TAHUN 2022 UNIVERSITAS PGRI SEMARANG REFLEKSI KARYA INOVATIF “Wayang Kertas Punakawan” A. LATAR BELAKANG Untuk meningkatkan kualitas selama mengabdi menjadi pendidik, upaya perbaikan diri yang selalu saya lakukan adalah dengan mencermati yang saya hadapi dan menggunakan hasil belajar siswa. Saya melakukan berbagai perbaikan. Ketika melakukan ulangan harian saya selalu melakukan analisis soal terlebih dahulu untuk mengetahui daya serap indikator tiap KD dan daya serap masing-masing siswa. Bagi siswa yang mendapat nilai KKM di bawah rata-rata, saya selalu melakukan remidi dan merefleksi diri, misalnya dengan pembuatan alat peraga pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa merasa antusias dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran, dengan demikian mereka akan lebih mampu untuk memahami materi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan alat peraga pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Alat peraga pembelajaran sangatlah beragam dan kelompok alat peraga tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Keberadaan alat peraga dalam sebuah proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Kegunaannya dalam proses pembelajaran antara lain: a) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis, b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, c) mengatasi sikap pasif anak didik, dan d) membantu guru dalam memberikan pemantik yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. Usia anak SD berada pada rentang usia 7-11 tahun. Sebagaimana menurut teori kognitif Piaget, pemikiran anakanak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkret (concret operational). Makna operasional konkret yang dimaksud oleh Piaget yaitu kondisi dimana anak-anak sudah dapat memfungsikan akalnya untuk berfikir logis terhadap sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif (naluri) dengan syarat pemikiran tersebut dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifik. Akan tetapi, kekurangan dari pada fase ini adalah ketika anak dihadapkan dengan pemasalahan yang bersifat abstrak (secara verbal) tanpa adanya objek nyata, maka ia akan mengalami kesulitan bahkan tidak mampu untuk menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu perlu menghadirkan alat peraga sebagai benda nyata yang sesuai dengan perkembangan kognitif mereka. Pada materi mengenal tokoh Panakawan, siswa sulit dalam membedakan antara satu tokoh wayang dengan tokoh lainnya berdasarkan ciri- cirinya. Hasil ulangan harian Bahasa Jawa materi mengenal tokoh Punakawan dengan KKM 65 sebagai berikut: No Nama Siswa Nilai 1 AHNAF DAFFA RAFII 40 2 MUHAMAD ADI GUNA PRATAMA 25 3 RIKA AGUSTINA 75 4 AWALIA ANA RAHAYU 90 5 BELVA ANITA INTANA LINA 80 6 JOHAN PAMUNGKAS BAWONO 75 7 KIRANA DEWI LESTARI 50 8 LU’LUUL JANNAH 70 9 MAHARANI ZAHROTUS TSANISIFA 50 10 MUHAMMAD NOVA ARDIKA PRATAMA 70 11 PUTRI AYATUL HUSNA 20 12 RICKY DWI SAPUTRA 70 13 RISTIA ADI PUTRA 60 14 RIZQI DWI FEBRIYANTI 70 15 THREE WULAN RAMADHANI 60 16 WISNU PERMADANI 60 17 ZAKIA ZAHRA ZULFANI 50 18 RISKY MIFTAHUL HUDA 50 JUMLAH 1060 RATA-RATA 59 NILAI TERTINGGI 90 NILAI TERENDAH 20 PERSENTASE KETUNTASAN KLASIKAL 44% B. PERMASALAHAN 1. Peserta didik mengalami penurunan dalam hasil belajar, karena tidak ada alat peraga pembelajaran yang menarik. 2. Alat peraga pembelajaran yang monoton membuat pembelajaran tidak belangsung seperti yang diinginkan. 3. Kurangnya tingkat pemahaman siswa dalam menyerap materi pembelajaran C. PERBAIKAN 1. Persiapan a. Guru bertanya kepada teman sejawat yang bisa membuat alat peraga pembelajaran yang menarik. b. Guru mencari materi dan referensi untuk pembelajaran. c. Guru mencari alat dan bahan untuk membuat alat peraga pembelajaran. d. Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. 2. Pelaksanaan a. Mengumpulkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat alat peraga pembelajaran termasuk mencari gambar wayang tokoh Punakawan di internet. b. Mendesain tiap gambar tokoh wayang pada program posteriza. c. Mencetak gambar yang telah selesai di desain dengan print d. Memotong kertas sesuai pola yang telah diprint e. Menempelkan gambar wayang yang telah dipotong pada kertas karton bekas agar lebih kokoh f. Memberikan gagang pegangan masing-masing tokoh dari bambu supaya bisa dipegang g. Menancapkan semua tokoh wayang pada stereofoam yang telah disampul dan ditempel nama masing-masing tokoh. D. Penutup Alat peraga wayang kertas Panakawan ini ditempelkan di kelas sehingga siswa akan sering melihatnya. Karena sering melihatnya, diharapkan sewaktu- waktu mereka bisa belajar dan akan terus mengingat ciri-ciri tokoh wayang dengan baik. Setelah pembelajaran dilakukan dengan alat peraga ciri-ciri tokoh wayang ini, hasil belajar siswa meningkat dengan nilai sebagai berikut: No Nama Siswa Nilai 1 AHNAF DAFFA RAFII 80 2 MUHAMAD ADI GUNA PRATAMA 80 3 RIKA AGUSTINA 80 4 AWALIA ANA RAHAYU 90 5 BELVA ANITA INTANA LINA 100 6 JOHAN PAMUNGKAS BAWONO 60 7 KIRANA DEWI LESTARI 80 8 LU’LUUL JANNAH 70 9 MAHARANI ZAHROTUS TSANISIFA 90 10 MUHAMMAD NOVA ARDIKA PRATAMA 80 11 PUTRI AYATUL HUSNA 70 12 RICKY DWI SAPUTRA 80 13 RISTIA ADI PUTRA 70 14 RIZQI DWI FEBRIYANTI 90 15 THREE WULAN RAMADHANI 70 16 WISNU PERMADANI 80 17 ZAKIA ZAHRA ZULFANI 80 18 RISKY MIFTAHUL HUDA 70 JUMLAH 1410 RATA-RATA 78 NILAI TERTINGGI 100 NILAI TERENDAH 60 PERSENTASE KETUNTASAN KLASIKAL 94%
Mengetahui, Kepala SD 4 Gondangmanis Yang membuat refleksi