Anda di halaman 1dari 9

LUTUNG KASARUNG

Alkisah pada zaman dahulu kala di Pasundan ada sebuah kerajaan yang
dipimpin oleh seorang Raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapak Agung mempunyai seorang istri yang dikaruniai dua orang putri yang kini
sudah dewasa dan sangat cantik jelita. Akan tetapi, sifat kedua putrinya sangatlah
berbeda. Kedua putri tersebut bernama Purbararang dan adiknya Purbasari. Hingga
akhirnya pada suatu hari, sang permaisuri Prabu merasa cemas karena usia sang prabu
sudah terlalu tua untuk memimpin kerajaan di negeri ini.

#Adegan 1 (Di kamar)

Istri Prabu : “Kanda, sepertinya usiamu sudah tua untuk memimpin kerajaan ini.
Bagaimana jika kita serahkan saja kerajaan ini kepada salah satu putri
kita?”

Prabu Tapak Agung : “(sambil batuk) Ukhukhuk.. Kamu benar Dinda, sebaiknya kita serahkan
tahta ini kepada Purbasari putri bungsu kita.”

Istri Prabu : “Tapi bagaimana dengan Purbararang?” (dengan wajah bingung).

Prabu Tapak Agung : “Hem.. Kita sudah melewati masa kecil mereka, jadi kita sudah tahu
sifat-sifat mereka. Dan menurutku Purbasarilah yang pantas untuk
meneruskan tahtaku.”

#Adegan 2

Prabu Tapak Agung : “Dinda, panggillah kedua putri kita kemari!”

Istri Prabu : “Baik kanda, aku akan segera memanggil Purbasari dan Purbararang.”

(Istri Prabu bergegas memanggil Purbararang dan Purbasari)

Purbararang dan Purbasari pun menghadap kepada Ayahandanya.

Purbasari : “Ada apa Ayahanda memanggil kami berdua kemari?”

1
Prabu Tapak Agung : “Begini putriku, usia Ayah sudah semakin tua untuk memimpin kerajaan
ini. Ayah akan menyerahkan tahta ini kepada salah satu diantara kalian.”

Purbararang dengan raut wajah penuh harapan dan yakin pasti dialah yang
meneruskan Prabu Tapak Agung karena dia anak sulung.

Prabu : “Ayah akan menyerahkan tahta ini pada Purbasari.”

Purbararang : “APA...! Ayah akan menyerahkan tahta kerajaan ini kepada Purbasari,
sedangkan aku adalah anak sulungmu. Ayah tidak adil” (dengan wajah
memerah)

Prabu Tapak Agung : “Jangan terpancing emosi dulu purbararang.”

Purbararang : “TAPI KENAPA AYAH !!”

Prabu Tapak Agung : “Rencana ini sudah ayah dan ibumu pikirkan sejak dulu dan Purbasari
lah yang pantas memimpin kerajaan ini.”

Purbararang : “TAPI KENAPA HARUS PURBASARI AYAH !!!” (Sambil


memberontak)

Prabu Tapak Agung : *Shok (sambil memegang dada sebelah kiri karena sesak nafas dan
terjatuh)

Purbararang : (menangis tersedu-sedu) “Ayah.. Ayah…”

Purbasari : “Ayah.. Ayahanda jangan pergi, bangunlah jangan tinggalkan kami.”


(sambil nangis tersedu-sedu)

Istri Prabu : “Kanda bangunlah, jangan tinggalkan Dinda.” (sambil menangis)

Ayah Purbararang dan Purbasari pun meninggal dunia karena serangan


jantung.

#Adegan 3 (Di hutan)

2
Akhirnya setelah kematian Prabu Tapak Agung,seminggu sebelum penobatan
Purbasari menjadi seorang Ratu, Purbararang mempunyai niatan jahat untuk
mencelakakan adiknya. Ia bersama tunangannya pergi untuk mencari seorang Penyihir di
tengah hutan dengan harapan dapat membantunya dalam menjalankan niat jahat
Purbararang yaitu menggagalkan penobatan Purbasari sebagai seorang Ratu kerajaan.

Purbararang : “Akang, lebih cepat jalannya.”

Indrajaya : “Sabar Dinda, ini sedang jalan.” (dengan nada sedikit marah)

Sampailah mereka ditengah hutan dan mereka pun menemukan rumah


Penyihir.

Purbararang : “Akang lihatlah ! Sepertinya kita telah menemukan rumah Penyihir itu.
Ayo cepat kita kesana.” (sambil bergegas menuju rumah Penyihir)

Indrajaya : “Iya sudah, ayo Dinda…”

Tiba-tiba keluarlah Penyihir itu, dengan membawa tongkat saktinya.

Penyihir : (tertawa) “Hihihi.. Sedang apa kalian datang kemari?”

Indrajaya : (ketakutan, bersembunyi dibelakang pundak Purbararang) “Dinda, ayo


kita pulang saja.”

Penyihir : “Jangan takut anak muda, aku tahu maksud kedatangan kalian kemari.
Kalian pasti ingin mencelakan seseorang.”

Indrajaya : “Wah.. Penyihir ini hebat sekali ya. Belum dikasih tahu maksud dan
tujuan kami kemari, tapi dia sudah tahu.”

Penyihir : (sambil memberikan ramuan yang telah yang dibuatnya) Ini, berikan
ramuan ini kepada Purbasari. Dia akan mengeluarkan bau yang
menyengat dari tubuhnya.”

Purbararang : (tersenyum pahit) “Terima kasih kek, Ini ada kepingan emas untukmu.”

Setelah mendapatkan ramuan itu Purbararang dan Indrajaya bergegas pulang


menuju kerajaan. Sesampainya di kerajaan, Purbararang dan Indrajaya langsung

3
melaksanakan tugas untuk mencelakai Purbasari. Mereka memberi minuman yang
didapatkan dari Penyihir ke Purbasari.

(Setelah 5 detik Purbasari pun datang dan meminum minumannya. Setelah itu
Purbasari berjalan menuju kamarnya).

#Adegan 4 (Di kamar Purbasari)

Tiba-tiba seluruh orang yang berada di Kerajaan mencium bau tidak enak.
Semakin dekat menuju kamar Purbasari, semakin tercium aroma amis dan busuk dari
Purbasari. Sampai-sampai keluarga kerajaan pun hampir tidak kuat untuk mencium
aromanya.

Pengawal : (mengutuk pintu kamar Purbasari) “Tuan Putri, bisakah bukakan


pintunya sebentar.”

Purbasari : (dengan keadaan takut dan bingung, karena keadaan kulitnya yang
membusuk) “Haduh bagaimana ini?”

Purbararang : “Sudahlah jangan terlalu lama, mari kita dobrak saja pintu ini!” (dengan
nada tinggi)

Pengawal pun segera mendorong pintu itu dengan kasar, sehingga terbukalah
pintu kamar Purbasari.

Purbararang : “Wah ternyata bau itu berasal dari tubuh Purbasari, Bunda?” Usir saja dia
dari kerajaan ini daripada menimbulkan resah masyarakat!” (dengan
nada marah)

Istri Prabu : (berfikir sejenak) “Kau benar Purbararang. Patih, bawa dia pergi dari
kerajaan ini sebelum rakyat mengetahui hal ini.”

Purbasari : “Tapi.. Bunda?” (sembari memelas, melutut dikaki Bunda)

Purbararang : “Pergi kau! Kau tak pantas berada disini.” (sembari mendorong
Purbasari dari kaki Bundanya). “Patih cepatlah bawa dia pergi dari sini,
aku sudah tidak tahan menahan bau busuk ini.”

4
Patih : ”Baiklah Putri Purbararang, saya akan membawa Putri Purbasari pergi
jauh dari kerajaan ini.” (dengan wajah yang sedih)

Sang Patih pun membawa Putri Purbasari ke hutan yang jauh dari
pemukiman rakyat.

#Adegan 5 (Di hutan)

Sampailah Patih dan Purbasari di hutan. Sang Patih membuat rumah dari
bambu untuk tempat tinggal Purbasari.

Patih : “Purbasari, tinggalah kau disini! Paman akan mengirim persedian


makanan untukmu. Jagalah dirimu disini baik-baik. Penderitaan ini akan
segera berakhir. Bersabarlah….(dengan nada yang lembut)

Purbasari : “Iya Paman terima kasih atas semuanya. Pergilah! Aku tahu kau pasti tidak
kuat mencium bau busuk badanku ini.” (dengan wajah sedih)

Sang Patih pun pergi kembali ke istana. Di tengah hutan belantara Purbasari
hidup dengan damai yang ditemani oleh berbagai macam hewan. Diantara hewan tersebut
ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian
kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan
mengambilkan bunga-bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.

Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan
ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Tidak
lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil,
airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum. Dan keesokan harinya
Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut.

Lutung Kasarung : (mengajak Purbasari menuju telaga dengan bahasa isyaratnya)

Purbasari : “Apa manfaatnya bagiku?” (pikir Purbasari)

Lutung Kasarung : (meyakinkan Purbasari untuk mandi di telaga tersebut memakai bahasa
isyarat monyet)

Purbasari : “Baiklah akan kuturuti kemauanmu.”

5
Akhirnya Purbasari menceburkan dirinya ke telaga. Tak lama setelah Ia
menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti
semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia
bercermin ditelaga tersebut.

Purbasari : (kaget) “Hah.. kulitku kembali seperti semula.”

Lutung Kasurung : (bergembira, sambil bertepuk tangan seperti monyet)

Setelah beberapa bulan penobatan Purbararang sebagai ratu di kerajaan,


Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya
dan pengawalnya. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan
saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula.

Purbararang : “Apa? Kenapa kau bisa berubah seperti dulu lagi?” (sambil wajah
kebingungan)

Purbasari : “Tidak perlu kau tahu, bagaimana aku bisa kembali seperti ini. Yang
jelas dengan aku yang seperti ini, aku bisa kembali melanjutkan amanat
yang telah Ayahanda kepadaku untuk memimpin kerajaan.”

Purbararang : “Tidak! Tidak bisa, akulah sang ratu. Aku sudah dinobatkan sebagai ratu
beberapa bulan yang lalu!” (dengan nada tinggi)

Purbasari : “Tentu saja bisa, ini adalah amanat Ayahanda sebelum Beliau meninggal
dunia. Dan tidak ada yang bisa menentang amanat Ayahanda.

Purbararang : “Baiklah, bagaimana jika kita adu ketampanan tunangan kita?” (Sambil
menarik Iengan Indrajaya) “Mana tunanganmu?”

Purbasari : (kebingungan, kemudian tanpa sadar Ia menarik Lutung Kasarung tanpa


ragu) “Ini, inilah tunanganku”.

Purbararang dan Indrajaya : (tertawa terbahak-bahak melihat Purbasari membawa sang Lutung)

Purbararang : “Jadi monyet itu tunanganmu?”

Purbasari : (diam dan membisu)

6
Dengan seketika, saat Purbararang dan Indrajaya tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba mereka terkejut melihat sesosok Lutung yang berubah menjadi pangeran
tampan.

Lutung Kasarung : “Akulah wujud asli dari seekor lutung. Dan aku akan segera menikahi
Purbasari.”

Purbararang : “ Apa tidak mungkin!” (dengan wajah heran)

Lutung Kasarung : “Tidak akan ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kau tahu? Aku adalah
seorang pangeran yang dikutuk.

Purbasari : “Apa kau seorang pangeran?” (dengan wajah kaget)

Lutung Kasarung : “Ya aku adalah seorang pangeran. Dan kutukanku kini berakhir ketika
seorang gadis mencintaiku dengan hati yang tulus. Dan gadis itu adalah
kau Purbasari. (sambil menunjuk Purbasari)

Purbararang : “Apa? Lalu untuk apa aku memasukan racun kedalam makanan
Purbasari, jika akhirnya dia menemukan kebahagiannya. Ini tak adil!”
(dengan nada marah)

Tanpa disengaja, Patih datang dan mendengar semua percakapan mereka.

Patih : “Jadi selama ini kaulah biyang keladi semua ini Purbararang. Pengawal
tangkap dia dan hakimi dia dikerajaan!” (nada marah)

Pengawal : “Baik Tuan.” (menangkap Purbararang dan Indrajaya)

Purbararang : “Maafkan aku paman” (Sambil menangis dan memberontak)

Patih : “Sudah Paman duga semuanya akan berakhir. Bagaimana keadaanmu?


Dan benarkah pria tampan ini adalah tunanganmu?” (sambil menunjuk
Lutung Kasarung)

Purbasari : “Aku baik-baik saja Paman. Ya benar Paman, dia adalah tunanganku.”

Patih : “Bagaimana jika sekarang kita pulang? Dan pertemukan tunanganmu


kepada ibumu. Sungguh ibumu sangat merindukanmu.”

7
Purbasari : (menghadap pangeran) “Pangeran maukah kau ikut bersamaku ke
kerajaan?”

Lutung Kasarung : “Sudahku putuskan saatku menemanimu di hutan, aku akan selalu
bersamamu kemanapun kamu pergi.”

Purbasari : (tersenyum)

Mereka pun pulang menuju kerajaan. Sesampainya di kerajaan Permaisuri


sedang memberi hukuman kepada Purbararang dan Indrajaya.

Istri Prabu : “Tidak kusangka aku yang melahirkanmu dan membesarkanmu, tapi
mengapa kau tega berlaku seperti itu kepada adikmu? Ibu tidak pernah
mendidikmu seperti itu?”

Purbararang dan Indrajaya : “Maafkan kami, jangan hukum kami Bunda?”

Purbasari : “Sudah Bunda tidak usah dihukum aku telah memaafkan mereka semua.”

Istri Prabu : “Kamu memang Putriku yang baik, dan kamu memang pantas memimpin
kerajaan ini dibandingkan Kakakmu. (sambil memegang tangan
Purbasari) Tetapi hukum harus tetap dijalankan agar mereka jera.”

Patih : “Apa yang dikatakan ibumu memang benar. mereka telah banyak
melakukan kesalahan, mereka pantas menerimanya!”

Purbasari : (menunduk diam dan pasrah)

Patih : “Pengawal sekarang bawa mereka menuju penjara!”

Pengawal : “Baik Patih.”

Purbararang : “Tidak…..” (berteriak)

#Adegan 6 (Di aula kerajaan)

Keesokan harinya, pesta penobatan Purbasari menjadi Ratu digelar dengan


meriah.

Lutung Kasarung : “Purbasari, maukah kau ,menjadi ratu dan pendamping hidupku.”

8
Purbasari : “Tentu.” (tersenyum bahagia)

Istri Prabu : (merangkul Purbasari) ”Kalian sekarang sudah resmi menjadi sepasang
Raja dan Ratu. Semoga kalian hidup bahagia.”

Rakyat : (tepuk tangan)

Akhirnya Purbasari dan Lutung Kasarung hidup bahagia didalam kerajaan.


Demikian drama cerita rakyat Lutung Kasarung yang dapat kami persembahkan. Terima
kasih, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. (semuanya menundukan badan)

Anda mungkin juga menyukai