Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan
konsumsi Pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada
tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan
memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal (UU No.18 Tahun
2012).

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang mantap dan


berkesinambungan. terdapat 3 (tiga) komponen yang harus diperhatikan, yaitu : 1)
ketersediaan pangan yang cukup dan merata; 2) keterjangkauan pangan yang
efektif dan efisien; dan 3) konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang,
aman dan halal. Ketiga komponen tersebut diwujudkan sampai dengan tingkat
rumah tangga, dengan : (1) memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang
beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan dan teknologi spesifik local dan
ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu
mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal untu
kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan, sehingga menjamin pasokan
pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masayarakat; dan (4) Memberikan
jaminan bagi masyarakat miskin dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.

Komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam rangka


mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025 yaitu
“Mewujudkan masyarakat sejahtera dengan menjamin ketersediaan pangan dan
gizi masyarakat yang diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian
pangan daerah dengan mengembangkan kemampuan produk di daerah;
memperkuat kelembagaan ketahanan pangan di daerah yang mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan ditingkat rumah tangga yang cukup, baik jumlah
maupun mutu gizinya, aman dan terjangkau; dan mengembangkan sumber-
sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal”.

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat dibentuk


berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun
2016 tanggal 15 Desember 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nusa
Tenggara Barat Nomor 50 Tahun 2016 tanggal 27 Desember 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas-Dinas
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa
Tenggara Barat mempunyai tugas merumuskan bahan kebijakan, koordinasi,
perencanaan strategis, pembinaan, fasilitasi, pemantauan, pengkajian,
koordinasi, analisis dan evaluasi penataan bidang ketersediaan pangan,
distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan
keamananan pangan.

Pelaksanaan tugas tersebut dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan


yang dilaksanakan oleh 5 (Lima) Eselon III (Sekretariat, Bidang Ketersediaan dan
Kerawanan Pangan, Bidang Distrubusi dan Cadangan Pangan, Bidang Konsumsi
dan Keamanan Pangan serta UPTD Balai Pengawasan Mutu dan Keamanan
Pangan) dan 12 Eselon IV.

Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai


Perangkat Daerah yang menangani urusan pangan, terus berupaya mengatasi
permasalahan-permasalahan pembangunan ketahanan pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan menunju NTB yang Gemilang. Upaya tersebut
dijabarkan melalui berbagai program dan kegiatan pembangunan ketahanan
pangan. Berbagai program dan kegiatan tersebut dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terintegrasi baik di provinsi maupun di kabupaten.
Mengingat kompleksnya urusan pembangunan ketahanan pangan, maka sangat
diperlukan kerjasama yang sinergis dan terarah antar institusi dan komponen
masyarakat serta koordinasi program dan kegiatan berbagai subsektor dan sektor.
Dinas Ketahanan Pangan (DKP) melalui sumber dana APBD Provinsi Nusa
Tenggara Barat terus berupaya mendorong upaya pemantapan ketahanan pangan
melalui penanganan daerah rentan rawan pangan dan pengembangan berbagai
model pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat diantaranya: Pemanfaatan
Pekarangan untuk Pengembangan Pangan melalui Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL), Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan, Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi (SKPD), Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). Dinas Ketahanan
Pangan juga melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian dan analisis ketahanan
pangan diantaranya: Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG), Prognosa Ketersediaan Pangan, Pemantauan Harga Pangan, Pemantauan
Arus Distribusi Komoditas Pangan serta Pengawasan Mutu dan Keamanan
Pangan.

Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan Dinas


Ketahanan Pangan pada tahun 2020, maka disusun Laporan Tahunan Dinas
Ketahanan Pangan sebagai bahan evaluasi, masukan dan perbaikan pelaksanaan
program kegiatan ke depan serta informasi kepada publik. Laporan Tahunan ini
secara garis besar memberikan informasi secara umum gambaran tentang
pelaksanaan dan capaian program serta kegiatan ketahanan pangan selama tahun
anggaran 2020 yang diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan
pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan di tahun berikutnya.

B. Tujuan
Maksud dari penyusunan Laporan Tahunan Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2020 adalah sebagai bentuk
pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa
Tenggara Barat atas pelaksanaan program dan kegiatan serta pengelolaan
anggaran selama tahun 2020 dalam rangka mencapai sasaran/target yang telah
ditetapkan.

Sedangkan tujuan penyusunan Laporan Tahunan Dinas Ketahanan Pangan


Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2020 adalah untuk memberikan informasi
secara umum gambaran tentang pelaksanaan dan capaian program serta kegiatan
ketahanan pangan selama tahun anggaran 2020 yang diharapkan dapat menjadi
bahan evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan di tahun
berikutnya.

C. Ruang Lingkup
Laporan Tahunan Perangkat Daerah Dinas Ketahahanan Pangan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2020 disusun dengan ruang lingkup meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
BAB II TUGAS, FUNGSI DAN DUKUNGAN SUMBERDAYA MANUSIA
DKP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
A. Tugas dan Fungsi
B. Tujuan dan Sasaran
C. Strategi dan Kebijakan
D. Struktur Organisasi
E. Sumber Daya Manusia (SDM)
BAB III CAPAIAN KINERJA KETAHANAN PANGAN 2020
A. Capaian Kinerja Ketahanan Pangan Berdasarkan Indikator
Knerja RPJMD Periode 2019-2023
B. Capaian Kinerja Ketahanan Pangan Berdasarkan Target
Indikator Output (sasaran)
C. Capaian Kinerja Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan
1. Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
a. Penyusunan Neraca Bahan Maknan
b. Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan
c. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
d. Prognosa Ketersediaan Pangan
2. Distribusi dan Cadangan Pangan
a. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
b. Pemantauan Arus Distribusi Komoditas Pangan
c. Pemantauan Harga Pangan dan Pengembangan Sistem Informasi
Pasar
3. Konsumsi dan Keamanan Pangan
a. Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan
b. Pengawasan Keamanan Pangan
b.1 Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Segar
Asal Tumbuhan (Pre Market dan Post Market)
b.2. Sertifikasi Produk Pangan Buah dan Sayur Segar
b.3. Temu Teknis Keamanan Pangan
c. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
Unggulan Daerah
4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya
a. Laporan Keuangan
1. Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan
2. CALK (Catatan Atas Laporan Keuangan)
3. Laporan Aset
b. Perencanaan , Penganggaran dan Evaluasi Kinerja
1. LKjIP (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah)
2. Laporan Pertemuan Evaluasi Ketahanan Pangan
c. Umum dan Kepegawaian
1. Data Kepegawaian
2. Surat Menyurat
BAB IV PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH
BAB V KESIMPULAN
BAB II
TUGAS, FUNGSI DAN DUKUNGAN SUMBERDAYA MANUSIA

DKP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

A. Tugas dan Fungsi


Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai tugas
merumuskan bahan kebijakan, koordinasi, perencanaan strategis, pembinaan,
fasilitasi, pemantauan, pengkajian, koordinasi, analisis dan evaluasi penataan
bidang ketersediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamananan pangan.

Rincian tugas Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat


adalah sebagai berikut :

1. merumuskan bahan kebijakan, strategi, dan perencanaan strategis di bidang


ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, Dewan Ketahanan
Pangan, SPM, SOP;
2. merumuskan kebijakan daerah, bahan pembinaan, fasilitasi, koordinasi,
analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang ketahanan pangan;
3. merumuskan koordinasi infrastruktur dan pendukung di bidang ketersediaan
pangan, kerawanan pangan, distibusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan, pengawasan keamanan
pangan segar;
4. mengkaji pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan, peningkatan
kualitas sumber daya manusia dalam penyelenggaraan ketahanan pangan
5. membina bawahan berdasarkan jabatan, tugas dan fungsi;
6. merumuskan bahan kajian penataan di bidang;
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi.

Di dalam melaksanakan tugasnya Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa


Tenggara Barat melaksanakan fungsi sebagai berikut:
1. perumusan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan
keamanan pangan;
2. penyelenggaraan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan
keamanan pangan;
3. penyelenggaraan koordinasi penyediaan infrastruktur dan pendukung di bidang
ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
4. penyelenggaraan peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang
ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
5. pembinaan, pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan
di bidang ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan, cadangan
pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
6. pembinaan administrasi Dinas Pangan.

Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut dituangkan dalam bentuk program dan


kegiatan yang dilaksanakan oleh 5 (Lima) Eselon III (Sekretariat, Bidang
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distrubusi dan Cadangan Pangan,
Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan serta UPTD Balai Pengawasan Mutu
dan Keamanan Pangan) dan 12 Eselon IV.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Ketahanan Pangan terdiri atas 5 (lima) Eselon III,
yaitu:

a. Sekretariat Dinas;
b. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan;
c. Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan;
d. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan; dan
e. UPTD Balai Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan.

Bagan struktur organisasi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara


Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11
Tahun 2016 selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT
JABATAN FUNGSIONAL
1. FUNGSIONAL PERENCANA
2. FUNGSIONAL ARSIPARIS
3. FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER
4. FUNGSIONAL ANALISIS LABORATORIUM
5. FUNGSIONAL PENGAWAS MUTU HASIL
PERTANIAN
6. FUNGSIONAL AUDITOR/INSPEKTOR SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PENGAWAS MUTU KEAMANAN PANGAN PROGRAM KEUANGAN UMUM
7. FUNGSIONAL PETUGAS PENGAMBIL
CONTOH (PPC)

BIDANG BIDANG BIDANG


KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI DAN KONSUMSI DAN
KERAWANAN PANGAN CADANGAN PANGAN KEAMANAN PANGAN

SEKSI SEKSI SEKSI


KETERSEDIAAN PANGAN DISTRIBUSI PANGAN KONSUMSI PANGAN

SEKSI SEKSI SEKSI


KERAWANAN PANGAN CADANGAN PANGAN KEAMANAN PANGAN

UPTD BALAI PENGAWASAN MUTU DAN


KEAMANAN PANGAN (BPMKP)

SUB BAGIAN TATA SEKSI PELAYANAN SEKSI PENGUJIAN


USAHA TEKNIS MUTU PANGAN

Gambar 1.1.
Bagan Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB

C. Sumber Daya Manusia (SDM)


Sumber daya manusia/pegawai yang tersedia dan berkualitas sangat
menentukan keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan kegiatan
Dinas Ketahanan Pangan. Pada tahun 2020, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
Nusa Tenggara Barat didukung oleh 59 ASN (Aparatur Sipil Negara), dengan
komposisi sebagai berikut:

1. Tingkat Pendidikan : SLTA kebawah sebanyak 14 orang pegawai atau 23.73


persen, Diploma sebanyak 2 orang atau 3,39 persen, Strata Satu sebanyak 33
orang pegawai atau 55,93 persen, Starta Dua sebanyak 10 Orang pegawai atau
16,95 persen.
2. Kepangkatan :golongan I tidak ada atau 0,00 persen, golongan II sebanyak 13
orang atau 22,03 persen, golongan III sebanyak 33 orang atau 55,93 persen,
golongan IV sebanyak 13 orang atau 22,03 persen.
3. Usia : 21-25 tahun tiadk ada, 26-35 tahun sebanyak 1 orang, usia 36-45 tahun
sebanyak 18 orang, usia 46-55 tahun sebanyak 29 orang dan usia lebih dari 56
tahun sebanyak 11 orang.
4. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 36 orang dan perempuan sebanyak 23 orang
Kualifikasi pegawai Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat
berdasarkan tingkat Pendidikan, kepangkatan, usia dan jenis kelamin pegawai
digambarkan pada Tabel berikut:

Dari jumlah sumber daya Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara
Barat yang masih aktif pada tagun 2020 tersebut dibagi ke 5 (lima) Eselon III yang
disajikan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2020 per Eselon III
Bidang Bidang Bidang
Ketersediaan Distribusi Konsumsi
UPTD
No. Uraian Pegawai Sekretariat dan dan dan Jumlah
BPMKP
Kerawanan Cadangan Keamanan
Pangan Pangan Pangan
1 Tingkat Pendidikan 22 8 9 8 12 59
a SLTA 10 1 1 1 1 14
kebawah
b Sarjana Muda 1 0 0 0 1 2
dan D3
c Sarjana Strata 9 5 6 5 8 33
1 dan D4
d Strata 2 2 2 2 2 2 10
Magister
2 Kepangkatan 22 8 9 8 12 59
a Golongan I 0 0 0 0 0 0
b Golongan II 11 0 0 1 1 13
c Golongan III 8 5 7 5 8 33
d Golongan IV 3 3 2 2 3 13
3 Usia 22 8 9 8 12 59
a Kurang dari 26 0 0 0 0 0 0
Tahun
b 26 – 35 Tahun 1 0 0 0 0 1
c 35 – 45 Tahun 9 0 2 3 4 18
d 46 – 55 Tahun 11 4 4 4 6 29
e Lebihdari 56 1 4 3 1 2 11
Tahun
4 Jenis Kelamin 22 8 9 8 12 59
a Laki-laki 15 6 5 3 7 36
b Perempuan 7 2 4 5 5 23

Sumber :Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Tahun 2020


BAB III
TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI KEBIJAKAN

DKP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

A. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan Strategis Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB
Tujuan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB adalah Meningkatnya
Ketahanan dan Keragaman Konsumsi Pangan. Tujuan ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Sasaran 3 (Tiga) Meningkatnya Ketahanan dan
Keragaman Konsumsi Pangan dari Misi V (NTB Sejahtera dan Mandiri melalui
Penanggulangan Kemiskinan, Mengurangi Kesenjangan, dan Pertumbuhan
Ekonomi Inklusif bertumpu pada pertanian, pariwisata dan insustrialisasi)
sesuai yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat Periode
2019-2023.
2. Sasaran Strategis Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB
Sasaran strategis merupakan indikator kinerja dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Sasaran Strategis Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatnya Ketersediaan Komoditas Pangan Strategis;
b. Meningkatnya Stabilitas Harga Komoditas Pangan Pokok Strategis;
c. Meningkatnya Konsumsi Pangan Masyarakat yang Beragam, Bergizi, Seimbang
dan Aman (B2SA).

B. Strategi dan Kebijakan


1. Strategi Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif
untuk mewujudkan tujuan dan sasaran. Rumusan strategi merupakan
pernyataan yang menjelaskan bagaimana sasaran akan dicapai.
Strategi yang akan diterapkan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB
dalam rangka pencapaian tujuan adalah sebagai berikut:
a. Mendorong peningkatan produksi pertanian skala kecil;
b. Meningkatkan kemampuan rumah tangga dalam mengkases pangan;
c. Melakukan penguatan dan pemberdayaan kelembagaan ketahanan pangan
dalam mitigasi potensi kerawanan pangan;;
d. Melakukan penguatan kelembagaan distribusi pangan masyarakat dalam
menjaga stabilitas harga pangan;
e. Memperkuat cadangan pangan masyarakat melalui kerjasama Pemerintah
Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota;
f. Percepatan diversifikasi konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang
dan aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal;
g. Pengembangan media publikasi dan komunikasi publik tentang urgensi
pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA);
h. Penguatan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar.

2. Arah Kebijakan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat


Kebijakan diambil sebagai arah dalam menentukan konfigurasi program
kegiatan untuk mencapai tujuan. Kebijakan dapat bersifat internal, yaitu
kebijakan dalam mengelola pelaksanaan program-program pembangunan
maupun bersifat eksternal yaitu kebijakan dalam rangka mengatur, mendorong
dan memfasilitasi kegiatan masyarakat. Arah Kebijakan yang digunakan dalam
upaya pencapaian sasaran Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara
Barat, adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari/Pekarangan Pangan Lestari
(KRPL/P2L);
b. Pengembangan Korporasi Usahatani (PKU);
c. Peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat;
d. Sosialisasi/Pelatihan bagi Rumah Tangga;
e. Peningkatan koordinasi, dan sinergitas lintas sektor;
f. Pengembangan Pertanian Keluarga (PK)/Famil Farming;
g. Peningkatan Jumlah Lumbung Pangan Masarakat (LPM);
h. Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat/Pengembangan
Usaha Pangan Masarakat (LDPM/PUPM)
i. Pengembangan Pasar Mitra Tani dan Toko Mitra Tani;
j. Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi;
k. Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten;
l. Fasilitasi Cadangan Pangan Masarakat;
m. Pembinaan/sosialisasi diversifikasi pangan bagi ibu-ibu kelompok wanita
dan PKK;
n. Sosialisasi/Gerakan Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Suberdaya
Lokal;
o. Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL);
p. Peningkatan skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi;
q. Memasyarakatkan Gerakan diversifikasi pangan lokal;
r. Optimalisasi peran Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKPD)
Provinsi Nusa Tenggara Barat;
s. Penjaminan dan Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan.
BAB IV.
CAPAIAN KINERJA KETAHANAN PANGAN 2020

A. Capaian Kinerja Ketahanan Pangan Berdasarkan Indikator Knerja RPJMD


Periode 2019-2023
Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Pemenuhan kebutuhan pangan tidak hanya ditekankan pada aspek kuantitas,
tetapi juga memperhatikan kualitasnya, termasuk keragaman pangan dan
keseimbangan gizi. Kualitas konsumsi pangan penduduk di tingkat wilayah (makro)
ini dicerminkan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi. Skor PPH
Konsumsi telah menjadi indikator kinerja urusan pangan, yang tercantum dalam
RPJMD Provinsi Nusa Tenggara Barat 2019-2023. Terkait dengan itu, pencapaian
Skor PPH Konsumsi merupakan indikator kunci yang perlu diukur dan dianalisis
secara periodik agar perkembangan konsumsi pangan penduduk dapat menjadi salah
satu informasi dasar dalam menyusun kebijakan pangan.
Skor PPH Konsumsi didefinisikan sebagai proporsi kelompok pangan yang
menggambarkan keragaman dan keseimbangan pangan dalam kondisi konsumsi
pangan. Skor PPH Konsumsi dihitung dengan cara mengalikan persentase Angka
Kecukupan Energi (AKE) tingkat konsumsi dengan bobot setiap kelompok pangan
yang sudah ditetapkan. Pola konsumsi pangan yang ideal digambarkan dengan skor
PPH 100.
Analisis PPH Konsumsi menggunakan data Susenas Konsumsi Pangan/
Pengeluaran yang mencakup data rinci tentang seluruh konsumsi/pengeluaran dan
pendapatan rumah tangga, baik konsumsi makanan maupun bukan makanan. Data
konsumsi/pengeluaran yang digunakan merupakan data konsumsi/pengeluaran
Susenas Triwulan I (Bulan Maret). Berdasarkan kesepakatan Widyakara Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) X Tahun 2012, Standar Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Nasional untuk Energi mengalami perubahan dari 2000 menjadi 2150 Kkal/kap/hari
dan Protein dari 52 Gram/kap/hari menjadi 57 Gram/kap/hari.
Capaian Skor PPH Konsumsi Penduduk NTB Tahun 2020 sebesar 91,3 Point
atau 106,78 persen dari target 85,8 Point. Capaian ini bahkan telah melampaui target
akhir tahun 2023 sebesar 87,2. Hal ini berarti tingkat konsumsi pangan penduduk
NTB terus meningkat dengan kualitas yang semakin membaik. Target dan Capaian
Indikator Kinerja RPJMD Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi NTB Tahun 2019
s.d 2023 disajikan pada grafik berikut.

Grafik 1. Target dan Capaian Skor PPH Konsumsi Tahun 2019-2023


Perkembangan jumlah dan jenis bahan pangan yang dikonsumsi mencerminkan
tingkat kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan, yang dipengaruhi faktor
pendapatan, ketersediaan pangan, terdistribusi merata dengan harga terjangkau, serta
pemahaman dan tingkat kesadaran gizi masyarakat. Konsumsi pangan, baik secara
kuantitas maupun kualitas, harus dipenuhi agar setiap orang dapat hidup sehat, aktif
dan produktif.
Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Nusa Tenggara Barat Tahun 2020
disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2. Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk NTB Tahun 2020


Berat Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Pangan
No. Kelompok Pangan Kkal/ % Skor Skor Skor Skor
(Gram/ % Bobot
Kapita) Kapita AKE Aktual AKE Maks PPH
1. Padi-padian 397,6 1.612 65,8 75,0 0,5 32,9 37,5 25,0 25,0
2. Umbi-umbian 31,2 37 1,5 1,7 0,5 0,8 0,9 2,5 0,9
3. Pangan Hewani 124,9 256 10,5 11,9 2,0 20,9 23,8 24,0 23,8
4. Minyak dan Lemak 22,9 206 8,4 9,6 0,5 4,2 4,8 5,0 4,8
5. Buah/biji berminyak 3,4 18 0,7 0,9 0,5 0,4 0,4 1,0 0,4
6. Kacang-kacangan 22,6 63 2,6 2,9 2,0 5,2 5,9 10,0 5,9
7. Gula 15,9 60 2,5 2,8 0,5 1,2 1,4 2,5 1,4
8. Sayuran dan buah 280,4 125 5,1 5,0 5,0 25,5 29,1 30,0 29,1
9. Lain-lain 149,7 73 3,0 3,4 - - - - -
Jumlah 2.452 100,0 114,0 91,0 103,8 100,0 91,3
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2020

Meskipun Skor PPH Konsumsi Tahun 2020 sudah melebihi target yang
ditetapkan tetapi masih lebih rendah dari skor ideal sebesar 100. Peningkatan kualitas
konsumsi pangan penduduk NTB tahun 2020 ini disebabkan karena konsumsi dan
masih didominasi oleh konsumsi kelompok bahan pangan hewani serta kelompok
bahan pangan sayur dan buah yang cukup significant dibandingkan tingkat konsumsi
pada tahun 2019. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan ketersediaan Kelompok
bahan pangan pangan hewani serta sayur dan buah. Disamping itu kelompok bahan
pangan seperti umbi-umbian, minyak dan lemak serta kacang-kacangan juga
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini berarti bahwa
upaya-upaya seperti pengembangan Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) atau
Kawasan Rumah Pangan Lestari, Gerakan Diversifikasi Pangan, pemberian bantuan
bahan pangan dalam rangka Pendemic COVID-19 baik melalui JPS Gemilang
maupun Bantuan Penanganan Kerawanan Pangan yang didistribusikan oleh Dinas
Ketahanan Pangan Provinsi NTB. Perkembangan kualitas konsumsi pangan
masyarakat Nusa Tenggara Barat berdasarkan kelompok bahan pangan dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 3. Perkembangan Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk NTB Tahun


2020 berdasarkan Kelompok Bahan Pangan
Skor PPH konsumsi
No Kelompok Bahan Pangan
Maks 2019 2020
1 Padi-padian 25,0 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 2,5 0,8 0,9
3 Pangan Hewani 24,0 18,7 23,8
4 Minyak dan Lemak 5,0 4,6 4,8
5 Buah/biji berminyak 1,0 0,4 0,4
6 Kacang-kacangan 10,0 7,0 5,9
7 Gula 2,5 1,5 1,4
8 Sayuran dan buah 30,0 27,4 29,1
9 Lain-lain - - -
Jumlah 100,0 85,3 91,3

Permasalahan yang masih dihadapi dan perlu dicaraikan solusi adalah tingginya
tingkat konsumsi padi-padian penduduk NTB terutama beras. Konsumsi beras
Penduduk NTB Tahun 2020 sebesar 121,4 kg/kap/tahun atau meningkatn sebesar 1,17
% dari capaian tahun 2019 sebesar 120 kg/kap/tahun. Tingkat Konsumsi beras ini
sangat tinggi dari konsumsi ideal sebesar 100,3 kg/kap/thn. Kondisi ini menyebabkan
tidak tercapainya target penurunan konsumsi beras sebesar 1,5 persen per tahun.
Perkembangan konsumsi beras penduduk NTB dalam kg/kap/tahun periode Tahun
2016-2020 disajikan pada grafik berikut.

Grafik 2. Perkembangan Konsumsi Beras Penduduk NTB Periode Tahun 2016-


2020

Walaupun kualitas konsumsi pangan masyarakat NTB sampai saat ini masih
jauh dari target idel sebesar 100 Point, tetapi permembangan kualitas konsumsi
penduduk NTB terus meningkat dengan komposisi yang beragam pula, bahkan pada
tahun 2020 kelompok bahan pangan pangan hewani serta sayur dan buah mengalami
peningkatan yang signifikan.
Permaslahan yang masih dihadapi adalah tingginya konsumsi padi-padian
khususnya beras. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : a) perilaku
masyarakat yang merasa belum makan jika belum makan nasi; b) masih rendahnya
daya beli masyarakat; c) rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pola
pangan beragam dan bergizi seimbang dan masih adanya keterbatasan aksesibilitas
terhadap pangan; d) kurang berkembangnya teknologi untuk memproduksi maupun
mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras dan non terigu.
Untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat, perlu terus
didukung dengan upaya mempercepat terwujudnya konsumsi pangan masyarakat
yang beragam dan bergizi seimbang melalui : a) peningkatan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan
Aman (B2SA) melalui Komunikasi, Informasi, Edukasi, Gerakan Konsumsi Pangan,
serta penyebarluasan informasi melalui media cetak dan elektronik); b) upaya
penurunan konsumsi beras dilakukan dengan meningkatkan produksi serta konsumsi
pangan karbohidrat berbasis sumberdaya lokal; c) Peningkatan konsumsi melalui
penyediaan sayuran dan buah, pangan hewani, dan kacang-kacangan yang cukup dan
dapat diakses oleh seluruh anggota keluarga melalui kegiatan nyata seperti
pemenfaatan pekarangan melalui Pekarangan Pangan Lestari atau Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL). Upaya diatas merupakan daya ungkit yang cukup besar untuk
dapat meningkatkan skor PPH konsumsi di NTB.

Terpenuhinya konsumsi pangan secara kuantitas dicerminkan dari tingkat


konsumsi energi dan protein penduduk. Konsumsi energi per kapita per hari
didefinisikan sebagai nilai pangan yang dikonsumsi per kapita per hari dengan satuan
kkal. Sesuai dengan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG ke
X Tahun 2012, Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah sebesar 2.150
Kkal/kapita/hari. Konsumsi energi per kapita per hari dihitung dengan cara membagi
total konsumsi energi rumah tangga per hari dengan jumlah anggota rumah tangga
(ART). Tingkat konsumsi energi penduduk Nusa Tenggara Barat tahun 2020 sebesar
2.451,7 kkal/kap/hari atau 114,03% dari nilai yang dipersyaratkan sebesar 2.150
Kkal/Kapita/hari.

Sedangkan Tingkat konsumsi Protein adalah perbandingan antara banyaknya


protein yang dikonsumsi (gram) terhadap kecukupan protein, dalam satuan % AKP.
Konsumsi protein per kapita per hari didefinisikan sebagai nilai pangan yang
dikonsumsi per kapita per hari dengan satuan gram. Sesuai dengan rekomendasi
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi/WNPG ke X Tahun 2012, Angka Kecukupan
Protein (AKP) adalah sebesar 57 gram/kapita/hari. Konsumsi protein per kapita per
hari dihitung dengan cara membagi total konsumsi protein rumah tangga per hari
dengan jumlah anggota rumah tangga (ART). Tingkat konsumsi protein penduduk
Nusa Tenggara Barat tahun 2020 sebesar 74,5 gram /kap/hari. Perkembangan tingkat
konsumsi energi dan protein Penduduk NTB tahun 2016-2020 sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 4. Perkembangan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Penduduk
NTB Tahun 2016-2020
Tahun
Laju
Rata-
No Uraian Pertumb
2016 2017 2018 2019 2020 rata
uhan (%)

1 Konsumsi Energi 2.139 2.374 2.395,60 2.331 2.451,7 2.338,26 3,59


(kkal/kapita/hari)
Tingkat Konsumsi 99,49 110,42 111,42 108,42 114,03 108,76
Energi (% dari 2.150
kkal/kap/hari)
2 Konsumsi Protein 66,4 66,7 76,4 69,53 74,5 70,71 3,29
(gr/kapita/hari)
Tingkat Konsumsi 116,49 117,02 134,04 121,98 130,7 124,05
Protein (% dari 57
gram/kap/hari)

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2020

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa tingkat konsumsi energi penduduk NTB
tahun 2020 sebesar 2.451,7 kakl/Kap/hari. Nilai capaian ini lebih tinggi dibandingkan
dengan capaian tahun 2019 dan 2018, capaian ini masih normal karena masih 114,03
% di atas Angka Kecukupan Energi sebesar 2.150 kkal/kap/hari. Begitu pula
Konsumsi Protein tahun 2020 sebesar 74,5 gram/kap/hari lebih tinggi dari capain
tahun 2019 dan lebih tinggi di atas Angka Kecukupan Protein sebesar 57
gram/kap/hari. Namun peningkatan konsumsi protein masih didominasi oleh
konsumsi protein yang berasal dari sumber pangan nabati terutama padi-padian. Hal
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: (a) perilaku masyarakat yang masih
merasa belum makan jika belum makan nasi; dan (b) masih rendahnya daya beli
masyarakat. rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pola pangan
beragam dan bergizi seimbang.dan masih adanya keterbatasan aksesibilitas terhadap
pangan;

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang mantap dan


berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen yang harus diperhatikan, yaitu : 1)
ketersediaan pangan yang cukup dan merata; 2) keterjangkauan pangan yang efektif
dan efisien; dan 3) konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan
halal. Ketiga komponen tersebut harus diwujudkan sampai dengan tingkat rumah
tangga.
B. Capaian Kinerja Ketahanan Pangan Berdasarkan Target Indikator Output
(sasaran)

Tujuan Strategis Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat


adalah Terwujudnya ketersediaan pangan yang beragam. Sedangkan sasaran strategis
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah 1) Meningkatnya
Ketersediaan Komoditas Pangan yang Beragam; 2) Meningkatnya Stabilitas Harga
Komoditas Pangan Pokok Strategis dan 3) Meningkatnya Konsumsi Pangan
Masyarakat yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA). Tujuan dan
masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan Indikator Kinerja.
Pengukuran Tingkat Capaian Kinerja Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa
Tenggara Barat dilakukan dengan cara membandingkat target indikator kinerja
dengan realisasinya.

Pengukuran kinerja yang didasarkan pada indikator kinerja dimaksudkan untuk


memperoleh evaluasi kinerja yang relevan dan handal sebagai bahan pertimbangan
perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran kinerja menjadi dasar menyimpulkan
kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang
ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tingkat
capaian kinerja masing-masing indikator sasaran selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel berikut:

Tabel 3.2. Pencapaian Indikator Kinerja Tujuan dan Sasaran Strategis Dinas
Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2020
Tujuan Satrategis Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Keterangan
2 3 4 5 6 7
Terwujudnya Pola Pangan Harapan 94,03 91,72 97,54 %
Ketersediaan (PPH) Ketersediaan (Berhasil)
Pangan yang
Beragam
1. Meningkatnya Rasio Ketersediaan 100 395,67 395,67%
Ketersediaan Komoditas terhadap kebutuhan (Sangat
Pangan yang Beragam pangan (Persen) Berhasil)

2. Meningkatnya Stabilitas Capaian Coefisien Lebih 5 150%


Harga Komoditas Pangan Variasi (CV) Kecil (Sangat
Pokok Strategis Komoditas Pangan dari 10 Berhasil)
Pokok Strategis (<10)
(Persen)
3. Meningkatnya Konsumsi Tingkat Konsumsi 69,93 74,6 106,68
Pangan Masyarakat yang Protein (gr/kap/hari) (Sangat
Beragam, Bergizi, Berhasil)
Seimbang dan Aman
(B2SA)
Berdasarkan tabel 3.2 di atas terlihat bahwa nilai capaian seluruh indikator
sasaran lebih dari 100% atau Kriteria Sangat Berhasil dengan rincian sebagai
berikut: 1) Indikator Rasio Ketersediaan terhadap kebutuhan pangan (Persen)
mencapai 395,67%; 2) Capaian Coefisien Variasi (CV) Komoditas Pangan Pokok
Strategis (Persen) dengan capaian 150%; dan 3) Tingkat Konsumsi Protein
(gr/kap/hari) dengan capaian 106,68%.

C. Kinerja Program dan Kegiatan Ketahanan Pangan


1. Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
a. Penyusunan Neraca Bahan Makanan
Tingkat ketersediaan pangan suatu daerah, baik yang berasal dari
produksi domestik, cadangan/stok maupun impor adalah suatu ukuran yang
mencerminkan cukup tidaknya pangan di suatu daerah. Ketersediaan pangan
tersebut harus didasarkan pada standar kecukupan pangan, baik kecukupan
energi maupun protein, yang dianjurkan untuk hidup sehat dan produktif.
Jumlah pengadaan dan penggunaan pangan di suatu wilyah serta tingkat
ketersediaan pangan per kapita dalam bentuk kandungan zat gizi (kalori dan
protein) dapat diketahui melalui Neraca Bahan Makanan (NBM).

Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan adalah alat ukur yang


dijadikan sebagai Indikator pencapaian tujuan Dinas Ketahanan Pangan
Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu “terwujudnya ketersediaan pangan yang
beragam”. Indikator ini menggabarkan keberagaman ketersediaan pangan
yang dinilai dari kecukupan gizinya dalam bentuk energi, protein dan lemak.
Capaian Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan Nusa Tenggara Barat
Tahun 2020 sebesar 91,72 Point atau 97,54% dari target sebesar 93,04 Point.
Capaian ini termasuk dalam kriteria Berhasil walaupun masih di bawah target
yang tetapkan. Capaian Skor PPH Ketersedian berdasarkan target dan capaian
tahun 2019 s.d 2023 dapat dilihat pada garfik di bawah ini.
Grafik 1. Target dan Capaian Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Ketersediaan NTB Tahun 2019 s.d 2023

Capaian Skor PPH Ketersediaan NTB Tahun 2020 berdasarkan


kelompok bahan pangan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan NTB


Tahun 2020
Kelompok Energi % Skor Skor Skor
No Bobot Ket
Bahan Pangan (Kalori) AKE Aktual PPH Maks
1. Padi-padian 3.665 152,7 0,5 76,3 25,0 25,0 +
2. Umbi-umbian 47 2,0 0,5 1,0 1,0 2,5 -
3. Pangan Hewani 1.766 73,6 2,0 147,2 24,0 24,0 +
Minyak dan
4. 228 9,5 0,5 4,7 4,7 5,0 -
Lemak
Buah/biji
5. 67 2,8 0,5 1,4 1,0 1,0 +
berminyak
Kacang-
6. 158 6,6 2,0 13,2 10,0 10,0 +
kacangan
7. Gula 59 2,5 0,5 1,2 1,2 2,5 -
Sayuran dan
8. 119 4,9 5,0 24,7 24,7 30,0 -
buah
9. Lain-lain - - - - -
Jumlah 6.109 254,5 269,8 91,72 100,0
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2020

Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka skor PPH masing-masing


kelompok bahan pangan dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan NTB Tahun
2020 berdasarkan Kontribusi Kelompok Bahan Pangan

Berdasarkan tabel 3.4. di atas terlihat bahwa penyebab tidak


tercapaianya PPH Ketersediaan sesuai dengan target yang ditetapkan karena
rendahnya skor aktual pada kelompok bahan pangan: 1) umbi-umbian capaian
hanya 1 piont dari 2,5 point skor maksimal yang ditetapkan; 2) minyak dan
lemak capaian hanya 4,7 point dari 5,0 point skor maksimal yang ditetapkan;
3) Gula dengan capaian 1,2 point dari 2,5 point skor masksimal yang
ditetapkan; dan 4) Sayuran dan buah dengan capaian 24,7 point dari 30 point
skor maksimal yang ditetapkan.

Sedangkan jika dibandingkan dengan skor PPH Ketersediaan tahun


2019, maka capaian tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar 0,08% dari
capaian 91,65 point pada tahun 2019 menjadi 91,72 point pada tahun 2020.
Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan skor pada klompok bahan
pangan umbi-umbian, minyak dan lemak serta gula. Begitu pula jika dilihat
trend perkembangan dari tahun 2016 s.d 2020 maka skor PPH ketersediaan
terus mengalami peningkatan setiap tahunnnya dengan trend peningkatan
sebesar 3,31 %. Perkembanh Capaian Skor PPH Ketersediaan Pangan Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 sd 2020 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 6. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Ketersediaan NTB Tahun 2017 s.d 2020
No Kelompok Skor PPH Ketersediaan Rata-rata
Bahan Pangan Maks 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan
1 Padi-padian 25,0 25 25 25,0 25 0.00
2 Umbi-umbian 2,5 0.8 0.7 0,6 1 13.29
3 Pangan Hewani 24,0 24 24 24,0 24 0.00
4 Minyak dan 5,0 1.3 1.3 4,6 4.7 85.34
Lemak
5 Buah/biji 1,0 1 1 1,0 1 0.00
berminyak
6 Kacang- 10,0 10 10 10,0 10 0.00
kacangan
7 Gula 2,5 0.7 0.9 0,8 1.2 22.49
8 Sayuran dan 30,0 20.5 27 25,6 24.7 7.67
buah
9 Lain-lain - - - - -
Jumlah 100 83.3 89.88 91.65 91.72 3.31

b. Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan


Perwujudan pemberdayaan masyarakat dalam rangka kemandirian
pangan, dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat miskin melalui padat
karya dan penurunan stunting, di wilayah rentan rawan pangan di perdesaan.
Program Pengembangan kawasan Mandiri Pangan merupakan kegiatan lintas
sektor sehingga dalam pelaksanaannya memerlukan keterlibatan dan sinergitas
antar instansi dan stakeholder yang terkait. Melalui program desa mandiri
pangan diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan yang berada di
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Alokasi kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di 5 kawasan pada 5
kabupaten. Secara rinci Lokasi Kawasan Mandiri Pangan di Provinsi Nusa
Tenggara barat disajikan dalam table berikut :
1. Kabupaten Lombok Barat
2. Kabupaten Lombok Timur
3. Kabupaten Lombok Utara
4. Kabupaten Sumbawa Barat

5. Kabupaten Sumbawa

c. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi


Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) kepada balita yang terkategori
gizi kurang. Pemberian MPASI ini dialokasikan melalui anggaran Biaya
Tidak Terduga (BTT Upaya lain yang dilakukan dalam rangka rangka
antisipasi dan penanganan penduduk yang terkategori rawan pangan adalah
melalui intervesi pemberian Makanan) tahun 2020 sekaligus diihktiarkan
sebagai upaya menangi dampak Pandemi COVID-19. Jenis makanan
tambahan yang diberikan adalah telur ayar, abon daging sapi, kacang hijau
butiran, minyak goreng, serbuk susu kedelai, gula pasir.
Bantuan disalurkan dalam 2 tahap kepada 2.050 Balita yang
terkategori Gizi Kurang yang tersebar di 10 Kabupaten Kota Tahun 2020
dengan rincian sebagai berikut: 1) Tahap Pertama 800 Balita dengan
rincian : Kota Mataram 69 balita, Lombok Barat 50 balita, Lombok Timur
300 balita, Lombok Tengah 158 balita dan Lombok Utara 223 balita; 2)
Tahap Kedua 1250 Balita dengan rincian: Kabupaten Sumbawa Barat 319
balita, Sumbawa 370 balita, Dompu 245 balita, Kabupaten Bima 192
balita, dan Kota Bima 124 balita

d. Prognosa Ketersediaan Pangan

Prognosa Ketersediaan, Konsumsi dan Surplus Komoditas Bahan


Pangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Kondisi Akumulatif sampai
dengan Bulan Desember 2020 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 7. Data Prognosa Ketersediaan Pangan Kondisi sd. Desember


2020
Arus Distribusi
Kebutuhan Pangan Cukup
(Konsumsi Untuk
No Produksi Surplus/
Komoditas Penduduk dan Beberapa
. (ton) Defisit
4 Jt Masuk Keluar Bulan
Wisatawan) Kedepan

1 Padi (GKG) 2.053.757,38 - - 732,80 2.053.024,57


2 Beras 1.245.619,42 615.074,64 625,00 25.197,00 605.972,78 10,40
3 Jagung 1.225.129,59 11.276,37 4.441,00 982.018,00 236.276,23 213,25
4 Kedelai 32.507,39 41.517,54 1.646,00 1.249,00 (8.613,15) (2,11)
5 Kacang Tanah 28.448,70 4.613,06 - 4.218,00 19.617,64 50,30
6 Daging Sapi 20.628,00 19.989,93 47,20 76,84 608,44 0,36
Daging Ayam 65.352,00 16.607,02 139,00 2,00 48.881,98 34,79
7
Ras
8 Bawang Merah 169.816,63 18.553,73 12,50 63.168,00 88.107,40 56,44
9 Cabe Merah 20.554,02 2.819,09 - 2,00 17.732,93 68,20
10 Cabe Rawit 95.307,74 11.635,16 - 1.249,00 82.423,57 83,76
11 Ubi Kayu 40.634,70 42.542,66 - - (1.907,96) (0,53)
12 Ubi Jalar 13.035,44 5.638,18 - - 7.397,26 15,51
13 Kacang Hijau 16.624,05 1.025,12 - 1.898,00 13.700,93 159,20
14 Telur 71.124,00 27.678,36 228,00 - 43.673,64 18,65
15 Ikan 193.709,18 110.662,18 - 1.483,00 81.564,00 7,50
2. Distribusi dan Cadangan Pangan
a. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
juga didasarkan kepada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan
Provinsi dan Kabupaten/Kota. SPM tersebut mengamanatkan bahwa
pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan di tingkat Provinsi
minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras dan Pemerintah kabupaten/kota
memiliki cadangan pangan minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras.
Kondisi Cadangan Pangan Pemerintah, Masyarakat Tahun 2020 sebagai
berikut:
Tabel 8. Perekembangan Cadangan Pangan Pemerintah dan
Masyarakat NTB Tahun 2020
No Cadangan Pangan Stok Beras (Kg)
1 Cadangan Pangan Pemerintah di Provinsi 61.579
Cadangan Pangan Pemerintah di
2
Kab/Kota 232.624
Kota Mataram -
Lombok Barat 38.304
Lombok Tengah 54.420
Lombok Utara 33.010
Lombok Timur 42.239
Sumbawa Barat 31.720
Sumbawa 21.427
Dompu -
Bima -
Kota Bima 11.504
Cadangan Pangan di Lumbung 662.649,39
3
Pangan Masyarakat
Kota Mataram 17.667,00
Lombok Tengah 111.075,40
Lombok Barat 6.431,94
Lombok Timur 34.468,84
Lombok Utara 31.469,28
Sumbawa 25.062,84
Dompu 17.520,66
Kabupaten Bima 5.397,43
Kota Bima 392.456,00
KSB 21.100,00
Total 956.852,39

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2020


Tabel 9. Perkembangan Cadangan Pangan di NTB 2016-2020
Cadangan Pangan (Ton Beras)
No Uraian Tahun
2016 2017 2018 2019 2020
1 Cadangan 164,77 137,18 105,76 67,75 61.579
Pangan
Pemerintah
Provinsi NTB
2 Cadangan 592,33 145,73 154,92 140,41 232.624
Pemerintah
Kabupaten/Kota
3 Cadangan 112,32 163,00 2,169,37 2.760,70 662.649,39
Pangan
Masyarakat
Jumlah 869,42 445,91 2,430,05 2.968,86 956.852,39

Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2020


b. Pemantauan Arus Distribusi Komoditas Pangan
Distribusi pangan dimaksudkan untuk memastikan kemudahan rumah
tangga dalam mengakses pangan, menjaga stabilitas harga pangan dan
mengetahui jumlah pasokan pangan. Untuk melaksanakan fungsi tesebut
dilakukan kegiatan antara lain pemantauan harga dan pasokan, serta
pemantauan arus distribusi komoditas pangan.
Pemantauan arus keluar masuk komoditas bahan pangan dari dan menuju
Provinsi NTB dilakukan secara rutin setiap bulan oleh Petugas yang
ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan laut. Melalui Keputusan Gubernur
Nusa Tenggara Barat telah ditetapkan empat pelabuhan laut lokasi
pemantauan yaitu Pelabuhan Lembar, Badas, Sape dan Bima. Jumlah
komoditas pangan yang masuk dan keluar dari Provinsi Nusa Tenggara
Barat Bulan Januari sampai dengan Desember 2020, disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 11. Data Arus Distribusi Komoditas Pangan yang Keluar dari
NTB Tahun 2020 Kondisi sd Desember 2020
No. Komoditas Satuan Jumlah Pelabuhan keluar Daerah Tujuan

1 Gabah Ton Pel. Laut Badas, Pel. Laut Surabaya,Bali


1.167,64 Lembar
Pel. Fery Poto Tano
2 Beras Ton Pel. Laut Badas, Pel. Laut Sumba Barat,Sumenep, Ende, Alor,
25.197,40 Bima,
Pel. Laut Lembar, Pel. Surabaya, Bali, Sikka, Manggarai,
Laut Sape Kab. Belu,
Bandara Sultan M Nagekeo, Sumba Barat, Sumba,
Salahudin, Sumba Barat
Daya,Timur, Kupang, Flores,
Makasar.
3 Jagung Ton Pel. Laut Bima, Pel. Laut Banjarmasin, Cilegon, Sikka, Jkt,
982.017,89 Kempo, Denpasar,
No. Komoditas Satuan Jumlah Pelabuhan keluar Daerah Tujuan

Pel. Laut Badas, Bandara Surabaya,Banyuwangi, Bali, Medan,


Kaharuddin, Pel. Laut Nagekeo, Cirebon, Probolinggo,
Lembar Lampung,
Pel. Laut Pototano, Padang Pariaman,Medan, Serang,
Bandara
Kaharuddin, Pel. Laut Tanggerang,Lamongan,Semarang.
Sape
4 Kedelai Ton 1.249,00 Pel. Laut Sape, Pel. Laut Banjarmasin, Bali, Manggarai,
Bima Sumba, Ngada,
Nagakeo.
5 Bawang Ton Pel. Laut Badas, Pel, Laut Jkt, Sorong, Ternate,
Merah 630.167,19 Sape, Mataram,Ambon,
Pel. Laut Bima. Bandara Merauke, Sumba,Manggarai,
Sultan Kolaka, Gorontalo
M. Salahudin,Pel. Laut Sikka, Makasar,Bali, Jayapura,
Lembar Alor,Munna,
Pel .Fery Pototano Surabaya, Balikpapan, Ngada,
Lembata,
Ende, Banjarmasin, Bau-
Bau,Kendari,
Nunukan, Blitung,Luwuk,
Mojokerto,
6 Bawang Ton 4.204,60 Pel. Laut Badas, Pel. Laut Makasar, Bali, Bandung , Jkt,
Putih Lembar, Lembata,Parigi,
BIL,Pel. Laut Sape, Pel. Manggarai, Sumba Barat
Laut Bima Daya,Mauntang.
7 Cabe Ton 1.248,72 BIL, Pel. Laut Sape Batam, Belitung,Pangkal Pinang,
Rawit
Manggarai
8 Cabe Ton 2,11 BIL, Pel Laut Sape Batam,Sumba Barat Daya.
Merah
9 Kacang Ton 1.981,27 Pel.Poto Tano, Pel Laut Wonogiri , Makasar, Surabaya.
Mete Kempo
10 Kacang Ton 4.740,36 Pel. Laut Bima, Pel. Laut Bali, Makasar, Malang, Surabaya,
Tanah Lembar, Manggarai
Pel.Laut Sape Barat, Banjarmasin, Nagekeo
11 Kacang Ton 1.898,34 Pel. Laut Lembar, Pel. Bali, Surabaya, Mariyun, Makasar,
Hijau Laut Bima
Banjarmasin, Nagekeo.
12. Kacang Ton 2,00 Pel. Laut Bima Banjarmasin
Panjang
13. Tepung Ton 0,0 Pel. Laut Lembar Surabaya
Terigu
14. Minyak Ton 0,0 Pel. Laut Lembar Surabaya
Goreng
15 Tomat Ton 10,50 Pel. Laut Sape Sumba Barat
16. Gula Pasir Ton 765,79 Bali, surabaya
17. Ikan Segar Ton 597,00 Pel Laut Lembar, Surabaya
Pel.Laut Pototano
18. Udang Ton 1.295,34 Pel Laut Lembar, Surabaya
Tambak Pel.Laut Pototano
Pel. Laut Sape
19. Tembakau Ton 1.137,92 Pel. Laut Lembar, Pel Bali,Surabaya, Jateng, Malang,
Laut Bima Jember.
20. Rumput Ton 1.011,00 Pel. Laut Lembar, Pel Bali, Surabaya
Laut Laut Bima
21. Daging Ton 2,00 Pel. Laut Lembar Bali
Ayam
22. Sapi Ekor 683,35 Pel. Laut Bima Banarbaru, Banjarmasin, Bogor,
Potong
Jakarta Timur
23. Daging Ton 6.639,00
Sapi
No. Komoditas Satuan Jumlah Pelabuhan keluar Daerah Tujuan

24. Kerbau Ekor 660,11 Pel. Laut Bima, Pel. Laut Janeponto, Bekasi, Sumba Barat,
Potong Lembar,
Pel. Laut Badas, Pel. Laut Tana Toraja, Sul-Sel.
Sape.

Tabel 12. Data Arus Distribusi Komoditas Pangan yang Masuk ke


NTB Tahun 2020 Kondisi sd Desember 2020

Pelabuhan
No Komoditas Satuan Jumlah Daerah Asal
Masuk

1 Gabah Ton -
2 Beras Ton 625,00 Pel. Laut Lembar. Surabaya
3 Jagung Ton 444,11 Pel. Laut Lembar Surabaya,
Kediri
4 Kedelai Ton 1.646,22 Pel. Laut Lembar. Surabaya
5 Bawang Merah Ton 12,50 Pel. Laut Lembar. Kab. Brebes,
Demak
6 Bawang Putih Ton 21,50 Pel. Laut Lembar. Brebes, Bali
7 Cabe Rawit Ton -
8 Cabe Merah Ton -
9 Kacang Mete Ton
10 Kacang Tanah Ton -
11 Kacang Hijau Ton -
12 Tepung Terigu Ton 6.821,36 Pel. Laut Lembar. Surabaya
13 Minyak Ton 12.554,00 Pel. Laut Lembar. Surabaya
Goreng
14 Gula Pasir Ton 555,00 Pel. Laut Lembar. Surabaya
15 Garam Ton 79,00 Pel. Laut Lembar. Surabaya
16 Daging Ayam Ton 138,86 Pel. Laut Lembar. Bali
17 Telur Ayam Ton 228,13 Pel. Laut Lembar. Bali
18 Sapi Potong Ekor -
19 Daging Sapi Ton 47,19 Pel. Laut Lembar. Jakarta,
Bandung,
Bogor,
Denpasar
20 Kerbau Potong Ekor -

c. Pemantauan Harga Pangan dan Pengembangan Sistem Informasi


Pasar
Ketersediaan Informasi Pasokan dan Harga Pangan Pokok Strategis
merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur salah sasaran
program yaitu Lancarnya Distribusi Komoditas Pangan. Indikator ini
diukur dengan melihat rata-rata ketersediaan informasi harga dan informasi
pasokan setiap minggu selama 1 tahun. Perkembangan Ketersediaan
Informasi Pasokan dan Harga Pangan di Provinsi NTB Tahun 2016 s.d
2020 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.10 Perkembangan Ketersediaan Pasokan Pangan Pokok Strategis
di NTB Tahun 2018-2020
URAIAN Tahun
2016 2017 2018 2019 2020
Ketersediaan informasi pasokan, dan
harga pangan di daerah 100%
- Harga (Ki) 100 100 100 100 100
- Pasokan (Ki) 100 100 100 100 100
K 100 100 100 100 100

Kondisi Aktual Ketersediaan Informasi Pasokan dan Harga Pangan


pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Kondisi Aktual Ketersediaan Informasi Pasokan dan Harga


Hangan Pokok Strategis di NTB Tahun 2020
Informasi 1 = Harga 2 = Pasokan
Jenis T R Rj/Tjx100% T R Rj/Tjx100%
1. Komoditas 10 10 100 11 11 100,00
2. Lokasi (kab/Kota) 11 11 100 11 11 100,00
3. Waktu (minggu) 48 48 100 48 48 100,00
Ki 100 100
Nilai Capaiaan
100
Ketersediaan Informasi
*) T = Target; R = Realisasi

Tabel 3.12 Data Base Ketersediaan Informasi Pasokan dan Harga Pangan
Berdasarkan Hasil Pemantauan
URAIAN HARGA PASOKAN AKSES
Komoditas 1. Beras 1. Beras Premium 1. Beras Premium
2. Jagung 2. Beras Medium 2. Beras Medium
3. Kedelai 3. Beras Termurah 3. Beras Termurah
4. Daging Sapi 4. Cabe Merah Besar 4. Cabe Merah Besar
5. Daging Ayam 5. Cabe Merah Keriting 5. Cabe Merah Keriting
6. Telur Ayam 6. Bawang Merah 6. Bawang Merah
7. Minyak Goreng 7. Daging Ayam Ras 7. Daging Ayam Ras
8. Gula Pasir 8. Telur Ayam Ras 8. Telur Ayam Ras
9. Cabe Merah 9. Gula Pasir Lokal 9. Gula Pasir Lokal
10. Bawang Putih
Lokasi 1. Kota Mataram 1. Kota Mataram 1. Kota Mataram
(Kabupaten/ 2. Kota Bima 2. Kota Bima 2. Kota Bima
Kota) 3. Kab. Bima 3. Kab. Bima 3. Kab. Bima
4. Dompu 4. Dompu 4. Dompu
5. Sumbawa 5. Sumbawa 5. Sumbawa
6. Sumbawa Barat 6. Sumbawa Barat 6. Sumbawa Barat
7. Lombok Timur 7. Lombok Timur 7. Lombok Timur
8. Lombok Tengah 8. Lombok Tengah 8. Lombok Tengah
9. Lombok Barat 9. Lombok Barat 9. Lombok Barat
10. Lombok Utara 10. Lombok Utara 10. Lombok Utara
11. Provinsi 11. Provinsi 11. Provinsi
Waktu
(Minggu/ 12 Bulan 48 Minggu 48 Minggu
Bulan)

Kegiatan Pemantuan informasi harga pangan dilaksanakan di Pasar


Induk Mandalika dan Pasar Raya Kabupaten/Kota se NTB dengan tujuan
untuk: a) Mendapatkan data dan informasi tentang perkembangan harga
pangan; dan b) Mengetahui keragaman harga pangan antar wilayah dan
antar waktu;

Data perkembangan harga pasar komoditas pangan strategis bulan


Januari sampai dengan Desember 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 10. Perkembangan Rata-Rata Harga Komoditas Pangan di 10
Pasar Induk Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara
Barat Bulan Januari s.d Desember 2020
Per-Bulan
Komoditi Satuan CV
Rata-rata Min Max
Beras
a. Beras Preimium Per 1 Kg 10.271 9.666 11.101 4,26
b. Beras Medium Per 1 Kg 9.498 8.909 10.283 4,73
c. Beras Termurah Per 1 Kg 9.192 8.631 9.601 3,26
Jagung Pipilan Kuning Per 1 Kg 5.503 4.772 6.484 10,47
Kedelai Per 1 Kg 10.503 9.747 11.369 4,51
Gula Pasir Per 1 Kg 13.814 12.089 16.608 12,76
Minyak Goreng Curahan Per 1 Liter 12.166 9.061 13.997 14,06
Tepung Terigu Per 1 Kg 6.552 5.103 7.363 12,46
Daging Sapi Per 1 Kg 115.304 108.780 121.522 3,73
Daging Ayam Broiler Per 1 Kg 36.939 33.329 41.085 8,21
Telur Ayam Ras Per 1 Btr 22.943 21.695 24.474 4,58
Bawang Merah Per 1 Kg 28.231 20.085 40.765 24,54
Cabe Merah
a. Cabe Keriting Per 1 Kg 26.137 14.557 44.259 41,69
b. Cabe Kecil/Rawit Per 1 Kg 28.665 11.457 51.442 57,78
Bawang Putih
a. Bawang Putih (Kating) Per 1 Kg 24.943 12.283 46.192 48,84
b. Bawang Putih (Bonggol) Per 1 Kg 27.763 19.044 43.036 34,13
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa perkembangan harga
semua komoditas pangan yang dipantau rata-rata stabil, dan tidak terjadi
gejolak harga pangan sesuai dengan capaian Corfisien Variasi CV)
masing-masing komoditas.
3. Konsumsi dan Keamanan Pangan
a. Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep
lingkungan perumahan penduduk yang secara bersama-sama
mengusahakan pekarangannya secara intensif untuk dimanfaatkan menjadi
sumber pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan dengan
mempertimbangkan aspek potensi sumberdaya alam dan kebutuhan gizi
warga setempat. Tujuan dari pelaksanaan KRPL adalah meningkatkan
partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi
keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil
sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Untuk meningkatkan keragaman komoditas pangan dilakukan optimalisasi
pekarangan. Optimalisasi pekarangan ini dikembangkan secara intensif
melalui pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture),
antara lain dengan membangun kebun bibit dan mengutamakan sumber
daya lokal yang disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (lokal
wisdom), sehingga kelestarian alam pun tetap terjaga. Implementasi
konsep inilah dikenal dengan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Melalui konsep P2L, diharapkan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan
gizi keluarga dan meningkatkan kesejahteraan menuju kemandirian
pangan sekaligus melestarikan sumber daya alam. P2L dilaksanakan
dengan melakukan pemberdayaan intensif kepada ibu rumah tangga yang
terwadahi dalam suatu kelompok dengan memanfaatkan teknologi
budidaya tanam pada pekarangan. Adapun manfaat pelaksanaan kegiatan
P2L untuk individu maupun kelompok diantaranya untuk kemudahan
akses pangan terutama pangan lokal, pemenuhan pangan dan gizi keluarga,
menghemat pengeluaran belanja pangan keluarga yang berdampak pada
peningkatan pendapatan keluarga, dan pada akhirnya meningkatkan
kesejahteraan rumah tangga dan masyarakat.
Jumlah P2L yang ditumbuhkan pada tahun 2020 sebanyak 493 P2L
dengan rincian : 362 P2L melalui sumber dana APBD dan 130 P2l melalui
sumber dana APBN (Dekonsentrasi). P2L melalui sumber dana APBD
Provinsi Nusa Tenggara Barat diarahkan untuk mendukung penanganan
kemiskinan dan stunting, pengembangan P2L melalui kaum milenial,
pengembangan P2L untuk mendukung revitalisasi posyandu,
pengembangan aquaphonik, ddan pengembangan kebun gizi. Sedangkan
melalui dan APBN (Dekonsentrasi) diarahkan melalui pengembangan 56
P2L tahap penumbuhan dan 74 P2L tahap pengembangan. Kegiatan P2l ini
telah memfasilitasi 12.325 KK.
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah : a) Penguatan kapasitas anggota
dan kelembagaan kelompok melalui upaya pendampingan, pembinaan,
pertemuan kelompok; b) Pemberian bantuan hibah per Kelompok berupa:
(1) Hibah benih, bahan dan sarana budidaya tanaman pemanfaatan
pekarangan untuk pengembangan pangan kelompok (TanCabGas); (2)
Unggas (ayam kampung petelur dan itik/entok) umur 3-4 bulan, itik/entok
sebanyak 250 ekor; (3) Pakan ternak: konsentrat layer khusus 15 zak,
jagung 250 kg, dan dedak: 300 kg.

Tabel 15. Daftar Sasaran Kegiatan P2L di Provinsi NTB Tahun 2020

P2L MENDUKUNG
P2L MELALUI P2L MELALUI PENGEMBANGAN
REVITALISASI
HATINYA PKK @ PRAMUKA @ Rp. KEBUN GIZI @
POSYANDU @ Rp. 5
Kabupaten/ Rp. 50 Juta 50 Juta Rp. 45 Juta
No. Juta
kota
Jumlah
Unit Jumlah {Rp.) Unit Unit Jumlah {Rp.) Unit Jumlah {Rp.)
{Rp.)
Provinsi - 1 50,000,000 - - - -
1 Bima 2 100,000,000 - - 4 180,000,000 8 40,000,000
2 Dompu 1 50,000,000 1 50,000,000 4 180,000,000 8 40,000,000
3 Lombok Barat 2 100,000,000 1 50,000,000 4 180,000,000 50 250,000,000
4 Lombok Tengah 3 150,000,000 1 50,000,000 4 180,000,000 86 430,000,000
5 Lombok Timur 3 150,000,000 1 50,000,000 4 180,000,000 85 425,000,000
6 Sumbawa 4 200,000,000 1 50,000,000 8 360,000,000 4 20,000,000
7 Kota Bima - - 1 50,000,000 3 135,000,000 8 40,000,000
8 Sumbawa Barat 1 50,000,000 - - 1 45,000,000 2 10,000,000
9 Lombok Utara 1 50,000,000 - - 1 45,000,000 47 235,000,000
10 Kota Mataram 3 150,000,000 - - 2 90,000,000 2 10,000,000
Jumlah 20 1,000,000,000 7 350,000,000 35 1,575,000,000 300 1,500,000,000

b. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan


Pangan merupakan kebutuhan dasar, yang pemenuhannya menjadi
salah satu hak asasi manusia. Salah satu permasalahan pangan adalah
masih dijumpainya praktik-praktik penanganan pangan yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan pangan. Hal ini menyebabkan terjadinya
potensi kontaminasi, yang dapat meningkatkan resiko penyakit bawaan
makanan. Keamanan pangan tidak hanya terkait dengan upaya
perlindungan kesehatan masyarakat, namun juga terkait dengan
perdagangan pangan, di mana keamanan pangan menjadi salah satu
persyaratan dalam perdagangan global. Hal ini menjadi penting mengingat
bahwa NTB merupakan salah daerah yang menjadi tujuan wisata dan
ekportir beberapa komoditas hortikultura seperi bawang merah dan
manggis. Mengingat pentingya keamanan pangan ini, maka dijadikan
sebagai salah satu target capaian program untuk mendukung indikator
sasaran ke-3 yaitu Meningkatnya Konsumsi Pangan Masyarakat yang
Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (.B2SA).
b.1. Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan
(PSAT)
Dalam rangka penguatan dan pemantapan sistem keamanan dan
mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT), pemerintah melalui
Kementerian Pertanian telah menerbitkan Permentan no. 53 tahun
2018 tentang Keamanan dan Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan
(PSAT). Secara umum Permentan ini mengatur mengenai pengawasan
keamanan dan mutu pangan segar asal tumbuhan melalui pendataan,
pendaftaran dan sertifikasi. Permentan ini juga mengatur pembagian
kewenangan yang jelas antara pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota, serta merespon pelayanan pendaftaran
secara online dan mengakomodasi prinsip pengawasan keamanan
pangan berdasarkan analisis resiko.
Pengawasan terhadap keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan
dilakukan melalui pengawasan keamanan pangan di Pre Market
(Pelaku Usaha/Petani) dan pengawasan keamanan pangan di Post
Market (pasar modern dan tradisonal). Pengawasan Pre-market
dilakukan dengan mekanisme melihat kesesuain antara pelaksanaan di
lapangan dengan Penerpan Good Agriculture Practices (GAP).
Sedangkan pengawasan di Post Market dilakukan dengan cara
melakukan uji cepat dengan menggunakan alat Rapid Test.
Jumlah komoditas Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang
diawasi pada tahun 2020 sebanyak 56 atau 112% dari target 50
komoditas, dengan rincian sebagai brikut: 23 Komoditas yang diawasi
di Post Market dan 33 Komoditas diawasi di Pre Market. Dari 53
komoditas yang diawasi tersebut tidak ditemukan adanya kontaminasi
atau cemaran terhadap komoditas Pangan Segar Asal Tumbuhan dari
bahan kimia, biologi dan fisika. Beberapa kegiatan sebagai faktor
pendukung yang diikhtiarkan untuk mendapatkan hasil pengawasan
keamanan pangan adalah Pengawasan Keamanan Pangan dan
Pengawasan Keamanan Pangan Buah dan Sayur Segar. Pengawasan
dilakukan sebanyak 8 Kali (Post Market) dan kepada 33 pelaku
usaha/petani (Pre Market).
b.2. Sertifikasi Produk Pangan Buah dan Sayur Segar

Salah satu bentuk pengawasan keamanan Pangan PSAT adalah


melalui Penerbitan Sertifikasi Prima 3. Permasalahan pangan dewasa
ini selain terbatasnya produksi adalah juga masih dijumpainya praktek
penanganan pangan mulai dari budidaya hingga konsumsi yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan. Kondisi
meningkatkan potensi terjadinya residu atau kontaminasi pada pangan,
yang kemudian dapat meningkatkan risiko penyakit bawaan makanan.
Sedangkan dari aspek mutu, mutu pangan yang rendah menyebabkan
daya saing produk pangan menjadi berkurang. Pangan yang rendah
menyebabkan daya saing produk pangan menjadi berkurang.
Keamanan pangan tidak hanya terkait dengan upaya perlindungan
kesehatan masyarakat, tetapi juga terkait dengan perdagangan pangan,
dimana keamanan pangan menjadi salah satu persyaratan dalam
perdagangan global.

Dalam rangka mewujudkan pangan yang aman, bermutu serta


berdaya saing tersebut, maka Kementerian Pertanian sebagai leading
sector dalam produksi pangan sejak tahun 2007 telah membentuk unit
kerja di lingkup Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah untuk
menangani penjaminan dan pengawasan keamanan dan mutu pangan
produk segar pertanian di Indonesia, yaitu Otoritas Kompeten
Keamanan Pangan (OKKP). Sejak tahun 2016, OKKP Pusat
berkedudukan di Badan Ketahanan Pangan (BKP), sedangkan OKKP
Daerah berkedudukan di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pangan.

Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD)


Provinsi NTB dibentuk melalui Keputusan Gubernur Nusa Tenggara
Barat Nomor 321 Tahun 2009 tanggal 23 Juni 2009. Kegiatan
sertifikasi PSAT merupakan salah satu bentuk pengawasan sebelum
peredaran (pre-market) yang dilakukan oleh OKKPD Provinsi NTB.

Sertifikasi keamanan PSAT atau Sertifikasi Prima merupakan


jaminan pemenuhan persyaratan keamanan pangan di tingkat proses
produksi (On Farm). Sertifikasi Prima dibedakan menjadi sertifikasi
Prima 1, Prima 2 dan Prima 3. Sertifikasi Prima 3 diberikan untuk
produk pertanian yang memenuhi persyaratan dari aspek keamanan
pangan; Prima 2 diberikan untuk produk pertanian yang memenuhi
persyaratan keamanan dan mutu pangan; sedangkan Prima 1 diberikan
untuk produk pertanian yang memenuhi persyaratan keamanan dan
mutu pangan serta sosial dan lingkungan. Sampai dengan tahun 2020
Sertifikasi yang sudah diterbitkan oleh OKKPD Provinsi NTB adalah
Sertifikasi Prima 3, Prima 2, Registrasi Produk Dalam untuk komoditi
beras dan Registrasi Rumah Pengemasan (Packing House).

Sertifikasi produk pangan buah dan sayur segar merupakan


penilaian yang diberikan kepada petanipemilik kebun atas penilaian
terhadap usaha tani yang dilakukan. Sertifikasi Produk Pangan Buah
dan sayur segar bertujuan untuk : 1) Memberikan jaminan dan
perlindungan bagi masyarakat dari peredaran produk pangan segar
yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dan mutunya (cemaran
fisik, cemaran biologi serta cemaran bahan kimia yang melebihi batas
minimum yang ditetapkan); 2) Memberikan jaminan kepastian hukum
bagi pelaku usaha yang melakukan kegiatan produksi dan peredaran
produk pangan segar; 3) Mempermudah penelusuran kembai dari
kemungkinan terjadinya penyimpangan produksi dan peredaran
produk pangan segar; 4) Meningkatkan daya saing produk pangan
segar, sehingga dapat memperluas akses pasar; 5) Memberikan citra
(image) produk pangan segar dari dalam negeri.

Sertifikasi Prima 3 diberikatan untuk komoditi buah dan sayur,


sedangkan Registrasi Produk Dalam diberikan untuk komoditi beras.
Masa berlaku Sertikasi selama 3 (Tiga) tahun sejak diterbitkan
sertifikat. Pada tahun 2019 OKKPD Provinsi Nusa Tenggara Barat
telah menerbitkan 41 sertifikat yang terdiri atas 23 Sertifikasi Prima 3
(Buah 8 Komoditi dan sayur 15 Komoditi) dan 18 Sertifikasi
Registrasi Produk Dalam.
Provinsi Nusa Tenggara Barat, di Tahun 2020 melaksanakan
pengawasan Sertifikasi Prima 3 kepada 23 pelaku usaha Buah dan
Sayur Segar. Hasil Sertifikasi Prima 3 tahun 2020 adalah sebagai
berikut:

Tabel 13. Hasil Sertifikasi Prima 3 Tahun 2020 di Provinsi NTB

Ruang
JENIS
NO UNIT/PELAKU Alamat Lingkup/
(S/R/ReK) Komoditas
1 Kamarudin Ds. Selebung, Kec. 1. Sertifikat Sawi
Btkliang, Kab. Loteng
2 Kamarudin Ds. Selebung, Kec. 2. Sertifikat Bayam
Btkliang, Kab. Loteng
3 Poktan Karya Ds. Kr. Sidemen, Kec. 3. Sertifikat Kacang
Harum Btkliang Utara, Kab. Panjang
Loteng
4 Poktan Karya Ds. Kr. Sidemen, Kec. 4. Sertifikat Buncis
Harum Btkliang Utara, Kab.
Loteng
5 Poktan Karya Ds. Kr. Sidemen, Kec. 5. Sertifikat Pepaya
Harum Btkliang Utara, Kab. California
Loteng
6 Poktan Beriuk Ds. Kateng, Kec.Praya 6. Sertifikat Melon Golden
Maju Barat, Kab. Loteng
7 Poktan Mule Ds. Batu Mekar, Kec. 7. Sertifikat Manggis
Jati Lingsar Kab. Lobar
8 Poktan Lebah Ds. Sesaot, Kec. 8. Sertifikat Manggis
Madu Narmada Kab. Lobar
9 CV. Bintang Jln Sultan Agung 25 9. Registrasi Beras/ Fare
Jaya / Sumardi Dompu Mas
10 CV. Bintang Jln Sultan Agung 25 10.Registrasi Beras/ Kalojao
Jaya / Sumardi Dompu
11 UD. Kembang Jln. Lintas Sumbawa 11.Registrasi Beras / Mataho
Ruang
JENIS
NO UNIT/PELAKU Alamat Lingkup/
(S/R/ReK) Komoditas
Padi / Adi Ds O'O Kab. Dompu
Nugroho
12 UD. Kembang Jln. Lintas Sumbawa 12.Registrasi Beras / Macaru
Padi / Adi Ds O'O Kab. Dompu
Nugroho
13 UD. M Firdaus / Jln. Lintas Soromandi 13.Registrasi Beras /
Sumiyati Ds Lewintana Bintang Tani
Soromandi Kab. Bima
14 Gapoktan Jln. Lintas Sumbawa 14.Registrasi Beras /
Usaha Bersama Ds. Bontokape Kab. Bintang Tani
/ M. Ansyari Bima
15 Kelompok Tani Desa Samili, kec. Woha 15.Registrasi Beras
Sekala / kab. Bima
Syafruddin
16 Gapoktan Patuh Desa Jango, Kec. 16.Registrasi Beras
Bersama / Janapria, Kab. Lombok
Salman, S.Pd Tengah
17 Gapoktan Desa Lendang Nagka, 17.Registrasi Beras
Semeton Jari / Kec. Masbagik, Kab.
Marsiadi Lombok Timur
18 LUPM ORONG Desa Penjaring, Kec. 18.Registrasi Beras
KALE Moyo Utara kab.
Sumbawa
19 UD. ISKA Labuan Kuris, Lape 19.Registrasi Beras
Kab. Sumbawa
20 H. Abdullah Desa Kebo Ayu, Kec. 20.Sertifikat Cabe Rawit
Fahri/ Poktan Gerung, Kab. Lombok
Subur Sentosa/ Barat
085961407174
21 Jufrin / 0822 Ds. Panda Kec. Belo, 21. Sertifikat Bawang Putih
4487 1121 Kab Bima 22.Sertifikat Bawang
Merah
22 Sahbudin / 0821 Ds. Palibelo Kab. Bima 23.Sertifikat Jambu Kristal
4659 5990 24.Sertifikat Jeruk Santang
Madu
25.Sertifikat Bunga Kol
26.Sertifikat Cabe rawit
23 Lalu Hizbullah Jln. Rempung -Selong, 27.Seritikat Rumah Kemas
/PT. Agrofish Kec. Pringgsela, Kab.
Maju Bersama Lotim

Sementara itu, sejak tahun 2010 OKKPD Provinsi NTB telah


menerbitkan 197 Sertifikat yang terdiri dari : 139 Sertifikasi Prima 3
(Buah 81 Komoditi dan Sayur 68 Komoditi) dan 43 Sertifikat
Registrasi Produk Dalam. Jumlah Sertifikat yang masih aktif sebanyak
146 Sertifikat yang teridiri dari Sertifikasi Prima 3 sebanyak 93
Sertifkat (Buah 35 Komoditi dan Sayur 68) dan Sertifikat Registrasi
Produk Dalam sebanyak 43 Komoditi.
Tabel 13. Data Sertifikasi dan Registrasi OKKPD Provinsi NTB Tahun
2010-2019
Sertifkasi
No. Tahun Regitrasi Jumlah Keterangan
Buah Sayur
1 2010 3 - 3 Tidak Aktif
2 2011 2 - 2 Tidak Aktif
3 2012 6 - 6 Tidak Aktif
4 2013 7 - 7 Tidak Aktif
5 2014 3 - 3 Tidak Aktif
6 2015 8 - 8 Tidak Aktif
7 2016 17 5 22 Tidak Aktif
8 2017 10 31 3 44 Aktif
9 2018 9 11 7 27 Aktif
10 2019 8 16 17 41 Aktif
11 2020 8 10 16 34 Aktif
Jumlah 81 68 48 197

b.3. Temu Teknis Keamanan Pangan


…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
c. Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Unggulan
Daerah
Kegitan promosi atas hasil produksi pertanian/perkebunan
dilakukan melalui penyelenggaraan kegiatan pada “Peringatan Hari
Pangan Sedunia” pada tanggal 22 Oktober 2020 yang dirangkaikan dengan
Gerakan Difersivikasi Pangan Lokal untuk menuju NTB Gemilang.
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Merupakan Dasar Pemantapan
Ketahanan Pangan menuju terwujudnya ketahanan nasional. Rangkaian
kegiatan tersebut berlangsung dengan aman ,tertib dan semarak dengan
rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Displai Pangan Lokal Non Beras Non Trigu
Displai berupa jajanan pangan lokal ( baik itu kue basah maupun
kering ) untuk disosialisasikan kepada masyarakat luas, agar setiap
acara rapat oleh Dinas Dinas SKPD bisa memesan dengan mudah,
Selain itu juga kegiatan ini dimaksudkan untuk mengangkat kembali
jajanan tradisional lama kita agar bermasyarakat kembali.
Adapun sempel jajanan yang disajikan dapat dinikmati oleh
semua pengunjung pameran Jajanan tersebut disediakan oleh pelaku
usaha binaan Dinas Ketahanan Pangan provinsi Nusa Tenggara Barat
seperti, Primadona (Komplek Auri Rembiga), Pawon D’Hers, Kue 3 &
4, Catering Adriyan, Nur Rahmi Yanti, Lesehan Nuansa Indah dan
SASAK MAIQ,
2. Pameran
Menampilkan displai pekarangan untuk memberikan contoh
kepada masyarakat, bagaimana cara memanfaatkan pekarangan sekitar
rumah tinggal kita agar dapat menghasilkan sayur sayuran untuk
kebutuhan sehari hari tanpa harus mengeluarkan uang seperti cabe
besar, cabe kecil, terong panjang, terong bulat, kemangi, bayam, sawi,
seledri, pepaya, kelor dan juga apotik hidup seperti jahe, lengkuas,
kunyit, serai, salam dan kencur.
Selain tanaman juga dalam pameran kali ini Dinas Ketahanan
Pangan Menampilkan hasil olahan yang sudah jadi berupa displai
pangan lokal yang di bagikan kepada masyarakat berupa sampel paket
makan B2SA dari nasi jagung dengan lauk pauknya seperti urap bebele,
sambel goreng tempe dan kacang tanah, abon dari nangka muda,
pelecing ayam dan telur puyuh bacem serta beberapa jajanan kecil
seperti puding jagung dan puding ubi ungu.
Adapun tampilan yang lainnya adalah hasil olahan para pelaku
usaha binaan seperti sambel cengeh, keripik jagung, keripik ubi jalar,
keripik keladi, kopi rumput laut, minuman susu jagung, manisan tomat,
manisan rumput laut dan keripik ares.

3. Bazar Dan Pasar Murah Oleh Toko Mitra Tani Indonesia


Bazar dan pasar murah merupakan rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan pada peringatan Hari Pangan Sedunia KE – 40 yang
berlangsung di Desa Nyiur Lembang Kecamatan Narmada. Di gelarnya
Toko Mitra Tani Indonesia dengan tujuan untuk memfasilitasi
masyarakat setempat dengan menyediakan paket sembako untuk
keperluan sehari hari, tentunya dengan harga lebih murah/terjangkau di
bawah harga pasar. Adapun beberapa jenis sembako yang disediakan
antara lain beras kemasan 5 Kg dengan harga Rp. 42.500, gula putih
seharga Rp12.000 per Kg, bawang merah seharga Rp17.500 per Kg,
bawang putih seharga Rp25,000, telur ayam buras per Teray seharga
Rp42.000 dan minyak goreng dengan harga Rp12.500,-
4. Dukungan Manajemen
a. Laporan Keuangan
1. Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan
Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam
menjalankan pembangunan ketahanan pangan tahun 2020 mendapatkan
alokasi anggaran sebesar Rp. 8.709.110.223,- termasuk di dalamnya
alokasi anggaran stimulus ekonomi untuk penanganan dampak Covid-
19. Alokasi anggaran ini 18,37% lebih tinggi dibandingkan aolakasi
anggaran tahun 2019 sebesar Rp. 7.357.766.932,-
Realisasi dan serapan anggaran Dinas Ketahanan Pangan Provinsi
NTB Tahun 2020 menurut satker dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.18 Pagu dan Realisasi Anggaran Dinas Ketahanan Pangan


Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2020 menurut Satker
Realisasi Sisa
No. Uraian Pagu (Rp.) Keuangan Fisik Anggaran
(%) (Rp)
(Rp.) (%)
1. BTL 6,169,428,000 5,752,440,823 93.24 100.00 416,987,177
2. BL 8,709,110,223 8,349,237,686 95.87 100.00 359,872,537
a. DKP NTB 8,310,828,073 7,965,050,080 95.84 100.00 345,777,993
b. UPTD BSMP 398,282,150 384,187,606 96.46 100.00 14,094,544
TOTAL 14,878,538,223 14,101,678,509 94.78 100.00 776,859,714

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Realisasi Anggaran Dinas


Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2020 termasuk
kategori tinggi. Dari total pagu sebesar Rp. 14.878.538.223,- terealisasi
sebesar Rp.14.101.678.509,- atau sebesar 94,78% dengan serapan fisik
mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa seluruh kegiatan dapat
diselesaikan dan terdapat efisiensi dalam penggunaan dana, walaupun
terdapat beberapan kegiatan yang pencairannya dilakukan pada akhir
tahun, karena DPA Perubahan yang ditetapkan pada Triwulan IV,
penetapan nama kelompok penerima dan tertundanya kegiatan yang
dilaksanakan melalui mekanisme tender.
2. CALK (Catatan Atas Laporan Keuangan)

3. Laporan Aset
b. Laporan Kinerja
1. LKjIP (Laporan Kinerja Instansi Pemerintah)
2. Laporan Pertemuan Evaluasi Ketahanan Pangan
c. Umum dan Kepegawaian
1. Data Kepegawaian
2. Surat Menyurat
BAB V
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

A. Permasalahan dan Solusi Pelaksanaan Program Unggulan


Program unggulan untuk meningkatkan Ketahanan Pangan yang dilakukan oleh
Dinas Ketahanan Pangan tahun 2020 adalah Peningkatan Diversifikasi dan
Ketahanan Pangan melalui kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut ditemukan beberapa permasalahan yang
diuaraikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Permasalahan dan Solusi Pelaksanaan KRPL

PERMASALAHAN SOLUSI

Beberapa KRPL sulit untuk lestari karena Perlu adanya bak penampungan
keterbatasan sumber air terutama saaat air pada lokasi yang tadah hujan.
musim kemarau
Petugas pendamping kurang optimal Perlu koordinasi intensif yang
dalam membina dan pengetahuan membawahi Penyuluhan
pendamping kurang
Unggas pada saat panca roba terkena Integrasi dengan Dinas Peternakan
penyakit tetelo
Pelaksanaan Tender Bantuan mengalami Dilaksanakan tender Umum
penundaan beberapa kali karena hanya ada
1 rekananan yang memenuhi persaratan
dan terdaftar di Aplikasi
Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, 2020

Anda mungkin juga menyukai