93
c) Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengolahan hasil,
pemasaran, dan penyediaan jasa);
d) Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pembangunan Terpadu;
e) Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi;
f) Peningkatan sarana-prasarana meliputi: jaringan jalan termasuk jalan usaha tani (farm
road), irigasi, pasar, air bersih, pemanfaatan air limbah, dan sampah;
g) Peningkatan sarana -prasarana kesejahteraan sosial meliputi pendidikan, kesehatan,
kebudayaan, dan sarana-prasarana umum lainnya seperti listrik, telekomunikasi dan lain
sebagainya.
Komoditas
No Desa Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan
Padi Jagung Kedelai Ubi Kayu Cabai Pisang Bunga Tembakau Teh Kopi
1 Padaluyu
2 Sukajaya
3 Cibulakan
4 Cirumput
5 Talaga
6 Benjot
7 Gasol
8 Sarampad
9 Mangunkerta
10 Sukamulya
11 Galudra
12 Nyalindung
13 Cibeureum
14 Cijedil
15 Sukamanah
16 Wangunjaya
Permasalahan umum kawasan pertanian yang timbul selama ini ialah faktor sumber
daya manusia termasuk petugas, sarana dan prasarana serta informasi tentang agribisnisnya.
Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan melakukan koordinasi, pembinaan dan evaluasi.
94
8.2 Road Map dan Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Cugenang
Kebutuhan pangan selama ini terpenuhi dari produksi dalam Kecamatan. Namun karena
pertumbuhan jumlah penduduk maka ketergantungan akan pangan, menyebabkan
rentannya ketahanan pangan sehingga berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi. Oleh
sebab itu, komoditas tanaman pangan terutama padi (beras) menjadi komoditas strategis
dalam perekonomian dan ketahanan pangan, sehingga menjadi basis utama dalam
pembangunan pertanian ke depan. Produksi komoditas tanaman pangan terutama padi
Kecamatan Cugenang cenderung berfluktuasi selama lima tahun berakhir sehingga
dilakukan melalui pengembangan kawasan.
95
Pengembangan kawasan tanaman pangan di Kecamatan Cugenang dikelompokan
berdasarkan kelas kawasan sesuai Klasifikasi Kawasan Tanaman Pangan, yaitu : Kawasan
Penumbuhan, Kawasan Pengembangan dan Kawasan Pemantapan. Klasifikasi tersebut
berdasarkan rerata produktivitas komoditas tanaman pangan dan Hortikultura.. Selanjutnya
perbedaan kelas kawasan tersebut menjadi dasar upaya penguatan yang akan dilakukan
sesuai tingkat kebutuhan.
Di Kecamatan Cugenang untuk kawasan padi dilakukan di 15 Desa, Jagung 2 Desa dan Kedelai
2 Desa potensial .
a. Kawasan Padi
Secara umum, Kawasan Padi Kecamatan Cugenang memiliki potensi yang cukup besar
di 15 Desa di Kecamatan Cugenang dengan sentra produksi terbesar di Desa Sukajaya,
Cibulakan, Cirumput, Benjot, Gasol, Mangunkerta, Cijedil, Sukamanah.
96
Peta Kawasan Padi Kecamatan Cugenang Tahun 2017
Implementasi Master Plan kali ini direncanakan tahun 2018 yang sinergis secara teknis
sesuai potensi Kawasan Padi Kecamatan Cugenang terutama dalam meningkatkan
produktivitas, peningkatan areal tanam melalui peningkatan IP padi sawah.
Industri primer dari padi berupa beras yang selain dapat dikonsumsi langsung, beras
juga dapat diolah untuk berbagai keperluan dengan nilai tambah yang cukup tinggi.
Dalam hal ini pemanfaatan teknologi pascapanen padi dan produk sampingnya
memegang peranan penting. Alternatif dan peluang peningkatan nilai tambah padi
melalui sistem industri beras.
98
Kompos
Bahan Bakar
Pakan / SIlase
JERAMI
Media Jamur Beras Organik, Kepala, Giling, Instan Aromatik, Kristal
Kertas Pangan Beras Fungsional (Beryodium, Beras Fe, Beras Bernutrisi
Papan Partikel Kue
Tepung BKP
Beras
Tepung Instan
Tepung
PADi
Pangan Serat
Dedak Pakan
GABAH
Minyak
Arang Sekam
Abu Gosok
Sekam
Bahan Bakar
Silikat
Karbon Aktif
b. Kawasan Jagung
99
Peta Kawasan Jagung Tahun 2017
Sebagai bahan pangan yang mengandung 70 persen pati, 10 persen protein, dan 5
persen lemak, jagung mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam
macam produk. Produk turunan potensial yang bisa dihasilkan dari komoditas jagung.
