Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KAJIAN USAHA PERTANIAN


DI WILAYAH PERKOTAAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA


BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Kajian Usaha Pertanian di Wilayah Perkotaan


2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakartaologi P
3. Alamat Unit Kerja : Jalan Raya Ragunan No. 30, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan 12540 4
4. Diusulkan Melalui DIPA : APBNkajiandan Pmbangan Teknologi Pertanian
5. Status Penelitian : Baru
6. Penanggungjawab
a. Nama : Ir. Emi Sugiartini, MP.rizal Jamal
b. Pangkat / Golongan : Penata Tk. I / III-d
c. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : DKI Jakarta
8. Agroekosistem : Lahan kering Dataran rendah Iklim basah-
9. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun
10. Tahun Dimulai : 2019
11. Biaya : Rp. 463.483.000,- (Empat ratus enam puluh tiga juta
empat ratus delapan puluh tiga ribu rupiah)

Koordinator Program Penanggung Jawab RPTP,

Ana Feronika C.I., SP., MP


NIP. 19790425 200501 2 001 Ir. Emi Sugiartini, M.P.
NIP. 19670425 199403 2 0013 1 002

Mengetahui :
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Kepala Balai Pengkajian Teknologi
Pengembangan Teknologi Pertanian, Pertanian Jakarta,

Dr. Ir. Haris Sahabuddin, DEA Ir. Etty Herawaty, M.Si


NIP. 19680415 199203 1 001 NIP. 19610203 198503 2 0011 002

RINGKASAN
1. Judul : Kajian Usaha Pertanian di Wilayah Perkotaan

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakartaologi P


3. Lokasi : DKI Jakartaonesia
4. Agroekosistem : Lahan kering Dataran rendah Iklim basah
5. Status (L/B) : Baru
6. Tujuan : 1. Untuk mendapatkan teknologi budidaya sayuran daun,
sayuran buah dan tanaman buah sistem hidroponik
yang ramah lingkungan pada skala rumah tangga di DKI
Jakarta
2. Untuk mendapatkan teknologi pengemasan yang dapat
memperpanjang masa simpan sayuran dan buah di DKI
Jakarta
3. Untuk mendapatkan galur kelinci yang dan teknologi
pakan untuk sapi perah di DKI Jakarta
7. Keluaran : 1. Teknologi budidaya sayuran daun, sayuran buah, dan
tanaman buah sistem hidroponik yang ramah
lingkungan pada skala rumah tangga di DKI Jakarta.
2. Teknologi pengemasan untuk memperpanjang masa
simpan sayuran dan buah di DKI Jakarta
3. Galur kelinci yang adaptif dan teknologi pakan sapi
perah di DKI Jakarta
8. Hasil diharapkan : 1. Paket teknologi budidaya sayuran daun, sayuran buah
dan tanaman buah dengan system hidroponik yang
ramah lingkungan
2. Paket teknologi pengemasan untuk memperpanjang
masa simpan sayuran dan buah di DKI Jakarta
3. Galur kelinci yang adaptif dan paket teknologi pakan
sapi perah di DKI Jakarta
9. Prakiraan manfaat : Budidaya sayuran daun, sayuran buah dan tanaman buah
dengan sistem hidroponik yang ramah lingkungan
merupakan salah satu teknologi budidaya tanaman yang
ramah lingkungan sangat sesuai untuk kondisi di DKI
Jakarta. Dengan budidaya hidroponik yang ramah
lingkungan diharapkan dapat mengurangi biaya pembelian
pupuk, sehingga lebih murah dan lebih sehat. Selain itu
dengan teknologi pengemasan diharapkan dapat
memperpanjang masa simpan sayuran dan tanaman buah
di DKI Jakarta. Jakarta sebagai kota metropolitan
mempunyai Perda yang melarang untuk budidaya unggas
di wilayah Jakarta, dengan diperolehnya galur kelinci yang
adaptif di DKI Jakarta merupakan solusi untuk memenuhi
kebutuhan daging di wilayah Jakarta. Diperolehnya paket
teknologi pakan sapi perah akan meningkatkan kualitas
susu sapi yang dihasilkan di DKI Jakarta.
10. Prakiraan dampak : Budidaya hidroponik yang ramah lingkungan dapat
mengurangi biaya pembelian pupuk serta meningkatkan
kualitas pertumbuhan tanaman, memperpanjang masa
simpan sayuran sehingga dapat meningkatkan pendapatan
petani.
Teknologi pengemasan sayuran dan buah akan
meminimalisir tingkat kerusakan produk.
12. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun)
13. Biaya : Rp 463.483.000,- (Empat ratus enam puluh tiga juta
empat ratus delapan puluh tiga ribu rupiah)
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jakarta sebagai kota metropolitan, sampai saat ini tingkat konsumsi
pada sayuran hanya 55 kg per kapita per tahun, sedangkan tingkat konsumsi
nasional 59,6 kg/ kapita/tahun. Salah satu masalah utama untuk memenuhi
kebutuhan pangan adalah keterbatasan lahan karena sudah beralih fungsi sebagai
usaha industry dan perumahan. Sehingga diperlukan inovasi teknologi dengan
memanfaatkan lahan terbatas dan pekarangan secara optimal. Beberapa inovasi
teknologi pertanian perkotaan yang potensial untuk dikembangkan yaitu budidaya
sayuran dan buah-buahan dengan menggunakan hidroponik, yaitu aquaponik,
vertiminaponik, vertikultur maupun pemanfaatan ruang dan lahan secara
maksimal. Sayuran dan buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang kaya
berbagai sumber vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral
yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan
atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh. Selain itu buah-buahan juga
menyediakan karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayuran dan
buah-buahan berperan penting bagi kesehatan tubuh dan merupakan salah satu
indikator sederhana gizi seimbang.
Untuk mendorong usaha ketahanan pangan mendapat asupan gizi
seimbang pada masa depan. Pemprov DKI akan melakukan program peningkatan
konsumsi pangan, salah satu upaya dilakukan adalah dengan inovasi teknologi
hidroponik.
Hidroponik merupakan salah satu budidaya alternatif yang sangat cocok
untuk dikembangkan dan banyak disukai, karena sistem ini tidak membutuhkan
lahan yang luas lahan pertanian yang subur, bebas residu pestisida, penggunaan
lahan lebih efisien, kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
penggunaan pupuk dan air lebih efisien, pengendalian hama dan penyakit lebih
mudah, kandungan gizi yang lebih banyak, tidak mudah layu, lebih bersih dan
produktivitasnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan budidaya sayuran secara
konvensional. Selain itu hasil budidaya secara organik, mempunyai kandungan
vitamin, kalium, kalsium, zat besi, dan magnesium yang lebih tinggi 10% dari
pada produk sayuran biasa. Selalin inovasi teknologi secara organik dan
kombinasi budidaya dengan sistem hidroponik ternyata cukup efiisien untuk
mendapatkan sayuran dan buah-buahan secara sehat dan aman.
Kombinasi sistem hidroponik dan budidaya organik merupakan suatu
teknik pertanian dengan menggunakan bahan organik sebagai input dalam sistem
budidayanya. Secara sederhana, sistem budidaya organik didefinisikan sebagai
sistem pertanian yang mendukung untuk kesehatan tanah dan tanaman. Hal
tersebut antara lain daur ulang unsur hara dari bahan organik, rotasi tanaman,
pengolahan tanah yang tepat, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida
sintetik (Atmojo, 2003).
Larutan nutrisi merupakan salah satu faktor yang memegang peranan
penting didalam budidaya sistem hidroponik. Selain media tanam dan
pemeliharaan. Formulasi larutan nutrisi yang diramu sendiri sebagai sumber unsur
hara, menuntut ketelitian dan keterampilan yang tinggi dalam mempersiapkannya,
serta biaya yang harus dikeluarkan relatif lebih tinggi, sehingga bagi masyarakat
umum teknologi hidroponik ini dinilai terlalu sulit dan mahal. Oleh karena itu
perlu pengembangan teknologi budidaya hidroponik yang sehat dan sederhana
namun tetap dapat menjamin ketersediaan unsur hara bagi tanaman, seperti
memanfaatkan pupuk NPK, pupuk organik sebagai sumber larutan nutrisi dalam
sistem hidroponik. Berbagai keunggulan dari sistem budidaya organik dan
hidroponik tersebut berpotensi untuk dikembangkan di wilayah DKI Jakarta.
Selain usaha budidaya tentunya dilakukan juga usaha untuk penanganan pasca
panen, terutama teknologi pengemasan dan penyimpanan untuk memperpanjang
masa simpan pada tanaman sayuran dan tanaman buaha-buahan. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengkajian sistem budidaya dengan system hidroponik secara
organik pada tanaman sayuran dan buah-buahan masih terbatas.
Pada tanaman sawi dengan pemberian pupuk vermikompos 8 ton/ha
memperoleh jumlah daun yaitu 7,5 helai daun dan berat segar tajuk yaitu 21,1
gram. Hal ini kemungkinan pada vermikompos terdapat zat perangsang tumbuh
seperti giberelin, sitokinin, auksin dan unsur hara N, P, K, Mg, Ca, serta bakteri
Azotobacter sp. yang merupakan bakteri penambat N non simbiotik yang akan
membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Fuat, 2009)
Produk hasil pertanian khususnya sayuran dan buah-buahan mudah
mengalami kerusakan (perishable). Kerusakan dapat terjadi karena faktor
fisiologis, fisik, kimia, parasitik maupun mikrobiologis. Kerusakan hasil tanaman
sayuran masih cukup tinggi, akibat dari kerusakan tersebut tentu akan
menimbulkan dampak kerugian ekonomi (Sugiyono, 2001). Tingkat kehilangan
pada produk hortikultura, dalam hal kualitas dan kuantitas antara panen sampai
ke konsumen berkisar 20-50% di negara berkembang dan 5-25% di negara maju
(Kader, 2002). Di Indonesia kehilangan pasca panen produk sayuran 25-40%
(Muchtadi, 1995). Kader (2002) lebih lanjut menyatakan bahwa produsen dan
pedagang untuk mengurangi kehilangan hasil harus 1) mengetahui faktor biologi
dan lingkungan yang mengakibatkan penurunan mutu dan 2) menggunakan
teknik pasca panen yang dapat menjaga mutu.
Permasalahan pada pasca panen dapat disebabkan karena penanganan
sebelum dan sesuadah panen. alam pengembagan teknologi pasca panen
beberapa pertimbangan karakteristik pasca panen sayuran dan buah serta faktor
yang berpengaruh perlu diketahui untuk pengendalian kerusakan dan kemunduran
mutu. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain : fisiologis, fisik-
morfologis, patologis, kondisi lingkungan dan pertimbangan ekonomis. Salah satu
cara untuk mempertahankan mutu sayuran dan buah adalah dengan teknologi
penyimpanan dan pengemasan yang tepat. Dengan pengemasan dapat
menghambat penurunan bobot, meningkatkan citra produk, menghindari atau
mengurangi kerusakan dan dapat memperlambat proses respirasi sehingga
dapat memperpanjang umur simpan sayuran dan buah (Rachman, 2007).
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2007 Tentang :
PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS yang pada
hakekatnya melarang dampak dari merebaknya virus AI (flu burung) maka
memunculkan alternatif pengganti yang salah satu pilihannya adalah ternak
kelinci. Ternak kelinci dibudidayakan sebagai ternak potong penghasil daging dan
juga dapat dipelihara sebagai hewan hias. Untuk pemeliharaan sebagai ternak
potong terdapat beberapa galur yang dapat dijadikan sebagai indukan dan
menghasilkan keturunan/anakan yang selanjutnya dilakukan pembesaran untuk
menjadikannya sebagai ternak potong.
Galur yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Ternak Badan Litbang
Pertanian pada kondisi lingkungan di dataran tinggi akan diuji adaptasikan pada
kondisi lingkungan yang berbeda yaitu di dataran rendah pada wilayah perkotaan
di Provinsi DKI Jakarta sebagai kegiatan pengkajian oleh BPTP Jakarta dengan
stakeholder terkait. Galur-galur kelinci pedaging yang dimaksud adalah Hyla,
Hycole, New Zealand dan Resa. Untuk teknologi budidayanya yaitu menerapkan
teknologi perkandangan dengan sistem kandang "battery" (individu). Teknologi
pakan "pellet" dan pakan hijauan sangat diperlukan karena ketersediaan pakan
harus terpenuhi setiap saat untuk mendukung kelangsungan hidup ternak kelinci.
Teknologi olahan pasca panen untuk meningkatkan nilai tambah. Analisis
kelayakan usaha serta analisis persepsi dan preferensi konsumen.
Teknologi pembibitan kelinci merupakan penerapan tatalaksana
pengembangbiakan yang meliputi pemilihan bibit, pengaturan perkawinan,
pemeriksaan kebuntingan, perawatan menjelang kelahiran, perawatan anak baru
lahir, dan penyapihan tepat waktu. Produktivitas ternak kelinci dapat dapat terlihat
dari tingginya jumlah kelahiran dan rendahnya tingkat kematian khususnya
kematian anak saat lahir, saat disapih dan saat pembesaran menjelang dewasa.
Optimalisasi produksi ternak kelinci dapat menunjang agribisnis ternak kelinci
yang efisien dan menguntungkan.
Kontribusi produksi susu segar nasional, termasuk di kota DKI Jakarta,
cukup tinggi. Menurut Statistik Peternakan (2017), total populasi sapi perah di
Indonesia 545.000 ekor, sedangkan populasi sapi perah di wilayah DKI Jakarta
mencapai sekitar 2.484 ekor. Populasi sapi perah tersebut meningkat dari tahun
2015 sebesar 2.433 ekor. Produksi susunya juga meningkat dari tahun 2015
sebesar 4.726 ton mejadi 4.869 ton pada tahun 2017. Susu merupakan produk
yang mudah rusak, sehingga memiliki masa simpan yang sangat pendek, selain
itu susu juga merupakan media yang sangat baik untuk tempat berkembang
biaknya bakteri, sehingga susu menjadi cepat rusak dan tidak layak dikonsumsi.
Untuk memperpanjang daya guna dan daya tahan simpan, serta untuk
meningkatkan nilai ekonomi susu, maka diperlukan teknik penanganan dan
pengolahan susu segar. Penganekaragaman produk olahan susu merupakan
salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah dari susu tersebut. Pengolahan
susu dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui proses fermentasi dan
non fermentasi. Produk olahan susu melalui proses fermentasi, yaitu yoghurt,
kefir, keju cedar, keju mozzarella dan keju ricotta dan laina-lain, sedangkan
produk yang dihasilkan proses non fermentasi adalah susu pasteurisasi, permen
susu, dodol susu dan mentega dan lain-lain. Apabila potensi sapi perah dikelola
dengan baik dan profesional, terutama dalam hal pakan, maka sektor peternakan
ini akan memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan peternak,
khususnya peternak sapi perah di DKI Jakarta.
Salah satu program Pemda DKI Jakarta yaitu Revolusi Putih untuk
menghasilkan generasi muda yang sehat dan berdaya saing. Program tersebut
diluncurkan pada Februari 2018. Program ini termasuk program tambahan untuk
meningkatkan asupan protein di kalangan masyarakat khususnya menengah ke
bawah, Program tersebut sejalan dengan program SIWAB yang merupakan
program strategi pemerintah pusat untuk mengontrol populasi sapi yang ada di
Indonesia. Untuk itu maka dilakukanlah suatu Kajian teknologi pemeliharaan dan
peningkatan nilai tambah ternak sapi perah di wilayah perkotaan.
DKI Jakarta merupakan wilayah dengan kondisi yang sangat spesifik bila
dibandingkan dengan propinsi-propinsi lain. Dari sekitar 650 km 2 wilayah daratan
propinsi DKI Jakarta, hanya 13% yang merupakan lahan pertanian dan umumnya
didominasi oleh suasana perkotaan. Dengan kondisi seperti itu, untuk memenuhi
kebutuhan akan hasil pertanian khususnya sayuran sebagian besar didatangkan
dari luar Jakarta. Untuk sampai ke tangan konsumen di DKI Jakarta, komoditas
sayuran dan buah tersebut harus melalui suatu rantai tata niaga yang relatif
cukup panjang. Untuk itulah BPTP Jakarta melakukan pengkajian budidaya
tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan system hidroponik yang
dilanjutkan dengan kajian teknologi penyimpanan dan penggunaan kemasan
yang sesuai dapat meminimalkan kerusakan dan kehilangan hasil.

1.2. Tujuan
1. Untuk mendapatkan teknologi budidaya sayuran daun, sayuran buah dan
tanaman buah sistem hidroponik yang ramah lingkungan pada skala rumah
tangga di DKI Jakarta
2. Untuk mendapatkan teknologi pengemasan untuk memperpanjang masa
simpan tanaman sayuran dan tanaman buah di DKI Jakarta, teknologi
pembuatan dodol susu dan karamel susu dengan penambahan ekstrak
jahe skala skala rumah tangga.
3. Untuk mendapatkan galur kelinci yang dan teknologi pakan untuk sapi perah
di DKI Jakarta
1.3. Keluaran
1. Teknologi budidaya sayuran daun, sayuran buah, dan tanaman buah sistem
hidroponik yang ramah lingkungan pada skala rumah tangga di DKI
Jakarta.
2. Teknologi pengemasan untuk memperpanjang masa simpan tanaman sayuran
dan tanaman buah di DKI Jakarta, dan dodol susu, serta karamel susu skala
rumah tangga.
3. Teknologi galur kelinci yang adaptif dan pakan sapi perah di DKI Jakarta

1.4. Manfaat Dan Dampak


Kegiatan pengkajian ini diharapkan memberikan manfaat untuk petani
sebagai objek sasaran kegiatan kajian ini. Untuk memperoleh paket teknologi
budidaya hidroponik pada tanaman sayuran daun, sayuran buah dan tanaman
buah-buahan yang ramah lingkungan. Manfaat lain dari kegiatan kajian ini
adalah: sistem budidaya hidroponik ini bisa dimanfaatkan pada bermacam jenis
komoditas dan sangat sesuai untuk kondisi daerah perkotaan seperti di Jakarta.
Sistem hidroponik ini bebas residu pestisida, penggunaan lahan lebih efisien,
kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk
dan air lebih efisien, pengendalian hama dan penyakit lebih mudah, kandungan
gizi yang lebih banyak, tidak mudah layu, lebih bersih dan produktivitasnya lebih
tinggi bila dibandingkan dengan budidaya sayuran secara konvensional.
Dengan teknologi pengemasan akan memperpanjang umur simpan produk
sayuran dan buah sehingga tidak mudah rusak, hal ini akan meminimalisisr jumlah
kehilangan hasil sehingga kerugian akibat krusakan produk bisa ditekan. Melalui
teknologi pembuatan dodol susu dan karamel susu akan memberikan nilai tambah
produk susu melalui diversifikasi olahan susu. Selain itu dengan teknologi
pembuatan dodol susu dan karamel susu akan memperpanjang umur simpan
produk susu.
Jakarta sebagai kota metropolitan mempunyai Perda yang melarang untuk
budidaya unggas di wilayah Jakarta, dengan diperolehnya galur kelinci yang
adaptif di DKI Jakarta merupakan solusi untuk memenuhi kebutuhan daging di
wilayah Jakarta. Diperolehnya paket teknologi pakan sapi perah akan
meningkatkan kualitas susu sapi yang dihasilkan di DKI Jakarta.
II. METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi dan Waktu


Pengkajian akan dilakukan di wilayah DKI Jakarta. Waktu pelaksanaan
bulan Januari-Desember 2019.

2.2. Bahan dan Alat


Bahan yang akan digunakan adalah benih sayuran: pakcoy, sawi, slada,
bayam, tomat, cabe, melon, pupuk AB Mix khusus sayuran daun, pupuk AB Mix
khusus sayuran buah, pupuk AB Mix tanaman buah, pupuk organik, net pot, kain
flannel, rokcwool, kangkung, bayam, selada, mikrogreen dan buah segar, Jenis
kemasan yang digunakan adalah kardus/karton, jaring plastik. keranjang bambu,
dan plastik ukuran 10 dan 20 kg. Kondisi penyimpanan diakukan pada suhu ruang
dan dingin (10°Cdan 15°C). Bahan pembuatan dodol susu dan karamel susu
adalah susu sapi, tepung ketan, jahe. Bahan untuk peternakan adalah rumput
lapangan, ampas tahu, tepung jagung, dedak padi, ampas bir dan 1,2%
protefeed, Indigofera, dan konsentrat. Untuk uji adaptasi galur kelinci akan
menggunakan 4 galur kelinci yaitu : G1: Hyla; G2: Hycole; G3: New Zealand;
G4:Resa.
Alat yang akan digunakan: timbangan digital, EC meter/TDS, pH meter,
perangkat NFT, perangkat DFT, perangkat drip system, perangkat Aerophonik,
mesin pompa, thermometer, keranjang plastic, box container, gunting, cutter,
bak plastic, gelas ukur, lampu LED, Rak untuk penempatan bak-bak hidroponik,
ember besar, pipa paralon, sterofoam, stik tetes, selang, paralon, aerator,
timbangan dan chromameter untuk melihat tingkat kerusakan sayuran dan buah.
kamera, alat tulis.

2.2. Tahapan Pengkajian

Persiapan
a. Kegiatan persiapan meliputi: persiapan dokumen kegiatan, konsultasi,
koordinasi dan sosialisasi dengan dinas dan instansi terkait. Diskusi awal akan
dilakukan sebelum kegiatan dimulai, dengan tujuan untuk mendapatkan saran
dan masukan terkait dengan kegiatan kajian (lokasi, wilayah, kelompok tani).
b. Konsultasi dengan narasumber (balit komoditas, swasta)
c. Survei lapang pada 5 wilayah di DKI Jakarta.
d. Penentuan petani Koperator. Penentuan petani koperator (kelompok tani
yang mempunyai motivasi untuk berkembang dan mau menerima inovasi
teknologi serta berpotensi menjadi pelopor dalam mengadopsi dan
mendiseminakan hasil pengkajian).
e. Sosialiasi. Sosialisasi dilakukan pelaksanaan kegiatan terkait teknologi

2.3. Pelaksanaan pengkajian.


a. Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta. Mulai bulan Januari -
Desember 2019.
b. Pengambilan dan pengumpulan data pengamatan pertumbuhan dan hasil.
c. Pelaporan
d. Laporan kegiatan disusun berdasarkan pengolahan data yang diperoleh dari
hasil pengukuran di lapangan.
e. Seminar. Seminar dilakukan di lakukan di akhir kegiatan pengkajian yang
telah dilakukan.
f. Analisa ekonomi. Analisa ekonomi bertujuan untuk menghitung kelayakan
teknologi secara finansial de ngan hasil akhir yang dicapai dibandingkan
dengan kebiasaan petani. Analisa ekonomi dihitung berdasarkan keuntungan
yang diperoleh petani. Perbedaan dua jenis keuntungn tersebut diuji dengan
uji T.

2.4. Rancangan Pengkajian

ROPP 1. Kajian teknologi budidaya tanaman sayuran daun, sayuran


buah dan tanaman buah dengan system hydroponik ramah
lingkungan (PJ. Emi Sugiartini)

Rancangan yang akan digunakan untuk pengkajian sayuran


daun adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dengan 5 paket
teknologi yang dikaji (kombinasi antara sistem hidroponik NFT, DFT,
irigasi tetes, aerophonik dengan komposisi pupuk yg organic dan an
organik), dengan 5 kali ulangan. Parameter yang diukur adalah:
Tinggi tanaman, jumlah daun, berat/tanaman, panjang akar, analisa
sosial ekonomi.
Rancangan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dengan 4 paket teknologi yang
dikaji (kombinasi antara sistem hidroponik NFT, irigasi tetes,
aerophonik dengan penggunaan berbagai type lampu yang sesuai
untuk indoor ) pada komoditas tomat, cabe, melon, strawberry ,
dengan 5 kali ulangan. Parameter yg diukur adalah: Tinggi tanaman,
jumlah daun, berat buah/tanaman, jumlah buah/tanaman, analisa
sosial ekonomi.
Data hasil pengkajian akan diolah menggunakan program
SPSS.

ROPP 2. Kajian teknologi pengemasan sayuran dan buah, pembuatan


dodol susu dan karamel susu. (PJ: Waryat)

Rancangan yang akan digunakan pada pengkajian pengemasan


adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2
faktor yaitu kondisi penyimpanan (suhu ruang dan suhu dingin) dan
jenis kemasan (kardus/karton, jaring plastik, keranjang bambu, dan
plastik) dengan 4 kali ulangan. Parameter yang diukur adalah fisik
(susut bobot, persen kerusakan), kimia (kadar air dan kandungan
nutrisi), dan mikrobilogi (TPC).
Rancangaan yang akan digunakan pada pembuatan dodol susu
dan karamel susu adalah RAL faktorial. Data yang diperoleh dari hasil
pengkajian akan diolah menggunakan SPSS. Apabila terdapat
pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji DMRT jenjang nyata 5%.

ROPP 3. Kajian teknologi adaptasi kelinci dan teknologi pakan sapi


perah di DKI Jakarta
Prosedur pelakasanaan pengkajian adaptasi kelinci adalah
1) Menyiapkan jenis-jenis kelinci pedaging dari sumber teknologinya di
Balitnak (Balai Penelitian Ternak) di Ciawi Bogor. Berbagai jenis kelinci
pedaging yang dicoba yaitu Jenis bibit kelinci pedaging jenis Hyla, Hycole,
NZW dan Resa.
2) Kelinci ditempatkan ke dalam kandang individu (kandang battery)
masing-masing 1 kelinci dalam 1 kandang battery dilengkapi tempat
pakan dan minum. Betina dan jantan dipisahkan. Betina yang akan
dikawinkan dimasukkan ke dalam kandang pejantan dan bila sudah kawin
maka betina dikembalikan ke kandang semula.
3) Betina induk yang sudah hamil/bunting maka memerlukan
perawatan yang lebih baik dari pada biasanya. Perawatan yang dilakukan
antara lain meningkatkan jumlah pakan yang diberikan, menjaga air
minum jangan sampai kurang, menjaga ketenangan suasana sekita
kandang, menjaga kebersihan/sanitasi kandang dan lingkungan agar
lebih rapih dan bersih.
4) Untuk mengembangbiakkan kelinci dapat diatur waktu kawinnya
sehingga dapat diperkirakan waktu melahirkan. Masa bunting hingga
kelahiran untuk kelinci terjadi antara 28-35 hari atau biasanya terjadi
antara 31-32 hari. Anak yang baru lahir harus dijaga dengan baik karena
tingkat kematian anak masih sangat tinggi sesaat setelah dilahirkan
hingga beberapa minggu berikutnya. Kandang harus dibersihkan dari sisa
darah dan ari-ari pada saat kelinci melahirkan.
5) Recording dilakukan dengan mencatat beberapa parameter yaitu
tanggal kawin pertama, tanggal kawin berikutnya, tanggal anak lahir,
jumlah anak yang lahir/mati, jumlah anak disapih, rasio jantan/betina

Dalam pengkajian pakan ternak sapi menggunakan sebanyak 20 ekor sapi


perah jenis FH yang dipilih berdasarkan kategori tertentu meliputi: a) tingkat
laktasi I – III, b) bulan laktasi 2 – 4 dan c) produksi susu antara 8 – 15 liter/hari.
Ternak tersebut dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang masing-masing
terdiri dari 10 ekor dan kepada setiap kelompok diberikan pakan yang berbeda,
yaitu berupa a) Pakan Tanpa Suplemen (PTS) dan b) Pakan Suplemen
(Indigofera). Pakan Tanpa Suplemen adalah berupa pakan yang biasa digunakan
oleh peternak, yaitu terdiri dari 30% rumput lapangan, 30% ampas tahu dan 40%
konsentrat. Adapun konsentrat yang digunakan terbuat dari 15,4% bungkil
kedele, 9,4% dedak padi, 9,0% onggok dan 1,2% molases, 5% mineral.
Sedangkan Pakan Suplemen terdiri dari, 30% rumput lapangan, 30% ampas tahu
dan 40% tanaman Indigofera.
Ternak yang terpilih masing-masing ditempatkan di dalam kandang individu
(tersendiri) dan dikelompokkan menjadi dua sesuai dengan jenis ransum yang
diberikan. Pengamatan dilakukan selama 6 minggu berturut-turut, dimana dalam
waktu 2 minggu pertama dianggap sebagai masa penyesuaian ( prelimenary
period), kemudian dalam waktu 4 minggu berikutnya barulah dilakukan
pengukuran atau pengumpulan data terhadap semua parameter yang diamati.
Untuk keperluan penyusunan ransum, maka sebelum kegiatan dimulai
terlebih dahulu dilakukan analisis kandungan gizi terhadap semua bahan pakan
yang digunakan, analisis ini dilakukan menggunakan prosedur AOAC (1984) di
Balitnak, Ciawi Bogor.

Pengumpulan data dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu, yaitu pada


hari Senin, Rabu dan Jum’at, sedangkan pencatatan data dilaksanakan 2 kali
dalam sehari sesuai dengan waktu pemerahan, yaitu pagi hari pada jam 4.00 WIB
dan siang hari pada jam 13.00 WIB. Data yang dikumpulkan meliputi Berat Jenis
(BJ) dan Volume air susu (liter/ekor) yang dihasilkan oleh setiap ekor sapi yang
diamati.

Jumlah produksi air susu kemudian dikonversikan dari satuan volume


(liter/ekor/hari) menjadi satuan berat (Kg/ekor/hari) yaitu melalui perkalian nilai
volume dengan BJ. Selanjutnya agar perbandingan yang dilakukan antar
perlakuan menjadi lebih akurat, maka angka produksi tersebut dikoreksi terhadap
kandungan lemak air susu, sehingga satuannya berubah menjadi Kg 4%
FCM/ekor/hari. FCM atau Fat Corrected Milk adalah jumlah air susu yang
diproduksi dengan melakukan koreksi berdasarkan kandungan lemak di dalam air
susu tersebut. Konversi tersebut dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Produksi susu (kg 4% FCM/ekor/hari) = (0,4 X PS) + (0.15 X PS X L) ,


dimana:
PS = Produksi susu harian (kg/ekor/hari)
L = Kadar lemak susu (%)
Untuk keperluan analisa kualitas air susu, maka dilakukan pengambilan 2
macam sampel dari masing-masing ternak, yaitu satu sampel pada saat sebelum
dimulainya kegiatan dan satu sample lagi pada saat berakhirnya kegiatan. Sampel
susu yang diambil tersebut dikirimkan ke Laboratorium Kesmavet, milik Dinas
Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta yang berada di Cibubur.
Jenis analisis yang dilakukan adalah meliputi: penampakan, bau, rasa, warna, uji
alkohol, pH, BJ, kadar protein, dan kadar lemak.

Data yang diperoleh dalam pengkajian ini dianalisis secara statistik dengan
menggunakan uji beda-t atau “t-test”, berdasarkan Steel dan Torrie (1991),
menggunakan program komputer "Statistix (SX)” versi 4.1.
III. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

Tenaga yang Terlibat dalam Kegiatan

JABATAN
JABATAN ALOKASI
FUNGSIONAL /
No. NAMA DALAM URAIAN TUGAS WAKTU
BIDANG
KEGIATAN (Jam/mg)
KEAHLIAN
1. Ir. Emi Sugiartini, Peneliti Muda/ Penanggung Mengkoordinir semua 10
MP Budidaya Tanaman jawab RPTP sub kegiatan dan
melaksanakan
kegiatan budidaya
tanaman
2. Dr. Ana Feronika Peneliti Muda/HPT Anggota Tim Melaksanakan 6
S, SP, MP budidaya hidroponik

3. Ikrarwati, SP, M.Si Peneliti Pertama Anggota Tim Melaksanakan 6


budidaya hidroponik

4. Susi Sutardi, SP Calon Peneliti Anggota Tim Melaksanakan 6


budidaya hidroponik

5. Iskandar Calon Peneliti Anggota Tim Melaksanakan 6


Zulkarnaen, SP budidaya hidroponik

6. Ir. Syamsu Bahar, Peneliti Madya/ Penjab ROPP Mengkoordinir 8


MSi. Pakan ternak Ternak kegiatan peternakan
dan melaksanakan
kegiatan peternakan
7. Drh. Neng Risris Peneliti Pertama/ Anggota Tim Melaksanakan 6
Sudolar Produksi ternak reproduksi/
perkawinan kelinci
8. Dr. Andi Saenab, Peneliti Muda/ Anggota Tim Melaksanakan 6
Spt., MSi. Produksi ternak pengelolaan hijauan
pakan
9. Drh. Dini Penyuluh Muda/ Anggota Tim Melaksanakan 6
Andayani, MSi. Produksi ternak pembuatan pakan
pellet
10. Dr. Waryat, MP Peneliti Penjab ROPP Mengkoordinir 8
Muda/Teknologi Pasca panen kegiatan pasca panen
Pascapanen dan melaksanakan
kegiatan pasca panen
11. Muflihani Yanis, Peneliti Muda/ Anggota Tim Melaksanakan olahan 6
S.Pt., M.Si Pascapanen pangan berbahan
kelinci dan susu sapi
12. Syarifah Aminah Peneliti Anggota Tim Melaksanakan olahan 6
SP., M.Si muda/Teknologi pangan berbahan
Pascapanen kelinci dan susu sapi
13. Yossy Handayani, Peneliti Anggota Tim Melaksanakan olahan 6
SP pertama/Teknologi pangan berbahan
Pangan kelinci dan susu sapi
14. Ir. Nurmalinda, Peneliti Anggota Tim Bertanggungjawab 6
M.Si Madya/Sosesk terhadap analisa
sosek kegiatan
budidaya dan
pascapanen
15. Wylla S. Maharani, Calon Peneliti/ Anggota Tim Melaksanakan analisis 6
SP. Sosek sosek ternak

IV. JANGKA WAKTU KEGIATAN

Bulan ke -
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
Menyiapkan juknis
Menyiapkan bahan dan alat
Pengumpulan data sekunder
2. Pelaksanaan
Pengelolaan bahan pengkajian
Penerapan paket teknologi
Pengamatan dan pengumpulan
data
3. Pelaporan
Analisis data
Menyusun laporan akhir
Melaksanakan seminar hasil

V. PEMBIAYAAN

No. Jenis Belanja Vol Satuan Harga Jumlah


(Rp) Satuan (Rp) (Rp)
1 Belanja Bahan : 16,001,000
- Fotocopy, 1 Kali 5,001,000 5,001,000
penggandaan dan
penjilidan laporan
- Konsumsi 220 OK 50,000 11,000,000

2 Belanja Barang Non 59,600,000


Operasional Lainnya:
- Analisa Laboratorium 5 Kali 3,600,000 18,000,000
- Honor Pembantu
Lapangan 520 OH 80,000 41,600,000
3 Belanja Barang 302,382,000
Persediaan barang
Konsumsi:
- ATK dan Komputer 3 Keg 3,000,000 9,000,000
Supplies
- Bahan Pendukung 3 Keg 97,794,000 293,382,000
Kegiatan
4 Belanja Jasa Profesi: 7,200,000
- Honorarium 8 OJ 900,000 7,200,000
Narasumber/Pembah
as (Pejabat Eselon
III) (2 jam x 4
orang)
5 Belanja Perjalanan Biasa: 22,500,000
- Perjalanan dalam
rangka konsultasi, 45 OH 500,000 22,500,000
No. Jenis Belanja Vol Satuan Harga Jumlah
(Rp) Satuan (Rp)
(Rp)
Koordinasi, dan pelaksanaan
kegiatan
6 Belanja Perjalanan Dinas 55,800,000
Dalam Kota:
- Uang Transport 372
Kegiatan dalam Orkal 150,000 55,800,000
Kabupaten/Kota
Total: 1+2+3+4+5+6 463,483,000

DAFTAR PUSTAKA

Aboenawan, L. 1991. Pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan total


digestible nutrient (TDN) pellet isi rumen dibanding pellet rumput pada
domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik,2009. Peternakan Dalam Angka tahun 2009. Jakarta.

Dhandi JS et al. 2003a. Goat meat production: Present status and future
possibilities. AJAS 16: 1842 – 1852.
Free and H. Dove.2002. Sheep Nutrition. Cabi Publishing. New York. USA
Greyling JPC. 2000. Reproduction traits in the Boer Goat does. J Small Rumin 36:
171 – 177.

Hassen et al. 2007. Influence of Season/year and Species on Chemical


Composition and In Vitro Digestibility of Five Indigofera accessions. J Anim
Feed Sci Technol 136:312–322.

Haude ME . 2004. Identification and Classification of Colorants used during


Mexicos early Colonial Period. Book and Paper Group Annual Vol.16. The
American Institute of Conservation. pp 16-05.

Luginbuhl JM, Poore MH. 2005. Nutrition of Meat Goats. EAH Webmaster,
Departement of Animal Science. NCSU

Lubis, D. A. 2000. Ilmu Makanan Ternak. Cetakan Kedua. PT Pembangunan,


Jakarta.

[NRC] Nutrient Requirement of Goats . 1981. Angora, Dairy and Meat Goats in
Temperate and Tropical Countries. Washington DC: National Academy
Press.

[NRC] Nutrient Requirment of Goats. 1995. Washington DC: National Academy


Press.

SAS 1989. SAS User’s Guide. Version 16. 4th edition Vol.2. SAS Institute, Cary NC.

Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Ed ke–2 Sumantri B,
penerjemah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: The
Principle and Prosedure of Statistics.

Tjelele TJ. 2006. Dry Matter Production, Intake and Nutritive Value of Certain
Indigofera Spesies [Tesis]. Pretoria. M.Inst. Agrar. University of Pretoria.

Van DTT, Mui NT, Ledin I. 2005. Tropical Foliages: effect of presentation method
and spesies on intake by goats. J Anim Feed Sci Technol 118: 1-17.

Wiradarya, T. R. 1989. Peningkatan Produktivitas Ternak Domba melalui


Perbaikan Efisiensi Nutrisi Rumput Lapang. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai