Anda di halaman 1dari 9

Modul Analisa Sistem Tenaga

PERTEMUAN 11:
KOMPONEN SIMETRIS DAN ANALISA GANGGUAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai komponen simetris dan analisa gangguan. Anda
harus mampu:
1.1 Memahami perbedaan fasor tak simetris dan komponen-komponen simetrisnya.
1.2 Menggunakan operator-operator dalam perhitungan fasor tak simetris dan komponen
simetrisnya.
1.3 Memahami fasor tak seimbang atau fasor tak simetris
1.4 Mengitung daya menggunakan komponen simetris sebagai sukunya.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Fasor Tak Simetris dan Komponen-komponen Simetrisnya

Fortesque membuktikan bahwa suatu sistem tak seimbang yang terdiri dari n fasor yang
berhubungan (related) dapat diuraikan menjadi n buah sistem dengan fasor seimbang
yang dinamakan komponen-komponen simetris (symmetrical components) dari fasor
aslinya. n buah fasor pada setiap himpunan komponennya adalah sama pan-jang, dan
sudut di antara fasor yang bersebelahan dalam himpunan itu sama besarnya. Meskipun
metoda ini berlaku untuk setiap sistem fasa-majemuk tak seimbang, kita akan membatasi
pembahasan kita pada sistem tiga-fasa saja.

Menurut teorema Fortesque, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga-fasa dapat diuraikan
menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang komponen itu adalah:
Komponen urutan-positif (positive sequence components) yang terdiri dari tiga fasor yang
sama besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasa sebesar 120°, dan mempunyai
urutan fasa yang sama seperti fasor aslinya.
Komponen urutan-negatif yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lain dalam fasa sebesar 120°, dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 1


Modul Analisa Sistem Tenaga

dengan fasor aslinya. Komponen urutan nol yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya dan dengan penggeseran fasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.

Telah menjadi kebiasaan umum, ketika memecahkan permasalahan dengan menggunakan


komponen simetris bahwa ketiga fasa dari sistem dinyatakan sebagai a, b, dan c dengan
cara yang demikian sehingga urutan fasa tegangan dan arus dalam sistem adalah abc.
Jadi, urutan fasa komponen urutan positif dari fasor tak seimbang itu adalah abc,
sedangkan urutan fasa dari komponen urutan negatif adalah acb. Jika fasor aslinya adalah
tegangan, maka tegangan tersebut dapat dinyatakan dengan Va, Vb, dan Vc. Ketiga
himpunan komponen simetris dinyatakan dengan subskrip tambahan 1 untuk komponen
urutan-positif, 2 untuk, komponen urutan-negatif, dan 0 untuk komponen urutan nol.
Komponen urutan positif dari Va, Vb dan Vc adalah Va1, Vb1, dan Vc1. Demikian pula,
komponen urutan negatif adalah Va2, Vb2, dan Vc2, sedangkan komponen urutan nol
adalah Va0, Vb0, dan Vc0.

Gambar di bawah menunjukkan tiga himpunan komponen simetris semacam itu. Fasor
arus akan dinyatakan dengan subskrip seperti untuk tegangan tersebut. Karena setiap
fasor tak seimbang, yang asli adalah jumlah komponen, fasor asli yang dinyatakan dalam
suku-suku komponennya adalah:

Gambar 11.1 Tiga himpunan fasor seimbang yang merupakan komponen simetris dari tiga
fasor tak-seimbang

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 2


Modul Analisa Sistem Tenaga

Gambar 11.2 Penjumlahan secara grafis komponen-komponen simetris untuk


mendapatkan tiga fasor tak seimbang

Bermacam-macam keuntungan dari analisis sistem daya dengan metoda komponen


simetris akan berangsur-angsur menjadi jelas bila kita menerapkan metoda ini untuk
menelaah gangguan tak simetris pada sistem yang lepas dari gangguan tersebut adalah
simetris.

Cukup untuk kita sebutkan di sini bahwa metoda itu terdiri dari mendapatkan komponen
simetris arus pada gangguan. Kemudian nilai arus dan tegangan pada berbagai titik dalam
sistem dapat diperoleh. Metoda yang cukup sederhana ini dapat memberikan ramalan
yang seksama tentang perilaku sistem itu.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Operator-operator dalam Penyelesaian Fasor Tak Simetris dan
Komponen Simetris

Karena adanya pergeseran fasa pada komponen simetris tegangan dan arus dalam sistem
tiga-fasa, akan sangat memudahkan bila kita mempunyai metoda penulisan cepat untuk
menunjukkan perputaran fasor dengan 120°. Hasil-kali dua buah bilangan kompleks
adalah hasil-kali besarannya dan jumlah sudut fasanya. Jika bilangan kompleks yang
menyatakan fasor dikalikan dengan bilangan kompleks yang besarnya satu dan sudutnya

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 3


Modul Analisa Sistem Tenaga

, bilangan kompleks yang dihasilkan adalah fasor yang sama besar dengan fasor aslinya
tetapi fasanya tergeser dengan sudut .

Bilangan kompleks dengan besar satu dan sudut  merupakan operator yang
memutar fasor yang dikenakannya melalui sudut . Kita sudah kenal dengan operator j,
yang menyebabkan perputaran sebesar 90°, dan operator -1, yang menyebabkan
perputaran sebesar 180°. Penggunaan operator j sebanyak dua kali berturut-turut akan
menyebabkan perputaran melalui 90° + 90°, yang membawa kita pada kesimpulan bahwa
j x j menyebabkan perputaran sebesar
180°, dan karena itu kita ingat kembali bahwa j2 adalah sama dengan -1. Pangkat pangkat
yang lain dari operator j dapat diperoleh dengan analisis yang serupa. Huruf a biasanya
digunakan untuk menunjukkan operator yang menyebabkan perputaran sebesar 120°
dalam arah yang berlawanan dengan arah jarum jam.

Operator semacam ini adalah bilangan kompleks yang besarnya satu dan sudutnya 120°
dan didefinisikan sebagai :

Jika operator a dikenakan pada fasor dua kali berturut-turut, maka fasor itu akan diputar
dengan sudut sebesar 240°. Untuk pengenaan tiga kali berturut-turut fasor akan diputar
dengan 360°. Jadi,

Gambar 11.3 Diagram fasor berbagai pangkat dari operator a.

Tujuan Pembelajaran 1.3:


Fasor Tak Simetris

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 4


Modul Analisa Sistem Tenaga

Telah kita lihat pada Gambar 2. sintesis tiga fasor tak simetris dari tiga himpunan fasor
simetris. Sintesis itu telah dilakukan sesuai dengan Persamaan (11.1) sampai dengan
(11.3). Sekarang marilah kita periksa persamaan tersebut untuk menentukan bagaimana
menguraikan ketiga fasor tak simetris itu menjadi komponen simetrisnya.
Mula-mula, kita perhatikan bahwa banyaknya kuantitas yang diketahui dapat
dikurangi dengan menyatakan masing-masing komponen Vb dan Vc sebagai hasil kali
fungsi operator a dan komponen Va. Dengan berpedoman pada Gambar 1, hubungan
berikut dapat diperiksa kebenarannya:

Dengan mengulangi Persamaan 1 dan memasukkan Persamaan 4 ke dalam Persamaan 2


dan 3 dihasilkan:

atau dalam bentuk matriks:

Untuk memudahkan kita misalkan:

Maka, seperti dapat dibuktikan dengan mudah

dan dengan memprakalikan kedua sisi Persamaan 8 dengan A-1 diperoleh:

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 5


Modul Analisa Sistem Tenaga

yang menunjukkan pada kita bagaimana menguraikan tiga fasor tak simetris menjadi
komponen simetrisnya. Hubungan ini demikian pentingnya sehingga kita dapat menulis
masing-masing persamaan itu dalam bentuk yang biasa. Dari Persamaan 11, kita peroleh:

Jika diperlukan, komponen Vb0, Vb1, Vb2, Vc0, Vc1, dan Vc2, dapat diperoleh
persamaan 4. Persamaan 12 menunjukkan bahwa tidak akan ada komponen urutan-nol
jika jumlah fasor tak seimbang itu sama dengan nol. Karena jumlah fasor tegangan antar
saluran pada sistem tiga-fasa selalu nol, maka komponen urutan-nol tidak pernah terdapat
dalam tegangan saluran itu, tanpa memandang besarnya ketidakseimbangannya.Jumlah
ketiga fasor tegangan saluran ke netral tidak selalu harus sama dengan nol, dan tegangan
ke netral dapat mengandung komponen urutan-nol.

Persamaan yang terdahulu sebenarnya dapat pula ditulis untuk setiap himpunan fasor
yang berhubungan, dan kita dapat pula menuliskannya untuk arus sebagai ganti tegangan.
Persamaan tersebut dapat diselesaikan baik secara analitis maupun secara grafis. Karena
beberapa persamaan yang terdahulu sangat mendasar, marilah kita tuliskan ringkasannya
untuk arus-arus:

Dalam sistem tiga-fasa, jumlah arus saluran sama dengan arus In dalam jalur kembali
lewat netral. Jadi persamaan 21:

Dengan membandingkan Persamaan (11.18) dan (11. 21) kita peroleh:

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 6


Modul Analisa Sistem Tenaga

Jika tidak ada jalur yang melalui netral dari sistem tiga-fasa, In, adalah nol, dan arus
saluran tidak mengandung komponen urutan-nol. Suatu beban dengan hubungan- tidak
menyediakan jalur ke netral, dan karena itu arus saluran yang mengalir ke beban yang
dihubungkan- tidak dapat mengandung komponen urutan-nol.

Tujuan Pembelajaran 1.4:


Daya dengan Komponen Simetris sebagai Sukunya

Jika komponen simetris arus dan tegangan diketahui, maka daya yang terpakai pada
rangkaian tiga-fasa dapat langsung dihitung dari komponen tersebut. Peragaan pernyataan
ini mempakan contoh yang baik dari manipulasi matriks komponen simetris.
Daya kompleks total yang mengalir ke dalam rangkaian tiga-fasa melalui tiga
saluran a, b, dan c adalah:

di mana Va, Vb, dan Vc adalah tegangan ke netral pada terminal dan Ia, Ib, serta Ic adalah
arus yang mengalir ke dalam rangkaian pada ketiga saluran tersebut. Di sini, sambungan
netral boleh ada atau diabaikan. Dalam notasi matriks:

di mana pasangan (conjugate) matriks diartikan terdiri dari beberapa unsur yang
merupakan pasangan unsur yang bersesuaian pada matriks aslinya. Untuk
memperkenalkan komponen simetris tegangan dan arus, kita gunakan Persamaan (11.8)
dan (11.9) untuk mendapatkan:

di mana

Aturan pembalikan (reversal rule) pada aljabar matriks menyatakan bahwa transpose
hasil-kali dua buah matriks sama dengan hasil-kali transpose-transpose matriks itu dengan
urutan yang terbalik. Jadi sesuai dengan aturan ini:

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 7


Modul Analisa Sistem Tenaga

Dengan memperhatikan bahwa Ar = A dan bahwa a dan a* adalah pasangan, kita


dapatkan:

atau, karena AT A* sama dengan

Jadi, daya kompleks adalah:

yang menunjukkan bagaimana daya kompleks dapat dihitung dari komponen


simetris tegangan dan arus rangkaian tiga-fasa seimbang.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
Tentukan daya kompleks 3 fasa dari fasor tegangan dan arus tak seimbang berikut,
dengan menggunakan komponen simetris!
 100   j10 
VABC   100 IABC   10
~ ~

 0   10

D. DAFTAR PUSTAKA
Zuhal, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Cetakan Kelima, PT Gramedia Pustaka Utama,
1995.

William D. Stevenson, Jr., Element of Power System Analysis, 4th Edition, McGraw-Hill
Book Company, 1979.

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 8


Modul Analisa Sistem Tenaga

B.M. Weedy, Electric Power System, 2nd Edition, John Wiley & Sons Ltd., 1972.

S1 Teknik Elektro Universitas Pamulang 9

Anda mungkin juga menyukai