Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TAMBAHAN MATA KULIAH KINEMATIKA DAN

DINAMIKA I

Oleh :
ALIKA PUTRA DEMI LAKSA
20201120004

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA
BANDUNG
2023
Mekanisme Mesin Powell (Engkol Peluncur)

Mekanisme adalah bagian dari mesin yang berfungsi untuk meneruskan gerak (dan gaya)
dari sumber energi ke tujuan kerja. Mekanisme yang terdiri dari 4 batang hubung merupakan
suatu mekanisme sistem gerak yang sederhana, dimana pemakaiannya sangat umum dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh mekanisme dengan menggunakan 4 batang hubung adalah
mekanisme engkol peluncur, dimana salah satu batang hubung berputar terhadap poros batang
hubung yang diam dan batang hubung yang lain bergerak meluncur dengan arah linier.

Aplikasi berupa alat dengan mekanisme engkol peluncur yang telah dilakukan peneliti
antara lain terdapat pada motor bakar dimana mekanisme tersebut merupakan elemen pokok
pada sistem kerja motor bahan bakar bensin atau solar. Mekanisme ini adalah suatu sistem yang
berfungsi untuk menghisap dan menekan bahan bakar bensin ke dalam silinder guna
mendapatkan temperatur tinggi pada gas bahan bakar kemudian meledak di atas permukaan
piston. Ledakan inilah yang mendorong piston sekaligus merubah gerak vertikal menjadi gerak
berputar pada batang poros engkol menjadi tenaga pembangkit untuk memenuhi kebutuhan.
Aplikasi mekanisme engkol peluncur juga terdapat pada alat teknologi tepat guna, seperti : alat
perajang keripik, alat pengiris buah-buahan dan umbi-umbian, mesin pengayak dan lain
sebagainya.

Gambar 1.1 Mekanisme Mesin Powell

Mekanisme yang paling sederhana untuk dipelajari adalah mekanisme engkol peluncur
segaris seperti yang ditunjukkan gambar 1.2 . Semua dimensi mekanisme dianggap sudah
diketahui dan batang-batang penghubung digambar sesuai dengan skalanya. Analisa
didasarkan pada posisi sesaat seperti digambarkan karena diagram vektor dibuat berdasarkan
gambar.
Gambar 1.2 Analisa keceptan mekanisme engkol peluncur

Misalkan diketahui kecepatan sudut penghubung 2 berputar searah jarum jam dengan

kecepatan sudut  2 , radian per detik. Kecepatan titik A berputar terhadap titik O2, dapat
dihitung dengan

VA = O2 A 2

Penghubung 2 dan penghubung 3 diperlihatkan terpisah dalam gambar 1.2.b, dengan


kecepatan yang sudah diketahui. Kecepatan titik B dapat diketahui dari

VB = VA + VBA

Besaran-besaran yang diketahui adalah:


• Besar VA ( V A = O2 A 2 )

• Arah VA.(Tegak lurus terhadap batang 2)

• Arah VB (titik B bergerak dalam satu garis horizontal)

• Arah VBA (tegak lurus ke garis antara B dan A)

Besaran-besaran yang belum diketahui adalah:

• Harga VB

• Harga VBA

Diagram vektor dimulai pada titik awal Ov, dalam gambar 1.2.c digambarkan posisinya
dalam satu skala. Persamaan vektor menyatakan bahwa sebuah vektor yang tegak lurus
terhadap garis antara B dan A ditambahkan ke VA, sama dengan resultante yang berupa sebuah
vektor dalam arah gerak titik B. Titik B dalam gambar.

Gambar 1.2c digambarkan kembali seperti ditunjukkan dalam gambar 1.2d untuk
memperlihatkan arah masing-masing vektor. Kecepatan masing-masing titik dinyatakan
dengan poligon kecepatan dengan menghilangkan kepala panah seperti gambar 1e. Kecepatan
masing-masing titik adalah garis yang menghubungkan titik O dengan huruf yang berkaitan,
misalnya a dan b.

Kecepatan sudut penghubung 3 dapat diperoleh berdasarkan gambar 1.2e. Penghubung


3 diisolasi (gambar 2.1f) dimana digunakan VBA kerena titik A dipandang diam. Penghubung
3 berutar melawan arah jarum jam dengan kecepatan sudut.

 3 = VBA BA

Misalkan diingini mengetahui kecepatan titik C pada penghubung 3, kita dapat lagi
menerapkan persamaan kecepatan

VC = V A + VCA

Besar dan arah VC tidak diketahui dan besar VCA juga tidak diketahui. Kita harus
memperoleh informasi tambahan untuk menghitung VC.

VCA = CA3
VBA = BA 3
Dari kedua persamaan diatas diperoleh hubungan

VCA CA 3 CA
= =
VBA BA 3 BA

Dalam persamaan diatas, VCA daPat ditentukan secara grafis seperti ditunjukkan dalam
gambar 2.1g, dengan prinsip segitiga sebangun. Kecepatan titik C ditunjukkan dalam gambar
2.1h.

Karena kecepatan-kecepatan relatif sebanding dengan jarak, maka dapat ditunjukkan


bahwa kecepatan relatif suatu titik lain pada garis A-B pada penghubung 3 dapat ditempatkan
pada garis a-b pada poligon kecepatan pada gambar 1.2i. Karena alasan inilah maka metode
kecepatan relatif seringkali disebut metode “gambaran kecepatan”, dimana vektor-vektor
kecepatan relatif menjadi “gambaran” dari penghubung-penghubung yang berkaitan pada
mekanisme aslinya.

Selanjutnya, perhatikan mekanisme pelincur seperti diperlihatkan dalam gambar 1.2a.


Penghubung 3 digambarkan diperluas ke A-B-D, terutama untuk ilustrasi dalam penentuan
kecepatan semacam titik D. Prosedur yang paling sederhana adalah dengan memecahkan dua
persamaan vektor berikut:

VD = VB + VDB

VD = VA + VDA

Gambar 1.3 kecepatan memberikan gambaran penghubung yang berkaitan

Mekanisme yang dipilih, yang memakai suatu kombinasi engkol peluncur dan empat
penghubung ialah mesin Powell pada gambar 1.4a. Penghubung 2 dimisalkan berputar pada

suatu kecepatan konstan,  2 , searah putaran jarum jam. Poligon kecepatannya ditunjukkan
pada gambar 1.4b. Poligon percepatannya ditunjukkan pada gambar 1.4c. Tunjukkan bahwa
persamaan-persamaan berikut akan memberikan jawabannya.
Gambar 1.4 Kecepatan dan percepayan mesin powell

Dimana

AA = O2 A 2
2

2
V
AB = AA + BA + BA 3
BA

VBA
2

AB = AA + + BA 3 
BA 
2 
AB =
VB
+ O4 B 4 
O4 B 

AC O4 C
=
AB O4 B

2
V
AD = AC + DC + DC 5
DC
Komponen Percepatan Colioris

Percepatan Coriolis adalah percepatan akibat rotasi bumi, yang dialami oleh partikel
(bidang air, misalnya) yang bergerak di sepanjang permukaan bumi. Arus laut dipengaruhi oleh
percepatan Coriolis.

Percepatan Coriolis dihasilkan oleh rotasi bumi ke arah timur di sekitar sumbu Utara -
Selatan. Definisi sumbu x,y,z pada bumi yang berputar. Akselerasi ini dapat dianggap sebagai
efek kinematik murni dengan mencatat bahwa penurunan waktu dalam kerangka yang berputar
memperkenalkan istilah yang terkait dengan rotasi sumbu referensi.

Gambar 1.5 sumbu x,y,z pada rotasi bumi

Jika sebuah titik P berputar terhadap suatu sumbu non-inertial (moving) dan mengalami
percepatan, maka percepatan linier titik P tersebut terhadap sumbu merupakan penjumlahan
dari 4 komponen percepatan yaitu percepatan sumbu non-inertial itu sendiri (terhadap fixed
reference frame), percepatan normal P, percepatan tangensial P, dan percepatan coriolis P.
Percepatan normal (disebut pula percepatan sentripetal/sentrifugal) mengarah
menuju/menjauhi sumbu putar. Percepatan tangensial memiliki arah tegak lurus terhadap
percepatan normal. Sedangkan percepatan coriolis muncul karena percepatan titik P diukur
terhadap sumbu non-inertial.

Jika O adalah sumbu putar, omega adalah kecepatan angular perputaran, dan v(P/O)
adalah vektor kecepatan linier titik P terhadap O, maka vektor percepatan coriolis titik P
dirumuskan sebagai:

𝑎∞ = 2𝜔 × 𝑉𝑝/𝑜
Akibat adanya percepatan Coriolis, muncullah gaya Coriolis. Adapun fenomena yang
muncul akibat percepatan dan gaya Coriolis biasa disebut sebagai efek Coriolis.

Mekanisme Stephenson

Dalam mekanika, sambungan enam batang adalah mekanisme dengan satu derajat
kebebasan yang dibangun dari enam sambungan dan tujuh sambungan. Contohnya adalah
sambungan Klann yang digunakan untuk menggerakkan kaki-kaki mesin berjalan.

Secara umum, setiap sambungan dari tautan menghubungkan dua tautan, dan tautan biner
mendukung dua sambungan. Jika kita mempertimbangkan segi enam yang dibangun dari enam
sambungan biner dengan enam dari tujuh sambungan membentuk simpulnya, maka sambungan
ketujuh dapat ditambahkan untuk menghubungkan dua sisi segi enam untuk membentuk
sambungan enam batang dengan dua sambungan terner yang dihubungkan oleh satu
sambungan. Jenis hubungan enam batang ini dikatakan memiliki topologi Watt.

Persambungan enam batang juga dapat dibangun dengan pertama-tama merangkai lima
mata rantai biner menjadi sebuah segi lima, yang menggunakan lima dari tujuh sambungan,
dan kemudian menyelesaikan hubungan tersebut dengan menambahkan mata rantai biner yang
menghubungkan dua sisi segi lima. Ini sekali lagi membuat dua tautan ternary yang sekarang
dipisahkan oleh satu atau lebih tautan biner. Jenis hubungan enam batang ini dikatakan
memiliki topologi Stephenson.Keterkaitan Klann memiliki topologi Stephenson.

Sambungan enam dan tujuh batang stephenson terdiri dari satu putaran empat atau lima
batang. Ini memiliki dua sambungan terner yang dipisahkan oleh sambungan biner yang artinya
dua sambungan terner tidak terhubung satu sama lain dengan sambungan seperti dalam kasus
topology watt.

Stephenson memiliki tiga bentuk tergantung pada sambungan yang dipilih sebagai
bingkai yang dilambangkan dengan steohenson I, II, dan III
Gambar 1.6 Sambungan enam batang

Kecepatan Relatif dan Absolut

Kecepatan suatu titik atau partikel merupakan besaran vektor sehingga dalam analisis
kecepatan kita dapat menggunakan kaidah-kaidah yang berkenaan dengan aturan-aturan
operasi vektor. Analisis vektor dapat dilakukan, baik secara analitis maupun grafis. Secara
analitis, dapat digunakan metode koordinat kartesian atau metode bilangan kompleks. Dalam
hal ini, kecepatan diperoleh dangan mendiferensiasikan persamaan posisi terhadap waktu t
(persamaan posisi merupakan fungsi waktu t).

Kecepatan relatif didefinisikan sebagai kecepatan suatu benda terhadap pengamat lain.
Ini adalah tingkat waktu perubahan posisi dari satu objek terhadap objek lain. sedangkan
Kecepatan absolut adalah kecepatan yang tidak bergantung pada gerak relatif kerangka acuan.
Yang disebut kerangka mutlak contohnya kecepatan cahaya

kecepatan objek A relatif terhadap objek B bisa ditulis

Vab = Va – Vb

Demikian pula kecepatan objek B relatif terhadap A adalah

Vba = Vb – Va

Dari dua persamaan diatas bisa disimpulkan

Vab = -Vba

Meskipun besarnya kedua kecepayan relatif sama satu sama lain, secara matematis

[Vab] = [Vba]

Anda mungkin juga menyukai