Anda di halaman 1dari 22

01. EXT.

TAMAN KLENISAN - MALAM HARI


Anggota group terbanan Al Watoni sedang berlatih dan duduk
santai di bawah pohon asem. Musik terban ditabuh menyanyikan
lagu Padang Bulan, seiring dengan itu sekelompok anak muda
mengendari motor se enaknya melewati para anggota group
Terbanan. Karena merasa tergangu langsung menegur kelompok
gank motor tersebut.
ANGGOTA AL WATONI:
Woy... Yang sopan!!!

Anggota gank motor yang paling belakang langsung


menghentikan motornya.
KEPALA GENK:
Terus, kalau aku mau berbuat
seenaknya kenapa?
ANGGOTA AL WATONI:
Ya tidak pantas mas, warga sini aja
engga pantas apalagi sampeyan bukan
orang sini tho?

KEPALA GENK:
Lha terus mau apa?
ANGGOTA AL WATONI:
Wah, kok kurang ajar kamu, diajak
omong baik-baik malah se enaknya!
P.O.V
Pak Lurah yang tengah mengendarai motor, melihat sedang
terjadi keributan lalu mempercepat laju motornya. Sampai pak
Lurah sampai di dekat yang bertengkar tersebut mematikan
motornya dan menghampiri mereka.
KEPALA GENK:
Kalau aku mau seenaknya, terus
masalah mu apa?
ANGGOTA AL WATONI:
Ya masalah dong, lha inikan kampung
ku dan aku merasa terganggu!

KEPALA GENK:
Wah, cari mati ini orang!!!
(Pak Lurah yang melihat
pertikaian itu dengan sigap
berlari dan melerai) mau kena
ini!!!
2.

Kepala Genk mengeluarkan pistol dari balik jaketnya dan


langsung menodongkan senjata pada anggota group Terbanan dan
secepat kilat pak Lurah langsung merebut pistol dan
mengarahkan pada kepala Genk motor.

Sesaat pak Lurah menatap tajam pada kepala genk motor yang
masih terkejut karena gerakan pak Lurah bisa secepat itu.
Namun tak lama kemudian Pak Lurah langsung menyerahkan
kembali pistol ke kepala genk.
PAK LURAH:
Sudah ya mas, jangan buat keributan
disini. Ini miliknya mas silakan
pergi dari sini.
KEPALA GENK:
Ndelogok... Mati kalian semua,
Hei...
(Seluruh anak buah genk motor
langsung sigap dan menyerang)
Hajarrr...!!!
Baru saja seluruh kelompok menyerang Pak Lurah dan anggota
Alwatoni, tetiba dari arah belakang Supry langsung melompat
menerjang kepala genk motor. Tendangan tersebut tepat
mengenai dada kepala genk dan terjungkal.
KEPALA GENK: (cont’d)
Bajingan, ada yang mau ikut campur
lagi ini?
SUPRY:
Aku tidak mau ikut campur, tapi
kalau kau berurusan sama lurah ku,
berarti kau berurusan dengan ku.
GROUP ALWATONI:
Berurusan dengan kami juga!
KEPALA GENK:
Bagus, kalau begitu bersiaplah mati
semuanya... Serang!!!!
Perkelahian terjadi sampai akhirnya seluruh genk motor itu
kalah dan lari tunggang langgang. Hanya 1 orang yang
tertinggal dari genk motor tersebut dikarenakan motornya
macet. Langsung saja orang-orang menyerbu anggota genk motor
yang tertinggal.
GROUP ALWATONI:
Mau lari kemana kamu hah!!!
3.

ANGGOTA AL WATONI:
Sudah dibunuh aja!!!

GROUP ALWATONI:
Setuju!!!
PAK LURAH:
Tahan...!!! Jangan main hakim
sendiri...

ANGGOTA AL WATONI:
Kalau diampuni nanti malah tambah
kurang ajar Pak Lurah...
PAK LURAH:
Kita ini manusia berbudaya dan
beragama, sebaiknya tindakan kita
tidak bar-bar.
SUPRY:
Betul saudara-saudara, lebih baik
kita selesaikan secara kemanusiaan
Salah seorang anggota Alwatoni ternyata mengenal anggota
genk motor yang tertinggal itu.
ANGGOTA AL WATONI:
Oalah... Ini Herry tho?
SUPRY:
Herry? Herry adik saya?

ANGGOTA AL WATONI:
Betul mas Supry...
Supry langsung menghampiri Herry dan merengkuhnya.
SUPRY:
Wah, bikin malu aja kamu Her...
HERRY:
Saya cuma ikut-ikutan mas...
SUPRY:
Ikut-ikutan mu berbahaya ngerti ga?
PAK LURAH:
Sudah... Sudah... Lebih baik kita
bicara ditempat yang lebih nyaman.
Ayo...

Semua orang bergeser dari tempat itu dan menuju gardu


siskamling, mereka berbincang sampai rombongan anak-anak
pulang mengaji lewat dan menghampiri pak Lurah.
4.

ANAK-ANAK:
Pakdhe... Pakdhe...
PAK LURAH:
Eh, baru pada pulang ngaji ini?

ANAK-ANAK:
Iya pakdhe...
ANAK 1:
Pakdhe, katanya pakdhe mau
cerita...
ANAK-ANAK:
Iya pakdhe, ayo cerita ..
PAK LURAH:
Iya, pakdhe kesini memang ingin
cerita sama kalian. Ayo kesini
semua.
Seluruh anak-anak duduk mendekat ke Pak Lurah, bersamaan
dengan itu Herry diam-diam ingin pergi, tapi pak Lurah
langsung menahannya.
PAK LURAH: (cont’d)
Mau kemana mas Herry? Disini aja
dulu, kita cerita bersama adik-adik
mu...

ANAK 2:
Pakdhe akan cerita apa?
PAK LURAH:
Ah, Pakdhe mau cerita tentang
asal-usul desa kita. Desa
Taskombang yang asri ini...
FLASHES.

02. EXT. PENDOPO KERATON MADYAKSA - MALAM HARI.


R. Aria Suruh tengah giat berlatih bersama para Prajurit,
gelagatnya terlihat agak kesal karena dia berpikir para
prajurit hanya mengalah saja dan R. Aria Suruh makin kesal.
Sementara dari dalam pendopo Prabu Budawaka dan Dewi
Rarasati serta Resi Sarawijan menyaksikan.
ARIA SURUH:
Ayo pukul aku yang keras, jangan
lemes kaya gitu!!!
5.

DEWI RARASATI:
Sudah ngger, istirahatlah waktu
sudah malam.

ARIA SURUH:
Tidak ibu, ini belum selesai. Para
Prajurit ini sengaja mengalah.
RESI SARAWIJAN:
Cukup jeng Pangeran, besok kita
akan berlatih lagi. Sekarang
saatnya jeng pangeran belajar
syair.
ARIA SURUH:
Aku baru mau belajar syair kalau
sudah ada yang sepadan melawanku.
PRABU BUDAWAKA:
Kamu janji, kalau ada lawan yang
sepadan, kamu akan berhenti dan
mulai belajar syair?
ARIA SURUH:
Yakinlah, masa engga...
PRABU BUDAWAKA:
Kalau begitu bersiaplah!
Prabu Budawaka langsung melompat dan menyerang Aria Suruh.
Serangan sangat cepat sehingga Aria Suruh gelagapan
menghadapi ayahnya sendiri dan tak lama kemudian terjungkal
lah Aria suruh.
ARIA SURUH:
Saya belum siap Romo...
PRABU BUDAWAKA:
Seorang pendekar dan ksatria sejati
harus siap dalam segala kondisi.
Sudah! Kamu sudah kalah dan
sekarang tepati janjimu.
ARIA SURUH:
Tapi ayah...
DEWI RARASATI:
Ngger cah bagus, turuti titah ayah
mu.

RESI SARAWIJAN:
Mari jeng Pangeran, kita belajar.
Silakan bersih bersih tubuh dulu.
Eyang tunggu di ruang belajar.
6.

