Anda di halaman 1dari 25

Tugas Perencanaan Keuangan

Kelompok 5
Muhammad Zikri Firnanda 1806184825
Gita Allya R. 1806217193

10 Prinsip Investasi
1. Security of Principal and Income
Prinsip ini menjelaskan tentang tingkat keamanan suatu instrumen investasi, pada
dasarnya investasi yang memiliki risiko lebih kecil maka dinilai lebih aman sementara
instrumen dengan risiko lebih besar maka lebih tidak aman. Risiko-risiko ini dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu;
a. Financial risk
b. Market risk
c. Purchasing power risk
d. Interest rate risk to values of existing investments
e. Interest rate risk to income from investments
2. Rate of Return (yield)
Prinsip ini memperhitungkan tingkat keuntungan yang didapatkan dari investasi yang
dilakukan pada suatu instrumen. Prinsip ini juga berkaitan dengan risiko, sebab pada
umumnya risiko yang lebih besar juga menawarkan keuntungan yang lebih tinggi, maka
dari itu prinsip ini berbanding terbalik dengan prinsip security of principal and income.
3. Marketability and Liquidity
Marketability merupakan kemampuan/kemudahan investor dalam menemukan pasar
yang akan membeli instrumen yang dimilikinya apabila ia ingin menjual. Liquidity
mengacu kepada kestabilan harga suatu instrumen disamping kemudahan penjualan
instrumen tersebut.
4. Diversification
Prinsip ini menjelaskan bahwa seorang investor perlu meletakkan dananya di berbagai
macam jenis investasi, baik di instrumen yang sama maupun berbeda. Hal ini ditujukan
untuk mengurangi risiko
5. Tax Status
Prinsip ini menentukan tax return dari pembayar pajak yang harus diisi saat membayar
pajak, selain itu prinsip ini juga membahas mengenai besarnya pajak yang perlu
dibayarkan dari keuntungan yang didapatkan.
6. Size of Investment Units or Denominations
Prinsip ini merujuk pada jumlah satuan atau nilai nominal terkecil atau nilai nominal
terkecil dari tiap-tiap instrumen keuangan. Prinsip ini juga dapat dipahami sebagai kurs
dasar dari suatu transaksi. Prinsip ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam
mengukur dan mengklasifikasikan suatu jenis pembayaran dalam sebuah transaksi.
7. Use of Collateral for Loans
Prinsip ini merujuk pada pembelian instrumen investasi yang juga dapat digunakan
sebagai salah satu bentuk jaminan dalam berhutang.
8. Protection against creditors claims
Pembelian instrumen investasi yang didasarkan dengan prinsip ini bertujuan agar
instrumen investasi yang dimilikinya tidak dapat diambil alih oleh kreditur ketika ia tidak
dapat melunasi hutang yang dimilikinya.
9. Callability
Prinsip ini menyatakan bahwa emiten mempunyai hak untuk membeli kembali emiten
yang diterbitkannya.
10. Freedom from Care
Prinsip ini merujuk pada pembelian investasi yang didasarkan pada kebebasan dari waktu
maupun pekerjaan yang dibutuhkan dalam mengurus instrumen investasi tersebut.
Termasuk juga di dalamnya terbebas dari kekhawatiran akan hasil dari investasi yang
dimilikinya.

Penjelasan Instrumen Investasi

1) Kontrak Perdagangan Berjangka


Kontrak berjangka (futures contract)adalah perjanjian legal dalam membeli atau
menjual suatu aset tertentu dengan harga yang sudah ditentukan untuk jangka waktu
tertentu dimasa depan. Tanggal tertentu di masa yang akan datang dikenal dengan
sebutan delivery date atau final settlement date dengan jumlah harga yang disepakati
disebut dengan futures price. Kontrak berjangka merupakan salah satu bentuk instrumen
dari other equity investment. Umumnya barang yang diperjualbelikan di masa yang akan
datang dapat berupa aset ataupun komoditi.
Tingkat keamanan apabila berinvestasi pada kontrak berjangka sendiri sesuai
dengan aset atau komoditi apa yang didasarkan, mengingat komoditi primer sering
berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai seperti
kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Risiko fluktuasi ini dapat ditekan melalui
hedging atau lindung nilai dengan cara membeli dan menjual kontrak berjangka untuk
menutupi risiko atas perubahan harga di pasar spot (fisik). Hedging sendiri merupakan
bentuk lain dari kegiatan asuransi yang diciptakan berdasarkan mekanisme pasar yaitu
dengan melalui pasar turunan atau derivatif dari pasar fisiknya.Dengan melakukan
transaksi di dua pasar tersebut (futures dan physic) secara bersamaan dengan posisi yang
berlawanan untuk jumlah dan jenis komoditas yang sama, maka kedua pasar akan saling
menutupi kerugian yang diderita pada salah satu pasar.
Tingkat return dari berinvestasi pada futures contract bergantung pada aset atau
jenis komoditi apa yang disepakati oleh kedua belah pihak. Namun, umumnya futures
contract juga ditujukan sebagai penahan atau hedge apabila harga pasar menurun dan
memungkinkan terjadinya loss pada pasar tersebut. Sedangkan untuk tingkat
marketabilitas dan likuiditas, futures contract bervariasi sesuai dengan aset yang
didasarinya. Umumnya aset yang digunakan dalam futures contract adalah logam mulia,
maka tingkat likuiditas dan marketabilitasnya tinggi. Sedangkan, untuk komoditi sendiri,
karena umumnya yang diperdagangkan berupa komoditi primer, maka tingkat likuiditas
dan marketabilitasnya juga tinggi, mengingat barang tersebut merupakan kebutuhan
pokok. Mengingat banyaknya jenis komoditi atau aset yang dapat dijadikan sebagai
instrumen kontrak berjangka, maka tingkat diversifikasi pada futures contract juga besar.
Tax Status pada futures contract pajak penghasilan dari kontrak berjangka diatur
dalam PP No.17 tahun 2009 yang berisi tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari
transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa. namun
dengan keluarnya PP No.13 tahun 2011 yang mencabut PP No. 17 tahun 2009 dan
sampai sekarang belum ada finalisasi atas ketentuan baru yang mengatur pph final atas
transaksi derivatif ini.
Untuk memulai berinvestasi melalui futures contract, tingkat denominasi yang
digunakan pada instrumen ini adalah leverage sehingga trader tidak perlu memberikan
seluruh jumlah asetnya. Mengingat underlying asset yang beragam dalam futures
contract, futures contract tidak dapat dijadikan jaminan dalam berhutang, namun apabila
kita memiliki hutang dan tidak dapat melunasinya, maka futures contract dapat di klaim
oleh kreditur tergantung dengan aset apa yang didasarinya.
Futures contract bukanlah jenis investasi yang dipilih apabila kita ingin
melakukan investasi yang freedom of care, karena adanya usaha seperti kewajiban holder
untuk memenuhi obligasinya pada tanggal yang ditentukan, dan juga memerlukan
gambaran tentang keadaan pasar di masa depan. Melihat dari usaha ini juga kontrak
berjangka tidak dapat ditarik kembali, karena tiap-tiap pihak terlibat memiliki kewajiban
untuk melakukan transaksi pada waktu yang sudah ditentukan.
Futures contract di Indonesia perdagangannya dilakukan melalui Bursa Berjangka
Jakarta dan '''Indonesia Commodity and Derivatives Exchange''' atau ICDX dengan
pengawasan atas kegiatan perdagangan berjangka komoditi di Indonesia dilakukan oleh
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPEBTI).

2) Mata Uang Asing


Mata uang asing atau valuta asing mata uang yang umumnya digunakan dan
diterima dalam dunia perdagangan internasional. Mata uang asing ini tidak berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah untuk transaksi dalam negeri, tetapi banyak digunakan
dalam transaksi dan keuangan internasional. Mata uang asing sendiri merupakan salah
satu instrumen investasi yang keuntungannya dapat diperoleh secara langsung melalui
perbedaan kurs antar mata uang. Jenis mata uang yang umumnya digunakan sebagai
instrumen investasi adalah Dollar Amerika, Euro, Yen Jepang, Dollar Singapura, dan
Yuan China. Karena beragamnya jenis mata uang, tingkat diversifikasi investasi pada
mata uang asing sangat tinggi karena setiap negara memiliki currencies masing-masing.
Berinvestasi pada mata uang asing cukup berisiko, karena adanya risiko valuta
asing (Valas), yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran
yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan terutama pada saat dikonversikan dengan
dengan mata uang domestik.Sedangkan untuk keuntungannya sendiri, keuntungan yang
diperoleh dari forex trading tidaklah dalam bentuk return, melainkan dari selisih harga
beli dan harga jual mata uang. Hal ini juga yang mengakibatkan tingginya risiko apabila
berinvestasi pada valas karena tingginya kemungkinan loss yang akan dihadapi.
Mengingat mata uang adalah alat transaksi yang dipakai di setiap harinya, likuiditas
investasi mata uang sangat tinggi karena jumlah dalam transaksi yang terjadi di setiap
harinya yang besar serta volatilitas harga yang tinggi.
Untuk tax status sendiri untuk investasi dalam valas terdapat Penerapan pajak
forex yang berkenaan dengan aktivitas trading forex telah diatur dalam Paal 4 Ayat 1
huruf I Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008. Objek penghasilan
adalah setiap penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk salah satunya
adalah keuntungan selisih kurs mata uang asing. Pengenaan pajak atas penghasilan (PPh)
karena terdapat selisih kurs mata uang asing yang mengikuti tarif Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 17 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.
Apabila kita ingin memilih valas sebagai salah satu instrumen investasi, maka
tidak ada pembelian minimum atas valas tersebut. Valas sendiri bukanlah instrumen
investasi yang freedom of care karna diperlukannya usaha dan waktu yang kita luangkan
untuk memantau nilai kurs dari waktu ke waktu demi mendapatkan profit yang maksimal.
Valas juga tidak dapat kita gunakan sebagai jaminan dalam berhutang, namun dapat
disita oleh kreditur apabila kita tidak dapat melunasi hutang, karena merupakan bentuk
kas.
Berikut data perubahan nilai valas dalam 10 tahun terakhir
3) Emas
Emas merupakan salah satu jenis logam mulia yang umum dijadikan sebagai
bentuk investasi karena harganya yang selalu meningkat dari waktu ke waktu. Emas
sendiri merupakan salah satu instrumen investasi yang cukup aman dan umum dipilih
oleh investor dengan perilaku risk averse. Hal ini karena, emas yang aman dari risiko
pasar serta fluktuasi ekonomi yang terjadi. Apabila terjadi inflasi, nilai emas juga akan
meningkat karna harga jual emas mengacu pada harga jual emas dunia. Sejalan dengan
konsep high risk high return, emas yang memiliki risiko sangat rendah juga memiliki
tingkat return yang sangat rendah juga. Sehingga umumnya, tujuan berinvestasi emas
umumnya adalah hanya sebagai bentuk diversifikasi investasi, mengingat riskonya yang
rendah, maintenance yang mudah dan harganya yang selalu meningkat dari waktu ke
waktu. Berinvestasi pada emas juga umumnya dilakukan sebagai bentuk usaha investor
untuk mempertahankan kekayaan yang dimilikinya.
Tingkat marketabilitas dan likuiditas dari emas sangatlah tinggi. Pemilik dapat
dengan mudah mencairkan emas menjadi bentuk kas. Sedangkan untuk tax status dari
investasi pada emas berdasarkan PPh 22 dan PMK No.34/2017 tentang Pungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22, perdagangan emas batangan dikenakan pajak sebesar 0.45% dari
harga jual emas batangan dengan pihak yang dibebankan adalah badan usaha yang
melakukan penjualan. Pengenaan pajak ini hanya akan meningkatkan harga beli emas,
namun tidak membebankan pajak pada investor apabila mereka ingin menjual lagi emas
yang dimilikinya. Untuk jumlah minimum pembelian emas sendiri, yaitu sebesar 0.001 gr
yang merupakan satuan terkecil dari emas.
Apabila ditinjau dengan prinsip use of collateral loans, emas dapat dijadikan
jaminan pinjaman melalui gadai emas. Emas juga merupakan bentuk investasi yang dapat
diklaim oleh kreditur apabila kita tidak dapat melunasi kewajiban kita, karena emas
merupakan salah satu bentuk asset dan memiliki nilai yang telah terstandarisasi. Menurut
prinsip freedom of care, bentuk pengelolaan yang dilakukan oleh investor hanya dalam
bentuk memastikan kelayakan emas yang mereka miliki dari waktu kewaktu, sehingga
dapat dikategorikan sebagai instrumen investasi yang bebas dari pengelolaan karna tidak
menuntut adanya usaha dan waktu yang banyak dalam mengelolanya.
Berikut grafik perubahan harga emas London dalam 20 tahun terakhir.

4) Koleksi/Seni
Koleksi/Seni merupakan benda-benda yang memiliki nilai seni maupun historis
bagi para peminatnya dan merupakan salah satu bentuk investasi karena harganya yang
akan selalu meningkat dari waktu ke waktu tentunya di mata para peminatnya. Investasi
dalam bentuk barang koleksi atau seni merupakan bentuk investasi dengan risiko yang
tidak bisa diukur, mengingat tidak adanya harga yang terstandarisasi untuk barang
koleksi/seni, sehingga fluktuasi harga barang tidak dapat terprediksi dan tidak adanya
tolak ukur yang jelas dalam mengukur risiko yang mungkin dihadapi olehnya. Barang
koleksi/seni sendiri tidak memberikan return yang menjanjikan, karena seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa tidak adanya harga yang terstandardisasi untuk barang
koleksi atau seni sehingga sulit untuk menghitung return yang mungkin didapatkan dari
berinvestasi pada barang koleksi atau seni.
Mengingat bahwa barang koleksi atau seni hanya memiliki nilai yang tepat bagi
para peminatnya, barang koleksi/seni bukanlah merupakan barang yang mudah
dipasarkan dan likuid. Tidak adanya harga pasar yang pasti menjadikan barang
koleksi/seni sulit untuk dicairkan menjadi kas secara cepat. Faktor penyebab dari hal ini
salah satunya adalah karena peminat dari barang koleksi sangat tersegmen dan hanya dari
segmen kolektor saja. Karena hal ini pula, barang koleksi/seni tidak disarankan menjadi
instrumen investasi yang dipilih apabila kita ingin melakukan diversifikasi investasi.
Tidak adanya nilai yang pasti dari barang koleksi/seni menjadikan mereka tidak dapat
digunakan sebagai jaminan dalam berhutang. Namun, benda koleksi/seni dapat diklaim
oleh kreditur karena merupakan salah satu bentuk aset tetap
Apabila memutuskan untuk berinvestasi pada barang koleksi/seni, bentuk
investasi ini tidak memungkinkan terjadinya callability karena pemilik/investor memiliki
hak penuh atas koleksi yang dimilikinya. Selain itu, jenis investasi ini juga tergolong
dalam investasi yang freedom of care karena investor memiliki kebebasan dari tanggung
jawab untuk mengurus investasi dalam bentuk koleksi/seni yang mereka miliki (selain
memastikan kelayakan benda).
Tax status dari barang koleksi/seni didasarkan pada PPh 26 yang menyatakan
adanya pembebanan tariff sebesar 20% kepada wajib pajak dalam negeri yang melakukan
pembayaran kepada wajib pajak luar negeri, khususnya untuk transaksi barang seni,
seperti lukisan. Tariff ini dikenakan apabila transaksi berjumlah diatas 10 juta rupiah.

5) Tanah
Tanah merupakan salah satu jenis investasi di bidang properti bisa dikategorikan
sebagai sarana investasi yang cukup menjanjikan. Tingkat keamanan dari investasi dalam
bentuk ini cukup tinggi, tentunya selama memiliki kelengkapan surat serta sertifikat yang
menyatakan bukti kepemilikan sebagai data pendukung yang menyatakan tanah tersebut
adalah milik yang bersangkutan. Tingkat return yang ditawarkan dari investasi tanah
cenderung tinggi karena harga tanah akan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Biasanya kenaikan tanah berkisar dari 20% – 25%, kenaikan ini dipengaruhi juga oleh
faktor lokasi dari tanah tersebut.
Jika dilihat dari tingkat likuiditasnya, tanah termasuk dalam jenis investasi dengan
tingkat likuiditas yang rendah. Karena besarnya initial investment yang dibutuhkan,
menjadikan tanah sulit untuk terjual dalam waktu yang singkat. Namun, apabila investor
ingin melakukan diversifikasi pada instrumen investasi yang dimilikinya, tanah dapat
menjadi salah satu pilihan. Untuk memulai investasi pada tanah jumlah minimal
pembelian adalah dalam satuan meter persegi dengan harga yang berbeda-beda sesuai
dengan lokasi tanah tersebut berada.
Mengingat tanah memiliki bukti kepemilikan berupa surat-surat berharga, surat-
surat berharga ini dapat kemudian dijadikan jaminan apabila ingin berhutang. Selain itu,
apabila kita memiliki hutang dan tidak dapat melunasinya, tanah tidak luput dari klaim
kreditur karena merupakan salah satu bentuk dari asset tetap. Keuntungan dari
berinvestasi pada tanah adalah tanah merupakan jenis non-callable investment, karena
tanah yang dimiliki adalah sepenuhnya milik investor dan investor memiliki hak penuh
untuk mengelolanya. Keuntungan lainnya adalah investor memiliki kebebasan dari
tanggung jawab untuk mengurus investasi dalam bentuk tanah, karena tanah merupakan
instrumen investasi yang pasif. Walaupun ada biaya maintenance, baiya yang dikeluarkan
sangatlah sedikit, seperti untuk membuat pagar yang membatasi tanah sehingga terlihat
tanah tersebut memiliki status kepemilikan.
Tax status dari investasi tanah sesuai aturan perundangan, properti yang dijual
dikenakan PPh sebesar 2,5% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atau nilai akta jual beli.
Sementara, bagi pembeli properti, akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Besaran tarif PPN penjualan rumah ini ditetapkan sebesar 10% dari harga jual.

6) Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas atau dapat juga dipahami sebagai bukti
kepemilikan suatu perusahaan yang merupakan klaim atas penghasilan dan kekayaan
perseroan. Saham sendiri terbagi menjadi 3 jenis, yaitu Saham Lapis Pertama, Saham
Lapis Kedua, dan Saham Lapis Ketiga.
Untuk instrumen investasi ini, tax status dari saham didasarkan pada PPh pasal 4
ayat 2, tarif yang dikenakan atas penghasilan yang diperoleh wajib pajak dari transaksi
penjualan saham di bursa efek, adalah sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi
penjualan. Pemotongan PPh atas dividen mengacu pada pasal 17 ayat 2C yakni sebesar
10% dari penghasilan bruto apabila individu. Apabila statusnya adalah perseroan,
pajaknya 15% dari penghasilan bruto.
Pembelian saham umumnya dilakukan dengan minimum pembelian sebesar 1 lot
atau 100 shares, namun hal ini dapat berubah sesuai dengan kebijakan masing-masing
emiten. Apabila kita tinjau dari prinsip use of collateral loans, sesuai dengan UUPT Pasal
60 ayat (2) dan (3), saham diikategorikan sebagai benda bergerak dan dapat dijadikan
sebagai jaminan hutang, yaitu dengan melakukan gadai saham. Sedangkan jika dilihat
dari prinsip callability, saham akan terbebas dari callable apabila merupakan non-
callable securities, sedangkan callable preferred stocks umumnya dapat dibeli kembali
oleh penerbit ketika tingkat suku bunga dibawah nilai kupon mereka.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada saham, harus dipahami bahwa saham
bukanlah jenis investasi yang bebas dari pengurusan (freedom of care), karena saham
yang dimiliki dikelola secara pribadi oleh investor dan tentunya membutuhkan usaha
serta waktu untuk melakukan pengelolaan tersebut.

a. Saham Lapis Pertama


Saham lapis pertama atau yang biasa dikenal dengan saham bluechips adalah
saham yang kapitalisasi pasarnya besar, saham ini memiliki volatilitas harga yang
tidak terlalu tinggi. Saham ini tergolong sebagai saham yang aman karena resikonya
yang rendah. Hal ini karena perusahaan dengan saham ini memiliki kinerja yang baik,
sehingga pergerakan harga pada saham ini tidak terlalu fluktuatif. Tingkat return yang
ditawarkan oleh saham ini juga cukup tinggi jika dibandingkan dengan saham-saham
lainnya dengan bentuk return yang ditawarkan berupa dividen. Untuk tingkat likuiditas
dan marketabilitas, saham bluechips sendiri merupakan saham yang sangat likuid
karena termasuk jenis saham yang ramai diperdagangkan oleh para investor. Melihat
dari hal ini, saham bluechips merupakan pilihan yang tepat apabila investor ingin
melakukan diversifikasi instrumen investasi.
Emiten yang termasuk dalam saham tingkat pertama adalah BBCA, BBRI,
UNVR, TLKM, dan ICBP. Berikut grafik harga saham BBCA selama 5 tahun terakhir:

b. Saham Lapis Kedua


Saham lapis kedua merupakan saham-saham dengan kinerja cenderung stabil,
tetapi kapitalisasi pasarnya tidak sebesar saham lapis pertama. Saham lapis dua
memiliki tingkat volatilitas yang lumayan tinggi. Saham ini tidak seaman saham lapis
pertama dan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham
bluechips, namun tingkat return yang ditawarkan oleh saham ini terbilang cukup besar
karena pergerakannya yang relatif stabil dengan harga beli yang murah. Maka dari itu,
saham-saham yang tergolong saham lapis kedua memiliki tingkat likuiditas dan
marketabilitas yang cukup tinggi. Hal ini menjadikan saham lapis kedua sebagai
instrumen investasi yang cocok untuk dijadikan media diversifikasi investasi, karena
kinerja keuangannya yang cukup baik dan likuiditasnya yang tinggi.
Emiten yang termasuk dalam saham lapis kedua adalah TOWR, MIKA, dan
PGAS. Berikut pergerakan harga saham TOWR dalam 5 tahun terakhir
c. Saham Lapis Ketiga
Merupakan saham-saham yang kapitalisasi pasarnya sangat kecil, harga
sahamnya cenderung rendah, dan memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Saham lapis
ketiga ini merupakan jenis saham dengan tingkat keamanan yang terendah jika
dibandingkan dengan dua jenis saham lainnya. Hal ini karena saham tingkat ketiga
tidak dapat dianalisis melalui pendekatan fundamental maupun teknikal yang
menjadikan saham ini sangat rentan. Walaupun tingkat keamanannya yang rendah,
saham ini memiliki tingkat return yang tinggi mengingat harganya yang sangat murah.
Saham-saham yang termasuk dalam saham lapis ketiga ini tidak memiliki likuiditas
maupun marketabilitas yang baik, sehingga disarankan untuk tidak menjadikan saham
lapis ketiga sebagai pilihan instrumen apabila ingin melakukan diversifikasi investasi.
Dan apabila tetap ingin melakukan pembelian investasi ini, investor hanya disarankan
untuk membeli tidak lebih besar dari 10% dari total aset saham yang dimiliki.
Emiten yang terdaftar sebagai saham lapis ketiga adalah EPAC, SGER, dan
PURE. Berikut perubahan harga saham PURE sejak pertama kali diterbitkan, 11
Oktober 2019.
7) Surat Hutang
a. Obligasi
- Obligasi Swasta
Obligasi swasta merupakan surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan swasta
nasional. Ada dua jenis obligasi berdasarkan jaminannya, yaitu terjamin dan tidak
terjamin. Obligasi terjamin berarti perusahaan tersebut menjaminkan aset perusahaan
apabila terjadi gagal bayar sehingga investor dapat mencairkan aset perusahaan untuk
mengembalikan dana atau terjadi kesepakatan antara perusahaan dengan investor
dalam ketentuan pembayaran. Sedangkan untuk obligasi tidak terjamin berarti utang
tersebut hanya berdasarkan keyakinan dan kredit penuh.
Untuk tingkat return yang ditawarkan Per 26 Juni 2020, Pefindo mencatat yield
obligasi korporasi peringkat AAA tenor 5 tahun sebesar 7,66%. Sedangkan untuk
tingkat likuiditas dan marketabilitas obligasi korporasi lebih rendah jika
dibandingkan dengan saham. Rata-rata transaksi harian pasar obligasi korporasi
sebesar Rp 1,39 triliun dengan rata-rata frekuensi harian sebanyak 145 kali per Mei
2020. Jika dibandingkan dengan transaksi harian saham di Bursa Efek Indonesia
yang mencapai Rp 9,82 triliun dengan rata-rata frekuensi sebesar 548 kali, maka
obligasi swasta tidak se-likuid saham.
Apabila kita ingin berinvestasi pada obligasi swasta, dapat didiversifikasikan pada
beberapa BUMN, diversifikasi dapat berdasar rating, maturity, callability, dan
sebagainya dengan harga minimum obligasi yang bervariasi berdasarkan dengan
perusahaan penerbit masing-masing. Namun, karena umumnya perusahaan
membutuhkan modal yang besar dalam menjalankan proyeknya, maka dana yang
harus kita siapkan untuk berinvestasi di obligasi juga besar.
Investasi pada obligasi swasta dikenakan pajak PPh Final sebesar 5% dari bunga
pada saat jatuh tempo Obligasi. Obligasi swasta yang kita miliki juga dapat dijadikan
sebagai jaminan dalam berhutang, hal ini sejalan dengan konsep obligasi yang dapat
dipindahtangankan ke pihak lain. Obligasi swasta memiliki resiko callability apabila
perusahaan penerbit menetapkan ketentuan untuk menarik atau membeli kembali
obligasi yang mereka terbitkan sebelum waktu jatuh temponya. Selain itu, obligasi
adalah jenis investasi yang tidak bebas dari pengurusan (freedom of care), karena
sebagai surat hutang, obligasi tetap harus diurus secara berkala untuk dievaluasi
nilainya.
- Obligasi BUMN
Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan BUMN. Obligasi ini masih
tergolong obligasi korporasi, sehingga seluruh peraturan beserta mayoritas dari 10
prinsip investasi masih sama dengan obligasi swasta. Perbedaan yang cukup
signifikan hanya terdapat pada security of principal and income. Sebagai obligasi,
obligasi BUMN cenderung aman dibandingkan instrumen-instrumen lain seperti
saham, properti, mata uang asing, dan sebagainya. Namun keamanan obligasi BUMN
harus kembali didasarkan pada kinerja BUMN itu sendiri beserta Rating yang
diberikan kepada obligasi BUMN tersebut.
- Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
Obligasi ini ditujukan untuk berbagai macam hal, seperti menutup defisit APBN,
menutup kekurangan kas jangka pendek, dan mengelola portofolio utang negara.
Salah satu jenis instrumen utang pemerintah dengan nama Surat Utang Negara (SUN)
merupakan instrumen yang menawarkan beberapa produk obligasi kepada
masyarakat. SUN sendiri didasarkan pada Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002
tentang Surat Utang Negara. Dalam peraturan tersebut, dinyatakan bahwa penerbitan
SUN harus disetujui oleh DPR dengan dikonsultasikan kepada Bank Indonesia.
Produk SUN yang dapat dibeli secara ritel dibagi menjadi Obligasi Ritel
Indonesia (ORI), Savings Bond Ritel (SBR), dan Sukuk Ritel. ORI dan SBR memiliki
beberapa kesamaan dan perbedaan. Di antara kesamaan yang dimiliki ORI dan SBR
adalah:
● Dapat dibeli secara ritel
● Berharga minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar
● Hanya dijual untuk investor domestik
● Keduanya akan dibayarkan pada hari kerja saja, dan jika jatuh tempo pada hari
libur maka akan dibayarkan pada hari kerja berikutnya tanpa adanya kompensasi
bunga.
● Terdapat minimum holding period sebelum early redemption (SBR) atau
penjualan (ORI)
Sementara perbedaan antara ORI dan SBR adalah:

Savings Bond Ritel Obligasi Ritel Indonesia

Floating With Floor Fixed Rate

Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder Dapat diperdagangkan di pasar sekunder

Dapat melakukan early redemption Tidak dapat melakukan early redemption

Umumnya 2 tahun Umumnya 3 tahun

Pembayaran kupon umumnya tanggal 10 tiap Pembayaran kupon umumnya tanggal 15 tiap
bulan bulan
Dalam penerapannya, sukuk ritel sama seperti ORI, namun obligasi ini didasarkan
pada prinsip syariah.
Apabila ditinjau dari 10 prinsip investasi, obligasi pemerintah Indonesia termasuk
obligasi yang paling aman yang tersedia di Indonesia. Hal ini disebabkan pembayaran
pokok dan bunganya dijamin langsung oleh pemerintah, selain itu secara historis
obligasi ini belum pernah gagal bayar di Indonesia.
Terkait ini, tentunya obligasi pemerintah tidak memberikan yield yang sangat
besar. Obligasi ini termasuk obligasi dengan kupon terendah, sebab tentunya obligasi
perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan BUMN.
Sebagaimana dituliskan pada tabel, marketability obligasi pemerintah tergantung
pada jenisnya sendiri, apabila obligasi ini berbentuk SBR, maka tidak bersifat
marketable, namun apabila obligasi ini berbentuk ORI ataupun Sukuk Ritel maka
obligasi tersebut bersifat marketable. Terkait liquidity, tentunya ORI dan Sukuk Ritel
lebih liquid dibandingkan SBR, sebab ORI dan Sukuk Ritel dapat dijual, kuponnya
yang bersifat fixed rate berarti harga kedua obligasi ini juga stabil.
Untuk diversifikasi, hal ini dapat dilakukan menggunakan instrumen lain, ataupun
dengan sesama instrumen obligasi pemerintah, seperti pembelian ORI dan SBR,
ataupun Sukuk Ritel dan SBR, dan sebagainya. Diversifikasi juga dapat didasarkan
pada maturity date, selain itu perlu diingat bahwa tiap jenis obligasi pemerintah
memiliki peraturan masing-masing lagi, tidak semua SBR bersifat sama dan tidak
semua ORI bersifat sama, maka hal ini dapat dijadikan dasar diversifikasi pula.
Terkait pemajakan, obligasi ini mengikuti hukum PPh final obligasi di Indonesia,
yaitu untuk bunga obligasi, wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
dikenakan tarif 15%, wajib pajak luar negeri selain BUT dikenakan tarif 20% atau
sesuai P3B. Sementara untuk diskonto, wajib pajak dalam negeri dan BUT dikenakan
tarif 15%,wajib pajak luar negeri selain BUT dikenakan tarif 20% atau sesuai P3B.
Mengenai size of investments, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, SUN berbentuk
ritel berharga minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Umumnya, berbedanya
harga juga memiliki tawaran berbeda, misalnya SBR seharga Rp1 juta tidak
diperkenankan melakukan early redemption, namun SBR seharga Rp2 juta dapat
melakukannya.
Obligasi pemerintah juga dapat dijadikan agunan untuk mendapatkan kredit, hal
ini lebih cocok dilakukan dengan ORI dan Sukuk Ritel sebab bersifat lebih liquid.
Apabila tidak dijadikan jaminan, umumnya aset ini aman dari klaim kreditor yang
dihutangkan, sebab aset ini berbentuk obligasi.
Umumnya, obligasi pemerintah tidak bersifat callable, sehinggaobligasi
pemerintah sangat cocok bagi investor yang ingin berinvestasi aman dengan jangka
panjang. Terkait dengan hal tersebut, obligasi ini relatif tidak menyulitkan investor
untuk merawatnya secara terus menerus. Investor cukup menunggu datangnya yield
kupon dan juga maturity date.
b. SBI
SBI merupakan salah satu jenis surat hutang yang dapat dibeli oleh investor
individu. Surat hutang ini diterbitkan oleh Bank Indonesia dengan tujuan mengontrol
nilai tukar rupiah. SBI memiliki periode yang pendek, yaitu hanya satu hingga dua
belas bulan saja sebelum mencapai maturity date. Keuntungan dapat diperoleh oleh
investor melalui bunga yang ditawarkan SBI maupun diskonto. Tingkat suku bunga
umumnya mengacu pada tingkat suku bunga BI, sementara harga ditentukan melalui
sistem lelang. SBI diprioritaskan untuk dijual kepada perusahaan perbankan, namun
investor individu dapat membelinya melalui perantara.
Apabila dianalisis berdasarkan sepuluh prinsip investasi, maka SBI dapat dinilai
aman dan memenuhi prinsip Security of Principal and Income, hal ini dikarenakan
pembayaran SBI sendiri dijamin oleh Bank Indonesia, dalam catatan Bank Indonesia,
seluruh SBI selalu terbayarkan. Berkaitan dengan hal tersebut, SBI tidak memiliki yield
yang sangat besar, sehingga apabila ditinjau dari prinsip Rate of Return, maka SBI
tidak begitu menggiurkan.
SBI sendiri bersifat marketable, di mana SBI dapat diperjualbelikan di luar lelang
pertama yang dilakukan oleh BI, sebab surat ini bersifat atas unjuk. Sebagai surat
hutang berjangka pendek, dapat dikatakan SBI juga memiliki liquidity yang baik, di
mana harga SBI akan cenderung stabil sebab suku bunga BI tidak akan berubah berkali-
kali selama periode SBI outstanding, dan periodenya yang pendek juga berimplikasi
pada cepatnya pencairan surat hutang ini.
Apabila ditinjau dari prinsip diversification, SBI harus didiversifikasikan dengan
instrumen lainnya, sebab SBI sendiri hanya diterbitkan oleh Bank Indonesia saja, dan
tidak memiliki banyak ragam seperti obligasi pemerintah. Namun hal ini bukan
merupakan masalah besar mengingat kecilnya risiko yang melekat dengan SBI.
Pendapatan seorang investor dari keuntungan SBI akan dikenakan pajak. Pajak
tersebut didasarkan pada penghasilan bunga dan diskonto yang didapatkan investor, dan
berbentuk PPh sebesar 15%. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito Berjangka, Sertifikat Bank
Indonesia, Sertifikat Deposito, dan Tabungan.
Untuk membeli satu surat SBI, investor perlu menyediakan uang yang lumayan
besar, sebab SBI dijual dengan harga Rp 100 juta dan dilelang dengan kelipatan Rp 50
juta. Bagi investor yang tidak memiliki banyak uang untuk diinvestasikan, tentunya SBI
bukan merupakan pilihan yang tepat.
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, SBI merupakan instrumen dengan sistem
atas unjuk, sehingga SBI dapat dijadikan barang agunan dalam penerimaan kredit. SBI
sendiri seringkali diagunkan oleh bank umum dalam FPJP, dan SBI juga dapat
diagunkan melalui KPEI.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14 nomor 2 Peraturan Bank Indonesia
tentang perubahan kedua atas peraturan bank indonesia nomor 12/11/PBI/2020 tentang
operasi moneter, SBI dapat dilunaskan terlebih dahulu oleh Bank Indonesia apabila ada
persetujuan dengan pemilik SBI tersebut.
Terakhir, investor tidak perlu dengan sulit memperhatikan dan merawat SBI
secara terus menerus, hal ini disebabkan bentuk SBI sebagai surat hutang, sehingga
investor hanya perlu menunggu maturity date SBI. Investor juga tidak harus
memerhatikan secara detail mengenai perubahan harga SBI, sebab sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, periode yang pendek menyebabkan surat utang ini tidak
volatile.

8) Reksadana
Reksadana merupakan instrumen investasi berbentuk jasa, di mana uang akan
dibayarkan oleh investor kepada pengelola investasi. Uang ini kemudian akan
diinvestasikan oleh manajer investasi sesuai dengan jenis reksadana yang dipilih oleh
investor.
Pada dasarnya, seluruh jenis Reksadana memenuhi prinsip freedom from care,
sebab dana investasi sendiri telah dikelola oleh manajer investasi. Para investor yang
menggunakan reksadana hanya perlu menentukan berapa jumlah modal yang akan
diinvestasikan dan apabila investor ingin mencairkan dana tersebut. Selain itu seluruh
jenis reksadana juga bersifat liquid, namun tidak marketable di mana investor tidak bisa
menjual dengan sendiri aset reksadananya, namun reksadana dapat dicairkan kapan saja
oleh investor melalui manajer investasinya, proses ini biasanya membutuhkan waktu
beberapa hari (paling lambat 7 sesuai dengan ketentuan OJK) sebelum reksadana
tercairkan seutuhnya.
Selain itu, sesuai dengan UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal
4 Ayat 3 Huruf i, reksadana sebagai pemegang unit penyertaan bukan merupakan objek
pajak. Dengan kata lain, pendapatan yang didapatkan dari reksadana tidak dikenakan
pajak.
Sebab reksadana berbentuk akun perorangan, reksadana tidak bisa dijadikan
jaminan dalam mendapatkan kredit. Berkaitan dengan hal ini reksadana aman dari klaim
kreditor apabila investor berhutang, sehingga reksadana tidak akan dijadikan aset
penebus.
Terakhir, reksadana tidak mungkin melakukan opsi beli atau call dari produk
reksadana itu sendiri. Investor memegang kendali penuh kapan membeli dan menjual
suatu produk reksadana.
Perbedaan antar masing-masing reksadana dalam definisi, teknis, dan prinsip adalah
sebagai berikut:

a. Reksadana Saham
Dalam jenis ini, manajer investasi akan menginvestasikan dana investor ke
beberapa saham. Reksadana saham sendiri berjenis-jenis, sebab saham juga berjenis-
jenis, namun umumnya reksadana akan mengambil saham dengan risiko lebih kecil.
Apabila ditinjau dari sepuluh prinsip investasi, reksadana saham relatif lebih
berisiko dari jenis-jenis reksadana lainnya, sebab instrumen yang digunakan (saham)
memang lebih berisiko dari banyak instrumen lainnya. Hal ini berhubungan dengan
prinsip kedua yaitu yield, tentunya reksadana saham juga menawarkan potensi yield
yang lebih besar.
Untuk diversifikasi, manajer investasi akan menyesuaikan dengan profil risiko
investor. Umumnya reksadana akan memilihkan saham yang lebih aman, namun
apabila profil risiko investor tinggi, maka memungkinkan untuk manajer investasi
untuk menginvestasikan uang investor ke saham yang lebih berisiko.
Nilai minimum pembelian reksadana saham sendiri beragam-ragam di antara
berbagai produk reksadana. Umumnya, nilai minimum suatu reksadana saham adalah
Rp100.000 atau Rp1.000.000.
Di atas merupakan contoh data reksadana saham, yaitu Batavia Dana Saham,
sejak Januari 2000. Dapat dilihat bahwa keuntungan reksadana saham ini baik,
menggambarkan bahwa reksadana saham cenderung akan naik dalam jangka waktu
yang panjang.
b. Reksadana Campuran
Dalam jenis ini, manajer investasi akan menginvestasikan dana investor ke
beberapa jenis instrumen, yaitu saham, obligasi, dan pasar uang dengan rasio terbesar
masing-masing 79%.
Risiko reksadana campuran sendiri bergantung kepada komposisi instrumen yang
diinvestasikan. Hal ini akan disesuaikan dengan profil risiko investor, dan juga
berhubungan dengan prinsip diversifikasi, apabila profil risiko investor agresif, maka
instrumen akan banyak pada saham, sementara apabila konservatif maka akan
didominasi oleh obligasi ataupun pasar uang. Yield sendiri sesuai dengan komposisi
instrumen tersebut, di mana prinsip high risk high return akan menjadi dasar.
Nilai minimum pembelian reksadana campuran sejenis dengan reksadana saham
yaitu beragam-ragam di antara berbagai produk reksadana. Umumnya, nilai minimum
suatu reksadana campuran juga Rp100.000 atau Rp1.000.000, dan bahkan beberapa
menawarkan pembelian minimal Rp10.000.

c. Reksadana Pendapatan Tetap


Merupakan jenis reksadana yang menginvestasikan dana investor sekurang-
kurangnya 80% pada obligasi. Reksadana ini relatif lebih aman dari reksadana saham
maupun reksadana campuran sebab instrumennya pula yang bersifat lebih aman.
Berkaitan dengan itu, maka yield reksadana ini juga lebi rendah dari kedua reksadana
sebelumnya, namun tetap bergantung pada obligasi dan komposisi reksadana ini.
Diversifikasi dilaksanakan oleh manajer investasi. Diversifikasi ini disesuaikan
dengan masing-masing investor, dan juga dengan komposisi reksadana pendapatan
tetap itu sendiri, seperti berapa rasio obligasi yang diinginkan.
Seperti reksadana-reksadana sebelumnya, harga reksadana pendapatan tetap
umumnya dimulai dari Rp100.000, namun adapula yang memulai dari Rp.10.000 dan
juga Rp1.000.000.

Di atas merupakan contoh reksadana pendapatan tetap dalam bentuk reksadana


obligasi, yaitu Manulife Obligasi Unggulan Kelas A sejak 1 Desember 2003. Sama
seperti reksadana saham, dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang reksadana obligasi
cenderung naik. Berbeda dengan reksadana saham, reksadana obligasi mengalami
kenaikan yang lebih sedikit, namun dalam grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai
reksadana ini juga tidak terlalu volatile dibandingkan Batavia Dana Saham.

d. Reksadana Pasar Uang


Merupakan jenis reksadana yang menempatkan seluruh modal investor dalam
instrumen pasar uang dan/atau efek bersifat utang dengan jangka waktu kurang dari 1
tahun. Umumnya reksadana ini akan mengambil jenis-jenis investasi yang paling aman.
Berkaitan dengan hal ini, reksadana pasar uang juga merupakan reksadana dengan yield
terendah, sebab instrumen yang dipilih juga merupakan instrumen-instrumen aman
dengan rate of return yang kecil.
Diversifikasi dalam reksadana pasar uang dilaksanakan oleh manajer investasi,
namun terbatasnya instrumen aman mengakibatkan kurangnya diversifikasi reksadana
ini pula, hal ini bukan masalah sebab reksadana pasar uang sangat aman sehingga tidak
besar risiko kerugian.
Sama halnya dengan reksadana lainnya, reksadana pasar uang ditawarkan dengan
jumlah minimum yang beragam. Reksadana ini ditawarkan mulai dari Rp10.000 di
beberapa bursa.

Di atas merupakan data salah satu reksadana pasar uang, yaitu BNP Paribas
Rupiah Plus, sejak pertengahan Oktober 2003. Dapat dilihat bahwa keuntungan yang
didapatkan dari reksadana dengan tipe ini merupakan keuntungan terkecil, namun di
saat bersamaan dapat dilihat bahwa grafik jangka panjang reksadana pasar uang
merupakan reksadana yang paling aman, bahkan hingga grafiknya hampir linear sejak
tahun 2010.

9) Tabungan & Deposito


Tabungan merupakan produk yang ditawarkan oleh perusahaan perbankan yang
berguna dalam menyimpan uang nasabah. Uang ini dapat ditarik kapan saja oleh nasabah
dengan batasan tertentu yang biasanya disesuaikan dengan jenis rekening yang dipilih
oleh nasabah. Deposito merupakan produk bank yang berguna untuk menyimpan uang
yang tak dapat ditarik kapan saja, melainkan pada tempo yang ditentukan. Pada tempo
tersebut uang pokok dapat ditarik nasabah beserta bunga yang didapat selama periode
deposito berlanjut.
Apabila ditinjau dari sepuluh prinsip investasi, tabungan dan deposito sama-sama
aman, keduanya mendapat jaminan pembayaran bunga. Perbedaan terletak pada likuiditas
kedua instrumen ini, di mana instrumen tabungan lebih likuid sebab dapat ditarik kapan
saja, sementara deposito hanya dapat ditarik pada waktu tertentu. Hal ini berdampak pada
rate of return kedua produk tersebut, di mana yield deposito lebih besar dari yield
tabungan.
Kedua jenis instrumen tersebut merupakan instrumen dengan sistem atas nama,
sehingga tidak bersifat marketable. Selain itu nasabah tidak memiliki banyak pilihan
dalam mendiversifikasikan produk ini, melainkan hanya dengan diversifikasi antar bank
satu dan lainnya untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi seperti promo dan
sebagainya.
Mengenai pajak, deposito dikenakan pajak atas bunga deposito yang didapatkan
yaitu sebesar 20% apabila deposito melebihi Rp7,5 juta(PPh pasal 4 ayat 2). Deposito
dengan nilai di bawah Rp7.500.000 tidak dikenakan pajak.
Minimum untuk pembukaan rekening tabungan bervariasi antar bank satu dengan
lainnya, selain itu bank juga menetapkan saldo yang harus selalu ada di dalam rekening
tabungan, seperti misalnya rekening tabungan bank mandiri yang mewajibkan saldo
mengendap sebesar Rp100.000. Deposito juga bervariasi antar bank satu dengan lainnya,
namun umumnya minimum setoran deposito lebih besar dari rekening tabungan.
Rekening tabungan tidak dapat digunakan menjadi jaminan atau agunan dalam
mendapatkan kredit, namun deposito dapat digunakan sebagai jaminan apabila berhutang
pada bank. Berkaitan dengan hal itu, rekening tabungan aman dari klaim kreditor, namun
deposito dapat diambil alih oleh bank apabila hutang tak dapat dipenuhi.
Kedua jenis instrumen tersebut tidak dapat terkena call oleh bank, sehingga
nasabah aman untuk menyimpan uangnya hingga jatuh tempo atau saat yang diinginkan
oleh nasabah. Berkaitan dengan hal ini, kedua instrumen juga tidak memerlukan nasabah
untuk merawatnya, nasabah dapat menyetorkan uang begitu saja dan hanya menunggu
keuntungan bunga.
Pada dasarnya tabungan dan deposito di bank swasta dan bank pemerintah sama
saja, perbedaannya ialah tabungan dan deposito pada bank pemerintah dapat dikatakan
lebih aman, berikut penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaannya:
a. Pada Bank Swasta
Bank swasta seringkali menawarkan rate of return yang lebih besar. Hal tersebut
dilaksanakan oleh bank swasta untuk mengimbangi bank BUMN yang memiliki
keterpercayaan dan keamanan yang cenderung lebih besar karena statusnya yang
dimiliki negara.
b. Pada Bank Pemerintah
Sebab perusahaan perbankan BUMN dimiliki oleh negara dan didukung oleh
pemerintah, perusahaan ini dapat dikatakan lebih reputable. Selain itu, bank BUMN
juga dapat dikatakan lebih aman sebab apabila kekurangan dana, pemerintah dapat
melakukan suntik dana kepada bank tersebut, sementara hal ini tak dapat dilakukan
oleh bank swasta.

Dari beberapa instrumen-instrumen investasi di atas, dapat dilihat grafik berikut yang
membandingkan ROI sejak tahun 1998.

Dapat dilihat karakteristik-karakteristik yang telah dijelaskan pada grafik di atas. Saham
memiliki kenaikan terbesar, namun di saat yang sama juga pernah mengalami penurunan yang
lebih besar dibandingkan instrumen lainnya. Properti dan TD cenderung naik tanpa adanya
penurunan signifikan, harga emas cenderung melonjak di kala krisis, sementara USD dan
Reksadana cenderung tidak mendapatkan kenaikan yang signifikan.
Melihat hal ini, maka lebih baik bagi investor dengan risk tolerance tinggi untuk memilih
berinvestasi dalam saham. Investor dengan risk tolerance rendah lebih baik untuk memilih
investasi dengan return yang lumayan baik namun stabil, seperti properti maupun deposito. Perlu
diingat bahwa akan lebih baik apabila dilakukan diversifikasi antara berbagai jenis instrumen
pula agar dapat menekan kerugian.

Anda mungkin juga menyukai