Anda di halaman 1dari 58

Abstract

Indonesia dihadapkan pada tantangan permintaan pangan domestik yang terus meningkat
sebagai konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk dan perbaikan daya beli masyarakat.
Untuk mengantisipasi hal ini, kapasitas produksi pangan nasional harus ditingkatkan dengan
memperluas lahan pertanian dan/atau memacu produktivitas. Tanpa upaya ini, ketergantungan
pada impor pangan tidak bisa dihindari. Di tengah laju konversi lahan pertanian ke
penggunaan non pertanian yang cukup masif dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan
produktivitas harus menjadi strategi utama dalam meningkatkan kapasitas produksi pangan
nasional.

Statistik menunjukkan bahwa tren perkembangan produktivitas padi, kedelai, dan bawang
merah cenderung melandai dalam beberapa tahun terakhir. Produktivitas padi nasional
cenderung persisten pada angka 5 ton per hektar gabah kering giling sementara produktivitas
bawang merah dan kedelai cenderung stagnan masing-masing sekitar 10 dan 1,5 ton per
hektar dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini merupakan tantangan berat dalam
mewujudkan swasembada ketiga komoditas ini. Gambaran yang sedikit menggembirakan
terjadi pada komoditas jagung. Dalam beberapa tahun terakhir, produktivitas jagung nasional
menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2019, produktivitas jagung
nasional telah mencapai 5,4 ton per hektar. Partisipasi penggunaan benih jagung hibrida oleh
petani Indonesia yang telah mencapai 75,13 persen merupakan kunci dari peningkatan
tersebut. Tren peningkatan produktivitas juga terjadi untuk komoditas cabai besar dan cabai
rawit.

Ruang untuk meningkatkan produktivitas masih sangat terbuka lebar, baik untuk komoditas
tanaman pangan maupun hortikultura. Hal ini dapat diupayakan melalui peningkatan
produktivitas lahan dan produktivitas tenaga kerja. Secara konkret, dua hal ini dapat
dilakukan melalui penggunaan benih unggul, khususnya yang berasal dari bantuan
pemerintah; peningkatan akses petani terhadap pupuk; penanganan serangan hama/OPT;
penggunaan alat dan mesin pertanian (mekanisasi), baik prapanen maupun pasca panen untuk
menekan kehilangan hasil produksi; perbaikan teknik budidaya, misalnya dengan mendorong
implementasi pola tanam jajar legowo pada skala yang lebih masif dalam budidaya tanaman
padi sawah; perbaikan dan perluasan akses jaringan irigasi; modifikasi cuaca untuk mitigasi
dampak perubahan iklim; peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pertanian yang
difokuskan pada petani muda; penguatan kelembagaan petani melalui keanggotaan kelompok
tani; dan peningkatan akses petani terhadap teknologi informasi.

Untuk komoditas padi dan jagung, menutup kesenjangan produktivitas antara wilayah Jawa
dan luar Jawa merupakan kunci dalam memacu produktivitas nasional. Produktivitas padi dan
jagung di luar Jawa lebih rendah masing-masing sekitar 23 persen dan 13 persen dibanding
produktivitas di Jawa. Karena itu, peningkatan produktivitas lahan dan petani di luar Jawa
harus menjadi strategi utama dalam memacu produktivitas padi dan jagung nasional.

1. LATAR BELAKANG
Pembangunan pertanian sebagai salah satu wujud pembangunan nasional bertujuan untuk
mendukung usaha-usaha peningkatan produksi serta peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani. Sampai saat ini masih cukup banyak luas lahan usaha petani yang belum
mencapai produktivitas yang optimal, yang antara lain disebabkan belum diterapkannya paket
anjuran teknologi secara tepat.

Diantara faktor-faktor produksi, penggunaan benih bermutu varietas unggulmemegang peranan


yang cukup penting, karena selain dapat meningkatkan produktifitas juga dapat meningkatkan
mutu hasil serta sebagai sarana dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman.

Realisasi penggunaan benih bermutu varietas unggul meskipun menunjukan peningkatan


setiap tahunnya, namun masih belum mencukupi potensi kebutuhannya. Dilain pihak dari
jumlah benih bermutu yang diproduksi ternyata tidak seluruhnya dapat diserap pasar, karena
masih banyak petani yang belum menggunakan benih bersertifikat/berlabel. Hal ini antara lain
karena benih yang tersedia sebagian belum sesuai harapan petani baik dari jumlah, varietas
maupun kualitasnya. Agar benih-benih yang diproduksi tersedia secara memadai, maka dalam
proses produksi dan peredarannya harus benar-benar diawasi sesuai prosedur/ketentuan yang
berlaku serta direncanakan secara baik disesuaikan dengan kebutuhan petani.

Salah satu kebijakan yang diambil Pemerintah agar penyediaan benih bermutu dapat terpenuhi
secara memadai sesuai sasaran 6 tepat (tepat varietas, jumlah, mutu, harga, waktu, tempat),
adalah memberikan kewenangan kepada produsen benih untuk dapat melakukan pengawasan
sendiri terhadap proses produksi benihnya, melalui pemberian Sertifikat Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu kepada

Produsen Benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (LSSMBTPH). Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu merupakan salah satu sarana
untuk memberikan jaminan mutu bahwa produsen benih yang disertifikasi mampu memasok
produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

 
BIDANG PANGAN DAN TANAMAN PANGAN
 
Berdasarkan Peraturan Bupati Temanggung No. 27 Tahun 2021 Tentang Tugas dan Fungsi Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kab. Temanggung, maka Bidang Pangan dan
Tanaman Pangan mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

Tugas :
melakukan pengoordinasian penyusunan program, pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
evaluasi serta pelaporan di bidang pangan meliputi seluruh pendukung kemandirian pangan
pada berbagai sektor sesuai kewenangan Daerah, penyediaan dan penyaluran pangan pokok
atau pangan lainnya sesuai kebutuhan Daerah dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga
pangan, pengelolaan cadangan pangan  kabupaten, penentuan harga minimum daerah untuk
pangan lokal yang tidak ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi,
penyediaan infrastruktur pendukung kemandirian pangan sesuai kewenangan kabupaten,
penyediaan dan penyaluran pangan pokok dan pangan lainnya dalam stabilisasi pasokan dan
harga pangan, pengelolaan dan keseimbangan cadangan pangan Kabupaten, penentuan
harga minimum daerah untuk pangan lokal, pelaksanaan pencapaian target konsumsi pangan
perkapita/tahun sesuai dengan angka kecukupan gizi, penyusunan peta kerentanan dan
ketahanan pangan Kecamatan, penanganan kerawanan pangan kabupaten, pengadaan,
pengelolaan dan penyaluran cadangan pangan pada kerawanan pangan yang mencakup
dalam Daerah kabupaten, pelaksanaan pengawasan keamanan pangan segar, peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman pangan serta pembinaan, pengelolaan  dan penerapan
tehnologi budidaya tanaman pangan.
 

Fungsi :
a. perumusan program  rencana teknis di bidang penyelenggaraan pangan berdasarkan
kedaulatan dan kemandirian, penyelenggaraan ketahanan pangan, penanganan kerawanan
pangan dan keamanan pangan;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan di bidang ketersediaan dan distribusi pangan serta penganekaragaman konsumsi
dan keamanan pangan;
c. pengoordinasian pelaksanaan program ketahanan pangan;
d. pengoordinasian pengkajian terhadap ketersediaan dan distribusi pangan serta
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
e. pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam mendukung program ketahanan pangan;
f. peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal kuantitas dan kualitas
pangan dan gizi;
g. penyebarluasan informasi dalam rangka mendukung program ketahanan pangan;
h. perumusan program rencana teknis di bidang produksi dan produktivitas tanaman pangan;
i. pelaksanaan bimbingan teknis dan penerapan teknologi produksi tanaman pangan;
j. pelaksanaan bimbingan teknis peningkatan produksi dan produktivitas hasil tanaman
pangan;
k. pelaksanaan bimbingan teknis sentra komoditas tanaman pangan;
l. pengembangan kawasan produksi tanaman pangan;
m. penyelenggaraan perumusan pertimbangan dan  rekomendasi teknis tanaman pangan;
n. pembinaan, pengawasan dan penilaian kelayakan serta rekomendasi teknis ijin usaha
pertanian tanaman pangan;
o. pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik tanaman pangan; dan
p. pengoordinasian pelaksanaan tugas terkait dengan penyelenggaraan  di bidang pangan dan
tanaman pangan.

 
Bidang Pangan dan Tanaman Pangan dipimpin oleh Kepala Bidang yang membawahi :

a. Seksi Pangan;
b. Seksi Tanaman Pangan.

 
Seksi Pangan
Seksi Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) huruf a mempunyai tugas
pengoordinasian penyiapan bahan perumusan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta
pelaporan, meliputi pengidentifikasian, pembinaan dalam rangka peningkatan ketersediaan
pangan; pengidentifikasian dan pembinaan dan pengembangan cadangan pangan
masyarakat, pengelolaan cadangan pangan pemerintah di tingkat kabupaten,
pengidentifikasian dan penanganan kelompok rawan pangan, pengidentifikasian dan
pengembangan infrastruktur distribusi pangan, pencegahan dan pengendalian masalah
pangan sebagai akibat penurunan ketersediaan dan akses pangan, penyediaan dan
penyebarluasan informasi harga pangan, dan penumbuhan jaringan pasar untuk produk
pangan yang dihasilkan masyarakat, pengidentifikasian potensi sumberdaya dan keragaman
konsumsi pangan masyarakat, pembinaan pengembangan penganekaragaman produk
pangan, peningkatan mutu/pola konsumsi pangan masyarakat, pembinaan, pengawasan, dan
analisa terhadap mutu, gizi dan keamanan produk pangan masyarakat, pembinaan dan
pengawasan produk pangan segar dan olahan skala kecil/rumah tangga, pencegahan dan
penanggulangan masalah pangan sebagai akibat menurunnya mutu, gizi dan  keamanan
pangan, pengumpulan dan analisis informasi ketahanan pangan, penerapan standar Batas
Minimum Residu, dan silitasi pelaksanaan sertifikasi dan pelabelan prima serta pelaksanaan
tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan fungsinya.
 
Seksi Tanaman Pangan
Seksi Tanaman Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) huruf b mempunyai
tugas pengoordinasian penyiapan bahan, perumusan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
serta pelaporan meliputi, perencanaan teknis kegiatan tanaman pangan, Peningkatan
produksi produktivitas dan perlindungan tanaman pangan, pelaksanaan bimbingan teknis
sentra komoditas tanaman pangan, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik
tanaman pangan, fasilitasi kerjasama penelitian dan pengembangan dalam rangka
peningkatan produksi dan mutu tanaman pangan, dan peningkatan penggunaan benih
bermutu tanaman pangan, pelaksanaan bimbingan teknis panen dan pengolahan hasil
tanaman pangan, pengembangan kawasan produksi dan agribisnis tanaman pangan,
pembinaan dan bimbingan permodalan usaha tani tanaman pangan, penyediaan data
informasi harga pasar tanaman pangan, penyediaan informasi susut hasil dan analisis usaha
tani, pembinaan, pemberdayaan dan fasilitasi pembentukan asosiasi komoditas tanaman
pangan, fasilitasi penyelenggaraan sertifikasi komoditas di bidang tanaman pangan,
mendukung pengamatan, pengendalian dan penanggulangan hama dan penyakit tanaman
pangan serta bencana pertanian tanaman pangan, serta pelaksanaan tugas kedinasan lain
yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan fungsinya.
Profil
Sekretariat Daerah merupakan perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Bantul sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
yang selanjutnya dituangkan secara konkrit dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul
Nomor Nomor 15 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah
Kabupaten Bantul dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Bantul. 

Kedudukan
Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul merupakan unsur staf yang dipimpin oleh
seorang Sekretaris Daerah, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati Bantul.

Tugas Pokok
Sebagai unsur staf, maka tugas dan kewajiban Sekretariat Daerah adalah membantu
Bupati dalam penyusunan kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan
lembaga teknis daerah.

Fungsi
Sekretariat Daerah memiliki fungsi yang cukup luas dan strategis dalam menjalankan
roda Pemerintahan, antara lain :

1. Mempersiapkan rumusan kebijakan di bidang organisasi dan tatalaksana Satuan


Kerja Perangkat Daerah, kepegawaian, peratu-ran daerah dan berbagai aturan
pelaksanaannya, pemerintahan umum, pemerintahan desa, kerjasama dan
pengembangan potensi daerah, administrasi pembangunan, umum dan
kehumasan serta protokoler.
2. Mengkoordinasikan dinas-dinas daerah dan lembaga teknis daerah dalam
rangka perumusan kebijakan.
3. Memberikan arahan untuk pelaksanaan kebijakan kepada dinas-dinas daerah
dan lembaga teknis daerah.
Tujuan
1. Terumusnya bahan kebijaksanaan, penyusunan program, petunjuk teknis,
terpantaunya penyelenggaraan dan pengembangan otonomi daerah,
pemerintahan daerah, pemerintahan desa serta penyusunan bahan kebijakan
dan koordinasi terwujudnya peraturan perundang-undangan.

Sasaran
1. Terlaksananya pembinaan dan pengembangan otonomi daerah, pemerintahan
daerah, perangkat daerah serta penyelenggaraan administrasi pertanahan.
2. Terlaksananya fasilitasi dan pemberdayaan pemerintahan desa.
3. Terlaksananya produk hukum daerah, telaahan hukum, pemberian bantuan
hukum, pempublikasian dan pendokumentasian produk hukum.
4. Terlaksananya bahan pembinaan pendidikan dan kebudayaan, pemuda dan
olahraga, pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan rakyat.
5. Terlaksananya bahan pembinaan perekonomian daerah.
6. Terlaksananya sistim pengendalian administrasi pembangunan.

Kebijakan
1. Meningkatkan sistim pemerintahan yang baik, bertanggung jawab dan bebas dari
KKN, serta meningkatkan administrasi dan pelayanan kepada masyakarat.
2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa yang meliputi aspek
kelembagaan, kemasyarakatan dan kemampuan desa.
3. Penegakan supremasi hukum sehingga akan tercapai adanya keamanan dan
ketertiban.
4. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan.
5. Peningkatan pemberdayaan pemuda dan peranan wanita.
6. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan industri kecil dan
menengah.
7. Peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat melalui penyertaan modal ke
lembaga keuangan daerah.
8. Meningkatkan efisiensi pembangunan daerah serta peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Program
1. Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah.
2. Peningkatan mutu pengawasan dan akuntabilitas aparatur.
3. Peningkatan mutu pelayanan public.
4. Pelayanan pertanahan
5. Pembebasan tanah untuk kepentingan umum.
6. Pemberdayaan desa.
7. Penyusunan, penegakan dan pembinaan hukum.
8. Peningkatan Disiplin Aparatur 
9. Fasilitas Pindah/Purna Tugas PNS 
10. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 
11. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 
12. Pengembangan kemitraan 
13. Pengembangan pemasaran pariwisata

Secara teoretis dapat dipahami bahwa sebuah perencanaan melalui 4 (empat) tahapan
yaitu menetapkan tujuan, membuat rencana tindakan, mengevaluasi kemajuan,
dan menilai kinerja secara keseluruhan

Definisi dan Arti Kata Dan/Atau adalah opsi untuk memilih kata dan atau kata atau. Istilah ini sering
digunakan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bermaksud memberikan
keleluasaan kondisi komulatif (dan) maupun kondisi alternatif (atau). Sebagai contoh dalam kalimat
“dihukum penjara dan/atau denda”, maka dapat dipahami dengan alternatif penjara saja, denda
saja, penjara dan denda. Model pengambilan kesimpulan tersebut berbeda dari logika matematika
disjungsi. Dalam logika matematika, disjungsi yang dalam bahasa keseharian disebut dengan
“atau”, kalimat “dihukum penjara atau denda” meliputi pula maksud penjara dan denda, penjara saja,
maupun denda saja.

Dan/atau atau disingkat datau (bahasa Inggris: and/or) adalah sebuah konjungsi tata
bahasa yang mengindikasikan bahwa satu atau lebih dari satu kemungkinan yang
terhubung dapat terjadi. Istilah ini digunakan sebagai logika disjungsi atau exclusive
or yang bersifat inklusif.
YUSRAN LAPANANDA, SH. MH
Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah Kab. Gorontalo.

Saat itu saya mengikuti pengkajian beberapa


rancangan peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagai tindak lanjut dari berlakunya
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pengkajian ini
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo melalui Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten
Gorontalo.
Memang di Pemerintah Kabupaten Gorontalo suatu produk hukum daerah berbentuk rancangan peraturan
daerah sebelum diajukan ke DPRD harus melalui tahapan pengkajian. Pelaksanaan pengkajian ini selain
melibatkan instansi/SKPD terkait, juga mengikutsertakan masyarakat baik perorangan maupun kelompok
orang seperti instansi vertikal dari kementerian/lembaga, tokoh-tokoh masyarakat, pimpinan organisasi
kemasyarakatan, akademisi, mahasiswa dan lain-lain.
Tahapan pengkajian ini merupakan bagian dari amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun
2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Rujukannya adalah pasal 20 ayat (1) dan ayat (2),
“rancangan perda yang berasal dari Kepala Daerah dikoordinasikan oleh biro hukum provinsi atau bagian
hukum kabupaten/kota untuk pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi.
Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum”. Rujukan berikut adalah pasal 90
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk hukum Daerah,
“masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam pembentukan perda”.

Dari pelaksanaan setiap pengkajian ini yang sering dipertanyakan atau ditanggapi oleh peserta atau pihak-
pihak yang ikut dalam pengkajian adalah berkenaan dengan ragam bahasa peraturan perundang-undangan
atau pilihan kata atau istilah “dan”, “atau”, “dan/atau”. Penggunaan ragam bahasa peraturan perundang-
undangan atau pilihan kata atau istilah “dan”, “atau”, “dan/atau” telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, sebagai pengganti Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Dalam lampiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan pada angka 262, angka 263 dan angka 264 telah diatur dan diberi contoh penggunaan kata atau
istilah “dan”, “atau”, “dan/atau”, yang saya “sajikan” sebagai berikut: Pertama; 262. Untuk menyatakan sifat
kumulatif (menambah), gunakan kata “dan”. Contoh, dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang
Pos. Pasal 30, “Penyelenggara pos wajib menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan kiriman”.

Kedua; 263. Untuk menyatakan sifat alternatif (pilihan), gunakan kata “atau”. Contoh, dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Pasal 19 ayat (1) “Pengubahan sebagai akibat
pemisahan atau penggabungan kementerian dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat”.

Ketiga; 264. Untuk menyatakan sifat kumulatif sekaligus alternatif, gunakan frasa “dan/atau”. Contoh: Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pasal 69 ayat (1) ”Pelayanan
kesehatan hewan meliputi pelayanan jasa laboratorium veteriner, pelayanan jasa laboratorium pemeriksaan
dan pengujian veteriner, pelayanan jasa medik veteriner, dan/atau pelayanan jasa di pusat jasa kesehatan
hewan atau pos kesehatan hewan”. Contoh lainnya, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan. Pasal 22 ayat (2) “Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang dan/atau sangkakala
pengibaran atau penurunan bendera negara diiringi dengan lagu kebangsaan oleh seluruh peserta upacara”.

Dengan demikian penggunaan kata atau istilah “dan/atau” diartikan ke dalam tiga
penafsiran/interpretasi. Pertama, bisa digunakan hanya untuk kumulatif
(menambah) ditandai dengan kata dan. Kedua, bisa digunakan hanya untuk
alternatif (pilihan) ditandai dengan kata atau. Ketiga, bisa digunakan kedua-
duanya kumulatif (menambah) dan alternatif (pilihan) ditandai dengan dan atau.
Sedangkan tanda baca / atau garis miring menandai penafsiran/interpretasi
pemisahan antara penggunaan kata atau istilah dan dengan atau.
Jakarta - Setiap orang umumnya memiliki keinginan atau harapan yang diperjuangkan
dalam hidupnya. Tetapi, terkadang realita tidak selaras dengan ekspektasi.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari kurangnya usaha atau
tindakan hingga hal-hal di luar batas kemampuan manusia.

Baca juga:
7 Istilah Cakapan Sehari-hari dalam KBBI, dari Gebetan hingga Ambyar
Kata ekspektasi sendiri umumnya merujuk pada keinginan, harapan, impian, atau cita-
cita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kemendikbud, ekspektasi
diartikan sebagai pengharapan.

Untuk lebih jelasnya, simak arti ekspektasi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
berikut ini.

Arti Ekspektasi
Arti ekspektasi menurut Merriam Webster Dictionary adalah tindakan atau keadaan
mengharapkan. Ekspektasi juga diartikan sebagai sesuatu atau keadaan yang
diharapkan.

Sedangkan menurut Cambridge Dictionary, ekspektasi lebih merujuk pada perasaan


bahwa hal-hal baik akan terjadi di masa depan.

Kata ekspektasi diketahui berasal dari bahasa Lain 'expecterm' yang artinya 'sebuah
penantian', menurut Vocabulary. Contohnya, ketika kamu memiliki ekspektasi yang
besar, kamu akan berpikir sesuatu yang baik akan datang kepadamu. Tetapi, jika
ekspektasimu rendah, risiko kecewa akan kecil.

Ekspektasi juga dapat menggambarkan sesuatu yang seharusnya terjadi. Misalnya


seperti seorang guru yang mengharapkan semua muridnya siap masuk dalam
kelasnya.

Baca juga:
Pengertian Seni Lengkap dengan Perannya dalam Kehidupan Manusia
Contoh Ekspektasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Ekspektasi dapat dijumpai di berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya dalam hal bisnis. Dikutip dari buku Radical Project Management oleh Rob
Thomsett, bagi kebanyakan manajer proyek dan analis sistem, ekspektasi dipandang
sebagai unsur 'persyaratan atau permintaan' yang tidak dinyatakan spesifik oleh klien.

Contohnya ekspektasi dalam hal ini adalah keinginan klien yang tidak masuk akal yang
tidak bisa diharapkan dipenuhi. Ekspektasi inilah yang kemudian akan membuka
sejumlah negosiasi agar permintaan dapat dipenuhi.

Dalam sebuah perusahaan, ekspektasi dapat terjadi di antara perusahaan dan


karyawan. Perusahaan umumnya menginginkan sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten dan mampu bekerja memenuhi target perusahaan. Sementara itu, karyawan
sendiri juga memiliki ekspektasi seperti memperoleh penghasilan yang tinggi.

Contoh ekspektasi juga dapat dijumpai di sekolah atau perguruan tinggi. Contohnya
siswa berharap mendapatkan nilai memuaskan saat ujian atau mahasiswa
mendapatkan IPK sempurna saat kelulusan.

Baca artikel detikedu, "Arti Ekspektasi dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-hari"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5988137/arti-ekspektasi-dan-
contohnya-dalam-kehidupan-sehari-hari.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

KBBI: ekspektasi berarti pengharapan. Britannica Dictionary: artinya sebuah keyakinan


bahwa sesuatu akan terjadi atau mungkin terjadi. Cambridge Dictionary: artinya sebuah
perasaan bahwa hal-hal baik akan terjadi pada masa depan.
Makna Ekspektasi Adalah, Berikut Penjelasan Lengkapnya

Ada banyak penjelasan mengenai ekspektasi yang digunakan dalam percakapan dan tulisan. Sebagaimana
dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspektasi adalah pengharapan. Ekspektasi adalah suatu
harapan atau keyakinan yang diharapkan menjadi kenyataan di masa mendatang. Kata "ekspektasi" sendiri
berasal dari bahasa Inggris, yaitu expectation dengan kata dasar expect yang punya arti menyangka atau
mengharapkan. Dari makna KBBI tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan. Makna kesimpulan pertama,
ekspektasi adalah harapan besar yang dibebankan terhadap sesuatu yang bisa memberikan dampak yang baik
atau lebih baik. Sederhananya, pengertian ekspektasi adalah harapan atau sesuatu yang diinginkan terjadi.
Sehingga karena ekspektasi adalah bentuk terhadap sesuatu yang sering dibentuk dalam kalimat: "Kenyataan
tidak sesuai ekspektasi." B

Makna Ekspektasi Menurut Para Ahli Dilansir dari Liputan6.com, ada sejumlah makna ekspektasi menurut
para ahli. 1. Menurut Dan Chambers Menurut Anderson Dan Chambers bahwa ekspektasi adalah berbagai
macam hal yang diyakini konsumen tentang apa yang akan didapatkannya terkait dengan suatu kinerja produk
atau pelayanan tertentu. 2. Menurut Sutisna

Perilaku Kerja Ekspektasi Pimpinan Umpan Balik


1 Pelayanan  Mampu memberikan solusi terbaik  Hampir selalu memberikan
dalam setiap permasalah yang dihadapi masukan/rekomendasi terhadap
terkait dengan pelayanan internal tantangan-tantangan
maupun kepuasan penerima layanan,  Selalu melakukan perubahan sesuai
terbuka terhadap masukan atau kritikan. feedback pimpinan
Selalu belajar dari kesalahan untuk  Agar memberikan pelayanan
perbaikan kinerja selanjutnya dengan berorientasi kepuasan
penerima layanan
2 Akuntabel  Menjadi role model/panutan dalam  Agar memberikan pelayanan tanpa
menjunjung komitmen dan integritas membedakan RAS
pegawai di lingkungan kerjanya
3 Kompeten  Bersedia untuk mengajarkan  Kurang membrikan bimbingan
pengetahuan atau keterampilan yang kepada pegawai berdasarkan
dimiliki kepada orang lain umpan balik dari pegawai
 Menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dibawahnya
dengan target dan standar kualitas yang  Agar mengoptimalkan tenaga
ditetapkan aparatur lainnya guna mendukung
penyelesaian pekerjaan
4 Harmonis  Membangun komunikasi yang lebih  Ketika melayani konsultasi
terbuka dan menjaga hubungan baik insatansi Pemerintah sangat sopan
dengan stakeholder  Agar menggunakan media
komunikasi WA, untuk mudah
koordinasi
5 Loyal  Berani menyampaikan indikasi/hal-hal  Arahan pimpinan selalu
yang dapat merugikan dan ditindaklanjuti dengan baik dan
membahayakan negara progresnya selalu dilaporkan tepat
 waktu
 Agar lebih intensif berkoordinasi
dengan pimpinan
6 Adaptif   Terus melakukan inovatif dari
upaya-upaya untuk selalu
melakukan evaluasi terhadap
kebijakan yang dikeluarkan
 Sering membrikan inisiatif kepada
pimpinan
 Agar menggunakan media
komunikasi WA, untuk mudah
koordinasi
7 Kolaboratif  Mampu mengelola dan melibatkan  Rutin mengadakan pertemuan
seluruh pihak sesuai dengan peran dan mingguan dengan seluruh pegawai
fungsinya untuk mencapai tujuan dan selalu memberikan kesempatan
bersama kepada seluruh pegawai untuk
 Memberikan kesempatan kepada setiap berbicara dan memberikan
anggota untuk menyampaikan ide atau pendapat
gagasan yang produktif  Stakeholder (instansi pemerintah
 Menciptakan suasana yang rekat antar lain) : keterlibatan untuk
pegawai melalui kegiatan rutin mendukung pencapaian target unit
lain sangat konkrit dan dilakukan
dengan penuh tanggung jawab
 Agar saling berkoordinasi dengan
petugas lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan

Ukuran Keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif:


Rencana aksi/inisiatif strategis yang berkontribusi langsung terhadap pencapaian
indikator Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan diselesaikan sesuai target waktu yang
ditetapkan (Perspektif Proses Bisnis)
PERILAKU KERJA*
1 Berorientasi pelayanan
- Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat - Ramah, cekatan, solutif, dan dapat
diandalkan - Melakukan perbaikan tiada henti
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
2 Akuntabel
- Melaksanakan tugas dengan jujur bertanggung jawab cermat disiplin dan berintegritas
tinggi
- Menggunakan kekayaan dan BMN secara bertanggung jawab efektif dan efisien
- Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
Menjadi role model/ panutan dalam menjunjung komitmen dan integritas pegawai di
lingkungan kerjanya
3 Kompeten
- Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
- Membantu orang lain belajar
- Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
- Menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai dengan target dan standar kualitas yang
ditetapkan
4 Harmonis
- Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
- Suka menolong orang lain
- Membangun lingkungan kerja yang kondusif
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
Membangun komunikasi yang lebih terbuka dan menjaga hubungan baik dengan
stakeholder
5 Loyal
- Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, setia pada NKRI serta pemerintahan
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
Berani menyampaikan adanya indikasi/ hal-hal yang dapat
jdih.menpan.go.id

PERILAKU KERJA*
yang sah
- Menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan, Instansi, dan Negara
- Menjaga rahasia jabatan dan negara
merugikan dan membahayakan negara
6 Adaptif
- Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
- Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
- Bertindak proaktif
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
7 Kolaboratif
- Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
- Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
- Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
- Mampu mengelola dan melibatkan seluruh pihak sesuai dengan peran dan fungsinya
untuk mencapai tujuan bersama
- Memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk menyampaikan ide atau
gagasan yang produktif
(tempat), (tanggal, bulan, tahun)
Pegawai yang Dinilai Pejabat Penilai Kinerja
(Nama) (Nama)
(NIP) (NIP)
* Pimpinan dapat memberikan ekspektasi khusus Pegawai terhadap satu atau lebih aspek
perilaku kerja
Bacaan Alkitab : Roma 10:8b-13
Tujuan : Agar  warga  jemaat  hidup  selaras dalam iman dan
pengakuan di mulut.

Dalam   kekristenan,   pengakuan   dan   kepercayaan adalah dua hal yang tak
terpisahkan dan berperan penting dalam kehidupan beriman.  Ketika
seseorang   percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, percaya
kepada firman-Nya, maka dibutuhkan pula sebuah pengakuan yang benar
melalui mulutnya. Bahwa dengan hati seseorang percaya, namun dengan
mulutnya pun ia harus mengaku, dan keduanya harus seiring sejalan atau
berjalan secara beriringan. Sebab percaya dalam hati saja tidaklah cukup,
harus dibuktikan dengan pengakuan melalui mulut.   Jadi, apa yang seseorang
akui dengan mulutnya itu bersumber dari kepercayaan dalam hatinya
Dalam perikop pembacaan kita hari ini kata “Mengaku” dan “Percaya” muncul
dua  kali di ayat 9 : Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, … ; ayat 10 : Karena dengan hati orang
percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Di
mana keduanya tak dapat dipisahkan, karena iman ada di hati dan  pengakuan
terletak di mulut. Bahwa   percaya/iman  yang   sungguh   akan   terungkap
dalam pengakuan di mulut. Hal itu menunjukkan bahwa hati  dan  mulut
saling melengkapi     yaitu  “percaya” (keyakian hati) dan “mengaku”
(menggunakan mulut). Tidak ada pengakuan mulut yang tidak berakar dari
rasa percaya  di  hati.  Sebab  bila  kepercaya  itu  tidak  ada dalam hati, maka
pengakuan di mulut hanya kata-kata kosong belaka.
Sebuah pengakuan  bukanlah sesuatu yang hanya kita lakukan sendiri dalam
arti tertutup di sebuah kamar sama seperti halnya berdoa pribadi. Dalam ayat
ini jelas yang dimaksud adalah pengakuan di depan jemaat. Sebab iman
bukanlah suatu hal yang seharusnya kita letakkan dalam- dalam di hati kita
lalu menyembunyikannya dari orang lain, atau menjadikannya seperti sebuah
rahasia yang harus ditutupi dari orang banyak. Justru pengakuan iman itu
adalah pengakuan dalam ucapan terbuka bahwa Yesus adalah Tuhan dan
pengakuan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.   
Cara pengakuan iman yang terbuka dan diucapkan dengan suara  ini  dan
bersama-sama  di  antara  jemaat  dalam ibadah sama seperti ketika masa kini
kita mengucapkan Pengakuan  Iman  Rasuli.  Kalimat  “Aku  percaya,  … “   
diucapkan   bersama-sama   di   mulut   dengan   suara nyaring sebagai
keyakinan bersama.
Dengan demikian rasul Paulus menekankan hal beriman sesunguhnya bukan
hanya soal percaya dalam hati, tetapi juga mengaku dengan mulut. Hal
beriman bukan hanya soal pribadi tetapi juga terkait dengan kesaksian dan
pernyataan kepada orang banyak (komunitas/persekutuan). Akan tetapi juga
bukan bermaksud pamer. Pengakuan dengan mulut sangat ditekankan oleh
Paulus, terkait dengan latar belakang kehidupan umat Tuhan/orang percaya
pada masa itu. Di mana  orang-orang  Kristen  merupakan  kelompok
minoritas yang sering ditekan dan dianiaya. Di tengah situasi seperti ini,
godaan untuk menutupi (atau bahkan menyangkali) iman selalu menghadang
di tengah jalan. Lebih  teaptnya  ada  harga  mahal  yang  harus  dibayar,
sebab bisa-bisa nyawa mereka melayang.
Nah, situasi itulah yang mendorong rasul Paulus mengingatkan dan
menekankan pada umat Tuhan pentingnya   untuk mengakui Yesus Kristus di
depan umum. Mengakui iman kita di depan orang banyak menunjukkan
bahwa kita benar-benar mengimani Yesus serta menghormati dan menaati
Dia. Ya, bagi Paulus ketakutan   untuk   menyatakan   dan   mengakui   iman
bukanlah  ciri  khas  iman  yang  sejati.  Ancaman  dan tekanan yang mungkin
dapat membuat pengikut Kristus menderitaan tidak semestinya
menggentarkan iman yang mereka yang benar.
Oleh karena itu pada ayat 8, Paulus mengatakan : “Firman itu dekat kepadamu,
yakni di dalam mulutmu dan  di  dalam  hatimu.”  Ya,  benar  Firman  itu  ada  di
dalam  mulut  kita,  Firman  itu  melekat  di  bibir  kita. Firman itu berada di
dalam hati kita. Firman itu dekat di “mulut”  kita  berarti  bahwa  Firman
Tuhan  tersebut juga cukup mudah untuk disampaikan kepada orang lain.
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menyampaikan Firman  Tuhan  tersebut 
kepada  orang  lain.  Pengertian frasa “di hati” berarti Tuhan telah menaruh
Firman tersebut dalam hati setiap orang percaya. Hal ini sejalan dengan apa
yang disaksikan oleh penulis Injil Yohanes, Yohanes 1 :14 : “Firman itu telah
menjadi manusi, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagi Anak Tunggal Bapa penuh
kasih karunia dan kebenaran“
Dengan begitu sebagai orang percaya , kita percaya dengan hati bahwa Yesus
Kristus adalah Penebus kita, maka kita dibenarkan. Lalu dengan mulut kita, kita
mengakui bahwa Yesus Kristu adalah Tuhan dan Juru Selamat kita, maka kita
diselamatkan dari belenggu dosa. Dengan hati dan mulut kita, kita mengimani
dan memperkatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Anak Tunggal
Allah.   “Mengaku dengan mulut dan percaya dengan hati” memungkinkan
setiap orang dapat selamat karena keselamatan itu adalah anugerah, bukan
karena perbuatan baik. Sebab Percaya dalam hati merupakan hasil pekerjaan
Roh Kudus yang bersaksi tentang Yesus dalam hati ketika mendengarkan
berita Injil. Dan Roh Kudus bersaksi dengan roh kita bahwa kita adalah anak-
anak Allah.
Pada akhirnya Mereka yang mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati
dapat dikenali dari perilaku hidupnya. Ia akan hidup seperti Kristus hidup.
Karena itu orang  yang  percaya  kepada  Kristus  disebut  Kristen karena
hidupnya mengikuti kehidupan Kristus. Ketika orang  mengaku  dengan
mulutnya  akan  terdengar  di telinga orang. Waktu ia percaya dalam hatinya
akan terpancar dari perilaku dan perbuatannya. Dengan demikian orang yang
sungguh percaya dalam hati pasti akan mengalami pembaharuan hidup
menuju keserupaan dengan Yesus Kristus. Orang percaya pasti berbuat baik
namun  bukan  lagi  supaya  selamat  melainkan  karena sudah selamat.

Di jaman sekarang kita yang percaya kepada Kristus tidak mengalami aniaya
secara fisik seperti umat Tuhan yang dikisahkan dalam kitab Roma. Namun
iman kita harus tetap terpancar dari perilaku dan perbuatan kita. Iman  yang 
tanpa  disertai  perbuatan  adalah  iman  yang
mati. Seperti tubuh tanpa roh mati, demikian iman tanpa- perbuatan adalah
mati. (Yak 2:17, 26). Orang yang percaya kepada Kristus akan dapat dikenali
baik oleh manusia apalagi oleh Allah bukan hanya terdengar dari pengakuan
mulutnya tapi juga dari keagungan perbuatannya, Amin.
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 34: Butir
Ketiga (4) Aku percaya kepada Roh Kudus
Pdt. Dr. Stephen Tong12 min read
Pemberian Allah yang terbesar bagi dunia adalah mengirimkan Anak-Nya
yang Tunggal untuk menjadi Juruselamat, Mediator satu-satunya bagi
manusia; dan pemberian Allah yang terbesar bagi gereja-Nya adalah
mengirim Pribadi Ketiga Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus, menjadi
Penghibur, Pendamping, sehingga gereja dapat masuk ke dalam seluruh
kebenaran Allah. Tiga sifat Roh Kudus yang penting adalah: kekal, kudus,
dan benar.

Jika manusia tidak mengenal Roh Kudus, tidak mungkin ia dapat hidup suci.
Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, seluruh manusia mewarisi dosa, melakukan
dosa, dan hidup menikmati dosa. Manusia yang hidup di dalam dosa, berjalan
di dalam dosa, tidak memiliki pengharapan lagi. Roh Kudus yang suci
diturunkan untuk menyertai orang Kristen, diam di dalam orang Kristen,
membersihkan dan menguduskan orang Kristen. Dalam keadaan dunia penuh
kekacauan, kerusakan, kepalsuan, kenajisan, dan dosa, hanya ada satu
kemungkinan untuk manusia dapat hidup suci, yaitu jika ia memiliki Roh
Kudus. Bukan karena manusia sudah dan dapat berjuang sampai menjadi suci
baru Roh Kudus masuk ke dalamnya, tetapi karena ketika menerima Kristus,
Roh Kudus masuk ke dalam diri membersihkan kita. Roh Kudus datang
ketika kita menerima Kristus, saat kita masih najis dan masih berdosa. Ia
menyucikan kita dan membuat kita dapat dipanggil sebagai orang kudus
Allah. Jika Roh Kudus tidak turun dan masuk ke dalam hati kita, kita tidak
mungkin mencapai kehidupan yang suci. Ini adalah anugerah yang sangat
besar, sehingga kita dapat berbagian di dalam Kerajaan-Nya dan berbagian di
dalam sifat Ilahi. Seperti tertulis dalam 2 Petrus 1:4, “Dengan jalan itu Ia
telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat
besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, dan
luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” Kita dilepaskan
dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan, berbagian di dalam kesucian
dan keadilan Tuhan, serta memperoleh hidup yang adil, suci, dan baik dari
Tuhan.
Sifat Ilahi diberikan kepada kita secara moral. Bukan sifat Ilahi substansial
yang kekal, tetapi sifat Ilahi dengan atribusi moral di mana karena Tuhan itu
suci, maka kita pun diberikan kesucian; Tuhan itu adil, maka kita pun diberi
keadilan; Tuhan itu baik, maka kita diberi kebajikan. Roh Kudus mengubah
dan menjadikan kita makin mirip Tuhan. Inilah karunia yang diberikan
setelah keselamatan. Allah memberikan pertama-tama keselamatan,
pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, hidup baru dan kekal, yang
diberikan melalui peranakan Roh Kudus, sehingga kita menjadi anak-anak
Allah. Selain itu, Ia mulai mengubah sifat kita, menjadikan kita yang tidak
suci menjadi suci; dari yang menyukai ketidakadilan sekarang mencintai
keadilan; yang dahulu suka berbuat dan berminat jahat, sekarang termotivasi
untuk berbuat kebajikan. Kita berbagian di dalam sifat Ilahi Allah, sehingga
dapat menjadi wakil Tuhan di dunia. Hal ini tidak mungkin dipalsukan oleh
Iblis di dalam dunia.

Banyak orang Kristen tidak sadar adanya penipuan yang masuk melalui
Gerakan Pentakosta, dan akhirnya menjadi Gerakan Karismatik, di abad ke-
20 ini. Tetapi sekarang, Tuhan merontokkan mereka satu per satu dan
membukakan dosa mereka, seperti Jimmy Swaggart, James Baker, Benny
Hinn, Yonggi Cho, dan Kong Hee. Satu per satu dosa mereka ditelanjangi.
Mereka telah menarik ribuan bahkan puluhan ribu orang datang kepada
mereka, menganggap mereka adalah hamba Tuhan, tetapi sebenarnya mereka
adalah nabi palsu, yang menipu banyak orang seolah-olah mereka lebih dekat
dan lebih mengerti Roh Kudus, tetapi akhirnya terbukti bahwa hidup mereka
tidak kudus. Kekudusan tidak dapat dipalsukan oleh Iblis.

Begitu pandainya Iblis menipu gereja, sehingga banyak orang Kristen tidak
dapat membedakan yang benar dan yang salah. Setelah melihat mereka
dibongkar dosanya, barulah mereka tahu kalau selama ini mereka tertipu.
Sekarang masih banyak orang yang masuk ke gereja yang tidak mengenal
Theologi Reformed, mengenalnya Karismatik. Mereka kira di sana
mendapatkan kepuasan hati nurani, mereka kira mereka bertemu dengan Roh
Kudus. Tetapi semua ini penipuan. Ajaran, yang mengatakan jika engkau
percaya, engkau bisa kaya, sukses, bahagia, dan mendapatkan kemakmuran
luar biasa, bukanlah ajaran firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata, “Barang
siapa mengikut Aku, menjadi murid-Ku, ia harus menyangkal diri, harus
memikul salib, dan mengikut Aku.” Inilah cara orang menjadi Kristen,
menjadi pengikut Kristus. Gereja Joel Osteen adalah gereja besar dengan
puluhan ribu jemaat, karena ia sangat menarik ketika berkhotbah. Gereja
Protestan yang terbesar di Houston menjadi tidak ada apa-apanya dibanding
dengan gerejanya. Tidak banyak orang yang sadar kesalahan dalam
khotbahnya dan menganggap ia adalah hamba Tuhan yang baik. Ia
mengatakan, “Jangan banyak memikirkan dosa yang kauperbuat; jangan
banyak memikirkan kegagalan. Sekarang saatnya semua orang berpikir
positif, berjuang untuk hari depan, supaya sukses, lancar, dan kaya; supaya
hidupmu penuh sukacita, karena itulah tujuan Tuhan menyelamatkan dan
memanggil engkau.” Kalimat-kalimat seperti itu mengandung ketidaksetiaan.
Jika ada pendeta tidak berani membicarakan kerusakan dosa, tuntutan
kesucian, kemarahan, pengadilan Tuhan, dan kedatangan Kristus yang akan
melenyapkan bumi ini, pendeta itu bukan memberitakan Injil yang sejati
sesuai Alkitab. Joel Osteen memberitakan berita yang sama sekali berbeda, di
mana orang Kristen tidak perlu memikul salib; menurutnya, kesusahan, sakit,
kematian, kegagalan, kemiskinan adalah cara setan mengganggu pekerjaan
Tuhan. Pekerjaan Tuhan adalah agar kita menjadi kaya, lancar, makmur,
mempunyai uang banyak, dan kemewahan dunia, karena Yesus kaya ketika
di dunia. Itu semua adalah ajaran Iblis yang menyelundup masuk ke dalam
gereja melalui mimbar.

Gereja kalau bisa menarik makin banyak orang, tetapi mereka tidak
mendengarkan firman Tuhan yang sesungguhnya, setan akan senang. Setan
tidak takut gereja maju, setan tidak takut banyak orang masuk gereja, setan
takut kalau mereka mendengarkan firman yang suci dan benar. Setan tidak
takut banyak orang menjadi Kristen, setan paling takut kalau mereka
mendengarkan kebenaran yang sejati, mendengarkan firman yang suci,
mendengarkan rencana dan kehendak Tuhan dalam sejarah. Setan selalu
menutup telinga kita untuk mendengarkan berita yang baik dan benar. Setan
bekerja di sekolah theologi, melalui profesor-profesor theologi yang tidak
setia, yang menipu pendengar yang mengikuti kuliahnya, karena mereka
hanya mau gelar, pangkat akademis, tetapi tidak menjalankan kehendak
Allah. Setelah lulus, mereka naik mimbar, menghindarkan diri dari
berkhotbah tentang kesucian, kemarahan Allah, pengadilan dan penghakiman
Allah, dan neraka. Itu sebabnya banyak orang yang ingin cepat kaya masuk
gerejanya.
Maka, tahun lalu (2017) Tuhan membongkar kesalahannya. Kota Houston
yang hampir tidak pernah banjir, tahun itu banjir hingga setinggi tiang listrik.
Ketika Houston banjir besar, orang Amerika terkejut. Mereka tidak mengerti
dan tidak bisa apa-apa kecuali melarikan diri, meninggalkan rumah mereka
dan mereka melihat gereja Joel Osteen di bukit. Gereja itu begitu mewah,
dengan karpet yang indah, karena mereka percaya kemakmuran. Ketika para
pengungsi menghampiri gereja itu, Joel Osteen melarang orang untuk
berteduh di gerejanya. Gereja itu ditutup, dikunci agar orang tidak bisa
masuk. Banyak orang menjadi kecewa. Seluruh Houston tahu dan dimuat di
surat kabar. Orang Houston mulai mengejek, menghina, dan menertawakan
gereja yang tidak mempunyai cinta kasih. Tuhan membongkar sebenarnya
apa yang ada dalam hati Joel Osteen. Dia belum pernah mengenal sifat Ilahi
yang suci, penuh cinta kasih, tetapi juga adil, marah, yang akan menghakimi
seluruh dunia melalui Anak-Nya, Yesus Kristus.

Jikalau engkau hanya mengenal separuh kebenaran, engkau belum mengenal


kebenaran. Kebenaran separuh bukanlah kebenaran (half truth is not the
truth at all). Menjadi orang Kristen yang baik harus mengerti keseluruhan
dan harus memiliki ketepatan pengertian, dan harus menafsir dengan akurat.
Iman Theologi Reformed mencari akurasi dan mengerti secara utuh yang
tertulis di Alkitab yang diwahyukan Allah. Jangan bagaikan anak-anak yang
hanya mau sekeping roti yang enak dimakan, lalu lainnya dibuang, seperti
kebanyakan orang Karismatik, hanya mau berkat Tuhan, tidak mau kesucian,
keadilan, dan penghakiman Tuhan. Jangan menjadi orang Kristen yang
menipu diri dengan gejala. Jangan menjadi orang Kristen yang hanya puas
dengan kepingan-kepingan kebenaran. Kepingan kebenaran, bukan
kebenaran yang total, bukan kebenaran yang menyeluruh, bukan kebenaran
yang Tuhan mau kita ketahui.

Alkitab mengajarkan bagaimana dunia diciptakan dan bagaimana pada


akhirnya seluruh dunia akan dihakimi. Ini berita yang tertata lengkap, dari
mulai penciptaan, kejatuhan, diselamatkan melalui darah dan kematian
Kristus. Bagaimana manusia berontak kepada Tuhan dan Roh Kudus
membantu kita taat pada Tuhan, kembali berdamai dengan Dia. Seluruh
kebenaran tidak boleh dipotong sebagian, tidak boleh diskon, tidak boleh
sembarangan dicomot. Jangan kita beranggapan cukup ikut kebaktian, cukup
sudah dibaptis, cukup sudah ikut perjamuan kudus. Kita harus menuntut diri
untuk mengerti firman Tuhan secara utuh, seluruh kebenaran Alkitab, seluruh
wahyu Tuhan yang utuh dan dimengerti dengan benar.

Cari dan ujilah kehendak Allah yang sempurna, yang baik, dan yang
berkenan di hati Tuhan. Terkadang Tuhan terpaksa membongkar dosa hamba
yang berani mengatakan dia utusan Tuhan, tetapi tidak setia kepada-Nya.
Hamba Tuhan yang seperti memberitakan firman Tuhan, tetapi tidak akurat
sama sekali dan tidak jujur di hadapan Tuhan. Theologi Reformed berusaha
memaparkan seluruh Kitab Suci, memberikan penjelasan, memberikan
penafsiran yang bertanggung jawab, agar orang-orang Kristen mengerti
kehendak Tuhan. Mereka yang malas, comot sana sini, akan menipu diri dan
kehilangan banyak berkat yang tersimpan dalam seluruh Alkitab yang telah
diwahyukan.

Kita harus berpikir secara suci, kita harus bertutur secara suci, kita harus
bertindak secara suci, kita harus melayani secara suci, supaya berkenan
kepada Roh yang suci. Roh Kudus adalah Roh yang suci. Allah yang suci
memanggil kita, “Karena Aku adalah Allah yang suci, maka engkau harus
hidup suci di hadapan-Ku, dalam segala sesuatu yang engkau pikirkan,
katakan, kerjakan, jalankan, rencanakan, juga seluruh hidup dan
pelayananmu suci.” Firman Allah adalah firman yang suci, umat Allah adalah
umat yang suci, panggilan Allah adalah panggilan yang suci, sehingga semua
yang dari Allah itu suci adanya.

Kesucian adalah satu-satunya yang tidak dapat dipalsukan. Engkau boleh


mempunyai berita palsu, pelayanan palsu, karunia palsu, mujizat palsu,
karunia lidah palsu, tetapi tidak mungkin bisa memiliki kesucian palsu.
Hidup yang suci sungguh menyatakan kehidupan Allah, yang tidak suci
menyatakan kenajisan dari setan. Tuhan melihat dengan mata-Nya seperti
pedang bermata dua, untuk menghancurkan semua kepalsuan. Dunia Barat
lebih jujur dari orang Timur. Iklan produksi Timur jangan terlalu dipercaya.
Iklan dari Barat lebih dapat dipercaya karena lebih jujur. Dunia dan orang
Barat lebih menjunjung tinggi kejujuran sebagai etika produksi, industri, dan
hidup berkebangsaan. Negara Timur yang tidak dipengaruhi kekristenan,
tidak dipengaruhi Alkitab, cenderung melakukan apa pun yang bisa menjual
dan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini saya sama sekali tidak
menjunjung tinggi orang Barat, tetapi saya menyembah sujud Tuhan yang
telah memengaruhi dunia Barat dengan Kitab Suci. Di dalam kebudayaan
Timur penuh dengan penipuan dan keberanian melawan kebenaran. Yang
paling pandai menipu justru dianggap hebat dan paling bijaksana. Di dalam
budaya Barat, kebijaksanaan terintegrasi dengan kejujuran dan ketulusan; di
dalam budaya Timur, kebijaksanaan dikatikan dengan kecanggihan strategi
penipuan.

Menurut Konfusius, berbohong tidak baik, tetapi dalam kenyataannya di


sepanjang sejarah Tionghoa, orang Tionghoa sulit menghindari semangat
menipu. Hal ini memberikan kepada kita pengertian bahwa kebudayaan
bukanlah di dunia ide, tetapi harus di dalam fakta. Orang Tionghoa memiliki
ide kebudayaan yang sangat bagus dan tinggi, tetapi tidak mampu
merealisasikannya menjadi fakta di dalam kehidupan bermasyarakat. Inilah
kesenjangan antara pencapaian manusia dan wahyu Allah. Allah memberikan
wahyu, memaparkan kebenaran, dan mengirimkan Kristus untuk
menyatakan, membuktikan, bahwa kebenaran itu bukan hanya ide atau dalam
pembicaraan, tetapi suatu fakta hidup. Kristus adalah satu-satunya realitas
kebenaran, kebajikan, keadilan, dan kesucian sejati yang turun dari sorga.
Kita dapat berusaha membandingkan Tuhan Yesus dengan para tokoh dunia
manapun, dan kita akan segera melihat perbedaan yang drastis. Hanya
Kristuslah satu-satunya kebenaran, satu-satunya kejujuran, dan satu-satunya
keadilan yang sama sekali tanpa kompromi.

Di dalam Yohanes 14-16, Kristus berkata, “Roh Kebenaran.” Saya tidak


menganggap bahwa bagian di mana Tuhan Yesus mengajarkan tentang Roh
Kudus di dalam pasal-pasal ini lebih penting dari seluruh bagian Alkitab
lainnya, karena sebelumnya di Perjanjian Lama, para nabi telah
menyampaikan nubuat Allah diinspirasi oleh Roh Kudus dan berbicara
tentang Roh Kudus. Di dalam Perjanjian Baru juga para rasul mengajarkan
tentang Roh Kudus, yang juga diwahyukan oleh Allah dan digerakkan oleh
Roh Kudus orang-orang tersebut membicarakan dan mengajarkan tentang
Roh Kudus. Tetapi hanya Tuhan Yesus yang tidak butuh diberi wahyu, tidak
butuh digerakkan Roh Kudus, karena Ia sendiri adalah Allah, di dalam pasal-
pasal ini memberikan pengajaran yang begitu penting, yaitu tentang “Roh
Kebenaran.” Di sini diajarkan bagaimana ada Allah Bapa, Allah Anak, dan
Allah Roh Kudus. Allah Bapa mengutus Allah Anak, dan Allah Bapa
bersama Allah Anak mengutus Allah Roh Kudus, kepada kita. Ketika Kristus
berbicara tentang Roh Kudus, Allah Pribadi Kedua mengajar manusia tentang
Allah Pribadi Ketiga. Ini adalah pembicaraan yang paling autentik,
berwibawa, dan unik. Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh
Kebenaran. Itu berarti: 1) Roh itu adalah Kebenaran itu sendiri, yang
tercantum di dalam 1 Yohanes 5:9. Ini adalah satu-satunya ayat yang
menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. Di dalam Yohanes
14:6, Tuhan Yesus mengatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.”
Jadi di dalam Alkitab, selain Allah Bapa, di mana kita tahu bahwa seluruh
kebenaran berasal dari diri-Nya, juga Allah Anak mengaku bahwa Dia adalah
Kebenaran; dan di dalam Alkitab, Yohanes menyatakan dan menyaksikan
bahwa Allah Roh Kudus adalah Kebenaran. Roh Allah adalah Roh
Kebenaran. 2) Roh Kudus mewahyukan kebenaran. Pekerjaan Roh Kudus
yang terbesar adalah menurunkan kebenaran dari sorga ke bumi. Roh Kudus
menurunkan kebenaran dari sorga, yaitu Firman, ke dunia menjadi daging,
sehingga Firman menjadi daging. Inilah pekerjaan Roh Kudus yang terbesar.
Ketika Kebenaran datang menjadi daging, disebut inkarnasi. Ketika firman
menjadi huruf disebut revelasi (pewahyuan). Melalui Firman menjadi daging,
Yesus muncul di dalam sejarah. Melalui firman menjadi tulisan, Kitab Suci
muncul di dalam sejarah. Kedua inilah yang kemudian kita sebut sebagai
wahyu khusus. Ada wahyu umum Tuhan, yang ada di luar melalui alam, dan
di dalam melalui hati nurani. Alam dan hati nurani merupakan wahyu umum,
sementara Kristus dan Alkitab adalah wahyu khusus. Dari kedua wahyu
inilah kita mengenal siapa Allah. Inilah pekerjaan Roh Kudus. 3) Roh
Kudus mengajar kebenaran dengan memberikan iluminasi dan pencerahan
Alkitab ke dalam hati kita, untuk mengajar apa yang disebut kebenaran itu
kepada kita. Pendeta yang tidak dipenuhi Roh Kudus, pendeta yang tidak taat
Roh Kudus, pendeta yang tidak mau belajar dengan rendah hati di hadapan
Roh Kudus, tidak mungkin memberikan khotbah yang penting, yang
mengubah manusia dan menerima hidup dari Tuhan. Kebenaran merupakan
sifat Roh Kudus. Yesus Kristus berkata bahwa Ia akan memimpin engkau
dan menjadikan engkau gereja-Nya yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk
dibawa masuk ke dalam kesempurnaan pengertian firman dan kebenaran
Allah.

Jadi Roh Kudus itu kebenaran, Roh yang mewahyukan kebenaran, Roh yang
memakai kebenaran memberikan pencerahan, dan Roh yang membawa
seluruh gereja masuk ke dalam seluruh kebenaran. Orang Kristen adalah
orang yang mempunyai Roh Kudus, mempunyai Roh kebenaran, Roh yang
membawa kebenaran, Roh yang mencerahkan dengan kebenaran, Roh yang
memimpin masuk ke dalam kebenaran. Kita mempunyai kebenaran Tuhan,
karena Roh Kudus bekerja dalam hati kita. Tuhan memberkati kita. Amin.
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 1: Butir
Pertama (1)
Pdt. Dr. Stephen Tong12 min read
Pengakuan Iman Rasuli (PIR) merupakan dokumen pertama yang mengubah
seluruh konsep alam semesta yang pernah
dipikirkan manusia. Sebelum adanya PIR, pemikiran filsafat Yunani
memonopoli studi alam semesta dan menjadi pikiran terpenting. Kebudayaan
Tionghoa dan India menjelaskan alam semesta secara kabur dan tidak jelas.
Sementara orang Yunani berpendapat bahwa manusia dapat menyelidiki alam
semesta dengan pikirannya sendiri. Maka, mereka mulai melihat lebih dahulu
daripada bangsa lain dalam hal mengetahui bintang-bintang yang ada di
angkasa. Lalu Yunani menaruh bintang menjadi objek studi yang diasumsi,
diamati, dan dicatat. Diamati dengan mata telanjang karena masih belum ada
teleskop. Sampai hari ini dalam bangsa besar dan kebudayaan penting ada
alat astronomi. Di Nanjing (Tiongkok) masih ada alat astronomi yang sangat
rumit yang dibuat sekitar 650 tahun lalu di awal Dinasti Ming, Dinasti Sung,
dan sebagainya. 

Kali ini saya ingin menekankan apa hubungan alam semesta dengan manusia,
di mana manusia menjadi subjeknya dan alam semesta ini menjadi objek
penyelidikannya. Manusia menyelidiki alam semesta, tetapi alam semesta
menjadi tidak penting dan manusia itu yang menjadi penting. Dalam
pemikiran seperti ini, diharapkan manusia bisa menguasai, atau paling tidak,
mengerti alam semesta. Manusia ingin mengerti dan menguasai langit, bumi,
alam, tumbuhan, hewan, dan semua makhluk lain. Memang manusia
diciptakan lebih tinggi dari segala ciptaan dan manusia diciptakan paling
mirip dengan Allah.

Ketika muncul PIR, terjadilah penerobosan besar. Yunani melihat alam


semesta sebagai sistem tertutup (closed system). Dalam sistem tertutup,
manusia adalah yang tertinggi dan menguasai alam semesta sebagai tuan di
atasnya. Alam semesta sebagai lingkungan di mana kita ada dan menjelajah.
Maka, sejak zaman pra-Sokrates hingga Aristoteles, penyelidikan alam
semesta menjadi salah satu cabang filsafat terpenting, yang disebut
kosmologi.
Jika Anda melihat lukisan besar, The School of Athens, karya Raphael, akan
terlihat puluhan filsuf yang pada pusatnya hanya ada dua orang, yaitu Plato
dan Aristoteles. Satu tangan Plato memegang buku dan tangan satunya
menunjuk ke langit; satu tangan Aristoteles juga memegang buku dan tangan
lainnya menunjuk ke bawah. Di sini mau diungkapkan bagaimana Plato
menginterpretasi alam semesta berbeda dari Aristoteles. Plato mementingkan
idealisme dan dunia kosmologi, maka ia memegang buku Timaeus (berarti
menyelidiki alam semesta) dengan tangan menunjuk ke atas menyatakan ia
mempelajari kosmologi. Raphael menggunakan Leonardo da Vinci sebagai
model Plato. Plato mendirikan sekolah tinggi bernama Akademia, yang
memiliki ratusan murid. Tetapi ada satu muridnya yang istimewa dari
Makedonia, yaitu Aristoteles. Akhirnya Plato menyimpulkan,
“Akademia terdiri dari dua unsur, yaitu badan semua murid dan otak dari
seorang genius yang namanya Aristoteles.” Ini adalah kalimat besar dan
terbukti karena Aristoteles seumur hidup menulis lebih dari seribu buku
dalam berbagai bidang yang berbeda. Tiap buku yang bersifat otoritatif dan
memiliki nilai yang sangat tinggi di zamannya. Ia menulis
buku Meteorology yang membicarakan tentang berbagai bintang,
buku Geology tentang lapisan-lapisan bumi, dan buku Movement of
Animals tentang binatang dan geraknya. Buku-buku ini disimpan oleh
muridnya di perpustakaan terbesar di dunia dan terpenting, yakni
perpustakaan di Alexandria (Mesir, Afrika).

Ada yang mengatakan bahwa Sokrates, Plato, dan Aristoteles sudah


memikirkan semua yang pernah dipikirkan manusia dari zaman ke zaman.
Jadi, dari Adam sampai sekarang, semua yang pernah dipikirkan manusia,
tidak ada satu pun yang tidak pernah tidak dipikirkan oleh tiga orang besar
ini. Memang, Yunani sejak 2.500 tahun lalu telah menghasilkan tiga genius
dari tiga generasi: guru, murid, dan cucu murid. Sebelum mereka memikirkan
tentang alam semesta, buku yang ada cuma berkisar dua tema: On
Principles dan On Nature. Semua orang yang berani menulis dua tema ini
dipandang sebagai orang yang memiliki intelektualitas tinggi. On
Nature tentang alam; On Principles tentang prinsip, yaitu memakai prinsip
apa kita studi tentang alam dan mengajar, menyalurkan pengetahuan kepada
dunia tentang alam.
Perkataan Sokrates yang revolusioner, “Yunani mau tahu apa pun, gunung,
laut, padang, gurun, rimba, tanah, dan pulau, tetapi tidak mau tahu tentang
diri sendiri. Apa gunanya?” Kalimat ini menggugah seluruh bangsa, bahwa
mereka harus mempelajari diri sendiri. Belajar gnothi seauton (Yun.)
artinya: know yourself. Pasca Sokrates, filsafat tidak berhenti di kosmologi,
mulai menelusuri antropologi, etika, interpersonal relationship, metode
masyarakat, maka pengetahuan bukan hanya yang di luar diri tetapi juga ke
manusia sendiri.

Ketika PIR muncul, ia pertama kali langsung menerobos, sehingga manusia


bukan menjadi subjek yang menyelidiki objek, yaitu alam semesta, tetapi
mengaku bahwa di antara kita ada suatu kekuatan, rahasia, metode, prinsip,
wahyu, hikmat dari atas kita, dan kita mengetahui pemiliknya bukan kita,
tetapi Tuhan. Maka, selain dunia yang kita lihat, kita harus menemukan suatu
penyebab di luar alam semesta, yang lebih tinggi daripada diri kita, sehingga
dari situ kita mengerti dan memberikan hikmat pada kita. Hikmat itu
membuat kita mengerti bagaimana mengetahui dan menyelidiki alam
semesta.

PIR menjadi suatu terobosan besar di mana mitologi Tionghoa dan India


masih kacau dalam menjelaskan tentang alam semesta. Orang India mengerti
alam semesta sebagai suatu dataran besar di mana ada empat gajah yang
menopang empat sudutnya, sehingga bumi yang rata ini bisa berdiri. Jika
gajah itu bergoyang, terjadilah gempa bumi. Orang Tionghoa mengerti alam
semesta berasal dari Pan-gu, seorang tua yang ada di dalam suatu telur. Telur
itu membungkusnya, lalu memakai palu mengetuk ke atas, sehingga kulit
telur itu makin besar dan makin tinggi. Akhirnya kulit yang di atas menjadi
langit dan kulit yang di bawah menjadi bumi. Pemikiran seperti ini sama
sekali tidak memiliki bukti dan dukungan ilmiah. Inilah cara dunia Timur
mengerti alam semesta.

Sekitar tahun 585 SM, Thales, orang pertama di dunia filsafat Gerika berani
mengatakan, “Pada tanggal 28 Mei 585, kalian tidak akan melihat matahari.”
Orang-orang menertawakan, menyindir, dan menghina dia. Tetapi tepat pada
hari itu, apa yang dikatakannya terjadi. Mereka terkejut dan bingung
bagaimana Thales tahu hal itu. Ternyata Thales sudah berhasil menghitung
gerakan matahari, bumi, dan bulan, sehingga bisa menduga terjadinya
gerhana. Maka, gerhana sudah diketahui oleh manusia sejak kira-kira 500
tahun sebelum Yesus lahir. Tetapi ini adalah suatu pengertian, penelitian, dan
penyelidikan dengan sistem tertutup.

Sampai di zaman Isaac Newton, ia masih menggunakan sistem tertutup untuk


mengerti alam semesta. Barulah di abad ke-20 ada seorang filsuf, Thomas
Kuhn, berkata, “Kita perlu paradigm shift, hingga ada metode dan konsep
baru yang berbeda. Konsep dan paradigma yang berubah memerlukan sistem
terbuka. Suatu sistem terbuka menyebabkan kita mengerti segala sesuatu dan
tidak lagi diikat. Orang yang diikat oleh konsep Arminian tidak mungkin
mengerti Alkitab; orang yang diikat oleh konsep komunisme tidak mungkin
mengerti demokrasi; orang yang diikat oleh konsep feodalisme tidak
mungkin mengerti dunia modern; orang yang diikat oleh pikiran Islam tidak
mungkin mengerti Allah Tritunggal.

Sistem tertutup mengikat dan mematikan pikiran dan pengertian manusia,


sehingga manusia menjadi budak dari sistem tertutup seumur hidupnya.
Ketika masih muda, saya terus memikirkan gereja seharusnya bagaimana.
Akhirnya saya mengetahui sebenarnya apa yang diajarkan Alkitab tidak sama
dengan apa yang kita terima dari para pendeta tua. Untuk berani menerobos
yang sudah terbiasa selama ini, perlu suatu paradigma kebebasan. Ketika
saya mempelajari dan menyelidikinya, saya sangat terkejut. Sistem
terbuka pertama bukan dari Thomas Kuhn, tetapi dari PIR.

Dengan butir pertama: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa,
Khalik langit dan bumi.” Dalam butir ini kita melihat terbukanya suatu sistem
baru untuk manusia yang melampaui pemikiran Yunani. Orang Yunani
berkata setelah melihat alam semesta, tidak ada yang lebih lagi dari itu.
Tetapi saat orang Kristen melihat alam semesta, melihat ada Allah di atas
yang menjadi Bapaku: Ialah Sang Pencipta, Sang Allah Bapa, yang
memberikan hidup baru padaku, maka aku disebut anak-Nya. Jika
dibandingkan dengan mitologi Tiongkok (Pan-gu) dan mitologi India (empat
gajah), kita segera melihat dan perlu memaklumi bahwa mereka tidak
memiliki wahyu Tuhan. Mereka bahkan tidak mengerti bahwa bumi ini bulat.
Setelah Magellan mengitari bumi satu kali, atau ketika Columbus
menemukan benua Amerika, barulah manusia mengetahui bahwa bumi ini
bulat. Setelah Vasco da Gama, Columbus, dan Magellan, barulah orang
percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Copernicus benar adanya. Bahkan
kemudian Copernicus memberitahukan kita bahwa bumi yang mengitari
matahari, bukan matahari yang mengitari bumi. Namun, semua ini baru bisa
dimengerti setelah orang menerima dan mengerti Alkitab, mengerti Sang
Pencipta sebagai unsur paradigma yang baru, unsur sistem terbuka yang
dimungkinkan, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik
langit dan bumi.”

Butir pertama ini berkata tentang Allah. Butir kedua dan ketiga berbicara
tentang adanya batas antara yang dicipta (yang pasif) dan yang mencipta
(yang aktif). Jika tidak ada inisiatif dari pencipta, maka tidak ada objek
ciptaan yang jadi. Jika Allah tidak merencanakan dan memiliki tujuan dalam
menciptakan segala sesuatu yang kemudian dilaksanakan dalam aktivitas
penciptaan dan menerjunkan diri di dalam karya ciptaan-Nya, maka tidak ada
sesuatu pun yang jadi. Segala sesuatu bisa ada karena Tuhan yang
mengadakan, dari yang tidak ada menjadi ada. Ini semua seturut dengan
rencana pertama Allah, yaitu penciptaan.

“Aku percaya kepada Allah” adalah satu pernyataan yang besar sekali.
Dengan kalimat ini kita membagi manusia menjadi dua kelompok, yaitu:
theis dan atheis. Atheis percaya tidak ada Allah, sementara theis percaya ada
Allah. Ada yang berkata ada Allah di luar diri manusia, dan ada yang
mengatakan tidak ada. Tetapi sebenarnya, Allah tidak mungkin menjadi ada
karena kita percaya Dia ada, atau sebaliknya menjadi tidak ada karena
manusia tidak percaya Dia ada. Jika tidak demikian halnya, maka kita
memiliki subjek iman yang menjadi penentu untuk segala tujuan dan
kekakuan menuju objek iman. Manusia dengan subjektivitasnya
menyebabkan ia hanya dapat mengubah diri, tidak bisa mengubah fakta yang
ada di luar dirinya. Allah bukan hasil proses menjadi. Ia tidak menjadi ada
atau menjadi tidak ada. Istilah “menjadi” tidak tepat dan tidak layak
dikenakan pada diri Allah yang kekal. Allah tidak mungkin “menjadi” ada,
dan tidak ada unsur apa pun yang bisa menjadikan Ia ada. Allah ada pada
diri-Nya sendiri, tanpa perlu penyebab.

Allah adalah yang ada pada diri-Nya sendiri, yang konsisten tidak berubah,
kekal, tidak mengalami perubahan, tidak mengalami proses, dan tidak
membutuhkan penyebab. Maka konsep “percaya kepada Allah” ditanamkan
oleh Allah ke dalam diri manusia yang diciptakan menurut peta teladan
Allah. Dengan demikian, setiap manusia tidak mungkin tidak memiliki
konsep Allah di dalam dirinya. Semua orang mengetahui dan percaya ada
Allah, karena Allah telah menanamkan konsep keberadaan diri-Nya di dalam
manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah sendiri. Tetapi jika
seseorang memiliki kepercayaan terhadap Allah kurang benar, bukan Allah
yang kurang benar, tetapi mata, pandangan, pemikiran, dan konsep orang itu
yang telah mengalami distorsi.

Misalnya, sebuah pena jika saya taruh di dalam gelas berisi air, maka seolah-
olah pena tersebut bengkok. Tetapi pena itu sebenarnya tidak bengkok. Yang
membuat pena itu terlihat bengkok adalah mata dan pikiran kita. Memang
terlihat mata kita baik, tetapi pandangan mata kita tidak tahu bahwa ketika
pena itu melewati air, mengalami pembiasan sehingga kita melihat pena itu
bengkok. René Descartes, seorang filsuf Prancis mengatakan, “Dalam hal
seperti ini terbukti ada distorsi yang dikerjakan setan.” Ini pertama kali di
dalam sejarah filsafat, seorang filsuf memakai istilah “setan” untuk
menjelaskan fenomena yang kita rasa tidak benar. Ia berkata tentang istilah di
dalam ide yang disebut “clearness of idea”. Ide yang jelas di pikiran kita
sering menjadi tidak jelas dalam fakta, maka kita bisa salah melihat fakta.
Fenomena dan realitas selalu ada jarak, sehingga kita ditipu oleh fenomena
(gejala yang kita lihat) dan tidak mengetahui dengan sesungguhnya realitas
yang asli, tepat, akurat, dan yang tidak salah.

Pada saat engkau pergi ke sebuah desa yang belum pernah tersentuh
pendidikan, lalu engkau bertanya: dunia mengelilingi matahari atau matahari
mengelilingi bumi? Mereka akan menjawab matahari mengelilingi bumi.
Orang yang tidak mengerti, akan mempertahankan sistem tertutup, lalu
mencela dan memaki-maki orang yang mengerti dengan menggunakan sistem
terbuka. Di sini kita melihat ada jarak antara fenomena dan realitas. Orang
yang tidak mengerti selalu tertipu oleh fenomena.

Dengan pemikiran di atas saya membawa Anda memikirkan PIR:“Aku


percaya kepada Allah.” Ada tiga macam orang, a) theis (aku percaya Allah
dan Ia ada); b) agnostik (aku tidak percaya Allah, tidak peduli Ia ada atau
tidak); dan c) atheis (aku percaya tidak ada Allah). Yang pertama, salah
satunya adalah orang Kristen, percaya Allah dengan satu iman di dalam saya
tentang Allah di luar saya. Orang kedua berkata, saya tidak percaya Allah,
atau tepatnya tidak peduli Dia ada atau tidak, pokoknya aku tidak percaya. Ini
adalah orang agnostik, karena ia beranggapan Allah tidak mungkin diketahui
manusia, sehingga tidak mungkin berelasi dengan Allah. Orang ketiga
berkata, saya tidak percaya ada Allah. Ini orang atheis.

Selain ketiga macam orang ini, masih ada yang disebut pantheis, yang
percaya Allah ada di alam. Seluruh alam jika digabungkan, totalitas itu
disebut Allah. Alam adalah Allah dan Allah adalah alam. Salah seorang
pantheis terkenal di dalam sejarah adalah Benedict Spinoza, seorang Yahudi
yang tinggal di Amsterdam, Belanda. Ia seorang pantheis, tidak percaya ada
Yehovah yang menciptakan langit dan bumi, akhirnya ia dikucilkan dari
sinagoge Yahudi. Saat dikucilkan, dalam upacara ekskomunikasi dengan
memasang dua belas lilin yang mewakili setiap suku Israel, maka setiap lilin
ditiup sambil orang berteriak, “Terkutuklah engkau. Engkau tidak mendapat
bagian dalam suku Simeon.” Setelah semua lilin ditiup, pintu dibuka dan ia
diusir keluar. Sejak saat itu, Spinoza di Amsterdam sampai mati, tidak
seorang Yahudi pun boleh menyapanya. Ia tidak menikah dan menjadi
seorang penggosok lensa optik. Tidak ada lagi orang Yahudi yang memesan
lensa kepadanya. Ia hanya mendapat uang dan pekerjaan dari orang Belanda,
sehingga sisa sedikit orang yang mengenal dia. Ia sering kelaparan, tidak
cukup makan, susah sampai mati sebatang kara. Orang Yahudi percaya pada
Allah, tetapi sampai pada butir kedua, “Aku percaya pada Yesus Kristus,”
orang Yahudi sudah tidak mau percaya.

Menurut legenda, ketika dua belas rasul terakhir kali berkumpul di


Yerusalem, sebelum pergi ke seluruh dunia menginjili, mereka menetapkan
apa yang akan dikabarkan, apa yang harus dipercaya oleh orang Kristen di
seluruh dunia dan segala bangsa. Pada saat itu, kedua belas rasul masing-
masing memberi sumbangsih satu per satu, lalu dikumpulkan, diselidiki,
disetujui, dan sepakat menjadi dokumen untuk seluruh dunia. Setelah mereka
pergi, tidak satu pun yang kembali lagi, karena semua mati martir, kecuali
Yohanes, rasul yang termuda. Pada saat itu, menjadi orang Kristen
berbahaya, didiskriminasi, dianiaya, dibunuh. Sekarang di Indonesia menjadi
orang Kristen terlalu mudah, enak, bebas, dan istimewa. Ketika engkau
menikmati hak kebebasan sebagai Kristen, hendaklah engkau mengaku:
pertama, Aku percaya pada Allah. Ia ialah Bapa yang Mahakuasa, Ia Pencipta
langit dan bumi. Amin.
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 2: Butir
Pertama (2)
Pdt. Dr. Stephen Tong11 min read
Saya berharap saya boleh mewariskan pemikiran tentang tiga hal yang
penting bagi iman kita, tindakan kita, dan apa yang harus kita doakan di
hadapan Allah, yaitu Sepuluh Hukum, Doa Bapa Kami, dan Pengakuan Iman
Rasuli.

Kalimat pertama Pengakuan Iman Rasuli (PIR) ini: Aku percaya kepada
Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Di seluruh dunia dan
agama, tidak ada doktrin yang disimpulkan dalam tiga kalimat pendek,
terkesan sederhana, tetapi sudah mencakup hal-hal yang paling penting
secara komprehensif di dalam iman kekristenan. Kita tidak menemukan di
dalam agama-agama, manusia menyebut dan mengakui Allah di sorga
sebagai Bapa, sebagai Pencipta, dan sebagai Allah yang Mahakuasa. Tiga
kalimat ini bukan kesimpulan dari theolog-theolog genius, tetapi diturunkan
oleh para rasul yang diutus oleh Tuhan Yesus sendiri. 

Gereja harus memelihara ajaran yang diturunkan dari para nabi Perjanjian
Lama dan rasul Perjanjian Baru. Dari Perjanjian Baru kita mengerti
Perjanjian Lama, karena Perjanjian Lama mengandung Perjanjian Baru, dan
Perjanjian Baru menggenapi Perjanjian Lama. Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru merupakan satu keutuhan yang terdiri dari dua bagian. Inilah
wahyu Allah melalui pekerjaan Roh Kudus menggerakkan para nabi dan
rasul.

Setelah itu, Tuhan Yesus Kristus sendiri turun ke dunia, menjelma menjadi
tubuh yang berdaging dan berdarah seperti engkau dan saya. Yesus adalah
Allah menjadi manusia; Yesus adalah Sang Pencipta yang berbalut tubuh
yang dicipta, menjadi manusia hidup di tengah engkau dan saya, untuk
menjadi Juruselamat dan Perantara antara kita dan Bapa. Dia juga menjadi
Wakil Allah, sehingga hanya Yesuslah di sepanjang sejarah umat manusia
yang berani dan boleh mengatakan, “Barang siapa melihat Aku, dia melihat
Allah.”
Kita bersyukur kepada Tuhan, karena Ia mengatakan, “Sebagaimana Bapa
mengutus Aku, Aku mengutus engkau.” Yesus menerima mandat dari Allah,
dan kini Ia memberikan mandat kepada para rasul untuk menjadi wakil
Kristus, sebagaimana Kristus menjadi Wakil Tuhan Allah. Rasul
(Yun. apostolos) artinya utusan. Apostolos terbesar adalah Kristus. Raja
terbesar di atas semua raja adalah Kristus; Nabi di atas semua nabi adalah
Kristus; Imam di atas semua imam adalah Kristus. Kristus mewakili Tuhan
Allah mengutus rasul, sehingga para rasul menjadi wakil Kristus yang
mewakili Allah untuk segala zaman memberikan kepada kita firman.
Perjanjian Lama diwahyukan kepada para nabi dan Perjanjian Baru diberikan
kepada para rasul. Rasul dan nabi menjadi fondasi gereja.

Di dalam Efesus 2:19-20 dan 4:11 tertulis Gereja didirikan di atas rasul dan
nabi. Urutan ini sengaja dibalik di dalam Perjanjian Baru (1Kor. 12:28; Ef.
2:20, 3:5, 4:11). Penyusunan ini sengaja melawan urutan kronologis.
Tujuannya menegaskan kepada orang Kristen segala zaman bahwa tulisan
rasul merupakan kunci untuk mengerti tulisan nabi. Engkau tidak mungkin
mengerti pengajaran para nabi secara benar tanpa mengerti pengajaran para
rasul. Perjanjian Baru merupakan kunci mengerti Perjanjian Lama. Maka,
gereja harus menerima Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Gereja yang
tidak menerima otoritas Alkitab bukanlah gereja. Itu sebabnya, Pengakuan
Iman Rasuli menjadi pengakuan gereja, yang membuktikan kita milik Tuhan.

Banyak gereja saat ini tidak menyatakan PIR lagi. Mereka meremehkan tugas


gereja ini. GRII tidak boleh tidak membacakan pengakuan iman ini, untuk
menyatakan bahwa kita adalah orang yang menganut, percaya, dan beriman
kepada Tuhan melalui doktrin-doktrin yang tertulis di dalam PIR. PIR berarti
pengakuan terhadap iman Kristen seturut pengajaran yang diwariskan oleh
para rasul. Oleh sebab itu, kita perlu meneliti dengan teliti dan
terperinci PIR ini. Martyn Lloyd-Jones, salah seorang theolog Puritan yang
agung di abad ke-20, mengkhotbahkan Efesus 1 sebanyak 128 kali, karena ia
ingin orang mengerti firman dengan terperinci. Kiranya kita terus memiliki
hasrat kehausan belajar dan mempunyai keinginan terus belajar seterperinci
dan sedalam mungkin sehingga kita tidak menipu diri.

PIR memecahkan dan membedakan sejarah manusia menjadi dua


bagian, sebelum dan sesudah-nya. Di sini kita melihat pentingnya PIR. Dunia
sebelum PIR adalah dunia yang mengenal alam sebagai suatu objek dan
manusia adalah subjek yang menyelidikinya. Semua pengertian didasarkan
pada subjektivitas manusia. Manusia menganggap diri tuan rumah alam
semesta, menganggap diri mengerti langit dan bumi, menjadi satu-satunya
makhluk yang menganalisis, mempelajari, mengamati, dan mengerti alam
semesta.

Sebagaimana kita mengetahui, manusia dicipta menurut peta teladan Allah,


sehingga makhluk lain tidak mungkin mempunyai rasio, tidak mungkin
mempunyai logika, selain manusia. Tetapi setelah PIR, manusia tidak lagi
melihat alam sebagai objek observasi, manusia melihat alam yang diciptakan
oleh Tuhan. Saya dan alam adalah ciptaan Allah. Maka, kalimat “Aku
percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa”, dilanjutkan dengan kalimat
“Pencipta langit dan bumi”. Ada keberadaan lain selain saya dan alam, yaitu
Allah.

Allah tidak kelihatan, tetapi Dia ada, dan Dia menjadi Sumber dan Sebab
semua ciptaan. Ini satu penerobosan yang tidak pernah muncul dalam sejarah.
Ketika kita menyelidiki alam semesta, kebudayaan-kebudayaan besar
berusaha menjelaskan dari mana asal alam semesta, tetapi tidak ada satu pun
kebudayaan yang sanggup memberikan tanggung jawab yang cukup untuk
memberi jawaban. Kebudayaan Tiongkok, India, Mesir, Babel, dan Yunani,
semua berusaha menafsirkan alam. Namun mereka gagal memberikan
jawaban yang tepat dari mana dunia ini berasal.

Kebudayaan Tiongkok sangat tua, dan tidak kalah dari Mesir, India, dan
Babel. Tetapi ketika ditanya dari mana asal alam semesta, maka dijawab
bahwa ada seorang tua yang bernama Pan-gu. Pan-gu berada dalam satu telur
yang kecil dan Pan-gu itu begitu kecil. Ia membawa palu (dari mana datang
palunya, tidak ada jawaban) dan memukulkan palu itu ke atas, akhirnya telur
itu bengkak membesar ke atas karena terus-menerus dipukul dan menjadi
langit. Landasannya menjadi bumi. Inilah awal langit dan bumi. Begitu
mendengar cerita seperti ini, engkau langsung sadar bahwa itu adalah omong
kosong. Cerita ini indah, tetapi tetap omong kosong.

Orang India mengatakan bumi ini datar berbentuk empat sudut dan ditopang
oleh empat ekor gajah, satu di setiap sudutnya. Kalau gajah itu bergerak,
terjadilah gempa. Kebudayaan Timur Tengah memikirkan ada dewa atau
pencipta yang menjadikan bumi dan langit, tetapi sangat tidak jelas bagi
mereka bagaimana terjadinya. Orang Yunani mengatakan bahwa langit dan
bumi ini memang sudah ada dari aslinya tidak ada perubahan, memang sudah
seperti ini dari dahulu kala (unchanging universe). Tugas manusia adalah
menyelidiki, mencatat, dan memberikan pengertian itu kepada orang lain.
Kebudayaan Gerika atau Yunani ini sangat agung.

Kebudayaan Hellenistik (Yunani) dan kebudayaan Hebrew (Ibrani) adalah


dua kebudayaan besar pembentuk dasar pengetahuan manusia tentang alam
semesta dalam kebudayaan Barat saat ini. Kebudayaan Barat berpengaruh
besar pada kebudayaan dunia hingga saat ini. Kebudayaan Timur berbeda.
Kebudayaan Timur tidak memikirkan dunia luar, tetapi dunia sekarang.
Orang Tionghoa berpikir sangat duniawi, memikirkan dunia di sini. Orang
India memikirkan dunia di sana. Mau berpikir caranya adalah
membayangkan, maka tutup mata dan meditasi. Karena itu, patung Konfusius
selalu buka mata, sementara Buddha selalu tutup mata. Sementara
kebudayaan Gerika dan orang Barat berbeda. Mereka lebih memikirkan
bagaimana tanggung jawab mereka terhadap dunia di luar dirinya, bagaimana
meneliti alam semesta ini, apa yang ada di sorga dan di bumi ini. Dunia Barat
ingin tahu ada apa di langit, apa itu bintang, berapa jaraknya. Semua mau
dihitung dan berusaha memberikan penjelasan yang bertanggung jawab.
Orang-orang Yunani adalah orang-orang yang sangat suka berpikir, suka
menyelidiki, berusaha mengamati apa pun, berusaha mengerti dan
menghitung, dan berusaha mengerti alam semesta ini. Maka, Protagoras
mengatakan, “Manusia adalah pengukur segala sesuatu (homo mensura).”

Orang Gerika begitu gemar menyelidiki. Di tahun 584 SM di Miletus ada


seorang bernama Thales. Ia adalah bapa filsafat Gerika. Dia mengumumkan
bahwa tanggal 28 Mei yang akan datang orang tidak akan melihat matahari.
Ia dianggap sedang omong kosong. Ternyata benar, hari itu Miletus gelap
gulita karena gerhana. Ini terjadi karena semua bergerak. Bumi bergerak,
matahari bergerak, bulan bergerak, bintang bergerak. Thales mampu
menghitung dengan tepat bagaimana pergerakan bumi, matahari, bulan,
sehingga tahu tepat kapan bulan menutupi matahari terhadap bumi. Inilah
astronomi.
Orang Gerika kuno begitu pandai, tetapi orang Gerika sekarang begitu bodoh.
Mereka tidak mampu mengelola ekonomi negara, menjadi bangkrut, dengan
perdana menteri yang tidak jujur yang menjadi tertawaan dunia. Gerika
hancur ekonominya akibat mereka terbiasa tidak membayar pajak. Itu
berawal ketika Gerika dijajah oleh Turki. Mereka tidak mau membayar pajak
kepada penjajah agar penjajah tidak mendapatkan uang dan akhirnya
bangkrut. Setelah Turki pergi, mereka sudah terbiasa tidak mau membayar
pajak, maka sekarang negaranya bangkrut. Gerika pernah mempunyai orang
besar seperti Sokrates, Plato, Aristoteles yang begitu pandai. Tetapi 2.500
tahun kemudian menjadi begitu bodoh. Ini membuat saya semakin tidak
memercayai cerita evolusi.

Di zaman sebelum Sokrates, ada satu kebiasaan yaitu menyelidiki alam.


Mereka berjam-jam duduk mengamati bintang-bintang di langit, mencatat
dan mengukur. Inilah astronomi, yaitu ilmu mempelajari perbintangan di
langit. Maka semua buku Gerika adalah On Nature dan On Principles.
Sampai di zaman Sokrates, ia mengubah arah pembelajaran. Engkau mau
mengerti benda-benda yang jauh, hal-hal di luar sana yang jauh, mengapa
engkau tidak mau mengerti dirimu sendiri. Apa pun mau kamu tahu tetapi
tidak tahu diri, apa pun diselidiki tetapi tidak menyelidiki diri. Tercetuslah
“gnothi seauton” (know yourself). Maka arah filsafat bergerak, dari astronomi
menuju anthropologi, dari menyelidiki dunia luar menuju dunia dalam.
Manusia mulai menyelidiki diri (self).

Ketika PIR mengatakan, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa,


Khalik langit dan bumi,” kita masuk ke dalam arah yang baru. Manusia tidak
menjadi pemilik alam semesta ini, manusia bukan subjek alam semesta, tetapi
kini manusia harus sadar selain alam dan dirinya, ada Allah Pencipta semua
itu. Ini menjadi satu lembaran baru. Tanpa PIR dunia akan berhenti pada
keunggulan yang diberikan Gerika. Tanpa PIR manusia akan menjadi arogan
karena menganggap diri pandai, penganalisis alam semesta. Tetapi Sokrates
mengkritik manusia, mengapa begitu sombong sudah menyelidiki semua
alam semesta, tetapi tidak tahu diri.

Sejarah mencatat, Sokrates mengatakan, “Siapa engkau yang berhak


mendapat uang karena engkau mengajarkan kebenaran? Apakah kebenaran
itu milikmu? Apakah sudah memonopoli kebenaran, sehingga ketika engkau
mengajarkannya engkau berhak meminta uang? Apakah engkau memiliki
alam semesta ini? Engkau salah.” Sokrates telah membuat revolusi dalam
cara pikir manusia. Ia membuat revolusi dalam pencarian manusia, sehingga
manusia harus mulai memikirkan siapa dirinya, mengapa ia bisa ada di
tengah alam semesta, apa makna dan tujuan hidupnya. Untuk apa saya
mempelajari semua yang lain kalau saya tidak mengenal diri saya sendiri?
Dan ia membiarkan pertanyaan itu terus terbuka hingga saat ini.

Dengan demikian, kita melihat orang Gerika memiliki beberapa


kelemahan: Pertama, mereka memperlakukan diri mereka sebagai subjek
untuk mengerti alam semesta. Mereka menjadi guru mengajar orang lain
tentang alam semesta. Mereka tahu dan mereka bisa tahu karena mereka
menyelidiki, yang akhirnya membuat mereka menjadi sombong. Kedua,
ketika mereka menyelidiki alam, mereka menggunakan pola pikir atau
mentalitas yang disebut sistem tertutup (closed system). Menurut Paul Tillich,
seorang Jerman, theolog Amerika Serikat, mengatakan, “Orang Yunani
memperlakukan alam semesta seperti dunia plastik, yang selalu seperti itu,
tidak berubah. Yang berubah adalah diri kita. Saya menyelidiki, dari
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Itulah perubahanku. Dunia ini tidak
berubah, alam semesta ini tidak berubah, pengertian saya yang berubah, dan
saya menuliskan apa yang sebelumnya tidak dimengerti untuk bisa mengerti
semua materi itu. Seluruh jawaban terhadap ketidaktahuan ini, yaitu seluruh
proses perubahan saya ini, saya ajarkan kepadamu.”

Sistem tertutup ini merajalela di dunia hampir dua ribu tahun. Sistem tertutup
ini tidak bisa dikalahkan bahkan sampai zaman Sir Isaac Newton. Barulah di
abad ke-20 ada perubahan revolusi yang baru, dari seorang filsuf ilmu
pengetahuan yang bernama Thomas Kuhn. Thomas Kuhn adalah seorang
filsuf Kristen Protestan, dan dia mengajarkan satu istilah yang sangat penting,
yaitu paradigm shift (pergeseran paradigma). Setiap zaman tidak ada
perubahan, kecuali terjadi perubahan paradigma maka dunia mengalami
kemajuan. Manusia mulai berubah pola pikir dasarnya
(paradigmanya). Paradigm shift ini sangat penting dan dia mengatakan
bahwa kita perlu sistem terbuka (open system) di dalam melakukan riset.
Menyelidiki segala sesuatu harus keluar dari sistem, dari ikatan yang telah
membelenggu kita selama ribuan tahun. Kalau kita tidak bisa keluar dan
melepaskan diri, gereja tidak akan bisa maju, masyarakat tidak berubah,
kebudayaan tidak berubah, dan segala sesuatu menjadi mandek dan statis
karena terkunci oleh keterbatasan sistem tertutup.

Ketika saya mempelajari ribuan tahun perkembangan manusia, saya akhirnya


menyadari bahwa closed system sudah dibongkar oleh PIR. Janganlah
menjadi orang Kristen yang hanya percaya kepada Kristus, lalu menghibur
diri. Di dalam kekristenan terkandung semua kebenaran yang tertinggi yang
dibutuhkan oleh sejarah di dalam kebudayaan manusia. Sejak hari pertama,
sejak kalimat pertama PIR, “Aku percaya kepada Allah, aku percaya kepada
Dia sebagai Bapa yang Mahakuasa, aku percaya kepada Dia sebagai Pencipta
langit dan bumi,” maka kita mulai masuk ke open system. Manusia tidak lagi
boleh menutup diri di dalam alam semesta, manusia harus menerobos batas
alam semesta, di luar alam semesta ada Pencipta yang mencipta alam
semesta. Allah adalah Sumber, Allah adalah Sebab, Allah adalah Pencipta di
luar alam yang terbatas ini. Dan inilah pertama kali keterbatasan dibuka dan
diterobos untuk masuk menuju ke tempat Bapa, dan menuju Bapa yang
transenden yang telah menciptakan dunia ini. Maka, PIR merupakan suatu
penerobosan yang pertama. Di sinilah awal kita memikirkan menerobos
keberadaan alam dan diri yaitu dimulai dari mengenal Allah yang
menciptakan. Amin.
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 3: Butir
Pertama (3)
Pdt. Dr. Stephen Tong10 min read
PIR telah membagi sejarah menjadi sebelum dan sesudahnya. Bagaimana
sebelumnya manusia hanya memandang alam dan sesudahnya manusia
mengerti diri dan alam. Hal ini harus kita pikirkan baik-baik, karena mustahil
firman Tuhan diturunkan, manusia bereaksi kepada firman Tuhan lalu tidak
terjadi perubahan konsep dalam sejarah. Sejarah dibentuk oleh konsep-
konsep yang kreatif, reaktif, dan responsif terhadap firman Tuhan. Dari situ
manusia kemudian menentukan arah, prinsip, dan bagaimana meneruskan
sejarah. Di dalam seluruh kebudayaan, salah satu tugas yang paling penting
dan paling sulit adalah mengubah konsep manusia, karena konsep itu berakar
di dalam hidup manusia dan memengaruhi seluruh perilakunya di
masyarakat. Konsep menjadi dasar, memberi gairah, dan rasionalisasi di balik
semua aktivitas. Maka, jika konsep salah, seluruh hidup akan salah; jika
konsep benar maka seluruh hidup dan kelakuan akan bisa beres.

Konsep itu sangat mendasar, memengaruhi, dan penting bagi arah hidup
manusia. Jika konsepnya adalah humanisme, maka mustahil menjamin
keabsahan dan kebenaran yang tepat. Tetapi jika berasal dari Tuhan, konsep
itu akan memberikan inspirasi, dorongan, dan perubahan untuk manusia
kembali kepada firman Tuhan dan akan menjadi cahaya dan arah baru bagi
manusia untuk hidup dalam kebenaran. Maka, dari mana konsep itu
dibangun, bagaimana direspons, akan memengaruhi seluruh aktivitas dan
perilaku kita selanjutnya.

Di antara semua konsep yang kita terima dari sejarah, tradisi, pengalaman,
lingkungan, dan apa saja yang bisa kita selidiki, amati, analisis, dan terima,
akhirnya tidak satu pun yang lebih penting dari konsep agama. Konsep
agama menjadi konsep paling mendasar, menentukan, penting, dan
memengaruhi kehidupan manusia. Jika konsep agama sudah salah, semua
salah. Konsep agama yang benar hanya mungkin dicapai melalui ketaatan
yang sungguh dan keinginan merespons Tuhan dengan mengikuti firman-
Nya. Maka, Allah berkata, “Iman datang dari pendengaran akan firman
Kristus.”
Tuhan menurunkan firman tertulis yaitu Alkitab dan inkarnasi Kristus,
menjadi dasar bagaimana kita bereaksi. Ketika kita membaca Alkitab, kita
harus bereaksi tunduk dan taat. Ketika menerima Kristus, kita selalu harus
memiliki ketaatan dan kerelaan kepada-Nya. Dengan respons yang
bertanggung jawab barulah iman seseorang boleh menjadi dasar bagi semua
pemikiran dan ide agama. PIR merupakan reaksi manusia kepada firman
Tuhan, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Keutuhan Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru menjadi kesempurnaan wahyu yang Tuhan berikan
kepada manusia. Maka, respons kepada Alkitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru ini menentukan iman kita.

Terlalu banyak orang mempunyai iman yang salah karena sembarangan


menafsirkan Alkitab. Sering kita menambahkan imajinasi kita ke dalam
firman Tuhan. Iman harus setia kepada kebenaran, yaitu kebenaran yang
diwahyukan oleh Allah. Allah yang benar memberikan kebenaran sejati
dengan hati yang mengasihi kita, lalu menurunkan firman untuk memimpin
kita. Allah sejati benar-benar memberikan dengan sukarela barulah ada
firman yang benar di dunia.

Agama timbul karena manusia percaya Allah memberikan wahyu. Jika Allah
memberikan wahyu, sungguhkah wahyu itu berasal dari Allah yang sejati?
Bagaimana jika Allahnya beda, bukan Allah yang sejati? Itu sebabnya di
antara agama terdapat perbedaan secara kualitas. Ada agama yang
mengatakan bahwa Allah tidak ada dan tidak boleh ada Anak, tetapi orang
Kristen mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Allah menyatakan
kasih-Nya kepada manusia sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal ke dalam dunia.

“Aku percaya kepada Allah” yang dilanjutkan dengan “Bapa yang


Mahakuasa, Khalik langit dan bumi”. Inilah respons manusia kepada Tuhan
yang memberikan wahyu kepada manusia. Melalui Alkitab barulah kita
mengenal siapa Allah. Jika Allah tidak mewahyukan diri, mustahil kita
mengerti dan mengenal Dia melalui spekulasi imajinasi dan logika kita yang
terbatas. Hanya dengan kita jujur, taat, dan setia kepada Allah yang setia
memberikan firman kepada kita, barulah kita mungkin mendapatkan iman
yang sejati. Iman sejati adalah kesetiaan total kepada kebenaran total yang
diberikan dengan total kesetiaan Allah.
Butir pertama PIR langsung mempertanggungjawabkan pengertian manusia
akan alam semesta. Berbagai kebudayaan mencoba memberikan jawaban,
tetapi tidak ada yang secara tuntas. Kebudayaan Yunani sangat penting,
khususnya dalam hal metodologi. Metode penelitian yang penting seperti
induksi dan deduksi dikembangkan oleh pemikiran Gerika. Aristoteles
berkata, “Pakailah cara deduksi dan induksi untuk menyelidiki alam semesta,
maka pengertianmu akan menjadi lebih masuk akal.” Deduksi dan induksi
merupakan cara penggunaan daya pikir secara logis dan menemukan segala
yang dipikirkan rasio. Dengan adanya metode, manusia dalam memikirkan
suatu objek bisa menjadi lebih akurat dan realistis. Metode seperti ini dimulai
dari Yunani, ratusan tahun sebelum Yesus lahir.

Akibat dari cara penelitian model Yunani ini, mereka jatuh ke dalam closed
system. Seperti dikatakan Paul Tillich, alam dalam pandangan Yunani adalah
alam plastik yang tidak berubah. Yang bisa berubah adalah pengetahuan
saya, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Barulah Thomas Kuhn
mendobrak dengan paradigm shift dan memberikan penerobosan metode
yang baru, bahwa dunia tiap saat berubah dan tidak statis. Dunia ini dinamis,
tidak tetap dari dulu sampai sekarang. Pikiran perlu perubahan yang disebut
sebagai paradigm shift (perubahan paradigma). Di abad ke-21 ini kita tahu
bahwa langit dan bumi berubah. Kalimat ini pertama kali muncul di Alkitab:
“Langit dan bumi akan berubah, dunia dan nafsunya akan binasa, tetapi satu
titik firman Tuhan tidak akan berubah selama-lamanya.” Satu-satunya buku
yang kontras dengan kebudayaan adalah Alkitab. Inilah filsafat dan metode
pemikiran Allah sendiri, yang berbeda total secara kualitatif. Allah tidak
pernah berubah, kontras dengan dunia yang berubah. Allah menciptakan
dunia. Allah yang tidak berubah adalah Allah kita.

Thales dengan tepat meramalkan bahwa pada tanggal 28 Mei 585 SM


matahari tidak bersinar. Orang menganggap dia gila. Mereka melawan,
menertawakan, dan mengejeknya. Tetapi pada hari itu betul-betul matahari
tidak tampak. Orang Miletus mengalami kegelapan di tengah siang hari dan
segera sadar bahwa yang dikatakan itu bukan tipuan, bukan omong kosong,
bukan teori bohong, tetapi sungguh terjadi. Ketika ditanya, Thales menjawab,
“Aku mengamati alam semesta.” Semua gerakan yang terjadi pada bintang
dan angkasa ia telusuri, selidiki, catat, dan hitung. Yunani berbeda dari India
dan Tiongkok. Yunani tidak sembarangan menerima pemimpin agama.
Sekarang kekristenan di Indonesia banyak yang hancur karena terlalu percaya
kepada para pengkhotbah yang khotbah-khotbahnya tidak bertanggung
jawab, kebenarannya tidak jelas, hanya enak didengar. Mereka ikut
kebaktian, lalu membawa orang datang ke gereja seperti itu. Orang yang
percaya takhayul seperti itu turut berdosa bersama para pengkhotbahnya yang
dipakai Iblis. Maka di sini Thales mulai mengerti dan mempelajari astronomi
(ilmu perbintangan).

Dunia maju karena orang memakai metodologi yang benar untuk menemukan
kebenaran. Melalui cara yang benar, sekarang kita boleh melihat
perpustakaan kita memiliki ratusan juta buku. Manusia bereaksi kepada alam
semesta, mempunyai data, dan mendapatkan konklusi. Lalu mereka
mengajarkannya kepada orang-orang yang belum tahu. Ini yang disebut
sebagai pendidikan. Saat manusia menyelidiki alam semesta, manusia
menjadi subjek dan alam menjadi objek.

Menurut Paul Tillich, orang Gerika melihat dunia ini bagaikan dunia plastik,
yang tidak berubah, yang kita selidiki. Tetapi menurut Alkitab, dunia ini
diciptakan oleh Allah Pencipta. Ketika saya menyelidiki dunia, saya tidak
boleh menganggap diri sebagai subjek dan dunia ini objek. Jangan kita
menganggap bisa mengetahui sesuatu yang tidak berubah, karena dunia ini
berubah dan saya yang menyelidikinya juga berubah. Karena dunia ini
berubah, maka janganlah menganggap bahwa dunia ini mutlak dan
pengetahuan yang didapatkan manusia itu pasti. Konsep dunia harus berbeda
dengan konsep Alkitab.

Ketika PIR hadir, barulah menjadi satu titik balik, adanya kesadaran bahwa


bukan hanya di dalam alam semesta, tetapi di luar alam semesta ada Allah
yang lebih tinggi dari alam semesta, yang memerintahkan orang Kristen
untuk memandang alam semesta dan bereaksi secara berbeda dari orang non-
Kristen. Sekalipun kebudayaan Yunani lebih tinggi daripada kebudayaan
Timur mana pun, tetap bukanlah kebudayaan yang sepenuhnya benar.

Dunia dan kebudayaan Barat yang dipengaruhi pemikiran Yunani


membangun universitas-universitas. Sejarah studi yang bermutu selalu
dipengaruhi metodologi Yunani. Orang Yunani berkata, “Dalam semua
bidang ada logi, dan semua logi mengandung unsur logika. Logika berinduk
pada logos (Firman). Logos menjadi dasar segala studi.” Kebudayaan Yunani
bisa menemukan itu karena Tuhan yang memberikannya kepada mereka.
Ketika kebudayaan Yunani melampaui semua kebudayaan, mencapai
keunggulan metodologi dan semua lainnya, Tuhan langsung memberikan
anugerah, sehingga Alkitab tidak lagi memakai bahasa Ibrani; Alkitab
Perjanjian Baru diwahyukan dalam dan melalui bahasa Yunani. Ini semua
rencana Tuhan yang luar biasa.

Setelah PIR hadir, barulah orang sadar untuk “percaya kepada Allah”, bukan


kepada alam. Konsep penting ini perlu kita mengerti, karena sebagian orang
Kristen menganggap semua agama sama. Dari PIR kita mengetahui bahwa
agama yang kita percaya bukanlah sekadar agama yang mudah. Di abad ke-
20, ada dua filsuf yang terpenting, yaitu Thomas Kuhn dan Paul Ricoeur.
Dari seratus filsuf, sekitar 92 di antaranya non-Kristen dan hanya 8 orang
yang Kristen. Dari 8 orang itu, hanya Thomas Kuhn dan Paul Ricoeur
(seorang Reformed) yang Protestan. Di sini saya melihat adanya pimpinan
Tuhan untuk mengubah cara berpikir manusia menjadi lebih mengerti
kebenaran. Kuhn dan Ricoeur menjadi filsuf Protestan yang penting di dalam
membentuk filsafat abad ke-20.

Ucapan Tillich, “Dunia dalam pandangan Yunani merupakan dunia plastik,


dunia yang tidak berubah,” telah diubahkan melalui pergeseran paradigma di
abad ke-21. Saat ini, hampir tidak ada yang percaya dunia tidak berubah. Es
di Kutub Utara terus mencair, permukaan air laut terus semakin tinggi, karena
berat jenis es lebih ringan sekitar sepuluh persen dari berat jenis air. Maka
ketika air membeku menjadi es, ia akan terapung di air. Ini adalah cara
Tuhan, agar di musim dingin, es tidak tenggelam di dalam air. Jika es yang
membeku tenggelam, maka semua ikan di laut akan mati. Tuhan mengasihi
manusia sehingga ketika musim dingin tiba, air menjadi es dan es itu
terapung, semua ikan di bawah terpelihara dengan baik.

Untuk menyelidiki alam diperlukan metode. Metode dan alam bisa berubah.
Yang menyelidiki, yaitu manusia, juga berubah. Tetapi ada yang mutlak dan
tidak berubah. Setelah adanya PIR, manusia harus membagi sejarah menjadi
dua. Kini kita memasuki satu wilayah di mana kita harus mulai mengakui ada
yang tidak berubah di balik semua yang berubah. Ada Sang Pencipta di atas
semua ciptaan. Ada yang mutlak di atas yang relatif. Maka kini kita melihat
segala sesuatu secara berbeda dari orang-orang non-Kristen. Orang-orang
non-Kristen melihat dirinya sebagai subjek, alam semesta sebagai objek yang
tidak berubah. Filsafat Yunani menyatakan, “Aku menggali rahasia untuk
menjadi pengetahuan mendidik orang lain,” tetapi orang Kristen tidak.

Ketika PIR muncul dalam sejarah, orang Kristen mengerti dunia dicipta dan


berubah. Hanya Allah Pencipta, Khalik langit dan bumi yang tidak berubah.
Dalam kasus Thales, seolah-olah ia mengetahui alam semesta. Di PIR kita
sama sekali tidak tahu, karena kita hanya diberi hak untuk berada di dalam,
hidup untuk menikmati, dan otak untuk menyelidiki alam semesta. Dan
dalam hal ini, kita menyadari bahwa baik kita maupun alam berubah. Kita
harus memiliki iman dan memegang Allah yang tidak berubah, barulah kita
memahami apa alam semesta itu. Dengan demikian, kita pun menyadari
bahwa di alam semesta ini, kita bukanlah tuan rumah. Kita dicipta untuk
menikmati anugerah Tuhan yang diberikan dalam alam untuk melayani
manusia. Saya memperalat mobil untuk melayani saya; saya juga memakai
listrik yang masuk ke rumah saya untuk menonton televisi, mendengar
musik, dan menikmati AC.

Ada sesuatu yang dipakai sebagai materi dan ada metode yang dipakai untuk
menyelidiki dan menemukan ilmu dan teknologi yang diperalat menjadi
hamba untuk melayani saya. Saya bisa menikmati semua itu, tetapi itu bukan
milik saya, sehingga tidak boleh saya miliki. Saya boleh menggunakan semua
sumber yang Tuhan berikan untuk memperindah dan memudahkan hidup
saya. Allah mencipta segalanya untuk dapat kita pakai dan nikmati. Tetapi
kita harus mengakui bahwa dunia ciptaan ini adalah ciptaan Allah dan bukan
milik kita. Di atas alam semesta, di atas langit dan bumi ini, kita percaya ada
Pencipta (Khalik) yang menciptakan semua ini. Sejak PIR, manusia memiliki
pengakuan yang baru. Kini saya tahu bahwa Engkaulah Pencipta dan Pemilik
semua ciptaan yang Engkau ciptakan dan boleh saya pakai, yang saya
ikrarkan dengan kalimat “Khalik langit dan bumi”. Saya datang, berdoa,
mengagumi, menyembah, dan berterima kasih kepada Tuhan. 

PIR sedemikian agung karena PIR mengubah manusia agar tidak sombong


dan beranggapan bahwa ia boleh menikmati sesukanya lalu menganggap diri
sebagai tuan rumah. Kita sama sekali tidak berjasa, kita hanya menikmati
pemberian Allah, Sang Pencipta dan Pemilik alam semesta. Sebelum ini tidak
ada sistem terbuka (open system) di mana manusia yang terbatas ini
mengakui dan percaya kepada Dia yang tidak terbatas. Sebelum ini tidak ada
yang mengetahui makna dan tujuan hidup manusia di dunia ini dan siapa
Pemilik kita. PIR membawa kita kepada pengakuan percaya akan Allah,
Bapa yang Mahakuasa, Pencipta segala sesuatu. Kiranya semua dikembalikan
bagi kemuliaan-Nya. Amin.
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 4: Butir
Pertama (4)
Pdt. Dr. Stephen Tong12 min read
PIR (Pengakuan Iman Rasuli) merupakan suatu rangkaian kepercayaan orang
Kristen yang berespons kepada Allah. Allah yang jujur dan diri-Nya adalah
Kebenaran, memberikan kebenaran dengan setia dan jujur kepada manusia.
Allah yang benar memberikan kebenaran dan kesejatian diri-Nya dengan
sukarela bagi manusia, sehingga memungkinkan manusia untuk mengerti dan
menerima yang benar. Jikalau Allah yang jujur tidak rela memberikan
kebenaran kepada manusia, maka Dia akan membiarkan kita mendapatkan
semua yang tidak benar, dan Ia membiarkan kita menerima semua yang
kurang beres. Seorang ayah memberikan kepada anaknya dengan sungguh-
sungguh yang terbaik, sebelum anaknya bisa membedakan yang terbaik dari
yang kurang baik, yang bermutu dari yang kurang bermutu. Jikalau Allah
tidak memberikan yang terbaik kepada manusia, kita tetap tidak mengerti,
dan beranggapan kita telah menerima yang terbaik dan bersyukur kepada
Allah, karena kita tidak bisa membedakan mana yang terbaik dan yang
bukan. Allah yang benar, benar-benar memberikan kebenaran yang benar-
benar benar dengan rela kepada manusia, berdasarkan iman dan anugerah
yang benar. Ini merupakan dasar bagaimana kebenaran bisa diterima oleh
manusia.

Jika Allah memberikan kepada kita yang palsu atau hal yang tidak benar,
maka manusia pasti akan tertipu. Ketika Allah jujur, maka manusia harus
mempertanggungjawabkan semua pengetahuan itu. Perlu respons yang benar
dari manusia terhadap wahyu Allah yang benar. Allah yang sejati sungguh-
sungguh mewahyukan kebenaran sejati; manusia sungguh-sungguh berespons
taat kepada firman yang jujur. Sungguh-sungguh jujur menerima wahyu yang
jujur disebut iman. Pengakuan Iman Westminster mengatakan, “Allah yang
benar, benar-benar mewahyukan kebenaran kepada kita, sehingga apa yang
diwahyukan dan Pewahyunya identik.” Allah kita tidak pernah menipu kita.
Allah yang menyatakan diri adalah Allah yang sesungguhnya benar.

Allah yang benar sungguh-sungguh ingin memberitakan kebenaran substansi-


Nya sehingga kita dapat dengan sungguh-sungguh merespons secara jujur
untuk tunduk, taat, dan beriman kepada-Nya. Inilah iman. Iman di dalam
pengertian Konfusius adalah “sungguh”. Konfusius berkata, “Aku tidak
menulis apa-apa kepadamu. Aku hanya menceritakan kebenaran kepadamu.
Ini bukan karyaku, buah pikiranku, tetapi hanya kutipan dari orang kuno.”
Artinya, aku adalah orang jujur dan setia mengutip orang kuno supaya kamu
mengerti. Konfusius adalah orang yang rendah hati di antara para filsuf. Dia
mengatakan tahu untuk yang dia tahu, dan dia berani mengatakan tidak tahu
untuk hal yang tidak dia tahu. Itulah tahu. Orang yang tidak tahu pura-pura
tahu akhirnya membuat semua rusak. Banyak berita dipermainkan membawa
berita yang tidak benar-benar jujur dan akhirnya dipakai untuk mencelakai
orang lain. Semua berita palsu akan dibongkar oleh Tuhan, sementara yang
jujur dan murni akan bertahan lama. Sampai hari ini berita yang dianggap
jujur adalah dari Reuters di Prancis. Sejak hari pertama, filsafatnya adalah
harus memberitakan sejujur-jujurnya berita yang benar supaya pembaca atau
pendengar Reuters tidak perlu meragukan sumber ini sebagai penipuan.
Orang yang mendirikan Reuters adalah orang yang beribadah kepada Tuhan.

Di dalam Pengakuan Iman Westminster ada prinsip, yaitu Allah sejati adalah
Allah yang jujur setia, yang sungguh-sungguh, dan rela mewahyukan
kebenaran yang sesungguhnya tentang Dia, yang adalah Kebenaran
sesungguhnya. Maka, kita harus percaya dengan motivasi yang sungguh mau
taat dan mau menerima kesediaan Tuhan dengan hati yang setia kepada-Nya.
Iman sejati datang dari kejujuran yang taat kepada Allah yang jujur, yang rela
memberikan kebenaran kepada kita.

Kita bersyukur kepada Tuhan, Pengakuan Iman Rasuli betul-betul membagi


sejarah manusia menjadi dua bagian. Sebelum dan sesudah PIR, dalam
bagaimana manusia mengerti dan menanggapi langit dan bumi. Ini
memberikan isyarat bahwa kebudayaan dipengaruhi firman Tuhan. Inilah
kunci untuk mengerti PIR. Melihat langit dan bumi lalu meninggalkannya itu
adalah sikap kucing. Kucing, setelah melihat langit dan bumi tidak mungkin
bercerita kepada kawannya kalau langit itu begitu baik. Kucing tidak
mungkin berespons ketika melihat alam ciptaan. Bagi kucing, tidak ada yang
bisa dimengerti, tidak perlu mengerti, dan juga tidak ada arti atau relevansi
baginya. Kucing hanya melihat makanannya. Hanya itu yang relevan
baginya. Yang dibutuhkan seekor kucing hanyalah kebutuhan naluri dan fisik
saja.
Kebutuhan batiniah, yang bisa mengisi imajinasi dan memuaskan nafsu ingin
tahu, hanya ada pada manusia. Urusan tentang dunia yang akan datang dan
masalah hidup kekal tidak pernah jadi urusan binatang. Itu sebab kalimat
pertama PIR berbicara tentang Allah, Bapa yang Mahakuasa. Saya membagi
lapisan dunia kebudayaan dalam tiga tingkatan. Tingkatan pertama ketika
manusia ingin tahu, di mana ia melewati semua binatang. Dia mengamati,
menganalisis, mengukur, membuat statistik dan penilaian, yang akhirnya
merupakan sebuah hasil studi. Belajar berarti engkau ingin mengerti. Ketika
engkau mau mengerti sesuatu, maka engkau menjadi subjek dan sesuatu itu
menjadi objek. Hal ini merupakan kombinasi dari saya yang berinisiatif mau
mengerti dan secara pasif menerima fakta diajar oleh informasi yang saya
terima. Inilah proses menjadi orang yang terpelajar. Proses seperti ini hanya
terjadi pada manusia. Ini membuat manusia yang belajar menjadi sombong,
merasa lebih tahu, mengetahui lebih dalam dari yang lain, dan mulai
mengajar orang lain apa yang dia tahu. Di sini mulai terjadinya sekolah. Guru
harus dibayar karena tahu lebih banyak. Ini kemudian dilawan oleh Sokrates,
karena bagi Sokrates kebenaran bukan milik guru sehingga tidak ada alasan
membayar guru. Maka bagi Sokrates, sekolah tidak boleh cari uang. Guru
hanya menyalurkan sesuatu yang dia tahu, tetapi dia bukan pemilik
kebenaran. Pikiran Sokrates ini sangat anggun untuk mengubah dunia.
Engkau tahu bukan karena engkau hebat, tetapi hanya karena engkau tahu
lebih dahulu dari orang lain. Pemikiran sama mirip dengan Konfusius yang
100 tahun lebih dahulu dari Sokrates. Keduanya tidak saling memengaruhi,
tetapi anugerah Tuhan memberikan pemikiran yang hampir sama di Barat
dan Timur.

Setelah Sokrates pendidikan menjadi populer, di mana Plato, Aristoteles,


Iskandar Agung terus menjadikan dunia Gerika menjadi pusat studi untuk
mendorong orang belajar. Hal ini sangat memengaruhi kebudayaan Barat.
Empat ratus tahun kemudian Yesus lahir. Saat itu, bahasa Ibrani tidak lagi
dipakai sebagai bahasa pengantar, melainkan bahasa Yunani untuk menerima
wahyu Tuhan. Maka Perjanjian Lama menggunakan bahasa Ibrani, sementara
Perjanjian Baru menggunakan bahasa Yunani. Dengan demikian, dunia
Gerika yang memengaruhi dunia pendidikan Barat dan sistem pengetahuan
Barat, akan menerima pengetahuan dari Alkitab yang diwahyukan di dalam
Perjanjian Baru sebagai dasar dan fondasi kebenaran sejati yang diwahyukan
bagi manusia di tengah budaya, masyarakat, dan sejarah manusia. Ini akan
membentuk iman kepada firman. Inilah lapisan pertama yang paling rendah
dalam kebudayaan manusia, yaitu ilmu pengetahuan (sains).

Tingkatan kedua adalah manusia berpikir. Berpikir lebih tinggi dari tahu.


Lapisan ini saya tidak mungkin tahu, tidak bisa sekolah di situ, tetapi saya
ingin lebih dari tahu; tidak bisa dihitung, atau dinilai, atau dicari, tetapi harus
dipikirkan siang dan malam. Inilah dunia pikir, yang berbeda dari dunia tahu.
Tahu itu bisa diukur, bisa dibuktikan, bisa ada datanya. Yang dipikir tidak
bisa diukur, tidak bisa dikenali objeknya. Apa yang engkau pikir tidak
mungkin saya ketahui, karena yang engkau pikir melampaui kemampuan
ukurku. Semua ilmuwan di wilayah tahu (scio), para filsuf di wilayah pikir
(cogito). Ilmuwan (scientist) mengetahui yang bisa diukur, diamati, diselidiki
dalam dunia langit dan bumi. Thales, bapa filsafat Gerika kuno, bapa
kebudayaan Yunani yang paling penting, pada suatu hari mengumumkan
bahwa pada tanggal 28 Mei 585, hari itu tidak ada sinar matahari. Hari itu
Miletus akan gelap. Orang mengira ia gila, tetapi benar ketika tiba hari itu,
Miletus gelap. Maka Thales dianggap nabi. Tapi dia bukan nabi dan bukan
orang religius. Dia seorang ilmuwan. Ia meneliti dan menghitung pergerakan
semua benda angkasa, akhirnya menemukan bahwa suatu hari bulan akan
menutup matahari. Mempelajari alam, bintang-bintang di langit adalah tugas
orang Gerika. Itulah sebabnya Gerika lebih penting dari Tiongkok dan India,
karena Tiongkok dan India menjelaskan alam semesta secara ngawur.

Kita bisa meneliti, menganalisis, menghitung semua data ilmiah sehingga


mendapatkan hasil yang terukur dan bisa kita terima. Di sini dunia ilmiah
menjadi begitu dihormati. Pengertian dan metodologi ilmiah yang
dipergunakan begitu sah untuk mendapat kesimpulan yang benar. Tetapi
ilmiah adalah lapisan yang paling rendah. Ada lapisan (tingkatan) yang lebih
tinggi yang tidak bisa dicapai melalui observasi, analisis, metode induksi,
yang disebut dunia berpikir (cogito). Berpikir berarti melompat dari dunia
fisik, dunia alamiah, dan masuk ke dunia pikiran, dunia ide, kreativitas,
imajinasi. Hal ini tidak bisa mencapai keakuratan yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga filsafat selalu memiliki
kelonggaran untuk tidak mencari perhitungan akurat tetapi menerimanya
secara pengertian saja. Ketika menikah, engkau tidak mengatakan, “Ini
pengertian ilmiah siapa yang menjadi pasangan saya. Hidungnya harus 6,5
cm, warna kulitnya antara sawo dan wortel, beratnya 70 kg, baru bisa
menjadi istri saya.” Besoknya karena makan beratnya menjadi 73 kg, maka
langsung gagal jadi istri. Tidak ada ukuran yang pasti untuk apa yang
dinamakan cinta. Ketika engkau jatuh cinta, itu melampaui logika dan
analisis ukuran akurat. Kita pikir ia begitu baik, saya pikir saya sudah jatuh
cinta padanya. Inilah lapisan atau tingkatan kedua, yaitu bagaimana kita
berpikir.

Ketika kita sudah tidak puas berpikir, maka kita masuk ke dalam tingkatan
ketiga, yaitu percaya. Kita bukan berpikir mengapa saya mencintai dia, tetapi
saya percaya saya mencintai dia. Ini tingkat tertinggi. Saya menikah
dengannya karena saya percaya ia cocok bagi saya. Di sini yang diperlukan
bukan ukuran alam, bukan spekulasi pikiran, tetapi iman kepercayaan. Allah
menciptakan dia, Allah mempertemukan saya dengan dia. Dalam kasus ini,
urusan ilmiah menjadi kurang penting, filsafat kurang akurat, yang terpenting
adalah iman kepercayaan yang menuju wilayah yang tertinggi. Kita
memasuki wilayah kepercayaan (credo).

Ketika Pengakuan Iman Rasuli ditulis, delapan kali disebutkan “Aku


percaya” (credo). Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik
langit dan bumi; Aku percaya kepada Yesus Kristus; dan seterusnya. Ini
adalah argumen, dokumen, hal yang mencatat iman kepercayaan yang sesuai
dengan ajaran rasuli, yang pertama kali disambut oleh seluruh dunia dan
dinyatakan oleh orang Kristen kepada Tuhan.

Kita kini membicarakan bagaimana reaksi manusia kepada Allah, khususnya


menanggapi yang diciptakan bagi kita. Allah, Engkau menciptakan dunia ini
bagiku; aku hidup dalam dunia ini, aku menghadapi langit dan bumi, dan aku
tahu bahwa mengerti semua ini sangat berbeda dari dunia Gerika. Orang
Gerika menganggap alam semesta sebagai objek penyelidikan manusia. Aku
memerlukan dunia sekitarku, aku memerlukan segala di dunia untuk memberi
pasokan hidup bagiku. Aku belajar bukan hanya untuk menambah
kebutuhanku, tetapi juga menambah pengetahuanku. Ketika saya menyelidiki
saya tahu. Tahu tidak menambah pasokan, hanya menambah kenikmatan
pengertian. Ini dunia yang paling rendah. Ketika menyelidiki alam, mereka
menduga merekalah subjek dan alam sebagai objek. Mereka inisiator, lalu
mereka mempunyai pengetahuan di mana mereka sebagai penerima, sebagai
objek yang pasif. Maka, di sini manusia sebagai subjek dan sekaligus objek.
Tuhan tidak mau engkau menjadi subjek; Tuhan tidak mau engkau menjadi
sombong. Hanya karena engkau menyelidiki alam semesta lalu engkau
menganggap diri penemu, penguasa, lalu merebut kemuliaan Tuhan.
Maka, PIR merupakan satu dokumen pengubah situasi humanistik, yang
berpusat pada manusia, menjadi menyadari bahwa Allah adalah pusat, karena
Dia Pencipta alam semesta. Banyak orang menyelidiki alam semesta sebagai
mainannya. Banyak ilmuwan menganggap dia sedang mempermainkan dunia
di bawahnya. Dia memakai pengetahuan dan kebenaran yang dia tahu untuk
mengeduk uang sebanyak mungkin, khususnya ilmu-ilmu terapan. Ilmu
terapan tidak boleh mendominasi hidup manusia. Anak muda yang sekolah
tinggi menjadi insinyur, ahli biologi, ahli kimia harus berhati-hati untuk tidak
dipakai setan. Setelah engkau studi dan menemukan prinsip-prinsip biologi,
kimia, dan lain-lain, lalu mendapatkan obat-obat, karena pengetahuanmu
yang tinggi engkau mengambil keuntungan yang sangat besar dari obat yang
engkau temukan. Itu memperkaya diri, itu adalah koruptor dalam dunia ilmu.

Saya bukan hanya ingin tahu, ingin berpikir, tetapi sampai pada tingkat saya
percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Ketika
kalimat ketiga, “Khalik langit dan bumi” muncul, sejarah mulai menerobos
era baru dalam relasi saya dengan alam semesta. Dulu orang Gerika menjadi
tuan rumah, berinisiatif menyelidiki, mengukur, dan berusaha mengetahui
rahasia langit dan bumi, lalu menjadi sombong dan menjual komoditas
pengetahuan, mendapat uang banyak dan menjadi kaya. Di abad ke-21 ini,
para ilmuwan terapan menemukan sesuatu, dipatenkan, lalu mendapat kuasa
monopoli untuk menjadi kaya melalui penemuannya. Saya rasa itu adalah
semacam perampok yang berkebudayaan tinggi.

Banyak orang Kristen yang pandai memakai kepintarannya untuk


mendapatkan uang banyak demi kejahatan diri sendiri dan sifat egoisnya
sendiri. Orang Kristen yang sungguh mencintai Tuhan akan mengatakan
bahwa uang yang diberikan kepada saya adalah pinjaman yang merupakan
kepercayaan yang Tuhan letakkan di tangan saya. Maka, akan ada pengujian
dari Tuhan apakah saya setia dan mencintai Tuhan, jujur atau tidak. Ketika
iman kepercayaan menjadi dasarmu, engkau masuk ke dalam wilayah ketiga.
Ketika engkau menyamakan Sepuluh Hukum dan Pengakuan Iman Rasuli
dengan konstitusi negara, maka engkau belum mengerti wilayah rohaninya.
Ketika engkau menyamakan tulisan Kitab Suci dengan semua artikel
kenegaraan, filsafat, hukum, ajaran-ajaran di universitas, engkau belum
mengerti di mana perbedaan kualitatif (qualitative difference) dan
kekhususan firman Tuhan.

Melihat ada Pencipta yang lebih tinggi melampaui alam semesta merupakan
iman kepercayaan pertama Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan Iman Rasuli
luar biasa karena ada di dalam wilayah yang berbeda dari semua kebudayaan
dan agama yang lain. Mereka tidak memiliki sumber yang melampaui dunia
ciptaan, yang melampaui dunia fisik, yang menuju kepada Allah Pencipta
sebagai Inisiator, Sang Satu yang mewahyukan kebenaran kepada umat
manusia. Dan dalam tahap yang terakhir ini, saya mengetahui bahwa saya
bukan apa-apa kecuali sebuah objek. Saya bukan subjek, saya bukan Tuhan.
Saya hanyalah makhluk kecil yang dikontrol oleh-Nya, yang adalah Tuhan
dan Pemilik hidup saya. Orang yang percaya Pengakuan Iman Rasuli
menaklukkan diri, memperlakukan diri sebagai sesuatu yang kecil di dalam
ke-Tuhan-an Allah. Saya tidak mungkin mengatur hidup saya seturut
kebebasan saya sendiri. Jean-Paul Sartre, seorang filsuf Prancis yang
terkenal, mengatakan, “Engkau harus mengambil keputusan, engkau harus
menentukan masa depanmu sendiri, engkau tidak pernah boleh percaya, atau
taat kepada siapa pun atau membiarkan siapa pun menentukan rencana masa
depanmu.”

Di usia dua puluh tahun saya telah membaca filsafat Sartre, Heidegger,
Kierkegaard, dan lain-lain. Ketika saya muda, teman sebaya saya tidak
tertarik filsafat. Mereka hanya sibuk makan di mana, bagaimana mendapat
uang banyak, dan itu semua tidak penting bagi saya. Saya berpikir bagaimana
memberitakan firman, mengerti kebenaran dengan jalur yang benar,
menganalisis kelemahan filsafat yang dipikirkan manusia. Dalam khotbah
saya berusaha merangsang pikiran pendengar untuk mengembalikan fungsi
rasio, yang dicipta dan dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, setia kepada
firman sebagai orang yang bertanggung jawab di dalam iman kepercayaan,
melampaui apa yang dipikirkan dan diketahui manusia. Iman kepercayaanmu
itu haruslah didasarkan pada wahyu Allah yang jujur di dalam kerelaan-Nya
untuk menyatakan kebenaran kepadamu. Dengan demikian, biarlah pikiran
dan kepercayaan kita bisa seturut kebenaran Allah. Inilah tugas seumur hidup
kita. Saya tahu karena saya percaya di dalam Engkau, Allahku, yang aku
percaya sebagai Tuhanku. Engkau Tuan Pemilik dan Satu-satunya yang
mengontrol hidupku, pikiranku, pengetahuanku, dan imanku. Biarlah ketika
engkau makin pandai, makin bergelar tinggi, engkau sadar semua itu dari
Tuhan. Seberat apa pun yang kaupikirkan, berapa besar penemuanmu,
ingatlah bahwa semua pikiran itu berasal dan dimiliki oleh Tuhan. Mengapa?
Karena kalimat: Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta
langit dan bumi. Amin.

Anda mungkin juga menyukai