Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya
diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga disebut " produk
turunan"(underlying product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik
suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset
atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi
acuan pokok.
1. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel yang telah ditentukan antara
lain suku bunga, harga instrumen keuangan, harga komoditas, nilai tukar mata uang
asing, indeks harga atau indeks suku bunga, peringkat kredit atau indeks kredit, atau
variabel lainnya.
2. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto dalam
jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak
serupa lainnya yang diharapkan akan menghasilkan dampak yang serupa sebagai
akibat perubahan faktor pasar; dan
3. Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa mendatang.
Ketiga karakteristik tersebut bersifat kumulatif. Dengan kata lain, kalau ketiga karakteristik
tersebut tidak terpenuhi, maka suatu instrumen keuangan tidak dapat dikatakan sebagai suatu
produk atau instrumen derivatif.
Berdasarkan sifatnya derevatif dikelompokkan menjadi dua bagian (Madura: 2006)
yaitu;
Dalam SFAS No. 133, FASB menyimpulkan bahwa derivatif seperti forward dan opsi
merupakan aktiva serta kewajiban, dan harus dilaporkan dalam neraca pada nilai wajar.
Pada laporan laba-rugi, setiap keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi harus diakui
dalam laba, jika derivatif digunakan untuk tujuan spekulasi. Jika derivatif tersebut digunakan
untuk tujuan hedging (pembendungan), maka akuntansi untuk setiap keuntungan atau
kerugian akan tergantung pada jenis hedge yang digunakan. Akuntansi untuk transaksi
hedging dibahas nanti Appendix ini.
1. Derivatif harus diakui dalam laporan keuangan sebagai aktiva dan kewajiban.
3. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari spekulasi dalam Derivatif harus segera
diakui dalam laba.
4. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari hedging dilaporkan dengan cara yang
berbeda, tergantung pada jenis hedging.
INSTRUMENT DEREVATIF
1. Forward Contract, Menurut Siahaan (2008) definisi dari forward contract atau kontrak
penyerahan kemudian adalah perjanjian antara dua pihak, dimana satu pihak
diwajibkan menyerahkan sejumlah asset tertentu pada tanggal tertentu yang akan
datang dan pihak lainnya wajib membayar sesuai dengan jumlah tertentu yang
dikenakan atas asset pada tanggal penyerahan.
2. Future Contract, Menurut Hull (2006) kontrak berjangka merupakan perjanjian atau
kesepakatan untuk membeli atau menjual asset tertentu pada saat tententu dengan
atau pada harga tertentu dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan datang
3. Kontrak Opsi, dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu calls sebagai hak beli
dan puts sebagai hak jual. Pembeli calls atau pemilik calls memiliki hak membeli
asset tertentu pada harga tertentu dan tanggal tertentu di masa yang akan datang.
Sebaliknya pembeli put atau pemilik put memiliki hak menjual asset tertentu pada
harga tertentu dan pada tanggal tertentu di masa yang akan datang
4. Swaps Contract, Merupakan kesepakatan antara dua pihak atau perusahaan untuk
saling mempertahankan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu)
yang akan datang
Dalam bisnis harga komoditas sangat mudah berubah dan tergantung pada cuaca, produksi
pangan, dan kondisi ekonomi umum
Spekulator atau spekulan merupakan pedagang yang berusaha untuk memperoleh laba
dengan resiko yang relatif besar berdasarkan perkiraan akan terjadinya perubahan harga.
LINDUNG NILAI (HEDGING)
Lindung Nilai (Hedging) adalah teknik manajemen risiko dengan menggunakan derivatif atau
instrumen hedging lainnya untuk mengkompensasi (offset) perubahan nilai wajar atau
perubahan arus kas terkait asset, kewajiban, dan transaksi-transaksi di masa depan.
PERLAKUAN AKUNTANSI
Hedge accounting mengaitkan perlakuan akuntansi untuk (1) instrumen hedging dengan (2)
item yang dilindunginya sehingga kompensasi (offsetting) perubahan nilai wajar atau arus
kas dapat diakui dalam laporan keuangan pada periode yang sama.
1. Perubahan nilai wajar item yang dilindungi diakui pada periode sekarang sebagai
penyeimbang (offsetting) pengakuan perubahan nilai wajar instrumen hedging-nya
(perlakuan akuntansi lindung nilai wajar).
2. Pengakuan nilai wajar instrumen hedging ditangguhkan (deferred) sebagai unsur
terpisah dalam ekuitas dan diperhitungkan dalam laba/rugi ketika item yang
dilindunginya mempengaruhi laba/rugi (perlakuan akuntansi lindung arus kas dan
investasi netto dalam operasi luar negeri).
KRITERIA HEDGE ACCOUNTING
Hedge accounting bersifat opsional; suatu entitas boleh saja menangguhkan atau
mempercepat pengakuan keuntungan atau kerugian berdasarkan ketentuan akuntansi mana
yang digunakannya.
1. Instrumen hedging dan item yang dilindunginya harus dinyatakan secara jelas dalam
dokumentasi formal, dilengkapi dengan tujuan dan strategi manajemen risiko yang
melandasi aktivitas hedging.
2. Hubungan antara instrumen hedging dengan item yang dilindunginya efektif.
3. Untuk lindung arus kas atas transaksi di masa depan, kemungkinan terjadinya
transaksi yang dilindungi harus sangat tinggi dan transaksi itu harus berisiko, rentan
terhadap variasi arus kas yang akan mempengaruhi laba/rugi perusahaan.
Operasi hedging adalah kontrak penjualan atau pembeli mata uang asing untuk menghidari
risiko memegang hutang atau piutang dalam mata uang asing.
B. Spekulasi
Keuntungan maupun kerugian selisih kurs dari kontrak berjangka untuk tujuan spekulasi
terhadap harga mata uang asing dimasukkan kedalam pendapatan pada periode dimana kurs
forward mengalami perubahan.
Posisi aktiva bersih yang diekspos dalam mata uang asing merupakan kelebihan aktiva yang
dinyatakan dalam mata uang asing atas kewajiban yang juga dinyatakan dalam mata uang
asing tersebut dan ditranslasikan ke dalam kurs yang berlaku.
Komitmen mata uang asing adalah sebuah kontrak atau perjanjian yang dinyatakan dalam
mata uang asing yang menimbulkan transaksi mata uang asing pada waktu kemudian.
Misalnya, sebuah perusahaan indonesia melakukan kontrak untuk membeli peralatan dari
perusahaan kanada pada satu waktu di masa datang, dimana harga faktur dinyatakan dalam
dollar kanada. Perusahaan indonesia tersebut harus melaporkan penyesuaian terhadap
perubahan nilai tukar sebab harga nilai rupiah pada masa yang akan datang bisa saja naik
atau turun sebelum transaksi sesungguhnya dilakukan.