Anda di halaman 1dari 61

KONFIDENSIAL

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT Lampiran Kep Danjen Kopassus


KOMANDO PASUKAN KHUSUS Nomor Kep / 44 / VII / 2009
Tanggal 22 Juli 2009

NAVIGASI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum :

a. Medan Adalah sebagian dari permukaan bumi dengan segala benda yang
ada diatasnya baik bergerak maupun tidak, alam maupun buatan yang digunakan
dalam operasi Militer.

b. Medan sangat berpengaruh terhadap seluruh tindakan pelaksanaan tugas


Militer baik sebagai kekuatan Hankam maupun sebagai kekuatan sosial.
Kadang-kadang pengaruh tersebut mepunyai kekuatan memaksa, misalnya pada
tindakan pertempuran berpengaruh terhadap :
1) Tindakan Taktis.
2) Tindakan Administrasi.
3) Komando dan Pengendalian.
4) Perhubungan.

c. Oleh karenanya menjadi syarat muntlak bagi setiap Komandan mulai tingkat
rendah sampai dengan tingkat tertinggi harus dapat menilai suatu medan dengan
cepat dan tepat, sehingga mengenai keuntungan dan kerugian yang diberikan oleh
medan untuk dimanfaatkan/digunakan sebaik-baiknya dalam pelaksanaan tugas.
Dengan demikian nampak adanya hubungan antara keadaan medan dengan
pengetahuan Militer lainnya. Secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut.
2

KONFIDENSIAL
d. Didalam melakukan penilaian terhadap suatu medan sangat bergantung
kepada :
1) Tujuan yang hendak dicapai.
2) Jumlah Pasukan yang digunakan.
3) Jenis Pasukan yang digunakan.
4) Sifat Pasukan yang mungkin dihadapi.

e. Salah satu sumber keterangan yang dapat memberikan informasi obyektif


dan praktis tentang keadaan medan adalah peta dan foto udara. Oleh karena itu
menjadi syarat muntlak bagi setiap Prajurit TNI-AD terutama pemegang wewenang
Komando harus mahir dalam membaca Peta dan Interprestasi foto udara.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Sebagai pedoman Gumil/Pelatih dalam proses belajar mengajar


tentang Navigasi.

b. Tujuan. Agar siswa mahir menentukan kedudukan diatas peta dan di


medan yang sebenarnya.

3. Ruang Lingkup.

a. Pendahuluan
b. Pengetahuan Peta darat.
c. Kedar Peta.
d. Tanda-tanda Peta.
e. Proyeksi Peta.
f. Perpetaan di Indonesia.
g. Penomoran Lembar Peta Topografi Indonesia.
h. Penunjukan Arah di Peta.
i. Perhitungan Sudut dan Pemecahannya.
j. Penentuan tempat di Peta.
k. Garis Ketinggiandan dan cara penghitungan Sudut Tanjakan / terjal.
l. Evaluasi akhir pelajaran
3

q. Penutup.
BAB II
PENGETAHUAN PETA DARAT

4. Hakekat Peta.

a. Peta adalah gambaran tentang permukaan bumi diatas bidang datar dalam
ukuran yang diperkecil, bersifat selektif dan dapat dipertanggung jawabkan tentang
kebenarannya, baik secara visual maupun matematis.

b. Dilihat dari sipembuat peta, maka peta itu adalah sarana untuk menyajikan
informasi tentang bumi.

c. Dilihat dari sipemakai peta, maka peta itu adalah sarana untuk memperoleh
informasi tentang permukaan bumi.

d. TNI-AD berperan sebagai pembuat dan pemakai peta.

5. Macam Peta.

a. Macam peta ditunjukan oleh kata atau kata-kata dibelakang kata “ Peta “
Contoh : (1) Peta Darat.
(2) Peta Laut.
(3) Peta Topografi.
(4) Peta Administrasi.
(5) Peta Skala 1:50.000.
(6) Peta Penduduk.
(7) Peta Politik, dan sebagainya.
Dengan demikian timbul penggolongan macam peta.

b. Inti sari penggolongan macam peta terletak pada isi/informasi yang disajikan
dalam peta itu. Penggolongan lainnya hanya merupakan keterangan / informasi
yang disajikan dalam peta itu.

c. Penggolongan macam peta berdasarkan isi/informasi yang disajikan


didalam peta. Pada penggolongan ini terdapat macam peta sebagai berikut :
4

1) Peta Topografi.
a) Peta Topografi adalah peta yang berisi gambaran posisi
mendatar dan tegak dari semua benda-benda yang tidak bergerak
dan membentuk / berada dipermukaan bumi.

b) Isi peta Topografi mencakup 4 ciri yaitu :


(1) Relief ( Ketinggian )
(2) Perairan ( Sungai, Danau )
(3) Tumbuh-tumbuhan ( Hutan, Semak-semak, Kelapa,
Bambu).
(4) Hasil budaya Manusia (Jalan raya, Jalan Kereta Api,
Bangunan, Kuburan). Karena itu didalam peta Topografi
akan diperoleh informasi tentang bagian medan, benda medan
dan tanda medan yang dapat dipergunakan untuk kepentingan
pelaksanaan tugas.

c) Peta Topografi disebut juga sebagai peta umum, karena isinya


lebih lengkap.
2) Peta Tematik.
a) Peta Tematik adalah peta yang berisi gambaran satu atau dua
thema khusus, biasanya disusun berdasarkan data-data statistik.
b) Kata tematik untuk penamaan peta-peta yang tergolong pada
tematik tidak ditulis atau disebutkan, tetapi cukup dengan nama
thema yang disajikan dala peta tematik tersebut.

c) Peta yang termasuk ke dalam penggolongan peta tematik


antara lain :
(1) Planimetri. Peta ini hanya menunjukan permukaan
bumi dalam bentuk dua demensi horisontal saja, dan sama
sekali tidak menampakkan bentuk ketinggian. Peta ini
berguna untuk menunjukkan lokasi-lokasi, jarak-jarak
horisontal, mencari suatu jalan, tetapi tidak berguna bagi
seorang pemakai yang mengutamakan perhatian pada bentuk-
bentuk topografi dari suatu daerah.
(2) Peta Penerbangan. Adalah peta yang berskala kecil
yang khususnya dipakai untuk ilmu medan udara. Benda-
5

benda medan yang penting bagi ilmu medan udara, seprti


misalnya jalan kereta api, Jalan raya, Sungai, Kota-kota,
Lapangan terbang, Mercu suar
dan daerah-daerah perhubungan radio dibuat secara lebih
jelas.
(3) Peta Hidrografi. Adalah peta yang memuat bagian dari
pantai laut, yang menunjukan dalamnya air, rintangan bagi
kapal, saluran, tempat pendaratan, bentuk sepanjang pantai
yang penting bagi manno, misalnya mercu suar dan benda
medan yang asli maupun yang buatan.
(4) Peta Jalan. Adalah peta planimetri yang dipakai khusus
untuk menunjukan tempat dari jalan-jalan klasifikasinya. Ini
terutama dipakai sebagai penunjuk jalan bagi pengendara
kendaraan bermotor.
(5) Peta Tanah. Peta yang berisi gambaran tentang jenis
tanah.
(6) Peta Hujan. Peta yang berisi gambaran tentang curah
hujan
(7) Peta Geologi. Peta yang berisi gambaran tentang
keadaan kerak bumi.
(8) Peta Penduduk. Peta yang berisi gambaran tentang
kepadatan dan penyebaran penduduk.

d. Penggolongan macam peta berdasarkan kedar / skala.


1) Pada golongan ini dapat dibedakan macam peta sebagai berikut :
a) Pada skala besar, yaitu peta yang digambarkan dalam
perbandingan : 1:25.000 - 1:10.000 - 1:5.000 - 1:2.500 - 1:1000
dan lebih besar lagi.
b) Peta skala menengah yaitu peta digambarkan dalam
perbandingan: 1:50.000 - 1:100.000 dan 1:250.000
c) Peta skala kecil, yaitu peta yang digambarkan dalam skala :
1:500.000 dan 1:1.000.000.

2) Penamaan peta skala besar, skala menengah dan skala kecil tidak
mem-berikan kejelasan mengenai isi peta itu. Apakah peta topografi atau
6

peta administrasi dan sebagainya. Oleh karena itu penamaan yang benar
harus lengkap dengan petunjuk tentang isi peta.
Contoh : Peta Topografi Skala besar.
Peta Topografi Skala menengah.
Peta Topografi Skala kecil.

3) Istilah besar , menengah dan kecil adalah relatif, tergantung kepada


tahap dan tingkat sipemakai peta.
Contoh : Peta Topografi skala 1:50.000
a) Untuk Seorang Dan Ton, merupakan peta topografi skla
kecil.
b) Untuk Seorang Dan Yon, merupakan peta topografi skala
menengah
c) Untuk Pangkopur/Pangdam merupakan peta topograsi skala
besar.

4) Kedar / Skala peta besar, menengah dan kecil berkaitan erat dengan
tingkat ketelitian dan jumlah informasi yang dapat diperoleh dari peta itu.
Peta skala besar memberikan ketelitian yang tinggi dan jumlah informasi
lebih banyak dari pada yang diberikan oleh peta skala menengah / kecil dan
sebaliknya. Peta skala kecil sering disebut sebagai peta ikhtisar, akan
tetapi penamaan itu belum tepat. Seharusnya dilengkapi menjadi peta
ikhtisar topografi dan sebagainya

e. Penggolongan macam peta berdasarkan tujuan penggunaan peta itu.


1) Pada golongan ini dapat dibedakan peta untuk tujuan TNI AD dan
untuk tujuan pembangunan. Penggolongan ini berhubungan erat dengan
kedar peta.
a) Untuk tujuan TNI AD
(1) Peta Strategi. Adalah peta yang kedarnya 1:50.000 /
1:100.000 dan lebih kecil.
(2) Peta Strategi-taktis, adalah peta yang berkedar
1:250.000 sampai 1:100.000
(3) Peta Taktis, adalah peta yang berkedar 1:100.000
sampai 1:50.000 dan 1:25.000
7

(4) Peta Pendaratan, adalah peta yang berkedar 1:25.000


sampai 1:5.000
(5) Peta Penjumlahan, adalah peta yang berkedar 1:5.000
sampai 1:5.00
(6) Peta Penyerbuan, adalah peta yang berkedar 1:10.000
dan yang lebih besar.
(7) Peta Sasaran Udara, adalah peta yang berkedar
1:5.000 sampai 1:2..500.

b) Untuk tujuan pembangunan.


(1) Peta pengenalan / pemilihan wilayah, adalah peta yang
berkedar : 1:250.000 - 1:500.000 - 1:1.000.000 dan lebih
kecil.
(2) Peta formulasi proyek dan study pra kelayakan, adalah
peta yang berkedar : 1:250.000 - 1:1.000.000 dan 1: 50.000.
(3) Peta study kelayakan, adalah yang berkedar : 1: 50.000
dan yang lebih besar.
(4) Peta pra rencana, adalah peta yang berkedar: 1:20.000
s.d 1:10.000.
(5) Peta perencanaan, adalah peta yang berkedar : 1:5.000
dan lebih besar.
(6) Peta pengamatan dan penilaian dampak pembangunan,
adalah peta yang berkedar : 1: 250.000 dan yang lebih besar.

c) Selain untuk tujuan Operasi TNI AD dan pembangunan masih


ada macam peta yang termasuk penggolongan macam peta
berdasarkan tujuan penggunaannya yaitu peta dasar, ialah peta
dengan data yang sangat terbatas antara lain gambar pantai, sungai,
yang digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta lainnya,
biasanya peta topografi dijadikan dasar (pola) untuk membuat peta
tematik.

f. Penggolongan macam peta berdasarkan luas cakupan daerah yang


dipetakan.
1) Pada golongan ini dapat dibedakan.
a) Peta Desa. Peta yang mencakup luas satu Desa.
8

b) Peta Kabupaten. Peta yang mencakup luas satu Kabuopaten.


c) Peta Propinsi. Peta/rangkaian lembar peta yang mencakup
luas Wilayah Propinsi.
d) Peta Nasional. Peta/rangkaian lembar peta yang mencakup
luas Wilayah Nasional.

2) Adapun isi peta dapat merupakan informasi tentang Topografi,


keadaan, tanah, kepadatan penduduknya. Keadaan administrasinya dan
lain-lain.

g. Penggolongan macam peta berdasarkan proyeksinya. Pada golongan ini


dapat dibedakan:
1) Peta proyeksi Polyeder.
2) Peta Proyeksi LCO.
3) Peta Proyeksi UTM
4) Peta Proyeksi yang lainya.

h. Penggolongan macam peta berdasarkan gambar tanda-tanda simbul dalam


peta. Pada golongan ini dapat dibedakan :
1) Peta Garis. Peta yang mengambarkan bagian medan, benda medan
dan tanda-tanda dengan gambar penganti / simbul.
Contoh : Peta Topografi dan golongan peta tematik menggunakan simbul-
simbul garis, titik dan warna.
2) Peta Foto. Peta hasil reproduksi dari foto udara atau mozaik yang
telah dibubuhi garis-garis grid, nama-nama tempat, sungai dan keterangan
lainya, bagian medan, benda medan dan tanda medan tergambar tidak
denga gambar penganti ( simbul) tetapi tergambar seperti keadaan yang
sebenarnya, seuai dengan kemampuan kamera dari udara.

j. Penggolonagan macam peta berdasarkan kecocokan informasi dalam peta


dengan keadaan medan dilapangan.
1) Pada golongan ini dapat dibedakan macam peta sebagai berikut :
a) Peta Lama. Peta yang menyajikan informasi tidak sesuai
dengan keadaan medan dilapangan yang disebabkan keadaan
medan dilapangan telah mengalami perubahan baik oleh peristiwa
alam maupun buatan manusia.
9

b) Peta Baru. Peta yang menyajikan informasi yang sesuai


dengan keadaan medan dilapangan.

2) Didalam buku ilmu medan yang lama dijelaskan bahwa peta lama
adalah peta topografi yang dibuat oleh Belanda, sedangkan yang
dinamakan peta topografi baru adalah peta topografi lama yang telah direvisi
oleh Sekutu. Sekarang kedua macam peta itu sudah merupakan peta
lama, karena informasi-informasi didalamnya banyak yang tidak sesuai lagi
dengan keadaan medan dilapangan. Selain itu peta topografi yang dibuat
tahun 1982 merupakan peta baru bagi keadaan tahun 1982., tetapi peta itu
akan menjadi peta lama pada tahun 1984, apabila didaerah yang dipetakan
banyak dilakukan pengbangunan selama tahun 1983 sehingga tidak sesuai
lagi dengan informasi dalam peta. Oleh karena itu penggolongan peta
lama dan baru bersdasarkan waktu pembuatan peta sudah tidak memadai.

k. Penggolongan macam peta berdasarkan tingkat ketelitian. Pada golongan


ini dapat dibedakan macam peta sebagai berikut :
1) Peta Topografi dan peta tematik. Peta yang dibuat berdasarkan
hasil survai yang teliti dan proses pengolahan data survai secara matematik.
2) Peta Bagan. Merupakan gambar coretan dari sebagian/seluruh
daerah Kurang teliti sebab tidak berdasarkan perhitungan ilmu pasti. Dasar
pembuatannya bersumber dari Pegawai Pamong Praja, TNI AD, Geologi
dan sebagainya.
Dari beberapa keterangan/petunjuk yang didapat, kemudian disatukan untuk
dijadikan peta bagan mengingat kepentingan yang berbeda.
3) Bagan. Gambar coretan dari sebagaian medan, biasanya tidak
berkedar, tidak teliti dan tanpa perhitungan ilmu pasti pembuatannya.
Gambarnya hanya memuat beberapa bagian benda-benda dimedan yang
merupakan suatu kesan sepintas, lalu dicantumkan jarak dalam meter
antara benda satu dengan lainnya. Mengingat kepentingannya, maka lain
pembuatannya.
4) Bagan Pemandangan. Gambar suatu medan secara Perspektif
(Panorama) sangat penting bagi Kesatuan / Kesenjataan Arteleri dalam hal
bantuan tembakan.
5) Oleat medan/Calque. Gambaran tembusan atau tiruan sebagian
peta pada kertas bening (kertas calque) isi gambarnya sangat terbatas,
10

terutama yang berhubungan dengan soal-soal taktis digunakan untuk


lampiran perintah laporan tertulis / sebagai perintah dan lain sebaginya.

l. Penggolongan macam peta berdasarkan proses terjadinya peta. Pada


golongan ini dapat dibedakan macam peta sebagai berikut:
1) Peta Standart. Peta yang dibuat langsung dari data hasil suirvai.
Contoh : Peta Topografi skala 1: 50.000 dibuat dari angka-angka dan
catatan–catatan hasil survai.
2) Peta Jabaran. Peta yang dibuat dari peta standart dengan jalan
memperkecil/ mempembesar kedar peta.
Conoh : Peta Topografi kedar 1: 100.000 dibuat dengan jalan memperkecil
peta Topografi standart skala : 1: 50.00

6. Evaluasi.

a. Jelaskan pengertian Peta....?


b. Sebutkan macam-macam Peta...?

BAB III
KEDAR PETA

7. Keterangan.

a. Kedar adalah suatu perbandingan jarak antara 2 buah titik di peta dengan 2
buah titik di medan yang sama.

b. Makin besar angka yang tertulis dibelakang tanda bagi, maka makin kecil
kedarnya, demikian juga sebaliknya.

c. Untuk menyatakan kedar dapat dengan :


1) Perkataan : 1 Cm di Peta sama dengan 500 Meter di Medan.
2) Pecahan : 1 : 50.000
3) Menggunakan garis kedar yang terdapat pada tiap lembaran Peta.
11

d. Untuk mengukur jarak lurus di Peta kita dapat menggunakan garis,


sedangkan untuk menggukur panjangnya suatu garis yang berbelok-belok kita
gunakan alat yang dinamakan Curvemeter.
Catatan : Apabila tidak ada Curvemeter maka dapat kita gunakan benang yang
basah.

e. Untuk perhitungan kedar dapat kita gunakan rumus Sbb :

1) Kedar ( K ) : JP
JM

Contoh soal : Diketahui : JP : 1 Cm.


JM : 0,5 Km = 50.000 Cm
Ditanyakan : K................?
Jawab : K : 1 = 1 : 50.000
50.000

2) Jarak di Peta ( JP ) : K X JM
Contoh soal : Diketahui : K : 1 : 50.000.
JM : 2000 M = 200.000 Cm
Ditanyakan : JP................?

Jawab : JP : 1 X 200.000 Cm = 4 Cm.


50.000

3) Jarak di Medan ( JM ): JP
K

Contoh soal : Diketahui : K : 1 : 50.000


JP : 2 Cm.
Ditanyakan : JM................?
Jawab : JM : . 1 . X 2 Cm = 2 X 50.000 = 100.000 Cm = 1000 M
50.000 1

8. Menentukan Kedar Peta. Seluruh Peta yang tidak mempunyai skala, dapat
dicari skalanya dengan jalan :
12

a. Membandingkan dengan medan. Jarak antara 2 titik yang diketahui


dipeta dibandingkan dengan 2 titik yang sama di medan. Caranya :
1) Ukur jarak antara 2 titik di peta ( JP )
2) Ukur jarak horizontal 2 titik tersebut di medan ( JM )
3) Skala peta sama dengan perbandingan antara jarak peta dengan
jarak medan

Contoh soal : Diketahui : JM = 100 M = 10.000 Cm


JP = 1 Cm.
Ditanyakan : Kedar ( K ) ................?
Jawab K : 1 = 1 : 10.000
10.000

b. Membandingkan dengan peta yang ada skalanya di daerah yang sama.


Caranya : Ambil 2 titik yang sama pada kedua peta dan ukurlah jaraknya karena
jarak di medan dapat ditemukan dengan pertolongan skala dari peta lain yang telah
diketahui skalanya. Maka skala peta yang belum diketahui dapat dicari.
Contoh soal : Diketahui : K Peta A = 1 : 50.000
Jarak 2 titik di Peta A = 10 Cm.
Jarak 2 titik yang sama di Peta B = 2 Cm.

Ditanyakan : Kedar ( K ) Peta B................?


Jawab : K Peta A = JP A
JM

. 1 . = 10 Cm
50.000 JM

Jarak Medan = 10 Cm X 50.000 = 500.000 Cm


Kedar Peta B = JP B
JM

= . 2 . = . 1 . = 1 : 250.000
500.000 250.000

9. Evaluasi.

a. Jelaskan pengertian Kedar.....?


b. Sebutkan ada berapa macam cara menyatakan Kedar....?
13

BAB IV
TANDA-TANDA PETA

10. Umum .

a. Untuk dapat membayangkan keadaan medan dengan tepat dan jelas, maka
kita harus mahir membaca peta.

b. Untuk dapat mahir membaca peta, kita harus menguasai bahasa peta.

c. Bahasa peta adalah sejumlah “ Gambar pengganti “ yang mewakili bagian


medan, benda medan dan tanda medan. Gambar pengganti ini dinamakan
tanda-tanda peta atau simbol peta.

d. Tanda–tanda peta merupakan hasil usaha penyajian informasi tentang


keadaan medan untuk memudahkan para pemakai peta dalam membayangkan
medan diatas peta. Oleh karena itu tanda-tanda peta di Indonesia dapat berbeda
dengan tanda-tanda peta di Negara lain. Dengan demikian tanda–tanda peta
tidak bersifat dogmatis, sehubungan dengan ini arti tiap–tiap tanda peta diberi
penjelasan yang ditempatkan di bagian bawah, atau di bagian kiri / kanan lembar
peta diluar muka Peta.

e. Letak tanda–tanda Peta menunjukan letak bagian medan, benda medan dan
tanda medan seolah–olah dilihat dari atas.

11. Macam Tanda– tanda Peta.

a. Macam Tanda–tanda peta dapat dibedakan menurut bentuknya dan


warnanya.

b. Macam tanda – tanda peta menurut warnanya :


1) Warna hitam menunjukkan sebagian besar benda – benda medan
buatan Manusia.
2) Warna biru menunjukkan bagian–bagian medan yang berhubungan
dengan air ( laut, danau, sungai )
14

3) Warna merah menunjukkan benda – benda medan buatan Manusia


yang dibuat dari bahan batu ( jalan, bangunan, bendungan, dsb )
4) Warna coklat menunjukkan bagian bentuk medan ( Ketinggian )
5) Warna hijau menunjukkan benda medan dan bagian medan berupa
perumahan, penumbuhan, perkampungan dsb.

c. Macam tanda Peta menurut bentuknya.


1) Titik. Menyatakan lokasi / tempat.
Contoh : Letak Kota, Letak Titik Ketinggian.
2) Garis. Menyatakan bentuk-bentuk yang berwujud garis.
Contoh : Batas Hutan, Garis Pantai, Sungai, Jalan.
3) Gambar. Bentuk garis berpola menyatakan tumbuh – tumbuhan.
Contoh : Pohon Kelapa, Bambu dll
4) Luas. Menyatakan bagian medan / benda medan yang berbentuk
daerah.
Contoh : Wilayah Kowilhan, Kodam, Korem, Kodim, dsb.
5) Letak dan arah tanda – tanda medan menunjukkann letak dan arah
bagian medan dan benda medan sebenarnya dilapangan.
Contoh : Jemabatan, bangunan, perkampungan, dsb.
6) Huruf. Contoh : P = Polisi.

12. Hubungan antara Ukuran Bentuk Tanda – tanda Peta dengan Kedar.

a. Panjang jalan dihitung sesuai kedar, sedangkan lebar jalan tidak sesuai
kedar.

b. Bentuk tanda – tanda peta yang mengambarkan lebar perairan ada yang
dihitung dan yang tidak dihitung sesuai kedar.

c. Bentuk tanda peta yang mengambarkan tanaman / tumbuhan tidak dihitung


menurut kedar, kecuali luas daerah.

d. Bentuk tanda peta yang menggambarkan bengunan ada yang dihitung dan
ada yang tidak dihitung menurut kedar.
15

e. Bentuk tanda peta yang menggambarkan keadaan tanah pada umumnya


dihitung menurut kedar peta, baik luas maupun tinggi rendahnya daerah tersebut.

13. Keterangan Tepi Peta. Agar dapat menggunakan peta secara efesien maka
sebelumnya sipemakai harus mempelajari keterangan-keterangan pada bagian tepi peta.

Gambar 2
a
Margin atas
Margin kanan
Margin bawah
d b Margin kiri

Garis tepi

Contoh : Pada peta Topografi skala 1 : 50.000 yang telah menggunakan sistem
UTM.

a. Judul peta. Dicantumkan pada margin atas tengah, biasanya judul peta
diambil dari salah satu nama Geografi, jika mungkin judul peta diambil dari tempat
yang terbesar atau terkenal dari daerah yang terdapat pada peta tersebut.

b. Nama daerah yang dipetakan. Tercantum pada margin atas sebelah kiri,
biasanya diambil dari nama daerah tingkat I / Propinsi.

c. Nomor helai peta / lembar peta tercantum pada margin atas sebelah kanan.
Cara penentuan nomor helai peta diuraikan dalam bab berikutnya.

d Petunjuk letak peta. Dengan diagram di margin bawah sebelah kiri,


dimaksudkan untuk mempermudah menentukan dan mencari lembar–lembar
sebelah menyebelah. Kotak dengan arsir yang menunjukan lembar peta itu
sendiri.

e. Pembagian daerah. Dengan diagram dan keterangan dibawahnya, dan


tercantum dimargin bawah sebelah kiri ( sebelah kanan dari petunjuk letak peta )
menjelaskan pembagian daerah administrasi dari Propinsi s.d Kecamatan.
16

f. Utara Grid, utara sebenarnya dan utara magnit. Sudut jurusan antara
utara grid, utara sebenarnya dan utara magnit dengan diagram disertai penjelasan
dibawahnya tercantum di margin bawah sebelah kiri.

g. Petunjuk pembacaan grid peta. Dalam kotak berkolom tercantum dimargin


bawah sebelah kiri dan disertai contoh satu titik dan cara membaca koordinatnya.
Prinsip pembacaan angka–angka grid dari kiri ke kanan dan bawah ke atas.

h. Keterangan. Atau biasa disebut legenda terdapat pada margin bawah


tengah di bawah skala peta.

i. Singkatan. Terdapat pada margin bawah sebelah kanan, dan memuat


semua keterangan tentang singkatan yang terdapat pada muka peta dan disertai
arti / perpanjangan dari singkatan – singkatan tersebut.
Catatan : Letak keterangan tepi peta tidak selalu sama. Peta buatan Jantop TNI
AD berbeda dengan peta buatann instasi lain.

14. Evaluasi.

a. Sebutkan macam-macam Peta.....?


b. Sebutkan tanda peta menurut bentuknya....?
c. Sebutkan tanda peta menurut warnanya ....?

BAB V
PROYEKSI PETA

15. Ciri-ciri Peta.

a. Ciri-ciri peta Polyder.


1) Tiap lembar peta Polyder dibagi dalam bujur sangkar grid (karvak)
yang sama jumlahnya :
a) Peta kedar 1 : 100.000 = 36 BS x 36 BS.
b) Peta kedar 1 : 50.000 = 18 BS x 18 BS.
c) Peta kedar 1 : 25.000 = 9 BS x 9 BS.
17

2) Sisi bujur sangkar dinyatakan dalam kilometer fiktif, ini berarti panjang
sisi bujur sangkar di peta tidak sama dengan 1 kilometer dilapangan.
3) Ditepi peta terdapat angka-angka koreksi untuk mengoreksi
kilometer.
4) Garis grig tegak menunjukan utara peta (UP/UG) dan utara
sebenarnya (US). Oleh karena itu tidak ada ikhtilaf peta (US-UP).
5) Garis tepi kiri dan kanan peta berorientasi pada meredian Jakarta
sebagai meredian nol.

b. Peta polyder hanya digunakan TNI AD.

c. Proyeksi LCO.
1) Proyeksi ini dipakai oleh tentara Amerika Serikat (AMS) untuk
pembuatan peta tofografi wilayah Indonesia pada PD II.

2) Proyeksi ini adalah proyeksi kerucut tanpa kesalahan sudut (conform


= Ortho morphic) buatan Lambert.
a) L = Lambert.
b) C = Conical (cone = kerucut).
c) O = Orthomorphic (Conform = tanpa kesalah sudut).

3) Peta proyeksi LCO juga berbentuk trapesium, yaitu panjang sisi-sisi


atas dan bawah berbeda, tetapi panjang sisi-sisi kiri/kanan sama panjang.
4) Ukuran peta berkedar 1 : 100.000 adalah 20’ x 20’
- Kedar 1 : 50.000 adalah 10’ x 10’
- Kedar 1 : 25.000 adalah 5’ x 5’

5) Satu bagian derajat (Zone) meliputi daerah yang luas sehingga untuk
hitungan tidak usah mengganti sistim koordinat, tetapi jika meliputi bagian
derajat (Zone) yang lain diharuskan adanya transfortasi (lihat pembagian
wilayah atau zone Indonesia untuk peta LCO).

6) Keuntungan dan kerugian proyeksi LCO.


a) Keuntungan :
(1) Tidak ada kesalah sudut (Conform) dan kesalah jarak
kecil.
18

(2) Garis-garis grid dinyatakan dalam kilometer.


(3) Dipergunakan oleh TNI AD dan AU untuk peta-peta
berkedar kecil.

b) Kerugian. Adanya konvergensi meridian dipinggir zone sangat


berat (untuk Wilayah Indonesia maksimum ± 3° ) sehingga dalam
hitungan harus diperhatikan, jika koreksi sudut konvergensi meridian
tidak diperhitungkan, kesalahan penembakan pada jarak tembak 15
Km, maksimum ± 785 M juga harus ada hitungan transformasi
kordinat, jika pindah zone lain.

7) Angka pembesaran pada paralel baku adalah satu, sedangkan angka


pembesaran diluar paralel baku adalah 1, 000003 dan angka pembesaran
di antara paralel baku adalah 0,9999.
8) Konvergensi meridian ( Deklinasi grid ) terdapat pada tepi kiri dan
peta LCO.

9) Ciri-ciri peta LCO.


a) Pada lembar peta LCO, Terdapat segi empat bujur sangkar
dan segi empat bukan bujur sangkar.
b) Sisi bujur sangkar dinyatakan dalam Km sebenarnya, oleh
karena itu tidak terdapat angka-angka kareksi pada tiap tepi kiri dan
kanan dari peta.
c) Garis tegak grid menunjukan utara peta (UP) sedangkan garis
tegak tepi peta menunjukan utara sebenarnya. Oleh karena itu iktilap
peta (US-UP)
d) Garis tegak tepi kiri dan kanan peta berorientasi pada meridian
jakarta ( 106° 48’ 27’’ 79’’’ BT ) sebagai meridian nol.

16. Evaluasi.

a. Jelaskan pengertian Peta !


b. Jelaskan kerugian dan keuntungan Proyeksi Polyder !
19

BAB VI
PERPETAAN DI INDONESIA

17. Pembagian wilayah peta Indonesia. Terutama sejak PD II peta-peta Topografi


skala besar maupun kecil nampak dububuhi semacam jaringan kotak atau “Sistim Grid”.
Tujuan Grid untuk memudahkan penunjukan peta dari sekian banyak lembar sampai
kepada memudahkan penunjukan letak sebuah titik diatas lembar peta :

a. Untuk peta-peta dengan proyeksi LCO di Indonesia sistim Grid ini dibagi
dalam 3 (tiga) Wilayah/zone (Sistim Grid Inggris).
1) Wilayah katulistiwa (Zone Equator). Ciri-ciri :
a) Dengan titik asal (Origin) pada 110° BT dan 0° Equator
(sebelah timur Pontianak)
b) Koordinat semu (Fals Coord) diberi harga 3.900.000 meter
Timur dan 900.000 meter utara.
b) Warna garis-garis Grid biru.

2) Wilayah Selatan ( Southern Zone )


a) Titik asal (Origin)110° BT dan 8° LS( di laut selatan
Purworejo)
b) Koordinat semu (Fals Coord) 5.50.000 Meter timur dan
1.000.000 Meter utara.
c) Warna garis grid : Merah.

b. Penggunaan Grid. Rangka peta yang terdiri dari pada meridian dan paralel
sering kali mendapatkan garis-garis yang melengkung. Hal ini sangat
menyulitkan dalam penunjukan arah dan perhitungan jarak pada peta. Untuk
menghindarkan kesukaran maka dipasang garis-garis grid, pada hakekatnya terdiri
dari pada jaring-jaring garis yang arahnya lurus dan memotong satu sama lain
tegak lurus.

c. Jenis Grid. Pada peta Topografi Indonesia, terdapat beberapa jenis Grid
antara lain.
1) Grid Inggris.
2) Grid Kilometer fiktif.
20

3) Grid U.T.M.

Karena banyak ragamnya grid ini, maka Amerika berusaha untuk menyeragamkan
grid-grid tersebut diusulkan dalam penggunaan sistim grid UTM dan sistim grid
untuk daerah kutub. (Grid System Universal Transverse Mercator dan Universal
Polar Stereographi Grid System). Catatan : Ada Transverse Mercator Proyection
dan ada Universal Transverse Mercator Grid System.

d. System Grid UTM. Dipasang pada bagian dunia antara 84° LU dan 80°
LS. Dipasang di atas ( Imposced ) peta dengan proyeksi TM ( Transverse
Mercator ) Dunia dibagi dalam zone yang masing-masing selebar 6°. Tiap-tiap
zone mempunyai meridian tengah sendiri yang tegak lurus dengan Katulistiwa.
Tiap meridian tengah diberi angka grid 5.00.000 Meter dan Katulistiwa diberi angka
grid 0°. M.U bagi belahan bumi utara ; 10.000.000 M.U untuk belahan bumi
selatan. Untuk bisa dengan cepat menunjukan ruang atau titik maka
dipergunakan kode hurup/ angka. Angka-angka dibuat sedemikian rupa, sehingga
tidak perlu lagi menyebutkan Barat – Timur ( Lihat gambar )
21

e. Kilometer fiktif ( Gambar hal 25 )


1) Setiap peta Topografi dengan proyeksi polyder, dibagi atas garis-
garis yang menunjukan Kilometer fiktif. Garis-garis tersebut adalah juga
garis meridian dan garis paralel. Garis-garis tersebut membagi peta atas
beberapa kotak-kotak ( Bujur sangkar ) dengan warna hitam.

2) Pada Peta kedar 1:100.000 ada 36 x 36 kotak ( 20’ dibagi 36 )


Pada Peta kedar 1: 50.000 ada 18 x 18 kotak ( 10’ dibagi 18 )
Pada Peta kedar 1 :25.000 ada 9 x 9 kotak ( 5’ dibagi 9 )
3) Panjang sisi suatu kotak ( Bujur sangkar ) pada peta lebih panjang
dari Kilometer ( jarak datar ) yang sebenarnya di lapangan ( Medan )

18. Menentukan Tempat di Peta.

a. Pengertiannya adalah untuk menunjukan suatu tempat dengan mudah pada


lembar peta dengan kita pakai sebagai pertolongan adalah garis-garis Utara,
Selatan kemudian garis grid Barat, Timur. Pada ujungnya garis grid tersebut
dicantumkan angka-angka arab. Untuk menunjukan tempat tersebut dapat
ditempuh dengan 2 cara :
1) Dengasn angka-angka X dan Y melalui nomor-nomor garis grid /
pada tepi peta ( bisa 4 angka / 6 angka, bahkan lebih )
2) Dengan angka-angka yang menunjukan bujur dan lintang geografi.

b. Cara penentuan tempat dengan angka-angka grig.


1) Sistim 4 angka. Pada dasarnya kalau menunjukan tempat dengan
4 angka, bisa kita kenal dengan istilah “ Karvak “ Pertama adalah 2 angka
diambil nomor-nomor yang ada dibawah /tepi atas peta ( Angka-angka Grid
22

menunjukan X / Absis ) dan 2 angka berikutnya yang dibicarakan pada tepi


kiri / kanan peta, sebagai Y / Ordinat.

35
Contoh Karvak ( Kotak-kotak di peta )
Titik A = 92.34 / Kv 9234 ( Lihat gambar b)
.A
34
92 93 94

2) Sistim 6 Angka.
35 Cara penunjukan dengan 6 angka sama
9 dengan cara 4 angka hanya dipertegas
8 bagiannya pada karvak ( yang masing -
7 masing dibagi ke kanan dan ke atas 10
6 bagian ) Sehingga 2 angka pertama +
5 berapa bagian ke atas ( lihay gambar )
4 maka titk . A = 923. 343. Demikian pula
3 cara untuk 8 angka dan selanjutnya.
2
1
34 . . . . . . . . .
1 2 3 4 5 6 7 8 9
92 93

Contoh : Titik A letaknya secara geografi ( di muka bumi )


Pada 1° 44’ 8 ( Timur Jakarta )
6° 42’ 1 ( LS ) dan
Titik B pada 1° 48’ 5 ( Timur Jakarta )
6° 47’ 3 ( LS )
23

Selisih bujur dan selisih lintang titik A dan B merupakan panjang sisi-sisi segitiga
siku-siku, maka sisi miringnya adalah merupakan jarak mendatar / lurus titk A ke B.
Panjang 1° jarak di equator lebih panjang dari 1° pada 20° LU / LS.

Jawa & Madura Cirebon

Contoh : 1° di Equator / Katulistiwa = 111,3066 Km. 42/XXXIX-A

1° di 20° Lintang = 104,6348 Km. d


1° di 60° Lintang = a
55,7931 A Dan seterusnya.
Km.

b
c

INDEX TO ADJOINING SHEET

c. Titik-titik (Triangulasi ). Banyak terdapat di lapangang ( Medan ) titik-titik


tersebut adalah titik :
Angka di belakang huruf titik P.S.T. dan Q menunjukan :
1) Angka di atas garis adalah nomor urut titik triangulasi tersebut.
( Primair, Sekunder, Tertier, dan Quarter )
2) Angka di bawah garis menunjukan ketinggian titik pasti tersebut di
atas permukaan air laut ( dalam meter ).

Untuk titik-titik triangulasi ini apabila diinginkan koordinatnya dapat dilihat pada
buku daftar koordinat pada Jantop TNI-AD. Dengan bantuan koordinat titik-titik
triangulasi, maka jarak lurus dua buah titik di peta dapat dihitung dengan cara
tertentu. ( Ukuran polygon, Ukuran Triangulasi dan lain sebagainya )
Contoh : Keterangan :
Untuk mendapatkan koordinat dari kedua
titik A dan B, maka terlebih dahulu ada

kan pengukuran sudut dari titik T.215 ke ke


titik A dan B, kemudian hasilnya di interpolasi /
dihitung. Maka akan didapatkan koordinat
dari titik tersebut ( A dan B )
Titik A diukur dari titik Y
Titik B diukur dari titik T
Maka koordinat A dan B dapat di
hitung.
24

19. Evaluasi.

a. Sebutkan Jenis Grid pada peta Topografi Indonesia...?


b. Sebutkan cara menghitung jarak di peta....?

BAB VII
PENOMARAN LEMBAR PETA TOPOGRAFI INDONESIA

20. Penomoran.

a. Penomoran peta Topografi di Indonesia ada 2 sistim yaitu :


1) Sistim penomoran peta topografi yang digunakan untuk penomoran
peta polyder dan LCO ( Kedar 1:100.000, 1 : 50.000 dan 1 : 25.000 )
2) Sistim penomoran peta topografi yang digunakan untuk penomoran
peta UTM ( Kedar 1: 100.000, 1 : 50.000 dan 1 : 25000 )

b. Disamping kedua sisitim tadi masih ada sisitim penomoran peta yang lain,
yang menyimpang dari kedua sisitim penomoran terserbut di atas.

c. Peta Topografi Indonesia yang dibuat oleh Negara lain ( USA ) diberi nomor
dengan sistim penomoran buatan USA, yang akan dibakukan menjadi sistim
penomoran peta secara International.

d. Sistim penomoran peta topografi yang akan dibahas disini hanya kedua
sisitim penomoran tersebut diatas.

21. Sistim Penomoran Peta Polyder dan LCO.

a. Batas Wilayah Indonesia yang di petakan adalah : 94° 40’ BT - 141° BT.
6° LU - 11° LS
25

b. Panjang Wilayah Indonesia 46 1/3°


Lebar Wilayah Indonesia 17°
Luas Wilayah Indonesia 46 1/3 x 17°

c. Ukuran satu LBD ( Lembar Busur Derajat ) 20’ x 20’ Sedangkan 1° = 3 x


20’maka jumlah LBD menurut batas-batas wilayah Indonesia adalah (46 1/3 x 3 )x
(17 x 3 ) = 139x 51 LBD = 7089 LBD. Akan tetapi LBD sebenarnya tidak
sebanyak itu, karena yang dipetakan hanya daerah daratan wilayah Indonesia saja.

d. Untuk jelasnya sistim penomoran peta Polyder dan LCO berkedar 1 :


100.000, 1:50.000 dan 1 : 25.000 akan terlihat pada gambar halaman 31.

e. Pada peta LCO kadang-kadang terdapat huruf besar, A,B dan C dan lain-
lainnya, kecuali huruf I / huruf-huruf tadi ukurannya lebih kecil. Ini adalah untuk
menunjukan termasuk dalam daerah grid zone, mana lebar peta itu. Perubahan
huruf besar itu setiap 500 Km dan perubahan huruf agak kecil setiap 100 Km
( Lihat ganbar halaman 31 )

f. Penomoran LBD Peta Polyder dan LCO pada gambar, berdasarakan batas-
batas bujur dan lintang geografi dengan meridian 0 Greenwich. Akan tetapi
batas-batas LBD berorentasi pada meridian 0 Jakarta, yang letaknya 106° 48’27,
79’’ BT merupakan batas LBD nomor 36/37 ( Lihat gambar ).

g. Pada gambar halaman 31 terlihat bahwa batas sebelah barat penomoran


LBD dimulai dari 12° barat meridian Jakarta, sedangkan batas barat wilayah
Indonesia adalah 94° 40’ BT.

h. Oleh karena 12° Barat Jakarta sebenarnya adalah 106°48’27,79’’ - 12° =


94°48’27,79’’ BT, maka ada daerah yang tidak dipetakan dan tidak termasuk LBD,
yaitu daerah antara 94° 48’ 27,79’’ dan 94° 40’. Kebetulan daerah itu merupakan
daerah lautan.
26
27

22. Keterangan tambahan.

a. Petunjuk lebar peta ( Index To Ajoining sheet ) merupakan sebuah segi


empat yang terdiri dari 9 buah kotak kecil. Kotak yang ditengah diarsir
menyatakan peta yang dimaksud.

Meridian Jakarta
106º 48’,79” BT
Peta Polyeder dan LCO
Berorientasi pada merdian
Jakarta sebagai meridian 0º

Maksud untuk memudahkan mencari nomor-nomor peta yang ada disekitar lembar peta
itu.
28

Gambar. BATAS WILAYAH INDONESIA PENOMORAN LBD.

b. Titik sudut Utara Timur dari segi empat petunjuk lembar peta diatas
berkoordinat geografi 1° 00’ Timur Jakarta dan 6° 20’ LS. Peta ini berorentasi
pada meridian Jakarta, sebagai meridian 0, yang berarti bahwa letaknya 1° sebelah
timur meridian jakarta. Jadi sebenarnya titik itu meridiannya adalah 107° 48’
27,79’’ BT.
c. Tiap peta biasanya memuat tentang informasi : Proyeksi, Spheroid,
Koordinat Geografi, Titik asal / Origin dan koordinat semu, Titik pangkal / Origin.
Contoh :Proyeksi : Lambert Conical Proyection ( LCP )
Spheroid : Bessel.
Origin : 8° S 110° BT
Koordinat semu : 550.000 Meter Timur.
Dari Origin : 400.000 Meter Utara.

23. Sistim Penomoran Peta UTM.

a. Batas wilayah Indonesia yang dipetakan : 94° 30’ BT – 141° BT dan 6° LU -


12° LS.
29

b. Menurut batas tersebut diatas maka lembar peta kedar 1:100.00 ( 30’ x 30’ )
harus ada sebanyak ( 18 x 2 ) x ( 46 ½ x 2 ) = 36 x 93 = 3348 Lembar. Akan
tetapi tidak sebanyak itu karena lautan dan wilayah Negara lain tidak dipetakan.

c. Untuk jelasnya sisitim penomoran peta UTM di Indonesia berkedar


1:100.000, 1:50.000 dan 1 : 25.000 ( Lihat gambar )

d. Peta UTM buatan USA ada sebuah segi empat yang memuat petunjuk cara
menentukan koordinat grid suatu tempat, disitu telah terdapat kode angka dan
huruf misalnya 49 M / 46 R dan 3 N. Ini adalah untuk menunjukan termasuk
dalam daerah grid zone yang mana peta itu didalam sisitim referensi grid Militer

24. Evaluasi.

a. Sebutkan sisitim penomoran peta Topografi di Indonesia...?


b. Sebutkan sisitim penomoran peta Polyder dan LCO...?

BAB VIII
PENUNJUKAN ARAH DI PETA

25. Arah Utara.

a. Utara Sebenarnya ( True North ) = US


b. Utara Magneet ( Magnetich North ) = UM
c. Utara Grid ( Ggrid North ) = UG / UP

1) Utara sebenarnya ( US ) adalah arah ke kutub bumi utara yang


dilalui oleh garis bujur / meridian. Ini dipakai untuk pengukuran yang
30

sangat teliti dan biasa dipakai untuk keperluan operasi Militer, terutama
untuk penembakan Arteleri.

2) Utara Magnetis ( UM ) Adalah arah ke kutub utara magnet yang


ditunjukan oleh ujung jarum kompas. Ini biasa dipakai dalam tugas-tugas di
lapangan, karena mudah dapat diketemukan oleh segala macam kompas.

Y 3) Utara Grid ( UG / UP ) Adalah garis utara yang ditunjukan oleh garis


vertikal pada peta, atau biasa disebut juga peta ( UP ) dan garis grid ini
biasanya terdapat pada peta Militer.

26. Ikhtilap.

a. Umum. Ikhtilapa adalah penyimpangan arah utara, yaitu antara arah


utara sebenarnya dengan utara magnet disebut ikhtilap magnitis/deklenasi atau
utara sebenarnya dengan utara peta disebut ikhtilap peta/konvergensi meridian.

Ikhtilap Peta /Konvergensi US UP UM Ikhtilap magnitis/deklenasi


magnitis.

0º 02’ B = 0,6 Mil 0º 14’ T = 4,1 Mil

b. Ikhtilap Magnitis. Adalah besarnya sudut antara US dan UM. Ikhtilap


magnitis kebarat apabila ujung jarum kompas berada di sebelah barat US dan
Ikhtilap magnitis ke timur apabila ujung jarum kompas berada di sebelah timur US
US sebagai sumbu. utama / pokok

UM US US UM

Ikhtilap magnitis “ Barat “ Ikhtilap magnitis “ Timur “


31

c. Ikhtilap Peta. Adalah besarnya sudut antara US dan UP. Ini berubah-
ubah besarnya pada tempat-tempat yang berlainan dan bisa ke Barat / Timur,
tergantung dari letak peta itu terhadap meridian tengah dan equator. Untuk peta
taktis perubahan ini sangat kecil sehingga dapat dipakai ikhtilap rata-rata tanpa
memperhatikan kesalahan-kesalahannya.

US sebagai sumbu. utama / pokok


UP US US UP

Ikhtilap Peta “ Barat “ Ikhtilap Peta“ Timur “

d. Ikhtilap UP – UM. Adalah besarnya sudut yang dibentuk oleh dua buah
garis dari suatu titik masing-masing menuju ke UP dan UM.
US sebagai sumbu. utama / pokok
UP UM UM UP

Ikhtilap UP – UM “ Timur “ Ikhtilap UP – UM “ Barat “

e. Perubahan Ikhtilap. Dalam peta sering dijelaskan bahwa ikhtilap


bertambah 02’ tiap tahun ( Kiri bawah peta ). Perubahan ini tidak selamanya
bertambah 02’ tetapi bisa lebih besar/kecil. Perubahan tersebut bisa ke Barat/
Timur, setiap 5 tahun sekali diadakan pengukuran ulang variasi magnitis secara
umum dan berlaku untuk sebagian besar wilayah dunia yang biasa melaksanakan
pengukuran ulang adalah Angkatan Laut Amerika Serikat. Indonesia juga diberi
hasil pengukuran ulang tersebut, yang disampaikan melalui Departemen
Perhubungan Badan Pusat Meteorogi dan Geofisika di Jakarta.
Contoh: Di dalam peta sering dijelaskan bahwa iktilap bertambah 2’ setiap tahun.
Misalnya peta tersebut sudah sudah berumur + 30 tahun. Perubahan ini bukan
berarti perubahan/variasi magnitisnya = 30 x 2 ‘ = 60’ / 1º, tetapi harus dilihat dulu
variasi magnitis yang berlaku pada waktu itu.
32

27. Azimut Garis.

a. Umum. Suatu cara yang digunakan oleh Militer, dalam menetukan arah
ialah : dengan menggunakan azimuth. Azimut dapat difinisinya sebagai sudut
horizontal, diukur serarah jarum jam dari garis dasar. Ada 3 macam azimuth yaitu:
1) Azimut Sebenarnya. Ialah suatu garis /arah adalah sudut horizontal,
yang diukur menurut jalannya jarum jam dari US ke garis / arah tersebut.
2) Azimut Magnitis. Ialah dari suatu garis/arah adalah sudut horizontal,
diukur menurut jalannya jarum jam dari UM ke garis / arah tersebut.
3) Azimut Peta . Ialah dari suatu garis adalah sudut horizontal, diukur
menurut jalannya jarum jam dari UP ke garis / arah tersebut.

b. Azimuth belakang ( Back Azimuth ) Adalah sudut arah dari suatu garis
dilihat menurut arah kebalikannya. Apabila azimuth ( Kemuka ) kurang dari 180º
maka azimuth belakang sama dengan azimuth ( Kemuka ) ditambah 180º dan
apabila azimuth lebih dari 180º maka azimuth belakang sama dengan azimuth
( Kemuka ) dikurangi 180º.

Gambar Tiga jenis Azimuth.

28. Bearing.
33

a. Bearing menyatakan arah sebagai sebuah sudut yang diukur ke Barat /


Timur dari suatu garis referensi Utara / Selatah. Bearing tidak dapat melebihi
sudut 90º / seperempat lingkaran dan dinamakan quadrant.

b. Untuk menyatakan Bearing diperlukan keterangan sebagai berikut :


1) Asal dari garis referensi diukur ( Utara / Selatan )
2) Besarnya Sudut.
3) Arah dimana sudut diukur ( Barat / Timur )

N
a b Penulisannya menjadi :
30º 40º Bearing Barat dan Timur.
a. U 30º B
b. U 40º T
c. S 20º B
W E d. S 25º T

20º 25º
c d
S

c. Mengubah Bearing menjadi azimuth dan azimuth menjadi Bearing.


Gambar : Gabungan Bearing dan Azimuth. Ini banyak digunakan dalam
pelayaran dan Penerbangan.

Contoh mengubah Bearing menjadi Azimuth.


Bearing U 30º T = Azimuth 30º
Bearing S 30º T = Azimuth 150º

Contoh mengubah Azimuth menjadi Bearing.


Azimuth 210º = Bearing S 30º B
Azimuth 330º = Bearing U 30º B
34

29. Mengorentasi Peta. Sebelum peta digunakan terlebih dahulu harus diorentasi,
sehingga peta ini terletak pada Horizontal dalam kedudukan yang sesuai dengan utara /
selatan peta dan utara /selatan di lapangan/medan. Ada beberapa macam cara untuk
mengorentasi peta :

a. Dengan menggunakan kompas.


1) Hitung perubahan ikhtilap magnitis dengan memperhatikan faktor-
faktor perubahan variasi magnitis pada saat itu.
2) Tarik garis dari titik P ke arah utara magnitis.
3) Letakkan peta dalam posisi horizontal / mendatar.
4) Letakkan kompas di atas peta.
5) Putar peta dan kompas sedemikian rupa sehingga jarum kompas
searah dengan garis utara magnitis. Dengan demikian maka peta telah
terorentasi.

b. Dengan nmenggunakan Tanda-tanda Medan. Apabila tidak mungkin


menggunakan kompas, orentasi peta dapat dilakukan dengan menggunakan
tanda-tanda medan yang cukup jelas. Tanda medan yang paling baik digunakan
ialah yang berupa garis lurus seperti jalan Kereta Api, Persimpangan jalan, Sungai,
Gunung dan lain sebagainya. Garis-garis yang tampak dalam peta disejajarkan
dengan garis yang terdapat di medan. Dengan demikian peta telah terorentasi
dalam kedudukan yang sebenarnya.

30. Cara Mencari Arah Utara Sebenarnya. Banyak cara yang dapat dikerjakan
untuk mencari arah utara apabila kita sedang berada di lapangan.
a. Dengan menggunakkan Kompas. Dapat dilakukan dengan menggunakan
matahari, pada waktu terbit dan terbenam. Pada waktu terbit diukur azimuthnya
ada 110º dan pada waktu terbenam diukur azimuthnya 270º. Maka besarnya
ikhtilap adalah seperdua selisih antara jumlah azimuth matahari yang diukur
dengan 360º. Apabila jumlahnya lebih dari 360º maka ikhtilapnya adalah ke
barat, kalau lebih kecil dari 360º maka ikhtilapnya ke timur. Dalam gambar akan
terbaca pada penggukuran pada pagi hari 110º dan petang hari 270º. Maka jumlah
pembacaanya 110º + 270º = 380º. Jadi ikhtilapnya ke barat = 380º - 360º =
20º/2 = 10º ke barat.
35

31. Alat Pengukur Arah. Yang umum digunakan oleh Pasukan dalam menentukan
arah di lapangan / medan :

a. Kompas.
1) Kompas Magnitis/Kompas Pandu.

Kompas magnitis adalah yang umum digunakan dan merupakan alat yang
paling sederhana untuk mengukur arah dan sudut di lapangan. Cara
menggunakannya adalah sederhana sekali, ialah dengan mengarahkan
kompas tersebut ke obyek, kemudian membaca skala derajat yang
ditunjukkan oleh jarum magnet.

2) Kompas Lensa. Dalam menggunakkan kompas lensa, harus dijaga


agar kedudukan kompas tetap horizontal apabila kita akan membaca
azimuth dari suatu obyek. Ada beberapa cara untuk memegang kompas
dan membidiknya.
a) Celah lensa, celah rambut di depan dan sasaran berada dalam
suatu garis azimuth dibaca dengan penyinaran ke bawah bagian
lensa. Cara ini sudah cukup teliti guna mengadakan pengukuran
Resection dan Intersection.

b) Cara kedua ini yang kurang baik jika dibandingkan dengan


cara pertama.
(1) Jauhkan alat-alat dari besi/logam lain yang dapat
mempengaruhi gerakan jarum magnet.
(2) Bukalah tutup kompas sehingga letaknya segaris
dengan arah tujuan.
36

(3) Dudukan pembidik pada posisi yang lebih kurang sama.


(4) Masukan ibu jari ke dalam cicin dan genggamlah alat
kompas dengan jari-jari dalam kedudukan jari-jari telunjuk
terletak di tepi kompas.
(5) Untuk menggukur azimuth, putarlah badan ke arah
obyek dan tempatkan kompas ke arah obyek dan langsung
bisa dibaca.

3) Kompas Prisma. Adalah kompas yang dilengkapi dengan prisma


dan minyak jernih, dengan pertolongan prisma kita dapat membaca derajat
sambil membidik pada suatu sasaran, sedangkan minyak jernih berguna
37

untuk memperhentikan putaran jarum kompas. Bagian–bagian dari kompas


prisma.
a) Kontak kompas dengan pembagian mata angin dan cicin karet.
b) Kaca kompas yang dapat diputar, dengan pembagian derajat.
c) Kepingan bercahaya dengan garis rambut dibawah kaca.
d) Garis pentunjuk yang bercahaya ( Diatas kaca )
e) Lingkaran kompas dengan pembagian derajat dan jarum
kompas yang bercahaya.
f) Galangan kaca.
g) Tutup dengan kaca penutup, garis rambut, garis-garis tanda
becahaya dan bibir pelindung.
h) Pelindung kaca.
j) Pengapit.
k) Prima dan cicin kompas adalah garis lurus yang memotong
tengah-tengah kompas, sepanjang takik cicin ibu jari sampai takik
bibir pelindung.
Ketentuan: Besi dan baja yang berada di dekat kompas dapat
mempengaruhi bekerjanya jarum kompas. Jarak-jarak minimal yang
harus diperhatikan antara lain :
(1) Senjata berat = 60 M
(2) Senjata sedang dan kawat telegrap = 40 M
(3) Pagar kawat berduri = 10 M
(4) Topi baja = 3M

b. Busur Derajat ( Protaktor )


1) Bentuk busur derajat. Antara lain berbentuk lingkaran, setengah
lingkaran, segi empat dan bujur sangkar. Kesemuanya ini dibagi-bagi
dalam satuan ukuran sudut yang dikelilingnya terdapat ukuran skala. Tand
indeks adalah pusat dari lingkaran busur derajat dari mana garis-garis arah
menyebar.

2) Cara penggunaannya.
a) Untuk menentukan azimuth grid dari suatu titik lain pada peta (
dari A ke B atau dari C ke D ). Dengan langkah-langka Sbb :
(1) Buat garis yang menghubungkan kedua titik tersebut.
38

(2) Tempatkan indeks busur derajat pada titik perpotongan


antara garis penghubung dengan garis vertikal.
(3) Sesuaikan indeks pada titik ini dengan garis 0 – 180º di
busur derajat pada garis grid vertikal.
(4) Baca harga sudut / azimuth pada skala.

b) Mengeplot ( Plotting ) garis arah azimuth kompas dari sebuah


titik yang di ketahui pada peta, dengan langkah – langkah Sbb:
(1) Jika mungkin rubahlah arah /azimuth menjadi azimuth
peta/grid, buat garis melalui titik sejajar dengan garis grid
vertikal.

(2) Letakkan busur derajat di atas peta sedemikian rupa


sehingga
(a) Garis pada busur derajat 0º – 180º berimpit
dengan garis yang dibuat pada nomor 1.
(b) Titik indeks pada busur derajat berimpit dengan
titik pada peta yang sudah diketahui.

(3) Buat tanda titik pada peta yang dihitung dari utara
searah jarum jam besarnya sudut yang dimaksud dengan
membaca pembagian skala pada busur derajat,
(4) Tarik garis dari titik yang sudah diketahui melalui tanda-
tanda titik yang yang dibuat pada nomor

32. Evaluasi.

a. Sebutkan caranya untuk menentukan arah utara di peta....?


b. Jelaskan pengertian ikhtilap...?

BAB IX
PERHITUNGAN SUDUT DAN PEMECAHANNYA
39

33. Umum. Sebelum kita dapat menghitung besarnya suatu sudut peta maupun
sudut kompas maka perlu kita pelajari beberapa faktor yang berhubungan dengan itu,
antara lain. Variasi magnitis, Deklenasi magnitis dan ikhtilap UP – UM.

34. Variasi Magnitis. Adalah perubahan ikhtilap magnit pada waktu yang berlainan.
Variasi magnit itu dihitung berdasarkan tahun pengukuran ulang yang didapat dari Jan
Top TNI AD. Contoh :
Y 1970 Diketahui :
1972 Lihat gambar.
20’ Peta dibuat tahun 1944. Pengukuran ulang tahun 1970.
65 6’ Perubahan variasi magnitis tiap tahun 03’ Timur.
Deklinasi magbitis 65’

Ditanyakan :
a. Ikhtilap magnitis tahun 1972.
b. Ikhtilap peta tahun 1972.
c. Ikhtilap UP – UM tahun 1972.

1944

Jawab.
Rumus : P = K + Iktilap UP – UM
a. Variasi Magnitis tahun 1972 = ( 1972 – 1970 ) = 2’ x 3’ = 6’
Ikhtilap Magnitis tahun 1972 = 20’ + 65’ + 6’ = 91’ = 1º 31’ Timur.
Catatan:
Tanda + ( Positip ) apabila ikhtilap ke timur.
Tanda - ( Negatif ) apabila ikhtilap ke barat.
Sudut Peta = UP ke Sasaran.
Sudut Kompas = UM ke Sasaran.

b. Ikhtilap peta tahun 1972 = 20’ T ( Tetap )

c. Ikhtilap UP-UM tahun 1972 = 65’ + 6’ = 71’ = 1º11’ Timur.


Pada sudut peta ada kata Increase dan Decrease.
Increase = Mengembang / Bertambah / Timur.
Decrease = Menyempit / Berkurang / Barat.

35. Cara Menghitung Tentukan dahulu besar Ikhtilap UP-UM, dengan satuan Menit.
40

a. Sudut Peta ke Sudut Kompas.


1) Apabila ikhtilap UP-UM ke Timur. Maka sudut kompas adalah Sudut
Peta dikurangi ikhtilap UP-UM .
2) Apabila ikhtilap UP-UM ke Barat Maka sudut kompas adalah Sudut
Peta ditambah ikhtilap UP-UM .

b. Sudut kompas ke sudut peta.


1) Apabila ikhtilap UP-UM ke Timur. Maka sudut peta adalah Sudut
kompas ditambah ikhtilap UP-UM .
2) Apabila ikhtilap UP-UM ke Barat Maka sudut kompas adalah Sudut
Peta dikurangi ikhtilap UP-UM .

Contoh Gambar :
1) Sudut Peta ke Sudut Kompas.

2) Sudut Kompas ke Sudut Peta

Catatan :
41

1) Sudut Peta adalah Suatu sudut yang dibentuk oleh dua buah garis
yang ditarik dari Utara Peta ( UP ) menuju Sasaran.
2) Sudut Kompas adalah Suatu sudut yang dibentuk oleh dua buah
garis yang ditarik dari Utara Magnit ( UM ) menuju Sasaran.

36. Evaluasi.

a. Jelaskan pengertian Variasi Magnitis....?


b. Gambarkan suidut Kompas ke sudut Peta...?
BAB X
PENENTUAN TEMPAT DI PETA

37. Umum. Menentukan tempat di medan / peta dapat dilakukan dengan :

a. Resection ( Silanh kebelakang )


c. Intersection ( Silang kedepan )
d. Garis Pangkal / Titik Pangkal.

38. Resection. Digunakan apabila kita ingin mengetahui tempat kedudukan kita di
peta.

a. Caranya :
1) Dengan memakai kompas.
2) Tanpa memakai kompas.

b. Dengan memakai Kompas.


1) Dari kedudukan sendiri, pilih dua benda yang terkenal di medan dan
terdapat di peta.
2) Sudut antara tempat sendiri dengan dua buah benda terkenal minimal
30º maksimal 150º.
3) Dari kedudukan sendiri, membaca sudut kompasnya ( Azimuth
magnitis ) ke masing-masing benda terkenal tersebut, kemudian hitung
Beck azimuthnya.
4) Kemudian masukan ke sudut peta ( Tarik garis diatas peta ) dengan
memperhitungkan ikhtilap UP-UM yang berlaku pada saat itu.
42

5) Persilangan dari kedua garis tersebut adalah kedudukan yang


dimaksud.
6) Baca koordinat pada peta ( lihat gambar )

Pembacaan
Besarnya sudut =kompas
sudutnya dari A=ke45º.
78º1’ - 33º1’ B umpama
Dari B33º ikhtilap
dengan UP-
busur
UM 1º Timur.
derajat, gambarkan beck azimuth 213º1’ dari C dengan busur
Maka gambarkan
derajat Beck azimuth ditambah
beck azimuthiktilap UP-UMPerpanjangan
258º1’. = 213º + 1’ garis
= 213º
A
1’. Pembacaan sudut kompas dari A ke C umpamanya
dan B memotong di titik A. Titik A adalah titik yang dinyatakan, 78º
ikhtilap
lalu UP-UM
membaca 1’ Timur.
koordinat petanya.Maka Beck azimuthnya ditambah
ikhtilap UP-UM = 258º + 1’ = 258º 1’

c. Tanpa memakai Kompas.


1) Cari tiga titik tanda di medan yang terkenal dan terdapat di peta.
2) Umpamanya tiga titik tanda tersebut A,B dan C, yang masing-masing
besar sudutnya 30º dan maksimal 150º .
3) Gunakan sehelai kertas bening, letakan kertas bening tersebut diatas
landasan yang rata, lalu tusukkan sebuah jarum pada suatu titik umpamanya
titik Q.
4) Dari titik Q buat garis masing-masing menuju benda-benda yang ada
di medan dan sudah ditentukan. ( Titik A,B dan C ).
5) Lepaskan kertas bening dari tusukan jarum, kemudian letakan di atas
peta sedemikian rupa, sehingga tiga garis tersebut secara berurutan akan
menunjukan arah A, B dan C yang terdapat di peta.
Catatan. Yang digeser-geser yaitu kertas bening, sehingga ketiga garis
tersebut tepat/berhimpitan dengan arah yang bersangkutan.
6) Setelah ketiga garis tersebut tepat berhimpitan, maka tusukan jarum
pada titik Q pada kertas bening sehingga menembus di peta.
7) Tempat tusukan jarum di peta ( titik Q ) adalah tempat kedudukan
yang dicari, selanjutnya tentukan koordinat di petanya.
43

39. Intersection. Cara ini digunakan apabila ingin mengetahui kedudukan suatu
sasaran di peta yang letaknya jauh dari tempat kedudukan kita.

a. Caranya.
1) Dengan memakai kompas.
2) Tanpa memakai kompas.
3) Kemudian pindahkan dari titik tersebut (1) ke titik yang lain di medan
yang juga terdapat di peta.
4) Tentukan besar sudut kompasnya ke arah titik tersebut (2)
Catatan: Pada tiap pengukuran besarnya sudut kompas minimal 30º dan
maksimal 150º.
5) Kemudian pindahkan pembacaan kedua sudut kompas tadi ( setelah
diperhitungkan besar ikhtilap UP-UM yang berlaku pada saat itu ) di peta
dengan menggunakan busur derajat / pengukuran sudut lainnya.
6) Buat garis dengan pensil diatas peta yang sesuai dengan perhitungan
yang ada.
7) Titik persilangan dari kedua garis tersebut adalah titik yang dicari.
8) Selanjutnya tentukan koordinat petanya.

Intersection dengan memakai kompas

Penjelasan :
Dari A ke C :
Sudut kompas umpama 30º
Ikhtilap UP-UM umpama 1º Barat
Maka sudut peta = 30º - 1º = 29º
Dari B ke C :
Sudut kompas umpama 325º
Ikhtilap UP-UM umpama 1º Barat
Maka sudut peta = 325º -1º =324º

Dari titik A, dipeta dapat digambarkan sudut petanya = 29º


44

Dari titik B, dipeta dapat digambarkan sudut petanya = 324º


Titik silang C adalah titik yang dicari.

b. Tanpa memakai kompas.


1) Tentukan 2 titik yang berkedudukan pasti dimedan dan dipeta titik A
dan B.
2) Dari kedua titik tersebut harus dapat melihat arah titik tiga
umpamanya C dimedan yang akan dicari.
3) Ambil kertas bening, taruhkan diatas peta, dan gambarkan titik A dan
B.
4) Ambil kertas bening dari peta.
5) Dititik A dengan beralaskan landasan yang rata, taruhlah kertas
bening dan arahkan kearah AB dan AC, lalu dengan pensil tarik garis arah
AB dan AC.
6) Kalau pindah ketitik B taruhlah kertas bening tadi pada alas yang rata
dan arahkan ke BA dan BC.
7) Dititik B arahkan ke BA dan harus berimpit dengan arah AB,
kemudian tarik arah BC.
8) Garis AC dan BC akan berpotongan di C.
9) Jadi pada kertas bening telah berbentuk segi tiga A B C.
10) Kertas bening ini tempelkan lagi dipeta dengan catatan titik A dan B
dipeta maupun di kertas bening harus berimpit.
11) Tusukan dengan jarum ke titik C dikertas bening sehingga menembus
peta.
12) Titik C dipeta itulah yang dicari.
13) Kemudian tentukan koordinat petanya.

40. Garis Pangkal (GP) dan Titik Pangkal (TP).


45

a. Garis Pangkal.
1) Bertujuan untuk menjamin kerahasiaan dalam pemberitaan dan
menjalankan perintah.

2) Penggunaan :
a) Biasanya oleh satuan tingkat kompi keatas.
b) Garis Pangkal (GP) dan Titik Pangkal (TP) harus sering
diganti-ganti untuk mencegah kebocoran/penyadapan pemberitaan
musuh.

b. Garis Pangkal.
1) Ditentukan oleh Dan Sat yang bersangkutan pada peta, dengan
menentukan titik G dan P dengan menggunakan koordinat 6/8 angka.
2) Hubungkan titik G dan P dengan garis tipis diatas peta.
3) Perpanjangan garis antara titik G dan P kedepan dan kebelakang.
4) Pengukuran/penunjukan jarak-jarak mempergunakan satuan KM/M :
a) Dengan KM jarak dibulatkan sampai persepuluh KM.
(1) Menggunakan tiga angka sbb :
(a) Angka pertama = Puluhan KM
(b) Angka kedua = Satuan KM
(c) Angka ketiga = Persepuluhan KM

(2) Contoh :
(a) 105 berarti 10,5 KM.
(b) 030 berarti 3 KM.
(c) 037 berarti 3,7 KM

b) Dengan meter.
(1) Menggunakan empat angka sbb :
(a) Angka pertama = Ribuan Meter.
(b) Angka kedua = Ratusan Meter.
(c) Angka ketiga = Puluhan Meter.
(d) Angka keempat = Satuan Meter.

(2) Contoh :
46

(a) 2125 berarti = 2125 Meter.


(b) 0950 berarti = 950 Meter.
(c) 0075 berarti = 75 Meter.
(d) 2050 berarti = 2050 Meter.

c) Cara menyampaikan berita atau menjalan perintah /


memberikan perintah baru dengan menggunakan kata-kata sbb :
(1) Maju dengan singkatan MA.
(2) Mundur dengan singkatan MU.
(3) Kanan dengan singkatan KA.
(4) Kiri dengan singkatan KI.

d) Cara mengerjakan.
(1) Kata-kata maju artinya arah garis dari titik G ke P.
(2) Kata-kata mundur artinya arah garis perpanjangan dari
G ke belakang.
(3) Kata-kata Kanan/Kiri artinya Kanan/Kiri dari G – P
dengan sudut 90º.

e) Contoh : Cara memberikan perintah dilakukan sbb :


(1) Lembar peta : 39 / XXXIX – C.
(2) Garis Pangkal : Koordinat 8 angka.
(3) Penunjukan dalam kilometer.
(4) Dari kedudukan sekarang supaya pindah ke MA 015,
KA 034.
(5) Petunjuk/Instruksi lain :
Pada jam. ....... sudah harus berada ditempat yang baru
dan segera melaporkan setibanya ditempat yang baru.
(6) Cara laporan kedudukan yang baru, sama dengan
menentukan tempat diatas peta dengan menggunakan
koordinat.
47

c. Titik Pangkal (TP).


1) Ditentukan oleh Dan Atasan yang bersangkutan pada peta dengan
menentukan Titik Pangkal dan menggunakan Koordinat 6/8 angka.
2) Titik Pangkal dapat juga ditentukan pada persilangan garis tegak dan
datar di jaring-jaring lembar peta.

3) Pengukuran/penunjukan jarak mempergunakan satuan KM/M.


a) Dengan KM sama dengan perhitungan pada Garis Pangkal
(GP).
b) Dengan Meter sama dengan perhitungan pada Garis Pangkal
(GP).

c) Cara pemberitaan atau menjalankan perintah harus dgn


menggunakan
(1) Barat dengan singkatan =B
(2) Timur dengan singkatan =T
(3) Utara dengan singkatan =U
(4) Selatan dengan singkatan =S

d) Cara menyebutkan harus dilakukan dari jarak mendatar/


melintang (Barat/Timur) lebih dahulu, selanjutnya jarak tegak
(Utara/Selatan).

e) Contoh : Memberikan perintah dilakukan sbb :


48

(1) Lembar peta = 38/XXXIX-C


(2) Titik Pangkal Koordinat = 6 angka.
(3) Dari kedudukan sekarang supaya pindah ke B 1400, S
0500.
(4) Petunjuk/Instruksi lain :
Pada Jam : . ...... sudah harus berada ditempat yang
baru dan segera laporkan.
(5) Cara laporan kedudukan yang baru sama dengan pada
Garis Pangkal (GP).
49

41. Evaluasi.

a. Sebutkan cara mencari kedudukan sendiri !


b. Sebutkan cara menyampaikan perintah dengan menggunakan Titik Pangkal
(TP) !

BAB XI
GARIS KETINGGIAN DAN CARA PENGHITUNGAN TERJAL

42. Garis Ketinggian / Garis sama tinggi / Contour.

a. Pengertian :
1) Adalah garis khayal di atas tanah yang menyatakan titik-titik pada
permuka-an tanah dengan ketinggian yang sama.
2) Garis ini biasanya tidak lurus ( berbelok-belok) dan tertutup yang
digambar-kan dengan warna coklat.

b. Macamnya:
1) Garis Ketinggian yang digambarkan dengan garis tipis.
2) Garis Ketinggian yang digambarkan dengan garis tebal
3) Garis Ketinggian yang digambarkan dengan garis terputus-putus.

c. Sifat-sifat garis Ketinggian ( Contour interval )


50

1) Perbedaan tinggi antara 2 garis yang berurutan pada umumnya


adalah setengah dari bilangan angka ribuan pada kedar yang dinyatakan
dengan satuan meter.
Contoh : Kedar 1 : 50.000
Perbedaan tinggi antara 2 garis yang berurutan adalah :
½ x 1/1000 x 50.000 = 25 M.

Adakalanya perbedaan tinggi antara 2 garis yang berurutan pada peta yang
menyimpang dari hitungan tersebut diatas, untuk itu dapat kita lihat pada
legenda tiap-tiap lembaran peta / biasanya dicantumkan pada gambar garis
ketinggian. .
2) Garis ketinggian pertama telah mempunyai harga tinggi.
3) Garis ketinggian yang rendah selalu mengelilingi garis ketinggian
yang lebih tinggi. Kecuali pada kawah / Depresi.
4) Garis ketinggian yang menjorok ke dalam merupakan suatu lembah
dan biasanya terdapat sungai / mata air.
5) Garis ketinggian yang menjorok keluar merupakan punggung.
6) Pada umumnya garis ketinggian kesepuluhan digambarkan dengan
garis tebal, kecuali hal-hal yang menyimpang, akan diterangkan pada
legenda tiap lebaran peta.
7) Garis ketinggian penolong ( Terpus-putus ) menyatakan ketinggian
setengah atau lebih dari perbedaan tinggi antara 2 garis ketinggian yang
berurutan.
8) Garis ketinggian satu sama lainnya tidak bertemu/bersilang, kecuali
pada lembah yang sangat curam dimana terdapat air terjun.
9) Garis ketinggian yang rapat berarti daerahnya makin terjal, garis
ketinggian yang jarang daerahnya datar.
51

Keterangan:
1) Kedar 1:50.000
2) Perbedaan tinggi antara 2 garis ketinggian yang berurutan adalah :
a) Garis ketinggian Nomor 1 = 25 Meter.
b) Garis ketinggian Nomor 2 = 50 Meter.

3) Garis ketinggian yang mempunyai nilai tinggi 25 Meter, selalu


mengelilingi garis ketinggian yang mempunyai nilai tinggi 50 Meter.
4) Garis ketinggian yang mempunyai nilai tinggi 50 Meter, selalu
mengelilingi garis ketinggian yang mempunyai nilai tinggi 75 Meter.
5) Garis ketinggian yang menjorok ke dalam ( A dan B ) merupakan
lembah dan biasanya mengalir suatu sungai / kali kearah anak panah.
7) Garis ketinggian C dan D merupakan punggung suatu gunung.
8) Garis ketinggian nomor 10 digambar dengan garis tebal, yaitu
ketinggian dengan nilai tinggi 250 Meter. Catatan : Tidak semua peta,
digambar garis ketinggian yang tebal pada garis yang kesepuluh.
9) Garis ketinggian nomor 12 merupakan garis ketinggian penolong
yang mempunyai niali 250 Meter + 25 Meter + 12,5 Meter = 287,5 Meter.
10) Jadi puncak gunung ( huruf P ) tingginya antara 287,5 Meter dan
kurang dari ketinggian berurutan, tidak dapat kita lihat di dalam peta.
52

43. Maksud Garis Ketinggian

a. Untuk mengetahui suatu titik yang terletak disuatu garis ketinggian yang
berhubungan. Artinya : Semua titik-titik yang berada digaris ketinggian nomor 2
(lihat gambar) tingginya adalah 50 meter dan seterusnya.

b. Memberikan pernyataan (gambaran) ketidak rataan suatu medan diatas


peta sekaligus kita dapat membayangkan bentuk medan yang sebenarnya.

44. Titik-titik ketinggian/Titik pasti.

a. Pada suatu medan yang mempunyai titik tinggi tertentu, sedangkan luas
daerah tersebut tidak dapat digambarkan diatas peta, mengingat sangat sempit
maka diperlukan tanda-tanda lain yang disebut ketinggian. Titik-titik ketinggian ini
diperlukan juga didaerah yang datar untuk mengetahui tinggi daerah tersebut.

b. Titik-titik ketinggian/pasti ini meneranagkan bahwa tinggi sebenarnya suatu


medan yang telah diukur dari permukaan air laut dengan satuan meter.

c. Macam-macam titik ketinggian/pasti antara lain adalah :

1) 540 - Titik Ketinggian.


- Tingginya 540 Meter dari permukaan air laut.

2) P. 14 - Titik Ketinggian golongan. I


3120 - Nomor 14.
- Dengan Tingginya 3120 Meter, dari permukaan air laut.

3) S.217 - Titik Ketinggian golongan. II


2090 - Nomor 217
- Dengan Tingginya 2090 Meter, dari permukaan air laut.

4) T.151 - Titik Ketinggian golongan. III


2040 - Nomor 151
- Dengan Tingginya 2040 Meter, dari permukaan air laut.

5) Q.701 - Titik Ketinggian golongan. IV


1290 - Nomor 701
53

- Dengan Tingginya 1290 Meter, dari permukaan air laut.

6) KQ.201 - Titik Ketinggian Kasdater Quarter.


1965 - Nomor 201
- Dengan Tingginya 1965 Meter, dari permukaan air laut.

7) TP.20 - Titik Ketinggian Antara.


1055 - Nomor 20
- Dengan Tingginya 1005 Meter, dari permukaan air laut.

8) K.120 - Titik Ketinggian Kadaster


1655 - Nomor 120
- Dengan Tingginya 1655 Meter, dari permukaan air laut

9) AS - Titik Astronomi.

Penjelasan.
P = Primair. = Golongan Pertama.
S = Secunder = Golongan Kedua.
T = Tertiar . = Golongan Ketiga.
Q = Quarter = Golongan Keempat.
KQ = Kadaster Quarter = Golongan Pertama.
TP = Tusen Point = Titik Antara.
Angka-angka diatas garis merupakan Nomor Registrasi.
Angka-angka dibawah garis merupakan Tingginya ketinggian dalam meter.

45. Cara Menggambar Suatu Gunung dengan Pertolongan Garis Ketinggian.

a. Suatu ketinggian sudah diketahui dan dapat pula garis ketinggian.

b. Kemudian kita membuat garis horizontal dan di bawah ketinggian tersebut


dengan jarak ( Interval ) yang sesuai dengan garis ketinggian tersebut di atas.

c. Ketinggian tersebut kemudian kita tarik garis lurus ke garis horizontal, maka
akan tergambar gunung / ketinggian yang ada di peta.
Contoh :
54

Keterangan:

a. Pada suatu lembaran peta yang berkedar 1:50.000, telah terlukis suatu
gunung yang bentuknya seperti gambar di atas.
1) Titik A tingginya adalah 100 Meter.
2) Titik B tingginya adalah 200 Meter.
Jadi A dan B tingginya adalah meningkat ( Bertambah )
3) Titik B tingginya adalah 200 Meter.
1) Titik C tingginya adalah 150 Meter.
Jadi B dan C tingginya adalah menurun ( Berkurang )

b. Pada gambar / lukisan gunung tersebut, maka titik B adalah titik yang
tertinggi yang selalu diberitahukan untuk mengetahui betul-betul bentuk dari
gunung itu.

c. Jelas bagi kita bahwa pada gambar lukisan suatu gunung yang terdapat
suatu kawah/depresi tidak melalui garis ketinggian yang lebih tinggi dikelilingi oleh
garis ketinggian yang lebih rendah.

d. Pada gambar/lukisan gunung yang terdapat suatu kawah/ depresi bagian


yang tertinggi ( Puncak ) selalu dicantumkan tingginya ( Pada garis ketinggian
yang dikelilingi ) untuk mengetahui adanya kawah/depresi. Catatan : Disini
akan kita menjumpai bahwa garis ketinggian yang mengelilingi suatu garis
ketinggian lainya telah mempunyai tinggi yang sama.
55

e. Oleh karena itu maka apabila kita melihat suatu lukisan / gambar garis-garis
ketinggian tersebut di atas, maka titik tengah ( lingkaran tengah ) dari garis
ketinggian dapat merupakan suatu puncak/dapat juga merupakan suatu
kawah/depresi.

f. Untuk mengetahui bentuk sebenarnya dari suatu gunung, kita harus lihat
beberapa titik ketinggian ( paling sedikit 2 titik ketinggian ) seperti gambar B
dibawah ini.

g. Dengan adanya gambar A di atas maka untuk mengetahui berapa tingginya


gunung tersebut belum dapat kita tentukan, sebab tidak adanya titik-titik ketinggian
sebagai penolong yang dapat memberikan petunjuk kepada kita, dalam hal ini kita
dapat juga mempergunakan titik-titik penolong ( titik ketinggian yang ada di
sebelahnya dalam lembaran peta tersebut )

h. Apabila titik ketinggian yang didalamnya lebih tinggi dari pada ketinggian
yang berada di luar, maka ini merupakan suatu puncak ( Gambar B )

i. Tetapi apabila ketinggian yang berada di dalamnya lebih rendah dari pada
ketinggian yang berada di luar, maka ini merupakan suatu kawah

j. Suatu gunung dengan dua puncak yang berbeda tingginya ( Gambar atas )
1) Puncak A tingginya adalah 1205 M, sedangkan puncak B tingginya
1185 M.
2) Apabila kita menemukan suatu gambar/lukisan garis ketinggian
seperti gambar di atas, maka jelas gunung tersebut merupakan bentuk
pelana.
3) Dengan demikian kita dapat bedakan adanya puncak yang ber
pelana dan adanya puncak yang mempunyai kawah
56

46. Cara Menghitung Terjalnya Tanjakan.

a. Bagi Anggota TNI AD adalah penting untuk mengetahui terjalnya suatu


tanjakan, karena dengan mengetahui terjalnya tanjakan tersebut kita dapat
menggerakkan Pasukan / Kendaraan di Medan yang sebenarnya.

b. Tanpa mengetahui besar kecilnya suatu tanjakan, maka akan


mempengaruhi tugas yang dibebankan pada salah satu Kesatuan baik Infantri
maupun berkendaraan.

c. Ada beberapa cara untuk menentukan besarnya sudut tanjakan anatara lain:
1) Dengan perbandingan antara tinggi dan alas/jarak di peta.
Rumusnya : Sudut tanjakan = Tinggi dibagi alas ( Tinggi per Alas )
a) Untuk ini maka perbandingan anatara tinggi dengan alas harus
dinyatakan dalam ukuran panjang yang satunya sama ( Meter )
(1) Tinggi = 25 Meter.
(2) Alas = 100 Meter.
Maka besar sudut tanjakan = 25/100 = 1 : 4 = 1/4.
b) Lihat Gambar.

2) Dengan Prosen. Yang menyatakan perbedaan tinggi dengan


alasnya dalam prosen ( % ) Rumus :
Sudut Tanjakan % = Tinggi X 1.00 % = 25 X 1.00 % = 25 %
Alas / Jarak di peta 100

3) Dengan Peribuan / Mil. Yang menyatakan perbedaan tinggi dengan


alasnya dalam peribuan (‰ ) Rumus :
Sudut Tanjakan ‰ = Tinggi X 1.000 ‰ = 25 X 1.000 ‰ = 250 ‰
Alas 1000
57

4) Dengan Derajat : Yang menyatakan perbedaan tinggi dengan


alasnya dalam Derajat ( o ) Rumus :
Sudut Tanjakan ‰ = Tinggi X 57,3º = 25 X 57,3º = ¼ X 57,3º =4º19’30”
Alas 100

Catatan :
1) Dalam semua hitungan tersebut di atas untuk lereng-lereng yang
mendaki dinyatakan dengan tanda plus ( + ) sedangkan untuk lereng-lereng
yang menurun dinyatakan dengan tanda ( - ) dalam penulisannya.
2) Selanjutnya lihat tabel dan keterangan pada No 3 tentang : Tabel
Sudut Tanjakan

47. Peribuan dan Faktor 57,3º .

a. Sampai saat ini untuk menentukan besarnya suatu sudut, kita menggunakan
ukuran Derajat, Menit dan Detik.

b. Pada ketentuan tersebut diatas (57,3º ) kita lihat bahwa besarnya sudut
dinyatakan pula dengan peribuan.

c. Pada kesenjataan Artileri dan senjata-senjata MO, SMB/SMS dan pada


berapa kompas ada/banyak digunakan hitungan-hitungan dengan peribuan.

d. Menghitung dengan peribuan lebih mudah dibandingkan dengan


menghitung dengan derajat, menit dan detik. Lagi pula untuk menentukan
besarnya suatu sudut tanjakan dengan peribuan lebih teliti dibanding dengan
derajat, menit dan detik.

e. Telah kita ketahui bahwa sebuah lingkaran merupakan suatu perbandingan


yang tetap antara jari-jari dengan kelilingnya.
1) Jika jari-jari suatu lingkaran kita namakan r (kependekan dari radial)
maka garis tengah lingkaran kita namakan d (kependekan dari diameter)
maka d = 2 r.
2) Keliling lingkaran 2 pi r atau 2 x 22 x r = 44 x r = 6,28 x r = 360º
7 7
Jari r = 360º = 57º 20’ ( 57,3º ).
6,26
58

3) Suatu sudut dari suatu lingkaran


dihitung dari titik tengah lingkaran (Titik A)
dimana sudut itu dibentuk oleh dua buah jari-
jari(A B dan A C) yang masing-masing
menuju kebagian keliling lingkaran yang
panjangnya adalah 1x jari-jari( Busur BC/r )
selanjutnya dilihat gambar.

4) Berapa besarnya sudut B A C diatas.


a) Menurut dalil ilmu ukur, menyatakan bahwa besarnya suatu
sudut yang dibuat dari titik tengah lingkaran menuju ke keliling
lingkaran adalah sama dengan busurnya. Andaikata besaranya
busur itu 20º maka besar sudutnya juga 20 º.
b) Sudut BAC = 360º : 6,28 = 57º 20’ atau satu radial. Apabila
jari-jari (r) kita bagi dalam 1000 bagian yang sama besarnya maka
keliling lingkaran adalah 2 x 22 x 1000 bagian = 44.000 = 6.285,7 bagian
7 7
jadi : kalau bagian tadi kita ganti dengan kata-kata peribuan maka
akan mendapatkan 6.285,7 o/oo. Dengan Jalan perhitungan yang
lain adalah sbb 6,28 x 1000 bagian = 6.280 (6.280 o/oo). Menurut
kedua hitungan tersebut diatas kita mendapatkan selisih sedikit,
maka untuk ini kita ambil hitungan yang pertama yakni : 6.285,7
o/oo.
c) Pada sementara pemakaian unsur-unsur peribuan tersebut
diatas ada diantaranya yang membulatkan menjadi 6300 o/oo dan
ada pula yang membulatkan 6400 o/oo yang sesuai dengan
keperluannya. Jadi jelaslah sudah bagi kita, bahwa suatu sudut yang
dibentuk oleh jari-jari menuju kebagian dari keliling lingkaran yang
besarnya 1/1000 dari jari-jarinya, maka besar sudutnya adalah 1
peribuan (1 o/oo).
d) Oleh karena keliling lingkaran sama dengan 360º maka : 1
derajat = 6300 o/oo : 360 = 17,5 o/oo.
e) Untuk sudut kecil yang dinyatakan dengan peribuan, lebih
mudah kita tentukan dengan cara menggambarkan perbandingan
antara sisi-sisi sudut siku-siku dari segitiga siku, kemudian tarik garis
miringnya.
59

C
E = 1.000 o/oo
250 o/oo (tangens)
A
B D AD=AB=E

(1) Besarnya sudut BAC atau sudut a = 250 o/oo.


(2) Tangens adalah perbandingan BC dengan AB
(perbandingan antara garis tinggi dengan alasnya) atau 250 :
1000 = 1 : 4.
Jadi besar sudut a adalah 250 tangens peribuan.

f) dari hal tersebut diatas terdapat kesalahan kecil yang kita


perbuat dalam melukis/menentukan besarnya suatu sudut. Sudut
yang Besarnya 250 o/oo, adalah suatu sudut yang dibentuk oleh 2
buah jari-jari kebagian keliling lingkaran yang besarnya 250 o/oo dari
jari-jarinya ( lihat gambar bawah).
C
E = 1.000 o/oo
250 o/oo
A
B D AD=AB=E

(1) Pada gambar tersebut diatas, terlukis sudut yang


besarnya 250 o/oo dan busur CD = ¼ dari jari-jari AC atau ¼
jari-jari AD.
(2) Perhitungan dengan cara tangens peribuan adalah :
(a) Panjang BC = ¼ panjang AB yang berarti bahwa
tidak sama dengan ¼ panjang AD.
(b) BC lebih kecil dari busur CD.
(c) Oleh karena itu maka jari-jari AC ( AD ) adalah
lebih panjang dari pada AB maka BC berbading dengan
AC (AD) tidak sama dengan BC berbanding AB.

(d) BC berbanding AB= 1 : 4 tetapi BC : AC (AD)=1 :


4.1
60

KONFIDENSIAL

(3) Kesimpulan dari pada tersebut diatas, adalah cara


peribuan tangens lukisan sudutnya lebih kecil dari pada lukisan
sudut dengan cara peribuan radial seperti yang diuraikan
tersebut diatas. Selanjutnya perhatikan gambar diatas.
(4) Jadi jelaslah bahwa apa yang diuraikan diatas
kesimpulannya adalah menyatakan bahwa sudut yang lebih
kecil dapat kita lukiskan dengan segi tiga siku-siku yang
menyatakan perbandingan antara garis tinggi dengan alasnya,
sebab selisihnya belum begitu nampak.

48. Evaluasi.

a. Sebutkan macam-macam titik ketinggian / titik pasti.....?


b. Sebutkan maksud dari garis ketinggian....?
c. Jelaskan bagaimana caranya menghitung terjal tanjakan...

BAB XII
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan naskah ujian)

49. Evaluasi akhir.

a. Jelaskan ciri-ciri peta Tofografi ?


b. Sebutkan macam-macam peta di Indonesia ?
c. Jelaskan perbedaan peta LCO dan UTM ?
d. Sebutkan ada berapa cara untuk mencari arah utara sebenarnya ?

BAB XIII
PENUTUP

50. Penutup. Demikian Naskah sekolah tentang Navigasi ini disusun untuk
dipergunakan pada pendidikan dan Latihan di Pusdikpassus.
61

KONFIDENSIAL

Anda mungkin juga menyukai