Anda di halaman 1dari 116

LEMBAGA PENELITIAN DAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL
CHALIM MOJOKERTO

BUKU PEDOMAN
KULIAH KERJA
NYATA
INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2023

22 FEBRUARI- 22 MARET 2023


BUKU PEDOMAN
KULIAH KERJA NYATA
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN


KEPADA MASYARAKAT INSTITUT
PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
2023
ii
TIM PENYUSUN

Pembina
Dr. Mauhibur Rokhman, Lc., MIRKH

Penanggung Jawab
Muslihun, Lc., M.Fil.I.

Ketua
Idris, M.Th.I.

Anggota
Imam Syafi’i, M.Kom.I.
Mohamad Toha, M.E.

Editor
Fatkhiyatus Su’adah, S.Hum., M.Ag.

Penerbit
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto
Jl. Raya Tirtowening, No. 17, Pacet, Mojokerto, Jawa
Timur, 61374
Telp. :(0321) 6855722 Website: http://ikhac.ac.id/
Email: info@ikhac.ac.id

iii
KATA PENGANTAR DIREKTUR LPPM

Bismi Alla>h al-Rah}ma>an al-Rah}i>m


Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sebagai
salah satu implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi
merupakan kegiatan akademik yang berkaitan dengan masyarakat
dan mempunyai nilai strategis. Karena pengabdian kepada
masyarakat mempunyai implikasi langsung baik untuk kepentingan
akademik maupun pembinaan masyarakat, yang dilakukan oleh
Mahasiswa, Dosen dan Karyawan yang merupakan komponen
civitas akademika Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC)
Mojokerto.
Alhamdulillah, sekalipun dalam bentuk yang sederhana,
buku pedoman/pegangan Kuliah Kerja Nyata dengan tiga
pendekatan pendekatan Asset Based Community-driven
Development (ABCD), Participatory Action Research (PAR) dan
Service Learning (SL) ini dapat diterbitkan. Dalam pedoman ini
memuat berbagai hal yang dapat dipergunakan oleh mahasiswa
peserta KKN-IKHAC dan peraturan- peraturan yang berkaitan
dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata tersebut. Disamping itu,
pedoman ini juga memuat keputusan Direktur LPPM IKHAC
tentang petunjuk pelaksanaan KKN IKHAC dan peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata tersebut.
Semoga pedoman ini akan memberikan banyak
manfaat untuk pelaksanaan KKN IKHAC, sebagai realisasi
pengabdian mahasiswa kepada masyarakat yang sedang
dilaksanakan di Kabupaten Mojokerto tercinta ini.
Amin.

Mojokerto, 30 Janiari 2023


Direktur LPPM-IKHAC

Muslihun

iv
KATA PENGANTAR REKTOR

Syukur alhamdulillah kepada Allah swt atas lindungan dan


rahmat-Nya karena Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto
kembali mampu menambah koleksi pedoman Kuliah Kerja Nyata
(KKN) dengan berbagai pendekatan yakni Participatory Action
Research (PAR) yang diharapkan bisa memperkaya khazanah
pendekatan dan metode dalam praktik KKN yang dikembangkan
kampus IKHAC Mojokerto. Semoga pencapaian ini bisa menjadi
langkah baik untuk menuju kampus IKHAC Mojokerto yang
semakin dekat dan berbaur dengan masyarakat sebagai community-
engaged institute.
Buku Pedoman KKN dengan pendekatan Participatory Action
Research (PAR) ini disusun secara kolaboratif dan Bersama oleh
beberapa dosen yang sebagian besar telah mendapat kesempatan
belajar (capacity building) tentang ketiga metode pengabdian yang
digunkan dalam buku ini.
Ucapan terima kasih sebesarnya-besarnya saya ucapkan
kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
IKHAC dan Tim yang telah menyusun buku pedoman ini serta
semua pihak yang sdah berkenan mengorbankan waktu,
perhatian, dan tenaganya untuk kemajuan IKHAC Mojokerto secara
umum, dan pengembangan Program KKN di Kampus ini secara
khusus.

Mojokerto, 30 Januari 2023


Rektor

Mauhibur Rokhman

v
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Kuliah Kerja Nyata ...................... 1
B. Dasar Hukum Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata ... 3
C. Visi Kuliah Kerja Nyata........................................ 3
D. Misi Kuliah Kerja Nyata ....................................... 4
E. Tujuan Kuliah Kerja Nyata ................................... 4
F. Prinsip Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata .............. 7
G. Manfaat Kuliah Kerja Nyata ............................. 9
H. Status Kuliah Kerja Nyata ............................... 12
I. Bentuk Kuliah Kerja Nyata ................................. 13
J. Kepanitiaan Kuliah Kerja Nyata ......................... 15
BAB II MEKANISME PELAKSANAAN KULIAH
KERJA NYATA 17
A. Tahap Persiapan Kuliah Kerja Nyata .................. 17
B. Tahap Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata ............. 22
C. Tahap Pelaporan dan Presentasi Hasil Kuliah Kerja
Nyata .......................................................................... 25
D. Evaluasi dan Penilaian Kuliah Kerja Nyata ....... 26
BAB III METODE PARTICIPATORY ACTION
RESEARCH (PAR) 28
A. Pengenalan Metode Participatory Action Research
(PAR) ......................................................................... 28
vi
B. Ciri-Ciri Dasar Metode Participatory Action
Research (PAR) ......................................................... 33
C. Teknik Pra Dalam Pelaksanaan KKN-PAR ....... 34
D. Sistem Kerja PAR ............................................... 69
E. Siklus PAR.......................................................... 84
BAB IV TATA TERTIB 87
A. Kewajiban Peserta Kuliah Kerja Nyata .............. 87
B. Hak Peserta Kuliah Kerja Nyata ........................ 88
C. Larangan Peserta Kuliah Kerja Nyata ................ 88
D. Sanksi .................................................................. 89
E. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Panitia
Kuliah Kerja Nyata .................................................... 89
F. Kewajiban Dosen Pembimbing Lapangan ......... 90
BAB V
PENUTUP 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN 92

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kuliah Kerja Nyata

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu


bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan
oleh mahasiswa secara interdisipliner, institusional, dan
kemitraan sebagai salah satu wujud dari tridharma
perguruan tinggi. KKN dilaksanakan dengan langsung
terjun ke masyarakat. Masyarakat sasaran KKN dapat
berupa masyarakat pedesaan, masyarakat perkotaan,
sekolah, masyarakat industri, atau kelompok masyarakat
lain yang dipandang layak menjadi sasaran KKN.

KKN termasuk dalam proses pembelajaran


mahasiswa melalui berbagai kegiatan langsung di
tengah-tengah masyarakat dan mahasiswa berupaya
untuk menjadi bagian dari masyarakat serta secara aktif
dan kreatif terlibat dalam dinamika yang terjadi di
masyarakat. Keterlibatan mahasiswa bukan saja sebagai
kesempatan mahasiswa belajar dari masyarakat, namun
juga memberi pengaruh positif dan aktif terhadap
pengembangan masyarakat, sehingga memberi warna
baru dalam pembangunan masyarakat secara positif.

KKN merupakan mata kuliah wajib, yang


tercantum dalam kurikulum Institut Pesantren KH
Abdul Chalim (IKHAC) Mojokerto, dan harus
ditempuh oleh semua mahasiswa program strata 1 (S1).
Mata kuliah KKN disiapkan dalam rangka

1
mengembangkan kompetensi mahasiswa melalui
pengalaman riil di masyarakat. Dengan pengalaman
tersebut, mahasiswa diharapkan mendapatkan
kemampuan generatif yang berupa life skills seperti
kemampuan berpikir dan bernalar secara analitik,
berdasarkan sumber empirik dan realistik, agar dapat
merancang dan melaksanakan program, membantu
mengatasi permasalahan yang ada, bekerja sama dengan
orang lain, mengatur diri sendiri, dan melatih
keterampilan dalam bekerja. Dengan demikian, mereka
akan mendapatkan wawasan, pengalaman, dan
keterampilan dalam bermasyarakat, sebagai nilai tambah
selama menempuh kuliah di IKHAC Mojokerto.

Pada prinsipnya KKN merupakan salah satu


kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang
dilakukan perguruan tinggi sebagai upaya menerapkan
ilmu yang diperoleh. Aplikasi hasil-hasil penelitian di
bidang Ipteks untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat. Pelaksanaan KKN merupakan kegiatan
akademik perguruan tinggi yang dimanifestasikan
melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada
Masyarakat. Oleh karena itu,pelaksanaan program KKN
juga harus dilaksanakan secara ilmiah, sinergis,dan
profesional.

KKN sebagai salah satu wahana PKM,


pelaksanaannya terlebih dahulu harus dilakukan kajian
secara cermat sebelum menentukan berbagai program
yang akan dilaksanakan. Semua kegiatan yang dilakukan

2
harus berdasarkan hasil observasi riil di lapangan dan
kajian analitis kritis, sehingga kegiatan yang dilakukan
dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan
sosial. Sebagai sebuah program PKM, KKN lebih
menekankan pada pemberdayaan masyarakat melalui
pendekatan partisipatif dan pembelajaran untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
terhadap potensi dan tantangan yang dimiliki untuk
meningkatkan kualitas kehidupan mereka, baik secara
individu maupun kelo mpok.

B. Dasar Hukum Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata

Landasan pelaksanaan KKN IKHAC Mojokerto


adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang


Pendidikan Tinggi
2. Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikan Tinggi
3. Peraturan Menteri Agama Nomor 55 Tahun 2014
tentang Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat pada Perguruan Tinggi Keagamaan

C. Visi Kuliah Kerja Nyata

Visi KKN IKHAC Mojokerto adalah Pembelajaran


mahasiswa terhadap pengembangan dan pemberdayaan
potensi masyarakat guna meningkatkan kapasitas,
kapabilitas, dan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan dan pemberdayaan dalam hal ini
dipandang sebagai proses pendidikan, pembelajaran,

3
bimbingan, dan pendampingan kepada masyarakat untuk
mengelola potensi yang dimiliki, mengurai masalah dan
persoalan yang muncul, serta menemukan ide-ide baru
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
terutama dalam aspek ekonomi.

D. Misi Kuliah Kerja Nyata

Dengan visi KKN yang berupa pemberdayaan


masyarakat, misi pengembangan haruslah dilaksanakan
melalui upaya-upaya penyadaran, pemahaman,
pendidikan, pelatihan, dan pendampingan kepada
masyarakat, Sehingga Misi program KKN IKHAC
Mojokerto adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan wahana bagi mahasiswa


mengembangkan dan mempraktekkan
kompetensinya di tengah masyarakat
2. Mendorong pengembangan kemandirian
masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat maupun menyelesaikan
persoalan-persoalan yang muncul dengan bekal dan
keahlian mereka sendiri
3. Memberikan bantuan pikiran, tenaga, dan teknik
melalui cara pemberdayaan.

E. Tujuan Kuliah Kerja Nyata

Program KKN dilaksanakan selama satu bulan


sebagai wujud pengabdian diri mahasiswa kepada

4
masyarakat. Program ini merupakan proses
pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh mahasiswa,
baik itu melalui kegiatan akademik, maupun kegiatan
ekstra dalam hal ini keorganisasian. Mahasiswa KKN
sumber inovator dan motivator dalam mempercepat
kemajuan kelurahan, desa, ataupun kecamatan. Ilmu dan
dengan teknik manajemen yang baik, mahasiswa dapat
menggerakkan masyarakat untuk bersama membangun
kelurahan atau desanya. KKN juga merupakan wujud
kerjasama antara perguruan tinggi dalam hal ini IKHAC
Mojokerto dengan pemerintah daerah setempat.
Tujuan KKN secara umum yang berkaitan dengan tiga
hal pokok kepentingan yaitu mahasiswa, masyarakat,
dan lembaga.

1. Kepentingan Mahasiswa
Sesuai dengan pandangan Kerangka Kurikulum
Nasional Indonesia (KKNI) tujuan KKN adalah
memberikan kompetensi- kompetensi tertentu kepada
mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan. Secara lebih
konkret kompetensi minimal yang perlu diberikan dan
diperoleh mahasiswa sebagai berikut:
a. Melatih kemampuan mahasiswa menerapkan teori
dan informasi ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh kepada masyarakat.
b. Mengembangkan pemikiran dan wawasan
mahasiswa dalam memahami dan memecahkan
masalah yang berkembang di masyarakat secara
interdisipliner dan lintas sektoral.
c. Menumbuhkan dan mematangkan jiwa pengabdian

5
kepada masyarakat dan bertanggung jawab
terhadap proses pembangunan dan masa depan
bangsa, negara dan agama
d. Memberikan pengalaman belajar,
mengembangkan kompetensi berkomunikasi, dan
berhubungan langsung dengan masyarakat
e. Mengembangkan kompetensi memberdayakan
masyarakat melalui pemilihan program-program
yang dilaksanakan demi peningkatan kualitas
hidupnya berdasarkan temuan kebutuhan di
masyarakat
f. Mengembangkan kompetensi merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi tingkat
keberhasilan program yang dilaksanakan
g. Memberikan kemampuan membuat laporan
program kegiatan KKN yang dilakukan secara
komprehensif sebagai bentuk pertanggungjawaban
kinerja secara ilmiah

2. Kepentingan Masyarakat
Adapun tujuan program kuliah kerja nyata
ini berkaitan dengan kepentingan masyarakat yaitu:
a. Memberdayakan masyarakat untuk mengelola
potensi yang ada dan dimiliki guna meningkatkan
kualitas kehidupan
b. Memacu pembangunan masyarakat dengan
menumbuhkan motivasi untuk memanfaatkan
secara optimal sumber daya yang dimiliki sehingga
mampu melaksanakan pembangunan secara
mandiri dan berkelanjutan

6
c. Memperoleh alternatif wawasan, cara
berpikir, ilmu, dan teknologi dalam rangka
pengembangan masyarakat

3. Kepentingan Lembaga
Sedangkan tujuan program KKN ini berkaitan
dengan kepentingan lembaga adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi
dengan pemerintah daerah, instansi terkait, dan
masyarakat sehingga perguruan tinggi dapat lebih
berperan serta dalam kegiatan pendidikan,
penelitian, dan pegabdiannya. Hal ini merupakan
layanan bagi kebutuhan nyata masyarakat
b. Memperoleh masukan secara riil terhadap
fenomena yang terjadi pada masyarakat sebagai
bahan pertimbangan atau dasar dalam
mengembangkan lembaga pada masa yang akan
datang, sertas ebagai evaluasi keberhasilan dan
kecocokan program yang selama ini telah
dilakukan oleh lembaga.

F. Prinsip Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata

KKN yang dilaksanakan harus memenuhi empat


prinsip, yaitu dapat dilaksanakan (feasible), dapat
diterima (acceptable), berkesinambungan (sustainable),
dan partisipatif (participative).

7
1. Dapat Dilaksanakan (Feasible)
Program yang feasible adalah program KKN
yang harus disesuaikan dengan kemampuan
mahasiswa dan atau masyarakat sasaran. Feasible juga
diartikan sebagai program yang dapat dilakukan
dengan mahasiswa sebagai perantara. Program yang
benar-benar tidak feasible akan memberatkan
mahasiswa atau masyarakat.

2. Dapat Diterima (Acceptable)


Kegiatan yang dikembangkan dalam KKN
harus dapat diterima oleh masyarakat sasaran.
Masyarakat harus dapat menerima dengan senang
hati setiap kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
KKN.
Penerimaan masyarakat bukan saja karena
kebutuhannya, tetapi juga pertimbangan kecocokan
sosial (social acceptability) dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat tersebut. Mahasiswa harus
menyusun program berdasarkan kebutuhan
masyarakat dan penentuan program yang akan
dilaksanakan harus dikomunikasikan atau persetujuan
kepada masyarakat. Masyarakat bisa saja meminta
pelaksanaan program-program tertentu yang memang
diperlukan selama mahasiswa mempunyai
kemampuan untuk melaksanakannya.

3. Berkelanjutan (Sustainable)
Program KKN yang dilaksanakan oleh
mahasiswa harus memenuhi prinsip berkelanjutan.
Artinya, suatu program bukan program bersifat

8
terminal yang berjalan sewaktu ada mahasiswa
KKN, tetapi program yang bersifat developmental
yang akan terus berlanjut meskipun masa kegiatan
mahasiswa melaksanakan KKN telah selesai.
Program yang disusun juga harus menyesuaikan
dengan program yang telah ada ataupun yang akan
datang. Program jangka panjang juga dapat
dikembangkan dengan cara program tersebut
dilakukan oleh beberapa angkatan mahasiswa
KKN dalam satu wilayah yang sama. Keberlanjutan
dapat juga dilakukan dengan membentuk kader
setempat yang kelak dapat menggantikan peran
mahasiswa KKN, bila KKN telah selesai.

4. Partisipatif (Participative)
Kegiatan KKN pada prinsipnya bukan kegiatan
mahasiswa semata, tetapi kegiatan KKN
merupakan kegiatan sinergis yang menggabungkan
potensi sumberdaya lokal dengan mahasiswa.
Kegiatan KKN harus dilaksanakan dengan
prinsip dan atau pendekatan resiprokal. Artinya,
masyarakat aktif melakukan kegiatan di lingkungan
sosialnya dan perguruan tinggi aktif membantu
masyarakat dalam melakukan kegiatan mereka.

G. Manfaat Kuliah Kerja Nyata

KKN melibatkan tiga kelompok partisipan, yaitu


mahasiswa,masyarakat bersama pemerintah daerah, dan
perguruan tinggi. Dengan adanya KKN tiap- tiap pihak
diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut:

9
1. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Memperdalam pengertian tentang cara berpikir
dan bekerja secara interdisipiliner sehingga
dapat menghayati adanya keterkaitan ilmu
untuk mengatasi masalah-masalah di masyarakat
serta memahami perlunya kerjasama antarsektor.
b. Memperdalam pengertian dan penghayatan
tentang kemanfaatan ilmu, teknologi, dan seni
yang dipelajarinya bagi manusia atau
masyarakat.
c. Memperdalam penghayatan dan pengertian
terhadap kesulitan yang dihadapi oleh
masyarakat dan berbagai alternatif pemecahannya
dalam melaksanakan pembangunan.
d. Memperdalam pengertian dan penghayatan
terhadap seluk- beluk keseluruhan dari masalah
pembangunan dan perkembangan masyarakat.
e. Mendewasakan cara berpikir serta meningkatkan
daya penalaran mahasiswa dalam melakukan
penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah
secara ilmiah-pragmatis.
f. Memberikan keterampilan kepada mahasiswa
untuk melaksanakan pembangunan dan
pengembangan masyarakat berdasarkan ilmu,
teknologi, dan seni secara interdisipliner serta
lintas sektoral.
g. Melatih mahasiswa sebagai motivator,
dinamisator, dan problemsolver

10
2. Manfaat bagi Masyarakat Sasaran dan
Pemerintah Daerah
a. Memperoleh penyadaran dan pemberdayaan
potensi yang dimiliki untuk peningkatan kualitas
kehidupan.
b. Memperoleh pengalaman dalam menggali dan
menumbuhkan potensi swadaya masyarakat
sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam
pembangunan.
c. Memperoleh bantuan pemikiran tenaga, ilmu,
teknologi, dan seni dalam merencanakan serta
melaksanakan pembangunan.
d. Terbentuknya kader-kader penerus
pembangunan sehingga keberlanjutan
pembangunan lebih terjamin.
e. Memperoleh manfaat dari bantuan tenaga dan
pikiran mahasiswa dalam melaksanakan
program dan proyek pembangunan yang
berada di lokasi KKN.

3. Manfaat bagi Perguruan Tinggi


a. Memperoleh umpan balik sebagai
pengintegrasian mahasiswa dengan proses
pembangunan di tengah-tengah masyarakat
sehingga kurikulum, materi perkuliahan, dan
pengembangan ilmu yang dikembangkan di
perguruan tinggi dapat lebih disesuaikan dengan
kebutuhan nyata masyarakat.
b. Memperoleh berbagai sumber belajar serta
menemukan berbagai masalah untuk
pengembangan penelitian.
c. Memperoleh masukan untuk menelaah keadaan

11
nyata dan mendiagnosis secara tepat kebutuhan
masyarakat sehingga ilmu, teknologi, dan seni
yang akan diabdikan sesuai dengan kebutuhan
nyata masyarakat.
d. Meningkatkan, memperluas, dan mempererat
kerja sama dengan instansi dan departemen lain
melalui rintisan kerjasama mahasiswa yang
melaksanakan KKN.

H. Status Kuliah Kerja Nyata

Sesuai dengan kurikulum IKHAC Mojokerto,


program KKN dilaksanakan dengan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. KKN menjadi bagian integral dari kurikulum
IKHAC Mojokerto dan wajib diikuti oleh semua
mahasiswa program S1.
2. KKN dilaksanakan melalui kegiatan terstruktur
dengan tahap-tahap kegiatan persiapan, pembekalan,
observasi, penyusunan program, pelaksanaan program
di lapangan, evaluasi, pelaporan hasil, dan tindak
lanjut.
3. KKN merupakan keterpaduan antara kegiatan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat yang bersifat interdisipliner, lintas
sektoral, serta bantuan penanganan masalah
masyarakat secara pragmatis dan aplikatif.
4. KKN meliputi kegiatan di kampus dan di lapangan
diberi bobot akademik sebesar empat (4) sks dan
wajib lulus.

12
I. Bentuk Kuliah Kerja Nyata

IKHAC Mojokerto merupakan lembaga


pendidikan tinggi yang menyiapkan tenaga kependidikan
dan non-kependidikan. Oleh karena itu, sasaran KKN
meliputi tiga macam masyarakat sasaran, yaitu (1)
masyarakat pedesaan dan atau perkotaan, (2) sekolah,
dan (3) industri (industri kecil) atau kelompok usaha.

Program KKN yang dilaksanakan IKHAC


Mojokerto bersifat Reguler, dalam artian bahwa
program KKN dilaksanakan oleh IKHAC Mojokerto
dengan menempatkan mahasiswa dari berbagai disiplin
ilmu (program studi) (interdisipliner) di lokasi atau desa
dalam jangka waktu tertentu (satu bulan). Penentuan
lokasi dan pengurusan izin dilakukan oleh LPPM.
Pelaksanaan kegiatan KKN selama 30 hari yang
setara dengan 4 sks, dan Pengurusan mahasiswa di
lokasi KKN dilakukan oleh LPPM.

Program KKN IKHAC Mojokerto fokus pada


Pemberdayaan Masyarakat yang merupakan suatu
bentuk kegiatan yang memadukan tri dharma perguruan
tinggi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dalam suatu kegiatan. Sebagai kegiatan
pendidikan dan pengajaran, program KKN IKHAC
Mojokerto merupakan kegiatan integral dari kurikulum
pendidikan strata 1 (S1). Hal ini berarti KKN IKHAC
Mojokerto merupakan program yang tidak berdiri
sendiri dan tidak terpisahkan dari tujuan dan isi
pendidikan lainnya, fungsi program KKN IKHAC

13
Mojokerto sebagai pengikat dan perangkum semua isi
kurikulum dan dapat menambah atau pelengkap
kurikulum, merupakan pengalaman belajar yang
menghubungkan konsep-konsep akademis berdasarkan
realita kehidupan masyarakat.

Adapun ruang lingkup KKN IKHAC Mojokerto


sebagai berikut:

1. Pendidikan
a. Pengingkatan kesadaran akan pentingnya
pendidikan
b. Otomatik Penguatan Lembaga Pendidikan
c. Membantu memecahkan masalah anak yang
tidak sekolah/melanjutkan pendidikan (wajar
diknas)
d. Program keaksaraan fungsional (pemberantasan
buta aksara)
e. Pendidikan luar sekolah (PLS)

2. Kesehatan
a. KB
b. Kesehatan ibu dan anak
c. Gizi keluarga
d. Posyandu
e. Kesehatan Lingkungan

3. Wirausaha/ekonomi
a. Mendorong peningkatan ekonomi masyarakat
b. Ekonomi berbasis keunggulan lokal
c. Ekonomi kreatif

14
4. Lingkungan Hidup
a. Pemanfaatan halaman untuk dijadikan taman gizi
dan taman buah
b. Penciptaan lingkungan yang sehat dan bersih
c. Kehidupan bertetangga
d. Mitigasi bencana

5. Keagamaan dan Budaya


a. Mendorong IMTAK dan budi pekerti
b. Menciptakan keluarga sesuai dengan nilai-nilai
budaya lokal
c. Mengembangkan kearifan budaya lokal sebagai
Social capital

J. Kepanitiaan Kuliah Kerja Nyata

Program KKN IKHAC Mojokerto dilaksanakan


oleh Panitia Pelaksana yang ditunjuk secara langsung
dan disahkan melalui Surat Keputusan oleh LPPM.
Adapun susunan kepanitian Program KKN IKHAC
Mojokerto adalah:

1. Pembina
2. Penanggung Jawab
3. Ketua
4. Sekretaris
5. Bendahara
6. Humas

15
Pembina
Rektor
Wakil Rektor

Penanggung Jawab
LPPM

Ketua

Bendahara Sekretaris Humas


Gambar 1.1:
Susunan Panitia Pelaksana Program KKN IKHAC Mojokerto

16
BAB II
MEKANISME PELAKSANAAN
KULIAH KERJA NYATA

A. Tahap Persiapan Kuliah Kerja Nyata

Tahap persiapan KKN merupakan pembekalan


kepada Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Peserta
KKN terkait informasi dan pendaftaran KKN,
pengenalan program kerja, metode yang digunakan, dan
sistematika pelaporan hasil KKN. Adapun tahapannya
adalah sebagai berikut:

1. Persyaratan
Persyaratan sebagai calon peserta KKN IKHAC
Mojokerto sebagai berikut:
a. Mahasiswa program strata satu (S1) dan tidak
kehilangan hak sebagai mahasiswa IKHAC
Mojokerto pada saat KKN diselenggarakan
b. Telah menyelesaikan mata kuliah sampai semester
6
c. Mahasiswa tidak diperkenankan mengambil
kuliah lain ketika KKN
d. Sehat jasmani dan rohani

2. Pendaftaran
Peserta KKN wajib mendaftarkan diri di Panitia
Pelaksana KKN IKHAC Mojokerto. Waktu
pendaftaran diatur dan diinformasikan oleh Panitia

17
Pelaksana melalui surat edaran dan sosialisasi. Pada saat
pendaftaran mahasiswa mengisi formulir dan
menyerahkan beberapa kelengkapan sebagai berikut:
a. Formulir biodata yang telah diisi lengkap dan
benar serta dibubuhi tanda tangan (bikin formulir
pendaftaran)
b. Pas foto warna (background merah) ukuran 3x4
cm sebanyak 1 lembar
c. Bukti pembayaran KKN
d. Persyaratan lain yang ditentukan Panitia Pelaksana
KKN

3. Pengelompokan dan Penempatan


Beberapa ketentuan pengelompokan dan
penempatan peserta KKN adalah sebagai berikut:
a. Lokasi untuk kegiatan KKN ditentukan
oleh LPPM berdasarkan beberapa pertimbangan,
kelayakan, kontinuitas program, dan lain-lain
b. Mahasiswa peserta KKN dibagi menjadi beberapa
kelompok
c. Jumlah anggota setiap kelompok ditentukan
berdasarkan pertimbangan kompleksitas
permasalahan di lokasi
d. Penentuan kelompok mempertimbangkan
proporsi variasi program studi dan jenis kelamin
e. Pengelompokkan mahasiswa dan penempatan
kelompok pada lokasi diatur oleh Panitia
Pelaksana Program KKN IKHAC Mojokerto di
bawah pengawasan LPPM.

18
4. Perizinan Lokasi
Perizinan Desa Sasaran program KKN IKHAC
Mojokerto dilakukan oleh Panitia Pelaksana KKN
IKHAC Mojokerto di bawah koordinasi LPPM dan
Rektor.

5. Pembekalan
Penyelenggaraan pembekalan KKN merupakan
upaya mempersiapkan mahasiswa agar dapat
melaksanakan KKN secara efektif dan efisien. Melalui
pembekalan diharapkan terjadi perubahan sikap, mental,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan
selama melaksanakan KKN. Untuk memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terkait
dengan kegiatan KKN terutama untuk meningkatkan soft
skill mahasiswa, seperti komunikasi, kerja sama (team
work), kepemimpinan, dan problem solver, atau hal-hal
yang akan dibutuhkan selama melaksanakan KKN.
Tujuan secara terinci yang hendak dicapai melalui
pembekalan KKN agar mahasiswa mempunyai
kualifikasi sebagai berikut:

a. Memahami dan menghayati visi dan misi KKN


b. Memahami tata tertib pelaksanaan KKN yang
berkaitan dengan hak, kewajiban, larangan, dan
sanksi bagi peserta KKN
c. Memiliki informasi tentang situasi, kondisi,
potensi, dan permasalahan lokasi yang akan
menjadi daerah kerjanya

19
d. Memiliki bekal pengetahuan tentang tata krama
kehidupan di lapangan
e. Memiliki bekal stimulasi pengetahuan dan
keterampilan praktis agar dapat melaksanakan
program dan tugas-tugasnya di lapangan dengan
baik
f. Memiliki pengetahuan untuk dapat bersikap dan
bekerja dalam kelompok secara interdisipliner dan
lintas sektoral dalam rangka penyelesaian tugas di
lapangan
g. Memiliki kemampuan menggunakan waktu
secara efisien di lapangan
h. Memiliki bekal pengetahuan, sikap, dan
keterampilan agar dapat menyesuaikan diri dengan
masyarakat sasaran

Rangkaian kegiatan pembekalan meliputi hal-hal


sebagai berikut: (1) Pembekalan Metode KKN (2)
Penyajian materi Pembekalan, dan (3) Penyusunan
rancangan program kerja tentatif.

a. Pembekalan Metode KKN


Dalam rangka pembekalan, DPL dan peserta
KKN diberi pembekalan dan gambaran umum
tentang salah satu metode Pengabdian Kepada
Masyarakat yang digunakan oleh IKHAC
Mojokerto dalam Program KKN. Pembekalan
metode PKM dilakukan oleh LPPM dan atau
Ketua Pelaksana Program KKN IKHAC
Mojokerto.

20
b. Penyajian Materi Pembekalan
Penyajian materi pembekalan yang sifatnya
umum yang relevan dengan program KKN, berasal
dari dalam Ketua LPPM IKHAC Mojokerto dan
atau Ketua Pelaksana Program KKN. Sedangkan
penyaji materi teknis secara khusus dibawakan
oleh tiap-tiap DPL yang telah mendapatkan SK
dari LPPM IKHAC Mojokerto dan telah
melakukan observasi lapangan.
Materi pembekalan meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Kondisi daerah, potensi masyarakat atau
masalah di komunitas
2) Metode PAR
3) Tata tertib
4) Persiapan pemberangkatan (perlengkapan
yang dibutuhkan)
5) Teknis pemberangkatan dan penarikan
6) Penyusunan Rancangan Program Kerja
Tentatif
7) Teknik penyusunan laporan individu dan
kelompok
8) Pemilihan koordinator, sekretaris, bendahara
tingkat dusun dan/atau desa.

c. Penyusunan Rancangan Program Kerja Tentatif


Penyusunan rancangan Program Kerja
Tentatif KKN harus merujuk pada hasil observasi
yang telah dilakukan DPL dan kemampuan
mahasiswa dilihat dari segi keterampilan yang

21
dimiliki disusun dalam bentuk matriks rancangan
program kerja tentatif. Rancangan program kerja
tentatif berupa Program Kerja Kelompok.

Program Kerja Kelompok adalah program


yang direncanakan, dilaksanakan, dan
dipertanggungjawabkan oleh seluruh anggota
kelompok meskipun pada teknis pelaksanaannya
program ini dapat dikerjakan oleh minimal lebih
setengah jumlah anggota kelompok.

Pada prinsipnya semua program kerja harus


disetujui oleh DPL dan penanggung jawab lokasi
kelompok sasaran. Program kerja harus sudah
selesai dalam satu minggu setelah diberangkatkan.
Setelah selesai pengisian matriks, kemudian
dimintakan pengesahannya kepada penanggung
jawab lokasi (Kepala Dusun, Kepala Desa/Lurah,
Kepala Sekolah, Pimpinan Instansi/Industri) dan
DPL.

B. Tahap Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata

Tahap Pelaksanaan KKN adalah proses


berjalannya Program KKN yang dilaksanakan oleh
peserta di bawah bimbingan Dosen Pembimbing
Lapangan (DPL) mulai dari pelepasan hingga penarikan.
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Pelepasan Peserta

Pelepasan peserta KKN ditandai dengan upacara

22
yang diikuti seluruh peserta KKN dan DPL.
Pelepasan peserta KKN secara simbolis dilakukan oleh
pejabat terkait (Pimpinan IKHAC Mojokerto dan Ketua
LPPM).
Pelepasan mahasiswa menuju lokasi dengan
didampingi oleh DPL masing-masing. Untuk mengawali
kegiatan di lokasi, dilakukan upacara serah terima
mahasiswa KKN dari DPL kepada penanggung jawab
lokasi, sekaligus dilakukan pembekalan dan pengarahan
oleh penanggung jawab lokasi setempat. Untuk
keperluan ini, DPL perlu berkoordinasi dengan
penanggung jawab lokasi yang bersangkutan.

2. Pembimbingan oleh DPL

Pembimbingan kepada mahasiswa peserta KKN


dimaksudkan untuk memberikan pengarahan dalam
pelaksanaan program dan membantu program kerja
KKN yang telah disusun dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah digariskan. Selain itu,
pembimbingan dapat membantu mahasiswa
mengembangkan jati dirinya sehingga setelah pulang
dari lokasi KKN mahasiswa mampu mengembangkan
sikap profesionalisme dan tanggung jawab sosialnya.

DPL dalam melaksanakan pembimbingan terhadap


mahasiswa didampingi oleh penanggung jawab lokasi
(Kepala Dusun, Lurah, Kepala Desa, Kepala Sekolah,
Pimpinan Industri), tokoh masyarakat, dan tuan rumah
yang ditempati. DPL berperan sebagai pembimbing,
pengarah, penasihat, penyuluh, motivator, pengawas,

23
penghubung, pemberi contoh, penguji, dan penilai.
Prinsip pembimbingan yang dilakukan bersifat edukatif.

Teknik pembimbingan yang baik ialah tatap muka


langsung dengan mahasiswa KKN di lokasi atau di
kampus, baik secara individual maupun berkelompok.
Frekuensi pembimbingan sesuai dengan kebutuhan.
Pembimbingan KKN dilakukan 4 (empat) kali dalam
satu periode KKN.

3. Monitoring oleh Tim

Tujuan monitoring kegiatan KKN adalah untuk


mengetahui secara dini adanya kelemahan dan
penyimpangan dalam pelaksanaan program KKN
sehingga dapat dilakukan perbaikan secara cepat sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Pemantauan dilakukan secara berkala, baik dalam
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun
tindak lanjut program KKN. Pemantauan Program KKN
IKHAC Mojokerto dilakukan oleh: (a) Rektor, Wakil
Rektor, Dekan, dan Kaprodi, (b) LPPM IKHAC dan atau
(c) Panitia program KKN terpilih.

4. Penarikan

Menjelang kegiatan KKN berakhir, penanggung


jawab lokasi diberi tahu secara lisan dan tertulis
(persuratan) bahwa mahasiswa peserta KKN akan
ditarik kembali ke kampus. Kemudian pada saat yang
telah ditentukan mahasiswa ditarik oleh DPL

24
masing-masing dengan ditandai upacara pamitan dengan
penanggung jawab lokasi.

Untuk keperluan ini beberapa hari sebelum


penarikan, DPL perlu berkoordinasi dengan penanggung
jawab lokasi untuk membicarakan teknik upacara
penarikan/pamitan.

C. Tahap Pelaporan dan Presentasi Hasil Kuliah Kerja


Nyata

Mahasiswa wajib menyusun laporan kinerja


pelaksanaan KKN dan dimintakan persetujuan DPL,
Penanggung jawab lokasi tempat dilaksanakannya
KKN, dan LPPM. Laporan kinerja pelaksanaan
KKN diserahkan ke LPPM paling lambat 7 (tujuh)
hari kalender terhitung sejak KKN berakhir.

Program kerja yang wajib dilaporkan meliputi


Program Kerja Kelompok. DPL wajib
membimbing dan mengawasi peserta KKN dalam
membuat Laporan Program Kerja KKN.

Selanjutnya LPPM dan Panitia Pelaksana KKN


menyelenggarakan seminar hasil kinerja
pelaksanaan KKN sebagai forum evaluasi dan
kemungkinan rencana tindak lanjut. Setiap
kelompok dengan didampingi oleh DPL
mempresentasikan hasil laporannya kepada LPPM.

25
D. Evaluasi dan Penilaian Kuliah Kerja Nyata

Setelah KKN selesai dilaksanakan LPPM


dan Panitia Pelaksana KKN akan melaksanakan
Rapat Evaluasi yang mencakup dua agenda,
yaitu; pertama, tingkat keberhasilan KKN yang
telah selesai dilaksanakan, kedua, tingkat
kepentingan penerjunan KKN Lanjutan pada
lokasi yang sama, dan ketiga, laporan
pertanggung jawaban Program KKN IKHAC
Mojokerto.
Rapat Evaluasi ini bersifat tertutup dan
disampaikan kepada Pimpinan Lembaga (Rektor
dan Wakil Rektor). LPPM dan Pimpinan
Lembaga memberikan penilaian terhadap setiap
mahasiswa peserta KKN.

Penilaian terhadap peserta KKN berfungsi


untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan
KKN. Penilaian diberikan berdasar tahapan
pelaksanaan KKN mulai dari Persiapan,
Pembekalan, Pelaksanaan KKN, dan Laporan
Akhir. Penilai program KKN adalah DPL melalui
monitoring secara langsung maupun tidak
langsung. Peserta KKN yang berhak mendapat
penilaian adalah yang kehadirannya minimal 85%
selama satu periode Program KKN.

Aspek penilaian program KKN IKHAC


Mojokerto mencakup beberapa standar, yakni:

26
No. Aspek Penilaian Bobot
1. Kegiatan pembekalan 10%
2. Laporan harian individu 20%
3. Kerjasama dalam kelompok 10%
Kelengkapan Laporan hasil kegiatan KKN;
a. Laporan Hasil Akhir KKN 20%
b. Video dokumenter KKN 15%
4. Kualitas Laporan Akhir KKN:
- Kesesuaian isi dengan sistematika dan metode 15%
yang telah ditentukan
10%
- Ketepatan waktu menyerahkan laporan akhir
Total 100%
Tabel 2.1: Aspek Penilaian Program KKN IKHAC Mojokerto

Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan


semua aspek kegiatan yang dinilai terlebih dahulu,
kemudian disesuaikan dengan bobot masing-masing.
Bobot penilaian program KKN IKHAC Mojokerto
adalah:
No. Interval Nilai Nilai/Simbol Keterangan
1. 91 – 100 A+ Lulus
2. 86 – 90 A Lulus
3. 81 – 85 A- Lulus
4. 76 – 80 B+ Lulus
5. 71 – 75 B Lulus
6. 66 – 70 B- Lulus
7. 61 – 65 C+ Tidak Lulus
8. 56 - 60 C Tidak Lulus
9. 51 - 55 C- Tidak Lulus
10. < 50 D Tidak Lulus
Tabel 2.2: Standar Penilaian Program KKN IKHAC Mojokerto

27
BAB III
METODE PARTICIPATORY ACTION RESEARCH
(PAR)

A. Pengenalan Metode Participatory Action Research


(PAR)

PAR ialah singkatan Participatory Action


Research. Pada dasarnya PAR adalah penelitian yang
melibatkan semua pihak yang relevan dalam meneliti
secara aktif bersama-sama tindakan saat ini (yang
mereka alami sebagai bermasalah) dalam rangka untuk
mengubah dan memperbaikinya. Yang mendasari
dilakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk
mendapatkan perubahan yang diinginkan. PAR tidak bisa
terpisah dari partisipasi bahkan hal ini menjadi keharusan
dan mutlak diperlukan.

PAR muncul dan berkembang diilhami oleh


pemikiran sederatan tokoh seperti Karl Marx, Jurgen
Hubermas, Antonio Gramsci, Kurt Lewin, Paolo Friere,
dan beberapa tokoh lainnya. Mereka telah mengilhami
para aktivis PAR dari banyak profesi, terutama yang
terlibat dalam pengembangan organisasi, pendidikan dan
pengajaran, promosi kesehatan dan keperawatan, serta
pemberdayaan masyarakat di berbagai belahan dunia.
Gerakan mereka merupakan kritik terhadap arus utama
penelitian akademis seperti yang dikembangkan di
belahan bumi bagian utara dengan ciri khas yang
dimilikinya yaitu obyektif, deduktif hipotetis, dan

28
kecenderungan mempertahankan dominasi. Para aktivis
PAR meminjam pemikiran Marx bahwa masyarakat
lokal perlu terlibat dalam refleksi kritis terhadap
kekuatan struktural dari kelompok kelas dominan, untuk
melakukan tindakan-tindakan perlawanan terhadap
penindasan yang terjadi. Demikian pula, mereka
terinspirasi oleh teori partisipasi Gramsci tentang
perjuangan kelas dan keyakinan bahwa aktualisasi diri
secara individual dan kolektif dapat mengurangi bentuk-
bentuk distribusi kekuasaan yang tidak merata dan tidak
adil dalam masyarakat. Konsepsi terakhir ini telah
berkontribusi bagi menguatnya keyakinan di antara para
praktisi PAR bahwa seseorang dapat menjadi katalisator
bagi perubahan atas dirinya.

Teori kritis turut berkontribusi dalam


menggerakkan perhatian para aktivis PAR tentang
bagaimana kekuatan (power) dalam konteks sosial,
politik, budaya, dan ekonomi menjadi motor penggerak
yang mensetting cara orang bertindak dalam konteks
kehidupannya sehari-hari. Buktinya, orang-orang yang
powerfull cenderung hegemonik terhadap kelompok
yang powerless. Bentuk-bentuk hegemoni tersebut
mewujud dalam berbagai derivasinya, dari konteks
ringan-sederhana, sampai yang berat-kompleks.
Disamping itu, para aktivis PAR juga terilhami
pandangan Jurgen Habermas tentang adanya
kepentingan-kepentingan yang membentuk
pengetahuan masyarakat.

29
Pandangan Hubermas tersebut menguatkan
pemahaman bahwa terdapat banyak kepentingan dalam
terciptanya pengetahuan dalam masyarakat. Oleh karena
itu, kewaspadaan harus diarahkan terhadap klaim bahwa
pengetahuan diproduksi berdasarkan kepentingan yang
tunggal. Padahal sesungguhnya disana ada banyak
kepentingan yang terlibat, seperti kepentingan analitis-
empiris, kepentingan hermeneutis-historis dan
kepentingan emansipatoris-kritis. Pengaruh besar lainnya
datang dari Paulo Freire. Teori kesadaran Freire, bahwa
kesadaran kritis sebagai bentuk transformasi dari
kesadaran magis dan naif, melihat problem dalam
realitas sosial secara substanstif pada struktur dan sistem
yang tidak adil. Friere berkeyakinan bahwa refleksi kritis
merupakan modal yang esensial bagi perubahan individu
dan sosial, dan menjadi modal yang sangat vital bagi
penyatuan teori dan praktik sebagai proses dialektika
yang demokratis. Pengembangan yang dilakukan oleh
Freire dari pendekatan counter hegemony untuk
konstruksi pengetahuan dalam masyarakat yang tertindas
telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam
pengembangan strategi yang digunakan para praktisi
dalam proyek PAR.

Dalam karyanya yang berjudul Pedagogy of the


Oppressed, Paolo Friere menggagas model pendidikan
untuk orang-orang tertindas, yaitu kelompok orang-
orang lemah, yang tidak mendapat kesempatan untuk
mengenyam pendidikan yang memadai. Menurut Freire,
model pendidikan guru-murid yang otoriter gagal

30
mengembangkan kesadaran kritis murid. Lebih lanjut
pendidikan seperti itu, yang diistilahkan oleh Friere
sebagai model pendidikan “banking system”,
berkontribusi melemahkan murid secara terstruktur,
karena yang terjadi adalah beberapa pengkondisian
berikut:

Sedangkan berdasarkan metodologi kerja PAR,


ketiga variabel yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Dalam
hal ini maksud dari tiga variabel tersebut ialah :

1. Research atau penelitian, tahap ini merupakan


menelusuri tentang permasalahan yang dihadapi
masyarakat, permasalahan tersebut dipahami secara
kritis dan detail sehingga masalah tersebut bisa
diketahui dengan jelas penyebab dan akibatnya.
2. Action atau aksi, setelah mengetahui masalah-masalah
tersebut secara mendalam dan mendetail, barulah
masuk dalam langkah yang kedua yaitu pencarian
alternatif untuk memecahkan masalah tersebut yang
kemudian diterjemahkan dalam beberapa item dalam
program kerja yang akan dilaksanakan.
3. Participatory, kedua item di atas dilaksanakan secara
partisipasi artinya dengan melibatkan seluruh
komponen masyarakat dalam melakukan identifikasi
masalah serta teknik untuk mencari solusi secara
bersama-sama dan melakukan secara bersama-sama
pula bukan saja sebagai penonton atau gaya bos yang
hanya bisa memerintah tetapi tidak bisa bekerja (talk
less do more).

31
Partisipasi dalam PAR adalah proses aktif yang
inisiatifnya dilakukan oleh masyarakat sendiri dan
dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri dengan
menggunakan sarana, proses dan mekanisme tertentu
yang dapat menegakkan proses pengawasan secara
efektif.

Participation Action Research melibatkan


pelaksanaan penelitian untuk mendefinisikan sebuah
masalah maupun menerapkan informasi ke dalam aksi
sebagai solusi atas masalah yang telah terdefinisi.
Participation Action Research adalah “penelitian oleh,
dengan, dan untuk orang” bukan “penelitian terhadap
orang”. PAR adalah partisipatif dalam arti bahwa ia
sebuah kondisi yang diperlukan dimana orang
memainkan peran kunci di dalamnya dan memiliki
informasi yang relevan tentang sistem sosial (komunitas)
yang tengah berada di bawah pengkajian, dan bahwa
mereka berpartisipasi dalam rancangan dan implementasi
rencana aksi itu didasarkan pada hasil penelitian.

Memaknai dari makna PAR di atas, tentu


didapatkan simpulannya bahwa mahasiswa (peneliti)
bersama-sama dengan masyarakat melakukan
identifikasi masalah perencanaan dan aksi untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
Di samping itu, nuansa research nya serta kritik yang
konstruktif terhadap kondisi masyarakat tersebut menjadi
tugas independen mahasiswa sebagai bentuk laporan
pertanggungjawaban atas keterlibatan atas proses
perubahan yang dilakukan bersama masyarakat. Secara

32
umum prinsip-prinsip PAR, ialah 1) belajar dari realitas
atau pengalaman; 2) tidak menggurui, dan 3) proses
belajar dijalankan dengan dialogis.

Walaupun pilihan pengabdian dengan metode


PAR sangat tampak jelas dan memiliki peran yang
signifikan. Masyarakat tidak lagi menjadi objek tetapi
masyarakat bersama mahasiswa adalah merupakan
subjek dari proses tersebut tetapi peran mereka sangat
berbeda. Masyarakat berperan sebagai seorang yang
telah menentukan masalahnya, meneruskan,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
telah terencana sementara mahasiswa bertujuan sebagai
motivator, dinamisator, fasilitator, katalisator dan
pendamping masyarakat dalam merumuskan dan
memecahkan masalah (problem solving) yang mereka
hadapi.

B. Ciri-Ciri Dasar Metode Participatory Action Research


(PAR)

Ada 3 hal yang membedakan PAR dengan


penelitian biasa, yaitu keterlibatan partisipan (hampir
semuanya terlibat), penelitian didasarkan pada analisis
sosial (problem sebuah komunitas) dan orientasi pada
komunitas. Oleh karena itu, ada beberapa ciri-ciri dasar
PAR yang perlu diingat, antara lain :

1. Dibangun dalam semangat gerakan pembebasan


2. Sebuah proses di mana kelompok sosial kelas bawah
mengontrol ilmu pengetahuan, kekuasaan, dan

33
kekuatan politik melalui pendidikan orang dewasa,
penelitian kritis, dan tindakan sosial-politik
3. Proses membangun kesadaran diri melalui
penyelidikan dan refleksi diri.
4. Menggunakan beragam metode:
a. Produksi pengetahuan oleh komunitas mengenai
agenda kehidupan mereka sendiri
b. Partisipasi dalam pengumpulan dan analisa data,
dan
c. Kontrol mereka terhadap penggunaan hasil riset
5. Orientasi lebih pada proses perubahan sistem sosial.

C. Teknik Pra Dalam Pelaksanaan KKN-PAR

Dalam pendekatan PAR ini perlu dipahami dengan


baik cara atau teknik pelaksanaan di lapangan. Dalam hal
ini, teknik pelaksanaan nya adalah menggunakan teknik
PRA (Participatory Rural Action). PRA ini
mengutamakan partisipasi aktif dari masyarakat desa
sendiri. Langkah-langkah yang harus dilakukan antara
lain:

1. Pemetaan (Mapping)
Maksud dari pemetaan dalam hal ini ialah
pemetaan wilayah desa sebagai lokasi kegiatan kuliah
kerja nyata. Gambaran Pemetaan Desa digunakan untuk
memahami keadaan (fisik dan sosial) wilayah desa (desa,
dusun, RT, atau wilayah yang lebih luas) tersebut beserta
lingkungannya dalam bentuk gambar peta atau sketsa
desa yang meliputi keadaan sumberdaya umum desa,

34
peta penyebaran penduduk, peta pemanfaatan lahan dan
sebagainya dengan memanfaatkan peralatan dan bahan
seadanya yang dilengkapi dengan keterangan kode atau
simbol-simbol tertentu.

Dengan dibuatnya gambaran pemetaan wilayah


Desa, akan diperoleh informasi mengenai potensi sumber
daya yang dimiliki, letak geografis sumber daya, batas-
batas administrasi desa dan wilayah yang
bermasalah.Atau dapat disederhanakan dengan adanya
sketsa desa akan memberikan informasi sarana &
prasarana, SDA, akses desa, potensi usaha dan
pemukiman.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan


dalam memetakan kondisi lapangan, antara lain:

a. Sepakatilah tentang topik peta (umum atau topikal)


serta wilayah yang akan digambar.
b. Sepakatilah tentang simbol-simbol yang akan
digunakan. Misalnya, rumah menggunakan daun,
sungai menggunakan garis tebal, dsb.
c. Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan.
d. Gambarlah (bersama masyarakat) batasan - batasan
wilayah dan beberapa titik tertentu. Ajaklah
masyarakat untuk melengkapi peta dengan detail-
detail sesuai topik peta (umum atau topikal
e. Diskusikan lebih lanjut bersama masyarakat
tentang keadaan, masalah-masalah, sebabnya serta
akibatnya.

35
f. Ajaklah masyarakat untuk menyimpulkan hasil-
hasil yang dibahas dalam diskusi.
g. Bagi pencatat proses, catatlah semua hasil ke
dalam catatan lapangan PAR.

Gambar 3.1
Komunitas sedang melakukan Pemetaan awal

Gambar 3.2
Hasil mapping Oleh Komunitas

36
2. Penelusuran Desa (Transector)
Transek (Penelusuran Desa) ialah teknik untuk
memfasilitasi masyarakat dalam pengamatan langsung
lingkungan dan keadaan sumber-sumberdaya dengan
cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu
lintasan tertentu yang disepakati. Melakukan transect
diawali dari lokasi dengan titik dengan ketinggian
terendah menuju ke titik tertinggi di desa yang diamati.
Dalam transect ini, masyarakat dilibatkan secara
langsung dalam proses pembelajaran untuk mengetahui
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang ada di wilayahnya.

Adapun tujuan dari transect ini ialah memperoleh


gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat beserta
masalah-masalah, perubahan-perubahan keadaan dan
potensi-potensi yang ada. Tetapi juga tergantung topik
yang ingin diperoleh, dan hasilnya digambar dalam
diagram transect.

Sedangkan untuk langkah-langkah dalam


menjelaskan transect ini ialah:

Langkah (1): Perjalanan

a. Sepakatilah tentang lokasi-lokasi penting yang


akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan
dilakukan;

37
b. Sepakatilah lintasan penelusuran serta titik awal
dan titik akhir (bisa memanfaatkan hasil Pemetaan
Desa);
c. Lakukan perjalanan dan mengamati keadaan,
sesuai topik-topik yang disepakati, dan
d. Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap
lokasi (tugas pencatat)

Langkah (2) : Pembuatan gambaran transect

a. Sepakatilah simbol yang akan dipergunakan.


Jangan lupa: mencatat simbol dan artinya
b. Gambarlah bagan transect berdasarkan hasil
lintasan (buatlah dengan bahan yang mudah
diperbaiki/ dihapus agar masih dapat dibuat
perbaikan)
c. Untuk memfasilitasi penggambaran, masyarakat
diarahkan untuk menganalisa mengenai: 1)
perkiraan ketinggian, 2) perkiraan jarak antara satu
lokasi dengan lokasi lain, dan 3) mengisi hasil
diskusi tentang topik-topik dalam bentuk bagan /
matriks.
d. Kalau gambar sudah selesai, mendiskusikan
kembali hasil dan buat perbaikan jika diperlukan
e. Mendiskusikan permasalahan dan potensi masing-
masing lokasi
f. Menyimpulkan apa yang dibahas dalam diskusi
g. Ingat: pencatat mendokumentasi semua hasil
diskusi

38
Gambar 3.3.
Hasil Transektoral oleh Pengabdi bersama Komunitas

3. Penulusuran Sejarah (Time line)


Time line adalah teknik penelusuran alur sejarah
suatu masyarakat dengan menggali kejadian penting
yang pernah dialami pada alur waktu tertentu. Alasan
melakukan timeline adalah:

39
a. Teknik ini dapat menggali perubahanperubahan
yang terjadi, masalahmasalah dan cara
menyelesaikannya, dalam masyarakat secara
kronologis.
b. Teknik ini dapat memberikan informasi awal
yang bisa digunakan untuk memperdalam teknik-
teknik lain.
c. Sebagai langkah awal untuk teknik trend and
change
d. Dapat menimbulkan kebanggaan masyarakat
dimasa lalu
e. Dengan teknik ini masyarakat merasa lebih
dihargai sehingga hubungan menjadi lebih akrab.
f. Dapat digunakan untuk menganalisa hubungan
sebab akibat antara berbagai kejadian dalam
sejarah kehidupan masyarakat, seperti;
perkembangan desa, peran wanita, kondisi
lingkungan, perekonomian, kesehatan atau
perkembangan penduduk.
Langkah-langkah yang dilakukan selama proses
timeline adalah sebagai berikut:

a. Memilih Nara Sumber Lokal (masyarakat asli)


yang sudah lama tinggal di daerah tersebut dan
benar-benar memahami sejarah wilayahnya.
b. Tim dan Nara Sumber Lokal yang terpilih
menentukan waktu dan tempat pertemuan.
c. Setelah semua peserta berkumpul, ketua tim
memperkenalkan diri kepada seluruh peserta yang
hadir.

40
d. Selanjutnya menjelaskan pengertian timeline
(penelusuran alur sejarah desa), tujuan serta
manfaat kegiatan ini.
e. Diteruskan dengan menjelaskan hal-hal yang akan
digali dalam pembuatan timeline.
f. Setelah semua Nara Sumber Lokal paham, peserta
& tim bisa memulai proses penggalian data
melalui sumbang saran, tanya jawab dan diskusi.
Untuk memulai dialog bisa dibuka dengan
bagaimana asal usul nama daerah tersebut.

Catatan: Kalender sosial di desa akan


membantu mengingat peristiwa dimasa lalu.
Dalam menggali informasi bisa dengan
memberikan stimulasi (mengingatkan kembali)
topik-topik seperti kejadian- kejadian alam,
gunung Agung Bali meletus, atau masa Gestapo
(1 September 1965), atau masa reformasi tahun
1998. Catatan khusus: point-point yang dapat
dipakai untuk memulai penggalian informasi.
1)
Dimulai dengan mengetengahkan sejarah
terbentuknya pemukiman, asal-usul
penduduk atau perkembangan jumlah
penduduk.
2)
Bisa dilanjutkan dengan topik tentang alur
sejarah tersedianya sarana atau prasarana
(infrastruktur); jalan raya, saluran air,
perumahan, puskesmas, sekolah, sarana
komunikasi, transportasi dan tempat ibadah.

41
3)
Untuk memperdalam topik bisa dilanjutkan
dengan diskusi tentang perubahan status
pemilikan, penguasaan dan penggarapan
tanah. Serta perkembangan usaha ekonomis
masyarakat, misalnya kapan mulai menjadi
pegawai, pedagang, petani dan jenis
pekerjaan lain.
4)
Selain topik di atas, bisa ditambah dengan
menggali tentang bagaimana tanggapan
masyarakat terhadap masukan pembinaan
atau pendampingan yang diterima. Serta apa
saja masalah yng dihadapi dan bagaimana
cara mengatasinya.
5)
Untuk mengetahui bagaimana penanganan
kesehatan, bisa diskusi tentang terjadinya
wabah penyakit yang pernah menimpa daerah
tersebut.
6)
Kejadian yang berulang dapat dijadikan topik
penting untuk dibahas lebih mendalam.
Pembagian kerja antara laki-laki dan
perempuan.
g. Pemandu memfasilitasi jalannya dialog & diskusi
selama proses, misalnya; informasi/ data apa saja
yang harus dimasukkan tabel timeline dan
bagaimana cara menyusunnya kronologis alur
sejarah. Serta cara cross check data.
h. Setelah penulisan selesai, pemandu meminta
kepada seluruh peserta untuk melakukan
triangulasi data (check dan recheck data / probing

42
data yang sudah dikumpulkan). Usahakan untuk
mempresentasikan hasil timeline kepada para
peserta, untuk penyempurnaan data, apabila
waktunya mencukupi.
i. Tim yang bertugas sebagai pencatatan proses
bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi.
Kalau pembuatan bagan dan diskusi sudah
selesai, bagan digambar kembali atas kertas
(secara lengkap dan sesuai gambar masyarakat).
j. Setelah proses timeline selesai, pemandu meminta
kepada seluruh peserta untuk melakukan
triangulasi data (check dan recheck data atau
probing data yang sudah dikumpulkan).

Kejadian Tahun

Tabel 3.1.
Contoh timeline

4. Bagan Perubahan dan Kecenderungan (Tren and


Change)
Bagan Perubahan dan Kecenderungan merupakan
teknik PRA yang memfasilitasi masyarakat dalam
mengenali perubahan dan kecenderungan berbagai
keadaan, kejadiaan serta kegiatan masyarakat dari waktu

43
ke waktu. Hasilnya digambar dalam suatu matriks. Dari
besarnya perubahan hal-hal yang diamati dapat diperoleh
gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang
akan berlanjut di masa depan. Hasilnya adalah
bagan/matriks perubahan dan kecenderungan yang
umum desa atau yang berkaitan dengan topik tertentu,
misalnya jumlah pemeluk agama Islam, jumlah
musholla, jumlah masjid, jumlah gereja, jumlah majlis
taklim, dan lain-lain. b. Tujuan Tujuan melakukan
analisa trend and change dalam PRA adalah untuk:

a. Mengetahui kejadian masa lalu dalam rangka


memprediksi kejadian pada masa yang akan
datang.
b. Mengetahui hubungan sebab akibat dan
mengetahui faktor yang paling mempengaruhi
suatu fenomena.
c. Dengan Bagan Perubahan, masyarakat dapat
memperkirakan arah kecenderungan umum dalam
jangka panjang serta mampu mengantisipasi
kecenderungan tersebut.

Bagaimana membuat Bagan Perubahan dan


Kecenderungan? Bagan Perubahan dan Kecenderungan
dapat dibuat di atas kertas atau di tanah. Bahanbahan
yang bisa digunakan berupa biji-bijian, kerikil atau
bahan lain yang mudah didapat dan mudah dipahami
masayarakat. Hasilnya Bagan Perubahan dan
Kecenderungan digambar atas kertas, papan tulis atau di
tanah.

44
Langkah-langkah Proses Teknik Trend and Change
Langkah-langkah pembuatan. Bagan Perubahan
meliputi:

a. Lakukan persiapan-persiapan seperlunya.


b. Diskusikan bersama masyarakat perubahan-
perubahan penting yang terjadi di desa serta
sebab-sebabnya.
c. Sepakatilah topik-topik utama yang akan
dicantumkan ke dalam bagan.
d. Sepakatilah simbol-simbol yang akan dipakai,
baik untuk topik (gambar- gambar sederhana)
maupun untuk nilai (biji-bijian, kerikil dan lain-
lain)
e. Sepakati bersama masayarakat selang waktu
(range) yang akan dicantumkan.
f. Buatlah bagan di kertas, papan tulis atau tanah
g. Diskusikan perubahan-perubahan, sebab-sebab,
akibat-akibatnya, apakah perubahan akan
berlanjut pada masa depan (kecenderungan)
h. Simpulkan bersama masayakat persoalan-
persoalan dibahas dalam diskusi
i. Tim yang bertugas sebagai pencatat proses,
bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi.

Kalau pembuatan bagan dan diskusi sudah


selesai, bagan digambar kembali atas kertas (secara
lengkap dan sesuai gambar masyarakat).

45
Gambar 3.4
Contoh hasil proses Teknik Trend and Change

5. Kalender Musim (Seasonal Calendar)


Seasonal calendar adalah jadwal permusim,
sedangkan arti calendar adalah penanggalan. Sebagai
terminologi dalam tekhnik PRA arti seasonal calendar
adalah suatu tekhnik PRA yang dipergunakan untuk
mengetahui kegiatan utama, masalah, dan kesempatan
dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk
diagram. Hasilnya, yang digambar dalam suatu
„kalender‟ dengan bentuk matriks, merupakan informasi

46
penting sebagai dasar pengembangan rencana program.
Tujuan dipergunakannya analisa seasonal calender dalam
tekhnik PRA adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui pola kehidupan masyarakat pada


siklus musim tertentu.
b. Mengidentifikasi siklus waktu sibuk dan waktu
luang masyarakat.
c. Mengetahui siklus masalahan yang dihadapi
masyarakat pada musim-musim tertentu.
d. Mengetahui siklus peluang dan potensi yang ada
pada musim-musim tertentu.
Alasan Kehidupan masyarakat sedikit banyak
dipengaruhi oleh pola atau daur kegiatan yang sama dan
berulang dalam siklus waktu tertentu. Misalnya pada
masyarakat pedesaan kehidupan sosial ekonomi sangat
dipengaruhi oleh musim- musim yang berkaitan dengan
aktivitas pertanian seperti musim tanam, musim panen,
musim hujan dan musim kemarau. Pada masyarakat
perkotaan jenis musim yang mempengaruhi kehidupan
sosial masyarakat mungkin agak berbeda misalnya
musim buah, musim hari besar, musim tahun ajaran baru
dan sebagainya. Selain itu ada juga daur kegiatan yang
bisa dikatakan sellau berulang dalam kedua macam
masyarakat baik di desa maupun di kota misalnya musim
penyakit tertentu musim perkawinan dan
sebagainya.

Dengan mengenali dan mengkaji polapola ini maka


kita akan dapat memperoleh gambaran yang cukup
memadai untuk penyusunan suatu program bagi

47
masyarakat. Upaya menggali informasi yang
berhubungan dengan siklus musim ini dalam tehnik PRA
disebut analisa Seasonal Calender (analisa kalender
musim).

Bagaimana Pembuatan Kalender Musim? Kalender


musim dapat dibuat di atas kertas atau di tanah. Sering
kali dipakai symbol-simbol. Untuk simbol tersebut dapat
dimanfaatkan biji-bijian, daun-daunan, batu batuan dan
lain-lain. Kalau digambar di tanah, hasilnya harus
digambar kembali di atas kertas.

Gambar 3.5 Kalender Musim


Langkah-langkah membuat kalender musim
adalah:

a. Ajaklah masyarakat untuk menggambar sebuah


kalender dengan 12 bulan (atau 18 bulan) sesuai

48
kebutuhan. Tidak perlu mengikuti kalender
tahunan, bisa mulai pada bulan lain, misalnya
sesuai musim tanam.
b. Diskusikan secara umum tentang jenis- jenis
kegiatan serta keadaan apa yang paling sering
terjadi pada bulan-bulan tertentu dan apakah
kegiatan itu selalu terulang dari tahun ke tahun.
Misalnya, pada bulan ke berapa masyarakat
melakukan upacara bersih desa.
c. Sepakati bersama masyarakat tentang simbol-
simbol yang akan digunakan.
d. Ajaklah masyarakat menggambarkan kegiatan-
kegiatan utama serta keadaan- keadaan kritis yang
berakibat besar bagi masyarakat dalam kalender.
e. Diskusikan lebih lanjut (lebih mendalam)
bersama masyarakat tentang keadaan, masalah-
masalah, sebabnya serta akibatnya
f. Sesuaikan gambaran dengan hasil diskusi.
g. Ajaklah masyarakat untuk menyimpulkan apa
yang dibahas dalam diskusi
h. Tim yang bertugas sebagai pencatat proses,
bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi.
Kalau pembuatan bagan dan diskusi sudah
selesai, bagan digambar kembali atas kertas
(secara lengkap dan sesuai gambar masyarakat).

6. Kalender Harian (Daily Routin)


Kalender harian mirip dengan kalender musiman
tapi didasarkan pada perubahan analisis dan monitoring
dalam pola harian katimbang bulanan atau musiman. Hal
tersebut sangat bermanfaat dalam rangka memahami

49
kunci persoalan dalam tugas harian, juga jika ada
masalah-masalah baru yang muncul dan untuk
assessment secara kuantitatif akan tenaga kerja, input dll
dari kegiatan harian. Unit yang dianalisis bisa berupa
individual, ataupun kelompok. Seperti pada petani
individual yang dianalisis pada kunci masalah yang
berhubung dengan kegiatan harian, waktu yang
dihabiskan pada kegiatan harian, dan perubahan
intensitas pada tenaga kerja setiap kegiatan. Sedangkan
pada kelompok atau organisasi unit yangdianalisis pada
masalah pokok yang berhubungan dengan kegiatan
harian dan berapa waktu yang dibutuhkan selama
kegiatan harian.
Tujuan teknik ini adalah untuk memahami kunci
persoalan dalam tugas harian. Demikian juga jika ada
masalah-masalah baru yang muncul sehingga dapat
dilihat dari kebiasaan hariannya. Tujuan teknik juga
dapat digunakan untuk assessment secara kuantitatif
akan tenaga kerja, input, dll dari kegiatan harian.
Langkah Pembuatan Kalender Harian Adapun
langkah-langkah menfasilitasi proses pembuatan
kalender harian atau kegiatan harian ini adalah sebagai
berikut:
a. Diskusi dimulai dengan menanyakan partisipan untuk
mengidentifikasi setiap kegiatan yang mereka
lakukan sejak mereka bangun tidur sampai mereka
tidur kembali. Mereka bisa menunjukkan kegiatannya
tiap jam dalam satu hari atau bisa mengidentifikasi
berapa banyak waktu yang mereka habiskan pada
setiap kegiatan.

50
b. Menggambarkan satu buah bundaran per orang (atau
satu yang umum).
c. Menentukan berapa besarnya masing - masing bagian
dalam seluruhnya
d. Membagi bundaran sesuai besarnya bagian
masing-masing.
Untuk analisa penggunakan waktu maka: Bagi
bundaran dalam 24 bagian (sesuai jumlah jam per hari)
Untuk anggota keluarga masing- masing (bapak, ibu,
anak laki-laki, anak perempuan) membahas kegiatannya
pada setiap jam per hari (mulai pada jam bangun,
kemudian melakukan apa, selama berapa waktu dan
seterusnya). Menggambarkan dalam hasil diskusi dalam
lingkaran. (lihat contoh).

Gambar 3.6 Kalender Harian

51
7. Bagan Hubungan Kelembagaan (Venn Diagram)
Diagram Venn merupakan teknik yang bermanfaat
untuk melihat hubungan masyarakat dengan berbagai
lembaga yang terdapat di desa (dan lingkungannya).
Diagram Venn memfasilitasi diskusi masyarakat untuk
mengidentifikasi pihak-pihak apa yang berada di desa,
serta menganalisa dan mengkaji perannya,
kepentingannya dan manfaatnya untuk masyarakat.

Tujuan dari diagram Venn ini ialah untuk


mengetahui pengaruh lembaga/tokoh masyarakat yang
ada di wilayah terhadap kehidupan dan persoalan warga
masyarakat dan untuk mengetahui tingkat kepedulian
dan frekwensi lembaga/tokoh masyarakat dalam
membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
masyarakat.

Adapun langkah-langkah yang harus di lakukan


dalam menggambarkan diagram venn ini ialah:

a. Mintalah masyarakat yang hadir untuk membentuk


kelompok 5-10 orang, jika perlu sesuai jenis kelamin
dan usia;
b. Bahas tentang lembaga yang ada di desa;
c. Catatlah nama lembaga pada flipchart (kertas
potongan);
d. Sepakatilah simbol yang digunakan, misalnya besar
lingkaran menunjukkan pentingnya lembaga dan
jarak menunjukkan pengaruhnya bagi masyarakat;
e. Letakkan flipchart di lantai;

52
f. Bahaslah bagaimana pengaruh lembaga tersebut
terhadap masyarakat yang ditunjukkan oleh jaraknya
dari lingkaran masyarakat
g. Diskusikan kembali apakah letak dan ukurannya
sudah tepat;
h. Lakukan triangulasi data antar kelompok;
i. Buatlah perubahan kalau memang diperlukan;
j. Setelah sepakat, salinlah gambar tersebut pada
catatan secara lengkap sesuai gambaran masyarakat,
dan
k. Tim yang bertugas sebagai pencatat proses, bertugas
mendokumentasi semua hasil diskusi dan kalau
pembuatan diagram dan diskusi sudah selesai.
Yang perlu diperhatikan dan sangat urgen dalam
membuat diagram venn ialah pentingnya suatu lembaga
terhadap masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya
lingkaran) belum tentu dirasakan pengaruhnya oleh
masyarakat (yang ditunjukkan oleh jarak dari lingkaran
masyarakat). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12
Tahun 2007 pasal 8 menyatakan bahwa potensi desa
berupa sumber daya kelembagaan terdiri atas:

a. Lembaga pemerintahan desa


b. Lembaga sosial kemasyarakatan
c. Organisasi profesi
d. Partai politik
e. Lembaga perekonomian
f. Lembaga pendidikan
g. Lembaga adat
h. Lembaga keamanan dan ketertiban

53
Hubungan antar lembaga dan lembaga dengan
masyarakat digambarkan dengan Diagram Venn.
Diagram ini terdiri dari beberapa lingkaran dengan
ukuran dan jarak antar lingkaran yang bervariasi.
Besarnya irisan lingkaran menyatakan kedekatan
hubungan lembaga dengan masyarakat. Semakin besar
irisan tersebut berarti lembaga berperan besar bagi
masyarakat, sehingga masyarakat turut berpartisipasi
aktif. Jarak antar lingkaran menunjukkan intensitas
hubungan antar lembaga. Besarnya lingkaran
menunjukkan peran yang dirasakan oleh masyarakat dari
lembaga tersebut terhadap kehidupan mereka. Terkait
contoh dari gambar diagram Vam sebagaimana gambar
dibawah ini :

Gambar 3.7 Gambar Venn Diagram

54
Berdasarkan gambar venn diagram diats
menunjukkan bahwa yang perlu diperhatikan adalah
pentingnya suatu lembaga kepada masyarakat (
ditunjukkan dengan besarnya lingkaran dalam gambar)
belum tentu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat (
Yang ditunjukkan dengan jarak lingkaran dengan
masyarakat).

8. Diagram Alur
Diagram alur merupakan teknih untuk
menggambarkan arus dan hubungan di antara semua
pihak dan komoditas yang terlibat dalam suatu system.
Diagram ini dapat digunakan untuk menganalisa alur
penyebaran keyakinan dan tata nilai keagamaan dalam
masyarakat.

Adapun tujuan pengunaan diagram alur sebagai


teknik adalah untuk:

a. Menganalisa dan mengkaji suatu sistem


b. Menganalisa fungsi masing-masing pihak dalam
system dan mencari hubungan antara pihak-pihak
dalam system termasuk bentuk-bentuk
ketergantungan
c. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang
posisi mereka saat ini

Adapun Langkah - angkah pembuatan diagram alur


meliputi:

55
a. Lakukan diskusi umum tentang semua alur “misalnya
penyebaran agama Islam” di desa dan dari luar desa.
b. Ajaklah masyarakat untuk mengidentifikasi:
- dimana pusat-pusat produksi tata nilai agama?
- siapa yang berperan dalam persoalan tersebut
(individu, kelembagaan)?
- Siapa yang memiliki otoritas penafsiran tata nilai
agama tersebut?
c. Ajaklah masyarakat menggambar alur: mulai dengan
yang paling mudah dikenali dan buatlah garis ke
setiap pihak.
d. Ajaklah masyarakat untuk membahas perilaku atau
kepentingan dari masingmasing pihak.
e. Ambillah kesimpulan berdasarkan tingkat
pemahaman masyarakat.
f. Tawarkan kepada masyarakat: apakah situasi
tersebut harus ditangani? Kalau masyarakat berniat
untuk memperbaiki kondisi tersebut, maka ajaklah
masyarakat untuk menentukan prioritas yang harus
segera ditangani dari soal tersebut.
g. Setelah semua selesai, tim yang bertugas sebagai
pencatat proses, bertugas mendokumentasi semua
hasil diskusi dan kalau pembuatan peta diagram alur
dan diskusi sudah selesai, peta diagram alur
digambar kembali di atas kertas (secara lengkap dan
sesuai gambar masyarakat).

Tentang diagram alur dapat dilihat sebagaimana


gambar dibawah ini :

56
Gambar 3.8 Diagram Alur

9. Bagan Peringkat (Matrix Rangking)


Kata Matrix Ranking berasal dari Bahasa Inggris.
Matrix artinya susunan dalam bentuk kolom.Ranking
artinya urutan, posisi, kedudukan, penggolongan.
Dengan demikian arti terminologi matrix ranking adalah
suatu tehnik PRA yang dipergunakan untuk menganalisa
dan membandingkan topik yang telah diidentifikasikan
dalam bentuk ranking / scoring atau menempatkan topik
menurut urutan penting tidaknya topik bagi masyarakat.
Adapun tujuannya adalah :

57
a. Menfasilitasi masyarakat membuat urutan prioritas
pilihan „masalah‟ yang paling penting dan mendesak
untuk segera dicarikan jalan keluarnya.
b. Menfasilitasi masyarakat memilih prioritas
masalahnya secara objektif dan demokratis serta
sistemis.
c. Menfasilitasi masyarakat dalam memilah dan
memilih masalahnya secara objektif dan rasional.

Langkah-langkah Membuat Matrix Ranking :

a. Persiapan
1) Persiapkan bahan bahan temuan dari proses
sebelumnya, bahan tersebut akan menjadi
masukan pokok untuk diskusi matriks ranking.
2) Tentukan anggota masyarakat sebagai peserta,
diutamakan adalah mereka yang mengikuti secara
aktif proses sebelumnya.
3) Jumlahnya tidak ditentukan, tetapi sebanyak
mungkin mereka yang mengikuti proses
sebelumnya.
b. Pelaksanaan
1) Jelaskan tujuan perte muan dan jelaskan proses
dan langkah yang akan dilakukan. Jelaskan juga
bahwa peranan semua peserta sama, semua orang
yang hadir dapat menyampaikan pandangannya.
2) Mulailah presentasi hasil proses sebelumnya.
Presentasikan topik-topik temuan kepada
masyarakat. Lebih baik presentasi dilakukan oleh
masyarakat sendiri, pilih wakil diantara mereka
untuk mempresentasikan hasil kelompok.

58
3) Mulailah membuat contoh matrix ranking, dengan
menuliskan daftar masalah yang pernah
ditemukan. Time line, trend and change sangat
berguna untuk membantu menganalisa prioritas
masalah.
4) Diskusikan dengan masyarakat. Tanyakan kriteria
pemilihan alternatif dengan pertanyaan, faktor
akibat atau dampak bagi masyarakat, siapa yang
dirugikan, siapa yang diuntungkan.
5) Selanjutnya membuat kolom matrik rangking
sebagai contoh yang memuat daftar
masalah, sebab dan akibatnya, dan penilaian
scoring dengan menyepakati terlebih dahulu
bersama-sama masyarakat faktor pendukung,
penghambat dan kemungkinan serta tingkat
kemudahan, SDM dan biaya yang diperlukan,
serta arternatif-alternatif yang menjadi pilihan
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
6) Berikan score pada masing-masing masalah,
kemudian tanyakan kembali pada masarakat
sebelum merangking masalah prioritas tentang
pilihan mereka.
7) Setelah selesai scoring, mengajak masyarakat
bersama-sama merangking masalah-masalah
tersebut berdasarkan nilai/score yang telah
tercantum.
8) Kadang hasil scoring ini bisa tidak diterima oleh
sebagain peserta sehingga situasinya bisa
memanas. Dalam kondisi begini kadang-kadang
perlu adanya break sebentar untuk memberikan

59
kesempatan kepada mereka yang berbeda
pendapat untuk mendiskusikannya
(lobby).Hindari kejadian Walk out, karena hal ini
akan memperpanjang masalah.
9) Setelah selesai tanyakan kepada masyarakat:
apakah mereka mampu menyelesaikan masalah
tersebut. Manakah yang paling bisa diatasi.
Tanyakan faktor pembatas, faktor pendukung,
dan manfaat bagi masyarakat.
10) Simpulkan bersama masyarakat persoalan-
persoalan yang telah dibahas dalam diskusi.
11) Tim yang bertugas sebagai pencatat proses,
bertugas mendokumentasi semua hasil diskusi.
Kalau pembuatan matrik dan diskusi sudah
selesai, matrik digambar kembali di atas kertas
(secara lengkap dan sesuai gambar).

10. Wawancara Semi Terstruktur


Merupakan suatu tehnik yang berfungsi sebagai
alat bantu setiap tehnik PRA. Pengertian wawancara
semi terstuktur adalah alat penggalian informasi berupa
tanya jawab yang sistematis tentang pokok-pokok
tertentu. Wawancara semi terstruktur bersifat semi
terbuka, artinya jawaban tidak ditentukan terlebih
dahulu, Pembicaraan lebih santai, namun dibatasi oleh
topik yang telah dipersiapkan dan disepakati bersama.
Wawancara ini dapat dikembangkan sejauh relevan
dengan pokok bahasan yang disepakati, dengan
memberi kesempatan pada masyarakat / informan untuk

60
menentukan hal-hal penting yang perlu digali, sangat
terbuka dalam proses diskusi.

Wawancara Semi Terstruktur ini mempunyai


beberapa tujuan diantaranya adalah :

a. Mengkaji kondisi spesifik yang ada di masyarakat


misalnya: jenis usaha keluarga, jumlah tenaga kerja,
sumber daya yang dimiliki, kesehatan keluarga,
pembagian tugas laki-laki dan perempuan, tingkat
keberagamaan, aliran agama yang dianut dsb.
b. Mengkaji berbagai aspek kehidupan di desa menurut
pandangan masyarakat – individu dalam masyarakat
tersebut.
c. Membandingkan keadaan individu / keluarga dengan
keadaan umum masyarakat desa. Pandangan individu
/ keluarga dengan pandangan kelompok masyarakat.
Selanjutnya Sumber informasi Wawancara Semi
Terstruktur ini meliputi : a). Perorangan dan b).
Kelompok.
Jenis informasi yang dapat digali antara lain : a).
Profil keluarga b). Profil perorangan c). Daftar kegiatan
sehari-hari

Adapun langkah-langkah wawancara semi


terstruktur meliputi :

a. Persiapan:
1)
Kajian ulang informasi yang sudah ada.
2)
Menyusun daftar topik diskusi atau pokok
pertanyaan yang akan menjadi focus wawancara.

61
b. Lakukan perkenalan dengan seperlunya: misalnya
obrolan-obrolan sedikit tentang keadaan keluarga
(Bina Swasana).
c. Buatlah pertanyaan mulai dari yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh masyarakat.
d. Usahakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
netral.
e. Tim yang bertugas sebagai pencatat proses, bertugas
mendokumentasi semua hasil diskusi.
Selanjutnya hal-hal yang harus diperhatikan dalam
Wawancara Semi Terstruktur:
a. Hindarkan: Pertanyaan dengan jawaban yang terarah
(ya-tidak)
b. Ingat!!! Wawancara semi terstruktur tidak sama
dengan penyuluhan.
c. Jangan menasehati, banyaklah mendengar dengan
sabar.
d. Jangan mengabaikan informasi, meskipun kelihatan
tidak penting.
e. Jangan menilai (menghakimi).
f. Jangan emosi.
g. Yang penting santai.
h. Yang penting kritis .
Contoh: Daftar pertanyaan Profil “Bu-TRI”
a. Identitas keluarga
1) Nama suami (suami, Bp.) :
2) Umur (tgl. Lahir ) :
3) Nama istri (ibu) :
4) Umur (tgl. Lahir ) :
5) Tanggal /th. Perkawinan :
b. Riwaayat Keagamaan

62
1) Kapan mengenal Islam ?
2) Siapa yang mengenalkan Islam ?
3) Bagaimana Islam itu sebenarnya ?
4) Bagaimana tentang keyakinan lain selain Islam ?
5) Dimana memperdalam agama dilakukan ?
6) Siapa yang punya hak istimewa dalam
menafsirkan agama di desa ini ?
7) Bagaimana menjalankan ibadah di desa ini ?
8) Mengapa ibu, ikut melakukan kenduri di bawah
pohon asem ?
c. Harapan / cita-cita: (catatan: daftar pertanyaan ini
harus diganti sesuai dengan kebutuhan lapangan) ?

11. Analisis Pohon Masalah dan Harapan

Disebut teknik analisa masalah karena melalui


teknik ini, dapat dilihat „akar‟ dari suatu masalah, dan
kalau sudah dilaksanakan, hasil dari teknik ini kadang-
kadang mirip pohon dengan akar yang banyak. Analisa
Pohon Masalah sering dipakai dalam masyarakat sebab
sangat visual dan dapat melibatkan banyak orang dengan
waktu yang sama.

Teknik analisis pohon masalah merupakan teknik


yang dipergunakan untuk menganalisis permasalahan
yang menjadi problem yang telah diidentifikasi dengan
teknik-teknik PRA sebelumnya. Baik itu mapping,
transect, trend and change serta teknik PRA lainnya.
Teknik analisis pohon masalah ini dipergunakan untuk
menganalisis bersamasama masyarakat tentang akar
masalah, dari berbagai masalah-masalah yang ada.

63
Dengan teknik ini juga dapat digunakan untuk
menelusuri penyebab terjadinya masalah- masalah
tersebut, sekaligus bagaimana disusun pohon harapan
setelah analisa pohon masalah telah disusun secara baik.

Adapun tujuan dari teknik ini dapat dipakai dalam


situasi yang berbeda, tapi yang lebih penting dari itu,
teknik ini dapat digunakan terutama untuk menelusuri
penyebab suatu masalah. Teknik ini adalah teknik yang
cukup fleksibel. Melalui teknik ini, orang yang terlibat
dalam memecahkan satu masalah dapat melihat
penyebab yang sebenarnya, yang mungkin belum bisa
dilihat kalau masalah hanya dilihat secara sepintas.
Teknik Analisa Pohon Masalah harus melibatkan orang
setempat yang tahu secara mendalam masalah yang ada.
masalah apa yang ingin.

Gambar 3.9 Susunan Pohon Masalah

64
Untuk membuat tujuan masalah sebagaimana
gambar diatas diperlukan adanya beberapa langkah.
Diantara langkah-langkah tersebut adalah :

a. Diskusikan bersama masyarakat, diselesaikan,


Tentukan masalah utama, yang menurut
masyarakat perlu diselesaikan.
b. Tulis masalah utama yang mau diatasi pada kartu
metaplan, lalu di tempel di lantai atau dinding
sebagai „batang‟ pohon.
c. Mulai dari batang, diskusikan mengenai
penyebab-penyebabnya.
d. Dari setiap penyebab yang muncul, tanyakan lagi
„kenapa begitu?, „apa penyebabnya?‟ Untuk
mempermudah cara berpikir, dan menngecek
bahwa tidak ada yang terlupakan, maka
anggaplah bahwa setiap masalah adalah akibat
e. Dari kondisi lain – tanyalah „Kondisi ini berakibat
apa?‟. Akhirnya akan muncul gambar yang
lengkap mengenai penyebab-penyebab dan
akibatnya – hasilnya akan sangat terinci.
Komentar apa saja yang dikeluarkan sebagai
penyebab dapat ditulis supaya makin komplit.
Setelah selesai, semua komentar bisa dikaji
kembali.
f. Langkah – langkah ini pada akhirnya
memunculkan satu gambar yang lengkap dan
terinci - dengan akar yang diwakili oleh penyebab
masalah, dan akibat dari masalah tersebut.

65
g. Setelah gambar selesai, tanyakan cara yang
terbaik untuk mengatasi masalah- masalah yang
muncul.
h. Kalau sudah lengkap, ajaklah masyarakat (tanpa
terkecuali) untuk melihat secara keseluruhan
masalah- masalah akar dari masalah utama.
i. Juga mintalah komentar, apakah ada penyebab
yang muncul beberapa kali walaupun dalam
„akar‟ lain? Dari semua informasi yang muncul,
perlihatkan apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah akar sehingga akibat
diatas tidak terjadi. Jika akibat di atas masih
terjadi, berarti masih ada masalah yang perlu
diatasi.
j. Setelah masyarakat betul-betul menyepakati,
baliklah akar tersebut untuk menulis harapan
masyarakat. Harapan ini bisa dijadikan acuan
untuk penyusunan program aksi selanjutnya.
Tulis harapan tersebut dan tempelkan pada pohon
analisis harapan, sehingga lengkap, maka akan
muncul gambar lainnya sebagai bentuk pohon
harapan.
k. Sehubungan dengan keterbatasan- keterbatasan,
lebih baik kalau selesai menggambar pohon
masalah dan pohon harapan, masalah-masalah
yang muncul diprioritaskan supaya yang paling
penting dapat diatasi lebih dahulu (bisa
menggunakan teknik matrik rangking).

66
l. Tim yang bertugas sebagai pencatat proses,
bertugas mendokumentasi semua hasil
diskusi.

Kesimpulan:

a. Identifikasi masalah utama (yang perlu


dipecahkan)
b. Identifikasi penyebab masalah tersebut (curah
pendapat)
c. Mengelompokkan sebab-sebab tersebut
Mengidentifikasi tingkatan penyebab (I, II dan
III) Menentukan tujuan dan harapan (keluaran)
Memprioritaskan penyebab yang paling
mendesak
d. Memprioritaskan harapan yang paling efektif,
mudah dan realistis untuk dicapai
e. Menyusun rencana kegiatan – ingatlah „5W, dan
1H‟

67
Gambar 3. 10
Pohon masalah, Harapan dan Analisis Strategi Program

68
D. Sistem Kerja Participatory Action Research (PAR)

Yang dijadikan landasan dalam sistem kerja PAR,


terutama adalah gagasan-gagasan yang datang dari
masyarakat di lapangan pengabdian (KKN). Oleh karena
itu, PAR harus melakukan sistem kerja, antara lain :

1. Perhatikan dengan sungguh-sungguh gagasan yang


datang dari rakyat yang masih terpenggal dan belum
sistematis;
2. Pelajari gagasan tersebut secara bersama- sama
dengan mereka sehingga menjadi gagasan yang
sistematis;
3. Menyatulah dengan rakyat;
4. Kaji kembali gagasan yang datang dari mereka,
sehingga mereka sadar dan memahami bahwa
gagasan itu milik mereka sendiri;
5. Terjemahkan gagasan tersebut dalam bentuk aksi;
6. Uji kebenaran gagasan melalui aksi;
7. Dan seterusnya secara berulang-ulang sehingga
gagasan tersebut menjadi lebih benar, lebih penting
dan lebih bernilai sepanjang masa.
Untuk lebih mudah cara kerja di atas dapat
dirancang dengan suatu daur gerakan sosial sebagai
berikut:

1. Pemetaan Awal (Preleminary mapping)


Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami
komunitas, sehingga peneliti akan mudah memahami

69
realitas problem dan relasi sosial yang terjadi.
Dengan demikian akan memudahkan masuk ke
dalam komunitas baik melalui key people (kunci
masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang
sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan
(yasinan, tahlilan, masjid, musholla dll), kelompok
kebudayaan (kelompok seniman, dan komunitas
kebudayaan lokal), maupun kelompok ekonomi
(petani, pedagang, pengrajin dll).

2. Membangun hubungan kemanusiaan


Peneliti melakukan akulturasi dan membangun
kepercayaan (trust building) dengan masyarakat,
sehingga terjalin hubungan yang setara dan saling
mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu
menjadi sebuah simbiosis mutualisme untuk
melakukan riset, belajar memahami masalahnya, dan
memecahkan persoalannya secara bersama-sama
(partisipatif).

3. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial


Bersama komunitas, peneliti mengagendakan
program riset melalui teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA) untuk memahami persoalan
masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan
sosial. Sambil merintis membangun kelompok-
kelompok komunitas, sesuai dengan potensi dan
keragaman yang ada.

4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)

70
Bersama komunitas melakukan pemetaan
wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat.

5. Merumuskan masalah kemanusiaan


Komunitas merumuskan masalah mendasar
hajat hidup kemanusiaan yang dialaminya. Seperti
persoalan pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
energi, lingkungan hidup, dan persoalan utama
kemanusiaan lainnya.

6. Menyusun Strategi Gerakan


Komunitas menyusun strategi gerakan untuk
memecahkan problem kemanusiaan yang telah
dirumuskan. Menentukan langkah sistematik,
menentukan pihak yang terlibat (stake holder), dan
merumuskan kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan program yang direncanakannya serta
mencari jalan keluar apabila terdapat kendala yang
menghalangi keberhasilan program.

7. Pengorganisasian Masyarakat
Komunitas didampingi peneliti membangun
pranata-pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompok-
kelompok kerja, maupun lembaga-lembaga
masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan
problem sosialnya secara simultan. Demikian pula
membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja
dengan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan
program aksi yang direncanakan.

8. Melancarkan aksi perubahan

71
Aksi memecahkan problem dilakukan secara
simultan dan partisipatif. Program pemecahan
persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk
menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi
merupakan proses pembelajaran masyarakat,
sehingga terbangun pranata baru dalam komunitas
dan sekaligus memunculkan community organizer
(pengorganisir dari masyarakat sendiri) dan akhirnya
akan muncul local leader (pemimpin lokal) yang
menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.

9. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat.


Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar
kebutuhan kelompok-kelompok komunitas yang
sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat
belajar merupakan media komunikasi, riset, diskusi,
dan segala aspek untuk merencanakan, mengorganisir
dan memecahkan problem sosial. Hal ini karena
terbangunnya pusat-pusat belajar merupakan salah
satu bukti munculnya pranata baru sebagai awal
perubahan dalam komunitas masyarakat.

Bersama masyarakat pusat-pusat belajar


diwujudkan dalam komunitas-komunitas kelompok
sesuai dengan ragam potensi dan kebutuhan
masyarakat. Seperti kelompok belajar perempuan
petani, kelompok perempuan pengrajin, kelompok
tani, kelompok pemuda, dan sebagainya. Kelompok
tidak harus dalam skala besar, tetapi yang penting
adalah kelompok memiliki anggota tetap dan
kegiatan belajar berjalan dengan rutin dan terealisir

72
dalam kegiatan yang terprogram, terencana, dan
terevaluasi. Dengan demikian kelompok belajar
merupakan motor penggerak masyarakat untuk
melakukan aksi perubahan.

10. Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial)


Peneliti bersama komunitas dan didampingi
dosen DPL merumuskan teoritisasi perubahan sosial.
Berdasarkan atas dasar riset, proses pembelajaran
masyarakat, dan program-program aksi yang sudah
terlaksana, peneliti dan komunitas merefleksiakan
semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal
sampai akhir). Refleksi teoritas dirumuskan secara
bersama, sehingga menjadi sebuah teori akademik
yang dapat dipresentasikan pada khalayak publik
sebagai pertanggungjawaban akademik.

11. Meluaskan skala gerakan dan dukungan


Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur
dari hasil kegiatan selama proses tetapi juga diukur
dari tingkat keberlanjutan program (sustainability)
yang sudah berjalan dan munculnya pengorganisir-
pengorganisir serta pemimpin lokal yang
melanjutkan program untuk melanjutkan aksi
perubahan. Oleh sebab itu, bersama komunitas
peneliti memperluas skala gerakan dan kegiatan.
Mereka membangun kelompok komunitas baru di
wilayah-wilayah baru yang dimotori oleh kelompok
dan pengorganisir yang sudah ada. Bahkan
diharapkan komunitas-komunitas baru itu dibangun
oleh masyarakat secara mandiri tanpa harus

73
difasilitasi oleh pendiri. Dengan demikian
masyarakat akan belajar sendiri, melakukan riset, dan
memecahkan problem sosialnya secara mandiri.

Untuk memudahkan pelaksanaan proses daur


tersebut dalam satu bulan, maka dapat dilaksanakan
dengan tahap-tahap dan waktu yang terjadwal sebagai
berikut:

1. Kegiatan Minggu Pertama yaitu To Know


(Mengetahui Situasi Kehidupan)

Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah proses


inkulturasi, yaitu membaur dengan masyarakat untuk
membangun kepercayaan. Membaur dalam hal ini tidak
sekedar berkumpul dengan masyarakat di lokasi KKN-
PAR, akan tetapi membaur dengan masyarakat dengan
terlibat secara langsung dalam kehidupan kelompok
masyarakat dengan tujuan untuk menyepakati proses
bersama. Peneliti (peserta KKN-PAR) akan mengikuti
semua kegiatan yang ada di masyarakat seperti kegiatan
keagamaan dan lain sebagainya.

Proses bersama melalui kelompok tersebut


melakukan belajar untuk menemukan problem sosial
mereka melalui riset. Adapun tahap awal ini, karena
masih melakukan proses mengetahui keadaan, belum
melakukan analisis problem sosialnya, maka yang
dilakukan adalah mencari gambaran keadaan apa adanya
secara detail, menyeluruh, dan mendalam.

74
Oleh karena belum melakukan analisis, Peneliti
(mahasiswa KKN-PAR) bersama masyarakat dilarang
tergesa-gesa melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Dilarang mengambil simpulan, karena mengambil
simpulan cenderung akan menganggap problem
tersebut simple, padahal perlu melakukan analisis
kritis yang mendalam, verifikasi data, validasi data,
bahkan analisis-analisis yang terkait, sehingga
tergesa-gesa mengambil simpulan tidak akan
memberikan pemahaman yang tepat.
b. Dilarang menghakimi, artinya menginvestigasi
layaknya seorang polisi menghadapi tersangka. Tim
peneliti (mahasiswa KKN-PAR) sikap yang dibangun
adalah bertanya dengan tujuan belajar, bukan
bertanya dengan tujuan mencari-cari kesalahan
orang. Bertanya untuk melakukan riset kritis, berbeda
dengan bertanya dengan mewawancarai untuk
mendapatkan data sebagaimana riset konvensional.
Apalagi bertanya dengan nada investigasi. Oleh
karena itu, membangun kesetaraan antara mahasiswa
KKN-PAR dengan komunitas harus didahulukan,
sehingga ketika melakukan diskusi tidak terkesan
mewawancarai, tetapi justru saling belajar (sharing).
c. Dilarang menyalahkan, tindakan menyalahkan justru
tidak dapat membangun komunikasi yang baik. Oleh
karena itu, jika menemukan kesalahan yang
dilakukan oleh komunitas, bagaimana pengalaman
kesalahan ini dijadikan sebagai pembelajaran untuk
melakukan tindakan ke depan. Dengan teknik analisis
alur sejarah memang akan ditemukan beberapa

75
kesalahan-kesalahan, tetapi bukan berarti harus
disalahkan. Karena kesalahan bisa dilakukan oleh
orang-perorang, bisa juga dilakukan oleh sistem.
Oleh karenanya, tindakan menyalahkan perlu
dihindari.
d. Dilarang tergesa-gesa merumuskan masalah,
tindakan merumuskan masalah dapat dilakukan pada
tahap berikutnya, yaitu tahap to understand.
Sehingga tahap awal belum boleh merumuskan
masalah, tetapi baru tahap kodifikasi, yaitu
menghimpun problem-problem yang masih
berserakan dan belum tersistematis.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa


penentuan agenda riset atau mengatasi masalah dari
model PAR ini digunakan teknik-teknik Participatory
Rural Appriasial (PRA) yang digunakan untuk
melakukan riset (kodifikasi) adalah teknik Mapping
untuk data geografi, demografi, dan data-data lainnya.
Teknik Transect untuk memperkuat data tentang
geografi, ekonomi, pertanian dan sebagainya. Teknik
alur sejarah desa, Trand and change, Seasonal calender,
survai belanja harian, profil keluarga, profil keagamaan,
tradisi, dan ekonomi, serta profil pembangunan desa
(termasuk politik pembangunan) sebagai data untuk
melengkapi seluruh rangkaian sembilan aspek proses to
know.

Pada minggu pertama ini, mahasiswa peserta


KKN-PAR diharapkan telah berhasil membentuk
kelompok-kelompok informal masyarakat untuk

76
melakukan riset bersama, sekaligus melakukan agenda
analisis, merencanakan tindakan berikutnya. Kelompok-
kelompok informal bisa merupakan kelompok yang
sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan (yasin,
tahlil, diba’an, muslimatan, pengajian rutin), atau
kelompok profesi (petani, para tukang kayu/batu,
pembuat kerajinan, produsen home industri dan
sebagainya) atau kelompok kebudayaan atau kesenian
lokal (karang taruna, sanggar seni, lembaga adat-istiadat
dan sebagainya) atau kelompok perempuan (PKK,
pengajian perempuan, dan sebagainya). Kelompok-
kelompok inilah yang menjadi simpul-simpul masyarakat
untuk melakukan proses, karena kelompok-kelompok ini
merupakan modal sosial untuk memecahkan problem
sosial yang mencipatakan perubahan komunitas.

2. Kegiatan Minggu Kedua yaitu To Understanding


(Memahami problem Komunitas)

Tahap to understand pada minggu ke dua ini


bertujuan untuk memahami persoalan utama komunitas.
Oleh karena demikian, langkah yang ditempuh analisis
bersama masyarakat melalui proses Focus Group
Discussion (FGD) tetap menggunakan tool untuk
mempermudah teknis analisis sekaligus membelajarkan
pada masyarakat. Tahap ini disebut juga dengan tahap
dekodifikasi, yaitu tahap mensistematiskan problem-
problem sosial yang terjadi. Pada strategi ini, peneliti
(peserta KKN-PAR) akan mengamati dan
mengidentifikasi realita yang terjadi pada masyarakat,

77
dengan melihat keluhan-keluhan yang datang dari
masyarakat.

Terlepas dari hal itu, peserta KKN-PAR akan


mendiskusikan pada masyarakat untuk menemukan
fokus masalah. Dari strategi ini juga peneliti akan
mempertanyakan terus menerus mengenai masalah yang
terjadi. Beberapa teknik untuk mempermudah proses
analisis dapat menggunakan teknik-teknik PRA berikut
ini:
a. Diagram Venn
Teknik ini digunakan untuk menganalisis
relasi kuasa pada komunitas. Mengetahui besaran
pengaruh tokoh atau lembaga sosial pada
komunitas, termasuk peran dan fungsinya pada
masyarakat. (lihat di lampiran).

b. Diagram Alur
Teknik ini digunakan untuk analisis alur atau
hubungan antara para pihak. Sehingga diketahui
besaran alur satu pihak dengan pihak lain. Contoh
alur hasil panen padi, alur kepercayaan masyarakat,
alur tradisi dan sebagainya.

c. Analisis tata guna, tata kuasa, dan tata kelola.


Analisis ini digunakan untuk menganalisis
tentang kuasa aset komunitas, apa yang terjadi
pada aset tersebut. Seperti sebuah lahan tertentu
dengan posisi strategis, maka siapa yang
menguasai lahan tersebut, apa fungsi lahan tersebut
bagi masyarakat dan bagi pemiliknya, siapa yang

78
mengelola, pengelolanya pihak lain atau
pemiliknya sendiri, implikasi apa yang terjadi bagi
masyarakat dengan kondisi lahan yang demikian?
sejarahnya kenapa bisa demikian, dan ke depan
kira-kira akan seperti apa?

d. Teknik analisis pohon masalah dan pohon harapan.


Teknik analisis pohon masalah merupakan
teknik utama untuk merumuskan problem sosial
yang dilanjutkan dengan teknik pohon harapan
sebagai tujuan pemecahan masalah masyarakat.
Perumusan ini merupakan proses yang sangat
strategis, karena proses ini menentukan program
utama yang akan dilakukan sebagai strategi
pemecahan masalah komunitas. Strategi ini bukan
sekedar melakukan kegiatan, tetapi strategi ini
dipilih untuk dapat memecahkan problem utama
yang berpengaruh pada seluruh problem yang
terjadi. Teknik analisis pohon masalah dan pohon
harapan akan mengahasilkan rumusan masalah dan
rumusan tujuan yang menjadi struktur rumusan
Logical Framework Approach (LFA).

Rumusan ini akan menjadi alat utama melakukan


perencanaan program pada minggu berikutnya.

3. Kegiatan Minggu Ketiga yaitu To Plan


(Merencanakan Pemecahan Masalah Kehidupan
Masyarakat)

79
Tahap To Plan merupakan tahap ketiga yang
dilakukan oleh peneliti (peserta KKN-PAR) untuk
merencanakan aksi penyelesaian masalah. Pada tahap to
plan berpulang pada proses sebelumnya dalam
merumuskan masalah, sebab penyelesaian masalah harus
didasarkan atas rumusan masalah yang diperoleh saat
mengindetifikasi masalah sebelumnya. Bukan
masalahyang sekedar disodorkan oleh masyarakat untuk
diselesaikan oleh mahasiswa KKN-PAR (seperti
pengecetan tembok desa atau pengecetan pagar TPU).
Sering terjadi, karena kesalahan proses awal, mahasiswa
KKN-PAR dianggap sebagai pihak yang mampu
menyelesaikan semua masalah, sehingga seluruh
persoalan dipasrahkan kepada mahasiswa KKN-PAR.
Akibatnya proses pembelajaran dan pendidikan
masyarakat tidak berjalan.

Dalam merencanakan program harus dari rumusan


masalah dalam bentuk pohon masalah yang sudah
disepakati melalui FGD. Perencanaan program disusun
berdasarkan rumusan masalah dan tujuan atau harapan
yang strukturnya dibuat dengan model Logical
Framework Approach (LFA). Perencanaan program ini
bentuknya sebuah proposal dengan sistematika sebagai
berikut:
a. Analisis hirarki masalah
Uraian analisis ini bersumber atau sama
dengan analisis pohon masalah. Selanjutnya
diperkuat dengan uraian: inti masalah, masalah
utama, penyebab utama, penyebab pendukung atau

80
akar masalah. Kemudian diuraikan dampak yang
ditimbulkan, bahkan dampak yang masif dalam
jangka panjang. Sehingga terdapat argumentasi
bahwa problem ini harus segera diatasi dan
dipecahkan karena mempengaruhi atau bahkan
mengancam kehidupan komunitas ke depan.

b. Analisis tujuan
Uraian ini bersumber atau sama dengan
analisis pohon harapan. Selanjutnya dilengkapi
dengan uraian: tujuan inti, harapan utama, strategi-
strategi, dan dampak yang dihasilkannya. Uraikan
perubahan apa yang terjadi seandainya strategi ini
dijalankan, sehingga menyelamatkan kehidupan
komunitas ke depan.

c. Matrik analisis kelayakan strategis


Matrik ini digunakan untuk menganalisis
kelayakan strategi sebuah program dilaksanakan.
Bentuk programnya apa, capaian targetnya apa,
respon suka atau tidaknya komunitas,
kemungkinan dilaksanakannya, sumberdaya yang
dibutuhkan, keberlangsungan (sustainability),
pengaruh apa yang akan terjadi jika dilaksanakan
(secara ekonomi, sosial, dan lain- lain)

d. Matrik Perencanaan Operasional atau Matrik


Rencana Kerja
Matrik ini merupakan bentuk operasional
tentang program yang dilaksanakan. Komponen
matrik berupa bentuk kegiatan, target atau capaian,

81
jadwal pelaksanaan, penanggung jawab, support
sumberdaya yang dibutuhkan, resiko atau asumsi.

e. Matrik Analisis Stakeholder


Matrik ini untuk menganalisis pihak-pihak
terkait yang bisa berpartisipasi pada program yang
akan dilaksanakan. Disebut juga dengan matrik
analisis partisipasi. Komponen matrik ini berupa
organisasi, kelompok, individu siapa yang terkait,
karakteristik organisasi, kelompok, individu,
kepentingannya apa, sumberdaya yang dimiliki
apa, sumberdaya yang dibutuhkan apa, dan apa
tindakan yang harus dilakukan.

f. Organisasi Pelaksana
Penentuan penanggung jawab dan pelaksana
program, yaitu pihak yang menjadi siapa untuk
melakukan apa.

g. Penganggaran, Sumber dan Pengeluaran


(Budgeting).
Uraian kebutuhan anggaran dan bahan yang
dibutuhkan, dengan asumsi sumber pemasukan dan
asumsi pengeluaran.

4. Kegiatan Minggu Keempat yaitu To Action and


Reflection (Melaksanakan Kegiatan dan
Penyadaran)

Setelah melalui tahap to plan yang merencanakan


aksi dalam memecahkan masalah, dalam tahap ini to
action yaitu melakukan aksi program sebagai pemecahan

82
problem sosial. Tentu saja pilihan program praktis harus
sesuai dengan hasil analisis problem sosialnya dan
perencanaan strategis yang telah disusun. Serta dengan
memperhatikan potensi sumber daya yang dimiliki.
Sehingga pelaksanaan program tidak memberatkan
komunitas, tetapi justru menciptakan kondisi yang
terbangun dalam kesatuan yang saling gotong royong
sebagai tradisi yang sudah dimiliki oleh masyarakat
selama ini.

Program yang demikian itulah dalam tataran


teoritis sebagai sebuah daur praksis, yaitu antara problem
realitas dengan keinginan idealitas terjadi keterkaitan dan
kesinambungan secara simultan (Sustainability). Dengan
demikian maka implikasi program aksi memberikan
dampak bagi kehidupan masyarakat secara bertahap,
sehingga muncullah perubahan sosial secara evolutif.

Pada minggu ke empat ini, hal yang semestinya


dilakukan adalah melakukan refleksi atas hasil proses
selama hampir satu bulan. Refleksi bukan sekedar
dilakukan untuk internal peserta KKN-PAR, tetapi
dilakukan bersama komunitas, sehingga terbangun
pembelajaran untuk keseluruhan (peserta KKN-PAR dan
masyarakat). Refleksi dibangun untuk mengkritisi
kembali hal-hal yang pernah dilakukan dan pelajaran apa
yang bisa diambil untuk menapak ke depan. Dengan
demikian dibangunlah komitmen untuk melanjutkan
program untuk menapak perubahan sehingga tidak
terjadi keterputusan. Dari sini akan muncul pengetahuan
baru dan komitmen baru antara mahasiswa dengan

83
masyarakat, sehingga apa yang dilakukan selama ini
bermakna bagi semuanya.

Dengan demikian dibangunlah sebuah komitmen


untuk melanjutkan program untuk menapak perubahan
sehingga tidak terjadi keterputusan. Dari sini akan
muncul pCengetahuan baru dan komitmen baru antara
peneliti dan masyarakat, sehingga apa yang dilakukan
selama ini bermakna bagi semua.

E. Siklus PAR
Secara umum siklus PAR dapat digambarkan
dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.11 Siklus Par

84
Dari gambaran siklus tersebut dapat dilihat bahwa
dari observasi ke refleksi dilanjutkan rencana aksi
strategis, dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi,
sampai lingkar berikutnya. Hal ini sampai pada tingkat
terjadinya perubahan sosial.

Adapun dalam proses PAR, ada beberapa


persyaratan metodologi yang harus dipenuhi yaitu: (1)
metode harus practice oriented dan fokus pada
perubahan sosial; (2) harus mensupport proses
pengorgansasian dan konteks sosialnya; (3) harus sensitif
terhadap individu demikian juga kelembagaan; (4) harus
collaborative dan men-support kebebasan dan
keterbukaan partisipan; dan (5) harus merupakan proses
refleksi kritis.

E. Sikap dan Etika yang Harus Dimiliki dalam


Menerapkan PAR

Karena PAR dilakukan dalam keadaan sosial yang


nyata dengan membangun komunikasi sosial secara
dekat dan terbuka di antara orang-orang dalam
komunitas, maka para peneliti harus benar-benar
memperhatikan sikap dan etika dalam melakukan kerja-
kerja mereka.

Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :


1. Melakukan konsultasi pada orang-orang yang
relevan termasuk pemegang otoritas formal dan non
formal dalam komunitas,

85
2. Make sure that the relevant persons, committees and
authorities have been Prinsip-prinsip dan arah kerja
PAR benar-benar diterima oleh semua pihak,
3. Semua orang harus diperbolehkan mempengaruhi
kerja PAR,
4. Mereka yang tidak ingin berpartisipasi dalam proses
PAR secara bijak harus dihormati,
5. Perkembangan kerja PAR harus dapat ditampakkan
dan terbuka saran dan kritik dari yang lain,
6. Ijin (formal atau informal) harus diadakan sebelum
membuat observasi dan telaah dokumen serta
kegiatan lainnya dalam proses PAR,
7. Uraian kerja yang lain dan pandangan-pandangan
harus dinegosiasi dengan para pihak sebelum
membuat publikasi,
8. Peneliti harus bertanggungjawab dalam menjaga
kerahasiaan yang relevan.
9. Keputusan membuat petunjuk PAR dan
kemungkinan hasil riset secara kolektif,
10. Peneliti mengungkapkan watak dari proses riset
sejak dimulai termasuk bias-bias dan kepentingan-
kepentingan personal,
11. Menjaga kesamaan akses terhadap informasi yang
dikumpulkan selama proses bagi semua partisipan,
12. Peneliti dari luar dan tim awal yang dibentuk harus
menciptakan proses yang memaksimalkan
kesempatan keterlibatan untuk semua partisipan.

86
BAB IV
TATA TERTIB

A. Kewajiban Peserta Kuliah Kerja Nyata

Selama melaksanakan kegiatan KKN mahasiswa


diwajibkan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Menyelesaikan administrasi Program KKN sesuai


dengan aturan yang berlaku.
2. Menjunjung tinggi dan menjaga nama baik
almamater IKHAC Mojokerto.
3. Menghormati, mematuhi, dan menjunjung tinggi
peraturan pemerintah setempat dan norma susila
yang berlaku.
4. Melaksanakan seluruh Program KKN yang telah
direncanakan dengan penuh tanggung jawab dan
dedikasi tinggi serta dilandasi dengan semangat
pengabdian kepada masyarakat.
5. Mengikuti Program KKN selama 4 minggu.
6. Menyusun program rencana kegiatan yang harus
sudah diselesaikan dalam waktu satu minggu setelah
penerjunan yang diwujudkan dalam bentuk matriks
rencana kegiatan dan proposal kegiatan.
7. Membuat catatan harian secara tertib setiap hari
sesuai dengan program kegiatan yang telah
dilakukan pada hari itu.
8. Menyelesaikan seluruh rangkaian tugas dan kegiatan
KKN termasuk menyusun laporan secara tertulis dan
mempresentasikannya kepada LPPM.

87
9. Menciptakan hubungan yang baik dengan semua
pihak yang terkait dengan pelaksanaan program
KKN.
10. Mengenakan identitas dan atau almamater IKHAC
Mojokerto pada saat melaksanakan kegiatan KKN.
11. Menaati tata tertib yang berlaku.

B. Hak Peserta Kuliah Kerja Nyata

1. Mendapatkan pembekalan sebelum pelaksanaan


program KKN.
2. Mendapatkan bimbingan dari DPL selama
pelaksanaan program KKN.
3. Mendapatkan pelayanan administrasi dari Panitia
KKN.

C. Larangan Peserta Kuliah Kerja Nyata

1. Menyalahgunakan stempel, kertas kop, dan atribut


lain atas nama KKN IKHAC Mojokerto
2. Berpartisipasi dalam kegiatan politik praktis dan
memihak salah satu kelompok / golongan.
3. Mencampuri urusan intern lembaga lokasi KKN
tanpa seizin DPL dan Penanggung Jawab Lokasi.
4. Mencari bantuan dana tanpa sepengetahuan DPL dan
LPPM IKHAC Mojokerto.
5. Mengucapkan dan atau melakukan tindakan yang
dapat merusak nama baik almamater serta
mengganggu keamanan dan ketertiban umum.

88
D. Sanksi

Bagi peserta KKN IKHAC Mojokerto yang


melanggar tata tertib dan tindakan lain yang dapat
merugikan tim KKN, mencemarkan nama baik
almamater Institut Pesantren KH. Abdul Chalim
(IKHAC) Mojokerto akan mendapat sanksi sebagai
berikut:

1. Diperingatkan secara lisan.


2. Diperingatkan secara tertulis dengan tembusan
dikirimkan kepada Kaprodi dan Dekan Fakultas
terkait serta Rektor IKHAC Mojokerto.
3. Ditarik dari lokasi KKN dan dinyatakan tidak lulus.
4. Diambil tindakan tegas lainnya yang sesuai dengan
perbuatannya berdasarkan pada ketentutan peraturan
dan hukum yang berlaku.

E. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Panitia


Kuliah Kerja Nyata

1. Menetapkan program umum KKN.


2. Mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan
Pimpinan IKHAC Mojokerto, LPPM dan stakeholders
yang relevan dengan Program KKN.
3. Mengadakan studi kelayakan dan menetapkan lokasi
KKN, dengan cara memberikan surat rekomendasi
pengajuan KKN di lokasi.
4. Menetapkan DPL.

89
5. Mengatur dan memfasilistasi seluruh kegiatan KKN
sejak persiapan, seleksi, pelaksanaan, penarikan,
sampai evaluasi akhir.
6. Bertanggung jawab kepada LPPM dan Rektor tentang
pelaksanaan KKN.
7. Membuat laporan akhir pelaksanaan KKN.
8. Menyampaikan laporan hasil Program KKN kepada
Rektor.

F. Kewajiban Dosen Pembimbing Lapangan

1. Memfasilitasi kebutuhan administrasi peserta KKN.


2. Memberikan bimbingan kepada peserta KKN
sekurang-kurangnya 4 kali dalam satu periode
Program KKN.
3. Menghadiri rapat rutin dan melaporkan hasil
bimbingan dan permasalahan yang dihadapi peserta
KKN.
4. Mewakili LPPM IKHAC Mojokerto dalam kegiatan-
kegiatan pelaksanaan KKN di lokasi.
5. Mendokumentasi kegiatan bimbingan.
6. Membimbing penyusunan laporan akhir peserta KKN.
7. Membuat artikel jurnal pengabdian kepada masyarakat
(PkM) berdasarkan hasil laporan peserta KKN.
8. Mengisi instrument penilaian peserta KKN.
9. Menjaga nama baik almamater IKHAC Mojokerto.

90
BAB V
PENUTUP

Demikian buku Pedoman KKN IKHAC


Mojokerto ini disusun untuk memberi gambaran tentang
Program KKN yang akan dilaksanakan, sekaligus sebagai
pedoman pelaksanaan KKN IKHAC Mojokerto.

Hal-hal yang belum diatur di dalam buku


Pedoman KKN ini akan ditentukan kemudian
berdasarkan kebijakan LPPM IKHAC Mojokerto.

91
LAMPIRAN-LAMPIRAN

92
Lampiran 1: Format Cover Laporan KKN
Spasi 1
LAPORAN PROGRAM KKN
Spasi 1
Memberdayakan Desa Melalui Pariwisata Berbasis BUMDES:
Studi Interkoneksi BUMDES Melalui Integrated Information System
di Kabupaten Mojokerto

Oleh:

Kelompok A Desa/Dusun

DPL : Muslihun, Lc., M.Fil.I.

INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM


MOJOKERTO
2023

93
Lampiran 2: Sistematika Penulisan dan Isi Laporan
Program KKN
A. Sistematika Penulisan Laporan Program KKN
1. Ketentuan Umum
a. Laporan program KKN ditulis sesuai kaidah-
kaidah yang berlaku di dunia akademik dan
ilmiah
b. Laporan program KKN sebagai tugas
c. Laporan program KKN harus menggambarkan
adanya koherensi dan saling-keterkaitan antar
paragraf dan antara bagian-bagian dalam Laporan
program KKN
d. Laporan program KKN harus menyebutkan dan
mencantumkan sumber pengutipan dalam catatan
kaki (footnote) dan bibliografi (Lihat teknik
penulisannya di bagian ini)

2. Isi Laporan Program KKN


a. Panjang Laporan program KKN antara 4.000-
7.000 kata.
b. Laporan program KKN terdiri dari tiga bagian:
bagian awal, bagian utama, dan bagian akhir.
c. Bagian awal memuat halaman judul (cover) yang
berisi judul Laporan program KKN yang
menggambarkan topik program KKN, mahasiswa
tim program KKN, dan dosen pembimbing
lapangan. Contoh halaman sampul depan dapat
diihat pada lampiran 1.
d. Bagian utama terdiri dari tujuh unsur:
pendahuluan, pemetaan aset, strategi
pelaksanaan program pengembangan aset, aksi,
monitoring dan evaluasi, penutup, dan daftar
pustaka.

94
e. Bagian akhir memuat lampiran-lampiran
yang berisi dokumen- dokumen pendukung
laporan program KKN.

3. Bahan dan Ukuran Kertas


a. Naskah Laporan program KKN yang akan
diajukan dibuat di atas kertas HVS 70 gr
(21,5 x 29,7 / A4) dan dijilid.
b. Sampul Laporan program KKN adalah ketas
putih dengan dilapisi sampul transparan.

4. Sampul Laporan program KKN


Tulisan pada halaman sampul Laporan program
KKN meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tulisan “Laporan Program KKN”.
b. Judul Laporan Program KKN.
c. Logo IKHAC.
d. Tulisan “Oleh:”.
e. Tulisan “Kelompok:”.
f. Nama Desa/Dusun tempat sasaran program
KKN
g. Nama Dosen Pembimbing Lapangan.
h. Tulisan “Institut Pesantren KH Abdul
Chalim”.
i. Tulisan “Mojokerto”.
j. Tahun penulisan Laporan program KKN.

Contoh halaman sampul Laporan program


KKN dapat dilihat pada lampiran 1.

95
5. Pengetikan
a. Jenis huruf yang digunakan dalam
penulisan Laporan program KKN adalah
Times New Roman dengan besar font 12,
kecuali pada catatan kaki. Keseluruhan
naskah Laporan program KKN ditulis dengan
huruf yang sama.
b. Jenis huruf yang digunakan dalam
penulisan Arab adalah Traditional Arabic
dengan besar font 14.
c. Transliterasi Arab-Latin menggunakan font
Times New Arabic atau translit dengan besar
font 12.
d. Cetak miring (italics) digunakan untuk
menulis judul buku, nama jurnal, dan istilah
asing yang belum dibakukan dalam bahasa
Indonesia.
e. Lambang atau tanda-tanda yang tidak dapat
ditulis dengan mesin ditulis dengan tangan
memakai tinta hitam.
f. Bilangan di atas sepuluh ditulis dengan
angka, kecuali pada permulaan kalimat.
g. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi
tanpa titik di belakang, misalnya: m, g. Kg.
Km.
h. Jarak antar baris adalah 1.15.
i. Kutipan langsung, catatan kaki, ayat
Alquran beserta terjemahnya, dan data
pustaka dalam daftar pustaka ditulis 1
spasi.

96
j. Batas tulisan untuk naskah Laporan program
KKN yang diajukan adalah 4 cm di tepi kiri,
3 cm di tepi kanan, 4 cm di tepi bawah, dan
3 cm di tepi atas.
k. Alinea baru dimulai pada ketikan ke-8
atau 1 tab standar MS.Word dari tepi kiri.
l. Judul bab ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan di tengah secara simetris, dengan
jarak 1 cm dari tepi atas. Judul sub-bab
ditulis dari tepi sebelah kiri dengan huruf
besar pada tiap-tiap permulaan kata, kecuali
kata penghubung dan kata depan.
m. Judul anak sub-bab ditulis dari tepi
sebelah kiri dengan huruf besar pada
permulaan kata.
n. Rincian sesuatu ditulis berurutan dengan
angka atau huruf sessuai keperluan.

6. Penomoran
a. Penomoran halaman pada bagian
utama hingga akhir menggunakan angka.
b. Nomor halaman ditulis dengan jarak 3 cm
dari tepi kanan dan 2,5 cm dari tepi bawah
(footer). Sedangkan penomoran bagian awal
dan halaman pertama tiap bab tidak
dituliskan.

7. Tabel dan Gambar


a. Bagan, grafik, peta, dan foto disebut gambar.
b. Tabel dan gambar diletakkan secara simetris

97
c. Tabel dan gambar dinomori dengan angka.
d. Judul tabel dan gambar yang menyertai
nomor diletakan simetris di bawah tabel dan
gambar tanpa diakhiri dengan titik (.).
e. Keterangan tabel dan gambar ditulis pada
halaman yang sama dengan halaman tabel
dan gambar tersebut.

8. Bahasa
Laporan program KKN ditulis dengan
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, atau Bahasa
Arab yang baku, baik, dan benar.

9. Penulisan Nama
a. Nama orang atau penulis yang diacu
dalam uraian ditulis tanpa gelar akademik
atau derajat kesarjanaan.
b. Nama penulis dalam daftar pustaka
dicantumkan lengkap, termasuk jika
penulis sebuah pustaka terdiri atas dua atau
tiga orang. Jika penulis lebih dari tiga orang,
maka cukup ditulis penulis pertama
ditambah dengan “et.al.”.

10. Catatan Kaki (Footnote)


a. Catatan kaki ditulis dengan jarak satu spasi.
b. Baris pertama catatan kaki dituliskan
menjorok ke dalam 1 tab atau 8 ketukan.
c. Catatan kaki ditulis dengan urutan:
nomor catatan dengan menggunakan
angka, nama pengarang (koma) judul karya

98
(koma) (kurung buka) kota penerbit (titik
dua) nama penerbit (koma) tahun terbit
(kurung tutup) (koma) nomor halaman
(titik).
d. Penulisan halaman ditulis langsung dengan
angka halaman yang dimaksud, tanpa
diawali tulisan “hlm.”. setekah penulisan
angka halaman dimaksud diakhiri dengan
tanda titik (.).
Contoh:
19
Ali Aziz, Mengenal Tuntas al-
Qur’an, (Surabaya: Imtiyaz, 2012), 16.

e. Catatan kaki tidak menggunakan opere


citato (op. cit) dan loco citato (loc. cit.),
tapi menggunakan ibidem (ibid). Jika
referensi yang dirujuk teah diselingi oleh
referensi lain, maka dalam catatan kaki
cukup ditulis nama belakang pengarang
(atau nama pengarang jika hanya satu kata)
(koma) judul utama atau tiga kata pertama
judul artikel atau buku (koma) halaman.
Contoh:
6
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan
Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2014), 73.
7
Ibid.
8
E. Sumaryono, Hermeneutik: Sebuah
Metode Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius,
1999), 89.
9
Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad, 75.

99
f. Jika karya yang dikutip berupa terjemah,
maka nama penerjemah ditulis setelah judul
karya dengan didahului oleh kata “terj.”
Contoh:
10
Muhammad Iqbal, Rekonstruksi
Pemikiran Agama Islam, terj. Ali Audah
(Yogyakarta: Jalasutra, 2002), 175.

g. Judul artikel dalam buku antologi diberi


tanda kutip dan tidak mirirng (ditulis
tegak), diikuti dengan kata “ed.” Dan nama
editor. Judul buku antologi dicetak miring.
Contoh:
11
Mun‟im Sirry, “La> Ikra>ha Fi> al-Di>n (Tidak
Ada Paksaan dalam Agama): Menafsirkan
Tafsir al-Qur‟an bersama Paul Ricoeur”, ed.
Syafa‟atun Almirzanah dan Sahiron
Syamsuddin, Upaya Integrasi
Hermeneutika dalam Kajian Qur’an dan
Hadis: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga,
2009), 67.

h. Judul artikel dalam jurnal diberi tanda


kutip dan tidak miring (ditulis tegak),
sementara nama jurnal dicetak miring.
Urutannya adalah Nama pengarang (koma)
(tanda kutip) judul artikel (koma) (tanda
kutip) nama jurnal (koma) nomor atau
volume penerbitan (kurung buka) waktu
penerbitan atau bulan dan tahun penerbitan
(kurung tutup) (koma) nomor halaman
(titik).

100
Contoh:
12
Ja‟far Assagaf, “Muh}ammad al-
Ami>n al-Syinqithy (w. 1393 H/ 1973 M)
dan Karya Tafsi>r Ad}wa>‟ al-Baya>n fi> Id}a>h} al-
Qur‟a>n bi> a-Qlur‟>n,” ESENSIA: Jurnal Ilmu-ilmu
Ushuluddin, Vol. XIV, No. 2, (Oktober
2013), 247.
i. Artikel Jurnal Online ditulis seperti diatas
sda No. 10 hingga waktu penerbitan
(koma), di bawah (tanda kutip) penunjuk
lokasi artikel (koma dan tanda kutip) alamat
situs (kurung buka) diakses pada tanggal,
bulan, dan tahun akses (kurung tutup).
Contoh:
13
Kent Dunnington, “The
Problem with the Satan Hypothesis:
Natural Evil and Fallen Angel Theodicies,”
SOPHIA: International Journal of
Philosophy and Traditions, Vol. 57,
Issues 2, (June 2018), 269. di bawah
“Settings,”
https://link.springer.com/article/10.1007/s11
841-017-0608-7 (diakses pada hari Kamis,
09 Januari, 2022).

11. Istilah
a. Istilah baru yang belum baku ditulis
dengan cetak miring. Pada penggunaan
yang pertama kali perlu dijelaskan arti atau
padanannya.
b. Istilah-istilah penting dalam Laporan
Program KKN dapat dibuatkan daftar

101
tersendiri sebagai daftar istilah/glosari.

12. Kutipan
a. Data sumber tulisan yang diacu atau dikutip
ditulis lengkap dalam bentuk catatan kaki
sebagaimana yang dijelaskan pada nomor
10.
b. Kutipan ditulis dalam bahasa aslinya.
Kutipan langsung (dalam bahasa aslinya)
lebih dari tiga baris ditulis dengan satu spasi
menjorok ke dalam seperti permulaan alinea.
c. Kutipan terjemah ayat-ayat kitab suci ditulis
dengan satu spasi.
d. Kutipan ayat al-Qur‟an ditulis “Q.S. nama
surat (nomor surat):nomor ayat”. Contoh:
Q.S. al-Nisa>‟ [4]: 3.

13. Daftar Pustaka


a. Daftar pustaka ditulis dengan jarak satu
spasi, sementara antar pustaka diberi jarak 2
spasi.
b. Penulian pustaka adalah dengan urutan:
nama pengarang (titik) judul karya dicetak
miring (titik) kota penerbit (titik dua)
nama penerbit (koma) tahun terbit (titik).
c. Penulisan nama diambil nama keluarga atau
nama orang tua (jika ada) disusun secara
alfabetik.
d. Penulisan al- dan ibn (untuk nama Arab)
dan van (untuk nama Belanda) diabaikan

102
dalam menyusun alfabetik.
e. Apabila karya berupa terjemah, maka
nama penerjemah ditulis setelah judul karya
terjemah dengan didahului kata “terj.” (bila
terjemah ke dalam bahasa Indonesia).
f. Judul artikel dalam jurnal atau buku
antologi diberi tanda kutip dan tidak
miring, sementara nama jurnal dan judul
buku antologi dicetak miring.
g. Khusus pustaka yang berupa jurnal, nomor
halaman artikel yang diambil ditulis setelah
tahun, misalnya 17-25.

B. Format Isi Laporan Program KKN


HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN DARI DPL &
LPPM
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I GAMBARAN UMUM LOKASI
A. Geografi dan demografi desa/kelurahan
B. Sarana dan prasarana desa/kelurahan
C. Kehidupan keagamaan masyarakat
D. Kehidupan ekonomi masyarakat
E. Kehidupan sosial budaya masyarakat
BAB II PEMETAAN WILAYAH
Berisi inventarisasi aset/masalah desa kelurahan
hasil lokakarya bersama masyarakat, merumuskan
program kegiatan/perencanaan kegiataan bersama
masyarakat, kegiatan dikelompokan berdasarkan
bidang-bidang pembangunan.

103
Dilengkapi dengan 11 PRA Tools dalam Metode
PAR:
1. Pemetaan (Mapping)
2. Penelusuran Desa (Transector)
3. Penulusuran Sejarah (Time line)
4. Bagan Perubahan dan Kecenderungan (Tren and
Change)
5. Kalender Musim (Seasonal Calendar)
6. Kalender Harian (Daily Routin)
7. Bagan Hubungan Kelembagaan (Venn Diagram)
8. Diagram Alur
9. Bagan Peringkat (Matrix Rangking)
10. Wawancara Semi Terstruktur
11. Analisis Pohon Masalah dan Harapan

BAB III REALISASI PROGRAM/KEGIATAN


Bagian ini mendeskripsikan program dan kegiatan
yang dilaksanakan, berikut respon/partisipasi
masyarakat.

BAB IV EVALUASI PROGRAM DAN


KEGIATAN
Bagian ini mengevaluasi proses selama
berlangsungnya kegiatan KKN PAR baik program
dan kegiatan yang direncanakan maupun yang
direalisasikan terutama terhadap program yang tidak
dapat direalisasikan, hal-hal yang menjadi hambatan,
dll.

BAB V REKOMENDASI HASIL KEGIATAN


KKN

DAFTAR PUSTAKA

104
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat Keterangan dari Desa
2. Peta Desa
3. Field note
4. Lampiran data PAR, contoh mapping, kalender
musim, transektoral, diagram venn, dan lain-
lain
5. Biodata mahasiswa KKN-PAR
6. Rekap Absensi, Buku Tamu dan Perizinan
7. Dokumentasi Kegiatan

105
Lampiran 3: Sistematika dan Isi Penulisan Artikel PKM

ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Metode PAR
C. Tahap Pelaksanaan Metode
PEMBAHASAN
A. Hasil dan Diskusi
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
REFERENSI
LAMPIRAN

106
Lampiran 4: Lembar Pengesahan Laporan Program
KKN
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PROGRAM KULIAH KERJA NYATA


MAHASISWA INSTITUT PESANTREN KH ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
DI DUSUN JARINGANSARI DESA KARANGDIENG
KECAMATAN KUTOREJO

Tim Mahasiswa:

1. Nama Mahasiswa NIRM 1. Nama Mahasiswa NIRM

2. Nama Mahasiswa NIRM 2. Nama Mahasiswa NIRM

3. Nama Mahasiswa NIRM 3. Nama Mahasiswa NIRM

4. Nama Mahasiswa NIRM 4. Nama Mahasiswa NIRM

5. Nama Mahasiswa NIRM 5. Nama Mahasiswa NIRM

6. Nama Mahasiswa NIRM 6. Nama Mahasiswa NIRM

7. Nama Mahasiswa NIRM 7. Nama Mahasiswa NIRM

8. Nama Mahasiswa NIRM 8. Nama Mahasiswa NIRM

9. Nama Mahasiswa NIRM 9. Nama Mahasiswa NIRM

10 Nama Mahasiswa NIRM 10 Nama Mahasiswa NIRM

Mojokerto,…………………………

Menyetujui, Mengetahui,
Ketua LPPM IKHAC Dosen Pembimbing Lapangan

Muslihun, Lc., M.Fil.I Andika Aprilianto, M.Pd

107
Lampiran 5: Format Absensi Harian Peserta
KKN

Anda mungkin juga menyukai