Indonesia dihadapkan pada tantangan permintaan pangan domestik yang terus meningkat
sebagai konsekuensi dari pertambahan jumlah penduduk dan perbaikan daya beli masyarakat.
Untuk mengantisipasi hal ini, kapasitas produksi pangan nasional harus ditingkatkan dengan
memperluas lahan pertanian dan/atau memacu produktivitas. Tanpa upaya ini, ketergantungan
pada impor pangan tidak bisa dihindari. Di tengah laju konversi lahan pertanian ke
penggunaan non pertanian yang cukup masif dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan
produktivitas harus menjadi strategi utama dalam meningkatkan kapasitas produksi pangan
nasional.
Statistik menunjukkan bahwa tren perkembangan produktivitas padi, kedelai, dan bawang
merah cenderung melandai dalam beberapa tahun terakhir. Produktivitas padi nasional
cenderung persisten pada angka 5 ton per hektar gabah kering giling sementara produktivitas
bawang merah dan kedelai cenderung stagnan masing-masing sekitar 10 dan 1,5 ton per
hektar dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini merupakan tantangan berat dalam
mewujudkan swasembada ketiga komoditas ini. Gambaran yang sedikit menggembirakan
terjadi pada komoditas jagung. Dalam beberapa tahun terakhir, produktivitas jagung nasional
menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2019, produktivitas jagung
nasional telah mencapai 5,4 ton per hektar. Partisipasi penggunaan benih jagung hibrida oleh
petani Indonesia yang telah mencapai 75,13 persen merupakan kunci dari peningkatan
tersebut. Tren peningkatan produktivitas juga terjadi untuk komoditas cabai besar dan cabai
rawit.
Ruang untuk meningkatkan produktivitas masih sangat terbuka lebar, baik untuk komoditas
tanaman pangan maupun hortikultura. Hal ini dapat diupayakan melalui peningkatan
produktivitas lahan dan produktivitas tenaga kerja. Secara konkret, dua hal ini dapat
dilakukan melalui penggunaan benih unggul, khususnya yang berasal dari bantuan
pemerintah; peningkatan akses petani terhadap pupuk; penanganan serangan hama/OPT;
penggunaan alat dan mesin pertanian (mekanisasi), baik prapanen maupun pasca panen untuk
menekan kehilangan hasil produksi; perbaikan teknik budidaya, misalnya dengan mendorong
implementasi pola tanam jajar legowo pada skala yang lebih masif dalam budidaya tanaman
padi sawah; perbaikan dan perluasan akses jaringan irigasi; modifikasi cuaca untuk mitigasi
dampak perubahan iklim; peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pertanian yang
difokuskan pada petani muda; penguatan kelembagaan petani melalui keanggotaan kelompok
tani; dan peningkatan akses petani terhadap teknologi informasi.
Untuk komoditas padi dan jagung, menutup kesenjangan produktivitas antara wilayah Jawa
dan luar Jawa merupakan kunci dalam memacu produktivitas nasional. Produktivitas padi dan
jagung di luar Jawa lebih rendah masing-masing sekitar 23 persen dan 13 persen dibanding
produktivitas di Jawa. Karena itu, peningkatan produktivitas lahan dan petani di luar Jawa
harus menjadi strategi utama dalam memacu produktivitas padi dan jagung nasional.
1. LATAR BELAKANG
Pembangunan pertanian sebagai salah satu wujud pembangunan nasional bertujuan untuk
mendukung usaha-usaha peningkatan produksi serta peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani. Sampai saat ini masih cukup banyak luas lahan usaha petani yang belum
mencapai produktivitas yang optimal, yang antara lain disebabkan belum diterapkannya paket
anjuran teknologi secara tepat.
Salah satu kebijakan yang diambil Pemerintah agar penyediaan benih bermutu dapat terpenuhi
secara memadai sesuai sasaran 6 tepat (tepat varietas, jumlah, mutu, harga, waktu, tempat),
adalah memberikan kewenangan kepada produsen benih untuk dapat melakukan pengawasan
sendiri terhadap proses produksi benihnya, melalui pemberian Sertifikat Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu kepada
Produsen Benih oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (LSSMBTPH). Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu merupakan salah satu sarana
untuk memberikan jaminan mutu bahwa produsen benih yang disertifikasi mampu memasok
produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
BIDANG PANGAN DAN TANAMAN PANGAN
Berdasarkan Peraturan Bupati Temanggung No. 27 Tahun 2021 Tentang Tugas dan Fungsi Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kab. Temanggung, maka Bidang Pangan dan
Tanaman Pangan mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas :
melakukan pengoordinasian penyusunan program, pelaksanaan kebijakan, pemantauan,
evaluasi serta pelaporan di bidang pangan meliputi seluruh pendukung kemandirian pangan
pada berbagai sektor sesuai kewenangan Daerah, penyediaan dan penyaluran pangan pokok
atau pangan lainnya sesuai kebutuhan Daerah dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga
pangan, pengelolaan cadangan pangan kabupaten, penentuan harga minimum daerah untuk
pangan lokal yang tidak ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi,
penyediaan infrastruktur pendukung kemandirian pangan sesuai kewenangan kabupaten,
penyediaan dan penyaluran pangan pokok dan pangan lainnya dalam stabilisasi pasokan dan
harga pangan, pengelolaan dan keseimbangan cadangan pangan Kabupaten, penentuan
harga minimum daerah untuk pangan lokal, pelaksanaan pencapaian target konsumsi pangan
perkapita/tahun sesuai dengan angka kecukupan gizi, penyusunan peta kerentanan dan
ketahanan pangan Kecamatan, penanganan kerawanan pangan kabupaten, pengadaan,
pengelolaan dan penyaluran cadangan pangan pada kerawanan pangan yang mencakup
dalam Daerah kabupaten, pelaksanaan pengawasan keamanan pangan segar, peningkatan
produksi dan produktivitas tanaman pangan serta pembinaan, pengelolaan dan penerapan
tehnologi budidaya tanaman pangan.
Fungsi :
a. perumusan program rencana teknis di bidang penyelenggaraan pangan berdasarkan
kedaulatan dan kemandirian, penyelenggaraan ketahanan pangan, penanganan kerawanan
pangan dan keamanan pangan;
b. penyiapan bahan perumusan kebijakan koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan di bidang ketersediaan dan distribusi pangan serta penganekaragaman konsumsi
dan keamanan pangan;
c. pengoordinasian pelaksanaan program ketahanan pangan;
d. pengoordinasian pengkajian terhadap ketersediaan dan distribusi pangan serta
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
e. pembinaan, monitoring dan evaluasi dalam mendukung program ketahanan pangan;
f. peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam hal kuantitas dan kualitas
pangan dan gizi;
g. penyebarluasan informasi dalam rangka mendukung program ketahanan pangan;
h. perumusan program rencana teknis di bidang produksi dan produktivitas tanaman pangan;
i. pelaksanaan bimbingan teknis dan penerapan teknologi produksi tanaman pangan;
j. pelaksanaan bimbingan teknis peningkatan produksi dan produktivitas hasil tanaman
pangan;
k. pelaksanaan bimbingan teknis sentra komoditas tanaman pangan;
l. pengembangan kawasan produksi tanaman pangan;
m. penyelenggaraan perumusan pertimbangan dan rekomendasi teknis tanaman pangan;
n. pembinaan, pengawasan dan penilaian kelayakan serta rekomendasi teknis ijin usaha
pertanian tanaman pangan;
o. pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik tanaman pangan; dan
p. pengoordinasian pelaksanaan tugas terkait dengan penyelenggaraan di bidang pangan dan
tanaman pangan.
Bidang Pangan dan Tanaman Pangan dipimpin oleh Kepala Bidang yang membawahi :
a. Seksi Pangan;
b. Seksi Tanaman Pangan.
Seksi Pangan
Seksi Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) huruf a mempunyai tugas
pengoordinasian penyiapan bahan perumusan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi serta
pelaporan, meliputi pengidentifikasian, pembinaan dalam rangka peningkatan ketersediaan
pangan; pengidentifikasian dan pembinaan dan pengembangan cadangan pangan
masyarakat, pengelolaan cadangan pangan pemerintah di tingkat kabupaten,
pengidentifikasian dan penanganan kelompok rawan pangan, pengidentifikasian dan
pengembangan infrastruktur distribusi pangan, pencegahan dan pengendalian masalah
pangan sebagai akibat penurunan ketersediaan dan akses pangan, penyediaan dan
penyebarluasan informasi harga pangan, dan penumbuhan jaringan pasar untuk produk
pangan yang dihasilkan masyarakat, pengidentifikasian potensi sumberdaya dan keragaman
konsumsi pangan masyarakat, pembinaan pengembangan penganekaragaman produk
pangan, peningkatan mutu/pola konsumsi pangan masyarakat, pembinaan, pengawasan, dan
analisa terhadap mutu, gizi dan keamanan produk pangan masyarakat, pembinaan dan
pengawasan produk pangan segar dan olahan skala kecil/rumah tangga, pencegahan dan
penanggulangan masalah pangan sebagai akibat menurunnya mutu, gizi dan keamanan
pangan, pengumpulan dan analisis informasi ketahanan pangan, penerapan standar Batas
Minimum Residu, dan silitasi pelaksanaan sertifikasi dan pelabelan prima serta pelaksanaan
tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan fungsinya.
