Anda di halaman 1dari 11

Lutung Kasarung

Dahulu kala ada seorang ratu yang adil dan bijaksana ia bernama Purba Tapa Agung,
ia pun memiliki 2 orang putri yang sangat cantik mereka adalah Purbasari si sulung dan
Purbararang si bungsu. Suatu hari sang ratu merasa risau karena sampai saat ini belum
menemukan pewaris tahta yang tepat untuk menggantikannya.
Ratu Purba : Duh gusti, umurku sudah lanjut usia. Tapi sampai detik ini belum ada anakku
yang pantas untuk mewarisi dan meneruskan pekerjaan ini. Dayang!
Dayang : Ada apa paduka ratu?
Ratu Purba : Panggilkan penasihatku, Sunan Ambu.
Dayang : Baik paduka.
            Kemudian, Sunan Ambu masuk.
Ratu Purba : Penasihatku, bagaimana ini? Umurku sudah semakin tua tetapi belum ada
anakku yang pantas untuk mewarisi tahtaku.
Sunan Ambu : Wahai ratu yang baik, janganlah risau. Sudah saatnya kamu beristirahat.
Tinggalkanlah istana. Dan berikanlah tahta itu kepada putri bungsu Purbasari. Laksanakanlah
keinginanmu untuk jadi petapa.
Ratu Purba : Baik jika itu memang keputusan yang terbaik.
Keesokan harinya..
Ratu Purba : Dayang kemarilah! Panggilah kedua putriku kemari.
Dayang : Baik paduka.
P.sari/P.rarang : Hormat kami ibunda!
Ratu Purba : Bangunlah wahai putrid-putriku. Hari ini telah ibunda tetapkan, bahwa yang
akan mewarisi tahta kerajaan ini Adalah Purbasari.
Purbasari : Mohon ampun ibunda. Tetapi, bukankah sebaiknya yang menjadi ratu dan yang
mewarisi tahta kerajaan ini adalah kakanda Purbararang? Karena ia lebih pantas
dibandingkan ananda.
Indrajaya : Mohon ampun ratu! Benar yang dikatakan Purbasari, bahwa Purbararang lah yang
lebih pantas dibanding Purbasari.
Ratu Purba : Tidak, Purbasari lah yang lebih pantas! Ibunda percaya bahwa purbasari bisa
menjadi teladan bagi rakyatku di kerajaan ini. Apakah kau tidak merasa keberatan
Purbararang bila Purbasari yang menjadi Ratu di istana ini?
Purbararang : Tentu tidak ibunda, walaupun ananda ingin menjadi ratu di istana ini, tetapi
jika ibunda telah memutuskan akan ananda terima dengan lapang dada.
Ratu Purba : Patih, beritakanlah pada seluruh pelosok negeri bahwa Purbasari akan menjadi
ratu di kerajaan ini!
Patih : Baik, paduka ratu!
Ratu Purba : Baiklah, sekarang pergilah kalian untuk beristirahat. Dan untuk kamu
Purbararang terima kasih telah menerima keputusan yang ibunda buat.
Di sebuah ruangan, Purbararang tampak mondar-mandir kebingungan.
Indrajaya : Apa yang sedang adinda lakukan?
Purbararang : Adinda sedang mencari akal, bagaimana cara untuk mencelakai Purbasari.
Agar ia tidak menjadi pewaris tahta kerajaan Pasir Batang ini.
Indrajaya : Adinda tidak perlu khawatir lagi, karena kanda telah menyediakan sebuah boreh
yang bisa membuat Purbasari hitam kelam dan buruk rupa.
Purbararang : Ide yang sangat bagus kanda, karena adinda sudah tak sanggup lagi dibuatnya
menderita.
Ketika penjaga istana sedang beristirahat, purbararang dan Indrajayapun memasuki
kamar Purbasari.
Purbararang : Ayo cepat taburkan boreh itu kanda!
Indrajaya : Iya dinda, tunggu sebentar! Nah, sudah selesai.
Selesai dari itu semua, merekapun keluar dari kamar purbasari.
Kesokan harinya, purbasari terbangun dari tidurnya dan mengambil cermin yang ada
di atas mejanya.
Purbasari : Gusti, apa yang telah terjadi dengan wajahku? Mengapa kau datangkan penyakit
yang aneh ini?
Di sebuah ruangan, berkumpulah para penghuni istana karena telah mengetahui
penyakit yang aneh itu.
Purbararang : Ibunda, ananda tidak ingin bila purbasari masih tinggal di istana ini karena
dikhawatirkan penyakitnya akan menular kepada seluruh penghuni Pasir Batang ini.
Indrajaya : Betul yang di katakan Purbararang ratu, apakah ratu ingin semua rakyat tertular
dengan penyakitnya yang aneh itu? Asingkan saja ia ke hutan!
Ratu Purba : Purbasari putriku, Ibunda tidak bisa berbuat apa-apa, mungkin kau akan ibunda
asingkan sementara ke hutan. Karena ibundapun tak kuasa bila melihat penduduk Pasir
Batang ini menderita. Seperti yang dikatakan Purbararang dan Indrajaya. Maafkan ibunda
putriku!
Purbasari : Tidak apa ibunda! Ananda ikhlas bila harus meninggalkan istana dan tinggal di
hutan mohon doanya ayahanda!
Purbararang : Patih cepatlah bawa dia pergi dari sini. Aku sudah tidak kuat melihatnya.
Patih : Baik putri Purbararang, saya akan membawa putri Purbasari jauh dari sini.
Sesampainya di hutan..
Patih: Tuan putri, bersabarlah! Jadikan pembuangan ini sebagai kesempatan bertapa
memohon perlindungan dan kasih sayang para penghuni kahyangan.
Purbasari : Baik Patih, akan selalu ku ingat petuahmu itu.
Patih : Jangan khawatir! Lengser akan sering kemari dan mengirim persediaan.
Purbasari : Terima kasih Patih!
            Sementara di istana.
Ratu Purba : uhukhukuhuk!
Dayang : Apa yang terjadi paduka prabu, mengapa paduka sampai batuk darah seperti ini? Ini
ada obat, silahkan diminum!
Ratu Purba : Terima kasih, Dayang. Biarkan aku rehat sejenak. Dan tolong panggilkan
penasehatku.
Dayang : Baik, paduka ratu.
Sunan Ambu : Wahai ratu Purba, apakah kau sudah memutuskan pewaris tahta selanjutnya?
Ratu Purba : Belum. Aku sendiri sedang bingung dengan pewaris tahtaku karena Purbasari
calon pewaris tahtaku kini sudah diasingkan ke hutan. Apakah aku harus menjadikan
Purbararang sebagai ratu?
Sunan Ambu : Ya. Aku sudah mendengar kabar tentang putri Purbasari diasingkan ke hutan.
Tetapi, sungguh aku tidak mempercayai kerajaan ini kepadanya. Biarkanlah kita menunggu
putri Purbasari sembuh. Bukankah Lengser selalu menjaganya?
Ratu Purba : Benar, Sunan Ambu. Tetapi, akankah Purbasari akan sembuh?
Sunan Ambu : Semoga saja. Tenanglah paduka ratu. Selama putri Purbasari belom sembuh
dan kembali ke kerajaan. Bersabarlah sedikit demi kerajaan ini dan aku akan membantumu.
Ratu Purba : Terima kasih, Sunan Ambu.
Sunan Ambu : Baik, paduka ratu. Hamba mohon undur diri supaya paduka bisa beristirahat.
            Di hutan.
Purbasari : Fuuhh.. fuuhh.. Akhirnya aku berhasil membuat api unggun sebagai
penghangatku bermalam ini.
            *kresek kresek*
Purbasari : Hah! Siapa disana?
Lutung : Namaku Lutung.
Purbasari : Namaku Purbasari. Dimana kau? Aku tak dapat melihatmu karena di hutan ini
begitu gelap. Keluarlah dari semak-semak.
Lutung : Tidak. Jika aku keluar. Maka kau akan terkejut.
Purbasari : Tak apa. Keluarlah.
            Lutung pun keluar dari semak-semak. Purbasari pun terkejut.
Lutung : Apakah aku terlalu menakutkan sehingga kau sangat terkejut seperti itu?
Purbasari : Tidak. Lalu, apakah kau tidak takut denganku yang penuh dengan boreh ini?
Lutung : Tentu tidak.
Purbasari : Apakah kau tinggal di hutan ini?
Lutung : Ya. Aku tinggal disini. Apakah kau juga tinggal disini? Tetapi, sepertinya tidak
karena aku tidak pernah melihatmu.
Purbasari : Tidak. Aku adalah putri kerajaan Pasir Batang yang baru saja diasingkan ke hutan
karena penyakit kutukan yang aku dapat ketika aku terbangun pagi ini.
Lutung : Mohon ampun tuan putri karena hamba telah lancang berbicara denganmu.
Purbasari : Bangunlah. Bagaimana denganmu? Kau tampak seperti manusia yang menyerupai
kera. Apakah itu juga kutukan?
Lutung : Iya, ini adalah sebuah kutukan. Tapi kau sepertinya bukan kutukan. Lihat ada
beberapa bubuk sisa disekitar wajahmu. Aku yakin itu adalah bubuk hasil tanaman Gympie.
Purbasari : Benarkah? Apakah ini bisa disembuhkan?
Lutung : Tentu tuan putri. Basuhlah wajahmu dengan air yang ada di jamban salaka itu.
Beberapa saat kemudian.
Purbasari : Wajahku, terima kasih gusti kau telah memberikan kecantikanku kembali.
Lutung! Lutung! Wajahku, lihat wajahku!
Lutung : Putri purbasari, kau cantik sekali
Purbasari : Terima kasih lutung, tapi kau terlalu memuji ku.
Peristiwa di dalam hutan itu akhirnya terdengar lebih dahulu ke penasihat kerajaan,
Sunan Ambu.
Sunan Ambu : Hai, Aki! Apa yang telah terjadi di hutan? Mengapa sangat menjadi buah bibir
warga?
Aki : Anu, hutan kini menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat Indah dan belum lagi
pimpinan seekor lutung yang sangat besar. Seekor lutung itu menyebabkan kami tidak berani
memasuki taman itu.
Sunan Ambu : Benarkah?
Aki : Iya. Dan menurut warga yang lain, lutung yang besar itu berteman dengan putri
Purbasari.
Sunan Ambu : Terima kasih Aki.
            Di kerajaan.
Sunan Ambu : Dayang, apakah paduka ratu ada dan bisa ditemui?
Dayang : Tentu. Beliau sedang beristirahat dikamarnya.
Sunan Ambu : Bagaimana dengan kondisinya?
Dayang : Kondisinya sedikit demi sedikit mulai membaik.
Sunan Ambu : Syukurlah. Dayang tolong sampaikan kepada paduka ratu bahwa hutan kini
menjadi taman. Ada jamban salaka yang sangat Indah dan terdapat pimpinan seekor lutung
yang sangat besar. Seekor lutung itu menyebabkan para warga tidak berani memasuki taman
itu. Dan lutung yang besar itu berteman dengan putri Purbasari.
Dayang : Baik Sunan Ambu.
            Dayang menyampaikan ke ratu purba.
Dayang : Baginda ratu, Sunan ambu menyampaikan bahwa hutan kini menjadi taman. Ada
jamban salaka yang sangat Indah dan terdapat pimpinan seekor lutung yang sangat besar.
Seekor lutung itu menyebabkan para warga tidak berani memasuki taman itu. Dan lutung
yang besar itu berteman dengan putri Purbasari.
Ratu Purba : Benarkah kabar itu adipatih?
Patih : Benar baginda ratu. Setiap hari saya mengunjungi hutan untuk memastikan kondisi
putri Purbasari. Putri Purbasari kini telah menjadi cantik kembali karena lutung itu dan telah
berteman dengannya.
Purbararang : Ibunda, apakah ibunda akan tetap menjadikannya seorang ratu jika Purbasari
saja berteman dengan seekor siluman kera yang buas dan tidak jelas asal-usulnya.
            *Ratu pingsan*
            Semua panik.
Purbararang : Patih, Patih kemarilah!
Patih : Hamba hadir putri.
Purbararang : Patih, pergilah ke hutan. Sampaikan pada Purbasari bahwa saya menantangnya
berlomba beradu kecantikan . Dan apabila warga menentukan bahwa saya yang lebih cantik
maka ia akan di hukum pancung.
Patih : Baik tuan putri.
            Di hutan.
Dayang : Tuan putri, putri Purbararang menantang putri Purbasari.
Purbasari : Ayo katakan, katakan yang ingin Patih katakan.
Patih : Putri Purbararang menantang tuan putri beradu kecantikan. Dan apabila warga
memilih bahwa putri Purbararang lah yang lebih cantik maka tuan putri akan di hukum
pancung.
Purbasari : Kalau nasib saya harus mati muda, saya rela. Begitu bencikah Beliau kepada
saya?
Patih : Mohon kesabarannya tuan putri. Tenang saja tuan putri, hamba yakin kau akan
memenangkan perlombaan ini.
Purbasari : Terima kasih adipatih.
            Kabar perlombaan ini pun terdengar hingga ke kerajaan karena Patih yang
memberitahu sang ratu.
Ratu Purba : Benarkah Patih bahwa Purbararang menantang Purbasari?
Patih : Benar baginda ratu.
Ratu Purba : Bagaimana ini Sunan Ambu? Kenapa putri-putriku jadi seperti ini?
Sunan Ambu : Biarkanlah baginda. Biarkan mereka berlomba seperti itu. Lagipula,
perlombaannya terbuka jadi kita dan semua warga dapat menyaksikan perlombaannya bukan?
Dan kita juga melihat secara langsung siapakah yang pantas menjadi ratu?
Ratu Purba : Baiklah jika seperti itu. Aku akan menghadiri perlombaan tersebut.
Keesokan harinya Purbararang dan semuanya memasuki hutan.
Purbararang : Wahai penduduk Pasir Batang. Siapakah yang paling cantik antara kita berdua?
Rakyat : Putri Purbasari.
Purbararang : Baik, Purbasari marilah kita bertanding rambut. Siapa yang paling panjang
rambutnya, dia menang. Lepas sanggulmu!
Lengser : Ternyata pemenangnya adalah Putri Purbasari !!
Purbararang : Hai orang-orang Pasir Batang, masih ada satu pertandingan yang tidak
mungkin dimenangkan oleh Purbasari.
Purbasari : Pertandingan apa itu kakanda?
Purbararang : Dengarkan! Dalam pertandingan ini kalian harus membandingkan siapa
diantara calon suami yang lebih tampan. Lihat kepada tunangan saya Indrajaya! Tampankah
ia?
Rakyat : Tampan gusti ratu !
Purbararang : Lebih keras, tampankah ia?
Rakyat : Tampan gusti ratu !
Purbararang : Purbasari, sekarang kamu tidak bisa lolos. Kita akan bertanding
membandingkan calon suami. Calon suamiku adalah Indrajaya yang tampan dan gagah itu.
Siapakah calon suamimu?
Indrajaya : Siapa lagi kalau bukan lutung besar itu !
Purbasari : Memang yang seharusnya menjadi calon suamiku lutung !
Berubahlah lutung kasarung menjadi pemuda yang tampan dan gagah.
Guruminda : Ratu kalian yang sebenarnya, purbasari. Telah mengatakan bahwa saya sudah
seharusnya menjadi calon suaminya. Sebagai calon suaminya, saya harus melindungi dan
membantunya. Tahtanya telah di rebut oleh Purbararang. Sebagai tunangan Purbararang,
memang kau berada di pihaknya, Indrajaya! Oleh karena itu, marilah kita berperang tanding !
Dan akhirnya indrajaya pun kalah dan berlutut bersama purbararang di hadapan
Guruminda dan Purbasari.
Indrajaya : Mohon ampun baginda.
Purbararang : Maafkan saya juga Purbasari.
Patih : Tuan putri, menurut hamba sebaiknya mereka dihukum saja karena sudah membuat
tuan putri menderita selama ini.
Dayang : Benar tuan putri. Saya setuju dengan adipatih.
Purbasari menangkap Purbararang yang sedang berlutut dan mengajaknya untuk
berdiri.
Purbasari : Aku tidak akan menghukum kakakku sendiri, kakanda boleh tetap jadi ratu
asalkan kakanda berjanji akan memimpin rakyat dengan sebaik-baiknya.
Purbararang : Kau memang sangat baik hati, setelah semua kejahatan yang aku lakukan kau
dengan mudah memaafkanku. Kaulah yang seharusnya menjadi ratu. Kakanda sekarang
sadar, mahkota ini lebih pantas berada di kepalamu. Maafkan aku Purbasari.
Purbasari : Dari sejak dahulu, aku telah memaafkan kakanda.
Purbararang : Ibunda maafkan putrimu yang jahat ini bunda.
Ratu Purba : Karena Purbasari telah memaafkanmu maka ibunda juga telah memaafkanmu.

Dan akhirnya semua bahagia


PERGAULAN GADO-GADO

Adegan 1

Di sebuah desa Hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari Seorang istri yaitu Penjual Gado-
gado yang gayanya selangit bernama Titin Kartini, Suaminya bernama Bejo tapi nasibnya
sma sekali tidak bejo, dan anaknya yang bernama Kartimun katanya sih terinspirasi dari nama
sayuran yang ada di Gado-gado yaaa,, Ketimun.

Titin    :  He Penonton!  Buah pinang kulit serabut/ manis-manis kue bidara/ duduk tenang
jangan ribut/orang sukses mau bicara….  Saya sama bapak anak-anak ini keluarga sukses.
Nama saya Titin Kartini, ini suami saya Bejo. Disingkat jadi TeKaBe. Kayak nama partai!

Bejo    :  Partai itu PeKaBe!

Titin    :  Anak saya namanya Kartimun. Anak saya cantiknya luar biasa. Ya Pak yah? Duh
tuh anak luarrr biasa. Sering juara. di kelas peringkatnya nomor sepatu. Pada saat teman-
teman belum pada datang, dia udah dating nemenin penjaga sekolah. Dia juga paling cantik
di kelas. Saking cantiknya, banyak yang ngejar-ngejar: anak-anak  cowo, bahkan gurunya.
Eh, orang kantin juga ngejar-ngejar sampe ke rumah! Heh tuh anak mujur bener nasibnya. Iya
kan pak?

Bejo    :  Iyah…

Titin    :  Kata guru olahraganya, Pak Lasiran, anak saya itu  juara untuk bidang lompat pagar.
Setiap hari ga pernah alpa, sekolah terus. Minggu kegiatannya ekskul, ekskul musik: Piano,
drum. Kemana-mana  juga dia suka bawa piano dan drum. Tanggal merahaja dia sekolah
terus. Si Kartimun, walaupun ga diberi uang jajan tetep bisa jajan. Soal cari duit tuh anak
pinter banget. Padahal ga bawa duit, masuk pasar eh pulang bawa sayuran. Yah pak yah!

Bejo   :  (kesal) Begini yah Bu. Hari ini kita mau makan apa yah?

Titin   :  Cita-citata *Eh,,cita-citanya apa ya pak?

Bejo  :  (sinis) pilot

Titin   :  (sinis) OohIya pilot. Disekitar sini kan belum ada orang yang cita-citanya pilot.
Emang sih teman-temannya bercita-cita pengan jadi pemulung. Pemulung itu bukan cita-cita,
nasib…

Bejo    :  Bu, pelan-pelan. Bapak kan juga pemulung.

Titin    :  walaupun pemulung tapi kan bapak bukan pemulung biasa. Kalau bapak kan
spesialis pemulung  sandal di masjid.
Regina :  (masuk) Kartimun….. Kartimun…….. (Nyanyi) Kartimun, kangkung kacang 
Terong cabe!

Sherly : Hejahe-jahe, Kar-timun, Cabe- cabe, Kangkung toge-toge

Sandra : Assalamualaikum wr wb  Tante-Om, apakah Kartimun ada dirumah? Kami ingin
ngajak belajar bersama

Titin    :  Kartimun, anakku cantik luar biasa, tidak ada dirumah. Dia sedang menuntut ilmu,
guna mencapai cita-cita masa depan agar brguna bagi nusa, bangsa, dan agama. (Nyanyi)
Indonesia tanah airku! Merah darahku! Merah punggungku, dan juga merah dibibirku…..

Bejo  :  Bu bukan begitu. (Nyanyi) Indonesia tanah air beta…..

Titin    :  Cukup, pak.

Regina:  Tapi bu, sekolah kan diliburkan.

Sandra: Guru-gurunya kan rapat.

Sherly : Nahh,, Bener banget bu!

Titin     :  Ahhh kalian ini. Bo-ing banget. Hari gini sekolah gurunya rapat, gak mungkiiiiiiin.

Regina :  Begini loh Bu, Kartimun dalam beberapa hari ini tidak masuk sekolah.

Sandra: Biar tidak tertinggal pelajaran.

Regina,Sherly,Sandra: kami sebagai teman yang baik hati, baik jantung, jugaa baik ginjal

Sherly: kami mau mengajaknya belajar bersama.

Bejo   :  Bu…

Titin    :  Ahhh, pergi-pergi kalian. Tadi anakku berangkat kok. Kami juga mau berangkat  ke
arisan! Ayo Pak!

(semua pemain keluar)

Adegan 2

Orang 4, 5 dan 6 adalah para siswa yang selain rajin sekolah juga rajin usaha, ada yang jual
Koran ada pula yang jualan makanan. Masing-masing membawa dagangannya. Di suatu
tempat…
Arif     : Hoiiiii, nanti lulus SMA kamu mau kuliah ke mana?

Nada  : Mau masuk ke UNTER

Nia     : UNTAR kali…

Nada  : UNTER Universitas Terkenal

Arif      : Aku mau masuk UGD, Universitas Gawat Darurat. Kamu mau kemana?

Nia      : Aku mau masuk fakultas kedodoran, eh kedokteran gigi. Spesialis gigi taring.

Nada  : (memandang ke satu arah) Eh, ada teman kita tuh, malu, ngumpet yuk …..

Nia      : Jangan……………

________________________________________________________________________

Arif      : Gak usah malu. Kita kan jualan untuk biaya sekolah.

Nia      : Kita kann tidak melakukan kesalahan.

Nada  : Yasudah. Kamu yang hadapi duluan.

Regina,Sherly,Sandra  : (masuk) Hai Kawan-kawan…. Ngapain kalian disini?

Nada,Nia,Arif  : Jualan dong

Sandra :Bagus- Bagus…..

Sherly :Bagaimana laku dagangannya?

Nada  : iya,Alhamdulillah…

Sandra: Kalian lihat Kartimun gak?

Nia      : Nggak tuh?

Regina: (mengingat) Tapi… Ah… Mudah-mudahan bukan

Sherly : Maksudmu?

Regina: (ragu) Cuma mirip kali… Aku melihat orang mirip Kartimun digandeng cowok,
jalan, lalu naik taksi kearah kota. Tapi mudah-mudahan bukan Kartimun.
Nada  : Aku juga pernah lihat dia turun dari sedan, dandanannya menor.

Nia      : Memangnya ada apa sih?

Sandra: Kita cuma khawatir kalau Kartimun…..

Sherly: Terlibat pergaulan gado-gado…..

Regina: Lohh Siapa yang jadi kacangnya?

Sandra: Eh! Kalian dagangnya sudah selesai?

Arif      : emang mau beli?

Sandra: Iya, aku mau beli.

Nada,Nia,Arif : Habis……………. Alhamdu…..

Regina,Sherly,Sandra: ……lillah……..

Adegan 3

Saat dalam perjalanan pulang kerumah mereka pun bertemu kartimun .

