Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM KONTRAK

PERJANJIAN TIDAK BERNAMA

DISUSUN OLEH :
M. ZARIQ ASMY (20150075)

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN


FAKULTAS ILMU HUKUM
JURUSAN HUKUM
BATAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
hidayah dan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah perjanjian tidak Bernama
sebagai tugas mata kuliah hukum komtrak. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar kami lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap bahwa
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat membantu para pembaca.

Batam, 12 Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................................4
1.2. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................5
1.3. TUJUAN...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1 Kontrak Pada Umumnya dan Kontrak Innominaat Dalam Ranah Bisnis..............................6
2.2 Perkembangan Kontrak Innominaat Dalam Ranah Bisnis Di Indonesia...............................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................11
3.2 SARAN................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam dunia bisnis istilah kontrak terdengar sudah tidak asing lagi. Kontrak sering
dipergunakan dalam dunia bisnis, bahkan hampir semua kegiatan bisnis selalu diawali
dengan adanya kontrak, walaupun kontrak tersebut dibuat secara sederhana. Kontrak
adalah Peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis.
Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris yaitu contracts, sedangkan dalam bahasa
Belanda disebut dengan overeenkomst (perjanjian). Di dalam Black’s Law Dictionary,
yang diartikan tentang contract adalah an agreement between two or more person
which creates an obligation to do or not to do particular thing. Artinya, kontrak adalah
suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Kontrak itu menimbulkan sebuah
kewajiban untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara Sebagian.
Menurut namanya, kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kontrak
nominaat dan kontrak innominaat. kontrak nominaat merupakan terjemahan dari
nominaat contract. Kontrak nominaat sama artinya dengan perjanjian bernama atau
benoemde dalam bahasa Belanda. Kontrak nominaat merupakan kontrak-kontrak atau
perjanjian yang dikenal dalam KUH perdata yaitu terdapat dalam Pasal 1319 KUH
Perdata yang berbunyi: "Semua perjanjian, bark yang mempunyai nama khusus,
maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan umum
yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu."
Terkait dengan kontrak innominaat, kontrak ini dikenal dengan perjanjian tidak
bernama dimana kontrak innominaat merupakan perjanjian atau kontrak yang timbul,
tumbuh, hidup, dan berkembang dalam masyarakat. Kontrak innominaat muncul
karena adanya asas kebebasan berkontrak, karena kontrak innominaat merupakan
kontrak yang muncul karena adanya kebutuhan dunia bisnis walaupun tunduk pada
Buku III KUH Perdata namun kontrak innominaat tidak diatur secara khusus dalam
KUH Perdata. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, kiranya cukup alasan untuk
diadakan suatu pembahasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah
“EKSISTENSI HUKUM KONTRAK INNOMINAAT DALAM RANAH BISNIS
DI INDONESIA”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah Kontrak Pada Umumnya dan Kontrak Innominaat Dalam Ranah Bisnis ?
2. Bagaimanakah perkembangan kontrak innominaat dalam ranah bisnis di Indonesia ?
3. Bagaimanakah pengaturan hukum kontrak innominat dalam sistem hukum di Indonesia ?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Kontrak Pada Umumnya dan Kontrak Innominaat Dalam Ranah
Bisnis
2. Untuk mengetahui perkembangan kontrak innominaat dalam ranah bisnis di Indonesia
3. Untuk mengetahui pengaturan hukum kontrak innominate dalam sistem hukum di
indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kontrak Pada Umumnya dan Kontrak Innominaat Dalam Ranah Bisnis

Saat pertama kali pelaku bisnis melakukan kegiatan usaha yang dimulai dengan
kesepakatan tertulis yang tertuang dalam suatu bentuk perjanjian berbentuk tertulis yang lazim
dinamakan kontrak. Kontrak (Perjanjian) adalah dua pihak atau lebih yang saling mengikat janji
untuk melakukan sesuatu hal. Melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang
menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat kontrak. Dengan
kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mereka buat tersebut. Dalam hal
ini fungsi kontrak sama dengan perundang-undangan, tetapi hanya berlaku khusus terhadap para
pembuatnya saja.

Hukum Kontrak atau yang biasa disebut juga dengan perjanjian berada dalam lingkup
hukum perdata. Hukum perdata adalah bidang hukum yang cakupanya sangat luas serta beraneka
ragam ketentuan dan pengaturanya. Hukum perdata di Indonesia bersumber dari Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata ( KUH Perdata ) yang berasal dari Burgerlijke Wetboek, yaitu kitab
Undang-Undang Hukum Perdata negeri Belanda yang berlaku di Indonesia sejak zaman Hindia
Belanda.

Pengertian perjanjian atau kontrak menurut Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi sebagai
berikut “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih”. Lebih lanjut, pengertian tersebut oleh Subekti ditafsirkan sebagai suatu
peristiwa etika seseorang berjanji kepada orang lain atau ketika dua orang itu saling berjanji
untuk melakukan sesuatu hal ( Subekti, 2009 : 1 ).

Menurut namanya, kontrak dapat dibagi menjadi dua macam yaitu kontrak nominaat dan
innominaat. Kontrak nominaat merupakan kontrak yang terdapat dan dikenal dalam KUH
Perdata. Sedangkan kontrak innominaat timbul karena adanya asas kebebasan berkontrak.
Telah dikatakan bahwa lahirnya kontrak innominaat karena adanya asas kebebasan
berkontrak. Dalam ilmu hukum selain asas kebebasan berkontrak dikenal juga asas-asas lainya
dalam yaitu :

1. Asas kontrak sebagai hukum mengatur


Hukum mengatur (aanvullen recht, optional law) adalah peraturan-peraturan hukum yang
berlaku bagi subjek hukum, misalnya para pihak dalam suatu kontrak. Akan tetapi,
ketentuan hukum seperti ini tidak mutlak berlakunya karena jika para pihak mengatur
sebaliknya, maka yang berlaku adalah apa yang diatur oleh para pihak tersebut. Jadi
peraturan yang bersifat hukum mengatur dapat disimpangi oleh para pihak.

2. Asas Kebebasan berkontrak (freedom of contract)


Asas ini merupakan konsekuensi dari berlakuya asas kontrak sebagai hukum mengatur.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang
mengajarkan bahwa para pihak dalam suatu kontrak pada prinsipnya bebas membuat atau
tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasannya untuk mengatur sendiri isi kontrak.

3. Asas Pacta Sunt Servanda


Istilah Asas Pacta Sunt Servanda berarti janji itu mengikat. Yang dimaksudkan adalah
bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah oleh para pihak mengikuti para pihak
tersebut secara penuh sesuai isi kontrak tersebut.

4. Asas Konsensual
Yang dimaksud dengan asas konsensual dari suatu kontrak adalah bahwa jika suatu
kontrak telah dibuat, maka dia telah sah dan mengikat secara penuh, bahkan pada
prinsipnya persyaratan tertulis pun tidak diisyaratkan oleh hukum, kecuali untuk beberpa
jenis kontak tertentu, yang memang dipersyaratkan syarat tertulis.
5. Asas Obligatoir
Asas obligatoir adalah suatu asas yang menentukan bahwa jika sutu kontrak telah dibuat,
maka para pihak telah terkait, tetapi keterkaitannya itu hanya sebatas timbulnya hak dan
kewajiban semata-mata.

Kontrak innominaat adalah kontrak yang timbul, tumbuh, berkembang dalam masyarakat.
Jenis kontrak ini tidak dikenal dalam KUH Perdata. Mariam Darus Badrulzaman ( 1993 : 19 )
mengartikan kontrak innominaat ( perjanjian tidak bernama ) yaitu perjanjianperjanjian yang
tidak diatur dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di masyarakat. hal ini adalah berdasarkan
kebebasan mengadakan perjanjian atau partij autonomi yang berlaku dalam perjanjian. Dari
uraian itu dapat dikemukakan unsur kontrak innominaat, yaitu :

1. Kontrak yang tidak diatur dalam KUH Perdata;


2. Tumbuh dan berkembang dalam masyarakat;
3. Didasarkan pada asas kebebasan.

2.2 Perkembangan Kontrak Innominaat Dalam Ranah Bisnis Di Indonesia

Ada berbagai macam kontrak atau perjanjian yang dapat kita temui baik di dalam KUH
Perdata maupun diluar KUH Pedalam KUH Perdata maupun diluar KUH Perdata. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata diatur tentang jenis-jenis kontrak antara lain kontrak jual beli,
tukar menukar, perjanjian untuk melakukan pekerjaan, persekutuan perdata, badan hukum,
hibah, penitipan barang, pinjam pakai, pinjam-meminjam, pemberian kuasa, bunga tetap atau
abadi, perjanjian untung-untungan, penanggungan utang, dan perdamaian. Ketentuan tentang
kontrak yang diatur dalam KUH Perdata dinamakan Kontrak nominaat (bernama).

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat khususnya di


bidang bisnis maka munculah berbagai jenis kontak yang tidak dikenal dalam KUH Perdata yang
disebut dengan kontrak innominaat (tidak bernama). Kontrak innominaat lahir berdasarkan asas
kebebasan berkontrak. Dalam KUH Perdata terdapat satu pasal yang mengatur tentang kontrak
innominaat yaitu pasal 1319 KUH Perdata yang berbunyi : “Semua perjanjian baik yang
mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada
peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu”

Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa perjajian baik yang mempunyai nama maupun yang
tidak dikenal dengan suatu nama tertentu dalam KUH Perdata tunduk pada Buku III KUH
Perdata. Kontrak innominaat tidak hanya tunduk pada berbagai peraturan yang mengaturnya
tetapi para pihak juga tunduk pada ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata. KUH Perdata
merupakan ketentuan yang bersifat umum sedangkan ketentuan hukum yang mengatur kontrak
innominaat merupakan ketentuan hukum yang bersifat khusus. Sehingga berlaku Asas “Lex
Specialis derogaat lex generali” dimana undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-
undang yang umum. Pada saat undang-undang yang khusus mengatur kontrak innominaat tidak
mengatur secara terperinci maka KUH Perdata digunakan sebagai undang-undang yang bersifat
umum. Yang termasuk dalam kontrak innominaat antara lain leasing, beli sewa, franchise,
kontrak rahim, joint venture, kontrak karya, keagenan, production sharing, dan lain-lain.

Dalam prakteknya, Banyak kita temui berbagai perjanjian baik nominaat maupun
innominaat dalam bentuk baku (standart contract) dimana suatu kontrak telah dipersiapkan
terlebih dahulu oleh salah satu pihak dan pihak yang lainnya dihadapkan pada pilihan untuk
menerima atau menolak perjanjian tersebut. Kontrak baku dianggap lebih efisien dari segi waktu
dan biaya oleh para pelaku usaha yang mempunyai kedudukan lebih kuat. Namun bagi pihak
konsumen, perjanjian baku dianggap perjanjian yang timpang karena konsumen diposisikan
sebagai pihak yang mempunyai kedudukan lebih lemah dimana dalam menentukan isi dari
perjanjian baku karena prinsip dari perjajian baku adalah “take it or leave it”. Kontrak baku
banyak digunakan dalam model pembiayaan melalui lembaga pembiayaan.

Terkait dengan perkembangan kontrak innominaat yang terus berkembang dan memiliki
peran penting dalam dunia bisnis di tanah air jadi penting untuk menentukan urgensi pengaturan
kontrak itu sendiri. Urgensi pengaturan kontrak dalam praktik bisnis adalah untuk menjamin
pertukaran kepentingan (hak dan kewajiban) berlangsung secara proporsional bagi para pihak,
sehingga demikian terjalin hubungan kontraktual yang adil dan saling menguntungkan. Bukan
sebaliknya, merugikan salah satu pihak atau bahkan pada akhirnya justru merugikan para pihak
yang melakukan kontrak.
2.3. Pengaturan Kontrak Innominaat Dalam Sistem Hukum Indonesia

Hukum kontrak innominaat merupakan bagian dari hukum kontrak pada umumnya.
Hukum kontrak innominaat merupakan hukum yang khusus, sedangkan hukum kontrak adalah
hukum yang bersifat umum. Dikatakan bersifat umum, karena hukum kontrak mengkaji dua hal,
yaitu mengkaji kontrak-kontrak yang dikenal dalam KUH Perdata dan diluar KUH Perdata.
Sedangkan kontrak innominaat hanya mengkaji kontrak-kontrak yang timbul, tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat..

Sistem pengaturan kontrak innominaat juga sama dengan pengaturan hukum kontrak,
yaitu sistem terbuka (open system). Artinya, bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan
perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur dalam undangundang. Hal ini
dapat disimpulkan dari ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang
berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.” Ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk :

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;


2. mengadakan perjanjian dengan siapapun;
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratanya;
4. Menentukan bentuknya perjanjian.

Kontrak innominaat lahir dari asas kebebasan berkontrak. Yang dimaksud dengan asas
kebebasan berkontrak atau yang sering juga disebut sebagai sistem terbuka adalah adanya
kebebasan seluas-luasnya yang oleh undang-undang diberikan kepada masyarakat untuk
mengadakan perjanjian tentang apa saja, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, kepatutan dan ketertiban umum..

Menurut Mariam Darus Badrulzaman ( 2001 : 84 ) "Semua" mengandung ,irti meliputi


seluruh perjanjian, balk yang namanya dikenal maupun yang tidak dikenal oleh undang-undang.
Asas kebebasan berkontrak (contractvrijheid) berhubungan dengan isi perjanjian, yaitu
kebebasan menentukan "apa" dan "siapa" perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang diperbuat
sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata ini mempunyai kekuatan mengikat

.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Ada berbagai macam kontrak atau perjanjian yang dapat kita temui baik di dalam
KUH Perdata maupun diluar KUH Pedalam KUH Perdata maupun diluar KUH
Perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur tentang jenis-jenis
kontrak antara lain kontrak jual beli, tukar menukar, perjanjian untuk melakukan
pekerjaan, persekutuan perdata, badan hukum, hibah, penitipan barang, pinjam pakai,
pinjam-meminjam, pemberian kuasa, bunga tetap atau abadi, perjanjian untung-
untungan, penanggungan utang, dan perdamaian. Ketentuan tentang kontrak yang
diatur dalam KUH Perdata dinamakan Kontrak nominaat (bernama). Seiring dengan
perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat khususnya di bidang bisnis
maka munculah berbagai jenis kontak yang tidak dikenal dalam KUH Perdata yang
disebut dengan kontrak innominaat (tidak bernama). Kontrak innominaat lahir
berdasarkan asas kebebasan berkontrak contohnya Sewa Guna Usaha (Leasing),
Anjak Piutang (Factoring), Modal Ventura (Venture Capital), Pembiayaan Konsumen
(Consumer Finance), Pembiayaan dengan Kartu Kredit
2. Kontrak innominaat adalah kontrak yang timbul, tumbuh, berkembang dalam
masyarakat. Kontrak innominaat ( perjanjian tidak bernama ) tidak diatur dalam
KUHPerdata, tetapi terdapat di masyarakat. Pasal 1319 KUH Perdata mengisyaratkan
bahwa perjajian baik yang mempunyai nama (nominaat) maupun yang tidak dikenal
dengan suatu nama tertentu dalam KUH Perdata (innominaat) tunduk pada Buku III
KUH Perdata. Kontrak innominaat tidak hanya tunduk pada berbagai peraturan yang
mengaturnya tetapi para pihak juga tunduk pada ketentuan yang tercantum dalam
KUH Perdata. KUH Perdata merupakan ketentuan yang bersifat umum sedangkan
ketentuan hukum yang mengatur kontrak innominaat merupakan ketentuan hukum
yang bersifat khusus. Sehingga berlaku Asas “Lex Specialis derogaat lex generali”
dimana undang-undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang umum.
Jadi pengaturan hukum kontrak innominat dalam sistem hukum di Indonesia diatur
dalam Buku III KUH Perdata, di dalam Buku III KUH Perdata hanya ada satu pasal
yang mengatur tentang kontrak innominaat, yaitu Pasal 1319 KUH Perdata.

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam setiap penulisannya tidak
akan terlepas dari kesalahan. Dan penulis menyadari bahwa dalam karyannya ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, penulis berharap, dan memohon keikhlasan hati bagi semua pihak
yang membacanya agar berkenan memberikan sumbangsih kritik dan sarannya bagi penulis. Hal
ini dimaksudkan sebagai bahan atau cermin bagi penulis dalam melangkah pada penulisan karya
ilmiah selanjutnya.

.
DAFTAR PUSTAKA

A.G. Guest, (ed), 1979, Anson’s Law of Contract, Clarendon Press, Oxford.

Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal, 1993, Problems in Contract Law Case and Materials,

Boston Toronto London : Little, Brown and Company

E. Sumaryono, 2002, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Kanisius,

Yogyakarta.

H.R. Otje Salman S dan Anthon F. Susanto,2008, Teori Hukum ; Mengingat, Mengumpulkan,

dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Bandung.

J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Lahir dari Perjanjian, Buku II, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

J. van Kan dan J.H Beekhuis, 1990, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. K.

Bertens, 2000, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius,Yogyakarta.

Mariam Darus Badrulzaman, 1993, KUH Perdata, Buku III, Hukum Perikatan dengan

Penjelasanya, Alumni, Bandung.

Mariam Darus Badrulzaman, dkk., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Cetakan Pertama, PT

Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nasution Bahder Johan, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung.

Soetandyo Wignjosoebroto, 2002, Hukum : Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya,

ELSAM-HUMA, Jakarta.

Subekti, 1983, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Cetakan Keenam

Belas, Pradnya Paramita, Jakarta.

Subekti, Hukum Perjanjian, 1984, Intermasa, Jakarta.

Subekti, 2009, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta.


Sudikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta.

Sutan Remy Sjandeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Hukum yang Seimbang Bagi

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,1993, Institut Bahkir Indonesia,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai