Anda di halaman 1dari 12

B.

Kegiatan Pembelajaran ke -2 dan 3

1. Tujuan Materi
Memahami diagram satu garis
Memahami komponen- komponen dari suatu sistem Tenaga
Memahami Besaran Per Unit
Memahami Pemilihan harga dasar (Base Value)
2. Materi Pembelajaran
2.1 Diagram Satu Garis

Diagram segaris adalah suatu diagram yang menunjukan suatu garis


tunggal dan lambang- lambang standar saluran transmisi dan peralatan-
peralatan yang berhubungan dengan suatu sistem listrik. Kegunaan
diagram segaris dalah untuk memberikan informasi yang berarti
mengenai suatu sistem dalam bentuk yang ringkas.

8
Dari gambar simbol standar tersebut apabila ingin mengetahui letak titik
dimana sistem dihubungkan ketanah, untuk menghitung besarnya arus yang
mengalir terjadi gangguan tidak simetris yang melibatkan tanah, maka simbol
standar yang dipergunakan adalah tiga fasa Y dengan netral ditanahkan. Untuk
membatasi aliran arus ketanah pada waktu ada gangguan maka netral Y
dengan tanah disisipkan resistans atau reaktans. Diagram segaris suatu sistem
tenaga yang sederhana terdiri dari dua simpul (rel atau bus atau gardu induk)
dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

Diagram segaris sederhana tersebut menunjukan dua generator sinkron dengan


kumparan jangkar yang ada statornya dihubungkan Y, satu titik netral
hubungan bintangnya ditanahkan melalui reaktans yang satunya titik netral
hubungan Y ditanahkan melalui reaktans, hubungan ke rel, masing-masing
melalui pemutus tenaga, dari rel tersebut melalui pemutus tenaga dihubungkan
dengan transformator tiga fasa hubungan Y – Y (T1) dimana netral
trafo ditanahkan secara langsung baik pada sisi tegangan rendah maupun
disisi tegangan tinggi. Selanjutnya rangkaian generator dan trafo
tersebut, melalui pemutus tenaga dihubungkan ke saluran transmisi. Dari
saluran transmisi melalui pemutus dihubungkan ke transformator tiga fasa
hubungan Y - , dimana titik netral Y ditanahkan langsung, selanjutnya
melalui pemutus dihubungkan ke rel yang lain, pada rel ini
dihubungkan generator sinkron dimana kumparan jangkar yang ada di stator
dirangkai tiga fasa hubungan Y yang netralnya ditanahkan memalui reaktans.
Pada masing- masing rel dihubungkan beban melalui pemutus beban.

9
Keterangan mengenai rating generator, trafo, beban dan reaktans dari
berbagai komponen sistem tenaga tersebut seringkali diberikan langsung pada
gambar.
C. Diagram Impedans dan Reaktans
Dalam aturan untuk menganalisis unjuk kerja dari suatu sistem
tenaga listrik baik dalam keadaan berbeban atau dalam keadaan
terjadi suatu gangguan hubung singkat, maka diagram segaris diatas
harus dirubah kedalam suatu gambar impedans yang
memperlihatkan ekivalen untai dari tiap komponen sistem.
Sistem tenaga yang sederhana seperti pada gambar 3.1 diatas,
gambar diagram impedansnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Diagram impedans yang diberikan pada gambar 3.2 diatas tergantung


penggunaanya, jika dipergunakan untuk analisis aliran beban, apalagi
dengan bantuan program komputer maka gambar tersebut sudah dapat
digunakan. Tetapi bila dipergunakan untuk menganalisis dan menghitung
arus gangguan, agar sederhana maka rugi-rugi sistem diabaikan, dalam hal ini
yang diabaikan adalah semua beban statis, semua resistans, rangkaian
magnetisasi trafo, dan kapasitans saluran transmisi, sehingga diagram
impedans tersebut akan menjadi diagram reaktans, akan tetapi kalau tersedia
komputer digital untuk membantu perhitungan, maka penyederhanaan tersebut
tidak diperlukan. Diagram reaktans dari diagram segaris pada gambar
3.1 diatas dapat dilihat sebagai berikut :

10
Diagram impedans dan reaktans diatas kadang- kadang disebut juga
diagram urutan positif karena diagram tersebut menunjukan
impedans terhadap arus seimbang dalam suatu tiga fasa seimbang.

D. Perhitungan Dalam Sistem Perunit (pu)


Dalam perhitungan besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus, daya,
impedans dalam sistem tenaga, yang sudah lazim dipergunakan adalah
dimensi atau ukuran dari masing-masing besaran seperti pada tabel 3.2
berikut:

Sehubungan dengan dimensi dari besaran-besaran tersebut diatas berbeda-beda


maka untuk memudahkan dipakai sistem perhitungan dalam persen (%) dan
dalam perunit (pu). Akan tetapi perhitungan yang dilakukan dalam pu lebih
menguntungkan, karena satu besaran dalam pu dikalikan dengan besaran
yang lain dalam pu maka hasilnya tetap dalam pu. Jika perhitungan
dilakukan dalam persen , maka satu besaran dalam persen dikalikan
dengan besaran lain yang juga dalam persen maka hasil akhirnya harus dibagi
dengan angka seratus.

11
Harga perunit (pu) dari setiap besaran adalah menyatakan perbandingan dari
nilai yang sebenarnya dari besaran tersebut terhadap nilai basis atau nilai
dasar yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimensi satuan dari nilai basis dan nilai yang sebenarnya adalah sama,
misalnya nilai yang sebenarnya dari tegangan adalah 100 volt, sedangkan nilai
basis tegangan misalnya 200 volt, maka nilai tegangan tersebut dalam pu
adalah 0,5, sehingga nilai suatu besaran dalam pu tidak mempunyai dimensi
satuan lagi.
E. Sistem Satu Fasa
Menghitung nilai basis dari keempat besaran yang telah dikemukakan
diatas untuk sistem satu fasa, dimulai dengan memberi tanda subskrip pada
harga basis, sehingga jika dua harga basis.
diasumsikan terlebih dahulu adalah sebagai berikut:
a.Harga basis daya semu = (VA)B volt amper
b.Harga basis tegangan = VB volt
Harga dua basis yang lain dapat dihitung dari kedua harga basis yang
telah diasumsikan tersebut, cara menghitungnya adalah sebagai berikut:

Jika harga yang sebenarnya dari impedans adalah Z (ohm) diketahui, maka
harganya dalam pu sebagai berikut :

Pilihan harga basis yang praktis untuk sistem tenaga satu fasa adalah
sebagai berikut:
a. Asumsikan bahwa harga basis daya semu = (KVA)B atau dalam
(MVA)B
b. Diasumsikan juga harga basis untuk tegangan = (KV)B
12
Harga dua basis yang lain dapat dihitung sebagai berikut:
3.5

Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z (ohm), maka harga


impedans tersebut dalam pu adalah sebagai berikut:

F. Sistem Tiga Fasa


Perhitungan harga basis untuk sistem tiga fasa, memakai besaran-besaran basis
tiga fasa sebagai berikut:
a. Diasumsikan harga basis daya semu tiga fasa = (KVA)B atau
(MVA)B
b. Diasumsikan harga basis tegangan antara fasa =(KV)B

Harga basis dua besaran yang lain dapat dihitung sebagai berikut:

Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z (ohm), maka harga


impedans tersebut dalam pu adalah sebagai berikut:

13
G. Mengubah Harga Basis dari Kuantitas Perunit
Kadang-kadang impedans perunit dari satu komponen sistem tenaga
dinyatakan menurut harga basis yang berbeda dengan harga basis yang
dipilih untuk bagian dimana komponen tersebut terpasang.
Semua impedans dalam bagian manapun dari suatu sistem tenaga harus
dinyatakan berdasarkan suatu harga basis yang sama, maka dalam membuat
perhitungan diperlukan cara untuk mengubah impedans perunit berdasarkan
harga basis yang lama ke impedans perunit berdasarkan harga basis yang baru.
Berdasarkan persamaan (3.7) dan (3.10) maka dapat dikatakan bahwa:

Rumus tersebut memperlihatkan bahwa impedans perunit


berbanding lurus dengan basis daya semu dan berbanding
terbalik dengan kuadrat basis tegangan . Jika harga basis
daya semu berubah dari (MVA)B lama ke harga basis daya
semu yang baru (MVA)B baru dan harga basis tegangan
yang lama (KV)B lama ke harga basis tegangan yang baru
(KV)B baru maka harga impedans dan reaktans dalam pu
yang lama akan berubah menjadi harga impedans dan reaktans
dalam harga pu yang baru dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

Contoh soal 3.1:


Reaktans subtransien (X”) dari sebuah generator diketahui sama dengan 0,25
perunit (pu) berdasarkan harga basis dari rating yang tertera pada platnama
generator yaitu 18kV, 500 MVA. Sedangkan harga basis untuk perhitungan
adalah 20 kV, 100 MVA. Hitung X” berdasarkan harga basis yang baru.

14
atau dengan cara mengubah nilai pu yang diketahui ke dalam
nilai ohm dan membaginya dengan basis impedans yang baru sebagai
berikut:

Resistans dan reaktans dari suatu mesin, biasanya diberikan oleh pabrik dalam
besaran % atau dalam besaran pu. Sebagai basisnya yaitu harga basis tegangan
dalam kV dan harga basis daya dalam KVA adalah rating dari platnama mesin
itu sendiri, jika mesin ini berada dalam sistem tenaga dimana harga basis
perhitungan ditentukan baru, maka resistans dan reaktans dari mesin tersebut
harus disesuaikan nilai pu nya berdasarkan harga basis yang baru.

15
2. Sistem tiga fasa a. Tegangan
Dalam sistem tiga fasa, hubungan Y terdapat dua harga tegangan yakni
tegangan antara fasa atau tegangan antara saluran (VL-L), dan tegangan antara
saluran dengan netral (VL-N).
Jika perhitungan dilakukan dalam harga basis untuk tegangan antara saluran
atau VL-L basis sehingga :

Berdasarkan persamaan (3.15) tersebut maka dalam perhitungan dengan pu


untuk tiga fasa hubungan Y, tegangan anatara saluran dan netral dalam pu
sama dengan tegangan antara saluran dengan saluran dalam pu. Hal ini
merupakan salah satu keuntungan dari perhitungan dalam sistem pu.
b. Daya Semu
Daya semu dapat dinyatakan oleh persamaan:

16
Berdasarkan persamaan (3.16) tersebut maka untuk perhitungan dalam pu,
daya semu tiga fasa dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu keuntungan bila
perhitungan dilakukan dalam sistem pu.

c. Impedans
Impedansi ubungan Y,

Dengan definisi bahwa Z basis = 3 Zy basis, sehingga diperoleh:


Z y pu  Z  pu (3.17)

Berdasarkan persamaan (3.17) tersebut maka impedans tiga fasa hubungan Y


dalam pu sama dengan impedans tiga fasa dalam hubungan  dalam pu. Hal
ini juga merupakan suatu keuntungan dalam perhitungan dengan sistem pu.
Keuntungan lain dalam perhitungan sistem pu, adalah tidak diperlukan
perhitungan lagi jika suatu impedans dipindahkan dari suatu sisi ke sisi lain
pada sebuah transformator.

Contoh soal 3.2.


Sebuah generator sinkron tiga fasa 20 kV, 300 MVA mempunyai reaktans sub-
transien sebesar 20%. Generator ini mencatu beberapa motor serempak melalui suatu
saluran transmisi sepanjang 64 km (40 mil) yang mempunyai transformator pada
kedua ujungnya seperti diperlihatkan pada diagram segaris pada
gamba 3.4. Kedua motor M1 dan M2 masing-masing

17
mempunyai rating 13,2 kV. Netral motor M1 ditanahkan
melalui rektans, sedangkan netral dari motor M2 tidak
diketanahkan. Input nominal untuk motor M1 dan M2 masing-
masing adalah 200 MVA dan 100 MVA, dengan reaktans sub-
transien masing-masing sebesar X” = 20%. Transformator tiga fasa T1
mempunyai rating 350 MVA, 13,2/115 kV dengan reaktans bocor
sebesar 10%. Transformator T2 mempunyai teraan 300 MVA,
116/12,5 kV dengan reatans bocor 10%. Reaktans seri saluran
transmisi adalah 0,5 ohm/km. Gambarkan diagram reaktans dengan
semua reaktansnya dalam besaran pu. Pergunakan rating
generator untuk basis perhitungan.

Jawab :
Rating tiga fasa dari transormator T2 adalah 3 x 100 MVA = 300MVA dan
perbandingan tegangan antara salurannya adalah √ 3 x 127/13,2 kV =220/13,2
kV, sebagai basis perhitungan adalah rating generator yakni 300 MVA sebagai
basis daya, 20 kV sebagai basis tegangan, sehingga seluruh sistem harus
mempergunakan basis daya yang baru sebesar 300 MVA tersebut,
sedangkan basis tegangannya harus memperhatikan perbandingan transformasi
dari transformator. Pada saluran transmisi basis dayanya 300 MVA sedangkan
basis tegangannya sebesar 230 kV dengan T1 mempunyai rating 230/20
kV. Pada rangkaian motor, basis dayanya 300 MVA sedangkan basis
tegangannya adalah 230 x (3,2 / 220) = 13,8 kV . Basis tegangan ini telah
dicantumkan pada gambar 3.4 diatas reaktans transformator yang
disesuaikan dengan harga basis yang baru :
Transformator T1 : 0,1 x 300/350 = 0,0857 pu
Transformator T2 : 0,1 x(13,2/13,8)2 = 0,0915 pu

18
Basis impedansi saluran transmisi adalah (230)2/300 = 176,3 Ohm, sehingga
reaktans saluran dalam pu adalah (0,5 x 64)/176,3 =0,1815 pu
Reaktans motor M1 = 0,2 (300/200)x(13,2/13,8)2 = 0,2745 pu
Reaktans motor M2 = 0,2 (300/100) x (13,2/13,8)2 = 0,5490 pu
Diagram reaktans yang diminta adala seperti pada gambar 3.5 berikut :

Contoh soal 3.3


Jika motor M1 dan M2 pada contoh 3.2 diatas berturut-turut mempunyai
masukan 120 dan 60 MW pada 13,2 kV, dan keduanya bekerja dengan
factor daya satu, hitung tegangan terminal generator.
Jawab :
Bersama kedua motor menyerap 180 MW atau 180/300 = 0,6 pu, oleh
karena itu dengan V dan I pada motor dalam pu adalah │V│I│= 0,6 pu,
dan karena :
V = 13,2/13,,8 = 0,9565  00 pu
I = 0,6/0,9565 = 0,627300 pu
Pada generator :
V = 0,9565 + 0,6273 ( j0,0915 + j0,1815 + j0,0857)
= 0,09565 + j 0,2250 = 0,9826  13,20
Tegangan terminal generator adalah 0,9826 x 20 kV = 19,65 kV

19

Anda mungkin juga menyukai