Anda di halaman 1dari 15

Half-Space Sebagai Ruang

Strategis Dalam Sepak Bola


(Bagian 2)

Posted byolehRyan Tank8 September 2015

Pemanfaatan half-space sebagai bagian dari ruang strategis bertahan


(melindungi gawang dari kebobolan) menjadi makin valid dan penting bila kita
mengacu pada dua hal. Acuan pertama, sebuah teori dari Johan Cruijff.

“So what is defending? Defending is about space. If I have to defend this whole
garden, I’m the worst defender. If I have to defend this small area, I’m the best. It’s
all about meters. That’s all,” Johan Cruijff.
Makna singkatnya, dalam bertahan, seorang pemain (mungkin) bertahan lebih
maksimal saat menjalankan tugasnya bila ia diberikan defended-space yang
lebih kecil (terfokus).

Acuan kedua, adalah tentang bahayanya “memberikan” ruang vertikal dan


horizontal kepada tim menyerang. Dalam bertahan terhadap serangan lawan,
mengurangi celah di ruang horizontal bisa menjadi batas antara “hidup dan
mati” sebuah tim. Ketika anda kehilangan ruang vertikal, tim lawan
mendapatkan celah untuk beraksi (umpan dan dribbling) horizontal.

Tapi saat anda kehilangan ruang horizontal, ancaman yang anda terima, adalah
aksi vertikal lawan. Memberikan keluasaan bagi lawan untuk beraksi vertikal,
ancaman yang terima jauh lebih besar, karena gerak vertikal berarti
perpindahan lini yang bisa mendekatkan lawan dengan gawang dan terhubung
lebih erat dengan penciptaan gol.

Dua acuan di atas, pada akhirnya, mengerucut pada satu hal yang sama, yaitu
kompaksi. Dalam bahasa Inggris disebut compaction.

Kompaksi adalah jarak dan posisi antarpemain (dalam sebuah formasi) yang
berada di dua atau lebih titik terhadap jarak dan posisi lawan.

Makin lebar jarak dan posisi antarpemain, makin rendah pula kompaksinya.
Makin dekat berarti makin tinggi kompaksi bentuk tim. Dalam banyak hal, jarak
dan posisi dalam ranah kompaksi menjadi lebih berkualitas ketika dikaitkan
dengan akses terhadap bola. Perhatikan diagram di bawah.

4 (4) Pressing Monaco.


Perhatikan dua hal. Pertama, situasi 2v1 yang
diciptakan oleh Geoffrey Kondogbia dan Jeremy
Toulalan serta kedua, pengambilan posisi Joao
Moutinho. Pressing 2v1 + pengambilan posisi Moutinho
memberikan ruang besar di area no. 6 bagi Anderson
Talisca. Bandingkan dengan diagram di bawahnya.
5

(5) Bentuk alternatif. Moutinho turun ke bawah (ke area no. 8) untuk membantu
Toulalan mem-pressing Eduardo Salvio. Hal ini memberikan kesempatan pada
Kondogbia untuk tetap mengawal Talisca (dia area no. 6).

Bentuk alternatif ini menciptakan kompaksi yang lebih baik bagi Monaco,
karena dalam bentuk ini, Monaco mendapatkan akses terhadap bola yang lebih
baik. Terbentuknya akses bertahan yang lebih baik ini juga, sejak awal,
ditunjang oleh penempatan posisi kedua gelandang sayap, Yannick Ferreira
Carrasco dan Lucas Ocampos yang ikut “masuk” ke half-space untuk kemudian
merapat ke tengah yang sekaligus berhasil menutup opsi-opsi umpan Salvio
kepada kedua bek sayap.

Bila dikaitakan dengan permainan menyerang, half-space hadir menjadi


sebuah ruang yang mampu memberikan dukungan lebih terhadap proses
penciptaan gol. Yang, bahkan, pada kenyataannya, meningkatkan kualitas
proses penciptaan peluang itu sendiri. Ada dua hal yang mendasari hal ini.
Pertama, krusialnya zona 14 (bagi tim menyerang dalam menciptakan gol)
sekaligus zona 5 (bagi tim bertahan dalam melindungi gawang). Zona 14 dan 5
merupakan zona yang sangat penting. Sebuah zona yang dapat menentukan
kelanjutan kualitas permainan. Lebih lanjut akan dibahas di bagian lain dari
tulisan ini.

Kedua, terkait saran Michael Caley akan pentingnya danger zone sebagai
bagian dari area krusial terkait penciptaan gol. Dalam sebuah tulisannya, Caley
mengemukakan akan pentingnya menganalisis pemanfaatan danger zone (DZ).
Pemanfaatan di sini meliputi dribbling menuju atau yang dilakukan dari DZ,
mengumpan dan menembak dari DZ. DZ sendiri merupakan sebuah
interpretasi terhadap zona potensial yang berada di tengah kotak penalti di
depan gawang. Caley mengatakan “DZ is the region in the center of the 18-yard
box from which most goals are scored.”
6

(6) Diagram yang memperlihatkan shots-assisted by DZ passes. Diagram is courtesy of


Michael Caley. Makin gelap (merah maroon) makin tinggi angka danger zone (DZ).

Untuk penjelasan lebih lanjut tentang zona 5, DZ, half-space dan pertahanan,
kita ambil pola dasar 4-4-2 sebagai acuan. Tujuan mengambil 4-4-2 sebagai
acuan, adalah dari pola dasar inilah banyak pola dasar lain dalam era sepak bola
modern bermunculan. Salah satu improvisasi bentuk paling populer dari 4-4-2,
adalah 4-2-3-1 yang alternatif lainnya adalah 4-1-2-3.

Kebetulan, lahirnya dua pola “baru” ini (4-2-3-1 dan 4-1-2-3) juga disebabkan
oleh kelemahan alami 4-4-2 itu sendiri. Kelemahan 4-4-2 terdapat pada area
no. 10 (central attacking midfielder) dan area no. 6 (defensive midfielder),
karena kurangnya kehadiran pemain di dua area tersebut. Kekurangan
kehadiran pemain di dua area ini memudahkan lawan berproses. Isu taktikal
lainnya adalah sering kali jarak horizontal (channel) antara pemain sayap
dengan pemain tengah terlalu besar. Yang memudahkan lawan untuk
melakukan overload atau penetrasi.

Dalam evolusinya, transformasi 4-4-2 ke bentuk alternatif menciptakan


struktur penempatan posisi yang juga berbeda. Struktur posisi baru ini
disebabkan oleh makin pentingnya makna bertahan bagi sebuah tim. Pada era
sepak bola klasik, anda bisa jumpai skor akhir seperti 6-3, 7-4, 5-2, dan
banyak mega-score lainnya dengan lebih mudah ketimbang sepak bola era
sekarang. Berbeda dengan sepak bola modern, skor-skor besar makin sulit
ditemukan. Sepak bola modern memperlihatkan sistem pertahanan yang
makin mutakhir, yang mana sebuah tim yang off-possession (tidak menguasai
bola) berusaha menutup atau sedikitnya menghambat ruang krusial bagi
lawan. Kalau pun diberikan ruang, hanya pada wilayah tertentu ruang-ruang
tersebut dibiarkan terbuka sesaat. Dari pemikiran inilah, sebuah tim dituntut
menciptakan kompaksi yang ideal.

Kembali ke 18 zona sepak bola ala Louis van Gaal, yang telah dibahas
sebelumnya. Tom Reilly dalam sebuah studinya mengatakan “effective use of
Zone 14 must be combined with positive forward passing and tight possession
from the back of the field”, yang merupakan kesimpulan dari hasil studinya
tentang pentingnya makna zona 14 bagi tim penyerang. Atau dengan kata lain,
penting bagi tim bertahan untuk mempertahankan zona 5 (area tengah tepat di
depan kotak penalti), sebagai bagian dari strategi mengamankan gawang. Studi
terhadap zona 14 mengatakan, umpan yang dilakukan dari zona 14 langsung
ke dalam kotak penalti (zona 17) memiliki kemungkinan gol jauh lebih besar
ketimbang mensirkulasinya lebih banyak (menciptakan umpan lebih banyak)
sebelum mengarahkan bola ke dalam kotak penalti. Akan pentingnya
melindungi area tengah (zona 5) inilah half-space diutilisasi.
7

(7) 4-4-2 narrow milik Atletico Madrid. Salah satu situasi pertahanan blok rendah (deep
block defense) milik Atletico Madrid (merah) saat mengalahkan Real Madrid (putih) 4-
0 dalam sebuah pertandingan La Liga di bulan Februari 2015.

Atletico Madrid merupakan salah satu tim yang memainkan pola dasar 4-4-2.
Tim asuhan Diego Simeone ini sekaligus salah satu tim yang membawa kembali
4-4-2 ke dalam peta persaingan sepak bola. 4-4-2 milik Simeone berbeda sekali
dengan 4-4-2 era klasik, yang memiliki banyak kelemahan. 4-4-2 Simeone
merupakan sebuah 4-4-2 yang narrow (sempit), yang mana terutama pada saat
dalam fase bertahan pasif kedua gelandang sayap bergerak lebih ke tengah dan
mengisi half-space sebagai bentuk awal formasi bertahan. Hal yang berbeda
tapi dengan tujuan yang sama dilakukan oleh pemain-pemain di lini depan.
Kedua penyerang turun ke bawah dan mengurangi gap vertikal antara lini
tengah dan lini depan.

Apa tujuan yang sama yang dimaksudkan dalam paragraf di atas? Pergerakan
sayap serang dan striker di atas, ditujukan untuk mengurangi potensi ancaman
yang mungkin ditimbulkan Real Madrid akibat ketiadaan pemain di area no. 6
(zona 5) dan no 10 (zona 8). Kedua zona tersebut merupakan bagian
dari center. Maksudnya begini, dengan menginstruksikan kedua gelandang
sayap untuk mengisi half-space, ketika salah satu gelandang tengah (CMR atau
CML) lakukan pressing ke depan, misalnya, gelandang sayap terdekat mampu
mengisi area yang ditinggalkan, artinya Atletico memiliki kesempatan lebih
baik dalam melindungi center. Anda bisa bandingkan bila kedua sayap bermain
melebar (menempati flank), lalu Real Madrid menyerang melalui center untuk
masuk ke zona 5 dan salah satu CM Atletico bergerak ke depan untuk
menghentikannya. Secara otomatis, center kekurangan perlindungan dan
memberikan kesempatan lebih besar bagi Real untuk masuk dan melakukan
progresi permainan di sekitar zona 5 yang berpotensi membahayakan gawang.

Begitu juga dengan pergerakan bertahan kedua striker Atletico yang turun ke
bawah dan mengisi area no. 10 (zona 8). Yang pertama, hal tersebut dilakukan
agar lini tengah Atletico tidak secara langsung berhadapan dengan serangan
Real Madrid yang mengarah ke center. Yang kedua, bila diperlukan, saat salah
satu CM Atletico bergerak ke zona 5 (dan berposisi lebih dalam ketimbang CM
lainnya), salah satu striker Atletico sudah berada pada posisi lebih dekat
dengan pos CM, yang berarti memberikan akses lebih baik baginya untuk
mengisi pos CM yang ditinggalkan dan menciptakan pola bertahan 4-1-4-1
dengan kompaksi yang tepat. Alternatif lainnya, saat salah satu CM turun ke
zona 5 (dan menjadi defensive midfielder) si striker bisa saja mengisi posisi
gelandang sayap, sementara salah satu gelandang sayap Atletico bergeser ke
tengah untuk mengisi pos CM yang ditinggalkan. Alternatif ini pun pada
akhirnya menciptakan pola bertahan 4-1-4-1 yang ideal bagi Atletico.
8

(8) Salah satu alternatif pertukaran posisi saat bertransformasi dari 4-4-2 ke 4-1-4-1.
Ini merupakan salah satu pergerakan pertahanan Atletico Madrid. Striker yang sering
turun membantu lini tengah, adalah Antoine Griezmann.

Dengan mengisi half-space (ketimbang tetap berada di flank), kedua gelandang


sayap Atletico juga memiliki akses yang lebih baik dalam melindungi kedua bek
sayap, terutama, ketika Real Madrid berusaha masuk dari flank. Pada situasi ini,
kedua gelandang sayap bisa ikut turun ke lini belakang dan menciptakan
superioritas jumlah untuk mempersempit ruang kerja lawan, memaksa lawan
untuk kehilangan bola, atau paling tidak memaksa lawan kehilangan
kesempatan berprogres (menggerakan bola ke area yang lebih depan).

Juga, dengan mengisi half-space, kedua gelandang sayap Atletico berada pada
posisi yang ideal untuk menciptakan kompaksi horizontal yang tepat. Dengan
berpatroli di half-space, kedua gelandang sayap Atletico Madrid berada di area
yang lebih dekat dengan center (zona 5), sehingga menciptakan kondisi yang
lebih aman bagi center (zona 5) Atletico. Sekali lagi, dengan mengisi half-space,
pergeseran kedua gelandang sayap ke tengah lebih mudah dikarenakan jarak
yang lebih dekat. Jarak yang dekat inilah yang menyebabkan baiknya tingkat
kompaksi horizontal.
Okupansi kedua gelandang sayap ke half-space ketimbang flank, yang
berakibat positif terhadap kompaksi horizontal, secara otomatis juga berimbas
positif terhadap “overloading”. Tentang apa itu overloading, anda membacanya
dalam tulisan Qo’id Naufal di sini. Di dalam tulisan tersebut, Naufal mengatakan
:

“Dalam sepak bola, setiap taktik atau strategi yang digunakan memiliki satu
tujuan yaitu untuk menciptakan keunggulan atas tim lawan.” selanjutnya,
Naufal juga mengatakan “…keunggulan kuantitatif merupakan keunggulan yang
berdasarkan pada keunggulan jumlah pemain dalam suatu unit”. Dua penggalan
kalimat yang diambil dari tulisan tersebut merupakan prinsip
dasar overloading, yaitu berusaha menungguli lawan dengan menciptakan
keunggulan jumlah pemain. Bahasa paling sederhananya, keroyokan.

Pada diagram bentuk pertahanan Atletico di atas, bola berada di half-


space kanan Atletico. Bila Real mencoba masuk lewat zona 5, posisi para
pemain Atletico yang berdekatan dengan kedua gelandang tengah
memudahkan mereka untuk menciptakan superioritas jumlah terhadap para
pemain Real yang ada di area tersebut. Dengan jarak yang begitu dekat, dalam
situasi pasif seperti yang ditunjukan di atas, Atletico telah menciptakan
superioritas jumlah 5 gelandang Atletico vs 3 pemain Real yang berada
di center.

Struktur posisi rapat ala Atletico juga mampu membuat Atletico mengokupansi
3 ruang horizontal utama. Contoh bila Real menggeser bola ke flank kanan
Atletico, formasi Atletico akan melakukan pergeseran (shifting) dan
mengokupansi 3 ruang horizontal utama, yaitu flank kanan, half-space kanan,
dan center. Ditambah, satu pemain terluar (LM) menempati area half-
space kiri, bisa cenderung melebar atau lebih dekat dengan center, untuk
mengawasi gerak-gerik pemain Real Madrid yang berada di flank kiri Atletico.

Tingginya tingkat fokus tim-tim sekarang untuk berusaha menguasai center,


menjadi bukti bahwa center merupakan area potensial untuk menguasai
permainan dan juga area yang harus diperhatikan oleh tim bertahan. Dengan
mengamankannya, sebuah tim telah banyak mengurangi ancaman lawan.
Apakah itu berarti “membiarkan” lawan menyerang dari flank merupakan
sesuatu yang lebih aman ketimbang serangan dari area tengah? Tidak selalu,
tetapi untuk alasan yang spesifik, ya. Perhatikan logika sederhana berdasarkan
diagram di bawah.
9

(9) Perbandingan jarak tempuh umpan dari dua wilayah berbeda (center dan flank).

Secara alami, umpan dari flank memiliki jarak tempuh lebih jauh ketimbang
umpan dari center (bandingkan panjang panah kuning dibandingkan panjang
panah merah). Di sisi lain, karena banyaknya pemain yang berkumpul di dalam
kotak penalti, jenis umpan dari flank ke mulut gawang sering kali harus
dilakukan dengan cara melambungkan bola. Dua variabel ini ini (jumlah
pemain di kotak penalti dan umpan lambung menyilang), membuat akurasi
umpan silang dari flank lebih mudah ditangani oleh pemain bertahan dan
memilik akurasi lebih rendah ketimbang umpan mendatar dari zona 5 (zona
14). Karenanya, melindungi center (zona 5) menjadi bagian sangat penting dari
strategi bertahan. Kajian yang sama bisa anda lakukan terhadap tembakan
langsung yang dilakukan dari center dan flank.

Dengan mendorong lawan bermain melebar, selain tim bertahan bisa memaksa
lawan untuk terpaksa melepaskan umpan silang melambung, di sisi lain tim
bertahan memiliki kessempatan lebih besar untuk memaksa lawan kehilangan
bola, atau, paling tidak, lebih berpeluang memaksa lawan kehilangan
kesempatan berprogresi (karena kurangnya celah untuk bergerak maju, tim
lawan dipaksa melakukan umpan balik ke belakang/back-pass atau ke
samping/horizontal). Bagaimana hal tersebut bisa terjadi merupakan akibat
yang disebabkan oleh jumlah opsi alami dan besaran ruang kerja di flank yang
lebih sedikit dan kecil dibandingkan center.
10

(10) Jumlah opsi umpan dan sudut pandang dari dua wilayah yang berbeda.

Diagram di atas merupakan komparasi bawaan alami sudut pandang dan opsi
umpan di dua area berbeda, center dan flank. Di center, seorang pemain
memiliki 5 opsi utama (yang jelas terlihat) + 3 opsi lain di belakang. Di flank,
seorang pemain memiliki 5 opsi umpan utama saja, akibat dibatasi oleh garis
pinggir lapangan (touchline). Makin banyak seorang pemain memiliki opsi
umpan dan luasnya sudut pandang makin banyak pula opsi strategis yang ia
miliki dan dapat dimanfaatkan demi kepentingan tim. Oleh karenanya, dengan
sudut pandang dan opsi umpan dari center ditambah dekatnya jarak ke gawang
bagi seorang pemain penyerang di zona 5 merupakan satu situasi yang
membahayakan tim bertahan.

Bawaan-bawaan alami seperti ini harus masuk dalam pertimbangan juru taktik
mana pun.

Bila dikaitkan dengan konsep “mendorong lawan bermain melebar”, segalanya


menjadi logis. Di flank area, opsi umpan dan ruang gerak yang sangat kecil
membuat pemegang bola rentan kehilangan bola atau paling tidak,
memaksanya menghentikan progresi permainan. Dengan berorientasi pada
tujuan memaksa lawan bermain melebar, half-space lagi-lagi menjadi bagian
tak terpisahkan demi memaksimalkan taktik ini. Half-space hadir mendukung
sebuah taktik bertahan yang bertujuan mengarahkan lawan ke flank dan
menjebaknya dengan menciptakan superioritas jumlah di area tersebut. Taktik
ini merupakan taktik bertahan sepak bola modern. Taktik ini disebut pressing-
trap (jebakan pressing), yang merupakan kombinasi dari :

o half-pressing pada pemegang bola, yaitu pressing intensitas rendah


kepada si pemegang bola dengan tujuan utama menggiring lawan ke area
yang diinginkan.
o ball-oriented shifting-formation, yaitu pergeseran formasi berdasarkan
posisi bola.
o pressing intensitas tinggi ketika lawan berhasil diarahkan ke area
strategis, di flank, seperti yang telah direncanakan sejak awal.

11

(11) Situasi awal pressing trap.


Situasi pressing-trap dipicu oleh left center forward (LCF) yang
melakukan forward-press dalam bentuk false-pressing dengan bertujuan
mengarahkan left central midfielder (LCM), sebagai pemegang bola, untuk
menggerakan bola ke flank, ke sisi kanan pertahanan tim merah. Tujuan
lainnya, adalah menutup opsi umpan ke sisi kiri tim kuning di mana RCM, RCB,
dan RB kuning berada. Perhatikan juga posisi right center forward (RCF) merah
yang melakukan staggering (mengambil posisi lebih ke dalam) terhadap posisi
LCF. Posisi RCF yang lebih deep ini bertujuan untuk memancing progresi
umpan LCM kuning ke pada left attacking midfielder (LAM) kuning yang
tampak lebih “beraroma menyerang” ketimbang LB kuning. Posisi RCF dan
semua pemain tim merah di center secara otomatis mempersulit umpan tim
kuning ke center.

Right midfielder (RM) tim merah juga bermain dengan sikap yang sama. Ia
memilih menjaga jarak dengan LAM (tidak langsung menempelnya sejak awal)
dengan tetap berdiri pada half-space kanan timnya. Tujuannya, adalah (1)
memancing umpan LCM kepada LAM dan (2) mendekatkan diri
dengan center sebagai bagian dari perlunya membantu kedua gelandang
tengah untuk meminimalkan ruang terbuka di sekitar center (terutama zona 5).

Pada akhirnya, LCM memutuskan memberikan umpan kepada LAM.


12

(12) LAM masuk dalam pressing trap dan terisolasi. Terdapat dua jalur umpan (pada
CF atau LB) yang mungkin diambil oleh LAM, tetapi keduanya berada dalam
jangkauan pemain-pemain tim merah.

Bila diperhatikan sejak awal pergerakan pressing trap dijalankan, right


midfielder (RM) dari tim merah berada di half-space dan tidak melakukan
penjagaan ketat pada LAM tim kuning. Pemain dari tim merah lainnya yang
berada di half-space adalah right center forward (RCF) yang memang sejak
awal sengaja mengundang LCM tim kuning untuk mengarahkan umpan kepada
LAM. Panah biru lurus menunjukan indikasi arah pressing yang berorientasi
pada bola dan opsi umpan. Panah biru terputus merupakan indikasi arah dan
titik awal pergerakan pemain. Segi tiga berwarna abu-abu merupakan cover
shadow yang menunjukan keberhasilan posisi pemain terkait dalam menutupi
jalur umpan pada pemain lawan yang ditempatkan di belakang cover shadow-
nya. Elips kuning merupakan indikasi penjagaan perorangan (man to man
marking).

Setelah LAM masuk dalam jebakan pressing, perlu juga diperhatikan


penyesuaian formasi yang dilakukan tim merah. Formasi bertahan bergerak
dengan berorientasi pada letak bola (ball-oriented shifting-formation),
membentuk sebuah formasi dengan kompaksi yang baik. Dalam kondisi ini, bek
kiri tim merah tetap berada pada titik terjauh dari bola berada. Ia
menempati half-space kiri untuk berjaga bila tim kuning (secara ajaib) mampu
melepaskan sebuah umpan diagonal dari kiri ke kanan, kepada right attacking
midfielder (RAM).

Pressing-trap merupakan taktik yang populer di era sepak bola modern.


Pressing-trap memiliki beberapa karakteristik berbeda. Trap (jebakan) yang
ditunjukan di atas merupakan jebakan di touchline (garis penanda batas lebar
lapangan), bisa juga disebut touchline-pressing. Jebakan lainnya adalah center-
trap, yang dilakukan di center. Jebakan yang lain lagi, adalah backward-trap
yang sering kali ditemui di high-up press (pressing blok tinggi), yang bisa
dilakukan dengan menugasi presser pertama (dalam bentuk pressing 3 pemain
depan contohnya) untuk melakukan pressing intens kepada pemegang bola
dan area/pemain di sekitarnya. tujuannya memaksa si pemegang bola
melambungkan bola ke area di belakang presser pertama. Kemudian, setelah
bola jatuh di area yang tepat, presser pertama melakukan gerakan backward
(ke belakang) dan pemain lain yang lebih deep bergerak forward (ke depan)
untuk menciptakan formasi pressing dari dua arah vertikal pada area atau
pemain yang berada di area di mana bola jatuh.

Semua varian pressing-trap ini bisa berhasil dengan dukungan penempatan


posisi yang tepat. Yang salah satu prinsipnya adalah, menjaga jarak
antarpemain untuk selalu sedekat (dan seideal) mungkin.

Anda mungkin juga menyukai