Anda di halaman 1dari 32

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem 3 Phasa

Pada sitem tenaga listrik 3 phasa, ideal-nya daya listrik yang dibangkitkan,

disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang, P pembangkitan = P

pemakaian dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang

terdiri dari teangan 1 phasa yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama

tetapi antara 1 phasa dengan lainnya mempunyai beda phasa sebesar 120,

sedangkan secara fisik mempunyai perbedaaan sebesar 60, dan dapat

dihubungkan secara bintang ( Y, wye) atau segitiga (, delta).

a) Magnitude sistem 3 phasa Gambar b) Frekuensi sistem 3 phasa

Gambar 2.1 Magnitude dan Frekuensi sistem 3 phasa

Gambar 2.a menunjukkan fasor diagram dari tegangan 3 phasa. Bila fasor-fasor

tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah yang

berlawanan jarum jam (arah positif), maka nilai maksimum positif dari phasa
terjadi berturut-turut untuk phasa V1, V2 dan V3. Sistem 3 phasa ini dikenal

sebagai sitem yang mempunyai urutan phasa a-b-c. Sistem tegangan 3 phasa

dibangkitkan oleh generator sinkron 3 phasa.

2.2. Hubungan Bintang (Y-wye)

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap phasa dihubungkan menjadi

satu dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari

tiga terminal a-b-c mempunyai besar magnitude dan beda phasa yang berbeda

dengan tegangan tiap terminal terhadap titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc

disebut dengan tegangan “phasa” atau Vf.

Gambar 2.2 Hubungan Bintang (Y, wye)


Dengan adanya saluran/titik netral maka besaran tegangan phasa dihitung

terhadap saluran/titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 phasa yang

seimbang dengan magnitude-nya ¿ dikali dengan magnitude dari tegangn phasa).

Vline = √ 3 . Vphasa = 1.73 Vphasa …………………………………………………2.1 [7]

Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua phasa mempunyai nilai yang

sama,

I line = I phasa

Ia = Ib = Ic

2.3 Hubungan Segitiga

Pada hubungan segitiga (delta)

Ketiga phasa saling dihubungkan sehingga membentuk hubungan segitiga 3

phasa.

Gambar 2.3 Hubungan Bintang (Y, wye)


Dengan tidak adanya titik netral, maka besarnya tegangan saluran dihitung antar

phasa , karena tegangan saluran dan tegangan phasa mempunyai besar magnitude

yang sama, maka:

Vline = Vphasa

Tetapi arus saluran dan arus phassa tidak sama dan hubungan anatara kedua arus

tersebut dapat diperoleh dengan menggunkaan hukum Kirchoff

2.4 Faktor Daya

Daya adalah energy yang dikleuarkan untuk melakukan usaha. Dalam sitem

tenaga listrik, day amerupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

usaha atau kerja. Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau

Horsepower (HP), horsepower merupakan satuan daya listrik dimana 1 HP setara

dengan 746 watt atau 1 bft/second. Sedangkan watt merupakan unit daya listrik

dimana 1 watt memiliki daya setara dengan daya yang dihasilkan oleh perkalian

arus 1 Ampere dan tegangan 1 Volt. Daya dinyatakan dalam P, tegangan

dinyatakan dalam V dan arus dinyatakan dalam I

Faktor daya listrik adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya semu.

Umumnya factor daya listrik ini disebut juga dengan coshinus phi (cos ).

Beberapa istilah listrik yang perlu diketahui yang erat kaitannya dengan factor

daya listrik antara lain:

1. Daya Aktif (P)


Daya aktif (P) adalah daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik

mellaui hambatan/ resistor seperti lampu pijar, elemen pemanas atau heater. Daya

ini dipergunakan untuk melakukan kerja atau dengan kata lain daya yang benar-

benar digunakan sesuai dengan kebutuhan tenaga listrik. Satuan dari daya aktif ini

adalah Watt atau kilo Watt.

2. Daya Reaktif (Q)

Daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk membangkitkan medan

magnet di ku,paran-kumparan beban induktif. Seperti pada motor listrik induksi,

misalnya medan magnet yang dibangkitkan oleh daya reaktif dikumparan stator

berfungsi untuk menginduksi rotor sehingga tercipta medan magnet induksi pada

komponen rotor. Pada transformator, daya reaktif berfungsi untuk membangkitkan

medan magnet pada kumparan primer, sehingga medan magnet primer tersebut

menginduksi kumparan sekunder.

Daya reaktif ini terdiri dari dua jenis yaitu:

a. Daya reaktif induktif

Daya reaktif induktif adalah daya yang timbul akibat mengalirnya arus listrik

melalui kumparan-kumparan kawat seperti pada motor-motor listrik, transformer,

ballast pada lampu neon dll.

b. Daya reaktif kapasitif

Daya reaktif kapasitif adalah daya yang timbul akibat mengalirnya Arus listrik

pada sebuah kapasitor. Satuan dari daya reaktif ini adalah volt ampere reaktf

(VAR) atau kilo volt ampere reaktif (KVAR)

3. Daya Semu (S)


Daya semu adalah hasil perkalian antara arus dan tegangan listrik pada suatu

beban. Hal ini dapat pula dinyatakan sebagai penjumlahan secara victoris antara

daya aktif dengan daya reaktf.

Gambar 2.4 Segitiga Daya [6]

2.5 Daya Pada Sistem 3 Phasa

Salah satu karakteristik sistem 3 phasa adalah bila sistem 3 phasa tersebut

mempunyai beban yang seimbang, maka besaran arus phasa di penghantar R-S-T

akan sama sehingga In (arus netral) = 0 Ampere. Daya pada sistem 3 phasa

terdapat 2 bagian yaitu:

1. Daya sistem 3 phasa pada beban yang seimbang

Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 phasa atau daya yang

diserap oleh beban 3 phasa, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap

phasa. Pada sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan 3x ( tiga kali)

daya phasa, karena daya pada tiap-tiap phasanya sama.

a) Hubungan segitiga b) Hubungan Bintang


Gambar 2.5 Hubungan Segitiga Bintang yang seimbang [4]

Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa

besarnya daya pada kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya

pada tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi

beban yang seimbang.

2. Daya sistem 3 phasa pada beban yang tidak seimbang.

Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari

ketiga tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari

arus pada ketiga phasa juga sama dengan nol. Jika impedansi beban dari ketiga

phasa tidak sama, maka jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan

nol dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidak seimbangan beban ini dapat saja

terjadi karena hubungan singkat pada beban.

Dalam sistem 3 phasa ada 2 jenis ketidak seimbangan yaitu:

1. Ketidak seimbangan pada beban

2. Ketidak seimbangan pada sumber listrik (sumber daya)

Kombinasi dari kedua ketidak seimbangan sangatlah rumit untuk mencari

pemecahan permasalahannya, oleh karena itu penulis hanya membahas mengenai

ketidak seimbangan beban dengan suber listrik yang seimbang.


Gambar 2.6 Ketidak seimbangan beban pada sistem 3 phasa [7]

Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan

teraliri arus listrik. Ketidak seimbangan beban pada sistem 3 phasa dapat

diketahui dengan indikasi naiknya arus pada salah satu phasa dengan tidak wajar,

arus pada tiap phasa mempunyai perbedaan yang cukup significant, dan hal ini

dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan.

2.6 Keseimbangan Beban 3 Phasa

Dalam pemasangan instalasi listrik yang perlu jadi pertimbangan adalah

pembagian keseimbangan antar phasa, walaupun pada awal dipasang sudah

diusahakan agar beban yang terbagi dalam ketiga phasa seimbang. Namun dalam

jangka waktu tertentu tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga

perlu perhitungan ulang untuk mendapat kondisi yang seimbang.

Menurut Zuhal, 1988. Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya yang

dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan dimana:

a. Besarnya arus atau tegangan sama besar

b. Beda phasa 120 satu sama lain

Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan

dimana:

1. Impedansi pada ke tiga phasa tidak sama

2. Beban pada ke tiga phasa tidak sama


a) Vektor diagram arus seimbang b) Vektor diagram arus tidak seimbang

Gambar 2.7 Vektor Diagram Arus [7]

Gambar 2.7 (a) menunjukkan vector diagram arus dalam keadaan seimbang.

Disini terlihat bahwa penjumlahan ke tiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama

dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (IN). Sedangkan pada gambar 2.7

(b) menunjukkan vektor diagram arus yang tidak seimbang. Disini terlihat bahwa

penjumlahan ke tiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama dengan nol, sehingga

muncul sebuah besaran yaitu arus netral (IN) yang besarnya bergantung dari

seberapa besar faktor ketidak seimbangannya.

Pada sistem tiga phasa, kondisi seimbang diperoleh bila arus yang mengalir

pada kawat netral nol, keadaan ini hanya berlaku bila impedansi impedansinya

yang menghubungkan phasa ke netralnya sama besar. Keseimbangan beban yang

memadai anjtara phasa-phasa dari sistem tiga phasa umumnya yang dikehendaki.

Tegangan seimbang dalam keadaan normal yang dibangkitkan pada sistem

phasa banyak cukup simetris atau seimbang dan tegangan ini dipakai pada beban
seimbang, makan akan mengalir arus yang simetris. Akan tetapi tegangan juga

tidak simetris karena diakibatkan oleh arus-arus phasa yang tidak seimbang.

Daya yang disalurkan akan terjadi penyusutan dalam saluran atau rugi-rugi

daya pada saluran. Jika I adalah besaran arus phasa dalam penyaluran daya

sebesar P pada keadaan seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi

keadaan tidak seimbang besarnya arus-arus phasa dapat dinyatakan dengan

koefisien a, b dan c sebagai berikut:

[IR] = a [ I ]

[IS] = b [ I ]

[IT] = c [ I ]

Dengan IR, IS dan IT berturut turut adalah arus di phasa R, S dan T. Bila faktor daya

di ketiga phasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda,

2.7 Arus Netral Karena Beban Tidak Seimbang

Untuk arus tiga phasa dari suatu sitem yang tidak seimbang dapat juga

diselesaikan dengan menggunakan metode komponen simetris. Dengan

menggunakan notasi-notasi yang sama seperti pada tegangan dan akan didapatkan

persamaan-persamaan untuk arus-arus phasanya.

Disini terlihat bahwa arus urutan nol (I0) adalah merupakan sepertiga dari

arus netral atau sebaliknya akan menjadi nol jika dalam sistem tiga phasa empat

kawat. Dalam sitem 3 phasa 4 kawat ini jumlah arus saluran sama dengan arus

netral yang kembali lewat kawat netral.


Dalam sistem tiga phasa empat kawat ini jumlah arus dalam saluran dama

dengan arus netral yang kembali lewat kawat netral. Jika arus-arus phasanya

seimbang maka arus netralnya akan bernilai nol, tetapi jika arus-arus phasanya

tidak seimbang, maka aka ada arus yang mengalir ke kawat netral sitem (arus

netral akan mempunyai nilai dalam arti tidak nol)

2.8 Rugi-Rugi Daya Akibat Ketidak Seimbangan Beban

Rugi-rugi daya adalah besarnya daya yang hilang pada suatu jaringan, yang

besarnya sama dengan daya yang disalurkan dari sumber dikurangi besarnya daya

yang diterima pada perlengkapan hubungan bagian utama.

Besar rugi-rugi daya pada jaringan tergantung pada besarnya tahanan dan arus

beban pada jaringan tersebut. Untuk mengetahui besar rugi-rugi daya pada

jaringan tiga phasa dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

P = 3 x I² x R………………………………………………………………..2.2 [7]

Dimana:

P = Rugi daya pada jaringan (Watt)

I = Arus beban pada jaringan ( Ampere)

R = Tahanan penghantar (Ohm)


2.9 Tahanan Penghantar

Menurut Trevor Lisley, 2004. Instalasi Listrik Tingkat Lanjutan Edisi 3

bahwa tahanan penghantar besarnya berbanding terbalik terhadap luas

penampangnya dan juga besarnya tahanan konduktor sesuai dengan hokum Ohm

yang berbunyi, Bila suatu penghantar dengan panjang L, dan diameter penampang

q serta tahanan jenis  (rho).

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai resistant atau tahanan, karena tahanan

suatu jenis material sangat tergantung pada:

1. Panjang penghantar

2. Luas penampang penghantar

3. Jenis penghnatar

4. Temperature

Tahanan penghantar dipengaruhi oleh temperatur, ketika temperature

meningkat ikatan atom makin meningkat akibatnya aliran elektron terhambat.

Penghantar listrik atau kabel menurut KBBI tahun 1997 Penghantar listrik atau

kabel adalah kawat penghantar arus listrik berbungkus karet atau plastic dan

merupakan media untuk menyalurkan energi listrik. Untuk sebagai isolator disini

adalah bahan pembungkus kabel yang biasanya terbuat dari karet atau plastic,

sedangkan konduktornya terbuat dari serabut tembaga ataupun tembaga pejal.


Kabel adalah media untuk menghantarkan arus listrik atau informasi. Secara

umum pengetian kabel adalah media penghantar tenaga listrik dari sumber

tegangan listrik ke peralatan yang menggunakan tenaga listrik atau

menghubungkan suatu peralatan listrik ke peralatan listrik lainnya. Bahan dari

kabel ini beraneka ragam, khusus sebagai penghanatar arus listrik, umumnya

terbuat dari tembaga dan umumnya dilapisi dengan pelindung. Selain tembaga,

ada juga kabel yang terbuat dari serat optic, yang disebut dengan fiber optic cable.

Dalam penyaluran tenaga listrik, ada banyak faktor yang mempengaruhi baik atau

tidaknya penyaluran tesrsebut.

Bahan penghantar listrik dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Konduktor

Konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan listrik dengan

mudah. Penghantar dalam teknik elektro adlah zat yang dapat menghantarkan arus

listrik, baik berupa zat padat, cair atau gas. Karena sifatnya yang konduktif maka

disebut konduktor. Konduktor yang baik adalah yang memiliki tahanan jenis yang

kecil. Pada umumnya logam bersifat konduktif. Emas, perak, tembaga,

aluminium, zink, besi berturut-turut memiliki tahanan jenis yang semakin besar.

Jadi sebagai penghantar emas adalah sangat baik, tetapi karena sangat mahal

harganya, maka secara ekonomis tembaga dan aluminium paling banyak

digunakan.

2. Semikonduktor

Bahan semikonduktor adalah bahan yang mempunyai level kondutivity

(kemampuan menghantarkan arus listrik) diantara konduktor dan isolator.


Kebalikan dari konduktivity adalah resistance, yaitu kemanpuan menahan arus

listrik. Semakin tinggi level konduktivity maka semakin rendah level resistance.

Istilah resistivity (rho, yunani) biasanya digunakan untuk membandingkan level

resistance material. Resistivity suatu material diukur dalam satuan -m atau -

cm. Jadi, bahan semikonduktor maupun menghantarkan listrik lebih baik dari

pada isolator, tapi lebih rendah dibandingkan konduktor.

3. Isolator

Isolator adalah suatu zat atau bahan yang tidak bisa menghantarkan panas

maupun listrik. Dalam istilah elektronika, Isolator listrik adalah sesuatu benada

yang merupakan bukan benda penghantar listrik yang berguna untuk menahan

penghantar listrik. Isolator dapat berupa karet, kayu, kertas dan biasanya adalah

benda-benda selain golongan logam. Isolator contohnya dapat kita lihat pada

setiap kabel yaitu berupa karet yang berguna untuk melapisi tembaga (logam) agar

arus tetap mengalir pada tembaga. Dengan kata lain berguna untuk melindungi

kita dari sengatan listrik. Oleh sebab itu isolator merupakan penghantar listrik

yang paling buruk diantara konduktor maupun semikonduktor. Isolator memiliki

karakteristiklebih lunak dari pada logam namun tidak ber-air, karena sebagus

apapun suatu isolator jika terkena air maka arus listrik akan dapat mengalir.

Isolator memiliki daya resistanse yang tinggi terhadap arus listrik. Karena sifatnya

yang resistant / menghambat aliran arus listrik maka benda-benda tersebut disebut

isolator.

2.10 Pembagian (Grouping) Beban


Pembagian beban merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung

dalam kehandalan suatu sistem kelistrikan, apabila terjadi ketidak seimbangan

arus beban maka salah satu phasa akan menampung beban yang lebih besar

sehingga phasa tersebut bekerja secara maksimal.

Dengan beban yang terlalu besar pada salah satu phasa tertentu akan

mengakibatkan panas yang berlebihan, panas ini akan lebih cepat membuat rusak

pada komponen-komponen instalasi listrik.

Untuk melakukan pembagian beban atau grouping bisa dilakukan dengan

cara konvensional yaitu menghitung total arus beban pada suatu panel hubung

bagi (PHB), kemudian membaginya menjadi 3 bagian sama besar.

2.11 Losses Pada Jaringan Distribusi

Yang dimaksud losses adalah perbedaan antara energy listrik yang

disalurkan (PS) dengan energy lsitrik yang terpakai (PP)

Pada proses penyaluran tenaga listrik ke pelanggan, pasti terjadi susut

atau rugi-rugi (losses) teknis dan non teknis. Susut teknis dapat terjadi pada

penghantar maupun pada transformator. Susut teknis pada penghantar disebabkan

adanya tahanan dari penghantar tersebut yang dialiri besaran arus tertentu.

2.11.1 Penyebab Dari Losses

Seringkali dalam proses penyaluran tenaga listrik banyak terjadi

kehilangan daya listrik sebelum sampai pada konsumen.

Adapun penyebab dari losses tersebut dalah :


1. Luas penampang terlalu kecil (penampang tidak sesuai dengan beban).

Semakin kecil kawat semakin besar ruginya.

2. Panjanng jaringan : terlalu panjang mengakibatkan listrik yang mengalir

banyak yang hilang. Terlalu panjang jaringannya juga menyebabkan arusnya

besar sehingga tegangannya turun.

3. Sambungan tidak baik juga dapat mengakibatkan adanya loss contact,

sambungan antara kawat tidak rapat sehingga terdapat celah udara yang

seharusnya kedap udara sehingga menyebabkan alat cepat rusak. Sambungan

tidak baik kadang disebabkan adanya ranting pohon, laying-layang yang

menempel pada kabel.

4. Umur alat yang terlalu tua dapat menurunkan kinerja alat tersebut.

5. Arus yang terlalu besar dapat menimbulkan panas sehingga dapat merusak alat

dan terjadi losses.

6. Terlalu banyak percabangan saluran SR (tarikan SR maksimal 7) untuk

sambungan pelayanan.

7. Bila arus listrik yang mengalir R, S, T tidak seimbang, maka yang terjadi arus

akan mengalir ke ground sehingga menyebabkan adanya hambatan di ground

yang besar (maksimal 5)

8. Adanya arus yang mengalir di penghantar netral, ideal-nya arus yang mengalir

disepanjang penghantar netral adalah nol, tetapi karena pengaruh dari beban

yang tidak seimbang, maka hantaran netral akan terus berarus sehingga arus

yang melalui penghantar ini sebagian berubah menjadi panas yang disisipkan

ke lingkungan sekitar sebagai losses. Walaupun terdapat pentanahan netral


kadang-kadang pentanahan netral tidak mampu membuang arus netral yang

cukup besar akibat dari beban yang tidak seimbang.

2.11.2 Cara Mengurangi Losses

Usaha untuk memperkecil rugi-rugi pada sistem distribusi tenaga listrik

antara lain memilih ukuran penghantar, jenis penghantar yang sesuai untuk

digunakan pada kondisi pembebanan jaringan tersebut dans esuai dengan

kemampuan hantar arus memperpendek jarak listas jaringan, mengatur letak-letak

beban sehingga jatuh tegangan pada titik-titik percabangan ke beban mash dalm

batas yang diijinkan (untuk sistem 20KV, batas tegangan jatuh yang diijinkan

pada kondisi beban penuh sebesar 4% untuk jaringan tegangan rendah) (SPLN

1978), pemilihan penggunaan transformator distribusi yang sesuai dengan kondisi

faktor beban pada lokasi yang dilayani, pemilihan kapasitas transformator

distribusi pada suatu lokasi beban, biasanya berdasarkan beassr beban yang akan

dilayani serta pertimbangan kemungkinan pertambahan (perluasan) pada lokasi

yang bersangkutan.

Dalam hubungannya untuk menjaga agar tegangan jatuh yang terjadi

sampai pada konsumen sekecil mungkin, kapasitar transformator yang digunakan

harus lebih besar dari kapasitas beban yang dilayani, sedangkan pemilihan lokasi

penempatan dari transformator distribusi tidak terlalu jauh dengan masing-masing

beban yang terpasang pada GTT tersebut sehingga tegangan yang jatuh pada

konsumen dapat sekecil mungkin. Pemilihan tegangan pada jaringan ditentukan

oleh besarnya beban dan jarak penyaluran dayanya.


Seringkali dalam proses penyampaian tenaga listrik banyak terjadi

kehilangan daya listrik sebelum sampai pada konsumen, hal ini dikarenakan

terlalu jauh dengan letak transformator sehingga sebelum sampai ke pelangggan

dayanya berkurang, penghantar terlalu kecil dan panjang, jumlah sambungan

rumah pada satu tiang JTR yang dapat mempengaruhi drop tegangan, jumlah

tarikan SR dan panjang SR yang terlalu panjang. Untuk menguranginya dengan

memperbaiki saluran tenaga listrik dengan cara memindahkan beban dari phasa

yang lebih besar arusnya ke phasa yang lebih kecil, memperpendek jarak antara

tiang TR dengan pelanggan, menambah tiang TR, menambah gardu sisipan,

memperbesar penampang konduktor, mengganti jenis konduktor dengan

konduktor yang memiliki tahanan yang lebih kecil, memperpendek jaringan serta

memindahkan sebagian tarikan SR deret ke SR yang lebih dekat.

Alat yang terlalu tua dapat menurunkan kinerja kerja . Agar alat dapat

digunakan lebih lama dan tanpa adanya penurunan kinerja alat yang bisa

menyebabkan losses, maka diperlukan adanya pemeliharaan dan pemeriksaan

yang teratur, sehingga dapat diketahui dengan cepat adanya kerusakan dan dapat

diperbaiki sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Adapun tujuan utama dari melalukan pemeliharaan terhadap jaringan

distribusi dan peralatan adalah :

1. Mengurangi tingkat kerusakan atau gangguan dari peralatan.

2. Memperpanjang umur dari peralatan.

3. Menekan pengeluaran biaya.

4. Mempertahankan kemampuan dari peralatan.


5. Menurunkan susut daya.

6. Meningkatkan keandalan sistem.

2.11.3 Cara Penekanan Losses

Pemerataan beban pada jaringan tegangan rendah. Pemerataan beban

dilakukan dengan cara memindahkan beban (sambungan rumah) dari phasa yang

berat (pada JTR) ke phasa yang lebih ringan. Arus yang mengalir dari tiap phasa

akan melalui hantaran netral dengan melalui peralatan pelanggan terlebih dahulu

(menjadi arus netral). Ketika beban menjadi seimbang, maka arus netral ini akan

memiliki nilai yang relative kecil, karena arus dari tiap phasa akan saling

meniadakan. Proses saling meniadakan terjadi karena arus tiap phasa akan

memiliki beda phasa kurang lebih sebesar 120 derajat (tergantung dari besar

faktor saya dari masing-masing beban).

1. Panjang jaringan diperpendek, kalua tegangannya turun diberi

penambahan transformator.

2. Luas penampang di sesuaikan dengan besarnya beban, Menggunakan

penampang yang lebih besar.

3. Penggunaan line top conector untuk sambungan.

4. Mengalihkan pelanggan yang melalui percabangan terlalu banyak pada

sambungan.

5. Toleransi tegangan -10% sampai dengan +5% tegangan paling tinggi 231

volt dan paling rendah 198 volt dari 220 volt.

6. Menjaga agar tegangan tidak turun.


7. Atur tegangan Sumber (tap changger transformator di Gardu Induk).

8. Setting tap changger trasformator distribusi.

9. Mengatur tap changger pada transformator tenaga di GI.

10. Memasang capasitor pada JTM / AVR

11. Memperbesar penampang conductor.

12. Menambah transformator sisipan.

2.11.4 Losses Pada Penghantar Phasa

Jika suatau arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar

tersebut akan terjadi rugi-rugi energy menjadi panas karena pada penghanatr

tersebut terdapat resistansi.

2.11.5 Losses Akibat Adanya Arus Netral Pada Penghantar Netral

Akibat pembebanan ditiap phasa yang tidak seimbang, maka akan

mengalir arus pada penghantar netral. Jika hantaran pentanahan netral terdapat

nilai tahanan dan dialiri arus, maka kawat netral akan bertegangan yang

menyebabkan tegangan pada transformator tidak seimbang. Arus yang mengalir di

sepanjang kawat netral akan menyebabkan rugi daya disepanjang kawat netral.

2.11.6 Losses Pada Sambungan Tidak Baik

Losses ini terjadi karena disepanjang jaringan tegangan rendah terdapat

beberapa sambungan antara lain :

1. Sambungann saluran jaringan tegangan rendah dengan kabel NYFGbY.


2. Percabangan saluran jaringan tegangan rendah.

3. Percabangan untuk sambungan pelayanan.

 

R R
a) Sambungan JTR tidak bercabang b) Sambungan JTR bercabang

Gambar 2.8 Sambungan Kabel [3]

Penyambungan antar penghantar harus dilakukan dengan baik dan kuat

dengan cara sebagai berikut:

1. Penyambungan selongsong dengan sekrup.

2. Penyambungan selongsong tanpa sekrup.

3. Penyambungan selongsong dipres.

4. Penyambungan solder (sambunagn mati).

5. Penyambungan dengan lilitan kawat.

6. Penyambungan las atau las perak (sambungan mati).

7. Penyambungan puntiran kawat padat dengan memuntir dan memakai las dop.

Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam salulran tenaga listrik

adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

dengan penampang saluran. Kerugian ini juga disebabkan oleh penyambungan

kabel yang tidak baik. Adapaun macam-macam penyambungan kabel yang

banyak digunakan adalah :


1. Ekor babi

Yaitu cara penyambungan kabel yang paling sederhana berbentuk ekor babi.

Ini digunakan untuk mencabangkan atau menyambungkan dua atau lebih kabel.

Gambar 2.9 Sambungan Kabel Ekor Babi [9]

2. Sambungan punter

Yaitu menyambung dua kabel yang berbentuk garis lurus. Ada dua

macam pada sambungan ini yakni bell hangers dan western union.

Gambar 2.10 Sambungan Kabel Bell Hangers [9]

Gambar 2.11 Sambungan Kabel Western Union [9]

3. Sambungan bolak-balik (Turn Back)

Yaitu sambungan dua kabel yang berbentuk satu garis lurus, dimana

kabel ditekur balik, dimaksudakan untuk mendapatkan sambungan yang lebih

kuat.
Gambar 2.12 Sambungan Kabel Turn Back [9]

4. Single wrapped cable spice

Yaitu menyambung kabel yang memiliki Conductor banyak, dengan cara

menganyam sesuai dengan arah alurnya.

Gambar 2.13 Sambungan kabel single wrapped cable spice [9]

5. Knotted Tap Joint

Yaitu cara untuk mencabangkan kabel yang psosisinya dalam suatu

bidang datar dengan memberi suatu simpul agar sambungan lebih kuat.

Gambar 2.14 Sambungan Kabel Knotted Tap Joint [9]

2.12 Macam-Macam Kabel

Kabel yang sering digunakan dalam instalasi listrik di Indonesia adalah

sebagai berikut :

1. Kabel NYA
Kabel NYA berinti tunggal, berlapis bahan isolasi PVC, untuk instalasi

luar / kabel udara. Kode warna isolasi ada warna merah, kuning, biru dan hitam.

Kabel tipe ini umum dipergunakan di perumahan karena harganya yang relative

murah. Lapisan isolasinya hanya 1 lapis sehingga mudah cacat, tidak tahan air

(NYA adalah tipe kabel udara) dan mudah digigit tikus. Agar aman memakai

kabel tipe ini, harus dipasang dalam pipa / conduit jenis PVC atau saluran

tertutup. Sehingga tidak mudah menjadi sasaran gigitan tikus, dan apabila ada

isolasi yang terkelupas tidak tersentuh langsung oleh manusia.

Gambar 2.15 Kabel NYA [8]

2. Kabel NYM

Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-abu),

ada yang berinti 2, 3 dan 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis,

sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA. Kabel ini dapat

diperguakan dilingkungan yang kering dan basah, namun tidak boleh ditanam.
Gambar 2.16 Kabel NYM [8]

3. Kabel NYAF

Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar

tembaga serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang

memerlukan fleksibilitas yang tinggi.

Gambar 2.17 Kabel NYAF [8]

4. Kabel NYY

Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna hitam), ada

yang berinti 2,3 atau 4. Kabel NYY dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel

tanah), dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kuat dari kabel NYM (harganya

lebih mahal dari NYM). Kabel NYY memiliki isolasi yang terbuat dari bahan

yang tidak disukai tikus.

Gambar 2.18 Kabel NYY [8]


5. Kabel NYFGbY

Kabel NYFGbY ini digunakan untuk instalasi bawah tanah, didalam

ruangan didalam saluran-saluran dan pada tempat-tempat yang terbuka dimana

perlindungan terhadap gangguan mekanis atau untuk tekanan rentangan yang

tinggi selama dipasang dan dioperasikan.

Gambar 2.19 Kabel NYAFGbY [8]

2.13 Panel Hubung Bagi (PBH)

Panel ini merupakan bentuk dari perlengkapan hubung bagi pada tempat

kabel, rel dan lain-lain. Perlengkapan tersebut yang dibatasi dan dibagi-bagi

dengan baik yang disusun sedemikian rupa disebut satu panel hubung bagi.
Gambar 2.20 Panel Free Standing Type [3]

Konstruksi panel tipe ini terbuat dari bahan besi plat dan besi siku, dimana

besi plat dan besi siku befungsi sebagai kerangkanya. Panel Free Standing Type

ini digunakan untuk menampung dan membagi daya listrik yang relative lebih

besar dan pemasangannya diletakkan berdiri diatas lantai.

2.13.1 Panel Wall Mounting Type

Konstruksi panel ini terbuat dari bahan besi plat saja, panel ini dibuat

dalam ukuran lebih kecil yang panel ini digunakan untuk menampung dan

pembagian daya listrik dalam ukuran kecil atau sedang serta dipasang pada

dinding.

Gambar 2.21 Panel Wall Mounting Type [3]


PHB jenis kotak (box) ini ada yang terbuat dari bahan isolasi, plat logam,

baja tuang. Didalam kotak tersebut sudah dilengkapi dengan tempat untuk

pengikat pemasangan rel, sekering, sakelar kontraktor.

2.13.2 Cara-cara Pemasangan PHB

Perangkat hubung bagi (PHB) menurut defenisinya adalah suatu

perlengkapan untuk mengendalikan dan membagi tenaga listrik, mengendalikan

dan melindungi sirkit dan pemanfaat tenaga llistrik.

Berikut cara-cara pemasangan PHBadalah sebagai berikut:

1. Dilantai dekat dinding.

2. Dilantai, berdiri bebas diruangan.

3. Menempel tetap didinding.

4. Digantungan dilantai langit-langit.

5. Dipasang dirak.

Kemampuan menahan arus hubung singkat pada PHB adalah arus hubung

singkat propektif yang ,engalir pada instalasi antara saluran masuk menuju PHB

intuk atau PHB distribusi dan kabel menuju kebeban, tidak boleh melebihi

kemampuan menahan arus hubung singkat dari peralatan yang terpasang di PHB.

Konstruksi dari PHB diantaranya:

1. Konstruksi Terbuka
Pada jenis PHB dengan konstruksi terbuka pada bagian yang aktif atau

bertegangan seperti rel, beberapa peralatan terminal dan penghantar dapat terlihat

dan terjangkau dari segala sisi.

2. Konstruksi Semi-tertutup

PHB jenis ini berupa yang dilengkapi dengan pengaman yang dapat

mencegah terjandi kontak dengan bagian-bagian yang bertegangan pada PHB.

Pengaman ini pada umumnya dipasang pada bagian sakelar atau tombol operasi

muka, sehingga operator tidak mempunyai kases menyentuh bagian-bagian yang

bertegangan pada PHB dari arah muka.

3. Konstruksi Lemari

PHB jenis konstruksi cublice ini adalah tertutup pada semua sisinya

sehingga tidak ada akses untuk kontak dengan bagian yang bertegangan selama

pengoperasian karena konstruksi tertutup pada setiap sisinya maka pemasangan

PHB jenis ini tidak harus ditempat yang tertutup dan terkunci atau dengan kata

lain dapat dipasang pada tempat umum pengoperasian listrik.

2.14. Pengukuran Arus Beban

Proses ini sangat diperlukan untuk mengetahui total arus semua beban

terpasang pada saat beban maksimum suatu panel hubung bagi (PHB) agar dapat

mengetahui keseimbangnan 3 phasa yang digunakan dalam suatu sistem instalasi

listrik pada bangunan atau gedung. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Penggunaan suatu alat ukur sesuai fungsinya.


2. Memahami cara menggunakan alat ukur tersebut.

3. Dapat membaca hasil dengan benar.

2.15. Alat Ukur Arus Beban

Tang Ampere atau dalam Bahasa Inggrisnya disebut dengan Clam Meter

adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada senuah kabel

konduktor yang dialiri arus listrik dengan menggunakan dua rahang jepitnya.

Untuk mengukur besarnya arus listrik, ada berbagai macam alat yang digunakan,

tapi alat yang paling mudah digunakan yaitu menggunakan tang ampere atau

Clamp ampere karena tidak perlu melakukan penggkabelan dan fleksibel bisa

digunakan dimana saja.

Gamaar 2.22 Tang Ampere [4]

2.16 Penggunaan Tang Ampere


Cara menggunakan Tang Ampere atau Clamp Meter ini sebenarnya cukup

mudah, yaitu dengan menjepitkan rahang penjepitnya (Clamp) ke kabel listrik

yang diinginkan. Berikut ini adalah langkah-langkah selengkapnya untuk

mengukur alus listrik AC atau Ampere AC dengan menggunakan Clamp Meter

(Tang Ampere) :

a. Posisikan switch pada posisi ampere (A), karena selain untuk mengukur arus,

tang ampere juga bisa dipakai untuk pengukuran tahanan dan tegangan.

b. Adjust tang ampere sehingga menunjukkan angka nol. Pilih sakala yang paling

besar terlebih dahulu, bila hasil pengukuran lebih kecil, maka pindahkan ke

skala yang lebih kesil untuk hasil pengukuran yang lebih akurat.

c. Pilihlah jenin pengukuran yang akan kita lakukan, arus AC ataupun arus DC.

Tapi ada juga tang ampere yang hanya untuk mengukur AC saja, biasanya tang

ampere tersebut berjenis analog.

d. Kalungkan tang ampere ke salah satu kabel, hasil pengukuran akan segerea

terlihat.

e. Geser tombol hold untuk menahan hasil pengukuran tersebut.

f. Matikan posisi hold, untuk melakukan pengukuran kembali.


Gambar 2.23 Cara Menggunakan Tang Ampere [4]

Anda mungkin juga menyukai