PRABU BUDAWAKA:
Mari Dinda...
Prabu Budawaka, Dewi Rarasati dan Resi Sarawijan
meninggalkan ruangan dan meninggalkan Aria Suruh sendiri.

ARIA SURUH:
Ayah... Izinkan saya menghadapi
ayah satu kali lagi. Kali ini saya
lebih siap... Ayah!!!

Teriakan Aria Suruh tidak digubris. Aria Suruh menjadi kesal


sendiri. Mau tidak mau akhirnya Aria Suruh menuruti perintah
ayahnya, bergegas untuk bersiap.
CUT TO.

03. EXT. JALAN PANJANG DENGAN MATAHARI BESAR BERSINAR -


UNKNOWN TIME.
Seorang kakek tua berdiri dekat dengan matahari bersinar
terang dan memanggil-manggil Aria Suruh.

Aria Suruh berlari bergegas menuju kakek tua itu dan tetiba
terbangun.
CUT TO.

04.PENDOPO ISTANA - PAGI HARI.


Aria Suruh terlihat sangat gelisah sekali, sesekali dia
duduk kemudian berdiri lagi. Tanpa disadari ayah dan ibunya
datang menghampiri.

DEWI RARASATI:
Ngger cah Bagus, ada apa gerangan.
Ibu perhatikan kau nampak gelisah
sekali.

PRABU BUDAWAKA:
Betul ngger... Beberapa hari ini
ayah lihat kamu seperti memikirkan
sesuatu.

ARIA SURUH:
Nyuwun pangapunten Rama dan Ibu,
memang benar. Beberapa hari ini
saya bermimpi sangat aneh. Ada
matahari besar bersinar dan seorang
tua memanggil saya dan keinginan
hati ini ingin sekali
(MORE)
7.

ARIA SURUH: (cont’d)


menghampirinya. Semakin saya lawan
semakin kuat rasa ingin
menghampirinya.
DEWI RARASATI:
Itu hanya bunga tidur anak ku.
ARIA SURUH:
Saya merasa ini bukan sekedar bunga
tidur ibu. Dan saya merasa harus
mencari tahu dimana letak tempat
itu.
DEWI RARASATI:
Anak ku, ada baiknya engkau
pikirkan kembali.
ARIA SURUH:
Saya sudah pikirkan ini dengan
sangat matang. Dan saya mohon pamit
Rama dan Ibu.
Aria Suruh langsung menghaturkan sembah kepada kedua orang
tua nya dan beranjak pergi.
Belum beberapa langkah Aria Suruh pergi, tetiba Prabu Sri
Budawaka berteriak keras.
PRABU BUDAWAKA:
Aria Suruh, apakah kau sudah tahu
akan pergi kemana?

ARIA SURUH:
(Terkejut dan tersipu)
Nah, itu dia Rama, belum Rama.
PRABU BUDAWAKA:
Bocah sembrono, belum tahu mau
pergi kemana sudah main pergi saja.
ARIA SURUH:
Mohon maaf Ayahanda.

PRABU BUDAWAKA:
Yang perlu kamu ketahui Aria Suruh,
kehidupan diluar sana tidak seperti
didalam istana ini. Kamu akan
mengalami proses yang sangat
panjang untuk sampai kesana. Ayah
mu ini sebenarnya sudah tahu bahwa
hal ini akan terjadi. Aku hanya
ingin bertanya satu hal padamu Aria
Suruh.
8.

ARIA SURUH:
Apa itu Ayahanda?
PRABU BUDAWAKA:
Apakah tekad mu sudah bulat dan
siap dengan segala resiko yang kau
hadapi diluar sana?
ARIA SURUH:
Mohon ampun ayahanda, itu dua
pertanyaan. Bukan satu pertanyaan.

PRABU BUDAWAKA:
Itu pertanyaan Raphel seperti gaji
13 para punggawa kerajaan Aria
Suruh. Jawab saja siap atau tidak?

