Anda di halaman 1dari 5

Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.

1 Ketimpangan Sosial
sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi
(Kurikulum Revisi 2016)

Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu:
- Menjelaskan globalisasi dan dampaknya terhadap perubahan sosial di tingkat lokal
- Mengidentifikasi permasalahan sosial akibat perubahan sosial di tingkat lokal disebabkan
globalisasi
- Menjelaskan penguatan posisi komunitas lokal dalam merespons perubahan sosial
disebabkan globalisasi
- Menjalin relasi antarkomunitas lokal untuk memperkuat posisi dalam merespons perubahan
sosial yang disebabkan globalisasi

A. Globalisasi dan Dampaknya Terhadap Perubahan Sosial di Tingkat Lokal

Ketimpangan Global

Menurut Beck, globalisasi sektor produksi dan konsumsi secara konkret telah membawa keadaan
baru, yaitu polarisasi dan stratifikasi penduduk dunia dalam globalisasi kaum kaya dan lokalitas kaum
miskin. Dengan kata lain, akses global hanya tersentuh oleh kaum kaya, sedangkan kaum miskin
tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk terlibat dalam kemajuan dunia global (Tumanggor,
2010). Hal ini menunjukkan bahwa globalisasi dianggap sebagian pihak mengantar masyarakat di
dunia menuju ketimpangan global.

Teori Ketimpangan Global

1) Teori Kolonialisme. Maksud kolonialisme di sini adalah untuk mengeksploitasi rakyat dan sumber
daya suatu bangsa demi keuntungan negara kapitalis (induk).
2) Teori Sistem Dunia. Dikemukakan oleh Immanuel Wallerstein yang menganalisis bagaimana
industrialisasi menghasilkan tiga kelompok bangsa, yaitu (1) negara inti (negara yang lebih dulu
melakukan industrialisasi dan mendominasi negara lemah), (2) negara semiperiferi (negara yang
bergantung pada perdagangan negara inti), dan (3) negara periferi (negara pinggiran).
3) Teori Ketergantungan (Dependensi). Teori ini menganggap bahwa keterbelakangan sebagai
akibat suatu sistem kapitalis internasional yang dominan (yang berbentuk perusahaan-
perusahaan multinasional) dan bersekutu dengan elite lokal di Dunia Ketiga yang menggunakan
kelebihan mereka yang istimewa untuk mempertahankan kedudukan mereka.
4) Pendekatan Struktural. Pendekatan ini memandang bahwa kemiskinan dan kebergantungan
Dunia Ketiga tidak disebabkan oleh keputusan kebijakan yang sengaja dibuat di Amerika, Inggris,
dan Moskow. Namun, sebaliknya, kebergantungan ini berasal dari struktur sistem internasional
yang konstruksinya dibuat sedemikian rupa sehingga bangsa-bangsa pengekspor bahan mentah
terpaksa kehilangan bagiannya dari keuntunganp produksi (Clark, 1989). Tokoh teori ini adalah
Raul Prebisch yang merupakan ekonom Argentina.
5) Teori Fungsionalis. Teori ini percaya bahwa ketidaksetaraan tidak bisa dihindari dan memainkan
fungsi penting dalam masyarakat. Menurut Kingsley Davis dan Wilbert Moore (Henslin, 2007),
penyebab ketidaksetaraan dan stratifikasi masyarakat adalah sebagai berikut.
a) Masyarakat harus memastikan bahwa posisi-posisinya terisi
b) Beberapa posisi lebih penting daripada yang lain
c) Posisi-posisi yang lebih penting harus diisi oleh orang yang lebih berkualifikasi
d) Untuk memotivasi orang yang lebih berkualifikasi agar mengisi posisi-posisi ini, masyarakat
harus menawarkan imbalan lebih besar
6) Teori Konflik. Melihat ketimpangan sebagai akibat dari kelompok dengan kekuatan (power)
mendominasi kelompok yang kurang kuat. Mereka percaya bahwa kesenjangan sosial mencegah
dan menghambat kemajuan masyarakat karena mereka yang berkuasa akan menindas orang-
orang tak berdaya untuk mempertahankan status quo. Perspektif ini melihat masyarakat sebagai
suatu komunitas yang memiliki ciri khas atas adanya ketidaksamaan. Dalam hal ini, masyarakat
akan selalu mengalami konflik secara terus-menerus, baik di dalam kelompok maupun kelas
sosial.
7) Teori Pertumbuhan Neoklasik. Pertama kali dimunculkan oleh Douglas C. North. Menurut
Hipotesis Neoklasik, ketimpangan pembangunan pada awal proses meningkat. Setelah
berangsur-angsur, ketimpangan pembangunan antarwilayah tersebut semakin menurun.

Klasifikasi Ekonomi Bank Dunia

Salah satu cara untuk melihat ketimpangan antarnegara, adalah melalui perekonomian negara
tersebut. Bank Dunia menggunakan data dari pendapatan kotor sebuah negara atau gross national
income (GNI).

1) Negara dengan pendapatan tinggi (High Income Nations)

Bank Dunia mendefinisikan negara dengan pendapatan tinggi adalah negara-negara yang
memiliki GNI paling tidak $ 12.276 per kapita.

2) Negara dengan pendapatan rendah (Middle Income Nations)

Bank Dunia mendefinisikan negara dengan pendapatan menengah bawah adalah negara-negara
yang memiliki GNI antara $ 1.006-$ 3.975 per kapita dan pendapatan menengah atas memiliki
GNI antara $ 3.976-$12.275.

3) Negara dengan pendapatan rendah (Low Income Nations)

Bank Dunia mendefinisikan negara dengan pendapatan menengah bawah memiliki GNI $ 1.006
per kapita atau kurang.

Koefisien Gini

Koefisien Gini atau Rasio Gini (Gini Rasio) digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan suatu negara atau antarnegara. Namanya berasal dari nama ekonom Italia yang
menemukannya, Corrado Gini. Koefisien Gini menghitung ketimpangan pemasukan dengan jarak 0-
1. Suatu distribusi pendapatan dikatakan merata jika Koefisien Gini mendekati 0 (nol) dan sebaliknya
suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gininya mendekati 1
(satu).
Pengaruh Ketimpangan Global

1) Ketimpangan Global dalam Sejarah

Berikut hasil penelitian Branko Milanovic (2009) memperlihatkan perkembangan ketimpangan


global dalam sejarah

Perkiraan Rasio Gini, 1820-2002

Tahun Rasio Gini


1820 0.43
1850 0.53
1870 0.56
1913 0.61
1929 0.62
1950 0.64
1960 0.64
1980 0.66
2002 0.71

2) Pengaruh Ketimpangan Global pada Rakyat Miskin

Berdasarkan data UNDP (1992 dan 2005), Ortiz dan Cummins (2011) membuat ilustrasi
bagaimana distribusi pendapatan secara global memperlihatkan pemusatan pendapatan
terdapat pada bagian atas dan menetes ke bagian bawah.

3) Pengaruh Ketimpangan Global pada Kelas Menengah

Ortiz dan Cummins (2011) dengan mengambil data dari UNDP, Bank Dunia dan Eurostat
menyatakan bahwa pada negara-negara dengan pendapatan rendah dan tinggi, rakyat miskin
dan kelompok menengah (middle class) mengalami kemunduran pendapatan.

Hakikat Ketimpangan Sosial

Naidoo dan Wills dalam Warwick-Booth (2013), ketimpangan sosial merupakan perbedaan-
perbedaan dalam pemasukan (income), sumber daya (resources), kekuasaan (power) dan status di
dalam dan antara masyarakat. Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-orang yang berkuasa
melalui institusi dan proses-proses sosial. Pengertian ketimpangan sosial menurut ahli. Klik di sini.

Ketimpangan sosial ditandai ketidaksetaraan peluang dan penghargaan untuk posisi yang berbeda
atau status dalam kelompok atau masyarakat. Ketimpangan sosial dapat dikategorikan sebagai
masalah sosial karena terdapat ketidakadilan dalam pemberian kontribusi kepada masyarakat dari
berbagai aspek kehidupan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip ketidakadilan.

1) Elitisme efisien
2) Pengecualian diperlukan
3) Prasangka adalah wajar
4) Keserakahan adalah baik, dan
5) Putus asa tidak bisa dihindari

Ketidakadilan tersebut berbentuk marginalisasi, stereotip, subordinasi, dan dominasi. Marginalisasi


yaitu proses pemusatan hubungan kelompok-kelompok tertentu dengan lembaga sosial utama.
Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseorang berdasarkan kategori
tertentu. Subordinasi adalah pembedaan perlakuan identitas tertentu. Dominasi adalah kondisi
dengan ciri satu kelompok memegang kekuasaan secara sewenang-wenang.

Berikutnya. Ketimpangan Sosial dalam Sejarah

Sumber
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2017. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial;
untuk SMA/MA Kelas XII. Esis Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai