Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN

A. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 Tentang


Kinerja PNS

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 membahas Penilaian


Kinerja PNS. Hal ini sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan Pasal 78
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Dimana pada 26 April 2019, Presiden Joko Widodo telah
menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2019
tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau sekarang
dikenal dengan ASN.

Penilaian Kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas


pembinaan PNS yang didasarkan pada sistem prestasi dan sistem
karier. Penilaian dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada
tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan
memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai,
serta perilaku PNS.

Pasal 4 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2019 tentang


Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) berbunyi Penilaian
Kinerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip: objektif; terukur;
akuntabel; partisipatif; dan transparan.
B. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 44
Tahun 2015 tentang Pedoman Pemberian Tanda
Kehormatan Satyalencana Karya Satya bagi Pegawai
Negri Sipil.

Peraturan Kepala BKN Nomor 44 Tahun 2015 ini ditetapkan dengan


pertimbangan

a. bahwa sesuai dengan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 35


Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, maka
terhadap Pegawai Negeri sipil yang telah bekerja dengan penuh
kesetiaan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, negara dan pemerintah serta
dengan penuh pengabdian, kejujuran, kecakapan, dan disiplin
secara terus-menerus paling singkat 10 (sepuluh) tahun, 20 (dua
puluh) tahun, atau 30 (tiga puluh) tahun serta memenuhi
persyaratan lainnya, dapat diberikan tanda kehormatan
satyalancana Karya Satya;
b. bahwa untuk menjamin objektivitas dan transparansi dalam
pemberian tanda kehormatan satyalancana Karya Satya kepada
Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Kepegawaian Negara,
diperlukan pedoman untuk menentukan pemberian tanda
kehormatan Satyalancana Karya Satya dimaksud;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Kepegawaian Negara tentang Pedoman Pemberian Tanda
Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Badan Kepegawaian Negara;
C. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2002 tentang pemberian Pangkat pada PNS.

bahwa untuk meningkatkan prestasi kerja dan pengabdian


Pegawai Negeri Sipil kepada negara serta mewujudkan keadilan
dalam memberikan penghargaannya, dipandang perlu mengubah
beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil dengan
Peraturan Pemerintah;
MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT
PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai
Negeri Sipil diubah, sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 4 diubah,
sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut: "Pasal 4 Periode
kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan pada tanggal 1 April
dan 1 Oktober setiap tahun, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan
Pemerintah ini." 2. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga seluruhnya
menjadi berbunyi sebagai berikut: "Pasal 6 (1) Kenaikan pangkat reguler
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil termasuk Pegawai Negeri Sipil
yang: a. melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu; dan b. dipekerjakan
atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak
menduduki jabatan pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya
atau jabatan fungsional tertentu. (2) Kenaikan pangkat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat
atasan langsungnya." 3. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga seluruhnya
menjadi berbunyi sebagai berikut: "Pasal 7 Kenaikan pangkat reguler
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dapat diberikan setingkat lebih
tinggi apabila: a. sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat
terakhir; dan b. setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir." 4. Ketentuan Pasal 8 diubah,
sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut: "Pasal 8 Kenaikan
pangkat reguler bagi Pegawai Negeri Sipil diberikan sampai dengan: a.
Pengatur Muda, golongan ruang II/a bagi yang memiliki Surat Tanda
Tamat Belajar Sekolah Dasar; b. Pengatur, golongan ruang II/c bagi yang
memiliki Surat Tanda Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama; c.
Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d bagi yang memiliki Surat Tanda
Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Pertama; d. Penata
Muda Tingkat I, golongan ruang III/b bagi yang memiliki Surat Tanda
Tamat Belajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Lanjutan Kejuruan
Tingkat Atas 3 (tiga) tahun, Sekolah Lanjutan Kejuruan Tingkat Atas 4
(empat) tahun, Ijazah Diploma I, atau Ijazah Diploma II; e. Penata,
golongan ruang III/c bagi yang memiliki Ijazah Sekolah Guru Pendidikan
Luar Biasa, Ijazah Diploma III, Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi,
atau Ijazah Bakaloreat; f. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d bagi yang
memiliki Ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV; g. Pembina,
golongan ruang IV/a bagi yang memiliki Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker
dan Ijazah Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara; h. Pembina Tingkat
I, golongan ruang IV/b bagi yang memiliki Ijazah Doktor (S3)." 5.
Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai
berikut: "Pasal 9 Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang: a. menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional
tertentu; b. menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
dengan Keputusan Presiden; c. menunjukkan prestasi kerja luar biasa
baiknya; d. menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara; e.
diangkat menjadi pejabat negara; f. memperoleh Surat Tanda Tamat
Belajar/Ijazah; g. melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki
jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu; h. telah selesai
mengikuti dan lulus tugas belajar; dan i. dipekerjakan atau diperbantukan
secara penuh diluar instansi induknya yang diangkat dalam jabatan
pimpinan yang telah ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan
fungsional tertentu." 6. Ketentuan Pasal 11 dihapus. 7. Ketentuan Pasal 12
diubah, sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut: "Pasal 12
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural dan pangkatnya
masih satu tingkat di bawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan
untuk jabatan itu, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi,
apabila: a. telah 1 (satu) tahun dalam pangkat yang dimilikinya; b.
sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan struktural yang
didudukinya; dan c. setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-
kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir." 8. Ketentuan Pasal
18 diubah, sehingga seluruhnya menjadi berbunyi sebagai berikut: "Pasal
18 (1) Pegawai Negeri Sipil yang memperoleh: a. Surat Tanda Tamat
Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang setingkat dan
masih berpangkat Juru Muda Tingkat I, golongan ruang I/b ke bawah
dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru, golongan ruang I/c; b. Surat
Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma I
atau yang setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I, golongan ruang
I/d ke bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda,
golongan ruang II/a; c. Surat Tanda Tamat Belajar/Ijazah Sekolah Guru
Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II dan masih berpangkat Pengatur
Muda, golongan ruang II/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b; d. Ijazah Sarjana Muda,
Ijazah Akademi, atau Ijazah Diploma III, dan masih berpangkat Pengatur
Muda Tingkat I, golongan ruang II/b ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Pengatur, golongan ruang II/c; e. Ijazah Sarjana (S1),
atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur Tingkat I,
golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi
Penata Muda, golongan ruang III/a; f. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan
Ijazah Magister (S2) atau Ijazah lain yang setara, dan masih berpangkat
Penata Muda, golongan ruang III/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya
menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b; g. Ijazah Doktor
(S3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b
ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata, golongan ruang
III/c. (2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat
diberikan apabila: a. diangkat dalam jabatan/diberi tugas yang memerlukan
pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan Ijazah yang diperoleh; b.
sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir; c. setiap
unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1
(satu) tahun terakhir; d. memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan
bagi yang menduduki jabatan fungsional tertentu; dan e. lulus ujian
penyesuaian kenaikan pangkat."

D. Peraturan UU/SE/KEPGUB (Keputusan Gubernur Nomor 40


tahun 2003)
.    Penghargaan Masa Kerja 15 tahun, 20 tahun dan 30 tahun.
Ialah penghargaan pegawai yang diberikan oleh Gubernur DKI
Jakarta kepada PNS Pemda DKI Jakarta yang memiliki masa kerja
selama 15 tahun, 20 tahun dan 30 tahunBerikut ini persyaratan
yang dibutuhkan :a.    Memiliki masa kerja 15 tahun, 20 tahun, dan
30 tahun atau lebih dihitung sejak berlakunya surat keputusan
pengangkatan pertama sebagai calon pegawai di lingkungan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.b.    Surat usulan/pengantar dari
Kepala SKPD/UKPD.c.    Fotokopi SK CPNS;d.    Fotokopi SK
Gubernur bagi Pegawai pelimpahan/pindahan.e.    Fotokopi SK
Pangkat Terakhir;f.    Fotokopi SK Jabatan Terakhir;g.    Surat
keterangan belum pernah dikenakan hukuman disiplin yang
ditandatangani oleh pejabat kepegawaian Unit Organisasi masing-
masing;h.    Fotokopi nomor rekening Bank DKI yang masih
aktif.Alur prosedur penghargaan masa kerja.

E. Peraturan UU/SE/KEPGUB (Pergub Nomor 8 Tahun 2008)

Peraturan UU/SE/KEPGUB (Keputusan Gubernur Nomor 40 Tahun


2003)

2. Penghargaan Satyalancana Karya Satya.

Ialah penghargaan yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia


kepada seluruh PNS yang memiliki masa kerja selama 10 tahun, 20
tahun dan 30 tahun.

Berikut ini persyaratan yang dibutuhkan :


a. Surat usulan/pengantar dari Kepala SKPD/UKPD.
b. Fotokopi SK CPNS;
c. Fotokopi SK Pangkat Terakhir;
d. Fotokopi SK Jabatan Terakhir;
e. Fotokopi DP3 2 (dua) tahun terakhir.;
f. Surat keterangan belum pernah dikenakan hukuman
disiplin yang
ditandatangani oleh pejabat kepegawaian Unit Organisasi masing-
masing.

F. Peraturan UU/SE/KEPGUB (Pergub nomor 105 Tahun


2010)
Peraturan UU/SE/KEPGUB (Pergub Nomor 105 Tahun
2010)
e. Penghargaan Jabatan
Ialah penghargaan yang diberikan kepada para pejabat
yang telah mengakhiri masa bhaktinya di Pemprov DKI
Jakarta. Besaran penghargaan yang diberikan adalah
sebagai berikut :
No Mantan Pejabat Besarnya Hadiah Keterangan
1 Gubernur Provinsi DKI Jakarta Rp. 25.000.000,-
2 Wakil Gubernur Rp. 20.000.000,-
3 Sekretaris Daerah Rp. 17.500.000,-
4 Eselon II a Rp. 15.000.000,-
5 Eselon II b Rp. 12.500.000,-
6 Eselon III a Rp. 10.000.000,-
7 Eselon III b Rp. 7.500.000,-
8 Eselon IV a Rp. 6.000.000,-
9 Eselon IV b Rp. 4.500.000,-
10 Eselon V a Rp. 3.500.000,-

G. Peraturan UU/SE/KEPGUB (Kepgub nomor 24 tahun


2009)
Peraturan UU/SE/KEPGUB (Kepgub Nomor 24 Tahun 2009)
f. Penghargaan PNS, CPNS, dan PTT yang mengalami kecelakaan dalam
menjalankan tugas
Ialah penghargaan yang diberikan kepada PNS, CPNS, dan PTT yang cacat
atau tewas dalam menjalankan tugas bertujuan untuk memberikan
apresiasi kerja dan dedikasi bagi PNS, CPNS, dan PTT. Selain penghargaan
ini diharapkan dapat meringankan beban keluarga dan membantu proses
pemulihan PNS, CPNS, dan PTT baik yang mengalami kecelakaan atau
tewas.
Persyaratan yang dibutuhkan:
1. Surat permohonan dari SKPD
2. Surat pernyataan dari Kepala SKPD yang memuat: “Cacat/tewas karena
menjalankan tugas kedinasan.
3. Surat keterangan cacat/tewas dari dokter
4. Surat keterangan/bukti sah sebagai ahli waris dari pegawai yang tewas
dari kantor kelurahan tempat PNS tinggal
5. Fotokopi SK pangkat terakhir
6. Fotokopi Kartu Pegawai (Karpeg)
7. Fotokopi berita acara kecelakaan PNS, CPNS, dan PTT yang dibuat oleh
pejabat yang berwenang
8. Seluruh berkas dilegalisir oleh Kepala SKPD

H. Peraturan UU/SE/KEPGUB (Pergub nomor 101 Tahun


2010)
Peraturan Gubernur Nomor 101 Tahun 2010 tentang Pemberian
Penghargaan Bagi Pegawai Negeri Sipil, Calon Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai Tidak Tetap yang Mengalami Kecelakaan Dalam Menjalankan
Tugas (Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun
2010 Nomor 137), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

I. Peraturan UU/SE/KEPGUB (Kepres nomor 46 tahun 1994)


Menimbang : bahwa dalam rangka upaya peningkatan kesejahteraan
Pegawai Negeri
Sipil untuk dapat memiliki rumah dengan memanfaatkan fasilitas bantuan
dari dana tabungan perumahan pegawai negeri sipil, maka dipandang
perlu mengubah Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1993 tentang
Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil.
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG


PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 14
TAHUN 1993 TENTANG TABUNGAN PERUMAHAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL.

Pasal I

Mengubah ketentuan Pasal 8 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 14


Tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil,
sehingga berbunyi sebagai berikut :

"Pasal 8

(1) Pegawai Negeri Sipil yang berhak untuk mendapatkan fasilitas


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, adalah Pegawai Negeri Sipil
yang belum memiliki rumah dan yang telah mempunyai masa kerja
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun untuk Golongan I, Golongan II,
dan Golongan III."

J. Peraturan UU/SE/KEPGUB ( PP Nomor 12 tahun 1981 dan


kepgub nomor 60 tahun 2004)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 1981
TENTANG
PERAWATAN, TUNJANGAN CACAD, DAN UANG DUKA
PEGAWAI NEGERI SIPIL
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:
bahwa ketentuan-ketentuan tentang perawatan dan tunjangan
cacad Pegawai Negeri Sipil yang
mengalami kecelakaan dan atau menderita cacad dalam dan
karena menjalankan tugas
kewajibannya, serta uang duka atau tunjangan kematian bagi
keluarga Pegawai Negeri Sipil yang
tewas atau wafat, yang diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undangan, dipandang tidak
sesuai lagi dengan keadaan, sehingga perlu ditinjau kembali
dan disempurnakan.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3041).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERAWATAN,
TUNJANGAN CACAD, DAN UANG
DUKA PEGAWAI NEGERI SIPIL
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
a. kecelakaan adalah suatu peristiwa yang mendadak yang
tidak dikehendaki yang
mengakibatkan seseorang menderita sakit atau menjadi
cacad yang memerlukan
pengobatan, perawatan, dan atau rehabilitasi, atau
mengakibatkan seseorang meninggal
dunia;
b. kecelakaan karena dinas adalah kecelakaan yang terjadi:
1. dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban; atau
2. dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinas, sehingga kecelakaan itu
disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam dan
karena menjalankan tugas
kewajibannya; atau
3. Karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung
jawab ataupun sebagai akibat
tindakan terhadap anasir itu;
c. sakit karena dinas adalah sakit yang diderita sebagai
akibat langsung dari pelaksanaan
tugas;
d. cacad adalah kelainan jasmani atau rohani karena
kecelakaan yang sifatnya sedemikian
rupa sehingga kelainan tersebut menimbulkan gangguan
untuk melakukan pekerjaan;
e. cacad karena dinas adalah cacad yang disebabkan oleh
hal-hal sebagaimana dimaksud
dalam huruf b dan c;
f. tewas adalah:
1. meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya; atau
2. meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada
hubungannya dengan dinas, sehingga
kematian itu disamakan dengan meninggal dunia
dalam dan karena menjalankan.

K. Peraturan UU/SE/KEPGUB ( PP Nomor 25 tahun 1981)


 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

 NOMOR 25 TAHUN 1981

 TENTANG

 ASURANSI SOSIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL


 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

 Menimbang

 :

 a.

 bahwa Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Negara dan abdi


masyarakat mempunyai potensi yang dapat menentukan kelancaran
pelaksanaan pembangunan nasional sehingga dianggap perlu untuk
selalu dibina kesejahteraannya agar dapat dipelihara dan
dikembangkan daya cipta, dayaguna, dan hasilgunanya;

 b.

 bahwa usaha pembinaan kesejahteraan dimaksud dapat terwujud


dengan usaha menyelenggarakan asuransi sosial Pegawai Negeri
Sipil yang di usahakan secara terpusat dan terarah untuk dapat
mencapai dayaguna dan hasilguna dalam penyelenggaraannya;

 c.
 bahwa berhubung dengan itu, dipandang perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil;

 Mengingat

 :

 1.

 Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

 2.

 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IV/MPR/1978


tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;

 3.

 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan


Pensiun Janda/Duda Pegawai (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2906);


 4.

 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

 5.

 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3041);

Anda mungkin juga menyukai