Anda di halaman 1dari 54

PEMILIHAN

2020

MODUL BIMBINGAN TEKNIS


PANWASLU KELURAHAN/DESA
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2020

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

“Bersama Rakyat Awasi Pemilu, Bersama Bawaslu


Tegakkan Keadilan Pemilu”

Badan Pengawas Pemilihan Umum


Republik Indonesia

i
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

MODUL BIMBINGAN TEKNIS


PANWASLU KELURAHAN/DESA
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2020

MODUL BIMBINGAN TEKNIS


PANWASLU KELURAHAN/DESA
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2020

Badan Pengawas Pemilihan Umum


Republik Indonesia

ii
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Tim Penyusun
Pengarah
Abhan
Mochammad Afifuddin
Ratna Dewi Pettalolo
Fritz Edward Siregar
Rahmad Bagja

Pembina
Gunawan Suswantoro

Penanggung Jawab
D. Adhi Santoso
Hotma Maya Marbun

Penyusun
Tarmizi
Ahmad Jukari
Mohammad Aniq Kamaluddin
Sri Nilawati
Retno Dwi Anggraini
Rahmawati
Triza Novia
Iris Pramono

MODUL BIMBINGAN TEKNIS


PANWASLU KELURAHAN/DESA
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota
Tahun 2020

BADAN PENGAWAS PEMILU REPUBLIK INDONESIA


TAHUN 2020

iii
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

MODUL
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWAS KELURAHAN/DESA
PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI,
SERTA WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA TAHUN 2020

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Daftar Isi

Sambutan ketua Bawaslu

MODUL I
PERKENALAN, HARAPAN DAN MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR
A. POKOK BAHASAN
B. SUB POKOK BAHASAN
C. TUJUAN
D. METODE
E. BAHAN/ALAT BANTU
F. PROSES DAN DURASI

MODUL II
NILAI-NILAI DASAR PENGAWAS PEMILU
A. POKOK BAHASAN
B. DESKRIPSI SINGKAT
C. SUB POKOK BAHASAN
D. HASIL BELAJAR
E. INDIKATOR HASIL BELAJAR
F. METODE
G. BAHAN/ALAT BANTU
H. WAKTU
I. BAHAN RUJUKAN
J. PROSES PEMBELAJARAN
K. NASKAH PEGANGAN
1. Demokrasi Dan Pengawasan Pemilu
2. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwas Kecamatan
3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pemilu
4. Jati Diri Pengawas Pemilu
5. Kode Etik Penyelenggara Pemilu

MODUL III
KEDUDUKAN DAN TATA LAKSANA PANWASLU KELURAHAN/DESA
A. POKOK BAHASAN
B. SUB POKOK BAHASAN
C. TUJUAN
D. METODE
E. DASAR HUKUM
F. BAHAN/ALAT BANTU
G. PROSES DAN DURASI
H. NASKAH BACAAN
1. ......
2. ......

MODUL IV
PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILIHAN
A. POKOK BAHASAN
B. SUB POKOK BAHASAN
C. TUJUAN

iv
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

D. METODE
E. DASAR HUKUM
F. MEDIA
G. WAKTU
H. PROSES PEMBELAJARAN
I. BAHAN BACAAN
1. Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih
2. Pengawasan Verifikasi Faktual Syarat Dukungan Calon Perseorangan
3. Pengawasan Tahapan Kampanye
4. Pengawasan Pemungutan dan penghitungan suara

MODUL V
PROSEDUR PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN
A. POKOK BAHASAN
B. SUB POKOK BAHASAN
C. TUJUAN
D. METODE
E. DASAR HUKUM
F. BAHAN/ALAT BANTU
G. WAKTU
H. PROSES PEMBELAJARAN
I. BAHAN BACAAN
1. Jenis-Jenis Pelanggaran Pemilihan
2. Sumber Dugaan Pelanggaran
3. Langkah-Langkah Penanganan Pelanggaran

v
SAMBUTAN
KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Kepada Anggota Panwaslu Kelurahan/ Desa Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikotan tahun
2020 yang baru dilantik, kami ucapkan selamat. Sahabat-sahabat adalah orang-orang terpilih.
Kami percaya Sahabat-sahabat dapat menjalankan amanah besar ini.

Bimbingan Teknis untuk anggota Panwaslu Kelurahan/Desa ini menjadi bagian penting bagi
upaya Badan Pengawas Pemilu untuk mempersiapkan anggota Panwaslu Kelurahan/ Desa
yang mampu mengawal terselenggaranya Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikotan Tahun
2020 yang Demokratis dan sesuai prinsip-prinsip penyelengaraan Pemilihan sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016.

Anggota Panwaslu Kelurahan/ Desa dituntut memahami tugas, wewenang, dan kewajiban
yang diatur dalam undang-undang. Anggota Panwaslu Kelurahan/ Desa memiliki peran
penting dalam menjalankan tugas pengawasan di setiap tahapan pemilihan mulai dari tahapan
persiapan sampai dengan pengawasan terhadap Verifikasi factual dukungan calon
perseorangan, pemutakhiran data dan daftar pemilih, Pelaksanaan kampanye dan masa
tenang, Distribusi logistik Pemilihan, pemungutan dan penghitungan suara, dan Pengawasan
Rekapitulasi hasil penghitungan suara di Kecamatan.

Selain memahami tugas, wewenang, dan kewajiban, anggota Panwaslu Kelurahan/ Desa
diharapkan memiliki karakter dan jati diri sebagai pengawas pemilihan serta memahami dan
mempraktikkan kode etik dan pedoman prilaku penyelenggara Pemilu. Hanya dengan
menjaga kode etik dan pedoman prilaku, marwah Badan Pengawas Pemilu dapat dijunjung.

Akhirnya, selamat mengikuti Bimtek dan menjalankan tugas bagi semua anggota Panwaslu
Keluarahan/ Desa pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota tahun 2020. Semoga Allah SWT
meluruskan langkah kita dan memberi kekuatan pada kita semua dalam menjalankan amanat.

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILU

ABHAN

1
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

MODUL I
PERKENALAN, HARAPAN DAN MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR

A. POKOK BAHASAN
Perkenalan, Harapan Dan Membangun Komitmen Belajar

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Perkenalan;
2. Bina suasana;
3. Penyampaian harapan;
4. Komitmen belajar
C. TUJUAN

Setelah mengikuti Bimtek ini:


1. Peserta dapat saling mengenal antar sesama peserta sehingga
2. Tercipta suasana akrab selama bimtek berlangsung.
3. Mengetahui dan mengidentifikasi harapan peserta selama Bimtek;
4. Membangun komitmen dan kedisiplinan selama Bimtek
D. METODE
1. Fasilitator memperkenalkan diri:
2. Peserta membuat name tag sendiri dengan kertas yang disediakan panitia;
3. Pemetaan Pohon Harapan;
E. BAHAN/ALAT BANTU
1. Name tag
2. Kertas metaplan
3. Doubel Tip;
4. Spidol;
5. Flipchart;
6. Laptop;
7. LCD Proyektor;
8. Naskah Power Point.
F. PROSES DAN DURASI

NO LANGKAH-LANGKAH WAKTU
30
menit
1 Fasilitator membuka penyelenggaraan Bimbing Teknis (Bimtek) 3’
dengan menjelaskan tujuan dilaksanakannya Bimtek Panwaslu
Kelurahan/ desa dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur,
Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kota
Tahun 2020.

2 Fasilitator menyapa peserta dengan keramahan yang wajar 2’


sambil menyatakan kepada semua peserta bahwa sebagai
langkah awal dalam pembelajaran adalah saling kenal mengenal
antara sesama peserta dan antara peserta dengan fasilitator.

3 Fasilitator mengajak peserta untuk berkenalan dengan 2’


menuliskan nama panggilan masing-masing di kertas warna warni
(name tag) serta Name tag ditempelkan di dada peserta dengan
alat penempel (peniti, lakban, dll) yang telah disediakan panitia

2
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

4 Setelah perkenalan, fasilitator membagikan 2 warna kertas 5’


metaplan kepada semua peserta dan meminta kepada masing-
masing peserta untuk menuliskan harapan terhadap Bimtek
dan materi yang paling ingin diperkuat selama bimtek. Masing-
masing dituliskan dalam lembar metaplan yang berbeda

5 Fasilitator meminta peserta untuk menempelkan metaplan di 2’


tempat yang telah disediakan.

6 Fasilitator membacakan beberapa metaplan secara cepat agar 3’


peserta dapat mengetahui harapan secara umum dan materi-
materi yang diinginkan.

7 Fasilitator mengajak peserta untuk membangun kesepakatan 5’


kontrak belajar yang mencakup m e m i l i h k e t u a k e l a s ,
Kedisiplinan waktu selama proses b i m t e k , Penggunaan
HP/alat komunikasi lainnya, Ketentuan izin merokok, ketentuan
peserta yang akan bertanya atau intrupsi (eg: harus mengangkat
tangan dan Komitmen peserta untuk aktif berpartisipasi selama
bimtek (eg: jika diminta maju kedepan oleh fasilitator harus
bersedia maju.

8 Fasilitator mencatat semua hasil kontak belajar di kertas 4’


plano dan menempelkannya di dalam ruangan tempat Bimtek
berlangsung.

9 Fasilitator menutup sesi perkenalan, harapan dan kontrak belajar 4’


dengan memberi penekanan materi-materi penting yang akan
dilalui selama proses bimtek

3
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

MODUL II
NILAI-NILAI DASAR PANWASLU KELURAHAN/ DESA

A. POKOK BAHASAN

Nilai-Nilai Dasar Panwaslu Kelurahan / desa

B. DESKRIPSI SINGKAT
Pokok bahasan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang memadai kepada
peserta Bimtek tentang (1) Demokrasi Dan Pengawasan Pemilu, (2) Tugas dan wewenang
Panwaslu Kelurahan/Desa, (3) Kewajiban Panwaslu Keluaran/Desa, (4) Prinsip
Penyelenggaraan Pemilu, (5) Jati Diri Pengawas Pemilu dan Kode Etik Pengawas Pemilu.

C. SUB POKOK BAHASAN


1. Demokrasi dan Pengawasan Pemilu
2. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa
3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pemilu
4. Jati Diri Pengawas Pemilu
5. Kode Etik Penyelenggara Pemilu

D. HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami:
1. Demokrasi dan Pengawasan Pemilu
2. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa
3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pemilu
4. Jati Diri Pengawas Pemilu
5. Kode Etik Penyelenggara Pemilu

E. INDIKATOR HASIL BELAJAR


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat menjelaskan:
1. Demokrasi dan Pengawasan Pemilu
2. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa
3. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pemilu
4. Jati Diri Pengawas Pemilu
5. Kode Etik Penyelenggara Pemilu

F. METODE
1. Ceramah partisipatif
2. Diskusi kelopok

G. BAHAN/ALAT BANTU
1. Bahan Presentasi.
2. Naskah Pegangan.
3. Lembar kerja.
4. Flipchart.
5. Kertas Plano.
6. Laptop.
7. LCD Proyektor.
8. Spidol Besar.
9. Spidol Kecil.

4
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

H. BAHAN RUJUKAN
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota menjadi Undang-undang, sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakdir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang perubahan kedua
atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati
dan Walikota menjadi Undang-undang;
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
3. Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2017
tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum;
4. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 48/PUU-XVII/2019 tentang Permohonan
Pegujian Undang-Undang 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota;
5. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Mekanisme Penanganan Pelanggaran Kode Etik Panitia Pengawas Pemilihan Umum
Kecamatan, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kelurahan/Desa, dan Pengawas
Tempat Pemungutan Suara, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan
Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan;
6. Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Pola Hubungan dan Tata Kerja
Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, dan
Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Kecamatan,
Pengawas Pemilihan Lapangan, Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri Dan
Pengawas Tempat Pemungutan Suara;

J. PROSES PEMBELAJARAN

NO LANGKAH-LANGKAH WAKTU
60
Menit
1 Fasilitator mengajak peserta untuk mengingat hasil perkenalan dengan 3’
menanyakan:
a. Kepada peserta yang duduk di bagian tengah untuk menyebutkan
nama-nama peserta yang duduk di deretan kursi paling depan.
b. Kepada peserta yang duduk di bagian belakang untuk menjelaskan
butir-butir yang ada dalam komitmen/kontrak belajar

2 Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran dalam modul ini yaitu


peserta diharapkan mampu memahami:
1) Demokrasi dan Pengawasan Pemilu, 2’
2) Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa,
3) Asas-Asas Penyelenggara Pemilu,
4) Jati Diri Pengawas Pemilu
5) Kode Etik Pengawas Pemilu

3 Fasilitator menayangkan slide yang berisi gambar-gambar/video 5’


tentang kerusuhan dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota dan Wakil Walikota dan
penyelenggara/Pengawas Pemilu yang diberhentikan karena
pelanggaran kode etik sambil menerangkan maksudnya.

5
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

3 Setelah itu fasilitator membagikan Naskah Pegangan kepada semua 5’


peserta dan meminta mereka untuk membaca dan mencermatinya
selama 10 menit.

4 Fasilitator membagikan lembar kerja kepada peserta “identifikasi 5’


permasalahan-permasalahan Pelaksanaan Tugas, Kewenangan dan
Kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa”, dan diminta kepada peserta
untuk mengerjakannya.

5 Fasilitator meminta kepada salah satu peserta untuk membacakan hasil 5’


kerja “identifikasi permasalahan-permasalahan Pelaksanaan Tugas,
Kewenangan dan Kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa”, dan meminta
kepada peserta lainnya untuk menanggapinya.

6 Fasilitator melakukan penguatan pemahaman dengan cara 5’


merangkum, membandingkan, mengggaris bawahi butir-butir materi
yang penting, memperjelas pengertian yang masih samar dan
menyampaikan butir-butir materi penting yang belum muncul dari hasil
diskusi “identifikasi permasalahan-permasalahan Pelaksanaan Tugas,
Kewenangan dan Kewajiban Panwaslu Kelurahan/Desa”,

7 Fasilitator mempersilahkan Narasumber untuk melakukan pendalaman 20’


dan pengayaan materi untuk meningkatkan wawasan peserta terhadap
materi modul ini, melalui ceramah partisipatif diselingi tanya jawab,
tanggapan, dan penjelasan (mengacu kepada tayangan yang telah
dipersiapkan) dengan memuat materi: 1) Demokrasi dan Pengawasan
Pemilu, (2) Tugas, Wewenang dan Kewajiban Panwaslu
Kelurahan/Desa, (3) Asas-Asas Penyelenggara Pemilu, (4) Jati Diri
Pengawas Pemilu dan (5) Kode Etik Pengawas Pemilu.

8 Fasilitator membagikan Tes Formatif dan meminta peserta untuk 5


mengerjakannya selama waktu tersedia yang telah ditentukan oleh
panitia.

9 Fasilitator mengucapkan terimakasih atas perhatian peserta dan 5


menyatakan bahwa sesudah ini pembelajaran akan dilanjutkan dengan
materi modul 2 “Kedudukan dan Tata Laksana Panwaslu
Kelurahan/Desa” lalu menyampaikan salam dan menutup
pembelajaran.

6
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

NASKAH PEGANGAN MODUL III


DEMOKRASI DAN PENGAWASAN PEMILU

1. Demokrasi dan Pengawasan Pemilu

Demokrasi dapat dipahami sebagai sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk
rakyat. Salah satu ciri utama Negara demokrasi adalah adanya Pemilihan Umum.
Pemilihan Umum merupakan mekanisme terpenting untuk terlaksananya kompetisi
politik yang berlangsung secara damai dan tertib dalam rangka menciptakan
pemerintahan yang memiliki legitimasi rakyat. Pemilu merupakan instrumen politik
paling spesifik yang dapat dibentuk dan dimodifikasi utnuk mencapai tujuan tersebut.

Terdapat beberapa standar kriteria pemilu demokratis yang diatur dalam


berbagai standar perjanjian internasional, antara lain:
a. Deklarasi Internasional Tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM) 1948. Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (ICCPR) 1960.
b. Protokol Konvensi Eropa tentang Perlindungan HAM dan Kebebasan Asasi
tahun 1950
c. Piagam Afrika tentang Hak Asasi Manusia dan Masyarakat tahun 1981
d. Deklarasi Internasional tentang Kriteria Pemilu yang Bebas dan Adil (Paris
Declaration), Inter-Parliamentary Council pada pertemuan ke 154 tanggal 26 Maret
1994.
Standar-standar Pemilu Internasional disusun dengan cara merangkum berbagai
aspek menyangkut hak-hak politik dan kebebasan dasar yang dibangun melalui
berbagai perjanjian baik yang bersifat universal, regional, termasuk keterlibatan
komitmen politik antar negara-negara di dunia. Menurut IDEA ada 15 (lima belas)
kriteria yang diakui secara internasional sebagai alat untuk mengukur standar dari suatu
pelaksanaan pemilu, antara lain;
a. Penyusunan kerangka hukum
b. Sistem pemilu
c. Penentuan distrik pemilihan dan definisi batasan unit pemilu
d. Hak memilih dan untuk dipilih
e. Badan pelaksana pemilu
f. Pendaftaran pemilih dan pemilih terdaftar
g. Akses kertas suara partai politik dan kandidat
h. Kampanye pemilu demokratis
i. Akses media dan kebebasan berekspresi
j. Pembiayaan dan pengeluaran kampanye
k. Pemungutan suara
l. Penghitungan dan tabulasi suara
m. Peranan wakil partai dan kandidat
n. Pemantauan pemilu
o. Kepatuhan dan penegakan hukum.
Kelimabelas kriteria di atas digunakan sebagai rujukan dan sekaligus
pembanding untuk menilai apakah kriteria-kriteria tersebut diterapkan dalam
kerangka hukum dan perundang- undangan masing-masing negara yang mengikatkan
diri dalam perjanjian internasional. Untuk Indonesia sendiri, prinsip-prinsip pelaksanaan
pemilu dituangkan dalam Pasal 22 E Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Pemilu
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia”. Demikian juga pada
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD,

7
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden sebagaimana diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 2008, serta Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Walikota danWakil
Walikota yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
tentang Perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang.

Keberadaan organisasi pengawas pemilu secara historis dapat dipahami dari


dinamika politik penyelenggaraan pemilu selama rezim orde baru berkuasa.
Penyelenggaraan pemilu pertama Orde Baru baru dilakukan pada tahun 1971. Untuk
menyelenggarakan pemilu 1971, dibentuk Lembaga Pemilihan Umum (LPU) yang
dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 3 Tahun 1970 yang berada di bawah naungan
Departemen Dalam Negeri. Terjadi pergeseran dimana lembaga penyelenggara pemilu
sebelumnya dipimpin oleh perwakilan partai politik, sedangkan ketua LPU langsung
dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri.Pada tingkat daerah dibentuk Panitia Pemilihan
Daerah Tingkat I dan II pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta PPS di tingkat
kecamatan dan PPP di tingkat desa.

Keadaan tersebut berlanjut pada penyelenggaraan pemilu tahun 1977, 1982,


1987, 1992, dan 1997. Pada periode ini, Golkar, PDI, dan PPP menempatkan wakil-
wakilnya sebagai anggota Lembaga Pemilihan Umum. Meskipun demikian, perwakilan
Golkar mendominasi susunan kepanitian penyelenggara pemilu. Selain itu, pimpinan
pusat penyelenggara pemilu terdiri dari dewan pimpinan dan dewan pertimbangan yang
semuanya dipimpin oleh pemerintah.

Penyelenggaraan pemilu pada masa itu dianggap tidak demokratis dan


menguntungkan partai tertentu. Lembaga penyelenggara Pemilu dianggap tidak
mampu menerapkan prinsip impartialitas, netralitas, dan transparansi. Kooptasi yang
kuat dari pemerintah terhadap lembaga penyelenggara Pemilu pada masa Orde Baru
mendorong diciptakannya sistem pengawasan penyelenggaraan pemilu.Lembaga
pengawasan pemilu mulai diatur sejak pemilu 1982 dengan hadirnya Panitia Pengawas
Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak) berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 1980 terutama atas
usulan PDI dan PPP yang dilekatkan pada internal LPU.Lembaga tersebut terdapat di
tingkat pusat hingga tingkat kecamatan. Kehadiran Panwaslak tersebut menjadi
instrumen untuk meningkatkan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemilu.

Pemilu tahun 1997 merupakan pemilu terakhir yang diselenggarakan selama


Orde Baru. Setahun berikutnya terjadi reformasi politik yang sangat massif dengan
runtuhnya rezim Orde Baru dan menandai permulaan demokratisasi di Indonesia.
Lembaga penyelenggara pemilu juga mengalami perubahan dengan dibentuknya
Komisi Pemilihan Umum (KPU) berdasarkan Keppres Nomor 16 Tahun 1999 tentang
Pembentukkan Komisi Pemilihan Umum. Keanggotaan KPU terdiri dari para wakil partai
peserta pemilu sebanyak 48 orang dan wakil pemerintah sebanyak 5 orang dengan
dibantu Sekretariat KPU. Pada tingkat provinsi dan kabupaten, pemilu dilaksanakan oleh
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. Selain itu juga dibentuk panitia ad hoc di tingkat
kecamatan (PPK), desa/kelurahan (PPS), tingkat TPS (KPPS). Lembaga penyelenggaran
ada harapan besar agar penyelenggara Pemilu pada saat itu untuk memperkuat
demokrasi, meningkatkan partisipasi politik, serta memperkuat independensi lembaga
penyelenggara pemilu (Pamungkas, 2009).

8
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Untuk meningkatkan transparansi penyelenggaraan pemilu juga diperkuat


lembaga pengawasan pemilu Panitia Pengawas Pemilu (Panwas) yang dibentuk pada
tahun 1999 yang kemudian berubah menjadi lembaga tersendiri dan berpisah dari KPU
berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan
DPRD. Undang-Undang ini dalam pelaksanaan pengawasan Pemilu dibentuk sebuah
lembaga adhoc terlepas dari struktur KPU yang terdiri dari Panitia Pengawas Pemilu,
Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, dan
Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan. Kelembagaan pengawas Pemilu diperkuat kembali
melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu dengan
dibentuknya sebuah lembaga tetap yang dinamakan Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu).

2. Tugas dan wewenang PPL meliputi:

a. mengawasi tahapan penyelenggaraan Pemilihan di tingkat Desa atau sebutan


lain/Kelurahan yang meliputi:
1) pelaksanaan pemutakhiran data Pemilih berdasarkan data kependudukan dan
penetapan Daftar Pemilih Sementara, daftar Pemilih hasil perbaikan, dan Daftar
Pemilih Tetap;
2) pelaksanaan Kampanye;
3) perlengkapan Pemilihan dan pendistribusiannya;
4) pelaksanaan pemungutan suara dan proses penghitungan suara di setiap TPS;
5) pengumuman hasil penghitungan suara di setiap TPS;
6) pengumuman hasil penghitungan suara dari TPS yang ditempelkan di
sekretariat PPS;
7) penyampaian surat suara dari TPS sampai ke PPK; dan
8) pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilihan lanjutan,
dan Pemilihan susulan.
b. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan penyelenggaraan
Pemilihan yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilihan sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
c. meneruskan temuan dan laporan dugaan pelanggaran terhadap tahapan
penyelenggaraan Pemilihan sebagaimana dimaksud pada huruf b kepada instansi
yang berwenang;
d. menyampaikan temuan dan laporan kepada PPS dan KPPS untuk ditindaklanjuti;
e. memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan
tentang adanya tindakan yang mengandung unsur tindak pidana Pemilihan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. fmengawasi pelaksanaan sosialisasi penyelenggaraan Pemilihan; dan
g. gmelaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh Panwas Kecamatan.

3. Dalam Pemilihan, PPL wajib:

a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;


b. menyampaikan laporan kepada Panwas Kecamatan berkaitan dengan adanya
dugaan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan
Pemilihan di tingkat Desa atau sebutan lain/Kelurahan;
c. menyampaikan temuan dan laporan kepada Panwas Kecamatan berkaitan dengan
adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh PPS dan KPPS yang

9
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan tahapan Pemilihan di tingkat Desa


atau sebutan lain/Kelurahan;
d. menyampaikan laporan pengawasan atas tahapan penyelenggaraan Pemilihan di
wilayah kerjanya kepada Panwas Kecamatan; dan
e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh Panwas Kecamatan.

4. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pemilu


Sesuai Pasal 3 Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
Penyelenggaraan Pemilu berpedoman pada prinsip:
a. mandiri;
b. jujur;
c. adil;
d. kepastian hukum;
e. tertib;
f. kepentingan umum;
g. keterbukaan;
h. proporsionalitas;
i. profesionalitas;
j. akuntabilitas;
k. efisiensi; dan
l. efektivitas.

5. Jati Diri Pengawas Pemilu


Jati diri adalah identitas seseorang atau kelompok yang dapat menggambarkan
keberadaan atau eksistensi dan keadaan seseorang atau kelompok tersebut. Arnold
Dashelfsky mengartikan jati diri sebagai ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang.
Soemarno Soedarsono memberi arti jati diri sebagai tanda spesifik yang membedakan
seseorang dengan orang lain. Sementara Hank Johuston membagi jati diri kedalam dua
kategori yaitu jati diri individu dan jati diri kolektif (lembaga). Jati diri individu adalah
ciri-ciri seseorang secara menyeluruh dalam berinteraksi sosial sedangkan jati diri
kolektif adalah suatu interaksi individu ke individu lain dalam suatu kelompok bahkan
tindakan-tindakan bersama dalam sebuah kelompok.

Secara umum jati diri dapat diartikan sebagai kekuatan jiwa (the power of mind)
manusia yang terdiri dari sifat, karakter, paham, semangat, kepribadian, moralitas, ahlak
dan keyakinan yang merupakan hasil proses belajar dalam waktu yang panjang dan
yang muncul dalam ekspresi dan aktualisasi diri serta dalam pola-pola perilaku
berkehidupan, bermasyarakat dan berbudaya. Berdasarkan defenisi umum diatas
tidaklah terlalu berlebihan jika secara konsep jati diri bawaslu diartikan sebagai suatu
kekuatan yang dimiliki Bawaslu yang berakar dari Bawaslu itu sendiri, yang menjadi
identitas, karakter, atau ciri Bawaslu itu sendiri yang menjadi modal dasar untuk
membangun dirinya.

Ada beberapa hal yang mendasari pembentukan jati diri pengawas Pemilu, yaitu:

a. Mandat sejarah.

Lembaga pengawas pemilu hadir karena pemilu Indonesia dalam


perjalanannya diwarnai praktek-praktek kompetisi yang tidak fair dan banyak
pelanggaran, tidak hanya dilakukan oleh peserta Pemilu tetapi juga oleh
Pemerintah. Pertama kali lembaga pengawas Pemilu dibentuk, pemerintah

10
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

menjalankan peran sebagai penyelenggara Pemilu. Realitas inilah yang mendorong


lahirnya lembaga pengawas pemilu untuk melakukan tugas-tugas pengawasan
pemilu dan penegakan hukumnya.

Secara formil keberadaan lembaga pengawas pemilu di Indonesia dimulai


pada pemilu tahun 1982 yaitu Panita Pelaksanaan Pengawasan Pemilihan Umum
(Panwaslak). Pemilu 1999 Panwaslak berubah nama menjadi Panitia Pengawas
Pemilu (Panwas) dan pada pemilu 2004 dan 2009 dibentuklah Badan Pengawas
Pemilu yang sifatnya permanen sampai di level provinsi, sedangkan keberadaan
Panwas masih tetap dipertahankan sampai saat ini namun sifatnya ad hoc dan
berada pada tingkatan kabupaten/kota.

Dengan demikian menjadi sangat jelas bagi kita bahwa kelahiran institusi
pengawas pemilu mengemban mandat sejarah yang sangat berat yakni untuk
mengawal dan memastikan penyelenggaraan pemilu berlangsung secara fair dan
demokratis, melalui pelaksanaan fungsi pengawasan dan penindakan pelanggaran
pemilu. Artinya kehadiran lembaga pengawas pemilu diposisikan sebagai quality
control (pengedali kualitas) pemilu. Sejarah menumpukan harapan yang tinggi
kepada kinerja lembaga pengawas pemilu ini, dan hal ini menjadikan pengawas
pemilu harus melaksanakan mandat sejarah ini.

Tentunya hal ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tidak dapat
dilaksanakan secara gegabah, bahkan dijadikan sebagai pekerjaan
sampingan.Karena pelaksanaan tugas quality control ini memerlukan kerja keras,
dedikasi, dan integritas pengawas pemilu, mengingat bidang yang diawasi adalah
kompetisi politik untuk perebutan kekuasaan.

b. Konteks sosial, politik, hukum, dan budaya.

Konteks adalah sebuah lingkungan yang melatari sebuah peristiwa. Dalam


hal ini, kehadiran dan peran pengawas pemilu sebagaimana diuraikan sebelumnya
lahir dalam sebuah konteks yang tidak dapat dipisahkan dari kelahiran dan
standard kinerja lembaga itu sendiri. Pemahaman terhadap konteks ini diperlukan
untuk mengetahui apa yang dikehendaki oleh pihak-pihak yang melahirkan sebuah
institusi.

c. Mandat perundang-undangan

Di samping mandat sejarah dan konteks politik-sosial-hukum-budaya, salah


satu pilar penting dari jati diri pengawas Pemilu adalah mandat perundang-
undangan. Mandat ini lahir dari dasar hukum tertinggi yakni konstitusi (UUD 1945),
dan Undang-undang Nomor 7 tahun 2007 UU tentang pemilihan umum, serta
Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Penyelenggara
Pemilihan Umum
Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kode Etik Dan Pedoman Perilaku
Penyelenggara Pemilihan Umum
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Dan Sekretariat Panitia Pengawas

11
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Pemilihan Umum Kecamatan

Ilustrasi: Kolektif kolegial adalah jatidiri anggota bawaslu dan Panwaslu dalam menjalankan
pengawasan Pemilu.

Bagaimana bentuk-bentuk perwujudan jati diri pengawas pemilu?


Pertanyaan ini penting untuk melihat implementasi langsung jati diri pengawas
pemilu. Beberapa bentuk-bentuk perwujudan jati diri pengawas pemilu adalah:

a. Etos kerja pengawas pemilu yang tinggi demi terwujudnya excellence with
integrity, yaitu suatu nilai tertinggi dari pengawas pemilu terletak pada
Integritas yang dimilikinya.

b. Tidak arogan dalam menjalankan tugas pengawasan dan mampu


mengendalikan dorongan keinginan desktruktif yang berpotensi
menciderai jati diri pengawas pemilu.

c. Menjunjung tinggi nilai kejujuran, keterbukaan, keikhlasan,


professionalisme, dan tanggung jawab.

d. Berkepribadian tangguh dalam membela dan menjunjung tinggi


kebenaran.

Keempat sikap tersebut di atas harus diwujudkan dalam citra diri Pengawas
pemilu yang berintegritas. Perwujudan dari jati diri dan citra diri pengawas pemilu
tidak hanya dalam konteks sikap individual pengawas Pemilu yang harus
ditampakkan secxara individu maupun kolektif oleh pengawas Pemilu. Relasi antar
pengawas Pemilu harus dilandasi asas soliditas, solidaritas, dan sinergi.

12
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Skema Pembentukan Jati Diri Pengawas Pemilu

6. Kode Etik Penyelenggara Pemilu

Pengawas Pemilu terikat dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan Pemilu,


sumpah/janji, dan pedoman prilaku yang diatur dalam Peraturan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Penyelenggara Pemilihan Umum.

Makna Prinsip Penyelenggaraan Pemilu yang harus dipatuhi pengawas Pemilu adalah
sebagai berikut;

a. jujur maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu didasari


niat untuk sematamata terselenggaranya Pemilu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tanpa adanya kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan;
b. mandiri maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
bebas atau menolak campur tangan dan pengaruh siapapun yang mempunyai
kepentingan atas perbuatan, tindakan, keputusan dan/atau putusan yang
diambil;
c. adil maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
menempatkan segala sesuatu sesuai hak dan kewajibannya;
d. akuntabel bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

13
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Ilustrasi: Anggota Panwaslu terikat dengan sumpah janji, kode etik, dan pedoman prilaku penyelenggara
Pemilu.

Profesionalitas Penyelenggara Pemilu berpedoman pada prinsip:

a. berkepastian hukum maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara


Pemilu melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. aksesibilitas bermakna kemudahan yang disediakan Penyelenggara Pemilu bagi
penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan kesempatan;
c. tertib maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan peraturan
perundangundangan, keteraturan, keserasian, dan keseimbangan;
d. terbuka maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memberikan akses informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat sesuai
kaedah keterbukaan informasi publik;
e. proporsional maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum untuk
mewujudkan keadilan;
f. profesional maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memahami tugas, wewenang dan kewajiban dengan didukung keahlian atas
dasar pengetahuan, keterampilan, dan wawasan luas;
g. efektif bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan sesuai rencana tahapan dengan tepat
waktu;
h. efisien bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memanfaatkan sumberdaya, sarana, dan prasarana dalam penyelenggaraan
Pemilu sesuai prosedur dan tepat sasaran;
i. kepentingan umum bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara
Pemilu mendahulukan kepentingan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.

Dalam melaksanakan prinsip mandiri, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:

14
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

a. netral atau tidak memihak terhadap partai politik, calon, pasangan calon,
dan/atau peserta Pemilu;
b. menolak segala sesuatu yang dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap
pelaksanaan tugas dan menghindari intervensi pihak lain;
c. tidak mengeluarkan pendapat atau pernyataan yang bersifat partisan atas
masalah atau isu yang sedang terjadi dalam proses Pemilu;
d. tidak mempengaruhi atau melakukan komunikasi yang bersifat partisan dengan
peserta Pemilu, tim kampanye dan pemilih;
e. tidak memakai, membawa, atau mengenakan simbol, lambang atau atribut yang
secara jelas menunjukkan sikap partisan pada partai politik atau peserta Pemilu
tertentu;
f. tidak memberitahukan pilihan politiknya secara terbuka dan tidak menanyakan
pilihan politik kepada orang lain;
g. tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun dari peserta Pemilu, calon
peserta Pemilu, perusahaan atau individu yang dapat menimbulkan keuntungan
dari keputusan lembaga Penyelenggara Pemilu;
h. menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa, janji atau pemberian
lainnya dalam kegiatan tertentu secara langsung maupun tidak langsung dari
peserta Pemilu, calon anggota DPR, DPD, DPRD, dan tim kampanye kecuali dari
sumber APBN/APBD sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan;
i. menolak untuk menerima uang, barang, dan/atau jasa atau pemberian lainnya
secara langsung maupun tidak langsung dari perseorangan atau lembaga yang
bukan peserta Pemilu dan tim kampanye yang bertentangan dengan asas
kepatutan dan melebihi batas maksimum yang diperbolehkan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan;
j. tidak akan menggunakan pengaruh atau kewenangan bersangkutan untuk
meminta atau menerima janji, hadiah, hibah, pemberian, penghargaan, dan
pinjaman atau bantuan apapun dari pihak yang berkepentingan dengan
penyelenggaraan Pemilu;
k. menyatakan secara terbuka dalam rapat apabila memiliki hubungan keluarga
atau sanak saudara dengan calon, peserta Pemilu, dan tim kampanye;
l. menghindari pertemuan yang dapat menimbulkan kesan publik adanya
pemihakan dengan peserta Pemilu tertentu.

Dalam melaksanakan prinsip jujur, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. menyampaikan seluruh informasi yang disampaikan kepada publik dengan benar
berdasarkan data dan/atau fakta; dan
b. memberitahu kepada publik mengenai bagian tertentu dari informasi yang belum
sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan berupa informasi sementara.

Dalam melaksanakan prinsip adil, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. memperlakukan secara sama setiap calon, peserta Pemilu, calon pemilih, dan pihak
lain yang terlibat dalam proses Pemilu;
b. memberitahukan kepada seseorang atau peserta Pemilu selengkap dan secermat
mungkin akan dugaan yang diajukan atau keputusan yang dikenakannya;
c. menjamin kesempatan yang sama bagi pelapor atau terlapor dalam rangka
penyelesaian pelanggaran atau sengketa yang dihadapinya sebelum diterbitkan
putusan atau keputusan; dan
d. mendengarkan semua pihak yang berkepentingan dengan kasus yang terjadi dan
mempertimbangkan semua alasan yang diajukan secara adil.

Dalam melaksanakan prinsip berkepastian hukum, Penyelenggara Pemilu bersikap dan

15
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

bertindak:
a. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang secara tegas
diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan;
b. melakukan tindakan dalam rangka penyelenggaraan Pemilu yang sesuai dengan
yurisdiksinya;

Dalam melaksanakan prinsip tertib, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. menjaga dan memelihara tertib sosial dalam penyelenggaraan Pemilu;
b. mengindahkan norma dalam penyelenggaraan Pemilu;
c. menghormati kebhinnekaan masyarakat Indonesia;
d. memastikan informasi yang dikumpulkan, disusun, dan disebarluaskan dengan
cara sistematis, jelas, dan akurat; dan
e. memberikan informasi mengenai Pemilu kepada publik secara lengkap, periodik
dan dapat dipertanggungjawabkan

Dalam melaksanakan prinsip terbuka, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. memberikan akses dan pelayanan yang mudah kepada publik untuk mendapatkan
informasi dan data yang berkaitan dengan keputusan yang telah diambil sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. menata data dan dokumen untuk memberi pelayanan informasi publik secara
efektif;
c. memberikan respon secara arif dan bijaksana terhadap kritik dan pertanyaan
publik.

Dalam melaksanakan prinsip proporsional, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak:
a. mengumumkan adanya hubungan atau keterkaitan pribadi yang dapat
menimbulkan situasi konflik kepentingan dalam pelaksanaan tugas
Penyelenggara Pemilu;
b. menjamin tidak adanya penyelenggara Pemilu yang menjadi penentu keputusan
yang menyangkut kepentingan sendiri secara langsung maupun tidak langsung;
c. tidak terlibat dalam setiap bentuk kegiatan resmi maupun tidak resmi yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan; dan
d. menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang
dinyatakan sebagai rahasia sampai batas waktu yang telah ditentukan atau
sampai masalah tersebut sudah dinyatakan untuk umum sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

Dalam melaksanakan prinsip profesional, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak:

a. memelihara dan menjaga kehormatan lembaga Penyelenggara Pemilu;


b. menjalankan tugas sesuai visi, misi, tujuan, dan program lembaga Penyelenggara
Pemilu;
c. melaksanakan tugas sesuai jabatan dan kewenangan yang didasarkan pada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang,
peraturan perundang-undangan, dan keputusan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Pemilu;
d. mencegah segala bentuk dan jenis penyalahgunaan tugas, wewenang, dan
jabatan, baik langsung maupun tidak langsung;
e. menjamin kualitas pelayanan kepada pemilih dan peserta sesuai dengan standar
profesional administrasi penyelenggaraan Pemilu;

16
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

f. bertindak berdasarkan standar operasional prosedur dan substansi profesi


administrasi Pemilu;
g. melaksanakan tugas sebagai Penyelenggara Pemilu dengan komitmen tinggi; dan
h. tidak melalaikan pelaksanaan tugas yang diatur dalam organisasi Penyelenggara
Pemilu.

Dalam melaksanakan prinsip akuntabel, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. menjelaskan keputusan yang diambil berdasarkan peraturan perundang-
undangan, tata tertib, dan prosedur yang ditetapkan;
b. menjelaskan kepada publik apabila terjadi penyimpangan dalam proses kerja
lembaga Penyelenggara Pemilu serta upaya perbaikannya;
c. menjelaskan alasan setiap penggunaan kewenangan publik;
d. memberikan penjelasan terhadap pertanyaan yang diajukan mengenai keputusan
yang telah diambil terkait proses Pemilu;
e. bekerja dengan tanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam melaksanakan prinsip efektif, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. menggunakan waktu secara efektif sesuai dengan tahapan dan jadwal
penyelenggaraan Pemilu yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
b. melakukan segala upaya yang dibenarkan menurutetika dan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin pelaksanaan hak konstitusional setiap
penduduk untuk memilih dan/atau dipilih.

Dalam melaksanakan prinsip efisien, Penyelenggara Pemilu bersikap dan bertindak:


a. kehati-hatian dalam melakukan perencanaan dan penggunaan anggaran agar
tidak berakibat pemborosan dan penyimpangan; dan
b. menggunakan keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang diselenggarakan
atas tanggungjawab Pemerintah dalam melaksanakan seluruh kegiatan
penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan prosedur dan tepat sasaran.

Dalam melaksanakan prinsip kepentingan umum, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak:
a. menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dan peraturan perundang-undangan;
b. menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. menunjukkan penghargaan dan kerjasama dengan seluruh lembaga dan aparatur
negara untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. menjaga dan memelihara nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. menghargai dan menghormati sesame lembaga Penyelenggara Pemilu dan
pemangku kepentingan Pemilu;
f. tidak mengikut sertakan atau melibatkan kepentingan pribadi maupun keluarga
dalam seluruh pelaksanaan tugas, wewenang, dan kewajibannya;
g. memberikan informasi dan pendidikan pemilih yang mencerahkan pikiran dan
kesadaran pemilih;
h. memastikan pemilih memahami secara tepat mengenai proses Pemilu;
i. membuka akses yang luas bagi pemilih dan media untuk berpartisipasi dalam
proses penyelenggaraan Pemilu;
j. menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya
atau memberikan suaranya; dan

17
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

k. memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung bagi pemilih yang


membutuhkan perlakuan khusus dalam menggunakan dan menyampaikan hak
pilihnya.

Dalam melaksanakan prinsip aksesibilitas, Penyelenggara Pemilu bersikap dan


bertindak:
a. menyampaikan informasi Pemilu kepada penyandang disabilitas sesuai
kebutuhan;
b. memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung bagi penyandang
disabilitas untuk menggunakan hak pilihnya;
c. memastikan penyandang disabilitas yang memenuhi syarat mempunyai
kesempatan yang sama sebagai Pemilih, sebagai calon anggota DPR, sebagai
calon anggota DPD, sebagai calon Presiden/Wakil Presiden, sebagai calon
anggota DPRD,dan sebagai Penyelenggara Pemilu.

Kode Etik bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh:


a. Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Pengawas Pemilu Kelurahan/Desa, Pengawas Pemilu Luar Negeri,
dan Pengawas TPS;
b. Jajaran sekretariat KPU dan Bawaslu.

Penanganan Dugaan Pelanggaran Kode Etik sesuai Peraturan Badan Pengawas Pemilu
Nomor 4 Tahun 2019 adalah sebagai berikut;

a. Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS wajib


menjalankan tugas, fungsi, dan wewenang sebagai pengawas penyelenggaraan
Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan
sumpah/janji jabatan serta kode etik.

b. Penanganan dilakukan berdasarkan:

1) Temuan Pengawas Pemilu; atau


2) Aduan Penyelenggara Pemilu, Peserta Pemilu, tim kampanye, masyarakat,
dan/atau pemilih yang dilengkapi identitas yang jelas.
3) Waktu Penanganan Maksimal 14 Hari setelah Temua/Aduan diregistrasi.

Sedangkan Sanksi bagi anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota,


Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS yang terbukti
melakukan pelanggaran kode etik berupa:

a. peringatan; atau
b. pemberhentian tetap.

18
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

LEMBAR KERJA 1

“IDENTIFIKASI PERMASALAHAN-PERMASALAHAN PELAKSANAAN TUGAS,


KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN PANWASLU TINGKAT KELURAHAN/DESA”

No Tugas, Permasalahan yang Akan Rekomendasi/


Kewenangan dan Muncul Dalam Pelaksanaan Solusi
Kewajiban PKD Tugas, Kewenangan dan
Kewajiban PKD

I Tugas

II Kewenangan

III Kewajiban

19
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

MODUL III
KEDUDUKAN DAN TATA LAKSANA PANWASLU KELURAHAN/DESA

A. POKOK BAHASAN
Kedudukan Dan Tata Laksana Panwaslu Kelurahan/Desa

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Visi-misi Bawaslu
2. Struktur Organisasi Bawaslu Kab-PTPS
3. Kedudukan dan hubungan Panwaslu Kelurahan/desa dengan Bawaslu
kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan Pengawas TPS
4. Tugas dan kewajiban administrasi
5. Mekanisme pengambilan keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu kelurahan/Desa, dan Pengawas
TPS
C. TUJUAN
Setelah mengikuti Bimtek ini peserta diharapkan:

1. Mampu memahami dan menjelaskan Visi-misi Bawaslu


2. Mampu memahami dan menjelaskan Struktur Organisasi Bawaslu Kab-PTPS
3. Mampu memahami dan menjelaskan Kedudukan dan hubungan Panwaslu
Kelurahan/Desa dengan Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan
Pengawas TPS
4. Mampu memahami dan menjelaskan Tugas dan kewajiban administrasi
5. Mampu memahami dan menjelaskan Mekanisme pengambilan keputusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu
Kelurahan/Desa, dan Pengawas TPS

D. METODE
1. Presentasi dan tanya jawab:
2. Penguatan dan Pembulatan

E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan kedua atas undang-
undang nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota menjadi undang-undang
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Tata
Naskah Dinas.
4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 16 Tahun 2015 Tentang Pola
Klasifikasi Arsip di Lingkungan Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilu
5. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Rapat
Pleno
6. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,
Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan
Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas
Pemilihan Umum Kecamatan

20
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

F. MEDIA
1. Naskah Pegangan
2. Soal Pre Test dan Post Test
3. Bahan Presentasi/Powerpoint
4. Laptop
5. LCD proyektor
6. Spidol besar
7. Kertas Plano
8. Sound system

G. PROSES DAN DURASI

NO LANGKAH-LANGKAH WAKTU
60 Menit
1 Fasilitator membuka Bimtek dengan menyapa peserta dengan
mereview materi sessi sebelumnya kemudian menyampaikan 3’
tujuan dari modul bimtek yang sedang akan dibahas ini
2 Secara singkat, fasilitator memperkenalkan narasumber
2’
berdasarkan biodata narasumber.
3 Fasilitator melaksanakan Pre Test 10’
3 Fasilitator mempersilahkan narasumber untuk melakukan
20’
presentasi makalahnya/ power pointnya
4 Fasilitator membuka termin I untuk memberikan kesempatan
kepada peserta bertanya atau menyampaikan 5’
sanggahan/pendapatnya.
5 Fasilitator memberikan kesempatan kepada narasumber untuk
5’
menanggapai dan sanggahan (bila ada).
6 Fasilitator melaksanan post test 5’
7 Fasilitator membagikan bahan bacaan kepada seluruh peserta
dan meminta peserta untuk membacanya di kesempatan lain 5’
agar memperkuat pemahamannya
8 Fasilitator mengucapkan terimakasih atas perhatian peserta dan
menyatakan bahwa sesudah ini pembelanjaran akan dilanjutkan 5’
dengan modul/materi berikutnya………………

H. NASKAH BACAAN
1. Susunan organisasi bawaslu

Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum,


Bawaslu terdiri atas:
a. Bawaslu;
b. Bawaslu Provinsi;
c. Bawaslu Kabupaten/Kota;
d. Panwaslu Kecamatan;
e. Panwaslu Kelurahan Desa;
f. Panwaslu LN; dan
g. Pengawas TPS.

21
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Jumlah Anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu


Kecamatan, Panwaslu Kelurahan Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS adalah
sebagai berikut;
a. Jumlah Anggota Anggota Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang;
b. Anggota Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima) atau 7 (tuju) orang;
c. Anggota Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 5 (lima) atau 3 (tiga) orang;
d. Anggota Panwas Kecamatan sebanyak 3 (tiga) orang;
e. PPL/ Panwas Kelurahan/ Desa, di setiap desa atau sebutan lain /kelurahan 1
(satu) orang; dan
f. Pengawas Tempat Pemungutan Suara terdiri dari 1 orang di setiap TPS

2. Pembentukan Bawaslu kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu


Kelurahan/desa dan Pengawas TPS
a. Anggota Panwaslu Kecamatan diseleksi dan ditetapkan oleh Bawaslu
Kabupaten/Kota.
b. Anggota Panwaslu Kelurahan/Desa diseleksi dan ditetapkan dengan keputusan
Panwaslu Kecamatan.
c. Pengawas TPS diseleksi dan ditetapkan dengan keputusan Panwaslu Kecamatan.
d. Bawaslu Kabupaten/Kota membentuk Panwaslu Kecamatan 1 (satu) bulan
sebelum tahapan pertama penyelenggaraan pemilihan dimulai dan berakhir
paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan pemilihan
selesai.
e. Panwaslu Kecamatan membentuk Panwaslu Kelurahan/Desa 1 (satu) bulan
sebelum tahapan pertama penyelenggaraan pemilihan dimulai dan dibubarkan
paling lambat 2 (dua) bulan setelah seluruh tahapan penyelenggaraan pemilihan
selesai;
f. Panwas Kelurahan Desa dibantu 1 (satu) orang Pengawas TPS di masing-masing
TPS berdasarkan usulan Panwaslu Kelurahan/ Desa kepada Panwas Kecamatan.
Pengawas TPS dibentuk 23 (duapuluh tiga) hari sebelum hari pemungutan suara
dan dibubarkan 7 (tujuh) hari setelah hari pemungutan suara pemilihan.
3. Hubungan Panwaslu Kelurahan/Desa dengan Sekretariat Panwas Kecamatan
a. Sekretariat Panwas Kecamatan bertanggung jawab kepada Kepala Sekretariat
Bawaslu Kabupaten/Kota dan secara fungsional bertanggung jawab kepada
Ketua Panwas Kecamatan.
b. Sekretariat Panwas Kecamatan dipimpin oleh Kepala Sekretariat. Sekretariat
Panwas Kecamatan dan Kepala Sekretariat Panwas Kecamatan bersifat ad hoc.
c. Sekretariat Panwaslu Kecamatan mempunyai tugas memberikan dukungan
administratif dan teknis operasional kepada:
1) Panwas Kecamatan;
2) Panwaslu Kelurahan/Desa,; dan
3) Pengawas tempat pemungutan suara.
4. Laporan Hasil Pengawasan
a. Dalam melaporkan hasil pengawasan, seluruh kegiatan pengawasan wajib
dituangkan dalam formulir model A.
b. Dalam pengisian Formulir Model A yang bertanggung jawab dalam melakukan
pengisian adalah yang menemukan atau mengetahui adanya dugaan
pelanggaran.
c. Fomulir Model A dapat diisi oleh Ketua atau Anggota Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, pegawai jajaran Sekretariat Bawaslu
Provinsi dan/atau Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota serta Sekretariat
Panwaslu Kecamatan dan Panwaslu Kelurahan/Desa, Pengawas TPS.

22
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

d. Panwaslu Kelurahan/Desa menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada


Bawaslu kabupaten/Kota melalui Panwaslu kecamatan.
e. Pengawas TPS menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Panwaslu
Kecamatan melalui Panwaslu Kelurahan/Desa

23
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

MODUL IV
PELAKSANAAN PENGAWASAN PEMILIHAN

1. POKOK BAHASAN
Pelaksanaan Pengawasan Pemilihan

2. SUB POKOK BAHASAN


1. Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih;
2. Pengawasan Verifikasi Faktual Syarat Dukungan Calon Perseorangan
3. Pengawasan Tahapan Kampanye
4. Pengawasan Pemungutan dan penghitungan suara

3. TUJUAN
Setelah mengikuti bimtek peserta diharapkan dapat mempraktikkan:
1. Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih;
2. Pengawasan Verifikasi Faktual Syarat Dukungan Calon Perseorangan
3. Pengawasan Tahapan Kampanye
4. Pengawasan Pemungutan dan penghitungan suara

4. METODE:
1. Presentasi dan tanya jawab
2. Mengerjakan Soal Pre Test dan Post Test
3. Simulasi Kasus-kasus
4. Penguatan dan Pembulatan

5. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Walikota menjadi Undang-Undang;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 tahun 2017 Tentang
Pengawasan Pemutakhiran Data Dan Penyusunan Daftar Pemilihdalam Pemilihan
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati Serta Walikota dan Wakil
Walikota.
4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor
11 Tahun 2017 tentang Pengawasan Dana Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota
5. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor
12 Tahun 2017 tentang Pengawasan Kampanye Peserta Pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota
6. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2018 tentang Pengawasan Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota
7. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia 14 Tahun 2019
Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10

24
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Tahun 2017 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan Pemilihan Gubernur Dan


Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kota.
8. Peraturan komisi pemilihan umum nomor Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017 Tentang
Pencalonan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati,
Dan/Atau Walikota Dan Wakil Walikota.
9. Peraturan komisi pemilihan umum nomor 19 tahun 2019 peraturan komisi pemilihan
umum tentang perubahan atas peraturan komisi pemilihan umum nomor 2 tahun
2017 tentang pemutakhiran data dan penyusunan daftar pemilih dalam pemilihan
gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, dan/atau walikota dan wakil
walikota.
10. Surat Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor:
SS.0066/K.BAWASLU/PM.00.00/I/2020 Perihal Pengawasan tahapan pencalonan
dalam pemilihan kepada daerah tahun 2020
11. Surat Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor: SS-0031/
K.BAWASLU/PM.00.00/I/2020 Perihal Panduan pengisian formulir model A. dan
pengawasan pembentukan PPK, PPS, dan KPPS dalam Pilkada 2020.

6. MEDIA:
1. Naskah Pegangan
2. Soal Pre Test dan Post Test
3. Bahan Presentasi/Powerpoint/
4. Slide simulasi kasus
5. HP Android milik semua Peserta
6. Laptop
7. LCD proyektor
8. Spidol besar
9. Kertas Plano
10. Kartu Simulasi
11. Sound system

7. WAKTU

Waktu pelaksanaan Bimtek untuk modul ini selama 157 Menit.

8. PROSES PEMBELAJARAN

NO LANGKAH-LANGKAH WAKTU

1 Fasilitator membuka Bimtek dengan menyapa peserta dengan 3


mereview materi sessi sebelumnya kemudian menyampaikan
tujuan dari modul bimtek yang sedang akan dibahas ini
2 Secara singkat, fasilitator memperkenalkan narasumber yang 4
akan mempresentasikan makalahnya berdasarkan biodata
narasumber.
3 Fasilitator melaksanakan Pre Test 10
4 Fasilitator mempersilahkan narasumber untuk 3

25
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

mempresentasikan makalahnya/ power pointnya


5 Narasumber menyampaikan Materi Pelaksanaan Pengawasan 15
Pemilihan
6 Simulasi Verifikasi Faktual Dukungan Calon 30
Perseorangan
1. Fasilitator membantu narasumber untuk membuka slide
tentang simulasi kasus yang telah disediakan berupa Tanya
jawab kasus (terkait 5 sub bahasan teknis pengawasan )
2. Fasilitator mempersilakan beberapa peserta untuk acungkan
tangan menjawab pertanyaan tersebut, dan jika tidak ada
yang mengacungkan tangan maka fasilitator langsung
menunjuk beberapa peserta secara acak untuk menjawab
3. Narasumber memberi komentar, penjelasan atau tanggapan
atas jawaban beberapa peserta tersebut sekaligus meluruskan
dan melakukan pembulatan
7 Simulasi Pemutakhiran data Pemilih 30
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 (empat) kelompok
dengan meminta semua peserta berhitung, dimulai dari angka
1 (satu) sampai dengan 4 (empat), dan kembali ke angka 1
(satu) sampai dengan angka 4 (empat, dan seterusnya.
2. Fasilitator menjelaskan bahwa peserta diminta bergabung
dengan kelompok sesuai dengan angka yang disebut saat
berhitung.
3. Fasilitator membagikan kartu simulasi (berisi kasus yang
ditemukan saat coklit data pemilih) kepada peserta. Setiap
kelompok mendapat satu kartu.
4. Fasilitator meminta setiap kelompok mendiskusikan kasus
tersebut untuk mencari jawabannya.
5. Fasilitataor miminta ketua Kelompok untuk membaca
pertanayaan dalam Kartu simulasi dan membacakan jawaban
hasil diskusi.
6. Narasumber memberi komentar, penjelasan atau tanggapan
atas jawaban beberapa peserta tersebut sekaligus
meluruskan dan melakukan pembulatan
8 Simulasi tahapan Kampanye 30’

1. Fasilitator membantu Narasumber membuka slide yang berisi


diskripsi kasus yang ditemukan dalam pelaksanaan kampanye.
2. Fasilitator meminta peserta Simulasi cara pengisian Form A
dan Form lain yang terkait dengan pengawasan pelaksanaan
Kampanye
3. Narasumber mengevaluasi dan memberikan catatan terhadap
hasil pengisian Form A yang dilakukan peserta

9 Fasilitator membuka termin II bagi peserta untuk bertanya jika 5’


masih ada keraguan terkait simulasi yang telah disampaikan.

10 Narasumber dipersilakan langsung menanggapi pertanyaan- 10’


pertanyaan yang ada sekaligus memberi pembulatan

11 Fasilitator melaksanan post test sesudah kegiatan 10’

26
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

12 Fasilitator membagikan bahan bacaan kepada seluruh peserta 5’


dan meminta peserta untuk membacanya di kesempatan lain
agar memperkuat pemahamannya

13 Fasilitator mengucapkan terimakasih atas perhatian peserta dan 2’


menyatakan bahwa sesudah ini pembelanjaran akan dilanjutkan
dengan modul/materi berikutnya………………

27
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

9. BAHAN BACAAN
1. Pengawasan Pemutakhiran Data dan Daftar Pemilih;
Pengawasan tahapan pemutakhiran dan penyusunan daftar Pemilih dilakukan
dengan alur sebagai berikut;

Penetapan
Tanggapan DPT
Masyarakat
dan
Penetapan dan
perbaikan
Pengumuman
Pencocokan dan DPS oleh PPS DPS
Penelitian (Coklit)
oleh PPDP
Pembentukan PPDP

Skema: Alur pemutakhiran data dan daftar pemilih

a. Pengawasan Coklit dan penyusunan DPS dilakukan dengan cara:


1) Mendatangi rumah Pemilih dan memeriksa kegiatan pencocokan dan
penelitian yang dilakukan oleh PPDP;
2) Mencatat kegiatan pengawasan Pemutakhiran Data Pemilih dan daftar Pemilih
sesuai dengan alat kerja pengawasan;
3) Berkoordinasi dengan KPU Kabupaten/Kota untuk mendapatkan salinan
dokumen hasil Pemutakhiran Data Pemilihyang meliputi:
4) Laporan hasil coklit PPDP dalam formulir model A.A.3-KWK;
5) Daftar Pemilih baru dalam formulir model A.A-KWK;
6) Daftar perubahan Pemilih hasil pemutakhiran dalam formulir model A.B-KWK;
dan
7) Daftar Pemilih potensial non kartu tanda pendudukelektronik dalam formulir
model A.C-KWK.
b. Pengawasan kegiatan Coklit dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1) Melakukan pencocokan dan penelitian dengan mendatangi rumah Pemilih;
2) Mencatat Pemilih yang telah memenuhi syarat, tetapi belum terdaftar dalam
daftar Pemilih;
3) Memperbaiki data Pemilih;
4) Mencoret Pemilih yang telah meninggal;
5) Mencoret Pemilih yang telah pindah domisili ke daerah lain;
6) Mencoret Pemilih yang telah berubah status dari status sipil menjadi
anggota TNI/Polri;
7) Mencoret Pemilih yang belum genap berumur 17 (tujuh belas) tahun dan
belum kawin/ menikah pada hari pemungutan suara;

28
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Keterangan Ilustrasi: Pemilih meninggal yang tidak dicoret dari DPT akan berpotensi
disalahgunaan saat pelaksanaan pemungutan suara

c. Jadwal Pengawasan pemutakhiran daftar dan data pemilih

Tabel 1. Jadwal Pengawasan Tahapan Pemutakhiran dan


Penyusunan Hasil Pemutakhiran Data Pemilih

NO TAHAPAN PENGAWASAN JADWAL PELAKSANAAN


AWAL AKHIR
1 Pencocokan dan penelitian 18 April 2020 17 Mei 2020
2 Penyusunan daftar pemilih hasil 11 Mei 2020 2 Juni 2020
pemutakhiran oleh PPS
3 Rekapitulasi daftar pemilih hasil 3 Juni 2020 5 Juni 2020
pemutakhiran tingkat
desa/kelurahan
4 Penyampaian DPS oleh KPU 18 Juni 2020 22 Juni 2020
Kabupaten/Kota kepada PPS
melalui PPK
5 Pengumuman dan tanggapan 23 Juni 2020 2 Juli 2020
masyarakat terhadap DPS
6 Perbaikan DPS oleh PPS 3 Juli 2020 7 Juli 2020
7 Rekapitulasi DPS hasil perbaikan 8 Juli 2020 10 Juli 2020
tingkat desa/kelurahan
8 Pengumuman DPT oleh PPS 1 Agust 2020 22 Sept 2020

Sumber: Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020

2. Pengawasan Verifikasi Faktual Syarat Dukungan Calon Perseorangan


a. Tatacara Verifikasi Faktual
1) PPS melakukan verifikasi faktual dengan cara mendatangi setiap tempat tinggal
pendukung yang telah dinyatakan memenuhi syarat administratif untuk

29
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

mencocokkan kebenaran nama, alamat pendukung, dan dukungannya kepada


Bakal Pasangan Calon dengan dokumen identitas kependudukan asli.
2) Dalam hal pendukung menyatakan kebenaran dukungannya, dukungan yang
bersangkutan dinyatakan sah dan memenuhi syarat.
3) Dalam hal pendukung menyatakan tidak memberikan dukungannya,
pendukung mengisi Lampiran Berita Acara Model BA.5-KWK Perseorangan dan
menulis pada kolom keterangan tidak mendukung dalam formulir Model B.1.1-
KWK Perseorangan.
4) Dalam hal pendukung menyatakan tidak memberikan dukungan, tetapi yang
bersangkutan tidak bersedia mengisi Lampiran Berita Acara Model BA.5-KWK
Perseorangan, dukungannya tetap dinyatakan sah.
5) Dalam hal berdasarkan kesaksian Panwas Kecamatan/PPL yang dinyatakan
secara tertulis bahwa pendukung sebagaimana dimaksud pada angka (4) tidak
memberi dukungannya, dukungan tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat.
6) Dalam hal terdapat pendukung yang tidak dapat ditemui atau alamat tempat
tinggal pendukung tidak ditemukan, PPS memberikan catatan pada kolom
keterangan.
7) Dalam hal terdapat pendukung memberikan dukungan kepada lebih dari 1
(satu) Bakal Pasangan Calon, PPS menanyakan kepada pendukung kepastian
dukungannya terhadap 1 (satu) Bakal Pasangan Calon, dan pendukung
membubuhkan tanda tangan/cap jempol terhadap Bakal Pasangan Calon yang
didukung, dan menulis mendukung atau tidak mendukung Pasangan Calon
pada kolom keterangan dalam formulir Model B.1.1-KWK Perseorangan dan
dicatat di dalam Berita Acara Model BA.5-KWK Perseorangan.
8) Dalam hal terdapat pendukung yang menyatakan kebenaran dukungannya
kepada lebih dari 1 (satu) Pasangan Calon perseorangan, dukungan dinyatakan
tidak memenuhi syarat dan ditulis pada kolom keterangan tidak mendukung
dalam formulir Model B.1.1-KWK Perseorangan.
9) Dalam hal terdapat pendukung yang menyatakan tidak benar mendukung lebih
dari 1 (satu) Pasangan Calon perseorangan tetapi tidak bersedia mengisi
Lampiran Berita Acara Model BA.5-KWK Perseorangan, dukungan dinyatakan
tidak memenuhi syarat dan dicoret dari daftar dukungan.
b. Pengawasan Verifikasi Faktual
1. Guna menunjang proses pengawasan, PPL harus mendapatkan akses data
Model B.1-KWK Perseorangan.
2. PPL melakukan pengawasan terhadap proses penelitian faktual terhadap
dukungan calon perseorangan yang dilakukan oleh PPS, meliputi:
a. Kegiatan PPS dan Tim Verifikator dalam memeriksa kebenaran data
pendukung yang memenuhi syarat, mengawasi kebenaran/kesesuaian
nama, alamat pendukung, serta bukti dukungan berupa salinan foto copy
E-KTP atau surat keterangan.
b. rekapitulasi hasil penelitian dukungan pasangan calon perseorangan.
c. Dalam hal PPL menemukan dugaan pelanggaran, di samping mengisi form
laporan (A.PC-1), PPL harus/dapat melakukan tindakan korektif yang
meliputi antara lain:
1) PPL mengingatkan PPS agar melakukan koreksi.
2) PPL Mengisi Formulir Model A dan meneruskannya kepada Panwascam

30
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Tabel: Jadwal Pengawasan Tahapan Verifikasi Faktual Dukungan


Calon Perseorangan

NO TAHAPAN PENGAWASAN PELAKSANAAN


AWAL AKHIR
1 Penyampaian dukungan Bakal Pasangan 26 Maret 2 April
Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, 2020 2020
Bupati dan Wakil Bupati/Wali Kota dan
Wakil Wali Kota dari KPU Kabupaten/Kota
kepada PPS

2 Verifikasi faktual di tingkat 26 Maret 15 April


desa/kelurahan, selama 14 (empat belas) 2020 2020
hari sejak dokumen syarat dukungan Bakal
Pasangan Calon diterima oleh PPS

3 Penyampaian syarat dukungan hasil 13 Mei 15 Mei


perbaikan Pasangan Calon Gubernur dan 2020 2020
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati/Wali Kota dan Wakil Wali Kota
kepada PPS

4 Verifikasi faktual perbaikan di tingkat 13 Mei 21 Mei


desa/kelurahan 2020 2020

Sumber: Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2020

3. Pengawasan Tahapan Kampanye

a. Pengawasan tahapan Kampanye terdiri atas


1) Pengawasan Tim Kampanye pasangan calon;
2) Pengawasan materi dan/atau ujaran Kampanye;
3) Pengawasan Kampanye pertemuan terbatas;
4) Pengawasan Kampanye pertemuan tatap muka;
5) Pengawasan penyebaran Bahan Kampanye;
6) Pengawasan pemasangan Alat PeragaKampanye;
7) Kampanye media sosial;
8) Pengawasan kegiatan Kampanye yang melanggar larangan kampanye dan
pengawasaan penggunaan sumber dana negara; dan
9) Pengawasan Kampanye yang difasilitasi KPU meliputi debat kandidat,
penyebaran Bahan Kampanye, pemasangan Alat Peraga kampanye, iklan di
media massa cetak.

b. Tanggung jawab pengawasan

Pengawasan tahapan Kampanye menjadi tanggung jawab bersama Bawaslu,


Bawaslu Provinsi, Panwas Kabupaten/Kota, dan Panwas Kecamatan.

31
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Ilustrasi: Kekerasan adalah salah satu pelanggaran dalam tahapan kampanye.

c. Materi dan/atau ujaran Kampanye dilarang:

1) Mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, Calon Gubernur,
CalonWakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Wali Kota,
Calon Wakil Wali Kota, dan/atau Partai Politik;
3) Menghasut, memfitnah, mengadu domba Partai Politik, perseorangan,
dan/atau kelompok masyarakat;
4) Mengganggu keamanan, ketenteraman, dan ketertiban umum; dan/atau
5) Mengancam dan menganjurkan penggunaan kekerasan untuk mengambil
alih kekuasaan dari pemerintahan yang sah;

d. Pengawas juga harus melakukan pengawasan terhadap pelanggaran-pelangaran


kampanye sebagai berikut;

1) menggunakan kekerasan,
2) ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada
perseorangan, kelompok masyarakat dan/atau Partai Politik;
3) merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye;
4) menggunakan fasilitas dan anggaran pemerintah dan pemerintah daerah;
5) menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan;
6) melakukan pawai yang dilakukan dengan berjalan kaki dan/atau dengan
kendaraan di jalan raya; dan/atau
7) melakukan kegiatan Kampanye di luar jadwal yang telah ditetapkan oleh
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota.

32
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Ilustrasi: Politik uang rawan terjadi dalam tahapan kampanye Pilkada.

Tabel: Jadwal Pengawasan Tahapan Kampanye

NO TAHAPAN PENGAWASAN JADWAL PELAKSANAAN

AWAL AKHIR
1 Pertemuan terbatas, pertemuan tatap 11 Juli 2020 19 September
muka dan dialog, penyebaran bahan 2020
kampanye kepada umum,
pemasangan alat peraga, dan/atau
kegiatan lain
2 Kampanye melalui media masa, cetak 6 September 19 September
dan elektronik 2020 2020
3 Masa tenang dan pembersihan alat 20 September 22 September
peraga 2020 2020

Sumber: Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020

33
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

4. Pengawasan Pemungutan dan penghitungan suara;

Dalam melakukan pengawasan tahapan Pemungutan dan penghitungan suara


Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwas Kabupaten/Kota dibantu oleh Panwas
Kecamatan, PPL, dan Pengawas TPS.
Pengawasan tahapan Pemungutan dan penghitungan suara dilakukan terhadap:

a. Materi Pengawasan pada hari tenang;


NO MATERI PENGAWASAN PADA HARI TENANG

1 Adakah Praktik politik uang?


2 Adakah Pemilih yang belum menerima formulir pemberitahuan
memilih (C6)?
3 Adakah KPPS yang belum mempersiapkan TPS pada tanggal 22
September 2020?
4 Adakah TPS yang sulit dijangkau penyandang disabilitas?
5 Adakah KPPS (petugas di TPS) belum menerima perlengkapan
pemungutan dan penghitungan suara?
6 Adakah Kotak Suara diterima KPPS dalam keadaan tidak tersegel?

Ilustrasi: Politik uang rawan terjadi pada masa tenang.

34
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

b. Kesiapan TPS;
NO MATERI PENGAWASAN PADA HARI PEMUNGUTAN SUARA
(PUKUL 07.00)
1 Adakah KPPS yang menerima perlengkapan pemungutan suara yang
tidak lengkap?
2 Apakah Pemungutan suara tidak dimulai pukul 07.00?
3 Apakah ada Saksi yang mengenakan atribut yang memuat unsur atau
nomor urut Pasangan Calon?
4 Apakah DPT terpasang di sekitar TPS?
5 Apakah Informasi tentang tata cara memilih terpasang di sekitar TPS?

c. Pengawasan pelaksanaan Pemungutan suara;


NO MATERI PENGAWASAN PADA SAAT HARI PEMUNGUTAN
SUARA
1 Tidak ada alat bantu tuna netra (braille/ template) di TPS
2 Pendamping pemilih disabilitas tidak menandatangani surat
pernyataan pendamping.
3 Mobilisasi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya di TPS
4 KPPS mengarahkan pilihan kepada pemilih di TPS
5 Intimidasi kepada pemilih di TPS
6 Pemilih menggunakan hak pilih tetapi tidak sesuai domisili kelurahan
dalam EKTP

7 Pemilih menggunakan hak pilihnya lebih dari satu kali

8 Standar penghitungan suara

Ilustrasi: Menjamin kerahasiaan pemilih adalah bagian penting dari tugas pengawasan Pemilihan
kepala daerah.

35
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

Tabel: Jadwal Pengawasan Tahapan Pemungutan dan Penghitungan


Hasil Pemungutan Suara

NO TAHAPAN PENGAWASAN JADWAL PELAKSANAAN


AWAL AKHIR
1 Penyampaian pemberitahuan 14 September 20 September
kepada pemilih untuk memilih di 2020 2020
TPS
2 Pemungutan dan penghitungan 23 September 23 September
suara di TPS 2020 2020
3 Pengumuman hasil 23 September 29 September
penghitungan suara di TPS 2020 2020
4 Penyampaian hasil penghitungan 23 September 23 September
suara dari KPPS kepada PPS di 2020 2020
TPS
5 Pengumuman hasil 23 September 29 September
penghitungan suara per TPS oleh 2020 2020
PPS di desa/kelurahan
6 Penyampaian hasil penghitungan 23 September 25 September
suara di TPS oleh PPS kepada 2020 2020
PPK
Sumber: Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2020

36
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

FORM A.PC-1

1. Pengawasan Verifikasi Faktual Dukungan Calon Perseorangan1

Nama Pengawas Pemilu


Jabatan Pengawas Pemilu
No Tlp
Data Pendukung yang di verifikasi
Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota
Nama Bakal Pasangan
Calon
Kelurahan/Desa
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
Hasil Verifikasi Keterpenuhan
Pemilih dalam daftar Faktual syarat
NIK Alamat
dukungan2 Terhadap Dukungan
Pendukung
No Nama Tidak MS TMS
Dapat Tidak
dapat Mend
Sesu Tid Sesu Tid ditemui/di Mend
ditemui/ti ukun
ai ak ai ak ketahui/di ukun
dak g
kenali g
dikenal
Jono V V V V V

1
Dapat digunakan pada setiap verifikasi faktual
2
Pengawasan mendatangi pemilih ada memastikan pemilih yang mendukung

37
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

FORM A.PC-1

2. Rekapitulasi
Nama Pengawas Pemilu :
Jabatan Pengawas Pemilu :
No Tlp :
Pemilihan : Gubernur/Bupati/Walikota
Nama Gubernur/Bupati/Walikota :
Nama Wakil
:
Gubernur/Bupati/Walikota
Kelurahan/Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
No Kriteria Jumlah
1 Pemilih yang mendukung adalah benar ada 10
2 Pemilih yang mendukung adalah fiktif 3
3 Pemilih yang mendukung tidak hadir 0
4 Pemilih yang mendukung tidak hadir, tetapi dapat dikonfirmasi melalui 1
video-call
5 Pemilih yang mendukung tidak memenuhi syarat sebagai pendukung 1
6. Jumlah Pendukung Bakal Pasangan Calon Perseorangan yang 0
mendukung 1 (satu) bakal pasangan calon dan menyatakan
dukungannya
7. Pendukung Bakal Pasangan Calon Perseorangan menyangkal telah 0
memberikan dukungan

38
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

ALAT KERJA PPL


FORM A.PC-1
3. Kesimpulan Hasil Pegawasan
Nama Pengawas Pemilu :
Jabatan Pengawas Pemilu :
No Tlp :
Pemilihan : Gubernur/Bupati/Walikota
Nama Gubernur/Bupati/Walikota :
Nama Wakil Gubernur/Bupati/Walikota :
Kelurahan/Desa :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Uraian Jumlah Pendukung keseluruhan Pendukung Pendukung Jumlah
hasil penelitian faktual Pendukung yang
MS TMS direkomendasika
n untuk
dilakukan
perbaikan

40 10 10

Perbawaslu Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2017 Tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan Pemilihan
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan Wakil Wali Kot

39
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

FORMULIR MODEL A
LAPORAN HASIL PENGAWASAN PEMILU

I DATA PENGAWAS

a. Nama/Tim : …………………………..……………………………………………………
Pengawas3

b. Jabatan4 : Ketua atau Anggota Bawaslu Provinsi, Bawaslu


Kabupaten/Kota, Panitia Pengawasan Pemilihan
Kecamatan/pegawai jajaran Sekretariat Bawaslu Provinsi
dan/atau Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota serta
Sekretariat Panitia Pengawasan Pemilihan Kecamatan dan
Pengawas Pemilihan Kelurahan, Pengawas TPS

c. Alamat/Domisili5 : …………………………..……………………………………………………
…………………………..……………………………………………………

 II KEGIATAN
PENGAWASAN

a. Tahapan yang : …………………………..……………………………………………………


diawasi6

b. Bentuk : a. Langsung b. Tidak Langsung (analisis,


Pengawasan7 investigasi)

c. Pihak yang diawasi8 : KPU/KPU Provinsi /KPU Kabupaten/Kota /PPK /PPS /PPDP
/KPPS /Pasangan Calon /Tim Sukses /Tim Kampanye/
Pelaksana Kampanye/Pengurus Partai Politik/Lainnya

3 Penemu/Pelaksana Tugas/Pengawas Pemilu, dapat diisi lebih dari satu penemu/pelaksana.


4 Pilih salah satu, disesuaikan dengan Pengawas di masing-masing tingkatan
5 Alamat rumah/alamat kantor/domisili penemu.
6 Tahapan/Sub Tahapan Pemilu/Pilkada yang diawasi.
7 Pilih salah satu
8 Pilih salah satu, sesuai dengan pihak yang diawasi.

40
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

d. : Hari :……………… ……………………….. …………………


Tanggal :……………… ……………………….. …………………
Bulan :……………… ………………………… …………………
Tahun :……………… ……………………….. …………………
Waktu/Jam : (00.00 s/d 00.00)
Tempat/Lokasi :…… ……………………… ………………

III URAIAN HASIL PENGAWASAN9:


…………………….………………………………………………..……………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………

IV DUGAAN PELANGGARAN10 : a. Ada b. Tidak ada



V INFORMASI DUGAAN PELANGGARAN11:
a. Tempat Kejadian : …………………………..……………………………………
b. Waktu Kejadian12 : …………………………..……………………………………
c. Nama Pelaku : …………………………..……………………………………
d. Status Pelaku13 : …………………………..……………………………………

VI URAIAN DUGAAN PELANGGARAN14:


………………………………..…………………………………………………………………..………………………
………………………………..………………………..…………………………………………………………………
…………………………………………………..…………………………………………………………………………
………..…………………………………………………………..………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
….

VII SAKSI-SAKSI
a. Saksi I : ...................................................................
b. Saksi II : ………………………………………………………………...

9 Uraikan hasil Pengawasan Pemilu dan tindakan pencegahan dengan memenuhi informasi apa,
siapa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana.
10 Pilih salah satu, sesuaikan dengan ada atau tidaknya dugaan pelanggaran
11 Diisi bila hasil pengawasan menunjukkan adanya dugaan pelanggaran.
12 Menyebutkan kapan/waktu kejadian berlangsung.
13KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota/PPK/PPS/PPDP/KPPS/Pasangan Calon/Tim Sukses/Tim

Kampanye/Pelaksana Kampanye/Pengurus Partai Politik/Lainnya


14 Uraian dugaan pelanggaran memenuhi unsur 5 W 1 H

41
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

VIIIIII B U K T I P E N D U K U N G 15
a. …………………………….…………………………….………………
b. …………………………….…………………………….………………

………, ............................, 20...…..16

Pengawas17,

(…………………………..)18

A. Tindaklanjut Laporan Hasil Pengawasan


Menindaklanjuti laporan hasil pengawasan, seluruh dokumen Formulir Model A wajib
didokumentasikan, sesuai tahapan dan hari pelaksanaan pengawasaan. Dalam hal laporan
hasil pengawasan terdapat dugaan pelanggaran dilakukan dalam rapat pleno di tingkat
Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota dan Pengawas Kecamatan untuk ditetapkan
sebagai dugaan pelanggaran serta diteruskan kepada bagian Penanganan Pelanggaran.
B. Penutup
Demikianlah panduan ini disusun untuk dipedomani

15 Keterangan/Informasi dalam bentuk fisik/non fisik/audio/video sebagai alat/barang pembuktian atas


dugaan pelanggaran.
16 Tempat/ Tanggal/Bulan/Tahun
17 Pengawas sesuai tingkatan, Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi/ Bawaslu Kabupaten/Kota/ Panwascam
18 Untuk ditandatangani disertai Nama lengkap dan jabatannya

42
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

MODUL V
PROSEDUR PENANGANAN PELANGGARAN

A. POKOK BAHASAN
Prosedur Penanganan Pelanggaran

B. SUB POKOK BAHASAN


1. Jenis-Jenis Pelanggaran Pemilihan
2. Sumber Dugaan Pelanggaran
3. Langkah-Langkah Penanganan Pelanggaran

C. TUJUAN
Setelah mengikuti bimtek peserta diharapkan dapat memahami:
1. Memahami proses penerimaan dan laporan mengenai dugaan pelanggaran
pemilihan.
2. Mampu mengidentifikasi pelanggaran pemilihan baik administrasi, pidana, etik
dan pelanggaran lainnya.
3. Mampu membantu tugas panwascam menelusuri alat bukti dan barang bukti
pelanggaran pemilihan di wilayah kerjanya
4. Mampu mengisi Form laporan dugaan pelanggaran (Form A 2)

D. METODE:
1. Brain Stroming (curah pendapat)
2. Presentasi dan Tanya jawab
3. Simulasi
4. Ceramah

E. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati dan Walikota menjadi Undang-Undang;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6109);
3. Perbawaslu 14 Tahun 2017 Tentang Penanganan Laporan Pelanggaran Pemilihan
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Serta Wali Kota Dan
Wakil Wali Kota
4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2019
Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil
Walikota Tahun 2020.

F. MEDIA:
1. Powerpoint presentasi
2. Formulir-formulir dugaan pelanggaran
3. Laptop
4. LCD projector
5. Flipchart

43
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

6. Kertas plano
7. Spidol
8. Lakban
G. PROSES PEMBELAJARAN

WAKTU
NO LANGKAH-LANGKAH 120
Menit
1 Fasilitator membuka Bimtek dengan menyapa peserta mereview materi sessi 3’
sebelumnya kemudian menyampaikan tujuan dari modul bimtek yang sedang
akan dibahas ini
2 Fasilitator menanyakan secara singkat kepada peserta berkaitan dengan : 5’
1. Pengertian pelanggaran administrasi, pidana dan etik serta pelanggaran
lain dalam pemilihan?
2. Tahapan yang berpotensi terjadi pelanggaran?
3 Setelah peserta memberi jawaban, maka Fasilitator menjelaskan secara singkat 3’
jawaban pertanyaan diatas.
4 Secara singkat, fasilitator memperkenalkan narasumber yang akan 2’
mempresentasikan makalahnya berdasarkan biodata narasumber.
5 Fasilitator melaksanakan Pre Test 5’
6 Fasilitator mempersilahkan narasumber untuk mempresentasikan makalahnya/ 15’
power pointnya
7 Simulasi Tata cara penanganan pelanggaran dan tindak pidana pemilihan 20
Gubernur, Bupati dan Walikota
8 Simulasi dengan cara membagi membagi kelompok untuk pengisian Form A2 15
(Form Penindakan pelanggaran)
9 Setelah itu, Fasilitator memeriksa pengisian form yang dilakukan setiap 5
kelompok dan memberikan penilaian atas form yang diisi. Bagi kelompok yang
mendapat penilaian baik, diberikan apresiasi sesuai kemampuan.
8 Fasilitator mempersilahkan narasumber untuk mempresentasikan makalahnya/ 10’
power pointnya
9 Fasilitator membuka termin pertanyaan bagi peserta. 5’
10 Narasumber dipersilakan langsung menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang 15’
ada sekaligus memberi pembulatan
11 Fasilitator melaksanan post test sesudah kegiatan 5’
12 Fasilitator membagikan bahan bacaan kepada seluruh peserta dan meminta 10’
peserta untuk membacanya dikesempatan lain agar memperkuat
pemahamannya
13 Fasilitator mengucapkan terimakasih atas perhatian peserta dan menyatakan 10’
bahwa sesudah ini pembelanjaran akan dilanjutkan dengan modul/materi
berikutnya………………
15 Fasilitator mengucapkan terimakasih atas perhatian peserta dan menyatakan 5’
bahwa sesudah ini pembelanjaran akan dilanjutkan dengan modul/materi
berikutnya………………

H. BAHAN BACAAN
a. Jenis-Jenis Pelanggaran Pemilihan
1) Pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan adalah pelanggaran terhadap
etika penyelenggara Pemilihan yang berpedoman pada sumpah dan/atau janji
sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilihan.

44
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

2) Pelanggaran administrasi Pemilihan adalah pelanggaran yang meliputi tata cara,


prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan
Pemilihan dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan di luar tindak pidana
Pemilihan dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilihan.

3) Tindak pidana Pemilihan merupakan pelanggaran atau kejahatan terhadap


ketentuan Pemilihan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Selain ketiga jenis pelanggaran itu, dalam UU Pemilihan juga mengatur adanya
pelanggaran administrasi terkait larangan memberikan dan/atau menjanjikan
uang atau materi lainnya yang bersifat terstruktur, sistematis dan massif atau
disingkat Pelanggaran TSM. Pelanggaran TSM adalah perbuatan yang dilakukan
oleh calon dan/ atau tim kampanye dalam bentuk menjanjikan dan/atau
memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara
pemilihan dan/atau pemilih yang dilakukan secara terencana dan meluas dengan
melibatkan struktur pemerintahan atau penyelenggara pemilihan yang dapat
mempengaruhi hasil Pemilihan secara langsung maupun tidak langsung” (Pasal
1 angka 12 Peraturan Bawaslu Nomor 13 tahun 2016).

b. Sumber Dugaan Pelanggaran


Dugaan pelanggaran pemilihan dapat diketahui dari beberapa sumber, yaitu:
1) Laporan
2) Temuan
c. Langkah-Langkah Penanganan Pelanggaran

LANGKAH 1
MENERIMA LANGKAH 2 LANGKAH 3 LANGKAH 4
TEMUAN/ MEMERIKSA MENGKAJI MEMUTUS
APORAN

Skema: Penanganan Pelanggaran

Langkah Pertama: Menerima Temuan/ Laporan. Kegiatan penerimaan laporan


mencermati dan menilai keterpenuhan syarat formil dan materil.
Memenuhi Syarat Formil Penanganan Pelanggaran :
1) Pihak yang berhak melaporkan;
2) Identitas Terlapor
3) waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan batas waktu; dan keabsahan
Laporan Dugaan Pelanggaran yang meliputi:
a) kesesuaian tanda tangan dalam formulir laporan dugaan pelanggaran
dengan kartu identitas; dan
b) tanggal dan waktu Pelaporan.

Syarat Materil Penanganan Pelanggaran :

45
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

1) peristiwa dan uraian kejadian;


2) waktu dan tempat peristiwa terjadi;
3) saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut; dan
4) barang bukti yang mungkin diperoleh atau diketahui.

Langkah Kedua: Memeriksa. Pemeriksaan dilakukan terhadap pelapor, terlapor,


saksi, pihak terkait dan meminta keterangan ahli yang dituangkan dalam Berita
Acara. Selain itu, memeriksa keabsahan barang bukti.

Langkah Ketiga: Mengkaji. Melakukan kajian yang dituangkan dalam dokumen


kajian.

Sistematika Kajian Penanganan Pelanggaran


I. Kasus Posisi
II. Data
III. Kajian
 Dasar Hukum
 Fakta Keterangan
 Analisis
IV. Kesimpulan
V. Rekomendasi

Langkah Keempat: Memutus.


Isi Keputusan:
1. Bukan pelanggaran pemilihan
2. Pelanggaran pemilihan:
3. Pelanggaran administrasi.
4. Pelanggaran pidana
5. Pelanggaran kode etik

Tugas Panwaslu Kelurahan/Desa


1. Membantu Panwascam menelusuri alat bukti dan barang bukti pelanggaran
pemilihan diwilayahnya.
2. Alat bukti berdasarkan Perbawaslu No 13 tahun 2017 tentang Tata Cara
Penanganan Pelanggaran Administrasi Pasal 17 : berupa keterangan saksi,
surat atau tulisan, petunjuk, dokumen elektronik,keterangan pelapor atau
keterangan terlapor dalam sidang pemeriksaan dan atau keterangaan
ahli,surat, petunjuk dan keterangan para pihak.
3. Barang bukti merupakan barang atau benda bergerak yang seluruhnya atau
sebagian diperoleh dan/atau yang berkaitan dengan peristiwa pelanggaran
administrasi yang diperlukan dalam pemeriksaan di bawaslu atau bawaslu
provinsi guna menunjang alat bukti, memperjelas dan membuktikan suatu
peristiwa pelanggaran administrasi. (Pasal 25 Perbawaslu No 13 tahun 2017)

46
BIMBINGAN TEKNIS ANGGOTA PANWASLU KELURAHAN/DESA

47
48

Anda mungkin juga menyukai