Anda di halaman 1dari 8

 

Adegan 1

Ratu Klungkung : “Rupaksa ! Surati ! Cepat kemari !”

Rupaksa : “ Ada apa ibu? Kenapa ibu memanggil kami ?”

Ratu Klungkung : “ Seperti yang kalian ketahui, kerajaan kita sedang diserang
habis – habisan oleh kerajaan Blambangan yang ingin memperluas daerah
kekuasaannya. Kalian harus pergi meninggalkan kerajaan ini. Bersembunyilah,
ibu tidak tahu apakah kita akan mempertahankannya lagi. Ambillah perbekalan
yang telah ibu siapkan ini. Rupaksa, tolong jaga adikmu. “

Surati : “Apa? Jadi ibu tidak ikut bersama kami? Apa yang sedang ibu
pikirkan?!’

Ratu Klungkung : “Ibu adalah seorang pemimpin disini, ibu harus


mengusahakan yang terbaik hingga titik darah penghabisan. Sudahlah Rupaksa
tolong kau bawa adikmu pergi, cepatlah !”

Surati : “Tidak!! Ini tidak benar, ibu harus ikut bersama kami !”

SETELAH KEDUA ANAKNYA PERGI, KERAJAAN BLAMBANGAN


PUN BERHASIL MEMATAHKAN KEKUATAN KERAJAAN
KLUNGKUNG

Prabu Menak Prakoso : “Hei, Ratu Klungkung kerajaan mu telah diserang


dari segala arah. Menyerahlah sekarang juga.”

Ratu Klungkung : “Tidak akan pernah terucap dari mulutku aku menyerahkan
kerajaan ini kepadamu!” (sambil menghunuskan pedang)

Prabu Menak Prakoso : “Baiklah jika itu maumu.” ( sambil menghunuskan


pedang)

Ratu Klungkung ; “Tidak akan ku biarkan ku menyerahkan kerajaan ini


dengan mudah. Baik kita lihat siapa yang akan menang.”

(PERTARUNGAN PUN DIMULAI DAN DIAKHIRI DENGAN


KEMATIAN RATU KLUNGKUNG)
Adegan 2 :

SETELAH TIBA DI HUTAN, SANG KAKAK YAITU RUPAKSA


MEMUTUSKAN AGAR MEREKA BERDUA BERPISAH DENGAN
TUJUAN MENGECOH LAWAN.

Rupaksa : “Maaf Surati tapi kakak harus meninggalkanmu disini.”

Surati : “Tidak kakak…. Aku tidak mau… dengan siapa aku disini?”

Rupaksa : “Maaf Surati, tapi ku harap kau baik” saja.”

Surati : “Tidak…. Tidak mau…. (menangis)”

RUPAKSA MENINGGALKAN SURATI SEORANG DIRI DI HUTAN


DAN DIAM” MENGIRIM BEBERAPA DAYANG UNTUK MENJAGA
SURATI.

Dayang 3 : “Putri Surati apa kau baik” saja?”

Dayang 4 : “Kami diputuskan oleh Raden Rupaksa untuk tetap menjagamu”

Surati : “Lalu dimana kakakku sekarang?”

Dayang 3 : “Maaf tapi kami tidak tahu”

Dayang 4 : “Raden Rupaksa segera pergi setelah memberi perintah”

Dayang 3 : “Dan Raden berpesan agar kau tidak mudah memberi tahu asal –
usulmu.

AKHIRNYA SURATI PUN DITEMANI KEDUA DAYANG DARI


KERAJAAN KLUNGKUNG TERSEBUT. DI SISI LAIN, SETELAH
KERAJAAN KLUNGKUNG TUNDUK, PRABU MENAK PRAKOSO
MEMERINTAHKAN PUTRANYA RADEN BANTERANG UNTUK
SEMENTARA MEMIMPIN BLAMBANGAN, KARNA SANG PRABU
AKAN TINGGAL DI KERAJAAN KLUNGKUNG UNTUK BEBERAPA
SAAT.
Adegan 3 :

Prabu Menak Prakoso : “Anakku, karna ayah sementara akan tinggal di


Klungkung, Tolong jaga Kerajaan Blambangan dengan baik ya..”

Raden Banterang : “Baik ayah, akan kulaksanakan perintahmu dengan baik”

DISUATU PAGI YANG CERAH DI KERAJAAN BLAMBANGAN

Raden Banterang : “Pagi ini aku akan berburu, Siapkan alat berburu!!”

Pengawal 1 dan 2 : “Baik Raden. Peralatan sudah kami siapkan”

Raden Banterang : “Menurutmu kemana kita akan berburu?”

Pengawal 1 dan 2 : “Bagaimana kalau kita ke hutan saja, karna pasti di hutan
banyak kijang melintas”.

Raden banterang:”Kalau begitu kita berangkat sekarang.”

Pengawal 1 dan 2 :”Siap raden”

Raden banterang :’’Coba lihat! ada seekor kijang besar dan bagus. Akan ku
panah dia. Waahhhh….. Dia lolos! Akan ku kejar dia.”

Pengawal 1 dan 2:”Tunggu Raden! Tunggu kami Raden!”

(Kedua pengawal tersebut mengejar Raden, Tetapi mereka kehilangan


jejak Raden ditengah hutan).

Pengawal 1:”Waduuuuh!!! bagaimana ini……?? Kita kehilangan jejak raden.”

Pengawal 2:”Yasudah kalau begitu kita tunggu saja dijalan keluar tempat ini.”

Raden Banterang:”Akhirnya kau kena juga Kijang…..!!”(Tersenyum senang


dan bangga).” Lho….mana para pengawalku ya…? Ehm… pasti kami terpisah
gara-gara tadi larinya cepat. Tapi, aku yakin mereka pasti menungguku di jalan
keluar hutan ini. Karena mereka pasti sudah hafal kebiasaanku.”
DIA PUN BERHENTI SEJENAK, DAN MEMUTUSKAN UNTUK
BERISTIRAHAT DI TEPI TELAGA, DI KALA ISTIRAHATNYA,
MUNCUL GADIS CANTIK NAN JELITA DARI BALIK POHON, DIA
NAMPAK KELELAHAN SEPERTI DIKEJAR SESUATU

Raden Banterang : “Ehmmmm….. Gerangan gadis nan cantik jelita itu ya…?
Benarkah dia seorang manusia? Atau jangan – jangan penunggu hutan ini? Hei
yang disana! Kau ini manusia atau penunggu hutan ini?”

Surati : “Saya manusia! Nama saya Surati”

Raden Banterang : “Darimana kau berasal? Lalu mengapa kau ada disini?”

Surati : “Hamba berada di tempat ini bersama kakak saya”

Raden Banterang : “Oh begitu, tapi aku tidak melihat kakakmu disini”

Surati : “Ya kau benar. Sudah hampir satu bulan kami terpisah”

Raden Banterang : “Kalau begitu, apakah kau mau ikut bersamaku ke istana
dan menjadi permaisuriku?”

Surati : “Apakah saya ini pantas bersanding dengan Raden?”

Raden Banterang : “Tentu saja, kau dalah gadis tercantik yang pernah kutemui
dan hanya kamulah yang aku inginkan menjadi permaisuriku”

Surati : “Dengan segala kerendahan hati, aku mau menerima lamaran ini.
Dengan satu syarat yaitu Raden harus setia dan bisa menjagaku.”

Raden Banterang : “Tanpa kau minta pun, aku pasti akan melakukan itu.
Karena itu adalah kewajiban seorang ksatria.”

(SETELAH ITU RADEN BANTERANG BERSAMA DENGAN SURATI


MENUJU KELUAR HUTAN)

Pengawal 1 : “Nah itu Raden tapi dengan siapa ya? Raden, tidak apa – apa
kan…? Kami tadi sangat cemas kehilangan jejak Raden di hutan”

Raden Banterang ; “Ya…Tadi karna terlalu bersemangat berburu kijang itu


sehingga aku lupa bahwa kalian ikut. Tapi, bersyukur sekali karna sekaligus
menemukan tambatan hati”
Pengawal 2 : “Syukurlah kalau Raden sudah mendapatkan tambatan hati. Kami
juga ikut senang, Kalau Raden senang”

Raden Banterang : “Yasudah kalau begitu bergegas pulang ke istana dan


merayakan pesta pernikahanku dengan Surati”

Pengawal 1 dan 2 : “Baik Raden”

BEBERAPA HARI SETELAH KEPULANGAN RADEN BANTERANG,


KERAJAAN MENGGELAR PESTA PERNIKAHAN UNTUK
KEDUANYA,SELURUH RAKYAT MENYAMBUTNYA DENGAN
SUKA CITA

Rakyat : “Selamat ya….(suasana sangat ramai)”

MESKIPUN PADA AWALNYA SANG RAJA BLAMBANGAN PRABU


MENAK PRAKOSO TIDAK SETUJU HUBUNGAN PERNIKAHAN INI
KARNA ASAL USUL SURATI YANG TIDAK JELAS

Raden Banterang : “ Sudahlah yah, setujui saja pernikahanku ini..”

Prabu Menak Prakoso : “Tidak !!!! Ayah tidak setuju!!! Mengapa kau harus
menikahi seorang perempuan yang tidak jelas asal usulnya”

Raden Banterang : “Tetapi dia wanita yang baik yah… Aku sangat
mencintainya…”

Prabu Menak Prakoso : “Terserah kau saja lah, ayah tidak akan mencampuri
urusanmu lagi!!!”

Raden Banterang : “Yah…. Ayah… Aku mohonlah….”

KEMUDIAN SANG PRABU PERGI BEGITU SAJA KELUAR DARI


KERAJAAN

Adegan 4 :

BEBERAPA HARI SETELAH DILANGSUNGKANNYA PERNIKAHAN


SURATI DAN RADEN BANTERANG

Pengawal 1 : “Mohon maaf permaisuri, hamba menghadap”

Surati : “Dia siapa? Dan mengapa ia kesini?”


Pengawal 1 : “Hamba tidak tau permaisuri, yang jelas dia sangat ingin bertemu
dengan permaisuri”

Surati : “Baiklah, bawa dia kesini!”

Pengawal 1 : “Baik permaisuri”

Rupaksa : “Surati! Surati! Aku ini kakak kandungmu”

Surati: “Apa benar kau kakakku?”

Rupaksa : “Sungguh aku tidak berbohong bahwa aku ini kakakmu yang telah
lama terpisah denganmu semenjak di hutan”

Surati : “Maafkan aku yang sedikit melupakanmu” (berpelukan)

Rupaksa : “Sebenarnya selama ini aku mencarimu, lalu aku mendengar bahwa
nama permaisuri Kerajaan ini adalah Surati dan ternyata itu adalah adik
kandungku sendiri”

Surati : “Lalu, apa maksud kedatangan kakak kesini?”

Rupaksa : “Perlu kau ketahui bahwa yang menyebabkan ibu meninggal adalah
Prabu Menak Prakoso ayah dari Raden Banterang suamimu”

Surati : “Kakak tidak bercanda kan?”

(KARNA TERLALU SYOK TUBUH PERMAISURI MENJADI


GEMETAR)

Rupaksa : “Apa aku kelihatan bercanda? Aku kesini untuk menyerahkan


sebuah keris dan gunakanlah untuk membunuh suamimu”

Surati : “Aku tak mau kak. Walaupun dia anak dari pembunuh orang tua kita
tapi dia telah menyelamatkan dan aku pun mencintainya. Ku mohon kakak
maafkannya jangan kau menyimpan dendam. Karna tidak baik”

Rupaksa : “Terus terang bahwa kakakmu ini sangat kecewa sekali karna kau
tidak mendukung rencana kakak. Kalau kau tidak mau membunuh suamimu,
maka simpanlah keris itu sebagai tandab kenang – kenangan dariku”
(LALU RUPAKSA TERSEBUT PERGI KARNA DIA TIDAK SUDI
BERLAMA – LAMA BERADA DI ISTANA)

Adegan 5 :

DIKARENAKAN KEKECAWAANNYA KEPADA SANG ADIK,


RUPAKSA PUN NEKAT MENEMUI RADEN BANTERANG YANG
TELAH MEMBUNUH IBUNYA TERSEBUT

Rupaksa : “Sembah hamba paduka. Tuanku, keselamatan tuan terancam


bahaya Karena permaisuri punya rencana hendak membunuh paduka”

Raden Banterang : “Siapa engkau? Berani – beraninya kau memfitnah


istriku?!”

Rupaksa : “Itu tidak penting paduka tau siapa saya kalau paduka tidak percaya
dengan omongan hamba lihatlah sesuatu yang disimpan di bawah bantal
permaisuri”

Raden Banterang : “Awas saja kalau kau berbohong padaku! Akan ku suruh
pengawalku mencarinya dan memberimu hukuman mati”

(RADEN PUN PERGI KE ISTANA DAN LANGSUNG MENUJU


KAMAR PRIBADI MEREKA)

Raden Banterang : “Astaga….!!! Ternyata ada keris di bawah bantal istriku”

(KEMUDIAN, RADEN BANTERANG PUN PERGI MENCARI SURATI)

Raden Banterang : “Surati…!!!! Surati…!!!”

Surati : “Ada apa kakanda….? Sepertinya kakanda sedang marah”

Raden Banterang : “Apa benar dinda ingin membunuhku dengan keris ini?
Begitukah balasan dinda pada kanda?”

Surati : “Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak punya maksud begitu”

Raden Banterang : “Lalu buat apa keris ini di bawah bantal dinda?”

Surati : “Keris ini adalah kenang – kenangan dari kakak adinda. Sungguh
adinda tidak pernah berfikir untuk membunuh kakanda. Bahkan adinda rela
mati demi keselamatan kakanda”
Raden Banterang : “Kakanda sudah tidak percaya dengan omongan dinda lagi.

IBLIS DI SEKITAR SUNGAI MULAI MERASUKI TUBUH RADEN


BANTERANG. RADEN BANTERANG MENGELUARKAN KERIS
YANG DIBAWANYA BERNIAT INGIN MENIKAM SURATI

Surati : “Tolong kakanda dengar pernyataan dinda, jangan bunuh dinda dengan
keris ini. Dinda mohon jangan kotori tangan kakanda,

Raden Banterang : “Apa yang akan dinda lakukan sebagai gantinya”

Surati : “Dinda sendiri yang akan menyelam pada sungai ini Apabila dinda
telah masuk ke dalam sungai dan ternyata air sungai ini menjadi jernih serta
wangi, maka dinda tak bersalah dan sebaliknya apabila airnya keruh dan berbau
busuk maka dinda bersalah”

SEKETIKA SELURUH IBLIS YANG MERASUKI TUBUH RADEN


BANTERANG MENGHILANG. RADEN BANTERANG TERSADAR
DAN MENYESALI PERBUATANNYA. TERCIUM BAU WANGI
SETELAH SURATI MELOMPAT MASUK KE DALAM SUNGAI.

Raden Banterang : “Maafkan kakanda yang tidak percya denganmu


dinda….Tercium bau wangi… Banyu Wangi….Banyu Wangi…. Banyune
wangi…”

BERHARI – HARI RADEN BANTERANG TERDUDUK DI TEPI


SUNGAI DENGAN HANYA MENGUCAP BANYU WANGI, BANYU
WANGI, BANYUNE WANGI.. SETELAH ITU MAKA
DIPUTUSKANNYA BAHWA NAMA TEMPAT TERSEBUT ADALAH
KOTA BANYUWANGI

Anda mungkin juga menyukai