KELAS : XII-MIPA 3
PEMERAN :
a. Jassi Bintang Rizky (Narator)
b. Juan Natanael Tarigan (Saudagar kaya)
c. Khairunnisa Lubis (Istri Malin)
d. Luthfiyyah Afiliani (Ibu Malin)
e. M. Alpri Alfariza (Malin)
f. Micha Rivaldo Sembiring (Raden)
g. Muda Alfaris (Saudagar 2)
h. M. Dani Abdillah (Saudagar 1)
i. M. Rizky Pradana (Saudagar 3)
Ibu : Malin, datang ke sini nak. Bantu ibu membawa kayu bakar ini.
Malin : Ya ibu, tunggu sebentar (Malin membantu ibunya). Ibu, berapa lama kita akan bertahan dengan
kondisi seperti ini? Aku ingin merubah kehidupan ekonomi kita ini, Bu.
Ibu : Entahlah, ibu tidak tau Malin, kita harus bersabar dan jangan berhenti berdoa kepada Tuhan.
Malin : Ibu, aku punya ide. Biarkan aku pergi untuk mengubah nasib keluarga kita.
Ibu : Hah?! (terkejut). Pergi kemana Nak?
Malin : Tadi, ketika aku sedang dipasar, ada seorang saudagar kaya yang menawariku pekerjaan. Dia
berkata bahwa dia sudah memperhatikanku sejak lama dan hatinya tergerak melihat diriku yang rajin
bekerja. Ia pun mengajakku untuk menjadi salah satu pekerjanya dan ikut bersamanya ke pulau
seberang.
Ibu : Apakah kau menerima tawaran itu Nak?
Malin : Iya bu, aku langsung menyetujuinya.
Ibu : Ibu pikir itu bukan ide yang baik anakku. Jika kamu pergi, siapa yang akan menjagaku disini?
Malin : Sebenarnya, Malin juga tidak tega meninggalkan ibu sendiri. Tapi, Malin tidak tahan dengan
kondisi seperti ini. Malin berjanji akan kembali dan menjadi orang yang sukses. Ibu tenang saja, aku akan
berbicara dengan Putri, supaya menengok Ibu setiap hari hingga aku kembali ke rumah.
Narator : Ibu Malin tidak bisa melarang apa yang di inginkan Malin karena Malin sudah bertekad.
Akhirnya, sang ibu setuju dengan ide Malin.
Ibu : Baiklah, jika itu memang keinginanmu. Tapi, kamu harus pegang janjimu untuk kembali ke sini.
(Malin mengangguk)
[ADEGAN 3 – Pelabuhan]
Narator : Keesokan harinya, sesuai janjinya, Ibu Malin mengantarkan anaknya ke pelabuhan.
Ibu : Jaga dirimu baik-baik, Nak. Cepatlah pulang,
Malin : Ya bu, doakan Malin supaya Malin mendapat rejeki yang banyak.
Ibu : Iya, hati-hati di jalan.
[ADEGAN 4 – Kapal]
Narator : Malinpun memulai perantauannya. Ia pergi berlayar bersama saudagar kaya. Saudagar itu
memberikan Malin pekerjaan sebagai karyawan. Saudagar tersebut mempunyai putri semata wayang
yang bernama Risa. Ketika Malin melihatnya, ia langsung jatuh hati. Risalah yang membuat Malin untuk
lebih semangat bekerja.
[ADEGAN 6 – Kapal]
Narator : Semakin hari, semakin gigih semangat Malin untuk bekerja lebih giat. Sehingga pada suatu
hari, Saudagar memanggil Malin.
Teman Malin : Lin, kamu di cari sama Kapten di ruangannya.
Malin : Benarkah? Baiklah, terima kasih. (meninggalkan temannya)
[ADEGAN 13 – Dermaga]
(Raden mendampingi Ibu Malin untuk menemui Malin. Sesampainya di pelabuhan, Ibu Malin melihat
Malin, dan memanggil nama Malin dari kejauhan, kemudian mendekati Malin)
Ibu : Malin... Malin anakku!
Risa : Siapa wanita tua itu, Malin? (kepalanya terangkat, menunjukkan ‘wanita tua’ yang di maksud)
Malin : (Tak menjawab pertanyaan Risa, menatap Ibunya dengan sinis)
Risa : Jawab aku Malin! Siapa wanita tua itu? (menatap Ibu Malin dengan tatapan jijik)
Ibu : Siapa wanita ini Malin? Apakah ia istrimu? Sungguh wanita yang cantik... (membuka tangan untuk
memeluk Risa)
Risa: (menepis tangan Ibu Malin) Jangan sentuh aku!
Malin : Jangan menyentuhnya! Dasar wanita kotor! Kulitmnu bisa mengotori kulitnya! (memegang dan
menjauhkan tangan Ibunya secara kasar)
Risa : Siapa wanita tua ini Malin? Ia sungguh sangat kotor!
Malin : Aku tidak tau! Aku tidak mengenal wanita ini.
Ibu : Malin anakku.. ada apa denganmu, Nak? Apa salah Ibu? Aku ini Ibumu. Ibu yang melahirkanmu.
Kamu telah berjanji untuk kembai ke kampung ini untuk menemuiku! Apa kau lupa dengan janjimu
sendiri?
Malin : Ibu? Janji? Mengaku-ngaku saja kau! Aku tidak pernah mengatakan janji apapun dan tidak
pernah mengenalmu, wanita tua!
Ibu : MALIN!!! Aku ibumu! Ibu yang melahirkanmu!
Risa : Dengar yang di katakan Malin kan? Dia tidak mengenalmu, jadi pergi saja kau wanita tua!
Ibu : Malin... Malin anakku!!
Raden : MALIN! Lupakah kamu dengan Ibumu? Lupakah kamu dengan janjimu untuk kembali? Celakalah
kau, Malin!
Malin : Aku tidak pernah membuat janji kepada kalian. Kalian hanya menghabiskan waktuku saja.
Pengawal, bawa dua wanita ini pergi dari sini!
Pengawal : Baik Tuan.(Pengawal mendorong Raden dan Ibu Malin hingga jatuh.)
Ibu : Malinn... Anakku!
Malin : Jangan panggil aku anakmu! Aku tidak mempunyai ibu kotor sepertimu. Berhentilah membual!
Ayo, kita pergi dari sini Risa!
Risa : Baiklah, ayo!
(Malin dan Risa pergi ke kapalnya.)
Ibu : Malin... Malin...
Ibu : Jika kau tidak menganggap ibumu, aku tidak akan segan-segan mengutukmu Malin! Anak
DURHAKA!
Malin: (Berbalik, menghadap ibunya) Silahkan saja, aku tidak merasa kau ibuku!
Ibu : benar-benar anak durhaka! Kamu berani menantangku? Jangan sampai kau menyesal sudah
berbuat itu padaku!
Malin : Buktikan saja!
Ibu : MALIN. TERKUTUKLAH KAU MENJADI BATU!
Suara gaib : Oh Malin, anak durhaka. Permohonan Ibumu kukabulkan. Tubuhmu akan mati rasa, dan
berubah menjadi batu.
Narator : Di tengah siang yang panas, tiba-tiba muncullah suara petir menggelegar, dan langit menjadi
gelap
(Suara petir muncul)
Malin : aarrrggg!! (berbubah menjadi batu)
Narator : Malin pun berubah menjadi batu. Itulah akibat dari anak yang tidak menghormati, tidak
menuruti, dan tidak berbakti kepada orang tuanya. Nah teman-teman, janganlah kita menjadi seperti
Malin. Hormatilah orang tua kalian selagi masih ada....