Laporan Hasil Karya Dan Prestasi Terkait Ketrampilan Berkomunikasi Yang Efektif Secara
Lisan yang dilaksanakan Pada tanggal 19 Oktober 2021 ini telah disetujui dan disahkan
pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 19 Oktober 2021
Oleh : Guru Pembimbing Pelaksana
Menyetujui,
Kepala SMP Negeri 2 Samadua Guru Pendamping,
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat mengikuti perlombaan Story Telling pada
Festival Language and Art (FLASH) yang diselenggarakan di SMA Modal Bangsa Aceh
Besar. Sebelumnya perlu disampaikan juga bahwa kegiatan ini adalah sebagai wahana
pembinaan bakat peserta didik dalam bidang bahasa khususnya Bahasa Inggris, yaitu
untuk lebih memantapkan keterampilan berbahasa yang baik dan benar dan bisa
modern yang berkaitan dengan program kurikulum, keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Kami harap dari kegiatan ini dapat memberikan suatu inspirasi baru pembinaan bakat bagi
mudahan Program ini dapat membantu kami dalam membimbing, melatih dan
mengarahkan peserta didik yang kami cintai ke arah yang lebih baik lagi.
Penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Target
Target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Lomba Pidato ini adalah:
1. Untuk melihat kemampuan anak-anak dalam berpidato dan melatih anak-anak berani
tampil di depan umum
2. Mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar
3. Mampu bersaing dengan dunia luar
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Bentuk Kegiatan
- Lomba Pidato
- Peserta 1 orang tiap kelas
Setelah melewati latihan-latihan yang ketat dan persiapan perlombaan yang cukup
menegangkan, akhirnya kegiatan yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan sukses.
Selamat kepada perwakilan kelas VIII-1 An. Aska Idni atas meraih juara 1
Link Video : https://studio.youtube.com/video/pUGeFK4zw0s/edit
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya
kegiatan perlombaan Pidato semua potensi, bakat dan minat yang dimiliki oleh peserta
didik dapat tergali dan tersalurkan. Sehingga dari kegiatan tersebut betul-betul akan
menghasilkan generasi yang santun berkomunikasi yang dapat diandalkan dalam
berbagai kegiatan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
B. Saran
Demi kesuksesan kegiatan perlombaan Pidato ini, kami harapkan agar
pihak sekolah dan lingkungan turut memberikan dukungan dan arahan yang
membangun sehingga apa yang kita ingin wujudkan akan mudah tercapai.
LAMPIRAN 1
LAPORAN
HASIL KARYA SISWA
(Keterampilan Berkomunikasi Efektif Secara Tertulis)
Laporan Hasil Karya Dan Prestasi Terkait Ketrampilan Berkomunikasi Yang Efektif Secara
Tertulis yang dilaksanakan Pada tanggal 25 November 2021 ini telah disetujui dan
disahkan pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 25 November 2021
Oleh : Guru Pembimbing Pelaksana
Tempat : SMP Negeri 2 Samadua
Menyetujui,
Kepala SMP Negeri 2 Samadua Guru Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah, penyusunan Laporan ini merupakan salah satu upaya mengimplementasikan
segala sesuatunya tentang keterampilan berkomunikasi efektif secara tertulis di
lingkungan SMP Negeri 2 Samadua.
Penyusun,
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Puisi
Puisi adalah sebuah seni tertulis. Dalam bentuk seni ini, seorang penyair menggunakan
bahasa untuk menambah kualitas estetis pada makna semantis. Penekanan pada segi estetik
suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan
puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya
membedakan puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih
singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa ahli
modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tetapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu
puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan
hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zig-zag, dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannya. Puisi kadang-
kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal
tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu
memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi
keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama
dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu ‘pemadatan kata’.
Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya
bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut. Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang
membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bermacam-macam, salah satunya
adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Di beberapa daerah di Indonesia puisi
juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat
kaidah awal puisi tersebut.
B. Unsur-unsur Puisi
1. Struktur Fisik Puisi
a. Perwajahan Puisi (Tipografi)
Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
b. Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal,
maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat
kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c. Imaji
Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji
dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa
yang dialami penyair.
d. Kata Konkret
Kata konkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata
konkret “salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
e. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks,
satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f. Rima/Irama
Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi. Rima mencakup:
1) Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi
Sutadji C.B.),
2) Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
3) Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras
lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
2. Struktur Batin Puisi
a. Tema/Makna (Sense)
Tema/makna (sense) media puisi adalah tataran bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.
b. Rasa (Feeling)
Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi
saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada (Tone)
Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
d. Amanat/Tujuan/Maksud (Intention)
Amanat/tujuan/maksud (intention) yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca.
E. Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan
zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi
kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer
seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata
yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi,
gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
1. Puisi Mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri
adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri
mantra adalah:
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan
untuk menimbulkan akibat tertentu.
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri.
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak
pada perintah.
2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang
dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul
pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak,
dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama “Puisi Mbeling”. Kata -
kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur
puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa
ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem
perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan ejekan kepada para penyair yang
bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi
mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
3. Puisi Konkret
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata
wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang
diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu
memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu
untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun
sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris
berikutnya.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian
puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif).
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Bentuk Kegiatan
- Lomba menulis puisi
- Peserta 1 orang tiap kelas
A. Kesimpulan
Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti
pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya
membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna
kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat
tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan.
Menurut zamannya puisi di bagi menjadi 2 (dua), yaitu: puisi lama dan puisi baru. Puisi
lama merupakan puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Puisi baru adalah puisi bentuknya lebih
bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa,
memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau
lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
B. Saran
Pelajarilah karya sastra dengan baik agar kita memperoleh pengetahuan tentang karya
sastra terutama puisi.
Lampiran
Keterampilan Siswa
Berkomunikasi Secara
Tertulis
viii
vii
vi
viii
viii