Seksi Tanaman Pangan
Seksi Tanaman Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (3) huruf b mempunyai
tugas pengoordinasian penyiapan bahan, perumusan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi
serta pelaporan meliputi, perencanaan teknis kegiatan tanaman pangan, Peningkatan
produksi produktivitas dan perlindungan tanaman pangan, pelaksanaan bimbingan teknis
sentra komoditas tanaman pangan, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik
tanaman pangan, fasilitasi kerjasama penelitian dan pengembangan dalam rangka
peningkatan produksi dan mutu tanaman pangan, dan peningkatan penggunaan benih
bermutu tanaman pangan, pelaksanaan bimbingan teknis panen dan pengolahan hasil
tanaman pangan, pengembangan kawasan produksi dan agribisnis tanaman pangan,
pembinaan dan bimbingan permodalan usaha tani tanaman pangan, penyediaan data
informasi harga pasar tanaman pangan, penyediaan informasi susut hasil dan analisis usaha
tani, pembinaan, pemberdayaan dan fasilitasi pembentukan asosiasi komoditas tanaman
pangan, fasilitasi penyelenggaraan sertifikasi komoditas di bidang tanaman pangan,
mendukung pengamatan, pengendalian dan penanggulangan hama dan penyakit tanaman
pangan serta bencana pertanian tanaman pangan, serta pelaksanaan tugas kedinasan lain
yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan fungsinya.
Profil
Sekretariat Daerah merupakan perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Bantul sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
yang selanjutnya dituangkan secara konkrit dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul
Nomor Nomor 15 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah
Kabupaten Bantul dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Bantul.
Kedudukan
Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul merupakan unsur staf yang dipimpin oleh
seorang Sekretaris Daerah, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati Bantul.
Tugas Pokok
Sebagai unsur staf, maka tugas dan kewajiban Sekretariat Daerah adalah membantu
Bupati dalam penyusunan kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan
lembaga teknis daerah.
Fungsi
Sekretariat Daerah memiliki fungsi yang cukup luas dan strategis dalam menjalankan
roda Pemerintahan, antara lain :
Sasaran
1. Terlaksananya pembinaan dan pengembangan otonomi daerah, pemerintahan
daerah, perangkat daerah serta penyelenggaraan administrasi pertanahan.
2. Terlaksananya fasilitasi dan pemberdayaan pemerintahan desa.
3. Terlaksananya produk hukum daerah, telaahan hukum, pemberian bantuan
hukum, pempublikasian dan pendokumentasian produk hukum.
4. Terlaksananya bahan pembinaan pendidikan dan kebudayaan, pemuda dan
olahraga, pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan rakyat.
5. Terlaksananya bahan pembinaan perekonomian daerah.
6. Terlaksananya sistim pengendalian administrasi pembangunan.
Kebijakan
1. Meningkatkan sistim pemerintahan yang baik, bertanggung jawab dan bebas dari
KKN, serta meningkatkan administrasi dan pelayanan kepada masyakarat.
2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa yang meliputi aspek
kelembagaan, kemasyarakatan dan kemampuan desa.
3. Penegakan supremasi hukum sehingga akan tercapai adanya keamanan dan
ketertiban.
4. Peningkatan penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan.
5. Peningkatan pemberdayaan pemuda dan peranan wanita.
6. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan industri kecil dan
menengah.
7. Peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat melalui penyertaan modal ke
lembaga keuangan daerah.
8. Meningkatkan efisiensi pembangunan daerah serta peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Program
1. Peningkatan kapasitas Pemerintah Daerah.
2. Peningkatan mutu pengawasan dan akuntabilitas aparatur.
3. Peningkatan mutu pelayanan public.
4. Pelayanan pertanahan
5. Pembebasan tanah untuk kepentingan umum.
6. Pemberdayaan desa.
7. Penyusunan, penegakan dan pembinaan hukum.
8. Peningkatan Disiplin Aparatur
9. Fasilitas Pindah/Purna Tugas PNS
10. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
11. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
12. Pengembangan kemitraan
13. Pengembangan pemasaran pariwisata
Secara teoretis dapat dipahami bahwa sebuah perencanaan melalui 4 (empat) tahapan
yaitu menetapkan tujuan, membuat rencana tindakan, mengevaluasi kemajuan,
dan menilai kinerja secara keseluruhan
Definisi dan Arti Kata Dan/Atau adalah opsi untuk memilih kata dan atau kata atau. Istilah ini sering
digunakan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia yang bermaksud memberikan
keleluasaan kondisi komulatif (dan) maupun kondisi alternatif (atau). Sebagai contoh dalam kalimat
“dihukum penjara dan/atau denda”, maka dapat dipahami dengan alternatif penjara saja, denda
saja, penjara dan denda. Model pengambilan kesimpulan tersebut berbeda dari logika matematika
disjungsi. Dalam logika matematika, disjungsi yang dalam bahasa keseharian disebut dengan
“atau”, kalimat “dihukum penjara atau denda” meliputi pula maksud penjara dan denda, penjara saja,
maupun denda saja.
Dan/atau atau disingkat datau (bahasa Inggris: and/or) adalah sebuah konjungsi tata
bahasa yang mengindikasikan bahwa satu atau lebih dari satu kemungkinan yang
terhubung dapat terjadi. Istilah ini digunakan sebagai logika disjungsi atau exclusive
or yang bersifat inklusif.
YUSRAN LAPANANDA, SH. MH
Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah Kab. Gorontalo.
Dari pelaksanaan setiap pengkajian ini yang sering dipertanyakan atau ditanggapi oleh peserta atau pihak-
pihak yang ikut dalam pengkajian adalah berkenaan dengan ragam bahasa peraturan perundang-undangan
atau pilihan kata atau istilah “dan”, “atau”, “dan/atau”. Penggunaan ragam bahasa peraturan perundang-
undangan atau pilihan kata atau istilah “dan”, “atau”, “dan/atau” telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, sebagai pengganti Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Dalam lampiran Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan pada angka 262, angka 263 dan angka 264 telah diatur dan diberi contoh penggunaan kata atau
istilah “dan”, “atau”, “dan/atau”, yang saya “sajikan” sebagai berikut: Pertama; 262. Untuk menyatakan sifat
kumulatif (menambah), gunakan kata “dan”. Contoh, dalam Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang
Pos. Pasal 30, “Penyelenggara pos wajib menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan kiriman”.
Kedua; 263. Untuk menyatakan sifat alternatif (pilihan), gunakan kata “atau”. Contoh, dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Pasal 19 ayat (1) “Pengubahan sebagai akibat
pemisahan atau penggabungan kementerian dilakukan dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat”.
Ketiga; 264. Untuk menyatakan sifat kumulatif sekaligus alternatif, gunakan frasa “dan/atau”. Contoh: Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pasal 69 ayat (1) ”Pelayanan
kesehatan hewan meliputi pelayanan jasa laboratorium veteriner, pelayanan jasa laboratorium pemeriksaan
dan pengujian veteriner, pelayanan jasa medik veteriner, dan/atau pelayanan jasa di pusat jasa kesehatan
hewan atau pos kesehatan hewan”. Contoh lainnya, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan. Pasal 22 ayat (2) “Dalam hal tidak ada korps musik atau genderang dan/atau sangkakala
pengibaran atau penurunan bendera negara diiringi dengan lagu kebangsaan oleh seluruh peserta upacara”.
Dengan demikian penggunaan kata atau istilah “dan/atau” diartikan ke dalam tiga
penafsiran/interpretasi. Pertama, bisa digunakan hanya untuk kumulatif
(menambah) ditandai dengan kata dan. Kedua, bisa digunakan hanya untuk
alternatif (pilihan) ditandai dengan kata atau. Ketiga, bisa digunakan kedua-
duanya kumulatif (menambah) dan alternatif (pilihan) ditandai dengan dan atau.
Sedangkan tanda baca / atau garis miring menandai penafsiran/interpretasi
pemisahan antara penggunaan kata atau istilah dan dengan atau.
Jakarta - Setiap orang umumnya memiliki keinginan atau harapan yang diperjuangkan
dalam hidupnya. Tetapi, terkadang realita tidak selaras dengan ekspektasi.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari kurangnya usaha atau
tindakan hingga hal-hal di luar batas kemampuan manusia.
Baca juga:
7 Istilah Cakapan Sehari-hari dalam KBBI, dari Gebetan hingga Ambyar
Kata ekspektasi sendiri umumnya merujuk pada keinginan, harapan, impian, atau cita-
cita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kemendikbud, ekspektasi
diartikan sebagai pengharapan.
Untuk lebih jelasnya, simak arti ekspektasi dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
berikut ini.
Arti Ekspektasi
Arti ekspektasi menurut Merriam Webster Dictionary adalah tindakan atau keadaan
mengharapkan. Ekspektasi juga diartikan sebagai sesuatu atau keadaan yang
diharapkan.
Kata ekspektasi diketahui berasal dari bahasa Lain 'expecterm' yang artinya 'sebuah
penantian', menurut Vocabulary. Contohnya, ketika kamu memiliki ekspektasi yang
besar, kamu akan berpikir sesuatu yang baik akan datang kepadamu. Tetapi, jika
ekspektasimu rendah, risiko kecewa akan kecil.
Baca juga:
Pengertian Seni Lengkap dengan Perannya dalam Kehidupan Manusia
Contoh Ekspektasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Ekspektasi dapat dijumpai di berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari, salah
satunya dalam hal bisnis. Dikutip dari buku Radical Project Management oleh Rob
Thomsett, bagi kebanyakan manajer proyek dan analis sistem, ekspektasi dipandang
sebagai unsur 'persyaratan atau permintaan' yang tidak dinyatakan spesifik oleh klien.
Contohnya ekspektasi dalam hal ini adalah keinginan klien yang tidak masuk akal yang
tidak bisa diharapkan dipenuhi. Ekspektasi inilah yang kemudian akan membuka
sejumlah negosiasi agar permintaan dapat dipenuhi.
Contoh ekspektasi juga dapat dijumpai di sekolah atau perguruan tinggi. Contohnya
siswa berharap mendapatkan nilai memuaskan saat ujian atau mahasiswa
mendapatkan IPK sempurna saat kelulusan.
Baca artikel detikedu, "Arti Ekspektasi dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-hari"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5988137/arti-ekspektasi-dan-
contohnya-dalam-kehidupan-sehari-hari.
Ada banyak penjelasan mengenai ekspektasi yang digunakan dalam percakapan dan tulisan. Sebagaimana
dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ekspektasi adalah pengharapan. Ekspektasi adalah suatu
harapan atau keyakinan yang diharapkan menjadi kenyataan di masa mendatang. Kata "ekspektasi" sendiri
berasal dari bahasa Inggris, yaitu expectation dengan kata dasar expect yang punya arti menyangka atau
mengharapkan. Dari makna KBBI tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan. Makna kesimpulan pertama,
ekspektasi adalah harapan besar yang dibebankan terhadap sesuatu yang bisa memberikan dampak yang baik
atau lebih baik. Sederhananya, pengertian ekspektasi adalah harapan atau sesuatu yang diinginkan terjadi.
Sehingga karena ekspektasi adalah bentuk terhadap sesuatu yang sering dibentuk dalam kalimat: "Kenyataan
tidak sesuai ekspektasi." B
Makna Ekspektasi Menurut Para Ahli Dilansir dari Liputan6.com, ada sejumlah makna ekspektasi menurut
para ahli. 1. Menurut Dan Chambers Menurut Anderson Dan Chambers bahwa ekspektasi adalah berbagai
macam hal yang diyakini konsumen tentang apa yang akan didapatkannya terkait dengan suatu kinerja produk
atau pelayanan tertentu. 2. Menurut Sutisna
PERILAKU KERJA*
yang sah
- Menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan, Instansi, dan Negara
- Menjaga rahasia jabatan dan negara
merugikan dan membahayakan negara
6 Adaptif
- Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
- Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
- Bertindak proaktif
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
7 Kolaboratif
- Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
- Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
- Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama
Ekspektasi Khusus Pimpinan:
- Mampu mengelola dan melibatkan seluruh pihak sesuai dengan peran dan fungsinya
untuk mencapai tujuan bersama
- Memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk menyampaikan ide atau
gagasan yang produktif
(tempat), (tanggal, bulan, tahun)
Pegawai yang Dinilai Pejabat Penilai Kinerja
(Nama) (Nama)
(NIP) (NIP)
* Pimpinan dapat memberikan ekspektasi khusus Pegawai terhadap satu atau lebih aspek
perilaku kerja
Bacaan Alkitab : Roma 10:8b-13
Tujuan : Agar warga jemaat hidup selaras dalam iman dan
pengakuan di mulut.
Dalam kekristenan, pengakuan dan kepercayaan adalah dua hal yang tak
terpisahkan dan berperan penting dalam kehidupan beriman. Ketika
seseorang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, percaya
kepada firman-Nya, maka dibutuhkan pula sebuah pengakuan yang benar
melalui mulutnya. Bahwa dengan hati seseorang percaya, namun dengan
mulutnya pun ia harus mengaku, dan keduanya harus seiring sejalan atau
berjalan secara beriringan. Sebab percaya dalam hati saja tidaklah cukup,
harus dibuktikan dengan pengakuan melalui mulut. Jadi, apa yang seseorang
akui dengan mulutnya itu bersumber dari kepercayaan dalam hatinya
Dalam perikop pembacaan kita hari ini kata “Mengaku” dan “Percaya” muncul
dua kali di ayat 9 : Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, … ; ayat 10 : Karena dengan hati orang
percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Di
mana keduanya tak dapat dipisahkan, karena iman ada di hati dan pengakuan
terletak di mulut. Bahwa percaya/iman yang sungguh akan terungkap
dalam pengakuan di mulut. Hal itu menunjukkan bahwa hati dan mulut
saling melengkapi yaitu “percaya” (keyakian hati) dan “mengaku”
(menggunakan mulut). Tidak ada pengakuan mulut yang tidak berakar dari
rasa percaya di hati. Sebab bila kepercaya itu tidak ada dalam hati, maka
pengakuan di mulut hanya kata-kata kosong belaka.
Sebuah pengakuan bukanlah sesuatu yang hanya kita lakukan sendiri dalam
arti tertutup di sebuah kamar sama seperti halnya berdoa pribadi. Dalam ayat
ini jelas yang dimaksud adalah pengakuan di depan jemaat. Sebab iman
bukanlah suatu hal yang seharusnya kita letakkan dalam- dalam di hati kita
lalu menyembunyikannya dari orang lain, atau menjadikannya seperti sebuah
rahasia yang harus ditutupi dari orang banyak. Justru pengakuan iman itu
adalah pengakuan dalam ucapan terbuka bahwa Yesus adalah Tuhan dan
pengakuan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.
Cara pengakuan iman yang terbuka dan diucapkan dengan suara ini dan
bersama-sama di antara jemaat dalam ibadah sama seperti ketika masa kini
kita mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Kalimat “Aku percaya, … “
diucapkan bersama-sama di mulut dengan suara nyaring sebagai
keyakinan bersama.
Dengan demikian rasul Paulus menekankan hal beriman sesunguhnya bukan
hanya soal percaya dalam hati, tetapi juga mengaku dengan mulut. Hal
beriman bukan hanya soal pribadi tetapi juga terkait dengan kesaksian dan
pernyataan kepada orang banyak (komunitas/persekutuan). Akan tetapi juga
bukan bermaksud pamer. Pengakuan dengan mulut sangat ditekankan oleh
Paulus, terkait dengan latar belakang kehidupan umat Tuhan/orang percaya
pada masa itu. Di mana orang-orang Kristen merupakan kelompok
minoritas yang sering ditekan dan dianiaya. Di tengah situasi seperti ini,
godaan untuk menutupi (atau bahkan menyangkali) iman selalu menghadang
di tengah jalan. Lebih teaptnya ada harga mahal yang harus dibayar,
sebab bisa-bisa nyawa mereka melayang.
Nah, situasi itulah yang mendorong rasul Paulus mengingatkan dan
menekankan pada umat Tuhan pentingnya untuk mengakui Yesus Kristus di
depan umum. Mengakui iman kita di depan orang banyak menunjukkan
bahwa kita benar-benar mengimani Yesus serta menghormati dan menaati
Dia. Ya, bagi Paulus ketakutan untuk menyatakan dan mengakui iman
bukanlah ciri khas iman yang sejati. Ancaman dan tekanan yang mungkin
dapat membuat pengikut Kristus menderitaan tidak semestinya
menggentarkan iman yang mereka yang benar.
Oleh karena itu pada ayat 8, Paulus mengatakan : “Firman itu dekat kepadamu,
yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu.” Ya, benar Firman itu ada di
dalam mulut kita, Firman itu melekat di bibir kita. Firman itu berada di
dalam hati kita. Firman itu dekat di “mulut” kita berarti bahwa Firman
Tuhan tersebut juga cukup mudah untuk disampaikan kepada orang lain.
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menyampaikan Firman Tuhan tersebut
kepada orang lain. Pengertian frasa “di hati” berarti Tuhan telah menaruh
Firman tersebut dalam hati setiap orang percaya. Hal ini sejalan dengan apa
yang disaksikan oleh penulis Injil Yohanes, Yohanes 1 :14 : “Firman itu telah
menjadi manusi, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagi Anak Tunggal Bapa penuh
kasih karunia dan kebenaran“
Dengan begitu sebagai orang percaya , kita percaya dengan hati bahwa Yesus
Kristus adalah Penebus kita, maka kita dibenarkan. Lalu dengan mulut kita, kita
mengakui bahwa Yesus Kristu adalah Tuhan dan Juru Selamat kita, maka kita
diselamatkan dari belenggu dosa. Dengan hati dan mulut kita, kita mengimani
dan memperkatakan bahwa Yesus adalah Juruselamat dan Anak Tunggal
Allah. “Mengaku dengan mulut dan percaya dengan hati” memungkinkan
setiap orang dapat selamat karena keselamatan itu adalah anugerah, bukan
karena perbuatan baik. Sebab Percaya dalam hati merupakan hasil pekerjaan
Roh Kudus yang bersaksi tentang Yesus dalam hati ketika mendengarkan
berita Injil. Dan Roh Kudus bersaksi dengan roh kita bahwa kita adalah anak-
anak Allah.
Pada akhirnya Mereka yang mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati
dapat dikenali dari perilaku hidupnya. Ia akan hidup seperti Kristus hidup.
Karena itu orang yang percaya kepada Kristus disebut Kristen karena
hidupnya mengikuti kehidupan Kristus. Ketika orang mengaku dengan
mulutnya akan terdengar di telinga orang. Waktu ia percaya dalam hatinya
akan terpancar dari perilaku dan perbuatannya. Dengan demikian orang yang
sungguh percaya dalam hati pasti akan mengalami pembaharuan hidup
menuju keserupaan dengan Yesus Kristus. Orang percaya pasti berbuat baik
namun bukan lagi supaya selamat melainkan karena sudah selamat.
Di jaman sekarang kita yang percaya kepada Kristus tidak mengalami aniaya
secara fisik seperti umat Tuhan yang dikisahkan dalam kitab Roma. Namun
iman kita harus tetap terpancar dari perilaku dan perbuatan kita. Iman yang
tanpa disertai perbuatan adalah iman yang
mati. Seperti tubuh tanpa roh mati, demikian iman tanpa- perbuatan adalah
mati. (Yak 2:17, 26). Orang yang percaya kepada Kristus akan dapat dikenali
baik oleh manusia apalagi oleh Allah bukan hanya terdengar dari pengakuan
mulutnya tapi juga dari keagungan perbuatannya, Amin.
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 34: Butir
Ketiga (4) Aku percaya kepada Roh Kudus
Pdt. Dr. Stephen Tong12 min read
Pemberian Allah yang terbesar bagi dunia adalah mengirimkan Anak-Nya
yang Tunggal untuk menjadi Juruselamat, Mediator satu-satunya bagi
manusia; dan pemberian Allah yang terbesar bagi gereja-Nya adalah
mengirim Pribadi Ketiga Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus, menjadi
Penghibur, Pendamping, sehingga gereja dapat masuk ke dalam seluruh
kebenaran Allah. Tiga sifat Roh Kudus yang penting adalah: kekal, kudus,
dan benar.
Jika manusia tidak mengenal Roh Kudus, tidak mungkin ia dapat hidup suci.
Sejak Adam jatuh ke dalam dosa, seluruh manusia mewarisi dosa, melakukan
dosa, dan hidup menikmati dosa. Manusia yang hidup di dalam dosa, berjalan
di dalam dosa, tidak memiliki pengharapan lagi. Roh Kudus yang suci
diturunkan untuk menyertai orang Kristen, diam di dalam orang Kristen,
membersihkan dan menguduskan orang Kristen. Dalam keadaan dunia penuh
kekacauan, kerusakan, kepalsuan, kenajisan, dan dosa, hanya ada satu
kemungkinan untuk manusia dapat hidup suci, yaitu jika ia memiliki Roh
Kudus. Bukan karena manusia sudah dan dapat berjuang sampai menjadi suci
baru Roh Kudus masuk ke dalamnya, tetapi karena ketika menerima Kristus,
Roh Kudus masuk ke dalam diri membersihkan kita. Roh Kudus datang
ketika kita menerima Kristus, saat kita masih najis dan masih berdosa. Ia
menyucikan kita dan membuat kita dapat dipanggil sebagai orang kudus
Allah. Jika Roh Kudus tidak turun dan masuk ke dalam hati kita, kita tidak
mungkin mencapai kehidupan yang suci. Ini adalah anugerah yang sangat
besar, sehingga kita dapat berbagian di dalam Kerajaan-Nya dan berbagian di
dalam sifat Ilahi. Seperti tertulis dalam 2 Petrus 1:4, “Dengan jalan itu Ia
telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat
besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat Ilahi, dan
luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia.” Kita dilepaskan
dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan, berbagian di dalam kesucian
dan keadilan Tuhan, serta memperoleh hidup yang adil, suci, dan baik dari
Tuhan.
Sifat Ilahi diberikan kepada kita secara moral. Bukan sifat Ilahi substansial
yang kekal, tetapi sifat Ilahi dengan atribusi moral di mana karena Tuhan itu
suci, maka kita pun diberikan kesucian; Tuhan itu adil, maka kita pun diberi
keadilan; Tuhan itu baik, maka kita diberi kebajikan. Roh Kudus mengubah
dan menjadikan kita makin mirip Tuhan. Inilah karunia yang diberikan
setelah keselamatan. Allah memberikan pertama-tama keselamatan,
pengampunan dosa, perdamaian dengan Allah, hidup baru dan kekal, yang
diberikan melalui peranakan Roh Kudus, sehingga kita menjadi anak-anak
Allah. Selain itu, Ia mulai mengubah sifat kita, menjadikan kita yang tidak
suci menjadi suci; dari yang menyukai ketidakadilan sekarang mencintai
keadilan; yang dahulu suka berbuat dan berminat jahat, sekarang termotivasi
untuk berbuat kebajikan. Kita berbagian di dalam sifat Ilahi Allah, sehingga
dapat menjadi wakil Tuhan di dunia. Hal ini tidak mungkin dipalsukan oleh
Iblis di dalam dunia.
Banyak orang Kristen tidak sadar adanya penipuan yang masuk melalui
Gerakan Pentakosta, dan akhirnya menjadi Gerakan Karismatik, di abad ke-
20 ini. Tetapi sekarang, Tuhan merontokkan mereka satu per satu dan
membukakan dosa mereka, seperti Jimmy Swaggart, James Baker, Benny
Hinn, Yonggi Cho, dan Kong Hee. Satu per satu dosa mereka ditelanjangi.
Mereka telah menarik ribuan bahkan puluhan ribu orang datang kepada
mereka, menganggap mereka adalah hamba Tuhan, tetapi sebenarnya mereka
adalah nabi palsu, yang menipu banyak orang seolah-olah mereka lebih dekat
dan lebih mengerti Roh Kudus, tetapi akhirnya terbukti bahwa hidup mereka
tidak kudus. Kekudusan tidak dapat dipalsukan oleh Iblis.
Begitu pandainya Iblis menipu gereja, sehingga banyak orang Kristen tidak
dapat membedakan yang benar dan yang salah. Setelah melihat mereka
dibongkar dosanya, barulah mereka tahu kalau selama ini mereka tertipu.
Sekarang masih banyak orang yang masuk ke gereja yang tidak mengenal
Theologi Reformed, mengenalnya Karismatik. Mereka kira di sana
mendapatkan kepuasan hati nurani, mereka kira mereka bertemu dengan Roh
Kudus. Tetapi semua ini penipuan. Ajaran, yang mengatakan jika engkau
percaya, engkau bisa kaya, sukses, bahagia, dan mendapatkan kemakmuran
luar biasa, bukanlah ajaran firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata, “Barang
siapa mengikut Aku, menjadi murid-Ku, ia harus menyangkal diri, harus
memikul salib, dan mengikut Aku.” Inilah cara orang menjadi Kristen,
menjadi pengikut Kristus. Gereja Joel Osteen adalah gereja besar dengan
puluhan ribu jemaat, karena ia sangat menarik ketika berkhotbah. Gereja
Protestan yang terbesar di Houston menjadi tidak ada apa-apanya dibanding
dengan gerejanya. Tidak banyak orang yang sadar kesalahan dalam
khotbahnya dan menganggap ia adalah hamba Tuhan yang baik. Ia
mengatakan, “Jangan banyak memikirkan dosa yang kauperbuat; jangan
banyak memikirkan kegagalan. Sekarang saatnya semua orang berpikir
positif, berjuang untuk hari depan, supaya sukses, lancar, dan kaya; supaya
hidupmu penuh sukacita, karena itulah tujuan Tuhan menyelamatkan dan
memanggil engkau.” Kalimat-kalimat seperti itu mengandung ketidaksetiaan.
Jika ada pendeta tidak berani membicarakan kerusakan dosa, tuntutan
kesucian, kemarahan, pengadilan Tuhan, dan kedatangan Kristus yang akan
melenyapkan bumi ini, pendeta itu bukan memberitakan Injil yang sejati
sesuai Alkitab. Joel Osteen memberitakan berita yang sama sekali berbeda, di
mana orang Kristen tidak perlu memikul salib; menurutnya, kesusahan, sakit,
kematian, kegagalan, kemiskinan adalah cara setan mengganggu pekerjaan
Tuhan. Pekerjaan Tuhan adalah agar kita menjadi kaya, lancar, makmur,
mempunyai uang banyak, dan kemewahan dunia, karena Yesus kaya ketika
di dunia. Itu semua adalah ajaran Iblis yang menyelundup masuk ke dalam
gereja melalui mimbar.
Gereja kalau bisa menarik makin banyak orang, tetapi mereka tidak
mendengarkan firman Tuhan yang sesungguhnya, setan akan senang. Setan
tidak takut gereja maju, setan tidak takut banyak orang masuk gereja, setan
takut kalau mereka mendengarkan firman yang suci dan benar. Setan tidak
takut banyak orang menjadi Kristen, setan paling takut kalau mereka
mendengarkan kebenaran yang sejati, mendengarkan firman yang suci,
mendengarkan rencana dan kehendak Tuhan dalam sejarah. Setan selalu
menutup telinga kita untuk mendengarkan berita yang baik dan benar. Setan
bekerja di sekolah theologi, melalui profesor-profesor theologi yang tidak
setia, yang menipu pendengar yang mengikuti kuliahnya, karena mereka
hanya mau gelar, pangkat akademis, tetapi tidak menjalankan kehendak
Allah. Setelah lulus, mereka naik mimbar, menghindarkan diri dari
berkhotbah tentang kesucian, kemarahan Allah, pengadilan dan penghakiman
Allah, dan neraka. Itu sebabnya banyak orang yang ingin cepat kaya masuk
gerejanya.
Maka, tahun lalu (2017) Tuhan membongkar kesalahannya. Kota Houston
yang hampir tidak pernah banjir, tahun itu banjir hingga setinggi tiang listrik.
Ketika Houston banjir besar, orang Amerika terkejut. Mereka tidak mengerti
dan tidak bisa apa-apa kecuali melarikan diri, meninggalkan rumah mereka
dan mereka melihat gereja Joel Osteen di bukit. Gereja itu begitu mewah,
dengan karpet yang indah, karena mereka percaya kemakmuran. Ketika para
pengungsi menghampiri gereja itu, Joel Osteen melarang orang untuk
berteduh di gerejanya. Gereja itu ditutup, dikunci agar orang tidak bisa
masuk. Banyak orang menjadi kecewa. Seluruh Houston tahu dan dimuat di
surat kabar. Orang Houston mulai mengejek, menghina, dan menertawakan
gereja yang tidak mempunyai cinta kasih. Tuhan membongkar sebenarnya
apa yang ada dalam hati Joel Osteen. Dia belum pernah mengenal sifat Ilahi
yang suci, penuh cinta kasih, tetapi juga adil, marah, yang akan menghakimi
seluruh dunia melalui Anak-Nya, Yesus Kristus.
Cari dan ujilah kehendak Allah yang sempurna, yang baik, dan yang
berkenan di hati Tuhan. Terkadang Tuhan terpaksa membongkar dosa hamba
yang berani mengatakan dia utusan Tuhan, tetapi tidak setia kepada-Nya.
Hamba Tuhan yang seperti memberitakan firman Tuhan, tetapi tidak akurat
sama sekali dan tidak jujur di hadapan Tuhan. Theologi Reformed berusaha
memaparkan seluruh Kitab Suci, memberikan penjelasan, memberikan
penafsiran yang bertanggung jawab, agar orang-orang Kristen mengerti
kehendak Tuhan. Mereka yang malas, comot sana sini, akan menipu diri dan
kehilangan banyak berkat yang tersimpan dalam seluruh Alkitab yang telah
diwahyukan.
Kita harus berpikir secara suci, kita harus bertutur secara suci, kita harus
bertindak secara suci, kita harus melayani secara suci, supaya berkenan
kepada Roh yang suci. Roh Kudus adalah Roh yang suci. Allah yang suci
memanggil kita, “Karena Aku adalah Allah yang suci, maka engkau harus
hidup suci di hadapan-Ku, dalam segala sesuatu yang engkau pikirkan,
katakan, kerjakan, jalankan, rencanakan, juga seluruh hidup dan
pelayananmu suci.” Firman Allah adalah firman yang suci, umat Allah adalah
umat yang suci, panggilan Allah adalah panggilan yang suci, sehingga semua
yang dari Allah itu suci adanya.
Jadi Roh Kudus itu kebenaran, Roh yang mewahyukan kebenaran, Roh yang
memakai kebenaran memberikan pencerahan, dan Roh yang membawa
seluruh gereja masuk ke dalam seluruh kebenaran. Orang Kristen adalah
orang yang mempunyai Roh Kudus, mempunyai Roh kebenaran, Roh yang
membawa kebenaran, Roh yang mencerahkan dengan kebenaran, Roh yang
memimpin masuk ke dalam kebenaran. Kita mempunyai kebenaran Tuhan,
karena Roh Kudus bekerja dalam hati kita. Tuhan memberkati kita. Amin.
Pengakuan Iman Rasuli – Bagian 1: Butir
Pertama (1)
Pdt. Dr. Stephen Tong12 min read
Pengakuan Iman Rasuli (PIR) merupakan dokumen pertama yang mengubah
seluruh konsep alam semesta yang pernah
dipikirkan manusia. Sebelum adanya PIR, pemikiran filsafat Yunani
memonopoli studi alam semesta dan menjadi pikiran terpenting. Kebudayaan
Tionghoa dan India menjelaskan alam semesta secara kabur dan tidak jelas.
Sementara orang Yunani berpendapat bahwa manusia dapat menyelidiki alam
semesta dengan pikirannya sendiri. Maka, mereka mulai melihat lebih dahulu
daripada bangsa lain dalam hal mengetahui bintang-bintang yang ada di
angkasa. Lalu Yunani menaruh bintang menjadi objek studi yang diasumsi,
diamati, dan dicatat. Diamati dengan mata telanjang karena masih belum ada
teleskop. Sampai hari ini dalam bangsa besar dan kebudayaan penting ada
alat astronomi. Di Nanjing (Tiongkok) masih ada alat astronomi yang sangat
rumit yang dibuat sekitar 650 tahun lalu di awal Dinasti Ming, Dinasti Sung,
dan sebagainya.
Kali ini saya ingin menekankan apa hubungan alam semesta dengan manusia,
di mana manusia menjadi subjeknya dan alam semesta ini menjadi objek
penyelidikannya. Manusia menyelidiki alam semesta, tetapi alam semesta
menjadi tidak penting dan manusia itu yang menjadi penting. Dalam
pemikiran seperti ini, diharapkan manusia bisa menguasai, atau paling tidak,
mengerti alam semesta. Manusia ingin mengerti dan menguasai langit, bumi,
alam, tumbuhan, hewan, dan semua makhluk lain. Memang manusia
diciptakan lebih tinggi dari segala ciptaan dan manusia diciptakan paling
mirip dengan Allah.
Sekitar tahun 585 SM, Thales, orang pertama di dunia filsafat Gerika berani
mengatakan, “Pada tanggal 28 Mei 585, kalian tidak akan melihat matahari.”
Orang-orang menertawakan, menyindir, dan menghina dia. Tetapi tepat pada
hari itu, apa yang dikatakannya terjadi. Mereka terkejut dan bingung
bagaimana Thales tahu hal itu. Ternyata Thales sudah berhasil menghitung
gerakan matahari, bumi, dan bulan, sehingga bisa menduga terjadinya
gerhana. Maka, gerhana sudah diketahui oleh manusia sejak kira-kira 500
tahun sebelum Yesus lahir. Tetapi ini adalah suatu pengertian, penelitian, dan
penyelidikan dengan sistem tertutup.
Dengan butir pertama: “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa,
Khalik langit dan bumi.” Dalam butir ini kita melihat terbukanya suatu sistem
baru untuk manusia yang melampaui pemikiran Yunani. Orang Yunani
berkata setelah melihat alam semesta, tidak ada yang lebih lagi dari itu.
Tetapi saat orang Kristen melihat alam semesta, melihat ada Allah di atas
yang menjadi Bapaku: Ialah Sang Pencipta, Sang Allah Bapa, yang
memberikan hidup baru padaku, maka aku disebut anak-Nya. Jika
dibandingkan dengan mitologi Tiongkok (Pan-gu) dan mitologi India (empat
gajah), kita segera melihat dan perlu memaklumi bahwa mereka tidak
memiliki wahyu Tuhan. Mereka bahkan tidak mengerti bahwa bumi ini bulat.
Setelah Magellan mengitari bumi satu kali, atau ketika Columbus
menemukan benua Amerika, barulah manusia mengetahui bahwa bumi ini
bulat. Setelah Vasco da Gama, Columbus, dan Magellan, barulah orang
percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Copernicus benar adanya. Bahkan
kemudian Copernicus memberitahukan kita bahwa bumi yang mengitari
matahari, bukan matahari yang mengitari bumi. Namun, semua ini baru bisa
dimengerti setelah orang menerima dan mengerti Alkitab, mengerti Sang
Pencipta sebagai unsur paradigma yang baru, unsur sistem terbuka yang
dimungkinkan, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik
langit dan bumi.”
Butir pertama ini berkata tentang Allah. Butir kedua dan ketiga berbicara
tentang adanya batas antara yang dicipta (yang pasif) dan yang mencipta
(yang aktif). Jika tidak ada inisiatif dari pencipta, maka tidak ada objek
ciptaan yang jadi. Jika Allah tidak merencanakan dan memiliki tujuan dalam
menciptakan segala sesuatu yang kemudian dilaksanakan dalam aktivitas
penciptaan dan menerjunkan diri di dalam karya ciptaan-Nya, maka tidak ada
sesuatu pun yang jadi. Segala sesuatu bisa ada karena Tuhan yang
mengadakan, dari yang tidak ada menjadi ada. Ini semua seturut dengan
rencana pertama Allah, yaitu penciptaan.
“Aku percaya kepada Allah” adalah satu pernyataan yang besar sekali.
Dengan kalimat ini kita membagi manusia menjadi dua kelompok, yaitu:
theis dan atheis. Atheis percaya tidak ada Allah, sementara theis percaya ada
Allah. Ada yang berkata ada Allah di luar diri manusia, dan ada yang
mengatakan tidak ada. Tetapi sebenarnya, Allah tidak mungkin menjadi ada
karena kita percaya Dia ada, atau sebaliknya menjadi tidak ada karena
manusia tidak percaya Dia ada. Jika tidak demikian halnya, maka kita
memiliki subjek iman yang menjadi penentu untuk segala tujuan dan
kekakuan menuju objek iman. Manusia dengan subjektivitasnya
menyebabkan ia hanya dapat mengubah diri, tidak bisa mengubah fakta yang
ada di luar dirinya. Allah bukan hasil proses menjadi. Ia tidak menjadi ada
atau menjadi tidak ada. Istilah “menjadi” tidak tepat dan tidak layak
dikenakan pada diri Allah yang kekal. Allah tidak mungkin “menjadi” ada,
dan tidak ada unsur apa pun yang bisa menjadikan Ia ada. Allah ada pada
diri-Nya sendiri, tanpa perlu penyebab.
Allah adalah yang ada pada diri-Nya sendiri, yang konsisten tidak berubah,
kekal, tidak mengalami perubahan, tidak mengalami proses, dan tidak
membutuhkan penyebab. Maka konsep “percaya kepada Allah” ditanamkan
oleh Allah ke dalam diri manusia yang diciptakan menurut peta teladan
Allah. Dengan demikian, setiap manusia tidak mungkin tidak memiliki
konsep Allah di dalam dirinya. Semua orang mengetahui dan percaya ada
Allah, karena Allah telah menanamkan konsep keberadaan diri-Nya di dalam
manusia yang diciptakan menurut peta teladan Allah sendiri. Tetapi jika
seseorang memiliki kepercayaan terhadap Allah kurang benar, bukan Allah
yang kurang benar, tetapi mata, pandangan, pemikiran, dan konsep orang itu
yang telah mengalami distorsi.
Misalnya, sebuah pena jika saya taruh di dalam gelas berisi air, maka seolah-
olah pena tersebut bengkok. Tetapi pena itu sebenarnya tidak bengkok. Yang
membuat pena itu terlihat bengkok adalah mata dan pikiran kita. Memang
terlihat mata kita baik, tetapi pandangan mata kita tidak tahu bahwa ketika
pena itu melewati air, mengalami pembiasan sehingga kita melihat pena itu
bengkok. René Descartes, seorang filsuf Prancis mengatakan, “Dalam hal
seperti ini terbukti ada distorsi yang dikerjakan setan.” Ini pertama kali di
dalam sejarah filsafat, seorang filsuf memakai istilah “setan” untuk
menjelaskan fenomena yang kita rasa tidak benar. Ia berkata tentang istilah di
dalam ide yang disebut “clearness of idea”. Ide yang jelas di pikiran kita
sering menjadi tidak jelas dalam fakta, maka kita bisa salah melihat fakta.
Fenomena dan realitas selalu ada jarak, sehingga kita ditipu oleh fenomena
(gejala yang kita lihat) dan tidak mengetahui dengan sesungguhnya realitas
yang asli, tepat, akurat, dan yang tidak salah.
Pada saat engkau pergi ke sebuah desa yang belum pernah tersentuh
pendidikan, lalu engkau bertanya: dunia mengelilingi matahari atau matahari
mengelilingi bumi? Mereka akan menjawab matahari mengelilingi bumi.
Orang yang tidak mengerti, akan mempertahankan sistem tertutup, lalu
mencela dan memaki-maki orang yang mengerti dengan menggunakan sistem
terbuka. Di sini kita melihat ada jarak antara fenomena dan realitas. Orang
yang tidak mengerti selalu tertipu oleh fenomena.
Selain ketiga macam orang ini, masih ada yang disebut pantheis, yang
percaya Allah ada di alam. Seluruh alam jika digabungkan, totalitas itu
disebut Allah. Alam adalah Allah dan Allah adalah alam. Salah seorang
pantheis terkenal di dalam sejarah adalah Benedict Spinoza, seorang Yahudi
yang tinggal di Amsterdam, Belanda. Ia seorang pantheis, tidak percaya ada
Yehovah yang menciptakan langit dan bumi, akhirnya ia dikucilkan dari
sinagoge Yahudi. Saat dikucilkan, dalam upacara ekskomunikasi dengan
memasang dua belas lilin yang mewakili setiap suku Israel, maka setiap lilin
ditiup sambil orang berteriak, “Terkutuklah engkau. Engkau tidak mendapat
bagian dalam suku Simeon.” Setelah semua lilin ditiup, pintu dibuka dan ia
diusir keluar. Sejak saat itu, Spinoza di Amsterdam sampai mati, tidak
seorang Yahudi pun boleh menyapanya. Ia tidak menikah dan menjadi
seorang penggosok lensa optik. Tidak ada lagi orang Yahudi yang memesan
lensa kepadanya. Ia hanya mendapat uang dan pekerjaan dari orang Belanda,
sehingga sisa sedikit orang yang mengenal dia. Ia sering kelaparan, tidak
cukup makan, susah sampai mati sebatang kara. Orang Yahudi percaya pada
Allah, tetapi sampai pada butir kedua, “Aku percaya pada Yesus Kristus,”
orang Yahudi sudah tidak mau percaya.
Kalimat pertama Pengakuan Iman Rasuli (PIR) ini: Aku percaya kepada
Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Di seluruh dunia dan
agama, tidak ada doktrin yang disimpulkan dalam tiga kalimat pendek,
terkesan sederhana, tetapi sudah mencakup hal-hal yang paling penting
secara komprehensif di dalam iman kekristenan. Kita tidak menemukan di
dalam agama-agama, manusia menyebut dan mengakui Allah di sorga
sebagai Bapa, sebagai Pencipta, dan sebagai Allah yang Mahakuasa. Tiga
kalimat ini bukan kesimpulan dari theolog-theolog genius, tetapi diturunkan
oleh para rasul yang diutus oleh Tuhan Yesus sendiri.
Gereja harus memelihara ajaran yang diturunkan dari para nabi Perjanjian
Lama dan rasul Perjanjian Baru. Dari Perjanjian Baru kita mengerti
Perjanjian Lama, karena Perjanjian Lama mengandung Perjanjian Baru, dan
Perjanjian Baru menggenapi Perjanjian Lama. Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru merupakan satu keutuhan yang terdiri dari dua bagian. Inilah
wahyu Allah melalui pekerjaan Roh Kudus menggerakkan para nabi dan
rasul.
Setelah itu, Tuhan Yesus Kristus sendiri turun ke dunia, menjelma menjadi
tubuh yang berdaging dan berdarah seperti engkau dan saya. Yesus adalah
Allah menjadi manusia; Yesus adalah Sang Pencipta yang berbalut tubuh
yang dicipta, menjadi manusia hidup di tengah engkau dan saya, untuk
menjadi Juruselamat dan Perantara antara kita dan Bapa. Dia juga menjadi
Wakil Allah, sehingga hanya Yesuslah di sepanjang sejarah umat manusia
yang berani dan boleh mengatakan, “Barang siapa melihat Aku, dia melihat
Allah.”
Kita bersyukur kepada Tuhan, karena Ia mengatakan, “Sebagaimana Bapa
mengutus Aku, Aku mengutus engkau.” Yesus menerima mandat dari Allah,
dan kini Ia memberikan mandat kepada para rasul untuk menjadi wakil
Kristus, sebagaimana Kristus menjadi Wakil Tuhan Allah. Rasul
(Yun. apostolos) artinya utusan. Apostolos terbesar adalah Kristus. Raja
terbesar di atas semua raja adalah Kristus; Nabi di atas semua nabi adalah
Kristus; Imam di atas semua imam adalah Kristus. Kristus mewakili Tuhan
Allah mengutus rasul, sehingga para rasul menjadi wakil Kristus yang
mewakili Allah untuk segala zaman memberikan kepada kita firman.
Perjanjian Lama diwahyukan kepada para nabi dan Perjanjian Baru diberikan
kepada para rasul. Rasul dan nabi menjadi fondasi gereja.
Di dalam Efesus 2:19-20 dan 4:11 tertulis Gereja didirikan di atas rasul dan
nabi. Urutan ini sengaja dibalik di dalam Perjanjian Baru (1Kor. 12:28; Ef.
2:20, 3:5, 4:11). Penyusunan ini sengaja melawan urutan kronologis.
Tujuannya menegaskan kepada orang Kristen segala zaman bahwa tulisan
rasul merupakan kunci untuk mengerti tulisan nabi. Engkau tidak mungkin
mengerti pengajaran para nabi secara benar tanpa mengerti pengajaran para
rasul. Perjanjian Baru merupakan kunci mengerti Perjanjian Lama. Maka,
gereja harus menerima Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Gereja yang
tidak menerima otoritas Alkitab bukanlah gereja. Itu sebabnya, Pengakuan
Iman Rasuli menjadi pengakuan gereja, yang membuktikan kita milik Tuhan.
Allah tidak kelihatan, tetapi Dia ada, dan Dia menjadi Sumber dan Sebab
semua ciptaan. Ini satu penerobosan yang tidak pernah muncul dalam sejarah.
Ketika kita menyelidiki alam semesta, kebudayaan-kebudayaan besar
berusaha menjelaskan dari mana asal alam semesta, tetapi tidak ada satu pun
kebudayaan yang sanggup memberikan tanggung jawab yang cukup untuk
memberi jawaban. Kebudayaan Tiongkok, India, Mesir, Babel, dan Yunani,
semua berusaha menafsirkan alam. Namun mereka gagal memberikan
jawaban yang tepat dari mana dunia ini berasal.
Kebudayaan Tiongkok sangat tua, dan tidak kalah dari Mesir, India, dan
Babel. Tetapi ketika ditanya dari mana asal alam semesta, maka dijawab
bahwa ada seorang tua yang bernama Pan-gu. Pan-gu berada dalam satu telur
yang kecil dan Pan-gu itu begitu kecil. Ia membawa palu (dari mana datang
palunya, tidak ada jawaban) dan memukulkan palu itu ke atas, akhirnya telur
itu bengkak membesar ke atas karena terus-menerus dipukul dan menjadi
langit. Landasannya menjadi bumi. Inilah awal langit dan bumi. Begitu
mendengar cerita seperti ini, engkau langsung sadar bahwa itu adalah omong
kosong. Cerita ini indah, tetapi tetap omong kosong.
Orang India mengatakan bumi ini datar berbentuk empat sudut dan ditopang
oleh empat ekor gajah, satu di setiap sudutnya. Kalau gajah itu bergerak,
terjadilah gempa. Kebudayaan Timur Tengah memikirkan ada dewa atau
pencipta yang menjadikan bumi dan langit, tetapi sangat tidak jelas bagi
mereka bagaimana terjadinya. Orang Yunani mengatakan bahwa langit dan
bumi ini memang sudah ada dari aslinya tidak ada perubahan, memang sudah
seperti ini dari dahulu kala (unchanging universe). Tugas manusia adalah
menyelidiki, mencatat, dan memberikan pengertian itu kepada orang lain.
Kebudayaan Gerika atau Yunani ini sangat agung.
Sistem tertutup ini merajalela di dunia hampir dua ribu tahun. Sistem tertutup
ini tidak bisa dikalahkan bahkan sampai zaman Sir Isaac Newton. Barulah di
abad ke-20 ada perubahan revolusi yang baru, dari seorang filsuf ilmu
pengetahuan yang bernama Thomas Kuhn. Thomas Kuhn adalah seorang
filsuf Kristen Protestan, dan dia mengajarkan satu istilah yang sangat penting,
yaitu paradigm shift (pergeseran paradigma). Setiap zaman tidak ada
perubahan, kecuali terjadi perubahan paradigma maka dunia mengalami
kemajuan. Manusia mulai berubah pola pikir dasarnya
(paradigmanya). Paradigm shift ini sangat penting dan dia mengatakan
bahwa kita perlu sistem terbuka (open system) di dalam melakukan riset.
Menyelidiki segala sesuatu harus keluar dari sistem, dari ikatan yang telah
membelenggu kita selama ribuan tahun. Kalau kita tidak bisa keluar dan
melepaskan diri, gereja tidak akan bisa maju, masyarakat tidak berubah,
kebudayaan tidak berubah, dan segala sesuatu menjadi mandek dan statis
karena terkunci oleh keterbatasan sistem tertutup.
Konsep itu sangat mendasar, memengaruhi, dan penting bagi arah hidup
manusia. Jika konsepnya adalah humanisme, maka mustahil menjamin
keabsahan dan kebenaran yang tepat. Tetapi jika berasal dari Tuhan, konsep
itu akan memberikan inspirasi, dorongan, dan perubahan untuk manusia
kembali kepada firman Tuhan dan akan menjadi cahaya dan arah baru bagi
manusia untuk hidup dalam kebenaran. Maka, dari mana konsep itu
dibangun, bagaimana direspons, akan memengaruhi seluruh aktivitas dan
perilaku kita selanjutnya.
Di antara semua konsep yang kita terima dari sejarah, tradisi, pengalaman,
lingkungan, dan apa saja yang bisa kita selidiki, amati, analisis, dan terima,
akhirnya tidak satu pun yang lebih penting dari konsep agama. Konsep
agama menjadi konsep paling mendasar, menentukan, penting, dan
memengaruhi kehidupan manusia. Jika konsep agama sudah salah, semua
salah. Konsep agama yang benar hanya mungkin dicapai melalui ketaatan
yang sungguh dan keinginan merespons Tuhan dengan mengikuti firman-
Nya. Maka, Allah berkata, “Iman datang dari pendengaran akan firman
Kristus.”
Tuhan menurunkan firman tertulis yaitu Alkitab dan inkarnasi Kristus,
menjadi dasar bagaimana kita bereaksi. Ketika kita membaca Alkitab, kita
harus bereaksi tunduk dan taat. Ketika menerima Kristus, kita selalu harus
memiliki ketaatan dan kerelaan kepada-Nya. Dengan respons yang
bertanggung jawab barulah iman seseorang boleh menjadi dasar bagi semua
pemikiran dan ide agama. PIR merupakan reaksi manusia kepada firman
Tuhan, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Keutuhan Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru menjadi kesempurnaan wahyu yang Tuhan berikan
kepada manusia. Maka, respons kepada Alkitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru ini menentukan iman kita.
Agama timbul karena manusia percaya Allah memberikan wahyu. Jika Allah
memberikan wahyu, sungguhkah wahyu itu berasal dari Allah yang sejati?
Bagaimana jika Allahnya beda, bukan Allah yang sejati? Itu sebabnya di
antara agama terdapat perbedaan secara kualitas. Ada agama yang
mengatakan bahwa Allah tidak ada dan tidak boleh ada Anak, tetapi orang
Kristen mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Allah menyatakan
kasih-Nya kepada manusia sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal ke dalam dunia.
Akibat dari cara penelitian model Yunani ini, mereka jatuh ke dalam closed
system. Seperti dikatakan Paul Tillich, alam dalam pandangan Yunani adalah
alam plastik yang tidak berubah. Yang bisa berubah adalah pengetahuan
saya, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Barulah Thomas Kuhn
mendobrak dengan paradigm shift dan memberikan penerobosan metode
yang baru, bahwa dunia tiap saat berubah dan tidak statis. Dunia ini dinamis,
tidak tetap dari dulu sampai sekarang. Pikiran perlu perubahan yang disebut
sebagai paradigm shift (perubahan paradigma). Di abad ke-21 ini kita tahu
bahwa langit dan bumi berubah. Kalimat ini pertama kali muncul di Alkitab:
“Langit dan bumi akan berubah, dunia dan nafsunya akan binasa, tetapi satu
titik firman Tuhan tidak akan berubah selama-lamanya.” Satu-satunya buku
yang kontras dengan kebudayaan adalah Alkitab. Inilah filsafat dan metode
pemikiran Allah sendiri, yang berbeda total secara kualitatif. Allah tidak
pernah berubah, kontras dengan dunia yang berubah. Allah menciptakan
dunia. Allah yang tidak berubah adalah Allah kita.
Dunia maju karena orang memakai metodologi yang benar untuk menemukan
kebenaran. Melalui cara yang benar, sekarang kita boleh melihat
perpustakaan kita memiliki ratusan juta buku. Manusia bereaksi kepada alam
semesta, mempunyai data, dan mendapatkan konklusi. Lalu mereka
mengajarkannya kepada orang-orang yang belum tahu. Ini yang disebut
sebagai pendidikan. Saat manusia menyelidiki alam semesta, manusia
menjadi subjek dan alam menjadi objek.
Menurut Paul Tillich, orang Gerika melihat dunia ini bagaikan dunia plastik,
yang tidak berubah, yang kita selidiki. Tetapi menurut Alkitab, dunia ini
diciptakan oleh Allah Pencipta. Ketika saya menyelidiki dunia, saya tidak
boleh menganggap diri sebagai subjek dan dunia ini objek. Jangan kita
menganggap bisa mengetahui sesuatu yang tidak berubah, karena dunia ini
berubah dan saya yang menyelidikinya juga berubah. Karena dunia ini
berubah, maka janganlah menganggap bahwa dunia ini mutlak dan
pengetahuan yang didapatkan manusia itu pasti. Konsep dunia harus berbeda
dengan konsep Alkitab.
Untuk menyelidiki alam diperlukan metode. Metode dan alam bisa berubah.
Yang menyelidiki, yaitu manusia, juga berubah. Tetapi ada yang mutlak dan
tidak berubah. Setelah adanya PIR, manusia harus membagi sejarah menjadi
dua. Kini kita memasuki satu wilayah di mana kita harus mulai mengakui ada
yang tidak berubah di balik semua yang berubah. Ada Sang Pencipta di atas
semua ciptaan. Ada yang mutlak di atas yang relatif. Maka kini kita melihat
segala sesuatu secara berbeda dari orang-orang non-Kristen. Orang-orang
non-Kristen melihat dirinya sebagai subjek, alam semesta sebagai objek yang
tidak berubah. Filsafat Yunani menyatakan, “Aku menggali rahasia untuk
menjadi pengetahuan mendidik orang lain,” tetapi orang Kristen tidak.
Ada sesuatu yang dipakai sebagai materi dan ada metode yang dipakai untuk
menyelidiki dan menemukan ilmu dan teknologi yang diperalat menjadi
hamba untuk melayani saya. Saya bisa menikmati semua itu, tetapi itu bukan
milik saya, sehingga tidak boleh saya miliki. Saya boleh menggunakan semua
sumber yang Tuhan berikan untuk memperindah dan memudahkan hidup
saya. Allah mencipta segalanya untuk dapat kita pakai dan nikmati. Tetapi
kita harus mengakui bahwa dunia ciptaan ini adalah ciptaan Allah dan bukan
milik kita. Di atas alam semesta, di atas langit dan bumi ini, kita percaya ada
Pencipta (Khalik) yang menciptakan semua ini. Sejak PIR, manusia memiliki
pengakuan yang baru. Kini saya tahu bahwa Engkaulah Pencipta dan Pemilik
semua ciptaan yang Engkau ciptakan dan boleh saya pakai, yang saya
ikrarkan dengan kalimat “Khalik langit dan bumi”. Saya datang, berdoa,
mengagumi, menyembah, dan berterima kasih kepada Tuhan.
Jika Allah memberikan kepada kita yang palsu atau hal yang tidak benar,
maka manusia pasti akan tertipu. Ketika Allah jujur, maka manusia harus
mempertanggungjawabkan semua pengetahuan itu. Perlu respons yang benar
dari manusia terhadap wahyu Allah yang benar. Allah yang sejati sungguh-
sungguh mewahyukan kebenaran sejati; manusia sungguh-sungguh berespons
taat kepada firman yang jujur. Sungguh-sungguh jujur menerima wahyu yang
jujur disebut iman. Pengakuan Iman Westminster mengatakan, “Allah yang
benar, benar-benar mewahyukan kebenaran kepada kita, sehingga apa yang
diwahyukan dan Pewahyunya identik.” Allah kita tidak pernah menipu kita.
Allah yang menyatakan diri adalah Allah yang sesungguhnya benar.
Di dalam Pengakuan Iman Westminster ada prinsip, yaitu Allah sejati adalah
Allah yang jujur setia, yang sungguh-sungguh, dan rela mewahyukan
kebenaran yang sesungguhnya tentang Dia, yang adalah Kebenaran
sesungguhnya. Maka, kita harus percaya dengan motivasi yang sungguh mau
taat dan mau menerima kesediaan Tuhan dengan hati yang setia kepada-Nya.
Iman sejati datang dari kejujuran yang taat kepada Allah yang jujur, yang rela
memberikan kebenaran kepada kita.
Ketika kita sudah tidak puas berpikir, maka kita masuk ke dalam tingkatan
ketiga, yaitu percaya. Kita bukan berpikir mengapa saya mencintai dia, tetapi
saya percaya saya mencintai dia. Ini tingkat tertinggi. Saya menikah
dengannya karena saya percaya ia cocok bagi saya. Di sini yang diperlukan
bukan ukuran alam, bukan spekulasi pikiran, tetapi iman kepercayaan. Allah
menciptakan dia, Allah mempertemukan saya dengan dia. Dalam kasus ini,
urusan ilmiah menjadi kurang penting, filsafat kurang akurat, yang terpenting
adalah iman kepercayaan yang menuju wilayah yang tertinggi. Kita
memasuki wilayah kepercayaan (credo).
Saya bukan hanya ingin tahu, ingin berpikir, tetapi sampai pada tingkat saya
percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan bumi. Ketika
kalimat ketiga, “Khalik langit dan bumi” muncul, sejarah mulai menerobos
era baru dalam relasi saya dengan alam semesta. Dulu orang Gerika menjadi
tuan rumah, berinisiatif menyelidiki, mengukur, dan berusaha mengetahui
rahasia langit dan bumi, lalu menjadi sombong dan menjual komoditas
pengetahuan, mendapat uang banyak dan menjadi kaya. Di abad ke-21 ini,
para ilmuwan terapan menemukan sesuatu, dipatenkan, lalu mendapat kuasa
monopoli untuk menjadi kaya melalui penemuannya. Saya rasa itu adalah
semacam perampok yang berkebudayaan tinggi.
Melihat ada Pencipta yang lebih tinggi melampaui alam semesta merupakan
iman kepercayaan pertama Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan Iman Rasuli
luar biasa karena ada di dalam wilayah yang berbeda dari semua kebudayaan
dan agama yang lain. Mereka tidak memiliki sumber yang melampaui dunia
ciptaan, yang melampaui dunia fisik, yang menuju kepada Allah Pencipta
sebagai Inisiator, Sang Satu yang mewahyukan kebenaran kepada umat
manusia. Dan dalam tahap yang terakhir ini, saya mengetahui bahwa saya
bukan apa-apa kecuali sebuah objek. Saya bukan subjek, saya bukan Tuhan.
Saya hanyalah makhluk kecil yang dikontrol oleh-Nya, yang adalah Tuhan
dan Pemilik hidup saya. Orang yang percaya Pengakuan Iman Rasuli
menaklukkan diri, memperlakukan diri sebagai sesuatu yang kecil di dalam
ke-Tuhan-an Allah. Saya tidak mungkin mengatur hidup saya seturut
kebebasan saya sendiri. Jean-Paul Sartre, seorang filsuf Prancis yang
terkenal, mengatakan, “Engkau harus mengambil keputusan, engkau harus
menentukan masa depanmu sendiri, engkau tidak pernah boleh percaya, atau
taat kepada siapa pun atau membiarkan siapa pun menentukan rencana masa
depanmu.”
Di usia dua puluh tahun saya telah membaca filsafat Sartre, Heidegger,
Kierkegaard, dan lain-lain. Ketika saya muda, teman sebaya saya tidak
tertarik filsafat. Mereka hanya sibuk makan di mana, bagaimana mendapat
uang banyak, dan itu semua tidak penting bagi saya. Saya berpikir bagaimana
memberitakan firman, mengerti kebenaran dengan jalur yang benar,
menganalisis kelemahan filsafat yang dipikirkan manusia. Dalam khotbah
saya berusaha merangsang pikiran pendengar untuk mengembalikan fungsi
rasio, yang dicipta dan dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, setia kepada
firman sebagai orang yang bertanggung jawab di dalam iman kepercayaan,
melampaui apa yang dipikirkan dan diketahui manusia. Iman kepercayaanmu
itu haruslah didasarkan pada wahyu Allah yang jujur di dalam kerelaan-Nya
untuk menyatakan kebenaran kepadamu. Dengan demikian, biarlah pikiran
dan kepercayaan kita bisa seturut kebenaran Allah. Inilah tugas seumur hidup
kita. Saya tahu karena saya percaya di dalam Engkau, Allahku, yang aku
percaya sebagai Tuhanku. Engkau Tuan Pemilik dan Satu-satunya yang
mengontrol hidupku, pikiranku, pengetahuanku, dan imanku. Biarlah ketika
engkau makin pandai, makin bergelar tinggi, engkau sadar semua itu dari
Tuhan. Seberat apa pun yang kaupikirkan, berapa besar penemuanmu,
ingatlah bahwa semua pikiran itu berasal dan dimiliki oleh Tuhan. Mengapa?
Karena kalimat: Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta
langit dan bumi. Amin.