Sandra : Heeh, itukan ketimun eh Kartimunn

Nada : Oh iya tuh, yok kita samperin

(berjalan ke arah kartimun)

Regina : Ehh kartimun kamu kenapa ? kok keliatan pucat gitu?

Kartimun : Eh,h, temen-temen, aku gak papa kok, Cuma sedikit pusing

Sherly    : Nah, kamu dari mana kok pake seragam sih?

Nada     : Mana dandanannya menor lagi

Sandra  : Kayak Cabe…*eehh

(semua melihat kearah Sandra)

Kartimun :Heeh. Kalo pake seragam yaa dari sekolah lah gimana sih (berjalan Meninggalkan
teman-temannya)
Arif : Loh bukannya hari ini Tanggal merah ya(?)

Nia : Kita laporin aja sama orang tuanya

Sherly,Sandra,Nada,Arif : Ayoo

Regina : Ehh ntar kalo orang tuanya gak percaya gimana?

Sherly  : Kita coba aja dulu

(keluar)

Adegan 4

Dirumah, Kedua orang tua kartimun sudah menunggu kedatangan kartimun, ehh bukannya
kartimun yang datang malah temen-temennya yang datang

Nada  : Assalamualaikum. Tante, kartimunnya udah pulang?

Bej      : Waalaikum salam, belum nih. Kalo udah pulang ngapain Om&Tante nungguin dia
disini

Titin    : Ehh kok malah bapak yang jawab? ( sinis)

Sandra : Nah itu kartimun

Titin   :  (mengamuk, menarik kuping anaknya sambil mengomel) Kartimun……. Kamu


kemana saja selama ini hah? Kemana? Ini anakmu pak. Ini anakmu. Bukan anakku , bukan…
bukan…

Bejo  :  Ini anak kita Bu, anak kita…

Titin   :  Tidak!

Bejo  :  Anak kita.

Titin   :  Dasar Bapak sih. Bagaimana sih jadi bapak, tidak becus mendidik anak!

Bejo  :  Anakku, memangnya kemana saja kamu selama ini?

Kartimun : Sekolah.

Bejo  :  Sekolah dimana?


Kartimun : Dimana-mana. Di warnet, d mall, di….. ya dimana saja-lah…

Bejo  :  Astagfirullah

Kartimun : (Bingung) Memang kenapa bu?

Titin    :  Ini kamu tidak lulus…… Apa kata Dunia…..Anak keluarga sukses tidak lulus!

(Semua pemain terkejut)

Petugas   : (Masuk)Selamat siang.  Saya Polisi Kedatangan saya kesini  mau menangkap anak
bapak dan ibu

Suami-isteri : (Terkejut) Hah! Memangnya kenapa?

Polisi   : Anak Bapak-ibu diketahui sebagai pengedar obat-obat terlarang

Kartimun : Enggak kok pak, saya gak pernah ngedarin yang gita-gituan, saya kan….

Polisi : Curhatnya  nanti saja, kan saya bukan Mama Dedeh, Sekarang kamu ikut saya ke
kantor polisi.

Titin : Kartimunnn…

Kartimun ditangkap tidak ada yang menyangka bahwa karimun adalah salah satu pengedar
obat-obatan terlarang

SELESAI

EPILOG:

Kartimun, anak yang di bangga-banggakan ibu-bapaknya itu gagal memperoleh ijazah. Dia
tidak lulus. Gaya hidupnya yang glamour, suka keluyuran dan seing meninggalkan sekolah
menjadi penyebabnya. Selain itu kebiasaan buruk dan keterlibatannya dengan pengedaran
barang haram mengantarkannya ke pintu penjara. Sementara itu teman-temannya sekolahnya
yang rajin belajar dan berusaha tengah sibuk mempersiapkan diri untuk pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi demi menggapai cita-cita bagi masa depan yang gemilang.

Amanat :

Kita semua memiliki status yang saama yaitu sebgai pelajar, seharusnya kita rajin belajar dan
berusaha agar bisa membanggakan kedua orang tua kita.

Anda mungkin juga menyukai