Anda di halaman 1dari 6

ASIYAH BINTI MUZAHIM

PENDAHULUAN
Asiyah Binti Muzahim adalah seorang putri, istri dari seorang suami yang menjadi
musuh Allah Rabb alam semesta. Seorang suami yang angkuh atas kekuasaan yang ada di
tangannya, yang dusta lagi kufur kepada Rabbnya. Putri yang akhirnya harus disiksa oleh tangan
suaminya sendiri, yang disiksa karena keimanannya kepada Allah Dzat Yang Maha Tinggi.
Dialah Asiyah binti Muzahim, istri Fir'aun.

PEMBAHASAN
1. Riwayat Asiyah Binti Muzahim
a. Perkawinan Asiyah dengan Fir'aun
Asiyah adalah isteri kesayangan Fir'aun seorang raja yang kafir dan dzalim.
Dia menjadi isteri Fir'aun setelah Fir'aun melakukan pemaksaan untuk
menjadikannya sebagai isteri. Fir'aun bisa memperisteri Asiyah merupakan bentuk
penjajahan dan penindasan. Ketika Fir'aun dalam kesendirian karena ditinggal mati
oleh isterinya, ia mendengar kabar bahwa ada gadis jelita keturunan keluarga Imran
yang bernama Asiyah. Fir'aun tergoda oleh berita itu, karenanya ia mengutus Haman
untuk melamarnya. Lamaran itu ditolak oleh Asiyah.
Pelamaran itu merupakan ujian berat bagi keluarga Asiyah karena keluarga
Asiyah adalah keluarga beriman yang taat kepada Allah. Bagaimana mungkin mereka
menerima lamaran Fir'aun, seorang raja murtad, kafir dan syirik. Namun demikian,
karena takut kepada kekerasan Fir'aun, orang tua Asiyah sangat terpaksa bertanya kepada
Asiyah, “sediakah ananda menikah dengan Fir'aun?”. Mendengar pertanyaan itu
Asiyah langsung menjawab dengan tegas, “bagaimana saya sudi menikahi Fir'aun.
Sedangkan ia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah?” Karena itu menteri
Haman kembali pada Fir’aun.
Jawaban Asiyah yang tidak mengenakkan itu langsung disampaikan menteri
Haman kepada Fir'aun dan Fir'aun pun sangat murka mendengarnya. Karena itu Fir'aun
memerintahkan Haman untuk menyeret kedua orang tua Asiyah menyiksanya dan
menjebloskannya ke dalam penjara. Hal itu dilakukan Fir'aun demi menekan Asiyah agar
mau menerima lamarannya. Dihadapan kedua orang tua Asiyah yang nyaris tak berdaya,
Fir'aun berkata kepada Asiyah,
“Hai Asiyah. Jika engkau seorang anak yang baik, tentulah engkau sayang terhadap
kedua orang tuamu. Oleh karena itu, engkau boleh memilih satu diantara dua
pilihan yang aku ajukan. Kalau kau menerima lamaranku, berarti engkau akan
hidup senang dan pasti kebebaskan kedua orang tuamu dari penjara laknat ini.
Sebaliknya, jika engkau menolak lamaranku, maka aku akan memerintahkan para
algojo agar membakar hidup-hidup kedua orang tuamu, tepat dihadapanmu.
Di bawah ancaman Fir'aun sang raja yang dzalim itu, Asiyah terpaksa menerima
lamaran Fir'aun dengan syarat-syarat. Pertama, Fir'aun harus membebaskan orang
tuanya. Fir'aun harus membuatkan rumah untuk ayah dan ibunya, yang indah lengkap
dengan perabotannya. Kedua, Fir'aun harus menjamin kesehatan, makan, minum kedua
orang tuanya. Kalau kedua syarat itu dipenuhi, maka Asiyah bersedia menjadi isteri
Fir’aun.
Dalam acara-acara tertentu Asiyah hadir bersama Fir'aun, tapi dia tidak bersedia
tidur bersama Fir'aun. Sekiranya permintaan- permintaan tersebut tidak disetujui, Siti
Asiyah rela mati bersama ibu dan bapaknya. Akhirnya Fir'aun menyetujui syarat-syarat
yang diajukan oleh Asiyah. Fir'aun lalu membebaskan kedua orang tua Asiyah. Siti
Asiyah pun tinggal dalam kemewahan istana bersama Fir'aun.
Walaupun Asiyah tinggal dalam kemewahan istana, ia tetap patuh terhadap
perintah Allah dan tetap melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Di malam hari
Asiyah selalu bangun melaksanakan shalat malam (menurut syari'at Nabi Ibrahim)
bermohon kepada Allah agar kehormatannya tidak disentuh oleh raja kafir Fir'aun.
Untuk menjaga kehormatannya, Allah SWT menciptakan iblis yang sangat serupa
dengan Asiyah. Dialah iblis yang setiap malam tidur dan bergaul dengan Fir'aun. Jadi
meskipun Fir'aun mempunyai istri Asiyah, dia tiap malam bercintanya dengan iblis.

b. Ratu Asiyah Menjadi Ibu Angkat Musa As


c.
Fir'aun adalah raja yang dzalim, yang mengakui dirinya sebagai Tuhan. Allah
SWT hendak mengakhiri kedzaliman Fir'aun dengan mengirim rasul kepadanya.
Maka bermimpilah Fir'aun bahwa kebebasannya telah dilumpuhkan oleh seorang laki-
laki Bani Israil. Oleh karena itu Fir'aun memerintahkan agar semua bayi laki- laki
Bani Israil dibunuh. Yakabed seorang wanita solehah turunan Nabi Ishak as
melahirkan seorang anak laki-laki. Allah mengilhamkan kepadanya agar bayinya itu
dibuang ke sungai Nil sebagaimana tersebut dalam surah al-Qashash ayat 7.
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa “susukanlah dia dan apabila kamu khawatir
terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir
dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul”.

Demikianlah Yakabed ibu kandung Musa memasukkan bayinya ke dalam peti


lalu dimasukkan ke dalam sungai Nil. Ibu kandung Musa meminta kepada kakak Musa
agar mengawasi dengan pandangan mata kemana arus sungai membawa peti bayi
Musa.
Allah SWT yang hendak menyelamatkan Musa, segera memerintahkan kepada
ombak untuk membawa Musa dalam keadaan tenang dan lembut hingga sampai dengan
selamat di wilayah istana Fir'aun. Dengan tenang air sungai Nil pun menghanyutkan
peti bayi Musa sampai ke wilayah istana Fir'aun. Setiba di wilayah istana Fir'aun,
disitulah ombak merapatkan peti bayi Musa ke daratan.
Allah SWT yang hendak menyelamatkan Musa mendamparkan peti itu ke
tempat dimana Asiyah dan Fir'aun berada. Allah SWT memasukkan kasih sayang ke
dalam hati Asiyah agar berkenan mengasuh Musa. Asiyah meminta persetujuan Fir'aun
untuk menjadikan Musa sebagai anak angkat. Permintaannya kemudian dikabulkan
oleh Fir'aun karena Asiyah adalah istri kesayangan Fir'aun.
Siapa menduga jika pada akhirnya ternyata bayi Musa yang dihanyutkan di
sungai Nil itu dipungut oleh keluarga Fir'aun sendiri yang memang belum memiliki
keturunan. Fir'aun yang telah membuat keputusan untuk membunuh setiap bayi laki-
laki yang lahir, sebenarnya juga hendak menghabisi Musa. Tapi oleh Asiyah dicegah.
Akhirnya Fir'aun pun luluh hatinya, ketika Asiyah, istri yang dicintainya
menyampaikan permohonan kepada Fir'aun sebagaimana yang disebutkan dalam
surah al-Qashash ayat 9.
“Dan berkatalah isteri Fir'aun “(ia) biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah
kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat untuk kita atau kita ambil
ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.

Demikianlah kehendak Allah yang hendak menyelamatkan Musa. Hingga


akhirnya Musa diambil menjadi anaknya, diasuhnya dengan penuh kasih dan sayang.
Dan Allah mencegah bayi Musa menyusu kepada perempuan lain untuk dapat
dikembalikan kepada ibunya. Allah SWT menyusupkan kasih sayang ke dalam hati
Fir'aun sehingga timbul rasa kasihan Fir'aun terhadap Musa. Karena rasa hasihan dan
rasa sayang kepada Musa telah tersusup ke dalam hati Fir'aun, maka
diperintahkannyalah kepada para pegawai istana untuk mencari ibu susu untuk Musa.
Silih berganti ibu-ibu datang ke istana Fir'aun untuk menyusui Musa, tapi tak satupun
yang diterima oleh Musa. Suatu waktu sampailah berita kepada Fir'aun tentang
seorang ibu yang mencari upah untuk menyusui bayi. Fir'aun pun memerintahkan
kepada pegawainya untuk mencari ibu tersebut, maka ibu tersebut didatangkan ke
istana. Menjadilah Yakabet sebagai ibu susu yang digaji oleh Fir'aun untuk menyusui
Musa.
Dalam Alquran surah al-Qashash ayat 12 dan 13 Allah berfirman.
“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan- perempuan yang
mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa “Maukah
kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu,
dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?”.

“Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak
berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah
benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. ”

Suatu ketika Fir'aun menggendong Musa sebagai ayah angkatnya tiba-tiba


Musa menarik janggut Fir'aun yang dirasakan oleh Fir'aun sebagai ancaman atas
nyawanya karena terasa amat sangat tarikan Musa itu. Asiyah sang ibu membujuk
Fir'aun dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan Musa itu, adalah perbuatan anak-
anak yang diluar perkiraan dan rencananya. Kata Asiyah: coba berikan padanya barah
api dan emas, dan lihat apa yang akan dia pilih. Allah SWT menghendaki agar Musa
memilih barah api dan barah api itu kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya,
seketika itu juga Jibril menyelamatkan mulut Musa. Fir'aun memerintahkan
menyiapkan sepiring emas dan sepiring barah api lalu diberikan kepada Musa. Saat
itu kembali terbujuk hati Fir'aun dan mempercayai bahwa Musa adalah anak-anak.
Demikianlah Musa tumbuh dan berkembang di istana Fir'aun di bawah asuhan dan kasih
sayang Asiyah, perempuan mukmin yang menyembunyikan imannya. Asiyah Berjaya
melindungi keimanannya dan melindungi Musa.

d. Ratu Asiyah Disiksa Fir'aun

Bertahun-tanun Asiyah sekamar dan seranjang dengan Fir'aun, tapi tak pernah
Fir,aun mengetahui bahwa Asiyah isteri kesayangannya beriman kepada Allah SWT.
Iman Asiyah kepada Allah terbongkar ketika iman Masyitah terbongkar. Puteri
Fir'aun yang bernama Ana memberitahu Fir'aun bahwa Masyita tidak bertuhankan
Fir'aun. Tetapi ia bertuhankan Allah. Seketika itu juga Fir'aun marah dan
memerintahkan Haman supaya Masyita sekeluarga dimasukkan dalam kuwali besar.
Ketika Fir'aun mengetahui bahwa isteri kesayangannya bertuhankan Allah, sangat
murkalah raja yang dzalim itu. Ia memerintahkan agar Asiyah isteri kesayangannya itu
dibenamkan kakinya ke dalam tanah dan di atasnya diletakkan pasak dari beton agar ia
mengingkari Allah dan menjadikan Fir'aun sebagai tuhannya, tetapi Asiyah tetap dalam
keyakinannya dan berdoa kepada Allah sebagaimana yang tersebut dalam Alquran surah
at-Tahrim ayat 11.
“Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang
beriman, ketika ia berkata: Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di
sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan
selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim. ”

Doa Asiyah didengar oleh Allah SWT dan mengutus malaikat kepada Asiyah
yang sedang tersiksa untuk memperlihatkan tempatnya kelak di dalam surga. Akhirnya
Asiyah binti Muzahim turunan Nabi Ishak as, gugur ditangan tentara Fir'aun sebagai
syuhada yang mempertahankan iman.

2. Kekuatan Asiyah dalam Mendidik Seorang Calon Nabi


Dalam perjalanan hidupnya, Asiyah mengalami banyak cobaan dari Allah melalui
orang-orang zalim disekitarnya bahkan dari orang yang paling dekat dengannya, yakni
suaminya, Fir'aun dan orang-orang yang ada disekitar istana dibawah perintah suaminya.
Dilihat dari sisi gender, bahwa Asiyah dan Musa adalah dua sosok khalifah Allah
yang sama-sama menjalankan tugas kekhalifahan berdasarkan peran dalam status yang
berbeda. Asiyah berperan dan berstatus sebagai istri Fir'aun ibu angkat Musa as,
sekaligus sebagai hamba Allah, pengemban agama Tauhid, sedangkan Musa berstatus
dan berperan sebagai putra angkat Fir'aun
dan Asiyah, sekaligus sebagai hamba Allah pengemban amanah kenabian yakni
menegakkan agama Tauhid di muka bumi.
Dari Asiyah pula dapat belajar akan fitrah indah dari seorang perempuan, ketika
Allah menganugerahkan kasih sayang kepadanya saat Musa kecil dihanyutkan di sungai
Nil. Refleks meminta fir'aun untuk mengasuh Musa kecil. Dan Fir'aun, seperti
kebanyakan laki- laki lainnya, kadang tidak kuasa jika berhadapan dengan keinginan
perempuan. Fitrah yang sering dilihat, dari ibu, kakak atau adik perempuan, serta
kaum perempuan lainnya, mudah sekali bagi mereka untuk menampakkan kasih
sayang, terutama pada anak kecil. Bisa dibayangkan jika mempunyai pasangan seperti
Fir'aun dengan sifatnya yang congkak, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Pasti harus
luar biasa sabar menghadapi orang seperti Fir'aun. Asiyah juga menggambarkan dengan
jelas, jika keimanan sudah terpatri kuat dalam hati, lingkungan yang luar biasa penuh
dengan nuansa kemusyrikan dan kekufuran tidak menggoyahkan keimanannya.
Apalagi mereka yang mendapati dalam hidup nuansa penuh dengan keimanan, harus
benar-benar bersyukur. Dan bagian ini dapat dijadikan pelajaran;
1. Penjagan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman manakala mereka
tertimpa musibah. Allah mengutus malaikat kepada Asiyah istri Fir'aun untuk
memayunginya sementara dia terpasung. Dan Allah menampakkan kepadanya
rumah yang disediakan untuknya di Surga. Hal itu agar meneguhkannya di
atas iman.
2. Sebagian hamba Allah memilih nikmat akhirat dari pada nikmat dunia,
walaupun dia telah meraih duniawi di tempat yang tertinggi. Asiyah adalah
wanita nomor satu di istana Fir'aun.
3. Besarnya kebijaksanaan Allah. Jika Dia berkehendak, niscaya Dia menyelematkan
Asiyah dari ujiannya dan memusnahkan Fir'aun dan anak buahnya. Akan tetapi,
Allah maha Bijaksana, Dia menunda dan tidak lalai.’

KESIMPULAN

Sejarah Asiyah istri Firauh ini merupakan kisah yang di kehendaki oleh
Allah yang hendak menyelamatkan Musa. Hingga akhirnya Musa diambil menjadi
anaknya dengan penuh kasih dan sayang. Allah SWT menyusupkan kasih sayang ke
dalam hati Fir'aun sehingga timbul rasa kasihan Fir'aun terhadap Musa. Karena rasa
hasihan dan rasa sayang kepada Musa telah tersusup ke dalam hati Fir'aun, maka
diperintahkannyalah kepada para pegawai istana untuk mencari ibu susu untuk Musa.

Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/114651-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai