Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
segala kemurahan dan perkenan-Nya, di masa pandemi Covid-19 yang membuat
segala sesuatunya serba terbatas ini kami dapat menyelesaikan Laporan Survei
Kelembagaan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2021 sebagai
ikhtiar dalam mewujudkan organisasi yang tepat fungsi, tepat proses, dan tepat
ukuran.
Evaluasi kelembagaan merupakan kewajiban bagi setiap instansi
pemerintah. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun
2019 tentang Organisasi Kementerian Negara, khususnya Pasal 87 ayat (1) dan (2),
bahwa penataan organisasi pemerintahan dilakukan berdasarkan evaluasi
kelembagaan dan analisis kebutuhan organisasi dan ayat (2), evaluasi
kelembagaan dilakukan paling kurang 3 (tiga) tahun sekali.
Adapun tools dalam rangka melakukan evaluasi kelembagaan ini adalah
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pedoman Evaluasi
Kelembagaan Instansi Pemerintah, dimana ruang lingkup evaluasinya meliputi:
Dimensi Struktur (kompleksitas; formalisasi; dan sentralisasi) dan Dimensi Proses
(keselarasan (alignment), tata kelola (governance) dan kepatuhan (compliance);
perbaikan dan peningkatan proses; manajemen risiko; dan teknologi informasi)
yang dijabarkan menjadi 63 butir pertanyaan.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagai bagian dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan terus berupaya agar organisasi dibangun untuk
mendukung pencapaian visi, misi, dan sasaran KKP, serta relevan dengan
kebutuhan masyarakat terkini. Oleh sebab itu, berbagai upaya terus dilakukan
agar organisasi DJPT selalu dinamis, agile, dan mumpuni menjawab kebutuhan
internal maupun eksternal yang semakin berkembang.
Akhirnya, semoga laporan ini menjadi salah satu rekomendasi dan
pertimbangan atas ikhtiar penataan organisasi di DJPT. Tetap semangat. Stay
Healthy!
Yuliadi
A. Latar Belakang
Tidak ada organisasi pemerintah yang bersifat paripurna, final, dan
absolut tanpa dapat dievaluasi eksistensinya. Justru organisasi pemerintah
yang baik adalah yang selalu dinamis, dapat mengikuti perkembangan dari
tuntutan baik mandat perundang-undangan maupun masyarakat yang dilayani
maupun para pemangku kepentingan lainnya.
Untuk dapat menjadi organisasi pemerintah yang dinamis, maka secara
berkala perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang baik dan iideal seharusnya
melibatkan berbagai piihak, tidak saja dari pihak internal saja, namun juga
pandangan lain dari para pemangku kepentingan, akademisi, maupun
masyarakat yang dilayani guna mendapatkan hasil yang seimbang. Namun
demikian, sebagai langkah awal, tidak ada salahnya secara mandiri dilakukan
evaluasi (self assessment) guna mendapatkan gambaran awal dari potret
organisasi yang ada saat ini.
Amanat mengenai pelaksanaan evaluasi kelembagaan tersebut tertuang
dalam Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi
Kementerian Negara, khususnya pada Pasal 87 ayat (1) dan (2), bahwa
penataan organisasi pemerintahan dilakukan berdasarkan evaluasi
kelembagaan dan analisis kebutuhan organisasi dan serta ayat (2), evaluasi
kelembagaan dilakukan paling kurang 3 (tiga) tahun sekali. Ini
mengindikasikan bahwa setiap waktu organisasi perlu ditilik kembali
eksistensinya, apakah masih cukup relevan dalam menjawab pencapaian visi
dan misi yang ditetapkan atau tidak.
Sementara itu, agar proses evaluasi berjalan efektif, maka Kementerian
PAN dan RB menetapkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2018
tentang Pedoman Evaluasi Kelembagaan Instansi Pemerintah, dimana ruang
lingkup evaluasinya meliputi: Dimensi Struktur (kompleksitas; formalisasi; dan
sentralisasi) dan Dimensi Proses (keselarasan (alignment), tata kelola
(governance) dan kepatuhan (compliance); perbaikan dan peningkatan proses;
manajemen risiko; dan teknologi informasi) yang dijabarkan menjadi 63 butir
pertanyaan.
Survei evaluasi kelembagaan ini dilakukan sebagai upaya mengumpulkan
informasi dari para responden yang berasal dari seluruh unit kerja DJPT, baik
pusat maupun UPT. Harapannya dengan metode survei tersebut, informasi
yang dikumpulkan dapat lebih komprehensif dan merepresentasikan
kebutuhan organisasi DJPT yang konkrit dan mumpuni.
B. Dasar Pelaksanaan
Dasar pelaksanaan kegiatan survei evaluasi kelembagaan ini antara lain:
E. Pengertian Dasar
Dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2018, berikut ini
pengertian dasar dari ruang lingkup/dimensi survei kelembagaan.
1. Dimensi Struktur Organisasi
a. KOMPLEKSITAS
Kompleksitas adalah banyaknya tingkat diferensiasi yang dilakukan
dalam pembagian kerja (division of labor). Pada umumnya organisasi
pemerintah memiliki kompleksitas yang tinggi karena beragamnya
tugas dan fungsi yang dijalankan. Kompleksitas merujuk pada tingkat
diferensiasi (pemisahan tugas-tugas) yang ada pada suatu organisasi.
Semakin kompleks organisasi, semakin dibutuhkan koordinasi, kontrol,
dan komunikasi yang efektif bagi unit-unit yang ada sehingga para
pimpinan bisa memastikan bahwa setiap unit bekerja dengan baik.
b. FORMALISASI
Formalisasi merupakan suatu kondisi dimana aturan-aturan, prosedur,
instruksi, dan komunikasi dibakukan. Formalisasi yang tinggi akan
meningkatkan kompleksitas. Formalisasi merupakan sesuatu yang
penting bagi organisasi karena dengan standardisasi akan dicapai
produk yang konsisten dan seragam serta mengurangi kesalahan-
kesalahan yang tidakperlu terjadi. Selain itu, formalisasi akan
mempermudah koordinasi antar bagian/unit organisasi dalam
menghasilkan suatu produk atau jasa. Formalisasi di dalam
restrukturisasi organisasi merupakan suatu proses penyeragaman
melalui aturan-aturan, prosedur, instruksi dan komunikasi yang telah
dibakukan.
c. SENTRALISASI
Sentralisasi adalah tingkat dimana kewenangan (authority) dalam
pengambilan keputusan-keputusan organisasi berada pada
manajemen tingkat tinggi. Sentralisasi dapat diartikan sebagai
tingkatan pengkonsentrasian kekuasaan secara formal. Sentralisasi
dapat menurunkan tingkat kompleksitas dan menyederhanakan
struktur organisasi. Semakin sederhana struktur organisasi akan
semakin gesit gerak dan perkembangannya. Sedangkan bagi organisasi
yang strukturnya besar, sentralisasi dapat mengakibatkan organisasi
tersebut bergerak lamban.
2. Dimensi Proses
a. KESELARASAN (ALIGNMENT)
B. Unit Kerja
Unit kerja yang dijadikan lokus dari survei evaluasi kelembagaan ini terdiri
dari seluruh unit kerja lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, sebagai
berikut:
1. Unit Kerja Pusat
a. Sekretariat
b. Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Ikan
c. Direktorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan
d. Direktorat Kepelabuhanan Perikanan
e. Direktorat Perizinan dan Kenelayanan
2. Unit Pelaksana Teknis
a. BBPI Semarang
b. PPS Belawan
c. PPS Bungus
d. PPS Nizam Zacham
e. PPS Cilacap
f. PPS Kendari
g. PPS Bitung
h. PPN Sibolga
i. PPN Tanjungpandan
j. PPN Pelabuhanratu
k. PPN Kejawanan
l. PPN Pekalongan
m. PPN Brondong
C. Responden
Pemilihan responden dilakukan dengan model Sampel Acak Berstrata
(Stratified Random Sampling), yaitu Level Koordinator, Level Subkoordinator,
Level Pejabat Fungsional (JF), dan Level Pelaksana. Responden yang mengisi
kuesioner pada survei kelembagaan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
pada Tahun 2021 ini sebanyak 130 responden.
h. Instansi vertikal atau kantor regional atau UPT yang dibentuk dinilai
secara sinergis mendukung tercapainya tujuan organisasi.
b. Setiap proses kerja yang telah dituangkan dalam Proses Bisnis dan
standar operasional prosedur memiliki keterkaitan yang jelas
dengan pencapaian sasaran strategis organisasi.
d. Proses kerja utama pada tingkat organisasi yang lebih rendah selalu
mengacu pada proses kerja pada tinggatan manajemen yang lebih
tinggi; dengan kata lain proses kerja utama pada organisasi yang
lebih rendah merupakan penjabaran dari proses kerja tingkatan
organisasi di atasnya (keterkaitan proses kerja secara vertikal).
2) Subdimensi Formalisasi
3) Subdimensi Sentralisasi
A. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil survei evaluasi
kelembagaan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Tahun 2021, antara
lain:
1. Total skor Dimensi Struktur Organisasi sebesar 32,156 (dengan deviasi
sebesar 36%), sedangkan total skor Dimensi Proses sebesar 36,875
(dengan deviasi sebesar 26%). Adapun total skor secara
keseluruhan/Peringkat Komposit sebesar 69,031.
2. Dengan perolehan peringkat komposit tersebut, maka organisasi
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mencerminkan bahwa dari sisi
struktur dan proses, organisasi DJPT dinilai tergolong efektif. Struktur
dan proses organisasi yyang ada dinilai mampu mengakomodir
kebutuhan internal organisasi dan mampu beradaptasi terhadap
dinamika perubahan lingkungan eksternal organisasi. Namun struktur
dan proses organisasi masih memiliki beberapa kelemahhan minor yang
dapat segera diatasi apabila diadakan perbaikan melalui tindakan rutin
yang bersifat marjinal.
a. Kondisi dimensi struktur dan proses : Efektif
b. Kemampuan akomodasi kebutuhan
internal dan adaptasi lingkungan eksternal : Tinggi
c. Kekurangan : Kelemahan Kecil
B. Rekomendasi
Sebagai upaya dalam rangka memperbaiki kelemahan yang bersifat minor
sebagaimana kesimpulan di atas sekaligus mencermati hasil dari survei
kelembagaan ini, maka beberapa hal yang menjadi rekomendasi antara
lain:
1. Melakukan evaluasi organisasi Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
baik pusat maupun Unit Pelaksana Teknis. Hal ini tercermin dari hasil
survei khususnya pada dimensi struktur organisasi, subdimensi
kompleksitas (pertanyaan 1,3,7,9,10, dan 11) dimana sebagian besar
responden menjawab bahwa pada prinsipnya bahwa desain organisasi
yang ada saat ini perlu disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta nomenklatur yang ada perlu disesuaikan
tugas dan fungsinya. Di samping itu juga menyangkut jumlah Unit
Pelaksana Teknis (UPT) yang ada saat ini dianggap belum cukup.
2. Melakukan identifikasi terhadap mandat peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan tugas dan fungsi organisasi Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap, agar ke depan mandat tersebut dapat
diwadahi sebagai tugas dan fungsi DJPT, baik pusat maupun UPT.
Ketentuan terkait dengan mandat antara lain tertuang dalam UU Nomor