Anda di halaman 1dari 8

49

SURVEY TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DI SIDOARJO

David Agus Prianto1, Maris Aka Satriyo Utomo2, Dwinda Abi Permana3, Toho
Cholik Mutohir4, Suroto5
1-5
Program Doktor Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya, Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya

Email: davidprianto@unesa.ac.id, marisaka24@gmail.com, permana.abi15@gmail.com

Abstrak. Level kondisi kebugaran jasmani siswa di Indonesia masih dalam nilai rendah
dimana sedikit kontribusi yang didapatkan dari mata pelajaran penjas di sekolah.
Implementasi pembentukan karakter juga perlu dimunculkan dalam pendidikan jasmani.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan survei tentang level kebugaran jasmani,
faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani pada anak-anak. Subjek yang diteliti
adalah anak Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Sidoarjo yang berusia 13-14 tahun.
Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan persentasi dapat diketahui sebagai berikut:
tingkat kesegaran jasmani pada siswa putra kelas VII adalah sebesar 57,14 % yaitu berada
pada katagori sedang, kemudian pada siswa putri kelas VII sebesar 53,85 % yang mana
masuk pada level kategori sedang. Naik ke tingkat siswa putra kelas VIII persentase paling
besar yaitu 57,14 % pada katagori baik. Pada siswa putri kelas VIII persentase paling besar
yaitu 70 % pada katagori sedang. Tingkat kesegaran jasmani pada siswa putra kelas IX
jumlah persentase paling besar yaitu 50 % pada katagori sedang. Pada siswa putri kelas IX
persentase paling besar yaitu 66,67 % pada katagori sedang. Kesimpulan bahwa tingkat
kesegaran jasmani siswa kelas VII, VIII dan IX SMP di Kabupaten Sidoarjo rata-rata dalam
katagori sedang, hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi faktor gizi, pola
istirahat, kebiasaan hidup sehat, pengaruh gadget, dan faktor lingkungan.
Kata kunci: kebugaran jasmani, Faktor yang Berpengaruh

PENDAHULUAN Jasmani Departemen Pendidikan


Persoalan pertama adalah Nasional (Depdiknas) terdahulu,
kesegaran jasmani yang masih rendah. diperoleh informasi bahwa hasil
Sebuah survei pada 2005 tentang tingkat pembelajaran Penjasorkes di sekolah
kesegaran jasmani pelajar, menunjukkan hanya mampu memberikan efek
10,7% masuk kategori kurang sekali, kesegaran jasmani terhadap kurang lebih
45,97% masuk kategori kurang, 37,66% 15 persen dari keseluruhan populasi
masuk kategori sedang, dan 5,66% peserta didik (Badan Penelitian dan
masuk kategori baik, sementara itu yang Pengembangan Pusat Kurikulum, 2007).
masuk kategori baik sekali 0% (Mutohir Padahal satu-satunya pelajaran yang
& Maksum, 2007). Kondisi kesegaran memberikan kontribusi terhadap
jasmani anak Indonesia seperti yang kesegaran jasmani di sekolah adalah
disebutkan semakin lengkap dengan Penjasorkes, ini mengindikasikan bahwa
sedikit kontribusi dari pelajaran masih perlu dipertajam lagi proses
Pendidikan Jasmani Olahraga dan pembelajarannya, atau dibuatkan suatu
Kesehatan (Penjasorkes) terhadap program yang lebih terarah.
kesegaran jasmani anak. Dari survei Beberapa faktor lain yang ikut
yang dilakukan oleh Pusat Kesegaran memengaruhi kesegaran jasmani
50

menjadi rendah adalah pengaruh televisi, terhadap siswa di sekolah. Di Australia


video games, akses Internet, remote hasil laporan The Australian Health and
control. Peralatan serba otomatis seperti Fitness Survey conducted by the
tangga elektronik dan remote control Australian Councill for Health and
membuat orang relatif tidak melakukan Physical Education and Recreation,
aktivitas fisik (Mutohir & Maksum, untuk anak-anak usia 7-15 tahun, 50%
2007). Sebuah penelitian yang dilakukan anak-anak tidak mempunyai aktivitas
pada anak-anak Portugis di usia 7-9 jasmani yang reguler (Ruiz et al, 2011).
tahun menunjukkan bahwa kegemukan Kondisi ini semakin sulit apabila melihat
sangat berkaitan erat dengan anak yang perspektif pelajaran Penjasorkes dalam
bermain permainan elektronik dalam konteks skala internasional dalam posisi
waktu yang lama, dan waktu yang anak kritis (perilous position) di seluruh
gunakan untuk bermain permainan dunia, secara khusus status Penjasorkes,
elektronik ini secara signifikan berkaitan implementasi aktual, tren kurikulum,
dengan kegemukan dan Body Mass keadaan guru, persiapan guru, alokasi
Index (Corbin & Frank, 2000). Agar efek waktu pelajaran, Penjasorkes ke depan di
negatif dari teknologi seperti televisi dan ragukan (Joe & Hardman, 2000). Ini juga
permainan elektronik bisa dikurangi, senada dengan kajian dari Crum bahwa
maka dalam suatu penelitian yang In west-european contries the position
khusus menganalisis tes-tes olahraga P.E. as a compulsory part of the core
selama 34 tahun diberikan rekomendasi, curriculum of public schools has been or
salah satunya adalah agar membuat suatu is still questioned (Crum, 2003).
formula untuk melawan efek negatif Penelitian juga menunjukkan bahwa
pengaruh televisi dan permainan masih sedikit sekali ditemui khususnya
elektronik (Subrahmanyam, 2011). di Asia praktik-praktik inovatif bidang
Upaya untuk meminimalkan pengaruh pelajaran Penjasorkes (Pagani &
telivisi, dan video games pada anak-anak Messier, 2012). Jadi berdasarkan uraian
juga perlu dilakukan agar ada tersebut bahwa untuk meningkatkan
keseimbangan fisik dan mental mereka kesegaran jasmani anak di sekolah
dalam menunaikan tugas-tugas diperlukan suatu solusi dengan cara yang
pertumbuhan dan perkembangannya. kreatif dan inovatif. Jadi dibutuhkan
Faktor lain yang menyebabkan suatu program yang bisa meningkatkan
kesegaran jasmani rendah adalah waktu kesegaran jasmani anak melalui aktivitas
yang tersedia dalam pelajaran jasmani yang menarik, bervariasi dan
Penjasorkes. Diperoleh hasil penelitian standar keselamatan yang sudah
bahwa 25 menit/minggu aktivitas dirancang baik. Seharusnya peserta didik
jasmani moderate to vigours di sekolah melakukan aktivitas olahraga seminggu
sangat tidak memadai berdasarkan perlu 3-5 kali untuk menjaga tingkat
rekomendasi nasional (National Institute kesegaran jasmaninya. Karena
of Child Health and Human kebugaran akan menurun 50% setelah
Development Study of Early Child Care berhenti olahraga atau latihan selama 4-
and Youth Deveploment Network, 12 minggu dan akan terus berkurang
2003). Sementara itu jumlah jam hingga 100% selama 10-30 minggu
pelajaran Penjasorkes di SD 4x35menit (Holt et al, 2002).
berdasarkan KTSP masih belum ada
penelitian yang membuktikan apakah METODE
sudah cukup memberikan kontribusi Survei merupakan bagian dari
kesegaran jasmani yang signifikan studi deskriptif yang bertujuan untuk
51

mencari kedudukan (status) fenomena Kelas IX Putra, yaitu 60 % x 16 = 9,6


(gejala) dan menentukan kesamaan dibulatkan menjadi 10
status dengan cara membandingkannya
dengan standar yang sudah ditentukan. Kelas VII Putri, yaitu 60 % x 21 = 12,6
(Suharsimi Arikunto, 2002). Dalam dibulatkan menjadi 13
penelitian ini survei diartikan sebagai Kelas VIII Putri, yaitu 60 % x 17 = 10,2
alat atau cara atau metode dalam dibulatkan menjadi 10
memperoleh data dengan teknik tes.
Departemen Pendidikan Nasional Kelas IX Putri, yaitu 60 % x 15 = 9
dalam buku Tes Kesegaran Jasmani Jadi jumlah sampel seluruhnya 70
Indonesia (TKJI) memaparkan bahwa siswa yang terdiri dari siswa putra 38 dan
kesegaran jasmani adalah kondisi siswa putri 32.
jasmani yang bersangkut paut dengan Tujuan memodifikasi permainan
kemampuan dan kesanggupannya olahraga adalah agar para siswa merasa
berfungsi dalam pekerjaan secara tidak bosan dalam melakukannsuatu
optimal dan efisien. Kesegaran jasmani aktifitas olahraga dan slalu berantusias
adalah suatu keadaan saat tubuh mampu dalam pembelajaran olahraga. Bentuk
menunaikan tugas hariannya dengan olahraga yang di modifikasi adalah
baik dan efisien, tanpa kelelahan berarti, sebuah permainan tradisional yang biasa
dan tubuh masih memiliki tenaga disebut (boi-boian) yang biasanya
cadangan baik untuk mengatasi keadaan mengunakan media dari pecahan atau
darurat yang mendadak, maupun untuk serpihan keramik atau genteng yang
menikmati waktu senggang dengan disusun keatas kemudian di lempar bola
rekreasi aktif. (Depdiknas, 2003). kecil (bola tenis), tetapi kali ini bola kecil
Seluruh penduduk yang (bola tenis) kita ganti dengan media bola
dimaksudkan untuk diselidiki disebut sepak yang dimana nantinya bola spak
populasi atau universum. Populasi itu sendiri tidak dilempar melainkan
dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau ditendang dan cara bermainnya tetap
individu yang paling sedikit mempunyai sama dengan sebelumnya hanya
satu sifat yang sama. (Sutrisno Hadi, merubah sedikit pola bermiannya yaitu
2000:182) Populasi adalah keseluruhan bola sepak tersebut harus digiring dan
subyek penelitian. (Suharsimi Arikunto, ditendang untuk dapat mengenai
2002:108). Populasi yang digunakan temannya yang lain. Yang ke dua adalah
dalam penelitian ini adalah siswa kelas permainan lompat tali, yang biasa
VII, VIII dan IX tingkat sekolah menungunakan media skiping kali ini
menengah pertama(SMP) di kabupaten kita ganti dengan karet gelang yang
Sidoarjo. dirangkai memanjang hingga
Pengambilan sampel dilakukan menyerupai tali skiping. Permainan ini
dengan teknik Stratifield Proportional adalah semacam permainan terdisional
Random Sampling (Suharsimi Arikunto, yang biasa di mainan anak-anak usia dini
2002). Peneliti mengambil sampel 60 % pada jaman 90an yang biasa disebut
dari total populasi, dengan perhitungan lompat tali.
sebagai berikut: Proses pengambilan data ini
Kelas VII Putra, yaitu 60 % x 23 = 13,8 diambil dari hasil pembuatan video saat
dibulatkan menjadi 14 proses belajar mengajar selama pandemi,
Kelas VIII Putra, yaitu 60 % x 24 = 14,4 jadi semua tugas-tugas yang diberikan
dibulatkan menjadi 14 adalah membuat rekaman video dan
penilaian tersebut merupakan tugas akhir
52

para siswa untuk pengumpulan tugas. jumlah persentase 0 %, untuk katagori


Semua arahan atau perintah sudah baik sebanyak 3 siswa dengan jumlah
dituliskan jelas pada aplikasi googel persentase 21,43 %, untuk katagori
classroom dan siswa tinggal melalukan sedang sebanyak 8 siswa dengan jumlah
apa saja perintah yang harus dikerjakan. persentase 57,14 %, untuk katagori
kurang sebanyak 3 siswa dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN persentase 21,43 %, untuk katagori
Alat ukur yang digunakan dalam kurang sekali sebanyak 0 siswa dengan
penelitian ini adalah : Tes Kesegaran jumlah persentase 0 %. Lebih jelasnya
Jasmani Indonesia (TKJI) untuk anak dapat dilihat pada tabel 1.
usia 13-14 tahun (Depdiknas, 2003). Tes
ini meliputi lari 40 meter, gantung siku Tabel 1. Tabel Analisis Deskriptif
tekuk, baring duduk 30 detik, loncat Persentase Tes Kesegaran Jasmani
tegak dan lari 600 meter. Siswa kelas VII Putra
(1) Lari 40 meter Jumlah
No Klasifikasi F %
Hasilnya adalah waktu yang dicapai Nilai
1 22 – 25 Baik Sekali ( BS ) 0 0%
oleh pelari dengan menempuh jarak
2 18 - 21 Baik ( B ) 3 21,43 %
40 meter dalam satuan detik.
(2) Gantung Siku Tekuk 3 14 - 17 Sedang ( S ) 8 57,14 %

Hasilnya adalah waktu yang dicapai 4 10 - 13 Kurang ( K ) 3 21,43 %

peserta dalam mempertahankan 5 5-9 Kurang Sekali( KS ) 0 0%


sikap gantung siku tekuk dalam ∑f 14 100 %
satuan detik.
(3) Baring Duduk 30 Detik Kemudian pada siswa kelas VII
Hasilnya adalah jumlah banyaknya putri yang termasuk pada katagori baik
gerakan baring duduk yang dapat sekali sebanyak 0 siswa dengan jumlah
dilakukan dengan sempurna selama persentase 0 %, untuk katagori baik
30 detik. sebanyak 5 siswa dengan jumlah
(4) Loncat Tegak persentase 38,46 %, untuk katagori
Selisih antara raihan loncatan sedang sejumlah 7 siswa dengan jumlah
dikurangi raihan tegak. Peserta persentase 53,85 %, untuk katagori
melakukan 3 kali loncatan dan kurang sejumlah 1 siswa dengan jumlah
selisih terbesar yang diambil. persentase 7,69 %, untuk katagori
Hasilnya adalah waktu yang kurang sekali sebanyak 0 siswa dengan
ditempuh pelari dengan jarak 600 jumlah persentase 0 %. Lebih jelasnya
meter dalam satuan menit dan detik. dapat dilihat pada tabel 2.
Penilaian kesegaran jasmani bagi Tabel 2. Tabel Analisis Deskriptif
anak yang telah mengikuti rangkaian Tes Persentase Tes Kesegaran Jasmani
Kesegaran Jasmani Indonesia dinilai Siswa kelas VII Putri
dengan tabel nilai, kemudian Jumlah
No Klasifikasi F %
menjumlahkan nilai-nilai dari kelima Nilai
butir tes tersebut untuk diklasifikasikan 1 22 – 25 Baik Sekali ( BS ) 0 0%
ke dalam norma Tes Kesegaran Jasmani 2 18 - 21 Baik ( B ) 5 38,46 %
Indonesia. (Depdiknas, 2003). 3 14 - 17 Sedang ( S ) 7 53,85 %
Dari hasil penelitian diketahui
4 10 - 13 Kurang ( K ) 1 7,69 %
bahwa siswa kelas VII putra yang
termasuk pada katagori baik sekali 5 5-9 Kurang Sekali( KS ) 0 0%
sebanyak 0 siswa atau tidak ada dengan ∑f 13 100 %
53

Pada siswa berikutnya yaitu kelas Tabel 4. Tabel Analisis Deskriptif


VIII putra yang termasuk pada katagori Persentase Tes Kesegaran Jasmani
baik sekali sebanyak 0 siswa atau tidak Siswa kelas VIII Putri
ada dengan jumlah persentase 0 %, untuk
katagori baik sebanyak 8 siswa dengan No Jumlah Klasifikasi F %
Nilai
jumlah persentase 57,14 %, untuk
katagori sedang sebanyak 4 siswa 1 22 – 25 Baik Sekali (BS) 0 0%

dengan jumlah persentase 28,57 %, 2


18 - 21 Baik (B) 3 30 %
untuk katagori kurang sebanyak 2 siswa 3
dengan persentase 14,29 %, untuk 14 - 17 Sedang (S) 7 70 %
katagori kurang sekali sebanyak 0 siswa 4
10 - 13 Kurang (K) 0 0%
dengan jumlah persentase 0 %. Untuk 5
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. 5-9 Kurang Sekali (KS) 0 0%

∑f 10 100 %
Tabel 3. Tabel Analisis Deskriptif
Persentase Tes Kesegaran Jasmani
Siswa kelas VIII Putra Kemudian ke level selanjutnya
pada siswa kelas IX putra yang termasuk
% pada katagori baik sekali sebanyak 0
No Jumlah Klasifikasi F
Nilai siswa atau tidak ada dengan jumlah
1 22 – 25 Baik Sekali (BS) 0 0% persentase 0 %, untuk katagori baik
sebanyak 5 siswa dengan jumlah
2
18 - 21 Baik (B) 8 57,14 % persentase 50 %, untuk katagori sedang
3 sebanyak 4 siswa dengan jumlah
14 - 17 Sedang (S) 4 28,57 % persentase 40 %, untuk katagori kurang
4
10 - 13 Kurang (K) 2 14,29 %
sebanyak 1 siswa dengan persentase 10
%, untuk katagori kurang sekali
5
5-9 Kurang Sekali (KS) 0 0% sebanyak 0 siswa dengan jumlah
persentase 0 %.
∑f 14 100 %
Tabel 5. Tabel Analisis Deskriptif
Selanjutnya pada siswa kelas VIII Persentase Tes Kesegaran Jasmani
putri yang termasuk pada katagori baik Siswa kelas IX Putra
sekali sebanyak 0 siswa dengan jumlah
No Jumlah Klasifikasi F %
persentase 0 %, untuk katagori baik
Nilai
sebanyak 3 siswa dengan jumlah
persentase 30 %, untuk katagori sedang 1 22 – 25 Baik Sekali (BS) 0 0%
sejumlah 7 siswa dengan jumlah 2
persentase 70 %, untuk katagori kurang 18 - 21 Baik (B) 5 40 %
sejumlah 0 siswa dengan jumlah 3
14 - 17 Sedang (S) 4 50 %
persentase 0 %, untuk katagori kurang
4
sekali sebanyak 0 siswa dengan jumlah 10 - 13 Kurang (K) 1 10 %
persentase 0 %. Untuk lebih jelasnya 5
5-9 Kurang Sekali (KS) 0 0%
dapat dilihat pada tabel 4.
∑f 10 100 %

Terakhir adalah pada siswa kelas


IX putri yang termasuk pada katagori
54

baik sekali sebanyak 0 siswa dengan Hal ini dikarenakan tingkat


jumlah persentase 0 %, untuk katagori kehidupan ekonomi mereka
baik sebanyak 1 siswa dengan jumlah berbeda-beda terutama pada sekolah
persentase 11,11 %, untuk katagori yang kami teliti. Jadi dengan kondisi
sedang sejumlah 6 siswa dengan jumlah yang demikian maka sangat
persentase 66,67 %, untuk katagori berpengaruh terhadap tingkat
kurang sejumlah 2 siswa dengan jumlah kesegaran jasmani pada anak-anak
persentase 22,22 %, untuk katagori kalangan sekolah menengah
kurang sekali sebanyak 0 siswa dengan pertama(SMP) dalam proses
jumlah persentase 0 %. tumbuh kembang.
2. Faktor Tidur dan Istirahat
Tabel 6. Tabel Analisis Deskriptif
Faktor tidur dan istirahat juga
Persentase Tes Kesegaran Jasmani
merupakan salah satu faktor yang
Siswa kelas IX Putri
dapat mempengaruhi tingkat
No Jumlah Klasifikasi F % kesegaran jasmani seseorang.
Nilai Setelah melakukan aktifitas sehari-
1 22 – 25 Baik Sekali (BS) 0 0% hari tubuh akan merasa lelah, rasa
2
lelah akan hilang setelah beristirahat
18 - 21 Baik (B) 1 11,11 % atau tidur. Rata-rata yang terjadi
3
14 - 17 Sedang (S) 6 66,67 %
pada anak yang masih berstatus
pelajar Sekolah Menengah
4
10 - 13 Kurang (K) 2 22,22 % Pertama(SMP) menggunakan waktu
5 mereka untuk aktifitas belajar di
5-9 Kurang Sekali(KS) 0 0%
sekolah. Pagi sampai siang hari
∑f 9 100 % mereka belajar pada lembaga
pendidikan, kemudian siang sampai
sore hari mereka juga harus belajar
Berdasarkan hasil analisis ilmu agama pada lembaga
deskriptif persentase dapat diketahui keagamaan. Jadi faktor tidur dan
bahwa tingkat kesegaran jasmani pada istirahat terutama di siang hari pada
siswa SMP kelas VII, VIII dan IX baik anak-anak usia sekolah dasar rata-
putra maupun putri di kabupaten rata kurang. Hal ini juga
Sidoarjo rata-rata masuk dalam katagori berpengaruh pada tingkat kesegaran
sedang. Banyak faktor yang dapat jasmani bagi siswa SMP tersebut,
mempengaruhi tingkat kesegaran seperti contohnya saat siang hari
jasmani pada siswa SMP di kabupaten yang alngkah baiknya digunakan
Sidoarjo, antara lain adalah: untuk tidur siang atau istirahat tetapi
1. Makanan dan gizi mereka masih melakukan aktifitas
Faktor makanan dan gizi memang dan yang terlalu sering terjadi pola
sudah menjadi perhatian masyarakat tidur ada di malam hari yang terlalu
indonesia khususnya di Kabupaten larut malam hingga jam 10malam
Sidoarjo dan mereka sudah berusaha 3. Faktor Kebiasaan Hidup Sehat
memenuhinya dalam kehidupan Faktor kebiasaan hidup sehat
sehari-hari. Namun pada memang salah satu faktor yang
kenyataannya, tidak semua warga dapat mempengaruhi tingkat
dapat memenuhi kebutuhan kesegaran jasmani seseorang.
makanan dan gizi dengan sempurna Sebagai seorang guru
dengan standar 4 sehat 5 sempurna. Olahraga(Penjas) peneliti telah
55

berusaha dan terus menerus Kabupaten Sidoarjo rata-rata masuk


memberi pendidikan dan pembinaan dalam kategori sedang, hal ini
tentang kebiasaan hidup sehat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
melalui pembelajaran Penjas di saling berkaitan meliputi faktor makanan
sekoalah kepada para siswa agar dan gizi, pola istirahat, faktor kebiasaan
mereka dapat menerapkannya dalam hidup sehat, pengaruh gadget, dan faktor
kehidupan sehari- hari contohnya lingkungan. Serta kurangnya aktifitas
tidak tidur larut malam atau lebih gerak anak tersebut baik di lingkungan
dari jam 10malam, makan makanan rumah maupun di lingkungan sekolahan.
yang bergizi 4 sehat 5 sempurna,
dan minum air putih yang banyak. DAFTAR PUSTAKA
4. Faktor Gadget Arikunto, S. Prosedur Penelitian, Suatu
Diantara sekian banyak faktor yang Pendekatan Praktek. Jakarta: PT
dapat mempengaruhi tingkat Rineka Cipta, 2002.
kesegaran jasmani seseorang faktor
gadget inilah yang paling besar Corbin, C. B., Pangrazi, R. P., & Franks,
pengaruhnya terhadap tingkat B. D. Definitions: Health,
kesegaran jasmani seseorang. Fitness, and Physical Activity.
Dalam batas kewajaran semakin The President’s Council on
sering seseorang memainkan dan Physical Fitness and Sports. (3),
menyibukan dirinya dengan gadget 2000.
maka semakin rendah pula tingkat
kesegaran jasmaninya. Crum, B. To Teach or Not to be, that is
5. Faktor Lingkungan The Question : Reflections on
Faktor lingkungan dapat The Identity Crisis and The
mempengaruhi tingkat kesegaran Future of Physical Education
jasmani seseorang. Hal ini (PE). Netherlands: Institute For
menyangkut lingkungan fisik serta
Social Research. Tilburg
sosial ekonomi. Masyarakat di
kabupaten Sidoarjo dalam hal University, 2003.
kegiatan olahraga bersifat musiman. Depdiknas. Tingkat Kesegaran Jasman
Kadang melakukan olahraga kadang Indonesia. Jakarta : Pusat.
tidak contoh ketika musim Pengembangan Kualitas
gowes(bersepeda). Hal ini masih
Jasmani, 2003.
dipengaruhi oleh adanya minat dan
juga motivasi yang kurang serta Holt, N. L., Strean, William B.,
perasaan malas melakukan olahraga Bengoecha, E. G. Expanding The
dari masyarakat termasuk juga anak- Teaching Games for
anak usia beranjak dewasa. Serta Understanding Model : New
kurangnya pemahaman orang tua
Avenues for Future Research and
tentang kebutuhan gerak pada anak-
anak dalam proses tumbuh kembang Practise. Journal of Teaching
di usia dini. in Physical Education. Canada:
University Of Alberta, 2002.
KESIMPULAN Joe, M & Hardman, K. The State and
Tingkat kebugaran jasmani pada Status of Physical Education in
siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) kelas VII, VIII, dan IX di Schools in International
56

Context. European Physical


Education Review, Vol. 6. 2000.
Pagani, L. S., & Messier, S. Links
between Motor Skills and
Indicators of School Readiness
at Kindergarten Entry in Urban
Disadvantaged Children. Journal
of Educational and
Developmental Psychology. 2(1),
2012.
Ruiz, J.R., Castro-Piñero, J., España-
Romero, V., Artero, E.G.,
Ortega, F.B., Cuenca, M.M., et
al. Field Based Fitness
Assessment in Young People:
The ALPHA Health- Related
Fitness Test Battery for Children
And Adolescents. British Journal
of Sports Medicine. 45 (6),
2011.
Subrahmanyam, K. 2011. The Impact of
Computer Use on Children’s
and Adolescents’
Development. Appl. Dev.
Psychol. J., vol. 22, 2011.
Toho Cholik Mutohir, Ali Maksum.
Sport Development Indeks.
Jakarta, PT. Indeks, 2007.

Anda mungkin juga menyukai