Anda di halaman 1dari 26

Pengembangan

Smart Farming dan Pertanian Presisi

oleh:
Chriswin Riadinata, S.P., M.P.

Diklat Industrialisasi Pertanian


BPSDM Provinsi Lampung, 2 November 2021
9,6 milyar (2050)

produksi pertanian harus meningkat sebesar 70%


• semua sektor pertanian perlu dikelola dengan menggunakan alat dan
teknik inovatif, khususnya teknologi digital.

• Precision Farming atau Smart Farming bertujuan untuk mengoptimasi


hasil per lahan pertanian dengan menggunakan peralatan modern
secara berkelanjutan untuk memperoleh hasil terbaik dalam jumlah,
mutu, dan tingkat pengembalian finansial.
Fenomena/permasalahan

• aging farmer; sebagian besar petani terdiri dari kelompok


usia tua. Kurangnya minat generasi muda usia produktif
untuk terjun di bidang pertanian.
Penyebab
• anggapan bahwa pendapatan di luar sektor pertanian lebih besar
dibanding sektor pertanian,
• persepsi negatif tentang pertanian yang seringkali digambarkan
pekerjaan kotor dan berat karena sering berinteraksi dengan lumpur
dan harus mencangkul,
• pekerjaan sektor pertanian tidak menuntut syarat pendidikan tinggi,
Semakin tinggi tingkat pendidikan pemuda memiliki kecenderungan
untuk berkarir di luar bidang pertanian,
• mengandung risiko tinggi seperti gagal panen akibat bencana alam,
fluktuasi harga dan ketidakpastian lainnya.
Strategi menarik minat generasi muda
• menarik minat pemuda untuk terlibat dengan kelembagaan
pertanian:
• pengenalan pertanian melalui Pendidikan Usia Dini,
• peningkatan kualitas pelaku pertanian,
• mengembangkan smart farming,
• penguatan cooperative farming,
• pemberian asuransi pertanian dan adanya jaminan pemasaran.
(Nugroho et al. 2018).
“Petani milenial adalah masa depan bangsa
serta menjadi penentu kemajuan pertanian
di masa depan”

“estafet petani selanjutnya adalah pada


pundak generasi muda, mereka mempunyai
inovasi dan gagasan kreatif yang sangat
bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.
Dibutuhkan sekelompok anak muda yang
memiliki loyalitas dan integritas untuk
memajukan pertanian Indonesia”.
Pertanian Presisi
• adalah sistem pertanian terpadu berbasis pada informasi dan produksi,
untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan profitabilitas
produksi pertanian dari hulu ke hilir yang berkelanjutan, spesifik-lokasi
serta meminimalkan dampak yang tidak diinginkan pada lingkungan
(Whelan Taylor, 2013).
• Pertanian presisi menggunakan pendekatan dan teknologi yang
memungkinkan perlakukan presisi pada setiap simpul proses pada rantai
bisnis pertanian dari hulu ke hilir sesuai kondisi (lokasi, waktu, produk, dan
consumer) spesifik yang dihadapi (Heriyanto et al. 2016).
• Pertanian presisi adalah konsep pertanian yang mengoptimumkan
penggunaan sumber daya untuk mencapai hasil yang maksimal dan
mengurangi dampak lingkungan,
• pertanian presisi berusaha menggunakan input seperti air, pupuk
maupun pestisida seminimum mungkin untuk menghasilkan hasil
pertanian yang maksimal dan tidak merusak lingkungan. Konsep ini
termasuk ke dalam pertanian modern karena menghubungkan
berbagai informasi, dan data dalam pengambilan keputusan di
lapangan.
• Spirit pertanian presisi adalah meningkatkan efisiensi, produktivitas,
dan ramah lingkungan. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas,
diharapkan dapat meningkatkan keuntungan petani.
• Usaha pertanian yang ramah lingkungan maka keuntungan akan
berlanjut terus-menerus selama masa bertani. Maka menerapkan
pertanian presisi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
petani.
4 Pilar Utama Pendekatan
• Memandang aktivitas pertanian secara holistik dan menyeluruh dari
hulu ke hilir sebagai rantai proses yang terpadu dan
berkesinambungan untuk memastikan aliran konversi produk
pertanian (tanaman, ternak, ikan, dan turunannya) dengan aman,
efisien, dan fektif dari lahan hingga ke meja makan.
• Mempedulikan keragaman (heterogenitas) dan dinamika lokasi,
waktu, objek bio, iklim, geografi, kultur, pasar, dan konsumen.
• Mendayagunakan teknologi yang memungkinkan pengamatan dan
perlakuan presisi.
• Berbasis kepada data, informasi, dan pengetahuan yang sahih.
Smart Farming
• adalah sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu
petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas
• adalah sebuah metode pertanian cerdas berbasis teknologi yang
menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk memudahkan petani
melakukan pekerjaan
• merupakan metode pertanian cerdas berbasis teknologi, dimana
terdapat beberapa teknologi pertanian yang digunakan di antaranya
penyiraman otomatis, drone sprayer (drone penyemprot pestisida
dan pupuk cair), drone surveillance (drone untuk pemetaan lahan)
serta soil and weather sensor (sensor tanah dan cuaca).
Bukan sekedar tentang penerapan teknologi
pertanian, kunci utama dari metode ini adalah
tentang data yang terukur.
Teknologi Smart Farming

• Agri Drone Sprayer


• Drone pemetaan lahan
• Sensor tanah dan cuaca
• Sistem irigasi cerdas
• Agriculture War Room (AWR)
Dukungan Kementerian Pertanian
Lima Cara Bertindak (CB) yaitu:
• meningkatkan kapasitas produksi dengan percepatan tanam padi
• diversifikasi pangan local dan pemanfaatan lahan pekarangan melalui
program Pekarangan Pangan Lestari (P2L)
• penguatan cadangan dan sistem logistik pangan untuk stabilisasi pasokan
dan harga pangan,
• pengembangan pertanian modern seperti smart farming, pengembangan
dan pemanfaatan screen house, pengembangan food estate,
pengembangan korporasi petani,
• gerakan tiga kali ekspor (gratieks) sebagai upaya pemerintah untuk tidak
hanya menggenjot produksi dalam negeri tetapi juga sebagai salah satu
usaha untuk mendatangkan devisa.
Teknologi smart farming terbukti dapat mengurangi biaya usaha tani
rata-rata mencapai 20–25% dan peningkatan keuntungan hingga
mencapai 50% (Anwarudin et al. 2020).
Strategi Pemerintah dalam Penerapan Smart Farming

• membentuk pola pikir petani tentang pentingnya penggunaan kecerdasan buatan


(AI) dan digitalisasi teknologi.
• peningkatan kemampuan SDM para petani dengan capacity building agar mampu
mengadopsi dan mengggunakan artificial intelligence dan teknologi digital maju
lainnya.
• untuk mengimplementasikan smart farming bertahap dengan target yang jelas
dan menetapkan daerah yang akan menjadi prioritas.
• menerapkan smart farming dibangun dengan memanfaatkan SDM dan teknologi
dari dalam negeri sendiri.
titik balik implementasi
Permentan No. 18 Tahun 2018 Smart Farming di Indonesia

Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani

• 1) meningkatkan nilai tambah serta daya saing wilayah dan komoditas


pertanian untuk keberlanjutan ketahanan pangan nasional,
• 2) memperkuat sistem usaha tani secara utuh dalam satu manajemen
kawasan,
• 3) memperkuat kelembagaan petani untuk mengakses informasi,
teknologi, prasarana dan sarana publik, permodalan serta
pengelolaan dan pemasaran.
Implementasi dalam Program

INTEGRATED FARMING berbasis Jagung

1
8
INTEGRATED FARMING BASIS JAGUNG

1. Cluster berbasis korporasi


petani
2. Sarpras (lahan, air, alsin,
saprodi)
3. Proses budidaya (pangan,
horti, bun, ternak)
4. Proses hilirisasi (segar &
olahan primer)
5. Pabrik/Olahan Jadi &
Gudang
6. Branding pasar, offtaker
7. Pendampingan : Pusat,
Dinas Prov, Kab/Kota,
Petugas lapangan
8. Didukung: KUR Perbankan,
Makmur/Agrosolution,
Asuransi, riset, bimtek,
sertifikasi, regulasi

1
9
INTEGRATED FARMING BERBASIS JAGUNG
A. Program Intensif Maksimum
1. Luas minimal @20 hektar di 300 kab potensial jagung @2 lokasi.
2. Target 600 titik lokasi dikelola Integrated Farming berbasis jagung,
didukung sayuran, pisang, kelapa, itik, ayam dan disiapkan sistem
irigasi/embung, pompa, alsin.
3. Kebutuhan biaya budidaya @8 juta/ha =Rp 96M dan sarpras Rp 104M,
sehingga total biaya Rp. 200M
4. Hasil minimal 4 ton/ha x Rp 4.000/kg x 12.000 ha= income Rp 192 M
/musim
5. Sumber pembiayaan: KUR, Investor, PIP, APBN
2
0
INTEGRATED FARMING BERBASIS JAGUNG

2
1
INTEGRATED FARMING BERBASIS JAGUNG

2
2
REKAPITULASI USULAN KEGIATAN INTEGRATED FARMING
Per Tanggal 21 Oktober 2021
JML LUASAN
NO PROVINSI JML KAB
POKTAN (HA)
TOTAL 93 168 3,972
1 Aceh 2 2 10
2 Sumatera Utara 2 3 46
3 Sumatera Barat 2 7 200
4 Riau - - -
5 Jambi 1 3 73
6 Sumatera Selatan 7 9 216
7 Bengkulu 2 2 40
8 Lampung 5 9 170
9 Kep. Bangka Belitung 1 1 30
10 Kepulauan Riau - - -
11 Dki Jakarta - - -
12 Jawa Barat 8 15 423
13 Jawa Tengah 7 10 199
14 Diy 2 1 40
15 Jawa Timur 5 8 193
16 Banten 3 5 100
17 Bali - - -
18 Nusa Tenggara Barat 1 2 40
19 Nusa Tenggara Timur 5 6 104
20 Kalimantan Barat 4 8 169
21 Kalimantan Tengah 3 5 208
22 Kalimantan Selatan 1 5 135
23 Kalimantan Timur 3 5 208
24 Kalimantan Utara 2 2 269
25 Sulawesi Utara 4 19 444
26 Sulawesi Tengah 3 5 81
27 Sulawesi Selatan 11 20 450
28 Sulawesi Tenggara 5 5 105
29 Gorontalo 2 2 51
30 Sulawesi Barat 2 4 85
31 Maluku 1 2 50
32 Maluku Utara 1 4 22
33 Papua Barat 1 4 20
34 Papua - - -

Ket : Warna kuning belum ada usulan


“Integrated Farming System adalah integrasi antara
pertanian, perikanan dan peternakan. Artinya dalam satu kawasan atau titik
hasil pertanian, perikanan dan peternakannya bagus. Pola
"Dalam rangka ketersediaan konsumsi ini memadukan pengelolaan pertanian terpadu dalam satu
pangan berkualitas, menambah nilai tambah, hamparan dengan banyak komoditas yakni tanaman pangan, hortikultura,
pengembangan inovasi dan manajemen, perkebunan, peternakan dan komoditas pertanian lainnya. Integrated
pola integrated farming ini salah satu bentuk farming merupakan salah satu cara pemenuhan lumbung pangan untuk
aksi nyatanya. Ini juga contoh nyata memenuhi berbagai kebutuhan pangan secara holistik dalam satu lahan.
pengembangan pertanian yang maju, kegiatan ini dalam upaya meningkatkan produktivitas, sehingga stok pangan
mandiri dan moder sehingga ke depan pada masa pandemi covid 19 dapat dipertahakan dan kesejahteraan petani
ketahanan pangan kita makin kokoh.”. pun meningkat. Dengan begitu, ekonomi dasar yang ada di semua daerah
dapat berputar lebih cepat dan memperkuat ekonomi dasar yang berkaitan
dengan pangan.
Terima Kasih...!

Anda mungkin juga menyukai