Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PROGRAM LINEAR,MATRIKS,

TRANSFOMASI GEOMETRI

PENYUSUN : TOHONAN EMMANUELLE SILABAN


KELAS : XI MIPA 5

SMAN 1 MATAULI PANDAN


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT,


berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan
berjudul 'Program Linear, Matriks, dan Transformasi Geometri'
ini dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas remedial


akhir semester 1 kelas XI dari Bapak Rudi Harahap pada bidang
studi Matematika Wajib. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada kita semua mengenai
materi yang tertera.

Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak


Rudi Harahap selaku guru mata pelajaran Matematika Wajib.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan


masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penyusun
memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penyusun juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini.

Pandan, 16 Desember 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Sebuah perusahaan atau organisasi perlu merencanakan strategi yang dapat mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai,
baik itu berupa keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki keterbatasan
atas sumber dayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, mesin dan peralatan, ruang, tenaga, kerja,
maupun model. Dengan keterbatasan ini, setiap perusahaan melakukan beberapa cara untuk melakukan optimasi
dengan hasil yang dicapai, salah satunya dengan program linear (Linear Programming).
Pemrograman linear (linear proramming) adalah teknik pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah
mengalokasikan sumber daya yang terbatas diantara berbagai kepentingan seoptimal mungkin. Pemrograman linear
merupakan salah satu metode dalam riset operasi yang memungkinkan para manajer mengambil keputusan dengan
menggunakan pendekatan analisis kuantitatif. Teknik ini telah diterapkan secara luas pada berbagai persoalan dalam
perusahaan, untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penugasan karyawan, penggunaan mesin,
distribusi, dan pengangkutan, penentuan kapasitas produk, ataupun dalam penentuan portofolio investasi.
Linear Programming (LP) adalah suatu metode programasi yang variabelnya disusun dengan persamaan linier.
Oleh berbagai analist, maka LP diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “programasi linier”, “pemrograman
garis lurus”, “programasi garis lurus” atau lainnya. Sebagai alat kuantitatif untuk melakuakn pemrograman, maka
metode LP juga ada kelebihan dan kelemahannya. Oleh karena itu, pembaca atau peneliti harus mampu
mengidentifikasi kapan alat ini dipergunakan dan kapan tidak dipergunakan.

1.2         Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Program Linear?
2. Apa pengertian Program Linear?
3. Bagaimana bentuk umum Program Linear?
4. Bagaimana metode grafik dalam Program Linear?
5. Bagaimana metode Aljabar dalam Program Linear?
6. Bagaimana metode simplex dalam Program Linear
7. Contoh penerapan Program Linear di Bidang Sosial Ekonomi Pertanian

Baca Juga

MAKALAH MATEMATIKA KELAS 12: INDUKSI MATEMATIKA


MATERI MATEMATIKA KELAS 12: BUNGA, PERTUMBUHAN, DAN PELURUHAN.
MATERI MATEMATIKA KELAS 12: MATRIKS

1.3         Tujuan
1. Mengetahui sejarah Program Linear
2. Mengetahui pengertian Program Linear
3. Mengetahui bentuk umum Program Linear
4. Mengetahui cara penyelesaian Program Linear dengan metode grafik
5. Mengetahui cara penyelesaian Program Linear dengan metode aljabar
6. Mengetahui cara penyelesaian Program Linear dengan metode simplex
7. Mengetahui contoh-contoh penerapan Program Linear dalam kehidupan sehari-hari terutama di bidang Sosial
ekonomi pertanian

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Program Linear
Model program linier dikembangkan dalam tiga tahap, anatara lain pada tahun 1939-1947. Pertama kali
dikembangkan oleh Leonid Vitaliyevich Kantorovich, ahli matematika Rusia yang memperoleh Soviet government’s
Leinin Prize pada tahun 1965 dan the Order of Lenin pada tahun 1967; kedua, oleh Tjalillng Charles Koopmans, ahli
ekonomi dari belanda yang memulai karir intelektualnya sebagai fisikawan yang melontarkan teori Kuantum mekanik;
dank e-3, George Bernard Dantzig yang mengembangkan Algoritma Simpleks. 
Pada tahun 1930, Kantorovich dihadapkan pada kasus nyata optimisasi sumber-sumber yang tersedia di pabrik. Dia
mengembangkan sebuah analisis baru yang nantinya akan dinamakan Pemrograman Linear. Kemudian pada tahun
1939, Kantorovich menulis buku “The Mathematical Method of Production Planning and Organization”, di mana
Kantorovich menunjukkan bahwa seluruh masalah ekonomi dapat dilihat sebagai usaha untuk memaksimumkan suatu
fungsi terhadap kendala-kendala. Kuliah Kantotovich pada saat menerima hadiah Nobel, 11 desember 1975 adalah
Mathematics in Economic Achievements, Difficulties, Perspectives. Di sisi ain, Koopmans sejak awal sudah bergelut
dengan matematika ekonomi dan ekonometri. Dia mengembangkan teknik activity analiysis yang sekarang dikenal
dengan Pemrograman linear. Namun demikian, juga ada nama-nama lain yang berperan dalam pengembangan model
ini, yaitu J. Von Neuman. Bahkan dia mengembangkan “Activity analiysis of production set” sebelum dilanjutkan oleh
Koopmans. Pada saat itu, teknik yang mereka kembangkan dikenal dengan istilah “programming of interdependent
activities in a linier structure”. Istilah programan linier diusulkan oleh Koopmans ketika mengunjungi Dantzig di RAND
Corporation pada tahun 1948. Istilah ini menjadi popular hingga sekarang.

2.2 Materi Program Linear


A.       Pengertian Program Linear
Program linier adalah merumuskan masalah dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia kemudian
menerjemahkan masalah tersebut dalam bentuk model matematika. Sifat linier mempunyai arti bahwa seluruh fiungsi
dalam model ini merupakan fungsi yang linier.
Program linier (linear programming) adalah merupakan metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang
langka atau terbatas untuk mencapai tujuan tunggal seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan
biaya. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya fisik seperti uang, tenaga ahli, material (bahan dan mesin)
ataupun bukan fisik.
Pemrograman linier berasal dari kata pemrograman dan linier. Pemrograman disini mempunyai arti kata perencanaan,
dan linier ini berarti bahwa fungsi-fungsi yang digunakan merupakan fungsi linier. Secara umum arti dari
pemrograman linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analisis yang analisis-analisisnya memakai model
matematika, dengan tujuan menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan masalah kemudian dipilih yang
terbaik di antaranya dalam rangka menyusun strategi dan langkah-langkah kebijaksanaan lebih lanjut tentang alokasi
sumber daya dan dana yang terbatas guna mencapai tujuan dan sasaran yang di inginkan secara optimal.

B.       Bentuk Umum Program Linear


Bentuk umum linear programming adalah sebagai berikut:
Fungsi tujuan :
Maksimumkan atau minimumkan z = c1x1 + c2x2 + ... + cnxn
Sumber daya yang membatasi :
a11x1 + a12x2 + ... + a1nxn = /≤ / ≥ b1
a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = /≤ / ≥ b2

am1x1 + am2x2 + … + amnxn = /≤ / ≥ bm
x1, x2, …, xn ≥ 0
Simbol x1, x2, ..., xn (xi) menunjukkan variabel keputusan. Jumlah variabel keputusan (xi) oleh karenanya tergantung
dari jumlah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Simbol c1,c2,...,cn merupakan kontribusi
masing-masing variabel keputusan terhadap tujuan, disebut juga koefisien fungsi tujuan pada model
matematiknya.Simbol a11, ...,a1n,...,amn merupakan penggunaan per unit variabel keputusan akan sumber daya yang
membatasi, atau disebut juga sebagai koefisien fungsi kendala pada model matematiknya. Simbol b1,b2,...,bm
menunjukkan jumlah masing-masing sumber daya yang ada. Jumlah fungsi kendala akan tergantung dari banyaknya
sumber daya yang terbatas.
Pertidaksamaan terakhir (x1, x2, …, xn ≥ 0) menunjukkan batasan non negatif. Membuat model matematik dari suatu
permasalahan bukan hanya menuntut kemampuan matematik tapi juga menuntut seni permodelan. Menggunakan
seni akan membuat permodelan lebih mudah dan menarik.

C.       Cara Penyelesaian Program Linear Dengan Metode Grafik


1)        Langkah Penyelesaian Metode Grafik
Ada beberapa langkah penyelesaian diantaranya sebagai berikut:
a)    Buat model yang sesuai dengan masalah yang ada.
b)   Gambar grafik kendala-kendalanya.
c)    Tentukan daerah fisibel, yaitu daerah dalam grafik yang memenuhi semua kendala.
d)   Hitung nilai fungsi di titik-titik sudut segi-n daerah fisibel.
e)    Cari titik yang menghasilkan nilai fungsi yang paling optimal

2)      Kasus dan Penyelesaian Dalam Metode Grafik


Contoh :
Seorang pengusaha Laptop membuat dua macam tipe, yaitu tipe portable touchscreen (A1) dan tipe flip standar (A2).
Kedua jenis laptop dibuat dari bahan yang sama yaitu X dan Y, dengan komposisi yang berbeda.
Setiap tipe laptop portable touchscreen dibuat dari campuran 1 unit bahan X dan 3 bahan Y, sedangkan setiap tipe
laptop flip standar dibuat dari campuran 2 unit bahan X dan 1 unit bahan Y. Karena keterbatasan pasokan, setiap hari
ia hanya memperoleh 20 unit bahan X dan 20 unit bahan Y.
Untuk setiap laptop tipe portable touchscreen yang ia buat, ia memperoleh keuntungan sebesar 300.000. Untuk
setiap laptop tipe flip standar, ia memperoleh keuntungan sebesar 200.000.

Jika diasumsikan bahwa semua laptop laku terjual, berapa laptop masing-masing tipe harus ia buat agar keuntungan
yang didapatkan maksimum?

Penyelesaian:
Bahan

Laptop tipe portabletouchscreen (A1)

Laptop tipe flip standar (A2)

Pasokan Maksimum
X

20
Y

20
Untung

300.000

200.000

Maksimumkan, f(x1, x2) = 300.000 x1 + 200.000 x2 è 3 x1 + 2 x2 (dalam ratusan ribu)

Kendala :
x1 + 2 x2 ≤ 20
3 x1 + x2 ≤ 20
x1, x2 ≥ 0

Penggambaran kendala x1 + 2 x2 ≤ 20, 3 x1 + x2 ≤ 20 dan x1, x2 ≥ 0

Metode Grafik
Kasus 1.1

Perpotongan bidang yang memenuhi semua kendala disebut daerah fisibel. Daerah fisibel dalam kasus ini disebut
daerah fisibel AEDO (bagian yang diarsir pada bagian perpotongan bidang AOB dan bidang COD).

Koordinat E dapat dicari dari perpotongan x1 + 2 x2 ≤ 20 dan 3 x1 + x2 ≤ 20 sehingga diperoleh E(4,8).

Titik-titik sudut daerah fisibel dapat melihat keuntungan maksimum yang ingin dicapai pengusaha:
Titik-titik sudut daerah fisibel

Nilai fungsi , f(x1, x2) = 3 x1 + 2 x2


3 x1 + 2 x2 (dalam ratusan ribu) 
O (0,0)

3(0) + 2(0) = 0
A (0,10)

3(0) + 2 (10) = 20
E (4,8)

3(4) + 2(8) = 12 + 16 = 28
D (20/3,0)

3(20/3) + 2(0) = 20

D.       Cara Penyelesaian Program Linear Dengan Metode Aljabar


Pemecahan persoalan PL dengan metode aljabar adalah pemecahan persoalan dengan cara substitusi antarpersamaan
linear pada fungsi pembatas dan fungsi tujuan.
Prinsip yang digunakan ialah mencari seluruh kemungkinan pemecahan dasar feasible (layak), kemudian pilih salah
satu yang memberikan nilai objektif optimal, yaitu paling besar (maksimum) atau paling kecil (minimum).
Pemecahan persoalan Program Linear dengan metode aljabar ini dibagi 3 (tiga) kasus, yaitu:

a.    Kasus Maksimisasi.
kasus pemecahan persoalan PL yang bertujuan mencari seluruh kemungkinan pemecahan yang memberikan nilai
objektif maksimum.
Langkah-langkah penyelesaian
1) Merubah ketidaksamaan fungsi pembatas menjadi kesamaan dengan menambah slack variabel
2) Merubah fungsi tujuan dengan menambah slack variabel bernilai nol
3) Substitusikan fungsi pembatas dan fungsi tujuan

Contoh-1 : Perusahaan konveksi “Maju” akan memproduksi baju dan celana, dengan:

Fungsi Tujuan:
Maksimumkan Z = 8 X1 + 6 X2 (dalam Rp 1.000).
Fungsi Pembatas :
• P-Bahan : 4 X1 + 2 X1 ≤ 60
• Penjahitan : 2 X1 + 4 X2 ≤ 48 X1, X2 ≥ 0

b.    Kasus Minimasi
Kasus pemecahan masalah program linear yang bertujuan seluruh kemungkinan pemecahan yang memberikan nilai
objektif minimum.
Langkah-langkah Penyelesaian
1) Merubah ketidaksamaan fungsi pembatas menjadi kesamaan dengan mengurangi dengan surplus variabel (S).
2) Merubah fungsi tujuan dengan menambah surplus variabel bernilai nol.
3) Substitusikan fungsi pembatas dan fungsi tujuan.

CONTOH:
Seorang petani modern menghadapi suatu persoalan sebagai berikut: Setiap sapi peliharaan agar supaya sehat harus
diberi makanan yang mengandung paling sedikit: 27, 21, dan 30 satuan unsur nutrisi jenis A, B, dan C setiap harinya.
Dua jenis makanan M1 dan M2 diberikan kepada sapi peliharaan tersebut. Satu gram makanan jenis M1 mengandung
unsur nutrisi jenis A, B, dan C masing-masing sebesar 3, 1, dan 1 satuan. Sedangkan satu gram makanan jenis M2
mengandung unsur nutrisi jenis A,B, dan C masing-masing 1,1, dan 2 satuan. Harga satu gram M1 dan M2 masing-
masing sebesar Rp40.000 dan Rp20.000.- Petani tersebut harus memutuskan apakah membeli satu jenis makanan saja
atau kedua-duanya kemudian mencampurnya. Tujuan adalah agar jumlah pengeluaran petani tersebut minimum.

c.    Kasus-kasus khusus
Beberapa kasus khusus selain kasus maksimisasi dan minimisasi adalah kasus solusi optimum ganda dan tidak memiliki
solusi yang layak.
LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN
1) Merubah ketidaksamaan fungsi pembatas menjadi kesamaan dengan menambah slack variabel
2) Merubah fungsi tujuan dengan menambah slack variabel bernilai nol
3) Substitusikan fungsi pembatas dan fungsi tujuan

Contoh :

1) Solusi Optimum Ganda


a) Fungsi Tujuan :
Maksimumkan Z = 4X1 + 4X2
b) Fungsi Pembatas :
X1 + 2X2 ≤ 10
X1 + 6X2 ≤ 36
X1 ≤4
X1, X2 ≥ 0

2) Tidak Memiliki Solusi Layak


a) Fungsi Tujuan :
Maksimumkan Z = 5X1 + 3X2
b) Fungsi Pembatas :
4X1 + 2X2 ≤ 8
X1 ≥ 3
X2 ≥ 7
X1, X2 ≥ 0

E.       Cara Penyelesaian Program Linear Dengan Metode Simplex


Metode Simpleks: metode pemecahan persoalan program linear yang begitu kompleks dan luas, dan besar dengan
metode aljabar (sederhana) dan grafik sulit dan tidak dapat diandalkan
Ciri khas metode simpleks ialah dengan memasukkan kegiatan disposal (disposal activities). Peranan kegiatan disposal
ini adalah untuk menampung sumber daya yang tersisa atau tidak digunakan. Dengan adanya kegiatan disposal ini kita
dapat membuat ketidaksamaan suatu rumusan matetematika menjadi suatu persamaan.
Metode simpleks hanya diperkenankan nilai positif dari peubah-peubah Xij.
1. Rumuskan persoalan PL ke dalam model umum PL (fungsi tujuan dan fungsi pembatas).
2. Merubah model umum PL menjadi model simpleks:
a. Fungsi Pembatas: tambahkan slack variabel dan/atau surplus variabel, dan/atau variabel buatan (artifisial var).
b. Fungsi tujuan :
Rubahlah bentuk fungsi tujuan implisit menjadi persamaan bentuk eksplisit.
Tambahkan/kurangi dengan slack var, surplus var dan/atau variabel buatan yang bernilai nol.
3. Formulasikan ke dalam Tabel Simpleks.
4. Lakukan langkah-langkah penyelesaian.
Langkah Penyelesaian

Langkah 1: Mengubah fungsi tujuan dan batasan-batasan

Langkah 2: Menyusun persamaan-persamaan di dalam tabel

Langkah 3: Memilih kolom kunci


Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk mengubah table simpleks. Pilihlah kolom yang mempunyai
nilai pada garis fungsi tujuan yang bernilai negatif dengan angka terbesar.

Langkah 4: Memilih baris kunci


Baris kunci adalah baris yang merupakan dasar untuk mengubah tabel simpleks, dengan cara mencari indeks tiap-tiap
baris dengan membagi nilai-nilai pada kolom NK dengan nilai yang sebaris pada kolom kunci.
Pilih baris yang mempunyai indeks positif dengan angka terkecil. Dalam hal ini batasan ke-2 yang terpilih sebagai baris
kunci. Beri tanda segi empat pada baris kunci. Nilai yang masuk dalam kolom kunci dan juga masuk dalam baris kunci
disebut angka kunci.
Langkah 5: Mengubah nilai-nilai baris kunci.
Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci

Langkah 6: Mengubah nilai-nilai selain pada baris kunci

Langkah 7: Melanjutkan perbaikan


Ulangilah langkah-langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai langkah ke-6 untuk memperbaiki tabel-tabel yang telah
diubah/diperbaiki nilainya. Perubahan baru berhenti setelah pada baris pertama (fungsi tujuan) tidak ada yang bernilai
negatif.

2.3 Penerapan Konsep Program Linear di Bidang Sosial Ekonomi Pertanian


1.    Fungsi Permintaan
2.    Fungsi Penawaran
3.    Keseimbangan Pasar
4.    Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar
5.    Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar
6.    Fungsi Biaya dan Fungsi Penerimaan
7.    Analisis Pulang Pokok

Perumusan Masalah

a.Pematerian mengenai program linear

b. Pematerian mengenai matriks Pematerian mengenai transformasi geometri

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah menghasilkan nedia pembelajaran berbentuk multimedia interaktif untuk siswa SMA kelas XI
pada pokok bahasan transformasi geometri, program linear, dan program matriks serta mengetahui respon siswa ketika menggunakan media
pembelajaran ini pada pembelajaran di sekolah. Juga sebagai bahan tambahan nilai ujian akhir semester 1 saya sebagai murid kelas XI IPA 5
SMAN 1 MATAULI PANDAN.
Matriks
A. Latar Belakang Masalah
Matematika berasal dari bahasa latin Manthanein atau Mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan
matematika di dalam bahasa belanda dikenal dengan sebutan wiskundeyang memiliki arti “ilmu pasti”. Jadi secara umum dapat
diartikan bahwa matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang berkenaan dengan penalaran.
 Minimnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika tidak
hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi didukung juga oleh ketidak mampuan guru menciptakan situasi yang dapat
membuat siswa tertarik pada pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA), matriks merupakan materi yang harus dipelajari karena materi ini selalu
muncul dalam soal Ujian Nasional (UN), khusus untuk materi matriks ditemukan banyak kendala dalam mempelajarinya.
Impilikasi dirasakan oleh tenaga pengajar (guru) berupa kendala dan hambatan dalam mengajarkan konsep Matriks. apabila guru
menerapkan materi yang telah direncanakan, maka sebagian siswa tidak dapat mengikuti dan memahami dengan baik materi
tersebut, sehingga pada saat diberikan soal-soal untuk diselesaikan, banyak diantara mereka yang kurang mampu atau mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut.
Disini penulis akan memberikan materi yang berkaitan dengan pembahasan Matrik untuk memenuhi tugas Pembelajaran
Matematika SMA.

B. Masalah
1.      Apa pengertian Matriks atau pengertian matrik?
2.      Apa jenis-jenis matrik?
3.      Bagaiman menghitung oprasi hitung penjumlahan dan pengurangan matriks?
4.      Apa itu transpose matrik dan kesamaan matriks?
5.      Bagaiman menyelesaikan soal-soal hitung matrik?

C.  Tujuan masalah
1.      Mengtiatahui pengertian matriks
2.      Mengetahui jenis-jenis matriks
3.      Dapat menghitung oprasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks
4.      Mengetahi matriks tanspose dan kesaman matriks
5.      Dapat menyelesaikan soal-soal menhitung matriks.

Baca Juga

MATERI MATEMATIKA KELAS 12: INTEGRAL


MATERI MATEMATIKA KELAS 12: DIAGONAL BIDANG, DIAGONAL RUANG, DAN BIDANG DIAGONAL
MAKALAH MATEMATIKA KELAS 12: INDUKSI MATEMATIKA

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan kumpulan bilangan yang di atur dalam baris dan kolom berbentuk persegi panjang. Matrik di cirikan
dengan elemen-elemen penyusun yang diapit oleh tanda kurung siku [ ] atau tanda kurung biasa ( ).
Ukuran sebuah matrik dinyatakan dalam satuan ordo, yaitu banyaknya baris dan kolom dalam matriks tersebut. Ordo merupakan
karakteristik suatu matriks yang menjadi patokan dalam oprasi-oprasi antar matriks. Matriks pada umumnya di simbolkan seperti
berikut ini :
Keterangan :
A = nama matrik
m = banyak baris
n = banyak kolom
mxn = ordo matriks
Amxn =artinya elemen matrik baris ke-m kolom ke-n.

Contoh 1
Tentukan baris dan kolom ?
Jawaban :
2 adalah elemen baris ke-1 kolom ke-1
4 adalah elemen baris ke-2 kolom ke-2
7 adalah elemen baris ke-3 kolom ke-2

B.  Jenis – Jenis Matriks

a.    Matriks persegi
Suatu matriks yang memiliki banyaknya baris sama dengan banyaknya kolom disebut matriks persegi. 
 Contoh 2.

b.    Matriks Baris
Matriks yang hanya mempunyai satu baris saja disebut matriks baris. Ordo matriks baris ditulis (1xn) dengan n > 1, dan bilangan
asli.
 Contoh 3
 

c.    Matriks Kolom
Matriks yang hanya mempunyai satu kolom saja disebut matriks kolom. Ordo matriks kolo ditulis (mx1) dengan m ≥ 2, dan
bilangan Asli.
Contoh 4 
 

d. Matriks Diagonal 
Matriks diagonal adalah matriks persegi yang semua elemen atau unsur di luar diagonal utamanya adalah nol. 
Contoh 5

e. Matriks Identitas
Suatu matriks dikatakn identitas, apabila diagonal yang elemen-elemen atau unsure-unsur diagonal utama bernilai 1 (satu).
Contoh 6

f. Matriks Nol
Dikatakan sebagai matriks nol, apabila semua elemen atau unsurnya adalah nol.
Contoh 7

g. Matriks Simetris/Setangkap

Matriks Simetris adalah matriks persegi yang unsur padabaris ke-n dan kolom ke-m sama dengan unsure pada baris ke-m kolom
ke-n. 
 Contoh 8

h. Matriks Segitiga

Matriks segitiga adalah matriks persegi yang mempunyai elemen-elemen di atas diagonal utamanya bernilai nol atai elemen-
elemen di bawah diagonal utamanya bernilai nol.
Contoh 9 

C.  Transpose Matriks
Transpose dari suatu matriks Amxn dapat dibentuk dengan cara menukarkan baris matriks A menjadi kolom matriks baru dan
kolom matriks A menjadi matriks baru. Mtriks baru dinyatakan dengan lambang 
Contoh 10
 
D.  Kesamaan Dua Matriks
Dua buah matriks A dan B dikatakan sama (ditulis A=B), jika dan hanya jika kedua matriks itu mempunyai ordo yang sama dan
elemen-elemen yang seletaknya sama. Karena menggunakan “jika dan hanya jika” maka pengertian ini berlaku menurut dua arah,
yaitu:
a.  Jika A=B maka haruslah ordo kedua matriks itu sama, dan elemen-elemen yang seletak sama.
b. Jika dua buah matriks mempunyai ordo yang sma, elemen-elemen yang seletak juga sama maka A=B.
Contoh 11a
Contoh 11b

E.  Operasi Aljabar pada Matriks


a. Penjumlahan Matriks 
Jika A dan B dua buah matriks berordo sama maka jumlah matriks A dan B ditulis A+B adalah sebuah matriks baru C yang
diperoleh dengan menjumlahkan elemen-elemen matriks A dengan elemen-elemen B yang seletak.
Contoh 12

Pada penjumlahan belaku sifat- sifat :


1.      Komutatif, A+B = B+A
2.      Asosiatif, ( A+B)+C = A+(B+C)
3.      Sifat lawan, A+(-A) = 0
4.      Identitas penjumlahan, A+0 = A

b. Pengurangan Matriks 
Pengurangan matriks A dengan matriks B adalah suatu matriks yang elemen-elemenya diperoleh dengan cara mengurangkan
elemen matriks A dengan elemen matriks B yang besesuaian (seetak), atau dapat pula diartikan sebagai menjumlahkan matriks A
dengan lawan negative dari B, dituliskan: A-B = A+(-B). 
Seperti halnya pada penjumlahan dua buah matriks, pengurangan dua buah matriks pun terdefinisi apabila ordo kedua matriks
tersebut sama.
c. Soal-Soal dan penyelesaian Matriks. 

Perumusan Masalah

a.Pematerian mengenai program linear

b. Pematerian mengenai matriks Pematerian mengenai transformasi geometri

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah menghasilkan nedia pembelajaran berbentuk multimedia interaktif untuk siswa
SMA kelas XI pada pokok bahasan transformasi geometri, program linear, dan program matriks serta mengetahui respon siswa
ketika menggunakan media pembelajaran ini pada pembelajaran di sekolah. Juga sebagai bahan tambahan nilai ujian akhir
semester 1 saya sebagai murid kelas XI IPA 5 SMAN 1 MATAULI PANDAN.

 
 

Transformasi
  
A.      Pengertian dan Jenis-Jenis Transformasi
1.      Pengertian Transformasi Geometri
Transformasi Geometri atau lebih sering disebut transformasi adalah mengubah setiap koordinat titik (titik-
titik dari suatu bangun) menjadi koordinat lainnya pada bidang dengan satu aturan tertentu. Misalnya,
transformasi T  terhadap titik P(x, y) menghasilkan bayangan P’(x’ , y’),

2.      Jenis-Jenis Transformasi
Transformasi pada bidang terdiri atas 4 jenis,
yaitu : translasi(pergeseran), refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan dilatasi(perbesaran/perkalian).

a.      Translasi (Pergeseran)
Translasi adalah transformasi yang memindahkan setiap titik pada bidang menurut jarak dan arah
tertentu. Jarak dari arah suatu translasi dapat dilambangkan dengan garis berarah, misalnya AB atau vektor .
Perhatikan Gambar dibawah ini:

                                                                           Gambar : T menggeser titik A ke titik A’

 Contoh :
1.      Tentukan bayangan P (2,3) oleh translasi T = ! Lengkapilah dengan gambar!
Jawab:    
x’ = x + a = 2 + 4 = 6
y’ = y + b = 3 + 3 = 6
Jadi, bayangan P (2,3) oleh translasi T = adalah P’ (6,6).
Gambar:

2.      Translasi T memetakan A (2, 3) menjadi A’ (5, -1).


a.       Tentukan translasi T!
b.      Tentukan bayangan dari titik B (4, 5) oleh translasi T tersebut!
Jawab :
a.       
x’ = x + a  5 = 2 + a sehingga a = 3
y’ = y + b  -1 = 3 + b sehingga b = - 4
Jadi, translasi T adalah T =
b.      
x’ = 4 + 3 = 7
y’ = 5 + (-4) = 1
Jadi, bayangan dari B(4, 5) adalah B’ (7, 1)

b.      Refleksi (Pencerminan)
Refleksi atau sering disebut dengan istilah pencerminan adalah suatu transformasi dengan memindahkan
setiap titik pada bidang dengan menggunakan sifat-sifat pencerminan pada cermin datar (bayangan cermin
dari titik-titik) yang akan dipindahkan. Pencerminan dilambangkan Mi  dengan imenyatakan jenis
pencerminan.

1)      Pencerminan terhadap Sumbu X, Sumbu Y, Garis y = x, dan Garis y = -x


Perhatikan Gambar dibawah ini:

·    Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu X maka bayangannya adalah P’(a, -b), dapat ditulis


·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu Y maka bayangannya adalah P’(-a, b), dapat ditulis

·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap titik asal O (0, 0) maka bayangannya adalah P’(-a, -b), dapat ditulis
·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = x maka bayangannya adalahP’ (b, a), dapat ditulis
·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = -x maka bayangannya adalahP’ (-b, -a), dapat ditulis

2)      Pencerminan terhadap Garis x = h dan garis y = k


Perhatikan Gambar dibawah ini:

·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis x = h maka bayangannya adalahP’ (2h – a, b), dapat ditulis 


·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = k maka bayangannya adalahP’ (a, 2k - b), dapat ditulis 
Contoh :
1.      Tentukan bayangannya jika:
a.      A(3, 5) dicerminkan terhadap sumbu X
b.      B(4, -2) dicerminkan terhadap sumbu Y
c.       C(2, -5) dicerminkan terhadap titik asal O(0, 0)
d.      D(-7, 2) dicerminkan terhadap garis y = x
e.       E(-5, -4) dicerminkan terhadap garis y = -x
f.       F(2, -3) dicerminkan terhadap garis x = 3
g.      G(-1, 7) dicerminkan terhadap garis y = 4
Jawab:
a.      
b.      
c.       
d.      
e.       
f.       
g.      

2.      Jika titik A(2, 1) dicerminkan terhadap garis x = a menghasilkan bayanganA’ (4, 1) maka tentukan


nilai a!
Jawab :
x’ = 2a – x sehingga 4 = 2a – 2
                                 6 = 2a
                                  3 = a
c.         Rotasi (Perputaran)
Rotasi adalah transformasi yang memetakan setiap titik pada bidang ke titik lainnya dengan cara memutar
pada pusat titik tertentu.
Rotasi atau perputaran pada bidang datar ditentukan oleh hal-hal berikut.
a.       Pusat perputaran
b.      Arah perputaran
c.       Besar sudut perputaran
Pusat perputaran suatu rotasi terdiri atas dua, yaitu di  titik O(0, 0) dan di titik  A(x, y). Sementara itu, arah
perputaran suatu rotasi dapat berlawanan arah jarum jam (disebut rotasi positif) dan dapat
pula searah jarum jam (disebut rotasi negatif). Bayangan dari rotasi suatu titik dapat kita tentukan sebagai
berikut.

ü  Rotasi terhadap Titik Pusat O(0, 0)


·         Jika P(a, b) diputar sebesar  berlawanan arah jarum jam (rotasi positif), dengan pusat rotasi di O(0, 0),
maka bayangan yang terjadi sebagai berikut.
a’ = a cos  – b sin 
b’ = a sin  + b cos 

  = P’ (a cos  – b sin , a sin  + b cos )

·         Jika P(a, b) diputar sebesar  searah jarum jam (rotasi negatif), dengan pusat rotasi di O(0, 0), maka
bayangan yang terjadi sebagai berikut.
a’ = a cos  + b sin 
b’ = -a sin  + b cos 

= P’ (a cos  + b sin , - a sin  + b cos )

ü  Rotasi terhadap Titik A (x, y)


Jika P(a, b) diputar sebesar  dengan pusat rotasi di A (x, y), maka bayangan yang terjadi sebagai berikut.

= P’ [(a – x) cos  - (b – y)  sin , (a – x) sin  + (b – y) cos )]

  

                                                                                                                                                                                                     
                                                                                                                                                                                                     
                                                                            Gambar : Rotasi positif sebuah segitiga terhadap titik pusat O(0, 0)
sebesar 90o.

  
                                                   
Catatan : Rotasi yang berlawanan arah dengan jarum jam sudut rotasinya diberi tanda positif (+). Rotasi
yang searah jarum jam sudut rotasi diberi tanda negatif (-).

Contoh :
1.      Tentukan bayangan dari A(5, 4) jika dirotasi 90o  berlawanan arah dengan jarum jam dengan pusat
rotasi O(0, 0)!

Jawab :
A(5, 4) = A(a, b)
Pusat rotasi O(0, 0)
a’ = a cos 90o – b sin 90o maka a’ = 5 cos 90o – 4 sin 90o = -4
b’ = a sin 90o+ b cos 90o maka b’ = 5 sin 90o+ 4 cos 90o = 5
Jadi, bayangan dari A(5, 4) adalah A’(-4, 5)
d.      Dilatasi (Perkalian)

Dilatasi adalah transformasi yang mengubah ukuran atau skala suatu bangun geometri
(pembesaran/pengecilan), tetapi tidak mengubah bentuk bangun tersebut. Dilatasi pada bidang datar
ditentukan oleh hal-hal berikut.

a.       Pusat dilatasi
b.      Faktor dilatasi
Pusat dilatasi terdiri atas dua, yaitu di titik O(0, 0) dan di titik A (x, y). Sementara itu, faktor dilatasi dapat
bersifat positif (pembesarannya searah) dan dapat pula bersifat negatif (pembesarannya berlawanan arah).
Faktor dilatasi disebut juga dengan faktor skala.
Pada dilatasi suatu bangun faktor K akan menentukan ukuran dan letak bangun bayangan.
(I) Jika K > 1, maka bangun bayangan diperbesar dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula.
(II) Jika 0 < K < 1, maka bangun bayangan diperkecil dan terletak sepihak terhadap pusat dilatasi dan bangun
semula.
(III) Jika -1 < K < 0, maka bangun bayangan diperkecil dan terletak berlainan pihak terhadap pusat dilatasi
dan bangun semula.
(IV) Jika K < -1, maka bangun bayangan diperbesar dan terletak berlainan terhadap pusat dilatasi dan
bangun semula.
Bayangan dari dilatasi suatu titik dapat kita tentukan sebagai berikut.
ü  Dilatasi dengan Pusat di O(0, 0)
Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai berikut.
P’ (ka, kb)
  

ü  Dilatasi dengan Pusat di Titik A(x, y)


= P’ [x + k (a – x), y + k (b – y)]

Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai berikut. 

Gambar : Dilatasi  dengan pusat dilatasi O dan faktor skala 2 (pembesaran 2 kali)

                                                                                                                                                                                                     
                                                                                           
Contoh :
1.      Tentukan bayangan A(2, 3) hasil dilatasi dengan faktor skala 4 dan pusat dilatasi O(0, 0)! Lengkapi
dengan gambar!
Jawab :
a’ = k  a = 4. 2 = 8
b’ = k  b = 4. 3 = 12
Jadi, A’ (8, 12)
2.        Tentukan bayangan B(-1, 4) hasil dilatasi dengan faktor skala 3 dan pusat dilatasi P(2, 5)! Lengkapi
dengan gambar!
Jawab :
 a’ = k  (a – x) + x= 3 (-1 – 2) + 2= -7
b’ = k (b – y) + y = 3 ( 4 – 5) + 5 = 2
Jadi, B’ ( -7, 2)

B.     Matriks yang Bersesuaian dengan Transformasi


Misalkan suatu transformasi T memetakan titik P ( a, b) menjadi P’ (a’, b’). Hubungan antara titik dan
bayangannya dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan
 a’ = pa + qb       
                 dan dalam bentuk lain menjadi  =  
b’ = ra + sb

Bentuk dari disebut dengan istilah matriks transformasi .


Beberapa matriks transformasi yang bersesuaian dengan operasi transformasi yang telah kamu pelajari
sebagai berikut :
No.

Transformasi

Pemetaan

Matriks yang Bersesuaian


1.

Pencerminan terhadap sumbuX

(a, b)  (a, -b)

2.

Pencerminan terhadap sumbuY

(a, b)  (-a, b)

3.

Pencerminan terhadap O (0, 0)

(a, b)  (-a, -b)

4.

Pencerminan terhadap garis y= x

(a, b)  (b, a)

5.

Pencerminan terhadap garis y= - x

(a, b)  (-b, -a)

6.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  (a’, b’ )


a’ = a cos  - b sin
b’ = a sin  + bcos 

7.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  (-b, a)

8.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 


(a, b)  (-a, -b)

9.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  (-b, -a)

10.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  ( ka, kb)

Matriks rotasi dan dilatasi pada tabel diatas merupakan rotasi dan dilatasi yang berpusat di titik O(0, 0).
Untuk rotasi dan dilatasi yang berpusat di titikA( x , y) perhatikan dengan baik uraian berikut :
1.      Rotasi Sebesar  dengan Pusat di Suatu Titik A( x , y)
       dengan  =  +
2.      Dilatasi dengan Faktor Skala k dengan Pusat di Suatu Titik A( x , y)

dengan  =    +

3.      Transformasi dengan Matriks


Jika P(a, b) ditransformasi dengan matriks  dengan p, q, r, dan smerupakan bilangan real, maka bayangannya
adalah  =   .

Contoh :
1.      Tentukan  bayangan dari titik P(2, 3) jika ditransformasikan oleh matriks !
Jawab :
P’ =    =  =
Jadi P’ ( 13, 10)

2.      Tentukan bayangan dari segitiga A(1, 2), B(3, 7), dan C(1, 8) jika dicerminkan terhadap sumbu X!
Jawab :
                              A’ B’ C’
    = 
    =
Jadi, A’ (1, -2 ), B’ ( 3, -7), C’ (1, -8)

C.    Komposisi Transformasi
Komposisi transformasi adalah dua transformasi yang digunakan secara berurutan. Sebagai contoh,
translasi T1 yang dilanjutkan dengan translasi T2 terhadap titik  P (a, b) dapat kita tulis
.
Persamaan diatas dapat kita baca “T2  komposisi T1 terhadap P (a, b) menghasilkan  P” (a”, b”)”.

1.      Komposisi Dua Translasi


Jika T1 =  dan T2 =  , maka T1 º T2 = +  =   dan T2 º T1 =    +  = . Ternyata T1º T2 =  T2 º T1 , maka komposisi
dua translasi yang berurutan bersifat komutatif.

Contoh :
Diketahui : T1  = , T2 =  , dan P(2, 5).
Tentukan : a. T1 º T2  P    b. T2 º T1  P
a.       T1 º T2  P(2, 5) =  T1   º  = T1   º 
=   +  =   P’’(4, 9)
b.      T2 º T P(2, 5) = T2  º = T2   º 
= + = P’’(4, 9)

2.      Komposisi Dua Refleksi


a.      Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis yang Sejajar Sumbu Y
Jika : M1 = refleksi terhadap garis x = h
         M2 = refleksi terhadap garis x = k
Maka :  
1)     
                       
                                                                              
Jadi,  .
2)      
                                                                                                
Jadi, .
Contoh :
Diketahui :  M1 = Mx = 3
                                       dan P(2, 4)
       M2 = Mx = 3
Tentukan :
a)      M1 º M2  P(2, 4)
b)      M2 º M1 P(2, 4)

Jawab :
a)      M1 º M2  P(2, 4) =  = P’(8, 4)
         =  = P”(-2, 4)
Jadi,  M1 º M2  P(2, 4)  P”(-2, 4).

b)      M2 º M1 P(2, 4) = = P’(4, 4)
                                = = P”(6, 4)
Jadi, M2 º M1 P(2, 4)  P”(6, 4).
Kesimpulan: M1 º M2  P  M2 º M1 P.

b.      Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis yang Sejajar Sumbu X


Jika : M1 = refleksi terhadap garis y = h
   M2 = refleksi terhadap garis y = k
Maka :
1)      
      
    
Jadi, .
2)      
                                                                       
                                                                        
Jadi, .

c.       Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis yang Saling Tegak Lurus


1)     Komposisi Refleksi terhadap Garis x = h dan y = k
a)      Refleksi terhadap Garis x = h Dilanjutkan terhadap Garis y = k
Jadi, .

b)        Refleksi terhadap Garis y = k Dilanjutkan terhadap Garis x = h


Jadi, . 
Kesimpulannya:
Mx=h  º My=k  = My=k  º Mx=h  

2)      Komposisi Refleksi terhadap Sumbu Y dan X


a)      Refleksi terhadap Sumbu Y Dilanjutkan terhadap Sumbu X
Jadi, .
b)      Refleksi terhadap Sumbu X Dilanjutkan terhadap Sumbu Y
Jadi, .
Kesimpulannya : My º Mx  = Mx º My

3)       Komposisi Refleksi terhadap Garis y = x dan y = -x


a)      Refleksi terhadap Garis y = x Dilanjutkan terhadap Garis y = -x
Jadi, .
b)      Refleksi terhadap Garis y =- x Dilanjutkan terhadap Garis y = x
Jadi, .
Kesimpulannya : My=x º My=-x  = My=-x º My=x

d.      Komposisi Refleksi terhadap Dua Garis Yang Saling Berpotongan


Perhatikan Gambar dibawah ini: Komposisi Refleksi

Garis g1 dan g2 berpotongan di titik O, maka


g1 O g2 = 
POg1 = g1OP’ = 1
P’Og2 = g2OP” = 2
1 + 2= 
POP” = 1 + 1 2 + 2
                              = 2 ( 1 + 2) = 2 

Berdasarkan rumusan di atas, bayangan titik P(a, b) yang dihasilkan dari komposisi refleksi terhadap dua
garis yang saling berpotongan di titik O (0, 0) dapat kita tulis sebagai berikut :

3.      Komposisi Dua Rotasi yang Berurutan dengan Pusat yang Sama


Perhatikan Gambar dibawah ini: Komposisi Rotasi

Titik P(a, b) diputar sebesar 1 dengan pusat O(0, 0) dilanjutkan diputar sebesar 2 dengan pusat yang sama.
Berdasarkan gambar tersebut, suatu titik yang dirotasi sebesar 1 dilanjutkan dengan rotasi
sebesar 2 bersesuaian dengan rotasi tunggal sebesar ( 1 + 2) dengan pusat rotasi yang sama.
Bayangan titik P(a, b) yang dihasilkan dari komposisi dua rotasi yang berurutan dengan pusat rotasi di
titik O(0, 0) dapat kita tulis sebagai berikut:
P” =  =

4.      Komposisi Dua Dilatasi yang Berurutan dengan Pusat yang Sama


Jika P(a, b) mengalami dilatasi dengan faktor skala k1 dilanjutkan dilatasi dengan faktor skala  dengan pusat
yang sama, yaitu di O(0, 0), maka bayangannya dapatkita tulis sebagai berikut:
P” =  =   =
Jadi, bayangannya P” (k1k2a, k1k2b).

Contoh :
1.      Titik P(3, 4) dirotasi sebesar 45o dengan pusat putaran di O(0, 0), kemudian dilanjutkan dengan rotasi
sebesar 15o dengan pusat yang sama. Tentukan bayangan dari titik P tersebut. 
Jawab :
P” =  = =
     = =
Jadi , bayangannya P” = .
2.      Tentukan bayangan dari titik P(2, -4) jika mengalami dilatasi dengan faktor skala 3 dan pusat dilatasi di
titik O(0, 0), kemudian dilanjutkan dilatasi dengan faktor skala -4 dan pusat dilatasi yang sama!
Jawab:
 =   =
 =   =
Jadi, bayangannnya adalah P”(-24, 48).
5.      Komposisi Transformasi yang Dinyatakan dengan Matriks
Misalkan M1 =  , M2 =  dan P(a, b).
Maka  = M1 º M2
      = M2 º M1
Catatan : Karena perkalian dua matriks tidak komutatif, maka M1 º M2  M2 ºM1
Contoh :
1.      Diketahui : M1  = , M2 = .
Tentukan : a. M1 º M2  P(3, 5)    b. M2 º M1  P(3, 5)
Jawab :
a.       M1 º M2  P(3, 5)
=   = = =

Jadi, P” (55, 111).

b.      M2 º M1  P(3, 5)
= = = =
Jadi, P” (-3, 139).
Terbukti bahwa M1 º M2 P  M2 º M1P.

D.    Luas Bangun Hasil Transformasi


Jika suatu matriks transformasi  menentukan bangun B menjadi bangunB’, maka luas B’ sama dengan nilai
mutlak determinan matriks tersebut dikalikan luas bangun mula-mula.
Luas bangun B’ = X luas bangun B.

  

Contoh :
Tentukan peta (bayangan) dari  ABC jika A(2, 1), B(10, 1), dan C(5,7) ditransormasikan oleh matriks .
Tentukan pula bayangan segitiga yang terbentuk!
Jawab:
 = =
Jadi, A(7, 7), B(23, 15), dan C(31,40).
Luas  ABC =  = 24
Luas  ABC =  X Luas  ABC
        =     satuan luas
Jadi, luas bayangan segitiga yang terbentuk adalah satuan luas.

BAB II
       APLIKASI TRANSFORMASI GEOMETRI

1.      Penggunaan Transformasi Geometri Dalam Mengedit Foto


Mungkin kita tidak sadar bahwa selama ini kita sudah sering menggunakan rumus transformasi geometri
sehari-hari. Contohnya ketika kita mengedit sebuah foto dengan software seperti Adobe Photoshop
sebetulnya kita sedang melakukan transformasi geometri. Kita tidak sadar karena yang melakukan
perhitungan (perkalian matriks) adalah komputer.
Sebuah gambar sebetulnya adalah sebuah matriks yang sangat besar. Gambar di bawah ini adalah matriks
berukuran 320 (baris) x 240 (kolom). Dan setiap element berisi angka dari 0 sampai 16,777,215 yang
menunjukkan warna suatu titik. Ada 76,800 elemen dari matriks 320 x 240 tersebut yang berarti ada 76,800
titik yang berwarna.
Dalam prakteknya, gambar yang berupa matriks 320 x 240 ini ketika dibuka di editor photo seperti
Photoshop, untuk setiap elemennya masih "ditambahkan" informasi berupa matriks [x,y] yang menunjukkan
titik kordinat di mana tirik itu ditampilkan di dalam canvas.
Ketika kita melakukan zoom in/ zoom out sebetulnya kita melakukan transformasi geometri titik-titik [x,y]
dengan transformasi yang disebut dilatasi dengan faktor skala pembesaran dalam persen. Misalnya kita bisa
zoom out 200% artinya skalanya adalah 2.
Kegiatan editing flip horizontally atau vertically sebetulnya adalah transformasi geometri refleksi terhadap
sumbu-y dan sumbu-x. Sedangkan kegiatan rotasi juga mewakili transformasi geometri rotasi.
Proses transformasi geometri dilatasi, translasi, refleksi dan rotasi di atas dilakukan terhadap kordinat (x,y)
setiap elemen tanpa mengubah nilai elemen warna tersebut sehingga kita masih mendapatkan gambar yang
sama, hanya berubah posisi atau ukurannya saja.
Kita bisa juga melakukan transformasi terhadap gambarnya dengan mengalikan matriks gambar tersebut
dengan suatu filter. Ada beberapa filter yang tersedia seperti blur, sharpen edges, dll. Dengan menambil
filter-filter tersebut sebetulnya kita mengalikan matriks gambar kita dengan suatu matriks filter.

2.              Penggunaan Geometri Transformasi dalam Karya Seni Batik di Indonesia


A.    Bentuk Geometri pada Batik
Batik merupakan karya seni warisan budaya bangsa milik Indonesia. Keindahan batik telah diakui dunia
melalui penetapan UNESCO sejak 2 Oktober 2009 bahwa batik merupakan salah satu warisan kemanusiaan
untuk karya lisan dan non bendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Karya
seni batik tidak hanya didominasi dari budaya Jawa, karena sesungguhnya daerah-daerah lain di Indonesia
juga memiliki karya seni lukis kain (jika boleh disebut demikian) atau batik. Lukisan bernilai seni tinggi dapat
kita jumpai pada ornamen kain ulos (batak), sasirangan (Kalimantan Selatan), maupun dari belahan
Indonesia lainnya yaitu batik Papua, batik Sulawesi dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa betapa
kayanya budaya kita.
Keindahan batik dapat dinikmati dari bentuk-bentuk artistik yang dituangkan pada lembaran kain tersebut.
Bila diamati secara seksama, dalam bentuk-bentuk batik sesungguhnya terdapat sifat-sifat keteraturan yang
berirama atau berpola. Beberapa bentuk keteraturan pada batik merupakan bentukan transformasi
geometris.
Bentuk geometri yang dapat dijumpai pada batik berupa titik, garis dan bidang datar. Bidang datar tersebut
misalnya lingkaran, elips, segiempat dan sebagainya. Bentukan artistik pada batik dihasilkan melalui
transformasi titik, garis atau bidang datar tersebut melalui translasi (pergeseran), rotasi (perputaran),
refleksi (pencerminan) atau dilatasi (perkalian).
B.      Aplikasi Refleksi (Pencerminan) pada Motif Batik
Berikut ini adalah salah satu motif batik Kawung.
Bentuk dasarnya adalah elips dan titik (Gb 1).
Bentukan pada motif batik kawung dapat dipandang sebagai hasil refleksi (pencerminan) bentuk dasar. Hasil
pencerminan gambar 1 pada garis x, y, dan z menghasilkan orientasi bentuk sebagai berikut (Gb. 2, Gb. 3,
dan Gb.4).
Gabungan gambar 1, 2, 3, dan 4 menghasilkan satu bentukan pada batik kawung berikut (Gb. 5)
Berikut ini adalah salah satu motif batik Madura.
Perhatikan bentuk kupu-kupu pada motif batik Madura tersebut. Bentuk kupu-kupu tersebut simetris,
sehingga dapat dipandang sebagai hasil pencerminan beberapa bangun datar terhadap sumbu simetrinya.
Bentuk dasarnya adalah garis lengkung dan beberapa bentuk bangun datar (Gb. 1). Kemudian dicerminkan
terhadap sumbu simetrinya yaitu garis q (Gb. 2), sehingga diperoleh bentuk utuh seekor kupu-kupu (Gb. 3).

C.    Aplikasi Rotasi (Perputaran) pada Motif Batik


Berikut ini adalah salah satu motif batik Papua.
Bentuk dasar pada motif batik Papua tersebut adalah garis lengkung (Gb. 1)
Selanjutnya, bentuk dasar tersebut diputar 180 derajat (Gb. 2)
Bentuk lainnya diperoleh dengan cara refleksi terhadap garis vertikal (Gb.3) dan kemudian diputar 180
derajat (Gb. 4)
Gabungan dari gambar 1, 2, 3, dan 4 menghasilkan bentuk motif batik Papua berikut (Gb. 5)
D.      Aplikasi Translasi (Pergeseran) pada Motif Batik
Berikut ini adalah salah satu motif sasirangan (Kalimantan) yang disebut dengan ombak sinampar karang.
Bentuk dasar dari motif sasirangan ini berupa garis lengkung (Gb. 1).
Selanjutnya penggabungan dari pencerminan bentuk dasar (Gb.1) terhadap garis horisontal menghasilkan
bentuk mirip kelopak bunga (Gb. 2).
Misalkan motif mirip kelopak bunga tersebut diletakkan pada sumbu cartesius, maka bentuk kelopak bunga
selanjutnya diperoleh melalui translasi atau pergeseran vektor   berikut ini (Gb. 3).
Dan seterusnya translasi dilakukan dengan menggunakan rumus vektor dengan n adalah bilangan asli
sehingga diperoleh rangkaian kelopak bunga yang membentuk motif ombak sinampar karang berikut ini (Gb.
4).

E.     Aplikasi Dilatasi (Perkalian) pada Motif Batik


Berikut ini adalah salah satu motif sasirangan kangkung kaumbakan.
Perhatikan motif mirip bunga teratai pada sasirangan tersebut. Bentuk dasar dari bunga teratai tersebut
adalah bangun datar (Gb. 1) yang dapat dipandang sebagai kelopak bunga teratai, kemudian melalui
beberapa rotasi dan refleksi diperoleh susunan kelopak bunga membentuk teratai (Gb. 2).

Bunga teratai yang terlukis pada motif kangkung kaumbakan di atas memiliki ukuran yang berbeda-beda,
dimana besar atau kecilnya ukuran bunga dapat dipandang sebagai hasil dilatasi atau perkalian dengan
suatu konstanta k terhadap bentuk gambar 2 dimana k adalah bilangan riil posituf. Selanjutnya, bentuk
gambar 2 disebut sebagai B.
Misalkan k1=2, maka bentuk k1B adalah perbesaran dua kali B, sebut saja hasil k1B=B1 (Gb. 3). Kemudian
untuk memperoleh bentuk bunga teratai selanjutnya dengan mengambil k2=1/3, sebut saja hasil
k2B=B2 (Gb.4).
Untuk mendapatkan letaknya yang artistik pada tangkai, selanjutnya B2 direfleksikan pada garis vertikal
sehingga diperoleh susunan membentuk motif kangkung kaumbakan (Gb.5).

Demikian beberapa contoh aplikasi geometri transformasi dalam karya seni batik di Indonesia. Pola bentuk
pada motif batik dapat menjadi alternatif sumber belajar matematika bagi siswa kita.
Contoh lainnya yang dapat kita ambil ialah bermain catur, permainan komedi putar, permainan baling-
baling, menggunakan teleskop, kipas angin, perpindahan jarak (berjalan, berlari), membuka sekrup,
bercermin, pertumbuhan dan lain-lain ini adalah aplikasi dari transformasi geometri dalam kehidupan
sehari-hari.

BAB III
KESIMPULAN

1.      Transformasi Geometri atau lebih sering disebut transformasi adalah mengubah setiap koordinat titik
(titik-titik dari suatu bangun) menjadi koordinat lainnya pada bidang dengan satu aturan tertentu. 
2.      Transformasi pada bidang terdiri atas 4 jenis,
yaitu : translasi(pergeseran), refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan dilatasi(perbesaran/perkalian).
a.      Translasi (Pergeseran)
Translasi adalah transformasi yang memindahkan setiap titik pada bidang menurut jarak dan arah
tertentu. Jarak dari arah suatu translasi dapat dilambangkan dengan garis berarah, misalnya atau vektor . 
b.      Refleksi (pencerminan)
Refleksi atau sering disebut dengan istilah pencerminan adalah suatu transformasi dengan memindahkan
setiap titik pada bidang dengan menggunakan sifat-sifat pencerminan pada cermin datar (bayangan cermin
dari titik-titik) yang akan dipindahkan.
ü  Pencerminan terhadap Sumbu X, Sumbu Y, Garis y = x, dan Garis y = -x
·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu X maka bayangannya adalah P’(a, -b), dapat ditulis
·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap sumbu Y maka bayangannya adalah P’(-a, b), dapat ditulis

·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap titik asal O (0, 0) maka bayangannya adalah P’(-a, -b), dapat ditulis
·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = x maka bayangannya adalahP’ (b, a), dapat ditulis
·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = -x maka bayangannya adalahP’ (-b, -a), dapat ditulis

ü  Pencerminan terhadap Garis x = h dan garis y = k


·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis x = h maka bayangannya adalahP’ (2h – a, b), dapat ditulis 
·         Jika P(a, b) dicerminkan terhadap garis y = k maka bayangannya adalahP’ (a, 2k - b), dapat ditulis 
c.       Rotasi (Perputaran)
Rotasi adalah transformasi yang memetakan setiap titik pada bidang ke titik lainnya dengan cara memutar
pada pusat titik tertentu. Pusat perputaran suatu rotasi terdiri atas dua, yaitu di  titik O(0, 0) dan di titik A(x,
y). Sementara itu, arah perputaran suatu rotasi dapat berlawanan arahjarum jam (disebut rotasi positif) dan
dapat pula searah jarum jam (disebut rotasi negatif). Bayangan dari rotasi suatu titik dapat kita tentukan
sebagai berikut.
ü  Rotasi terhadap Titik Pusat O(0, 0)
·         Jika P(a, b) diputar sebesar  berlawanan arah jarum jam (rotasi positif), dengan pusat rotasi di O(0, 0),
maka bayangan yang terjadi sebagai berikut.
a’ = a cos  – b sin 
b’ = a sin  + b cos 

  = P’ (a cos  – b sin , a sin  + b cos )

·         Jika P(a, b) diputar sebesar  searah jarum jam (rotasi negatif), dengan pusat rotasi di O(0, 0), maka
bayangan yang terjadi sebagai berikut.
a’ = a cos  + b sin 
b’ = -a sin  + b cos 

= P’ (a cos  + b sin , - a sin  + b cos )
ü  Rotasi terhadap Titik A (x, y)
·         Jika P(a, b) diputar sebesar  dengan pusat rotasi di A (x, y), maka bayangan yang terjadi sebagai
berikut.
= P’ [(a – x) cos  - (b – y)  sin , (a – x) sin  + (b – y) cos )]
ü  Catatan : Rotasi yang berlawanan arah dengan jarum jam sudut rotasinya diberi tanda positif (+). Rotasi
yang searah jarum jam sudut rotasi diberi tanda negatif (-).

d.      Dilatasi (Perkalian)
Dilatasi adalah transformasi yang mengubah ukuran atau skala suatu bangun geometri
(pembesaran/pengecilan), tetapi tidak mengubah bentuk bangun tersebut. Pusat dilatasi terdiri atas dua,
yaitu di titik O(0, 0) dan di titik A (x, y). Sementara itu, faktor dilatasi dapat bersifat positif (pembesarannya
searah) dan dapat pula bersifat negatif (pembesarannya berlawanan arah). Faktor dilatasi disebut juga
dengan faktor skala.
ü  Dilatasi dengan Pusat di O(0, 0)
·         Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai
berikut.
P’ (ka, kb)
ü  Dilatasi dengan Pusat di Titik A(x, y)
·         Jika P(a, b) didilatasikan dengan faktor skala k dan pusat dilatasi di O, maka bayangannya sebagai
berikut.
          = P’ [x + k (a – x), y + k (b – y)]
3.      Beberapa matriks transformasi yang bersesuaian dengan operasi transformasi yang telah kamu pelajari
sebagai berikut :
No.

Transformasi

Pemetaan

Matriks yang Bersesuaian


1.

Pencerminan terhadap sumbuX

(a, b)  (a, -b)

2.

Pencerminan terhadap sumbuY

(a, b)  (-a, b)

3.

Pencerminan terhadap O (0, 0)
(a, b)  (-a, -b)

4.

Pencerminan terhadap garis y= x

(a, b)  (b, a)

5.

Pencerminan terhadap garis y= - x

(a, b)  (-b, -a)

6.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  (a’, b’ )


a’ = a cos  - b sin
b’ = a sin  + bcos 

7.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  (-b, a)

8.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  (-a, -b)

9.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  (-b, -a)

10.

Rotasi terhadap titik O (0, 0) sebesar 

(a, b)  ( ka, kb)

4.      Aplikasi transformasi dalam kehidupan sehari-hari  ialah mengedit foto menggunakan photo shop,
membatik, bermain catur, permainan komedi putar, permainan baling-baling, menggunakan teleskop, kipas
angin, perpindahan jarak (berjalan, berlari), membuka sekrup, bercermin, pertumbuhan dan lain-lain ini
adalah aplikasi dari transformasi geometri dalam kehidupan sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai