-
(
(
(
=
(
(
(
ao
an
ap
c
b
a
V
V
V
h h
h h
V
V
V
1
1
1 1 1
2
2
3 / 2t j
e h =
3 / 2t
dengan
, sehingga persamaan diatas secara matrik dapat ditulis menjadi ;
dengan ;
Va,Vb, Vc
c
adalah tegangan dari sistem 3 phasa
Vap, Van, Vao adalah tegangan urutan positip, negatip, dan nol dari
komponen simestris
adalah operator kompleks modul l dan sudut
..2.8
LANJUT
Sehingga untuk memudahkan kita, misalkan
(
(
(
=
1
1
1 1 1
2
2
3
h h
h h S
| |
3
3 1
3
int
S Det
S adjo
S =
(
(
(
(
1 1 1
1
1
3
1
2
2
1
3
h h
h h
S
Kemudian untuk menentukan invers matriks transformasi pada persamaan (2.9)
dapat dihitung sebagai berikut:
sehigga diperoleh invers matriks transformasi S
3
adalalah:
..2.9
sedangkan
| |
(
(
(
(
=
1 1 1
1
1
2
2
*
3
h h
h h
S
t
LANJUT
Dengan memperkaliakan kedua sisi persamaan (2.8) dengan S
3
-1
menghasilkan :
(
(
(
-
(
(
(
=
(
(
(
c
b
a
an
ap
an
V
V
V
h h
h h
V
V
V
2
2
1
1
1 1 1
.2.10
..2.11
3
3
(
(
(
=
1
1
1 1 1
3
1
2
2
3
h h
h h S
Agar daya invariant, untuk maka [S
3
] harus dibagi
dan [S
3
]
-1
harus dikalikan , sehingga diperoleh bentuk sebagai berikut:
| | | |
(
(
(
(
= =
1 1 1
1
1
3
1
2
2
1
3
*
3
h h
h h
S S
t
dan
LANJUT
Bagaimana cara untuk menguraikan tiga fasa tak simetris ke dalam
komponen-komponen simetrisnya. Hubungan ini demikian penting,
sehingga dari persamaan (2.11) diperoleh persamaan sbb;
V
ao
=1/3[V
a
+V
b
+V
c
]...(2.12)
V
ap
=1/3[V
a
+hV
b
+h
2
V
c
].(2.13)
V
an
=1/3[V
a
+h
2
V
b
+hV
c
].(2.14)
Untuk persamaan arus-arusnya sbb;
I
a
=I
ap
+I
an
+I
ao
...(2.15)
I
b
=h
2
I
ap
+hI
an
+I
ao
....(2.16)
I
c
=hI
ap
+h
2
I
an
+I
ao
.....(2.17)
I
ao
=1/3[I
a
+I
b
+I
c
(2.18)
I
ap
=1/3[I
a
+hI
b
+h
2
I
c
].(2.19)
I
an
=1/3[I
a
+h
2
I
b
+hI
c
]..(2.20)
LANJUT
Dalam suatu sistem tiga fasa jumlah arus-arus saluran sama
dengan arus In dalam jalur kembali melalui netral, sehingga
besarnya arus netral adalah
I
n
=I
a
+I
b
+I
c
(2.21)
Dengan menggunakan persamaan (12.15) sampai persamaan
(12.17), dengan (1+h+h
2
= 0), maka nilai arus netral menjadi
I
n
=3I
a0
..(2.22)
Suatu beban dengan hubungam delta tidak memberikan jalur netral
dan arus-arus saluran yang mengalir dalam suatu beban yang
dihubungkan delta dapat tidak mengandung komponen-komponen
urutan nol.
contoh
Salah satu penghantar suatu saluran tiga fasa
terbuka. Arus yang mengalir ke beban yang
dihubungkan secara delta melalui saluran a
adalah 10 A.
Dengan arus dalam saluran a sebagai pedoman
dan dengan mengandaikan saluran c terbuka.
Tentukan komponen-komponen simetris arus-
arus salurannya.
Penyelesaian
Penyelesaian
Gbr Rangkaian Untuk sistem diatas
Z
Z
Z
a
b
c
Ia=10 0
0
A
0
0
A Ib=10
18
Ic=0
Arus arus salurannya adalah
A Ic dan , A Ib , A Ia 0 180 10 0 10
0 0
= Z = Z =
Dari persamaan 12.18 sampai 12.20 diperoleh arus semetrinsnya
( )
( ) ( )
( ) ( ) A , A , j , A Ian
A , A , j , A Iap
A A Iao
0
0
0 0
0 0 0 0
0 0
60 33 3 89 2 3 3 0 240 180 10 0 10
3
1
60 33 3 89 2 3 3 0 120 180 10 0 10
3
1
0 0 180 10 0 10
3
1
Z = + = + + Z + Z =
Z = = + + Z + Z =
= + Z + Z =
LANJUT
( ) ( )
( )
A Ibo
A , , Ibn
A , A , Ibp
0
60 33 3 120 60 33 3
33 3 240 60 33 3
0 0 0
0 0
=
Z = + Z =
= + Z =
| |
( ) A , , Icn
A , , Icp
A Ico
0
0
0
0 0 0
60 33 3 240 60 33 3
60 33 3 120 60 33 3
0
Z = + Z =
Z = + Z =
=
PERTEMUAN KE- 6
Rangkaian terkopel magnetik
Persamaan Fluksi
( )
( )
( )
( )
(
=
(
t i
t i
L M
M L
dt
d
t v
t v
2
1
22
11
2
1
( ) ( ) t i L t v
-
=
LANJUT
Tegangan yang disebabkan induktansi mutual adalah:
1
12
2
12
2
1
) (
di
d
N M atau
dt
d
N
dt
di
M t v
u
=
u
= =
Atau induktansi mutual dapat ditulis adalah:
2
21
1
di
d
N M
u
=
Koefisien gandengan k didefinisikan rasio antara fluksi lingkup
terhadap fluksi total:
dt
di
L
dt
d
N v
1
1
21
1
=
u
=
dan
i
di
d
N L
21
1
u
=
2
21
1
12
|
|
|
|
= = k
Nilai koefisien gandengan k adalah
1 0 s s k
2 1
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
1
1
12
2
2
21
1
2
L L k
di
d
N
di
d
N k
di
dk
N
di
dk
N
di
d
N
di
d
N M
=
|
|
.
|
\
| u
|
|
.
|
\
| u
=
|
|
.
|
\
| u
|
|
.
|
\
| u
=
|
|
.
|
\
| u
|
|
.
|
\
| u
=
Jika induktansi mutual dikuadratkan diperoleh persamaan
dibawah ini;
LANJUTAN
Sehingga induktansi mutual diperoleh persamaan sebagai
berikut;
2 1 2 1
2
M L L k L L k = =
Bila k membesar mendekati 1 berarti kopling magnetik antar
induktor makin kuat, sehingga induktor mutual adalah:
LANJUT
Fluksi total adalah
12 11 1
| | | + =
Sehingga reaktansi mutual adalah
2 1
X X k X
M
=
Persamaan Tegangan
Contoh Soal
Ketika arus yang melewati salah satu koil dari sepasang koil yang
secara magnetik saling bergandeng adalah 5 A, maka fluksi |
11
dan
|
12
yang dihasilkan adalah 0,2 mWb dan 0,4 mWb. Jika jumlah lilitan
masing-masing koil adalah N
1
= 500 lilitan dan N
2
= 1500 lilitan,
Carilah L
1
, L
2
, M dan koefisien gandeng k.
Penyelesaian
|
1
= |
11
+|
12
= 0,6mWb
L
1
= N
1
|
1
/I
1
= (500x0,6)/5 = 60 mH
M = N
2
|
12
/I
1
= (1500x0,4)/5 = 120 mH
k = |
12
/|
1
= 0,4/0,6 = 0,667
L
2
= M
2
/(k
2
L
1
) = 0,12
2
/(0,667
2
x0,06) = 540 mH
LATIHAN
Dua buah koil yang saling bergandengan memiliki induktansi diri L
1
=
100mH dan L
2
= 400 mH serta koefisien gandengan k = 0,5.
Jika koil kedua memiliki lilitan sejumlah 1000 lilitan dan arus primer
i
1
= 5 sin 400t A.
Cari tegangan pada koil kedua dan fluksi |
1
.
Penyelesaian
( )
t t
dt
t d
v
M
M
dt
di
M v
400 cos 200 400 cos 5 1 , 0 400
400 sin 5
1 , 0
1 , 0 2 , 0 5 , 0 10 4 5 , 0
10 400 10 100 5 , 0
2
2
3 3
1
2
= = =
= = =
=
=
t
t t
k N
i M
i
k
N
i
N M
400 sin 001 , 0
500
400 sin 5 , 0
5 , 0 1000
400 sin 5 1 , 0
2
1
1
1
1
2
1
12
2
= =
=
u
=
u
=
|
LATIHAN
1. Ketika arus yang melewati salah satu koil dari sepasang
koil yang secara magnetik saling bergandeng adalah 10
A, maka fluksi |
11
dan |
12
yang dihasilkan adalah 0,8
mWb dan 0,6 mWb. Jika jumlah lilitan masing-masing
koil adalah N
1
= 1500 lilitan dan N
2
= 1200 lilitan,
Tentukanlah nilai induktansi diri L
1
, dan L
2
, dan
induktansi mutual M serta koefisien gandeng k.
2. Dua buah koil yang saling bergandengan memiliki
induktansi diri L
1
= 200mH dan L
2
= 500 mH serta
koefisien gandengan k = 0,65.
Jika koil kedua memiliki lilitan sejumlah 1200 lilitan dan
arus primer i
1
= 10 sin 300t Ampere.
tentukan tegangan pada koil kedua dan fluksi |
1
.
Tanda Dot (Titik)
Tanda dot dimaksudkan untuk memudahkan penggambaran masing-
masing kumparan. Tanda dot menentukan polaritas dari tegangan atau
induktansi bersamanya, sehingga dari pengertian ini muncul aturan tanda
dot.
Jika salah satu arus masuk pada terminal yang diberi tanda dot
dikumparan 1 dan sementara arus lain keluar dari terminal yang diberi
tanda dot di kumparan 2, maka induktansi bersamanya akan saling
menguatkan, dengan kata lain tanda dari induktansi sendiri akan
berlawanan dengan tanda induktansi bersama.
Gbr Aturan Tanda Titik ke satu
Jika kedua arus diasumsikan masuk atau keluar dari diterminal
bertanda dot dari sepasangan kumparan bergandeng, maka tanda
M akan sama dengan tanda L
LANJUT
Jika salah satu arus masuk terminal
dot dan arus yang lainnya keluar
keluar di terminal bertanda dot,
maka tanda M akan berlawanan
dengan tanda L.
Gbr Aturan tanda Titik kedua
v1
v2
i1
i2
M
L2 L1
dt
di
M
dt
di
L V
dt
di
M
dt
di
L V
1 2
2 2
2 1
1 1
=
=
Menentukan persamaan
tegangan seperti yang
ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
LANJUT
Menentukan persamaan
tegangan berdasarkan gambar
rangkaian dibawah ini;
v1
v2
i1
i2
M
L2 L1
Sehingga persamaan tegangannya
dt
di
M
dt
di
L V
dt
di
M
dt
di
L V
1 2
2 2
2 1
1 1
+ =
+ =
v1
v2
i1
i2
M
L2 L1
dt
di
M
dt
di
L V
dt
di
M
dt
di
L V
1 2
2 2
2 1
1 1
=
=
Analisis Rangkaian Kopling Magnetik
Suatu intibesi yang masing-
masing bagiannya dililit dengan
suatu kawat kumparan dikatakan
sebagai suatu transformator atau
disingkat trafo. Pada aplikasinya
digunakan untuk mengubah
amplitudo tegangan dengan
mmenaikkan untuk memperoleh
transmisi yang lebih ekonomis
ataupun menurunkannya.
Tinjauan rangkaian transformator
secara umum
Gbr Rangkaian Kopling magnetik
L2 V1 V2
i1 i2
R2
R1
L1
V2
i2
R2
V1
i1
R1
L1
L2
Dengan tanda dot, rangkaian
ekuivalennya
Gbr Rangkaian Kopling magnetik
Sehingga dapat dituliskan
persamaan tegangan :
dt
di
M
dt
di
L R i V
dt
di
M
dt
di
L R i V
1 2
2 2 2 2
2 1
1 1 1 1
+ + =
+ + =
LANJUT
Asumsi tegangan sumber adalah sinusoidal, maka keadaan
mantap adalah:
( )
( )
2 2 2 1 2
2 1 1 1 1
i L j R Mi j V
Mi j i L j R V
e e
e e
+ + =
+ + =
Sehingga rangkaian penggantinya;
L2
i2
R2
L1
v
V1
i1
R1
v
V2
M
je(L1+M) je(L1+M)
jeM
M j Z Z
L j R Z
L j R Z
e
e
e
= =
+ =
+ =
21 12
2 2 22
1 1 11
Gbr Rangkaian penggantinya;
Transformator ideal
Gbr Rangkaian Trafo ideal
L2 V1
i1 i2
R2
R1
L1 ZL
Transformator ideal adalah transformator yang tidak terkopel
dimana koefisien kopling adalah hampir satu dan kedua reaktansi
induktif primer dan skunder jauh lebih besar dibandingkan dengan
impedansi yang diberikan pada terminal. Atau pasangan trafo yang
tidak ada rugi-rugi dimana induktansi sendiri dari primer dan
skunder tidak terbatas, tetapi perbandingan keduanya terbatas.
Perbandingan antara lilitan sekunder dan primer adalah n =
N
2
/N
1
.
Secara umum diberikan
R2
V1
i1
R1
L1
L2
i2
ZL
M
Gbr Rangkaian Pengganti Trafo
ideal
LANJUT
Persamaan tegangan dan arus
( )
( )
2 2 2 1
2 1 1 1 1
0 i Z L j R Mi j
Mi j i L j R V
L
+ + + =
+ =
e e
e e
( )
1
2 2
2
i
Z L j R
M j
i
L
+ +
=
e
e
Persamaan arus beban
Persamaan tegangan dan arus
( )
( )
( )
( )
1
2 2
2 2
1 1 1
1
2 2
2 2
1 1 1 1
i
Z L j R
M
L j R V
i
Z L j R
M
i L j R V
L
L
|
|
.
|
\
|
+ +
+ + =
|
|
.
|
\
|
+ +
+ + =
e
e
e
e
e
e
( )
( )
( )
( )
2 2 22
1 1 11
2 2
2 2
11
1
1
1
2 2
2 2
11 1
1
2 2
2 2
1 1 1 1
L j R Z
L j R Z
Z L j R
M
Z
i
V
Z
i
Z L j R
M
Z V
i
Z L j R
M
i L j R V
L
in
L
L
e
e
e
e
e
e
e
e
e
+ =
+ =
|
|
.
|
\
|
+ +
+ = =
|
|
.
|
\
|
+ +
+ =
|
|
.
|
\
|
+ +
+ + =
Pengukuran Polaritas Fluksi
Gbr sistem pengukuran polaritas distribusi
fluksi pada kumparan transformator
L2
Vin
i1 i2
R2
R1
L1 ZL
V
Dari hasil pembacaan alat meter Voltmeter diperoleh hasil;
1. Jika V > Vin maka polaritas Penjumlahan
2. Jika V < Vin maka polaritas Penbgurangan
MENENTUKAN FAKTOR TRANSFOMASI PADA TRANFORMATOR
Gbr distribusi fluksi beban nol
pada trafo
2
Vin
i1 i2
R2
R1
L1 ZL L
|m
|1
m
| | | + =
1 11
|
1
adalah hanya mencakup
kumparan 1 menghasilkan
gaya gerak listrik sebesar
dt
di
L e
1
1 1
=
Dari gambar diatas dibangkitkan
garis-garis gaya magnet
sebesar;
Besar nilai tegangan yang
diakibat perubahan fluksi
setiap saat adalah
dt
d
N V
dt
d
N V
m
m
|
|
2 2
1 1
=
=
Dengan membandingkan
tegangan V1 terhadap V2
diperoleh faktor transformasi a
;
a
N
N
V
V
;
dt
d
N
dt
d
N
V
V
m
m
= = =
2
1
2
1
2
1
2
1
|
|
LANJUT
Faktor transformasi diperoleh
hanya dalam keadaan beban
nol, dan jiuka keadaan
berbeban faktor transformasi
ditentukan perbandingan arus
primer terhadap arus sekunder
yaitu
1
2
I
I
a =
2
Vin
i1 i2
R2
R1
L1 ZL L
|m
|1 |2
Gbr trafo diberi beban
2
2 2
1 1 1
L
L
jX R Z
jX R Z
+ =
+ =
Impedansi yang timbul ditrafo
Impedansi yang timbul ditrafo
dapat ditentukan dengan cara
lain yaitu;
2
2 2
2
2
1
1
1
I
V
a
a
I
aV
I
V
Z = = =
atau
( )
L
Z Z a
I
V
a Z + = =
2
2
2
2 2
1
LANJUT
Contoh
2
Vin
i1 i2
6 O
L1
L
|m
|1 |2
1 O
j2 O Vin = 80 < 0
0
N=9 N=3
Faktor tranformasi adalah
3
3
9
2
1
= = =
N
N
a
Impedansi primer referensi dari
impedansi skunder adalah
( ) ( ) ( )O + = O + = + = 18 9 2 1 3
2
2
2
1
j j Z Z a Z
L
Arus primer adalah
( )
A , ,
, , j Z
V
I
0
0
0 0
1
1
1
43 63 975 3
43 63 125 20
0 80
18 9
0 80
Z =
Z
Z
=
O +
Z
= =
Sehingga arus skunder adalah
A , , I
A , , aI I
0
2
0
1 2
43 63 93 11
43 63 975 3 3
Z =
Z = =
Carilah arus primer dan
skunder pada rangkaian
diatas
LATIHAN
Dari parameter seperti tercantum pada gambar transformator
diatas carilah arus primer dan skunder pada rangkaian
transformator diatas
Tentukan tegangan yang ditimbulkan pada resistensi 2 O pada
sisi skunder tranformator diatas
Vin
i1 i2
3 O
|m
|1 |2
2 O
Vin = 80 < 30
0
N=300 N=50
j6O
j2O
j2O
Tentukan arus primer yang mengalir pada trafo tersebut.
Tentukan arus skunder I
2
yang mengalir pada trafo tersebut.
Suatu transformator 3 fasa seperti gambar dibawah ini, mempunyai
parameter R
1
= 2 O, R
2
= 1,2 O, R
o
= 2 O, X1 = 0,2 O, X2 = 012 O,
Xm = 20 O,belitan primer 3600 lilitan, skunder 2200 lilitan, dan diberi catu
daya tegangan 420 Volt, 50 Hz
UJIAN MID SEMESTER
RANGKAIN LISTRIK II PROGRAM SARJANA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
TGL: 24 NOPEMBER 2009
DOSEN PENGAMPU : SUWITNO, ST.MT
Soal Nomor 1
LANJUTAN SOAL UJIAN MID SEMESTER
Dua buah koil yang saling bergandengan memiliki induktansi diri L
1
=
80mH dan L
2
= 90 mH serta koefisien gandengan kedua kumparan
k adalah 0,8.
Jika koil kedua memiliki lilitan sejumlah 800 lilitan dan arus primer
yang ditarik dari sumber catu tegangan adalah i
1
(t)= 3 sin 200 t A.
Tentukanlah nilai tegangan yang dibangkitkan pada koil kedua
akibat arus yang ditarik dari sumber i
1
(t) tersebut
Tentukanlah nilai besaran fluksi yang dibangkitkan akibat pada
belitan primer dialiri arus sebesar 3 sin 200 t.
