Anda di halaman 1dari 3

Assalamu’alaikum wr wb

Dalam nuansa keheningan malam, diantara lirihnya hembusan sang bayu dan kemilau
cahaya bintang, dan di malam yang hening dan sumyi ini, kita berkumpul membentuk
lingkaran, mempererat rasa persaudaraan, kekeluargaan dan kekompakan agar kasih
sayang yang ada tetap terpatri di hati.

Yang kembali meniti detak waktu, yang telah terlampaui. Sejenak menjernihkan hati,
dalam kepasrahan pada yang maha kuasa.

Pada malam ini di tengah kesendirian saya ingin mengajak kakak-kakak untuk berpikir
jernih.

Sambil merenung kembali perjalan kehidupan ini, sejak kakak-kakak dapat membedakan
antara yang benar dan salah hingga saat ini

RENUNGKAN

Perjalanan kehidupan yang telah kakak-kakak lalui, saya yakin kakak-kakak akan
menemui jalan yang terbaik untuk mengenal diri sendiri dan menjadi pramuka sejati.

Marilah kita memejamkan mata kita, dan membuka mata hati kita untuk sejenak
mengenang orang yang paling berjasa dalam hidup kita yaitu orang tua kita.

Bayangkan!!!

Wajah ibu kalian, wajah ayah kalian. Kenanglah ibu dan ayah kalian

Ibu dan ayah yang menyayangi kalian.

Ibu yang selalu menetaskan air mata ketika kita pergi. Ibu yang rela tidur tanpa selimut
demi melihat kita tidur nyenyak dengan dua selimut. Ibu yang selalu melihat kita
tersenyum walaupun ia harus bekerja keras.

Coba renungkan
Ketika ibu melahirkan kita, beliau rela mengorbankan nyawa beliau untuk Kita

Beberapa tahun lalu.. saat kita di kandung oleh orang tua kita, betapa bahagia mereka.
Saat menantikan kelahiran kita, dan mengharapkan anak yang lahir, adalah sosok anak
yang sholeh dan sholeha, yang berbakti dan selalu sayang kepada mereka.

Saat ibu melahirkan kita, ibu kita merasakan sakit yang amaat sangat, menangis
kesakitan, antara hidup dan matinya.

Bahkan... mungkin jika mereka di beri pilihan oleh tuhan, antara menyelamatkan
nyawanya atau nyawa bayinya. Pastilah ia akan memilih menyelamatkan bayinya dari
pada nyawanya sendiri.

TAPI APA???

Apa yang kita lakukan saat ini? Kita hanya melihat beliau, ibu dan ayah kita dengan
penderitaannya, mencaci makinya, mengacuhkannya, apakah kita pernah berfikir ingin
memeluk mereka?

Apakah terfikir di benak kita, untuk membuat mereka tersenyum?

Saya pikir, TIDAK

Masih ada yang berkata kasar, dan merasa malu ketika mereka yaitu ibu dan ayah kita
berada di sisi kita.

RENUNGKANLAH!!!
Mungkin.. saat ini beliau masih ada, masih sehat, tapi perhatikanlah
Bayangkanlah, rambut mereka satu persatu makiin memutih, kulit mereka makin berkerut
sinar wajahnya makin meredup.

Masihkah kalian belum sadar?

Kata kata yang telah kita ucapkan, yang kadang membuat mereka terbangun di tengah
malam, untuk menangis karena kata kata kasar kita,
Namun, mengapa kita tak pernah menyadarinya?

Mengapa kita tak mau minta maaf?

Ingatlah!!!

Tak ada yang menjamin bahwa ibu kita akan tetap ada dampingi kita.

Saat nanti kita sukses bahkan saat setelah kita pulang dari kegiataan ini.

Mungkin nanti saat kita tiba di rumah, belum tentu kita masih bisa menemui ibu dan ayah
kita tersayang.

Masih bisa bercengkrama bersama mereka, tertawa atas candaan yang mereka buat.
Meskipun mereka telah tua, keriput, beruban, dan badan yang renta.

Sekarang kita bayangkan pada saat kita duduk disini.. ada salah satu karib kerabat kalian
datang dan memberi kabar agar kalian bergegas segera pulang kerumah, setelah sampai
di rumah, di depan pintu, tentu kita ingin bertemu dan melihat sesosok wanita yang selalu
menjaga kita, merawat kita, dan menyusui kita.

Bayangkan!!!

setelah kalian sampai di rumah kalian masuk kesebuah ruangan, ruangan tempat wanita
itu beristirahat, namun setelah kalian masuk, kalian melihat sesosok wanita sedang
berbaring, terbujur kaku, ia adalah sesosok wanita yang biasa kalian panggil Ibu .

ibu yang kalian sia-siakan, ibu yang rela menghabiskan tenaganya untuk merawat kalian
namun sering kalian lupakan, bahkan sesekali beliau menyuruh, kalian selaluuu
menolaknya, kalian enggan membantu wanita itu, sekarang wanita itu telah wafat dan
meninggalkan kalian selamanya.

Anda mungkin juga menyukai