Adegan 1
Ratu Klungkung : “ Seperti yang kalian ketahui, kerajaan kita sedang diserang
habis – habisan oleh kerajaan Blambangan yang ingin memperluas daerah
kekuasaannya. Kalian harus pergi meninggalkan kerajaan ini. Bersembunyilah,
ibu tidak tahu apakah kita akan mempertahankannya lagi. Ambillah perbekalan
yang telah ibu siapkan ini. Rupaksa, tolong jaga adikmu. “
Surati : “Apa? Jadi ibu tidak ikut bersama kami? Apa yang sedang ibu
pikirkan?!’
Surati : “Tidak!! Ini tidak benar, ibu harus ikut bersama kami !”
Ratu Klungkung : “Tidak akan pernah terucap dari mulutku aku menyerahkan
kerajaan ini kepadamu!” (sambil menghunuskan pedang)
Surati : “Tidak kakak…. Aku tidak mau… dengan siapa aku disini?”
Dayang 3 : “Dan Raden berpesan agar kau tidak mudah memberi tahu asal –
usulmu.
Raden Banterang : “Pagi ini aku akan berburu, Siapkan alat berburu!!”
Pengawal 1 dan 2 : “Bagaimana kalau kita ke hutan saja, karna pasti di hutan
banyak kijang melintas”.
Raden banterang :’’Coba lihat! ada seekor kijang besar dan bagus. Akan ku
panah dia. Waahhhh….. Dia lolos! Akan ku kejar dia.”
Pengawal 2:”Yasudah kalau begitu kita tunggu saja dijalan keluar tempat ini.”
Raden Banterang : “Ehmmmm….. Gerangan gadis nan cantik jelita itu ya…?
Benarkah dia seorang manusia? Atau jangan – jangan penunggu hutan ini? Hei
yang disana! Kau ini manusia atau penunggu hutan ini?”
Raden Banterang : “Darimana kau berasal? Lalu mengapa kau ada disini?”
Raden Banterang : “Oh begitu, tapi aku tidak melihat kakakmu disini”
Surati : “Ya kau benar. Sudah hampir satu bulan kami terpisah”
Raden Banterang : “Kalau begitu, apakah kau mau ikut bersamaku ke istana
dan menjadi permaisuriku?”
Raden Banterang : “Tentu saja, kau dalah gadis tercantik yang pernah kutemui
dan hanya kamulah yang aku inginkan menjadi permaisuriku”
Surati : “Dengan segala kerendahan hati, aku mau menerima lamaran ini.
Dengan satu syarat yaitu Raden harus setia dan bisa menjagaku.”
Raden Banterang : “Tanpa kau minta pun, aku pasti akan melakukan itu.
Karena itu adalah kewajiban seorang ksatria.”
Pengawal 1 : “Nah itu Raden tapi dengan siapa ya? Raden, tidak apa – apa
kan…? Kami tadi sangat cemas kehilangan jejak Raden di hutan”
Prabu Menak Prakoso : “Tidak !!!! Ayah tidak setuju!!! Mengapa kau harus
menikahi seorang perempuan yang tidak jelas asal usulnya”
Raden Banterang : “Tetapi dia wanita yang baik yah… Aku sangat
mencintainya…”
Prabu Menak Prakoso : “Terserah kau saja lah, ayah tidak akan mencampuri
urusanmu lagi!!!”
Adegan 4 :
Rupaksa : “Sungguh aku tidak berbohong bahwa aku ini kakakmu yang telah
lama terpisah denganmu semenjak di hutan”
Rupaksa : “Sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku mendengar bahwa
nama permaisuri Kerajaan ini adalah Surati dan ternyata itu adalah adik
kandungku sendiri”
Rupaksa : “Perlu kau ketahui bahwa yang menyebabkan ibu meninggal adalah
Prabu Menak Prakoso ayah dari Raden Banterang suamimu”
Surati : “Aku tak mau kak. Walaupun dia anak dari pembunuh orang tua kita
tapi dia telah menyelamatkan dan aku pun mencintainya. Ku mohon kakak
maafkannya jangan kau menyimpan dendam. Karna tidak baik”
Rupaksa : “Terus terang bahwa kakakmu ini sangat kecewa sekali karna kau
tidak mendukung rencana kakak. Kalau kau tidak mau membunuh suamimu,
maka simpanlah keris itu sebagai tandab kenang – kenangan dariku”
(LALU RUPAKSA TERSEBUT PERGI KARNA DIA TIDAK SUDI
BERLAMA – LAMA BERADA DI ISTANA)
Adegan 5 :
Rupaksa : “Itu tidak penting paduka tau siapa saya kalau paduka tidak percaya
dengan omongan hamba lihatlah sesuatu yang disimpan di bawah bantal
permaisuri”
Raden Banterang : “Awas saja kalau kau berbohong padaku! Akan ku suruh
pengawalku mencarinya dan memberimu hukuman mati”
Raden Banterang : “Apa benar dinda ingin membunuhku dengan keris ini?
Begitukah balasan dinda pada kanda?”
Surati : “Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak punya maksud begitu”
Raden Banterang : “Lalu buat apa keris ini di bawah bantal dinda?”
Surati : “Keris ini adalah kenang – kenangan dari kakak adinda. Sungguh
adinda tidak pernah berfikir untuk membunuh kakanda. Bahkan adinda rela
mati demi keselamatan kakanda”
Raden Banterang : “Kakanda sudah tidak percaya dengan omongan dinda lagi.
Surati : “Tolong kakanda dengar pernyataan dinda, jangan bunuh dinda dengan
keris ini. Dinda mohon jangan kotori tangan kakanda,
Surati : “Dinda sendiri yang akan menyelam pada sungai ini Apabila dinda
telah masuk ke dalam sungai dan ternyata air sungai ini menjadi jernih serta
wangi, maka dinda tak bersalah dan sebaliknya apabila airnya keruh dan berbau
busuk maka dinda bersalah”