TRANSFOMASI GEOMETRI
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah perusahaan atau organisasi perlu merencanakan strategi yang dapat mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai,
baik itu berupa keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki keterbatasan
atas sumber dayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, mesin dan peralatan, ruang, tenaga, kerja,
maupun model. Dengan keterbatasan ini, setiap perusahaan melakukan beberapa cara untuk melakukan optimasi
dengan hasil yang dicapai, salah satunya dengan program linear (Linear Programming).
Pemrograman linear (linear proramming) adalah teknik pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah
mengalokasikan sumber daya yang terbatas diantara berbagai kepentingan seoptimal mungkin. Pemrograman linear
merupakan salah satu metode dalam riset operasi yang memungkinkan para manajer mengambil keputusan dengan
menggunakan pendekatan analisis kuantitatif. Teknik ini telah diterapkan secara luas pada berbagai persoalan dalam
perusahaan, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penugasan karyawan, penggunaan mesin,
distribusi, dan pengangkutan, penentuan kapasitas produk, ataupun dalam penentuan portofolio investasi.
Linear Programming (LP) adalah suatu metode programasi yang variabelnya disusun dengan persamaan linier.
Oleh berbagai analist, maka LP diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “programasi linier”, “pemrograman
garis lurus”, “programasi garis lurus” atau lainnya. Sebagai alat kuantitatif untuk melakuakn pemrograman, maka
metode LP juga ada kelebihan dan kelemahannya. Oleh karena itu, pembaca atau peneliti harus mampu
mengidentifikasi kapan alat ini dipergunakan dan kapan tidak dipergunakan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Program Linear?
2. Apa pengertian Program Linear?
3. Bagaimana bentuk umum Program Linear?
4. Bagaimana metode grafik dalam Program Linear?
5. Bagaimana metode Aljabar dalam Program Linear?
6. Bagaimana metode simplex dalam Program Linear
7. Contoh penerapan Program Linear di Bidang Sosial Ekonomi Pertanian
Baca Juga
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah Program Linear
2. Mengetahui pengertian Program Linear
3. Mengetahui bentuk umum Program Linear
4. Mengetahui cara penyelesaian Program Linear dengan metode grafik
5. Mengetahui cara penyelesaian Program Linear dengan metode aljabar
6. Mengetahui cara penyelesaian Program Linear dengan metode simplex
7. Mengetahui contoh-contoh penerapan Program Linear dalam kehidupan sehari-hari terutama di bidang Sosial
ekonomi pertanian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Program Linear
Model program linier dikembangkan dalam tiga tahap, anatara lain pada tahun 1939-1947. Pertama kali
dikembangkan oleh Leonid Vitaliyevich Kantorovich, ahli matematika Rusia yang memperoleh Soviet government’s
Leinin Prize pada tahun 1965 dan the Order of Lenin pada tahun 1967; kedua, oleh Tjalillng Charles Koopmans, ahli
ekonomi dari belanda yang memulai karir intelektualnya sebagai fisikawan yang melontarkan teori Kuantum mekanik;
dank e-3, George Bernard Dantzig yang mengembangkan Algoritma Simpleks.
Pada tahun 1930, Kantorovich dihadapkan pada kasus nyata optimisasi sumber-sumber yang tersedia di pabrik. Dia
mengembangkan sebuah analisis baru yang nantinya akan dinamakan Pemrograman Linear. Kemudian pada tahun
1939, Kantorovich menulis buku “The Mathematical Method of Production Planning and Organization”, di mana
Kantorovich menunjukkan bahwa seluruh masalah ekonomi dapat dilihat sebagai usaha untuk memaksimumkan suatu
fungsi terhadap kendala-kendala. Kuliah Kantotovich pada saat menerima hadiah Nobel, 11 desember 1975 adalah
Mathematics in Economic Achievements, Difficulties, Perspectives. Di sisi ain, Koopmans sejak awal sudah bergelut
dengan matematika ekonomi dan ekonometri. Dia mengembangkan teknik activity analiysis yang sekarang dikenal
dengan Pemrograman linear. Namun demikian, juga ada nama-nama lain yang berperan dalam pengembangan model
ini, yaitu J. Von Neuman. Bahkan dia mengembangkan “Activity analiysis of production set” sebelum dilanjutkan oleh
Koopmans. Pada saat itu, teknik yang mereka kembangkan dikenal dengan istilah “programming of interdependent
activities in a linier structure”. Istilah programan linier diusulkan oleh Koopmans ketika mengunjungi Dantzig di RAND
Corporation pada tahun 1948. Istilah ini menjadi popular hingga sekarang.
Jika diasumsikan bahwa semua laptop laku terjual, berapa laptop masing-masing tipe harus ia buat agar keuntungan
yang didapatkan maksimum?
Penyelesaian:
Bahan
Pasokan Maksimum
X
20
Y
20
Untung
300.000
200.000
Kendala :
x1 + 2 x2 ≤ 20
3 x1 + x2 ≤ 20
x1, x2 ≥ 0
Metode Grafik
Kasus 1.1
Perpotongan bidang yang memenuhi semua kendala disebut daerah fisibel. Daerah fisibel dalam kasus ini disebut
daerah fisibel AEDO (bagian yang diarsir pada bagian perpotongan bidang AOB dan bidang COD).
Titik-titik sudut daerah fisibel dapat melihat keuntungan maksimum yang ingin dicapai pengusaha:
Titik-titik sudut daerah fisibel
3(0) + 2(0) = 0
A (0,10)
3(0) + 2 (10) = 20
E (4,8)
3(4) + 2(8) = 12 + 16 = 28
D (20/3,0)
3(20/3) + 2(0) = 20
a. Kasus Maksimisasi.
kasus pemecahan persoalan PL yang bertujuan mencari seluruh kemungkinan pemecahan yang memberikan nilai
objektif maksimum.
Langkah-langkah penyelesaian
1) Merubah ketidaksamaan fungsi pembatas menjadi kesamaan dengan menambah slack variabel
2) Merubah fungsi tujuan dengan menambah slack variabel bernilai nol
3) Substitusikan fungsi pembatas dan fungsi tujuan
Contoh-1 : Perusahaan konveksi “Maju” akan memproduksi baju dan celana, dengan:
Fungsi Tujuan:
Maksimumkan Z = 8 X1 + 6 X2 (dalam Rp 1.000).
Fungsi Pembatas :
• P-Bahan : 4 X1 + 2 X1 ≤ 60
• Penjahitan : 2 X1 + 4 X2 ≤ 48 X1, X2 ≥ 0
b. Kasus Minimasi
Kasus pemecahan masalah program linear yang bertujuan seluruh kemungkinan pemecahan yang memberikan nilai
objektif minimum.
Langkah-langkah Penyelesaian
1) Merubah ketidaksamaan fungsi pembatas menjadi kesamaan dengan mengurangi dengan surplus variabel (S).
2) Merubah fungsi tujuan dengan menambah surplus variabel bernilai nol.
3) Substitusikan fungsi pembatas dan fungsi tujuan.
CONTOH:
Seorang petani modern menghadapi suatu persoalan sebagai berikut: Setiap sapi peliharaan agar supaya sehat harus
diberi makanan yang mengandung paling sedikit: 27, 21, dan 30 satuan unsur nutrisi jenis A, B, dan C setiap harinya.
Dua jenis makanan M1 dan M2 diberikan kepada sapi peliharaan tersebut. Satu gram makanan jenis M1 mengandung
unsur nutrisi jenis A, B, dan C masing-masing sebesar 3, 1, dan 1 satuan. Sedangkan satu gram makanan jenis M2
mengandung unsur nutrisi jenis A,B, dan C masing-masing 1,1, dan 2 satuan. Harga satu gram M1 dan M2 masing-
masing sebesar Rp40.000 dan Rp20.000.- Petani tersebut harus memutuskan apakah membeli satu jenis makanan saja
atau kedua-duanya kemudian mencampurnya. Tujuan adalah agar jumlah pengeluaran petani tersebut minimum.
c. Kasus-kasus khusus
Beberapa kasus khusus selain kasus maksimisasi dan minimisasi adalah kasus solusi optimum ganda dan tidak memiliki
solusi yang layak.
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN
1) Merubah ketidaksamaan fungsi pembatas menjadi kesamaan dengan menambah slack variabel
2) Merubah fungsi tujuan dengan menambah slack variabel bernilai nol
3) Substitusikan fungsi pembatas dan fungsi tujuan
Contoh :
Perumusan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah menghasilkan nedia pembelajaran berbentuk multimedia interaktif untuk siswa SMA kelas XI
pada pokok bahasan transformasi geometri, program linear, dan program matriks serta mengetahui respon siswa ketika menggunakan media
pembelajaran ini pada pembelajaran di sekolah. Juga sebagai bahan tambahan nilai ujian akhir semester 1 saya sebagai murid kelas XI IPA 5
SMAN 1 MATAULI PANDAN.
Matriks
A. Latar Belakang Masalah
Matematika berasal dari bahasa latin Manthanein atau Mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan
matematika di dalam bahasa belanda dikenal dengan sebutan wiskundeyang memiliki arti “ilmu pasti”. Jadi secara umum dapat
diartikan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang berkenaan dengan penalaran.
Minimnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika tidak
hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi didukung juga oleh ketidak mampuan guru menciptakan situasi yang dapat
membuat siswa tertarik pada pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA), matriks merupakan materi yang harus dipelajari karena materi ini selalu
muncul dalam soal Ujian Nasional (UN), khusus untuk materi matriks ditemukan banyak kendala dalam mempelajarinya.
Impilikasi dirasakan oleh tenaga pengajar (guru) berupa kendala dan hambatan dalam mengajarkan konsep Matriks. apabila guru
menerapkan materi yang telah direncanakan, maka sebagian siswa tidak dapat mengikuti dan memahami dengan baik materi
tersebut, sehingga pada saat diberikan soal-soal untuk diselesaikan, banyak diantara mereka yang kurang mampu atau mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut.
Disini penulis akan memberikan materi yang berkaitan dengan pembahasan Matrik untuk memenuhi tugas Pembelajaran
Matematika SMA.
B. Masalah
1. Apa pengertian Matriks atau pengertian matrik?
2. Apa jenis-jenis matrik?
3. Bagaiman menghitung oprasi hitung penjumlahan dan pengurangan matriks?
4. Apa itu transpose matrik dan kesamaan matriks?
5. Bagaiman menyelesaikan soal-soal hitung matrik?
C. Tujuan masalah
1. Mengtiatahui pengertian matriks
2. Mengetahui jenis-jenis matriks
3. Dapat menghitung oprasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks
4. Mengetahi matriks tanspose dan kesaman matriks
5. Dapat menyelesaikan soal-soal menhitung matriks.
Baca Juga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan kumpulan bilangan yang di atur dalam baris dan kolom berbentuk persegi panjang. Matrik di cirikan
dengan elemen-elemen penyusun yang diapit oleh tanda kurung siku [ ] atau tanda kurung biasa ( ).
Ukuran sebuah matrik dinyatakan dalam satuan ordo, yaitu banyaknya baris dan kolom dalam matriks tersebut. Ordo merupakan
karakteristik suatu matriks yang menjadi patokan dalam oprasi-oprasi antar matriks. Matriks pada umumnya di simbolkan seperti
berikut ini :
Keterangan :
A = nama matrik
m = banyak baris
n = banyak kolom
mxn = ordo matriks
Amxn =artinya elemen matrik baris ke-m kolom ke-n.
Contoh 1
Tentukan baris dan kolom ?
Jawaban :
2 adalah elemen baris ke-1 kolom ke-1
4 adalah elemen baris ke-2 kolom ke-2
7 adalah elemen baris ke-3 kolom ke-2
a. Matriks persegi
Suatu matriks yang memiliki banyaknya baris sama dengan banyaknya kolom disebut matriks persegi.
Contoh 2.
b. Matriks Baris
Matriks yang hanya mempunyai satu baris saja disebut matriks baris. Ordo matriks baris ditulis (1xn) dengan n > 1, dan bilangan
asli.
Contoh 3
c. Matriks Kolom
Matriks yang hanya mempunyai satu kolom saja disebut matriks kolom. Ordo matriks kolo ditulis (mx1) dengan m ≥ 2, dan
bilangan Asli.
Contoh 4
d. Matriks Diagonal
Matriks diagonal adalah matriks persegi yang semua elemen atau unsur di luar diagonal utamanya adalah nol.
Contoh 5
e. Matriks Identitas
Suatu matriks dikatakn identitas, apabila diagonal yang elemen-elemen atau unsure-unsur diagonal utama bernilai 1 (satu).
Contoh 6
f. Matriks Nol
Dikatakan sebagai matriks nol, apabila semua elemen atau unsurnya adalah nol.
Contoh 7
g. Matriks Simetris/Setangkap
Matriks Simetris adalah matriks persegi yang unsur padabaris ke-n dan kolom ke-m sama dengan unsure pada baris ke-m kolom
ke-n.
Contoh 8
h. Matriks Segitiga
Matriks segitiga adalah matriks persegi yang mempunyai elemen-elemen di atas diagonal utamanya bernilai nol atai elemen-
elemen di bawah diagonal utamanya bernilai nol.
Contoh 9
C. Transpose Matriks
Transpose dari suatu matriks Amxn dapat dibentuk dengan cara menukarkan baris matriks A menjadi kolom matriks baru dan
kolom matriks A menjadi matriks baru. Mtriks baru dinyatakan dengan lambang
Contoh 10
D. Kesamaan Dua Matriks
Dua buah matriks A dan B dikatakan sama (ditulis A=B), jika dan hanya jika kedua matriks itu mempunyai ordo yang sama dan
elemen-elemen yang seletaknya sama. Karena menggunakan “jika dan hanya jika” maka pengertian ini berlaku menurut dua arah,
yaitu:
a. Jika A=B maka haruslah ordo kedua matriks itu sama, dan elemen-elemen yang seletak sama.
b. Jika dua buah matriks mempunyai ordo yang sma, elemen-elemen yang seletak juga sama maka A=B.
Contoh 11a
Contoh 11b
b. Pengurangan Matriks
Pengurangan matriks A dengan matriks B adalah suatu matriks yang elemen-elemenya diperoleh dengan cara mengurangkan
elemen matriks A dengan elemen matriks B yang besesuaian (seetak), atau dapat pula diartikan sebagai menjumlahkan matriks A
dengan lawan negative dari B, dituliskan: A-B = A+(-B).
Seperti halnya pada penjumlahan dua buah matriks, pengurangan dua buah matriks pun terdefinisi apabila ordo kedua matriks
tersebut sama.
c. Soal-Soal dan penyelesaian Matriks.
Perumusan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah menghasilkan nedia pembelajaran berbentuk multimedia interaktif untuk siswa
SMA kelas XI pada pokok bahasan transformasi geometri, program linear, dan program matriks serta mengetahui respon siswa
ketika menggunakan media pembelajaran ini pada pembelajaran di sekolah. Juga sebagai bahan tambahan nilai ujian akhir
semester 1 saya sebagai murid kelas XI IPA 5 SMAN 1 MATAULI PANDAN.
Transformasi
A. Pengertian dan Jenis-Jenis Transformasi
1. Pengertian Transformasi Geometri
Transformasi Geometri atau lebih sering disebut transformasi adalah mengubah setiap koordinat titik (titik-
titik dari suatu bangun) menjadi koordinat lainnya pada bidang dengan satu aturan tertentu. Misalnya,
transformasi T terhadap titik P(x, y) menghasilkan bayangan P’(x’ , y’),
2. Jenis-Jenis Transformasi
Transformasi pada bidang terdiri atas 4 jenis,
yaitu : translasi(pergeseran), refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan dilatasi(perbesaran/perkalian).
a. Translasi (Pergeseran)
Translasi adalah transformasi yang memindahkan setiap titik pada bidang menurut jarak dan arah
tertentu. Jarak dari arah suatu translasi dapat dilambangkan dengan garis berarah, misalnya AB atau vektor .
Perhatikan Gambar dibawah ini:
Contoh :
1. Tentukan bayangan P (2,3) oleh translasi T = ! Lengkapilah dengan gambar!
Jawab:
x’ = x + a = 2 + 4 = 6
y’ = y + b = 3 + 3 = 6
Jadi, bayangan P (2,3) oleh translasi T = adalah P’ (6,6).
Gambar:
b. Refleksi (Pencerminan)
Refleksi atau sering disebut dengan istilah pencerminan adalah suatu transformasi dengan memindahkan
setiap titik pada bidang dengan menggunakan sifat-sifat pencerminan pada cermin datar (bayangan cermin
dari titik-titik) yang akan dipindahkan. Pencerminan dilambangkan Mi dengan imenyatakan jenis
pencerminan.
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap titik asal O (0, 0) maka bayangannya adalah P’(-a, -b), dapat ditulis
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = x maka bayangannya adalahP’ (b, a), dapat ditulis
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = -x maka bayangannya adalahP’ (-b, -a), dapat ditulis
= P’ (a cos – b sin , a sin + b cos )
· Jika P(a, b) diputar sebesar searah jarum jam (rotasi negatif), dengan pusat rotasi di O(0, 0), maka
bayangan yang terjadi sebagai berikut.
a’ = a cos + b sin
b’ = -a sin + b cos
= P’ (a cos + b sin , - a sin + b cos )
Gambar : Rotasi positif sebuah segitiga terhadap titik pusat O(0, 0)
sebesar 90o.
Catatan : Rotasi yang berlawanan arah dengan jarum jam sudut rotasinya diberi tanda positif (+). Rotasi
yang searah jarum jam sudut rotasi diberi tanda negatif (-).
Contoh :
1. Tentukan bayangan dari A(5, 4) jika dirotasi 90o berlawanan arah dengan jarum jam dengan pusat
rotasi O(0, 0)!
Jawab :
A(5, 4) = A(a, b)
Pusat rotasi O(0, 0)
a’ = a cos 90o – b sin 90o maka a’ = 5 cos 90o – 4 sin 90o = -4
b’ = a sin 90o+ b cos 90o maka b’ = 5 sin 90o+ 4 cos 90o = 5
Jadi, bayangan dari A(5, 4) adalah A’(-4, 5)
d. Dilatasi (Perkalian)
Dilatasi adalah transformasi yang mengubah ukuran atau skala suatu bangun geometri
(pembesaran/pengecilan), tetapi tidak mengubah bentuk bangun tersebut. Dilatasi pada bidang datar
ditentukan oleh hal-hal berikut.
a. Pusat dilatasi
b. Faktor dilatasi
Pusat dilatasi terdiri atas dua, yaitu di titik O(0, 0) dan di titik A (x, y). Sementara itu, faktor dilatasi dapat
bersifat positif (pembesarannya searah) dan dapat pula bersifat negatif (pembesarannya berlawanan arah).
Faktor dilatasi disebut juga dengan faktor skala.
Pada dilatasi suatu bangun faktor K akan menentukan ukuran dan letak bangun bayangan.
(I) Jika K > 1, maka bangun bayangan diperbesar dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula.
(II) Jika 0 < K < 1, maka bangun bayangan diperkecil dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula.
(III) Jika -1 < K < 0, maka bangun bayangan diperkecil dan terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi
dan bangun semula.
(IV) Jika K < -1, maka bangun bayangan diperbesar dan terletak berlainan terhadap pusat dilatasi dan
bangun semula.
Bayangan dari dilatasi suatu titik dapat kita tentukan sebagai berikut.
ü Dilatasi dengan Pusat di O(0, 0)
Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai berikut.
P’ (ka, kb)
Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai berikut.
Contoh :
1. Tentukan bayangan A(2, 3) hasil dilatasi dengan faktor skala 4 dan pusat dilatasi O(0, 0)! Lengkapi
dengan gambar!
Jawab :
a’ = k a = 4. 2 = 8
b’ = k b = 4. 3 = 12
Jadi, A’ (8, 12)
2. Tentukan bayangan B(-1, 4) hasil dilatasi dengan faktor skala 3 dan pusat dilatasi P(2, 5)! Lengkapi
dengan gambar!
Jawab :
a’ = k (a – x) + x= 3 (-1 – 2) + 2= -7
b’ = k (b – y) + y = 3 ( 4 – 5) + 5 = 2
Jadi, B’ ( -7, 2)
Transformasi
Pemetaan
2.
(a, b) (-a, b)
3.
Pencerminan terhadap O (0, 0)
4.
(a, b) (b, a)
5.
6.
7.
(a, b) (-b, a)
8.
9.
10.
Matriks rotasi dan dilatasi pada tabel diatas merupakan rotasi dan dilatasi yang berpusat di titik O(0, 0).
Untuk rotasi dan dilatasi yang berpusat di titikA( x , y) perhatikan dengan baik uraian berikut :
1. Rotasi Sebesar dengan Pusat di Suatu Titik A( x , y)
dengan = +
2. Dilatasi dengan Faktor Skala k dengan Pusat di Suatu Titik A( x , y)
dengan = +
Contoh :
1. Tentukan bayangan dari titik P(2, 3) jika ditransformasikan oleh matriks !
Jawab :
P’ = = =
Jadi P’ ( 13, 10)
2. Tentukan bayangan dari segitiga A(1, 2), B(3, 7), dan C(1, 8) jika dicerminkan terhadap sumbu X!
Jawab :
A’ B’ C’
=
=
Jadi, A’ (1, -2 ), B’ ( 3, -7), C’ (1, -8)
C. Komposisi Transformasi
Komposisi transformasi adalah dua transformasi yang digunakan secara berurutan. Sebagai contoh,
translasi T1 yang dilanjutkan dengan translasi T2 terhadap titik P (a, b) dapat kita tulis
.
Persamaan diatas dapat kita baca “T2 komposisi T1 terhadap P (a, b) menghasilkan P” (a”, b”)”.
Contoh :
Diketahui : T1 = , T2 = , dan P(2, 5).
Tentukan : a. T1 º T2 P b. T2 º T1 P
a. T1 º T2 P(2, 5) = T1 º = T1 º
= + = P’’(4, 9)
b. T2 º T P(2, 5) = T2 º = T2 º
= + = P’’(4, 9)
Jawab :
a) M1 º M2 P(2, 4) = = P’(8, 4)
= = P”(-2, 4)
Jadi, M1 º M2 P(2, 4) P”(-2, 4).
b) M2 º M1 P(2, 4) = = P’(4, 4)
= = P”(6, 4)
Jadi, M2 º M1 P(2, 4) P”(6, 4).
Kesimpulan: M1 º M2 P M2 º M1 P.
Berdasarkan rumusan di atas, bayangan titik P(a, b) yang dihasilkan dari komposisi refleksi terhadap dua
garis yang saling berpotongan di titik O (0, 0) dapat kita tulis sebagai berikut :
=
Titik P(a, b) diputar sebesar 1 dengan pusat O(0, 0) dilanjutkan diputar sebesar 2 dengan pusat yang sama.
Berdasarkan gambar tersebut, suatu titik yang dirotasi sebesar 1 dilanjutkan dengan rotasi
sebesar 2 bersesuaian dengan rotasi tunggal sebesar ( 1 + 2) dengan pusat rotasi yang sama.
Bayangan titik P(a, b) yang dihasilkan dari komposisi dua rotasi yang berurutan dengan pusat rotasi di
titik O(0, 0) dapat kita tulis sebagai berikut:
P” = =
Contoh :
1. Titik P(3, 4) dirotasi sebesar 45o dengan pusat putaran di O(0, 0), kemudian dilanjutkan dengan rotasi
sebesar 15o dengan pusat yang sama. Tentukan bayangan dari titik P tersebut.
Jawab :
P” = = =
= =
Jadi , bayangannya P” = .
2. Tentukan bayangan dari titik P(2, -4) jika mengalami dilatasi dengan faktor skala 3 dan pusat dilatasi di
titik O(0, 0), kemudian dilanjutkan dilatasi dengan faktor skala -4 dan pusat dilatasi yang sama!
Jawab:
= =
= =
Jadi, bayangannnya adalah P”(-24, 48).
5. Komposisi Transformasi yang Dinyatakan dengan Matriks
Misalkan M1 = , M2 = dan P(a, b).
Maka = M1 º M2
= M2 º M1
Catatan : Karena perkalian dua matriks tidak komutatif, maka M1 º M2 M2 ºM1
Contoh :
1. Diketahui : M1 = , M2 = .
Tentukan : a. M1 º M2 P(3, 5) b. M2 º M1 P(3, 5)
Jawab :
a. M1 º M2 P(3, 5)
= = = =
Jadi, P” (55, 111).
b. M2 º M1 P(3, 5)
= = = =
Jadi, P” (-3, 139).
Terbukti bahwa M1 º M2 P M2 º M1P.
Contoh :
Tentukan peta (bayangan) dari ABC jika A(2, 1), B(10, 1), dan C(5,7) ditransormasikan oleh matriks .
Tentukan pula bayangan segitiga yang terbentuk!
Jawab:
= =
Jadi, A(7, 7), B(23, 15), dan C(31,40).
Luas ABC = = 24
Luas ABC = X Luas ABC
= satuan luas
Jadi, luas bayangan segitiga yang terbentuk adalah satuan luas.
BAB II
APLIKASI TRANSFORMASI GEOMETRI
Bunga teratai yang terlukis pada motif kangkung kaumbakan di atas memiliki ukuran yang berbeda-beda,
dimana besar atau kecilnya ukuran bunga dapat dipandang sebagai hasil dilatasi atau perkalian dengan
suatu konstanta k terhadap bentuk gambar 2 dimana k adalah bilangan riil posituf. Selanjutnya, bentuk
gambar 2 disebut sebagai B.
Misalkan k1=2, maka bentuk k1B adalah perbesaran dua kali B, sebut saja hasil k1B=B1 (Gb. 3). Kemudian
untuk memperoleh bentuk bunga teratai selanjutnya dengan mengambil k2=1/3, sebut saja hasil
k2B=B2 (Gb.4).
Untuk mendapatkan letaknya yang artistik pada tangkai, selanjutnya B2 direfleksikan pada garis vertikal
sehingga diperoleh susunan membentuk motif kangkung kaumbakan (Gb.5).
Demikian beberapa contoh aplikasi geometri transformasi dalam karya seni batik di Indonesia. Pola bentuk
pada motif batik dapat menjadi alternatif sumber belajar matematika bagi siswa kita.
Contoh lainnya yang dapat kita ambil ialah bermain catur, permainan komedi putar, permainan baling-
baling, menggunakan teleskop, kipas angin, perpindahan jarak (berjalan, berlari), membuka sekrup,
bercermin, pertumbuhan dan lain-lain ini adalah aplikasi dari transformasi geometri dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB III
KESIMPULAN
1. Transformasi Geometri atau lebih sering disebut transformasi adalah mengubah setiap koordinat titik
(titik-titik dari suatu bangun) menjadi koordinat lainnya pada bidang dengan satu aturan tertentu.
2. Transformasi pada bidang terdiri atas 4 jenis,
yaitu : translasi(pergeseran), refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan dilatasi(perbesaran/perkalian).
a. Translasi (Pergeseran)
Translasi adalah transformasi yang memindahkan setiap titik pada bidang menurut jarak dan arah
tertentu. Jarak dari arah suatu translasi dapat dilambangkan dengan garis berarah, misalnya atau vektor .
b. Refleksi (pencerminan)
Refleksi atau sering disebut dengan istilah pencerminan adalah suatu transformasi dengan memindahkan
setiap titik pada bidang dengan menggunakan sifat-sifat pencerminan pada cermin datar (bayangan cermin
dari titik-titik) yang akan dipindahkan.
ü Pencerminan terhadap Sumbu X, Sumbu Y, Garis y = x, dan Garis y = -x
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu X maka bayangannya adalah P’(a, -b), dapat ditulis
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu Y maka bayangannya adalah P’(-a, b), dapat ditulis
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap titik asal O (0, 0) maka bayangannya adalah P’(-a, -b), dapat ditulis
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = x maka bayangannya adalahP’ (b, a), dapat ditulis
· Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = -x maka bayangannya adalahP’ (-b, -a), dapat ditulis
= P’ (a cos – b sin , a sin + b cos )
· Jika P(a, b) diputar sebesar searah jarum jam (rotasi negatif), dengan pusat rotasi di O(0, 0), maka
bayangan yang terjadi sebagai berikut.
a’ = a cos + b sin
b’ = -a sin + b cos
= P’ (a cos + b sin , - a sin + b cos )
ü Rotasi terhadap Titik A (x, y)
· Jika P(a, b) diputar sebesar dengan pusat rotasi di A (x, y), maka bayangan yang terjadi sebagai
berikut.
= P’ [(a – x) cos - (b – y) sin , (a – x) sin + (b – y) cos )]
ü Catatan : Rotasi yang berlawanan arah dengan jarum jam sudut rotasinya diberi tanda positif (+). Rotasi
yang searah jarum jam sudut rotasi diberi tanda negatif (-).
d. Dilatasi (Perkalian)
Dilatasi adalah transformasi yang mengubah ukuran atau skala suatu bangun geometri
(pembesaran/pengecilan), tetapi tidak mengubah bentuk bangun tersebut. Pusat dilatasi terdiri atas dua,
yaitu di titik O(0, 0) dan di titik A (x, y). Sementara itu, faktor dilatasi dapat bersifat positif (pembesarannya
searah) dan dapat pula bersifat negatif (pembesarannya berlawanan arah). Faktor dilatasi disebut juga
dengan faktor skala.
ü Dilatasi dengan Pusat di O(0, 0)
· Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai
berikut.
P’ (ka, kb)
ü Dilatasi dengan Pusat di Titik A(x, y)
· Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai
berikut.
= P’ [x + k (a – x), y + k (b – y)]
3. Beberapa matriks transformasi yang bersesuaian dengan operasi transformasi yang telah kamu pelajari
sebagai berikut :
No.
Transformasi
Pemetaan
2.
(a, b) (-a, b)
3.
Pencerminan terhadap O (0, 0)
(a, b) (-a, -b)
4.
(a, b) (b, a)
5.
6.
7.
(a, b) (-b, a)
8.
9.
10.
4. Aplikasi transformasi dalam kehidupan sehari-hari ialah mengedit foto menggunakan photo shop,
membatik, bermain catur, permainan komedi putar, permainan baling-baling, menggunakan teleskop, kipas
angin, perpindahan jarak (berjalan, berlari), membuka sekrup, bercermin, pertumbuhan dan lain-lain ini
adalah aplikasi dari transformasi geometri dalam kehidupan sehari-hari