Anda di halaman 1dari 136

SEKRETARIAT JENDERAL

DEWAN ENERGI NASIONAL

LAPORAN KINERJA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas


karunia dan petunjuk-Nya Laporan Kinerja Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional tahun 2021 yang
merupakan pelaksanaan tahun kedua Rencana
Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
tahun 2020 s.d. 2024 telah selesai disusun.

Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014


tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjajian Kinerja, Pelaporan Kinerja
dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional menyusun laporan kinerja sebagai bentuk
pertanggungjawaban, akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas
dan fungsi sesuai dengan Rencana Strategis dan Perjanjian Kinerja tahun 2021.

Laporan ini diharapkan dapat memberi gambaran akuntabilitas kinerja


yang menyeluruh mengenai perencanaan kinerja, monitoring dan evaluasi
kinerja, serta analisis perbandingan antara target dengan capaian kinerja
sepanjang tahun 2021.

Kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional tahun 2021


menghadapi tantangan yang cukup berat dengan belum selesainya pandemi
covid-19 yang sangat berpengaruh terhadap upaya pemulihan ekonomi
nasional. Namun demikian, kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
masih dapat melampaui target tahun 2021,dimana rata-rata capaian Indikator
Kinerja tahun 2021 sebesar 125% dari target yang ditetapkan.

i
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
terhadap penyusunan Laporan Kinerja ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
pelaksana kegiatan di lingkungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional,
serta pemangku kepentingan khususnya pihak-pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Januari 2022


Sekretaris Jenderal
Dewan Energi Nasional

Djoko Siswanto

ii
RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional


menggambarkan perencanaan kinerja, monitoring dan evaluasi kinerja, serta
analisis perbandingan antara target dengan capaian kinerja sepanjang tahun
2021 yang merupakan tahun kedua dalam pelaksanaan Rencana Strategis
periode 2020 s.d. 2024. Capaian kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional tahun 2021dihitung dari rata-rata atas 16 Indikator Kinerja dengan nilai
keseluruhan sebesar 125%, capaian ini meningkat 2% jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya dengan uraian ringkas sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


No
Sekjen DEN Pasca Refocusing Kinerja Capaian
1 Rumusan kebijakan/ 1 2 Kinerja
200%
strategi peningkatan Rumusan Rumusan
ketahanan energi Rekomendasi rekomendasi
nasional
2 Indeks kepuasan 3.07 3,44 112%
layanan dukungan (skala 4)
teknis dan administrative
yang optimal Setjen DEN
3 Indeks kepuasan 3.07 3,59 117%
layanan perencanaan (skala 4)
energi
4 rumusan rekomendasi 7 7 100%
kebijakan energi lintas Rumusan (3 Perda
sektor hasil koordinasi Rekomendasi RUED
dan sinkronisasi antara 4 Rumusan
lain RUED Rekomendasi
5 Rumusan perencanaan 1 1) 100%
energi yang bersifat Buku OEI Buku OEI
lintas sectoral
6 Jumlah penyiapan 8 14 175%
Persidangan DEN. Bahan Bahan
(SA dan SP) Persidangan Persidangan
7 Persentase produk 100% 100% 100%
hukum yang
ditindaklanjuti

iii
Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase
No
Sekjen DEN Pasca Refocusing Kinerja Capaian
8 Evaluasi pencapaian 1 1 Kinerja
100%
bauran energi nasional Rumusan hasil Rumusan
pengawasan hasil
pegawasan

9 Evaluasi pencapaian 17 21 124%


bauran energi daerah Rumusan Rumusan
rekomendasi rekomendasi
10 Terselenggaranya 125 280 224%
monitoring implementasi Monitoring Monitoring
matriks kegiatan RUEN Kegiatan Kegiatan
dan RUED
11 Level maturitas SPIP 3.4 3,98 117%
(data 2019)
12 Nilai SAKIP Setjen DEN 81 80,93 100%
(data 2020)
13 Indeks reformasi birokrasi 85 96,80 114%
(35,14)
14 Indeks profesionalitas 81 85,23 105%
ASN (

15 Nilai evaluasi 74 74,10 100,2%


kelembagaan
16 Nilai IKPA Setjen DEN 94 98,96 106%

TOTAL 125%

Adapun hal lain yang telah dilalui dalam mencapai target kinerja
sepanjang tahun 2021 antara lain meliputi:
1. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor
258.K/HK/02/MEM/2021 tentang Rencana Strategis Dewan Energi Nasional
tahun 2021 – 2025.
2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 37 tahun 2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional.

iv
DAFTAR ISI
LAPORAN KINERJA
SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL
TAHUN 2021

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………..i


RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………………….....…....iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………....v
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….....1
I.1 Latar Belakang ……..………………………......................................................1
I.2 Struktur Organisasi ….………………………………...........................................3
I.3 Kekuatan Pegawai ….………………………………….………………………....4
I.4 Isu Strategis ….………………………………………….……………………..........5
BAB II PERENCANAAN KINERJA ……………………………………………..……………....8
II.1 Perjanjian Kinerja Sekjen DEN dengan Menteri ESDM Tahun 2021 ….……8
II.2 Penyusunan Rencana Strategis Dewan Energi Nasional (Renstra DEN) 10
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ……………………………………………………….......14
III.1 Capaian Kinerja sesuai Perjanjian Kinerja Tahun 2021 …………………...14
III.2 Perbandingan dengan Capaian Kinerja Tahun Sebelumnya ………...110
III.3 Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ………………………..116
III.4 Pengelolaan APBN Tahun 2021 (komposisi pagu &realisasi
Anggaran)..................................................................................................116
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………………..……...118
IV.1 Kesimpulan (gambaran umum atas capaian kinerja organisasi) ….118
IV.2 Saran (langkah di masa mendatang untuk peningkatan kinerja
organisasi).................................................................................................119

v
Laporan Kinerja Tahun 2021

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Undang-Undang nomor 30 tahun 2007 tentang Energi mengamanatkan
pembentukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional, yang secara khusus
disebutkan pada Pasal 16 bahwa “Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Energi
Nasional dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal.”

Lebih lanjut terkait dengan kedudukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi


Nasional diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2008 tentang
Pembentukan Dewan Energi Nasional dan Tata Cara Penyaringan Calon Anggota
Dewan Energi Nasional, disebutkan pada pasal 7 ayat 2 bahwa Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional berada di lingkungan instansi Pemerintah yang
membidangi energi. Kemudian pada ayat 3 disebutkan bahwa Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional secara fungsional berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Dewan Energi Nasional, dan secara administratif
bertanggung jawab kepada Menteri yang membidangi energi.

Tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal Dewan Energi ditetap dalam


Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 14 tahun 2009 tentang
Tugas dan Fungsi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Tugas yang
diamanatkan kepada Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yaitu
memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Dewan Energi Nasional
serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Dalam melaksanakan tugas dimaksud,
Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi kegiatan Dewan Energi Nasional.


b. Penyelenggaraan pengelolaan administratsi umum untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional, dan fasilitasi kegiatan
Kelompok Kerja.

1
Laporan Kinerja Tahun 2021

c. Penyelenggaraan fasilitasi persidangan untuk perumusan Kebijakan Energi


Nasional dan penetapan Rencana Umum Energi Nasional.
d. penyelenggaraan fasilitasi untuk penanggulangan krisis energi dan
pelaksanaan pengawasan kebijakan energi.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Ketua Harian Dewan Energi Nasional.
Laporan kinerja tahun 2021 disusun dengan mempedomani Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 53 tahun
2014 tentang petunjuk teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Selain itu, laporan kinerja juga
mengacu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 16 tahun
2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
tahun 2020 – 2024 dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor
229 K/ 09/ MEM/ 2020 tentang Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral. Mengingat Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional bertugas memberikan dukungan teknis dan administrative kepada
Dewan Energi Nasional, laporan kinerja juga memperhatikan Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 258.H/HK.02/ MEM/ 2021 tentang
Rencana Strategis Dewan Energi Nasional periode 2021 s.d. 2025.

Laporan kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional tahun 2021


disusun dengan mengilustrasikan upaya dalam mencapai output/ outcome
sepanjang tahun 2021 beserta analisis capaian kinerja untuk setiap Indikator
Kinerja yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Sekretaris Jenderal Dewan Energi
Nasional kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sesuai dengan hasil
refocusing APBN tahun 2021. Selain itu, laporan kinerja juga merupakan
perwujudan akuntabilitas dari pelaksanan tugas dan fungsi yang dipercayakan
kepada Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional atas penggunaan anggaran.

I.2 STRUKTUR ORGANISASI


Dalam rangka implementasi kebijakan Pemerintah untuk penyederhanaan
birokrasi dengan melakukan transformasi jabatan struktural ke dalam jabatan

2
Laporan Kinerja Tahun 2021

fungsional, telah dilaksanakan pelantikan dan pengambilan sumpah Pejabat


Fungsional di lingkungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional secara tatap
muka pada tanggal 28 Desember 2021 yang bertempat di lantai 4 Gedung
Widjajono Partowidagdo, Gatot Subroto - Jakarta Selatan.

Terdapat sebanyak 6 orang Pejabat Administrator (Eselon III) yang


bertransformasi ke Jabatan Fungsional Ahli Madya dan 13 orang Pejabat
Pengawas (Eselon IV) ke dalam Jabatan Fungsional Ahli Muda. Pelantikan
dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional - Bapak Djoko Siswanto.
Dengan adanya peralihan Jabatan Struktural ke dalam Jabatan Fungsional,
struktur organisasi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional diilustrasikan pada
gambar dibawah ini.

as of January 2022nd
Sekretaris Jenderal
Dewan Energi Nasional
Dr. Ir. Djoko Siswanto, M.B.A.

Kepala Biro Fasilitasi


Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan
Kepala Biro Umum Penanggulangan Krisis dan
Energi dan Persidangan
Pengawasan Energi
Totoh Abdul Fatah, S.Si., M.A.P. Ir. Yunus Saefulhak, M.M., M.T. Ir. Sujatmiko

Kabag. Rumah Tangga


dan Keprotokolan
-

Kasubbag. Perlengkapan
dan Rumah Tangga
-

Kasubbag. Keprotokolan

KELOMPOK JABFUNG KELOMPOK JABFUNG KELOMPOK JABFUNG

www.den.go.id
www.den.go.id Dewan Energi Nasional @dewanenergi dewanenergi dewan energi 1

3
Laporan Kinerja Tahun 2021

I.3 KEKUATAN PEGAWAI


Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional memiliki total pegawai
sebanyak 94 orang ASN, dimana Pegawai tersebut didistribusikan kepada 3 Unit
Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Adapun
kekuatan pegawai tahun 2021 digambarkan pada ilustrasi dibawah ini.

4
Laporan Kinerja Tahun 2021

I.4 ISU STRATEGIS


Memasuki tahun 2021, pandemi covid-19 masih berlangsung dengan
segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mencegah penyebaran dan
penanganannya di dalam negeri perlahan memperlihatkan hasil memuaskan.
Salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi pandemi covid-19 adalah
dengan melakukan refocusing APBN guna memulihkan kondisi ekonomi nasional
dengan memberikan bantuan sosial bagi masyrakat, pemberian vaksinasi sebagai
langkah untuk mencapai herd immunity, serta fasilitas isolasi mandiri, penyediaan
obat-obatan, dan juga oksigen medis untuk penyembuhan masyarakat yang
terkonfimasi positif covid-19.

Disamping pencegahan dan penanganan covid-19, tantangan lain yang


dihadapi adalah komitmen Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim
Perserikatan Bangsa - Bangsa atau yang lebih dikenal dengan Paris Agreement,
dimana Indonesia menyampaikan Nationally Determined Contribution penurunan
emisi gas rumah kaca sebesar 29% dibandingkan business as usual dan 41%
dengan batuan Internasional pada tahun 2030. Komitmen tersebut disampaikan
kembali oleh Presiden Republik Indonesia dalam kesempatan COP 26 - Glasgow,
dengan menyatakan sektor kehutanan akan mencapai carbon net sink pada
tahun 2030 serta sektor energi akan terus melangkah dengan pengembangan
ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di
Asia Tenggara, pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk biofuel, serta
pengembangan industri berbasis clean energy termasuk pembangunan kawasan
industri hijau terbesar di dunia, di Kalimantan Utara.

Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
melaksanakan kebijakan refocusing APBN tahap I s.d. V yang diberlakukan bagi
seluruh Unit Eselon I yang pagu anggaran nya berasal dari rupiah murni. Kebijakan
tersebut pada awalnya berdampak pada pelaksanaan kegiatan yang bersifat
belanja publik fisik / belanja infrastruktur. Kemudian, berdasarkan hasil rapat
dengan Komisi VII DPR-RI diupayakan anggaran belanja public fisik dikembalikan

5
Laporan Kinerja Tahun 2021

dengan menggeser pagu anggaran dari kegiatan yang masih dapat ditunda
pelaksanaannya agar dapat memberikan manfaat yang lebih banyak kepada
masyarakat ditengah pandemi covid-19.

Disamping itu, terdapat kebijakan lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah


dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral turut serta didalamnya yaitu
penggabungan seluruh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ke
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sehingga Badan Penelitian dan
Pengembangan di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
bergabung ke BRIN. Selanjutnya kebijakan ini diadaptasi dengan pelaksanaan
reviu dan revisi Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
tahun 2020 s.d. 2024, mengingat terdapat Indikator Kinerja Utama yang
ditanggung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan perlu disesuaikan dengan
struktur organisasi yang baru.

Dalam pelaksanaan transisi energi, Pembangunan pembangkit Energi Baru


dan Terbarukan (EBT) telah menjadi prioritas utama bagi pemerintah dalam
mewujudkan ketahanan energi di masa mendatang. Kendati begitu,
pengembangan energi bersih yang diperuntukkan untuk mempercepat
pemerataan akses energi di masa transisi energi harus tetap mempertimbangkan
pasokan (supply) dan permintaan (demand). Salah satu langkah yang diambil
pemerintah dalam mengembangkan EBT adalah penerapan pajak karbon
dengan tarif sebesar Rp30 per kg karbon CO2e. Tarif ini akan mulai diberlakukan
pada 1 April 2022 untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan skema cap
and tax. Potensi dan teknologi EBT merupakan modal utama untuk melaksanakan
strategi transisi energi dengan mengutamakan pemanfaatan energi surya,
hidrogen, teknologi storage, kompor listrik, kendaraan listrik, pengembangan
inetrkoneksi smart grid, jaringan gas bumi serta diimbangi dengan penghentian
operasi PLTU secara bertahap.

6
Laporan Kinerja Tahun 2021

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional turut mendukung upaya


pemerintah dalam pencegahan dan penanganan pandemi covid-19 dengan
melaksanakan kebijakan refocusing APBN tahap I s.d. V, dimana hal tersebut
memberikan dampak pengurangan pagu yang semula Rp 49.8 M menjadi Rp 43.7
Miliar. Pergeseran anggaran tersebut dilakukan dari penundaan pelaksanaan
kegiatan – kegiatan seperti pembayaran tunjangan kinerja ke-13 & THR, paket
meeting, serta renovasi ruang kerja. Dari sisi kinerja, refocusing anggaran
memberikan dampak perlambatan dalam pencapai output khususnya dalam
faslitasi pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja para Anggota Pemangku
Kepentingan. Mengingat dukungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
dalam indeks kepuasan layanan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral adalah
salah satunya indeks kepuasan dukungan teknis dan administrative yang optimal
Sekeretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dimana Anggota Pemangku
Kepentingan Dewan Energi Nasional seluruhnya menjadi respoden, pemenuhan
kebutuhan Anggota Pemangku Kepentingan menjadi prioritas utama guna
mendapatkan penilaian yang baik agar dapat dengan optimal mendukung
capaian kinerja indeks kepuasan layanan sektor ESDM.

Pelaksanaan dukungan teknis kepada Dewan Energi Nasional pada tahun


2021 berpedoman pada 16 Program Kerja Dewan Energi Nasional periode 2021
s.d. 2025, yang salah satunya adalah penyusunan peta jalan transisi energi. Sesuai
dengan tugas dan fungsi yang diamanatkan kepada Dewan Energi Nasional,
peta jalan transisi energi ini akan dijadikan bahan masukan dalam pembaharuan
Peraturan Pemerintah nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
(KEN) dan juga Peraturan Presiden nomor 22 tahun 2017 tentang Rencana Umum
Energi Nasional (RUEN). Sedangkan dalam pemberian dukungan administrative,
telah terdapat beberapa regulasi yang ditetapkan khususnya yang berkaitan
dengan penguatan kelembagaan.

7
Laporan Kinerja Tahun 2021

BAB II
PERENCANAN KINERJA
II.1 PERJANJIAN KINERJA
Dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 229 k
tahun 2020 tentang Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, terdapat 16 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi
tanggung jawab Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional sesuai dengan tugas
dan fungsi yang dimiliki. Setiap IKU tersebut memiliki target kinerja yang harus
dicapai hingga tahun 2024, dimana target tersebut setiap tahunnya ditetapkan
dalam Perjanjian Kinerja antara Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional
dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Berdasarkan arahan dari Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, dalam


perjanjian kinerja tahun 2021 terdapat penyesuaian nomenklatur serta
peningkatan besaran target kinerja. Indikator Kinerja Utama ke empat yang
berbunyi Rumusan Rekomendasi Kebijakan Energi Lintas Sektor Hasil Koordinasi
dan Sinkronisasi dengan target kinerja 1 rumusan rekomendasi di tahun 2021,
dalam Perjanjian Kinerja tahun 2021 disesuaikan menjadi Rumusan Rekomendasi
Kebijakan Energi Lintas Sektor Hasil Koordinasi dan Sinkronisasi antara lain Rencana
Umum Energi Daerah (RUED) dengan target kinerja sebesar 10 rumusan
rekomendasi.

Adapun dokumen Perjanjian Kinerja Sekretaris Jenderal Dewan Energi


Nasional tahun 2021 adalah sebagai berikut:

8
Laporan Kinerja Tahun 2021

Sebagai bentuk implementasi dari refocusing APBN, Perjanjian Kinerja tahun


2021 dilakukan penyesuaian baik dari jumlah pagu dan juga target kinerja.
Perjanjian Kinerja pasca refocusing tersebut adalah sebagai berikut.

9
Laporan Kinerja Tahun 2021

Adapun penyesuaian tersebut diantaranya adalah pagu menjadi sebesar


Rp 43.699.407.000,-. Sedangkan untuk target kinerja, terdapat penyesuaian pada
Rumusan Rekomendasi Kebijakan Energi Lintas Sektor Hasil Koordinasi dan
Sinkronisasi antara lain Rencana Umum Energi Daerah (RUED) dengan target
kinerja semula sebesar 10 rumusan rekomendasi mejadi 7 rumusan rekomendasi.
Selain itu Nilai SAKIP Setjen DEN juga dilakukan penyesuaian yang semula
ditargetkan sebesar 85,31 menjadi 81,00. Penyesuaian tersebut melalui mekanisme
pembahasan para Kepala Biro di lingkungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional bersama dengan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional.

II.2 RENCANA STRATEGIS DEWAN ENERGI NASIONAL PERIODE 2020 S.D. 2025
Pada tahun 2021 telah ditetapkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral nomor 258.H/HK.02/ MEM/ 2021 tentang Rencana Strategis Dewan
Energi Nasional periode 2021 s.d. 2025, dimana telah ditetapkan 16 Program Kerja
Dewan Energi Nasional tahun 2021 s.d. 2025, antara lain:

Selain 16 Program Kerja Dewan Energi Nasional periode 2020 s.d. 2025,
Rencana Strategis Dewan Energi Nasional juga menetapkan Indikator Kinerja,

10
Laporan Kinerja Tahun 2021

Kerangka Regulasi, serta Kerangka Pendanaan hingga tahun 2025 dengan ilustrasi
sebagai berikut:

a) Indikator Kinerja

b) Kerangka Regulasi

11
Laporan Kinerja Tahun 2021

c) Kerangka Pendanaan

Keberadaan Rencana Strategis Dewan Energi Nasional periode 2021 s.d.


2025 bertepatan dengan reviu dan revisi Rencana Strategis Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral tahun 2020 s.d. 2024 yang tengah dilaksanakan,
sehingga Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dapat melakukan
penyesuaian yang diperlukan atas keterkaitannya secara teknis bertanggung
jawab kepada Dewan Energi Nasional dan secara administrative kepada
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Indikator Kinerja Utama yang dimiliki oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional telah sesuai dengan kedudukannya, dimana secara teknis bertanggung
jawab kepada Dewan Energi Nasional dan secara administrative
bertanggungjawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Adapun
keterkaitan antara Indikator Kinerja dalam Rencana Strategis Dewan Energi
Nasional periode 2020 s.d. 2025 dengan Indikator Kinerja Utama oleh Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional tahun 2020 s.d. 2024 diilustrasikan pada gambar
dibawah ini.

12
Laporan Kinerja Tahun 2021

13
Laporan Kinerja Tahun 2021

BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

III.1 CAPAIAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2021


Sebagaimana telah disampaikan pada BAB I Pendahuluan dan BAB II
Perjanjian Kinerja bahwa laporan kinerja tahun 2021 menggambarkan capaian
kinerja sesuai hasil refocusing APBN tahun 2021, secara ringkas capaian pada
tahun 2021 diilustrasikan pada tabel dibawah ini.

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


No
Sekjen DEN Pasca Refocusing Kinerja Capaian
1 Rumusan kebijakan/ 1 2 Kinerja
200%
strategi peningkatan Rumusan Rumusan
ketahanan energi Rekomendasi rekomendasi
nasional
2 Indeks kepuasan 3.07 3,44 112%
layanan dukungan (skala 4) (smt 1 2021)
teknis dan administrative
yang optimal Setjen DEN
3 Indeks kepuasan 3.07 3,59 117%
layanan perencanaan (skala 4) (smt 1 2021)
energi
4 rumusan rekomendasi 7 7 100%
kebijakan energi lintas Rumusan (3 Perda
sektor hasil koordinasi Rekomendasi RUED
dan sinkronisasi antara 4 Rumusan
lain RUED Rekomendasi
5 Rumusan perencanaan 1 1) 100%
energi yang bersifat Buku OEI Buku OEI
lintas sectoral
6 Jumlah penyiapan 8 14 175%
Persidangan DEN. Bahan Bahan
(SA dan SP) Persidangan Persidangan
7 Persentase produk 100% 100% 100%
hukum yang
ditindaklanjuti

14
Laporan Kinerja Tahun 2021

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


No
Sekjen DEN Pasca Refocusing Kinerja Capaian
8 Evaluasi pencapaian 1 1 Kinerja
100%
bauran energi nasional Rumusan hasil Rumusan
pengawasan hasil
pegawasan

9 Evaluasi pencapaian 17 21 124%


bauran energi daerah Rumusan Rumusan
rekomendasi rekomendasi
10 Terselenggaranya 125 280 224%
monitoring implementasi Monitoring Monitoring
matriks kegiatan RUEN Kegiatan Kegiatan
dan RUED
11 Level maturitas SPIP 3.4 3,98 117%
(data 2019)
12 Nilai SAKIP Setjen DEN 81 80,93 99%
(data 2020)
13 Indeks reformasi birokrasi 85 96,80 114%
(35,14)
14 Indeks profesionalitas 81 85,23 105%
ASN (

15 Nilai evaluasi 74 74,10 100.2%


kelembagaan
16 Nilai IKPA Setjen DEN 94 98,96 106%

TOTAL 125%

Dukungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dalam mencapai


target kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengacu pada
Perjanjian Kinerja Tahun 2021 meliputi:

15
Laporan Kinerja Tahun 2021

1) Sasaran Stategis Menteri ESDM: Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan


Energi Nasional.

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Realisasi Kinerja
Rumusan 1 2 200%
kebijakan/ strategi rekomendasi rekomendasi
peningkatan
ketahanan energi
nasional

Realisasi kinerja Rumusan kebijakan/ strategi peningkatan ketahanan energi


nasional tahun 2021 adalah sebesar 1 rumusan rekomendasi atau 100% dari
target. Capaian tersebut masih sama dengan tahun sebelumnya, mengingat
target tersebut masih bersifat output yang berupa rumusan rekomendasi.
Meskipun pada tahun 2021 telah dilaksanakan beberapa kegiatan dalam
mendukung capaian target kineja, antara lain:
1. Laporan Penilaian Ketahanan Energi Regional dan Rekomendasi
Sesuai amanat Pasal 12 ayat 2 huruf (c) bahwa Dewan Energi Nasional
(DEN) mempunyai tugas menetapkan langkah - langkah
penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi. Dijabarkan lebih lanjut
pada Peraturan Presiden Nomor 41 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi,
bahwa untuk menjamin ketahanan energi nasional dan untuk
menetapkan langkah-langkah penanggulangan krisis energi dan darurat
energi yang dilaksanakan oleh DEN sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (2) huruf c UU 30/2007, perlu mengatur mengenai tata cara
penetapan krisis energi dan/atau darurat energi. Dalam rangka
mengantisipasi kondisi krisis dan/atau darurat energi, maka Dewan Energi
Nasional perlu merumuskan penilaian ketahanan energi Indonesia.

Ketahanan energi didefinisikan adalah suatu kondisi terjaminnya


ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga

16
Laporan Kinerja Tahun 2021

yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan


perlindungan terhadap lingkungan hidup sesuai Pasal 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Pada Pasal 5 disebutkan bahwa kebijakan energi nasional disusun
sebagai pedoman untuk memberi arah Pengelolaan Energi nasional
guna mewujudkan Kemandirian Energi dan Ketahanan Energi nasional
untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan.

Dewan Energi Nasional melakukan penilaian ketahanan energi Indonesia


dengan membagi wilayah penilaian menjadi 7 regional yaitu regional I
(Sumatera), regional II (Jawa dan Bali),regional III (Kalimantan), Regional
IV (Sulawesi), regional V (Nusa Tenggara), regional VI (Maluku dan Maluku
Utara) dan regional VII (Papua). Tahun 2021, prioritas penilaian ketahanan
energi pada regional I dan regional II, sebagaimana gambar dibawah ini.

Penilaian ketahanan energi regional tersebut mengacu dengan


pendekatan empat aspek, yaitu Availability (ketersediaan energi),
Accessibility (kemampuan akses), Affordability (harga terjangkau), dan
Acceptability (ramah lingkungan).
Pelaksanaan Kegiatan:
Metodologi yang digunakan untuk penilaian ketahanan energi regional I
dan II, berupa penyusunan aspek – indikator – sub indikator, penetapan
scoring tingkat ketahanan energi dan pembobotannya. Selanjutnya

17
Laporan Kinerja Tahun 2021

dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, penilaian ketahanan


energi, penetapan skala tingkat ketahanan energi, perumusan strategi,
serta penyusunan rekomendasi peningkatan ketahanan energi. Adapun
tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
a) Rapat Koordinasi membahas metodologi penilaian ketahanan
energi dengan Lembaga Ketahanan Nasional dan beberapa
perguruan tinggi (UGM dan ITB), pada bulan Mei s.d.Juni 2021.
b) Rapat APK membahas dan menyepakati aspek, indikator dan sub
indikator ketahanan energi regional, pada bulan Juni s.d. Juli 2021.
c) Rapat Koordinasi untuk identifikasi ketersediaan data dan
pengumpulan data untuk penilaian ketahanan energi, yang
melibatkan unit Eselon I di lingkungan KESDM, BPS, Perguruan Tinggi
dan Badan Usaha, pada bulan Agustus s.d. Oktober 2021.
d) Rapat APK untuk menyusun dan menyepakati scoring indikator,
patokan/benchmark dihitung dari data realisasi, pada bulan
Oktober s.d November 2021.
e) One on one meeting untuk pembobotan aspek dan indikator
ketahanan energi regional yang melibatkan institusi dan pakar
terkait seperti Lembaga Ketahanan Nasional, Badan Intelijen
Negara, Kementerian Ketahanan, Pusat Kebijakan Keenergian ITB,
serta pakar energi lainnya, pada bulan November s.d. awal
Desember 2021.
f) Rapat APK untuk menyepakati hasil perhitungan nilai akhir dan
usulan rekomendasi ketahanan energi regional, serta finalisasi buku
ketahanan energi regional pada bulan Desember 2021.

Hasil Penilaian Ketahanan Energi Regional


DEN menyepakati struktur aspek, indikator dan sub indikator untuk
menentukan tingkat ketahanan energi regional, yang terdiri dari 4 aspek,
10 indikator dan 20 sub indikator. Setiap aspek diturunkan menjadi

18
Laporan Kinerja Tahun 2021

beberapa indikator dan selanjutnya indikator diturunkan menjadi


beberapa sub indikator yang relevan, sesuai Gambar dibawah ini.

Perhitungan scoring indikator/sub indikator dilakukan dengan cara


membandingkan data realisasi dengan kondisi yang dianggap ideal.
Untuk mendapatkan nilai akhir ketahanan energi regional, hasil scoring
dikalikan dengan bobot masing-masing aspek, indikator dan sub
indikator. Selanjutnya nilai akhir akan menentukan tingkat ketahanan dari
skala tertinggi Sangat Tangguh sampai skala terendah Rawan yang
mengacu pada skala yang digunakan oleh Lembaga Ketahanan
Nasional, sebagaimana dijelaskan pada Gambar dibawah ini.

19
Laporan Kinerja Tahun 2021

Hasil penilaian ketahanan energi regional, sebagai berikut:


a) Regional I: tingkat ketahanan energi Cukup Tangguh, dengan nilai
indikator tertinggi adalah bauran EBT dan akses BBM sedangkan nilai
indikator terrendah adalah indikator cadangan operasional dan
intensitas energi.
b) Regional II: tingkat ketahanan enegi Cukup Tangguh, dengan nilai
indikator tertinggi adalah akses LPG, sedangkan nilai indikator
terrendah adalah rasio pemenuhan energi dan intensitas energi

Rumusan Rekomendasi Ketahanan Energi Regional:


Penilaian tingkat ketahanan energi regional menjadi input untuk
penilaian ketahanan energi Indonesia. Hasil penilaian tersebut digunakan
untuk merumuskan rekomendasi ketahanan energi yang dapat dijadikan
sebagai acuan bagi Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya
dalam pengambilan kebijakan untuk penguatan ketahanan energi serta
mengantisipasi kondisi krisis dan/atau darurat energi.
Rumusan Rekomendasi Ketahanan Energi Regional I, yaitu:
a) Meningkatkan kapasitas dan modernisasi (RDMP) Kilang minimal 26%
dari total konsumsi BBM tahun 2020 sebesar 14 juta KL.
b) Meningkatkan jumlah cadangan operasional BBM minimal menjadi 20
hari (saat ini 8 hari) dan LPG minimal menjadi 16 hari (saat ini 11 hari).
c) Meningkatkan konsumsi listrik sebesar 1.000 kWh per kapita antara lain
dengan meningkatkan kapasitas pembangkit (saat ini sebesar 14,8
GW) dan memberikan insentif untuk pengembangan Kawasan
industri.
d) Meningkatkan cadangan terbukti gas bumi (saat ini sebesar 5,7 TSCF)
melalui kegiata eksplorasi, survei seismik dan kegiatan pemboran.
e) Meningkatkan affordabilitas dengan kebijakan subsidi secara
langsung kepada masyarakat kurang mampu.

20
Laporan Kinerja Tahun 2021

Rumusan Rekomendasi Ketahanan Energi Regional II, yaitu:


a) Penguatan cadangan operasional batubara pembangkit listrik
minimal 20 hari.
b) Meningkatkan jumlah cadangan operasional LPG minimal menjadi 16
hari (saat ini 7 hari).
c) Meningkatkan produksi gas bumi dan percepatan pengembangan
infrastruktur pipanisasi gas bumi (interkoneksi Jawa bagian timur-
tengah dengan Jawa bagian barat.

2. CADANGAN PENYANGGA ENERGI (CPE)


Prioritas kegiatan tahun 2021 adalah penyempurnaan substansi dan legal
draft ing Rancangan Peraturan Presiden tentang Cadangan Penyangga
Energi (R-Perpres CPE), diantaranya:
a) Rapat Koordinasi membahas substansi R-Perpres CPE, yang
melibatkan unit eselon 1 di lingkungan Kementerian ESDM, Badan
Usaha Energi dan Asosiasi Energi pada tanggal 4, 16 dan 13 Agustus
2021.
b) Rapat Koordinasi membahas legal draft ing R-Perpres CPE bersama
Biro Hukum Kementerian ESDM, pada tanggal 19 Oktober 2021
c) One on One Meeting membahas substansi R-Perpres CPE, yang
melibatkan unit eselon 1 di lingkungan Kementerian ESDM, Wakil Tetap
Kementerian Keuangan dan Wakil Tetap Bappenas, pada tanggal 8
s.d 15 November 2021.
d) Rapat Teknis membahas kebutuhan biaya penyediaan inventori dan
infrastruktur CPE, yang melibatkan perwakilan Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi, PT Pertamina Patra Niaga dan PT Kilang
Pertamina Indonesia pada tanggal 14 Oktober 2021.
e) Rapat Pimpinan di lingkungan Kementerian ESDM pada tanggal 19
November 2021, membahas perhitungan biaya penyediaan CPE
serta jenis, jumlah, waktu dan lokasi CPE.

21
Laporan Kinerja Tahun 2021

f) Sidang Anggota Dewan Energi Nasional pada tanggal 19 April 2021


dan 27 Oktober 2021 serta Sidang Paripurna Dewan Energi Nasional
pada tanggal 20 April 2021, dengan salah satu agenda pembahasan
adalah substansi R-Perpres CPE.
g) Rapat Pembahasan Panitia Antar Kementerian (PAK) membahas
masukan R-Perpres CPE pada tanggal 11 November 2021, 14
Desember 2021 dan 20 Desember 2021.

Berdasarkan nota dinas Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional


kepada Anggota Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional nomor
322/HK.01/SJD/2021 hal Penyampaian Hasil Rapat Pimpinan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Perhitungan Biaya Penyediaan
CPE pada tanggal 22 November 2021 berisikan tentang:

Menindaklanjuti arahan Ketua Harian DEN pada Sidang Anggota


ke-5 Tahun 2021 tanggal 27 Oktober 2021, bersama ini kami laporkan
kepada Bapak Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan (APK DEN)
hasil Rapat Pimpinan dilingkungan KESDM tentang Perhitungan Biaya
Penyediaan Cadangan Penyangga Energi (CPE), sebagai berikut:

1. Rapat dipimpin oleh Menteri ESDM dan dihadiri oleh Sekretaris


Jenderal KESDM, Direktur Jenderal Migas, Direktur Jenderal Minerba,
Direktur Jenderal EBTKE, Kepala SKK Migas, Kepala BPH Migas,
Sekretaris Jenderal DEN dan Tenaga Ahli Menteri yang dilaksanakan
tanggal 19 November 2021.
2. Arahan Ketua Harian DEN terhadap substansi R-Perpres tentang CPE
antara lain:
a) Sesuai Pasal 11 dan 12 R-Perpres CPE bahwa Menteri
bertanggungjawab dalam pelaksanaan Pengelolaan CPE, yang
meliputi pengadaaan persediaan CPE, penyediaan infrastruktur
CPE, pemeliharaan CPE, pelepasan CPE dan pemulihan CPE.

22
Laporan Kinerja Tahun 2021

b) Jenis CPE:
1) Minyak Bumi, BBM jenis Bensin dan LPG direkomendasikan
sebagai Jenis CPE, dengan pertimbangan merupakan jenis
energi yang sampai saat ini masih bersumber dari impor.
2) Minyak Solar dan Avtur tidak direkomendasikan sebagai
Jenis CPE, meskipun terdapat sedikit impor, namun
sebagian besar masih dapat dipenuhi dari produksi dalam
negeri.
3) BBN (Biodiesel) tidak direkomendasikan sebagai Jenis CPE,
dengan pertimbangan diantaranya saat ini kebutuhannya
masih dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Selain itu,
BBN tidak dapat disimpan dalam waktu lama, digunakan saat
ini untuk mendukung penyediaan Minyak Solar (B30), dan
tangki yang tersedia hanya mampu untuk mendukung
penyimpanan Cadangan Operasional. Dokumen ini telah
ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat
elektronik yang diterbitkan oleh BSrE322/HK.01/SJD/202122
November 2021
4) Batubara tidak direkomendasikan untuk menjadi Jenis CPE,
karena saat ini sekitar 75% produksi Batubara diekspor. Untuk
mendukung pemenuhan Batubara dalam negeri dilakukan
melalu kebijakan pengurangan persentase ekspor Batubara
dan meningkatkan persentase Batubara untuk DMO. Selain itu,
mendorong Badan Usaha untuk melakukan pembenahan
kebijakan Cadangan Operasional Batubara pada
pembangkit listrik.

c) Jumlah dan Waktu CPE, direkomendasikan menggunakan Hari


Impor, dengan pertimbangan lebih efisien jika dibandingkan Hari
Konsumsi mengingat kondisi keuangan negara. Hasil

23
Laporan Kinerja Tahun 2021

perhitungan estimasi kebutuhan biaya CPE sampai dengan


tahun 2035, untuk 30 Hari Konsumsi sekitar Rp. 231 Triliun dan
untuk 30 Hari Impor sekitar Rp. 58,7 Triliun (terlampir).

d) Lokasi CPE, diprioritaskan pada:


1) Daerah yang tersedia tanki idle atau tersedia kapasitas
penyimpanan, antara lain:
- Arun di Aceh untuk kawasan Barat, dengan
memanfaatkan fasilitas terminal LNG milik Pertamina.
- Memanfaatkan fasilitas kilang BBM milik Pertamina
seperti kilang Cilacap di Jawa Tengah.
- Bontang di Kalimantan Timur untuk kawasan Timur,
dengan memanfaatkan fasilitas kilang LNG milik Badak
NGL.
- Lawe-lawe di Kalimantan Timur dan Sorong di Papua
Barat untuk kawasan Timur, dengan memanfaatkan
fasilitas terminal Minyak Bumi milik Pertamina.
2) Daerah remote yang sering terjadi gangguan pasokan dan
berpotensi terjadi krisis dan/atau darurat energi. Untuk
dikoordinasikan lebih lanjut dengan Ditjen Migas dan BPH
Migas.
Dengan mempertimbangkan tanggapan pada Pembahasan Antar
Kementerian (PAK) tahap ke-1, akan dilakukan penyesuaian terhadap
R-Perpres CPE sebagai bahan untuk PAK tahap ke-2 yang akan difasilitasi
oleh Biro Hukum KESDM.

24
Laporan Kinerja Tahun 2021

2) Sasaran Stategis Menteri ESDM: Layanan Sektor ESDM yang Optimal


Dukungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional terhadap pencapaian
target indeks kepuasan layanan sektor ESDM, antara lain:
A. Indeks Kepuasan Layanan Dukungan Teknis dan Administratif yang
Optimal Setjen DEN.

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Indeks kepuasan 3,07 3,44 112%
layanan dukungan (8 orang APK) (7 orang
teknis dan APK)
administratif yang
optimal Setjen DEN

Dalam Perjanjian Kinerja Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional tahun


2021 untuk mendukung layanan sektor ESDM yang optimal salah satunya
melalui penilaian layanan dukungan teknis dan administrative yang
optimal Setjen DEN dengan indikator kinerja berupa indeks kepuasan
layanan dukungan teknis dan administratif yang optimal Setjen DEN.

Metode penilaian indeks ini dilakukan melalui kuesioner yang diberikan


kepada delapan orang Anggota Pemangku Kepentingan Dewan Energi
Nasional periode 2020 s.d. 2025 sebagai responden pada pertengahan
tahun 2021. Adapun hasil penilaian indeks kepuasan layanan dukungan
teknis administratif yang optimal Setjen DEN tahun 2021 yang telah
diberikan oleh tujuh orang Anggota Pemangku Kepentingan Dewan Energi
Nasional adalah sebesar 3,44.

Meskipun terdapat penurunan sebesar 0,01 dari capaian tahun


sebelumnya, nilai tersebut telah mampu melapaui target tahun 2021 yang
sebesar 3.07 dan dapat memberikan dukungan kepada capaian indeks
kepuasan layanan sektor ESDM yang ditargetkan sebesar 3.25.

25
Laporan Kinerja Tahun 2021

Selanjutnya, capaian ini juga dilihat dalam sebuah kuadran penilaian


kinerja yang merupakan satu kesatuan secara sistematis dalam format
penghitungan indeks kepuasan dari Biro Perencanaan KESDM. Capaian
indeks kepuasan layanan dukungan teknis dan administrative Setjen DEN
yang optimal berada pada Kuadran I [Kepentingan Tinggi ; Kinerja Tinggi]
yang artinya perlu dipertahankan. Adapun posisi peniliaian kuadran
diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Importance vs Performance
4.02
4.00
Q9
3.98 Q2
Q1
Q5 Q7 Q4
Q6
Importance

3.96
3.94
3.92
3.90
3.88
3.86
3.84 Q3 Q8
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50

Performance

B. Indeks Kepuasan Layanan Perencanaan Energi.


Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase
Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Indeks kepuasan 3,07 3,59 117%
layanan (34 OPD Provinsi) ( 18 OPD
perencanaan Provinsi)
energi

Pada tahun 2021 DEN telah melakukan kegiatan pendampingan


penyusunan RUED untuk 15 Provinsi yang belum selesai Perda RUED.
Kegiatan pendampingan penyusunan RUED yang dilakukan pada tahun
2021 mencakup kunjungan anggota DEN bersama Komisi VII DPR RI ke
kantor DPRD Provinsi, Menerima kunjungan kerja dari DPRD dan Pemerintah

26
Laporan Kinerja Tahun 2021

Provinsi di Kantor DEN dalam rangka konsultasi penyusunan perda RUED


dan rapat virtual dengan DPRD dan Pemerintah Provinsi pada 8 Provinsi
dalam rangka percepatan penyelesaian penyusunan Perda RUED serta
rapat teknis dalam rangka pendampingan penyusunan perda RUED
dengan rincian sebagai berikut:

A. Kunjungan Kerja Anggota Dewan Energi Nasional bersama Komisi VII


DPR-RI ke kantor DPRD Provinsi dan Pemerintah Daerah dalam rangka
mempercepat penyelesaian penyusunan Perda RUED:
1. Provinsi DKI Jakarta
Rapat koordinasi dilakukan pada tanggal 25 Maret 2021 di Kantor
DPRD Provinsi DKI. Hasil rapat koordinasi, disepakati bahwa RUED
Provinsi DKI Jakarta akan dilanjutkan pembahasannya dengan
penganggaran pada tahun 2022 dan dimasukkan dalam Program
Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda) tahun 2022.

2. Provinsi Sulawesi Selatan


Rapat koordinasi dilakukan pada tanggal 3 Mei 2021 bertempat di
Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil rapat koordinasi
disepakati bahwa DPRD dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
akan mempercepat pembahasan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah (Ranperda) RUED dan berkomitmen untuk
menetapkan Perda RUED tahun 2021. Hasil Ranperda RUED
(dokumen dan lampiran) telah disampaikan Biro Hukum Provinsi

27
Laporan Kinerja Tahun 2021

Sulawesi Selatan kepada Ditjen Otda Kemendagri, tanggal 19


November 2021.

3. Provinsi Riau
Rapat koordinasi dilakukan pada tanggal 2 Juli 2021 di Kantor DPRD
Provinsi Riau. Hasil rapat koordinasi disepakati bahwa DPRD akan
mempercepat pembahasan Ranperda RUED dan berkomitmen
untuk menetapkan perda RUED tahun 2021. Hasil Ranperda RUED
(dokumen dan lampiran) telah disampaikan Biro Hukum Provinsi
Riau kepada Ditjen Otda Kemendagri, tanggal 21 Oktober 2021
dan telah dilakukan koordinasi antara Kemendagri dan Setjen DEN.
Selanjutnya Setjen DEN telah mengeluarkan surat rekomendasi
tentang masukan dan saran terhadap substansi ranperda RUED
Provinsi Riau tanggal 22 November 2021.

28
Laporan Kinerja Tahun 2021

4. Provinsi Kepulauan Riau


Rapat koordinasi dilakukan pada tanggal 10 September 2021 di
kantor DPRD Provinsi Kepulauan Riau. Hasil rapat koordinasi
disepakati bahwa DPRD dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
berkomitmen untuk menetapkan Ranperda RUED pada akhir tahun
2021 dengan mengalokasikan kembali anggaran Dinas ESDM untuk
penyusunan RUED, yang sebelumnya telah refocusing untuk
anggaran Covid-19. Sebagai Rangkaian Kunjungan Kerja dan
Rapat Koordinasi tersebut, DEN juga melakukan kordinasi dan
Sillaturrahim dengan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau terkait
dukungan Pemerintah Daerah dalam Percepatan RUED Provinsi
Kepri.

5. Provinsi Kalimantan Tengah


Rapat koordinasi dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2021 di Kantor
DPRD Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil rapat koordinasi disepakati
bahwa Bapemperda akan segera melakukan konsultasi dokumen
RUED dengan Setjen DEN sebelum disampaikan ke Kemendagri.

29
Laporan Kinerja Tahun 2021

B. Rapat Virtual dengan DPRD dan Pemerintah Provinsi pada 8 Provinsi


Dalam Rangka Percepatan Penylesaian Penyusunan Perda RUED
1. Provinsi Kalimantan Barat
Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Kalimantan
Barat dilakukan secara virtual pada tanggal 21 Maret 2021, 9 April
2021 dan 28 Mei 2021. Hasil rapat koordinasi disepakati bahwa
Perda RUED Provinsi Kalimantan Barat akan dipercepat proses
penyelesaiannya. Pada tanggal 16 September 2021 telah
ditetapkan Perda RUED Provinsi Kalimantan Barat Nomor 9 tahun
2021 tentang RUED Provinsi tahun 2021 - 2050.

2. Provinsi Banten
 Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Banten
dilakukan secara virtual pada tanggal 19 Agustus 2021. Pada
rapat ini, DPRD Banten mengharapkan agar surat Gubernur
Banten tentang moratorium pembahasan Ranperda RUED
dicabut terlebih dahulu sebelum dilakukan pembahasan
lanjutan oleh DPRD/ Pansus RUED.
 Pada tanggal 23 November 2021 Kepala Dinas ESDM atas nama
Sekda Provinsi Banten telah mengirimkan pencabutan surat
moratorium RUED Banten.

3. Provinsi Sumatera Utara


 Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Sumatera
Utara dilakukan secara virtual pada tanggal 20 Agustus 2021.
Hasil rapat koordinasi disepakati bahwa DPRD dan Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara berkomitmen untuk menetapkan Perda
RUED pada akhir tahun 2021.
 DPRD Sumatera Utara telah menyetujui Ranperda RUED tanggal
16 November 2021.

30
Laporan Kinerja Tahun 2021

4. Provinsi Kalimantan Tengah


Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Kalimantan
Tengah dilakukan secara virtual pada tanggal 25 Agustus 2021.
Hasil rapat koordinasi disepakati bahwa Badan Pembentukan
Peraturan Daerah (Bapemperda) akan segera melakukan
konsultasi dokumen RUED sebelum disampaikan ke Kemendagri.
5. Provinsi Maluku Utara
 Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Maluku
Utara dilakukan secara virtual pada tanggal 31 Agustus 2021
Hasil rapat koordinasi disepakati bahwa DPRD dan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara berkomitmen untuk menetapkan Perda
RUED pada akhir tahun 2021.
 Tanggal 6 Desember 2021 dilakukan pembahasan oleh Pemda
dengan Komisi III DPRD Provinsi Maluku Utara dan DPRD. Sampai
dengan akhir Desember 2021 Perda RUED Provinsi Maluku Utara
belum ditetapkan.
6. Provinsi Maluku
Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Maluku
secara virtual pada tanggal 3 September 2021. Hasil rapat
koordinasi disepakati bahwa DPRD dan Pemerintah Provinsi Maluku
berkomitmen untuk menyelesaikan dan menetapkan Perda RUED
pada akhir tahun 2021. Sampai dengan akhir Desember 2021 Perda
RUED Provinsi Maluku Utara belum ditetapkan.
7. Provinsi Sulawesi Utara
Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Sulawesi Utara
dilakukan secara virtual pada tanggal 1 Oktober 2021. Hasil rapat
koordinasi disepakati DPRD akan mendukung penganggaran RUED
tahun 2022 melalui pengajuan Propemperda 2022. Saat ini,

31
Laporan Kinerja Tahun 2021

Ranperda RUED Provinsi Sulawesi Utara sudah dianggarkan tahun


2022.
8. Provinsi Papua
Rapat Percepatan Penyelesaian Perda RUED Provinsi Papua
dilakukan secara virtual pada tanggal 4 November 2021. Hasil rapat
koordinasi yaitu DPRD akan mendukung penganggaran RUED
tahun 2022, agar Pemeritah Provinsi mengajukan dalam
Propemperda 2022, Pemerintah Provinsi c.q Dinas ESDM akan
mengusulkan penganggaran penyusunan ranperda RUED Provinsi
Papua tahun 2022. Saat ini, Ranperda RUED Provinsi Papua sudah
dianggarkan tahun 2022.

C. Meneriman Kunjungan Kerja dari DPRD dan Pemerintah Daerah Provinsi


di Kantor DEN dalam rangka Konsultasi Penyusunan Perda RUED:
1. Provinsi Sulawesi Selatan
Kunjungan kerja DPRD Provinsi dan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan di Kantor DEN dilakukan pada tanggal 30 September 2021
dalam rangka mendapatkan masukan terhadap draft Ranperda
RUED Provinsi Sulawesi Selatan. Rapat menyepakati agar Tim Pansus
RUED Sulawesi Selatan dapat memperbaiki dokumen sesuai
dengan masukan hasil konsultasi DEN.

2. Provinsi Papua Barat


Kunjungan Dinas ESDM Papua Barat di Kantor DEN dilakukan pada
tanggal 22 Oktober 2021 dalam rangka mengupdate hasil
Ranperda RUED sesuai kondisi saat ini. Rekomendasi DEN adalah
perbaikan dan update terhadap draft RUED Provinsi Papua Barat
yang telah disusun.

32
Laporan Kinerja Tahun 2021

D. Rapat Teknis dalam rangka pendampingan penyusunan Perda RUED


pada 6 Provinsi:
1. Provinsi Kalimantan Barat
Rapat teknis dengan Pemerintah Provinsi membahas substansi yang
menjadi isi dalam Rancangan RUED Provinsi Kalimantan Barat
kemudian dilanjutkan dengan Penandatangan Berita Acara
Persetujuan Substansi Ranperda RUED antara DPRD, Pemda dan
DEN tanggal 11 Januari 2021. Pada tanggal 16 September 2021
ditetapkan Perda Kalimantan Barat nomor 9 tahun 2021 tentang
Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Kalimantan Barat tahun
2021 – 2050.

2. Provinsi Banten
Rapat koordinasi teknis dengan Pemerintah Provinsi (Dinas ESDM,
Bappeda dan Biro Hukum) dilakukan pada tanggal 8 September
2021 untuk membahas substansi yang menjadi isi dalam
Rancangan RUED Provinsi banten. Berdasarkan hasil koordinasi,
hingga saat ini hambatan dalam penyusunan Perda Provinsi
Banten yaitu belum dicabutnya moratorium pembahasan
Ranperda RUED Banten melalui surat Gubernur Banten.

3. Provinsi DKI Jakarta


Rapat koordinasi teknis dengan Pemerintah Provinsi (Dinas Tenaga
Kerja, Perindustrian dan ESDM) dilakukan pada tanggal 3 Maret
2021 membahas substansi yang menjadi isi dalam Rancangan
RUED Provinsi DKI Jakarta.

4. Sulawesi Utara
Rapat koordinasi teknis dengan Dinas ESDM Provinsi Sulawesi Utara
dilakukan pada tanggal 8 Juni 2021 untuk membahas substansi
yang menjadi isi dalam Rancangan RUED Provinsi Sulawesi Utara.

33
Laporan Kinerja Tahun 2021

5. Sulawesi Selatan
Rapat koordinasi teknis dengan Dinas ESDM Provinsi Sulawesi
Selatan dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2021 untuk membahas
substansi yang menjadi isi dalam Rancangan RUED Provinsi Sulawesi
Selatan. Pemerintah Provinsi sedang melakukan penyempurnaan
draft Ranperda RUED hasil pembahasan teknis dengan Setjen DEN
sebelum di Paripurnakan oleh DPRD Provinsi Sulawesi Selatan.

6. Maluku
Rapat koordinasi teknis dengan Dinas ESDM Provinsi Maluku
dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2021 untuk membahas
substansi yang menjadi isi dalam Rancangan RUED Provinsi Maluku
dan selanjutnya menunggu jadwal pembahasan dengan DPRD
Provinsi Maluku.

Dengan pelaksanaan kegiatan tersebut, terdapat capaian


pendampingan penyusunan RUED - Provinsi pada tahun 2021,
meliputi:

a) Terdapat 22 Provinsi telah menetapkan Perda RUED yaitu:


Provinsi Jateng, Jabar, NTB, Kaltara, Jatim, Lampung, Bengkulu,
Sulteng, Gorontalo, NTT, Kaltim, Jambi, Aceh, Kep Babel,
Sumbar, Kalsel, DI Yogyakarta, Sumsel, Bali, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Barat.

b) Terdapat 9 Provinsi proses pengundangan di daerah yaitu


Banten, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan
Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, dan DKI
Jakarta.

c) Terdapat 3 Provinsi dalam proses fasilitasi nomor register di


Kemendagri yaitu Sulawesi Utara, Papua, dan Papua Barat.

34
Laporan Kinerja Tahun 2021

Layanan pendampingan penyusunan RUED - Provinsi dan Pembinaan


Perencanaan Pelaksanaan RUED Provinsi yang dilakukan oleh Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional merupakan dukungan yang kedua
terhadap layanan sektor ESDM yang optimal. Nilai atas indeks kepuasan
layanan perencanaan energi diperoleh melalui pengisian kuesioner survey
kepuasan layanan dengan frekuensi per semester oleh responden
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi. Seperti indeks kepuasan
layanan dukungan teknis dan administrative yang optimal Setjen DEN,
data hasil survey yang telah terkumpul akan diinput dalam format
perhitungan yang telah disiapkan oleh Biro Perencanaan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pada 2021 telah dilakukan penilaian secara online oleh 34 OPD Provinsi,
dengan capaian nilai indeks kepuasan layanan sebesar 3,59 dari total
responden 22 OPD Provinsi (NAD, Jambi, Kep. Bangka Belitung, Riau,
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Maluku, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan
Sulawesi Selatan).

Target kinerja tahun 2021 indeks kepuasan layanan perencanaan energy


sebesar 3.07 telah terlampaui dengan capaian sebesar 3.59. capaian
tahun 2021 sama dengan tahun sebelumnya, serta nilai tersebut juga
dapat mendukung capaian target kinerja indeks kepuasan layanan sektor
ESDM tahun 2021 yang sebesar 3,25. Disamping itu, capaian ini juga dilihat
dalam sebuah kuadran penilaian kinerja yang merupakan satu kesatuan
secara sistematis dalam format penghitungan indeks kepuasan dari Biro
Perencanaan KESDM. Capaian indeks kepuasan layanan perencanaan
energi berada pada Kuadran I [Kepentingan Tinggi ; Kinerja Tinggi] yang

35
Laporan Kinerja Tahun 2021

artinya perlu dipertahankan. Adapun posisi peniliaian kuadran


diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Importance vs Performance
4.50
4.00
3.50 Q4
Q2
Q5
Q8Q1Q7
Q6
Q9
Importance

3.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Q3 3.50 4.00 4.50
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
Performance

3) Sasaran Strategis Menteri ESDM: Perumusan Kebijakan dan Regulasi Sektor


ESDM yang berkualitas
Dukungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional terhadap pencapaian
target indeks kualitas kebijakan dilakukan melalui 6 mekanisme, antara lain:

A. Menyusun Rumusan Rekomendasi Kebijakan Energi Lintas Sektor Hasil


Koordinasi dan Sinkronisasi.

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Rumusan 7 3 Perda 100%
rekomendasi rumusan RUED
kebijakan energi lintas rekomendasi 4 rumusan
sektor hasil koordinasi rekomendasi
dan sinkronisasi
antara lain RUED

Realisasi kinerja Rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas sektor hasil


koordinasi dan sinkronisasi antara lain RUED tahun 2021 adalah sebesar 7
rumusan rekomendasi atau 100% dari target. Capaian tersebut

36
Laporan Kinerja Tahun 2021

merupakan kumpulan dari 3 Perda RUED Provinsi yang telah ditetapkan


pada tahun 2021 dan 4 rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas
sektor hasil koordinasi dan sinkronisasi.

Secara persentase capaian tersebut masih sama dengan tahun


sebelumnya, namun demikian terdapat peningkatan kuantitas target
yang ditetapkan sebagaimana telah diuraikan pada BAB II Perjanjian
Kinerja. Dalam mencapai target kinerja tersebut, telah dilaksanakan
beberapa kegiatan antara lain:

1. PEMBAHARUAN KEN DAN RUEN


Salah satu tugas DEN adalah membuat Kebijakan Energi Nasional
(KEN) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2014. KEN merupakan kebijakan pengelolaan energi yang
berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi
nasional. Tujuan KEN adalah sebagai pedoman untuk memberi arah
dalam pengelolaan energi nasional. KEN 2015 s.d. 2050 memuat arah
kebijakan pengelolaan energi nasional, sasaran-sasaran yang ingin
dicapai serta kebijakan utama dan kebijakan pendukung. Salah satu
sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan energi nasional
adalah tercapainya bauran energi yang optimal terhadap
penyediaan energi primer nasional, antara lain dengan menurunkan
penggunaan energi fosil khususnya minyak bumi dan meningkatkan
penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi
nasional.

Untuk mewujudkan target dan sasaran KEN, berdasarkan kondisi saat


ini masih terdapat isu dan permasalahan strategis energi lintas sektoral
yang belum terselesaikan. Sejalan dengan terus meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk, kebutuhan energi

37
Laporan Kinerja Tahun 2021

diperkirakan akan terus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan


penyediaan energi yang mencukupi. Saat ini, kebutuhan energi
nasional dapat dikatakan belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan.
Hal tersebut dapat dilihat dari masih terjadinya kekurangan energi di
beberapa wilayah. Beberapa faktor penyebab kekurangan energi
tersebut, antara lain pemanfaatan sumber daya energi fosil yang
masih dominan diharapkan sebagai modal pembangunan masih
cenderung sebagai komoditi, kemudahan akses penyediaan energi
belum terpenuhi terutama ke daerah terpencil karena
pembangunan infrastruktur energi yang belum merata, dan harga
energi yang belum terjangkau karena masih rendahnya daya beli
masyarakat.

Mengantisipasi berbagai perubahan lingkungan strategis tersebut,


Pemerintah dan DEN perlu mereviu dan memutakhirkan target dan
sasaran kebijakan dan perencanaan energi lintas sektoral jangka
panjang yang lebih realistis sesuai kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan regional maupun global. Hal ini mengingat sesuai
ketentuan Pasal 29 PP KEN bahwa KEN dapat ditinjau kembali paling
cepat 5 tahun. Demikian juga, RUEN sesuai Pasal 6 Perpres RUEN
disebutkan bahwa RUEN dapat ditinjau kembali dan dimutakhirkan
secara berkala setiap 5 (lima) tahun atau sewaktu-sewaktu, dalam
hal:

1. KEN mengalami perubahan mendasar; dan/atau


2. Perubahan lingkungan strategis, antara lain perubahan indikator
perencanaan energi baik di tingkat nasional, regional maupun
internasional

Untuk mendapatkan target dan sasaran yang lebih realistis dengan


kondisi saat ini maka Setjen DEN melakukan kegiatan penghitungan

38
Laporan Kinerja Tahun 2021

proyeksi konsumsi energi per provinsi per sektor dan per komoditi
dengan menghitung proyeksi pertubuhan ekonomi dan penduduk
dari Tahun 2010 -2070 yang dilaksanakan dalam bentuk Kick off
meeting, Rapat koordinasi, Forum Group Discusion (FGD) dan Rapat
Teknis. Kick off meeting melibatkan APK DEN, AP DEN, Kementerian
dan Lembaga serta Akademisi, sedangkan Rapat koordinasi
melibatkan internal Setjen DEN APK DEN, AP DEN dan Kementrian/
Lembaga. Untuk FGD melibatkan APK DEN, AP DEN, Kementrian dan
Lembaga, BUMN terkait energi, Universitas dan Akademisi yang dibagi
dalam 4 (empat) FGD yaitu:

1. FGD Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Ekonomi untuk Proyeksi


Kebutuhan Energi periode 2020 s.d. 2080

2. FGD Proyeksi konsumsi energi periode 2020 s.d. 2080 dalam sektor
industri

3. FGD Proyeksi Konsumsi Energi Periode 2020 s.d. 2080 di Sektor


Transportasi

4. FGD Proyeksi Konsumsi Energi Periode 2020 s.d. 2080 di Sektor


Komersial dan Rumah Tangga

5. Disamping itu juga Setjem DEN juga mengadakan rapat Teknis


bekerjasama dengan LPEM UI dan Pusat Kajian Keenergian – ITB.

39
Laporan Kinerja Tahun 2021

Kegiatan Pembaharuan KEN dan RUEN dilaksanakan pada tahun


2021 dengan Timeline Kegiatan seperti Tabel 1 di bawah ini:

Timeline Pelaksanaan Kegiatan

Waktu
No Kegiatan
Pelaksanaan
1 Rapat Persiapan Kick-off Penyusunan Pembaharuan 21 Jun 2021
Substansi Regulasi KEN dan RUEN

2 Rapat Kick-off Penyusunan Pembaharuan Substansi 7 Juli 2021


Regulasi KEN dan RUEN
3 Rapat Penyiapan Bahan Pembaharuan Substansi KEN 12 Juli 2021
dan RUEN Terkait Analisis Proyeksi Pertumbuhan
Ekonomi dan Penduduk dalam Jangka Panjang
(2020-2060)
4 Rapat Koordinasi Penyusunan Pembaharuan 30 Juli 2021
Substansi Regulasi KEN dan RUEN

5 Rapat proyeksi pertumbuhan ekonomi dan penduduk 6 Agustus 2021


per sektor dan proyeksi konsumsi energi per sektor dan
per jenis energi dalam jangka panjang (2021 – 2070)
6. Rapat Persiapan FGD proyeksi konsumsi energi 25 Agustus 2021
dengan Kementerian dan Lembaga terkait

7. FGD Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Ekonomi 1 September 2021


untuk Proyeksi Kebutuhani Energi Periode 2020 s.d.
2080
8. FGD Proyeksi konsumsi energi periode 2020 s.d. 2080 7 September 2021
dalam sektor industri

9. FGD Proyeksi Konsumsi Energi Periode 2020 s.d. 2080 di 15 September 2021
Sektor Transportasi

10 FGD Proyeksi Konsumsi Energi Periode 2020 s.d. 2080 di 24 September 2021
Sektor Komersial dan Rumah Tangga

11 Rapat Teknis Proyeksi Konsumsi Energi Periode 2020 28 Oktober 2021


s.d. 2080 per Sektor dan per Provinsi
12 Rapat Teknis Proyeksi Konsumsi Energi 1 Desember 2021

13 Penyusunan Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Nov - Des 2021

40
Laporan Kinerja Tahun 2021

Dari hasil kegiatan ini maka dibuatlah strategi reviu KEN dan RUEN
maka diketahui yang pertama harus dikerjakan adalah mengetahui
proyeksi konsumsi energi dimana terlebih dahulu harus mengetahui
data proyeksi pertumbuhan ekonomi dan penduduk, seperti yang
terlihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Pada tahun 2021, KLHK, KESDM dan Bappenas membuat studi dan
permodelan bersama untuk membuat perbandingan proyeksi transisi
energi yang dapat dilihat pada Tabel Perbandingan Asumsi Prakiraan
Pertumbuhan Penduduk Dan Ekonomi Dan Konsumsi Energi Final dan
Listrik Tahun 2060 dibawah ini.

INDIKATOR GUGUS TUGAS KESDM BAPPENAS KLHK DEN


A. ASUMSI MAKRO
Pertumbuhan Rata-rata: 4,87% (2021-2060) Rata-rata: 6% (2022-2045) Rata-rata: 4,87% Rata-rata: 6% (2022-
Ekonomi (2021-2060) 2045), 4,8% (2046-2070)
Pertumbuhan Rata-rata: 0,71% (2019-2060) Rata-rata: 0,75% Rata-rata: 0,71% Rata-rata 0,69%
Penduduk (2022-2045) (2019-2060) (2022-2045), 0,17%
(2046-2070)
PDB perkapita*) (USD 10800 (2040), 16890 (2050), 13.818 (2045) 10.800 (2040), 16.890 (2050), 13.818 (2045), 27.928
per kapita) 25460 (2060) 25.460 (2060) (2060), 42.886 (2070)
B. PROYEKSI KONSUMSI ENERGI FINAL
Konsumsi Energi 365 MTOE (2060) 239 MTOE (2060) 455 MTOE (2060) 355 MTOE (2060)
Final
Konsumsi Listrik 1.885 TWh (2060) N.A ~1900 TWh (2060) 1.748 TWh (2060),
2.011 The (2070)
Konsumsi Listrik per 5.308 kWh per kapita (2060) N.A 6.724 kWh per kapita 5.290 kWh per kapita
Kapita (2060), 6.040 kWh per
kapita (2070)

41
Laporan Kinerja Tahun 2021

Dari hasil kegiatan Pembaharuan KEN dan RUEN berdasarkan hasil


FGD dan kajian LPEM UI dan Pusat Kebijakan Keenergian ITB dapat
diambil beberapa Kesimpulan antara lain:

1. Pertumbuhan ekonomi mengacu Bappenas pada periode 2022


s.d. 2045 sebesar rata-rata 6% per tahun (untuk keluar dari low-
middle income trap) dan selanjutnya 2046 s.d. 2070 mengacu
kajian LPEM UI sebesar rata-rata 4,8% per tahun yang dapat dilihat
pada Tabel 3 Asumsi Rakiraan Pertumbuhan Penduduk dan
Ekonomi

Hasil FGD dan Kajian LPEM UI

Deskripsi Satuan 2020 2025 2030 2035 3040 2045 2050 2055 2060 2065 2070
Penduduk Juta 270 282 294 304 313 319 324 328 330 332 333
PDB Miliar USD 1084 1426 1921 2552 3373 4407 5710 7294 9227 11550 14281
Pertumbuhan PDB % -2.02 6.26 5.98 5.85 5.66 5.54 5.26 4.93 4.77 4.55 4.29
PDB per Kapita Tanpa 4,012 5,048 6,532 8,387 10,794 13,818 17,627 22,255 27,928 34,809 42,886

2. Pertumbuhan pendududuk mengacu BPS dan kajian LPEM UI


pada periode 2022 s.d. 2045 sebesar rata-rata 0,69% per tahun
dan periode 2046 s.d. 2070 sebesar rata-rata 0,17% per tahun.
3. Proyeksi total konsumsi energi final per sektor sebesar 397 MTOE di
2070 dengan dominansi sektor industri sebesar 203 MTOE dan
transportasi sebesar 111 MTOE.
4. Proyeksi konsumsi energi final per jenis energi dari total sebesar 397
MTOE terdiri dari listrik sebesar 173 MTOE, batubara dan gas
(sebagian besar dengan CCS) sebesar 162 MTOE, dan EBT sebesar
62 MTOE (hidrogen, biomasa, BBN) seperti terlihat pada Tabel 4
dibawah ini:

42
Laporan Kinerja Tahun 2021

Tabel 4. Prakiraan Konsumsi Energi Final Listrik dan Non Listrik (Hasil FGD dan Kajian
Sementara PKK ITB)

MTOE 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060 2065 2070
Transportasi 63 74 78 82 86 90 95 100 105 111
Rumah Tangga 26 34 34 35 36 36 37 38 38 39
Industri 91 143 149 156 163 170 178 186 194 203
Komersial 9 11 13 16 19 22 26 31 37 44
Total 188 262 275 288 303 319 336 355 375 397

Jenis Energi (MTOE) 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060 2065 2070
Listrik 28 35 58 77 91 107 127 150 158 173
Batubara 52 79 79 80 80 81 17 17 18 18
BBM 61 75 54 41 35 30 26 21 23 21
Gas 28 44 37 39 42 44 23 24 25 27
Hidrogen 1 2 3 4 6 7 10 12
Biomasa 11 19 20 22 23 25 1 2 2 2
BBN 8 10 24 27 28 28 24 19 20 19
Batubara + CCS 0 0 0 0 0 0 65 66 68 70
Gas + CCS 0 0 0 0 0 0 22 23 24 25
Biomasa + ccs 0 0 0 0 0 0 25 26 28 29
Total 188 262 275 288 303 319 336 355 375 397

Dari hasil kesimpulan dari kegiatan Pembaharuan KEN dan RUEN


maka DEN akan melakukan pertemuan lanjutan dengan para
pemangku kepentingan untuk memperoleh masukan dan
kesepakatan terhadap hasil kajian dimaksud yang akan menjadi
acuan perhitungan proyeksi suplai energi. Berdasarkan hasil kajian
konsumsi energi sampai tahun 2070 dan dibandingkan dengan
proyeksi KEN dan RUEN serta dengan memperhatikan lingkungan
strategis dan dinamika transisi energi menuju emisi nol bersih (net zero
emission), maka tahun 2022, DEN akan melakukan kegiatan
penyusunan rancangan pembaruan Peraturan Presiden Nomor 79
Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Status pengajuan
usulan perubahan telah mendapat persetujuan dan menunggu
Peraturan Presiden untuk penetapannya masuk Progsun PP di tahun
2022.

43
Laporan Kinerja Tahun 2021

2. FORMULASI KEBIJAKAN ENERGI LINTAS SEKTOR


Kegiatan Formulasi Kebijakan Energi Lintas Sektor pada tahun 2021
antara lain:

A. Strategi Pembangunan Ekosistem Industri Baterai untuk Mendukung


Program Percepatan Pemanfaatan Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai (KBLBB),

Sekretariat Jenderal DEN telah memfasilitasi kegiatan DEN


melalui focus group discussion pada 31 Agustus 2021, kunjungan
kerja ke National Battery Research Institute (NBRI) pada 17
September 2021,Pusat Unggulan IPTEK PT.Teknologi Penyimpanan
Energi Listrik Baterai Lithium (PUI PT.TPELBL) Universitas Sebelas Maret
(UNS) pada 8 Oktober 2021, serta ke PT FIN Komodo Tehnolog ipada
tanggal 16 November 2021 dengan melibatkan 8 anggota DEN
unsur pemangku kepentingan, wakil tetap anggota DEN unsur
pemerintah, dan perwakilan Kementerian ESDM, Kementerian
BUMN, BRIN, PT. Antam (Persero) Tbk, PT. IBC (Persero), PT. Pertamina
(Persero), PT. PLN (Persero), LG Chem, PUI PT. TPELBL UNS, dan NBRI.
Beberapa rekomendasi yang kami sampaikan ke Menteri ESDM
selaku Ketua Harian DEN, antara lain:

1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya mineral melalui


peningkatan nilai tambah nikel dan sisa hasil pengolahannya
secara berkelanjutan.

2. Dalam pohon industri dan ekspor impor nikel perlu diupayakan


menekan rantai impor dengan mengusahakan industri nasional
lebih kompetitif serta penguatan TKDN melalui insentif R&D,
kemudahan hak paten, perlindungan industri dalam negeri.

3. Rencana aksi logam tanah jarang selain dari monasit perlu


didukung realisasinya guna mendapat nilai keekonomiannya.

44
Laporan Kinerja Tahun 2021

4. Pemerintah perlu mendorong kegiatan eksplorasi untuk


meningkatkan potensi sumber daya dan cadangan mineral
logam tanah jarang dan kegiatan pemurnian/pengolahan
logam tanah jarang khususnya mineral limonit untuk produksi
Nikel Sulfat dan Cobalt Sulfat sebagai bahan baku percusor,
berupa capacity building, penerapan proven teknologi,
pendanaan, insentif fiskal/non fiskal (royalti, PNBP), kemudahan
perizinan.

5. Menugaskan BUMN dalam pengelolaan logam tanah jarang


yang bernilai strategis bagi perekonomian nasional.

6. Pengawasan yang intensif terhadap pengelolaan logam tanah


jarang (LTJ) termasuk sisa dari pengolahan nikel yang memiliki
nilai tambah ekonomi yang tinggi bagi perekonomian.

7. Prioritas pengembangan dan penguatan pasar KBLBB


khususnya KBL-R2 setidaknya memenuhi pasar lokal, melalui
percepatan infrastuktur pendukung, pemberian insentif/subsidi
agar kompetitif dengan ICE (a.l: penerapan disinsentif pajak
karbon bagi ICE, pengurangan bea masuk impor),
penggunaan di instansi pemerintah dan BUMN serta
wilayah/area tertentu, adanya batasan minimal skala ekonomi
tertentu untuk keberlanjutan bisnis produsen.

8. Industri baterai dan kendaraan listrik sebagai salah satu


program prioritas nasional perlu didorong karena Indonesia
memiliki pasar dan potensi industri KBLBB yang terintegrasi.

9. Dampak ekonomi pengembangan ekosistem KBLBB cukup


signifikan bila dikembangkan dari sisi hulu hingga hilir baik dari
segi lapangan kerja maupun keekonomiannya.

45
Laporan Kinerja Tahun 2021

10. Mengamankan bahan baku baterai KBLBB perlu dilakukan


untuk menjaga keberlanjutan perkembangan baterai KBLBB di
Indonesia

11. Penguasaan teknologi baterai untuk inovasi pasar dalam


negeri maupun Asia Tenggara.

12. Tantangan dari segi hilirisasi nikel adalah perkembangan


baterai Lithium dan kebutuhan standarisasi. Adapun kunci
faktor suksesnya tergantung dari keekonomian, harga
kendaraan, tarif listrik, regulasi, investasi, dan mindset publik.

13. Penguatan TKDN dalam pengembangan SPKLU dan


SPBKLU terkait keekonomian proyek, integrasi rantai pasok
dalam negeri, ketersediaan teknologi sudah komersial dan
kompetitif, dukungan komponen impor, kepastian produksi,
legalitas dan bentuk kerja sama usaha.

14. Pengembangan KBLBB perlu didukung dengan regulasi


pemberian insentif fiskal dan non fikal baik dari pemerintah
pusat maupun daerah untuk mempercepat komersialisasi
industri KBLBB dan baterai serta lebih kompetitif dengan negara
lain.

B. Pendanaan EBT

Menindaklanjuti temuan BPK terkait instrument pendanaan


yang disediakan oleh pemerintah dan regulasi
pendukungnya belum optimal dalam mendukung
peningkatan investasi di bidang EBT.
DEN telah berkoordinasi dengan Kementeriaan/Lembaga terkait
yang kewenangannya menyusun kebijakan/regulasi sumber dan
pengelolaan pendanaan EBT dengan hasil sebagai berikut:

46
Laporan Kinerja Tahun 2021

a) Konsep usulan sumber dana EBT dari fosil (berupa cukai BBM
dan endowment fund batubara)
b) Telah ditetapkan Perpres Nomor 98 tahun 2021 tentang nilai
ekonomi karbon (terkait pengelolaan dana dan pembagian
manfaat dari pelaksanaan perdagangan karbon,
pembayaran berbasis kinerja dan pungutan atas karbon akan
berpotensi sebagai sumber pendanaan EBT)
c) Telah ditetapkan UU Nomor 7 tahun 2021 tentang harmonisasi
Peraturan Perundang undangan (terkait penerimaan pajak
karbon untuk pemanfaaatan kegiatan rencana aksi mitigasi
perubahan iklim akan berpotemsi sebagai sumber
pendanaan EBT)
d) DEN telah melaksanakan koordinasi dengan Komisi VII DPR RI
untuk mendorong penyelesaian RUU EBT yang menjadi inisiatif
DPR (terutama terkait pengaturan pasal sumber dan
penggunaan dana EBT) serta dukungan perbankan untuk
pembiayaan proyek EBT.
e) Telah disampaikan Rancangan Perpres EBT dari MESDM
kepada Presiden (pengaturan terkait formulasi harga
keekonomian pembelian tenaga listrik EBT ke PLN berpotensi
meningkatkan investasi pendanaan EBT
Tindak lanjut temuan BPK Pemerintah belum menunjukkan
komitmen yang serius dalam peningkatan riset dan
pengembangan industri hulu EBT, BPK menyarankan Menteri ESDM
Selaku Ketua Harian DEN untuk mengkaji dan mengusulkan dana
pengembangan dan pemanfaatan penelitian EBT yang
bersumber dari dana energi tak terbarukan sesuai amanat UU
Energi.

47
Laporan Kinerja Tahun 2021

DEN telah berkoordinasi dengan K/L terkait yang kewenangannya


menyusun kebijakan/regulasi sumber dan pengelolaan
pendanaan EBT, dengan hasil sebagai berikut:
a) Konsep usulan sumber dana EBT dari fosil (berupa cukai BBM
dan endowment fund batubara).
b) Telah ditetapkan Perpres Nomor 98 Tahun 2021 Tentang Nilai
Ekonomi Karbon (terkait pengelolaan dan adanya pembagian
manfaat dari pelaksanaan Perdagangan Karbon, Pembayaran
Berbasis Kinerja, dan Pungutan Atas Karbon akan berpotensi
sebagai sumber pendanaan EBT untuk pengembangan
penelitian dan industri hulu EBT)
c) DEN telah melaksanakan koordinasi dengan Komisi VII DPR RI
untuk mendorong penyelesaian RUU EBT yang menjadi inisiatif
DPR (terutama terkait pengaturan pasal sumber dan
penggunaan dana EBT) serta dukungan perbankan untuk
pembiayaan proyek EBT

3. SINKRONISASI KEBIJAKAN ENERGI LINTAS SEKTOR


Kegiatan melaksanakan sinkronisasi kebijakan energi lintas sektor
tahun anggaran 2021 meliputi pembahasan terkait Strategi
Pembentukan Nuclear Energy Program Implementing Organization
(NEPIO) dan Usulan Perubahan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan RUEN. Hasil kegiatan
melaksanakan sinkronisasi kebijakan energi lintas sektor dapat
disimpulkan sebagai berikut:

48
Laporan Kinerja Tahun 2021

1. Strategi Pembentukan Nuclear Energy Program Implementing


Organization (NEPIO)
Berdasarkan ketentuan Ayat (3) Pasal 11 Peraturan Presiden
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, terkait
pertimbangan pemanfaatan energi nuklir sebagai pilihan terakhir
dalam hal telah dilakukan kajian yang mendalam mengenai
adanya teknologi pengembangan energi nuklir untuk tujuan
damai, pemenuhan kebutuhan energi yang semakin meningkat,
penyediaan energi nasional dalam skala besar, mengurangi emisi
karbon, adanya kepentingan nasional yang mendesak maka
pada dasarnya PLTN dapat dibangun dan dimanfaatkan sebagai
sumber energi baru yang telah memenuhi syarat dan siap
kontribusi dalam bauran EBT. Namun berdasarkan hasil reviu IAEA
melalui The Integrated Nuclear Infrastructure Review (INIR)
terhadap status infrastruktur nuklir nasional Indonesia Tahun 2009
yaitu pada Fase I dari 19 rekomendasi infrastruktur energi terdapat
masih terdapat 3 rekomendasi yang perlu dipersiapkan, yaitu
posisi nasional, manajemen (pembentukan Nuclear Energy
Program Implementating Organization/NEPIO), dan keterlibatan
pemangku kepentingan.

Berdasarkan hasil studi UGM, proyeksi energi fosil di sektor industri


dan pembangkit tenaga listrik penggunaan gas trennya naik.
Dengan asumsi pertumbuhan 5,5% per tahun maka suplai gas
kemungkinan tidak tercukupi sehingga perlu dipertimbagkan
kontribusi PLTN dalam bauran energi pembangkit tenaga listrik.
Untuk sektor transportasi akan didominansi dengan penggunaan
kendaraan listrik berbasis baterai dan hybrid dengan surya agar
tercapai dengan target RUEN. Dari hasil studi UGM berdasarkan
analisis skenario dasar PLTN dengan mengacu KEN 23% pada

49
Laporan Kinerja Tahun 2021

tahun 2025. Dari hitungan yang didapat PLTN sudah beroperasi di


tahun 2030. Artinya tahun 2021 PLTN sudah harua ada NEPIO.

RPJMN, Renstra Kementerian Ristek/BRIN, dan Renstra KESDM


periode 2020-2024 telah mengakomodir program strategis
nasional mengenai Pengkajian Pemanfaatan PLTN sesuai matrik
kegiatan RUEN 2015-2050. Sesuai Permen Ristekdikti No 38 /2019
tentang Prioritas Riset Nasional (PRN) Tahun 2020-2024 BATAN
sebagai koordinator pelaksanaan PRN terkait teknologi PLTN
secara komersial. Dalam RUU EBT memuat ketentuan
pembentukan Majelis Pertimbangan PLTN yang tugasnya merancang
dan merumuskan kebijakan strategis nasional PLTN dimana pelaksanaan tugasnya di
bawah koordinasi DEN. Telah ditetapkan Perpres No 83/2014 tentang Majelis
Pertimbangan Tenaga Nuklir (MPTN), suatu lembaga non struktural yang dalam
melaksanakan tugasnya bersifat independen dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. Namun, implementasi perpres tersebut belum terwujud. Kemenristek
pernah mengajukan usulan 7 (tujuh) calon anggota, namun belum ditetapkan hingga
saat ini.

Beberapa rekomendasi yang diusulkan untuk pemerintah


diantaranya adalah DEN mengusulkan kepada KH DEN untuk lebih
memperkuat posisi nasional dalam memastikan pembangunan
PLTN dan menarik investor perlu adanya komitmen Pemerintah
dengan membentuk NEPIO; DEN atau institusi lain perlu mulai
mempersiapkan peta jalan tahapan pembangunan PLTN yang
lebih realistis (dalam RPJMN tahun 2024 ada program penyusunan
peta jalan pembangunan PLTN yang berada di program KESDM);
kesiapan regulasi diperlukan (menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi), termasuk keselarasan UU EBT dan UU
Ketenaganukliran, TKDN, transfer teknologi; pada tahap awal
sebaiknya pembangunan PLTN menggunakan SMR (skala kecil)

50
Laporan Kinerja Tahun 2021

khususnya di kawasan industri yang dapat menyesuaikan


kebutuhan, misalnya 4x50 MW. Teknologi SMR menggunakan
generasi III dan saat ini sedang coba dikembangkan
menggunakan generasi IV (advance); telah ada UU No 10/1997
Tentang Ketenaganukliran, namun masih diperlukan pengaturan
terkait antara lain: ketentuan pengusahaan oleh badan swasta,
penegakan keamanan dan sanksi pidana, peran serta
masyarakat, kerahasiaan informasi, peluang investasi, ekspor-
impor bahan nuklir, dan standardisasi teknologi nuklir; dan perlu
dilakukan studi lanjutan PLTN terkait kelayakan (investasi, harga
keekonomian) dan penyusunan blue print.

Pada 22 Desember 2021 telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri


No. 250.K/HK.02/SJD/2021 tentang Tim Persiapan Pembentukan
Organisasi Pelaksana Program Nuklir (Nuclear Energy Program
Implementing Organization, NEPIO). Masa kerja tim kerja
persiapan pembentukan NEPIO terhitung mulai tanggal 1 Agustus
2021 sampai dengan 31 Desember 2023.

2. Usulan Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014


tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)

Kebijakan Energi Nasional (KEN) telah ditetapkan dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 dan peraturan
turunannya sebagai penjabaran target dan sasaran KEN telah
ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017.
Dalam perkembangan implementasi KEN selama 5 tahun terakhir
(2014 s.d. 2020) dan RUEN (2017 s.d 2020), terdapat berbagai
perubahan lingkungan strategis baik global maupun nasional
yang mempengaruhi kondisi/konstalasi pencapaian ketahanan

51
Laporan Kinerja Tahun 2021

energi dan kemandirian energi nasional sesuai target dan sasaran


KEN dan RUEN.

Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir, para pemangku


kepentingan (Pemerintah, DPR, badan usaha, pakar, dan
akademisi) juga memberikan pandangan terhadap perlunya
memperbaharui KEN dengan berbagai isu perubahan lingkungan
strategis yang melatarbelakangi, antara lain:

a. Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri ESDM selaku


Ketua Harian DEN dan Anggota DEN pada tanggal 14 Juni
2021 terkait dukungan usulan Rencana Strategis DEN Tahun
2021-2025, dimana salah satu programnya mengenai
Pembaharuan Regulasi KEN dan RUEN.
b. Rapat Kerja Komisi VII DPR RI dengan Menteri ESDM pada
tanggal 25 Januari 2016, pada kesepakan butir 9 menyatakan
bahwa: Komisi VII DPR-RI meminta Menteri ESDM melakukan
kajian dan sosialisasi tentang pemanfaatan nuklir sebagai
sumber energi untuk peningkatan elektrifikasi serta
mempersiapkan rencana perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional serta
perlunya reviu proyeksi konsumsi energi dengan perubahan
asumsi pertumbuhan ekonomi dan demografi yang lebih
realistis.
c. Hasil Sidang Anggota DEN pertama tahun 2021 yang
menyepakati Program Kerja Renstra DEN 2021-2025 termasuk
di dalamnya program Pembaharuan Regulasi KEN dan RUEN.
d. Mengantisipasi isu perubahan iklim perlu adanya terobosan
kebijakan dan perubahan target bauran energi primer
nasional dengan dominansi peningkatan persentase EBT
terhadap energi fosil untuk pemenuhan komitmen Paris

52
Laporan Kinerja Tahun 2021

Agreement menuju Net to Zero Emission di tahun 2050 atau


2060 sooner.
e. Tersusunnya Grand Strategi Energi Nasional yang diinisiasi sejak
bulan Oktober tahun 2020 dan telah dipaparkan Ketua Harian
DEN pada Sidang Paripurna DEN tanggal 20 April 2021 dimana
memuat penyesuaian target, kebijakan, dan program strategis
Kementerian/ Lembaga untuk percepatan pengendalian
impor LPG, minyak bumi, dan BBM menuju nol impor, antisipasi
tekanan ekspor batubara dan penurunan emisi GRK dari
pemanfaatan batubara melalui akselerasi hilirisasi batubara
dan pemanfaatan teknologi energi bersih (CCU/CCUS),
percapatan dan peningkatan target pemanfaatan
kendaraan listrik dan kompor listrik, peningkatan produksi
minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 BSCFD.
f. Hasil evaluasi terhadap indikator ekonomi dan energi
menunjukkan terdapat gap antara target dan capaian
periode 2015 s.d. 2020, antara lain pertumbuhan ekonomi,
bauran energi primer, produksi energi primer, konsumsi energi
primer/ kapita, konsumsi listrik/ kapita, dan kapasitas
pembangkit EBT.

Dengan demikian, untuk mengantisipasi berbagai perubahan


lingkungan strategis tersebut, Pemerintah dan DEN perlu mereviu
dan memutakhirkan target dan sasaran kebijakan dan
perencanaan energi lintas sektoral jangka panjang yang lebih
realistis sesuai kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan regional
maupun global. Hal ini mengingat KEN dapat ditinjau kembali
paling cepat 5 tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 29 PP
Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.

53
Laporan Kinerja Tahun 2021

Adapun dalam Pasal 6 Perpres RUEN disebutkan bahwa RUEN


dapat ditinjau kembali dan dimutakhirkan secara berkala setiap 5
(lima) tahun atau sewaktu-sewaktu, dalam hal:

1. KEN mengalami perubahan mendasar; dan/ atau


2. Perubahan lingkungan strategis, antara lain perubahan
indikator perencanaan energi baik di tingkat nasional,
regional maupun internasional.

3. Usulan Perubahan Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentang


Pedoman Penyusunan RUEN

Status usulan revisi Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2014


tentang Pedoman Penyusunan RUEN saat ini sudah masuk dalam
pembahasan usulan Prolegnas 2022 oleh Biro Hukum ke
Sekretariat Kabinet dan sedang dipersiapkan timeline untuk
pembahasan substansinya melalui Panitia Antar Kementerian
(PAK). Kegiatan terkait Usulan Perubahan Peraturan Presiden
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan RUEN
dilakukan dalam rangka menindaklanjuti hasil audit tim
Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM atas kinerja/operasional
pada Sekretariat Jenderal DEN melalui Laporan Hasil Pemeriksaan
Nomor: B-1/PW/01/IR.1/2021/2020 tanggal 4 Januari 2021
mengenai rekomendasi agar Sekretariat Jenderal DEN
mengusulkan revisi Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2014
(Perpres Pedoman RUEN) terkait RUED-Kab/Kota kepada Dewan
Energi Nasional. Pendampingan sebagaimana dimaksud tidak
dilakukan karena sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 (UU Pemda) tentang Pemerintahan Daerah
yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan urusan
pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan

54
Laporan Kinerja Tahun 2021

sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah


provinsi. Akibatnya proses penyusunan RUED-Kab/Kota sudah
tidak dapat dilakukan lagi oleh Pemda Kab/Kota.

Dalam proses penyusunan RUED-Provinsi sesuai ketentuan


Undang-Undang Pemda, Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun
2017 (Perpres RUEN) dan Peraturan Presiden Pedoman RUEN,
Pemda Provinsi telah melakukan koordinasi dan mengakomodir
permasalahan dan kebutuhan energi di tingkat kabupaten/kota
termasuk kewenangan pengaturan panas bumi. Dengan
demikian, ketentuan terkait kewenangan Pemda
kabupaten/kota untuk menyusun RUED-Kab/Kota pada Peraturan
Presiden Pedoman RUEN secara langsung dalam
implementasinya telah disesuaikan dengan ketentuan Undang-
Undang Pemda. Mengingat dalam pembuatan RUED Provinsi
telah melibatkan Kabupaten/Kota dan saat ini prioritas utama
yang tertuang dalam Prolegnas 2021 adalah penyelesaian
RPerpres CPE, maka revisi Perpres Nomor 1 Tahun 2014 dapat
diusulkan pada kesempatan berikutnya.

4. PERUMUSAN PETA JALAN TRANSISI ENERGI


Seiring dengan meningkatnya isu terkait perubahan iklim dalam
kancah internasional, pemerintah Indonesia melalui Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Persetujuan Paris atas
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai
perubahan Iklim telah menyampaikan komitmen melalui dokumen
Nationally Determined Contribution (NDC) untuk menurunkan emisi
GRK sebesar 29% dari BaU (kemampuan sendiri) atau 41% (dengan
bantuan internasional) pada 2030. Untuk mencapai target NDC
tersebut, emisi GRK sektor energi ditargetkan untuk turun sebesar 314 -

55
Laporan Kinerja Tahun 2021

446 juta ton CO2 atau setara 11-15.5% dari total emisi tahun 2030
skenario BaU. Dalam dokumen Peta Jalan Implementasi NDC, aksi
mitigasi untuk mengurangi emisi sektor energi meliputi
pengembangan energi terbarukan, penggunaan bahan bakar
rendah karbon, pelaksanaan efisiensi energi dan konservasi energi,
serta penerapan teknologi energi bersih. Diantara rencana aksi
mitigasi tersebut, pengembangan energi terbarukan merupakan
rencana aksi mitigasi yang paling dominan, dimana target penurunan
emisi dari pengemangan energi terbarukan ditargetkan sebesar 170
juta ton CO2 dari total 314 juta ton CO2 target penurunan emisi di
tahun 2030. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah telah secara
serius mengagendakan transisi energi.

Tidak hanya berkomitmen untuk melakukan transisi energi, Pemerintah


Indonesia dalam COP 26 di Glasgow, Inggris juga telah
menyampaikan komitmennya untuk mencapai Net Zero Emission
(NZE) pada tahun 2060. Target NZE tersebut dapat dipercepat apabila
pemerintah mendapatkan bantuan, baik pendanaan maupun teknis,
dari dunia internasional. Dengan adanya target NZE tersebut, secara
otomatis pemerintah perlu melalukan transisi energi yang lebih gencar
dari sebelumnya.

Dalam pelaksanaannya, proses transisi energi menuju NZE mempunyai


banyak tantangan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Tantangan utamanya tentu adalah bagaimana dalam
melaksanakan transisi energi tersebut, pemerintah dapat tetap
mencapai target kemandirian serta ketahanan energi sebagaimana
telah diamanatkan dalam UU No 30 Tahun 2007. Pemerintah perlu
memperhatikan empat aspek penting, yaitu availability (ketersediaan
energi) affordability (harga energi yang terjangkau), accessibility
(akses terhadap energi), acceptability (penerimaan sosial dan

56
Laporan Kinerja Tahun 2021

lingkungan) dalam menyusun peta jalan transisi energi untuk


memastikan bahwa Indonesia tidak hanya berhasil mencapai NZE
tetapi juga berhasil mencapai ketahanan energi nasional. Isu
ketahanan energi dalam proses transisi energi ini merupakan isu krusial
yang perlu mendapatkan perhatian bersama, mengingat saat ini
pemanfaatan EBT masih cukup rendah (11% dari total bauran energi
nasional) serta harga energi baru terbarukan belum sepenuhnya
bersaing dengan energi fosil. Tantangan lain dari pelaksanaan energi
berkaitan dengan visi Indonesia menjadi negara maju. Sebagaimana
kita ketahui, energi merupakan penggerak roda perekonomian. Untuk
dapat terus meningkatkan perekonomian nasional Indonesia
diprediksikan akan terus mengalami lonjakan konsumsi energi.
Mengingat pelaksanaan transisi energi ini akan melibatkan banyak
sektor dan stakeholders, Dewan Energi Nasional (DEN) memandang
perlu adanya kegiatan Perumusan Peta Jalan Transisi Energi. Kegiatan
ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi DEN untuk melakukan
koordinasi dengan berbagai sektor terkait untuk memastikan rencana
transisi energi disusun dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
kemandirian dan ketahanan energi nasional. Pada tahun 2021,
kegiatan Perumusan Kebijakan Energi Lintas Sektor meliputi:

a) Rapat Koordinasi terkait Pembahasan Pemodelan Peta Jalan


Transisi Energi

Beberapa kementerian terkait seperti Kementerian Lingkungan


Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian ESDM, serta Bappenas
telah menyusun studi/kajian/proyeksi terkait transisi energi menuju
NZE. KLHK telah menyusun dokumen Long-Term Strategies for Low
Carbon and Climate Resilience 2050 yang menggambarkan
proyeksi penurunan emisi karbon dari sektor kehutanan, energi,
IPPU, pertanian dan limbah beserta intervensi kebijakan yang

57
Laporan Kinerja Tahun 2021

dibutuhkan untuk mencapai target NZE di tahun 2060. Bappenas


melalui studi Low Carbon Development Initiatives juga telah
menyampaikan bahwa NZE di tahun 2060 dapat dicapai tanpa
mengesampingkan target di bidang ekonomi dan sosial. Di lain
pihak, KESDM melalui Tim Gugus Tugas Pelaksanaan Perubahan
Iklim dan Perdangan Karbon Karbon Bidang Energi secara spesifik
telah mendetailkan peta jalan transisi energi untuk mencapai NZE
di tahun 2060. Pada tahun 2021, fokus kegiatan Perumusan Peta
Jalan Transisi Energi adalah menganalisa studi/ pemodelan terkait
transisi energi yang telah disusun oleh KLHK, KESDM dan Bappenas.
Tabel 1 dan merupakan matriks perbandingan proyeksi transisi
energi dari studi/ pemodelan yang telah dilaksanakan oleh ketiga
instansi tersebut.

Tabel Matriks Perbandingan Proyeksi Konsumsi dan Emisi Karbon

Sebagaimana terlihat dalam Tabel 6, ketiga pemodelan yang


telah disusun menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi yang
cukup moderat, yaitu rata-rata 5,83% per tahun untuk Bappenas
dan 4,87% per tahun untuk KLHK dan KESDM. Berdasarkan hasil
analisa, angka tersebut merupakan angka yang pesimis
mengingat untuk mengejar target menjadi negara maju sebelum

58
Laporan Kinerja Tahun 2021

tahun 2045, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi rata-


rata per tahun sebesar 6%. Terkait hal tersebut, DEN telah
menyampaikan kepada kementerian terkait agar pemodelan
transisi energi menuju NZE disusun menggunakan asumsi
pertumbuhan ekonomi 6% untuk tahun 2021-2045. Adapun asumsi
pertumbuhan ekonomi untuk periode 2045 hingga NZE di tahun
2060 diusulkan untuk menggunakan proyesi pertumbuhan
ekonomi yang telah disusun oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi
dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia.

b) Rapat Koordinasi terkait Kesiapan Badan Usaha Energi


Mendukung Transisi Energi

Pada tahun 2021, melalui kegiatan Perumusan Peta Jalan Transisi


Energi ini, DEN juga telah berkoordinasi dengan badan usaha dan
asosiasi di bidang energi terkait kesiapan badan usaha dalam
menyambut target NZE 2060. Sebagai bentuk dukungan terhadap
target NZE pemerintah, PT PLN (Persero) telah berkomitmen untuk
mencapai zero karbon di tahun 2060 yang akan dicapai melalui
phase out PLTU secara bertahap mulai tahun 2025. PT Pertamina
(Persero) belum secara spesifik menyusun tahapan dekarbonisasi
alam proses bisnisnya (upstream, midstream, dan downstream).
Namun demikian, PT Pertamina (Persero) menyampaikan bahwa
studi-studi terkait implementasi teknologi bersih (seperti
CCS/CCUS) saat ini telah mulai dilaksanakan. Badan usaha serta
asosiasi panas bumi juga mendukung penuh pelaksanaan transisi
energi. DEN melalui rapat koordinasi telah meminta kepada
badan usaha panas bumi untuk menyampaikan rekomendasi-
rekomendasi kebijakan guna mempercepat pengembangan
panas bumi sebagai salah satu baseload pembangkit EBT. Terkait
dengan batubara, DEN juga telah melaksanakan rapat koordinasi

59
Laporan Kinerja Tahun 2021

dengan Ditjen Minerba KESDM, Indonesia Mining Association (IMA)


dan APBI-ICMA. Dari hasil rapat koordinasi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemerintah telah menyusun roadmap
pengembangan/pemanfaatan batubara dalam negeri untuk
menggantikan demand batubara dari sektor ketenagalistrikan
yang hilang akibat rencana phaseout PLTU serta demand ekspor
yang hilang ditengah upaya internasional mengurangi
penggunaan batubara

5. PENETAPAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA UMUM ENERGI


DAERAH PROVINSI (RUED-P) TAHUN 2021
Pada tahun 2021 terdapat 3 Provinsi yang telah menetapkan Perda
RUED, adapun Provinsi tersebut yaitu:

1) Sulawesi Barat melalui Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2021


tentang Rencana Umum Energi Daerah.
2) Kalimantan Barat melalui Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2021
tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi tahun 2021 - 2050
3) Sulawesi Tenggara melalui Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2021
tentang Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

60
Laporan Kinerja Tahun 2021

B. Rumusan Perencanaan Energi Yang Bersifat Lintas Sektoral

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Rumusan 1 1 100%
perencanaan Buku Outlook Buku Outlook
energi yang bersifat Energi Energi
lintas sektoral Indonesia Indonesia
(OEI) (OEI)

Capaian tahun 2021 untuk rumusan perencanaan energi yang bersifat


lintas sectoral tercapai 100%. Capaian ini sama dengan tahun sebelumnya
karena target merupakan produk tahunan Sekretariat Jenderal Dewan
Energi Nasional.

Outlook Energi Indonesia (OEI) merupakan kajian yang menggambarkan


proyeksi supply demand energi ke depan. Untuk OEI 2021 memberikan
gambaran proyeksi permintaan dan penyediaan energi nasional dalam
proyeksi dilakukan untuk kurun waktu 2020-2030 berdasarkan asumsi sosial,
ekonomi dan perkembangan teknologi kedepan dengan menggunakan
baseline data tahun 2019 dan 2020 sesuai Handbook of Energy and
Economic Statistics of Indonesia (HEESI) 2019 dan 2020 yang dipublikasikan
Pusdatin ESDM. Untuk proyeksi 2021-2030 dilakukan dengan 2 skenario yaitu
skenario realistis yang menggunakan data sesuai BaU dan skenario optimis
yang mengacu pada data-data di GSEN dan RJPMN.

Analisis permintaan dan penyediaan energi dilakukan berdasarkan hasil


perhitungan model LEAP (Low Emissions Analysis Platform). LEAP adalah
aplikasi pemodelan perencanaan energi untuk menganalisis kondisi
permintaan hingga penyediaan secara terintegrasi.

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi menjadi dasar asumsi


yang dikembangkan untuk memperoleh gambaran mengenai
permintaan energi hingga tahun 2030. Selain itu, digunakan juga

61
Laporan Kinerja Tahun 2021

beberapa asumsi tambahan terkait dengan kebijakan energi yang berlaku


saat ini antara lain mandatori BBN, pengembangan kendaraan listrik dan
rencana pembangunan kilang green fuel serta pengembangan
ketenagalistrikan dalam RUPTL.

Pada tahun 2022 konsumsi energi final akan meningkat dibandingkan


tahun 2020 menjadi 129 MTOE. Pangsa konsumsi energi final sektor rumah
tangga pada tahun 2022 menurun dari 16,7% di tahun 2020 menjadi 14,7%
di tahun 2022 sejalan turunnya kasus covid-19. Konsumsi listrik di tahun 2022
diproyeksikan akan mencapai 282 TWh, meningkat di semua sektor kecuali
sektor rumah tangga.

Permintaan listrik pada tahun 2030 di skenario optimis khususnya sektor


transportasi mencapai 16,9 TWh jauh lebih tinggi dibandingkan skenario
realistis hanya 1,08 TWh. Sedangkan di sektor rumah tangga permintaan
LPG pada tahun 2030 di skenario optimis hanya 2,2 MTOE, jauh lebih rendah
dibanding skenario Realistis 8,4 MTOE. Sementara kapasitas Pembangkit
listrik untuk skenario optimis pada tahun 2030 mencapai 109 GW
sedangkan skenario Realistis 90 GW.

C. Jumlah Penyiapan Persidangan DEN

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Capaian


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Perjanjian Kinerja
Jumlah Penyiapan 8 14 175%
Persidangan DEN Bahan Bahan
Sidang Sidang

Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional


tahun 2021 terdapat target 8 Bahan Sidang Dewan Energi Nasional,
adapun capaian Jumlah Penyiapan Persidangan Dewan Energi Nasional
tahun 2021 sebanyak 14 Bahan Sidang. Bila dibandingkan dengan
capaian tahun sebelumnya sebesar 10 bahan Persidangan (125%0.

62
Laporan Kinerja Tahun 2021

Capaian tersebut terdapat peningkatan sebanyak 4 bahan Persidangan


atau sebesar 50%.

Hal ini dipengaruhi oleh dorongan bersama baik dari Pimpinan Dewan
Energi Nasional maupun para Anggota Dewan Energi Nasional. Adapun
rekapitulasi penyusunan bahan Persidangan Dewan Energi Nasional yang
menjadi tanggung jawab dari Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
meliputi:

1. Rencana Strategis DEN 2021-2025 (SA DEN ke-1, bahan per tanggal 12
Maret 2021)

2. Rencana Kerja DEN TA 2021 (SA DEN ke-1, bahan per tanggal 12 Maret
2021)

3. Menuju Bauran Energi Nasional Tahun 2025 (SA DEN ke-2, 8 April 2021 )

4. Cadangan Penyangga Energi (SA DEN ke-3, bahan per tanggal 19 April
Juni 2021)

5. Grand Strategi Energi Nasional (SA DEN ke-3, 19 April 2021)

6. Rencana Strategis DEN 2021-2025 (SA DEN ke-4, update bahan per
tanggal 10 Juni 2021)

7. Rencana Kerja DEN TA 2021 (SA ke-5 DEN, update bahan per tanggal
10 Juni 2021)

8. Cadangan Penyangga Energi (SA DEN ke-5, update bahan per


tanggal 27 Oktober 2021)

9. Panitia Pembentukan NEPIO (SA DEN ke-5, 27 Oktober 2021)

10. Masukan COP-26 Gasglow (SA DEN ke-5)

11. Rencana Strategis DEN 2021-2025 (SA DEN ke-5, update bahan per
tanggal 27 Oktober 2021)

63
Laporan Kinerja Tahun 2021

12. Progres dan Tindak Lanjut Hasil Sidang Paripurna ke-1 DEN tahun 2021
(SA DEN ke-6, 16 Des 2021)

13. Draft Perpres tentang Cadangan Penyangga Energi (SA DEN ke-6,
update bahan per tanggal 16 Desember 2021)

14. Peta Jalan Transisi Energi Menuju Net Zero Emission (NZE) (SA DEN ke-6)

Selanjutnya, mengacu pada Perpres No. 26 Tahun 2008 tentang


Pembetukan DEN dan Tata Cara Penyaringan Calon Anggota DEN bahwa
DEN melakukan Sidang Paripurna secara berkala yang dihadiri Pimpinan
dan Anggota Dewan Energi Nasional sekurang kurangnya 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun dan Sidang Anggota secara berkala yang dipimpin
oleh Ketua Harian Dewan Energi Nasional dan dihadiri Anggota Dewan
Energi Nasional sekurang kurangnya 1 (satu) kali dalam 2 (dua) bulan atau
sewaktu-waktu jika diperlukan.

Pada Tahun 2021, Sidang Anggota DEN telah dilakukan sebanyak 6 (enam)
kali dan Sidang Paripurna DEN telah dilakukan sebanyak 1 (satu) kali.

A. Sidang Paripurna tahun 2021

Sidang Paripurna (SP) DEN ke-1 Tahun 2021 diselenggarakan di Istana


Negara pada tanggal 10 April 2021, dipimpin oleh Presiden RI selaku
Ketua DEN.

Dihadiri oleh Wakil Presiden selaku Wakil Ketua DEN, Menteri


Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Sekretaris
Negara, Sekretaris Kabinet, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian,
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Perhubungan,
Menteri Pertanian, Menteri Lingungan Hidup dan Kehutanan, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Nasional, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi
Nasional, 2 (dua) Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan Industri, 2

64
Laporan Kinerja Tahun 2021

(dua) Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan Konsumen, 2 (dua)


Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan Akademisi, 1 (satu)
Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan Teknologi, 1 (satu) Anggota
DEN dari Pemangku Kepentingan Lingkungan Hidup, Sekretaris
Jenderal DEN, Deputi Bidang Kemaritiman dan Investasi Sekretariat
Kabinet, Deputi Bidang Dukungan Kerja Kabinet Sekretariat Kabinet,
dan Koordinator Staf Khusus Presiden.

Terdapat 8 (delapan) butir arahan Presiden RI selaku Ketua DEN


kepada para Pimpinan Kementerian/lembaga (K/L) terkait dan Dewan
Energi Nasional (DEN) dari hasil Sidang Paripurna DEN ke-1 yaitu:

1. Harus mampu “membajak” pandemi sebagai momentum untuk


melakukan re-install sistem, termasuk sistem energi nasional.
Pemerintah harus menyeimbangkan antara percepatan
pertumbuhan ekonomi dengan aspek lingkungan dan konsep
green economy.
2. Memiliki rencana strategis yang solid dan terintegrasi dalam
mewujudkan ketahanan dan kedaulatan energi nasional yang
visioner dan berorientasi jangka panjang dengan timeline dan
roadmap yang detail.
3. Strategi dalam mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Liquefied Petroleum Gas (LPG), dan memastikan subsidi energi
benar-benar tepat sasaran.
4. Strategi dalam mempercepat pengembangan Energi Baru
Terbarukan (EBT).
5. Menyiapkan strategi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
energi nasional pada kurun waktu tertentu sehingga tidak terjadi
kondisi krisis dan darurat energi dan menyiapkan jumlah cadangan
penyangga energi yang dibutuhkan untuk memastikan tersedianya
sumber energi.

65
Laporan Kinerja Tahun 2021

6. Memastikan hal-hal yang dirumuskan dan tertuang di berbagai


dokumen perencanaan seperti Grand Strategi Energi Nasional
(GSEN) dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) benar-benar
solid dan sinkron satu sama lain.
7. Mencarikan langkah-langkah inovatif untuk memastikan
peningkatan elektrifikasi yang saat ini telah mencapai 99,2% karena
hal tersebut dapat berdampak signifikan pada produktivitas
ekonomi.
8. Mendorong terus investasi di sektor energi yang dapat mendukung
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan lapangan kerja terutama
di wilayah wilayah luar Jawa. Selain itu, membuat prosedur investasi
semakin sederhana (simple) dan lebih mudah, serta segera
pangkas berbagai aturan, regulasi, perizinan yang menghambat
dan berbelit-belit.

66
Laporan Kinerja Tahun 2021

B. Sidang Angota Tahun 2021

1. Sidang Anggota DEN ke-1

Sidang Anggota DEN ke-1 Tahun 2021 diselenggarakan melalui


konferensi video pada tanggal 12 maret 2021 dipimpin oleh Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral dipimpin oleh Menteri ESDM selaku
Ketua Harian DEN dan dihadiri oleh Anggota DEN dari Pemerintah
yaitu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Riset dan
Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, Menteri Pertanian,
Menteri Keuangan, 8 orang Anggota DEN dari Pemangku
Kepentingan, dan Wakil Tetap Anggota DEN dari Pemerintah yaitu
Kementerian Perhubungan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.

Tema Sidang Anggota ke-29 DEN membahas Rencana Strategis


(Renstra) DEN dan Rencana Kerja DEN Tahun Anggaran 2021,
sebagai bahan persiapan Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI.

Tindak lanjut dari Sidang Anggota DEN ke-1 Tahun 2021 yaitu
penyempurnaan Renstra DEN dan program kerja DEN 2021
berdasarkan masukan dari Ketua Harian DEN serta Anggota DEN
(AP dan APK).

67
Laporan Kinerja Tahun 2021

2. Sidang Anggota DEN ke-2

Sidang Anggota DEN ke-2 Tahun 2021 diselenggarakan secara


tatap muka dan konferensi video pada tanggal 8 April 202. Sidang
Anggota DEN ke-2 dipimpin oleh Menteri ESDM selaku Ketua Harian
DEN dan dihadiri oleh Anggota DEN dari Pemerintah yaitu Menteri
Riset dan Teknologi (Ristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN), Menteri Pertanian, Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK), Menteri Perhubungan, 8 Anggota DEN dari
Pemangku Kepentingan (APK), dan Wakil Tetap Anggota DEN dari
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kementerian
Perindustrian, Kementerian Keuangan.

Tema Sidang Anggota DEN ke-2 Tahun 2021 membahas menuju


bauran energi nasional tahun 2025.

Peran K/L Anggota DEN dari Pemerintah dalam mendukung


pencapaian bauran energi nasional tahun 2025 yaitu:

- Melakukan penyediaan bahan baku bioenergi dengan


pengembangan komoditas bahan baku bioenergi yang sudah
ditanam secara luas, yaitu antara lain kelapa sawit.

- Pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan pada Kebijakan Energi


Nasional (KEN) memerlukan penguatan kolaborasi lintas K/L dan
mendukung rencana evaluasi dan pembaruan KEN dan
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dengan tetap
mempertimbangkan lingkungan hidup dan penurunan emisi
gas rumah kaca secara substansial.

- Mendorong ekonomi sirkular dengan dukungan riset dan


inovasi. Pengembangan ekonomi sirkular berfokus pada
penggunaan optimal sumber daya dalam aspek produksi

68
Laporan Kinerja Tahun 2021

hingga konsumsi menjadi solusi atas permasalahan limbah dan


sekaligus memenuhi kebutuhan energi berbahan dasar limbah
(waste to energy)

- melakukan langkah efisiensi energi dengan penggunaan


electric vehicle, konservasi energi serta implementasi EBT yaitu
mandatori biofuel pada sarana dan pra sarana transportasi.

Pandangan APK untuk mendukung percepatan pencapaian


target bauran EBT pada tahun 2025:

- Harga keekonomian EBT masih terkendala dikarenakan belum


memasukan biaya kerusakan lingkungan di energi fosil.
Diusulkan pembahasan regulasi carbon pricing yang
diharapkan akan membuat harga EBT lebih kompetitif.

- Pengembangan PLTS atap (rooftop) perlu didorong untuk


mendukung capaian bauran energi nasional, khususnya di
Pulau Jawa.

- Teknologi diarahkan tidak hanya mengeksploitasi energi saja,


tetapi waste juga. mendorong pemanfaatan nuklir agar
memberikan kontribusi bauran EBT dengan mengutamakan
safety, security, dan keekonomian harus terpenuhi.

- Meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

- Mendorong pengembangan EBT seperi energi samudera (laut)

- Perlu peran Pemerintah dan DPR dalam mewujudkan cita-cita


bauran energi nasional, serta melibatkan keterlibatan daerah
dengan kearifan lokal, seperti penggunaan panas bumi,
pemanfaatan sampah untuk energi, dan mikrohidro yang
langsung dibuat oleh masyarakat

69
Laporan Kinerja Tahun 2021

- Perlu komitmen bersama dalam mengakselerasi bauran energi


nasional di antaranya dengan dukungan green fund dari
berbagai pihak dalam pengembangan EBT.

- Memandang pentingnya paradigma energi sebagai modal


pembangunan, dan mendorong Pemerintah Daerah dapat
segera menyelesaikan RUED Provinsi sehingga menjadi
kebanggaan bersama dalam mengelola energi daerah.

Pentingnya paradigma energi sebagai modal pembangunan


dalam mendukung bauran energi tahun 2025, untuk itu program
dan strategi K/L Anggota DEN untuk dapat disinkronisasikan agar
dapat memperkokoh sinergitas dalam mendukung terwujudnya
bauran energi nasional.

3. Sidang Anggta DEN ke-3

Sidang Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) ke-3 tahun 2021


dilaksanakan pada tanggal 19 April 2021 secara Konferensi Video,
di pimpin oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral selaku
Ketua Harian DEN.

70
Laporan Kinerja Tahun 2021

Hadir dalam Sidang Anggota DEN tersebut Anggota DEN dari


Pemerintah yaitu Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri
Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional dan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Delapan Anggota DEN dari
Pemangku Kepentingan, Wakil Tetap Anggota DEN dari Pemerintah
yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan dan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional dengan agenda
membahas materi sebagai berikut :

1. Draft Grand Strategi Energi Nasional:

a. Pada dasarnya seluruh Anggota DEN sepakat terhadap Draft


Grand Strategi Energi Nasional

b. Draft Grand Strategi Energi Nasional yang memiliki visi


terwujudnya bauran energi nasional berdasarkan prinsip
keadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna
terciptanya ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi
yang berpedoman pada haluan ideologi Pancasila,
merupakan kebijakan strategis menuju transisi energi dari
energi fosil kepada energi baru terbarukan

2. Rancangan Perpres Cadangan Penyangga Energi

a. Pada dasarnya seluruh Anggota DEN sepakat terhadap


rancangan Perpres CPE
b. CPE merupakan amanat Undang-Undang No 30 Tahun 2007
tentang Energi, Pemerintah wajib menyediakan CPE untuk
menjamin ketahanan energi nasional
c. Memohon persetujuan Bapak Presiden untuk dapat disetujui
sebagai Perpres

71
Laporan Kinerja Tahun 2021

3. Rencana Strategis DEN periode 2021-2025

a. Pada dasarnya seluruh Anggota DEN sepakat terhadap


Rencana Strategis DEN 2021-2025

b. Rencana Strategis DEN 2021-2025 sejalan dengan Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

c. Perlunya membuat program tahunan sebagai turunan dari


Rencana Strategis DEN tersebut agar dapat dijalankan
dengan baik

4. Logo Dewan Energi Nasional

Seluruh Anggota DEN pada dasarnya sepakat terhadap Logo


DEN baru yang bergambar burung Garuda yang memiliki filosofi
menciptakan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi
nasional demi kemakmuran rakyat Indonesia.

Sidang Anggota menyepakati ketiga materi yang dibahas


tersebut yaitu Draft Grand Strategi Energi Nasional, Rancangan
Perpres Cadangan Penyangga Energi dan Rencana Strategis
DEN periode 2021-2025 untuk dilaporkan kepada Bapak
Presiden pada Sidang Paripurna Dewan Energi Nasional yang
dilaksanakan pada tanggal 20 April 2021.

72
Laporan Kinerja Tahun 2021

4. Sidang Anggota DEN ke-4

Sidang Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) ke-4 Tahun 2021


diselenggarakan secara tatap muka dan konferensi video pada
tanggal 10 Juni 2021, dipimpin oleh Koordinator Anggota DEN Unsur
Pemangku Kepentingan dan dihadiri oleh 8 orang Anggota DEN
dari Pemangku Kepentingan dan Wakil Tetap Anggota DEN dari
Pemerintah.

Tema Sidang Anggota DEN ke-4 membahas Rencana Strategis


(Renstra) DEN 2021-2025 dan Rencana Kerja DEN Tahun Anggaran
2021, sebagai bahan persiapan Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR
RI.

Tindak lanjut dari Sidang Anggota DEN ke-4 yaitu penyempurnaan


Renstra DEN dan program kerja DEN 2021 berdasarkan masukan
dari Ketua Harian DEN serta Anggota DEN (AP dan APK).

5. Sidang Anggota DEN ke-5

Sidang Anggota (SA) DEN ke-5 Tahun 2021 diselenggarakan pada


tanggal 27 Oktober 2021 melalui Konferensi Video.

73
Laporan Kinerja Tahun 2021

Sidang Anggota DEN ke-5 dipimpin oleh Menteri ESDM selaku Ketua
Harian DEN, dan hadir dalam SA DEN tersebut Anggota DEN dari
Pemangku Kepentingan yaitu Agus Puji Prasetyono, Musri, Satya
Widya Yudha, Herman Darnel Ibrahim, Daryatmo Mardiyanto, Eri
Purnomohadi, As Natio Lasman, Yusra Khan, perwakilan tetap
Anggota DEN dari Pemerintah yaitu Kementerian Keuangan,
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian
Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Agenda SA DEN ke-5 membahas materi sebagai berikut :

1. Cadangan Penyangga Energi (CPE).

a. Pada dasarnya seluruh Anggota DEN sepakat dan


mendukung terhadap Rancangan Peraturan Presiden
tentang CPE.
b. Perlu adanya pembahasan materi lebih lanjut khususnya
terkait hitungan angka-angka dengan Ketua Harian DEN.

2. Masukkan COP-26 Glasgow terkait KEN/RUEN.

a. Transisi dari energi fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT)


merupakan kunci penting untuk menekan kenaikan emisi
GRK.
b. Penggunaan energi berbasis fosil masih tinggi perlu
menggunakan teknologi Clean Coal Technology (CCT) dan
Carbon Capture, Utilization, And Storage (CCUS).
c. Kebutuhan investasi pengembangan EBT untuk memenuhi
target NDC sangat besar.

74
Laporan Kinerja Tahun 2021

3. Pembentukan Nuclear Energy Programme Implementing


Organization (NEPIO).

a. Pada dasarnya seluruh Anggota DEN sepakat dan


mendukung pembentukan NEPIO.
b. Tim Persiapan Pembentukan NEPIO akan segera ditetapkan
oleh Menteri ESDM.

4. Rencana Strategis DEN periode 2021-2025.

a. Renstra DEN 2021-2025 telah mendapat persetujuan dari


Bappenas selaku PIC penyelenggara urusan pemerintahan
di bidang perencanaan pembangunan nasional.
b. Renstra DEN 2021-2025 dapat ditetapkan dan selanjutnya
progres Renstra DEN agar dilaporkan secara berkala untuk
dapat melihat hasil yang dicapai dan apabila ada
hambatan dapat dicarikan solusi bersama.
c. Diperlukan komunikasi yang intensif antara seluruh Anggota
DEN agar program-program dalam Renstra DEN 2021-2025
terlaksana dengan baik.

75
Laporan Kinerja Tahun 2021

6. Sidang Anggota (SA) DEN ke-6 Tahun 2021

SA DEN ke- 6diselenggarakan pada tanggal 16 Desember 2021


melalui Konferensi Video, dipimpin oleh Menteri ESDM selaku Ketua
Harian DEN.

Hadir dalam SA DEN tersebut Anggota DEN dari Pemerintah yaitu


Menteri Pertanian, Anggota DEN dari Pemangku Kepentingan yaitu
Agus Puji Prasetyono, Musri, Satya Widya Yudha, Herman Darnel
Ibrahim, Daryatmo Mardiyanto, Eri Purnomohadi, As Natio Lasman,
Yusra Khan, perwakilan tetap Anggota DEN dari Pemerintah yaitu
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional, Kementerian Perhubungan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

SA DEN ke-6 Tahun 2021 membahas materi sebagai berikut :

1. Progres dan Tindak Lanjut Sidang Paripurna DEN ke-1 Tahun 2021
a. Terdapat 8 butir arahan Presiden yang telah ditindak lanjuti
oleh DEN dan juga K/L terkait
b. Seluruh Anggota DEN baik dari Pemerintah maupun dari
Pemangku Kepentingan telah memberikan masukan,
khususnya mengenai percepatan pengembangan EBT.
2. Draft Perpres Cadangan Penyangga Energi (CPE).
a. Pada dasarnya seluruh Anggota DEN sepakat dan
mendukung terhadap Rancangan Peraturan Presiden
tentang CPE.
b. Terdapat 3 alternatif pilihan pada prioritas CPE terkait jenis,
jumlah dan waktu yang perlu untuk diputuskan saat Sidang
Paripurna DEN.

76
Laporan Kinerja Tahun 2021

3. Peta Jalan Transisi Energi Menuju Net Zero Emission (NZE).


a. Peta Jalan Transisi Energi masih terus mendapatkan
masukan dari K/L dan didiskusikan untuk mendapat
kesempurnaan arah transisi energi menuju NZE.
b. Pembangkit listrik energi terbarukan (ET) diproyeksikan
mencapai hampir 100%, sisanya dipenuhi oleh tenaga nuklir
dan pembangkit listrik ET diproyeksikan menjadi andalan
adalah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan
pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
c. Dalam transisi menuju NZE akan melibatkan penggunaan
teknologi baik teknologi rendah karbon, maupun teknologi
EBT dan perlu adanya keberpihakan pada kemampuan
industri dalam negeri.
d. Dalam energy transition mechanism memerlukan kolaborasi
pengelolaan carbon reduction fund dan clean energy fund
yang menjadi realisasi dari pembiayaan kreatif dalam
transisi energi yang kita kejar.
e. Seluruh pemangku kepentingan yang terkait harus
dilibatkan dalam agenda transisi energi yang memerlukan
intergrasi dan sinergi berbagai kegiatan dalam upaya
transisi yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan.
4. Seluruh Anggota DEN sepakat terhadap 3 topik yang
disampaikan pada SA DEN ke-6 Tahun 2021 sebagai materi SP
DEN ke-2 Tahun 2021.
5. Masih diperlukan penyempurnaan terhadap materi Sidang
Paripuran DEN ke-2 Tahun 2021
6. Sidang Paripurna DEN ke-2 DEN rencana akan dilaksanakan
pada minggu ke-4 bulan Desember 2021 sesuai dengan waktu
yang tersedia dari Bapak Presiden RI.

77
Laporan Kinerja Tahun 2021

D. Persentase Produk Hukum Yang Ditindaklanjuti

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Persentase produk 100% 100% 100%
hukum yang
ditindaklanjuti

Pada tahun 2021 terdapat 11 usulan produk hukum yang disampaikan


kepada Biro Umum cq. Bagian Hukum dan Kepegawaian Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional dan telah ditindaklanjuti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, dengan rincian sebagai berikut:
A. Sudah Ditetapkan
1) Peraturan Menteri ESDM nomor 1 tahun 2021 tentang Pencabutan
Permen ESDM selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional nomor 20
tahun 2009 tentang Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja
Kelompok Kerja
2) Peraturan Menteri ESDM nomor 37 tahun 2021 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Seketariat Jenderal Dewan Energi Nasional

78
Laporan Kinerja Tahun 2021

B. Biro Hukum
1) RPrpres tentang Cadangan Penyangga Energi posisi di biro hukum
2) RPermen tentang Tata Cara Penetapan Krisis dan/atau Darurat
Energi
3) RPerpres Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi yang Bersifat
Lintas Sektoral
4) RPerpres tentang Fasilitasi dan Hak Keuangan bagi Pimpinan dan
Anggota DEN
C. Produk Hukum Lain Yang Sudah Ditetapkan
1) Keputusan Menteri ESDM nomor 250.K/HK.02/SJD/2021 tentang
Tim Persiapan Pembentukan NEPIO
2) Kepmen ESDM nomor . 258.K/HK.02/MEM/2021 tentang RENSTRA
DEN 2021 – 2025
3) Kepmen ESDM Nomor 114.K/HK.02/SJD/2021 tentang logo
Dewan Energi Nasional
4) Kepmen ESDM tentang Penetapan Koordinator APK DEN Periode
2020 – 2025
D. IZIN PRAKARSA di SETNEG
1) Rperpres tentang SOTK Setjen DEN

E. Evaluasi Pencapaian Bauran Energi Primer Nasional

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Evaluasi 1 1 100%
Pencapaian Rumusan hasil Rumusan hasil
Bauran Energi pengawasan pengawasan
Primer Nasional

Pelaksanaan kegiatan pengawasan pencapaian bauran energi nasional


pada tahun 2021, meliputi:
1. Evaluasi Pencapaian Bauran Energi Primer

79
Laporan Kinerja Tahun 2021

Target Pasokan Energi Primer Tahun 2020 – 2050 sebagaimana terdapat


dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) ditetapkan dengan
mengacu kepada pertumbuhan ekonomi khususnya industri,
ketenagalistrikan, transportasi dan rumah tangga serta pertumbuhan
penduduk yang dikaitkan dengan peningkatan tingkat konsumsi energi
per kapita menuju masyarakat yang maju.
Satuan: MTOE

ENERGI PRIMER 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2030 2040 2050
EBT 38,6 44,7 51,3 62,8 73,2 92,3 130,6 212,8 316,0
Minyak Bumi 82,9 86,5 89,2 93,9 97,7 98,8 113,0 151,1 197,9
Gas Bumi 61,1 67,3 73,7 79,5 85,8 89,6 109,2 171,7 243,1
Batubara 104,9 109,0 112,9 115,2 118,6 119,9 147,6 198,6 256,2
Total 287,4 307,4 327,1 351,4 375,3 400,6 500,4 734,2 1013,2
Sumber: RUEN

Untuk pemenuhan penyediaan energi dan pemanfaatan energi,


diperlukan pencapaian sasaran kebijakan energi nasional khususnya
tercapainya bauran energi primer yang optimal yaitu:

1. pada tahun 2025 peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling
sedikit 23% (dua puluh tiga persen), dan pada tahun 2050 paling
sedikit 31% (tiga puluh satu persen) sepanjang keekonomiannya
terpenuhi;
2. pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25% (dua puluh
lima persen), dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20% (dua
puluh persen);
3. pada tahun 2025 peran batubara minimal 30% (tiga puluh persen)
dan pada tahun 2050 minimal 25% (dua puluh lima persen);
4. pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22% (dua puluh dua
persen) dan pada tahun 2050 minimal 24% (dua puluh empat
persen).

80
Laporan Kinerja Tahun 2021

Evaluasi pencapaian bauran energi primer pada tahun 2020 dan semester
I tahun 2021 dilakukan dalam rangka mengukur keberhasilan kebijakan
atau program yang telah ditetapkan dan mendorong percepatan
pencapaian sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi serta bauran
energi primer yang optimal.

Tabel Target dan Capaian Bauran Energi Primer Nasional Tahun 2019 dan
2020

2020 2021
Energi
Target Realisasi Target Realisasi*)
Primer
MTOE % MTOE % MTOE % MTOE %
EBT 38,56 13,42 22,74 11,28 44,65 14,52 11,37 11,24
Minyak Bumi 82,88 28,84 66,18 32,82 86,46 28,12 32,11 31,75
Batubara 104,89 36,49 77,55 38,46 109,02 35,46 37,84 37,41
Gas Bumi 61,08 21,25 35,16 17,44 67,32 21,90 19,82 19,60
Total 287,40 100 201,62 100 307,45 100 101,14 100
Sumber: RUEN, HEESI 2020

Tabel Target dan Capaian Bauran Energi Primer Nasional Semester I Tahun
2020 dan 2021
2020 2021
Energi Realisasi Realisasi
Target Target
Primer Semester I Semester I
MTOE % MTOE % MTOE % MTOE %
EBT 38,56 13,42 11,59 10,90 44,65 14,52 11,37 11,24
Minyak Bumi 82,88 28,84 36,58 34,38 86,46 28,12 32,11 31,75
Batubara 104,89 36,49 37,62 35,36 109,02 35,46 37,84 37,41
Gas Bumi 61,08 21,25 20,59 19,36 67,32 21,90 19,82 19,60
Total 287,40 100 106,38 100 307,45 100 101,14 100
Sumber: RUEN, Pusdatin ESDM

Tahun 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar


2,07%, yang juga berdampak pada penurunan kebutuhan energi sebesar
7,6% dibandingkan tahun 2019 atau turun menjadi 202 MTOE di tahun 2020
dari sebelumnya 218 MTOE. Pandemi Covid-19 di tahun 2020 membuat

81
Laporan Kinerja Tahun 2021

sektor energi mengalami banyak tekanan diantaranya penurunan


konsumsi bbm sebagai dampak pemberlakuan PPKM, penurunan konsumsi
listrik terutama pada pelanggan industri dan bisnis, anjloknya harga minyak
hingga sempat menyentuh harga di bawah us$ 40 per barel, menurunkan
daya tarik investasi bidang minyak; tertundanya sebagian pembangunan
proyek ebt listrik, pemanfaatan gas bumi dalam negeri terendah selama
kurun 6 tahun terakhir dan penurunan konsumsi batubara pada sektor
industri.
Tabel Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Nasional Tahun 2020

Jenis Energi Pasokan Impor Konsumsi Produksi


Energi Primer (MTOE) Energi Final Listrik
(MTOE) (MTOE) (Twh)
Minyak Bumi a b
66,18 35,13 66,04 6,73
Gas Bumi 35,16 - 17,09 49,84
Batubara 77,55 5,15 15,88 182,35
Energi Baru c
22,74 - 0,02 53,03
Terbarukan
Listrik - - 22,70 -
Total 201,62 40,28 121,77 291,96
a) termasuk crude, fuel dan LPG, b) BBM+BBN, c) biogas
sumber: HEESI 2020

Hingga semester I tahun 2021, pasokan energi nasional baru tercapai


sebesar 101,14 MTOE atau 33% dari target RUEN yang mencapai 307,45
MTOE di tahun 2021. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, diperkirakan
akan ada kenaikan tipis pasokan energi primer hingga akhir tahun 2021
mengingat perekonomian nasional mulai perlahan pulih dimana
pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) Indonesia secara
kumulatif pada Januari-Juni 2021 naik sebesar 3,1% jika dibandingkan
dengan semester I tahun 2020.
Capaian tahun 2021 tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu
sebanayak 1 rumusan hasil pengawsan atau sebesar 100%. Capaian
tersebut memiliki data dukung berupa Nota Dinas Sekretaris Jenderal

82
Laporan Kinerja Tahun 2021

Dewan Energi Nasional kepada Ketua Harian Dewan Energi Nasional


nomor 94/ EK.03/ SJD/ 2021 hal Laporan Pengawasan Pencapaian Bauran
Energi Nasional pada tanggal 6 Juli 2021. Dalam Nota Dinas Laporan
tersebut mengandung beberapa butir rekomendasi. Adapun
perbandingan dengan capaian tahun sebelumnya masih sama karena
target berupa output.

F. Evaluasi Pencapaian Bauran Energi Primer Daerah

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Evaluasi 17 21 124%
Pencapaian Rumusan hasil Rumusan
Bauran Energi evaluasi Hasil Evaluasi
Primer Daerah

Percepatan bauran energi yang berkeadilan, berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan dalam rangka kemandirian dan ketahanan
energi daerah. Peningkatan peran EBT dalam bauran energi akan menjadi
prioritas dalam pengembangan energi ke depan sehingga dapat
mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dengan tetap
memperhatikan tingkat keekonomian. Dalam rangka mengidentifikasi
permasalahan atau faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat
tercapainya tujuan suatu kebijakan atau program pengelolaan energi di
daerah/ tingkat Provinsi, maka DEN melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan RUED khususnya pencapaian bauran energi daerah tahun
2019 dan 2020 oleh Pemerintah Daerah sebagai bentuk evaluasi terhadap
kondisi keenergian di daerah sehingga dapat disusun rekomendasi dalam
rangka percepatan pencapaian pelaksanaan RUED dan RUEN yang
optimal pada 21 Provinsi.
Pencapaian target penyediaan energi primer daerah pada tahun 2019
dan 2020 akan menjadi gambaran pengelolaan energi pada sisi

83
Laporan Kinerja Tahun 2021

penyediaan sekaligus pemanfaatan energi untuk pemenuhan kebutuhan


daerah yang diharapkan dapat mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi, mengingat bahwa energi menjadi salah satu kunci yang
mempengaruhi laju perekonomian nasional.
Tabel Target Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi Daerah 21 Provinsi Tahun 2025

Tahun 2025
Penyediaan Bauran Energi Primer
No Provinsi Energi Minyak Gas
EBT Batubara
Primer Bumi Bumi
MTOE % % % %
Nanggroe Aceh
1 * 25,50 41,30 7,50 17,30
Darussalam
2 Sumatera Selatan * 21,06 31,69 21,72 25,54
3 Sumatera Barat 4,43 52,00 24,00 15,00 9,00
4 Bengkulu * 37,00 42,00 15,00 6,00
5 Jambi 3,16 24,00 34,08 31,56 10,37
Kepulauan Bangka
6 1,38 17,21 42,15 23,76 16,87
Belitung
7 Lampung 6,48 36,00 27,00 21,00 16,00
8 Kalimantan Timur 11,8 12,39 50,15 25,22 12,24
9 Kalimantan Selatan 7,28 19,60 34,70 43,10 2,60
10 Kalimantan Utara 2,33 55,95 20,96 20,96 7,15
11 Jawa Barat 51,98 17,00 20,00 20,00 25,00
12 Jawa Tengah 21,84 21,31 39,36 29,77 9,56
13 DI Yogyakarta 1,3 9,00 74,00 0,00 17,00
14 Jawa Timur 47,06 17,09 20,34 24,47 38,10
15 Bali 5,29 11,15 29,03 3,32 56,23
16 Nusa Tenggara Barat 2,61 23 77**
17 Nusa Tenggara Timur 2,59 24,00 54,00 12,00 10,00
18 Gorontalo 0,71 15,40 36,80 26,60 21,20
19 Sulawesi Tengah 6,20 30,51 5,14 52,06 12,29
20 Sulawesi Tenggara 3,03 7,00 30,00 55,00 8,00
21 Sulawesi Barat 0,52 46,00 42,00 6,00 6,00
*) Tidak tercantum dalam Perda RUED
**) Total Energi Fosil
Sumber: Perda RUED 21 Provinsi

Dari hasil pengawasan pencapaian sasaran RUED khususnya bauran


energi daerah pada 21 Provinsi, Pemerintah Daerah dalam hal ini telah
menyampaikan laporan realisasi penyediaan energi primer dan bauran

84
Laporan Kinerja Tahun 2021

energi daerah untuk tahun 2019 dan 2020 kepada Anggota DEN. Menjadi
catatan bahwa laporan tersebut bersifat sementara mengingat belum
dilakukan verifikasi terhadap kesesuaian data energi yang digunakan
Pemerintah Daerah untuk menghitung realisasi penyediaan energi primer
dan bauran energi daerah. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Pemerintah Daerah bahwa hingga saat ini seluruh Provinsi masih
terkendala dalam mengidentifikasi data penyediaan dan pemanfaatan
energi untuk menghitung realisasi capaian bauran energi daerah, hal
tersebut menjadi catatan bersama untuk mengevaluasi mekanisme
pengumpulan data energi agar dapat terintegrasi antara Pusat dan
Daerah. Laporan Realisasi Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi
Daerah Tahun 2019 dan 2020 oleh Pemerintah Daerah 21 Provinsi,
sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel Realisasi Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi Daerah 21 Provinsi Tahun 2019 Berdasarkan Laporan
Sementara Pemerintah Daerah (Belum Verifikasi)

Tahun 2019
Penyediaan Bauran Energi Primer
No Provinsi Energi Minyak Gas
EBT Batubara
Primer Bumi Bumi
MTOE % % % %
Nanggroe Aceh
1 1,32 11,71 77,60 10,65 0,04
Darussalam
2 Sumatera Selatan 9,39 19,46 23,43 28,67 28,44
3 Sumatera Barat 3,37 26,52 34,38 39,11 0,00
4 Bengkulu N/A N/A N/A N/A N/A
5 Jambi 1,93 11,00 68,00 10,00 11,00
Kepulauan Bangka
6 N/A 19,72 61,86 18,42 0,00
Belitung
7 Lampung N/A N/A N/A N/A N/A
8 Kalimantan Timur 2,88 10,75 36,58 52,63 0,04
9 Kalimantan Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
10 Kalimantan Utara 0,15 0,57 56,51 1,74 41,18
11 Jawa Barat N/A 35,90 64,10 N/A N/A
12 Jawa Tengah N/A 11,11 40,66 33,91 14,15
13 DI Yogyakarta N/A 6,09 93,91 0,00 0,00

85
Laporan Kinerja Tahun 2021

Tahun 2019
Penyediaan Bauran Energi Primer
No Provinsi Energi Minyak Gas
EBT Batubara
Primer Bumi Bumi
MTOE % % % %
14 Jawa Timur N/A 7,24 40,05 31,60 21,11
15 Bali 0,95 1,92 67,01 31,00 0,07
16 Nusa Tenggara Barat 1,59 9,18 N/A N/A N/A
Nusa Tenggara
17 N/A N/A N/A N/A N/A
Timur
18 Gorontalo 0,26 17,47 82,53 N/A N/A
19 Sulawesi Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
20 Sulawesi Tenggara N/A 3,00 N/A N/A N/A
21 Sulawesi Barat N/A 21,00 46,00 33,00 0,00
N/A: Laporan data tidak tersedia
Sumber: Pemerintah Daerah 21 Provinsi (Dinas ESDM Provinsi)

86
Laporan Kinerja Tahun 2021

Tabel Realisasi Penyediaan Energi Primer dan Bauran Energi Daerah 21 Provinsi Tahun 2020 Berdasarkan Laporan
Sementara Pemerintah Daerah (Belum Verifikasi)

Tahun 2020
Penyediaan Bauran Energi Primer
No Provinsi Energi Minyak
EBT Batubara Gas Bumi
Primer Bumi
MTOE % % % %
Nanggroe Aceh
1 1,38 13,28 75,28 11,42 0,04
Darussalam
2 Sumatera Selatan 10,62 20,82 18,39 38,42 22,37
3 Sumatera Barat 3,16 27,72 31,72 49,56 0,00
4 Bengkulu N/A N/A N/A N/A N/A
5 Jambi 1,52 14,00 62,00 13,00 11,00
Kepulauan Bangka
6 N/A N/A N/A N/A N/A
Belitung
7 Lampung 4,94 21,72 56,71 17,03 4,54
8 Kalimantan Timur 2,76 9,64 35,44 54,86 0,06
9 Kalimantan Selatan N/A N/A N/A N/A N/A
10 Kalimantan Utara 0,11 0,57 56,34 1,61 41,48
11 Jawa Barat N/A 37,48 62,52 N/A N/A
12 Jawa Tengah N/A 11,89 37,43 48,18 2,51
13 DI Yogyakarta N/A 5,99 94,01 0,00 0,00
14 Jawa Timur N/A 11,75 35,50 31,39 21,36
15 Bali N/A 2,27 56,80 40,92 0,01
16 Nusa Tenggara Barat 1,44 11,29 N/A N/A N/A
17 Nusa Tenggara Timur N/A 7,84 N/A N/A N/A
18 Gorontalo 0,24 17,32 82,66 N/A N/A
19 Sulawesi Tengah N/A N/A N/A N/A N/A
20 Sulawesi Tenggara N/A N/A N/A N/A N/A
21 Sulawesi Barat N/A 21,00 41,00 38,00 0,00
N/A: Laporan data tidak tersedia
Sumber: Pemerintah Daerah 21 Provinsi (Dinas ESDM Provinsi)

Sebagai upaya untuk mengatasi keterbatasan daerah dalam mengakses


data energi, Sekretaraiat Jenderal DEN melakukan koordinasi dengan
Pusdatin dan Unit Teknis di lingkungan KESDM untuk mengidentifikasi data
penyediaan dan pemanfaatan energi di setiap Provinsi. Permasalahan
utama yang menghambat proses perhitungan realisasi penyediaan energi
primer dan bauran energi daerah adalah ketersediaan data sampai

87
Laporan Kinerja Tahun 2021

tingkat Provinsi belum baik termasuk data captive power (pemakaian


sendiri), selain itu juga kendala kewenangan daerah dan ketersediaan
anggaran Pemerintah Daerah bidang energi.
Pengawasan DEN terhadap pencapaian pelaksanaan Bauran Energi
Daerah bertujuan untuk mendukung pencapaian EBT paling sedikit 23% EBT
pada tahun 2025. Evaluasi terhadap pencapaian bauran energi daerah
dilakukan untuk mengukur keberhasilan sebuah kebijakan atau program
antara lain dengan melihat kondisi keenergian daerah saat ini, identifikasi
permasalahan atau faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat
tercapainya tujuan suatu kebijakan atau program dan tindak lanjut dalam
upaya pencapaian target kebijakan.
Beberapa upaya yang telah dilakukan Direktorat Aneka Energi Ditjen EBTKE
untuk mendorong peran daerah lebih besar dalam pengembangan EBT
diantaranya:
1. Menteri ESDM telah mengirimkan surat kepada Menteri Perencanaan
dan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan untuk
mengusulkan kembali Dana Alokasi Khusus dengan fokus PLTM dan
PLTS, yang diharapkan dapat dimulai tahun 2023. Selain itu untuk
pengembangan energi di daerah 3T, Program LTSHE akan digantikan
dan dilanjutkan dengan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL)/ Tabung
listrik yang berkapasitas 500 watt
2. KESDM sedang memfinalkan RPermen PLTS Atap. Regulasi tersebut bisa
menjadi tools bagi Pemerintah Daerah untuk mendorong
pengembangan EBT dari PLTS Atap
3. KESDM telah mengidentifikasi panas bumi untuk dikembangkan serta
mendorong pelaksanaan program Government Drilling sebagai
penyediaan energi, dan mengharapkan kerjasama dengan
Pemerintah Daerah.

88
Laporan Kinerja Tahun 2021

4. KESDM sedang menyiapkan regulasi sebagai turunan RPerpres EBT


bahwa untuk pembangkit EBT sampai dengan 5 MW harus
dikembangkan oleh Pemerintah Daerah atau BUMD.

Hasil evaluasi dalam pencapaian Bauran Energi Daerah tahun 2019 dan
2020 adalah sebagai berikut:
A. Pendanaan:
a) Keterbatasan sumber daya, mencakup: anggaran (baik
Pemerintah maupun swasta), sumber daya manusia (baik kualitas
maupun kuantitas) serta infrastruktur energi dan pendukung
khususnya di daerah terpencil, terluar dan tertinggal (3T).
b) Belum adanya dukungan subsidi dan anggaran dari Pemerintah
untuk merealisasikan target bauran energi daerah. Pada tahun
2021, sebagian dana untuk pengembangan EBT
dialihkan/refocusing untuk kegiatan lainnya.
c) Pemerintah Kabupaten/Kota khususnya di Provinsi NTT yang
memiliki anggaran untuk revitalisasi/pembangunan EBT terkendala
kewenangan, mengingat hanya Pemerintah Provinsi yang dapat
mengalokasikan anggaran untuk energi. Jika hanya
mengandalkan anggaran dari Pemerintah Provinsi maka akan
menghambat percepatan peningkatan bauran EBT di Provinsi.
d) Pengembangan EBT di daerah belum optimal, yang disebabkan
investasi yang cukup tinggi untuk teknologi EBT serta investasi untuk
pendanaan EBT masih terbatas baik dari APBN maupun
pendanaan swasta.
Usulan rekomendasi terkait pendanaan:
1. KESDM dan Pemerintah Daerah agar merancang skema insentif fiskal
atau non fiskal untuk mendukung implementasi program dan kegiatan
RUED.

89
Laporan Kinerja Tahun 2021

2. Kementerian ESDM agar memberlakukan mandatori pendanaan dari


Pemerintah Pusat untuk Daerah dalam pengembangan EBT (dengan
mengaktifkan kembali Dana Alokasi Khusus).
3. Kementerian PPN/Bappenas agar memberikan pendampingan
kepada Pemerintah Daerah terkait dengan skema
pendanaan/pembiayaan pengembangan dan pengelolaan sumber
EBT setempat, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar
negeri.
4. Pemerintah Daerah agar mengalokasikan anggaran untuk
memperkuat kapasitas organisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota
yang akan bertanggung jawab terhadap perencanaan,
pengembangan, dan pengelolaan energi.
B. Regulasi:
1. Diperlukan regulasi kewenangan Daerah/Provinsi dalam
pengembangan dan pengelolaan ET secara jelas yang
memungkinkan partisipasi Daerah untuk melakukan upaya
pemanfaatan potensi daerah sebagai kearifan lokal terutama di
sektor tenaga listrik ‘skala kecil’.

2. Pengembangan dan pengelolaan ET di daerah masih mengalami


hambatan terkait sinkronisasi kebijakan dengan Rencana Umum
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rencana Umum
Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).

3. Belum adanya dukungan regulasi harga pembelian ET yang dapat


mengimbangi atau setidaknya mendekati harga energi yang
bersumber dari energi fosil.

Usulan rekomendasi terkait regulasi:


1. Kementerian ESDM agar mempercepat penyelesaian Perpres tentang
Harga EBT khususnya sinkronisasi antara Kementerian Keuangan dan

90
Laporan Kinerja Tahun 2021

KESDM terkait biaya penggantian dalam RUPTL melalui mekanisme


persidangan (Sidang Anggota dan/atau Sidang Paripurna).
2. Kementerian Dalam Negeri agar mendorong percepatan
penyelesaian R-Perpres tentang penambahan kewenangan di bidang
ET untuk Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota.

C. Pengembangan potensi ET lokal:


1. Ketergantungan terhadap energi fosil masih sangat tinggi,
sementara pengembangan dan pemanfaatan potensi energi
Energi Terbarukan (ET) sebagai kearifan lokal masih sangat terbatas.

2. Perlu didorong kesadaran masyarakat dan pelaku keenergian di


daerah terkait dengan pengembangan ET.

Usulan rekomendasi terkait pengembangan potensi ET lokal:


1. Pemerintah Daerah agar meningkatkan pemanfaatan ET setempat
antara lain pengembangan biomassa melalui co-firing, biogas,
biofuel, PLTMH, PLTB, panas bumi, serta mensosialisasikan
percepatan pemanfaatan PLTS Atap dan efisiensi energi pada
gedung Pemerintah Daerah.
2. Pemerintah Daerah agar berperan aktif dalam pengembangan
dan pengelolaan potensi ET sebagai kearifan lokal, seperti
pendirian BUMD Energi maupun peran masyarakat melalui
koperasi, terutama wilayah kepulauan dan 3T.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan
turunannya menyebabkan beberapa kewenangan Daerah beralih
ke Pusat khususnya terkait dengan kewenangan energi fosil. Ditjen
EBTKE dan Ditjen Gatrik mendorong daerah untuk meningkatkan
pemanfaatan EBT antara lain melalui pengembangan program
Biomassa melalui co-firing, Biogas dan Biofuel.

91
Laporan Kinerja Tahun 2021

4. Anggota DEN melakukan sosialisasi pengembangan PLTN di wilayah


yang secara teknis dan ekonomis memungkinkan dalam upaya
mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi yang bersih dan
ramah lingkungan.

D. Pengelolaan Data Energi:


Kewenangan pengelolaan energi sebagian besar berada di Pusat,
sehingga Pemerintah Daerah mempunyai keterbatasan dalam
melakukan monitoring dan evaluasi pencapaian bauran energi
daerah karena tidak memiliki kewenangan untuk mendorong pihak-
pihak terkait dalam melakukan pelaporan serta kewenangan dalam
hal pengelolaan data dan informasi energi.

Usulan rekomendasi terkait pengelolaan data energi:

Kewenangan pengelolaan energi sebagian besar berada di Pusat,


khususnya pengelolaan data dan informasi energi, terutama untuk
data konsumsi gas bumi, BBM Non Pertamina dan batubara. Ditjen
Minerba akan menindaklanjuti untuk pengelolaan data Batubara
Provinsi melalui aplikasi MOMS.

1. Pusdatin KESDM perlu membuat mekanisme pengumpulan data


dan informasi terintegrasi yang dapat diakses oleh Pemerintah
Daerah dalam rangka pengawasan pelaksanaan RUED dan
perhitungan Bauran Energi Daerah.
2. Pemerintah Daerah agar berperan dalam memverifikasi data
pemanfaatan EBT yang tidak terkoneksi ke grid PLN, terutama untuk
pemanfaatan sendiri di industri.

92
Laporan Kinerja Tahun 2021

Selain itu, mengingat saat ini belum ada pelaporan resmi terkait
pelaksanaan RUED oleh Pemerintah Daerah, DEN juga memberikan
rekomendasi sebagai berikut:

1. Gubernur agar segera menyampaikan laporan kepada Presiden


selaku Ketua DEN tembusan Anggota DEN, terkait perkembangan
pencapaian Bauran Energi Daerah Provinsi, khususnya untuk
Provinsi yang telah mempunyai Perda RUED. Ketua Harian DEN juga
akan menyampaikan laporan tertulis kepada Presiden selaku Ketua
DEN tentang laporan hasil pengawasan Bauran Energi Daerah di 21
Provinsi yang telah mempunyai Perda RUED.

2. Pemerintah Daerah agar melaporkan perkembangan


implementasi RUED dan pencapaian bauran energi daerah secara
berkala kepada DEN pada Semester I dan Semester II setiap
tahunnya.

Indikator kinerja Evaluasi Bauran Energi Daerah dimulai sejak tahun 2021
dengan target kinerja yang ditetapkan sebanyak 17 rumusan
rekomendasi, angka tersebut merupakan jumlah dari Provinsi yang
telah menetapkan Perda RUED pada tahun 2019 pada saat
penyusunan Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional tahun 2020 s.d. 2024 dan Indikator Kinerja Utama Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional. Sedangkan pada tahun 2020 s.d.
2021 terdapat perkembangan penetapan Perda RUED menjadi
sebanyak 21 Provinsi. Hal ini memberikan dampak yang sangat baik
untuk capaian kinerja, karena dari 17 Provinsi yang ditargetkan,
meningkat menjadi 21 Provinsi yang dilakukan evaluasi terhadap
bauran energi daerahnya atau secara penilaian kinerja terhitung
sebesar 124%. Mengingat target baru dimulai pada tahun 2021,
sehingga belum ada data pembanding dengan capaian tahun 2020.

93
Laporan Kinerja Tahun 2021

E. Terselenggaranya Monitoring Implementasi Matriks Kegiatan RUEN

Indikator Kinerja Target Kinerja Realisasi Persentase


Sekjen DEN Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Terselenggaranya 125 280 224%
monitoring Monitoring Monitoring
implementasi kegiatan kegiatan
matriks kegiatan
RUEN

Sesuai dengan amanat Pasal 12 huruf (d) Undang Undang Nomor 3 Tahun
2007 tentang Energi, Pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014
tentang Kebijakan Energi Nasional, dan Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor
22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Dewan
Energi Nasional bertugas mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang
energi yang bersifat lintas sektoral. Mengingat hal tersebut, DEN telah
melakukan pengawasan terhadap capaian pelaksanaan 59 strategi, 124
program dan 383 kegiatan yang merupakan kewenangan 13
Kementerian/Lembaga dan 102 kegiatan yang merupakan kewenangan
Pemerintah Daerah dalam Matrik RUEN.

Hasil pengawasan kegiatan dalam Matrik RUEN pada Kementerian BUMN,


Kementerian Dalam Negeri, Kementerian ATR, Kementerian PUPR,
Kementerian PUPR, Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM,
sebagai berikut:
a) Kementerian BUMN berpendapat bahwa pembentukan badan usaha
EBT tersendiri tidak memungkinkan karena kebijakan Pemerintah saat
ini mengurangi jumlah BUMN agar lebih efisien. Kementerian BUMN
telah mendorong pembentukan badan usaha EBT dalam bentuk anak
perusahaan BUMN, seperti PT PGE yang diberikan penugasan khusus
untuk mengembangkan panas bumi. Usulan perubahan tersebut
dapat dimasukkan sebagai salah satu rekomendasi dalam rangka revisi
RUEN.

94
Laporan Kinerja Tahun 2021

b) Kementerian Dalam Negeri telah menetapkan Permendagri No.


64/2020 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2021, Permendagri
No. 17/2021 tentang Pedoman Penyusunan RKPD Tahun 2022 serta
Permendagri No. 138/2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Daerah.

c) Kementerian ATR/BPN telah menetapkan Peraturan Kepala BPN No. 5


Tahun 2011 yang mengatur pemanfaatan tanah terlantar untuk
program strategis negara termasuk sektor energi. Namun peraturan
dimaksud telah dicabut dengan ditetapkannya PP No. 20/2021 dan
Permen ATR/Kepala BPN No. 20/2021 yang tidak mencantumkan sektor
energi lagi. Kementerian ATR/BPN belum menyusun perubahan
peraturan dimaksud.

d) Kementerian PUPR telah menetapkan Undang – Undang No. 17 Tahun


2019 tentang Sumber Daya Air dalam rangka mendukung ketersediaan
sumber energi air, panas bumi dan pembangunan PLTA Minihidro dan
Mikrohidro serta telah ditetapkan standar rancang bangun gedung
hemat energi melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung
Hijau.

e) Kementerian Perindustrian berencana melakukan revisi Permenperin


Nomor 4 Tahun 2017 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan
TKDN untuk PLTS, serta terkait implementasi HGBT sesuai dengan Perpres
No 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi dan Perpres No.
121 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Perpres No 40 Tahun 2016
tentang Penetapan Harga Gas Bumi yaitu mengusulkan penerapan
HGBT untuk dapat diterapkan ke sektor lainnya. Selain itu, Kementerian
Perindustrian berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan
Kementerian Keuangan terkait realisasi manajemen transportasi ramah

95
Laporan Kinerja Tahun 2021

lingkungan terutama terkait insentif fiskal dan non-fiskal untuk mobil


listrik.

4) Sasaran Strategis Menteri ESDM: Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian


Sektor ESDM yang Efektif.
Dukungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional terhadap sasaran
strategis ini terdapat 2 hal, yaitu:

A. Level Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Target Kinerja
Indikator Kinerja Realisasi Persentase
Sekjen DEN
Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Pasca Refocusing
Level maturitas 3,5 3.98 117%
SPIP (data 2019)
Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 adalah Proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui:
1. Kegiatan yang efektif dan efisien,
2. Keandalan pelaporan keuangan,
3. Pengamanan aset negara, dan
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Keempat tujuan tersebut di atas tidak perlu dicapai secara khusus atau
terpisah-pisah. Dengan kata lain, instansi pemerintah tidak harus
merancang secara khusus pengendalian untuk mencapai satu tujuan.
Suatu kebijakan atau prosedur dapat saja dikembangkan untuk dapat
mencapai lebih dari satu tujuan pengendalian.

Mekanisme penyelenggaraan SPIP terintegrasi adalah penilaian mandiri


dilakukan oleh manajemen, penjaminan kualitas oleh APIP dan evaluasi
dilakukan oleh BPKP. Berdasarkan komponen penilaian, periode maturitas
SPIP adalah penetapan tujuan dan penilaian struktur dan proses dilakukan

96
Laporan Kinerja Tahun 2021

tahun berjalan dan pencapaian tujuan dilakukan atas penilaian kinerja


tahun sebelumnya. Periode penilaian maturitas SPIP adalah dalam rentang
waktu 1 Juli tahun sebelumnya sampai dengan 30 Juni tahun berjalan.

Maturitas penyelenggaraan SPIP diukur dari 3 penilaian, yaitu penetapan


tujuan, struktur dan proses, pencapaian tujuan. Tujuan penilaian
komponen penetapan tujuan dalam penilaian maturitas SPIP terintegrasi
adalah untuk menilai kualitas perencanaan dan penilaian kualitas strategi
perencananaan. Basis penilaian penyelenggaraan maturitas SPIP adalah
pada tingkat Eselon I dan Eselon mandiri kementerian/ lembaga/
pemerintah daerah. Fokus penilaian penyelengaraan SPIP secara
terintegrasi adalah mengintegrasikan penilaian yang mencakup unsur
SPIP, MRI (Manajemen Resiko Indeks), IEPK: (Indeks Efektivitas Pengendalian
Korupsi), kapabilitas APIP.

PERJANJIAN LAPORAN
RPJMN RENSTRA RENJA
KINERJA KINERJA

Alur Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Penilaian terhadap sasaran kualitas strategis meliputi 3 hal:


1. Ketepatan sasaran strategis
2. Ketepatan indikator kinerja

97
Laporan Kinerja Tahun 2021

3. Kualitas indikator kinerja

Sasaran strategis yang baik adalah berorientasi hasil, menggambarkan


mandat dan tugas fungsi, mempertimbangkan isu strategis. Pengukuran
kinerja baik pada level sasaran strategis, program, maupun kegiatan maka
satuan hasil indikator yang dibangun harus memenuhi kaidah SMART
(Specific, Measurable, Achievable, Relevan, Time Bound)

Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian risiko
3. Kegiatan pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan pengendalian intern

Adanya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) tidak terlepas dari


peranan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) sangat erat kaitannya dengan
Akuntabilitas khususnya Akuntabilitas pada Pengelolaan Keuangan
Negara. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menjawab atau
menjelaskan dari aparatur pemerintahan sebagai pihak yang menerima
amanah kepada pemberi amanah (publik) atas pelaksanaan amanah
yang diterimanya secara obyektif. Adapun peran Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP) dalam kaitannya dengan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60
tahun 2008 Pasal 11, yakni :
1. Mencegah terjadinya kesalahan dan penyimpangan.
2. Menjamin pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

98
Laporan Kinerja Tahun 2021

3. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,


efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah (assurance activities).
4. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
5. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
6. Menjamin tercapainya sasaran dan tujuan pelaksanaan kegiatan
secara ekonomis, efektif dan efisien.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008, seluruh Instansi
Pemerintah dituntut untuk meningkatkan maturitas Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), hal tersebut dapat diwujudkan melalui strategi-strategi
yang terbagi dalam beberapa level :
 Pada Level-0: Belum memiliki kebijakan dan prosedur.
 Pada Level-1 (Rintisan): Kebijakan dan prosedur sudah tertulis. Adanya
praktik pengendalian intern melalui kebijakan dan prosedur yang tertulis,
namun masih bersifat Ad-Hoc dan tidak terorganisasi dengan baik tanpa
adanya komunikasi dan pemantauan.
 Pada Level-2 (Berkembang): Adanya komunikasi kebijakan dan prosedur.
Adanya praktik pengendalian intern namun tidak terdokumentasi dengan
baik dan pelaksanaannya bergantung pada individu (belum melibatkan
semua unit organisasi) sehingga efektivitas pengendalian belum bisa
dievaluasi.
 Pada Level-3 (Terdefinisi): Adanya implementasi kebijakan dan prosedur
dokumentasi. Adanya praktik pengendalian intern yang terdokumentasi
dengan baik, namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa
dokumentasi yang memadai.

99
Laporan Kinerja Tahun 2021

 Pada Level-4 (Terkelola dan Terukur): Adanya evaluasi formal, berkala dan
terdokumentasi. Adanya praktik pengendalian internal yang efektif dan
telah dilaksanakan evaluasi formal secara berkala dan terdokumentasi.
 Pada Level-5 (Optimum): Adanya pemantauan pengembangan
berkelanjutan. Telah menerapkan pengendalian intern yang
berkelanjutan, terintegrasi dan dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan
menggunakan aplikasi komputer (otomatisasi).

Kegiatan Sistem Pemantauan dan Evaluasi Implementasi dilakukan


dengan melalui tahapan Koordinasi / Penyiapan Data / Bahan Maturitas
SPIP kegiatan koordinasi dilakukan baik secara internal maupun eksternal.
Secara eksternal dilakukan dengan berkoordinasi dengan Inspektorat
Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Sekretariat
Jenderal KESDM cq. Biro Organisasi dan Tata Laksana.
Hal yang menjadi perhatian dalam kegiatan Sistem Pemantauan dan
Evaluasi Implementasi kali ini adalah peningkatan Quality Assurance. Hal-
hal yang akan dinilai antara lain:
1. Lingkungan Pengendalian:
 Penegakan Integritas
 Komitmen Terhadap Kompetensi
 Kepemimpinan yang Kondusif
 Struktur Organisasi Sesuai Kebutuhan
 Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat
 Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat ttg Pembinaan
SDM
 Perwujudan Peran APIP yang Efektif
 Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Terkait
2. Penilaian Resiko
 Identifikasi Risiko
 Analisis Risiko

100
Laporan Kinerja Tahun 2021

3. Kegiatan Pengendalian
 Reviu Kinerja
 Hubungan Yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait
 Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi
 Penendalian Fisik atas Aset
 Penetapan dan Reviu Indikator
 Pemisahan Fungsi
 Operasi Transaksi dan Kejadian Penting
 Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu
 Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Catatan
 Akuntabilitas Pencatatan dan Sumber Daya
 Dokumentasi yang Baik atas SPI serta Transaksi dan Kejadian
Penting
4. Informasi dan Komunikasi
 Informasi
 Penyelenggaraan Komunikasi yang Efektif
5. Pemantauan
 Pemantauan Berkelanjutan
 Evaluasi Terpisah
Pengumpulan data SPIP pada tahun ini dilakukan dengan metode
pengisian Lembar Kerja Evaluasi (LKE) dimana data LKE itu dari BPKP
dengan format baru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penilaian
pada LKE berkaitan dengan Sasaran Strategis dan IKU dari setiap K/L,
dilanjutkan dengan pola cascading dari Eselon I – Eselon II. Data dukung
LKE dapat diunduh di https://bit.ly/LKE-SPIP-DEN2021

Sesuai dengan PK Eselon I Setjen DEN, target tingkat maturitas SPIP yaitu 3,5.
Penilaian SPIP tahun 2021 belum dapat diperoleh tetapi dikarenakan telah

101
Laporan Kinerja Tahun 2021

berakhirnya triwulan IV TA 2021, Setjen DEN diharuskan membuat laporan


terkait maturitas SPIP ini.

102
Laporan Kinerja Tahun 2021

B. Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Target Kinerja
Indikator Kinerja Realisasi Persentase
Sekjen DEN
Sekjen DEN Kinerja Capaian Kinerja
Pasca Refocusing
Nilai SAKIP 81 80.93 99%
Setjen DEN (capaian
2020)

Berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi atas implementasi Sistem Akuntablitas


Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional tahun 2020 yang disampaikan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui surat nomor T-
1086/PW.03/IJN.I/ 2021, nilai implementasi SAKIP adalah sebesar 80.93
dengan predikat Memuaskan (kategori A). Adapun upaya yang telah
dilaksanakan pada tahun 2021 sesuai dengan saran perbaikan LHE SAKIP
tahun 2020 antara lain:
a. Meningkatkan kualitas dan implementasi Renstra yang mengacu atau
selaras pada RPJMN, menyusun target kinerja relevan dengan indikator
kinerja SMART, melakukan tindak lanjut atas monitoring target kinerja.
Upaya Perbaikan:
• Dalam periode Rencana Strategis tahun 2020 s.d. 2024 telah disusun
matrik Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP),
dimana matrik tersebut telah menjabarkan cascading dari RPJMN
pada tingkat Kementerian ESDM kemudian di cascading kembali
sebagai sasaran strategis, indikator kinerja, target kinerja, hingga
kebutuhan pendanaan oleh Sekretariat Jenderal DEN.
• Indikator Kinerja Utama dalam Renstra 2020 s.d. 2024 disusun sesuai
dengan kriteria SMART / spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan,
dan ditetapkan periode pencapaiannya. Selain itu Renstra KESDM
2020 s.d. 2024 telah direviu oleh Bappenas, dan IKU periode 2020
s.d. 2024 ditetapkan dalam bentuk Keputusan Menteri ESDM nomor

103
Laporan Kinerja Tahun 2021

229 tahun 2020 tentang Indikator Kinerja Utama di lingkungan


Kementerian ESDM.
• Monitoring kinerja dilaksanakan melalui aplikasi SMART-Kemenkeu,
e-monev Bappenas, e-lakip interal Sekretariat Jenderal DEN,
dimana hasilnya tergambarkan dalam laporan rencana aksi
triwulanan.

b. Meningkatkan penggunaan teknologi informasi untuk menunjang


peningkatan kualitas pengukuran kinerja yang dapat diandalkan.
Upaya Perbaikan:
• Sekretariat Jenderal DEN telah memanfaatkan teknologi informasi
dalam mengumpulkan dan menyampaikan data capaian kinerja
melalui aplikasi e-lakip.den.go.id, kemudian data tersebut
dimanfaatkan dalam aplikasi pelaporan dan pengukuran kinerja
SMART-Kemenkeu dan e-monev Bappenas.

• Pelaporan capaian kinerja pada aplikasi e-lakip.den.go.id memiliki


fitur upload data dukung atas klaim capaian kinerja dimana target
kinerja disusun sesuai dengan dokumen IKU & PK serta timeline yang
ada dalam Term of Reference (TOR). Selanjutnya, klaim capaian
dengan data dukung yang disampaikan di validasi kembali oleh
verifikator dalam rangka memastikan kualitas atas laporan tersebut.

• Pembuatan sistem informasi untuk memantau progress


pelaksanaan 16 Program Kerja Dewan Energi Nasional periode 2020
s.d. 2025 dan menjadi usulan kegiatan untuk proyek agen
perubahan dengan situs https://proden.den.go.id/

c. Meningkatkan kualitas laporan kinerja dengan menyajikan seluruh


capaian kinerja disertai dengan evaluasi dan analisis mengenai
capaian kinerja, menyajikan data pembanding (tahun sebelumnya),

104
Laporan Kinerja Tahun 2021

realisasi anggaran dan melakukan analisis efisiensi penggunaan


sumber daya dalam pencapaian target kinerja.
Upaya Perbaikan:
Telah dinarasikan data pembanding (tahun sebelumnya) dalam setiap
capian indikator kinerja pada laporan kinerja tahun 2021 ini.

d. Meningkatkan kualitas evaluasi program/ kegiatan triwulanan dan


kualitas monitoring rencana aksi triwulanan dengan memuat
rekomendasi terkait perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja
serta pelaksanaan tndak lanjutnya.
Upaya Perbaikan:
• Berdasarkan hasil koordinasi dengan DJA - Kemenkeu, identifikasi
awal penyebab nilai kinerja Sekretariat Jenderal DEN dalam aplikasi
SMART-Kemenkeu tahun 2020 sebesar 91.42 disebabkan oleh
inkosistensi antara perencanaan kas dengan realisasi kegiatan/
anggaran.

• Hal ini ditindaklanjuti dengan melakukan update data


perencanaan kas per triwulan dan sewaktu – waktu apabila
diperlukan pada RKA-K/L aplikasi SAKTI.

• Perbaikan perencanaan kas per triwulan juga memperhatikan


laporan rencana aksi.

e. Melakukan self assessment terkait pencapaian target dan output yang


telah tertuang dalam renstra
Upaya Perbaikan:
• Target dan output yang tertuang dalam Rencana Strategis
Sekretariat Jenderal DEN periode 2020 s.d. 2024 di monitor dan
terdapat assessment terhadap capaian kinerjanya yang
terdokumentasikan dalam Laporan Rencana Aksi per triwulan.

105
Laporan Kinerja Tahun 2021

• Laporan tersebut diambil dari data e-lakip.den.go.id yang disusun


oleh verifikator, kemudian disampaikan kepada Kepala Biro Umum
(Eselon II) untuk ditanda tangani dan dilaporkan kepada Sekretaris
Jenderal DEN (Eselon I) untuk mendapat feed back/ arahan dari
Pimpinan.

Upaya yang telah dilakukan pada tahun 2021 akan dinilai kembali oleh
Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada
awal tahun 2022, kemudian capaian nilai SAKIP Sekretariat Jenderal
Dewan Energi Nasional tahun 2021 didapatkan.

106
Laporan Kinerja Tahun 2021

5) Sasaran Strategis Menteri ESDM: Terwujudnya Birokrasi yang Efektif, Efisien, &
Berorientasi pada Layanan Prima
Target Kinerja Persentase
Indikator Kinerja Realisasi
Sekjen DEN Capaian
Sekjen DEN Kinerja
Pasca Refocusing Kinerja
Nilai reformasi 80 96.80 114%
birokrasi

6) Sasaran Strategis Menteri ESDM: Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul
Dukungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional terhadap sasaran
strategis ini terdapat 2 hal, yaitu:

A. Nilai Evaluasi Kelembagaan

Target Kinerja Persentase


Indikator Kinerja Realisasi
Sekjen DEN Capaian
Sekjen DEN Kinerja
Pasca Refocussing Kinerja
Nilai evaluasi 74 74.10 100.2%
kelembagaan

107
Laporan Kinerja Tahun 2021

B. Indeks Profesionalitas ASN

Target Kinerja Persentase


Indikator Kinerja Realisasi
Sekjen DEN Capaian
Sekjen DEN Kinerja
Pasca Refocusing Kinerja
Indeks 81.0 85.23 105%
profesionalitas
ASN

Berdasarkan surat Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber


Daya Mineral nomor T-6/KP.06/SJN.P/2022 tanggal 4 Jaanuari 2022 hal nilai
Indeks Profesionalitas ASN KESDM tahun 2021, Perhitungan Akhir Nilai Indeks
Profesionalitas ASN Kementerian ESDM tahun 2021 pada tanggal 30
Desember 2021, capaian IP ASN Kementerian ESDM tahun 2021 sebesar
83.83 (kategori tinggi), dengan rincian sebagai berikut.

Capaian pengukuran mandiri IP ASN Tahun 2021 ini meningkat dari


capaian IP ASN tahun 2020 yaitu sebesar 79,97 (kategori : Sedang).
Berdasarkan tabel tersebut diatas, Sekretariat Jenderal Dewan Energi
Nasional mendapat nilai IP ASN tahun 2021 sebesar 85.23 (kategori tinggi).
Capaian ini diraih atas pemenuhan kebutuhan waktu/ jam belajar dalam

108
Laporan Kinerja Tahun 2021

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pegawai. Selain itu capaian ini


meningkat disbanding tahun 2020 yang sebesar 80.72.
7) Sasaran Strategis Menteri ESDM: Pengelolaan Sistem Anggaran yang optimal
Dukungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional terhadap sasaran
strategis ini yaitu Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)

Target Kinerja Persentase


Indikator Kinerja Realisasi
Sekjen DEN Capaian
Sekjen DEN Kinerja
Pasca Refocusing Kinerja
Nilai IKPA Setjen 94 98.96 106%
DEN

Penilaian IKPA di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral


mulai menjadi focus perhatian sejak tahun 2018, dimana Sekretariat Jenderal
Dewan Energi Nasional mendapat peringkat terbaik kedua untuk kategori
Satuan Kerja Non Infrastruktur pada tahun 2019. Pada tahun 2021, peringkat
terbaik kedua masih dapat dipertahankan dengan capaian nilai IKPA
sebesar 98.96 dengan rincian sebagai berikut.

Adapun nilai IKPA Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional tahun 2018 s.d.
2021 diilustrasikan pada grafik dibawah ini.
98.75 98.69 98.96
88.81

2018 2019 2020 2021

109
Laporan Kinerja Tahun 2021

III.2 Perbandingan Kinerja Dengan Tahun Sebelumnya


Dalam rangka mengevaluasi capaian kinerja setiap tahunnya serta
memonitor perkembangan dari target jangka menengah dari Rencana Strategis
tahun 2020 s.d. 2024, laporan kinerja tahun 2021 menyajikan perbandingan antara
capaian keseluruhan pada tahun 2020 yang dibandingkan dengan capaian
tahun 2021 sesuai dengan Perjanjian Kinerja Sekretaris Jenderal Dewan Energi
Nasional kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Perumusan perbandingan kinerja baru dapat dilakukan pada tahun 2021


ini, mengingat tahun 2020 merupakan tahun pertama pelaksanaan periode
Rencana Strategis 2020 s.d. 2024. Selain itu, perumusan ini juga sebagai tindak
lanjut atas saran perbaikan dari Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral pada tahun LHE SAKIP tahun 2020.

Pada tahun 2020 terdapat 15 indikator kinerja yang ditetapkan dan secara
keseluruhan capaian kinerja Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional pada
tahun 2020 adalah sebesar 123%. Kemudian, pada tahun 2021 Sekretaris Jenderal
Dewan Energi Nasional memiliki satu indikator kinerja yang baru dimulai yaitu
Evaluasi Pencapaian Bauran Energi Daerah, sehingga jumlahnya menjadi 16
indikator kinerja, dengan capaian kinerja secara keseluruhan sebesar 125%.

126%
125%
125%

124%
123%
123%

122%
capaian kinerja
2020 2021

Berdasarkan gambaran grafik diatas terdapat sedikit kenaikan sebesar 2%


pada capaian kinerja pada tahun 2021. Adapun perbandingan per indikator
kinerja antara tahun 2020 dengan tahun 20221 diuraikan dibawah ini.

110
Laporan Kinerja Tahun 2021

1. Rumusan kebijakan/ strategi peningkatan ketananan energi nasional dari


target 1 rumusan rekomendasi realisasi capaian kinerja sebanyak 2 rumusan
rekomendasi.

Satuan: Rumusan Rekomendasi


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

1 1 1 2

2. Indeks kepuasan layanan dukungan teknis dan administrative yang optimal


Setjen DEN dari target sebesar 3,07 dapat mencapai nilai indeks kepuasan
layanan sebesar 3,44.

Satuan: nilai indeks

TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

3.07 3.45 3.07 3.44

3. Indeks kepuasan layanan perencanaan energi yang di targetkan 3.07 dapat


mendapat nilai indeks kepuasan layanan sebesar 3,59.

Satuan: nilai indeks


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

3.07 3.59 3.07 3.59

4. rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas sektor hasil koordinasi dan


sinkronisasi

111
Laporan Kinerja Tahun 2021

Satuan: rumusan rekomendasi


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

1 2 7 7

5. Rumusan perencanaan energi yang bersifat lintas sectoral

Buku OEI merupakan produk tahunan Sekretariat Jenderal Dewan Energi


Nasional, sehingga capaian dari indikator ini akan tetap sama setiap
tahunnya.
Satuan: buku OEI
TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

1 1 1 1

6. Jumlah Penyiapan Persidangan Dewan Energi Nasional ditetapkan target


sebesar 8 Bahan Persidangan capaiannya melamapaui target sebesar 14
Bahan Persidangan.

Satuan: bahan persidangan DEN


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

8 10 8 14

7. Persentase produk hukum yang ditindak lanjuti

Satuan: persentasi

112
Laporan Kinerja Tahun 2021

Pada tahun 2021 terdapat 11 usulan produk hukum yang disampaikan kepada
Biro Umum cq. Bagian Hukum dan Kepegawaian, dengan 11 produk hukum
telah ditindaklanjut dengan status 6 produk hukum telah ditetapkan baik
sebagai Peraturan Menteri/ Keputusan Menteri, serta 5 produk lainnya telah
disampaikan kepada Biro Hukum & Sekretariat Negara untuk oenetaannya.
TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

100% 100% 100% 100%

8. Evaluasi pencapaian bauran energi nasional capaian sebanyak 1 rumusan


hasil pengawasan dengan target sebanyak 1 rumusan hasil pengawasan.

Satuan: rumusan hasil pengawasan


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

1 1 1 1

9. Evaluasi pencapaian bauran energi daerah merupakan Indikator Kinerja yang


beru dimulai pada tahun 2021 memiliki capaian sebanyak 21 rumusan
rekomendasi dengan target sebanyak 17 rumusan rekomendasi.

Satuan: rumusan rekomendasi

TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

- - 17 21

113
Laporan Kinerja Tahun 2021

10. Terselenggaranya monitoring implementasi matriks kegiatan RUEN dari target


sebanyak 125 monitoring kegiatan, dapat dilampaui dengan capaian 280
monitoring kegiatan.

Satuan: monitoring kegiatan


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

100 237 125 280

11. Level maturitas SPIP memiliki target nilai 3.4, terdapat capaian sebesar 3.98.

Satuan: nilai
TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

3.5 3.98 3.4 3.98

12. Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun 2021 akan
disamapikan setelah pemeriksanaan SAKIP oleh Inspektorat Jenderal ada
awal tahun 2022.
Satuan: nilai
TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

80 80.31 81 -

13. Indeks Reformasi Birokrasi ditargetkan sebesar 85, terdapat capaian yang
melampaui target sebesar 96.80.

Satuan: nilai
TAHUN 2020 TAHUN 2021

114
Laporan Kinerja Tahun 2021

Target Capaian Target Capaian

80 96.64 85 96.80

14. Indeks profesionalitas ASN memiliki target sebesar 81 dengan capaian sebesar
85.23, capaian ini merupakan terbaik kedua di lingkungan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral.

Satuan: nilai indeks


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

71 80.72 81 85.23

15. Nilai Indikator Kinerja Pengelolaan Anggaran (IKPA) target tahun 2021 sebesar
94.0 dengan capaian sebesar 98.96. Nilai ini juga menjadi nilai terbaik kedua
di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Satuan: nilai indeks


TAHUN 2020 TAHUN 2021

Target Capaian Target Capaian

93.8 98.69 94 98.96

115
Laporan Kinerja Tahun 2021

III.3 Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya


Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional berupaya untuk melakukan
efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi untuk mencapai target
kinerja. Salah satu bentuk efisiensi yang dilakukan adalah dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai target kinerja indeks kepuasan layanan.

Dalam mencapai target indeks kepuasan dukungan teknis dan


administrative yang optimal Setjen DEN, kegiatan yang dilakukan adalah
memenuhi permintaan para Anggota Dewan Energi Nasional khususnya terkait
penyusunan bahan paparan. Bentuk efisiensi dalam penyusuanan bahan tersebut
antara lain:

1. Pembuatan template untuk bahan paparan.

2. Menyalin bahan paparan yang relevan dengan tema rapat dari Unit terkait.

3. Pemanfaatan aplikasi zoom untuk pembahasan penyempurnaan bahan.

4. Penyampaian bahan dalam bentuk digital.

Kemudian bentuk lain efisiensi berada pada pelaksanaan kegiatan untuk


mecapai target Indeks kepuasan layanan perencanaan energi berupa
pemanfaatan teknologi komunikasi dalam konsultasi pendampingan penyusunan
Perda RUED. Sehingga timbul efisiensi waktu & biaya dalam memberikan
pelayanan kepada Organisasi Perangkat Daerah dalam penyusunan Perda RUED
Provinsi.

III.4 Pengelolaan APBN tahun 2021


Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional mendapatkan amanat untuk
mengelola pagu APBN tahun 2021 sebesar empat puluh sembilan milyar delapan
ratus sebelas juta enam ratus tujuh puluh satu ribu rupiah (Rp 49.811.671.000,-).
adapun komposisi dan perubahan pagu akibat refocusing APBN tahun 2021
diilusrtrasikan pada tabel dibawah ini.

116
Laporan Kinerja Tahun 2021

PENGELOLAAN APBN TAHUN 2021

ANGGARAN
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN (dalam ribu Rupiah)
TUGAS TEKNIS LAINNYA DEWAN ENERGI NASIONAL PAGU AWAL REFOCUSSING 1 - 4 PAGU AKHIR
TAHUN 2021 TAHUN 2021 TAHUN 2021
Belanja Gaji & Belanja Modal 37.723.222 4,998,841 33.306.455
Gaji dan Tunjangan serta Honorarium Anggota DEN 22.000.000 2,100,000 17.900.000
Operasional Perkantoran 11.000.000 400,000 13.006.250
Fasilitasi Pimpinan dan Anggota DEN* 1.496.722 529,984 1.483.250
Pengadaan Peralatan dan Mesin 1.930.250 506,500 814.070
Renovasi Gedung/Bangunan/Rumah Dinas 1.295.980 1,393,095 102.885
Belanja Barang 12.088.399 1.113.423 10.392.952

Kegiatan Layanan (Biro Umum) 4.260.057 69.262 3.652.483


Dukungan Teknis Perumusan Kebijakan Energi dan
4.153.620 467.615 3.711.505
Persidangan
Dukungan Teknis Penanggulangan Krisis dan Pengawasan
3.674.722 645.808 3.028.964
Kebijakan Energi
TOTAL 46.882.302 6.112.264 43.669.407

www.den.go.id Dewan Energi Nasional @dewanenergi dewanenergi dewan energi 2

Pada akhir periode tahun 2021, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional
telah merealisasikan anggaran belanja sebesar Rp 43.559.402.535.000,- atau sama
dengan 99.68% dari total pagu akhir Rp 43.699.407.000,-. Adapun rincian belanja
terebut diilustasikan pada tabel dibawah ini.

Persentase
No Kode | Nama Jenis Belanja Pagu Realisasi
Realisasi
1 51|BELANJA PEGAWAI 17,598,153,000 17,552,634,889 99.74%
2 52|BELANJA BARANG 25,184,299,000 25,090,774,146 99.63%
3 53|BELANJA MODAL 916,955,000 915,993,500 99.90%
412536 43,699,407,000 43,559,402,535 99.68%

Mengingat pandemi covid-19 masih berlangsung, dalam pagu anggaran


tahun 2021 juga terdapat belanja untuk pemberian medical kit untuk pegawai,
penyediaan obat-obatan, tabung oksigen, serta fasilitasi isolasi mandiri.

117
Laporan Kinerja Tahun 2021

BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Target kinerja tahun 2021 secara keseluruhan tercapai dengan baik,
bahkan terdapat 9 indikator kinerja yang capaiannya melampaui target yang
ditetapkan. Capaian tahun 2021 juga meningkat jika dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun lalu. Keberhasilan ini bukan berarti didapatkan
tanpa upaya dan tantangan yang perlu dihadapi, dimana tantang paling
utama adalah ketersediaan anggaran dalam memberikan dukungan teknis
kepada Anggota Dewan Energi Nasional. Dukungan teknis dan administrative
kepada Anggota Dewan Energi Nasional merupakan prioritas utama agar
mendapat nilai maksimal dalam penialian indeks kepuasan layanan yang
optimal Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

Tantangan tersebut diupayakan untuk diatasi melalui koordinasi antara


Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dengan para Anggota Pemangku
Kepentingan Dewan Energi Nasional untuk tetap dapat menyelesaikan
program/ kegiatan yang telah ditetapkan guna mencapai target kinerja.

Selain itu, dengan terbitnya Keputusan Menteri oleh Menteri ESDM selaku
Ketua Harian DEN No. 258.K/HK.02/MEM/2021 tentang RENSTRA DEN 2021 – 2025,
tantangan semakin besar bagi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional untuk
mensinkronkan program, kegiatan, hingga target kinerja antara Sekretariat
Jenderal Dewan Energi Nasional dengan Dewan Energi Nasional dan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Lebih lanjut, monitoring dan
evaluasi atas Indikator KInerja dalam Rencana Strategis Dewan Energi Nasional
periode 2020 – 2025 akan memerlukan perhatian yang cukup besar.

118
Laporan Kinerja Tahun 2021

IV.2 SARAN
Melihat capaian kinerja yang terbilang sudah cukup baik, namun demikian
masih tetap diperlukan langkah - langkah perbaikan dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi guna mempertahankan capaian kinerja saat ini, adapun hal – hal
yang perlu dipertahankan antara lain:

1) Pemantauan kinerja organisasi baik dalam mendukung Indikator Kinerja


Dewan Energi Nasional dan juga Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
2) Melanjutkan pemberian medical kit bagi pegawai dalam rangka
pencegahan penularan covid-19 bagi pegawai, agar pelaksanaan Work
From Office dapat berlangsung optimal.

119
LAMPIRAN
LAPORAN KINERJA
SETJEN DEN
TAHUN 2021
A. PERSANDINGAN KINERJA DENGAN RPJMN 2020 s.d. 2024
Kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional di tahun 2021 merupakan
tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral periode 2020 - 2025, serta merupakan tahun
pertama dari implementasi RENSTRA DEN periode 2021 s.d. 2025. Kedua
dokumen perencanaan jangka menengah tersebut turut mendukung
pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Periode 2020 s.d. 2024. Adapun capaian kinerja RPJMN 2020 s.d. 2024 yang
didukung oleh Unit Kerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional pada
tahun 2021 adalah sebagai berikut :

AGENDA PEMBANGUNAN #1
MEMPERKUAT KETAHANAN EKONOMI UNTUK PERTUMBUHAN YANG BERKUALITAS
DAN BERKEADILAN
Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang akan diwujudkan dalam rangka
memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai
modalitas bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan;
2. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor dan daya
saing perekonomian
Adapun sasaran yang didukung Setjen DEN pada tahun 2021 ini adalah
sasaran nomor 1
Untuk mendukung pencapaian target Agenda Pembangunan nomor #1
RPJMN Periode 2020 s.d. 2024, sesuai dengan capaian Perjanjian Kinerja Tahun
Anggaran 2021, Setjen DEN telah telah menyusun rumusan rekomendasi,
antara lain :
• Formulasi Strategi Pembangunan Ekosistem Industri Baterai untuk KBLBB,
• Rumusan Peta Jalan Transisi Energi menuju NZE,
• Rumusan pengaturan tentang Cadangan Penyanga Energi,
• Penyusunan asumsi social-ekonomi serta konsumsi energi untuk
Pembaruan KEN,
• Sinkronisasi Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan PLTN,
• Rekomendasi atas laporan pengawasan pencapaian Bauran Energi
Nasional;
• Proyeksi permintaan dan penyediaan energi nasional dalam kurun waktu
2020 s.d. 2030 (dalam Buku Outlook Energi Indonesia)

AGENDA PEMBANGUNAN #2
MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN DAN
MENJAMIN PEMERATAAN
Pembangunan kewilayahan tahun 2020-2024 menekankan keterpaduan
pembangunan dengan memperhatikan pendekatan spasial yang didasarkan
bukti data, informasi dan pengetahuan yang baik, akurat dan lengkap,
skenario pembangunan nasional, serta lokasi yang jelas sesuai rencana tata
ruang dan daya dukung lingkungan. Selain itu, pembangunan kewilayahan
juga mengutamakan pendekatan holistik dan tematik yang didasarkan
penanganan secara menyeluruh dan terfokus pada prioritas pembangunan
dan lokasi yang paling relevan sesuai dengan pendekatan koridor
pertumbuhan dan pemerataan. Pembangunan kewilayahan dilaksanakan
secara terintegrasi dengan mengutamakan kerjasama dan keterpaduan
program dan kegiatan antarkementerian/ lembaga, antara
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, antarpemerintah daerah,
serta antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam perencanaan, pendanaan
dan pembiayaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan
Untuk mendukung pencapaian target Agenda Pembangunan nomor #2
RPJMN Periode 2020 s.d. 2024, sesuai dengan capaian Perjanjian Kinerja Tahun
Anggaran 2021, Setjen DEN telah telah melaksanakan :
• Pendampingan Penyusunan Peraturan Daerah Tentang RUED, sebagai
turunan dari RUEN, kepada Provinsi yang belum menetapkan PERDA RUED;
• Pembinaan Pelaksanaan PERDA RUED kepada Provinsi yang telah
menetapkan RUED
• Pengawasan pencapaian Bauran Energi Daerah terhadap Provinsi yang
telah menetapan RUED

AGENDA PEMBANGUNAN #6
MEMBANGUN LINGKUNGAN HIDUP, MENINGKATKAN KETAHANAN BENCANA,
DAN PERUBAHAN IKLIM
Sasaran, target, dan indikator outcome untuk prioritas nasional membangun
lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim
dikelompokkan sebagai berikut:
Adapun di tahun 2021, Setjen DEN fokus pada sasaran pembangunan rendah
karbon : meningkatnya capaian penuruan emisi dan intensitas emisi Gas
Rumah Kaca terhadap baseline, dengan indikator sebagai berikut :
Untuk mendukung pencapaian target Agenda Pembangunan nomor #6
RPJMN Periode 2020 s.d. 2024, sesuai dengan capaian Perjanjian Kinerja Tahun
Anggaran 2021, Setjen DEN telah telah menyusun rumusan rekomendasi,
antara lain :
• Formulasi Strategi Pembangunan Ekosistem Industri Baterai untuk KBLBB,
• Rumusan Peta Jalan Transisi Energi menuju NZE,
• Penyusunan asumsi social-ekonomi serta konsumsi energi untuk
Pembaruan KEN,
• Sinkronisasi Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan PLTN,
• Rekomendasi atas laporan pengawasan pencapaian Bauran Energi
Nasional;
• Proyeksi permintaan dan penyediaan energi nasional dalam kurun waktu
2020 s.d. 2030 (dalam Buku Outlook Energi Indonesia)

Selain penyusunan rumusan rekomendasi, Untuk mendukung pencapaian


target Agenda Pembangunan nomor #6 RPJMN Periode 2020 s.d. 2024, Setjen
DEN telah telah melaksanakan :
• Pendampingan Penyusunan Peraturan Daerah Tentang RUED, sebagai
turunan dari RUEN, kepada Provinsi yang belum menetapkan PERDA RUED;
• Pembinaan Pelaksanaan PERDA RUED kepada Provinsi yang telah
menetapkan RUED
• Pengawasan pencapaian Bauran Energi Daerah terhadap Provinsi yang
telah menetapan RUED
B. PERSANDINGAN KINERJA DENGAN CAPAIAN SDG’s
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), para pemimpin dunia secara resmi
mengesahkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals) sebagai kesepakatan pembangunan global. Kurang
lebih 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla
turut mengesahkan Agenda SDGs.
Dengan mengusung tema "Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk
Pembangunan Berkelanjutan", SDGs yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target
merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016
hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan
melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi seluruh negara (universal),
sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral
untuk mencapai Tujuan dan Target SDGs.

Adapun persandingan capaian kinerja SDG’s yang didukung oleh capaian


kinerja Unit Kerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dengan kinerja
pada tahun 2021 adalah sebagai berikut :

TUJUAN NOMOR #7
MEMASTIKAN AKSES TERHADAP ENERGI YANG TERJANGKAU, DAPAT
DIANDALKAN, BERKELANJUTAN DAN MODERN BAGI SEMUA

Target dari Tujuan nomor 7 adalah :


i. Pada tahun 2030, memastikan adanya akses universal terhadap
pelayanan energi yang terjangkau, dapat diandalkan dan modern
ii. Pada tahun 2030, meningkatkan secara substantif proporsi energi
terbarukan dalam energi campuran global
iii. Pada tahun 2030, menggandakan laju perbaikan efisiensi energi
• Pada tahun 2030, memperbanyak kerjasama internasional untuk
memfasilitasi akses terhadap riset dan teknologi energi bersih, termasuk
energi terbarukan, efisiensi energi dan teknologi bahan bakar fosil yang
lebih maju dan bersih, dan mendorong investasi dalam infrastruktur
energi dan teknologi energi bersih
• Pada tahun 2030, menambah infrastruktur dan meningkatkan mutu
teknologi untuk supply pelayanan energi modern dan berkelanjutan
untuk semua negara berkembang, khususnya di negara-negara kurang
berkembang, negara berkembang kepulauan kecil, dan negara
berkembang terkungkung daratan, sesuai dengan bantuan program
masing-masing

Untuk mendukung pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(SDG’s) Nomor #7, sesuai dengan capaian Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran
2021, Setjen DEN telah telah menyusun rumusan rekomendasi, antara lain :
• Rekomendasi peningkatan Ketahanan Energi
• Rumusan pengaturan tentang Cadangan Penyanga Energi,
• Formulasi Strategi Pembangunan Ekosistem Industri Baterai untuk KBLBB,
• Rumusan Peta Jalan Transisi Energi menuju NZE,
• Penyusunan asumsi social-ekonomi serta konsumsi energi untuk
Pembaruan KEN,
• Sinkronisasi Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan PLTN,
• Rekomendasi atas laporan pengawasan pencapaian Bauran Energi
Nasional;
• Proyeksi permintaan dan penyediaan energi nasional dalam kurun waktu
2020 s.d. 2030 (dalam Buku Outlook Energi Indonesia)

Selain penyusunan rumusan rekomendasi, Untuk mendukung pencapaian


target Agenda Pembangunan nomor #6 RPJMN Periode 2020 s.d. 2024, Setjen
DEN telah telah melaksanakan :
• Pendampingan Penyusunan Peraturan Daerah Tentang RUED, sebagai
turunan dari RUEN, kepada Provinsi yang belum menetapkan PERDA RUED;
• Pembinaan Pelaksanaan PERDA RUED kepada Provinsi yang telah
menetapkan RUED
• Pengawasan pencapaian Bauran Energi Daerah terhadap Provinsi yang
telah menetapan RUED
TUJUAN NOMOR #13
MENGAMBIL AKSI SEGERA UNTUK MEMERANGI PERUBAHAN IKLIM DAN
DAMPAKNYA

Target dari Tujuan nomor 13 adalah :


i. Menguatkan daya tahan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya hal-
hal yang berkaitan dengan iklim dan bencana alam di semua negara
ii. Mengintegrasikan ukuran-ukuran perubahan iklim ke dalam kebijakan,
strategi dan perencanaan nasional
iii. Memperbaiki pendidikan, penyadaran dan juga kapasitas baik manusia
maupun institusi terhadap mitigasi perubahan iklim, adaptasi,
pengurangan dampak dan peringatan dini
• Mengimplementasikan komitmen yang dibuat oleh pihak negara-
negara maju kepada Kerangka Kerja Konvensi PBB mengenai
Perubahan Iklim dengan tujuan untuk memobilisasikan secara bersama
$100 milyar pertahunnya pada tahun 2020 dari segala sumber untuk
memenuhi kebutuhan negara-negara berkembang dalam konteks aksi
mitigasi dan transparansi terhadap implementasinya dan secara penuh
mengoperasionalisasikan Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund/GCF)
melalui kapitalisasiya secepat mungkin
• Mendukung mekanisme untuk peningkatan kapasitas untuk
perencanaan dan manjemen terkait perubahan iklim yang efektif di
negara-negara kurang berkembang dan negara berkembang
kepulauan kecil, dengan berfokus pada perempuan, remaja, dan
masyarakat lokal dan marjinal

Untuk mendukung pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


(SDG’s) Nomor #13, sesuai dengan capaian Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran
2021, Setjen DEN telah telah menyusun rumusan rekomendasi, antara lain :
• Rekomendasi peningkatan Ketahanan Energi
• Formulasi Strategi Pembangunan Ekosistem Industri Baterai untuk KBLBB,
• Rumusan Peta Jalan Transisi Energi menuju NZE,
• Penyusunan asumsi social-ekonomi serta konsumsi energi untuk
Pembaruan KEN,
• Sinkronisasi Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan PLTN,
• Rekomendasi atas laporan pengawasan pencapaian Bauran Energi
Nasional;
• Proyeksi permintaan dan penyediaan energi nasional dalam kurun waktu
2020 s.d. 2030 (dalam Buku Outlook Energi Indonesia)
Selain penyusunan rumusan rekomendasi, Untuk mendukung pencapaian
target Agenda Pembangunan nomor #6 RPJMN Periode 2020 s.d. 2024, Setjen
DEN telah telah melaksanakan :
• Pendampingan Penyusunan Peraturan Daerah Tentang RUED, sebagai
turunan dari RUEN, kepada Provinsi yang belum menetapkan PERDA RUED;
• Pembinaan Pelaksanaan PERDA RUED kepada Provinsi yang telah
menetapkan RUED
• Pengawasan pencapaian Bauran Energi Daerah terhadap Provinsi yang
telah menetapan RUED

Anda mungkin juga menyukai