Anda di halaman 1dari 17

Sesi 4 Perpajakan atas Transaksi Industri tertentu

Transaksi Derivatif

DADANG ABDUL MUTI


Be an active
learner
Apa itu Derivatif ?

derivatif adalah suatu kontrak keuangan yang terjadi


antara dua pihak atau lebih dari dua, untuk memenuhi
suatu perjanjian atas penjualan atau pembelian aset
maupun komoditas tertentu. (emas, minyak mentah,
instrumen keuangan dll).
Selanjutnya, kontrak induk tersebut dijadikan suatu
objek yang bisa diperjualbelikan dengan harga yang
sebelumnya sudah disetujui oleh pihak penjual dan
pembeli. Nilai harga kontak tersebut di masa depan
akan dipengaruhi oleh harga aset ataupun komoditas
dari induk tersebut.
Definisi lainnya tentang derivatif :

Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran


pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang
menjadi acuan pokok atau biasa disebut juga “produk turunan”
(underlying product).

Derivatif ini biasa digunakan oleh manajemen investasi/manajemen


portofolio, perusahaan, lembaga keuangan, dan investor perorangan
untuk mengelola posisi mereka terhadap risiko dari pergerakan harga
saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta asing tanpa
memengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya.
Transaksi derivatif yang tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEJ)
adalah produk keuangan.
Berbagai varian yang mendasarinya selain komoditas seperti emas,
minyak mentah dapat juga berupa saham, obligasi, mata uang,
tingkat suku bunga, indeks obligasi, indeks saham, dan berbagai
instrumen lainnya.
Tingkat Risiko Derivatif
Karena derivatif adalah instrumen investasi berbentuk kontrak
perdagangan, maka risiko yang terkandung di dalamnya pun tinggi,
tapi diiringi dengan keuntungan yang juga besar.

Saat kita melakukan investasi saham, maka ketika saham dari


perusahaan tersebut diborong oleh investor akan ada upaya capital
gain. Ada banyak sekali alasan kenapa seorang investor memborong
saham perusahaan tersebut, salah satu hal utamanya adalah karena
adanya prospek yang baik di masa depan pada perusahaan tersebut.

Hal tersebut tidak bisa diemukan pada derivatif. Kenapa? Karena


derivatif akan cenderung menggunakan spekulasi harga yang ada di
masa depan. Untuk itu, sangat wajar apabila instrumen investasi ini
memiliki tingkat risiko yang tinggi, bahkan bisa dibilang lebih tinggi
daripada saham.

Jadi, jika Anda melakukan kontrak pembelian emas, maka Anda bisa
menjual kontrak emas tersebut tanpa harus Anda memiliki emasnya.
Namun, harga kontrak tersebut nilainya fluktuatif, tergantung pada
harga komoditas emas yang ada di pasaran
Contoh Transaksi Derivatif :
1.Kontrak Opsi:

Merupakan instrumen derivatif yang banyak digunakan untuk


melakukan lindung risiko atau nilai (hedging). Ada 2 jenis kontrak opsi,
yakni opsi jual dan opsi beli. Opsi jual (put option) berarti memberikan
hak kepada pemegangnya untuk menjual aset tertentu. Sedangkan
opsi beli (call option) adalah memberikan hak kepada pemegangnya
untuk membeli aset tertentu.
Pemegang opsi memiliki hak, tetapi tidak dibebani kewajiban
untuk melaksanakan transaksi dengan harga yang ditetapkan dalam
opsi.

2. Kontrak Serah:

Merupakan perjanjian antara 2 pihak untuk menyerahkan atau


membeli komoditas atau valuta asing dengan jumlah, harga, dan tanggal
penyerahan yang telah ditetapkan. Kontrak serah dapat benar-benar
terselesaikan dengan penyerahan komoditas atau valuta asing secara fisik atau
dengan penyerahan neto (dikenal juga dengan sebutan net settlement yang berarti
penyelesaian kontrak serah yang dilakukan dengan pembayaran kas sedemikian
rupa sehingga kedua pihak berada dalam kondisi ekonomi yang sama dengan jika
pengiriman secara fisik).
3. Kontrak Berjangka:

adalah perjanjian yang tidak berbeda jauh dengan serah, yang mana
kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan atau membeli
komoditas dan/atau valuta asing dengan harga, jumlah dan tanggal
penyerahan yang telah ditentukan. Yang menjadi beda adalah kontrak
berjangka secara teratur diperdagangkan di bursa berjangka; tempat
dilaksanakannya transaksi jual beli kontrak berjangka.

4. Swap:

Merupakan kontrak untuk bertukar arus kas secara terus-menerus


dalam jangka waktu tertentu. Contoh transaksi swap yang kerap
dilakukan adalah interest rate swap. Instrumen derivatif ini dihubungkan
dengan harga atau tarif apapun yang cenderung berfluktuasi, selain
suku bunga. Penggunaan umumnya adalah untuk melindungi
perusahaan dari paparan fluktuasi suku bunga. Swap biasanya
dinegosiasikan secara langsung antar kedua belah pihak yang terlibat
dalam kontrak.
Ilustrasi Kontrak Berjangka :

Misalkan Anda memerlukan 100 barel minyak sawit (CPO) untuk enam
bulan mendatang namun khawatir harga tersebut bisa meningkat
tinggi, maka Anda bisa melakukan perjanjian dengan penjual, yang
mana Anda bisa membeli minyak sawit tersebut dengan harga US$ 15
per galon.
Artinya, Anda sudah berkomitmen dengan penjual tersebut untuk
membayar senilai US$ 1.500 untuk 100 galon minyak sawit. Nah,
perjanjian itulah yang kita sebut sebagai kontrak berjangka atau future
kontrak.

Jika memang harga minyak sawit tersebut meningkat dalam enam


bulan kedepan, maka si pembeli minyak tersebut tentunya akan
untung. Namun, jika harganya lebih rendah daripada harga pasaran
saat ini, tentunya si penjual minyak pun merugi.
DASAR HUKUM Transaksi DERIVATIF :

Dasar hukum yang pertama mengatur tentang transsaksi


derivatif adalah PP Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2009
tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Transaksi
Derivatif Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di
Bursa.

Dalam peraturan tersebut dikatakan,

“Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi


atau badan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka
yang diperdagangkan di bursa dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final.”

TARIF PAJAK : 2,5% dari margin awal, bersifat final ?


Peraturan Pemerintah (PP) No 31 tahun 2011 yang
mencabut PP No. 17 tahun 2009 tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif
Berupa Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di
Bursa. Adapun, sebelumnya pada PP No. 17 tahun
2009 disebutkan pengenaan PPh final terhadap
transaksi derivatif sebesar 2,5 persen terhadap initial
margin. Angka ini lebih besar dari tarif pemungutan
PPh final di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai 0,1
persen
Hingga saat ini belum terdapat kepastian penerapan
PPh final maupun penurunan besaran PPh final atas
transaksi derivatif perdagangan berjangka komoditi
tersebut.
Beberapa pihak antara lain Direktur Bursa Berjangka
Jakarta mengusulkan adanya penerapan PPh final
dengan tarif sebesar 0,1 persen sama seperti yang
diterapkan untuk bursa saham. Selain besaran nilai
pajak, perbedaan antara regulasi PPh final baru yang
diajukan adalah mengenai kondisi pengenaan. Jika
sebelumnya pengenaan PPh terhadap margin awal
(initial margin), sehingga investor akan tetap dikenakan
pajak meskipun berada dalam posisi terbuka dan
belum mengetahui potensi untung atau rugi. Dalam
usulan terbaru, dasar pengenaan pajak adalah 1 persen
dari nilai transaksi atau national value yaitu 0,5 persen
untuk posisi beli dan 0,5 persen untuk posisi jual, dan
jika melakukan likuidasi keuntungan baru akan
dikenakan tarif PPh 0,1 persen
Lalu Bagaimana pemungutan Pajaknya sekarang ?
Saat ini masih “dibiarkan” berada di ranah investor, sehingga
pengenaannya mengacu kepada Tarip PPh pasal 17 dengan tarip 22%
untuk korporasi atau untuk PPh Orang Pribadi sesuai kelipatan
pengenaan pajak 5%, 15%, 25%, 30% dan 35%.

Saat ini, sudah banyak perusahaan swasta yang dibawah naungan


BAPPEBTI yang menawarkan instrumen investasi ini (Derivatif) ke para
investor retail. Bahkan beberapa perusahaan sdh menawarkan produk
investasi derivatif ini secara Online. Namun sayangnya, bentuk
pemahaman atas produk ini masih tergolong minim, sehingga para
investor masih sering tergiur dengan keuntungan yang tinggi dan tidak
memperdulikan risiko yang ada.

Selain pengalaman, bentuk pemahaman ini memang sangat penting


untuk diketahui sebelum calon investor menekuni jenis investasi
derivatif. Minimal, calon investor harus memahami lebih lanjut tentang
investasi saham, obligasi, dan produk lainnya, sehingga mereka tidak
terkejut jika ada penawaran instrumen derivatif.
Contoh Transaksi Derivatif :

Tgl 1 Oktober 2022 Tuan Frans melakukan trading dengan


membeli instrumen derivatif di Bursa Berjangka. Dia membeli 100
lot dengan harga Rp 500.000,-/lot. Atas pembelian tsb, tuan Frans
memilih opsi menjual (put option)

Dari data di internet terjadi pergerakan di hari pertama (tgl 1


oktober 2022 sore) dengan margin sebesar 10% (initial margin).
Berapakah pajak terhutang atas initial margin tsb?

Data investasi di internet per tgl 30 Oktober atas trading Tuan


Frans menunjukan angka Rp 750.000/lot.
Seandainya tuan Fran memutuskan untuk menjual investasinya
pada saat ini, berapakah PPh terhutang atas transaksi jual tersebut.
Berapa keuntungan bersih yang diterima tuan Frans selama 1
bulan ?
Its time to Quizz…..
Soal QUIZ 1 :
PT. MERTA KARYA (MEKAR) merupakan perusahaan jasa konstruksi, namun demikian
perusahaan juga dalam kegiatannya memperoleh pendapatan lain terutama dari anak perusahaan.
PT. MEKAR merupakan perusahaan jakon menengah (KUALIFIKASI) yg dikenakan PPh 3 % Final
Dibawah ini disajikan Laporan Laba Rugi PT MEKAR untuk tahun buku 2016.

PT. MERTA KARYA (MEKAR)


Laporan Rugi Laba
Periode yang berakhir per 31 Desember 2016
Rp
PENDAPATAN PROYEK 35,000,000,000
JUMLAH PENDAPATAN
BEBAN POKOK PENDAPATAN Proyek
Beban Pokok Pendapatan 30,526,500,000
LABA KOTOR PENDAPATAN 4,473,500,000

BIAYA USAHA
-Biaya Pemasaran 554,115,115
-Biaya Adm. & Umum 2,495,774,032
Jumlah Biaya Usaha 3,049,889,147
LABA (RUGI) USAHA 1,373,610,853
Pendapatan (Biaya) dari luar Usaha
1. Bagian Laba dari anak perusahaan (20 % saham) 1,600,000,000
2. Bunga Deposito Bank BCA (before tax 15%) 41,666,667
3. Pendapatan Sewa (Bangunan ktr) 50,000,000
5. Keuntungan Penjualan kendaraan dinas 560,000,000
6. Keuntungan Penjualan Tanah 150,000,000
8. Laba/Rugi selisih Kurs 162,500,000
Total Pendapatan lain-lain 2,564,166,667
LABA (RUGI) BERSIH SEBELUM PPh 3.937.777,520

TTd
MARPAUNG 670
Direktur
Data tambahan :

1. Penyusutan aktiva tetap menurut fiskal lebih kecil Rp 225.000.000,-


2. Terdapat kompensasi rugi tahun lalu yg belum dikompensasikan Rp 150.000.000
3. Pada tahun ini perusahaan mengerjakan proyek Pemda senilai Rp 12 Milyar.
4. Perusahaan mengangsur PPh psl 25 sebesar Rp 2.000.000,- per bulan.

Sdr Diminta :
1. Berapa Laba Fiskal thn 2016
2. Hitung PPh yg terhutang utk thn 2016
3. Hitung PPh kurang atau lebih bayar utk thn 2016

Catatan :

Harap dikerjakan secara perorangan dan


diunggah di SSO pada sesi 7, paling
lambat tanggal 4 Nopember 2022,
pengiriman melalui e mail tidak akan
dikoreksi dan otomatis kehilangan
memperoleh komponen nilai.

Anda mungkin juga menyukai