
nyatanya keada an yang menimp a dua insan ini
memang begitu.

Tentu saja si wanita kelabakan. Akan tetapi Si


Dewa Monyet malah bergembira. Kebetulan
bahwa pada waktu itu hukuman yang diberikan
oleh Mo-i Thai-houw hampir habis. Sebentar lagi
dia bebas dan secara kebetulan pula dia akan
punya anak!

Siapa tidak akan g irang? Maka beberapa bulan


ke m u d i a n p u n l a h i r l a h a n a k p e r e m p u a n y a n g
d i ka n d u n g s i b e k a s p e l a c u r . M a l a n g , k a r e n a
ke h a b i s a n d a r a h m a k a w a n i t a i n i m e n i n g g a l . S i

685
Dewa Monyet kerepotan mengasuh anak
perempuannya yang kec il. Akan tet a pi dengan
pertolongan ibu -ibu dusun yang juga sedang
menyusui anakn ya, d apatlah umur anak
perempuan kakek itu diperpanjang.

Setahun, dua tahun, semuanya berjalan dengan


cepat. Si Dewa Monyet mulai kecut hat inya
melihat sesuatu yang tidak beres pada anaknya
ini. Dan setelah ditunggu sampai lima tahun,
harapan kakek itu habis. Kenapa? Karena anak
perempuannya ini tidak bis a bicara. Gagu!

Oo, sialan! Agaknya karena ibunya dulu se orang


pelacur maka tubuhnya mengandung penyakit
ko t o r . D a n k i n i a k i b a t d a r i p e n y a k i t k o t o r n y a i t u
menimpa anak mereka sendiri yang t idak
berdosa! Dan lebih celaka lagi, ketika anak
perempuan itu menjelang remaja, datang
segeromboian p e r a m po k yang mengganggu
ke t e n a n g a n h i d u p a y a h d a n a n a k i n i . S i k e p a l a
rampok hendak memperkosa a nak perempuan itu
dan terjadi perkelahian sengit.

Dan di dalam pertempuran itulah maka anak


tunggal kakek ini tewas. Memang betul akhirnya
para perampok itupun dapat dibinasakan semua,
a ka n t e t a p i k a l a u a n a k n y a s e n d i r i j u g a m e n j a d i

686
ko r b a n , l a l u a p a g u n a n y a b a g i k a k e k i n i ?
Semenjak itu juga pikiran Si Dewa Monyet tidak
ka r u a n . U r a t s y a r a f n y a t e r g u n c a n g d a n a k h i r n y a
jadilah dia manusia setengah gila. Rumahnya
ditinggal d an kakek ini la lu merantau dan
a kh i r n y a b e r t e m p a t d i A n g - b h o k - s a n b e r s a m a
monyet-monyet yang banyak terdapat di situ.

D e m i ki a n l a h s e d i k i t k e t e r a n g a n m e n g a p a k a k e k
ini amat takut dan jerih terhadap Mo -i Thai-
houw. Dia sudah kenyang menerima ha l -hal pahit
dari wanita itu, maka diapun selalu berhati -hati
agar tidak membuat marah Mo -i Thai-houw.
Karena lama tak turun gunung, kake k ini t idak
tahu betapa Mo -i Thai-houw sebenarnya sudah
meninggal.

Melihat ka kek itu hendak memanggul Yap -


g o a n s w e , m u l a - m u l a P e k Ho n g m e r a s a w a s - w a s
d a n ku r a n g p e r c a y a . A p a l a g i k a r e n a y a n g
menyuruh kakek itu adalah Siu Li. G adis ini adalah
musuh, bagaimana dia bisa mempercayai semua
o m o n g a n n y a ? Y a p B u K o n g s e n d ir i s u d a h r o b o h
pingsan, tak dapat ia tan yai pendapatnya.
P e r t e m u a n m en d a d a k d e n g a n p u t e r i P a n g l i m a O k
dari Kerajaan Wu itu membuat pemuda ini kaget
s e ka l i . A p a l a g i k e a d a a n n y a j u g a g a w a t k a r e n a

687
r a c u n Ji t - c o a - t o k t e l a h m u l a i b e k e r j a . B a g a i m a n a
dia tahan?

S e m e n t a r a P e k Ho n g r a g u -r a g u , S i u L i m e l a y a n g
t u r u n d a r i a t a s b a t u k a r a n g d a n be r k a t a k e p a d a
g a d i s i n i d e n g a n s u a r a l i r i h , "A d i k Ho n g ,
semuanya sudah terjadi dan tidak pe rlu kita
bingung. Kauw -sian telah kuperintahkan untuk
menolong.....suamimu itu d an kut anggung dia
a ka n s e m b u h . K a l i a n m e m a n g p a s a n g a n y a n g
serasi dan semoga dapat hidup berbahagia.
Selamat tinggal.....!"

Begitu selesai mengucapkan kata -kat anya, gadis


ini lalu membalikkan tubuh dan meloncat pergi.
S e j e n a k P e k Ho n g t er t e g u n b i n g u n g . Y a p - g o a n s w e
sudah dibawa Si Dewa Monyet yang terbang ke
atas punca k dengan kecep atan lu ar biasa.
Sebenarnya dia ingin mengikuti kake k itu
secepatnya agar mengetahui apakah betul -betul
Si Dewa Monyet berusaha mengobati Bu Kong.

A ka n t e t a p i , p e r j u m p a a n n y a s e c a r a t i b a - t i b a
dengan Siu Li inipun juga merupakan suatu
ke b e t u l a n b a g i n y a . D i a s e d a n g m e n c a r i - c a r i g a d i s
ini untuk dimintai pertanggungan jawabnya, dan
s e ka r a n g s e c a r a t a k s e n g a j a d i a m e n e m u k a n n y a .

688
M a ka t e n t u s a j a P e k Ho n g t i d a k m a u m e l e p a s k a n
ke s e m p a t a n b a g u s i t u .

"E h , t u n g g u d u l u . . . . ! " g a d i s i t u m e m b e n t a k .
"Ja n g a n l a r i s e b e l u m s e m u a n y a b e r e s ! "

Siu Li menghentikan lang kahnya, memutar tubuh


p e r l a h a n - l a h a n d a n P e k Ho n g t e r k e j u t m e l i h a t
b e t a p a s e p a s a n g m a t a g a d i s i n i b a s a h . "A p a y a n g
h e n d a k k a u k a t a k a n , a d i k Ho n g ? A p a y a n g b e l u m
beres.....?" dengan menahan isak gad is itu
bertanya.

"K a u . . . . k a u . . . . g a d i s s i l u m a n , a k a l a p a y a n g
sedang kaujalankan in i? Kaukira aku percaya
begitu saja akan semua t ipu muslihatmu yang
b u s u k i n i ? C i h h , p u r a - p u r a me l a k u k a n p e r b u a t a n
baik tapi di dalamnya tersembunyi maksud kotor!
Kau tidak boleh pergi dari s ini dan semua
perhitungan di antara kita harus segera
dibereskan !”

"P e r h i t u n g a n d i a n t a r a k i t a ? A p a m a k s u d m u ,
Ho n g m o i ? " S i u L i t e r b e l a l a k m a t a n y a .

"He m m , j a n g a n b e r p u r a - p ur a t i d a k t a h u ! " P e k
Ho n g m e m b e n t a k . "K e l a k u a n m u y a n g c u r a n g

689
ke t i ka b e r a d a d i k e m a h p a s u k a n Y u e h c u k u p
untuk membuat siap apun turun tangan
menghukummu. Kau siluman betina yang banyak
a ka l , p u r a - p u r a m e m b a n t u Y a p - g o a n s w e p a d a h a l
menyelundup sebagai mata -mata Wu-sam-tai
c i a n g ku n . B e r a n i k a u m e n y a n g k a l i n i ? D a n
ka u . . . . ka u m e m p e r m a i n k a n p e r a s a a n p e m u d a i t u
secara keji, membuat pemuda itu hampir gila dan
ini semua masih d itambah dengan kejahatan -
ke j a h a t a n y a n g d i l a k u k a n o l e h a y a h m u t e r h a d a p
Yap-goanswe! Kalian ayah beranak semuanya
manusia busuk, gudang penyimpan sampah kotor
yang amat menjijikkan !"

Tubuh Siu Li menggigil, sedetik sinar matanya


mengeluarkan sinar berapi ketika mendengar
u c a p a n P e k Ho n g y a n g p e r t a m a , a k a n t e t a p i
setelah gadis itu melanjutkan dengan kalimat -
ka l i m a t b e r i k u t n y a , p u t e r i O k c i a n g k u n i n i
mengeluarkan keluhan tertahan. Badannya
limbung dan dengan suara tersendat -sendat gadis
ini merintih.

"A d i k Ho n g , j a n g a n k a t a k a n i t u . . . . . . . j a n g a n
ka t a k a n i t u . . . . . . a k u m e m a n g b e r d o s a k e p a d a n y a ,
a ka n t e t a p i s e m u a n y a a t a s p e r i n t a h o r a n g t u a .
A d u h , Ho n g - m o i , j a n g a n m e n g o r e k - n g o r e k s e m u a
ke l a ku a n k u dulu.... aku menyesal..... aku

690
menyesal seka li dan itu lah sebabn ya mengapa
a ku r e l a m e lepaskan d i a k e p a d a m u . A d i k Ho n g ,
b i a r ka n a k u p e r g i , a k u t i d a k a k a n m e n g g a n g g u
ka l i a n , b a h k a n a k u a k a n b e r u s a h a m e n e b u s
semua dosa-dosaku terhadap Yap -goanswe.
Ja n g a n m e n i k a m p e r a s a a n k u d e n g a n k a t a - k a t a
m e n u s u k l a g i , Ho n g - m o i , k a r e n a s e s u n g g u h n y a
selama in ipun aku menderita sekali. Kau t idak
tahu semua perasaanku sela ma ini..... " dan gadis
itu tiba-tib a menangis dengan air mata
bercucuran.

"He m m , b i s a j u g a e n g k a u m e n a n g i s , y a ? S u n g g u h
t i d a k ku k i r a , " P e k Ho n g m e n g e j e k d e n g a n s e n y u m
s i n i s ka r e n a m a n a i a m a u p e r c a y a k e p a d a t a n g i s
gadis ini? Murid mendiang Mo -i Thai-houw itu
adalah iblis betina yang banyak akal, maka t idak
mengherankan jikalau air mata yang dikeluarkan
ka l i i n i h a n y a m e r u p a k a n a i r m a t a b u a y a !

Siu Li tidak menghiraukan ejekan ini bahkan gadis


i t u l a l u m e n a n g i s t e r s e d u - s e d u . S e s u n gg u h n y a l a h
apa yang dikata kannya tadi benar bela ka. Be tapa
semenjak melaksana kan perintah ayahnya, di
dalam hati gadis ini sebenarnya sudah terdapat
perasaan menentang. Apalagi setelah kisah
cintanya dengan jenderal muda itu, ha ti gad is ini
tidak karuan rasa. Di satu piha k dia harus

691
b e r b a kt i t e r h a d a p o r a n g t u a , a k a n t e t a p i d i p i h a k
lain dia mengkhianati c inta kas ih yang terjalin
diantara dirinya dengan Yap Bu Kong.

P e k Ho n g m e n g i r a b a h w a c i n t a k a s i h y a n g
d i p e r l i h a t k a n S i u L i k e p a d a Je n d e r a l M u d a Y a p i t u
adalah cint a kas ih murahan. Gadis ini tid ak tahu
betapa semenjak pertengkarannya dengan Kui
Lun yang mengat akan cinta ka sih Siu Li seperti
cinta monyet, di dalam hati puteri Panglima Ok
ini telah terdapat suatu te kad untuk
menunjukkan kepada orang lain, terutama sekali
ke p a d a k a k a k n y a i t u , b a h w a c i n t a k a s i h n y a
terhadap Yap -goanswe bukanlah c inta kasih b iasa
saja, bukan sekedar cint a monyet!

Itulah sebabnya di dalam jilid terakhir dalam


c e r i t a "Ha n c u r n y a S e b u a h K e r a j a a n ", g a d i s i n i
telah berani ma ti menentang keputusan orang
tuanya yang hendak membunuh Bu Kong. Dengan
tidak mengenal takut terhadap setan maupun
iblis, gadis in i terang -terangan berbalik sikap,
menentang orang tua sendiri. Bahkan hebatnya,
didengar telinga para pasukan yang ribuan
jumlahnya, puteri Ok -c iangkun ini terang -
terangan menyatakan cinta kasihnya terhadap
Yap-goanswe !

692
Dan semenjak saat itulah, melihat betapa
ayahnya berteman dengan orang -orang jahat
seperti Ang-i Lo-mo dan lain-lain, di dalam hati
gadis ini timbul rasa tidak sukanya. Apalagi
s e t e l a h s u b o n y a t e w a s , h a t i g a d i s ini m e n j a d i
tawar. Ia melihat bahwa ayahnya tid ak segan -
s e g a n u n t u k m e l a k u k a n tipu m u s l i h a t b u s u k
apapun untuk menjatuhkan lawan, dan semua
s i ka p a y a h n y a a k h i r - a k h i r i n i t e l a h d i k e t a h u i n y a
dengan baik.

T e n t u s a j a p e r a s a a n g a d i s i n i a m a t tertekan
s e ka l i . B a t i n n y a t e r p u k u l d a n k e k e c e w a a n y a n g
amat sangat membuat ia marah se kali terhadap
ayahnya itu. Akan tetap i, pada jaman itu kata -
ka t a "h a u w " ( b a k t i ) a m a t d i t a k u t i g e n e r a s i m u d a .

Itulah sebabnya gadis ini la lu tida k bis a berkutik


sama sekali. D an p uncak dari kemarahan serta
ke ke c e w a a n n y a t i b a ke t i k a i a m e n g e t a h u i b e t a p a
ayahnya serta dua orang Panglima Wu yang lain
b e r s e ko n g k o l d e n g a n m u r i d m e n d i a n g A n g - i L o -mo
untuk menjatuhkan fitnah busuk terhadap kekasihnya!

Pouw Kwi (yaitu murid Ang-I Lo-mo itu), lalu menyamar sebagai Yap-
goanswe dan menjatuhkan fitnah keji dengan jalan melakukan

693
perjinaan di istana Yueh bersama Bwee Li yang menganggap pemuda
ini sebagai Bu Kong. Akal muslihat yang amat culas ini benar-benar
membuat Siu Li seketika sadar betapa ayahnya bukanlah orang yang
baik. Ayahnya ternyata jahat sekali, dan gadis ini benar-benar kecewa
bukan main. Sambil menangis tersedu-sedu, gadis itu lalu meninggalkan
gedung ayahnya dan berdiam di Lembah Bambu Kuning bersama
kakaknya yang diam-diam juga merasa kecewa terhadap sepak terjang
ayahnya ini.

Memang betul Mo-I Thai-houw bukan orang yang tidak kejam. Akan
tetapi mendiang nenek itu selalu menanamkan rasa kegagahan dan
pantang sekali melakukan perbuatan-perbuatan curang dan pengecut.
Didikan ini tentu saja amat berlawanan dengan watak ayah mereka, dan
demikianlah, dua orang muda-mudi itu lalu meninggalkan gedung ayah
mereka dan tidak mau membantu orang tua mereka lagi.

Apalagi ketika mereka ini mengetahui kehadiran Cheng-gan Sian-jin


bersama murid perempuannya itu, dua orang muda ini menjadi
semakin prihatin sekali. Dan Siu Li melihat betapa Yap-goanswe
sebenarnya berada di pihak yang benar.

Ha l i n i m e m b u a t r a s a s e s a l d a n b e r d o s a n y a
terhadap pemuda itu semakin besar saja.
Batinnya terhimpit sekali dan ke kecewaan demi
ke ke c e w a a n y a n g d i a l a m i n y a m e m b u a t g a d i s
cantik ini menjadi d ingin terhadap semua
persoalan.

694
Ha n y a s a t u k e i n g i n a n n y a y a n g t i d a k d a p a t
dihapus, yakni keinginan untu k suatu ket ika
m embayar s e m u a d o s a - d o s a n y a t e r h a d a p Y a p B u
K o n g . T e r i n g a t k e p a d a p e m u d a yang g a g a h
p e r ka s a i t u s e l a l u S i u L i m e n a n g i s s e d i h . C i n t a
ka s i h n y a s e m a k i n m e n d a l a m d a n i a m e r a s a
betapa ia membikin susah yang tidak sed ikit
terhadap pemuda itu.

Namun, apa yang d apat d ilaku kannya? Peristiwa -


peristiwa dahulu tentu membuat beka s jende ral
muda itu membencinya. I a tidak berani
menghadapi hal ini. Bukan karena takut
menghadapi kemarahan pemuda itu, melainkan
t a ku t akan bayangan dosa yang telah
d i l a ku k a n n y a .

Itulah sebabnya ket ika d iketahuinya bahwa murid


T a B h o k Hw e s i o i n i t e r n y a t a m e n c i n t a i B u K o n g ,
dengan penuh kesadaran dan ikhlas yang besar
g a d i s i t u r e l a m e n g u n d ur k a n d i r i . D i a o r a n g h i n a ,
mana sanggup disejajarkan dengan Yap -goanswe
y a n g g a g a h p e r k a s a i t u ? M u r i d T a B h o k Hw e s i o
inilah yang memang serasi menjadi isteri pemuda
itu.

695
D e m i ki a n l a h , d i h i m p i t r a s a s a l a h y a n g t i a d a
habisnya, g adis ini rela menghancurkan diri
s e n d i r i d a n m e n d e n g a r s em u a k a t a - k a t a P e k Ho n g
yang amat tajam itu, dia sama sekali tid ak marah.
B u ka n ka h m e m a n g b e g i t u k e n y a t a a n n y a ? S e m u a
orang telah mencapnya sebagai gadis yang tidak
tahu malu, apalagi bagi Yap -goanswe sendiri,
tentu lebih hebat makiann ya.

Siu Li masih menangis tersedu -sedu ketika Pek


Ho n g t i b a - t i b a b e r t a n y a k e p a d a n y a , “ E h , e n c i
yang manis, kau t adi bilang bahwa kau merasa
menyesal seka li. Tida k tahu, apakah kat a -kat amu
itu benar ataukah han ya basa -b asi saja?"

G a d i s i n i m e n g a n g ka t m u k a n y a y a n g p u c a t ,
d e n g a n s u a r a g e m e t a r b a l i k b e r t a n y a , "A d i k
Ho n g , a p a m a k s u d m u ? A p a k a h k a u t i d a k p e r c a y a
a ka n apa yang telah kuucapkan? Rasa
penyesalanku ter hadap Yap-goanswe setinggi
gunung sedalam lautan, masa aku berpura -
pura.....?"

"He m , b e g i t u k a h ? " P e k Ho n g m e n g e j e k . "K a l a u


betul kata- katamu ini, kenapa kau t idak
menghukum semua kesalahan -kesa lahanmu?"

696
Siu Li terbelala k, tampa k terkejut dan a ir
matanya seket ika berhenti mengalir. Dia melihat
sesuatu yang menyeramkan di ba lik kat a -kat a itu,
sesuatu yang belum d ipahaminya akan tetapi
s u d a h d i r a s a k a n n y a . "A p a . . . . . a p a m a k s u d m u , a d i k
Ho n g ? B u k a n k a h a k u s u d a h c u k u p t e r h u k u m
dengan penyesalan dan dosa -dosa yang
ku p e r b u a t ? "

"Hm m , s i a p a t a h u i s i h a t i m u d i d a l a m ? S i a p a
dapat percaya begitu saja apakah engkau ini
betul-betul menyesal terhadap semua dosa -
dosamu ataukah tidak? Itu perasaan hati
manusia, tida k terlihat dan t id ak d apat d ijadikan
b u kt i y a n g m a n t a p ! "

"L a l u . . . . . m a k s u d m u ? " t u b u h S i u L i m u l a i g e m e t a r
dan dia memandang gadis itu dengan sinar mata
tajam.

"O r a n g b e r s a l a h h a r u s d i h u k u m , i n i s u d a h k o d r a t
alam. Siapa menyingkir berarti dia seorang
pengecut! Sudah lama ak u mencarimu, Ok siocia
dan baru pada hari ini kit a bertemu. Kau sendiri
sudah terang-terangan mengakui kesalah anmu
terhadap Yap-goanswe, ini sungguh bagus.
T e r n y a t a k a u p u n c u ku p j a n t a n , h a l y a n g s a m a
s e ka l i a g a k d i l u a r d u g a a n k u . A k a n t e t a p i ,

697
p e n g a ku a n b e g i t u s a j a b e l u m c u k u p , e n c i y a n g
manis, masih harus disusui dengan hukuman
nyata. Kau membawa pedang, bukan? Nah,
ke l u a r ka n p e d a n g m u i t u . S e d i a n y a a k u h e n d a k
memberi hukuman penggal leher, akan tetapi
ka r e n a k a u c u k u p j u j u r , b i a r l a h k a u k u t u n g i s a j a
lengan kirimu itu!"

"A h h h . . . . . . ! " S i u L i b e r s e r u k a g e t d a n g a d i s i n i
melangkah mundur, wajahnya berobah seket ika.
"K w a n P e k Ho n g , s u n g g u h t i d a k k u n y a n a b a h w a
pengorbanan hatiku belum cukup besar. Kau
kh a w a t i r p e m u d a i t u k u r e b u t k e m b a l i , b u k a n ?
Dengan melihat tubu hku yang cacad, tentu kau
mengira Yap -goanswe akan jijik kepadaku.
B a i kl a h k i t a s a m a - s a m a l i h a t s a j a n a n t i . K a u
menghendaki hu kuman nyata dariku? Baik, segera
ku l a ku k a n . A k a n t e t a p i i n g a t l a h , m u r i d T a B h o k
Hw e s i o , b a h w a a p a y a n g k u l a k u k a n i n i s e m a t a -
mata sebagai penebusan dosa ku terhadap Yap -
goanswe, bukan kepada dirimu. Dan a ku bukan
seorang pengecut.......!"

Begitu habis mengucapkan kata -kat anya ini,


dengan kemarahan memuncak Siu Li
menggerakkan tangan kanannya secepat kilat dan
tahu-tahu sebatang pedang bersinar kehijauan
m e n d e s i n g d i u d a r a . P e k Ho n g b e r s i a p - s i a p

698
ka r e n a d i a m e n g i r a b a h w a gadis itu tentu akan
menyerangnya, maka iapun sudah meraba rantai
p e r a kn y a di pinggang untu k menghadapi
t e r j a n g a n p u t er i P a n g l i m a O k y a n g m e r up a k a n
murid Mo-i Thai-houw ini.

A ka n t e t a p i , s u n g g u h a m a t d i l u a r d u g a a n . G a d i s
cantik itu ternyata benar -benar menepati
janjinya, membacokkan pedangnya ke lengan kiri
sendiri! Pada saat itu, bersamaan dengan

699
ke j a d i a n i n i , d a r i j a u h s e s o s o k b a y a n g a n b e r b a j u
ku n i n g b e r k e l e b a t d a t a n g s a m b i l b e r t e r i a k .

"L i - m o i , j a n g a a n n n . . . . . . ! ! "

Namun semuanya terlambat. Dengan kecepatan


ki l a t p e d a n g b e r s i n a r h i j a u y a n g d i g e r a k k a n o l e h
murid Mo-i Thai-houw ini telah menabas lengan
ki r i s e b a t a s s i k u . T e r d e n g a r s u a r a "c r a k k . . . ! " d a n
lengan gadis itu b untung seket ika!

(Bersambung jilid ke XII)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 11

700
701
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 12

“ A I IH H . . . . . ! " P e k Ho n g m e n g e l u a r k a n s e r u a n
tertahan dan gadis ini melompat mundur dengan
m u ka b e r o b a h . A p a y a n g d i s a k s i k a n n y a i n i b e n a r -
b e n a r m e n g ej u t k a n h a t i n y a d a n t a k t e r a s a i a m e -
mandang dengan mata terbelalak, perasaannya
tergetar hebat. Sama sekali ia tidak menyangka
bahwa Siu Li akan bersungguh -sungguh menepati
ucapannya itu, d an hal in i membuat ia tertegun.

Sementara itu, bayangan kuning yang tadi


b e r t e r i a k d a r i k e j a u h a n , s u d a h m e l u n c ur t i b a . D i a
adalah s e o r a n g pemuda likuran t ahun, sepasang
m a t a n y a t a j a m b e r p e n g a r u h d a n s ikapnya s e r i u s ,
sebatang pedang tampak di balik punggungnya.
S e ka l i l i h a t s i a p a p u n a k a n t a h u b a h w a pemuda

702
yang b a r u d a t a n g i n i b u k a n p e m u d a s e m b a r a n g a n
karena d i a b u k a n l a i n a d a l a h m u r i d p e r t a m a M o - i
Thai-houw alias kakak kandung Siu Li sendiri!

Begitu melihat keadaan adiknya ini, Kui Lun


terkejut b u k a n m a i n . S e j e n a k p e m u d a i n i
t e r b e lalak d a n b e r d i r i m em a t u n g , l a l u b e r t e r i a k
m e n y e r a m k a n dan m e n u b r u k k e d e p a n d e n g a n
m u ka p u c a t .

"L i - m o i , k a u g i l a ? M e n g a p a k a u l a k u k a n i n i ? S i a p a
yang menyuruhmu ? Siapa... ....?” Pemuda itu
menggerung hebat dan tak dapat menguasai
dirinya lagi, mengguncang -guncang tubuh
a d i kn y a d e n g a n m a t a melotot.

A ka n t e t a p i S i u L i s a m a s e k a l i t i d a k men j a w a b ,
hanya bibirnya saja yang bergerak -gerak perlahan
seperti orang hendak berkata sesuatu namun
tidak s anggup disampaikan. Akh irnya gadis ini
mengeluh perlahan, tubuhnya limbung d an roboh
pingsan di dalam pelu kan kaka knya.

Cepat Kui Lun merangkul adiknya ini, lalu


tangannya menotok tujuh hiat -to penting di

703
p a n g ka l l e n g a n u n t u k m e n g h e n t i k a n d a r a h y a n g
masih mengucur deras itu. Semuanya ini
d i l a ku k a n d e n g a n m u k a p u c a t d a n t u b u h a g a k
menggigil karena peristiwa yang dialaminya ini
benar-benar mengguncang batinnya.

Setelah itu, dia lalu merobek baju sen diri dan


d e n g a n t a n g a n g e m e t a r m em b a l u t l e n g a n k i r i
yang buntung itu. “Li -moi, mengapa kau
m e l a ku k a n p e r b u a t a n g i l a i n i ? M e n g a p a . . . . . . . . ?
Aduh, adikku, kau benar -benar terlalu sekali.
Kenapa tidak menunggu sebentar seruanku
tadi....?"

D e m i ki a n l a h , d e n g a n b e r b i s i k - b i s i k d a n a i r m a t a
b e r c u c u r a n p e m u d a ini m e m b a l u t l u k a a d i k n y a ,
membaringkannya di atas rumput lunak dan
menangis terisak-isa k.

Kesedihan yang diperlihatkan oleh Kui Lun


terhadap adiknya ini memang t idak
mengherankan. Sejak kecil mereka hidup bersama
dan belum pernah pemuda ini mengalami
ke h a n c u r a n h a t i s e p e r t i s e k a r a n g . A d i k n y a i t u
memang kadang -kadang berwatak bengal, sering
tidak menghiraukan nasehat -nasehat yang
d i b e r i ka n . B e r a p a k a l i s u d a h m e r e k a s e l a l u
bertengkar, akan tetapi toh mereka selalu dapat

704
h i d u p r u k u n . Ha l i n i d i s e b a b k a n k a r e n a k a s i h
sayangnya terhadap Siu Li amat besar seka li.

Apalagi karena sejak kec il mereka sudah jauh dari


orang tua sendiri, maka ikatan cinta kasih sebagai
ka ka k b e r a d i k d i a n t a r a m e r e k a s e m a k i n e r a t .
M e r e ka s a l i n g m e m b u t u h k a n h i b u r a n , k a s i h
sayang dan la in -lainnya lagi yang tid ak mereka
p e r o l e h d a r i or a n g t u a . D a n s e m en j a k s u b o
m e r e ka t e w a s , d u a o r a n g k a k a k b e r a d i k i n i t i d a k
pernah berpisah lagi.

Tentu saja diantara mereka sudah tidak terdapat


rahasia segala yang perlu disembunyikan. M aka
pemuda inipun t a h u betapa batin adiknya akh ir -
a kh i r ini t e r t e k a n h e b a t s e m e n j a k p e r k e n a l a n n y a
dengan Yap-goanswe. Bagi dia sendiri, masalah
penyelundupannya dahulu di pa sukan Yueh
b u ka n l a h a p a - a p a . B u k a n k a h b i a s a s a j a b a g i d u a
pihak yang sedang bertemp ur kalau kemasukan
mata-mata dari pihak lawan?

Apa yang perlu dipersoalkan? Kalau Yap -goanswe


sampai kebobolan, itulah salahnya sendiri!
Kenapa dia begitu bodoh sehingga kemasukan
mata-mata?

705
M a ka u n t u k m a s a l a h "p e n g k h i a n a t a n " b e g i n i K u i
Lun sama sekali tid ak ambil pus ing. Persetan
dengan semuanya itu. Akan tetap i lain b agi Siu Li.
Gadis ini telah terjerat asmara bersama jende ral
muda itu, maka tentu saja ia tidak bisa main
"p e r s e t a n " s e p e r t i k a k a k n y a .

Pertemuannya dengan Yap -goanswe untuk


pertama kalin ya d ulu di padang p asir itu telah
meninggalkan kesan - kesan indah di da lam hati,
bagaimana dia tidak tertindih menghadapi hal
semacam ini? Sesungguhnyalah, sejak
p e r ke n a l a n n y a p e r t a m a d i t e p i p a d a n g g u r u n i t u
Siu Li benar -benar telah jatuh hati terhadap
murid Malaikat Gurun Neraka ini. Belum pernah
hatinya terguncang seperti itu, be lum pernah
perasaannya menjadi tida k karuan seperti pada
p e r j u m p a a n p er t a m a i t u .

Semuanya ini telah meninggalkan kesan -kesan


mendalam di sanubari, bagaimana dapat
dihilangkan beg itu saja? Maka tida klah aneh
ka l a u h a t i g a d i s i t u m e n j a d i r i s a u s e k a l i m e l i h a t
ke a d a a n d i r i n y a y a n g a m a t b u r u k . D i s a t u p i h a k
dia harus menjalankan sias at a yah untuk
merobohkan jen deral muda itu, di pihak la in hati
nuraninya berontak.

706
Dia tahu bahwa ayahnya l icik dan curang,
s e b a l i kn y a Y a p - g o a n s w e d e m i k i a n j u j u r d a n
gagah perkasa. Kenyataan ini sema kin membuat
Siu Li merasa kagum terhadap jenderal muda itu
dan semakin t idak menyetujui perbuatan -
perbuatan ayahnya. Namun, karena semuanya itu
terjadi dalam perang antar dua kerajaan, mana
bisa urusan pribadi dimasukkan?

D e m i ki a n l a h , konflik-konflik bat inpun


b e r ke c a m u k l a h d i d a l a m h a t i n y a s a m p a i a k h i r n y a
Siu Li tidak tahan lag i melihat perbuatan kotor
ayahnya yang memfitnah Yap -goanswe dan
meninggalkan ayahnya den gan hat i hancur.

Gadis ini merasa betap a dosan ya terhadap


pemuda itu semakin bertumpuk. Kalau saja ia
tidak jatuh hati, mungkin dirinya t idak akan
digerogoti perasaan bersalah separah ini. Akan
tetapi celakanya, justeru kian hari perasaan
cintanya terhadap jenderal muda itu kian
menghebat. Membayangkan betapa kekasihnya
d i l a ku k a n s e k e j i i t u o l e h a y a h n y a , h a t i S i u L i
menjerit. Ingin dia melompat keluar dan berlari
m e n c a r i p e m u d a i t u , m e n c er i t a k a n s e m u a
perbuatan ayahnya yang curang, akan tetapi
s e t i a p ka l i i t u p u l a k a k a k n y a m u n c u l m e n c e g a h .

707
“Ini adalah urusan kerajaan, adikku, siasat dalam
peperangan. Meskipun ayah kita curang dan
s i ka p n y a t i d a k t e r p u j i , a k a n t e t a p i d i a t e t a p a y a h
ki t a . A p a k a h e n g k a u h e n d a k m e m b o n g k a r r a h a s i a
ayah sendiri kepada orang lain?"

"A ka n t e t a p i , L u n - k o , Y a p - g o a n s w e b a g i k u b u k a n
orang lain. Dia kekasih ku, dia orang yang kucinta
! Masa aku tega membiarkan dia menderita
seperti itu?"

"Hm m , c i n t a a p a ? " K u i L u n m e n d e n g u s . "K a u


b e l u m t a h u a r t i s e s u n g g u h n y a d ar i c i n t a , L i - m o i ,
m a ka t e r u s - t e r a n g s a j a a k u m e r a g u k a n k a t a -
ka t a m u itu. Memang benar Yap -goanswe
terfitnah oleh siasat dari Kerajaan Wu, akan
tetapi bukan kah ini memang resikonya dalam
setiap peperangan? Dia pucuk pimpinan dalam
p a s u ka n , t e r l a l u t a n g g u h u n t u k d i r o b o h k a n . M a k a
satu-satunya ja lan pa ling -paling meiancarkan
siasat begitu.... ..."

"B i a r p u n s i a s a t i t u l i c i k d a n t i d a k t a h u m a l u ? " S i u
Li naik d arah.

"A h h , m a s a l a h l i c i k a t a u t i d a k t a h u m a l u i n i
adalah pendapat orang lain. Buat apa
dihiraukan?" Kui Lun acuh t ak a cuh.

708
T e n t u s a j a S i u L i m a r a h s e k a l i . "L u n - k o ! " g a d i s i n i
m e m b e n t a k . "K a u a g a k n y a a m a t m e m b e n c i Y a p -
goanswe. Ada apa sih? Kesalahan dan dosa apa
yang diperbuat oleh pemuda itu kepadamu?"

Kui Lun memutar tubuh, menoleh dan


memandang adiknya dengan pandangan tajam,
l a l u d e ngan s u a r a d i n g i n d i a m e n j a w a b , "A k u
memang ama t m e m b e n c i n y a , L i - m o i , d a n
ke s a l a h a n n y a t e r l a l u b e s a r . M e m a n g b u k a n
terhadap diriku ke salahannya itu dilakukan, akan
t e t a p i t o h s a m a s aja. A k u t i d a k s u k a k e p a d a
pemuda sombong itu, aku me m a n g m e mb e n c i n y a
!"

"K a r e n a a p a ? "

"K a r e n a d i a b e r a n i m e n c i n t a i m u ! "

"A h h , m e n g a p a h a r u s m e n y a l a h k a n d i a ? O r a n g
jatuh cinta adalah jamak, kenap a mesti
menyalahkan Yap-goanswe? Kalau engkau
menyalahkan dia h arus pula berani menyalahkan
a ku , L u n - k o ! "

709
"He m , m e n g a p a m e s t i b e g i t u ? " K u i L u n m e n g -
e j e k.

"K a r e n a a k u p u n m e n c i n t a i n y a ! "

"P h u i h h . . . . . . . ! C i n t a m o n y e t g a d i s b e l a s a n t a h u n
mana bisa dipercaya . Tidak. L i -moi, kau t idak
tahu apa-apa tentang cinta. C inta tida k akan
membawa kesengsaraan begini. Kalau kau jatuh
c i n t a ke p a d a s e s e o r a n g , m e s t i n y a b u k a n k e p a d a
musuh. Sekarang, gara gara dirimu mengaku jatuh
cinta terhadap jenderal muda itu, kau h arus
melawan orang tua sendiri ! Mana bisa d ibilang
c i n t a ka l a u b e g i t u ? "

K a t a - ka t a p e m u d a i n i m e m b u a t w a j a h g a d i s i t u
menjadi merah sekali. Dia pa ling seng it kalau
o r a n g b i l a n g c i n t a n y a " c i n t a m o n y e t ". D a n k i n i
ka ka kn y a m e n y i n g g u n g - n y i n g g u n g l a g i h a l i t u .

M a ka d e n g a n s u a r a n y a r i n g i a l a l u m e m b e n t a k ,
"L u n - ko , b e r a n i k a u m e n g a t a i k u s e p e r t i i n i ?
Berani kau menyebutku sebagai cinta monyet
s e g a l a ? He m m , b a i k l a h , l i h a t s a j a n a n t i , a p a k a h
betul-betul cintaku itu cinta monyet! Kau
manusia tid ak berperasaan begini, b agaimana
dapat merasakan cinta murni ? Musuh atau
b u ka n , d i a a d a l a h m a n u s i a s e p e r t i k i t a j u g a .

710
He r a n ka h k a l a u m a n u s i a j a t u h c i n t a k e p a d a
manusia lainnya? Cinta memang membutuhkan
pengorbanan, dimana anehnya ha l ini ? Aku sudah
b e r ko r b a n p e r a s a a n d e m i o r a n g y a n g k u c i n t a i ,
m a ka p e n g o r b a n a n l a i n p u n y a n g l e b i h b e s a r a k u
sanggup menerimanya !"

Inilah kat a-kat a terakhir adiknya itu beberapa


w a kt u y a n g l a l u . D a n K u i L u n y a n g t i d a k m a u
banyak berdebat dengan adiknya ini, lalu mening -
g a l ka n g a d i s i t u y a n g m e n a n g i s s e o r a n g d i r i . D i a
memang tidak setuju ad iknya itu jatuh cinta ke -
pada Yap-goanswe.

Entah mengapa, ada perasa an tida k su kanya


ke p a d a m u r i d M a l a i k a t G u r u n N e r a k a i t u . A d a
sesuatu yang tidak disenangin ya. D ia sendiri se -
dang berusaha mencari -cari apakah gerangan
sesuatu itu, namun belum juga dia berhasil
menemukannya.

D a n s e k a r a n g , b a r u beberapa h a r i s e m e n j a k
pertengkaran mereka itu, tahu -t ahu adiknya
telah mengorbankan lengan kiri sendiri untuk
menebus dosanya terhadap Yap -goanswe !

711
Kui Lun b e n a r - b en a r marah sekali dan
ke b e n c i a n n y a kepada jenderal muda itu
memuncak, seketika d ia melompat bangun, kedua
tangannya dikepal dan pemuda ini la lu berteriak,
"Y a p - g o a n s w e , k a u k a h y a n g m e n y u r u h a d i k k u
menabas lengan ini? Kalau benar, hayo tunjukkan
dirimu, aku hendak menuntut balas !"

Dia berteriak-teriak seperti orang kalap, akan


tetapi mana Bu Kong ada di tempat itu? Biarpun
dia berteriak sampai te nggorokannya pec ah juga
tidak mungkin orang yang ditantang akan muncul.

P e k Ho n g y a n g s e m e n j a k t a d i t i d a k m e n g e l u a r k a n
s u a r a ka r e n a m a s i h t e r t e g u n m e l i h a t p e r i s t i w a
S i u L i i n i , t i b a - t i b a m e i o m p a t m a j u . "S a u d a r a K u i
L u n , p e r c u m a k a u b e r t er i a k - t e r i a k , o r a n g y a n g
ka u c a r i t i d a k a d a d i s i n i . D a n l a g i b u k a n Y a p -
goanswe yang menyuruh adikmu itu mengutungi
lengannya...... "

K u i L u n m e m u t a r t u bu h , s e a k a n - a k a n b a r u
teringat olehnya bahwa di situ masih terdapat
m u r i d T a B h o k Hw e s i o i n i . D i a m e m a n g m e n g e n a l
gadis i t u seperti j u g a g a d i s i t u m e n g e n a l n y a .
Maka d e n g a n s u a r a b e r a t d i a p u n b e r t a n y a .

712
"A p a m a k s u d m u , n o n a ? K e n a p a Y a p - g o a n s w e
tidak berada di sini? Kalau dia tidak ada, mustahil
a d i kku b i s a b e g i n i . H a n y a p e r j u m p a a n n y a d e n g a n
pemuda keparat itulah maka adikku selalu
terhimpit batinnya, kalau tida k, masa tanpa
sebab ia membuntungi lengan sendiri ?"

Pek Ho n g m e n j a d i p a n a s h a t i n y a m e n d e n g a r B u
K o n g d i m a k i s e b a g a i "p e m u d a k e p a r a t ".

"Hm m , s e p a t u t n y a e n g k a u l a h y a n g k e p a r a t ,
manusia she O k, bukannya Yap -goanswe! Kenapa
ka u m e m a k i n y a ? " g a d i s i n i m e m b e n t a k .

Kui Lun terbelala k, matanya t a k b e r k e d i p . "A p a


ka t a m u ? A k u yang k e p a r a t b u k a n n y a j e n d e r a l
y a n g s o m b o n g i t u ? Hu h , b i a r k u m a k i s e r i b u k a l i
e n g ka u m a u a p a , n o n a ? D i a m e m a n g k e p a r a t
jahanam ! Nah, dengar kau? Dia keparat j ahanam
yang hendak kubunuh !"

Gadis ini menjadi marah sekali. Dengan mata


berapi dia melompat ke depan dan jari
t e l u n j u k n y a yang r u n c i n g h a l u s i t u m e n u d i n g ,
“Orang she Ok, kau tidak ingat dosa sendiri ?
B e r a n i k a u b e r m u l u t be s a r h e n d a k m e m bu n u h

713
Yap-goanswe? Cihh, kalau dia benar -benar ada di
s i n i , ku t a n g g u n g d i l a w a n d e n g a n s e b u a h j a r i n y a
s a j a ka u masih b e l u m n e m p i l ! M a n a b i s a kau
membunuhnya ? Dasar manusia tidak tahu malu,
mengancam orang p a d a saat orang yang diancam sedang tidak berada d i sini.
Perbuatan gagah macam apa ini ?"

Kui Lun juga naik darah diejek begini, dengan muka gelap dan mata mendelik dia
lalu balas membentak, "Eh, setan betina, kau agaknya penjilat Yap-goanswe, ya ?
Aha, pantas saja kalau begitu. Rupanya kau telah diberi upah oleh pemuda itu. Dan
upah apa yang selalu diberikan seorang pemuda pemogoran seperti Yap-goanswe
itu terhadap seorang gadis ? Tentu peluk cium dan perbuatan-perbuatan tidak
tahu malu lainnya! Cihh, kau marah? Hee, mukamu merah, tentu kata-kataku
mengenai sasaran. Kenapa harus naik pitam?"

Memang wajah gadis itu sudah merah sekali karena ucapan yang dikeluarkan oleh
pemuda ini amat menusuk perasaannya. Rahasia perjinaan Yan-goanswe
memang sudah tersebar luas. maka tidak heran kalau Kui Lun mampu
melontarkan hinaan itu. Akan tetapi, yang membuat kemarahan Pek Hong
meledak adalah karena justeru pembuat gara- gara semua fitnah keji ini adalah
Wusam-tai-ciangkun, ayah dari pemuda itu sendiri. Dan sekarang dengan
seenaknya saja pemuda ini memaki-maki Yap-goanswe sebagai pemuda tidak
tahu malu!

"Kaulah jahanam tidak tahu malu !" Pek Ho n g m e m b e n t a k s e n g i t


d a n "s r i n g ", r a n t a i p e r a k d i p i n g g a n g n y a t e l a h
d i l o l o s k e l u a r . "O r a n g s h e O k , p e r b u a t a n a y a h m u
yang memfitnah Yap goanswe mustah il t idak
d i ke t a h u i o l e h m u . D a n s e k a r a n g k a u b e r a n i

714
m e m a ki - m a k i Y a p - g o a n s w e s e a k a n - a k a n k a u t i d a k
mengetahui semua kebusukan ayahmu. Dosa
begini saja masa tidak adil ka lau ditebus dengan
ke p a l a m u y a n g p e n u h u l a t - u l a t k o t o r i t u ? N a h ,
terimalah kematianmu dan ketahuilah pula
sebelum kau menghadap Giam -lo-ong bahwa yang
menyuruh adikmu tadi adalah aku sendiri !"

Begitu habis mengucapkan kat a -kat anya in i, tiba-


tiba gadis itu melengking tinggi dan tubuhnya
menerjang pemuda itu. Rantai perak di t angannya
b e r g e r a k n a i k t u r u n s e p er t i n a g a p u t i h ,
melenggang-lenggok dua kali di udara lalu tiba -
tiba menghantam dengan sabetan mi ring.

G e r a ka n n y a c e p a t d a n k u a t , a p a l a g i d i d o r o n g
oleh kemarahan yang meluap membuat
tenaganya besar sekali. Inilah jurus yang
dinamakan N aga Putih Menerobos Gua, sebuah
serangan lihai dari il mu silat cambuk yang diganti
dengan senjata rantai perak.

K u i L u n t e r k e j u t , b u ka n m e n y a k s i k a n d a t a n g n y a
serangan ganas ini, melainkan terkejut
mendengar kata-kat a gad is itu. Ahh, b agaimana
r a h a s i a a y a h n y a b i s a t e r b o n g k a r ? Su n g g u h d i a
ka g e t b u k a n m a i n d i d a l a m h a t i n y a d a n d i a
melirik ke arah Siu Li yang rebah di atas rumput.

715
A p a ka h a d i k n y a i n i y a n g m e m b e r i t a h u k a n k e p a d a
lawan? Celaka. kalau benar demikian, adiknya itu
pantas dihajar! Bukankah kalau diketahui musuh
semua rahasia selama ini ba kal terbongkar ha bis-
habisan?

S a m p a i d i m a n a k a h m u r i d T a B h o k Hw e s i o ini
m e n g e t a h u i r a h a s i a i t u ? Ha h , g a d i s i n i b e n a r -
benar musuh yang berbahaya seka li. Dia h arus
s e c e p a t n y a m e m b u n u h s e b e l u m or a n g l a i n m e n -
dengar omongannya. Dia harus menutup mulut
gadis ini untuk selamany a.

M a ka , b e g i t u s e r a n g a n l a w a n t i b a s e c e p a t k i l a t
Kui Lun mencabut pedangnya dan menangkis.

"T r a n g g . . . . . . ! "

Bunga api berpijar dan rantai perak di t angan Pek


Ho n g t e r p e n t a l . G a d i s i n i t e r c e k a t d a n h a m p i r d i a
mengeluarkan seruan kaget. Telapak tangannya
terasa pedas dan panas, ini membuktikan bahwa
da l a m hal tenaga lweekang ia mas ih ka lah. Tentu
s a j a P e k Ho n g t e r k e j u t , m a k a s a m b i l b e r t e r i a k
nyaring gadis ini la lu mengerahkan ginkangnya
yang d i s e b u t C o a n - g o a t h u i ( T e r b a n g M e n e r j a n g
B u l a n ) , d a n s e g e r a tu b u h n y a b e t e r b a n g a n s ep e r t i
burung walet menyambar -nyambar.

716
Dengan mengandalkan gin kangnya yang tinggi
i t u , P e k Ho n g t e r n y a t a b e r h a s i l m e n u t u p
ke l e m a h a n n y a d a l a m h a l t e n a g a . T u b u h n y a n a i k
t u r u n d i u d a r a s ep e r t i k e p i n i s m e n c a r i m a n g s a ,
dan rantai perak di tangannya tidak pernah
b e r h e n t i b e r g er a k . .

M a ka t e r j a d i l a h p e r t a n d i n g a n y a n g c u k u p s e r u d i
tempat sunyi ini. Dua orang murid dari tokoh -
t o ko h b e s a r b e r t e m p ur , t e n t u s a j a m e n ar i k u n t u k
ditonton. Sayang, tempat yang sepi ini sama
s e ka l i t i d a k a d a o r a n g n y a s e l a i n m e r e k a s e n d i r i .
P e r ke l a h i a n s e n g i t y a n g t e r j a d i p u n j u g a p a l i n g -
paling hanya disaksikan oleh pohon -pohon dan
semak belukar yang berkeresekan seakan orang
berbisik-bisik.

Kui Lun yang sudah mengambil keputusan untuk


melenyapkan dara ini agar rahasi a a yahnya t idak
b o c o r , m e n g er a h k a n s e m u a k e p a n d a i a n n y a .
Diam-diam dia terkejut juga. Dulu, beberapa
b u l a n y a n g l a l u , p e r n a h j u g a d i a b e r t e m p ur
melawan gadis ini, akan tetapi wa ktu itu
p e r t e m p ur a n m e re k a k u r a n g s e r i u s . Ha l i n i t e l a h
d i c e r i t a k a n dalam "Ha n c u r n y a S e b u a h K e r a j a a n "
jilid tiga karena pada wa ktu itu kedatangan Pek
Ho n g m e n e m p u r K u i L u n a d a l a h u n t u k m e n o l o n g

717
Siu Li yang dikiranya bertemu dengan penjahat
muda.

Pada pertandingan mereka yang berjalan dalam


beberapa gebrakan itu, Kui Lun memang tahu
bahwa lawannya ini amat lihai seka li. Apa lagi
setelah dia mengetahui bahwa gadis itu adalah
m u r i d T a B h o k Hw e s i o y a n g a m a t s a k t i d a r i T i b e t ,
m a ka t e n t u SAJA d i a t i d a k b e r a n i m e m a n d a n g
rendah.

S e ka r a n g , d a l a m p e r t a n d i n g a n y a n g k e d u a k a l i n y a
ini, Kui Lun yang berniat membunuh gadis itu
tidak mau main sungkan lagi. Sambil
mengeluarkan bentakan keras t iba -tiba tangan
ki r i n y a d i p u t a r t e r u s d i d o r o n g k a n k e d e p a n .
S e r a n g ku m h a w a d i n g i n m e n er j a n g k e l u a r d a n
tampak sinar keperakan gemerdep menyilaukan
mata. Inilah puku lan jarak jauh yang
mengandalkan tenaga lweekang. Mo -i Thai-houw
menamakannya Gin - kong jiu (Pukulan Sinar
P e r a k) .

P e k Ho n g t e r k e j u t m e l i h a t s e r a n g a n t i b a - t i b a i n i .
I a m a kl u m b a h w a d a l a m h a l t e n a g a l w e e k a n g i a
masih kalah seusap, maka tentu saja ia tidak
b e r a n i m e n e r i m a n y a s e c a r a l a n g s u n g . Ha k i k a t n y a
gadis ini memang jeri kalau beradu tenaga, maka

718
jalan satu-sa tunya adalah mengelit ke samping
dan dari sini dia menampar dengan pukulan
memutar.

"P l a kk! I h h . . . . . ! "

P e k Ho n g b e r t e r i a k k a g e t . B e t u l b a h w a p u k u l a n
G i n - ko n g - j i u b e r h a s i l d i k e l i t k e s a m p i n g , n a m u n
begitu tangannya menghantam lengan kiri
LAWAN, s e k e t i k a h a w a d i n g i n y a n g l u a r b iasa
membuat jari tangannya menggigil ka ku seperti
direndam es!

Tentu saja gadis ini terkejut bukan main. Pada


saat itu, dalam ke adaan jari tangan lumpuh
s e d e t i k, K u i L u n t e r t a w a d i n g i n d a n k a k i k a n a n n y a
t i b a - t i b a m e n e n d a n g l u t u t P e k Ho n g b e r b ar e n g
tangan kirinya membalik untu k mencengkeram
tangan gadis itu.

S e r a n g a n i n i s u n g g u h b er b a h a y a b a g i m u r i d T a
B h o k Hw e s i o i n i . R a n t a i p e r a k n y a y a n g t a d i
menyambar leher lawan, ditangkis pedang
b e r s i n a r b i r u s e h i n g g a t e r p en t a l k e a t a s ,
sementara pedang Kui Lun sendiri terus meluncur
membabat leher si gad is. Balasan serangan yang

719
amat di luar dugaan ini sedikit banyak membuat
P e k Ho n g t e r k e s i a p j u g a .

A ka n t e t a p i d a r a i n i t e r n y a t a b e n a r - b e n a r t i d a k
p e r c u m a d i d i d i k o l e h s e o r a n g t o k o h be s a r m a c a m
T a B h o k Hw e s i o y a n g s a k t i i t u . B e g i t u r a n t a i n y a
t e r p e n t a l , t i b a - t i b a P e k Ho n g m e l e n g k i n g n y a r i n g
dan mengerahkan tenaga. Rantai perak yang tadi
lemas seperti ruyung itu mendadak kaku seperti
toya baja! Dan pada detik itu juga, senjata yang
telah berobah kaku ini d ari at as tib a -tiba meliuk
ke b a w a h , m e n g h a n t a m t a n g a n k i r i l a w a n y a n g
hendak mencengkeram lengannya disusul
g e r a ka n m e r e n d a h k a n k e p a l a u n t u k m e n g h i n d a r i
babatan pedang ke arah kepalanya !

"S i n g g - d e s s - b r e t t . . . . . . ! "

Tiga gebrakan in i terjadi dengan amat cepatnya.


Pedang Kui Lun luput menyambar kepala karena
gadis itu secepat kilat telah merendahkan
ke p a l a n y a , a k a n t e t a p i s e b a g a i g a n t i n y a r a m b u t
P e k Ho n g t e r b a b a t u j u n g n y a . I n i d i p i h a k s i g a d i s .
Sedangkan di piha k Kui Lun sendiri, karena
d i a p u n t i d a k m e n y a n g k a b a h w a P e k Ho n g a k a n
menghantam lengan kirinya yang siap menceng -
ke r a m , m a k a p e m u d a i n i p u n t i d a k m a m p u
mengelak dan dengan tela k t angan kir inya

720
t e r p u ku l r a n t a i l a w a n y a n g m e n j a d i k e r a s s e p e r t i
sebatang toya itu.

"A d u h h h ! " K u i L u n b e r t er i a k d a n o t o m a t i s
c e n g ke r a m a n n y a g a g a l . P e m u d a i n i k e s a k i t a n d a n
m e n j a d i m a r a h s e k a l i . Ha n t a m a n r a n t a i b a j a i t u
diisi dengan tenaga lweekang, maka hebatnya
tentu saja bukan kepalang. Kalau bukan pemuda
ini yang menerima, aga knya seketika itu juga
tulang lengannya akan remuk dan hancur
berantakan. Untunglah, berkat tenaga Gin -kong-
jiu yang masih d ilancarkan, maka serangan ini
tidak sampai membuat lengan Kui Lun p atah.

S e m e n t a r a i t u , h a m p ir b er s a m a a n d e n g a n h a n -
taman rantai perak, tendangan Kui Lun mengenai
l u t u t P e k Ho n g .

"T a k. . . . . " t i d a k b e g i t u k e r a s t e n d a n g a n i n i , a k a n
tetapi tetap saja gad is itu roboh berlutut.

Karena tadi Kui Lun kesakitan dihantam senjata


lawan, maka tenaga yang dikerahkan ke kakinya
sudah jauh berkurang. Itulah sebabnya mengapa
P e k Ho n g t i d a k s a m p a i t e r k i l i r t e m p u r u n g
lututnya dan gadis ini hanya terkena totokan
yang tidak begitu tepat arahnya.

721
A ka n t e t a p i m e s k i p u n d e m i k i a n t e t a p s a j a P e k
Ho n g t e r k e j u t . D i a b e r s e r u p e r l a h a n d a n b e g i t u
tubuhnya roboh berlutut di depan lawan,
r a n t a i n y a d i p u t a r m e n y e r a n g p e m ud a i t u a g a r
tidak melanjutkan pukulannya sementara
tubuhnya sendiri sudah cepat bergulingan
menjauh.

"B a g u s . . . . . " K u i L u n b erseru m e n d on g k o l d a n d i a


melompat mundur. Kesempatan ini dipergunakan
o l e h P e k Ho n g u n t u k m e l o m p a t b a n g un d a n
dengan muka merah gadis ini mendeliki pemuda
itu.

"K a u . . . . . . k e p a r a t , b e r a n i k a u m e m b a b a t r a m b u t k u
? " P e k Ho n g b e r t e r i a k g u s a r d e n g a n m a t a b e r a p i -
api.

"Hm m , b u k a n h a n y a r a m b u t m u y a n g a k a n
ku p o t o n g , n o n a , m e l a i n k a n k e p a l a m u . K a u t e r l a l u
banyak mengetahui rahasia orang lain,
b a g a i m a n a a k u t e g a m e m b i a r k a n kau h i d u p l a g i d i
dunia ini? Daripada kau nanti dicelakai orang
l a i n , l e b i h b a i k k u a n t a r kau k e p a d a G i a m - l o ong
saja," Kui Lun tersenyum dingin.

722
P e k Ho n g m a r a h s e k a l i d a n i a s i a p m e n e r j a n g l a g i .
"B a g u s , k a l a u b e g i t u k a u s u d a h m e n g a k u i tipu
muslihat orang tuamu yang busuk itu ?"
b e n t a kn y a n y a r i n g .

"Muslihat b u s u k a p a ? " p e m u d a i t u m e n j e n g e k . “ Dalam


setiap p e p e r a n g a n t i d a k a d a m u s l i h a t b u s u k s e g a l a .
Y a n g a d a h a n y a l a h k e c e r d i k a n o t a k m a s i ng-
masing. Siapa cerdik dialah yang menang,
mengapa heran?"

"S e t a n . . . . . . . ! " P e k Ho n g m e m e k i k d a n d e n g a n
kemarahan meluap gadis i n i l a l u m e n e r j a n g k e d e p an.
M e s ki p u n d a l a m g e b r a k a n t e r a k h i r tadi j e l a s i a
ka l a h s e d i k i t , n a m u n d e m i m e m b e l a B u Kong mana
g a d i s i t u m e r a s a takut k e p a d a m u s u h ? Apalagi
t e r h a d a p p u t e r a O k - c i a n g k u n y a n g t e r a n g - t e r angan
t e l a h m e n g a k u i p e r b u a t a n o r a n g tuanya itu , gadis i n i
m e n j a d i m a r a h s e k a l i . K a l a u begitu b e t u l k a t a - k a t a
r a m a l a n y a n g d i u c a p k a n o l e h P h o a - l o j i n d u l u , dan
Y a p - g o a n s w e m e m a n g t e r f i t n a h oleh p e r b u a t a n
W u - s a m - t a i - c i a n g k u n . Ha n y a y a n g b e l u m i a
ke t a h u i , s i a p a k a h o r a n g k e e m p a t disebut s e b a g a i
seorang pemuda yang pandai sihir itu?

Akan t e t a p i , b a r u s a j a P e k Ho n g m e l o m p a t ke depan,
t i b a - t i b a t e r d e n g a r s e r u a n n y a r i n g , "A d i k Hong,
t a h a n . . . . . ! " dan S i u L i t i b a - t i b a melompat b a n g u n dengan

723
t u b u h g e m e t a r . Kiranya gadis ini siuman k e m b a l i d a r i
p i n g s a n n y a dan k i n i d e n g a n l a n g k a h t e r h u y u n g -
huyung menghampiri dua o r a n g y a n g b e r t e m p ur
itu.

T e r p a ks a P e k Ho n g m e n a r i k s e r a n g a n n y a d a n
menanti a p a y a n g h e n d a k d i k a t a k a n o l e h g a d i s
i t u . Apakah S i u L i h e n d a k m e n g er o y o k n y a ?
Agaknya t i d a k m u n g k i n . G a d i s i n i p a y a h
ke a d a a n n y a , t u b u h n y a m e n g g i g i l s e p e r t i o r a n g
kena d e m a m d a n luka yang m a s i h b a r u i t u t e n t u
a m a t m e n g ganggunya. M a s a a k a n n e k a t m a j u
s e g a l a ? A k a n tetapi kalau b e g i t u k e h e n d a k n y a ,
i a p u n tidak g e n t a r . B o l e h , boleh m e r e k a m a j u
s e ka l i a n , d i a p u n t i d a k t a k u t .

M a ka d e n g a n k e p a l a d i k e d i k k a n g a d i s i n i
memandang dua orang musuhnya itu bergantian.
A ka n t e t a p i t e r n y a t a S i u L i s a m a s e k a l i t i d a k
m e n y e r a n g n y a . G a d i s i n i m e n g h a m p i r i k a k a k nya,
lalu dengan su ara lirih berbisik -bisik di telinga
pemuda itu.

"Ha h h . . . . . ? ! " Kui Lun tampak terkejut dan


m ukanya b e r o b a h . "K a u g i l a , L i - m o i ? K a u g i l a ? "

724
pemuda i n i m e l o t o t k e a r a h a d i k n y a n a m u n S i u L i
tiba-tiba s u d a h a m b r u k d a n p i n g s a n d i p e l u k a n
kakaknya.

P e k Ho n g t i d a k m e n g e r t i m e n g a p a t i b a - t i b a s a j a
roboh p i n g s a n . D a n i a p u n t i d a k
ke m b a l i S i u L i
tahu a p a yang t a d i d i b i s i k - b i s i k k a n o l e h g a d i s i t u
kepada kakaknya. Y a n g i a l i h a t s e k a r a n g a d a l a h
bahwa K u i L u n m e n d a d a k t a m p a k g u g u p s e k a l i
dan begitu adiknya tak sadarkan diri, pemuda ini
lalu memanggulnya dan tanpa menoleh kepada
P e k Ho n g , K u i L u n m e l o m p a t s e c e p a t t e r b a n g
meninggalkan tempat itu dengan muka pucat.

"He i i , i b l i s k e c i l ! K e n a p a l a r i ? T u n g g u d u l u . . . . . . ! "
P e k Ho n g y a n g p e n a s a r a n m e l i h a t s e m u a n y a i n i
hendak lompat mengejar, akan tetapi tiba -tiba
matanya membentur sesuatu di atas tanah. Itulah
tanah berumput yang tadi dipergun akan Kui Lun
u n t u k m e m b a r i n g k a n a d i k n y a . D a n s e k a r a n g , di
a t a s t a n a h i t u t e r d a p a t c o r e t a n h u r u f y a n g t i dak
begitu besar dan sebuah cincin kec il yang
gemerlapan.

K a r e n a p e r h a t i a n n y a t e r t a r i k k e s i n i , c e p a t Pek
Ho n g m e n a h a n l a n g k a h d a n m e n u j u ke t e m p a t i t u .

725
T e r n y a t a m e m a n g be t u l . c o r e t a n k a l i m a t i t u
dibuat oleh Siu Li yang berbunyi:

Jangan buang-buang waktu lagi, cepat naik ke


atas dan bantu dia segera, bawa cincin ini dan
tunjukkan pada Kauw-sian, maka diapun tidak
akan banyak cerewet lagi. Semoga bahagia!

I n i l a h b u n y i k a l i m a t i t u d a n P e k Ho n g s e k e t i k a
sadar bahwa Yap -goanswe telah dibawa si kakek
monyet ke at as punca k. Memang betul, ia h arus
m e n o l o n g B u K on g d a n m e m b a n t u S i D e w a
Monyet. Kalau tida k, ke adaan bek as jenderal mu -
da itu bisa berbahaya sekali. Seketika ia merasa
gelisah dan melihat sebuah cincin menggeletak di
s a m p i n g c o r e t a n h u r u f - h u r u f i n i , P e k Ho n g l a l u
memungut benda ini dan tanpa b anyak bicara lagi
iapun lalu terbang ke puncak bu kit menyusul
Kauw-sian yang sudah duluan membawa
pasiennya.

Semuanya segera dilupakan dan satu -satunya


ingatan ad alah menolong Yap goanswe. Dan gadis
inipun juga tidak mau tahu lagi apa sih yang tadi
d i b i s i kk a n S i u L i k e p a d a k a k a k n y a i t u ?

726
Sebenarnya jawaban tentang ini sed erhana saja.
T a d i , ke t i k a S i u L i m e n g h a m p i r i k a k a k n y a , g a d i s
i n i b e r b i s i k p e r l a h a n , "Lun- k o , k a r e n a t i d a k
menyangka kedat anganmu, aku terlanjur menelan
Siau-hun-tan (Pil Pembuyar Sukma). Kau tahu
sendiri, bekerjanya obat ini amat cepat,
terlambat sedikit t entu sukmaku benar -benar
a ka n b u y a r . N a h , t e r s e r a h p a d a m u , h e n d a k
c e kc o k d u l u d e n g a n m u r i d T a B h o k Hw e s i o i t u
a t a u ka h h e n d a k s e g e r a m e n o l o n g d i r i k u . "

Kui Lun yang mendengar keterangan ini tentu saja


ka g e t s e t e n g a h m a t i . I t u l a h s e b a b n y a m e n g a p a
P e k Ho n g m e l i h a t m u k a p e m u d a i n i b e r o b a h
s e ke t i ka d a n m e l o t o t k e a r a h a d i k n y a s e r t a
m e m a ki a d i k n y a i t u s e b a g a i o r a n g g i l a .

Siau-hun-tan adalah obat yang amat keras sekali,


memang cocok kalau dipakai untuk maksud -
m a ks u d b u n u h d i r i . D a n o b a t p e n a w a r n y a b e r a d a
di Lembah Bambu Kuning. Mana Kui Lun mau
membuang-buang waktu lagi? Nyawa adik nya
jauh lebih penting daripada segala urusan lain !

M a ka b e g i t u a d i k n y a r o b o h p i n g s a n , p e m u d a i n i
segera membawanya pergi dan berlari seperti
terbang menuju ke Lembah Bambu Kuning. Sam a

727
s e ka l i K u i L u n t i d a k m e n g i r a s e u j u n g r a m b u t p u n
b a h w a a diknya i t u t e l a h m e m b o h o n g i n y a !

S i u L i m e m a n g me m b o h o n g i k a k a k n y a i n i . Di a
tahu bahwa kalau pertempuran itu tidak dicegah,
P e k Ho n g b u k a n l a h l a w a n k a k a k n y a y a n g l i h a i .
M e s ki p u n p e r t a n d i n g a n a k a n b e r j a l a n l a m a
s e ka l i , n a m u n a k h i r n y a P e k Ho n g t e n t u d i b a w a h
angin. Kalau gadis itu sampai celaka, bukankah
Yap-goanswe akan menuntut balas terhadap
ka ka kn y a ? I a t i d a k m a u h a l i n i t e r j a d i . K e s a l a h a n
m e r e ka t e r h a d a p j e n d e r a i m u d a i t u s u d a h c u k u p
b a n y a k, t i d a k p e r l u d i t a m b a h l a g i .

Apalagi Bu Kong sendiri sedang keracunan dan


pe m u d a i t u h a r u s s e c e p a t n y a
ditolong, untuk apa
p e r t e m p ur a n itu dilanjutkan ? Dengan a kal
b egini, otom a t i s k e d u a p i h a k a k a n b e r h e n t i
dengan sendirinya karena masing -masing saling
mempunyai kepentingan yang perlu did ahulukan.
Kui Lun perlu mencarikan ob at penawar adiknya,
s e d a n g k a n P e k Ho n g d a p a t n a i k k e p u n c a k u n t u k
menyusul Yap-goanswe.

D e m i ki a n l a h , d e n g a n s e d i k i t a k a l b i k i n a n b e g i n i ,
Siu Li telah memisah dua orang itu tanp a susah

728
payah dan sekarang kakaknya yang mengira ia
pingsan itu berlari -lari ke Lembah Bambu Kuning
untuk menolongnya.

***

Dewa Monyet yang tergopoh -gopoh membawa


pasiennya, dengan cepat telah tiba di atas bukit.
Tubuh kakek ini benar -benar gesit seperti kera,
lompatan-lompatannya di atas batu karang di
dinding tebing itu sama sekali tida k mengalami
ke s u ka r a n s e d i k i t p u n j u g a . A p a l a g i d i a t e l a h
sering naik turun bukit, tentu saja perjalanan
semacam ini tida k ada artinya bagi ka kek itu
biarpun dia memanggul seoran g pemuda yang
c u ku p b e r a t .

L a i n h a l n y a d e n g a n P e k Ho n g s e n d i r i . G a d i s i n i
tidak secepat penghuni atau tuan rumahnya itu,
ka r e n a m e n g e n a i t o n j o l a n - t o n j o l a n b a t u k a r a n g
yang harus diinjak perlu dicarinya dahulu.
Dinding ini amat tinggi dan terjal sekali, jug a
dipandang dari bawah lic in berkilauan. Ma ka Pek
Ho n g h a r u s b e r h a t i - h a t i .

729
A ka n t e t a p i d e n g a n m e l i h a t j e j a k k a k i S i D e w a
M o n y e t d i a t a s t a n a h , d a p a t j u g a P e k Ho n g t i b a
di puncak dan gad is ini sejenak tercengang.

T e r n y a t a p u n c a k A n g b h o k - s a n i n i m e r up a k a n
tanah datar yang luasnya sekitar seribu li persegi.
S e ke l i l i n g n y a penuh pohon -pohon gundul
b e r ku l i t m e r a h , k e r i n g d a n m e m b a y a n g k a n
suasana tandus. Akan tetapi anehnya, di sela -sela
pepohonan itu, tampak rumput -rumput hijau dan
tanaman-tanaman perdu. Melihat baunya,
m e s ki p u n P e k Ho n g b u k a n s e o r a n g a h l i o b a t ,
namun gadis ini maklum bahwa tanaman perdu
dan rumput rumput itu ternyata adalah obat -
o b a t a n y a n g s e n g a ja d i t a n a m S i D e w a M o n y e t d i
tempat kediamannya ini.

Dan di tengah -tengah hutan kecil itu, berdiri


sebuah pondok merah yang tidak begitu bes ar.
W a r n a m e r a h d a r i p o nd o k i n i b u k a n n y a c a t r u m a h
m e l a i n ka n a s l i b e g i t u k a r e n a b a n n g u n a n p o n d o k
itu terbuat d ari A n g - b h o k (Pohon Merah).
S e m e n t ara gadis ini m e m a n d a n g s e k i t a r s a m b i l
mencari-cari, tiba-tiba dari arah pondok
terdengar teriakan Dewa monyet.

730
“ He i i , n o n a c i l i k , e h h . . . . . . n y o n y a m u d a , c e p a t
ke s i n i , j a n g a n m e l e n g g o n g s a j a d i s i t u ! S u a m i m u
perlu dibantu dua orang, lohu h arus mema sak
obat !"

P e k Ho n g t e r s e n t a k d a n s e k e j a p m u k a n y a t e r a s a
p a n a s . O r a n g m e m a n g g i l n y a "n y o n y a m u d a ",
bagaimana dia t idak merasa jengah? Akan tetapi
teringat akan nasib pemuda itu membuat Pek
Ho n g m e l e n y a p k a n r a s a m a l u n y a d a n c e p a t d i a
berlari ke pondok merah itu.

Sampai di depan pintu dia mendengar Kauw -sian


mengomel, “Sungguh aneh, suami sakit berat
datang saja masih terlambat. I steri macam apa
i n i ? Hu h h . . . . ! " d a n k e t i k a g a d i s i t u s u d a h
melangkah masuk, kake k ini tidak melanjutkan
ka t a - k a t a n y a d a n t u t u p m u l u t d e n g a n m u k a
cemberut.

"A p a k a t a m u , l o c i a n p w e ? " P e k Ho n g b e r t a n y a d a n
ki n i d i a m e m a n g g i l k a k e k i t u d e n g a n s e b u t a n
"l o c i a n p w e " ( o r a n g g o l o n g a n t u a ) k a r e n a m a u t a k
mau ia harus bersikap manis terhadap sang
penolong ini.

K a ke k i t u m e n o l e h , s e k e j a p c e l i n g u k a n k e s a n a -
sini dan tidak menjawab. Melihat Siu Li tidak

731
berada bersama, kakek ini t ampak terheran.
"M a n a s i o c i a ? " t a n y a n y a .

"D i a s u d a h p e r g i . "

"A h h , b e t u l k a h ? " k a k e k i n i t i b a - t i b a n a m p a k
girang dan sepasang matanya bersinar aneh.

P e k Ho n g t i d a k m e n g e r t i m e ng a p a s i k a p k a k e k i t u
tampak gembira dan sambil menganggukkan
ke p a l a d i a m e n j a w a b , "B e t u l , i a s u d a h p u l a n g
ke m b a l i . M e n g a p a , l o c i a n p w e ? "

"T i d a k a p a - a p a , h a n y a l o h u a g a k n y a t e r p a k s a … . . ”
Dewa Monyet menghentikan ucapannya dan
menyeringai, memandang gadis itu dari atas ke
bawah dan tiba-tiba terkekeh -ke keh, “Agaknya
lohu terpaksa tidak dapat menolong suamimu ini,
heh-heh-heh!"

Tentu saja P e k Ho n g t e r k e j u t . S e k e t i k a m u k a n y a
b e r o b a h d a n t a n p a t e r a s a g a d i s i n i m e n g e l u arkan
s e r u a n t e r t a h a n , "A h h , k e n a p a b e g i t u ? ” d an tangan
ka n a n n y a t e r a n g k a t , m e n d e k a p m u l u t n y a s e n d i r i
yang hampir saja mengeluarkan makian terhadap
Si Dewa Monyet.

732
K a ke k i t u m a s i h t e r k e k e h - k e k e h , a k a n t e t a p i
ke t i ka s e c a r a t i d a k s e n g a j a m a t a n y a m e m a n d a n g
c i n c i n d i j a r i m a n i s P e k Ho n g , s e k o n y o n g - k o n y o n g
ke t a w a n y a b e r h e n t i s a m a s e k a l i d a n k a k e k i n i
tampak terkejut.

“Ehh….ohh, tidak........ bukan........ bukan begitu


m a ks u d l o h u ! L o h u h e n d a k m e n g a t a k a n b a h w a
j i ka p e r t o l o n g a n l o h u i n i t i d a k b e r h a s i l , l o h u
a g a kn y a t e r p a k s a t i d a k m a m p u b e r b u a t l e b i h
j a u h . Ha r a p n y o n y a m u d a t i d a k s a l a h p a h a m ,
sungguh mati lohu tida k ad a pikiran jel ek,
s u n g g u h m a t i . . . ! " d a n d e n g a n t e r g o p oh - g o p o h
ka ke k i n i l a l u b e r l a r i k i a n k e m a r i d i r u a n g a n
ka m a r i t u m e n g u m p u l k a n d a u n - d a u n o b a t .
S e j e n a k P e k Ho n g t e r t e g u n . S i k a p k a k e k g i l a i t u
betul-b e t u l t i d a k w a r a s . T a d i m e n y e r i n g a i i b l i s d a n
s e ka r a n g m u n d u k - m u n d u k k e t a k u t a n . A d a a p a
gerangan? Teringat betapa tadi ka kek itu meman -
dang cincin di jarinya dengan mata terbelalak,
tahulah gadis itu bahwa yang ditakut i oleh Dewa
Monyet ini agakn ya c incin yang dipaka inya itu.

He m m , rupanya senjata ampuh untuk


menundukkan kake k ini adalah cinc in itu. Cincin
a p a ka h i n i s e h i n g g a S i D e w a M o n y e t t a m p a k j e r i h
dan gentar jika memandangnya? Akan tetapi Pek
Ho n g t i d a k m e r e n u n g k a n n y a l e b i h j a u h . S e t e l a h

733
ia tahu h al in i, dapat lah ia sekarang
mempergunakan kekuasaannya unt uk menekan
ka ke k i t u .

Teringat betapa kakek itu hampir saja main gila,


P e k Ho n g m e n d e n g u s . " He , s e t a n t u a , k a u t a d i
ada pikiran busuk, ya? Awas, sekali lagi kau
b e r s i ka p t i d a k w a j a r , a k u a k a n m e l a p o r k a n s e m u a
sepak terjangmu ini kepada ratu!"

Omongan Pek Hong ini diucapkan sekenanya saja.


Melihat bentuk cincin, sekali lihat gadis itu
mengerti bahwa pemilik benda ini adalah seorang
w a n i t a . D a n k a l a u k a ke k i t u t a k u t - t a k u t t e r h a d a p
wanita yang tida k diketahuinya itu, bu kankah
ke ku a s a a n w a n i t a p e m i l i k c i n c i n i n i s a m a h a l n y a
dengan seorang ratu? Sama sekali ia tidak
mengira bahwa kata -ka tanya itu justeru tepat
mengenai sasaran karena pemilik cinc in yang
membuat Si Dewa Monyet jerih ini adalah Mo -i
Thai-houw atau Sang Ratu Berbaju Iblis!

Ja d i a n c a m a n n y a i t u m a l a h t e p a t s e k a l i . T e n t u
s a j a S i D e w a M o n y e t p u c a t k e t a k u t a n . "A h ,
nyonya muda jangan main -main. Mana lohu
berani main gila? Tidak.......tida k ada pikiran
busuk lohu selain hendak menyelamatkan
s u a m i m u i t u . Ha r a p n y o n y a m u d a t i d a k

734
melaporkan kesalahan lo h u terhadap thai-
siang!"

“ B a i k, a k a n t e t a p i k a u h a r u s b i s a m e n o l o n g
jiwanya. Jika tidak, hmm, tahu sendiri..... " Pek
Ho n g m e n g a n c a m d a n s e k a r a n g d i a t i d a k l a g i
memanggil locianpwe tapi menyebutnya setan
tua. Dan anehnya ka kek itu malah tampa knya
l e b i h s e n a n g dipanggil b e g i t u d a r i p a d a d i s e b u t
locianpwe.

“Tentu..... tentu, nyonya muda. Biarlah nyawa


l o h u y ang m e n j a d i t a r u h a n , " K a u w - s i a n m e n j a w a b
terbata-bata dan gadis itu menarik napas lega.

“ A ka n t e t a p i . . . . . . "

Tiba-tiba kakek itu menghentikan kalimatnya dan


Pek Hong sudah mendelik, mengira bahwa kakek
ini lagi-lag i hendak main gila. Tapi cepat kakek
i t u l a l u m e n y a m b u n g , "A k a n t e t a p i k u h a r a p h u j i n
(nyonya) juga membantu agar cepat selesai."

"He m m , k a l a u i t u y a n g k a u k e h e n d a k i , b o l e h s a j a .
Memangnya kenapa mesti takut-takut? Kau ada
a ka l b u s u k l a g i , y a ? "

735
"Ah, tidak... .. tidak ad a!" Si Dewa Monyet cepat
m e n ggelengkan kepalanya d a n d e m i k i a n l a h d u a o r a n g i n i
lalu mulai be kerja.

K a ke k i t u s u d a h m e m a s a n g k u a l i d a r i t a n a h l i a t ,
mengisi air lalu menjerangnya di atas api.
Sementara itu, sambil menunggu air mendidih,
ka ke k i n i l a r i k e s a n a k e m a r i d e n g a n s i k a p c e k a t a n
mengambil ramuan obat -obatan. Setiap comot
sana ambil sini hidungnya se lalu mengendus
seperti anjing pelacak, tangannya menakar dan
menimbang daun -daun dan akar -akar obat tiada
hentinya.

M u l a - m u l a P e k Ho n g m e n g a w a s i s e m u a g e r a k -
g e r i k o r a n g d e n g a n pe r a s a a n t e g a n g d a n
s e r i n g ka l i i a m e n e n g o k k e a r a h B u K o n g
berbaring. Pemuda itu telentang di atas dipan,
m u ka n y a p u c a t s e m u h i j a u d a n k u n i n g j i n g g a ,
n a p a s n y a h a m p i r t i d a k t e r d e n g a r . Ha n y a d a d a n y a
yang mengembung perlahan dan berat itu sajalah
yang membuktikan bahwa jenderai muda itu
masih bernapas. Dipandang sepintas lalu dari
ke j a u h a n , k e a d a a n p e m u d a i n i t i a d a u b a h n y a
dengan mayat belaka.

736
"Hu j i n , t o l o n g a m b i l k a n t a b u n g b i r u d i a t a s
rumah !” tiba-tiba kakek monyet berteriak dan
gadis itu terkejut.

"A p a ? " P e k Ho n g t e r b e l a l a k . "D i a t a s r u m a h ? A t a s


yang mana, bukankah rumahmu ini t idak
bertingkat?"

"A h , h u j i n t i d a k t a h u . I t u , l a n g i t - l a n g i t r u m a h k a n
j u g a b i s a d i s e b u t a t a s ? N a h , h a r a p hu j i n k e
b e l a ka n g , m a s u k s a j a d a r i l u b a n g p e n u t u p a t a s d i
p o j o k ki r i , l a l u a m b i l t a b u n g b a m b u b e r c a t b i r u .
Ha r a p h a t i - h a t i , j a n g a n s a l a h a m b i l k a r e n a d i s i t u
a d a t i g a b u a h t a b u n g y a n g b e n t u k n ya s a m a . "

"A p a c a t n y a j u g a s a m a ? "

"T i d a k, y a n g s a t u b e r c a t h i j a u t u a d a n y a n g l a i n
ungu."

"B a i k, " P e k Ho n g m e n j a w a b d a n c e p a t d i a
menyelinap ke belakang rumah. Di sini ia
mencari-cari lubang penutup atap yang ka tanya
berada di pojok kiri, dan betul saja, gad is itu
melihat sebuah penutup yang terbuat dari kayu
tipis merah semacam triplex di pojok sana.

737
S e ka l i l o m p a t , t u b u h n y a m e l a y a n g k e a t a s d a n
tutup lubang atap itu dising kirkannya . Tubuh nya
terus menerobos dan akhirnya berada di langit -
l a n g i t r u m a h . S u a s a n a g e l a p , d i a m - d i a m P e k Ho n g
mendongkol sekali. Tiga buah tabung itu kalau
dilihat dari tempat gelap begini mana bisa
dibedakan? Yang satu ungu, yang lain biru dan
yang satunya lagi hijau tu a.

Mana orang tahu mana yang biru d an mana yang


ungu atau hijau tua? Di atas langit -langit rumah

738
ini memang betul berjajar tiga buah t abung
bambu, dan karena tidak kelihatan mana yang
biru dan yang ungu atau hijau segala macam,
m a ka d e n g a n g e m a s P e k Ho n g m e n g a m b i l
semuanya itu. Dia melompat kembali ke bawah
dan baru setelah berada di tempat terang begini
ke t i g a m a c a m b a r a n g i t u d a p a t d i b e d a k a n .
Ternyata yang biru adalah tabung yang di tengah,
m a ka d u a y a n g l a i n l a l u d i l e m p a r k a n P e k Ho n g k e
tempatnya semula. Kemudian dengan cepat dia
ke l u a r m e n e m u i k a k e k i t u d a n m e n y e r a h k a n
barang yang diminta.

"T e r i m a k a s i h , h u j i n , p e k e r j a a n m u c e p a t s e k a l i , "
SI D e w a M o n y e t t e r s e n y u m . "S e k a r a n g , k a r e n a
obat mulai mendidih dan lohu harus mengaduk
t e r u s , t o l o n g h uj i n b u k a b a j u s u a m i m u i t u . L o h u
hendak melihat kead aannya. "

P e k Ho n g t e r t e g u n d a n r a s a p a n a s m e m e n u h i
m u ka n y a . Tapi, k arena kakek itu telah
menganggap mereka sebagai suami -isteri, maka
dengan mengeraskan hati iapun menghampiri
pembaringan. Sejenak ia termangu, jantungnya
berdetak kencang. Namun setelah ia berhasil
menenangkan hati, dengan jari t angan sed ikit
g e m e t a r P e k H o n g l a l u m er a b a k a n c i n g b a j u B u

739
Kong dan perlahan -lahan membuka pa kaian
pemuda itu.

Selamanya gadis ini be lum pernah melakukan hal


begini, jadi t idak heran jika tiba -t iba mu kanya
bersemu dadu ketika melihat dada yang bidang
dan tampak ku at itu. Sekilas ia melirik ke arah
wajah B u K o n g s e a k a n k h a w a t i r k a l a u p e m u d a i t u
melihat perbuatannya, tapi pemuda itu sama
s e ka l i t i d a k b e r g e r a k . K u l i t m u k a n y a p u c a t
ke h i j a u a n d a n d i p e l i p i s k i r i n y a t e r d a p a t s e g a r i s
cahaya merah jingga.

Tentu saja rasa likat nona itu leny ap seket ika.


Melihat keadaan Bu Kong yang demikian
m e n g e n a s k a n , k e m b a l i h a t i n y a g e l i s a h . P a d a saat
itu tiba-tiba si kakek monyet kembali berseru.

"Hu j i n , t o l o n g k e m a r i s e b e n t a r . O b a t i n i h a r u s
t e r u s ku a d u k , t i d a k b o l e h k u t i n g g a l k a n . M a k a
tolong buka tabung biru itu dan tuangkan isinya
ke d a l a m k u a l i ! "

P e k Ho n g m e n o l e h d a n g a d i s i n i m a j u m e n g a m b i l
tabung yang ditaruh di samping ku ali obat. Dia
sudah hendak membuka tutup ta bung ket ika tiba-
t i b a S i D e w a M o n y e t b e r t e r i a k , "He e , j a n g a n
tergesa-gesa, nanti mere ka meloncat !"

740
"E h h , m e l o n c a t ? S i a p a y a n g m e l o n c a t ? " g a d i s i t u
t e r ke j u t d a n m u k a n y a b e r o b a h . D e n g a n s i n a r
mata tajam ia menatap ka kek itu dan ta k terasa
tabung yang dipegangnya itu terlepas. Ucapan Si
ka ke k m o n y e t m e m b u a t i a s e a k a n d i p a g u t u l a r .
Melihat naga-nag anya agakn ya isi tabung itu
barang hidup! Kalau tida k, masa dikat akan
"m e l o n c a t " s e g a l a ?

Dewa Monyet tidak segera menjawab, dia


t e r ke ke h d a n t a n g a n n y a b e r g e r a k , m e n y a m b a r
tabung biru yang terlepas d ari tangan gadis itu.
"A h h , h u j i n t i d a k t a h u . I n i l a h t e m a n - t e m a n k u
yang paling setia selama ini. Kalau saja tidak atas
p e r i n t a h h u j i n , m a n a l o h u m a u m e m b er i k a n
m e r e ka k e p a d a s e t i a p o r a n g ? He m m , s e b e n a r n y a
lohu merasa sayang juga, t api demi suami hujin
yang sakit parah, biarlah lohu berkorban."

Sampai di sin i wajah kakek itu tampak murung,


n a m u n h a n y a s e k e j a p s a j a k a r e n a s e g e r a s ikapnya
ke m b a l i s e p e r t i b i a s a . " Hu j i n , p e g a n g l a g i , t a a t i
perintah lohu," ka kek itu menyerahkan tabung di
t a n g a n n y a d a n t i b a - t i b a P e k Ho n g m e r a s a k a n
betapa di dalam tabung ini ada ben da bergerak-
g e r a k. G a d i s i n i m e n g k i r i k , m e m a n d a n g S i D e w a
Monyet dengan ragu -ragu, akan tetapi sambil

741
tertawa kakek itu menyusupkan tabung biru di
telapak t a n g a n n y a .

"Ja n g a n khawatir, a s a l l o h u b e r a d a d i s i n i , t e m a n
l o h u t i d a k a k a n merugikan orang l a i n , " k a k e k i t u
b e r ka t a s a m b i l menyeringai. "N a h , s ekarang h u j i n
b a l i kk a n tabung itu, kepalanya di
bawah.....ya.... ya begitu. Lalu pencet tutup atas,
hitung dari satu sampai t iga. Nah, mulai...”

D e m i ki a n l a h , sambil memberikan petunjuk


ke p a d a g a d i s i t u , k a k e k i n i t i b a - t i b a m e n g a d u k
obat di dalam kua li itu dengan cepat sehingga a ir
y a n g m e n d i d i h i t u b e r b u i h . P e k Ho n g m e n g a n g k a t
t a b u n g sep e r t i y a n g d i p e r i n t a h k a n S i D e w a
Monyet, diam -diam merasa tegang hatinya. Dan
m u l a i l a h k a k e k i t u b e r s e r u , "S a t u . . . . . d u a . . . . . .
tiga......hei !"

B e r s a m a d e n g a n t er i a k a n t e r a k h i r i t u t e r d e n g a r
s u a r a "k l i k - k lik-klik" t i g a k a l i d i s u s u l s u a r a
mendesis dan menciap macam cecak. Dari tutup
tabung bagian bawah tib a -tiba meluncur turun
t i g a e ko r b i n a t a n g , y a n g p e r t a m a a d a l a h s e e k o r
ka d a l , k e d u a s e e k o r t o k e k d a n y a n g t e r a k h i r
adalah seekor kelabang!

742
"P l u n g - p l u n g - p l u n g ! " k a r e n a d i t a r u h d i a t a s k u a l i
yang sedang digodok, tentu saja tiga ekor
binatang itu langsung nyemplung ke dalam
air obat dan terdengar si tokek menjerit keras
m e m e ka k k a n t e l i n g a . T i g a e k o r b i n a t a n g i t u
meloncat-loncat di atas air mendidih dan jelas
m e r e ka t a m p a k k e s a k i t a n s e k a l i . N a m u n s i k a k e k
monyet tidak perduli, mulutnya bersiul perlahan
seperti seorang ibu hendak meninabobokkan
bayinya sementara tangan kanan yang memegang

743
a d u ka n t e r u s b e k e r j a , m e m u t a r a i r o b a t y a n g
berbuih itu bersama tiga ekor binatang te rsebut.

P e k Ho n g t e r b e l a l a k d e n g a n w a j a h p u c a t ,
t e r ke s i a p m e l i h a t b a h w a i s i t a b u n g b i r u i n i
ternyata adalah binatang -bin atang menjijikkan
i t u . D a n t a d i i a t e l a h m e n g e m p i t "k u r u n g a n " i n i
di bawah ketia knya! Kalau s aja salah see kor
diantaranya lolos, bu kanka h d ia akan digigit
mampus? Melihat warna -warna kulit t iga e kor
binatang itu yang semuanya berwarna biru,
m a kl u m l a h g a d i s i n i b a h w a s e m u a b i n a t a n g i t u
merupakan binatang -binatang yang amat berbisa.
Dan sekarang tiga mahluk berbisa itu dijadikan
obat untuk B u Kong!

A p a ka h k a k e k i n i t i d a k m a i n g i l a ? P a d a s a a t i t u
t i b a - t i b a t e r d e n g a r s u a r a "n g u n g g . . . . . . . " y a n g
panjang dan dari dalam tabung menyelinap
s e e ko r k u m b a n g b e r s a y a p b i r u . T e n t u s a j a P e k
Ho n g y a n g m a s i h m e m e g a n g t a b u n g i t u t e r k e j u t
s e ka l i .

"A i h h . . . . . . . ! " g a d i s i n i b e r t e r i a k t e r t a h a n d a n
tabung yang ada di tangannya itu seket ika
dilempar jauh.

744
"P r a n g ! "t a b u n g p e c a h d a n s e k o n y o n g k o n y o n g
ke m b a l i d a r i d a l a m b e n d a i t u t e r d e n g a r s u a r a
"ngungg" s e p e r t i y a n g p e r t a m a , d a n t i b a - t i b a
ke m b a l i s e e k o r k u m b a n g t e r b a n g k e l u a r. P u c a t
m u ka P e k Ho n g m e n y a k s i k a n i n i s e m u a . T a d i d i a
mengira bahwa tabung itu sudah habis, tidak ada
isinya. Siapa sangka, tahu -tahu di da lamnya
masih tersisa dua ekor kumbang beracun!

"K a u … " b a r u s a j a i a b e r t e r i a k h e n d a k m e m a k i S i
Dewa Monyet, tiba-tiba Si Dewa Monyet sendiri
t a m p a k t e r k e j u t d a n b e r s er u , "He e , k e n a p a
tabung itu dibuang? Wah celaka, mereka keluar
s e m u a . Hu j i n , t o l o n g g a n t i k a n a k u m e n g a d u k o b a t
ini, biar aku menangkap kembali binatang -
binatang itu. Cep at, sebelum mereka me rat
ke l u a r . . . . . ! "

S i ka p y a n g g u g u p d a n w a j a h y a n g b e r o b a h d a r i
ka ke k i n i m e m b u a t P e k Ho n g m e n g h i l a n g k a n
curiganya. D an sini tahulah dia bahwa rupanya
ka ke k i t u t i d a k s e d a n g b e r m a i n g i l a a k a n t e t a p i
sungguh-sungguh tidak sengaja.

"K e n a p a k a u t i d a k m e m b e r i t a h u b a h w a d i d a l a m
tabung masih ada isinya? " gad is in i melotot
marah.

745
"A i h h , s a l a h k u . . . . . s a l a h k u s e m u a , t a d i l o h u l u p a
memberi tahu bahwa begitu tiga ekor binatang
pertama keluar, hujin seharusnya menekan
samping tabung sebelah kiri sehingga lubang
yang tadi terbuka untu k lolos itu tertutup
ke m b a l i . S i a p a k i r a , k a r e n a l o h u l u p a m e m b e r i
tahu hujin maka sekarang dua ekor kumbangku
l a r i . Hu j i n , c e p a t k e s i n i , a d u k o b a t i n i d e n g a n
gencar. Biar lohu yang me nangkap mereka
sebelum kabur!"

D e n g a n m u k a b e r s u n g u t P e k Ho n g c e p a t
menghampiri kakek itu dan menerima adukan
obat, sedangkan Dewa Monyet sendiri sudah
cepat meloncat dan duduk di atas tanah. Gadis ini
melihat betapa kakek itu mengeluarkan madu
dari dalam botol kecil, la lu mengoleskannya di
atas telapa k tang an, kemudian bersiul tinggi
rendah secara berirama.

Aneh. Dua e kor kumbang beracun yang tadi


t e r b a n g b e r p u t ar a n d i a t a s k a m a r , m e n d a d a k
mendengung keras dan tib a -tiba dua e kor
binatang ini membalik, menubruk ke arah s i kakek
monyet. Rupanya pangg ilan serta madu d i telapak
tangan kakek itu lah yang memanggil pulang dua
e ko r ku m b a n g i n i d a n b e g i t u m e r e k a m e l e k a t d i
atas madu, Si Dewa Monyet menangkapnya

746
dengan cepat dan berturut -turut dia menggulung
d u a e ko r b i n a t a n g i t u d i d a l a m l e n g a n b a j u n y a .

A ka n t e t a p i b a r u s a j a k a k e k i n i m e n a n g k a p
b i n a t a n g p e l i h a r a a n n y a , t i b a - t i b a P e k Ho n g
m e n j e r i t k a g e t . S i D ew a M o n y e t t e r k ej u t d a n
m e n o l e h , d a n t a m p a k l a h apa g e r a n g a n y a n g
membuat gadis itu berteriak.

Kiranya karena tadi melihat ka kek itu beraksi


menangkap sepasang kumban g, gadis ini berhenti
mengaduk satu putaran. Kejadian ini hanya
sedetik saja, akan tetapi toh cukup mem bawa
perobahan. Tiga macam binatang yang digodok
bersama di dalam air mendidih itu sebenarnya
b e l u m m a t i , m e r e k a m a s i h b er k e l o j o t a n d a n
meloncat-loncat lemah. Terutama si tokek.
Binatang ini yang p aling besar dan pa ling kuat.

M a ka b e g i t u a d u k a n b e r h e n t i s a t u p u t a r a n , t i b a -
tiba binatang ini menjerit keras dan sekuat
tenaga dia meloncat. Karena tidak ada
penghalang, tokek ini dapat melompat melewati
bibir kuali dan langsung jatuh di at as kaki Pek
Ho n g !

747
Tentu saja gadis itu kaget bukan ma in. Se ketika
ia merasa jantungnya berhenti berdenyut dan
m u ka n y a s e p u c a t m a y a t . D i a m e n j e r i t d a n p a d a
saat itulah si kakek monyet menoleh.

T o ke k b e s a r i n i s e d a n g k e s a k i t a n , t u b u h n y a
melepuh karena digodok air mendidih, maka
tentu saja begitu jatuh di lantai segera dia
menggigit dengan buas.

"K a u w - s i a n , t o l o n g . . . . . ! " P e k Ho n g m e n j e r i t n g e r i
dan ia mengipatkan ka ki sekuat tenaga. Akan
tetapi sungguh celaka. Tokek yang sudah ma rah
ini ternyata tida k dapat dilemparkan. Sekali dia
menggigit maka dia tida k mau sudah kalau belum
mencium darah. Dan karena gad is itu
mengenakan sepatu kulit, toke k ini menggigit
s e ke r a s n y a d a n t u b u h n y a m e l e k a t d i s i t u s e p e r t i
lintah. Konon menurut kab ar, jika ada geledek
menggelegar sajalah maka binat ang ini mau
melepaskan gigitann ya terhadap korban.

Untunglah pada saat yang berbahaya ini t iba -tiba


si Dewa Monyet mencelat d ari tempatnya dan
m u l u t n y a m e n g e l u a r ka n b e n t a k a n m e n g g e l e d e k .
S i t o ke k t e r k e j u t , m e n g i r a b a h w a a d a h a l i l i n t a r
berbunyi, maka sedetik dia melepaskan

748
gigitannya dan pada waktu yang tepat inilah
ka ke k m o n y e t i t u m e n a n g k a p l e h e r n y a .

"Ha y o k e m b a l i , a n a k m a n i s , j a n g a n b i k i n k a g e t
h u j i n ! " D e w a M o n y e t b er s e r u p e r l a h a n d a n c e p a t
s e ka l i t a n g a n n y a b e r g e r a k m e l e m p a r k a n t o k e k i n i
ke d a l a m k u a l i .

"P l u n g g . . . " b i n a t a n g i n i m e n j e r i t p a r a u d i d a l a m
air mendidih, meloncat -lonc at dengan keras
namun si kakek monyet telah mengaduk air itu
dengan gencar. Dengan cara adukan seperti ini,
tentu saja tokek itu ikut terputar dan tidak ada
ke s e m p a t a n b a g i n y a u n t u k m e l o l o s k a n d i r i .
Itulah sebabnya mengapa tad i kakek ini
menyuruh agar adukan diputar gencar.
M a ks u d n y a a d a l a h a g a r b i n a t a n g - b i n a t a n g i t u
tidak mampu keluar karena hanyut dalam putaran
ku a t .

S e m e n t a r a i t u P e k Ho n g t e r e n g a h - e n g a h ,
m u ka n y a p u c a t d a n g a d i s i n i m e m a n d a n g k e a r a h
ku a l i o b a t d e n g a n m a t a t e r b e l a l a k . B e t a p a
berbahayanya kejadian tadi, sed ikit terlambat
tentu ia akan tergigit binatang mengerikan itu.

"K a u w - s i a n , terima.....terima kasih atas


pertolonganmu....." gadis ini berkata setelah dia

749
menelan ludahnya satu kali, dan suaranya
terdengar agak gemetar. Memang gadis itu
merasa ngeri sekali. Bayangkan saja, seekor tokek
b e r ku l i t b i r u d a n a m a t b e r a c u n t e l a h m e n g g i g i t
sepatunya. Coba ka kinya te lanjang, bukankah
t o ke k itu a kan menggigit kakinya? Dan
membayangkan betapa binatang itu melekat kuat
di atas ka kinya benar -benar membuat murid Ta
B h o k Hw e s i o y a n g b i a s a n y a t a b a h i n i m e n j a d i
bergidik seram.

A ka n t e t a p i s i k a k e k m o n y e t h a n y a t e r k e k e h s a j a .
"Hu j i n k e n a p a s u n g k a n ? " k a t a n y a p e r l a h a n . “ B i a r
tidak hujin mint a se kalipun lohu tid ak berani
membiarkan hujin celaka, apalagi celaka di
tangan teman -temanku yang naka l ini.
Memangnya thai-siang su ka memberi ampun
ke p a d a l o h u k a l a u h a l i t u t e r j a d i ? "

P e k Ho n g t e r d i a m , t e r i n g a t a k a n c i n c i n d i j a r i
ka n a n n y a , h a l i n i m e m b u a t p e r a s a a n n y a t e n a n g
ke m b a l i d a n d i a t i d a k m a u b a n y a k b i c a r a l a g i ,
kh a w a t i r d i k e t a w a i k a k e k i t u k a l a u s u a r a n y a
masih menggigil.

D e m i ki a n l a h , s e t e l a h S i D e w a M o n y e t m e n g a d u k
ku a l i o b a t y a n g a i r n y a m e n d i d i h i t u dengan
putaran gencar, tiga ekor binat ang beracun yang

750
tadi meloncat-lon cat itu tida k dapat berkutik
lagi. Si kada l mengeluarkan suara mencicit
seperti anak tikus terjepit, lalu akhirnya diam
mengambang tergulung buih air di dalam kuali.
Begitu pula halnya dengan si kelabang d an tokek
tadi, dua ekor binatang inipun berkelojotan
lemah dan a khirnya terdiam ten ang, tanda
m e r e ka t e l a h m a t i t e r g o d o k a i r p a n a s i t u .

"Hu j i n , t o l o n g a m b i l k a n p i r i n g k e m b a n g , c e p a t ,
s e b e l u m d a g i n g t i g a e k o r b i n a t a n g i n i h a n c u r , " si
ka ke k m o n y e t t i b a - t i b a b e r s e r u d a n P e k Ho n g
yang sejak t adi menya kskan orang punya kerja,
tersentak dan cepat menghampiri rak piring di
s u d u t d a l a m , m e n g a m b i l p i r i n g k e m b a n g s ep e r t i
yang diminta kakek itu.

"D a n s e k a r a n g h a r a p h u j i n j a g a d a g i n g a j a i b i n i ,
lohu hendak meliha t kead aan suamimu, " kakek
itu meniup padam api tungku dan bangkit berdiri.

"E n h , b a g a i m a n a d e n g a n a i r o b a t i n i , K a u w - s i a n ? "

"B i a r ka n s a j a , h u j i n , t u n g g u s a m p a i d i n g i n . Y a n g
penting kau keluarkan dulu tiga ekor bina tang itu
dan letakkan d i piring kembang. Awas, hati hati,
racun di tubuhnya masih ganas. Lebih baik pakai

751
sumpit lohu yang tadi kupergunakan untuk
mengaduk mereka."

"B a i k, " g a d i s i t u m e n j a w a b n a m u n sikapnya a g a k


jerih. Dengan hati -hati ia menyumpit keluar tiga
e ko r ka d a l , t o k e k d a n k e l a b a n g i t u , m e n a r u h n y a
di atas piring kembang. Aneh, begitu menyentuh
d a s a r p i r i n g , t i b a - t i b a t e r d e n g a r s u a r a "c e s s " d a n
asap biru menguap keluar.

T e n t u s a j a P e k Ho n g t e r k e j u t d a r i h i d u n g n y a
mencium bau amis yang keras memuakkan. Cepat
gadis ini menjauhkan mukanya dan dengan hati -
hati dia meletakkan piring yang berisi t iga macam
b i n a t a n g i t u d e n g a n p e r u t m u a l . He n d a k d i a p a k a n
daging binatang -b inatang ini? D an tad i kakek itu
m e n g a t a k a n n y a s e b a g a i "d a g i n g a j a i b " .

S a m a s e k a l i P e k Ho n g t i d a k m e n g i r a b a h w a
ucapan yang dikeluarkan oleh Si Dewa Monyet ini
sesungguhnya memang benar begitu. Gadis ini
tidak t ahu betapa kad al biru itu ad alah sejenis
binatang yang amat langka did apat. Umurnya
sudah seratus tahun dan kulitnya yang kebiruan
itu menandakan usia binatang tersebut.

K o n o n m e n u r u t c er i t a o r a n g k a n g - o u w , k a d a l
macam begini hanya bis a didapat di d aerah

752
dingin, terutama di liang tikus di Pegunungan
Hi m a l a y a . I t u p u n t i d a k m u d a h d a n a m a t
berbahaya. Binatang ini dapat menyembur, dan
uap semburannya itulah yang sanggup membunuh
setiap manusia tidak lebih d alam jangka waktu
lima menit!

Itulah sebabnya tidak sembarang orang dapat


menangkap kadal yang amat ganas ini. N amu n, di
samping beracun dan amat berbahaya, konon
binatang itu dapat dijadikan ramuan obat
penawar segala bisa, kecuali racun dari tujuh ular
ke m b a n g y a n g o l e h o r a n g k a n g - o u w d i s e b u t Ji t -
c o a - t o k.

Entah darimana kakek sinting itu


memperolehnya, sukar untuk di ketahui. Yang
j e l a s , ka r e n a j e r i h m e l i h a t c i n c i n t a n d a k u a s a d a r i
Mo-i Thai-houw yang ditakutinya itu, ka kek ini
s e ka r a n g t e l a h m e n g o r b a n k a n k a d a l b e r a c u n n y a ,
b a h ka n m a s i h d i t a m b a h d e n g a n s e e k o r k e l a b a n g
dan seekor tokek.

Memang tidak ada seorangpun yang m engetahui


bahwa sebenarnya kakek yang tida k waras
o t a kn y a i n i a d a l a h s e o r a n g a h l i r a c u n y a n g a m a t
l i h a i . Ha n y a s e g e l i n t i r s a j a o r a n g k a n g - o u w y a n g

753
mengetahuinya dan itupun j a r a n g yang datang ke
Ang bhok-san.

D a n s e ka l i p a n d a n g d a l a m p e r t e m u a n n y a d e n g a n
dua orang itu kake k ini tahu bahwa Bu Kong
d i s e r a n g r a c u n Ji t - c o a - t o k . S u n g g u h m a t a n y a
yang awas itu patut dipuji. Dan karena Dewa
Monyet ini maklum bahwa dengan seekor kadal
s a j a ku r a n g m e y a k i n k a n , m a k a s e k a r a n g k a k e k i t u
m e n a m b a h r a m u a n ob a t n y a d e n g a n s e e k o r
ke l a b a n g d a n s e e k o r t o k e k . S e m u a b i n a t a n g i n i
diperolehnya dari Pegunungan Himalaya dan
s u d a h lama m e n j a d i s a h a b a t n y a .

M a ka t i d a k l a h h e r a n k a l a u d i a m - d i a m d i a
meringis melihat betapa barang yang dimilikinya
s e l a m a b e r t a h u n - t a h u n i t u h a r u s d i b er i k a n
ke p a d a o r a n g l a i n s e c a r a p e r c u m a . K a l a u s a j a d i a
tidak melih at cin cin tanda kuas a itu, tentu dia
tidak a kan sudi membantu dua orang ini, apa lagi
murid Mo-i-Thai-houw sendiri telah
meninggalkan tempat itu.

Apa yang ditakutinya? Tapi, ka kek ini tida k berani


main gila. Mo-i Thai-houw benar -benar siluman
betina. Wanita iblis itu dapat muncul sewaktu -
w a kt u , m a k a i n i l a h y a n g m e m b u a t D e w a M o n y e t
berhati-hati. Kalau saja kake k itu tahu bahwa

754
orang yang dita kutinya ini sudah lama meninggal,
t e n t u ke a d a a n d u a o r a n g i t u a k a n t e r b a l i k s e r a t u s
delapanpuluh derajat.

D e m i ki a n l a h , s e t e l a h m e n g g o d o k d a u n d a n a k a r -
a ka r a n y a n g m a s i h d i c a m p u r d e n g a n s a r i n y a t i g a
e ko r b i n a t a n g b e r a c u n , o b a t y a n g d i b u a t k a k e k
itupun selesai. Api tungku sudah dipadamkan,
m a ka s e l a n g b e b e r a p a m e n i t k e m u d i a n o b a t i t u
dapat diminumkan.

S e ka r a n g s e t e l a h d i a m e n y e r a h k a n "d a g i n g a j a i b "
ke p a d a s a n g "h u j i n ", k a k e k i n i m e n g h a m p i r i B u
K o n g y a n g m e n g g e l e t a k d i a t a s d i p a n . Ja r i
tangannya yang panjang dan kurus itu meraba -
raba dada, ketuk san a ketuk s ini ditulang ig a dan
tiba-tiba kakek ini berteriak.

"He e , p e m u d a i n i s u d a h p e r n a h d i t o t o k o r a n g !
Hu j i n , s i a p a k a h y a n g m e l a k u k a n p e r t o l o n g a n
pertama bagi suamimu itu?"

G a d i s itu m e n o l e h d a n s e p a s a n g m a t a n y a
bersinar. Ia melihat wajah si Dewa Monyet penuh
ke h e r a n a n , d i a m - d i a m P e k Ho n g m e r a s a k a g u m
j u g a . D e n g a n tepat k a k e k i t u m e n g e t a h u i b a h w a
Yap goanswe pernah ditolong orang yaitu dengan

755
cara totokan-totokan di depan tubuh, benar -
b e n a r ka k e k i n i b u k a n o r a n g s e m b a r a n g a n .

M a ka d e n g a n s u a r a p e r l a h a n d i a m e n j a w a b .
"M e m a n g b e t u l , d a n y a n g m e n o l o n g a d a l a h g u r u -
nya sendiri....."

"A h , h e b a t k a l a u b e g i t u ! " k a k e k i n i b e r s e r u .
"K u l i h a t t o t o k a n y a n g d i l a k u k a n m e n g a n d u n g
tenaga Yang, sungguh tepat untuk pertolongan
p e r t a m a b a g i s u a m i m u i n i . Ji k a t i d a k t e n t u r a c u n
Ji t - c o a - t o k s u d a h m e m a s u k i j a n t u n g n y a d a n
biarpun ada dewa menolong juga tidak keburu
lagi !"

Dewa Monyet tampak tercengang heran dan Pek


Ho n g m e n a n t i p e r t a n y a a n o r a n g . D i a mend u g a
bahwa kake k itu tentu a kan menanyakan siapa
gerangan guru pemuda itu, namun ia kecelik.

Ternyata kake k itu diam saja, sikapnya acuh tak


acuh. Dia sedang memandang pas iennya dengan
penuh perhatian lalu tiba -tiba membalikkan
tubuh Bu Kong, ditelungkupkan di atas dip an.

P e k Ho n g h a m p i r s a j a m e n g e l u a r k a n j e r i t
tertahan ketika menyaks ikan apa yang dilih at nya.

756
Ternyata tidak seperti bagian depan tubuh yang
putih bersih, adalah di belakang punggung ini
tubuh pemuda itu gosong tujuh warna sehingga
persis warna pelangi. Ada biru, merah, hijau,
ku n i n g d a n s e b a g a i n y a , s e m u a n y a t u j u h w a r n a !

"A i h h . . . . ! " K a u w - s i a n b e r s e r u h e r a n . "S un g g u h


hebat pemuda ini, d ia mas ih dapat bertahan dan
semua racun b e r k u m pu l di belakang
punggungnya. Nyata tenag a dalamnya benar -
b e n a r l u a r b i a s a s e k a l i ! Hu j i n . . . " k a k e k i t u
m e n o l e h k e a r a h P e k Ho n g , "c o b a s e g e r a c a r i t a l i
y a n g ku a t , l o h u m e m e r l u k a n n y a . . . . . "

Gadis itu mengangguk dan cepat mencari t ali


yang dimaksud. Kebetulan di bela kang kamar ter -
dapat segulung ta li sebesar ibu jari, maka
diambilnya t ali ini dan diberikannya kepada kakek
itu.

"W a h , s u a m i m u i n i b e n a r - b e n a r h e b a t s e k a l i ,
h u j i n , s u n g g u h b e r un t u n g k a u m e n j a d i i s t e r i n y a ! "
ka ke k i t u b e r k a t a l a g i s a m b i l m e n g g e l e n g -
g e l e n g ka n k e p a l a p e n u h k e k a g u m a n . "S e l a i n k e n a
r a c u n Ji t - c o a t o k , j u g a a g a k n y a s e b e l u m i n i d i a
minum obat perangsang. Aneh, sudah punya
isteri begini mengapa suam imu itu minum obat
perangsang segala?"

757
P e k Ho n g t e r k e j u t . "A p a ? O b a t p e r a n g s a n g ? ”
gadis I N I terbelalak.

"Y a , " k a k e k i t u m e n g a n g g u k , "S u a m i m u i n i p e r n a h


M I N U M obat perangsang. Lihat, bawah pusarnya ada

b e ka s m e r a h m e m a n j a n g , r u p a n y a s e j e n i s a r a k
obat yang amat hebat daya rangsangnya. ...."
ka ke k i n i l a l u m e n y i n g k a p s e d i k i t p a k a i a n p e m u d a
i t u ke b a w a h n a m u n P e k Ho n g s e g e r a m e l e n g o s .
P i p i n y a m e n j a d i m e r a h b u k a n m a i n d a n p er a s a a n
j e n g a h m e m b u a t n y a ki k u k .

"E h h , ke n a p a m e m a l i n g k a n m u k a ? B u k a n k a h i n i
adalah suamimu sendiri?" Si Dewa Monyet
menegur dan matanya memandang curiga.

Kembali gadis itu terkejut dan sejenak dia


menjadi gugup. Tapi, sekali otaknya bekerja
iapun sudah mendapatkan akal untuk
menghilangkan kecurigaan kake k ini.

"K a u w - s i a n , d i a m e m a n g p e r n a h d i c e k o k i a r a k
oleh seorang iblis betin a da lam ke adaan tak
sadar. Itulah sebabnya maka dia.... dia t iba -tiba
b e r s i ka p k a s a r k e p a d a k u . T e r i n g a t k e j a d i a n i n i
h a t i ku s a k i t s e k a l i , m a k a a k u s e g a n m e m a n d a n g .
Sama sekali aku tidak mengira bahwa arak yang
diminumkannya itu ad alah arak perangsang.

758
He m m , k a l a u t a h u b e g i n i t e n t u a k u a k a n m e n g a d u
jiwa dengan siluman betina itu!"

K a ke k i t u tidak memberi komentar dan


ke c u r i g a a n n y a l e n y a p . K a l a u b e n a r b e g i t u , t e n t u
saja nyonya in i sakit hati d iperlakukan kasar oleh
suaminya. D an dari jalur merah di bawah pus ar
i t u ka ke k i n i m e n d a p a t k a n k e n y a t a a n b a h w a a r a k
perangsang yang diminum oleh pemuda itu benar -
benar memiliki pengaruh memabokkan yang lu ar
biasa.

"S u n g g u h heran, siapa iblis betina yang


ka u m a ks u d k a n i t u d a n a p a k a h s uamimu ini
diracun oleh wanita itu pula?"

"B e n a r , t a p i y a n g m e m b e r i k a n r a c u n t e n t u
gurunya, bukan siluman betina itu," gadis ini
menjawab dan sekarang tahulah dia apa sebabnya
B u K o n g t i d u r s ep e m b a r i n g a n d e n g a n mu r i d
Cheng-gan Sian-jin dan terlih at oleh Ma la ikat
Gurun Neraka. Pantas saja ka lau begitu, dan dua
orang musuh ini benar -benar jahat sekali, kejam
dan tidak tahu malu, terutama Tok -sim Sian-li itu.

"He m m . . . . . " P e k Ho n g m e n g e p a l t i n j u n y a d a n
m u ka n y a m e n j a d i m e r a h . S i a p a t i d a k m a r a h

759
membayangkan murid perempuan Cheng -gan
Sian-jin itu mempermainkan pemuda ini? Maka
s a m b i l m e n d e s i s g a d i s i n i l a l u b e r k a t a , "T o k - s i m
Sian-li, tunggulah kau. Suatu hari aku tentu akan
mengorek jantungmu yang busuk itu!"

Dewa Monyet tadin ya bersikap tidak perdulian,


tetapi ketika mendengar nama Tok -sim Sian-li
ka ke k i t u t a m p a k n y a t e r t a r i k . "T o k - s i m S i a n - l i ? "
ka t a n y a h e r a n . "S i a p a k a h w a n i t a i n i , h u j i n ?
Kenapa lohu belum pernah dengar julukannya?
A g a kn y a t o k o h i t u s e o r a n g y a n g b a r u s a j a m u n c u l
di dunia kang -ouw."

P e k Ho n g m e n g a n g g u k . "B e n a r , d i a m e m a n g b a r u
muncul, akan tetapi gurunya bukan orang baru
lagi bagi dunia kang -ouw karena dia adalah
pentolan yang paling jahat di dunia ini!"

"E h h , s i a p a k a h kalau begitu? Mungkin lohu


ke n a l . "

"K a u t e n t u m e n g e n a l n y a , K a u w - s i a n , k a r e n a
tigapuluh tahun yang lampau ib lis ini te lah mem -
b u a t ke o n a r a n b e s a r . "

760
K a ke k i t u t a m p a k t e r c e n g a n g d a n t i b a - t i b a
m a t a n y a b e r s i n a r a n e h . "T i g a p u l u h t a h u n y a n g
lalu? Apakah dia adalah.......... "

"B e t u l , " P e k Ho n g m e m o t o n g . "D i a b u k a n l a i n


adalah Cheng-gan Sian-jin!"

"A a h h . . . . . . ! " k a k e k i t u b e r s e r u t e r t a h a n d a n
t a m p a k t e r k e j u t . "C h e n g - g a n S i a n - j i n ? J a d i t u a
b a n g ka j a h a n a m i t u y a n g m e m b i k i n s u s a h
suamimu ini, hujin? Bagaimana mungkin?
B u ka n ka h iblis itu sudah lama t idak
menampakkan diri setelah keka lahannya di
tangan manusia berkedok misterius?"

"I t u l a h d u g a a n y a n g ke l i r u . S i l u m a n t u a i t u t i d a k
mampus, hanya bersembunyi di suatu tempat.
Setelah sekarang merasa aman karena musuhnya
juga tidak terdengar lagi namanya di dunia kang -
ouw, maka dia muncul lagi dan kembali
m e l a ku k a n k e j a h a t a n - k e j a h a t a n t e r k u t u k . "

"A h h . . . . . hmm.... begitukah?" kakek ini


termenung dan tiba -tiba mukanya menjadi
beringas, matanya melotot dan mendada k kakek
ini memekik, “Cheng -gan Sian-jin bangsat tua,
awas kau, lohu hendak mencarimu untuk
menuntut balas! P er h i t u n g a n lama harus

761
dilunaskan d an sebelum melihat kau terbujur
menjadi mayat, mana aku mau mampus terlebih
dahulu ?"

P e k Ho n g t i d a k t e r k e j u t m e n d e n g a r k a t a - k a t a i n i
ka r e n a s e b a g a i d a t u k s e s a t , t e n t u s a j a C h e n g - g a n
S i a n - j i n m e m i l i k i b a n y a k m u s u h . Ha n y a y a n g d i a
tidak mengerti adalah permusuhan apa kah yang
terdapat diantara dua orang ini?

"K a u w - s i a n , k a u p u n ki r a n y a j u g a m e m u s u h i i b l i s
itu? Ah, sungguh kebetulan se kali. Kita berdiri di
satu pihak dan aga knya kita dapat saling
membantu..."

"T i d a k, h u j i n , i n i u r u s a n p r i b a d i l o h u . S a k i t h a t i
ini hendak lohu balas kan seorang diri d an apapun
yang terjadi, as al lohu sudah menuntut b alas
m a ka a k a n l e g a l a h p e r a s a a n k u . "

"He m m , j a n g a n k a u s o m b o n g . S e o r a n g d i r i m a n a
ka u m a m p u ? "

"M e m a n g l o h u t i d a k m a m p u , a k a n t e t a p i d i b a n t u
dengan anak buahku pasukan monyet ini masa
tidak a kan berhasil ?"

762
P e k Ho n g t e r k e j u t d a n s e g er a d i a s a d a r . T i b a - t i b a
terlintas suatu p ikiran b aik di ot aknya . Benar,
dengan pasukan monyet yang banya k jumlahnya
itu mustahil Cheng -gan Sian-jin tidak dapat
dibuat k e w a l a h a n ?Dan, ka lau kela k Yap -goanswe
dibantu oleh kake k in i membuat kegaduhan di
pihak musuh, bu kankah Wu -sam-tai- ciangkun
a ka n ke l a b a k a n ?

P i ki r a n i n i m e m b u a t h a t i n y a g i r a n g d a n s e n y u m
m a n i s t e r s e m b u l d i m u l u t n y a . "B e n a r j u g a ,
ke n a p a a k u m e l u p a k a n p a s u k a n m u i t u ? " P e k Ho n g
b e r ka t a d e n g a n m a t a b e r s i n a r - s i n a r . "D e n g a n b e -
gini, rupanya iblis itu mau ngacir juga t idak
gampang. Baiklah, walaupun kita sebenarnya satu
golongan, akan tetapi biarlah kita bergerak
sendiri-sendiri. Sekarang yang pe nting adalah
pengobatan... suamiku in i, Kauw -sian."

K a ke k i t u m e n g a n g g u k d a n t a n p a b a n y a k b i c a r a
dia lalu menghampiri pembaringan. Segera dia
b e ke r j a c e p a t , s e t e l a h m e r a b a t u b u h d i s a n a - s i n i ,
l a l u ka ke k i n i m e l o m p a t k e a t a s s e b u a h b e l a n d a r
rumah. Tali yang dipegangnya d iikatkan di sini,
ke m u d i a n s a m b i l m e m b a w a u j u n g s a t u n y a , D e w a
Monyet ini meloncat turun.

763
P e k Ho n g m e l i h a t s e m u a p e k e r j a a n o r a n g d a n
dengan heran dia melihat betapa ka kek itu lalu
m e n g i ka t k e d u a k a k i Y a p g o a n s w e , m e n y e r e t n y a
sampai di bawah belandar tadi lalu menarik ujung
tali perlahan -lahan sehingg a tubuh pemuda ini
tergantung di udara!

"He e ke n a p a o r a n g s a k i t m a l a h d i g a n t u n g ? A p a -
apaan ini? " gadis itu tak tahan dan berseru
dengan mata terbelalak.

N a m u n D e w a M o n y e t t i d a k p e r d u l i . "Hu j i n , h a r a p
jangan banyak bertanya. Karena kulihat totokan
di depan tubuh sudah dilakukan orang la in, maka
lohu hendak melanjutkan totokan d i bagian
b e l a ka n g . R a c u n t e r t a h a n d i p u n g g u n g n y a , d a n i n i
hendak lohu buyarkan dulu. Baru setelah itu dia
ki t a m i n u m i o b a t p e n a w a r b i s a . C a r a y a n g h e n d a k
lohu pergunakan ini mempersingkat waktu dan
begitu selesai, segera dia a kan muntahkan semua
isi perutnya yang kotor. Oleh sebab itu harap
hujin singkirkan jauh -jauh mangko k obat itu dari
sini."

Mendengar keterangan ini gadis itu lalu tidak


b a n y a k b e r t a n y a l a g i d a n s e g e r a ia m e n y i n g k i r k a n
m a n g ko k o b a t d a n b e n d a - b e n d a l a i n y a n g a g a k
b e r d e ka t a n d e n g a n t u b u h k a k e k i t u .

764
L a l u S i D e w a M o n y e t k e m b a l i b e r k a t a , "D a n k a l a u
lohu memerlukan sesuatu harap hujin tolong
ke r j a ka n . "

"B a i k, a k u s i a p m e m b a n t u m u , " P e k Ho n g
mengangguk dan gadis ini memandang semua
tindak-tanduk kakek itu dengan penuh perhatian.

Mulailah se karang Dewa Monyet be kerja. Setelah


tubuh pasiennya digantung terbalik dengan kaki
di atas kepala di bawah begini, ka kek itu lal u
d u d u k b e r s i l a d i b e l a ka n g s i s a k i t . K e d u a m a t a n y a
dipejamkan dan ka kek ini lalu mencurahkan
segenap perhatiannya kepada titik manunggal.
Itulah titik pusat di mana seseorang sedang
mencoba untuk membangkitkan hawa lweekang.

S e m u a orang p e r s i l a t a n m e n g e r t i t e n t a n g h a l i n i ,
m a ka P e k Ho n g j u g a t i d a k m e n g g a n g g u . P e r l a h a n -
lahan muka kake k itu mulai berobah, w a r n a m e r a h
menjalari seluruh mukanya, lengannya, tubuhnya
d a n s e ku j u r badan. I n i l a h tanda dari bangkitnya
h a w a l w e e k a n g y a n g t e r k o n t r o l d a n tampaklah
tubuh Dewa Monyet mulai menggigil seperti
o r a n g ke d i n g i n a n .

765
S e m a ki n l a m a t u b u h k a k e k itu s e m a k i n g e m e t a r
ke r a s d a n s e t e l a h k e a d a a n macam i n i b e r j a l a n
ku r a n g l e b i h l i m a m e n i t lamanya, t i b a - t i b a k a k e k
itu membuka mat anya dan mengeluarkan
b e n t a ka n n y a r i n g .

"Ha i i t t t . . . ! " m u l u t m e n g g e r u n g t u b u h m e l o n c a t ,
dan jari tanganpun tidak tinggal diam. Begitu
membentak kakek ini sud ah menggerakkan dua
jari telunjuk dan jari tengah melakukan totokan
d i j a l a n d a r a h T h a i y a n g - h i a t . Ja l a n d a r a h i n i
mempunyai tiga cabang urat halus, maka begitu
m e n y e n t u h j a l a n d a r a h T h a i - y a n g h i a t i n i , kakek
itupun langsung menotok tiga cabang jalan darah
ini.

"T u k - t u k - t u k - t u k k ! "

Empat kali berturut -turut kakek ini menotok


dengan gerakan secepat kilat, lalu ket ika
tubuhnya meluncur turun, totokan pertama di
bagian inipun rampung. Namun, baru saja
pantatnya menyentuh lantai, t iba -tiba kembali
Dewa Monyet membentak nyaring d an tubuhnya
mencelat ke atas, kali in i menotok jalan darah
Yong-gi-hiat yang mempunyai enam cabang jalan
d a r a h ke c i l d i s i s i k i r i d a n k a n a n .

766
Dan begitu toto kan d i jalan darah Yong -gi-hiat ini
selesai, kembali ka kek itu menggerung dan
menotok jalan darah lain. Berturut -turut dia
melancarkan totokan di sembilan belas jalan
darah pusat yang masih ditambah dengan totokan
di delapan puluh sembilan jalan darah halus.
Total jenderal pekerjaan yang dilakukan oleh
ka ke k i n i b e r j u m l a h s e r a t u s d e l a p a n b u a h j a l a n
darah!

Tentu saja memakan tenaga yang tidak sedikit.


Sebentar saja muka yang merah itu se makin
merah dan keringat mem basahi tubuh kakek ini.
A ka n t e t a p i D e w a M o n y e t a g a k n y a t i d a k
mengenal lelah. Sebelum pekerjaannya selesai,
dia sama se kali tidak mau berhenti dan setelah
t o t o ka n d i s e r a t u s d e l a p a n b u a h j a l a n d a r a h i t u
rampung, tubuhnya nglimpruk di at as lantai
dengan napas ngos-ngosan !

"Hu j i n , t o l o n g a m b i l ka n t a b u n g m e r a h d i k a m a r
o b a t ku . C e p a t , l o h u p a y a h s e k a l i , " kakek itu
b e r ka t a d e n g a n t e r e n g a h - e n g a h .

P e k Ho n g m e n g i a k a n d a n d e n g a n c e p a t m e m a s u k i
ka m a r o b a t . S e t e l a h m e n c a r i - c a r i s e j e n a k ,
a kh i r n y a d i a m e l i h a t t a b u n g m e r a h y a n g
d i m a ks u d . K a r e n a t a d i s u d a h a d a "p e n g a l a m a n "

767
tentang isi dari tabung biru, maka dengan tangan
agak menggigil gadis ini menduga -duga apa pula
gerangan isi daripada tabung merah ini.

D a n P e k Ho n g s e m a k i n m e n g k i r i k k e t i k a t i b a - t i b a
tabung yang dipegangnya itu bergerak-gerak dan
terdengar suara mencicit lemah di d alam benda
ini! Sungguh kalau bisa ia ing in melepaskan
tabung itu sa king gelinya. Namun karena dia
harus menolong kakek itu, maka dengan menahan
rasa seram dia cepat berlari keluar dan
menyerahkan tabung ini. Lebih cepa t berada di
tangan kakek itu baginya sungguh jauh lebih baik.

S i ka ke k m o n y e t m e m b u k a m a t a n y a y a n g k u y u
dan begitu menerima tabung ini, serentak
matanya yang t adi redup seperti orang hendak
tidur saking lelahnya itu tiba -t iba ber sinar
gembira.

"T e r i m a k a s i h , h u j i n . I n i l a h o b a t k u y a n g p a l i n g
mujarab. Setiap kali lohu merasa kec apaian, maka
isi dari tabung inilah yang dapat mengembalikan
tenaga lohu, heh -heh-heh," kake k itu tertawa dan
"c r e t " d i a m e m b u k a t u t u p t a b u n g .

Apa yang keluar? Tidak ada, Akan tetapi meskipun


tidak ada yang meloncat seperti tokek dan lain -

768
l a i n n y a t a d i , t e t a p s a j a Pek Ho n g b e r t e r i a k
tertahan dan seketika gad is ini hendak muntah -
muntah saking jijiknya .

Ternyata di dalam tabung merah ini penuh


dengan cindil (anak tikus yang baru berumur be -
b e r a p a h a r i d a n m a s i h m er a h ) ! K e r u a n g a d i s i t u
t e r b e l a l a k d a n "h u a a k k ", t a n p a d a p a t d i c e g a h l a g i
mulutnya tumpah -tumpah ketika dia melihat
betapa sambil terkekeh -kekeh ka kek itu
mengambil seekor cindil ini d an menelannya
begitu saja seperti orang makan kueh bis kuit!

"Ha - h a - h a , h u j i n j a n g a n m e m a n d a n g l o h u ! " D e w a
M o n y e t t e r t a w a g e l i . "K a l a u h u j i n m e m a n d a n g ,
t e n t u s a j a t i d a k t a h a n . He m m , k a u m w a n i t a
sebenarnya kurang dapat menghargai daging
begini. Tahukah hujin bahwa makanan hidu p ini
d a p a t m e m b u a t o r a n g u m u r p a n j a n g ? He h - h e h -
heh......."

K a ke k i t u t e r k e k e h - kekeh n a m u n P e k Ho n g s u d a h
cepat menjauhi kakek ini dengan hati men -
d o n g ko l b u k a n m a i n . K a l a u s a j a k a k e k i t u b u k a n
m e r u p a k a n b i n t a n g p e n o l o n g B u K o ng , t e n t u
setidak-tida knya ia akan menghajar orang yang
telah membuat dia tumpah -tumpah seperti itu.

769
A ka n t e t a p i s y u k u r l a h , s e t e l a h m e n e l a n l i m a e k o r
anak tikus yang masih ba yi in i, ka kek itu sudah
menutup tabung dan menyimpannya di balik
bajunya yang longgar. Agaknya ucapannya tadi
memang betul, karena begitu selesai
menyantap makanan nikmat tadi, ka kek ini
s u d a h b e r d i r i d e ng a n t u b u h s e g ar . D i a m e n g u s a p
ujung bibirnya yang sed ikit ternoda darah,
tertawa-tawa kecil d an tampak puas se kali.

Sementara itu, Yap -goanswe yang telah ditotok


sebanyak seratus delapan buah jalan darah ini
ternyata mengalami perobahan. Muka yang tadi
p u c a t ke h i j a u a n s e r t a b e r c a m p u r w a r n a j i n g g a i t u
s e ka r a n g p e r l a h a n - l a h a n b e r s e m u m e r a h d a n
tubuhnyapun mulai bergerak -gerak di tiang
gantungan itu. Keadaannya ini sung guh mirip
s e e ko r j e n g k e r i k y a n g s e d a n g d i j a n t u r o l e h
tuannya, menggelikan namun juga menyedihkan.

A ka n t e t a p i , d e m i s e l a m a t n y a j i w a o r a n g y a n g
d i c i n t a t e n t u s a j a P e k Ho n g t i d a k b a n y a k p u s i n g .
Perobahan yang terjadi ini sudah dilihatnya dan
diam-diam ia merasa girang bukan main.

770
"K a u w - s i a n , d i a . . . d i a m u l a i b e r g e r a k s a d a r , "
gadis itu berbisik d an mukanya menjadi tegang.

Dewa Monyet yang juga sud ah melihat


p e r ubahan i n i m e n g a n g g u k . "H a r a p h u j i n
tenang-tenang saja. Totokan lohu agakn ya telah
membuyarkan kumpulan racun yang mengeram di
punggung dan sekarang racun -racun yang amat
b e r b a h a y a i t u m e n g a l i r d i p e ru t n y a . S e b e n t a r l a g i
d i a a ka n m u n t a h - m u n t a h d a n s e k a r a n g j a l a n
paling baik bagi hujin adalah memasak ang -sio-
bak (daging dimas ak angsio at a u digoreng dengan
diberi saus) untuk suamimu itu."

"A p a ? " P e k Ho n g t e r k e j u t . "M a s a k a n g - s i o - b a k ?


Memangnya di tempatmu ini ada persediaan
daging, Kauw -sian?"

K a ke k i t u t e r t a w a , "K e n a p a t i d a k ? B u k a n k a h t i g a
e ko r b i n a t a n g d i a t a s p i r i n g k e m b a n g i t u l e b i h
d a r i c u k u p u n t u k m e m b u a t a n g - s i o - b a k ? Hu j i n
harus membuang segala rasa jijik kalau ingin
melihat suami sendiri selamat. Nah, terserah
a p a ka h h u j i n m a u m e m a s a k n y a a t a u k a h t i d a k
lohu tidak ambil pusing."

771
Mata yang indah itu terbelalak memandang Si
Dewa Monyet, lalu melirik ke arah piring kem -
b a n g . S e j e n a k g a d i s i n i t e r t e g un , s a m a s e k a l i
tidak mengira bahwa tiga ekor kadal, kelabang
d a n t o ke k i t u h e n d a k d i j a d i k a n m a s a k a n a n g - s i o -
b a k. B a r u m e l i h a t b i n a t a n g - b i n a t a n g i n i s a j a d i a
sudah geli dan jijik, belum lagi menyentuhnya
!

Dan sekarang perintah kakek itu aga knya t idak


dapat dibantah lagi. P e k Ho n g mengeraskan hati
dan tanpa banyak cakap lagi diapun lalu
m e n g h a m p i r i p i r i n g k e m b a n g d a n m e n g e rj a k a n
permintaan kakek i t u .

Teringat betapa tiga ekor binatang ini adalah


m a h l u k - m a h l u k b e r b i s a , diam- d i a m h a t i n y a
ke b a t - ke b i t t i d a k k a r u a n . N a m u n t e r d e n g a r k a k e k
i t u b e r k a t a , "Hu j i n t i d a k u s a h k h a w a t i r . P i r i n g
ke m b a n g i t u t e l a h m e n o l a k s e m u a r a c u n y a n g a d a
di tubuh mereka, jadi dipegang dengan
tanganpun juga tidak apa."

"O , b e g i t u ? B a i k l a h , " h a n y a i n i s a j a y a n g k e l u a r
dari mulut si nona dan iapun sudah mengambil

772
s e e ko r d e m i s e e k o r t i g a m a h l u k m e n j i j i k k a n i t u
dengan cepat. Pantas saja ketika tadi dileta kkan
d i a t a s p i r i n g s e g e r a t e r d e n g a r s u a r a "c e s s ",
ki r a n y a p i r i n g i n i p u n b u k a n p i r i n g s e m b a r a n g a n .
A g a kn y a p i r i n g a n t i b i s a y a n g d a p a t m e n a w a r k a n
s e m u a j e n i s r a c u n . M em b a y a n g k a n b a h w a k a k e k
itu dapat memiliki bermacam -macam barang
b e g i n i s u n g g u h m e m b u a t or a n g h e r a n b u k a n
main. Dari mana sajakah Si Dewa Monyet
memperoleh benda-benda itu?

A ka n t e t a p i P e k Ho n g t i d a k m a u m e r e n u n g k a n
pertanyaan ini lebih jauh. Yang penting sekarang
adalah menjalankan p e k e r j a a n i n i , m e m b u a t
a n g - s i o - b a k dari d a g i n g k a d a l , k e l a b a n g dan
tokek ! S u n g g u h i n i m e r u p a k a n p e r i s t i w a
langka, karena m a n a d i dunia i n i t e r d a p a t
m a s a ka n ang- s i o - b a k dengan d a g i n g tiga ekor
binatang begituan?

(Bersambung jilid ke XIII)

Pendekar Gurun Neraka—Jilid 12

773
Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 12

774
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 13

D E Ml K l A N L AH , t a n p a b a n y a k b i c a r a l a g i g a d i s i t u
l a l u m e n y a l a k a n p e r a p i a n d a n m e n g e rj a k a n
p e ke r j a a n n y a d e n g a n c e p a t . M e s k i p u n m u l a - m u l a
t e n g ku k n y a a g a k m e r i n d i n g k e t i k a m e m e g a n g
tubuh tiga ekor binatang itu, akan te tapi setelah
ia mengupas kulitnya sehingga tampak dagingnya
yang putih bersih, lenyaplah perasaan jijiknya.
Dalam keadaan seperti itu daging tig a ekor
binatang inipun tidak banyak bedanya dengan
daging kelinc i atau ular.

Sementara itu di lain tempat, Dewa Monyet


sedang memandang penuh perhatian ke arah
pasiennya yang mulai bergerak -gerak di tali
gantungan. Sepasang mata kakek ini t ak pernah
b e r ke d i p , w a j a h n y a a g a k t e g a n g n a m u n s i n a r
matanya berseri gembira.

775
Seperti juga tabib -tabib lain, kake k inipun
memiliki wata k yang tidak jauh berbeda, yakni
a ka n m e r a s a g e m b i r a d a n b a n g g a a p a b i l a p a s i e n
yang diobatin ya d apat sembuh. D an aga knya
b e ka s j e n d e r a l m u d a i t u p u n j u g a m e n u n j u k k a n
tanda-tanda yang menggirangkan hati in i.

P e k Ho n g s e n d i r i y a n g b e k e r j a d i p e r a p i a n j u g a
tampak tegang. Sambil memasak ang -s io-bak
gadis ini selalu menengok keada an Bu Kong
dengan penuh harapan. Dua orang ini memandang
tanpa mengeluarkan suara dan mat a merekapun
hampir jarang berkejap.

A kh i r n y a , s e t e l a h m e n u n g g u s a m p a i l i m a m e n i t
lamanya, guncangan ta li di at as belandar semakin
ku a t . M e r e k a m e l i h a t b e t a p a t u b u h Y a p - g o a n s w e
m e n g e j a n g d a n m e r o n t a , l a l u t er d e n g a r p e m u d a
itu mengeluarkan ke luhan perlahan dan membuka
matanya. Berbareng dengan sadarnya pemuda
ini, tiba-tib a perut pemuda itupun menggelogok,
suaranya seperti kawah berapi di dalam perut
gunung.

"U h h . . . . . . " p e m u d a i t u m e n g e r a n g , m u l u t n y a
menyeringai dan sepas ang matanya berputar l iar.
K e a d a a n n y a d e n g a n ke p a l a d i b a w a h d a n k a k i d i
atas itu membuat pemuda ini merasa seakan

776
berdiri di awang -awang, bumi berputar dan
tempat pijakannyapun juga terasa tid ak tetap,
selalu bergoyang -goyang.

"Y a p - ko k o . . . . . . ! " P e k Ho n g y a n g t i d a k t a h a n l a g i
lalu bangkit berdiri dan berseru, maksudnya
hendak mendekati pemuda itu. Namun, sebelum
gadis ini melangkah maju, tiba -tiba Dewa Monyet
berteriak memperingatkan.

"Hu j i n , j a n g a n d e k a t i d u l u ! S e b e n t a r l a g i d i a a k a n
memuntahkan semua racun yang berkumpul di
dalam perutnya. Sedikit saja kau kecipratan lohu
tidak berani menjamin apakah dapat
menyelamatkan dirimu dari cengkeraman Giam -
l o - o n g ( m a u t ) ! C e p a t m u n d u r d a n ur u s m a s a k a n
buat suamimu itu........!"

T e r i a ka n i n i m e m b u a t m u r i d T a B h o k Hw e s i o i t u
t e r ke j u t d a n w a j a h n y a b e r o b a h . S e j e n a k g a d i s i n i
tertegun, tidak jadi melangkah maju dan akhir nya
d e n g a n m u k a p u c a t P e k Ho n g m u n d u r l a g i d a n
tidak berani melanggar larangan kake k itu.

Dan baru saja seruan Dewa Monyet selesai


d i u c a p ka n , s u a r a m e n g g e l o g o k d i p e r u t B u K o n g
terdengar semakin menghebat. Pemuda itu
merintih dan menggeliat -geliat, tubuhnya

777
m e n g g e l e p a r , w a j a h n y a p e n uh k e r i n g a t d a n
t a m p a kn y a m e n d e r i t a s e k a l i . P e r u t n y a m e l i l i t d a n
s a ki t b u k a n m a i n , u s u s n y a s e a k a n - a k a n d i r a n t a s
dari dalam, nyeri dan ta k terta hankan.

"A d u h , Ho n g - m o i . . . . . . aughh......
p e r u t ku . . . . . . . p e r u t k u s a k i t s e k a l i , o h h h . . . . . . .
ke n a p a b e g i n i . . . . . . . ? K e p a l a k u p u s i n g , b u m i
berputaran......panas.....panas..... . aku
haus........ haus.... ... aduhh.......! "

778
Bersama dengan pekik terakhir ini tib a -tiba tubuh
pemuda itu mengejang kaku d an sepasang
matanya mendelik, tampa k kes akit an sekali
d a n . . . . . "h u a a k k ! " d a r i d a l a m p e r u t n y a k e l u a r
cairan hitam yang terlontar membasahi lantai
ka m a r .

S u n g g u h m e n g ej u t k a n . B e g i t u m u n t a h a n p e m u d a
ini jatuh di atas lant a i, tiba-t iba tampa k kepulan
asap hitam semu kehijau an memenuhi lantai
ka m a r . T e n t u s a j a p e n g l i h a t a n i n i m e m b u a t P e k
Ho n g ka g e t s e k a l i . D a r i s i n i s a j a t a h u l a h g a d i s i t u
bahwa racun yang terminum oleh murid Mala ikat
Gurun Neraka itu benar -benar racun yang a mat
ganas !

"O h h . . . . . . ! " P e k Ho n g t e r b e l a l a k n g e r i d a n g a d i s
ini mendekap mulutnya dengan muka berobah,
sementara Bu Kong sendiri terus muntah -muntah
dengan amat hebatnya.

Dan pemuda itu t ampak menderita sekali.


Tubuhnya meronta-ronta dan perutnya
menggelogok tiada henti. Isi perutnya dikuras
habis-habisan. Cairan h itam dari racun Jit -coa-
tok terus dimuntahkan dan tersiar bau amis yaug
amat busuk memenuhi kamar.

779
Ha m p i r s a j a P e k Ho n g j u g a i k u t m u n t a h - m u n t a h
melihat semuanya ini. Namun dengan
mengeraskan hati gadis itu dap at menahan rasa
mual dan bau busu k yaag merangsang hidung dan
a kh i r n y a , s e t e l a h b e l a s a n k a l i B u K o n g m u n t a h -
muntah, cairan yang d ikeluarkan dari dalam
perutnya sudah tidak ad a lagi.

D u a ka l i m u n t a h a n t e r a k h i r a d a l a h c a i r a n
ke ku n i n g - k u n i n g a n y a n g t i d a k b e r b a u b u s u k
seper ti cairan hitam tadi, dan ini menandakan
b a h w a s i s a - s i s a r a c u n y a n g m e n g e r a m d i p er u t
pemuda itu sudah habis dimuntahkan.

D e w a M o n y e t m e n g a n g g u k - a n g g u k . "B a g u s ,
selesai sudah. ......ha -ha ha, pengobatan lohu
tidak sia- sia. Cheng-gan Sian-jin, kalau saja
e n g ka u t a h u b a h w a m u s u h m u i n i b e r h a s i l l o h u
selamatkan dari ceng keraman Giam -lo-ong, tentu
m a t a m u a k a n m e l o t o t s e p e r t i i k a n e m a s . He h -
heh-heh......!"

K a ke k i t u t e r k e k e h d e n g a n m u k a g e m b i r a d a n
tiba-tiba watak monyetnya timbul. Saking girang
dan senangnya melihat keberhasilan us ahanya
dalam menolong pemuda itu, kakek ini tiba -tiba
meloncat dan......menari -nari seperti kera!

780
"K e r r ! L o h u b e r h a s i l . . . . . ! He h - h e h , l o h u b e r -
hasil.....!" Dewa Monyet berteriak -teriak dan Pek
Ho n g y a n g m a s i h d i c e k a m k e t e g a n g a n m a u t a k
mau merasa geli melihat tindak -tanduk kakek itu.

M e s ki p u n k a k e k m o n y e t i n i a g a k m e n j i j i k k a n d a n
membuat dia merasa muak setiap ka li teringat
betapa ka kek itu te lah menelan mentah -mentah
l i m a e ko r a n a k t i k u s y a n g m a s i h m e r a h , a k a n
tetapi dia toh merupakan bintang penolong Yap -
goanswe. Maka, melihat ulah kakek sinting itu
P e k Ho n g t i d a k b a n y a k b e r k o m e n t a r d a n g a d i s i n i
hanya memandang dengan mata disipu kan.

A kh i r n y a , k a k e k i t u b e r h e n t i m e n a r i d a n t i b a - t i b a
menggaplok kep alanya sendiri. "U w a h h ,
p e ke r j a a n b e l u m s e l e s a i b a g a i m a n a b o l e h
b e r s e n a n g - s e n a n g ? E h h , hu j i n , k e n a p a e n g k a u
tidak menegur lohu yang kesetanan? Lihat,
suamimu pingsan di atas sana d an tampak lemas
ke h a b i s a n t e n a g a . K e n a p a e n g k a u d i a m s a j a ?
Ha y o a m b i l k a n m a n g k o k o b a t d a n s i a p k a n a n g -
s i o - b a kn y a ! "

K a ke k i t u b e r s e r u g e mb i r a d a n tubuhnya
meloncat ke atas belandar, tangan kanannya
bergerak menyabet tali gantungan. Terdengar
s u a r a "w u t " k e t i k a a n g i n p u k u l a n ka kek ini

781
menyambar dan tiba-tiba tali yang dibaco k denga n
sisi telapak tangan miring itu putus menjadi dua.

Dan bersamaan dengan putusnya tali ini, tubuh


pemuda itupun terpelanting ke bawah. N amun
sebelum tubuh Bu Kong jatuh di atas lantai,
tangan kiri Dewa Monyet bergerak cepat dan
s e ka l i s a m b a r s a j a k a k e k i t u t e l a h m e m b a w a
tubuh pasiennya yang pingsan melompat di
sebelah sana, menyeberangi cairan hit am berbau
busuk yang memenuhi lantai d i tengah kamar.

Kemudian dengan mulut terkekeh -kekeh kakek ini


membaringkan pemuda itu d i at as dip an dan
setelah mengurut sej enak di bag ian dad a untuk
melonggarkan pernapasan Bu Kong, kakek ini
menerima mangkok obat yang disodorkan Pek
Ho n g ke p a d a n y a .

"Ha y o m i n u m , a n a k m u d a . J a n g a n s u n g k a n -
s u n g ka n d a n h a b i s k a n s a j a , h e h - h e h . . . . ! " k a k e k
i t u t e r ke k e h d a n d i a s e p e r t i b i c a r a d e n g a n o r a n g
yang sadar saja, padahal pemuda itu masih
pingsan dan memejamkan matanya tanpa
bergerak.

782
Oleh sebab itu, kakek ini la lu membuka mulut
p a s i e n n y a d a n d e n g a n p a k s a d i a m e n u a n g k an
obat di d a l a m m a n g k o k k e d a l a m mulut Bu Kong.
Seteguk demi s e t e g u k dia m e m i n u m k a n o bat itu
dan benar saja, begitu i s i m a n g k o k habis
dituangkan, selang beberapa jenak kemudian
pemuda itu sadar dan membuka m a t a n y a .

"Ha-ha, apa lohu bilang tadi k e p a d a hujin? Obat


ini amat mustajab sekali d a n b i a r p u n a g a k
menjijikkan, namun obat adalah o b a t ! Sekali
diminumkan pasti penyakit a k a n h i l a n g
ketakutan. Nah, hujin percaya tidak? Heh-heh-
heh......"

Kakek itu tertawa gembira dan kembali menari


sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pek Ho n g
tidak mengerti apakah kepala kakek itu banyak
kutunya ataukah tidak sehingga suka main garuk kepala,
akan tetapi gadis ini tidak me mperdulikan h a l itu.

783
Dia terlampau gembira melihat kenyataan
betapa Yap-goanswe sudah sembuh kembali.
Wajah yang tadi pucat dan berwarna pelangi
itu sekarang sudah tampak merah sehat dan sepasang
mata b e k a s j e n d e r a l muda itupun kini juga sudah
mencorong hidup seperti biasanya.

"Y a p -koko....." gadis i n i melangkah maju d a n


dia t i d a k sanggup melanjutkan seruannya
ka r e n a ia merasa betapa tenggorokannya
tercekik. Kegembiraan serta k e h a r u a n besar
membuat i s a k n y a naik dan sepasang matanya
berka c a - k a c a .

Betapa dengan susah -payah dia membawa


pemuda ini ke Ang -bhok-san, betapa bermacam -
macam percobaan harus dia lalui. Maka,
h e r a n ka h k i t a k a l a u m e l i h a t g a d i s i t u b e r g e m b i r a
dan terharu? Gembira karena berhasil menolong
ke ka s i h n y a d a r i c e n g k e r a m a n e l m a u t d a n t e r h a r u
ka r e n a m e n y a k s i k a n s e m u a p e n d e r i t a a n y a n g
dialami pemuda itu?

784
Karena sekarang rahasia yang menyelimuti diri
pemuda ini sudah sebagian besar d iket ahuinya,
m a ka P e k Ho n g t i d a k d a p a t m e n a h a n d i r i l a g i .
Sambil mengeluh gadis itu menubruk dan berlutut
di tepi pembaringan, menangis terisak -is ak.

T e r i n g a t l a h m u r i d T a B h o k Hw e s i o i n i a k a n s e m u a
fitnah keji yang dilontarkan musuh kepada
pemuda itu. Betapa Wu-sam-tai ciangkun
m e l a ku k a n p e r b u a t a n y a n g a m a t p e n g e c u t d a n
tidak tahu ma lu. Betapa bekas jenderal muda itu
didesas-desuskan orang akan perjinaannya
dengan Bwee Li dan wanit a -wanita cantik lainnya.
Dan.....betapa dia sendiri telah bermaksud untuk
m e m b u n u h p e mu d a i n i t e r d o r o n g a p i k e m a r a h a n
serta kebenciannya terhadap Yap -goanswe
m e n d e n g a r b er i t a - b e r i t a d i l u a r a n y a n g a m a t
menusuk perasaannya itu!

S e ka r a n g , s e t e l a h d i a m u l a i d a p a t m e n y i n g k a p
tabir rahasia ini, gadis itu malah merasa terpukul.
Betapa dia hampir saja melaku kan dosa tak
berampun kepada pemuda yang sama se kali tak
b e r s a l a h i n i . B e t a p a d i a h a m p i r s a j a t er j e ru m u s
ke d a l a m p i k i r a n j a h a t t e r h a d a p m u r i d M a l a i k a t
Gurun Neraka yang tertimpa fitnah keji in i !

785
Siapa yang t idak akan merasa bersalah ? Siapa
yang tida k akan tertekan bat innya ? Itulah
s e b a b n y a m e n g a p a P e k Ho n g l a l u t e r i s a k - i s a k d i
tepi pembaringan sambil menutupi mu kanya
ka r e n a d i a m e r a s a n g e r i m e m b a y a n g k a n k e j a d i a n -
ke j a d i a n d i m a s a m e n d a t a n g y a n g h a m p i r - h a m p i r
saja dilakukann ya. Kalau saja tida k ada Phoa -lojin
yang menerangkan semua peristiwa in i, kalau
s a j a ka k e k d a r i P u l a u C e m a r a i t u t i d a k m u n c u l
diantara mereka, ahh.... ngeri dia membayangkan
a ki b a t n y a !

Betul nasihat suhunya dahulu yang pernah


b e r ka t a , " Ho n g - j i , j a n g a n k a u m e n g e r u h k a n
p i ki r a n m u d e n g a n k e s i m p u l a n - k e s i m p u l a n y a n g
tidak mempunyai bukti selengkapnya. Apa yang
ka u l i h a t d a n k a u d e n g a r s e k a r a n g i n i t e n t a n g d i r i
Yap-goanswe belumlah jelas secara keseluruhan.
Karena, bukankah dari pihak yang bersangkutan
sendiri engkau belum m endengar keterangannya?
Nah, berhati-hatilah muridku, sebab pada
umumnya berita burung yang ditiupkan orang
ke p a d a k i t a t e r l e b i h n y a r i n g d i b a n d i n g k a n
ke n y a t a a n n y a . I n g a t l a h i n i ! "

D e m i ki a n l a h n a s i h a t s u h u n y a d a h u l u y a n g k i n i
terngiang kembali di telinganya . Dan ternyata
ka t a - k a t a o r a n g t u a i t u m e m a n g t e p a t . T i u p a n

786
mulut orang lain memang tidak boleh dijadikan
pegangan untuk menentukan sesuatu sikap. Salah
benar orang lain tidak tahu secara keseluruhan
ka r e n a d i d a l a m s e t i a p p e r s o a l a n t e r k a n d u n g d a n
tersembunyi rahasia-rahasia yang pe lik.

S e m e n t a r a i t u , m e l i h a t b e t a p a gadis i n i
menangis terisak-isak d i tepi pembaringan
sedangkan si Kake k bermuka monyet malah
m e n a r i - n a r i s a m bil t e r k e k e h s e p e r t i o r a n g g i l a ,
Bu Kong sejenak merasa bengong dan memandang
semuanya itu dengan mata terbelalak.

Kesadaran pemuda ini sudah pulih seperti sedia


ka l a , m a k a d i a d a p a t m e n g i n g a t s e m u a k e j a d i a n
yang dialamin ya. Dia tahu betapa murid Ta Bhok
Hw e s i o i t u t e l a h m e m b a w a n y a k e m a r i u n t u k
menolongnya dari bahaya keracunan. Dan ketika
dia mencoba untuk menarik napas d alam -dalam,
dia merasa betapa kesehatannya benar -benar
juga s u d a h p u l i h . T i d a k a d a l a g i r a s a s e s a k d i
dada kalau dia m e n c o b a m e n a r i k n a p a s
panjang, d a n t i d a k ada l a g i p u l a rasa n y e r i y a n g
m e n u s u k d i ulu h a t i n y a .

787
T e n t u s a j a p e m u d a i n i m er a s a g i r a n g . Dia s u d a h
t e r b e b a s d a r i r a c u n j a h a t y a n g diminumkan
Cheng gan Sian -jin kepadanya. Dan Dewa Monyet
itulah yang menolongnya. Ma ka kalau sekarang
d i a m e l i h a t k a k e k i t u m e n a r i - n a r i d i tengah
ruangan, dia t idaklah terlalu meras a heran. Tabib
mana pun kalau berhasil menyembuhkan
pasiennya pasti juga akan merasakan
ke g e m b i r a a n i t u . Ha n y a b e d a n y a , m e r e k a t e n t u
saja tidak akan menari monyet seperti kakek yang
a g a kn y a t i d a k b e r e s o t a k n y a i n i !

M a ka a m a t l a h m e n g h e r a n k a n k a l a u s e k a r a n g
m e l i h a t P e k Ho n g m e n a n g i s t e r i s a k - i s a k d i s i t u .
Ada apakah? Mengapa gadis cantik ini tampak
b e r d u ka ? Apakah Dewa Monyet kembali
menghina gadis itu?

T e r i n g a t l a h p e m u d a i n i k e t i k a P e k Ho n g p e r t a m a
ka l i b e r j u m p a d e n g a n k a k e k i t u . B e t a p a t e r j a d i
ke g a n j i l a n - k e g a n j i l a n d i a n t a r a m e r e k a , b e t a p a
h a m p i r s a j a t e rj a d i b e n t r o k a n s e n g i t d i a n t a r a d u a
orang ini. Untunglah, pada s aat -saat yang amat
g a w a t i t u m u n c u l s e s e o r a n g y a n g b er h a s i l
menundukkan kebinalan Dewa Monyet yang
entah mengapa tampak keta kutan da n jerih
terhadap orang yang baru datang itu.

788
Dan orang yang dimaksudkan ini bukan lain
adalah Siu Li, gadis jelita puteri Ok -ciangkun yang
tidak dapat d ilupakannya itu!

Sampai di sini ingatannya t iba -tiba jantung Bu


Kong b e r d e b a r k e r a s . D i a m e m a n d a n g s e k e l i l i n g
tempat itu mencari-cari, namun bayangan Siu Li
sama sekali tida k kelihatan.

Kemanakah gadis itu? Pergi meninggalkan


m e r e ka ? A g a k n y a b e g i t u l a h . D a n m u k a B u K o n g
segera menjadi merah ketika dia teringat betapa pengakuan
dirinya sebagai suami murid Ta Bhok Hwesio ini didengar oleh
Siu Li. Bahkan hebatnya, gadis itupun menyatakan diri menjadi
saksi atas ucapannya itu untuk menundukkan Dewa Monyet
agar suka mengobatinya sampai sembuh!

Perlahan-lahan warna merah di wajah pemuda ini menja l a r


sampai ke telinganya. Dia merasa betapa da merupakan
seorang pemuda yang berw a t a k r e ndah, hina dan tidak tahu
malu. Hanya untuk mendapatkan pertolongan orang lain ter-
hadap diri pribadi dia sampai tidak segan-segan melakukan
perbuatan yang memalukan itu.

Akan tetapi, benarkah demikian? Tidak! Pemuda ini


mengepal tinju. Dia melakukan semuanya hanya untuk
menjaga muka Pek Hong dari hinaan orang. Gadis yang telah
mati-matian menolongnya ini telah mengakui diri sebagai

789
isterinya di depan Dewa Monyet. Dan hal itupun dilakukan Pek
Hong karena desakan kakek monyet ini !

Jadi, siapakah yang bersalah? Dewa Monyet itulah ! Kakek


sinting yang tidak tahu malu itulah yang menjepit keadaan
mereka menjadi begini ! Akan tetapi kakek monyet ini pulalah
yang telah membebaskannya dari cengkeraman racun Cheng-
gan Sian-jin. Tanpa kakek ini, agaknya dia telah rebah menjadi
sesosok mayat yang tidak ada harganya lagi !

Kalau sudah begini siapa kah yang bersalah?


Seumpama Dewa Monyet bersalah, kakek itu
telah menebusnya dengan pengobatan yang
d i b e r i ka n n y a h i n g g a b e r h a s i l . D i a t e l a h s e m b u h
b e r ka t p e r t o l o n g a n k a k e k i t u . K a l a u t o h a d a
perhitungan hutang -piutang, semua sisa-sisa
pinjaman diantara mereka sudah impas. Mau apa
lagi?

Sampai di s ini Bu Kong tertegun bingung. Semula


dia memandang dengan s inar mata berapi-api
ke p a d a k a k e k i t u , h e n d a k m e l o m p a t d a n
menerjang setan tua yang membuat keadaannya
serba runyam itu. Namun, ketika diingatnya
bahwa kake k in i memang orang yang tid ak waras,
h a r u s ka h d i a m e n y e r a n g o r a n g s e p e r t i i t u ?

790
Bayangkan s aja, dia y ang dikenal orang sebagai
Yap-goanswe yang gagah perkasa dari Kerajaan
Yueh, hendak menyerang orang gila ! Kalau hal itu
terjadi, bukankah hanya akan menjadi buah
tertawaan orang lain belaka? Kalau hal ini
d i l a ku k a n n y a , y a i t u m e n y e r a n g o r a n g g i l a , l a l u
b u k a n ka h d i r i n y a s e n d i r i j u g a p a n t a s d i c a p
sebagai orang gila ?

O r a n g w a r a s m e n y er a n g o r a n g g i l a , i n i l a h
ke j a d i a n y a n g b e t u l - b e t u l g i l a ! D a n d i a t e r n y a t a
h a m p i r s a j a k e j a n g k i t a n p e n y a k i t "g i l a " d a r i
ka ke k s i n t i n g i n i . C e l a k a ! T i d a k . D i a t i d a k b o l e h
i ku t - i ku t a n m e n j a d i g i l a . P e r i s t i w a a k h i r - a k h i r i n i
saja sudah cu kup membuat dia hampir gila, masa
d i t a m b a h o l e h s e d i k i t u l a h d a r i o r a n g "g i l a ” d i a
lalu harus betul-betul menjadi gila?

Tiba-tiba pemuda itu tertawa bergelak, suaranya


ke r a s b e r g e m u r uh s e h i n g g a D e w a M o n y e t y a n g
masih terkekeh itu terkejut, dan otomatis
m enghentikan j o g e t n y a . P e k Ho n g s e n d i r i y a n g
tadi menangis juga seket ika sirap tanpa suara dan
gadis ini mengangkat mukanya dengan kaget.

"Ha - h a h a , o r a n g w a r a s m e n y e r a n g o r a n g g i l a ,
b u ka n ka h i n i k e j a d i a n y a n g a m a t g i l a s e k a l i ?
Dewa monyet, bagaimana menurut pendapatmu

791
tentang hal ini? Tidak tepat kah kata -kataku itu ?”
Bu Kong melompat bangun dari atas pembaringan
sambil bertanya kepad a ka kek itu.

Pemuda ini mulutnya saja yang ketawa akan


tetapi wajahnya meringis. Sungguh sukar untuk
menduga keadaannya. Entah dia sedang
b e r g i r a n g m en g i n g a t k e t a w a n y a i t u a t a u k a h d i a
sedang berduka kalau melihat wajahnya yang
meringis seperti orang kebingungan ini.

Sejenak bola mata yang bulat dari ka kek itu


b e r p u t a r , t a n d a d i a t e r c e n g a n g d a n t e r he r a n -
heran oleh sikap yang luar biasa dari p asiennya
ini. Dia tidak mengerti apa sebenarnya yang
t e r ka n d u n g d i b a l i k p e r t a n y a a n i t u , n a m u n
ka r e n a p e r t a n y a a n t e n t a n g "g i l a " i n i d i a j u k a n
ke p a d a o r a n g g i l a p u l a , m a k a j a w a b a n n y a j u g a
gila-gilaan.

"He h - h e h - h e h , lohu agak bingung oleh


pertanyaanmu ini, orang muda. Akan tetapi,
ka l a u a d a o r a n g s e h a t m e n y e r a n g o r a n g g i l a ,
memang boleh dikatakan bahwa ini suatu
ke j a d i a n y a n g b e n a r - b e n a r g i l a ! M e n ur u t l o h u ,
seharusnya orang gila lah yang mestinya
menyerang orang sehat karena orang -orang sehat
itu biasanya hanya sehat lah irnya tapi gila

792
batinnya. Seperti hujin in i misalnya, ia memang
sehat tapi dalamnya g ila. Coba lih at, suami sudah
sembuh tapi dia menangis. Suami sedang s akit dia
juga menangis. Lalu kalau semua peristiwa
dihadapi dengan tangis melulu, bukankah jelas
bahwa hujin ini orang g ila? In i tida k co cok, salah
besar sekali! Leb ih baik contoh saja lohu. Lihat,
pernahkah lohu menangis? Tida k, lohu tida k mau
m e l a ku k a n k e g i l a a n i n i k a r e n a s e s u n g g u h n y a l o h u
b u ka n o r a n g g i l a . D a n d a r i p a d a o r a n g - o r a n g
sehat yang sebenarnya gila ini dibiarkan
b e r ke l i a r a n d i m u k a b u m i , b u k a n k a h l e b i h b a i k
dibunuh saja oleh orang -orang gila yang sehat
b a t i n n y a ? Ha - h a - h e h - h e h , i n i l a h p e n d a p a t l o h u
tentang orang gila, anak muda,
ke r r r . . . . . . h i e h h . . . . . h i e h h . . . . . k e r r ! "

Dewa Monyet terkekeh dan melompat -lompat


sambil menepuk pant atnya, tampak kegirangan
s e t e l a h "b e r k h o t b a h " t e n t a n g o r a n g g i l a y a n g
selama ini menjadi pegangannya!

Tentu saja yang paling naik dar ah adalah Pek


Ho n g . Y a p - g o a n s w e y a n g b e r t a n y a t a p i m a l a h d i a
yang dijadikan sasaran jawaban! Siapa tidak naik
pitam?

793
“Keparat! Tua bangka tidak tahu malu, berani kau
m e n c a c i m a k i s e p e r t i i t u d i d e p a n k u ? Ha i i i t . . . ! "
gadis ini berteriak marah dan tubuh nya melesat
ke d e p a n s e p e s a t a n a k p a n a h d a n t a n g a n
ka n a n n y a m e n a m p a r m u k a k a k e k i t u . S e r a n g a n i n i
ku a t l a g i c e p a t s e k a l i , d a n D e w a m o n y e t y a n g
t i d a k m e n g e n a l k e l i h a i a n m u r i d T a B h o k Hw e s i o
i t u , s a m a s e k a l i t i d a k m e n g i r a b a h w a P e k Ho n g
a ka n m e l a n c a r k a n s e r a n g a n y a n g s e h e b a t i n i .

794
M a ka t a n p a s e m p a t m e n g e l a k l a g i p i p i k i r i n y a
m e n j a d i s a s a r a n l a w a n . T e r d e n g a r s u a r a "p l a k k ! "
ke r a s s e k a l i d a n k a k e k i t u t e r p e l a n t i n g j a t u h !

"U w a h h , h e b a t . . . . . . h e b a t d a n t a n g k a s b u k a n m a i n
! He h - h e h - h e h , o r a n g s e h a t m e n y e r a n g o r a n g
gila, bukankah ini kejadian yang gila -g ilaan
s e ka l i , a n a k m u d a ? " k a k e k i t u m e l o m p a t b a n g u n
dan mengusap pipi kirinya yang mat ang kebiruan.
D i a m as ih t e r k e k e h - k e k e h , n a m u n s e p a s a n g
matanya yang bulat kecil itu menyinarkan api
ke m a r a h a n .

Diam-diam ka kek in i terkejut sekali. Sungguh dia


tidak menyangka bahwa wanit a c antik yang tiba -
tiba menjadi galak itu dapat menampar muka nya
dalam sekali gebrak. Karena terlalu memand ang
rendah dan melihat gadis itu selama ini tampak
penurut dan dipandangnya sebagai wa n ita lemah,
m a ka d i a h a r u s m e n e r i m a p u k u l a n i t u . T e n t u s a j a
ka ke k i n i k a g e t b u k a n k e p a l a n g . L o m p a t a n y a n g
s e p e s a t b u r u n g w a l e t d a r i g a d i s i t u b e n a r - be n a r
menunjukkan kemahiran ginkangnya yang lu ar
biasa, dan hal ini sungguh di luar dugaannya.

Dia tidak tah u bahwa ginkang Coan -goat-hui


( T e r b a n g M e n er j a n g B u l a n ) y a n g d i m i l i k i o l e h
gadis ini memang bukan g inkang sembarangan.

795
Kepandaian ini dap at membuat gadis itu melesat
ke d e p a n d e n g a n k e c e p a t a n k i l a t , s e o l a h - o l a h
terbang saja. Itulah sebabnya tid ak terlalu
mengherankan apabila Dewa Monyet yang sama
s e ka l i tid a k m e n g e n a l k e l i h a i a n g a d i s i n i h a r u s
m e n e r i m a tamp a r a n y a n g m e m b u a t p i p i n y a p a n a s
dan matang kebiruan.

P e k Ho n g y a n g b e r h a s i l m e n a m p a r m u k a k a k e k i t u
dengan pukulan keras, masih kurang puas.
Omongan liar dan seenak perut sendiri yang
d i u c a p ka n kake k itu masih membuat
ke m a r a h a n n y a b e r k o b a r . M a k a d i a h e n d a k
menerjang lagi.

Namun, sebelum dia melompat maju, tiba -tiba


tangannya dipegang dari belakang dengan jepitan
ku a t . B u K o n g t e l a h b e r a d a d i s a m p i n g n y a d a n
pemuda ini memandangnya dengan alis berkerut.

"Ho n g - m o i , k e n a p a k a u m e m b a l a s k e b a i k a n o r a n g
dengan pukulan ?” pemuda itu menegur.

P e k Ho n g m e m b e l a l a k k a n m a t a n y a y a n g b e r a p i -
api dan sambil membanting kaki kirinya ia
m e n j a w a b m a r a h , "B a i k a p a n y a , Y a p k o k o ? D i a
telah menghinaku secara terang -terangan,
mencaci maki diriku dengan mengatakannya

796
sebagai orang g ila. Dan hal ini kausebut baik?
B e g i t u ka h ? Ja d i k a u p u n h e n d a k m e n g a t a k a n
bahwa aku ini memang gila ?"

Ha m p i r s a j a t a n g i s n y a m e l e d a k l a g i d a n B u K o n g
menarik napas panjang. Dia tahu bahwa gadis
cantik ini marah sekali mendengar kata - kata
Dewa Monyet yang amat menyinggung perasaan.
A ka n t e t a p i , b u k a n k a h o m o n g a n m a n u s i a s i n t i n g
macam itu tida k perlu dimasukkan hati?

"S s t t , Ho n g - m o i , j a n g a n m e m b u a t k e r i b u t a n d i
sini. Bagaiman apun juga kakek itu telah
membantumu, membantu kita berdua. Mas a kita
hendak membalasnya dengan s ikap t idak
pantas?"

"P e r d u l i a p a ? D i a t u a b a n g k a y a n g t i d a k t a h u
m a l u ! D i a t e l a h m e n g h i n a d a n m e m p er m a i n k a n
d i r i ku s e s u k a h a t i . M a s a a k u h a r u s d i a m s a j a ?
Y a p - ko ko , k a k e k j a h a n a m i n i s a m a s e k a l i t i d a k
melepas budi kepadaku, maka kalau sekarang
a ku p u n m e n g h a j a r d i r i n y a y a n g t e l a h b e r k a l i - k a l i
b e r s i ka p t i d a k p a n t a s k e p a d a k u , k u k i r a h a l i n i
sudah selayaknya. Apakah kau hendak
membelanya?"

797
Dua pasang mata beradu p andang dan Bu Kong
melihat betapa sepasang mata indah itu
mengeluarkan api kemarahan yang berkobar -
ko b a r . P e m u d a i n i t e r k e j u t , a k a n t e t a p i d i a d a p a t
menenangkan perasaannya yang bergetar.

Dengan lembut dia menekan telapak tangan


untuk menenangkan hatinya, la lu berkata dengan
suara perlahan, "Ho n g - m o i , a ku tahu akan
s e m u a k ejadian y a n g k a u a l a m i . M e m a n g
sebenarnya akulah yang berhutang budi kepada
ka ke k i t u , b u k a n e n g k a u . A k a n t e t a p i , b u k a n k a h
ke d a t a n g a n m u k e s i n i a d a l a h u n t u k m i n t a
pertolongannya? Nah, meskipun bukan engkau
yang secara langsung menerima budinya, akan
t e t a p i b a g a i m a n a p u n juga di a t e l a h m e m b a n t u
ki t a . M e m a n d a n g m u k a k u , m a s a e n g k a u m a s i h
h e n d a k n e k a t m e n y e r a n g k a k e k i t u ? Ho n g -moi,
ka u t a h u b a h w a K a u w - s i a n o r a n g y a n g t i d a k
waras pikirannya, apakah engkaupun hendak
m e l a d e n i o r a n g s e m a c a m i t u ? Or a n g s e h a t
m e n y e r a n g o r a n g g i l a , h a l i n i sungguh a k a n
membuat bahan tertawaan orang belaka!"

Dengan kata-katanya ini pemuda itu berarti telah


mengatakan bahwa sebag ai orang yang sehat
p i ki r a n t i d a k s e h a r u s n y a l a h P e k Ho n g m e n g u m b a r

798
ke m a r a h a n t e r h a d a p s e o r a n g g i l a s e p e r t i D e w a
Monyet yang jela s ag ak terganggu p ikirannya itu.

D a n P e k Ho n g y a n g m e n d e n g a r u r a i a n i n i s e r t a
t e ka n a n l e m b u t p a d a t e l a p a k t a n g a n n y a i t u
berhasil diredakan kemarahannya. Gadis ini
merasa betapa getaran halus yang hangat
memasuki lengannya dan seketika api
ke m a r a h a n n y a padam. P a n d a n g a n m a t a y a n g
lembut mesra dan penuh pengertian dari pemuda
itu membuat gadis ini tida k kuat meman dang
lebih lama lag i dan tanpa terasa ia menundukkan
ke p a l a n y a .

"Y a p - ko k o , m a a f k a n a k u . . . . . " bis i k n y a l i r i h d a n P e k


Ho n g m e n e k a n g u n c a n g a n h a t i n y a y a n g t i b a - t i b a
berdebar tidak karuan ket ika beradu pandang
d e n g a n m u r i d Ma l a i k a t G u r u n N e r a k a y a n g p e n u h
pengaruh itu.

"He h h e h h e h , k a l i a n d u a o r a n g i n i t e r n y a t a
manusia-manusia g ila semua. Berani kalian
mengatakan lohu orang gila, heh? Keparat!
Ditolong orang malah membalas makian,
setan.........!"

799
Dewa Monyet mengumpat marah karena b iarpun
Bu Kong berbicara denga n suara perlahan, n amun
telinga kakek yang amat tajam itu dapat
mendengar semua pembicaraan tadi.

B u K o n g m e m u t a r tu b u h d a n m e n g h a d a p i k a k e k
i n i . " Ma a f , Ka u w s i a n , b u k a n m a k s u d k u u n t u k
m e n g e r u h k a n s u a s a n a d i te m p a t i n i . A p a l a g i ,
b e ta p a p u n j u g a e n g ka u t e l a h m e n o l o n g d i r i k u .
A ku b u k a n o r a n g y a n g t i d a k k e n a l b u d i , m a k a
sudah selaya knyalah ka lau a ku mengucapkan
terima kasih atas semua jerih payahmu ini. Akan
tetapi, selain melepas budi, engkaupun telah
melepas malapetaka kepad aku. Sepatutnya di sini
a ku p u n p a n t a s u n t u k m e m b u a t p e r h i t u n g a n
denganmu. Namun, karena engkau telah
mengembalikan jiwaku dari maut, biarlah hutang
piutang diantara kit a dianggap luna s saja. Nah,
selamat tinggal, a ku tidak akan mengganggumu
lagi......!"

Pemuda ini membalikkan tubuh dan menyambar tangan Pek


Hong untuk diajak pergi dari tempat itu. Akan tetapi baru
selangkah dia berjalan, tiba-tiba Dewa Monyet terkekeh dan
melompat maju menghadang dua orang ini sambil bertolak
pinggang.

800
"Heh-heh, anak muda sombong! Setelah kau memaki lohu
masa hendak pergi sedemikian mudahnya? E i t t , sabar dulu,
tangan lohu g a t a l - gatal. Terus terang lohu ingin menggebuk
kalian dua orang gila ini sepuasnya. Heh-heh.......kerrr!"

Kakek itu berjingkrak sambil mengebutkan lengan bajunya


dan.....tiba-tiba meluncur belasan bulu monyet ke arah dua
orang muda-mudi itu.

Tentu saja Pek Hong naik darah lagi diserang secara tiba-tiba
dengan senjata rahasia aneh berapa bulu-bulu monyet ini.
Kiranya di balik lengan baju kakek itu tersembunyi bulu-bulu
kera yang coklat kemerahan itu.

"Tua bangka tidak tahu diri, kau benar-benar hendak


merasakan hajaran dari kami? Baiklah, rasakan ini.....!" gadis itu
membentak dan sekali ta n g a n n y a meraup, belasan bulu
monyet itu ditangkapny a lalu disambitkan kembali ke arah
kakek i t u d engan kecepatan kilat.

"Wut-wut-wutt !”

Belasan senjata rahasia berupa bulu-bulu h a l u s i t u


mendadak mengeluarkan suara bercuitan dan
berobah kaku seperti paku -paku b aja, menyambar
Dewa Monyet yang terkejut menyak sikan hal ini.

801
"E i h h , h e b a t j u g a . . . . . u w a h h ! " k a k e k i t u b e r t e r i a k
memuji dan dia menghembuskan jubahnya untuk
menangkis.

"C r i t - c r i t - c r i t t ! "

Dewa Monyet berseru kaget karena tiba -tib a saja


jubah yang dikembangkan untuk menangkis bulu -
bulu monyetnya itu men dadak berlubang dan
senjata-senjata rahasia ini masih terus
m e n e m b u s k e d a l a m h e n d a k me n u s u k k u l i t
dagingnya!

"S i l u m a n . . . . . ! " k a k e k i t u m e n j e r i t d a n t e r p a k s a
dia membanting tubuhnya bergulingan untuk
menyelamatkan diri, baru setelah itu melompat
bangun dengan muka berobah. Kalau tadi dia
t e l a h m e n y a k s i k a n k e l i h a i a n g i n k a n g "n y o n y a "
ini, ada lah sekarang d ia melihat demonstrasi
tenaga lweekang yang hebat sekali!

"U h h , s i a l a n , h a m p i r s a j a l o h u j a d i k o r b a n ! ”
ka ke k itu bersungut-sungut dan matanya
b e r p u t a r l i a r . "A n a k a n a k m u d a , k a l i a n k i r a n y a
orang-orang gila yang lihai sekali. Sudah lama
lohu tidak pernah bertanding, maka biarlah hari
ini lohu ingin melemas kan o tot -otot dan tulang
yang sudah rapuh ini..... " dan ka kek itu lalu

802
t e r ke ke h s a m b i l m e m u t a r i d u a o r a n g l a w a n n y a ,
sepasang matanya berkedip -kedip dan kadang -
ka d a n g m e n y i p i t , k e d u a l e n g a n n ya y a n g p a n j a n g
m e n j u n t a i i t u b e r g er a k - g e r a k n a i k t u r u n d e n g a n
s i ka p c a k a r m o n y e t .

K a r e n a s e r a n g a n b a l a s a n P e k Ho n g t a d i c e p a t
s e ka l i d a t a n g n y a , k a k e k i n i t i d a k t a h u d e n g a n
a p a ka h y a n g l a k i - l a k i i t u m e n e r i m a k e b u t a n
senjata rahasianya. Dia h anya melih at betapa
bulu-bulu monyet yang t adi menyambar pemuda
itu semuanya runtuh ke bawah dan menggeletak
di atas lantai di depan ka ki pemuda itu.

Dewa Monyet tid ak tahu betap a han ya d engan


m e n i u p k a n m u l u t n y a s a j a B u K on g t e l a h b er h a s i l
meruntuhkan semua bulu -bulu monyet yang
menyambar tiba, dan inilah demonstrasi kek uatan
kh i ka n g t i n g k a t t i n g g i . Ha l i n i d i l a k u k a n B u K o n g
ka r e n a d i a m e m a n g s e n g a j a h e n d a k m e m b u k t i k a n
a p a ka h k e k u a t a n n y a b e n a r - b e n a r s u d a h p u l i h
ke m b a l i a t a u k a h b e l u m . D a n t e r n y a t a h a s i l d a r i
tiupan mulutnya itu memuaskan seka li.

T e n t u s a j a h a l i n i m e n g g ir a n g k a n h a t i n y a , m a u
tak mau dia merasa kagum terhadap kakek
m o n y e t y a n g k i n i m e n g a m b i l s i k a p b e r m u s u h an
dengan mereka itu. Dewa Monyet ini benar -benar

803
o r a n g y a n g k u k o a i s e ka l i , w a t a k n y a g a n j i l d a n l i a r
seperti monyet-monyet di hutan. Namun
m e s ki p u n begitu dia tetap tidak ingin
bermusuhan dengan kakek ini, apalagi orang
t e l a h m e n o l o n g dia d a r i c e n g k e r a m a n m a u t .

O l e h s e b a b i t u , m e l i h a t b e t a p a P e k Ho n g h e n d a k
melayani ka kek itu yang terkekeh -kekeh
memutari mereka mencari kesempatan bagus
untuk menyerang secara tiba -tiba, pemuda ini
cepat menarik tangan gadis itu dan mengangkat
tangan ke ata s sebagai isyarat.

"K a u w - s i a n , t a h a n d u l u ! " B u K o n g b e r s er u .
"K a l a u k a u h e n d a k m e n g a d u k e p a n d a i a n d e n g a n
ka m i , h a r a p k i t a a t u r s e b a i k m u n g k i n a g a r
pertandingan ini bersifat latihan! Dengar, aku
hendak bicara....... "

K a ke k i t u b e r h e n t i d a n b e r d i r i b e r h a d a p a n
d e n g a n p e m u d a i n i s a m b i l t e r k e k e h . "A p a l a g i
yang hendak kau bicara kan, an ak muda? Bersifat
latihan maupun sungguh -sungguh lohu t idak
perduli. Masalah kau yang akan mampus ataukah
lohu yang ba kal sekarat juga t idak menjadi soal.
B i c a r a a p a l a g i ? He h - h e h - h e h . . . . . . . . "

804
"T i d a k, a k u t i d a k m e n g h e n d a k i s a l a h s a t u d i -
antara kita terluka. Kalau engkau yang terluka
b u ka n ka h a k u a k a n d i c a p o r a n g s e b a g a i p e m u d a
yang tidak kenal budi? Dan sebaliknya, jika aku
yang terluka maka tida k ada gunan ya kau orang
tua tadi telah mati -matian menyembuhkan aku.
Dewa Monyet, karena kam i masih mempunyai
banyak urusan, ma ka biarlah pertandingan ini
ki t a b a t a s i s e b a n y a k l i m a j u r u s s a j a . C u k u p a s a l
m a s i n g - m a s i n g s a m a puas m a k a k i t a s u d a h i
pertandingan ini. N ah, aku telah mengajukan
syarat untuk bertanding sebany ak lima jurus saja,
dan sebagai imbangannya, aku hendak
mendengar macam pertandingan apakah yang
a ka n k a u a j u k a n . "

Ucapan ini teg as dan kakek itu tertawa bergelak,


"Ha - h a - h a , k a u o r a n g g i l a y a n g c e r d i k s e k a l i , a n a k
muda! Bilang saja terus terang kep ada lohu
bahwa kalian berdua punya urusan pribadi
s e t e l a h s e k i an l a m a m e n a h a n r i n d u , n a h ,
b u ka n ka h d u g a a n l o h u i n i t e p a t s e k a l i ? M e n g a p a
harus berputar -putar dengan mengajukan syarat
u n t u k b e r t a n d i n g s e b a n y a k l i m a j u r u s s a j a ? Ha h h ,
anak muda sekarang tukang bohong semua,
pandai berbelit -belit seperti ular ! Kerrrr..........!"

805
Dewa Monyet mengeluarkan jeritan kera yang
ke r a s s e k a l i d a n t i b a - t i b a d i l u a r p o n d o k
terdengar suara gaduh.

K e t i ka d u a o r a n g m u d a i n i m e n e n g o k , m u k a
mereka berubah karena di muka rumah itu mun cul
ratusan ekor monyet yang bercecowetan ramai.
Kiranya Dewa Monyet telah mengurung mereka
dengan anak buahnya yang jumlahnya ratusan
e ko r i t u . P e k Ho n g m e nj a d i m e r a h m u k a n y a d a n
g a d i s i n i m e m b e n t a k , "K a u w - s i a n , a p a k a h e n g k a u
hendak mengandalkan an ak buah mu yang
menjijikkan itu? Awas, sekali aku kehilangan
ke s a b a r a n , j a n g a n s a l ahkan k a l a u k u b u n u h
mampus semua monyet -monyetmu itu!"

"He h - h e h , s i a p a m e n g a n d a l k a n a n a k b u a h ? A k u
hanya hendak menjaga kalian kabur dari sini
ka l a u p e r t a r u h a n i n i k u m e n a n g k a n . "

"A p a m a k s u d m u , D e w a M o n y e t ? " B u K o n g
melangkah maju dan bertanya, sengaja
m e n g a l i n g i P e k Ho n g k a r e n a d i a k h a w a t i r g a d i s
i t u a ka n m e n d a h u l u i n y a . D i a c u k u p m e n g e n a l
watak dara ini, yang dapat menjadi galak kalau
ke m a r a h a n n y a m e l e d a k .

806
"A n a k m u d a , " D e w a M o n y e t b e r k a t a s a m b i l
m e n y e r i n g a i , "k a r e n a e n g k a u t e l a h m e n g a j u k a n
syarat bertanding sebanya k lima jurus, maka
a ku p u n h e n d a k m e n g a j u k a n s y a r a t p u l a , y a k n i
siapa yang menang harus tunduk kepada yang
ka l a h ! N a h , b e r a n i k a h k a u m e n e r i m a s y a r a t k u
ini?"

"A p a ? Y a n g m e n a n g h a r u s t u n d u k k e p a d a y a n g
ka l a h ? " B u K o n g t e r k e j u t d a n m e m a n d a n g k a k e k
itu dengan mata terbelala k.

"G i l a ! " P e k Ho n g j u g a b e r s e r u . "M a n a a d a


p e r a t u r a n b e g i n i ? Ha n y a o r a n g - o r a n g y a n g t i d a k
sehat otakn ya sajalah yang sudi bertanding
macam itu!"

"Ha h a - h e h - h e h , k a l i a n t a k u t ? K a l a u b e g i t u s i a -
sia guru kalian mengajar silat. Lihat anak - anak
b u a h ku i t u , m e s k i p u n m e r e k a t e l a h d i b u a t j a t u h
bangun oleh hujin ini, akan tetapi mereka tetap
berani lagi untuk maju. Seka li lohu memberi aba -
aba, pasti m ereka semua a kan maju menyerang!
M a s a ka l i a n m a n u s i a k a l a h b e r a n i d e n g a n h e w a n ?
Uwahh, kalau benar demikian maka julukan
p e n d e ka r m u d a y a n g m e n e mp e l d i t u b u h k a l i a n
harus dibuang saja !"

807
K a ke k itu terkekeh -ke keh dan sikapnya
m enghina s e k a l i . K i r a n y a , w a l a u p u n o t a k n y a
tidak beres, namun Dewa Monyet ini memiliki
ke c e r d i k a n j u g a . T a d i k e t i k a s a l i n g g e b r a k d e n g a n
m u r i d T a B h o k Hw e s i o i t u , d i a m - d i a m k a k e k i n i
t e r ke j u t sekali. Naga -naganya, kepandaian
"n y o n y a " i t u t i d a k di s e b e l a h b a w a h m u r i d M o - i
Thai-houw. Kalau sang isteri saja sudah
sedemikian hebat, suaminya itu tentu lebih hebat
lagi. Dan h al ini d a p a t d i b u k t i k a n n y a k e t i k a d i a
m e n g o b a t i Bu K o n g , di m a n a d i a m e r a s a g e t a r a n
t e n a g a s a k t i pemuda i t u d i p e r m u k a a n k u l i t .

D a r i g e t a r a n hawa l w e e k a n g y a n g m e l a w a n
r a c u n Ji t - c o a - t o k i t u k a k e k i n i d a p a t m e n g e t a h u i
bahwa pemuda itu bukanlah orang sembarangan.
Diam-diam dia merasa kaget. Denyut urat nadi
p o ko k y a n g t a d i d i s e n t u h n y a m e n u n j u k k a n t a n d a -
tanda bahwa pemuda ini memiliki tenaga s akti
Y a n g - ka n g ( P a n a s ) y a n g h e b a t . D a n i n i s e t a n d i n g
s e ka l i k a l a u d i a d u d e n g a n t e n a g a I m ( D i n g i n )
yang dimiliki Mo -i Thai-houw.

Itulah sebabnya mengapa ka kek ini mengajukan


syarat bahwa siapa yang menang harus tunduk
ke p a d a y a n g k a l a h ! D i a b u k a n o r a n g b o d o h , m a k a

808
b e l u m b e r t e m p ur s a j a d i a s e b e n a r n y a s u d a h t a h u
d i a b u ka n l a w a n p e m u d a y a n g m e n y i m p a n t e n a g a
s i n ka n g s e h e b a t i t u . D a n k e b e t u l a n s e k a l i ,
pemuda itu telah mendahului mengajukan syarat
d a n s e ka r a n g d i a y a n g d i m i n t a u n t u k m e n g a j u k a n
syarat lain bu at mengimbanginya.

Inilah kesempat an bagus sekali dan


membayangkan bahwa dia pasti berhasil dengan
a ka l n y a i t u , k a k e k i n i t e r k e k e h - k e k e h g e m b i r a .
Keberhasilannya sudah di ambang mata dan t idak
lama lagi dia tentu akan dap at mempergunakan
pemuda itu untuk menandingi Mo -i Thai-houw!

"Ha - h a , o r a n g m u d a , b a g a i m a n a j a w a b m u ?
M e n y e r a h s e b e l u m b er t a n d i n g a d a l a h w a t a k
seorang pengecut. Dan tidak berani menerima
syarat yang diajukan lawan adalah watak
penjilat! Terserah, engkau hendak menerima
a t a u ka h menolak lohu tinggal menanti
jawabanmu, heh -heh-heh!"

K a ke k i t u t e r p i n g k a l - p i n g k a l d a n P e k Ho n g s u d a h
m e r a h m u k a n y a m e n d e n g ar s e m u a om o n g a n d a n
syarat yang gila-gilaan ini.

"D e w a M o n y e t , k a u t u a b a n g k a p e n g e c u t ! T a h u
b u ka n l a w a n Y a p - k o k o m a k a k a u l a l u m e m b a l i k

809
p e r a t u r a n u m u m m e n j a d i p er a t u r a n g i l a s e e n a k
perutmu sendiri. Cihh, watak apa ini? Bukankah
ini lebih pengecut dari pengecut? Lebih penjilat
dari penjilat?"

"E h h , m a n a b i s a l o h u d i b i l a n g p e n g e c u t ? " kakek


itu membantah dan matanya mendelik. “Kalau
pengecut t i d a k m u n g k i n menantang, dan lohu di
sini malah berdiri sebagai penantang !
Suamimu i t u l a h yang p e n g e c u t kalau t idak
berani me n e r i ma tantangan lohu dan
menyerah kalah sebelum bertanding !"

"C i h h , s i l a t l i d a h y a n g t a k b e r t u l a n g ! " P e k Ho n g
membanting kakinya. "S u d a h jelas kau
menggunakan akal lic ik masih tida k mau disebut
pengecut. Bukankah ini menunjukkan watakmu
busuk dan tida k tahu malu? Yap -ko ko, daripada
ki t a m e l a y a n i o r a n g g i l a s e p e r t i i n i l e b i h k i t a
pergi saja......!"

Dengan sikap marah gadis itu la lu menarik tangan


B u K o n g u n t u k d i a j a k p e r g i . N a m u n Mu r i d
M a l a i ka t G u r u n N e r a k a i n i m a l a h t e r s e n y u m -
s e n y u m d a n m e l e p a s k a n p e g a n g a n P e k Ho n g
dengan sikap halus.

810
"Ho n g - m o i , a k u s u d a h b e r j a n j i d e n g a n d i a d a n
s e ka l i j a n j i d i u c a p k a n t i d a k m u n g k i n d i t a r i k
ke m b a l i . B a g i s e o r a n g p e n d e k a r b e r l a k u m o t t o
ini: It-gan-ki-jut-su-ma-lam-twi (seka li keluarkan
ucapan empat ekor kuda sekalipun tak akan
mampu menarik kembali). Masa engkau tidak
mengetahuinya ?"

"A ka n t e t a p i k a k e k i t u c u r a n g ! " P e k Ho n g
penasaran dan membantah dengan suara keras.
"D a n m e n g h a d a p i m a n u s i a c u r a n g s e p e r t i i n i
tidak perlu kita berpegang teguh kepada
ke b e n a r a n . Y a p - k o k o , k a u . . . . . "

"S s t t , Ho n g - m o i , s a b a r l a h , " B u K o n g m e m o t o n g
dan memegang lengan gadis yang marah -marah
i t u . "K a l a u d i a m e m p u n y a i a k a l m a s a k i t a j u g a
tidak punya?"

Kalimat terakhir ini diucapkan dengan suara lirih


s e ka l i s e h i n g g a D e w a M o n y e t s e n d i r i t i d a k
m e n d e n g a r j e l a s . P e k Ho n g t e r b e l a l a k , t e r k e j u t
dan tercengang keheranan, apalagi ketika tiba -
tiba pemuda itu mengedipkan matanya.

"A ku a d a a k a l b a g u s , h a r a p k a u j a l a n k a n p e r i n t a h
ini untuk mengimbangi kecerdikannya," demikian
Bu Kong melanjutkan kata -katanya dan kali ini

811
pemuda itu mempergunakan ilmunya Coan -im-
jip-bit sehingga yang mendengar bicaranya hanya
gadis itu saja.

P e k Ho n g y a n g m a s i h t e r k e j u t k e h e r a n a n i n i t i d a k
mampu mengeluarkan bantahan lagi. Dan Bu Kong
sendiri memang tidak m e m b er i banyak
ke s e m p a t a n k e p a d a g a d i s i t u u n t u k b a n y a k
bertanya. Pemuda ini dengan gerakan t idak
ke n t a r a l a l u p u r a - p u r a m e n g g e n g g a m t a n g a n P e k
Ho n g d a n m e n y u r u h n y a m i n g g i r .

“ Ho n g - m o i , Kauw-sian telah mengajukan


syaratnya dan aku tidak mungkin menola knya. Dia
telah menerima syaratku dan sebag ai imba lannya
a ku p u n t e n t u s a j a h a r u s m e n e r i m a a p a y a n g
d i ka t a k a n n y a . N a h , s e k a r a n g m i n g g i r l a h , l i h a t
saja apa yang terjadi di antara kit a."

DENGAN gerakan halus pemuda itu lalu


m e n d o r o n g PEK HONG Ke t e p i , d a n D ew a M o n y e t
tidak mengetahui betapa dengan gerakan jari
tangan yang tersembunyi Bu Kong telah
menyisipkan sehela i bulu monyet yang tadi
dijepit di jari-jari tangannya kepada murid Ta
B h o k Hw e s i o i n i . L a l u d e n g a n g e r a k a n b i b i r y a n g
t i d a k ke n t a r a p e m u d a i t u m e n g i r i m k a n i l m u n y a

812
C o a n - i m - j i p - b i t k e p a d a P e k Ho n g d a n b e r b i s i k
p e r l a h a n , "Ja n g a n k h a w a t i r , a k u p a s t i k a l a h
bertanding asal kau membantuku. Bulu monyet
itu nanti pergunakan sebagai senjata rahasia,
s a m b i t ka n k e j a l a n d a r a h i t - c e n g - h i a t d i b e l a k a n g
l u t u t ku . A k a n t e t a p i , l i h a t d u l u k e a d a a n , d a n a k u
a ka n m e m a s a n g d i r i s e d e m i k i a n r u p a a g a r k a u
dapat dengan le luasa menyambitkan bulu monyet
i t u d i b e l a k a n g l u t u t . N a h , Ho n g - m o i , l a k s a n a k a n
perintahku ini sebaik mungkin dan hati -hati... ...."

D e m i ki a n l a h p e s a n B u K o n g m e l a l u i i l m u n y a
m e n g i r i m k a n s u a r a , d a n s e k e t i k a w a j a h P e k Ho n g
berseri-seri. Betapa cerdiknya bekas jenderal
muda ini ! Sungguh dia kagum sekali. Maka tanpa
b a n y a k c a k a p l a g i gadis i n i p u n l a l u m e n e p i d a n
memandang dua orang yang akan bertanding
dengan syarat di luar keb iasaan itu, yakni yang
menang harus tunduk kepada yang kalah!

Mana dunia ini ada pertandingan gila seperti itu?


Dan hanya orang -orang gila seperti kakek
b e r m u ka monyet itulah yang sanggup
mengandalkan hal-ha l semacam in i.

"Ha - h a - h a , e n g k a u b e r a n i m e n e r i m a s y a r a t k u ,
anak muda?" Dewa Monyet tertawa girang.
"B a g u s s e k a l i , t i d a k p e r c u m a k a u m e n j a d i s e o r a n g

813
l a ki - l a ki . T a d i l o h u s u d a h k h a w a t i r k a l a u k a u
menolak karena han ya orang b anci sajalah yang
tidak berani menerima tantangan orang lain!"

P e m u d a i n i t e r s e n y u m . "K a u w - s i a n , a k u b u k a n
seorang banci, ma ka tentu saja kuterima semua
permintaanmu itu. Sekarang kita hendak adu
ke p a l a n a t a u k a h m e m a k a i s e n j a t a ? "

"U w a h h , s e m u a n y a s a m a s a j a b a g i l o h u ! " k a k e k
itu berseru. "M a i n kepalan boleh main
senjatapun lohu tidak menolak, heh -heh-
heh........"

"He m m , k a l a u b e g i t u b i a r l a h k i t a a d u k e p a l a n
s a j a , " s a h u t B u K o n g t e n a n g . "D e n g a n d e m i k i a n
ku l i t k i t a t i d a k a k a n t e r l u k a . B a g a i m a n a ? "

"B o l e h , " k a k e k i t u m e n j a w a b . "D a n k e b e t u l a n


s e ka l i l o h u m e m a n g s u d a h l a m a t i d a k m e n e r i m a
g e b u ka n ! N a h , a n a k m u d a , m a r i k i t a m u l a i . . . . . . . ”

K a ke k i t u t e r k e k e h k e m u d i a n m u n d u r t i g a l a n g k a h
lalu maju lag i setengah t indak. Dia me masang
ku d a - ku d a a n e h y a n g l u c u , y a k n i k a k i k i r i
disentuhkan lutut kanan, pantat agak
m e n u n g g i n g d a n m a t a n y a m e nj u l i n g k e t e n g a h ,

814
lalu tangan kiri menggaruk -garuk rambut
sedangkan tangan kanan terjulur ke depan
seperti pengemis minta sedekah !

P e k Ho n g y a n g m e l i h a t p a s a n g a n k u d a - k u d a i n i
tidak d apat menahan geli hatinya lag i dan gadis
i n i p u n t e r k e k e h . "Hi h i k k , k a k e k s i n t i n g
memasang kuda-kuda Monyet Kelaparan Minta
Tahi ! Sungguh indah......!" serunya mengejek.

Dewa M o n y e t m e l o t o t k e a r a h g a d i s i n i . “ S i a p a
m i n t a t a h i ? Hu h h , a n a k - a n a k b u a h k u t i d a k a d a
yang serakus itu. Ma kanan mereka se lalu buah -
buah segar yang mengandung empat sehat lima
sempurna. Masa hujin lancang bicara seperti itu?
Awas, kalau lohu menangkan pertandingan ini
m a ka l o h u h e n d a k m e n j a d i k a n d i r i m u p a c a r S i a u -
ji !”

P e k Ho n g m e n c i b i r . "C i h h , k a l a u k a u y a n g m e n a n g
justeru kau harus tunduk kepada yang kalah.
M a s a ka u h e n d a k m e n j i l a t l u d a h s e n d i r i ? "

K a ke k i t u t e r t e g u n , s e p a s a n g m a t a n y a t e r b e l a l a k .
"Siluman....! " m a k i n y a g e m a s . "P e r e m p u a n m e m a n g
cerewet dan kau ini agaknya lebih cerewet dari
n e n e k- n e n e k b a w e l ! " k a k e k i t u b e r s u n g u t -
sungut.

815
“Sudahlah, Kauw -sian. Buat apa kau melayani
dia? Kau hendak bertanding silat a taukah
bertanding lidah ?"

T e g u r a n B u K on g i n i m e m b u a t k a k e k i t u m e m e k i k
marah dan tiba-tiba saja dia melompat ke depan.

"K e r r . . . . ! Ja g a i n i , a n a k m u d a , h a i i t t t . . . . . . . . ! "

K a ki ki r i y a n g t a d i d i s e n t u h k a n l u t u t k a n a n i t u
mendadak dilempar merupakan tendang an ke
atas, sementara tangan kiri yang tadi garuk -garuk
ke p a l a j u g a m e n c e n g k e r a m d a d a d a n t a n g a n
ka n a n n y a y a n g t a d i s e p e r t i m i n t a s e d e k a h i t u
tahu-tahu menyodok lambung. Tiga buah
serangan ini di-lancarkan saling susul dan angin
p u ku l a n k u a t m e n y a m b a r t i b a .

"B a g u s , l i h a i s e k a l i ! " B u K o n g m e m u j i d a n c e p a t
pemuda ini mengelak. Tendangan lawan yang
mengarah dagunya dikelit ke samping sedangkan
c e n g ke r a m a n s e r t a s o d o k a n k e u l u h a t i i t u
d i t a n g ki s s a m b i l m e n g e r a h k a n t e n a g a e m p a t
bagian.

"P l a k - p l a k k ! "

816
Dua pasang tangan beradu dan pemuda ini
t e r ke j u t k e t i k a l e n g a n n y a t e r p e n t a l . N y a t a ,
dengan pengerahan tenaga empa t bagian saja dia
masih kurang kuat untuk menghadapi kakek ini.
Dan hebatnya, begitu lengannya terdorong ke
samping, tiba-tiba sambil terkekeh menyeramkan
ka ke k i t u m e r o b a h c e n g k e r a m a n k e d u a t a n g a n n y a
menjadi tusukan dua jari mencolok mata dengan
ke c e p a t a n k i l a t !

"A i h h . . . . . ! " B u K o n g b e r s e r u k a g e t d a n k a r e n a
jarak sudah terlalu dekat, cepat pemuda ini
mengelak dengan jalan membanting diri di atas
lantai. Du a ka li dia menggelinding menjauhi
lawan dan selamatlah dia dari colokan berbahaya
tadi.

"S a t u j u r u s . . . ! " D e w a M o n y e t b e r s er u d a n d i a m -
d i a m ka k e k i n i a g a k m e r a s a k e c e w a . K a l a u d a l a m
satu gebrakan saja pemuda itu sudah dibuat
j u n g ki r b a l i k s e p e r t i i n i , m a k a d u g a a n n y a b a h w a
pemuda itu berkepandaian tinggi rupanya
meleset. Dan kalau benar -benar pemuda ini
masih di bawah t ingkatnya, tentu saja t idak dapat
diharapkan buat menghadapi Mo -i Thai-houw.

Kalau begitu, lebih baik dia membunuh mampus


saja anak muda yang tid ak ada gunanya in i ! Tiba -

817
t i b a ka k e k i t u m e n j a d i b e r i n g a s d a n s a m b i l
melengking nyaring dia mene rjang maju.

"A w a s a n a k m u d a , j u r u s k e d u a ! " k a k e k i t u
berteriak.

Kali ini karena ingin mengetahui sampai di mana


ke p a n d a i a n lawan, maka Dewa Monyet
melancarkan serangan secara sungguh -sungguh.
Dia tidak mau memberi hati, dan jurus kedua
inipun dilaku kan de ngan se kuat tenaga . Kalau
pemuda itu tidak kuat bertahan, biarlah mampus
saja dalam dua jurus. Dan mengenai yang wanita,
ka l a u d i a t e r d e s a k , m u d a h b a g i n y a u n t u k
mengerahkan pasukan monyetnya untuk maju
mengeroyok. Demikianlah keputusan ka kek in i.

M a ka t e r j a n g a n d a l a m j u r u s k e d u a i n i m e m a n g
hebat bukan ma in. Kake k itu melancarkan tipu
yang disebut Sin -kauw-coan-mo (Kera Sakti
Menerjang iblis) tangan kanan terbuka dengan
telapak lebar menghantam bato k kepala,
sedangkan tangan kiri menusuk dengan empat
jari lurus seperti baja ke arah pusar lawan.
S e r a n g a n i n i c u k u p ke j i d a n g a n a s . S e k a l i k e n a
sasaran tentu batok kepala akan hancur dan usus
berhamburan.

818
Bu Kong sendiri merasa terkejut melihat serangan
yang amat kejam ini. Diam -diam dia merasa t idak
s u ka a k a n k e g a n a s a n l a w a n . M a k a u n t u k m e m b e r i
hajaran setimpal dia sengaja tidak menghindar.
Pemuda ini mengerahkan lweekangnya
m e l i n d u n g i p e r u t , me n e r i m a t u s u k a n e m p a t j a r i
tangan yang berobah seperti batang baja itu.
Sementara di lain pihak, hantaman ke batok
ke p a l a n y a d i a k e l i t s e d i k i t d a n d i t e r i m a dengan
p u n d a kn y a .

"E i h h . . . . . . ? ! " D e w a M o n y e t s e m p a t b er s e r u k a g e t .
Sama sekali ka kek ini tid ak menyangka bahwa dua
buah serangannya yang amat d ahsyat itu ba kal
diterima lawan dengan cara demikian. Tadinya
d i a m e n d u g a b a h w a p e m u d a i t u p a s t i akan
melompat untuk menghindarkan diri atau
menggerakkan lengannya menangkis. Dan kalau
hal ini dila kukan lawan, dia sudah siap untuk
menggerakkan k a ki n y a secara tiba -tiba
menghantam selangkangan pemuda itu.

M a ka b e t a p a h e r a n n y a k a k e k i n i k e t i k a m e l i h a t
Bu Kong sama sekali tidak mengelak dan berdiri
tenang di tempatnya menerima dua macam
s e r a n g a n n y a d e n g a n m a t a t a k b e r k e d i p . Ha l i n i
membuat kakek itu penas aran dan ingin tahu. Jika
lawan berani menerima hantamannya, agaknya

819
pemuda itu mem ang bukan orang sembarangan.
Dan hal ini membuat kake k itu menjadi girang.
Inilah yang d ikehendakin ya, ya kni meliha t sampai
dimanakah kehebatan pemuda itu. Apakah patut
ka l a u ke l a k d i a m e n g a j u k a n p e m u d a i n i u n t u k
menghadapi Mo -i Thai-houw yang dia tahu
memiliki kes aktian luar biasa itu.

"P l a k - d e s s ! ”

Dua macam serangan ini t iba hampir berbareng.


Telapak tangan kanan Dewa Monyet menghantam
pundak kiri pemuda itu, sedangkan tusukan
empat jari kirinya yang sekeras baja itu bertemu
dengan perut lawan. Dan kakek ini menjerit
ka g e t .

Pundak lawan yang dihantam t angannya


mendadak terasa selunak kapas dan tenaga
p u ku l a n n y a y a n g d i l a k u k a n s e k u a t n y a i t u a m b l a s
seperti masuk ke dalam samudera. D an belum lagi
r a s a ka g e t n y a h i l a n g , t i b a - t i b a d a r i p u n d a k
pemuda itu muncul suatu tenaga tolak yang lu ar
biasa hebatnya. Kiranya Bu Kong telah
m e n g e l u a r k a n i l m u n y a y a n g b e r s i f a t "m e n g h i s a p "
d a n "m e l o n t a r ".

820
Dengan kepandaiannya ini, pemuda itu menerima
p u ku l a n D e w a M o n y e t y a n g b e r s i f a t k e r a s d a n
"m e n g h i s a p n y a " k e d a l a m , l a l u s e m e n t a r a k a k e k
i t u t e r ke j u t , t e n a g a p u k u l a n l a w a n y a n g d i h i s a p
ke m u d i a n d i p a n t u l k a n d a n d i l o n t a r k a n k e m b a l i
ke a r a h p e m i l i k n y a . I l m u k e p a n d a i a n i n i h a n y a
dapat dimiliki oleh orang -orang yang telah
mencapai tingka t teratas da lam pengendalian
tenaga lweekang. Da n sebagai murid tunggal
M a l a i ka t G u r u n N e r a ka y a n g m e n j a d i t o k o h b e s a r
di utara, tentu saja kepandaian macam ini sudah
diwariskan pendekar sakt i itu kep ada muridnya.

Dewa Monyet yang sama seka li t idak mengi ra


bahwa pemuda itu mahir mengendalikan tenaga
dalamnya, sudah tida k keburu lag i untuk
menghindar. Tusukan empat jarinya ke perut
bertemu dengan kulit yang penuh hawa sakti,
p e r s i s s e p e r t i m e nu s u k k a r e t s a j a . B e g i t u
menusuk begitu mental kembali. Dan ket ika
lawan melontarkan pukulannya yang membalik
i n i , ka ke k i t u b e r t e r i a k d a n t e r j e n g k a n g r o b o h .

"B r e s s s ! "

Dewa Monyet terguling -guling dan kakek ini


mengeluh dengan mata terbelalak. Ketika dia me -
lompat berdiri, tubuhnya agak terhuyung -huyung

821
namun bola matan ya yang meliar itu tampak
berseri gembira.

"U w a h h , h e b a t s e k a l i k a u , a n a k m u d a ! K a l a u k a u
bertangan kejam, tidak mustahil lohu sudah
menggeletak tak bernyawa di tempat ini, ha -ha-
ha.....!”

K a ke k i t u t e r t a w a b e r g e l a k d a n u c a p a n n y a i n i t a d i
memang masuk di akal. Kalau pemuda itu tidak
mengendalikan diri, aga knya puku lan yang
membalik tadi a kan merusak is i dadanya.

Namun Bu Kong tidak menghiraukan pujian ini,


b a h ka n d e n g a n a l i s b e r k e r u t d i a b e r k a t a , "K a u w -
s i a n , ka u g a n a s s e k a l i . K a l a u o r a n g l a i n y a n g
menerima serangan macam itu, bukankah dia
a ka n t e w a s t a n p a d o s a ? P e r t a n d i n g a n i n i s i f a t n y a
hanyalah pibu, bukan untuk melampiaskan
dendam. Mengapa kau begitu keji?"

"He h - h e h - h e h , k e j i a t a u t i d a k i t u a d a l a h
pendapat masing -masing orang. Ilmu silat rata -
rata menyembunyikan kekejaman. Tewas atau
tidak itulah resikonya, kenapa marah -marah
ke p a d a l o h u ? A n a k m u d a , k a u h e b a t s e k a l i , l o h u
senang melihatnya. Tetapi kita baru bergebrak
dua jurus. Yang pertama kau roboh dan yang

822
ke d u a k a l i n y a l o h u y a n g t e r l e m p a r . B e r a r t i
d i a n t a r a k i t a m a s i h seri. Ha y o , k i t a l a n j u t k a n l a g i
p e r m a i n a n ini !"

Tanpa menunggu lawan membuka mulut kake k itu


sudah menerjang lagi sambil terkekeh -kekeh.
Karena sekarang maklum bahwa lawannya yang
masih muda ini memang benar -benar hebat ilmu
ke p a n d a i a n n y a , m a k a k a k e k i t u p u n l a l u m e -
nyerang sekuat tenag a. Dia mas ih belum puas,
dan dia hendak melihat d an menjajal kepandaian
pemuda itu sepuas mungkin.

M a ka t e r j a n g a n n y a k a l i i n i j a u h l e b i h b e r b a h a y a
dan lebih ganas dari serangan pertama maupun
ke d u a . S e p a s a n g k a k i t a n g a n k a k e k i t u b e r g e r a k
c e p a t , m e n g h a n t a m d a n m e n d o r o n g , m en a m p a r
dan menyabet, semua ditujukan bertubi -tubi ke
bagian tubuh mematikan. Angin pukulan
menyambar -nyambar dahsyat, jubah longgarnya
b e r ki b a r a n d a n t u b u h k a k e k i n i b e t e r b a n g a n
mengitari lawan dengan amat cepatn ya.

Dan hebatnya, setiap kali serangan tentu diiringi


dengan pekik monyetnya yang parau
menyeramkan itu sehingga gerakan kake k ini
mirip dengan seekor kera besar yang menyambar -
nyambar dari delapan penjuru. Sungguh sepak

823
terjang yang ganas sekali, juga liar dan
membingungkan lawan karena kakek itu telah
lenyap bentuknya berobah menjadi bayangan
cepat seperti iblis.

"B a g u s . . ! " B u K o n g b e r s e r u m e m u j i me l i h a t
ke h e b a t a n l a w a n n y a i n i d a n d a r i s e m u a s e r a n g a n -
serangan itu maklumlah pemuda ini b ahwa kakek
itu memang bukan orang sembarangan. Mulailah
dia bergerak mengikuti gerakan lawan,
mengerahkan ginkangnya untuk menandingi kece -
patan Dewa Monyet yang segesit kera terbang
itu.

M a ka t e r j a d i l a h p e r t a n d i n g a n s e r u d i a n t a r a d u a
orang ini. Kecepatan dilawan kecepat an, pukulan
d i l a w a n d e n g a n t a n g ki s a n d a n t e n d a n g a n d i b a l a s
dengan tendangan pula sehingga terdengarlah
suara beradunya tulang -tulang kaki maupun
lengan !

Sungguh pertandingan yang tampak seru bukan


m a i n . P e k Ho n g y a n g m e n o n t o n d i p i n g g i r a n
m e m b u k a m a t a l e b a r - l e b a r d a n b er s i k a p w a s p a d a
ka r e n a d i a t a h u b a h w a k a k e k g i l a i t u a c a p k a l i
mempunyai tindakan tiba - tiba yang licik. Dan
inilah yang harus diperhatikannya.

824
Apa yang diduga oleh gadis ini ternyata terbukti.
Baru dalam melancarkan serangan jurus ketiga
saja kakek itu sudah menampakkan
ke c u r a n g a n n y a . K e t i k a d i a m e l o m p a t s a m b i l
m e n e n d a n g l e h e r d ar i u d a r a , k a k e k i t u b e r t e r i a k
menyeramkan dan kedua lengannya yang p anjang
berbulu itu menyambar rambut Bu Kong untuk
dijambak. Serangan ini persis monyet bu as dan
ka s a r , n a m u n a m a t b e r b a h a y a s e k a l i b a g i l a w a n .

Namun Bu Kong yang melihat serangan ini tidak


menghindar. Dengan cepat dia mengangkat
t a n g a n k a n a n n y a menghantam t e n d a n g a n
terbang yang mengarah lehernya itu, sementara
tangan kirinya disiap kan untuk menyambut
lengan panjang Si Dewa Monyet yang hendak
mencengkeram rambutnya.

D a n p a d a saat i t u l a h t e r j a d i n y a k e c u r a n g a n i n i .
Tendangan kaki yang tadi melonjor lurus se perti
ka y u i t u m e n d a d a k d i t e k u k o l e h k a k e k i n i , d a n
tendangan yang sudah dilancarkan setengah jalan
itu dibatalkan. Sebalikn ya, kaki kanan t iba -tiba
mencuat dan sekonyong -konyong dari bawah
sepatu ka kek itu meluncur caha ya putih yang
gemerlapan menyambar ulu hati, sementara
ke d u a lengannya dikebutkan ke depan dan

825
berhamburanlah bulu -bulu monyet yang melesat
menghujani muka pemuda itu!

T e n t u s a j a peristiwa i n i a m a t m e n g e j u t k a n s e -
ka l i . P e k Ho n g s a m p a i m e n j e r i t k e r a s d a n g a d i s
itu marah bukan main, mukanya pucat dan hampir
saja ia melesat ke depan untuk menolong.

Namun murid Malaikat Gurun Neraka itu benar -


b e n a r p e m u d a y a n g h e b a t d a n mengagumkan.
M e s ki p u n h a t i n y a m e n c e l o s m e l i h a t b e l a t i
pendek yang meluncur dari bawah sepatu Dewa
Monyet ke arah ulu hatin ya dalam serangan tak
terduga, akan tetapi d ia dapat bersikap tenang.
Dan inilah m o d a l poko k yang berhasil
menyelamatkannya.

M a ka ke t i k a b e l a t i i t u m e n y a m b a r d a l a m j a r a k
sedemikian deka tnya d an dia sendiri sudah t idak
sempat mengelak, pemuda ini t iba -tiba
mengeluarkan bentakan keras dan tangan kanan
yang sudah diangkat ke atas untuk menangkis
tendangan tadi sekarang menyampok ke bawah
secepat kilat.

"P l a kk. . . . . ! " d e n g a n t e p a t b e l a t i i t u d i p u k u l d a n


senjata pendek ini tiba -t iba membalik dan

826
mendengung menyambar tenggorokan Dewa
Monyet sendiri!

Sementara itu, sambaran bulu -bulu monyet yang


d i ke b u t k a n d a r i b a l i k j u b a h k a k e k i n i s u d a h
meluncur tiba. Akan tetapi, bentakan yang tadi
d i ke l u a r k a n B u K o n g b u k a n s e k e d a r b e n t a k a n
penambah semangat belaka. Tida k. Bentakan itu
sebenarnya merupakan tiupan khikang yang
d i l a ku k a n p e m u d a i n i u n t u k m e n g h a l a u h u j a n
senjata rahasia berup a bulu-bulu monyet yang
merah kecoklatan itu.

M a ka b e g i t u s u a r a i n i d i k e l u a r k a n , s e k e t i k a
rambut-rambut halus itu tertahan di udara dan
a kh i r n y a r u n t u h d i a t a s l a n t a i s e b e l u m m e n g e n a i
m u ka p e m u d a s a k t i i n i .

"A i i h h h . . . . ! ! " D e w a M o n y e t b e r t e r i a k k a g e t .
K a ke k i t u b u k a n h a n y a k a g e t k a r e n a b u l u - b u l u
monyetnya runtuh ke bawah, akan tetapi juga
ka g e t k a r e n a m e n d a p a t s e r a n g a n b a l a s a n d a r i
belatinya sendiri yang menyambar tenggorokan.

Tentu saja ka kek ini terkejut bukan main. Dua


buah serangannya tadi, ya kni tendan gan ter bang
ke a r a h l e h e r d a n c e n g k e r a m a n u n t u k m e n j a m b a k
rambut lawan sebenarnya hanyalah se rangan

827
tipuan belaka. Yang benar ialah bahwa dia hendak
menyerang dengan senjata -senjata rahas ianya itu
yang disembunyikan d alam jubah serta telapak
sepatunya. Itulah sebabnya begitu senjata
rahasia diluncurkan, se ketika dia menghentikan
serangan palsunya dan menunggu hasil dari
serangan senjata gelapnya yang dila kukan tiba -
tiba itu.

Sama sekali t ak disangkan ya bahwa semua


ke c u r a n g a n n y a i t u s i a - s i a b e l a k a . M a l a h s e k a r a n g
belati pendek yang t ajam berkilauan itu
menyambar dirinya sendiri dengan kecepatan
ki l a t .

"B r e t t ! " k a k e k i n i s u d a h m e n g e l a k , n a m u n k a r e n a
g u g u p d a n k u r a n g c e p a t , l e h er b a j un y a d i "m a k a n "
belati dan kulit lehernya tergores sehingga
berdarah sementara belati itu sendiri terus
meluncur dan akhirnya menancap dan bergoyang -
goyang di dinding pondok yang terbuat dari kayu
merah itu!

"He b a t . . . . . ! " D e w a M o n y e t m e n d e s i s d e n g a n m a t a
terbelalak dan sejenak kakek ini tertegun dengan
m u ka p u c a t . S e d i k i t s a j a d i a t e r l a m b a t , tentu
tenggorokannya sudah ditembus belati pendeknya itu.

828
Namun kakek ini memang orang yang keras hati dan nekat.
Begitu dia sadar, kembali tubuhnya sudah menerjang maju
dan berteriak kalap. Karena sekarang maklum bahwa dibantu
dengan am-gi (senjata gelap) sudah tidak ada gunanya, maka
sepenuhnya kakek itu mengandalkan ilmu silatnya. Semua
kepandaian sekarang dikeluarkan dan rasa penasaran
bercampur girang membuat kakek ini menyerang membabi
buta.

Karena dilanda emosi yang meluap-luap, seketika kakek itu


lupa bahwa kalau dia berhasil merobohkan pemuda ini maka
justeru dialah yang bakal dianggap kalah dalam pertaruhan.
Rasa penasaran bercampur kemarahan melihat betapa hampir
saja dia tewas disambar pisau belati tadi membuat Dewa
Monyet melancarkan serangan bertubi-tubi dengan muka
merah dan mata melotot.

Kakek ini tidak menghiraukan segala sesuatunya lagi dan


sambil memekik-mekik dia menerjang buas seperti monyet
liar. Tentu saja Bu Kong kewalahan, juga agak bingung.

Kalau menurutkan kemarahannya melihat keganasan kakek


ini, pemuda itu sudah hampir melancarkan pukulan-pukulan
maut. Akan tetapi dia masih ingat akan isi perjanjian dalam
pertaruhan mereka ini, maka tentu saja dia harus dapat
menahan dan sekaligus mengendalikan diri. Sekali salah turun
tangan, tentu kakek itu kalah.

829
Dan apabila hal ini terjadi, maka tentu saja yang menang
nantinya harus tunduk kepada yang kalah. Mana dia mau?
Kakek itu wataknya tidak genah, dan kalau dia harus tunduk
kepada segala perintah Dewa Monyet, bukankah semuanya
bakal runyam?

Tidak, tidak boleh begitu. Dia harus "kalah" akan tetapi


menang daripada "menang" akan tetapi kalah. Namun untuk
melakukan hal inipun dia harus berhati-hati. Dalam pertemuan
tenaga dengan kakek itu dia merasakan betapa pukulan
lawannya ini mantap dan berat. Setelah dia mengerahkan
tenaga tujuh bagian barulah dia dapat mengimbangi kakek itu.

Maka segera dicarinyalah kesempatan untuk "kalah" akan


tetapi menang ini. Tepat pada j u r u s kelima dia harus "kalah",
dan agaknya untuk itu dia harus sedikit berkorban. Tidak apa-
apalah. Yang tujuh bagian dia kerahkan untuk menahan
sedangkan sisa tenaga tiga bagian dia siapkan untuk cadangan.

Sebenarnya, kalau saja pemuda ini bersungguh-sungguh maka


Dewa Monyet itu masih bukan tandingannya. Serangan-
serangan ganas kakek itu baru dihadapinya dengan ilmu silat
Khong-ji-ciang (llmu Silat Hawa Kosong) karena ilmu silat inilah
yang paling tepat buat bertahan. Dan sekali-kali dia
mencampurnya dengan jurus-jurus Cap-jiu-kun agar desakan
lawan tidak terlalu berat.

830
Hanya ginkang kakek itulah yang boleh diperhatikan, juga
serangan-serangan gelapnya. Agaknya karena berkumpul
dengan monyet-monyet liar maka kakek ini memiliki tubuh
yang gesit dan otot-otot yang lentur, gampang melompat dan
mencakar dengan gerakan tiba-tiba dan ringan.

Itulah sebabnya ketika kakek itu kembali menyerangnya


dengan cepat dan kuat maka pemuda ini bersikap waspada.
Dewa Monyet sekarang menyerangnya secara berputar.
Tubuhnya terbang mengeliling dan kesepuluh kuku-kuku
jarinya yang tajam seperti cakar itu mengancam perut, dada,
leher serta mukanya.

Dan yang membuat bising adalah pekik monyetnya yang persis


binatang liar itu. Bahkan kadang-kadang kakek ini mendupak,
berjengkelit dan bergulingan di atas lantai atau melompat
tiba-tiba sambil menggereng. Sungguh sepak terjangnya ini
tidak lumrah orang waras dan pantas disebut orang gila.
Akhirnya jurus keempat dengan cepat telah mereka lalui. Kini
pertandingan sudah menginjak jurus kelima dan Bu Kong lalu
mengerahkan ilmunya Coan-im-jip-bit kepada Pek Hong yang
berdiri menonton.

"Hong-moi, siapkan bulu monyet tadi, aku akan


membelakangimu dan begitu jurus kelima ini habis, totok
belakang lututku agar aku roboh. Nah, bersiaplah....."

831
Berdebar jantung gadis ini. Dia harus menjalankan perintah
itu, akan tetapi dengan perhitungan yang tepat. Totokan yang
dilakukannya harus diatur, tidak boleh terlalu keras dan juga
tidak boleh terlalu lemah. Harus pas, yakni totokan yang
dilakukan hanya akan membuat kelumpuha n beberapa detik
saja bagi Yap-goanswe. Terlalu keras sedikit ba k a l membuat
pemuda itu sukar membebaskan jalan darahnya dan kalau
Dewa Monyet menyusuli dengan serangan maut, pemuda itu
tentu celaka.

Ma k a dengan muka tegang Pek Hong lalu bersiap-siap. Bulu


monyet yang dijepit diantara jari tengah dan ibu jarinya
bergetar, siap untuk dijentikkan ke belakang lutut pemuda itu.
Dan kesempatan yang tidak lama ini tibalah.

Dewa Monyet yang bergulingan di atas lantai itu tiba-tiba


mencelat sambil mengeluarkan pekik buas. Muka kakek ini
tampak beringas dan matanya melotot merah. Agaknya
karena belum dapat mendesak lawan yang pantas menjadi
muridnya itu membuat kakek ini penasaran sekali. Maka ketika
melancarkan serangan sambil melompat itu tiba-tiba kakek ini
membarengi sambil.....meludah!

"Cuhhh!"

Ludah diletupkan dan meluncur seperti peluru kendali.


Sebagian memang dilancarkan karena merupakan alat
penyerang, namun sebagian lagi disebabkan sebagai

832
pelampias rasa marah. Tentu saja Bu Kong yang sama sekali
tidak menyangka hal ini menjadi terkejut. Pukulan jarak jauh
lawan menghantam dengan kekuatan dahsyat, dan dia sudah
mempersiapkan tenaganya sebanyak tujuh bagian untuk
menyambut serangan kakek itu. Maka, letupan riak Dewa
Monyet yang menyambar mata kirinya ini hampir saja
membuatnya celaka.

"Aihh......!” pemuda itu berseru keras dan melompat setengah


lingkaran, mengelak dari sasaran ludah kental sementara
kedua tangannya cepat bergerak ke depan menangkis
serangan lweekang lawan.

Dengan gerakan tubuhnya ini, maka Dewa Monyet yang tadi


posisinya berada di belakang Pek Hong sekarang berbalik
berada di depan dan Bu Kong menempati kedudukan kakek
tadi, menghalangi pandangan Dewa Monyet ke arah gadis itu
apabila Pek H o n g menjalankan perintahnya.

"B r e s s ! "

Kedua pukulan bertemu di udara dan pada saat yang sudah


diperhitungkan inilah tiba-tiba Pek Ho n g menjentikkan bulu
monyet di tangannya it u ke jalan darah Ih-ceng-hiat di
belakang lutut Bu Kong sambil berteriak, "Lima jurus......!"

833
D a n terjadilah seperti apa yang direncanakan pemuda itu.
Karena tadinya pemuda i n i mengerahkan tenaga tujuh bagian
untuk menahan, maka begitu belakang lututnya ditotok
senjata rahasia Pek Ho n g , seketika aliran tenaga dalamnya
macet.

Tentu saja hal ini mempengaruhi pertahanannya terhadap


dorongan Dewa Monyet. Kalau tadi serangan kakek itu
terhenti di tengah jalan, sekarang tiba-tiba pukulannya
meluncur ke depan tanpa penghalang karena daya tahan
lawan mendadak lenyap.

Akibatnya, tubuh Bu Kong terlempar jauh d a n pemuda ini


terpental bergulingan menabrak d i n d i n g sambil mengaduh.
Dewa Monyet terkejut d a n berdiri terbelalak, memandang
kejadian yang t i d a k disangka-sangkanya ini.

Kakek itu tidak mengira bahwa dorongan lawan yang tadi amat
kuatnya menahan serangannya itu tiba-tiba s a j a lenyap
tanpa bekas. Bagaimana b i s a ada kejadian m a c a m ini?
Mengapa tenaga pemuda itu sekonyong-konyong hilang
t a n p a sebab sehingga serangannya dengan telak membuat
lawannya itu terpelanting?

T e n t u s a j a D e w a M o n y e t t i d a k h a b i s men g e r t i akan
semua keanehan ini. Karena tadi bernafsu sekali
untuk menyerang pemuda itu k arena dia yakin
bahwa dia pasti kalah, maka ketika tiba -t iba dia

834
ke h i l a n g a n p e r l a w a n a n m u s u h n y a i t u m e m b u a t
ka ke k i n i b a h k a n t e r d o r o n g k e d e p a n d a n p u k u l a n
l w e e ka n g n y a s e m a k i n h e b a t . . . . . . . s e a k a n - a k a n
menjadi dua kali lipat lebih kuat d aripada semula.
Dan ini berarti bahwa dialah yang keluar sebagai
p e m e n a n g ! S e h ar u s n y a , d a l a m p e r t a n d i n g a n p i b u
yang umum dila kukan orang, pihak pemenang
mestinya akan bangga dengan hasil ini. Akan
tetapi karena ka kek itu telah membalik sifat
pertaruhan dengan caranya sendiri, maka
ke m e n a n g a n n y a i n i b a h k a n m e m b u a t d i a m a r a h !

Tidak mungkin bis a terjadi hal ini. Dia t idak


p e r c a y a . P e m u d a i t u p a s t i m e nj a l a n k a n s i a s a t
curang! Tapi siasat apakah? D apatkah dia
b u kt i ka n ? I n i l a h y a n g m e m b u a t k a k e k i t u
tertegun. Dari rabaannya ketika dia mengobati
pemuda itu, Dewa Monyet merasakan getaran
t e n a g a s a k t i yang h e b a t s e k a l i d a r i p e m u d a i n i .

Dari getaran itu saja kakek ini tahu bahwa


ke p a n d a i a n a n a k m u d a i t u s e t i d a k - t i d a k n y a b e r -
ada d u a t i n g k a t d i a t a s k e p a n d a i a n n y a s e n d i r i .
Masa sekarang a kan roboh sedemikian rupa pada
pertandingan akhir tadi? Akan tetapi begitulah kenyataannya.
Dia telah menang dan seperti kata-katanya sendiri, yang
menang harus tunduk terhadap yang kalah!

835
"Hi -hikk, Dewa Monyet, mengapa kau melototi kami? D i a
sudah kalah dan buktinya jelas terpampang di depan mata.
Lihat, dia roboh di sa n a dan kau masih berdiri di sini.
Bukankah ini bukti yang gamblang sekali ?" Pek Ho n g
terkekeh mentertawakan kakek itu dengan muka berseri.

Dewa Monyet mendelik. "Kau......setan muda b a n y a k akal,


kenapa kau kalah? Kenapa kau hendak mengelabuhi lohu ?"
kakek itu marah-marah sambil mengepal tinjunya.

Bu Kong bangkit berdiri. Sejenak dia menarik napas dalam-


dalam untuk melegakan dadanya yang sesak dan sedikit nyeri,
lalu menghadapi kakek ini. "Kauw-sian, siapa mengelabuhi
siapa? Engkau adalah seorang locianpwe tingkat atas,
kepandaianmu hebat dan aku betul-betul kagum. Masa
seorang sakti seperti dirimu dapat dikelabuhi orang muda?
Tidak, Kauw sian, aku memang menyerah kalah. Engkau orang
tua benar-benar hebat sekali, tidak percuma engkau disebut
sebagai golongan tingkat atas. Biarlah dengan selesainya pibu
ini maka perhitungan kita dianggap lunas saja. Tidak ada yang
tunduk terhadap yang lain dan tidak ada pula yang
memerintah terhadap yang lain. Nah, sekarang ijinkanlah kami
pergi......"

Dewa Monyet tertegun mendengar ucapan ini, akan tetapi


sebelum dia membuka mulut tiba-tiba Pek Hong berteriak.
"Wahh, mana bisa begitu? Kalau benar dia dianggap tokoh
tingkat atas, tidak mungkin dia akan menelan ludahnya sendiri.

836
Pertandingan dilakukan dengan taruhan, dan yang
mengajukan syarat-syarat taruhan adalah kakek itu sendiri.
Masa sekarang dia hendak menjilat ludah dan tidak tunduk
kepada yang kalah? Ciss, kalau engkau sampai melakukan hal
ini sungguh tidak patut engkau disebut locianpwe. Dewa
Monyet, bahkan biar oleh pasukanmu sendiri itu! Kalau
seorang pemimpin bersikap sepengecut ini, adakah anak buah
yang dapat menghargainya?"

Kata-kata ini tajam bukan main dan sekaligus menyinggung


harga diri dan kewibawaan kakek itu. Meskipun wataknya agak
gila-gilaan, namun sekali disinggung-singgung harga dirinya
sebagai pemimpin, kegagahan kakek ini timbul. Jelek-jelek
dia adalah pemimpin sebuah pasukan, biarpun pasukan
monyet! Maka dengan mata berapi dan kepala dikedikkan
kakek ini berkata keras.

"Hujin, jaga mulutmu itu! Lohu bukan orang rendah dan tidak
nanti lohu akan menjilat ludah sendiri. Karena kenyataan
membuktikan lohu berdiri sebagai pemenang, maka lohu akan
menepati janji untuk tunduk kepada yang kalah. Nah, anak
muda, sejak saat ini lohu akan tunduk dan mentaati semua
perintahmu, apapun yang kaukehendaki ! Nyawa lohu? Lohu
persiapkan! Pasukan lohu? Lohu sediakan! Nah, lohu sudah
berkata dan semuanya menanti keputusanmu......." dan tiba-
tiba kakek itu menjatuhkan diri berlutut di depan Bu Kong!

837
Tentu saja pemuda ini terkejut. "Eh-eh, Kauw-sian, jangan
begitu.....ja n g a n begitu........hayo bangkit, jangan berlutut.
Kalau diambil kepantasannya malah akulah yang seharusnya
berlutut kepadamu, bukan engkau. Engkau telah
menyelamatkan jiwaku, engkau adalah bintang penolongku.
Masa aku harus menerima penghormatan ini ?"

Dengan gugup Bu Kong lalu maju ke depan mengangkat


bangun kakek itu. Akan tetapi, begitu dia membungkukkan
tubuh untuk menarik Dewa Monyet, tiba-tiba Dewa Monyet
terkekeh menyeramkan dan mendadak kakek ini
menghantamkan kedua tangannya ke arah dada pemuda itu!

Inilah serangan tiba-tiba yang amat berbahaya sekali, dan Bu


Kong terkejut bukan kepalang. Karena dia sama sekali tidak
mengira bahwa kakek ini akan melakukan kecurangan itu,
maka d i a t i d a k a d a k e s e m p a t a n l a g i u n t u k
mengelak.

"Blukkk......!”

Dadanya serasa pecah dan pemuda ini terpental


roboh bergulingan sambil mengeluh. Pukul an itu
hebat bukan m ain, ma ka d ia serasa dihant am palu
godam. Dewa Monyet agaknya telah
mengerahkan semua kekuatannya untuk memukul
tadi, dan hal ini memang benar.

838
Tentu saja Bu Kong marah sekali. Kecurang an
y a n g d i l u a r b a t a s i n i m e m b u a t d a r a h pe m u d a i t u
mendidih. Sudah cukup banyak d ia mengalah
terhadap kake k in i, namun orang tua itu rupanya
tidak tahu diri. Untunglah, meskipun dia t idak
bersiap-siap untuk menerima pukulan tadi, akan
tetapi tenaga sakt i di d alam tubuhnya telah
b e ke r j a s e c a r a o t o m a t i s .

Dan inilah yang menyelamat kannya . Lweekang


pemuda ini sudah mencapai tingkat tinggi sekali,
hampir menyamai gurunya sendiri. Maka
m e s ki p u n h a n t a m a n D e w a M o n y e t d e n g a n t e l a k
mengenai dadanya, a kan tetapi ten aga lweekang
di tubuh pemuda ini telah melindungi isi dada nya
dari pukulan yang amat dahsya t itu.

Dewa Monyet mengira bahwa kali ini pe muda itu


pasti akan terluka parah dengan jantung
terguncang karena dia memang telah
mengerahkan seluruh tenaganya untuk
merobohkan pemuda itu. Maka dapat
d i b a y a n g k a n b e t a p a h e r a n d a n k a g e t nya k a k e k i n i
ke t i ka d i a m e l i h a t p e m u d a yang t a d i r o b o h
terguling-guling itu tiba-tiba melompat bangun
dengan muka merah dan mata berapi -api !

839
"A h h . . . . . . ! " k a k e k i n i m e m a n d a n g t e r b e l a l a k d a n
dia tertegun di tempatnya.

B u K o n g m e l a n g k a h m a j u p er l a h a n - l a h a n d a n
D e w a M o n y e t m u n d u r - m u n du r k e b e l a k a n g
d e n g a n m u k a n g e r i . "D e w a M o n y e t , p er b u a t a n m u
ini benar -benar di lu ar batas kesabaran
seseorang. Berkali-kali aku menga lah karena
mengingat jasamu kepada ku, namun kau aga knya
tidak tahu diri. Setelah kauselamatkan jiwaku
dari maut, apakah engkau menghendaki aku
ke m b a l i k e p a d a m a u t ? O r a n g t u a b e r h a t i k e j i ,
w a t a km u b e n a r - b e n a r s e p e r t i i b l i s s a j a . K a u t e l a h
m e m u ku l s a t u k a l i , m a k a b i a r l a h k u b e r i k a n
ke s e m p a t a n b a g i m u u n t u k m e m u k u l k u l a g i
sebanyak dua kali. Apabila aku tid ak kuat
bertahan, maka biarlah maut menjemputku lagi
seperti yang kauinginkan. Akan tetapi kalau aku
dapat bertahan, maka hutang nyawa diant ara kita
lunas dan jika la in ka li kita bertemu muka, jangan
s a l a h ka n a k u k a l a u k e l a k a k u m e n u n t u t
ke ke j a m a n m u i n i ! "

Ancaman ini membuat kakek itu tergetar dan


sepasang matanya berputar liar. Namun hanya
sejenak saja kake k itu terkejut karena beberapa
detik kemudian ka kek ini t iba -tiba tertawa
terbahak-bahak. Bola matanya yang tadi meliar

840
itu sekonyong-konyong tenang kembali dan
t a m p a kl a h s e k a r a n g k e c e r d i k a n n y a s e b a g a i o r a n g
waras.

"Ha h a - h a , a n a k m u d a p e r k a s a , k a u m e m a n g
benar -benar hebat sekali ! Kalau dari tadi kau
memperlihatkan kesakt ianmu ini, bukankah lohu
tidak akan melaku kan kecurangan itu? Kaulah
yang salah, kenapa bersikap pura -pura? Terus
terang lohu penasaran sekali maka itulah
s e b a b n y a k u s e r a n g d i r i m u s e c a r a t i b a - t i b a . Ji k a
ka u m a m p u s o l e h p u k u l a n k u t a d i , b e r a r t i t i d a k
pantas engkau menjadi majikanku. Akan tetapi,
ka l a u t e r j a d i h a l s e b a l i k n y a m a k a l o h u t i d a k u s a h
malu untuk menjadi h ambamu ! Nah, inilah alasan
lohu mengapa lohu menyerangmu itu, anak muda
!"

Dewa Monyet lalu terkekeh -kekeh dan ka kek ini


m e l o m p a t m a j u . B u K o n g t er t e g u n m e n d en g a r
ka t a - k a t a i t u d a n p e m u d a i n i b e r s i a p - s i a p k e t i k a
melihat ka kek itu mendeka tinya. Watak yang lu ar
biasa serta sukar ditebak dari orang tua ini
mengundang kewaspadaannya. Dan dia t idak
p e r l u m e r a s a h e r a n ka l a u t i b a - t i b a k a k e k i n i p u n
lalu memukulnya lagi seperti permintaannya itu.
Tetapi kali ini duga an Bu Kong ternyata meleset.
K a ke k i t u t i d a k b e r b u a t a p a a p a , j u g a t i d a k m e -

841
nyerangnya. Begitu melompat maju Dewa Monyet
yang berwatak ganjil ini sudah menjatuhkan diri
berlutut untuk kedua kalin ya di depan pemuda itu
dan mulutnya bersumpah.

"Y a p - s i a u w h i a p ( p e n d e k a r m u d a s h e Y a p ) , h a r i i n i
dengan sungguh -sungguh dan tekad bulat aku
menepati janjiku sendiri untuk mengabdi ke -
padamu. Dengan seluruh kemampuanku aku akan
membantumu sebagaimana halnya seorang
hamba membantu tuannya. Dan ap abila
sumpahku ini tida k ada buktinya, biarlah Kauw -ce
t h i a n ke l a k m e n g h u k u m d i r i k u s e b e r a t - b e r a t n y a
d a n a ku d i j a d i k a n a n j i n g a t a u k u d a n y a ! "

Sumpah ini diucapkan dengan suara sungguh -


sungguh dan mau tak mau Bu Kong terkejut. Pada
jaman itu, sumpah untuk menjadi anjing atau
kuda di jelmaan lain adalah sang at mengerikan
s e ka l i b a g i B a n g s a T i o n g k o k . A p a l a g i D e w a
Monyet bersumpah atas nama Kauw ce -thian yang
menjadi tokoh dewa pujaannya. Sumpah ini berat
s e ka l i , b e g i t u b e r k h i a n a t t e n t u a k a n k e n a
petuahnya sendiri.

M a ka ka t a - k a t a y a n g t e l a h d i u c a p k a n o l e h k a k e k
itu tidak boleh tidak harus dipercayai. Namun,
P e k Ho n g y a n g m a s i h n a i k p i t a m t e r i n g a t a k a n

842
ke c u r a n g a n k a k e k i n i y a n g h a m p i r s a j a m e m b u a t
Bu Kong celaka, tidak mau percaya begitu saja.
G a d i s i n i m e l o m p a t ke d e p a n d a n d e n g a n s u a r a
bengis membentak.

"D e w a M o n y e t , s u m p a h m u t e l a h k a m i d e n g a r d a n
seperti omonganmu sendiri, apapun yang
diperintahkan majikanmu kau akan menjalani nya.
Nah, coba sekarang buktikan dulu, tabas telinga
ki r i m u i t u d a n s e r a h k a n k e p a d a k a m i ! "

Dewa Monyet terkejut, menoleh kepada gadis ini.


Sejenak mereka saling pandang namun akhir nya
ka ke k i t u m e n u n d u k k a n k e p a l a n y a t e r l e b i h
d a h u l u . W a n i t a i t u a d a l a h "h u j i n " ( n y o n y a ) d a r i
pemuda ini, maka meskipun dia bersumpah di de -
p a n s i s u a m i , n a m u n k a r e n a s a n g "h u j i n " i t u p u n
b u ka n o r a n g l u a r d a n b i s a d i s e b u t m a j i k a n n y a
p u l a , ka k e k i n i t i d a k m e m b a n t a h .

"B a i kl a h , k a l a u h u j i n m e n g h e n d a k i b u k t i , l o h u
pasti memberikannya," kakek itu menjawab
dengan suara tenang dan tidak tampak jerih.
"Ja n g a n k a n t e l i n g a , b a h k a n s e a n d a i n y a l o h u
diminta buat menyerahkan nyawa sekalipun pasti
a ka n l o h u b e r i k a n . K e n a p a t a k u t ? "

843
L a l u ka k e k i t u m e r a b a j u b a h n y a d a n m e n g e -
l u a r ka n s e b u a h p i s a u k e c i l . Pisau i n i b i a s a
d i g u n a ka n a p a b i l a d i a m e n c a r i o b a t - o b a t a n d a n
mengupas atau merajangnya. Dan se karang pisau
itu hendak digunakannya untuk memotong
telinga kiri sebagai bukt i sumpahnya di depan
dua orang muda-mudi itu. Tentu saja keadaan
a g a k m e n e g a n g k a n . P e k Ho n g b e r s i a p - s i a p k a r e n a
dia menjaga jangan -jangan kakek itu kembali
a ka n m e n y e r a n g s e c a r a c u r a n g d e n g a n p i s a u i t u ,
sedangkan Bu Kong sen diri yang semenjak tadi
m e n y a ks i k a n g e r a k - g e r i k D e w a M o n y e t j u g a
menaruh kewaspadaannya.

“Siauw-ya (tuan muda), lihatlah bukti sumpah


lohu !” Dewa monyet berseru dan secepat kilat
ka ke k i n i b e n a r - b e n a r m e n g g e r a k k a n p i s a u k e c i l
itu memotong telinga kirinya !

(Bersambung jilid ke IV.)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 13

844
845
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 14

“TAHAN ....!” Bu Kong membentak kaget dan


lengan kanannya menampar ke depan.

"P l a kk! " d e n g a n t e p a t t a n g a n D e w a M o n y e t


t e r p u ku l d a n s e b e l u m p i s a u itu sempat
menggores telinganya, senjata tajam ini mencelat
dari pegangan kakek itu yang mengeluarkan
seruan kaget.

"A h h , k e n a p a d i c e g a h , Y a p - k o k o ? " P e k Ho n g
bertanya dengan mata terbelalak. Gadis ini
tadipun merasa was -was kalau kembali kakek itu
berbuat curang. Maka, ketika dilihatnya bahwa
D e w a M o n y e t b e n a r - b e n a r m e n ep a t i j a n j i n y a , d i
dalam hati gad is ini sudah meras a girang.

846
S e d i ki t b a n y a k P e k Ho n g m e m a n g m a s i h m a r a h
ke p a d a k a k e k y a n g t e l a h m e m p e r m a i n k a n n y a i t u .
M a ka h u k u m a n p o t o n g t e l i n g a i n i c u k u p
memuaskan hatinya. Siapa tahu, t iba -tiba s aja Bu
K o n g m e n c e g a h p er b u a t a n k a k e k i t u . B e r a r t i ,
h u ku m a n t e r h a d a p D e w a M o n y e t d i b a t a l k a n !
Tentu saja gadis ini merasa tidak puas sekali.
M a ka d e n g a n t e r a n g - t e r a n g a n i a m e m a n d a n g
pemuda itu dengan sikap kecewa.

Bu Kong menarik napas panjang. "Hong-moi, Dewa Monyet


telah membuktikan kesungguhan ucapannya, dan kukira hal
ini sudah lebih dari cukup bagi kita. Perlukah kita membuatnya
cacad seumur hidup?"

"Akan tetapi, dia telah menghina kita sedemikian rupa,


terutama terhadap diriku! Masa boleh bebas begitu saja? Yap-
koko, aku tidak puas akan sikapmu ini dan hukuman harus
tetap dijalankan !" Pek Hong membantah dengan suara sengit.

"Hemm, hukuman apalagi?" pemuda itu bertanya. "Pelajaran


hari ini sudah cukup diterimanya, Hong-moi, dan kukira tidak
perlu kita memperpanjang persoalan ini. Ingat, bagaimanapun
juga dia adalah bintang penolongku, tidak mungkin bagiku
untuk mencelakainya."

Pek Hong melotot marah. "Hemm, dia bintang penolongmu,


ya? Maka kau begitu memperhatikannya? Yap-koko, kau tidak

847
adil. Biarpun kakek itu merupakan bintang penolongmu,
namun kalau aku tidak membawamu dengan susah payah
agaknya Dewa Monyetpun tidak mungkin akan menjadi
bintang penolongmu! Kau kelewat memperhatikannya dan
sekarang sama sekali tidak mau memperhatikan diriku.
Adilkah ini ?"

Bu Kong terkejut dan seketika mukanya menjadi merah,


perasaannya agak tertusuk. Kata-kata g a d i s i n i s e a k a n -
a ka n h e n d a k m e m p e r i n g a t k a n d i r i n y a b a h w a
b u ka n h a n y a D e w a M o n y e t s a j a y a n g m e l e p a s
budi, namun gadis itupun juga tidak ketinggalan!

M a ka d e n g a n s u a r a b e r a t d i a l a l u b e r k a t a , "Ho n g -
m o i , ka t a - k a t a m u m e m a n g b e n a r . A k u telah
berhutang b u d i kepadamu. S e k a r a n g , apakah
ke i n g i n a n m u a g a r a k u dapat m e m b a l a s b u d i m u
i n i ? A p a k a h k a u p u n m e n g h e n d a k i a k u melunasinya
sehingga d i a n t a r a k i t a t i d a k t e r d a p a t l a g i h u t a n g -
piutang? Kalau itu yang kauinginkan, aku siap
m e l a ks a n a k a n n y a . T a p i , s a t u y a n g p a s t i k u t o l a k ,
y a kn i ka l a u e n g k a u m e n g h e n d a k i a k u m e n c e l a k a i
ka ke k i t u ! "

Ucapan ini tandas dan ket ika dua pas ang mata
beradu, P e k Ho n g m e l i h a t b e t a p a p e m u d a i t u
m e m a n d a n g n y a dengan s i n a r m a t a k e c e w a . G a d i s
i n i t e r ke j u t d a n s a d a r l a h d i a b a h w a s e c a r a t i d a k

848
disengajanya tadi dia telah menyinggung pe -
rasaan pemuda itu! Tentu saja gadis ini merasa
t i d a k e n a k s e k a l i . B u k a n maksudnya u n t u k
meminta imbalan jasa dari pemuda itu, n amun
b u ka n keinginannya p u l a k a l a u membebaskan D e w a
M o n y e t begitu s a j a .

"Y a p - ko k o , m a a f k a n a k u . . . . . " a k h i r n y a P e k Ho n g
b e r ka t a s a m b i l m e n u n d u k k a n m u k a n y a . "K a l a u
a ku b e r s a l a h , h a r a p k a u m e m a k l u m i n y a . H a t i k u
terlalu marah kepada kake k ini, ma ka masih sukar
b a g i ku u n t u k m e l e p a s n y a b e g i t u s a j a . N a m u n ,
ka l a u e n g k a u m e n g h e n d a k i n y a d e m i k i a n , b i a r l a h
a ku m e n u r u t s a j a . "

Ucapan ini membuat Bu Kong terharu dan


perasaan kecewanya seketika lenyap. Dia
m e m a n g t a h u b a h w a m u r i d T a B h o k Hw e s i o i n i
adalah seorang gadis yang b aik, tida k berwatak
ke j a m . Ha n y a t e r d o r o n g o l e h k e m a r a h a n n y a
teringat hinaan-hinaan Dewa Monyet sajalah
m a ka g a d i s i t u t i d a k m a u s u d a h .

"Ho n g - m o i , " p e m u d a i n i m e l a n g k a h m a j u d a n
memegang lengan gadis itu dengan lembut,
"h a r a p m a a f k a n k a l a u s i k a p k u a g a k k a s a r .
S e ka r a n g b i a r l a h y a n g s u d a h k i t a l a l u i , d a n k i t a
songsong hari eso k dengan perasaan baru. Dewa

849
Monyet telah berjanji untuk membantu kit a dan
ke l a k ka l a u k i t a m e m e r l u k a n t e n a g a n y a d a p a t
ki t a h u b u n g i d i a . "

Lalu pemuda ini membalikkan tubuh, menghadapi


Dewa Monyet yang masih berdiri di situ dengan
m a t a t e r b e l a l a k . "K a u w - s i a n , k a r e n a k a m i m a s i h
mempunyai banyak urusan yang h arus
diselesaikan, maka ijinkanlah kami pergi.
Sebelumnya, kembali kuuc apkan ban yak terima
ka s i h a t a s s e m u a p e r t o l o n g a n m u k e p a d a k u . . . . . . . "
pemuda ini lalu menjura di depan Dewa Monyet
y a n g t e r k e j u t m e n e r i m a p e n g h or m a t a n i t u d a n
dengan tersipu -sipu ka kek ini lalu menjatuhkan
diri berlutut, tidak berani menerima
penghormatan anak muda itu.

"S i a u w - y a , j a n g a n b e g i t u . . . . . l o h u s e k a r a n g a d a l a h
hambamu, engkau ada lah majikanku. Ini sudah
menjadi sumpah lohu, harap jangan diputuskan!"
ka ke k i t u b e r k a t a d e n g a n s u a r a n y a r i n g d a n B u
Kong mengangkat pundaknya.

"T e r s e r a h k a l a u k a u o r a n g t u a m e n g a m b i l
ke p u t u s a n b e g i t u , " j a w a b a n a k m u d a i n i d e n g a n
s i ka p t i d a k e n a k . D e w a M o n y e t m e m a n g o r a n g
aneh, maka dia tida k mau banya k be rdebat
dengan kakek itu.

850
D e m i ki a n l a h , s a m b i l m e n g g a n d e n g l e n g a n P e k
Ho n g p e m u d a i t u l a l u m e n g a j a k g a d i s i n i m e n i n g -
g a l ka n t e m p a t i t u , d i p a n d a n g o l e h D e w a M o n y e t
dari belakang. Tetapi, baru sampa i diambang
pintu tiba-tiba kake k itu berteriak.

"Hu j i n , k a u l u p a m e m b a w a m a s a k a n m u ! Ja n g a n
pergi dulu......!" dengan terbata -bata kake k ini
berlari mengambil mangkok d i ata s meja yang
terisi tiga ekor daging kada l, tokek dan kelabang
itu.

P e k Ho n g t e r k e j u t , d a n d u a o r a n g i n i m e n o l e h .
"M a s a ka n ? " B u K o n g t e r h e r a n . "M a s a k a n a p a ? "

N a m u n P e k Ho n g h a n y a t e r s e n y u m s a j a , t i d a k
m e n j a w a b . T en t u s a j a p e m ud a i t u s e m a k i n h e r a n .
D a l a m ke a d a a n s i b u k d a n t e g a n g b a g a i m a n a g a d i s
ini sempat memasak segala?

A kh i r n y a D e w a M o n y e t t i b a d a n k a k e k i n i
m e n g a n g s u r k a n m a n g k o k i t u k e p a d a P e k Ho n g
s a m b i l b e r k a t a , "I n i a d a l a h o b a t t e r a k h i r b a g i
si a u w - y a a g a r k e s e m b u h a n n y a b e n a r - b e n a r p u l i h
ke m b a l i . O l e h s e b a b i t u , b e g i t u j i - w i ( a n d a
berdua) turun gunung, harap ang sio -bak ini
dihabiskan. Kalau hujin mau boleh juga makan
sebagian, tapi kalau tidak ma u harap siauw -ya

851
h a b i s ka n s a j a k a r e n a i n i a d a l a h o b a t p e n g u a t
tubuh dan sayang kalau dibuang. "

Bu Kong t er c e n g a n g namun cepat dia


mengucapkan terima kasihnya.

"A h , y a n g m e m b u a t m a s a k a n i n i a d a l a h b u j i n ,
m a ka h a r a p s i a u w - y a b e r t e r i m a k a s i h s a j a k e p a d a
h u j i n . M a n a l o h u b er a n i m e n e r i m a u c a p a n i n i ? "
ka ke k i t u m e n o l a k . "D a n s u n g g u h b e r u n t u n g
siauw-ya memiliki isteri yang sedemikian telaten
dan penuh kasih sa yang. Semoga ji -wi bahagia
seumur hidup!"

Ucapan in i membuat muka keduanya merah dan


t a n p a b a n y a k b i c a r a l a g i P e k Ho n g m e n e r i m a
m a s a ka n i t u d a n s e g e r a k e d u a n y a m e l a n g k a h
pergi. Tadi Dewa Monyet telah memberikan tanda
ke p a d a a n a k b u a h n y a . M a k a k e t i k a d u a o r a n g i n i
ke l u a r d a r i p o n d o k k a y u i t u , t i d a k t a m p a k
monyet-monyet liar di seke liling rumah.
D e m i ki a n l a h , d e n g a n c e p a t d u a o r a n g i n i l a l u
meninggalkan puncak Ang -bhok-san yang segera
menjadi sunyi seperti sedia ka la.

**

852
Matahari telah merambat di ka ki langit sebelah
barat, cuaca mulai remang -remang dan keadaan
d i s e ki t a r B u k i t K a y u M e r a h s e p i s e p er t i k u b u r a n
mati. Dua bayangan meluncur turun dari atas
b u ki t d e n g a n c e p a t , d a n m e r e k a i t u b u k a n l a i n
a d a l a h Y a p B u K o n g s e r t a Pe k Ho n g y a n g b a r u s a j a
m e n i n g g a l k a n "m a r k a s p u s a t " p a s u k a n m o n y e t d i
Ang bhok san.

S e t e l a h b e r a d a b e r d u a s a j a de n g a n p e m u d a y a n g
gagah perkasa in i, entah mengapa t iba -tiba
jantung gadis cantik itu berdebar tidak karuan.
Ketegangan hatinya yang mengkhawatirkan nasib
b e ka s j e n d e r a l m u d a i n i d a r i a n c a m a n r a c u n b e r -
bahaya sudah tidak ada lagi. Semuanya sudah
lolos dari lubang jarum, dan ji wa pemuda ini
berhasil diselamatkan.

Seharusnya, dengan keberhasilan usahanya yang


telah diperjuangkan dengan susah payah itu
sepatutnya gad is in i bergembira. Dan memang
a d a ke g e m b i r a a n i t u d i d a l a m h a t i n y a .

A ka n t e t a p i , e n t a h m e n g a p a , t i b a - t i b a s a j a P e k
Ho n g m e r a s a k a n f i r a s a t y a n g t i d a k e n a k .

Peristiwa Siu Li yang membuntungi lengan kirinya itu


mendadak muncul kembali di kelopak matanya. Dia belum

853
tahu secara pasti bagaimanakah perasaan Bu Kong terhadap
puteri Panglima Ok itu dan bagaimana pula kira-kira reaksi pe-
muda ini jika kelak mengetahui keadaan gadis jelita itu.

Pek Hong melirik dengan sudut matanya ke arah pemuda yang


berlari di sampingnya ini, dan ia melihat betapa wajah yang
tampan itu berseri-seri dan sepasang matanya mencorong
hidup seperti mata seekor naga.

Betapa tampannya jenderal muda ini, apalagi kalau tersenyum


gembira seperti itu! Demikian gadis ini berbisik di dalam hati.
Pantas saja kalau banyak wanita cantik tergila-gila kepada
murid Malaikat Gurun Neraka ini. Dan memang bekas jenderal
muda itu bukan orang sembarangan. Tubuhnya yang tinggi
tegap berkat gemblengan silat bertahun-tahun itu tampak
kuat dan kokoh bukan main, mirip harimau muda yang sedang
penuh-penuhnya semangat.

Siapa tidak akan tertarik dan jatuh hati terhadap pemuda


seperti ini? Dan gurunya secara diam-diam telah menjodohkan
dirinya dengan jenderal muda itu ! Siapa tidak akan merasa
beruntung ?

Teringatlah gadis ini akan kata-kata gurunya beberapa bulan


yang lalu di pagi hari, "Hong-ji, pinceng membawa kabar
gembira untukmu, kabar perjodohan !"

854
Demikian ucapan pertama yang membuat gadis itu terkejut
dan berobah air mukanya. Dengan mata terbelalak dia
memandang gurunya itu dan setelah dapat menenangkan
guncangan hatinya, Pek Hong bertanya, "Apa? Suhu
membawa berita perjodohan teecu? Ah, suhu, teecu belum
mempunyai niat untuk berumah tangga. Kenapa tergesa-
gesa? Tidak, teecu masih ingin merawat suhu di sini, teecu
tidak mau berpisah dari suhu...."

"Ah, anak bodoh ! Pinceng masih kuat berlari seperti kuda,


dapat mencari makan di mana saja. Kenapa hendak mengikuti
pinceng selama hidup? Rumput segar berada di mana-mana,
tinggal pinceng lari mencari maka semuanya telah tersedia.
Untuk apa dirawat seperti anak kecil ?" kakek itu tertawa dan
Pek Hong tersenyum mendengar kata-kata suhunya ini.

Seperti telah menjadi kebiasaan umum di dunia kang-ouw,


seorang hwesio gundul biasanya disebut pula sebagai
"keledai". Makian ini telah umum didengar orang dan kini
kakek itu memakai olok-olok itu untuk dirinya sendiri. Maka
tentu saja muridnya menjadi geli.

"Ah, suhu, kau ini ada-ada saja," katanya tertawa. "Biarpun


rumput segar ada dimana-mana, n a m u n b u k a n k a h
s e e ko r k u d a p e r l u k a w a n ? K a l a u S u h u m e n j a d i
ku d a m a k a b i a r l a h t e e c u m e n j a d i a n a k k u d a n y a ,
hi-hi hikk! "

855
"Hu s s h h , t i d a k b o l e h i t u ! P i n c e n g s u d a h t u a ,
m a ka ke h i d u p a n b e g i n i s u d a h b i a s a b a g i p i n c e n g .
A ka n t e t a p i e n g k a u , m u r i d k u , e n g k a u m a s i h m u d a
dan engkau berhak mengenyam manisnya hidup.
Masa mau meniru pinceng minta sedekah ke sana -
sini sambil membawa mangko k? Malu, kan?"

P e k Ho n g m e n g e r u t k a n a l i s n y a . M e m a n g d i a t a h u
bahwa kebanyakan hwesio selalu berjalan keluar
m a s u k ka m p u n g s a m b i l m e m b a w a m a n g k o k u n t u k
meminta makanan. Akan tetapi suhunya ini
b i a r p u n j u g a m e ru p a k a n s e o r a n g h w e s i o , n a m u n
belum pernah meminta -minta sedekah seper ti
itu. Di sekeliling rumah banyak sayur -mayur yang
m e r e ka t a n a m , d a n d a r i h a s i l k e b u n i n i l a h m e r e k a
m a ka n s e h a r i - h a r i .

"A ka n t e t a p i , s u h u , k a u t i d a k p e r n a h m i n t a - m i n t a
m a ka n a n s e p e r t i k e b a n y a k a n h w e s i o - h w e s i o l a i n
! Kenapa bilang begitu ? Bukankah kebun k ita
c u ku p l u a s d a n s a y u r m a y u r k i t a b e r l e b i h a n
setiap hari ?"

"I t u ka n s e k a r a n g , Ho n g j i , p a d a h a l k e a d a a n
seseorang bisa saja berobah -robah setiap waktu.
Seperti sekarang ini, misalnya. Kalau t iba -tiba
pinceng meniru rekan -rekan pinceng yang lain,
tidak malu kah engkau ?"

856
P e k Ho n g t e r k e j u t d a n m e m a n d a n g s u h u n y a
d e n g a n m a t a t e r b e l a l a k . "A p a ? S u h u h e n d a k
merobah kebiasaan sehari -hari di sini? Kenapa
s u h u h e n d a k m e l a k u ka n h a l i t u ? A h , t e e c u t i d a k
percaya !” serunya.

"Hm m , k e n a p a t i d a k p e r c a y a ? P e r n a h k a h g u r u m u
i n i m e m b o h o n g k e p a d a m u ? Ho n g - j i , d e n g a r k a n
baik-baik. Kalau eng kau tida k mau menurut kata -
ka t a ku i n i , a g a k n y a p i n c e n g b e n a r - b e n a r h e n d a k
mengemis makanan setiap hari sebagai protes
pinceng mempunyai murid yang tidak p atuh !"

Suara ini dikeluarkan dengan pe nuh kesungguhan


d a n P e k Ho n g t i d a k b e r a n i m a i n - m a i n l a g i .
Dengan penuh selidik ia memandang ka kek itu
y a n g s u d a h m e l a n j u t k a n k a t a - k a t a n y a , "M u r i d k u ,
pinceng tidak akan melakukan paksa an di sini.
A ka n t e t a p i , s e b a g a i o r a n g t u a y a n g m e m i k i r k a n
masa depanmu, maka pinceng telah
melancangimu dalam mengambil suatu
ke p u t u s a n , y a k n i t e n t a n g p e r j o d o h a n m u ! "

"A h h . . . . . . ! " g a d i s i t u b e r s e r u k a g e t d a n t a k t e r a s a
lagi dia melangkah mundur dengan muka
b e r o b a h . "S u h u , a p a - a p a a n i n i ? S i a p a c a l o n j o d o h
teecu itu? Apakah suh u sudah menerimanya ?

857
Bagaimana ka lau teecu t idak senang dengan calon
suami teecu itu, suhu?"

Diberondong dengan b e rm a c a m - m a c a m
pertanyaan ini kakek itu tersenyum. Dia mengelus
perutnya yang agak gendut itu dan tiba -tiba ter -
ke ke h . " Ha , m a s a k a u b a k a l m e m b e n c i c a l o n
s u a m i m u i t u , Ho n g - j i ? A h h , p i n c e n g t i d a k
percaya, bahkan pinceng berani bertaruh bahwa
b e g i t u ka u b e r j u m p a d e n g a n p e m u d a i t u k a u p a s t i
j a t u h c i n t a ! Ha - h a - h a … . ”

"C i h h , b e l u m t e n t u , s u h u ! T e e c u s u d a h b a n y a k
melihat pemuda-pemuda tampan, akan tetap i
merasa jatuh cinta saja t idak pernah. Bagaimana
suhu berani taruhan?" gadis itu mencibir.

"S u d a h l a h , j a n g a n b e r t a r u h d e n g a n p i n c e n g .
Kutanggung kau pasti ka lah dah! Leb ih baik begini
s a j a , ki t a t u r u n g u n u n g d a n k i t a m e n e m u i p e m u d a
itu."

"Ha h ? M a s a p i h a k w a n i t a m a l a h d i s u r u h m e n e m u i
p i h a k l a k i - l a k i ? S u h u , k a u t e r l a l u ! " P e k Ho n g
s e m a ki n t e r k e j u t d a n g a d i s i n i m e m a n d a n g
suhunya dengan marah.

858
A ka u t e t a p i h w e s i o T i b e t i t u m e n a r u h j a r i
t e l u n j u k n y a d i d e p a n m u l u t d a n m e n d e s i s , "S s t t ,
j a n g a n r i b u t - r i b u t d u l u . K e t a h u i l a h , Ho n g j i ,
pemuda itu sendiri belum mengetahui tentang
rencana perjodohan ini. Maka, bertemu dengan
diapun juga tidak mempunyai pengaruh apa -apa.
Pinceng hanya ingin memperkenalkannya
ke p a d a m u d a n k a l a u t o h e n g k a u t i d a k s u k a ,
belum terlambat bagi pin ceng buat menola knya.”

Agak lunak hati g adis in i mendengar semua


ke t e r a n g a n s u h u n y a i t u , d a n P e k Ho n g i n g i n
s e ka l i t a h u s i a p a k a h p e m u d a y a n g d i p i l i h g u r u n y a
ini. Melihat sikapnya, suhunya ini rupanya amat
m e n g i s t i m e w a k a n c a l o n j o d o h n y a i t u . He m m ,
ka l a u b e n a r b e g i t u a g a k n y a p e m u d a i t u m e m a n g
b u ka n o r a n g s e m b a r a n g a n .

“Suhu, kau agaknya tertarik sekali kepada


pemuda itu. Siapakah dia?" t anyanya . Ta Bhok
Hw e s i o t e r t a w a , t a m p a k b a n g g a . "Ho n g - j i , t e n t u
saja pilihan p inceng bukan orang sembarangan.
Dia cocok sekali untukmu, gagah perkasa dan
ke p a n d a i a n n y a a m a t t i n g g i , l e b i h t i n g g i d a r i
ke p a n d a i a n m u s e n d i r i ! N a h , m a s a e n g k a u t i d a k
t e r t a r i k? "

859
B e t u l j u g a , m e n d e n g a r b a h w a p e m ud a y a n g
dicalonkan sebagai suaminya o leh gurunya ini
memiliki kepanda ian lebih t inggi darin ya, Pek
Ho n g m e n a r u h p er h a t i a n s e r i u s . G u r un y a i n i
adalah seorang sakti yang jarang tandingan.
Kalau sekarang memuji -muji orang lain tentu
orang itu memang hebat sekali.

"D a n ke t a h u i l a h , m u r i d k u , k e l a k k a l a u i l m u -
ilmunya sudah matang, agakn ya pinceng send iri
sudah bukan tandingannya !" ka kek itu
menyambung.

T e n t u s a j a P e k Ho n g t e r k e j u t . D e n g a n m a t a
terbelalak dia memandang gurunya ini se akan -
a ka n ku r a n g p e r c a y a . "A h h , s i a p a k a h d i a , s u h u ? "

"D i a b u k a n l a i n a d a l a h m u r i d t u n g g a l M a l a i k a t
Gurun Neraka, Yap goanswe yang gagah perkasa
dan yang namanya menggetarkan seluruh
ke r a j a a n d i e m p a t p e n j u r u ! "

P e k Ho n g t e r c e n g a n g . "A p a ? S e or a n g j en d e r a l ? "
s e r u n y a . "Ja d i T a k l a - l o c i a n p w e i t u m e m p u n y a i
murid, suhu? Kukira dia tid ak mengambil murid
untuk mewariskan ilmu -ilmu kesaktiannya. Kalau
begitu, kenapa teecu tida k pernah melihat

860
muridnya? Kenapa setiap kali berkunjung kemari
hanya sendirian saja?"

"I t u l a h karena muridnya selalu sibuk


menjalankan tugas, dan h anya apabila sedang
mendapat cuti s ajalah ma ka pemuda itu pu lang ke
tempat tinggal pendekar s akti itu di padang pas ir
s a n a , " d e m i k i a n j a w a b g u r u n y a . "D a n d i a g a g a h
s e ka l i , m u r i d k u . W a t a k n y a j u j u r , p e m b e r a n i d a n
ganteng. Pendeknya pilihan pinceng pasti t idak
mengecewakan, tinggal terserah dirimu sendiri.
Kalau suka boleh diteruskan dan kalau tidak
s u ka . . . . . . y a h , p i n c e n g t e n t u s a j a t i d a k b i s a
berbuat apa-apa."

Itulah kata-kat a gurunya yang kini terngiang


ke m b a l i d i t e l i n g a n y a . D a n b e b e r a p a h a r i
ke m u d i a n , mereka benar-benar meninggalkan rumah untuk
mencari pemuda itu. Karena murid pendekar besar itu
bertugas sebagai seorang jenderal muda di Kerajaan Yueh,
maka mereka langsung ke kota raja. Akan tetapi di sana
mereka mendapat berita mengejutkan tentang kehancuran
Yueh yang diserbu oleh bala tentara Wu-sam tai-ciangkun.

Mereka lalu mencari-cari dan akhirnya orang yang dicaripun


ketemulah. Jenderal muda itu sedang menyusun siasat
bersama sisa-sisa pasukannya di sebuah tempat, dan begitu
bertemu muka bercakap-cakap, Pek Hong berdebar hatinya

861
sampai akhirnya Dewi Asmara benar benar mengusik hatinya.
Dan untuk pertama kali itulah gadis ini merasakan orang
dimabok cinta!

"Hong-moi, kau merenungkan apa?"

Pertanyaan tiba-tiba ini mengejutkan gadis itu dan seketika


Pek Hong sadar dari lamunannya. Dengan muka merah ia
menjawab gugup, "Eh, a p a . . . . . . ? Aku merenung? Ah,
tidak......tidak, Yap koko. Aku tidak memikirkan a p a -apa !"

Bu Kong tertawa. "Kalau begitu, kenapa tidak menjawab


pertanyaan yang sudah kuulang tiga kali itu?"

Gadis ini semakin terkejut. "Pertanyaan?" serunya kaget.


"Pertanyaan apa?"

Pemuda itu tak dapat menahan geli hatinya lagi dan sambil
tersenyum lebar dia menjawab.

"N a h , i n i l a h b u k t i b a h w a k a u b e r d u s t a . Ho n g - m o i ,
ka u j e l a s m e l a m u n s a m p a i j a u h s e h i n g g a
pertanyaanku tida k kaudengar. Aku bertanya,
t i d a kka h k i t a b e r h e n t i d u l u d i s i n i ? M a s a
pertanyaan pendek begini tidak kautangkap?
Ha n y a o r a n g y a n g t e r b u a i l a m u n a n s a j a l a h y a n g
tidak mendengar pertanyaan orang lain, ha -h a!"

862
Gadis itu tersipu -sipu malu dan ia t idak
m e m b a n t a h l a g i . "Y a p - k o k o , m a a f k a n a k u . . . . . . . "
b i s i kn y a l i r i h d a n P e k Ho n g m e n u n d u k k a n
ke p a l a n y a . D i a m - d i a m m u k a n y a m e n j a d i s e m a k i n
merah sampai ke telinga dan diam -diam ia
m e m a ki d i r i s e n d i r i y a n g m e l a m u n k e l e w a t j a u h
sehingga tidak mendengar pertanyaan orang.
Tadi ia sedang melamunkan perasaan hat inya
sendiri terhadap pemuda ini. Membayangkan
betapa akan bahagianya apabila dap at hidup
bersama pemuda itu. Kemanapun pergi selalu
bersama, tak pernah berpisah sampai ajal
m e n j e m p u t m er e k a .

Dan gara-gara bayangan indah yang memabokkan


inilah ia lalu terbuai ke alam romantis, tida k tahu
betapa sudah tiga kali pemuda itu mengulang
pertanyaannya yang sama!

Karena tidak ingin membuat gadis itu malu lebih


lanjut, Bu Kong cepat berkata lagi untuk
m e n g a l i h k a n s u a s a n a , "Ho n g - m o i , k u k i r a d i s i n i
s a j a ki t a i s t i r a h a t s e b e n t a r . D a n b u k a n k a h d i
tempat ini pula kita bertemu dengan Dewa
Monyet ? Aku ingin bercakap -cakap denganmu
dan banyak pertanya an siap kuajukan."

863
P e m u d a i n i l a l u b e r h e n t i d a n P e k Ho n g j u g a i k u t
berhenti. Cuaca sudah mulai gelap dan Bu Kong
mengumpulkan ranting -ranting kering untuk
persiapan api unggun sebagai pengusir nyamuk.
Kemudian keduanya duduk berhadapan dan tiba -
t i b a P e k Ho n g m e r a s a k i k u k d a n j a n t u n g n y a
berdebar tidak karuan.

"Ho n g - m o i , " demikian pemuda itu mulai


m e m b u k a s u a r a d e n g a n l e m b u t , "s e b e l u m a k u
melanjutkan dengan pertanyaan -pertanyaan yang
masih kusimpan dalam hati, kuuc apkan ban yak
terima kasih atas semua jerih payahmu
menolongku dari baha ya. Sungguh budimu ini
besar sekali, karena tanpa eng kau di sampingku,
a g a kn y a a k u s u d a h t e w a s k e r a c u n a n . "

"A h h , Y a p - k o k o , k u k i r a t i d a k p e r l u i t u . B u k a n k a h
diantara kita sudah seharusnya untuk saling
tolong-menolong?" gadis ini menundukkan
ke p a l a n y a d e n g a n m u k a m e r a h . "D a n l a g i , b u k a n
hanya a ku saja yang menolongmu. Aku t idak
seberapa d a n t i d a k a d a a r t i n y a . . . . . "

"A h h , ka u t e r l a l u m e r e m e h k a n b a n t u a n m u , Ho n g -
moi. Tidak, aku bersungguh -sungguh dalam
menerima budimu ini. Biarlah di kelak kemudian
hari aku diberi kesempatan untuk membalas

864
b u d i m u ini d a n k a l a u a k u t i d a k d a p a t , b i a r l a h Thian
y a n g a ka n m e m b a l a s n y a . "

B u K o n g m e n g g e n g g a m k e d u a t a n g a n P e k Ho n g dan
gadis ini tiba- tiba menggigil tubuhnya. Entah
mengapa, sentuhan yang demikian lembut serta
penuh perasaan dari pemuda itu membuat gadis
ini tidak karuan rasa dan jantungnya berdegup
ke n c a n g .

"Ho n g - m o i , s e k a r a n g c o b a c e r i t a k a n k e p a d a k u .
B a g a i m a n a k a h t i b a -tiba e n g k a u dapat m e m b a w a k u
ke t e m p a t ini? D a n dim a n a k a h . . . . . . . s u h u ? "
pertanyaan terakhir ini diucapkan dengan suara
l i r i h d a n a g a k g e m e t a r k arena B u K o n g t e r i n g a t
a ka n p e r t e m u a n n y a d e n g a n o r a n g t u a i t u d i
g e d u n g C h e n g - g a n S i a n - jin, d i m a n a d i a t e r l i h a t
s e d a n g t i d u r s e p e m b a r i n g a n b e r s a m a L i e L a n , gadis
i b l i s berwatak s i l u m a n i t u .

Kejadian ini sungguh membuat d ia terpukul.


K a l a u saja p e r j u m p a a n n y a d e n g a n o r a n g t u a i t u
tidak sedemikian rupa, dia tidak a kan s ebegitu
risau. Namun ce lakanya, justeru pertemuan
m e r e ka i t u b a h k a n m e m b u r u k k a n k e a d a a n n y a .
Dia tahu, pandangan macam apakah yang
s e ka r a n g d i t i m p a k a n g u r u n y a i t u k e p a d a n y a .

865
Pemuda hidung belang! Pemuda tidak tahu malu
yang merusak nama guru! Apalagi?

P a n d a n g a n s u h u n y a d i t e n g a h r u a n g a n b e s a r i tu
masih diingatnya b aik -ba ik, tajam mencorong
b e rapi- a p i d a n m u k a n y a m e r a h m e mb e s i , w a j a h
yan g p e n u h k e m a r a h a n ! N g er i d i a m e m b a y a n g k a n
wajah i t u d a n s e t i a p k a l i m u k a o r a n g t u a i n i
muncul d i k e l o p a k m a t a n y a , j a n t u n g n y a p a s t i
t e r geta r h e b a t .

T e r ku t u k k e p o n a k a n L i e - t h a i k a m i t u ! P e m u d a i n i
mengepal tinju dengan mata merah. Sama sekali
tidak disangkanya bahwa dia mas ih harus
m e n e r i m a p e r c o b a a n y a n g a m a t b e r a t i n i . Hi n a a n
Lie Lan masih melekat di ingatannya, begitu pul a
ke t i ka d i a d i p e r m a i n k a n g a d i s t e r s e b u t . B e t a p a
d i a dalam k e a d a a n t i d a k s a d a r d i s u r u h m e n j i l a t
t e l a p a k k a k i k e p o n a k a n L i e- t h a i k a m i t u , b e t a p a
dia dihina dengan cara -c ara yang amat keji dan
memalukan. Semuanya ini membuat dada Bu Kong
berombak dan kemaraha nnya menggelegak,
giginya berkerot -kerot.

Fitnah jahanam telah dilontarkan orang, dan


s e ka r a n g m a s i h d i t a m b a h l a g i d e n g a n p e r i s t i w a
t e r ku t u k i t u . S u n g g u h , k a l a u d i a t i d a k d a p a t

866
m e m balas s a k i t h a t i i n i , lebih b a i k dia m a t i d i
t a n g a n musuh!

Perobahan wajah d an sikap pemuda itu dilihat


j e l a s o l e h P e k Ho n g , d a n g a d i s i n i m e n a r i k n a p a s
dalam-dalam. Dia maklum ap a yang sedang
bergolak di hati bekas jenderal muda itu, dan
diam-diam hatin ya ikut tertusuk. Keharuan besar
menyelubungi hatinya, maka perlahan -lahan
gadis ini menarik t angannya.

"Y a p - ko k o , " b i s i k n y a l i r i h , "h a r a p t e n a n g k a n


h a t i m u . Ja n g a n t e r l a m p a u b e r d u k a , s e m u a
rahasia yang menimpa dirimu kini sudah sebagian
besar tersingkap. Percayalah, dengan sekuat
tenaga aku akan membantumu dan membalas
s a ki t h a t i y a n g k a u a l a m i i n i . K u y a k i n , s e d i k i t
rahasia yang belum terpecahkan ini akan terbuka
dalam waktu tida k lama lagi, perca yalah!”

Suara yang lembut ini menyadarkan Bu Kong dari


luapan emosinya dan sepasang mata yang tadi
mencorong penuh api kemarahan itu sekaran g
tenang kembali.

P e m u d a i n i m e n o l e h , l a l u b e r t a n y a , “ Ho n g - m o i ,
j a d i ka u p u n s u d a h m e n d e n g a r s e m u a p e r i s t i w a -
peristiwa yang menimpa diriku? Betapa aku

867
telah..... telah.. ....melaku kan perjinaan dengan
Bwee Li dan wanita -wanita lain seperti
d i ka b a r k a n orang? Dan baga imanakah
tanggapanmu? Mengapa kau masih sudi
m e n o l o n g d i r i k u yang t i d a k t a h u m a l u i n i ? "

G a d i s i t u t e r s e n y u m . "Y a p - k o k o , s i a p a b i l a n g k a u
tidak tahu malu? Orang lain boleh bilang begitu,
a ka n t e t a p i a k u t i d a k m e n g a n g g a p m u d e m i k i a n ! ”

“Ahh….!” Bu Kong tertegun dan tiba -tiba teringat


olehnya ketika dia mencium g adis ini di depan
Dewa monyet. “Apakah perbuatanku di depan
D e w a m o n y e t d u l u j ug a t i d a k k a u a n g g a p t i d a k
tahu malu?”

P e k Ho n g t e r b e l a l a k d a n s e p a s a n g m a t a n y a y a n g
i n d a h i t u m e l e b a r . S ej e n a k g a d i s i n i t e r k e j u t d a n
a kh i r n y a m e n u n d u k k a n m u k a n y a y a n g s e m e r a h
ke p i t i n g d i r e b u s .

“ K o ko … . h a l itu….hal itu….ah, itu bukan


ke s a l a h a n m u , k e n a p a a k u h a r u s m a r a h ? A k u l a h
yang pantas disebut gadis tak tahu malu karena
hendak melakukan perbuatan kurang patut.
Engkau malah te lah menolong mukaku dari
hinaan orang, maka sudah sepantasnya ap abila
ku u c a p k a n t e r i m a k a s i h a t a s p e r t o l o n g a n m u i t u .

868
Mengapa hendak menyalahkan diri berlebih -
lebihan?” gadis ini lalu mengangkat mukanya .

P e m u d a i t u t e r s e n y um g e t i r . "S u d a h l a h , Ho n g -
moi, sesungguhnya kita mas ing -masing telah
saling memaklumi keada an yang tida k enak itu.
A ka n t e t a p i , b a g a i m a n a e n g k a u b i s a b i l a n g a k u
terlalu menyalahkan diri berlebih -lebihan? Boleh
jadi terhadap dirimu aku tida k berbuat yang
ku r a n g a j a r . T e t a p i t e r h a d a p w a n i t a - w a n i t a l a i n ,
masa engkau tida k mendengarnya? Orang telah
mengatakan a ku ini pemuda hidung belang,
pemuda tidak tahu malu, melakukan zinah
bersama isteri orang lain ! Nah, t idak terlalukah
ini? Tidak burukkah wat akku itu ? Dan engkau
masih mau men olong diriku yang hina ini.
S u n g g u h m e n g h er a n k a n … . ! ”

T i b a - t i b a P e k Ho n g b a n g k i t b e r d i r i . "I t u f i t n a h ,
Y a p - ko ko , f i t n a h k e j i ! " g a d i s i n i b e r s e r u d a n
t i n j u n y a d i k e p a l d e n g a n m a t a b e r s i n a r . "D a n a k u
t a h u si a p a b i a n g k e l a d i s e m u a n y a i n i ! ”

“ Ha h h ? ! " B u K o n g m e l o m p a t b a n g u n d e n g a n
m u ka berobah. "Ho n g - m o i , apa katamu?
B a g a i m a n a k a u t a h u b a h w a ini a d a l a h f i t n a h
b e l a ka ? D a r i m a n a k a u t a h u ? D a n s i a p a p e l e m p a r
segala kotoran busuk ini?"

869
Memang apa yang dikatakan gadis itu benar -
benar membuat hati pemuda ini kaget se kali. Dia
t i d a k m e n g i r a b a h w a P e k Ho n g a g a k n y a t e l a h
mengetahui semua peristiwa yang menimpa
dirinya itu sedemikian jauh, bahkan rupanya jauh
lebih lengkap dari yang diket ahuinya. Buktinya
dia memang tahu bahwa di balik semua kejadian
ini pasti terdapat pihak ket iga yang
memfitnahnya. Dan dia sudah berusaha untuk
mencari tahu tentang hal ini namun gagal.

S e ka r a n g t a n p a d i s a n g k a - s a n g k a n y a g a d i s i n i
mengatakan tahu siapa biang keladi s i pelempar
fitnah! Tentu saja dia terkejut sekali dan menjadi
girang, ingin tahu siapakah iblis yang telah
membuat namanya rusak itu. Dengan mata
terbelalak dan kedua tangan d ikepal Bu Kong
menanti jawaban dari mulut gadis in i, akan tetapi
d i a m e r a s a h e r a n m e l i h a t P e k Ho n g h a n y a b e r d i r i
dan memandangnya ragu -ragu.

"E h h , Ho n g - m o i , a d a a p a k a h ? " t a n y a n y a s a m b i l
melangkah maju.

P e k Ho n g m e n a r i k n a p a s p a n j a n g . "Y a p - g o a n s w e ,
apa yang hendak kukatakan di sini ada lah berita
yang amat penting sekali bagimu. Oleh sebab itu,

870
p e r s i a p k a n l a h p e r a s a a n m u u n t u k m e ndengarnya,"
gadis itu berkata da n matanya memandang tajam.

Bu Kong menghentikan langkahnya, wajahnya


pucat dan jantungnya berdegup kencang. Kata -
ka t a y a n g d i u c a p k a n g a d i s i n i m a s u k k e teling a n y a
satu persatu dan dari n ada su ara itu dia maklum
bahwa terdapat suatu kejutan besar di dalamny a.
K a l a u t i d a k , t i d a k m u n g k i n s i k a p m u rid T a B h o k
Hw e s i o i n i a k a n s e d e m i k i a n r u p a .

M a ka c e p a t d i a m e n e n a n g k a n h a t i n y a y a n g
berguncang dan setelah merasa siap, dengan
s u a r a t e n a n g p e m u d a i n i m e n j a w a b , "Ho n g m o i ,
ka t a k a n l a h s e g e r a . A k u t e l a h m e m p e r s i a p k a n d i r i
mendengar hal-hal yang paling mengejutkan dari
mulutmu. Terangkanlah."

"B a i k, " P e k Ho n g m e n g a n g g u k k a n k e p a l a n y a d a n
setelah menatap tajam wajah itu, gad is ini
m e l a n j u t k a n , "K e t a h u i l a h , Y a p - k o k o , b a h w a b i a n g
ke l a d i semua peristiwa ini bukan lain
adalah....... .."

P e k Ho n g b e r h e n t i s a m p a i d i s i n i d a n B u K o n g
m e n e ka n d e b a r j a n t u n g n y a . "T e r u s k a n l a h , Ho n g -
moi, aku siap mendengarnya," pemuda itu
meminta.

871
"M a n u s i a i b l i s i t u b u k a n l a i n a d a l a h . . . . . . a y a h S i u
L i , ko k o , O k - c i a n g k u n y a n g m e n j a d i o r a n g
pertama dari Tig a Panglima Besar Kerajaan Wu !”

He n i n g s e j e n a k s e t e l a h r a h a s i a b e s a r i t u
t e r u n g ka p . Meskipun Bu Kong telah
mempersiapkan diri, namun tidak urung
jantungnya bergetar hebat dan wajah pemuda ini
berobah pucat. Ayah Siu Li ! Siu Li ! Nama inilah
yang terutama sekali mengguncangkan hat inya.
K a l a u s a j a P e k Ho n g t i d a k m e n e k a n k a n n a m a i n i ,
a g a kn y a t i d a k s e b e g i t u h e b a t g e t a r a n j a n t u n g
p e m u d a i t u . A k a n t e t a p i P e k Ho n g t e l a h
mengatakan nama ini. Siu Li !

Perlahan-lahan muka yang pucat itu berobah


m e r a h d a n P e k Ho n g m e l i h a t b e t a p a s e p a s a n g
mata Yap-goanswe berapi-api. Gadis ini memang
sengaja menyebutkan nama Siu Li untuk melihat
r e a ks i p e m u d a i t u . D i a t a h u b a h w a n a m a i n i
mempunyai kesan mendalam di hat i bekas
jenderal muda itu, maka dia ingin mencobanya.
Kalau pemuda ini marah, berarti kebencian telah
t e r t a n a m d i h a t i p e m u d a i t u d a n h a l i n i t e n t u saja
amat bagus baginya. Saingan berat berani lenyap
dan i a b o l e h m e r a s a l e g a .

872
M a ka u n t u k m e n a m b a h "m i n y a k " P e k Ho n g l a l u
m e n y a m b u n g , "D a n p a n g l i m a t u a b e r h a t i k e j i i t u
untuk memperkuat kedudukannya telah
b e r s e ko n gkol d e n g a n C h e n g - g a n S i a n - j i n . T e n t u
s a j a m aksudnya a d a l a h u n t u k b e r j a g a -jaga d a r i
pembalasanmu. Kalau manusia iblis macam datuk
sesat seperti itu berkawan dengan see kor
s e r i g a l a s e p e r t i P a n g l i m a O k , t e l u r b u s u k a p a saja
y a n g t i d a k a k a n b e r h a s i l m e r e k a adakan? Y a p -
ko ko , o r a n g t e l a h m e m b u a t hidupmu h a n c u r di
m a t a o r a n g l a i n , m a k a tidak b o l e h t i d a k s e m u a
ke j a h a t a n i n i h a r u s d i balas !"

Bu Kong menggereng. Disebutnya nama Cheng -


gan Sian-jin ini membuat kemarahannya semakin
b e r ko b a r . I b l i s t u a i n i t e l a h m e n j e r u m u s k a n n y a
ke da l a m p e c o m b e r a n y a n g a m a t b u s u k , d a n dia
benar -benar telah melakukan perbuatan terkutuk
bersama keponakan L ie -thaikam! Kalau t adinya
k aba r p e r j i n a a n n y a d e n g a n B w e e L i h a n y a f i t n a h
b e l a ka d a n d i a b e r a n i s u m p a h m e n y a t a k a n d i r i
s e n d i r i m a s i h "b e r s i h ", adalah s e k a r a n g d i a b e n a r -
b e n a r telah k o t o r d a n z i n a h i t u t e l a h d i l a k u k a n nya
! D a n i n i s e m u a a d a l a h "t e l u r b u s u k " h a s i l C h e n g -
gan Sian-jin!

T e n t u saja B u K o n g t i d a k d a p a t m e n a h a n d i r i l a g i .
K e m a r a h a n y a n g m e l u a p m e mb u a t d a d a n y a

873
s e a ka n m e l e d a k d a n t i b a - t i b a p e m u d a i n i
berteriak keras. Tubuhnya mencelat ke kiri dan
tangan kanannya menghajar sebatang pohon liu
yang berada di sebel ah kirinya.

"C h e n g g a n S i a n - j i n , k u b u n u h k a u . . . . . . . k u b u n u h
ka u , j a h a n a m k e p a r a t ! ” p e m u d a i t u m e m e k i k d a n
s e ka l i tangannya menyambar, pohon liu
s e p e l u ka n o r a n g d e w a s a i t u r o b o h s a m b i l
mengeluarkan suara hiruk -pikuk.

Tidak puas sampai di sini saja, Bu Kon g lalu


b e r ke l e b a t a n k e s a n a k e m a r i d a n m u l u t n y a
melengking nyaring melampiaskan kemarahannya
! Sebentar saja, belasan pohon roboh tumpang
tindih diamuk murid Maiaikat Gurun Neraka ini.

P e k Ho n g m e m a n d a n g d e n g a n m a t a t e r b e l a l a k
dan gadis ini berdiri di tempa tnya tanpa suara
m e n y a ks i k a n k e m a r a h a n p e m u d a i t u . D i a t a h u
bahwa perasaan pemuda itu terguncang, maka
dia memberi kesempatan untuk menyalurkan
gejolak amarah di hati pemuda itu.

A kh i r n y a , s e t e l a h t i d a k a d a s a s a r a n l a g i , B u K o n g
berdiri dengan napas tereng ah-engah dan mata
m e n d e l i k . K e m a r a h a n n y a m e m a n g masih a d a ,
namun dadanya sudah agak longgar.

874
Kebenciaannya terhadap Cheng g an Sian -jin dan
Tok- S i m Sian-li memuncak hebatnya dan kalau
s a j a d u a o r a n g i t u b er a d a d i m u k a n y a , a g a k n y a
dia sudah menerjangnya tanp a memperdulikan
nyawa sendiri.

Giginya berkerot-kerot dan teringat betap a Ok -


c i a n g ku n ( P a n g l i m a s h e O k ) b e r s e k u t u d e n g a n
manusia iblis macam Cheng -gan Sian-jin benar -
benar membuat batinnya terpukul. Ka lau saja
panglima itu bukan ayah Siu L i, dia tid ak akan
sedemikian perduli. Akan tetapi justeru panglima
tua itu ayah dari gadis yang amat dicint ainya. Dan
s e ka r a n g a y a h d a r i g a d i s i t u p u l a y a n g m e m f i t n a h
dirinya sedemikian kejam dan jahatnya !

B u K o n g m e n g e l u h d a n t u b u hn y a t e r h u y u n g -
h u y u n g , "T h i a n Y a n g M a h a A g u n g , a d i l k a h n a s i b
y a n g ka u j a t u h k a n k e p a d a h a m b a - M u i n i ? A p a k a h
ke s a l a h a n k u t e r h a d a p m e r e k a ? S i a p a k a h y a n g
memulai dulu permusuhan ini? Tuhan, engkau
tidak ad il….Engkau tid ak adil..... .. oohh !" Bu
Kong terguling dan pemuda ini roboh di atas
rumput, pingsan tak sadarkan diri dengan hati
penuh kecewa.

"Y a p - ko k o . . . ! "

875
P e k Ho n g t e r k e j u t d a n g a d i s i n i m e l o m p a t k e
depan. Cepat ia meraba denyut nadi di
pergelangan tangan dan ketika mengetahui
bahwa pemuda itu hanya pingsan saja, hatinya
l e g a . T a d i n y a d i a kh a w a t i r l u k a p e m u d a i n i
ka m b u h . D a n k a l a u h a l i n i t e r j a d i , t e n t u s a j a
berbahaya sekali.

M a ka c e p a t d i a m e n g u r u t b e l a k a n g l e h e r d a n
menotok beberapa jalan darah untuk
menyadarkan pemuda itu, d an ta k lama kemudian
siumanlah bekas jenderal muda ini.

"A h h . . . ! " m e l i h a t b e t a p a d i r i n y a d i r a n g k u l g a d i s
itu, Bu Kong melompat bangun. Dengan muka
m e r a h d i a b e r k a t a , "Ho n g - m o i , t e r i m a k a s i h a k u
tidak apa- apa..... "

"A ka n t e t a p i , k a u t a d i . . . . "

"T i d a k, a k u s u d a h k u a t l a g i , " B u K o n g
menggelengkan kepala dan memotong cepat.

P e k Ho n g m e n g g e s e r d u d u k n y a d a n m e m a n d a n g
p e m u d a i t u d e n g a n p e n u h k e h a r u a n . "Y a p - k o k o ,
ka u s e n d i r i t e l a h m e n y a t a k a n b a h w a k a u s u d a h

876
siap untuk menerima berita ini, harap jangan
menyalahkan a ku," katanya perlahan.

Bu Kong menarik napas dalam -dalam dan wajah


yang gagah tampan itu diliputi awan kedukaan
y a n g ke l a m . S o r o t m a t a n y a t i b a - t i b a m e n j a d i
dingin dan memandang ke depan dengan s ikap
acuh tak acuh. Namun ketika mendengar ucapan
gadis itu dia menjawab dengan tersenyum getir,
"M e n g a p a a k u h a r u s m e n y a l a h k a n e n g k a u ? !
T i d a k, Ho n g m o i , b a h k a n a k u m e r a s a a m a t
berterima kasih bahwa engkau telah
memberitahukan biang keladi kejahat an ini.
Sudah lama aku mencari -cari, sungguh tidak
ku d u g a b a h w a W u - s a m - t a i - c i a n g k u n l a h y a n g
berdiri di balik la yar ini, mereka memang
panglima berhati keji !" Bu Kong mengepal
tinjunya.

"T a p i p u t e r i n y a m a l a h m e n y e l a m a t k a n j i w a m u
d a r i ke g a n a s a n r a c u n C h e n g - g a n S i a n - j i n ! " P e k
Ho n g b e r k a t a s e p e r t i s a m b i l l a l u n a m u n d e n g a n
sudut matanya dia melirik pemuda ini.

M u ka B u K o n g s e d e t i k b e r o b a h p u c a t , d a n g a d i s
ini melihat betapa mulut pemuda itu menyeringai
s e a ka n - a k a n m e n a h a n n y e r i d i d a l a m h a t i . Dia
dapat menduga bahwa tentu pemuda ini me rasa

877
t e r p u ku l d a n d i o m b a n g - a m b i n g k a n d u a p e r a s a a n
b e r t e n t a n g a n . Y a n g s a t u m em b e n c i s a n g a y a h
a ka n t e t a p i y a n g l a i n m e n c i n t a s a n g p u t e r i .

M e m b a y a n g k a n i n i s a j a d i a m - d i a m h a t i P e k Ho n g
j u g a i ku t n y e r i . A d a s u a t u p e r a s a a n t i d a k e n a k d i
hatinya, perasaan marah d an cemburu. N amun
teringat bahwa Siu Li kini te lah menjadi seorang
gadis cacad, diam -diam d ia ag ak lega. Pan glima
Ok telah membuat kesengsaraan dan penderitaan
yang tida k sedikit terhadap pemuda in i. Misa lnya
m e r e ka b e r d u a s a l i n g m e n c i n t a p u n b e l u m t e n t u
a ka n d a p a t h i d u p b e r s a m a . D a n k e j a h a t a n O k -
c i a n g ku n i t u s e d i k i t b a n y a k a k a n m e m p e n g a r u h i
perasaan pemuda ini t erhadap Siu Li.

"Ho n g - m o i , d a r i m a n a k a u b i s a m e n y i n g k a p
rahasia ini?" tiba -tib a Bu Kong bertanya dan
memandang gadis itu dengan mata tajam.

P e k Ho n g b a l a s m e m a n d a n g d a n d e n g a n t e n a n g
g a d i s i n i m e n j a w a b , "D a r i P h o a l o j i n . "

Bu Kong terkejut dan sepasang mata pemuda ini


t e r b e l a l a k l e b a r . " Ha h ? P h o a - l o j i n ? " s e r u n y a
ka g e t . "K a p a n k a u b e r t e m u d e n g a n k a k e k i t u d a n
dimana dia sekarang?"

878
G a d i s i t u m e n g g e l e n g k a n k e p a l a . "E n t a h l a h , Y a p -
ko ko , a k u t i d a k t a h u . Y a n g j e l a s , k e t e r a n g a n d a r i
ka ke k i t u l a h y a n g t e l a h m e n y e l a m a t k a n m u d a r i
ancaman bahaya maut. Mula -mula gurumu datang
dan hendak membunuhmu, akan tetapi tiba -tiba
muncul kake k itu. Dia memang ahli ramal
jempolan yang aga knya dapat dipercaya penuh.
B u kt i n y a , s u h u ( g u r u k u ) s e n d i r i t i d a k b a n y a k
membantah dan mempercayai apa yang dikat akan
Phoa-lojin bulat-bulat."

B u K o n g m e n g a n g g u k , "M e m a n g , k a k e k i t u
memang hebat. Dia seakan - akan tahu apa yang
terjadi di dunia ini, yang dulu maupun yang akan
datang! Dan justeru karena ilmunya yang lu ar
biasa itulah aku he ndak berkunjung ke Pulau
Cemara yang menjadi tempat tinggaln ya. Sayang,
badai di L aut Tung hai membuat perjalanan kami
terhalang dan di tepi laut itu pulalah aku bertemu
dengan Cheng-gan Sian-jin."

"K a m i ? " P e k Ho n g b e r t a n y a d a n g a d i s i n i p u r a -
pura heran. P adahal, tentu saja dia dapat
menduga bahwa pada saa t pemuda itu henda k ke
P u l a u C e m a r a t e n t u b er s a m a B w ee L i s e p e r t i y a n g
pernah diceritakan ka kek Phoa di kuil tua .

879
"Y a , ka m i , m a k s u d k u , a k u b e r s a m a B w e e L i y a n g
ku s e r e t s e p a n j a n g j a l a n u n t u k m e n j u m p a i k a k e k
itu."

"O h ? D a n d i m a n a s e k a r a n g w a n i t a i t u ? "

"E n t a h l a h . P a d a s a a t a k u b e r t a n d i n g m e l a w a n
C h e n g - g a n S i a n j i n y a n g m e mp e r g u n a k a n s i h i r ,
He k - m o - k o melaku kan kecurangan dan
membokongku hingga pingsan."

"He m m , i b l i s h i t a m i t u m e m a n g t a n g a n k a n a n
Cheng-gan Sian-jin. Namun, dia sudah d ihajar
suhu habis-habisan ketika kami menyerbu gedung
datuk sesat itu untuk menolong dirimu,” kata Pek
Ho n g .

"B e g i t u k a h ? B a g u s s e k a l i , d a n k a l a u d i l a i n
ke s e m p a t a n a k u b e r t e m u d e n g a n d i a p a s t i a k a n
ku b u n u h k a k e k h i t a m i t u . Ho n g - m o i , s e k a r a n g
d a p a t ka h eng kau menceritakan ramalan
s e l e n g ka p n y a d a r i P h o a l o j i n ? D a n b a g a i m a n a d i a
muncul menemui suhu? Di manakah sekarang
g u r u ku i t u ? "

"S e m u a k e j a d i a n y a n g m e n i m p a m u i n i m e m a n g
sudah menjadi garis nasib hidupmu, Yap -koko,

880
d e m i ki a n k a t a k a k e k i t u . D a n u n t u k i n i l a h m a k a
d i a ke l u a r d a r i P u l a u C e m a r a b u a t m e n o l o n g m u
juga menolong dunia."

"M e n o l o n g d u n i a ? "

"Y a , d e m i k i a n k a t a n y a . A k u s e n d i r i k u r a n g
mengerti apa maksud kata - katan ya itu, d an aku
tidak bertanya lebih lanjut. Yang penting, engkau
dapat diselamat kan dan fitnah keji ini dap at ter -
b o n g ka r . S a y a n g r a h a s i a i n i b e l u m b i s a d i k u p a s
seluruhnya karena menemui jalan buntu."

P e k Ho n g l a l u m e n c e r i t a k a n t e n t a n g s e m u a y a n g
d i ka t a k a n o l e h s i t u k a n g r a m a l i t u d a n B u K o n g
mendengarkan dengan penuh perhatia n. Men-
dengar betapa kake k itu menebak peristiwa -
peristiwa melalui telapak tangannya, diam -diam
dia merasa kagum. Apa yang dikatakan tukang
gwa-mia itu memang sebag ian besar dia rasa
cocok dan masuk akal, bukan sekedar tebakan
t u ka n g r a m a l k a m p u n g d i p i n g g i r j a l a n .

"A ka n t e t a p i s a y a n g , " d e m i k i a n a k h i r n y a P e k
Ho n g m e n u t u p . "D a l a n g p o k o k y a n g l a n g s u n g
mencemarkan namamu itu tida k terlihat jelas
o l e h ka k e k P h o a . O r a n g i n i p a n d a i s i h i r d a n
m u ka n y a s a m a r - s a m a r , t a p i k a t a n y a d i a m a s i h

881
muda, licik lagi curang. Dan justeru pemuda
inilah yang telah menyamar sebagai dirimu untuk
bermain gila dengan Bwee Li !"

"D a n s a t u - s a t u n y a t a n d a y a n g d a p a t d i j a d i k a n
b u kt i a d a l a h l u k a d i bawah d agu,” Bu Kong
b e r ka t a s a m b i l m e n g e p a l k a n t i n j u n y a .

"B e n a r , " j a w a b P e k Ho n g , “ P h o a l o j i n m e n g a t a k a n
d e m i ki a n s e p e r t i k a t a B w e e L i y a n g d i t e m u i P h o a -
lojin di tepi pantai waktu itu.”

"D a n d i m a n a s e k a r a n g B w e e L i ? A p a k a h d i a i k u t
ka ke k i t u ? "

P e k Ho n g m e n g g e l e n g . "T i d a k . W a n i t a i t u p e r g i
seorang diri. Katanya hendak mencari musuh
b e s a r nya hingga d a p a t . "

"A h h , m a n a m u n g k i n ? " B u K o n g b e r s e r u k a g e t .
"D i a t i d a k t a h u s i a p a j a h a n a m k e p a r a t i t u d a n d i a
tidak tahu pula di mana iblis itu berada.”

"A ka n t e t a p i , Y a p - k o k o , d a l a m h a l i n i k a u k e l i r u .
M e s ki p u n k i t a s e m u a s a m p a i s e k a r a n g m a s i h
belum tahu siapa p emuda yang pandai sihir ini,

882
namun Phoa-lojin tahu dimana b er a d a n y a
pemuda itu!"

"A h , b e g i t u k a h ? " B u K o n g t e r k e j u t . "K a l a u b e g i t u


ki t a p e r g i k e s a n a s e k a r a n g j u g a ! "

Pemuda ini melompat b angun a kan tet api Pek


Ho n g m e n g g o y a n g t a n g a n n y a . "J a n g a n t e r b u r u -
buru. Yap-koko, petunjuk yang diberikan kakek
Phoa berlaku dalam beberapa hari yang lalu,
m u n g ki n s e k a r a n g i b l i s i t u s u d a h t i d a k a d a l a g i d i
sana...."

“Ahh..." Bu Kong berseru kecewa dan dia


bertanya lagi, “Menurut Phoa lojin, dimana waktu
i t u d i a b e r a d a , Ho n g - m o i ? ”

“ K a ke k P h o a t i d a k m e m b e r i k a n p e t u n j u k y a n g
jelas, hanya dia memberitahukan bahwa orang
yang dicari berada d i sebelah ut ara,” jawab gadis
ini.

B u K o n g l a l u t e r m e n u n g . K e t er a n g a n P e k Ho n g i n i
membantunya menyingkap tabir rahasia yang
menimpa dirinya. Kini tahulah dia b ahwa dalang
yang berdiri di belakang peristiwa ini berjumlah
e m p a t o r a n g , d a n or a n g k e e m p a t a d a l a h y a n g

883
justeru merupakan tokoh lan gsung yang
mencemarkan namanya. Wu -sam-tai- ciangkun
a g a kn y a t e l a h m e n g g u n a k a n s e o r a n g y a n g p a n d a i
sihir untuk mempengaruhi Bwee Li dan perbuatan
pemuda itu berhasil.

Diam-diam ota knya bekerja cepat. Dicobanya


untuk mengingat-ingat siapa kiranya yang patut
dicurigai sebagai pemuda itu. Kui Lun - kah? Ahh,
tidak mungkin. Dia tahu bahwa pemuda putera Ok
c i a n g ku n i t u t i d a k b i s a s i h i r , j a d i p a s t i b u k a n
ka ka k S i u L i i n i . L a l u s i a p a k a l a u b e g i t u ?

T i b a - t i b a B u K o n g m e l o m p a t b a n g u n , "A h h ,
a g a kn y a d i a , Ho n g - m o i ! " s e r u n y a d e n g a n w a j a h
gembira.

P e k Ho n g t e r k e j u t d a n g a d i s i n i j u g a m e l o m p a t
ka g e t . S e r u a n t i b a - t i b a d a r i p e m u d a i t u m e m b u a t
hatinya berdebar tegang da n girang, maka cepat
d i a b e r t a n y a , "S i a p a k a h , Y a p - k o k o ? K a u t a h u
orang itu?"

"Y a . . . . y a , a g a k n y a d i a ! "

" D i a si a p a ? "

884
"M u r i d C h e n g - g a n S i a n j i n ! B u k a n k a h i b l i s t u a i t u
pandai ilmu sihir? Maka tentu muridnya -lah yang
m e l a ku k a n p e n y a m a r a n i t u ! "

"A h h , t i d a k b e n a r , " P e k Ho n g m e n j a w a b l e m a s
d a n g a d i s i n i d u d u k k e m b a l i . "K a k e k P h o a b i l a n g
bahwa pemuda ini tidak ad a hubung annya sama
s e ka l i d e n g a n C h e n g g a n S i a n - j i n . Ju g a , s e l a i n
Tok-sim Sian-li yang menjadi murid
perempuannya, iblis tua itu tidak mempunyai
murid lain. Tebakanmu meleset, koko. "

Bu Kong terbelalak dan a khirnya pemuda ini


membanting tubuhnya dengan kesal. Bant ahan
gadis itu melumpuhkan kegembiraannya yang me -
rasa telah berhasil menemukan musuh besar dan
ki n i d i a m e m a n d a n g k e d e p a n d e n g a n m a t a
mendelong.

"He m m , s e l a i n C h e n g g a n S i a n - j i n y a n g p a n d a i
ilmu sihir, lalu siap a lagi yang patut kit a curigai?"
B u K o n g m e n g e l u h k e c e w a . "K a l a u d u l u s e b e l u m
datuk ini muncul, memang kutahu ada seorang
t o ko h s e s a t l a i n y a n g p a n d a i i l m u s i h i r . A k a n
tetapi dia sudah tewas dan tidak mungkin dia
yang melakukan perbuatan ini."

885
Pek Ho n g tertarik, "S i a p a k a h , Yap -koko?
A p a ka h . . . . . . e h h , w a h h ! B e n a r . . . . . . . ! B e n a r … . P a s t i
dia! Yap-koko, ketemulah sekarang siapa orang
ini !"

Gadis itu mendadak melompat bangun dan


melonjak-lonjak girang sambil tertawa gembira
seperti anak ke cil mendapat kembang gula . Dan
s a ki n g g e m b i r a n y a b e r h a s i l m e n e m u k a n o r a n g
yang dicari- cari itu, gadis ini lalu berteriak -
t e r i a k, "Y a p g o a n s w e , m u s u h m u k e t e m u ! A k u
b e r a n i s u m p a h p o t o n g l e h er b a h w a p a s t i j a h a n a m
inilah yang telah merusak namamu itu ! "

B u K o n g t e r k e s i a p d a n p e m u d a i n i melompat
d e n g a n m a t a b e r s i n a r . S i k a p g a d i s i n i mengejutkan
hatinya maka tid ak tahan lag i dia untuk berdiam
diri. Dengan suara gemetar dia lalu bertanya,
"Ho n g - m o i , s i a p a k a h y a n g k a u m a k s u d k a n i t u ?
Dan apakah kau yakin betul bahwa memang orang
ini yang kita cari-cari ?"

P e k Ho n g b e r h e n t i b e r s o r a k d a n d e n g a n s e n y u m
p e n u h k e m e n a n g a n d i a m e m a n d a n g Bu K o n g
sambil tersenyum manis. Dengan dada agak
b e r o m b a k d i a l a l u b e r k a t a , "Y a p - k o k o , mana
m u n g ki n a k u k e l i r u ? T i d a k , t i d a k m u n g k i n s a l a h .
Coba jawab pertanyaanku ini, bu kankah orang

886
y a n g ka u m a k s u d k a n p a n d a i s i h i r d a n t e l a h t e w a s
itu adalah Ang -i Lo-mo?"

B u K o n g m e n g a n g g u k . "B e n a r . D a r i m a n a k a u t a h u
?" tanyanya heran.

"A h h , m a s a m e n d u g a b e g i t u s a j a h a r u s m e n c a r i
ke t e r a n g a n d a r i o r a n g l a i n ? S i a p a l a g i t o k o h s e s a t
yang pandai sihir sebelum Cheng -gan Sian-JIN ?
K u k ira h a n y a A n g - i L o - m o i t u l a h ! N a h , d a r i s i n i l a h
ki t a m e n e m u k a n j a w a b a n n y a . "

"S i a p a , Ho n g - m o i ? " p e m u d a i t u t e r t a r i k d a n
m e l a n g k a h m a j u d e n g a n h a t i b e r d e b a r . Ja w a b a n
a g a kn y a s u d a h d i a m b a n g p i n t u , m a k a t e n t u s a j a
Bu Kong merasa tegang.

P e k Ho n g t e r s e n y u m m e l i h a t k e t e g a n g a n p e m u d a
ini dan dia sengaja menahan -nahan keterangan.
D e n g a n m u k a b e r s e r i d i a b a h k a n b e r t a n y a , "Y a p
ko ko , m a s a k a u t i d a k t a h u ? T i d a k d a p a t k a h
e n g ka u m e n e b a k n y a s e n d i r i ? ”

"Ho n g - m o i , aku terlalu tegang menanti


jawabanmu. Otakku keruh dan tidak dapat
b e r p i ki r p a n j a n g . K a l a u s e k a r a n g k a u y a n g t a h u ,
harap beritahukan segera."

887
"B a i kl a h , " g a d i s i n i m e n j a w a b . " D i a b u k a n l a i n
adalah...... "

P e k Ho n g t i b a - t i b a m e n g h e n t i k a n k a t a - k a t a n y a
ka r e n a m e n d a d a k B u K o n g m e n g a n g k a t t a n g a n
ki r i m e m b e r i i s y a r a t .

"A d a a p a k a h , Y a p - k o k o ? " g a d i s i t u bertanya


heran.

"Aku mendengar suara pakaian berkibar. Agaknya ada


seseorang yang mengintai, akan tetapi su a r a itu sekarang
telah hilang. Hemm, baik, nanti saja kucari dia dan sekarang
lanjutkan kata-katamu tadi."

B u Kong berkata tenang dan P e k Hong sekarang yang


menjadi tegang. Dia memandang p e m u d a itu dengan mata
terbelalak, lalu menoleh ke kanan kiri, akan tetapi B u Kong
kembali mengangkat tangannya, "Teruskanlah, Hong-moi,
tidak a d a apa-apa."

Ucapan ini menenangkan hatinya dan mengusir


kegelisahannya. Yap-goanswe berada di sini, untuk apa takut?
Maka dengan suara m a n ta p penuh keyakinan Pek Hong
berkata tandas, " D i a bukan lain adalah murid Ang-i Lo-mo
sendiri, Yap-koko !"

888
"Hahh??" Bu Kong melompat kaget dan me mandang gadis ini
dengan mata terbelalak. " Mu r i d Ang-i Lo-mo? Mengapa aku
tidak pernah m e n d e ngarnya?"

Memang di dalam cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan" yang


lalu, murid Ang-i Lo-mo yang bernama Pouw Kwi itu tidak
pernah menampakkan diri. Inilah sebabnya mengapa tidak
banyak orang tahu bahwa Ang-i Lo-mo mempunyai murid.
Maka tentu saja bekas jenderal muda itu terkejut sekali
menerima keterangan ini.

P e k Ho n g m e n g a n g g u k . "B e n a r , Y a p k o k o , a k u
b e r a n i b e r t a r u h b a h w a m u r i d m e nd i a n g i b l i s t u a
itulah yang menyamar sebagai dirimu untuk
membuat kekacau an. Dan hal ini memang t idak
a n e h . K e m a t i a n g u r u n y a t e n t u m e mb u a t p e m u d a
itu merasa dendam kepadamu. Maka bersama
Wu-sam-tai-ciang kun pemuda itu lalu
menemukan akal keji ini."

"T a p i , m e n g a p a a k u t i d a k p e r n a h m e n d e n g a r
bahwa Ang-i Lo-mo mempunyai murid? Dan
ke n a p a p u l a k e t i k a A n g - i L o m o b e r t a n d i n g
sampai tewas di tanganku, muridnya tida k pernah
m u n c u l ? Ho n g - m o i , d a r i m a n a k a h k a u t a h u
tentang semuanya ini ?"

889
G a d i s i t u t e r s e n y u m . "A k u t a h u d a r i m u l u t
s e o r a n g p e rw i r a W u y a n g k u t a n g k a p d i d e k a t
gedung Ok-ciangkun, untuk mengorek keterangan
ke t i ka m e n c a r i d i r i m u y a n g t e r t a w a n C h e n g - g a n
Sian-jin. Perwira itu mengatakan bahwa ada
seorang pemuda yang membantu Wu -sam-tai
c i a n g ku n d i s a m p i n g C h e n g - g a n Sian- j i n y a n g k i n i
d i a n g ka t m e n j a d i k o k s u . T a d i n y a k u k i r a p e m u d a
yang dimaksudkan ini ada lah Kui Lun, tapi
ternyata bukan. D ia mengata kan bahwa pemuda
i t u a d a l a h m u r i d m e n d i a n g A n g i L o -m o , d a n
tadinya aku sendiri tida k tertarik oleh keterangan
i n i . A ka n t e t a p i , k e t i k a e n g k a u t a d i m e n g i n g a t k a n
bahwa sebelum Cheng -gan Sian-jin masih
terdapat seorang datuk sesat yang pandai sihir
dan sudah tewas, siapa lagi kalau bukan
m e n d i a n g A n g - i L o - m o ? D a n kakek itu m e m p u n y a i
s e o r a n g m u r i d y a n g m e m b a n t u W u -sam- t a i -
c i a n g ku n s e c a r a d i a m - d i a m ! N a h , s i a p a l a g i kalau
b u ka n d i a ? "

K e t e r a n g a n p a n j a n g l e b a r i n i membuat B u K o n g
t e r t e g u n d a n a k h i r n y a p e m u d a i t u mengep a l t i n j u
d e n g a n m a t a b e r a p i - a p i . "K e p a r a t ! Kalau b e g i t u
a ku h a r u s m e n c a r i m a n u s i a t e r k u t u k itu d a n
membunuhnya !" desisny a penuh kemarahan.

890
"B e n a r , Y a p - k o k o , m a n u s i a b e r w a t a k i b l i s b e g i t u
memang harus kita c ari. Apalagi kau sendiri yang
menjadi orang yang berkepentingan lang sung.
D a n t e n t a n g k e m u n c u l a n n y a y a n g t i d a k pernah
nampak pada saat gurunya tewas di t anganmu,
tentunya pada saat itu dia sedang pergi ke istana
Raja Muda Yun Chang untuk menjalankan a kal
ke j i n y a . B u k a n k a h s e m u a k e s i m p u l a n i n i a m a t
sederhana dan masuk aka l ?"

Gigi Bu Kong berkerot. Semakin lama dia menjadi


s e m a ki n j e l a s a k a n u r a i a n g a d i s i n i d a n t e n t u s a j a
dia marah sekali. Pantas ka lau begini. Pada saat
Ang-i Lo-mo terbunuh, muridnya yang berhati keji
itu tentu lalu berunding dengan Wu -sam-tai-
c i a n g ku n d a n d a r i h a s i l p e r u n d i n g a n e m p a t o r a n g
i n i l a h d i h a s i l k a n s e b u a h "t e l u r b u s u k ".

Dia pada waktu itu masih sibu k menghantam


p a s u ka n m u s u h , m a k a t i d a k l a h s u k a r b a g i m u r i d
Ang-i Lo-mo itu buat memasuki istana Yun Chang
d a n d e n g a n b a n t u a n s i h i r n y a , B we e L i t e rj a t u h d i
tangannya yang menganggap pemuda ini sebagai
Y a p - g o a n s w e . S u n g g uh h a s i l k e r j a y a n g r a p i d a n
bagus tetapi keji !

Dengan demikian, karena murid Ang -i Lo-mo itu


sendiri memang telah membuatnya sedemikian

891
rupa sehingga Yun Chang akan mengetahui
perjinaannya bersama selirnya yang cantik dan
amat disayang itu, terjadilah perpecahan di
antara Raja Muda Yun Chang dengan Yap -
goanswe. Ini berarti memukul kekuatan Kerajaan
Yueh dari dalam karena Yun Ch ang tentu akan
menghukum jenderal mudanya yang berjina itu.
Dan di samping ini, nama Yap -goanswe yang
t e r ke n a l g a g a h p e r k a s a i t u o t o m a t i s h a n c u r
berantakan d i ma ta orang karena tertangkap
basah ketika sedang melakukan permainan
cintanya di kamar selir Yun Chang !

"S u n g g u h s i a s a t y a n g a m a t k e j i ! " B u K o n g
b e r s e r u p e n uh k e m a r a h a n d a n m u k a n y a m e r a h
p a d a m . " Ho n g - m o i , k a l a u b e g i t u a k u a k a n
menemui Wu-sam-tai-ciangkun dan membunuh
m e r e ka , j u g a s e k a l i a n m e n c a r i m u r i d A n g - i L o - m o
itu!"

P e k Ho n g t e r k e j u t . "A p a ? K a u h e n d a k m e n d a t a n g i
Wu-sam-tai c iangkun yang berada di kota raja?
Ah, Yap-koko, hal ini amat berbahaya sekali !
Semenjak lolosnya para penyerbu, kota raja
dijaga semakin kuat, juga Cheng -gan Sian-jin
berada di sana. Bagaimana seorang d iri kau
hendak kesana?”

892
"A ku t i d a k t a k u t , a k u a k a n b e r h a t i - h a t i ! " j a w a b
pemuda ini dengan suara keras.

"A ka n t e t a p i . . . . . . . " P e k Ho n g r a g u - r a g u d a n p a d a
saat itu lah tib a-tiba Bu Kong membentak sambil
melompat ke kiri.

"S i a p a d i s i t u ? Ha y o k e l u a r ! "

893
Tangan kanan bekas jenderal muda ini menampar
dan semak belukar itu roboh terpukul angin
p u ku l a n n y a y a n g k u a t . S e s o s o k b a y a n g a n p u t i h
b e r ke l e b a t d a r i t e m p a t g e l a p d a n t e r d e n g a r
s e r u a n n y a r i n g y a n g a g a k g e m e t a r , "Y a p -
goanswe. tahan seranganmu.....!"

Dan di tempat itu, di bawah sinar bulan yang baru


muncul di langit yang bersih tanpa awan, seorang
gadis cantik jelita berpakaian putih berdiri
dengan muka pucat dan tubuh menggigil.

Dua orang ini terkejut bukan main dan mereka


mengeluarkan seruan kaget sampai me lompat
mundur ketika mengenal siapa gadis itu yang
b u ka n l a i n a d a l a h S i u L i a d a n y a !

"K a u . . . . . k a u . . . . . . ? ! " B u K o n g t e r g a g a p dan p e m u d a


ini tertegun tak mampu melanjutkan kata -
ka t a n y a . S e p a s a n g m a t a n y a t e r b e l a l a k d a n k e t i k a
tiba-tiba matanya membentur lengan kiri yang
ko s o n g , p e m u d a i n i m e r a s a s e p e r t i d i s a m b a r
petir.

"L i - m o i , lenganmu...... lenganmu


itu......buntung......?" Bu Kong terkejut setengah
m a t i dan t e n g g o r o k a n n y a s e p e r t i d i c e k i k .

894
Siu Li menenangkan perasaannya yang seperti
diremas dan gadis ini melang kah maju. Sejenak
dua pasang mata beradu p andang dan jantung
gadis ini tergetar. Dia melihat betapa sinar cinta
ka s i h t i b a - tiba memancar terang dari mata pemuda penuh
kerinduan, penuh kemesraan dan penuh k e haruan.

Tentu saja Pek Hong juga melihat semuanya ini dan gadis itu
merasa tertusuk. Kehadiran Siu L i yang amat mendadak di
tempat ini sungguh mengejutkannya.

Sebenarnya, semenjak puteri Ok-ciangkun ini membuntungi


lengan sendiri atas permintaannya, hati Pek Hong sudah
merasa tidak enak sekali. Tadinya hal itu dilakukan karena ia
menduga bahwa S i u L i pasti akan menolak. Siapa sangka,
murid mendiang Mo-i Thai-houw itu benar-benar
melaksanakan permintaannya dan membuntungi lengan kiri
untuk penebus "dosanya" terhadap Yap-goanswe.

Dan kini, tiba-tiba saja gadis ini muncul di tempat itu. Kalau Bu
Kong tahu bahwa Siu Li membuntungi lengan atas
permintaannya, ia tidak tahu bagaimanakah reaksi pemuda
itu! Maka hal ini membuat Pek Hong tegang sekali dan diam-
diam jantungnya berdebar kencang.

"Yap goanswe....." Siu Li menundukkan mukanya dan berkata


dengan suara gemetar, "a n a k seorang jahat sudah
sepatutnya menerima hukuman seperti ini. Untuk apa

895
diherankan? Aku sudah mendengar semua percakapan kalian
dan apa yang dikatakan oleh adik Hong memang benar. Ayah
bersama rekan-rekannya telah melempar fitnah k e j i
ke p a d a m u , d a n i t u s e m u a m e r e k a l a k u k a n k a r e n a
m e n u r u t me r e k a , i n i h a n y a l a h s e k e d a r s i a s a t
untuk mengalahkan Kerajaan Yueh yang terlalu
ku a t ka l a u k a u m a s i h b e r a d a d i s a n a . I t u l a h
sebabnya maka dicari suatu aka l baga imanakah
caranya agar engkau t idak lagi membantu Yueh.
E n g ka u t e r l a l u k u a t u n t u k d i k a l a h k a n b e g i t u s a j a ,
m a ka a y a h l a l u m e n e m u k a n s i a s a t i n i d a n
terjadilah semuanya seperti apa yang telah
ka u a l a m i . "

Pucat wajah pemuda ini dan dia meman dang gadis


i t u d e n g a n m a t a t e r b e l a l a k . B u Kong t a k m a m p u
m e n g e l u a r k a n s u a r a ka r e n a p e r a s a a n n y a s e m a k i n
t e r p u ku l h e b a t . K a l a u t a d i y a n g d i k a t a k a n P e k
Ho n g a d a l a h s e k e d a r d u g a a n , k i n i a p a y a n g
d i ka t a k a n S i u L i a d a l a h p e n g a k u a n s e b e n a r n y a !

Tentu saja Bu Kong terpaku. Dia tak tahu


bagaimanakah perasaannya sendiri pada saa t itu,
perasaan yang bergolak d an bercampur aduk
t i d a k ka r u a n . A d a r a s a m a r a h , b e n c i , d e n d a m
a ka n t e t a p i j u g a a d a r a s a k a s i h , i b a d a n t e r h a r u
melihat nasib ke kasihnya yang mempunyai ayah
semacam itu. Gadis ini telah berkhianat terhadap

896
ayah sendiri karena pengakuannya itu akan
membuat kedudukan ayahnya terancam
pembalasan dendamnya !

A ka n t e t a p i g a d i s i t u s e n d i r i j u g a p e r n a h
m e n g kh i a n a t i n y a k e t i k a p u r a - p u r a m e m b a n t u
Yueh padahal sebenarnya merupakan mata -mata
Wu yang diselundupkan ke pasukannya. Gadis ini
mengalami posis i yang lu ar bias a sulitnya,
sebentar condong ke ayah namun sebentar
ke m u d i a n c o n d o n g k e p a d a d i r i n y a . D a n h a l i n i
membuktikan bahwa hingga s aat inipun juga cinta
ka s i h d i d a l a m h a t i g a d i s i t u t i d a k d a p a t
dilenyapkan!

"L i - m o i . . . . . . " s u a r a B u K o n g j u g a g e me t a r d a n
p e m u d a i n i m e l a n g k a h m a j u t er h u y u n g - h u y u n g ,
m a t a n y a n a n a r m e m a n d a n g k e d e p a n , "b e t a p a
buruk nasibmu....betapa buruk na sib kita… Ohh,
Dewi Welas Asih, dosa -dosa apakah yang dulu
telah kami perbuat? Li -moi, ayahmu memang
ke j a m , d a n d i a t e l a h m e r u s a k n a m a k u s e d e m i k i a n
rupa. Tidak patutkah ka lau aku membalas semu a
ke j a h a t a n n y a i n i ? T i d a k b o l e h k a h a k u m e m b a l a s
dendam dan membersihkan namaku dari
ke c e m a r a n ? T u h a n . . . m e n g a p a E n g k a u m e m b u a t
ke a d a a n k a m i m e n j a d i b e g i n i . . . . . ? "

897
Bu Kong mengeluh dan a khirnya pemuda ini tak
dapat menahan diri lagi, menubruk gadis itu dan
m e n d e ka p n y a k u a t - k u a t d e n g a n h a t i r e m u k
penuh kedukaan dan kebingungan.

Sudah lama dua orang keka sih yang saling


mencinta ini tidak berjumpa. Semenjak Bu Kong
terfitnah, Siu Li sendiri lalu meninggalkan Wu dan
bersunyi diri merenungkan nas ibnya yang buruk
di Lembah Bambu Kuning. Mes kipun di dalam hati
gadis ini tidak dapat menyetujui cara -cara kotor
yang dilaku kan ayahnya, akan tetap i orang tua
tetap orang tua!

Dan inilah yang menyulit kannya. Keada an ini


menjepit kedudukannya d ari dua arah. Se menjak
fitnah keji yang dida langi o leh ayahnya bertiga,
Siu Li sadar bahwa ayahnya memang bukan orang
baik-baik. Dan kenyat aan ini malah menonjolkan
p r i b a d i Y a p - g o a n s w e y a n g g a g a h p er k a s a d a n
yang tidak suka mela kukan seg ala t ipu curang.

Kenyataan in i malah membuat pand angannya


terhadap pemuda itu semakin t inggi dan
ke ka g u m a n s e r t a c i n t a k a s i h n y a t e r h a d a p
jenderal muda itu meningkat. Betapa gagahnya
pemuda itu, betapa mengagumkan. D an sekarang
pemuda yang demikian gagah perka sa dan

898
mengagumkan dirusak namanya oleh a yahny a
sendiri !

Siapa tidak akan berduka? Maka tanpa dapat


ditahan lagi g adis inipun menjadi basah matanya
dan sejenak tubuhnya menggigil di pelukan
pemuda itu. Betapa rindunya ia akan suasana
seperti ini, merasakan dekap an kekasih dan
belaian sayangnya. Namun tiba-tiba dalam
ke s u r a m a n a i r m a t a i n i S i u L i m e l i h a t s o r o t m a t a
lain sedang memandangnya berapi -api.

S e ke t i ka g a d i s i t u t e r k e j u t d a n s a d a r l a h d i a
bahwa di tempat ini mas ih terdapat orang lain
d a n o r a n g i n i b u k a n l a i n a d a l a h P e k Ho n g !

"A h h . . . . . . . . . ! " S i u L i b e r s e r u d a n c e p a t i a
merenggutkan dirinya, terlepas dari pelukan
pemuda itu. Dengan muka puc at gadis ini
melompat mundur dan dengan suara gagap dia
b e r ka t a , "Y a p - g o a n s w e , apa....... apa yang
ka u l a ku k a n i n i ? A k u a d a l a h p u t e r i m u s u h
besarmu! Tidak ingatka h engkau? Dan
ka u … . . ka u . . . . . . a h h . . . . . ! "

S i u L i m u n d u r -m u n d u r d a n k a r e n a l e n g a h , i a t i d a k
tahu betapa di belakangnya terdapat tanah legok

899
d a n ke t i k a k a k i n y a m e n g i n j a k b a g i a n k o s o n g ini,
tanpa ampun lagi tubuhnya terjengkang.

"L i - m o i . . . . . . . ! " B u K o n g b e r s e r u d a n p e m u d a i n i
melompat menyambar lengan gadis itu. Tapi
ka r e n a d i a l u p a b a h w a t a n g a n k i r i g a d i s i t u
buntung, maka yang tertangkap ad alah lengan
baju yang kosong melompong.

"B r e t t . . . . . . ! " l e n g a n b a j u i t u r o b e k d i d a l a m
c e n g ke r a m a n B u K o n g s e m e n t a r a S i u L i s e n d i r i
tetap terjerumus di lubang itu.

Bu Kong terkejut dan pemuda ini berdiri


terbelalak, melih at betapa dengan muka pucat
ke ka s i h n y a i t u m e l o m p a t d a n t e r h u y u n g - h u y u n g
memandang dirinya dengan air mata bercucuran.

"Y a p - g o a n s w e , j a n g a n s e n t u h a k u l a g i ! A k u
adalah musuhmu ! Dengarkah ini? Aku adalah
musuhmu ! Sekali kau bersikap kurang ajar, aku
a ka n m e m b u n u h m u . . . ! "

"L i - m o i . . . . . . "

"D i a m ! " g a d i s i t u m e m b e n t a k . "A k u b u k a n


a d i km u , a k u p u n b u k a n p u l a . . . . k e k a s i h m u !

900
T a h u ka h e n g k a u ? M a k a , s e k a l i l a g i k a u b i c a r a
yang tida k-tida k, a ku t idak akan segan -segan
menyerangmu biarpun kau berkepandaian jauh
lebih tinggi dariku. "

"A h h . . . . . . ! " B u K o n g t e r t e g u n d a n t i b a - t i b a a n g i n
halus berdesir di sampingnya. Ketika dia
m e n o l e h , b a r u l a h p e m u d a i n i t e r k e j u t me l i h a t
P e k Ho n g t e l a h b e r d i r i d i s a m p i n g n y a d e n g a n
pandangan dingin !

"Y a p g o a n s w e , " P e k Ho n g b e r k a t a d a n m e r o b a h
sebutannya dari Yap -koko menjadi Yap -goanswe,
"ka l a u i a s e n d i r i s u d a h m e n g a k u i d i r i s e b a g a i
musuh, kenapa kau bersikap lemah begini? Di
mana kegagahanmu? Di mana kejantananmu?
Orang telah bersikap kasar kepadamu, maka t idak
s e l a y a kn y a k a l a u e n g k a u t e r u s m e n g a l a h ! "

"Akan t e t a p i . . . . a k a n t e t a p i ia b u k a n m u s u h k i t a ,
Ho n g - m o i . . . . i a t i d a k i k u t a p a - a p a . Ayahnyala h y a n g
menjadi musuhku, bukan dia !"

"He m m , t i d a k i n g a t k a h e n g k a u k e t i k a g a d i s i n i
b e r kh i a n a t k e p a d a m u ? K e t i k a i a m e n y e l u n d u p
sebagai mata-mata di pasukanmu?"

901
"N a m u n i t u p u n ia lakukan karena perintah
ayahnya !"

"P e r i n t a h a t a u b u k a n , d i a y a n g melakukan
p e ke r j a a n i n i ! Apakah t i d a k b i s a d i a n g g a p musuh?"

P e k Ho n g b e r k a t a m a r a h d a n g a d i s y a n g d i a m -
diam sudah marah menyaks ikan adegan t adi kini
menjadi semakin naik darah mendengar
b a n t a h a n - b a n t a h a n B u K o n g y a n g m e r up a k a n
pembelaan terhadap puteri Panglima Ok ini. Dan
ia tahu apa yang menyebabkan pemuda itu
berbuat demikian. Tentu cinta kasihnya yang
tumbuh kembali !

B u K o n g m e m a n d a n g m u r i d T a B h o k Hw e s i o i n i
dengan mata dibuka leb ar -lebar. Dari semua
ucapan gadis in i dia merasa kan tekan an -tekanan
t a j a m d a n b a r u s e t e l a h d i a me l i h a t m u k a y a n g
merah serta sepasang m at a yang berapi-api itu
pemuda ini terkejut dan sadar.

Tentu saja dia merasa seakan -akan diguyur a ir


d i n g i n ! "Ahh !" p e m u d a i t u b e r s e r u t e r t a h a n d a n
melangkah mundur setindak. Sekarang dia me -
l i h a t ke n y a t a a n i n i , k e n y a t a a n y a n g m e m b u a t n y a
b i n g u n g . T a d i n y a , k a r e n a k u r a n g m e m p er h a t i k a n ,
d i a b i c a r a d e n g a n m u r i d T a B h o k Hw e s i o i t u s e -

902
bagai seorang sahabat. Tapi, setelah kini sadar
bahwa gadis itu sendiri tidak menganggapnya se -
ke d a r "s a h a b a t " b e l a k a , t e n t u s a j a h a t i n y a
t e r ke s i a p d a n t e r g u n c a n g .

"Y a p - g o a n s w e , " t i b a - t i b a S i u L i b e r k a t a s a m b i l
m e l a n g k a h m a j u , "A p a y a n g d i k a t a k a n o l e h c a l o n
isterimu itu benar. Kenapa kau men jadi lemah
begini? Seorang laki -laki sejati dapat mengambil
ke p u t u s a n b e r d a s a r k a n k e n y a t a a n , b u k a n h a n y a
menuruti perasaan hati nurani sendiri. Kalau kau
tetap bersikap begin i, mana mungkin kau ke lak
d a p a t m e n j a d i s e o r a n g pemimpin y a n g d i s e g a n i
orang? Ayahku adalah musuh besarmu, ini
ke n y a t a a n . D a n a k u a d a l a h p u t e r i n y a . I n i p u n
ke n y a t a a n . K a l a u e n g k a u t i d a k m e n g a n g g a p k u
musuh, maka akulah yang akan menganggap
dirimu sebagai musuh karena engkau adalah
musuh besar orang tuaku !"

K a t a - ka t a i n i s e p e r t i p i s a u b e r k a r a t y a n g
m e n u s u k p e r a s a a n B u K o n g dan p e m u d a i n i
men g e l u h p e r l a h a n . T u b u h n y a m e n g g i g i l d a n
ka ki n y a g e m e t a r s e p e r t i o r a n g s a k i t d e m a m .

Dan Siu Li lalu melanjutkan, kini menoleh kepada


P e k Ho n g y a n g m e m a n d a n g n y a d e n g a n m a t a
b e r a p i - a p i i t u , "D a n e n g k a u , a d i k Ho n g , s e m o g a

903
e n g ka u t i d a k s a l a h a r a h d a l a m m e l e m p a r
ke b e n c i a n m u t e r h a d a p s e s e o r a n g . A p a b i l a o r a n g
itu memang patut kaubenci, bencilah
berdasarkan kebenaran, bukan hanya karena
l u a p a n h a t i n u r a n i y a n g b e r l e b i h - l e b i h a n . Ha l i n i
p e r l u ka u i n g a t a g a r k e l a k k a u t i d a k m e n g a l a m i
ke s e n g s a r a a n d a l a m m e n e m p u h h i d u p y a n g
penuh kedukaan in i. Nah, kukira cukup sekian
perjumpaan kita dan moga -moga kalian berdua
d a p a t hidup bahagia !"

Gadis itu membalikkan tubuh, lalu melompat


p e r g i m e n y e m b u n y i k a n h a t i n y a y a n g b erdarah d a n
air mata yang semakin deras mengucur
membasahi pipinya.

P e k Ho n g t e r t e g u n d a n k a t a - k a t a p u t e r i P a n g l i m a
O k i t u s e a k a n m e n a m p a r m u k a n y a . "B e n c i l a h
berdasarkan kebenaran, bukan hanya karena
luapan perasaan diri pribad i yang berlebih -
lebihan."

K a t a - ka t a i n i t e p a t m e n g h u n j a m d i s a n u b a r i n y a
dan merupakan sindiran tajam bagi dirinya. Dia
t a h u a p a y a n g d i m a ks u d k a n S i u L i d a l a m k a t a -
ka t a n y a itu. D a n t e n t u s a j a d i a m e r a s a tidak e n a k
s e ka l i . K a l a u Y a p - g o a n s w e d a n S i u L i s a l i n g
mencinta, sudah benarkah kalau dia marah -marah

904
terhadap saingannya itu dan membencinya
sedemikian rupa sehingga gadis itu mengalami
ke s e n g s a r a a n ? b e n a r k a h s i k a p n y a i n i ? M e m a n g
sudah sepatutnyakah gadis itu dibenci hanya
ka r e n a l u a p a n e m o s i n y a b e l a k a ?

Ji ka d i a m a u b i c a r a s e c a r a j u j u r , j a w a b a n n y a
adalah t idak! Namun kenyataan ini terlalu pahit
baginya, terlalu berat dan sukar. Maka sejenak
gadis ini termangu -mangu, memandang kepergian
puteri Panglima Ok itu dengan mata tak berkedip.

A ka n t e t a p i l a i n h a l n y a b a g i B u K o n g s e n d i r i .
Begitu Siu Li memutar tubuh dan me ninggalkan
m e r e ka , p e m u d a i n i t i b a - t i b a b e r t e r i a k s a m b i l
m e n g e j a r , "L i - m o i , t u n g g u d u l u . . . . . ! "

G e r a ka n g a d i s i t u t e r t a h a n d a n k a k i n y a m e n e g a n g
ke j a n g , t a m p a k t e r k e j u t d a n m e n g g i g i l . D i a
memang berhenti, namun sama sekali tidak mau
menoleh ke belakang.

"Y a p - g o a n s w e , k a u m e m a n g g i l k u a d a k e p e r l u a n
a p a ka h ? " t a n y a n y a d e n g a n s u a r a g e m e t a r .

Bu Kong berkelebat dan pemuda ini ber diri di


sebelah kiri gadis itu yang tetap tidak mau

905
menengok dan memandang lurus ke depan seperti
patung hidup.

"L i - m o i , " B u K o n g b e r k a t a d e n g a n n a p a s t e r e n g a h
dan menyentuh lengan baju kiri yang kosong itu
d e n g a n j a r i t a n g a n m e n g g i g i l . "A k u h e n d a k
bertanya, siapa kah yang membuntungi lenganmu
ini? Siapa......?"

Perlahan-lahan wajah yang sayu itu menoleh,


pucat dan air mata deras membanjir di kedua
p i p i n y a . "Y a p g o a n s w e , p e r l u k a h p e r t a n y a a n m u
i t u ku j a w a b ? "

Bu Kong seperti diremas perasaannya dan dengan


s u a r a s e r a k d i a m e n j a w a b , "P e r l u , L i - m o i , p e r l u
s e ka l i ! "

"U n t u k a p a k a h ? " g a d i s i t u b e r t a n y a .

"U n t u k m e m b u n u h o r a n g y a n g t e l a h b e r l a k u k e j i
terhadapmu ini !"

"A h h . . . . ! " S i u L i m e n y u r u t m u n d u r d a n t u b u h n y a
g e m e t a r . "Y a p - g o a n s w e , a k u a d a l a h m u s u h m u .
Kenapa kau ikut memperdulikan na sibku?"

906
"K a r e n a a k u h e n d a k m e m b a l a s b u d i m u y a n g t e l a h
ka u b e r i k a n l e w a t D e w a M o n y e t . "

"A h h . . . ! " k e m b a l i g a d i s i t u b e r s e r u d a n t i b a - t i b a
S i u L i t e r k e k e h m e n y e r a m k a n . "Y a p - g o a n s w e ,
ka l a u k a u i n g i n t a h u s i a p a k a h y a n g m e m b u n t u n g i
l e n g a n ku i n i , n a h d e n g a r l a h . O r a n g y a n g b e r l a k u
ke j i s e p e r t i y a n g k a u k a t a k a n t a d i b u k a n l a i n
adalah diriku sendiri! Nah, dengarkah engkau?
A ku l a h y a n g t e l a h m e m b u n t u n g i l e n g a n k u s e n d i r i
ini, hi-hi-hikk-heh-heh-heh.......!"

Gadis itu terkekeh - kekeh dan Bu Kong me remang


bulu tengkuknya. Kagetnya bukan kepalang
mendengar jawaban itu dan dia terhenyak tak
mampu bersuara. Sejenak dia seperti mendengar
petir di siang bolong, akan tetapi dengan cepat
dia telah dapat menguasai diri lagi.

"A p a ? K a u s e n d i r i , L i - m o i ? " t a n y a n y a k a g e t .
"M e n g a p a ? S i a p a y a n g m e n y u r u h m u . . . . . . . ? "

Siu Li tiba-tib a membalikkan tubuh, ketawanya


yang mirip kuntilana k menangis itu sekonyong -
ko n y o n g b e r h e n t i . D a n g a n m a t a b e r s i n a r - s i n a r
gadis ini menjawab. "Y a p - g o a n s w e ,
pertanyaanmu sudah kelewat jauh. I ni adalah
urusan pribadiku sendiri, pantas kah kau bertanya

907
urusan pribadi orang lain? Tidak ada yang
menyuruhku, ini semua adalah keinginan h atiku
sendiri. Nah, cukup, jangan menggangguku lag i!"

Gadis itu mengebutkan lengannya dan


menghilang di kegelapan malam. Bu Kong
t e r m a n g u - m a n g u , w aj a h n y a p u c a t d a n d i a
mengepal tinju tak t ahu apa yang h arus
d i l a ku k a n n y a .

"M e n g a p a d i a m e m b u n t u n g i l e n g a n s e n d i r i ?
Siapa yang menyuruhnya? Masa tanpa sebab dia
memotong lengan sendiri seperti orang gila?"

Pertanyaan ini ber tubi-tubi memenuhi


p i ki r a n n y a , n a m u n m e s k i p u n d i a m e m e r a s o t a k
sampai tua agaknya juga tida k a kan berhasil
memecahkan rahasia yang luar biasa ganjilnya
ini.

"Y a p - g o a n s w e , a p a y a n g d i k a t a k a n o l e h g a d i s i t u
memang benar. Bukan orang lain yang
membuntungi len gannya, melainkan dia
sendirilah," tiba-tiba Pek Ho n g maju
menghampiri dan ber kata perlahan di samping
pemuda itu.

908
Suara yang demikian dekat ini bagi Bu Kong
s e a ka n - a k a n s a y u p s a m p a i d a t a n g n y a . D i a m a s i h
ka g e t m e n d e n g a r j a w a b a n S i u L i y a n g d e m i k i a n
mengejutkan, maka seperti orang tida k sad ar
d i a p u n l a l u b e r t a n y a , "M e n g a p a d i a m e l a k u k a n
hal itu? Masa gadis itu menyuruh dirinya sendiri
untuk membuntungi lengannya?"

"T i d a k! D a l a m h a l i n i p e n g a k u a n n y a b o h o n g ! "

S e r u a n l a n t a n g y a n g d i k e l u a r k a n P e k Ho n g
mengagetkan Bu Kong dan ka lau t adi d ia seperti
orang linglung, adalah sekarang dia seperti
disengat ular berbisa dan seket ika pemuda ini
membalikkan tubuh.

"A p a ka t a m u , Ho n g - m o i ? " s e r u n y a t e r b e l a l a k .
"P e n g a k u a n n y a b o h o n g ? Ja d i b e t u l b a h w a a d a
orang lain yang menyu ruhnya untuk
membuntungi lengan kirinya itu?"

B u K o n g s u d a h m e n ge p a l t i n j u d a n d i a mu l a i
m e n d u g a - d u g a b a h w a a g a k n y a k a l a u b u k a n Ok
c i a n g ku n s e n d i r i , t e n t u l a h K u i L u n y a n g b e r t i n d a k
sebagai pengganti guru. Kalau hanya masalah
gadis itu jatuh cinta kepadanya kemudian
d i h u ku m b u n t u n g l e n g a n , i n i l a h h u k u m k e l e w a t

909
batas seka li dan dia akan menghajar orang yang
bertindak kejam itu!

P e k Ho n g m e n g a n g g u k d a n g a d i s i n i m e m a n d a n g
p e n u h s e l i d i k d a n m a t a b e r s i n a r a n e h . "B e t u l ,
Yap-goanswe, orang lainlah yang menyu ruhnya,
b u ka n a t a s k e i n g i n a n n y a s e n d i r i . "

"D a n ka u t a h u s i a p a j a h a n a m k e p a r a t i t u ? " B u
Kong bertanya setengah berteriak.

P e k Ho n g k e m b a l i m e n g a n g g u k . "B e n a r , a k u
tahu," jawabnya tenang.

“ S i a pa?” B u K o n g t e r b e l a l a k d e n g a n m a t a m e r a h .

A ka n t e t a p i g a d i s i n i t i d a k s e g e r a m e n j a w a b .
“Yap-goanswe, kalau aku memberitahukan orang
itu, hendak k a u a p a k a n k a h d i a ? "

Bu Kong menggeram. "A k u hendak


menghancurkan kepalanya! " desisnya penuh
ke m a r a h a n .

"O , b e g i t u k a h ? " P e k Ho n g t e r s e n y u m g e t i r . “ Y a p
g o a n s w e , j i k a k a u m e m p u n y a i n i at d e m i k i a n ,
a g a kn y a k e i n g i n a n m u t e r k a b u l . K e t a h u i l a h , orang

910
yang m e n y u r u h S i u L i m e m b u n t u n g i l e n g a n n y a i t u
b u ka n l a i n a d a l a h . . . . . . . "

"O k - c i a n g k u n s e n d i r i ? " B u K o n g m e m o t o n g t a k
sabar.

"B u ka n , ” g a d i s i t u m e n g g e l e n g . "Ja h a n a m k e p a r a t
y a n g ka u m a k i t a d i b u k a n l a i n a d a l a h d i r i k u
sendiri ! Akulah yang menyuruh Siu Li
membuntungi lengannya sebagai penebus dosa !"

“ Ha h h h . . . . . . . . . ? ? ! ! ? ? "

Kalau ada geledek menggelegar tiba -tiba di


pinggir telinganya agaknya pemuda itu t idak akan
s e ka g e t i n i . Ja w a b a n y a n g d i l u a r d u g a a n i t u
b e n a r - b e n a r m e mb u a t n y a t e r k e j u t b u k a n m a i n
dan Bu Kong sampai mencelat jauh dan
punggungnya menabrak sebatang pohon hingga
roboh.

"Kau. . . . . k a u . . . . . ? ? " B u K o n g m e n u d i n g d a n
telunjuknya menggigil, tubuhnya terhuyung -
huyung melangkah ke depan dengan mata
beringas. Dia memandang gadis in i seperti orang
memandang setan di dalam gelap, penuh
ke m a r a h a n d a n p e n u h k e b e n c i a n . M e m b a y a n g k a n

911
betapa gadis itu menyuruh Siu Li membuntungi
lengannya sebagai penebus dosa, kemarahan
p e m u d a i n i m e m u n c a k . P e n d er i t a a n S i u L i s u d a h
c u ku p b e r a t , d a n m a s i h h a r u s d i t a m b a h l a g i
d e n g a n p e r b u a t a n P e k Ho n g i n i !

"K w a n P e k Ho n g , k a u w a n i t a k e j i ! A d a h a k a p a k a u
menjadi hakim atas diri gad is yang bernasib
malang itu? Tida k cukupkah kesengsaraan yang
dideritanya? Apa yang mendorongmu sampai hati
m e l a ku k a n k e k e j a m a n i n i ? T e r k u t u k ! K a u m a n u s i a
iblis berhati cu las. Karena cemburu kau
m e l a ku k a n p e r b u a t a n i t u . K a u m e n g h a n c u r k a n
hidupnya, kau membelah jantungnya yang sudah
berdarah!"

S e m a ki n l a m a B u K o n g s e m a k i n m e l u a p
ke m a r a h a n n y a d a n t i b a - t i b a p e m u d a i n i m e m e k i k
sambil melompat maju. Tangan kanannya
bergerak menampar dan angin pukulan yang kuat
menyambar gadis itu.

P e k Ho n g b e r d i r i t e r b e l a l a k , w a j a h n y a s e p u c a t
ke r t a s m e n e r i m a c e r c a a n y a n g k a s a r i t u d a n g a d i s
ini mengeluh te rtahan. D ia memang sudah
mempersiapkan diri untuk menghadapi reaksi
pemuda itu, namun toh dia tak kuat juga.
Lontaran kata-kata pedas yang dike luarkan

912
pemuda ini menusuk hatin ya dan membuat
tubuhnya gemetar.

M a ka ke t i k a t a m p a r a n i t u t i b a , g a d i s i n i s a m a
s e ka l i t i d a k m e n o l a k , j u g a t i d a k b e r k e d i p ,
memandang seperti orang kehilangan ingatan.

"P l a kk! "

913
Tamparan ini keras sekali dan kontan tubuh gadis
itu terpelanting roboh. Pipinya seketika bengap
dan bibirnya pecah berdarah.

Bu Kong yang mata gelap itu agakny a menjadi


s e m a ki n b e r i n g a s k e t i k a m e l i h a t d a r a h s e g a r d a n
pemuda ini menggereng sambil menggerakkan
tangannya kembali. Sikapn ya ini mengingatkan
orang akan seekor harimau yang kelaparan dan
ki n i m e l i h a t d a g i n g s e g a r .

Namun, sebelum pukulan kedua kalin ya in i


menyambar, tiba-tiba berkelebat sebuah
bayangan putih yang luar biasa cepatnya.
G e r a ka n b a y a n g a n i n i s e p e r t i i b l i s s a j a , b e g i t u
tiba lalu mendorongkan lengannya perlahan
menahan tamparan pemuda itu, kemudian
melesat ke depan dan menghadang dalam waktu
s e ke j a p s a j a .

A n e h , B u K o n g t i b a - t i b a m e r a s a k a n suatu to l a k a n
tenaga halus yang luar biasa kuatnya menahan
p u ku l a n n y a d a n s e k o n y o n g - k o n y o n g t e l a p a k
tangannya disentuh benda dingin. Sentuhan ini
amat mengejutkan karena tiba -tib a saja seluruh
t e n a g a y a n g s i a p bergetar di tangannya m e n d a d a k
lenyap tak bertenaga lagi!

914
Tentu saja murid Mala ikat Gurun Neraka ini
mencelos. Totokan liha i berupa usapan jari yang
mengandung hawa dingin itu telah melumpuhkan
dirinya dan hebatnya, dia sendiri tidak sempat
melihat wajah b ayangan putih yang berkelebat
seperti iblis itu.

"A h h . . . . . ! " B u K o n g b e r s e r u k a g e t d a n p e m u d a i n i
tertegun. Sentuhan benda dingin tadi bukan
hanya melumpuhkan tenaganya belaka, tetapi
juga sekaligus mendinginkan kemarahannya yang
bergolak. Usapan lembut b erhawa dingin itu
ternyata memiliki kemujijatan lu ar biasa,
menyadarkannya dari hawa nafsu iblis yang
h a m p i r s a j a m e m b u a t n y a s e b u a s b i n a t a n g liar.

D a n p a d a saat p e m u d a i n i b e n g o n g di t e m p a t n y a ,
terdengarlah suara halus di balik sebatang
pohon, "Y a p - g o a n s w e , kemarahan tanpa
perhitungan adalah kesesatan. Melupakan budi
mengingat kesalahan adalah kemurtadan.
Bagaimana kau hendak membunuh orang yang
telah menolongmu dari tangan maut? Anak muda,
sadarlah. Usir segala benci dan dendam di
h a t i m u . Ja u h k a n s e g a l a k e d e n g k i a n d a n t a n a m l a h
segala kebaikan. Apa yang terjadi adalah
ke h e n d a k Y a n g M a h a K u a s a , b a g a i m a n a k a u a k a n
menolaknya?"

915
Tiba-tiba di samping pohon tadi muncul seorang
b e r p a ka i a n p u t i h y a n g w a j a h n y a t e r t u t u p
halimun. Bu Kong terkejut dan dia memandang
manusia luar biasa itu dengan mat a terbuka lebar
d a n p e n u h t a n d a t a n y a , a k a n t e t a p i P e k Ho n g
yang melihat kehadiran orang ini sudah cepat
menjatuhkan diri berlutut sambil menangis
tersedu-sedu.

(Bersambung jilid ke V.)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 14

916
917
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 15

“SlAN-SU, kenapa kaucegah perbuatannya?


Kenapa kaubiarkan teecu hidup menderita
sengsara? Biarlah teecu dibunuhnya, biarlah
t e e c u m a t i d i t a n g a n n y a ! Hu h - h u h - h u k k . . . . . . . ! "
gadis ini mengguguk dengan pundak berguncang -
guncang.

Bu-beng Sian-su, pendatang ini, melangkah maju


dengan mulut tersenyum ramah. Disentuhnya
pundak gadis itu dengan lembut, lalu
terdengarlah kata -katan ya yang halus perlahan,
"N o n a , T u h a n b e l u m m e n g h e n d a k i k a u k e m b a l i
ke p a d a N y a , b a g a i m a n a e n g k a u i n g i n m a t i ? T i d a k ,
a n a k m a n i s , t i d a k m u n g k i n . He n t i k a n l a h t a n g i s m u
i n i d a n l i h a t l a h d u n i a d e n g a n m a t a t e r a n g . Hi d u p
adalah seperti ini, suka -duka silih berganti.
Kenapa harus tenggelam dalam kesedihan?"

918
K a ke k s a k t i i t u m e n e p u k - n e p u k p e r l a h a n p u n d a k
P e k Ho n g m e m b e r i k a n h i b u r a n n y a , l a l u m a n u s i a
dewa ini menoleh ke arah Bu Kong dan murid
M a l a i ka t G u r u n N e r a k a i t u t e r k e s i a p . B e g i t u
ka ke k i n i m e n o l e h , d u a s o r o t c a h a y a p u t i h
menembus kabut halimun dan tanpa terasa dia
b e r s e r u t er t a h a n .

"A h h . . . . . . ! " B u Kong m e l a n g k a h m u n d u r d a n


p e m u d a i n i b e n a r - b e n a r t e r k e j u t sekali. B a r u
d i p a n d a n g b e g i t u s a j a d i a sudah kaget, apalagi k a l a u
ka ke k i n i m e n y e r a n g ! D i a m -diam B u Kong t er g e t a r
d a n d i a teringat a k a n ceritera Pek Hong t e n t a n g s e o r a n g
m a n u s i a d e w a y a n g telah m e n o l o n g n y a k e l u a r d a r i
ko t a r a j a . Tanpa munculn y a k a k e k i n i , demikian menurut
Pek Hong, k e m u n g k i n a n l o l o s d a r i k o t a r a j a yang
terkepung r i b u a n p er a j ur i t W u a d a l a h t i p i s s e k a l i .
Untunglah k a k e k s a k t i i t u d a t a n g d a l a m s a a t yang tepat
s e h i n g g a m e r e k a s e m u a d a p a t k e l u a r dengan
selamat.

M a ka b e g i t u m a n u s i a d e w a i n i m e m a n d a n g n y a ,
B u K o n g c e p a t m e n j a t u h k a n d i r i berlutut s a m b i l
menundukkan mukanya. "L o c i a n p w e , mohon
d i m a a f ka n s e g a l a k e s a l a h a n t e e c u y a n g tidak dapat
m e n a h a n d i r i . A p a k a h b e n a r l o c i a n p w e ini B u -beng
Sian- s u y a n g t e l a h m e n o l o n g t e e c u d a r i kota raja W u
b e b e r a p a w a k t u y a n g l a l u ? K a l a u benar, d i s i n i

919
t e e c u m e n g h a t u r k a n b a n y a k t e r i m a k a s i h atas budi
Sian-su yang sebesar gunung!"

K a ke k i t u t e r k e k e h lembut. "A n a k muda, d e m i k i a n


ku a t n y a k a u t e r i k a t o l e h b u d i , d a n agakn y a
d e m i ki a n k u a t pula e n g k a u t e r i k a t o l e h dendam. A h h ,
s u n g g u h sayang. . . . . " B u b e n g S i a n - s u mengh e l a
n a p a s l a l u m e l a n j u t k a n k a t a - k a t a n y a l a g i , "A k a n
tetapi, kebanya kan manusia memang harus
mengalami seperti apa yang kaurasakan. Ini agaknya sudah menjadi
kodrat Alam, siapa m a m p u mencegah? Yap-goanswe, ucapan terima
kasihmu terhadapku kulihat agak berat sebelah, ketahuilah bahwa
bukan aku saja yang menolongmu dari tawanan musuh, akan tetapi
masih banyak orang lain. Dan diantaranya adalah gadis ini ! Kenapa
terhadapku bersikap sedemikian hormat sedangkan terhadap gadis ini
kau bersikap berlawanan? B i jaksanakah perbuatanmu ini? Sudah
layakkah sikapmu ini?"

Teguran B u -beng Sian-su itu seperti anak panah y a n g menancap di


jantung, membuat pemuda ini merah mukanya tak mampu menjawab.
Kepalanya semakin tunduk ke b a w a h seperti jago aduan y a n g baru
saja kalah dan terkulai lehernya tanpa daya.

"Nah, inilah bukti bahwa kau terikat kuat oleh budi dan dendam.
Ketahuilah anak muda, semua yang terjadi adalah kehendak Yang Maha
Kuasa. Apa yang dikehendaki terjadilah, dan apa yang tidak dikehendaki
tidak mungkin terjadi. Kita manusia harus merasakan benar tentang
hukum Alam ini agar kita dapat menerimanya dengan pikiran t e t a p

920
jernih. Karena sekali kegelapan menguasai kita, tersesatlah perbuatan-
perbuatan yang kita lakukan. Contohnya adalah d i r i m u ini. Nona itu
telah menolongmu mati-matian, menyelamatkanmu d a r i i s t a n a
Cheng-gan Sianjin, membawamu ke pada Dewa
Monyet, menceritakan semua rahasia -rahasia
tersembunyi yang belum dapat kaupecah kan, dan
apa bala sanmu? Makian dan t amparan! Ah, anak
muda yang gagah perkas a, di man akah liang -sim
(rasa budi)-mu itu? Bagaimana t anggapan gurumu
ka l a u d i a m e n g e t a h u i a p a y a n g k a u l a k u k a n i n i ?
lngatlah, tanpa usaha mati -matian dari gadis itu
e n g ka u t e n t u s u d a h k e m b a l i k e a l a m a s a l . B u d i
nona ini jauh lebih besar daripada budi yang
ku l e p a s k a n . M a k a t i d a k s e p a t u t n y a a p a b i l a
e n g ka u m e m b a l a s n y a s e p e r t i i t u . "

"S i a n - s u , m a a f k a n s e m u a k e s a l a h a n - k e s a l a h a n
teecu.....” Bu Kong membenturkan jidatnya di
atas tanah dan berka ta deng an suara gemetar.

"Hm m , p e r m i n t a a n m a a f i t u s e b e n a r n y a a d a l a h
ke s o p a n a n t e r l a m b a t . D a p a t k a h m e n g e m b a l i k a n
ke a d a a n s e p e r t i s e m u l a ? A n a k m u d a , k e m b a l i d i
s i n i ka u m e l a k u k a n k e s a l a h a n . K a u m i n t a m a a f
u n t u k ke s a l a h a n m u , a k a n t e t a p i b e r b a r e n g j u g a
m e l a ku k a n k e s a l a h a n l a g i . K a l a u b e g i n i , a p a
bedanya itu?"

921
Bu Kong terkejut, mengangkat mukanya dan
memandang kakek itu dengan mata terbela lak.
"S i a n - s u , k e s a l a h a n a p a l a g i y a n g t e e c u p e r b u a t ?
Kalau teecu tida k boleh mint a maaf, lalu s ikap
apa yang harus teecu ambil? Ka ta-kata apa yang
harus teecu katakan?"

Bu-beng Sian-su melangkah maju, dengan suara


ke r e n ka k e k i n i m e n j a w a b , "O r a n g m u d a , a p a k a h
ka u t e l a h m e r a s a b e r b u a t s e s u a t u k e s a l a h a n
terhadapku? Apakah engkau telah bersikap tidak
pantas terhadapku?"

Bu Kong memandan g dan mengingat -ingat, lalu


m e n g g e l e n g k a n k e p a l a n y a . "S e i n g a t t e e c u , t e e c u
tidak merasa melaku kan kesa lahan apapun
terhadap Sian -su. Bukankah kita baru pertama
ka l i i n i b e r j u m p a ? B a g a i m a n a t e e c u t e l a h m e l a k u -
ka n s e s u a t u k e s a l a h a n i t u ? "

"N a h , ka l a u s u d a h t a h u b e g i t u , m e n g a p a m i n t a
maaf terhadapku? Kepada siapa kah sebenarnya
ucapan maaf ini ditujukan?”

Pemuda ini terkejut dan seketika dia tahu


"ke s a l a h a n " a p a y a n g d i m a k s u d k a n o l e h k a k e k
dewa itu. D ia telah bersikap t idak pantas
t e r h a d a p P e k Ho n g , k e n a p a s e k a r a n g m i n t a m a a f

922
ke p a d a B u - b e n g S i a n - s u ? S e b a g a i p e m u d a y a n g
m e n j u n j un g t i n g g i k e g a g a h a n s e r t a k e j u j u r a n ,
cepat pemuda ini mengerti teguran kakek itu.

"L o c i a n p w e , t e r i m a k a s i h a t a s n a s e h a t i n i d a n
s e ka r a n g t e e c u t a h u a p a k e s a l a h a n i t u , " B u K o n g
b a n g ki t b e r d i r i , l a l u m e n g h a m p i r i P e k Ho n g y a n g
b e r d i r i m em a n d a n g n y a d e n g a n a i r m u k a p u c a t
itu.

"Ho n g - m o i , " p e m u d a i n i m e n j a t u h k a n d i r i
berlutut dan berkata dengan suara menggetar,
"a ku s a d a r a t a s s e m u a k e s a l a h a n y a n g t e l a h
ku l a ku k a n t e rhadapmu i n i . A k u p e m u d a y a n g t a k
tahu diri, membalas b u d i dengan benci.
M a a f ka n l a h . . . . " B u K o n g l a l u membentur- b e n t u r k a n
dahinya sebanyak tujuh kali di at as tanah.

P e k Ho n g t i d a k m e n j a w a b , j u g a t i d a k m e nengok.
Ha t i n y a masih t e r l a m p a u s a k i t d a n n y e r i menerima
ke n y a t a a n i n i , m e l i h a t b e t a p a Y a p - goanswe
agaknya t i d a k d a p a t m e l u p a k a n S i u L i d a n t e g a
menamparnya. K e n y a t a a n i n i j e l a s menunjukkan
bahwa d i d a l a m h a t i p e m u d a i t u , c i n t a k a s i h B u
K o n g t e t a p d i j a t u h k a n t e r h a d a p S i u L i d a n kepada
dirinya p e m u d a i n i h a n y a mempun y a i sekedar rasa
s u ka d a n i k a t a n b u d i b e l a k a .

923
P e k Ho n g s e p e r t i d i r e m a s p er a s a a n n y a d a n
j a n t u n g n y a t e r t u s u k . K e d u k a a n b e s a r menghimpit
batinnya dan gadis ini mengeluh dengan tubuh
menggigil. Perlahan -lahan air mata kembali
memen u h i mukanya d a n p a n d a n g a n n y a k e d e p a n
m e n j a d i b u r a m , s u r a m dan...

"O o h h h . . ! " P e k Ho n g m e n j e r i t d a n m e m b a l i k k a n
tubuh, lari meninggalkan tempat itu dengan hati
hancur.

"Ho n g - m o i . . . . . ! " B u K o n g b e r s e r u d a n m e l o m p a t
bangun, akan tetapi gadis itu sama sekali t idak
mau menoleh dan lenyap di kegelapa n malam.

Bu Kong termangu -mangu dan berdiri dengan


mata terbelalak, henda k mengejar namun tiba -
tiba teringat kepad a Bu -beng Sian-su. Maka dia
memutar tubuh untuk minta nasihat manusia
dewa itu, akan tetapi... ... ternyat a kakek sa kti ini
pun juga sudah tidak ada d i situ lagi!

"A h h . . . . . ! " s e j e n a k b e k a s j e n d e r a l m u d a i n i
tertegun, dan akhirnya menarik napas berat.
Perasaannya tidak karuan, kedukaan dan
ke ke s a l a n m e n i n d i h b a t i n n y a . D i a m e r a s a t i d a k
e n a k s e k a l i t e r h a d a p m u r i d T a B h o k Hw e s i o y a n g
telah berkali- kali menolongnya itu, akan tetapi

924
ka l a u t e r i n g a t b e t a p a P e k Ho n g y a n g m e n j a d i
b i a n g ke l a d i b u n t u n g n y a l e n g a n S i u L i , p e m u d a
ini tidak tahu lagi apa kah kemarahannya
terhadap gadis itu benar -benar sudah lenyap dari
lubuk hatinya.

P e m u d a i n i t e r m e n un g , m e m a n d a n g s e k i t a r
dengan perasaan kosong. Malam semakin gelap
dan bulan di langit pekat tampak penuh bersinar -
sinar. Betapa bedanya dia dengan bulan itu. Kalau
dia berwajah muram adalah sang bulan bersinar
cemerlang. Keadaannya lebih mirip dengan
ke a d a a n s a n g m a l a m , d e m i k i a n s u n y i d a n g e l a p ,
penuh kehampaan.

Bulan, bahagiakah engkau? Agaknya begitulah,


t e r b u kt i d a r i s e n y u m n y a y a n g p e n u h t a w a d i
langit sana. Cahayan ya yang kuning keemasan
membuat sang dewi bulan tampak demikian
cantik dan anggun, ayu mempesona.

Memandang sang dewi bulan ini tiba -tiba


teringatlah dia akan pertemuannya dengan Siu Li
dahulu. Betapa pada saat bulan seperti inilah dia
membuka isi h atinya dan menikmat i c inta kasih
yang syahdu diantara mereka berdua, betapa
pada saat s ang dewi bulan sep erti inilah dia untuk

925
pertama kalinya merasakan lembutnya cinta dan
halusnya bibir yang merah membasah.

Berasyik-masyuk pada saat bulan purnama


seperti ini sungguh amat mengesankan.
Semuanya serba indah, semuanya serba
mempesona. Daun -daun pohon bergesek lirih
s e a ka n b e r c u m b u , r u m p u t - r u m p u t m e l a m b a i
s e a ka n m e n g a j a k s e m u a n y a u n t u k b e r s a n t a i .
Bulan, engkau teman untuk bercinta, pelengkap
suasana yang indah mesra. Sinarmu membuat
w a j a h ke k a s i h t a m p a k j e l i t a d a n r u p a w a n , p e n u h
daya t arik yang menggai rahkan. Pengobar cinta
pembangkit berahi remaja ! Akan tetapi
s e ka r a n g ? B u K o n g m e n g e l u h . B u l a n j u g a m a s i h
yang dulu, tidak berobah. Bulan juga masih
memberikan senyumnya kepada setiap orang,
t i d a k b e r b e d a . Ha n y a k e a d a a n n y a y a n g b e r o b a h ,
dia yang ber beda.

"L i - m o i . . . . ” t e r i n g a t k e p a d a k e k a s i h n y a y a n g
buntung lengan kirinya itu membuat jantung pe -
muda ini seperti diremas, hatinya tersayat -s ayat,
bibirnya gemetar dan Bu Kong menggigil sambil
memejamkan matanya.

Betapa hebat penderitaan kekasihnya itu, dia


dapat membayangkan. Betapa sengsara dan

926
merana hati kekasihnya itu, dia dapat
menggambarkan. Semuanya ini ganti -berganti
muncul di kelopak matan ya. Dia t ahu, walaupun
gadis itu berusaha untuk menutupinya, betapa
cinta kasih di d alam hati kekasihnya terhadap
dirinya masih tetap seperti dulu, masih sama
dengan keadaan sang dewi bulan, masih lembut
dan halus menyentuh perasaan.

Ha l i n i d a p a t d i r a s a k a n n y a k e t i k a t a d i d i a
memeluk gadis itu, mendekapnya penuh kasih
sayang dan rindu yang ditahan. Betapa gadis itu
menggigil, betapa gadis itu mengeluh panjang
p e n d e k d a n m e r i n t i h s e p er t i p a d a n g t a n d u s y a n g
b u tu h a i r h u j a n , s e p e r t i l a d a n g y a n g m i n t a
disuburkan. Dan pada saat yang membuat
semangatnya seakan melayang di sorga ke tujuh
inilah tiba-t iba gadis itu berontak, me renggut
lepas dirinya dari pelu kan serta dekapann ya.

Dan ini dila kukan Siu Li karena kekas ihnya itu


melihat sepasang mata lain sedang
memandangnya berapi -api, mat a yang penuh iri
d a n c e m b u r u , m a t a P e k Ho n g murid tunggal
hwesio Tibet itu !

B e r a l i h k e p a d a b a y a n g a n m u r i d T a B h o k Hw e s i o
i t u ke m b a l i p e r a s a a n B u K o n g t e r g u n c a n g . D i a

927
tahu bahwa dia telah menerima budi yang tidak
s e d i ki t d a r i g a d i s i n i , g a d i s m a n i s y a n g s e j a k d u l u
m e n a r u h h a t i k e p a d a n y a . K a l a u s a j a d i sana t i d a k
ada Siu Li, agaknya tida k sukar bag inya untuk
menerima uluran cinta gad is itu. Akan tetapi
s a y a n g g a d i s i t u t e r l a m b a t dan d i a t e l a h
menjatuhkan cinta kasihnya kepada Siu L i. Mana
m u n g ki n d i a h a r u s m e m b a g i c i n t a n y a ?

Bicara t e r u s t e r a n g , d i a m e m a n g s u k a k e p a d a
m u r i d T a B h o k Hw e s i o y a n g l i n c a h j e n a k a i t u . T a p i
p e r a s a a n s u k a n y a i t u adalah t e r b a t a s d a l a m
h u b u n g a n kakak b e r a d i k , s e k a l i - k a l i b u k a n s e b a g a i
h u b u n g a n a n t a r a p r i a d a n w a n i t a . M a k a t e n t u saja
d i a m a k l u m betapa p a h i t k e n y a t a a n y a n g h a r u s
dihadapi gadis itu.

K a l a u s u d a h b e g i n i , l a l u apa y a n g h a r u s
d i l a ku k a n n y a ? B u K o n g m e n g g i g i t bibirnya,
m e n g e r a s k a n h a t i n y a dan berbi s i k p e r l a h a n ,
"Ho n g - m o i , h a r a p k a u m a a f k an a k u . B i a r l a h s e g a l a
budimu yang kuterima ini kelak akan kuba yar di
l a i n j e l m a a n . A k u t i d a k dapat m e n c i n t a w a n i t a l a i n
ke c u a l i S i u L i . Ha n y a k e m a t i a n l a h yang d a p a t
memisahkan kami ! "

Pemuda itu mengepal tinju, mengusap air


matanya dengan kepalan d an memandang bulan

928
d i a t a s s a n a , b e r k e m a k - k e m i k , "B u l a n , k a u
m e n j a d i saksi s u m p a h k u . A k u t i d a k d a p a t
mencintai wanita lain kecua li Siu Li. Ka la u gadis
itu mau menjadi isteriku, setiap rintangan akan
ku t e n t a n g . A k a n t e t a p i k a l a u d i a t i d a k m a u , a k u
tidak a ka n m e n i k a h s e u m u r h i d u p ! D a n s e l a m a
g a d i s i t u m a s i h h i d u p d i d u n i a , aku b e r s u m p a h
untuk menjauhkan diri dari belenggu asmara!"

Setelah berkata demikian, pemuda itu lalu


m e l o m p a t d a n b e r l a r i k e a r a h t i m u r . Ar a h i n i l a h
yang t a d i d i a m b i l S i u L i , m a k a d i a h e n d a k m e -
ngejar gadis itu. Keputusannya sudah bulat, dia
hendak bertanya kepada g adis itu apa kah cinta
kasih diant ara mereka dapa t diteruskan a taukah
t i d a k. K a l a u t i d a k , d i a a k a n m e n j a u h k a n d i r i d a r i
d u n i a r a m a i , m e n j a u h k a n d i r i d ar i l i k a - l i k u
asmara yang membuatnya sengsara. Tapi tentu
saja semuanya in i baru dilaksana kan apabila dia
telah membuat perhitungan dengan Cheng -gan
Sian-jin dan sekutu -sekutunya.

Begitu pemuda ini pergi, seseorang muncul di


tempat itu sambil menggeleng -gelengkan
ke p a l a n y a b e r u l a n g k a l i . O r a n g i n i s u d a h s e j a k
tadi mengintai dan ket ika mendengar sumpah
b e ka s j e n d e r a l m u d a i t u , o r a n g i n i m e n a r i k n a p a s
panjang.

929
"Y a p - g o a n s w e , k e m b a l i k a u m e n d e k a t k a n d i r i
dengan penderitaan. Kalau sudah begini,
bagaimana engkau dapat mengenyam
ke b a h a g i a a n ? A h , a n a k m u d a b e r n a s i b m a l a n g ,
mudah-mudahan cobaan hidup yang bertubi -tubi
i t u a ka n m e m b u a t m u s e m a k i n m a t a n g d a n k e l a k
tidak tergesa-gesa mengambil keputusan.
Sayang, emas di tangan sendiri masih mencari -
cari tembaga di luar..... "

Orang ini bergumam perlahan dan setelah


memandang bulan yang masih tetap tersenyum
berseri-seri itu, dia berkelebat dan len yap dari
tempat itu, menuju ke timur dengan gerakan
secepat iblis. Yang nampak hanyalah paka iannya
yang putih salju itu dan dipandang sepintas lalu,
dia bagaikan h antu yang sedang terbang di
p e r m u ka a n b u m i u n t u k m e n c a r i m a n g s a .

***

Gadis itu berlari cepat s ambil menahan isa knya.


Wajahnya pucat, air mata memenuhi mukanya
d a n g a d i s i n i m e n g g i g i t b i b i r k u a t -kuat a g a r
tangisnya tid ak meledak.

Dan lengan kirinya yang buntung itu mudah bagi


ki t a u n t u k m e n e b a k s i a p a k i r a n y a g a d i s c a n t i k i n i .

930
D i a b u ka n lain a d a l a h S i u L i , p u t e r i P a n g l i m a O k
y a n g b aru sa j a m e n i n g g a l k a n B u k i t K a y u M e r a h
dengan hati hancur.

Pertemuannya dengan Bu Kong di kaki bukit itu


m e r e m a s - r em a s p e r a s a a n n y a . M e s k i p u n d i a t e l a h
b e r s i ka p k e r a s d a n b e r p u r a - p u r a m e m b e n c i
pemuda itu sebagai musuh besar ayahnya, akan
tetapi dia tetap tida k dapat menyembunyikan
perasaan hatinya sendiri.

Betapa ketika dia menerima pelukan serta


d e ka p a n y a n g p e n u h g e t a r a n k a s i h s a y a n g d a r i
pemuda itu dia mengeluh bahagia. Betapa dia
seperti merasakan embun cinta kasih yang jatuh
di atas tan ah kering, betapa ia gemetar dan
menggigil hampir lumpuh.

Semuanya ini menunjukkan bahwa dia tidak dapat


melupakan ke kasihnya itu begitu saja. Tidak
dapat melenyapkan kenangan manis yang pernah
m e r e ka n i k m a t i d a h u l u d i w a k t u b u l a n p u r n a m a .

Kini Bukit Ang bhok-san telah jauh


ditinggalkann ya Siu Li merasa dadanya sesak,
napasnya megap -megap. Sebuah hutan di
depannya tampak gelap kehitaman, seperti
r a ks a s a s e d a n g t i d u r . P o h o n - p o h o n b e s a r y a n g

931
memenuhi hutan ini memantulkan cahaya
ke e m a s a n d a r i s a n g d e w i b u l a n , d a u n - d a u n n y a
ku n i n g b e r k i l a u a n , b e r g e r a k - g e r a k d i u s a p a n g i n
malam yang berhembus perlahan.

Kalau orang melihat siraman cahaya yang merata


di atas pohon -pohon besar yang kuning keemasan
itu, pasti mereka a kan ta kjub dan me mandang
terbelalak. Betapa indahnya pemandangan ini,
betapa mempesona. Akan tetapi, kalau orang
menjatuhkan pandangannya ke lorong -lorong
yang gelap gulita diantara pohon -pohon besar
yang ta k terjangkau sinar bulan purnama itu,
m e r e ka p a s t i a k a n m e r a s a s e r a m .

Bagian bawah hutan ini gelap sek ali. Daun-daun


pohon raksasa yang rimbun dan lebat
menghalangi sorotan cahaya kuning dan sang
dewi bulan sehingga keada an di bawah itu
mengandung suasana menyeramkan. Apalagi
ke t i ka t e r d e n g a r s u a r a - s u a r a a n e h d i k e g e l a p a n
itu, suara mendesis at au berkerata k, suara
seperti setan yang sedang berjalan dan menginjak
daun-daun kering, sung guh semuanya ini
membuat bulu tengkuk meremang.

A ka n t e t a p i S i u L i t i d a k m e m p e r d u l i k a n s e m u a n y a
itu. Kedukaan dan kekecewaan terlampau hebat

932
d i r a s a ka n n y a s e h i n g g a u n t u k u r u s a n m a t i h i d u p
a g a kn y a g a d i s i n i s u d a h t i d a k p e r d u l i l a g i . D i a
mempercepat larinya, napasnya semakin
terengah-engah dan dadanya semakin terasa
s e s a k. T a n g i s y a n g d i t a h a n - t a h a n m e m b u a t g a d i s
itu hampir pingsan dan ka kinya gemetar
terhuyung-huyung melangkah ke depan.

Dia memang tidak mau menangis di sembarang


tempat. Dia mau menangis di dalam hut an yang
gelap itu, tersembunyi dan jauh dari orang lain
yang mungkin mendengarnya.

M a ka b e g i t u k a k i n y a s a m p a i d i m u l u t h u t a n y a n g
gelap gulita ini, Siu Li terus menerobo s masuk
d a n ka r e n a m a t a n y a s e k a r a n g t i d a k d a p a t
memandang apa-apa lagi di depan, akhirnya dia
menabrak sebatang pohon yang berdiri kokoh
seperti seorang raksasa yang sedang berjaga di
pintu gerbang sebuah istana.

"B r e s s … ! " g a d i s i t u m e n g e l u h d a n t e r s un g k u r
roboh, menelungkup sambil memeluk batang
pohon tua ini dengan air mata bercucuran.

Sejenak matanya nanar dan membiarkan


tubuhnya menelungkup di bawah pohon itu, lalu
gadis ini menangis tersedu-sedu. Setelah kini

933
mendapat tempat untuk menyalurkan himpitan
batinnya, pecahlah t angisnya yang mengguguk
dan meledak-ledak.

"Y a p - ko k o . . . . . . a d u h , Yap -koko......jangan


tinggalkan aku sendirian menderita begini..... aku
tidak kuat menahan.. ... aku t idak kuat
menahan.....aduh Thian Yang Maha Kuasa,
mengapa nasibku demikian buruk........ .?
Mengapa tidak Kaucabut saja nyawa hamba ag ar
terlepas dari semua kesengsaraan ini? Yap -koko,
jangan tinggalkan aku....jangan t inggalkan aku,
ohhh......!"

Gadis itu menjerit histeris dan mencengkeram


a ka r p o h o n d e n g a n m u l u t m e n y e r i n g a i . T a r i k a n
mulutnya dan wajahnya yang sepucat wajah
mayat ini membayangkan betapa hebat
penderitaan batin. Siapapun juga pa sti akan
mencucurkan air mata melihat keadaan gadis
cantik yang buntung lengan kirinya ini.

Dan j e r i t n y a yang m e n i n g g i i t u m enambah s u a s a n a


h u t a n s e m a k i n m e n y e r a m k a n . Je r i t ini s e a k a n -
a ka n j e r i t k u n t i l a n a k y a n g d i b a k a r a p i n e r a k a ,
atau mirip juga dengan jerit seorang ibu yang
sedang melahirkan anaknya. Penuh kenyerian,
penuh kepedihan dan penuh penderitaan.

934
Siapapun j uga yang melihat keadaan puteri
Panglima Ok ini pasti a kan hancur hatinya,
b a h ka n s e o r a n g y a n g b e r h a t i s e k e r a s b a j a
s e ka l i p u n a k a n m e n j a d i b a s a h m a t a n y a .

Siu Li menegang, matanya terbelalak. Gadis ini


sedang berada dalam puncak tertinggi masa
ke s e n g s a r a a n n y a , d a n k e a d a a n m a c a m i n i b a g i
seorang manusia adalah amat berbahaya sekali.
Dapat membuat urat syaraf pec ah dan katup
j a n t u n g b e r h e n t i b e r d en y u t !

Kesedihan dan kepedihan bergolak di dalam


hatinya, a ir mata seperti dikuras, membanjir
l a ks a n a b e n d u n g a n j e b o l . S i u L i m e r i n t i h - r i n t i h ,
m e n g e r a n g d a n b er g u l i n g a n d i a t a s t a n a h . “ Y a p -
ko ko , dimanakah kau kini.....? D atanglah
ke ka s i h k u . . . . . . d a t a n g l a h s a y a n g . . . . . . a k u rindu
s e ka l i k e p a d a m u . . . a k u i n g i n s e k a l i l a g i m e l i h a t
wajahmu sebelum ajalku tiba. Oh, Dewi Welas
Asih, suruhlah dia dat ang kemari..... .aku t idak
ku a t . . . . a k u i n g i n m a t i . . . . a k u i n g i n m a t i d i
p e l u ka n n y a . Y a p - k o k o , d i m a n a k a h e n g k a u . . . . ? ”

G a d i s i t u m e n g e l u h d a n t i b a - t i b a , s e p e r t i or a n g
ka g e t , m e n d a d a k S i u L i m e l o m p a t b a n g u n . D i a
memandang batang raks asa itu dengan mata
t e r b e l a l a k , b i b i r n y a g e m e t a r , "O h , D e w i W e l a s

935
Asih, jangan......jangan panggil dia
ke m a r i . . . . . t i d a k . . . . . t i d a k . . . . . a k u t i d a k m a u . D i a
telah hidup bahagia bersama calon isterinya,
ke n a p a a k u h e n d a k m e n g g a n g g u k e b a h a g i a a n
m e r e ka ? A d i k Ho n g j a u h l e b i h p a n t a s b e r a d a d i
sampingnya daripada a ku an ak seorang yang
berwatak kotor ini. Thian Yang Maha Agung,
biarlah mereka hidup baha gia..... biarlah.. ... aku
rela.....oh, kekas ihku sa yang, selamat tmggal......
sampai jumpa kelak di alam sana.....Yap -
k o ko . . . . . . ! "

Siu Li melengking nyaring dan t iba -tiba gadis ini


menubruk ke depan, membenturkan kepa lanya ke
batang pohon itu. D ia te lah mengambil keputusan
n e ka t , y a k n i h e n d a k m e m b u n u h d i r i d e n g a n j a l a n
memecahkan kepalan ya di pohon raks asa itu!

Dan pada saat yang menentukan inilah tiba -tiba


dari mulut hutan berkelebat sesosok bayangan
tinggi besar. Bayangan ini bukan lain adalah Bu
Kong sendiri yang tadi mendengar jerit Siu Li yang
p e r t a m a k a l i n y a . Je r i t i n i l a h y a n g m e n u n t u n
pemuda itu dan tentu saja dengan hati g irang dia
lalu menuju ke tempat in i dengan jantung
berdebar tegang.

936
D a n ke t i k a d i a s a m p a i d i m u l u t h u t a n , B u K o n g
dengan jelas mendengar semua kata - kata gadis
itu dan tentu saja dia merasa seperti diremas -
remas perasaannya. Suasana hutan yang sunyi
membuat suara kekasihnya ini tertangkap jelas,
dan dia terkesiap sekali ketika mendengar
l e n g ki n g S i u L i y a n g m e m a n g g i l n a m a n y a i t u .

"L i - m o i , t a h a n . . . . . . ! " p e m u d a i n i b e r t e r i a k p a r a u
dan seperti burung rajawali menyambar mangsa,
tubuhnya terbang ke depan de ngan kecepatan
ki l a t .

Siu Li kaget bukan main mendengar bentak an itu,


namun semuanya sudah terlambat. Dia t idak
dapat mengendalikan diri, hanya kejutan yang
dialaminya membuat tenaganya sedikit tertahan.

"D u kk! " b a t a n g p o h o n i t u s u d a h d i t u m b u k n y a d a n


gadis ini t idak ingat apa - apa lag i, roboh terkapar
mandi darah.

B u K o n g b e r s er u t e r t a h a n , w a j a h n y a p u c a t d a n
diam-diam pemuda ini hanya berharap mudah -
mudahan pukulan jarak jauhnya tadi dapat
mengurangi benturan yang nekat dilaku kan ke -
ka s i h n y a i t u .

937
M a ka d e n g a n c e p a t d i a m e l o m p a t m a j u , b e r l u t u t
di samping tubuh yang kepalanya penuh
berlumuran darah itu. Sedetik semangatnya
s e a ka n t e r b a n g m e l a y a n g , a k a n t e t a p i s e t e l a h d i a
m e m e r i k s a seksama, t e r n y a t a h a n y a k u l i t d a h i g a d i s
itu sajalah yang terluka. Tengkorak kep a lanya
tidak ada yang retak dan tentu saja kenyata an ini
melegakan hatinya.

Bu Kong lalu mengeluarkan saputangannya,


merobek ujung bajunya dan membalut luka itu
untuk menghentikan mengalirnya darah.
Kemudian pemuda ini menotok empat jalan darah
penting di tengkuk untuk menenangkan
guncangan syaraf kepa la dan setelah itu dia
mencari air agar ke kas ihnya ini cepat sad ar.

Tidak berapa lama kemudian, Siu Li mengeluh


perlahan, bulu mata bergerak -gerak dan akhirnya
ke l o p a k m a t a n y a i t u p u n t e r b u k a . M u l a - m u l a y a n g
dilhatnya ada lah daun -daun pohon raksasa yang
hijau gelap itu, lalu sedikit cahaya s i n a r bulan
yang menyorot di celah -celah dedaunan yang
rimbun.

Sejenak gadis ini membiarkan mat anya me nikmati


semuanya itu, pemandangan aneh yang b e l u m
pernah disaksikannya. Sorot sinar bulan yang

938
ku n i n g k e e m a s a n d i c e l a h - c e l a h d e d a u n a n y a n g
hijau gelap sungguh merupakan pemandangan
yang luar bia sa. Kesejukan dan kedamaian yang
h e n i n g t e r d a p a t d i s i t u , m em b u a t p er a s a a n
tenteram dan aman, penuh kebahagiaan.

I n i ka h s o r g a s e p e r t i y a n g d i s e b u t o r a n g - or a n g di
dunia itu? Kalau begitu, beginikah rasanya orang mati yang
masuk sorga itu? Siu Li terbelalak dan gadis ini menjadi
bengong.

"Li-moi......" tiba-tiba suara yang halus penuh perasaan


menyadarkan Siu Li dan gadis ini terkejut. Otomatis dia
menoleh ke sebelah kanannya dan mata yang tadi terbelalak
itu kini terbuka lebar.

"Yap-koko.........!" gadis itu berseru dan terisak lalu menubruk


kekasihnya ini penuh kebahagiaan. "Sudah matikah kita ini?
Beginikah sorga yang digambarkan orang banyak itu? Ah,
koko, aku ingin menikmatinya terus, aku ingin berada di
sampingmu selamanya! Jangan tinggalkan aku lagi,
koko.......jangan biarkan aku merana sendirian lagi. Aku ingin
tinggal di sorga ini, tidak mau kembali lagi ke dunia yang fana
itu. Koko, kenapa kau menyusulku kemari ? Dan.....ehh,
kenapa rohmu masih memakai baju ?! Yap-koko...!"

Siu Li berteriak kaget dan seketika gadis ini melompat bangun.


Sepasang mata yang tadi bersinar-sinar penuh kebahagiaan

939
karena mengira bahwa dia sudah berada di alam baka
ditemani kekasihnya itu sekarang berkedip-kedip cemas. Mata
yang jeli itu berputar, memandang Bu Kong seperti
memandang setan, menjelajahi pakaiannya, sepatunya, dan
akhirnya melekat di baju bagian dada yang penuh darah.

"Ohh.......!” Siu Li memekik tertahan dan mendekap mulutnya


dengan tangan kanannya, lalu memandang keadaan dirinya
sendiri, memandang pakaiannya yang juga penuh darah dan
akhirnya memandang lengan kirinya yang buntung.

Semakin lama gadis ini tampak semakin terkejut dan


kegelisahan membayang di air mukanya. Dengan tubuh
menggigil dan kaki gemetar Siu Li mengangkat tangan
kanannya, lalu perlahan-lahan mencubit pangkal lengan
kirinya yang buntung.

Menurut cerita yang didengar, kalau s e s e orang telah mati


maka tidak ada lagi rasa sakit jasmani bagi roh yang telah
meninggal. Dan kini untuk membuktikan apakah dirinya sudah
mati atau belum, Siu Li lalu mencubit pangkal lengannya itu
kuat-kuat, dan......

"Aduhh.....!" gadis ini menjerit dengan wajah pucat.


Cubitannya terasa sakit sekali dan ketika dia memandang,
ternyata kulit dagingnya biru kehitaman! Jadi dengan adanya
bukti ini, jelaslah sudah bahwa dia masih hidup di dunia, bukan
di sorga seperti apa yang dirasakannya!

940
"Ahh....." Siu Li terhuyung-huyung dan kekecewaan besar
melanda hatinya. Dia tadi mengira bahwa dia sudah hidup di
alam lain, alam yang demikian penuh ke d a m a i a n dan
kebahagiaan, alam yang ingin dinikmatinya sampai akhir
jaman.

A ka n t e t a p i a g a k n y a a p a y a n g d i r a s a k a n t a d i
hanyalah impian belaka, khaya l seor ang manusia
yang baru sadar dari pingsannya.

Tentu saja gadis ini merintih pilu. Segera


ke n y a t a a n - k e n y a t a a n h i d u p s e p e r t i a p a a d a n y a
masuk ke dalam kesadarannya dan Siu Li
m e n g e r a n g , t er h u y u n g - h u y u n g d a n m e m a n d a n g
ke d e p a n d e n g a n m a t a t e r b e l a l a k .

"L i - m o i , s a d a r l a h , t e n a n g k a n l a h p e r a s a a n m u . . . . . "
tiba-tiba sepasang lengan yang ko koh kuat
menahan tubuh gadis ini dan Siu L i mengeluh.

"Y a p - ko k o , a h h . . . . k e n a p a a k u t i d a k m a t i saja?
Ke n a p a aku m a s i h h i d u p d a l a m d u n i a y a n g p e n u h
sengsara ini....? Aduh Thian Yang Ma ha Kuasa,
mengapa tidak jadi Kaucabut s aja nyawa
hamba..?" gadis itu menangis sedih.

941
Bu Kong terharu. Dipeluknya tubuh yang
menggigil ini dengan penuh kasih sayang,
diusapnya rambut hit am yang panjang harum dan
terurai lepas itu, dan akhirnya dikecupnya ke ning
Siu Li penuh perasaan.

"L i - m o i , s u d a h l a h . T u h a n b e l u m m e n g h e n d a k i k a u
m a t i , ke n a p a b e r s e d i h ? Ha p u s l a h a i r m a t a m u i t u
dan mari kit a bic ara dari hat i ke hati dengan
penuh kejujuran. Ketahuilah, aku menyusulmu
ke m a r i k a r e n a h e n d a k m e m i n t a k e p u t u s a n m u . "

Siu Li mengerang tertahan. Kecupan mesra di


ke n i n g n y a i t u m e m b u a t g a d i s i t u s e a k a n l u m p u h
dan dia tid ak s anggup bicara apa -apa.
d i b i a r ka n n y a p e m u d a i t u m e m b e l a i p u n g g u n g n y a ,
d i b i a r ka n n y a pemuda itu mengelus -elus
rambutnya, di b i a r k a n n y a s e m u a k e b a h a g i a a n i n i
menaungi dirinya.

B u K o n g m e m a n d a n g k e k a s i h n y a i t u dengan p e n u h
ke h a r u a n . D i l i h a t n y a b e t a p a g a d i s i n i s u d a h t i d a k
menangis lagi, akan tetapi kedua mat anya masih
b e r ka c a - k a c a , b e n i n g d a n t e r a n g s e p e r t i g e l a s
terisi air jernih. W ajah yang sayu pucat itu
tertimpa sinar bulan yang sempat menerobos
celah daun, kuning keemasan dan tampak sendu
menyentuh hati.

942
"Y a p - ko k o . . . . " a k h i r n y a S i u L i b e r k a t a d e n g a n
s u a r a m e n g g e t a r , "k e n a p a e n g k a u d a t a n g k e m a r i
? Kenapa engkau merenggut keputusan yang
sudah kulaks anakan? D a n..... dan... ..kenapa
ka u t i n g g a l k a n a d i k Ho n g . . . . . ? "

Bu Kong menarik napas panjang. Disebutnya


n a m a P e k Ho n g i n i m e m b u a t w a j a h n y a m u r a m d a n
sejenak dia tidak menjawab.

"L i - m o i . . . . " a k h i r n y a p e m u d a i n i m e n g e l u a r k a n
s u a r a . "Ha n y a s a t u s a j a j a w a b a n d a r i s e m u a
pertany a a n m u i t u . A k u d a t a n g k e m a r i a d a l a h
ka r e n a a k u c i n t a k e p a d a m u . A k u m e n g h alangi
ke n ekatanmu t a d i j u g a k a r e n a a k u c i n t a kepadamu.
Begitu pula kenapa aku meninggalkan Hong-moi juga karena
aku mencinta dirimu. L i -moi, betapapun juga keadaan kita,
aku tidak dapat menghapus cinta kasih yang telah bersemi di
hatiku terhadap dirimu! Nah, inilah jawaban atas semua
pertanyaanmu itu."

"Koko....." Siu Li terisak penuh kebahagiaan dan gadis ini


menyusupkan mukanya d i d a d a kekasihnya yang bidang,
terayun dan terbuai oleh nikmatnya cinta asmara. Kata-kata
pemuda itu seakan membuatnya terbang di tempat p a r a
d e w a - dewi di mana tidak terdapat kedukaan, kesengsaraan
maupun penderitaan.

943
Bu Kong menarik dirinya perlahan-lahan dan menuntun gadis
itu mencari tempat d u d u k yang enak. Dipilihnya tempat yang
agak terbuka dan tidak terlalu gelap dari mana sinar bulan
menerangi tempat ini, lalu dengan muka sungguh-sungguh
mulailah dia berkata.

"Li-moi, seperti yang kau tahu dan kaulihat sendiri,


sesungguhnya cinta kasih diantara kita tidak mungkin
diputuskan begitu saja. Meskipun diantara ayahmu dan aku
pribadi ada permusuhan, a k a n tetapi ini semuanya
disebabkan adanya kaitan dengan kerajaan. Dan sekarang
kaulihat sendiri bahwa aku sudah tidak menjadi jenderal lagi.
Sri baginda telah memecat diriku dan aku juga telah tid a k
menjadi pembantunya lagi. Maka tidak seharusnya kalau
dalam persoalan ini kita l a l u merusak kebahagiaan sendiri
dan menghancurkan perasaan masing-masing gara-gara
perbuatan orang lain."

S i u Li mengangkat mukanya, memandang pemuda itu dengan


isak perlahan. Dia masih belum tahu kemana tujuan kata-kata
itu, maka dia lalu bertanya, "Koko, kalau benar seperti apa
yang kaukatakan ini, lalu apakah yang kaukehendaki?
Bagaimana sikap kita selanjutnya? Aku bingung, koko, aku
tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Kau dan ayah...... ah,
mana mungkin bisa diselesaikan begitu saja? Kau p a s ti a k a n
membalas perbuatannya. Kau telah terfitnah, dan kau tentu
akan berusaha membersihkan diri. Kalau sudah begitu, kalau
kau membalas dendam kepada ayah, mana mungkin pula aku

944
berdiam diri? Koko, bia r bagaimanapun juga dia adalah
ayahku, tak mungkin aku menjadi seorang a n a k yang
p u t h a u w ( tak berbakti) !"

Gadis itu menangis lagi dan B u Kong menarik napas. "Li-moi,


demi engkau aku rela berkorban ! Dalam soal fitnah keji ini
biarlah aku tidak akan mengikut-sertakan ayahmu. Akan tetapi
tiga orang yang lain, terutama murid mendiang Ang- i Lo-mo
itu, tidak mungkin kudiamkan saja ! Aku pasti membuat
perhitungan dengan mereka dan pada suatu hari kelak tentu
aku akan membunuh orang-o r a n g i n i ! "

"A ka n t e t a p i … . a k a n t e t a p i . . . . k a l a u a y a h m e m b e l a
m e r e ka d a n b e r s e t i a k a w a n m e n g i n g a t m e r e k a
adalah tig a orang panglima perang yang sudah
lama bersatu diri, lalu apa yang baka l terjadi,
Y a p - ko ko ? Ayah terlampau keras hat inya
dan.....aah...terus terang saja dia membencimu.
Semenjak kekalahannya dahulu ayah merasa
t e r p u ku l dan itu lah seb abnya dia lalu
mempergunakan siasat yang curang itu.. ..."

Bu Kong merah mukanya dan pemuda ini


m e n g e p a l t i n j u . "L i - m o i , d e n g a n m e n y a m p i n g k a n
ayahmu ini saja berarti aku sudah banyak
mengalah. Menurut patut, diapun masuk
perhitunganku ini karena dialah orang tertua
yang tentunya mengatur semua rencana keji itu.

945
A ka n t e t a p i m e m a n d a n g m u k a m u , a k u r e l a
mengalah dan memaafkan semua perbuatannya.
Namun kalau dia t idak tahu diri, kau tentunya
m a kl u m s i a p a y a n g k e t e r l a l u a n d a l a m h a l i n i ! "

Siu Li terisak. "A k u tahu, koko..... ...aku


tahu........"

"N a h , u n t u k m e n c e g a h k e j a d i a n i n i l a h m a k a
e n g ka u a m a t d i p e r l u k a n s e k a l i , L i - m o i . K a u h a r u s
dapat membujuk ayahmu itu, mengemukakan
semua fakta dan menyadarkannya dari kekeliruan
yang akan membuat persoalan in i semakin ruwet.
Kalau dia ingin membahagia kan ana knya dan
tidak ingin menyengsara k an dirimu, maka semua
ka t a - k a t a m u p a s t i dit u r u t . A k a n t e t a p i k a l a u d i a
lebih mementingkan diri sendiri, yahh.. ....apa
boleh buat. Aku pun juga belum tahu bagaimana
ke l a n j u t a n s e m u a k e j a d i a n i n i . N a m u n , L i - m o i ,
s e b a i kn y a k i t a j a n g a n m e m b a y a n g k a n h a l - h a l
terlalu jauh. Baiklah kita anggap saja bahwa
semuanya itu adalah kemungkinan -kemungkinan
di masa depan. Yang paling penting bag i kita
adalah sekarang ini, persoalan kit a berdua
ini......"

B u K o n g b e r h en t i s e j e n a k k e m u d i a n m e l a n j u t k a n
sambil memandang gadis it u lekat-lekat dan

946
m e m e g a n g k e d u a p u n d a k n y a , "L i - m o i , s u n g g u h -
sungguhkah engkau mencintaku?"

Siu Li mengangkat mukanya dan melihat tatapan


m a t a y a n g b e r s i n a r - s i n a r i t u , g a d i s ini menjadi
m e r a h p i p i n y a d a n m e n u n d u k . "Y a p koko,
p e r l u ka h k u j a w a b p e r t a n y a a n m u i n i ? B u k a n k a h
ka u j a u h l e b i h m e n g e r t i a k a n i s i h a t i k u ? "

"B e n a r , L i - m o i , a k a n t e t a p i a k u t e l a h m e n g a m b i l
keputusan b u l a t y a n g t e l a h l a m a k u r e n c a n a k a n ,
m a ka j a w a b a n m u y a n g s u n g g u h - s u n g g u h a m a t
ku p e r l u k a n. Nah, sekarang jawablah
pertanyaanku ini, Li -moi, sungguh-sungguhkah
e n g ka u mencintaiku ?” B u K o n g menyentuh d a g u
gadis itu dan mengangkatnya perlahan -lahan
untuk beradu pandang.

"K o ko . . . . . . . . . " S i u L i t e r i s a k d a n m e n u n d u k m a l u .
"S e j a k p e r t a m a k a l i p e r j u m p a a n k i t a , a k u t i d a k
dapat melupakan dirimu, apalagikah arti dari
semuanya ini? Demi kebahagia anmu aku rela
b e r ko r b a n k o k o , a p a s a j a , b a h k a n n y a w a k u
s e ka l i p u n ! "

B u K o n g m e n g a n g g u k g i r a n g . "B a g u s , j a d i k a u m a u
menjadi isteriku?" tanyanya kembali.

947
Siu Li menarik tubuhnya dan sekarang gadis ini
memandang pemuda itu dengan sinar mat a tajam.
"K o ko , d a l a m h a l i n i , m u n g k i n k a h k i t a bis a
m e n j a d i s u a m i i s t e r i ? A y a h k u m em u s u h i m u
dan........."

"S s t t , i n i l a h t u g a s m u , L i - m o i , k a u p e r l u
membujuknya," Bu Kong m em o t o n g dan
m e n g u l a p k a n t a n g a n n y a . "A k u s u d a h m a u
menyampingkan dia dan memaafkan semua
perbuatannya yang keji. Bukankah aku sudah
mengalah cukup banya k?"

"B e n a r , t a p i . . . . . . t a p i k a l a u a y a h t i d a k b e r h a s i l
ku b u j u k ? " S i u L i b e r t a n y a d e n g a n s u a r a c e m a s .

"K i t a t i n g g a l k a n d i a d a n k i t a m e n g a s i n g k a n d i r i
jauh dari du nia ramai. Kita menikah di sebuah kuil
dan semuanya tida k kit a perdulikan lagi !"

"A h h . . . . . ! " gadis itu berseru terbelalak.


"M u n g ki n k a h i n i , k o k o ? M a s a k i t a m e n i k a h t a n p a
persetujuan orang tua sama sekali ?"

"L i - m o i , k a l a u a y a h m u t i d a k m a u m e r e s t u i , m a s i h
ada guruku yang kuya kin pa sti a kan merestui kita.
Di samping itu, kita minta tolong kep ada seorang

948
hwesio atau nikouw umpamanya, untuk menjadi
walimu. Bukankah dalam hal ini kit a tidak
mengalami kesukaran?"

S i u L i t e r m e n u n g, t i d a k m e n j a w a b . A p a y a n g
d i u s u l ka n k e k a s i h n y a i t u m e m a n g a g a k n y a
merupakan jalan tengah. Ka lau ia tida k berhasil
membujuk ayahnya, mau apa lagi? Perasaan
s e s e o r a n g s e s u n g g u h n y a t i d a k s e l a l u t e t a p . Ha r i
ini tidak suka mungkin lima atau sepuluh tahun
l a g i s u k a . Ha r i i n i a y a h n y a m e m b e n c i Y a p
goanswe akan tetap i kalau mereka sud ah terikat
sebagai suami isteri barang lima atau sepuluh
tahun lagi mungkin ayahnya itu d apat berobah
p i ki r a n n y a . Apalagi kalau mereka sudah
mempunyai anak!

Sampai di sini tiba -t iba wajah gadis itu menjadi


merah dan diam-diam ia mencaci diri sendiri yang
tidak tahu malu. Persoalan menikah saja belum
t e r l a ks a n a b a g a i m a n a m a u m e l a m u n y a n g t i d a k -
t i d a k?

"B a g a i m a n a , L i - m o i ? " B u K o n g y a n g t i d a k s a b a r
menunggu keputusan kekasihnya ini bertanya.
“Kalau kau setuju harap kau ang gukkan kepala,
a ka n tetapi kalau tidak setuju cukup
ka u g e l e n g k a n k e p a l a m u s a j a . "

949
G a d i s i t u m e n g a n g k a t m u k a n y a . "K o k o , a k u s e t u j u
b a g a i m a n a d a n k a l a u t i d a k b a g a i mana p u l a ? "

Bu Kong mengepal tinjunya dan duduk dengan


t e g a k. "L i - m o i , " k a t a n y a s u n g g u h - s u n g g u h . "A k u
telah mengambil keputusan bulat yang t idak
dapat ditawar -tawar lagi. Kalau engkau setuju,
m a ka s e m u a h a l a n g a n k i t a t e n t a n g b e r s a m a , k i t a
atasi bersama. D an masalah ay ahmu, dengan
m e m a n d a n g m u k a m u m a k a s e m u a p er b u a t a n n y a
yang sudah-sudah t idak akan kuanggap lagi. Kalau
e n g ka u t e l a h m e n j a d i i s t e r i k u , b a i k d i a m a s i h
memusuhiku atau tida k, dia adalah gak -hu
(mertua) bagiku dan tidak mungkin lagi aku
memusuhinya. Akan tet ap i, kalau engkau t idak
setuju, maka a ku bersumpah untuk tidak menikah
seumur h i d u p d a n a k a n m e n g a s i n g k a n d i r i d i
tempat sunyi sampa i ajalku tib a, tapi tentu saja
setelah aku membuat perhitungan dengan
musuh-musuh besarku, termasuk ayahmu itu!”

Siu Li terbelalak dan gadis ini memandang Bu


Kong dengan sinar mata tajam. Dia melihat
ke s u n g g u h a n u c a p a n i t u , m e l i h a t m a t a y a n g
b e r ki l a t s e p e r t i m a t a n a g a i t u d a n S i u L i p e r c a y a
bahwa apa yang te lah diuc apkan pemuda ini pasti
a ka n d i k e r j a k a n s u n g g u h - s u n g g u h , t i d a k m a i n -
main. Sejenak hatinya tergetar dan dia

950
merasakan wibawa yang kuat seka li dari
ke ka s i h n y a i t u .

A kh i r n y a g a d i s i n i m e n a r i k n a p a s p a n j a n g . D i a
c u ku p m e n g e n a l k e k e r a s a n h a t i k e k a s i h n y a i t u
yang sekali telah memutuskan sesuatu, t idak
m u n g ki n d a p a t d i t e k u k l a g i . K e k e r a s a n h a t i
pemuda ini melebihi baja dan kalau ia renungkan,
sesungguhnya keputu san Bu Kong ini amat
meringankan hatinya.

Betapa tidak? Pemuda itu mau menyudahi


permusuhan dengan ayahnya, melupakan
perbuatan-perbuatan ayahnya yang tidak terpuji
asal dia sudah menjadi isterinya. Kalau sudah
begini, mau apa lagi? Bukankah dia sendiri
mencinta pemuda ini lahir bat in?

"K o ko . . . . . . " S i u L i t e r i s a k , "b u d i m u s u n g g u h


mulia. Kalau itu sudah menjadi tekadmu, apa lagi
yang hendak kukatakan? Terserah kepadamu,
k o ko , a k u h a n y a m e n g i k u t s a j a . . . . . . "

"E h , mengikut bagaimana? Kau be lum


memberikan jawaban yang pasti. Mengangguk
tidak menggelengkan kepala juga t idak.
Bagaimana ini ?" Bu Kong bertanya.

951
G a d i s i t u m e n g a n g k a t m u k a n y a . "K o k o , a k u
setuju....." katanya lirih da n cepat menundukkan
m u ka n y a y a n g k e m e r a h a n .

Bu Kong menjadi girang mendengar jawaban ini


dan hampir saja dia menari -nari. Akan tetapi dia
menahan diri dan sengaja hendak menggoda
ke ka s i h n y a i n i , m a k a s a m b i l b e r p u r a - p u r a
cemberut dia menengadahkan wajah yan g jelita
i t u d a n b e r t a n y a . "L i - m o i , k a u i n i b a g a i m a n a s i h ?
A p a m a k s u d m u d e n g a n s e t uj u t a d i ? Ap a k a h
m a ks u d m u k a u s e t u j u k a l a u a k u t i d a k m e n i k a h
seumur hidup begitu? Demikiankah maksudmu
itu?”

"K o ko , k a u i n i t e r l a l u s e k a l i ! " S i u L i m e m a n d a n g
g e m a s . "M a s a a k u i n g i n m e m b i a r k a n k a u s e n g s a r a
begitu rupa?"

"Ja d i . . . . . . ? "

"Ja d i . . . " S i u L i m e n i r u k a n s a m b i l m e n g e r l i n g .

"K a u m a u m e n j a d i i s t e r i k u ? "

"K a l a u k a u s u k a ! " S i u L i b e r k a t a m a n j a .

952
"S u ka ? Ha - h a - h a ! S i a p a t i d a k s u k a k e p a d a m u ,
moi-moi? Seribu kali kuucapkan kata -ka ta in i dan
s e r i b u k a l i i t u p u l a a ku t e t a p s u k a ! M o i - m o i , a k u
b u ka n h a n y a s u k a k e p a d a m u , a k a n t e t a p i a k u p u n
cinta padamu....... kekas ihku, a ku cinta
padamu...."

Bu Kong meraih dan memeluk gadis itu lalu


menciumnya penuh kemesraan. Dunia seakan
berputar dan Siu Li mengeluh penuh kebahagiaan.
Kalau sudah begini, apalagi yang dap at membuat
dua orang muda-mudi itu berduka? Mereka sudah
b e r t e ka d u n t u k h i d u p b e r s a m a , m e n g a t a s i s e g a l a
rintangan-rintangan bersama pula dan dengan
ke ku a t a n b e r s a m a m e n c o b a u n t u k m e m b a n g u n
mahligai rumah tangga!

Bulan di angkasa tersenyum gembira me -


n y a ks i ka n p e r t e m u a n d u a b u a h h a t i y a n g s a l i n g
mencinta ini d an sinarnya tampak semakin
terang, kuning keemas -emasan.

Betapa bahagianya hidup pad a saat itu! Betapa


inginnya kita turut mengec ap kemanisan cinta
seperti yang dialami dua orang muda -mudi ini.
Namun sayang, t idak semua orang dapat
m e n i km a t i s e p e r t i a p a y a n g t e l a h d i r e g u k
sepasang merpati itu. Tidak semua orang dapat

953
merasakan cinta kasih yang tidak bertepuk
sebelah tangan.

Ada gembira ada sengsara, ada su ka ada duka.


Semuanya silih berganti munc ul di atas bumi.
Siapa dapat mencegah duka atau sengsara ag ar
tempatnya sela lu ditempati suka? D an siap a pula
mampu mencegah suka atau gembira ag ar
tempatnya selalu ditempati duka? Tidak ada yang
mampu. Dua unsur ini selalu bergerak, Im dan
Yang, positip d an negatip, abadi di atas
p e r m u ka a n b u m i !

Setelah Bu Kong mendapat kepastian dari


ke ka s i h n y a b a h w a g a d i s i t u a k a n m e n c o b a
membujuk ayahnya agar mereka dap at hidup
bahagia dengan restu orang tua, tidak lamapun
m e r e ka berpisah. Masing -masing masih
mempunyai tugas yang harus diselesaikan, dan
m e r e ka h a r u s m e l a k s a n a k a n d u l u p e k e r j a a n i n i .

Siu Li sendiri sudah mantap hatinya untuk


mengambil keputusan. Dia merasa bahwa apa
yang sudah digariskan oleh ke kasihnya sejalan
pula dengan pikirannya, merupakan jalan teng ah
yang dianggapnya baik d an tepat. D an kalau nanti
usaha membujuk dan menyadarkan ayahnya ini
tidak berhasil, dia akan pergi bersama pemuda itu

954
ke t e m p a t y a n g j a u h d a r i k e r a m a i a n d u n i a , j a u h
d a n ke r u s u h a n - k e r u s u h a n m a n u s i a y a n g s e l a l u
membuat onar.

Keputusan mereka sudah bulat . Mereka t idak


a ka n m e n g h a n c u r k a n k e b a h a g i a a n y a n g s u d a h d i
ambang mata ini dengan halang an -halangan
orang lain, bahkan oleh Panglima Ok sendiri. Jika
orang tua itu berkeras kepala, masih ada jalan
lain. Mas ih ad a Malaikat Gurun Nerak a di sana
yang dapat merestui mereka, dan sebagai
p e l e n g ka p a t a u s y a r a t p e r k a w i n a n , m e r e k a d a p a t
meminta tolong kep ada seorang hwesio atau
n i ko u w k u i l u n t u k m e n j a d i w a l i d a r i p i h a k w a n i t a .

Ha n y a d i a m - d i a m S i u L i y a n g a g a k g e l i s a h t e r i n g a t
ke p a d a g u r u k e k a s i h n y a i t u . S a t u p e r t a n y a a n
yang selalu mengganggunya selama in i, yakn i:
M a u ka h pendekar sa kti itu mengabulkan
p e r m o h o n a n m er e k a ? D i a n g e r i m e m b a y a n g k a n
guru pemuda itu menolak dan Siu Li menyimpan
ke g e l i s a h a n h a t i n y a i n i s e n d i r i d a n t i d a k
mengutarakannya kepada Bu Kong. Dia tidak mau
mencemaskan perasaan kekas ihnya dengan hal -
hal yang belum nyata. Apa yang akan mereka
hadapi biar lah dihadapi saja, t idak perlu kiranya
membayang-bayangkan kejadian yang
mengecilkan hati.

955
D e m i ki a n l a h , d e n g a n a d a n y a t e k a d b e r s a m a y a n g
sudah sebulat dan senyawa itu, dua orang muda -
mudi ini menghadapi segala rintangan yang
m u n g ki n t e r j a d i d e n g a n p e r a s a a n t a b a h . T a d i
sebelum berpisah masing -masing telah saling
bersumpah disaksikan bulan purnama bahwa
hanya kematian l a h yang dapat m emisahkan
m e r e ka d a r i i k a t a n s u c i i n i d a n t i d a k s e e k o r
setanpun - selama mereka masih hidup — akan
mampu memutuskan rencana mereka itu!

Malam semakin larut dan Bu Kong memandang


ke p e r g i a n k e k a s i h n y a d e n g a n p e r a s a a n b e r a t d a n
pe n u h h a r a p - h a r a p c e m a s . T u g a s k e k a s i h n y a i n i
c u ku p b e r a t . A k a n t e t a p i k a l a u b e r h a s i l , m a k a
imbalan yang mereka perolehpun cukup sepadan.
Namun kalau gagal.. .hemm….Bu Kong mengepal
tinju dan pemuda ini mengeraskan dagunya.

"K a l a u u s a h a n y a g a g a l , k i t a a k a n m e n c a r i o r a n g
lain sebagai pengganti orang tua yang tidak tahu
diri itu !" Bu Kong bergumam dengan mata
b e r ki l a t . "K i t a h a r u s b e r h a s i l . . . . . h a r u s , t i d a k
boleh tidak!"

Tiba-tiba, seperti jawaban bagi kat a -kata pemuda


i n i , t e r d e n g a r t a w a l e m b u t y a n g m em e c a h k a n
ke s u n y i a n m a l a m .

956
"A n a k m u d a b e r s e m a n g a t b a j a , t e k a d m u y a n g
berapi-api ini sungguh patut kuh argai. Semoga
Tuhan mengabulkannya, sianc ai.....!" dan di ba lik
pohon raksasa yang tadi dipergunakan Siu Li
untuk membunuh diri itu muncul sesosok
bayangan berpakaian putih yang waja hnya
tertutup halimun.

"B u - b e n g S i a n s u . . . . ! " B u K o n g b e r s e r u k a g e t d a n
melompat mundur, lalu cepat menjatuhkan diri
berlutut di depan manusia dewa yang mah a s akti
itu.

Bu-beng Siansu tertawa halus dan mengangguk -


a n g g u kk a n k e p a l a n y a . "O r a n g m u d a , m a a f k a n a k u
yang selalu membayang imu sejak tadi. Aku hanya
ingin mendapatkan kesimpulan tentang kejadian -
ke j a d i a n d i m a s a m e n d a t a n g y a n g m u n g k i n a k a n
ka u h a d a p i . D a n s e k a r a n g a k u m e n j a d i j e l a s .
Terimalah ini, siapa tahu kelak ad a gunanya
bagimu......."

K a ke k i t u m e n g u l u r k a n t a n g a n k a n a n n y a d a n B u
Kong melihat selembar kulit ka yu yang lun ak di
atas telapak tangan manusia dewa ini. Sejenak
dia terbelalak tidak mengerti, akan tetap i melihat
ka ke k i t u m e m b e r i k a n b e n d a a n e h i n i d e n g a n

957
sungguh-sungguh, maka diterimanya juga b arang
ini.

"S i a n - s u , b e n d a a p a k a h i n i ? T e e c u t i d a k
m e n g e r t i , m o h o n p e n je l a s a n S i a n - s u . K a l a u t e e c u
lihat, bukankah ini han ya selembar kulit kayu
b e l a ka ? " B u K o n g b e r t a n y a d a n m en g a n g k a t
m u ka n y a , m e n g e r a h k a n t e n a g a s a k t i n y a k e m a t a
untuk menembus kabut yang mengelilingi kakek
itu namun usahanya ternyat a tidak berhasil.

Bu-beng Siansu terkekeh lembut mendengar


u c a p a n p e m u d a i t u . "O r a n g m u d a , h a r a p
ka u ke t a h u i b a h w a s e t i a p b e n d a y a n g k u b e r i k a n
ke p a d a o r a n g l a i n p a s t i m e r u p a k a n b e n d a
berharga. K etahuilah, meskipun yang kuberikan
ke p a d a m u i n i h a n y a k u l i t k a y u y a n g l u n a k b e l a k a ,
a ka n t e t a p i s e s u n g g u h n y a m e n g a n d u n g n i l a i y a n g
tidak ada band ingannya! Keluarlah dari mulut
hutan ini, berdirilah di tempat terang dan coba
ka u b o l a k - b a l i k b e n d a i t u . N a h , s e l a m a t t i n g g a l ,
sampai bertemu pada lain kesempat an!"

Bu Kong terkejut dan hendak memanggil, n amun


baru saja dia mengalihkan perhatiannya dari
benda luar biasa itu kepada Bu beng Sian -su,
ternyata kake k dewa itu te lah lenyap!
Menghilangnya tokoh maha sakt i itu seperti iblis

958
saja, tidak tampa k gerakan tubuhnya a kan tetapi
tahu-tahu sudah lenyap begitu saja!

B e ka s j e n d e r a l m u d a i n i b e r d i r i d e n g a n m a t a
terbelalak, seoiah -olah tak mempercayai
pandangan matanya sendiri, namun demikianlah
ke n y a t a a n n y a . B u - b e n g S i a n s u t e l a h l e n y a p
s e p e r t i a s a p , d a n k a ke k i t u h a n y a m e n i n g g a l k a n
pesan yang penuh teka -teki dan serba rahasia.
Dia han ya d isuruh keluar d ari mulut hut an dan
berdiri di tempat terang, lalu membolak -balik
ku l i t k a y u i n i d a n a k a n m e n d a p a t j a w a b a n n y a !

Apa-apaan ini? Mengapa sikap manusia dewa itu


d e m i ki a n m i s t e r i u s ? K e n a p a p u l a d i a h a r u s
berdiri di tempat terang? Apakah ada sesuatu
yang baka l dilih atnya?

Semua pertanyaan ini membuat Bu Kong berdebar


tegang. Musuhkah yang akan datang
mengeroyoknya? Siapa kira - kira? Cheng-gan Sian-
jin? Dia tidak t akut, malah kebetulan !

M a ka d e n g a n r a s a i n g i n t a h u y a n g a m a t b e s a r
pemuda ini lalu berkelebat keluar dari mulut
hutan. Di sini cahaya bulan yang gemilang tidak
m e n d a p a t p e n g h a l a n g . S e m u a n y a s e r b a t er a n g ,
tersiram sinar b ulan yang kuning keemas an.

959
Bu Kong membalik-balik kulit ka yu itu dan tiba -
tiba pemuda ini terbelala k. Barang aneh
pemberian manusia dewa itu ternyata bukan
barang luar biasa. Benda ini benar -benar kulit
ka y u b i a s a s a j a , n a m u n l u n a k s e p e r t i k u l i t
ka m b i n g . T i d a k a d a a p a - a p a n y a y a n g a n e h k e c u a l i
guratan-guratan kecil yang hampir tidak terlihat
oleh mata. Dan ket ika pemuda ini memperhatikan
dengan seksama, ternyata guratan -guratan halus
y a n g ke c i l s e k a l i i t u a d a l a h k a l i m a t - k a l i m a t a n e h ,
begini bunyinya :

" … m a u … . .! . .. . m a u …. ! …… MA U ! ! "

T e n t u s a j a B u K o n g t er c e n g a n g . A p a a r t i d a r i t i g a
ka l i m a t "m a u " i n i ? S e m e n t a r a d i a b e r t a n y a - t a n y a
sambil membalik permukaan sebelah nya,
ditemuinya kalimat yang ag ak lengkap d i sini yang
berbunyi :

" A k u p u n y a m a u . . . . .. . .. .. . !

D i a p u n p u n y a m a u . . . . .. . .. !

.............??!?

.........MAU !!"

960
Sampai di sini pemuda itu benar -benar dibuat
bingung. Kalau yang pertama dia hanya menemui
t i g a ka t a "m a u " p a d a p e r m u k a a n y a n g s a t u ,
adalah di permukaan yang la in dia telah me -
n e m u ka n k a l i m a t - k a l i m a t y a n g l e b i h s e m p u r n a .
Namun, karena baris ketiga hanya terisi titik -t itik
yang penuh tanda t anya dan baris keempat juga
h a n y a t e r d a p a t k a t a "m a u " l a g i , B u K o n g t a k
dapat memecahkan keganjilan luar bias a itu.

Barang apa ini? Pemuda itu mengerutkan alisnya.


Dan tadi kakek dewa itu mengatakan bahwa
benda ini mempunyai nilai yang tidak ada
bandingannya! Ah, tidak membualkah Bu -beng
Siansu? Tidak main -mainkah kake k itu?

Penulis berani menjawab : Tidak! Bu -beng Siansu


m e m a n g b e r s u n gg u h - s u n g g u h d a n a p a y a n g
d i ka t a k a n m a n u s i a d e w a i t u m e m a n g b e n a r .
Sesungguhnyalah rahasia yang terdapat di kulit
ka y u y a n g k i n i d i p e g a n g o l e h b e k a s j e n d e r a l m u d a
itu mempunyai nilai yang tiada bandingannya.

Para pembaca yang budiman, sekarang mulai terpecahkanlah


syair luar biasa yang telah penulis letakkan pada jilid pertama
dahulu. Bukankah anda lihat bahwa di halaman depan pada
jilid pertama dahulu terdapat sebait kalimat yang berbunyi :

961
“ . . .. .. m a u … . .!

. . .. . .. m a u … . .!

… … …… . .? ? !?

...........MAU !!"

Nah, bukankah begitu yang anda lihat, para pembaca? Dan


sekarang dua baris pertama telah diisi oleh Bu-beng Siansu.
Tinggal baris ketiga dan keempat yang masih kosong.
Dapatkah kira-kira anda menebaknya?

Kalau belum, baiklah anda bersabar dahulu. Beberapa jilid lagi


Bu-beng Siansu akan muncul kembali dan di akhir cerita inilah,
seperti yang menjadi ciri khas penulis, anda akan
mendapatkan kejutan yang benar-benar luar biasa, yang akan
membuat anda semua tertegun dan mau tak mau pasti akan
mengatakan BENAR!

Tidak percaya? Anda buktikan saja!

Sementara itu, Bu Kong yang sama sekali masih tidak mengerti


dan meraba-raba dalam gelap melihat kalimat-kalimat ganjil
itu, termangu-mangu sambil membolak-balik kulit kayu ini. Dia
berusaha memeras otaknya untuk memecahkan teka-teki itu
namun tetap saja tidak berhasil.

962
Dan sementara dia termangu-mangu inilah tiba-tiba Bu Kong
mendengar desir angin yang amat halus di belakangnya. Cepat
pemuda ini memutar tubuh dan..... Bu Kong terkejut bukan
main.

Seorang laki-laki setengah umur yang gagah perkasa berdiri di


situ, sikapnya tenang akan tetapi penuh wibawa, pakaiannya
berjubah biru gelap, matanya mencorong tajam seperti mata
naga dan jenggot pendeknya agak bergoyang- goyang tertiup
angin malam.

963
"Suhu....!" pemuda itu berseru kaget dan cepat menjatuhkan
diri berlutut di depan laki-laki tua yang gagah perkasa dan
angker ini karena dia bukan lain adalah Malaikat Gurun Neraka
sendiri !

"Hemm, kau sudah sembuh ?" Malaikat Gurun Neraka


mengebutkan lengan bajunya dan mengangguk. "Mana Pek
Hong?"

Pertanyaan ini membuat Bu Kong tergagap dan sejenak dia tak


mampu menjawab. Pendekar sakti itu m e n g e r u t k a n
alisnya d an kembali bertanya, “Kong -ji, mana
n o n a Ho n g ? "

Bu K o n g m e n e l a n l u d a h , k e m u d i a n s e t e l a h
menenangkan jantungnya yang berdegup tidak
ka r u a n d i a m e n j a w a b , “ S u h u , t e e c u m o h o n m a a f .
A d i k Ho n g t e l a h p e r g i m e n i n g g a l k a n t e e c u d a n
ke t i ka teecu memanggil, ia tid ak mau
berhenti...."

"He m m , a d a a p a k a l a u b e g i t u ? K a u t e l a h
m e n y a ki t i h a t i n y a ? " M a l a i k a t G u r u n N e r a k a
membentak dan Bu Kong menunduk.

"B e n a r s u h u , teecu telah b e rb u a t salah


ke p a d a n y a . . . . . "

964
"A p a y a n g k a u l a k u k a n ? "

"T e e c u . . . . teecu telah....telah menamparnya,


suhu !"

"He h h ? " p e n d e k a r s a k t i i t u t e r k e j u t d a n m e -
m a n d a n g m a r a h . "K o n g - j i , a p a y a n g m e n y e b a b k a n
dirimu membalas kebaikan gadis itu dengan
p e r l a ku a n y a n g k u r a n g a j a r i n i ? "

B e n t a ka n b e n g i s i n i m e m b u a t B u K o n g t e r g e t a r
hatinya, namun dengan s ikap t abah dia lalu
m e n j a w a b , "S u h u , h a r a p d i a m p u n k a n d o s a t e e c u
yang pada saat itu tidak dapat menahan diri
ka r e n a d i b a k a r k e m a r a h a n y a n g a m a t s a n g a t .
A ka n t e t a p i b i a r p u n b e g i t u , t e e c u t e t a p m e r a s a
b e r s a l a h d a n t e l a h m i n t a m a a f k e p a d a Ho n g - m o i .
Dia telah membuntungi lengan.....ke kasih teecu,
atau setida k-tidakn ya menjadi pangkal dar i
peristiwa ini. Itulah sebabnya mengapa teecu
menjadi mata gelap dan tidak mampu
mengendalikan diri lagi. Suhu, harap dima afkan
ke ke l i r u a n t e e c u i n i . . . . . . . " B u K o n g m e n y e n t u h k a n
dahinya di atas tanah.

M a l a i ka t G u r u n N e r a k a t e r t e g u n . P e n je l a s a n
muridnya ini diam -diam membuatnya kaget juga
dan ada rasa tidak enak d i hatin ya. Meskipun dia

965
dapat menduga siapa "kekasih " yang
d i m a ks u d k a n o l e h m u r i d n y a i t u , n a m u n t e t a p s a j a
d i a b e r t a n y a , "S i a p a k e k a s i h m u i t u ? K e n a p a l o h u
tidak mengetahuinya ? "

Bu Kong mengangkat mukanya, memandang wajah


suhunya yang ang ker dan dia melihat betapa sin ar
mata gurunya ini memandangnya setajam pisau.
M a ka d i a l a l u m e n u n d u k k a n m u k a n y a d a n d e n g a n
suara perlahan dan agak menggetar dia
m e n j a w a b , "S u h u , d i a b u k a n l a i n a d a l a h m u r i d
mendiang Mo-i Thai-houw sendiri....."

"He m m , p u t e r i P a n g l i m a O k i t u ? A p a k a h k a u t i d a k
gila, muridku? D ia adalah musuhmu, bagai mana
e n g ka u h e n d a k m e n i k a h d e n g a n g a d i s i t u ? "

"Y a n g m e n j a d i m u s u h t e e c u a d a l a h a y a h n y a ,
suhu, bukan puterinya!" Bu Kong membantah.

"B a i k, b o l e h k a u b i l a n g b e g i t u . A k a n t e t a p i ,
a p a ka h a y a h n y a a k a n m e n y e t u j u i n i a t m u i n i ? "

"K a l a u a y a h n y a t i d a k s e t u j u , t e e c u b e r d u a t e l a h
b e r t e ka d u n t u k m i n t a b a n t u a n s u h u d a n s e or a n g
hwesio atau nikouw buat mer esmikan pernikahan
ini!"

966
"A h , s e d e m i k i a n n e k a t r e n c a n a m u i t u ? " p e n d e k a r
s a kt i i n i k a g e t j u g a d a n a g a k t e r b e l a l a k , l a l u
m e n d e n g u s . "D a n b a g a i m a n a j i k a a k u t i d a k
mengabulkan permintaanmu ini?"

"S u h u . . . . ! " B u K o n g t e r k e j u t d a n m e n g a n g k a t
m u ka n y a , m e m a n d a n g g u r u n y a d e n g a n m u k a
b e r o b a h p u c a t . Ha l i n i d i l u a r p e r k i r a a n n y a , m a k a
tentu saja dia terkesiap.

P e n d e ka r s a k t i i t u k e m b a l i m e n d e n g u s . "A k u
hanya bertanya baga imana kalau misa lnya aku
menolak, kenapa terkejut? Apakah yang
ka u p i ki r k a n s e l a m a i n i h a n y a p e r j o d o h a n m u
selalu? Tidak adakah tugas -tugas penting yang
harus kaudahulukan sehingga belum apa -apa
sudah hendak menikah? Kong ji, pikiran macam
apa ini? Tidak ingatkah engkau akan fitnahan
orang yang harus kaubersihkan? Tida k ingatkah
e n g ka u a k a n C h e n g - g a n S i a n - j i n d a n p a r a
begundalnya?"

Teguran Malaikat Gurun Neraka ini dikeluar kan


dengan sikap keras dan jelas tampak bahwa
p e n d e ka r i n i m a r a h , m a k a B u K o n g c e p a t m e -
n u n d u kk a n m u k a n y a s a m b i l b e r k a t a .

967
"S u h u , h a r a p d i a m p u n k a n j i k a t e e c u k h i l a f .
Sesungguhnya, bukan ma ksud teecu untuk segera
m e n i ka h . I t u s e m u a h a n y a l a h r e n c a n a - r e n c a n a
yang teecu pikirkan, dimana semua rencana ini
b a r u a ka n t e e c u l a k s a n a k a n a p a b i l a t u g a s - t u g a s
teecu sudah selesai. Teecu sendiri sudah
bersumpah tidak akan menikah jika musuh -musuh
teecu belum roboh di tangan teecu. Maka harap
suhu maklum."

"He m m , b a g u s k a l a u b e g i t u . D a n s e k a r a n g , a p a
yang hendak kaukerjakan?"

Dengan suara tegas dan mata berkilat Bu Kong


m e n j a w a b , "T e e c u h e n d a k m e n c a r i C h e n g - g a n
Sian-jin untuk membuat perhitungan !"

P e n d e ka r s a k t i i t u t e r t a w a m e n g e j e k . "Hu h h ,
dengan kepandaian yang kaumiliki sekarang ini
h e n d a k m e l a w a n C h e n g - g a n Sian- j i n ? A p a k a h k a u
minta roboh di tangannya lagi ?"

"T e e c u t i d a k t a k u t , s u h u . A p a l a g i k a l a u s u h u
selalu mendampingi teecu!"

Tiba-tiba Malaikat Guru n Neraka menarik muka


d a n m e m b e n t a k , "B u K o n g , u c a p a n a p a i n i ?

968
A p a ka h k a u h e n d a k m e n j a d i a n a k k e c i l y a n g h a r u s
selalu dituntun orang tuanya?"

P e m u d a i t u t er k e j u t d a n c e p a t m e n j a w a b s a m b i l
m e n g g e l e n g k a n k e p a l a , "A h , t i d a k s u h u , b u k a n
begitu maksud teecu ! Teecu hanya hendak
mengatakan kepada suhu bahwa biar menghadapi
Cheng-gan Sian jin seka lipun teecu t idak gent ar.
D a n ka l a u s u h u m e r a s a k e p a n d a i a n t e e c u m a s i h
rendah, bukankah dengan adanya suhu di dekat
teecu maka suhu d apat memberikan petunjuk -
petunjuk agar teecu dapat mengalahkan musuh
besar teecu itu?"

"He m m , b i a r p u n b e g i t u a k u t e t a p t i d a k s u k a
u n t u k m e n d a m p i n g i s e o r a n g m ur i d y a n g s e d a n g
bertanding dengan lawannya. Kau harus mampu
mengatasi musuhmu, baik aku ada di situ maupun
t i d a k. D a n k a l a u k a u m e r a s a d i r i s e n d i r i k u r a n g
ku a t , s a t u - s a t u n y a j a l a n h a n y a l a h m e m p e r k u a t
diri sendiri sampai dapat mengatasi kepandaian
lawan."

"Ja d i , maksud suhu hendak memberikan


tambahan ilmu silat kepada teecu?" Bu Kong
bertanya girang dan karena dia sudah cukup
mengenal watak gurunya ini, maka meskipun

969
orang tua itu marah -marah kepadanyapun
pemuda ini tidak terlalu gelisah.

P e n d e ka r s a k t i i t u m e n g a n g g u k . "B e t u l , a k u
hendak mewariskan tiga jurus terakhir dari ilmu
Silat Lui-kong C iang-hoat."

"A h h . . . ! " B u K o n g b e r s e r u k a g e t d a n m e l o m p a t
b a n g u n . "S u h u , k a l a u b e g i t u L u i - k o n g c i a n g - h o a t
yang teecu miliki ini masih belum lengkap?"

P e n d e ka r i t u k e m b a l i m e n g a n g g u k . "B e n a r , i l m u
y a n g ku w a r i s k a n k e p a d a m u i t u m a s i h b e l u m
l e n g ka p . Aku belum berani menurunkan
seluruhnya kepadamu karena t iga jurus terakhir
ini adalah jurus -jurus yang paling dahsyat dan
luar biasa, juga cara melatihn ya berat sekali,
harus menunggu badai di gurun pasir dan baru
pada saa t bencan a a lam in i t iba, kita dapat
melatihnya."

Bu Kong sudah menjadi girang dan dia berl utut di


d e p a n ka k i g u r u n y a s a m b i l b e r k a t a , "S u h u , t e r i m a
ka s i h a t a s k e p e r c a y a a n s u h u t e r h a d a p t e e c u .
Mudah-mudahan berkat bantuan suhu maka
teecu berhasil mewarisi tiga jurus terakhir itu!"

970
"S u d a h l a h , j a n g a n t e r l a m p a u g e m b i r a d u l u .
Tugasmu amat berat, dan hanya dengan tiga jurus
inti inilah ma ka kau akan dapat menga lahkan
Cheng gan Sian -jin. Kalau saja aku tidak men -
dengar uraian Phoa-lojin tentang dirimu yang
tertimpa fitnah, jangan harap aku akan
menurunkan kepandaian ini. Ilmu silat terakhir
ini yang merupakan inti dari Lui -kong Ciang-hoat,
adalah ilmu sakt i yang luar bias a, tida k patut
d i m i l i ki o l e h o r a n g - o r a n g b e r w a t a k k o t o r . M a k a
itulah sebabn ya aku amat berhati -ha ti se kali dan
tidak mudah memberikannya kepadamu.
S y u ku r l a h , s e k a r a n g s e m u a n y a s u d a h c u k u p j e l a s
b a g i ku d a n a k u t i d a k r a g u - r a g u l a g i d a l a m
memberikan inti Ilmu Silat Lui -kong Ciang-hoat
i n i . Ha n y a s a y a n g s a t u o r a n g y a n g m e n j a d i b i a n g
ke l a d i d a r i s e m u a p e r i s t i w a y a n g m e n i m p a d i r i m u
itu belum terjawab. Bukankah eng kau sudah
mendengar pula cerita ini dari murid Ta Bhok
Hw e s i o i t u ? "

K a t a - ka t a t e r a k h i r d a r i g u r u n y a i n i m e n g i n g a t k a n
Bu Kong dan pemuda itu melompat berdiri sambil
m e n g e p a l t i n j u . "S u h u , t e e c u m e m a n g s u d a h
mendengar semua cerita ini dan sekarang teecu
tahu siapa pemuda yang d ilihat o leh ka kek Phoa
itu!"

971
"E h h , ka u t a h u ? ” M a l a i k a t G u r u n N e r a k a t e r k e j u t .
"S i a p a d i a ? "

"D i a b u k a n l a i n a d a l a h m u r i d m e n d i a n g A n g - i L o
mo, suhu!"

P e n d e ka r s a k t i i t u m e n g e l u a r k a n s e r u a n h e r a n ,
"A p a ? M u r i d m e n d i a n g A n g - i L o - m o ? "

Bu Kong mengangguk dan pemuda ini lalu


m e n c e r i t a k a n d u g a a n P e k Ho n g y a n g d i b e n a r k a n
pula oleh Siu Li. Dan dari Siu Li inilah dia
mendapatkan keterangan -keterangan lebih jelas
lagi sehingga semua rahasia yang selama ini
menyelimuti dirinya sudah terbuka dengan
terang.

"D a n p e m u d a i t u b e r n a m a P o u w Kw i , s u h u ,
d e m i ki a n m e n u r u t k e t e r a n g a n y a n g t e e c u
peroleh."

"He m m , t e r n y a t a b a n y a k l i k a - l i k u n y a d i s i n i .
Sungguh aku sendiri tidak menyangka bahwa iblis
tua itu mas ih meninggalkan seorang murid. Kalau
begitu siasat yang mereka atur bersam a ini sung-
guh rapi dan hebat sekali, hebat dan juga keji
sehingga akupun hampir -hampir saja terjebak

972
dan hendak membunuh murid sendiri ! Ah,
sungguh hanya manusia -manusia berotak iblis
saja yang dapat menghasilkan sias at -sias at keji
begini."

M a l a i ka t G u r u n N e r a k a m e n g a n g g u k - a n g g u k d a n
d i a m - d i a m h a t i n y a b e r d e s i r . Ha m p i r s a j a d i a
m e l a ku k a n k e s a l a h a n y a n g a m a t b e s a r d a l a m
h i d u p n y a , m e m b u n u h m ur i d s e n d i r i y a n g t i d a k
bersalah. Dengan adanya kenyataan ini maka
ka s i h s a y a n g t e r h a d a p m u r i d t u n g g a l n y a i t u
s e m a ki n b e s a r d a n d i a m - d i a m d i a t e l a h
memutuskan untuk menggembleng muridnya itu
s e ku a t t e n a g a a g a r m e w a r i s i t i g a i n t i i l m u s i l a t
t e r a kh i r d a r i L u i - k o n g c i a n g - h o a t .

Cheng-gan Sian-jin adalah seorang datuk sesat


yang amat berbahaya sekali. Ka lau dia mau,
a g a kn y a d i a d a p a t m e m b u n u h t o k o h s e s a t i t u .
Namun dia sengaja hendak menyuruh muridnya
ini turun tangan karena pemuda itulah yang
mempunyai dendam langsung dengan Cheng -gan
Sian-jin. Dan untuk ini dia akan menggembleng
muridnya itu di padang pasir!

"E h , K o n g - j i , a p a y a n g k a u p e g a n g i t u ? " t i b a - t i b a
p e n d e ka r i n i b e r s e r u k a g e t d a n m e m a n d a n g
terbelalak kearah kulit kayu yang masih dipegang

973
B u K o n g . B en d a i t u m e n g i n g a t k a n n y a a k a n k u l i t
ka y u d a r i B u - b e n g S i a n s u y a n g s a m p a i s a a t i t u p u n
masih disimpannya baik -baik. Maka tentu saja dia
a g a k ka g e t m e l i h a t b e n d a s e r u p a y a n g d i p e g a n g
muridnya.

Bu Kong melangkah maju, mengangsurkan


p e m b e r i a n k a k e k d e w a i t u s a m b i l b e r k a t a , "S u h u ,
teecu sendiri sebenarnya tidak mengerti sama
s e ka l i . B e n d a i n i t e e c u d a p a t d a r i l o c i a n p w e B u -
b e n g Sians u . K a t a n y a m e r u p a k a n b e n d a y a n g t i a d a
nilainya, a kan tetapi kalau teecu lihat, mengapa
tidak ada sesuatun ya yang istimewa? Apakah
suhu dapat melihat keistimewaannya seperti
yang dikat akan kake k itu?"

M a l a i ka t G u r u n N e r a k a m e n e r i m a "b a r a n g a j a i b ”
ini dan cepat dia meneliti. D an seperti juga
muridnya, dia menemukan tulisan -tulisan ganjil
di permukaan kulit kayu itu dan pendekar ini
tercengang.

"A h h . . . . ! ” h a n y a i n i y a n g d i s e r u k a n d a n d i a
memandang Bu Kong dengan sinar mat a tajam.
"K o n g - j i , a p a s a j a y a n g d i k a t a k a n m a n u s i a d e w a
i t u ke p a d a m u ? "

974
"T i d a k b a n y a k , s u h u . K a t a n y a d i a m e l i h a t h a l - h a l
di masa depan yang mempunyai hubungan erat
dengan teecu. Entah apa maksudnya teecu sendiri
masih bingung. Dapatkah suhu menerangkan?"

P e n d e ka r s a k t i i t u t e r s e n y u m . "A k u s e n d i r i m a s i h
belum jelas, namun setengah bagian agaknya
s u d a h bisa k u t e b a k . B u - b e n g S i a n su memang o r a n g
luar biasa, kecerdasannya sungguh mengagumkan
!"

"K a l a u b e g i t u b a g a i m a n a d u g a a n S u h u s e b a g a i
j a w a b a n r a h a s i a i n i ? ” B u K o ng b e r t a n y a d a n d i a
memandang gurunya penuh perhatian. Kalau bu -
beng Siansu mengatakan benda itu ke lak
mempunyai sangkut -paut erat dengan dirinya,
tentu saja dia tertarik sekali d an ingin segera
mengetahui jawabannya.

A ka n t e t a p i M a l a i k a t G u r u n N e r a k a m e n g g e l e n g .
"K o n g - j i , a k u b a r u m e n d u g a n y a s a j a , d a n i t u p u n
masih setengah -setengah. Tidak, aku be lum
berani mengatakannya dan biarlah kela k kau
sendiri yang mendapatkan jawaban ini. Aga knya
Bu beng Siansu masih akan menemui dirimu lagi
pada suatu hari."

975
"A h , b e n a r s u h u ! K a k e k i t u m e m a n g m e n g a t a k a n
sebelum berpisah bahwa dia a kan menjumpai
teecu lagi di lain kesempatan!" Bu Kong terkejut
dan berseru heran.

"N a h , i t u l a h d i a , " k a t a p e n d e k a r i n i . " Ja d i


rupanya tebakanku t idak akan jauh meleset.
Sudahlah, kita s ama -sama lihat saja nanti dan
p e s a n ku , h a r a p k a u b e r h a t i - h a t i . K a k e k i t u t i d a k
pernah keluar percuma, dan apa yang diberikan
ke p a d a o r a n g l a i n p a s t i b e r g u n a b a g i y a n g
bersangkutan. Seperti juga ini, dia memberikan
p u l a ke p a d a k u k a l i m a t - k a l i m a t g a n j i l y a n g
jawabannya sampai sekarang belum mampu
ku p e c a h k a n . "

P e n d e ka r s a k t i i n i m e n g e l u a r k a n k u l i t k a y u y a n g
dulu dirobeknya dari sebatang pohon dan
memberikan benda itu kepada muridnya. Bu Kong
cepat menerima dan ketika dia membaca lima
baris tulisan halus dan indah itu, diapun
terbelalak.

"Sesungguhnyalah bumi langit Maha Pemurah

Membiarkan manusia berbuat sesukanya

976
Jahat? Boleh!

Baik? Juga boleh!

Mengapa....??"

Bu Kong menjadi penasaran dan gemas sekali


setelah membaca lima baris kalimat itu yang
tidak disertai jawaban. Dia memandang gurunya
d a n b e r t a n y a , "S u h u , t i d a k d a p a t k a h s u h u
meraba-raba jawaban ini?"

P e n d e ka r s a k t i i t u t e r s e n y u m d a n m e n g g e l e n g k a n
ke p a l a . "B e l u m , a k u b e l u m m a m p u m e n y e n t u h
jawabannya. Sayang ketika Bu -beng Siansu
menemui dirimu aku tida k sempat bertemu muka.
Kalau tidak, tent u akan kutanya kan jawaban dari
ka l i m a t - k a l i m a t i t u . "

Bu Kong menyerahkan kembali benda itu kepada


suhunya dan Malaikat Gurun Neraka juga
m e n g e m b a l i k a n k u l i t k a y u m u r i d n y a . "K o n g - j i ,
harap kausimpan baik-baik pemberian kakek itu. Aku yakin
tidak lama lagi kaupun pasti segera menerima jawabannya.
Nah, sekarang kita pulang. Badai di padang pasir menurut
perhitunganku tidak lama lagi akan tiba dan kau harus

977
mencurahkan segenap perhatian dan semangat untuk
menerima tiga jurus terakhir ini !"

"Baik, suhu," pemuda itu menganggukkan kepalanya dan


segera dua orang ini meninggalkan hutan menuju ke utara.

***

Seperti kita ketahui, Gurun Neraka atau Gurun Takla ini adalah
sebuah padang pasir jauh di utara Tiongkok sana, atau
tepatnya, gurun itu terletak di sebelah barat laut Tiongkok,
sebuah lautan pasir yang membentang luas sampai di kaki
langit.

Selama ini gurun itu merupakan daerah mati, sunyi dari kaum
khafilah yang biasanya suka menyeberang bersama onta-onta
mereka. Hal ini tidak aneh mengingat bahwa gurun itu benar-
benar merupakan gurun yang amat ganas sekali.

Siapa tidak mengenal Gurun Neraka? Siapa tidak mengenal


kedahsyatan alam di padang pasir ini? Hampir semua khafilah
tahu belaka! Konon menurut kabar dari mulut ke mulut, lautan
pasir yang amat luas itu di siang harinya memercikkan bunga-
bunga api dari kejauhan dan di waktu malam, bunga-bunga api
yang terlihat pada siang harinya itu berobah menjadi butiran-
butiran es yang berkilauan seperti air jernih!

978
Indah tampaknya, akan tetapi, woww........! Bahaya siap
mengancam siapa saja! Itulah sebabnya mengapa daerah ini
akhirnya menjadi daerah yang sunyi dan mati, sepi dari lalu
lintas orang banyak. Siapa mau mempertaruhkan nyawa di
tempat sedemikian ganasnya? Tidak ada satu orangpun !

Tapi tentu saja hal ini merupakan pengecualian bagi orang-


orang tertentu, yakni misalnya si Malaikat Gurun Neraka
bersama muridnya yang gagah perkasa itu, juga beberapa
tokoh-tokoh sakti seperti Ta Bhok Hwesio atau yang lain-
lainnya. Hanya tokoh-tokoh besar begini jarang sekali datang
kalau tidak mempunyai keperluan penting, dan daerah ini bagi
orang biasa adalah daerah bahaya.

Siang hari itu 'bola api langit' alias sang dewa matahari sedang
bertahta di cakrawala dengan sikap garang. Sinarnya yang terik
merata di permukaan gurun, dan betul seperti kata orang, d i
tengah-tengah padang pasir itu tampak percikan
bunga-bunga api yang indah berwarna -warni.

K e p u l a n u a p m e n d i d i h m e r u p a k a n f a t a mo r g a n a
yang ajaib di atas laut an pasir itu, sebuah
pemandangan yang menarik untuk disaks ikan dari
jauh namun yang menakutkan untuk d idekati.

D a n a g a k m e n g h e r a n k a n . Ja u h d i t e n g a h - t e n g a h
sana, merupakan setit ik kecil bayangan gelap,
duduk bersila seorang pemuda dengan sikap

979
samadhi. Duduknya tegak, kedua mata terpejam
rapat, dada hampir tidak tampak beromb ak dan
ke d u a l e n g a n t e r t u m p a n g di a t a s p a h a .

Melihat pemuda ini duduk dikeliling i oleh bunga -


bunga api yang memercik kesana kemari, sungguh
orang akan menduga bahwa yang berada di
tengah-tengah gurun itu agakn ya seorang dewa
y a n g sedang b e r t a p a d i a t a s b u m i . B e t a p a t i d a k ?
Tubuh yang duduk tegak tanpa bergerak itu
s e a ka n - a k a n s e b u a h p a t u n g b a t u p u a l a m , d a n

980
bunga-bunga api yang meloncat - loncat di
s e ke l i l i n g t u b u h n y a i t u s e o l a h - o l a h m e l i n d u n g i
dirinya dari marabahaya. Sungguh pemandangan
yang amat indah d an me nakjubkan!

Kalau bukan seorang dewa atau sebangsanya,


siapa lag i yang dap at duduk di atas gurun berapi
itu? Demikian tentunya pendapat orang la in yang
ke b e t u l a n m e n y a k s i k a n h a l i n i . N a m u n b a g i p a r a
pembaca tentunya sudah tidak asing lagi dan
anda pasti dap at menebak tepat bahwa pemuda
yang sedang bersamadhi di tengah padang pasir
itu pastilah Yap Bu Kong adanya!

Benar, dugaan ini memang tidak salah. Seperti


telah diceritakan di at as, Mala ikat Gurun Neraka
m e m b a w a p u l a n g m u r i d tu n g g a l n y a i t u u n t u k
menerima gemblengan terakhir, yakni tiga jurus
inti dari Ilmu Silat Lui -kong C iang-hoat.

A ka n t e t a p i k a r e n a i l m u s i l a t t e r a k h i r i n i a m a t
berat sekali dan juga berbahaya sebab harus
dilatih pad a saa t Gurun Neraka sedang d ilanda
badai, maka sebelum ilmu mujijat itu di turunkan
oleh gurunya pemuda ini disuruh bersamadhi
selama tujuh hari penuh di tengah -tengah gurun.

981
Sungguh latihan yang berat se kali. Namun karena
sudah berkali-kali Bu Kong dilatih samadhi oleh
gurunya di padang pasir in i, maka sengatan pas ir -
pasir berapi itu baginya tid ak berpengaruh apa -
apa. Ha n y a satu yang dirasakan agak
mengganggu, yakni rasa haus.

Selama tujuh hari tujuh malam duduk diam di atas


g u r u n s e p e r t i G ur u n N e r a k a i t u b e t u l - b e t u l b u k a n
latihan mudah. Kalau siang tenggorokan terasa
ke r i n g , l u d a h m e n g e n t a l d a n s e b a g a i g a n t i a i r
untuk pelepas dahaga yang tidak tersedia di situ,
p e m u d a i n i h a n y a b e r t a h a n d e n g a n m e nj i l a t
ke r i n g a t y a n g m e n e t e s - n e t e s d a r i k e n i n g n y a !
Benar-benar luar biasa!

Sedangkan di malam hari, pada saat cuac a gelap


gulita dan hawa menjadi luar biasa dinginn ya, Bu
Kong duduk tenang dan mengatur per napasan
untuk menghangatkan tubuh dari serangan kabut
yang muncul di permukaan gurun. Kabut -kabut
inilah yang t ampak oleh orang lain seperti
butiran-butiran es yang berkilauan. Rupanya uap
mendidih yang merupakan fatamorgana di siang
harinya itu mengendap di atas jutaan pas ir dan
ke t i ka h a w a d i n g i n m e n y e r a n g , u a p i n i l a l u
memantulkan cahaya putih seperti air jernih yang
b e r ki l a u - k i l a u a n .

982
Suasana di siang hari itu sunyi senyap. Tidak ada
suara, tidak ada gerakan. Semuanya serba mati,
hening dan amat mencekam. Kalau ada yang
bergerak, satu -satunya benda yang bergerak
ialah pas ir -pasir di gurun itu yang dihembus
angin lalu, berdesir dan bergulung lembut
b a g a i ka n o m b a k s a m u d e r a d i p a n t a i l a u t .

Ha r i i t u s a m a d h i m u r i d M a l a i k a t G u r u n N e r a k a i n i
merupakan hari ketujuh, jadi hari terakhir. Dan di
t e p i g u r u n , a g a k j a u h ke s a n a , s e b u a h h u t a n
menghijau rimbun. Di hutan inilah Bu Kong
pertama kalinya berjumpa dengan Siu Li yang
p a d a w a k t u i t u d a t a n g b e r s a m a - s a m a F a n Li s e r t a
limapuluhan pasukan Yueh untuk mengabarkan
p e n g kh i a n a t a n t h a i k a m L i e F u n g .

S e m u a n y a i n i t e l a h d i c e r i t a k a n d a l a m " Ha n c u r n y a
Sebuah Kerajaan" jiiid pertama yang lalu, dan
t e m p a t i t u b a g i B u K o n g m er u p a k a n t e m p a t y a n g
mengesankan hatinya.

S e p e r t i j u g a k e a d a a n g u r u n ini, hutan itupun s u n y i


dan m a t i . Ha n y a t i u p a n a n g i n sajalah yang
m e n g g e r a k - g e r a k k a n daun p o h o n dan sesekali
mer o n t o k k a n d a u n - d a u n y a n g sudah menguning
tua.

983
B i a s a n y a h u t a n i t u s e l a l u d e m i k i a n keadaann y a ,
h e n i n g d a n s u n y i s e n y a p . A k a n tetapi s e p e r t i j u g a
ke a d a a n - k e a d a a n y a n g a d a di dalam d u n i a i n i ,
a g a kn y a tidak a d a s e s u a t u y a n g bersifat abadi.
S e l a l u a d a - a d a saja p e r o b a h a n y a n g t e r j a d i , b a i k
yang dialami oleh m a n u s i a s e r t a mahluk-m a h l u k
h i d u p l a i n n y a , m a u p u n y a n g d i a l a m i o l e h alam
sendiri.

Hu t a n y a n g tadi s u n y i tanpa s u a r a i t u tiba-t i b a


d i ke j u t k a n oleh j e r i t s e e k o r r u s a y a n g m e n d a d a k
m e l o m p a t k e l u a r dari k e r i m b u n a n s e m a k - s e m a k
b e l u ka r . B i n a t a n g i n i b e r l a r i c e p a t d e n g a n
ke e m p a t k a k i n y a yang p a n j a n g i t u , m e n e r o b o s
sana menyusup s ini seakan- a k a n sedang
menyelamatkan diri dari ancaman baha ya.

A p a y a n g t e r j a d i ? K e n a p a r u s a i t u b e r t er i a k
ke t a ku t a n ? K a l a u k i t a m e n e l i t i m a k a j a w a b a n d a r i
p e r t a n y a a n ini a k a n s e g e r a t e r j a w a b . K i r a n y a
s e e ko r h a r i m a u l o r e n g s e b e s a r a n a k l e m b u
mengaum di belakang rusa itu !

Ah, i n i l a h d i a y a n g m e n y e b a b k a n perobahan
s u a s a n a d i d a l a m h u t a n . D a n b e g i t u d u a e k o r bi-
n a t a n g i n i k e j a r - k e j a r a n , s e g e r a l a h ketenangan
h u t a n t erganggu. S e m u a n y a t i b a - t i b a m e n j a d i

984
gaduh, j e r i t r u s a s e r t a a u m h a r i m a u l o r e n g i t u
memenuhi isi hutan dan kekacauanpun terjadilah.

A g a kn y a d u n i a i n i d i m a n a - m a n a s a m a s a j a . A s a l
ada gerakan di s itu pula past i ada keributan.

Ha r i m a u l o r e n g y a n g k e l a p a r a n i t u m e n g e j a r
mangsanya secepat angin, akan tetap i rusa
adalah b inatang yang terkenal cepat pula larinya.
Apalagi merasa jiwanya terancam, binatang ini
melesat ke depan secepat terbang dan keempat
ka ki n y a s e a k a n - a k a n m e l a y a n g d i a t a s p e r m u k a a n
tanah.

K e j a r - ke j a r a n y a n g s e ru t e rj a d i d i h u t a n i n i , y a n g
satu hendak merenggut nyawa, sedangkan yang
lain hendak mempertahankan nyawa. Kedua nya
sama-sama cepat d an lincah sehingga jarak
diantara mereka tetap bertahan. Namun sayang,
rusa yang sedang keta kutan dan gugup itu tiba -
tiba terperosok. K aki depannya tertekuk dan tak
ampun lagi tubuhnya terjungkal roboh !

T e n t u s a j a h a r i m a u i t u m e n g a u m g ir a n g . S e k a l i
lompat si raja rimba ini menerkam mangsanya
dengan sikap buas.

985
"W u u t . . . . . . c r a t t "

Kedua kaki depannya yang mengulur cakar


setajam pisau itu m enancap di punggung rusa dan
binatang itu memekik kesakitan. Tubuhnya
menggeliat, meronta dan dengan sekuat tenaga
rusa itu membalikkan bad annya dan mendupak.
G e r a ka n i n i m e n g a k i b a t k a n d a g i n g - p u n g g u n g n y a
terobek namun cakar yang menancap itupun
terlepas.

Tentu saja harimau itu marah. Mangsa yang sudah


d i t a n g ka p k i n i l o l o s l a g i d a n r u s a i t u mel a r i k a n
diri sambil menjerit -jerit. Darah di punggung
membasahi tanah, deras mengalir dari daging
yang terobek lebar itu dan hal in i membuat
harimau loreng semakin buas . Mencium darah
segar dari calon mangsanya itu membuat air liur
raja hutan ini menetes -netes turun dan t iba -tiba
dia mengaum dahsyat.

(Bersambung jilid ke X V I )

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 15

986
987
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 16

KARENA marah melibat korbannya terlepas, harimau itu


melompat sambil menggereng. Dia mengejar lagi dan karena
rusa itu sudah terluka, binatang ini tidak secepat tadi larinya.
Auman si raja hutan yang membuat semangatnya seakan
terbang itu terdengar dekat sekali di belakangnya. Dapat
diiduga, bahwa tidak lama lagi rusa ini pasti tertangkap dan
tubuhnya tentu akan dirobek-robek harimau yang marah dan
kelaparan itu.

Akan tetapi, mendadak terjadi perubahan. Rusa yang diburu


maut itu agaknya sudah benar-benar ketakutan sekali dan
kalau tadi binatang ini masih keluar masuk hutan mencari
persembunyian, adalah sekarang dia berlari ke depan menuju
padang pasir!

Dan begitu sampai di tepi gurun, rusa ini mau melompat dan
terbang di atas gurun berapi itu. Harimau loreng yang pada
saat itu jaraknya tinggal satu meter lagi dan sudah hampir
berhasil, rupanya juga terlalu dikuasai marahnya dan tanpa

988
pikir panjang lagi si raja hutan itu ikut melompat dan
mengejar.

Namun, inilah kesalahannya. Kalau saja dia tidak ikut-ikut,


tentu dirinya selamat dan rusa itulah yang menjadi korban
keganasan Gurun Neraka. Akan tetapi, dasar binatang berotak
udang, dia terlalu mengumbar kemarahan diri sendiri, begitu
dia ikut melompat dan mengejar di padang pasir, tiba-tiba
harimau itu mengaum kaget.

Keempat kakinya yang menginjak lautan pasir itu sekonyong-


konyong mengeluarkan suara ’nyess' dan si raja hutan
berteriak keras. Walaupun telapak kakinya berdaging tebal,
akan tetapi, disentuh pasir yang pada saat itu seperti bara api
sendiri mana harimau itu tahan?

Maka begitu kakinya terbakar, binatang itu baru merasa kaget


dan ketakutan. Barulah dia sekarang sadar bahwa dirinya
memasuki daerah bahaya. Daging tebal di bawah telapak
kakinya melepuh dan sebentar saja tercium bau sangit daging
terbakar.

Tentu saja harimau itu kesakitan dan sambil menggereng


marah kakinya menggaruk. Maksudnya mungkin untuk
memadamkan bara api yang membakar telapak kakinya itu,
namun, perbuatannya itu malah berakibat lebih jelek lagi.

Karena dia bukan menggaruk di tanah biasa, melainkan


menggaruk di atas pasir berapi, maka hal ini sama saja dengan

989
menggali lubang api dan menjebloskan kakinya di atas lautan
pasir yang panas itu. Gerakan ini malah membuat lubang
dalam yang menanam keempat kakinya dan segera harimau
itu meraung dahsyat.

Kakinya yang menggaruk-garuk itu malah seolah-olah seperti


dimasukkan ke sebuah tungku dan harimau ini memang tidak
tahu bahwa semakin dalam pasir yang digalinya, panasnya
bahkan semakin menghebat. Hal ini disebabkan karena terik
matahari di siang harinya telah diserap oleh jutaan pasir Gurun
Neraka ini dan itulah sebabnya semakin dalam pasir yang
digaruk, panasnya semakin luar biasa sekali.

Maka tidaklah mengherankan apabila si raja hutan yang


terjebak dalam galian pasir itu meraung-raung kesakitan.
Hendak keluar sudah tidak mungkin lagi. Karena lautan pasir
ini lunak seperti lumpur, akan tetapi, hendak tinggal di situ
juga tidak mungkin pula. Semuanya serba salah bagi binatang
ini dan celakanya, akibat gerakan tubuhnya yang selalu
meronta tak pernah diam, pasir-pasir itupun bergerak dan
tubuh harimau ini perlahan-lahan amblas ke bawah mengikuti
goyangan badannya!

Sungguh mengerikan! Semakin hebat binatang itu meronta,


semakin hebat pula tubuhnya amblas ke bawah dan pada saat
itu, bunga-bunga api yang berpercikan di atas gurun mulai
menyentuh bagian atas tubuhnya. Mula-mula di atas
punggung, lalu kepala, ekor, dan akhirnya seluruh tubuh
harimau ini tidak ada yang ketinggalan. Dilihat dari jauh,

990
percikan api yang berterbangan di atas tubuh harimau itu
seakan kunang-kunang setan di tanah kuburan!

Amat mengerikan! Dan kalau keadaan sudah sedemikian rupa,


Anda tentunya dapat membayangkan sendiri apa yang akan
menimpa si raja hutan yang sial ini. Bulunya mulai terbakar,
bau sangit mulai menghebat dan harimau itu sudah seperti
binatang gila. Mulutnya terbuka lebar-lebar dan raungnya
yang amat dahsyat menggetarkan permukaan gurun. Binatang
ini melolong, mengaum, dan memekik dahsyat saking panik
dan takutnya dengan maut yang hendak merenggut
nyawanya perlahan-lahan itu. Namun, siapa yang akan
menolongnya?

Selain Bu Kong yang berada jauh di tengah gurun sana, tidak


ada orang lain lagi. Padahal, pemuda itu sendiri sedang
khusyuk bersamadhi. Jangankan auman seekor harimau, biar
ada halilintar meledak di samping tubuhnya juga belum tentu
sanggup membangunkan murid Malaikat Gurun Neraka yang
sudah mencapai titik puncak dalam samadhinya itu.

Maka, sekarang tampaklah pemandangan yang benar-benar


dapat membuat bulu tengkuk meremang ini. Harimau itu
mulai terbakar hidup-hidup! Asap mula-mula membubung
tipis di udara dan beberapa detik kemudian ... 'byaarrrr' api
besar mulai berkobar!

Dan seperti sedang bermimpi buruk saja, kita akan melihat


betapa harimau itu sia-sia belaka dalam menyelamatkan

991
dirinya. Gurun Neraka memang terkenal ganas! Dan sekali
dicoba-coba, hukumannya hanyalah mati! Ini sudah dikenal
oleh para khalifah dan itulah sebabnya mengapa mereka sama
sekali tidak mau mempergunakan gurun ini sebagai tempat
penyeberangan. Mereka tahu, sekali onta mereka lewat di atas
padang pasir ini, maka nasib binatang tunggangan satu-
satunya ini pasti juga akan sama seperti nasib harimau yang
sial itu.

Api sekarang berkobar besar, menjilat-jilat seperti ludah


seekor naga merah. Harimau itu menjerit-jerit, namun sang
dewa api sama sekali tidak menghiraukan raungan sengsara
ini. Dia tetap berkobar, tak ambil perduli akan semua rintihan.

Dan akhirnya, pada saat harimau itu berada pada puncak


sakramatul mautnya, terdengar raung yang luar biasa
dahsyatnya, lalu semuanya diam. Keadaan sunyi kembali
seperti sediakala. Hanya terdengar suara bergemerataknya api
di tengah-tengah gurun, dua buah banyaknya karena satu di
tempat harimau ini sedangkan yang lain adalah di tempat si
rusa yang telah terlebih dahulu menjadi abu dan tewas dengan
keadaan yang amat mengerikan.
Demikianlah, Gurun Neraka telah meminta korban!

Dari semua kejadian ini maka pantaslah kalau padang pasir itu
disebut sebagai Gurun Neraka karena panasnya benar-benar
seperti api neraka sendiri! Nama yang diberikan orang untuk
padang pasir benar-benar tepat sekali, sesuai dengan
kenyataan yang ada.

992
Dan satu jam kemudian, setelah api unggun di tengah gurun
padam, tiba-tiba terjadi perubahan di angkasa. Langit bagian
Selatan mendadak tampak menghitam. Awan mendung
berarak dari tempat ini menuju ke atas gurun. Dan sebentar
kemudian, tiba-tiba dari bagian Barat, Utara, dan Timur juga
tampak gumpalan awan hitam melayang cepat menuju ke
padang pasir ini.

Sungguh aneh melihat mendung-mendung yang datang dari


empat penjuru itu. Mereka seakan-akan mengepung Gurun
Neraka dan pada saat mendung-mendung raksasa ini hampir
bertumpukan, tiba-tiba saja mereka berhenti seakan ada suatu
tenaga tak tampak yang menahan empat kumpulan awan
hitam itu.

Dan sungguh luar biasa. Pemandangan yang kali ini terlihat di


atas gurun sungguh ajaib. Betapa tidak? Mendung-mendung
raksasa yang berkumpul di atas gurun menghalangi sinar
matahari sehingga seluruh permukaan padang pasir menjadi
gelap, dan hanya satu tempat saja yang kejatuhan cahaya bola
api langit itu, yakni bagian tengah yang kosong karena
mendung-mendung itu berhenti mendadak.

Akibatnya, sorot matahari membentuk lorong cahaya perak


yang menyilaukan mata dan cahaya itu tepat sekali menimpa
diri Bu Kong yang sedang bersamadhi di tengah gurun.
Sungguh ajaib!

993
994
Kalau Anda kebetulan dapat menyaksikan pemandangan yang
benar-benar ajaib ini dengan mata kepala sendiri, Anda pasti
akan takjub bukan main. Seluruh pesona mukjizat akan
menguasai diri Anda dan Anda akan terpukau tanpa suara.

Melihat seorang manusia mandi cahaya pagi bukanlah hal


aneh. Akan tetapi, melihat seorang manusia mandi sinar
matahari pagi yang membentuk lorong panjang dari langit
yang putih keperakan inilah hal yang benar-benar luar biasa,
kejadian yang amat langka dan hampir tidak pernah terdapat
di muka bumi!

Sungguh luar biasa! Kata-kata saja kurang sempurna untuk


menggambarkan keadaan dan keajaiban alam itu. Hanya
perasaanlah yang jauh lebih sempurna merasakan dan
menerima getaran-getaran alam yang maha ajaib.

Akan tetapi, Bu Kong sendiri sama sekali tidak mengetahui


akan keajaiban yang melanda dirinya itu. Pemuda itu sedang
mencapai titik samadhinya yang tertinggi. Dia seakan-akan
mati, rohnya seakan sedang melayang di tempat lain dan
pernapasan halus yang terjadi hanyalah akibat gerak otomatis
dari denyutnya jantung.

Malaikat Gurun Neraka yang selama ini menjaga muridnya dari


tempat kejauhan, terbelalak takjub ketika melihat lorong
cahaya matahari yang menimpa tubuh muridnya yang sedang
bersamadhi itu. Pemandangan ini seolah-olah menunjukkan

995
berkah langit yang maha ajab dan tentu saja pendekar sakti itu
tertegun.
“Puja puji kepada Maha Surya.....!” Malaikat Gurun Neraka
berseru perlahan dan menjatuhkan diri berlutut memberi
hormat kepada Dewa Matahari. Seperti diketahui, orang-
orang jaman dulu banyak mempunyai dewa-dewa sendiri dan
di antara sekian banyaknya dewa, biasanya ada beberapa yang
merupakan maha dewa bagi mereka.

Demikian pula halnya bagi pendekar sakti itu. Karena ilmu


silatnya sebagian besar mengandung tenaga Yang-kang
(panas) padahal yang menjadi pusat dan tenaga Yang adalah
Dewa Matahari, maka terhadap dewa ini dan menyebutnya
Maha Surya.

Setelah memberi hormat dengan pantas, Malaikat Gurun


Neraka berdiri kembali dan memandang muridnya yang masih
bersamadhi itu dengan mata bersinar-sinar. Betapa
beruntungnya muridnya itu mendapatkan berkah dari Sang
Maha Surya!

“Kong-ji, nasibmu sungguh baik. Dengan berkah ini, berarti


Maha Surya berkenan memasukkan inti tenaga saktinya ke
dalam tubuhmu. Ahh, sungguh luar biasa sekali, selamat..........
selamat muridku....” pendekar itu bergumam perlahan dan dia
menanti lenyapnya lorong cahaya ini.

Menurut yang diketahuinya lorong dewa matahari itu hanya


akan berjalan selama setengah menit saja. Setelah itu, lorong

996
ini akan lenyap karena berarti Maha Surya telah selesai
memberkahi manusia yang menjadi pilihannya.

Betul saja, tiga puluh detik kemudian tiba-tiba saja mendung


dari empat penjuru itu bergerak. Masing-masing bercampur
baur satu sama lain dan seketika lenyaplah lorong ajaib yang
tadi menimpa Bu Kong.

Kini semuanya tampak gelap dan anginpun tiba-tiba mulai


berkesiur dingin. Malaikat Gurun Neraka yang melihat tanda-
tanda badai akan datang segera bergerak cepat. Tubuhnya
melesat ke depan menghampiri muridnya dan dua jari tangan
kanannya menotok tengah-tengah kening.

Itulah jalan darah Pi-Peh-Hiat yang paling tepat dipergunakan


untuk menyadarkan seseorang yang telah tenggelam selama
berhari-hari dalam siu-lian (samadhi). Tubuh Bu Kong tiba-tiba
bergetar dan getaran ini berarti masuknya kembali kesadaran
ke dalam semangat seseorang.

Bu Kong mengeluarkan keluhan panjang, perlahan-lahan


matanya dibuka dan dia terkejut melihat keadaan yang gelap
di atas gurun.
“Kong-ji selamat! Maha Surya telah memberkahimu dan
kini tenaga saktimu sepuluh kali lipat lebih kuat dari semula!”
tiba-tiba terdengar suara Malaikat Gurun Neraka dan Bu Kong
menoleh kaget.
“Suhu.......!” pemuda itu menjatuhkan diri berlutut di
depan orang tua itu. Lalu memandang gurunya dengan mata

997
terbelalak heran. Dia tidak mengerti arti ucapan gurunya,
maka tentu saja dia tidak tahu apa maksudnya pemberian
selamat itu.
Pendekar itu tersenyum dengan wajah beerseri. “Kong-
ji, bangunlah. Badai hampir tiba dan tidak banyak waktuku
untuk menerangkan hal ini kepadamu. Akan tetapi, kalau kau
tidak percaya, coba sekarang kau gerakkan hawa sin-kang dari
tan-tian, putar di perut sebanyak tiga kali, lalu salurkan ke
tangan dan kakimu. Nah, begitu ... Ya ... Betul ... Betul ... Apa
yang kau rasakan?”

Bu Kong tercengang keheranan. Ketika dia mengerahkan hawa


sin-kang dari tan-tian, tiba-tiba dia merasakan suatu tenaga
raksasa bergolak hebat, seperti air mendidih atau seperti juga
pusaran air di laut selatan! Tentu saja dia agak terkejut. Tenaga
yang bergolak ini seperti raksasa yang bangun dari tidur, tiba-
tiba bergerak dan membuat tubuhnya berguncang. Dan, ketika
dia menggerakkan tenaga ini di dalam perutnya sebanyak tiga
kali, Bu Kong berteriak kaget. Hawa panas bergerak-gerak di
dalam perutnya dan dia seakan diangkat-angkat ringan seolah
hendak terbang!

“Suhu.... ahh, tubuh teecu..... ringan..... ringan sekali! Ehh,


bagaimana ini? Dan kaki teecu.... kaki teecu seakan-akan
hendak meloncat terbang! Dan.... ahh, celaka suhu.... tangan
teecupun juga sama, hendak melompat-lompat...! Suhu,
bagaimana ini...?”

998
Bu Kong pucat mukanya dan tiba-tiba saja kedua tangan dan
kakinya bergerak-gerak sendiri tanpa diminta! Tentu saja
pemuda itu menjadi gelisah dan ngeri karena dia merasa
seolah-olah ada roh iblis di dalam tubuhnya yang minta keluar!

Pemuda ini memang tidak tahu bahwa lorong gaib yang


menyinari tubuhnya dalam setengah menit tadi telah
membuat banyak perobahan di dalam tubuhnya. Jalan darah
Sin-liong-hiat (Jalan Darah Naga Sakti) yang oleh Bangsa India
disebut pula sebagai Kundhalini Shakti, berkat penyinaran
Maha Surya berhasil dijebol dari sumbatannya.

Sebagimana diketahui, pada diri setiap orang manusia


terdapat inti kekuatan gaib yang bersembunyi di dalam
Kundhalini Shakti itu. Hanya karena banyak orang tidak tahu,
maka kekuatan suci yang maha dahsyat ini "tidur" dalam
tubuh manusia dan hanya apabila karena dorongan tiba-tiba
karena pengaruh Alam sajalah maka kekuatan pokok itu
"bangun".

Tentu saja bukan suatu hal mudah untuk membangunkan


kekuatan gaib ini. Tidak sembarang orang bisa dan belum
tentu dari sejuta orang akan terdapat satu yang berhasil.

Maka tidaklah heran jika Bu Kong yang baru saja sadar dari
samadhinya yung khusuk selama tujuh hari itu merasa kaget
dan ngeri. Bergolaknya tenaga raksasa yang tadi dikerahkan
dari daerah tan-tian tiba-tiba saja bergolak. Dia tidak tahu
bagaimana caranya untuk menghentikannya. Perasaan ini

999
masih terlalu asing baginya dan pemuda itu mirip sebuah
motor yang sudah distarter akan tetapi, tidak tahu cara
mematikannya!

Tentu saja runyam. Getaran di dalam tubuhnya kian lama kian


dahsyat dan Bu Kong akhirnya menggigil seperti orang
kedinginan. Dia merasa tenaga yang amat dahsyat itu
membanjir di dalam tubuhnya, seperti tanggul jebol yang
minta jalan keluar.

“Suhu, teecu ..... teecu tidak tahan.... tenaga ini bergolak terus-
menerus! Bagaimana menghentikannya? Aduh, teecu merasa
seperti ditiup, suhu.... seperti balon yang akan meledak.....!
Uhh...... uhh celaka......!”

Bu Kong terhuyung-huyung dan kedua matanya merah,


memandang gurunya dengan mata terbelalak lebar. Akan
tetapi, karena dia merasa tenaga yang amat dahsyat
melembung di dalam tubuhnya, maka kelopak matanya
menyipit tertutup gelembung hawa sakti itu dan hampir
terpejam.

Pada saat itu, Malaikat Gurun Neraka yang juga merasa


terkejut sebab sama sekali tidak menyangka bahwa perobahan
yang terjadi demikian cepatnya, sedikit merasa tegang juga
melihat keadaan muridnya itu. Untunglah, pendekar sakti yang
telah banyak makan asam garam dunia kehidupan itu tidak
digoncangkan perasaan cemas.

1000
Hanya sedetik dia merasa gugup dan di lain saat diapun sudah
dapat mengambil keputusan. Dilihatnya awan hitam
bergumpal-gumpal di atas padang pasir. Seluruh permukaan
gurun gelap tak mendapatkan cahaya matahari karena
terhalang mendung tebal di angkasa. Dan angin yang tadi
berkesiur dingin kini tiba-tiba menderu bergemuruh.

Samudera pasir di Gurun Neraka mulai bergerak. Mula-mula


mereka berombak lemah naik turun mengalun santai. Akan
tetapi, ketika angin dari Utara mulai meniup kencang,
segeralah ombak pasir ini membesar, bergelombang seperti
ombak di Laut Lam-hai!

Segeralah semuanya menjadi gemuruh. Deru angin topan yang


datang itu membuat lautan pasir di Gurun Neraka
bergelombang setinggi tiga sampai lima meter, merupakan
dinding pasir yang bergerak hidup naik turun di atas gurun!

Mulailah badai mengamuk. Gerakan pasir yang didorong oleh


tiupan angin topan ini segera disusul oleh kilatan sinar
cemerlang di langit hitam. Petir berkelebat dan sedetik
kemudian terdengarlah suatu ledakan halilintar di balik
mendung-mendung raksasa itu seakan-akan pekik Dewa Hujan
yang memberikan komando bagi pasukannya untuk
menyerang!

Dan mulailah Gurun Neraka diamuk badai. Hujan turun seperti


dicurahkan dari langit angin menderu kencang bergemuruh
dan lautan pasir kini bangkit melawan membentuk dinding-

1001
dinding hidup yang berjalan di atas gurun seolah-olah hendak
menentang datangnya serangan lawan! Sungguh mengerikan!

Namun, hal inilah yang justru ditunggu-tunggu oleh pendekar


sakti itu. Begitu badai yang dinanti-nantikan ini tiba, Malaikat
Gurun Neraka mengeluarkan pekik dahsyat dan tiba-tiba
menendang tubuh Bu Kong.

“Dess!” pemuda itu terlempar bergulingan ke tengah gurun


yang sedang mengganas ini dan sejenak Bi Kong terkejut. Sama
sekali dia tidak menyangka bahwa jawaban yang diberikan
suhunya itu berupa tendangan!

“Suhu....!” dia berteriak kaget namun suaranya lenyap ditelan


gemuruhnya badai.

Dan pada saat itulah tiba-tiba Bu Kong mendengar bisikan


suara Coan-im-jip-bit dari gurunya yang menembus segala
kegaduhan,

“Kong-ji, ujian bagi dirimu telah tiba. Tenaga dahsyat yang


bergolak di dalam tubuhmu harus cepat kau salurkan keluar.
Kalau tidak, tubuhmu benar-benar akan meledak. Badai telah
datang dan kau harus berjuang menyelamatkan diri dari
dinding-dinding pasir yang berjalan ini. Cepat, pergunakan
Jouw-sang-hui-teng dan lompatlah ke puncak gelombang pasir
itu agar kau tidak tertimbun binasa. Akan tetapi, kalau dinding-
dinding pasir yang berjalan ini berada di depanmu, kau harus

1002
memukulnya buyar. Nah, kerjakan baik-baik semua
petunjukku ini dan semoga kau berhasil......”

Itulah suara gurunya yang dikerahkan dengan tenaga khi-kang


melalui Coan-im-jip-bit dan Bu Kong tidak dapat bertanya lagi.
Dia dilempar ke tengah badai yang sedang mengganas, dan
tiba-tiba sebuah dinding pasir setinggi empat meter
menghampiri dirinya dengan cepat dan siap menguburnya
hidup-hidup!

Tentu saja Bu Kong terkesiap. Selama bertahun-tahun berada


di gurun ini, belum pernah ada badai seperti itu. Menurut
gurunya, badai yang melanda padang pasir ini terjadi setiap
dua puluh tahun sekali dan sekarang dengan mata kepala
sendiri dia melihat kedahsyatan badai itu, tentu saja dia
terkejut.

“Ahhh....!” Bu Kong berteriak dan secepat kilat dia memukul


ke depan. Inilah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan diri
karena untuk melompat dia sudah tidak keburu lagi.

“Blaarrr......!”

Sungguh mengejutkan dan Bu Kong sendiri terbelalak. Dinding


pasir setinggi empat meter itu tiba-tiba roboh seperti kain
basah dan ambruk di atas gurun, lenyap tidak berbekas.

1003
Bu Kong tertegun dan dari jauh terdengar seruan gurunya,
“Bagus...!”

Suara ini membuat pemuda itu meluap semangatnya dan


ketika dinding pasir yang kedua datang menghampirinya, Bu
Kong melengking nyaring dan menghantam ke depan.

“Desis....!” dinding pasir itu terpental roboh dan muncrat


berhamburan. Bu Kong girang sekali melihat kenyataan ini dan
dia terutama merasa gembira ketika merasakan bahwa
kepalanya yang tadi pening penuh hawa itu sekarang agak
berkurang, enteng dan nyaman.

Mengertilah dia kini mengapa gurunya tadi memerintahkan


agar dia menyalurkan kelebihan hawa sakti yang masih liar itu
dengan memukul dinding pasir. Selain untuk menyelamatkan
diri dari timbunan dinding-dinding pasir itu, juga sekaligus
untuk mengurangi gelembung hawa sakti yang bergolak di
dalam tubuhnya.

Maka ketika dirinya diserbu dinding pasir yang berjalan


kencang setinggi rumah susul-menyusul ini, Bu Kong tiba-tiba
tertawa bergelak.

“Ha-ha-ha, hayo sahabatku Gurun Neraka, marilah kita


bermain bersama-sama sampai kita kehabisan tenaga, lihat
siapa yang lebih unggul, kau atau aku....!”

1004
Pemuda itu berteriak dan segera disambutnya gelombang
pasir ini dengan muka gembira. Dihantamnya dinding-dinding
pasir itu, dirobohkannya mereka dan segera tubuhnya lenyap
tergulung ombak-ombak pasir yang membukit itu.

Malaikat Gurun Neraka sendiri yang menonton dari kejauhan,


kini tak dapat melihat muridnya lagi yang bergerak semakin ke
tengah. Dinding pasir yang tinggi itu menghalangi
pandangannya ke depan dan dengan hati berdebar pendekar
sakti ini hanya mengandalkan ketajaman pendengarannya.

Pekik dan teriakan muridnya itulah yang dijadikan pegangan.


Hal ini berarti bahwa selama itu muridnya masih selamat. Akan
tetapi, kalau suara muridnya hilang, tentu sedang terjadi
sesuatu, yang mengancam keselamatan pemuda itu.

Dan kalau hal ini terjadi, tentu saja dia tidak akan berpeluk
tangan. Secepat mungkin dia harus menolong muridnya itu,
akan tetapi, hal ini berarti ujian yang ditempuh muridnya
gagal. Dan kalau terjadi kegagalan ini, berarti Bu Kong belum
siap untuk menerima tiga jurus sakti yang merupakan inti Lui-
kong Ciang-hoat.

Maka hal ini cukup menegangkan juga. Di satu pihak pendekar


sakti itu ingin agar Bu Kong berhasil. Namun, di lain pihak, dia
juga agak merasa gelisah apabila muridnya yang sedang
'bertanding' di tengah badai yang mengganas itu sampai tewas
terkubur hidup-hidup.

1005
Sementara itu, Bu Kong yang sedang berteriak-teriak di tengah
badai dikepung puluhan dinding berjalan. Berkali-kali pemuda
ini berhasil menyelamatkan diri dan memukul robah serangan
lawan, namun, akhirnya terasa juga olehnya bahwa kian lama
tenaganya kian lemah.

Dan dalam keadaan seperti itu, di mana dia tidak sempat


memukul ke depan, maka jalan satu-satunya ialah
mengerahkan Jouw-sang-hui-teng dan dengan ilmunya
meringankan tubuh tingkat tinggi itu, Bu Kong melompat di
atas dinding pasir dan melampauinya.

Akan tetapi, karena di mana-mana selalu terdapat bukit-bukit


pasir itu, maka di mana saja kakinya mendarat, maka di situ
pula tubuhnya selalu terkurung. Akibatnya, pemuda ini
terpaksa melompat-lompat dari satu puncak gelombang ke
lain puncak berikutnya seperti burung besar yang beterbangan
tiada henti.

Mengandalkan ilmu gin-kangnya yang disebut Jouw-sang-hui-


teng, memang dapat dia menyelamatkan diri dari timbunan
ombak-ombak pasir setinggi bukit anakan itu. Akan tetapi,
kalau hal itu terjadi ribuan kali mana Bu Kong sanggup
bertahan tanpa merasa lelah?

Tenaga sakti yang bergolak dahsyat di dalam tubuhnya sudah


disalurkan sehingga kekuatan yang seperti air banjir itu telah
mendapatkan jalan keluarnya. Kaki tangan yang tadi bergerak-
gerak sendiri kini sudah normal kembali dan pemuda ini

1006
merasa betapa tubuhnya ringan bukan main. Lompatan-
lompatannya sekarang di luar dugaan. Kalau dulu dia mampu
melompat setinggi empat lima tombak adalah sekarang dia
mampu melompat sampai belasan tombak sehingga puncak
bukit pasir yang paling atas pun sudah jauh di bawah kakinya!

Tentu saja hal ini amat menggembirakan, namun untuk


pertama dan kedua kalinya hampir saja dia celaka. Lompatan
yang terlampau tinggi dan sama sekali di luar dugaan itu
membuat keseimbangan tubuhnya tidak terkendalikan. Dan
ketika jatuh kembali, hampir saja dia teruruk dinding pasir
yang selalu menghantamnya.

Syukurlah, setelah beberapa kali melambung di udara,


mulailah dia mampu mengendalikan diri sendiri sehingga kini
lompatan-lompatannya berdasarkan Jouw-sang-hui-teng
mampu diatur sedemikian rupa.

Saking asyik dan gembiranya beterbangan di antara


gelombang badai, Bu Kong tidak tahu lagi berapa lama berada
di situ. Badai pasir yang menerjang ganas itu kini tidak
dianggapnya sebagai lawan, akan tetapi, malah sebagai teman
bermain. Tentu saja permainan yang amat berbahaya karena
sekali lengah, tidak mustahil dirinya bakal terkubur hidup-
hidup ditelan bukit pasir yang didorong angin topan dahsyat
itu.

Akhirnya, lima jam sudah berlalu dan satu-satunya tanda yang


dirasakan pemuda itu adalah rasa lelah yang amat sangat.

1007
Sekarang, teringatlah dia apa yang sedang terjadi. Pakaiannya
robek-robek, rambutnya basah awut-awutan, dan seluruh
tubuhnya pun basah kuyup ditimpa hujan yang seakan
dituangkan dari langit.

Napasnya mulai terengah-engah dan sekarang Bu Kong tidak


melengking-lengking lagi seperti tadi. Ombak pasir yang
membukit juga tidak seganas mula-mula dan anginpun mulai
reda. Namun, hal ini tidak berarti Bu Kong sudah bebas dari
bahaya. Tidak, gelombang besar masih sekali dua menyerang
dirinya dan ketika Bu Kong benar-benar kehabisan tenaga,
lompatannya kurang cepat dan tubuhnya tertimbun pasir.

Pemuda itu terkejut, mukanya pucat, dan dia tidak dapat


tertawa-tawa lagi. Cepat dia mengerahkan tenaga untuk
keluar dari urukan itu, akan tetapi, baru setengah berhasil tiba-
tiba gelombang yang kedua menghantamnya tanpa ampun.
Akibatnya, tubuh pemuda itu kembali terjengkang dan setiap
kali dia mencoba keluar, setiap kali itu pula dia kurang cepat
sehingga selalu didahului lawan.

Mulailah pemuda ini mengeluh. Sekarang dia sukar untuk


membebaskan diri dan tubuhnya sebatas paha terkubur di
dalam pasir. Gelombang masih tetap menyerang dan karena
tidak dapat mengelak, maka satu-satunya jalan adalah
memukulkan kedua lengannya membuyarkan gulungan
ombak pasir itu.

1008
Akan tetapi, seperti telah dikatakan tadi, berjuang melawan
badai selama lima jam bukanlah suatu hal mudah. Tenaganya
sudah terkuras banyak dan tubuhnya lemas bukan main. Oleh
karena itu, meskipun pukulan-pukulannya berhasil
membuyarkan bukit pasir itu, akan tetapi, karena dia tak dapat
mengelak, maka ambruknya pasir-pasir ini menimpa dirinya
dan kian lama kian dalam juga tubuhnya terkubur.

Akhirnya, Bu Kong benar-benar menjadi pucat ketika


timbunan pasir ini sudah mencapai lehernya! Kedua
tangannya benar-benar tak dapat digerakkan lagi dan kini yang
tampak hanya kepalanya yang nongol di atas permukaan
gurun!

Dan ketika dua kali gelombang pasir menerjangnya datang,


pemuda ini mengeluh dan pingsan tak sadarkan diri. Namun,
bertepatan dengan robohnya pemuda ini, badai di atas
gurunpun berhenti. Segalanya menjadi seperti sediakala dan
sunyi melengang.

Malaikat Gurun Neraka yang sudah tidak mendengar suara


muridnya ini cepat bergerak mencari-cari dan akhirnya dengan
muka tegang, dia mendapatkan kepala muridnya itu terkulai di
atas gurun sedangkan seluruh bagian bawah tubuhnya
terkubur hidup-hidup!

Tentu saja pendekar sakti ini cemas. Sekali berkelebat dia


menghampiri tempat itu, akan tetapi setelah melihat bahwa

1009
Bu Kong hanya pingsan saja, hatinya lega kembali dan segera
ditariknya tubuh muridnya itu dari timbunan pasir.

Demikianlah, dengan cepat pendekar ini lalu membawa Bu


Kong ke tempat tinggalnya dan memberikan pertolongan
terhadap muridnya yang kehabisan tenga itu. Diam-diam dia
merasa gembira karena ujian berat yang dilalui pemuda ini
telah berhasil dan ini berarti Bu Kong sudah pantas untuk
menerima warisan tiga jurus inti ilmu silat Lui-kong Ciang-hoat.

Malam itu pemuda ini masih pingsan dan baru pada keesokan
harinya dia sadar kembali dan membuka matanya. Melihat
bahwa dia berada di gua tempat tinggal gurunya, pemuda ini
segera melompat bangun dan dilihatnya gurunya itu duduk
bersila di atas batu hitam yang biasa menjadi tempat
samadhinya.

“Suhu......!” Bu Kong berseru dan berlutut di depan batu hitam.

Malaikat Gurun Neraka membuka matanya, tersenyum sambil


mengelus jenggot pendeknya. “Hemm, kau sudah siuman?
Bagus, Kong-ji, kau kunyatakan lulus dalam ujian ini!”

Tentu saja Bu Kong girang dan cepat membenturkan dahinya


di atas lantai gua. “Terima kasih suhu, dan ini semua adalah
berkat pertolongan suhu. Kalau tidak, mana teecu dapat
berhasil melawan badai seganas itu? Sungguh Iuar biasa sekali.
Belum pernah teecu melihat badai seganas itu di Gurun

1010
Neraka ini. Akan tetapi, bukankah teecu untuk terakhir kalinya
terkubur di atas gurun? Bagaimana teecu dapat lolos, suhu?”

Malaikat Gurun Neraka tersenyum. “Tepat pada saat kau


pingsan badaipun berhenti. Maka itulah sebabnya kamu
selamat. Syukurlah semuanya sudah berlalu dan kau berhak
untuk mewarisi tiga jurus inti ilmu Silat Lui-kong Ciang-hoat.”

“Terima kasih, suhu.....” Bu Kong kembali berseru perlahan.

Malaikat Gurun Neraka lalu melompat turun dari atas batu


hitam dan berkata, “Sekarang kira pergi ke hutan di tepi
gurun!” dan belum lenyap kalimatnya, pendekar itu sudah
melesat keluar seperti iblis.

Bu Kong bangkit berdiri dan agak heran, namun melihat


suhunya sudah berada jauh di depan, cepat dia mengejar dan
mengerahkan gin-kangnya.

Sungguh mengherankan dan Bu Kong sendiri terkejut. Begitu


dia melompuat mengejar, tiba-tiba tubuhnya melesat seperti
anak panah yang dilepaskan dari busur dan pintu gun yang
jaraknya ada sepuluh meter itu terlewati dalam sekali lompat!

Tentu saja pemuda ini bengong sendiri dan sekarang tahulah


dia mengapa suhunya itu mengajak dia ke hutan. Agaknya
hendak mencoba kemajuan gin-kangnya.

1011
Semangat Bu Kong meluap dan sekali menarik napas panjang
menyedot hawa segar melembungkan paru-parunya, dia lalu
meluncur ke depan mengejar bayangan gurunya yang
merupakan titik kecil di depan.

Sekarang tampaklah dua bayangan yang berlari cepat di atas


permukaan padang pasir itu, Malaikat Gurun Neraka di depan
dan muriddnya di belakang. Mula-mula jarak di antara mereka
ada dua ratus meter lebih, akan tetapi, lama-lama Bu Kong
dapat memperpendek jarak ini. Bu Kong mengira gurunya
memperlambat larinya agar dia segera menyusul, tidak tahu
betapa sesungguhnya pendekar sakti itu tidak pernah
mengurangkan tenaganya dan selalu tancap gas!

Akhirnya, ketika mereka hampir sampai di tepi gurun, pemuda


ini berhasil menyamai gurunya dan dia melihat betapa muka
orang tua itu merah dan keringat membasahi dahinya.

Tentu saja Bu Kong terheran. Dia sendiri merasa napasnya


masih ringan dan enak, akan tetapi, gurunya itu sudah agak
memburu dan keningnya berkerut. Namun, dia masih
menyangka bahwa kelebihannya ini adalah karena faktor usia.
Gurunya sudah cukup tua, dan bagi orang tua memang wajar
jika napasnya kalah panjang dibandingkan orang muda.

Akan tetapi, dia terkejut ketika tiba-tiba gurunya membentak,


“Hayo kita berlomba mencapai pohon siong tua di tepi hutan.
Kalau kau kalah, aku hanya akan memberikan satu jurus inti
Lui-kong Ciang-hoat!”

1012
Tentu saja kata-kata gurunya ini mengejutkan. Bu Kong
terbelalak dan mendadak tubuh orang tua itu terbang dengan
kecepatan penuh! Sekejap saja, dia ketinggalan dua puluh lima
meter!

“Ahh....!” Bu Kong berseru kaget dan pada saat itu, tubuh


gurunya telah melampaui tepi gurun dan terbang mendekati
pohon siong tua yang tinggi besar dan tampak paling jelas dari
tengah gurun.

Karena putusan gurunya tidak dapat ditawar-tawar dan orang


tua itu sendiri sudah melesat di depan sana, maka Bu Kong lalu
melengking dan kedua kakinya menotol bergantian di atas
tanah. Seluruh kekuatannya dikumpulkan dan tiba-tiba saja
tubuhnya melontar ke depan dengan kecepatan kilat.

Sungguh menakjubkan. Karena pemuda ini sekarang telah


memiliki tenaga sakti yang biasa hebatnya, maka setiap
lompatan yang jauhnya sepuluh meter lebih itu membuat
tubuhnya meluncur seperti burung garuda dan ketika jarak
gurunya tinggal dua puluh meter lagi dari pohon besar itu,
tiba-tiba tubuh Bu Kong berkelebat di samping gurunya dan
sedetik kemudian dia telah berjungkir balik dan berdiri di atas
sebuah cabang tanpa bergoyang!

“Bagus......!” Malaikat Gurun Neraka berseru girang dan


pendekar sakti ini juga berjungkir balik dan hinggap di atas
dahan dengan gerakan ringan.

1013
Bu Kong tersenyum. “Suhu, kau orang tua aneh sekali. Tadi di
gua menjanjikan tiga jurus, akan tetapi, hendak dirobah
menjadi satu jurus saja kalau teecu kalah! Bukankah ini terlalu
sekali? Bagaimana kalau teecu benar-benar kalah?”
Pendekar itu tertawa. “Kong-ji, kau tidak akan kalah, dan ini
kuyakini benar! Tadi dapat kubaca pikiranmu bahwa kau
mengira karena aku orang tua, maka tentu saja kau
mempunyai napas lebih panjang. Tidak, muridku. dugaanmu
tidak betul. Tidak ingatkah engkau ketika terakhir
meninggalkan gua beberapa bulan yang lalu, berapakah selisih
kepandaian kita? Dalam hal gin-kang, kau setidak-tidaknya
ketinggalan dua ratus sampai tiga ratus meter denganku. Dan
dalam hal lwee-kang kau masih dua tingkat di bawah
tingkatku. Tidakkah demikian?”

Bu Kong mengangguk. “Betul, suhu.”

“Nah, itu dulu. Akan tetapi, sekarang lain lagi, muridku. Kau
kini telah memiliki tenaga yang agaknya melampaui tenagaku.
Dalam adu gin-kang tadi jelas kau ketinggalan beberapa puluh
meter namun, toh kau dapat mendahuluinya dengan cepat.
Dan dalam adu tenaga mari kita buktikan lagi. Siapa terdorong
dialah yang kalah.”

Malaikat Gurun Neraka melompat turun dari atas pohon dan


muridnya juga mengikuti. Dua orang ini berdiri saling
berhadapan dan pendekar itu mengangkat tangan kanannya,
mendorong ke depan.

1014
“Sambut pukulanku!” orang tua ini membentak dan angin
panas yang kuat sekali menyambar Bu Kong.

Pemuda itu cepat mengangkat lengan kirinya dan "plakkk"


kedua lengan sudah saling tempel. Terjadilah adu tenaga
sekarang ini. Bu Kong merasakan gelombang hawa sakti
membanjir dari telapak tangan kanan suhunya dan diapun
cepat mengimbanginya. Mula-mula dia mengerahkan tenaga
tujuh bagian. Akan tetapi, ternyata dorongan hawa panas dari
gurunya itu mendesak semakin hebat. Terpaksa dia
menambahnya menjadi delapan bagian dan urat-urat
lengannya menonjol.

Namun, Malaikat Gurun Neraka yang juga diam-diam ingin


mengetahui sampai di mana kemajuan muridnya ini, tidak
sabar lagi dan tiba~tiba pendekar itu mengeluarkan bentakan
kemudian seluruh tenaganya dikerahkan sehingga mukanya
menjadi merah dan urat lehernya tampak.

Bu Kong terkejut. Karena suhunya menambah kekuatan


dengan tiba-tiba dan sekuat tenaga, hampir saja dia
terjengkang roboh.

“Ahh.....!” pemuda ini juga mengeluarkan bentakan dan


menambah tenaga pada kaki sehingga bhesi (kuda-kuda) yang
dipasangnya menjadi sekokoh baja. Dan berbareng pada saat
itu pula dia menyalurkan tenaga saktinya ke arah lengan kiri
sehingga lengannya bergetar.

1015
Dua orang ini saling mendorong dan sekarang tampaklah
bahwa perlahan-lahan tubuh Malaikat Gurun Neraka bagian
atas terdorong ke belakang sehingga merupakan busur yang
melengkung seperti lingkaran. Akan tetapi, orang tua ini lalu
menyedot napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya
kuat-kuat melalui teriakan keras sehingga tubuhnya kembali
maju ke depan dan sekarang muridnyalah yang terdorong ke
belakang membentuk busur.

Bu Kong bertahan, mengerahkan segenap kekuatannya dan


diapun lalu menyedot napas dalam-dalam seperti gurunya lalu
membentak nyaring sehingga tubuh bagian atasnya kembali
maju ke depan. Hal ini ganti-berganti dan terjadi berulang-
ulang sehingga dua orang itu maju mundur tubuhnya sebatas
pinggang sampai ke atas. Sedangkan pasangan kuda-kuda
mereka sendiri sama sekali belum mampu tergeser dan adu
tenaga ini sungguh menegangkan.

Akhirnya, karena dengan satu tangan belum tampak siapa


yang menang dan siapa yang kalah, pendekar sakti itu berseru
keras, “Kong-ji, sambut tangan kiriku ini. Jaga.....!”

Secepat kilat orang tua ini menggerakkan tangan kirinya


menampar ke depan. Namun Bu Kong segera menyambut
dengan tangan kanannya dan kembali terdengar suara
"plakkk" yang keras sekali dan sekarang dua pasang tangan
jago tua dan muda ini bertemu.

1016
Telapak tangan mereka saling dorong dan Bu Kong merasakan
betapa kini dari sepasang lengan suhunya itu tenaga yang
amat dahsyat seperti air bah membanjir tiba. Tentu saja dia
terkejut dan cepat mengerahkan segenap kekuatannya untuk
bertahan. Dan pada detik inilah dia tiba-tiba teringat akan
kejadian kemarin, di mana ketika gurunya memerintahkan
agar dia membangkitkan tenaga sakti dari tan-tian lalu
memutarnya sebanyak tiga kali di dalam pusar, mendadak
muncul suatu tenaga dahsyat yang luar biaa hebatnya.

Oleh sebab itu, sekarang ketika merasakan gencatan tenaga


sakti dari gurunya ini yang amat dahsyat seperti air bah, Bu
Kong tiba-tiba mencoba untuk membangkitkan tenaga sakti
itu.

Dan hasilnya sungguh mengejutkan. Begitu pikirannya


terpusat dan hawa sakti sudah dibangkitkan dari tan-tian
kemudian digerakkan sebanyak tiga kali di dalam perut hinggs
pusarnya terasa panas, tiba-tiba saja tenaga sakti ajaib itu
timbul! Tenaga ini bergolak seperti seekor naga yang
dibangunkan dari tidurnya, Ialu tiba-tiba meluncur ke
lengannya tanpa kendali.

Karena Bu Kong memang masih belum mengetahui cara untuk


mengendalikan tenaga ajaib itu, maka dia hanya mengikutinya
secara membuta. Yang diketahuinya adalah bahwa kalau
tenaga sakti ini bangkit, setiap kali itu pula dia mendadak
merasakan kepalanya pening. Baru setelah dia
menyalurkannya melalui pukulan atau tendangan maka

1017
tenaga sakti yang masih liar itu dapat dikeluarkan dan dia
sendiri merasa 'plong‘ karena enak dan ringan.

Akan tetapi, hal ini hebat sekali akibatnya bagi Malaikat Gurun
Neraka. Pendekar sakti itu tiba-tiba merasakan tolakan arus
tenaga yang maha dahsyat dari kedua lengan muridnya dan
dia berteriak tertahan. Muka pendekar ini pucat dan ketika dia
mencoba bertahan, kekuatannya patah dan kedua kakinya
terdorong mundur satu langkah ke belakang dan tanah
tergurat lima sentimeter oleh seretan kakinya!

“Ahhh....” pendekar itu berseru keras dan karena dia maklum


betapa hebat dorongan tenaga ini, dia tidak berani berlaku
ayal. Secepat kilat dia melepaskan diri dan membanting tubuh
bergulingan ke samping lalu mencelat dan berjungkir balik
melakukan salto enam kali di udara.

lndah dan hebat gerakan pendekar itu, akan tetapi, masih


Iebih hebat akibat dari dorongan kedua lengan Bu Kong yang
tidak mendapatkan sasarannya lagi. Pukulan tenaga sakti
pemuda itu terus meluncur ke depan dan....... "brakk" pohon
siong tua yang tadi dibuat patokan adu gin-kang oleh mereka
hancur batangnya dan roboh dengan suara hiruk pikuk!

Bu Kong tertegun, matanya terbelalak dan dia hampir tidak


mempercayai apa yang dilihatnya itu. Perlu diketahui di sini
bahwa dalam adu sin-kang tadi, guru dan murid ini sama sekali
tidak mempergunakan tenaga sakti Lui-kong Ciang-hoat.
Karena pertandingan yang dilakukuan adalah untuk

1018
membuktikan kepada pemuda itu tentang kemajuannya,
bukan adu saling bunuh, maka tenaga yang mereka kerahkan
adalah tenaga sin-kang biasa.

Namun inipun bukan berarti tidak berbahaya. Sedikit saja


pendekar itu terlambat mengelak, maka nasibnya akan sama
dengan pohon besar yang roboh terpukul itu!

Maka tentu saja Bu Kong terkesiap. Begitu sadar, cepat dia


berlari menghampiri suhunya dan menjatuhkan diri berlutut
dengan muka pucat. “Suhu, mohon diampunkan kesalahan
teecu. DaIam saat terakhir tadi teecu tidak dapat
mengendalikan diri dan kalau suhu menyatakan teecu
bersalah, teecu siap menerima hukuman!”

Malaikat Gurun Neraka menghapus peluhnya lalu melangkah


maju mendekati muridnya. Dia tertawa dan menepuk pundak
pemuda itu sambil berkata, “Muridku, bangunlah. Aku lebih
mengetahui hal ini daripada dirimu. Ternyata bahwa tenaga
sakti yang kau peroleh dari samadhi di gurun pasir selama
tujuh hari itu benar-benar luar biasa sekali. Akan tetapi, kulihat
engkau belum mampu mengendalikannya. Nah, coba sekarang
kau ikuti petunjukku ini. Berjungkirbaliklah di atas tanah,
pejamkan kedua mata dan tarik napas dari hidung lalu
hembuskan kuat-kuat melalui mulut. Ya, begitu..... sekarang
kerahkan tenaga, salurkan ke jalan darah teng-ku-hiat, lalu
dorong ke pun-kauw-hiat... nah, sekarang awas, aku akan
menotok yan-goat-hiat!”

1019
Demikianlah, pendekar sakti ini lalu memberi petunjuk-
petunjuk kepada pemuda itu dan Bu Kong merasa betapa tiba-
tiba tenaga mujijat yang setiap kali dibangkitkan selalu
bergolak liar itu sekarang mulai berjalan teratur. Tentu saja dia
gembira dan dengan penuh semangat mengikuti perintah-
perintah gurunya itu.

Satu jam mereka bekerja dan Malaikat Gurun Neraka akhirnya


berhenti memberikan petunjuk. “Kong-ji, coba kau berdiri
seperti semula,” pendekar ini berkata dengan wajah berseri.

Bu Kong melompat bangun dan berdiri dengan kedua kaki di


atas tanah. Mukanya kemerahan dan dia tidak tahu betapa
tiba-tiba sekarang sepasang matanya lebih mencorong dan
bersinar-sinar daripada tadi.

“Nah, kini pusatkan konsentrasi ke arah lengan kanan. Pegang


batu itu. Kita lihat, apa yang terjadi?” pendekar itu
memberikan sebuah batu sebesar kepalan tangan kepada
muridnya.

Bu Kong menurut. Diterimanya batu itu dan segera


dipusatkannya seluruh perhatian ke arah lengan kanannya.
Pemuda ini merasa betapa tiba-tiba arus tenaga sakti di dalam
tubuhnya bergerak ke arah lengan itu dan...."kress" batu yang
dipegangnya hancur menjadi tepung!

“Ahh.....” Bu Kong berseru kaget dan terbelalak. Dia tadi hanya


memusatkan kekuatan pada Iengan, sama sekali belum

1020
berniat untuk meremas, akan tetapi batu yang dipegangnya
sudah terlebih dahulu remuk menjadi debu!

Tentu saja penuda itu terkejut, namun, gurunya malah tertawa


girang. “Bagus, hasil yang kau capai benar-benar hebat sekali,
Kong-ji! Dengan demikian, akupun belum tentu akan dapat
mengalahkan muridku sendiri sekarang ini. Ha-ha. Cheng-gan
Sian-jin sekarang juga sudah bukan tandinganmu Iagi! Akan
tetapi, ilmu hitamnya amat berbahaya, dan untuk ini kau harus
menguasai tiga jurus inti ilmu silat Lui-kong Ciang-hoat.”

Bu Kong menjatuhkan diri berlutut den batinnya diliputi


keharuan besar. Diam-diam dia tertegun mendengar ucapan
gurunya ini yang menyatakan bahwa dia sekarang belum
tentu dapat dirobohkan gurunya itu! Tentu saja pernyataan ini
hebat sekali baginya. Kalau orang tua itu telah berkata seperti
itu, maka hasil yang dicapainya benar-benar luar biasa.

“Suhu.....” Bu Kong berkata dengan suara menggetar. “Teecu


menghaturkan beribu-ribu terima kasih atas semua jerih
payah suhu terhadap teecu sehingga dapat mencapai
kemajuan yang demikian pesat. Kalau suhu berani memastikan
bahwa Cheng-gan Sian-jin sudah dapat teecu atasi, sungguh
hal ini amat menggembirakan hati teecu dan mudah-mudahan
kelak teecu akan berhasil membunuh iblis tua yang telah
membuat hidup teecu terhina!”

Pemuda ini mengepal tinjunya dan nama Cheng-gan Sian-jin


yang disebut-sebut gurunya itu mengingatkan dia akan semua

1021
peristiwa memalukan yang dialaminya di kota raja Wu. Betapa
hebat kemarahannya kepada datuk sesat itu serta murid
perempuannya, hal ini sukar diukur lagi. Maka keterangan
suhunya tadi tentu saja amat menggembirakan hatinya.

Malaikat Gurun Neraka tersenyum pahit dan tiba-tiba


sikapnya kembali keren. “Kong-ji, dendam yang kau rasakan
terhadap Cheng-gan Sian-jin dapat kumaklumi. Akan tetapi,
ingat pesanku ini, kalau kelak engkau berhasil membunuh
lawanmu, jangan disebabkan dorongan dendam pribadi,
melainkan didorong oleh rasa keadilan yang melihat dunia
terancam oleh sepak terjang iblis tua itu. Mengertikah
engkau?”

Bu Kong menganggukkan kepalanya. “Teecu mengerti, suhu,


dan mudah-mudahan teecu akan selalu ingat pesan ini.”

“Nah, itu baru baik. Sekarang mari kita curahkan seluruh


perhatian kita kepada tiga jurus ilmu silat yang amat dahsyat
yang hendak kuwariskan kepadamu ini. Akan tetapi,
sebelumnya harap kau bersumpah di depan hiolouw untuk
mempergunakan ilmu silat terakhir ini hanya untuk membela
kebenaran!”

Pendekar ini mengeluarkan hiolouw (tempat hio) dan


menancapkan dupa lalu duduk bersila dengan punggung tegak
dan sinar mata tajam. Inilah syarat pertama yang harus
dilakukan oleh muridnya yang hendak mendapatkan warisan
ilmu silat simpanan.

1022
Bu Kong kembali menjatuhkan diri berlutut, menerima
beberapa batang hio yang sudah dibakar dan mulailah pemuda
ini bersumpah dengan suara sungguh-sungguh, “Teecu Yap Bu
Kong bersumpah disaksikan langit dan bumi, bahwa teecu
kelak akan mempergunakan warisan ilmu silat tiga jurus inti
Lui-kong Ciang-hoat hanya untuk membela kebenaran dan
keadilan. Kelak apabila teecu melanggar sumpah, biarlah
Dewa Kematian mencabut nyawa teecu secara mengerikan!”

Malaikat Gurun Neraka mendengarkan sumpah muridnya dan


pendekar itu tampak puas. Dengan wajah berseri dia
mendorong pundak muridnya dan melompat berdiri,
menyimpan kembali hiolouw itu dan memadamkan apinya.

“Bagus, sekarang lihat baik-baik jurus pertama ini......”


pendekar sakti mulai berkata berkata dan Bu Kong
memandang dengan penuh perhatian. “Jurus ini kunamakan
Sin-jiu Tong-tee (Tinju Sakti Getarkan Bumi) dan sesuai dengan
namanya, maka seluruh kekuatan sin-kang terpusat di kedua
lengan.”

Malaikat Gurun Neraka lalu membentuk kuda-kuda sejajar,


kedua lutut ditekuk sedikit. Iengan kanan dikepal dan
terangkat sebatas pundak, tangan kiri juga membentuk
kepalan dan kedua mata lurus ke depan.

“Lihat pohon itu. Bagian tengahnya kuumpamakan perut


lawan, tangan kiri kita tarik ke sisi pinggang dan berbareng

1023
dengan gerakan ini kita menarik napas sedalam-dalamnya.
Nah, perhatikan, sasaran dari jurus pertama ini dua macam.
Pertama perut lawan dan kedua adalah batok kepalanya!”

Bu Kong mendengarkan dan dia mengingat sikap jurus itu


penuh perhatian. Dia melihat betapa lengan gurunya
menggetar tanda kekuatan sin-kang sudah terpusatkan di situ
dan tiba-tiba pendekar itu membentak. “Awas, lihat baik-baik.
Haiitt......!”

Bersamaan dengan seruan menggeledek ini tiba-tiba tubuh


Malaikat Gurun Neraka berkelebat ke depan. Tangan kiri dan
tangan kanannya bergerak secepat kilat dan tampaklah dua
sinar putih berkilauan menyambar pohon itu.

“Plak-plakk!”

Perlahan saja suara ini dan dua buah pukulan beruntun itu
dengan tepat mengenai sasarannya. Bu Kong melihat pohon
itu sama sekali tidak bergoyang dan hanya di dua tempat
tampak warna kehitaman seperti kulit gosong. Dia tidak
mengerti mengapa pukulan yang seampuh itu ternyata sama
sekali tidak dapat merobohkan pohon itu. Padahal biasanya,
dengan sin-kang yang dimilikinya dan dengan jurus biasa saja
dia sanggup merobohkan pohon ini. Akan tetapi, pukulan
gurunya hanya menimbulkan bekas kehitaman di kulit pohon
dan pohon itu sendiri bergoyang sedikitpun tidak!

1024
Tentu saja dia merasa heran dan memandang gurunya dengan
mata terbelalak. Akan tetapi, Malaikat Gurun Neraka tampak
puas dan wajahnya berseri. “Kong-ji, bagaimana akibat
pukulan jurus pertama ini?”

“Suhu, jurus ini teecu lihat memang hebat. Namun, kenapa


agaknya kalah lihai dengan jurus-jurus biasa dari Lui-kong
Ciang-hoat yang teecu miliki?” jawab pemuda itu terus terang.
“Kalau teecu yang memukul, pohon itu pasti roboh, akan
tetapi, ketika suhu yang melancarkan jurus Sin-jiu Tong-tee
tadi, bergoyang sedikit saja tidak! Di mana kehebatannya,
suhu?”

“Ha ha ha....! Justeru inilah kehebatannya, muridku. Tidak


tampak namun, sebenarnya berisi. Hal ini jauh lebih baik
daripada berisi namun, kosong. Lihatlah.....!”

Pendekar itu menepuk perlahan di tempat bekas pukulannya


yang membuat kulit pohon tersebut kehitaman dan....... Tiba-
tiba pohon besar itu roboh dengan suara keras!

Bu Kong mengeluarkan seruan tertahan dan dia melihat


bahwa pukulan suhunya tadi ternyata telah menghancurkan
bagian dalam pohon siong itu sehingga menjadi busuk! Hanya
luarnya saja yang tidak rusak, dan dilihat dari jauh pohon ini
seakan-akan masih kokoh. Padahal, kalau angin bertiup sedikit
kencang saja pohon itu pasti segera ambruk seperti yang
dibuktikan gurunya tadi dengan tepukan perlahan!

1025
“Ahh, hebat suhu...... hebat......!” Bu Kong berseru memuji dan
pendekar itu tersenyum lebar.

“Nah, sekarang kau mengerti betapa hebatnya jurus pertama


ini. Dan sebelum kita meneruskan kepada jurus kedua, coba
kau melatihnya. Kalau sudah sempurna, maka kita akan
menginjak jurus kedua yang kunamakan Lui-kong-tong-tee
(Dewa Geledek Getarkan Bumi). Jurus pertama meluncur
tanpa suara, akan tetapi, jurus kedua ini akan mengeluarkan
ledakan seperti geledek sendiri. Tentu saja kehebatannya
melebihi jurus pertama. Akan tetapi, sekarang cobalah dulu
jurus pertama dan nanti kita teruskan pada jurus-jurus
berikutnya.”

“Baik, suhu,” Bu Kong berkata girang dan dia lalu memasang


bhesi yang disebut kuda-kuda sejajar dan tangan kanan
terkepal diangkat sebatas pundak sedangkan tangan kiri
menempel pinggang.

Demikianlah, setelah gurunya membenarkan sana-sini karena


sikap-sikap yang kurang sempurna seperti tarikan napas yang
harus tepat, pandangan yang penuh konsentrasi dan
sebagainya, orang tua itu lalu memberikan aba-aba dan Bu
Kong mencelat ke depan sambil berteriak keras. Yang menjadi
sasarannya juga sebatang pohon besar yang banyak terdapat
di hutan itu, dan pemuda ini melakukan pukulannya dengan
penuh semangat sekali.

“Plak plak! Braakkk.....!”

1026
Pohon itu terpukul telak, namun, tidak seperti gurunya yang
sama sekali membuat pohon itu tak bergeming, malah pukulan
pemuda ini langsung menumbangkan sasarannya dan roboh
dengan suara hiruk-pikuk!

Bu Kong berseru kecewa dan memandang gurunya yang


tertawa bergelak melihat hasil yang tidak sempurna ini. “Ha
ha, Kong-ji, pukulanmu sebenarnya sudah tepat, akan tetapi,
tenagamu yang terlalu hebat! Kau kelewat semangat sehingga
seluruh tenaga sin-kang kau hantamkan semua. Salah. Bukan
begitu mestinya karena seharusnya tenaga tidak boleh
dikerahkan semua. Ingat, kita harus menyimpan sebagian
tenaga untuk melancarkan serangan pada jurus kedua dan
ketiga. Kalau dalam jurus pertama ini belum apa-apa sudah
dibuang semua, kau tidak akan berhasil melakukan serangan
dari jurus-jurus berikutnya. Hayo, ulangi dan ingat, tenaga
tidak boleh berlebih-lebihan.”

Pendekar itu memberikan petunjuk-petunjuk dan Bu Kong lalu


mengulangi latihannya. Memang mula-mula dia belum
sempurna betul, akan tetapi setelah empat lima kali berlatih,
akhirnya dia dapat juga membuat pukulannya mendarat di
sasaran tanpa membuat pohon itu bergoyang!

“Bagus!” Malaikat Gurun Neraka berseru girang melihat hasil


yang diperoleh muridnya ini dan pendekar itu lalu
mengajarkan jurus-jurus berikutnya. Jurus kedua dinamakan
Lui-kong-tong-tee dan jurus ini memang lebih mengerikan lagi.

1027
Ketika Malaikat Gurun Neraka sendiri yang
mempraktikkannya, sasaran yang terkena pukulan dahsyat ini
langsung tersambar roboh tanpa disentuh! Pukulan inilah yang
dulu pernah dilihat Bu Kong ketika dia hendak kembali ke Yuen
setelah menghabiskan masa cutinya. Dan pohon yang terkena
pukulan ini mengeluarkan asap seperti disambar petir!

Jurus demi jurus pendekar sakti itu mengajar muridnya dan


hampir sehari penuh mereka berlatih. Akhirnya, ketika
matahari sudah condong ke barat dan senja mendatang, jurus
ketiga, yang merupakan jurus terakhir diberikan kepada
pemuda ini.

Jurus ini merupakan jurus yang paling dahsyat dan


mengerikan, namanya Cio-po-tee-keng (Batu Meledak Bumi
Gempar), dan jurus ini merupakan jurus paling sukar dipelajari
sehingga Bu Kong harus mengingat semua teori yang diberikan
gurunya.

“Kong-ji,” demikian pendekar itu berkata dengan suara


sungguh-sungguh dan sikap serius. “Jurus ketiga ini
merupakan jurus pamungkas. Jika tidak perlu betul, kularang
engkau menggunakan jurus ini. Biasanya apabila kita terdesak,
cukup dengan satu dua jurus saja kita dapat mengalahkan
lawan, tidak usah sampai jurus ketiga. Bahkan ketika melawan
Cheng-gan Seng-jin, akupun hanya mengeluarkan sampai
jurus kedua saja dan hasilnya sudah cukup memuaskan.
Ketahuilah, ada rahasia besar di sini yang hendak kuceritakan

1028
sedikit kepadamu sehingga mengapa aku menciptakan jurus
ketiga yang bernama Cio-po-tee-keng itu.”

Pendekar sakti ini lalu duduk bersila dan Bu Kong


mendengarkan penuh perhatian. “Pertama-tama satu hal yang
harus kau camkan di sini, yakni setiap orang selalu mengalami
pasang surut dalam hidupnya. Oleh sebab itu, perlu bagi kita
untuk berjaga-jaga menghadapi masa-masa surut itu.
Demikian pula dengan ilmu silat. Setinggi-tingginya yang kita
pelajari, kelak pada suatu hari mungkin akan bertemu lawan
yang setanding. Lui-kong Chiang-hoat sebenarnya termasuk
ilmu silat hebat, akan tetapi, ada seseorang yang mungkin
dapat memecahkan ilmu silat kita. Dan dia adalah orang yang
amat berbahaya sekali.”

Bu Kong terkejut. “Ahh, siapakah dia, suhu? Mengapa suhu


agaknya menaruh perhatian penting dalam hal ini?”

Malaikat Gurun Neraka batuk-batuk kecil, kemudian setelah


menarik napas panjang, dia menjawab, “Orang yang
kumaksudkan itu bukan lain adalah susiokmu (paman guru)
sendiri. Dia itu berjuluk Sin-hwi-ciang (Si Tangan Api Sakti), sin-
kangnya juga sepaham dengan yang kita pelajari, yakni tenaga
Yang-kang. Oleh sebab itu, kalau dia muncul maka kau harus
berhati-hati.”

Keterangan ini membuat Bu Kong terkejut sekali dan hampir


saja dia melompat bangun. “Apa, suhu? Jadi, suhu masih

1029
mempunyai adik seperguruan? Kenapa teecu selama ini tidak
mendengarnya? Dan di manakah dia sekarang, suhu?”

Pertanyaan bertubi-tubi ini dijawab tenang oleh oleh


pendekar sakti ini yang mengangkat tangannya ke atas.
“Sabarlah, semuanya akan kuceritakan. Dan itulah sebabnya
mengapa aku mengambil keputusan untuk mewariskan tiga
jurus inti Lui-kong Ciang-hoat ini kepadamu. Susiokmu itu
orang yang amat cerdik, kelicinannya melebihi ular dan
wataknya jahat sekali. Empat puluh tahun yang lalu, dia
mencuri kitab pusaka sukongmu. (kakek guru) namun
ketahuan. Sukongmu menghukum kurungan selama lima
tahun, akan tetapi, setelah bebas, dia meracuni gurunya
sendiri sehingga tewas. Inilah kejadian empat puluh tahun
yang lalu, namun sukongmupun bukan orang sembarangan.
Sebelum ajalnya tiba, dia berhasil memancing murid durhaka
itu dan menjebaknya di sebuah pulau sehingga malah
terkurung seumur hidup!”

“Ahh....!” pemuda itu berseru tertahan. “Lalu bagaimana,


suhu?”

“Tentu saja dia tidak mampu keluar,” jawab Malaikat Gurun


Neraka. “Akan tetapi, seperti yang kukatakan tadi, susiokmu
itu orang cerdik. Segala akal dipunyanya dan segala cara bisa
saja dijalankannya. Pulau tempat mengurung dirinya itu
bernama Hek-kwi-to (Pulau Iblis Hitam) dan sebelum guruku
wafat, beliau memerintahkan agar setiap lima tahun sekali aku
mengunjungi pulau itu untuk mengawasi keadaannya. Dan

1030
baru ini, setelah aku ke sana untuk yang kedelapan kalinya, aku
melihat dia sudah tidak berada lagi di pulau itu! Entah dia
minggat atau mati aku kurang jelas. Akan tetapi, karena
jenazahnya tidak kutemukan, maka aku condong kepada
dugaan bahwa dia telah lolos dari kurungannya!”

“Ahh, hebat kalau begitu!” Bu Kong kembali berseru.

Malaikat Gurun Neraka mengangguk. “Demikianlah, memang


akan hebat sekali akibatnya kalau susiokmu itu muncul di
dunia ramai. Terus terang saja, kepandaiannya tidak banyak
berselisih denganku. Dulu aku hanya menang seusap, baik gin-
kang maupun sin-kang. Akan tetapi, sekarang entahlah. Di
dalam kurungan seumur hidup itu tentu dia tidak akan
berdiam diri. Terakhir kali kulihat wajahnya sudah bersemu
hijau dan hal ini menandakan bahwa diam-diam dia telah
melatih tenaga Im (dingin). Rupanya akan dipakai untuk
menandingi tenaga Yang kita, maka itulah sebabnya aku lalu
menciptakan tiga jurus inti Lui-kong Ciang-hoat ini untuk
berjaga-jaga.”

Bu Kong berdetak jantungnya. Keterangan suhunya ini


membuat dia agak gelisah dan diam-diam perasaannya
menjadi tidak enak sekali. “Kalau begitu, suhu, kenapa suhu
tidak membunuh saja orang yang berbahaya seperti itu?
Bukankah lebih baik mencabut tunas yang belum tumbuh
daripada menumbangkan tunas yang sudah menjadi pohon!”

1031
Gurunya menggelengkan kepala dengan muka muram. “Tidak
mungkin, Kong-ji. Inilah pesan guruku dahulu sebelum ajalnya
tiba. Dan kau tahu sendiri, pesan seorang yang hendak
meninggal tidak mungkin berani kita abaikan.”

Bu Kong terdiam tidak menjawab. Kata-kata gurunya ini


memang betul dan tentu saja dia mengerti dengan baik.

“Nah. Kong-ji, sekarang kau tahu mengapa aku menciptakan


tiga jurus rahasia ini. Maksudnya bukan lain adalah untuk
menjaga kemungkinan terhadap susiokmu yang kuduga lolos
dari Pulau Hek-kwi-to itu. Sekarang aku menaruh harapan
terakhir padamu seorang jika dia muncul setelah aku dipanggil
oleh Yang Maha Kuasa. Dengan begini, kaulah yang kuwakili
tugas berat ini dan apabila betul susiokmu ini masih hidup dan
membuat onar, bunuhlah dia untuk menjaga ketenangan
dunia!”

Bu Kong mengangguk. “Baik, suhu. Semua pesan suhu ini akan


teecu ingat di luar kepala.”

“Sekarang sebelum cuaca menjadi gelap, perhatikan jurus


terakhir yang kunamakan Cio-po-tee-keng. Lihatlah....”
pendekar sakti itu lalu bangkit berdiri, mengebutkan
pakaiannya dan melangkah ke sebuah batu besar. Sekali
menotol kaki, dengan gerakan ringan seperti burung,
tubuhnya melayang ke atas batu itu dan berdiri tegak dengan
mata mencorong.

1032
“Kong-ji, lihat baik-baik semua sikapku ini,” pendekar itu
berkata dan tiba-tiba timbul getaran aneh menyelimuti
dirinya. Bu Kong terkesiap ketika melihat betapa di belakang
tubuh gurunya muncul cahaya kemerahan yang samar-samar
seperti uap api!

Pemuda ini terbelalak, akan tetapi, dia tidak bertanya.


Pendekar itu telah tahu sendiri dan tanpa ditanya muridnya
dia sudah memberikan jawaban. “Kong-ji, kau agaknya heran
oleh sinar merah seperti kabut ini, bukan? Ketahuilah, apabila
kau memusatkan pikiran ke tengah kening dan mengerahkan
tenaga sakti Yang-kang ke jalan darah jin-teh-hiat di belakang
punggung, maka akan muncul cahaya kemerahan itu. Ini
berarti bahwa tenaga sin-kang kita telah siap dipergunakan
sepenuhnya karena kita menghadapi lawan berat. Kalau lawan
masih di bawah tingkat kita, tidak perlu hal ini kita lakukan.
Akan tetapi, kalau jurus Cio-po tee-keng terpaksa kita
keluarkan maka itu menandakan lawan yang kita hadapi
benar-benar merupakan lawan kuat. Itulah sebabnya maka
kita harus mempersiapkan tenaga sin-kang sepenuhnya dan
untuk sikap permulaan inilah yang mesti kita lakukan, yakni
memusatkan pikiran di tengah kening dan menyalurkan sin-
kang di jalan darah jin-teh-hiat. Kau tahu, jalan darah di
punggung ini merupakan jalan darah pusat untuk bagian tubuh
belakang. Jadi, kalau kita hendak mempergunakan jalan darah
ini sebagai penampung tenaga sakti, maka jalan-jalan darah
lainnya akan terpengaruh dan keluarlah sinar merah yang
samar-samar seperti api itu.”

1033
Bu Kong tampak bengong oleh uraian gurunya ini. Tentu saja
dia merasa kagum sekali karena dengan begitu, perbawa
gurunya tampak lebih angker dan memggetarkan hati lawan.
Belum apa-apa lawan pasti sudah dibuat gentar dan kalau
lawan terpengaruh, tentu saja hal ini sudah merupakan satu
langkah kemenangan bagi mereka.

Seperti Anda ketahui, dalam jilid ketujuh pendekar ini telah


menunjukkan kepada Cheng-gan Sian-jin cahaya kemerahan
yang menyelubungi belakang tubuhnya, dan hal ini bukan lain
adalah karena persiapan sepenuhnya untuk mempergunakan
inti ilmu silat Lui-kong Ciang-hoat yang terdiri dari tiga jurus
itu.

Namun, ternyata bahwa dalam pertandingan mereka,


Malaikat Gurun Neraka cukup menggunakan jurus kedua yang
disebut Lui-kong-tong-tee (Dewa Geledek Gemparkan Bumi)
sehingga Cheng-gan Sian-jin kelabakan dibuatnya. Dari sini
dapat kita bayangkan bahwa tiga jurus simpanan yang dikuasai
oleh pendekar sakti itu memang benar-benar hebat bukan
main.

Kalau saja tidak muncul Bu-beng Sian-su, tidak mustahil jika


datuk sesat itu tewas di tangan Malaikat Gurun Neraka yang
sudah mengambil keputusan bulat untuk melenyapkan kakek
iblis itu dari muka bumi.

“Muridku,” demikian pendekar ini meneruskan, “Setelah kita


memusatkan seluruh konsentrasi, maka siaplah kini gerakan-

1034
gerakan berikutnya. Bhesi yang kita pasang bernama Manusia
Sakti Mengangkat Gunung, seperti ini.....”

Malaikat Gurun Neraka merenggangkan kedua kakinya di atas


batu hitam dan kedua tangannya diangkat tinggi-tinggi di atas
kepala, yang kanan membentuk kepalan sedangkan yang kiri
lurus ke depan. Sikap ini memang persis seperti orang
mengangkat sesuatu, hanya bedanya jari-jari tangan yang
tidak terbuka.

“Setelah itu, sin-kang kita tarik ke perut, keluarkan melalui


bentakan menggeledek dan sekaligus kaki kita menggedruk
bumi. Sedetik setelah gerakan ini, kita melakukan lompatan
jungkir balik di udara dua kali dan tangan kanan menghantam
sedangkan tangan kiri membacok. Nah, semua teori telah kau
dengarkan dan sekarang lihatlah jurus yang akan kupraktikkan
ini......”

Pendekar itu menarik napas dalam-dalam, memenuhi paru-


parunya sampai penuh, memusatkan konsentrasi dan tiba-tiba
tubuhnya menggigil. Bu Kong memperhatikan semuanya itu
dengan mata hampir tak berkedip dari sikap permulaan
sampai akhir.

Dia melihat betapa gurunya mengangkat kedua lengan tinggi-


tinggi ke atas dan kaki agak renggang, tanda pasangan kuda-
kuda yang disebut Manusia Sakti Mengangkat Gunung, lalu
tiba-tiba orang tua itu memekik dahsyat menggetarkan hutan
dan kakinya menggedruk batu.

1035
Hebat sekali akibatnya. Begitu batu hitam yang dijadikan
landasan bhesi ini digedruk, tiba-tiba saja terdengar suara
keras dan batu hitam sebesar kerbau ini pecah! Dan sedetik
kemudian, tubuh gurunya itu mencelat di udara dan berjungkir
balik dua kali, lalu tangan kanan dengan sikap kepalan dan
tangan kiri dengan telapak miring menghantam ke depan.
Terdengar dua suara angin pukulan, yang kanan menderu
sedangkan yang kiri bercuitan seperti bacokan senjata tajam.

“Klap-cuit-blar...!”

Pohon yang paling besar dengan batangnya yang lima kali


pelukan orang dewasa itu menjadi sasaran pukulan Cio-po-
tee-keng. Dua sinar merah berkelebat dan tiba-tiba pohon ini
meledak dan hancur berantakan seperti diseruduk seratus
ekor gajah!

Bu Kong berteriak kaget dan melompat ke belakang dengan


muka pucat, sama sekali tidak menyangka akan sedemikian
hebat akibat dari pukulan Cio-po-tee-keng itu. Dia sendiri
kalau melancarkan jurus, Lui-kong Ciang-hoat, hanya akan
membuat pohon tumbang dan tidak sampai hancur seperti itu,
di mana batangnya sama sekali remuk dan semua batang serta
ranting-ranting kecil patah-patah tidak karuan ujudnya.

Tentu saja pemuda ini merasa ngeri. Batu yang digedruk pecah
saja sudah akan membuat orang meleletkan lidah, belum lagi
akibat nyata dari pukulan jurus ketiga ini.

1036
“Ah, sungguh hebat dan mengerikan, suhu....!” Bu Kong
berseru dengan mata terbelalak.

Malaikat Gurun Neraka sudah berdiri lagi di atas tanah,


menghapus peluhnya karena jurus ketiga itu benar-benar
memakan tenaga sakti yang amat besar. Itulah sebabnya,
maka hasil yang diperolehpun juga cukup mengerikan.

Pendekar sakti itu mengangguk. “Memang muridku, dan itulah


sebabnya kupesan sungguh-sungguh kepadamu agar kau tidak
sembarangan mempergunakan jurus ini jika tidak betul-betul
terpaksa. Aku sendiri belum pernah mempergunakan Cio-po-
tee-keng ini terhadap musuh, karena kau tahu sendiri apa
akibatnya kalau kita menggunakan jurus itu.”

Bu Kong mengiakan dan dia sendiri memang tidak akan


sembarangan untuk mengeluarkan tiga jurus rahasia yang
amat dahsyat itu. Malaikat Gurun Neraka lalu memberikan
petunjuk-petunjuk yang cermat dan kemudian menyuruh
pemuda itu mulai melatih jurus ketiga ini.

Karena Cio-po-tee-keng merupakan jurus yang paling sulit


dipelajari dan dipraktikkan, maka sampai malam tiba Bu Kong
baru menjalankan teorinya. Keadaan yang gelap tidak
memungkinkan bagi mereka untuk berlatih lagi.

Akhirnya Malaikat Gurun Neraka berkata, “Kong-ji, malam ini


kita istirahat dulu. Besok kau boleh berlatih sendiri dan sebagai

1037
bukti apakah kau telah betul-betul menguasai jurus ketiga ini,
maka pintu batu di Gua Bunga harus dapat kau hancurkan!”

Bu Kong terkejut, akan tetapi dia tidak menjawab. Malam itu,


mereka kembali ke gua dan beristirahat, namun Bu Kong sama
sekali tidak dapat tidur. Otaknya penuh dengan jurus Cio-po-
tee-keng yang akan dilatih dan juga teringat perintah suhunya
agar dia menghancurkan pintu batu di Gua Bunga!

Diam-diam dia merasa sangsi. Berapa lamakah dia akan


berhasil? Dan dapatkah papan batu yang tebal di Gua Bunga
itu dipukul roboh seperti gurunya sendiri yang telah memukul
roboh pohon di dalam hutan dengan jurus Cio-po-tee-keng?
Kalau gurunya yang melakukan pukulan itu terhadap pintu
batu di Gua Bunga, agaknya dia tidak usah ragu. Akan tetapi
dia yang baru belajar, dapatkah dengan cepat membuktikan
kesanggupannya ini?

Padahal masih banyak tugas-tugas yang harus dikerjakannya.


Perhitungannya dengan Cheng-gan Sian-jin, Wu-sam-tai
ciangkum, murid Ang-i Lo-mo itu dan kawan-kawannya, serta
urusannya sendiri dengan Siu Li! Teringat kepada gadis itu
jantungnya lalu berdebar. Berhasilkah usaha Siu Li membujuk
ayahnya? Bagaimana kalau tidak berhasil dan Ok-ciangkun
malah marah-marah terhadap puterinya? Dan bagaimana pula
kalau gadis itu ditangkap ayahnya? Ditangkap?

Pikiran ini membuat Bu Kong hampir saja melompat kaget. Ya,


kenapa dia melupakan kemungkinan ini? Ok-ciangkun adalah

1038
orang yang tidak segan-segan melakukan perbuatan apapun,
seperti fitnah yang telah dilontarkan kepada dirinya itu. Dan
tidak terlalu jauh dugaannya kalau usaha Siu Li gagal lalu
panglima yang marah itu menangkap puterinya sendiri! Ah,
mengapa dia dulu tidak mengikuti kekasihnya secara diam-
diam?

Pikiran ini membuat Bu Kong gelisah dan malam itu dia hanya
bolak-balik di tempat tidur dengan perasaan cemas
membayangkan yang tidak-tidak.

“Aku harus dapat menguasai Cio-po-tee-keng secepatnya........


ya, secepatnya!” akhirnya pemuda itu mengepal tinju dan
semangatnya berkobar-kobar. Dia tahu, kalau belum
sempurna ilmunya, tidak mungkin dia boleh keluar oleh
gurunya. Dan untuk ini, agar dia berhasil, dia harus bekerja
keras, harus berjuang mati-matian!

Keesokan harinya, baru saja terang tanah dan matahari sendiri


masih belum tampak, pemuda itu sudah berlari ke dalam
hutan dan mulai berlatih. Jurus demi jurus dikerjakan baik-
baik, penuh semangat dan tekad berkobar-kobar agar segera
menguasai secara sempurna. Sehari, dua hari, tiga hari ......
begitu seterusnya sehingga pada hari ketujuh, Cio-po-tee-keng
telah berhasil dilakukannya dengan sempurna!

Tentu saja pemuda ini menjadi girang sekali dan pohon yang
dijadikan sasaran hancur berkeping-keping seperti gurunya
dulu! Namun, ini baru keberhasilan yang masih "setengah"

1039
karena sasaran yang harus dipukulnya bukanlah pohon itu,
melainkan pintu batu yang menutup di Gua Bunga! Inilah
perintah gurunya dan dia tidak dapat menawar-nawar lagi.

Dia harus dapat menghancurkan pintu itu dengan pukulan Cio-


po-tee-keng, kalau tidak, berarti dia masih belum berhasil dan
tentu saja harus berlatih dengan tekun lagi. Dan ini berarti, dia
memperpanjang waktu di tempat ilu padahal hatinya
sebenarnya sudah tidak sabar lagi untuk keluar dan
mengetahui hasil-hasil yang diperolch kekasihnya.

Gua Bunga terletak di dalam hutan. Disebut Gua Bunga karena


di sekitar gua itu penuh oleh tanaman-tanaman bunga
beraneka warna yang ditanam gurunya. Gua ini biasanya
dipergunakan gurunya sebagai tempat peristirahatan, dan
pintuu yang ada di situ selalu dalam keadaan tertutup. Hal ini
dilakukan agar gua itu tidak dikotori oleh masuknya binatang-
binatang hutan dan pintu itu sendiri dipasangi alat-alat rahasia
untuk membuka dan menutupnya.

Karena terbuat dari papan batu yang amat berat dan tebal,
maka pintu gua ini benar-benar kokoh sekali. Dulu pernah ada
seekor gajah yang mendorong pintu itu dengan kepalanya,
namun, sama sekali tak berhasil! Maka, dari sini saja dapat
diketahui betapa kokoh kuatnya pintu yang tertanam di depan
gua itu.

Dan pintu macam inilah yang harus dihancurkan Bu Kong


dengan jurus Cio-po-tee-keng! Pemuda itu sekarang sudah

1040
berada di muka pintu batu, berdiri sambil meraba-raba dan
mencoba untuk menggeser minggir, namun pintu batu itu
sama sekali tak bergeming!

Diam-diam dia merasa tegang. Pintu yang sedemikian kuatnya


harus dia pukul hancur. Berhasilkah?

“Aku harus berhasil!” Bu Kong mengertak giginya dan


melompat di atas batu lain yang berhadapan dengan pintu
batu itu sebagai landasan pasangan bhesi Manusia Sakti
Mengangkat Gunung. Perlahan-lahan dia menarik napas
panjang, memusatkan konsentrasi ke tengah kening dan
mengerahkan sin-kang di jalan darah jin-teh-hiat seperti apa
yang dulu diajarkan gurunya. Kedua kaki agak merenggang,
kedua tangan perlahan-lahan terangkat ke atas. Tangan kanan
terkepal sedangkan tangan kiri lurus dengan jari-jari tegak
membentuk sikap membacok.

Inilah permulaan jurus Cio-po-tee-keng. Dan sckarang


tampaklah perobahan pada dlri pemuda itu. Begitu dia
memusatkan seluruh perhatiannya untuk melakukan jurus
Cio-po-tee-keng ini, tiba-tiba tampaklah uap kemerahan di
belakang tubuhnya, persis seperti Malaikat Gurun Neraka
ketika berhadapan dengan Cheng-gan Sian-jin di gedung datuk
sesat itu dulu!

Akan tetapi, Bu Kong sendiri tidak melihat perobahan ini.


Tubuhnya sudah menggigil dan hawa sakti bergolak di pusar
seperti naga bangun tidur. Tidak seperli dulu di mana setiap

1041
1042
kali timbul tenaga dahsyat ini dia selalu kelabakan, adalah
sekarang pemuda itu tetap tenang. Ke mana pikirannya
menuju ke situlah tenaga sin-kang mujijatnya mengalir.
Tenaga ini telah berhasil dikendalikan sesuka hati berkat
petunjuk-petunjuk gurunya beberapa hari yang lalu. Dan
sekarang Bu Kong tidak perlu gelisah lagi.

Akhirnya, setelah merasa bahwa dia benar-benar sudah siap


untuk melancarkan pukulan jurus terakhir itu dan getaran
tenaga sakti di dalam tubuh sudah memenuhi urat-urat
darahnya sehingga Bu Kong menggigil seperti orang
kedinginan, pemuda ini mengeluarkan pekik dahsyat dan
kakinya menggedruk. Terdengar suara ledakan ketika batu
yang dihantam kakinya itu pecah!

Akan tetapi, Bu Kong sendiri sudah mencelat ke depan dan


berjungkir balik di udara, kedua tangannya memukul ke depan
dan dua sinar merah berkelebat mengenai pintu batu yang
menutup Gua Bunga.

“Blaarrr ......!”

Dahsyat sekali suara ini dan tiba-tiba pintu batu itu hancur
lebur dan pecah berantakan seperti disambar geledek! Gua
terbuka lebar dan dari tempat gelap tiba-tiba terdengar
seruan, “Bagus, hebat sekali... !” disusul berkelebatnya tubuh
seseorang keluar gua.

1043
Ternyata orang ini bukan lain adalah Malaikat Gurun Neraka
yang memandang muridnya dengan mata gembira dan wajah
berseri-seri! “Ha-ha, bagus. Kong-ji, Cio-po-tee-keng yang kau
lakukan benar-benar sudah mencapai puncak
kesempurnaannya. Hebat! Padahal aku sendiri belum tentu
mampu menghancurkannya dengan sekali pukul, ha-ha.......
hebat.... bagus sekali!”

Bu Kong terkejut, tidak menyangka bahwa gurunya ternyata


berada di dalam gua. Akan tetapi, mendengar suhunya memuji
sambil tertawa gembira, saja diapun menjadi girang dan cepat
menjatuhkan diri berlutut.

“Suhu, inipun juga atas jerih payah suhu menggembleng teecu.


Kalau tidak, mana mungkin teecu dapat memillki kemajuan
sepesat ini?”

Pendekar ini tersenyum, senang mendengar kerendahan hati


muridnya dan dia lalu melangkah maju sambil mengelus
jenggotnya dan dengan mata bersinar-sinar orang tua itu
berkata, “Kong-ji, bangunlah. Sikap yang selalu merendah hati
memang harus menjadi watak seorang pendekar. Akan tetapi,
sikap yang terlampau berlebihan akan merugikan diri sendiri.
Nah, harap kau ingat hal ini. Kepandaianmu sekarang sudah
melonjak pesat dan aku sendiri agaknya sudah tidak sanggup
menandingimu. Namun, jangan tekebur dan bersombong diri.
Setiap manusia pasti mengalami pasang surut dalam
kehidupannya, maka kesombongan bahkan akan
menjerumuskannya ke dalam kesengsaraan. Sekarang semua

1044
kepandaian yang kumiliki telah kau pelajari semua, tidak ada
sisanya sedikitpun. Oleh sebab itu, kalau engkau hendak pergi
menyelesaikan tugas-tugasmu, berangkatlah. Aku akan
menunggu beritamu di sini.”
Bu Kong girang sekali dan mencium kaki gurunya. “Suhu,
semua petuah-petuah suhu akan teecu ingat baik-baik dan
kalau suhu telah mengijinkan teecu berangkat, sungguh hal ini
amat menggembirakan hati teecu. Baiklah, suhu, teecu akan
berangkat hari ini juga dan teecu mohon doa restu suhu dalam
perjalanan!”

(Bersambung jilid ke-XVII.)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 16

1045
1046
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA

Jilid 17

MALAIKAT Gurun Neraka mengangguk. “Pergilah,


muridku. Doaku bersamamu dalam perjalanan dan mudah-
mudahan apa yang kau cita-citakan dapat berhasil. Hanya
pesanku, berhati-hatilah dalam melaksanakan tugas ini dan
..... Eh, bukankah surat Bu-beng Sian-su masih kau bawa?”

Bu Kong agak terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba


ini, akan tetapi, dia menjawab juga dengan suara heran,
“Masih teecu simpan, suhu. Ada apakah?”

“Tidak apa-apa,” pendekar itu menggelengkan


kepalanya sambil tersenyum. “Aku hanya ingin tahu saja dan
kalau surat itu masih kau simpan, syukurlah. Aku merasa
bahwa kelak surat itu akan amat berguna sekali bagimu, Kong-
ji. Oleh sebab itu, jagalah jangan sampai hilang.”

“Baik, suhu akan teecu perhatikan semua nasihat ini,” Bu


Kong menjawab dan pertanyaan gurunya yang menyinggung-
nyinggung surat Bu-beng Sian-su itu tiba-tiba mengingatkan
dia akan pertanyaannya sendiri tentang rencana

1047
perjodohannya dengan Sian Li yang masih belum dijawab
gurunya.

Oleh sebab itu, dengan hati berdebar dan muka agak


merah pemuda itu lalu bertanya, “Suhu, sebelum teecu
berangkat, bolehkah teecu mengulangi pertanyaan teecu yang
dulu!”

Pendekar itu mengerutkan keningnya dan memandang


tajam. “Pertanyaan yang mana maksudmu?” tanyanya.

Bu Kong menundukkan mukanya dan tiba-tiba sikapnya


menjadi agak kikuk. Namun, karena dia telah memutuskan
untuk minta ketegasan gurunya dalam masalah ini, maka
dengan muka yang semakin merah dia menjawab lirih,
“Pertanyaan tentang perjodohan teecu, suhu. Dapatkah
kiranya suhu menenuhi permintaan ini dan merestui
perjodohan teecu dengan Li-moi?”

“Hemm, soal itukah?” tiba-tiba senyum di wajah


pendekar sakti itu lenyap dan Bu Kong berdetak jantungnya.
Kemudian, dengan suara keren pendekar ini menyambung,
“Kong-ji, terus terang kukatakan di sini bahwa pertanyaanmu
itu terlampau pagi diajukan. Tugas belum selesai dikerjakan
dan kau sendiri belum mengetahui hasil tidaknya, kenapa
tergesa-gesa bicara soal perjodohan?”

1048
Pemuda itu mengangkat mukanya. “Suhu, mohon
dimaafkan kalau teecu membantah. Yang teecu maksudkan di
sini bukanlah sekarang, akan tetapi, kelak jika teecu sudah
selesai melaksanakan tugas-tugas teecu membasmi
musuh.....”

“Dan sudah berhasilkah tugas-tugasmu itu?” Malaikat


Gurun Neraka memotong. “Sudah yakinkah kau bahwa
pekerjaan yang hendak kau lakukan ini berjalan lancar tanpa
penghalang dan selicin jalan di kota raja?”

“Teecu yakin pasti berhasil, suhu.”

“Hemm, kau hendak bersombong?” pendekar itu


membentak marah. “Kong-ji, tidak baik bagi kita untuk
bermulut besar." Tidak ingatkah engkau akan nasihat ini? Atas
dasar apa kau merasa yakin atas keberhasilanmu?
Mengandalkan tiga jurus sakti Lui-kong Ciang-hoat?”

Melihat gurunya marah, Bu Kong menundukkan


kepalanya. “Tidak, suhu, teecu sekali-kali tidak bermaksud
untuk menyombongkan diri. Kalau suhu bertanya atas dasar
apa teecu berani bicara seperti itu, bukan lain adalah atas
dasar Tuhan nanti akan membantu pihak yang benar dan tidak
mungkin membiarkan kejahatan Cheng-gan Sian-jin dan
teman-temannya merajalela di muka bumi!”

1049
Malaikat Gurun Neraka berkurang kemarahannya, akan
tetapi, wajahnya masih tetap keras. “Kong-ji, musuh-musuh
yang kau hadapi bukanlah lawan ringan, terutama Cheng-gan
Sian-jin sendiri yang memiliki kepandaian paling tinggi. Di
samping itu, aku sendiri masih merasa was-was terhadap
kemunculan susiokmu yang keluar dari pulau Hek-kwi-to.
Meskipun, dengan tiga jurus sakti yang kau miliki sekarang kau
sudah dapat diandalkan untuk menghadapi musuh-musuhmu,
akan tetapi, kemungkinan-kemungkinan di luar perhitungan
bisa saja terjadi setiap saat. Kenapa kau tergesa-gesa
membicarakan soal perjodohan?”

Melihat gurunya tdak senang hati, Bu Kong menjadi


gelisah juga. Diam-diam dia merasa cemas kalau gurunya ini
tidak menyetujui niat perjodohannya itu. Namun, karena dia
telah bertekad untuk mengetahui jawaban gurunya sekarang
juga karena masalah ini amat penting baginya dan tidak kalah
pentingnya dengan urusan-urusan lain, maka dia
mengumpulkan seluruh keberaniannya dan berlaku nekat.

“Maaf, suhu,” Bu Kong menjatuhkan diri berlutut.


“Bukannya teecu mendesak, akan tetapi, kalau kelak Li-moi
menanyakan hal ini kepada teecu padahal teecu sendiri masih
belum mengetahui jawaban suhu, lalu apa yang hendak teecu
katakan kepada gadis ilu? Suhu, memandang kasih sayang
suhu terhadap teecu selama ini, sukalah suhu memberikan
jawaban sekarang juga mumpung teecu belum berangkat, baik
suhu menerima ataupun menolaknya!”

1050
“Kong-ji, kau nekat?” pendekar itu mendongkol.

“Tidak, suhu.”

“Lantas kenapa kau mendesakku sedemikian rupa?”


Malaikat Gurun Neraka mulai naik darah.

“Semata-mata hanya untuk menepati janji, suhu. Teecu


sudah berjanji kepada gadis itu untuk memberi keterangan
tentang jawaban suhu kepadanya. Sebaliknya, Li-moi sendiri
akan memberitahukan kepada teecu jawaban orang tuanya.
Bukankah suhu mengajarkan kepada teecu agar selalu
menepati janji yang telah diucapkan dan menjadi manusia
yang dapat dipegang omongannya?”

Pendekar sakti itu tertegun, memandang muridnya


dengan mata terbelalak dan akhirnya kekerasan sinar matanya
beangsur-angsur lenyap. Memang begitulah pelajaran yang
selama ini diberikan kepada muridnya, yakni agar menjadi
orang yang selalu berusaha menepati janji dan berdisiplin.
Apalagi sebagai pemuda yang pernah menjadi jenderal di
Kerajaan Yueh, maka "orang yang dapat dipegang
omongannya" begini benar-benar mutlak diperlukan.

“Kong-ji,” akhirnya pendekar sakti itu menarik napas


panjang. “Kau benar-benar terlalu sekali mendesak orang tua.
Akan tetapi, karena alasanmu memang tak dapat kubantah,
maka biarlah kujawab juga pertanyaanmu itu. Sebenamya,

1051
dalam masalah perjodohanmu ini, aku tidak menolak maupun
menyetujuinya.........”

Bu Kong terkejut dan mengangkat mukanya. “Ah, lalu


bagaimana kalau begitu, suhu!”

“Dengarlah,” Malaikat Gurun Neraka mengangkat


tangannya kemudian melanjutkan, “Adanya aku tidak berani
menolak ataupun menyetujuinya adalah karena disebabkan
keadaanmu yang tidak karuan itu. Pertama-tama, aku belum
melihat titik terang dalam persoalanmu itu. Kau tahu sendiri,
Kong-ji, bahwa ayah gadis itu adalah musuh besarmu yang
telah menghancurkan Yueh dan memfitnah nama baikmu
sedemikian kejamnya. Akan tetapi, anaknya malah menjadi
kekasihmu. Bagaimana engkau dapat menikmati kebahagiaan
dalam rumah tangga yang didirikan di atas pertentangan
begini?”

“Akan tetapi, suhu,” Bu Kong membantah dengan muka


pucat. “Pertentangan ini bukan timbul dari teecu berdua,
melainkan timbul dari pihak luar. Ok-ciangkun kebetulan saja
menjadi ayah gadis itu sehingga ada kaitannya, namun dalam
masalah rumah tangga yang hendak teecu dirikan, sama sekali
tidak ada pertentangan itu. Bukankah suhu pernah berkata
bahwa dasar utama bagi orang yang hendak berumah tangga
adalah cinta kasih kedua belah pihak? Nah, teecu berdua telah
memiliki dasar utama ini dan masalah Ok-ciangkun bagi teecu
adalah masalah luar!”

1052
“Hemm, akan tetapi, dia adalah orang tua gadis itu dan
berhak menentukan jodoh puterinya, Kong-ji,” kata pendekar
ini.

“Memang betul, suhu,” jawab Bu Kong. “Sebagai orang


tua dia memang berhak, akan tetapi, haknya sama sekali tidak
mutlak!”

Bantahan pemuda itu membuat Malaikat Gurun Neraka


tersenyum maklum dan tentu saja diapun mengerti tentang
hal ini. Akan tetapi, karena dia ingin melihat sampai sejauh
mana tekad muridnya itu, maka pendekar itu berkata, “Kong-
ji, sanggahanmu memang tepat. Baiklah, kita akui bahwa Ok-
ciangkun tidak mempunyai hak mutlak dalam masalah
perjodohan puterinya karena yang akan menikah bukanlah
dia, melainkan kalian berdua. Namun muridku, kalau ayah
gadis itu menentang perjodohan kalian, bukankah belum apa-
apa sudah terdapat percekcokan di sini? Bagaimana kau
hendak membangun rumah tangga yang didasari percekcokan
begini! Bukankah hal ini mirip membangun sebuah rumah
yang fondasinya retak-retak? Dapatkah kelak rumah itu sendiri
bertahan lama? Orang berumah tangga mempunyai mata
rantai yang tiada putusnya antara yang satu dengan yang lain,
antara anak dengan orang tuanya, antara anak dengan
saudara-saudaranya. Kalau kau tetap berkukuh melanjutkan
niatmu ini, dapatkah kebahagiaan kelak menaungi hidupmu,
Kong-ji? Bukannya aku melarang, akan tetapi, apakah tidak
sebaiknya kau pikirkan dahulu hal ini sematang-matangnya,
muridku?”

1053
Bu Kong menggelengkan kepalanya dan pendekar itu
melihat betapa tiba-tiba sikap kepala batu muridnya itu
timbul. “Suhu, orang hidup di mana-mana sama saja.
Pertentangan dan permusuhan selalu ada. Kalau teecu tidak
dapat mengatasi hal-hal semacam ini, lalu kapan teecu bisa
maju. Hal ini sudah biasa, suhu, dan itulah sebabnya mengapa
teecu berdua telah bertekad untuk mengatasi semua
rintangan-rintangan yang menghalang di tengah jalan. Jika Ok-
ciangkun tidak menyetujui perjodohan ini, teecu berdua tidak
akan memperdulikannya sama sekali. Teecu tidak akan
membiarkan kebahagiaan ini rusak hanya karena
pertentangan orang luar belaka! Oleh sebab itu, siapapun yang
menghalanginya akan teecu lawan!”

“Termasuk penolakan ayah gadis itu?” pendekar itu


bertanya.

“Begitulah, suhu!” Bu Kong menganggukkan kepalanya


dengan tegas.

“Dan bagaimana kalau akupun menentangnya?” tiba-


tiba Malaikat Gurun Neraka memandang muridnya dengan
tajam. “Apakah kau juga akan melawan gurumu sendiri?”

“Suhu..... !” Bu Kong melompat kaget dan mukanya


pucat sekali, memandang gurunya seperti orang mendengar
petir di siang hari. Sejenak pemuda ini terbelalak, tak mampu
bersuara seperti orang disengat ular berbisa.

1054
“Memang betul, suhu,” jawab Bu Kong. “Sebagai orang
tua dia memang berhak, akan tetapi, haknya sama sekali tidak
mutlak!”

Bantahan pemuda itu membuat Malaikat Gurun Neraka


tersenyum maklum dan tentu saja diapun mengerti tentang
hal ini. Akan tetapi, karena dia ingin melihat sampai sejauh
mana tekad muridnya itu, maka pendekar itu berkata, “Kong
ji, sanggahanmu memang tepat. Baiklah kita akui bahwa Ok-
ciangkun tidak mempunyai hak mutlak dalam masalah
perjodohan puterinya karena yang akan menikah bukanlah
dia, melainkan kalian berdua. Namun muridku, kalau ayah
gadis itu menentang perjodohan kalian, bukankah belum apa-
apa sudah terdapat percekcokan di sini? Bagaimana kau
hendak membangun rumah tangga yang didasari percekcokan
begini! Bukankah hal ini mirip membangun sebuah rumah
yang fondasinya retak-retak? Dapatkah kelak rumah itu sendiri
bertahan lama? Orang berumah tangga mempunyai mata
rantai yang tiada putusnya antara yang satu dengan yang lain,
antara anak dengan orang tuanya, antara anak dengan
saudara-saudaranya. Kalau kau tetap berkukuh melanjutkan
niatmu ini, dapatkah kebahagiaan kelak menaungi hidupmu,
Kong-ji? Bukannya aku melarang, akan tetapi, apakah tidak
sebaiknya kau pikirkan dahulu hal ini sematang-matangnya,
muridku?”

Namun akhirnya pemuda ini berdiri perlahan-lahan,


kemudian maju berlutut di depan kaki gurunya. “Suhu......”
katanya dengan suara menggigil, “....... apakah ucapan yang

1055
suhu keluarkan itu sungguh-sungguh ataukah hanya main-
main belaka?”

“Anggaplah saja bahwa apa yang kukatakan tadi


sungguh-sungguh. Kalau sudah begitu, apakah yang hendak
kau lakukan? Melawan guru sendiri?” pendekar ini bertanya
keren.

Bu Kong menundukkan kepalanya. “Kalau suhu


bersungguh-sungguh, atas dasar apakah suhu menentang
perjodohan teecu? Kalau atas dasar pribadi, suhu tidak berhak
sama sekali menentang perjodohan ini! Akan tetapi, kalau
Suhu hendak memaksakan diri sebagai orang tua yang
berkuasa dan telah melepas budi kepada teecu, tentu saja
teecu tidak dapat berbuat apa-apa. Namun, di sini teecu
dengan terus terang mencela Suhu sebagai orang tua tanpa
cinta kasih yang picik pikiran dan hendak menyenangkan diri
sendiri dengan mengorbankan kebahagiaan orang lain!”

Hebat dan berani sekali kata-kata ini dan kalau saja


Malaikat Gurun Neraka bersungguh-sungguh tentu pendekar
itu marah sekali. Akan tetapi, karena pendekar sakti ini
memang hanya ingin menjajagi muridnya sampai berapa jauh
niat yang terkandung dalam masalah perjodohan itu, maka
pendekar ini sama sekali tidak merasa marah.

Keberanian muridnya dalam segala hal asal merasa diri


sendiri benar memang sudah diketahuinya dengan baik. Itulah

1056
sebabnya diam-diam dia merasa kagum terhadap pemuda itu
yang tidak segan-segan untuk mencela guru sendiri bila
melakukan kekeliruan! Inilah hal yang jarang sekali terjadi dan
Malaikat Gurun Neraka tersenyum di dalam hatinya.

Akan tetapi, karena jawaban pemuda itu masih dirasa


kurang memuaskan dan agak "memutar", pendekar ini
mengerutkan alisnya. “Kong-ji, kau belum memberi jawaban
yang tegas dalam pertanyaanku tadi. Kau belum menjawab
hendak melawan guru ataukah tidak apabila aku menentang
perjodohan ini. Nah, sekarang jawablah, jika aku menentang
maksudmu itu, apakah kaupun akan melawan suhumu
sendiri?”

Bu Kong mengangkat mukanya. “Suhu, jawaban yang


tegas belum bisa teecu berikan selama suhu sendiri belum
mengatakan kepada teecu atas dasar apakah Suhu menentang
perjodohan itu. Oleh sebab itu, kalau suhu ingin jawaban
teecu, harap suhu katakan dulu atas dasar pribadi ataukah
dasar kekuasaan sehingga suhu hendak menentang
perjodohan ini!”

“Kalau atas dasar kekuasaan?” pendekar itu bertanya.

“Teecu akan mengorbankan kebahagiaan ini sebagai


penebus hutang budi teecu kepada suhu yang telah
memelihara teecu belasan tahun. Akan tetapi, di samping itu,
sebagai manusia yang melihat kekeliruan sikap guru yang

1057
berjiwa pedagang dengan cara imbalan jasa dan
memperhitungkan untung rugi, perlu teecu peringatkan
bahwa sikap yang suhu ambil bukanlah sikap seorang
pendekar sejati yang seharusnya menjauhi tindakan
sewenang-wenang!”

Merah muka pendekar ini karena jawaban muridnya ini


benar-benar tajam bukan main, merupakan kecaman pedas
yang dapat membuat orang bersangkutan naik darah. Akan
tetapi, karena dia memang sengaja mencoba maka pendekar
itu bertanya lebih lanjut. “Dan bagaimana kalau atas dasar
pribadi?”

Bu Kong memandang gurunya. “Suhu, untuk menjawab


pertanyaan ini terlebih dahulu teecu ingin bertanya, termasuk
golongan manakah suhu dalam dunia persilatan?”

“Maksudmu?” pendekar itu bertanya heran.

“Maksud tecu ialah, termasuk golongan hitam ataukah


putih suhu ini. Kalau suhu termasuk golongan hek-to (hitam),
maka teecu akan melawan karena yang teecu lawan bukanlah
orangnya melainkan kejahatannya seperti yang biasa suhu
wejangkan kepada teecu. Akan tetapi, kalau suhu termasuk
golongan pek-to (putih), tidak mungkin suhu akan
melaksanakan niat itu karena seorang pendekar tahu akan
perbuatan-perbuatan yang melangggr hati nuraninya sendiri.

1058
Nah, sekarang tinggal suhu sendiri untuk menjawabnya secara
jujur.”

Inilah tangkisan yang jitu sekali dan kalau tadi Malaikat


Gurun Neraka mendesak muridnya untuk menjawab, adalah
sekarang pemuda itu membalikkan keadaan sedemikan rupa
sehingga dia yang harus menjawab! Tentu saja hal ini
menyudutkan pendekar itu dan manapun yang dipilih,
sebenarnya dia tetap saja tidak dapat menghalangi masalah
perjodohan muridnya!

“Ha-ha. kau cerdik, muridku!” Malaikat Gurun Neraka tak


dapat menahan hatinya lagi dan tertawa bergelak. “Jawaban
yang kau berikan benar-benar memuaskan sekali. Baiklah,
karena tidak ada seorangpun yang sanggup menghalangi niat
seseorang, maka apa pula yang dapat kulakukan dalam hal ini?
Kalau kau sudah bertekad sedemikian rupa, biarlah aku
membantumu memperjuangkan perjodohan ini. Pergilah,
kerjakan tugasmu itu dan selesaikan segera. Kelak apabila
semuanya berhasil, aku akan merangkapkan kalian sebagai
suami isteri dan mudah-mudahan kebahagiaan selalu
bersamamu!”

Bu Kong girang bukan main mendengar kata-kata


gurunya ini dan seketika mukanya berseri gembira. “Suhu,
terima kasih....!” pemuda itu menjatuhkan diri berlutut dan
berseru girang. “Teecu memang sudah menyangka bahwa
tidak mungkin suhu akan menolak perjodohan ini.”

1059
“Hemm, dari mana kau tahu?” gurunya bertanya sambil
tersenyum.

“Dari watak suhu yang selalu bijaksana terhadap teecu.”

“Ha-ha, kau mau mengumpak gurumu, ya?” pendekar itu


menepuk pundak muridnya dan Bu Kong tersenyum lebar.

“Tidak, suhu, akan tetapi bukankah memang demikian


kenyataannya?”

“Hah, sudahlah!” orang tua itu mendengus. “Tidak perlu


gurumu dipuji-puji setinggi langit. Paling baik sekarang juga
kau berangkat dan ingat pesanku tadi, berhati-hatilah selalu
dalam menjalankan tugas berbahaya ini.”

Bu Kong mengangguk girang. “Baik, suhu. Akan teecu


perhatikan semua nasihat ini dan mudah-mudahan berkat doa
restu suhu, teecu dapat berhasil mencapai cita-cita. Sekarang
perkenankanlah teecu pergi, suhu, selamat tinggal.........!”
pemuda itu memberi hormat yang terakhir kalinya kepada
gurunya lalu memutar tubuh meninggalkan tempat itu dengan
wajah berseri dan senyum gembira.

Malaikat Gurun Neraka memandang tubuh belakang


muridnya dan diam-diam bergumam perlahan, “Semoga dia
tidak mengulangi nasib gurunya yang buruk dalam
asmara.........!” dan sampai bayangan muridnya lenyap di

1060
tikungan, pendekar sakti ini masih saja berdiri tegak di depan
gua.

Cinta kasih! Demikian hebat kekuasaanmu kalau sudah


mencengkeram diri seseorang. Namun, kebahagiaankah yang
bakal kau berikan kepada mereka? Mudah-mudahanlah.

Semangat dan tekad Bu Kong yang pantang menyerah


diam-diam membuat hati pendekar ini kagum sekali. Jarang
ditemukan sekarang pemuda yang seperti itu. Akan tetapi,
berbahagiakah kelak muridnya dalam melanjutkan kisah
asmaranya dengan murid mendiang Mo-i Thai-houw yang dulu
juga menjadi kekasihnya itu? Entahlah!

Bahkan tiba-tiba sepasang alis pendekar ini berkerut


ketika dia teringat surat Bu-beng Sian-su yang diberikan
kepada muridnya. Kalimat-kalimat ganjil yang ditulis manusia
dewa itu mengandung suatu "kengerian" aneh yang dirasa.
Kalau saja muridnya itu dapat menembus jauh, barangkali Bu
Kong sedikit banyak dapat menyentuh apa yang dimaksudkan
tokoh dewa itu. Akan tetapi, pemuda itu sedang dikuasai
kegembiraan sendiri dan hal itu membuat daya tanggapnya
berkurang. Dapatkah melihat "jauh" ke depan?

Rupanya tidak. Ah, biarlah dia lihat saja apa yang bakal
terjadi dan bagaimanakah kelak jawaban dari kalimat-kalimat
ganjil Bu-beng Sian-su itu. Mudah-mudahanlah muridnya

1061
mendapatkan suatu pengalaman berharga bagi dirinya sendiri
sehingga kelak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Angin meniup santai, keharuman bunga semakin


semerbak. Daun-daun pohon bergoyang lembut dan Malaikat
Gurun Neraka termenung beberapa saat di depan gua sampai
akhirnya masuk ke dalam dan duduk bersamadhi di atas batu
bundar yang hitam mengkilap.

***

Matahari belum naik tinggi ketika Bu Kong keluar dari


mulut hutan dengan mata bersinar-sinar. Kegembiraan
memenuhi hatinya dan pagi yang cerah membuat segalanya
tampak indah.

Namun, baru saja pemuda ini hendak mengerahkan gin-


kangnya untuk melanjutkan perjalanan sambll berlari cepat,
mendadak dari kejauhan terdengar derap kaki kuda. Debu
mengepul tinggi dan samar-samar seekor kuda hitam tinggi
besar dengan bulu surinya yang panjang riap-riapan muncul
dari arah selatan.

1062
Ketika Bu Kong mengerahkan kekuatan matanya,
pemuda ini terkejut melihat betapa kuda itu berlari dengan
punggung kosong alias tanpa penunggang. Tentu saja dia
merasa heran dan karena kuda itu masih terlalu jauh, dia tidak
dapat melihat jelas. Akan tetapi, melihat kuda hitam yang
larinya secepat terbang ini otomatis mengingatkan dirinya
akan Hek-ma (Si Hitam) yang sudah lama tidak ditemuinya.
Diam-diam hatinya mulai berdebar dan baru saja dia hendak
melompat, sekonyong-konyong di belakang kuda hitam itu
muncul empat ekor kuda lain yang mengejar di belakangnya.

Dilihat dari mulut hutan, empat orang yang duduk di


belakang punggung kuda itu seakan-akan sedang memburu
kuda hitam yang berlari kencang di depan. Bu Kong
mengerutkan alisnya dan dia ingin tahu siapakah empat orang
yang agaknya hendak menangkap kuda hitam itu. Dan karena
dia sendiri juga ingin tahu apakah kuda hitam itu Hek-ma atau
bukan, tiba-tiba pemuda ini mengeluarkan siul tinggi yang
melengking nyaring.

Itulah isyarat panggilan bagi Hek-ma yang biasa


diberikan kepada kudanya. Kalau kuda hitam Yang berlari
seperti terbang itu memang Hek-ma adanya, tentu kuda itu
akan meringkik panjang sebagai jawaban.

Betul saja! Begitu siulan nyaring yang melengking tinggi


itu dikeluarkan sehingga dapat didengar sampai belasan lie
jauhnya, tiba-tiba kuda hitam yang dikejar dari belakang itu
melonjak dan meringkik panjang. Larinya mendadak

1063
bertambah cepat dan luar biasa, keempat kakinya seolah-olah
tidak menginjak bumi lagi dan kuda hitam itu meluncur di atas
tanah seperti kuda terbang!

Tentu saja Bu Kong merasa girang. Tidak menunggu kuda


hitam itu mendekati hutan, pemuda itu sudah bersiul kembali
dan tubuhnya berkelebat ke depan menyongsong Hek-ma
yang meringkik-ringkik panjang itu. Sebentar saja, karena dua
pihak saling menghampiri dan kedua-duanya sama-sama
bergerak cepat, kuda serta tuan mudanya ini sudah
berhadapan muka dan pemuda itu berteriak memanggil Hek-
ma dengan penuh kegembiraan.

Hek-ma sendiri juga melompat maju dan mengibaskan


ekornya sambil melonjak-lonjak dan kuda yng amat setia
kepada majikannya ini sudah menekuk dua kaki depannya dan
berlutut!

Demikianlah, dua sahabat yang lama tidak bertemu itu


sekarang saling peluk dan Bu Kong merangkul leher kudanya
dengan penuh keharuan. Ditepuk-tepuknya punggung Hek-ma
dan diciumnya telinga kiri kuda ini dan Hek-ma mengeluarkan
keluhan seperti orang menangis.

Akan tetapi, mereka tidak mendapat banyak kesempatan


untuk mencurahkan kegembiraan masing-masing karena pada
saat itu, empat ekor kuda yang tadi mengejar Hek-ma telah
muncul di depan mereka. Dan begitu empat penunggang kuda

1064
ini tiba, mereka berseru memanggil Bu Kong dan berlompatan
turun.

Bu Kong terbelalak dan sejenak dia tertegun kaget


melihat orang-orang itu. Tadinya dia mengira bahwa empat
orang yang mengejar-ngejar kudanya itu adalah para pemburu
yang hendak menangkap Hek-ma. Tidak tahunya mereka
adalah orang-orang yang sudah amat dikenalnya, kecuali
orang keempat yang bertubuh tinggi besar dan memakai
gelang baja yang melilit lehernya.

Siapakah orang-orang ini? Bukan lain adalah Fan Li serta


dua orang tokoh dari istana Yueh yang sudah lama tidak
dijumpai Bu Kong. Dan seperti biasa, Fan Li yang selalu
mengenakan baju biru dengan ikat kepala kuning itu sudah
berteriak dari kejauhan dan menghampiri bekas jenderal
muda ini sambil memberi hormat.

“Goanswe selamat bertemu kembali dan syukur kepada


Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa engkau telah telah terbebas
dari Jit-coa-tok! Akan tetapi, mana nona Hong?”

Bu Kong mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan itu


karena tiba-tiba saja hatinya merasa tidak enak. Seperti
diketahui, atas bantuan Pek Hong dan Fan Li itulah maka dia
terbebas dari bahaya maut. Dan kini pertanyaan pemuda itu
tentang Pek Hong mengingatkan dia akan segala peristiwa
yang terjadi. Namun, karena dia tidak ingin memperpanjang

1065
urusan ini, Bu Kong lalu menjawab juga untuk membalas
penghormatan sahabatnya itu, “Fan-ciangkun, Hong-moi telah
pergi setelah aku sembuh, mungkin kembali pada gurunya.
Dan bersama ini pula terimalah ucapan terima kasihku yang
tak terhingga atas semua pertolonganmu membebaskan
diriku dari tangan Cheng-gan Sian-jin.”

1066
Fan Li tersipu-sipu menerima ucapan ini. “Goanswe,
mengapa terlalu sungkan? Kita adalah orang-orang sendiri dan
sudah sepantasnya kalau kita saling tolong-menolong.
Bukankah demikian, pangeran?” pemuda ini tiba-tiba menoleh
ke kanan dan berkata sambil tersenyum ke arah laki-laki
berpakaian indah bertopi bulu yang sedang menghampiri
mereka.

Laki-laki yang dipanggil pangeran ini tersenyum lebar


sambil menganggukkan kepalanya. “Apa yang diucapkan
ciang-kun memang benar. Kita adalah orang-orang sendiri dan
bantu membantu di antara kita adalah hal yang sudah
semestinya. Bagaimana, goanswe? Bukankah engkau baik-baik
saja?”

Bu Kong terkejut. Seharusnya dialah yang terlebih dahulu


menegur laki-laki ini yang bukan lain adalah Pangeran Kou
Cien, akan tetapi, ternyata pangeran ini telah mendahuluinya.
Maka tentu saja dengan tergesa-gesa dan memutar tubuh dan
memberi hormat. “Pangeran, atas doa restu Anda, hamba
baik-baik saja dan semoga Thian selalu memberikan berkah-
Nya kepada Anda! Maaf, karena tidak menyangka kedatangan
paduka hamba tidak dapat menyambut sepantasnya.”

“Ha-ha, tidak apa, goanswe.….. tidak apa,” pangeran itu


tertawa. “Kami datang bukan untuk bersenang-senang,
melainkan untuk membicarakan urusan penting denganmu.
Dan atas nasihat Wen-taijin inilah maka aku memberanikan
diri untuk minta bantuanmu. Bukankah demkian, Wen-taijin?”

1067
Pangeran ini menoleh ke kiri di mana berdiri seorang laki-
laki setengah tua berpakaian bangsawan yang halus gerak-
geriknya. Laki-laki ini memiliki mata yang lembut, sikapnya
sabar, dan wajahnya membayangkan kebijaksanaan seorang
tua yang telah mengenyam pahit getirnya hidup. Inilah dia
Wen-taijin atau yang dalam sejarah dikenal dengan nama Wen
Chung, seorang pembesar istana yang menjadi penasihat Kou
Cien.

Melihat pangeran itu menegurnya, laki-laki tua ini


membungkukkan tubuhnya kemudian memberi hormat
kepada Bu Kong. “Goanswe, maaf apabila bujukanku terhadap
pangeran mengganggu ketenteraman hatimu. Bukan sekali-
kali maksudnya hendak mengacaukan ketenanganmu, akan
tetapi, terdorong oleh masalah yang jauh lebih penting dan
menyangkut kehidupan orang banyak, maka aku
memberanikan diri mengusulkan kepada pangeran agar
datang ke sini.”

Bu Kong tertegun dan hatinya mulai berdebar.


Mendengar ucapan dua orang tokoh istana ini mudah baginya
untuk menebak bahwa kedatangan mereka pasti ada
hubungannya dengan Kerajaan Yueh. Padahal dia sudah
bersumpah untuk tidak membantu dan berhubungan lagi
dengan kerajaan itu! Akan tetapi, melihat Wen-taijin sudah
menjura di depannya, diapun segera membalas hormat dan
berkata, “Taijin dan pangeran terlalu merendah, mana berani
aku menerimanya? Kalau ji-wi merasa bahwa aku bisa
membantu ji-wi, sungguh merupakan anugerah besar bagiku.

1068
Akan tetapi, agar pembicaraan kita dapat lebih lancar, harap
Taijin sekalian tidak memanggilku goanswe (jenderal) lagi
karena jabatan itu sudah lama tidak ada di pundakku. Yang ada
di hadapan cu-wi (Anda sekalian) adalah orang she Yap, bukan
jenderal.”

Kata-kata ini diucapkan dengan suara tegas, karena Bu


Kong memang hendak memperingatkan orang-orang yang
berada di situ bahwa dia bukan lagi Yap-goanswe dari Kerajaan
Yueh, melainkan Yap Bu Kong, pemuda biasa.

Tentu saja Pangeran Kou Cien dan yang lain-lainnya


mengerti maksud pemuda itu, diam-diam hati pangeran ini
gelisah. Sesungguhnya kedatangannya ke tempat ini bukan
lain adalah untuk mengundang bekas jenderal muda itu guna
memimpin sisa-sisa pasukan Yueh yang berhasil dikumpulkan.
Namun, meskipun pasukan mereka sudah berjumlah cukup
besar buat melakukan pembalasan kepada musuh, tanpa
adanya seorang pimpinan yang pandai tentu saja kekuatan
mereka tidak berarti, ibarat lembu tanpa tanduk atau harimau
tanpa gigi!

Dan sekarang, melihat orang yang hendak dimintai


tolong mulai menunjukkan kekerasan hatinya karena tentu
saja pemuda itu teringat akan segala kejadian di istana
sehingga dipecat dengan cara tidak hormat oleh mendiang sri
baginda, diam-diam pangeran ini merasa cemas. Dia cukup
mengenal watak pemuda itu, mengenal keberanian serta
kekerasan hatinya. Dan untuk membujuk bekas jenderal muda

1069
inilah maka dia sengaja membawa Wen-taijin agar dapat
melunakkan hati pemuda itu.

Seperti diketahui, Wen-taijin ini adalah orang yang paling


dihormati oleh Bu Kong semasa dia masih berada di Yueh
karena atas jasa-jasa orang tua inilah maka dia dapat menjadi
jenderal di kerajaan itu. Bahkan bukan itu saja. Wen-taijin
inipun banyak memberinya nasihat-nasihat serta petunjuk-
petunjuk berharga dalam masalah pribadinya dan berkat
nasihat-nasihat orarg tua itu Bu Kong dapat menjaga diri dari
rayuan Lie Lan, keponakan Lie-thaikam ketika gadis itu dulu
dulu datang ke gedungnya.

Dan Pangeran Kou Cien yang mengetahui hal ini hendak


mempergunakan pengaruh Wen Chung agar mereka berhasil
membujuk pemuda itu memimpin pasukan lagi seperti dulu.
Apalagi, di samping mereka masih terdapat Fan-ciangkun yang
pernah melepas budi terhadap Bu Kong, maka pangeran ini
mengharap bahwa perjalanannya tidak sia-sia. Itulah
sebabnya maka jauh-jauh dia merendahkan hati datang ke
tempat pemuda ini dan bukannya menyuruh orang lain untuk
memanggil bekas jenderal muda itu.

Sementara itu, Wen-taijin yang mendengar kata-kata


pemuda ini tampak tenang-tenang saja dan tersenyum sabar.
Pembesar inipun tahu watak pemuda itu dan sekali pemuda
itu bilang agar mereka tidak lagi memanggilnya "goanswe",
maka diapun tidak mau membantahnya. Hanya dia belum tahu
panggilan apakah yang sekarang cocok dipakai untuk

1070
mengganti panggilan "goanswe" ini. Namun, tiba-tiba saja
wajah pembesar ini berseri ketika dalam sedetik saja dia
mendapatkan ilham yang bagus untuk memanggil pemuda itu.

“Hemm, kalau sekarang dia tidak mau dipanggil goanswe


lagi, lalu sebutan apakah yang pantas kita berikan kepadanya,
pangeran?” Wen Chung menoleh dan memandang Pangeran
Kou Cien. “Paduka tahu sendiri bahwa sekali pemuda macam
ini telah memutuskan sesuatu tidak mungkin kita mampu
membantahnya. Apakah pangeran ada sebutan khusus
untuknya?”

Pangeran Kou Cien terbelalak. “Taijin, kalau Yap-


goanswe tidak mau dipanggil jenderal, kukira kita panggil saja
dia Yap-taihiap. Bukankah ini cocok sekali?”

“Ah, kurang tepat, pangeran!” tiba-tiba pemuda tinggi


besar yarg sedari tadi belum ikut bicara, kini mendadak
melangkah ke depan dengan mata bersinar-sinar. “Hamba
rasa sebutan yang paling cocok sekarang ini adalah.........”
pemuda itu berhenti sejenak dan bertukar pandang dengan
Wen Chung, akan tetapi, dia tidak segera melanjutkan dan
tersenyum-senyum membuat orang-orang lain ingin tahu
sekali apakah yang hendak dikatakan itu.

Wen Chung mengangkat tangannya. “Lek Hui, jangan


khawatir. Teruskan maksud hatimu ini, karena agaknya di
antara kita ada persamaan. Katakanlah!”

1071
“Baik, Wen-taijin,” pemuda itu mengangguk girang, lalu
menghadap Bu Kong dan dengan suara yang menggeledek
pemuda tinggi besar ini berseru, “Kalau Yap-goanswe tidak
mau dipanggil jenderal lagi, maka kukira sebutan yarg paling
tepat sekarang ini adalah PENDEKAR GURUN NERAKA!”

“Ha ha, bagus......!” Wen-taijin bertepuk tangan gembira.


“Sungguh kebetulan bahwa apa yang hendak kuberikan
kepada bekas jenderal muda kita adalah sama! Lek Hui,
bagaimana kau dapat mencuri ilham yang kudapatkan ini?”
pembesar itu bertanya sambil tertawa dan pemuda tinggi
besar itu mmbusungkan dadanya.

“Taijin, agaknya bukan hamba yang mencuri ilham


paduka, melainkan padukalah yang mencuri ilham hamba. Ha-
ha-ha........!”

Semua orang tertawa dan Bu Kong tersenyum lebar.


Segera perhatiannya tertarik kepada pemuda tinggi besar yang
tampak gagah perkasa itu dan suaranya yang menggeledek
seperti guntur ini benar-benar membayangkan tenaga
raksasanya yang hebat sekali. Oleh sebab itu, dengan mulut
tersenyum, dia menjura di depan pemuda itu dan bertanya,
“Siapakah saudara ini dan berasal dari manakah? Kenapa
selama ini kita tidak pernah bertemu?”

Fan Li tergesa-gesa melangkah maju. Karena dia


merupakan petunjuk jalan bagi tiga orang temannya, maka

1072
seharusnya sejak tadi dia memperkenalkan pemuda itu
kepada Bu Kong. Akan tetapi, karena sibuk dengan urusannya
sendiri, dia sampai melupakan hal ini dan tentu saja sekarang
dengan terkejut dia melangkah maju.

“Goanswe, dia adalah........” baru sampai di sini Fan Li


bicara, tiba-tiba pemuda tinggi besar itu tertawa bergelak dan
mendorong tubuhnya.

“Fan-ciangkun, dia bukan Yap-goanswe, melainkan


Pendekar Gurun Neraka! Masa belum satu menit kau sudah
melupakan hal ini? Ha-ha, Pendekar Gurun Neraka, kenalkan,
aku Lek Hui, she Auw berasal dari Gunung Beng-san. Pekerjaan
tukang kayu dan membabat hutan. Kalau sewaktu-waktu kau
perlu membersihkan hutan ini, jangan kerjakan sendiri dan
panggil saja aku. Tanggung dalam sehari dua hari, semua isi
hutan akan lari tunggang-langgang mencari tempat
persembunyiannya. Ha-ha-ha.........!”

Auw Lek Hui si raksasa muda itu tertawa bergelak dan Bu


Kong terpaksa ikut tertawa pula melihat sikap yang terbuka
dan blak-blakan dari orang itu. Diam-diam dia merasa suka
menyaksikan kejujuran pemuda itu dan biarpum agak kasar
namun sikap begini jauh lebih baik daripada sikap yang halus
di luar, namun, 'berbulu' di dalamnya.

“Auw-twako benar-benar mengagumkan. Pantas saja


bertubuh raksasa dan bertenaga gajah, kiranya tukang

1073
pembabat hutan yang ulung!” Bu Kong tertawa geli dan Wen
Chung menepuk-nepuk bahu Lek Hui yang tebal dan kuat
seperti bahu beruang itu sambil tersenyum lebar.

“Pendekar Gurun Neraka, dia memang bukan orang


sembarangan. Selain memiliki tenaga gwa-kang (tenaga luar)
sehebat gajah, Lek Hui juga seorang ahli lwee-kang (tenaga
dalam) yang amat mahir. Semua ini berkat bimbingan gurunya,
Ciok-thouw Taihiap, (Pendekar Kepala Batu) yang tinggal di
Beng-san. Dan atas perintah gurunya inilah maka dia
membantu kami dan oleh pangeran dia diangkat sebagai
pengawal pribadi!”

Bu Kong tercengang dan memandang pemuda tinggi


besar itu dengan mata terbelalak. “Apa? Jadi, Auw-twako ini
adalah murid Pendekar Kepala Batu? Bukankah locianpwe ini
dikabarkan orang sudah tidak berada di Tiong-goan lagi dan
merantau di Thian-nok (India) belasan tahun yang lalu.”

Lek Hui melangkah maju. “Pendekar Gurun Neraka


agaknya kau melupakan peribahasa yang berbunyi: Sejauh-
jauh batu terlontar, akhirnya kembali juga ke bumi. Begitu pula
halnya dengan suhu. Sejauh-jauh dia merantau, akhirnya rindu
kampung halaman tak dapat dicegahnya lagi. Itulah sebabnya
maka lima bulan yang lalu, suhu pulang kembali dan
mendengar kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di dunia kang-
ouw. Kemunculan Cheng-gan Sian-jin bersama murid
perempuannya yang membuat onar di dunia persilatan

1074
membuat suhu cemas dan suhu lalu menyuruhku untuk
mengenyahkan iblis tua itu!”

“Ahh.......!” Bu Kong berseru kaget. “Begitukah kiranya?”

Lek Hui mengangguk. “Benar, Pendekar Gurun Neraka


dan suhu telah menekankan agar aku tidak usah kembali kalau
Cheng-gan Sian-jin belum mampus!”

Bu Kong memandang raksasa muda ini dan diam-diam


dia agak tidak senang melihat orang bermulut besar. Cheng-
gan Sian-jin bukanlah manusia sembarangan, bagaimana
pemuda itu seolah-olah bersombong diri dan bersikap
tekebur? Akan tetapi, karena dia pernah mendengar cerita
gurunya bahwa Ciok-thouw Taihiap adalan seorang angkatan
tua yang kesaktiannya setingkat dengan Malaikat Gurun
Neraka sendiri, maka diapun tidak berani memandang ringan
murid pendekar besar itu.

Gurunya pernah berkata bahwa Ciok-thouw Taihiap


adalah seorang laki-laki gagah perkasa yang berkepandaian
tinggi. Banyak tokoh-tokoh sesat yang tewas di tangan
pendekar itu karena konon kabarnya Ciok-thouw Taihiap
adalah seorang pendekar bertangan ganas terhadap kaum
sesat. Maka tidak heran apabila pendekar ini amat dibenci
oleh golongan hek-to dan karena kewalahan menghadapi
musuh-musuhnya itulah maka pendekar ini akhirnya
meninggalkan Tiong-goan dan merantau ke India.

1075
Menurut gurunya, Pendekar Kepala Batu sesungguhnya
adalah orang berhati mulia terhadap kaum lemah. Hanya
sedikit yang agak menjengkelkan para pendekar lain, yakni
watak yang terlalu kaku dan keras kepala dari pendekar itu.
Dan itulah sebabnya maka dia mendapatkan julukan Ciok-
thouw Taihiap atau Pendekar Kepala Batu akibat sikapnya
yang mau menang sendiri itu!

Sekarang tanpa disangka-sangka Bu Kong bertemu


dengan murid pendekar sakti itu yang bersumber hendak
membasmi Cheng-gan Sian-jin dan tidak diperkenankan
gurunya kembali kalau datuk sesat itu masih hidup! Inilah
salah satu contoh orang-orang yang berkepala batu, agak
sombong namun sekali mempunyai tekad, tidak akan undur
sampai ajal tiba! Tentu saja agak mengerikan orang yang
menjadi lawannya dan memang amat berbahaya bermusuhan
dengan orang seperti Pendekar Kepala Batu ini.

Namun, Bu Kong yang kini disebut sebagai Pendekar


Gurun Neraka itu tidak berkomentar. Dia menghadap
Pangeran Kou Cien yang merupakan orang pertama dalam
pertemuan ini dan merangkapkan kedua tangannya di depan
dada. “Pangeran. sekarang bolehkah hamba mengetahui
maksud kedatangan paduka ini? Pertolongan apakah kiranya
yang paduka perlukan dari hamba?”

Pangeran Kou Cien melangkah maju. “Goanswe, eh,


maaf...... !” pangeran ini terkejut karena kebiasaannya
memanggil sebagai jenderal kepada pemuda ini ternyata

1076
masih saja latah. Maka dengan terburu-buru dia melanjutkan,
“Yap-taihiap, karena dengan resmi sekarang engkau adalah
seorarg pendekar kang-ouw dan bukan lagi seorang jenderal,
maka lebih mantap hatiku kami untuk meminta bantuanmu.
Ketahuilah, seperti yang kau lihat sendiri, Kerajaan Yueh telah
hancur diserbu pasukan Wu-sam-tai-ciangkun yang dibantu
banyak orang pandai. Pasukan kami kocar-kacir dan sri
baginda sendiri tewas dalam pertempuran itu. Akan tetapi,
setelah berbulan-bulan bersusah payah, bersama Fan-
ciangkun ini kami berhasil mengumpulkan kembali sisa-sisa
pasukan kami dan kini mereka semua telah berada di satu
tempat untuk sewaktu-waktu melakukan serangan terhadap
musuh. Namun, meskipun pasukan yang kami kumpulkan
cukup besar, tanpa adanya seorang pimpinan yang pandai
mengatur tentu saja kami ibarat harimau tanpa gigi atau
lembu tanpa tanduk! Oleh sebab itu, teringat kepada dirimu
yang ahli dalam soal-soal peperangan ini kami lalu
memberanikan hati untuk mohon bantuanmu dan bekerja
sama dengan kami. Bukankah engkau sendiri juga mempunyai
perhitungan dengan Wu-sam-tai-ciangkun dan teman-
temannya? Fan-ciangkun telah memberitahu kepada kami
tentang fitnah keji yang kau alami itu dan kami semua benar-
benar amat menyesalkan sikap mendiang sri baginda yang
amat keras kepala. Kini kami semua telah mengetahui duduk
persoalan sesungguhnya dan tentu saja hal ini membuat
kebencian kami terhadap musuh semakin meningkat. Kami
berharap, mengingat bahwa ada rasa persahabatan di antara
kita, engkau mau membantu kami dan menyerbu kota raja
untuk membalas dendam ini!”

1077
Bu Kong tertegun. Apa yang tadi sudah diduganya itu
ternyata benar. Tidak meleset dugaannya bahwa kedatangan
pangeran ini memang mempunyai sangkut-paut dengan
Kerajaan Yueh. Padahal, dia sudah bersumpah untuk tidak lagi
berhubungan dengan kerajaan itu. Maka tentu saja alasnya
segera berkerut.

“Pangeran,” dia berkata dengan suara sungguh-sungguh.


“Meskipun benar bahwa di antara kita terdapat musuh yang
sama namun hamba sudah pernah bersumpah di hadapan
mendiang sri baginda untuk tidak berhubungan lagi dengan
Kerajaan Yueh. Paduka tahu bahwa sekali hamba
mengeluarkan sumpah, tidak mungkin lagi hamba menariknya
kembali!”

Pangeran Kou Cien pucat. “Akan tetapi, Yap-taihiap,


itukan sumpahmu di depan sri baginda, padahal sri baginda
sendiri sekarang sudah wafat. Masa kau berkukuh memegang
teguh sumpahmu ini?”

Bu Kong mengangguk. “Begitulah, pangeran!” jawabnya


tegas. “Tentunya paduka ingat akan pameo yang berbunyi: It-
gan-ki-jut-su-ma-lam-twi, bukan? Nah, meskipun sri baginda
telah wafat, akan tetapi, karena sumpah hamba masih
menyangkut rakyat Yueh yang memiliki raja seperti itu, maka
sumpah itu tetap berlaku. Tentu saja kalau tidak ada rakyat
Yueh di sini, sumpah hamba otomatis habis dengan sendirinya
karena orang-orang yang bersangkutan sudah tidak ada lagi.”

1078
“Ahh, jadi kau menginginkan rakyat Yueh binasa
semuanya?” pangeran itu terkejut dan memandang marah.
“Pendekar Gurun Neraka, kau memang kejam!”

“Hemm, siapakah yang kejam, pangeran? Hamba


ataukah kerabat paduka? Gara-gara kakak tiri padukalah maka
hamba mengalami derita sengsara yang luar biasa hebatnya.
Nama hamba dan tubuh berlepotan lumpur-lumpur kotor!
Atas kerja siapakah ini? Bukan lain adalah perbuatan Sri
Baginda Yun Chang! Kalau saja dia mau mendengar kata-kata
hamba, agaknya tidak sampai demikian parah kejadian ini.
Akan tetapi, sri baginda telah menentukan jalan hidupnya
sendiri dan menyeret rakyatnya untuk menerima semua
akibat dari sikapnya itu. Siapakah yang bersalah? Siapakah
yang kejam?”

Pangeran Kou Cien mengepal tinjunya, mukanya merah.


Watak bekas jenderal muda yang tidak dapat ditekuk ini
benar-benar membuatnya kehabisan akal dan marah.
Memang harus diakui bahwa gara-gara sikap kakak tirinya
(Raja Muda Yun Chang) itulah maka semua orang kini
menerima getahnya. Dia dapat memaklumi sakit hati bekas
jenderal muda ini yang mendapat perlakuan kasar dari
mendiang sri baginda. Maka tentu saja sukar bagi pemuda itu
untuk menghilangkan kesan jelek itu begini saja.

Akan tetapi, dia merasa ketidakadilan sikap pemuda itu


yang mengikutsertakan rakyat yang tak bersalah apa-apa. Oleh
sebab itu, dengan mata terbelalak pangeran ini lalu berkata,

1079
“Yap-taihiap, apa yang kau katakan memang benar. Mendiang
sri baginda telah memperlakukan dirimu dengan cara yang
amat kasar sekali. Hal ini dapat kumaklumi jika engkau marah
kepada sri baginda. Namun, apakah kesalahan rakyat yang
tidak berdosa kepadamu? Apakah kesalahan mereka sehingga
kau bersumpah untuk tidak berhubungan lagi dengan mereka?
Kalau kau bersumpah tidak membantu sri baginda hal itu
memang tepat. Akan tetapi, rakyat? Ah, Pendekar Gurun
Neraka, di manakah keadilanmu ini? Di manakah watak
kesatriamu ini? Sri baginda yang bersalah, akan tetapi,
rakyatnya kau kenakan getahnya! Beginikah watak seorang
pendekar?”

Kata-kata pangeran itu diucapkan dengan mata berapi-


api dan wajah pendekar muda ini merah sekali. Apa yang
dikatakan pangeran itu benar-benar tajam menusuk,
menggugah sanubarinya tentang kesalahan rakyat Yueh yang
sebetulnya sama sekali tidak berdosa itu. Ya, apa sebabnya dia
mengikutsertakan rakyat? Bukankan yang bertentangan
adalah sri baginda? Mengapa dia harus menyeret rakyat yang
sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan urusan ini?
Karena rakyat Yueh mempunyai raja muda yang seperti itu!

Maka, karena pemuda ini tidak mau disalahkan begitu


saja, Bu Kong lalu mengedikkan kepalanya dan menjawab,
“Pangeran, segala sebab pasti menimbulkan akibat. Sudah
biasa kita lihat bahwa perbuatan yang keliru dilakukan atasan
pasti akan menyeret anak buah dan bawahan. Kalau paduka
bertanya mengapa rakyat Yueh harus diikutsertakan padahal

1080
mereka tidak berdosa, hal ini dapat hamba jawab karena
mereka mempunyai raja seperti Sri Baginda Yun Chang itu!”

Pangeran Kou Cien mengangkat tangannya dan


tersenyum sinis. “Hemm, itukah alasanmu, Yap-taihiap?
Tidakkah engkau akan menarik kata-katamu ini kalau aku
menyerangmu dengan satu tangkisan jitu?”

Melihat pangeran ini tiba-tiba saja berobah sikapnya dan


tersenyum sinis, Bu Kong merasa heran. Akan tetapi, karena
dia memang merasa alasannya tepat, dia menganggukkan
kepalanya tidak mau kalah. “Begituah, pangeran, dan tidak
biasa bagi hamba untuk menarik kata-kata sendiri.”

“Bagus!” pangeran ini tiba-tiba bertepuk tangan dan


memandang teman-temannya. “Wen-taijin, kau dengar
sendiri kata-katanya itu bahwa dia tidak akan menarik kembali
alasannya. Bukankah begitu, Fan-ciangkun dan Saudara Lek
Hui?”

Tiga orang ini mengangguk dan Bu Kong mengerutkan


alisnya. Dia cukup mengenal kecerdikan pangeran ini, maka
sekarang mendengar semua kata-katanya itu dia merasa tidak
enak juga dan memandang pangeran itu dengan jantung
berdebar.

“Pendekar Gurun Neraka!” tiba-tiba pangeran itu


memutar tubuh dan memandang pemuda itu dengan wajah

1081
berseri. “Perumpamaanmu dengan It-gan-ki-jut-su-ma-lam-
twi (sekali keluarkan omongan empat ekor kudapun tak
mampu menariknya kembali) tadi akan kupergunakan
menyerang dirimu sendiri, sekarang jawablah pertanyaanku
ini : Apakah rakyat Yueh masih dipimpin oleh Raja Muda Yun
Chang pada saat ini?”

Bu Kong menggeleng. “Tidak. Mengapa paduka


menanyakan hal itu padahal paduka sendiri sudah tahu?”

Pangeran Kou Cien tertawa penuh kemenangan dan


tidak menghiraukan pertanyaan itu. “Bagus. Yap-taihiap, kau
sendiri sudah mengakui hal ini! Ha-ha, kalau begitu, bukankah
sumpahmu tidak berlaku lagi.”

Bu Kong terkejut. “Akan tetapi, pangeran, rakyat Yueh


masih ada! Mana mungkin tidak berlaku lagi?” pemuda itu
membantah dengan mata berkilat.

Pangeran Kou Cien menggoyang tangannya. “Tidak, tidak


betul! Kau sendiri tadi memberi alasan bahwa karena rakyat
Yueh mempunyai raja seperti Sri Baginda Yun Chang itulah
maka engkau menyeret mereka. Akan tetapi, Pendekar Gurun
Neraka, meskipun rakyat Yueh sekarang masih ada, namun
mereka sudah tidak dipimpin lagi oleh Sri Baginda Yun Chang
melainkan dipimpin oleh Pangeran Kou Cien! Nah, bukankah
keadaan mereka sudah lain daripada dulu? Boleh mereka
masih ada, namun, kondisinya sudah berbeda. Sama seperti

1082
engkau sendiri, Yap-taihiap, dulu engkau adalah Yap-goanswe,
akan tetapi, sekarang adalah Pendekar Gurun Neraka!
Orangnya masih sama, akan tetapi, keadaannya yang sudah
berbeda. Ha-ha, Yap-taihiap, bagaimana bantahanmu
sekarang?”

Pangeran ini tertawa keras saking senangnya dan Bu


Kong menjadi bengong. Semua orang diam-diam memuji
kecerdikan pangeran ini yang mempergunakan tipu "melolos
sarung menodongkan ujung pedang“ terhadap diri bekas
jenderal muda itu!

Tentu saja Bu Kong tak dapat membantah dan pemuda


ini meryeringai. Betul juga serangan pangeran itu. Tadi dia
sendiri sudah rmengatakan bahwa sumpahnya terhadap
rakyat Yueh yang ikut-ikutan kena getah akibat perbuatan raja
muda itu adalah karena mereka mempunyai Sri Baginda Yun
Chang. Kini, Yun Chang sudah wafat dan “rakyat Yun Chang”
sudah tidak ada lagi. Yang ada sekarang adalah "rakyat Kou
Cien”. Meskipun mereka masih atap merupakan rakyat Yueh,
namun keadaan mereka sudah berbeda dan bisa dibilang
”rakyat Yun Chang” sudah lenyap bersama lenyapnya raja
muda itu sendiri. Mau bilang apa lagi kalau sudah begini?

“Pangeran, kata-kata paduka tak dapat hamba bantah.


Sungguh Anda merupakan orang cerdik!” akhirnya Bu Kong
menjura di depan pangeran itu dengan muka merah. Sebagai
pemuda yang memegang kejujuran, maka kebenaran seperti
yang baru saja diterangkan oleh pangeran ini harus diakuinya

1083
mengandung alasan yang ceng li (beraturan) juga. Oleh sebab
itu, dengan jujur dia mengakui kesalahan sendiri dan minta
maaf.

Pangeran Kou Cien tertawa gembira menyaksikan hasil


kemenangannya menundukkan pemuda yang terkenal keras
kepala ini. Memang sebenarnya ada persamaan antara
pemuda ini dengan Pendekar Kepala Batu, yakni sama-sama
keras kepala. Akan tetapi, bedanya ialah kalau murid Malaikat
Gurun Neraka ini berwatak jujur dan tidak segan-segan
mengakui kesalahan diri sendiri, adalah Ciok-thouw Taihiap itu
agak angkuh dan tidak mudah dituding tengkuknya oleh orang
lain alias tidak gampang disalahkan.

Demikianlah, karena girang melihat pemuda itu dapat


dibujuk, pangeran ini lalu berkata, “Yap-taihiap, kalau
sekarang engkau sudah melihat kekeliruanmu itu, maukah
engkau bekerja sama dergan kami? Ingat, yang ada sekarang
ini bukanlah pasukan Yun Chang, melainkan pasukan Kou Cien!
Bersediakah engkau memimpin pasukan kami menyerbu kota
raja?”

Bu Kong mengangguk. “Untuk menebus kesalahan


hamba, biarlah hamba ikut paduka dan memenuhi permintaan
ini, akan tetapi, tentu saja kalau rakyat Yueh tidak memandang
hina kepada hamba karena hamba pernah dltuduh oleh
mending Raja Muda Yun Chang melakuan perjinaan dengan
selirnya!”

1084
“Ah, lagi-lagi kau salah sangka Yap-taihiap. Ketahuilah,
berkat Fan-ciangkun inilah maka semua rakyat telah
mendengar ceritanya betapa sebenarnya engkau terkena
fitnah keji dan betapa dalang semua peristiwa itu bukan lain
adalah Wu-sam-tai-ciangkun bersama teman-temannya.
Bahkan dari Phoa-lojin kami mendengar lebih jelas tentang
semua nasib buruk yang kau alami.”

“Phoa-lojin?” Bu Kong terkejut. “Jadi, pangeran telah


bertemu dengan kakek itu?”

Pangeran ini tersenyum dan tiba-tiba Fan Li yang


menjawab, “Yap-goanswe, eh ..... maaf Yap-taihiap bukan saja
pangeran telah bertemu dengan Kakek Phoa, malah kakek
itulah yang mengajak pangeran untuk mempergunakan Pulau
Cemara sebagai basis pertahanan pasukan kita!”

Kembali Bu Kong terkejut dan memandang Fan Li. “Ah,


begitukah?” tanyanya.

***

1085
“Baik, suhu.”

Fan Li mengangguk dan Bu Kong lalu berkata, “Fan-


ciangkun, engkau adalah sahabatku yang paling dekat. Oleh
sebab itu, jangan memanggilku Yap Taihiap segala. Kita adalah
teman seperjuangan dan kuharap panggil saja aku Yap-twako.
Begitu pula Saudara Lek Hui, harap jangan terlampau sungkan
dan panggil saja aku twako. Bukankah lebh enak dan lebih
akrab?”

Fan Li memang agak bingung dan kikuk dengan


perobahan yang mendadak dari bekas atasannya ini. Akan
tetapi, untunglah tiba-tiba Wen-taijin yang semenjak tadi
berdiam diri, kini tiba-tiba berkata, “Karena Yap-taihiap telah
sudi membantu pangeran, maka perlu kiranya kita mengetahui
dulu jabatan apakah yang hendak pangeran berikan
kepadanya. Dengan memandang jabatannya inilah maka
segala sebutan yang mungkin agak membingungkan bisa
diseragamkan. Bukankah begitu, pangeran? Dan jabatan
apakah yang hendak paduka berikan kepada Pendekar Gurun
Neraka ini?”

Pangeran Kou Cien tertawa. “Hemm, dia adalah bekas


jenderal muda yang gagah perkasa, jabatan apalagi yang
pantas diberikan selain sebagai jenderal pula! Hanya kalau
dulu dia adalah jenderal mendiang Yun Chang, sekarang dia
adalah jenderal Kou Cien. Yap-taihiap, maukah kiranya engkau
menerima jabatan ini? Seluruh pucuk pimpinan kuserahkan

1086
kepadamu dan semua tanggung jawab pasukan kuletakkan di
pundakmu! Bagaimana?”

Karena sekarang dia diangkat sebagai jenderal "pasukan


Kou Cien", tentu saja Bu Kong tidak dapat menolak. Apalagi,
dengan bantuan pasukan besar maka harapan tercapainya
cita-cita juga jauh lebih besar lagi dan dengan demikian
usahanya membasmi musuh jauh lebih mudah dilaksanakan,
maka pemuda ini segera menjatuhkan diri berlutut di depan
pangeran itu. “Beribu terima kasih kalau paduka memberikan
kepercayaan demikian besar kepada hamba. Mana berani
hamba menolaknya? Pangeran, apabila paduka telah mantap
untuk menganugerahkan jabatan ini, biarlah hamba berjanji
untuk merobohkan musuh dan tidak akan kembali dengan
nyawa masih di badan kalau Kerajaan Wu tidak dapat hamba
hancurkan!”

Inilah semacam sumpah jabatan yang diucapkan pemuda


itu dan Pangeran Kou Cien gembira bukan main. Sekali
pemuda itu mengucapkan kata-katanya, dia yakin akan
keberhasilannya dan tentu saja pangeran ini gembira.
Kepandaian pemuda itu sudah banyak dikenal orang, baik
kepandaian silatnya maupun kepandaian ilmu perangnya.
Maka, dipimpin oleh seorang pemuda semacam ini benar-
benar membuat keadaannya kuat dan dapat diandalkan!

“Bagus, Yap-goanswe. Sekarang biarlah kami


memanggilmu sebagai jenderal lagi karena jabatan ini resmi
kuberikan kepadamu. Tidak ada kebingungan lagi di sini dan

1087
kukira Fan-ciangkun tetap memanggilnya sebagai Yap-
goanswe, jenderal dari angkatan perang Kou Cien, ha-ha....!”

Wen Chung melangkah maju dan memberi hormat


sambil tersenyum. “Selamat, Yap-goanswe bahwa paduka
pangeran telah mengangkat dirimu sebagai jenderal. Semoga
pasukan di bawah pimpinanmu jaya sepanjang masa!”

Bu Kong tersipu-sipu membalas hormat dan sementara


itu berturut-turut Fan Li dan Auw Lek Hui juga melangkah maju
memberi ucapan selamatnya.

“Goanswe, kembali kita bersahabat seperti sediakala.


Semoga di bawah petunjuk-petunjukmu, kita dapat mengatasi
musuh bersama!” kata Fan Li dengan wajah berseri.

“Terima kasih, Fan-ciangkun. Dan mudah-mudahan kita


semua dapat berhati-hati terhadap fitnah musuh yang amat
berbahaya,” jawab Pendekar Gurun Neraka yang kini kembali
diangkat dengan resmi sebagai jenderal besar itu dan melirik
ke arah Pangeran Kou Cien yang tersenyum maklum akan kata-
kata ini.

“Jangan khawatir, Yap-goanswe. Kou Cien bukanlah


orang yang sempit pikiran!” pangeran itu tertawa.

Dan ketika tiba giliran Auw Lek Hui si raksasa muda,


pemuda tinggi besar ini melangkah ke depan dan

1088
membungkukkan tubuh sampai terlipat dua dan sambil
tertawa bergelak Lek Hui berkata, “Yap-goanswe, selamat atas
pengangkatanmu ini dan mudah-mudahan dengan selalu di
sampingmu, aku sedikit banyak dapat belajar ilmu perang.
Siapa tahu, kelak aku juga bisa merobah nasib dan menjadi
jenderal seperti engkau tidak melulu diam di hutan menebang
kayu! Ha-ha-ha....!”

Bu Kong tersenyum dan cepat menjura, akan tetapi, tiba-


tiba dia merasa terkejut. Dari kedua tangan raksasa muda itu
mendadak meluncur angin pukulan berhawa dingin yang
menyambar dadanya. Cepat dia memandang dan dia melihat
pemuda itu sedang berkedip sambil mendorongkan kedua
lengannya.

Tahulah Bu Kong bahwa murid Pendekar Kepala Batu ini


rupanya hendak menjajagi kepandaiannya. Oleh sebab itu,
dengan mulut tersenyum diapun lalu meneruskan gerakan
tangannya membalas hormat, kemudran menggoyangnya
perlahan seperti orang mengebut lalat dan menjawab, “Auw-
twako sungguh pemuda mengagumkan, suka bicara blak-
blakan dan terus terang. Baiklah, kaiau twako mau belajar ilmu
perang, boleh saja mengganti kapak dengan tombak!”

Mulut bicara, akan tetapi, tenaga sin-kang bekerja. Dari


kebutan perlahan murid Malaikat Gurun Neraka itu tiba-tiba
keluar serangkum pukulan mujijat yang menahan serangan
Lek Hui dan murid Pendekar Kepala Batu nu berobah air
mukanya.

1089
Raksasa muda ini merasakan betapa angn pukulan yang
tadi dilancarkan ke depan, sekonyong-konyong berhenti di
tengah udara seakan membentur dinding baja yang tidak
kelihatan. Tentu saja pemuda tinggi besar itu terkejut. Dia
memang sudah lama mendengar nama besar jenderal muda
ini dan sekarang dalam saat yang tepat untuk memberikan
ucapan selamatnya diam-diam dia ingin mengadu tenaga.

Itulah sebabnya dia lalu mengedipkan mata sebagai


tanda isyarat agar jenderal itu waspada akan serangannya,
kemudian dia menambah tenaga sin-kangnya untuk
mendorong pemuda ini. Karena dia mendengar kesaktian
pemuda itu, maka Lek Hui mengerahkan tenaga sin-kangnya
sebanyak tujuh bagian. Biasanya, dengan tenaga tujuh bagian
ini saja dia sanggup mendorong mundur seekor gajah! Tidak
tahunya, dengan sedikit kebutan perlahan seperti orang
mengebut lalat jenderal muda itu sanggp menahan angin
pukulannya? Bahkan tiba-tiba Lek Hui merasa betapa tenaga
saktinya kian lama kian tertolak dan siap membalik!

Tentu saja raksasa muda ini terkejut dan memandang


terbelalak. Melihat betapa jenderal itu balas memandangnya
sambil tersenyum, Lek Hui penasaran sekali dan menambah
dua bagian lagi tenaganya. Kalau sudah begini, biasanya
pemuda itu sanggup menyapu roboh sepuluh ekor harimau
sekaligus dan Bu Kong benar benar terkesiap sekarang.

Kalau tadi jenderal muda ini masih tersenyum, adalah


tiba-tiba sekarang senyumnya lenyap karena dari depan

1090
pukulan sin-kang murid Pendekar Kepala Batu yang agaknya
juga memiliki sikap kepala batu gurunya itu menyambar
seperti angin taufan!

Hampir saja Bu Kong mengeluarkan suara tertahan


karena mendadak kedua kakinya bergoyang dan kalau tidak
cepat dia menyalurkan lwee-kang memasang kuda-kuda
Siang-kak-jip-te (Sepasang Kaki Berakar di Bumi), tentu
tubuhnya sudah terlempar roboh!

Hal ini membuat Bu Kong terkejut dan diam-diam merasa


kagum sekali terhadap tenaga lawan yang dahsyat, juga
gembira melihat tingkat lawan yang setanding. Oleh sebab itu,
Bu Kong lalu mengerahkan tenaga saktinya yang diperoleh dari
hasil samadhi di tengah gurun dan tiba-tiba pemuda ini
mengempos semangat kemudian membentak perlahan.

Hebat sekali akibatnya. Karena tenaga sin-kang yang


diperoleh pemuda ini berkat lorong ajaib Sang Maha Surya,
maka seketika hawa panas meluncur menembus pukulan
dingin dan Lek Hui yang tadi sudah, berseri girang tiba-tiba
berteriak kaget. Raksasa muda ini merasa betapa tiba-tiba dari
kedua lengan Yap-goanswe meniup pukulan panas yang suam-
suam kuku merayap perlahan menembus pukulan sin-kangnya
seperti seekor ular, kemudian setelah pukulan ini menyentuh
kulit lengannya, tiba-tiba saja hawa pukulan yang tadi terasa
hangat itu sekonyong-konyong berobah panas menyengat,
seperti bara api yang disentuhkan ke kulit tubuh!

1091
“Aihh...!” saking kaget dan ngerinya disengat pukulan
panas ini, Lek Hui berteriak parau. Akan tetapi, dasar pemuda
kepala batu, pemuda ini masih mencoba bertahan dan dia
mengerahkan seluruh tenaganya sambil mengeluarkan
bentakan menggeledek raksasa ini terang-terangan
mengangkat kedua lengannya ke depan dan menggempur
maju.

“Dess .. ...!” dua jago muda yang saling mengukur


kepandaian itu sama-sama tidak mau mengalah dan melihat
Lek Hui mengerahkan segenap tenaganya, Bu Kong juga
menambah sin-kangnya sampai tiga perempat bagian dan
karena memang tenaga saktinya jauh lebih unggui, raksasa
muda itu tak dapat menahan dan tanpa ampun lagi tubuh Lek
Hui terangkat dan terlempar tiga tombak jauhnya seperti
layang-layang putus talinya.

“Haihh.........?!!” Lek Hui melengking nyaring dan di


udara tiba-tiba tubuhnya menggeliat seperti kepompong dan
sambil berseru keras pemuda tinggi besar itu berjungkir balik
tiga kali dan akhirnya hinggap di atas tanah dengan kaki
terlebih dahulu.

Inilah demonstrasi gin-kang yang hebat sekali dan Bu


Kong mengeluarkan pujian melihat keindahan gerak lawannya.
Dengan demikian, tubuh pemuda tinggi besar itu tidak sampai
terbanting dan meskipun dalam adu tenaga tadi jelas dia
kalah, namun kekalahannya tidaklah terlampau memalukan
ditutup dengan ilmunya meringankan tubuh yang lihai.

1092
“Bagus. Saudara Auw benar-benar hebat sekali!” Bu
Kong berseru kagum dan dia memandang bekas lawannya ini
dengan mata bersinar-sinar.

Auw Lek Hui menggoyang tubuhnya, seperti anjing yang


membersihkan bulunya, mukanya tampak merah, akan tetapi,
mulutnya tersenyum masam. “Hebat apanya, goanswe? Sudah
jelas, aku terlempar seperli kain basah begitu masa kau puji,
engkaulah yang luar biasa, goanswe, dapat menahan
pukulanku dan bahkan membuat aku jungkir balik tidak
keruan! Kalau aku tidak cepat mematahkan pukulanmu.
bukankah kini aku sudah jatuh berdebuk seperti anjing buduk?
Ha-ha, tidak goanswe, bukan aku yang hebat melainkan kaulah
yang benar-benar mengagumkan!”

Sambil tertawa-tawa pemuda ini melangkah maju dan


menjura sedalamnya tanda kagum kemudian memeluk bahu
jenderal muda itu. “Yap-goanswe, tenagamu hebat sekali.
Masa dengan satu bentakan perlahan saja aku sudah tungang-
langgang? Wah, melihat sin-kangmu yang luar biasa itu
agaknya kau sebanding dengan suhu! Ha-ha, kalau suhu
bertemu denganmu beliau pasti tidak akan melewatkan
kesempatan bagus ini. Tahukah kau bahwa suhu adalah orang
yang gila ber-pibu (adu kepandaian) jika bertemu lawan
tangguh?”

Bu Kong tersenyum. Sikap orang yang jujur dan penuh


persahabatan membuat dia merasa terharu dan suka sekali.
Maka mendengar pujian ini dia cepat merendahkan diri. “Auw-

1093
twako. mana bisa aku dibandingkan dengan gurumu?
Sedangkan menghadapi tenagamu yang sehebat gajah tadi
hampir saja aku terpental. Kalau tidak bersungguh-sungguh
dan melihat kau bersemangat sekali untuk merobohkan diriku,
mana mungkin aku mampu menjatuhkan dirimu? Karena
melihat sedikit kelemahanmu itulah maka aku berhasil
menerobosnya dan kebetulan saja perhitunganku tepat. Kalau
tidak, mana mungkin merobohkan raksasa muda bertenaga
gajah sepertimu ini?”

Lek Hui tampak bangga. “Ah, benarkah tenagaku besar


sekali, goanswe? Akan tetapi, mengapa aku masih saja
pecundang di tanganmu?”

Bu Kong mengangguk. “Auw-twako. Kau tentu mengerti


bahwa menghadapi lawan tangguh kita tidak boleh terlalu
bernafsu karena hal ini membuat kontrol kita kurang cermat.
Nah, karena kau tadi terlalu bernafsu itulah maka aku melihat
titik kelemahan ini dan berhasil menggempur dirimu. Kalau
tidak, agaknya biar diseruduk seekor gajah sekalipun belum
tentu kau akan terdorong!”

Melihat jenderal muda ini bicara sungguh-sungguh, Lek


Hui girang. “Ah, betul goanswe, tebakanmu tepat sekali!
Memang pernah dulu suhu menyuruh seekor gajah
menyerudukku, namun sedikitpun usahanya sia-sia belaka
karena tubuhku sama sekali tak bergeming! Ha ha, kalau
begitu bukannya tenagaku yang berkurang, melainkan
engkaulah yang cerdik, Yap-goanswe. Pantas kalau begitu

1094
pangeran tidak segan-segan memberikan jabatan tinggi ini
kepadamu. Kiranya kau memang pandai mencari lowongan-
lowongan musuh!”

“Sudahlah, Auw-twako. Simpan segala pujianmu itu


untuk orang yang patut menerimanya. Kalau terlalu sering
kepalaku kau tiup, aku khawatir melembung, ha-ha..........”

Lek Hui memandang dengan sinar mata kagum ke arah


jenderal muda ini yang tidak suka menonjol-nonjolkan diri dan
bersikap rendah hati, lalu memandang Fan Li dan bertanya,
“Eh, Fan-ciang-kun, bukankah kau membawa kabar sesuatu
untuk Yap-goanswe? Kenapa kau diam saja dan tidak lekas
memberitahunya?”

Fan Li terkejut dan Bu Kong sudah menatapnya dengan


sinar mata tajam. Cepat pemuda ini menghamplri dan
memberi hormat, lalu berkata, “Goanswe, maafkan apabila
aku terlambat memberitahukan berita penting ini kepadamu.
Akan tetapi, harap goanswe tenangkan hati dan jika goanswe
sudah siap menerimanya, barulah akan kuceritakan sekarang.”

Bu Kong berdebar jantungnya dan perasaannya tiba-tiba


terguncang. Entah mengapa, melihat sikap pembantu setianya
ini yang sekonyong-konyong tampak serius, dia menjadi
tegang juga. Namun, karena sudah biasa dia mendapatkan
berita-berita mengejutkan secara mendadak sekali semenjak
peristiwa pertamanya dengan Siu Li dulu, pemuda ini tampak

1095
tetap tenang-tenang saja, walaupun di dalam hati sebenarnya
dia gelisah.

“Fan-ciangkun, kau tahu bahwa aku tidak suka bicara


memutar. Kalau ada berita penting untukku, katakanlah, aku
siap mendengarnya!”

Fan Li terpengaruh melihat ketenangan jenderal muda


itu, akan tetapi karena dia teringat peristiwa dahulu, di mana
tiba-tiba jenderal muda ini meluap kemarahannya dan
mengamuk setelah mendengar berita mengejutkan tentang
hancurnya Yueh dan pengkhianatan Lie Fung, pemuda ini
tampak ragu-ragu.

“Goanswe, benarkah kau sudah siap? Aku khawatir kalau


engkau dilanda emosi lagi seperti dulu. Kalau sampai terjadi
demikian, siapa kiranya yang mampu mencegahmu?”

Bu Kong tersenyum getir karena kata-kata panglima


muda ini mengingatkan dia akan kelemahan hatinya yang
mudah dikuasai nafsu. "Fan-ciang-kun.” katanya tenang.
“Seseorang selalu mengalami perubahan setiap saat yang akan
membuat kematangan jiwanya. Sudah berkali-kali aku
menerima hal-hal yang mengejutkan, oleh sebab itu, kalau
hendak kau tambah barang sekali dua lagi kukira masih dapat
kuterima dengan baik. Jangan khawatir, aku tidak akan
membuang-buang kemarahanku dengan begitu saja seperti
dulu.”

1096
Pemuda itu tersenyum. Kata-kata dan sikap jenderal ini
sekarang benar-benar jauh lebih masak daripada dahulu.
Karena itu, dengan perlahan diapun lalu berkata, “Goanswe,
memang ada sebuah berita mengejutkan yang hendak
kusampaikan kepadamu. Ketahuilah, kekasihmu telah
ditangkap Wu-sam-tai-ciangkun!”

Bu Kong berobah air mukanya dan seketika dia kaget


sekali. Akan tetapi, karena dia belum tahu "kekasih" mana
yang dimaksudkan sahabatnya ini mengingat Fan Li belum
tahu isi hatinya kepada siapa dia jatuh cinta, maka dengan
menekan guncangan hatinya dia bertanya dengan suara
rendah,

“Fan-ciangkun, siapakah yang kau maksudkan? Hong-


moikah?”

Bu Kong menyebut mana Pek Hong karena setahunya,


Fan Li sering melihat dia bersama gadis itu. Akan tetapi,
ternyata pemuda itu menggelengkan kepala sambil
menjawab, “Bukan, goanswe, melainkan gadis yang benar-
benar kau cintai. Bukankah tadi kau bilang bahwa Nona Hong
pergi meninggalkan engkau setelah Dewa Monyet berhasil
menyembuhkan dirimu?”

“Hemm. kalau begitu siapakah?” suara jenderal muda ini


makin merendah karena dia mengerahkan lwee-kangnya
untuk menekan jantungnya yang berdetak kencang

1097
“Gadis berlengan buntung, goanswe!”

Jawaban ini benar-benar merupakan geledek di siang


hari bagi Bu Kong dan sedetik mukaaya pucat sekali. Dengan
mata terbelalak dia memandang Fan Li dan suaranya
terdengar menggetar ketika pemuda itu bertanya, “Fan-
ciangkun, kau maksudkan Siu Li....?”

Fan Li mengangguk. “Benar, goanswe, murid mendiang


Mo-i Thai-houw itulah.”

Bu Kong menggereng dan tiba-tiba sepasang matanya


mencorong berkilauan membuat Lek Hui yang berada di depan
jenderal muda ini tergetar hatinya. “Fan-ciangkun, kapan
terjadinya hal ini? Dan siapa pula yang menangkapnya?” Bu
Kong bertanya dengan mata berapi-api.

“Seminggu yang lalu, goanswe. Dan yang menangkap


adalah Ok-ciangkun sendiri. Konon menurut berita terakhir
yang kuterima, gadis itu hendak dikawinkan sebulan lagi
dengan murid mending Ang-i Lo-mo!”

“Hahhh......!?!” Bu Kong benar-benar mengeluarkan


hentakan keras sekarang dan pemuda ini melompat kaget
saking terkejutnya mendengar berita ini. “Apa? Ok-ciangkun
hendak mengawinkan gadis itu dengan Pouw Kwi? Keparat
jahanam, Wu-sam-tai-ciangkun benar-benar tak dapat diberi
ampun!” pemuda ini berkata dan mukanya merah padam.

1098
Kemarahan benar-benar membakar hatinya dan dia menyapu
semua orang dengan mata berkilat-kilat.

“Pangeran, selain urusan negara yang harus kujalankan,


ternyata sekarang mengait pula urusan pribadiku. Hamba
mengharap agar secepatnya kita berangkat sekarang juga dan
segera menggempur kota raja! Bagaimana pendapat paduka
pangeran?” Bu Kong bertanya kepada Pangeran Kou Cien
dengan dada berombak.

Pangeran ini melangkah maju, keningnya berkerut dan


dengan amat hati-hati sekali dia berkata, “Goanswe, apa yang
kau kehendaki aku setuju saja. Akan tetapi, bolehkah aku
sedikit bertanya tentang persoalan pribadimu ini? Kenapa kan
harus marah-marah terhadap Ok-ciangkun dalam masalah
perjodohan puterinya? Meskipun kalian saling mencinta,
namun gadis itu adalah puteri Ok-ciangkun, goanswe!
Tidakkah urusan ini bakal mengacaukan urusan negara yang
jauh lebih penting?”

Bu Kong mengangkat kepalanya, kemudian dengan mata


berkilat dan menjawab, “Pangeran, harap paduka camkan
bahwa yang hamba cinta bukanlah puteri Ok-ciangkun,
melainkan murid mendiang Mo-i Thai-houw! Ok-ciangkun
hanya kebetulan saja menjadi ayah gadis itu dan dia bagi
hamba adalah orang luar. Urusan kerajaan tetap hamba
jalankan sebagai urusan kerajaan, akan tetapi urusan pribadi
dalam hal ini hamba pisahkan dari urusan negara. Oleh sebab
itu, paduka tidak usah khawatir karena gadis itu sendiri

1099
menentang perbuatan-perbuatan ayahnya yang tidak terpuji
dan dalam hal ini kami tidak menganggapnya sebagai Panglima
Ok, melainkan orang pribadi sebagai ayah gadis itu dalam
sebuah keluarga dan tidak ada hubungannya sama sekali
dengan jabatan yang dipegangnya!”

Pangeran Kou Cien menarik napas panjang. Dia memang


sudah mendengar persoalan pelik yang menyangkut jenderal
muda ini dan meskipun dia merasa tidak puas, namun karena
pemuda itu sendiri sudah menyatakan bahwa urusan pribadi
tidak akan disangkutpautkan dengan urusan negara, diapun
tidak banyak bicara.

“Hemm, kalau begitu putusanmu goanswe, baiklah.


Syukur kalau kau dapat memisah-misahkan hal ini karena
kalau tidak, tentu saja urusan kerajaan yang jauh lebih penting
dapat kacau. Baiklah, dan perintah pertama yang kuberikan
kepadamu adalah : Bunuh Wu-sam-tai-ciangkun dan teman-
temannya dan tangkap Raja Muda Kung Cu Kwang!”

Inilah perintah yang tidak dapat dibantah lagi dan


sebagai jenderal perang yang sudah diangkat mengepalai
pasukan, tentu saja Bu Kong cepat mengiakan dengan
perasaan tidak karuan. Memang, meskipun Ok-ciangkun
adalah ayah kekasihnya, namun tahu panglima itu main di
medan perang berarti dia adalah musuh kerajaan yang harus
dihadapi secara ”urusan kerajaan” pula. Akan tetapi, kalau dia
dapat bertemu dengan Ok-ciangkun dalam pakaian biasa dan
bukan di medan perang, maka perintah ”bunuh Wu-sam-tai-

1100
ciangkun” tadi tidak sampai menyangkut Panglima Ok yang
kedudukannya sebagai ”ayah" biasa dari urusan pribadinya.

Memang agak membingungkan, akan tetapi, kalau sudah


merupakan garis nasibnya, apalagi yang dapat dilakukan? Oleh
sebab itu, ketika Pangeran Kou Cien mengajak semua orang
berangkat dan sudah melompat dl atas kudanya, pemuda ini
juga melompat di atas punggung Hek-ma dan segera lima ekor
kuda itu membalap ke selatan menuju ke Pulau Cemara untuk
menyiapkan pasukan menyerbu kota raja.

Perang memang selalu tidak menyenangkan, namun


selalu ada saja di muka bumi. Manusia membenci perang, akan
tetapi, manusia sendiri masih selalu berperang! Lucu dan
janggal sekali tampaknya, namun begitulah kenyataannya.
Kapankah dunia dapat tenteram dari kejahatan perang?
Mungkin kalau dunia sudah kiamat!

Lima ekor kuda itu berderap cepat dan seperti biasa,


Hek-ma yang ditunggangi murid Malaikat Gurun Neraka ini
selalu unggul dalam larinya. Kalau saja Bu Kong membiarkan
kuda itu berlari semaunya, mungkin empat orang temannya
sudah tidak kelihatan lagi, jauh tertinggal di belakang.

Menurutkan kata hatinya, pemuda ini seakan-akan


hendak terbang ke kota raja untuk menolong kekasihnya dari
cengkeraman ayah sendiri. Teringat betapa gadis itu ditangkap
sudah cukup membuat kemarahannya berkobar. Apalagi

1101
setelah mendengar Ok-ciangkun hendak mengawinkan
puterinya dengan Pouw Kwi, api kemarahannya benar-benar
menggelegak sampai kepala.

Sungguh jahat sekali orang tua ini! Masa hendak


memaksa anak sendiri menikah dengan orang yang tidak
disukainya? Apalagi justeru Pouw Kwi inilah yang merusak
namanya dengan menyamar di istana Yun Chang dan bermain
gila dengan Bwee Li sehingga dia yang menerima getahnya!

“Keparat, mereka memang manusia-manusia iblis yang


patut dibunuh!” Bu Kong mendesis dan mengepal tinjunya
dengan muka gelap. Membayangkan betapa satu bulan Siu Li
akan dikawinkan dengan pemuda setan yang amat dibencinya
itu membuat Bu Kong memekik marah dan menjejak sanggurdi
kuat-kuat.

“Hek-ma, terbanglah! Hayo kita menuju pantai dan


menunggu teman-teman di sana!” pemuda ini membentak
lalu menengok ke belakang, mengerahkan khi-kangnya dan
berseru, “Pangeran. hamba duluan. Kami tunggu di Pantai
Tung-hai......!”

Suaranya terdengar jelas di antara derap kuda yang


mencengklang dan tanpa menunggu jawaban dari pangeran
itu, jenderal muda itu sudah mengaburkan kudanya dan
terbang dengan kecepatan penuh. Hek-ma meringkik nyaring
dan segera keempat kakinya bergerak cepat meninggalkan

1102
empat orang temannya di belakang. Sekejap saja bayangan
kuda hitam ini sudah lenyap tertutup kepulan debu dan
Pangeran Kou Cien serta para pengiringnya menggeleng-
gelengkan kepalanya dan merekapun terpaksa mempercepat
larinya kuda agar dapat menyusul jenderal muda itu.

Perjalanan cepat yang dilakukan oleh lima orang ini


memang benar-benar luar biasa. Mereka hampir tidak pernah

1103
mengaso dan jarak dua ribu lie yang mereka tempuh itu hanya
memakan waktu tiga hari saja! Oleh sebab itu, ketika pada hari
keempat pantai Laut Tung-hai telah tampak dari kejauhan,
Pangeran Kou Cien dan teman-temannya sudah berseru
girang.

Kelelahan selama dalam perjalanan tiba-tiba saja seakan


sudah terobati dengan melihat segarnya laut biru
membentang luas di depan mata dan jauh di sana, samar-
samar tampak di antara ombak laut, kelihatanlah sebuah
pulau yang penuh dengan pohon-pohon tinggi, Pulau Cemara!

Inilah pulau yang akan mereka tuju dan di situlah


kekuatan pasukan Yueh berada. Tentu saja mereka menjadi
girang dan mereka melihat betapa Yap-goanswe sudah berdiri
di atas sebuah batu karang tinggi sementara kuda hitamnya
berlari-lari kecil di bawahnya sambil menyepak-nyepakkan
kaki belakang ketika melihat kedatangan mereka.

Diam-diam mereka merasa kagum kepada kuda hitam


yang tampak masih penuh semangat itu, jauh berbeda dengan
kuda mereka sendiri yang sudah penuh keringat dan napasnya
ngos-ngosan. Lek Hui yang melihat kesegaran kuda ini tak
dapat menahan seruan kagumnya dan berkata, “Sungguh kuda
Yap-goanswe hebat sekali. Mati-matian kita mengejar, tetap
saja keunggulan. Aihh, dari mana dia memperoleh kuda luar
biasa itu? Yap-goanswe sungguh beruntung.........”

1104
Di dalam kata-katanya ini tersembunyi perasaan iri dan
Pangeran Kou Cien tertawa. “Lek Hui, kalau kau suka kuda itu
minta saja langsung kepada yang punya! Ha-ha, mengapa
harus iri terhadap keberuntungan orang lain?”

Raksasa muda itu merah mukanya. “Pangeran, hamba


tidak iri melainkan bicara sejujurnya. Dan lagi, untuk apa
seekor kuda bagi hamba? Kalau Yap-goanswe memang perlu
karena dia seorang jenderal yang selalu bergerak dalam
peperangan. Akan tetapi, hamba? Ah, seorang kang-ouw
macam hamba ini jauh lebih senang mendapat senjata
pasukan daripada seekor kuda!”

Wen-taijin yang jarang bicara itu kini tersenyum. “Lek


Hui, pangeran telah tahu isi hatimu ini dan jangan khawatir,
asal kita berhasil mengalahkan musuh, di gudang senjata Raja
Muda Kung Cu Kwang terdapat sebuah kapak istimewa yang
tentu akan menggirangkan hatimu. Tahukah kau kapak apa
itu?”

(Bersambung Jilid ke-XVIII)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 17

1105
1106
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA
Jilid 18

PEMUDA tinggi besar ini terbelalak dan memandang


Wen-taijin dengan mata tak berkedip, tampak tertarik sekali.
Sebagai seorang "pembabat hutan", tentu saja cerita tentang
sebuah kapak pusaka membuat pemuda itu mengilar. Akan
tetapi, karena dia memang belum tahu, maka raksasa ini
menggelengkan kepalanya dan bertanya, “Tidak, taijin, hamba
tidak tahu. Kapak apakah itu yang paduka katakan dapat
menggirangkan hati hamba?”

Wen-taijin tersenyum lebar. “Lek Hui, kapak itu bukan


lain adalah Kapak Delapan Dewa!”

“Hahh ...... ??” Lek Hui mengeluarkan teriakan kaget dan


matanya melotot. “Kapak Delapan Dewa, taijin?” Bukankah
kapak itu sudah lenyap limapuluh tahun yang lampau
semenjak Bhok-lo (Si Tua Kayu) Kiu Tong meninggal dunia?”

Kini Kou Cien yang menyela, “Lek Hui, agaknya karena


engkau terlalu lama tinggal di luar Tiong-goan maka tidak lagi

1107
mendengar kelanjutan cerita tentang kapak pusaka itu.
Ketahuilah, sejak meninggalnya Bhok-lo limapuluh tahun yang
lalu itu, kapak itu dipegang oleh putera tunggal yang bernama
Kiu Hun. Akan tetapi, sayang, Kiu Hun terjerat rayuan seorang
wanita iblis berwajah cantik berjuluk Bi-yan-cu yang memang
mengincar senjata pusaka itu. Akhirnya, setelah Kiu Hun roboh
di bawah telapak kakinya, Bi-yan-cu lalu meracuni putera Kiu
Tong itu dan merampas Kapak Delapan Dewa. Kemudian, dua
tahun yang lalu orang mendengar bahwa Bi-yan-cu tewas di
tangan Cheng-gan Sian-jin dan datuk sesat itulah yang
akhirnya mendapatkan kapak pusaka lalu menyerahkannya
kepada Raja Muda Kung Cu Kwang melalui Wu-sam-tai-ciang-
kun.”

“Ah, begitukah?” Lek Hui terbelalak. “Bi-yan-cu memang


pantas mampus karena dia mengangkangi pusaka orang lain
secara tidak syah. Akan tetapi, Cheng-gan Sian-jin juga bukan
manusia baik-baik dan hamba akan berusaha untuk
membunuh iblis tua itu! Pangeran, kalau hamba berhasil,
bukankah paduka tetap memenuhi janji untuk memberikan
kapak pusaka itu kepada hamba?”

Pangeran Kou Cien tertawa. “Lek Hui, kalau Cheng-gan


Sian-jin dan teman-temannya dapat dibasmi, tentu saja aku
tidak pelit buat memberikan pusaka itu. Apalagi pemilik
aslinya sudah tidak ada dan engkau memang patut memiliki
senjata itu. Kepada siapa lagi kapak pusaka itu harus kuberikan
kalau bukan kepada dirimu?”

1108
Lek Hui girang sekali dan raksasa muda ini mencemplak
kudanya sambil tertawa bergelak. “Bagus, pangeran, terima
kasih atas janji paduka ini dan percayalah, hamba sanggup
untuk membasmi musuh-musuh paduka itu, ha-ha-ha......!”

Pemuda ini lalu terbang bersama kudanya dan Wen-


taijin saling pandang bersama Pangeran Kou Cien, lalu masing-
masing tersenyum puas dan tampak gembira. Memang inilah
satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita, yakni membakar
semangat para pembantu sehingga mereka itu siap untuk
mengorbankan nyawa sekalipun bagi berhasilnya cita-cita
menggempur Wu-sam-tai-ciangkun! Dan memang bantuan
orang pandai seperti murid Pendekar Kepala Batu ini benar-
benar amat diperlukan sekali oleh mereka, apalagi kalau
Pendekar Kepala Batu sendiri mau ikut menerjunkan diri
dalam peperangan, tentu hasil yang akan mereka peroleh
menjadi jauh lebih memuaskan lagi.

Namun, Pangeran Kou Cen dan Wen-taijin cukup


maklum akan watak orang orang sakti seperti guru Lek Hui itu,
dan mereka tidak berani main paksa. Adalah sudah amat
menggembirakan sekali bahwa Ciok-thouw Taihiap telah
mengirimkan muridnya untuk membantu mereka, dan biarlah
jika mereka masih tidak sanggup mengalahkan musuh, barulah
dicari akal buat "membakar" pendekar lain yang gampang
tersinggung untuk membantu mereka.

Tiga orang ini segera menendang perut kuda mereka


mengejar Lek Hui yang tertawa-tawa di depan, mendekati

1109
batu karang di mana Yap-goanswe tampak berdiri dengan alis
berkerut. Agaknya ada apa-apa yang dilihat atau dipikirkan
jenderal muda itu, maka pangeran itu cepat membedal
kudanya lari menghampiri.

Memang apa yang diduga pangeran ini tepat. Ada


sesuatu yang sedang dilihat dan dipikirkan oleh Pendekar
Gurun Neraka atau yang kini kembali diangkat sebagai jenderal
oleh Pangeran Kou Cien itu, sesuatu yang membuat pemuda
ini berdebar.

Dan hal ini bukan lain adalah perihal kembalinya jenderal


muda itu ke tengah-tengah pasukannya, hal yang membuat
perasaannya agak tegang. Seperti diketahui, dalam cerita
"Hancurnya Sebuah Kerajaan” yang lalu jenderal muda itu
telah berpisah dengan anak-anak buahnya dalam keadaan
yang amat buruk dan tidak menyenangkan. Dan itu semua
bukan lain adalah gara-gara tuduhan mendiang Sri Baginda
Yun Chang akibat fitnah keji Wu-sam-tai-ciangkun.

Tuduhan Raja Muda Yun Chang yang menyatakan dirinya


berjina dengan Bwee Li pada waktu itu benar-benar amat
mengejutkan hati Bu Kong yang baru saja masuk ke dalam
istana untuk menghadap sri baginda. Masih teringat dengan
baik oleh pemuda itu betapa orang-orang istana pada waktu
itu memandangnya dengan muka gelap dan mata penuh
kebencian. Bahkan tiga orang pembantunya yang paling dekat,
kecuali Fan Li, juga memandang seperti orang memandang
kotoran busuk di pecomberan. Betapa mata mereka

1110
memandang dengan penuh kejijikan, dan kekecewaan yang
amat sangat terbayang di mata tiga orang itu yang bukan lain
adalah Panglima Tang Bouw, Panglima Kok Hun serta Panglima
Ong.

Bersama Fan Li, mereka berempat adalah pembantu-


pembantu setianya yang amat disuka. Akan tetapi, semenjak
peristiwa jahanam itu, tiga dari empat orang pembantunya
berbalik seratus delapan puluh derajat kepada dirinya dan
sikap bermusuhan memancar dari mata tiga orang
pembantunya itu.

Pemuda ini memang tahu bahwa para pembantunya itu


adalah orang-orang yang paling benci terhadap kejahatan dan
kemunafikan. Padahal mereka memandang dirinya sebagai
jenderal yang didewa-dewakan oleh seluruh pasukan, pemuda
yang tersohor dingin terhadap wanita. Siapa tahu, orang yang
didewa-dewakan ini ternyata adalah pemuda yang berpura-
pura alim saja padahal di dalam hatinya penuh dengan pikiran
busuk sehingga tidak segan-segan untuk berjina dengan selir
junjungan mereka sendiri.

Kenyataan ini memang membuat semacam "shock" bagi


anak buah dan pasukan Yueh, maka tidaklah terlalu heran
kalau mereka itu memandang dirinya dengan penuh
kebencian.

1111
Akan tetapi, sekarang, bagaimanakah sambutan bekas
anak-anak buahnya itu? Masih adakah di antara mereka yang
tidak menyenanginya. Masih adakah di antara mereka yang
membencinya? Diam-diam jenderal muda ini tersenyum pahit.
Perbuatan Wu-sam-tai-ciangkun benar-benar keji sekali.
Fitnah yang dilempar tidak hanya menimpa dirinya saja, akan
tetapi, akibatnyapun juga ikut-ikut menyeret orang lain.

Seperti misalnya pasukan Yueh ini gara-gara fitnah itulah


maka dia bersumpah untuk tidak lagi berhubungan dengan
pasukan Yueh yang pada waktu itu dipimpin oleh Sri Baginda
Yun Chang. Dan seandainya raja muda itu masih hidup, biar
pasukan Yueh minta dia kembali ke tengah-tengah mereka
sampai menunggu dengan air mata berdarah sekalipun belum
tentu pemuda ini sudi!

Akan tetapi, syukurlah, keadaan telah merobah mereka


sedemikian rupa. Pasukan Yueh sekarang bukanlah "pasukan
Yun Chang" karena raja muda itu telah tewas ketika Wu-sam-
tai-ciangkun menyerbu kota raja. Dan ini berarti sumpahnya
tidak dijilat kembali karena bekas anak-anak buahnya
sekarang adalah "pasukan Kou Cien". Dengan demikian, dia
dapat mendekati pasukannya seperti dulu dan dapat berada di
tengah-tengah mereka.

Namun, bagaimanakah sambutan mereka nanti?

1112
Inilah yang agak menegangkan Bu Kang dan membuat
pemuda itu mengerutkan alis. Satu jam sudah dia berada di
atas batu karang itu, selain untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan bagi mendaratnya pasukan yang akan
dipimpinnya dari Pulau Cemara, juga karena dia dibimbangkan
perasaan ini. Sungguh mati, kalau Kou Cien tidak mendebatnya
sedemikan rupa pada waktu mereka bertemu di luar Gurun
Neraka, agaknya Bu Kong lebih baik bekerja sendiri dengan
caranya sendiri pula.

Tidak pernah terpikir olehnya bahwa kelak dia masih


harus kembali dan dapat berada di tengah-tengah anak
buahnya lagi. Maka perubahan yang agak mendadak ini
sejenak membuatnya bingung dan resah, apalagi ketika
mendengar berita ditangkapnya Siu Li oleh Ok-ciangkun.

Berita ini benar-benar mengejutkan sekali, persis seperti


apa yang pernah diduganya ketika dia baru saja berhasil
menguasai tiga jurus sakti inti Lui-kong Ciang-hoat. Akan
tetapi, yang paling membuat jenderal muda itu mendidih
adalah berita tentang perbuatan Ok-ciangkun yang hendak
memaksa puterinya menikah dengan Pouw Kwi.

Hal ini sungguh membuat kemarahannya menggelegak


dan kalau saja dia tidak "diikat" oleh Pangeran Kou Cien
dengan jabatan yang telah diberikan di atas pundaknya,
agaknya Bu Kong sudah terbang ke kota raja menghabisi
musuh-musuhnya dan membebaskan Siu Li dari cengkeraman

1113
ayahnya. Akan tetapi, celaka, Pangeran Kou Cien rupanya
orang yang amat cerdik.

Terbukti bahwa Fan Li baru memberitahukan berita


ditangkapnya gadis itu setelah dia diangkat sebagai jenderal.
Dengan begini, tentu saja dia tidak dapat ”lari” seenaknya
karena ikatan antara dia dengan pasukan pangeran itu telah
terjadi. Dengan demikian, dia tidak bisa berbuat seperti kalau
dia masih bebas sebagai orang kang-ouw.

Diam-diam Bu Kong menyesalkan Fan Li yang tidak


segera menceritakan peristiwa itu kepadanya. Kalau tidak,
tentu dia dapat segera menuju ke kota raja dan mencari
kekasihnya di sana. Akan tetapi, jenderal ini akhirnya menarik
napas panjang karena dia maklum bahwa semua sikap yang
diambil pangeran itu memang rupanya sudah direncanakan.

Pangeran Kou Cien memang cerdik, hal ini Bu Kong sudah


tahu. Apalagi ditambah dengan Wen-taijin yang selalu berada
di samping pangeran itu, maka tidak heran kalau dari otak dua
orang tokoh Yueh ini muncul gagasan-gagasan matang yang
membuat keberhasilan rencana-rencana mereka.

Dan Fan Li tentu sudah dipesan oleh pangeran itu agar


menceritakan tentang Siu Li setelah dia berjanji membantu
pangeran itu. Sungguh akal yang cerdik dan tidak kentara
sehingga diam-diam jenderal muda itu merasa gemas

1114
terhadap pangeran itu. Namun syukurlah, bahwa pangeran ini
tidak seperti mendiang Raja Muda Yun Chang.

Kalau Yun Chang adalah seorarg raja muda yang agak


sembrono dan mau main menang sendiri, adalah Pangeran
Kou Cien itu merupakan pangeran yang selalu berhati-hati dan
tidak segan-segan apabila dibetulkan sikapnya oleh orang lain.
Seperti misalnya Wen-taijin itu. Berapa kali sudah bangsawan
tua ini memperingatkan pangeran itu akan kesalahan-
kesalahan yang dibuatnya dan tidak pernah pangeran itu
marah-marah.

Kou Cien adalah seorarg pangeran yang terbuka sikapnya


dan sebenarnya di antara pangeran ini dengan kakak tirinya,
yaitu Raja Muda Yun Chang, terdapat ketidakcocokan sikap.
Itulah sebabnya mengapa pangeran ini jarang sekali muncul di
istana dan ketika terjadi teristiwa Bwee Li, pangeran ini sama
sekali tidak tampak di istana.

Dari hubungannya bersama Wen-taijin yang sering


memberinya nasihat itulah Bu Kong tahu akan watak Pangeran
Kou Cien. Diam-diam pemuda ini merasa suka, apalagi
pangeran itu adalah seorang pangeran yang ramah-tamah dan
sering dia diundang ke gedung pangeran itu dalam perjamuan
makan.

Semuanya ini terjadi hampir setahun yang lalu dan


setelah dia meninggalkan istana, Bu Kong sudah tidak pernah

1115
bertemu lagi dengan dua orang bangsawan itu. Dan, baru pada
tiga hari yang lalu mereka kembali berjumpa secara tiba-tiba.

Kini, atas ajakan pangeran itu, dia telah berdiri di pantai


Laut Tung-hai untuk menemui pasukannya di Pulau Cemara.
Tentu saja jenderal muda itu agak tegang, namun mengingat
sikap sang pangeran sendiri terhadap dirinya, akhirnya Bu
Kong dapat menindas perasaan tidak enak di dalam hatinya.
Dia sudah datang, dan biarlah dia lihat saja apa
perkembangannya nanti. Kalau anak-anak buahnya bersikap
seperti sang pangeran sendiri, inilah hal yang amat
menyenangkan. Akan tetapi kalau mereka masih
membencinya, banyak kesempatan baginya untuk
meninggalkan orang-orang itu dan pergi sendiri ke kota raja
untuk menolong Siu Li.

Dengan pikiran yang sudah bulat dan mantap ini


perasaan jenderai muda itu menjadi tenang. Pulau Cemara
samar-samar tampak dari kejauhan, dan dia memandang ke
sekeliling mencari perahu. Akan tetapi, aneh, pantai ini sama
sekali mati. Tidak tampak perkampungan nelayan di situ, dan
tentu saja tidak tampak pula perahu-perahu layar. Dia menjadi
bingung karena kalau tidak ada sebuahpun perahu di tempat
ini, lalu bagaimana mereka dapat menyeberang?

Dan pada saat dia sedang berpikir itulah Pangeran Kou


Cien bersama rombongannya datang. Suara ketawa Lek Hui
yang bergelak telah mendahului orangnya dan Bu Kong
tersenyum kecil. Sikap raksasa muda yang agak kasar namun

1116
terbuka ini menarik perhatiannya. Diam-diam dia merasa
girang bahwa pangeran telah mendapatkan seorang pengawal
pribadi macam pemuda tinggi besar itu. Dari kepandaian
mengukur tenaga beberapa hari yang lalu, Bu Kong tahu
bahwa murid Ciok-thouw Taihiap ini cukup berisi dan dapat
diandalkan.

Maka tentu saja dia merasa gembira karena kalau di


tempat mereka ada pemuda sepertu itu, berani kedudukannya
menjadi bertambah kuat. Hanya dia masih sangsi apakah Lek
Hui betul-betul mampu menandingi Cheng-gan Sian-jun yang
memiliki bermacam-macam ilmu kesaktian itu.

Tiba-tiba, bertepatan dengan datangnya rombongan


sang pangeran, mendadak muncul dua buah perahu layar di
tengah laut. Bu Kong terkejut dan dia memandang penuh
perhatian. Dilihatnya dua buah perahu layar itu memasang
bendera hijau dan mereka datang dari arah Pulau Cemara.
Tentu saja jenderal itu berdebar dan menjadi girang. Apalagi
ketika dilihatnya betapa dua buah perahu itu sedang menuju
ke pantai!

“Ahh...!” Bu Kong mengeluarkan seruan tertahan dan


Pangeran Kou Cien yang telah sampai di bawah batu karang
berteriak nyaring, “Goanswe, apa yang kau lihat? Kenapa kau
termenung di situ?”

1117
Bu Kong menoleh, kemudian melompat turun dan
menjura. “Pangeran, hamba melihat dua buah perahu layar
menuju ke mari. Apa yang hendak paduka lakukan?”

Pangeran itu tersenyum lebar. “Ha, apa yang hendak


kulakukan? Tentu saja mencari perahu untuk menyeberang!”

“Akan tetapi, pangeran,” jenderal ini mengerutkan


alisnya. “Di tempat ini sama sekali tidak ada perahu. Kaum
nelayan juga tidak tampak dan di mana kita bisa
memperolehnya?”

“Eh, bukankah kau bilang ada dua perahu sedang menuju


ke mari? Nah, kenapa tidak mempergunakan mereka saja?”
jawab pangeran itu dengan wajah berseri.

Bu Kong terbelalak. “Namun kita belum tahu perahu


siapakah itu, pangeran. Apakah paduka hendak
memerintahkan untuk menangkap dan merampas dua buah
perahu itu?"

Melihat alis jenderal muda ini mengernyit. Pangeran Kou


Cien tiba-tiba tertawa. “Goanswe, siapa yang bilang begitu?
Aku tidak berkata demikian!”

“Memang betul paduka tidak berkata demikian, akan


tetapi, sikap paduka menunjukkan tanda-tanda demikian,”

1118
pemuda ini membantah dan Lek Hui yang suka tertawa itu kini
kembali tertawa bergelak.

“Ha-ha-ha, Yap-goanswe memang berwatak mulia! Kalau


pangeran hendak menyuruh dia merampas perahu orang lain
agaknya dia tentu menolak. Mengapa pangeran, tidak terus
terang saja? Eh, Goanswe, bukankah perahu yang menuju ke
mari itu bertanda jangkar di atas tiang?”

Bu Kong terkejut dan menoleh ke arah raksasa muda ini.


Sebenarnya perahu di tengah laut masih jauh, namun berkat
ketajaman matanya dia memang melihat tanda jangkar di atas
tiang layar itu. Bagaimana Lek Hui yang belum melihat sudah
tahu?

Oleh karena merasa heran Bu Kong malah balas


bertanya, “Auw-twako, bagaimana kau bisa tahu? Apakah itu
perahu-perahu kita sendiri? Kulihat mereka muncul dan arah
Pulau Cemara.”

Kini Wen-taijin yang melangkah maju sambil


menganggukkan kepalanya pembesar ini berkata, “Goanswe,
dugaanmu memang tidak keliru. Pangeran telah
memerintahkan agar hari ini Ong-ciangkun menunggu
kedatangan kami di sini. Itulah sebabnya mengapa pangeran
tenang-tenang saja meskipun tidak melihat perahu nelayan
karena kami telah membawa perahu sendiri. Semenjak
terjadinya badai beberapa waktu yang lalu, kaum nelayan

1119
tidak berani lagi mendekat pantai dan hal ini bagi kami malah
kebetulan karena dengan demikian, gerakan kita nanti tidak
terganggu.”

“Oo, begitukah?” Bu Kong tercengang dan sekarang dia


mengerti. Namun, mendengar hal bahwa Ong-ciangkun
berada di salah satu perahu itu untuk menjemput kedatangan
mereka, jenderal itu segera teringat akan wajah panglima
muda itu dan diam-diam hatinya berdebar.

Panglima Ong adalah seorang panglima muda, murid


Hui-to Lo-kai yang tewas dalam pertempuran sengit beberapa
waktu yang lalu. Bahkan panglima itupun menderita cacad
seumur hidup karena lengan kanannya buntung dibabat
pedang Siu Li.

Maka kini mendengar bahwa panglima muda itu yang


datang, pemuda ini menjadi tegang juga. Teringat dia akan
sikap panglima itu ketika tuduhan Yun Chang dilontarkan.
Betapa pembantunya ini memandang dengan sinar mata tak
acuh dan muak terhadap dirinya yang disangkanya benar-
benar berjina dengan selir sri baginda itu.

Sekarang, bagaimanakah sambutan panglima muda itu?


Bu Kong tahu bahwa Panglima Ong adalah seorang laki-laki
berwatak gagah. Buntungnya lengan dibacok Siu Li dulu sama
sekali tidak membuatnya dendam karena hal itu terjadi dalam
peperangan. Dan bagi seorang perajurit, resiko cacat atau

1120
nyawa terbang sekalipun tidak menjadi soal karena hal itu
memang biasa saja terjadi.

Namun, dalam masalah pribadi yang menyangkut nama


baik diri atasannya yang munafik, bagi Ong-ciangkun adalah
hal lain yang tidak bisa dihilangkan begitu saja dari dalam
hatinya. Oleh sebab itu, tidak heran kalau panglima muda itu
menjadi marah ketika mendengar bahwa Yap-goanswe yang
diagung-agungkan sebagai dewanya perang ini ternyata
sampai hati berbuat yang tidak senonoh. Berjina dengan selir
raja. Betapa hina dan memalukan perbuatan itu!

Sekarang, kembali Bu Kong akan berjumpa dengan bekas


pembantunya ini. Bagaimanakah sambutannya? Masih
berang? Masih memandangnya dengan sorot tak acuh dan
sinis?

Entahlah!

Bu Kong menarik napas panjang. Dia belum dapat


memastikan sikap apa yang akan diperlihatkan oleh panglima
muda itu, namun dia sendiri bersikap tenang dan ingin melihat
keadaan. Sikap Pangeran Kou Cien sedikit banyak merupakan
jaminan bagi dirinya, maka agaknya tidak perlu dia terlalu
cemas.

Sementara itu, Lek Hui yang merasa gembira karena ada


perahu datang, sudah melompat di atas batu karang yang tadi

1121
dipakai Bu Kong. Sambil tertawa-tawa pemuda tinggi besar ini
mengeluarkan sebuah kain merah dan sambil mengebutkan
kain itu raksasa muda ini berteriak ke tengah laut dengan
suaranya yang menggeledek, “Heii, Ong-ciangkun ....... ! Cepat
dayung perahu kalian. Lihat, pangeran telah datang bersama
Yap-goanswe ........ !”

Karena murid Ciok-thouw Taihiap ini mengerahkan


tenaga khi-kang dalam seruannya, maka teriakannya itu
menggetarkan permukaan laut dan terdengar sampai jauh.
Semua orang merasa kagum melihat kehebatan suara yang
menggelegar dari pemuda ini dan merekapun lalu
berlompatan di atas batu-batu karang yang banyak terdapat di
situ dan ikut melambai-lambaikan saputangan yang mereka
bawa.

Kini tampaklah perahu layar di tengah laut itu tiba-tiba


bergerak lebih cepat. Agaknya teriakan dahsyat yang
dikeluarkan Lek Hui tadi sampai ke telinga mereka atau
agaknya kain merah yang menyolok warnanya itu tampak dari
kejauhan, dan kini perahu yang ada di sebelah kanan tiba-tiba
melepaskan sebuah panah hijau di atas laut.

Itulah pertanda bahwa orang-orang yang berada di


dalam perahu itu melihat rombongan sang pangeran di pantai
daratan besar dan sekarang dengan tergopoh-gopoh mereka
mendayung perahu sekuat tenaga. Sepuluh orang bekerja
keras dan masing-masing membantu tiupan angin laut dengan

1122
dayung mereka sehingga dua buah perahu itu meluncur
seperti torpedo.

Bu Kong berdiri tegak di atas batu karang dengan hati


berdebar dan mata hampir tak pernah berkedip. Dua buah
perahu di tengah lautan lepas itu kini semakin dekat dan
orang-orangnyapun juga tampak lebih jelas. Dengan sepasang
matanya yang tajam luar biasa, jenderal ini melihat betapa
seorang panglima berpakaian kuning tampak memberi aba-
aba kepada sembilan orang anak buahnya dengan tergesa-
gesa. Usianya masih cukup muda, tidak lebih dari dua puluh
lima tahun dan mukanya yang putih itu cakap sekali, namun
lengan kanannya buntung. Inilah dia Panglima Ong yang
dipanggil-panggil Lek Hui tadi.

Perahu layar itu bergerak cepat di atas laut dan tidak


sampai duapuluh menit kemudian, sepuluh orang
penumpangnya telah dapat melihat jelas wajah sang pangeran
serta rombongannya yang berada di atas batu-batu karang.

Saat inilah yang merupakan puncak ketegangan bagi Bu


Kong. Pemuda itu melihat betapa orang-orang di dalam
perahu melotot matanya dan ketika mereka membentur diri
jenderal ini yang berdiri tegak di atas batu karang, sedetik
tampak kekagetan di wajah orang-orang itu.

Namun, hal ini hanya berlangsung sekejap saja karena


begitu orang-orang itu sadar, Ong-ciangkun yang berada

1123
paling depan di kepala perahu sudah berteriak dengan suara
parau, “Yap-goanswe ....!” dan segera orang-orang
lainnnyapun juga berteriak memanggil nama jenderal muda
itu.

Bu Kong merasa "plong" dan dia melihat dengan penuh


keharuan betapa sepuluh orang im mendaratkan perahu
secara tergesa-gesa di pantai sehingga hampir saja mereka
terguling dan serentak semua orang berlompatan turun
menghampiri pemuda ini sambil melemparkan dayung
masing-masing.

“Yap-goanswe......!”

“Hidup Yap-goanswe......!”

Teriakan dan pekik ini saling susul-menyusul dan tampak


betapa kegembiraan besar melanda sepuluh orang itu. Bahkan
Panglima Ong yang pertama kali meneriakkan nama Yap-
goanswe sudah tidak sabar menunggu perahu mendarat.
Panglima ini sambil berteriak parau telah menceburkan diri di
air laut dan kini dengan pakaian basah kuyup berlari-lari
menghampiri batu karang di mana jenderal muda itu berdiri!

Bu Kong terharu bukan main dan dia tak dapat menahan


perasaannya lagi. Melihat betapa Ong-ciangkun berlari-lari
menghampirinya dengan pakaian basah kuyup, pemuda ini
melompat turun dari atas batu karang.

1124
“Yap goanswe.....! Puja-puji kepada Thian Yang Maha Kuasa
bahwa kau mau kembali kepada kami! Oh, Dewata Yang
Agung, terima kasih..... terima kasih.....!” Panglima Ong
berseru dengan suara serak dan begitu muncul dari dalam air,
panglima ini menubruk jenderal muda itu dan berlutut sambil
mencucurkan air mata kebahagiaan!

Sementara itu, sembilan orang anak buah Ong-ciangkun


yang juga berlari-lari menghampiri jenderal ini telah tiba, dan

1125
serentak semua memekikkan nama dewa perang itu sambil
membanting tubuh berlutut.

“Yap-goanswe, terima kasih kepada segala dewa bahwa


engkau mau datang kepada kami orang-orang berdosa
ini......!”

“Yap-goanswe, harap kau ampunkan kami, orang-orang


yang mudah percaya hasutan ini. Semoga dengan kembalimu
ini, kami dapat menuntut balas terhadap musuh yang amat
keji ...... !”

“Yap-goanswe, kalau kau tidak mau mengampuni kami,


biarlah kami membunuh diri di hadapanmu sebagai penebus
dosa!”

“Benar, kami rela menebus dosa, goanswe! Kalau kau tak


dapat memaafkan kami, detik ini juga aku akan menyerahkan
kepalaku kepadamu!”

Demikianlah, teriakan tak mau kalah itu membuat


suasana tiba-tiba menjadi gaduh dan Bu Kong tersentuh
hatinya. Sepuluh orang itu rata-rata telah menyatakan
penyesalan mereka yang mudah percaya hasutan musuh, dan
kini mereka rela membunuh diri di hadapannya kalau dia
menghendaki!

1126
Nyatalah sekarang olehnya bahwa bekas anak-anak
buahnya itu ternyata masih tetap seperti dulu, masih setia dan
memiliki tanggung jawab besar atas perbuatan-perbuatan
yang telah mereka lakukan.

Tentu saja Bu Kong terharu dan pemuda ini meramkan


matanya. Sambutan yang demikian hangat serta penuh
kesetiaan itu menusuk hatinya. Dia hendak bicara, namun
tenggorokannya tersekat. Dan melihat betapa orang-orang itu
berlutut sambil mencucurkan air mata memandang dirinya
penuh harap-harap cemas, jenderal ini menjadi basah pula
matanya.

“Kawan-kawan.....” akhirnya Bu Kong membuka matanya


dan berkata dengan suara gemetar, “Bangunluh.... kalian
semua. Tidak ada yang bersalah di antara kalian, tidak ada
yang berdosa. Semua yang terjadi di antara kita adalah salah
paham belaka. Sekarang bangkitlah, beri hormat dahulu
kepada pangeran, nanti kita bicara lagi .....!”

Kata-kata ini membuat sepuluh orang itu seperti


disengat ular berbisa saking kagetnya dan Panglima Ong-lah
yang tampak paling terkejut. Benar, saking gembiranya dan
terharunya melihat Yap-goanswe mau datang di tengah-
tengah mereka, rombongan ini telah melupakan Pangeran Kou
Cien yang berdiri di situ!

1127
Tentu saja panglima itu kaget dan wajahnya menjadi
pucat. Karena diliputi perasaan yang meluap, mereka semua
telah memberikan hormat terlebih dahulu kepada Yap-
goanswe, bukan kepada sang pangeran! Hal ini dapat dianggap
melanggar sopan-santun kemiliteran dan Panglima Ong cepat
berdiri dan dengan tergopoh-gopoh menghampiri pangeran
itu yang merupakan tokoh utama bagi pasukan Yueh.

“Pangeran, hamba sekalian telah melakukan kesalahan.


Kalau paduka hendak menurunkan hukuman, hamba akan
menerimanya secara jujur...” panglima muda ini berlutut di
depan kaki Kou Cen dan diturut pula oleh sembilan orang anak
buahnya.

Akan tetapi, Kou Cien adalah seorang pangeran


bijaksana. Dia maklum apa yang menyebabkan orang-orang ini
melupkan dirinya, maka tentu saja dia tidak tersinggung. Kini
mendengar ucapan Panglima Ong yang mewakili teman-
temannya itu, pangeran ini malah tertawa.

“Ong-ciangkun, bangunlah. Tidak ada yang bersalah di


antara kita, tidak ada yang berdosa. Ha-ha, bukankah demikian
kata-kata Yap-goanswe tadi? Nah, aku percaya akan kata-
katanya itu dan apa yang terjadi hanyalah luapan emosi
belaka! Eh, Yap-goanswe, bukankah demikian keadaannya?”

Pangeran itu menoleh ke arah Bu Kong dan mengangkat


tangan kirinya menyuruh orang-orang ini bangun. Bu Kong

1128
tersenyum mendengar pangeran itu menirukan kata-katanya
akan tetapi, dengan sungguh-sungguh dia menjawab,

“Pangeran, apa yang paduka katakan memang tepat.


Semua di antara kita adalah orang-orang yang penuh emosi.
Namun, kalau kita dapat menahan diri, agaknya semua itu
tidaklah sampai terjadi. Bukankah demikian, Wen-taijin?”

Pembesar tua ini batuk-batuk, agak terkejut karena


jenderal muda ini bertanya kepadanya secara tiba-tiba.
“Ehem, apa yang goanswe katakan memang benar. Kita
memang orang-orang yang mudah dipengaruhi emosi. Akan
tetapi, kalau kita tidak dipengaruhi emosi begini, bukankah
goanswe dan kami mungkin tidak akan bersatu kembali?”

Pangeran Kou Cien tertawa lebar. “Ha-ha, Paman Wen


memang pintar! Dengan kata-katanya ini, bukankah dia
hendak mengingatkan kita bahwa Yap-goanswe masih
ditunggu-tunggu oleh pasukannya di Pulau Cemara? Eh, Ong-
ciangkun, bukankah dugaan kami ini benar? Salahkah kalau
kukatakan bahwa selaksa orang di Pulau Cemara sedang
menantikan datangnya persatuan ama mereka dengan Yap-
goanswe?”

Ong-ciangkun menjura dengan penuh hormat.


“Pangeran, kata-kata paduka memang benar. Hampir sebulan
mereka menunggu-nunggu hadirnya Yap-goanswe di tengah-
tengah mereka seperti dulu dengan perasaan gelisah, dan tadi

1129
pagi Tan-ciangkun bersama rekan hamba Panglima Tang Bouw
menyeberang kemari. Mereka dengan penuh harap
menantikan kedatangan Yap-goanswe, bahkan Tan-ciangkun
berkata bahwa kalau Yap-goanswe tidak mau datang karena
sikap kita yang keliru dahulu, Tan-ciangkun akan membunuh
diri sebagai rasa penyesalannya terhadap Yap-goanswe.”

Bu Kong terkejut dan memandang panglima itu dengan


mata terbelalak. Akan tetapi, Ong-ciangkun juga
memandangnya dan di kedua mata panglima muda ini
terbayang penyesalan mendalam. Maka ketika melihat betapa
jenderal itu memandangnya, Panglima Ong berkata lagi
dengan suara sungguh-sungguh, “Goanswe, apa yang
kukatakan di sini tidaklah main-main. Kalau usaha pangeran
tidak berhasil, hal ini tentu disebabkan karena kesalahan kami
tiga orang panglima yang dulu telah menyakiti hatimu. Oleh
sebab itu, kami bertiga telah bersepakat untuk membunuh diri
sebagai rasa penyesalan kami jika sang pangeran tak berhasil
mengundang engkau ke mari!”

“Ong-ciangkun.......!” Bu Kong berseru kaget dengan


wajah berobah, akan tetapi, Ong-ciangkun sendiri sudah
menjatuhkan diri berlutut di depannya. “Goanswe, dengan
terus terang kuakui di sini bahwa kami dahulu memang
membencimu ketika mendengar tuduhan mendiang sri
baginda. Kami berdosa kepadamu yang ternyata sama sekali
tak bersalah sedikitpun. Dan kini, akibat dari sikap kami itu
telah menghancurkan pasukan Yueh dan kalau bukan engkau
yang turun tangan, mana kami mampu, goanswe? Kami

1130
berdosa besar kepadamu dan kini untuk menebus semua
dosa-dosa itu kami siap mengorbankan nyawa. Goanswe,
dapatkah kau maafkan kesalahan kami ini?”

Bu Kong membungkukkan tubuhnya dan cepat


mengangkat bangun panglima muda itu, kemudian dengan
suara terharu dia berkata, “Ong-ciangkun seperti tadi telah
kukatakan kepada kalian semua, bahwa tidak ada yang
bersalah di sini. Peristiwa-peristiwa yang menimpa kita adalah
hasil siasat musuh belaka. Kepada merekalah kita harus
menuntut balas. Akan tetapi, kalau kau benar-benar merasa
menyesal dalam hal ini, baiklah, kumaafkan semua kesalahan
kalian tiga orang pembantuku yang biasanya bersikap jujur.
Sekarang bangkitlah, ciangkun, jangan terlalu ditindih
perasaan yang berlebih-lebihan. Bukankah kau tadi berkata
bahwa teman-teman lain di Pulau Cemara masih menantikan
kedatangan kita? Nah, bangunlah, mari kita temui mereka
bersama-sama sang pangeran....”

Panglima Ong bangkit berdiri, dan kini tampak betapa


wajahnya berseri gembira. “Goanswe, kebijaksanaanmu
benar-benar menyentuh hatiku. Sungguh kau patut menjadi
pimpinan kami orang-orang yang sempit pikiran ini. Terima
kasih, goanswe ...... terima kasih. Semoga dengan tambahan
engkau di tengah-tengah kami maka pasukan kita akan jaya
seperti semula!”

Bu Kong tersenyum dan Pangeran Kou Cien bertepuk


tangan.

1131
“Ha-ha, harap ciangkun tidak usah khawatir!” kata
pangeran itu sambil tertawa. “Kutanggung bahwa hadirnya
Yap-goanswe di tengah-tengah kalian ini pasti akan membuat
pasukan Yueh jaya sepanjang masa. Bukankah begitu, Paman
Wen?”

Wen Chung tersenyum. “Begitulah, pangeran. Dan


hamba yakin bahwa kita akan dapat berdiri kembali berkat
bantuan Yap-goanswe.”

Mendengar pujian dua orang itu, muka Bu Kong menjadi


merah dan pemuda itu lalu merangkapkan kedua tangannya
sambil menjawab, “Ji-wi (Anda berdua) terlalu memuji setinggi
langit kepadaku. Kalau aku berhasil, inilah hanya berkat kerja
sama belaka dengan para panglima serta pasukan Yueh
sendiri. Oleh sebab itu, merekapun berhak mendapatkan
penghargaan. Pangeran, tidakkah kita segera berangkat saja?”

Kalimat terakhir ini membelokkan pembicaraan karena


Bu Kong memang merasa kikuk kalau orang selalu memuja-
muji dirinya. Oleh sebab itu, dengan pertanyaan ini sekaligus
semua orang diarahkan pikirannya kepada maksud semula dan
Pangeran Kou Cien mengangguk sambil tersenyum.

“Ah, goanswe benar. Hampir saja kita berlarut-larut


membicarakan hal-hal yang kurang perlu. Eh, Ong-ciangkun,
bukankah dua buah perahu kalian sanggup memuat kita
semua yang berada di sini berikut kudanya?”

1132
Panglima Ong membungkukkan tubuhnya. “Tidak perlu
khawatir, pangeran. Parahu yang kami persiapkan untuk
paduka serombongan ini cukup besar. Silahkan paduka naik
dan biarlah lima ekor kuda ini bersama kami di satu perahu.”

“Ah, kau mau berkumpul dengan kuda-kuda kami yang


berkeringat ini, ciangkun?” Pangeran Kuo Cien tertawa. “Aha,
bagus sekali kalau begitu. Tubuhmu yang basah kuyup ini
memang pantas kalau dicampur dengan lima ekor kuda yang
juga penuh peluh, ha-ha!”

Pangeran itu tertawa geli dan semua orang juga ikut


ketawa mendengar olok-olok ini. Panglima Ong sendiri tampak
menyeringai kecut dan untunglah bahwa sang pangeran tidak
menggodanya lagi dan kini telah menghampiri perahu sambil
tersenyum-senyum.

Demikianlah, satu persatu rombongan ini masuk ke


dalam perahu dan Ong-ciangkun memerintahkan enam orang
anak buahnya untuk mendayung perahu yang ditumpangi
pangeran, sementara dia sendiri berada di perahu lain
bersama sisa anak buahnya.

Perahu meluncur lain dan mulailah mereka


meninggalkan daratan besar menuju ke Pulau Cemara. Pantai
yang tadi tampak luas kini semakin lama semakin mengecil dan
menciut sampai akhirnya hilang karena menjadi satu dengan
laut di kaki langit sana.

1133
Gerakan pasukan Yueh dalam cita-citanya menggempur
Wu-sam-tai-ciangkun dimulailah. Dan ini diawali dengan
hadirnya kembali Jenderal Muda Yap yang gagah perkasa itu
di tempat anak-anak buahnya. Namun, berhasilkah kiranya
cita-cita mereka ini? Kita lihat saja....

Untuk mempersingkat waktu agaknya tidak perlu di sini


kita menceritakan sambutan yang diperoleh Yap-goanswe dan
anak-anak buahnya di Pulau Cemara. Sama seperti sambutan
Ong-ciangkun di tepi pantai daratan besar yang penuh
kegembiraan dan semangat, begitu pula adanya sambutan
anak-anak-buah Bu Kong ketika tiba di Pulau Cemara.

Bahkan kalau dibandingkan, sambutan yang diterimanya


di pulau ini jauh lebih hebat. Dan hal ini dapat dimaklumi
karena selaksa perajurit itu tidak ada satupun yang ketinggalan
dalam mengelu-elukan kedatangan jenderal mereka ini.

Pulau Cemara tiba-tiba menjadi gaduh dan bising dengan


tambur-tambur serta genderang yang dipukul gencar. Pekik
serta sorak “Hidup Yap-goanswe!” berkumandang di mana-
mana dan Bu Kong sendiri sudah diangkat oleh dua orang
panglima tinggi besar yang bukan lain adalah Kok Hun dan
Tang Bouw, dibawa lari berputar-putar ke tengah pulau sambil
tertawa bergolak namun air mata bercucuran!

Kebahagiaan serta kegembiraan yang meluap-luap dari


dua orang panglima itu menbuat mereka tertawa sambil

1134
menangis. dan Bu Kong benar-benar terharu bukan main
mendapat sambutan sedemikian rupa. Nyatalah olehnya
bahwa di sinipun pasukan Yueh benar-benar masih mencintai
dirinya sebagai pemimpin besar yang disegani serta dihormati!

Dan pada malam harinya, untuk merayakan persatuan


yang terjalin di antara jenderal muda itu dengan pasukan
Yueh, Pangeran Kou Cien mengadakan jamuan pesta yang
meriah. Diadakannya semacam panggung terbuka di tempat
itu dan musik serta nyanyian-nyanyian perang diperdengarkan
di sini sehingga semangat setiap orang menjadi semakin
berkobar.

Berada kembali di tengah-tengah pasukannya inilah Bu


Kong mendapatkan kenyataan-kenyataan yang amat
menggembirakan sekali dengan hadirnya beberapa orang
kang-ouw yang memiliki kepandaian tinggi. Pertama-tama
sekali tentu saja Phoa-lojin dan muridnya yang merupakan
tuan rumah asli, di mana Bu Kong telah menghaturkan rasa
terima kasihnya yang amat besar kepada guru dan murid itu.

Lalu hadirnya seorang ketua partai yang benar-benar


sama sekali tidak disangka oleh Bu Kong, yakni Kim-sin Sian-jin
dari Kong-thong-pai! Kakek ini datang berdua dengan murid
kepalanya yang masih hidup, yaitu San Kok Tojin, yang dulu
mengalami luku parah akibat pukulan Tok-hiat-jiu dari Tok-sim
Sian-li.

1135
Seperti kita ketahui dalam jilid kelima, Ketua Kong-
thong-pai ini mengalami sakit hati yang sedalam lautan
terhadap Cheng-gan Sian-jin berikut para pembantunya. Gara-
gara perbuatan iblis tua itulah maka partai Kong-thong hancur
berantakan. Dan pada saat terakhir di mana dia meledakkan
bangsal agung, ketua Kong-thong-pai inipun terjerumus ke
dalam sumur jebakan yang amat dalam.

Untunglah, karena dia tahu akan seluk-beluk rahasia


yang dipasang di tempat itu, kakek ini berhasil keluar dengan
tubuh luka dalam. Hantaman Cheng-gan Sian-jin yang amat
dahsyat membuat Kim-sin Sian-jin harus beristirahat dua
minggu lebih dan baru lukanya sembuh kembali.

Dapat dibayangkan betapa sedih dan marahnya kakek itu


ketika melihat betapa hampir semua muridnya tewas dalam
pertandingan membela partai ini. Dan hanya beberapa orang
saja yang menderita luka-luka ringan, di mana mereka ini oleh
Kim-sin Sian-jin akhirnya disuruh pergi karena untuk
sementara Kong-thong-pai dibubarkan!

Sakit hati yang kelewat sangat membuat Ketua Kong-


thong-pai ini bersumpah untuk tidak menjabat sebagai ketua
lagi kalau belum berhasil membunuh Cheng-gan Sian-jin. Oleh
sebab itu, ditemani oleh Sun Kok Tojin yang juga luka-luka
parah, Kim-sin Sian-jin menghilang selama beberapa bulan,
bertapa untuk memperdalam kepandaiannya. Dan baru
setelah merasa diri sendiri kuat, kakek ini muncul kembali
dengan maksud membalas dendam.

1136
Akan tetapi, seperti kita ketahui tidak mudah bagi orang
luar membuat perhitungan dengan Cheng-gan Sian-jin yang
menjadi koksu di Kerajaan Wu. Hal inipun juga dirasakan oleh
Kim-sin Sian-jin. Menyerang datuk iblis itu seorang diri di
sarangnya yang penuh dengan orang-orang pandai itu
sungguh bukan perbuatan bjaksana.

Oleh sebab itu, adalah amat kebetulan sekali bagi Ketua


Kong-thong-pai ini ketika pada suatu hari dia berjumpa dengan
Phoa-lojin. Kakek nelayan dari Pulau Cemara inilah yang
membujuknya untuk bergabung dengan pasukan Kou Cien
yang pada saat itu sedang menyusun kekuatan.

Tentu saja usul ini diterima dengan gembira dan segera


Kim-sin Sian-jin pergi ke markas pusat sementara pasukan
pangeran itu. Memang, kalau dia dapat bekerja sama dengan
sebuah barisan besar yang juga sama-sama bermaksud
menyerbu kota raja, maka hal ini benar-benar amat
menggirangkan. Apalagi Kim-sin Sian-jin sendiri sedikit banyak
sudah mengenal Pangeran Kou Cien yang bijaksana dan
ramah-tamah terhadap orang-orang lain, maka tanpa ragu-
ragu lagi kakek inipun menggabungkan diri.

Demikianlah, akhirnya bekas Ketua Kong-thong-pai ini


berada di Pulau Cemara, ikut membantu Kou Cien. Dan
beberapa hari kemudian, datanglah susul menyusul orang-
orang dari partai Go-bi, Hoa-san, Kun-lun dan lain-lain ke Pulau
Cemara untuk bergabung dengan pasukan Yueh dalam
rencananya menggempur kota raja.

1137
Hal ini benar-benar mengejutkan dan menggirangkan
hati Pangeran Kou Cien. Kiranya, karena sama-sama
mengalami sakit hati akibat perbuatan Cheng-gan Sian-jin
yang mengumbar angkara murkanya, orang-orang dari partai
yang dihancurkan itu kini bersatupadu untuk membalas
dendam. Tentu saja kedudukan pasukan Yueh menjadi
semakin kuat dengan munculnya orang-orang pandai dan
golongan kang-ouw itu. Dan Pangeran Kou Cien sendiri sudah
hendak memerintahkan agar para pembantunya mulai
mengadakan serangan besar-besaran.

Akan tetapi, empat orang panglima muda menolak


usulnya ini. Mereka mengatakan bahwa meskipun kedudukan
pasukan Yueh kini cukup kuat, namun seorang pemimpin
pandai yang benar-benar cakap belum ada di antara mereka.
Oleh sebab itu, empat orang panglima ini mengusulkan supaya
mencari saja Yap-goanswe dan mengundang pemuda itu
sebagai pucuk pimpinan pasukan.

“Pangeran, harap paduka ingat bahwa musuh yang kita


hadapi adalah orang-orang yang amat lihai dan licik. Mereka
tidak segan-segan untuk melakukan kecurangan apapun,
seperti contohnya fitnah yang dilemparkan ke Yap-goanswe
itu. Dapat pangeran lihat apa akibatnya kini semua menjadi
terpecah belah dan istana sendiri direbut musuh. Dan ini
semua karena tidak adanya Yap-goanswe di tempat kita yang
amat mereka takuti. Oleh sebab itu, mengapa tidak
mengundang Yap-goanswe saja agar memimpin kita? Wu-
sam-tai-ciangkun telah menjalankan siasat 'mengusir singa

1138
dari kandang' dan begitu siasatnya berhasil, kita benar-benar
menjadi korban. Maka pangeran, kita harus dapat mencari
Yap-goanswe dan meminta kepada pemuda itu untuk kembali
kepada kita. Dengan demikian, pertempuran yang akan kita
lakukan jauh lebih meyakinkan daripada kalau kita maju
sendiri tanpa adanya Yap-goanswe di samping kita. Hanya
inilah satu-satunya jalan agar kita dapat menggempur Wu
habis-habisan, dan kalau pangeran berhasil menarik Yap-
goanswe kemari, kita sekalian hendak meminta maaf atas
semua dosa-dosa kita kepadanya dahulu.”

Demikianlah usul yang diajukan oleh empat orang


panglima muda itu dan Kou Cien melihat kebenarannya.
Memang, nama Yap-goanswe bukanlah nama sembarangan.
Jenderal muda itu memiliki pengaruh dan wibawa yang kuat,
baik terhadap kawan maupun lawan. Oleh sebab itu, tidak ada
jeleknya kalau dia menunda rencananya mengadakan
serangan besar-besaran dengan menunggu datangnya Yap-
goanswe.

Karena alasan yang diajukan oleh para pembantunya


tepat, Pangeran Kou Cien setuju. Segera dia memerintahkan
beberapa petugas untuk pergi mencari Yap-goanswe, akan
tetapi, Wen-taijin tiba-tiba mencegahnya sambil berkata,

“Pangeran, kalau paduka ingin berhasil maka menurut


pendapat hamba, padukalah yang harus maju sendiri. Paduka
tahu, Yap-goanswe adalah seorang pemuda yang keras hati
dan keras semangat, hal ini kita semua sudah sama tahu. Maka

1139
kenapa hendak mengutus orang lain? Kalau paduka setuju,
hamba mengusulkan agar paduka bersama Fan-ciangkun
disertai pengawal pribadi paduka pergi sendiri saja menemui
Yap-goanswe. Dan kalau sekiranya paduka menghendaki,
hambapun siap mengantar paduka menemui pemuda itu.
Bukankah dengan demikian maka keberhasilan usaha ini jauh
lebih memuaskan daripada paduka serahkan kepada orang
lain?”

Pangeran Kou Cien terkejut, akan tetapi, segera dia sadar


dan menjadi girang. Betul, kalau dia menyuruh petugas-
petugas biasa saja untuk mengundang Yap-goanswe, agaknya
hanya kegagalanlah yang bakal mereka temui. Lain halnya jika
dia sendiri yang maju, apalagi masih ditambah dengan Fan Li
yang merupakan sahabat dekat jenderal muda itu dan Wen-
taijin yang sendiri yang sedikit banyak menanam "jasa" kepada
pemuda itu. Bukankah jalan ini akan jauh lebih berhasil kalau
dia sendiri yang mencari?

Itulah sebabnya mengapa pangeran ini lalu berangkat ke


Gurun Neraka bersama tiga orang pembantunya dan di sana
akhirnya berhasil menundukkan murid Malaikat Gurun Neraka
itu. Diam-diam pangeran ini mengakui kebenaran yang
dikemukakan oleh Wen-taijin. Kalau saja orang lain yang dia
suruh, agaknya debatan keras yang dilancarkan oleh pemuda
ini benar-benar akan membuat petugasnya mati kutu dan
pulang dengan tangan hampa.

1140
Namun, syukurluh, pemuda yang keras hati dan tidak
gampang menyerah itu kini telah berada di tengah-tengah
mereka semua. Dan pangeran ini melihat betapa perbedaan
menyolok tampak di antara pasukannya itu dengan hadirnya
jenderal muda ini. Kalau dulu meskipun orang-orang itu
memiliki semangat, namun hampir tiap wajah rata-rata
menunjukkan rasa jerih dan bimbang dalam menghadapi
musuh. Akan tetapi, begitu Yap-goanswe berada di pulau ini,
tiba-tiba saja wajah seluruh perajurit yang tadinya dibayangi
keragu-raguan dan perasaan gentar itu lenyap, terganti
dengan wajah yang berseri-seri dan mata berkilat penuh
kepercayaan terhadap diri sendiri.

Inilah satu langkah positif yang bagi Pangeran Kou Cien


sudah dianggap sebagai satu titik meyakinkan ke arah
kemenangan. Dia dapat membayangkan bahwa kalau pasukan
Yueh ini maju dengan wajah yang diliputi rasa gentar
mengingat adanya tokoh-tokoh iblis di Kerajaan Wu, tentu saja
hal ini amat buruk pengaruhnya. Akan tetapi, kalau kini
mereka dapat maju dengan wajah berseri dan rasa gentar
lenyap seperti awan tipis disapu angin dengan hadirnya Yap-
goanswe di tempat itu, hal itu merupakan harapan besar bagi
keberhasilan cita-cita mereka.

Itulah sebabnya diam-diam pangeran ini merasa girang


dan amat berterima kasih sekali atas nasihat Wen-taijin yang
telah diikutinya. Kehadiran Yap-goanswe di tengah-tengah
anak buahnya ini menumbuhkan semangat empat sampai lima
kali lipat kepada seluruh pasukan, dan malam itu tampaklah

1141
jenderal muda yang gagah perkasa ini duduk bersama
pembantu-pembantu utamanya membicarakan siasat-siasat
perang sambil makan minum dalam meja perjamuan.

Pangeran Kou Cien memandang dari meja seberang


dengan wajah berseri dan pangeran ini sendiri sedang
bercakap-cakap dengan Wen-taijin serta tokoh-tokoh kang-
ouw tingkat atas, seperti Phoa-lojin, Kim-sin Sian-jin dan orang
lain. Mereka memang tidak mau mengganggu pembicaraan
Yap-goanswe, maka itulah sebabnya merekapun duduk dalam
meja yang berlainan.

Sementara itu, Bu Kong yang bercakap-cakap dengan


empat orang pembantu utamanya ini tampak serius. Dia
sedang membicarakan rencana-rencananya kepada para
pembantunya itu dan segera terlihatlah lima orang tokoh
militer ini dalam pembicaraan yang asyik.

“Su-wi-ciangkun (empat orang panglima).” demikian


mula-mula pemuda itu membuka suara, “Ada tiga macam
tugas penting yang hendak kuberikan kepada kalian. Pertama-
tama, kalian harus menyiapkan dua ratus orang perajurit
pilihan untukku setelah pesta berakhir. Kedua, kalian harus
membuatkan seratus kapal perang yang bagus dan kuat,
sedangkan yang ketiga adalah melatih pasukan kita mulai
besok pagi dengan bentuk formasi delapan segi. Dapatkah
kiranya kalian menjalankan tiga macam tugas ini? Dan perlu
kutambahkan, bahwa pekerjaan nomor dua dan nomor tiga
harus selesai dalam waktu dua minggu?”

1142
Empat orang panglima itu terkejut dan memandang Bu
Kong dengan mata terbelalak. “Seratus kapal perang,
goanswe?” empat orang panglima ini bertanya hampir
serempak dan semuanya mengandung keheranan.

Bu Kong menganggukkan kepalanya. “Ya, kenapa kalian


terkejut?” pemuda itu balas bertanya.

Kini Kok Hun yang mendahului rekan-rekannya dan


panglima tinggi besar yang mukanya penuh brewok itu
menjawab dengan suara penasaran, “Goanswe, bukannya
waktu yang kau berikan ini yang membuat kami kaget, namun,
melainkan perintahmu untuk membuat seratus kapal perang
itu! Kalau kami membuat lagi seratus kapal yang bagus dan
indah seperti permintaanmu, lalu hendak diapakan perahu-
perahu besar yang sementara ini sudah kita punya? Kalau kita
ingin menyeberang, kiranya cukup dengan perahu-perahu
lama yang ada di sini dan tidak perlu membuat perahu baru!”

Bu Kong tersenyum. Dia cukup mengenal watak Kok-


ciangkun yang suka bicara jujur dan blak-blakan ini, maka
diapun tidak merasa tersinggung. Sebelum berkata sesuatu,
jenderal muda ini kembali memandang empat orang
pembantu utamanya itu satu-persatu.

“Sam-wi ciangkun (tiga panglima yang lain), apakah


kalianpun juga sependapat dengan pernyataan Kok-ciangkun
tadi? Memang dilihat sepintas lalu pekerjaan membuat

1143
seratus kapal perang ini tampaknya hanya membuang-buang
waktu saja. Akan tetapi, harap kalian ketahui, bahwa
perintahku ini mengandung muksud tertentu yang belum tiba
saatnya kalian ketahui sekarang ini. Pendeknya yang ingin
kuminta, dapatkah kalian mengerjakan tugas nomor dua itu
sesuai keinginanku? Perahu lama dapat kalian rombak menjadi
perahu-perahu baru!”

Karena jenderal muda itu memandang mereka dengan


sinar mata tajam, meskipun mereka agak kurang setuju namun
mendengar bahwa di balik pembuatan kapal-kapal perang itu
tersembunyi suatu maksud tertentu yang belum dikatakan
oleh Yap-goanswe, akhirnya empat orang panglima muda
inipun menganggukkan kepalanya.

“Goanswe, bukannya kami menolak, akan tetapi, kami


semua sebenarnya ingin mengetahui apa sesungguhnya yang
kau rencanakan dalam perintah ini. Sebagai pembantu-
pembantu utamamu, bukankah kami berhak untuk
mengetahuinya?” Kok Hun yang masih penasaran itu kembali
bertanya.

Bu Kong memandang panglima tinggi besar ini. “Kok-


ciangkun, seperti telah kukatakan tadi, kalian semua belum
waktunya untuk mendengarkan rahasia ini. Sebuah kejutan
akan kubuat dan kalau kalian sekarang tahu, mungkin kalian
akan menghalang-halangi semua rencanaku yang dapat
berakibat buruk. Maka harap kalian bersabar dan tunggulah,
begitu kita semua tiba di daratan besar, jawaban segera

1144
kuberikan dan kalian akan melihatnya sendiri. Bukankah kalian
tidak menolak permintaanku ini dan sanggup
menyelesaikannya dalam waktu dua minggu?”

Akhirnya empat orang itu menganggukkan kepalanya.


“Baiklah goanswe, kami menyanggupinya!” kata mereka
hampir berbareng.

“Nah, bagus kalau begitu.” Bu Kong berseru girang. “Dan


tentunya kalianpun dapat pula menyiapkan dua ratus orang
setelah pesta berakhir, bukan?”

“Dapat, goanswe. Akan tetapi untuk apakah?” kini


Panglima Tang yang bertanya.

Bu Kong memandang pembantunya ini dia dengan mulut


tersenyum menjawab. “Aku hendak melatih mereka sebagai
pasukan inti. Maka itulah sebabnya mengapa mereka harus
sudah dipilih malam ini juga sehingga besok aku dapat turun
tangan sendiri menggembleng mereka!”

“Ah, begitukah?” empat orang ini terkejut dan sejenak


terbelalak, namun, segera mereka menjadi girang bukan main.
Kata-kata jenderal muda ini memang mengejutkan sekali
karena selama mereka berkumpul, belum pernah Yap-
goanswe turun sendiri untuk melatih sebuah pasukan.
Biasanya pemuda ini hanya memberikan teori-teorinya
kepada para pembantunya dan bawahannya inilah yang

1145
menjalankan tugas. Kini, tanpa mereka duga Yap-goanswe
akan turun tangan sendiri, bahkan melatih dua ratus perajurit
puluhan untuk dijadikan pasukan inti! Kalau hal ini sudah
dilaksanakan mereka dapat membayangkan bahwa pasukan
hasil didikan jenderal perang yang gagah perkasa itu tentu
akan merupakan pasukan yang benar-benar kuat dan hebat.

“Ha-ha, goanswe sungguh membuat kejutan bagi kami!”


Kok Han yang tak dapat menahan kegirangan hatinya itu sudah
tertawa bergelak sambil bertepuk tangan. “Kalau kini pasukan
Yueh dilengkapi sebuah pasukan inti hasil gemblengan Yap-
goanswe, dapat kita pastikan bahwa Wu-sam-tai-ciangkun
bersama antek-anteknya bakal terjepit seperti tikus masuk
perangkap. Ha ha, bagus goanswe....... bagus, kami setuju
sekali!"

Tiga orang panglima lain juga berseri girang dan mereka


memandang Bu Kong dengan mata bersinar-sinar. Akan tetapi,
pemuda itu sendiri tidak menghiraukan pujian Kok Hun ini dan
mengangkat tangannya.

“Kok-ciangkun. harap jangan berbesar hati dulu. Aku


telah memutuskan hal ini karena untuk berjaga-jaga agar tidak
seorangpun musuh-musuh besar kita lolos. Karena itulah aku
merasakan perlunya sebuah pasukan inti untuk menghadapi
segala kemungkinan-kemungkinan buruk. Di samping itu,
mulai besok kalian semua harus bersungguh-sungguh dalam
melatih pasukan kita yang lain dalam barisan delapan segi.
Kota raja harus kita kurung dan semua serangan akan kita

1146
tujukan ke satu arah. Oleh sebab itu, formasi yang hendak
kugunakan dalam serangan besar-besaran ke kota raja nanti
adalah bentuk delapan segi itu. Dan kalian harus melatih
mereka dengan disiplin tinggi dan semangat meluap. Aku tidak
dapat mengawasi karena harus menggembleng pasukan inti,
maka pekerjaan "mendidik" pasukan lain itu kuserahkan
kepada kalian. Bukankah kalian juga akan menyanggupi tugas
nomor tiga ini dengan baik?”

“Dapat, goanswe. Dan percayalah, kamipun juga akan


berjuang sekuat tenaga agar selaksa pasukan kita menjadi
perajurit-perajurit yang dapat diandalkan.”

“Bagus, aku percaya janji kalian ini,” Bu Kong menjawab


dengan wajah puas. “Dan jangan kalian lupa, pasukanpun
perlu dididik latihan ilmu silat, bukan hanya melulu ilmu
barisan saja. Oleh sebab itu, hendak kumohon kepada tokoh-
tokoh yang ada di sini seperti Kim-sin Sian-jin locianpwe dan
orang-orang lainnya agar mereka sudi turun tangan
menggembleng pasukan kita dalam ilmu silat ini sehingga
merekapun akan merjadi orang-orang yang tangguh dalam
pertempuran perorangan. Bukankah kalian tidak keberatan
kalau tokoh-tokoh kang-ouw di sini mencampuri tugas kalian
dalam melatih perajurit?”

“Ah, tidak goanswe. Bahkan kami akan merasa gembira


dan bangga sekali kalau para locianpwe di sini mau membantu
kami!” empat orang panglima itu berseru dan Bu Kong menjadi

1147
lega mendengar kata-kata yang dikeluarkan dengan hati yang
tulus ini.

Oleh sebab itu, diapun dapat melanjutkan pembocaraan-


pembicaraan berikutnya dengan suasana santai setelah tiga
macam tugas pokok tadi disanggupi empat orang pembantu
utamanya ini. Mereka lalu membicarakan situasi musuh, kota-
kota apa yang menjadi benteng pertahanan bagi Wu-sam-tai-
ciangkun dan mana pula kiranya yang harus mereka serang
terlebih dahulu.

Dan ternyata dan hasil pembicaraan ini Bu Kong


mengetahui adanya tujuh kota utama yang dijadikan benteng
pertahanan Kerajan Wu di luar batas kota raja. Dua terletak
berderetan di bagian Utara, lalu dua lagi di bagian Barat dan
sisanya berada di sebelah Selatan dan Timur. Dan yang amat
menggirangkan adalah kenyataan bahwa benteng pertahanan
di Timur ini justeru hanya sebuah kota saja, yaitu kota Koan
yang!

Agaknya karena bagian Timur ini berupa lautan, Wu-


sam-tai-ciangkun hanya mendirikan sebuah benteng
pertahanan yang justeru paling lemah karena dari arah Timur
inilah pasukan Yueh hendak mulai mengadakan serangan
besar-besaran.

Tentu saja hal ini amat menggirangkan hati Bu Kong dan


mulailah dia merencanakan siasat-siasatnya untuk

1148
mengadakan pembalasan terhadap musuh itu. Jenderal ini
dapat menduga bahwa karena sebelah timur adalah lautan,
maka Wu-sam-tai-ciangkun tidak begitu menaruh perhatian
karena biasanya bagian daratlah yang dijadikan kekuatan
musuh. Dan hal ini memang dapat dimaklumi mengingat
bahwa daratan besar sana banyak tempat-tempat strategisnya
berupa hutan-hutan lebat ataupun pegunungan-pegunungan
luas yang dapat dipergunakan untuk mendirikan kekuatan
militer.

Dan tentu saja Wu-sam-tai-ciangkun tidak menduga


sedikitpun juga bahwa sisa-sisa angkatan perang Yueh yang
dihancurkan itu kini telah menyusun kekuatan di luar daratan
besar, yaitu Pulau Cemara yang terletak di seberang lautan
bagian Timur!

Hal ini bagi Bu Kong sudah merupakan satu keuntungan


besar dan dia percaya bahwa gerakannya kali ini tidak mungkin
gagal. Dia telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan
matang, seperti misalnya menciptakan pasukan inti yang
terdiri dari dua ratus orang, lalu latihan perang dalam formasi
delapan segi serta didikan ilmu silat dari tokoh-tokoh pandai
kepada anak-anak buahnya. Semuanya ini memungkinkan satu
keberhasilan usahanya dalam menggempur Wu-sam-tai-
ciangkun bersama antek-anteknya, maka Bu Kong merasa
yakin bahwa dalam walau dua minggu berikutnya tepat
sebelum Ok-ciangkun memaksa Siu Li dalam pernikahannya
dengan iblis jahanam murid mendiang Ang-i Lo-mo itu, ia
sudah berada di kota raja!

1149
Berpikir sampai di sini, Bu Kong mengepalkan tinjunya
dengan gemas. Kemarahannya terhadap Wu-sam-tai-
ciangkun, terutama Panglima Ok membuat mukanya merah
sekali. Akan tetapi, karena di situ terdapat banyak orang,
pemuda ini dapat menahan diri dan tidak mengumbar
kemarahannya.

Malam itu pesta berakhir dengan wajah gembira dan


semua orang kembali ke kemahnya masing-masing dengan
wajah puas. Persatuan telah terjalin di antara mereka dengan
Yap-goanswe, maka semua perwira dan para panglima merasa
semangat mereka semakin berkobar. Hadirnya jenderal muda
itu di tengah-tengah mereka benar-benar membuat pasukan
ini seperti harimau tumbuh sayap, oleh sebab itu, tidak heran
kalau setiap orang sudah membayangkan bahwa mereka pasti
dapat membalas dendam dan menang!

***

Dua minggu kemudian. Waktu dua minggu sebenarnya


bukanlah waktu yang terlampau panjang, apalagi bagi su-wi-
ciangkun (empat orang panglima Yap-goanswe yang diberi
tugas-tugas berat dalam melakukan pasukan serta membuat
seratus buah kapal perang. Akan tetapi, karena empat orang

1150
panglima itu menyadari bahwa waktu memang sudah terlalu
singkat bagi Bu Kong untuk segera mulai melakukan missinya
menyerang Kerajaan Wu, di mana salah seorang panglimanya
menangkap kekasih jenderal muda itu, maka empat orang
inipun juga bekerja keras agar pekerjaan merekapun dapat
selesai dalam waktu yang sudah ditentukan oleh atasan
mereka.

Dan untunglah, berkat adanya kerja sama yang baik di


antara mereka serta bawakan, akhirnya tepat pada minggu
yang terakhir itu selesailah sudah gemblengan lerhadap
seluruh pasukan serta pembuatan seratus kapal perang!

Hal ini amat menggembirakan hati Fan Li dan ketiga


orang temannya, dan di malam harinya mereka menemui Yap-
goanswe untuk melaporkan kesemuanya itu. Namun,
alangkah heran empat orang ini ketika mereka melihat wajah
jenderal muda itu sama sekali tidak menunjukkan
kegembiraan. Hanya sekejap wajahnya berseri mendengar
perajurit-perajurit sudah dilatih siang malam, akan tetapi,
segera wajahnya muram ketika mendengar selesainya seratus
kapal perang yang telah mereka buat dengan kerja keras itu.

“Goanswe......” demikian Kok Hun yang mulai membuka


suara menyatakan keheranannya, “Mengapa engkau tampak
murung mendengar seratus kapal perang telah siap di pinggir
pantai? Apakah ada sesuatu yang mengecewakan hatimu?
Atau model kapal-kapal itu yang tidak memuaskan seleramu?”

1151
Bu Kong menggelengkan kepalanya. “Tidak Kok-
ciangkun, bahkan aku amat bangga dan girang melihat hasil
kerja kalian semua yang demikian sungguh-sungguh. Dan
justeru kerja keras kalian inilah yang membuat aku agak tidak
enak hati. Akan tetapi, demi semangat perjuangan ini semua
memang harus kulakukan!”

Bu Kong mengepal tinjunya dan sinar matanya tajam


mencoreng. Empat orang pembantunya yang mendengar
kalimat terakhir menjadi tercengang dan saling pandang.
Mereka benar-benar merasa aneh bahwa Yap-goanswe
justeru merasa murung melihat mereka kerja keras. Bukankan
inipun adalah atas perintah pemuda itu sendiri? Mengapa
merasa tidak enak hati? Aneh sekali!

“Goanswe......” kini Panglima Tang yang maju. “Kata-


katamu terdengar janggal sekali. Bukankan engkau sendiri
yang menghendaki agar kami semua bekerja keras? Kini kami
telah melaksanakan tugas yang kau berikan itu, dan kau malah
tidak enak hati dan murung. Kalau boleh kami tahu, demi
semangat perjuangan apakah engkau tadi berkata demikian?”

Jenderal muda itu menatap panglima ini sejenak dan


akhirnya menghela napas panjang. “Tang-ciangkun,
sesungguhnya diam-diam aku merasa kasihan kepada kalian
yang telah mati-matian bekerja keras, kasihan kepada kapal-
kapal perang itu. Namun ..... ahh, sudahlah, jangan kalian
bertanya lagi tentang hal ini! Empat belas hari kalian telah
bekerja berat dan malam ini kalian tentu lelah. Oleh sebab itu,

1152
harap kalian beristirahat di tempat masing-masing sebelum
kita besok pagi-pagi berangkat. Dan untuk Fan-ciangkun,
harap sediakan enam ratus batang anak-anak panah berapi
dan berikan itu kepada dua ratus pasukan inti yang berada di
samping kemah sang pangeran. Malam ini aku hendak
mengaso dan sebelum kalianpun beristirahat, harap beritahu
kepada seluruh pasukan bahwa besok pagi-pagi semua kemah
harus sudah dirobohkan dan bersih dari permukaan tanah!
Nah, mengertikah kalian? Aku tidak mau diganggu lagi dan
silahkan kalian mengaso.....”

Pemuda itu mengangkat tangan kanannya


mempersilahkan dan Kok Hun yang sudah siap membuka
mulutnya inipun tiba-tiba mengurungkan maksudnya untuk
bertanya. Kalau Yap-goanswe sudah bilang tidak mau
diganggu, maka siapapun mengerti bahwa jenderal itu sedang
dilanda perasaan resahnya dan benar-benar tidak mau
diganggu. Oleh sebab itu, empat orang panglima muda itu
akhirnya saling pandang sekejap lalu menjura dan
mengundurkan diri, di mana mereka itu saling kasak-kusuk
sendiri di luar membicarakan ucapan Yap-goanswe benar-
benar terasa aneh!

Bayangkan, Yap-goanswe merasa kasihan kepada kapal-


kapal perang yang sudah dibuat! Apa-apaan ini? Mengapa
jenderal muda itu merasa kasihan terhadap benda-benda mati
yang kini berderet di pantai laut itu? Hanya Fan Li seorang yang
diam-diam merasa tergetar hatinya mendapatkan perintah

1153
untuk menyiapkan enam ratus batang anak-anak panah
berapi.

“Apakah .... apakah Yap-goanswe hendak....?” sampai di


sini Fan Li menggoyang kepalanya keras-keras dan membuang
dugaannya yang buruk. Sebagai orang yang paling dekat
dengan jenderal muda itu, maka panglima muda ini sedikit
banyak mengenal watak-watak Yap-goanswe.

Perintah memberikan enam ratus batang anak-anak


panah berapi kepada dua ratus pasukan inti itu membuat
pembantu utama Bu Kang ini mempunyai dugaan
mengejutkan. Akan tetapi, karena Fan Li menganggap bahwa
tidak mungkin hal itu akan dilakuan Yap-goanswe, maka
pemuda itu membuang dugaannya yang jelek itu jauh-jauh.

“Tidak.... tidak mungkin...!” demikian Fan Li berkata di


dalam hatinya. “Tidak mungkin Yap-goanswe akan....
membakar seratus kapal perang yang telah dibuat dengan
susah payah itu. Apa alasannya? Apa maksudnya? Akan tetapi,
kalau tidak mungkin, lalu mengapa harus merasa kasihan
kepada tenaga-tenaga mereka yang telah bekerja keras
membuat kapal-kapal itu? Dan mengapa pula jenderal muda
itu merasa kasihan kepada kapal-kapal perang yang telah
mereka buat?”

Pertanyaan yang silih berganti ini membuat Fan Li


bingung dan akhirnya pemuda itu tertidur dengan mimpi

1154
buruk. Da melihat bahwa Yap-goanswe benar-benar
memerintahkan untuk membakar kapal-kapal perang itu lalu
di saat api sedang berkobar-kobar, tiba-tiba jenderal muda itu
terjun ke lautan api serta menjalankan mati-obong (membakar
diri hidup-hidup)!

Tentu saja Fan Li terkejut dan pemuda ini berteriak,


melompat bangun dengan mata melotot dan ........ Yap-
goanswe berdiri di depannya dengan mulut tersenyum!

Kembali pemuda itu terkejut dan mengucek-ucek


matanya, akan tetapi, kali ini dia tidak sedang bermimpi. Yap-
goanswe memang berada di depannya dan jenderal muda itu
melangkah maju sambil menyentuh pundaknya.

“Fan-ciangkun, apa yang kau impikan?" Kudengar kau


mengigau berulang-ulang dan terakhir kali malah berteriak
mengejutkan aku yang sedang bersamadhi. Agaknya kau
bermimpi buruk, ya? Kukira tadi ada serangan gelap dari
musuh!”

Fan Li tersipu-sipu dan cepat memberi hormat.


“Goanswe...... maaf... aku memang bermimpi buruk. Aku
melihat kau, ah.... dan..... kapal-kapal itu, ahh....!” pemuda itu
tergagap dan tidak melanjutkan ceritanya.

Bu Kong memandang tajam, “Kenapa dengan aku?


Kenapa dengan kapal-kapal itu?”

1155
Fan Li menelan ludahnya. Dengan ragu-ragu dia
menjawab perlahan, hampir berbisik, “Goanswe, aku melihat
kau mati-obong. Kau terjun ke lautan api kapal-kapal perang
yang kau perintahkan bakar. Karena kaget, aku berteriak
dan.... begitulah, kau sudah di sini secara tiba-tiba.....”

“Hemm....” Bu Kong bergumam. “Agaknya kau


mempunyai firasat yang tajam! Akan tetapi, sudahlah, tidak
semua mimpi mempunyai ramalan tepat. Fan-ciangkun,
tidurlah, tenangkan hatimu Akupun hendak kembali
bersamadhi.”

Bu Kong membalikkan tubuhnya namun Fan Li tiba-tiba


berseru perlahan. “Goanswe....!” dan panglima muda ini lalu
melompat ke depan.

Jenderal muda itu terkejut, akan tetapi, dia berhenti


juga. Dilihatnya Fan Li memandangnya lekat-lekat dengan
mata terbelalak, dan dengan suara agak gemetar pemuda itu
berkata, “Goanswe, apa maksud kata-katamu bahwa aku
memiliki firasat yang tajam? Apakah.... apakah kau memang
benar-benar hendak...... hendak membakar kapal-kapal itu.....
?”

Bu Kong terkejut sekali dan sedetik wajahnya berobah,


namun dia tidak segera menjawab pertanyaan itu. Dengan
tajam dia memandang panglima muda yang sudah amat
mengenal dirinya itu, kemudian dengan suara perlahan pula

1156
dia menjawab, “Ciang-kun, mengapa kau bisa menduga
begitu? Apa alasanmu?”

Fan Li menegang tubuhnya. “Panah-panah berapi yang


kau minta itu, goanwse! Perintahmu berikut ucapanmu yang
mengatakan kasihan kepada tenaga-tenaga kami yang telah
mau mati-matian bekerja keras dan kasihan pula kepada
kapal-kapal perang yang selesai dibuat, semuanya itu
membuat aku menduga bahwa engkau akan....... engkau
akan.......”

Panglima muda itu serasa tercekik dan dia tidak mampu


melanjutkan kata-kata ini. Bu Kong mengerutkan alisnya dan
tiba-tiba bertanya, “Fan-ciangkun, mengapa kau terlalu
memikirkan hal-hal yang belum nyata? Kalaupun aku hendak
melakukan perbuatan itu, hal inipun tentunya karena didorong
alasan yang kuat!”

“Jadi.... jadi kau hendak membakar kapal-kapal perang


itu, goanswe?" Fan Li terbelalak dan wajah panglima ini pucat
sekali.

Bu Kong mengangguk kepalanya. “Begitulah!”

Fan Li hampir saja berteriak kaget, namun, dia masih


ingat bahwa di sekitar mereka terdapat banyak orang. Maka
dia hanya dapat berkata dengan suara gagap. “Goanswe,
kau....... kau ....... tidak gilakah perbuatan ini..... Mati-matian

1157
kita mengerjakannya dan kau hendak membakarnya. Lalu
dengan apa kita besok berangkat?”

Jenderal muda itu tersenyum. Dengan suara lirih dia


menjawab, “Fan-ciangkun, rahasia ini sebenarnya baru besok
boleh kalian ketahui. Akan tetapi, untukmu biarlah mendapat
keistimewaan. Kapal-kapal itu baru kusuruh bakar setelah kita
semua berada di pantai seberang. Nah, mengertikah engkau?”

“Akan tetapi, gosnswe, dengan alasan apa kau


memerintahkan hal yang tampaknya gila-gilaan ini?”

“Dengan alasan demi semangat perjuangan.”

“Demi semangat perjuangan?” Fan Li melengong dan


menjadi bengong. Meskipun dia sudah cukup mengenal watak
pemuda itu, tetap saja dia tidak dapat menangkap apa
sebenarnya arti kalimat itu.

“Ya demi semangat perjuangan!” Bu Kong,


menganggukkan kepalanya dan memberi isyarat.

“Dan harap kau ingat, apa yang kau dengar malam ini
jangan dikatakan dulu kepada orang lain. Bukankah kalian
semua ingin menang? Bukankah kalian semua ingin merebut
kembali kota raja? Nah, untuk semuanya itu, maka satu-
satunya syarat paling bagus adalah memerintahkan mereka

1158
untuk membakar kapal-kapal perang itu setelah kita semua
berada di daratan seberang.”

“Akan tetapi, goanswe, untuk apa itu semua?”

“Untuk menambah semangat perjuangan! Bukankah


sudah kukatakan tadi?”

“Goanswe......” Fan Li hendak bertanya kembali, akan


tetapi, Bu Kong mengibaskan tangannya.

“Sudahlah! Jangan kau bertanya-tanya lagi. Semua yang


kulakukan adalah demi kalian. Otakku masih tetap waras dan
apa yang kulakukan semuanya mengandung maksud
tertentu.”

Pemuda itu membalikkan tubuh dan keluar dari kemah


panglima muda ini, membiarkan Fan Li berdiri mematung
dengan mata melotot. Itulah kejadian pada malam harinya dan
keesokan paginya seperti perintah jenderal muda itu,
angkatan perang Yueh yang terdiri dari selaksa orang ini telah
bergerak menuju pantai daratan besar seberang lautan.

Karena armada ini melakukan perjalanan cepat, akhirnya


tidak sampai sore hari sudah seratus kapal perang itu telah tiba
di pantai Laut Tung-hai. Seluruh perajurit berlompatan turun
dan tidak ada sisa satu orangpun di kapal. Panji-panji dan

1159
segala ransum yang ada di atas kapalpun dibersihkan dan
seratus kapal itu berderet rapi dari Utara sampai Selatan.

Bu Kong bersama empat orang panglima utamanya


berdiri di atas batu karang, memandang semua kesibukan
pasukan itu. Dan akhirnya, setelah semua orang berbaris
membentuk empat persegi panjang menghadap sang jenderal
besar ini barulah pemuda itu mengangkat tangan kirinya
sebagai isyarat dan mulai bicara.

“Saudara-saudara seluruh angkatan perang Yueh, tekad


apakah yang kalian bawa dalam menghadapi pintu gerbang
pertempuran dengan musuh ini? Apakah kalian ada niat untuk
melarikan diri kalau bertemu lawan kuat dan mundur seperti
anjing digebuk?” demikian pemuda itu mulai melancarkan
kata-katanya yang tajam.

“Tidak! Kami akan bertempur sampai mati dan tidak akan


undur hingga tetes darah terakhir....!” jawaban yang
menggelegar dari semua perajurit ini menggetarkan seluruh
daratan dan Bu Kong tersenyum aneh dengan mata bersinar.

“Hemm, benarkah ? Apakah kalian tidak bicara kosong?


Bagaimana kalau kalian bicara putih di hadapanku dan
kemudian mengatakan hitam kalau berada di punggungku!”

“Yap-goanswe, kami semua telah bertekad untuk


mempertaruhkan nyawa dalam merebut kembali kota raja.

1160
Oleh sebab itu, tidak mungkin kami akan khianat terhadap janji
sendiri. Pasukan Yueh bukanlah pasukan yang takut mati, dan
kami siap mengorbankan apapun demi bangkitnya kerajaan
kita!”

Teriakan ini dikeluarkan oleh Kok Hun dan panglima


tinggi besar itu berseru gagah sambil mengangkat penggada
besi hitamnya. Suaranya yang dikeluarkan dengan pekik
menggeledek itu disambut meriah oleh para perajurit dan
segera terdengar teriakan-teriakan mereka,

“Benar. Kami siap mengorbankan apapun demi negara,


goanswe !”

“Benar. Kamipun siap menyerahkan harta dan nyawa


untuk bangkitnya Kerajaan Yuen yang jaya.......!”

“Goanswe, kami tidak takut mati dan kalau kami sampai


melarikan diri menghadapi musuh yang kuat, biarlah aku
mencincang hancur tubuhku ini........!”

Demikianlah, bermacam-macam teriakan dikeluarkan


oleh orang-orang itu, namun satupun maksudnya tidak ada
yang berbeda. Semuanya menyatakan siap berkorban, apapun
juga korban itu.

“Bagus......!” Bu Kong mengangkat tangannya dan


berseru dengan wajah berseri, kemudian pemuda inipun

1161
melanjutkan kata-katanya dengan suara menggeledek.
“Pasukan Yueh yang gagah berani, benar-benarkah bahwa
kalian siap berkorban, apapun juga korban itu yang meliputi
harta dan nyawa?”

“Kami siap, goanswe.........!” pekik yang serentak dan


selaksa perajurit itu membuat Bu Kong tiba-tiba tertawa
bergelak.

“Ha-ha, bagus! Kalian memang tidak percuma menjadi


anak-anak buahku yang gagah berani. Heii, pasukan Yueh,
untuk membuktikan kata-kata dan janji kalian ini, sekarang
kalian lihatlah.........!” jenderal muda itu bertepuk tangan tiga
kali dan tiba-tiba dari tengah barisan muncul sekelompok
pasukan baju hitam.

Mereka ini terdiri dari orang-orang bertubuh tegap dan


langkah kaki mereka yang ringan gesit seperti langkah kucing
hitam itu menunjukkan bahwa orang-orang ini bukanlah orang
sembarangan. Dan hal ini memang benar karena mereka itulah
pelukan inti yang disebut Pasukan Baju Hitam oleh Yap-
goanswe.

Segera semua orang terpusat perhatiannya kepada


pasukan istimewa ini dan mereka melihat betapa tiap-tiap
orang dan pasukan baju hitam itu memegang busur serta tiga
batang anak panah berapi. Dan di balik punggung mereka,

1162
sebilah sabit panjang bercangak dua tersembul di atas pundak,
tajam berkilauan tertimpa cahaya matahari.

“Pasukan Baju Hitam!” demikian jenderal muda itu


berseru dengan suara keren. “Tiga macam peraturan apakah
yang selama ini kucamkan kepada kalian?”

Serentak dua ratus orang ini mengedikkan kepala dan


dengan pandangan tajam ke depan mereka menjawab. “Satu,
kami harus membela negara dengan taruhan nyawa! Dua,
kami harus taat terhadap atasan yang mulia (Yap-goanswe)!
Dan tiga, kami harus berjuang sekuat tenaga!”

“Bagus, dan apa hukuman bagi kalian yang melanggar


peraturan nomor dua?”

“Memotong lidah yang tak dapat dipercaya!”

Semua orang mengkirik mendengar jawaban itu namun


tidak ada satupun yang bersuara.

Bu Kong mengangguk-anggukkan kepalanya dengan


sikap puas dan tiba-tiba pemuda ini menyapu seluruh pasukan
yang ada di tempat itu dengan sinar mata mencorong
kemudian memberi perintah kepada pasukan inti.

“Pasukan Baju Hitam, untuk membuktikan janji teman-


teman kalian yang lain, maka kuperintahkan di sini kepada

1163
kalian untuk membakar semua kapal perang yang ada di sini.
Cepat......!”

Seruan ini benar-benar seperti geledek di siang bolong


bagi selaksa perajurit itu, akan tetapi, Pasukan Baju Hitam
sendiri tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Hanya sedikit
perobahan yang tampak di wajah dua ratus orang itu, namun,
segera mereka biasa kembali seperti tidak mendengar hal-hal
yang mengejutkan. Setelah mereka menyatakan “Kami siap
menjalankan perintah”, dua ratus busur diangkat dan enam
ratus panah berapi berhamburan ke arah tiang layar kapal
yang tegak menjulang tinggi!

Kejadian ini berlangsung dalam sekejap saja dan karena


semua orang masih tertegun dan bengong mendengar
perintah jenderal muda itu yang benar-benar di luar dugaan,
maka merekapun tidak sempat mencegah. Begitu pula halnya
dengan empat orang panglima utama Bu Kong yang ada di atas
batu karang. Kecuali Fan Li yang sebelumnya memang sudah
tahu, tiga orang rekannya yang lain rata-rata mengeluarkan
seruan kaget dan menjublak di tempat itu dengan mata
melotot.

Mereka melihat betapa kain layar di atas tiang menjadi


sasaran utama dari panah-panah berapi itu dan kemudian
mulailah api menjilat kayu-kayu kapal perang yang telah
mereka buat dengan susah payah itu! Dan beberapa menit
kemudian, api mengeluarkan suara bergemeratak disusul asap
hitam membubung ke langit biru. Semuanya ini terasa mimpi

1164
saja dan Kok Hun yang paling berangasan di antara mereka
semua, merupakan orang yang sadar terlebih dahulu.

“Goanswe, kau gila?” panglima tinggi besar ini berteriak


sambil menudingkan tangannya arah kapal-kapal yang dibakar
itu, dan mukanya tampak merah sekali.

Akan tetapi, Bu Kong sama sekali tidak menghiraukan


teriakan panglima muda ini. bahkan mendorong Kok Hun ke

1165
samping. “Kok-ciangkun, minggirlah.......! Bukankah kau
sendiri tadi sudah berkata untuk siap mengorbankan apapun
juga? Nah, mengapa sekarang berteriak-teriak seperti
kambing kebakaran jenggot? Ini adalah ujian bagi kalian dan
semua yang menentang, berarti dia bukan anak buah Yap-
goanswe yang selalu menepati janji.”

(Bersambung Jilid ke-XIX)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 18

1166
1167
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA
Jilid 19

KOK BUN seperti ditampar mukanya dan panglima tinggi


besar itu memandang Bu Kong dengan mata melotot. Sama
sekali dia tidak mengira bahwa jenderal muda ini akan
mempergunakan janji yang tadi telah diucapkannya itu
sebagai senjata bagi dirinya sendiri!

Oleh sebab itu, panglima muda ini tidak dapat berbuat


apa-apa dan seperti orang-orang lainnya pula, dia hanya dapat
berdiri mematung memandang kebakaran yang terjadi di atas
laut itu dengan mata terbelalak. Demikian pula halnya bagi
semua orang yang ada di tempat itu. Mereka inipun terpaksa
"cep celakep" alias tidak mampu berkata apa-apa lagi ketika
mendengar ucapan Yap-goanswe terhadap Kok-ciangkun tadi.

Akibatnya, karena sekarang tidak ada orang yang


mencegah, maka kebakaran besar yang melanda kapal-kapal
perang itupun menjadi semakin hebat. Api bergulung-gulung
dan asap hitam membubung ke langit. Udara seketika menjadi
gelap, seperti gelapnya hati orang-orang itu sendiri yang
melihat betapa kapal yang telah mereka buat secara susah

1168
payah itu sekarang dibakar mentah-mentah oleh Yap-
goanswe, pucuk pimpinan mereka sendiri!

Siapa tidak akan terkesima? Sepuluh ribu pasukan itu


bahkan terpukau seperti orang mendapat mimpi buruk! Dan
agaknya baru kali ini terjadi di atas bumi sebuah peristiwa yang
demikian langkanya. Seorang jenderal besar membakar
armada lautnya begitu saja!

Namun, siapa berani memprotes? Yap-goanswe telah


dengan amat cerdiknya menjebak mereka ke dalam janji yang
tak dapat ditarik kembali. Mereka tadi telah mengatakan siap
berkorban, baik harta maupun nyawa. Dan kini janji itu
dipergunakan oleh jenderal besar mereka untuk menguji!

Berat memang, akan tetapi apa mau dikata. Ludah yang


tetah dikeluarkan tak mungkin lagi dijilat kembali. Apalagi
sebagai anak buah Yap-goanswe yang amat teguh memegang
janji, maka penjilatan kata-kata bagi mereka adalah tabu!

Biarlah, kalau Yap-goanswe menghendaki kapal-kapal


perang itu dibakar, tentu ada tersembunyi suatu maksud di
balik perbuatan jenderal muda itu. Maka satu-satunya jalan
paling baik bagi mereka sekarang ini adalah menunggu.
Menunggu sampai habisnya kapal-kapal itu terbakar api yang
merajalela.

1169
Dan akhirnya, setelah keadaan ini berjalan hampir tiga
jam lebih, seluruh kapal perang itupun musnahlah. Yang
tinggal sekarang hanyalah sisa-sisa papan yang terapung-
apung lemah di atas air, tampak kelelahan. Dan semua mata
kini ditujukan ke arah Yap-goanswe yang berdiri tegak di atas
batu karang itu, pandangan mata yang penuh tuntutan untuk
segera memperoleh jawaban.

Bu Kong memutar tubuhnya, balas menyapu semua


orang yang berada di bawah dengan sinar matanya yang
seperti lampu sorot itu dan akhirnya dua bola mata naga ini
berhenti di depan Kok Hun, membuat panglima tinggi besar itu
tercekat dan surut selangkah tanpa dirasa. Kehebatan sinar
mata jenderal muda yang gagah perkasa ini benar-benar
mengerikan, membuat seram dan berdirinya bulu tengkuk,
seperti melihat mata seekor naga sakti sendiri.

Oleh sebab itu, Bu Kong melunakkan sinar matanya,


namun dengan suara keren dia mulai berkata, “Kok-ciangkun,
bukankah engkau sedang menunggu-nunggu jawaban dariku
tentang semua kejadian ini? Kenapa diam saja? Kalau mau
bicara, bicaralah....... keluarkan semua isi hatimu!”

Kok Hun menjadi berani mendengar perintah ini, maka


dia cepat memberi hormat sambil maju ke depan. “Goanswe,
karena aku khawatir salah bicara, maka terpaksa menutup
mulut. Sekarang karena engkau sendiri memberi ijin kepadaku
untuk melepaskan semua penasaran ini, maka legalah hatiku.
Hanya satu saja pertanyaan yang ingin kuajukan di sini, yakni

1170
atas dasar apakah engkau menyuruh bakar semua kapal-kapal
perang kita!”

Ucapan ini diserukan dengan suara lantang sehingga


semua orang dengar, dan Bu Kong melihat betapa semua
orang menganggukkan kepala tanda setuju dengan
pertanyaan panglima tinggi besar itu.

“Hemm, hanya inikah pertanyaanmu, Kok-ciangkun?


Tidak ada yang lain?”

“Tidak, goanswe. Hanya inilah pertanyaanku yang


agaknya juga merupakan pertanyaan bagi semua perajurit
kita. Jawaban dari pertanyaan ini akan mencakup semua tanda
tanya bagiku dan tentunya juga bagi semua orang!” Kok Hun
menjawab dengan suaranya yang nyaring dan kembali orang-
orang di bawah menganggukkan kepalanya.

“Hemm, baiklah....!” Bu Kong mengangkat tangan kirinya


dan tiba-tiba sinar matanya mencorong berkilauan, membalik
menghadapi sepuluh ribu pasukan yang berada di bawah,
kemudian dengan suaranya yang menggetarkan dinding
karang jenderal muda ini berseru, “Pasukanku yang gagah
perkasa. bukankah kalianpun mempunyai pertanyaan yang
sama dengan Kok-ciangkun tadi? Nah, karena aku harus segera
menjawab pertanyaan ini, sekarang kalian dengarlah........
dengarlah baik-baik!”

1171
Pemuda itu berhenti sejenak mengumpulkan semangat
dan semua orang melihat betapa tubuh pemuda itu tiba-tiba
bergetar aneh. Lalu, dengan seruannya yang penuh tenaga
sakti, jenderal muda ini melanjutkan.

“Pasukan Yueh yang gagah berani, sebenarnya jawaban


bagi kalian sudah terpampang jelas di depan mata. Akan
tetapi, karena kulihat kalian masih belum mengerti, maka
biarlah kuterangkan di sini. Pertama-tama, pembakaran kapal-
kapal itu sebenarnya bukan lain adalan demi semangat
perjuangan. Kalian dengar? Hal pertama adalah demi
semangat perjuangan! Mengapa kukatakan demi semangat
perjuangan? Kalian dengarkan saja dan nantipun kalian semua
akan mengerti. Ini adalah hal yang pertama. Sedangkan hal
yang kedua adalah untuk membuktikan apakah janji-janji
kalian bukan omong kosong belaka! Bagi seorang perajurit
yang siap tempur di medan laga, tekad yang bulat amat
diperlukan sekali karena dengan tekad inilah kita akan
memperoleh kemenangan. Dapat kalian bayangkan, kalau
seorang perajurit bilang putih di depan komandan padahal
ternyata hitam ketika berada di belakang komandan, maka hal
demikian membuktikan belum adanya keserasian yang
dibicarakan dengan kenyataannya. Oleh sebab itu, karena aku
tidak mau kalian bersikap demikian, maka sengaja kusudutkan
kalian pada keadaan yang seperti sekarang ini. Kalian sendiri
telah berjanji untuk siap mengorbankan harta dan nyawa,
maka musnahnya kapal-kapal itu seharusnya tidak membuat
kalian kecewa. Apalagi, kalianpun telah mengatakan siap
bertempur sampai titik darah terakhir! Nah, bukankah

1172
semuanya ini yang mendorong aku untuk melenyapkan kapal-
kapal perang itu? Bagi kita, kapal-kapal ini sudah tidak berguna
lagi dan layak dimusnahkan!”

“Ahh.......!” semua orang terkejut dan Kok Hun


mengeluarkan seruan keras. “Goanswe, siapa bilang kapal-
kapal itu sudah tidak berharga lagi buat kita? Kalau kita
terdesak, kita dapat menggunakannya sebagai jalan mundur!”

Seruan panglima tinggi besar ini terdengar penuh


penasaran dan orang-orang lainpun tampaknya sependapat
dengan ucapannya. Oleh sebab itu, di antara mereka segera
terdengar kata-kata membenarkan dan Bu Kong menjadi
merah mukanya.

“Kok-ciangkun!” jenderal muda ini membentak. “Kalau


setiap anak buahku berpikiran seperti engkau maka
kemenangan tidak bakal kita peroleh. Hal ini hanya
menunjukkan kelemahan hatimu yang tidak memiliki
semangat dan tekad yang bulat. Kalau belum bertempur sudah
merencanakan jalan mundur, patutkah perbuatan ini
dilakukan oleh seorang perajurit? Tidak! Yang ada di pikiran
kita hanyalah maju, maju dan menyerang! Kita tidak boleh
mundur, dan bagiku sendiri lebih baik hancur daripada
mundur.......!”

Hebat seruan Yap-goanswe itu, apalagi mukanya yang


merah serta sepasang matanya yang berapi-api itu. Semua

1173
orang terpengaruh oleh sikapnya dan Kok Hun sendiri terkejut
melihat kebenaran kata-kata yang diucapkan oleh jenderal
muda itu. Memang, kalau belum bertempur sudah terlebih
dahulu merencanakan jalan mundur, hal ini seolah-olah
membayangkan kegagalan mereka. Dan ini tentu saja sedikit
banyak memperlemah semangat. Padahal, bagi mereka
sekarang ini yang sedang berjuang untuk merebut kembali
kota raja dari tangan musuh, kelemahan semangat benar-
benar harus disingkirkan jauh-jauh. Kalau dia tadi membantah
dengan kata-katanya yang seperti itu, hal ini memang
menandakan berkurangnya semangat yang tidak disadari.

Oleh sebab itu, tentu saja panglima muda ini seperti


disiram air dingin dan cepat dia menekuk sebelah kakinya.
“Goanswe, mohon dimaafkan kalau aku hampir saja merusak
rencanamu. Sekarang tahulah aku mengapa engkau menyuruh
bakar kapal-kapal perang ini. Kiranya memang hendak
menyudutkan anak-anak buahmu ke satu jalan, yakni maju
dan menyerang!”

Bu Kong mereda kemarahannya dan melihat


pembantunya yang berwatak jujur ini mengakui kesalahannya,
dia menjadi terharu. “Kok-ciangkun bangunlah. Aku
menghargai sikapmu yang suka terus terang ini dan sedikit
kesalahan tadi tidaklah terlalu kupikirkan,” pemuda itu
mengangkat tangannya kanannya dan Kok Hun bangkit berdiri.

“Saudara-saudara sekalian,” demikian Bu Kong


melanjutkan. “Seperti yang kalian telah dengar dari Kok-

1174
ciangkun baru saja, aku memang sengaja menyudutkan kalian
semua dengan pembakaran kapal-kapal perang itu. Sekarang
kalian lihat, jalan mundur bagi kita ke Pulau Cemara sudah
tidak ada lagi. Yang ada sekarang ini hanyalah jalan ke depan,
jalan yang menuju ke tempat musuh. Dan inilah maksudku,
yakni menghapuskan jalan mundur agar kalian semua
mempunyai satu tekad yang bulat untuk maju menyerang.
Dengan demikian, yang ada di benak kita sekarang maju.......
maju dan menang! Pasukanku yang gagah perkasa bukankah
kalian ingin menang? Kalau kalian ingin menang, maka kalian
harus maju......... maju dan menyerang. Jangan pikirkan jalan
mundur karena kita lebih baik hancur daripada mundur!”

Kalimat terakhir diserukan dengan pekik menggeledek


dan Bu Kong mengangkat tinjunya ke atas, membuat selaksa
perajurit itu dihanguskan api semangat yang membakar dada.
Dan yang pertama-tama menyambut pekik jenderal muda ini
adalah Kok Hun. Panglima tinggi besar yang kini mengerti akan
maksud pemuda itu tiba-tiba berteriak dengan suaranya yang
nyaring.

“Goanswe. apa yang kau katakan memang benar. Jalan


mundur bagi kita sudah tertutup dan satu-satunya hasrat
hanyalah maju, maju dan menang! Hidup Yap-goanswe
pengatur siasat ulung.....!”

Pekik panglima muda ini segera menyadarkan Fan Li dan


dua orang temannya, dan mereka melihat bahwa Yap-
goanswe ternyata benar-benar merupakan pengatur siasat

1175
yang ulung. Sekarang mengertilah mereka apa yang dikandung
oleh jenderal muda itu. Kiranya memang benar demi
semangat perjuangan!

Memang, dengan jalan melenyapkan kapal-kapal perang


itu berarti Jenderal Yap telah menghapuskan jalan mundur.
Dengan demikian, jalan yang terpampang di hadapan mereka
sekarang ini hanyalah jalan ke depan, jalan maju karena jalan
mundur telah tidak ada lagi bagi mereka! Oleh sebab itu,
dengan siasatnya yang amat cerdik ini, Bu Kong telah
"memukul buntut mendorong kepala" terhadap anak-anak
buahnya. Dengan sendirinya, karena para perajurit itu sudah
tidak memiliki jalan mundur lagi, jadilah mereka orang-orang
"nekat" yang dipaksa keadaan. Sungguh luar biasa!

Mengerti sampai di sini, tiga orang panglima muda itu


menjadi kagum bukan main. Sekarang teringatlah oleh mereka
akan sebuah siasat perang yang dinamakan "menutup gua
menarik naga", yakni semacam siasat untuk menjebak
pasukan menjadi seperti "orang-orang gila". Hal ini mirip
membakar sarang ular di sebuah lubang yang mengakibatkan
binatang itu harus keluar. Maka tentu saja siasat "menutup
gua menarik naga" yang kini dilakukan oleh jenderal muda ini
dengan jalan membakar kapal-kapal perang pasukannya
benar-benar berhasil sekali. ibarat naga, perajurit Yueh
sekarang ini sudah tidak mempunyai rumah lagi, dan kalau
mereka menginginkan rumah tersebut, satu-satunya jalan
ialah harus menyerang habis-habisan bala tentara Wu yang
telah merebut kota raja!

1176
Sungguh menakjubkan !

Sejenak tiga orang panglima ini bengong, akan tetapi,


begitu Kok Hun berteriak dengan suaranya yang nyaring,
mereka sadar kembali dan serentak tiga orang rekan Kok-
ciangkun ini berseru memuji menirukan ucapan Kok Hun.
Maka segera susul-menyusullah teriakan-teriakan dari seluruh
pasukan itu dan bumi tergetar seakan dilanda gempa.

Pekik ”Hidup Yap-goanswe!” sebagai seruan kagum


membata-rubuh di tepi Laut Tung-hai ini dan Bu Kong
tersenyum dengan wajah berseri-seri. gembira melihat
usahanya berhasil dan dapat dimengerti oleh pasukannya.
Sekarang ringanlah hatinya dan jenderal muda itu tampak
puas, lalu melompat turun dari atas batu karang diikuti empat
orang pembantu utamanya.

Mulailah jenderal muda ini mengatur barisan,


menyisihkan barisan bertombak dari barisan bergolok, barisan
berpedang dari barisan trisula dan barisan berkuda dengan
barisan jalan kaki. Semuanya diatur sedemikian rupa untuk
membentuk formasi masing-masing dan setelah semuanya
beres, berangkatlah angkatan perang di bawah pimpinan
jenderal muda yang gagah perkasa itu menuju Koan-yang!

Inilah benteng pertahanan Wu-sam-tai-ciangkun yang


terlemah di sebelah timur, dan menurut penyelidikan yang
diperoleh, kota itu dipimpin o!eh dua orang, Perwira Oei

1177
bawahan Panglima Ok Ciat bernama Wang Chi serta Lauw Ik.
Dengan demikian, karena Koan-yang hanya dipimpin oleh
perwira rendahan yang tidak ternama, kota ini benar-benar
merupakan sasaran lunak bagi barisan jenderal muda itu.

Bu Kong sendiri menunggang kuda hitamnya yang tinggi


besar dan tahan bacokan senjata tajam itu duduk tegak
dengan sikap angker dan penuh wibawa di depan barisan,
sedangkan di belakangnya berkibar panji-panji angkatan
perang Yueh yang bergambar harimau menggigit belati.
Pasukan yang mengikuti di belakangnya terdiri dan enam deret
dan panjang pasukan ini hampir lima ribu meter. Sungguh
seperti seekor naga raksasa!

Dan di bagian paling belakang sendiri, di mana pedati-


pedati dan gerobak ransum berjalan sebuah bayangan putih
seperti iblis bergerak cepat mengikuti barisan besar ini.
Wajahnya tidak tampak, tertutup halimun seperti kabut dan
berkali-kali bayangan ini menggeleng-gelengkan kepalanya.
Siapakah dia? Para pembaca tentu sudah mengenalnya!

***

1178
Serangan besar-besaran yang dilakukan oleh murid
Malaikat Gurun Neraka ini memang benar-benar
menggegerkan sekali. Kota Koan-yang yang merjadi sasaran
pertamanya dalam missi perjuangannya itu ternyata
ditundukkan dalam waktu hanya satu malam saja. Sungguh
mengejutkan!

Dan hal ini tidak aneh kalau diingat bahwa dalam barisan
besar itu terdapat orang-orang kang-ouw yang membantu
jenderal besar itu, seperti Kim-sin Sian-jin, San Kok Tojin, Lek
Hui dan Yap-goanswe sendiri. Oleh sebab itu, ketika pada sore
harinya pasukan Yueh ini tiba di perbatasan Koan-yang, Bu
Kong menghentikan angkatan perangnya untuk beristirahat.
Sedangkan pemuda itu sendiri secara kilat mengadakan
pertemuan dengan tokoh-tokoh kang-ouw yang amat
mengagumi siasatnya untuk berunding.

Dan didapatlah suatu permufakatan untuk masuk ke


benteng Koan-yang secara diam-diam pada malam harinya.
Hal ini mudah mereka lakukan mengingat mereka adalah
orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi. Oleh sebab itu,
dengan gampang saja jenderal muda ini bersama tiga orang
uravg temannya, yaitu Ketua Kong-thong-pai Kim-sin Sian-jin
locianpwe, murid kepalanya San Kok Tojin serta Auw Lek Hui si
raksasa muda berkelebat melompati tembok kota dm mencari
sasarannya, yakni si pemimpin benteng, Perwira Oei dan
rekannya Perwira Lauw.

1179
Dan seperti yang mereka perhitungkan, di dalam kota ini
benar-benar tidak ada orang yang berarti bagi mereka. Oei-
ciangkun (Perwira Oei ditangkap Bu Kong sendiri di dalam
kamarnya ketika perwira itu sedang berpelukan dengan
selirnya! Sedangkan Perwira Lauw dibekuk Lek Hui yang
mencengkeram leher pembantu Wu-sam-tai-ciangkun itu
ketika perwira ini sedang bermain kartu dengan tiga orang
bawahannya!

Melihat bahwa dua orang pemimpin benteng ini bisanya


hanya melakukan perbuatan yang memalukan belaka, Lek Hui
yang gemas hampir saja membenturkan kepala Perwira Lauw
ke dinding rumahnya. Akan tetapi, untunglah, Yap-goanswe
yang tahu akan watak raksasa muda itu sudah cepat muncul
dan mencegah. Tawanan tidak boleh dibunuh, maka nyawa
Perwira Lauw selamat dari keganasan watak murid Pendekar
Kepala Batu itu.

Dengan ditangkapnya dua orang pemimpin benteng ini,


pekerjaan selanjutnya bagi mereka benar-benar mudah sekali.
Kim-sin Sian-jin dan San Kok Tojin yang mendapat tugas untuk
melumpuhkan penjaga-penjaga pintu gerbang di bagian Timur
kota juga telah menyelesaikan tugas mereka. Palang pintu
yang terbuat dari besi telah mereka buka dan begitu Yap-
goanswe muncul bersama tawanan-tawanannya, pasukan
Yueh yang telah diberi isyarat meluruk masuk seperti air bah.

Perajurit Wu-sam-tai-ciangkun yang ada di dalam kota


dan yang pada waktu itu sedang tertidur lelap kecuali para

1180
penjaga, terkejut bukan main oleh serangan mendadak ini.
Apalagi ketika dalam kekacauan ini Perwira Lei dan Perwira
Lauw tidak muncul-muncul, padahal keributan yang terjadi
cukup untuk mengejutkan orang mati!

Tentu saja pasukan Koan-yang kalang kabut. Karena


mereka sama sekali tidak mendengar berita bahwa angkatan
perang Yueh telah berada di depan mereka. maka serangan
tiba-tiba yang dilakukan serentak melalui pintu gerbang
sebelah Timur yang terpentang lebar-lebar itu benar-benar
membuat mereka kaget bukan main. Banyak di antara mereka
yang baru saja melompat bangun dari tidurnya, tahu-tahu
telah ditodong ujung tombak atau pedang!

Akibatnya, dalam waktu beberapa jam saja seluruh


pasukan musuh berhasil dilumpuhkan. Sebagian besar anak
buah Wu-sam-tai-ciangkun ini menyerah dan bagi mereka
yang mencoba melakukan perlawanan, dibunuh seketika itu
juga!

Hal ini mengakibatkan menciutnya nyali lawan dan dua


ribu orang dilucuti senjatanya. Hanya sedikit saja yang dapat
meloloskan diri dan mereka ini, terutama adalah orang-orang
yang berada di pintu gerbang sebelah Barat. Mereka segera
kabur ketika melihat ditangkapnya Perwira Oei dan Lauw oleh
bala tentara Yueh, apalagi ketika mereka melihat sendiri
adanya Yap-goanswe di tempat itu!

1181
Kenyataan ini benar-benar mengejutkan mereka dan
seperti melihat setan di malam hari, beberapa penjaga di
bagian barat kota itu lari terbirit-birit menyusup sana
menyimak sini menghindari pertemuannya dengan jenderal
besar itu maupun anak buahnya.

Karena Bu Kong maklum bahwa di antara musuh pasti


ada satu dua yang melarikan diri, jenderal muda ini tidak mau
bertindak lambat. Keesokan harinya dia sudah meninggalkan
Koan-yang bersama pasukannya langsung menuju ke kota raja
dari jurusan ini. Dia tidak ingin Wu-sam-tai-ciangkun sempat
menarik bala bantuan dari benteng-benteng pertahanan di
sebelah Utara, Selatan dan Barat.

Oleh sebab itu, gerakan kilat pemuda yang gagah


perkasa ini benar-benar tepat sekali. Tawanan di kota Koan-
yang dikurung. Mereka hanya dijaga oleh belasan perajurit
yang siap dengan anak panah berapi di tembok benteng.
Sekeliling kota penuh dengan minyak dan begitu tawanan
berani memberontak, anak-anak panah di ujung busur belasan
anak buah jenderal besar ini segera akan melesat ke tahang-
tahang minyak itu untuk membakar kota!

Tentu saja para tawanan tidak mampu berkutik.


Meskipun kini Yap-goanswe sudah tidak berada di tempat itu,
namun jenderal yang cerdik ini telah memasang siasatnya yang
lihai dengan menaruh beberapa orang anak buahnya di atas
tembok benteng. Segala gerak-gerik mereka akan ketahuan

1182
dan sedikit kecurigaan tampak di antara mereka, pasti belasan
orang penjaga tawanan ini akan membakar Koan-yang!

Diam-dam dua ribu orang ini mendongkol sekali dan di


dalam hati mereka mengumpat Yap-goanswe habis-habisan.
Namun, di samping itu, mau tak mau mereka harus memuji
kecerdikan jenderal ini dan mengakui ilmu perangnya yang
terkenal. Bayangkan saja, dua ribu tawanan ditinggal pergi
begitu saja untuk melanjutkan serangannya ke kota raja,
sementara orang-orang itu sendiri cukup diawasi oleh belasan
orang penjaga!

Kalau bukan seorang yang cerdas, agaknya bagi


panglima-panglima biasa sulit buat memikirkan sikap yang
harus diambil terhadap sekian banyaknya tawanan. Akan
tetapi, Yap-goanswe memang benar-benar orang istimewa.
Hanya dengan sedikit orang telah mampu membuat tidak
berkutiknya ribuan tawanan. Sungguh cerdik!

Sementara itu, gerak kilat yang dilakukan oleh jenderal


muda ini menemui puncaknya. Karena jalan dari timur sudah
"kosong" sebab Koan-yang telah dilumpuhkan, barisan besar
ini akhirnya tiba di kota raja!

Namun, tidak seperti Koan-yang yang gampang dibekuk


pemimpin-pemimpinnya, adalah di kota raja ini Bu Kong tidak
berani sembarangan. Di situ terdapat orang-orang lihai,
terutama Cheng-gan Sian-jin dan kawan-kawannya. Bahkan

1183
Wu-sam-tai-ciangkun sendiri juga bukan orang-orang lemah.
Masih teringat olehnya ketika Kok Hun dan rekan-rekannya
bertanding melawan tiga orang Panglima Wu itu, betapa
pembantu-pembantu utamanya ini terdesak dan kalau saja dia
tidak segera datang menolong, tentu para pembantunya ini
roboh di tangan Wu-sam-tai-ciangkun.

Oleh sebab itu, pemuda ini tidak mau bersikap ceroboh


dan untuk sementara dia mengurung kota raja dari segenap
penjuru. Semua pasukan menjadi tegang karena di tempat
inilah mereka akan menentukan keberhasilan atau
kegagalannya.

Akan tetapi, teringat betapa jalan mundur sudah


"dibuntu" oleh jenderal mereka, pasukan ini menindas
ketegangan mereka dan mengetrukkan gigi sambil mengepal
tinju. Teringat mereka akan ucapan Yap-goanswe di pantai
Tung-hai beberapa hari yang lalu, di mana pemuda itu
menyerukan bahwa mereka harus maju....... maju dan
menang!

Ucapan ini benar-benar membakar semangat dan


mereka lihat bahwa kata-kata jenderal muda itu memang
benar. Mereka harus maju.... maju dan maju terus! Sudah
tidak perlu lagi bagi mereka untuk menengok ke belakang.
Jalan di belakang sudah putus dan satu-satunya jalan yang
terbentang hanyalah jalan di depan ini. Oleh sebab itu, kenapa
pikir jalan mundur? Mundur berarti kalah, dan tentu saja
mereka tidak menghendaki hal ini!

1184
Yap-goanswe berada di samping mereka mengapa harus
kecil hati? Meskipun di tempat musuh terdapat manusia-
manusia iblis macam Cheng-gan Sian-jin, namun mereka
percaya bahwa Yap-goanswe yang tidak pernah kalah itupun
kali ini juga pasti menang!

Menang! Inilah harapan besar mereka. Dan seperti


ucapan Yap-goanswe sendiri, kalau mereka tidak dapat
menang biarlah hancur lebur bersama musuh. Hal ini jauh
lebih baik daripada mereka lari terbirit-birit seperti anjing
takut pentungan. Betapa berat penderitaan yang mereka rasa
ketika dahulu dikejar-kejar oleh pasukan Wu-sam-tai-ciangkun
itu. Ini semuanya telah mereka ketahui. Oleh sebab itu, sakit
hati ini hanya dapat dibayar impas dengan darah musuh yang
telah menceraiberaikan mereka, bahkan yang telah
memutuskan secara keji hubungan mereka dengan Yap-
goanswe.

Dendam dan kemarahan yang amat sangat ini


membangkitkan api semangat semua orang. Dengan adanya
dendam ini mereka segera melupakan ketegangan diri sendiri
dan dengan kepala dikedikkan serta mata bersinar-sinar
mereka siap untuk membalas semua kejahatan musuh,
terutama Wu-sam-tai-ciangkun dan Lie-thaikam, awal celaka
yang merupakan mendung gelap bagi Kerajaan Yueh ini.

Dan lain dengan yang dipikirkan oleh anak-anak buah


Yap-goanswe ini, adalah Wu-sam-tai-ciangkun seperti
disambar petir ketika mendengar berita mengejutkan tentang

1185
datangnya bala tentara Yueh yang kini sudah mengurung kota
raja itu! Peristiwa ini benar-benar membuat wajah mereka
pucat dan Panglima Kiang yang wataknya berangasan itu
menggebrak meja.

“Iblis! Bagaimana murid Malaikat Gurun Neraka itu


dapat kembali memimpin pasukan Yueh? Bukankah dia sudah
bersumpah untuk tidak berhubungan lagi dengan bekas anak-
anak buahnya? Ataukah pemuda itu sekarang berobah
menjadi manusia tidak tahu malu yang menjilat ludah
sendiri?”

Mata panglima tinggi besar ini melotot dan dua orang


rekannya yang lain saling pandang. Merekapun juga merasa
kaget mendengar berita bahwa Yap-goanswe kini telah
memimpin bekas pasukannya lagi, padahal pemuda itu sudah
mengeluarkan sumpah untuk tidak membantu Yueh. Apakah
sebenarnya yang terjadi di balik semua kejadian ini? Mereka
cukup mengenal watak jenderal muda yang gagah perkasa itu,
dan mereka tidak percaya bahwa pemuda itu akan menjilat
ludah sendiri seperti yang dikatakan Panglima Kiang.

Oleh sebab itu, Panglima Han yang biasanya agak


pendiam ini menarik napas panjang. “Ji-wi tai-ciangkun, aku
merasa bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di sini, maka kita
harus menenangkan pikiran dulu. Yap-goanswe adalan
jenderal yang cerdik, terbukti bahwa dia dapat mendatangi
kota raja dari arah timur yang merupakan tempat terlemah
bagi kita. Kuyakin bahwa Koan-yang yang menjadi benteng

1186
pertahanan kita di sana pasti telah dilumpuhkan pemuda ini.
Kalau tidak, masa dia dapat datang ke mari secara tiba-tiba?
Namun yang kuherankan, gerakannya yang demikian cepat
sehingga mendahului anak-anak buah kita di Koan-yang, ini
benar-benar luar biasa sekali. Apakah dua orang perwira kita
di sana beserta seluruh pasukannya telah binasa atau
tertangkap hidup-hidup oleh Yap-goanswe? Kenapa tidak
seorangpun penjaga dari benteng itu datang melapor?
Sungguh luar biasa, kalau tidak kita saksikan sendiri hal ini
agaknya sukar untuk dipercaya! Ok-ciangkun, bagaimana
kesimpulanmu?”

Panglima Ok mengerutkan alisnya sambil mengepal


tinju. Dengan mata bersinar marah orang tertua dari Wu-sam-
tai-ciangkun ini mendesis. “Apa yang dikatakan Han-ciangkun,
aku sependapat. Agaknya Perwira Oei dan Lauw, dua orang
manusia-manusia tolol itu mungkin sudah dibekuk Yap-
goanswe! Dan mengingat mereka hanya gentong-gentong nasi
tiada guna, maka tidak aneh kalau anak-anak buahnyapun juga
merupakan kerbau-kerbau dungu yang pantas disembelih.
Hmm, keadaan sudah begini macam. Musuh telah mengepung
kita dari segala penjuru dan memutuskan hubungan kita
dengan tiga buah benteng di Utara, Selatan dan Barat. Apalagi
yarg akan kita lakukan? Gempur saja monyet-monyet liar itu
dan adakan perang terbuka. Habis perkara.......!”

Mendengar ucapan ini, Panglima Han tampak kurang


setuju, akan tetapi, Panglima Kiang sebaliknya malah tertawa
bergelak. “Ha-ha, bagus. Apa yarg diusulkan rekan Ok sesuai

1187
dengan isi hatiku! Kita gempur saja cecunguk-cecunguk itu dan
basmi mereka sampai tuntas! Selama Yap-goanswe, masih
hidup, kita tentu akan dirongrong terus olehnya dan kalau
pemuda itu dapat kita binasakan, tentu halangan di masa
depan akan berkurang. Bukankah demikian, Han-ciangkun?”

Panglima tinggi besar itu menoleh ke sebelah kanannya,


namun, Panglima Han menggelengkan kepala. “Saudara Kiang,
kita tidak boleh ceroboh. Yap-goanswe sudah kita kenal
kelihaiannya dan kalau sekarang dia kembali maju setelah adu
domba kita dahulu gagal, pasti di balik kejadian ini ada sesuatu
yang luar biasa. Menurut pendapatku, kita harus.........”

Baru sampai di sini kalimatnya, Panglima Kiang sudah


menggoyang tangan dengan sikap tidak sabar dan memotong,
“Han-ciangkun, kalau kita tidak serang mereka yang kini
terang-terangan telah mengurung kita, hal ini akan
membanting nama Wu-sam-tai-ciangkun! Tidak. Kita tidak
perlu ragu-ragu lagi dalan hal ini. Kalau dulu sih kita memang
harus mawas diri karena kedudukan kita lemah. Akan tetapi,
sekarang Cheng-gan Sian-jin dan kawan-kawannya telah
membantu kita. Bahkan datuk itu telah diangkat sebagai koksu
oleh sri baginda. Takut apanya? Serang saja mereka dan sikat
sampai bersih!”

Ucapan yang penuh semangat ini tidak membuat hati


Panglima Han tersinggung. Dia memang tahu akan watak
berangasan dari rekannya itu, maka dia tidak marah. Namun,
karena dia merupakan orang yang selalu berhati-hati, maka

1188
biar bagaimanapun juga panglima ini membantah. “Kiang-
ciangkun, masalah serang sih memang tetap serang. Akan
tetapi, harus kita ingat bahwa sekali pintu gerbang kota raja
dibuka, kesempatan masuk bagi musuh-musuh kita berarti
tersedia. Dan hal inilah yang harus menjadi perhatian kita.
Bukannya aku takut, namun perobahan yang mendadak ini
tidak boleh membuat kita ceroboh. Kudengar dari pengawas-
pengawas di atas menara bahwa Yap-goanswe didampingi
oleh tokoh-tokoh kang-ouw, bahkan di antaranya tampak Kim-
sin Sian-jin dan seorang kakek nelayan yang dulu pernah
menyatroni istana. Kau tahu sendiri, kakek yang tidak kita
kenal itu juga bukan orang sembarangan dan menurut berita
dia adalah seorang sakti yang tinggal di Kepulauan Laut Tung-
hai. Meskipun di tempat kita banyak orang-orang pandai,
namun kita sesungguhnya belum mengenal kekuatan yang ada
di pihak jenderal muda itu!”

“Hemm, kalau begitu apa yang hendak kau lakukan?”


Panglima Kiang mengerutkan alisnya yang tebal dan wajahnya
tampak tidak puas. “Han-ciangkun, harap engkau tidak
mengecilkan hati kita. Sepandai-pandainya Yap-goanswe,
kukira masih tidak nempil melawan koksu! Meskipun bocah
ingusan itu dibantu Kim-sin Sian-jin dan lain-lainnya, aku yakin
bahwa mereka akan dapat kita robohkan! Bukankah demikian,
rekan Ok?”

Orang tertua Wu-sam-tai-ciangkun menganggukkan


kepalanya. “Apa yang dikatakan Kiang-ciangkun memang
benar, akan tetapi, ucapan Han-ciangkun juga kulihat tidak

1189
salah. Sebaiknya kita menggabungkan saja dua pikiran ini
menjadi satu dan hasilnya tentu bagus.....!”

Dua orang panglima itu saling pandang mendengar kata-


kata ini yang tidak mereka mengerti maksudnya, dan Panglima
Kiang berseru heran, “Apa? Digabungkan? Digabungkan
bagamana, Ok-ciangkun?”

Panglima tinggi kurus bermata sipit ini tersenyum cerdik.


Dia memang banyak akal dan biasanya dua orang rekannya itu
selalu tunduk dengan buah pikirannya. Maka kali inipun
dengan suara perlahan panglima itu berkata. “Saudara-
saudaraku, pendapat yang berbeda asal diketahui intinya pasti
menghasilkan kerja sama yang baik. Begitu pula dengan
pendapat-pendapat kalian tadi. kalau Kiang-ciangkun secara
aggresif hendak maju menggempur, adalah Han-ciangkun
yang menolak mundur. Kalau kalian sama-sama keras kepala,
bukankah yang akan rugi adalah kita sendiri? Tidak, sebaiknya
diambil jalan tengah yang memuaskan kedua belah pihak dan
kuyakin jalan itu kalian setuju. Dengarlah..........”

Ok-ciangkun berhenti sejenak dan setelah menarik napas


panjang satu kali, panglima yang licin itu melanjutkan dengan
hati-hati, “Han-ciangkun uraianmu tadi memang betul.
Bukannya aku takut, akan tetapi, kita memang harus selalu
berhati-hati. Serangan liar begitu saja dengan menyambut
pasukan pemuda itu dan membuka pintu gerbang seperti yang
diusulkan saudara Kuang memang tampaknya ceroboh sekali.
Kita belum tahu kekuatan-kekuatan tersembunyi apakah yang

1190
ada di tempat Yap-goanswe. Siapa tahu kalau Malaikat Gurun
Neraka berdiri di sana? Dengan demikian, pendekar sakti itu
pasti akan berhadapan dengan koksu kita dan hal ini berarti
membiarkan diri kita tak terlindungi. Kalau Cheng-gan Sian-jin
berhadapan dengan Malaikat Gurun Neraka, bukankah kita
bakal berhadapan dengan muridnya?”

Sampai di sini kembali Panglima Ok berhenti dan


Panglima Kiang terkejut. Sedetik mukanya menjadi pucat dan
diam-diam perasaannya terguncang hebat. Masih teringat di
benaknya pertandingan tiga lawan satu melawan jenderal
muda itu dan betapa pihak mereka hampir saja roboh binasa
di tangan pemuda yang memiliki kepandaian tinggi itu. Tadi
karena mengandalkan Cheng-gan Sian-jin sebagai lawan Yap-
goanswe, maka dia melupakan kemungkinan beradanya
Malaikat Gurun Neraka, tokoh menakutkan dari utara ini.

Kini, dengan suara serak dia lalu bertanya. “Hemm, kalau


begitu bagaimana menurut pendapat Ok-ciangkun? Kita diam
saja dan akhirnya menyerah?”

Panglima tinggi kurus itu tersenyum lebar. Hampir dia


tertawa melihat muka masam Panglima Kiang ini, namun,
karena dia khawatir orang tersinggung, dia hanya berdehem
saja. “Kiang-ciangkun, jangan putus asa. Bukannya aku
membenarkan Han-ciangkun dan menyalahkan engkau, akan
tetapi, sebaliknya. Usulmu bagus, dan ini memang perlu untuk
mengobarkan semangat kita. Namun, semua itu harus kita
terapkan dalam suasana yang tepat. Kalau tadi aku seolah-olah

1191
mendukung Han-ciangkun, kini tiba saatnya aku mendukung
pendapatmu. Akan tetapi, ingat, kita tidak boleh ceroboh dan
jalan tengah bagi kita sekarang ini adalah dengan melancarkan
siasat "mengutus umpan memancing ikan besar".......”

Panglima itu berhenti bicara dan kini dua orang


temannya melengak.

“Apa, Saudara Ok? Mengutus umpan memancing ikan


besar?” Panglima Han tak dapat menahan keheranannya dan
berseru sambil mengangkat alisnya.

Panglima Ok menganggukkan kepalanya. “Begitulah!”


jawabnya sambil tersenyum. “Kita memang harus
menggunakan siasat "mengutus umpan memancing ikan
besar" ini.”

Karena panglima tinggi kurus itu dua kali sudah bicara


tentang "mengutus umpan memancing ikan besar" tanpa
memberitahukan maksudnya, Panglima Kiang menjadi
penasaran sekan. “Ok-ciangkun!” serunya. “Harap engkau
tidak main teka-teki lagi! Aku menjadi tidak sabar mendengar
kata-katamu ini dan coba jelaskan pada kami, apakah itu
"mengutus umpan memancing ikan besar"?”

Ok-ciangkun tersenyum geli namun, segera dia menarik


muka sungguh-sungguh sambil memandang dua orang
rekannya ini. “Ji-wi tai-ciangkun, harap kalian dengar baik-baik

1192
apa yang kumaksudkan dengan siasat itu. Arti yang
terkandung dalam kalimat ini sebenarnya bukan lain adalah
mengutus seorang duta ke perkemahan Yap-goanswe! Nah,
mengertikah kalian? Duta yang akan kita utus ini menbawa
dua tugas. Pertama, menyelidiki orang-orang kuat siapakah
yang membantu jenderal muda itu, sedangkan yang kedua
mengambil tindakan tepat sesuai dengan kondisi yang ada.
Kalau misalnya di sana terdapat Malaikat Gurun Neraka,
umpamanya, maka kita memikirkan langkah berikutnya
dengan seksama. Akan tetapi, kalau tidak ada pendekar sakti
itu, duta kita boleh membunuh Yap-goanswe secara diam-
diam! Nah, bukankah ini akal bagus yang berarti sekali tepuk
dua lalat tercakup? Dan kalian tentu lahu siapa orangnya yang
paling cocok untuk melakukan pekerjaan sebagai duta ini.
Benar, dia bukan lain adalah koksu sendiri! Seorang duta
berarti utusan yang terlindung, maka meskipun di sana ada
Malaikat Gurun Neraka sekalipun tentu mereka tidak akan
mengganggu koksu. Akan tetapi, kalau tidak ada pendekar
sakti itu dan koksu rasa mampu untuk membunuh Yap-
goanswe, maka boleh saja hal ini dilakukan. Ha-ha-ha....!
Hendak kita lihat kalau jenderal muda itu mampus, apakah
yang akan dapat dilakukan anak buahnya?”

Panglima Ok tertawa keras dan dua orang rekannya


memandang dengan wajah berseri. Memang apa yang
diusulkan oleh "kakak" mereka ini baik sekali. Di samping
dapat menyelidiki kekuatan musuh, juga ada kemungkinan
untuk membunuh Yap-goanswe apabila jenderal muda itu
tidak dikelilingi tokoh-tokoh sakti.

1193
Maka Panglima Kiang tak dapat menahan kegembiraan
hatinya lagi dan diapun tertawa bergelak. Jalan tengah yang
diambil Ok-ciangkun ini memang benar-benar memuaskan
pihak panglima tinggi besar itu dan Panglima Han. Kalau
Panglima Han puas karena sikap kehati-hatiannya tidak
disepelekan, adalah Panglima Kiang juga puas karena
wataknya yang suka menyerang itupun diperhatikan oleh Ok-
ciangkun. Masalah curang atau tidak perbuatan mereka inilah
hal yang tidak begitu penting. Yang mereka perlukan adalah
secepatnya menghancurkan musuh. Sopan santun perang bagi
mereka adalah kedok belaka! Pokoknya yang penting ialah
membunuh Yap-goanswe. Jenderal muda itu terlalu
menakutkan bagi mereka. Maka, mumpung ada Cheng-gan
Sian-jin di situ, mereka dapat meminjam tangan koksu ini
untuk membereskan pemuda itu.

Demikianlah, karena telah mendapat kata sepakat, tiga


orang ini lalu makan minum di meja perjamuan sambil
tertawa-tawa, tidak menghiraukan para pengawal yang
terheran-heran melihat ulah mereka. Musuh berat sedang siap
di luar kota raja, bagaimana tiga orang panglima besar itu
bersikap enak-enakan begini?

Karena semuanya mereka anggap cocok, Wu-sam-tai-


ciangkun segera melaporkan rencananya ke hadapan Raja
Muda Kung Cu Kwang setelah mereka menyelesaikan
perjamuan. Mereka tidak berani begitu saja memerintahkan
Cheng-gan Sian-jin untuk menjadi duta, karena kedudukan
koksu itu tidak berada di sebelah bawah mereka.

1194
Oleh sebab itu, hanya sri baginda sajalah yang memiliki
kekuasaan untuk memerintah koksu. Dan begitulah, Cheng-
gan Sian-jin kemudian dipanggil oleh raja untuk menjalani
tugas ini pada keesokan harinya, sama sekali tidak mengira
bahwa sebelum rencana ini dllaporkan oleh Wu-sam-tai-
ciangkun, Cheng-gan Sian-jin diam-diam telah mendengar
pembicaraan tiga orang panglima itu!

Tentu saja hal ini di luar dugaan semua orang. Mereka


tidak tahu betapa iblis itu diam-diam tertawa bergelak dan
timbullah akalnya yang keji. Seperti pernah disinggung sedikit
dalam jilid yang lalu, sebenarnya datuk ini mempunyai rencana
umuk menjadi raja-diraja bagi seluruh Bangsa Tiongkok. Untuk
itu, dia telah menyiapkan bangsnya sendiri, yakni Bangsa Arya
secara diam-diam di luar tembok besar.

Oleh sebab itu, perintah Raja Muda Kung Cu Kwang


untuk mengutusnya sebagai duta ini sungguh merupakan
kesempatan emas bagi dirinya. Yap-goanswe adalah jenderal
muda yang amat lihai dan cerdik. Bukti bala tentaranya yang
tiba-tiba saja meluruk ke kota raja ini diam-diam
mengagumkan hatinya. Dan pemuda-pemuda seperti itulah
yang dicari untuk memimpin gerakannya kelak. Maka, kalau
nanti dia dapat membujuk pemuda itu untuk bekerja sama
dengan dia sebagai musuh dalam selimut bagi Wu, tentu
kehancuran pasukan Wu-sam-tai-ciangkun tidak akan lama
lagi!

1195
Akal bagusnya ini segera dibicarakan dengan muridnya
yang disayang dan beberapa orang lainnya lagi yang
merupakan orang-orang kepercayaannya dan semua orang
menjadi girang bukan main. Terutama Lie Lan si gadis jelita
yang wajahnya agak kusut itu.

Dengan muka gembira dan mata bersinar, gadis ini


berkata, “Suhu, kalau usaha kita ini berhasil, sungguh kau
merupakan orang bijaksana bagiku! Kelak, sebagai pembalas
budi ini, aku akan menghadiahkan sesuatu yang istimewa
kepadamu, percayalah.......!”

Cheng-gan Sian-jin memandang muridnya itu dan


mendengus. “Huh, hadiah istimewa apa? Dengan perutmu
yang mulai membesar begini, apa yang dapat kau berikan
kepadaku? Tidak, aku sudah tidak ingin apa-apa lagi darimu,
kecuali anakmu ini kelak untuk menjadi cucu muridku!”

Lie Lan menjadi merah mukanya dan semua orang


terbelalak. Ucapan blak-blakan yang dikatakan Cheng-gan
Sian-jin ini otomatis membuat semua yang hadir memandang
perut gadis itu dan mata mereka yang tajam ini memang
melihat sesuatu perobahan di dalam diri gadis itu. Dan baru
sekaranglah mereka tahu bahwa gadis ini hamil!

Tentu saja mereka terkejut, akan tetapi, hanya sekejap


saja. Bagi orang-orang sesat begini, berita tentang hamilnya
murid datuk mereka adalah hal biasa, seperti juga kalau

1196
mereka melihat orang makan nasi. Maka merekapun bersikap
acuh dan hanya di dalam hati mereka ini tertawa geli. Gadis ini
bermain cinta dengan setiap laki-laki, bahkan sudah tidak
menjadi rahasia lagi bagi mereka kalau gadis itu ini juga
menjadi kekasih gurunya. Oleh sebab itu, mereka menjadi geli
memikirkan anak siapakah sebenarnya yang dikandung murid
Cheng-gan Sian-jin ini.

Dan hanya gadis ini sendirilah yang tahu bahwa calon


bayi di dalam perut sebenarnya adalah keturunan Yap-
goanswe! Kalau tidak, tentu gadis itu sudah menggugurkan
kandungannya. Dan hal ini diketahui baik oleh guru dan murid
itu karena semenjak Lie Lan meminumkan Arak Sorga kepada
Bu Kong, gadis ini tidak pernah lagi memuaskan nafsu
berahinya dengan orang lain. Bahkan gurunyapun ditolak
setelah dia merasa adanya perobahan di dalam perutnya itu!

“Suhu, maaf. Bukannya aku tidak cinta kepadamu, akan


tetapi jabang bayi ini harus kita pelihara. Ingat, dia adalah
keturunan Yap-goanewe, pemuda gagah perkasa yang amat
mengagumkan itu! Maka harap suhu bersabar sampai kelak
dia menjadi besar. Tidak dapat memiliki ayahnya biarlah
memiliki keturunannya. Bukankah hal ini sama saja?” demikian
gadis itu berkata.

Cheng-gan Sian-jin melotot kecewa. “Huh, sama apanya?


Bagaimana kalau dia perempuan?” kakek itu bersungut-
sungut. “Kalau dia perempuan berarti dia tidak sama seperti
ayahnya, melainkan sama seperti dirimu. Dan untuk ini kelak

1197
kau harus menyerahkan anakmu itu kepadaku sebagai
pengganti dirimu!”

Lie Lan terkejut dan mukanya berobah pucat. Akan


tetapi, gurunya ini telah keluar tanpa banyak bicara lagi
dengan wajah uring-uringan. Diam-diam hatinya tergetar dan
timbul perasaan cemasnya. Kalau sampai anaknya perempuan
..... ahh! Gadis itu merasa ngeri dan tiba-tiba timbul pikiran
kejinya. Kalau sampai ia melahirkan anak perempuan,
tekadnya sudah bulat untuk membunuh bayi itu daripada
kelak menjadi permainan gurunya!

Oleh sebab itu, gadis ini menjadi tenang dan diam-diam


dia berharap mudah-mudahan bayi di dalam perutnya itu laki-
laki, seperti ayahnya..... seperti Yap-goanswe! Membayangkan
pemuda itu membuat Lie Lan tiba-tiba mengeluh. Betapa perih
hatinya, betapa luka perasaannya teringat kepada jenderal
muda itu. Diam-diam gadis ini harus mengakui bahwa
kekejaman-kekejaman yang dilakukannya selama ini
sebenarnya terdorong oleh kekecewaan serta sakit hatinya
terhadap pemuda itu. Kalau saja Yap-goanswe mau
melunakkan sikapnya...... kalau saja pemuda tampan itu mau
membalas cinta kasihnya....... ahh, betapa bahagia rasanya
hidup!

Akan tetapi, ini hanya angan-angan kosong belaka dan


Lie Lan membanting dirinya di atas tempat tidur sambil
menangis penuh kekecewaan dengan hati seperti disayat-
sayat.

1198
Sementara itu, pada keesokan harinya, sesuai yang telah
direncanakan pihak istana, Cheng-gan Sian-jin bersama
beberapa pengikut kepercayaannya keluar dari pintu gerbang
utara menuju ke kemah Yap-goanswe sebagai duta!

Datuk sesat ini, seperti biasa, mengenakan jubah


kuningnya yang longgar, sementara tangan kanannya yang
setia, yakni Hek-mo-ko, berjalan mengikutinya di belakang
dengan matanya yang selalu melotot itu. Rombongan ini
terdiri dari tiga orang, karena selain Cheng-gan Sian-jin, dan
Hek-mo-ko, orang ketiga adalah seorang pemuda tampan yang
memiliki sinar mata tajam. Dia bukanlah Kui Lun, karena
meskipun Lui Lun juga mempunyai sinar mata tajam, akan
tetapi, Kui Lun tidaklah memiliki kilatan aneh yang
tersembunyi seperti pemuda di belakang Cheng-gan Sian-jin
ini.

Kalau begitu, siapakah pemuda yang agaknya belum


banyak dikenal orang ini? Dia bukan lain adalah Pouw Kwi! Ya,
inilah pemuda setan yang memfitnah jenderal muda itu, murid
mendiang Ang-i Lo-mo yang pandai ilmu sihir!

Dengan amat beraninya pemuda ini ikut koksu sebagai


duta, bahkan dialah yang bertugas membawa bendera putih
lambang perdamaian. Sungguh pemuda bernyali naga! Akan
tetapi, kalau kita lihat keadaannya, memang tidaklah terlalu
berlebih-lebihan jika pemuda itu berani datang karena diapun
termasuk rombongan duta. Seperti diketahui, utusan sama
sekali tidak boleh diganggu dan semua orangpun mengetahui

1199
peraturan 'internasional' ini. Itulah sebabnya Pouw Kwi berani
datang karena dia yakin bahwa Yap-goanswe dan teman-
temannya belum mengenal siapa dirinya. Dan kini sebagai
pengiring yang tidak begitu menonjol keadaannya, pemuda itu
dapat berjalan dengan mulut tersenyum-senyum.

Bu Kong sendiri terkejut ketika melihat pintu gerbang


kota raja terbuka disusul munculnya tiga orang ini. Dari jauh
dia sudah mengenal Cheng-gan Sian-jin yang rambutnya
kemerahan dan tinggi besar itu serta Hek-mo-ko yang hitam
legam. Hanya orang ketiga dia tidak kenal dan karena orang
terakhir ini tampaknya tidak begitu penting, maka diapun tidak
memperhatikan lebih lanjut.

Segera pemuda ini menyambut di kemah pusat, di mana


tokoh-tokoh kang-ouw juga hadir. Tampak di situ Kakek Phoa
dari Pulau Cemara yang diam-diam berdebar hatinya, lalu Kim-
sin Sian-jin yang merah mukanya serta memandang Cheng-gan
Sian-jin dengan mata berapi-api, kemudian Lek Hui dan tokoh-
tokoh lain yang semuanya memandang datuk sesat itu dengan
muka keras.

Akan tetapi, kalau orang-orang ini bersikap tegang


adalah Cheng-gan Sian-jin sendiri terkekeh-kekeh. Dengan kaki
kirinya yang terpincang-pincang karena remuk dipukul
Malaikat Gurun Neraka dahulu, datuk sesat ini memasuki
kemah musuh dengan wajah berseri dan mata berkilat-kilat.

1200
Semua orang menyibak mundur melihat kedatangan
duta yang merupakan datuk iblis ini, dan Cheng-gan Sian-jin
segera berhenti di tengah ruangan dengan pandangan kagum
ke arah jenderal muda yang duduk dengan sikap angker di atas
kursi gading berlapis beludru. Tidak tampak adanya Malaikat
Gurun Neraka di tempat itu, dan diam-diam kakek ini menjadi
girang.

Bu Kong sendiri sudah menyapu rombongan duta yang


dipimpin oleh datuk sesat itu dengan sinar mata tajam, dan
akhirnya pemuda ini beradu pandang dengan Cheng-gan Sian-
jin.

Kakek tinggi besar ini terkejut ketika tiba-tiba dari


sepasang mata Yap-goanswe muncul sinar berkilauan yang
melebihi pedang mustika tajamnya, dan alis yang tadi tenang
itu kini terangkat naik. Tampak betapa jenderal muda yang
gagah perkasa ini sedang menahan perasaan gusarnya melihat
musuh besar yang amat dibencinya ini, namun, karena Cheng-
gan Sian-jin datang sebagai duta sebuah kerajaan, maka
terpaksa pemuda ini menahan diri.

Sejenak dua pasang mata ini saling beradu, yang satu


bersorot kehijauan sedangkan yang lain mencorong seperti
mata seekor naga yang diganggu tidurnya. Cheng-gan Sian-jin
berdebar jantungnya ketika terasa hawa dingin yang
menyeramkan timbul dari sepasang mata pemuda ini,
menembus dan langsung menusuk tajam sinar matanya
sendiri. Akan tetapi, karena kedatangannya ini membawa

1201
maksud ”baik”, yakni ingin mengajak pemuda itu bekerja sama
sebagai sekutu, maka kakek ini tiba-tiba tertawa bergelak dan
mengelakkan segala macam bentuk kekerasan yang hendak
timbul. Sambil merangkapkan kedua tangannya di depan dada
memberi hormat, Cheng-gan Sian-jin menjura, “Yap-goanswe,
selamat bertemu dan puji terhadap segala dewa bahwa
engkau sampai sekarang masih segar-bugar. Sungguh hal tm
amat mengagumkan hatiku dan membuktikan bahwa nama
Yap-goanswe murid Malaikat Gurun Neraka bukanlah nama
kosong belaka! Hebat......... aku tua bangka ini benar-benar
kagum sekali. Ha-ha-ha.......!”

Kakek itu membungkukkan tubuhnya sambil


mengeluarkan pujian, namun, Bu Kong sendiri mendengus.
“Cheng-gan Sian-jin, perhitungan pribadi di antara kita
belumlah lunas. Apakah engkau hendak mengulang meracuni
diriku? Mengingat engkau datang sebagai utusan, baiklah
urusan ini kita tunda. Sekarang apakah maksudmu datang ke
mari? Hendak menyerahkan kepala Wu-sam-tai-ciangkun?”

Pertanyaan ini sebenarnya bernada ejekan, yang


maksudnya hendak merendahkan Wu-sam-tai-ciangkun dan
Cheng-gan Sian-jin. Tidak tahunya, kakek iblis itu malah
tertawa terbahak-bahak dan matanya berseri gembira. “Ha ha,
kalau goanswe benar-benar membutuhkan kepala tiga keledai
tolol itu, apa sukarnya? Kalau goanswe menghendaki, agaknya
aku tua bangka ini akan dapat mempersembahkannya
kepadamu dalam hari ini juga. Akan tetapi, apakah goanswe

1202
bersungguh-sungguh? Kalau benar, rupanya kedatanganku ke
mari tidaklah sia-sia. Ha-ha-ha........!”

Cheng-gan Sian-jin kembali tertawa bergelak dan semua


orang terkejut. Seperti diketahui, datuk ini datang sebagai
wakil atau utusan Wu-sam-tai-ciangkun melalui Sri Baginda
Kung Cu Kwang. Bagaimana sekarang dapat mengeluarkan
ucapan seperti itu? Kalau tiga orang Panglima Wu mendengar
kata-kata ini, biar bagaimanapun juga mereka pasti naik darah.

Namun, karena orang orang di situ cukup maklum


bahwa kakek ini memang rajanya iblis yang banyak akal, maka
merekapun sama menganggap bahwa ucapan Cheng-gan Sian-
jin tadi hanyalah siasat iblis belaka. Dengan datangnya kakek
ini sebagai duta, tentu ada tersembunyi sesuatu maksud yang
belum mereka ketahui. Oleh sebab itu, orang-orang inipun
memasukkan ucapan tadi dalam telinga kiri dan
mengeluarkannya melalui telinga kanan.

Akan tetapi, tidak demikian halnya bagi Bu Kong. Sebagai


jenderal muda yang banyak pengalaman, pemuda ini dapat
menangkap kesungguhan kata-kata datuk sesat itu, maka
tentu saja jenderal ini terkejut. Hanya bedanya, kalau orang
lain terkejut mendengar caci-maki terhadap Wu-sam-tai-
ciangkun yang bisa dibilang sekutu kakek itu, adalah Bu Kong
terkejut karena dapat merasakan adanya gejala yang tidak
beres dalam sikap datuk sesat ini.

1203
Oleh sebab itu, karena menganggap Cheng-gan Sian-jin
hendak main gila. Bu Kong segera mengedikkan kepalanya dan
dengan suara dingin dia membentak, “Cheng-gan Sian-jin,
tidak perlu kau main pat-pat-gulipat! Sebagai utusan yang
kuhargai kedudukannya, sekarang bicarakan keperluan
junjunganmu. Kalau dapat kuterima, mungkin kalian semua
akan selamat. Tetapi kalau tidak, hemm........ agaknya nasib
kalian memang buruk!”

Bentakan ini menggetarkan dinding ruangan dan Cheng-


gan Sian-jin sendiri tiba-tiba melotot, “Yap-goanswe.......!”
kakek itu berseru. “Apakah kau kira aku main-main? Aha,
jenderal muda yang bodoh, kali ini perhitunganmu meleset.
Siapa diperintah siapa? Aku datang atas nama diriku sendiri,
atas nama seluruh suku bangsaku yang gagah perkasa di luar
Tembok Besar!”

Ucapan ini mengejutkan semua orang yang ada di


tempat itu dan mereka melihat betapa Cheng-gan Sian-jin
tiba-tiba berdiri dengan sikap angker, memandang Yap-
goanswe dengan muka marah, tampak penuh penasaran.
Tentu saja hati semua orang terguncang dan sekarang mereka
dapat merasakan bahwa kakek iblis ini memang tidak main-
main. Dan teringatlah mereka akan darah campuran yang
mengalir di dalam tubuh kakek itu, yakni darah Suku Arya dan
Suku Han. Maka kalau kini Cheng-gan Sian-jin berkata tentang
suku bangsanya di luar Tembok Besar, tahulah mereka suku
bangsa apa yang dimaksudkan oleh kakek itu. Tentu suku
bangsa Arya yang mash setengah buas dan biadab itu!

1204
Maka, segera terdengar seruan tertahan di sana-sini dan
mata para pembantu Yap-goanswe terbelalak memandang
Cheng-gan Sian-jin yang matanya mendadak berkilat aneh
penuh sihir.

Bu Kong sendiri juga sempat dibuat terkejut sekali oleh


kata-kata itu, dan sejenak pemuda ini tertegun. Namun, ketika
tiba-tiba dia diserang pengaruh aneh yang keluar dari mata
datuk sesat itu, pemuda ini cepat menjadi sadar. Dengan muka
merah dan tinju terkepal murid Takla Sin-jin ini menghardik.
“Cheng-gan Sian-jin, hentikan semua kecuranganmu ini! Kalau
tidak, jangan salahkan aku kalau akan menganggapmu sebagai
seorang pengacau......!”

Sambil bicara pemuda itu mengebutkan lengan bajunya


dan segera hawa panas menyambar muka datuk sesat ini.
Cheng-gan Sian-jin terkejut melihat pemuda yang dipengaruhi
dengan ilmu sihirnya itu ternyata sama sekali tidak apa-apa,
bahkan mengetahui akan kecurangannya ini. Tentu saja dia
merasa kaget, dan lebih kaget lagi kakek itu ketika dari
kebutan yang tampaknya sembarangan ini meluncur pukulan
tajam berhawa panas yang menyambar sepasang matanya!

“Ahh.......!” kakek ini mengeluarkan seruan tertahan dan


karena dia masih merasa heran dan penasaran, maka kakek itu
cepat menggoyangkan kedua tangannya sambil berseru
seperti orang membela diri, “Goanswe, kau salah paham. Aku
datang memang benar-benar sebagai pemimpin suku
bangsaku yang hendak mengulurkan tangan bekerja sama

1205
denganmu. Kenapa disebut pengacau? Tidak, aku bahkan ingin
menjadi sekutumu dan dari dalam aku dapat menghancurkan
Wu-sam-tai-ciangkun bersama anak buahnya. Bukankah ini
bagus sekali?”

Mulut bicara begitu akan tetapi kedua tangan yang


digoyang-goyang ini sebenarnya sedang mengerahkan tenaga
sakti untuk menangkis kebutan Yap-goanswe. Dan di dalam
hati, kakek ini sudah siap untuk kemben melancarkan Sin-gan-
i-hun-to-nya kepada jenderal muda ini apabila tangkisannya
berhasil mendorong balik pukulan lawan.

Akan tetapi, sungguh tak diduga, Cheng-gan Sian-jin yang


menganggap Bu Kong masih seperti dua bulan yang lalu dan
agak merendahkan pemuda ini mengingat tenaga saktinya
sendiri dua tingkat lebih unggul, sekarang tiba-tiba saja
terbelalak dengan hati terkesiap. Tangkisan diam-diam yang
dimaksudkan kakek itu untuk membalik pukulan tak terlihat
yang dilancarkan jenderal muda itu, kini tiba-tiba bertemu
batunya. Cheng-gan Sian-jin melihat betapa Yap-goanswe
tersenyum dingin dan begitu pemuda ini mendengus sambil
mengebutkan kedua lengannya berbareng, dua tenaga raksasa
bertemu di udara.

“Dukk.......!” perlahan saja benturan ini, dan hampir tidak


ada suara terdengar. Namun, bagi Cheng-gan Sian-jin,
pertemuan dua tenaga sakti itu sama sekali tidaklah
"perlahan"! Kakek ini merasa betapa hawa pukulannya sendiri
membalik dan buyar berantakan, sementara serangan yang

1206
dilancarkan murid Malaikat Gurun Neraka itu terus
menghantam dadanya.

“Plukk!” Cheng gan Sian-jin mengeluarkan seruan


tertahan dan tubuhnya terpelanting tiga tombak! Iblis tua ini
terkejut bukan main dan sambil berteriak pendek kakek itu
berjungkir balik tiga kali di udara dan akhirnya berdiri dengan
mata melotot seperti orang melihat setan di siang bolong.

Keadaan segera menjadi geger. Kim-sin Sian-jin yang


memang amat membenci datuk sesat ini sampai ke tulang
sumsum, sudah mencabut pedangnya melihat kakek iblis itu
menyerang Yap-goanswe. Begitu pula halnya dengan yang
lain. Setelah sekarang mereka mengerti bahwa tadi secara
diam-diam Cheng-gan Sian-jin melancarkan serangan kepada
pemuda itu, orang-orang inipun menjadi marah dan serentak
mengeluarkan senjata masing-masing. Bahkan Kim-sin Sian-jin
sendiri sudah melompat maju sambil membentak nyaring.
“Iblis tua bangka, berani kau melanggar peraturan sebagai
duta? Keparat, kalau begitu kau memang pantas
dibunuh..........!”

Dan bekas Ketua Kong-thong-pai ini sudah


menggerakkan pedangnya membacok kepala Cheng-gan Sian-
jin yang masih terbelalak ke arah Bu Kong. Serangan ini cepat.
lagi dahsyat bukan main karena didorong oleh api kebencian
yang meluap-luap. Apalagi dilakukan oleh Kong-thong-pancu
(Ketua Partai Kong-thong) sendiri, maka hebatnya sukar
dibayangkan semua orang.

1207
Sementara itu, Cheng-gan Sian-jin sendiri masih bengong
dan hampir tidak percaya akan apa yang baru saja dialaminya
ini, dan kakek itu seolah-olah tidak sadar akan datangnya
pedang bekas Ketua Kong-thong yang mengancam
tengkuknya. Bahkan angin dingin yang mendesing tajam dari
suara pedang itupun seakan-akan tidak didengarnya. Maka,
ketika senjata di tangan Kim-sin Sian-jin tiba, datuk sesat ini
sudah tidak sempat lagi mengelak dan diapun tampaknya juga
memang tidak ada niat mengelak.

“Takkk.......!” pedang itu tepat mengenai sasarannya dan


orang-orang yang hadir sudah siap untuk melihat kepala
Cheng-gan Sian-jin mental. Namun, alangkah kagetnya hati
semua orarg ketika melihat kenyataan yang justeru malah
sebaliknya, karena bukan kepala tokoh iblis itu yang mental,
melainkan pedang di tangan Kim-sin Sian-jin sendiri!

“Ahh...!” orang-orang ini mengeluarkan teriakan kaget


dan datuk sesat itu menggereng. Rupanya, setelah dirinya
dibacok pedang ini Cheng-gan Sian-jin baru sadar akan apa
yang terjadi. Tentu saja dia marah dan kakek itu cepat
membalikkan tubuh dengan mata menyeramkan.

“Kim-sin Sian-jin, beginikah laku seorang ketua partai


yang dinyatakan gagah perkasa dan disebut sebagai golongan
pek-to (putih)?” datuk sesat itu membentak dengan mata
berkilat-kilat. “Kalau kau termasuk golongan hitam aku tidak
merasa heran. Akan tetapi, kau sendiri menyebut diri sebagai
musuh golongan hitam, kenapa dapat melakukan perbuatan

1208
hina ini? Cuhh, kalau kau tidak membeset kulit mukamu itu
lebih baik membunuh diri saja!”

Ucapan ini membuat wajah bekas Ketua Kong-thong-pai


ini merah padam. Memang, tadinya dia tidak mengira kalau
lawannya mandah diserang begitu saja karena agaknya Cheng-
gan Sian-jin masih dikuasai rasa bengongnya. Oleh sebab itu,
dilihat sepintas lalu dia memang dapat dikatakan curang.
Namun, bukankah dia tadi sudah memberikan aba-aba berupa
bentakan?

Oleh sebab itu, kakek inipun tidak mau kalah dan dengan
sinar mata berapi-api diapun menjawab nyaring. “Cheng-gan
Sian-jin, adalah kau sendiri yang tuli tidak mendengar
peringatanku. Kenapa hendak menyalahkan orang lain? Kalau
kau memang jantan sejati, hayo majulah, terima pembalasan
dendamku yang bertumpuk-tumpuk setinggi langit!”

Cheng-gan Sian-jin tertawa aneh, sinar matanya


mencorong berpengaruh ketika memandang Kim-sin Sian-jin
yang diam-diam membuat hatinya marah. Meskipun di tempat
itu banyak orang, namun, kakek ini sama sekali tidak merasa
gentar. Maka, dia sudah siap untuk menghajar bekas Ketua
Kong-thong itu dengan ilmu sihirnya, akan tetapi, tiba-tiba
terdengar bentakan dingin yang dikeluarkan Yap-goanswe,

“Cheng-gan Sian-jin, sebelum kau bertindak lebih lanjut


di tempat ini, katakanlah apa sebenarnya kedudukanmu di

1209
sini. Kalau kau bertindak sebagai duta, harap kau mengikuti
peraturan yang berlaku tentang kewajiban seorang duta. Akan
tetapi, kalau kau memang hendak membuat onar, buang
dahulu bendera putih itu sebagai tanda!”

Bentakan ini besar sekali pengaruhnya bagi semua


orang, baik bagi datuk iblis itu sendiri maupun bagi Kim-sin
Sian-jin dan teman-temannya. Bekas Ketua Kong-thong-pai ini
seperti disiram air dingin dan segera dan menjadi sadar. Cepat
kemarahannya dikendalikan dan diam-diam dia merasa
bersyukur terhadap Bu Kong yang mencegah terjadinya
kekeliruan lebih lanjut dari sikapnya terhadap Cheng-gan Sian-
jin bersama rombongannya yang membawa bendera duta itu.

Memang, seperti diketahui bersama, kedatangan kakek


iblis itu dari luar tampak sebagai utusan Wu-sam-tai-ciangkun,
berarti duta resmi yang sedang menjalankan tugas. Walaupun
tenyata Cheng-gan Sian-jin berkhianat, akan tetapi, itu adalah
urusan pribadinya sendiri dan biar bagaimanapun juga orang
luar menganggapnya sebagai duta Kerajaan Wu. Oleh sebab
itu, kalau sampai dia menyerang duta ini, maka namanya bakal
cemar di mata semua orang. Itulah sebabnya Bu Kong
mengeluarkan kata-katanya tadi yang berarti menunda
terjadinya segala akibat dari permusuhan antara datuk iblis itu
dengan bekas Ketua Kong-thong. Dengan demikian, Kim-sin
Sian-jin tidak sampai melakukan kesalahan lebih lanjut dan
tidak mengganggu Cheng-gan Sian-jin yang datang sebagai
duta.

1210
Hal ini berarti menyelamatkan nama kakek itu dan
cemar, juga sekaligus menjaga nama sendiri yang tidak ingin
dicap orang luar sebagai jenderal yang tidak tahu aturan.
Maka, dengan demikian, Bu Kong telah dapat mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Juga dengan
pertanyaannya itu, pemuda ini menjepit kedudukan Cheng-
gan Sian-jin yang mau tak mau harus mengaku kebenaran ini.

Maka, segera Cheng-gan Sian-jin menindas


kemarahannya terhadap bekas Ketua Kong-thong-pai itu dan
kakek ini memutar tubuhnya menghadapi Yap-goanswe yang
memandangnya dengan pandangan dingin menusuk.

“Yap-goanswe,” kakek itu mulai bicara dengan sungguh-


sungguh. “Seperti telah kukatakan tadi, aku datang ke mari
tidak membawa maksud jelek. Untuk mengelabui tiga keledai
tolol di kota raja, aku mempergunakan kesempatan menjadi
duta ini untuk bertemu muka secara pribadi denganmu. Kau
tahu, Wu-sam-tai-ciangkun bukanlah orang-orang jujur dan
diam-diam mereka ada maksud untuk melenyapkan diriku
kalau kelak usaha mereka berhasil. Oleh sebab itu, untuk
membalas maksud busuk ini aku datang ke mari. Tujuanku
ialah hendak mengajak engkau bersekutu dengan anak-anak
buahku yang sudah siap di luar Tembok Besar, dan begitu kau
setuju, dari dalam aku akan menghancurkan Wu-sam-tai-
ciangkun dan menyerahkan Sri Baginda Kung Cu Kwang
kepadamu. Dan bukan hanya ini saja, akupun siap..... heh-
heh..... untuk membebaskan kekasihmu dari cengkeraman
Panglima Ok Ciat!”

1211
Kalimat terakhir ini diucapkan Cheng-gan Sian-jin sambil
terkekeh dan kakek iblis itu melirik jenderal yang gagah
perkasa itu dengan penuh arti. Ada tersirat tekanan dan
ancaman di balik kata-kata ini, dan Bu Kong sendiri terkesiap.
Tahulah dia sekarang mengapa kakek itu berani bicara tentang
rencana persekutuannya ini, tidak tahunya karena diam-diam
membawa nama Siu Li di bawah ancamannya!

Tentu saja Bu Kong terkejut dan sedetik mukanya


menjadi pucat. Hal ini tidak lepas dari pengamatan Cheng-gan
Sian-jin yang tajam dan kakek itu merasa girang, percaya
bahwa kemenangan sudah berada dl pihaknya. Dan Bu Kong
sendiri memang tahu bahwa keadaan kekasihnya sekarang
benar-benar amat berbahaya sekali. Cheng-gan Sian-jin
ternyata musuh dalam selimut bagi Wu-sam-tai-ciangkun
tanpa tiga orang panglima itu sadar. Dan kini sebagai musuh
yang amat licik dan siap mengadu domba, kakek iblis inipun
menyangkutkan nama Siu Li agar dia menyerah.

Sejenak Bu Kong menjadi bingung dan diam-diam


pemuda ini marah sekali melihat kelicikan Cheng-gan Sian-jin.
Di satu pihak tentu saja tidak mungkin baginya untuk
menerima usul itu, namun di lain pihak dia sekarang harus
memperhitungkan keselamatan kekasihnya setelah secara
halus datuk iblis ini mempergunakan Siu Li sebagai sandera.
Sungguh kurang ajar!

Dia, jenderal muda yang biasanya menekan lawan kini


malah ditekan lawan! Siapa tidak naik darah? Dan Bu Kong

1212
memandang kakek itu dengan perasaan gusar bukan main.
Kalau saja Cheng-gan Sian-jin bukan datang sebagai utusan,
baik utusan Wu-sam-tai-ciangkun maupun dari suku
bangsanya sendiri, tentu pemuda ini tidak akan membiarkan
kakek itu berbuat sekehendak hatinya.

Akan tetapi, kini Cheng-gan Sian-jin telah mengatakan


maksud kedatangannya dan dia hanya tinggal menerima atau
menolak. Kalau menerima berarti kemenangan bakal
diperolehnya dengan mudah dan Siu Li sendiri selamat, akan
tetapi, kalau menolak berarti mempertaruhkan nyawa
kekasihnya di tangan kakek ini. Dan kekeh Cheng-gan Sian-jin
yang penuh arti tadi cukup menjelaskan semua maksud
kejinya yang tidak perlu diutarakan lagi.

Terkutuk!

Bu Kong mengepal tinjunya erat-erat dan hampir saja dia


tidak dapat menguasai diri. Detik-detik terasa menegangkan
dan pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara orang batuk-
batuk. Ketika Bu Kong memandang, ternyata yang batuk-batuk
ini adalah Phoa-lojin yang pada saat itu juga sedang menatap
jenderal muda ini dengan sinar mata lembut.

Seketika Bu Kong menjadi sadar dan tiba-tiba pemuda itu


seakan melihat adanya titik terang dalam diri kakek itu.
Namun, baru saja dia membuka mulut untuk bicara, tiba-tiba

1213
Phoa-lojin sudah mendahuluinya dengan menjentikkan
sesuatu ke arahnya.

Cepat pemuda ini menggerakkan tangannya menangkap


benda itu yang bukan lain adalah segumpal kertas kecil, dan
ketika dia membukanya, ternyata isinya adalah sebuah surat
singkat yang berbunyi :

Harap goanswe tenangkan hati. Cheng-gan Sian-jin


tidak akan dapat melaksanakan maksudnya itu karena
terjadinya perubahan mendadak. Semuanya di luar dugaan,
dan goanswe sendiri harap mempersiapkan mental. Jalan
paling baik sekarang ini ialah cepat mengusir iblis tua itu
dan tolak semua niatnya!

Phoa-lojin

Demikianlah isi surat ini dan jenderal muda itu menjadi


girang. Pernyataan ahli ramal dari Pulau Cemara yang
menyebutkan gagalnya maksud Cheng-gan Sian-jin ini benar-
benar membuat kegelisahannya lenyap seketika, dan Bu Kong
percaya penuh.

1214
Seperti diketahui Phoa-lojin adalah tukang ramal
jempolan, maka semua kata-katanya dapat
dipertanggungjawabkan. Demikian pula dengan apa yang
disimpulkan pemuda ini. Melihat bahwa Phoa-lojin berdiri di
pihaknya dan mengatakan dia tidak perlu cemas tentang nasib
Siu Li sudah membuat jenderal muda ini girang bukan main.
Hal ini berarti keselamatan gadis itu tidak perlu dirisaukan lagi
dan dia tidak usah menghiraukan ancaman Cheng-gan Sian-jin.

Oleh sebab itu, dengan muka keren dan suara bengis,


jenderal muda ini lalu menjawab pertanyaan Cheng-gan Sian-
jin yang sedang memandangnya dengan alis berkerut karena
merasa tidak enak melihat pemuda itu menerima surat dari
seseorang.

“Cheng-gan Sian-jin, seperti telah kau ketahui, burung


gagak tidaklah mungkin akan dapat berteman dengan burung
hong. Begitu pula keadaan kita sekarang ini. Bersekutu dengan
seorang pengkhianat macam dirimu ini sungguh terlalu
berbahaya, siapa mau mengambil resiko? Tidak, Cheng-gan
Sian-jin, aku tidak sudi bekerja sama denganmu! Yap-goanswe
bukanlah orang yang mudah digertak dengan urusan pribadi,
maka sebagai pemimpin tunggal yang mengepalai seluruh
angkatan perangku, dengan tegas kunyatakan menolak semua
usulmu yang hina dan tidak tahu malu itu! Nah, inilah
jawabanku, dan sekarang pergilah. Tempatku tidak boleh
terlalu lama diinjak kaki-kaki kotor macam dirimu ini.......!” Bu
Kong mengangkat tangan kirinya dan menudingkan telunjuk
ke pintu keluar, mengusir datuk sesat itu terang-terangan!

1215
Itulah hal yang amat di luar dugaan bagi Cheng-gan Sian-
jin. Tadinya, mengandalkan nama Siu Li di bawah ancaman,
kakek ini merasa yakin akan kemenangan diri sendiri. Maka,
sungguh tidak disangkanya sama sekali bahwa hal yang terjadi
justeru sebaliknya!

Sejenak kakek ini terbelalak, dan mukanya seakan


ditampar. Kemarahan membakar dirnya dan kalau saja tidak
ingat bahwa dia datang sebagai "utusan", tentu kakek ini
sudah menerjang jenderal muda yang berani menghinanya
saperti ini. Se!ama hidup, baru sekali ini datuk sesat itu diusir
mentah-mentah oleh seorang "bocah ingusan". Padahal,
beberapa bulan yang lalu, pemuda ini telah jatuh di tangannya
dan dipermainkan sesuka hatinya. Maka, tentu saja
kemarahan yang melanda kakek ini bukan main hebatnya.

Akan tetapi, Cheng-gan Sian-jin adalah manusia cerdik,


juga sudah banyak makan garam dunia. Melihat bahwa
jenderal muda itu berani menoiak dalam sekejap saja setelah
menerima surat seseorang yang tidak diketahuinya, namun,
yang jelas berada di tempat itu, kakek ini tidak berani ceroboh.
Maklumlah dia bahwa di tempat ini masih terdapat orang
sakti, di samping Kim-sin Sian-jin.

Karena itu, tahu bahwa kembali usahanya gagal total,


kakek itu tiba-tiba tertawa bergelak dan mukanya yang tadi
merah itu kini telah pulih seperti biasa. “Ha-ha, Yap-goanswe
benar-benar ksatria sejati yang tidak dapat didekati gagak-
gagak hitam macam golongan kami. Sungguh mengagumkan!

1216
Dan baru sekarang ini aku tua bangka sialan bertemu dengan
orang yang demikian teguh pendiriannya. Ahh, dasar aku yang
tidak tahu diri. Hemm, baiklah, goanswe....... baiklah...... kalau
aku tidak dapat berendeng dengan burung hong di sini, biarlah
aku akan berendeng saja dengan burung hong yang ada di
sana, ha ha.....!”

Kakek ini menyeringai iblis dan Bu Kong tergetar hatinya,


akan tetapi, segera pemuda ini dapat menenangkan diri
teringat akan pernyataan Phoa-lojin tadi. Dan Cheng-gan Sian-
jin sendiri tiba-tiba mengirimkan ilmu suaranya, yang tidak
didengar orang lain, kepada pemuda itu yang membuat muka
jenderal muda ini merah.

“Yap goanswe, kesombanganmu hari ini akan kau tebus


mahal. Karena kau berani menolak maksud baikku, maka lihat
saja pembalasanku nanti. Kekasihmu telah berada di tanganku
dan kami orang-orang yang kau sebut sebagai gagak-gagak
hitam ini akan menelanjanginya sampai bugil! Kami tidak akan
cepat-cepat memperkosanya, karena kami ingin agar kau
menyaksikan peristiwa yang menyenangkan itu bersama-
sama. Nah, anak muda besar kepala, mari kita sama-sama
lihat, siapa yang harus bertekuk lutut dalam hal ini!"

Cheng-gan Sian-jin lalu memutar tubuh dan dengan


langkah lebar kakek itu mengajak dua orang temannya
kembali ke kota raja, sedangkan Hek-mo-ko dan Pouw Kwi
sendiri cepat mengikuti pimpinan mereka itu.

1217
Sejenak keadaan menjadi sunyi dan semua orang
memandang kepergian datuk sesat yang amat berbahaya ini
dengan berbagai macam perasaan. Ada yang kecewa karena
tak dapat membunuh kakek itu, namun, ada pula yang merasa
lega bahwa Cheng-gan Sian-jin tidak membuat onar. Golongan
pertama dirasakan oleh Kim-sin Sian-jin dan orang-orang dari
partai lain, sedangkan golongan kedua diratakan oleh para
pembantu Bu Kong.

Dan jenderal muda itu sendiri memandang kepergian


Cheng-gan Sian-jin dengan muka merah. Ucapan datuk iblis
tadi yang hendak menelanjangi Siu Li benar-benar membuat
matanya berapi-api. Kalau saja dia tidak ingat kakek itu datang
sebagai utusan resmi dan dia sendiri sudah mengusir Cheng-
gan Sian-jin keluar kemah, mungkin pemuda ini sudah
melompat dari tempat duduknya untuk menghajar kakek itu.

Namun hal ini tidak mungkin dilakukannya. Cheng-gan


Sian-jin masih berkedudukan sebagai duta, juga dia sendiri
telah mengusir kakek itu. Maka, satu-satunya jalan yang dapat
dilakukan hanyalah bersabar dengan menunggu pecahnya
perang terbuka yang sudah di ambang pintu ini. Dia berharap,
dalam pertempuran itulah dia akan dapat berhadapan muka
dengan Cheng-gan Sian-jin yang amat dibencinya. Dan Bu Kong
merasa yakin, bahwa dengan kepandaiannya yang sekarang ini
dia pasti mampu menundukkan lawannya yang lihai itu seperti
kata-kata gurunya sendiri. Dan di samping itu, diam-diam
pemuda inipun bersumpah bahwa sedikit saja kakek itu

1218
mengganggu kekasihnya, dia tidak akan memberi umur
panjang kepada Cheng-gan Sian-jin!

Akan tetapi tiba-tiba, baru saja Bu Kong berpikir sampai


di situ dan rombongan Cheng-gan Sian-jin lenyap di luar
kemah, mendadak terdengar ribut-ribut di luar disusul suara
"blang......!" yang keras sekali. Suara ini hebat, dan lantai
ruangan bergetar membuat semua orang terkejut.

Tanpa ayal lagi, karena mengira Cheng-gan Sian-jin


membuat kerusuhan di luar, semua orang yang ada di dalam
inipun meloncat keluar sambil mencabut senjata masing-
masing. Kalau betul dugaan mereka, maka kali ini terdapat
kebebasan bergerak untuk membunuh datuk sesat itu. Dan Bu
Kong sendiri sudah meloncat dari tempat duduknya melayang
keluar kemah, mendahului semua orang. Gerakannya ini cepat
bukan main, dan orang-orang di situ hanya melihat sebuah
bayangan berkelebat untuk kemudian lenyap tanpa mereka
ketahui siapakah orang yang "terbang" ini!

Tentu saja mereka terkejut, akan tetapi, setelah melihat


kursi yang tadi diduduki jenderal muda itu kosong, tahulah
orang-orang ini bahwa bayangan yang gerakannya seperti iblis
tadi bukan lain adalah Yap-goanswe sendiri! Hal ini membuat
mereka kagum bukan main dan ketika mereka sudah tiba di
luar, benar saja, Yap-goanswe tampak sudah berada di barisan
paling depan sendiri, di ujung dekat pintu gerbang kota raja
dan sedang berdiri dengan mata terbelalak!

1219
Kembali mereka terkejut, akan tetapi, lebih terkejut lagi
hati orang-orang ini ketika melihat keadaan pintu gerbang
yang pecah berantakan!

Apa yang terjadi? Semua orang belum dapat menjawab


pertanyaan itu, kecuali dugaan bahwa itu tentu perbuatan
Cheng-gan Sian-jin. Akan tetapi, untuk apa datuk sesat itu
menghancurkan pintu gerbang? Bukankah hal ini membuat
kedudukan pasukan Wu terbuka dan mereka tidak dapat
bertahan di dalam benteng?

Sungguh mereka tidak mengerti, akan tetapi, Bu Kong


yang otaknya cerdas ini segera paham. Tahulah dia bahwa
Cheng-gan Sian-jin yang marah melihat usulnya ditolak, kini
sedang menjalankan siasat adu domba. Perbuatan kakek itu
yang menghancurkan pintu gerbang tentu dimaksudkan agar
dia bersama pasukannya meluruk maju dan pihak pasukan Wu
sendiri yang benteng pertahanannya sudah dijebol Cheng-gan
Sian-jin, tentu saja tidak dapat mencegah dan hal ini berarti
menyudutkan posisi mereka. Dengan begitu, daripada
menunggu diserang musuh mereka ini, tentu lebih baik
menyerang musuh dan mendahului!

Benar saja, begitu dugaannya habis dipikirkan tiba-tiba


dari atas menara terdengar suara maki-makian disusul bunyi
terompet tanduk yang menyatakan perang terbuka. Bu Kong
melihat betapa seorang panglima tinggi besar yang wajahnya
brewok serta dua orang panglima lain memberikan aba-aba
nyaring kepada seluruh perwira, sementara tiga orang ini

1220
sendiri menghilang ke bawah. Itulah Wu-sam-tai-ciangkun dan
panglima tinggi besar tadi bukan lain adalah Panglima Kiang!

Sedetik wajah pemuda ini merah. Kemarahan melihat


bayangan tiga orang panglima licik itu membuatnya lupa akan
Cheng-gan Sian-jin dan begitu dari pintu gerbang kota raja
muncul pasukan musuh dengan panji-panji mereka, jenderal
muda ini mengelebatkan bendera merahnya sebagai tanda
sambutan terhadap pihak lawan yang sudah mulai
menyerang!

Segera terompet dan tambur perang dibunyikan, dan


pasukan Yueh bersorak-sorai dengan pekik yang gegap-
gempita. Majulah mereka ini, dan sesuai dengan formasi
barisan segi delapan seperti yang diajarkan oleh Yap-goanswe,
selaksa pasukan itu menyambut musuh dengan wajah
bersemangat.

Sekejap kemudian terjadilah pertempuran seru diantara


dua pasukan besar ini dan para perwira yang memimpin
barisan di depan, sudah menggerakkan senjata di tangan
membabat setiap lawan yang berani mendekat. Mulailah
bacok-membacok terjadi, disusul dentang tameng serta pekik
kemarahan masing-masing pihak yang menyerang seperti
orang kalap.

Pasukan Yap-goanswe tampak aggresip sekali, dan hal ini


tidak aneh mengingat mereka telah lama menyimpan dendam

1221
sedalam lautan terhadap pasukan Wu-sam-tai-ciangkun itu.
Sementara di lain pihak, pasukan lawan bertempur dengan
hati yang kurang mantap dan juga agak gentar melihat
kenekatan lawan yang luar biasa.

Dua orang perwira dari Wu, yakni perwira Song Kiat dan
Chi Hun, menjadi marah melihat keragu-raguan yang
membayang di wajah anak-anak buahnya. Oleh sebab itu,
sambil memekik

(Bersambung Jilid ke-XX)

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 19

1222
1223
PENDEKAR GURUN NERAKA
Karya BATARA
Jilid 20

DUA orang perwira dari Wu, yakni perwira Song Kiat dan
Chi Hun, menjadi marah melihat keragu-raguan yang
membayang di wajah anak-anak buahnya. Oleh sebab itu,
sambil memekik berang dua orang perwira ini yang duduk di
atas kuda masing-masing menerjang ke depan dengan tombak
mereka. Belasan perajurit Yueh yang berani menyambutnya,
dibuat buyar dan pecah berantakan. Lima orang terpental
senjatanya akibat tangkisan tombak yang amat kuat dari dua
orang perwira itu, sedangkan tujuh orang yang lain tertikam
tombak dan roboh sambil menjerit ngeri.

Hebat tandang dua orang perwira ini, dan pasukan Wu


yang menyaksikan sepak terjang pimpinan mereka, menjadi
besar hati dan bersorak gembira. Bangkit semangat tempur
mereka dan contoh dari dua orang perwira ini menjadikan
pasukan ini maju dengan sikap buas.

1224
Maka, terjadilah pertempuran yang lebih seru lagi di
antara mereka. Kenekatan pasukan Yueh dihadapi Perwira
Song dan Perwira Chi, sementara anak-anak buahnya
berteriak-teriak di belakang mereka sambil menyerbu lawan
yang lain. Akibatnya, sebentar saja barisan paling depan dari
pasukan Yap-goanswe ini semrawut. Memang sebenarnya
mereka itu bukan tandingan Perwira Song maupun Chi, karena
mereka adalah perajurit-perajurit biasa. Seharusnya, lawan
mereka bukanlah para perwira yang tentu saja kepandaiannya
masih dua atau tiga tingkat lebih tinggi. Namun, karena musuh
sudah menerjang maka mereka ini terpaksa menghadapinya
dengan hati tabah.

Dan memang patut dipuji ketabahan anak-anak buah


Yap-goanswe ini. Meskipun tahu bahwa dua orang perwira itu
bukanlah tandingan mereka, akan tetapi, orang-orang ini tetap
saja menyerbu dengan pekik kemarahan mencoba
membalaskan kematian teman-temannya di tangan dua orang
perwira itu. Sebentar saja, tiga puluh perajurit Yueh roboh
bergelimpangan mandi darah. Dan setiap kali mereka itu
roboh, tidak ada yang mengeluh minta ampun. Bahkan,
mereka ini mencaci-maki dua orang perwira itu habis-habisan
sebelum kepala mereka dibabat senjata perajurit Wu yang
marah melihat dua orang pemimpinnya dimaki-maki.

Oleh sebab itu, perwira Song dan Chi yang gemas


mendengar caci-maki perajurit Yueh yang memanaskan perut
mereka, kini bertindak semakin kejam. Mereka tidak lagi
memberi ampun dan setiap kali tombak menyambar, kontan

1225
tubuh lawan terjungkal tanpa sempat mengeluh lagi karena
jantung mereka pecah tertikam senjata maut di tangan dua
orang perwira ini!

Tentu saja hal ini amat menggegerkan pihak pasukan


Yueh, dan Panglima Kok Hun yang melihat hal itu marah bukan
main. Panglima ini sudah mengangkat penggada besi hitamnya
dan siap melompat ke depan, namun tiba-tiba sebuah
bayangan berkelebat dan menyentuh lengannya. Perlahan
saja sentuhan ini, akan tetapi cukup membuat panglima tinggi
besar ini berseru kaget karena hampir saja senjatanya terlepas
dari tangan yang mendadak terasa lumpuh!

Cepat panglima ini menoleh dan....... Yap-goanswe telah


berdiri di situ dengan sinar mata mencorong. “Goanswe.....!”
Kok Hun berseru dan hendak membuka mulut, namun jenderal
muda itu mengibaskan lengannya dengan sikap tidak sabar.

“Kok-ciangkun, harap kau pergi ke pintu gerbang sebelah


barat. Bantu Panglima Tang dan Ong di sana, cegat Cheng-gan
Sian-jin kalau dia keluar. Akan tetapi, awas, jangan hadapi
sendirian iblis tua yang amat berbahaya itu. Kalau dia muncul,
sebaiknya beri tanda secepatnya kepadaku dan kalian
mengepung dari jauh. Nah, sekarang pergilah, biarkan aku
yang membereskan dua orang perwira itu dan aku hendak
terus masuk mendobrak kekuatan musuh untuk membuka
pintu-pintu gerbang yang lain!”

1226
Perintah ini singkat dan Kok Hun tidak berani banyak
bicara, apalagi Yap-goanswe sendiri tampaknya tergesa-gesa.
Maka, cepat panglima ini memberi hormat dan sekali dia
memutar tubuh, Kok Hun telah berlari ke pintu gerbang barat
untuk menjalankan tugasnya.

Sementara itu, Bu Kong lalu bersuit nyaring dan dari


kemah pusat muncul sekelompok pasukan baju hitam. Inilah
pasukan inti yang sejak tadi belum bergerak dan masih berdiri
seperti patung di samping kemah, menunggu isyarat panggilan
jenderal muda ini. Sekarang, setelah panggilan ini tiba, dua
ratus pasukan baju hitam itu bergerak seperti bayangan iblis.

Sebentar saja mereka telah berada di hadapan Jenderal


Yap dan empat orang pemimpin regu yang masing-masing
bersenjatakan sabit panjang dan trisula, sudah berdiri tegak di
depan pemuda itu. Bu Kong memandang mereka dan dengan
muka keren jenderal muda ini berkata,

“Su-wi ciang-bu (empat kapten), harap kalian ikuti aku


menerobos pasukan musuh dari pintu gerbang utara ini
dengan kedudukan Cakar Naga. Kapten Ho di samping kanan,
Kapten Liu di samping kiri, dan Kapten Ceng dan Sun di
samping belakang kiri kanan. Nah, persiapkan anak-anak buah
kalian dengan bentuk yang kumaksudkan dan mari bekerja.
Cepat.....!”

1227
Begitu suara ini lenyap empat orang kapten yang
diperintahkan sudah menyatakan "siap" dan beberapa detik
kemudian pasukan baju hitam itu telah memecah diri menjadi
empat kelompok. Gerakan mereka cepat, seperti iblis yang
gentayangan dan sekejap kemudian terbentuklah kedudukan
Cakar Naga seperti yang diminta jenderal muda itu.

Dan Bu Kong sendiri yang tidak mau menunggu lebih


lama, sudah menepuk kedua tangannya dua kali berturut-
turut memberi tanda dan pemuda ini telah melesat ke depan
menghampiri dua orang perwira musuh. Sedangkan pasukan
baju hitam lalu bergerak mengikuti jenderal muda itu,
merupakan bayangan yang selalu menempel di belakang.
Inilah hasil didikan pemuda itu dan gerakan yang amat cekatan
dari pasukan ini benar-benar terlatih sekali.

Maka celakalah pihak Wu kali ini, terutama Perwira Song


dan Chi yang tadi membabat perajurit Yueh sambil tertawa-
tawa itu. Bu Kong yang marah melihat keganasan orang, sudah
melompat mendekati dua orang perwira ini. Tangannya
dlgerakkan menampar dan tubuhnya berkelebat ke atas kuda.

Perwira Song dan Chi terkejut, tidak tahu siapa orang


yang menyerang mereka ini. Mereka hanya melihat sebuah
bayangan yang luar biasa cepatnya menyambar, maka cepat
dua orang perwira itu menggerakkan tombak menangkis
sambil berseru keras.

1228
Namun, inilah kesalahan mereka. Kalau saja mereka
membanting tubuh dan tidak menangkis, mungkin mereka
selamat. Akan tetapi, begitu menangkis, segera tombak
mereka patah-patah bertemu dengan tangan yang penuh
getaran tenaga sin-kang itu! Hal ini membuat Perwira Song
dan Chi mengeluarkan seruan kaget, dan sejenak mereka
tertegun. Pada detik itulah mereka melihat wajah lawan yang
tersenyum dingin dan bukan kepalang rasa kejut yang dialami
dua orang perwira ini.

“Yap-goanswe..........!” mereka berteriak tertahan


namun semuanya sudah terlambat. Patahan tombak yang
mencelat itu tiba-tiba telah menyambar dada mereka dan....
"crep-crep!" dua orang perwira ini menjerit ngeri. Tubuh
mereka terjungkal dan darah menyemprot dan tempat yang
luka.

Perwira Song dan Chi tewas dalam segebrakan saja dan


teriakan mereka yang menyerukan nama Yap-goanswe itu
membuat anak-anak buahnya menjadi kaget. Cepat mereka
menengok dan ketika melihat bahwa betul jenderal muda itu
yang datang, pasukan ini berteriak ketakutan dan lari
tunggang-langgang seperti ketemu setan!

Akan tetapi, Bu Kong tidak memperdulikan perajurit-


perajurit rendahan itu. Bukan maksudnya pula untuk
membunuh mereka yang jelas bukan tandingannya. Asal
mereka tidak mendekat, tentu diapun juga tidak akan
menyerang. Yang diperlukan jenderal muda ini adalah

1229
secepatnya memasuki pintu gerbang yang terbuka itu untuk
mencari Cheng-gan Sian-jin dan Wu-sam-tai-ciangkun.
Terutama datuk sesat itulah yang diincarnya, karena Cheng-
gan Sian-jin mengancam keselamatan kekasihnya.

Oleh sebab itu, jenderal muda ini segera berkelebat


mendekati pintu gerbang yang pecah dihantam lwee-kang
Cheng-gan Sian-jin dan dari sini dia hendak mengobrak-abrik
musuh dari dalam bersama pasukan baju hitam yang selalu
mengikutinya.

Akan tetapi, sungguh mengejutkan. Baru saja dia tiba di


pintu utara ini, tiba-tiba terdengar suara "blang-blang-blang"
tiga kalu disusul dengan suara panik pasukan Wu yang berada
di dalam kota. Bu Kong merasa heran dengan adanya
kekalutan di dalam dan dari suara tadi dia dapat menduga
bahwa agaknya tiga pintu gerbang di bagian Timur, Selatan,
dan Barat pecah.

Tentu saja pemuda ini terkejut. Dia pikir mungkin para


pembantunya yang menjaga di tiga pintu gerbang di sebelah
sana menggunakan kereta penumbuk untuk menghancurkan
gerbang kota raja yang amat tebal itu Akan tetapi, kenapa
perajurit Wu berteriak-teriak seperti orang kebingungan atau
orang marah? Apakah tiga pintu gerbang telah berhasil dijebol
para pembantunya?

1230
Jenderal muda ini tidak mengerti dan juga dia merasa
aneh mengapa bayangan Wu-sam-tai-ciangkun sama sekali
tidak nampak. Bukankah sebagai panglima komando tiga
orang itu seharusnya berada di atas menara untuk
memberikan perintah-perintah kepada anak buahnya?
Apakah mereka sedang berada di tempat lain dan mengatur
siasat? Entahlah, pemuda ini tak dapat menjawab. Yang jelas,
mengatur siasat pada saat musuh sudah memasuki pintu
gerbang begini sebenarnya adalah perbuatan terlambat!

Maka, pemuda itupun tidak mau banyak pikir lagi.


Bersama pasukan baju hitam yang kini diikuti oleh semua
perajurit yang bersorak gembira di belakangnya, Bu Kong terus
maju sebagai pelopor membuka jalan darah. Dan kehadiran
jenderal muda ini betul-betul membuat musuh kalut. Mereka
tidak berani menghadapi Yap-goanswe yang sakti itu dan di
mana pemuda ini melangkahkan kakinya, pasukan lawan lari
cerai-berai sambil berteriak-teriak.

Hal ini membuat gerakan pemuda itu lebih lancar dan Bu


Kong mengajak pasukannya menuju istana. Pekerjaan ini tidak
mudah, karena ribuan perajurit musuh berada di depan. Akan
tetapi, karena melihat Yap-goanswe sendiri yang datang
bersama pasukannya, perajurit-perajurit Wu ini semrawut dan
keadaan yang serba kacau ini tiba-tiba diikuti dengan
kebakaran besar yang melanda seluruh kota!

Tentu saja semua orang terkejut dan Bu Kong


mengerutkan alisnya. Dia tidak menyuruh para pembantunya

1231
untuk melakukan pembakaran dalam serangan ini, bahkan
melarang keras perbuatan itu karena dapat menyusahkan
penduduk yang tidak berdosa. Dan dia percaya bahwa para
pembantunya akan menaati pesan ini. Jadi, kalau begitu, siapa
yang melakukan pengacauan ini? Orang-orang kang-ouwkah?

Bu Kong tidak mampu menjawab dan sementara dia


bertanya-tanya dalam hati, tiba-tiba lerdengar teriakan “koksu
berkhianat ...... koksu berkhianat!” dari pasukan musuh yang
menjadi semakin gaduh. Tampak kini kepanikan hebat
membuat perajurit-perajurit Wu seperti orang gila. Kabar
tentang koksu berkhianat yang meluas cepat ini benar-benar
membuat mereka terkejut sekali dan seperti diketahui, justeru
koksulah yang nantinya diharapkan sebagai tokoh utama
dalam menghadapi Yap-goanswe.

Kini, pada saat jenderal muda itu menyerang bersama


pasukannya tiba-tiba saja Cheng-gan Sian-jin melakukan
perbuatan di luar dugaan semua orang. Tentu saja pasukan
Wu panik tidak karuan. Orang yang mereka harap-harapkan
buat menanggulangi Yap-goanswe malah tiba-tiba berkhianat,
bagaimana mereka tidak kaget dan gelisah?

Dan baru sekaranglah Bu Kong sendiri mulai dapat


menduga akan apa yang sebenarnya terjadi di balik semua
peristiwa ini. Dan mengapa pula tiga orang Panglima Wu ini
tidak muncul, begitu pula dengan Cheng-gan Sian-jin yang
tidak tampak batang hidungnya. Maklumlah pemuda ini
bahwa datuk sesat itu yang merasa marah terhadap dua pihak,

1232
yakni pihak Wu karena ketidakcocokannya dengan Wu-sam-
tai-ciangkun serta pihak Yueh karena penolakannya, membuat
kakek itu lalu membantu Yueh melakukan kekacauan-
kekacauan dengan jalan merusak pintu gerbang agar pasukan
musuh menyerbu masuk dan dengan demikian kedua pihak
bisa saling baku hantam!

Dan sementara dua pasukan besar itu bertemu, Cheng-


gan Sian-jin sendiri menghilang untuk........ untuk........ Bu
Kong menghentikan pikirannya dengan muka pucat. Meskipun
dia percaya penuh terhadap ramalan Kakek Phoa, namun tidak
hadirnya Cheng-gan Sian-jin yang membiarkan dua pihak
saling berhantam ini membuatnya tegang dan cemas juga.

Dia dapat menduga kini ke mana kiranya kakek iblis itu


pergi. Tentu ke tempat Siu Li ditangkap! Membayangkan
sampai di sini Bu Kong menjadi merah mukanya dan sekali dia
memekik, tubuhnya berkelebat menerjang ke depan. Kedua
tangan dan kakinya bergerak-gerak cepat dan sebentar saja
semua orang yang ada di depan dibuat jungkir balik dengan
pukulan sin-kangnya!

Gemparlah keadaan dan kota raja benar-benar menjadi


kalut. Serbuan Yap-goanswe dari pintu utara ini saja sudah
cukup membuat mereka terbirit-birit, apalagi masih ditambah
dengan kebakaran yang terjadi di dalam. Dan sementara
mereka sendiri kebingungan, tiba-tiba tiga pintu gerbang di
sebelah Selatan, Timur, dan Barat terbuka disusul
membanjirnya pasukan Yueh ke dalam kota!

1233
Sungguh mengguncangkan, dan keadaan pasukan Wu itu
benar-benar terancam sekali. Para perwira mencoba
mengatur barisan menghalang musuh dengan teriakan-
teriakannya, akan tetapi, tetap saja gagal. Dan para perwira itu
sendiri menjadi gelisah karena pucuk pimpinan mereka, yakni
Wu-sam-tai-ciangkun, tidak tampak hadir. Dengan demikian,
perintah tunggal sudah tidak ada lagi dan masing-masing
orang terpaksa bekerja menurut pikirannya sendiri. Hal ini
membuat bentuk-bentuk barisan pasukan Wu tidak seragam
dan akibatnya, tentu saja mereka dibuat kebobolan!

Sepuluh ribu pasukan Yap-goanswe memasuki kota


hampir serempak dan kebencian dan pihak Yueh ini membuat
mereka itu bertempur seperti iblis-iblis haus darah. Apalagi
Yap-goanswe sendiri telah menjadikan pasukannya orang-
orang nekat dengan adanya siasat "memukul buntut
mendorong kepala" itu, maka pasukan Wu benar-benar
terdesak hebat. Tidak kuat mereka ini menahan gelombang
serbuan lawan yang demikian dahsyat itu dan sebentar saja
merekapun roboh bergelimpangan mandi darah!

Sungguh mengerikan, dan bumi kota raja menjadii telaga


darah yang amat memuakkan. Mayat-mayat bersebaran di
sana-sini, dan potongan-potongan tubuh yang buntung kaki
atau tangannya membuat perut seakan muntah-muntah!
Akan tetapi, demikianlah memang segala akibat dari perang
yang dibuat oleh manusia ini. Betapa mereka telah kehilangan
rasa belas kasihan terhadap sesama, dan betapa mereka telah
berobah menjadi setan-setan kelaparan yang haus darah.

1234
Semuanya adalah pengulangan dari nafsu-nafsu hewani
manusia yang mendapatkan wadahnya dalam perang, karena
hanya di tempat inilah mereka itu dapat melampiaskan segala
dendam kebencian sebebas-bebasnya. Perang! Betapa
mengerikan dan dibenci oleh sebagian besar manusia, namun
tetap saja ada di muka bumi. Siapa yang dapat mencegah?
Agaknya kalau iblis-iblis dapat dilenyapkanlah maka perang
juga dapat dihilangkan. Dan selama roh-roh hitam itu masih
ada, perang akan merupakan sesuatu yang abadi di
permukaan bumi!

Pasukan Wu yang terdesak hebat ini semakin kewalahan.


Dan mereka diam-diam mengumpat caci Wu-sam-tai-ciangkun
yang sejak tadi tidak menampakkan diri itu. Kalau mereka
sengaja hendak dijadikan korban penyembelihan lawan, untuk
apa membela kota raja? Orang yang dibela malah menghilang,
maka merekapun tidak mau mati konyol di tempat ini.

Pikiran ini membuat pasukan yang terdesak hebat itu


mulai merencanakan keselamatan diri sendiri. Oleh sebab itu,
maklum bahwa lawan terlampau kuat dan keadaan mereka
benar-benar amat berbahaya, mulailah orang orang ini
mundur melarikan diri. Ada yang mencoba menyelinap di
antara gedung-gedung yang terbakar, ada yang mencoba
memanjat tembok kota yang tinggi, dan ada pula yang
terpaksa menyerah karena terpojok. Semuanya berusaha
dengan caranya masing-masing, akan tetapi, banyak di antara
mereka ini yang sia-sia.

1235
Bala tentara Yueh bisa dibilang mengepung kota dari
delapan penjuru, maka di manapun mereka bersembunyi,
selalu saja bertemu dengan musuh. Akibatnya, bagi yang
berhasil lolos keadaannya sudah penuh luka-luka dan berjalan
satu atau dua lie saja orang-orang itu sudah ambruk kehabisan
darah, tewas dalam keadaan menyedihkan.

Akhirnya, setelah pertempuran yang tidak seimbang ini


berlangsung empat jam lebih, kota rajapun berhasil direbut
lawan dan pasukan Yueh mengalami kemenangan mutlak.
Otomatis pertempuranpun berhenti dan kini mereka sibuk
mengatasi kebakaran yang terjadi di dalam kota dan untuk ini,
para tawananlah yang mendapat bagian. Mereka
diperintahkan memadamkan api secepatnya karena perajurit-
perajurit Yueh menganggap merekalah yang menjadi biang
keladinya.

Dengan demikian, nasib para tawanan benar-benar


buruk sekali. Tubuh yang berlumuran luka belum
mendapatkan pengobatan, sekarang mereka diharuskan
bekerja keras. Akan tetapi, apa yang dapat mereka katakan?
Bukankah kalau mereka yang menang mereka itupun pasti
berbuat hal yang sama? Maka, orang-orang inipun tidak berani
membantah dan dengan ancaman pihak yang menang,
mereka dipaksa memadamkan api.

Cukup berat pekerjaan ini, karena api yang amat panas


itu telah terasa dalam jarak sepuluh meteran. Tubuh mereka
seakan dipanggang, akan tetapi, sambil menggigit bibir orang-

1236
orang ini melawan keganasan si jago merah yang membuat
kota raja menyala-nyala itu.

Dan dalam hal inipun korban-korban yang berjatuhan


juga tidak sedikit. Para tawanan yang sudah kepayahan itu
banyak yang tidak kuat berdiri. Kaki mereka terasa gemetar.
Maka, kalau mereka harus maju memadamkan api dan
kejatuhan belandar-belandar atau atap yang berkobar, orang-
orang inipun tidak dapat menghindar. Kontan, mereka akan
menjerit kesakitan dan api yang mengenai pakaian mereka
cepat menjalar di seluruh tubuh. Akibatnya, dengan keluhan
lemah orang-orang ini terpaksa menerima nasib dan menjadi
arang hitam yang tidak dapat dikenali ujudnya lagi!

Mengerikan memang, akan tetapi, itulah suasana perang


yang ada dari jaman dahulu sampai sekarang. Siapa menang
dialah berkuasa dan siapa kalah haruslah menyerah. Hukum ini
sudah dipunyai manusia semenjak jaman kuno dulu. Sudah
tidak aneh dan merupakan semacam "kebudayaan" tersendiri
bagi umat manusia.

Kalau ada yang bilang kejam, mungkin dia benar. Namun,


kalau ada yang bilang tidak kejam mungkin itupun juga tidak
salah. Tergantung dari pihak siapakah yang bicara. Bagi yang
menang tentu saja “tidak kejam” karena semuanya ini adalah
pembalasan belaka. Akan tetapi, bagi yang kalah tentu saja
terasa "kejam".

1237
Namun, untuk apa kita memperdebatkan persoalan ini?
Lebih baik kita mencari saja di mana beradanya Wu-sam-tai-
ciangkun yang sejak perang pecah tidak tampak batang
hidungnya ini. Demikian pula dengan Bu Kong sendiri, di mana
setelah peperangan berakhir, jenderal muda inipun juga tidak
kelihatan. Apa yang sedang terjadi?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus masuk ke


dalam istana, karena di tempat inilah terjadi hal-hal yang
hebat sekali. Seperti diketahui, pemuda itu menyerbu
bersama pasukannya dari pintu Utara untuk mencari jejak
Cheng-gan Sian-jin dan Wu-sam-tai-ciangkun. Dan untuk ini
dia harus membuka jalan darah. Akan tetapi, karena lawan
sudah mundur ketakutan melihat siapa yang datang, maka
pemuda itu tidak perlu menurunkan tangan maut terhadap
orang-orang yang jelas bukan tandingannya ini.

Perajurit yang menyibak seperti laut dibelah itu


memungkinkan Bu Kong untuk memasuki istana dengan
mudah. Cepat pemuda ini menjelajah ke sana ke mari dan
karena sebelumnya dia sudah mengenal keadaan istana itu,
maka jenderal muda ini tahu di mana letaknya kamar-kamar
penting, Begitu pula halnya dengan penjara bawah tanah.

Oleh sebab itu, setelah menggeledah semua kamar


besar, termasuk kamar tidur raja yang sudah kosong tanpa
penghuni, pemuda ini menuju ke lorong bawah tanah. Diam-
diam dia merasa heran kenapa orang-orang yang dicarinya

1238
sama sekali tidak ada. Semua tempat sudah dimasukinya, dan
kini tinggal lorong bawah tanah ini.

Maka, cepat pemuda ini turun dan baru saja kakinya


membelok di sebuah tikungan, tiba-tiba sesosok bayangan
tinggi besar menyerang dari tempat gelap dengan sebatang
golok besar.

Bu Kong mendengus, karena dari angin sambaran senjata


itu, dia tahu bahwa lawannya bukanlah seorang ahli. Oleh
sebab itu, tanpa menoleh pemuda ini menggerakkan lengan
kirinya menangkis dan sekaligus dilanjutkan dengan tamparan
ke dada.

"Plak-bukk.....!” dua kali suara ini terdengar hampir


berbareng dan si tinggi besar itu menjerit tertahan. Goloknya
terlepas dan tubuhnya roboh tersungkur.

Cepat Bu Kong membalikkan tubuh dan dilihatnya bahwa


penyerang itu bukan lain adalah seorang perajurit biasa yang
memandangnya dengan mata melotot penuh kemarahan.
Tentu saja pemuda ini tidak perduli dan sekali menjengekkan
suara di hidung, Bu Kong berkelebat meneruskan
pencariannya. Dia yakin bahwa pukulannya yang telah
mengenai dada lawan akan membuat orang itu tewas, maka
tanpa diuruspun perajurit tadi pasti mati.

1239
Dengan sikap pandang ringan inilah satu kesalahan besar
telah dibuat oleh pemuda itu. Dia tidak tahu betapa setelah
kepergiannya, seorang perajurit bertubuh sedang berindap-
indap menghampiri si tinggi besar itu dan dengan susah payah
menolong temannya. Bisikan-bisikan pelan terdengar di antara
mereka dan dua orang ini akhirnya berangkulan melarikan diri
melalui lorong samping.

Bayangan mereka akhirnya lenyap dl dalam kegelapan


dan kalau saja jenderal muda ini tahu siapa mereka, pasti
wajahnya akan berobah seketika. Kalau begitu, siapakah dua
orang itu? Mereka bukan lain adalah orang-orang yang amat
penting dari Kerajaan Wu. Yang bertubuh sedang dan masih
muda adalah Fu Chai, sedangkan si tinggi besar yang dihantam
Bu Kong tadi bukan lain adalah Raja Muda Kung Cu Kwang
sendiri!

Tentu saja hal ini amat mengejutkan, akan tetapi, itulah


kenyataannya. Dengan penyamaran sebagai perajurit biasa
inilah dua orang tokoh itu lolos dari malapetaka dan melarikan
diri lewat lorong rahasia. Dan sikap pandang ringan dari
jenderal muda itu kelak berbuntut panjang karena Fu Chai,
yang bukan lain adalah putera mahkota dari Sri Baginda Kung
Cu Kwang, kelak membalaskan sakit hatinya terhadap Yueh.

Dan tepat seperti dugaan jenderal muda ini, Kung Cu


Kwang akhirnya wafat di dalam perjalanannya karena pukulan
sin-kang dari pemuda itu memecahkan jantungnya. Hanya
berkat kekerasan hati serta kemauannya yang kuat untuk

1240
segera meninggalkan tempat berbahaya itulah yang membuat
raja muda ini dapat bertahan. Namun, maut akhirnya
menjemput juga dan di dalam sebuah hutan, di atas pangkuan
puteranya yang menangis sesenggukan, raja muda itu wafat
setelah meninggalkan pesan untuk membalaskan
kematiannya. Peristiwa ini masuk dalam sejarah dan dicatat
sebagai peristiwa penting yang menyangkut permusuhan dua
kerajaan, yakni Yueh dan Wu.

Sementara itu, Bu Kong telah tiba di ujung lorong


terakhir dan begitu sampai di tempat ini, pemuda itu tertegun
dengan mata terbelalak. Orang yang dicari-carinya, yakni Wu-
sam-tai-ciangkun, tampak bergelimpangan mandi darah di
tempat itu! Dan dua orang di antara mereka, yakni Panglima
Kiang dan Panglima Han, tewas dengan kepala pecah serta
otak berhamburan.

Tentu saja pemandangan ini amat mengejutkan, dan Bu


Kong maklum siapa kiranya yang melakukan perbuatan itu.
Pasti Cheng-gan Sian-jin! Siapa lagi? Sejenak pemuda ini
terpaku dan dia melihat betapa selain kepala pecah juga dada
Panglima Kiang dan Panglima Han mandi darah. Tampak di situ
rantai baja milik Panglima Kiang menimpa dada Panglima Han
dan membuat panglima itu hancur tulang-tulangnya,
sementara pedang Panglima Han sendiri menancap di dada
Panglima Kiang. Dilihat sepintas lalu, dua orang panglima itu
tampaknya seperti habis saling bunuh dan hanya Panglima Ok
yang kelihatannya masih hidup. Akan tetapi, keadaan
panglima inipun sudah amat payah karena kepalanya yang

1241
berlumuran darah itu membuat otaknya retak-retak. Dan
ketika Bu Kong memasuki tempat itu, panglima ini
mengeluarkan suara seperti ayam disembelih sambil
menudingkan telunjuknya dengan mata melotot.

Bu Kong benar-benar terkesima. Dia tidak tahu,


bagaimanakah perasaannya sendiri pada saat itu. Menurut
patut, seharusnya dia bergirang karena pemfitnah-pemfitnah
ini telah menerima hukumannya. Namun, melihat keadaan
mereka yang demikian mengenaskan akibat pengkhianatan
Cheng-gan Sian-jin, mau tak mau hatinya tergetar juga. Dan
sementara dia berdiri mematung di tempat itu dengan mata
terbelalak, tiba-tiba dari luar terdengar teriakan “Ayah........!”
disusul dengan berkelebatnya sesosok bayangan putih.

Kembali Bu Kong terkejut dan cepat pemuda ini


memutar tubuh. Dilihatnya seorang gadis cantik dengan
rambut riap-riapan melayang masuk seperti walet menyambar
dan tahu-tahu seperti burung terbang saja, gadis itupun telah
hinggap di tengah ruangan dengan mata terbelalak
memandang tubuh Wu-sam-tai-ciangkun yang
bergelimpangan mandi darah.

Jenderal muda ini tertegun. Rambut yang riap-riapan itu


menyembunyikan sebagian besar wajah si wanita, akan tetapi,
lengan baju kiri yang kosong serta bentuk tubuh dan teriakan
“Ayah” tadi membuat ia mengenal gadis ini sebagai Siu Li!
Maka otomatis dia mengeluarkan seruan girang sambil

1242
melompat maju, namun gadis ini sendiri sudah menjerit keras
dan menubruk Panglima Ok, lalu menangis tersedu-sedu.

Pemuda ini melenggong. Peristiwa yang terjadi di lorong


bawah tanah ini memang hebat sekali, juga di luar dugaan,
maka dia maklum betapa kekasihnya mengalami guncangan
batin yang amat berat. Oleh sebab itu, dia hanya dapat
memandang gadis yang mengguguk di atas dada ayahnya ini
dengan hati terharu, sementara Panglima Ok sendiri tiba-tiba
membuka matanya yang tadi tertutup.

Sejenak panglima ini merasa heran karena matanya yang


sudah mulai mengabur itu tidak dapat mengenali puterinya
sendiri. Akan tetapi, setelah dia mendengar sedu-sedan itu
dan panggilan “Ayah“ berulang-ulang barulah orang tua itu
tahu bahwa yang menangis ini adalah Siu Li. Maka cepat
panglima itu menggeliat untuk bangkit duduk, namun terpaksa
da roboh lagi sambil menyeringai. Dadanya nyeri sekali, begitu
pula kepalanya. Terasa berdenyut-denyut menusuk jantung.
Dan Siu Li yang melihat keadaan ayahnya ini malah menangis
semakin keras dengan pundak berguncang-guncang.

Bu Kong cepat maju menghampiri dan dengan hati-hati dia lalu


mengangkat orang tua itu di atas pangkuan puterinya, akan
tetapi, Panglima Ok tiba-tiba mendelik sambil meludahi
mukanya!

1243
“Yap-goanswe, jangan sentuh tubuhku, aku tidak butuh
pertolonganmu...... uhh......!” panglima ini terbatuk dan darah
bercampur ludah mengenai muka jenderal muda itu yang
terpaksa mundur dengan hati panas. Kalau saja tidak ingat
orang ini sudah berada di ambang maut dan juga sekaligus
ayah dari kekasihnya, tentu dia tidak sudi menolong. Namun,
melihat gadis itu dilanda duka yang demikian menyedihkan,
maka dia hendak sedikit menghibur kekasihnya. Siapa tahu
panglima tua yang tak tahu diri itu malah memaki dan
meludahinya!

Bu Kong mendongkol sekali, akan tetapi, dia tidak ingin


membuat ribut yang berarti menambah penderitaan batin
kekasihnya. Oleh sebab itu, dia lalu mengusap semprotan
ludah bercampur darah itu dengan tenang dan kemudian
berdiri agak menjauh.

Sementara itu, Panglima Ok yang sudah bersandar di


atas pangkuan puterinya ini mulai bicara dengan suara
gemetar. “Li-ji (anak Li) di mana kakakmu? Kenapa dia tidak
datang.........? Aku sudah tidak kuat lagi, nak......... aku sudah
tidak kuat......... Giam-lo-ong jahanam itu rupanya sudah tidak
sabar untuk merenggut nyawaku......... uhh, keparat.........!”

Panglima ini batuk-batuk sambil menekan dadanya,


sementara mukanya yang penuh darah dan tampak
mengerikan itu mulai pucat kehijauan. Siu Li menangis
tersedu-sedu melihat keadaan ayahnya ini, dan cepat dia
menotok beberapa aliran darah di dada ayahnya untuk

1244
memberikan kekuatan. Pertanyaan ini tidak dapat dijawabnya
karena tenggorokannya seperti tercekik, maka ia hanya dapat
mengguguk sambil menggelengkan kepala tanda tidak tahu.

Panglima ini menarik napas panjang. “Hemm, kalau


begitu bagaimana kalian dapat keluar dan penjara bawah
tanah?”

Siu Li mengangkat mukanya, “Seseorang menolong kami,


ayah. Dialah yang mengeluarkan kami dari sana.........”

“Siapa.......?”

“Gadis baju kuning, ayah. Namanya A Cheng dan dia


adalah pembantu Tok-sim Sian-li.”

“Hahh...?!” Panglima Ok terbelalak. “Gadis yang


pendiam itu?”

Siu Li mengangguk. “Benar, ayah....”

Dan Panglima Ok tiba-tiba tertawa serak mendengar


jawaban itu. “Ha-ha, Cheng-gan Sian-jin mengkhianati kita dan
sekarang pembantunya mengkhianati dia. Sungguh lucu......
sungguh menggelikan...... aughh....!”

Orang tua itu menyeringai dengan napas terengah.


Banyak bicara tadi membuat dadanya sesak dan ketika dia

1245
tidak tahan untuk tertawa mendengar A Cheng mengkhianati
Cheng-gan Sian-jin ini menyebabkan jantungnya terasa nyeri.
Dia tidak tahu, betapa sebuah urat di serambi kiri jantung
pecah akibat tertawa tadi, dan panglima ini banya merasa
bahwa dada kirinya semakin sakit. Demikian sakit perasaan itu
sehingga mukanya sampai berkerut-kerut. Totokan Siu Li tadi
memang sedikit banyak telah menolongnya. Akan tetapi,
kejutan mendengar berita tentang A Cheng ini membuat
penderitaannya semakin hebat.

Oleh sebab itu, panglima ini lalu mengerang panjang dan


mengeluh. “Li-ji, dadaku nyeri sekali......... kepalaku
berdenyut-denyut...... dan tubuhku sebelah kiri terasa sakit.
Aduhh, Dewa Kematian rupanya hendak mencabut
nyawaku...... ohh, Li-ji......... Li-ji.........”

Panglima Ok tiba-tiba berkelojotan dan Siu Li menjadi


pucat mendengar ayahnya menjerit-jerit dalam sakratul maut
itu. Sejenak gadis ini terpaku dan tiba-tiba lengannya
dicengkeram kuat-kuat. Ia terkejut, dan sementara terbelalak
dalam kebingungan itu mendadak ayahnya meraung kesakitan
seperti anjing disembelih.

Tentu saja gadis ini menjadi takut dan sedih. Air matanya
membanjir seperti bendungan jebol dan Bu Kong yang tidak
tahan melihat itu semua lalu melompat ke depan. Dengan
gerakan cepat pemuda ini menotok satu jalan darah di
punggung yang dinamakan "Tenangkan Sumsum Kembalikan
Roh", yakni semacam hiat-to penting untuk memulihkan

1246
seseorang dalam beberapa detik buat menyampaikan pesan
terakhirnya sebelum tewas.

Dan perbuatan ini ternyata berhasil baik karena


Panglima Ok yang tadi menjerit-jerit itu kini menghentikan
teriakannya dan terlentang diam. Hanya napasnya tampak
tersendat-sendat dan Bu Kong yang tahu bahwa keadaan
sudah amat mendesak ini lalu berkata perlahan kepada
kekasihnya, “Li-moi, cepat minta ayahmu memberikan pesan
terakhirnya.......!”

Siu Li mengangguk dan dengan muka pucat serta air


mata bercucuran gadis itu lalu berbisik di telinga ayahnya
dengan suara menggigil, “Ayah, kau ada pesan apakah?”

Perlahan pertanyaan ini, akan tetapi rupanya Panglima


Ok dapat menangkap baik karena tiba-tiba orang tua itu
membuka matanya. Dan Bu Kong terkejut melihat sinar
kebencian memancar dari sepasang mata tua ini dan ketika
panglima itu menggerakkan mulutnya, terdengarlah kata-kata
yang berbunyi: “Kalau kau ingin ayahmu mati meram, maka
bunuhlah Yap-goanswe untuk membalaskan sakit hatinya!”

Singkat kalimat ini, akan tetapi cukup membuat Siu Li


menjerit tertahan dan begitu selesai meninggalkan pesannya,
orang tertua dari Wu-sam-tai-ciangkun ini tewas dengan mata
terbelalak lebar. Rupanya, api kebencian akibat kekalahannya

1247
ini disusul hubungan asmara puterinya dengan pemuda itu
membuat orang tua ini marah sekali.

Seperti diketahui, Ok-ciangkun menolak hubungan itu


karena Yap-goanswe adalah pemuda yang amat berbahaya
baginya. Watak dirinya dengan jenderal muda itu seperti langit
dengan bumi. Maka, kalau dia menerima perjodohan
puterinya ini, pasti di lain hari bakal terjadi percekcokan-
percekcokan besar di antara mereka. Oleh sebab itu, dengan
mati-matian dia menentang maksud puterinya ini karena kalau
hal itu dituruti, kedudukannya kelak bakal goyah.

Yap-goanswe adalah seorang pemuda yang anti


kejahatan, seorang jenderal berwatak pendekar. Sedangkan
dia sendiri merasa sebagai orang yang kurang bersih dan tidak
segan-segan melakukan kecurangan apapun. Maka kalau dia
menerima hubungan puterinya dengan pemuda itu, kelak
dirinya akan selalu bermusuhan dengan menantunya sendiri.
Dan mengingat jenderal muda itu orang yang amat lihai serta
memegang teguh kebenaran sejati, panglima ini merasa
pemuda itu seperti duri dalam daging.

Oleh sebab itu, dengan keras dia menolak kehendak


puterinya. Bahkan marah-marah terhadap Siu Li yang mulai
berani menentangnya. Semua kejadian ini membuat panglima
itu naik darah karena gara-gara bersahabat dengan jenderal
muda itulah puterinya sendiri menjadi berani! Karena itu,
ketika gadis ini datang sebulan yang lalu untuk minta
pertimbangannya yang terakhir dalam masalah

1248
perjodohannya dengan Yap-goanswe, panglima ini lalu
menangkap puterinya itu yang dijebloskan dalam penjara
bawah tanah.

Dan kemarahan panglima ini semakin berkobar ketika


beberapa hari kemudian, Kui Lun datang dan minta supaya
adiknya dibebaskan! Tentu saja orang tua ini naik pitam dan
saking marahnya diapun lalu menangkap puteranya sendiri
untuk dijebloskan dalam penjara bawah tanah bersama
puterinya! Kini dua orang anaknya yang tidak penurut itu telah
ditangkap, dan Panglima Ok siap menantikan kedatangan Yap-
goanswe yang dikabarkan akan datang ke tempat ini seorang
diri.

Siapa sangka, Yap-goanswe yang dikira akan datang


seorang diri itu ternyata membawa pasukan besar dan tahu-
tahu telah mengepung kota raja dengan gerakan kilat. Dan
sementara mereka mengatur siasat dengan mengirimkan
koksu sebagai duta ke kemah jenderal muda itu, mendadak
Cheng-gan Sian-jin melakukan pengkhianatan yang di luar
dugaan, padahal baru saja kakek itu datang dari tempat Yap-
goanswe!

Tentu saja semua kejadian ini lalu menimbulkan dugaan


bahwa jenderal muda itu telah mempengaruhi Cheng-gan
Sian-jin, mempergunakan siasat yang disebut "Menarik Anjing
Memasukkan Serigala" ke kota raja. Dan mengingat murid
datuk sesat itu memang tergila-gila kepada Yap-goanswe,

1249
maka tidaklah aneh kalau Cheng-gan Sian-jin berhasil dibujuk
dan berkhianat!

Inilah kesimpulan Ok-ciangkun dan orang yang biasa


melakukan kecurangan memang cenderung untuk mengukur
orang lain dengan baju sendiri. Oleh sebab itu, kebencian
panglima ini terhadap Bu Kong semakin berkobar dan
mencapai puncaknya dalam pertemuan dengan Cheng-gan
Sian-jin di lorong bawah tanah. Tentu saja panglima itu marah-
marah, apalagi ketika sambil tertawa bergelak kakek iblis ini
mengakui kesimpulannya dan memaki-maki mereka yang
dikatakan sebagai "keledai tolol".

Hal ini membuat Panglima Ok naik pitam dan bersama


dua orang rekannya dia menerjang kakek itu untuk mengadu
jiwa. Perbuatan ini dilakukan karena Ok-ciangkun yang merasa
kedudukannya terjepit dengan masuknya bala tentara Yueh
dari empat pintu gerbang itu membuat tiga orang panglima ini
ingin membunuh Cheng-gan Sian-jin yang menjadi biang keladi
segala kekacauan. Di samping itu, sebagai orang-orang tinggi
hati, Wu-sam-tai-ciangkun memilih berhadapan dengan kakek
ini daripada perajurit musuh. Mati di tangan Cheng-gan Sian-
jin bagi mereka jauh lebih "terhormat" daripada mati di tangan
orang lain. Oleh sebab itu, meskipun maklum kakek ini bukan
tandingan mereka, Panglima Ok dan teman-temannya tetap
nekat mengadu jiwa. Mereka berusaha sekuat mungkin untuk
membunuh kakek itu, akan tetapi gagal.

1250
Cheng-gan Sian-jin adalah tokoh besar dunia hitam,
mana bisa dirobohkan Wu-sam-tai-ciangkun? Adalah mereka
itu yang dirobohkan kakek ini seperti tekad mereka sendiri,
tiga orang panglima itu akhirnya benar-benar mati
"terhormat" di tangan Cheng-gan Sian-jin.

Demikianlah, setelah menewaskan musuh-musuhnya,


kakek ini lalu mengajak semua pembantunya keluar dari
lorong bawah tanah, sementara yang terlambat masuk
ditinggal begitu saja.

Inilah sekelumit ceritera mengapa tiga orang panglima


itu tidak muncul. Dan kini, setelah Ok-ciangkun sebagai orang
terakhir juga tewas, sepasang orang muda itu berdiri saling
berhadapan. Yang satu dengan pandangan kosong tak terarah,
sedangkan yang lain tersenyum getir. Bu Kong dan Siu Li sama-
sama tertegun, dan masing-masing menjadi tegang sendiri.

Di pihak Bu Kong ingin mengetahui apakah kekasihnya


benar-benar akan menjalankan perintah ayahnya sebelum
ajal, sedangkan dari pihak Siu Li sendiri diliputi kebimbangan
antara patuh terhadap orang tua dan cinta kasih terhadap
jenderal muda ini.

Perlu diketahui di sini bahwa "Hauw" (Bakti) di jaman itu


telah meresap ke tulang sumsum di kalangan Bangsa Tiongkok.
Oleh sebab itu, bila seorang anak yang berani melanggar
"Hauw" akan menerima kutukan seumur hidup. Di samping

1251
cercaan masyarakat juga reaksi dari roh-roh luhur akan
menghantui si pelanggar sampai menjadi gila. Karena itu,
jarang sekali di antara mereka ada yang berani melawan
"Hauw" ini, apalagi kalau berupa pesan terakhir dari orang tua
sendiri. Bagi mereka, pesan itu amat berpetuah dan Siu Li yang
terpengaruh oleh kebudayaan ini mulai goyah perasaannya.

Memang betul Yap-goanswe adalah pemuda yang amat


dicintainya, namun pertemuannya dengan pemuda itu terjadi
setelah dewasa. Padahal untuk menjadi dewasa ini dia harus
melalui orang tua dan kalau tidak ada ayah ibunya, mustahil ia
dapat berjumpa dengan jenderal muda ini.

Oleh sebab itu, dengan adanya pikiran ini mulailah Siu Li


menjadi gelisah. Perang batin yang amat hebat berkecamuk di
dalam hatinya. Di satu pihak rasa "Hauw" menuntut baktinya,
sedangkan di lain pihak perasaan cinta kasihnya terhadap
pemuda itu menolak keras.

Siu Li menggigil, dan gadis ini gemetar dengan muka


pucat sekali. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya pada
saat itu. Digencet dua macam perasaan yang sama-sama kuat
begini ingin rasanya ia menjerit-jerit minta mati.

Mati! Kata-kata ini berkelebat di benaknya seperti kilat


menyambar dan begitu ingat, tiba-tiba Siu Li mencabut
pedangnya.

1252
“Sratt...!” Bu Kong terkesiap melihat sinar kehijauan ini
dan perasaan pemuda itu benar-benar terguncang ketika dia
melihat gadis itu maju menghampiri. Tentu saja pemuda ini
terkejut dan rasa nyeri menusuk hatinya. Bu Kong mengeluh
dan pemuda itu berdiri tertegun dengan mata terbelalak.
Dilihatnya air mata membanjir di kedua pipi yang halus itu dan
Bu Kong merasa seperti disayat. Dia tidak tahu apa yang
sedang dipikirkan kekasihnya ini. Akan tetapi, dengan pedang
di tangan kini maju menghampiri baginya sudah cukup jelas
untuk mengetahui apa yang hendak dilakukan gadis itu.

Oleh sebab itu, dengan muka pucat pemuda ini menanti


tegang. Kalau Siu Li telah mengambil keputusan, maka diapun
juga sudah mengambil keputusannya sendiri. Telah bulat
tekad di hatinya, bahwa kalau gadis itu benar-benar hendak
membunuhnya, dia akan menyerahkan nyawa dengan penuh
kerelaan. Akan tetapi, bukan sebagai pemasrahan diri dari
pengorbanannya terhadap Panglima Ok, melainkan sebagai
pemasrahan diri dari cinta kasihnya terhadap gadis itu yang
hendak dibebaskannya dari himpitan batin!

Dengan adanya keputusan ini, Bu Kong menjadi tenang


dan ketegangan hatinyapun berangsur-angsur lenyap. Sudah
cukup banyak gadis itu menderita untuknya, maka kalau
sekarang dia membalas gadis itu dengan pengorbanan jiwa,
agaknya sudah cukup memadai. Oleh sebab itu, Bu Kong
menanti dengan sikap tenang dan pemuda inipun lalu
memejamkan matanya dengan hati perih.

1253
Bagi pemuda ini, mati pada saat itu untuk membebaskan
kekasihnya dari tekanan batin dianggapnya sebagai sesuatu
yang layak. Dan dia tidak ingin menambah penderitaan gadis
itu lagi. Dengan demikian, dia memasrahkan semua yang
terjadi dengan penuh kerelaan. Terlalu banyak dia membuat
susah kepada kekasihnya itu, maka dia sudah tidak ingin
menambah dosa. Bahkan buntungnya lengan Siu Li pun
sebenarnya adalah gara-gara dia juga.

Oleh sebab itu, dengan mulut tersenyum getir jenderal


muda ini menantikan datangnya tusukan maut, namun yang
ditunggu ternyata tidak datang-datang. Lama sekali dia
menunggu, dan akhirnya dia mendengar isak tangis di
depannya. Tentu saja pemuda ini merasa heran dan ketika dia
membuka mata, dilihatnya gadis itu sesenggukan dan
menyodorkan gagang pedang di atas dadanya sementara
ujung pedang diarahkan ke dada sendiri!

“Li-moi.....!” Bu Kong berseru kaget dangan mata


terbelalak, akan tetapi, Siu Li tidak merobah posisi pedangnya.
Dan sementara pemuda ini bengong, gadis itu sudah berkata
dengan air mata bercucuran.

“Yap-koko, bunuhlah aku...... bunuhlah aku dan


bebaskan segera dari himpitan batin ini. Aku tidak kuat
menahan, koko........ aku tidak kuat menahan.... dan kalau kau
tidak membunuhku, aku tentu akan menjadi gila. Koko,
kasihanilah aku.... terimalah pedang ini dan cepat bunuhlah
aku, jangan biarkan aku menjadi gila..... koko......!”

1254
Siu Li terhuyung-huyung dan wajah yang pucat itu
tampak mengharukan sekali. Bu Kong menyeringai dan
pemuda itu mengeluh tertahan. Sama sekali dia tidak mengira
bahwa dialah yang bakal disuruh membunuh, bukannya dia
yang dibunuh! Maka tentu saja kejadian ini membuat pemuda
itu terkesima dan sejenak dia tertegun.

Akan tetapi, kejutan ini hanya sebentar saja menguasai


diri jenderal muda itu karena akhirnya, dengan suara
menggelegar, pemuda ini berkata, “Li-moi, pedang telah kau
pegang, kenapa berhenti di tengah jalan? Aku rela mati di
tanganmu Li-moi, demi pelaksanaan tugasmu terhadap orang
tua. Akan tetapi, ingatlah, pengorbananku bukan untuk
mendiang ayahmu itu, melainkan untuk dirimu sendiri! Oleh
sebab itu, untuk menebus semua dosa-dosaku yang telah
membuat hidupmu menderita, baliklah pedang itu dan
tusukkan ke dadaku......!”

Bu Kong menyambut pedang itu dan menyodorkan


gagangnya ke tangan Siu Li, dan gadis ini mengeluh. “Yap-koko,
demikian kejikah hatimu? Demikian butakah perasanmu
sehingga tidak tahu gejolak batinku? Tidak. Yap-koko.......
tidak........! Akulah yang bersalah, akulah yang berdosa, dan
aku rela menyusul ayah. Yap-koko, aku tidak dapat
membunuhmu, akan tetapi, akupun juga takut kutukan roh
leluhur. Maka bunuhlah aku, koko..... bunuhlah......!”

1255
Siu Li menjerit dan kembali menyodorkan gagang pedang
ke tangan pemuda itu, namun, kali ini Bu Kong tidak mau
menerima dan wajah gadis itu mendadak jadi beringas.

Dengan muka mengerikan dan rambut riap-riapan, Siu Li


memandang jenderal muda itu dan dari kerongkongannya
tiba-tiba keluar lengking lirih seperti kucing marah. Agaknya,
guncangan batin yang amat hebat membuat gadis ini tergetar
syaraf otaknya dan sekonyong-konyong dia terkekeh.

“Hi-hi-hikk, Yap-goanswe, kau hendak membuat aku gila


tanpa kesudahan? Begitukah? Ah, jenderal keji, kalau kau
memang minta mati di tanganku, baiklah, terimalah ini....!”

Gadis itu membentak nyaring dan sekali tangannya


bergerak, pedang bersinar kehijauan itu menyambar ganas. Bu
Kong terkejut, bukan kaget oleh menyambarnya pedang,
melainkan terkejut oleh watak gadis itu yang tiba-tiba seperti
orang gila. Hal ini di luar perhitungannya, maka, tentu saja dia
merasa menyesal. Akan tetapi, karena pedang sudah
berkelebat dan diapun berduka melihat keadaan yang semakin
memburuk, pemuda ini pasrah dan tepat ujung pedang
menyentuh kulit dadanya, Bu Kong berseru nyaring.

“Li-moi, kutunggu kau di akhirat....”

Teriakan ini dibarengi dengan pandangan mata yang


amat mesra dan Siu Li tampaknya tersentak. Getaran sinar

1256
mata itu rupanya sempat mengusir kegilaannya dalam sedetik
karena tiba-tiba gadis ini memekik tertahan seperti orang
kaget. Namun, karena pedang sudah digerakkan cepat, maka
gadis ini tidak mampu mencegahnya. Apalagi getaran syaraf
tadi membuatnya menyerang sungguh-sungguh, maka Siu Li
tidak dapat mengendalikan diri.

“Cepp....!” pedang itu menusuk dada dan darah


menyemprot dari luka disusul keluhan Bu Kong yang roboh
terjengkang. Siu Li terbelalak, dan gadis ini tiba-tiba menjerit
histeris. Darah di ujung pedangnya itu tiba-tiba membuat gadis
ini sadar dan begitu tahu bahwa dia telah menikam
kekasihnya, Siu Li memekik seperti disambar petir.

“Yap-goanswe.... Yap-koko.....! Kau.... mati....? Aduh,


Thian Yang Maha Agung, apa yang telah kulakukan ini? Ah,
tidak..... tidak...... ayah, kau kejam! Kau keji! Kau
memerintahkan aku membunuh orang yang tidak berdosa.....!
Ah, Yap-koko ampunilah aku..... maafkanlah aku dan jangan
tinggalkan aku pergi. Yap-koko, aku ikut..... aku ikut.....!” Siu Li
tiba-tiba memekik kalap dan berbareng dengan teriakannya
itu, gadis ini menggerakkan pedang menusuk perut sendiri.

“Bless......!” Siu Li mengeluh dan senjata itu amblas di


dalam perutnya, membuat luka yang dalam, sementara
tubuhnya terhuyung-huyung roboh. Sejenak gadis ini
terbelalak dan menyeringai menahan sakit, kemudian dengan
suara serak ia memanggil-manggil nama kekasihnya, lalu
mendekati pemuda itu dan ambruk di atas dadanya.

1257
1258
Siu Li mengerang, dan dengan napas terengah-engah gadis
ini memeluk wajah kekasihnya dengan muka pucat. Kemudian,
pada saat tubuhnya mulai berkelojotan, ia mencium bibir Bu
Kong dan bersamaan dengan rintihannya yang terakhir, puteri
Panglima Ok yang bernasib malang itu menghembuskan
napasnya dengan mulut menyeringai.

Dunia menjadi gelap dan peristiwa di lorong bawah


tanah inipun berakhirlah. Keadaan kembali sunyi seperti sedia
kala dan lima sosok tubuh itu bergelimpangan penuh darah.
Tragis memang, akan tetapi, itulah kejadiannya.

Dan tidak lama setelah sepasang kekasih itu mengalami


lakonnya, dari luar berkelebat sebuah bayangan putih yang
gerakannya seperti iblis. Seorang laki-laki telah berdiri di situ,
dan orang ini tampak tertegun. Seruan lirih meluncur dari
mulutnya dan sejenak orang ini berdiri mematung. Akan
tetapi, sukar untuk mengetahui apa yang sedang dirasakannya
pada saat itu karena wajah yang terbungkus kabut ini tampak
membisu. Dan para pembaca yang melihat ciri-ciri pendatang
itu pasti mengenal siapa dia. Benar, kakek ini bukan lain adalah
Bu-beng Sian-su sendiri yang selalu mengikuti jejak Bu Kong.

Kini, setelah manusia dewa itu melihat lima sosok tubuh


yang membujur di lantai dalam keadaan mengerikan itu, kakek
ini cepat membungkukkan tubuhnya memeriksa. Dan setiap
kali lengannya menyentuh mayat yang sudah dingin, kakek ini
selalu mengeluarkan puja-puji memanjatkan doa. Satu-
persatu lima orang itu telah diperiksanya dan ketika tiba giliran

1259
Yap-goanswe yang diraba urat nadinya, kakek ini tampak
melenggong. Mengapa? Karena dari lima orang itu ternyata
yang masih hidup justeru adalah pemuda ini!

Sungguh di luar dugaan, dan para pembaca mungkin juga


merasa heran. Bagaimana bisa terjadi keajaiban itu?
Barangkali demikian Anda bertanya, akan tetapi itulah
kenyataannya, para pembaca. Yap Bu Kong masih hidup! Hal
ini mungkin perlu mendapat penjelasan karena justeru
kejadian inilah yang merupakan kunci dari sebait syair Bu-beng
Sian-su.

Seperti kita ketahui, Siu Li telah menusukkan pedangnya


ke jantung pemuda ini akibat guncangan hatinya yang
terlampau hebat. Namun, ketika jenderal muda ini
mengeluarkan getaran sinar kasihnya melalui pandang mata,
sedetik guncangan Siu Li menjadi tenang, dan ketenangan
inilah yang membuat gadis itu terkejut sehingga pedangnya
bergetar dan menyeleweng satu senti di sebelah kanan
jantung kekasihnya. Kejadian ini memang sekejap, namun toh
telah merobah ancaman maut yang nyaris merenggut jiwa
pemuda itu.

Akan tetapi, karena Bu Kong sendiri juga sedang dilanda


duka yang berat maka tusukan itu tetap saja membuatnya
roboh. Hanya bukannya roboh tewas, melainkan roboh
pingsan. Dan Siu Li yang tidak mengetahui hal ini, mengira
pemuda itu telah terbunuh dan untuk menebus
penyesalannya, gadis itupun lalu bunuh diri. Sungguh sayang!

1260
Inilah para pembaca, hal yang sesungguhnya terjadi. Dan
memang terdapat sesuatu yang di luar dugaan pada peristiwa
itu. Kalau saja Siu Li tahu bahwa Bu Kong tidak tewas, mungkin
gadis ini tidak sampai mengorbankan diri menyerahkan
nyawanya. Namun, nasi telah menjadi bubur dan tahukah
Anda apa sebab UTAMANYA?

Pertanyaan ini perlu diajukan dan jawabannya terletak


pada baris keempat dari syair ini. Dan untuk menjawab
pertanyaan itu, marilah kita bahas lebih dahulu. Pertama-
tama, Anda telah melihat dari awal ceritera hingga akhir
kejadian ini betapa Yap-goanswe telah menjalin cinta kasihnya
bersama Siu Li. Terdapat lika-liku yang rumit sekali
membayangi sepasang muda-mudi itu, karena dari pihak Ok-
ciangkun mati-matian menolak maksud anak gadisnya ini.

Akan tetapi, karena Siu Li sendiri melihat betapa ayahnya


memang amat keterlaluan dan jahat, gadis ini tetap nekat
untuk melanjutkan hubungannya dengan jenderal muda itu
yang semakin lama bahkan semakin dikagumi dan dicinta. Dan
untuk ini, dia berani menentang panglima itu yang
dianggapnya berada pada pihak yang salah. Perbuatan-
perbuatan ayahnya yang keji terhadap Yap-goanswe diam-
diam membuat Siu Li mengeluh. Apalagi ketika ayahnya
memfitnah pemuda ini dan bergabung dengan manusia iblis
manusia iblis macam Cheng-gan Sian-jin!

Semua kejadian ini membuat gadis itu berputus asa


untuk menyadarkan ayahnya yang sesat, dan di dalam hatinya

1261
mulailah terjadi konflik batin yang kian menjadi. Dan akhir dari
kekecewaan itu kemudian meledak ketika gadis ini melarikan
diri dari gedung ayahnya dan bersembunyi di Lembah Bambu
Kuning.

Itulah peristiwa beberapa bulan sebelumnya, di mana Bu


Kong justeru sedang mengalami penderitaan yang sehebat-
hebatnya karena dipermainkan Lie Lan dan gurunya. Kekejian
guru dan murid ini akhirnya didengar juga oleh Siu Li, dan tentu
saja gadis itu marah sekali. Terpaksa dia kembali ke kota raja
untuk menolong, namun ternyata pemuda itu telah
dibebaskan oleh Malaikat Gurun Neraka.

Hal ini membuat Siu Li prihatin, apalagi ketika


mendengar kekasihnya luka keracunan! Dan secara kebetulan
sekali di tengah jalan, ia melihat Pek Hong membawa pemuda
itu ke Ang-bhok-san, maka diapun mengikuti secara diam-
diam sampai akhirnya ia turun tangan untuk menundukkan
Dewa Monyet yang berlaku ugal-ugalan. Cinta kasih Pek Hong
terhadap jenderal muda itu membuat Siu Li merintih di dalam
hati dan gadis ini bertekad untuk membiarkan pasangan yang
dianggapnya lebih setimpal itu menjalin hubungan. Dia adalah
anak seorang panglima jahat, maka sudah sepantasnya dia
tahu diri.

Siapa sangka, pemuda ini justeru mengejarnya sampai di


dalam hutan ketika ia membenturkan diri ke pohon raksasa.
Karena memang dirinya merindukan pemuda itu dan Bu Kong
sendiri tampaknya tidak suka terhadap murid Ta Bhok Hwe-sio

1262
tersebut, hati Siu Li menjadi luluh kembali dan harapannyapun
timbul. Kebijaksanaan pemuda itu di saat terakhir dalam hutan
dahulu benar-benar mengesankan hatinya. Masih terngiang di
telinganya ucapan pemuda ini betapa semua kesalahan-
kesalahan ayahnya akan dihapus kalau mereka telah menjadi
suami-istri. Ayahnya memang jahat akan tetapi, pemuda itu
ternyata mau mengalah dan betapa berbudi watak seperti itu.

Tentu saja semua kenang-kenangan ini membuat Siu Li


terharu dan karena kekasihnya bersungguh-sungguh, akhirnya
timbul ketekadan hati yang sama-sama bulat di antara mereka
berdua. Sudah terdapat keputusan yang tak dapat diganggu
gugat oleh siapapun untuk melangsungkan niat perjodohan
itu, dan masing-masing pihak yang sudah sama-sama punya
"mau" inilah yang oleh Bu-beng Sian-su dikatakan dalam
syairnya pada baris pertama dan kedua, yakni: “Aku punya
mau..... dan, Diapun punya mau.....” itu.

Sampai di sini, para pembaca, Anda lihat bahwa


keteguhan serta tekad yang demikian keras dari sepasang
kekasih ini memang tampaknya tak dapat dicegah lagi. Boleh
dikatakan bahwa maksud perjodohan itu sudah 99 % berhasil
karena baik orang tua menerima ataupun menolaknya, Bu
Kong dan Siu Li tetap akan menjadi suami istri. Dan inilah
perhitungan mereka, perhitungan manusia pada umumnya.

Dan memang tidak dapat kita sangkal, bahwa siapapun


yang menghalangi, agaknya tetap akan sia-sia belaka. Dua
orang muda-mudi ini telah merupakan orang-orang “nekat”,

1263
maka biar iblis sekalipun tidak mungkin dapat
menggagalkannya. Oleh sebab itu, usaha yang sungguh-
sungguh ini memang tampaknya pasti berhasil. Bu Kong dan
Siu Li telah mengambil keputusan terakhir, yakni apabila pihak
orang tua menolak, baik itu Panglima Ok maupun Takla Sen-jin
sendiri, mereka akan minta tolong kepada para nikouw atau
hwe-sio untuk meresmikan perjodohan ini. Dan apabila hal itu
sampai terjadi, baik Malaikat Gurun Neraka maupun Ok-
ciangkun sendiri mau tidak mau harus "menyerah".

Nah, inilah puncak dari dua hati yang sudah saling


bersatu padu itu dan siapapun mencegah mereka pasti gagal.
Hal inipun sudah diperhitungkan Bu Kong dan pemuda ini
merasa yakin akan keberhasilannya. Kalau ada yang dapat
memisahkan mereka dalam perjodohan di dunia ini, dialah
Dewa Kematian yang memiliki kekuasaan tunggal. Akan tetapi,
seperti yang pernah mereka ucapkan sebagai sumpah dahulu
di dalam hutan, Dewa Kematianpun tidak akan dapat
memisahkan mereka. Gagal menikah di dunia "sini" biarlah
menikah di dunia "sana". Itulah tekad mereka!

Akan tetapi, satu hal penting yang amat pokok sekali


telah dilupakan oleh jenderal muda ini, yakni adanya faktor
lain yang "dilupakan" oleh hampir sebagian besar manusia. Dia
menganggap, kalau dia bersama kekasihnya telah sama-sama
punya "mau", biar iblispun tidak dapat menahan mereka. Dan
ini barangkali benar. Akan tetapi, para pembaca, gara-gara
"melupakan" faktor ketiga itulah jenderal muda ini tergelincir!

1264
Bu Kong menganggap, bahwa kalau dia dan Siu Li sudah
suka sama suka dan masing-masing telah sama-sama "mau"
untuk menjadi suami isteri, maka hal itupun bakal terjadilah!
Dan seperti yang mereka ikrarkan sendiri, tidak jadi suami
isteri di dunia "sini" biarlah jadi suami isteri di dunia "sana".
Mereka lupa, para pembaca, bahwa meskipun masing-masing
sudah sama punya "mau", namun kalau TUHAN JUGA PUNYA
MAU lain dengan "mau"-nya mereka, dua orang itu harus
tunduk! Harus menyerah!

Nah, inilah faktor ketiga yang dimaksudkan Bu-beng


Sian-su itu. Anda lihat, para pembaca, betapa usaha yang
demikian mati-matianpun dari sepasang kekasih itu terpaksa
harus gagal! Padahal kalau kita lihat, Bu Kong dan Siu Li telah
nekat untuk hidup bersama di tempat terasing jika orang-
orang tua menolak. Dan betapa Siu Li yang ingin memenuhi
ikrarnya sebagai isteri di dunia "sana", juga harus kandas di
tengah jalan karena pemuda yang disangkanya tewas ttu
ternyata tidak terbunuh.

Kalau sudah begini, para pembaca, apakah sebab


utamanya? Bukan lain adalah faktor ketiga itulah, yakni karena
TUHAN JUGA PUNYA MAU! Dan di sini, dengan menyesal sekali
terpaksa dua orang muda-mudi itu harus melihat kenyataan.
Mereka boleh mati-matian memperjuangkan hak mereka
untuk menjadi suami isteri, akan tetapi, kalau Tuhan
menentukan lain maka merekapun harus menyerah. Inilah
para pembaca, satu kenyataan hidup yang harus kita sadari
sungguh-sungguh. Hanya kalau "Aku punya mau....... diapun

1265
punya mau....... dan Tuhan juga punya mau" yang sejalan,
barulah keberhasilan yang Anda peroleh. Sebaliknya, kalau
Anda dan dia punya "mau" yang sama, akan tetapi,
berlawanan dengan Tuhan punya "mau", maka seperti
keadaan Yap-goanswe itulah yang kita terima!

Dan hal ini bukan hanya terjadi dalam perjodohan saja.


Tidak, bahkan hampir melanda seluruh persoalan hidup. Baik
itu perjodohan, perdagangan, politik, kejadian-kejadian di
dalam rumah maupun di luar rumah, peristiwa antar keluarga,
antar kampung, bahkan juga antar negara!

Semuanya ini bisa saja terjadi, baik itu yang menyangkut


kegagalan ataupun keberhasilan. Baik itu menyangkut
perorangan maupun kelompok. Dan hal ini boleh Anda
buktikan sendiri dalam kehidupan pribadi Anda. Oleh sebab
itu, apabila Anda mengalami keberhasilan, bersyukurlah!
Sebaliknya, kalau mengalami kegagalan, bertabahlah!

Tidak ada lagi yang dapat kita lakukan selain iri.


Beruntung, kita bersyukur, mengalami nasib "sial", kita
bersabar. Sudah, hanya itu saja. Dan bagi siapa saja yang
sedang "gagal", ingatlah bahwa ini semua adalah karena
"Tuhan juga punya mau" akan merupakan semacam obat
penawar. Dan hal ini penting sekali, para pembaca, karena
ingatan tentang itu dapat menahan diri kita dari perbuatan-
perbuatan tercela yang seharusnya tidak perlu kita lakukan.

1266
Mengertilah Anda, para pembaca? TUHAN JUGA PUNYA
MAU! Harap Anda camkan kata-kata ini setiap kali Anda
menerima kegagalan maupun keberhasilan. Sebab, hanya
karena kemauan-Nya itulah semua terjadi menimpa kita.

Dan ini sungguh-sungguh penting untuk disadari. Dapat


melenyapkan kesombongan bagi yang berhasil, dan juga dapat
menormalisir kekecewaan atau kedukaan bagi yang gagal.
Kenyataan ini perlu kita renungkan bersama dan kita ingat
pada saat peristiwa-peristiwa penting menimpa kita. Saya
sengaja menonjolkan kegagalan pemuda itu daripada
keberhasilannya, karena pada umumnya sudah menjadi watak
kita untuk lebih kuat mengingat-ingat penderitaan daripada
kesenangan. Dan penderitaan yang amat berat acap kali
bahkan tercetak di alam bawah sadar pikiran kita. Dan pukulan
begini dapat membuat kita mengalami semacam "shock",
membuat kekecewaan yang amat sangat sehingga tidak jarang
lalu terjadi kejahatan-kejahatan akibat tidak adanya "obat"
mujarab buat menyembuhkan penyakit jiwa itu.

Dan kini para pembaca, mudah-mudahan dengan adanya


kenyataan bahwa di samping Anda dan teman Anda punya
mau ---- baik itu isteri, suami, kekasih, partner, anak atau
apapun adanya sekutu Anda ---- harap Anda ingat bahwa
selama Anda berdua punya mau, Tuhan juga punya mau.
Kebenaran ini lebih saya tekankan kepada siapa saja yang
sedang "sial", karena pengertian tentang "Tuhan juga punya
mau" itu akan merupakan obat penawar satu-satunya untuk

1267
mengembalikan ketenangan jiwa akibat pukulan batin yang
diderita.

Oleh sebab itu, peristiwa-peristiwa pahit yang kita terima


dalam hidup, tidak sampai membuat kita berlarut-larut
tenggelam dalam arus kedukaan. Pengertian ini akan
membuat kita merasa "enteng" pada saat penderitaan
menimpa kita. Dan hal ini tidak sama dengan orang yang
"menerima nasib". O, berbeda sekali, para pembaca, sungguh
berbeda! Bagi orang yang menerima nasib, batinnya masih
tertekan, masih terhimpit dan sewaktu-waktu ada
kesempatan, mungkin akan meledak dalam pelampiasan
dendam. Akan tetapi, orang yang sadar akan pengertian
"Tuhan juga punya mau" itu, akan menerimanya dengan
perasaan lain, yang berbeda dengan orang yang "menerima
nasib". Mengapa? Karena orang yang mengerti tentang hal ini
hatinya jauh lebih lapang pada saat menerima "kesialan" itu
daripada yang menerima nasib. Tidak ada penasaran lagi di
dalam batinnya karena semua arang-arang hitam yang
menggores papan batin, dihapuskan oleh pengertian akan
adanya kenyataan itu. Dan pengertian berarti membuka
kesadaran, dan justeru hal inilah yang saya maksudkan, yakni
membuat kita bersama lebih sadar lagi tentang kehidupan.

Sesungguhnyalah, duka lebih banyak melanda manusia


daripada suka (akan tetapi sebenarnya tidak! Dan untuk ini
dalam kesempatan berikutnya Bu-beng Sian-su akan
membuktikannya kepada Anda), dan manusia yang lemah,
seringkali tidak dapat menguasai keseimbangan jiwanya

1268
sehingga ia meledak dalam kegelapan, merusak diri semakin
parah dan hancur berantakan menyeret manusia-manusia
lainnya.

Hal ini perlu kita bendung dan mudah-mudahan dengan


kupasan syair-syair berikutnya dari manusia dewa itu, kita
bersama dapat menikmati hidup dengan lebih baik lagi.

Para pembaca yang budiman, sampai di sini sebenarnya


kunci tentang sebait syair Bu-beng Sian-su telah selesai.
Namun saya telah meloncat ke baris nomor empat, dan
tentunya Anda bertanya-tanya tentang baris ketiga, bukan?

Baris ketiga isinya tiada lain menunjukkan "kelupaan"


manusia pada umumnya dan kalau Anda ingin tahu. baiklah
saya pasang selengkapnya ayat itu. Inilah dia :

"Aku punya mau...............!

Diapun punya mau...............!

Akan tetapi kita sering lupa bahwa.........!?!?

TUHAN JUGA PUNYA MAU!!"

1269
Nah, inilah para pembaca, isi selengkapnya dari kalimat-
kalimat ganjil itu. Bagaimana menurut pendapat Anda? Tidak
benarkah? Kalau Anda orang yang betul-betul beragama, saya
yakin bahwa Anda dan saya sependapat, yakni jawaban itu
memang BENAR!

Bukankah demikian? Saya harap begitulah. Dan kalau


Anda sekarang ingin mengetahui cerita selanjutnya tentang
Yap-goanswe, maka marilah kita kembali sebentar.

Sama seperti apa yang telah saya uraikan di atas. Bu-


beng Sian-su juga memberikan wejangan-wejangannya
kepada jenderal muda ini. Kakek ini telah mengobati luka Bu
Kong dan berkat kesaktiannya yang tinggi, akhirnya pemuda
itupun sadarlah.

Dan dapat dibayangkan betapa kagetnya Bu Kong


melihat dia ternyata masih hidup dan kekasihnyalah yang
tewas! Tentu saja hal ini membuat pemuda itu terpukul bukan
main dan kalau saja dia tidak berkali-kali menerima pukulan
batin, agaknya jenderal muda ini bakal roboh pingsan untuk
yang kedua kalinya.

Untunglah, Bu-beng Sian-su cepat membantu dan


dengan sentuhan lembut di atas kepala pemuda itu, kakek ini
mampu menyalurkan kesaktiannya memperkuat batin murid
Malaikat Gurun Neraka itu. Apalagi Bu Kong sendiri juga

1270
memiliki sin-kang kuat, maka cepat pemuda inipun dapat
menekan guncangan batin yang dialaminya.

Sejenak dua orang itu berdiri berhadapan, dan Bu Kong


merasakan suatu kehangatan aneh menjalar dari tubuh kakek
dewa ini. Perlahan-lahan Bu-beng Sian-su menarik napas
panjang, lalu ucapan pertamanya yang ditanyakan adalah :
“Suratku masih kau simpan?”

Bu Kong tertegun, lalu mengangguk dengan pikiran


penuh tanda tanya. Dan ketika kakek itu memintanya, cepat
diapun memberikan. Tampak kakek ini tersenyum lembut dan
beberapa kali kuku jarinya bergerak di atas "surat" itu diapun
lalu mengembalikannya kepada pemuda ini.

Bu Kong menerima dan begitu dia membaca baris ketiga


dan keempat yang kini sudah terisi, tanpa terasa pemuda
itupun mengeluarkan seruan tertahan. Sejenak matanya
terbelalak dan jenderal muda ini kembali dibuat guncang.
Akan tetapi, kalau kematian Siu Li boleh diibaratkan dia
guncang ke kiri, maka surat Bu-beng Sian-su itu membuatnya
guncang ke kanan. Akibatnya, dalam beberapa waktu saja Bu
Kong menjadi "pulih". Memang singkat empat baris itu, namun
baginya sungguh merupakan kenyataan yang tak dapat
dibantah. Semua peristiwa dirinya tercakup di situ, bahkan
lama-lama pemuda inipun merasa bahwa segala kejadian
besar di dunia, juga bersumber kepada empat baris kalimat
itu!

1271
Tentu saja dia terkejut dan sementara pemuda ini
bengong, Bu-beng Sian-su tertawa lirih. Kakek itu tampak
gembira melhat betapa dalam waktu sekejap saja Bu Kong
dapat mengerti akan inti sari dari sebait syair tersebut. Dan hal
ini tidak aneh karena pemuda itulah yang langsung menjadi
titik sasaran utama.

Oleh sebab itu, dengan wajah berseri kakek inipun lalu


berkata, “Anak muda, dapatkah kau menangkap kebenaran
dalam kalimat-kalimat ini?”

Bu Kong mengangguk dan cepat pemuda ini


menjatuhkan diri berlutut. “Sian-su, apa yang kau berikan
kepadaku sungguh amat mengejutkan. Akan tetapi, dapatkah
kedukaan serta kekecewaan ini terhapus begitu saja? Sian-su,
hatiku masih tersayat dan biarpun kebenaran telah Sian-su
tunjukkan kepadaku, namun hal ini tidak mungkin dapat
menyembuhkannya dalam waktu sekejap.”

Kakek itu tersenyum. “Yap-goanswe, siapa bilang empat


baris kalimat itu akan menyembuhkan luka hatimu dalam
sekejap? Aihh, anak muda, tidak ada obat yang sekarang
ditelan lalu sedetik kemudian sembuh. Tidak, bukan begitu
maksudku, malah seharusnya juga tidak demikian. Obat
apapun yang dimakan, harus dicerna dahulu dan baru
kemudian membaur dalam sel-sel darah. Begitu pula dengan
empat baris kalimat itu. Dia telah merupakan "obat" pelepas
duka, akan tetapi, karena diapun juga harus membaur di
dalam hatimu perlahan-lahan, maka kesembuhanpun akan

1272
kau peroleh lama atau tidak, inilah tergantung pada tinggi
rendahnya pengertian yang kau serap tentang kenyataan itu.
Semakin tinggi pengertianmu, tentu semakin lekas pula kau
sembuh, dan begitulah yang kuharapkan. Mengertikah kau,
anak muda?”

Bu Kong tak dapat membantah. “Sian-su, apa yang kau


katakan memang tepat. Dan untuk ini teecu hanya dapat
mengucapkan banyak terima kasih yang terhingga. Akan
tetapi, dapatkah Sian-su memberikan saran-saran lebih lanjut
tentang apa yang harus teecu lakukan?”

“Hemm, apa yang kau maksudkan dengan saran-saran


itu, Yap-goanswe? Bagiku, tidak ada saran lain yang kiranya
perlu kuberikan lagi kepadamu. Pengertian telah membuka
kesadaran, dan kesadaran akan mengantar pada
kebijaksanaan. Hanya ini. Untuk apa saran-saran lagi? Tidak,
anak muda, asal kau selalu membuka mata dan telinga batin
dalam menghadapi setiap peristiwa, maka saranpun
sebenarnya tidak berguna untukmu. Orang yang sudah
mengerti tidak perlu diberitahu, bukan? Nah, inilah sebabnya.
Akan tetapi, kalau kau maksudkan sebagai petunjuk di masa
depanmu, maka lebih baik lepaskan kedudukanmu yang
sekarang ini agar kau dapat hidup lebih tenang. Hal ini bukan
berarti lalu kau sama sekali tidak memperoleh kesulitan,
bukan itu. Akan tetapi, kulihat bahwa kalau kau masih
memimpin pasukan memerangi lawan, kehidupan pribadimu
akan semakin berat. Dan tentang kekasihmu itu, harap
lupakan dia. Anggaplah ini sebagai gemblengan hidup yang

1273
amat berguna untuk mematangkan jiwa. Sesungguhnyalah,
emas telah berada di dalam genggaman tanganmu sendiri,
namun kau masih mencari tembaga di luar. Aih, anak muda,
bukankah ini sayang sekali? Dan mengertikah kau apa yang
kumaksudkan?”

Bu Kong menggelengkan kepalanya lemah. “Sian-su,


dalam keadaan hati kusut begini bagaimana teecu dapat
meraba ucapan Sian-su yang penuh teka-teki? Tidak Sian-su,
teecu sama sekali tidak paham dan kalau Sian-su suka,
bolehlah katakan kepada teecu sekarang juga.”

Kakek ini menarik napas panjang. “Anak muda, bukannya


aku pelit memberikan jawaban. Akan tetapi, sesuatu yang
berharga memang harus dicari perlahan-lahan sehingga
barulah harganya itu tampak. Kalau kau belum mengerti,
biarlah kelak kau temukan sendiri dan hal inipun kurasa tidak
lama. Nah, masih adakah yang hendak kau ajukan?”

Pemuda itu termenung. Dalam keadaan masih terpukul


begini sesungguhnya dia seolah-olah kehilangan semangat,
maka diapun tak tahu apa yang hendak dibicarakan. Empat
baris kalimat dalam syair Bu-beng Sian-su itu telah mencakup
semua jawaban baginya, maka apalagi yang hendak
ditanyakan?

Bu-beng Sian-su tersenyum maklum. “Yap-goanswe,


kalau tidak ada nasihat lagi yang perlu kuberikan, baiklah aku

1274
pergi dulu. Tugas masih banyak menantimu dan tentang
saranku tadi, biarlah kau pikirkan masak-masak, semuanya
terserah dirimu sendiri. Oleh sebab itu, ijinkan aku pergi dulu
dan selamat tinggal......!”

Bu-beng Sian-su berseru lirih dan sekali lengan bajunya


dikebutkan kakek itupun berkelebat lenyap dalam sekejap
saja. Bu Kong termangu-mangu, dan semua mutiara kata dari
manusia dewa itu terngiang di telinganya. Diam-diam
perasaannya menjadi getir dan pandang matanya yang suram
itu tampak tidak bergairah.

Peristiwa yang amat penting dalam hidupnya ini benar-


benar menggores batinnya, dan pemuda ini tersenyum pahit.
Betapa beratnya hidup. Betapa beratnya percobaan yang
harus dilalui manusia. Namun, bukankah itu semua
merupakan "bumbu" untuk mematangkan watak seseorang?
Bu Kong menarik panjang dan akhirnya dengan mata basah
pemuda ini mengangkat jenazah kekasihnya dan keluar dari
lorong bawah tanah.

***

1275
Kemenangan Yueh kali ini memang patut disambut
dengan penuh kegembiraan karena Wu-sam-tai-ciangkun,
orang yang amat mereka benci itu sekarang telah tewas. Tiga
panglima setan itu telah tiada lagi dan mereka merasa lega.
Dengan demikian, harapan untuk hidup tenang agaknya akan
dapat dicapai.

Bekas-bekas pertempuran sengit telah mereka


bersihkan, dan pada malam harinya, pasukan besar itu lalu
mengadakan pesta kemenangan. Semuanya bergembira,
semuanya tampak bahagia. Akan tetapi, hanya Yap-goanswe
yang tidak seperti mereka.

Wajah jenderal muda ini masih pucat, dan sebuah


goresan kecil mengeriput di dahinya. Dia tidak dapat
bergembira seperti anak-anak buahnya, karena kedukaan
masih menekan batinnya. Oleh sebab itu, sebelum pesta
berakhir diapun sudah masuk ke kamar tidurnya beristirahat.
Nasihat Bu-beng Sian-su terulang di benaknya, dan diam-diam
perasaannya menjadi kecut. Manusia dewa itu sungguh luar
biasa, dan semua kata-katanya mengandung arti yang tidak
dapat diremehkan begitu saja. Sarannya agar dia melepaskan
jabatan memang disetujuinya. Bu Kong melihat betapa perang
telah mengakibatkan dirinya mengalami pukulan batin hebat,
dan ini masih belum terhitung dengan korban-korban jiwa dari
pasukan yang baku hantam.

Pemuda ini menghela napas panjang. Sebenarnya dia


juga sama sekail tidak mengira kalau bakal memimpin pasukan

1276
lagi. Dan karena Pangeran Kou Cien telah menyudutkannya
sedemikian rupa, terpaksa dia akhirnya menyerah. Akan
tetapi, sekarang perjuangan pangeran itu berhasil, dan dia
boleh pergi ke mana dia suka.

Oleh sebab itu, satu minggu kemudian pemuda ini


menghadap pangeran itu menyatakan maksudnya. Tentu saja
Pangeran Kou Cien terkejut, dan membujuk pemuda itu agar
tetap bersama mereka. Namun, Bu Kong menolak. Hatinya
sudah bulat dan dia tidak mau dihalangi.

Pangeran Kou Cien akhirnya hanya dapat menarik napas


penyesalan dan semua orang yang mendengar berita itupun
terkejut sekali. Akan tetapi, karena mereka sama tahu bahwa
jenderal muda ini amat keras dalam memegang kata-katanya,
maka merekapun tidak dapat mencegah.

Pada malam itu juga Pangeran Kou Cien lalu mengadakan


jamuan perpisahan yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting,
dan di dalam pesta yang mengharukan ini, pangeran itu
memberikan sebatang pedang mustika sebagai hadiah
terhadap Bu Kong. Sebenarnya, pangeran memberikan banyak
hadiah lain, seperti emas permata dan barang berharga,
namun pemuda itu menolak dan hanya menerima pedang
mustika yang bernama Siu-liong-kiam (Pedang Naga Air) itu.

Demikianlah, ketika keesokan harinya matahari telah


terbit, jenderal muda yang teiah meletakkan jabatannya ini

1277
keluar dari kota raja. Dan di pintu gerbang Utara, empat orang
pembantunya bersama Lek Hui berdiri dengan mata basah.
Mereka sengaja menanti pemuda itu untuk memberikan
hormatnya yang terakhir, maka begitu pemuda ini muncul,
lima orang itupun datang menghampiri.

“Goanswe, semoga Thian Yang Maha Welas Asih


memberikan kebahagiaan untuk menghapus kedukaanmu,”
Fan Li yang telah maju lebih dulu itu memberi hormat dan
berkata dengan suara menggetar.

Bu Kong terharu. “Fan-ciangkun, aku sekarang bukan


seorang jenderal lagi, harap kau jaga semua anak buah kita
baik-baik. Terima kasih atas ucapanmu ini dan mudah-
mudahan Thian-pun memberikan berkah-Nya kepadamu.”

Panglima Kok lalu menyusul. “Goanswe, kami tidak dapat


memberikan apa-apa kepadamu, selain ucapan selamat
berpisah dan semoga Thian selalu melindungimu. Dan untuk
kesalahan-kesalahan yang pernah kubuat, harap kau suka
memaafkannya. Aku memang orang dogol, dan sesungguhnya
dengan engkau di samping kami, kedogolanku dapat
dilenyapkan. Siapa duga, tahu-tahu engkau memutuskan
untuk meninggalkan kami. Aih, goanswe, memang rupanya ini
semua nasib kami yang kurang beruntung........”

Bu Kong tersenyum. “Kok-ciangkun, siapa bilang kau


dogol? Justeru kau adalah orang yang jujur dan suka bicara

1278
blak-blakan. Kalau kau dogol, tentu pangeran tidak akan sudi
mengangkatmu menjadi panglima muda!”

Kok Hun menyeringai masam dan dua orang teman lain


lalu juga berturut-turut memberikan hormatnya. Dan karena
setiap kali dipanggil "goanswe" selalu pemuda itu
memperingatkan bahwa dia sekarang bukan lagi seorang
jenderal, maka Lek Hui sebagai orang terakhir maju ke depan
sambil menjura.

“Pendekar Gurun Neraka, karena kau sekarang tidak mau


disebut jenderal dan hendak menceburkan diri sebagai orang
kang-ouw, maka perkenankanlah aku mengucapkan selamat
jalan. Semoga Thian selalu melindungimu dalam perjalanan
dan pada kesempatan ini pula aku mempersilahkan engkau
untuk mampir di tempat suhu apabila kau lewat di
Pegunungan Beng-san!”

Bu Kong membalas panghormatan orang. “Auw-twako


sungguh ramah. Terima kasih atas undangan ini dan kelak
apabila aku lewat di sana, pasti aku akan singgah di tempat
gurumu.”

Lek Hui tersenyum gembira. “Pendekar Gurun Neraka,


harap kau tidak mengingkari janji. Suhu pasti senang bertemu
denganmu dan akupun kelak akan memberitahukan
kesanggupanmu ini kepada beliau.”

1279
Bu Kong tersenyum dan setelah mengucapkan beberapa
kata lagi, pemuda itupun berpamit dan memutar tubuh
meninggalkan mereka. Lima orang temannya memandang
sampai pemuda itu keluar dari pintu gerbang dan Fan Li
bersama tiga orang temannya berkaca-kaca. Hanya Lek Hui
yang wajahnya "berseri" karena raksasa muda yang tinggi
besar ini benar-benar merasa girang dapat mencarikan
seorang "jago" bagi gurunya untuk melakukan pi-bu!

Demikianlah, setelah keluar dari pintu gerbang Utara itu,


Bu Kong lalu melanjutkan perjalanannya ke barat untuk
memberikan laporan kepada suhunya sebelum dia mencari
Cheng-gan Sian-jin.

Akan tetapi, ketika tiba di sebuah tikungan, mendadak


Bu Kong tertegun. Seorang gadis baju hijau berdiri
menunggunya dengan muka pucat. Tubuh yang kurus serta
rambut yang kusut itu benar-benar membuat hati pemuda ini
tergetar dan sebelum dia sempat membuka mulut, gadis itu
yang bukan lain adalah Pek Hong adanya sudah lari terhuyung-
huyung dengan mata basah.

“Yap-koko. kau..... hendak kemanakah.....?” pertanyaan


yang menggetar ini membuat Bu Kong merintih di dalam hati
karena dia merasa betapa suara itu terdengar amat
memilukan sekali.

1280
Sejenak pemuda ini memejamkan matanya dan ketika
dia membukanya kembali, Bu Kong menjawab sambil
menggigit bibir. “Hong-moi, aku berjalan menurutkan kakiku
melangkah. Mengapa kau tiba-tiba berada di sini?”

Pek Hong terisak. “Yap-koko, aku hendak menyatakan


penyesalanku atas semua kejadian yang kau alami gara-gara
aku. Dan sekarang, kudengar kabar bahwa kau telah
melepaskan diri dari istana. Betulkah?”

Bu Kong mengangguk. “Benar, Hong-moi. Peperangan


telah membuat hatiku ikut berdarah, dan kini aku hendak
menemui suhu...... ”

“Kalau begitu, bolehkah aku ikut.....?”

Pertanyaan tiba-tiba ini membuat Bu Kong terkejut


dengan jantung berdetak kencang. Sedetik mukanya berobah,
akan tetapi, cepat dia dapat menekan guncangan ini. Dia tidak
tahu, bagaimanakah perasaannya pada saat itu, bergirang
ataukah gelisah. Akan tetapi, karena dia tidak ingin
menyinggung perasaan gadis itu, maka pemuda ini hanya
mengangkat bahu.

“Hong-moi, aku orang sial. Maka aku takut kalau kaupun


nanti ikut menerima sial jika bersamaku. Namun, kalau itu
sudah menjadi kehendakmu, akupun tidak berani
melarangnya.....”

1281
Setelah berkata demikian, pemuda itupun lalu
membalikkan tubuh dan dengan langkah tenang dia
melanjutkan perjalanan. Pek Hong terbelalak, dan sejenak
gadis ini terisak. Akan tetapi, setelah ia sadar kembali, gadis
itupun lalu mengejar dengan kaki tersaruk-saruk.

“Yap-koko, tunggu aku.......! Aku ikut.......! Kalau benar


aku mengalami nasib sial seperti katamu tadi, biarlah hal itu
kuterimanya..!” Pek Hong berseru dengan air mata berlinang
sementara Bu Kong sendiri tersenyum pahit.

Pemuda ini tidak berhenti, juga tidak menoleh. Mereka


terus berjalan dan berjalan, mengikuti langkah kaki yang
membelok tanpa kendali, dan bersamaan dengan lenyapnya
bayangan dua orang itu, ceritera inipun berakhir.

Yap-goanswe telah menarik dirinya dengan resmi dari


istana, dan sebagai gantinya muncullah nama Pendekar Gurun
Neraka di dunia persilatan. Nama ini disegani kawan dan
lawan, apalagi bagi mereka yang sudah mengetahui bahwa
pendekar itu bukan lain adalah bekas Jenderal Muda Yap yang
gagah perkasa.

Namun, seperti juga putaran bumi sepanjang masa,


ceritera inipun sesungguhnya belumlah selesai. Peristiwa demi
peristiwa akan dihadapi Bu Kong dan di dalam ceritera
berikutnya yang berjudul PENDEKAR KEPALA BATU itulah Anda

1282
semua akan kami ajak untuk berjumpa kembali dengan
pendekar muda ini.

PENDEKAR KEPALA BATU, inilah judul yang kami ambil


untuk memperkenalkannya kepada Anda semua, di mana syair
nomor tiga dari kitab pusaka Bu-beng Sian-su akan kami
tampilkan. Namun, karena buku ini sendiri sudah terlalu tebal,
lebih dari seratus halaman dan yang terpaksa dipecah menjadi
dua, maka syair berikutnya tidak saya pasang di sini. Untuk itu,
baiklah Anda lihat saja ceritera berikutnya yang pasti lebih
menegangkan lagi karena di dalam ceritera Pendekar Kepala
Batu mulai muncul jago-jago tua seperti Sin-hwi-ciang yang
lolos dari Pulau Iblis Hitam serta Ciok-thouw Taihiap sendiri.

Para pembaca yang budiman, dengan berakhirnya kisah


"Pendekar Gurun Neraka" ini, penulis mengharap mudah-
mudahan di samping sebagai hiburan di kala senggang, buku
inipun membawa manfaat bagi Anda semua. Mudah-mudahan
kita bersama dapat mengenal arti kehidupan dengan lebih baik
lagi dan petunjuk-petunjuk dalam kitab pusaka manusia dewa
itu yang amat menarik untuk diketahui. Semoga!

TAMAT

Pendekar Gurun Neraka – Batara jilid 20 Tamat

Koleksi Kolektor Ebook

1283

Anda mungkin juga menyukai