dan Islam
Hak asasi manusia adalah sebuah hak yang dimiliki setiap manusia dari mereka
dalam kandungan sampai dilahirkan ke dunia dan harus di junjung tinggi, seperti
yang telah tertuang di dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’ ayat 70 ;
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Isra : 70).
Pelecehan atau kekerasan seksual disebut sebagai pelanggaran HAM yang berat,
dikarenakan selain melukai fisik korbannya juga otomatis melukai jiwanya, di mana
kebanyakan korbannya merasa sudah tidak suci lagi dan kotor. Sehingga,
kebanyakan korban pemerkosaan rentan mengalami gangguan kejiwaan karena
trauma. Walaupun pemerkosaaan atau pelecehan seksual telah diketahui merupakan
pelanggaran HAM yang berat, akan tetapi masih banyak oknum yang melakukan hal
tidak terpuji tersebut.
Di Indonesia sendiri, juga masih banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi baik
pada perempuan, laki-laki, anak-anak bahkan orang tua sekalipun. Dan yang lebih
parahnya lagi, oknum yang terlibat justru orang-orang yang di masyarakat dianggap
sebagai suri tauladan, salah satu contohnya ialah kasus pemerkosaan yang
dilakukan oleh guru di pondok pesantren kepada beberapa santriwati. Dari contoh
kasus yang sempat ramai dibincangkan publik tersebut, dapat kita lihat bagaimana
seorang guru yang seharusnya menjadi suri tauladan serta sosok yang memberi ilmu
dan pengajaran kepada anak muridnya malah berlaku dengan tidak terpuji.
Dalam Islam juga dijelaskan tentang pelecehan atau kekerasan seksual tepatnya
dalam surah An Nur ayat 33 yang berbunyi ;
ب َ غ!!ونَ ٱ ْلكِ ٰ َت ُ ين َي ْب َت َ ذ ِ َّوٱل َ ۗه ض !لِ ِۦ ْ ف َ من ِ ه ُ َّم ٱلل ُ ى ُي ْغنِيَ ُهٰ ح َّت َ ج ُدونَ نِكَاحًا ِ َين اَل ي َ ذ ِ َّف ٱل ِ س َت ْع ِف ْ َو ْلي َ
ۚم ْ كُ ٰى َءاتَى ٓ ذ ِ َّه ٱل ِ َّال ٱلل ِ م َّ من ّ ِ هم ُ و َءا ُتو َ ۖ خ ْيرًا َ م ْ يه
ِ ِ ف مْ ت
ُ م
ْ ل
ِ َع ْن ِإ م
ْ هُ و ب ِ ت َاك َ
ف م
ْ كُ نُ مَ ٰ ي
ْ َأ َت
ْ ك َ لمَ ا م
َّ م
ِ
ُ
من َ و َ ۚ د ْنيَاُّ !!حيَ!!وٰ ِة ٱل َ ض ٱ ْل َ !!وا عَ!! َر ۟ غ ُ ص!!نًا لِ ّ َت ْب َتُّ ح َ َعلَى ٱ ْلبِغَ!!ٓا ِء ِإنْ َأ َر ْدنَ ت َ م ْ ك ُ ِف َت ٰيَت َ وا ۟ !!ُك ِره ْ واَل ُت َ
م
ٌ ي حِ ر ر
َّ ٌ ُو ف غَ نَّ ِ ه ه
ِ ر
َ ٰ ْ
ك ِإ دِ ع
ْ َ ب ۢ
ن م
ِ هَ َّ ل ٱل َّن َ
ف
َّ ِإ ُّن ه ه ر
ِ ُْ
ك ي
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang
kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan
mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada
mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan
janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang
mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan
duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa
itu.”
Dalam ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Allah sudah memerintahkan
untuk tidak memaksa budak-budak. Dari sana maksudnya jelas, bahwa budak saja
tidak boleh dipaksa sebagai pemuas nafsu apalagi yang bukan budak tentu saja
sangat tidak diperbolehkan.