Anda di halaman 1dari 9

Studi Kasus Jenis Barang

Berbahaya

Sebagai seorang kurir ekspedisi kamu pasti akan berhadapan dengan pengiriman
berbagai jenis barang dari berbagai tempat di Indonesia. Sebagai kurir yang baik
tentunya kamu akan mencoba untuk dapat memproses dan mengirimkan barang-
barang tersebut mulai dari proses pengirim hingga sampai ke tangan si penerima.
Namun ternyata tidak semua barang sesuai atau dapat dikirimkan oleh kurir ekspedisi
pada umumnya. Ada kalanya barang-barang tersebut membutuhkan penanganan dan
tata cara pengiriman tertentu yang biasanya akan dilakukan atau ditangani oleh pihak
logistik khusus karena resiko atau bahaya yang dapat ditimbulkan oleh barang-barang
tersebut. Berikut ini adalah tingkat kelas dan tindakan-tindakan yang dapat diambil
jika kamu suatu waktu berhadapan dengan penanganan atau pengiriman barang-
barang berbahaya:

1. Tingkat Kelas Barang-barang Berbahaya

Barang berbahaya (dikenal juga sebagai bahan-bahan berbahaya atau hazmat) adalah
setiap zat atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan risiko yang tidak wajar
terhadap kesehatan, keselamatan, dan properti ketika dikirim atau ditranspor dalam
perdagangan. Mengidentifikasi barang berbahaya adalah langkah pertama untuk
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh barang tersebut dengan pengemasan,
komunikasi, penanganan, dan penyimpanan yang tepat. Seperti yang telah dijelaskan
dan dapat kamu pelajari kembali pada PDF “Klasifikasi Barang Berbahaya”, secara
internasional terdapat 9 (sembilan) kategori kelas atau golongan barang-barang
berbahaya dengan cara penaganannya sendiri yang dibutuhkan jika barang-barang
tersebut akan dikirim melalui jalur udara maupun jalur transportasi lainnya. Secara
singkat kategori kelas tersebut mencakup:

• Kelas 1: Barang peledak


• Kelas 2: Gas bertekanan tinggi

1
• Kelas 3: Cairan mudah terbakar
• Kelas 4: Benda atau zat padat mudah terbakar
• Kelas 5: Bahan atau zat pengoksidasi
• Kelas 6: Bahan atau zat beracun
• Kelas 7: Bahan atau zat radioaktif
• Kelas 8: Bahan atau zat korosif atau perusak
• Kelas 9: Bahan atau zat berbahaya lainnya

Pada dasarnya barang-barang berbahaya jika dikemas, diberi label, dan juga disimpan
dengan benar, mereka dapat diangkut atau dikirimkan dengan aman, tetapi jika tidak,
barang-barang tersebut akan dapat menimbulkan ancaman yang signifikan bagi para
pekerja transportasi, petugas tanggap darurat, masyarakat umum, dan juga
lingkungan sekitarnya karena potensi kecelakaan dan insiden yang mereka timbulkan.

Namun nyatanya, meskipun barang-barang tersebut sudah secara jelas dapat


menimbulkan bahaya bagi para pihak yang terlibat, lingkungan sekitar, dan
transportasi yang digunakan untuk mengirimnya, tak jarang ditemukan barang-barang
berbahaya yang tidak tercantum atau teridentifikasi (undeclared dangerous goods).
Barang berbahaya yang tidak terindentifikasi adalah barang-barang yang tidak
menunjukan indikasi yang terlihat bahwa paket tersebut mengandung bahan
berbahaya (misalnya dokumen atau pernyataan pengiriman yang diperlukan,
penandaan, label, atau komunikasi terkait bahaya lainnya tidak ada). Selain itu,
pengiriman barang berbahaya yang tidak disiapkan dengan benar meningkatkan risiko
bagi semua orang dalam alur supply chain. Nyawa, keselamatan, properti, dan
lingkungan semuanya bergantung pada pengiriman barang-barang berbahaya yang
aman.

Dalam hal ini, para ahli percaya bahwa penjelasan yang paling sering untuk terjadinya
pengiriman barang berbahaya yang tidak terindentifikasi adalah kurangnya
pengetahuan pengirim, yakni ketidaksadaran atau kesalahpahaman tentang
persyaratan untuk menyatakan dan mengangkut barang berbahaya dengan benar,
serta kelonggaran yang mungkin terjadi pada pihak logistic. Pastinya, tidak ada orang
atau bisnis yang menginginkan dampak negatif akibat insiden pengiriman barang

2
berbahaya. Oleh karena itu, meluangkan waktu untuk mengevaluasi apakah kamu
tengah menangani barang berbahaya atau tidak, dan pastikan juga kamu memiliki
pelatihan serta pengetahuan yang tepat untuk mengidentifikasi barang-barang
tersebut merupakan hal yang patut di perimbangkan dalam industri logistik.

2. Metode Pengiriman Barang-barang Berbahaya

A. Pengemasan Barang-barang Berbahaya

Keselamatan pengiriman barang-barang berbahaya, baik yang dikirim melalui jalur


udara maupun moda transportasi lainnya, bergantung pada ketepatan pengemasan
barang tersebut. Tentunya, jika pengemasan dilakukan dengan salah hal ini dapat
menimbulkan bahaya pada pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan barang
tersebut, lingkungan sekitarnya, atau bahkan menyebabkan kerusakan fatal pada
moda transportasi yang digunakan. Pengemasan barang berbahaya yang sesuai,
didasarkan pada klasifikasi bahaya yang paling tepat dari suatu produk dan atribut
fisiknya. Misalnya, kamu tidak dapat mengirimkan bahan korosif yang ada di dalam
kemasan logam karena bahan korosif akan bereaksi keras dengan logam, dan pada
akhirnya akan merusak kemasan tersebut. Selain itu, persyaratan pengemasan juga
bervariasi, yang mana hal ini tergantung pada jenis, kelas, dan juga jumlah barang
berbahaya yang dikirimkan. Seringkali, kemasan tersebut harus diuji, dan juga
disertifikasi untuk memenuhi persyaratan peraturan pengiriman barang-barang
berbahaya, baik yang dikirim melalui udara atau moda transportasi lainnya.

Kemudian, pengemasan yang sesuai juga bergantung pada kelompok pengemasan


bahan. Kelompok pengemasan adalah pengelompokan zat (selain yang termasuk
dalam Kelas Bahaya 2, Kelas 6 Divisi 2, dan Kelas 7), sesuai dengan tingkat bahaya yang
ditimbulkannya:

• Kelompok Pengemasan I (Packaging Group I): Zat-zat yang menimbulkan


bahaya tinggi;
• Kelompok Pengemasan II (Packaging Group II): Zat-zat yang menimbulkan
bahaya sedang; dan

3
• Kelompok Pengemasan III (Packaging Group III): Zat-zat yang memiliki bahaya
rendah

Dalam hal ini, spesifikasi pengemasan PBB atau Pengemasan Berorientasi Kinerja
(Performance Oriented Packaging), diperlukan untuk sebagian besar pengiriman
barang-barang berbahaya, khusunya untuk yang menggunakan moda transportasi
udara. POP merupakan jenis pengemasan yang harus melewati beberapa pengujian
untuk memastikan bahwa kemasan tersebut sudah cukup kuat untuk menahan
guncangan, beban, dan perubahan tekanan atmosfer yang biasa ditemui selama
pengangkutan melalui jalur udara.

Paket yang berhasil lulus tes ini akan diberi tanda approval PBB untuk menyatakan
bahwa mereka telah lulus tes keselamatan yang diperlukan. Tanda tersebut
menunjukkan tingkat pengujian bahwa suatu paket telah lulus dan aman untuk
diangkut oleh suatu moda transportasi.

B. Penandaan dan Pemberian Label Barang-barang Berbahaya

Selain persyaratan moda khusus untuk transportasi mereka, pemasok atau pengirim
barang-barang berbahaya juga diwajibkan oleh hukum untuk memberikan tanda dan
label pada produk-produk berbahaya dan bahan kimia kemasan yang akan ditranspor
dengan simbol bahaya, peringatan, dan saran keselamatan untuk pengguna akhir.

Tanda (Markings)

Dalam hal ini, pemberian tanda


merupakan pemberian nama
deskriptif, nomor identifikasi,
instruksi, peringatan, berat,
spesifikasi, tanda PBB, dan atau
kombinasinya, yang diperlukan pada
kemasan luar bahan berbahaya atau
barang berbahaya. Gambar 1. Tanda barang berbahaya

Dalam hal ini, suatu tanda harus dibuat dengan mengikuti aturan sebagai berikut:

4
• Harus tahan lama, dituliskan dalam bahasa Inggris, dan dicetak pada atau
ditempelkan pada permukaan paket atau pada label, tag, atau tanda;
• Harus ditampilkan pada latar belakang dengan warna kontras yang tajam;
• Harus tidak terhalang oleh label atau lampiran; dan
• Harus ditempatkan jauh dari penandaan lain (seperti iklan) yang secara
substansial dapat mengurangi keefektifannya

Sebagai tambahan, terdapat tanda-tanda khusus yang perlu kamu waspadai. Tanda-
tanda tersebut diantaranya adalah untuk bahan berbahaya cari atau barang-barang
berbahaya. Selain itu ada juga persyaratan penandaan khusus untuk bahan radioaktif,
barang berbahaya beracun, dan juga barang berbahaya dalam jumlah terbatas.

Label (Labelling)

Label mengidentifikasi bahaya utama dan tambahan tertentu yang ditimbulkan oleh
bahan dalam suatu paket barang berbahaya. Metode komunikasi ini bergantung pada
warna, kode, dan piktogram tertentu untuk mengidentifikasi dengan jelas dan dengan
segera jenis bahan-bahan yang terdapat dalam suatu kemasan. Berdasarkan
peraturan internasional yang berlaku, label harus dicetak pada, atau ditempelkan
pada permukaan (selain bagian bawah) dari kemasan atau alat pengungkung yang
mengandung bahan berbahaya, dan ditempatkan pada permukaan kemasan yang
sama dan di dekat penandaan nama pengiriman yang sesuai, jika dimensi kemasan
memadai. Contoh-contoh label tersebut diantaranya adalah:

Gambar 2. Label barang berbahaya

C. Dokumentasi Pada Barang Berbahaya

Pada saat akan mengirim barang berbahaya, kiriman tersebut harus disertai dengan
adanya dokumen transportasi yang menyatakan uraian dan sifat dari barang tersebut.
Dokumentasi yang dibuat oleh pengirim harus sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan oleh peraturan barang berbahaya yang berlaku untuk moda transportasi

5
yang dipilihnya. Dalam hal ini, dokumen pengangkutan tersebut harus atau wajib
untuk dilengkapi oleh pengirim (orang atau organisasi dari siapa barang telah diterima
untuk diangkut). Secara umum, hal-hal yang perlu dilengkapi pada dokumen
transportis tersebut diantaranya adalah Deklarasi Pengirim untuk Barang Berbahaya
(Shipper’s Declaration for Dangerous Goods), yang mencakup hal-hal sebagai berikut:

• Nama dan alamat lengkap pengirim


• Nama dan alamat lengkap penerima
• Air waybill number
• Nomor halaman yang sesuai dari jumlah total halaman Deklarasi Pengirim
untuk Barang Berbahaya
• Batasan pesawat pengangkut
• Nama dan alamat lengkap bandara berangkat
• Nama dan alamat lengkap bandara tujuan
• Jenis pengiriman
• Sifat dan jumlah barang berbahaya
• Informasi penanganan tambahan
• Sertifikasi pernyataan
• Nama dan jabatan penanda tangan
• Waktu dan tanggal
• Tanda tangan

D. Deskripsi Barang Berbahaya

Apapun moda yang akan digunakan, semua barang berbahaya, khususnya yang
dikirimkan ke antar negara, harus dideskripsikan dan dijelaskan oleh pengirim pada
dokumentasi yang diperlukan dalam urutan yang sama, yaitu:

• Kode negara
• Nama pengiriman yang tepat
• Kelas
• Grup pengemasan atau pengepakan (jika ada)

6
Tindakan Penanganan Barang-barang Berbahaya

Seperti yang telah dijelaskan di atas, sebelum mengirimkan barang-barang berbahaya,


baik melalui jalur udara maupun moda transportasi lainnya, pengirim wajib untuk
mengklasifikasi, mengemas, memberi tanda dan label pada paket untuk
menginformasikan bahaya yang ditimbulkan oleh barang tersebut.

Dalam hal ini, kurir ekspedisi pada umumnya tidak akan menangani pengiriman
barang-barang berbahaya. Pengiriman barang-barang berbahaya biasanya akan
ditangani perusahaan logistik tertentu yang menawarkan atau berspesialisasi untuk
pengiriman barang-barang berbahaya. Perusahan logistik jenis ini biasanya memiliki
personel atau karyawan yang telah menerima pelatihan dan diuji sesuai dengan
Hazardous Material Regulations (HMR).

Di sini, jika kamu sebagai kurir ekspedisi mengalami atau mendapati situasi yang
melibatkan penanganan barang-barang berbahaya, misalnya seperti:

1. Paket yang diterima untuk dikirim ternyata termasuk dalam kategori kelas
barang-barang berbahaya.
2. Pengirim meminta untuk mengirimkan paket yang termasuk dalam kategori
kelas barang-barang berbahaya.
3. Setelah dilakukan pemeriksaan, paket yang akan dikirimkan ternyata memiliki
kandungan yang termasuk dalam kategori kelas barang-barang berbahaya.
4. Informasi terkait paket yang akan dikirim tidak sesuai dengan isi barang dalam
paket sebenarnya, dan/atau barang dalam paket tersebut termasuk dalam
kategori kelas barang-barang berbahaya.

Jika kamu mengalami atau berada dalam situasi tersebut, berikut adalah beberapa hal
yang dapat kamu lakukan:

1. Menolak dengan sopan jika sejak awal sudah tahu diminta untuk mengirimkan
barang yang termasuk dalam kategori kelas barang-barang berbahaya.
2. Menginformasikan pada pengirim bahwa barang yang ada dalam paket
tersebut tidak lolos pemeriksaan yang dilakukan karena termasuk dalam

7
kategori kelas barang-barang berbahaya, dan menginformasikan
pengembalian barang tersebut pada pengirim atau menyarankan pengiriman
barang tersebut menggunakan jasa logistik yang sesuai.
3. Menyarankan pada pengirim untuk mengirimkan barang tersebut dengan
menggunkan pihak logistik khusus atau yang memang berspesialisasi dalam
pengiriman barang-barang berbahaya.

Supaya kamu bisa lebih paham, mari cermati contoh studi kasus di bawah ini:

Studi Kasus I
Doni adalah seorang kurir pada suatu jasa ekspedisi di daerah Jakarta. Kali ini Doni
baru saja menerima paket dari seorang pengirim yang akan mengirimkan barang
tersebut dari Jakarta ke Surabaya. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapati bahwa
informasi yang tercantum mengenai isi barang dalam paket tersebut ternyata tidak
sesuai dengan isi paket itu sebenarnya. Pada informasi, pengirim mencantumkan
bahwa barang yang akan dikirimnya adalah cat lukis berbahan dasar akrilik, namun,
dari hasil pemeriksaan yang dilakukan ditemukan bahwa komposisi kandungan
yang terdapat pada cat tersebut ada yang termasuk dalam kategori kelas 3 barang-
barang berbahaya.

Hal ini tentunya dapat membahayakan keselamatan kurir atau pihak-pihak lain
yang terlibat dalam penanganan paket tersebut maupun penerimanya. Mendapati
hal tersebut Doni segera menginformasikan pada pengirim bahwa jasa
ekspedisinya tidak dapat menangani pengiriman paket tersebut dan menyarankan
pada pengirim untuk mengirimkan paket tersebut dengan menggunakan jasa
logistik yang memang khusus menangani pengiriman barang berbahaya. Sebagai
tambahan Doni juga perlu menginformasikan pada pengirim untuk mencantumkan
informasi yang sesuai dengan isi paket agar tidak menimbulkan bahaya pada
petugas yang menangani paket tersebut serta penerimanya.

8
Studi Kasus II
Tomo adalah seorang petugas inspeksi pada suatu jasa ekspedisi di daerah Jakarta.
Ketika tengah memeriksa paket-paket yang masuk Tomo menemukan sebuah
paket berupa insektisida yang memiliki komposisi bahan yang termasuk dalam
kategori kelas 6 barang-barang berbahaya. Menyikapi hal tersebut Tomo segera
menginformasikan pada operator untuk mengkontak si pengirim paket tersebut
dan menginformasikan bahwa paketnya tidak dapat dikirimkan melalui jalur udara
karena masuk dalam kategori kelas barang berbahaya.

Kesimpulan

Demikianlah kategori kelas barang-barang berbahaya, metode pengiriman barang


berbahaya, dan tindakan penanganan bagi pihak ekspedisi jika berhadapan dengan
pengiriman barang berbahaya. Pada dasarnya, jasa ekspedisi pada umumnya tidak
akan menerima pengiriman barang-barang berbahaya karena resiko yang ditimbulkan
oleh barang tersebut, kecuali jika memang memiliki atau menawarkan jasa
pengiriman barang-barang berbahaya. Jika suatu waktu berhadapan dengan
permintaan pengiriman barang-barang berbahaya tindakan yang tepat dilakukan oleh
pihak ekspedisi adalah menolak untuk memproses maupun mengirimkan barang
tersebut, serta menyarankan pihak pengirim untuk menggunakan jasa logistik yang
khusus atau berspesialisai menangani pengiriman barang-barang berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai