BAB III
KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN
PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan
tegangan yang pada umumnya merupakan tegangan menengah (TM) 6, 11, 20 kV.
Pada umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga
listrik, untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit ini, maka diperlukan
penggunaan tegangan tinggi (TT) yaitu 70, 150 kV atau tegangan ekstra tinggi
(TET) yaitu 500 untuk jawa dan 275 kV untuk Sumut. Tegangan yang lebih tinggi
antara lain penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena arus yang
dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota. Tegangan melalui gardu
induk (GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20 kV. Setiap gardu
induk (GI) sesungguhnya merupakan pusat beban untuk suatu daerah pelanggan
tenaga listrik tetap pada frekuensi 50Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan
menjadi tegangan rendah (TR) 220 V/ 380 V melalui gardu distribusi (GD).
Tegangan rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah
Pada Gambar 3.1 terlihat jelas bahwa arah mengalirnya energi listrik
berawal dari pusat tenaga listrik melalui saluran-saluran transmisi dan distribusi
TR = Tegangan Rendah
TM = Tegangan Menengah
TT = Tegangan Tinggi
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
Kebanyakan sistem listrik dibangun dengan sistem tiga phasa. Hal tersebut
didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan aliran daya pada beban.
pada sistem tiga phasa daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem phasa
tunggal, sehingga untuk peralatan dengan catu tiga phasa, daya sistem akan lebih
stabil bila dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu phasa. Sistem tiga
phasa atau sistem phasa banyak lainny, secara umum akan memunculkan sistem
yang lebih kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa sistem tetap mudah
dilaksanakan.
43
Pada Gambar 3.2 terlihat bahwa antara tegangan phasa satu dengan yang
lainnya mempunyai perbedaan phasa sebesar 120o atau 2/3. Umumnya phasa
dengan sudut phasa 0o disebut dengan phasa R, phasa dengan sudut phasa 120o
disebut phasa S dan phasa dengan sudut phasa 240o disebut dengan phasa T.
Perbedaan sudut phasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan
akan menyerupai huruf Y, yang memilik empat titik sambungan yaitu pada ujung-
44
ujung huruf dan pada titik pertemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem Y
bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai sistem Delta,
terlihat pada Gambar 3.3 (b). Tegangan efektif antar phasa umumnya adalah 380V
Pada sistem Delta, bila tiga buah beban dengan impedansi yang sama
disambungkan pada sumber tiga phasa, maka arus di dalam ketiga impedansi akan
sama besar tetapi tepisah dengan sudut sebesar 120o, dan dikenal dengan arus
Volt .........................................................................(3.4)
Ampere ....................................................................(3.5)
√
Volt ........................................................................(3.6)
√
Ampere.....................................................................(3.7)
• Ketiga vektor saling membentuk sudut 120o satu sama lain, seperti yang
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR IS IT)
dimana salah satu atau kedua syarat keadaan setimbang tidak terpenuhi.
• Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120o satu sama
lain
• Ketiga vektor tidak sama besar tetapi memebentuk sudut 120o satu sama
lain
• Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120o satu sama
lain.
tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR IS IT)
adalah tidak sama dengan nol sehingga muncul suatu besaran yaitu arus netral (IN)
Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik dikenal sebagai arus yang
mengalir pada kawat netral di sistem distribusi tegangan rendah tiga fasa empat
Arus yang mengalir pada kawat netral yang merupakan arus bolak-balik
untuk sistem distribusi tiga fasa empat kawat adalah penjumlahan vektor dari
Untuk arus tiga fasa dari suatu sistem yang tidak seimbang dapat juga
urutan positif, urutan negative, dan urutan nol terdahulu, maka arus-arus urutan
juga dapat ditentukan dengan cara yang sama, sehingga kita dapatkan juga :
Di sini terlihat bahwa arus urutan nol (I0) adalah merupakan sepertiga dari
arus netral atau sebaliknya akan menjadi nol jika dalam sistem tiga fasa empat
kawat. Dalam sistem tiga fasa empat kawat ini jumlah arus saluran sama dengan
IN =3 I0..................................................................................(3.15)
Dalam sistem tiga fasa empat kawat ini jumlah arus dalam saluran sama
dengan arus netral yang kembali lewat kawat netral. Jika arus-arus fasanya
seimbang maka arus netralnya akan bernilai nol, tapi jika arus-arus fasanya tidak
seimbang, maka akan ada arus yang mengalir di kawat netral sistem (arus netral
penghantar netral. Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan
Daya yang sampai ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi
menggunakan diagram fasor tegangan saluran model fasa tunggal seperti pada
Gambar 3.6 Diagram Fasor Tegangan Saluran Daya Model Fasa Tunggal
Model ini dibuat dengan asumsi arus pemusatan kapasitif pada saluran
cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Dengan demikian besarnya arus ujung
kirim sama dengan arus di ujung terima. Apabila tegangan dan faktor faktor daya
pada ujung terima berturut-turut adalah V’ dan φ’, maka besarnya daya pada
Pl = P – P’ ............................................................................(3.18)
Dengan R adalah tahanan kawat penghantar tiap fasa, oleh karena itu
Pl = 3 [I2] R ..........................................................................(3.22)
3.4.3 Penyaluran dan Susut Daya pada Keadaan Arus Tidak Seimbang
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada
keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi tidak seimbang
sebagai berikut :
Dengan IR, IS, dan IT berturut adalah arus fasa R, S dan T. Telah
disebutkan di atas bahwa faktor daya ketiga fasa dianggap sama walaupun
besarnya arus berbeda-beda. Dengan anggapan seperti ini besarnya daya yang
besarnya sama, maka dari kedua persamaan tersebut dapat diperoleh persyaratan
a + b + c = 3 ........................................................................(3.27)
51
IN = IR + IS+ IT ...........................................................................(3.28)
= [I] {a + b cos (-120) + j.b.sin (-120) + c.cos (-120) + j.c.sin (120)} (3.29)
Susut daya saluran adalah jumlah susut pada penghantar fasa dan
akan diperoleh :
Persamaan (3.33) ini adalah persamaan susut daya saluran untuk saluran
dengan penghantar netral. Apabila tidak ada penghantar netral maka kedua ruas
Pengertian faktor daya (cos φ) adalah perbandingan antara daya aktif (P)
dan daya semu (S). Dari pengertian tersebut, faktor daya tersebut dapat
= (P / S)
= Cos φ
Dimana
Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar
tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi panas karena pada penghantar
sebagai berikut :
∆P = 3 I2 R l ............................................................................(3.40)
Dengan :
mengalir arus pada penghantar netral. Jika di hantaran pentanahan netral terdapat
nila tahanan dan dialiri arus, maka kawar netral akan bertegangan yang
54
sepanjang kawat netral, akan menyebabkan rugi daya di sepanjang kawat netral
sebesar :
PN = IN2 RN..............................................................................(3.41)
Dimana :
Losses ini terjadi karena adanya arus netral yang mengalir ke tanah.,
PG = IG2 RG..............................................................................(3.42)
Dimana :
P = I2 R ...................................................................................(3.43)
Dimana :
Telah diketahui bahwa daya transforamator distribusi bila ditinjau dari sisi
S = √3 . V . I .........................................................................(3.44)
Dengan demikian untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat
menggunakan rumus :
............................................................................(3.45)
√
digunakan rumus :
.
.......................................................................(3.46)
% √
sebagai berikut :
% 100% ..............................................................(3.47)
.....................................................(3.48)
57
Dimana besarnya arus fasa dalam keadaan seimbang (I) sama dengan
...................................................................................(3.49)
...................................................................................(3.50)
...................................................................................(3.51)
| | | | | |
100% ................................................(3.52)
Penghantar Netral
sisi sekunder trafo (fasa R, fasa S dan fasa T) mengalirlah arus di netral
trafo.
Arus yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses
(rugi-rugi). Dan losses pada penghantar netral dapat dirumuskan sebagai berikut :
PN = IN2 RN..............................................................................(3.53)
Losses ini terjadi karena adanya arus netral yang mengalir ke tanah.,
PG = IG2 RG..............................................................................(3.54)