Kelompok Drama :
1. Agustina Tri Wahyuni : sebagai Candra Kirana
2. Bryan Desmonda Ferdinan : sebagai Danaswala
3. Chairun Nisa : Sebagai Nyi Kalingga
4. Fina Latifa Damayanti : Sebagai Dewi Jomplang
5. Lutfhi Fikar julkarnain : Sebagai Prabu Kertapati dan Prabu
Ranujaya
6. Nixon Mahesa rumulo serang : Sebagai Raja Kertamata
7. Norlea : Sebagai Ajeng Asih
8. Yeremia The Sland : Sebagai Panji Kartapati
Sinopsis :
Sudah cukup lama raden Panji Kertapati tidak ke kerajaan daha untuk
menemui tunangannya, candra kirana. Panji Kertapati adalah putra mahkota
kerajaan Kertapati. Suatu pagi, dia menghadap ayah handa Prabu Kertapati, Raja
Kertapati untuk berpamitan dan untuk menemui candra Kirana di Kerajaan Daha...
ADEGAN 1 :
Menjelang malam, Panji Kertapati dan rombongan dari Kerajaan Kertapati tiba di
halaman pendopo Kerajaan Daha. Dia terperanjat sekali ketika melihat adanya
penyambutan yang sangat luar biasa.
Semua yang hadir memberikan penghormatan kepada Paduka Raja Kertamerta dan
Ajeng asih . Namun Candra Kirana tidak terlihat dalam acara penyambutan itu.
Panji Kertapati : “ Maaf Paduka Raja. Candra Kirana tidak hadir sejak tadi.
Dimana dia sekarang?”
Ajeng Asih : " Panji Kertapati…., aku ingin mengatakan tentang Candra
Kirana. Sejak beberapa bulan lalu Candra Kirana meniggalkan
Kerajaan Daha tanpa pamit”
Panji Kertapati : “Kenapa dia pergi? Candra Kirana itu tunanganku. Kalau pergi
mestinya dia pamit, sehingga aku dapat mencarinya”
Ajeng Asih : “ Candra Kirana pergi tanpa pamit. Dia juga tidak mengatakan
mengapa alasannya pergi. Hal itu menunjukkan bahwa ia bukan
calon istri yang baik”
Panji Kertapati : “ Jangan mengatakan itu Ajeng Asih. Ia pasti mempunyai
alasan mengapa ia pergi tanpa pamit”
Ajeng Asih : “ Kalau ada alasannya mengapa tidak dikatakan? Dan diapun
pergi pada malam hari”
Panji Kertapati : “berhentilah bicara yang tidak-tidak ajeng asih”
Ajeng Asih : “aku tidak pernah bicara omong kosong!jika kau tidak
mempercayainya ya sudah”
Raja Kertamarta : ” Percaya atau tidak, suka atau tidak, begitulah kenyataannya.
Panji Kertapati : “ Apa Paduka sudah menyebarkan undangan pernikahan itu?”
Raja Kertamerta :” Belum, tapi kabar kamu akan menikah sudah tersebar. Kalau
Candra Kirana tidak kembali pada waktunya aku bisa malu.
Raja Kertamarta : ” Panji Kertapati , aku sebagai orang tua Candra Kirana merasa
sedih sekali atas perginya Candra Kirana dari istana ini tanpa
pamit .”
Panji Kertapati : ”Lalu, apa yang mesti hamba lakukan agar Raja Kertamata tidak
merasa malu karena Candra Kirana tidak pulang kemari ?”
Raja kertamata : ”Raden Panji Kertapati, apa yang akan kukatakan ini tujuan nya
hanya satu, demi kebaikan Raden sendiri, aku ingin Raden
menikah dengan Ajeng Asih untuk menutupi rasa malu
keluarga.”
Raja Kertamarta. :”Jika kamu menolak berarti sama saja kamu memutuskan
hubungan baik antar kerajaan dan kamu harus siap menanggung
resiko!”
Panji Kertapati : ” Tidak,aku akan mencari Candra Kirana dimanapun dia berada
dan acara pernikahan pasti bisa diadakan”
Raja Kertamarta :. “baiklah Jikalau itu maumu,aku akan menunggu sampai hari
pernikahan tiba,jikalau kamu tidak ada kabar,maka kerajaan
Kertamarta akan mendeklarasikan perang melawan kerajaan
Kertapati
ADEGAN 2
Suatu malam, dua hari menjelang pesta pernikahan, diluar kamar Ajeng
Asih, terdengar suara panji kertapati meneriaki seseorang. Ajeng Asih pun lantas
segera keluar dari kamar. Dia melihat panji kertapati berlari dari area istana daha.
Ajeng Asih akhirnya menyadari sesuatu bahwa yang diinginkan Panji Kertapati
hanyalah Candra Kirana. Ajeng asih merasa iri dan berniat jahad untuk mencelakai
Candra Kirana
Panji Kertapati : “entahlah. Aku tadi sekilas melihat sekelebat tubuh seseorang.
Makannya aku kemari.”
Danaswala : “ bagaimana jika orang yang datang tadi adalah salah satu
anggota istana daha?, hamba jadi curiga.
Panji Kertapati : “ Aku tidak berfikir begitu karena Candra Kiranan tidak punya
saudara , kecuali Ajeng Asih.”
Danaswala : “Apa! Raden menduga kalau orang tadi itu Candra Kiranan
yang menyamar”.
Panji Kertapati : “Iya. Tadi aku melihat tingkah laku nya ketika bergerak atau
memutar tubuhnya itu mirip Candra Kirana.”
Panji Kertapati : “Aku sendiri juga kurang tahu mengapa hal itu kulakukan. Tapi,
entahlah. Bayang-bayang Candra Kirana membuatku bergerak
mengejar orang mencurigakan tadi.”
Danaswala : “Ya. Jadi, di Kerajaan Daha pasti telah terjadi sebuah peristiwa
yang menyebabkan Candra Kirana pergi. Karena Candra
Kirana masih menjadi tunangan Raden panji Kertapati, maka
ia tidak rela kalau Raden Panji Kertapati menikah dengan
Ajeng Asih.
Danaswala : “ Hamba yakin dalam waktu dekat ini kita akan berhasil
menemukan Candra Kirana.”
Panji Kertapati dan Danaswala melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan
Gegalang,tanpa disadari ada Ajeng Asih yang sejak awal membuntuti mereka.Raja
Gegalang Prabu Ranujaya adalah adik dari ayah Panji Kertapati atau dengan kata
lain paman dari Panji Kertapati.
-Sesampainya Di Istana-
Panji Kertapati : ”Tidak paman, aku ingin mencari Candara Kirana, paman.
Karena aku curiga bahwa dia sekarang menyamar menjadi
seseorang yang memakai ikat pinggang perak”.
Prabu Ranujaya : “ikat pinggang perak? Nama itu sering kudengar akhir-akhir
ini. Kalau tidak salah, dia seorang yang tinggal di Kerajaan
Daha.”
Panji Kertapati :”Apakah paman bisa memastikan orang itu samaran dari Candra
Kirana atau bukan ?“
Prabu Ranujaya : “Bisa. Seharusnya kamu lebih tau tentang ciri-ciri Candra
Kirana dibandingkan aku. Candra Kirana memiliki tahi lalat
cukup besar dipergelangan tangannya”.
Prabu Ranujaya : “Oh ya, ada satu hal yang tadi belum aku katakan
padamu?”
Prabu Ranujaya : “Dia penyair kondang yang hebat dalam memba-wakan syair-
syairnya”.
Panji Kertapati :“Baru pertama kali ini aku mendengar nama nyi kalingga , dari
mana asalnya, Paman?”
Prabu Ranujaya : “Aku sendiri tidak tahu. Menurut kabar yang beredar, dia
berasal dari wilayah Kerajaan Daha.Tapi, aku tidak tahu pasti.
Besok malam kalau dia datang kemari, kamu bisa bertanya
langsung.
Prabu Ranujaya : “Ya kepada nyi kalingga . Kamu nanti bisa menanyakan asal-
usul, siapa tahu dia nanti bisa tahu keberadaan Candra Kirana.”
Panji Kertapati : “Ya, aku sendiri tidak sampai berpikir sejauh itu, aku berpikir
bahwa orang itu adalah Candra Kirana. Tapi, belum terbukti
hingga sekarang.”
Danaswala : “Jadi Raden Panji Kertapati sendiri sampai sekarang masih
ragu, kalau orang itu Candra Kirana atau bukan.”
Panji Kertapati : “Memang, sudah lama aku mengenalnya bahkan sedari kecil.
Namun, soal itu aku kurang tahu.”
Panji Kertapati : “Semoga nyi aku bisa menemui Nyi Kalingga Secepatnya,
kita akan menyelidiki bersama-sama sehingga mudah
memastikan apakah dia adalah Candra Kirana atau bukan.”
Danaswala : “Bagaimana kalau ternyata dia bukan Gusti Candra Kirana,
Raden?”
Prabu Ranujaya : ”Dia akan datang. Dia datang menjelang pertunjukan di mulai”
Prabu Ranujaya : ”Bagus sekali. Begitu kata orang-orang yang pernah melihat
pertunjukannya.”
Beberapa saat kemudian, nyi kalingga datang bersama dua orang yaitu
perempuan(yang merupakan dewi jomplang) dan seseorang yang
menutup wajahnya dengan kain.
Nyi kalingga : ”Ini kisah dua sejoli. Yang sama-sama saling menyukai. Ini
kisah dua remaja yang sama-sama saling suka. Satu berasal dari
Kerajaan kertapati, yang lain dari Daha juga sebuah kerajaan.
Mereka sudah bertunangan. Namun, sekarang ini terpisahkan.
Ada orang jahat yang ingin merebut pemuda idaman.”
Nyi kalingga : ”Gadis itu sengsara karena dipermalukan. Dia pergi dari
kerajaan. Dia meniggalkan sang tunangan. Untuk mengungkap
kebenaran. Dia ingin menghalangi tunangan tersayang agar
tidak jatuh dalam jebakan wanita berhati binatang.”
Kertas demi kertas berisi syair asmara dibacakan nyi kakingga dengan
penuh penghayatan. Panji Kertapati kelihatan tegang. Dia semakin yakin bahwa
nyi kalingga tahu terlalu banyak kisah asmara antara dirinya dengan Candra
Kirana….
Prabu Ranujaya : ”Kamu harus tetap tenang. Biar aku yang menyelesaikan ini
semua.”
Nyi kalingga telah selesai membacakan syair terakhirnya. Para penonton, termasuk
Prabu Ranujaya, bertepuk tangan. Hanya Panji Kertapati yang tidak
bertepuk tangan.
Dewi jomlang :”Mohon maaf, Paduka Raja, hamba tidak akan menyebutkan
nama hamba sekarang.”
Dewi jomplang : ”Ada dua anak muda,seorang gadis cantik dan pemuda
tampan, bertunangan.”
Dewi jomplang :“ gadis cantik berasal dari Kerajaan Daha,yang pemuda berasal
dari Kerajaan kertapati .Suatu hari gadis itu difitnah oleh adik
tirinya sehingga gadis ini dimarahi oleh ayahnya.Ayahnya
memotong rambut si gadis sehingga gadis. Wanita itu pun
merasa sangat malu dan dipermalukan oleh adik tirinya.
Wajah Panji Kertapati menjadi tegang. Yang diceritakan oleh si Dewi jomplang bukan
cerita khayalan, tetapi nyata! tetapi tokoh nyata.
Panji Kertapati tiba-tiba berteriak dan langsung mendekati dewi jomplang
Dewi jomplang : ”Maaf, Raden Panji Kertapati mungkin Raden salah mengenali
orang.”
Panji Kertapati : ”dewi Jomplang, tolonglah jangan permalukan aku.Aku yakin
kalau kamu adalah dewi Jomplang! Benar kan kamu dewi
Jomplang?”
Dewi jomplang : ”Bagaimana Raden Panji Kertapati yakin kalau hamba ini
dewi jomplang ?”
Panji Kertapati : ”Suaramu, dan kata-kata mu yang tak bisa kulupakan. Aku bisa
lupa wajahmu,tetapi tidak lupa suaramu.”
Dewi jomplang : ”Raden Panji Kertapati ini aneh dan sukanya bercanda.”
Dewi jomplang : ”Hamba ini dewi Jomplang atau bukan, itu tidak penting,
Raden. Yang penting, Raden menemukan Gusti Candra Kirana
kan ?”
Ketika berhasil menarik lengan baju seseorang yang berada disamping Nyi
Kalingga, terbukalah juga penutup muka pendekar ikat pinggang perak
tersebut .Semua orang terkejut bukan kepalang ketika tahu bahwa orang itu
ternyata seorang perempuan muda yang cantik jelita! Panji Kertapati melihat ada
tahi lalat di tangannya.
Panji Kertapati berkata dan langsung memandang dengan lekat tunangannya itu.
Candra Kirana : ”kakanda, maafkan aku kalau selama ini membuat resah
perasaan kakanda”.
Panji Kertapati :” Tidak apa-apa, candra kirana .Mari kita pulang kembali ke
Kerajaan Daha.”
Candra Kirana : ”Aku siap kembali ke Kerajaan Daha dengan satu syarat.”
Ajeng Asih: “Tidak! ,jangan dengarkan dia Panji,aku tidak pernah melakukan hal
itu!”
Candra Kirana : “Mengapa Kamu memfitnahku sekejam itu?,apa jangan jangan
kamu yang membunuh peliharaan Ayahanda?”
Ajeng Asih : “Mana mungkin, kamu pasti yang membunuhnya”
Disela sela adu mulut antara dua saudari tersebut,datanglah Ayah Mereka(Raja
Kertamarta)yang membuat pertengkaran tersebut mulai mereda,Sang raja
memperlihaykan bukti sebuah pisau yang dipenuhi berkas darah yang ditemukan di
dalam Kamar Ajeng Asih.
Muka Ajeng Asih sangat panik melihat Ayahnya (raja Kertamarta) yang sangat
marah sambil menuju ke arah mereka.
Ajeng Asih: “ Maafkan aku ayah ,sebenarnya aku yang telah membunuh hewan
peliharaan kesayangan ayahanda”
Ajeng Asih mengakui perbuatan jahatnya dan tanpa pikir panjang sang raja
memerintahkan pengawal untuk menangkap Ajeng Asih dan
memberikan hukuman berat kepada Ajeng Asih.
TAMAT