Anda di halaman 1dari 35

VIII.

ROAD MAP DAN RENCANA AKSI KOMODITAS UNGGULAN


PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA KECAMATAN CUGENANG

Perencanaan pengembangan kawasan melalui pendekatan top-down policy, yaitu


sejalan dengan arah kebijakan pembangunan pertanian nasional dan bottom-up planing, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat/petani. Keluaran dari perencanaan adalah rancang bangun
kawasan dan rencana aksi jangka menengah dalam rincian tahunan.

8.1 Overview Pengembangan Kawasan Pertanian Kecamatan Cugenang

Pembangunan di Kecamatan Cugenang pada pengembangan kawasan pertanian adalah


mampu melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di wilayah sekitarnya. Tujuan utama pengembangan kawasan pertanian adalah
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan
pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong
berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan,
berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi.
Sehingga dengan pengembangan kawasan pertanian diharapkan:
a) mengurangi kesenjangan kesejahteraan dan pendapatan antar masyarakat tani,
b) mengurangi kemiskinan,
c) mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif,
d) meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Sasaran pengembangan kawasan pertanian adalah untuk mengembangkan kawasan


pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan, melalui:
a) Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,
produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, yang dilakukan
dengan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang efisien dan menguntungkan serta
berwawasan lingkungan;
b) Penguatan kelembagaan petani;

93
c) Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil,
pemasaran, dan penyediaan jasa);
d) Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pembangunan Terpadu;
e) Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi;
f) Peningkatan sarana-prasarana meliputi: jaringan jalan termasuk jalan usaha tani (farm
road), irigasi, pasar, air bersih, pemanfaatan air limbah, dan sampah;
g) Peningkatan sarana -prasarana kesejahteraan sosial meliputi pendidikan, kesehatan,
kebudayaan, dan sarana-prasarana umum lainnya seperti listrik, telekomunikasi dan lain
sebagainya.

Pengembangan Kawasan Pertanian di Kecamatan Cugenang yang terbagi dalam 16 Desa


sesuai dengan komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura sebagai berikut :

Komoditas
No Desa Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan
Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Cabai Pisang Bunga Tembakau Teh Kopi
1 Padaluyu
2 Sukajaya
3 Cibulakan
4 Cirumput
5 Talaga
6 Benjot
7 Gasol
8 Sarampad
9 Mangunkerta
10 Sukamulya
11 Galudra
12 Nyalindung
13 Cibeureum
14 Cijedil
15 Sukamanah
16 Wangunjaya

Permasalahan umum kawasan pertanian yang timbul selama ini ialah faktor sumber
daya manusia termasuk petugas, sarana dan prasarana serta informasi tentang agribisnisnya.
Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan koordinasi, pembinaan dan evaluasi.

94
8.2 Road Map dan Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Cugenang

Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kecamatan Cugenang


dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
Kecamatan Cugenang dan sudah terpetakan sebagai keunggulan nasional. Peran strategis
masing-masing komoditas tanaman pangan dan hortikultura telah menjadikan Kecamatan
Cugenang sebagai salah satu lumbung pangan. Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan
peran strategis masing-masing komoditas dari setiap Desa di Kecamatan Cugenang.

Strategi Utama BPBTPH Kecamatan Cugenang untuk meningkatkan kontribusi produksi


dan Produktivitas Pertanian adalah :
1. Peningkatan produktivitas
2. Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) untuk Padi
3. Penurunan tingkat kehilangan hasil
4. Pengembangan industri olahan
Klasifikasi Kawasan Tanaman Pangan:
• Penumbuhan
• Pengembangan
• Pemantapan

1. Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Kecamatan Cugenang

Kebutuhan pangan selama ini terpenuhi dari produksi dalam Kecamatan. Namun karena
pertumbuhan jumlah penduduk maka ketergantungan akan pangan, menyebabkan
rentannya ketahanan pangan sehingga berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi. Oleh
sebab itu, komoditas tanaman pangan terutama padi (beras) menjadi komoditas strategis
dalam perekonomian dan ketahanan pangan, sehingga menjadi basis utama dalam
pembangunan pertanian ke depan. Produksi komoditas tanaman pangan terutama padi
Kecamatan Cugenang cenderung berfluktuasi selama lima tahun berakhir sehingga
dilakukan melalui pengembangan kawasan.

95
Pengembangan kawasan tanaman pangan di Kecamatan Cugenang dikelompokan
berdasarkan kelas kawasan sesuai Klasifikasi Kawasan Tanaman Pangan, yaitu : Kawasan
Penumbuhan, Kawasan Pengembangan dan Kawasan Pemantapan. Klasifikasi tersebut
berdasarkan rerata produktivitas komoditas tanaman pangan dan Hortikultura.. Selanjutnya
perbedaan kelas kawasan tersebut menjadi dasar upaya penguatan yang akan dilakukan
sesuai tingkat kebutuhan.

Di Kecamatan Cugenang untuk kawasan padi dilakukan di 15 Desa, Jagung 2 Desa dan Kedelai
2 Desa potensial .

Tipe Kelas Desa


Kawasan
Berdasarkan Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu
Produktivitas
Penumbuhan
(produktivitas
Cibeureum Cirumput
Desa < rerata
Wangunjaya Cibeureum
produktivitas
Kecamatan)
Pengembangan
(produktivitas Padaluyu, Talaga,
Desa hampir Cibeureum, Cibeureum,
sama rerata Nyalindung, Wangunjaya
produktivitas Wangunjaya
Kecamatan)
Sukajaya,
Pemantapan Cibulakan,
Cirumput,
(produktivitas
Benjot, Gasol,
Desa > rerata
Sarampad
produktivitas Mangunkerta,
Kecamatan) Cijedil,
Sukamanah,

Klasifikasi Kawasan Tanaman Pangan Kecamatan Cugenang Tahun 2018.

a. Kawasan Padi
Secara umum, Kawasan Padi Kecamatan Cugenang memiliki potensi yang cukup besar
di 15 Desa di Kecamatan Cugenang dengan sentra produksi terbesar di Desa Sukajaya,
Cibulakan, Cirumput, Benjot, Gasol, Mangunkerta, Cijedil, Sukamanah.

96
Peta Kawasan Padi Kecamatan Cugenang Tahun 2017

Pengembangan Kawasan Padi dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian


Kecamatan Cugenang sekaligus mencapai ketahanan pangan sebagai kontribusi
Kecamatan Cugenang terhadap produksi Kabupaten Cianjur. Selanjutnya Orientasi
penguatan pengembangan padi berdasarkan klasifikasi kawasan tanaman pangan
Kecamatan Cugenang :
1. Penumbuhan (produktivitas kabupaten < produktivitas provinsi)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT);
2. Pengembangan (produktivitas kabupaten hampir sama produktivitas provinsi)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam dan peningkatan Indeks
Pertanaman (IP)
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
97
3. Pemantapan (produktivitas kabupaten > produktivitas provinsi dan nasional)
• Pengenalan teknologi baru penggunaan varietas unggul baru
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
• Peningkatan mutu hasil
• Pengembangan industri olahan
• Efisiensi usaha melalui pemanfaatan limbah lingkungan
• Pengaturan harga dan margin

Implementasi Master Plan kali ini direncanakan tahun 2018 yang sinergis secara teknis
sesuai potensi Kawasan Padi Kecamatan Cugenang terutama dalam meningkatkan
produktivitas, peningkatan areal tanam melalui peningkatan IP padi sawah.

Tahapan Pengembangan Kawasan Padi di Kecamatan Cugenang Tahun 2018

Hulu Meningkatkan penggunaan benih unggul bersertifikat, Penyediaan


sarana prasarana budidaya serta irigasi, Pembinaan Penangkar benih,
Pengembangan Pupuk Organik, Perbaikan JITUT/JIDES
Onfarm Optimalisasi lahan dan sarana prasarana produksi, Penerapan sistim tanam
jajar legowo, SRI, GPPTT, SLPHT, Pengamanan Produksi, Antisipasi DPI
Hilir Fasilitasi Sarana Prasarana Panen dan Pasca Panen, Sosialisasi dan
Penerapan Penanganan GHP dan Sertifikasi Mutu, Pengembangan
Pendukung Industri Olahan
Penguatan Kelembagaan Pemasaran, Kemitraan, Pengendalian Inflasi

Industri primer dari padi berupa beras yang selain dapat dikonsumsi langsung, beras
juga dapat diolah untuk berbagai keperluan dengan nilai tambah yang cukup tinggi.
Dalam hal ini pemanfaatan teknologi pascapanen padi dan produk sampingnya
memegang peranan penting. Alternatif dan peluang peningkatan nilai tambah padi
melalui sistem industri beras.

98
Kompos
Bahan Bakar
Pakan / SIlase

JERAMI
Media Jamur Beras Organik, Kepala, Giling, Instan Aromatik, Kristal
Kertas Pangan Beras Fungsional (Beryodium, Beras Fe, Beras Bernutrisi
Papan Partikel Kue

Tepung BKP
Beras
Tepung Instan
Tepung
PADi

Pangan Olahan Bihun Eksudat


Industri Tekstil
Beras Pecah Kulit

Bahan Baku Industri


Pangan Olahan
Pati Modified Starch Industri Tekstil
Menir Industri Makanan Gum Perekat

Pangan Serat
Dedak Pakan
GABAH

Minyak

Arang Sekam
Abu Gosok
Sekam

Bahan Bakar
Silikat
Karbon Aktif

Alternatif dan Peluang Industri Beras

b. Kawasan Jagung

Jagung termasuk komoditas strategis dalam pembangunan pertanian dan


pembangunan perekonomian Kecamatan Cugenang yang dikembangkan di 2 Desa di
Kecamatan Cugenang serta mempunyai fungsi untuk pangan maupun pakan. Arah
Pengembangan Agribisnis Jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan
minuman.
Pengembangan Kawasan Jagung Kecamatan Cugenang ditetapkan berdasarkan potensi
luas lahan darat yang belum produktif meliputi Desa Cibeureum dan Desa Wangunjaya.

99
Peta Kawasan Jagung Tahun 2017

Hasil evaluasi potensi pengembangan kawasan jagung di Kecamatan Cugenang yaitu


Desa Cibeureum 25 Ha dan Desa Wangunjaya 27 Ha.

Berdasarkan peta dan potensi produktivitas, maka orientasi penguatan kedelai


berdasarkan klasifikasi kawasan tanaman pangan Kecamatan Cugenang :
1. Penumbuhan (produktivitas Desa < produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT).
• Sosialisasi penggunaan benih komposit
2. Pengembangan (produktivitas Desa hampir sama produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam
100
• Peningkatan penggunaan benih hibrida
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
3. Pemantapan (produktivitas Desa > produktivitas Kecamatan)
• Pengenalan teknologi baru penggunaan varietas unggul baru
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
• Peningkatan mutu hasil
• Pengembangan industri olahan

Potensi pengembangan komoditas jagung di Kecamatan Cugenang terdapat pada lahan


sawah dan lahan kering pada wilayah datar sampai bergelombang dengan lereng <15%
dengan berbagai jenis bahan induk dan reaksi tanah (pH), seluas 52 Ha.

Tahapan Pengembangan Kawasan Jagung di Kecamatan Cugenang Tahun 2018

Hulu Meningkatkan penggunaan benih unggul bersertifikat, Penyediaan sarana


prasarana budidaya serta irigasi, Pengembangan Pupuk Organik, Perbaikan
JITUT/JIDES
Onfarm Optimalisasi sarana prasarana, Penerapan sistim tanam jajar legowo, GPPTT,
SLPHT,
Hilir Fasilitasi
Pengamanan Sarana Prasarana
Produksi, Panen dan
Antisipasi DPI Pasca Panen, Sosialisasi Penanganan
GHP dan Sertifikasi Mutu,
Pendukung Penguatan Kelembagaan Pemasaran, Kemitraan

Sebagai bahan pangan yang mengandung 70 persen pati, 10 persen protein, dan 5
persen lemak, jagung mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam
macam produk. Produk turunan potensial yang bisa dihasilkan dari komoditas jagung.

101
Kompos

DAUN
Pangan
Grit
Pakan Pakan
Pakan
Kompos Pangan
BUAH JAGUNG
Kulit, Kelobot Industri Tepung Pakan
JAGUNG

Jagung Pipilan Bahan Baku Industri

Tongkol Pakan Pakan


Pati
Rambut Pulp Bahan Baku Industri

Kertas Lembaga Pakan


Pakan
Bahan Bakar Kulit Ari Bahan Baku Industri
BATANG

Pulp

Kertas

Bahan Bakar

Alternatif dan Peluang Industri Jagung.

c. Kawasan Kedelai

Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan
jagung yang tingkat kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan untuk bahan industri pangan. Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan
berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah
bahkan berpeluang pula sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan
berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi,
mulai dari budidaya, panen, pengolahan pascapanen, transportasi, pasar hingga
industri pengolahan pangan. Pengembangan Kawasan Kedelai di Kecamatan
Cugenang ditujukan untuk peningkatan pertumbuhan produksi untuk memenuhi
kebutuhan domestik dan meningkatkan kontribusi produksi Kecamatan Cugenang
melalui pengembangan Kawasan Kedelai.

102
Peta Kawasan Kedelai Tahun 2017

Hasil penilaian peta potensi pengembangan kawasan kedelai di Kecamatan Cugenang


yang tersebar di 2 wilayah, yaitu: Desa Cibeureum dan Desa Cirumput.
Potensi pengembangan komoditas kedelai di Kecamatan Cugenang pada lahan sawah
dan lahan kering pada wilayah datar sampai berombak dengan lereng <8% dengan
reaksi tanah (pH) tergolong agak masam sampai netral, seluas 25 Ha.
Berdasarkan peta dan potensi produktivitas, maka orientasi penguatan kedelai
berdasarkan klasifikasi kawasan tanaman pangan :
1. Penumbuhan (produktivitas Desa < produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT)
• Sosialisasi penggunaan benih unggul melalui Jabalsim ke benih unggul
bersertifikat
103
2. Pengembangan (produktivitas Desa hampir sama produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam
• Peningkatan penggunaan benih unggul baru dan bersertifikat
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
3. Pemantapan (produktivitas Desa > produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
• Peningkatan mutu hasil melalui fasilitasi alsintan
• Pengembangan industri olahan

Tahapan Pengembangan Kawasan Kedelai di Kecamatan Cugenang Tahun 2018

Hulu Penguatan sistem perbenihan yang menjamin ketersediaan benih unggul


bersertifikat, Penyediaan sarana prasarana budidaya serta irigasi

Onfarm Optimalisasi sarana prasarana, GPPTT, SLPHT, Pengamanan Produksi,

Hilir Antisipasi DPI Prasarana Panen dan Pasca Panen,


Fasilitasi Sarana

Pendukung Penguatan Kelembagaan Pemasaran, Kemitraan

Lahan yang termasuk di dalam kawasan pengembangan kedelai berupa lahan darat
seluas 25 ha, Desa Cibeureum seluas 10 Ha dan Desa Cirumput 15 Ha.
Kedelai dapat diolah menjadi berbagai produk, baik produk pangan, obat- obatan,
industri maupun pakan. Alternatif dan Peluang Industri Kedelai.

Pangan Fermentasi Tempe, Kecap, Tauco, dll

Pangan Non Fermentasi Tahu, Susu, dll


KEDELAI

Pangan (Minyak Salad, Minyak Goreng, Mentega Putih, Margarine


Minyak Kasar
Industri (Pelarut, Pengemulsi, Penstabil, Pelumas, dll

Lesitin, Konsentrat Pangan (Retorian, Es Krim, yogurth, makanan bayi, kembang gula, dll)
Protein Farmasi (Obat-obatan, Kecantikan)

Bungkil Pakan Ternak

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai

104
Produk olahan kedelai yang diproduksi di masyarakat adalah produk fermentasi seperti
tempe, kecap, tauco, dan produk nonfermentasi seperti tahu, susu, dan daging tiruan
(meat analog). Produk fermentasi lain yang populer adalah natto (di Jepang), dan
produk nonfermentasi lainnya seperti keju kedelai, yuba dan lain-lain. Produk lainnya
dari kedelai adalah minyak kasar, isolat protein, lesitin, dan bungkil kedelai. Minyak
kedelai dapat diolah lagi untuk produk pangan dan produk industri. Produk pangan yang
menggunakan minyak kedelai antara lain adalah minyak salad, minyak goreng, mentega
putih, margarine, dan mayonaise. Isolat protein dan lesitin banyak digunakan dalam
berbagai produk industri makanan, antara lain roti-rotian, es krim, yoghurt, makanan
bayi (infant formula), kembang gula dan lain-lain. Bungkil kedelai yang mengandung
protein tinggi adalah bahan baku penting rangsum ternak (pakan). Di Kecamatan
Cugenang, kedelai lebih banyak digunakan untuk tahu, tempe dan tauco.

d. Kawasan Ubi Kayu

Ubikayu merupakan salah satu komoditas strategis sebagai sumber pendapatan bagi
petani yang memiliki arti dan peran dalam peningkatan kesejahteraan petani. Ubikayu
selain dapat dijadikan bahan pangan dimanfaatkan juga sebagai konsumsi pangan lokal,
bahan baku industri dan pakan ternak. Oleh karena itu pengembangan ubikayu sangat
penting artinya di dalam upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras,
diversifikasi/ penganekaragaman konsumsi pangan lokal, pengembangan industri
pengolahan hasil dan agroindustri dan sebagai sumber devisa melalui ekspor serta
upaya mendukung peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan.

Peluang pengembangan ubikayu sangat luas, hal tersebut mengingat ketersediaan


lahan yang cukup luas seperti potensi lahan kering, tegal, ladang dan lahan sementara
tidak diusahakan, juga tersedia paket teknologi budidaya ubikayu yang spesifik lokasi.
Meskipun demikian, komoditas ubikayu masih dianggap sebagai komoditas inferior, hal
ini terlihat dari :
1) Rendahnya minat petani melakukan budidaya ubikayu akibat rendahnya insentif
yang diperoleh dibanding komoditas lainnya;
2) Persaingan penggunaan sumberdaya lahan dengan komoditas lain;
3) Pola tanam belum diterapkan secara optimal;
105
4) Rendahnya produktivitas di tingkat petani;
5) Kelembagaan/kemitraan belum tumbuh dan berkembang dan
6) Sistem pemasaran belum berjalan dengan baik.

Pengembangan Kawasan Ubi Kayu diintensifkan di 2 Desa: 1) Desa Cibeureum 2) Desa


Wangunjaya.

Peta Kawasan Ubi Kayu Tahun 2017

Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Kecamatan Cugenang pada lahan darat
pada wilayah datar sampai bergelombang dengan lereng <15% dengan berbagai bahan
induk tanah dan reaksi tanah (pH).

Berdasarkan peta dan potensi produktivitas, maka orientasi penguatan ubi kayu
berdasarkan klasifikasi kawasan tanaman pangan:
106
1. Penumbuhan (produktivitas Desa < produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT)
• Sosialisasi penggunaan benih unggul lokal
2. Pengembangan (produktivitas Desa hampir sama produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam
• Peningkatan penggunaan benih bersertifikat
3. Pemantapan (produktivitas Desa > produktivitas Kecamatan)
• Pengenalan teknologi baru penggunaan varietas unggul baru
• Pengembangan industri olahan melalui fasilitasi alsintan

Tahapan Pengembangan Kawasan Tanaman Ubi Kayu di Kecamatan Cugenang Tahun


2018.
Hulu Meningkatkan penggunaan benih unggul bersertifikat
Onfarm Optimalisasi lahan, Pengamanan Produksi

Hilir Fasilitasi sarana prasarana, pasca panen dan pengolahan hasil

Pendukung Penguatan Kelembagaan, Pemasaran, Kemitraan

Ubikayu banyak digunakan sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri,
komoditi ekspor, pakan, dan sisanya sebagai limbah pertanian.
KULIT

Industri Pakan Onggok Industri Pakan Ternak

Ellot Industri Obat Nyamuk, Lem


UBI KAYU

Tapioka
Dextrin Industri Tekxtil, Farmasi dan Kimia

Gula Glukosa Industri Makanan

Gaplek Industri Makanan Gula Fruktosa Industri Makanan


DAGING

Pelet Industri Pakan Ternak Ethanol Industri Kimia

Asam Organik Industri Makanan


Sawut Industri Pakan Ternak
Senyawa Kimia Lain Industri Kimia
Tepung Casava Industri Makanan

Tape Industri Makanan

Alternatif dan Peluang Industri Ubi Kayu

107
Pemanfaatan ubikayu untuk industri skala sedang antara lain untuk industri pengolahan
makanan, pati, pakan, roti, gula dan sirup, minuman, mi, makaroni, kertas, farmasi, dan
kayu. Pengolahan ubikayu sebagai bahan industri besar antara lain untuk bahan baku
(a) dekstrin untuk tekstil, kertas perekat plywood, dan industri kimia/farmasi,
(b) citric acid untuk makanan dan minuman,
(c) monosodium glutamate,
(d) sorbitol,
(e) campuran pakan, dan
(f) ethanol.
Tepung tapioka dan produk turunan yang disebut polyol, merupakan bahan baku pasta
gigi, produk kosmetik, dan vitamin C.

108
2. Pengembangan Kawasan Hortikultura Kecamatan Cugenang

Sentra Strategi Utama : Klasifikasi Kawasan


Hortikultura :  Peningkatan Hortikultura :
Kawasan
 Cabai Produktivitas a. Baru/Inisiasi
Hortikultura
Kecamatan  Pisang  Peningkatan Nilai b. Penumbuhan
Cugenang  Tanaman Hias Tambah dan daya saing c. Pengembangan
Produk d. Pemantapan
e. Integrasi Antar
Kawasan

Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi


dengan permintaan pasar yang tinggi. Akan tetapi penanganan komoditas hortikultura di
dalam suatu kawasan sampai sekarang masih belum optimal, meskipun potensi bisnis di
dalam kawasan cukup besar yang terindikasi dari komoditas tanaman sayuran, buah,
florikultura, dan biofarmaka. Didalam pengembangannya ditetapkan 3 komoditas unggulan
diantaranya cabai, pisang dan Tanaman Hias.

Beberapa permasalahan pengembangan hortikultura :


• Rendahnya produksi, produktivitas dan kualitas hortikultura akibat belum optimalnya
pembinaan teknis terutama dalam penerapan inovasi teknologi baik prapanen dan
pascapanen sehingga daya saing produk hortikultura masih lemah.
• Lokasi terpencar;
• Penerapan GAP – SOP yang masih belum konsisten;
• Petani hortikultura masih memiliki daya tawar yang lemah dibanding pelaku usaha
lainnya yang disebabkan oleh masih lemahnya fungsi atau peran dari kelembagaan
hortikultura (Poktan, Gapoktan, Asosiasi).

Berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/Permentan/CT.140/8/2012


tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian dan sesuai Strategi Pengembangan
Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura, maka pengembangan kawasan hortikultura
Kecamatan Cugenang berdasarkan klasifikasi kawasan hortikultura untuk komoditas cabai,
pisang dan tanaman hias sesuai kelas kawasan :
a) Kawasan Baru/inisiasi;
b) Penumbuhan;
c) Pengembangan;

109
d) Pemantapan
e) yang terintegrasi antar kawasan.

Klasifikasi Kawasan Hortikultura Kecamatan Cugenang Tahun 2017


Tipe Kelas Kawasan Desa
Cabai Pisang Tanaman Hias
Inisiasi
(Rerata luas panen
dan produksi
< rerata Kecamatan)
Penumbuhan Padaluyu Wangunjaya Sukamulya
(produktivitas Desa
< rerata
produktivitas
Kecamatan)
Pengembangan Cibeureum, Cirumput Padaluyu, Padaluyu, Cirumput,
(produktivitas Desa Sarampad, Pengembangan, Sarampad
hampir sama rerata
produktivitas
Kecamatan)
Pemantapan Galudra, Nyalindung, Talaga, Sarampad Galudra, Nyalindung,
(produktivitas Desa Sukamulya. Cibeureum
> rerata
produktivitas
Kecamatan)

a. Kawasan Cabai

Cabai Merah (Capsicum Annum var L) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang cukup penting karena selain memiliki nilai ekonomis tinggi juga turut berkontribusi
secara signifikan terhadap inflasi, terutama pada saat harga cabai melambung. Fluktuasi
harga yang terjadi di pasar eceran disebabkan oleh faktor–faktor yang mempengaruhi
sisi penawaran dan proses penyediaan (produksi dan distribusi) cabai merah yang
belum sepenuhnya dikuasai para petani.

Cabai rawit merupakan tanaman menahun yang dapat hidup sampai 2-3 tahun apabila
dipelihara dengan baik dan kebutuhan haranya tercukupi. Cabai rawit (Capsicum
frutescens) termasuk dalam famili Solanaceae dan umumnya mempunyai rasa yang
sangat pedas. Cabai rawit biasa digunakan untuk sayur, bumbu masak, asinan dan obat.

110
Cabai rawit cocok dikembangkan di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 meter dpl,
meskipun begitu, cabe rawit bisa tumbuh baik hingga ketinggian 1000 meter dpl. Di
dataran tinggi, tanaman cabe rawit masih bisa berbuah. Hanya saja periode panennya
lebih sedikit dibanding dataran rendah. Selain itu, produksi biji pada buah cabe rawit
lebih sedikit.

Budidaya cabai rawit secara umum tidak berbeda nyata dengan budidaya cabai merah,
hanya karena umurnya yang panjang maka membutuhkan pemupukan lebih banyak.
Tanaman cabai rawit lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding cabai yang
lainnya, meskipun hama yang menyerang cabe besar bisa juga menyerang cabe rawit.

Kebutuhan cabai setiap tahunnya mengalami kecenderungan peningkatan permintaan


untuk kebutuhan sehari-hari. Keunggulan tanaman cabai selain karena digunakan untuk
bumbu masak juga sebagai bahan baku industri dan memiliki peluang eksport. Untuk
memenuhi kebutuhan cabai merah diperlukan upaya peningkatan produksi yang
mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui
penerapan teknologi budidaya mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih,
penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat yang mengacu pada
cara budidaya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Orientasi penguatan Cabai :


1) Inisiasi (Perluasan Areal, Peningkatan Kapasitas SDM, Peningkatan Produksi,
Peningkatan Kualitas);
2) Penumbuhan (Perluasan Areal, Peningkatan kapasitas SDM, Peningkatan Produksi,
Peningkatan Kualitas, Dukungan Sarana & Prasarana);
3) Pengembangan (Perluasan Areal, Peningkatan kapasitas SDM, Peningkatan
Produksi, Peningkatan Kualitas, Peningkatan Nilai Tambah, Dukungan Sarana &
Prasarana, Kemitraan);
4) Pemantapan (Perluasan Areal (off season), Peningkatan kapasitas SDM,
Peningkatan Produksi, Peningkatan Kualitas, Peningkatan Nilai Tambah, Dukungan
Sarana & Prasarana, Kemitraan) dan
5) Integrasi antar Kawasan (Perluasan Areal/off season), Peningkatan kapasitas SDM,
Peningkatan Produksi, Peningkatan Kualitas, Peningkatan Nilai Tambah, Dukungan
Sarana & Prasarana, Kemitraan, Integrasi Antar Kawasan).
111
Peta Kawasan Cabai Merah Tahun 2017

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kawasan Cabai adalah :


1. Penyusunan Standar Operasional Prosedur
2. Penerapan Good Agriculture Processing
3. Registrasi Lahan Usaha / Kebun
4. Penerapan Good Handling Processing

Tahapan Pengembangan Kawasan Tanaman Cabai Merah di Kecamatan Cugenang Tahun


2018.
Hulu Perluasan areal, jaringan irigasi, pupuk, alsintan, peralatan budidaya off season
Onfarm Pengembangan Kawasan, SOP Budidaya, SL-GAP, SL–PHT, SL-Iklim, Registtrasi LU /
Kebun, Sertifikasi produk
Hilir Peralatan Pasca Panen, Packing House, SL – GHP, Registrasi Packing House,
Peralatan Pengolahan
Pendukung TOT PL 1Hasil
& 2 (SL–GAP & GHP), Gerakan Pengendalian OPT, Pengaturan pola produksi,
Kemitraan, Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani

112
Permasalahan :
a) peningkatan produksi cabai yaitu tingkat pengetahuan petani yang masih relatif rendah,
keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya ketrampilan petani;
b) sulitnya mengendalikan harga cabai di pasaran yang sangat fluktuatif karena petani masih
belum konsisten menerapkan pengaturan pola produksi, disisi lain pengaturan pola
produksi cabai tersebut harus didukung kegiatan pengolahan hasil (cabai) dan ironisnya
harga cabai olahan impor lebih murah dibandingkan olahan petani.

Oleoresin

Tepung Cabai Merah

Ekstrak Cabai Minuman Ginger Beer

Pewarna Makanan
Buah
Sambal, Saos Cabai

Manisan Cabai Merah


CABAI

Pickles/Acar

Insektisida

Kayu Bakar
Batang dan Daun Serat Batang
Makanan

Alternatif dan Peluang Industri Cabai

b. Kawasan Pisang

Pisang merupakan komoditas buah dapat tumbuh dan diusahakan petani di dataran
rendah hingga dataran tinggi dengan varietas komersial yang berbeda, dan dapat
dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah hingga yang berpenghasilan tinggi.
Sentra produksi Pisang yang ada sekarang belum berbentuk dalam suatu hamparan
tetapi merupakan kantong-kantong produksi yang sempit dan terpencar di kawasan
sentra produksi, dengan tingkat pemeliharaan yang bervariasi dan belum optimal serta
pengelolaan pascapanennya yang sederhana dan pemasaran yang tidak berpihak
kepada petani. Prospek agribisnis Pisang di masa mendatang jika digarap serius, selain

113
dapat meningkat kesejahteraan petaninya juga bagi perekonomian Kecamatan
Cugenang.
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kawasan Pisang adalah :
1. Penyusunan Standar Operasional Prosedur
2. Penerapan Good Agriculture Processing
3. Registrasi Lahan Usaha / Kebun
4. Penerapan Good Handling Processing

Pengembangan Kawasan Pisang di Kecamatan Cugenang ditujukan untuk Peningkatan


Produksi dan Produktivitas Buah Ramah Lingkungan untuk meningkatkan kontribusi
produksi Kecamatan Cugenang. Keberhasilan pengembangan agribisnis pisang di sistem
produksi sangat ditentukan oleh ketersediaan bibit bermutu dan agroinput pada saat
dibutuhkan, tersedianya inovasi teknologi yang dibutuhkan, dan ditunjang oleh industri
jasa dan pendukung lainnya seperti industri kemasan, transportasi dan informasi.

Peta Kawasan Pisang Tahun 2018


114
Usaha agribisnis hulu pisang diawali dari kegiatan pembibitan. Artinya, pembangunan
agribisnis pisang yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi menuntut adanya
dukungan industri bibit pisang yang baik. Sistem produksi dan alur distribusi pisang
bebas penyakit merupakan yang paling lengkap dibandingkan dengan komoditas buah
lainnya. Pengembangan agribisnis pisang pada diarahkan untuk:
(1) Mencukupi kebutuhan konsumsi terutama Kecamatan Cugenang;
(2) Substitusi impor; dan
(3) Mengisi peluang pasar ekspor.

Tahapan Pengembangan Kawasan Tanaman Pisang di Kecamatan Cugenang Tahun


2018.
Hulu Perluasan areal, jaringan irigasi, pupuk, alsintan
Onfarm Pengembangan Kawasan, SL-GAP, SL–PHT, SL-Iklim, Registtrasi Kebun,
Sertifikasi produk
Hilir Peralatan Pasca Panen, Packing House, SL–GHP, Registrasi Packing House,
Hasil
Pendukung TOT PL 1 & 2 (SL–GAP & GHP), Penumbuhan Penangkar, Gerakan
Pengendalian OPT, Pengaturan pola produksi, Kemitraan, Peningkatan
Kapabilitas Petugas dan Petani

Orientasi penguatan pisang:


1) Inisiasi (Perluasan Areal, Peningkatan Kapasitas SDM, Peningkatan Produksi,
Penumbuhan Penangkar);
2) Penumbuhan (Perluasan Areal, Peningkatan Kapasitas SDM, Penumbuhan
Penangkar, Peningkatan Produksi, Peningkatan Kualitas);
3) Pengembangan (Perluasan Areal, Peningkatan kapasitas SDM, Peningkatan
Produksi, Peningkatan Kualitas dan Dukungan Sarana Prasarana);
4) Pemantapan (Perluasan Areal, Peningkatan kapasitas SDM, Peningkatan Produksi,
Peningkatan Kualitas, Peningkatan Nilai Tambah, Dukungan Sarana Prasarana,
Kemitraan).

115
Bibit
Tepung
Akar/Bonggol Keripik
Getuk
Empal, dll

Hiasan Janur

Batang Makanan Ternak

Tali, dll
PISANG

Makanan Ternak
Daun
Bungkus makanan

Sayuran
Bunga
Hiasan
Gaplek
Mentah Tepung
Keripik

Sale
Buah
Selai/Jam
Dodol
Jenang
Masak
Getuk
Anggur

Sari Buah

Cuka, dll

Alternatif dan Peluang Industri pisang

Pengembangan olahan produk pisang selama ini terkendala oleh ketersediaan suplai
bahan baku, baik dari jenis pisang sebagai bahan baku, volumen, kualitas dan
kontinuitas. Namun untuk pisang, sebagian besar buah pisang yang dihasilkan di
Kecamatan Cugenang diperdagangkan dan dikonsumsi dalam bentuk segar, karena
jenis pisang merupakan pisang meja untuk konsumsi langsung dan kurang sesuai untuk
olahan.

116
c. Kawasan Tanaman Hias

Keanekargaman jenis tanaman hias di Cugenang sangat banyak dan mempunyai nilai
ekonomis untuk keperluan hiasan di dalam dan di luar ruangan. Jenis tanaman hias yang
bisa dijadikan bisnis adalah jenis tanaman hias bunga potong (anggrek, krisan, mawar,
dan sedap malam), daun potong (Flora beauty, Philodendrom, Asparagus), jenis-jenis
tanaman hias ruangan (Philodendrom, Anthurium, Aglonema, Zamio dan jenis-jenis
kaktus). Jenis-jenis tanaman hias penghias taman (jenis-jenis rumput, lili paris, violces,
pisang-pisangan, soka, dan bunga sepatu).

Situasi Agroklimat dari di daerah Cugenang memungkinkan berbagai tanaman dapat


tumbuh dan berkembang dengan baik baik di dataran rendah hingga ke dataran tinggi.

Tanaman hias yang dibudidayakan oleh Petani di Cugenang dibedakan menjadi 2


macam, yaitu : tanaman hias luar ruangan (outdoor) dan tanaman hias dalam ruangan
(indoor). Tanaman hias luar ruangan (outdoor) adalah tanaman hias yang dapat tumbuh
dan berkembang secara optmal memerlukan sinar matahari penuh seperti : keluarga
palem, bougenvil, heliconia (pisang-pisangan), bunga sepatu, alamanda, soka dan masih
banyak lagi.
Tanaman hias dalam ruangan (indoor) adalah tanaman hias yang dapat tumbuh dan
berkembang secara optmal tidah memerlukan sinar matahari penuh. Contoh tanaman
hias ruangan, seperti : anggrek, krisan, mawar, sedap malam, Flora beauty,
Philodendrom, Asparagus, Philodendrom, Anthurium, Aglonema, Zamio, lili paris, dan
violces.

Pengembangan agribisnis Tanaman Hias diarahkan untuk:


(a) Pengembangan Jenis Tanaman Hias/Bunga dengan kualitas lebih baik sesuai
dengan permintaan pasar,
(b) Pengembangan industri benih/bibit bunga dalam rangka menjaga kontinuitas
pasokan benih bermutu,
(c) Perluasan areal tanam tanaman hias sebagai upaya antisipasi peningkatan
permintaan pasar terutama pada waktu menjelang peringatan hari-hari besar.
(d) pengembangan diversifikasi produk tanaman hias dalam upaya peningkatan nilai
tambah.
117
Peta Kawasan Tanaman Hias

Sasaran pengembangan tanaman hias meliputi:


(a) tersedianya benih/bibit unggul tanaman hias tiap tahunnya;
(b) meningkatnya produksi tanaman hias
(c) berkembangnya industri benih/bibit tanaman hias dalam rangka menjaga
kontinuitas pasokan benih bermutu; serta
(d) berkembangnya diversifikasi produk tanaman hias dalam upaya peningkatan nilai
tambah.

118
Tahapan Pengembangan Kawasan Tanaman Hias di Kecamatan Cugenang Tahun 2018.
Hulu Perluasan areal, jaringan irigasi, pupuk, alsintan, peralatan budidaya off
season, benih
Onfarm Pengembangan Kawasan, SL-GAP, SL–PHT, SL-Iklim, Registrasi LU,
Sertifikasi produk
Hilir Peralatan Pasca Panen, Gudang Penyimpanan, SL–GHP, Registrasi
Packing House, Peralatan Pengolahan Hasil
Pendukung TOT PL 1 & 2 (SL–GAP & GHP), Pemasyarakatan penggunaan benihbibit
bermutu, Penumbuhan Penangkar, Gerakan Pengendalian OPT,
Pengaturan pola produksi, Kemitraan, Peningkatan Kapabilitas Petugas /
Petani

Orientasi penguatan tanaman hias:


1) Inisiasi (Perluasan Areal, Peningkatan Kapasitas SDM, Peningkatan Produksi,
Penumbuhan Penangkar benih/bibit tanaman hias);
2) Penumbuhan (Perluasan Areal, Peningkatan Kapasitas SDM, Penumbuhan
Penangkar, Peningkatan Produksi, Peningkatan Kualitas);
3) Pengembangan (Perluasan Areal (off season), Peningkatan kapasitas SDM,
Peningkatan Produksi, Peningkatan Kualitas, Dukungan Sarana & Prasarana);
4) Pemantapan (Perluasan Areal (off season), Peningkatan kapasitas SDM,
Peningkatan Produksi, Peningkatan Kualitas, Peningkatan Nilai Tambah, Dukungan
Sarana & Prasarana, Kemitraan).

3. Pengembangan Kawasan Perkebunan Kecamatan Cugenang

Wilayah Kecamatan Cugenang mempunyai potensi tanaman perkebunan yang dapat


dikembangkan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat. Komoditi unggulan yang
dikembangkan dantara lain Komoditas Teh, Tembakau, Kopi dan Pala.

Untuk memastikan bahwa produksi Teh, Tembakau, Kopi dan Pala tetap dapat berlanjut di
masa depan, diperlukan kerjasama antar pihak terkait untuk mempromosikan praktek-
praktek pertanian yang lestari untuk menjamin semua produser melaksanakan tanggung
jawabnya untuk menghasilkan komoditas perkebunan secara lestari.

Secara ekonomis pertumbuhan dan produksi tanaman perkebunan sangat tergantung


pada atau dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak

119
dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap
hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga
penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan
pemberantasan hama dan penyakit.

Program budidaya tanaman perkebunan (Teh, Tembakau, Kopi dan Pala ) dilakukan di 7
desa di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur, merupakan langkah awal dari tujuan
jangka panjang yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang
dapat meningkatkan kesadaran petani seperti: pelatihan-pelatihan, sosialisasi dan seminar,
penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan, melakukan kajian dan
penyusunan database kesesuaian lahan untuk jenis-jenis tanaman tertentu serta penataan
rantai perdagangan yang baik dan menguntungkan petani-petani yang telah menerapkan
budidaya yang baik.

Klasifikasi Kawasan Perkebunan Kecamatan Cugenang Tahun 2017


Tipe Kelas Kawasan Desa
Tembakau Teh Kopi Pala
Inisiasi
(Rerata luas panen
dan produksi
< rerata Kecamatan)
Penumbuhan Sukamulya. Cibeureum,
(produktivitas Desa < Cirumput
rerata produktivitas
Kecamatan)
Pengembangan Cirumput,
(produktivitas Desa Mangunkerta
hampir sama rerata
produktivitas
Kecamatan)
Pemantapan Sukamulya,
(produktivitas Desa > Sarampad
rerata produktivitas
Kecamatan)

120
Peta Kawasan Tanaman Perkebunan

Pelaksanaan pengembangan tanaman perkebunan dilakukan melalui pendekatan :


1. Manajemen kelompok dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi usaha,
mempermudah akses pembinaan, akses perolehan informasi (perkembangan teknologi,
pasar, dll.) bagi petani, serta saling memperkuat posisi tawar petani dengan mitra
usahanya yaitu perusahaan pengelola/mitra.
2. Pengadaan benih dan pupuk untuk penanaman tanaman perkebunan dilakukan dengan
mekanisme belanja barang dan jasa oleh Dinas Kabupaten yang membidangi
Perkebunan sesuai Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Perubahan kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh
Pemerintah.

121
Tujuan kegiatan Pengembangan Tanaman Perkebunan Tahun 2018 adalah:
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman Perkebunan sesuai dengan potrensi
wilayah.
2. Memperluas kesempatan kerja dan peluang usaha di wilayah pengembangan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Potensi pengembangan komoditas perkebunan di Kecamatan Cugenang pada lahan lahan


kering pada wilayah datar sampai berombak dengan lereng <8% dengan reaksi tanah (pH)
tergolong agak masam sampai netral.
Berdasarkan peta dan potensi produktivitas, maka orientasi penguatan kedelai berdasarkan
klasifikasi kawasan tanaman perkebunan:
1. Penumbuhan (produktivitas Desa < produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT)
• Sosialisasi penggunaan benih unggul melalui Jabalsim ke benih unggul bersertifikat
2. Pengembangan (produktivitas Desa hampir sama produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam
• Peningkatan penggunaan benih unggul baru dan bersertifikat
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
3. Pemantapan (produktivitas Desa > produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam
• Penurunan tingkat kehilangan hasil melalui fasilitasi alsintan
• Peningkatan mutu hasil melalui fasilitasi alsintan
• Pengembangan industri olahan

Tahapan Pengembangan Kawasan Perkebunan di Kecamatan Cugenang Tahun 2018

Hulu Penguatan sistem perbenihan yang menjamin ketersediaan benih unggul


bersertifikat, Penyediaan sarana prasarana budidaya serta irigasi

Onfarm Optimalisasi sarana prasarana, GPPTT, SLPHT, Pengamanan Produksi, Antisipasi

Hilir DPI
Fasilitasi Sarana Prasarana Panen dan Pasca Panen,

Pendukung Penguatan Kelembagaan Pemasaran, Kemitraan

122
Tanpa Kafein Utuh (bean)
(Decafeinated) Bubuk (Powder)

Kopi Sangrai Kopi Ekstrak


(Roasted) (Extrack of coffee)

Kopi Berkafein Utuh (bean)


(Not Decafeinated) Bubuk (Powder)

Arabika OIB

Tanpa Kafein Arabika WIB


(Coffee)
KOPI

(Decafeinated) Robusta OIB


Lainnya
Kopi Beras
(Not Roasted) Arabika OIB

Kopi Berkafein Arabika WIB


(Not Decafeinated) Robusta OIB
Sekam & Kulit Ari Lainnya
(Skin & Husk)

Alternatif dan Peluang Industri Kopi

Minuman Ready to Drink (RTD)


Teh Hijau Daun
Teh Wangi
Teh Hijau Pressed Brick Tea Pupuk

Teh Hijau Bubuk Ampas Daun Teh Pakan Ternak

Teh Hitam Daun Pewarna Tekstil


Daun Teh Teh Celup

Teh Hitam Teh Isntan


Herbal/Obat
Teh Hitam Bubuk
Ampas Daun Teh

Teh Bolong
T EH

Teh Putih Kecantikan


Sabun
Ekstrak Teh Eskrim
RTD
Herbal/Obat

Batang Teh Kerajinan

Alternatif dan Peluang Industri Teh

123
Tepung Pala Industri Makanan
Manisan Industri Makanan
Wajik Industri Makanan
Daging Buah Dodol Industri Makanan
Fruit Salad Industri Makanan
Sirup Industri Makanan
Jam Industri Makanan
BUAH PALA

Minyak Fuli Industri Makanan


Fuli
Oleoresin Industri Makanan & Kosmetik

Oleoresin Industri Makanan & Kosmetik

Biji Industri Farmasi

Minyak Pala Industri Makanan

Industri Farmasi

Alternatif dan Peluang Industri Pala

8.3 Program/Kegiatan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan, Hortikultura dan


Perkebunan Tahun 2018 di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur

1. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan


Program ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian dan
perkebunan. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada :
a. Pembinaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Petani
b. Pengembangan Jaringan Irigasi Usaha Tani, Desa (JITUT, JIDES)
c. Pengembangan Pupuk Organik
d. Pengembangan Usaha Tani Pertanian dan Perkebunan
e. Proteksi Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan
f. Pengelolaan Data Statistik Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan
g. Pengembangan Tanaman Pangan
h. Pengembangan Tanaman Hortikultura
i. Pengembangan Tanaman Perkebunan
124
j. Pengembangan Produksi Benih Hortikultura
k. Pengembangan Produksi Benih Padi
l. Pengembangan Produksi Benih Palawija
m. Pengembangan Produksi Benih Perkebunan
n. Sertifikasi Bibit Unggul Pertanian dan Perkebunan
o. Pendampingan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian dan Perkebunan(DAK).

2. Program Pengembangan Agribisnis


Program ini bertujuan memfasilitasi pengembangan usaha agribisnis yang mencakup
usaha di bidang pertanian dan perkebunan hulu, on-farm (budidaya), hilir (agroindustri), dan
usaha jasa pendukungnya yang kuat dan terpadu. Agribisinis lebih ditekankan pada kegiatan
perdagangan, sedangkan agroindustri merupakan kegiatan pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, antara lain, pada:
a. Pengembangan Sistem Agribisnis Melalui Cooperatif Farming
b. Pengembangan Kualitas dan Mutu Produk Melalui Sistem Good Agricultural Practices
(GAP)
c. Peningkatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
d. Peningkatan Standar Mutu Produk
e. Peningkatan Pemasaran Produk-Produk Komoditas
f. Pengembangan Kerjasama Antar Daerah
g. Pengembangan Kebun Agribisnis Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
h. Fasilitasi Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Agrowisata

3. Program Peningkatan Kapasitas SDM Non Aparatur Pertanian


Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian,
terutama petani yang tidak dapat menjangkau akses terhadap sumber daya usaha pertanian.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan, pada:
a. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
b. Anti Poverty Program (APP) Bidang Pertanian dan Perkebunan.
c. Pendidikan Kemasyarakatan dalam rangka Mendukung Proteksi Tanaman Pangan,
Hortikultura dan perkebunan.
d. Pendidikan Kemasyarakatan Produktif dalam rangka Pengembangan Tanaman Pangan,
Hortikultura dan perkebunan.
e. Gebyar Farm Field Day (FFD).
125
4. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Produksi Tanaman
Pangan

a. Pengelolaan Produksi Tanaman Kacang dan Umbi


b. Pengelolaan Produksi Tanaman Padi
c. Pengelolaan Sistem Penyediaan Benih Tanaman Pangan
d. Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan Dari Gangguan OPT dan DPI
e. Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan
f. Pengembangan Metode Pengujian Mutu Benih dan Penerapan
g. Sistem Mutu Laboratorium Pengujian Benih
h. Pengembangan Peramalan Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan

5. Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Hortikultura Ramah


Lingkungan

a. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Buah Berkelanjutan


b. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Tanaman Sayuran dan
Tanaman Obat Berkelanjutan
c. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Florikultura Berkelanjutan
d. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura
e. Pengembangan Perlindungan Tanaman Hortikultura

6. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Mutu, Pemasaran Hasil dan Investasi
Pertanian dan Perkebunan

a. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian, perkebunan dan Bioindustri


b. Pengembangan Mutu dan Standarisasi Hasil Pertanian dan perkebunan
c. Pengembangan Usaha dan Investasi
d. Pengembangan Pemasaran Domestik

7. Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian dan


Perkebunan

a. Perluasan areal dan pengelolaan lahan pertanian dan perkebunan


126
b. Pengelolaan air irigasi untuk pertanian dan perkebunan
c. Penyaluran pupuk bersubsidi
d. Pengelolaan sistem penyediaan dan pengawasan alat mesin pertanian dan
perkebunan
e. Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan perkebunan, Pengembangan Usaha
f. Agribisnis Perdesaan (PUAP)

127

Anda mungkin juga menyukai