101
Kompos
DAUN
Pangan
Grit
Pakan Pakan
Pakan
Kompos Pangan
BUAH JAGUNG
Kulit, Kelobot Industri Tepung Pakan
JAGUNG
Pulp
Kertas
Bahan Bakar
c. Kawasan Kedelai
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan
jagung yang tingkat kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya
permintaan untuk bahan industri pangan. Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan
berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah
bahkan berpeluang pula sebagai komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan
berbahan baku kedelai membuka peluang kesempatan kerja dalam sistem produksi,
mulai dari budidaya, panen, pengolahan pascapanen, transportasi, pasar hingga
industri pengolahan pangan. Pengembangan Kawasan Kedelai di Kecamatan
Cugenang ditujukan untuk peningkatan pertumbuhan produksi untuk memenuhi
kebutuhan domestik dan meningkatkan kontribusi produksi Kecamatan Cugenang
melalui pengembangan Kawasan Kedelai.
102
Peta Kawasan Kedelai Tahun 2017
Lahan yang termasuk di dalam kawasan pengembangan kedelai berupa lahan darat
seluas 25 ha, Desa Cibeureum seluas 10 Ha dan Desa Cirumput 15 Ha.
Kedelai dapat diolah menjadi berbagai produk, baik produk pangan, obat- obatan,
industri maupun pakan. Alternatif dan Peluang Industri Kedelai.
Lesitin, Konsentrat Pangan (Retorian, Es Krim, yogurth, makanan bayi, kembang gula, dll)
Protein Farmasi (Obat-obatan, Kecantikan)
104
Produk olahan kedelai yang diproduksi di masyarakat adalah produk fermentasi seperti
tempe, kecap, tauco, dan produk nonfermentasi seperti tahu, susu, dan daging tiruan
(meat analog). Produk fermentasi lain yang populer adalah natto (di Jepang), dan
produk nonfermentasi lainnya seperti keju kedelai, yuba dan lain-lain. Produk lainnya
dari kedelai adalah minyak kasar, isolat protein, lesitin, dan bungkil kedelai. Minyak
kedelai dapat diolah lagi untuk produk pangan dan produk industri. Produk pangan yang
menggunakan minyak kedelai antara lain adalah minyak salad, minyak goreng, mentega
putih, margarine, dan mayonaise. Isolat protein dan lesitin banyak digunakan dalam
berbagai produk industri makanan, antara lain roti-rotian, es krim, yoghurt, makanan
bayi (infant formula), kembang gula dan lain-lain. Bungkil kedelai yang mengandung
protein tinggi adalah bahan baku penting rangsum ternak (pakan). Di Kecamatan
Cugenang, kedelai lebih banyak digunakan untuk tahu, tempe dan tauco.
Ubikayu merupakan salah satu komoditas strategis sebagai sumber pendapatan bagi
petani yang memiliki arti dan peran dalam peningkatan kesejahteraan petani. Ubikayu
selain dapat dijadikan bahan pangan dimanfaatkan juga sebagai konsumsi pangan lokal,
bahan baku industri dan pakan ternak. Oleh karena itu pengembangan ubikayu sangat
penting artinya di dalam upaya penyediaan bahan pangan karbohidrat non beras,
diversifikasi/ penganekaragaman konsumsi pangan lokal, pengembangan industri
pengolahan hasil dan agroindustri dan sebagai sumber devisa melalui ekspor serta
upaya mendukung peningkatan ketahanan pangan dan kemandirian pangan.
Potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Kecamatan Cugenang pada lahan darat
pada wilayah datar sampai bergelombang dengan lereng <15% dengan berbagai bahan
induk tanah dan reaksi tanah (pH).
Berdasarkan peta dan potensi produktivitas, maka orientasi penguatan ubi kayu
berdasarkan klasifikasi kawasan tanaman pangan:
106
1. Penumbuhan (produktivitas Desa < produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT)
• Sosialisasi penggunaan benih unggul lokal
2. Pengembangan (produktivitas Desa hampir sama produktivitas Kecamatan)
• Peningkatan produktivitas melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (GPPTT), serta perluasan areal tanam
• Peningkatan penggunaan benih bersertifikat
3. Pemantapan (produktivitas Desa > produktivitas Kecamatan)
• Pengenalan teknologi baru penggunaan varietas unggul baru
• Pengembangan industri olahan melalui fasilitasi alsintan
Ubikayu banyak digunakan sebagai sumber bahan pangan, bahan baku industri,
komoditi ekspor, pakan, dan sisanya sebagai limbah pertanian.
KULIT
Tapioka
Dextrin Industri Tekxtil, Farmasi dan Kimia
107
Pemanfaatan ubikayu untuk industri skala sedang antara lain untuk industri pengolahan
makanan, pati, pakan, roti, gula dan sirup, minuman, mi, makaroni, kertas, farmasi, dan
kayu. Pengolahan ubikayu sebagai bahan industri besar antara lain untuk bahan baku
(a) dekstrin untuk tekstil, kertas perekat plywood, dan industri kimia/farmasi,
(b) citric acid untuk makanan dan minuman,
(c) monosodium glutamate,
(d) sorbitol,
(e) campuran pakan, dan
(f) ethanol.
Tepung tapioka dan produk turunan yang disebut polyol, merupakan bahan baku pasta
gigi, produk kosmetik, dan vitamin C.
108
2. Pengembangan Kawasan Hortikultura Kecamatan Cugenang
109
d) Pemantapan
e) yang terintegrasi antar kawasan.
a. Kawasan Cabai
Cabai Merah (Capsicum Annum var L) merupakan salah satu komoditas hortikultura
yang cukup penting karena selain memiliki nilai ekonomis tinggi juga turut berkontribusi
secara signifikan terhadap inflasi, terutama pada saat harga cabai melambung. Fluktuasi
harga yang terjadi di pasar eceran disebabkan oleh faktor–faktor yang mempengaruhi
sisi penawaran dan proses penyediaan (produksi dan distribusi) cabai merah yang
belum sepenuhnya dikuasai para petani.
Cabai rawit merupakan tanaman menahun yang dapat hidup sampai 2-3 tahun apabila
dipelihara dengan baik dan kebutuhan haranya tercukupi. Cabai rawit (Capsicum
frutescens) termasuk dalam famili Solanaceae dan umumnya mempunyai rasa yang
sangat pedas. Cabai rawit biasa digunakan untuk sayur, bumbu masak, asinan dan obat.
110
Cabai rawit cocok dikembangkan di dataran rendah dengan ketinggian 0-500 meter dpl,
meskipun begitu, cabe rawit bisa tumbuh baik hingga ketinggian 1000 meter dpl. Di
dataran tinggi, tanaman cabe rawit masih bisa berbuah. Hanya saja periode panennya
lebih sedikit dibanding dataran rendah. Selain itu, produksi biji pada buah cabe rawit
lebih sedikit.
Budidaya cabai rawit secara umum tidak berbeda nyata dengan budidaya cabai merah,
hanya karena umurnya yang panjang maka membutuhkan pemupukan lebih banyak.
Tanaman cabai rawit lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding cabai yang
lainnya, meskipun hama yang menyerang cabe besar bisa juga menyerang cabe rawit.
112
Permasalahan :
a) peningkatan produksi cabai yaitu tingkat pengetahuan petani yang masih relatif rendah,
keterbatasan modal, lahan garapan yang sempit serta kurangnya ketrampilan petani;
b) sulitnya mengendalikan harga cabai di pasaran yang sangat fluktuatif karena petani masih
belum konsisten menerapkan pengaturan pola produksi, disisi lain pengaturan pola
produksi cabai tersebut harus didukung kegiatan pengolahan hasil (cabai) dan ironisnya
harga cabai olahan impor lebih murah dibandingkan olahan petani.
Oleoresin
Pewarna Makanan
Buah
Sambal, Saos Cabai
Pickles/Acar
Insektisida
Kayu Bakar
Batang dan Daun Serat Batang
Makanan
b. Kawasan Pisang
Pisang merupakan komoditas buah dapat tumbuh dan diusahakan petani di dataran
rendah hingga dataran tinggi dengan varietas komersial yang berbeda, dan dapat
dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah hingga yang berpenghasilan tinggi.
Sentra produksi Pisang yang ada sekarang belum berbentuk dalam suatu hamparan
tetapi merupakan kantong-kantong produksi yang sempit dan terpencar di kawasan
sentra produksi, dengan tingkat pemeliharaan yang bervariasi dan belum optimal serta
pengelolaan pascapanennya yang sederhana dan pemasaran yang tidak berpihak
kepada petani. Prospek agribisnis Pisang di masa mendatang jika digarap serius, selain
113
dapat meningkat kesejahteraan petaninya juga bagi perekonomian Kecamatan
Cugenang.
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Kawasan Pisang adalah :
1. Penyusunan Standar Operasional Prosedur
2. Penerapan Good Agriculture Processing
3. Registrasi Lahan Usaha / Kebun
4. Penerapan Good Handling Processing
115
Bibit
Tepung
Akar/Bonggol Keripik
Getuk
Empal, dll
Hiasan Janur
Tali, dll
PISANG
Makanan Ternak
Daun
Bungkus makanan
Sayuran
Bunga
Hiasan
Gaplek
Mentah Tepung
Keripik
Sale
Buah
Selai/Jam
Dodol
Jenang
Masak
Getuk
Anggur
Sari Buah
Cuka, dll
Pengembangan olahan produk pisang selama ini terkendala oleh ketersediaan suplai
bahan baku, baik dari jenis pisang sebagai bahan baku, volumen, kualitas dan
kontinuitas. Namun untuk pisang, sebagian besar buah pisang yang dihasilkan di
Kecamatan Cugenang diperdagangkan dan dikonsumsi dalam bentuk segar, karena
jenis pisang merupakan pisang meja untuk konsumsi langsung dan kurang sesuai untuk
olahan.
116
c. Kawasan Tanaman Hias
Keanekargaman jenis tanaman hias di Cugenang sangat banyak dan mempunyai nilai
ekonomis untuk keperluan hiasan di dalam dan di luar ruangan. Jenis tanaman hias yang
bisa dijadikan bisnis adalah jenis tanaman hias bunga potong (anggrek, krisan, mawar,
dan sedap malam), daun potong (Flora beauty, Philodendrom, Asparagus), jenis-jenis
tanaman hias ruangan (Philodendrom, Anthurium, Aglonema, Zamio dan jenis-jenis
kaktus). Jenis-jenis tanaman hias penghias taman (jenis-jenis rumput, lili paris, violces,
pisang-pisangan, soka, dan bunga sepatu).
118
Tahapan Pengembangan Kawasan Tanaman Hias di Kecamatan Cugenang Tahun 2018.
Hulu Perluasan areal, jaringan irigasi, pupuk, alsintan, peralatan budidaya off
season, benih
Onfarm Pengembangan Kawasan, SL-GAP, SL–PHT, SL-Iklim, Registrasi LU,
Sertifikasi produk
Hilir Peralatan Pasca Panen, Gudang Penyimpanan, SL–GHP, Registrasi
Packing House, Peralatan Pengolahan Hasil
Pendukung TOT PL 1 & 2 (SL–GAP & GHP), Pemasyarakatan penggunaan benihbibit
bermutu, Penumbuhan Penangkar, Gerakan Pengendalian OPT,
Pengaturan pola produksi, Kemitraan, Peningkatan Kapabilitas Petugas /
Petani
Untuk memastikan bahwa produksi Teh, Tembakau, Kopi dan Pala tetap dapat berlanjut di
masa depan, diperlukan kerjasama antar pihak terkait untuk mempromosikan praktek-
praktek pertanian yang lestari untuk menjamin semua produser melaksanakan tanggung
jawabnya untuk menghasilkan komoditas perkebunan secara lestari.
119
dapat diabaikan adalah mencari bibit unggul yang produksinya tinggi dan tahan terhadap
hama dan penyakit. Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga
penting adalah pemeliharaan, seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan
pemberantasan hama dan penyakit.
Program budidaya tanaman perkebunan (Teh, Tembakau, Kopi dan Pala ) dilakukan di 7
desa di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur, merupakan langkah awal dari tujuan
jangka panjang yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang
dapat meningkatkan kesadaran petani seperti: pelatihan-pelatihan, sosialisasi dan seminar,
penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan, melakukan kajian dan
penyusunan database kesesuaian lahan untuk jenis-jenis tanaman tertentu serta penataan
rantai perdagangan yang baik dan menguntungkan petani-petani yang telah menerapkan
budidaya yang baik.
120
Peta Kawasan Tanaman Perkebunan
121
Tujuan kegiatan Pengembangan Tanaman Perkebunan Tahun 2018 adalah:
1. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman Perkebunan sesuai dengan potrensi
wilayah.
2. Memperluas kesempatan kerja dan peluang usaha di wilayah pengembangan sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Hilir DPI
Fasilitasi Sarana Prasarana Panen dan Pasca Panen,
122
Tanpa Kafein Utuh (bean)
(Decafeinated) Bubuk (Powder)
Arabika OIB
Teh Bolong
T EH
123
Tepung Pala Industri Makanan
Manisan Industri Makanan
Wajik Industri Makanan
Daging Buah Dodol Industri Makanan
Fruit Salad Industri Makanan
Sirup Industri Makanan
Jam Industri Makanan
BUAH PALA
Industri Farmasi
6. Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Mutu, Pemasaran Hasil dan Investasi
Pertanian dan Perkebunan
127