Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lidya Aismala Asri K.

H
NIM : 20210610159
Kelas : Akunc-2021-05

Quiz Akuntansi Keuangan Menengah I

1. - Metode FIFO merupakan metode yang paling umum digunakan dalam penilaian


persediaan. Pada metode FIFO, persediaan barang yang akan keluar untuk kegiatan
produksi nilainya berdasarkan harga yang pertama kali masuk. Sehingga persediaan
barang akhir dengan menggunakan harga yang didasarkan pada harga baru atau harga
dengan urutan terakhir yang dibeli. Oleh karena itu, metode FIFO lebih terlihat
untuk perhitungan HPP nya. Biaya yang digunakan untuk pembelian barang pertama
sebagai Cost Of Good Sold (COGS). Perhitungan harga jual berdasarkan harga dari stok
barang transaksi sebelumnya.

- Metode Last In First Out atau masuk terakhir keluar pertama adalah metode


pencatatan persediaan barang di mana persediaan yang terakhir dibeli akan dijual
terlebih dahulu dan persediaan yang pertama kali dibeli akan dikeluarkan kemudian
hari. Namun, perlu diketahui bahwa menurut PSAK 14 (revisi 2008) perusahaan tidak
diperbolehkan lagi menggunakan metode LIFO dalam menghitung pencatatan
persediaannya. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan metode LIFO pajak
perusahaan akan lebih kecil pada saat terjadi inflasi.

- Metode average atau rata-rata tertimbang adalah metode yang digunakan untuk


menghitung biaya per unit persediaan dengan cara rata-rata tertimbang.
Caranya dengan membagi jumlah biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan
jumlah unit yang tersedia untuk dijual sehingga akan didapatkan biaya rata-rata per
unit. Setelah biaya rata-rata per unit diketahui, Anda dapat menghitung persediaan
akhir dan beban pokok penjualan.

Metode LIFO Sudah tidak lagi digunakan karena Alasan pertama metode LIFO tidak


digunakan lagi karena adanya perbedaan laba yang signifikan. Dibanding
dua metode lainnya, metode LIFO dalam menaksir persediaan terdapat
selisih yang cukup jauh dalam laba operasi yang dihasilkan.

2. – Pembelian Tunai
Cara yang pertama untuk memperoleh aktiva tetap adalah dengan membelinya secara
tunai. Saat perusahaan membeli aktiva tetap secara tunai, maka nilai yang tercatat
dalam pembukuan keuangan adalah jumlah sebesar uang yang dikeluarkan untuk
membeli aset tersebut.

-Pembelian Angsuran atau Kredit


Selain pembelian secara tunai terkadang perusahaan juga memperoleh aktiva atau aset
dengan cara pembelian secara kredit. Pembelian kredit merupakan transaksi pembelian
yang dilakukan perusahaan dengan pembayaran jangka waktu tertentu disertai dengan
bunga pembelian.

-Ditukar dengan surat berharga


Aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan surat berharga seperti saham atau
obligasi dicatat dalam buku besar sesuai dengan harga pasar saham atau harga obligasi
terebut. 

-Ditukar dengan aktiva lain


Tidak jarang pembelian aset tetap dilakukan dengan cara tukar tambah. Aset lama
digunakan untuk membayar aset baru dan kekurangannya dibayar secara tunai. Untuk
harga perolehan yang digunakan, yaitu nilai aset baru dikapitalisasikan dengan jumlah
sebesar harga aset lama ditambah nilai uang yang dibayarkan atau dikapitalisasikan
sebesar harga pasar aset baru yang diterima.

-Diperoleh dari hadiah atau donasi


Perolehan aset yang berasal dari hadiah atau donasi pencatatannya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Saat menerima hadiah terkadang ada juga
biaya yang dikeluarkan, tapi biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil dari
nilai aktiva tetap yang diterima. 

3. 1. Segi Keuntungan
Jika pengeluaran itu memberikan untung selama lebih dari 1 tahun dalam
arti pengeluaran dapat menambah kegunaan aset itu maka dianggap
sebagai Capital Expenditure, sedangkan jika manfaatnya hanya dalam
tahun yang bersangkutan biasanya pengeluaran itu dianggap sebagai
Revenue Expenditure.

2. Kebiasaan
Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin
dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai Revenue
Expenditure sedangkan jika pengeluaran itu tidak lazim maka dianggap
sebagai Capital Expenditure.

3. Jumlah
Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting, biasanya
dianggap sebagai Capital Expenditur sedangkan jika pengeluaran itu
relatif kecil maka dianggap sebagai Revenue Expenditur.

4. Pada dasarnya ada 3 karakteristik aktiva atau aset tak berwujud, yaitu adalah:
- Kurang memiliki eksistensi fisik, mendapatkan nilai dari hak dan keistimewaan yang
diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
- Bukan merupakan instrumen keuangan, menghasilkan nilainya dari klaim untuk
menerima kas atau ekuivalen kas di masa mendatang.
- Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, menyediakan jasa dalam
kurun waktu bertahun-tahun.
Penggolongan Aset tak berwujud:
1. Paten
Salah satu contoh dari aset tidak berwujud yaitu paten. Paten merupakan hak yang
diberikan kepada perusahaan untuk melakukan produksi. Paten juga dapat
memberikan hak untuk menjual suatu penemuan dalam jangka waktu tertentu.
Lantas bagaimana sebenarnya cara untuk menentukan nilai dari paten?
Nilai dari peten ditentukan oleh biaya yang telah dikeluarkan hingga mendapatkan
paten tersebut. Usia atau umur dari paten dapat dihitung lebih dari satu tahun,
sehingga paten dapat digolongkan sebagai salah satu aset tidak berwujud.

2. Hak Cipta/Copyright
Salah satu contoh dan jenis aset tak berwujud yaitu hak cipta yang dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah copyright. Hak cipta merupakan hal yang diberikan
oleh pemerintah atas kepemilikan hak cipta untuk menghasilkan, memperbanyak
dan menjual karya seni atau publikasi.
Nilai dari hak cipta dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor, namun kurang
lebih sama dengan paten. Nilai dari hak cipta ditentukan oleh seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan hak cipta itu sendiri.

3. Merk Dagang/Trade Mark


Jenis dari aset tak berwujud selanjutnya yaitu merk dagang atau dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah trade mark. Merek dagang adalah simbol, kata, frasa
yang digunakan sebagai identitas sebuah produk atau bisnis. Merk dagang
merupakan bagian penting dalam menjalankan bisnis.
Karena, secara tidak langsung, merk dagang dapat meningkatkan penjualan. Oleh
karena itu, merk dagang masuk dalam salah satu aset dalam bisnis, yaitu aset tak
berwujud. Kita bisa mendaftarkan merek dagang agar mendapatkan perlindungan,
salah satunya ketika kita mendapatkan hak cipta atau hak paten atas merek dagang
yang kita daftarkan. Kita bisa mendapatkan perlindungan merek dagang dengan
mendaftarkan nama produk ke instansi pemerintah yang mengatur tentang hak
paten dan hak cipta. Nilai dari merk dagang dapat ditentukan dari biaya yang
dikeluarkan selama proses merek dagang didaftarkan hingga mendapatkan hak cipta
atau hak paten.

4. Goodwill
Jenis aset tak berwujud selanjutnya yaitu goodwill. Goodwill dapat muncul karena
pembelian aset yang harganya lebih tinggi dari harga yang ada di pasaran. Nah,
selisih dari harga yang didapatkan antara pembelian aset dengan harga pasar dapat
dihitung sebagai goodwill. Pembelian aset yang terjadi merupakan pembelian dari
bisnis lain.

5. Perjanjian Waralaba/Franchise
Jenis terakhir dari aset tak berwujud adalah franchise. Franchise atau waralaba
merupakan perjanjian secara kontrak antara pihak yang mengambil franchise
dengan pihak yang memberikan franchise. Franchise dapat berupa hak menjual
produk, hak penyediaan jasa atau hak penggunaan merk dagang tertentu.
Contohnya kamu akan membuka franchise sebuah warung seblak, kamu harus
melakukan kerja sama dengan pemilik franchise warung seblak dan melakukan
kerjasama. Sementara itu, nilai dari franchise dapat ditentukan dari biaya yang
dikeluarkan untuk mengambil franchise itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai