bangunan menggunakan alat khusus berupa monitor tablet yang terintegrasi dengan sensor strain
transducer dan accelerometer serta terhubung dengan palu atau hammer menggunakan kapasitas
tertentu.
Namun, untuk pelaksanaannya harus menunggu 28 hari sejak tiang pondasi dipasang karena sudah
memiliki kekuatan untuk menahan tekanan dari pukulan hammer.
PDA-PAX
Dua buah wireless accelerometer
Dua buah wireless strain transducer
Bor tangan (untuk melubangi tempat sensor)
Alat Pelindung Diri
Pelaksanaan PDA test ini mengacu pada ASTM D-4945 (Standard Test Method for High-Stratin
Dynamic Testing of Deep Foundations) menggunakan prosedur yang disebut Case Method.
Prosedur Case Method ini menganalisa data kecepatan (velocity) dan gaya (force) yang diambil
dari pukulan hammer secara real time sehingga nantinya didapatkan nilai daya dukung pondasi
tiang tunggal.
Sebelum melakukan pengujian PDA Test ada beberapa data yang harus diberikan oleh kontraktor
kepada operator atau penguji PDA. Data tersebut yaitu :
Gunakan crane untuk mengangkat palu setinggi 1,5 – 2m tegak lurus dengan tiang yang akan
diuji, kemudian jatuhkan.
Setelah palu atau beban dijatuhkan makan akan terlihat variabel tiang yang diuji seperti
displacement (DMX), daya dukung tiang (RMX), energy, dan juga nilai keutuhan tiang (BTA).
Ada yang harus diperhatikan dalam melakukan pengujian PDA Test ini yaitu pada saat
pemasangan strain transducer dan accelerometer posisinya harus benar-benar pas sehingga
nantinya kelenturan tiang dapat diminimalisir. Hal ini dikarenakan, jika pada saat pengujian
terjadi lenturan maka data yang didapat mengalami distorsi sehingga hasil yang didapat tidak
akurat.
Ada beberapa syarat suatu tiang bisa diuji menggunakan metode PDA Test ini yaitu :
Umur tiang harus 5 hari setelah masa pemancangan
Beton berumur 21 hari terhitung setelah pengecoran
Bagian kepala tiang yang diuji harus dalam keadaan rata
Jika kondisi tiang sudah tertanam, maka harus dilakukan penggalian
Pastikan semua peralatan sudah disiapkan, selanjutnya berikan instruksi pada operator crane untuk
melakukan tumbukkan atau impact pada tiang, mulai dari tinggi yang jatuhnya paling rendah
sekitar 50 cm, kemudian lanjukan ke tempat jatuh yang lebih tinggi hingga sampai batas maksimal
ketinggian yang telah ditentukan.
Sedangkan untuk pengujian yang menggunakan Hammer Diesel maka jumlah impact atau
tumbukan harus sesuai dengan daya dukung yang ditargetkan.
Namun, untuk drop hammer atau hammer manual maka harus dijatuhkan dari ketinggian secara
bertahap, mulai dari 50 cm lalu 100cm hingga sampai ketinggian jatuh maksimal dari hammer
tersebut.
Ketika pengujian sedang berlangsung lalu terjadi retak atau kerusakkan pada tiang maka
pengujian dan pengambilan data harus dihentikan karena dikhawatirkan data yang diambil
nantinya tidak akurat.