ARIA SURUH:
Saya siap Ayahanda.
Tangis Dewi Rarasati meledak.
PRABU BUDAWAKA:
Maaf Dinda, aku kira jawaban anak
ku bukan seperti itu.
DEWI RARASATI:
Kanda tau kan, bahwa anak mu itu
punya hati sekeras batu?

ARIA SURUH:
Mohon ampun ayah dan ibu, saya
mohon fokus dulu pada saya. Bukan
rapat keluarga.

DEWI RARASATI:
Jangan pergi anak ku.
ARIA SURUH:
Mohon maaf Ibunda, tekad saya sudah
kuat untuk pergi.

PRABU BUDAWAKA:
Baiklah anakku, jika memang tekad
mu sudah kuat untuk pergi, maka
pergilah engkau ke arah matahari
terbit, kemudian beralihlah
menyusuri pantai selatan sampai
engkau bertemu bukit kapur, jika
sudah sampai disana kamu akan
mendapatkan petunjuk berikutnya.
Tapi ingat ngger anak ku, selama
dalam perjalanan aturlah emosi mu.
(MORE)
9.

PRABU BUDAWAKA: (cont’d)


Karena jika tidak, proses
perjalananmu berjumpa dengan tujuan
utama akan lama.

ARIA SURUH:
Sendiko dhawuh ayahanda, Ibunda
saya pamit.
Aria Suruh menghaturkan sembah kepada kedua orang tuanya dan
beranjak pergi. Sementara kedua orang tua nya menatap dengan
pandangan haru biru.
PRABU BUDAWAKA:
Aria Suruh itu lelaki Dinda,
seorang lelaki sejati mempunyai
langkah panjang untuk menjemput
masa depannya. Kita sebagai orang
tua hanyalah bisa mendukung dan
mendoakannya.
DEWI RARASATI:
Semoga lelaku anak kita mendapat
kelancaran dan keberkahan semesta.
CUT TO.

05. JALAN LUAR ISTANA. SIANG HARI.


Aria Suruh berjalan dengan langkah pasti dan ketika sudah
agak jauh dan berada ditempat yang agak tinggi dia berhenti
sejenak menengok ke belakang melihat istana Madyaksa dengan
lekat.

Aria Suruh menghembuskan nafas dalam kemudian melanjutkan


perjalanan.
CUT TO.

006. PASAR - SIANG HARI.


Keadaan pasar ramai siang hari itu, keramaian itu tetiba
berubah menjadi huru-hara ketika Kalageni, Wisanganala,
Kombang Ireng, Kombang putih, Babah dan Huraga mengobrak
abrik pasar.
Babah dan Huraga langsung bertindak dengan brutal meminta
upeti kepada orang-orang dan jika ada yang tidak memberikan
maka langsung mereka hajar, sampai penduduk benar-benar
ketakutan.
10.

KALAGENI:
Dengarkan semuanya, sudah ku
katakan jika ingin berada disini
dan terus berjualan disini, kalian
harus membayar pajak pada ku. Paham
semuanya!!!
PENDUDUK 1:
Tapi Den, kami ini hanya orang
kecil. Penghasilan kami tidak
cukup...

PENDUDUK 2:
Iya aku minta jangan memeras
kami...
BABAH:
Kurang ajar, cari mati ini
orang....
Wisanganala langsung meniupkan racun dan yang terjadi dengan
orang yang berbicara tadi tercekik dari mulutnya keluar buih
berwarna biru dan yerjatuh tak bernyawa.

HURAGA:
Mati... Mati...!!!
KALAGENI:
Itulah yang terjadi jika kalian
tidak menurut kepadaku paham?
Semua orang menunduk dan ketakutan, Kalageni dkk beranjak
dari tempat itu.
CU TO.

07. EXT. HUTAN TEPI DESA - PAGI HARI.


Panjul sedang berdiri diatas pohon, melihat sekeliling dari
atas pohon dan tak lama kemudian munculah Bayan berjalan
sendiri menyusuri jalan setapak, Panjul memperhatikan dari
atas pohon.
PANJUL:
Nah, kebetulan... Perut lapar eh
ada mangsa. Sepertinya ini sasaran
empuk ini...
Bayan terlihat berjalan santai sendirian, sampai dia
terhenti karena mendengar Panjul memanggil dari atas pohon.
11.

PANJUL: (cont’d)
Hai sobat, berhentilah sebentar!

Bayan menoleh kanan dan kiri msncari asal suara.


PANJUL: (cont’d)
Aku disini sobat. Diatasmu...
BAYAN:
Hai kisanak, kenapa diatas sana?
Ada apa gerangan?
PANJUL:
Jika kau punya rejeki sedikit
berbagilah padaku sobat, tolonglah
saudaramu yang tak berdaya ini.
BAYAN:
Adakah yang bisa kubantu? Jika
memang aku mampu, pasti aku akan
membantunya.

Panjul turun dari pohon dan langsung mengambil gembolan yang


dipegang oleh Bayan, Bayan dengan sigap menepisnya.
Terjadilah perkelahian.
BAYAN: (cont’d)
Sabar kisanak, katanya kamu hendak
meminta bantuanku. Kenapa kau ingin
merebut milik ku?
PANJUL:
Ah, kelamaan nanti malah kau tidak
jadi membantu jadi kuputuskan untuk
merebutnya.
BAYAN:
Ini tindakan kekerasan saudara...

PANJUL:
Persetan...
Panjul kembali menyerang Bayan dan Bayan sigap
menghindarinya. Beberapa saat terjadi perkelahian yang
sengit sampai pada akhirnya Panjul mengeluarkan tenaga
dalam, namun sayangnya Panjul tidak bisa mngendalikan tenaga
dalam tersebut dan serangannya justru menghantam ranting
pohon dan benda di sekitarnya sehingga mengenai Panjul
sendiri. Sehingga Panjul jatuh pingsan.

Pada saat bangun, Panjul sudah dalam keadaan terikat dan


ketika kesadarannya sudah kembali pulih dia melihat Bayan
berdiri tegak di hadapannya. Panjul berusaha meronta namun
ikatan terlalu kuat.
12.

PANJUL: (cont’d)
Aduh...aduh kang... Tolong
lepaskan...
BAYAN:
Apa lepaskan? Malas aku, kamu
datang tiba-tiba dan langsung
menyerangku kok!
PANJUL:
Aduuhh... Ampun kang... Lagian kamu
ternyata lebih sakti dari aku, pake
ajian apa sih dirimu?
BAYAN:
Ajianku leluhurnya para Jawata...
Menyerang tanpa pasukan, menang
tanpa metendahkan.
PANJUL:
Aduh, aku menyerah kalah. Tolong
lepaskan aku kang.

BAYAN:
Wah, nanti kalau kamu aku lepaskan,
malah menyerang aku lagi. Males
aku...
PANJUL:
Tobat aku kang, janji...
BAYAN:
Janji beneran ya...

PANJUL:
Iya kang...
BAYAN:
Baik, tapi begitu kamu aku lepaskan
kamu harus jadi pembantuku.

PANJUL:
Haduh...
BAYAN:
Kalau haduh berarti tidak jadi.
Permisi...
PANJUL:
Jangan kang, aku janji... Janji aku
kang...
13.

BAYAN;
Siap kalau begitu. Aku lepaskan.
Bayan melepaskan ikatan Panjul dengan tenaga dalam, seketika
lepaslah semua ikatan Panjul.

PANJUL:
Terima kasih kang.
BAYAN:
Kalau berjanji mau ikut
denganku,salaman.
(Mengepalkan tangan dan
Panjulpun bingung) Lho kok
malah ngelamun?
PANJUL:
Salaman apa itu kang?
BAYAN:
Wah, kamu itu engga paham. Salaman
seperti ini sedang trend.

PANJUL:
Salaman tidak mutu seperti itu jadi
trend?
BAYAN:
Segala yang tidak bermutu memang
selalu jadi trend. Ah sudahlah...
Siapa namamu?
PANJUL:
Panjul....

BAYAN:
Pendekar kok namanya Panjul...
Hancur jagat... Ya sudah, sekarang
ayo ikut aku...

PANJUL:
Kemana kang?
BAYAN:
Aku lapar, kamu pasti lapar juga.
Ayo kita makan.

PANJUL:
Siap kang, terima kasih jagat dewa
batara, akhirnya makan juga...
14.

BAYAN;
Maka dari itu...
PANJUL:
Wah... Kalau begitu gas...

BAYAN:
Kok gas?
PANJUL:
Pokok e mangkat...

Panjul dan Bayan meninggalkan tepi hutan tersebut.


CUT TO.

08. EXT. RUMAH MAKAN - SIANG HARI.


Suasana rumah makan siang itu ada beberapa orang sedang
bersantap disitu. Ketika Aria Suruh datang.
ARIA SURUH:
Mbak pesan makan ya mbak...
PENJAGA WARUNG:
Oh iya den bagus... Silakan duduk
dulu...

Aria Suruh duduk diantara orang-orang yang sedang makan. Tak


lama berselang, makanan pun datang.
PENJAGA WARUNG: (cont’d)
Silakan di nikmati den bagus.

ARIA SURUH:
Terima kasih Mbak...
Aria suruh makan hidangan di warung tersebut, selagi Aria
Suruh menikmati makanannya datanglah Panjul dan Bayan.
Panjul langsung mendekat untuk memesan makan sementara Bayan
langsung duduk.
PANJUL:
Mba, makan dong...

PENJAGA WARUNG:
Iya mas, silakan duduk.
Setelah memesan makanan Panjul duduk dekat Bayan. Sejenak
Bayan terlihat panik dan Panjul menyadarinya.
15.

PANJUL:
Ada apa kang?
BAYAN:
Bahaya ini Njul... Ternyata uangku
jatuh...

PANJUL:
Hadoh... Kok bisa kang?
BAYAN:
Sepertinya jatuh pada saat kita
berkelahi tadi.
PANJUL:
Tenang aja kang, Panjul tau cara
mengatasinya.

BAYAN:
Yakin Njul...
Makanan pun datang dan langsung dihidangkan. Bayan gelisah.
Panjul langsung menyantap makanan dengan lahap

PANJUL:
Tenang kang, makan saja dulu...
Nikmati...
BAYAN:
Aku manut pokoknya...
Mereka pun makan, setelah makanan habis dan kenyang. Panjul
langsung memberi kode pada Bayan untuk segera keluar dari
tempat itu. Perlahan Bayan meninggalkan warung dan tinggal
lah Panjul sendiri. Panjul bersiap lalu berteriak.

PANJUL:
Makanan gratis untuk orang
miskin!!!
Secepat kilat Panjul berlari, namun dari arah yg berlawanan
datanglah Babah dan Huraga. Panjul tidak sengaja menabrak
Babah dan Huraga. Huraga menangkap Panjul lalu menyiksanya.
Untung nya Panjul bisa melepaskan diri.
HURAGA:
Oh... Mau makan gratis!!!
BABAH:
Mau makan enak tapi ga bayar!!!
16.

HURAGA:
Lho... Itu kan kalimatku...
BABAH:
Biar terkesan ada gema...

HURAGA:
Ooohhh...
BABAH & HURAGA:
Ya sama dong... Kita juga pengen
makan gratis.
BABAH:
Pelayan...
PENJAGA WARUNG:
Iya den...
HURAGA:
Bawa semua makanan yang paling enak
kesini.

PENJAGA WARUNG:
Iya den...
BABAH:
Cepaaattt!!!

Penjaga warung dengan takut segera mengeluarkan makanan yg


ada.
PENJAGA WARUNG:
Maaf den, ini dibayar ya... Kasihan
kami, sudah dipungut pajak, makanan
kami tidak dibayar.
BABAH:
(Menggebarak meja sampai hancur)
Cerewet!!! Mengganggu nafsu makan
ku saja.
PENJAGA WARUNG:
Ampun den... Jangan den...
ARIA SURUH:
Kalau mau makan, makanlah... Biar
aku yang bayar.
HURAGA:
Kurang ajar, anak ingusan sialan...
Kamu pikir aku tidak mampu bayar.
17.

BABAH:
Mau jadi pahlawan kesiangan?
HURAGA:
Pecahkan kepalamu... Mati!!!

Terjadi perkelahian yang sengit antara Babah dan Huraga


melawan Aria Suruh. Orang-orang di warung makan berhamburan
lari keluar. Warung hancur berantakan. Serangan-serangan
dari Babah dan Huraga dapat dipatahkan dengan mudah oleh
Aria Suruh.

ARIA SURUH:
Ah, hanya segitu aja kemampuan
kalian tikus sawah?
Babah dan Huraga makin gencar menyerang namun tetap saja
dapat dikalahkan dengan mudah. Sampai pada akhirnya Babah
dan Huraga di buat menyerah.
BABAH:
Awas ya... Ini belum selesai...
Tunggu ya...

HURAGA:
Tunggu pembalasan kami...
Babah dan Huraga lari tunggang langgang meninggalkan warung
yang porak poranda.

Panjul dan Bayan serta pemilik warung keluar dari tempat


sembunyi dan melihat warung sudah hancur.
PENJAGA WARUNG:
Oh jagat dewa batara, hancur hidup
saya. Bagaimana lagi saya harus
mencari makan, sumber penghasilan
saya sudah hancur.
PANJUL:
Yang sabar ya mbak...
PENJAGA WARUNG:
Sabar... Sabar... Kamu juga
penyebab hancurnya warung saya...
Dasar kere... Sekarang lihat...
Lihat itu...
Panjul dan Bayan berjalan jalan melihat sekeliling warung
yang hancur.
18.

BAYAN:
Sudah kami lihat-lihat sekeliling
mbak, hasilnya hancur...
Meledaklah tangis si penjaga warung.

Aria Suruh mendatangi si penjaga warung.


ARIA SURUH:
Yang sabar mbak
(Mengeluarkan sekantung uang)
Kupikir ini cukup untuk untuk
membayar semua kerugian warung mu
mbak.
PENJAGA WARUNG:
(Membuka kantung uang tersebut
dan tangisnya berhenti
mendadak berganti dengan tawa)
Ini lebih dari cukup den bagus.
Panjul dan Bayan langsung saling berpandangan setelah
melihat uang yg begitu banyak.

PENJAGA WARUNG: (cont’d)


Terima kasih banyak den bagus...
ARIA SURUH:
Bangun kembali usaha mu mbak,
semoga berkah.
Aria Suruh meninggalkan tempat itu, Panjul dengan sigap
menyusul Aria suruh.

PANJUL:
Den bagus... Den...!!!
(Tetiba menghentikan
langkahnya dan menengok ke
arah Bayan yang diam saja
ditempat)
Lho... Ayo kang, kita ikut den
Bagus...
BAYAN:
Untuk apa?

PANJUL:
Wadoh, bagaimana sih? Dia itu orang
kaya, kita bisa bekerja sama dia...
Lumayan kan bisa dapat makan...
19.

BAYAN:
Wah, iya ya...
PANJUL:
Makanya ayo... Biar ga ketinggalan
jauh...
BAYAN:
Ayo!!! Den... Den bagus ...
PANJUL:
Wadoh... Kenapa sekarang aku yang
ditinggal? Kang... Kang... Tinggu
woy...
Bayan memanggil Aria Suruh, Panjul memanggil Bayan
mengiringi langkah mereka.
CUT TO.

09. EXT. JALAN SETAPAK - SAME DAY.

Aria Suruh yang berjalan berhenti karena ada yang


memanggilnya. Kemudia muncul Bayan yang berlari memanggil
manggil Aria Suruh.
BAYAN:
Den Bagus... Tunggu Den Bagus...
ARIA SURUH:
Ada apa kang?
BAYAN:
Ini lho... Teman saya
Panjul...
(Melihat ke belakang dan tolah
toleh)
Waduh... Kemana teman saya ya Den?

Panjul lari ngos2an mengejar Bayan dan akhirnya tersusul


juga.
PANJUL:
Wadoh, kamu kebangetan kang. Masa
aku ditinggal.
(Melihat Aria Suruh dan
langsung memberi sembah
hormat)
Sembah hormat saya Den Bagus, saya
mohon den bagus sudi kami temani
dengan catatan kami di beri upah
sesuai UMR.
20.

ARIA SURUH:
Hah? Apa itu UMR?

PANJUL:
Upah Minimum Raden.
Bayan menendang pantat Panjul.
BAYAN:
Hush... Ngawur...
ARIA SURUH:
Aku memang sedang melakukan
perjalanan ke arah timur, jika
memang kalian mau ikut dalam
perjalanan ku, ayo sila kan. Aku
malah senang ditemani.
BAYAN:
Wah, terima kasih banyak den bagus,
dengan senang hati.

PANJUL:
Iya Den Bagus...
ARIA SURUH:
Baik, mari kita berangkat.

Aria suruh pun beranjak pergi, di sela perjalanan terjadi


juga percakapan.
ARIA SURUH: (cont’d)
Oh iya, siapa nama kalian?

BAYAN:
Saya Bayan Den Bagus
PANJUL:
Kalau saya Panjul Den Bagus.
ARIA SURUH:
Salam kenal kang Bayan dan kang
Panjul. Aku Aria Suruh. Terima
kasih telah sudi menjadi teman
dalam perjalananku.
BAYAN:
Saya sangat merasa terhormat bisa
menemani Den Bagus...

PANJUL:
Saya akan sangat senang sekali
kalau menemani den bagus juga dapat
upah dan makan den bagus...
21.

BAYAN:
Hush, jangan kurang ajar Njul...

PANJUL:
Kan saya minta kang...
ARIA SURUH:
Kalian tenang saja, selama ikut aku
jangan takut kelaparan.

Aria Suruh, Bayan dan Panjul berjalan menyusuri jalan


setapak menuju matahari besar yang bersinar.
CUT TO.

10. TEPI SUNGAI - SORE HARI.


Aria Suruh, Panjul dan Bayan.
ARIA SURUH:
Hari sudah mulai gelap, kita
istirahat dulu disini kang.
PANJUL:
Betul itu, istirahat setelah
berjalan seharian memang wajib.

BAYAN:
Saya manut Den Bagus. Biar saya
ambilkan air untuk kita minum dan
setelah itu saya akan nyalakan
perapian.

ARIA SURUH:
Iya kang Bayan, terima kasih.
BAYAN:
Ayo Njul...
(Mencari-cari Panjul) ya
Ampun, itu anak senang betul
menghilang.
Bayan akhirnya berjalan sendiri. Aria Suruh duduk di batu
besar mengheningkan cipta sejenak, dia merenung dan kemudian
mengeluarkan pusakanya.
Panjul ternyata mengawasi dari tempat tersembunyi.
PANJUL:
Wah, apa itu? Berkilau sekali?
Pasti mahal. Ini kesempatanku.
Kalau aku jual pasti harganya
sangat mahal.
22.

Setelah memandang pusaka tersebut Aria Suruh merebahkan


badannya dan kemudian dia tertidur. Tak lama berselang
Panjul keluar dari tempat persembunyiannya dan berjalan
mengendap menghampiri Aria Suruh yang tertidur.

Ketika sampai di dekat Aria Suruh, sejenak Panjul ragu untuk


mencuri pusaka milik Aria Suruh. Namun ketika melihat
kantung yang dibawa Aria suruh tersingkap dan ada beberapa
kantung uang dan emas serta pusaka, Panjul langsung merasa
pasti dan dibawalah seluruh harta Aria Suruh.

Bayan datang membawa air dan beberapa kayu bakar.


BAYAN:
Den bagus... Njul...
(Melihat Aria Suruh yang
tertidur)
Wah, sudah terlelap rupanya.
Bayan menyalakan perapian dan kemudian istirahat sendiri.
CUT TO.

Anda mungkin juga menyukai