Derivatif adalah kontrak perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan
tujuan untuk menjual atau membeli aset maupun komoditas. Nantinya, kontrak tersebut akan
berfungsi sebagai objek perdagangan. Harga nilai kontrak ini harus disetujui oleh kedua belah
pihak. Hal itu juga turut dipengaruhi oleh harga nilai aset atau komoditas induk. Derivatif
adalah instrumen investasi yang terdiri atas beberapa produk keuangan dan telah diawasi oleh
BEI. Berbagai produk keuangan tersebut seperti saham, mata uang, obligasi, tingkat suku
bunga, indeks saham, indeks obligasi, dan lain sebagainya. Di sisi lain, jika produk derivatif
adalah komoditas, maka pengawasannya dilakukan oleh BAPPEBTI (Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi). Jadi sederhananya, cara kerja derivatif adalah produk
investasi berbasis kontrak perjanjian perdagangan. Derivatif juga termasuk sebagai investasi
yang memiliki risiko tinggi karena lebih memanfaatkan perkiraan harga di masa depan
dengan potensi imbal hasil besar.
Transaksi atau perjanjian derivatif adalah kegiatan investasi yang telah dilandasi dasar hukum
sehingga keamanannya terjamin. Berikut beberapa dasar hukum terkait pelaksanaan derivatif
adalah:
Manfaat Derivatif
Transaksi derivatif adalah produk investasi yang pada dasarnya diciptakan untuk
melindungi nilai atau harga dari suatu komoditas di masa depan. Menilik kembali pada
sejarah dan awal mulanya, yaitu munculnya derivatif adalah guna melindungi harga gandum
di Chicago saat itu. Misalnya di Indonesia sendiri, Bank Indonesia pada tahun 2017 sempat
membantu BUMN agar dapat memanfaatkan instrumen derivatif untuk mengatasi anjloknya
nilai tukar rupiah. Selain itu, instrumen derivatif juga bisa meminimalisir jika terjadi kerugian
dan risiko keuangan perusahaan.
1. Kontrak Serah
Kontrak serah adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk menyerahkan atau
membeli aset maupun komoditas dengan harga, jumlah, dan tanggal penyerahan yang
sudah disetujui. Kontrak serah bisa dikatakan selesai apabila komoditas atau valuta
asing diserahkan secara fisik atau penyerahan secara neto.
2. Kontrak Berjangka
Kontrak berjangka dalam derivatif adalah perjanjian perjanjian antara dua pihak atau
lebih untuk menyerahkan atau membeli aset maupun komoditas dengan harga,
jumlah, dan tanggal penyerahan yang sudah disetujui. Perbedaannya dengan kontrak
serah adalah kontrak berjangka diperdagangkan secara teratur di bursa berjangka,
yaitu tempat dilakukannya transaksi kontrak berjangka.
3. Kontak Opsi
Kontrak opsi adalah salah satu instrumen derivatif yang banyak digunakan untuk
berlindung dari risiko atau nilai (hedging). Terdapat 2 jenis kontrak opsi, yaitu opsi
jual serta opsi beli. Opsi jual atau put option adalah memberikan hak kontrak kepada
pemiliknya untuk menjual suatu aset tertentu. Sedangkan opsi beli atau call
option adalah memberikan hak kontrak kepada pemiliknya untuk membeli suatu aset
tertentu. Pemilik opsi memiliki hak, namun mereka tidak berkewajiban melakukan
transaksi dengan harga yang ditentukan dalam kontrak opsi.
4. Swap
Jenis terakhir dari derivatif adalah swap, yaitu kontrak untuk saling menukar arus kas
dalam jangka waktu tertentu dan dilakukan secara terus-menerus. Contoh transaksi
swap yang biasa dilakukan seperti interest rate swap. Interest rate swap dikaitkan
dengan nilai atau harga apapun yang cenderung fluktuatif. Fungsi dari swap tersebut
lazimnya sebagai pelindung perusahaan dalam menghadapi fluktuasi suku bunga.
Swap umumnya dapat dinegosiasikan secara langsung oleh kedua belah pihak pemilik
kontrak atau lebih.
Risiko Derivatif
Seperti yang diketahui bahwa derivatif adalah produk investasi berbentuk kontrak
perdagangan. Artinya, risiko dari instrumen investasi ini pun tinggi, meskipun
keuntungannya besar. Pada kenyataannya, proses pelaksanaan instrumen derivatif sangat
kompleks dan rinci. Walaupun bertujuan melindungi nilai tukar rupiah, perusahaan yang
menggunakan produk derivatif bukan berarti bisa terbebas dari risiko yang ada. Derivatif
akan lebih condong menggunakan perkiraan harga yang ada di masa depan. Oleh karena itu,
wajar jika instrumen investasi ini memiliki risiko tinggi, bahkan dapat dibilang melebihi
risiko saham.
Pemanfaatan Instrumen Derivatif Di Indonesia
Keberadaan instrumen derivatif sebagai alat untuk meminimalisasi risiko bukan lagi
merupakan hal yang langka dalam dunia investasi, baik bagi sektor privat maupun sektor
publik. Hal ini sejalan dengan aksioma “High Risk High Return”dimana investasi yang
diharapkan memiliki return yang tinggi juga akan disertai dengan adanya tingkat risiko yang
tinggi pula. Atas dasar fungsi dan kegunaannya tersebut, instrumen derivatif menjadi sangat
populer dan berkembang pesat di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
Standar akuntansi untuk instrumen derivatif dan lindung nilai yang berlaku di
Indonesia saat ini (PSAK 55) telah selaras dan konsisten dengan standar akuntansi
internasional (IAS 39). IAS 39 telah digantikan oleh IFRS 9 yang berlaku mulai 1 Januari
2018 sementara PSAK 71 yang menggantikan PSAK 55 telah diresmikan dan akan berlaku
mulai 1 Januari 2020. Terdapat beberapa perbedaan utama dalam IFRS dibandingkan dengan
US GAAP terkait pengakuan dan pengukuran instrumen derivatif dan lindung nilai. IFRS
memiliki aturan yang lebih fleksibel dibanding US GAAP. Meski demikian, IFRS memiliki
kemiripan dengan US GAAP terdahulu dan dipandang lebih liberal dalam hal penentuan
komponen lindung nilai di sektor komoditas dan pada pengujian efektivitas. Perbedaan
mendasar lainnya adalah terkait komponen risiko dan time value maupun forward points.
IFRS mengharuskan adanya akun ekuitas khusus untuk perubahan current market value
dalam lindung nilai. Nilai dari akun khusus tersebut diamortisasi dalam skedul tertentu
menurut kebijakan pelaporan perusahaan. Hal ini memungkinkan penyajian pendapatan yang
lebih stabil (income smoothing) dibanding menggunakan standar US GAAP.
Dalam perkembangannya, meskipun volume transaksi derivatif di Indonesia
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, namun laju pertumbuhan pasar derivatif
Indonesia masih terhitung lambat jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan
Asia. Hal ini berimplikasi agar ke depannya pemerintah harus lebih gencar dalam
menemukan permasalahan dan solusi terbaik untuk mengatasinya. Peningkatan perangkat
hukum dan dukungan dari otoritas terkait, pelaksanaan kegiatan pelatihan derivatif untuk
masyarakat umum dan simulasi trading bagi investor pemula mungkin dapat dijadikan
alternatif jalan keluar. Selain itu, diharapkan ke depannya pilihan jenis produk derivatif yang
tersedia bagi investor asing juga semakin bervariasi, mengingat betapa pentingnya peran
investor asing dalam rangka mendukung pembiayaan Derivatives, Hedging, IAS 39, IFRS,
PSAK 55, US GAAP 150 proyek pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas
pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/01/07/apa-itu-derivatif
https://www.idx.co.id/id/produk/derivatif