Soal Nomor 2
Penerapan ke Tranformator 3 Fasa
Bentuk fisik transformator 3 fasa dapat
ditunjukan pada gambar 1 dibawah ini:
Vs1 Vs2 Vs3
Vr1
Vr2
Vr3
Ls
Ls
Ls
Lr Lr
Lr
Ms
Ms
Mr Mr
Msr
Msr
Mr
Lr
Ls
Ms
Msr
r1
r2
r3
s1
s2
s3
Gambar 2. Diagram fasor dari
transformator 3 fasa
3 2 1 3 s2 s1 sr 3
3 2 1 3 s2 sr s1 2
3 2 1 3 s2 s1 sr 1
3 2 1 3 s2 s1 s 3
3 2 1 3 s2 s s1 2
3 2 1 3 s2 s1 s 1
. . . . .i i M
. . . . i M .i
. . . . .i i M
. . . . .i i M
. . . . i L .i
. . . . .i i L
r r r r r r s sr sr r
r r r r r r s sr sr r
r r r r r r s
r
s sr r
r sr r
r
s r sr s s s s
r sr r
r
s r sr s s s s
r sr r
r
s r sr s s s s
i L i M i M i M M
i M i L i M i M M
i M i M i L i M M
i M i M i M i L M
i M i M i M i M M
i M i M i M i M M
+ + + + + =
+ + + + + =
+ + + + + =
+ + + + + =
+ + + + + =
+ + + + + =
|
|
|
|
|
|
LANJUT
Secara detail
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
(
(
(
-
(
(
(
+
(
(
(
(
(
(
=
(
(
(
3 r
2 r
1 r
sr sr sr
sr sr sr
sr sr sr
3 s
2 s
1 s
s s s
s s s
s s s
3 s
2 s
1 s
i
i
i
M 3 / 4 cos M 3 / 2 cos M
3 / 2 cos M M 3 / 4 cos M
3 / 4 cos M 3 / 2 cos M M
...... .......... .......... ..........
i
i
i
.
L M M
M L M
M M L
t t
t t
t t
|
|
|
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
(
(
(
(
(
(
+
(
(
(
-
(
(
(
=
(
(
(
3 r
2 r
1 r
s s s
s s s
s s s
3 s
2 s
1 s
sr sr sr
sr sr sr
sr sr sr
3 r
2 r
1 r
i
i
i
.
L M M
M L M
M M L
i
i
i
.. ..........
M 3 / 2 cos M 3 / 2 cos M
3 / 4 cos M M 3 / 2 cos M
3 / 2 cos M 3 / 4 cos M M
t t
t t
t t
|
|
|
Persamaan fluksi secara matrik
(
-
(
=
(
r
s
rs
sr
r
s
i
i
Lr L
L Ls
|
|
LANJUT
Persamaan tegangan secara matrik
(
-
(
c
c
+
(
-
(
=
(
r
s
r rs
sr s
r
s
r
s
r
s
i
i
L L
L L
t i
i
r 0
0 r
v
v
( )
( )
( )
( )
( )
( )
3 2 1 3 2 1 r3
3 2 1 3 2 1 r2
3 2 1 3 2 1 r1
3 2 1 s3 s 2 1 s3
3 2 1 3 s2 s 1 s2
3 2 1 3 s2 s1 s s1
. 2 / 1 . 2 / 1
2 / 1 . . 2 / 1
2 / 1 . 2 / 1 .
. 2 / 1 . 2 / 1 i pL .
2 / 1 . . 2 / 1 i pL
2 / 1 . 2 / 1 . . .i i pL
r r r r r r r s sr s sr s sr
r r r r r r r s sr s sr s sr
r r r r r r r s sr s sr s sr
r s r sr r sr s s s s s
r sr r sr r sr s s s s s
r sr r sr r sr s s s s
i pL r i pM i pM i pM i pM i pM V
i pM i pL r i pM i pM i pM i pM V
i pM i pM i pL r i pM i pM i pM V
i pM i pM i pM r i pM i pM V
i pM i pM i pM i M r i pM V
i pM i pM i pM i pM pM r V
+ + + + + =
+ + + + + =
+ + + + =
+ + + + =
+ + + + =
+ + + + =
Persamaan tegangan secara detail