NIM : 19061
Tingkat : III B
Timbang Terima
A. Pengertian Timbang Terima
Timbang terima merupakan proses berpindahnya informasi penting mengenai asuhan
keperawatan secara singkat, jelas dan lengkap yang dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer penanggung jawab dinas berikutnya.
B. Tujuan Timbang Terima
Menurut Nursalam (2012) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah :
1. Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
2. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus).
3. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
4. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
5. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
C. Tipe Timbang Terima
1. On call responsibility yang merupakan timbang terima dalam bentuk pertanggung
jawaban atas informasi melalui telepon/informasi lisan.
2. Critical report yaitu bentuk pencatatan atas informasi hasil pemeriksaan
penunjang, seperti catatan laboratorium.
3. Hospital to community handover yaitu bentuk timbang terima dari fasilitas
pelayanan rumah sakit ke rumah/fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat.Perpindahan paien pada tingkat perawatan, merupakan suatu bentuk
timbang terima yang ditujukan pada perpindahan pasien dari perawatan kritikal ke
perawatan medical.
4. Nursing shift merupakan bentuk timbang terima yang berhubungan dengan
pergantian shift dalam pelayanan keperawatan seperti pergantian dari dinas pagi
ke dinas sore.
D. Persiapan Timbang Terima
1. Operan (Handover) dilaksanakan setiap pergantian shif/operan.
2. Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan operan khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan operan pada PP berikutnya mengenai hal yang perlu
disampaikan dalam operan antara lain :
a. Jumlah pasien.
b. Identitas pasien dan diagnosa medis.
c. Data (keluhan/subjektif dan objektif).
d. Masalah keperawatan yang masih muncul. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan (secara umum).
e. Intervensi kolaborasi dan independen.
f. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan lain-lain).
Contoh Kasus
SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
1. Situation (S) :
A. Selamat pagi Dokter, saya Noer rochmat perawat Nusa Indah 2
B. Melaporkan pasien nama Tn A mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24
jam, mengalami sesak napas
2. Background (B) :
A. Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program HD
hari Senin-Kamis
B. Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower kateter,
pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
C. Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
D. TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah
dan asites
E. Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
F. Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
3. Assessment (A) :
A. Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit lebih
B. Pasien tampak tidak stabil
4. Recommendation (R) :
A. Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM
B. Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump?
C. Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?